analisis komoditas kopi dan karet indonesia: … komoditas kopi dan... · pemerintah untuk kopi,...

45
ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: EVALUASI KINERJA PRODUKSI, EKSPOR DAN MANFAAT KEIKUTSERTAAN DALAM ASOSIASI KOMODITAS INTERNASIONAL PUSAT KEBIJAKAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2014

Upload: lenguyet

Post on 02-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: EVALUASI KINERJA PRODUKSI, EKSPOR DAN MANFAAT KEIKUTSERTAAN DALAM

ASOSIASI KOMODITAS INTERNASIONAL

PUSAT KEBIJAKAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI

BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN

2014

Page 2: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmat-Nya, sehingga laporan Analisis Komoditas Kopi dan Karet Indonesia : Evaluasi

Kinerja Produksi, Ekspor dan Mafaat Keikutsertaan dalam Asosiasi Komoditas Internasional

dapat selesai tepat pada waktunya.

Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan semua pihak yang turut serta dalam

penyelesaian penyusunan laporan analisis ini.

Semoga analisis yang kami susun ini bermanfaat bagi yang membacanya.

Jakarta, September, 2014

Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri

i

Page 3: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

ABSTRAK

ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA : EVALUASI KINERJA PRODUKSI, EKSPOR DAN MAFAAT KEIKUTSERTAAN DALAM ASOSIASI

KOMODITAS INTERNASIONAL

Keterlibatan Indonesia dalam organisasi internasional Kopi dan Karet perlu

dievaluasi peluang dan manfaatnya. Sehingga dapat memberikan keuntungan bagi

kepentingan Indonesia.

Indonesia memproduksi dua macam jenis kopi, yaitu kopi arabika dan kopi robusta.

Kopi arabika termasuk jenis yang dapat tumbuh optimal 1000 meter dpl, sedangkan lahan

seperti itu umumnya merupakan lahan hutan di Indonesia. Berbeda dengan kopi jenis

robusta yang dapat tumbuh optimal di dataran yang lebih rendah, hal inilah yang

menyebabkan proporsi produksi kopi Indonesia rata-rata lebih dari 80% adalah jenis kopi

robusta.

International Coffee Organization atau ICO adalah organisasi utama antar

pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk

menghadapi tantangan sektor kopi global. Organisasi ini diinisiasi untuk kolaborasi dengan

PBB dalam meningkatkan kerjasama antara negara konsumen kopi, distributor dan

produsen. Anggota Pemerintahan yang masuk ke dalam ICO mewakili 94% produksi kopi

dunia dan lebih dari 75% konsumsi kopi dunia.

Karet merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia. Produksi karet

Indonesia pada tahun 2013 mencapai 3,18 juta ton, sekitar 16% dari produksi tersebut

digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik (Ditjenbun, Kementan).

ii

Page 4: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

Besarnya hasil karet Indonesia harus mampu dimanfaatkan untuk mengembangkan

hilirisasi produk karet Indonesia. Saat ini baru 16% produksi karet Indonesia digunakan

untuk industri domestik. Perlu keseriusan pemerintah dalam membuat peta jalan hilirisasi

karet. Selain itu, berbagai insentif fiskal dalam indutri ini perlu di evaluasi dalam mendorong

perkembangan industri karet dalam negeri. Sehingga rantai industri dapat berjalan dari hulu

sampai hilir dengan baik.

Struktur pasar kopi yang terfragmentasi dengan tiap negara/daerah, memiliki rasa

yang berbeda, peran pembeli yang kuat, potensi premium yang lebih kecil.

Karet adalah komoditas yang mendekati sifat homogen dan Indonesia diproyeksikan

akan mendapatkan manfaat lebih besar (US$ 78,21 – 312,84 juta dolar) bila para produsen

dapat mengkoordinasikan kebijakannya. Hasil karet Indonesia juga dapat digunakan untuk

mendorong industri dalam negeri yang selama ini belum dapat menyerap produksi. Apalagi

International Rubber Study Group (IRSG) mempunyai peran yang cukup besar serta

datanya menjadi referensi, sehinggi studi ini merekomendasikan keanggotaan pada IRSG.

Kata kunci: Kopi, International Coffee Organization, Karet, International Rubber Study Group

iii

Page 5: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

ABSTRAK iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 1

1.3 Tujuan Penelitian 2

1.4 Manfaat Penelitian 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 2.1 Penelitian Terdahulu 3

BAB III METODOLOGI 4 BAB IV ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA : EVALUASI KINERJA PRODUKSI, EKSPOR DAN MANFAAT KEIKUTSERTAAN DALAM ASOSIASI KOMODITAS INTERNASIONAL 5 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 33

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

iv

Page 6: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Lima Negara Utama Penghasil Karet (Akhir 2012) 20

Tabel 4.2 : Skenario Premium Komoditas 32

v

Page 7: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 Produksi, Ekspor, Impor dan Persediaan Kopi Dunia (dalam Ton) 6 Gambar 4.2: Harga Kopi Dunia Periode 1998-2014 ($/kg, nominal$) 7

Gambar 4.3: Negara Penghasil Kopi Dunia (juta ton) 9 Gambar 4.5: Negara Importir Kopi Utama Dunia 10 Gambar 4.6: Produksi, Ekspor, Impor dan Konsumsi (dalam Ton) 12 Gambar 4.7: Produksi Kopi Arabika dan Robusta Indonesia 13 Gambar 4.8: Produksi Karet Dunia 18 Gambar 4.9: Harga Karet Dunia Periode 1998-2014

(Pasar Singapore, $/kg, nominal$) 19 Gambar 4.10: Persentase Eksportir Utama Karet Dunia 2012 20 Gambar 4.11: Negara Penghasil Utama Karet Dunia 2012 21 Gambar 4.12: Konsumsi Karet Dunia 22 Gambar 4.13: Persentase Konsumsi Karet Alam Dunia 2012 23 Gambar 4.14: Produksi dan Ekspor Karet Alam Indonesia 24 Gambar 4.15: Tujuan Ekspor Karet Alam Indonesia 25

vi

Page 8: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Hasil Regresi 1 Lampiran 1.2 Tabel Premium Kartel Internasional 2 Lampiran 1.3 Kuesioner 5

vii

Page 9: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

COMMODITY ANALYSIS OF COFFEE AND RUBBER INDONESIA: PERFORMANCE EVALUATION OF PRODUCTION, EXPORTS AND mafaat PARTICIPATION IN ASSOCIATION INTERNATIONAL COMMODITIES

Indonesia's involvement in international organizations Coffee and Rubber opportunities and benefits need to be evaluated. So it can provide benefits for the benefit of Indonesia.

Indonesia produces two types of coffee, the coffee arabica and robusta coffee. Arabica coffee including types that can grow optimally 1000 feet above sea level, while the land as it is generally a forest in Indonesia. Unlike the robusta that can grow optimally at lower ground, this is what causes the proportion of Indonesian coffee production averaged more than 80% is kind of robusta coffee.

International Coffee Organization, is the main intergovernmental organization for coffee, into a container exporters and importers together for coffee to face the challenges of the global coffee sector. The organization initiated a collaboration with the United Nations to promote cooperation among countries in coffee consumers, distributors and manufacturers. Government members who enter into the International Coffee Organization represents 94% of world coffee production and more than 75% of world coffee consumption.

Rubber is one of the leading commodity in Indonesia. Indonesian rubber production in 2013 reached 3.18 million tons, about 16% of the production is used to meet domestic needs (Ministry of Agriculture).

The magnitude of the result of the Indonesian rubber should be able to be utilized to develop the Indonesian downstream rubber products. Currently only 16% of Indonesia's rubber production is used for domestic industry. It should be the government's seriousness in making a road map downstream rubber. Moreover, various fiscal incentives in these industries need to be evaluated in encouraging the development of the rubber industry in the country. So the industry chain can be run from upstream to downstream well.

The structure of the coffee market is fragmented with each country/region, has a different taste, a strong buyer role, the potential for a smaller premium. Rubber is the homogeneous nature of the commodity approach and Indonesia is projected to gain greater benefit (USD 78.21 to 312.84 million dollars) when the manufacturer can coordinate policies. Results of Indonesian rubber can also be used to encourage the domestic industry has not been able to absorb the production. Moreover, the International Rubber Study Group has a considerable role as well as the data to a reference, this study recommends IRSG membership. Keywords: Coffee, International Coffee Organization, Rubber, International Rubber Study

Group

Page 10: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia menempati peringkat ke-3 dunia setelah Brazil dan Vietnam dalam

produksi kopi di tahun 2013. Adapun untuk produksi karet alam di dunia, Indonesia

menempati peringkat kedua setelah Thailand. Besarnya produksi kopi dan karet

Indonesia masih belum mampu diserap industri domestik. Sebagian besar dari produksi

kopi dan karet Indonesia di ekspor, hanya sebagian kecil yang dikonsumsi dalam

negeri. Hal ini disebabkan belum kuatnya industri hilir karet, serta kurangnya budaya

minum kopi masyarakat Indonesia.

