analisis kinerja perbankan dengan menggunakan metode risk based bank rating

35
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE RGEC (Studi kasus pada bank yang listed pada Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2010 sampai 2012) Atniel D Mek Cahyanto F0210038 Universitas Sebelas Maret Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Upload: dwik-tjah-yanto

Post on 20-Jan-2016

1.326 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

analisis ini merupakan terbaru

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Kinerja Perbankan Dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN DENGAN

MENGGUNAKAN METODE RGEC

(Studi kasus pada bank yang listed pada Bursa Efek Indonesia pada periode

tahun 2010 sampai 2012)

Atniel D Mek Cahyanto F0210038

Universitas Sebelas Maret

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Prodi Manajemen

2014

Page 2: Analisis Kinerja Perbankan Dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating

BAB I

1.1. PENDAHULUAN

Pangsa pasar akan kebutuhan dana masyarakat yang ada di Indonesia yang

besar cukup menarik bank untuk semakin berinvestasi di dunia perbankan. Tak

hanya bank dalam negeri yang tertarik berinvestasi namun bank asing juga mulai

melirik untuk berinvestasi di Indonesia. Ketertarikan tersebut membuat segala

langkah di lakukan untuk memasuki dunia perbankan mulai dari akusisi, merger

sampai mendirikan kantor cabang di negara ini. Ketertarikan banyak pihak ini

menunjukkan bahwa hal ini baik bagi roda perekonomian yang semakin bergairah

namun di sisi lain hal ini juga menimbulkan persaingan antar bank yang semakin

ketat. Diketahui bahwa industri perbankan di Indonesia bertujuan menunjang

pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataaan,

pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan rakyat banyak

(Hasibuan, 2007: 4).

Menurut Bank Indonesia, pada tahun 2010 jumlah aset berdasarkan sektor

keuangan di Indonesia masih didominasi oleh industri perbankan. Data bahwa

bank umum komersial masih tetap unggul dengan pangsa sekitar 79,5% dari total

aset sektor keuangan. Sementara, pangsa industri keuangan lainnya seperti Bank

Perkreditan Rakyat (1,1%), perusahaan asuransi (8,8%), dana pensiun (3,1%),

perusahaan pembiayaan (4,4%) perusahaan sekuritas (2,7%) dan pegadaian

(0,4%) relatif rendah.

Persaingan antar bank yang semakin terbuka di dukung oleh pemerintah

hal itu nampak pada Deregulasi 1 Juni 1983 yang dapat dikatakan sebagai awal

Page 3: Analisis Kinerja Perbankan Dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating

dari liberalisasi di bidang keuangan dan perbankan yang kemudian disusul dengan

Paket Kebijaksanaan 27 Oktober 1988 (Pakto 27, 1988) dan Paket Kebijaksanaan

20 Desember 1988 (Pakdes 20, 1988) serta kebijaksanaan-kebijaksanaan

lanjutannya merubah total pola dan strategi pengelolaan lembaga-lembaga

keuangan di Indonesia (Abdul Malik dkk, 2004:6-7).

Kesehatan Bank yang merupakan cerminan kondisi dan kinerja Bank

merupakan sarana bagi otoritas pengawas dalam menetapkan strategi dan fokus

pengawasan terhadap Bank. Kinerja merupakan hasil nyata yang dicapai, kadang-

kadang dipergunakannya untuk menunjukkan dicapainya hasil yang positif.

Kinerja sebuah bank bisa di lihat dalam laporan keuangannya karena dalam

rangka mencapai tujuan laporan keuangan, laporan keuangan menyajikan

informasi mengenai entitas yang meliputi: asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan

dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi

kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas menurut (PSAK

No.1 Paragraf ke 7 Revisi 2009).

Selain itu, kesehatan bank juga menjadi kepentingan semua pihak terkait

seperti investor, manajemen, pemerintah dan masyarakat pengguna jasa bank.

