analisis kesesuaian syariah terhadap polis asuransi...

112
ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI JIWA UNIT LINK SYARIAH PADA PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE JAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: ASRI HAMDI FAUZIAH 11140460000064 HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2018 M

Upload: others

Post on 05-Jul-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS

ASURANSI JIWA UNIT LINK SYARIAH PADA PT

PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE JAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Hukum (S.H.)

Oleh:

ASRI HAMDI FAUZIAH

11140460000064

HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H / 2018 M

Page 2: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang
Page 3: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang
Page 4: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang
Page 5: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

v

ABSTRAK

Asri Hamdi Fauziah. NIM 11140460000064. ANALISIS KESESUAIAN

SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI JIWA UNIT LINK SYARIAH

PADA PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE JAKARTA. Program Studi

Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439 H/2018 M. x + 97 halaman 18 halaman

lampiran.

Studi ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian syariah terhadap

berbagai ketentuan yang diatur di dalam polis asuransi jiwa unit link pada PT

Prudential Life Assurance Jakarta, yaitu dari perspektif Fatwa DSN-MUI dan

POJK. Analisis kesesuaian syariah terhadap polis bertujuan untuk memperjelas

pembagian porsi dan pengelolaan pada iuran tabarru’ dan iuran investasi yang

dilakukan oleh perusahaan, melihat kelengkapan objek pada akad wakalah bil

ujrah dan menjelaskan status ujrah akuisisi yang dibebankan kepada pemegang

polis atau peserta. Dalam ketentuan Fatwa DSN-MUI dan POJK telah diatur

mengenai pemisahan pengalokasian pada dana tabarru’ dan investasi peserta serta

objek akad wakalah bil ujrah, namun kedua peraturan tersebut tidak ada yang

mengatur tentang ujrah akuisisi. Jika dibandingkan antara ketentuan Fatwa DSN-

MUI dan POJK dengan ketentuan tertulis pada polis asuransi, maka terdapat

beberapa hal yang tidak sesuai pada penerapan ketiga masalah tersebut.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan

jenis pendekatan yuridis empiris, yaitu dengan melakukan pengkajian terhadap

Fatwa DSN-MUI dan POJK tentang asuransi syariah. Pada penelitian ini, peneliti

mengkaji dokumen PT Prudential berupa polis asuransi jiwa unit link syariah

dengan melakukan analisis perbandingan terhadap Fatwa DSN-MUI dan POJK

tentang asuransi syariah.

Hasil penelitian di lapangan menunjukan bahwa untuk ketentuan objek

akad wakalah bil ujrah telah sesuai dengan ketentuan Fatwa dan POJK. Namun

setelah dibandingkan antara hasil wawancara dengan Fatwa DSN-MUI dan POJK,

hasil penelitian menunjukan bahwa pada pegelolaan dana tabarru’ dan dana

investasi peserta tidak sesuai dengan ketentuan syariah dengan mengandung unsur

gharar, hal tersebut disebabkan, karena kegiatan asuransi ini lebih terlihat seperti

kegiatan investasi bukan kegiatan asuransi. Kemudian untuk ketentuan ujrah

akuisisi, peneliti berkesimpulan bahwa hal tersebut terlalu membebankan peserta,

yaitu dengan membebankan porsi yang sangat besar pada dua tahun pertama.

Selain itu, terdapat unsur gharar, karena terdapat fasilitas yang menjadi bagian

ujrah akuisisi, namun peserta tidak mendapatkannya, sedangkan pembebanan

ujrah akuisisi tidak adil jika dilakuka hingga tahun ke 5 polis.

Kata Kunci: unit link, iuran tabarru’ dan investasi, ujrah akuisisi.

Pembimbing : A.M. Hasan Ali, M.A.

Daftar Pustaka : 2004 s.d. 2017.

Page 6: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, peneliti panjatkan kehadirat Allah

SWT atas segala limpahan rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya. Shalawat serta

salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW,

keluarga, sahabat, dan kepada ummatnya yang senantiasa melaksanakan segala

ajarannya.

Dalam penulisan skripsi ini tentu masih banyak kekurangan dan

kelemahannya, untuk itu peneliti ingin menyampaikan permohonan kritik dan

saran dalam rangka menyempurnakan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini tidak

mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dalam

kesempatan yang baik ini, peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini,

terutama kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada

peneliti untuk mengikuti studi di Fakultas Syariah dan Hukum.

2. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah

memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengikuti studi di fakultas

ini.

3. A.M. Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Program Studi Hukum Ekonomi

Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta sekaligus Pembimbing skripsi yang telah

memberikan dorongan dan mengarahkan kepada peneliti untuk

menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

4. Dr. Hasanudin, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing akademik yang telah

mengarahkan peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

Page 7: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

vii

5. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu

yang bermanfaat kepada peneliti selama perkuliahan berlangsung.

6. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

7. Arief Hidayatullah, selaku Konsultan Asuransi Syariah pada Perusahaan

Asuransi Prudential yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan

penelitian terhadap polis ini.

8. Keluarga, saudara, dan teman-teman semua yang tidak dapat disebutkan

satu per satu, yang telah memberikan bantuan dan dukungan serta

semangat kepada peneliti dalam rangka penyelesaian studi dan skripsi ini.

Peneliti sangat menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan

dalam penelitian analisis kesesuaian syariah terhadap polis asuransi jiwa unit link

syariah ini. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang

dapat membangun demi kesempurnaan penelitian analisis kesesuaian syariah

terhadap polis ini. Harapan peneliti semoga analisis kesesuaian syariah terhadap

polis asuransi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi

semua pihak.

Jakarta, 31 Mei 2018

Asri Hamdi Fauziah

Page 8: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN COVER

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................ iv

ABSTRAK ......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian ...................................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ............................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 8

D. Metode Penulisan Skripsi ....................................................................... 9

E. Kerangka Teori dan Konseptual ............................................................. 9

F. Sistematika Penulisan ............................................................................ 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kesesuaian Syariah ................................................................................ 16

B. Asuransi Jiwa ......................................................................................... 21

C. Polis Asuransi ........................................................................................ 25

D. Unit link .................................................................................................. 26

E. Review Studi Terdahulu ......................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian ................................................................................... 35

B. Profil Perusahaan ................................................................................... 37

Page 9: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

ix

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Unit Link di Prudential Syariah Indonesia ............................................. 40

B. Kontribusi Top Up pada Asuransi Jiwa Unit Link Prudential

Syariah .................................................................................................... 43

C. Akad Wakalah Bil Ujrah pada Asuransi Jiwa Unit Link

Prudential Syariah ................................................................................... 44

D. Ujrah Akuisisi pada Asuransi Jiwa Unit Link

Prudential Syariah ................................................................................... 45

E. Pengelolaan Dana Tabarru’ dan Investasi pada Asuransi Jiwa

Unit Link Prudential Syariah ................................................................... 46

F. Simpulan Hasil Wawancara .................................................................... 53

G. Analisis perbandingan Fatwa DSN-MUI, POJK, dan Polis Asuransi

Jiwa Unit Link syariah ........................................................................... 55

H. Simpulan dari Hasil Perbandingan antara Fatwa, POJK, dan Polis ....... 94

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................................ 96

B. Saran ....................................................................................................... 97

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

x

DAFTAR GAMBAR

KERANGKA KONSEPTUAL

DAFTAR TABEL

Tabel Statistik Laporan Triwulan OJK

Tabel Analisis Perbandingan Fatwa DSN-MUI, POJK, dan Polis Asuransi

Jiwa Unit Link Syariah

Page 11: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Asuransi merupakan sebuah sistem untuk mengurangi risiko kerugian

baik dalam bentuk finansial maupun jiwa. Pada dasarnya lembaga asuransi

akan menawarkan suatu perlindungan atau proteksi untuk masa yang akan

datang terhadap harta benda, individu maupun kelompok dalam masyarakat,

dan institusi lainnya dari kemungkinan terjadinya risiko kerugian. Dengan

demikian, hadirnya lembaga asuransi merupakan bentuk solusi yang

dibutuhkan oleh masyarakat.

Saat ini, risiko akan terjadinya suatu kerugian yang menimpa harta dan

jiwa merupakan suatu kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap manusia.

Sehingga terjadinya berbagai risiko tersebut membutuhkan persiapan dana

sejak dini guna meminimalisir tingkat kerugian. Oleh karena itu, banyak

orang yang ikut serta dalam kegiatan asuransi agar risiko yang mereka hadapi

dapat terselesaikan dengan mudah.

Seiring dengan perkembangan zaman dan meningkatnya ilmu

pengetahuan, khususnya dalam pengetahuan agama, membuat kesadaran

masyarakat terhadap agama semakin tinggi, baik dalam hal ibadah maupun

muamalah. Kesadaran masyarakat terhadap muamalah membuka peluang

bagi lembaga-lembaga ekonomi untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut.

Maraknya berbagai lembaga ekonomi syariah di Indonesia saat ini

merupakan fenomena menarik dalam perkembangan dunia perekonomian dan

bisnis. Dalam perkembangannya, muncul salah satu lembaga ekonomi syariah

yaitu asuransi syariah. Kehadirannya merupakan alternatif bagi masyarakat

muslim saat ini yang sangat sensitif terhadap ajaran keagamaan bagi seluruh

aspek kehidupan terutama dalam aspek ekonomi.

Sejak kehadirannya, pertumbuhan asuransi syariah di Indonesia sangat

baik. Hal tersebut terlihat dari banyaknya minat masyarakat yang menjadi

peserta dari berbagai perusahaan asuransi syariah. Hal menarik yaitu terdapat

Page 12: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

2

berbagai kalangan masyarakat yang menjadi peserta asuransi syariah,

sehingga tidak hanya masyarakat muslim, melainkan masyarakat non muslim

yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

Fenomena di atas mencerminkan bahwa kegiatan asuransi syariah

memiliki sifat universal yang diiringi dengan prinsip saling tolong menolong,

bekerja sama, dan saling menanggung di antara sesama peserta saat

mengalami kesulitan, dengan tidak melihat perbedaan agama diantara para

peserta asuransi.

Melihat perkembangan yang kian pesat, maka berbagai perusahaan

asuransi di Indonesia mulai mengeluarkan produk asuransi yang sesuai

dengan syariah. Sehingga saat ini telah banyak perusahaan asuransi yang

membuka usaha asuransi syariah, salah satunya yaitu Prudential Life

Assurance yang merupakan perusahaan asuransi besar di Indonesia.1

Seiring dengan perkembangan dunia asuransi syariah, maka muncul

salah satu produk terbaru dari asuransi jiwa, yaitu produk unit link. Produk

unit link merupakan salah satu produk dari asuransi jiwa yang sedang

berkembang saat ini di samping produk asuransi jiwa tradisional. Produk

tersebut dibentuk dengan mengaitkan antara produk asuransi jiwa dengan

instrumen investasi, dimana peserta akan diberikan dua manfaat sekaligus,

yaitu manfaat pertanggungan risiko (proteksi) dan manfaat investasi

(tabungan).

Tujuan produk unit link yaitu memberikan alternatif bagi para

pemegang polis untuk dapat dengan mudah mengakses investasi mereka dan

mempunyai keunggulan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan biaya

yang disiapkan. Sebenarnya produk semacam ini telah diperkenalkan di

Inggris pada tahun 1960 an dan di Amerika Serikat yang diperkenalkan pada

1 Rusyati dan Abdul Ghafur Anshori, “Pelaksanaan Akad Wakalah Bil Ujrah dalam

Asuransi Jiwa Syariah di PT Prudential Life Assurance BNJ Agency Banjarmasin”, (Jurusan

Kenotariatan : tesis Universitas Gajah Mada, 2015), h., 3, t.d.

Page 13: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

3

tahun 1970 an. Selanjutnya mulai berkembang pada berbagai Negara seperti

Jepang, Hongkong, Taiwan, Cina, Indonesia, dan lain sebagainya.2

Melihat perkembangan yang sangat baik pada produk asuransi jiwa unit

link syariah di Indonesia, membuat pertumbuhan pada asuransi jiwa syariah

semakin meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut dapat dilihat pada data yang

tercatat oleh OJK tahun 2012—2016 mengenai Laporan Perkembagan

Keuangan Syariah sebagai berikut3:

Tahun Jumlah

Perusahaan

Aset (dalam

triliun rupiah)

Investasi (dalam

triliun rupiah)

2012 20 10,02 9,09

2013 20 12,79 11,54

2014 21 18,08 16,4

2015 24 21,73 19,60

2016 27 27,08 24,57

Sumber: Data Statistik dari OJK

Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

menjelaskan tentang laporan Triwulan II dan Laporan Triwulan IV mengenai

pertumbuhan, aset dan investasi pada asuransi jiwa syariah, sebagai berikut4:

Tahun Jumlah

Perusahaan

Aset (dalam

triliun rupiah)

Investasi (dalam

triliun rupiah)

Triwulan III 2017 - 31,32 28,78

Triwulan IV 2017 63 33,48 30,42

Sumber: Data Statistik dari OJK

2 Pungky Jati Aji Suprabawa, “Asuransi Jiwa (Study Tentang Pelaksanaan Link

Assurance di PT. Prudential Life Surakarta)”, (Jurusan Ilmu Hukum : skripsi Universitas

Muhamadiyah Surakarta, 2010), h., 6, t.d.

3 www.ojk.go.id, Laporan Perkembangan Keuangan Syariah 2016, h. 108—109.

4 www.ojk.go.id, Laporan Triwulan IV 2017, h. 121.

Page 14: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

4

Dari pemaparan data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

perkembangan asuransi jiwa syariah mengalami perkembangan setiap tahun

nya. Hal tersebut terlihat dari jumlah perusahaan, perkembangan jumlah aset

dan investasi yang terus mengalami perkembangan.

Berdasarkan data perkembangan di atas, dapat disimpulkan bahwa

produk unit link syariah pada asuransi jiwa menghadapi berbagai tantangan.

Diantaranya yaitu penyesuaian budaya perusahaan, sumber daya manusia

yang paham dengan berbagai konsep syariah dalam mekanisme

operasionalnya, sosialisasi terhadap masyarakat dan tingkat kepercayaan

masyarakat, karena saat ini masyarakat masih beranggapan bahwa tidak ada

perbedaan antara asuransi syariah dengan konvesional, bahkan asuransi

konvensional yang lebih memberikan keuntungan.

Dengan berbagai tantangan tersebut, maka lembaga asuransi syariah

dituntut untuk bekerja secara efektif dan efisien agar masyarakat mulai

tertarik dan beralih, serta lebih transparan agar masyarakat menyadari bahwa

terdapat perbedaan besar antara asuransi syariah dengan konvensional. Akan

tetapi faktanya justru tidak seperti yang diharapkan, masih terdapat beberapa

masalah pada produk unit link syariah, yaitu mengenai penerapan syariah

pada pengelolaannya, prosedur pengajuan klaim dan kurangnya pemahaman

masyarakat.

Saat ini terjadinya berbagai masalah pada kegiatan asuransi syariah

disebabkan oleh peserta yang malas untuk membaca ketentuan polis, padahal

mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup seputar produk unit link,

yang terbilang produk asuransi baru. Yang lebih buruknya, hal tersebut

disertai dengan pemberian pemahaman yang kurang dari agen asuransi dan

penggunaan berbagai istilah yang sulit difahami oleh peserta pada berbagai

ketentuan di dalam polis asuransi syariah.5

Masalah tentang ketidakfahaman peserta terhadap isi polis,

menyebabkan berbagai kesalahfahaman ketika peserta ingin mengajukan

5 Isro Subadri, Guru, Interview Pribadi, Depok, 8 November 2017.

Page 15: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

5

klaim terhadap perusahaan asuransi syariah dan ketika peserta ingin

memutuskan perjanjian sebelum masa akhir pertanggungan. Ketidakfahaman

tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diatarana yaitu penjelasan yang

tidak rinci oleh agen asuransi sejak awal kesepakatan, tidak diberikannya

kesempatan bagi peserta untuk mempelajari isi polis, dan malasnya peserta

dalam membaca ketentuan isi polis.6

Mengenai klaim asuransi, banyak peserta saat ini yang mengeluhkan

tentang prosedur klaim pada produk unit link karena tidak sesuai dengan apa

yang sudah dijanjikan sejak awal oleh agen asuransi. Sehingga membuat

peserta menjadi ragu dengan nilai-nilai syariah yang diterapkan pada

perusahaan asuransi syariah.

Masalah lain yang sering kali muncul dalam hal penggunaan bahasa

yang tidak rinci dan sulit dipahami pada ketentuan polis. Sehingga, hal

tersebut membuat peserta semakin malas untuk membaca ketentuan polis dan

membuat peserta semakin tidak memahami mekanisme operasional unit link,

yang mana hal tersebut akan menimbulkan kerugian bagi pihak peserta.

Masalah dalam penggunaan bahasa yang terjadi yaitu seperti pada

ketentuan akad wakalah bil ujrah, di mana objek yang tercatat di dalam polis

diduga tidak disebutkan secara rinci sebagaimana yang telah dijelaskan di

dalam Fatwa DSN-MUI dan POJK. Hal tersebut akan menimbulkan masalah

bagi perjanjian syariah, karena akad wakalah yang digunakan adalah akad

wakalah bil ujrah, dengan demikian, ketentuan objek harus disebutkan secara

rinci, agar tidak terjadi kerancuan yang akan menimbulkan unsur gharar.

Selain ketentuan objek akad yang tidak lengkap, masalah kedua yaitu

tentang ketentuan ujrah akuisisi. Menurut peneliti perlu diadakan penelitian

lebih lanjut mengenai ujrah akuisisi, karena melihat bahwa ketentuan ujrah

tersebut tidak diatur baik oleh Fatwa DSN-MUI maupun POJK, dan jika tidak

diaplikasikan dengan baik dan benar, maka akan menimbulkan unsur gharar

pada akad asuransi syariah.

6 http://m.liputan6.com/bisnis/read/3113239/tips-beli-polis-asuransi-agar-tidak-tertipu-

agen, 30 September 2017.

Page 16: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

6

Masalah terakhir yaitu pada pembagian porsi dana tabarru’ dan dana

investasi, karena diduga terdapat porsi yang tidak seimbang antara porsi dana

tabarru’, dana investasi dan ujrah bagi perusahaan, sekaligus dalam hal

pemisahan pengelolaan dana tabarru’ dan investasi. Pengelolaan dan

pemisahan kedua dana tersebut menjadi inti dari kegiatan asuransi syariah

terutama dalam produk unit link yang mengandung unsur tabarru’ dan unsur

saving.

Didasari oleh latar belakang yang telah disebutkan, peneliti merasa

perlu dan tertarik untuk menganalisis berbagai ketentuan dalam polis asuransi

jiwa unit link, terutama dalam hal penerapan objek akad wakalah bil ujrah,

ketentuan ujrah akuisisi, jumlah pembagian porsi iuran tabarru’ yang

disetorkan oleh peserta, dan pengelolaan dana investasi peserta, yang akan

ditinjau dari peraturan Fatwa DSN-MUI maupun POJK.

Penelitian ini akan meneruskan dan melengkapi dari penelitian

sebelumnya yaitu penelitian tentang Asuransi Jiwa (Studi Tentang Link

Assurance di PT. Prudential Life Surakarta) oleh Pungky Jati Aji Suprabawa

dan Islamic Unit Linked: Is it Profitable and Fully Sharia Compliance, oleh

Nur Kholis dengan pembahasan yang berbeda. Beberapa perbedaan tersebut

terletak pada tahun, tempat, dan objek penelitian.

Penelitian sebelumnya hanya membahas tentang perbandingan

pengelolaan dana tabarru’, administrasi, dan investasi dengan sistem yang

diterapkan perusahaan asuransi syariah yang dilihat pada peraturan Fatwa

DSN-MUI, UU maupun PMK.

Pada penelitian ini, peneliti akan memfokuskan pada analisis

kesesuaian syariah yang akan dilihat dari ketentuan Fatwa DSN-MUI dan

POJK terhadap ketentuan objek akad wakalah bil ujrah, pengelolaan dana

tabarru’, yang termasuk di dalamnya yaitu tentang pembagian porsi untuk

iuran tabarru’ dan pengelolaan dana investasi, serta ketentuan tentang ujrah

akuisisi pada polis asuransi jiwa unit link syariah PT Prudential Jakarta.

Page 17: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

7

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Masalah tentang ketidakfahaman peserta terhadap isi polis

menimbulkan berbagai masalah yang timbul terkait kesesuaian mekanisme

operasional dari kegiatan asuransi jiwa unit link syariah terhadap berbagai

peraturan yang mengatur tentang asuransi syariah. Oleh karena itu, akan

dikumpulkan berbagai penyebab terjadinya masalah tersebut yang pada

gilirannya nanti akan diteliti sesuai dengan batasan kemampuan peneliti.

Masalah yang dapat diidentifikasikan peneliti adalah sebagai berikut:

a. Tidak diberikannya kesempatan terhadap peserta untuk mempelajari isi

polis.

b. Ketidakfahaman peserta asuransi jiwa unit link syariah terhadap isi

polis karena penggunaan bahasa yang sulit difahami.

c. Terdapat ketidakjelasan porsi persentase untuk berbagai macam ujrah

yang disebutkan pada bab ujrah.

d. Terdapat kerancuan terhadap jumlah pembagian porsi dana tabarru’

pada isi polis.

e. Terdapat ketidakjelasan mengenai penerapan objek dari akad wakalah

bil ujrah.

f. Terdapat ketidakjelasan mengenai pengelolaan dana tabarru’ dan dana

investasi peserta asuransi.

g. Terdapat ketidakjelasan terhadap penerapan ujrah akuisisi yang

menjadi beban pemegang polis atau peserta.

2. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini, peneliti

membatasi masalah yang akan dibahas sehingga pembahasannya akan

lebih jelas dan terarah sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti. Dalam

penelitian ini, peneliti hanya akan membatasi penelitiannya pada polis

asuransi jiwa unit link syariah Prudential Jakarta sebagai objek dari

penelitian. Adapun masalah yang akan diteliti yaitu tentang ketentuan

Page 18: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

8

objek akad wakalah bil ujrah, pengelolaan dana tabarru’, yang termasuk

di dalamnya yaitu tentang pembagian porsi untuk iuran tabarru’, dan

pengelolaan dana investasi, serta ketentuan tentang ujrah akuisisi yang

terdapat pada isi polis yang bersangkutan.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah

ditulis di atas, maka peneliti merumuskan masalahnya yaitu kesesuaian

syariah terhadap polis asuransi jiwa unit link syariah Prudential Jakarta.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut penulis menguraikannya

dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

a. Apakah penerapan objek akad wakalah bil ujrah dalam polis telah

memenuhi kriteria yang disebutkan di dalam Fatwa DSN-MUI dan

POJK?

b. Bagaimana pengelolaan dana tabarru’ dan dana investasi dalam

mekanisme operasional asuransi jiwa unit link syariah?

c. Bagaimana ketentuan tentang ujrah akuisisi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui kesesuaian penerapan objek akad wakalah bil ujrah

pada polis terhadap Fatwa DSN-MUI dan POJK.

b. Untuk mengetahui pengelolaan dana tabarru’, yang termasuk di

dalamnya tentang pembagian porsi untuk iuran tabarru’, dan

pengelolaan dana investasi dalam mekanisme operasional asuransi jiwa

unit link syariah.

c. Untuk mengetahui ketentuan mengenai ujrah akuisisi.