Besarnya proporsi komoditas kopi dan karet Indonesia meningkatkan salah satu

pendorong devisa. Hal tersebut membantu meningkatkan nilai ekspor non-migas

Indonesia. Terlebih kopi adalah komoditas setelah minyak dan gas yang paling diminati.

Perlunya peningkatan nilai tambah dua komoditas tersebut sebelum diekspor tentu akan

memberikan keuntungan lebih bagi Indonesia, pemerintah perlu serius memperhatikan

tumbuh-kembangnya hilirisasi industri dua komoditas tersebut.

Keterlibatan Indonesia dalam organisasi internasional Kopi dan Karet perlu

dievaluasi peluang dan manfaatnya. Sehingga dapat memberikan keuntungan bagi

kepentingan Indonesia. Oleh karena itu, perlu disusun langkah-langkah dalam

memaksimalkan peran Indonesia untuk menjaga harga dua komoditas tersebut tetap

stabil pada tingkat yang menguntungkan.

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi produksi, ekspor, impor, konsumsi kopi dan karet dunia?

2. Bagaimana kondisi produksi, ekspor, impor, konsumsi kopi dan karet Indonesia?

3. Bagaimana gambaran negara produsen dan eksportir kopi dan karet dunia?

4. Peran Indonesia dalam produksi dan ekspor kopi dan karet serta asosiasinya?

5. Kesimpulan dan rekomendasi terkait keikutsertaan saat ini dalam Asosiasi Produsen

Komoditi Internasional?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menentukan sikap akan keikutsertaan Indoneisa

dalam asosiasi kopi atau karet internasional dilihat dari potensi manfaat yang didapat.

Page 11: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

1.4 Manfaat Penelitian

Kebijakan untuk mengevaluasi keanggotaan Indonesia dalam asosiasi komoditi

internasional kopi dan karet untuk melihat manfaat yang diberikan bagi Indonesia.

Page 12: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Pertanian merupakan tulang punggung perekonomian dan merupakan sumber

lapangan kerja yang terbesar bagi kebanyakan negara berkembang. Pembangunan

pertanian antara lain ditujukan untuk mencapai pertumbuhan,

sustainability, stabilitas, pemerataan dan efisiensi (Warren C. Baum, 1988, dikutip dari

Persveranda, 2005).

Di Indonesia komoditas kopi merupakan salah satu sub sektor pertanian yang

mempunyai andil cukup penting penghasil devisa ketiga terbesar setelah kayu dan

karet. Kopi sebagai tanaman perkebunan merupakan salah satu komoditas yang

menarik bagi banyak negara terutama negara berkembang, karena perkebunan kopi

memberi kesempatan kerja yang cukup tinggi dan dapat menghasilkan devisa yang

sangat diperlukan bagi pembangunan nasional (Spillane, 1990).

Page 13: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

BAB III METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kualitatif seperti

dilakukan dengan regresi multivariabel. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan wawancara

mendalam (in-depth interview) narasumber terkait di Jakarta, Medan, Palembang dan

Lampung.

Uji empirik yang dilakukan dalam studi ini ditujukan untuk melihat pengaruh dari

konsentrasi pasar terhadap overcharge atas harga komoditas tersebut karena adanya

asosiasi internasional yang berperan dalam penentuan harga. Hal tersebut sejalan dengan

tujuan utama studi ini, yaitu untuk mengevaluasi keikutsertaan Indonesia dalam asosiasi

komoditas di tingkat internasional.

Page 14: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

BAB IV ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA : EVALUASI KINERJA PRODUKSI, EKSPOR DAN MANFAAT KEIKUTSERTAAN DALAM ASOSIASI

KOMODITAS INTERNASIONAL

4.1 Kopi

4.1.1 Produksi dan Harga Kopi Dunia

Produksi kopi dunia mulai 2009/2010 sampai 2012/2013 terus mengalami

peningkatan dengan rata-rata pertumbuhannya mencapai 6,1% selama tiga

musim terakhir. Peningkatan produksi tertinggi antara musim 2009/2010 sampai

2010/2011 sebesar 9,3% menjadi 8,3 juta ton kopi. Pertumbuhan ini sebagian

besar di topang peningkatan produksi kopi jenis Arabika yang tumbuh 13,8%

menjadi 5,2 juta ton, dan pertumbuhan produksi kopi Robusta 2,5% menjadi 3,2

juta ton. Pada musim 2012/2013 produksi kopi dunia mencapai 9,19 juta ton,

rekor produksi terbesar. Musim 2013/2014 diprediksi terjadi penurunan produksi

sebesar minus 1,8% dari periode sebelumnya menjadi 9 juta ton kopi1.

1, 2United States Department of Agriculture, Foreign Agriculture Service, Circular Series Desember 2013

Page 15: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

Grafik 4. 1: Produksi, Ekspor, Impor dan Persediaan Kopi Dunia (dalam Ton)

Sumber: United States Department of Agriculture, Foreign Agriculture Service, diolah

Ekspor kopi dunia selama lima tahun terakhir terus meningkat, rata-rata

pertumbuhan tiap tahunnya sekitar 4,2%. Pertumbuhan ekspor terbesar terjadi di

musim 2009/2010 sampai 2010/2011 sebesar 10,3% menjadi 6,8 juta ton. Pada

musim 2012/2013 merupakan rekor ekspor terbesar sebesar 6,9 juta ton. Proyeksi

untuk musim 2013/2014 tumbuh 0,6% dibandingkan tahun sebelumnya

menembus 7 juta ton. Rata-rata impor kopi selama lima musim terakhir tumbuh

sebesar 4% tiap tahunnya, proyeksi pertumbuhan impor untuk musim 2013/2014

turun sedikit sekitar 0,001% dari musim sebelumnya menjadi 6,7 juta ton.

Rata-rata konsumsi kopi global dari musim 2009/2010 sampai 2013/2014

tumbuh 1,3% tiap musimnya (termasuk proyeksi musim 2013/2014). Penurunan

terbesar konsumsi terjadi di musim 2010/2011, turun 2,5% menjadi 8 juta ton

dibanding musim sebelumnya. Untuk persediaan kopi global rata-rata tumbuh

6,9% tiap tahunnya. Penurunan pertumbuhan terbesar terjadi di musim 2011/2012

sebesar minus 11,6% menjadi 1,5 juta ton. Di musim selanjutnya 2012/2013

terjadi kenaikan persediaan tertinggi sebesar 33% menjadi 2,02 juta ton.

Page 16: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

Grafik 4.2: Harga Kopi Dunia Periode 1998-2014 ($/kg, nominal$) Sumber: International Coffee Organization; Thomson Reuters Datastream; World Bank, diolah

Gambar 4.2 menyajikan data bulanan harga kopi dimana sejak tahun 1998

harga cenderung menurun sampai 2002 lalu menanjak dengan puncaknya pada

US$ 6,6 pada April 2011. Pola pergerakan kopi arabika dan robusta cenderung

mirip sampai 2009 dimana arabika naik drastis untuk lalu mencapai titik terendah

pada US 2,84 di Oktober 2013. Harga kopi Robusta sejak pertengahan 2008

relatif stabil pada US$ 2 per kg.

4.1.2 Negara Penghasil dan Eksportir Kopi Dunia

Brazil adalah raksasa di sektor kopi dengan produksi dua kali lipat dari

pesaing terdekatnya (Vietnam) dan enam kali lipat Indonesia yang berada di

urutan ketiga. Produksi kopi Brazil diperkirakan turun 5,3% pada musim

2013/2014 menjadi 3,18 juta ton dari musim sebelumnya, ini disebabkan pohon

kopi arabika memasuki penurunan siklus produksi setiap dua tahunan. Setelah

tiga tahun melakukan ekspansinya, panen kopi robusta diperkirakan akan

menyumbang dalam penurunan total produksi Brazil. Penurunan ini karena curah

hujan yang tidak teratur dan suhu rata-rata diatas batas wajar. Nilai ekspor kopi

Brazil diproyeksikan tumbuh 1,3% pada musim 2013/2014 menjadi 1,65 juta ton,

lebih dari satu perempatnya diekspor ke Uni Eropa.

0

1

2

3

4

5

6

7 19

98M

01

1998

M07

19

99M

01

1999

M07

20

00M

01

2000

M07

20

01M

01

2001

M07

20

02M

01

2002

M07

20

03M

01

2003

M07

20

04M

01

2004

M07

20

05M

01

2005

M07

20

06M

01

2006

M07

20

07M

01

2007

M07

20

08M

01

2008

M07

20

09M

01

2009

M07

20

10M

01

2010

M07

20

11M

01

2011

M07

20

12M

01

2012

M07

20

13M

01

2013

M07

20

14M

01

Coffee, Arabica, $/kg, nominal$ Coffee, Robusta, $/kg, nominal$

Page 17: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

Gafik 4.3: Negara Penghasil Kopi Dunia (juta ton)

Sumber: United States Department of Agriculture, Foreign Agriculture Service Produksi Vietnam diperkirakan mencapai rekornya pada musim 2013/2014

sebesar 1,71 juta ton, naik 7,5% dari tahun sebelumnya. Peningkatkan ini

disebabkan oleh cuaca yang menguntungkan dan daerah panen yang semakin

luas. Luas panen kopi Vietnam terus berkembang dan kemungkinan diatas 625

ribu hektar. Ekspor kopi Vietnam diproyeksikan naik 3,8% pada musim 2013/2014

menjadi sekitar 1,47 juta ton biji kopi, 25% ekspornya dengan tujuan Uni Eropa.

