analisis kelayakan usaha restoran momomilk di taman ... · di taman kencana kota bogor ... 8...
TRANSCRIPT
ANALISIS KELAYAKAN USAHA RESTORAN MOMOMILK
DI TAMAN KENCANA KOTA BOGOR
REVI HOTMA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan
Usaha Restoran Momomilk di Taman Kencana Kota Bogor adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dan karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Revi Hotma
NIM H34100070
ABSTRAK
REVI HOTMA. Analisis Kelayakan Usaha Restoran Momomilk di Taman
Kencana Kota Bogor. Dibimbing oleh SITI JAHROH.
Bisnis kuliner merupakan salah satu bisnis yang sedang berkembang di
Bogor. Tidak hanya makanan, beberapa restoran juga menyajikan minuman
sebagai produk utamanya. Akan tetapi masih sedikit restoran yang menyajikan
susu sebagai produk utama. Restoran Momomilk merupakan salah satu restoran
yang menyajikan susu sebagai menu utama dan telah beroperasi selama 7 bulan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha Restoran Momomilk.
Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis kelayakan aspek non finansial
seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial
ekonomi dan lingkungan. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis
kelayakan berdasarkan kriteria investasi. Aspek finansial menunjukkan NPV
sebesar Rp63 220 511, Net B/C sebesar 2.57, IRR sebesar 47.35 persen, dan
payback period selama 3 tahun 6 bulan 21 hari. Hasil analisis kelayakan ini
menunjukkan bahwa Restoran Momomilk layak berdasarkan aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi dan lingkungan, serta aspek
finansial. Namun usaha ini belum layak berdasarkan aspek hukum.
Kata kunci: analisis nilai pengganti, aspek non finansial, kriteria investasi
ABSTRACT
REVI HOTMA. Feasibility Study of Momomilk Restaurant at Taman Kencana
Bogor. Supervised by SITI JAHROH.
Culinary business is one of the growing businesses in Bogor. Not only food,
many restaurants also offer beverage products as their main menu. However,
there are few restaurants that offer milk as their main product. Momomilk
Restaurant is one of the restaurants that offers milk as its main product and has
been running for the last 7 months. The objective of this study is to analyze the
feasibility of Momomilk Restaurant. Qualitative analysis was used to analyze the
feasibility based on non financial aspect such as market aspect, technical aspect,
management and law aspect, and also social economic and environmental aspect.
Quantitative analysis was used to analyze the feasibility based on investment
criteria. Financial analysis showed that NPV was Rp63 220 511, Net B/C was
2.57, IRR was 47.35 percent, and payback period was 3 years 6 months 21 days.
The result of this feasibility analysis showed that Momomilk Restaurant was
feasible based on market aspect, technical aspect, management and aspect, social
economic and environmental aspect, and also financial aspect. But, this business
was not feasible based on law aspect.
Keywords: investment criteria, non financial aspect, switching value analysis
ANALISIS KELAYAKAN USAHA RESTORAN MOMOMILK
DI TAMAN KENCANA KOTA BOGOR
REVI HOTMA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Restoran Momomilk di Taman
Kencana Kota Bogor
Nama : Revi Hotma
NRP : H34100070
Disetujui oleh
Siti Jahroh, Ph.D
Pembimbing Skripsi
Diketahui oleh
Dr. Ir. Dwi Rachmina, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 sampai Februari
2014 ini ialah kelayakan usaha, dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Restoran
Momomilk di Taman Kencana Kota Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Siti Jahroh, Ph.D selaku dosen
pembimbing, Tintin Sarianti, SP. MM. selaku dosen penguji utama, serta Dr.
Amzul Rifin, SP. MA. selaku dosen penguji komdik yang telah memberikan saran
kepada penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta
seluruh keluarga atas doa dan dukungan kepada penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Haidhar Wurjanto selaku pemilik
Restoran Momomilk, Bapak Hadi Abdillah selaku manajer operasional, dan
Bapak R. Umar selaku manajer keuangan yang telah bersedia memberikan
informasi untuk memperlancar penelitian ini. Tak lupa penulis juga mengucapkan
terima kasih atas dukungan teman-teman semasa perkuliahan dan seluruh pihak
yang tidak dapat diucapkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2014
Revi Hotma
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 5
Manfaat Penelitian 6
TINJAUAN PUSTAKA 6
Kajian Studi Kelayakan Usaha berdasarkan Aspek Non Finansial 7
Kajian Studi Kelayakan Usaha berdasarkan Aspek Finansial 11
KERANGKA PEMIKIRAN 13
Kerangka Pemikiran Teoritis 13
Teori Investasi 13
Teori Biaya Manfaat 15
Studi Kelayakan Usaha 15
Aspek-aspek Studi Kelayakan Usaha 17
Kerangka Pemikiran Operasional 19
METODE PENELITIAN 22
Lokasi dan Waktu Penelitian 22
Jenis dan Sumber Data 22
Metode Pengumpulan Data 22
Metode Pengolahan Data 22
Analisis Kelayakan Non Finansial 23
Analisis Kelayakan Finansial 23
Laporan Laba Rugi 23
Laporan Arus Kas 24
Kriteria Kelayakan Investasi 25
Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) 27
Asumsi Dasar 27
GAMBARAN UMUM USAHA RESTORAN MOMOMILK 28
Sejarah Restoran Momomilk 28
Lokasi Perusahaan 29
Visi dan Misi Restoran Momomilk 30
Deskripsi Pengusahaan Restoran Momomilk 30
ANALISIS KELAYAKAN NON FINANSIAL 31
Analisis Aspek Pasar 31
Potensi dan Target Pasar 31
Strategi Pemasaran 32
Hasil Analisis Aspek Pasar 34
Aspek Teknis 35
Lokasi Bisnis 35
Proses Produksi 37
Hasil Analisis Aspek Teknis 38
Aspek Manajemen dan Hukum 38
Bentuk Badan Usaha 38
Struktur Organisasi dan Deskripsi Pekerjaan 38
Sistem Penggajian Pegawai 40
Hasil Analisis Aspek Manajemen dan Hukum 40
Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan 40
Hasil Analisis Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan 41
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL 41
Analisis Laba Rugi Restoran Momomilk 42
Arus Kas (Cashflow) Restoran Momomilk 43
Arus Penerimaan (Inflow) 43
Arus Pengeluaran (Outflow) 44
Analisis Kriteria Kelayakan Investasi 48
Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) 49
SIMPULAN DAN SARAN 49
Simpulan 49
Saran 50
DAFTAR PUSTAKA 50
LAMPIRAN 52
RIWAYAT HIDUP 68
DAFTAR TABEL
1 Jumlah tempat makan di Kota Bogor tahun 2006-2012 1
2 Pemasukan pajak bagi Pendapatan Asli Daerah Kota Bogor dari
sektor pariwisata dalam rupiah tahun 2010-2012 2
3 Format laporan laba rugi 24
4 Format laporan arus kas 25
5 Jumlah karyawan Restoran Momomilk berdasarkan jabatan dan
jenis kelamin 36
6 Hasil analisis laporan laba rugi Restoran Momomilk 42
7 Data penerimaan Restoran Momomilk Bulan Juni sampai Desember
2013 43
8 Proyeksi penerimaan Restoran Momomilk tahun ke-2 sampai ke-5 44
9 Biaya operasional Restoran Momomilk 47
10 Hasil analisis kriteria investasi Restoran Momomilk 48
DAFTAR GAMBAR
1 Fungsi investasi 14
2 Hubungan tingkat suku bunga, investasi, dan tabungan 14
3 Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan usaha Restoran
Momomilk di Taman Kencana Kota Bogor 21
4 Omset penjualan Restoran Momomilk pada Bulan Juni-Desember 2013 31
5 Penyajian beberapa produk Restoran Momomilk 33
6 Proses produksi Freshmilk 37
7 Proses produksi Milkshake 37
8 Struktur organisasi Restoran Momomilk 39
DAFTAR LAMPIRAN
1 Daftar harga produk Restoran Momomilk 5
2 Tata letak Restoran Momomilk 53
3 Kondisi aktual dan proyeksi kegiatan operasional Restoran Momomilk 54
4 Proyeksi laporan laba rugi Restoran Momomilk 55
5 Rincian komponen biaya investasi dan reinvestasi Restoran Momomilk 56
6 Biaya operasional Restoran Momomilk Bulan Juni sampai Desember
2013 58
7 Proyeksi arus kas Restoran Momomilk 59
8 Analisis switching value peningkatan biaya input susu pasteurisasi 62
9 Analisis switching value penurunan tingkat penjualan produk 65
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota Bogor memiliki berbagai obyek wisata yang ramai dikunjungi
wisatawan domestik maupun mancanegara. Obyek wisata yang terdapat di Kota
Bogor sangat beragam baik obyek wisata bersejarah seperti Kebun Raya Bogor,
museum-museum, maupun obyek wisata yang sudah modern. Selain kunjungan
ke obyek-obyek wisata tersebut, aktivitas kunjungan wisata ke Kota Bogor juga
tercermin dari keramaian di pusat-pusat perdagangan makanan jajanan dan buah-
buahan serta factory outlet pakaian dan tas seperti di Jalan Suryakencana,
Siliwangi, Pajajaran, dan Tajur terutama pada hari Sabtu, Minggu, dan hari-hari
libur1.
Dari berbagai bisnis yang ada di Kota Bogor, bisnis kuliner merupakan
salah satu bisnis yang sedang berkembang. Beragamnya bisnis kuliner di Kota
Bogor menjadikan para wisatawan memperoleh berbagai alternatif makanan dan
minuman yang akan dikonsumsi. Namun disisi lain, dengan berkembangnya
usaha bisnis kuliner tersebut juga memicu persaingan yang ketat antara bisnis
kuliner yang satu dengan yang lainnya. Perkembangan bisnis kuliner di Kota
Bogor ditunjukkan dengan beragamnya tempat makan (restoran dan rumah
makan) yang ada di kota ini.
Sejak tahun 2006 sampai 2012, jumlah tempat makan di Kota Bogor
cenderung berfluktuatif. Adanya peningkatan dan penurunan jumlah tempat
makan menunjukkan adanya persaingan yang ketat dalam bisnis kuliner.
Akibatnya, para pesaing yang tidak mampu bertahan dalam bisnis ini pun terpaksa
gulung tikar. Data perkembangan jumlah tempat makan di Kota Bogor dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Jumlah tempat makan di Kota Bogor tahun 2006-2012
Tahun Restoran Rumah makan Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
2006 91 - 157 - 248 -
2007 93 2.20 175 11.46 268 8.06
2008 88 (5.38) 123 (29.71) 211 (21.27)
2009 88 0.00 137 11.38 225 6.64
2010 88 0.00 137 0.00 225 0.00
2011 88 0.00 131 (4.38) 219 (2.67)
2012 87 (1.14) 130 (0.76) 217 (0.91)
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor 2013 (diolah).
1 Pemerintah Kota Bogor. 2012. Profil investasi bidang pariwisata Kota Bogor. [Internet].
[diunduh 2013 Nov 25]. Tersedia pada: http://www.kotabogor.go.id/investasi/pariwisata.
2
Berdasarkan data pada Tabel 1 jumlah tempat makan di Kota Bogor
cenderung berfluktuatif. Pada tahun 2008 jumlah tempat makan di Bogor
mengalami penurunan yang cukup besar yaitu sejumlah 57 unit atau sekitar 21.27
persen. Akan tetapi pada tahun 2009 jumlah tempat makan di Kota Bogor
mengalami peningkatan sejumlah 14 unit atau sekitar 6.64 persen. Kemudian
pada tahun 2010 jumlah tempat makan di Kota Bogor sama seperti tahun
sebelumnya. Pada tahun 2011 dan 2012 jumlah tempat makan di Kota Bogor
kembali mengalami penurunan namun penurunannya hanya sedikit yaitu masing-
masing 2.67 persen dan 0.91 persen. Penurunan yang terjadi dikarenakan adanya
kenaikan harga barang termasuk barang pangan akibat kenaikan bahan bakar
minyak dan persaingan usaha dibidang kuliner. Hal ini mengakibatkan beberapa
tempat makan di Kota Bogor mengalami kebangkrutan.
Pajak restoran menjadi pemasukan tertinggi bagi PAD Kota Bogor dari
sektor pariwisata bila dibandingkan dengan pajak hotel maupun pajak hiburan.
Selain itu, pajak restoran mengalami peningkatan setiap tahunnya sejak tahun
2010 sampai tahun 2012. Hal ini mengindikasikan bahwa restoran di Kota Bogor
semakin berkembang dan memiliki peran yang cukup besar terhadap
perekonomian di daerah ini. Pemasukan pajak bagi PAD Kota Bogor dari sektor
pariwisata dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Pemasukan pajak bagi Pendapatan Asli Daerah Kota Bogor dari sektor
pariwisata dalam rupiah tahun 2010-2012
Jenis pendapatan 2010 2011 2012
Pajak restoran 19 393 960 174 27 252 802 195 39 510 789 644
Pajak hotel 6 403 876 082 15 704 258 353 27 528 683 203
Pajak hiburan 6 964 692 407 8 686 143 286 13 707 405 648
Total 32 762 528 663 51 643 203 834 80 746 878 495
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor 2013.
Berdasarkan data pada Tabel 2, pemasukan pajak restoran bagi PAD Kota
Bogor dari sektor pariwisata meningkat sebesar 40.52 persen dari tahun 2010 ke
tahun 2011. Kemudian meningkat kembali dari tahun 2011 ke tahun 2012 sebesar
44.98 persen. Secara keseluruhan pada tahun 2012, pajak restoran memberikan
kontribusi sebesar 48.93 persen terhadap PAD Kota Bogor dari sektor pariwisata.
Pajak hotel dan pajak hiburan memberi kontribusi masing-masing sebesar 34.09
persen dan 16.97 persen bagi PAD Kota Bogor di tahun 2012.
Restoran yang terdapat di Kota Bogor tidak hanya terfokus pada produk
makanan yang beragam. Banyak pula restoran yang lebih menonjolkan produk
minuman sebagai menu andalannya. Selain Starbucks yang sudah terkenal di Kota
Bogor, banyak juga restoran yang berbentuk kedai atau café dengan menyajikan
minuman sebagai produk andalan seperti Bhumi Tea and Coffee, de Koffie Pot,
Rumah Kopi Ranin, dan lain sebagainya. Akan tetapi umumnya usaha dengan
produk utama minuman tersebut berbahan dasar teh ataupun kopi.
3
Komoditas yang tergolong masih jarang untuk dijadikan bahan dasar dalam
pembuatan produk minuman adalah susu. Usaha restoran di Bogor yang
menjadikan susu sebagai produk utama tergolong sedikit. Di Kabupaten Bogor
terdapat restoran dengan produk unggulan susu yang sudah cukup dikenal
masyarakat Bogor dan sekitarnya yaitu Cisarua Mountain Dairy (Cimory) yang
terletak di Cisarua. Sedangkan di Kota Bogor, usaha restoran dengan produk
utama susu yaitu Restoran Momomilk yang terletak di daerah Taman Kencana.
Meskipun skala usaha restoran Momomilk belum sebesar Cimory, namun usaha
ini sudah mulai berkembang dan dikenal oleh masyarakat Kota Bogor.
Dengan skala usaha Restoran Momomilk yang belum sebesar Cimory,
menjadikan pemilik usaha menentukan segmen dan target pasar yang berbeda
pula. Kecenderungan pelajar dan mahasiswa yang membutuhkan hiburan selain
dari rekreasi, menjadi peluang pasar untuk Restoran Momomilk. Pelajar dan
mahasiswa merupakan konsumen yang dinilai memiliki selera tersendiri dalam
memilih restoran yang akan dikunjungi. Umumnya, mereka mencari restoran yang
menyajikan makanan dan minuman yang unik, lokasi yang dekat dengan sekolah
atau kampus, tempat yang nyaman, serta harga produk yang terjangkau.
Pada awal berdirinya di tahun 2011, produk Momomilk dipasarkan dengan
membuka booth di beberapa lokasi seperti sekolah dan pusat perbelanjaan.
Pemilihan cara memasarkan produk dengan menggunakan booth dikarenakan
modal pemilik usaha saat itu masih terbatas serta dirasakan lebih mudah dan
praktis. Sampai saat ini jumlah booth Momomilk yang masih beroperasi hanya
tersisa 2 saja dikarenakan beberapa booth sebelumnya tidak memberikan
keuntungan sesuai target.
Melihat perkembangan 2 booth tersebut yang terus memberikan
peningkatan penjualan maka pemilik usaha melakukan pengembangan usaha
dengan membuka cabang baru. Cabang baru tersebut tidak berbentuk booth
melainkan berbentuk restoran yang terletak di daerah Taman Kencana Bogor.
Restoran ini baru berjalan selama 7 bulan sejak Juni hingga Desember 2013 dan
sudah memiliki penjualan yang cukup baik. Pemilik usaha juga lebih mudah untuk
menjangkau target pasar dengan memperkenalkan Restoran Momomilk kepada
kerabat-kerabatnya dan konsumen yang sudah sering membeli produk Momomilk
sebelumnya melalui booth yang dimiliki.
Kondisi lingkungan yang sangat dinamis dan intensitas persaingan yang
semakin ketat membuat seorang pengusaha tidak cukup hanya mengandalkan
pengalaman dan intuisi saja dalam memulai usahanya (Suliyanto 2010). Seorang
pelaku usaha harus melakukan analisis kelayakan terhadap ide bisnis yang akan ia
jalankan. Hal ini dilakukan untuk melihat keuntungan yang akan diperoleh atas
besarnya investasi yang telah dikeluarkan. Begitu juga dengan Restoran
Momomilk yang masih tergolong bisnis baru dimana diperlukan analisis
kelayakan untuk melihat seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh serta
sebagai bahan pertimbangan bagi para investornya.
Perumusan Masalah
Momomilk merupakan restoran yang terletak di Kota Bogor dengan
menyajikan berbagai produk olahan susu sebagai menu utama. Selama 3 tahun
4
usaha ini berdiri, produk Momomilk dipasarkan dengan membuka beberapa booth
di sekitar sekolah maupun di pusat perbelanjaan. Akan tetapi beberapa booth
terpaksa ditutup karena tidak menghasilkan keuntungan seperti yang diharapkan
oleh pemiliknya. Saat ini hanya ada 2 booth yang masih berdiri yang berada di
Kantin Sapta IPB Darmaga dan di Food Court Bogor Junction.
Ditutupnya beberapa booth yang tidak memberi laba sesuai target
menunjukkan adanya persaingan yang ketat. Oleh karena itu, Restoran Momomilk
dituntut untuk membuat keunikan. Untuk menghadapi pesaing dari usaha bidang
kuliner lainnya, maka pemilik Momomilk membuat keunikan pada restoran ini.
Sesuai dengan produk utamanya yakni susu maka konsep restoran ini adalah
peternakan. Untuk menunjang tema tersebut maka beberapa alat makan yang
digunakan untuk menyajikan minuman diimpor dari Cina. Selain itu, dekorasi
restoran dan seragam yang digunakan para pelayan pun bertema peternakan.
Melihat banyaknya restoran di Kota Bogor yang juga memilih segmen dan
target pasar pelajar dan mahasiswa, maka mereka memiliki banyak alternatif
untuk memilih restoran mana yang akan dikunjungi. Oleh karena itu permintaan
akan produk di Restoran Momomilk akan menjadi sulit diprediksi. Selain aspek
pasar, aspek yang juga penting adalah aspek teknis seperti teknologi. Adanya
teknologi yang canggih tentu akan memudahkan dan lebih mempercepat suatu
proses produksi misalnya mesin pasteurisasi ataupun teknologi lainnya. Namun
diperlukan biaya yang sangat besar untuk pengadaan teknologi tersebut dan
Restoran Momomilk memiliki keterbatasan dana bila hendak membeli suatu
peralatan yang canggih. Dari segi manajemen dan hukum, diperlukan manajemen
yang baik dalam organisasi dan perizinan yang lengkap guna melancarkan
kegiatan usaha. Selain itu perlu dilihat juga sejauh mana Restoran Momomilk
mampu memberikan dampak bagi lingkungan sekitar lokasi usaha dari segi sosial
ekonomi dan lingkungan.
Selain aspek non finansial, melihat besarnya biaya untuk investasi maka
perlu dikaji aspek finansial. Restoran Momomilk tentunya mengeluarkan biaya
yang cukup besar terutama pada saat pembelian investasi dan untuk pemeliharaan
investasi. Mengingat besarnya investasi yang dikeluarkan, maka penelitian
mengenai kelayakan usaha menjadi penting untuk dilakukan. Analisis kelayakan
usaha tentunya tidak hanya dilihat dari segi aspek finansial saja namun juga aspek
lainnya yang sangat berkaitan dengan aspek finansial tersebut. Hal ini
dimaksudkan untuk memperoleh kesimpulan yang kuat tentang dijalankan atau
tidaknya sebuah ide bisnis.
Salah satu input terpenting yang digunakan oleh Restoran Momomilk adalah
susu pasteurisasi. Pasokan susu pasteurisasi tersebut diperoleh dengan melakukan
kerjasama dengan salah satu mahasiswa pascasarjana Fakultas Peternakan IPB.
Kerjasama ini dilakukan untuk meminimalisir risiko dalam proses pasteurisasi
susu murni. Setiap harinya Restoran Momomilk membutuhkan pasokan susu
pasteurisasi sekitar 60 sampai 80 liter pada saat weekday dan 100 sampai 120 liter
susu pada saat weekend. Selama 7 bulan beroperasi, harga input susu pasteurisasi
sudah mengalami 2 kali peningkatan harga. Akan tetapi peningkatan harga
tersebut hanya berbeda sedikit dari harga susu pasteurisasi sebelumnya.
Apabila terjadi kenaikan harga input baik susu maupun bahan penunjang
lainnya, tentu akan berpengaruh terhadap harga output. Selain faktor kenaikan
input, adanya pesaing dengan produk yang sejenis juga akan mempengaruhi harga
5
output. Pemilik restoran harus menentukan harga output tertentu agar konsumen
tidak beralih pada produk yang lain apabila harga produk dirasa konsumen terlalu
mahal. Selain itu, apabila terjadi penurunan tingkat penjualan produk juga
tentunya akan sangat berpengaruh terhadap penerimaan restoran dan bisa
berimbas pada kelayakan usaha. Oleh karena itu pemilik usaha harus peka
terhadap 2 variabel tersebut agar usaha yang dijalankan dapat tetap layak.
