analisis keterbacaan buku siswa bahasa indonesia …
TRANSCRIPT
ANALISIS KETERBACAAN BUKU SISWA BAHASA INDONESIA
KELAS X KURIKULUM 2013 REVISI 2017 DENGAN MENGGUNAKAN
FORMULA GRAFIK FRY
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi
Pendidikan Bahasa Indonesia
Oleh
MILA YOSSYANTI
1602040093
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
i
ABSTRAK
Mila Yossyanti. NPM. 1602040093. Analisis Keterbacaan Buku Siswa Bahasa
Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017 dengan Menggunakan
Formula Grafik Fry. Skripsi. Medan : Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara. 2020.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keterbacaan wacana
yang terdapat pada buku siswa bahasa Indonesia kelas X Kurikulum 2013 edisi
revisi 2017 dan wacana yang sesuai untuk siswa kelas X. Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua metode yaitu metode
kualitatif untuk analasis pengakajian dan metode kuantitatif untuk pengkajian
grafik Fry. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumen
wacana di dalam Buku Siswa Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 Edisi Revisi
2017. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan formula grafik Fry. Teks wacana yang menjadi pokok pembahasan
dalam penelitian ini ialah sebanyak 15 wacana. Terdapat dua hasil penelitian
yang diperoleh dalam penelitian ini. Pertama, hasil tingkat keterbacaan
menunjukkan terdapat 6 wacana yang sesuai keterbacaannya untuk kelas X dan 9
wacana lainnya tidak sesuai. Kedua,dilihat dari hasil penelitian tersebut dapat
dikatakan bahwa Buku Siswa Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 Edisi Revisi
2017 memiliki keterbacaan tidak sesuai dengan tingkatan kelas X, karena
wacana yang sesuai untuk kelas X terhitung lebih sedikit dibandingkan dengan
wacana yang tidak sesuai.
Kata Kunci: Keterbacaan, Buku Siswa,Wacana, Grafik Fry
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Syukur Alhamdulillah selalu disampaikan kepada Allah SWT atas
limpahan Rahmat-Nya selama ini yang tercurahkan kepada seluruh umat
manusia di dunia. Karena-Nya peneliti diberikan kemudahan dalam
menyelesaikan penulisan proposal penelitian skripsi yang berjudul “Analisis
Keterbacaan Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi
2017 dengan Menggunakan Formula Grafik FRY ”. Serta shalawat
berangkaikan salam tertuju kepada Nabi Muhammad SAW yang membawa
umat manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang seperti
yang sedang dirasakan saat sekarang ini.
Penulisan proposal penelitian skripsi ini, peneliti menjumpai berbagai
hambatan, namun berkat dukungan materi dari berbagai pihak, serta izin Allah
SWT, Alhamdulillah peneliti dapat menyelesaikan proposal penelitian skripsi
ini dengan cukup baik. Semua ini berkat Orang tua tersayang yakni,
Ayahanda Triono dan Ibunda tercinta Septiarti , merupakan sumber
kebahagian, kekuatan, serta doa yang terus mengalir dan tak pernah putus.
Peneliti juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak terkait yang
telah membantu menyelesaikan penulisan proposal penelitian skripsi ini. Pada
iii
kesempatan ini, peneliti juga ingin memberikan banyak ucapan terima kasih
kepada :
1. Dr. Agussani, M.Ap. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara.
2. Dr. H. Elfrianto Nasution, S.Pd., M.Pd. selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara.
3. Dra. Hj. Syamsuyurnita, M.Pd. selaku Wakil Dekan I Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara, sekaligus Dosen Pembahas.
4. Dr. Mhd. Isman, M.Hum. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
5. Nadra Amalia, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing peneliti,
yang banyak sekali membantu serta membimbing peneliti dalam
menyelesaikan penulisan proposal penelitian skripsi ini.
6. Susila Marpaung, Ira Azzura Abdillah, dan Dwi Wulandari yang
selalu manjadi sandaran dalam berkeluh kesah, serta menjadi tokoh
yang selalu membuat kebahagiaan dalam menjalani aktivitas di dalam
dan di luar Kampus.
7. A Sore Bahasa Indonesia Stambuk 16 selaku teman seperjuangan dari
semester 1 sampai akhirnya selesai kita selalu bersama.
iv
8. Seseorang yang spesial Abangda Ade Muhklis, S.Kom. yang selalu
memberi bantuan dalam kendala yang dialami .
9. Semua pihak yang telah membantu peneliti, secara langsung maupun
tidak langsung dalam menyelesaikan penulisan proposal penelitian
skripsi ini, yang tidak dapat disampaikan secara satu per satu. Semua
kebaikan tersebut, akan dibalas oleh Allah SWT, Aamiin Allahumma
Aamiin.
Penulisan skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan, maka dari itu
peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak,
dengan harapan bisa menjadi penyempurna untuk perbaikan selanjutnya, dan
semoga penulisan skripsi ini memberikan ilmu pengetahuan dan manfaat
khusunya bagi peneliti, dan pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Medan, 05 Juli 2020
Penulis
Mila Yossyanti
1602040093
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GRAFIK ................................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 4
C. Batasan Masalah ..................................................................................... 4
D. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
vi
BABA II LANDASAN TEORI ............................................................................ 7
A. Kerangka Teoretis .................................................................................. 7
1. Keterbacaan ............................................................................................. 7
2. Buku Siswa ............................................................................................. 9
3. Wacana ................................................................................................... 11
4. Formula Grafik Fry ................................................................................ 13
5. Identitas Buku ........................................................................................ 18
B. Kerangka Konseptual ........................................................................... 18
C. Pernyataan Penelitian ............................................................................ 18
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 20
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 20
B. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 21
C. Metode Penelitian ................................................................................. 23
D. Varibael Penelitian ............................................................................... 23
E. Definisi Operasional Penelitian ............................................................ 24
F. Intrumen penelitian ............................................................................... 25
G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 33
A. Deskripsi Data Penelitian ...................................................................... 33
B. Analisis Data ........................................................................................ 34
C. Jawaban Pernyataan Penelitian.............................................................. 94
D. Diskusi Hasil Penelitian ........................................................................ 94
E. Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 95
vii
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 96
A. Simpulan ............................................................................................... 96
B. Saran ...................................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 98
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Rincian Tabel Penelitian ....................................................................... 20
Tabel 3.2 Wacana-wacana yang Diujikan dengan Formula Grafik Fry ............... 22
Tabel 3.3 Kreteria Penilaian ................................................................................... 27
Tabel 3.4 Hasil Analisis Wacana Teks “Sampah” Buku Siswa Bahasa Indonesia
Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017 ................................................. 29
Tabel 4.1 Wacana-wacana dalam Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X
Kurikulum 2013 Revisi 2017 ................................................................ 33
Tabel 4.2 Hasil Analisis Wacana Teks “Wayang” Buku Siswa Bahasa Indonesia
Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017 .................................................. 35
Tabel 4.3 Hasil Analisis Wacana Teks “D’Topeng Museum Angkut” Buku Siswa
Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017 ..................... 38
Tebel 4.4 Hasil Analisis Wacana Teks “Bahaya Narkoba bagi Generasi Muda”
Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017..42
Tabel 4.5 Hasil Analisis Wacana Teks “Pembangunan dan Bencana
Lingkungan” Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013
Revisi 2017 ............................................................................................ 45
Tabel 4.6 Hasil Analisis Wacana Teks “Upaya Melestarikan Lingkungan
Hidup” Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi
2017 ....................................................................................................... 49
Tabel 4.7 Hasil Analisis Wacana Teks “Cara Keledai Membaca Buku” Buku
Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017 ......... 53
Tabel 4.8 Hasil Analisis Wacana Teks”Dosen Yang Juga Menjadi Pejabat” Buku
Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017 ........... 56
Tabel 4.9 Hasil Analisis Wacana Teks “Hikayat Bayan Budiman” Buku Siswa
Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017 ..................... 60
ix
Tabel 4.10 Hasil Analisis Wacana Teks “Hikayat Si Miskin” Buku Siswa Bahasa
Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017 .................................. 63
Tabel 4.11 Hasil Analisis Wacana Teks “HP Baru” Buku Siswa Bahasa Indonesia
Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017 .................................................. 67
Tabel 4.12 Hasil Analisis Wacana Teks “Negosiasi Warga dengan Investor” Buku
Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017 ........... 71
Tabel 4.13 Hasil Analisis Wacana Teks “Bahasa Ingris sebagai Alat yang Penting
di Era Globalisasi” Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum
2013 Revisi 2017 ................................................................................. 75
Tabel 4.14 Hasil Analisis Wacana Teks “Apakah Ponsel Berbahaya” Buku Siswa
Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017 ................. 79
Tabel 4.15 Hasil Analisis Wacana Teks “Biografi B.J Habibie” Buku Siswa
Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017 ................... 82
Tabel 4.16 Hasil Analisis Wacana Teks “Komikus Indonesia Yang Mendunia
Ardian Syaf” Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013
Revisi 2017 .......................................................................................... 86
Tabel 4.17 Rekapitulasi Data Hasil Analisis Keterbacaan Buku Siswa Bahasa
Indonesia Kelas X .............................................................................. 89
x
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 2.1 Garfik Fry ............................................................................................. 14
Grafik 3.1 Wacana Teks “Sampah” ....................................................................... 31
Grafik 4.1 Wacana Teks”Wayang” ........................................................................ 37
Grafik 4.2 Wacana Teks “D’Topeng Museum Angkut” ....................................... 40
Grafik 4.3 Wacana Teks “Bahaya Narkoba bagi Generasi Muda” ....................... 44
Grafik 4.4 Wacana Teks “Pembangunan dan Bencana Lingkungan” .................... 47
Grafik 4.5 Wacana Teks “Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup” .................... 51
Grafik 4.6 Wacana Teks “Cara Keledai Membaca Buku” .................................... 54
Grafik 4.7 Wacana Teks “Dosen Yang Juga Menjadi Pejabat” ............................. 58
Grafik 4.8 Wacana Teks “Hikayat Bayan Budiman” ............................................. 61
Grafik 4.9 Wacana Teks “Hikayat Si Miskin” ....................................................... 65
Grafik 4.10 Wacana Teks “HP Baru” ................................................................... 69
Grafik 4.11 Wacana Teks “Negosiasi Warga dengan Investor” ............................ 73
Grafik 4.12 Wacana Teks “Bahasa Ingris sebagai Alat yang Penting di Era
Globalisasi” ......................................................................................... 77
xi
Grafik 4.13 Wacana Teks “Apakah Ponsel Berbahaya” ........................................ 81
Grafik 4.14 Wacana Teks “Biografi B.J Habibie” ................................................. 84
Grafik 4.15 Wacana Teks “Komikus Indonesia Yang Mendunia Ardian Syaf” ... 88
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Identitas Buku ................................................................................ 100
Lampiran 2 : Wacana Yang Dianalisis ................................................................ 103
Lampiran 3: From K-1 ......................................................................................... 122
Lampiran 4 : From K-2 ........................................................................................ 123
Lampiran 5 : From K-3 ........................................................................................ 124
Lampiran 6 : Berita Acara Bimbingan Propol .................................................... 125
Lampiran 7 :Lembar Pengesahan Proposal .......................................................... 126
Lampiran 8a: Berita Acara Seminar Proposal Pembahas .................................... 127
Lampiran 8b: Berita Acara Seminar Proposal Pembimbing ................................ 128
Lampiran 9:Lembar Pengesahan Hasil Seminar Proposal ................................... 129
Lampiran 10: Surat Keterangan Seminar ............................................................ 130
Lampiran 11: Plagiat ............................................................................................ 131
Lampiran 12: Surat Mohon Izin Riset .................................................................. 132
Lampiran 13: Surat Balasan Riset ........................................................................ 133
Lampiran 14: Berita Acara Bimbingan Skripsi .................................................... 134
xiii
Lampiran 15: Surat Permohonan Ujian Skripsi ................................................... 135
Lampiran 16: Pernyataan Keaslian Skripsi .......................................................... 136
Lampiran 17: Daftar Riwawat Hidup .................................................................. 137
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum 2013 merupakan sebuah Kurikulum terbaru yang
menawarkan sistem yang berbeda dari Kurikulum sebelumnya. Pembelajaran
bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 menempatkan teks sebagai basis
dalam kegiatan pembelajaran. Kurikulum berbasis teks sudah menjadi istilah
umum yang digunakan untuk menggambarkan Kurikulum 2013 pada mata
pelajaran bahasa Indonesia.
Peranan buku teks yang berlandaskan Kurikulum 2013 bahasa Indonesia
sangat mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Buku teks tidak dapat dipisahkan
dari kegiatan pembelajaran. Minat membaca siswa dapat meningkat ataupun
menurun sesuai dengan pilihan bacaanya. Sebaik apapun isi teks tersebut akan
percuma bila tidak dapat dibaca dengan baik oleh siswa. Maka dari itu
kehadiran buku teks pelajaran sangat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar di
kelas karena pada buku teks pelajaran sudah memuat maksud dan tujuan yang
menjadi pedoman keberhasilan pembelajaran di sekolah.
Pembelajaran di dalam kelas harus memperhatikan kriteria pemilihan
bacaan siswa yang terdapat dalam buku teks. Salah satu caranya yaitu
menggunakan tingkat keterbacaan. Pilihan bacaan haruslah sesuai dengan
jenjangan yang diharuskan.
2
Melihat peranan penting buku teks sebagai sumber informasi, isi atau makna
yang disampaikan perlu diperhatikan dan disajikan dalam bentuk yang tidak
hanya menarik secara visual tetapi juga mudah dimengerti yaitu aspek
keterbacaan (readability) dari sebuah buku bacaan atau teks bacaan. Keterbacaan
suatu bacaan atau teks harus sesuai dengan kemampuan membaca pembacaanya.
Laksono (2018:4.4) ,keterbacaan adalah sesuatu yang membahas tentang sesuai-
tidaknya suatu bacaan bagi pembaca tertentu dilihat dari segi tingkat
kesukaran/kemudahan wacananya”.
Pengukuran keterbacaan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara.
Salah satu cara yang digunakan adalah pengukuran dengan menggunakan
formula keterbacaan. Formula tersebut antar lain Formula Fry, Formula
Flesch, Fog Index, SMOG, dan lain-lain. Cara yang digunakan dalam penelitian
ini adalah menggunakan formula keterbacaan Fry: Grafik Fry.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian untuk meneliti
keterbacaan buku siswa bahasa Indonesia kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017.
Buku siswa ini akan dianalisis menggunakan formula keterbacaan Fry
sehingga, nantinya dapat diketahui berapa tingkat keterbacaan buku tersebut.
Dengan melihat keterbacaan tersebut maka penulis dapat mengambil
kesimpulan apakah buku siswa yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan telah sesuai dengan kelas yang diperuntukkannya. Dengan
keterbatasan yang dimiliki penulis maka penulis tidak menganalisis
keseluruhan wacana yang terdapat di dalam buku siswa Kurikulum 2013 yang
dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
3
Penelitian yang dilakukan oleh Gumono (2016) yang berjudul
“Analisis Tingkat Keterbacaan Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas VII
Berbasis Kurikulum 2013.” Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dari 38
judul teks, terdapat 20 (52%) judul teks yang sesuai dengan siswa kelas VII
SMP dan sebanyak 18 (48%) judul teks memiliki keterbacaan yang tidak
memenuhi syarat. Teks yang memiliki keterbacaan yang tidak sesuai dapat
digolongkan menjadi dua jenis, yaitu teks yang terlalu mudah dan teks yang
terlalu sulit. Teks dengan tingkat keterbacaan yang terlalu mudah memiliki
jumlah sebanyak 1 judul teks. Untuk teks yang memiliki tingkat keterbacaan
yang terlalu sulit sebanyak 17 judul teks. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari
setengah dari jumlah keseluruhan teks dalam buku tersebut yang memenuhi
syarat.