Hasil penilaian terhadap kinerja sangatlah penting bagi manajemen karena ini

terkait dengan unit bisnisnya, yaitu untuk memastikan keberhasilan para manajer

dan sebagai bahan evaluasi penyusunan perencanaan pada masa akan datang. Bagi

pemerintah hal ini berguna sebagai penentuan sikap dan keputusan terhadap bank

yang ada di Indonesia. Sedangkan bagi investor hal ini menambah jaminan

keamanan investasi atas dana yang di tanamkan, selain itu investor akan berusaha

Page 4: Analisis Kinerja Perbankan Dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating

untuk mencari return yang tinggi atas dana yang di investasikannya (Dedy,

2003:3). Untuk masyarakat sangat menginginkan agar badan usaha pada sektor

lembaga keuangan ini sehat dan maju sehingga dapat dicapai efisiensi dana,

berupa biaya yang murah dan efisien (Ardana, 2003:3-4).

Metode CAMEL yang berlaku mulai tahun 1991 berdasarkan Surat Edaran

Bank Indonesia No. 23/21/BPPP tanggal 28 Februari 1991. Pada Metode

CAMEL, sebagian besar proses penilaian kesehatan bank menggunakan rumus-

rumus matematika dan sistem scoring dari hasil penilaian untuk setiap parameter,

yaitu dengan skala 0 sampai 100. Dan nilai akhir dari kesehatan bank pun

akhirnya berupa angka yang selanjutnya menentukan klasifikasi kesehatan bank

yaitu “Sehat”, “Cukup Sehat”, “Kurang Sehat” dan “Tidak Sehat”. Indikator pada

Metode CAMEL tersebut juga sangat sederhana, yaitu: Capital, Asset,

Management, Earning, Liquidity.

Indikator penilaian variabel “Capital” hanya menggunakan satu ukuran

saja sebagai proxy pada metode pengukurannya yaitu CAR (Capital Adequacy

Ratio) yaitu “Rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko”. Penilaian

yang kedua yaitu “Asset Quality” berdasarkan kualitas aktiva produktif bank

dengan menggunakan dua indikator yaitu “Rasio aktiva produktif yang

diklasifikasikan terhadap aktiva produktif” dan “Rasio penyisihan penghapusan

aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan” dengan proxy

rasio Return on Risked Assets (RORA).

Page 5: Analisis Kinerja Perbankan Dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating

Penilaian “Management” menggunakan 250 pertanyaan, yang mencakup

manajemen permodalan, manajemen aktiva, manajemen umum, manajemen

rentabilitas, dan manajemen likuiditas.Kemudian penilaian “Earning”

menggunakan dua ukuran proxy yaitu ROA (rasio laba terhadap total aset) dan

BOPO (rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional); dan penilaian

yang terakhir yaitu “Liquidity” menggunakan LDR sebagai proxy atau sering di

sebut “rasio kredit terhadap dana yang diterima” dan “Rasio kewajiban call

money bersih terhadap aktiva lancar”.

Dalam penelitian Marlupi Nanda Permata Sari (2006), menganalisis

kinerja perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun

2002- 2004 dengan menggunakan metode CAMEL, hasil penelitian menunjukkan

bahwa variabel-variabel yang terdiri dari CAR, RORA, Profit Margin, ROA,

BOPO, dan LDR merupakan variabel pembeda dalam membedakan status tingkat

kesehatan bank. Berdasarkan hasil pengujian diskriminan dengan metode stepwise

dapat diketahui bahwa variabel yang terbukti paling dominan dalam membedakan

status tingkat kesehatan bank adalah ROA, RORA dan CAR, sedangkan ketiga

variabel lain yaitu LDR, BOPO, Profit Margin tidak mampu membedakan status

tingkat kesehatan bank.