Grafik 4.4: Negara Ekportir Utama Dunia

Page 18: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

Sumber: United States Department of Agriculture, Foreign Agriculture Service

Amerika Tengah dan Meksiko tercatat memiliki produksi seperlima dari

produksi kopi arabika global. Dalam wilayah ini, pada musim 2013/2014

diproyeksikan terjadi penurunan kopi sebesar 8,2% menjadi 1,01 juta ton. Ini

disebabkan oleh penyakit yang menyerang daun kopi menyebabkan

berkurangnya kapasitas fotosisntesis dan berpengaruh terhadap hasil panen. Nilai

ekspor wilayah ini diproyeksikan turun 54 ribu ton menjadi 864 ribu ton.

Sementara produksi kopi Kolumbia diperkirakan sebesar 600 ribu ton pada musim

2013/2014, naik sedikit dari musim sebelumnya. Sementara nilai ekspornya

diproyeksikan meningkat 54 ribu ton naik 11,1% menjadi 540 ribu ton.

Produksi India diperkirakan akan menurun 3,4% pada musim 2013/2014

menjadi 307 ribu ton. Hal ini disebabkan hujan yang lebat selama musim hujan di

daerah penghasil kopi terbesar di India yang mempengaruhi hasil panen. Nilai

ekspor kopi India diproyeksikan akan turun 2% menjadi 220 ribu ton pada musim

2013/2014. Produksi kopi Indonesia menempati urutan ke-3 terbesar setelah

Brazil (36,6%) dan Vietnam (17,2%) pada musim 2012/2013. Meskipun masuk

peringkat ke-3 dunia, namun produksi Indonesia hanya 6,8% dari total produksi

dunia, sedikit diatas Kolumbia yang berada di posisi ke-4 sebesar 6,4%.

Sementara itu, Indonesia menempati urutan ke-4 (6,8%) atau 360 ribu ton kopi di

musim 2012/2013 dalam ekspor kopi setelah Brazil (26,6%), Vietnam (23,2%) dan

Kolumbia (7,9%).

4.1.3 Negara Konsumen dan Importir Kopi Utama Dunia

Uni Eropa tercatat menyumbang hampir setengah dari impor biji kopi dunia

dan diperkirakan akan meningkat 1,4% pada musim 2013/2014 menjadi 2,73 juta

ton. Dengan pemasok utama kopi untuk Uni Eropa seperti Brazil (28%), Vietnam

(25%) dan Honduras (7%). Tingginya konsumsi kopi di Eropa karena kopi sudah

menjadi bagian dari budaya masyarakat, dan produk-produk dari biji kopi

berkembang dengan baik di Eropa.

Page 19: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

Grafik 4.5: Negara Importir Kopi Utama Dunia

Sumber: United States Department of Agriculture, Foreign Agriculture Service, diolah

Seperti halnya di Eropa, minum kopi di Amerika Serikat pun sudah menjadi

budaya. Hampir setiap blok kota di Amerika Serikat memiliki kedai kopi. Hal inilah

yang menyebabkan konsumsi kopi disana cukup tinggi dan menempatkan

Amerika Serikat menjadi negara pengimpor terbesar ke-2 setelah Eropa atau

sekitar 23,5% dari total impor dunia. Pada musim 2013/2014 diproyeksikan impor

biji kopi Amerika Serikat naik sedikit sebesar 0,6% menjadi 1,4 juta ton biji kopi.

Ada beberapa negara yang menjadi pemasok utama biji kopi Amerika Serikat,

antara lain Brazil (25%), Vietnam (18%) dan Kolumbia (13%).

Jepang menempati urutan ke-3 importir kopi dunia dengan impor 6,7% dari

total impor dunia, masyarakat jepang sendiri terbiasa dengan budaya minum kopi

instan. Di Jepang, banyak terdapat mesin penjual kopi otomatis yang

memudahkan warganya mengonsumsi kopi. Pada musim 2013/2014 impor kopi

Jepang diproyeksikan akan menurun 10,2% bila dibandingkan dengan musim

sebelumnya menjadi 402 ribu ton.

4.1.4 Kopi Indonesia

Produksi kopi Indonesia rata-rata tumbuh 1,4% tiap musim, namun

penurunan produksi terjadi di beberapa musim terakhir. Seperti di musim

2010/2011 yang turun minus 11,2% dari musim sebelumnya menjadi 559 ribu ton.

Produksi kopi Indonesia juga turun di musim selanjutnya, turun 11% menjadi 498

ribu ton. Pada musim 2013/2014 produksi kopi Indonesia diproyeksikan akan

Page 20: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

turun minus 9,5% dari musim sebelumnya. Hal ini karena musim kemarau yang

datang di awal musim mengurangi pembungaan tanaman kopi, sementara hujan

yang berlebihan mengurangi hasil panen. Selain itu, kurang lebih 60% luas lahan

perkebunan kopi Indonesia telah berumur diatas 25 tahun yang menyebabkan

turunnya produktivitas kopi Indonesia (Ditjenbun 2012).

Grafik 4.6: Produksi, Ekspor, Impor dan Konsumsi (dalam Ton)

Sumber: United States Department of Agriculture, Foreign Agriculture Service, diolah

Sebagian besar produksi kopi Indonesia diekspor, rata-rata ekspor kopi

Indonesia 67,7% dari total produksi tiap tahunnya. Besarnya ekspor ini mengingat

konsumsi dalam negeri masih rendah, tidak sampai seperempat dari produksi kopi

Indonesia. Pada tahun 2013/2014 ekspor kopi Indonesia diprediksi turun 13%, hal

ini seiring dengan menurunnya produksi kopi kita. Untuk impor kopi, beberapa

musim terakhir impor kita menurun seperti musim 2010/2011 turun 0,9% menjadi

33,9 ribu ton kopi dan 2012/2013 turun 29,6% menjadi 64,8 ribu ton. Namun pada

musim 2011/2012, impor naik 171,7% menjadi 92,1 ribu ton dari tahun

Page 21: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

sebelumnya. Hal ini seiring dengan peningkatan konsumsi dalam negeri yang naik

40,8% dari tahun sebelumnya menjadi 142,8 ribu ton.

Grafik 4.7: Produksi Kopi Arabika dan Robusta Indonesia

Sumber: United States Department of Agriculture, Foreign Agriculture Service, diolah

Indonesia memproduksi dua macam jenis kopi, yaitu kopi arabika dan kopi

robusta. Kopi arabika termasuk jenis yang dapat tumbuh optimal 1000 meter dpl,

sedangkan lahan seperti itu umumnya merupakan lahan hutan di Indonesia.

Berbeda dengan kopi jenis robusta yang dapat tumbuh optimal di dataran yang

lebih rendah, hal inilah yang menyebabkan proporsi produksi kopi Indonesia rata-

rata lebih dari 80% adalah jenis kopi robusta. Pada musim 2012/2013 produksi

kopi arabika Indonesia 99 ribu ton, sedangkan kopi robusta 471 ribu ton.

Sebagai negara produsen, ekspor kopi merupakan cara utama dalam

memasarkan produk-produk kopi yang dihasilkan Indonesia. Negara tujuan

ekspor Indonesia adalah negara-negara konsumen tradisional seperti Amerika

Serikat, Eropa dan Jepang. Bersamaan dengan kemajuan zaman dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia, terjadi perubahan gaya hidup

masyarakat Indonesia yang pada akhirnya mendorong peningkatan konsumsi

kopi. Rata-rata pertumbuhan konsumsi kopi Indonesia dari musim 2009/2010

sampai 2012/2013 adalah 13,6%, hal ini menunjukan prospek yang bagus bagi

pengembangan produk kopi Indonesia.

Sosialisasi terus menerus kepada masyarakat tentang manfaat kopi bagi

tubuh, merupakan salah satu jalan untuk meningkatkan konsumsi kopi Indonesia.

Selain itu, masyarakat juga perlu belajar untuk mengolah kopi dengan baik

Page 22: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

sehingga cita rasa dari kopi dapat di maksimalkan2.Kualitas cita rasa kopi 70%

ditentukan dari proses panen dan sangrai atau goreng, selebihnya dari kualitas

tanaman kopi. Saat ini konsumsi kopi per orang Indonesia kurang dari 1 kg per

tahun. Masih jauh dari rata-rata konsumsi negara-negara Eropa dan Amerika

Serikat per tahunnnya lebih dari 6 kg. Ini seiring dengan peningkatan konsumsi

kopi dunia yang kualitas kopinya terus diperbaiki.