Page 19: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

9

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut :

a. Akademisi

Menambah khazanah pengetahuan, melengkapi, dan memberikan

informasi terkait tinjauan hukum terhadap isi polis pada asuransi jiwa unit

link syariah Prudential Jakarta.

b. Praktisi

Menambah sumbangan wacana pemikiran dan motivasi kepada praktisi

dalam mengevaluasi tinjauan hukum terhadap isi polis pada asuransi jiwa

unit link syariah Prudential Jakarta.

c. Peserta Asuransi Syariah

Memberikan dan menambah pengetahuan para peserta asuransi syariah,

khususnya peserta asuransi jiwa unit link syariah dalam memahami

ketentuan yang tertera di dalam polis agar tidak mudah tertipu oleh agen.

d. Masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat dan memberikan informasi mengenai

isi polis pada asuransi jiwa unit link syariah Prudential Jakarta.

D. Metode Penulisan Skripsi

Dalam penyusunan penelitian ini, peneliti mengacu kepada Buku

Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2017.

E. Kerangka Teori dan Konseptual

1. Kerangka Teori

Sistem hukum nasional berasal dari nilai-nilai The Living Law yang

menyebabkan masyarakat berharap bahwa nilai-nilai hukum Islam tidak

hanya masuk ke dalam hukum nasional, akan tetapi menjadi bagian

Page 20: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

10

penting dalam sistem hukum yang dibangun. Salah satunya yaitu sistem

hukum ekonomi syariah.7

Maqashid syariah menduduki posisi yang sangat penting dalam

merumuskan ekonomi syariah dan pembentukan regulasi keuangan

syariah. Tanpa maqashid syariah, maka regulasi seperti Fatwa akan

kehilangan substansi kesyariahannya, karena dengan maqashid maka

hukum akan bersifat fleksibel sesuai dengan perkembangan zaman.8

Menurut Asy-syatibi maslahat adalah bagian dari konteks maqashid.

Beliau mengatakan bahwa tujuan utama pembuatan hukum syariah adalah

tahqiq mashalih al-khalqi (merealisasikan kemaslahatan makhluk), bahwa

kewajiban syariat adalah untuk memelihara maqashid (memelihara agama,

jiwa, akal, kehormatan dan keturunan, dan harta).9

Penjelasan di atas menegaskan bahwa kedudukan Fatwa sangat

penting dalam mendudukan status kesyariahan suatu produk keuangan

syariah. Hal tersebut karena ijtihad yang terkandung di dalam Fatwa

mengandung unsur maqashid yang tidak lain adalah untuk kemaslahatan

umat.

Fatwa menjadi landasan dalam pembuatan hukum perundang-

undangan, sehingga meskipun bukan merupakan hukum positif, Fatwa

dapat dikodifikasi menjadi peraturan perundang-undangan, sehingga

berkekuatan hukum mengikat. Seperti sebelum adanya peraturan nasional

dan belum diserap ke dalam peraturan perundang-undangan perihal aturan

ekonomi syariah, Fatwa dijadikan sebagai dasar hukum dan dasar untuk

memutus.

7 Andi Fariana, “Urgensi Fatwa MUI dalam Pembangunan Sistem Hukum Ekonomi Islam

di Indonesia”, Jurnal Al Ahkam, (juni 2017), h. 95.

8 http://sofyanhotel.com/workshop-eksekutif-aplikasi-maqashid-syariah-pada-ekonomi-

keuangan-perbankan-syariah-10-11-juni-2015-di-jakarta, 5 Juni 2018.

9 Galuh Nashrullah Kartika Mayangsari R. dan H. Hasni Noor, “Konsep Maqashid

Syariah dalam Menentukan Hukum Islam (Perspektif Al-Syatibi dan Jasser Auda)”, Jurnal Al

Iqtishadiyah, (Desember 2014), h. 53.

Page 21: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

11

Jika ditelusuri lebih lanjut perihal pemberlakuan hukum Islam di

Indonesia, terdapat satu teori, yaitu teori eksistensi yang dikemukakan oleh

H. Ictijanto S.A., yang merupakan seorang dosen pengajar mata kuliah

Kapita Selekta Hukum Islam dan Sejarah Hukum Islam pada Fakultas

Pascasarjana Universitas Indonesia.10

Menurut teori eksistensi, bahwa adanya hukum Islam di dalam hukum

nasional. Sehingga keberadaan hukum Islam di dalam hukum nasional,

merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah. Bahkan lebih dari

itu, hukum Islam merupakan unsur utama dari hukum nasional.11

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa hukum nasional Indonesia adalah hukum nasional

yang bersumber pada falsafah Negara pancasila. Hukum nasional memuat

nilai-nilai kebinekaan, pancasila, terutama keyakinan agama, sebagaimana

yang dimuat dalam pancasila nomor satu. Oleh karena itu, jelas sekali

bahwa hukum agama harus ada dalam hukum nasional, salah satunya yaitu

Fatwa.12

Menurut Pasal 1 angka 2 UU No. 12/2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan, bahwa Fatwa DSN-MUI bukan

merupakan salah satu dari produk perundang-undangan, sehingga

kedudukannya tidak mengikat, karena MUI merupakan sebuah organisasi

alim ulama umat Islam, bukan institusi milik Negara.

Fatwa MUI bukan hukum Negara yang bisa dipaksakan, tidak

memiliki sanksi, dan harus ditaati oleh seluruh warga Negara, karena

hadirnya Fatwa atas dasar kebutuhan dan didukung oleh masyarakat.

Sehingga Fatwa MUI bertugas dan berwenang untuk memastikan

10

A. Rahmat Rosyadi dan H.M. Rais Ahmad, Formalisasi Syariat Islam dalam Perspektif

Tata Hukum Indonesia, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2006), h. 87.

11 Mustofa dan Abdul Wahid, Hukum Islam Kontemporer (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),

h. 150.

12 A. Kusmedi Ja‟far, “Teori-teori Pemberlakuan Hukum Islam”, Jurnal Hukum dan

Ekonomi Islam, (Juni 2012), h. 5.

Page 22: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

12

kesesuaian syariah terhadap produk ekonomi yang telah diatur oleh

peraturan perundang-undangan.13

Melihat tujuan Fatwa MUI yang harus ditaati oleh seluruh masyarakat,

maka Fatwa perlu di transformasikan ke dalam peraturan perundang-

undangan agar Fatwa bersifat mengikat dan ditaati oleh seluruh pelaku

bisnis syariah.14

Oleh karena itu, Fatwa MUI merupakan solusi yang

dianggap mampu memberikan pedoman dan rujukan. Selain itu, bahwa

Fatwa menjadi substansi dalam berbagai produk perundang-undangan,

sehingga Fatwa menjadi materi dalam pembentukan perundang-

undangan.15

Dapat disimpulkan bahwa Fatwa DSN-MUI bukan merupakan suatu

bentuk peraturan sebagaimana hierarki dalam tata aturan hukum positif

yang memiliki kekuatan mengikat, namun Fatwa dapat memiliki kekuatan

yang mengikat setelah ditransformasikan ke dalam hukum positif. Seperti

dalam penelitian ini yang akan digambarkan pada bagan kerangka

konseptual, acuan peraturan yang akan digunakan yaitu dengan

mengkombinasikan antara Fatwa DSN-MUI dengan POJK yang mengatur

tentang asuransi syariah.

2. Kerangka Konseptual

Untuk memudahkan penelitian ini, peneliti membuat kerangka

pemikiran yang bertujuan untuk membentuk suatu konsep penelitian dari

awal hingga akhir yang digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

13

Andi Fariana, “Urgensi Fatwa MUI dalam Pengembangan Sistem Hukum Ekonomi

Islam di Indonesia”, Jurnal Hukum dan Pranata Sosial, Vol. 12, (Juni 2013), h. 99—100.

14 Ibid., h. 100.

15 Ibid., h. 102.

Page 23: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

13

aaaaa

Analisis Kesesuaian Syariah terhadap Polis

Asuransi Jiwa Unit Link Syariah

Wawancara

Analisis Hasil Wawancara dan Simpulan

Peserta Asuransi

Syariah

Konsultan dan Agen

Prudential Syariah

Pegawai (Call

Center) Prudential

Syariah

Analisis Perbandingan

Fatwa DSN-MUI

No. 52 Tahun

2006 dan No. 53

Tahun 2006

POJK No. 23

Tahun 2015, No.

69 Tahun 2016,

dan No. 72 Tahun

2016

Polis Asuransi Jiwa

Unit Link Syariah

Prudential

Simpulan

Page 24: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

14

Kerangka konseptual tersebut menjelaskan bahwa, dalam penelitian

ini, masalah yang akan dibahas yaitu mengenai analisis kesesuaian syariah

terhadap isi polis asuransi jiwa unit link syariah pada PT Prudential Life

Assurance Jakarta. Langkah selanjutnya yaitu dengan mewawancarai

peserta asuransi syariah, konsultan, agen, dan pegawai (call center)

Prudential syariah. Setelah peneliti mendapatkan data berdasarkan hasil

wawancara, kemudian peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan

ketentuan Fatwa DSN-MUI dan POJK.

Tahap kedua yaitu, setelah peneliti mendapatkan simpulan dari hasil

wawancara, kemudian peneliti membandingkan antara isi polis asuransi

jiwa unit link syariah dengan peraturan Fatwa DSN-MUI dan POJK.

Peraturan tersebut digunakan, karena keduanya saling mendukung dan

Fatwa akan menjadi hukum positif apabila ditransformasikan kepada

hukum positif Negara.

Perbandingan tersebut bertujuan untuk mendukung hasil wawancara

sebelumnya, memperkuat hukum yang akan digunakan sebagai alat untuk

mengukur kesesuaian syariah, dan agar penelitian yang dihasilkan sesuai

dengan harapan peneliti serta dapat dipertanggung jawabkan

kebenarannya.

Tahap terakhir yaitu, setelah menganalisis hasil wawancara dan

membandingkan antara ketentuan Fatwa DSN MUI dan POJK, maka

peneliti membuat suatu kesimpulan terkait dengan kesesuaian syariah pada

tiga persoalan yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini.

F. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi, pembatasan,

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penulisan

skripsi, kerangkan konseptual yang bertujuan untuk memberikan pemahaman

terhadap alur penelitian ini, dan sistematika penulisan.

Page 25: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

15

BAB II Tinjauan Pustaka

Pada bab ini diawali dengan pemaparan teori-teori yang berkaitan dengan

penelitian agar tidak terjadi kerancuan pemahaman terhadap istilah-istilah dan

teori yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti teori kesesuaian syariah,

teori asuransi jiwa, teori polis asuransi, teori unit link.

Bagian kedua pada bab ini yaitu pemaparan tentang studi review

terdahulu yang bertujuan untuk melihat hasil penelitian terdahulu yang

pembahasannya sama dengan penelitian ini dan untuk mencari perbedaan

pada masalah yang diangkat.

BAB III Metodologi Penelitian

Pada bagian awal bab ini memaparkan tentang berbagai jenis metode

yang digunakan sehubungan dengan penelitian ini, yaitu terdiri dari jenis

penelitian, jenis pendekatan, jenis data, responden, teknik pengumpulan data,

teknik pengolahan data, subjek-objek penelitian.

Pada bagian kedua menjelaskan secara singkat profil perusahaan yang

terdiri dari perkembangan perusahaan, misi dan kredo perusahaan, berbagai

produk yang dimiliki oleh perusahaan asuransi syariah Prudential, dan yang

terakhir yaitu produk unit link syariah account.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bagian awal bab ini yaitu mengenai analisis terhadap hasil

wawancara terhadap konsultan, agen, dan call center Prudential. Kemudian

untuk bagian kedua terdiri dari tabel perbandingan antara ketentuan Fatwa

DSN-MUI No 53 Tahun 2006 Tentang Akad Tabarru’ dan Fatwa No. 52

Tahun 2006 Tentang Akad Wakalah Bil Ujrah, beberapa peraturan OJK

terkait, dan Polis asuransi jiwa unit link syariah.

BAB V Penutup

Pada bab ini terdiri dari Simpulan dan Saran.

Page 26: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kesesuaian Syariah

Kesesuaian syariah merupakan sebuah pernyataan tertulis yang

dikeluarkan oleh DSN-MUI terhadap suatu kegiatan ekonomi, bahwa

kegiatan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Pernyataan

mengenai kesesuaian syariah mengacu kepada Fatwa yang telah disahkan.

Dapat disimpulkan, bahwa setiap kegiatan ekonomi akan dikatakan sesuai

dengan prinsip syariah apabila dinyatakan telah sesuai dengan ketentuan

Fatwa.

Terdapat tiga parameter yang digunakan untuk menentukan suatu

kebijakan atau kegiatan ekonomi sesuai dengan prinsip syariah. Pertama

terbebas dari transaksi yang dilarang, seperti riba, gharar, maysir, dan

lainnya. Kedua, produk tersebut sesuai dengan akad syariah, sebagaimana

yang telah diatur oleh Fatwa DSN-MUI. Dengan akad syariah, maka akan

memperjelas hak dan kewajiban para pihak yang terlibat dalam akad. Dan

ketiga yaitu menjaga adab islami dalam bermuamalah, seperti bekerja secara

professional dan berlaku adil.1

Asuransi jiwa unit link merupakan salah satu bentuk muamalah

kontemporer yang perlu dilakukan analisis kesesuaian syariah terhadap

kegiatan operasionalnya. Hal tersebut dilakukan, karena terdapat beberapa

perusahaan asuransi syariah yang masih keliru dalam penerapan berbagai

ketentuan yang diatur oleh Fatwa DSN-MUI maupun POJK tentang asuransi

syariah.

Hadirnya Fatwa DSN-MUI tentang asuransi syariah, untuk

mempertimbangkan kegiatan asuransi yang telah ada sebelumnya karena

tidak sesuai dengan prinsip syariah, dan untuk menciptakan suatu

1 http://m.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/18/04/03/p6m3h4416-

konsultasi-syariah-parameter-kesesuaian-syariah, 03 April 2018.

Page 27: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

17

kemaslahatan dalam kehidupan di dunia dan di akhirat yang terangkum dalam

al maqashid syari’ah.2

Acuan Fatwa dalam memberikan pernyataan kesesuaian syariah

terhadap kegiatan asuransi adalah pada ayat Al qur‟an dan hadist sebagai

berikut:

البر والت قوى ول ت عاون على اإلثم والعدوان والت قوا اهلل إن اهلل شديد العقاب و ت عاون على

Artinya: “… tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan

dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.

Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”

(QS AL Maidah: 2).

Ayat tersebut memuat perintah untuk saling tolong menolong diantara

sesama manusia. Dengan perintah tersebut, terlihat dalam kegiatan asuransi

syariah dimana para peserta diwajibkan untuk memberikan dana hibah berupa

iuran tabarru’ yang akan dikumpulkan dalam suatu rekening khusus yang

akan digunakan untuk menolong peserta lain yang mengalami musibah.

ما اصاب من مصيبة ال بإذن اهلل

Artinya: “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang

kecuali dengan izin Allah …” (QS At Taghabun: 11).

سب غدا وما إن اهلل عنده علم الساعة وي ن زل الغيث وي علم ما في الرحام وما تدري ن فس ماذا تك

ر تدري ن فس ب اي ارض تموت إن اهلل عليم خبي

Artinya: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisiNya sajalah pengetahuan

tentang hari kiamat, dan Dialah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa

yang ada di dalam rahim. Dan tidak seorangpun yang dapat mengetahui

dengan pasti apa yang kan diusahakan besok; dan tidak seorangpun yang

2 Mustofa dan Abdul Wahid, Hukum Islam Kontemporer (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),

h. 6.

Page 28: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

18

dapat menggetahui di bumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah maha

mengetahui lagi maha mengenal.” (QS Luqman: 34).

Menurut penjelasan yang terkandung di dalam tafsir Ibn. Katsir, surat

At-Taghabun ayat 11, Ibn. Abbas mengatakan bahwa ayat tersebut bermakna

musibah yang akan terjadi dan menimpa manusia adalah atas perintah Allah,

yaitu atas kekuasaan-Nya dan kehendak-Nya.

Pada surat Luqman ayat 34 dijelaskan bahwa, tidak ada seorangpun

yang dapat mengetahui kapan ia akan mati, yaitu dinegerinya atau bahkan di

negeri lain di antara negeri-negeri yang ada. Penafsiran tersebut juga semakna

dengan surat Al-An‟am ayat 59 bahwa hanya di sisi-Nya lah kunci-kunci

semua yang gaib, tidak ada yang mengetahui kecuali Allah semata.3

Menurut kedua penjelasan diatas, bahwa segala musibah yang akan

terjadi dan telah terjadi adalah atas kehendak Allah. Tidak ada seorangpun

yang mengetahui kapan dan dimana musibah akan terjadi. Oleh karena itu, di

era seperti saat ini, yang mana segala sesuatu membutuhkan dana yang besar

terutama pada risiko yang terjadi harus menggunakan suatu metode yang

akan memberikan kemudahan dan ketenangan bagi manusia dalam

menghadapai berbagai risiko tersebut, yaitu dengan ikut serta dalam kegiatan

asuransi syariah.

ا عن ابي ىري رة )رض( قال: إق تت لت إمراتان من ىذ يل ف رمت إحداىما الخرى بحجر ف قت ل ت

ا فاختصموا إلى النبي صلى اهلل عليو وسلم ف قضى رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم: وما في بطن

ا ولد ا و ورث ا غرة عبد او وليدة وقضى بد ية المراة على عاقلت م ان دية جنين ىا و من مع

ذلي ل ف قال حمل ابن النابغة ال : يا رسول اهلل كيف ي غرم من ل شرب ول أكل ول نطق ول است

ان من أج ل فمثل ذلك يطل ف قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم: إنما ىذا من إخواان الك

عليو( سجعو الذي سجع )مت فق

3 Ibn. Katsir, Tafisr Ibn. Katsir.

Page 29: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

19

Artinya: “Abu Hurairah r.a. menyampaikan, “Dua orang perempuan

dari suku Hudzail bertengkar. Salah seorang melempar yang lain dengan batu

sehingga ia dan anaknya masih ada dalam kandungannya mati. Keluarga

korban lalu mengadukan hal ini kepada Rasulullah saw. Beliau memutuskan,

bahwa denda janin dalam perut harus dibayar dengan memerdekakan seorang

budak laki-laki atau perempuan, dan denda perempuan yang dibunuh

diberikan kepada ashabah yang diwariskan kepada anak-anak dan ahli waris

mereka. Hamal bin an-Nabighah al-Hudzaili lalu berkata, wahai Rasulullah,

bagaimana mungkin ada denda terhadap janin yang belum bisa makan

maupun minum, dan juga belum bisa bicara maupun bersuara? Harusnya hal

itu dibebaskan. Rasulullah saw bersabda “Sesungguhnya orang ini pasti

berasal dari saudara-saudara tukang tenung.” Itu karena ucapannya yang

bersajak”. (muttafaq „alaih).4

Hadist tersebut menjelaskan tentang tradisi aqilah yang diterapkan pada

masa jahiliyah. Tradisi tersebut dimana kerabat dari orang tua laki-laki

memiliki kewajiban untuk menanggung denda jika salah seorang dari satu

suku membunuh seseorang dari suku lain.

Menurut M. Muhsin Khan, bahwa ide pokok dari aqilah adalah suku

arab zaman dahulu harus siap untuk berkontribusi atas nama pembunuh untuk

membayar pewaris korban. Hal tersebut sana dengan membayar premi dalam

praktik asuransi dan kompensasi yang dibayar berdasarkan aqilah sama

dengan nilai pertanggungan. Oleh karena itu, hal tersebut sama dengan

bentuk perlindungan finansial untuk pewaris atas kematian korban yang tidak

diharapkan.5

ب عن ابي ىري رة )رض( عن النبي صلى اهلل عليو وسلم قال: من ن فس عن مسلم كربة من كر

ن يا ن فس اهلل عن ن يا الد و كربة من كرب ي وم القيامة ومن يسر على معسر يسر اهلل عليو في الد

4 Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqlani, Terjemahan Lengkap Bulughul Maram (Jakarta:

Akbarmedia, 2015), h. 320—321.

5 https://www.kompasiana.com/luthfidamanhuri/hadist-yang-dijadikan-landasan-asuransi-

jiwa-syariah, 3 Juni 2018.

Page 30: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

20

ن يا واآلخرة واهلل في عون العبد ما كان العبد ف ي عون واآلخرة ومن ست ر مسلما ست ره اهلل في الد

أخرجو مسلم(أخيو )

Artinya: “Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, nabi Muhammad

bersabda: “Barang siapa yang melepaskan kesusahan seorang muslim di

antara kesusahan-kesusahan dunia, niscaya Allah akan melepaskan

kesusahannya di antara kesusahan-kesusahan hari kiamat. Barangsiapa

memudahkan orang yang sedang kesulitan, niscaya Allah akan memberinya

kemudahan di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa menutupi aib seorang

muslim, niscaya Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah

akan selalu menolong seorang hamba selama ia mau menolong saudaranya”.

(HR Muslim).6

Hadist tersebut dijadikan sebagai landasan dalam kegiatan asuransi

syariah, karena dalam kegiatannya asuransi syariah memiliki satu unsur yang

sangat penting yaitu saling tolong menolong. Tolong menolong disini berarti

diantara satu peserta dengan peserta yang lain telah melepaskan satu kesulitan

dan kesusahan orang lain, yang mana perbuatan tersebut akan dibalas oleh

Allah SWT.

ا او ات وكل؟ عن انس إبن مالك )رض( قال: قال رجل يارسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم اعقل

ا و ت وك قال: اعقل

Artinya: ”Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, bertanya seorang

kepada Rasulullah SAW, tentang (untanya): “Apa unta ini saya ikat saja atau

langsung saya bertawakal pada (Allah SWT)?” bersabda Rasulullah SAW:

“Pertama ikatlah unta itu kemudian bertawakalah kepada Allah SWT.” (HR.

at-Turmudzi).7

6 Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqlani, Terjemahan Lengkap Bulughul Maram (Jakarta:

Akbarmedia, 2015), h. 404—405.

7 Imam Nawawi, Riyadush Shalihin BAB I Jilid 7 Tentang Keyakinan dan Tawakal.

Page 31: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

21

Hadist tersebut menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan takwa

adalah bukan semata-mata menyerahkan segala urusan kepada Allah tanpa

didampingi dengan usaha. Akan tetapi, takwa adalah usaha yang telah

dilakukan, kemudian menyerahkan segala urusan kepada Allah yang disebut

dengan ikhtiar. Seperti halnya dengan berasuransi, bukan berarti manusia

tidak percaya kepada takdir Allah. Namun dengan ketakwaannya kepada

Allah, maka ia berusaha dengan ikut serta dalam kegiatan asuransi syariah

untuk meminimalisir risiko yang akan terjadi.

B. Asuransi Jiwa

1. Pengertian Asuransi Jiwa

Asuransi dikelompokkan ke dalam dua bentuk, yaitu asuransi

kerugian dan asuransi jiwa. Dalam literatur Islam, asuransi jiwa dikenal

dengan istilah ta’min al-asykhash. Asuransi jiwa yaitu perjanjian antara

dua pihak atau lebih, yang mana pihak penanggung mengikatkan diri

kepada pihak tertanggung dengan menerima premi asuransi, yang nantinya

akan digunakan untuk memeberikan suatu pembayaran yang didasarkan

atas hidup atau mati nya peserta.8

Usaha asuransi jiwa syariah menurut UU No. 40 Tahun 2014 yaitu

usaha pengelolaan risiko berdasarkan prinsip syariah guna saling

menolong dan melindungi dengan memberikan pembayaran yang

didasarkan pada meninggal atau hidupnya peserta, atau pembayaran lain

kepada peserta atau pihak lain yang berhak pada waktu tertentu yang

diatur dalam perjanjian, yang besarnya telah ditetapkan dan/atau

didasarkan pada hasil pengelolaan dana.9

Asuransi jiwa merupakan bentuk asuransi yang mempertanggungkan

jiwa seseorang, dimana penanggung berjanji akan membayar sejumlah

8 Amin Suma, Asuransi Syariah & Asuransi Kovensional (Tangerang: Kholam

Publishing, 2006), h. 42—43.