Metode penilaian yang kedua adalah Metode CAMELS yang dimana

struktur atau komponen penilaian bank yang tertuang dalam Peraturan Bank

Indonesia nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 serta ketentuan

pelaksanaannya sesuai Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31

Mei 2004. Semua komponen pada CAMELS 2004 lebih mengarah pada ukuran-

Page 6: Analisis Kinerja Perbankan Dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating

ukuran kinerja perusahaan secara internal, mulai dari Asset Quality, Management,

Earning Power, dan Liquidity, serta Sensitivity to Market Risk. Sistem penilaian

dengan 5 faktor tersebut sering disebut dengan CAMELS Rating System.

Perbedaan Metode CAMEL dengan Metode CAMELS yang dikeluarkan

sesuai Peraturan Bank Indonesia nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004

adalah penambahan satu indikator penilaian yaitu Sensitivity to Market Risk,

penilaian sensitivitas terhadap risiko pasar merupakan penilaian terhadap

kemampuan modal bank untuk mengantisipasi akibat-akibat yang ditimbulkan

oleh perubahan risiko pasar dan kecukupan manajemen risiko pasar.

Tingkat kesehatan bank berdasarkan metode CAMELS, selama ini telah

efektif dalam memberikan gambaran kesehatan perbankan di Indonesia namun

perlu disempurnakan sesuai dengan perkembangan bisnis bank yang semakin

lama kompleks dan memenuhi ekspektasi stakeholders maupun shareholders

yang semakin tinggi.

Keterkaitan antara faktor-faktor dalam metode CAMELS belum saling

terhubung sehingga belum memberikan gambaran yang utuh tentang bagaimana

bank dikelola. Masing-masing komponen dan faktor masih dianalisis secara

terpisah dan belum memperhatikan adanya keterkaitan antara satu parameter

dengan parameter lainnya dalam metode terebut. Selain itu Metode CAMELS

juga belum memperhitungkan kinerja masa depan serta perbandingan bank

dengan bank sejenis. Seperti dalam penilaian faktor Asset Quality, CAMELS

Page 7: Analisis Kinerja Perbankan Dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating

belum memperhitungkan potensi penurunan kualitas kredit atau potensi

peningkatan NPL.

Berdasarkan hasil penelitian diskriminan dengan metode stepwise

diketahui bahwa variabel ROA memiliki koefisien yang paling besar diantara

kedua variabel dominan yang lain (RORA dan CAR), yang berarti ROA

merupakan variabel yang paling dominan dalam membedakan status tingkat

kesehatan bank.

Kemudian seiringnya waktu dimana segala peraturan diperbaharui untuk

yang lebih baik maka Bank Sentral mengeluarkan Peratuan Bank Indonesia

Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Bank

wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan

pendekatan berdasarkan Risiko (Risk-based Bank Rating). Penilaian Tingkat

Kesehatan Bank dilakukan terhadap Bank secara individual maupun konsolidasi

Tahap-tahap penilaian bank pada RGEC dapat disebut model penilaian

kesehatan bank yang sarat dengan manajemen resiko. Menurut BI dalam PBI

tersebut, Manajemen Bank perlu memperhatikan prinsip-prinsip umum berikut ini

sebagai landasan dalam menilai Tingkat Kesehatan Bank: Berorientasi Risiko,

Proporsionalitas, Materialitas dan Signifikansi, serta Komprehensif dan

Terstruktur.

Cara perhitungan pada RGEC dibandingkan metode CAMELS relatif

berbeda signifikan pada komponen Risk Profile. Salah satu perbedaan utama

metode RGEC dibanding Metode CAMELS adalah perhitungan profil risiko pada

Page 8: Analisis Kinerja Perbankan Dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating

metode RGEC menggunakan dua faktor penilaian, yaitu (1) Penilaian Risiko

Inheren dan (2) Penilaian Kualitas Penerapan Manajemen Risiko.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan menggunakan pendekatan (Risk-based Bank Rating). Pendekatan tersebut

menggunakan metode RGEC, yaitu singkatan dari Risk Profile, Good Corporate

Governance, Earning, dan Capital. Akhirnya, peneliti melakukan pengujian

terhadap kinerja perbankan sebagai usulan skripsi dengan judul : “ ANALISIS

TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN DENGAN METODE RGEC

( Studi kasus pada Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada

periode tahun 2010 sampai 2012)”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka permasalahan yang akan

dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tingkat kesehatan perbankan yang listed di Bursa Efek