Menurut Suliyanto (2010), keterkaitan antara aspek non finansial dengan
aspek finansial terlihat pada laporan keuangan bisnis tersebut. Aspek pasar
memiliki keterkaitan dengan nilai proyeksi penjualan. Sedangkan aspek teknis,
manajemen dan hukum, serta aspek ekonomi sosial lingkungan memiliki
keterkaitan dengan proyeksi biaya pada laporan laba rugi perusahaan. Proyeksi
penjualan dikurangi dengan proyeksi biaya menghasilkan proyeksi laba rugi.
Proyeksi penjualan akan berkaitan dengan proyeksi kas masuk pada laporan arus
kas, sedangkan proyeksi biaya akan berkaitan dengan proyeksi kas keluar.
Proyeksi aliran kas masuk dikurangi proyeksi aliran kas keluar akan menghasilkan
proyeksi aliran kas bersih. Aliran kas bersih inilah yang digunakan untuk
melakukan analisis kelayakan pada aspek keuangan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan 3 permasalahan yaitu:
1. Apakah Restoran Momomilk dapat dikategorikan layak berdasarkan aspek
non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan
hukum, serta aspek ekonomi sosial dan lingkungan?
2. Apakah Restoran Momomilk dapat dikategorikan layak berdasarkan aspek
finansial dengan berdasarkan kriteria investasi seperti Net Present Value
(NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan
Payback Period (PP)?
3. Seberapa besar perubahan maksimum yang boleh terjadi pada peningkatan
harga input susu pasteurisasi dan penurunan tingkat penjualan produk pada
usaha Restoran Momomilk agar masih tetap layak untuk dijalankan?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis kelayakan usaha Restoran Momomilk berdasarkan aspek non
finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum,
serta aspek ekonomi sosial dan lingkungan.
2. Menganalisis kelayakan usaha Restoran Momomilk berdasarkan aspek
finansial dengan berdasarkan kriteria investasi seperti NPV, Net B/C, IRR,
dan Payback Period.
3. Menganalisis besar perubahan maksimum yang boleh terjadi pada
peningkatan harga input susu pasteurisasi dan penurunan tingkat penjualan
produk pada usaha Restoran Momomilk agar masih tetap layak untuk
dijalankan.
6
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkannya yakni:
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemilik usaha dalam pengusahaan
Restoran Momomilk.
2. Sebagai media bagi peneliti untuk belajar dan menambah pengalaman serta
penerapan ilmu yang didapatkan semasa kuliah.
3. Sebagai bahan referensi bagi mahasiwa yang akan melakukan penelitian
dalam hal analisis kelayakan usaha.
TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa teori penunjang yang dipakai dalam kajian ini adalah konsep studi
kelayakan bisnis serta aspek-aspek yang dikaji dalam studi kelayakan bisnis. Teori
tersebut dikaitkan dengan penelitian terdahulu yang memiliki topik yang serupa
yaitu studi kelayakan usaha restoran. Aspek yang dikaji dalam studi kelayakan
bisnis meliputi aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, ekonomi sosial
lingkungan, serta aspek finansial. Aspek finansial dikaji dengan menganalisis
laporan laba rugi, analisis arus kas, serta analisis sensitivitas. Selain itu kelayakan
usaha berdasarkan aspek finansial pada masing-masing penelitian terdahulu
dianalisis dengan menggunakan kriteria investasi diantaranya Net Present Value,
Net B/C, IRR, dan Payback Period.
Persaingan dalam dunia bisnis yang semakin ketat membuat pelaku usaha
tidak bisa hanya mengandalkan pengalaman maupun intuisi bila ingin membuat
bisnis baru ataupun mengembangkan usahanya (Suliyanto 2010). Pelaku usaha
harus menganalisis kelayakan terhadap usahanya dari berbagai aspek. Studi
kelayakan bisnis merupakan penelitian yang bertujuan untuk memutuskan apakah
sebuah ide bisnis layak untuk dilaksanakan atau tidak (Suliyanto 2010). Menurut
Umar (2005), studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis
yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga
saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang
maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan. Sedangkan menurut Nurmalina et
al. (2010) studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang
apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa studi kelayakan bisnis adalah suatu analisis
terhadap bisnis baru maupun pengembangan sebuah bisnis yang bertujuan untuk
melihat apakah bisnis tersebut dapat memberikan manfaat bila dilaksanakan
dalam waktu yang tidak ditentukan.
Untuk memperoleh kesimpulan yang kuat tentang dijalankan atau tidaknya
sebuah ide bisnis, studi kelayakan bisnis yang mendalam perlu dilakukan pada
beberapa aspek kelayakan bisnis (Suliyanto 2010). Suliyanto (2010) membagi
aspek-aspek studi kelayakan bisnis menjadi 6 aspek diantaranya aspek hukum,
lingkungan, pasar dan pemasaran, teknis dan teknologi, manajemen dan
sumberdaya manusia, dan keuangan. Umar (2005), membagi aspek-aspek studi
kelayakan bisnis menjadi 3 aspek diantaranya aspek pasar, aspek internal
7
perusahaan (terdiri dari aspek pemasaran, teknik dan teknologi, manajemen,
sumberdaya manusia, dan keuangan), serta aspek lingkungan (terdiri dari politik,
ekonomi dan sosial, lingkungan industri, yuridis, dan lingkungan hidup).
Sedangkan Nurmalina et al. (2010) membagi aspek-aspek studi kelayakan bisnis
menjadi 6 aspek yaitu aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial ekonomi
budaya, lingkungan, dan finansial.
Kajian mengenai studi kelayakan usaha dipilih berdasarkan penelitian-
penelitian yang membahas mengenai analisis kelayakan usaha pada bisnis yang
bergerak dibidang kuliner. Beberapa penelitian terdahulu yang melakukan analisis
kelayakan usaha diantaranya dilakukan oleh Heidyningsih (2009), Reakara
(2009), Maulana (2010), dan Jeineiva (2011). Keempat penelitian ini memiliki
kesamaan yaitu sama-sama ingin melihat kelayakan pada usaha dibidang kuliner
yang dijalankan yang berlokasi di daerah Bogor dan Jakarta. Analisis kelayakan
usaha yang mereka lakukan tidak hanya dari sisi aspek finansial saja tetapi juga
dari aspek non finansial.
Kajian Studi Kelayakan Usaha berdasarkan Aspek Non Finansial
Aspek non finansial yang dikaji pada penelitian Reakara (2009) dan Jeineiva
(2011) ini cenderung sama antara satu dengan yang lain yaitu aspek pasar, teknis,
manajemen, serta aspek ekonomi sosial lingkungan.
1. Aspek pasar
Aspek pasar dan pamasaran menempati urutan pertama dalam studi
kelayakan bisnis (Nurmalina et al. 2010). Pada tahap ini terdapat beberapa
hal yang perlu dianalisis seperti permintaan dan penawaran produk, harga,
program pemasaran yang mencakup bauran pemasaran dan siklus kehidupan
produk, serta market share yang dapat dikuasai perusahaan. Menurut
Suliyanto (2010), analisis aspek pasar menganalisis jenis produk yang akan
diproduksi serta permintaan dan penawaran akan produk tersebut.
Sedangkan aspek pemasaran menganalisis apakah produk yang dihasilkan
dapat memberikan nilai yang lebih tinggi kepada konsumen dibandingkan
produk pesaing. Apabila harga produk lebih tinggi dan kualitasnya lebih
rendah dibandingkan dengan pesaing maka produk tersebut akan
ditinggalkan oleh konsumen. Sedangkan menurut Umar (2005), aspek pasar
dianalisis dengan proyksi permintaan dan penawaran produk, identifikasi
siklus kehidupan produk, perkiraan penjualan yang dapat dicapai
perusahaan, serta perkiraan market share yang bisa dikuasai perusahaan.
Kemudian aspek pemasaran dianalisis dengan menentukan segmentasi,
sasaran dan posisi pasar, strategi bersaing, dan bauran pemasaran.
Berdasarkan penelitian terdahulu, dilihat dari aspek pasar, penelitian
Reakara (2009) pada usaha Restoran Soto Kudus Di Jalan Garuda
Kemayoran Jakarta Pusat dikatakan layak untuk dijalankan. Potensi pasar
dan pangsa pasar dinilai berpotensi untuk pemasaran produk. Jumlah
permintaan soto kudus di Jabotabek khususnya Jakarta Pusat sangat tinggi
sedangkan penawarannya masih rendah, sehingga permintaan pasar akan
soto kudus sangat potensial. Jika dilihat dari bauran pemasaran, produk
yang ditawarkan masih belum memiliki pesaing yang banyak, harga yang
8
ditetapkan juga setara dengan pesaing, lokasi usaha strategis, serta promosi
yang sudah tepat dengan menyebarkan brosur dan kupon gratis. Begitu juga
pada penelitian Jeineiva (2011), usaha Restoran Pastel Pizza and Rijsttafel
dikatakan layak karena jumlah permintaan produk yang meningkat sejak
tahun 2008 sampai 2010 meskipun yang membeli hanyalah konsumen yang
loyal terhadap restoran tersebut. Produk yang ditawarkan juga bervariasi
sehingga konsumen tidak akan merasa cepat bosan. Selain itu strategi
pemasaran yang dilakukan oleh restoran ini juga baik dimana harga yang
ditawarkan bervariasi serta adanya promosi dengan melakukan penyebaran
brosur, pemberian discount harga, serta mempublikasikan produk di
internet. Hasil analisis dari kedua penelitian tersebut dapat ditarik sebuah
indikator bahwa layaknya usaha dibidang kuliner dari segi aspek pasar
masih adanya permintaan yang tinggi dari output yang dihasilkan serta
strategi pemasaran yang tepat untuk dapat menarik minat konsumen.
2. Aspek teknis
Aspek tenis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses
pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis
tersebut selesai dibangun (Nurmalina et al. 2010). Hal-hal yang perlu
dianalasis dalam aspek bisnis seperti lokasi usaha, besarnya skala, pemilihan
mesin dan peralatan, proses produksi, serta pemilihan teknologi.
Berdasarkan analisis ini, dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya
investasi termasuk biaya eksploitasinya. Serupa dengan teori tersebut,
Suliyanto (2010) mengemukakan bahwa hal-hal yang perlu dianalisis pada
aspek teknis dan teknologi adalah kelima hal yang sudah disebutkan
sebelumnya. Menurut Suliyanto (2010), meskipun berdasarkan aspek pasar
dan pemasaran suatu bisnis layak untuk dijalankan, tetapi secara teknis tidak
dapat dijalankan dengan baik maka investasi sebaiknya ditunda terlebih
dahulu. Hal ini dikarenakan bisnis sering kali mengalami kegagalan karena
tidak mampu menghadapi masalah-masalah teknis. Menurut Umar (2005),
pengawasan kualitas produk perlu dianalisis dalam aspek teknis selain dari
kelima variabel yang telah disebutkan sebelumnya. Kualitas produk perlu
ditentukan karena perusahaan perlu menyesuaikan kualitas produk dengan
harapan konsumen.
Berdasarkan hasil penelitian Reakara (2009), usaha Restoran Soto
Kudus Di Jalan Garuda Kemayoran Jakarta Pusat telah memilih lokasi yang
tepat karena letaknya yang strategis. Selain itu ruangan yang tersedia cukup
memadai untuk sebuah restoran. Sarana dan prasarana pendukung yang
tersedia sangat mendukung kelancaran operasional produksi. Oleh karena
itu, usaha Restoran Soto Kudus layak dijalankan dilihat dari aspek teknis.
Sedangkan pada penelitian Jeineiva (2011), pemilihan lokasi usaha Restoran
Pastel and Pizza Rijsttafel didasarkan pada kedekatan dengan lokasi
pembelian bahan baku serta lokasi produksi yang 1 bangunan dengan
penjualan produk, mendukung jalannya usaha. Tata letak telah diatur
sedemikan rupa sehingga dapat memperlancar kegiatan usaha. Sarana dan
fasilitas yang tersedia membantu kelancaran produksi. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan dalam usaha ini diatur dengan baik dan dapat berproduksi
secara optimal karena peralatan dan perlengkapan bahan baku merupakan
9
faktor penting untuk memproduksi produk restoran ini. Oleh karena itu
usaha ini juga dikatakan layak untuk dijalankan berdasarkan aspek teknis.
Berdasrkan hasil analisis aspek teknis dari kedua penelitian, indikator yang
dikaji pada suatu usaha umumnya dilihat dari lokasi usaha, sarana dan
prasarana, tata letak, dan kegiatan yang dilakukan. Apabila seluruh indikator
tersebut mendukung jalannya usaha, maka usaha tersebut dapat dikatakan
layak berdasarkan aspek teknis.
3. Aspek manajemen dan hukum
Pihak pengelola (manajemen) merupakan pihak yang mengelola
seluruh faktor produksi perusahaan sehingga bisnis secara keseluruhan dapat
mencapai berbagai macam tujuan yang dikehendaki oleh berbagi pihak yang
terlibat dalam kegiatan bisnis (Nurmalina et al. 2010). Aspek manajemen
mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan
manajemen dalam masa operasi. Semasa pembangunan bisnis, hal yang
dipelajari adalah siapa pelaksana bisnis, bagaimana jadwal penyelesaian
bisnis, dan siapa yang melakukan studi masing-masing aspek kelayakan
bisnis tersebut. Sedangkan manajemen dalam operasi hal yang dipelajari
adalah bagaimana bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, struktur
organisasi, deskripsi masing-masing jabatan, jumlah tenaga kerja, dan
menetukan siapa anggota direksi dan tenaga inti.
Bisnis seringkali mengalami kegagalan karena terbentur masalah
hukum atau tidak memperoleh izin dari pemerintah daerah setempat
(Suliyanto 2010). Oleh karena itu, sebelum ide bisnis dilaksanakan, aspek
hukum perlu dianalisis secara mendalam. Aspek hukum mengkaji legalitas
usaha yang dijalankan, ketepatan bentuk badan hukum dengan ide bisnis,
kemampuan bisnis yang akan diusulkan dalam memenuhi persyaratan
perizinan, serta jaminan-jaminan yang bisa disediakan jika bisnis akan
dibiayai dengan pinjaman. Selain keempat hal tersebut, Nurmalina et al.
(2010) mengemukakan bahwa aspek hukum dari suatu kegiatan bisnis
diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada
saat menjalin jaringan kerjasama dengan pihak lain. Sedangkan Umar
(2005) menambahkan bahwa dalam aspek hukum perlu juga
mempertimbangkan hak dan kewajiban baik dari sisi konsumen maupun
pelaku usaha serta sanksi hukum bagi pelaku usaha.
Dilihat dari aspek manajemen, penelitian Reakara (2009)
menunjukkan bahwa Restoran Soto Kudus Di Jalan Garuda Kemayoran
Jakarta Pusat dikatakan layak untuk dijalankan. Restoran ini merencanakan
untuk membangun badan usaha berupa Perseroan Terbatas untuk
pengembangan usahanya yakni bekerja sama dengan catering dan menjadi
restoran waralaba. Struktur organisasi yang sederhana memudahkan tugas,
wewenang, dan tanggung jawab setiap bagian dalam perusahaan. Sistem
ketenagakerjaan yang diterapkan perusahaan dinilai cukup memadai. Begitu
juga dengan Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel pada penelitian Jeineiva
(2011) dimana struktur organisasi dan jenis-jenis pekerjaan tiap pekerja
telah diatur dengan baik. Pengaturan kegiatan digambarkan pada struktur
organisasi yang sederhana dengan tujuan memudahkan tugas, wewenang,
serta tanggung jawab dari masing-masing divisi. Sehingga dapat
10
disimpulkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan berdasarkan aspek
manajemen. Indikator layak atau tidaknya suatu usaha pada kedua penelitian
berdasarkan aspek manajemen, dapat dilihat dari struktur organisasinya.
Meskipun struktur organisasi pada usaha yang dijalankan sederhana, namun
apabila para pegawai telah menjalankan tugas dan wewenangnya dengan
baik maka secara manajemen usaha tersebut dapat dikatakan layak.
4. Aspek sosial ekonomi dan lingkungan
Sebagai titik tolak untuk melakukan analisis kelayakan bisnis,
diperlukan informasi lingkungan luar perusahaan untuk mengetahui
seberapa jauh lingkungan luar dapat memberi peluang atau ancaman bagi
bisnis tersebut (Umar 2005). Oleh karena itu analisis aspek sosial ekonomi
dan lingkungan dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Menurut
Nurmalina et al. (2010), aspek sosial yang dipelajari adalah apakah suatu
bisnis dapat memberi efek bagi perluasan penambahan kerja, pemerataan
kesempatan kerja, serta memperhatikan manfaat dan pengorbanan sosial
yang mungkin dialami oleh masyarakat sekitar lokasi bisnis. Selain itu,
Umar (2005) mengemukakan bahwa dalam aspek sosial perlu mengemban
sisi sosial kemasyarakatan agar bisnis dan masyarakat dapat hidup saling
menguntungkan.
Aspek ekonomi dalam suatu bisnis dapat memberikan peluang
peningkatan pendapatan masyarakat setempat, pendapatan asli daerah,
pendapatan dari pajak, dan menambah aktivitas ekonomi (Nurmalina et al.
2010). Sedangkan menurut Umar (2005), aspek ekonomi juga menganalisis
bagaimana suatu bisnis memberi kontribusi pada pembangunan nasional,
nilai tambah dari suatu bisnis yang berdampak bagi pihak yang terkait
dengan bisnis tersebut, hambatan dibidang ekonomi, serta dukungan dari
pemerintah. Perbedaan dari keduanya adalah ruang lingkup atas hal-hal
yang perlu dianalisis dalam aspek ekonomi apakah secara sempit atau luas.
Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek lingkungan menganalisis
bagaimana pengaruh bisnis terhadap lingkungan sekitar apakah dengan
adanya bisnis menciptakan lingkungan semakin baik atau buruk. Umar
(2005), menganalisis aspek lingkungan dengan menghubungkan bisnis
dengan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Suliyanto
(2010), menganalisis lingkungan bisnis tidak hanya dihubungkan dengan
faktor alam dengan kegiatan bisnis saja. Secara lebih kompleks juga
menganalisis lingkungan operasional yang dihubungkan dengan pesaing dan
pihak yang terkait dengan bisnis serta lingkungan industri.
Berdasarkan hasil penelitian Reakara (2009) pada Restoran Soto
Kudus Di Jalan Garuda Kemayoran Jakarta Pusat, sistem yang digunakan
dalam memproduksi suatu produk menggunakan sistem konsumsi yang
sehat dan aman. Selain itu perusahaan ini juga merekrut tenaga kerja yang
berasal dari masyarakat sekitar lokasi usaha. Restoran ini juga menaati
peraturan pemerintah dengan membayar pajak secara rutin. Sama seperti
usaha Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel pada penelitian Jeineiva (2011),
kedekatan sosial antara perusahaan dan masyarakat dengan mempekerjakan
masyarakat sebagai pegawai sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang
masih menganggur serta memberikan beasiswa pendidikan bagi pegawai
11
yang berprestasi dan loyalitas tinggi terhadap perusahaan. Oleh karena itu,
kedua usaha tersebut dikatakan layak berdasarkan aspek sosial ekonomi dan
lingkungan. Dari kedua penelitian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
layaknya usaha berdasarkan aspek sosial ekonomi dan lingkungan dilihat
dari dampak yang ditimbulkan dari adanya usaha yang dijalankan,
penyerapan tenaga kerja dari adanya usaha, serta bagaimana pengelolaan
limbah yang dihasilkan dari usaha tersebut. Apabila suatu usaha telah
memenuhi ketiga faktor tersebut, maka usaha dapat dikatakan layak
berdasarkan aspek sosial ekonomi dan lingkungan.
Kajian Studi Kelayakan Usaha berdasarkan Aspek Finansial
Aspek keuangan merupakan aspek yang paling akhir disusun dalam sebuah
penyusunan studi kelayakan bisnis karena memerlukan informasi yang berkaitan
dengan aspek sebelumnya (Suliyanto 2010). Menurut Nurmalina et al. (2010) hal
yang perlu dikaji dalam aspek finansial adalah jumlah dana yang diperlukan,
sumber pendanaan, seberapa besar laba yang dapat diperoleh, dan peranan bisnis
dalam menyumbang pembangunan ekonomi dan sosial daerah sekitar. Umar
(2005), mengemukakan bahwa hal lain yang perlu dianalisis adalah penetuan
terhadap aktiva tetap yakni sewa atau membeli serta proses pemilihan bisnis.
Kemudian dalam aspek finansial juga menganalisis kelayakan usaha dengan
berdasarkan kriteria investasi dengan menggunakan laporan arus kas.
Kajian studi kelayakan pada penelitian Heidyningsih (2009) dan Maulana
(2010) melakukan analisis pada aspek finansial. Kedua penelitian ini melakukan
perhitungan semua biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh dari
penjualan usaha tersebut. Biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh
dimasukkan ke dalam arus kas (cash flow) dimana terdapat komponen arus
pengeluaran (outflow) serta arus penerimaan (inflow). Hasil dari perhitungan arus
kas tersebut akan dilakukan analisis aspek finansial melalui analisis laba rugi,
analisis kriteria kelayakan investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C,
Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP), serta dilakukan analisis
nilai pengganti (switching value).
1. Analisis laporan laba rugi
Perhitungan laba rugi setiap tahunnya digunakan untuk melihat pendapatan
bersih sebuah usaha setelah dikurangi dengan pengeluaran dan pajak.
Heidyningsih (2009), melakukan analisis finansial pada usaha Death by
Chocolate & Spageti Restaurant Kota Bogor, Jawa Barat. Penjualan produk
per bulan dari restoran ini cenderung berfluktuatif namun rata-rata laba
bersih yang diperoleh meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2008.