9 UU No. 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, Pasal 1 Ayat 9.

Page 32: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

22

uang kepada orang yang disebutkan di dalam polis apabila mengalami

risiko kematian atau risiko lainnya sesuai dengan kesepakatan.10

Jasa yang diberikan oleh asuransi jiwa berkaitan erat dengan

ketidakpastian produktivitas ekonomis manusia, seperti kematian, PHK,

dan kemungkinan atas terjadinya cacat. Karena faktor-faktor tersebutlah

banyak orang yang rela untuk membayar premi guna mendapatkan

manfaat dari asuransi jiwa. Manfaat tersebut antara lain, santunan bagi

tertanggung ketika meninggal dunia, cadangan dana untuk pensiun, dan

menghindari pajak pendapatan.11

2. Plan Dasar Asuransi Jiwa

Secara garis besar plan dasar asuransi jiwa terbagi menjadi tiga

bagian, yaitu:

a. Term Insurance, yaitu plan di mana manfaat akan diberikan apabila

peserta meninggal dunia dan dalam kurun waktu asuransi berjangka itu

berlaku.

b. Endowment Insurance (asuransi dwiguna), yaitu asuransi yang berlaku

untuk satu kurun waktu tertentu. Tetapi, asuransi dwiguna menyediakan

satu bentuk santunan yang sama dengan jumlah santunan, dengan tidak

memperdulikan hidup atau meninggalnya tertanggung sampai akhir

kurun waktu yang dipilih atau meninggal selama kurun waktu tersebut.

c. Whole Life Insurance (asuransi seumur hidup), yaitu menyediakan

penutupan asuransi selama hidupnya tertanggung. Pada plan tersebut

tidak ada batas akhir yang pasti tentang jangka waktu penutupan.12

10

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 309.

11 Martono, Bank & Lembaga Keuangan Lain (Yogyakarta: EKONISIA, 2010), h. 154.

12 Muhamaad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem

Operasional (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h. 215—216.

Page 33: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

23

3. Sistem Asuransi Jiwa

Asuransi jiwa merupakan salah satu bentuk asuransi yang berkaitan

dengan bahaya dan risiko yang dapat menimpa jiwa seseorang, seperti luka

akibat kecelakaan, sakit, meninggal, atau pensiun. Dari risiko-risiko

tersebut asuransi jiwa memiliki beberapa model yaitu asuransi hidup,

kecelakaan, sosial, dan asuransi sakit.13

Model asuransi jiwa dalam konsep asuransi hidup yaitu merupakan

kesepakatan peserta dengan perusahaan asuransi untuk membayar

kontribusi secara berkala dengan kompensasi perusahaan harus

memberikan sejumlah uang kepada peserta atau ahli waris yang telah

disepakati sebelumnya, ketika peserta telah mencapai usia tertentu atau

meninggal dunia. Nominal yang dapat diberikan dalam bentuk kontan atau

pemasukan bulanan sesuai dengan kesepakatan.14

Asuransi jiwa syariah memiliki beberapa produk yang mengandung

unsur tabungan, diantaranya yaitu produk dana hari tua, dana pendidikan,

dana haji, dana investasi, dan produk asuransi dana kesejahteraan

keluarga.15

Program tersebut memuat beberapa aturan dimana setiap peserta

disyaratkan untuk membayar kontribusi sesuai dengan kemampuan

peserta, namun tidak kurang dari jumlah minimal yang ditentukan oleh

perusahaan dengan cara pembayaran secara berkala selama masa asuransi.

Kontribusi yang dibayarkan oleh peserta terdiri atas unsur tabungan

dan tabarru’, yang mana unsur tabarru’ diambil dari tabel moralita yang

13

Husain Husain Syahatah, Asuransi dalam Perspktif Syariah (Jakarta: AMZAH, 2006),

h. 5—6.

14 Husain Husain Syahatah, Asuransi dalam Perspktif Syariah, h. 22.

15 Machzumy Ibrahim, Dasar-dasar Asuransi Syariah (Jakarta: PT PP Mardi Maluyo,

t.th.), h. 87.

Page 34: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

24

besarnya tergantung pada usia dan masa perjanjian. Besarnya tabungan

berada pada 0,75%-12%.16

Pada produk dana investasi, setiap kontribusi berkala yang dibayarkan

oleh peserta dibagi ke dalam dua rekening yang terpisah yaitu rekening

tabungan dan rekening tabarru’ yang akan dibagikan kepada ahli waris

dari peserta yang meninggal dunia dalam masa asuransi. Dalam hal ini

rekening tabungan peserta menampung pengakumulasian simpanan,

sedangkan rekening tabarru’ merupakan kumpulan dana bersama para

peserta yang dapat dibayarkan pada saat meninggalnya peserta.17

4. Mekanisme Pengelolaan Risiko

Asuransi jiwa syariah memiliki cara kerja yang mirip dengan plan-

plan unit link, kecuali jika dana investasi tidak diinvestasikan ke dalam

“unit trust” tetapi pada instrument investasi yang berbeda. Kontrak

asuransi jiwa syariah didasarkan pada prinsip mudharabah dan tabarru’.

Asuransi jiwa syariah membagi kontribusi peserta ke dalam dua bentuk

yaitu rekening tabungan dan rekening risiko yang dalam hal ini disebut

sebagai rekening tabarru’.

Peserta asuransi syariah berkedudukan sebagai pemilik dana dan

perusahaan sebagai pengelola dana. Kedua bentuk dana akan

diinvestasikan secara bersama-sama atau terpisah, dan setiap keuntungan

akan dibagikan sesuai dengan kesepakatan. Keuntungan dari hasil

investasi kemudian dialokasikan kepada rekening tabarru’ dan rekening

risiko secara proporsional (jika kedua jenis dana kontrsibusi diinvestasikan

bersama-sama). Biaya moralita, reasuransi, cadangan, biaya manajemen,

dan komisi dikurangi dari rekening risiko.

16

Abdullah Amrin, Asuransi Syariah: Keberadaannya dan Kelebihannya di Tengah

Asuransi Konvensional (Jakarta: PT Elex Media Kompetindo, 2006), h. 68.

17 Machzumy Ibrahim, Dasar-dasar Asuransi Syariah (Jakarta: PT PP Mardi Maluyo,

t.th.), h. 88—89.

Page 35: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

25

C. Polis Asuransi

Polis Asuransi yaitu menurut POJK No. 23 Tahun 2015 Tentang

Produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi, yang dimaksud dengan

polis asuransi yaitu akta perjanjian asuransi atau dokumen lain yang

dipersamakan dengan perjanjian akta perjanjian asuransi, serta dokumen lain

yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan perjanjian

asuransi, yang dibuat secara tertulis dan memuat perjanjian antara pihak

perusahaan asuransi dan pemegang polis.18

Pasal 255 KUHD menyatakan bahwa setiap pertanggungan harus dibuat

secara tertulis dalam suatu akta yang dinamakan polis. Dari pernyataan

tersebut dapat disimpulkan bahwa polis asuransi merupakan bukti tertulis atau

surat perjanjian antara pemegang polis atau peserta asuransi dengan

perusahaan asuransi. Dengan demikian, polis memegang peranan penting

dalam menjaga konsistensi perjanjian antara para pihak dan membuat

perjanjian para pihak berkekuatan hukum tetap.

Polis asuransi termasuk ke dalam jenis perjanjian baku, karena pada

bentuk dokumen polis terdapat perjanjian yang klausulnya telah dirancang

oleh perusahaan asuransi, sedangkan peserta atau pemegang polis hanya

diminta untuk menerima atau menolak isi perjanjian. Selain itu, di dalam

polis juga terdapat klausula baku yang akan merugikan peserta, sehingga

ketentuan klausula tersebut diatur oleh OJK.

Polis juga memiliki beberapa manfaat diantaranya yaitu, sebagai bukti

jaminan atas uang tunai ganti rugi yang akan diberikan oleh perusahaan

asuransi dan juga sebagai bukti pembayaran kontribusi atau premi dari

peserta kepada perusahaan asuransi.19

Polis asuransi memuat hal-hal sebagai berikut yaitu nomor polis, nama

dan alamat tertanggung, uraian risiko, uraian pengelolaan investasi, jumlah

18

POJK No. 23 Tahun 2015 Tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi,

Pasal 1 ayat 6.

19 Martono, Bank & Lembaga Keuangan Lain (Yogyakarta: EKONISIA, 2010), h. 150.

Page 36: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

26

pertanggungan, jangka waktu pertanggungan, besar kontribusi, bea materai,

bahaya-bahaya yang dijaminkan, dan berbagai ketentuan lainya sesuai dengan

kesepakatan para pihak .20

D. Unit Link

1. Pengertian Unit Link

Unit link syariah menurut Mila Sartika yaitu, suatu bentuk gabungan

asuransi sekaligus investasi dalam memberikan pola pengembalian untuk

menghadapi suatu risiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan prinsip

syariah.21

Unit link dapat dikatakan sebagai bentuk asuransi jiwa yang

mengandung unsur tabungan. Produk tersebut dapat memberikan bentuk

perlindungan untuk perorangan yang mengikatkan dan merencanakan

pengumpulan dana sebagai investasi yang diperuntukan bagi ahli waris

jika peserta meninggal dunia atau sebagai bekal untuk hari tua peserta.22

2. Gambaran Umum Unit Link

Produk asuransi syariah merupakan suatu model proteksi yang

ditawarkan oleh perusahaan asuransi kepada masyarakat agar menjadi

peserta dari sebuah perkumpulan pertanggungan yang secara materi akan

memberikan keamanan untuk harta dan jiwa.

Proteksi yang diberikan untuk melindungi harta dan jiwa disebut

dengan asuransi jiwa dan asuransi kerugian. Kedua bentuk asuransi terebut

memiliki manfaat yang berbeda dan mekanisme yang berbeda. Akan tetapi

20

Martono, Bank & Lembaga Keuangan Lain (Yogyakarta: EKONISIA, 2010), h. 150—

151.

21 Mila Sartika, “Konsep dan Implementasi Dana Premi Unit Link Syariah”, Jurnal

Asuransi dan Manajemen Resiko, Vol. 1, 2, (September 2013), h. 26.

22 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: EKONISIA,

2005), h. 128.

Page 37: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

27

keduanya menganut prosedur akad yang sama, yaitu saling tanggung

menanggung (takafuli).23

Unit link merupakan kegiatan baru yang tercipta dari asuransi jiwa,

yang mana asuransi jiwa yang telah ada sebelumnya, merupakan bentuk

asuransi jiwa tradisional. Sedangkan untuk unit link merupakan bentuk

asuransi jiwa yang memberikan dua manfaat sekaligus, yaitu manfaat

proteksi dan investasi.

Produk unit link mengacu pada suatu perencanaan asuransi jiwa

dimana elemen investasi dari setiap kontribusi ditempatkan dalam unitized

fund yang sesuai dengan nilai pasar pada saat kontribusi dibayarkan.

Benefit akan dinyatakan dalam unit-unit pada nilai pasar saat benefit

dibayarkan. Bidang investasi yang dapat dipilih cukup luas, yaitu seperti

reksa dana, saham, dan lain sebagainya.24

Menurut cara kerja unit link, sebagian dari kontribusi yang dibayarkan

oleh peserta akan diinvestasikan ke dalam unit-unit dari suatu unit trust

atau suatu internal unitized life fund. Hasil investasi bersih, setelah

dipotong pajak, akan digunakan untuk tambahan unit-unit yang di

alokasikan ke polis. Jumlah yang dibayar pada saat peserta meninggal

dunia biasanya akan lebih besar dari jumlah unit-unit yang dialokasikan

dan dari jumlah pertanggungan minimum yang digaransi.25

23

AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analisis

Historis, Teoritis, & Pranktis (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 167.

24 Machzumy Ibrahim, Dasar-dasar Asuransi Syariah (Jakarta: PT PP Mardi Maluyo,

t.th.), h. 81.

25 Machzumy Ibrahim, Dasar-dasar Asuransi Syariah, h. 81—82.

Page 38: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

28

3. Bentuk Unit Link Syariah

Menurut Bahrul Ulum dalam skripsinya yang membahas tentang unit

link, mengatakan bahwa terdapat dua bentuk unit link yang telah dijual

oleh perusahaan asuransi syariah di Indonesia, yaitu26

:

a. Back End Load Syariah Link

Jenis unit link tersebut, dimana perusahaan asuransi tidak akan

membebankan biaya akuisisi (ujrah) yang persentasenya cukup besar

pada tahun pertama dan kedua, walaupun perusahaan tersebut telah

mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk ujrah agen dan

bancassurance. Sehingga nilai investasi akan menjadi lebih besar.

Pada bentuk tersebut, peserta biasanya tidak diperkenankan untuk

mengambil dananya yang telah terkumpul dengan tetap membayar

kontribusi selama tujuh tahun. Jika peserta melanggar kesepakatan

tersebut, maka perusahaan akan mengenakan biaya yang disebut

surrender charge (sama dengan biaya akuisisi).

b. Front and Load Syariah

Jenis unit link tersebut merupakan kebalikan dari jenis yang telah

dijelaskan sebelumnya. Pada jenis unit link tersebut perusahaan asuransi

akan membebankan kepada peserta biaya akuisisi (ujrah) yang

presentasenya sangat besar pada tahun pertama dan kedua. Biasanya

porsi persentase yang dibebankan oleh perusahaan asuransi berkisar

antara 60—100% dari kontribusi dasar yang dibayarkan.

4. Produk Unit Link

Produk unit link memiliki beberapa bentuk, salah satunya yaitu yang

dilihat berdasarkan pembayaran kontribusi yang dilakukan oleh peserta

asuransi, maka produk unit link terbagi menjadi dua bentuk, yaitu27

:

26

Bahrul Ulum, “Perbandingan Asuransi Jiwa Unit Link PT Prudential antara

Konvensional dengan Syariah” (Skripsi S-1 Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibrahim Malang, 2015), h. 47—48, t.d.

Page 39: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

29

a. Single Contribution (kontribusi tunggal)

Pada bentuk pembayaran kontribusi tunggal, peserta diwajibkan

untuk membayar kontribusi sekali saja, dan biasanya untuk tujuan

investasi. Besarnya dana yang dikeluarkan untuk kontribusi tersebut

sebesar 8—12 juta rupiah. Dan untuk ujrah nya hanya dibebankan satu

kali pada awal, kemudian kontribusi yang disetorkan akan diinvestasikan

pada instrument investasi syariah.

b. Regular Contribution

Pada bentuk pembayaran kontribusi regular contribution, peserta

diwajibkan untuk membayar kontribusi secara berkala sesuai dengan

metode yang telah disepakati. Pada jenis tersebut juga, peserta dapat

menentukan porsi pembagian dana yang akan dialokasikan kepada basic

contribution dan untuk top up.

5. Mekanisme Pengelolaan Dana

Produk asuransi jiwa unit link merupakan produk asuransi yang

memberikan dua manfaat sekaligus, yaitu manfaat proteksi dan manfaat

investasi. Dalam kegiatannya asuransi jiwa unit link mewajibkan kepada

setiap peserta untuk membayar konribusi yang nantinya akan dibagi ke

dalam dua bagian kontribusi yaitu iuran tabarru’ dan kontribusi untuk

investasi. Hal tersebut yang disebut dengan produk asuransi dengan sistem

saving.

Dalam mekanisme produk saving para peserta membayarkan

kontribusi kepada perusahaan asuransi syariah setiap bulannya dengan

besaran yang sesuai dengan kemampuan peserta. Kontribusi yang

dibayarkan akan dimasukan kedalam dua rekening yang berbeda yaitu:

27

Bahrul Ulum, “Perbandingan Asuransi Jiwa Unit Link PT Prudential antara

Konvensional dengan Syariah” (Skripsi S-1 Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibrahim Malang, 2015), h. 49—50, t.d.

Page 40: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

30

a. Rekening tabungan peserta (saving)

Rekening tabungan peserta (saving) merupakan dana milik peserta

yang akan diinvestasikan oleh perusahaan kepada beberapa instrumen

investasi syariah dengan pembagian keuntungan akan dibayarkan secara

proporsional kepada peserta apabila perjanjian berakhir, peserta

mengundurkan diri, dan peserta meninggal dunia.28

b. Rekening tabarru’

Rekening tabarru’ merupakan kumpulan dana yang diberikan oleh

para peserta dengan niat untuk menghibahkan dana tersebut guna

membantu peserta lain yang mengalami musibah. Dana tersebut akan

dibayarkan apabila peserta meninggal dunia dan perjanjian telah berakhir

jika terdapat surplus underwriting.

Apabila pada akhir kontrak terjadi surplus underwriting yaitu jumlah

dana tabarru’ ditambah dengan hasil investasi lebih besar dari jumlah

dana yang disalurkan untuk klaim peserta dan segala biaya yang

dibebankan untuk dana tersebut, maka surplus akan dibagikan kepada

setiap peserta dengan berbagai pilihan, yaitu:

1) Seluruh surplus tersebut akan dimasukan kedalam cadangan kembali

dalam rekening dana tabarru’.

2) Sebagian surplus dikembalikan kepada peserta dan sebagian lainnya

dikembalikan kedalam cadangan rekening tabarru’.

3) Sebagian surplus dikembalikan kepada peserta, sebagian lainnya

dibayarkan kepada perusahaan asuransi syariah dan sebagian lainnya

dicadangkan kedalam rekening tabarru’.

Apabila perusahaan asuransi syariah merasa risiko yang dikelola

melebihi kapasitas dan kemampuannya, maka risiko tersebut di bagikan

kepada perusahaan reasuransi syariah. Dengan demikian, risiko yang

dikelola akan lebih baik. Namun, kosekuensi dari sistem tersebut yaitu

28

Muhamaad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem

Operasional (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h. 217.

Page 41: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

31

sebagian dana tabarru’ yang dikelola oleh perusahaan asuransi syariah

juga akan dibayarkan kepada perusahaan reasuransi syariah.29

Sistem tersebut sebagai implementasi dari akad takafuli, sehingga

kegiatan asuransi dapat terhindar dari unsur riba, gharar, dan maysir.

Selanjutnya dana tersebut diinvestasikan oleh perusahaan sesuai dengan

prinsip syariah. Setiap keuntungan dari hasil investasi dan setelah

dikurangi oleh beban asuransi dan biaya-biaya akan diserahkan kepada

peserta secara kolektif, karena hal tersebut menjadi hak setiap perseta.30

E. Review Studi Terdahulu

Dalam upaya meneliti penerapan konsep syariah pada isi polis dan akad

asuransi syariah yang sesuai dengan Fatwa, perlu dilakukan kajian pustaka

sebagai salah satu dari penerapan metode penelitian yang akan dilakukan.

Diantaranya adalah mengidentifikasikan kesenjangan (identify gaps),

menghindari perbuatan ulang, mengidentifikasikan metode yang pernah

dilakukan, meneruskan dari penelitian sebelumnya, serta mengetahui orang

lain yang spesialisasi dan area penelitiannya di bidang ini.

Selanjutnya peneliti akan menganalisis mengenai aspek pembahasan

dan aspek pembeda dari penelitian sebelumnya yang bersumber dari jurnal,

skripsi, dan tesis. Oleh karena itu di bawah ini merupakan kesimpulan dari

apa yang sudah peneliti dapatkan, yaitu:

1. Destri Budi Nugraheni31

Penelitian tersebut membahas tentang hal-hal yang diatur terkait

kesesuaian PMK dan Fatwa DSN MUI terhadap penerapan akad tabarru’,

pemilihan akad tijarah dan tanggung jawab perusahaan jika terjadi

kegagalan investasi pada produk unit link dalam tiga perusahaan asuransi

29

Khoiril Anwar, Asuransi Syariah, Halal & Maslahat (t.t., Tiga Serangkai, 2007), h. 8—

9.

30 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem

Operasional (Jakarta: Gema Insani Press, 2013), h. 177.

31 Destri Budi Nugraheni, “Analisis Yuridis Akad Tabarru’ dan Akad Tijarah dalam

Produk Unit Link Syariah”.

Page 42: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

32

yang berbeda, yaitu PT AXA Financial Indonesia, Prudential Syariah dan

PT Takaful Keluarga.

Yang membedakan dengan penelitian tersebut terletak pada

peraturan yang digunakan sebagai alat analisis dan pembahasan objek

penelitian. Pada penelitian ini peraturan yang akan digunakan sebagai alat

analisis yaitu Fatwa DSN-MUI dan POJK, serta objek pembahasannya

yaitu pada penerapan objek akad wakalah bil ujrah, pembagian porsi dana

tabarru, pengelolaan dana tabarru’ dan dana investasi pada polis asuransi

jiwa unit link syariah Prudential Jakarta.

2. Nur Kholis32

Penelitian tersebut membahas tentang manfaat dan kesesuaian syariah

produk unit link pada PT Prudential Syariah. Penelitian tersebut membahas

mengenai pengelolaan terhadap dana tabarru’, administrasi dan investasi

yang terdapat unsur gharar jika dilihat dari Fatwa DSN-MUI No. 21 dan

No. 53, kemudian hal-hal yang harus dicermati oleh peserta sebelum

mengambil produk, dan mengenai pembayaran ujrah agen oleh peserta

yang mana menurut peneliti hal tersebut akan merugikan peserta.

Yang membedakan dengan penelitian tersebut terletak pada

peraturan yang digunakan sebagai bahan analisis dan permasalahan yang

akan dibahas. Pada penelitian ini peraturan yang akan digunakan yaitu

Fatwa DSN-MUI dan POJK. Permasalahan yang akan diteliti yaitu

ketentuan objek akad wakalah bil ujrah, pembagian porsi dana tabarru’

yang menurut peneliti diduga terjadi pembagian yang tidak imbang,

pengelolaan dana tabarru’ dan dana investasi, serta ketentuan mengenai

ujrah akuisisi.

Satu hal lagi, yang membedakan dengan penelitian sebelumnya

yaitu, pada penelitian ini tidak melakukan perbandingan dengan

32

Nur Kholis, “Islamic Unit Linked : Is it Profitable and Fully Sharia Compliance?”.

Page 43: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

33

perusahaan asuransi syariah lain, melainkan perbandingan antara Fatwa

DSN-MUI, POJK dan polis.

3. Rusyanti dan Abdul Ghafur Anshori33

Penelitian tersebut membahas tentang pelaksanaan akad wakalah bil

ujrah pada asuransi jiwa syariah PT Prudential Life Assurance BNJ

Agency Banjarmasin, yang mana pembahasannya terfokus pada agency

Banjarmasin yang dibandingkan dengan Fatwa DSN-MUI No. 10 Tahun

2000, dan mengenai objek dari akad wakalah bil ujrah yang telah

menyebutkan semua unsur objeknya, oleh karena itu dapat dikatakan

bahwa hal tersebut telah sesuai dengan ketentuan Fatwa.

Yang membedakan dengan penelitian tersebut terletak pada tempat

dan pembahasan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi

pembahasan peneliti yaitu tentang ketentuan objek akad wakalah bil ujrah

yang tercantum di dalam ketentuan polis asuransi jiwa unit link syariah

pada PT Asuransi Prudential Jakarta. Selain itu dalam penelitian ini, hal

yang akan dibahas hanya pada pembagian porsi dana tabarru’ dan

pengelolaan dana tabarru’ dan dana investasi.

