analisis kelayakan usaha pupuk organik kelompok tani ... · analisis kelayakan usaha pupuk organik...

118
88 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG SKRIPSI SYAHRA ZULFAH H34050039 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Upload: vuongkhanh

Post on 24-Mar-2019

283 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

88

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK

KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG,

KABUPATEN SUBANG

SKRIPSI

SYAHRA ZULFAH

H34050039

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

Page 2: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

89

RINGKASAN

SYAHRA ZULFAH. Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok

Tani Bhineka I, Desa Blendung, Kabupaten Subang. Skripsi. Departemen

Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. (Di

bawah bimbingan POPONG NURHAYATI).

Industri pupuk organik di Indonesia sangat prospektif untuk

dikembangkan. Hal ini dikarenakan berkembanganya pertanian organik yang ikut

meningkatkan penggunaan input-input pertanian organik dimana salah satunya

adalah pupuk organik. Berdasarkan data Departemen Pertanian tahun 2008,

kebutuhan pupuk organik baru dapat dipenuhi 2 persen dari total kebutuhan

sebesar 17 juta ton. Hal tersebut menunjukkan bahwa peluang pasar pupuk

organik di Indonesia sangat besar.

Kelompok tani (Poktan Bhineka I) adalah salah satu UKM pupuk organik

di Kabupaten Subang. Usaha ini berdiri sejak tahun 2008 dengan dukungan dana

dari Pemerintah Kabupaten Subang. Sejak berdiri pada tahun 2008 hingga

September 2009, Poktan Bhineka I menghadapi permintaan yang meningkat

hingga 90 persen. Akan tetapi permintaan tersebut belum terpenuhi semuanya

karena keterbatasan kapasitas produksi. Oleh karena itu, Poktan Bhineka I

berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi pupuk organiknya menjadi dua

kali lipat pada tahun 2010 .

Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis aspek kelayakan non finansial

dan finansial usaha pupuk organik Poktan Bhineka I yang telah berjalan selama

ini dan (2)Menganalisis kelayakan usaha pupuk organik jika kapasitas produksi

ditingkatkan. Manfaat dari penelitian ini yaitu : (1) Bagi penulis, penelitian ini

dapat menambah pengalaman dan latihan dalam menerapkan ilmu-ilmu yang telah

diperoleh selama kuliah, (2) Bagi perusahaan, penelitian ini dapat menjadi

referensi dan membantu perusahaan dalam mengambil keputusan pelaksanaan dan

pengembangan usaha pupuk organik oleh Poktan Bhineka I, dan (3) Bagi

pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi penelitian

dan pengembangan lebih lanjut mengenai bisnis pupuk organik.

Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung pada bulan Mei hingga

September 2009. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Metode

yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data pada penelitian ini adalah

metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis kelayakan non finansial dilakukan

secara deskriptif dengan mengkaji lima aspek yaitu (1) Teknis dan teknologi, (2)

Pasar, (3) Manajemen, (4) Hukum dan (5) Sosial Lingkungan. Analisis kelayakan

finansial dilakukan dengan mengkaji arus kas menggunakan program Microsoft

Excel. Kriteria-kriteria kelayakan finansial diukur dari nilai NPV, IRR, Net B/C

dan Payback Period.

Analisis kelayakan non finansial usaha pupuk organik Poktan Bhineka I

dikatakan layak jika ditinjau dari aspek : (1) Teknis dan teknologi, (2) Pasar, (3)

Manajemen, dan (4) Sosial dan lingkungan. Aspek teknis usaha dikatakan layak

karena : (a) Pemilihan teknologi yang tepat, (b) Ketersediaan bahan baku terjamin

dan (c)Lokasi usaha yang strategis. Aspek pasar dikatakan layak karena

permintaannya yang meningkat dan kondisi pasar yang kompetitif dan teratur

dengan adanya APPOS. Aspek manajemen dikatakan layak karena adanya

Page 3: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

90

struktur organisai usaha, pembagian tugas dan pembagian wewenang yang

sederhana dan jelas. Aspek sosial dan lingkungan dikatakan layak karena usaha

ini berdampak positif terhadap lingkungan dan memberikan manfaat ekonomi

kepada masyarakat peternak, pengusaha budidaya jamur dan UKM kerupuk di

lingkungan sekitar usaha.

Analisis kelayakan finansial usaha Poktan Bhineka I dilakukan pada kondisi

yang sudah berjalan (Skenario I) dan bila kapasitas produksi ditingkatkan dua kali

lipat (Skenario II). Hasil analisis menunjukkan usaha layak pada kedua kondisi

tersebut. Peningkatan kapasitas produksi (Skenario II) menghasilkan laba per

tahun dan NPV lebih besar daripada Skenario I. Analisis sensitivitas usaha ini

menggunakan nilai pengganti (switching value, SV) yaitu kenaikan harga bahan

baku, kenaikan upah dan penurunan harga jual. Hasil analisis sensitivitas pada

skenario I usaha menunjukkan bahwa batas kenaikan harga bahan baku, kenaikan

upah kerja dan penurunan harga jual yang masih membuat usaha ini layak adalah

4,41 persen, 19,2 persen, dan 14,4 persen. Sedangkan Hasil analisis sensitivitas

pada skenario II menunjukkan bahwa batas kenaikan harga bahan baku,

kenaikan upah kerja dan penurunan harga jual yang membuat usaha ini tetap

layak adalah 4,16 persen, 17,85 persen, dan 11,25 persen. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa usaha ini sangat sensitif terhadap kenaikan biaya bahan baku

karena biaya bahan baku memiliki proporsi terbesar dalam anggaran usaha.

Penetapan harga jual sebesar Rp 500 pada skenario I ataupun skenario II

menyebabkan usaha ini tidak layak karena pada skenario I, harga pasar minimal

adalah Rp 556,4 sedangkan pada skenario II adalah Rp 576,8.

Page 4: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

91

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK

KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG,

KABUPATEN SUBANG

SYAHRA ZULFAH

H34050039

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

Page 5: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

92

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis

Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani Bhineka I, Desa Blendung,

Kabupaten Subang” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk

apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka

dibagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2010

Syahra Zulfah

H34050039

Page 6: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

93

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 8 September 1987 dari pasangan

Bapak Muhammad Zulfan dan Ibu Rahmawati. Penulis menyelesaikan pendidikan

di SDN 060900 Medan pada tahun 1997. Pada tahun yang sama penulis diterima

di SLTPN 2 Medan dan lulus pada tahun 2002. Kemudian pada tahun 2005,

penulis menyelesaikan pendidikan di SMUN 2 Medan. Pada tahun 2005, penulis

diterima di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Departemen Agribinis melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru

(SPMB).