Indonesia pada periode tahun 2010 sampai tahun 2012 dengan metode

RGEC ?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui tingkat kesehatan perbankan yang listed di Bursa Efek

Indonesia pada periode tahun 2010 sampai tahun 2012

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti : Hal ini akan menambah wawasan dan pengetahuan bagi

penulis tentang bagaimana tingkat kesehatan bank yang ada di Indonesia

Page 9: Analisis Kinerja Perbankan Dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating

dan ini menjadi hal baru karena baru sedikit akademisi yang melakukan

studi pada metode RGEC.

2. Bagi Bank : Menjadi bahan evaluasi bagi bank yang mendapat tingkat

kesehatan yang tidak sesuai ketetapan bank Indonesia sehingga

memperbaiki hal yang kurang baik tersebut dan bagi bank yang mendapat

tingkat kesehatan sesuai ketetapan Bank Indonesia mempertahankannya

bahkan bisa meningkatkan sampai predikat maksimal dan sesuai

ekspektasi.

3. Bagi Masyarakat : Mendapat referensi tentang tingkat kesehatan

perbankan yang ada di Indonesia.

Page 10: Analisis Kinerja Perbankan Dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian dan Fungsi Bank

Bank termasuk perusahaan industri jasa karena produknya hanya memberikan

pelayanan jasa kepada masyarakat (Hasibuan, 2007: 1).

Pengertian bank dapat pula ditinjau dari Pasal 1 Undang-Undang No. 10

Tahun 1998 Tentang Perbankan. Bank adalah badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Dendawijaya, 2009:5).

Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya

usaha perbankan selalu berkaitan dengan masalah bidang keuangan. Jadi usaha

perbankan meliputi tiga kegiatan utama, yaitu menghimpun dana, menyalurkan

dana, dan memberikan jasa lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana

merupakan kegiatan pokok perbankan, sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa

lain hanyalah merupakan pendukung dari kedua kegiatan pokok (Kasmir,

2007:12).

Secara lebih spesifik bank dapat berfungi sebagai agent of trust, agent of

development, dan agent of services (Triandaru dan Budisantoso, 2008: 9).

a. Agent of Trust

Dasar utama perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal

penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau

Page 11: Analisis Kinerja Perbankan Dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating

menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan.

Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank,

uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada

saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari

bank.

b. Agent of Development

Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat

diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan

bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi,

kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat

ketiga kegiatan tersebut tidak dapat terlepas dari uang.

c. Agent of Service

Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank

juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat.

Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang

berharga, pemberian jaminan bank dan penyelesaian tagihan.

2.2. Risk Profile

Metode RGEC, Risk profile menggunakan dua dimensi penilaian, yaitu

a. Penilaian Risiko Inheren dan

b. Penilaian Kualitas Penerapan Manajemen Risiko.

a. Penilaian Risiko Inheren

Page 12: Analisis Kinerja Perbankan Dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating

Penilaian  Risiko  inheren  merupakan  penilaian  atas  Risiko yang 

melekat  pada  kegiatan  bisnis  Bank,  baik  yang  dapat  dikuantifikasikan 

maupun  yang  tidak,  yang berpotensi mempengaruhi  posisi  keuangan  Bank. 