Potensi pengembangan produk kopi yang semakin tinggi pun menjadi

kesempatan bagi kedai-kedai kopi lokal. Seperti EXCELSO yang merupakan

bagian dari Group Kapal Api, kedai kopi ini pertama kali dibuka bulan September

tahun 1991 di Plaza Indonesia Jakarta. Dengan menggunakan konsep “Kopi,

Kopi, dan lebih banyak Kopi”, EXCELSO mengembangkan berbagai produk

olahan kopi yang mampu menarik konsumen. Saat ini EXCELSO tumbuh menjadi

salah satu gerai kopi terkuat di Indonesia, yang memiliki 100 kedai di 28 kota

besar di Indonesia. Bengawan Solo Coffee juga mampu membaca peluang yang

ada di pasar, pertama kali membuka kedai retailnya bulan Mei 2003 di ITC

Kuningan. Bengawan Solo Coffee saat ini memiliki 30 kedai yang terdapat di

Jabodetabek, Bandung, Jogjakarta, Surabaya dan Medan.

Dengan peningkatan kesejahteraan dan gaya hidup masyarakat Indonesia,

khususnya di daerah perkotaan, potensi kopi domestik Indonesia sangat besar.

Terlebih Indonesia memiliki kopi-kopi lokal yang menjadi andalan seperti Kopi

Luwak, Kalosi Toraja, Kopi Lanang Toraja, Sumatra Mandheling dan Java Estate.

Diperlukan sinergi antara pemerintah, pengusaha, petani dan berbagai pihak

terkait untuk membangun dan meningkatkan alur produksi sehingga

meningkatkan nilai tambah3.

4.1.5 Asosiasi Produsen Komoditi Internasional

Berbagai Asosiasi Komoditi Internasional yang bertujuan dalam stabilisasi

harga ekspor komoditi, berusaha untuk dapat seefektif organisasi lainnya seperti

OPEC yang dalam jangka lama dapat dalam stabilisasi harga terlihat dari anggota

yang masuk kedalam OPEC mewakili 60% dari total ekspor minyak bumi,

sehingga OPEC dapat mempengaruhi harga pasar4. Anggota dalam OPEC patuh

terhadap perjanjian atau kesepakatan dalam produksi minyak bumi, sehingga

kontrol volume produksi yang ketat dapat mempengaruhi harga. Dengan kekuatan

pasar yang dimilikinya, OPEC dapat menentukan pada tingkatan mana

2Wawancara dengan Muchtar Lutfie 3Wawancara dengan Prof. Dr. Ir. Wan Abbas 4http://www.eia.gov/finance/markets/supply-opec.cfm

Page 23: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

seharusnya harga minyak berada, sehingga dapat mengoptimumkan keuntungan

anggota.

Selain menentukan jumlah pasokan atau memberlakukan kuota dalam

mengatur harga sesuai tingkat yang diinginkan, organisasi atau perjanjian kartel

juga melakukan perjanjian kontrak multilateral jangka panjang dan melakukan

penjualan dan pembelian dari buffer stock untuk menentukan harga. International

Coffee Aggrements menggunakan kuota pasokan dalam menentukan harga.

Jenis produk dan pasar juga mempengaruhi keberhasilan pengendalian

harga oleh kartel seperti OPEC, elastisitas produk yang lebih inelastis akan lebih

efektif dalam menentukan harga. Selain itu, jumlah konsumen yang banyak juga

semakin membuat kartel lebih efektif. Menurut survey yang dilakukan Connor J.

M. (2005) kartel internasional jauh lebih efektif dalam menentukan harga daripada

kartel domestik, lebih efektif 75% dalam menaikan harga daripada kartel

domestik.

4.1.6 International Coffee Agreement dan International Coffee Organization

International Coffee Agreement memiliki tujuan untuk menguatkan sektor

kopi global dan mempromosikan ekspansi berkelanjutan dalam lingkungan

berbasis pasar untuk kemajuan semua anggota disektor ini. Pihak yang terlibat

dalam perjajian mengadopsi langkah-langkah yang diperlukan untuk memenuhi

kewajiban mereka berdasarkan perjanjian dan sepenuhnya saling bekerja sama.

Hal ini untuk mencapai tujuan bersama dari perjanjian. Setiap pihak yang

termasuk dalam perjanjian merupakan anggota tunggal. Anggota dapat

mengubah kategori keanggotaannya pada kondisi yang disetujui oleh dewan.

International Coffee Organization didirikan berdasarkan International Coffee

Agreement tahun 1962 dan akan terus berlanjut untuk mengelola ketentuan dan

mengawasi pelaksanaan dari perjanjian ini. otoritas tertinggi dari organisasi

tersebut adalah International Coffee Council. Dewan akan dibantu sesuai dengan

Finance and Administration Committee, Promosi dan Promotion and Market

Development Committee dan Projects Committee. Dewan juga disarankan oleh

Private Sector Consultative Board, The World Coffee Conference dan

Consultative Forum on Coffee Sector Finance.

International Coffee Organization atau ICO adalah organisasi utama antar

pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi

untuk menghadapi tantangan sektor kopi global. Organisasi ini diinisiasi untuk

kolaborasi dengan PBB dalam meningkatkan kerjasama antara negara konsumen

kopi, distributor dan produsen. Anggota Pemerintahan yang masuk ke dalam ICO

mewakili 94% produksi kopi dunia dan lebih dari 75% konsumsi kopi dunia.

Page 24: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

International Coffee Organization atau ICO didirikan di London tahun 1963

yang merupakan hasil International Coffee Agreement (ICA). International Coffee

Agreement (ICA) mulai diberlakukan pada tahun 1962 untuk jangka waktu lima

tahun, dan terus beroperasi dibawah perjanjian yang dinegosiasikan tersebut.

Termasuk ICA 1968 (dan dua perpanjangannya), ICA 1978 (dengan satu

perpanjangan), 1983 (dan empat perpanjangan), Perjanjian 1994 (dengan satu

perpanjangan) dan Perjanjian 2001 (dengan tiga perpanjangan). Kesepakatan

terbaru diadopsi oleh dewan International Coffee Organization September 2007

dan mulai berlaku secara definitif pada tanggal 2 Februari 2011.

International Coffee Organization (ICO) bernaung dibawah Perserikatan

Bangsa Bangsa karena pentingnya kopi yang menjadi salah satu komoditas yang

diperdagangkan secara luas setelah minyak dan gas. ICO memiliki dua jenis

anggota, anggota negara pengekspor kopi yang terdiri dari 39 (tiga puluh

sembilan) negara dan negara-negara yang masuk kedalam kategori negara

importir yang terdiri dari 6 (enam) anggota yaitu Uni Eropa, Norwegia, Swiss,

Tunisia, dan Amerika Serikat. Badan tertinggi ICO adalah International Coffee

Council yang mana mengadakan pertemuan dua kali tiap tahunnya. Badan

konsultasi sektor swasta ICO terdiri dari 16 (enam belas) perwakilan dari Industri

konsumsi dan produksi kopi yang juga mengadakan pertemuan dua kali tiap

tahunnya.

4.2. KARET ALAM 4.2.1 Sejarah Singkat Karet Alam

Karet pertama kali dikenal oleh orang asli Amerika jauh sebelum

kedatangan dari penjelajah Eropa. Seorang pendeta bernana d’Anghieria

melaporkan bahwa dia melihat suku asli Meksiko bermain dengan bola elastis.

Penelitian ilmiah pertama karet dilakukan oleh Charles de la Condamine, ketika

melakukan penelitian di Peru tahun 1735. Seorang insinyur Perancis yang ditemui

Condamine di Guinea, Fresnau mempelajari karet di tanah asalnya, dia

menyimpulkan bahwa ini tidak lebih dari “jenis minyak resin kental”.

Penggunaan karet pertama kali sebagai penghapus dilakukan oleh

Magellan, keturunan dari navigator Portugis yang terkenal. Sedangkan di Inggris,

Priestley mempopulerkan penggunaannya yang saat itu dikenal sebagai “karet

India”, saat itu karet digunakan untuk membuat botol menggantikan kulit

borrachas yang biasa digunakan untuk mengapalkan wine.

Pada tahun 1820 seorang industrialis Inggris, Nadier menghasilkan benang

karet dan berusaha menggunakannya untuk aksesori pakaian. Saat itu adalah

Page 25: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

ketika Amerika dihinggapi demam karet, dan alas kaki tahan air yang digunakan

oleh masyarakat adat. Pada tahun 1840 secara tidak sengaja Goddyear

menemukan teknik vulkanisasi dan pada 1842 Hancock menemukan rahasia

vulkanisasi, 1845 R. W. Thomson menemukan ban pneumatic yaitu ban dalam

pada tahun 1850 berbagai mainan yang terbuat dari karet. Di tahun 1869 Michaux

menemukan Velocipede yang menyebabkan penemuan karet padat, dan

Bouchardt menemukan cara polimerasi isoprena antara tahun 1879 dan 1882.