Penelitian yang dilakukan oleh Panca Pertiwi Hidayati yang berjudul
“Penggunaan Formula Grafik Fry untuk Menganalisis Keterbacaan Wacana
Mahasiswa PGSD”. Hasil penelitianya menunjukkan bahwa wacana mahasiswa
yang tidak sesuai karena lebih rendah tingkat keterbacaanya berjumlah 4
wacana (13,33%), yang sesuai dengan tingkat keterbacaan berjumlah 8
wacana (26,67%), dan yang tidak sesuai karena lebih tinggi tingkat
keterbacaanya berjumlah 18 wacana (60%).
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran mengenai tingkat keterbacaan teks-teks yang terdapat
dalam buku Kurikulum 2013 revisi 2017 yang diterbitkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Maka penulis tertarik
4
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Keterbacaan Buku Siswa Bahasa
Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017 dengan Menggunakan
Formula Grafik Fry.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi
beberapa masalah yaitu sebagai berikut:
1. Rendahnya tingkat keterbacaan siswa terhadap teks.
2. Belum sesuainya kemampuan siswa dengan buku terks tersebut.
3. Siswa sulit memahami kalimat yang panjang dalam sebuah teks.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dalam suatu penelitian adanya batasan
masalah agar tidak terlalu luas yang ditelitih. Berkenaan dengan hal itu maka
peneliti memfokuskan penelitian pada Keterbacaan Buku Siswa Bahasa
Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 revisi 2017 dengan menggunakan formula
grafik Fry. Penelitih juga tidak menganalisis keseluruhan wacana di dalam buku
tersebut dikarenakan terdapat wacana yang tidak menuhi syarat pengukuran grafik
Fry.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Keterbacaan Buku Siswa
Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017 dengan
Menggunakan Formula Frafik Fry?
5
E. Tujuan Peneliti
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa, untuk mengetahui tingkat kemampuan membaca siswa
dalam memahami wacana dalam buku siswa Bahasa Indonesia .
2. Bagi guru, untuk membantu guru dalam memilih wacana dalam buku
siswa Bahasa Indoensia.
3. Bagi sekolah, untuk membantu dalam memilih buku teks yang akan
digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai tingkatan kelas.
4. Bagi penulis, untuk membantu peneliti dalam mengukur tingkat
keterbacaan buku siwa Bahasa Indonesia menggunakan formula grafik
Fry.
F. Manfaat Penelitian
Sebuah penelitian diharapkan memiliki manfaat.Manfaat tersebut dapat
dirasakan peneliti ataupun pihak-pihak lain. Adapun manfaat penelitian ini yaitu :
1. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan untuk mengetahui tingkat
kemampuan membaca siswa.
2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan penelian
terhadap buku teks pelajaran yang digunakan, sebagai tolak ukur
keberhasilan belajar siswa bagi guru.
3. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat mempertimbangkan
dalam memilih buku teks yang akan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
6
4. Bagi penulis buku teks pelajaran, penelitian ini diharapkan bagi
penulis apabila hasil formula keterbacaan grafik Fry menunjukkan
bahan bacaan sukar atau terlalu sukar, penulis buku teks hendaknya
mencermati kembali tulisannya dan memperbaikinya dengan
mengganti atau mengurangi kata-kata sulit, atau kalimat-kalimat yang
terlalu panjang.
7
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Kerangka Teoretis
Kerangka teoretis memuat sejumlah teori yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian. Penelitian yang dilakukan pada suatu masalah harus
didukung dengan teori-teori yang relevan. Hal ini berfungsi untuk menjelaskan
pengertian-pengertian yang ada bukan dari hasil karangan.
Menurut Sugiyono (2015:54), teori adalah alur logika atas penalaran, yang
merupaka seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara
sistematis. Secara umum, teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan
(explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala.
1. Keterbacaan
Pertamakali mendengar keterbacaan pasti kita akan terbesit mengenai
membaca, pengertian membaca sendiri menurut Nurhadi (2018:2) ada dua
pengertian membaca. Dalam pengertian sempit, membaca adalah kegiatan
memahami makna yang terdapat dalam tulisan. Sementara dalam pengertian
luas,membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis-kreatif yang
dilakukan pembaca untuk memperoleh pemahaman menyeluruh tentang bacaan
itu,yang diikutioleh penilaian terhadap keadaan,nilai,fungsi,dan dampak bacaan
itu.
8
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), membaca adalah melihat
serta memahami isi dari apa yang tertulis(dengan menuliskan atau hanya dalam
hati ).
Tarigan (2015:7), membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu
proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan
akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara
individual akan dapat diketahui.
Sejalan dengan beberapa pendapat di atas Dalman (2014:5) mengemukakan
bahwa membaca merupakan suatu kegitan atau proses kognitif yang berupaya
untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan.
Dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan proses memahami kata dan
memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan, sehingga pembaca
mampu memahami isi teks yang dibacanya dan pada akhirnya dapat merangkum
isi bacaan tersebut dengan menggunakan bahasa sendiri.
Tampubolon dalam Dalman (2014:24),keterbacaan (readability) ialah sesuai
tidaknya suatu keterbacaan bagi pembaca tertentu dilihat dari segi tingkat
kesukarannya Jika bacaan terlalu sukar maka pembaca terpaksa pembacanya
dengan lambat, atau bahkan berulang-ulang agar dapat mengerti.Sebaliknya,
bacaan tidak mengandung tantangan bagi kemampuannya. Lebih lanjut, Dalman
(2014:25—26) menunjukkan ada 3 aspek keterbacaan yaitu kemudahan,
kemenarikan, dan keterpahaman. Kemudahan berkaitan dengan tipografi
9
tulisan, seperti ukuran dan jenis huruf yang digunakan serta lebar spasi
antarbaris. Kemudahan dalam membaca teks bacaan yang terkait dengan
keterbacaan dapat diukur melalui tingkat kesalahan membaca yang
berkorelasi dengan kejelasan tulisan dan keterampilan membaca.
Kemenarikan berhubungan dengan minat pembaca, kepadatan ide dalam teks
bacaan, dan penilaian estetika gaya tulisan. Keterpahaman adalah tingkat
keterbacaan yang berhubungan dengan karakteristik kata dan kalimat, seperti
panjang-pendek dan frekuensi penggunaan kata atau kalimat, jumlah kata sulit,
bangun kalimat, dan susunan paragraf. Dengan demikian, secara teoretis,
teknis, dan praktis, keterpahaman digunakan sebagai landasan studi
keterbacaan.
Menurut Laksono (2018:4.4) keterbacaan merupakan ukuran tentang sesuai-
tidaknya suatu bacaan bagi pembaca tertentu dilihat dari segi tingkat
kesukaran/kemudahan wacananya.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keterbacaan
adalah tingkat kesulitan atau tingkat kemudahan suatu bahan bacaan.
2. Buku Siswa
Pemanfaatan sumber belajar belum sepenuhnya maksimal sehingga
menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran. Sumber belajar adalah segala
sesuatu yang memiliki nilai belajar yang dapat dimanfaatkan oleh pendidik
dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Salah satu sumber belajar yang
sangat penting dalam proses belajar mengajar yaitu buku.
10
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
8 Tahun 2016 Pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa “Buku teks peajaran
adalah sumber pembelajaran utama untuk mencapai kompetensi dasar dan
kompetensi inti dan dinyatakan layak oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan untuk digunakan pada satuan pendidikan.
Menurut B.P. Sitepu (2012:17) buku teks pelajaran adalah buku acuan
wajib untuk digunakan di satuan pendidikan dasar dan menengah atau perguruan
tinggi yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan
dan ketakwaan, akhlak mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi, peningkatan kepekaan dan kemampuan estetis, peningkatan
kemampuan kinestetis dan kesehatan yang disusun berdasarkan Standar
Nasional Pendidikan.
Menurut Sofan Amri (2013:217) menyatakan bahwa buku teks adalah
suatu tulisan ilmiah dalam bentuk buku yang substansi pembahasannya fokus
pada satu bidang ilmu.
Menurut Dewi (2014:247) menyatakan buku teks adalah wacana utuh yang
disampaikan secara tertulis atau menggunakan lambang-lambang grafis.
Menurut Tarigan dan Tarigan (2009: 13) menyatakan bahwa buku teks
adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu yang merupakan buku standar,
yang disusun oleh pakar dalam bidang itu buat maksud-maksud dan tujuan
instruksional yang diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi
dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan
perguruan tinggi sehingga menunjang sesuatu program pengajaran.
11
Berdasarkan pengertian buku teks di atas, dapat disimpulkan bahwa buku
teks ialah buku acuan belajar yang digunakan dalam bidang studi tertentu bagi
peserta didik, yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu untuk maksud
dan tujuan instruksional dan dilengkapi sarana-sarana pengajaran yang serasi
sehingga dapat menunjang keberhasilan suatu program pembelajaran.
3. Wacana
Menurut Abdul Chaer (2012: 267), wacana adalah satuan bahasa yang
lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal
tertinggi atau terbesar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wacana
adalah satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau
laporan utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato, atau khotbah.
Menurut Abdul Rani (2006:26) pengklasifikasian wacana bergantung
pada sudut pandang yang digunakan antara lain:
a. Dilihat berdasarkan saluran yang digunakan wacana dibedakan rnenjadi
wacana tulis dan lisan.
1. Wacana Tulis
Wacana tulis adalah teks yang berupa rangkaian kalimat yang
menggunakan ragam bahasa tulis. Wacana tulis dapat kita temukan
dalam bentuk buku, berita koran, artikel, majalah dan sebagainya.
2. Wacana Lisan
Wacana lisan merupakan rangkaian kalimat yang ditranskrip
dari rekaman bahasa lisan. Wacana lisan dapat kita temukan dalam
percakapan, khotbah, dan siaran radio atau TV.
12
b. Dilihat berdasarkan jumlah peserta
Berdasrkan jumlah peserta yang terlibat pembicaraan dalam
komunikasi wacana dibagi menjadi tiga jenis:
1. Wacana Monolog adalah wacana dalam suatu komunikasi yang
hanya melibatkan satu pembicara dan tidak ada balikan dari
pembicara yang lain. Misalnya surat, teks berita, artikel, khotbah dan
sebagainya.
2. Wacana Dialog merupakan wacana yang dibentuk oleh
percakapan atau pembicaraan antara dua pihak seperti,
pembicaraan dalam telepon, wawancara, teks drama, dan
sebagainya.
3. Wacana Polilog merupakan wacana yang hampir sama dengan wacana
dialog, hanya saja wacana polilog dibentuk oleh percakapan atau
pernbicaraan antara dua pihak atau lebih dan terjadi pergantian peran
seperti, pembicaraan dalam wawancara teks drama, dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian wacana di atas, dapat disimpulkan bahwa wacana
merupakan suatu pernyataan yang dinyatakan secara lisan ataupun tulisan dan
memiliki hubungan makna anatarsatuan bahasanya serta terikat konteks. Dengan
demikian apapun bentuk pernyataan yang dupublikasikan melalui beragam media
yang memiliki makna dan terdapat konteks di dalamnya dapat dikatakan sebagai
sebuah wacana.
13
4. Formula Grafik Fry
Edward Fry memperkenalkan formula keterbacaan dalam bentuk grafik
yang disebut dengan grafik Fry. Formula keterbacaan dalam grafik ini
berdasarkan dua faktor, yaitu panjang pendek kata dan tingkat kesulitan kata
yang ditandai oleh jumlah (banyak-sedikitnya) suku kata yang membentuk setiap
kata dalam wacana tersebut (Laksono, 2018: 4.11). Maka dari itu Fry
mendasarkan kajiannya pada dua faktor utama, yaitu (1) panjang pendeknya
kalimat dan (2) tingkat kerumitan kata atau panjang pendeknya kata. Kelebihan
dari formula keterbacaan grafik Fry merupakan hasil upaya untuk
menyederhanakan dan pengefisienan teknik penentuan tingkat keterbacaan.
(Laksono, 2018: 4.12) yang menyatakan bahwa, “Grafik Fry merupakan hasil
upaya menyederhanakan dan mengefisiensikan teknik penentuan tingkat
keterbacaan wacana.
Menurut Fry, jumlah seratus kata merupakan jumlah kata yang dianggap
sebagai jumlah yang representatif untuk mewaklili sebuah wacana. Meskipun
yang akan diukur keterbacaannya itu berupa buku yang tebal sekali pun. Pada saat
dilakukan pengukuran keterbacaan, buku yang tebal itu keterbacaannya tidak
perlu diukur secara keseluruhan sejak halaman pertama hingga halaman terakhir.
Kita cukup mengambil sampel dari bacaan tersebut sebanyak 100 kata. Memang,
terdapat ketentuan khusus untuk pengukuran keterbacaan bahan-bahan bacaan
yang relatif tebal seperti halnya buku, yakni pengukuran keterbacaan wacana itu
harus dilakukan sebanyak minimal tiga kali dengan sampel berupa penggalan
wacana yang berbeda-beda. Sampel pertama mungkin diambil dan halaman-
14
halaman awal sebuah buku, sampel kedua diambil dari bagian tengah buku dan
sampel terakhir dari halaman-halaman akhir buku itu. Akan tetapi, tiap sampel
yang diambil tetap berjumlah 100 kata.
Formula Grafik Fry yang dimaksud seperti di bawah ini :
Grafik Fry 2.1
Pada bagian horizontal grafik Fry terdapat angka-angka yang
menunjukkan data jumlah suku kata perseratus perkataan, yakni jumlah kata
yang dijadikan sampel pengukuran keterbacaan wacana. Perhitungan pada
bagian ini mencerminkan faktor kata sulit yang menjadi salah satu faktor
utama terbentuknya formula keterbacaan.”
Pada bagian vertikal grafik Fry terdapat angka-angka menunjukkan data rata-rata
jumlah kalimat per seratus perkataan. “Hal ini merupakan perwujudan dari
landasan lain dari faktor penentu formula keterbacaan yaitu faktor panjang
pendek kalimat.”
Di bagian tengah grafik Fry terdapat angka-angka yang berderet “dan
berada di antara garis-garis penyekat dari grafik tersebut menunjukkan
perkiraan peringkat keterbacaan wacana yang diukur. Angka 1 menunjukkan
25.0
20.0
16.7 14.3
12.5 11.1
10.0
9.1
123
8.3
123
7.7
123
7.1
123
6.7
123
6.3
123
5.9
123
5.6
123
5.2
123
5.0
123
4.8
123
4.5
123
4.3
123
4.2
123
4.0
123
3.8
123
3.7
123
3.6
123
3.5
123
3.3
123
3.0
123
2.5
123
2.0
123
108
123
112
123
144
123
172
123
168
123
156
6
123
164
123
160
123
152
123
148
123
140
123
136
123
132
123
128
123
124
123
116
123
120
123
15
123
14
123
13
123
12
123
11
123
10
123
9
123
8
123
7
123
6
123
5
123
4
123
3
123
2
123
1
123
15
peringkat 1, artinya wacana tersebut cocok untuk pembaca dengan level
peringkat baca 1,dan seterusnya.”
Menurut Laksono (2018:4.14), menyatakan bahwa petunjuk penggunaan
grafik Fry sebagai berikut :
1. Pilihlah penggalan yang representatif dari wacana standar yang
hendak diukur tingkat keterbacaannya tersebut dengan mengambil
100 buah kata. Kata dalam hal ini ialah sekelompok lambang yang
dikiri dan kanannya berpembatas. Dengan demikian lambang-
lambang berikut, seperti Tri, IKIP, 2005,masing-masing dianggap
satu kata. Adapun yang dimaksudkan dengan “representatif dalam
memilih penggalan wacana” ialah pemilihan wacana sampel yang
benar-benar mencerminkan teks bacaan. Wacana yang diselingi
dengan gambaran-gambaran, kekosongsn-kekosangan halaman,
tabel-tabel, rumus-rumus yang mengandung banyak angka-angka,
dan lain-lain dipandang tidak representatif untuk dijadikan sampel
wacana.