Selama kuliah penulis aktif pada kegiatan organisasi dan kepanitian di

lingkungan kampus. Penulis aktif dalam anggota Bina UKM FEM. Penulis juga

aktif di kegiatan luar kampus sebagai pengajar Ekonomi di bimbingan belajar di

Bogor.

Page 7: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

94

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan penelitian dalam rangka penulisan skripsi untuk mendapatkan

gelar sarjana. Skripsi ini berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik

Kelompok Tani Bhineka I, Desa Blendung, Kabupaten Subang” yang secara

umum bertujuan untuk menentukan kelayakan usaha pupuk organik yang

dijalankan oleh kelompok tani. Hasil analisis penelitian ini diharapkan dapat

menjadi bahan masukan bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan investasi.

Selain itu, hasil analisis penelitian ini juga dapat menjadi bahan pertimbangan

bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan dalam pengembangan industri pupuk

organik khususnya di Subang.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak termasuk

penulis, pembaca, pemerintah dan terutama untuk perusahaan tempat penulis

melakukan penelitian. Penulis juga mengharapkan masukan yang bersifat

membangun untuk perbaikan di masa mendatang.

Bogor, Maret 2010

Penulis

Page 8: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

95

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala

berkat, rahmat dan anugerah-Nya serta jalan dan kemudahan yang Engkau

tunjukkan kepada penulis.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang

telah membantu memberikan bimbingan, bantuan, dukungan dan doa. Dalam

kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Popong Nurhayati, MM. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan motivasi, bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan

skripsi ini.

2. Ibu Eva Yolynda, SP, MM. selaku dosen penguji utama yang telah

meluangkan waktunya serta memberikan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Bapak Rahmat Yuniar, SP, MM. selaku dosen penguji dari wakil komisi

pendidikan Departemen Agribisnis atas segala saran yang telah diberikan.

4. Ibu dan Ayah, atas segala doa dan dukungan baik moral maupun material.

5. Bapak Haji Dedi Sobandi dan keluarga, terima kasih atas segala kebaikan dan

bimbingan yang diterima penulis selama penelitian, kesempatan untuk

melakukan penelitian, dan pengalaman-pengalaman yang berharga.

6. Kepada para stakeholder (pemasok input, pembeli pupuk dan lain-lain) usaha

Potan Bhineka I atas informasi dan data yang telah diberikan.

7. Bapak Suta Suntana (Ketua APPOS) yang telah memberikan informasi dan

bimbingan selama penelitian

8. Penyuluh pertanian Kecamatan Purwadadi atas informasi yang diberikan

9. Teman-teman Agribisnis 42 dan FEM yang telah memberikan inspirasi,

semangat dan dukungan yang besar kepada penulis.

10. Keluarga besar Arafah, Lorong 10, PPH, Pondok Bu Haji dan Nurul Fikri

yang telah memberi dukungan yang besar kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi.

11. Semua pihak yang turut membantu dalam pembuatan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Page 9: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

96

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .......................................................................................... x

DAFTAR TABEL .................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xiv

I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ....................................................................... 4

1.2. Perumusan Masalah ................................................................ 4

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ............................................................... 6

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 8

2.1. Karakteristik Pupuk Organik ................................................... 8

2.1.1 Bahan-Bahan Penyusun Pupuk Organik .......................... 9

2.1.2 Standar Kualitas Pupuk Organik ..................................... 11

2.2 Metode Pengomposan ............................................................. 12

2.3 Program Go Organik 2010 ....................................................... 13

2.4 Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah ............................. 14

2.5 Penelitian Terdahulu ................................................................ 14

III. KERANGKA PEMIKIRAN ......................................................... 16

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................... 16

3.1.1. Studi Kelayakan Proyek ................................................. 18

3.1.2. Teori Biaya dan Manfaat ................................................ 19

3.1.3. Analisis Kelayakan Investasi......................................... 20

3.1.4. Analisis Finansial .......................................................... 20

3.1.4.1 Laporan Laba Rugi ............................................ 20

3.1.4.2 Net Present Value (NPV) .................................... 20

3.1.4.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ........................ 21

3.1.4.3 Internal Rate of Return (IRR) .............................. 21

3.1.6 Analisis Sensitivitas ....................................................... 21

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional............................................. 22

IV. METODE PENELITIAN .............................................................. 25

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 25

4.2. Data dan Sumber Data ............................................................. 25

4.3. Metode Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data .............. 25

4.4. Analisis Kelayakan Investasi ................................................... 26

4.4.1. Analisis Kelayakan Non Finansial.................................. 26

4.4.2. Analisis Kelayakan Finanisial......................................... 27

Page 10: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

97

4.5 Asumsi Dasar yang digunakan .................................................. 30

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ........................................ 34

5.1. Karakteristik Wilayah Penelitian ............................................. 34

5.2. Asosiasi Produsen Pupuk Organik Subang (APPOS) ............... 35

5.3. Kelompok Tani Bhineka I ....................................................... 36

5.4. Profil Usaha Pembuatan Pupuk Organik Bhineka I .................. 37

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 39

6.1 Analisis Aspek Kelayakan Non Finansial ................................. 39

6.1.1 Aspek Teknis dan Teknologi ........................................... 39

6.1.2 Hasil Analalisis Aspek Teknis dan Teknologi ............... 49

6.1.3 Aspek Pasar .................................................................... 51

6.1.4 Hasil Analisis Aspek Pasar ............................................. 55

6.1.5 Aspek Manajemen .......................................................... 57

6.1.6 Hasil Analisis Aspek Manajemen.................................... 59

6.1.7 Aspek Hukum ................................................................. 60

6.1.8 Hasil Analisis Aspek Hukum .......................................... 60

6.1.9 Aspek Sosial Lingkungan .............................................. 60

6.1.10 Hasil Analisis Aspek Sosial Lingkungan ....................... 61

6.2 Analisis Aspek Kelayakan Finansial ........................................ 62

6.2.1 Analisis Kelayakan Finansial Skenario I ......................... 62

6.2.1.1 Arus Manfaat (Inflow)........................................ 63

6.2.1.2 Arus Biaya (Outflow) ......................................... 64

6.2.1.3 Laporan Laba Rugi ............................................ 67

6.2.1.4 Hasil Analisis Kelayakan Finansial .................... 68

6.2.1.5 Analisis Sensitivitas ........................................... 69

6.2.1 Analisis Kelayakan Finansial Skenario II

(Peningkatan Kapasitas Produksi) .................................. 70

6.2.1.1 Arus Manfaat (Inflow)........................................ 70

6.2.1.2 Arus Biaya (Outflow) ......................................... 71

6.2.1.3 Laporan Laba Rugi ............................................ 73

6.2.1.4 Hasil Analisis Kelayakan Finansial .................... 74

6.2.1.5 Analisis Sensitivitas ........................................... 75

6.3 Perbandingan Hasil Analisis Finansial

Skenario I dan Skenario II ....................................................... 76