Karakteristik  Risiko  inheren  Bank ditentukan  oleh  faktor  internal  maupun 

eksternal,  antara  lain  strategi  bisnis, karakteristik  bisnis,  kompleksitas  produk 

dan  aktivitas  Bank,  industri  dimana  Bank melakukan  kegiatan  usaha,  serta 

kondisi  makro  ekonomi. Penilaian  atas  Risiko inheren  dilakukan  dengan 

memperhatikan  parameter/indikator  yang  bersifat  kuantitatif  maupun

kualitatif.   Penetapan  tingkat  Risiko  inheren  atas  masing-masing  jenis Risiko 

mengacu  pada  prinsip-prinsip  umum  penilaian  Tingkat  Kesehatan 

Bank Umum. Dalam resiko inheren ini terdapat 8 resiko yang di perhitungkan :

1. Risiko Kredit

Risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi

kewajiban kepada bank. Risiko kredit pada umumnya terdapat pada seluruh

aktivitas bank yang kinerjanya bergantung pada kinerja pihak lawan

(counterparty), penerbit (issuer), atau kinerja peminjam peminjam dana

(borrower).

Risiko Kredit juga dapat diakibatkan oleh terkonsentrasinya penyediaan

dana pada debitur, wilayah geografis, produk, jenis pembiayaan, atau lapangan

usaha tertentu. Risiko ini lazim disebut Risiko Konsentrasi Kredit dan wajib

diperhitungkan pula dalam penilaian Risiko inheren.

Page 13: Analisis Kinerja Perbankan Dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating

2. Risiko Pasar

Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi

derivatif, akibat perubahan dari kondisi pasar, termasuk Risiko perubahan harga

option. Risiko Pasar meliputi antara lain Risiko suku bunga, Risiko nilai tukar,

Risiko ekuitas, dan Risiko komoditas. Risiko suku bunga dapat berasal baik dari

posisi trading book maupun posisi banking book.

Penerapan Manajemen Risiko untuk Risiko ekuitas dan komoditas wajib

diterapkan oleh Bank yang melakukan konsolidasi dengan Perusahaan Anak.

Cakupan posisi trading book dan banking book mengacu pada ketentuan Bank

Indonesia mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dengan

memperhitungkan Risiko Pasar.

3. Risiko Likuiditas

Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang

jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid berkualitas

tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan

Bank. Risiko ini disebut juga Risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk).

Risiko Likuiditas juga dapat disebabkan oleh ketidakmampuan Bank

melikuidasi aset tanpa terkena diskon yang material karena tidak adanya pasar

aktif atau adanya gangguan pasar (market disruption) yang parah. Risiko ini

disebut sebagai Risiko likuiditas pasar (market liquidity risk).

Page 14: Analisis Kinerja Perbankan Dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating

4. Risiko Operasional

Risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal,

kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian eksternal yang

mempengaruhi operasional Bank. Sumber Risiko Operasional dapat disebabkan

antara lain oleh sumber daya manusia, proses, sistem, dan kejadian eksternal.

5. Risiko Hukum

Risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek

yuridis. Risiko ini juga dapat timbul antara lain karena ketiadaan peraturan

perundang-undangan yang mendasari atau kelemahan perikatan, seperti tidak

dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau agunan yang tidak memadai.

6. Risiko Stratejik

Risiko akibat ketidaktepatan Bank dalam mengambil keputusan dan/atau

pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi

perubahan lingkungan bisnis. Sumber Risiko Stratejik antara lain ditimbulkan dari

kelemahan dalam proses formulasi strategi dan ketidaktepatan dalam perumusan

strategi, ketidaktepatan dalam implementasi strategi, dan kegagalan

mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

7. Risiko Kepatuhan

Risiko yang timbul akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.

Sumber Risiko Kepatuhan antara lain timbul karena kurangnya pemahaman atau

kesadaran hukum terhadap ketentuan maupun standar bisnis yang berlaku umum.

8. Risiko Reputasi

Page 15: Analisis Kinerja Perbankan Dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating

Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber

dari persepsi negatif terhadap Bank. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam

mengkategorikan sumber Risiko Reputasi bersifat tidak langsung (below the line)

dan bersifat langsung (above the line).