4. Mila Sartika dan Hendri Hermawan34

Penelitian tersebut membahas tentang deskripsi konsep dan

implementasi terhadap pengelolaan dana premi unit link syariah secara

komperhensip pada perusahaan asuransi. Kesimpulan dari penelitian

tersebut yaitu produk unit link syariah pada perusahaan asuransi

mengaplikasikan akad tabarru’ dan akad wakalah bil ujrah yang

bersumber pada Fatwa DSN-MUI. Dan untuk pengelolaan dana premi

dalam unit link telah sesuai dengan prinsip syariah, karena perusahaan

33

Rusyanti dan Abdul Ghafur Anshori, “Pelaksanaan Akad Wakalah Bil Ujrah dalam

Asuransi Jiwa Syariah Di PT Prudential Life Assurance BNJ Agency Banjarmasin”.

34 Mila Sartika dan Hendri Hermawan Adinugraha, “Konsep dan Implementasi

Pengelolaan Dana Premi Unit Link Syariah”.

Page 44: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

34

asuransi menempatkan dana-dana investasinya di JII yang dijamin

kesyariahannya.

Yang membedakan dengan penelitian tersebut yaitu pada penelitian

ini hanya terfokus pada perusahaan prudential dan penelitian tidak hanya

terfokus pada pengalokasian dana investasi pada instrumen investasi

syariah, namun juga melihat kepada pembagian porsi presentase iuran

tabarru’ dan ujrah akuisisi yang menjadi beban peserta.

Page 45: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Peran metode penelitian dalam sebuah penelitian sangat penting untuk

menentukan berbagai upaya yang akan dilakukan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data sekaligus menjawab pertanyaan dari berbagai masalah

yang timbul dalam penelitian ini. Oleh karena itu, keberadaan sebuah metode

penelitian akan memberikan petunjuk dalam pelaksanaan penelitian. Metode

penelitian ini akan diuraikan dalam beberapa tahapan, mulai dari cara dan

proses yang meliputi:

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan yaitu deskriptif

kualitatif, yaitu dengan memecahkan suatu kasus kesesuaian syariah

terhadap isi polis asuransi jiwa unit link syariah Prudential Jakarta.

2. Jenis Pendekatan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan yuridis empiris, di

mana kajian yang dilakukan menyelaraskan antara peraturan-peraturan

dengan kegiatan asuransi syariah yang dalam hal ini yaitu berupa polis

asuransi jiwa unit link syariah.

3. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan bersifat kualitatif yang terdiri dari data

primer dan data sekunder.

a. Data primer diambil langsung dari beberapa peraturan yaitu:

1) Undang-undang No. 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian

2) Fatwa DSN MUI No. 21 Tahun 2001 Tentang Pedoman Umum

Asuransi Syariah

3) Fatwa DSN MUI No. 52 Tahun 2006 Tentang Akad Wakalah Bil

Ujrah pada Asuransi Syariah dan Reasuransi Syariah

4) Fatwa DSN MUI No. 53 Tahun 2006 Tentang Akad Tabarru’ pada

Asuransi Syariah

Page 46: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

36

5) POJK No. 23 Tahun 2015 Tentang Produk Asuransi dan Pemasaran

Produk Asuransi

6) POJK No. 69 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Usaha

Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan

Reasuransi

7) POJK No. 72 Tahun 2016 Tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan

Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan Prinsip Syariah

8) Polis asuransi jiwa unit link syariah Prudential Jakarta.

9) Wawancara kepada:

Peserta asuransi syariah atas nama Isro Subadri, pada tanggal 8

November 2017, bertempat di Depok.

Konsultan asuransi Prudential atas nama Arief Hidayatullah, pada

tanggal 11 Februari 2018, bertempat di kantor Direktorat Reserse

Kriminal Khusus, Jakarta Selatan.

Agen asuransi syariah atas nama Nazhirah Zahra Fauziyyah, pada

tanggal 26 Maret 2018, bertempat di Perpustakaan Umum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pegawai (call center) pada perusahaan Prudential atas nama David,

pada tanggal 19 April 2018, melalui via telepon.

10) Hasil riset berupa tesis, skripsi dan jurnal tentang polis dan ketentuan

akad pada lembaga asuransi syariah.

b. Data sekunder diambil dari membaca buku dan literature lainnya yang

terdiri dari buku-buku teks tentang asuransi syariah dan berita serta

laporan OJK pada lembaga asuransi syariah.

4. Responden

Yang menjadi responden adalah konsultan, agen, pegawai perusahaan

Prudential, dan peserta asuransi syariah yang bersangkutan.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara terhadap

konsultan, agen, pegawai asuransi pada PT Prudential Life Assurance,

dan peserta asuransi syariah untuk mendapatkan informasi.

Page 47: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

37

b. Teknik kepustakaan, yaitu dengan mencari data pada berbagai sumber

seperti buku tentang asuransi syariah, beberapa penelitian tentang

asuransi syariah, dan melihat peraturan-peraturan yang mengatur

tentang kegiatan asuransi syariah.

6. Teknik Pengolahan Data

Untuk memudahkan dalam pemaparan data yang telah didapatkan, peneliti

mengolah data hasil wawancara kepada peserta, konsultan, agen dan

pegawai perusahaan prudential berupa audio visual menjadi data teks yang

sesuai dengan kebutuhan.

7. Subjek-Objek

a. Subjek penelitian ini yaitu pegawai perusahaan, konsultan, agen, dan

peserta asuransi jiwa unit link syariah Prudential Jakarta.

b. Objek penelitian ini yaitu polis asuransi jiwa unit link syariah

Prudential Jakarta atau yang disebut dengan prulink syariah assurance

account.

B. Profil Perusahaan

1. Sejarah Perkembangan Perusahaan

Prudential Corporation plc didirikan di London pada tahun 1848 yang

merupakan perusahaan jasa keuangan ritel dan asuransi terbesar di Inggris

dengan total dana mencapai 509 miliar US Dollar. Di Indonesia PT

Prudential Life Assurance didirikan pada tahun 1995 yang merupakan

bagian dari Prudential plc. Sebagai bagian dari grup yang berpengalaman

lebih dari 168 tahun di industri asuransi jiwa, Pruential Indonesia memiliki

komitmen untuk mengembangkan bisnisnya di Indonesia.

Sejak peluncuran produk asuransi terkait investasi (unit link)

pertamnya tahun 1999, Prudential telah menjadi pemimpin pasar untuk

kategori produk tersebut di Indonesia. Sehingga dari tahun 2002—2017 PT

Prudential selalu menjadi nomor satu pada majalah investor. Prudential

Indonesia menyediakan berbagai produk dan layanan yang dirancang

Page 48: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

38

untuk memenuhi dan melengkapi setiap kebutuhan keuangan para

nasabahnya di Indonesia.

2. Produk Asuransi Prudential

Asuransi Prudential memiliki beberapa produk asuransi yang dapat

dipilih oleh calon peserta, diantaranya yaitu proteksi, asuransi terkait

investasi, dan asuransi tambahan.

Produk proteksi dari asuransi Prudential meliputi pruuniversal life,

prulife cover, pruprotector plan, pruaccident plus, dan pruhospital care.

Produk asuransi terkait investasi meliputi prulink assurance account,

prulink syariah assurance account, prulink investor account, prulink

syariah investor account, dan prulink fixed pay. Dan yang terakhir yaitu

produk asuransi tambahan yang tersedia cukup banyak pada asuransi

Prudential dan dapat dipilih salah satunya atau kombinasi dari beberapa

asuransi yang sesuai dengan kebutuhan oleh para pemegang polis.

3. Produk Prulink Syariah Account

Salah satu produk asuransi jiwa syariah yang dimiliki oleh PT

Prudential yaitu Prulink syariah assurance account, yang merupakan

produk asuransi jiwa terkait investasi berdasarkan prinsip syariah dengan

pembayaran kontribusi secara berkala yang memberikan fleksibilitas tak

terbatas yang memungkinkan pemegang polis atau peserta untuk sewaktu-

waktu mengubah jumlah pertanggungan, kontribusi serta cara pembayaran

yang sesuai dengan kebutuhan. Bahkan pemegang polis atau peserta dapat

menambah asuransi tambahan seperti rawat inap, kecelakaan atau kondisi

kritis.

Produk asuransi jiwa unit link syariah ini memiliki beberapa ketentuan

dalam produknya yaitu untuk mata uang yang digunakan yaitu mata uang

rupiah dengan jumlah minimal premi atau kontribusi sebesar 400 ribu

rupiah. Selain itu, terdapat beberapa manfaat yang akan diberikan kepada

pemegang polis atau peserta, sebagai berikut:

Page 49: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

39

a. Berupa uang santunan meninggal dunia.

b. Perlindungan asuransi jiwa hingga usia 99 tahun, perlindungan asuransi

kesehatan hingga usia 75 tahun, dan proteksi atas risiko kecelakaan.

c. Kebebasan dalam memilih jenis investasi.

d. Nilai tunai hasil investasi yang perkembangannya dilaporkan secara

tertulis dan dapat diambil sewaktu-waktu.

e. Kebebasan untuk menambah perlindungan asuransi.

f. Kesempatan untuk melakukan cuti kontribusi.

g. Pembagian surplus underwriting.

h. Fasilitas pembebasan premi, yang mana ketika pemegang polis

mengalami kondisi kritis, maka akan dibebaskan dari kewajiban

membayar kontribnusi, karena kontribusi akan dibayarkan oleh

perusahaan hingga usia 65 tahun, diberikan uang pertanggungan kondisi

kritis dan biaya pengobatan.

i. Manfaat tambahan yang dapat direncanakan dan dipilih sesuai

kebutuhan.

Page 50: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Unit Link di Prudential Syariah Indonesia

Menurut konsultan Arief Hidayatullah, asuransi syariah menerapkan

sistem keadilan, yang diterapkan dalam bentuk bagi hasil. Artinya ketika

perusahaan mendapatkan keuntungan atau kerugian, maka peserta pun

demikian. Pada asuransi syariah terdapat istilah surplus sharing dan risk

sharing. Berbeda dengan asuransi konvensional, ketika awal kesepakatan

telah ditentukan pembagian keuntungannya, demikian pembagian presentase

akan berlaku hingga akhir masa kontrak.

Pada jenis asuransi jiwa syariah yang diteliti, terdapat berbagai manfaat

yang diberikan oleh perusahaan kepada peserta sesuai dengan kebutuhan,

yaitu terdiri dari 18 produk atau manfaat. Asuransi tersebut terdiri dari

asuransi pokok dan asuransi turunan.

Salah satu manfaat yang diberikan oleh produk unit link yaitu

bergantung pada usia peserta, dimana apabila peserta meninggal sebelum usia

85 tahun maka uang waris akan diberikan, bisa saja peserta mendapatkan 457

juta ditambah 100 juta untuk ahli waris. Akan tetapi jika peserta meninggal

lebih dari usia 85 tahun, maka peserta hanya akan mendapatkan santunan 457

juta dan untuk uang 100 juta tidak akan diberikan.

Nilai 100 juta yang tidak diberikan akan tetap mengendap pada

rekening tabarru’, jadi tidak ada kata pengembalian, karena ketentuannya

berada pada usia 85 tahun. Berbeda halnya dengan asuransi konvensinal,

ketika terjadi klaim, maka dana yang diberikan oleh perusahaan berasal dari

dana perusahaan. Oleh karena itu, ketika peserta tidak mengajukan klaim,

maka dana yang terkumpul akan menjadi milik perusahaan. Hal tersebutlah

yang disebut dengan istilah dana hangus.

Asuransi jiwa unit link syariah merupakan jenis asuransi semacam

investasi forex pada saham, yang dalam hal ini, jika saham menggunakan

lembar saham, sedangkan untuk unit link menggunakan istilah unit yang

Page 51: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

41

sifatnya seperti maya. Uang peserta akan dimasukan dan dikelola oleh JII.

Bedanya dengan asuransi konvensional, ketika JII memutarkan uang peserta,

pembagiannya jelas 50% untuk JII dan 50% untuk peserta. Dengan begitu

pembagian keuntungan adil setelah dipotong dengan biaya-biaya seperti

administrasi dan lainnya.

MUI memberikan ketentuan bahwa dana peserta tidak boleh diputar

pada tempat-tempat yang diharamkan, seperti diskotik, miras, hotel, dan

pabrik rokok, karena pabrik rokok dianggap haram oleh MUI dan sudah ada

fatwanya. Kemudian uang para peserta diputar pada beberapa perusahaan

yang dihalalkan oleh MUI seperti Telkom, Idofood, Astra (untuk transportasi)

dan infrastruktur.

Dapat disimpulkan bahwa unit link seperti investasi atau saham yang

dikelola oleh JII, dan untuk porsi ditentukan oleh agen sesuai dengan

kebutuhan nasabah. Jadi jika disebut sebagai polis asuransi, polis tersebut

bukanlah polis asuransi dalam artian sebenarnya, namun tabungan dengan

bonus asuransi (proteksi). Jadi, dapat disimpulkan untuk tabungan disini

mendapatkan bonus asuransi berupa uang warisan yang akan diberikan

kepada ahli waris. Dan untuk pembagian porsi kontribusi peserta, akan

disesuaikan pada kebutuhan.

Pada asuransi jiwa prudential syariah, ketika dalam waktu satu tahun

peserta tidak mengajukan klaim, maka mereka akan mendapatkan semacam

bagi hasil atas kelebihan dana tabarru’ yang telah diinvestasikan yang disebut

dengan surplus underwriting. Dalam hal ini, peserta tidak mengambil fasilitas

kesehatan, dengan demikian peserta sudah dipastikan akan mendapatkan bagi

hasil seperti hal nya SHU dalam koperasi.

Pada pengelolaan dana tabarru’ dan investasi sudah terpisah. Berbeda

dengan bank-bank syariah yang ada saat ini, yang mana pengelolaan uang nya

masih tercampur. Hal tersebut tidak pantas, karena uang syariah dengan

konvensional tercampur, kemudian ketika nasabah akan mengambil uang nya,

maka uang yang terambil itu tidak murni syariah. Pada Prudential syariah,

Page 52: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

42

pengelolaan dan pembukuannya sudah benar-benar terpisah dan

pengawasannya sudah berbeda dari Prudential konvensional.

Dasar peraturan dari kegiatan asuransi pada Prudential syariah yaitu

Fatwa DSN-MUI No. 21 dan beberapa ayat al qur‟an dan untuk hadist nya

yaitu seperti kisah Rasulullah SAW yang mana ketika pergi untuk berjihad,

maka Rasulullah meminta kepada salah seorang sahabat untuk memungut

sebagian harta dari penduduk kota, lalu dikumpulkan dan dijaga pada suatu

tempat. Kemudian ketika ada salah satu dari yang berjihad itu gugur, maka

harta tersebut akan diberikan kepada keluarga yang ditinggalkan untuk

bertahan hidup.

Pada polis yang sedang diteliti, maka penentuan porsi dilakukan oleh

seorang konsultan, karena ia melihat kearah mana kebutuhan peserta.

Kontribsi peserta sebesar 600 ribu, dan pembagian kontribusi lebih dari 50%,

yaitu 40:60 persen, yang akan dialokasikan kepada dua jenis investasi.

Berbeda dengan seorang agen yang hanya menjalankan asuransi kedalam dua

bentuk yaitu jiwa dan kesehatan.

Pada awal kesepakatan asuransi, konsultan memberikan ilustrasi kepada

calon peserta. Dengan proposal yang diberikan, kemudian dipertimbangkan

dan ditanyakan terlebih dahulu, apakah hal tersebut sesuai dengan kebutuhan

calon peserta. Berbeda dengan seorang agen, bahwa calon peserta akan

dipaksakan untuk mengikuti kehendaknya agar mendapatkan komisi yang

besar. Hal tersebut bertentangan dengan syariat Islam. Oleh karena itu, dalam

polis ini yang difokuskan adalah kepada investasi peserta.

Asuransi adalah percepatan pembangunan aset terbaik. Pada asuransi

yang sedang diteliti, dana tabarru’ yang akan diterima oleh ahli waris yaitu

sebesar 132 juta dan sudah disiapkan sejak awal kesepakatan peserta untuk

ikut dalam kegiatan asuransi, yaitu ketika H+1 setelah peserta memberikan

kontribusi kepada perusahaan. Ketika peserta telah mengikuti asuransi dalam

waktu satu hari, kemudian meninggal dunia, maka ahli warisnya akan

mendapatkan klaim sebesar 132 juta ditambah dengan 600 ribu dari

kontribusi yang telah dibayarkan.

Page 53: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

43

Pada polis asuransi yang diteliti, terdapat ketentuan mengenai penyakit

kritis. Untuk ketentuan tersebut maka terdapat dua keputusan, yaitu

permintaan untuk pengadaan polis akan diterima atau ditolak, karena tidak

semua orang bisa mengadakan asuransi. Jika polis diterima pasti akan ada

pengecualian. Seperti, jika peserta tutup usia atau masuk rumah sakit karena

penyakit kritis, maka hal tersebut tidak akan terklaim. Oleh karena itu, orang

yang dapat ikut serta dalam kegiatan asuransi adalah orang-orang yang sehat,

karena risiko yang akan terjadi lebih besar jika peserta mengidap penyakit

kronis.

B. Kontribusi Top Up pada Asuransi Jiwa Unit Link Prudential Syariah

Menurut konsultan Arief Hidayatullah, kontribusi top up yang

diterapkan pada asuransi jiwa unit link syariah dibayarkan apabila peserta

ingin melebihkan pembayaran kontribusinya diluar kontribusi berkala yang

dibayarkan. Seperti contoh, ketika peserta mendapatkan rezeki lebih,

kemudian peserta meminta persetujuan kepada konsultan untuk menambah

kontribusi asuransi.

Kontribusi top up yang disebutkan didalam polis peserta adalah top up

untuk investasi yang setiap bulan rutin dibayarkan (top up berkala),

sedangkan top up yang lainnya yaitu top up untuk situasi tertentu (top up

insidential). Oleh kerena itu, prinsip dari asuransi yang dijalani oleh peserta

ini yaitu menabung dengan bonus asuransi.

Hasil analisis peneliti

Menurut peneliti penggunaan kata kontribusi top up berkala untuk

menggantikan istilah iuran investasi yang dibayarkan rutin setiap bulannya

adalah kurang tepat, karena istilah tersebut tidak pernah disebutkan di dalam

peraturan, baik di dalam UU, POJK maupun Fatwa DSN-MUI. Dengan

demikian akan semakin sulit bagi para pemengang polis atau peserta untuk

memahami ketentuan yang tertulis di dalam polis asuransi.

Pernyataan yang dijelaskan oleh konsultan Arief Hidayatullah, bahwa

asuransi yang dijalani oleh peserta adalah menabung dengan bonus asuransi

Page 54: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

44

telah menyalahi asas dari kegiatan tersebut. Bahwa seharusnya yang disebut

dengan asuransi unit link adalah suatu bentuk asuransi dengan bonus

investasi. Sehingga yang menjadi pokok adalah kegiatan asuransi bukan

investasi, sebagaimana yang dijelaskan pada beberapa literatur tentang

asuransi syariah.

C. Akad Wakalah Bil Ujrah pada Asuransi Jiwa Unit Link Prudential

Syariah

Menurut konsultan Arief Hidayatullah, akad wakalah yang diterapkan

merupakan suatu bentuk perwakilan seorang konsultan dalam mengurus

klaim peserta seperti mengurus biaya rumah sakit, dan hal tersebut

merupakan salah satu bentuk objek dari akad wakalah. Peserta hanya

memberikan dokumen yang dibutuhkan oleh konsultan.

Polis asuransi hanya menyebutkan lima dari tujuh objek yang telah

diatur di dalam Fatwa DSN-MUI dan POJK. Seharusnya hal tersebut ada atau

selebihnya ada di dalam polis. Untuk dua objek yang kurang merupakan

objek tambahan, seperti fasilitas asuransi kesehatan pada produk asuransi

jiwa.

Dapat disimpulkan, bahwa kalimat yang digunakan dalam akad

wakalah bil ujrah mengindikasikan, bahwa terdapat objek lain dalam akad

tersebut, dan jika terdapat tambahan objek, maka akan segera diberitahukan

kepada peserta.

Hasil analisis peneliti

Untuk objek akad wakalah bil ujrah yang tercantum di dalam bab akad

wakalah bil ujrah hanya lima dari ketujuh objek yang telah dijelaskan di

dalam Fatwa DSN-MUI dan POJK. Akan tetapi dua objek akad wakalah bil

ujrah yang tidak disebutkan pada bab akad wakalah bil ujrah telah

dicantumkan pada bab ujrah. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa polis

asuransi telah memenuhi ketujuh objek akad wakalah bil ujrah sebagaimana

yang telah diatur didalam Fatwa DSN-MUI No. 52 Tahun 2006 dan POJK

No. 69 Tahun 2017 Pasal 57 ayat 1 tentang objek akad wakalah bil ujrah.

Page 55: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

45

Peneliti kurang setuju dengan pernyataan yang disampaikan oleh

konsultan Arief Hidayatullah, bahwa kedua objek yang tidak disebutkan

merupakan jenis objek tambahan. Menurut peneliti, kedua objek yang tidak

disebutkan pada bab akad wakalah bil ujrah merupakan objek pokok, karena

ketujuh objek tersebut telah diatur di dalam Fatwa DSN-MUI dan POJK. Dan

menurut peneliti ketujuh objek tersebut merupakan kegiatan inti dari akad

wakalah bil ujrah pada asuransi syariah yang tidak dapat dihilangkan agar

tidak terjadi unsur gharar.

D. Ujrah Akuisisi pada Asuransi Jiwa Unit Link Prudential Syariah

Menurut konsultan Arief Hidayatullah bahwa ujrah akuisisi, yaitu ujrah

atas biaya administrasi dan biaya-biaya yang harus dikelurakan oleh peserta.

Untuk biaya seperti pencetakan polis dan lainnya konsultan kurang

mengetahui, namun untuk biaya komisi agen sebesar 30% (termasuk dalam

ujrah akuisisi sebesar 80%) dari kontribusi peserta yaitu uang sebesar 250

ribu.

Menurut agen Nazhirah Zahra Fauziyyah, ujrah akuisisi yang

diterapkan oleh perusahaan merupakan sejumlah biaya yang sesungguhnya

digunakan untuk menutupi dana akibat klaim dini yang diajukan oleh

pemegang polis atau peserta. Oleh karena itu, perusahaan menetapkan porsi

presentase yang besar pada tahun pertama dan kedua. Hal tersebut dilakukan,

karena jika H+1 sejak persetujuan kontrak peserta meninggal dunia, maka

perusahaan akan memberikan seluruh dana proteksi.

Hasil analisis peneliti

Jika dibandingkan pengertian ujrah akuisisi yang dijelaskan oleh

konsultan Arief Hidayatullah dan agen Nazhirah Zahra Fauziyyah dengan

pengertian yang dijelaskan di dalam polis tidak sesuai. Menurut peneliti,

dalam penerapan ujrah akuisisi terdapat unsur gharar, karena ujrah akuisisi

yaitu ujrah pemrosesan permohonan pertanggungan dan penerbitan polis,

antara lain yaitu biaya pemeriksanaan kesehatan, pengadaan polis, pencetakan

dokumen, pos dan telekomunikasi dan biaya tenaga pemasar atau agen.