Penemuan ban sepeda pertama kali tahun 1830 dan untuk pertama kali Michelin

mengadaptasi ban karet untuk mobil pada 1895.

Karet merupakan bahan baku penting yang memainkan peran utama dalam

peradaban modern, pada abad 19 para ilmuwan menemukan karet yang

merupakan polimer isoperna. Rusia dan Jerman membuat terobosan baru dengan

berusaha mensistesis karet. Namun produk yang dihasilkan tidak dapat bersaing

dengan karet alam. Awal mula dari usaha untuk mensistesiskan karet inilah yang

menjadi cikal bakal industri produk sintesis di seluruh dunia.

4.2.2 Produksi Dan Harga Karet Dunia

Rata-rata produksi karet dunia tumbuh 3,92% dari tahun 2008 sampai 2013.

Pertumbuhan sempat negatif di tahun 2009 yaitu turun 3,15% secara total,

penurunan tersebut imbas dari lesunya industri otomotif dan mempengaruhi

permintaan ban. Total produksi karet tertinggi terjadi pada tahun 2013 yang

mencapai lebih dari 12 juta ton, naik 3,73% dari tahun sebelumnya. Naiknya

produksi karet ini didorong oleh naiknya konsumsi karet (terutama untuk bahan

baku pembuatan ban) dunia seiring tumbuhnya industri otomotif.

Page 26: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

Grafik 4.8: Produksi Karet Dunia Sumber: International Rubber Study Group (IRSG), diolah

Pergerakan bulanan harga karet alami (natural rubber) dunia disajikan pada

grafik 4.8 Terlihat bahwa sejak 1998 harga perlahan meningkat sampai US$ 3,05

di bulan Mei 2008 untuk lalu jatuh sampai US$1,2 di Desember 2008 dan terus

meningkat sampai US$ 6,3 di Februari 2011. Setelah itu harga cenderung

menurun dan sekarang pada kisaran US$ 2 per kg.

Grafik 4.9: Harga Karet Dunia Periode 1998-2014 (Pasar Singapore, $/kg, nominal$) Sumber: Singapore Commodity Exchange Ltd (SICOM); Bloomberg; Rubber Association of Singapore Commodity Exchange (RASCE); International Rubber Study Group; Asian Wall Street Journal; World Bank, diolah

4.2.3 Negara Penghasil Dan Eksportir Karet Dunia

Pada tahun 2012, Thailand masih menjadi produsen karet alam terbesar di

dunia dengan produksi 3,5 juta ton, disusul Indonesia 3,04 juta ton, Malaysia 950

ribu ton, India 904 ribu ton dan Vietnam 863,6 ribu ton.Pasokan karet alam dunia

sebagian besar di pasok dari Asia Tenggara, yaitu dari Thailand (34,4%),

Indonesia (24,8%), Malaysia (17,1%) dan Vietnam (10,3%).

0

1

2

3

4

5

6

7

1998

M01

19

98M

07

1999

M01

19

99M

07

2000

M01

20

00M

07

2001

M01

20

01M

07

2002

M01

20

02M

07

2003

M01

20

03M

07

2004

M01

20

04M

07

2005

M01

20

05M

07

2006

M01

20

06M

07

2007

M01

20

07M

07

2008

M01

20

08M

07

2009

M01

20

09M

07

2010

M01

20

10M

07

2011

M01

20

11M

07

2012

M01

20

12M

07

2013

M01

20

13M

07

2014

M01

Rubber, Singapore, $/kg, nominal$

Page 27: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

Grafik 4.10: Persentase Eksportir Utama Karet Dunia 2012

Sumber: Agroinfo, FPTS, diolah

Tabel 4.1: Lima Negara Utama Penghasil Karet (Akhir 2012)

Indikator Thailand Indonesia Malaysia India Vietnam Total Area (Hektar) 2756000 3456000 1048000 737000 910500

Produksi (Ton) 3500000 3040000 950000 904000 863600 Rata-rata Produksi

(Ton/ha) 1,72 1,16 1,47 1,82 1,71 Sumber: Agroinfo, IRSG, ANRPC, diolah

Diantara kelima produsen karet utama dunia tersebut, India memiliki

produktivitas tertinggi sebesar 1,82 ton/ha, padahal luas areanya paling kecil

diantara yang lain dengan luas 737 ribu hektar. Sedangkan Indonesia memiliki

produktivitas terendah diantara produsen karet utama, produktivitas Indonesia

1,16 ton/ha. Kecilnya produktivitas ini salah satunya karena dukungan pemerintah

masih minim terhadap perkebunan karet alam yang 85% areanya merupakan

perkebunan rakyat. Berbeda dengan negara-negara produsen karet utama

lainnya yang mendapat dukungan berarti dari pemerintahnya.

Page 28: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

Grafik 4.11: Negara Penghasil Utama Karet Dunia 2012

Sumber: Agroinfo, IRSG, ANRPC

4.2.4 Negara Konsumen Dan Importir Karet Utama Dunia

Rata-rata pertumbuhan konsumsi karet alam dunia dari tahun 2008 sampai

2013 sebesar 2,41% tiap tahunnya. Konsumsi karet sempat turun di tahun 2009

apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 konsumsi

karet alam dunia mencapai 11,3 juta ton, naik 2,6% dari tahun sebelumnya.

Grafik 4.12: Konsumsi Karet Dunia

Sumber: International Rubber Study Group (IRSG)

Page 29: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

Menurut data International Rubber Study Group (2012) konsumsi karet alam

dunia terus mengalami peningkatan disebabkan oleh semakin berkembangnya

industri bahan baku karet alam khususnya industri ban di negara-negara maju

seperti Amerika Serikat, Jepang dan Jerman. Peningkatan harga minyak bumi di

pasar internasional juga mempengaruhi permintaan karet alam, hal ini karena

karet sintetis yang bahan bakunya dari fraksi minyak bumi harganya ikut naik.

Grafik 4.13: Persentase Konsumsi Karet Alam Dunia 2012

Sumber: Agroinfo, FPTS, diolah

Pada tahun 2012 negara-negara yang menjadi importir karet alam terbesar,

Tiongkok (33,5%) masih menduduki peringkat pertama dalam konsumsi karet

dunia. Disusul oleh Amerika Serikat dengan konsumsi sekitar 9,5%, India 8,7%,

Jepang 6,6% dan Malaysia 4,6%. Diperkirakan permintaan karet dari Tiongkok

akan menurun, hal ini berhubungan dengan koreksi pertumbuhan ekonominya

yang turun menjadi 7,5%. Hal ini menunjukkan turunnya produksi industri di

Tiongkok, selain itu persediaan karet alam Tiongkok diduga banyak.

Page 30: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

4.2.5 Karet Indonesia

Gambar 4.14: Produksi dan Ekspor Karet Alam Indonesia

Sumber: BPS, Gapkindo, Statistik Perkebunan Karet Indonesia

Karet merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia. Pada tahun

2013, sektor ini menyumbang 4,61% dari total ekspor nonmigas Indonesia yang

mencapai USD 149,9 miliar. Saat ini Indonesia menduduki peringkat ke-2 sebagai

pemasok utama karet alam global, ekspor karet alam Indonesia rata-rata tumbuh

3,69% tiap tahun dari 2008 sampai 2013. Ekspor karet alam Indonesia tumbuh

negatif pada tahun 2009 dan 2012. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekspor

menurun seiring dengan krisis global yang terjadi, lesunya pertumbuhan industri

otomotif berdampak pada karet alam yang 70% konsumsinya digunakan untuk

membuat ban. Sedangkan pada tahun 2012 ekspor karet Indonesia menurun

disebabkan melambatnya permintaan karet global bersamaan dengan lesunya

sektor otomotif dan pengguna akhir.

Produksi karet Indonesia pada tahun 2013 mencapai 3,18 juta ton, sekitar

16% dari produksi tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik

(Ditjenbun, Kementan). Tahun lalu, ekspor karet Indonesia mencapai 2,67 juta ton

atau naik 9,28% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kenaikan ekspor

Indonesia tahun lalu yang cukup tinggi didorong oleh tingginya harga karet selama

bulan Desember 2012 sampai pertengahan Maret 2013, pada awal Januari 2013

Page 31: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

harga karet sempat menyentuh USD 2,913 per kg, lebih tinggi dari rata-rata

sebelumnya USD 2,85 per kg.

Luasnya lahan perkebunan karet Indonesia (3,556 juta ha, terluas di dunia)

tidak menjamin paling tingginya jumlah karet yang dihasilkan. Sekitar 85% dari

perkebunan karet Indonesia merupakan perkebunan rakyat, selebihnya

perkebunan milik negara dan swasta. Produktifitas karet alam Indonesia apabila

dibandingkan dengan negara produsen karet alam lain masih tertinggal. Pada

tahun 2013, produktivitas karet kita 1104 kg/ha, masih kalah dengan Tiongkok

1160 kg/ha, India 1800/ha, Malaysia 1500 kg/ha, Sri Lanka 1550 kg/ha, Thailand

1790 kg/ha dan Vietnam 1720 kg/ha5.