Tingkat kualitas penerapan Manajemen Risiko untuk masing-masing

Risiko dikategorikan dalam 5 (lima) peringkat yakni Peringkat 1 (strong),

Peringkat 2 (satisfactory), Peringkat 3 (fair), Peringkat 4 (marginal), dan

Peringkat 5 (unsatisfactory).

b. Penilaian kualitas penerapan Manajemen Risiko

Penilaian kualitas penerapan Manajemen Risiko mencerminkan penilaian

terhadap kecukupan sistem pengendalian Risiko yang mencakup seluruh pilar

penerapan Manajemen Risiko sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank

Indonesia mengenai penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum. Penilaian

kualitas penerapan Manajemen Risiko bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas

penerapan Manajemen Risiko Bank sesuai prinsip-prinsip yang diatur dalam

ketentuan Bank Indonesia mengenai penerapan Manajemen Risiko bagi Bank

Umum.

Penerapan Manajemen Risiko Bank sangat bervariasi menurut skala,

kompleksitas, dan tingkat Risiko yang dapat ditoleransi oleh Bank. Dengan

demikian, dalam menilai kualitas penerapan Manajemen Risiko perlu diperhatikan

karakteristik dan kompleksitas usaha Bank. Penilaian kualitas penerapan

Page 16: Analisis Kinerja Perbankan Dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating

Manajemen Risiko merupakan penilaian terhadap 4 (empat) aspek yang saling

terkait yaitu:

1. Tata Kelola Risiko

Tata kelola Risiko mencakup evaluasi terhadap: (i) perumusan tingkat

Risiko yang akan diambil (risk appetite) dan toleransi Risiko (risk tolerance); dan

(ii) kecukupan pengawasan aktif oleh Dewan Komisaris dan Direksi termasuk

pelaksanaan kewenangan dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi.

2. Kerangka Manajemen Risiko

Kerangka Manajemen Risiko mencakup evaluasi terhadap: (i) strategi

Manajemen Risiko yang searah dengan tingkat Risiko yang akan diambil dan

toleransi Risiko; (ii) kecukupan perangkat organisasi dalam mendukung

terlaksananya Manajemen Risiko secara efektif termasuk kejelasan wewenang dan

tanggung jawab; dan (iii) kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit.

3. Proses Manajemen Risiko,

Kecukupan Sumber Daya Manusia, dan Kecukupan Sistem Informasi

Manajemen. Proses Manajemen Risiko, kecukupan Sumber Daya Manusia, dan

kecukupan sistem informasi Manajemen Risiko mencakup evaluasi terhadap: (i)

proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Risiko; (ii)

kecukupan sistem informasi Manajemen Risiko; dan (iii) kecukupan kuantitas dan

kualitas sumber daya manusia dalam mendukung efektivitas proses Manajemen

Risiko.

4. Kecukupan Sistem Pengendalian Risiko

Page 17: Analisis Kinerja Perbankan Dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating

Kecukupan sistem pengendalian Risiko mencakup evaluasi terhadap: (i)

kecukupan Sistem Pengendalian Intern dan (ii) kecukupan kaji ulang oleh pihak

independen (independent review) dalam Bank baik oleh Satuan Kerja Manajemen

Risiko (SKMR) maupun oleh Satuan Kerja Audit Intern (SKAI). Kaji ulang oleh

SKMR antara lain mencakup metode, asumsi, dan variabel yang digunakan untuk

mengukur dan menetapkan limit Risiko, sedangkan kaji ulang oleh SKAI antara

lain mencakup keandalan kerangka Manajemen Risiko dan penerapan Manajemen

Risiko oleh unit bisnis dan/atau unit pendukung.