Page 56: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

46

Berdasarkan pengertian tersebut, sangat tidak adil jika pemegang polis

atau peserta harus membayar ujrah akuisisi, sedangkan ia tidak pernah

melakukan tes kesehatan sejak awal kesepakatan dan pengadaan polis hanya

dilakukan satu kali oleh perusahaan. Sedangkan jika diperhatikan pada

ketentuan ringkasan polis, maka ujrah akuisisi dibebankan kepada pemegang

polis atau peserta setiap tahun nya sampai tahun ke lima polis, bahkan jumlah

persentase yang dibebankan untuk ujrah akuisisi sangat besar pada tahun

pertama dan kedua.

Lebih lanjut, jika melihat pada penjelasan oleh agen Nazhirah Zahra

Fauziyyah, maka terdapat unsur gharar dalam pembebanan ujrah akuisisi,

karena di dalam polis tidak dijelaskan bahwa fungsi pembebanan ujrah

akuisisi adalah untuk menutupi klaim dini yang diajukan oleh pemegang polis

atau peserta, dan tidak dapat dipastikan waktu pengajuan klaim tersebut yang

membuat perusahaan harus mengeluarkan biaya besar, sedangkan hasil

investasi yang dikelola belum mendapat keuntungan. Oleh karena itu, tidak

adil jika perusahaan membebankan porsi yang sangat besar untuk ujrah

akuisisi.

E. Pengelolaan Dana Tabarru’ dan Investasi pada Asuransi Jiwa Unit Link

Prudential Syariah

Penelitian terhadap pengelolaan dana tabarru’ dan investasi, terdapat

beberapa bagian yang akan dibahas secara terperinci berdasarkan hasil

wawancara dan analisis peneliti, diantaranya sebagai berikut:

1. Biaya Asuransi

Menurut konsultan Arief Hidayatullah, biaya asuransi merupakan

biaya yang dikenakan untuk uang pertanggungan atau uang warisan yang

akan diberikan kepada ahli waris dari peserta asuransi atau pemegang

polis. Biaya asuransi akan terbentuk dari pembayaran kontribusi yang

dialokasikan kepada bentuk porsi investasi. Dengan demikian biaya

asuransi atau iuran tabarru’ ditarik dari nilai investasi yang terbentuk atas

kontribusi dasar (250 ribu) dan prusaver syariah (350 ribu).

Page 57: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

47

Hasil analisis peneliti

Menurut peneliti, dapat disimpulkan bahwa biaya asuransi sama

dengan pengertian iuran tabarru’. Namun peneliti kurang setuju jika iuran

tabarru’ atau biaya asuransi ditarik dari nilai tunai atau nilai investasi yang

terbentuk atas kontribusi dasar dan prusaver syariah, karena asuransi akan

tetap berjalan tanpa adanya investasi. Jika ketentuannya demikian, maka

dana tabarru’ bergantung pada dana investasi, yang demikian telah

menyalahi aturan dari kegiatan asuransi syariah.

Hal tersebut di atas telah menyalahi aturan dalam pengelolaan iuran

tabarru dan investasi, sebagaimana yang disebutkan di dalam Fatwa DSN-

MUI dan POJK, bahwa dalam akad tabarru’ harus disebutkan sekurang-

kurangnya cara dan waktu pembayaran kontribusi. Kemudian pada POJK

No. 72 Tahun 2016 Pasal 2 ayat 2 dijelaskan bahwa pembukuan dana

tabarru’ harus terpisah dari dana yang lainnya, dan pada Fatwa DSN-MUI

No. 21 Tahun 2001 bagian keenam bahwa pembayaran premi didasarkan

atas jenis akad tijarah dan jenis akad tabarru’.

Demikian, peneliti menyimpulkan bahwa jika melihat pada ketentuan

ringkasan polis, maka apa yang dijelaskan oleh konsultan adalah benar,

bahwa inti dari kegiatan ini adalah menabung dengan bonus asuransi,

karena pada ketentuan tersebut hanya dijelaskan bahwa seluruh kontribusi

peserta dibentuk menjadi porsi investasi.

2. Pengelolaan Dana Tabarru’ dan Investasi Peserta

Menurut konsultan Arief Hidayatullah, jenis asuransi yang diadakan

oleh peserta memiliki dua manfaat, yaitu 91 juta dari keuntungan investasi

dan 132 juta dari asuransi jiwa yang merupakan uang warisan atau

proteksi. Jika ditanyakan, apakah pemegang polis atau peserta dapat

menggunakan uang pertanggungan yang nilainya sebesar 132 juta, maka

jawabannya adalah tidak boleh, karena hal tersebut merupakan hak ahli

waris. Jika peserta membutuhkan dana, maka peserta dapat menggunakan

dari keuntungan investasi yaitu sebesar 91 juta.

Page 58: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

48

Setelah sepuluh tahun, jika peserta tidak mengambil seluruh hasil

investasi dan tidak membayar kontribusi, maka keuntungan peserta akan

terus bertambah, karena dana yang tersimpan tetap diinvestasikan oleh

perusahaan. Saran konsultan dan pegawai Prudential yang bernama David,

jika peserta ingin menggunakan uang dari hasil investasi, maka sebaiknya

hanya selisih dari total keuntungan atau disisakan 3 juta rupiah untuk biaya

cuti kontribusi. Karena jika peserta mengambil seluruh kentungan dari

hasil investasi, maka peserta tidak akan mendapatkan uang proteksi.

Jangka waktu berlakunya polis tidak ditentukan, karena asuransi

merupakan kegiatan dengan sistem perencanaan. Menurut konsultan Arief

Hidayatullah, bahwa perbedaannya dengan asuransi konvensional, yaitu

seluruh biaya akan dikembalikan kepada peserta, jika syariah maka peserta

akan diberikan pilihan, dapat diambil seluruhnya, namun semua fasilitas

asuransi yang diberikan oleh perusahaan akan dicabut, karena hal tersebut

sifatnya adalah penutupan polis.

Menurut karyawan Prudential atas nama David terdapat dua alternatif,

yaitu peserta dapat menyisihkan 3 juta sebagai biaya untuk cuti kontribusi,

atau peserta tetap membayar seluruh kontribusi yang berjumlah 600 ribu

rupiah. Dengan begitu, ketika peserta meninggal dunia, maka ahli waris

akan tetap mendapatkan santunan asuransi sebesar 132 juta.

Hasil analisis peneliti

Menurut peneliti, dari penjelasan tersebut terdapat unsur gharar,

karena sejak awal peserta tidak dijelaskan mengenai masalah tersebut

begitupun polis tidak membahasnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan

bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan syariah, karena hasil investasi dan

uang santuan dari iuran tabarru’ merupakan dua hal yang berbeda dan

berjalan masing-masing, sebagaimana yang telah di atur di dalam Fatwa

No. 21 Tahun 2006 bagian ke tujuh tentang klaim.

Jika peserta hendak menggunakan dana dari hasil investasi selama

sepuluh tahun yaitu sebesar 91 juta, seharusnya jumlah uang santunan

yang menjadi hak peserta dan ahli waris akan tetap dikembalikan ketika

Page 59: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

49

peserta meninggal dunia, dengan alternatif berupa pembayaran iuran

tabarru’ yang tetap dilakukan setiap bulanya oleh peserta.

Lebih lanjut, jika diihat pada penjelasan salah satu karyawan

Prudential yang bernama David, bahwa salah satu alternatifnya adalah

dengan tetap membayar kontribusi berkala sebesar 600 ribu rupiah, yang

terdiri dari iuran tabarru’ dan investasi.

Berdasarkan hasil wawancara bahwa iuran tabarru’ diambil dari nilai

tunai, maka pembagian porsi iuran tabarru’ bukan diambil dari kontribusi

peserta. Hal tersebut tidak sesuai dengan syariah sebagaimana pada Fatwa

DSN-MUI No. 21 Tahun 2001 bagian keenam, bahwa kontribusi terdiri

dari jenis akad tijarah dan akad tabarru’ yang berjalan masing-masing.

Sehingga, menurut peneliti solusi yang dapat dilakukan yaitu dengan

hanya membayar iuran tabarru’, agar tidak terlalu membebankan peserta.

Demikian, maka tidak dibenarkan jika terdapat dana yang digugurkan,

karena kontrak asuransi tersebut tidak terikat oleh batas waktu tertentu.

Kecuali, jika kontrak tersebut memiliki batas waktu tertentu, maka dapat

dimungkinkan jika sudah mencapai sepuluh tahun dan pemegang polis

atau peserta tidak mengajukan klaim, uang santunan tidak akan diberikan

kepada peserta atau ahli waris.

Dapat disimpulkan bahwa terdapat unsur gharar dalam pengembalian

dana investasi dan iuran tabarru’. Hal tersebut dikarenakan iuran tabarru’

dibentuk dari nilai tunai atau investasi, yang mana sejak awal penjelasan

polis tidak terdapat pembagian secara rinci antara iuran tabarru’ dengan

investasi. Demikian, hal tersebut akan merugikan peserta, karena tidak ada

alternatif bagi peserta dengan tidak membagi secara jelas porsi dana

tabarru’ dan investasi.

3. Pembagian Porsi Iuran Tabarru’

Persoalan mengenai pembagian porsi iuran tabarru’ yang disebutkan

di dalam polis yaitu sebesar 50% telah dijawab oleh seorang karyawan

Prudential sebagai call center yang bernama David. David menjelaskan,

Page 60: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

50

bahwa iuran tabarru’ telah dibebankan sejak awal peserta menyetujui

kontrak asuransi. Iuran tersebut dikenakan setiap bulannya dan terjadi

kenaikan setiap tahunnya yang ditarik dari nilai investasi, yang terbentuk

dari kontribusi peserta yang dialokasikan kepada kontribusi dasar dan

prusaver syariah.

Kontribusi yang dibayarkan oleh peserta dialokasikan kepada dua

bentuk investasi, dan seluruh kontribusi dialokasikan kepada dua jenis

investasi yang telah disepakati oleh peserta. Sedangkan porsi untuk iuran

tabarru’ yaitu melalui nilai investasi (kontribusi dasar sebesar 20% untuk

tahun pertama dan terjadi perubahan untuk tahun-tahun berikutnya dan

prusaver sebesar 95%) yang telah terbentuk sejak awal kesepakatan

kontrak.

Pembebanan ujrah 0% atas pengelolaan dana tabarru’ merupakan

beban peserta atau pemegang polis.

Hasil analisis peneliti

Terdapat dua penjelasan, pertama jika dilihat pada ketentuan

“Ringkasan Polis” dengan tidak ada penjelasan tentang pembagian kedua

iuran tersebut, maka dapat dikatakan bahwa sejak awal polis tersebut tidak

sesuai dengan syariah. Seharusnya sejak awal dijelaskan bahwa kontribusi

tersebut dipisahkan ke dalam dua bentuk dana sebagaimana yang telah

dijelaskan dalam Fatwa DSN-MUI No. 21 Tahun 2006 bagian keenam

tentang premi, bahwa pembayaran premi didasarkan atas jenis akad tijarah

dan tabarru’, dan Fatwa No. 53/2006 dan POJK No. 69/2016 tentang cara

dan waktu pembayaran kontribusi iuran tabarru’.

Lebih lanjut, ketika 50% porsi untuk iuran tabarru’ diambil dari nilai

investasi yang terbentuk, maka seharusnya di dalam “Ringkasan Polis”

tidak disebutkan bahwa porsi investasi adalah 20% (untuk kontribsi

berkala) dan 95% (untuk prusaver syariah). Karena porsi yang telah

dijelaskan akan berubah ketika dibagi untuk iuran tabarru’.

Kedua, terjadi ketidakjelasan pada pembebanan ujrah untuk

pengelolaan investasi dana tabarru’. Pada bab dana tabarru’ dijelaskan

Page 61: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

51

bahwa dalam pengelolaan dana tersebut, perusahaan membebankan ujrah

kepada pemegang polis atau peserta. Sedangkan dalam ketentuan lampiran

ujrah dan iuran tabarru’ disebutkan bahwa ujrah atau pengelolaan dana

tabarru’ yaitu sebesar 0%. Dapat disimpulkan bahwa akad yang tepat

digunakan adalah akad wakalah.

4. Pembagian Alokasi Kontribusi Peserta

Menurut konsultan Arief Hidayatullah, pembagian kontribusi peserta

dibagi menjadi dua bagian, yaitu 250 ribu dan 350 ribu, sesuai dengan

kebutuhan peserta atas kebijakan konsultan. Uang sebesar 250 ribu

merupakan kontribusi dasar yang akan diinvestasikan pada jenis investasi

prulink syariah rupiah managed fund dan uang sebesar 350 ribu merupakan

kontribusi top up berkala (prusaver syariah) yang akan diinvestasikan pada

jenis investasi prulink syariah rupiah equity fund.

Dapat disimpulkan bahwa seluruh kontribusi peserta akan

diinvestasikan seluruhnya oleh perusahaan. Dan alasan uang tersebut

dibagi menjadi 250 ribu dan 350 ribu adalah sesuai dengan kebutuhan

peserta dan sesuai dengan kebijakan konsultan.

Hasil analisis peneliti

Menurut peneliti, pembagian kedua dana peserta telah sesuai dengan

apa yang menjadi kebutuhan pemegang polis atau peserta. Pembagian

tersebut terlebih dahulu dipertimbangkan oleh seorang konsultan dan

pemegang polis atau peserta.

Jika dilihat pada pernyataan hasil wawancara diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa kegiatan asuransi tersebut tidak sesuai dengan aturan

pada kegiatan asuransi syariah. Dengan mengalokasikan seluruh kontribusi

peserta pada porsi investasi maka membuat inti dari kegiatan asuransi ini

adalah investasi atau seperti reksa dana bukan proteksi.

Menurut peneliti, sebaiknya sejak awal pada bagian “Ringkasan Polis”

telah dijelaskan mengenai pembagian kedua alokasi dana, yaitu untuk

investasi dan tabarru’ secara terpisah, sebagaimana yang telah diatur

Page 62: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

52

dalam Fatwa DSN-MUI No. 21 Tahun 2001 bagian keenam tentang premi

dan Fatwa DSN-MUI No. 53 Tahun 2006 dan POJK No. 69 Tahun 2016

yang menjelaskan bahwa di dalam akad tabarru’ harus disebutkan cara

dan waktu pembayaran kontribusi.

5. Prulink Syariah Rupiah Managed Fund dan Prulink Syariah Rupiah

Equity Fund

Persoalan mengenai kedua jenis investasi tersebut dijelaskan oleh

konsultan Arief Hidayatullah. Menurutnya dalam kegiatan saham maka

terdapat istilah, jika ingin mendapatkan keuntungan besar, maka risiko nya

juga besar, begitupun sebaliknya. Demikian adalah prinsip untuk bermain

di saham atau forex. Maksud risiko disini adalah peserta yang mengalami

kerugian atau bahkan minus. Disinilah letak investasinya, yaitu:

Pertama Prulink Syariah Rupiah Equity Fund, yaitu prinsip

berinvestasi dimana jika ingin mendapatkan keuntungan besar maka risiko

nya juga besar. Dan saham nya dimainkan didalam negeri.

Kedua Rupiah Managed Fund, kebalikan dari euity fund, yaitu jika

ingin memiliki risiko kecil, maka keuntungannya pun kecil. Oleh karena

itu, untuk kontibusi peserta sebesar 600 ribu, jika dianalogikan maka

keuntungan peserta setelah 10 tahun, dan menggunakan kedua pilihan

investasi tersebut, maka akan memperoleh hasil antara 54, 69 sampai

dengan 91 juta rupiah.

Pada prinsipnya, konsultan menyimpan uang peserta dalam dua

bentuk jenis Prulink Syariah Rupiah Equity Fund dan Rupiah Managed

Fund, yaitu agar kedua jenis tersebut saling menopang. Dapat disimpulkan

bahwa pada investasi peserta disini risikonya diminimalisir.

Peserta memiliki 826 unit saham untuk rupiah equty dan 559 unit

untuk rupiah managed fund, yang mana perunit itu seharga 2390 dan 2361.

Peserta sudah memiliki 1.925 dan 1.300, dan jika digabung sudah

memiliki uang sebesar 3 juta rupiah. Uang peserta disebar ke beberapa

perusahaan yaitu Astra, Telkom dan Indofood.

Page 63: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

53

Jika peserta ingin mengambil keuntungan tersebut sebelum jangka

waktu 10 tahun, maka menurut konsultan hal tersebut bisa dilakukan,

namun sifat atau ciri-ciri dari investasi adalah untuk jangka panjang. Oleh

karena itu, banyak peserta lain mengeluh, bahwa sudah menabung dalam

jangka waktu beberapa tahun, tetapi dana yang tersimpan sangat minim.

Oleh kerena itu, keuntungan akan dirasakan ketika sudah mencapai 10

tahun lebih. Karena investasi itu baru berjalan pada tahun ke enam.

Hasil analisis peneliti

Penjelasan di atas menurut peneliti sudah tepat, sebagaimana diatur

dalam Fatwa DSN-MUI No. 52 Tahun 2006 dan POJK No. 72 Tahun

2016, karena konsultan dengan bijak telah mengalokasikan uang investasi

peserta kepada jenis instrumen investasi syariah yang menguntungkan.

Dengan demikian, maka apa yang menjadi tujuan peserta untuk mengikuti

kegiatan asuransi telah terealisasikan oleh bantuan konsultan.

F. Simpulan Hasil Wawancara

Dari hasil wawancara dan analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa

terdapat beberapa data yang telah sesuai dengan Fatwa DSN-MUI dan POJK,

dan adapula data yang tidak sesuai. Data hasil wawancara yang menunjukan

bahwa beberapa data yang telah sesuai dengan ketentuan syariah, yaitu

pengelolaan dana peserta asuransi pada instrument investasi syariah yang

menguntungkan, kelengkapan objek akad wakalah bil ujrah, pembagian

kontribusi yang telah disepakati oleh peserta.

Adapun data yang tidak sesuai dengan ketentuan syariah terdapat empat

hal yaitu, pertama pembagian porsi ujrah akuisisi yang sangat membebankan

peserta pada dua tahun pertama. Kedua kontribusi iuran tabarru’ yang

diambil dari nilai tunai atau nilai investasi yang terbentuk, sehingga pada

bagian awal polis hanya menjelaskan pembagian porsi nilai investasi dari

seluruh kontribusi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kegiatan

tersebut adalah kegiatan investasi seperti reksa dana bukan asuransi.

Page 64: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

54

Hal ketiga yaitu mengenai penyerahan dana proteksi atau

pertanggungan dan dana hasil investasi yang saling bergantung. Ketentuan

tersebut tidak sesuai dengan ketetuan syariah, sebagaimana dalam Fatwa

DSN-MUI No. 21 Tahun 2001 bagian ketujuh tentang klaim. Yang terakhir

yaitu mengenai akad wakalah yang tidak sesuai pada pengelolaan investasi

dana tabarru’.

Page 65: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

55

G. Analisis Perbandingan Fatwa DSN-MUI, POJK, dan Polis Asuransi Jiwa Unit Link Syariah Prudential

No. Fatwa DSN MUI No. 53

Tahun 2006 Tentang Akad

Tabarru’ pada Asuransi

Syariah

POJK Terkait Akad

Tabarru’ pada Asuransi

Syariah

Polis Asuransi Jiwa Unit

Link Syariah

Hasil Analisis Perbandingan

Peraturan dengan Polis

1. Akad tabarru’ merpakan

akad yang harus melekat

pada semua produk asuransi.

POJK No. 69 Tahun 2016

BAB IV Pasal 54 ayat 1:

polis asuransi syariah dan

perjanjian reasuransi syariah

wajib mengandung akad

tabarru’ dan akad tijarah.

BAB XVIII tentang akad

tabarru’ pasal 47:

a. Pemegang polis dengan

ini setuju untuk

mengikatkan diri dengan

pemegang polis lainnya

dalam suatu akad tabarru’

b. Sebagai wujud dari

kesepakatan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1)

diatas, pemegang polis

akan memberikan iuran

tabarru‟ sebagaimana

tercantum dalam lampiran

ujrah dan iuran tabarru’

c. Iuran tabarru’ yang

diberikan oleh pemegang

polis sehubungan dengan

asuransi jiwa syariah yang

diselenggarakan atau

dikelola oleh pengelola

akan dimasukkan ke

dalam dana tabarru’

Sesuai, karena pada polis telah

dijelaskan tentang akad tabarru’

yaitu pada BAB XVIII tentang

akad tabarru’ dan BAB XIX

tentang dana tabarru’.

Page 66: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

56

BAB XIX tentang dana

tabarru‟ pasal 48:

a. Pengelola membentuk

dana tabarru’ secara

gabungan dari beberapa

lini usaha sejenis

b. Dana tabarru’ hanya

dapat digunakan untuk

hal-hal sebagai berikut:

pembayaran santunan

kepada pemegang polis

dan/atau penerima

manfaat, pembayaran

kontribusi reasuransi,

pembayaran kembali

qardh kepada pengelola,

pengembalian dana

tabarru’ dalam masa

mempelajari polis,

pengembalian dana

tabarru’ apabila polis

diakhiri oleh pemegang

polis sebelum tanggal

akhir pertanggungan, dan

pengembalian dana

tabarru’ dalam hal

pembayaran iuran

tabarru’ lebih besar dari

Page 67: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

57

seharusnya

c. Dana tabarru’ akad

diinvestasikan oleh

pengelola berdasarkan

akad wakalah bil ujrah

dengan mengenakan ujrah

pengelolaan dana tabarru’

d. Apabila terjadi suatu

peristiwa yang ditanggung

atas diri peserta yang

diasuransikan dan atas

peristiwa tersebut harus

dibayarkan manfaat

asuransi, maka pembayran

manfaat asuransi selain

nilai tunai akan dilakukan

dengan menggunakan

dana tabarru’.

2. Akad tabarru’ pada asuransi

adalah semua bentuk akad

yang dilakukan antar peseta

pemegang polis.

POJK No. 69 Tahun 2016

BAB I ketentuan umum Pasal

1 ayat 31: akad tabarru’

adalah akad hibah dalam

bentuk pemberian dana dari

satu peserta kepada dana

tabarru’ untuk tujuan tolong

menolong di antara para

peserta, yang tidak bersifat

dan bukan untuk tujuan

BAB I pasal 1 ayat 11:

dana tabarru’ yaitu

kumpulan dana yang

berasal dari kontribusi

para pemegang polis, yang

mekanisme

penggunaannya sesuai

dengan akad tabarru’

yang disepakati dan BAB

XVIII tentang akad

Sesuai.

Page 68: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

58

komersial. tabarru’ pasal 47 ayat 1:

Pemegang polis dengan

ini setuju untuk

mengikatkan diri dengan

pemegang polis lainnya

dalam suatu akad

tabarru’.

3. Asuransi syariah yang

dimaksud pada ponit 1

adalah asuransi jiwa,

asuransi kerugian dan

reasuransi.

POJK No. 69 Tahun 2016

BAB IV Pasal 54 ayat 1:

polis asuransi syariah dan

perjanjian reasuransi syariah

wajib mengandung akad

tabarru’ dan akad tijarah.

BAB XVIII tentang akad

tabarru’ pasal 47 ayat 3:

Iuran tabarru’ yang

diberikan oleh pemegang

polis sehubungan dengan

asuransi jiwa syariah yang

diselenggarakan atau

dikelola oleh pengelola

akan dimasukkan ke

dalam dana tabarru’ dan

BAB XIX tentang dana

tabarru’ pasal 48 ayat 2

huruf B: dana tabarru’

hanya dapat digunakan

untuk hal-hal sebagai

berikut: pembayaran

kontribusi reasuransi.

Sesuai.