2. Hitunglah jumlah kalimat pada wacana yang terdiri atas 100 kata
tersebut hingga berpuluhan terdekat. Dalam penghitungan kalimat
ini, sisa kata yang termasuk ke dalam hitungan 100 itu
diperhitungkan dalam bentuk desimal (perpuluhan). Maksudnya,
apabila kata yang termasuk ke dalam hitungan 100 buah perkataan
(sampel wacana) tidak jatuh di ujung kalimat maka perhitungan
kalimat tidak akan selalu utuh, melainkan akan ada sisa. Sisanya itu,
16
tentu berupa sejumlah kata yang merupakan bagian dan deretan kata-
kata yang membentuk kalimat utuh. Sisa kata yang termasuk ke
dalam hitungan seratus itu diperhitungkan dalam bentuk desimal
(perpuluhan).
3. Hitunglah jumlah suku kata dan wacana sampel yang 100 buah
perkataan tadi. Sebagai konsekuensi dari batasan kata ( seperti
dijelaskan pada langkah 1 di atas ) yang memasukkan angka dan
singkatan sebagai kata maka untuk angka dan singkatan,setiap
lambang diperhitungkan sebagai suku kata. Misalnya, 135 terdiri
atas 3 suku kata,KTP terdiri dari 3 suku kata.
4. Perhatikan Grafik Fry.kolom tegak lurus menunjukkan jumlah
kalimat per seratus kata dan baris mendatar menunjukkan jumlah
suku kata per seratus kata. Datang yang kita peroleh pada langkah
(2), yakni rata-rata jumlah kalimat dan data yang kita peroleh pada
langkah (3),yakni rata-rata jumlah suku kata kita plotkan ke dalam
grafik untuk mencari titik temunya. Pertemuan anatara baris vertikal
(jumlah suku kata) dan garis horizontal (jumlah kalimat)
menunjukkan tingkat-tingkat kelas pembaca yang diperkirakan
mampu membaca wacana yang terpilih itu. Jika persilangan baris
vertikal dan baris horizontal itu berada pada daerah gelap atau
daerah yang diarsir maka wacana tersebut dinyatakan tidak absah.
5. Untuk mengukur keterbacaan wacana bahasa Indonesia,masih harus
ditambah satu langkah lagi,yakni mengalikan hasil perhitungan suku
17
kata dengan angka 0,6. Angka ini diperoleh dari hasil penelitian
(sederhana) yang memperoleh bukti bahwa perbandingan antara
jumlah suku kata bahasa Inggris dan jumlah suku kata bahasa
Indonesia itu 6:10 (6 suku kata dalam bahasa Inggris kira-kira sama
dengan 10 suku kata dalam bahasa Indonesia.)
6. Perlu pula di pahami bahwa tingkat keterbacaan ini bersifat pekiraan.
Penyimpangan mungkin terjadi, baik ke atas maupun ke bawah. Oleh
karena itu, peringkat keterbacaan wacana hendaknya ditambah satu
tingkat dan dikurangi satu tingkat.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwasannya grafik Fry
adalah alat yang digunakan untuk mengukur keterbacaan pada teks yang akan
ditelitih. Adapun langkah-langkah dari kutipan diatas dapat disimpulkan:
1. Langkah pertama, pilihlah seratus kata dari wacana yang akan diukur
keterbacaanya.
2. Langkah kedua, hitunglah jumlah kalimat yang terdapat dalam
penggalan teks keseratus kata yang terpilih.
3. Langkah ketiga, hitunglah”jumlah suku kata dalam setiap penggalan
seratus kata yang telah dipilih.””
4. Langkah keempat,”perhatikan formula grafik Fry.”“Garis vertikal
(kolom) menunjukkan jumlah kalimat per seratus “kata dan garis
horizontal (baris) menunjukkan jumlah suku kata per seratus kata.
5. Langkah kelima, tentukan hasil akhir pengukuran dengan menambah
satu tingkat dan dikurangi satu tingkat.
18
5. Identitas Buku
Nama Buku : Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Edisi Revisi
2017
Tahun : 2017
Penulis : Suherli, Maman Suryaman, Aji Septiaji, Istiqomah
Halaman : 290
Penerbit : Pusat Kurikulum dan Perbukuan Balitbang, Kemendikbud
B. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah keterkaitan antara teori-teori atau konsep yang
mendukung dalam penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam menyusun
sistematis penelitian. Kerangka konseptual menjadi pedoman peneliti untuk
menjelaskan secara sistematis teori yang digunakan dalam penelitian dan landasan
berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya.
Buku siswa adalah buku yang digunakan sebagai bahan ajar yang berisi
ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis.
Contohnya adalah buku teks pelajaran Bahasa Indonesia karena buku pelajaran
disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku.
Maka dari itu titik fokus peneliti adalah Keterbacaan Buku Siswa Bahasa
Indonesia dengan Menggunakan Formula Grafik Fry.
C. Pernyataan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dipaparkan di atas maka peneliti
membuat pernyataan sebagai pengganti hipotesis. Adapun pernyataan penelitian
19
yang dirumuskan terdapat Keterbacaan Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X
Kurikulum 2013 Revisi 2017 dengan Menggunakan Formula Grafik Fry.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka sehingga tidak memerlukan
lokasi khusus untuk tempat menelitinya. Adapun waktu yang diperlukan dalam
penelitian ini direncanakan pada bulan April 2020 hingga bulan September 2020.
Untuk melihat lebih jelas dapat dilihat melalui table berikut.
Tabel 3.1
Rincian Tabel Penelitian
No
Keterangan
Bulan/Minggu
April Mei Juni Juli Agustus September
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penulisan
Proposal
2 Bimbingan
Proposal
3 Seminar
Proposal
4 Perbaikan
Proposal
5 SuratIzin
Penelitian
6 Pengumpulan
Data
7 Pengolahan
Skripsi
8 Penulisan
Skripsi
9 Bimbingan
Skripsi
10 Sidang Meja
Hijau
21
B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah kelompok besar dan merupakan wilayah yang menjadi
lingkup penelitian yang sedang dilakukan. Populasi penelitian ini berupa wacana
yang terdapat di dalam buku siswa Bahasa Indonesia edisi revisi 2017 SMA
kelas X milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
sebanyak 8 BAB dan terdiri dari 33 wacana. Bab 1 berjumlah 5 wacana, Bab II
berjumlah 3 wacana, Bab III berjumlah 3 wacana, Bab IV berjumlah 5 wacana,
Bab V berjumlah 3 wacana, Bab VI berjumlah 3 wacana, Bab VII berjumlah 3
wacana, Bab VIII berjumlah 8 wacana.
Sampel adalah kelompok kecil yang secara nyata diteliti dan mendapatkan
kesimpulan dari padanya. Menurut Laksono (2018:4.14), pemilihan wacana
sampel yang benar-benar mencerminkan teks bacaan. Wacana yang diselingi
dengan gambaran-gambaran, kekosongsn-kekosangan halaman, tabel-tabel,
rumus-rumus yang mengandung banyak angka-angka, dan lain-lain dipandang
tidak representatif untuk dijadikan sampel wacana. Peneliti mengambil sampel
dari buku siswa Bahasa Indonesia edisi revisi 2017 SMA kelas X terbitan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sebanyak 15
wacana.
22
Pada tabel disajikan beberapa wacana yang akan diuji:
Tabel 3.2
Wacana-wacana yang Diujikan dengan
Formula Grafik Fry
No Pelajaran Judul Wacana
1.
Bab I
Menyusun Laporan
Hasil Observasi
Wayang .
D’Topeng Museum Angkut.
2
Bab II Mengembangkan
Pendapat dalam
Eksposisi
Bahaya Narkoba bagi Generasi Muda.
Pembangunan dan Bencana Alam.
Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup.
3 Bab III Menyampaikan
Ide Melalui Anekdot
Cara Keledai Membaca
Dosen Yang Juga Menjadi Pejabat.
4. Bab IV Melestarikan
Nilai Kearifan Lokal
Melalui Cerita Rakyat
Hikayat Bayan Budiman.
Hikayat Si Miskin.
5. Bab V Membuat
Kesepakatan Melalui
Negosiasi
HP Baru
Negosiasi Warga dengan Investor
6. Bab VI Berpendapat
Melalui debat
Bahasa Inggris sebagai Alat yang Penting di
Era Globalisasi
23
Apakah Ponsel Berbahaya ?
7. Bab VII Belajar Dari
Biografi
Biografi B.J.Habibie.
Komikus Indonesia Yang Mendunia Ardian
Syaf.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2018:3). Metode yang saya
gunakan dalam penelitian ini menggunakan dua metode yaitu metode kualitatif
dan kuantitatif. Untuk menganalisis pengkajian saya menggunakan kualitatif, dan
untuk pengkajian grafik Fry saya menggunakan analsisi kuantitaif sederhana.
Jadi, saya menggunakan dua metodelogi dalam pengkajian Anaslisis Keterbacaan
Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017 dengan
Menggunakan Formula Grafik Fry agar tidak terjadi bias pada analisis
keterbacaan metode kualitatif dan untuk tingkat keterbacaan dengan
menggunakan grafik Fry digunakan analisis kuantitatif sederhana yang berfungsi
untuk perhitungan tingkat keterbacaan pada tabel grafik Fry.
D. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2017:38) Variabel merupakan suatu atribut atau sifat
atau nilai dari orang,objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan penulis teliti, yaitu:
24
1. Variabel Bebas (Indevendent Variable) atau variabel X, adalah variabel
yang memberi pengaruh terhadap variabel lain. Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel X adalah Formula Grafik Fry.
2. Variabel terikat (Depandent variable) atau variabel Y yaitu variabel
yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah Keterbacaan Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X
Kurikulum 2013 revisi 2017.
E. Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional adalah definisi yang memberikan arti yang diperlukan
untuk mengukur suatu variabel. Berdsarkan keterangan tersebut,definisi
operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Keterbacaan (readability) adalah ukuran tentang sesuai-tidaknya suatu
bacaan bagi pembaca tertentu dilihat dari segi tingkat
kesukaran/kemudahan wacananya.
2. Buku Siswa adalah buku standar dalam bidang studi tertentu bagi
peserta didik jenjang tertentu, yang disusun oleh para pakar dalam
bidang itu untuk maksud dan tujuan instruksional dan dilengkapi
sarana-sarana pengajaran yang serasi sehingga dapat menunjang
keberhasilan suatu program pembelajaran.
25
3. Wacana merupakan suatu pernyataan yang dinyatakan secara lisan
ataupun tulisan dan memiliki hubungan makna anatarsatuan bahasanya
serta terikat konteks.
4. Grafik Fry merupakan hasil upaya menyederhanakan dan
mengefisiensikan teknik penentuan tingkat keterbacaan wacana.
F. Intrument Penelitian
Instrumen penelitian ini dilakukan sebagai alat pengumpul data. Sugiyono
(2018:147) Intrument penelitian adalah alat yang digunakan mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati untuk memperoleh data tersebut
banyak cara yang ditempuh. Intrument yang digunakan dalam penelitian ini
adalah formula grafik Fry dan wacana yang terdapat di dalam Buku Siswa
Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017 .
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data
kuantitatif dan formula grafik Fry. Setelah mendapatkan data peneliti akan
menganalisisnya secara kuantitatif menggunakan grafik Fry. Langkah-langkah
yang dilakukan dalam kegiatan analisis data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Memilih wacana yang telah sesuai, yaitu yang memiliki 100 kata atau
lebih dalam buku siswa Bahasa Indonesia edisi revisi 2017 SMA
26
kelas X milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
2. Menghitung jumlah kalimat dari 100 kata tersebut.
3. Menghitung jumlah suku kata dari 100 kata tersebut.
4. Mengalikan hasil suku kata dari 100 kata tersebut dengan 0,6
sesuai dengan teori yang telah dipaparkan sebelumnya.
5. Mengukur jumlah kalimat dan suku kata ke dalam grafik Fry.
6. Mendeskripsikan hasil temuan berupa analisis keterbacaan buku
siswa Bahasa Indonesia edisi revisi 2017 SMA kelas X milik
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
menggunakan langkah-langkah formula grafik Fry.
7. Menarik kesimpulan dari hasil temuan.
8. Mengaplikasikan jumlah kalimat dan jumlah suku kata pada grafik Fry.
9. Jika sudah mendapatkan hasilnya mengurangkan satu tingkat dan
menambahkan satu tingkat.
10. Menyajikannya dalam bentuk laporan.
27
Tabel 3.3
Kreteria Penilaian
Analisis Grafik Fry Keterangan
Sesuai Apabila titik pertemuan dari
persilangan baris vertikal untuk data
suku kata dan baris horizontal untuk
data jumlah kalimat berada di wilayah
9 maka peringkat keterbacaan wacana
yang diukur tersebut harus di
perkirakan sebagai wacana dengan
tingkat keterbacaan yang cocok untuk
peringkat 8 yakni (9-1), 9, dan 10.
Dengan hal ini wacana tersebut cocok
untuk peringkat 8,9 dan 10.
Tidak Sesuai Apabila titik pertemuan dari
persilangan baris vertikal untuk data
suku kata dan baris horizontal untuk
data jumlah kalimat berada di wilayah
8 maka peringkat keterbacaan wacana
yang diukur tersebut harus di
perkirakan sebagai wacana dengan
tingkat keterbacaan yang cocok untuk
28
peringkat 7 yakni (8-1), 8, dan 9.
Dengan hal ini wacana tersebut cocok
untuk peringkat 7,8 dan 9 . Tidak
cocok untuk peringkat 10.
29
Berikut adalah contoh wacana Buku Siswa Bahasa Indoensia Kelas X
Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2017.(2017:31)
Sampah
Sampah merupakan barang sisa yang tidak memiliki nilai ekonomi.
Sampah dibagi menjadi dua jenis sampah organik dan sampah anorganik. Sungai
merupakan aliran sungai yang mengalir dari hilir ke hulu. Sungai pada umumnya
digunakan sebagai tempat kegiatan yang membantu manusia. Namun, didesa
Jantur Kecamatan Bumiaji, sungai disalahgunakan menjadi tempat pembuangan
akhir sampah sehingga sungai yang dulunya dialiri air sekarang menjadi kering
dan penuh dengan timbunan sampah. Sampah anorganik adalah sampah yang sulit
diuraikan, tidak bisa hancur dengan alami, biasanya terdiri atas limbah bahan-
bahan kimia yang tidak mudah diuraikan, sedangkan jika sampah anorganik di
daur ulang dapat membuat barang yang bernilai guna. Contoh jenis sampah
anorganik adalah plastik, wadah detergen, dan plastik-plastik bungkus sisa
makanan.
Tabel 3.4
Hasil Analisis Wacana Teks “Sampah” Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas
X Kurikulum 2013 Revisi 2017
Teks
Jumlah
Kalimat Suku
Kata
Sampah merupakan barang sisa yang tidak memiliki nilai
ekonomi.
1 22
Sampah dibagi menjadi dua jenis sampah organik dan 1 23
30
sampah anorganik.
Sungai merupakan aliran sungai yang mengalir dari hilir
ke hulu.
1 21
Sungai pada umumnya digunakan sebagai tempat
kegiatan yang membantu manusia.
1 26
Namun, didesa Jantur Kecamatan Bumiaji, sungai
disalahgunakan menjadi tempat pembuangan akhir
sampah sehingga sungai yang dulunya dialiri air sekarang
menjadi kering dan penuh dengan timbunan sampah.
1 64
Sampah anorganik adalah sampah yang sulit diuraikan,
tidak bisa hancur dengan alami, biasanya terdiri atas
limbah bahan-bahan kimia yang tidak mudah diuraikan,
sedangkan jika sampah anorganik di daur ulang dapat
membuat barang yang bernilai guna.
(Semua berjumlah 4 paragraf, 11 kalimat dan 172 kata. Yang diambil dalam
perhitungan keterbacaan berjumlah 100 kata).
1 80
Jumlah 6 236
Deskripsi Penilaian :
a. Terdapat 6 kalimat utuh.
b. Kalimat seluruhnya dalam 100 kata yaitu 6
c. Terdapat 236 suku kata dari 100 kata. 236 x 0,6 = 139,6 maka
dibulatkan menjadi 140.