2.3. Good Corporate Governance

Suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan,

akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi, dan kewajaran ( PBI nomor

8/4/PBI/2006). Pokok-pokok pelaksanaan GCG diwujudkan dalam pelaksanaan

tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi; kelengkapan dan

pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja yang menjalankan fungsi

pengendalian intern bank; penerapan fungsi kepatuhan, auditor internal dan

auditor eksternal; penerapan manajemen risiko, termasuk sistem pengendalian

intern; penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar; rencana

strategis bank; dan transparasi kondisi keuangan dan non keuangan. Kemudian

peringkat faktor Good Corporate Governance dikategorikan dalam 5 (lima)

peringkat dari angka 1 (satu) sampai 5 (lima). Urutan peringkat faktor Good

Corporate Governance yang lebih kecil mencerminkan penerapan yang lebih baik.

2.4. Earnings

Page 18: Analisis Kinerja Perbankan Dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating

Menurut Martono (2002:89) pada aspek rentabilitas ini yang dilihat adalah

kemampuan bank dalam meningkatkan laba dan efisiensi usaha yang dicapai.

Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus

meningkat. Metode penilitiannya sebagai berikut :

1. Perbandingan laba terhadap total asset (Return on Assets/ROA) Dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

ROA = Laba sebelum pajak

Total Aktivax 100%

Perhitungan angka kredit dilakukan sebagai berikut :

a. ROA sebesar 10% atau lebih, nilai kredit = 0

b. Setiap kenaikan 0,015%, angka kredit ditambah 1 dengan maksimum 100

2. Perbandingan biaya operasi dengan pendapatan operasi (BOPO) Besarnya

nilai BOPO dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

BOPO =Beban OperasionalTotal Pendapatan

x 100%

Angka kredit dapat dihitung sebagai berikut :

a. Rasio 100% atau lebih, nilai kredit = 0

b. Setiap penurunan sebesar 0,08%, angka kredit ditambahkan 1 dengan

maksimum 100

2.5. Capital

Berkaitan dengan penyediaan modal sendiri yang diperlukan untuk

menutup resiko yang mungkin timbul dari penanaman dana dalam aktiva-aktiva

produktif yang mengandung resiko serta untuk membiayai penanaman dalam

Page 19: Analisis Kinerja Perbankan Dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating

RISK PROFILE

CAPITAL

EARNINGS

GOOD CORPORATE GOVERNANCE

TINGKAT KESEHATAN BANK INDONESIA

benda tetap dan inventaris Martono (2002: 88). Bank Indonesia menyatakan

bahwa batas minimum CAR (Capital Adeque Ratio) adalah 8%.

Capital Adequacy Ratio = Jumlah ModalJumlah ATMR

x 100%

2.6. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis, hasil penelitian terdahulu, dan rumusan

masalah maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1: Risk Profile sebagai faktor yag sangat paling berpengaruh dalam penilaian

tingkat kesehatan perbankan.

H2: Good Corporate Governance sebagai faktor yang paling kecil pengaruhnya

terhadap penilaian tingkat kesehatan perbankan.

2.7. Kerangka Pemikiran

Page 20: Analisis Kinerja Perbankan Dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian dan Jenis Data

Peneliti melakukan penelitian yaitu pengukuran fenomena

sosial tertentu dalam hal ini tingkat kesehatan perbankan.

Peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi

tidak melakukan pengujian hipotesis atau sering disebut

penelitian deskriptif (descriptive research) Masri Singarimbun

(1995:4-5).

Menurut Imam Ghozali (2009: 12) ada tiga jenis data yang

di gunakan dalam analisis regresi yaitu data runtut waktu (time

series), data antar waktu ( crossectional) dan pooled data

(gabungan antara time series dan crossectional).

3.2. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan perbankan

yang beroperasi selama periode tahun 2012. Total seluruh bank yang menjadi

populasi dalam penelitian ini ada 36 bank yang listed di Bursa Efek Indonesia.

Peneliti tidak mengambil sampel karena semua data di pakai oleh peneliti.

