analisis kepuasan masyarakat atas kualitas pelayanan di
TRANSCRIPT
Analisis Kepuasan Masyarakat Atas Kualitas Pelayanan Di Kantor Kelurahan Pejaten Barat Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Tubagus Fajar Adhitya & Eva Andayani
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak Penelitian ini mengenai kepuasan masyarakat atas kualitas pelayanan di Kantor Kelurahan Pejaten Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui kepuasan masyarakat atas kualitas pelayanan di Kantor Kelurahan Pejaten Barat dengan menggunakan metode Servqual (service quality). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survei melalui kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat kelurahan Pejaten Barat. Penarikan sampel yang digunakan adalah non probabilita dengan teknik accidental sampling. Hasil dari analisis kepuasan masyarakat atas kualitas pelayanan di kantor Kelurahan Pejaten Barat adalah responden masih belum merasa puas atas kualitas pelayanan yang diberikan di kantor Kelurahan Pejaten Barat. Kata kunci: Kualitas Pelayanan, Kepuasan Masyarakat
Abstract
This research is about satisfaction of citizens on the quality of public services in office kelurahan Pejaten Barat. This research uses quantitative and descriptive approach to describe citizens satisfaction on the quality of public services in the office of Kelurahan Pejaten Barat, by measuring Servqual (service quality) method. Data was collected through a questionnaire survey method. Population in this research is people in kelurahan West Pejaten. The withdrawal of samples used non probabilita with accidental of sampling techniques. Result of this research shows that the quality of public services to the citizens at the office of Kelurahan Pejaten Barat si still not make the respondents feel satisfied. Key words: Service quality, Citizens satisfaction
Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah
Pelayanan Publik berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Pasal 1 butir 1,
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik. Kemudian berdasarkan UU nomor 25 tahun 2009 disebutkan juga bahwa negara
Analisis kepuasan…, Tubagus Fajar Adhitya, FISIP UI, 2014
berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi hak dan
kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik.
Namun demikian dalam kenyataannya masih banyak terdapat permasalahan dalam
pemberian pelayanan oleh pemerintah kepada masyarakat. Salah satunya adalah surat
Ombudsman Republik Indonesia yang meneliti kinerja pelayanan di Provinsi DKI Jakarta
melalui Nomor Surat: 0008/REK/0328. 2011/PB-KI-32-09/VI/2011, menyatakan berdasarkan
variabel yang menjadi tolak ukur seperti Visi dan Missi, Motto, Sistem dan prosedur, Sumber
Daya Manusia, serta Sarana dan Prasarana, dalam penilaian ombudsman ternyata
disimpulkan bahwa hampir semua Kecamatan di DKI Jakarta belum memiliki dan
menerapkan secara optimal komponen standar pelayanan publik sebagaimana amanat
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Dalam pasal 20 Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dimaknai bahwa standar pelayanan
publik merupakan tolok ukur yang dipergunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan
penyelenggaraan dan penilaian kualitas pelayanan yamg cepat, mudah, terjangkau dan
terukur. Dalam Laporan Investigasi Inisiatif Ombudsman Republik Indonesia tahun 2011,
tentang potret standar pelayanan publik pada kecamatan se Provinsi DKI Jakarta, diperoleh
hasil peringkatan kualitas pelayanan per kecamatan. Adapun variabel yang digunakan dalam
penilaian meliputi empat variabel, yakni: 1) Visi, misi dan motto, 2) Sistem dan prosedur, 3)
Sumberdaya manusia, dan 4) Sarana dan prasarana.
Indeks Kinerja Pelayanan Kecamatan se DKI Jakarta tahun 2011– Ombudsman, Hasil Pengamatan Pada Seluruh Kecamatan di DKI Jakarta, 2011
Berdasarkan hasil penelitian ombudsman dapat diketahui 5 kecamatan dengan indeks
penilaian pelayanan terendah di masing-masing wilayah administrasinya adalah sebagai
berikut: Kecamatan Kemayoran dan Menteng dengan nilai 15,0 (Jakarta Pusat), Kecamatan
Cakung dengan nilai 10,0 (Jakarta Timur), Kecamatan Taman Sari dengan nilai 20,5 (Jakarta
Uraian Jakarta Pusat
Jakarta Timur
Jakarta Barat
Jakarta Utara
Jakarta Selatan
Peringkat tertinggi Tanah Abang Ciracas Kalideres Kelapa
Gading Cilandak
Total Skor 43,0 91,3 75,9 44,2 83,4
Peringkat terendah
Kemayoran dan Menteng Cakung Taman Sari Pademangan Pasar
Minggu
Total Skor 15,0 10,0 20,5 10,0 18,8
Analisis kepuasan…, Tubagus Fajar Adhitya, FISIP UI, 2014
Barat), Kecamatan Pademangan dengan nilai 10,0 (Jakarta Utara), Kecamatan Pasar Minggu
dengan nilai 18,8 (Jakarta Selatan).
Di sisi lain Kementerian Hukum dan HAM melakukan penelitian terhadap tingkat
kesadaran hukum masyarakat, sebanyak 42 kelurahan dan 31 kecamatan di ibu kota meraih
penghargaan sadar hukum dari Kementerian Hukum dan HAM. Kelurahan yang terpilih akan
menjadi percontohan bagi kelurahan yang masih belum mendapatkan penghargaan. Sesuai
dengan ketentuan Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia, penghargaan sadar hukum sendiri dinilai dari 6 penilaian yaitu
pelunasan kewajiban membayar pajak bumi dan bangunan mencapai 90% atau lebih, tidak
terdapat perkawinan dibawah usia berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974, angka kriminalitas rendah, rendahnya kasus narkotika, tingginya kesadaran
masyarakat terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan, dan kriteria lain yang ditetapkan
daerah.