Berdasarkan hasil penelitiannya, diperoleh rata-rata laba bersih pada tahun
2007 sebesar Rp22 534 460 per bulan. Pada tahun 2008 rata-rata laba bersih
meningkat menjadi Rp32 980 482 per bulan. Jika dibandingkan dengan
penelitian Maulana (2010) pada Rumah Makan Waroeng Sederhana Kota
Bogor, rata-rata laba bersih per bulan yang diperoleh rumah makan ini lebih
kecil daripada Death by Chocolate & Spageti Restaurant. Berdasarkan hasil
penelitian Maulana (2010), rata-rata laba bersih yang diperoleh Rumah
12
Makan Waroeng Sederhana di tahun pertama yaitu Rp65 375 per bulan.
Sedangkan pada tahun kedua sebesar Rp2 172 200 dan pada tahun ke-3
sebesar Rp5 279 919. Rata-rata laba bersih per bulan Rumah Makan
Waroeng Sederhana memang meningkat dari tahun pertama hingga tahun
ke-3, namun nilainya lebih kecil dibadingkan dengan Death by Chocolate &
Spageti Restaurant. Faktor perbedaan laba bersih yang diperoleh dari kedua
usaha ini yaitu variasi dan penetapan harga produk yang disesuaikan dengan
segementasi pasar usaha tersebut. Laba bersih yang diperoleh pada kedua
penelitian tersebut merupakan keuntungan yang diperoleh setelah dikurangi
nilai pajak. Nilai pajak tersebut nantinya akan dimasukkan kedalam analisis
cashflow.
2. Analisis kriteria kelayakan investasi
Analisis kriteria kelayakan usaha diperoleh dari hasil perhitungan cashflow.
Penelitian Heidyningsih (2009) dan Maulana (2010) melakukan analisis
kriteria kelayakan usaha dengan melihat hasil Net Present Value (NPV), Net
B/C, Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP). Berdasarkan
analisis kriteria kelayakan finansial, Death by Chocolate & Spageti
Restaurant dikatakan layak untuk dijalankan (Heidyningsih 2009). Pada
tingkat diskonto 7 persen, diperoleh nilai NPV sebesar Rp632 626 892 atau
lebih besar dari 0, Net B/C sebesar 3 yang menunjukkan bahwa setiap
pengeluaran biaya Rp 1 satuan unit akan menghasilkan manfaat sebesar 3
kali dari biaya yang dikeluarkan, nilai IRR sebesar 27 persen yang lebih
besar dibandingkan dengan tingkat diskonto artinya proyek yang dilakukan
oleh perusahaan memiliki tingkat pengembalian proyek terhadap investasi
yang dikeluarkan sebesar 27 persen, sedangkan hasil analisis tingkat
pengembalian investasi memperlihatkan bahwa untuk memperoleh kembali
nilai investasi yang telah dilakukan perlu waktu selama 6 tahun 7 bulan
dimana waktu ini lebih singkat dibandingkan dengan umur usaha yaitu 10
tahun. Begitu juga dengan penelitian Maulana (2010) pada Rumah Makan
Waroeng Sederhana yang dikatakan layak berdasarkan analisis kriteria
kelayakan finansial. Hal ini dikarenakan pada tingkat diskonto 12 persen
diperoleh nilai NPV sebesar Rp55 796 582 yang lebih besar dari 0, Net B/C
sebesar 3.9 yang lebih besar dari 1, IRR 109 persen yang lebih besar dari
tingkat diskonto 12 persen, serta tingkat pengembalian investasi (payback
period) selama 1 tahun 6 bulan yang lebih singkat dibandingkan dengan
umur usaha yaitu 3 tahun.
3. Analisis sensitivitas
Setelah dilakukan analisis kriteria kelayakan investasi, maka selanjutnya
dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui kelayakan suatu usaha.
Pada penelitian Heidyningsih (2009), analisis sensitivitas dilakukan
berdasarkan faktor masa lampau yang sudah pernah terjadi sebelumnya pada
Death by Chocolate & Spageti Restaurant seperti kenaikan harga BBM
tahun 2007 yang berdampak pada kenaikan harga input seperti bahan baku,
biaya transportasi, dan biaya lain sebesar 7 persen, serta adanya penurunan
jumlah output karena tingkat pembelian produk berkurang sebesar 7 persen.
Selain itu perusahaan melakukan penurunan output sebesar 5 persen yang
13
mengakibatkan produksi tetap tetapi harga yang ditawarkan turun sebesar 5
persen. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada penelitian Heidyningsih
(2009), diperoleh kesimpulan bahwa Death by Chocolate & Spageti
Restaurant tidak sensitif terhadap kenaikan harga input, penurunan jumlah
output, serta penurunan harga ouput karena usaha masih dikatakan layak
berdasarkan analisis kriteria investasi. Sedangkan pada penelitian Maulana
(2010), analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan 2 skenario.
Skenario I apabila terjadi penurunan rata-rata penjualan sebesar 10 persen
yang menunjukkan bahwa faktor ini sangat sensitif terhadap kelayakan
usaha. Skenario II apabila terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 6
persen yang menjadikan usaha Rumah Makan Waroeng Sederhana tetap
layak untuk dijalankan.
Penelitian ini mengambil topik yang serupa dengan kajian penelitian
terdahulu yaitu analisis kelayakan usaha. Subyek penelitian ini serupa dengan
penelitian terdahulu yaitu usaha restoran. Perbedaannya dengan kajian penelitian
terdahulu terletak pada lokasi tempat dilaksanakannya. Penelitian ini dilakukan di
Restoran Momomilk yang berlokasi di Taman Kencana Kota Bogor.
Aspek yang akan dianalisis pada penelitian ini umumnya sama dengan
penelitian terdahulu. Aspek non finansial yang akan dianalisis diantaranya aspek
pasar, teknis, manajemen dan hukum, serta aspek sosial ekonomi dan lingkungan.
Sedangkan pada aspek finansial, jika penelitian terdahulu menggunakan analisis
sensitivitas maka penelitian ini akan menggunakan analisis nilai pengganti
(switching value) yang akan digunakan untuk melihat besarnya perubahan
maksimal yang boleh terjadi pada variabel-variabel penting agar usaha tetap layak
untuk dilaksanakan. Hal ini dikarenakan berdasarkan data empirik pengeluaran
restoran, harga input susu pasteurisasi yang digunakan cenderung tidak
mengalami peningkatan yang signifikan.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Teori Investasi
Kegiatan investasi didefinisikan dengan suatu kegiatan mengalokasikan
sumberdaya saat ini dengan tujuan untuk mendapatkan manfaat pada masa yang
akan datang. Ketika seorang pelaku bisnis akan memulai usahanya, tentu ia harus
mengeluarkan sejumlah biaya investasi. Umumnya, investasi yang dikeluarkan
dalam jumlah besar misalnya untuk membeli lahan, membuat gedung, pabrik,
ataupun membeli peralatan yang nantinya akan digunakan untuk memproduksi
suatu barang yang akan dijual. Oleh karena itulah harus diperhatikan aspek-aspek
yang berkaitan dengan investasi yaitu aspek uang yang merupakan aspek yang
ditanam dan diharapkan manfaatnya dikemudian hari. Investasi sangat erat
hubungannya dengan tingkat suku bunga. Besarnya tingkat suku bunga akan
membuat seseorang menentukan pilihan apakah uang yang dimilikinya akan
diinvestasikan atau akan menabung uang tersebut di bank.
14
Kurva pada Gambar 1 menggambarkan fungsi investasi. Menurut Mankiw
(2006), fungsi investasi mengaitkan jumlah investasi pada tingkat suku bunga riil.
Investasi bergantung pada tingkat suku bunga riil, karena tingkat suku bunga
adalah biaya pinjaman. Fungsi investasi yang miring ke bawah menunjukkan
ketika tingkat suku bunga naik, maka semakin sedikit proyek investasi yang
menguntungkan (Mankiw 2006). Tingkat suku bunga yang berlaku sangat
berhubungan dalam hal pengambilan keputusan seseorang dalam melakukan suatu
usaha. Uang yang dimiliki tersebut apakah nantinya akan memberikan manfaat
apabila digunakan untuk suatu usaha atau akan memberi manfaat jika
menabungkannya di bank.
Gambar 1 Fungsi investasi Sumber: Mankiw 2006
Pada Gambar 2 menjelaskan hubungan antara tingkat suku bunga, investasi,
dan tabungan. Semakin tinggi tingkat suku bunga, maka keinginan pelaku usaha
untuk melakukan kegiatan investasi akan semakin kecil. Hal ini dikarenakan
seorang pelaku usaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila
keuntungan yang diharapkan dari investasi tersebut lebih besar dari tingkat suku
bunga yang harus dibayarkan untuk dana investasi tersebut sebagai biaya untuk
penggunaan dana. Makin rendah tingkat suku bunga maka pelaku usaha akan
terdorong untuk melakukan kegiatan investasi, sebab biaya penggunaan dana
semakin kecil. Tingkat suku bunga dalam keadaan seimbang akan tercapai
apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pelaku usaha
untuk melakukan investasi.
Gambar 2 Hubungan tingkat suku bunga, investasi, dan tabungan Sumber: Mankiw 2006
Fungsi investasi
I(r)
Tingkat suku bunga
(r)
Investasi (I)
Fungsi investasi
I(r)
Tingkat suku bunga
(r)
Investasi (I)
Tingkat suku
bunga
keseimbangan
re
Tabungan
(S)
15
Teori Biaya Manfaat
Menurut Gittinger (1986), dalam menganalisa suatu proyek, tujuan analisis
dalam analisis usaha harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya dan
manfaat. Secara sederhana, suatu biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi
suatu tujuan. Sedangkan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang membantu
suatu tujuan. Menurut Gittinger (1986) biaya dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Biaya modal yaitu dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka
panjang, seperti tanah, bangunan, pabrik, mesin.
2. Biaya operasional yaitu kebutuhan dana yang diperlukan pada saat usaha
mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja.
3. Biaya lainnya, seperti pajak bunga, dan pinjaman.
Menurut Gittinger (1986), manfaat usaha dapat dibedakan menjadi:
1. Manfaat langsung yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan
dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti peningkatan pendapatan dan
kesempatan kerja.
2. Manfaat tidak langsung yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh dengan
tidak langsung dari usaha dan bukan merupakan tujuan utama dari suatu
usaha.
Studi Kelayakan Usaha
Terdapat banyak peluang dan kesempatan bagi pelaku usaha untuk
melakukan kegiatan bisnis. Hal ini tentu menuntut pelaku usaha untuk menilai
sejauh mana kegiatan dan kesempatan tersebut mampu memberikan keuntungan
bila bisnis dijalankan. Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis
apakah suatu kegiatan investasi memberikan laba atau hasil apabila dilaksanakan.
Studi kelayakan bisnis dapat menjadi dasar untuk menilai apakah kegiatan
investasi atau suatu bisnis layak untuk dijalankan. Dengan kata lain kelayakan
dapat diartikan bahwa usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan non
finansial dan finansial sesuai dengan tujuan yang mereka inginkan.
Kegiatan penyusunan studi kelayakan bisnis tidak hanya dilakukan pada
saat ide untuk merintis bisnis yang benar-benar baru, tetapi studi kelayakan juga
diperlukan ketika pelaku bisnis akan melakukan hal-hal berikut (Suliyanto 2010):
1. Ketika seorang pelaku bisnis akan merintis usaha baru, studi kelayakan
bisnis dilakukan untuk mengetahui apakah usaha yang akan dirintis layak
atau tidak untuk dijalankan.
2. Ketika pelaku bisnis akan mengembangkan usaha, studi kelayakan bisnis
dilakukan untuk mengetahui apakah ide pengembangan bisnis layak atau
tidak untuk dijalankan.
3. Seringkali investor dan pelaku bisnis dihadapkan pada masalah untuk
menentukan pilihan jenis bisnis atau investasi/proyek karena terbatasnya
biaya untuk investasi. Agar pilihan investasi dapat optimal maka diperlukan
adanya studi kelayakan bisnis untuk menentukan pilihan dari berbagai
alternatif investasi yang ada.
Menurut Nurmalina et al. (2010), tujuan yang ingin dicapai dari konsep
studi kelayakan bisnis tidak hanya memberikan keuntungan bagi pihak perusahaan
saja, namun juga pihak-pihak terkait lain yang diantaranya:
1. Pihak investor: Investor merupakan pihak yang menanamkan modal dalam
suatu bisnis sehingga mereka akan memperhatikan prospek bisnis tersebut
16
terutama tingkat keuntungan yang diharapkan. Oleh karena itu, studi
kelayakan bisnis dapat menjadi masukan bagi investor untuk menilai apakah
modal yang ditanamkan akan memberi keuntungan atau tidak karena sudah
dikaji dari berbagai aspek studi kelayakan. Dengan demikian, investor dapat
membuat keputusan investasi secara objektif.
2. Pihak kreditor/bank: Studi kelayakan bisnis dapat dijadikan penilaian
terhadap segi keamanan dana yang dipinjamkan, apakah bisnis mempunyai
kemampuan untuk mengembalikan atau tidak. Perhatian kreditor tidak
hanya pada aspek kelayakan namun juga periode pengembalian investasi
atau pinjaman.
3. Pihak analis: Studi kelayakan adalah suatu alat yang berguna dan dapat
dipakai sebagai penunjang kelancaran tugas-tugasnya dalam melakukan
penilaian suatu bisnis baru, pengembangan bisnis atau menilai kembali
bisnis yang sudah ada.
4. Pihak masyarakat: Hasil studi kelayakan bisnis merupakan suatu peluang
untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian rakyat baik yang
terlibat langsung maupun muncul diakibatkan adanya nilai tambah sebagai
akibat dari adanya bisnis tersebut.
5. Pihak pemerintah: Studi kelayakan bisnis dapat dipakai untuk menilai laba
bisnis bagi perekonomian nasional. Dari sudut pandang mikro, hasil studi
kelayakan berguna untuk pengembangan sumberdaya baik pemanfaatan
sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Selain itu hadirnya bisnis
baru dapat menambah pemasukan pemerintah baik dari pajak pertambahan
nilai (PPN) maupun pajak penghasilan (PPH) dan retribusi berupa biaya
perizinan, biaya pendaftaran dan administrasi, dan lainnya yang layak
diterima sesuai ketentuan yang berlaku. Dari sudut pandang makro,
pemerintah dapat mengetahui apakah bisnis tersebut dapat mempercepat
pertumbuhan ekonomi daerah ataupun nasional sehingga tercapai
pertumbuhan PDRB dan kenaikan pendapatan per kapita.
Umumnya, dalam menjalankan sebuah bisnis tentunya setiap pelaku usaha
membutuhkan sejumlah uang yang harus dikeluarkan untuk membiayai kegiatan
operasional maupun investasi. Pelaku usaha tentu mengharapkan bahwa uang
yang dikeluarkan tersebut nantinya dapat memberikan laba bagi bisnis tersebut.
Sejumlah uang yang dikeluarkan untuk keperluan bisnis harus diperhitungkan
agar pelaku usaha dapat melihat apakah bisnis tersebut memberikan laba atau
tidak. Oleh karena itu, studi kelayakan bisnis dilakukan untuk menilai sejauh
mana laba yang dapat diperoleh salama umur usaha tertentu. Penentuan
panjangnya umur usaha dapat berdasarkan tingkat kemampuan kegiatan bisnis
dapat dilihat dengan 3 cara (Nurmalina et al. 2010):
1. Umur ekonomis suatu bisnis merupakan ukuran umum yang sering dipakai,
ditetapkan berdasarkan jangka waktu (periode) yang kira-kira sama dengan
umur ekonomis dari aset terbesar yang ada dibisnis.
2. Umur teknis suatu bisnis merupakan ukuran untuk memudahkan
perhitungan, biasanya digunakan untuk bisnis yang besar atau bergerak
diberbagai bidang sehingga akan lebih mudah menggunakan umur teknis
dari unsur-unsur investasi. Umur teknis umumnya lebih panjang dari umur
ekonomis. Tetapi hal ini tidak berlaku apabila terjadi keusangan teknologi.
17
3. Untuk bisnis yang umur teknis/ekonomis lebih dari 25 tahun biasanya umur
usaha ditentukan selama 25 tahun karena nilai-nilai sesudah 25 tahun jika di
discount rate dengan tingkat suku bunga lebih besar dari 10 persen maka
present value akan kecil sekali karena nilai discount rate yang medekati nol.
Penilaian dalam studi kelayakan bisnis dilakukan secara menyeluruh dari
berbagai aspek sehingga diperlukan berbagai informasi atau pengetahuan dari
berbagai unsur atau disiplin ilmu. Aspek yang perlu diperhatikan dalam studi
kelayakan terbagi dalam 2 kelompok yaitu aspek non finansial dan aspek
finansial. Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen dan hukum, aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Banyaknya aspek
yang perlu dikaji disesuaikan dengan karakteristik masing-masing bisnis. Tiap-
tiap aspek kelayakan bisnis tidak berdiri sendiri melainkan harus saling berkaitan.
Oleh karena itu, kesalahan atau ketidakcermatan pada satu aspek akan
berpengaruh terhadap hasil analisis studi kelayakan secara keseluruhan (Suliyanto
2010).
Aspek-aspek Studi Kelayakan Usaha
1. Aspek Pasar
Menurut Nurmalina et al. (2010), sebelum melaksanakan bisnis hendaknya
dilakukan analisis terhadap aspek pasar yang akan dimasuki oleh perusahaan. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan pasar potensial yang dimaksud atau
bisnis akan mencoba menciptakan pasar potensialnya sendiri sehingga produk
dapat menjadi leader. Dari segi pemasaran kegiatan bisnis dapat diharapkan
beroperasi secara sehat bilamana produk yang dihasilkan mampu mendapat
tempat di pasaran serta menghasilkan jumlah yang memadai dan menguntungkan.
Oleh karena itu, agar suatu bisnis dapat dikatakan layak secara aspek pasar maka
berbagai hal yang bersangkutan dengan pasar dan pemasaran produk perlu
ditelaah. Beberapa hal yang perlu dipelajari pada aspek pasar dan pemasaran
diantaranya:
a. Permintaan, baik secara total maupun terperinci menurut daerah, jenis
konsumen, dan perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut.
b. Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari
impor. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ini seperti jenis barang
yang bisa menyaingi, kebijakan dari pemerintah, dan sebagainya perlu
diperhatikan.
c. Harga, dilakukan dengan perbandingan dengan penetapan harga para
pesaing serta dilihat dari harga pokok produksi.
d. Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan.
2. Aspek teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses
pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut
selesai dibangun. Berdasarkan analisis ini pula dapat diketahui rancangan awal
penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya. Hal-hal yang penting
untuk dikaji menyangkut aspek teknis adalah (Nurmalina et al. 2010):
a. Lokasi bisnis, yakni dimana suatu bisnis dilaksanakan baik untuk
pertimbangan lokasi, apakah potensial untuk didirikannya suatu bisnis.
18
b. Besarnya skala operasi/luas produksi yang ditetapkan untuk mencapai suatu
tingkatan ekonomis.
c. Kriteria pemilihan peralatan utama dan alat pendukung serta konsep dari
yang akan didirikan.
d. Cara proses produksi dilakukan untuk menghasilkan output yang
berkualitas.
e. Jenis teknologi yang digunakan.
3. Aspek Manajemen dan Hukum
Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek manajemen mempelajari tentang
manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi.
Dalam masa pembangunan bisnis, hal yang dipelajari adalah siapa pelaksana
bisnis, bagaimana jadwal penyelesaian bisnis, dan siapa yang melakukan studi
masing-masing aspek kelayakan bisnis. Manajemen dalam operasi mempelajari
bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih, bagaimana struktur organisasi, jumlah
tenaga kerja yang digunakan, serta deskripsi pekerjaan masing-masing jabatan.
Perlu diketahui bahwa mengevaluasi aspek manajemen lebih sulit dilakukan
dengan aspek lain karena sifatnya yang tidak kasat mata serta cenderung kepada
hal-hal kualitatif.
Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek hukum mempelajari tentang bentuk
badan usaha yang akan digunakan dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa
disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai
akta, sertifikat, dan izin. Disamping itu aspek hukum diperlukan dalam
mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan
kerjasama dengan pihak lain.
4. Aspek sosial ekonomi dan lingkungan
Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek sosial yang dipelajari yaitu
penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran. Selain itu, aspek
ini juga mempelajari pemerataan kesempatan kerja dan bagaimana pengaruh
bisnis tersebut bagi lingkungan sekitar lokasi bisnis. Aspek sosial memperhatikan
manfaat dan pengorbanan sosial yang mungkin dialami oleh masyarakat di sekitar
lokasi bisnis. Pertimbangan-pertimbangan sosial lain harus dipikirkan secara
cermat agar dapat menentukan apakah suatu bisnis yang diusulkan tanggap
terhadap keadaan sosial tersebut.
Nurmalina et al. (2010) menilai bahwa aspek ekonomi suatu bisnis dapat
memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah,
pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Sebuah bisnis
tidak akan ditolak oleh masyarakat sekitar apabila secara sosial budaya dapat
member kesejahteraan. Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek lingkungan
mempelajari bagaimana pengaruh bisnis terhdap lingkungan, apakah dengan
adanya bisnis dapat menciptakan lingkungan yang semakin baik atau semakin
merusak lingkungan. Pertimbangan tentang sistem alami dam kualitas lingkungan
dalam analisis suatu bisnis justru akan menunjang kelangsungan suatu bisnis
sendiri, sebab tidak ada bisnis yang mampu bertahan lama apabila tidak dapat
bersahabat dengan lingkungan.
19
5. Aspek Finansial
Banyak perusahaan yang menutup usahanya karena salah dalam melakukan
analisis keuangan (Suliyanto 2010). Kesalahan dalam analisis keuangan dapat
disebabkan karena salah dalam memproyeksikan pendapatan, biaya investasi,
maupun kesalahan dalam memproyeksikan biaya operasional. Oleh karena itu,
analisis aspek keuangan dapat dipisahkan dari analisis pada aspek non finansial.