Grafik Fry 3.1
Wacana Teks “Sampah”
25.0
20.0
16.7
14.3
12.5
11.1
10.0
9.1
123
8.3
123
7.7
123
7.1
123
6.7
6.3 5
4
123
3
123
2
123
1
123
31
Hasil grafik Fry di atas menggambarkan titik pertemuan antara garis
vertikal dengan angka 6 untuk jumlah kalimat dan garis horizontal dengan
angka 140 untuk jumlah suku kata dari garis mendatar jatuh pada tingkatan atau
kelas pembaca 7. Sesuai dengan teori penggunaan grafik Fry, maka hasil
peringkat kelas pembaca dikurangi satu tingkat dan ditambah satu tingkat,
yaitu 7-1=6 dan 7+1=8. Wacana tersebut sesuai untuk kelas 6,7,dan 8. Dengan
demikian wacana itu memiliki keterbacaan yang tidak sesuai dengan penelitain
yang dilakukan.
Kreteria: Jika hasil akhir tidak berada di peringkat 10 maka wacana tersebut tidak cocok
digunakan untuk kelas 10.
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Penelitian
Data diambil pada Buku Siswa Bahasa Indonesia Edisi Revisi 2017
Kelas X yeng memiliki 290 halaman terdiri dari 8 Bab dengan memiliki 33
wacana dan hanya terdapat 15 wacana saja yang telah memenuhi syarat dengan
teori grafik Fry.
Berikut adalah wacana-wacananya:
Tabel 4.1
Wacana-wacana dalam Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum
2013 Revisi 2017
No Pelajaran Judul Teks Halaman
1
Bab I Menyusun Laporan
Hasil Observasi
1. Wayang 9-10
2. D’Topeng Museum Angkut 16-17
2
Bab II Mengembangkan
Pendapat dalam Eksposisi
1. Bahaya Narkoba bagi
Generasi Muda
54-55
2. Pembangunan dan Bencana
Lingkungan
56-57
3. Upaya Melestarikan
Lingkungan Hidup
59-61
3 Bab III Menyampaikan Ide
Melalui Anekdot
1. Cara Keledai Membaca Buku 82
2. Dosen Yang Juga Menjadi
Pejabat
98
4 Bab IV Melestarikan Nilai
Kearifan Lokal Melalui
Cerita Rakyat
1. Hikayat Bayan Budiman 121
2. Hikayat Si Miskin 141-144
34
5. Bab V Membuat
Kesepakatan Melalui
Negosiasi
1. HP Baru 152-153
2. Negosiasi Warga dengan
Investor
165-166
6. Bab VI Berpendapt Melalui
Debat
1. Bahasa Ingris sebagai Alat
yang Penting di Era
Globalissi
176-177
2. Apakah Ponsel Berbahaya? 195-198
7 Bab VII Belajar Dari
Biografi
1. Biografi B.J Habibie 210-213
2. Komikus Indonesia Yang
Mendunia Ardian Syaf
221-222
B. Analisis Data
Analisis tingkat keterbacaan wacana dilakukan pada 15 wacana yang
terdapat dalam Buku Siswa Bahasa Indonesia Edisi Revisi 2017 Kelas X.
Berikut hasil analisisnya:
Hasil Keterbacaan Buku Siswa Bab I Menyusun Laporan Hasil Observasi
1. Wacana Teks “Wayang” (Hal. 9-10)
Wayang
Wayang adalah seni pertunjukan yang telah ditetapkan sebagai warisan
budaya asli Indonesia. UNESCO, lembaga yang mengurusi kebudayaan dari PBB,
pada 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukan bayangan
boneka tersohor berasal dari Indonesia. Wayang merupakan warisan mahakarya
35
dunia yang tidak ternilai dalam senibertutur (Masterpiece of Oral and Intangible
Heritage of Humanity).
Para wali songo, penyebar agama Islam di Jawa sudah membagi wayang
menjadi tiga. Wayang kulit di Timur, wayang wong atau wayang orang di Jawa
Tengah, dan wayang golek atau wayang boneka di Jawa Barat. Penjenisan
tersebut disesuaikan dengan penggunaan bahan wayang. Wayang kulit dibuat dari
kulit hewan ternak, misalnya kulit kerbau, sapi, atau kambing.
Tabel 4.2
Hasil Analisis Wacana Teks “Wayang” Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas
X Revisi 2017
Teks
Jumlah
Kalimat Suku
Kata
Wayang adalah seni pertunjukan yang telah ditetapkan
sebagai warisan budaya asli Indonesia. 1 32
UNESCO, lembaga yang mengurusi kebudayaan dari
PBB, pada 7 November 2003 menetapkan wayang
sebagai pertunjukan bayangan boneka tersohor berasal
dari Indnesia.
1 65
Wayang merupakan warisan mahakarya dunia yang tidak
ternilai dalam senibertutur (Masterpiece of Oral and
Intangible Heritage of Humanity).
1 47
Para wali songo, penyebar agama Islam di Jawa sudah 1 28
36
membagi wayang menjadi tiga.
Wayang kulit di Timur, wayang wong atau wayang orang
di Jawa Tengah, dan wayang golek atau wayang boneka
di Jawa Barat.
1 36
Penjenisan tersebut disesuaikan dengan penggunaan
bahan wayang. 1 22
Wa yang ku lit di bu at da ri ku lit he wan ter nak, mi sal
nya...
(Semua berjumlah 8 paragraf, 40 kalimat dan 580 kata. Yang diambil dalam
perhitungan keterbacaan berjumlah 100 kata).
0,6 18
Jumlah 6,6 248
Deskripsi Penilaian:
a. Terdapat 6 kalimat utuh .
b. Kalimat terakhir yaitu kata ke 8 dari 13 kata = 8/13 = 0,6
c. Kalimat seluruhnya dalam 100 kata yaitu 6+6,6 = 6,6.
d. Terdapat 248 suku kata dari 100 kata. 248 x 0,6 = 148,8 maka
dibulatkan menjadi 149.
Grafik Fry 4.1
Wacana Teks “Wayang” Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum
2013 Revisi 2017
37
Hasil grafik Fry di atas menggambarkan titik pertemuan antara garis
vertikal dengan angka 6,6 untuk jumlah kalimat dan garis horizontal dengan
angka 149 untuk jumlah suku kata dari garis mendatar jatuh pada tingkatan atau
kelas pembaca 9. Sesuai dengan teori penggunaan grafik Fry, maka hasil
peringkat kelas pembaca dikurangi satu tingkat dan ditambah satu tingkat,
yaitu 9-1=8 dan 9+1=10. Wacana tersebut sesuai untuk kelas 8,9, dan 10.
Dengan demikian wacana itu memiliki keterbacaan yang sesuai dengan
penelitian yang dilakukan.
Kreteria: Jika hasil akhir tidak berada di peringkat 10 maka wacana tersebut tidak cocok
digunakan untuk kelas 10.
2. Wacana Teks “D’topeng Museum Angkut”(Hal. 16-17)
D’topeng Museum Angkut
25.0
20.0
16.7
14.3
12.5
11.1
10.0
9.1
123
8.3
123
7.7
123
7.1
123
6.7
123
6.3
123
5.9
123
5.6
123
5.2
123
5.0
123
4.8
123
4.5
123
4.3
123
4.2
123
4.0
123
3.8
123
3.7
123
3.6
123
3.5
123
3.3
123
3.0
123
2.5
123
2.0
123
108
123
112
123
144
123
172
123
168
123
1566
123
164
123
160
123
152
123
148
123
140
123
136
123
132
123
128
123
124
123
116
123
120
123
15
123
14
123
13
123
12
123
11
123
10
123
9
123
8
123
7
123
6
123
5
123
4
123
3
123
2
123
1
123
38
D’topeng adalah salah satu tempat wisata yang terletak di Kota Batu, Jawa
Timur. Keberadaan D’topeng tidak dapat dipisahkan dengan Museum Angkut
karena kedua tempat ini berada di satu tempat yang sama. Tempat wisata ini
sering kali disebut pula sebagai Museum Topeng karena memang berisi topeng
dengan berbagai model dan bentuk. Namun, D’topeng tidak hanya berisi topeng,
tetapi juga berisi pameran benda-benda berupa barang tradisional dan barang
antik. Topeng, barang tradisional, dan barang antik dalam museum ini dapat
dikelompokkan menjadi lima jenis berdasarkan bahan pembuatannya, yaitu
berbahan kayu, batu, logam, kain, dan keramik.
Benda paling diminati pengunjung untuk diamati dan paling mendominasi
tempat ini adalah topeng.
Tabel 4.3
Hasil Analisis Wacana Teks “D’topeng Museum Angkut” Buku Siswa
Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017
Teks
Jumlah
Kalimat Suku
Kata
D’topeng adalah salah satu tempat wisata yang terletak di
Kota Batu, Jawa Timur.
1 27
Keberadaan D’topeng tidak dapat dipisahkan dengan
Museum Angkut karena kedua tempat ini berada di satu
1 42
39
tempat yang sama.
Tempat wisata ini sering kali di sebut pula sebagai
Museum Topeng karena memang berisi topeng dengan
berbagai model dan bentuk.
1 43
Namun, D’topeng tidak hanya berisi topeng, tetapi juga
berisi pameran benda–benda berupa barang tradisional
dan barang antik.
1 43
Topeng, barang tradisional, dan barang antik dalam
museum ini dapat di kelompokkan menjadi lima jenis
berdasarkan bahan pembuatannya, yaitu berbahan kayu,
batu, logam, kain, dan keramik.
1 60
Benda paling di minati pengunjung untuk diamati dan
paling ...
(Semua berjumlah 5 paragraf, 20 kalimat dan 389 kata. Yang diambil dalam
perhitungan keterbacaan berjumlah 100 kata).
0,5 19
Jumlah 5,5 234
Deskripsi Penilaian :
a. Terdapat 5 kalimat utuh.
b. Kalimat terakhir yaitu kata ke 7 dari 13 kata = 7/13 = 0,5.
40
c. Kalimat seluruhnya dalam 100 kata yaitu 5+0,5 = 5,5.
d. Terdapat 234 suku kata dari 100 kata. 234 x 0,6 = 140,4 maka
dibulatkan menjadi 140.
Grafik Fry 4.2
Wacana Teks “D’topeng Museum Angkut”
Hasil grafik Fry di atas menggambarkan titik pertemuan antara garis
vertikal dengan angka 4,5 untuk jumlah kalimat dan garis horizontal dengan
angka 140 untuk jumlah suku kata dari garis mendatar jatuh pada tingkatan atau
kelas pembaca 8. Sesuai dengan teori penggunaan grafik Fry, maka hasil
peringkat kelas pembaca dikuirang satu tingkat dan ditambah satu tingkat,
yaitu 8-1=7 dan 8+1=9. Wacana tersebut sesuai untuk kelas 8,9, dan 10.
Dengan demikian wacana itu memiliki keterbacaan yang tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan.
25.0
20.0
16.7
14.3
12.5
11.1
10.0
9.1
123
8.3
123
7.7
123
7.1
123
6.7
123
6.3
123
5.9
123
5.6
123
5.2
123
5.0
123
4.8
123
4.5
123
4.3
123
4.2
123
4.0
123
3.8
123
3.7
123
3.6
123
3.5
123
3.3
123
3.0
123
2.5
123
2.0
123
108
123
112
123
144
123
172
123
168
123
1566
123
164
123
160
123
152
123
148
123
140
123
136
123
132
123
128
123
124
123
116
123
120
123
15
123
14
123
13
123
12
123
11
123
10
123
9
123
8
123
7
123
6
123
5
123
4
123
3
123
2
123
1
123
41
Kreteria: Jika hasil akhir tidak berada di peringkat 10 maka wacana tersebut tidak cocok
digunakan untuk kelas 10.
Hasil Keterbacaan Buku Siswa Bab II Mengembangkan Pendapat dalam
Eksposisi
1. Wacana Teks “Bahaya Narkoba bagi Generasi Muda”(Hal.54-55)
Bahaya Narkoba bagi Generasi Muda
“Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua”
Bapak Kepala Sekolah yang saya hormati, Bapak dan Ibu Guru yang saya
taati, serta teman-teman yang saya kasihi. Semoga aktivitas kita pada hari ini
menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
Sebelum menyampaikan pidato tentang bahaya narkoba bagi generasi muda,
izinkanlah saya mengajak Bapak, Ibu, serta hadirin semua untuk mensyukuri
nikmat Tuhan. Hanya berkat nikmat Tuhanlah kita dapat bertemu dalam kegiatan
seminar hari ini.
Bapak, Ibu, serta hadirin yang saya hormati,
Dewasa ini, narkoba telah mejadi ancaman yang sangat mengerikan bagi
generasi muda yang berarti juga menjadi ancaman bagi keberlangsungan bangsa
Indonesia.
42
Tabel 4.4
Hasil Analisis Wacana Teks “Bahaya Narkoba bagi Generasi Muda” Buku
Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017
Teks
Jumlah
Kalimat Suku
Kata
“Assalamualaikum warah matullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua”
Bapak Kepala Sekolah yang saya hormati, Bapak dan Ibu
Guru yang saya taati, serta teman-teman yang saya kasihi.
1 65
Semoga aktivitas kita pada hari ini menjadi amal
kebaikan bagi kita semua. 1 27
Sebelum menyampaikan pidato tentang bahaya narkoba
bagi generasi muda, izinkanlah saya mengajak Bapak,
Ibu, serta hadirin semua untuk mensyukuri nikmat Tuhan.
1 54
Hanya berkat nikmat Tuhanlah kita dapat bertemu dalam
kegiatan seminar hari ini. 1 27
Bapak, Ibu, serta hadirin yang saya hormati,
Dewasa ini, narkoba telah menjadi ancaman yang sangat
mengerikan bagi generasi muda yang berarti juga menjadi
1 69
43
ancaman bagi keberlangsungan bangsa Indonesia.
(Semua berjumlah 9 paragraf, 25 kalimat dan 478 kata. Yang diambil dalam
perhitungan keterbacaan berjumlah 100 kata).
Jumlah 5 242
Deskripsi Penilaian :
a. Terdapat 5 kalimat utuh.
b. Kalimat terakhir yaitu kata ke 5
c. Kalimat seluruhnya dalam 100 kata yaitu 5
d. Terdapat 242 suku kata dari 100 kata. 242 x 0,6 = 145,2 maka
dibulatkan menjadi 145.
Grafik Fry 4.3
Wacana Teks “Bahaya Narkoba bagi Generasi Muda”
25.0
20.0
16.7
14.3
12.5
11.1
10.0
9.1
123
8.3
123
7.7
123
7.1
123
6.7
123
6.3
123
5.9
123
5.6
123
5.2
123
5.0
123
4.8
123
4.5
123
4.3
123
4.2
123
4.0
123
3.8
123
3.7
123
3.6
3.5
3.3 11
10
9
8
123
7
123
6
123
5
123
4
123
3
123
2
123
1
123
44
Hasil grafik Fry di atas menggambarkan titik pertemuan antara garis
vertikal dengan angka 5 untuk jumlah dan garis horizontal dengan angka 145
untuk jumlah suku kata dari garis mendatar jatuh pada tingkatan atau kelas
pembaca 9. Sesuai dengan teori penggunaan grafik Fry, maka hasil peringkat
kelas pembaca dikurangi satu tingkat dan ditambah satu tingkat, yaitu 9-1=8
dan 9+1=10. Wacana tersebut sesuai untuk kelas 8,9, dan 10. Dengan demikian
wacana itu memiliki keterbacaan yang sesuai dengan penelitian yang
dilakukan.
Kreteria: Jika hasil akhir tidak berada di peringkat 10 maka wacana tersebut tidak cocok
digunakan untuk kelas 10.
2. Wacana Teks “Pembangunan dan Bencana Lingkungan”(Hal.56-57)
Pembangunan dan Bencana Lingkungan
Bumi saat ini sedang menghadapi berbagai masalah lingkungan yang serius.