Ada dua landasan kriteria pilihan wilayah penelitian yang dapat dipertimbangkan dari fakta
di atas, pertama, kecamatan dengan tingkat pelayanan publik yang rendah, dan kedua
kecamatan yang memperoleh penghargaan sadar hukum. Pada sisi yang pertama adalah hasil
penelitian terhadap perangkat kecamatan dalam melaksanakan pelayanan publik, peringkat
rendah menunjukkan bahwa perangkat kecamatan belum melaksanakan sepenuhnya ketentuan
dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009. Sedangkan pada sisi kedua adalah tingkat
kesadaran masyarakat pentingnya taat hukum. Jika pada sisi pertama yang diteliti adalah
perangkat kecamatan, maka pada sisi kedua yang diteliti adalah masyarakat. Kedua kondisi
ini sebenarnya menunjukkan situasi yang menarik untuk melihat tingkat kepuasan masyarakat
terhadap penyelenggaraan pelayanan kecamatan dengan tingkat kesadaran hukum tinggi,
namun tingkat pelayanan publiknya justru rendah, sehingga dengan tingkat kesadaran hukum
yang tinggi masyarakat diharapkan masyarakat menjadi lebih kritis dan objektif dalam
memberikan penilaian terhadap pelayanan yang diberikan. Selain itu hasil penelitian terhadap
pelaksanaan penghargaan sadar hukum tidak menunjukkan signifikansi bahwa pada
kecamatan tersebut diharapkan juga berada pada posisi tingkat pelayanan publik yang baik.
Kontradiksi kondisi tersebut masih dijumpai di beberapa kecamatan di Provinsi DKI Jakarta,
dimana kecamatan memperoleh penghargaan kesadaran hukum tetapi tingkat pelayanan
publiknya merupakan yang terendah di wilayah masing-masing. Adapun kecamatan-
kecamatan yang termasuk kategori ini adalah; kecamatan Pasar Minggu, Cakung, Taman Sari,
Menteng dan Kemayoran.
Analisis kepuasan…, Tubagus Fajar Adhitya, FISIP UI, 2014
Namun demikian dari kecamatan yang termasuk dalam kategori di atas yaitu kecamatan
Pasar Minggu, Cakung, Taman Sari, Menteng dan Kemayoran, masing-masing kecamatan
mempunyai kelurahan yang memperoleh penghargaan sadar hukum. Pertanyaannya adalah
apakah kelurahan tersebut juga rendah nilai indeks pelayanan publiknya? Hal ini tentu sangat
menarik untuk diteliti
Kecamatan dengan Kelurahan yang memperoleh Sadar Hukum – Kementerian Hukum dan HAM
Kecamatan dengan indeks penilaian pelayanan terendah di masing-
masing wilayah administrasi DKI Jakarta
Kelurahan yang mendapatkan penghargaan sadar hukum dari Kecamatan dengan indeks
penilaian pelayanan terendah di masing-masing wilayah administrasi DKI Jakarta
Kemayoran Sumur Batu Menteng Pengangsaan
Cakung Rawa Terate Pasar Minggu Pejaten Barat Taman Sari Mangga Besar
Jika diperhatikan jumlah penduduk pada lima kecamatan dan Kelurahan diatas, data Badan
Pusat Statistik menunjukkan bahwa Kecamatan Cakung dan Pasar Minggu merupakan dua
Kecamatan berpenduduk tertinggi dibandingkan dengan Kecamatan lainnya. Kecamatan
Cakung berpenduduk 525.417 jiwa sedangkan Kecamatan Pasar Minggu berpenduduk
303.727 jiwa. Namun dilihat dari jumlah penduduk per kelurahan, Kelurahan Pejaten Barat
merupakan Kelurahan dengan jumlah penduduk tertinggi dibandingkan dengan kelurahan
lainnya. Wilayah penelitian di Kelurahan Pejaten Barat menjadi semakin menarik untuk
diteliti, mengingat bahwa besarnya jumlah penduduk akan membuat tingginya kebutuhan
akan pelayanan, atau dengan kata lain semakin besar jumlah penduduk, maka akan semakin
besar pentingnya penyelenggaraan pelayanan publik yang baik.
Jumlah Penduduk Lima Kecamatan dan Kelurahan Tahun 2012 – Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
KECAMATAN TOTAL PENDUDUK KELURAHAN TOTAL
PENDUDUK
Kemayoran 242.141 Sumur Batu 27.645
Menteng 90.413 Penggasaan 27.934
Cakung 525.417 Rawa Terate 29,234
Pasar Minggu 303.727 Pejaten Barat 41.909
Taman Sari 139.495 Mangga Besar 10.253
Analisis kepuasan…, Tubagus Fajar Adhitya, FISIP UI, 2014
Kelurahan Pejaten Barat semakin menarik untuk diteliti karena berdasarkan pengamatan
dan hasil wawancara tanggal 22 April 2014 yang dilakukan oleh peneliti kepada tiga orang
masyarakat Kelurahan Pejaten Barat, didapatkan bahwa masih terdapat masalah pelayanan
yang diberikan di Kantor Kelurahan Pejaten Barat. Hal ini dikarenakan lebih banyak
masyarakat belum puas atas pelayanan yang diberikan oleh Kelurahan Pejaten Barat. Bahkan
ditemukan seorang narasumber yang E-KTP nya sampai sekarang belum selesai. Nabila
seorang pekerja lepas mengatakan kurang puas atas pelayanan Kelurahan Pejaten Barat dalam
memberikan pelayanan membuat E-KTP . Nabila menilai pelayanannya lambat, kurang
handal, dan membuat kecewa. Nabila kecewa karena sampai sekarang E-KTP Nabila belum
juga selesai. Sejalan dengan pendapat Nabila, Deany seorang pegawai swasta mengatakan hal
yang sama. Deany merasakan belum puas atas pelayanan yang diberikan oleh Kelurahan
Pejaten Barat dalam memberikan pelayanan. Menurut Deany pelayanan yang diberikan
lambat, kurang ramah, bahkan Deany berpendapat petugas perlu diberi training lagi dalam hal
komunikasi. Lain halnya dengan Adit seorang mahasiswa. Adit sudah puas atas pelayanan
yang diberikan oleh Kelurahan Pejaten Barat dalam memberikan pelayanan membuat E-KTP.