Gambar 4.15: Tujuan Ekspor Karet Alam Indonesia

Sumber: Badan Pusat Statistik diolah oleh GAPKINDO

Ekspor karet alam Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor utama naik

tahun 2013 bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Secara total ekspor

Indonesia naik 9,28% menjadi 2,67 juta ton. Pada tahun 2013, Indonesia

mengekspor karet alam sebesar 609,8 ribu ton ke Amerika Serikat atau 22,6%

5Vibiz Consulting

Page 32: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

dari total ekspor karet alam Indonesia, diikuti Tiongkok sebesar 511,7 ribu ton

atau 18,9% dan Jepang 425,9 ribu ton atau 15,8%.

Kondisi karet alam dunia saat ini sedang menghadapi tantangan berat

dengan menurunnya harga karet alam hingga mencapai USD 1,64 per kilogram

(kg). Dengan pelemahan ekonomi sejumlah negara tujuan ekspor karet Indonesia,

terutama Tiongkok yang pertumbuhan ekonominya terkoreksi menjadi 7,5%.

Terlebih, tekanan dari pembeli berlanjut terutama dengan berkembangnya isu

tingginya tingkat persediaan karet di negara konsumen, terutama Tiongkok. Selain

itu kelebihan pasokan dari negara produsen yang tidak terkontrol juga menjadi

penyebab menurunnya harga karet alam.

Saat ini produksi karet per hektar Indonesia sekitar 1,1 ton per hektar,

produktivitas Indonesia masih di bawah produsen karet lain seperti Malaysia (1,5

ton/ha) dan Thailand (1,8 ton/ha). Indonesia masih memiliki peluang untuk

meningkatkan produktivitas karetnya. Apalagi Indonesia memiliki perkebunan

karet terluas di dunia (lebih dari 3,5 juta ha) dan 85% perkebunan tersebut adalah

perkebunan rakyat yang melibatkan lebih dari 2 juta petani karet6. Keterlibatan

pemerintah diperlukan dalam meningkatkan produktivitas karet Indonesia,

diperlukan berbagai pembinaan terhadap petani karet untuk meningkatkan

produktivitasnya.

Besarnya hasil karet Indonesia harus mampu dimanfaatkan untuk

mengembangkan hilirisasi produk karet Indonesia. Saat ini baru 16% produksi

karet Indonesia digunakan untuk industri domestik. Perlu keseriusan pemerintah

dalam membuat peta jalan hilirisasi karet. Selain itu, berbagai insentif fiskal dalam

indutri ini perlu di evaluasi dalam mendorong perkembangan industri karet dalam

negeri. Sehingga rantai industri dapat berjalan dari hulu sampai hilir dengan baik7.

4.2.6 Association Of Natural Rubber Producing Countries (ANRPC)

Association of Natural Rubber Producing Countries (ANRPC) adalah

organisasi antar pemerintah yang didirikan pada tahun 1970 dalam industri karet

alam. Keanggotaan ANRPC terbuka bagi pemerintah negara-negara penghasil

karet alam. Saat ini ANRPC memiliki 11 (sebelas) anggota yaitu: Kamboja,

Tiongkok, India, Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Singapura, Sri lanka,

Thailand dan Vietnam. Sebelas negara ini menyumbang 93% dari produksi global

karet alam selama 2013.

Association of Natural Rubber Producing Countries (ANRPC) berfungsi

sebagai sumber statistik dan informasi lainnya terkait karet alam bagi negara- 6, 5 GAPKINDO, Dr. Rusdan Dalimunthe M. Sc.

Page 33: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

negara anggota. ANRPC juga sebagai forum internasional untuk menganalisis

dan merumuskan kebijakan-kebijakan mengenai hal-hal yang menyangkut

kepentingan negara produsen karet alam. Fungsi spesifiknya sebagai berikut:

1. Melayani sebagai pusat sumber informasi yang otentik dan up to date dari

industri karet alam.

2. Mempromosikan kegiatan yang kondusif untuk pertumbuhan yang

berkelanjutan dalam produksi, pengolahan, pemasaran dan konsumsi karet

alam.

3. Mempromosikan karet alam sebagai bahan baku industri ramah lingkungan

dengan memproyeksikan kredensial hijau dan kontribusi sosial ekologis.

4. Mengidentifikasi tantangan dan peluang jangka pendek, menengah dan

panjang dengan melakukan studi yang cocok di industri karet.

5. Menjalin hubungan dengan instansi terkait termasuk organisasi karet

internasional untuk berbagi informasi dan kerjasama teknis dan membuat

rekomendasi kebjakan untuk anggota pemerintah bila diperlukan.

Badan tertinggi dari asosiasi ini adalah majelis yang terdiri dari semua

anggota pemerintah negara, majelis bersidang biasanya satu tahun sekali. Komite

Eksekutif ANRPC melaksanakan fungsi dari asosiasi antara sesi dari majelis. Ini

terdiri dari seluruh anggota pemerintahan dan diberdayakan untuk menentukan

hal-hal prosedural, frame aturan dan membentuk komite yang mungkin diperlukan

dari waktu ke waktu. Pada tanggal 30 Juni 2010, dua komite berikut berfungasi

dibawah Komite Eksekutif untuk memberikan masukan teknis dan membuat

rekomendasi tentang berbagai aspek industri karet, komitenya adalah Information

and Statistics Committee dan Industry Matters Committee.

Asosiasi juga memiliki dua grup kerja untuk memberikan input pada dua

area spesifik, yaitu Working Group of Experts for Demand-Supply Analysis dan

Expert Group on Project on Promotion of Natural Rubber as an environmentally-

friendly Raw Material and Renewable Resource.

4.2.7 International Rubber Study Group

Kejatuhan harga karet alam pada tahun 1930-an menjadi awal terbentuknya

perjanjian internasional diantara produsen untuk mengontrol tingkat output.

International Rubber Agreement ditandatangani bulan Mei 1934, tujuannya adalah

untuk mengatur jumlah output produksi negara anggota. Negara anggota

perjanjian ini secara kolektif mewakili lebih dari 90% produksi karet alam dunia

saat itu. Perjanjian ini berhasil dalam menjaga kestabilan harga melalui

pengendalian produksi karet alam para anggotanya.

Page 34: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

Pada awalnya International Rubber Regulation Agreement direncanakan

berjalan sampai akhir 1938, namun pada tahun tersebut perjanjian ini diperbarui

sampai 31 Desember 1943. Pada waktu itu, hanya Inggris dan Belanda yang

memiliki perwakilan pemerintahan di perjanjian itu. Periode tersebut

pengembangan industri karet sintesis masif dilakukan oleh Amerika Serikat.

Menjelang akhir 1943, pemerintah Inggris dan Belanda mengumumkan bahwa

mereka tidak berniat untuk memperbarui perjanjian tersebut. Hal ini sebenarnya

bagian dari usaha mereka mengamankan pembentukan sebuah komite baru

secara lebih luas, tetapi tanpa kekuasaan regulator. Kenyataanya, perjajian

tersebut diperpanjang sampai akhir bulan April 1944.

Pada pertemuan di London bulan Agustus 1944, yang diikuti oleh

perwakilan industri dan tiga perwakilan pemerintah dari Amerika Serikat, Inggris

dan Belanda, diumumkan terbentuknya Rubber Study Group. Tujuannya adalah

memberikan sebuah forum untuk mendiskusikan permasalahan yang menyangkut

kepentingan bersama dan mengenai posisi masa depan dari industri karet.

Beberapa pertemuan awal Rubber Study Group cukup krusial dalam membentuk

kegiatan operasi dan kegunaannya pada anggota pemerintah yang berpartisipasi

yang bertujuan dalam menjaga bebas dan terbukanya pertukaran informasi dan

opini. Pertemuan pertama Rubber Study Group dilakukan di Washington bulan

Januari 1945.

Meskipun keanggotaan dari International Rubber Study Group (IRSG)

terbatas pada pemerintah negara saja, perusahaan dan organisasi yang

berhubungan dengan industri karet dapat menjadi anggota panel International

Rubber Study Group. Sebagai organisasi antar pemerintahan, fungsi IRSG

berfungsi melayani departemen pemerintahan yang dibiayainya. IRSG memiliki

hubungan yang dekat dengan segala sisi dari industri karet dan kesadaran pada

faktor yang mempengaruhi produksi, perdagangan, dan konsumsi karet. Statistik

dan data IRSG kerap menjadi rujukan utama. Anggota IRSG yang terdiri dari

pemerintah negara baik produsen maupun konsumen; Belgia, Perancis,

Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Kamerun, Uni Eropa, Italia, Belanda,

Spanyol, Inggris, Pantai Gading, Jerman, Federasi Rusia, Sri Lanka, dan Amerika

Serikat.