Enam masalah lingkungan yang utama tersebut adalah ledakan jumlah penduduk,
45
penipisan sumberdaya alam, perubahan iklim global, kepunahan tumbuhan dan
hewan, kerusakan habitat alam, serta peningkatan polusi dan kemiskinan. Dari hal
itu dapat dibayangkan betapa besar kerusakan alam yang terjadi karena jumlah
populasi yang besar, konsumsi sumber daya alam dan polusi yang meningkat,
sedangkan teknologi saat ini belum dapat menyelesaikan permasalahan tersebut.
Para ahli menyimpulkan bahwa masalah tersebut disebabkan oleh praktik
pembangunan yang tidak memerhatikan kelestarian alam, atau disebut
pembangunan yang tidak berkelanjutan. Seharusnya, konsep pembangunan adalah
memenuhi kebutuhan manusia saat ini dengan mempertimbangkan kebutuhan
generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya.
Tabel 4.5
Hasil Analisis Wacana Teks “Pembangunan dan Bencana Lingkungan”
Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017
Teks
Jumlah
Kalimat Suku
Kata
Bumi saat ini sedang menghadapi berbagai masalah
lingkungan yang serius. 1 23
Enam masalah lingkungan yang utama tersebut adalah
ledakan jumlah penduduk, penipisan sumberdaya alam,
perubahan iklim global, kepunahan tumbuhan dan hewan,
kerusakan habitat alam, serta peningkatan polusi dan
kemiskinan.
1
72
Dari hal itu dapat dibayangkan betapa besar kerusakan
46
alam yang terjadi karena jumlah populasi yang besar,
konsumsi sumber daya alam dan polusi yang meningkat,
sedangkan teknologi saat ini belum dapat menyelesaikan
permasalahan tersebut.
1
78
Para ahli menyimpulkan bahwa masalah tersebut
disebabkan oleh praktik pembangunan yang tidak
memerhatikan kelestarian alam, atau disebut
pembangunan yang tidak berkelanjutan.
1
52
Seharusnya, konsep pembangunan adalah memenuhi
kebutuhan manusia saat...
(Semua berjumlah 7 paragraf, 20 kalimat 345 kata. Yang diambil dalam
perhitungan keterbacaan berjumlah 100 kata).
0,5
24
Jumlah 4,5 252
Deskripsi Penilaian :
a. Terdapat 4 kalimat utuh.
b. Kalimat terakhir yaitu kata ke 8 dari 17 kata = 8/17 = 0,5.
c. Kalimat seluruhnya dalam 100 kata yaitu 4+0,5 = 4,5.
d. Terdapat 252 suku kata dari 100 kata. 252 x 0,6 = 151,2 maka
dibulatkan menjadi 151.
Grafik Fry 4.4
Wacana Teks “Pembangunan dan Bencana Lingkungan”
25.0
20.0
16.7
14.3
12.5
11.1
10.0
9.1
123
8.3
123
7.7
123
7.1
123
6.7
123
6.3
123
5.9
123
5.6
123
5.2
123
5.0
123
4.8
123
4.5
123
4.3
123
4.2
123
4.0
123
3.8
123
3.7
123
3.6
123
3.5
123
3.3
3.0 12
11
10
9
123
8
123
7
123
6
123
5
123
4
123
3
123
2
123
1
123
47
Hasil grafik Fry di atas menggambarkan titik pertemuan antara garis
vertikal dengan angka 4,5 untuk jumlah kalimat dan garis horizontal dengan
angka 151 untuk jumlah suku kata dari garis mendatar jatuh pada tingkatan atau
kelas pembaca 10. Sesuai dengan teori penggunaan grafik Fry, maka hasil
peringkat kelas pembaca dikurangi satu tingkat dan ditambah satu tingkat,
yaitu 10-1=9 dan 10+1=11. Wacana tersebut sesuai untuk kelas 9,10, dan 11.
Dengan demikian wacana itu memiliki keterbacaan yang sesuai dengan
penelitian yang dilakukan.
Kreteria: Jika hasil akhir tidak berada di peringkat 10 maka wacana tersebut tidak cocok
digunakan untuk kelas 10.
3. Wacana Teks “Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup”(Hal.59-61)
Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup
Permasalahan seputar lingkungan hidup selalu terdengar mengemuka.
Kejadian demi kejadian yang dialami di dalam negeri telah memberi dampak yang
sangat besar. Tidak sedikit kerugian yang dialami, termasuk nyawa manusia.
Namun, hal yang perludipertanyakan, apakah pengalaman tersebut sudah cukup
48
menyadarkan manusia untuk melihat kesalahan dalam dirinya? Ataukah manusia
justru merasa lebih nyaman dengan sikap menghindar dan menyelamatkan diri
dengan tidak memberikan solusi yang lebih baik dan lebih tepat lagi?
Banyak usaha yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam upaya
pelestarian lingkungan hidup. Upaya yang dimaksud adalah upaya rekonsiliasi,
perubahan konsep atau pemahaman tentang alam, dan menanamkan budaya
pelestari.
Upaya Rekonsiliasi
Kerusakan lingkungan hidup dan efeknya terus berlangsung dan terjadi.
Tabel 4.6
Hasil Analisis “Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup” Buku Siswa Bahasa
Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017
Teks
Jumlah
Kalimat Suku
Kata
49
Permasalahan seputar lingkungan hidup selalu terdengar
mengemuka.
1 23
Kejadian demi kejadian yang dialami di dalam negeri telah
memberi dampak yang sangat besar.
1 32
Tidak sedikit kerugian yang dialami, termasuk nyawa
manusia. 1 21
Namun, hal yang perlu di pertanyakan, apakah pengalaman
tersebut sudah cukup menyadarkan manusia untuk melihat
kesalahan dalam dirinya? Ataukah manusia justru merasa
lebih nyaman dengan sikap menghindar dan
menyelamatkan diri dengan tidak memberikan solusi yang
lebih baik dan lebih tepat lagi?.
1 96
Banyak usaha yang seharusnya dilakukan oleh manusia
dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. 1 31
Upaya yang dimaksud adalah upaya rekonsiliasi,
perubahan konsep atau pemahaman tentang alam, dan
menanamkan budaya pelestari.
1 41
50
Upaya Rekonsiliasi
Kerusakan lingkungan..
(Semua berjumlah 8 paragraf, 35 kalimat,dan 503 kata. Yang diambil dalam
perhitungan keterbacaan berjumlah 100 kata).
0,3 14
Jumlah 6,3 258
Deskripsi Penilaian :
a. Terdapat 6 kalimat utuh.
b. Kalimat terakhir yaitu kata ke 4 dari 11 kata = 4/11 = 0,3.
c. Kalimat seluruhnya dalam 100 kata yaitu 6+0,1 = 6,1.
d. Terdapat 258 suku kata dari 100 kata. 258 x 0,6 = 154,8 maka
dibulatkan menjadi 155.
Grafik Fry 4.5
Wacana Teks “Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup”
25.0
20.0
16.7
14.3
12.5
11.1
10.0
9.1
123
8.3
123
7.7
123
7.1
123
6.7
123
6.3
123
5.9
123
5.6
123
5.2
123
5.0
123
4.8
123
4.5
123
4.3
123
4.2
4.0 8
7
123
6
123
5
123
4
123
3
123
2
123
1
123
51
Hasil grafik Fry di atas menggambarkan titik pertemuan antara garis
vertikal dengan angka 6,3 untuk jumlah kalimat dan garis horizontal dengan
angka 155 untuk jumlah suku kata dari garis mendatar jatuh pada tingkatan atau
kelas pembaca 10. Sesuai dengan teori penggunaan grafik Fry, maka hasil
peringkat kelas pembaca dikurangi satu tingkat dan ditambah satu tingkat,
yaitu 10-1=9 dan 10+1=11. Wacana tersebut sesuai untuk kelas 9,10, dan 11.
Dengan demikian wacana itu memiliki keterbacaan yang sesuai dengan
penelitian yang dilakukan.
Kreteria: Jika hasil akhir tidak berada di peringkat 10 maka wacana tersebut tidak cocok
digunakan untuk kelas 10.
Hasil Keterbacaan Buku Siswa Bab III Menyampaikan Ide Melalui Anekdot
1. Wacana Teks “Cara Keledai Membaca Buku”(Hal.82)
Cara Keledai Membaca Buku
52
Alkisah, seorang raja bernama Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor
keledai. Nasrudin menerimanya dengan senang hati. Namun, Timur Lenk
memberi syarat, agar Nasrudin mengajari terlebih dahulu keledai itu agar dapat
membaca. Timur Lenk memberi waktu dua minggu sejak sekarang kepada
Nasrudin.
Nasrudin menerima syarat itu dan berlalu. Sambil menuntun keledai itu, ia
memikirkan apa yang akan diperbuat. Jika ia dapat mengajari keledai itu untuk
membaca, tentu ia akan menerima hadiah, namun jika tidak maka hukuman pasti
akan ditimpakan kepadanya.
Dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur
Lenk menunjuk ke sebuah buku besar agar Nasrudin segera mempraktikkan apa
yang telah ia ajarkan kepada keledai.
Tabel 4.7
Hasil Analisis Wacana Teks “Cara Keledai Membaca Buku” Buku Siswa
Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017
Jumlah
53
Teks Kalimat Suku
Kata
Alkisah, seorang raja bernama Timur Lenk menghadiahi
Nasrudin seekor keledai. 1 25
Nasrudin menerimanya dengan senanghati. 1 14
Namun, Timur Lenk memberi syarat, agar Nasrudin
mengajari terlebih dahulu keledai itu agar dapat
membaca.
1 34
Timur Lenk memberi waktu dua minggu sejak sekarang
kepada Nasrudin. 1 22
Nasrudin menerima syarat itu dan berlalu. 1 14
Sambil menuntun keledai itu, ia memikirkan apa yang
akan diperbuat. 1 21
Jika ia dapat mengajari keledai itu untuk membaca, tentu
ia akan menerima hadiah, namun jika tidak maka
hukuman pasti akan di timpakan kepadanya. 1 51
Dua minggu kemudian ia kembali ke istana. 1 15
Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah
buku besar agar Nasrudin segera mempraktikkan apa...
(Semua berjumlah 7 paragraf, 27 kalimat dan 289 kata. Yang diambil dalam
perhitungan keterbacaan berjumlah 100 kata).
0,7 33
Jumlah 8,7 229
Deskripsi Penilaian:
a. Terdapat 8 kalimat utuh.
54
b. Kalimat terakhir yaitu kata ke 15 dari 21 kata = 15/21 = 0,7
c. Kalimat seluruhnya dalam 100 kata yaitu 8+0,7 = 8,7.
d. Terdapat 229 suku kata dari 100 kata. 229 x 0,6 = 137,4 maka
dibulatkan menjadi 137.
Grafik Fry 4.6
Wacana Teks “Cara Keledai Membaca Buku”
Hasil grafik Fry di atas menggambarkan titik pertemuan antara garis
vertikal dengan angka 8,7 untuk jumlah kalimat dan garis horizontal dengan
angka 137 untuk jumlah suku kata dari garis mendatar jatuh pada tingkatan atau
kelas pembaca 6. Sesuai dengan teori penggunaan grafik Fry, maka hasil
peringkat kelas pembaca dikurangi satu tingkat dan ditambah satu tingkat,
yaitu 6-1=5 dan 6+1=7. Wacana tersebut sesuai untuk kelas 5,6, dan 7. Dengan
demikian wacana itu memiliki keterbacaan yang tidak sesuai dengan penelitian
yang dilakukan.
25.0
20.0
16.7
14.3
12.5
11.1
10.0
9.1
123
8.3
123
7.7
123
7.1
123
6.7
123
6.3
123
5.9
123
5.6
123
5.2
123
5.0
123
4.8
123
4.5
123
4.3
123
4.2
123
4.0
123
3.8
123
3.7
123
3.6
123
3.5
123
3.3
123
3.0
123
2.5
123
2.0
123
108
123
112
123
144
123
172
123
168
123
1566
123
164
123
160
123
152
123
148
123
140
123
136
123
132
123
128
123
124
123
116
123
120
123
15
123
14
123
13
123
12
123
11
123
10
123
9
123
8
123
7
123
6
123
5
123
4
123
3
123
2
123
1
123
55
Kreteria: Jika hasil akhir tidak berada di peringkat 10 maka wacana tersebut tidak cocok
digunakan untuk kelas 10.
2. Wacana Teks “ Dosen Yang Juga Menjadi Pejabat ” (Hal.98)
Dosen Yang Juga Menjadi Pejabat
Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang
berbincang-bincang.
“Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah
mau berdiri,” kata Tono kepada Udin. Udin ogah-ogahan menjawab pertanyaan
Tono. Udin beranggapan bahwa masalah yang dibicarakan Tono itu tidak penting.
Namun, Tono tetap meminta agar Udin mau menerka teka-tekinya.
“Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri,” jawab Udin
merasa jengah. Ternyata jawaban Udin masih juga salah. Menurut Tono, dosen
yang juga pejabat itu tidak bersedia berdiri sebab takut kursinya diambil orang
lain.”
Mendengar pernyataan Tono, Udin menanyakan apa hubungan antara
menjadi dosen dan pejabat.“Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang
lain,” ungkap Tono.
Udin : “???”
Tabel 4.8
Hasil Analisis Wacana Teks “ Dosen Yang Juga Menjadi Pejabat ” Buku
Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017
56
Teks
Jumlah
Kalimat Suku
Kata
Dikantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang
mahasiswa sedang berbincang–bincang. 1 27
“Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu
duduk, tidak pernah mau berdiri,” kata Tono kepada
Udin.
1 36
Udin ogah-ogahan menjawab pertanyaan Tono. 1 13
Udin beranggapan bahwa masalah yang dibicarakan
Tono itu tidak penting. 1 23
Namun, Tono tetap meminta agar Udin mau menerka
teka-tekinya. 1 20
“Barang kali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat
berdiri,” jawab Udin merasa jengah. 1 30
Ternyata jawaban Udin masih juga salah. 1 13
Menurut Tono, dosen yang juga pejabat itu tidak
bersedia berdiri sebab takut kursinya diambil orang
1 35
57
lain.”
Mendengar pernyataan Tono, Udin menanyakan apa
hubungan antara menjadi dosen dan pejabat. 1 30
.“Ya, kalau...
(Semua berjumlah 4 paragraf, 10 kalimat, dan 112 kata. Yang diambil
dalam perhitungan keterbacaan berjumlah 100 kata).
0,1 3
Jumlah 9,1 230
Deskripsi Penilaian :
a. Terdapat 9 kalimat utuh .
b. Kalimat terakhir yaitu kata ke 2 dari 11 kata = 2/11 = 0,1.
c. Kalimat seluruhnya dalam 100 kata yaitu 9+0,1 = 9,1.
d. Terdapat 230 suku kata dari 100 kata. 230 x 0,6 = 138.
Grafik Fry 4.7
Wacana Teks “ Dosen Yang Juga Menjadi Pejabat ”
25.0
20.0
16.7
14.3
12.5
11.1
10.0
9.1
123
8.3
123
7.7
123
7.1
123
6.7
123
6.3
123
5.9
123
5.6
123
5.2
123
5.0
123
4.8
123
4.5
123
4.3
123
4.2
123
4.0
123
3.8
123
3.7
123
3.6
123
3.5
123
3.3
123
3.0
123
2.5
123
2.0
123
108
123
112
123
144
123
172
123
168
123
1566
123
164
123
160
123
152
123
148
123
140
123
136
123
132
123
128
123
124
123
116
123
120
123
15
123
14
123
13
123
12
123
11
123
10
123
9
123
8
123
7
123
6
123
5
123
4
123
3
123
2
123
1
123
58
Hasil grafik Fry di atas menggambarkan titik pertemuan antara garis
vertikal dengan angka 9,1 untuk jumlah kalimat dan garis horizontal dengan
angka 136 untuk jumlah suku kata dari garis mendatar jatuh pada tingkatan atau
kelas pembaca 6. Sesuai dengan teori penggunaan grafik Fry, maka hasil
peringkat kelas pembaca dikurangi satu tingkat dan ditambah satu tingkat,
yaitu 6-1=5 dan 6+1=7. Wacana tersebut sesuai untuk kelas 5,6, dan 7. Dengan
demikian wacana itu memiliki keterbacaan yang tidak sesuai dengan penelitian
yang dilakukan.