Adit menilai pelayanan yang diberikan ramah, tanpa ada yang ditunda, tanpa harus menunggu
lama, dan 2 hari sudah jadi.
Selain hasil dari wawancara tersebut ternyata masih ditemukan laporan di Laporan
Inspirasi dan Pengaduan Online Rakyat dari masyarakat kepada Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta terkait pelayanan yang diberikan oleh Kelurahan Pejaten Barat. Seorang masyarakat
pada tanggal 18 Juli 2013 mengadukan masalah pelayanan KTP yang sangat mengecewakan
di Kelurahan Pejaten Barat, menurut pengakuannya “Petugas KTP wanita yang mengenakan
seragam putih sangat tidak ramah. Membuat KK saja disuruh menunggu 1 minggu, setelah 1
minggu kemudian katanya berkasnya hilang dan dikatakan terselip”.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Analisis Kepuasan Masyarakat Atas Kualitas Pelayanan di Kantor Kelurahan
Pejaten Barat Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan”.
B. Permasalahan
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah dikemukakan di latar belakang, maka
masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana kepuasan masyarakat atas kualitas pelayanan
di Kantor Kelurahan Pejaten Barat Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Analisis kepuasan…, Tubagus Fajar Adhitya, FISIP UI, 2014
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui kepuasan masyarakat atas
kualitas pelayanan di Kantor Kelurahan Pejaten Barat Jakarta Selatan.
Tinjauan Teoritis A. Pelayanan Publik
Menurut Sinambela (2005:5) pelayanan publik adalah sebagai setiap kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang
menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan
meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.
Mahmudi (2013:223) mengartikan pelayanan publik sebagai segala kegiatan pelayanan
yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan publik dan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
B. Kualitas Pelayanan
Kualitas menurut Kotler yang dikutip oleh Farida (2005:48) menyatakan bahwa
kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi konsumen. Hal
ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau
persepsi penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut pandang atau persepsi konsumen.
Konsumen yang mengkonsumsi dan menikmati jasa, sehingga merekalah yang seharusnya
menentukan kualitas jasa.
Dimensi kualitas dari Parasuraman dalam Fandy dan Gregorius (2005:135) pada
awalnya mengacu pada 10 (sepuluh) dimensi kualitas pelayanan, yaitu tangible (bukti
fisik), Reliability (keandalan), Responsiveness (daya tanggap), competence (kemahiran),
courtesy (kesopanan), credibility (kredibilitas), security (kemanan), acces (akses),
communication (komunikasi), dan understanding the customer Assurance (kemampuan
melayani pelanggan). Kemudian merangkumnya menjadi lima dimensi kualitas pelayanan,
yaitu:
1. Tangible (Produk-produk fisik)
Yaitu berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan, dan material yang
digunakan perusahaan serta penampilan karyawan
2. Reliability (keandalan)
Berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat
sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai
dengan waktu yang disepakati.
Analisis kepuasan…, Tubagus Fajar Adhitya, FISIP UI, 2014
3. Responsiveness (daya tanggap)
Berkenaan dengan kesediaan dan kemauan para karyawan untuk membantu para
pelanggan dan merespon permintaan mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan
diberikan dan kemudian memberikan jasa dengan cepat.
4. Assurance (jaminan)
Yaitu perilaku para karyawan mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap
perusahaan dan perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya.
Jaminan juga berarti bahwa para karyawan selalu bersikap sopan dan menguasai
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani setiap pertanyaan
atau masalah pelanggan.
5. Empathy (empati)
Yaitu perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan bertindak demi
kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada para pelanggan
dengan memiliki jam operasi yang nyaman
C. Kepuasan
Bambang (2011:107) mengatakan fungsi pelayanan publik yang lebih demokratis dan
transparan adalah pelayanan yang berorientasi kepada pelanggan. Artinya pelayanan harus
disesuaikan dengan kepentingan, keinginan, harapan dan tuntutan masyarakat dalam
rangka memenuhi segala hak dan kewajiban masyarakat.
Menurut Lukman dalam Pasolong menyebutkan bahwa kepuasan sebagaimana tingkat
persamaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan
harapannya. Sejalan pandangan, Gibson, Wexley dan Yulk mengatakan bahwa kepuasan
pada hakikatnya berkaitan dengan faktor kebutuhan seseorang (pelanggan). Artinya, jika
kebutuhan seseorang terpenuhi maka orang tersebut merasa puas, demikian pula
sebaliknya.