Menurut Suliyanto (2010) analisis pada aspek hukum berkaitan dengan biaya
untuk mengurus perizinan, aspek lingkungan berkaitan dengan biaya sosial yang
harus dikeluarkan dalam rangka menjalin hubungan antara perusahaan dengan
lingkungan sekitar, analisis aspek pasar dan pemasaran berkaitan dengan proyeksi
penjualan/pendapatan, analisis aspek teknis dan teknologi berkaitan dengan
pembangunan serta biaya pengadaan peralatan dan teknologi, dan analisis aspek
manajemen berkaitan dengan biaya operasional untuk membayar tenaga kerja.
Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek finansial mempelajari berapa
jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan
kegiatan bisnis. Setelah diketahui jumlah dana yang dibutuhkan kemudian
dipelajari darimana kemungkinan dana tersebut diperoleh. Berapa banyak investor
yang bersedia menanamkan dananya dalam kegiatan bisnis, darimana dan dalam
jumlah berapa pinjaman yang dapat diperoleh bila dana dari investor tindak
mencukupi, bagaimana persyaratan peminjaman, dan sejauh mana kemampuan
bisnis untuk memenuhi persyaratan di masa yang akan datang.
Kerangka Pemikiran Operasional
Peluang usaha dibidang kuliner semakin berkembang seiring dengan minat
masyarakat untuk melakukan kegiatan wisata kuliner terutama pada restoran yang
baru dirintis. Meningkatnya minat masyarakat akan dunia kuliner dimanfaatkan
oleh para pemilik restoran untuk mengembangkan usahanya sehingga
menciptakan persaingan yang semakin ketat. Restoran pun kini semakin beragam
dimana tidak hanya menonjolkan makanan sebagai menu utama namun ada pula
yang menonjolkan minuman sebagai produk andalan.
Usaha Restoran Momomilk merupakan restoran yang mengusung tema
peternakan dengan menu andalan berupa susu dan produk olahan lainnya. Tema
ini dipilih karena sesuai dengan produk andalan restoran sekaligus untuk
menghadapi persaingan yang ada. Di Kota Bogor, restoran yang menjadikan susu
sebagai produk minuman utama masih sedikit. Restoran ini mengambil segmen
dan target pasar pelajar dan mahasiswa karena dirasakan memiliki peluang yang
cukup besar melihat kegemaran pelajar dan mahasiswa untuk melakukan kegiatan
wisata kuliner dengan tempat yang nyaman dan harga produk yang terjangkau.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha Restoran
Momomilk. Terdapat 2 aspek yang akan diteliti, yaitu aspek non finansial dan
aspek finansial. Aspek non finansial meliputi aspek pasar, teknis, manajemen dan
hukum, serta aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Aspek pasar dapat dilihat dari
potensi dan target pasar serta startegi pemasaran yang dilakukan pihak pengelola.
Aspek teknis dapat dilihat dari lokasi bisnis, proses produksi, dan tata letak
Restoran Momomilk. Aspek manajemen dan hukum dapat dilihat dari bentuk
20
badan usaha, struktur organisasi, deskripsi pekerjaan masing-masing pegawai,
dan sistem penggajian pegawai.
Pada aspek sosial ekonomi dan lingkungan, hal yang akan diteliti adalah
bagiamana dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan dengan adanya usaha
Restoran Momomilk baik bagi masyarakat sekitar lokasi usaha maupun
pemerintah serta pengaruh kegiatan yang dilakukan oleh Restoran Momomilk
terhadap lingkungan sekitar. Untuk aspek finansial, bisnis dianalisis dengan
menggunakan kriteria investasi diantaranya NPV, Net B/C, IRR, PP. Setelah
analisis kelayakan finansial dilakukan, selanjutnya akan dianalisis nilai pengganti
(switching value) terhadap 2 variabel penting diantaranya jika terjadi peningkatan
harga input susu pasteurisasi dan penurunan tingkat penjualan produk Momomilk.
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi rekomendasi bagi pemilik
Restoran Momomilk dan menilai laba yang dihasilkan dari usaha ini. Diagram
kerangka alir pemikiran dapat dilihat pada Gambar 3.
21
Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan usaha Restoran
Momomilk di Taman Kencana Kota Bogor
1. Setiap restoran membuat keunikan tersendiri untuk menghadapi persaingan
2. Restoran di Kota Bogor yang menjadikan susu sebagai menu utama masih sedikit
Analisis Nilai Pengganti
(Switching Value)
Analisis Kelayakan Usaha Restoran Momomilk
1. Restoran Momomilk mengusung tema peternakan dengan menu utama susu
2. Besarnya biaya investasi yang telah dikeluarkan oleh pemilik Restoran Momomilk
Aspek Non Finansial Aspek Finansial
1. Analisis Laporan Laba Rugi
2. Analisis Arus Kas (Cash flow)
3. Analisis Kriteria Investasi
1. Aspek Pasar
2. Aspek Teknis
3. Aspek Manajemen dan Hukum
4. Aspek Sosial Ekonomi dan
Lingkungan
Rekomendasi
Tidak layak
Tinjauan Ulang
Layak
Dilanjutkan
22
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Restoran Momomilk yang berlokasi di Jalan Bukit
Tunggul No. 11 Taman Kencana Kota Bogor. Pemilihan lokasi penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa usaha Restoran
Momomilk baru berjalan selama 7 bulan yaitu Juni hingga Desember 2013,
namun ingin diidentifikasi apakah sudah memenuhi kriteria kelayakan usaha.
Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Februari 2014.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pemilik
restoran, manajer operasional, dan manajer keuangan Restoran Momomilk. Data
primer mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur usaha terdiri dari
biaya investasi, biaya operasional dan biaya pajak, serta penerimaan dari
penjualan produk. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian diperoleh dari
studi literatur berbagai buku, skripsi, internet, laporan keuangan Restoran
Momomilk, serta instansi terkait yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Bogor.
Instrumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan
bagi pemilik restoran, manajer operasional, dan manajer keuangan Restoran
Momomilk. Instrumentasi pendukung lainnya adalah komputer sebagai alat
pencarian literatur dari internet serta pencatat dan perekam data yang digunakan
selama proses wawancara.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
pengamatan langsung ke lokasi restoran dengan melakukan wawancara dengan
pemilik restoran, manajer operasional, dan manajer keuangan Restoran
Momomilk. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan wawancara
ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor, penelusuran literatur dari
berbagai sumber buku dan artikel.
Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data yang
bersifat kualitatif dianalisis berdasarkan aspek non finansial yaitu aspek pasar,
teknis, manajemen dan hukum, serta aspek sosial ekonomi dan lingkungan.
Sedangkan data kuantitatif dianalisis berdasarkan aspek finansial dengan kriteria
kelayakan investasi dan analisis nilai pengganti.
23
Analisis Kelayakan Non Finansial
Subyek yang akan diteliti yaitu Restoran Momomilk dengan tujuan untuk
memperoleh gambaran kelayakan usahanya melalui aspek non finansial dan
finansial. Analisis kelayakan aspek non finansial akan mengkaji kelayakan usaha
dari berbagai aspek yaitu aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, serta aspek
ekonomi sosial, dan aspek lingkungan. Pada aspek pasar, variabel yang akan
dianalisis meliputi potensi dan target pasar serta strategi pemasaran yang
dilakukan pihak pengelola. Pada aspek teknis, variabel yang akan dianalisis
meliputi lokasi bisnis, proses produksi, dan tata letak Restoran Momomilk. Pada
aspek manajemen dan hukum variabel yang akan dianalisis adalah bentuk badan
usaha, struktur organisasi, deskripsi pekerjaan masing-masing pegawai, dan
sistem penggajian pegawai. Sedangkan pada aspek ekonomi sosial dan
lingkungan, variabel yang akan dianalisis yaitu bagaimana dampak dari
keberadaan Restoran Momomilk terhadap lingkungan sekitar lokasi restoran dan
apakah keberadaan usaha menciptakan lingkungan yang semakin baik atau
semakin rusak.
Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan aspek finansial Restoran Momomilk mengggunakan
laporan laba rugi dan arus kas. Dasar penilaian kriteria kelayakan finansial
menggunakan metode kriteria kelayakan investasi yaitu Net Present Value (NPV),
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period
(PP), serta analisis nilai pengganti untuk melihat kondisi kelayakan finansial
usaha jika terjadi peningkatan harga input susu pasteurisasi dan penurunan harga
jual produk Momomilk.
Laporan Laba Rugi
Salah satu langkah penting yang dilakukan dalam pengelolaan bisnis adalah
menyusun laporan laba rugi yang berisi tentang total penerimaan pengeluaran dan
kondisi keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu tahun akuntansi
atau produksi (Nurmalina et al. 2010). Laporan laba rugi menggambarkan kinerja
perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu. Laporan
laba rugi merupakan ringkasan dari 4 jenis kegiatan dalam suatu bisnis. Keempat
jenis kegiatan tersebut terdiri dari pendapatan dari penjualan produk dan jasa,
beban produksi untuk mendapatkan barang atau jasa yang akan dijual, beban yang
timbul dalam memasarkan dan mendistribusikan produk atau jasa kepada
konsumen, serta beban keuangan dalam menjalankan bisnis. Format penyusunan
laporan laba rugi dapat dilihat pada Tabel 3.
24
Tabel 3 Format laporan laba rugi
No. Uraian Keterangan
1 Penerimaan A = B + C
Penerimaan usaha B
Penerimaan luar usaha C
2 Biaya variabel D
3 Marjin kotor E = A – D
4 Biaya tetap F
5 Laba kotor (laba sebelum bunga dan
pajak)
G = E – F
6 Bungaa (r%) H
7 Laba sebelum pajak I = G – H
8 Pajakb (t%) J
9 Laba bersih K = I – J
Sumber : Nurmalina et al. 2010 aJumlah bunga yang dibayarkan = r% x total hutang
bJumlah pembayaran pajak = t% x laba sebelum pajak
Laporan Arus Kas
Menurut Nurmalina et al. (2010) aliran penerimaan dan pengeluaran dalam
bisnis dikenal dengan istilah aliran kas (cash flow), yakni aktivitas keuangan yang
mempengaruhi posisi/kondisi kas pada suatu periode tertentu. Cash flow disusun
untuk menunjukkan perubahan kas dalam satu periode tertentu serta memberikan
alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan darimana sumber-
sumber kas dan penggunaan-penggunanaanya. Pada studi kelayakan bisnis, cash
flow menjadi bagian terpenting yang harus diperhatikan oleh pihak manajemen,
investor, konsultan, dan stakeholder lainnya untuk memperhitungakan kelayakan
berdasarkan kriteria kelayakan investasi yang ada. Penyusunan cash flow berbeda
dari satu bisnis dengan bisnis lainnya karena dipengaruhi oleh jenis bisnis itu
sendiri, proses kegiatan produksi, serta keadaan kesiapan dimulainya suatu bisnis.
Unsur yang terdapat dalam laporan arus kas yaitu inflow (arus penerimaan),
outflow (arus pengeluaran), laba bersih, dan laba bersih tambahan bila diperlukan.
Tabel 4 menggambarkan penyusunan laporan arus kas.
25
Tabel 4 Format laporan arus kas
No Uraian Tahun
1 2 … N
I Arus kas masuk :
Penerimaan usaha
Penerimaan luar usaha
Nilai sisa
Total arus kas masuk
II Arus kas keluar:
Biaya investasi
Biaya variabel
Biaya tetap
Biaya lainnya
Pajak
Total arus kas keluar
III Net benefit = (I – II)
IV DF =
dengan i = DR (%)
V PV Net Benefit (NPV) = (III) (IV)
Sumber : Nurmalina et al. 2010
Kriteria Kelayakan Investasi
1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value adalah selisih atara total present value laba dengan total
present value biaya, atau jumlah present value dari laba bersih selama umur
usaha (Nurmalina et al. 2010). Nilai yang dihasilkan dari perhitungan NPV
adalah dalam satuan mata uang. Rumus menghitung NPV adalah sebagai
berikut:
NPV = ∑
∑
∑
Sumber : Nurmalina et.al. 2010
Keterangan :
Bt = Laba pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t
t = Tahun kegiatan bisnis (t = 0, 1, 2, …., n)
i = Tingkat DR (%)
= discount factor (DF) pada tahun ke t
26
Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu:
a) NPV=0, artinya usaha tersebut mampu mengembalikan persis sebesar
modal sosial opportunities cost faktor produksi normal, dengan kata
lain, usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi.
b) NPV>0, artinya suatu usaha sudah dinyatakan menguntungkan dan
dapat dilaksanakan.
c) NPV<0, artinya usaha tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang
dipergunakan, dengan kata lain usaha tersebut merugikan dan
sebaiknya tidak dilaksanakan.
2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara
jumlah nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah nilai sekarang
yang bernilai negatif (Nurmalina et al. 2010). Rumus untuk menghitung Net
B/C adalah:
Net B/C =
∑
∑
dimana
Sumber : Nurmalina et.al. 2010
Keterangan :
Bt = Laba yang diperoleh tiap tahun
Ct = Biaya yang dikeluarkan tiap tahun
n = Jumlah tahun
i = tingkat DR (%)
Kriteria investasi berdasarkan Net B/C adalah:
a) Net B/C=1, maka NPV=0, usaha tidak untung dan tidak rugi.
b) Net B/C>1, maka NPV>0, usaha menguntungkan.
c) Net B/C<1, maka NPV<0, usaha merugikan.
3. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat rata-rata keuntungan internal
tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam
satuan persen (Nurmalina et al. 2010). Tingkat IRR mencerminkan tingkat
suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh usaha untuk sumberdaya
yang digunakan. Suatu usaha dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar
dari tingkat suku bunga yang berlaku dan sebaliknya jika nilai IRR lebih
kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka usaha tidak layak untuk
dilaksanakan. Rumus untuk menghitung IRR adalah:
Sumber : Nurmalina et al. 2010
Keterangan :
i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif
i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV yang bernilai positif
NPV2 = NPV yang bernilai negatif
(Bt – Ct) > 0
(Bt – Ct) < 0
IRR = i1 + NPV1
x (i2 – i1)
NPV1 – NPV2
27
4. Payback Period (PP)
Payback Period (PP) atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu
metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk
mengukur periode jangka waktu pengembalian modal. Bila nilai PP lebih
pendek dibandingkan dengan jangka waktu umur ekonomi usaha maka
investasi yang ditanamkan layak, begitu juga sebaliknya. Rumus yang
digunakan untuk menghitung jangka pengembalian investasi adalah :
Payback Period =
Sumber : Nurmalina et al. 2010
Keterangan :
I = Besarnya investasi yang dibutuhkan
Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya
Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)
Menurut Nurmalina et al. (2010), analisis nilai pengganti merupakan
perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu
komponen inflow (penurunan harga output atau penurunan produksi) atau
perubahan komponen outflow (peningkatan harga input atau peningkatan harga
produksi) yang masih ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Maka dari itu,
perubahan yang terjadi jangan melebihi nilai tersebut. Bila melebihi maka bisnis
menjadi tidak layak untuk dijalankan. Perhitungan ini mengacu kepada berapa
besar perubahan yang terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV=0).
Analisis switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara coba-coba
perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat perubahan didalam komponen
inflow atau outflow.
Asumsi Dasar
Analisis kelayakan usaha Restoran Momomilk menggunakan beberapa
asumsi dasar, diantaranya:
1. Modal yang digunakan dalam usaha restoran ini berasal dari modal sendiri.
Pemilik usaha melakukan kerjasama dengan kerabat dekat dalam hal
pengadaan modal. Biaya investasi dan biaya operasional semuanya
menggunakan dana tersebut, sehingga usaha ini dapat dikatakan milik
bersama.
2. Umur usaha adalah 5 tahun, penetapan umur usaha didasarkan batas sewa
bangunan (kesepakatan antara penyewa dengan pemilik bangunan).
3. Tahun pertama merupakan tahun investasi dan persiapan yang dilakukan
selama 5 bulan pertama sehingga usaha ini sudah dapat menjual produknya
selama 7 bulan (Juni-Desember 2013). Kemudian di awal tahun ke-2
dilakukan renovasi selama 3 bulan (Januari-Maret 2014) sehingga tidak ada
penerimaan dari penjualan produk.
4. Besarnya biaya sewa bangunan yaitu 10 persen dari omset penjualan. Pada
tahun pertama (Juni-Desember 2013), biaya sewa bangunan berdasarkan
data aktual restoran. Untuk tahun ke-2, besarnya biaya sewa berdasarkan
28
rata-rata biaya sewa per bulan pada tahun pertama dikalikan dengan 9 bulan
karena adanya renovasi selama 3 bulan. Hal ini merupakan kesepakatan
antara penyewa lahan dengan pemilik lahan. Untuk tahun ke-3 hingga ke-5,
penghitungan seperti pada tahun ke-2 namun dikalikan dengan 12 bulan
setiap tahunnya.
5. Besarnya biaya operasional selain sewa bangunan yang dikeluarkan pada
tahun pertama (Juni-Desember2013) berdasarkan data aktual restoran. Pada
tahun ke-2 berdasarkan rata-rata biaya operasional per bulan selama tahun
pertama dikalikan 9 bulan. Pada tahun ke-3 hingga ke5 penghitungan sama
seperti pada tahun pertama namun dikalikan 12 bulan untuk setiap tahun.
6. Besarnya penerimaan pada tahun pertama (Juni-Desember 2013)
berdasarkan data aktual restoran. Pada tahun ke-2 berdasarkan rata-rata
penerimaan per bulan selama tahun pertama yaitu Rp214 172 329 dikalikan
9 bulan. Pada tahun ke-3 hingga ke-5 penghitungan sama seperti pada tahun
pertama, namun dikalikan 12 bulan untuk setiap tahun.
7. Penyusutan investasi dihitung berdasarkan metode garis lurus, yaitu
Penyusutan = Nilai beli – Nilai sisa
Umur ekonomis
8. Besarnya biaya penyusutan pada tahun pertama dihitung tanpa biaya
penyusutan renovasi bulan Januari-Maret 2014. Sedangkan pada tahun ke-2
hingga ke-5 dihitung beserta biaya penyusutan renovasi bulan Januari-Maret
2014.
9. Tingkat suku bunga yang dipakai pada perhitungan cash flow berdasarkan
rata-rata kepemilikan modal yang dimiliki oleh 3 orang investor yaitu
sebesar 13.20 persen.
10. Pajak yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.
36 Tahun 2008 pasal 17 ayat 2a, yang merupakan perubahan keempat dari
Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan yaitu sebesar
25 persen, berlaku flat hingga umur usaha.
GAMBARAN UMUM USAHA RESTORAN MOMOMILK
Sejarah Restoran Momomilk
Restoran Momomilk yang berlokasi di sekitar kawasan Taman Kencana
Kota Bogor berdiri pada tanggal 5 Juni 2013 oleh Haidhar Wurjanto. Sebelum
restoran ini dibangun, produk-produk Momomilk dipasarkan dengan membuka
booth yang berlokasi di Food Court Bogor Junction pada tanggal 14 Januari 2011.
Selain di Food Court Bogor Junction, pemilik restoran juga mecoba membuka
cabang lainnya seperti di Kesatuan, Botani Square, Regina Pacis, dan Kantin
Sapta IPB. Dari beberapa cabang yang telah dibuka, tidak semua cabang mampu
menghasilkan keuntungan sesuai dengan target yang diharapkan. Hal ini membuat
pemilik Momomilk terpaksa harus menutup beberapa cabang tersebut. Sampai
saat ini cabang yang masih mampu bertahan dengan memberi keuntungan sesuai
target hanya 2 yaitu cabang Bogor Junction dan Kantin Sapta IPB Darmaga.
29
Meningkatnya permintaan konsumen terhadap produk Momomilk membuat
pemilik restoran melakukan ekspansi dengan membuka cabang baru namun tidak
dalam bentuk booth melainkan dalam bentuk restoran. Pendirian restoran ini
sudah direncanakan sejak Desember 2012 dan dibutuhkan waktu sekitar 6 bulan
bagi pemilik restoran untuk mengumpulkan dana dari para investor, mendesain
bangunan, serta mengumpulkan tim. Tema restoran ini adalah peternakan dimana
tema tersebut disesuaikan dengan produk utama Momomilk yaitu susu. Untuk
menunjang tema restoran, para pelayan juga menggunakan seragam seperti para
peternak sapi perah.
Bentuk usaha yang digunakan oleh Restoran Momomilk adalah usaha
perorangan dan masih tergolong dalam kategori Usaha Kecil Menengah (UKM).
Modal berasal dari modal pribadi tanpa memperoleh pinjaman dari lembaga
keuangan. Modal awal yang dibutuhkan untuk membangun restoran ini sekitar
300 juta rupiah. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk membangun restoran
ini dibantu dengan adanya 3 investor dengan kepemilikan saham yang berbeda-
beda diantaranya Vidia 37.6 persen, Rifki 1.4 persen, dan Iqbal 0.6 persen.
Sebagian keuntungan yang diperoleh restoran akan dibagikan kepada para
investor sesuai dengan besarnya saham yang dimiliki oleh investor tersebut. Para
investor ini tidak memiliki hak untuk mengelola restoran, mereka hanya berperan
sebatas dalam penyediaan modal saja.
Lokasi Perusahaan
Restoran Momomilk berlokasi di Jalan Bukit Tunggul Nomor 11 Taman
Kencana Kota Bogor. Status kepemilikan tempat usaha ini adalah sewa dengan
sistem bagi hasil. Alasan pemilik restoran menyewa bangunan dikarenakan
keterbatasan modal yang dimiliki. Pemilik bangunan merupakan kerabat dari
pemilik restoran yang sekaligus dijadikan sebagai sekretariat Himpunan
Pengusaha Muda Indonesia. Lokasi ini dipilih karena letaknya yang strategis
dimana kawasan Taman Kencana merupakan kawasan yang cukup dikenal
masyarakat sebagai salah satu pusat wisata kuliner Kota Bogor. Selain itu,
kawasan ini juga berdekatan dengan sekolah dan kampus sehingga semua
kalangan dapat dengan mudah mengakses restoran ini.