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 78

7.1. Kesimpulan .............................................................................. 78

7.2. Saran ........................................................................................ 79

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 80

LAMPIRAN ............................................................................................ 82

Page 11: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

98

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kebutuhan dan Ketersediaan Berbagai Jenis Pupuk

Di Indonesia Tahun 2008 ........................................................ 3

2. Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik di Indonesia ........ 11

3. Data Kepemilikan Lahan Pertanian Tanaman Pangan .............. 34

4. Komposisi Bahan Baku Produksi 10 Ton Pupuk Organik

Bhineka I ................................................................................ 39

5. Ketersediaan Kotoran Hewan di Kecamatan Purwadadi .......... 40

6. Rincian Peralatan dan Fungsinya dalam Pembuatan Pupuk

Bhineka I ................................................................................ 42

7. Penjualan Pupuk Organik Tahun 2008 hingga September 2009 52

8. Penerimaan Usaha Pupuk Organik Bhineka I .......................... 63

9. Nilai Sisa Invetasi (Skenario I) ................................................ 64

10. Rincian Investasi Usaha Pupuk Organik Bhineka I (Skenario I) 65

11. Rincian Biaya Variabel Produksi 10 Ton Pupuk Organik

Tahun 2008 ............................................................................ 67

12. Rincian Biaya Variabel Produksi 10 Ton Pupuk Organik

Tahun 2009 ............................................................................. 67

13. Rincian Biaya Tetap Usaha Pupuk Organik Bhineka I ............. 67

14. Proyeksi Laporan Laba Rugi Usaha Usaha Bhineka I .............. 68

15. Hasil Analisis Kelayakan Finansial (Skenario I) ..................... 68

16. Hasil Analisis Sensitivitas (Skenario I) .................................... 70

17. Penerimaan Pupuk Organik (Skenario II) ................................ 71

18. Rincian Penambahan Biaya Investasi (Skenario II) .................. 71

19. Rincian Biaya Variabel per Tahun (Skenario II) ...................... 72

20. Rincian Biaya Tetap (Skenario II) .......................................... 73

21. Rincian Laba Rugi Usaha Bhineka I pada (Skenario II) .......... 74

22. Hasil Analisis Kelayakan Finansial (Skenario II) ..................... 74

23. Hasil Analisis Sensitivitas (Skenario II) .................................. 75

24. Perbandingan Hasil Analisis Kelayakan Finansial

Skenario I dan II ...................................................................... 74

Page 12: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

99

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Grafik Peningkatan Konsumsi Urea di Indonesia ................... 1

2. Kerangka Pemikiran ................................................................ 24

3. Struktur Organisasi Kelompok Tani Bhineka I ........................ 36

4. Skema Pembuatan Pupuk Organik Poktan Bhineka I ............... 43

5. Susunan Tumpukan Kompos .................................................. 45

6. Bagan Pola Distribusi Langsung Pupuk Organik Bhineka I ..... 55

7. Bagan Pola Distribusi Tidak Langsung Pupuk Organik Bhineka I 55

8. Bagan Organisasi Usaha Pupuk Organik Poktan Bhineka I ...... 57

9. Grafik Arus Manfaat Skenario I dan Skenario II ...................... 76

Page 13: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

100

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Komposisi Unsur Hara Kotoran ternak dari Beberapa Jenis

Ternak di Indonesia ............................................................... 82

2. Komposisi dan Aplikasi Bahan Aditif untuk Memperbaiki

Kondisi Proses Dekomposisi dan Kualitas Kompos ................. 83

3. Alokasi penggunaan Lahan Desa Blendung Tahun 2007 ........ 84

4. Gambar Bahan Baku Pupuk Organik ....................................... 85

5. Gambar Proses Produksi Pupuk Organik ................................. 86

6. Diagram Grant Siklus Produksi ............................................... 87

7. Layout Usaha Pupuk Organik Bhineka I .................................. 89

8. Rincian Biaya Investasi dan Reinvestasi Skenario I ................. 91

9. Rincian Biaya Penyusutan Skenario I ...................................... 92

10. Cashflow Usaha pupuk Organik Bhineka I Skenario I ............. 93

11. Analisis Sensitivitas terhadap Penurunan Harga Jual

Skenario I ............................................................................... 95

12. Analisis Sensitivitas terhadap Kenaikan Harga Bahan

Baku Skenario I....................................................................... 96

13. Analisis Sensitivitas terhadap Kenaikan Harga Upah

Skenario I ................................................................................ 97

14. Rincian Biaya Investasi, Reinvestasi dan Nilai Sisa Usaha

Skenario II .............................................................................. 98

15. Rincian Biaya Penyusutan Skenario II ..................................... 99

16. Cashflow Usaha Pupuk Organik Skenario II ............................ 100

17. Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Harga Jual

Skenario II .............................................................................. 102

18. Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Harga Bahan Baku

Skenario II ............................................................................. 103

19. Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah Skenario II ...... 104

Page 14: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

101

I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Semenjak dimulainya revolusi hijau (1970-an), kondisi lahan pertanian

khususnya lahan pertanian intensif di Indonesia semakin kritis. Sebagian besar

lahan pertanian Indonesia mengalami degradasi yang menggerus kandungan

bahan organik tanah sehingga menurunkan produktifitas lahan. Hasil penelitian

Balai Penelitian Tanah (Balitan) 2005 menunjukkan bahwa sebagian besar lahan

pertanian di Indonesia, baik lahan kering maupun lahan sawah, mempunyai

kandungan bahan organik (BO) sangat rendah yaitu kurang dari dua persen

(<2%). Padahal BO sangat berperan sebagai faktor pengendali (regulating factor)

dalam proses-proses penyediaan hara bagi tanaman dan mempertahankan struktur

tanah. Rendahnya kandungan hara menyebabkan kebutuhan lahan terhadap

pupuk anorganik sebagai asupan hara semakin meningkat. Urea adalah salah satu

pupuk anorganik yang pada umumnya digunakan petani Indonesia sebagai asupan

hara pokok tanaman. Total konsumsi pupuk urea di Indonesia meningkat dari 0,39

juta ton (1975) menjadi 5,9 juta ton (2008).