4. Akad tabarru’ pada asuransi

adalah akad yang dilakukan

dalam bentuk hibah dengan

tujuan kebajikan dan tolong

POJK No. 69 Tahun 2016

BAB I Pasal 1 ayat 31: akad

tabarru’ adalah akad hibah

dalam bentuk pemberian

BAB I tentang ketentuan

umum pasal 1 ayat 2: akad

tabarru’ yaitu akad hibah

dalam bentuk pemberian

Sesuai.

Page 69: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

59

menolong antar peserta,

bukan untuk tujuan

komersial.

dana dari satu peserta kepada

dana tabarru’ untuk tujuan

tolong menolong diantara

para peserta, yang tidak

bersifat dan bukan untuk

tujuan komersial.

dana dari satu pemegang

polis kepada dana

tabarru’ untuk tujuan

tolong menolong diantara

para pemegang polis yang

tidak bersifat dan bukan

untuk tujuan komersial.

5. Dalam akad tabarru’ harus

disebutkan sekurang-

kurangnya:

a. Hak dan kewajiban peserta

secara individu

b. Hak dan kewajiban antara

peserta secara individu

dalam akun tabarru’ selaku

peserta dalam arti

badan/kelompok

c. Cara dan waktu

pembayaran premi dan klaim

d. Syarat-syarat lain yang

disepakati, sesuai dengan

jenis asuransi yang diadakan.

POJK No. 69 Tahun 2016

BAB IV, pasal 56 ayat 2:

akad tabarru‟ yang digunakan

dalam asuransi syariah wajib

memuat paling sedikit, yaitu

a. Kesepakatan para

pemegang polis atau peserta

untuk saling tolong menolong

(ta’awun)

b. Hak dan kewajiban

masing-masing pemegang

polis atau peserta secara

individu

c. Hak dan kewajiban

pemegang polis atau peserta

secara kolektif dalam

kelompok

d. Cara dan waktu

pembayaran kontribusi

e. Cara dan waktu

pembayaran santunan/klaim

Hak dan kewajiban

peserta atau pemegang

polis secara individu

maupun kelompok: BAB

II tentang dasar

pertanggungan pasal 5

ayat 3 huruf B dan C,

pasal 4, pasal 5, pasal 6,

pasal 8 ayat 4, BAB IV

tentang masa mempelajari

polis pasal 11 ayat 2 dan

3, BAB VI tentang

pembayaran dan

pengalokasian kontribusi

pasal 13: kontribusi terdiri

atas kontribusi berkala,

kontribusi top up berkala,

dan kontribusi top-up

tunggal, pasal 14, pasal

17, pasal 19, pasal 20,

BAB X tentang ujrah

Hak dan kewajiban baik bagi

peserta secara individu telah

dijelaskan dalam beberapa pasal

yang terangkum pada polis, akan

tetapi untuk hak dan kewajiban

peserta atau pemegang polis

secara kolektif tidak disebutkan

secara detail dalam pasal-pasal

tersebut.

Kemudian mengenai cara

pemayaran premi dana tabarru’

tidak sesuai dengan syariah,

karena porsi presentasenya

diambil dari nilai tunai, bukan

dari kontribusi dasar. Hal

tersebut juga tidak dijelaskan di

dalam polis. Berdasarkan

penjelasan tersebut, maka

terdapat unsur gharar pada cara

pembagian iuran tabarru’, karena

polis menjelaskan bahwa 50%

Page 70: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

60

f. Ketentuan mengenai boleh

atau tidaknya kontribusi

ditarik kembali oleh

pemegang polis atau peserta

dalam hal terjadi pembatalan

oleh pemegang polis atau

peserta

g. Ketentuan mengenai

alternatif dan persentase

pembagian surplus

underwriting

h. Ketentuan lain yang

disepakati.

pasal 31 ayat 2 dan 3,

pasal 35, BAB XII tentang

pajak pasal 41: setiap

pembayaran suatu jumlah

berdasarkan polis

dikenakan pajak

berdasarkan peraturan

perundang-undangan

dibidang perpajakan, BAB

XIII tentang manfaat

asuransi pasal 42 ayat 1:

manfaat asuransi akan

dibayarkan setelah

dikurangi dengan

kewajiban yang

tertunggak dari pemegang

polis kepada pengelola

dan/atau dana tabarru’,

kecuali apabila ditentukan

berdasarkan polis, BAB

XVIII tentang akad

tabarru’ pasal 47 ayat 2:

sebagai wujud dari

kesepakatan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1)

di atas, pemegang polis

akan memberikan iuran

tabarru’ sebagaimana

iuran tabarru’ dari biaya asuransi

bukan dari nilai tunai. Dapat

disimpulkan bahwa kontribusi

peserta hanya dialokasikan pada

dua jenis investasi, bukan kepada

pembagian untuk iuran tabarru’

dan investasi.

Page 71: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

61

tercantum dalam lampiran

ujrah dan iuran tabarru’.

Hak dan kewajiban

perusahaan atau

pengelola: BAB II tentang

dasar pertanggungan pasal

5 ayat 2 dan 3, pasal 8,

BAB VI tentang

pembayaran dan

pengalokasian kontribusi

pasal 22 ayat 1 dan 4,

BAB IX tentang biaya

asuransi pasal 29 ayat 2, 5,

dan 6, BAB X tentang

ujrah pasal 31 ayat 2,

BAB XIII tentang manfaat

asuransi pasal 42 ayat 2,

BAB XVIII tentang akad

tabarru’ pasal 47 ayat 3:

iuran tabarru’ yang

diberikan oleh pemegang

polis sehubungan dengan

asuransi jiwa syariah yang

diselenggarakan atau

dikelola oleh pengelola

akan dimasukkan ke

dalam dana tabarru’, BAB

XIX tentang dana tabarru‟

Page 72: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

62

pasal 48 ayat 1 dan 3,

BAB XX tentang qardh

pasal 49, BAB XXI

tentang surplus

underwriting pasal 50 ayat

12.

Cara dan waktu

pembayaran premi dan

klaim: pada bagian

ringkasan polis dan

ketentuan lampiran ujrah

dan iuran tabarru’

asuransi dasar, BAB XIII

pasal 42, ketentuan khusus

asuransi dasar pada BAB

II pasal 2, BAB III pasal

3: manfaat asuransi

meninggal dunia untuk

peserta utama yang

diasuransikan yaitu berupa

pembayaran santunan

asuransi, atas beban dana

tabarru’, untuk manfaat

meninggal dunia dan

seluruh nilai tunai akan

dibayarkan sekaligus

segera setelah pengajuan

klaim manfaat asuransi

Page 73: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

63

yang bersangkutan

disetujui oleh pengelola,

dan BAB VI tentang

syarat pengajuan klaim

manfaat asuransi.

6. Dalam akad tabarru’ (hibah),

peserta memberikan dana

hibah yang akan digunakan

untuk menolong peserta atau

peserta lain yang tertimpa

musibah.

POJK No. 69 Tahun 2016

BAB IV, pasal 56 ayat 3:

dalam akad tabarru’ harus

dibentuk dana tabarru’ dari

kontribusi pemegang polis

atau peserta sejak awal

perjanjian asuransi syariah

atau perjanjian reasuransi

syariah.

BAB I tantang ketentuan

umum pasal 1 ayat 2: akad

tabarru’ yaitu akad hibah

dalam bentuk pemberian

dana dari satu pemegang

polis kepada dana

tabarru’ untuk tujuan

tolong menolong di antara

para pemegang polis yang

tidak bersifat dan bukan

untuk tujuan komersial,

BAB I tentang ketentuan

umum pasal 1 ayat 15:

iuran tabarru’ yaitu iuran

dalam bentuk pemberian

sejumlah uang dari satu

pemegang polis kepada

dana tabarru’ untuk

pertanggungan asuransi

dasar dan tambahan (jika

diadakan), dan BAB

XVIII tentang akad

tabarru’ pasal 47: para

Sesuai, karena telah dijelaskan di

dalam polis bahwa peserta wajib

berkontribusi untuk iuran

tabarru’ sebesar 50% dari nilai

tunai. Namun, jika diteliti lebih

lanjut terdapat unsur gharar,

karena tidak dijelaskan jumlah

nominal iuran tabarru’.

Page 74: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

64

pemegang polis sepakat

untuk mengikatkan diri

dalam membuat

kesepakatan untuk

memberikan iuran

tabarru’.

7. Peserta secara individu

merupakan pihak yang

berhak menerima dana

tabarru’

(mu’amman/mutabarra’lahu)

dan secara kolektif selaku

penanggung

(mu’ammin/mutabarri’).

POJK No. 72 Tahun 2016,

BAB II pasal 4 ayat 2:

perusahaan hanya dapat

menggunakan dana tabarru’

untuk:

a.Pembayaran

santunan/klaim/manfaat

kepada pemegang polis atau

peserta yang mengalami

musibah atau pihak lain yang

berhak berdasarkan polis

asuransi syariah

b. Pembayaran kontribusi

tabarru’ kepada reasuradur

c. Pembayaran kembali

qardh kepada perusahaan

d. Pengembalian dana

tabarru’

e. Biaya terkait pengelolaan

aset dana tabarru’.

BAB XVIII pasal 47,

BAB IXI pasal 48 ayat 2

dan 4, dan pada ketentuan

khusus asuransi dasar

BAB III pasal 3

menjelaskan bahwa

manfaat asuransi

meninggal dunia untuk

peserta yang diasuransikan

yaitu berupa pembayaran

santunan asuransi, atas

beban dana tabarru’, dan

seluruh nilai tunai akan

dibayarkan sekaligus

segera setelah pengajuan

klaim manfaat asuransi

yang bersangkutan

disetujui oleh pengelola

dan BAB XVIII tentang

akad tabarru’ pasal 47

ayat 1 dan 2: Pemegang

polis dengan ini setuju

Dari beberapa keterangan pasal-

pasal yang terangkum dalam

polis, tidak dijelaskan bahwa

kedudukan pemegang polis atau

peserta secara kolektif adalah

sebagai pihak penanggung atas

risiko yang terjadi pada peserta

lain. Akan tetapi pada BAB

XVIII tentang akad tabarru’

pasal 47 ayat 1: pemegang polis

dengan ini setuju untuk

mengikatkan diri dengan

pemegang polis lainnya dalam

suatu akad tabarru’. Dapat

disimpulkan bahwa secara tidak

langsung pasal tersebut

menjelaskan bahwa para

pemegang polis atau peserta

merupakan pihak penanggung.

Page 75: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

65

untuk mengikatkan diri

dengan pemegang polis

lainnya dalam suatu akad

tabarru’ dan sebagai

wujud dari kesepakatan

sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) diatas,

pemegang polis akan

memberikan iuran

tabarru’ sebagaimana

tercantum dalam lampiran

ujrah dan iuran tabarru’.

8. Perusahaan asuransi

bertindak sebagai pengelola

dana hibah atas dasar akad

wakalah dari peserta selain

dalam hal pengelolaan dana

investasi.

POJK No. 69 BAB I Pasal 1

ayat 33: akad wakalah bil

ujrah adalah akad tijarah

yang memberikan kuasa

kepada perusahaan asuransi

syariah, perusahaan

reasuransi syariah atau unit

syariah sebagai wakil peserta

untuk mengelola dana

tabarru’ dan/atau investasi

peserta, sesuai kuasa atau

wewenang yang diberikan,

dengan imbalan berupa ujrah

POJK No. 69 BAB IV, Pasal

54 ayat 7: perusahaan

asuransi syariah, perusahaan

BAB I ketentuan umum

pasal 32: pengelola adalah

PT Prudential Life

Assurance, berkedudukan

di Jakarta, yang didirikan

berdasarkan hukum

Negara Republik

Indonesia, BAB VI

tentang pembayaran dan

pengalokasian kontribusi

pasal 22 ayat 1: porsi

investasi yang terbentuk

dari kontribusi berkala dan

kontribusi top-up berkala,

akan dialokasikan untuk

membeli unit yang

Terdapat unsur gharar dalam

penentuan akad wakalah

terhadap pengelolaan dana

tabarru’. Pada BAB XIX tentang

dana tabarru’ dijelaskan bahwa

dana tabarru’ akan

diinvestasikan oleh pengelola

berdasarkan akad wakalah bil

ujrah dengan mengenakan ujrah

pengelolaan dana tabarru’.

Sedangkan jika dilihat pada

ketentuan lampiran ujrah dan

iuran tabarru’, disebutkan bahwa

ujrah atas pengelolaan dana

tabarru’ yaitu sebesar 0%. Maka

dapat disimpulkan bahwa

Page 76: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

66

reasuruahansi syariah atau

unit syariah, dapat

menggunakan akad tijarah

dalam rangka pengelolaan

investasi dari dana tabarru’

atau dana tanahud yang

berbeda dengan akad tijarah

dalam rangka kegiatan lain

POJK No. 72 Tahun 2016,

BAB V pasal 13 ayat 2: aset

yang diperkenankan dari

dana tabarru’, dana tanahud

dan dana perusahaan dalam

bentuk investasi harus

ditempatkan dalam jenis:

a. Deposito berjangka pada

bank umum syariah, UUS

pada BU (paling tinggi 20%),

atau BPRS (paling tinggi 1-

5%), termasuk deposit on call

dan deposito yang berjangka

waktu kurang dari atau sama

dengan 1 bulan

b. Sertifikat deposito pada

BUS atau UUS pada BU

(paling tinggi 50%)

c. Saham syariah yang

tercatat di bursa efek (paling

penempatannya sesuai

dengan intruksi pemegang

polis atas dana investasi

prulink syariah untuk

kontribusi berkala yang

tercatat terakhir pada

pengelola dan BAB XIX

pasal 48 ayat 3: dana

tabarru’ akan

diinvestasikan oleh

pegelola berdasarkan akad

wakalah bil ujrah dengan

mengenakan ujrah atas

pengelolaan tersebut.

pengelolaan atas dana tabarru’

tidak dibebankan ujrah.

Persentase 0% untuk ujrah iuran

tabarru’ merupakan beban

pemegang polis atau peserta,

yang mana hal tersebut telah

menguntungkan pihak peserta.

Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa sebaiknya

akad yang digunakan adalah akad

wakalah bukan akad wakalah bil

ujrah.

Page 77: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

67

tinggi 10-40%)

d. Sukuk atau obligasi

syariah yang tercatat di bursa

efek (paling tinggi 20-50%)

e. MTN syariah (paling tinggi

20-40%)

f. Surat berharga syariah

yang diterbitkan oleh NRI

(paling tinggi 20-40%)

g. Surat berharga syariah

yang diterbitkan oleh negara

selain NRI (paling tinggi

10%)

h. Surat berharga syariah

yang diterbitkan oleh BI

i. Surat berharga syariah yang

diterbitkan oleh lembaga

multinasinal yang NRI

menjadi salah satu anggota

atau pemegang saham

j. Reksa dana syariah (paling

tinggi 20-50%)

k. Efek beragun aset syariah

(paling tinggi 10-20%)

l. Dana investasi real estat

syariah berbentuk kontrak

investasi kolektif (paling

tinggi 10-20%)

Page 78: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

68

m. Transaksi surat berharga

syariah melalui REPO

(paling tinggi 2-10%)

n. Pembiayaan syariah

melalui mekanisme kerja

sama dengan pihak lain

dalam bentuk kerja sama

pemberian pembiayaan

syariah (paling tinggi 10-

20%)

o. Emas murni (paling tinggi

10%).

9. Pengelolaan asuransi dan

reasuransi syariah hanya

boleh dilakukan oleh suatu

lembaga yang berfungsi

sebagai pemegang amanah.

- - Penjelasan yang dimaksud dalam

Fatwa, tidak dijelaskan di dalam

polis. Polis hanya menjelaskan

bahwa pengelolaan asuransi

dilakukan oleh pengelola yaitu

PT Prudential Life Assurance

yang berkedudukan di Jakarta,

dengan tidak menjelaskan secara

spesifik bahwa pengelola

merupakan pemegang amanah.

10. Pembukuan dana tabarru’

harus terpisah dari dana yang

lainnya.

POJK No. 72 Tahun 2016,

BAB II pasal 2:

a. Ayat 1: aset dan liabilitas

yang terkait dengan hak

pemegang polis atau peserta

wajib dipisahkan dari aset

BAB XVIII pasal 47 ayat

3: iuran tabarru’ yang

diberikan oleh pemegang

polis sehubungan dengan

asuransi jiwa syariah yang

dikelola oleh pegelola

Sesuai, akan tetapi polis tidak

menjelaskan bahwa pembukuan

dana tabarru’ terpisah dari dana

yang lainnya. Kemudian, jika

dilihat pada ketentuan ringkasan

polis, tidak dijelaskan pembagian

Page 79: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

69

dan liabilitas yang lain dari

perusahaan

b. Ayat 2: pemisahan aset

dan liabilitas sebagaimana

yang dimaksud yaitu terdiri

dari dana tabarru’, dana

tanahud, dana perusahaan,

dan dana investasi peserta

c. Perusahaan wajib membuat

pencatatan terpisah untuk

dana tabarru’, dana tanahud,

dana perusahaan, dan dana

investasi peserta.

akan dimasukkan ke

dalam dana tabarru’.

porsi yang jelas mengenai iuran

tabarru’ dengan iuran investasi,

melainkan hanya dijelaskankan,

bahwa seluruh kontribusi peserta

hanya dialokasikan kepada porsi

investasi saja. Sedangkan pada

BAB XVIII tentang akad

tabarru’ pasal 47 ayat 3

dijelaskan bahwa iuran tabarru’

yang diberikan oleh pemegang

polis akan dimasukkan ke dalam

dana tabarru’, yang mana dapat

disimpulkan bahwa iuran

tabarru’ tidak dicampur dengan

iuran atau dana lainnya. Akan

tetapi peneliti merasa terdapat

kesenjangan antara teori dengan

faktanya. Karena, jika

diperhatikan pada penjelasan

yang diberikan oleh pegawai

Prudential, bahwa iuran tabarru’

akan ditarik dari nilai investasi,

sehingga sejak awal kontribusi

yang disetorkan tidak dipisah

pada rekening yang berbeda,

melainkan hanya dibentuk pada

porsi investasi saja, bukan

investasi dengan tabarru’, dan

Page 80: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

70

pada lampiran ujrah dan iuran

tabarru’ hanya menyebutkan

porsi presentase untuk iuran

tabarru’ saja, tanpa dijelaskan

jumlah yang pasti untuk iuran

tabarru’ tersebut.

11. Hasil investasi dari dana

tabarru’ menjadi hak

kolektif peserta dan

dibukukan dalam akun

tabarru’.

POJK No. 72 Tahun 2016,

BAB III pasal 6: surplus

underwriting dapat

didistribusikan dengan

pilihan sebagai berikut:

a. Seluruhnya ditambahkan

ke dalam dana tabarru’

b. Sebagian ditambahkan ke

dalam dana tabarru’ dan

sebagian dibagikan kepada

pemegang polis atau peserta

c. Sebagian ditambahkan ke

dalam dana tabarru’,

sebagian dibagikan kepada

pemegang polis atau peserta

dan sebagian dibagikan

kepada perusahaan.

BAB XXI tentang surplus

underwriting pasal 50 ayat

4, 5, 6, 7, 9, dan 10.

Sesuai, namun tidak ada

penjelasan mengenai berapa porsi

persentase dana tabarru’ yang

akan diinvestasikan oleh

perusahaan dan hasil investasi

dana tabarru’ akan dibukukan

dalam akun tabarru’. Dapat

dilihat pada polis pasal 50

tentang surplus underwriting ayat

10 yang intinya yaitu dalam hal

pemegang polis pada saat

berakhirnya suatu tahun

keuangan berhak atas pembagian

surplus underwriting namun pada

saat pembagiannya menjadi tidak

berhak, maka hak nya akan

diberikan kepada pemegang polis

lain yang memenuhi persyaratan

dan selanjutnya jumlah

pembagian tersebut yang semula

menjadi hak pemegang polis

yang bersangkutan harus

Page 81: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

71

dikembalikan ke dalam dana

tabarru’. Penjelasan di atas

menegaskan bahwa iuran

tabarru’ para peserta telah

diinvestasikan oleh perusahaan,

sedangkan di dalam polis tidak

dijelaskan berapa jumlah porsi

persentase investasi dari iuran

tabarru’.

12. Dari hasil investasi,

perusahaan asuransi dan

reasuransi syariah dapat

memperoleh bagi hasil

berdasarkan akad

mudharabah atau

mudharabah musytarakah

atau mendapatkan ujrah (fee)

berdasarkan akad wakalah

bil ujrah.

POJK No. 69 Tahun 2016

BAB IV, Pasal 57 ayat 3:

dalam hal pengelolaan dana

investasi dana tabarru’ dana

tanahud, atau dana investasi

peserta didasarkan pada akad

wakalah bil ujrah,

perusahaan asuransi syariah,

perusahaan reasuransi syariah

atau unit syariah tidak boleh

memperoleh bagian dari hasil

investasi.

BAB XIX tentang dana

tabarru’ pasal 48 ayat 3:

dana tabarru’akan

diinvestasikan oleh

pengelola berdasarkan

akad wakalah bil ujrah

dengan mengenakan ujrah

pengelolaan dana tabarru’

sebagaimana tercantum

dalam lampiran ujrah dan

iuran tabarru’.

Sesuai, karena perusahaan telah

menentukan porsi pembebanan

ujrah bagi peserta. Akan tetapi

dalam ringkasan polis disebutkan

bahwa sampai dengan tahun ke 5

peserta dibebankan atas ujrah

akuisisi, yang merupakan ujrah

pemrosesan permohonan

pertanggungan dan penerbitan

polis yang terdiri dari biaya

pemeriksanaan kesehatan,

pengadaan polis, pencetakan

dokumen, pos dan

telekomunikasi, dan biaya tenaga

pemasar. Dengan ketentuan

tersebut dapat disimpulkan

bahwa pembebanan atas ujrah

akuisisi tidak sesuai dengan

syariah, karena salah satu

Page 82: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

72

parameter untuk menentukan

kesyariahan suatu kegiatan

adalah dengan adanya unsur

keadilan. Sedangkan pemegang

polis atau peserta tidak pernah

melakukan pemeriksaan

kesehatan dan pengadaan polis

hanya dilakukan satu kali pada

awal kesepakatan kontrak.

Selanjutnya untuk ujrah-ujrah

lain yang telah disebutkan

macamnya dalam bab x tentang

ujrah, dan merupakan objek akad

wakalah bil ujrah, tidak

dijelaskan jumlah porsi

presentasenya, sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat

unsur gharar dalam pembagian

persentase ujrah.

13. Jika terdapat surplus

underwriting atas dana

tabarru’, maka boleh

dilakukan beberapa alternatif

sebagai berikut:

a. Diperlakukan seluruhnya

sebagai dana cadangan

dalam akun tabarru’

b. Disimpan sebagian

POJK No. 69 BAB IV pasal

56 ayat 2 huruf G akad

tabarru’ yang digunakan

dalam asuransi syariah wajib

memuat paling sedikit, yaitu:

Ketentuan mengenai

alternatif dan persentase

pembagian surplus

underwriting, POJK No. 23

BAB XXI tentang surplus

underwriting pasal 50 ayat

7:

a. 56% dibagikan kepada

seluruh pemegang polis

dengan ketentuan

pembagian sebagaimana

yang telah diatur

sebelumnya

Sesuai.

Page 83: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

73

sebagai dana cadangan dan

dibagikan sebagian lainnya

kepada para peserta yang

memenuhi syarat

aktuaria/manajemen risiko

c. Disimpan sebagian sebagai

dana cadangan dan dapat

dibagikan sebagian lainya

kepada perusahaan asuransi

dan para peserta sepanjang

disepakati oleh para peserta

d. Pilihan terhadap salah satu

alternatif tersebut di atas

harus disetujui terlebih

dahulu oleh peserta dan

dituangkan dalam akad.