D. Model Service Quality (Servqual)
Pengukuran kualitas jasa dalam model Servqual (Service Quality) didasarkan pada
skala multi-item yang dirancang untuk mengukur harapan dan persepsi pelanggan, serta
Kesenjangan diantara keduanya pada lima dimensi utama kualitas jasa yaitu Tangible,
Reliability, Responsiveness, Assurance, Empathy. Skor Servqual untuk setiap pasang
pernyataan bagi masing-masing pelanggan dapat dihitung berdasarkan rumus berikut :
Analisis kepuasan…, Tubagus Fajar Adhitya, FISIP UI, 2014
Keterangan :
- Service Quality (Servqual) = Kualitas Pelayanan Pelanggan
- Perceived Service (PS) = Pelayanan yang sesungguhnya diterima
- Expected Service (ES) = Harapan Pelanggan atas Kualitas Pelayanan
Jika pelayanan yang dirasakan sesuai dengan yang diharapkan maka kualitas pelayanan
dipersepsikan sebagai kualitas yang memuaskan. Jika pelayanan yang diterima melampaui
harapan pelanggan maka kualitas pelayanan dipersepsikan sebagai kualitas ideal dan
sebaliknya jika pelayanan yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan maka kualitas
pelayanan dipersepsikan buruk. Jika hal ini terjadi maka pelanggan masih belum puas atas
kualitas pelayanan yang diberikan.
Metode Penelitian A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif. Tujuan dilakukannya sebuah penelitian berdasarkan pendekatan kuantitatif adalah
menjelaskan/meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang
timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi (Burhan
Bungin, 2005:36). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menjelaskan
kepuasan masyarakat atas kualitas pelayanan yang diberikan di kantor Kelurahan Pejaten
Barat berdasarkan teori Servqual yang diukur dengan angka dan dianalisis melalui prosedur
statistik.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan agar dapat
memberikan gambaran tentang kepuasan masyarakat atas kualitas pelayanan di kantor
kelurahan Pejaten Barat. Berdasarkan manfaat penelitian, penelitian ini termasuk penelitian
murni. Penelitian ini merupakan penelitian murni karena mutlak atas kemauan peneliti sendiri
dan tidak atas kehendak orang lain. Penelitian ini dilakukan dalam kerangka akademik dan
tidak dibuat berdasarkan kepentingan lain diluar akademik. Sedangkan berdasarkan waktu
penelitiannya, penelitian ini merupakan penelitian cross sectional karena peneliti tidak
bertujuan untuk membandingkan penelitian ini dengan penelitian lain. Selain itu penelitian ini
dilakukan hanya pada saat waktu tertentu. Penelitian ini sendiri dilakukan pada bulan April-
Juni tahun 2014.
C. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Analisis kepuasan…, Tubagus Fajar Adhitya, FISIP UI, 2014
1. Studi Kepustakaan (Literatur)
Studi kepustakaan diperoleh dari buku, Internet, karya akademis, maupun situs
yang berhubungan dengan penelitian.
2. Studi Lapangan
Studi lapangan dalam penelitian ini terdiri dari 2 yaitu kuesioner dan wawancara.
a) Kuesioner
Kuesioner ditujukan kepada masyarakat Kelurahan Pejaten Barat.
b) Wawancara
Penelitian ini menggunakan wawancara untuk memperoleh informasi yang
lebih dalam dan untuk mendukung temuan hasil kuesioner. Wawancara
dilakukan kepada empat masyarakat Kelurahan Pejaten Barat dan Lurah
Pejaten Barat dengan wawancara tidak berstruktur.
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah warga kelurahan Pejaten Barat yang telah memiliki
KTP. Jumlah penduduk yang sudah memiliki KTP berdasarkan data kelurahan Pejaten Barat
bulan Desember tahun 2013 adalah 30.299 jiwa.
Sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang. Penarikan sampel yang digunakan adalah
non probabilita dengan teknik accidental sampling. Sampel yang diambil dalam penelitian
adalah warga kelurahan Pejaten Barat yang menerima pelayanan di Kantor Kelurahan Pejaten
Barat selama penelitian dilaksanakan.
E. Uji Validitas dan Reliabilitas Data
Pengujian validitas dilakukan terhadap 30 responden dan menggunakan software SPSS
versi 17 dengan uji korelasi Pearson Product Moment(Corrected Item-Total Correlation).
Jika r hitung > r tabel maka instrumen atau item – item pertanyaan berkorelasi signifikan
terhadap skor total (dinyatakan valid), sebaliknya jika r hitung < r tabel maka instrumen atau
item – item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak
valid) (Priyatno, 2008 : 18). Pengujian reliabilitas dilakukan terhadap 30 responden dan
dengan menggunakan software SPSS versi 17 dengan uji Alpha Cronbach sehingga dapat
diketahui item-item pertanyaan mana saja yang reliabel. Suatu instrument dikatakan reliabel
apabila nilai uji reliabilitas lebih dari 0,70 (Uyanto, 2006:263). Apabila r alpha positif dan
lebih besar dari 0,70 maka reliabel dan apabila r alpha negative atau lebih kecil dari 0,70
maka tidak reliabel.
Analisis kepuasan…, Tubagus Fajar Adhitya, FISIP UI, 2014
F. Teknik Pengukuran dan Analisis Data
Teknik pengukuran data yang digunakan adalah dengan menggunakan skala Likert. Skala
tersebut terbagi dalam beberapa dimensi SERVQUAL (Service Quality) yang mencakup lima
dimensi mutu pelayanan, yaitu: Reliability (Kehandalan), Responsiveness (daya tanggap),
Assurance (Jaminan), Empathy (Empati), Tangibles (Produk-produk Fisik) dan dari seluruh
indikator tersebut dibuat pertanyaan-pertanyaan. Jawaban dari responden terhadap
pertanyaan-pertanyaan dari pilihan harapan dan kenyataan tersebut diberi skor dengan kisaran
1 sampai 5.