Restoran ini memiliki desain yang bertema peternakan yang disesuaikan
dengan nama restoran dan produk utama restoran yaitu susu. Bagian bangunan
yang dijadikan sebagai restoran tidak secara utuh melainkan hanya bagian teras
bangunan saja. Teras tersebut diubah sesuai dengan tema peternakan dan pedesaan
sehingga atap teras dibuat dari bambu serta pada bagian bar dibuat dari kayu.
Selain disesuaikan dengan tema, pemilihan material pada bangunan restoran yang
demikian juga dikarenakan modal yang terbatas. Luas bangunan yang disewa
yaitu seluas 185 m2 yang terdiri dari ruang makan, dapur, ruang cuci, dan kamar
mandi. Kapasitas dari ruang makan adalah 76 orang, terdiri dari 19 meja dan
masing-masing 4 bangku untuk setiap meja.
30
Visi dan Misi Restoran Momomilk
Sama seperti restoran lainnya, Restoran Momomilk juga memiliki visi dan
misi dalam menjalankan usahanya. Visi restoran ini yaitu menjadi grup usaha
dalam bidang pariwisata yang memberikan pengalaman tidak terlupakan bagi
konsumen. Visi tersebut didukung dengan misi yaitu selalu mengonsepkan segala
sesuatunya secara matang sebelum membuat suatu unit bisnis serta memberikan
hidangan yang kreatif dan pelayanan yang luar biasa.
Berbagai ide kreatif dilakukan pengelola untuk menumbuhkan loyalitas dan
kenyamanan konsumen terhadap Restoran Momomilk. Konsep peternakan yang
disesuaikan dengan produk andalan restoran ini menjadi ciri khas Restoran
Momomilk yang akan melekat dibenak konsumen. Untuk menghindari kejenuhan
konsumen, pihak manajemen melakukan berbagai promosi unik serta menawarkan
produk-produk yang umumnya sudah dikenal oleh konsumen namun disajikan
dengan tampilan yang berbeda dari yang lain. Pelayanan yang ramah juga menjadi
salah satu kunci pihak manajemen untuk menumbuhkan citra restoran yang baik
dimata konsumennya.
Tidak hanya loyalitas ditingkat konsumen saja, pihak manajemen
melakukan berbagai strategi untuk meningkatkan loyalitas ditingkat pegawai.
Rasa kekeluargaan baik antara pemilik dengan para pegawai maupun antar
pegawai menjadi budaya kerja yang ditanamkan di restoran ini. Para pegawai
juga dituntut untuk bekerja profesional sehingga tidak mengecewakan konsumen
yang berkunjung. Pihak manajemen memberikan reward berupa bonus dalam
bentuk uang bagi pegawai yang mampu menunjukkan kinerja yang baik.
Sedangkan bagi pegawai yang melakukan kesalahan dalam pekerjaannya akan
diberikan hukuman (punishment) berupa teguran maupun surat peringatan (SP).
Deskripsi Pengusahaan Restoran Momomilk
Pemilik restoran mencoba membuat sesuatu yang baru untuk menghadapi
persaingan usaha dibidang kuliner. Ditengah beragamnya restoran yang terdapat
di Kota Bogor, namun restoran yang menjadikan susu sebagai produk unggulan
memang belum ada. Peluang inilah yang akhirnya dijadikan pemilik usaha untuk
membuka restoran ini setelah sebelumnya membuka booth Momomilk di
beberapa tempat. Tak hanya produk unggulan yang berbeda, restoran ini juga
mengusung tema peternakan mulai dari dekorasi restoran maupun alat makan
yang digunakan. Hal ini bertujuan untuk membuat ciri khusus antara Restoran
Momomilk dengan restoran yang sudah ada.
Kegiatan pada pengusahaan Restoran Momomilk terdiri dari 5 bagian yaitu
pelayanan, barista, dapur produksi, kasir, dan pembelian bahan baku. Bagian
pelayanan, barista, dan dapur produksi dikepalai oleh manajer operasional.
Sedangkan bagian kasir dan pembelian bahan baku dikepalai oleh manajer
keuangan. Terdapat pula graphic designer yang juga dikepalai oleh manajer
operasional. Jam kerja yang diberlakukan di restoran ini yaitu 7.5 jam kerja
ditambah waktu istirahat 30 menit yang terbagi dalam 3 shift. Setiap minggunya,
pegawai memiliki kesempatan libur sebanyak 1 hari yaitu antara hari Senin
31
sampai Jumat yang disesuaikan dengan shift mereka bekerja. Diluar hari libur
tersebut, pegawai tetap bekerja meskipun ada libur nasional.
Restoran Momomilk beroperasi pada hari Senin sampai Minggu mulai
pukul 10.00-22.00 WIB. Khusus pada hari Minggu, restoran ini mulai beroperasi
mulai pukul 07.00-22.00 WIB. Restoran ini menyajikan menu andalannya yaitu
berbagai olahan susu serta beragam makanan dan minuman lainnya. Susu yang
telah dipasteurisasi kemudian diolah menjadi berbagai varian olahan susu seperti
freshmilk dan milkshake. Sedangkan makanan yang disajikan adalah berbagai
makanan ringan maupun Chinese Food dan Western.
ANALISIS KELAYAKAN NON FINANSIAL
Analisis Aspek Pasar
Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek pasar dan pemasaran menempati
urutan pertama dalam studi kelayakan usaha. Pada tahap ini besar permintaan
produk serta kecenderungan perkembangan permintaan selama masa kehidupan
bisnis yang akan datang perlu diperkirakan dengan cermat. Dari segi pemasaran
kegiatan bisnis diharapkan dapat beroperasi secara sehat bilamana produk yang
dihasilkan mampu mendapat tempat di pasaran serta menghasilkan penjualan yang
memadai dan menguntungkan.
Potensi dan Target Pasar
Pihak manajemen restoran tidak memiliki data secara lengkap mengenai
jumlah permintaan per unit produk. Namun tingkat permintaan yang tinggi secara
keseluruhan terlihat dari omset penjualan dari bulan Juni sampai Desember 2013.
Perkembangan omset penjualan di Restoran Momomilk dapat dilihat pada
Gambar 4.
Gambar 4 Omset penjualan Restoran Momomilk pada bulan Juni-Desember 2013 Sumber : Restoran Momomilk 2013.
Berdasarkan Gambar 2 dapat disimpulkan bahwa tingkat permintaan untuk
produk yang ditawarkan di Restoran Momomilk cenderung mengalami
peningkatan rata-rata 17.18 persen jika dilihat dari besarnya omset penjualan.
Rp- Rp50,000,000
Rp100,000,000 Rp150,000,000 Rp200,000,000 Rp250,000,000 Rp300,000,000
32
Pada bulan Juli terjadi peningkatan omset penjualan sebesar 17.40 persen dan
kemudian omset penjualan meningkat kembali sebesar 83.68 persen di bulan
Agustus. Pada bulan September, Oktober, dan November omset penjualan
restoran terus mengalami peningkatan masing-masing sebesar 11.54 persen, 3.82
persen, dan 3.75 persen. Akan tetapi pada bulan Desember terjadi penurunan
omset penjualan sebesar 17.11 persen. Penurunan omset penjualan ini dikarenakan
musim hujan sehingga konsumen yang berkunjung cenderung berkurang serta
adanya libur akhir tahun selama 4 hari sehingga restoran ini tutup.
Berdasarkan hasil wawancara dengan manajer operasional, permintaan
produk minuman paling tinggi adalah Milkshake Momo Oreo, Mango Milkshake
dan Strawberry Milkshake. Sedangkan untuk makanan diantaranya Cheesy Melt
Chicken, Roti Bakar Momo dan Mie Ayam. Restoran Momomilk mampu
menghabiskan 60-80 liter susu pasteurisasi pada saat weekday dan 100-120 liter
susu pada saat weekend untuk diolah menjadi berbagai olahan susu seperti
Freshmilk, Hot Milk, dan Milkshake. Konsumen yang datang rata-rata pelajar dan
mahasiswa yang berada di sekitar Kota Bogor.
Menurut Laksana (2008), pemasaran sasaran (target marketing) dilakukan
oleh pemasar melalui 3 langkah utama yaitu segmentasi pasar, pasar sasaran, dan
penetapan posisi pasar. Segmentasi pasar (market segmentation) yaitu
mengidentifikasi dan memilih-milih kelompok pembeli yang berbeda-beda yang
mungkin meminta produk dan atau bauran pemasaran tersendiri. Pasar sasaran
(market targeting) yaitu memilih satu atau lebih segmen pasar untuk dimasuki.
Penetapan posisi pasar (market positioning) yaitu membentuk dan
mengkomunikasikan manfaat utama yang membedakan produk perusahaan
dengan produk lain di pasar.
Secara demografis, segmen pasar yang dituju oleh Restoran Momomilk
yaitu masyarakat kalangan menengah-menengah dan menengah ke bawah yang
berada disekitar Kota Bogor yang berumur 14-30 tahun. Target pasar restoran ini
antara lain pelajar dan mahasiswa yang rata-rata memiliki uang saku minim
sehingga harga yang ditawarkan di restoran ini masih relatif terjangkau. Citra
yang ingin ditanamkan dibenak konsumen adalah tema restoran yang unik yaitu
peternakan serta berbagai produk yang disajikan dengan peralatan makan yang
disesuaikan dengan tema restoran.
Selain pesaing dengan produk utama susu masih sedikit, makanan dan
minuman pendamping di restoran ini bervariasi dan disajikan dengan presentasi
yang unik. Restoran Momomilk menawarkan 5 kategori makanan dan 6 kategori
minuman. Untuk kategori makanan, restoran ini menyajikan Light Meal (seperti
siomay, kentang goreng, spaghetti), Dessert (seperti pancakes dan beberapa
olahan pisang), Momo Roti Bakar dengan berbagai pilihan rasa, Chinese Food,
serta makanan ala barat (Western Food). Sedangkan untuk kategori minuman,
restoran ini menyajikan Freshmilk, Milkshake, Tea and Coffee, Yoghurt, Hot
Milk, dan Juice and Smoothies. Pada buku daftar menu ditampilkan informasi
untuk beberapa makanan dan minuman yang menjadi menu favorit serta yang
memerlukan waktu tambahan untuk menyajikannya.
Strategi Pemasaran
Produk yang dipasarkan agar dapat memasuki pasar sasaran maka para
pemasar menggunakan instrument yang dikenal dengan bauran pemasaran
33
(Laksana, 2008). Bauran pemasaran (Marketing Mix) meliputi produk, harga,
tempat, dan promosi.
1. Produk
Produk yang menjadi andalan di Restoran Momomilk adalah berbagai
olahan susu. Namun disamping itu, terdapat pula berbagai minuman lain
serta berbagai varian makanan. Presentasi makanan yang disajikan di
restoran ini tergolong unik karena menggunakan alat makan seperti botol
susu, talenan kayu yang digunakan untuk menyajikan roti bakar, dan toples
(jar) yang digunakan untuk menyajikan beberapa minuman lain. Hal ini
dikarenakan banyak konsumen yang mencari sesuatu yang unik saat
berwisata kuliner. Pemilihan penggunaan alat makan ini juga disesuaikan
dengan tema restoran yaitu peternakan. Penggunaan alat makan tersebut
termasuk kedalam strategi restoran disamping menjaga kualitas dan
melakukan inovasi terhadap produk-produk yang ditawarkan.
Gambar 5 Penyajian beberapa produk Restoran Momomilk Sumber: Restoran Momomilk 2013.
Untuk menjaga agar konsumen tidak bosan dengan produk yang
ditawarkan, manajemen melakukan inovasi dengan menawarkan produk
baru. Inovasi produk didasarkan atas permintaan dari konsumen, apabila
permintaan tinggi maka tidak menutup kemungkinan produk tersebut akan
dijadikan menu tetap di restoran. Selama beroperasi restoran ini telah
melakukan 2 kali inovasi produk. Pertama, Milkshake yang ditambahkan
dengan produk terkenal seperti Beng-beng, Cadburry, dan Milo. Kedua,
produk yang diberi nama Angry Fruit yaitu susu dengan buah yang
melimpah.
2. Harga
Sebagai pendatang baru, awalnya pihak manajemen menetapkan harga
berdasarkan harga pesaing di lingkungan sekitar restoran yaitu Sop Buah
Pak Ewok. Hal ini dikarenakan lokasi kedua restoran yang berdekatan serta
segmen pasar yang dituju serupa. Akan tetapi setelah dilakukan perhitungan
berdasarkan besarnya biaya produksi dan bahan baku, diketahui bahwa
penetapan harga awal tersebut tidak mampu memberikan keuntungan
maksimal sesuai target. Oleh karena itu, pihak manajemen menaikan harga
untuk beberapa produk makanan sekitar Rp1 000 sampai Rp2 000. Khusus
untuk Chicken Cordon Bleu terjadi kenaikan harga dari Rp20 000 menjadi
Rp26 000. Kenaikan harga ini disesuaikan dengan harga Chicken Cordon
34
Blue di pasaran dan pihak manajemen merasa harga yang mereka tetapkan
masih tergolong dibawah harga rata-rata makanan tersebut. Kenaikan harga
ini terjadi setelah 4 bulan restoran beroperasi.
Harga yang ditawarkan untuk makanan dan minuman di Restoran
Momomilk bervariasi (Lampiran 1). Untuk makanan berkisar antara Rp11
000 sampai Rp26 000. Harga yang ditawarkan untuk cemilan berkisar antara
Rp6 000 sampai Rp17 500. Untuk produk minuman susu seperti Freshmilk,
Hot Milk dan Milkshake harga yang ditawarkan berkisar antara Rp5 000
sampai Rp16 500. Sedangkan untuk minuman lainnya berkisar antara
Rp3 000 sampai Rp16 000.
3. Tempat
Restoran Momomilk berlokasi di Jalan Bukit Tunggul Nomor 11
Bogor. Alasan pemilihan lokasi ini dikarenakan lokasi ini masih berada di
dalam kawasan Taman Kencana Kota Bogor. Taman Kencana merupakan
salah satu kawasan pusat kuliner di Kota Bogor. Selain itu kawasan ini juga
dekat dengan kampus dan sekolah sehingga dapat dengan mudah diakses
oleh mahasiswa dan pelajar yang merupakan target pasar utama restoran ini.
Meskipun berada di sekitar perumahan, namun pemilik usaha optimis
bahwa restoran ini akan ramai dikunjungi seperti Sop Buah Pak Ewok yang
berdekatan dengan lokasi Restoran Momomilk. Khusus di hari Minggu
restoran ini mulai beroperasi pukul 07.00 WIB dengan target utama
masyarakat yang sedang lari pagi di sekitar kawasan tersebut. Karena itu
restoran ini mendapat peluang untuk menambah keuntungan.
4. Promosi
Promosi merupakan suatu kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk
memperkenalkan suatu produk. Kegiatan promosi yang tepat akan
berdampak positif bagi perusahaan karena dapat menarik minat konsumen.
Salah satu media yang dijadikan sebagai alat promosi Restoran Momomilk
adalah sosial media seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan Blackberry
Messanger. Pemilihan sosial media ini dirasakan cukup efektif dan efisien
untuk melakukan promosi. Selain itu restoran ini juga melakukan beberapa
promosi menarik diantaranya Free Hot Chocolate ketika musim hujan serta
minum susu 3 liter dalam waktu 3 menit dengan hadiah Rp1 000 000.
Hasil Analisis Aspek Pasar
Berdasarkan analisis aspek pasar, Restoran Momomilk dinilai memiliki
potensi pasar yang baik, melihat jumlah restoran di Kota Bogor yang menyajikan
produk minuman berbahan dasar susu masih sedikit. Selain itu, potensi restoran
ini juga terlihat dari rata-rata peningkatan penjualan produk selama bulan Juni
hingga Desember 2013 sebesar 17.18 persen. Segmentation, targeting, dan
positioning dari restoran ini juga sudah ada. Dilihat dari strategi pemasarannya,
restoran ini mampu menciptakan produk yang kreatif, menawarkan harga yang
terjangkau, pemilihan tempat yang strategis, serta melakukan berbagai promosi
yang unik dan menarik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada aspek pasar,
Restoran Momomilk layak untuk dijalankan.
35
Aspek Teknis
Pada aspek teknis, dapat diketahui tahapan atau proses bagaimana suatu
produk dihasilkan. Aspek ini juga berhubungan dengan proses pembangunan
bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis itu dibangun (Nurmalina
et al. 2010). Beberapa bagian utama yang akan dianalisis pada aspek teknis
diantaranya lokasi bisnis, proses produksi, serta tata letak (layout) Restoran
Momomilk.
Lokasi Bisnis
Penelitian ini dilakukan di Restoran Momomilk yang terletak di Jalan Bukit
Tunggul No. 11 Kota Bogor dengan luas bangunan yang digunakan seluas 185
m2. Beberapa variabel utama yang dalam penentuan lokasi suatu bisnis antara lain
ketersediaan bahan baku, suplai tenaga kerja, tenaga listrik dan air, fasilitas
transportasi, dan letak pasar utama (Nurmalina et al. 2010).
1. Ketersediaan bahan baku
Restoran Momomilk memiliki pemasok tetap dalam pengadaan bahan
baku susu pasteurisasi dan yoghurt. Pemilihan susu diambil dari kawasan
usaha ternak (Kunak) di daerah Cibubulang Kabupaten Bogor. Susu tersebut
merupakan susu Grade A dengan kadar lemaknya yang tinggi, rasanya gurih
dan secara mikrobiologi hanya memiliki sedikit patogen. Susu yang
dikirimkan ke restoran merupakan susu yang telah dipasteurisasi oleh
pemasok yang berlokasi di Darmaga Kabupaten Bogor. Kedekatan lokasi
peternakan dengan pabrik pengolahan susu tersebut menjadikan kualitas
susu tetap terjaga.
Untuk pembelian bahan baku lainnya, restoran ini tidak memiliki
pemasok yang tetap. Pegawai restoran membeli bahan baku lainnya di pasar
tradisional yaitu Pasar Jambu Dua, Pasar Anyar, serta Toko Kue Yoeks
yang berlokasi di belakang Hotel Salak. Lokasi pembelian bahan baku tidak
terlalu jauh sehingga dapat meminimalisir biaya operasional. Untuk
menjaga kualitas susu dan bahan baku yang lain yang tergolong mudah
rusak, maka dilakukan pembelian bahan baku setiap hari.
2. Suplai tenaga kerja
Pengadaan sumberdaya manusia pada Restoran Momomilk dikelola
oleh seorang manajer operasional dan seorang manajer keuangan. Manajer
operasional bertanggung jawab atas kinerja bagian pelayanan, barista, dapur
produksi, serta graphic designer. Sedangkan manajer keuangan bertanggung
jawab atas kinerja bagian pembelian bahan baku dan kasir. Pembagian
jabatan dan jumlah pegawai pada Restoran Momomilk dapat dilihat pada
Tabel 5.
36
Tabel 5 Jumlah karyawan Restoran Momomilk berdasarkan jabatan dan jenis
kelamin
Jabatan
Jenis
kelamin Total Jabatan
Jenis
kelamin Total
L P L P
Operational Manager 1 0 1 Barista 1 2 3
Accounting Manager 1 0 1 Co. Cashier 0 1 1
Graphic Designer 1 0 1 Cashier 0 2 2
Head Chef 1 0 1 Captain Waiters 1 0 1
Assistant Chef 1 0 1 Waiters 6 3 9
Cook 7 1 8 Storeman 1 0 1
Co. Barista 0 1 1 Steward 3 0 3
Sumber : Restoran Momomilk 2013.
Berdasarkan data pada Tabel 6 diketahui bahwa terdapat 24 orang
pegawai laki-laki dan 10 orang pegawai perempuan. Sehingga total
keseluruhan jumlah pegawai di Restoran Momomilk adalah 34 orang.
Hampir 40 persen pegawai di Restoran Momomilk merupakan pegawai
yang berasal dari masyarakat yang berdomisili di sekitar lokasi usaha.
Pegawai tersebut menjabat pada bagian pelayanan dan keamanan. Tidak ada
kualifikasi khusus seperti tingkat pendidikan bagi mereka, hal yang
diutamakan adalah mau bekerja sama, memiliki loyalitas yang tinggi, dan
mampu bekerja dibawah tekanan.
3. Tenaga listrik dan air
Sumberdaya listrik dan air yang digunakan Restoran Momomilk
berasal dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM). Kapasitas maksimal penggunaan listrik yang dapat
digunakan yaitu 4 000 watt dengan biaya jumlah yang harus dikeluarkan per
bulannya Rp3 200 000. Sistem pembayaran listrik di restoran ini merupakan
sistem prabayar dimana pembelian voucher dilakukan di Alfamart.
Sedangkan untuk penggunaan air PDAM, biaya yang dikeluarkan per
bulannya sebesar Rp1 400 000. Sistem pembayaran air PDAM dilakukan
secara tunai yang dibayarkan langsung ke loket PDAM.
4. Fasilitas transportasi
Restoran ini memiliki fasilitas transportasi berupa 1 unit sepeda motor
yang digunakan untuk mengangkut bahan mentah dari pasar menuju
restoran. Selain itu sepeda motor ini juga berguna untuk mengantar pesanan
konsumen menuju alamat yang dituju (delivery order). Pemilihan alat
transportasi ini karena dirasa lebih efisien dan memudahkan di dalam
perjalanan pegawai baik untuk membeli bahan baku serta mengantar
makanan yang dipesan konsumen.
5. Letak pasar utama
Lokasi Restoran Momomilk berada di Jalan Bukit Tunggul No. 11
Kota Bogor. Restoran ini berada di sekitar kawasan Taman Kencana. Proses
produksi sampai kegiatan pemasarannya dilakukan pada satu tempat yaitu di
Restoran Momomilk, agar memudahkan dalam melakukan pengawasan baik
37
pada proses produksi maupun kualitas produk yang disajikan kepada
konsumen.
Proses Produksi
Susu yang dijadikan sebagai bahan baku utama untuk mengolah produk
susu di Restoran Momomilk merupakan susu yang sudah dipasteurisasi oleh pihak
pemasok. Harga per liter dari susu pasteurisasi tersebut yaitu Rp6 400. Susu dari
pemasok yang baru tiba di restoran langsung dimasukkan ke dalam dispenser susu
untuk menjaga agar susu tetap fresh sebelum diolah.