Kreteria: Jika hasil akhir tidak berada di peringkat 10 maka wacana tersebut tidak cocok
digunakan untuk kelas 10.
Hasil Keterbacaan Buku Siswa Bab IV Melestarikan Nilai Kearifan Lokal
Melalui Cerita Rakyat
1. Wacana Teks “ Hikayat Bayan Budiman ”(Hal.121)
Hikayat Bayan Budiman
Sebermula ada saudagar di negara Ajam. Khojan Mubarok namanya, terlalu
amat kaya, akan tetapi ia tiada beranak. Tak seberapa lama setelah ia berdoa
59
kepada Tuhan, maka saudagar Mubarok pun beranaklah istrinya seorang anak
laki-laki yang diberi nama Khojan Maimun.
Setelah umurnya Khojan Maimun lima tahun, maka diserahkan oleh
bapaknya mengaji kepada banyak guru sehingga sampai umur Khojan Maimun
lima belas tahun. Ia dipinangkan dengan anak saudagar yang kaya, amat elok
parasnya, namanya Bibi Zainab. Hatta beberapa lamanya Khojan Maimun beristri
itu, ia membeli seekor burung bayan jantan. Maka beberapa di antara itu ia juga
membeli seekor tiung betina, lalu di bawanya ke rumah dan ditaruhnya hampir
sangkaran bayan juga.
Tabel 4.9
Hasil Analisis Wacana Teks “ Hikayat Bayan Budiman ” Buku Siswa Bahasa
Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017
Teks
Jumlah
Kalimat Suku
Kata
60
Sebermula ada saudagar di negara Ajam. Khojan
Mubarok namanya, terlalu amat kaya, akan tetapi ia tiada
beranak.
1 37
Tak seberapa lama setelah ia berdoa kepada Tuhan, maka
saudagar Mubarok pun beranaklah istrinya seorang anak
laki-laki yang diberi nama Khojan Maimun.
1 51
Setelah umurnya Khojan Maimun lima tahun, maka
diserahkan oleh bapaknya mengaji kepada banyak guru
sehingga sampai umur Khojan Maimun lima belas tahun.
1 49
Ia dipinangkan dengan anak saudagar yang kaya, amat
elok parasnya, namanya Bibi Zainab. 1 26
Hatta beberapa lamanya Khojan Maimun beristri itu, ia
membeli seekor burung bayan jantan. 1 29
Maka beberapa di antara itu ia juga membeli seekor tiung
betina, lalu di...
(Semua berjumlah 9 paragraf, 37 kalimat,dan 568 kata. Yang diambil dalam
perhitungan keterbacaan berjumlah 100 kata).
0,5 27
Jumlah 5,5 219
Deskripsi Penilaian:
a. Terdapat 5 kalimat utuh.
61
b. Kalimat terakhir yaitu kata ke 13 dari 22 kata = 7/22 = 0,5.
c. Kalimat seluruhnya dalam 100 kata yaitu 5+0,5 = 5,5.
d. Terdapat 219 suku kata dari 100 kata. 219 x 0,6 = 131,4 maka
dibulatkan menjadi 131.
Grafik Fry 4.8
Wacana Teks “ Hikayat Bayan Budiman ”
Hasil grafik Fry di atas menggambarkan titik pertemuan antara garis
vertikal dengan angka 5,5 untuk jumlah kalimat dan garis horizontal dengan
angka 131 untuk jumlah suku kata dari garis mendatar jatuh pada tingkatan atau
kelas pembaca 7. Sesuai dengan teori penggunaan grafik Fry, maka hasil
peringkat kelas pembaca dikurangi satu tingkat dan ditambah satu tingkat,
yaitu 7-1=6 dan 7+1=8. Wacana tersebut sesuai untuk kelas 6,7, dan 8. Dengan
demikian wacana itu memiliki keterbacaan yang tidak sesuai dengan penelitian
yang dilakukan.
25.0
20.0
16.7
14.3
12.5
11.1
10.0
9.1
123
8.3
123
7.7
123
7.1
123
6.7
123
6.3
123
5.9
123
5.6
123
5.2
123
5.0
123
4.8
123
4.5
123
4.3
123
4.2
123
4.0
123
3.8
123
3.7
123
3.6
123
3.5
123
3.3
123
3.0
123
2.5
123
2.0
123
108
123
112
123
144
123
172
123
168
123
1566
123
164
123
160
123
152
123
148
123
140
123
136
123
132
123
128
123
124
123
116
123
120
123
15
123
14
123
13
123
12
123
11
123
10
123
9
123
8
123
7
123
6
123
5
123
4
123
3
123
2
123
1
123
62
Kreteria: Jika hasil akhir tidak berada di peringkat 10 maka wacana tersebut tidak cocok
digunakan untuk kelas 10.
2. Wacana Teks “Hikayat Si Miskin”(Hal.141-144)
Hikayat Si Miskin
Ini hikayat ceritera orang dahulu kala sekali peristiwa Allah Swt
menunjukkan kekayaan-Nya kepada hamba-Nya. Maka adalah seorang miskin
laki bini berjalan mencari rizkinya berkeliling negara antahberantah. Adapun
nama raja di dalam negara itu Maharaja Indera Dewa. Namanya terlalu amat
besar kerajaan baginda itu. Beberapa raja-raja di tanah Dewa itu takluk kepada
baginda dan mengantar upeti kepada baginda pada setiap tahun.
Hatta, maka pada suatu hari baginda sedang ramai dihadapi oleh segala raja-
raja, menteri, hulubalang, rakyat sekalian di penghadapannya. Maka si Miskin
itupun sampailah ke penghadapan itu. Setelah dilihat oleh orang banyak, si Miskin
laki bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing rupanya.
Tabel 4.10
Hasil Analisis Wacana Teks “Hikayat Si Miskin” Buku Siswa Bahasa
Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017
Teks
Jumlah
Kalimat Suku
63
Kata
Ini hikayat ceritera orang dahulu kala sekali peristiwa
Allah Swt menunjukkan kekayaan-Nya kepada hamba-
Nya.
1 41
Maka adalah seorang miskin laki bini berjalan mencari
rizkinya berkeliling negara antah berantah.
1 33
Ada pun nama raja di dalam negara itu Maha raja Indera
Dewa. 1 22
Namanya terlalu amat besar kerajaan baginda itu. 1 17
Beberapa raja-raja di tanah Dewa itu takluk kepada
baginda dan mengantar upeti kepada baginda pada setiap
tahun.
1 40
Hatta, maka pada suatu hari baginda sedang ramai
dihadapi oleh segala raja-raja, menteri, hulubalang, rakyat
sekalian di penghadapannya.
1 48
Maka si Miskin itu pun sampailah ke penghadapan itu. 1 16
Setelah dilihat oleh orang banyak, si Miskin laki bini
dengan rupa kainnya seperti di mamah...
(Semua berjumlah 20 paragraf, 136 kalimat,da 1425 kata. Yang diambil
0,8 30
64
dalam perhitungan keterbacaan berjumlah 100 kata).
Jumlah 7,8 247
Deskripsi Penilaian :
a. Terdapat 7 kalimat utuh.
b. Kalimat terakhir yaitu kata ke 14 dari 16 kata = 14/16 = 0,8.
c. Kalimat seluruhnya dalam 100 kata yaitu 7+0,8 = 7,8.
d. Terdapat 247 suku kata dari 100 kata. 247 x 0,6 = 148,2 maka
dibulatkan menjadi 148.
Grafik Fry 4.9
Wacana Teks “Hikayat Si Miskin”
25.0
20.0
16.7
14.3
12.5
11.1
10.0
9.1
123
8.3
123
7.7
123
7.1
123
6.7
123
6.3
123
5.9
123
5.6
123
5.2
123
5.0
123
4.8
123
4.5
123
4.3
123
4.2
123
4.0
123
3.8
123
3.7
123
3.6
123
3.5
3.3 11
10
9
123
8
123
7
123
6
123
5
123
4
123
3
123
2
123
1
123
65
Hasil grafik Fry di atas menggambarkan titik pertemuan antara garis
vertikal dengan angka 7,8 untuk jumlah kalimat dan garis horizontal dengan
angka 148 untuk jumlah suku kata dari garis mendatar jatuh pada tingkatan atau
kelas pembaca 8. Sesuai dengan teori penggunaan grafik Fry, maka hasil
peringkat kelas pembaca dikurangi satu tingkat dan ditambah satu tingkat,
yaitu 8-1=7 dan 8+1=9. Wacana tersebut sesuai untuk kelas 7,8, dan 9. Dengan
demikian wacana itu memiliki keterbacaan yang tidak sesuai dengan penelitian
yang dilakukan.
Kreteria: Jika hasil akhir tidak berada di peringkat 10 maka wacana tersebut tidak cocok
digunakan untuk kelas 10.
Hasil Keterbacaan Buku Siswa Bab V Membuat Kesepakatan Melalui
Negosiasi
1. Wacana Teks “ HP Baru ”(Hal.152-153)
HP Baru
66
Perihal HP barunya itu, sesungguhnya sudah lama Rani menginginkannya.
Beberapa kali ia membujuk Ayahnya agar dibelikan HP. Gagal meminta langsung
pada Ayahnya, Rani pun minta bantuan ibunya. Namun, tetap saja usaha Rani
gagal.
Minggu lalu, Rani benar-benar berusaha meyakinkan ayahnya betapa ia
sangat membutuhkan HP.
“Yah... Rani benar-benar perlu HP. Belikan ya Yah?” kata Rani pada
ayahnya.
“Ayah belum punya cukup uang untuk membeli HP, Ran. Lagi pula kan
sudah ada telepon rumah,” kata ayah sambil meletakkan koran ke atas meja.
“Tapi, Yah... semua teman Rani punya HP. Mereka dapat dengan mudah
menelepon orangtuanya saat terpaksa pulang telat.”
“Lha kalau begitu kamu jangan pulang telat,” kata ayah lagi. Rani hampir
saja menangis.
Tabel 4.11
Hasil Analisis Wacana Teks “HP Baru” Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas
X Kurikulum 2013 Revisi 2017
Teks
Jumlah
Kalimat Suku
67
Kata
Perihal HP barunya itu, sesungguhnya sudah lama Rani
menginginkannya.
1 24
Bebera pakali ia membujuk Ayahnya agar di belikan HP. 1 19
Gagal meminta langsung pada Ayahnya, Rani pun minta
bantuan ibunya. 1 21
Namun, tetap saja usaha Rani gagal. 1 12
Minggu lalu, Rani benar- benar berusaha meyakin kan
ayah nya betapa ia sangat membutuhkan HP. 1 32
“Yah... Rani benar- benar perlu HP. 1 11
Beli kan ya Yah?” kata Rani pada ayahnya. 1 13
“Ayah belum punya cukup uang untuk membeli HP, Ran. 1 16
Lagi pula kan sudah ada telepon rumah,” kata ayah
sambil meletakkan koran ke atas meja. 1 28
“Tapi, Yah... semua teman Rani punya HP. 1 13
Mereka dapat dengan mudah menelepon orang tuanya
saat terpaksa pulang telat.” 1 25
68
“Lha kalau...
(Semua berjumlah 10 paragraf,24 kalimat,dan 359 kata. Yang diambil dalam
perhitungan keterbacaan berjumlah 100 kata).
0,2 3
Jumlah 11,2 217
Deskripsi Penialaian:
a. Terdapat 11 kalimat utuh .
b. Kalimat terakhir yaitu kata ke 2 dari 10 kata = 2/10 = 0,2.
c. Kalimat seluruhnya dalam 100 kata yaitu 11+0,2 = 11,2.
d. Terdapat 217 suku kata dari 100 kata. 217 x 0,6 = 130,2 maka
dibulatkan menjadi 130.
Grafik Fry 4.10
Wacana Teks “HP Baru”
25.0
20.0
16.7
14.3
12.5
11.1
10.0
9.1
123
8.3
123
7.7
123
7.1
123
6.7
123
6.3
123
5.9
123
5.6
123
5.2
123
5.0
123
4.8
123
4.5
123
4.3
123
4.2
123
4.0
123
3.8
3.7 9
8
7
123
6
123
5
123
4
123
3
123
2
123
1
123
69
Hasil grafik Fry di atas menggambarkan titik pertemuan antara garis
vertikal dengan angka 11,2 untuk jumlah kalimat dari garis tegak lurus
dengan angka 130 untuk jumlah suku kata dari garis mendatar jatuh pada
tingkatan atau kelas pembaca 3. Sesuai dengan teori penggunaan grafik Fry,
maka hasil peringkat kelas pembaca dikurangi satu tingkat dan ditambah satu
tingkat, yaitu 3-1=2 dan 3+1=4. Wacana tersebut sesuai untuk kelas 2,3, dan 4.
Dengan demikian wacana itu memiliki keterbacaan yang tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan.
Kreteria: Jika hasil akhir tidak berada di peringkat 10 maka wacana tersebut tidak cocok
digunakan untuk kelas 10.
2. Wacana Teks “Neosiasi Warga dengan Investor”(Hal.165-166)
Negosiasi Warga dengan Investor
Sudah tiga tahun lebih warga Dusun Sejahtera berjuang untuk
menyelamatkan sumber mata air yang terletak di desanya. Perjuangan panjang
70
tersebut bermula ketika sebuah perusahaan properti mulai membangun hotel di
kawasan sumber mata air tersebut. Sumber air “Panguripan” menjadi tumpuan
hidup tidak hanya bagi enam ribu warga Desa Sejahtera, tetapi juga bagi puluhan
ribu warga desa sekitarnya. Sumber air panguripan menjadi penyedia air bersir
untuk dikonsumsi sekaligus untuk memenuhi pengairan sawah bagi puluhan
hektare sawah. Bila pembangunan hotel itu diteruskan, sumber air Panguripan
akan mati.
Meskipun beberapa kali didemo warga, pihak pengembang tetap bersikukuh
melanjutkan pembangunannya.
Akhirnya, Pak Lurah membentuk tim yang akan mewakili warga untuk
menuntut pengembang hotel PT Mulya Jaya, menghentikan pembangunan hotel
tersebut. Tim Penyelamat Panguripan diterima Direktur PT Mulya Jaya, Edy, di
ruangannya.
Tabel 4.12
Hasil Analisis Wacana Teks “Negosiasi Warga dengan Investor” Buku Siswa
Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017
Jumlah
71
Teks Kalimat Suku
Kata
Sudah tiga tahun lebih warga Dusun Sejahtera berjuang
untuk menyelamatkan sumber mata air yang terletak di
desanya.
1 38
Perjuangan panjang tersebut bermula ketika sebuah
perusahaan properti mulai membangun hotel di kawasan
sumber mata air tersebut.
1 44
Sumber air “Panguripan” menjadi tumpuan hidup tidak
hanya bagi enam ribu warga Desa Sejahtera, tetapi juga
bagi puluhan ribu warga desa sekitarnya..
1 51
Sumber air panguripan menjadi penyedia air bersir untuk
dikonsumsi sekaligus untuk memenuhi pengairan sawah
bagi puluhan hektare sawah.
1 47
Bila pembangunan hotel itu diteruskan, sumber air
Panguripan akan mati. 1 23
Meskipun beberapa kali didemo warga, pihak
pengembang tetap bersikukuh melanjutkan
pembangunannya.
1 34
72
Akhirnya, Pak Lurah membentuk tim ...
(Semua berjumlah 18 paragraf, 37 kalimat,dan 499 kata. Yang diambil
dalam perhitungan keterbacaan berjumlah 100 kata).
0,2 10
Jumlah 6,2 247
Deskripsi Penilaian:
a. Tedapat 6 kalimat utuh .
b. Kalimat terakhir yaitu kata ke 5 dari 20 kata = 5/20 = 0,2
c. Kalimat seluruhnya dalam 100 kata yaitu 6+0,2= 6,2
d. Terdapat 247 suku kata dari 100 kata. 247 x 0,6 = 148,2 maka
dibulatkan menjadi 148.