Menurut Sofyan Siregar (2013:26) pilihan jawaban dengan pilihan Sangat Penting dengan
skor 5, Penting dengan skor 4, Netral dengan skor 3, Tidak Penting dengan skor 2, Sangat
Tidak Penting dengan skor 1. Selain itu bisa juga dengan pilihan Sangat Setuju dengan skor 5,
Setuju dengan skor 4, Netral dengan skor 3, Tidak Setuju dengan skor 2, Sangat Tidak Setuju
dengan skor 1. Pilihan jawaban terdiri dari pertanyaan harapan yang berarti harapan
responden terhadap pelayanan di Kelurahan Pejaten Barat dengan pertanyaan kenyataan yaitu
pandangan masyarakat terhadap pengalamannya/ yang dirasakannya dalam menggunakan
pelayanan di Kantor Kelurahan Pejaten Barat. Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut:
Pilihan jawaban Harapan dan Kenyataan – Data Diolah Peneliti
Harapan Kenyataan Skor Sangat Penting (SP)
Sangat Setuju (SS) 5
Penting (P) Setuju (S) 4 Netral (N) Netral (N) 3 Tidak Penting (TP) Tidak Setuju (TS) 2 Sangat Tidak Penting (STP)
Sangat Tidak Setuju (STS)
1
Sumber: Data Diolah Peneliti
Untuk pengukuran kualitas pelayanan diukur dengan cara mengurangi skor kenyataan dengan
harapan yang diterima masyarakat, kemudian didapatkan kesenjangan/Gap atas perbedaan
harapan dengan kenyataan masyarakat tersebut. Seperti yang diketahui harapan merupakan
harapan masyarakat terhadap pelayanan di Kantor Kelurahan Pejaten Barat. Sedangkan
kenyataan merupakan pengalaman/apa yang dirasakan oleh masyarakat dalam menerima
pelayanan di Kantor Kelurahan Pejaten Barat. Dari hasil perbandingan tersebut maka
diketahui kepuasan responden yang akan menggambarkan kualitas pelayanan di Kantor
Analisis kepuasan…, Tubagus Fajar Adhitya, FISIP UI, 2014
Kelurahan Pejaten Barat. Untuk lebih jelasnya dalam menentukan skor servqual menurut
Zeithaml dalam Fandy tjiptono dan gregorius (2007:157) dapat dilihat seperti dibawah:
Keterangan :
- Service Quality (Servqual) = Kualitas Pelayanan Pelanggan
- Perceived Service (PS ) = Pelayanan yang diterima
- Expected Service (ES) = Harapan Pelanggan atas kualitas pelayanan
Jika pelayanan yang dirasakan sesuai dengan yang diharapkan maka kualitas pelayanan
dipersepsikan sebagai kualitas yang memuaskan. Jika hal ini terjadi maka masyarakat puas
atas kualitas pelayanan yang diberikan. Jika pelayanan yang diterima melampaui harapan
pelanggan maka kualitas pelayanan dipersepsikan sebagai kualitas ideal. Jika hal ini terjadi
maka masyarakat sangat puas atas kualitas pelayanan yang diberikan. dan sebaliknya jika
pelayanan yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan maka kualitas pelayanan
dipersepsikan buruk. Jika hal ini terjadi maka masyarakat masih belum puas atas kualitas
pelayanan yang diberikan.
Selanjutnya data yang diperoleh melalui instrument servqual yang terdiri dari 5 dimensi
yang terdiri dari 17 pertanyaan dipergunakan untuk menghitung skor kesenjangan kualitas
jasa pada berbagai level secara rinci sebagai berikut:
a. Item-by-item analysis, yaitu analisa pada setiap pertanyaan. Setiap pertanyaan
dilakukan penghitungan skor servqual, yakni skor pelayanan dikurang skor
harapan. Misalnya P1-H1, P2-H2 dan seterusnya.
b. Dimension-by-dimension analysis, yaitu analisa pada setiap dimensi servqual.
Dilakukannya perhitungan nilai harapan (H) dan kenyataan (K) setiap
pertanyaan dalam masing-masing dimensi. Misalnya dalam satu dimensi
terdapat 4 pertanyaan sehingga dilakukan perhitungan kepada dimensi tersebut
sebagai berikut:
(P1 + P2 + P3 + P4) – (H1 + H2 + H3 + H4)
4 4
G. Batasan Penelitian
Penelitian ini membatasi hal-hal sebagai berikut:
a. Pelayanan hanya ditinjau dari lima dimensi kualitas pelayanan.
Analisis kepuasan…, Tubagus Fajar Adhitya, FISIP UI, 2014
b. Responden diminta untuk memberikan persepsinya terhadap pelayanan yang
diberikan di kantor Kelurahan Pejaten Barat tanpa membatasi jenis pelayanan yang
diterima.
c. Dalam hasil penelitian, masyarakat tidak bisa digeneralisasi, masyarakat dalam hal
ini hanya berlaku untuk 100 responden karena penarikan sampel yang dipakai
adalah non probabilita.
HASIL ANALISIS A. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji Validitas Kualitas Pelayanan
Uji Validitas Kualitas Pelayanan
Dimensi Indikator r Hitung (Corrected Item-
Total Correlation)
r Tabel Kesimpulan
Reliability 1 .423 .3061 Valid 2 .541 .3061 Valid 3 .369 .3061 Valid
Responsiveness 4 .454 .3061 Valid 5 .430 .3061 Valid 6 .612 .3061 Valid
Assurance 7 .541 .3061 Valid 8 .782 .3061 Valid 9 .831 .3061 Valid
Empathy 10 .626 .3061 Valid 11 .744 .3061 Valid 12 .734 .3061 Valid
Tangibles 13 .665 .3061 Valid 14 .842 .3061 Valid 15 .615 .3061 Valid 16 .707 .3061 Valid 17 .685 .3061 Valid
Sumber: Data Diolah Peneliti
Karena r Hitung (Corrected Item - Total Correlation) lebih besar dari r tabel maka
pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner mengenai kualitas pelayanan dapat dinyatakan valid. Uji Reliabilitas
Scale Statistics
Std. Deviation N of Items
9.545 17
Analisis kepuasan…, Tubagus Fajar Adhitya, FISIP UI, 2014
Berdasarkan hasil uji reliabilitas diatas dapat diketahui r alpha sebesar 9,545 atau
0,9545 yang berarti lebih besar dari batas 0,70 sehingga pertanyaan-pertanyaan di dalam
kuesioner dapat dikatakan reliabel.