4.2.8 Hasil Analisis

Data overcharge dalam riil USD 2005 didapatkan dari hasil perhitungan

Connor dan Gunnars (2007) terhadap beberapa komoditas dunia. Data tersebut

selanjutnya disesuaikan dengan inflasi AS tahun 2005-2013. Tujuannya untuk

mendapatkan nilai nominal 2013. Sedangkan data ekspor komoditas untuk

Page 35: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

menghitung indeks Herfindahl-Hirschman didapatkan dari International Trade

Center (ITC). Distribusi data antara indeks HHI dan Overcharge digambarkan

dalam scatterplot berikut:

Banyaknya observasi yang berada dalam confidence level 95 % yang

ditunjukkan dalam garis berbayang abu-abu yang menunjukkan korelasi yang

cukup kuat antara indeks konsentasi (HHI) dan premium yang didapatkan. Uji empirik dilakukan dengan menggunakan regresi cross-section dengan

metode Ordinary Least Square (OLS). Regresi yang dilakukan mencakup 37

observasi. Berikut ini adalah model regresi yang digunakan:

𝑂𝑣𝑒𝑟𝑐ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒 = 𝛼 + 𝛽1HHI + 𝛽2Mineral + 𝛽3Food + 𝛽3Processed + 𝜀

Berikut ini adalah penjelasan variabel-variabel yang digunakan di dalam

model:

𝑂𝑣𝑒𝑟𝑐ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒 = Overcharge dalam riil USD tahun 2005 (juta USD),

ditransformasi berdasarkan inflasi Amerika Serikat ke dalam USD 2013 (juta USD)

HHI = Indeks Herfindahl-Hirschman tahun 2005 untuk masing-masing komoditas.

Mineral = Variabel dummy bila komoditas tersebut merupakan mineral.

Food = Variabel dummy bila komoditas tersebut merupakan makanan,

vitamin ataupun asam protein.

Processed = Variabel dummy bila komoditas tersebut merupakan produk olahan,

seperti misalnya insektisida.

Page 36: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

Seluruh variabel tersebut digunakan dalam model regresi Ordinary Least

Square (OLS). Hasilnya dijabarkan pada bagian selanjutnya.

Selanjutnya dilakukan keempat regresi sebagaimana telah dijelaskan di

atas. Hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut:

Variabel Koefisien HHI -3.825 D_Makanan 4987.145 D_Mineral 9982.231 D_Industri 11751.85 Konstanta 3731.36 Adj R2 0.1163 F-stat 2.18

Tidak ada koefisien yang signifikansinya menembus 10% dan nilai R2 yang

disesuaikan (adjusted) juga tidak tinggi. Hasil regresi ini akan digunakan untuk

menghitung perkiraan overcharge harga komoditas kopi dan karet di bagian

selanjutnya. Bila disajikan dalam bentuk persamaan, maka persamaan yang

didapatkan dari regresi adalah:

Overcharge = 3731,36 – 3,8252HHI + 9982,231Mineral + 4987,145 Food +

11751,85 Processed

Setelah mendapatkan hasil regresi, studi ini mencoba menggunakan hasil

tersebut untuk menghitung overcharge komoditas kopi dan karet. Data HHI dan

overcharge yang digunakan dalam tahun yang sama, tahun 2005. Hasil yang

didapatkan merupakan gambaran umum korelasi antara HHI terhadap

overcharge. Hasil tersebut bisa digunakan untuk menghitung korelasi tahun 2013,

yaitu menggunakan HHI kopi dan karet tahun 2013. Berikut adalah hasil

perhitungan yang didapatkan:

• Komoditas Kopi HHI 2013 = 651,427

Overcharge 2013 = 3731,36 – 3,8252(651,427) + 9982,231(0) +

4987,145(1) + 11751,85(0)

= 6.226,666 juta USD

• Komoditas Karet HHI 2013 = 512,817

Overcharge 2013 = 3731,36 – 3,8252(512,817) + 9982,231(0) +

4987,145(1) + 11751,85(0)

Page 37: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

= 6.756,877 juta USD Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan perkiraan overcharge harga

komoditas kopi dan karet pada tahun 2013. Overcharge harga komoditas kopi

tahun 2013 adalah sebesar 6.226,666 juta USD. Pada tahun tersebut proporsi

ekspor kopi Indonesia terhadap ekspor kopi dunia adalah 4,1%. Sehingga dari

total overcharge tersebut Indonesia berpotensi menikmati premium harga sebesar

255,293 juta USD.

Sedangkan overcharge harga komoditas karet tahun 2013 adalah sebesar

6.756,877 juta USD. Pada tahun tersebut proporsi ekspor karet Indonesia

terhadap ekspor karet dunia adalah 4,63%. Sehingga dari total overcharge

tersebut Indonesia berpotensi menikmati bagian premium sebesar 312,843 juta

USD.

Kalkulasi tersebut apabila asosiasi komoditas memiliki kekuatan pasar dan

soliditas antar anggota yang sama dengan kartel internasional pada appendix 2.

Untuk mengakomodiasi beberapa skenario maka untuk scenario low ditetapkan

premium sebesar 25 % dan medium mendapat premium 50 % dari studi Conner

dan Helmers (2007) sehingga menghasilkan tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2 : Skenario Premium Komoditas

Skenario Kopi Karet Low 63.82 78.21 Medium 127.65 156.42 High 255.29 312.84

Page 38: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN

Studi ini menelahaan kondisi dan struktur pasar komoditas kopi dan karet serta

efektivitas organisasi internasional komoditas. Karet adalah komoditas yang mendekati sifat

homogen dan Indonesia diproyeksikan akan mendapatkan manfaat lebih besar (US$ 78,21

– 312,84 juta dolar) bila para produsen dapat mengkoordinasikan kebijakannya. Hasil karet

Indonesia juga dapat digunakan untuk mendorong industri dalam negeri yang selama ini

belum dapat menyerap produksi. Apalagi International Rubber Study Group (IRSG)

mempunyai peran yang cukup besar serta datanya menjadi referensi, sehinggi studi ini

merekomendasikan keanggotaan pada IRSG.

Struktur pasar kopi yang terfragmentasi dengan tiap negara/daerah, memiliki rasa

yang berbeda, peran pembeli yang kuat, potensi premium yang lebih kecil, berdasarkan

studi Conner dan Helmers (2007), menghasilkan tabel sebagai berikut:

Skenario Premium Komoditas

Skenario Kopi Karet Low 63.82 78.21 Medium 127.65 156.42 High 255.29 312.84

REKOMENDASI KEBIJAKAN Saat ini kelembagaan petani kopi masih lemah, sehingga daya tawar dalam

menentukan harga masih lemah. Perlu didorong terbentuk asosiasi atau lembaga yang

menyatukan para petani kopi yang tidak hanya menaikan daya tawar dalam menentukan

harga, tetapi juga menjadi sarana meningkatkan keahlian petani. Kelembagaan ini akan

membantu meningkatkan kualitas dalam menanam, mengolah dan mendistribusikan kopi.

Melalui asosiasi atau kelembagaan petani, akses terhadap informasi terkini lebih mudah.

Karena saat ini akses petani terhadap informasi masih kurang8. Sehingga petani dapat

memaksimalkan peluang yang ada (baik informasi harga atau lainnya).

Kendala peningkatan produksi salah satunya karena sudah tuanya kondisi pohon

sehingga produktivitas berkurang. Perlu dilakukan peremajaan pohon kopi untuk

meningkatkan produktivitas atau membuat batang atas yang tahan terhadap penyakit9.

8 Wawancara dengan Sjafrizal Helmi (Dosen USU) 9Wawancara dengan Prof. Dr. Ir. Wan Abbas

Page 39: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

Perlu penyediaan bibit berkualitas dalam jumlah besar, karena sebagian besar pohon kopi

sudah tua. Petani kopi masih banyak yang belum mengerti bagaimana cara mengolah kopi

pasca panen. Ini salah satu faktor yang menurunkan kualitas kopi dan berdampak pada

harga kopi. Saat ini (8 Juli 2014) kopi dengan grade 1 berharga Rp. 23.850,-, grade 2 Rp.

23.000,-, grade 3 Rp. 22.700,-, grade 4 Rp. 22.000,-, grade 5 Rp. 21.000,- dan grade asalan

Rp. 19.000-20.00010. Dengan selisih harga yang signifikan, petani bisa dapatkan

penghasilan tambahan bila dilakukan screening yang memadai. Produksi kopi Indonesia

memiliki kualitas yang tinggi dan sudah ternama. Kopi Aceh, Toraja, Jawa, Papua dan

tentunya Kopi Luwak sudah dikenal masyarakat global sehingga yang lebih dibutuhkan saat

adalah pengelolaan kualitas, ketersediaan pasokan secara terus menerus dan marketing

yang lebih baik

Hasil karet Indonesia sekitar 84% diekspor, sisanya digunakan untuk industri dalam

negeri. Belum berkembangnya industri hilir di Indonesia yang mendorong sebagian besar

karet Indonesia lebih banyak diekspor. Pada titik ini, pemerintah dapat mendorong industri

hilir karet dapat berkembang, sehingga nilai tambah dari karet dapat lebih tinggi. Dengan

produktivitas karet Indonesia sekitar 1,1 ton/ha, Indonesia masih dapat meningkatkan

produktivitas karetnya. Pemerintah perlu turun tangan dengan membantu peningkatan

produktivitas karet, seperti yang dilakukan pemerintah Thailand dan Malaysia dalam

mendukung produksi karetnya (Thailand 1,8 ton/ha, Malaysia 1,5 ton/ha). Dukungan

pemerintah yang diperlukan berbentuk riset untuk bibit unggul, pengelolaan tanaman, dan

stabilitas harga serta dana untuk pengembangan industri pengolahan karet terutama ban.