Tahun 2015 pasal 12 huruf E

polis asuransi dengan prinsip

syariah harus memenuhi

kriteria sebagai berikut:

Alokasi penggunaan surplus

underwriting untuk dana

tabarru’, dana peserta

dan/atau dana perusahaan dan

POJK No. 72 Tahun 2016,

BAB III pasal 6: surplus

underwriting dapat

didistribusikan dengan

pilihan sebagai berikut:

a. Seluruhnya ditambahkan

ke dalam dana tabarru’

b. Sebagian ditambahkan ke

dalam dana tabarru’ dan

sebagian dibagikan kepada

pemegang polis atau peserta

c. Sebagian ditambahkan ke

dalam dana tabarru’,

sebagian dibagikan kepada

pemegang polis atau peserta

dan sebagian dibagikan

kepada perusahaan

POJK No. 72 Tahun 2016,

BAB III pasal 6 ayat 4:

pemegang polis atau peserta

b. 30% dari kelebihan

tersebut akan tetap

disimpan dalam dana

tabarru’

c. 14% merupakan hak

dan diserahkan kepada

pengelola.

Page 84: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

74

yang menerima surplus

underwriting sebagaimana

dimaskud pada peraturan

sebelumnya, harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

a. Telah membayar

kontribusi untuk periode

perhitungan surplus

underwriting

b. Tidak sedang dalam proses

penyelesaian klaim

c. Tidak pernah menerima

pembayaran klaim yang

melebihi jumlah kontribusi

yang dialokasikan ke dalam

dana tabarru’

d. Tidak menghentikan polis

pada periode perhitungan

surplus underwriting.

14. Jika terjadi defisit

underwriting atas dana

tabarru’ (defisit tabarru’),

maka perusahaan asuransi

wajib menanggulangi

kekurangan tersebut dalam

bentuk qardh (pinjaman).

POJK No. 23 Tahun 2015

pasal 12 huruf F: Pemberian

qardh oleh perusahaan dalam

hal dana tabarru’ tidak cukup

untuk membayar manfaat

asuransi, POJK No. 72 Tahun

2016, BAB I ketentuan

umum pasal 1 ayat 19: qardh

adalah pinjaman dana dari

BAB XX tentang qardh

pasal 49 ayat 1: apabila

dana tabarru’ tidak cukup

untuk membayar manfaat

asuransi selain nilai tunai,

maka pengelola akan

menalangi kekurangan

pembayaran manfaat

asuransi tersebut dalam

Sesuai.

Page 85: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

75

perusahaan kepada dana

tabarru’ dan/atau dana

tanahud dalam rangka

menanggulangi

ketidakcukupan aset dana

tabarru’ untuk membayar

santunan/klaim/manfaat

kepada pemegang polis atau

peserta, dan POJK No. 72

Tahun 2016, BAB IV Qardh

pasal 8 ayat 2 huruf C dan D,

yaitu perusahaan wajib

menyediakan aset yang

tersedia untuk qardh pada

dana perusahaan dalam hal:

a. Tingkat solvabilitas dana

tabarru’ dan dan dana

tanahud lebih keil dari target

tingkat solvabilitas dana

tabarru’ dan dana tanahud

b. Jumlah investasi dalam

aset yang diperkenankan dari

dana tabarru’ lebih kecil dari

jumlah penyisihan teknis dan

liabilitas pembayaran

santunan/klaim/manfaat

retensi sendiri dari dana

tabarru’ dana tanahud

bentuk qardh.

Page 86: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

76

c. Terjadi defisit

underwriting dana tabarru’

dan/atau

d. Dana tabarru’ dan dana

tanahud tidak cukup untuk

membayar

santunan/klaim/manfaat

kepada pemegang polis atau

peserta.

15. Pengembalian dana qardh

kepada perusahaan asuransi

disisihkan dari dana

tabarru’.

POJK No. 72 Tahun 2016,

BAB II pasal 4 ayat 2 huruf

C: perusahaan hanya dapat

menggunakan dana tabarru’

untuk: pembayaran kembali

qardh kepada perusahaan dan

POJK No. 72, BAB IV pasal

8 ayat 7: pengembalian qardh

kepada dana perusahaan

dilakukan dari dana tabarru’

dan/atau dana tanahud.

BAB XX tentang qardh

pasal 49 ayat 2:

pengembalian qardh

kepada pengelola

dilakukan dengan

menggunakan surplus

underwriting dan/atau

dana tabarru’.

Sesuai.

No. Fatwa DSN MUI No. 52

Tahun 2006 Tentang Akad

Wakalah Bil Ujrah pada

Asuransi Syariah

POJK Terkait Akad

Tijarah pada Asuransi

Syariah

Realisasi terhadap Polis

Asuransi

Hasil Analisis Perbandingan

Peraturan dengan Polis

1. Dalam fatwa ini yang

dimaksud dengan:

a. Asuransi adalah asuransi

- BAB I tentang ketentuan

umum pasal 5: asuransi

jiwa syariah yaitu usaha

Sesuai.

Page 87: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

77

jiwa, asuransi kerugian, dan

reasuransi syariah

b. Peserta adalah peserta

asuransi (pemegang polis)

atau perusahaan asuransi

dalam reasuransi syariah.

saling tolong menolong

(ta’awuni) dan melindungi

(takafuli) diantara para

pemegang polis melalui

pembentukan kumpulan

dana (dana tabarru’) yang

dikelola sesuai dengan

prinsip syariah untuk

menghadapi risiko

tertentu, dan pasal 26:

pemegang polis adalah

orang perseorangan atau

badan usaha yang

membuat perjanjian

pertanggungan jiwa

berdasarkan prinsip

syariah dengan pengelola

sebagaimana tertera dalam

ringkasan polis dan setiap

perubahannya (jika ada).

2. Wakalah bil ujrah boleh

dilakukan antara perusahaan

asuransi dengan peserta.

POJK No. 69 Tahun 2016

BAB I ketentuan umum pasal

1 ayat 33: akad wakalah bil

ujrah adalah akad tijarah

yang memberikan kuasa

kepada perusahaan asuransi

syariah, perusahaan

reasuransi syariah, atau unit

BAB XVII tentang akad

wakalah bil ujrah pasal 46

ayat 1: pemegang polis

selaku pemberi kuaasa

dengan ini memberi kuasa

kepada pengelola selaku

penerima kuasa

berdasarkan akad wakalah

Sesuai.

Page 88: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

78

syariah, sebagai wakil peserta

untuk mengelola dana

tabarru’ dan/atau dana

investasi peserta, sesuai

kuasa atau wewenang yang

diberikan, dengan imbalan

berupa ujrah (fee).

bil ujrah, BAB 1 tentang

ketentuan umum pasal 1

ayat 32: pengelola adalah

PT Prudential Life

Assurance, berkedudukan

di Jakarta, yang didirikan

berdasarkan hukum

Negara Republik

Indonesia.

3. Wakalah bil ujrah adalah

pemberian kuasa dari peserta

kepada perusahaan asuransi

untuk mengelola dana

peserta dengan imbalan

pemberian ujrah (fee).

POJK No. 69 Tahun 2016

BAB I ketentuan umum pasal

1 ayat 33: akad wakalah bil

ujrah adalah akad tijarah

yang memberikan kuasa

kepada perusahaan asuransi

syariah, perusahaan

reasuransi syariah, atau unit

syariah, sebagai wakil peserta

untuk mengelola dana

tabarru’ dan/atau dana

investasi peserta, sesuai

kuasa atau wewenang yang

diberikan, dengan imbalan

berupa ujrah (fee).

BAB I tentang ketentuan

umum pasal 1 ayat 3: akad

wakalah bil ujrah adalah

akad antara pemegang

polis secara kolektif atau

orang perseorangan

dengan pengelola dengan

tujuan komersial yang

memberikan kuasa kepada

pengelola sesuai kuasa

atau wewenang yang

diberikan, dengan imbalan

berupa ujrah dan BAB

XVII tentang akad

wakalah bil ujrah pasal 46

ayat 1: pemegang polis

selaku pemberi kuasa

dengan ini memberi kuasa

kepada pengelola selaku

Sesuai.

Page 89: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

79

penerima kuasa

berdasarkan akad wakalah

bil ujrah dan BAB XIX

tentang dana tabarru’

pasal 48 ayat 3: dana

tabarru’ akan

diinvestasikan oleh

pengelola berdasarkan

akad wakalah bil ujrah

dengan mengenakan ujrah

pengelolaan dana tabarru’

sebagaimana tercantum

dalam lampiran ujrah dan

iuran tabarru’.

4. Wakalah bil ujrah dapat

diterapkan dalam produk

asuransi yang mengandung

unsur tabungan (saving)

maupun unsur tabarru’ (non

saving).

POJK No. 69 Tahun 2016

BAB I ketentuan umum pasal

1 ayat 33: akad wakalah bil

ujrah adalah akad tijarah

yang memberikan kuasa

kepada perusahaan asuransi

syariah, perusahaan

reasuransi syariah, atau unit

syariah, sebagai wakil peserta

untuk mengelola dana

tabarru’ dan/atau dana

investasi peserta, sesuai

kuasa atau wewenang yang

diberikan, dengan imbalan

BAB VI tentang

pembayaran dan

pengalokasian kontribusi

pasal 22 ayat 1: porsi

investasi yang terbentuk

dari kontribusi berkala dan

kontribusi top-up berkala,

akan dialokasikan untuk

membeli unit yang

penempatannya sesuai

dengan intruksi pemegang

polis atas dana investasi

prulink syariah untuk

kontribusi berkala yang

Sesuai.

Page 90: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

80

berupa ujrah (fee) dan POJK

No. 69 Tahun 2016 BAB IV

tentang penerapan prinsip

syariah dalam

penyelenggaraan usaha

asuransi umum syariah,

usaha asuransi jiwa syariah

dan usaha reasuransi syariah

Pasal 54 ayat 7: perusahaan

asuransi syariah, perusahaan

reasuransi syariah atau unit

syariah, dapat menggunakan

akad tijarah dalam rangka

pengelolaan investasi dari

dana tabarru’ atau dana

tanahud yang berbeda

dengan akad tijarah dalam

rangka kegiatan lain.

tercatat terakhir pada

pengelola, BAB VI

tentang pembayaran dan

pengalokasian kontribusi

pasal 22, BAB VII tentang

dana investasi prulink

pasal 24, BAB X tentang

ujrah pasal 32, dan 33,

dan BAB XIX pasal 48

ayat 3: dana tabarru’ akan

diinvestasikan oleh

pegelola berdasarkan akad

wakalah bil ujrah dengan

mengenakan ujrah

pengelolaan dana tabarru’

sebagaimana tercantuk

dalam lampiran ujrah dan

iuran tabarru’.

5. Akad yang digunakan adalah

akad wakalah bil ujrah.

- BAB XVII tentang akad

wakalah bil ujrah pasal 46

dan BAB XIX tentang

dana tabarru’ pasal 48

ayat 3: dana tabarru’ akan

diinvestasikan oleh

pegelola berdasarkan akad

wakalah bil ujrah dengan

mengenakan ujrah

Sesuai.

Page 91: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

81

pengelolaan dana tabarru’

sebagaimana tercantuk

dalam lampiran ujrah dan

iuran tabarru’.

6. Objek akad wakalah bil

ujrah meliputi antara lain:

a. Kegiatan administrasi

b. Pengelolaan dana

c. Pembayaran klaim

d. Underwriting

e. Pengelolaan portofolio

risiko

f. Pemasaran

g. Investasi.

POJK No. 69 Tahun 2016

BAB IV tentang penerapan

prinsip syariah dalam

penyelenggaraan usaha

asuransi umum syariah,

usaha asuransi jiwa syariah

dan usaha reasuransi syariah

pasal 57 ayat 1: objek akad

wakalah bil ujrah yaitu

a. Kegiatan administrasi

b. Pengelolaan dana

c. Pembayaran klaim

d. Underwriting

e. Pengelolaan portofolio

risiko

f. Pemasaran

g. Investasi dana tabarru‟,

dana tanahud dan/atau dana

investasi peserta

h. Kegiatan lain sesuai

dengan kesepakatan dalam

polis.

BAB XVII pasal 46 ayat 1

huruf a: pemegang polis

selaku pemberi kuasa

kepada pengelola selaku

penerima kuasa

berdasarkan akad wakalah

bil ujrah untuk kegiatan

sebagai berikut: mengelola

asuransi jiwa syariah

termasuk namun tidak

terbatas pada melakukan

kegiatan administrasi,

underwriting, pembayaran

klaim, pemasaran dan

investasi dana tabarru’

berdasarkan polis atau

formulir lain yang relevan

yang dapat dipelajari oleh

pemegang polis sebelum

melakukan transaksi dan

BAB X pasal 30 ayat 1:

jeniss ujrah dalam polis

asuransi tersebut, terdiri

dari:

Dalam ketentuan akad wakalah

bil ujrah di dalam polis, tidak

disebutkan tujuh objek akad

wakalah bil ujrah seperti yang

telah dijelaskan di dalam Fatwa

DSN-MUI maupun POJK. Di

dalam polis hanya menjelaskan

lima dari tujuh objek yang telah

disebutkan dalam Fatwa DSN-

MUI maupun POJK, dengan

memberikan klausul “termasuk

namun tidak terbatas pada

pengelolaan ...”. Akan tetapi, 2

objek yang tidak disebutkan telah

disebutkan pada Bab ujrah yang

terdapat dalam polis.

Dalam polis dijelaskan bahwa

ujrah akuisisi yaitu ujrah

pemrosesan permohonan

pertanggungan dan penerbitan

polis yang terdiri dari beberapa

biaya yang menjadi beban

pemegang polis atau peserta,

salah satunya yaitu biaya

Page 92: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

82

a. Ujrah akuisisi (biaya

pemeriksaan kesehatan,

biaya pengadaan polis,

biaya pencetakan

dokumen, biaya pos dan

telekomunikasi, dan biaya

tenaga pemasar)

b. Ujrah top-up

c. Ujrah pengalihan dana

investasi prulink syariah

d. Ujrah administrasi

e. Ujrah pengelolaan dana

investasi

f. Ujrah pengelolaan dana

tabarru’

g. Ujrah pengelolaan

risiko

h. Ujrah perubahan polis

i. Ujrah cetak ulang polis

dan kartu kepesertaan

asuransi.

pemeriksaan kesehatan.

Realitanya pemegang polis atau

peserta tidak pernah melakukan

pemeriksanaan kesehatan atas

permintaan pihak Prudential,

sedangkan ujrah akuisisi menjadi

beban peserta hingga tahun

kelima, dan jumlahnya sangat

besar pada tahun pertama dan

kedua. Oleh karena itu, sangat

tidak adil jika dibebankan hingga

80% pada tahun pertama dan

kedua.

Selanjutnya menurut peneliti,

jika di dalam polis dijelaskan

mengenai macam-macam ujrah

yang akan dibebankan kepada

peserta, maka akan lebih baik

jika disebutkan pula porsi

presentase untuk setiap jenis

ujrah yang dibebankan.

7. Dalam akad wakalah bil

ujrah, harus disebutkan

sekurang-kurangnya:

a. Hak dan kewajiban peserta

dan perusahaan asuransi

b. Besaran, cara dan waktu

pemotongan ujrah atas premi

POJK No. 69 Tahun 2016

BAB IV tentang penerapan

prinsip syariah dalam

penyelenggaraan usaha

asuransi umum syariah,

usaha asuransi jiwa syariah

dan usaha reasuransi syariah

Hak dan kewajiban

peserta dan perusahaan

asuransi : BAB VI tentang

pembayaran dan

pengalokasian kontribusi

pasal 14, 15, 16, 17, 19,

20, 21, dan 22, BAB VII

Untuk batasan wewenang yang

diberikan oleh pemegang polis

atau peserta kepada perusahaan

tidak dijelaskan dalam pasal

tersendiri, namun pada

keseluruhan isi polis dijelaskan

bahwa perusahaan sebagai

Page 93: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

83

c. Syarat-syarat lain yang

disepakati, sesuai dengan

jenis asuransi yang diadakan.

pasal 57 ayat 2: akad

wakalah bil ujrah wajib

memuat paling sedikit:

a. Objek/kegiatan yang

dikuasakan pengelolanya

b. Hak dan kewajiban

pemegang polis atau peserta

secara kolektif dan/atau

pemegang polis atau peserta

secara individu sebagai

muwakkil

c. Hak dan kewajiban

perusahaan asuransi syariah,

perusahaan reasuransi syariah

atau unit syariah sebagai

wakil

d. Batasan kuasa atau

wewenang yang diberikan

pemegang polis atau peserta

kepada perusahaan reasuransi

syariah atau unit syariah

e. Besaran, cara dan waktu

pemotongan ujrah

f. Ketentuan lain yang

disepakati.

tentang dana investasi

prulink syariah pasal 23,

24, dan 27, BAB X

tentang ujrah pasal 32,

BAB XVII tentang akad

wakalah bil ujrah, dan

BAB XIX tentang dana

tabarru’ pasal 48 ayat 3.

Besaran, cara dan waktu

pemotongan ujrah atas

premi: ketentuan

ringkasan polis (akad

wakalah bil ujrah), BAB

X tentang ujrah pasal

30—37, dan ketentuan

lampiran ujrah dan iuran

tabarru’ asuransi dasar

prulink syariah assurance

account BAB II tentang

biaya pasal 2.

Objek akad wakalah bil

ujrah: BAB X tentang

ujrah pasal 30 dan BAB

XVII tentang akad

wakalah bil ujrah pasal

46: pemegang polis selaku

pemberi kuasa kepada

pengelola selaku penerima

pengelola diberikan batasan

untuk mengelola dana peserta

khususnya dengan menggunakan

akad wakalah bil ujrah, seperti

dengan menginvestasikan dana

peserta sesuai dengan perintah

pemegang polis atau peserta dan

penempatan dana investasi pada

instrumen investasi yang sesuai

dengan syariah. Untuk besaran,

cara dan waktu pemotongan

ujrah, polis tidak mencantumkan

hal tersebut. Hanya saja polis

menjelaskan mengenai

pemotongan ujrah akuisisi, yang

mana jenis ujrah tersebut tidak

diatur oleh Fatwa maupun POJK.

POJK hanya mengatur mengenai

mengenai besaran, cara dan

waktu pemotongan ujrah

merupakan syarat atas penerapan

akad wakalah bil ujrah.

Page 94: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

84

kuasa berdasarkan akad

wakalah bil ujrah untuk

kegiatan sebagai berikut:

mengelola asuransi jiwa

syariah termasuk namun

tidak terbatas pada

melakukan kegiatan

administrasi,

underwriting, pembayaran

klaim, pemasaran dan

investasi dana tabarru’

berdasarkan polis atau

formulir lain yang relevan

yang dapat dipelajari oleh

pemegang polis sebelum

melakukan transaksi.

Batasan kuasa yang

diberikan pemegang polis

kepada perusahaan: BAB

VI tentang pembayaran

dan pengalokasian

kontribusi pasal 21 ayat 1,

pasal 22 ayat 2, dan BAB

II tentang jenis dana

investasi prulink syariah

pasal 2.

8. Dalam akad ini, perusahaan

bertindak sebagai wakil

POJK No. 69 Tahun 2016

BAB I ketentuan umum pasal

BAB XVII pasal 46 ayat 1

huruf a: pemegang polis

Sesuai.

Page 95: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

85

(yang mendapat kuasa) untuk

mengelola dana.

1 ayat 33: akad wakalah bil

ujrah adalah akad tijarah

yang memberikan kuasa

kepada perusahaan asuransi

syariah, perusahaan

reasuransi syariah, atau unit

syariah, sebagai wakil peserta

untuk mengelola dana

tabarru’ dan/atau dana

investasi peserta, sesuai

kuasa atau wewenang yang

diberikan, dengan imbalan

berupa ujrah (fee).

selaku pemberi kuasa

kepada pengelola selaku

penerima kuasa

berdasarkan akad wakalah

bil ujrah untuk kegiatan

sebagai berikut: mengelola

asuransi jiwa syariah

termasuk namun tidak

terbatas pada melakukan

kegiatan administrasi,

underwriting, pembayaran

klaim, pemasaran dan

investasi dana tabarru’

berdasarkan polis atau

formulir lain yang relevan

yang dapat dipelajari oleh

pemegang polis sebelum

melakukan transaksi.

9. Peserta (pemegang polis)

sebagai individu, dalam

produk saving dan tabarru’,

bertindak sebagai muwakkil

(pemberi kuasa) untuk

mengelola dana.

POJK No. 69 Tahun 2016

BAB I ketentuan umum pasal

1 ayat 33: akad wakalah bil

ujrah adalah akad tijarah

yang memberikan kuasa

kepada perusahaan asuransi

syariah, perusahaan

reasuransi syariah, atau unit

syariah, sebagai wakil peserta

untuk mengelola dana

BAB XVII pasal 46 ayat 1

huruf a: pemegang polis

selaku pemberi kuasa

kepada pengelola selaku

penerima kuasa

berdasarkan akad wakalah

bil ujrah.

Sesuai .

Page 96: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

86

tabarru’ dan/atau dana

investasi peserta, sesuai

kuasa atau wewenang yang

diberikan, dengan imbalan

berupa ujrah (fee).

10. Peserta sebagai suatu

badan/kelompok, dalam akun

tabarru‟ bertindak sebagai

muwakkil (pemberi kuasa)

untuk mengelola dana.

POJK No. 69 Tahun 2016

BAB I ketentuan umum pasal

1 ayat 33: akad wakalah bil

ujrah adalah akad tijarah

yang memberikan kuasa

kepada perusahaan asuransi

syariah, perusahaan

reasuransi syariah, atau unit

syariah, sebagai wakil peserta

untuk mengelola dana

tabarru’ dan/atau dana

investasi peserta, sesuai

kuasa atau wewenang yang

diberikan, dengan imbalan

berupa ujrah (fee).

BAB XVIII tentang akad

tabarru’ pasal 47 ayat 3:

iuran tabarru’ yang

diberikan oleh pemegang

polis sehubungan asuransi

jiwa syariah yang

diselenggarakan atau

dikelola oleh pengelola

akan dimasukkan ke

dalam dana tabarru’ dan

BAB XIX tentang dana

tabarru’ pasal 48 ayat 3:

dana tabarru’ akan

diinvestasikan oleh

pengelola berdasarkan

akad wakalah bil ujrah

dengan mengenakan ujrah

pengelolaan dana tabarru’

sebagaimana tercantum

dalam lampiran ujrah dan

iuran tabarru’.

Sesuai, akan tetapi pada polis

tidak dijelaskan bahwa peserta

sebagai suatu kelompok

merupakan pihak pemberi kuasa.

11. Wakil tidak boleh

mewakilkan kepada pihak

- BAB VII tentang dana

investasi prulink syariah

Sesuai .

Page 97: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

87

lain atas kuasa yang

diterimanya, kecuali atas izin

muwakkil (pemberi kuasa).

pasal 24 ayat 1 dan 2,

BAB XVII tentang akad

wakalah bil ujrah pasal 46

ayat 1 huruf B: dalam hal

pengelolaan dana investasi

prulink syariah, disepakati

bahwa pemegang polis

memberikan izin kepada

pengelola untuk dapat

mewakilkan pengelolaan

dana investasi prulink

syariah pemegang polis

kepada pihak lain yang

kompeten apabila

diperlukan dengan

ketentuan bahwa

pengelola dana investasi

prulink syariah tersebut

dilakukan sesuai dengan

prinsip syariah.