Grafik Fry 4.11
Dari Wacana” Bahasa Inggris sebagai Alat yang Penting di Era Globalisasi”
25.0
20.0
16.7
14.3
12.5
11.1
10.0
9.1
123
8.3
123
7.7
123
7.1
123
6.7
123
6.3
123
5.9
123
5.6
123
5.2
123
5.0
123
4.8
123
4.5
123
4.3
123
4.2
4.0 8
7
123
6
123
5
123
4
123
3
123
2
123
1
123
73
Hasil grafik Fry di atas menggambarkan titik pertemuan antara garis
vertikal dengan angka 6,2 untuk jumlah kalimat dan garis horizontal dengan
angka 148 untuk jumlah suku kata dari garis mendatar jatuh pada tingkatan atau
kelas pembaca 9. Sesuai dengan teori penggunaan grafik Fry, maka hasil
peringkat kelas pembaca dikurangi satu tingkat dan ditambah satu tingkat,
yaitu 9-1=8 dan 9+1=10. Wacana tersebut sesuai untuk kelas 8,9, dan 10.
Dengan demikian wacana itu memiliki keterbacaan yang sesuai dengan
penelitian yang dilakukan.
Kreteria: Jika hasil akhir tidak berada di peringkat 10 maka wacana tersebut tidak cocok
digunakan untuk kelas 10.
Hasil Keterbacaan Buku Siswa VI Berpendapat Melalui Debat
1. Bab I Pada Wacana Teks “Bahasa Inggris sebagai Alat yang Penting di
Era Globalisasi”(Hal.176-177)
74
Bahasa Inggris sebagai Alat yang Penting di Era Globalisasi
Pro/ Afirmasi:
Globalisasi adalah suatu kondisi yang tidak ada jarak antara satu negara
dengan negara lainnya. Bahasa Inggris sangat penting sebagai alat komunikasi.
Kita tahu bahwa komunikasi dengan negara lain sangat penting. Kita adalah
bagian dari dunia. Kita tidak dapat hidup sendiri tanpa memerlukan bantuan. Kita
membantu orang lain dan orang lain membantu kita. Untuk berkomunikasi dengan
negara di sekitar, kita memerlukan alat.
Apakah alat tersebut? Tentu saja bahasa. Aristoteles mengatakan dunia
memerlukan bahasa internasional, dan itu adalah bahasa Inggris.
1. Kita dapat berkomunikasi dengan orang asing dengan bahasa yang sama.
Jadi, akan lebih mudah untuk memahami satu sama lain. Contohnya,
orang Indonesia berbicara dengan orang Tiongkok. Jika mereka masing-
masing berbicara dengan bahasa negaranya, tentu mereka tidak saling
mengerti. Namun, jika berbicara dengan bahasa yang sama, komunikasi
akan berlangsung dengan baik!
Tabel 4.13
Wacana Teks “Bahasa Inggris sebagai Alat yang Penting di Era Globalisasi”
Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017
Jumlah
75
Teks Kalimat Suku
Kata
Pro/ Afirmasi:
Globalisasi adalah suatu kondisi yang tidak ada jarak
antara satu negara dengan negara lainnya.
1 13
Bahasa Inggris sangat penting sebagai alat komunikasi. 1 18
Kita tahu bahwa komunikasi dengan negara lain sangat
penting. 1 22
Kita adalah bagian dari dunia. 1 11
Kita tidak dapat hidup sendiri tanpa memerlukan bantuan. 1 20
Kita membantu orang lain dan orang lain membantu kita. 1 17
Untuk berkomunikasi dengan negara di sekitar, kita
memerlukan alat. 1 24
Apakah alat tersebut? Tentu saja bahasa. 1 13
Aristoteles mengatakan dunia memerlukan bahasa
internasional, dan itu adalah bahasa Inggris. 1 31
Kita dapat berkomunikasi dengan orang asing dengan 1 22
76
bahasa yang sama.
Jadi, akan lebih mudah untuk memahami satu sama lain.
(Semua berjumlah 10 paragraf, 57 kalimat,dan 512 kata. Yang diambil
dalam perhitungan keterbacaan berjumlah 100 kata).
1 19
Jumlah 11 210
Deskripsi Penilaian:
a. Terdapat 11 kalimat utuh .
b. Kalimat seluruhnya dalam 100 kata yaitu 11
c. Terdapat 210 suku kata dari 100 kata. 210 x 0,6 = 126.
Grafik Fry 4.12
Dari Wacana” Bahasa Inggris sebagai Alat yang Penting di Era Globalisasi”
25.0
20.0
16.7
14.3
12.5
11.1
10.0
9.1
123
8.3
123
7.7
123
7.1
123
6.7
123
6.3
123
5.9
123
5.6
123
5.2
123
5.0
123
4.8
123
4.5
4.3
4.2
7
6
123
5
123
4
123
3
123
2
123
1
123
77
Hasil grafik Fry di atas menggambarkan titik pertemuan antara garis
vertikal dengan angka 11 untuk jumlah kalimat dan garis horizontal dengan
angka 126 untuk jumlah suku kata dari garis mendatar jatuh pada tingkatan atau
kelas pembaca 3. Sesuai dengan teori penggunaan grafik Fry, maka hasil
peringkat kelas pembaca dikurangi satu tingkat dan ditambah satu tingkat,
yaitu 3-1=2 dan 3+1=4. Wacana tersebut sesuai untuk kelas 2,3, dan 4. Dengan
demikian wacana itu memiliki keterbacaan yang tidak sesuai dengan penelitian
yang dilakukan.
Kreteria: Jika hasil akhir tidak berada di peringkat 10 maka wacana tersebut tidak cocok
digunakan untuk kelas 10.
2. Bab VI Wacana Teks “ Apakah Ponsel Berbahaya”(Hal.195-198)
Apakah Ponsel Berbahaya?
Pembicara 1
78
Tim Afirmasi
Saya percaya bahwa penggunaan ponsel sangat berbahaya karena ponsel
dapat menyebabkan beberapa masalah dan ancaman bagi kehidupan manusia.
Ancaman tersebut adalah ponsel berbahaya bagi keselamatan pengguna dan
kehidupan sosial dan keluarga.
Tim Oposisi:
Saya tidak setuju bahwa penggunaan ponsel sangat berbahaya. Namun,
sebaliknya ponsel sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Menurut saya
pengguna ponsel yang tidak bertanggung jawablah yang menyebabkan ponsel
dapat membahayakan kehidupan mereka sendiri dan orang lain.
Tim Netral
Menurut saya, ponsel sangat berguna jika dipergunakan secara benar.
Namun, di sisi lain ponsel juga sangat berbahaya misalnya jika dipergunakan
secara terus menerus atau dipergunakan untuk hal-hal yang negatif.
Tabel 4.14
Bab VI Wacana Teks “Apakah Ponsel Berbahaya?” Buku Siswa Bahasa
Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017
Jumlah
79
Teks Kalimat Suku
Kata
Pembicara 1
Tim Afirmasi
Saya percaya bahwa penggunaan ponsel sangat
berbahaya karena ponsel dapat menyebabkan beberapa
masalah dan ancaman bagi kehidupan manusia.
1 59
Ancaman tersebut adalah ponsel berbahaya bagi
keselamatan pengguna dan kehidupan sosial dan
keluarga.
1 37
Tim Oposisi:
Saya tidak setuju bahwa penggunaan ponsel sangat
berbahaya.
1 25
Namun, sebaliknya ponsel sangat bermanfaat bagi
kehidupan manusia. 1 23
Menurut saya pengguna ponsel yang tidak bertanggung
jawablah yang menyebabkan ponsel dapat
membahayakan kehidupan mereka sendiri dan orang lain.
1 47
80
Tim Netral
Menurut saya, ponsel sangat berguna jika dipergunakan
secara benar.
1 27
Namun, di sisi lain ponsel juga sangat berbahaya
misalnya jika dipergunakan secara terus menerus atau
dipergunakan untuk...
(Semua berjumlah 11 paragraf, 50 kalimat,dan 771 kata. Yang diambil
dalam perhitungan keterbacaan berjumlah 100 kata).
0,8 43
Jumlah 6,8 261
Deskripsi Penilaian :
a. Terdapat 6 kalimat utuh.
b. Kalimat terakhir yaitu kata ke 17 dari 20 kata = 17/12 = 0,8
c. Kalimat seluruhnya dalam 100 kata yaitu 6+0,8= 6,8
d. Terdapat 261 suku kata dari 100 kata. 261 x 0,6 = 156,6 maka
dibulatkan menjadi 157.
Grafik Fry 4.13
Dari Wacana Teks “Apakah Ponsel Berbahaya?
25.0
20.0
16.7
14.3
12.5
11.1
10.0
9.1
123
8.3
123
7.7
123
7.1
123
6.7
123
6.3
123
5.9
123
5.6
123
5.2
123
5.0
123
4.8
123
4.5
123
4.3
4.2
7
6
123
5
123
4
123
3
123
2
123
1
123
81
Hasil grafik Fry di atas menggambarkan titik pertemuan antara garis
vertikal dengan angka 6,8 untuk jumlah kalimat dan garis horizontal dengan
angka 157 untuk jumlah suku kata dari garis mendatar jatuh pada tingkatan atau
kelas pembaca 10 . Sesuai dengan teori penggunaan grafik Fry, maka hasil
peringkat kelas pembaca dikurangi satu tingkat dan ditambahkan satu
tingkat, yaitu 10-1=9 dan 10+1=11. Wacana tersebut sesuai untuk kelas 9,10
dan 11. Dengan demikian wacana itu memiliki keterbacaan yang sesuai dengan
penelitian yang dilakukan.
Kreteria: Jika hasil akhir tidak berada di peringkat 10 maka wacana tersebut tidak cocok
digunakan untuk kelas 10.
Hasil Keterbacaan Buku Siswa Bab VII Belajar Dari Biografi
1. Wacana Teks “Biografi B. J. Habibie”(Hal.210-213)
Biografi B. J. Habibie
82
B.J. Habibie adalah salah seorang tokoh panutan dan menjadi kebanggaan
bagi banyak orang di Indonesia. Beliau adalah Presiden ketiga Republik
Indonesia. Nama dan gelar lengkapnya Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult.
Bacharuddin Jusuf Habibie. Beliau dilahirkan di Pare-Pare, Sulawesi Selatan,
pada tanggal 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan
bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A.Tuti Marini
Puspowardojo. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12
Mei 1962 dan dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.
Habibi menjadi yatim sejak kematian bapaknya yang meninggal dunia pada
3 September 1950 karena terkena serangan jantung.
Tabel 4.15
Hasil Analisis Wacana Teks “Biografi B. J. Habibie” Buku Siswa Bahasa
Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017
Teks
Jumlah
Kalimat Suku
Kata
B.J.Habibie adalah salah seorang tokoh panutan dan
menjadi kebanggaan bagi banyak orang di Indonesia.
1 34
Beliau adalah Presiden ketiga Republik Indonesia. 1 18
Nama dan gelar lengkapnya Prof. DR (HC). Ing. Dr.
Sc.Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie. 1 28
83
Beliau dilahirkan di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada
tanggal 25 Juni 1936. 1 31
Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara,
pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A.Tuti Marini
Puspowardojo.
1 44
Habibie menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada
tanggal 12 Mei 1962 dan di karuniai dua orang putra
yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.
1 47
Habibie menjadi yatim sejak kematian bapaknya yang
meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena
serangan jantung.
(Semua berjumlah 16 paragraf, 49 kalimat,dan 780 kata. Yang diambil dalam
perhitungan keterbacaan berjumlah 100 kata).
1 44
Jumlah 7 246
Deskripsi Penilaian:
a. Terdapat 7 kalimat utuh.
b. Kalimat terakhir yaitu kata ke 7
c. Kalimat seluruhnya dalam 100 kata yaitu 7
d. Terdapat 246 suku kata dari 100 kata. 246 x 0,6 = 147,6 maka
dibulatkan menjadi 148.
84
Grafik Fry 4.14
Wacana Teks “Biografi B. J. Habibie”
Hasil grafik Fry di atas menggambarkan titik pertemuan antara garis
vertikal dengan angka 7 untuk jumlah kalimat dan garis horizontal dengan
angka 148 untuk jumlah suku kata dari garis mendatar jatuh pada tingkatan atau
kelas pembaca 8. Sesuai dengan teori penggunaan grafik Fry, maka hasil
peringkat kelas pembaca dikurangi satu tingkat dan ditambah satu tingkat,
yaitu 8-1=7 dan 8+1=9. Wacana tersebut sesuai untuk kelas 7,8, dan 9. Dengan
demikian wacana itu memiliki keterbacaan yang tidak sesuai dengan penelitian
yang dilakukan.
Kreteria: Jika hasil akhir tidak berada di peringkat 10 maka wacana tersebut tidak cocok
digunakan untuk kelas 10.
2. Wacana Teks “Komikus Indonesia yang Mendunia, Ardian
Syaf”(Hal.221-222)
25.0
20.0
16.7
14.3
12.5
11.1
10.0
9.1
123
8.3
123
7.7
123
7.1
123
6.7
123
6.3
123
5.9
123
5.6
123
5.2
123
5.0
123
4.8
123
4.5
123
4.3
123
4.2
123
4.0
123
3.8
123
3.7
123
3.6
123
3.5
123
3.3
123
3.0
123
2.5
123
2.0
123
108
123
112
123
144
123
172
123
168
123
1566
123
164
123
160
123
152
123
148
123
140
123
136
123
132
123
128
123
124
123
116
123
120
123
15
123
14
123
13
123
12
123
11
123
10
123
9
123
8
123
7
123
6
123
5
123
4
123
3
123
2
123
1
123
85
Komikus Indonesia yang Mendunia, Ardian Syaf
Ardian Syaf (31), sosok komikus yang rendah hati ini memilih tinggal di
kampung halamannya di Desa Tenggur, Kecamatan Rejotangan, Tulung Agung,
bersama istri dan seorang anaknya. Dari kampung halamannya, karya Aan, sapaan
akrabnya, mampu menembus dunia. Bahkan, ia disodori kontrak eksklusif sebagai
penciller oleh penerbit raksasa Amerika, DC Comics. Artinya, ia tidak boleh
membuat ilustrasi selain di DC Comics.
Tentu, Aan tidak meraih semua itu dengan gampang. Lulus kuliah tahun
2004 dari jurusan Desain Komunikasi Visual, Universitas Negeri Malang, ia
sempat bekerja sebagai tukang layout dan ilustrator sebuah penerbitan.
“Sejak tahun 2005, saya mulai melamar untuk menjadi ilustrator penerbit
dunia. Caranya, saya memasang lamaran pekerjaan untuk menjadi ilustrator di
berbagai web, dengan dilengkapi ilustrasi terbaik karya saya.
Tabel 4.16
Hasil Analisis Wacana Teks“Komikus Indonesia yang Mendunia, Ardian
Syaf” Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017
Teks
Jumlah
Kalimat Suku
86
Kata
Ardian Syaf (31), sosok komikus yang rendah hati ini
memilih tinggal di kampung halamannya di Desa
Tenggur, Kecamatan Rejo tangan, Tulung Agung,
bersama istri dan seorang anaknya.
1 55
Dari kampung halamannya, karya Aan, sapaan akrabnya,
mampu menembus dunia.
1 24
Bahkan, ia disodori kontrak eksklusif sebagai penciller
oleh penerbit raksasa Amerika, DC Comics. 1 33
Artinya, ia tidak boleh membuat ilustrasi selain di DC
Comics. 1 22
Tentu, Aan tidak meraih semua itu dengan gampang. 1 15
Lulus kuliah tahun 2004 dari jurusan Desa in Komunikasi
Visual, Universitas Negeri Malang, ia sempat bekerja
sebagai tukang layout dan ilustrator sebuah penerbitan.