Gambar 1: Grafik Peningkatan Konsumsi Urea di Indonesia

Akan tetapi, peningkatan kebutuhan tersebut tidak diikuti dengan peningkatan

ketersediaan pupuk urea sehingga mengakibatkan kelangkaan pupuk dan kenaikan

harga urea di pasar. Dampaknya secara tidak langsung adalah kesejahteraan petani

yang semakin terancam. Kenaikan harga pupuk urea menyebabkan peningkatan

biaya usaha tani dan penurunan pendapatan usaha tani. Kenaikan harga urea juga

meningkatkan beban pemerintah karena anggaran subsidi ikut meningkat. Pada

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

1975 1985 1990 1995 2000 2005 2008

Ton

Tahun

Page 15: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

102

tahun 2009, anggaran subsidi urea mencapai Rp 7 Triliun untuk 5,5 ton urea dan

pada tahun 2010 mencapai Rp 11 Triliun untuk 6 ton urea1. Salah satu alternatif

dalam penyelesaian masalah penurunan produktifitas lahan dan kelangkaan pupuk

adalah sistem pemupukan terpadu dimana penggunaan pupuk anorganik dikurangi

dengan penambahan pupuk organik dalam komposisi pemupukan. Pupuk organik

adalah pupuk yang bahan bakunya berasal dari sisa makhluk hidup yang telah

mengalami proses pembusukan oleh mikroorganisme pengurai. Pupuk organik

biasanya berasal dari pengomposan kotoran ternak,sisa panen seperti jerami dan

sampah kota. Hasil penelitian pengembangan sistem integrasi tanaman-ternak

(Crops Livestock System, CLS) pada lahan percobaan di Jawa Tengah dan Jawa

Timur, pemanfaatan limbah kotoran ternak sebagai pupuk organik dapat

mengurangi pemakaian pupuk anorganik 25-35 persen dan meningkatkan

produktivitas 20-29 persen. Mengacu pada hasil penelitian tersebut, pengurangan

pemakaian pupuk anorganik dapat meningkatkan pendapatan usaha tani sebesar

20-29 persen dan menghemat anggaran subsidi pemerintah sekitar 30 persen atau

sekitar Rp 3,3 Triliun pada tahun 2010.

Pengembangan industri pupuk organik tidak hanya berdasarkan atas

faktor kerusakan lahan tetapi juga nilai bisnis dan ekonominya. Pertanian organik

mengalami perkembangan yang pesat sehingga permintaan pupuk organik ikut

meningkat. International Federation for Organic Agriculture Movement

(IFOAM), sebuah organisasi internasional yang menjadi payung gerakan organik

seluruh dunia, memprediksi bahwa pertumbuhan pasar organik berada di kisaran

20-30 persen setiap tahun.

Pengembangan pertanian organik mendapat dukungan besar dari

pemerintah melalui program Go Organik yang dicanangkan sejak tahun 2005.

Pada tahun anggaran 2007, Departemen Pertanian (Deptan) mengalokasikan dana

Rp 30 Milyar untuk pengembangan pertanian organik dan lingkungan hidup.

Anggaran dialokasikan ke semua Direktorat jendral (Ditjen) teknis di bawah

Deptan yang memiliki program-program teknis pengembangan pertanian organik.

Program-program yang mendapatkan dukungan ini berupa pengembangan pilot

1 Koran Republika. Harga Eceran Pupuk Urea 2010 Naik . Jumat, 11 September 2009

Page 16: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

103

proyek organik, seperti sosialisasi pertanian organik, studi kelayakan,

pengembangan saprodi organik, pengenalan budidaya, panen dan sertifikasi

organik. Selain itu, Deptan juga akan memberikan dukungan bagi kelompok tani

berupa pemberian kredit usaha 2.

Pemerintah mulai menggalakkan pengembangan

pertanian organik beberapa tahun terakhir. Pengembangan pertanian organik di

Indonesia mengacu pada sasaran Revitalisasi Pertanian Perikanan dan Kehutanan

(RPPK) 2005 yang antara lain berkaitan dengan aspek produktifitas dan efisiensi,

khususnya pada tanaman yang membutuhkan produksi besar dan menyangkut

hajat hidup orang banyak seperti tanaman pangan.

Industri pupuk di Indonesia pada umumnya terdiri dari usaha kecil

menengah dan bersifat parsial. Hal ini mengakibatkan kebutuhan pupuk organik

di Indonesia masih belum terpenuhi karena ketersediaan pupuk organik masih

relatif kecil dan akses untuk memperolehnya relatif sulit. Menurut data dari

Deptan pada tahun 2008 bahwa kebutuhan pupuk organik baru dapat dipenuhi

sebesar 2 persen dari total kebutuhan sebesar 17.000.000 ton. Hal tersebut

menunjukkan bahwa potensi pasar industri pupuk organik di Indonesia sangat

besar.

Tabel 1. Kebutuhan dan Ketersediaan Berbagai Jenis Pupuk di

Indonesia Tahun 2008 Jenis Pupuk Kebutuhan

(Ton)

Ketersediaan

Pupuk (Ton)

Selisih (Ton)

Urea 5.817.974 4.300.000 1.517.917

Sp-36 2.443.169 800.000 1.643.169

ZA 1.164.744 700.000 467.744

NPK 1.269.406 900.000 369.406

Organik 17.000.000 345.000 16.655.000

Sumber : www.deptan.go.id

Kabupaten Subang adalah salah satu kabupaten yang berperan besar dalam

ketahanan pangan nasional sebagai salah satu lumbung padi nasional yang

menyumbangkan produksi padi mencapai 1.020.606 ton terhadap stok padi

2 www.biocert.or.id/.../edition_87fdaf7e36e714da66073a3ce1a2741cc39f86ad.pdf Rp 30 milyar

Untuk Pengembangan Pertanian Organik.2007. Diakses pada tanggal 6 juli 2009

Page 17: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

104

nasional. Subang mengarahkan pengembangan ekonomi daerah berbasis pertanian

yang tertuang dalam visi Pemerintah Kabupaten (Pemkab Subang). Subang

sebagai salah satu kabupaten yang mengembangkan program Go organik 2010.