B. Karakteristik Responden Penelitian
Karakteristik responden penelitian dalam penelitian ini meliputi Usia, Jenis Kelamin,
Tingkat Pendidikan, dan Pekerjaan. Hasil yang didapat adalah sebagai berikut:
Berdasarkan usia didapatkan bahwa mayoritas responden berada pada kelompok usia
25-40 tahun yaitu sebanyak 51%. Berdasarkan jenis kelamin didapatkan bahwa mayoritas
63% responden berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan
bahwa mayoritas sebanyak 39% responden memiliki tingkat pendidikan SMA.
Berdasarkan pekerjaan mayoritas responden bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak
35%.
C. Analisis Kualitas Pelayanan Berdasarkan Dimensi Servqual di Kantor Kelurahan
Pejaten Barat
Untuk menganalisis kualitas pelayanan di kantor Kelurahan Pejaten Barat peneliti
berdasarkan metode servqual akan menyajikan data-data yang diperoleh dari jawaban
responden Penjelasan ini akan dilakukan dengan masing-masing dimensi karena setiap
dimensi memiliki indikator penilaian yang berbeda.
Kesenjangan Harapan dan Persepsi Dimensi Reliability (Kehandalan)
Dimensi Indikator Harapan Kenyataan Kesenjangan (K-H)
Reliability 1. Pelayanan yang diberikan tepat waktu sesuai dengan jam kerja
4,34 3,60 -0,74
2. Pelayanan yang diberikan akurat sesuai dengan kebutuhan Saya
4,27 3,57 -0,70
3.Petugas dapat menyediakan dokumen yang Saya butuhkan
4,30 3,58 -0,72
Skor rata-rata 4,30 3,58 -0,72 Sumber: Data Diolah Peneliti
Nilai rata-rata kesenjangan antara harapan dengan kenyataan dari dimensi Reliability
adalah sebesar -0,72, sehingga masyarakat belum puas atas pelayanan yang diberikan di
Kantor Kelurahan Pejaten Barat, dimana pelayanan dalam hal ini dilihat dari dimensi
Reliability. Kesenjangan tertinggi berada pada indikator ke 1 yaitu pelayanan yang diberikan
tepat waktu sesuai dengan jam kerja dengan nilai kesenjangan -0,74. Indikator ini berarti
Analisis kepuasan…, Tubagus Fajar Adhitya, FISIP UI, 2014
menempati urutan terendah tingkat kepuasannya atas kualitas pelayanan yang diberikan pada
indikator ini, oleh karena itu tingat kepuasan indikator ini lebih rendah daripada indikator
lainnya dalam dimensi Reliability.
Kesenjangan Harapan dan Persepsi Dimensi Responsiveness (Daya Tanggap)
Dimensi Indikator Harapan Kenyataan Kesenjangan (K-H)
Responsiveness 4.Kesiapan petugas dalam menyelesaikan kebutuhan Saya
4,12 3,46 -0,66
5.Petugas dalam melayani kebutuhan Saya dengan cepat
4,39 3,35 -1,04
6.Petugas selalu merespon kebutuhan Saya
4,33 3,76 -0,57
Skor rata-rata 4,28 3,52 -0,76 Sumber: Data Diolah Peneliti
Nilai rata-rata kesenjangan antara harapan dengan kenyataan dari dimensi
Responsiveness adalah sebesar -0,76, sehingga masyarakat belum puas atas pelayanan yang
diberikan di Kantor Kelurahan Pejaten Barat, dimana pelayanan dalam hal ini dilihat dari
dimensi Responsiveness. Kesenjangan tertinggi berada pada indikator ke 5 yaitu petugas
dalam melayani kebutuhan Saya dengan cepat dengan nilai kesenjangan -1,04. Indikator ini
berarti menempati urutan terendah tingkat kepuasannya atas kualitas pelayanan yang
diberikan pada indikator ini, oleh karena itu tingat kepuasan indikator ini lebih rendah
daripada indikator lainnya dalam dimensi Responsiveness
Kesenjangan Harapan dan Persepsi Dimensi Assurance (Jaminan)
Dimensi Indikator Harapan Kenyataan Kesenjangan (K-H)
Assurance 7.Petugas menjaga kerahasiaan data Saya
4,34 3,82 -0,52
8.Petugas bersifat sopan dalam memberikan pelayanan
4,32 3,75 -0,57
9.Petugas menguasai pengetahuan yang dibutuhkan untuk menangani masalah Saya
4,37 3,71 -0,66
Skor rata-rata 4,34 3,76 -0,58 Sumber: Data Diolah Peneliti
Analisis kepuasan…, Tubagus Fajar Adhitya, FISIP UI, 2014
Nilai rata-rata kesenjangan antara harapan dengan kenyataan dari dimensi Assurance
adalah sebesar -0,58, sehingga masyarakat belum puas atas pelayanan yang diberikan di
Kantor Kelurahan Pejaten Barat, dimana pelayanan dalam hal ini dilihat dari dimensi
Assurance. Kesenjangan tertinggi berada pada indikator ke 9 yaitu petugas menguasai
pengetahuan yang dibutuhkan untuk menangani masalah Saya dengan nilai kesenjangan -
0,66. Indikator ini berarti menempati urutan terendah tingkat kepuasannya atas kualitas
pelayanan yang diberikan pada indikator ini, oleh karena itu tingat kepuasan indikator ini
lebih rendah daripada indikator lainnya dalam dimensi Assurance.