Untuk membuat Freshmilk bahan yang dibutuhkan adalah 200 ml susu
tanpa rasa (plain), 50 ml perasa, gula, dan es batu. Proses produksi untuk
membuat segelas Freshmilk dimulai dengan menuangkan perasa ke dalam gelas.
Perasa yang digunakan disesuaikan dengan rasa susu yang dipesan oleh
konsumen. Kemudian perasa tersebut dicampurkan dengan 200 ml susu tanpa rasa
serta diberi gula secukupnya. Setelah itu ditambahkan dengan es batu secukupnya.
Proses produksi Freshmilk dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Proses produksi Freshmilk
Proses produksi untuk membuat Milkshake juga terbilang mudah seperti
proses pembuatan Freshmilk. Bahan yang dibutuhkan diantaranya 200 ml susu
tanpa rasa (plain), 50 ml perasa, 1 scoop es krim rasa vanila, gula, dan es batu.
Penambahan es krim rasa vanila pada pembuatan Milkshake bertujuan untuk
memberi rasa lebih creamy pada minuman ini. Tahap pembuatan Milkshake
adalah dengan mencampurkan seluruh bahan yang diperlukan ke dalam blender.
Kemudian bahan diblender sebentar lalu minuman dituangkan ke dalam gelas.
Proses produksi Milkshake dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Proses produksi Milkshake
Siapkan
gelas
Masukkan 50ml
perasa
Tuangkan 200 ml susu tanpa
rasa (plain)
Tambahkan gula
secukupnya
Tambahkan es batu
secukupnya Disajikan
Blender bahan baku Tuang ke dalam
gelas
Disajikan
200 ml susu tanpa
rasa (plain)
50 ml perasa
1 scoop es krim
vanila
Gula secukupnya
Es batu
38
Hasil Analisis Aspek Teknis
Analisis aspek teknis menunjukkan bahwa usaha Restoran Momomilk layak
untuk dijalankan. Hal ini berdasarkan pada lokasi restoran yang mendukung
jalannya usaha, proses produksi dan tempat penjualan produk juga berada didalam
satu tempat yang sama. Tata letak telah diatur sedemikian rupa dengan baik
sehingga dapat memperlancar kegiatan usaha (Lampiran 2). Sarana dan fasilitas
yang tersedia juga menunjang kegiatan produksi. Selain itu kedekatan restoran
dengan tempat pembelian bahan baku juga dapat memperlancar kegiatan produksi
sekaligus dapat menjaga kualitas dan kesegaran bahan baku.
Aspek Manajemen dan Hukum
Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek manajemen mempelajari tentang
manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan dalam masa operasi. Selain itu,
bagi usaha yang baru dibangun diperlukan juga perizinan yang lengkap untuk
mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis. Pengelolaan usaha Restoran
Momomilk dalam manajemen dan hukum akan menganalisis bentuk badan hukum
usaha, struktur organisasi, deskripsi pekerjaan masing-masing pegawai, dan
sistem penggajian tenaga kerja.
Bentuk Badan Usaha
Bentuk badan usaha di Restoran Momomilk adalah perusahaan
perseorangan dan masih tergolong dalam kategori Usaha Kecil Menengah
(UKM). Pemilik restoran juga merencanakan untuk membangun sebuah badan
usaha berupa Perseroan Terbatas (PT). Salah satu tujuan pemilik restoran ini
membentuk badan usaha ini dikarenakan adanya investor yang menanamkan
modal di Restoran Momomilk. Selain itu dengan mendirikan badan usaha
Perseroan Terbatas, restoran ini dapat lebih mudah dikenal secara luas oleh
kalangan masyarakat dan memungkinkan menarik minat investor lain untuk
menanamkan modalnya di Restoran Momomilk.
Sebelum mendirikan suatu usaha tentu diperlukan perizinan yang lengkap
sebagai salah satu syarat agar usaha dapat dijalankan. Restoran ini telah memiliki
Surat Kepemilikan Usaha (SKU) sebagai syarat dasar untuk mendirikan suatu
usaha. Pemilik restoran juga sudah mendapatkan izin dari warga sekitar lokasi
restoran berupa izin gangguan agar usaha ini tetap dapat berjalan karena lokasi
restoran berada di lingkungan pemukiman penduduk. Pemilik restoran telah
melakukan kesepakatan dengan warga sekitar bahwa restoran hanya akan
beroperasi hingga pukul 22.00 WIB. Apabila pihak restoran melanggar, maka
mereka bersedia bila restoran harus ditutup. Akan tetapi, saat ini pemilik sedang
mengalami kesulitan untuk mengurus perizinan kepada pemerintah setempat
dikarenakan restoran yang berada di kawasan pemukiman. Oleh karena, pemilik
restoran masih mengurus izin usaha tersebut dari pemerintah setempat.
Struktur Organisasi dan Deskripsi Pekerjaan
Struktur organisasi Restoran Momomilk yang dimiliki saat ini masih
sederhana. Akan tetapi dengan adanya struktur organisasi maka tugas, wewenang,
39
dan tanggung jawab setiap bagian dalam perusahaan dapat dilihat dengan jelas.
Struktur organisasi Restoran Momomilk dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Struktur organisasi Restoran Momomilk Sumber: Restoran Momomilk 2013.
Kebijakan dan keputusan besar dipegang oleh pemilik restoran (owner).
Owner hanya bertindak sebagai evaluator dan pemegang kontrol serta pengambil
keputusan dengan melakukan rapat atau musyawarah dengan tim manajemen.
Owner tidak turun tangan langsung dalam kegiatan operasional namun akan
mendapatkan laporan operasional setiap bulan dari manajer operasional. Manajer
operasional bertanggung jawab atas semua kegiatan operasional di restoran
termasuk mengawasi kinerja pelayan, barista, serta bagian dapur produksi. Selain
itu manajer operasional juga membawahi graphic designer yang bertugas untuk
mengatur dekorasi restoran, membuat desain daftar menu, serta mempromosikan
restoran melalui media sosial.
Manajer operasional bertanggung jawab atas bagian pelayanan, barista, dan
dapur produksi. Para pelayan (waiter) dikepalai oleh seorang kepala pelayan. Para
pelayan bertugas melayani para konsumen, mulai dari pemesanan menu sampai
penyajiannya serta memastikan kerapian dan kebersihan meja dan kursi. Selain
itu, pelayan juga berkewajiban menyampaikan informasi mengenai menu spesial
dan merekomendasikan menu favorit di restoran. Sedangkan bagian barista
bertugas untuk membuat minuman sesuai pesanan juga berkewajiban untuk
menjaga kebersihan dan umur pakai dari bar. Bagian dapur produksi dikepalai
oleh seorang kepala koki. Bagian ini bertugas untuk membuat makanan sesuai
dengan pesanan konsumen serta menjaga kualitas dan kehigienisan makanan.
Didalam bagian dapur produksi juga terdapat pegawai yang bertugas untuk
membersihkan peralatan makan dan dapur (steward).
Manajer keuangan bertugas untuk mengatur, memeriksa, dan bertanggung
jawab atas alur kas baik penerimaan maupun pengeluaran. Manajer keuangan juga
Head Chef
Steward
Cook
Assistant Chef Barista
Coordinator Barista Captain
Waiter
Accounting Manager
Cashier Storeman
Owner
Operational Manager
Graphic Designer
40
bertanggung jawab atas kinerja kasir serta bagian pembelian bahan baku. Kasir
bertugas dalam menerima transaksi pembayaran dari konsumen. Sedangkan
bagian pembelian bahan baku (storeman) bertugas untuk mencatat persediaan
bahan baku yang diperlukan dan membeli bahan baku yang diperlukan untuk
kegiatan operasional. Untuk bagian keamanan, petugas keamanan berasal dari
masyarakat sekitar namun tidak tergabung kedalam manajemen restoran.
Sistem Penggajian Pegawai
Pada saat ini gaji sebagian besar pegawai Restoran Momomilk belum
berdasarkan UMR (Upah Minimum Regional) Kota Bogor, kecuali manajer
operasional dan manajer keuangan. Namun pemilk restoran berencana untuk
memberikan asuransi kepada para pegawainya sehingga apabila dikalkulasikan
bisa mencapai UMR Kota Bogor. Untuk bagian keamanan, karena tidak tergabung
dalam manajemen restoran maka upah yang diperoleh berasal dari tarif parkir
yang diberikan oleh para konsumen.
Hasil Analisis Aspek Manajemen dan Hukum
Restoran Momomilk belum memiliki perizinan yang lengkap sesuai dengan
peraturan yang telah ditentukan. Namun bila dilihat dari indikator yang lain
seperti struktur organisasi dan deskrpsi pekerjaan sudah dibuat cukup sederhana
sehingga memudahkan tugas, wewenang, dan tanggung jawab setiap bagian dalam
perusahaan. Sistem penggajian juga telah ditentukan dengan baik. Dari uraian di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan berdasarkan
aspek manajemen namun belum layak bila dijalankan berdasarkan aspek hukum.
Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Adanya kedekatan sosial antara perusahaan dengan masyarakat maka
Restoran Momomilk mempekerjakan masyarakat dari sekitar wilayah lokasi
restoran sebagai pegawai. Hal ini berdampak positif karena dapat menyerap
tenaga kerja yang menganggur. Sebanyak 40 persen tenaga kerja di Restoran
Momomilk berasal dari masyarakat sekitar dan diposisikan sebagai pelayan dan
penjaga keamanan. Tidak ada kualifikasi khusus seperti tingkat pendidikan bagi
mereka, hal yang diutamakan adalah mau bekerja sama, memiliki loyalitas yang
tinggi, dan mampu bekerja dibawah tekanan. Pihak restoran juga melakukan
kegiatan sosial seperti memberi santunan kepada anak yatim pada saat restoran
dibuka serta pemberian susu gratis bagi anak-anak di sekitar lokasi usaha.
Pembayaran pajak kepada pemerintah tentu dapat menambah pendapatan
asli daerah (PAD) Kota Bogor. Apabila skala usaha semakin besar, maka
pemerintah akan menerima pembayaran pajak yang semakin besar pula. Pada saat
ini pajak yang dibayarkan merupakan PP 1 sebesar 10 persen dari omset yang
diperoleh restoran. Secara makro, adanya pajak akan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pembangunan.
Restoran Momomilk tetap menjaga kebersihan lingkungan sekitar selama
restoran ini beroperasi. Pada awalnya restoran ini membuang limbah sisa proses
produksi ke selokan di sekitar restoran. Akan tetapi, saat ini restoran membuat
septic tank yang berfungsi sebagai tempat pembuangan limbah dari proses
41
produksi. Meskipun biaya yang dikeluarkan untuk membuat septic tank cukup
besar, hal ini dilakukan demi menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
Hasil Analisis Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Kedekatan sosial antara perusahaan dengan masyarakat sekitar ditunjukkan
dengan dibukanya kesempatan bekerja bagi mereka sehingga dapat menyerap
tenaga kerja yang menganggur. Pembayaran pajak secara rutin juga mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pembangunan.
Restoran Momomilk juga tetap memperhatikan kebersihan lingkungan dengan
tidak membuang limbah dari proses produksi secara sembarangan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Restoran Momomilk layak diusahakan berdasarkan aspek
sosial ekonomi dan lingkungan.
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL
Restoran Momomilk merupakan suatu usaha dibidang kuliner yang
menggunakan sumberdaya dari modal sendiri dalam menjalankan usahanya.
Restoran ini tergolong dalam usaha baru sehingga perlu dikaji perhitungan
keuangannya secara terperinci tentang kelayakan usaha dan diperlukan
perhitungan yang tepat dalam penggunakan sumberdaya yang ada. Analisis
kelayakan ini berkaitan dengan keputusan investasi agar mendapatkan keuntungan
yang maksimal dan menghindari adanya pemborosan sumberdaya. Kriteria yang
digunakan dalam perhitungan meliputi NPV, Net B/C, IRR, Payback Period, serta
analisis nilai pengganti (switching value).
Berdasarkan informasi yang didapat dari pihak manajemen restoran, umur
usaha pengusahaan Restoran Momomilk yaitu selama 5 tahu. Hal ini didasarkan
pada kesepakatan antara pihak pemilik restoran selaku penyewa bangunan dengan
pemilik bangunan. Atas dasar itu, umur usaha disesuaikan dengan kesepakatan
sewa dengan pemilik bangunan dengan pertimbangan bahwa sewa bangunan
merupakan faktor terpenting dalam pengusahaan Restoran Momomilk. Tingkat
diskonto yang digunakan yaitu sebesar 13.20 persen. Hal ini disesuaikan dengan
rata-rata kepemilikan modal yang ditanamkan oleh ketiga investor Restoran
Momomilk.
Pada saat pembelian peralatan investasi dimulai pada tahun pertama yaitu
Januari sampai Mei 2013 dan pada bulan Juni 2013 usaha mulai dapat dilakukan.
Penghitungan penerimaan dan besarnya biaya operasional yang dikeluarkan pada
tahun pertama berdasarkan pada data aktual restoran selama 7 bulan beroperasi
(Juni sampai Desember 2013). Untuk tahun ke-2 merupakan rata-rata penerimaan
maupun biaya operasional per bulan selama 7 bulan beroperasi dikalikan 9 bulan
dikarenakan adanya renovasi selama 3 bulan. Untuk tahun ke-3 sampai ke-5
perhitungan sama dengan tahun ke-2 namun dikalikan dengan 12 bulan dengan
asumsi sampai tahun ke-5 umur usaha besar inflow dan outflow disamakan dengan
data tahun ke-2. Kondisi aktual restoran pada tahun pertama hingga proyeksi
kegiatan operasional pada tahun ke-5 dapat dilihat pada Lampiran 3.
42
Analisis Laba Rugi Restoran Momomilk
Analisis laba rugi digunakan untuk melihat pekembangan laba usaha setiap
tahunnya. Laba rugi perusahaan dihitung berdasarkan jumlah penerimaan
dikurangi dengan biaya operasional dan pajak badan usaha. Untuk melakukan
penghitungan laba rugi pada Restoran Momomilk, maka data penerimaan yang
digunakan di tahun pertama merupakan data aktual penerimaan restoran selama 7
bulan pertama beroperasi. Data penerimaan setiap bulannya kemudian dirata-
ratakan dan dikalikan 9 untuk memperoleh proyeksi penerimaan di tahun ke-2
serta dikalikan 12 untuk tahun ke-3 sampai ke-5 (diasumsikan tetap).
Data biaya operasional di tahun pertama merupakan data aktual penerimaan
restoran selama 7 bulan pertama beroperasi. Data pengeluaran setiap bulannya
kemudian dirata-ratakan dan dikalikan 9 untuk memperoleh data penerimaan di
tahun ke-2 serta dikalikan 12 untuk tahun ke-3 sampai ke-5 (diasumsikan tetap).
Data mengenai laporan laba rugi Restoran Momomilk dapat dilihat pada
Lampiran 4.
Tabel 6 Hasil analisis laporan laba rugi Restoran Momomilk
Tahun ke- Nilai (Rp)
1 57 052 345
2 63 932 989
3 94 503 955
4 94 503 955
5 94 503 955
Total keseluruhan laba 404 497 200
Rata-rata laba 80 899 440
Rata-rata laba selama 5 tahun umur usaha adalah sebesar Rp80 899 440.
Pada tahun pertama, Restoran Momomilk mendapatkan keuntungan sebesar
Rp57052 345. Pada tahun ke-2, restoran diproyeksikan akan memperoleh
keuntungan sebesar Rp63 932 989. Perbedaan keuntungan yang diperoleh pada
tahun pertama dengan tahun ke-2 dikarenakan pada tahun pertama restoran hanya
beroperasi selama 7 bulan sedangkan pada tahun ke-2 beroperasi selama 9 bulan.
Pada tahun ke-3, restoran ini diproyeksikan mengalami peningkatan keuntungan
yaitu menjadi Rp94 503 955 yang diasumsikan tetap setiap tahunnya sampai
tahun ke-5. Peningkatan keuntungan di tahun ke-3 hingga ke-5 dikarenakan
restoran beroperasi selama 12 bulan setiap tahunnya. Keuntungan yang diperoleh
Restoran Momomilk ini merupakan keuntungan bersih setelah dikurangi dengan
beban pajak badan usaha sebesar 25 persen. Pada tahun pertama, restoran
dikenakan pajak badan usaha sebesar Rp19 017 448. Pada tahun ke-2 besarnya
pajak yaitu Rp21 310 996 dan pada tahun ke-3 hingga ke-5 sebesar 31 501 318.
Besarnya pajak tersebut nantinya akan dimasukkan kedalam perhitungan
cashflow.
43
Arus Kas (Cashflow) Restoran Momomilk
Arus Penerimaan (Inflow)
Arus penerimaan dari usaha Restoran Momomilk berupa penerimaan dari
hasil penjualan makanan, minuman, dan nilai sisa. Nilai penjualan produk
Momomilk di tahun pertama berasal dari data penjualan aktual restoran selama 7
bulan beroperasi. Kemudian nilai penjualan produk di tahun ke-2 berasal dari rata-
rata penerimaan di tahun pertama dikalikan dengan 9 bulan. Untuk tahun ke-3
sampai ke-5, perhitungan sama dengan tahun ke-2 namun dikalikan 12 bulan
untuk setiap tahunnya.
1. Penerimaan aktual penjualan produk pada bulan Juni sampai Desember
2013
Penerimaan penjualan produk makanan dan minuman didapat dari
hasil penjualan makanan dan minuman di Restoran Momomilk. Selama 7
bulan beroperasi, manajemen restoran tidak memiliki data penjualan setiap
produk makanan dan minuman. Pihak manajemen hanya memiliki data
omset penjualan setiap bulannya selama 7 bulan restoran mulai beroperasi.
Data penerimaan Restoran Momomilk bulan Juni sampai Desember 2013
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Data penerimaan Restoran Momomilk bulan Juni sampai Desember 2013
Bulan Omset (Rp)
Juni 107 303 000
Juli 125 979 000
Agustus 231 404 000
September 258 101 000
Oktober 267 958 000
November 278 015 700
Desember 230 445 600
Total penerimaan tahun pertama 1 499 206 300
Rata-rata penerimaan per bulan 214 172 329
Berdasarkan data pada Tabel 7, terlihat bahwa omset penjualan
Restoran Momomilk pada bulan Juni sampai Desember 2013 cenderung
mengalami peningkatan. Peningkatan omset penjualan terjadi sejak bulan
Juni sampai November, sedangkan pada bulan Desember terjadi penurunan
omset sebesar 17.11 persen yang dikarenakan adanya libur selama 4 hari
dan merupakan musim penghujan.
2. Proyeksi penerimaan penjualan produk pada tahun ke-2 sampai ke-5
Proyeksi penjualan pada tahun ke-2 sampai ke-5 hanya dapat
dilakukan dengan mencari rata-rata penerimaan per bulan pada tahun
44
pertama sebesar Rp214 172 329. Hal ini dikarenakan tidak adanya data
penjualan per unit produk. Penerimaan penjualan produk makanan dan
minuman pada tahun ke-2 dikalikan dengan 9 bulan sehingga diperoleh
penerimaan sebesar Rp1 927 550 957. Kemudian untuk tahun ke-3 sampai
ke-5, rata-rata penerimaan pada tahun pertama dikalikan 12 bulan tiap
tahunnya. Proyeksi total penerimaan pada tahun ke-3 yaitu sebesar Rp2 570
067 943. Nilai proyeksi penerimaan pada tahun ke-3 diasumsikan sama
hingga tahun ke-5. Proyeksi penerimaan Restoran Momomilk pada tahun
ke-2 sampai ke-5 dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Proyeksi penerimaan Restoran Momomilk tahun ke-2 sampai ke-5
Tahun ke- Jumlah bulan Rata-rata penerimaan (Rp) Total (Rp)
2 9 214 172 329 1 927 550 957
3 12 214 172 329 2 570 067 943
4 12 214 172 329 2 570 067 943
5 12 214 172 329 2 570 067 943
Total penerimaan tahun ke-2 sampai ke-5 11 136 961 086
3. Nilai sisa
Nilai sisa adalah nilai peralatan yang tidak habis selama umur usaha
dan dinilai masih memiliki umur ekonomis karena belum terpakai
seluruhnya. Nilai sisa yang telah dihitung, dikalkulasikan dan dimasukkan
kedalam komponen inflow diakhir umur usaha. Perhitungan nilai sisa
dilakukan dengan cara mengalikan biaya penyusutan suatu produk dengan
sisa umur ekonomisnya.
Umur ekonomis peralatan yang digunakan di Restoran Momomilk
terdiri dari 2 tahun, 3 tahun, dan 5 tahun. Hal ini akan mempengaruhi sisa
umur ekonomis peralatan dan nilainya. Untuk peralatan yang memiliki umur
ekonomis 2 tahun dan 3 tahun memiliki sisa umur ekonomis 1 tahun.
Peralatan dengan umur ekonomis 5 tahun tidak memiliki sisa umur
ekonomis. Peralatan yang dibeli dimasukkan kedalam komponen outflow di
tahun pertama. Renovasi yang dilakukan pada bulan Januari sampai Maret
2014 memiliki nilai sisa sebesar 18 juta rupiah karena investasi tersebut
dilakukan pada tahun ketiga. Sehingga total nilai sisa dari peralatan yang
digunakan di Restoran Momomilk adalah Rp22 004 200.
Arus Pengeluaran (Outflow)
Arus pengeluaran dari usaha Restoran Momomilk berupa pengeluaran dari
biaya investasi, biaya reinvestasi, dan biaya operasional. Biaya investasi
merupakan biaya yang dikeluarkan 1 kali untuk memperoleh beberapa kali
manfaat sampai secara ekonomis kegiatan bisnis itu tidak menguntungkan lagi
(Nurmalina et al. 2010). Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan produksi yang digunakan bagi setiap proses produksi dalam 1
periode kegiatan produksi. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya operasional Restoran Momomilk di tahun pertama berasal dari
45
data pengeluaran aktual restoran selama 7 bulan beroperasi. Kemudian biaya
operasional di tahun ke-2 berasal dari rata-rata pengeluaran di tahun pertama
dikalikan dengan 9 bulan. Untuk tahun ke-3 sampai ke-5, cara perhitungan sama
dengan tahun ke-2 namun dikalikan 12 bulan untuk setiap tahunnya.