Langkah awal kebijakan Go Organik 2010 yang dilakukan Pemkab Subang yaitu

melakukan pengalihan secara bertahap pemakaian input-input pertanian anorganik

menjadi organik. Salah satunya adalah mengurangi pemakaian pupuk anorganik

dan mensubstitusikannya dengan pupuk organik. Tujuan utama dari

pensubstitusian penggunaan pupuk anorganik menjadi organik adalah

menyehatkan lahan pertanian di Kabupaten Subang. Untuk mendukung kebijakan

tersebut, langkah yang diambil adalah menumbuh-kembangkan industri kecil

pupuk organik. Pada tahun 2007, Pemkab Subang memberikan bantuan dana

sekitar Rp 1 Milyar kepada 32 pelaku usaha yang ingin mendirikan usaha pupuk

organik dan mengembangkannya. Sebagian besar pelaku usaha tersebut adalah

kelompok tani yang tersebar di beberapa desa di Kabupaten Subang. Pelaku-

pelaku usaha tersebut kemudian membentuk APPOS (Asosiasi Produsen Pupuk

Organik Subang). Kelompok Tani (Poktan) Bhineka I adalah salah satu UKM

yang tergabung dalam APPOS yang menjalani usaha pupuk organik sejak awal

tahun 2008.

1.2 Perumusan Masalah

Salah satu alasan penting pengembangan pertanian organik adalah

kerusakan lahan pertanian yang semakin buruk. Penggunaan pupuk kimia yang

terus-menerus menjadi penyebab menurunnya kesuburan lahan bila tidak

diimbangi dengan penggunaan pupuk organik. Hasil penelitian Lembaga

Penelitian Tanah (LPT) menunjukkan bahwa 79 persen tanah sawah di Indonesia

memiliki bahan organik (BO) yang sangat rendah 3. Kondisi ini berarti bahwa

sawah di Indonesia sudah sangat miskin hara bahkan dapat dikatakan sakit

sehingga tidak hanya membutuhkan makanan (pupuk kimia), namun juga

memerlukan penyembuhan. Cara penyembuhannya adalah dengan menambahkan

3 http://www.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=60687. Falik Rusdayanto.

Potensi pasarproduk pertanian organik. 2007. Diakses pada tanggal 13 Juni 2009.

Page 18: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

105

BO yang telah diolah menjadi pupuk organik sehingga tanah dapat menjadi lebih

sehat. Untuk meningkatkan kandungan BO, dibutuhkan tambahan bahan-bahan

organik (pupuk organik) berkisar 5-10 ton/ha.

Faktor penting dari pengembangan pertanian organik adalah ketersediaan

input-input yang menunjang sistem pertanian organik, dimana salah satunya

adalah ketersediaan pupuk organik. Dari data Departemen Pertanian tahun 2008,

kebutuhan pupuk organik baru dapat dipenuhi 2 persen dari total kebutuhan

sebesar 17 juta ton. Kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi karena jumlah

industri pupuk organik yang berkembang di Indonesia sangat lambat. Pupuk

organik hanya diproduksi secara parsial dengan skala industri rumah tangga

(home industry) sehingga jumlah produksi yang dihasilkan relatif kecil dan tidak

kontinu. Oleh karena itu, industri pupuk organik di Indonesia sangat penting dan

prospektif untuk dikembangkan. Kebutuhan pupuk organik yang tinggi sedangkan

ketersediaannya tidak mencukupi menunjukkan suatu peluang bisnis yang

prospektif. Gap yang besar antara kebutuhan dan ketersediaan pupuk organik

menunjukkan market potential pupuk organik cukup besar. Market potential yang

besar tersebut menjadi peluang pasar bagi para produsen untuk mengembangkan

usaha pupuk organik.

Kabupaten Subang memiliki luas areal pertanian sebesar 63 persen

(129.975 Ha) dari total luas lahan (205.176 Ha). Berdasarkan anjuran pemakaian

bahan organik (Balitan 2005) dimana setiap hektar lahan memerlukan minimal 2

ton pupuk organik per tahun, maka kebutuhan pupuk organik Subang sekitar

259.950 ton per tahun. Akan tetapi, menurut ketua APPOS, Bapak Suta Suntana,

produksi pupuk organik di Subang hanya mencapai 200 ton per bulan atau 2200

ton per tahun pada tahun 2009. Hal ini dikarenakan usaha pembuatan pupuk

organik baru berkembang sejak tahun 2007 dan rata-rata skala usahanya masih

tergolong dalam usaha kecil. Poktan Bhineka I adalah salah satu pelaku usaha

pembuatan pupuk organik di Subang yang tergabung dalam APPOS. Poktan ini

baru menjalankan usaha pembuatan organik sejak awal tahun 2008. Pendirian

usaha ini mendapat bantuan Pemkab Subang senilai Rp 32.000.000. Penjualan

pupuk organik Poktan Bhineka I meningkat 90 persen dari 120 ton pada tahun

2008 menjadi 230 ton pada September 2009. Menurut pengelola permintaan

Page 19: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

106

pupuk organik sangat tinggi sehingga terkadang tidak dapat dipenuhi. Pada bulan

Juli 2009 terjadi penolakan permintaan sebesar 20 ton. Alasan penolakan

permintaan karena usaha ini memiliki kapasitas produksi yang terbatas. Usaha

Poktan Bhineka I hanya mampu menghasilkan 25 ton pupuk per bulan. Oleh

karena itu, pengelola Poktan Bhineka I berencana meningkatkan kapasitas usaha

menjadi dua kali lipat untuk memenuhi permintaan pasar.

Penelitian ini mengkaji kelayakan usaha pupuk organik Poktan Bhineka I

dalam jangka waktu sepuluh tahun. Analisa kelayakan usaha ditinjau dari aspek

finansial dan non finansial untuk menentukan keputusan mengenai layak atau

tidaknya suatu usaha dijalankan hingga kemudian ditingkatkan kapasitas

produksi. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa perumusan

masalah dalam penelitian ini diantaranya :

1. Bagaimana kelayakan usaha pupuk organik yang telah dijalankan oleh

Poktan Bhineka I selama ini bila ditinjau dari aspek non finansial dan

finansial?

2. Bagaimana kelayakan usaha pupuk organik Poktan Bhineka I bila dilakukan

peningkatan kapasitas produksi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan perumusan masalah, maka

penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis kelayakan finansial dan non finasial usaha pupuk organik

Poktan Bhineka I yang telah berjalan

2. Menganalisis kelayakan usaha pupuk organik Poktan Bhineka I bila

kapasitas produksi ditingkatkan

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi

berbagai pihak yaitu:

1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah pengalaman dan latihan dalam

menerapkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama kuliah.

Page 20: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

107

2. Bagi Perusahaan, penelitian ini dapat menjadi referensi dan membantu

perusahaan dalam mengambil keputusan pelaksanaan dan pengembangan

usaha pupuk organik oleh Kelompok Tani Bhineka I

3. Bagi pembaca diharapkan dapat memberikan informasi bagi penelitian dan

pengembangan lebih lanjut mengenai bisnis pupuk organik.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menganalisis kelayakan usaha pupuk organik yang

dijalankan oleh Kelompok Tani Bhineka I di Desa Blendung, Kabupaten Subang

dalam jangka waktu 10 tahun, dimulai dari berjalannya usaha pupuk organik

Poktan Bhineka I (tahun 2008). Analisis kelayakan usaha dilakukan dengan

menganalisis aspek non finansial dan finansial. Aspek non finansial dijelaskan

secara deskriptif dan aspek finansial ditentukan berdasarkan proyeksi arus kas

usaha.