Kesenjangan Harapan dan Persepsi Dimensi Empathy (Empathy)
Dimensi Indikator Harapan Kenyataan Kesenjangan (K-H)
Empathy 10.Petugas memberikan perhatian personal terhadap kebutuhan Saya
4,06 3,41 -0,65
11.Petugas memberikan kemudahan dalam melayani kebutuhan Saya
4,31 3,67 -0,64
12.Petugas selalu memberikan pelayanan yang terbaik
4,41 3,59 -0,82
Skor rata-rata 4,26 3,56 -0,70 Sumber: Data Diolah Peneliti
Nilai rata-rata kesenjangan antara harapan dengan kenyataan dari dimensi Empathy adalah
sebesar -0,70, sehingga masyarakat belum puas atas pelayanan yang diberikan di Kantor
Kelurahan Pejaten Barat, dimana pelayanan dalam hal ini dilihat dari dimensi Empathy.
Kesenjangan tertinggi berada pada indikator ke 12 yaitu yaitu petugas selalu memberikan
pelayanan yang terbaik dengan nilai kesenjangan –0,82. Indikator ini berarti menempati
urutan terendah tingkat kepuasannya atas kualitas pelayanan yang diberikan pada indikator
ini, oleh karena itu tingat kepuasan indikator ini lebih rendah daripada indikator lainnya
dalam Empathy.
Kesenjangan Harapan dan Persepsi Dimensi Tangibles (Produk-Produk Fisik)
Dimensi Indikator Harapan Kenyataan Kesenjangan (K-H)
Tangibles 13.Tersedianya ruang tunggu yang nyaman
4,28 3,90 - 0,38
14.Tersedianya tempat parkir yang memadai
4,18 3,75 - 0,43
Sumber: Data Diolah Peneliti
Analisis kepuasan…, Tubagus Fajar Adhitya, FISIP UI, 2014
Tabel Lanjutan Kesenjangan Harapan dan Persepsi Dimensi Tangibles (Produk-Produk Fisik)
Dimensi Indikator Harapan Kenyataan Kesenjangan (K-H)
Tangibles 15.Tersedianya toilet yang memadai
4,19 3,53 - 0,66
16.Petugas berpenampilan rapi
4,22 3,76 - 0,46
17.Petugas didukung oleh peralatan modern dalam melayani kebutuhan Saya
4,22 3,74 - 0,48
Skor rata-rata 4,22 3,74 -0,48 Sumber: Data Diolah Peneliti
Nilai rata-rata kesenjangan antara harapan dengan kenyataan dari dimensi Tangibles adalah
sebesar -0,72, sehingga masyarakat belum puas atas pelayanan yang diberikan di Kantor
Kelurahan Pejaten Barat, dimana pelayanan dalam hal ini dilihat dari dimensi Tangibles.
Kesenjangan tertinggi berada pada indikator ke 15 yaitu tersedianya toilet yang memadai
dengan nilai kesenjangan –0,66. Indikator ini berarti menempati urutan terendah tingkat
kepuasannya atas kualitas pelayanan yang diberikan pada indikator ini, oleh karena itu tingat
kepuasan indikator ini lebih rendah daripada indikator lainnya dalam dimensi Tangibles.
Perbandingan Harapan, Kenyataan, dan Kesenjangan Setiap Dimensi Servqual
Dimensi Nilai rata-rata Harapan
Nilai rata-rata Kenyataan
Kesenjangan
Reliability 4,30 3,58 -0,72 Responsiveness 4,28 3,52 -0,76
Assurance 4,34 3,76 -0,58 Empathy 4,26 3,56 -0,70 Tangibles 4,22 3,74 -0,48
Skor rata-rata 4,28 3,63 -0,65 Sumber: Data Diolah Peneliti
Total nilai harapan tertinggi adalah pada dimensi Assurance, dengan nilai rata-rata
harapan 4,34. Dimensi Assurance terdiri dari petugas menjaga kerahasiaan data masyarakat,
petugas bersifat sopan dalam memberikan pelayanan, petugas menguasai pengetahuan yang
dibutuhkan untuk menangani masalah masyarakat. Hal ini berarti tinggi harapan masyarakat
terhadap dimensi ini yang terdiri dari indikator-indikator tersebut. Sedangkan total nilai
harapan terendah juga berasal dari dimensi Tangibles dengan nilai rata-rata harapan 4,22.
Dimensi ini terdiri dari tersedianya ruang tunggu yang nyaman, tersedianya tempat parkir
Analisis kepuasan…, Tubagus Fajar Adhitya, FISIP UI, 2014
yang memadai, tersedianya toilet yang memadai, petugas berpenampilan rapi, petugas
didukung oleh peralatan modern dalam melayani kebutuhan masyarakat. Hal ini berarti
masyarakat mempunyai harapan yang lebih tinggi terhadap dimensi-dimensi yang lain
dibandingkan dengan dimensi Tangibles.
Dari segi kenyataan maka dapat diketahui nilai rata-rata kenyataan tertinggi adalah
pada dimensi Assurance dengan nilai rata-rata kenyataan 3,76. Hal ini menunjukan penilaian
pelayanan yang dirasakan paling tinggi/baik oleh masyarakat adalah berada pada dimensi
Assurance. Sedangkan nilai rata-rata kenyataan terendah adalah dimensi Responsiveness
dengan nilai rata-rata kenyataan sebesar 3,52. Hal ini menunjukan penilaian pelayanan yang
dirasakan paling rendah/kurang baik oleh masyarakat adalah berada pada dimensi
Responsiveness.