1. Biaya investasi
Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal kegiatan
dan pada saat tertentu untuk memperoleh manfaat beberapa tahun kemudian
(Nurmalina et al. 2010). Biaya investasi yang dikeluarkan Restoran
Momomilk terdiri dari renovasi bangunan, peralatan dapur, peralatan
makan, peralatan lainnya, dan kendaraan. Biaya investasi tersebut
dikeluarkan pada tahun pertama yaitu bulan Januari hingga Mei 2013
sebesar 5 juta rupiah. Biaya renovasi bangunan untuk perluasan kapasitas
dikeluarkan pada tahun ke-2 yaitu bulan Januari sampai Maret 2014 sebesar
90 juta rupiah.
Peralatan dapur yang digunakan terdiri dari kompor gas, wajan, pisau,
blender, freezer, dispenser susu, scoop es, gelas ukur 1 liter, gelas teh tarik,
rice cooker, container perasa, panci, coolbox, talenan, pemotong kentang,
teko kopi, botol sirup, baki kayu bulat, baki kayu segi, dan baskom. Total
keseluruhan biaya investasi peralatan dapur yaitu sebesar Rp16 097 500.
Peralatan makan yang digunakan terdiri dari botol milkshake, botol
freshmilk, gelas hotmilk, jar besar, jar kecil, pisau steak, garpu steak,
sendok makan, garpu makan, piring, piring segi 4, piring banana, mangkok
6”, mangkok 4.5”, pitcher, dan talenan roti bakar. Total keseluruhan biaya
investasi peralatan makan yaitu sebesar Rp5 504 400.
Peralatan lain yang mendukung jalannya operasional Restoran
Momomilk terdiri dari meja dan kursi untuk konsumen, meja dan kursi
kantor, komputer, printer, loker bill, brangkas, alat kebersihan, speaker,
karpet karet, tempat sampah, nomor meja, kipas sangin, serbet, wadah
tissue, nampan bon, kalkulator, daftar menu, whiteboard, dan pembelian
septic tank. Total keseluruhan biaya investasi peralatan lain yang digunakan
restoran yaitu sebesar Rp42 933 400. Untuk sepeda motor, biaya investasi
yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp14 000 000. Sehingga total keseluruhan
biaya investasi yang dikeluarkan Restoran Momomilk yaitu sebesar Rp173
535 300. Rincian komponen biaya investasi Restoran Momomilk dapat
dilihat pada Lampiran 5.
2. Biaya reinvestasi
Biaya reinvestasi adalah biaya yang dikeluarkan kembali karena umur
ekonomis dari peralatan yang digunakan telah habis namun umur usaha
masih berjalan. Biaya reinvestasi yang dikeluarkan yaitu peralatan yang
memiliki umur ekonomis 2 tahun dan 3 tahun karena umur ekonomis
peralatan tersebut kurang dari umur usaha. Peralatan yang memiliki umur
ekonomis 2 tahun diantaranya blender, peralatan makan, serbet dan daftar
menu. Total biaya reinvestasi yang memiliki umur ekonomis 2 tahun yaitu
Rp7 311 400. Reinvestasi peralatan tersebut dilakukan pada tahun ke-3 dan
ke-5.
46
Peralatan yang memiliki umur ekonomis 3 tahun diantaranya scoop es,
gelas ukur 1 liter, gelas teh tarik, container perasa, telanan, botol sirup,
baskom, alat kebersihan, tempat sampah, dan wadah tissue. Total biaya
reinvestasi yang memiliki umur ekonomis 3 tahun yaitu Rp1 045 500.
Reinvestasi peralatan tersebut dilakukan pada tahun ke-4. Rincian
komponen biaya reinvestasi Restoran Momomilk dapat dilihat pada
Lampiran 7.
3. Biaya operasional
Menurut Nurmalina et al. (2010), biaya operasional merupakan biaya
yang diperlukan untuk menunjang kegiatan operasional dalam mengolah
bahan baku menjadi produk yang siap untuk dijual. Biaya operasional
meliputi biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel merupakan biaya
yang besar kecilnya selaras dengan perkembangan produksi atau penjualan
setaip tahun (1 satuan waktu). Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya
tidak terpengaruh oleh perkembangan jumlah produksi atau penjualan dalam
satu tahun (1 satuan waktu). Besarnya biaya operasional saat restoran
beroperasi 7 bulan pertama yaitu Juni sampai Desember 2013 dapat dilihat
pada Lampiran 6. Rata-rata biaya operasional pada bulan Juni sampai
Desember tersebut akan dijadikan acuan untuk menghitung proyeksi biaya
operasional pada tahun ke-2 sampai tahun ke-5. Besarnya biaya operasional
Restoran Momomilk selama umur bisnis 5 tahun dapat dilihat pada Tabel 9.
47
Tabel 9 Biaya operasional Restoran Momomilk
No Biaya operasional Tahun
1 2 3 4 5
Biaya variabel
1 Susu pasteurisasi 104.426.600 134.262.771 179.017.029 179.017.029 179.017.029
2 Yoghurt 19.666.350 25.285.307 33.713.743 33.713.743 33.713.743
3 Bahan baku lainnya 586.870.338 754.547.577 1.006.063.437 1.006.063.437 1.006.063.437
4 Biaya gas elpiji 10.080.000 12.960.000 17.280.000 17.280.000 17.280.000
Total biaya variabel 721.043.288 927.055.656 1.236.074.208 1.236.074.208 1.236.074.208
Biaya tetap
1 Sewa bangunan 149.920.630 192.755.096 257.006.794 257.006.794 257.006.794
2 Gaji karyawan 256.900.000 330.300.000 440.400.000 440.400.000 440.400.000
3 Dividen 86.412.079 111.101.244 148.134.993 148.134.993 148.134.993
4 Biaya PDAM 9.800.000 12.600.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000
5 Biaya listrik 22.400.000 28.800.000 38.400.000 38.400.000 38.400.000
6 Biaya telepon 1.400.000 1.800.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
7 Biaya kebersihan 2.100.000 2.700.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
8 Biaya transportasi 4.200.000 5.400.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000
9 Pajak restoran 10% 149.920.630 192.755.096 257.006.794 257.006.794 257.006.794
Total biaya tetap 683.053.339 878.211.436 1.170.948.581 1.170.948.581 1.170.948.581
Total Biaya Operasional 1.404.096.627 1.805.267.092 2.407.022.789 2.407.022.789 2.407.022789
Total biaya operasional yang dikeluarkan Restoran Momomilk pada
tahun pertama, kedua, dan ketiga berbeda-beda sesuai dengan lama restoran
beroperasi setiap tahunnya dan kebutuhan restoran. Untuk tahun ke-3
sampai ke-10 diasumsikan sama untuk setiap tahunnya. Biaya variabel yang
dikeluarkan meliputi biaya untuk pembelian input seperti susu pasteurisasi,
yoghurt, bahan baku pelengkap, dan gas elpiji. Biaya tetap yang dikeluarkan
meliputi biaya untuk pembayaran sewa bangunan, deviden kepada investor,
gaji karyawan, PDAM, listrik, telepon, kebersihan, transportasi, serta pajak
restoran 10 persen dari omset penjualan.
Pada tahun pertama, total biaya operasional yang dikeluarkan oleh
Restoran Momomilk yaitu sebesar Rp1 404 096 627. Pada tahun ke-2, total
biaya operasional yang dikeluarkan oleh Restoran Momomilk yaitu sebesar
Rp1 805 267 092. Peningkatan biaya operasional ini dikarenakan restoran
beroperasi selama 9 bulan pada tahun ke-2, sedangkan pada tahun pertama
hanya beroperasi selama 7 bulan. Kemudian pada tahun ke-3, diproyeksikan
restoran mengeluarkan biaya operasional sebesar Rp2 407 022 789 untuk
beroperasi selama 12 bulan. Besar biaya operasional pada tahun ke-3
diasumsikan tetap hingga tahun ke-5.
4. Biaya penyusutan
Penghitungan biaya penyusutan aset pertahun sesuai dengan perkiraan
umur ekonomis dari masing-masing aset. Untuk menghitung besarnya nilai
penyusutan digunakan metode garis lurus sehingga diasumsikan sama untuk
48
setiap tahunnya. Perhitungan biaya penyusutan pertahun adalah harga
pembelian peralatan investasi diawal dibagi umur ekonomis.
Pada perhitungan laba rugi tahun pertama, besar biaya penyusutan
tidak ditambah dengan renovasi yang dilakukan pada tahun ke-2 (Januari
sampai Maret 2014). Besar biaya penyusutan pada tahun pertama yaitu
sebesar Rp19 039 880. Kemudian untuk tahun ke-2 sampai ke-5, biaya
penyusutan ditambah dengan renovasi yang dilakukan pada tahun ke-2 yaitu
sebesar 18 juta rupiah. Total biaya penyusutan pada tahun ke-2 sampai ke-5
yaitu sebesar Rp37 039 880 untuk setiap tahunnya.
Analisis Kriteria Kelayakan Investasi
Kriteria kelayakan investasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period. Tingkat diskonto yang digunakan
merupakan rata-rata besarnya kepemilikan modal dari ketiga investor yaitu
sebesar 13.20 persen. Perhitungan kelayakan investasi menggunakan manfaat
bersih (net benefit) yang diperoleh dari selisih antara biaya dan manfaat setap
tahunnya dengan dikurangi pajak badan usaha. Tarif pajak yang digunakan
berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2008 Pasal 17
ayat 2a, yang merupakan perubahan keempat dari Undang-Undang No. 7 Tahun
1983 tentang pajak penghasilan yaitu sebesar 25 persen, berlaku flat hingga umur
usaha.
Tabel 10 Hasil analisis kriteria investasi Restoran Momomilk
Kriteria investasi Nilai
NPV Rp63 220 511
Net B/C 2.57
IRR 47.35 persen
Payback Period 3 tahun 6 bulan 21 hari
Berdasarkan kriteria kelayakan investasi pada tingkat diskonto 13.20 persen
diperoleh nilai NPV sebesar Rp63 220 511. Hasil perhitungan NPV tersebut
menunjukkan bahwa Restoran Momomilk akan mendapatkan manfaat bersih dari
usaha yang dijalankan selama umur usaha 5 tahun. Restoran Momomilk dikatakan
layak untuk dijalankan karena nilai NPV yang dihasilkan lebih besar dari nol
(NPV > 0) yaitu Rp63 220 511.
Nilai Net B/C pada usaha Restoran Momomilk yaitu 2.57 artinya setiap
Rp 1 yang dikeluarkan sebagai biaya akan menghasilkan manfaat bersih sebesar
Rp 2.57. Berdasarkan pehitungan Net B/C, Restoran Momomilk layak untuk
dijalankan karena nilai Net B/C lebih besar dari 1.
Perhitungan cash flow didapatkan nilai IRR pada Restoran Momomilk
sebesar 47.35 persen. Hal ini menunjukkan bahwa usaha mampu memberikan
pengembalian atas modal yang dikeluarkan sebesar 47.35 persen. Hasil
49
perhitungan IRR ini menunjukkan bahwa Restoran Momomilk layak untuk
dijalankan karena nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga deposito yang
digunakan (47.35 persen > 13.20 persen).
Nilai Payback Period pada Restoran Momomilk yaitu 3 tahun 6 bulan 21
hari. Artinya, modal investasi yang telah ditanamkan akan kembali setelah 3 tahun
6 bulan 21 hari sejak usaha dijalankan. Restoran ini dikatakan layak untuk
dijalankan karena modal yang ditanamkan dapat kembali sebelum umur usaha.
Berdasarkan keempat kriteria investasi tersebut menunjukkan bahwa usaha
Restoran Momomilk layak untuk dijalankan. Perhitungan arus kas (cash flow)
dapat dilihat pada Lampiran 7.
Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)
Analisis nilai pengganti (switching value) merupakan suatu variasi pada
analisis sensitivitas. Switching value ini merupakan perhitungan untuk mengukur
perubahan maksimum dari perubahan komponen inflow atau perubahan
komponen outflow yang masih ditoleransi agar Restoran Momomilk masih layak.
Jika perubahan melebihi nilai tersebut maka bisnis menjadi tidak layak untuk
dijalankan. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi
sampai NPV sama dengan nol (NPV=0).
Komponen yang akan diukur pada Restoran Momomilk diantaranya
komponen outflow yang diukur adalah peningkatan biaya input yaitu susu
pasteurisasi. Pada komponen inflow yaitu penurunan tingkat penjualan produk
yang langsung berpengaruh terhadap pendapatan usaha. Kedua variabel ini dibuat
hingga mencapai nilai NPV sama dengan 0, Net B/C sama dengan 1, nilai IRR
sama dengan tingkat diskonto, dan Payback Period sama dengan umur usaha.
Berdasarkan analisis switching value, batas maksimum peningkatan biaya
input susu pasteurisasi yaitu 12.02 persen agar restoran tetap layak untuk
dijalankan. Batas maksimum penurunan tingkat penjualan produk Restoran
Momomilk yaitu sebesar 5.08 persen agar restoran tetap layak untuk dijalankan.
Hal ini menunjukkan bahwa Restoran Momomilk lebih sensitif terhadap
penurunan tingkat penjualan produk dibandingkan dengan peningkatan biaya
input susu pasteurisasi. Perhitungan switching value dapat dilihat pada Lampiran
8 dan Lampiran 9.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kesimpulan yang didapat dari penelitian mengenai Analisis Kelayakan
Usaha Restoran Momomilk di Taman Kencana Kota Bogor yaitu:
1. Restoran Momomilk layak untuk dijalankan berdasarkan aspek pasar,
teknis, manajemen, serta aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Berdasarkan
analisis aspek pasar, restoran ini dinilai memiliki potensi pasar yang baik,
melihat jumlah restoran di Kota Bogor yang menyajikan produk minuman
berbahan dasar susu masih sedikit. Berdasarkan aspek teknis, lokasi, tata
50
letak, dan sarana prasarana yang dimiliki restoran sudah baik untuk
mendukung jalannya usaha. Berdasarkan aspek manajemen, restoran telah
struktur organisasi yang sederhana dan sistem penggajian yang baik.
Sedangkan berdasarkan aspek sosial ekonomi dan lingkungan restoran ini
memiliki kedekatan sosial dengan masyarakat sekitar dan rutin membayar
pajak kepada pemerintah serta telah menjaga kebersihan lingkungan.
Namun, restoran ini tidak layak dijalankan berdasarkan aspek hukum
dikarenakan masih adanya perizinan usaha yang belum lengkap.
2. Berdasarkan analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa Restoran
Momomilk layak untuk dijalankan karena telah memenuhi kriteria investasi
diantaranya NPV sebesar Rp63 220 511, Net B/C sebesar 2.57, IRR sebesar
47.35 persen, dan Payback Period selama 3 tahun 6 bulan 21 hari.
3. Hasil analisis nilai pengganti menunjukkan bahwa kelayakan usaha
Restoran Momomilk lebih peka terhadap penurunan tingkat penjualan
produk sebesar 5.08 persen dibandingkan dengan peningkatan harga input
susu pasteurisasi sebesar 12.02 persen.
Saran
Saran yang diajukan untuk manajemen Restoran Momomilk diantaranya:
1. Dilihat dari aspek hukum, restoran ini belum layak untuk dijalankan. Oleh
sebab itu, disarankan bagi pemilik usaha untuk segera mengurus perizinan
ke pemerintah setempat. Selain untuk kelancaran usaha, perizinan juga
diperlukan apabila akan melakukan kerjasama dengan pihak lain terutama
untuk pengadaan dana.
2. Dilihat dari analisis finansial, Restoran Momomilk layak untuk dilanjutkan.
Usaha ini dapat terus dikembangkan dengan terus meningkatkan penjualan
produk agar mencapai target perusahaan.
3. Berdasarkan hasil analisis nilai pengganti, Restoran Momomilk sensitif
terhadap penurunan tingkat penjualan dibandingkan dengan peningkatan
harga input susu pasteurisasi. Oleh karena itu, pihak manajemen harus
mempertahankan dan meningkatkan tingkat penjualan produk agar tidak
terjadi penurunan penjualan yang drastis yang dapat menjadikan bisnis
menjadi tidak layak.
4. Restoran Momomilk disarankan untuk memiliki data penjualan produk per
unit secara terperinci. Hal ini dimaksudkan agar produk yang kurang
diminati konsumen dapat diganti dengan menu yang baru.
DAFTAR PUSTAKA
[Disbudpar] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor. 2012. Data
pendapatan asli Kota Bogor 2008-2012. Bogor (ID): Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata.
51
[Disbudpar] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor. 2012. Jumlah tempat
makan di Kota Bogor tahun 2006-2012. Bogor (ID): Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata.
Gittinger JP. 1986. Analisa ekonomi proyek-proyek pertanian. Edisi 2. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Heidyningsih NA. 2009. Analisis kelayakan usaha Death by Chocolate and
Spageti Restaurant Kota Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Jeineiva P. 2011. Analisis kelayakan usaha Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel di
Kota Bogor Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Laksana F. 2008. Manajemen pemasaran: pendekatan praktis. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Mankiw NG. 2006. Makroekonomi. Edisi 6. Jakarta: Erlangga.
Maulana AF. 2010. Analisis kelayakan usaha rumah makan sederhana Waroeng
Jaya Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nurmalina R, Tintin S, Arif K. 2010. Studi kelayakan bisnis. Departemen
Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Bogor.
Reakara R. 2009. Analisis kelayakan pengusahaan Restoran Soto Kudus di Jalan
Garuda Kemayoran Jakarta Pusat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Suliyanto. 2010. Studi kelayakan bisnis: pendekatan praktis. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta.
Umar H. 2005. Studi kelayakan bisnis : tenik menganalisis kelayakan rencana
bisnis secara komprehensif. Edisi 3. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.