Page 21: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

108

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Pupuk Organik

Berdasarkan komponen utama penyusunnya, pupuk dibedakan atas pupuk

organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik yaitu pupuk yang bahan bakunya

berasal dari sisa makhluk hidup yang telah mengalami proses pembusukan oleh

mikroorganisme pengurai sehingga warna, rupa, tekstur, dan kadar airnya tidak

serupa lagi dengan aslinya. Pupuk anorganik yaitu pupuk yang bahan bakunya

berasal dari bahan mineral, senyawa kimia yang telah diubah menjadi proses

produksi sehingga menjadi bentuk senyawa kimia yang dapat diserap tanaman.

Dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No.2/Pert/Hk.060/2/2006

tentang pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri

atas bahan organik, berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui

proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair dan digunakan untuk

memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Definisi tersebut menunjukkan

bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan C-organik atau bahan

organik daripada kadar haranya. Nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda

dengan pupuk anorganik.

Karakteristik umum yang dimiliki pupuk organik adalah sebagai berikut :

1. Kandungan hara rendah

Kandungan hara pupuk organik pada umumnya rendah tapi bervariasi

tergantung pada jenis bahan dasarnya.

2. Ketersediaan unsur hara lambat

Hara yang berasal dari bahan organik diperlukan untuk kegiatan mikrobia

tanah kemudian dialihrupakan dari bentuk ikatan kompleks organik yang tidak

dapat dimanfaatkan oleh tanaman menjadi bentuk senyawa organik dan anorganik

sederhana yang dapat diserap oleh tanaman.

3. Menyediakan hara dalam jumlah terbatas

Penyediaan hara yang berasal dari pupuk organik biasanya terbatas dan

tidak dapat memenuhi asupan hara yang dibutuhkan tanaman.

Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang,

sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa),

limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah

Page 22: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

109

kota. Kompos merupakan produk pembusukan dari limbah tanaman dan hewan

hasil perombakan oleh fungi, aktinomiset, dan cacing tanah. Pupuk hijau

merupakan keseluruhan tanaman hijau maupun hanya bagian dari tanaman seperti

sisa batang dan tunggul akar misalnya sisa–sisa tanaman, kacang-kacangan, dan

tanaman paku air Azolla. Pupuk kandang merupakan hasil pengomposan kotoran

ternak. Limbah ternak merupakan limbah dari rumah potong berupa tulang-tulang,

darah, dan sebagainya. Limbah industri yang menggunakan bahan pertanian

contohnya seperti limbah pabrik gula, limbah pengolahan kelapa sawit,

penggilingan padi, limbah bumbu masak, dan sebagainya. Limbah kota yang

dapat menjadi kompos berupa sampah kota yang berasal dari tanaman, setelah

dipisah dari bahan-bahan yang tidak dapat dirombak misalnya plastik, kertas,

botol, dan kertas. Dalam penelitian ini, pupuk organik yang dimaksud adalah

pupuk organik yang sumber organiknya berasal dari pengomposan kotoran hewan,

jerami dan bahan lainnya.

2.1.1 Bahan-Bahan Penyusun Pupuk organik

Menurut Isroi (2009), bahan-bahan yang umumnya digunakan dalam

pembuatan pupuk organik adalah sebagai berikut :

1. Bahan Organik

a. Kompos

Kompos sebagai bahan baku utama dalam pembuatan pupuk

organik. Kompos adalah bahan organik padat yang telah mengalami

dekomposisi parsial. Bahan baku kompos adalah bahan organik padat,

seperti sampah organik, serasah, sisa daun, jerami dan lain-lain. Bahan

organik yang telah matang dalam proses pengomposan mempunyai rasio

C/N yang cukup rendah atau kurang dari 25.

b. Pupuk kandang

Pupuk kandang juga termasuk jenis kompos, tetapi berbahan baku

kotoran hewan. Pupuk kandang bisa dibuat dari kotoran ternak (sapi,

kambing, kerbau, unggas atau kotoran manusia). Kotoran ternak ayam,

sapi, kerbau, dan kambing mempunyai komposisi hara yang bervariasi

(Lampiran 1). Secara umum, kandungan hara kotoran ternak lebih rendah

daripada pupuk kimia sehingga takaran aplikasinya lebih besar.

Page 23: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

110

c. Gambut

Gambut mirip dengan kompos, namun proses dekomposisinya

belum sempurna. Gambut tidak dijadikan sebagai bahan baku utama pupuk

organik. Umumnya gambut digunakan sebagai bahan baku organik

tambahan untuk pupuk organik

2. Perekat

Perekat berfungsi untuk merekatkan pupuk organik agar pencampuran

bahan sempurna dan menghasilkan tekstur pupuk yang padat. Beberapa bahan

yang biasa digunakan sebagai perekat antara lain adalah molase, tepung tapioka,

kalsium, bentonit, kaoline dan lain sebagainya. Perekat ditambahkan dalam

jumlah sedikit (kurang dari 10 %).

3. Bahan Aditif (Bahan Tambahan)

Bahan aditif adalah semua bahan yang dapat ditambahkan saat

melaksanakan proses pengomposan dengan tujuan memperbaiki struktur kompos

dalam timbunan. Bahan-bahan aditif yang umumnya digunakan

a. Fosfat alam

Fosfat Alam ditambahkan untuk meningkatkan P didalam pupuk

organik.

b. Dolomit

Penambahan dolomit digunakan untuk meningkatkan kandungan

Magnesium (Mg) dalam pupuk organik.

c. Kapur Pertanian (kaptan)

Kaptan adalah kapur yang biasa digunakan dalam budidaya

pertanian untuk meningkatkan pH tanah, khususnya di tanah-tanah yang

bereaksi masam. Dalam pembuatan pupuk organik, kaptan juga berfungsi

untuk meningkatkan pH pupuk karena bahan-bahan dalam pupuk organik

bereaksi masam.

d. Zeolit

Zeolit memiliki pengaruh yang baik untuk tanah, yaitu dapat

meningkatkan kapasitas tukar kation tanah. Peningkatan kapasitas tukar

kation tanah akan meningkatkan efiensi penyerapan hara oleh tanaman.