Nilai kesenjangan dengan selisih terendah berada pada dimensi Tangibles dengan nilai
kesenjangan sebesar -0,48. Hal ini berarti menandakan kepuasan masyarakat tertinggi atas
kualitas pelayanan yang diberikan adalah pada dimensi Tangibles.
Dari ke 5 dimensi kesenjangan yang terjadi antara kenyataan dengan harapan
masyarakat adalah -0,65. Hal ini menandakan bahwa masyarakat belum puas atas kualitas
pelayanan yang diberikan dari 5 dimensi tersebut.
Peringkat Kesenjangan Harapan dan Kenyataan Setiap Indikator Dimensi Servqual
Peringkat kesenjangan
Skor rata-rata
Harapan
Skor rata-rata
Kenyataan
Nilai Kesenjangan Indikator
1 4,39 3,35 -1,04 5 2 4,41 3,59 -0,82 12 3 4,34 3,60 -0,74 1 4 4,30 3,58 -0,72 3 5 4,27 3,57 -0,70 2 6 4,12 3,46 -0,66 4 7 4,37 3,71 -0,66 9 8 4,19 3,53 -0,66 15 9 4,06 3,41 -0,65 10
10 4,31 3,67 -0,64 11 11 4,33 3,76 -0,57 6 12 4,32 3,75 -0,57 8 13 4,34 3,82 -0,52 7 14 4,22 3,74 -0,48 17 15 4,22 3,76 -0,46 16 16 4,18 3,75 -0,43 14 17 4,28 3,90 -0,38 13
Sumber: Data Diolah Peneliti
Analisis kepuasan…, Tubagus Fajar Adhitya, FISIP UI, 2014
Indikator kepuasan masyarakat tertinggi atas kualitas pelayanan yang diberikan di kantor
Kelurahan Pejaten Barat yaitu tersedianya ruang tunggu yang nyaman dengan nilai
kesenjangan antara harapan dengan kenyataan sebesar -0,38. Selain itu indikator kepuasan
masyarakat terendah atas kualitas pelayanan yang diberikan di kantor Kelurahan Pejaten Barat
yaitu kecepatan petugas dalam melayani kebutuhan masyarakat dengan nilai kesenjangan
antara harapan dengan kenyataan sebesar -1,04.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian kepuasan masyarakat atas kualitas pelayanan yang
diberikan di kantor Kelurahan Pejaten Barat berdasarkan kelima dimensi servqual yaitu
Reliability, Responsiveness, Assurance, Empathy, Tangibles, didapatkan kesenjangan antara
harapan dengan kenyataan yang dirasakan oleh masyarakat sebesar -0,65. Hal ini menandakan
bahwa masyarakat yang menjadi responden belum merasa puas atas kualitas pelayanan yang
diberikan di Kantor Kelurahan Pejaten Barat.
Rekomendasi
Adapun saran yang diberikan adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan kelurahan Pejaten Barat dalam memberikan pelayanan lebih
memperhatikan kepada lima dimensi servqual yaitu Reliability, Responsiveness,
Assurance, Empathy, Tangibles agar dapat memenuhi harapan masyarakat tanpa
melanggar peraturan/ketentuan dari pemerintah.
2. Dalam meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat diadakan pendidikan dan
pelatihan yang terprogram dengan baik kepada para petugas agar mampu memenuhi
harapan masyarakat memperoleh pelayanan yang prima.
Kepustakaan
Buku:
Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Edisi pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Istianto, Bambang. 2011. Manajemen Pemerintahan Dalam Perspektif Pelayanan Publik. Jakarta: Mitra Wacana Media Jasfar, Farida. 2005. Manajemen Jasa: Pendekatan Terpadu. Bogor: Ghalia Indonesia Mahmudi. 2013. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN
Analisis kepuasan…, Tubagus Fajar Adhitya, FISIP UI, 2014
Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS untuk Analisis Data dan Uji Statistik Edisi Pertama. Jakarta: Mediakom. Sinambela, Lijan Poltak. 2011. Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan, dan Implementasi. Jakarta: PT Bumi Aksara Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Tjiptono, Fandy dan Chandra, Gregorius. 2007. Service, Quality & Statisfaction. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta Website : Admin. 2013. Ombudsman: 50% Dinas di DKI Tidak Penuhi Standar Pelayanan Publik [http:// news. liputan6.com/read/767516/ombudsman-50-dinas-di-dki-tidak-penuhi-standar-pelayanan publik] diakses pada 13 Maret 2014. Admin. 2013. 42 Kelurahan dan Kecamatan di DKI raih penghargaan sadar hukum [http://www.jakarta.go.id/web/news/2013/11/42-kelurahan-di-dki-raih-penghargaan-sadar-hukum] diakses pada 27 Maret 2014. Admin. 2013. Jumlah Penduduk Kecamatan 2013 dalam angka [www.bps.go.id] diakses pada 27 Maret 2014. Admin. 2013. Laporan Pelayanan Di Kelurahan Pejaten Barat. [https://lapor.ukp.go.id/]diakses pada 13 Mei 2014 DOKUMEN : Undang- Undang nomor 25 tahun 2009 pasal 1 butir 1 Surat Ombudsman Republik Indonesia 0008/REK/0328.2011/PB-KI-32-09/VI/2011
Analisis kepuasan…, Tubagus Fajar Adhitya, FISIP UI, 2014