53
Lampiran 2 Tata letak Restoran Momomilk
Keterangan :
I : Pintu masuk
II : Ruang makan
III : Kasir
IV : Bar
V : Dapur
VI : Toilet
VI
IV
III
V
II
I
54
Lampiran 3 Kondisi aktual dan proyeksi kegiatan operasional Restoran Momomilk
Tahun ke-
1 2 3 4 5
Pembelian peralatan
investasi (Januari-Mei
2013)
Beroperasi 7 bulan (Juni-
Desember 2013)
Renovasi 3 bulan
(Januari-Maret 2014)
Beroperasi 9 bulan
(April-Juni 2014)
Diproyeksikan beroperasi 12
bulan penuh Diproyeksikan beroperasi 12
bulan penuh
Diproyeksikan beroperasi 12
bulan penuh
55
Lampiran 4 Proyeksi laporan laba rugi Restoran Momomilk
No Uraian Tahun
1 2 3 4 5
A. PENERIMAAN
1 Penjualan produk 1.499.206.300 1.927.550.957 2.570.067.943 2.570.067.943 2.570.067.943
Total penerimaan 1.499.206.300 1.927.550.957 2.570.067.943 2.570.067.943 2.570.067.943
B. PENGELUARAN
a. Biaya variabel
1 Susu pasteurisasi 104.426.600 134.262.771 179.017.029 179.017.029 179.017.029
2 Yoghurt 19.666.350 25.285.307 33.713.743 33.713.743 33.713.743
3 Bahan baku lainnya 586.870.338 754.547.577 1.006.063.437 1.006.063.437 1.006.063.437
4 Gas elpiji 10.080.000 12.960.000 17.280.000 17.280.000 17.280.000
Total biaya variabel 721.043.288 927.055.656 1.236.074.208 1.236.074.208 1.236.074.208
Marjin kotor 778.163.012 1.000.495.301 1.333.993.735 1.333.993.735 1.333.993.735
b. Biaya tetap
1 Sewa bangunan 149.920.630 192.755.096 257.006.794 257.006.794 257.006.794
2 Biaya gaji 256.900.000 330.300.000 440.400.000 440.400.000 440.400.000
3 Dividen 86.412.079 111.101.244 148.134.993 148.134.993 148.134.993
4 Biaya PDAM 9.800.000 12.600.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000
5 Biaya listrik 22.400.000 28.800.000 38.400.000 38.400.000 38.400.000
6 Biaya telepon 1.400.000 1.800.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
7 Biaya kebersihan 2.100.000 2.700.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
8 Biaya transportasi 4.200.000 5.400.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000
9 Pajak restoran 10% 149.920.630 192.755.096 257.006.794 257.006.794 257.006.794
10 Biaya penyusutan 19.039.880 37.039.880 37.039.880 37.039.880 37.039.880
Total biaya tetap 702.093.219 915.251.316 1.207.988.461 1.207.988.461 1.207.988.461
Laba kotor (sebelum pajak) 76.069.793 85.243.985 126.005.274 126.005.274 126.005.274
Pajak 25% 19.017.448 21.310.996 31.501.318 31.501.318 31.501.318
Laba bersih (setelah pajak) 57.052.345 63.932.989 94.503.955 94.503.955 94.503.955
56
Lampiran 5 Rincian komponen biaya investasi dan reinvestasi Restoran
Momomilk
No Jenis Jumlah Umur
ekonomis
(tahun)
Sisa
umur
ekonomis (tahun)
Harga per
unit (Rp)
Total
investasi (Rp)
Penyusutan per tahun
(Rp)
Nilai sisa akhir tahun
ke-5 (Rp)
A. Renovasi bangunan
1 Renovasi awal
5
5.000.000 5.000.000 1.000.000 0
2 Renovasi Januari 2014
5 1 90.000.000 90.000.000 18.000.000 18.000.000
Jumlah
95.000.000 19.000.000 18.000.000
B. Peralatan dapur
1 Kompor gas 2 5
340.000 680.000 136.000 0
2 Wajan 4 5
40.000 160.000 32.000 0
3 Pisau 3 5
53.000 159.000 31.800 0
4 Blender 4 2 1 365.000 1.460.000 730.000 730.000
5 Frezzer 3 5
3.600.000 10.800.000 2.160.000 0
6 Dispenser susu 1 5
170.000 170.000 34.000 0
7 Scoop es 1 3 1 120.000 120.000 40.000 40.000
8 Gelas ukur 1 Liter 2 3 1 19.500 39.000 13.000 13.000
9 Gelas teh tarik 2 3 1 90.000 180.000 60.000 60.000
10 Rice cooker 1 5
1.100.000 1.100.000 220.000 0
11 Container perasa 15 3 1 5.500 82.500 27.500 27.500
12 Panci 4 5
40.000 160.000 32.000 0
13 Coolbox 1 5
202.000 202.000 40.400 0
14 Talenan 1 3 1 61.500 61.500 20.500 20.500
15 Pemotong kentang 1 5
115.000 115.000 23.000 0
16 Teko kopi 1 5
46.000 46.000 9.200 0
17 Botol sirup 10 3 1 9.000 90.000 30.000 30.000
18 Baki kayu bulat 3 5
53.000 159.000 31.800 0
19 Baki kayu segi 3 5
90.500 271.500 54.300 0
20 Baskom 1 3 1 42.000 42.000 14.000 14.000
Jumlah
16.097.500 3.739.500 935.000
C. Peralatan makan
1 Botol milkshake 48 2 1 20.000 960.000 480.000 480.000
2 Botol freshmilk 48 2 1 17.000 816.000 408.000 408.000
3 Gelas hotmilk 24 2 1 5.000 120.000 60.000 60.000
4 Jar besar 25 2 1 22.000 550.000 275.000 275.000
5 Jar kecil 25 2 1 20.000 500.000 250.000 250.000
6 Pisau steak 24 2 1 6.000 144.000 72.000 72.000
7 Garpu steak 24 2 1 6.000 144.000 72.000 72.000
8 Sendok makan 48 2 1 2.000 96.000 48.000 48.000
9 Garpu makan 48 2 1 2.000 96.000 48.000 48.000
10 Piring 50 2 1 16.000 800.000 400.000 400.000
11 Piring segi 4 19 2 1 19.600 372.400 186.200 186.200
12 Piring banana 15 2 1 21.000 315.000 157.500 157.500
57
No Jenis Jumlah
Umur
ekonomis
(tahun)
Sisa
umur ekonomis
(tahun)
Harga per unit (Rp)
Total investasi (Rp)
Penyusutan
per tahun
(Rp)
Nilai sisa
akhir tahun
ke-5 (Rp)
15 Pitcher 12 2 1 8.000 96.000 48.000 48.000
16 Talenan roti bakar 15 2 1 15.000 225.000 112.500 112.500
Jumlah
5.504.400 2.752.200 2.752.200
D. Peralatan lainnya
1 Meja tamu 19 5
300.000 5.700.000 1.140.000 0
2 Kursi tamu 76 5
90.000 6.840.000 1.368.000 0
3 Meja+kursi kantor 1 5
4.417.000 4.417.000 883.400 0
4 Komputer 1 5
4.680.000 4.680.000 936.000 0
5 Printer 1 5
1.289.000 1.289.000 257.800 0
6 Loker bill 1 5
200.000 200.000 40.000 0
7 Brangkas 1 5
399.000 399.000 79.800 0
8 Alat kebersihan 1 3 1 60.000 60.000 20.000 20.000
9 Speaker 1 5
330.000 330.000 66.000 0
10 Karpet karet 7 5
113.000 791.000 158.200 0
11 Tempat sampah 3 3 1 28.500 85.500 28.500 28.500
12 Nomor meja 19 5
26.000 494.000 98.800 0
13 Kipas angin 1 5
1.289.000 1.289.000 257.800 0
14 Serbet 3 2 1 8.000 24.000 12.000 12.000
15 Wadah tissue 19 3 1 15.000 285.000 95.000 95.000
16 Nampan bon 2 5
12.500 25.000 5.000 0
17 Kalkulator 1 5
72.000 72.000 14.400 0
18 Daftar menu 19 2 1 17.000 323.000 161.500 161.500
19 Whiteboard 1 5
179.900 179.900 35.980 0
20 Septic tank 1 5
15.450.000 15.450.000 3.090.000 0
Jumlah
42.933.400 8.748.180 317.000
E. Kendaraan
1 Sepeda motor 1 5
14.000.000 14.000.000 2.800.000 0
Jumlah
14.000.000 2.800.000 0
Total keseluruhan investasi
173.535.300 37.039.880 22.004.200
58
Lampiran 6 Biaya operasional Restoran Momomilk Bulan Juni sampai Desember 2013
No Biaya operasional Bulan
Rata-rata Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Biaya variabel
1 Susu pasteurisasi 8.687.500 9.625.000 18.312.500 19.091.200 14.636.800 18.304.000 15.769.600 14.918.086
2 Yoghurt 2.299.500 2.467.500 2.673.150 3.514.500 3.621.000 3.972.450 1.118.250 2.809.479
3 Bahan baku lainnya 78.558.192 38.159.814 81.957.937 109.549.922 86.737.117 110.084.608 81.822.748 83.838.620
4 Gas elpiji 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000
Total biaya variabel 90.985.192 51.692.314 104.383.587 133.595.622 106.434.917 133.801.058 100.150.598 103.006.184
Biaya tetap
1 Sewa bangunan
2 Gaji karyawan 36.700.000 36.700.000 36.700.000 36.700.000 36.700.000 36.700.000 36.700.000 36.700.000
3 Deviden 5.715.153 6.151.574 10.768.579 16.206.205 15.763.691 19.767.676 12.039.201 12.344.583
4 Biaya PDAM 1.400.000 1.400.000 1.400.000 1.400.000 1.400.000 1.400.000 1.400.000 1.400.000
5 Biaya listrik 3.200.000 3.200.000 3.200.000 3.200.000 3.200.000 3.200.000 3.200.000 3.200.000
6 Biaya telepon 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000
7 Biaya kebersihan 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
8 Biaya transportasi 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
9 Pajak restoran 10% 10.730.300 12.597.900 23.140.400 25.810.100 26.795.800 27.801.570 23.044.560 21.417.233
Total biaya tetap 60.287.241 62.687.367 79.028.317 88.334.605 88.940.221 94.961.084 80.523.964 79.251.828
Total biaya operasional 151.272.433 114.379.681 183.411.904 221.930.227 195.375.138 228.762.142 180.674.562 182.258.012
59
Lampiran 7 Proyeksi arus kas Restoran Momomilk
No Uraian Tahun
1 2 3 4 5
I INFLOW
1 Penjualan produk 1.499.206.300 1.927.550.957 2.570.067.943 2.570.067.943 2.570.067.943
2 Nilai sisa 22.004.200
TOTAL INFLOW 1.499.206.300 1.927.550.957 2.570.067.943 2.570.067.943 2.592.072.143
II OUTFLOW
A Biaya investasi
Renovasi awal 5.000.000
Renovasi Januari 2014 90.000.000
Peralatan dapur
1 Kompor gas 680.000
2 Wajan 160.000
3 Pisau 159.000
4 Blender 1.460.000 1.460.000 1.460.000
5 Frezzer 10.800.000
6 Dispenser susu 170.000
7 Scoop es 120.000 120.000
8 Gelas ukur 1 Liter 39.000 39.000
9 Gelas the tarik 180.000 180.000
10 Rice cooker 1.100.000
11 Container perasa 82.500 82.500
12 Panci 160.000
13 Coolbox 202.000
14 Talenan 61.500 61.500
15 Pemotong kentang 115.000
16 Teko kopi 46.000
17 Botol sirup 90.000 90.000
18 Baki Kayu Bulat 159.000
19 Baki Kayu Segi 4 271.500
60
No Uraian Tahun
1 2 3 4 5
20 Baskom 42.000 42.000
Peralatan makan 5.504.400 5.504.400 5.504.400
Peralatan lainnya
1 Meja tamu 5.700.000
2 Kursi tamu 6.840.000
3 Meja+kursi kantor 4.417.000
4 Komputer 4.680.000
5 Printer 1.289.000
6 Loker bill 200.000
7 Brangkas 399.000
8 Alat kebersihan 60.000 60.000
9 Speaker 330.000
10 Karpet karet 791.000
11 Tempat sampah 85.500 85.500
12 Nomor meja 494.000
13 Kipas angin 1.289.000
14 Serbet 24.000 24.000 24.000
15 Wadah tissue 285.000 285.000
16 Nampan bon 25.000
17 Kalkulator 72.000
18 Daftar menu 323.000 323.000 323.000
19 Whiteboard 179.900
20 Septic tank 15.450.000
Kendaraan 14.000.000
TOTAL BIAYA INVESTASI 83.535.300 90.000.000 7.311.400 1.045.500 7.311.400
B Biaya operasional
Biaya variabel
1 Susu pasteurisasi 104.426.600 134.262.771 179.017.029 179.017.029 179.017.029
2 Yoghurt 19.666.350 25.285.307 33.713.743 33.713.743 33.713.743
61
No Uraian Tahun
1 2 3 4 5
3 Bahan baku lainnya 586.870.338 754.547.577 1.006.063.437 1.006.063.437 1.006.063.437
4 Biaya gas elpiji 10.080.000 12.960.000 17.280.000 17.280.000 17.280.000
Total biaya variabel 721.043.288 927.055.656 1.236.074.208 1.236.074.208 1.236.074.208
Biaya tetap
1 Sewa bangunan 149.920.630 192.755.096 257.006.794 257.006.794 257.006.794
2 Gaji karyawan 256.900.000 330.300.000 440.400.000 440.400.000 440.400.000
3 Dividen 86.412.079 111.101.244 148.134.993 148.134.993 148.134.993
4 Biaya PDAM 9.800.000 12.600.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000
5 Biaya listrik 22.400.000 28.800.000 38.400.000 38.400.000 38.400.000
6 Biaya telepon 1.400.000 1.800.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
7 Biaya kebersihan 2.100.000 2.700.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
8 Biaya transportasi 4.200.000 5.400.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000
9 Pajak restoran 10% 149.920.630 192.755.096 257.006.794 257.006.794 257.006.794
Total biaya tetap 683.053.339 878.211.436 1.170.948.581 1.170.948.581 1.170.948.581
TOTAL BIAYA OPERASIONAL 1.404.096.627 1.805.267.092 2.407.022.789 2.407.022.789 2.407.022.789
TOTAL OUTFLOW 1.487.631.927 1.895.267.092 2.414.334.189 2.408.068.289 2.414.334.189
III Net benefit sebelum pajak 11.574.373 32.283.865 155.733.754 161.999.654 177.737.954
Pajak 25% 57.052.345 63.932.989 94.503.955 94.503.955 94.503.955
IV Net benefit setelah pajak (45.477.972) (31.649.124) 61.229.798 67.495.698 83.233.998
V DF (13.20%) 0,8834 0,7804 0,6894 0,6090 0,5380
VI PV/tahun (40.174.887) (24.698.401) 42.210.797 41.104.596 44.778.405
PV benefit/tahun 1.324.387.191 1.504.225.734 1.771.761.760 1.565.160.565 1.394.488.543
PV cost/tahun 1.314.162.480 1.479.031.992 1.664.401.521 1.466.503.458 1.298.868.696
NPV Rp63.220.511
IRR 47,35%
PV positif 103.395.398
PV negatif (40.174.887)
Net B/C 2,57
Payback period 3 tahun 6 bulan 21 hari
62
Lampiran 8 Analisis switching value peningkatan biaya input susu pasteurisasi
No Uraian Tahun
1 2 3 4 5
I INFLOW
1 Penjualan produk 1.499.206.300 1.927.550.957 2.570.067.943 2.570.067.943 2.570.067.943
2 Nilai sisa 22.004.200
TOTAL INFLOW 1.499.206.300 1.927.550.957 2.570.067.943 2.570.067.943 2.592.072.143
II OUTFLOW
A Biaya investasi
Renovasi awal 5.000.000
Renovasi Januari 2014 90.000.000
Peralatan dapur
1 Kompor gas 680.000
2 Wajan 160.000
3 Pisau 159.000
4 Blender 1.460.000 1.460.000 1.460.000
5 Frezzer 10.800.000
6 Dispenser susu 170.000
7 Scoop es 120.000 120.000
8 Gelas ukur 1 Liter 39.000 39.000
9 Gelas the tarik 180.000 180.000
10 Rice cooker 1.100.000
11 Container perasa 82.500 82.500
12 Panci 160.000
13 Coolbox 202.000
14 Talenan 61.500 61.500
15 Pemotong kentang 115.000
16 Teko kopi 46.000
17 Botol sirup 90.000 90.000
18 Baki Kayu Bulat 159.000
19 Baki Kayu Segi 4 271.500
20 Baskom 42.000 42.000
Peralatan makan 5.504.400 5.504.400 5.504.400
Peralatan lainnya
1 Meja tamu 5.700.000
2 Kursi tamu 6.840.000
3 Meja+kursi kantor 4.417.000
4 Komputer 4.680.000
5 Printer 1.289.000
6 Loker bill 200.000
7 Brangkas 399.000
63
No Uraian Tahun
1 2 3 4 5
8 Alat kebersihan 60.000 60.000
9 Speaker 330.000
10 Karpet karet 791.000
11 Tempat sampah 85.500 85.500
12 Nomor meja 494.000
13 Kipas angin 1.289.000
14 Serbet 24.000 24.000 24.000
15 Wadah tissue 285.000 285.000
16 Nampan bon 25.000
17 Kalkulator 72.000
18 Daftar menu 323.000 323.000 323.000
19 Whiteboard 179.900
20 Septic tank 15.450.000
Kendaraan 14.000.000
TOTAL BIAYA INVESTASI 83.535.300 90.000.000 7.311.400 1.045.500 7.311.400
B Biaya operasional
Biaya variabel
1 Susu pasteurisasi 116.983.337 150.407.148 200.542.864 200.542.864 200.542.864
2 Yoghurt 19.666.350 25.285.307 33.713.743 33.713.743 33.713.743
3 Bahan baku lainnya 586.870.338 754.547.577 1.006.063.437 1.006.063.437 1.006.063.437
4 Biaya gas elpiji 10.080.000 12.960.000 17.280.000 17.280.000 17.280.000
Total biaya variabel 733.600.025 943.200.033 1.257.600.043 1.257.600.043 1.257.600.043
Biaya tetap
1 Sewa bangunan 149.920.630 192.755.096 257.006.794 257.006.794 257.006.794
2 Gaji karyawan 256.900.000 330.300.000 440.400.000 440.400.000 440.400.000
3 Dividen 86.412.079 111.101.244 148.134.993 148.134.993 148.134.993
4 Biaya PDAM 9.800.000 12.600.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000
5 Biaya listrik 22.400.000 28.800.000 38.400.000 38.400.000 38.400.000
6 Biaya telepon 1.400.000 1.800.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
7 Biaya kebersihan 2.100.000 2.700.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
8 Biaya transportasi 4.200.000 5.400.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000
9 Pajak restoran 10% 149.920.630 192.755.096 257.006.794 257.006.794 257.006.794
Total biaya tetap 683.053.339 878.211.436 1.170.948.581 1.170.948.581 1.170.948.581
TOTAL BIAYA OPERASIONAL 1.416.653.364 1.821.411.468 2.428.548.625 2.428.548.625 2.428.548.625
TOTAL OUTFLOW 1.500.188.664 1.911.411.468 2.435.860.025 2.429.594.125 2.435.860.025
III Net benefit sebelum pajak (982.364) 16.139.489 134.207.918 140.473.818 156.212.118
Pajak 25% 57.052.345 63.932.989 94.503.955 94.503.955 94.503.955
IV Net benefit setelah pajak (58.034.709) (47.793.500) 39.703.963 45.969.863 61.708.163
V DF (DR=13.20%) 0,8834 0,7804 0,6894 0,6090 0,5380
64
No Uraian Tahun
1 2 3 4 5
VI PV/tahun (51.267.411) (37.297.179) 27.371.247 27.995.453 33.197.890
PV benefit/tahun 1.324.387.191 1.504.225.734 1.771.761.760 1.565.160.565 1.394.488.543
PV cost/tahun 1.325.255.004 1.491.630.770 1.679.241.071 1.479.612.601 1.310.449.212
NPV Rp0
IRR 13,20%
PV positif 51.267.411
PV negatif (51.267.411)
Net B/C 1,00
Payback period 5 tahun 0 bulan 0 hari
65
Lampiran 9 Analisis switching value penurunan tingkat penjualan produk
No Uraian Tahun
1 2 3 4 5
I INFLOW
1 Penjualan produk 1.486.649.563 1.911.406.580 2.548.542.107 2.548.542.107 2.548.542.107
2 Nilai sisa 22.004.200
TOTAL INFLOW 1.486.649.563 1.911.406.580 2.548.542.107 2.548.542.107 2.570.546.307
II OUTFLOW
A Biaya investasi
Renovasi awal 5.000.000
Renovasi Januari 2014 90.000.000
Peralatan dapur
1 Kompor gas 680.000
2 Wajan 160.000
3 Pisau 159.000
4 Blender 1.460.000 1.460.000 1.460.000
5 Frezzer 10.800.000
6 Dispenser susu 170.000
7 Scoop es 120.000 120.000
8 Gelas ukur 1 Liter 39.000 39.000
9 Gelas the tarik 180.000 180.000
10 Rice cooker 1.100.000
11 Container perasa 82.500 82.500
12 Panci 160.000
13 Coolbox 202.000
14 Talenan 61.500 61.500
15 Pemotong kentang 115.000
16 Teko kopi 46.000
17 Botol sirup 90.000 90.000
18 Baki Kayu Bulat 159.000
19 Baki Kayu Segi 4 271.500
20 Baskom 42.000 42.000
Peralatan makan 5.504.400 5.504.400 5.504.400
Peralatan lainnya
1 Meja tamu 5.700.000
2 Kursi tamu 6.840.000
66
No Uraian Tahun
1 2 3 4 5
3 Meja+kursi kantor 4.417.000
4 Komputer 4.680.000
5 Printer 1.289.000
6 Loker bill 200.000
7 Brangkas 399.000
8 Alat kebersihan 60.000 60.000
9 Speaker 330.000
10 Karpet karet 791.000
11 Tempat sampah 85.500 85.500
12 Nomor meja 494.000
13 Kipas angin 1.289.000
14 Serbet 24.000 24.000 24.000
15 Wadah tissue 285.000 285.000
16 Nampan bon 25.000
17 Kalkulator 72.000
18 Daftar menu 323.000 323.000 323.000
19 Whiteboard 179.900
20 Septic tank 15.450.000
Kendaraan 14.000.000
TOTAL BIAYA INVESTASI 83.535.300 90.000.000 7.311.400 1.045.500 7.311.400
B Biaya operasional
Biaya variabel
1 Susu pasteurisasi 104.426.600 134.262.771 179.017.029 179.017.029 179.017.029
2 Yoghurt 19.666.350 25.285.307 33.713.743 33.713.743 33.713.743
3 Bahan baku lainnya 586.870.338 754.547.577 1.006.063.437 1.006.063.437 1.006.063.437
4 Biaya gas elpiji 10.080.000 12.960.000 17.280.000 17.280.000 17.280.000
Total biaya variabel 721.043.288 927.055.656 1.236.074.208 1.236.074.208 1.236.074.208
Biaya tetap
1 Sewa bangunan 149.920.630 192.755.096 257.006.794 257.006.794 257.006.794
2 Gaji karyawan 256.900.000 330.300.000 440.400.000 440.400.000 440.400.000
3 Dividen 86.412.079 111.101.244 148.134.993 148.134.993 148.134.993
4 Biaya PDAM 9.800.000 12.600.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000
5 Biaya listrik 22.400.000 28.800.000 38.400.000 38.400.000 38.400.000
6 Biaya telepon 1.400.000 1.800.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
67
No Uraian Tahun
1 2 3 4 5
7 Biaya kebersihan 2.100.000 2.700.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
8 Biaya transportasi 4.200.000 5.400.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000
9 Pajak restoran 10% 149.920.630 192.755.096 257.006.794 257.006.794 257.006.794
Total biaya tetap 683.053.339 878.211.436 1.170.948.581 1.170.948.581 1.170.948.581
TOTAL BIAYA OPERASIONAL 1.404.096.627 1.805.267.092 2.407.022.789 2.407.022.789 2.407.022.789
TOTAL OUTFLOW 1.487.631.927 1.895.267.092 2.414.334.189 2.408.068.289 2.414.334.189
III Net benefit Sebelum Pajak (982.364) 16.139.489 134.207.918 140.473.818 156.212.118
Pajak 25% 57.052.345 63.932.989 94.503.955 94.503.955 94.503.955
IV Net benefit Setelah Pajak (58.034.709) (47.793.500) 39.703.963 45.969.863 61.708.163
V DF (DR=13.20%) 0,8834 0,7804 0,6894 0,6090 0,5380
VI PV/tahun (51.267.411) (37.297.179) 27.371.246 27.995.453 33.197.890
PV benefit/tahun 1.313.294.667 1.491.626.956 1.756.922.210 1.552.051.422 1.382.908.028
PV cost/tahun 1.314.162.480 1.479.031.992 1.664.401.521 1.466.503.458 1.298.868.696
NPV Rp0
IRR 13,20%
PV positif 51.267.411
PV negatif (51.267.411)
Net B/C 1,00
Payback period 5 tahun 0 bulan 0 hari
68
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 23 Juni 1992 dari ayah Ramses
Siagian dan ibu Bungawati Limbong. Penulis adalah bungsu dari lima bersaudara.
Pada tahun 2004, penulis lulus dari Sekolah Dasar Budi Mulia Bogor dan
kemudian melanjutkan sekolah di SMP Negeri 5 Bogor. Pada tahun 2007, penulis
lulus dari SMP Negeri 5 Bogor dan pada tahun yang sama melanjutkan sekolah di
SMA Negeri 1 Bogor. Pada tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bogor
dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima di
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis cukup aktif mengikuti beberapa
kepanitiaan baik pada acara BEM FEM IPB maupun Himpunan Mahasiswa
Peminat Agribisnis (Hipma). Pada tahun 2013, penulis mengikuti kegiatan Bina
Desa BEM FEM IPB sebagai tenaga pengajar kelas 3 di SDN Cilubang 4
Kabupaten Bogor. Sejak Juli 2013 hingga Juni 2014, penulis menerima beasiswa
Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) IPB.