Page 24: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

111

e. Abu atau arang sekam

Abu atau arang sekam memiliki kandungan K2O yang cukup tinggi yaitu

kurang lebih 30 persen. Penambahan abu atau arang sekam digunakan

untuk meningkatkan kandungan hara K.

Menurut Sutanto (2002), keberhasilan proses pengomposan dalam

pembuatan pupuk organik sangat tergantung pada kesesuaian komposisi bahan.

Perlakuan yang paling tepat terhadap bahan dasar untuk berlangsungnya proses

dekomposisi sangat tergantung pada karakteristik limbah organik yang digunakan

(Lampiran 2).

2.1.2 Standar Kualitas Pupuk organik

Mutu atau kualitas adalah segala hal yang menunjukkan keistimewaan atau

derajad keunggulan suatu produk. Menurut Sutanto (2002) spesifikasi dari pupuk

organik yang berkualitas baik adalah :

1. Kandungan total bahan organik minimal 20 persen

2. Kandungan lengas tidak boleh melampaui 15 persen hingga 25 persen.

Pada kenyataannya makin rendah kandungan air, maka kualitas pupuk

organik menjadi lebih baik.

3. Nisbah C/N dari bahan organik antara 10/1 sampai 15/1

4. Memiliki pH 6,5 hingga 7,5

Sedangkan standarisasi atas pupuk organik yang telah ditetapkan oleh Deptan

diuraikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik di Indonesia

No Parameter Kandungan

Padat Cair

1 C-organik (%) Min 16 > 6

2 C/N ratio 12 – 25 -

3 Kadar Air (%) < 2 -

4

Kadar logam berat

- As (ppm) < 10 < 10

- Hg (ppm) < 1 < 1

- Pb (ppm) < 50 <50

- Cd <10 <10

5 pH >4 - < 8 >4 - < 8

Page 25: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

112

No Parameter Kandungan

Padat Cair

6 Kadar total (N + P2O5 + K2O) (%) Dicantumkan Dicantumkan

7 Mikroba patogen (E, coli, salmonella) Dicantumkan Dicantumkan

8 Kadar unsur mikro (Zn, Cu, Co, Fe) (ppm) Dicantumkan Dicantumkan

2.2 Metode Pengomposan

Terdapat bermacam-macam metode pengomposan yang telah

dikembangkan di Indonesia, baik yang bersifat sederhana maupun modern sesuai

dengan skala industri. Masing-masing metode tersebut merupakan usaha untuk

memanipulasi agar mampu mempercepat laju proses pengomposan. Pemilihan

teknologi dan modifikasinya tergantung kepada jenis bahan yang akan

dikomposkan dan ketersediaan peralatan dan bahan pendukungnya.

a. Metode Indore

Metode pengomposan Indore biasa digunakan di Asia Selatan dan Asia

Tenggara. Prinsip dasar pengomposan metode Indore ada dua yaitu; (1)

menggunakan lubang galian (Indore Pit Method) dan (2) menggunakan timbunan

(Indore Heap Method). Metode Indore sesuai diterapkan di daerah yang bercurah

hujan tinggi dengan lama proses pengomposan kurang lebih tiga bulan.

b. Metode Bangalore

Metode pengomposan ini dikembangkan di Bangalore India pada tahun

1939. Timbunan bahan disusun sama seperti metode Indore tetapi lubang

dipersempit 60 cm dan dilapisi limbah cair. Proses dekomposisi yang berlangsung

akan mempertahankan hara yang dikandung dan bahan kompos lebih kaya

nitrogen dibandingkan metode Indore. Metode ini cocok untuk wilayah yang

memiliki curah hujan yang rendah.

c. Metode Berkeley

Pada metode ini, bahan yang dikomposkan merupakan campuran bahan

organik kaya selulosa dan bahan organik kaya nitrogen. Proses pengomposannya

terjadi dengan cepat dan dalam waktu yang relatif singkat

d. Metode Vermikompos

Vermikompos merupakan bahan campuran hasil proses pengomposan

bahan organik yang memanfaatkan kegiatan cacing tanah.

Page 26: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

113

e. Metode Jepang

Dalam metode ini, lubang galian diganti dengan bak penampung yang

terbuat dari anyaman bambu. Dengan metode ini, kehilangan nitrat dapat

dihindarkan.

2.3 Program Go Organik 2010

Program pengembangan pertanian organik (Go Organik 2010) adalah salah

satu pilihan program untuk mempercepat terwujudnya pembangunan agribisnis

berwawasan lingkungan (eco-agribisnis) guna meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, khususnya petani. Program ini dicanangkan pemerintah mulai tahun

2005. Misi yang diemban dalam program Go Organik 2010 adalah meningkatkan

kualitas hidup masyarakat dan kelestarian lingkungan alam Indonesia, dengan

mendorong berkembangnya pertanian organik yang berdaya saing dan

berkelanjutan. Tujuan yang ingin dicapai dalam program Go Organik 2010 adalah

mewujudkan Indonesia sebagai salah satu produsen dan pengekspor pangan

organik utama di dunia pada tahun 2010. Sesuai dengan fungsinya sebagai

fasilitator dan katalis pembangunan, maka serangkaian strategi yang dilakukan

pemerintah dalam hal ini departemen pertanian untuk mewujudkan Go organik

2010 antara lain:

1. Memasyarakatkan pertanian organik kepada konsumen

2. Memfasilitasi percepatan, penguasaan, penerapan, pengembangan, dan

penyebarluasan teknologi pertanian organik

3. Memfasilitasi kerjasama terpadu antar masyarakat agribisnis untuk

mengembangkan sentra-sentra pertumbuhan pertanian organik

4. Memberdayakan potensi dan kekuatan masyarakat untuk mengembangkan

infrastruktur fisik dan kelembagaan pendukung pertanian organik

5. Merumuskan kebijakan, norma, standar teknis, sistem dan prosedur yang

kondusif untuk pengembangan pertanian organik.

2.4 Definisi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Definisi usaha mikro Menurut Keputusan Menteri Keuangan No.

40/KMK.06/2003, tentang Pendanaan Kredit Usaha Mikro dan Kecil, adalah

Page 27: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

114

usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia (WNI)

dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100.000.000 per tahun.

Definisi usaha kecil Menurut UU No. 9/1995, adalah: (1) Usaha produktif

milik WNI, yang berbentuk badan usaha orang perorangan, badan usaha yang

tidak berbadan hukum, atau badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi, (2)

Bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung, dengan Usaha

Menengah atau Besar (UMB), dan (3) Memiliki kekayaan bersih paling banyak

Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki

hasil penjualan paling banyak Rp. 100.000.000 per tahun. Berdasarkan Keputusan

Menteri Keuangan (Kepmenkeu) 571/KMK 03/2003 maka pengusaha kecil adalah

pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan barang kena pajak

dan atau jasa kena pajak dengan jumlah peredaran bruto dan atau penerimaan

brutto tak lebih dari Rp 600.000.000.