12. Akad wakalah adalah

bersifat amanah (yad

amanah) dan bukan

tanggungan (yad dhaman)

sehingga wakil tidak

menanggung risiko terhadap

kerugian investasi dengan

mengurangi fee yang telah

POJK No. 69 Tahun 2016

BAB IV tentang penerapan

prinsip syariah dalam

penyelenggaraan usaha

asuransi umum syariah,

usaha asuransi jiwa syariah

dan usaha reasuransi syariah

pasal 54 ayat 8: berdasarkan

BAB VI tentang

pembayaran dan

pengalokasian kontribusi

pasal 21 ayat 1: pemegang

polis harus memilih dana

investasi dan menentukan

alokasi untuk setiap dana

investasi dan ayat 2:

Sesuai.

Page 98: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

88

diterimanya, kecuali atas

kecerobohan atau

wanprestasi.

akad wakalah bil ujrah, akad

mudharabah, dan akad

mudharabah musytarakah,

perusahaan asuransi syariah,

perusahaan reasuransi

syariah, atau unit syariah

wajib menanggung seluruh

kerugian yang terjadi dalam

kegiatan pengelolaan risko

dan/atau kegiatan

pengelolaan investasi yang

diakibatkan oleh kesalahan

yang disengaja, kelalaian,

atau wanprestasi yang

dilakukan perusahaan

asuransi syariah perusahaan

reasuransi syariah, atau unit

syariah.

segala kerugian, risiko,

beban atau keuntungan

yang timbul atas

pemilihan dan

pegalokasian dan investasi

merupakan tanggung

jawab dan hak pemegang

polis.

13. Perusahaan sebagai wakil

tidak berhak memperoleh

bagian dari hasil investasi,

karena akad yang digunakan

adalah akad wakalah.

POJK No. 69 BAB IV pasal

57 ayat 3: dalam hal

pengelolaan dana investasi

dana tabarru’ dana tanahud,

atau dana investasi peserta

didasarkan pada akad

wakalah bil ujrah,

perusahaan asuransi syariah,

perusahaan reasuransi syariah

atau unit syariah tidak boleh

- Dalam polis tidak ada ketentuan

demikian, namun secara tidak

langsung polis menjelaskan

bahwa tidak terdapat peraturan

yang mengatur mengenai nisbah

atau bagi hasil atas pengelolaan

dana, akan tetapi yang diatur

yaitu penetapan ujrah atas

pengelolaan dana tabarru’ dan

investasi pemegang polis atau

Page 99: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

89

memperoleh bagian dari hasil

investasi.

peserta. Ujrah yang ditetapkan

atas pengelolaan iuran tabarru’

dan investasi tidak disebutkan

persentasenya secara jelas di

dalam polis.

14. Perusahaan asuransi selaku

pemegang amanah, wajib

menginvestasikan dana yang

terkumpul dan investasi

wajib dilakukan sesuai

dengan syariah.

POJK No. 72 Tahun 2016,

BAB VI tentang dana

investasi peserta pasal 33

ayat 1: aset dana investasi

peserta dalam bentuk

investasi wajib ditempatkan

dalam jenis:

a. Deposito berjangka pada

bank umum syariah, UUS

pada BU atau BPRS

termasuk deposit on call dan

deposito yang berjangka

waktu kurang dari atau sama

dengan 1 bulan

b. Sertifikat deposito pada

bank syariah

c. Saham syariah yang

tercatat di bursa efek

d. Sukuk atau obligasi

syariah yang tercatat di bursa

efek

e. MTN syariah

f. Surat berharga syariah

Ketentuan lampiran dana

investasi prulink syariah

asuransi dasar prulink

syariah assurance account

BAB II tentang jenis dana

investasi prulink syariah

pasal 2: Prulink syariah

rupiah equity fund (dana

investasi dalam mata uang

rupiah yang memiliki

strategi investasi saham

dengan rincian alokasi

aset yaitu 80%-100% pada

efek bersifat ekuitas

termasuk reksa dana

saham yang sesuai dengan

syariah, Prulink syariah

rupiah managed fund

(dana investasi prulink

syariah dalam mata uang

rupiah yang memiliki

strategi investasi

campuran dengan rincian

Sesuai, karena setiap dana yang

diinvestasikan oleh perusahaan

Prudential yaitu kepada

perusahaan yang tidak

bertentangan dengan ketentuan

syariah, seperti perusahaan

Telkom, Astra, dan Indofood.

Page 100: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

90

yang diterbitkan oleh NRI

g. Surat berharga syariah

yang diterbitkan oleh negara

selain NRI

h. Surat berharga syariah

yang diterbitkan oleh BI

i. Surat berharga syariah yang

diterbitkan oleh lembaga

multinasinal yang NRI

menjadi salah satu anggota

atau pemegang saham

j. Reksa dana syariah

k. Efek beragun aset syariah

l. Transaksi surat berharga

syariah melalui REPO

m. Emas murni.

alokasi aset yaitu 0%-79%

pada efek yang bersifat

utang termasuk reksa dana

pendapatan tetap yang

sesuai dengan syariah,

0%-79% pada efek

bersifat ekuitas termasuk

reksa dana saham yang

sesuai dengan syariah, dan

0%-79% pada kas,

deposito, dan/atau

instrumen pasar uang

termasuk reksa dana pasar

uang yang sesuai dengan

prinsip syariah, Prulink

syariah rupiah cash &

bond fund (dana investasi

prulink syariah dalam

mata uang rupiah yang

memiliki strategi investasi

campuran dengan rincian

yaitu 75%-100% pada

efek bersifat utang

termasuk reksa dana

pendapatan tetap yang

sesuai dengan prinsip

syariah dan 0%-25% pada

kas, deposito, dan/atau

Page 101: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

91

instrumen pasar uang

termasuk reksa dana pasar

uang yang sesuai denga

syariah, Prulink syariah

rupiah infrastucture

&consumer equity fund

(dana investasi prulink

syariah dalam mata uang

rupiah yang memiliki

strategi investasi saham

dengan rincian yaitu 80%-

100% pada efek bersifat

ekuitas termasuk reksa

dana saham yang sesuai

dengan prinsip syariah

dengan fokus pada sektor

infrastruktur, sektor

konsumsi, dan sektor lain

yang berkaitan, dan 0%-

20%pada kas, deposito,

dan/atau instrumen pasar

uang termasuk reksa dana

pasar uang yang sesuai

degan prinsip syariah,

Prulink syariah rupiah

pacific equity fund (dana

investasi prulink syariah

dalam mata uang rupiah

Page 102: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

92

yang memiliki strategi

investasi saham dengan

rincian alokasi yaitu 80%-

100% pada efek bersifat

ekuitas termasuk reksa

dana saham yang sesuai

dengan prinsip syariah

dengan fokus pada

perusahaan yang tercatat,

didirikan, atau melakukan

kegiatan operasional

utama wilayah asia pasifik

(kecuali jepang) dan 0%-

20% pada kas, deposito,

dan/atau instrumen pasar

uang termasuk reksa dana

yang sesuai dengan

prinsip syariah.

15. Dalam pengelolaan dana

investasi, baik tabarru’

maupun saving, dapat

digunakan akad wakalah bil

ujrah dengan mengikuti

ketentuan seperti di atas,

akad mudharabah dengan

mengikuti ketentuan fatwa

mudharabah.

POJK No. 69 Tahun 2016

BAB I ketentuan umum pasal

1 ayat 33: akad wakalah bil

ujrah adalah akad tijarah

yang memberikan kuasa

kepada perusahaan asuransi

syariah, perusahaan

reasuransi syariah, atau unit

syariah, sebagai wakil peserta

untuk mengelola dana

BAB XVII tentang akad

wakalah bil ujrah pasal 46

ayat 1 huruf a: pemegang

polis selaku pemberi

kuasa kepada pengelola

selaku penerima kuasa

berdasarkan akad wakalah

bil ujrah untuk kegiatan

sebagai berikut: mengelola

asuransi jiwa syariah

Sesuai, karena dalam kegiatan

asuransi jiwa unit link tersebut

menggunakan akad wakalah bil

ujrah, baik dalam pengelolaan

dana tabarru’ maupun dana

investasi pemegang polis atau

peserta. Namun peneliti kurang

setuju dengan penerapan akad

wakalah bil ujrah pada

pengelolaan iuran tabarru’,

Page 103: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

93

tabarru’ dan/atau dana

investasi peserta, sesuai

kuasa atau wewenang yang

diberikan, dengan imbalan

berupa ujrah (fee) dan POJK

No. 69 Tahun 2016 BAB IV

tentang penerapan prinsip

syariah dalam

penyelenggaraan usaha

asuransi umum syariah,

usaha asuransi jiwa syariah

dan usaha reasuransi syariah

Pasal 54 ayat 7: perusahaan

asuransi syariah, perusahaan

reasuransi syariah atau unit

syariah, dapat menggunakan

akad tijarah dalam rangka

pengelolaan investasi dari

dana tabarru’ atau dana

tanahud yang berbeda

dengan akad tijarah dalam

rangka kegiatan lain.

termasuk namun tidak

terbatas pada melakukan

kegiatan administrasi,

underwriting, pembayaran

klaim, pemasaran dan

investasi dana tabarru’

berdasarkan polis atau

formulir lain yang relevan

yang dapat dipelajari oleh

pemegang polis sebelum

melakukan transaksi dan

BAB XIX tentang dana

tabarru’ pasal 48 ayat 3:

dana tabarru’ akan

diinvestasikan oleh

pengelola berdasarkan

akad wakalah bil ujrah

dengan mengenakan ujrah

pengelolaan dana tabarru’

sebagaimana tercantum

dalam lampiran ujrah dan

iuran tabarru’.

karena dalah polis dijelaskan

bahwa ujrah untuk pengelolaan

dana tabarru’ adalah sebesar 0%

dan merupakan beban peserta.

Demikian maka seharusnya akad

yang digunakan adalah akad

wakalah.

Page 104: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

94

H. Simpulan dari Hasil Perbandingan antara Fatwa DSN-MUI, POJK, dan

Polis

Hasil perbandingan antara Fatwa DSN-MUI, POJK, dan polis

menunjukan bahwa terdapat data di dalam polis yang sesuai dan tidak sesuai

dengan Fatwa DSN-MUI dan POJK. Adapun data pada polis yang sesuai

dengan ketentuan Fatwa DSN-MUI dan POJK adalah sebagai berikut:

1. Klausul mengenai akad tabarru’ pada BAB XVIII tentang akad tabarru’

dan BAB XIX tentang dana tabarru’.

2. Klausul mengenai akad tabarru’ yang dilakukan antar sesama peserta atau

pemegang polis.

3. Klausul bahwa akad tabarru’ adalah akad yang dilakukan dalam bentuk

hibah untuk tujuan kebajikan dan tolong menolong antar sesama peserta

atau pemegang polis.

4. Ketentuan tentang hak dan kewajiban peserta secara individu dalam akad

tabarru’.

5. Klausul bahwa peserta secara kolektif adalah pihak penanggung atas risiko

yang terjadi pada peserta lain.

6. Pemisahan pembukuan dana tabarru’.

7. Pembagian surplus underwriting kepada peserta yang berhak.

8. Penentuan kebijakan qardh kepada perusahaan apabila terjadi defisit

underwriting atas dana tabarru’.

9. Penerapan akad wakalah bil ujrah antara perusahaan dengan peserta dan

pembebanan fee kepada peserta.

10. Objek dan syarat akad wakalah bil ujrah.

11. Kedudukan perusahaan sebagai wakil dan peserta sebagai muwakkil dalam

akad wakalah bil ujrah.

12. Pengelolaan dana peserta atau pemegang polis pada instrumen investasi

syariah.

Adapun data polis yang tidak sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN-MUI

dan POJK adalah sebagai berikut:

1. Pengelolaan dana tabarru’ peserta atau pemegang polis.

Page 105: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

95

2. Hak dan kewajiban peserta atau pemegang polis secara kolektif dalam

akad tabarru’.

3. Penerapan akad wakalah bil ujrah terhadap pengelolaan dana tabarru’

peserta atau pemegang polis.

4. Tidak ada penjelasan jumlah porsi persentase dana tabarru’ yang akan

diinvestasikan oleh perusahaan.

5. Pembebanan ujrah akuisisi kepada peserta atau pemegang polis.

6. Tidak ada penjelasan mengenai cara dan waktu pemotongan ujrah untuk

akad wakalah bil ujrah.

Page 106: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

96

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan terhadap data yang telah

diperoleh selama melakukan penelitian ini sebagaimana yang telah diuraikan

pada Bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Ketentuan mengenai objek akad wakalah bil ujrah dalam polis telah

disebutkan seluruhnya sebagaimana dengan ketentuan yang telah

dijelaskan di dalam Fatwa DSN-MUI dan POJK. Walaupun di dalam polis

pada bab tersendiri yang mengatur mengenai akad wakalah bil ujrah

hanya menyebutkan lima dari ketujuh objek, namun dua objek yang

kurang telah disebutkan pada bab ujrah yang tercantum di dalam polis.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan akad wakalah bil ujrah

telah sesuai dengan ketentuan syariah.

2. Pada ketentuan pengelolaan iuran tabarru’ dan iuran investasi dapat

disimpulkan bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan syariah karena

terdapat unsur gharar. Seperti, tidak dijelaskannya secara detail mengenai

pembagian porsi untuk iuran tabarru’ dan investasi pada bagian

“Ringkasan Polis”. Namun sebaliknya, pada bagian tersebut hanya

dijelaskan mengenai porsi investasi saja. Dengan demikian membuat polis

tersebut terlihat seperti kegiatan investasi, karena lebih condong pada

kegiatan investasi bukan asuransi. Kemudian mengenai pengembalian

manfaat investasi dan proteksi yang saling menggugurkan salah satunya

jika hasil investasi diambil seluruhnya oleh peserta, dengan alternatif yang

juga tidak sesuai dengan syariah.

3. Pada ketentuan ujrah akuisisi dapat disimpulkan bahwa sangat tidak adil

jika perusahaan membebankan porsi yang sangat besar pada tahun pertama

dan kedua untuk mengantisipasi klaim dini, karena tidak bisa dipastikan

bahwa pemgang polis atau peserta akan mengajukan klaim dini. Hal

tersebut dilakukan oleh perusahaan, karena tidak ada ketentuan mengenai

Page 107: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

97

batasan dalam penentuan jumlah porsi untuk ujrah akuisisi. Dan juga

peneliti menyimpulkan bahwa, terdapat unsur gharar pada pembebanan

ujrah akuisisi yang di dalamnya termasuk yaitu biaya pemeriksaan

kesehatan dan pengadaan polis. Hal tersebut dapat disimpulkan, karena

sejak awal kesepakatan dibuat, pemegang polis atau peserta tidak pernah

melakukan pemeriksaan kesehatan dan pengadaan polis hanya dilakukan

satu kali.

B. Saran

Berdasarkan simpulan penelitian seperti yang telah diuraikan di atas,

maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah, diharapkan dapat memberikan suatu aturan terkait

batasan atas dan batasan bawah pada ketentuan ujrah akuisisi.

2. Bagi pengelola, hendaknya gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh

para pemegang polis atau peserta, seperti penggunaan istilah kontribusi

berkala, kontribusi top up berkala, dan istilah ujrah akuisisi. Selain itu

juga agar seluruh ketentuan di dalam polis dijelaskan lebih rinci, salah

satunya yaitu dalam pembagian porsi alokasi dana tabarru’ dan investasi

dan porsi persentase untuk setiap ujrah yang dibebankan kepada

pemegang polis atau peserta.

3. Bagi peserta asuransi, hendaknya membaca dan memahami berbagai

ketentuan yang dijelaskan di dalam polis, serta konsultasikan lebih lanjut

kepada konsultan atau agen asuransi mengenai kegiatan operasional

asuransi jiwa unit link tersebut, agar seluruh informasi dapat diterima

dengan baik.

4. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya dapat melakukan penelitian lebih

lanjut dan melengkapi penelitian terhadap polis asuransi jiwa unit link

syariah, seperti pada porsi persentase pembagian untuk setiap ujrah yang

telah dijelaskan di dalam polis dan porsi investasi dana tabarru’, karena

penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya seperti

wawancara terhadap para ahli dan objek pembahasan penelitian.

Page 108: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

DAFTAR PUSTAKA

Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqlani, Buluughul Maram Min Adillatil Ahkam.

Penerjemah Abdul Rasyad Siddiq. Terjemahan Lengkap Bulughul Maram.

Jakarta: Akbarmedia, 2015.

Ali, AM Hasan. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analisis

Historis, Teoritis, & Praktis. Jakarta: Prenada Media, 2004.

Amrin, Abdullah. Meraih Berkah Melalui Asuransi Syariah. Jakarta: PT Elex Media

Kompuindo, 2011.

--------------. Asuransi Syariah : Keberadaannya dan Kelebihannya di Tengah

Asuransi Konvensional. Jakarta: PT Elex Media Kompetindo, 2006.

Anwar, Khairil. Asuransi Syariah Halal & Mashlahat. T.t., Tiga Serangkai, 2007.

Fariana, Andi. “Urgensi Fatwa MUI dalam Pengembangan Sistem Hukum Ekonomi

Islam di Indonesia”. Jurnal Hukum dan Pranata Sosial, Vol. 12, Juni 2013.

Fatwa DSN MUI No. 21 Tahun 2001 Tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.

Fatwa DSN MUI No. 52 Tahun 2006 Tentang Akad Wakalah Bil Ujrah pada

Asuransi Syariah dan Reasuransi Syariah.

Fatwa DSN MUI No. 53 Tahun 2006 Tentang Akad Tabarru’ pada Asuransi Syariah.

Hafidhuddin, Didin, dkk. Solusi Berasuransi Lebih Indah dengan Syariah. Bandung:

PT Syarikat Takaful Indonesia, 2009.

Page 109: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

HS, Salim dan Erlies Septiana Nurbani. Penerapan Teori Hukum pada Penelitian

Tesis dan Disertasi. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Ibn. Katsir. Tafisr Ibn. Katsir.

Ibrahim, Machzumy. Dasar-dasar Asuransi Syariah. Jakarta: PT PP Mardi Mulyo,

t.th.

Imam Nawawi, Riyadush Shalihin BAB I Jilid 7 Tentang Keyakinan dan Tawakal.

Interview Pribadi dengan Isro Subadri, Guru, Depok, 8 November 2017.

Ja’far, A. Kusmedi. “Teori-teori Pemberlakuan Hukum Islam”. Jurnal Hukum dan

Ekonomi Islam, Juni 2012.

Kholis, Nur. “Islamic Unit Linked: Is It Profitable and Fully Sharia Compliance?”.

Jurnal Madina, Vol. 20 No. 1, Juni 2016.

Martono. Bank & Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta: EKONISIA, 2010.

Marzuki, Mahmud. Penelitian Hukum : Edisi Revisi. T.tp.: PrenadaMedia, 2017.

Mughits, Abdul. Ushul Fikih bagi Pemula. Jakarta: CV Artha Rivera, t.th.

Mustofa dan Abdul Wahid. Hukum Islam Kontemporer. Jakarta: Sinar Grafika. 2009.

Naja, HR Daeng. Akad Bank Syariah. Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2011.

Nugraheni, Destri Budi. “Analisis Yuridis Akad Tabarru’ dan Akad Tijarah dalam

Produk Unit Link Syariah”. Jurnal Mimbar Hukum, Vol. 26 No. 2, Juni 2016.

Page 110: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

OJK. “Laporan Perkembangan Keuangan Syariah 2016”, Laporan diakses pada 11

Desember 2017 dari www.ojk.go.id.

OJK. “Laporan Triwulan II 2017”, Laporan diakses pada 11 Desember 2017 dari

www.ojk.go.id.

OJK. “Laporan Triwulan IV 2017”, Laporan diakses pada 27 April 2017 dari

www.ojk.go.id

POJK No. 23 Tahun 2015 Tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi.

POJK No. 69 Tahun Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan

Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi dan Perusahaan

Reasuransi Syariah.

POJK No. 72 Tahun 2016 Tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan

Perusahaan Reasuransi dengan Prinsip Syariah.

Praditya, Ilyas Istianur. “Tips Beli Polis Asuransi agar Tidak Tertipu Agen”, Artikel

diakses pada 30 September 2017 dari http://m.liputan6.com

/bisnis/read/3113239/tips-beli-polis-asuransi-agar-tidak-tertipu-agen.

Purnama, Deni. “Penerapan Akad Wakalah Bil Ujrah dalam Industri Asuransi dan

Lembaga Keuangan Syariah Lainnya”. Economic : Jurnal Ekonomi dan Hukum

Islam, ISSN: 2088-6365, Vol. 2 No. 1, 2012.

R., Galuh Nashrullah Kartika Mayangsari dan H. Hasni Noor, “Konsep Maqashid

Syariah dalam Menentukan Hukum Islam (Perspektif Al-Syatibi dan Jasser

Auda)”, Al Iqtishadiyah Jurnal Ekonomi Syariah dan Hukum Ekonomi Syariah,

ISSN Elektronik: 2442-2282, Vol. I, Issue I, 2014.

Page 111: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

Rusyati dan Abdul Ghafur Anshori. “Pelaksanaan Akad Wakalah Bil Ujrah dalam

Asuransi Jiwa Syariah di PT Prudential Life Assurance BNJ Agency

Banjarmasin”. Tesis S2 Fakultas Hukum, Universitas Gajah Mada, 2015.

Rosyadi, A. Rahmat dan H.M. Rais Ahmad, Formalisasi Syariat Islam dalam

Perspektif Tata Hukum Indonesia, Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2006.

Sahroni, Oni. “Konsultasi Syariah: Parameter Kesesuaian Syariah”. Artikel diakses

pada 21 April 2018 dari http://m.republika.co.id/berita/ekonomi /syariah-

ekonomi/18/04/03/p6m3h4416-konsultasi-syariah-parameter-kesesuaian-

syariah.

Sartika, Mila dan Hendri Hermawan Adinugraha. “Konsep dan Implementasi Dana

Premi Unit Link Syariah”, Jurnal Asuransi dan Manajemen Resiko, Vol. 1 No.

2, 2013.

Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: EKONISIA,

2005.

Sula, Muhammad Syakir. Asuransi Syariah (Life and Geneal) Konsep dan Sistem

Operasionl. Jakarta: Gema Insani, 2013.

Suma, Amin. Asuransi Syariah & Asuransi Kovensional. Tangerang: Kholam

Publishing, 2006.

Suprabawa, Pungky Jati Aji. “Asuransi Jiwa (Study Tentang Pelaksanaan Link

Assurance di PT. Prudential Life Surakarta)”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Muhamadiyah Surakarta, 2010.

Syahatah, Husain Husain. Asuransi dalam Perspektif Syariah. Jakarta: AMZAH,

2006.

Ulum, Bahrul. “Perbandingan Asuransi Jiwa Unit Link PT Prudential antara

Konvensional dengan Syariah”. Skripsi S1 Fakultas Syariah, Universitas Islam

Negeri Mulana Malik Ibrahim Malang, 2015.

Page 112: ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43871/1/ASRI H… · Adapun untuk laporan perkembangan pada tahun 2017 yang

UU No. 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian.

Workshop Eksekutif Aplikasi Maqashid Syariah pada Ekonomi, Keuangan dan

Perbankan Syariah. Artikel diakses pada 5 Juni 2018 dari http://

sofyanhotel.com/workshop-eksekutif-aplikasi-maqashid-syariah-pada-ekonomi-

keuangan-perbankan-syariah-10-11-juni-2015-di-jakarta, 5 Juni 2018.