1 60
“Sejak tahun 2005, saya mulai melamar untuk menjadi
ilustrator penerbit dunia. 1 28
Caranya, saya..
(Semua berjumlah 14 paragraf, 58 kalimat,dan 593 kata. Yang diambil
0,1 5
87
dalam perhitungan keterbacaan berjumlah 100 kata).
Jumlah 7,1 242
Deskripsi Penilaian:
a. Terdapat 7 kalimat utuh .
b. Kalimat terakhir yaitu kata ke 2 dari 17 kata = 2/17 = 0,1.
c. Kalimat seluruhnya dalam 100 kata yaitu 7+0,1 = 7,1.
d. Terdapat 242 suku kata dari 100 kata. 242 x 0,6 = 145,2 maka
dibulatkan menjadi 145.
Grafik Fry 4.15
Wacana Teks “Komikus Indonesia yang Mendunia, Ardian Syaf”
25.0
20.0
16.7
14.3
12.5
11.1
10.0
9.1
123
8.3
123
7.7
123
7.1
123
6.7
123
6.3
123
5.9
123
5.6
123
5.2
123
5.0
123
4.8
123
4.5
123
4.3
123
4.2
123
4.0
123
3.8
123
3.7
123
3.6
3.5
3.3
10
9
8
123
7
123
6
123
5
123
4
123
3
123
2
123
1
123
88
Hasil grafik Fry di atas menggambarkan titik pertemuan antara garis
vertikal dengan angka 7,1 untuk jumlah kalimat dan garis horizontal dengan
angka 145 untuk jumlah suku kata dari garis mendatar jatuh pada tingkatan atau
kelas pembaca 8. Sesuai dengan teori penggunaan grafik Fry, maka hasil
peringkat kelas pembaca dikurangi satu tingkat dan ditambah satu tingkat,
yaitu 8-1=7 dan 8+1=9. Wacana tersebut sesuai untuk kelas 7,8, dan 9. Dengan
demikian wacana itu memiliki keterbacaan yang tidak sesuai dengan penelitian
yang dilakukan.
Kreteria: Jika hasil akhir tidak berada di peringkat 10 maka wacana tersebut tidak cocok
digunakan untuk kelas 10.
Berdasarkan pemaparan 15 wacana di atas, dapat disimpulkan:
Tabel 4.17
Rekapitulasi Data
Hasil Analisis Keterbacaan Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X
Kurikulum 2013 Revisi 2017
No Wacana Jumlah Jumlah Penafsiran Keterangan
89
Teks Kalimat Suku
Kata
1 Wayang 6,6 150 8,9,10 Sesuai
( Sesuai sebagai
wacana di Buku
Bahasa Indonesia
kelas X Kuikulum
2013 edisi revisi 2017)
2 D’Topeng
Museum
Angkut
5,5 140 7,8,9 Tidak Sesuai
(Tidak sesuai sebagai
wacana di Buku
Bahasa Indonesia
kelas X Kuikulum
2013 edisi revisi 2017)
3 Bahaya
Narkoba bagi
Generasi
Muda
5 145 8,9,10 Sesuai
(Sesuai sebagai
wacana di Buku
Bahasa Indonesia
kelas X Kuikulum
2013 edisi revisi
2017)
4 Pembanguna 4,5 150 9,10,11 Sesuai
90
n dan
Bencana
Alam
(Sesuai sebagai
wacana di Buku
Bahasa Indonesia
kelas X Kuikulum
2013 edisi revisi
2017)
5 Upaya
Melestarikan
Lingkungan
Hidup
6,5 155 9,10,11 Sesuai
(Sesuai sebagai
wacana di Buku
Bahasa Indonesia
kelas X Kuikulum
2013 edisi revisi 2017)
6 Cara Keledai
Membaca
Buku
8,7 137 5,6,7 Tidak Sesuai
(Tidak sesuai sebagai
wacana di Buku
Bahasa Indonesia
kelas X Kuikulum
2013 edisi revisi 2017)
7 Dosen yang
juga Menjadi
Pejabat
9,1 136 5,6,7 Tidak Sesuai
(Tidak sesuai sebagai
wacana di Buku
Bahasa Indonesia
kelas X Kuikulum
91
2013 edisi revisi 2017)
8 Hikayat
Bayan
Budiman
5,5 131 6,7,8 Tidak Sesuai
(Tidak sesuai sebagai
wacana di Buku
Bahasa Indonesia
kelas X Kuikulum
2013 edisi revisi 2017)
9 Hikayat Si
Miskin
7,8 148 7,8,9 Tidak Sesuai
(Tidak sesuai sebagai
wacana di Buku
Bahasa Indonesia
kelas X Kuikulum
2013 edisi revisi
2017)
10 HP Baru 11,2 130 2,3,4 Tidak Sesuai
(Tidak sesuai sebagai
wacana di Buku
Bahasa Indonesia
kelas X Kuikulum
2013 edisi revisi 2017)
11 Negosiasi
Warga
6,2 148 8,9,10 Sesuai
(Sesuai wacana di
92
dengan
Investor
Buku Bahasa
Indonesia kelas X
Kuikulum 2013 edisi
revisi 2017)
12 Bahasa
Inggris
sebagai Alat
yang Penting
di Era
Globalisasi
11 126 2,3,4 Tidak Sesuai
(Tidak sesuai sebagai
wacana di Buku
Bahasa Indonesia
kelas X Kuikulum
2013 edisi revisi
2017)
13 Apakah
Ponsel
Perbahaya
6,8 157 9,10,11 Sesuai
(Sesuai sebagai
wacana di Buku
Bahasa Indonesia
kelas X Kuikulum
2013 edisi revisi 2017)
14 Biografi B.J
Habibie
7 148 7,8,9 Tidak Sesuai
(Tidak sesuai sebagai
wacana di Buku
Bahasa Indonesia
kelas X Kuikulum
2013 edisi revisi 2017)
93
15 Komikus
Indonesia
yang
Mendunia,Ar
dian Syaf
7,1 145 7,8,9 Tidak Sesuai
(Tidak sesuai sebagai
wacana di Buku
Bahasa Indonesia
kelas X Kuikulum
2013 edisi revisi 2017)
Berdasarkan tabel analisis terhadap 15 wacana yang terdapat dalam
Buku Siswa Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2017 Kelas X di atas,
diperoleh hasil bahwa terdapat 6 wacana yang sesuai digunakan untuk kelas
X dan 9 lainnya tidak sesuai.
Wacana yang sesuai keterbacaannya untuk kelas X yaitu wacana yang
berjudul “Wayang”,“Bahaya Narkoba bagi Generasi Muda”,“Pembangunan dan
Bencana Alam”,“Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup”, Negosiasi Warga
dengan Investor”, dan“Apakah Ponsel Berbahaya”.
Wacana yang tidak sesuai keterbacaannya untuk kelas X yaitu wacana
“D’Topeng Museum Angkut” tepatnya di kelas 7,8,9, “Cara Keledai Membaca
Buku” tepatnya di kelas 5,6,7, wacana “Dosen Yang Juga Menjadi Pejabat”
tepatnya di kelas 5,6,7, wacana “Hikayat Bayan Budiman” tepatnya di kelas 6,7,8,
wacana “Hikayat Si Miskin” tepat di kelas 7,8,9, wacana “HP Baru” tepatnya di
kelas 2,3,4, wacana “Bahasa Inggris sebagai Alat yang Penting di Era Globalisasi”
94
tepatnya di kelas 2,3,4, wacana “Biografi B.J.Habibie” tepatnya di kelas 7,8,9,
wacana “Komikus Indonesia Yang Mendunia Ardian Syaf” tepatnya di kelas
7,8,9.
C. Jawaban Pernyataan Penelitian
Jawaban dari pernyataan penelitian ini setelah dilakukan penelaan terhadap
buku siswa bahasa Indonesia dengan cara membaca dan memperhatikan kata-kata
atau kalimat yang terdapat dalam buku siswa bahasa Indonesia bahwasannnya
buku tersebut terdapat tingkat keterbacaan yang kurang sesuai. Hal ini dibuktikan
dari perhitungan keterbacaan Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum
2013 Revisi 2017 dengan Menggunakan Formula Grafik Fry terdapat hasil 6
wacana yang sesuai digunakan untuk kelas X dan 9 lainnya tidak sesuai.
D. Diskusi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013
Revisi 2017 memiliki keterbacaan yang tidak sesuai di kelas X.Wacana yang tidak
sesuai berjumlah 9 wacana.
E. Keterbatasan Penelitian
Pada umumnya, peneliti sangat menyadari penelitian ini masih sangat jauh
dari sempurna karena peneliti memiliki keterbatasan yaitu pengetahuan, waktu,
dan buku-buku yang relevan. Keterbatasan lainnya yaitu hanya sebagian wacana
95
di dalam Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2017
yang dapat di telitih menggunakan grafik Fry. Namun, peneliti tetap bersyukur
karena dengan keterbatasan ini peneliti masih tetap semangat dalam mengerjakan
skripsi ini sehingga bisa menyelasaikan skripsi ini sebagai syarat lulus dari
universitas.
96
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Kesimpulan dari penelitian ini setelah dilakukan analisis terhadap Buku
Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum 2013 Revisi 2013 memuat beberapa
hal sebagai berikut :
1. Tingkat keterbacaan Buku Siswa Bahasa Indonesia Kurikulum 2013
Revisi 2017 SMA kelas X milik Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia berdasarkan grafik Fry ditemukan 6
wacana dari 15 wacana yang dianggap sesuai digunakan untuk kelas
X (sepuluh) . Hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa Buku
Siswa Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 Revisi 2017 SMA kelas X
memiliki keterbacaan yang kurag sesuai di kelas X . Wacana yang sesuai
dengan kelas X lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak sesuai.
Dikatakan wacana sesuai untuk pembelajaran kelas X berdasarkan grafik
Fry karena titik pertemuan antara jumlah kalimat dari garis tegak lurus
dengan jumlah suku kata dari garis mendatar jatuh pada daerah tingkat
kelas X (sepuluh). Sedangkan wacana dikatakan tidak sesuai karena
memiliki titik pertemuan tidak pada daerah kelas X (sepuluh).
2. Berdasarkan perhitungan grafik Fry terdapat wacana yang tidak sesuai
digunakan untuk pembelajaran kelas X (sepuluh) berjumlah 9 wacana.
Wacana-wacana tersebut yaitu berjudul “D’Topeng Museum
Angkut”,“Cara Keledai Membaca Buku”,“Dosen Yang Juga Menjadi
97
Pejabat” ,“Hikayat Bayan Budiman”, “Hikayat Si Miskin”,“HP
Baru”,“Bahasa Inggris sebagai Alat yang Penting di Era Globalisasi”,
“Biografi B.J.Habibie”,dan “Komikus Indonesia Yang Mendunia Ardian
Syaf” .
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, peneliti menyampaikan beberapa
saran yang diharapkan dapat bermanfaat, diantaranya:
1. Bagi guru atau calon guru Bahasa Indonesia diharapkan sebelum
memilih bahan bacaan untuk siswanya hendaknya bahan bacaan
tersebut diukur terlebihdahulu tingkat keterbacaannya, baik dengan
menggunakan Formula Grafik Fry maupun dengan menggunakan
teknik pengukuran keterbacaan yang lain, apakah sesuai dengan
tingkatan siswa atau tidak.
2. Bagi siswa, sebaiknya tingkatkan minat baca karena akan
mempermudah dalam kegiatan pembelajaran.
3. Bagi penulis dalam menyusun buku teks diharapkan mampu
menyusun bahan ajar yang mudah dipahami dan menyadari akan
pentingnya unsur keterbacaan.
4. Bagi peneliti lain, diharapkan mengembangkan penelitian yang
sejenis yaitu mengenai tingkat keterbacaan wacana dalam buku teks
sebagai bahan ajar.
98
DAFTAR PUSTAKA
AULIA.2017. Pedoman Umum E.B.I. & Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Surabaya:AULIA
Basuki,Imam Agus,& Martutik.(2003). Membaca Pemahaman. Jakarta: Dit.PLP.
Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2012.
Dalman. 2014. Keterampilan Membaca. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Dewi,Rishe Purnama 2014. Tingkat Keterbacaan Buku Teks Cakap Berbahasa
Indonesia SMP Kelas VII Pada SMP Budaya Wacana dan SMP Don Basco
Yogyakarta.Widya Darma: Majalah Ilmiah Kependidikan,No.2 Tahun 2014.
Yogyakarta Lembaga Penelitian Universitas Sanata Dharma.
Gumono,2016. “Analisis Tingkat Keterbacaan Buku Siswa Bahasa Indonesia
Kelas VII Berbasis Kurikulum 2013”. Diksa: Jurnal Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia 2 (2), hal. 132-141.
Husen, Akhlan, dkk. 1997. Telaah Kurikulum dan Buku Teks Bahasa
Indonesia.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Bahasa Indonesia Edisi
Revisi. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Pembukuan, Balitbang,
Kemendikbut.
Laksono Kisyani,dkk.20018. Membaca 2.Jakarta:Universitas Terbuka.
Loeloek E.P, Sofan Amri.2013, Panduan Memahami Kurikulum 2013,
(Jakarta: Prestasi Pustakaraya,2013).
Nurhadi,2018. Teknik Membaca . Jakarta:PT.Bumi Aksara.
Panca Pertiwi Hidayati.2018.“Penggunaan Formula Grafik Fry untuk
Menganalisis Keterbacaan Wacana Mahasiswa PGSD”.Diksa: Mimbar
Sekolah Dasar,hal.116-124.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 2016 Tentang Buku yang Digunakan Oleh Satuan Pendidikan.
Pusat Bahasa.2018. Kamus Besar Bahasa Indonesia(Edisi Kelima). Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Rahim,F.2005.Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta:Bumi Aksara.
99
Rani, Abdul. Analisis Wacana Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Jawa
Timur: Bayumedia Publishing. 2006.
Sitepu,B.P. 2012. Penulisan Buku Teks Pelajaran.Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&B). Bandung: Alfabeta.
Tarigan, Henry Guntur.(2015) Membaca sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tampubolon. 2016. “Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan
Efisien”. Bandung: Angkas.
100
Lampiran 1 : Identitas Buku
101
102
103
Lampiran 2 : Wacana Yang Dianalisis
WACANA YANG DIANALISIS
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
Lampiran 3: From K-1
123
Lampiran 4 : From-2
124
Lampiran 5 : From- 3
125
Lampiran 6 : Berita Acara Bimbingan Proposal
126
Lampiran 7 : Lembar Pengesahan Proposal
127
Lampiran 8 : a. Berita Acara Seminar Proposal Pembahas
128
Lampiran 8 : b. Berita Acara Seminar Proposal Pembimbing
129
Lampiran 9 : Lembar Pengesahan Hasil Seminar Proposal
130
Lampiran 10: Surat Keterangan Seminar Proposal
131
Lampiran 11 : Surat Keterangan Plagiat
132
Lampiran 12 : Surat Permohonan Riset
133
Lampiran 13 : Surat Balasan Riset
134
Lampiran 14 : Berita Acara Bimbingan Skripsi
135
Lampiran 15: Surat Permohonan Ujian Skripsi
136
Lampiran 16 : Pernyataan Keaslian Skripsi
137
Lampiran 17 : Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Data Pribadi
Nama : Mila Yossyanti
Tempat/Tanggal Lahir : Selayang /01 Mei 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jln. Dusun PuloII,Selayang Baru,Kec.Selesai.
Status Keluarga : Anak pertama dari dua bersaudara
2. Data Orang tua
Nama Ayah : Triono
Nama Ibu : Septiarti
Alamat : Jln. Dusun PuloII,Selayang Baru,Kec.Selesai.
3. Riwayat Pendidikan
1. Tahun 2003-2004 : TK Raudhatul Athfal Madrasah Tarbiyah Al-Islamiyah
2. Tahun 2004-2010 : SD 054873 Selayang Pulo
138
3. Tahun 2010-2013 : SMP Negeri 2 Selesai
4. Tahun 2013-2016 : SMAN 1 Selesai
5. Tahun 2016-2020 : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi
Bahasa Indonesia, UMSU