3.3. Variabel yang Digunakan dalam Model

1. Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Page 21: Analisis Kinerja Perbankan Dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating

Variabel terikat terdiri Risk Profile dengan proxy , variable Good

Corporate Governance terdiri dari proxy ukuran dewan direksi, proporsi komisaris

independen, kebijakan hutang, ukuran perusahaan. Variabel Earings diukur

dengan proxy ROA dan BOPO kemudian variabel terakhir yaitu Capital di ukur

dengan proxy CAR.

2. Variabel Bebas (Independent Variabel )

Tingkat kesehatan perbankan menjadi variabel bebas yang di gunakan

dalam penelitian ini.

3.4. Uji Serempak (Uji F)

Uji f digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel independen secara

bersama-sama signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen

(Sulaiman,2004:86). Langkah-langkah Uji f sebagai berikut :

a. Menentukan Hipotesis

Ho : β = 0, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen

Ha : β ≠ 0, artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen

b. Menentukan Tingkat Signifikan

Tingkat signifikan pada penelitian ini adalah 5% artinya risiko kesalahan

mengambil keputusan 5%

c. Pengambilan Keputusan

Page 22: Analisis Kinerja Perbankan Dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating

1. Jika probabilitas (sig F) > α (0,05) maka Ho diterima, artinya tidak

ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap

variabel dependen.

2. Jika probabilitas (sig F) < α (0,05) maka Ho ditolak, artinya ada

pengaruh yang signifikan dari variabel independent terhadap variabel

dependen.

3.5. Uji Parsial (Uji T)

Uji t digunakan untuk menguji variabel-variabel independen secara individu

berpengaruh dominan dengan taraf signifikansi 5%. Langkah-langkah dalam

menguji t adalah sebagai berikut :

a. Merumuskan Hipotesis

Ho : β = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antar variabel

independen (X) terhadap variabel dependen (Y). CAR, NPL, dan LDR secara

parsial tidak berpengaruh terhadap ROA

Ha : β ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

independen (X) terhadap variabel dependen (Y). CAR, NPL, dan LDR secara

parsial berpengaruh terhadap ROA.

b. Menentukan Tingkat Signifikan

Tingkat signifikan pada penelitian ini adalah 5%, artinya risiko kesalahan

mengambil keputusan adalah 5%.

c. Pengambilan Keputusan

Page 23: Analisis Kinerja Perbankan Dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating

1. Jika probabilitas (sig t) > α (0,05) maka Ho diterima, artinya tidak ada

pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel independen (X)

terhadap variabel dependen (Ys) .

2. Jika probabilitas (sig t) < α (0,05) maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh

yang signifikan secara parsial dari variabel independen (X).

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Malik dkk, 2004, Sistem dan Manajemen Bank Umum, Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Malang.

Agung Ardana, 2003, Analisis Perbedaan Kinerja Lembaga Keuangan Bank dan Asuransi (Studi Empiris di BEJ), Skripsi, Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Brawijaya, Malang.

Dedy Handoko, 2003, Metode CAMEL Untuk Mengevaluasi Kinerja bank Hasil Merger (Studi kasus pada Bank Mandiri dan Bank Central Asia), Jurnal Ekonomi Pasca Sarjana Universitas Brawijaya, Hal 1-19, Malang.

Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Ghozali, Imam. 2006. Ekonometrika : Teori,Konsep dan aplikasi dengan SPSS 17. Universitas Diponegoro, Semarang.

Hasibuan, Malayu. 2007. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Kasmir. 2007. Manajemen Perbankan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Singarimbun, Masri & Soffian Efendi, 1996, Metode Penelitian Survei, Edisi Revisi, LP3ES, Jakarta.

Nanda Marlupi, 2006,Analisis Kinerja Perbankan dengan Menggunakan metode CAMEL (Studi Pada Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2004, Skripsi, Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Brawijaya, Malang.

Triandaru, Sigit dan Totok Budisantoso. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta : Salemba Empat.