10Wawancara dengan kelompok tani Dunia Baru

Page 40: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

DAFTAR PUSTAKA

Connor J. M.,.2005.Proce-Fixing Overchanges : Legal and Economic Evidence.Purdue University

Koop T., Alamsyah Z., Fatricia R.S., dan Brumer B.,2014.Have Indonesia Rubber Processors Formed a

Cartel?.Georg-August-Universitat-Gottingen

Luan N. K.,.2013.Natural Rubber Industry Report 2013.Fpt Securities

Pichop G. N., Kemegue F. M.,. 2005.International Coffee Agreement: Incomplete Membership and

Instability of the Cooperative Game. Southwest Business and Economic Journal

Radetzki M. A Handbook of: Primary Commodities in the Global Economy. Cambridge

Rubber Statistical News.2013.Review of The Year 2012-2013.Statistics & Planning Department

Rubber Board, Kottayam, Kerala, India.

Margaret C. Levenstein dan Valerie Y. Suslow. International Cartels, in 2 Issues In Competition Law

dan Policy 1107 (ABA Section of Antitrust Law 2008)

Page 41: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

Lampiran 1.1 Hasil Regresi

. regress inflationadjusted hhi2005 mineral food processed

Source | SS df MS Number of obs = 37

-------------+------------------------------ F( 4, 32) = 2.18

Model | 1.0285e+09 4 257123934 Prob > F = 0.0931

Residual | 3.7666e+09 32 117707787 R-squared = 0.2145

-------------+------------------------------ Adj R-squared = 0.1163

Total | 4.7951e+09 36 133198470 Root MSE = 10849

--------------------------------------------------------------------

inflationa~d | Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]

-------------+------------------------------------------------------

hhi2005 | -3.825287 2.927767 -1.31 0.201 -9.788953 2.138378

mineral | 9982.231 11645.45 0.86 0.398 -13738.77 33703.23

food | 4987.145 11831.92 0.42 0.676 -19113.68 29087.98

processed | 11751.85 11447.1 1.03 0.312 -11565.13 35068.84

_cons | 3731.36 10986.95 0.34 0.736 -18648.33 26111.05

--------------------------------------------------------------------

Page 42: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

Lampiran 1.2 Tabel Premium Kartel Internasional

No KOMODITAS

Million Real 2005 USD

2013-Inflation-adjusted Overchar HHI 2005

1 Aluminum Metal 45497.6 54142.144 420.4642346 2 Cable, high-voltage, Germany 39272.7 46734.513 663.4798434 3 Linerboard, US 13033.2 15509.508 1523.921803 4 Steel, flat stainless 11328.2 13480.558 1641.288827 5 Flat glass, US 10494.6 12488.574 533.5489277 6 DRAMs 5549.1 6603.429

7

Plastic Additives: Heat Stabilizers 6666.7 7933.373 564.5200403

8 PVC (polyvinyl-chloride) plastic 9268.3 11029.277 599.5646925

9 Plastic Additives: Impact Modifiers 5517.2 6565.468 564.5200403

10 Insurance brokers, commercial, US 3804.3 4527.117

11 Graphite Electrodes 5871.9 6987.561 1539.98598 12 Sulfuric acid, US 3980.7 4737.033

13 Cartonboard 4692.5 5584.075 804.4684949 14 Waste collection, Germany 2913.6 3467.184 1011.755533 15 Polypropylene plastic 3172.3 3775.037 599.5646925 16 Steel beams 4114.9 4896.731

17 Vitamin Premixes 2621.7 3119.823 1779.124823

18 TACA (europe/north Atlantic Shipping) 1985.6 2362.864

19 Vitamin E 2740.1 3260.719 1882.324595 20 Petroleum, Iceland 4239.2 5044.648

21 Cement I, Germany 1744.8 2076.312 22 High Fructose Corn Syrup, US 1959.4 2331.686 1787.739033

23 Citric Acid 2209.6 2629.424 3397.463949 24 Corn Glucose Syrup, US 1722 2049.18 1156.070188 25 Carbon Fiber 2627.7 3126.963 1399.889876 26 British Sugar 3190.4 3796.576

27 Tobacco Leaf, US 1648.8 1962.072 655.3180164 28 Vitamin C 1996.6 2375.954 2371.108408

29 Parcel Tankers, Chemical Shipping 651.6 775.404

30 Cement, Romania 957.5 1139.425 31 Vitamin A 1362.9 1621.851 1811.302011

32 Steel Tubes ("oil country tubes") 1156.3 1375.997 680.2534466

33 Copper Concentrate 872.1 1037.799 2365.668046 34 Carbon Black 735.1 874.769 584.412183

Page 43: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

35 Gasoline, FR 712 847.28 36 Gasoline, IT 719.3 855.967 37 Cell Phones, IT 715.8 851.802 38 Telephone Services, local, Korea 611 727.09 39 Choline chloride (Vitamin B4) 1029.8 1225.462 2222.788609

40 Paper, carbonless 1232.2 1466.318 592.1234658

41 Construction, Nigeria LNG plants 483.6 575.484

42 Fine Arts (Art Auction Houses) 1092.5 1300.075 43 Methionine 419.4 499.086 2851.717669

44 Beta Carotene 562.4 669.256 45 Canthaxanthin 488.5 581.315 1013.887163

46 Compressed Gases, NL 612.8 729.232

47 Generic drugs, warfarin, penicilin, UK 344.6 410.074

48 Explosives, commercial, US 432.9 515.151

49 Cardizem CD hypertension drug, US 274.1 326.179

50 Lysine 397.9 473.501 1490.528938 51 Steel pipes, insulated heating 360.3 428.757 680.2534466 52 Construction, Netherlands 210.9 250.971

53 Vitamin B12 226.9 270.011 2141.518382 54 Vitamin B5 (Caplan) 318.3 378.777 2054.303074 55 Vitamin B4, North America 290.6 345.814

56 Anit-anxiety drugs, US 136.5 162.435

57 Telephone services, long-distance, Korea 147.6 175.644

58 Construction, Norway 141.5 168.385 59 Vitamin B3 (Niacin) 154 183.26 2054.303074

60 Broadband Internet Service, Korea 127.2 151.368

61 Diamonds, Industrial 136.3 162.197 2219.321672 62 Euro-Zone banks 100.6 119.714

63 Concrete, Eastern Germany 12.1 14.399 64 Vitamin B2 183.2 218.008

65 Insurance, industrial property, Germany 105.5 125.545

66 Construction, USAID in Egypt 215.5 256.445 67 Petroleum, Military fuels, Korea 116.1 138.159 68 Philippines telecom, US 96.9 115.311 69 Biotin (Vitamin H) 117.2 139.468 70 Infant Formula (Episode 1), Italy 176.1 209.559

71 Telephone services, international, Korea 78.7 93.653

72 Vitamin B6 86.1 102.459 2370.784727 73 Iron Oxide, Canada 84.2 100.198

Page 44: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

74 Polyester staple, US and CA 63.6 75.684 75 Compressed gas, CA 76.2 90.678 76 Gasoline, Sweden 60.9 72.471 77 Infant Formula (Episode 2), Italy 52 61.88 78 Methylglucamine 31.5 37.485 79 Danish air routes 53.2 63.308

80 Vitamin B4 (Choline Chloride) Europe 60.1 71.519

81 Vitamin B1 34.4 40.936 2581.737455 82 Vitamin D 37.5 44.625 2054.303074

Page 45: ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA: … Komoditas Kopi dan... · pemerintah untuk kopi, menjadi wadah bersama bagi exportir dan importir kopi untuk menghadapi tantangan sektor

Lampiran 1.3 Kuesioner

KUESIONER

ANALISIS KOMODITAS KOPI DAN KARET INDONESIA : EVALUASI KINERJA

PRODUKSI, EKSPOR DAN MANFAAT KEIKUTSERTAAN DALAM ASOSIASI

KOMODITAS INTERNASIONAL

1 Apakah peran eksportir kopi dalam peningkatan produksi dan stabilitas harga?

2 Sejauhmana peran ICO terhadap ekspor kopi Indonesia ?

3 Sejauhmana peran ANPRC terhadap stabilisasi harga?

4 Sejauhmana Terkait dengan hilirisasi industri karet dan stabilitas harga?