Definisi usaha menengah menurut Instruksi Presiden (Inpres) No. 10/1999,

tentang Pemberdayaan Usaha Menengah adalah ; (1) Usaha produktif milik WNI,

yang berbentuk badan usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan

hukum, atau badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi; (2) Berdiri sendiri,

dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung, dengan usaha

besar, (3) Memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000, sampai

denganb Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,

atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100.000.000 per tahun.

2.5 Penelitian Terdahulu

Mujiati (2004) menyatakan bahwa berdasarkan hasil analisis kelayakan

finansial pada tingkat diskonto 12 persen, 16 persen dan 18 persen, usaha

pengomposan layak untuk diusahakan. Namun usaha pengomposan ini sensitif

terhadap perubahan harga input variabel, harga output dan kapasitas produksi.

Pada kenaikan harga input variabel, penurunana harga output dan penurunan

kapasitas produksi masing-masing 1 persen, usaha ini layak pada tingkat diskonto

12 persen, akan tetapi tidak layak pada tingkat 18 persen.

Page 28: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

115

Manalu (2006) dalam penelitiannya mengenai kelayakan finansial usaha

kompos limbah ternak sapi perah di CV Cisarua Integrated Farming 2006

menyimpulkan bahwa usaha tersebut dikatakan layak untuk dijalankan dengan

pertimbangan NPV positif dalam keadaan normal dengan DR (14 % − 20 %) dan

BCR (Benefit Cost Ratio) lebih besar dari satu. Dalam usaha ini, komposisi

limbah ternak sebesar 60 persen dari total bahan baku, harga limbah ternak Rp

2500 per karung dan harga jual pupuk sebesar Rp 750 per kilogram dalam skala

kecil dan Rp 400 per kilogram dalam skala besar.

Widiastuti (2008) dalam penelitiannya mengenai studi kelayakan usaha

pupuk organik cair di PT Mulyo Tani Tani, menyimpulkan bahwa usaha tersebut

layak dijalankan dengan pertimbangan NPV bernilai positif (Rp 2.159.141) dan

IRR 15 persen dengan tingkat DR sebesar 12 persen. Berdasarkan analisis

sensitifitas yang dilakukan dalam penelitian tersebut, usaha pupuk organik cair

sangat sensitif terhadap perubahan harga bahan baku, dan jika terjadi kenaikan

bahan baku 10 persen menyebabkan usaha tersebut tidak layak untuk dijalankan.

Khaddafy (2009) dalam penelitiannya mengenai kelayakan usaha pupuk

organik di CV Saung Wira di Kabupaten Bogor didapat kesimpulan bahwa usaha

tersebut layak dijalankan pada kondisi normal dengan nilai NPV > 0

(121.292.526), Net B/C >1 (3,22), IRR 47,88 persen dan PP 2,28. Dalam usaha

tersebut, asumsi yang digunakan adalah harga jual Rp 2000 per kilogram.

Dalam penelitian ini, usaha pupuk organik yang diteliti merupakan usaha

kecil yang dikelola oleh kelompok tani di Kabupaten Subang. Usaha ini didirikan

dengan bantuan pemerintah Kabupaten Subang. Analisis yang dilakukan meliputi

analisis aspek finansial dan non finansial. Analisis aspek non finansial dijelaskan

secara deskriptif mengenai: (1) Aspek Teknis dan teknologi, (2) Aspek

Pemasaran, (3) Aspek Manajemen, (5) Aspek Hukum, dan (4) Aspek Sosial dan

Lingkungan. Analisis aspek finansial dalam penelitian ini menggunakan laporan

laba rugi dan arus kas dalam menentukan NPV, IRR, Net B/C dan PP. Dalam

aspek finansial juga dilakukan analisis sensitivitas menggunakan switching value.

Page 29: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

116

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Studi Kelayakan Proyek

Menurut Gray et al (1985), proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat

direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan

mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit. Menurut Gittinger

(1986) proyek yang bergerak dalam bidang pertanian adalah suatu kegiatan

investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang modal

yang dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode

waktu. Sumber-sumber yang dimaksud dapat berupa barang-barang modal, tanah,

bahan setengah jadi, bahan mentah, tenaga kerja dan waktu.

Menurut Subagyo (2007), Objek studi kelayakan terbagi dalam 3 jenis

yang berbeda, yaitu :

1. Pendirian, berarti objek yang dipelajari dan diteliti merupakan usaha baru

yang akan didirikan

2. Pengembangan, berarti objek yang dikaji usahanya sudah berdiri dan

mempunyai rencana untuk dikembangkan terutama pada aspek-aspek

tertentu, misalnya pembelian teknologi baru karena adanya permintaan

pasar yang meningkat.

3. Merger atau akuisisi, berarti objek merupakan usaha yang sudah berdiri

kemudian digabungkan dan diambil alih oleh perusahaan lain.

Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang kemampuan suatu

proyek dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Suwarsono, 2000). Suatu

proyek dapat dikatakan berhasil apabila memenuhi kriteria manfaat investasi

sebagai berikut :

1. Manfaat ekonomis proyek terhadap proyek itu sendiri (umumnya disebut

sebagai manfaat finansial).

2. Manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (disebut juga

manfaat ekonomi nasional).

3. Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat di sekitar proyek.

Tujuan dilakukan analisis proyek adalah (1) untuk mengetahui tingkat keuntungan

yang dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, (2) menghindari pemborosan

Page 30: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

117

sumber-sumber, yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak

menguntungkan, (3) mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada

sehingga kita dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan, dan

(4) menentukan prioritas investasi (Gray, et al, 1992).

Dalam penelitian ini, ada enam aspek yang dipertimbangkan dalam

mengambil keputusan yaitu :

1. Aspek Pasar

Untuk mencapai hasil pemasaran yang diinginkan, suatu perusahaan harus

menggunakan alat-alat pemasaran yang membentuk suatu bauran pemasaran.

Adapun yang dimaksud dengan bauran pemasaran menurut Kottler (2002) yaitu

seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan terus menerus untuk

mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Analisis aspek pasar mencakup

permintaan, penawaran, harga, program pemasaran yang akan digunakan, serta

perkiraan penjualan.

2. Aspek Teknis

Aspek teknis mencakup masalah penyediaan sumber-sumber dan

pemasaran hasil-hasil produksi, seperti lokasi proyek, besaran skala operasional

untuk mencapai kondisi yang ekonomis, kriteria pemilihan mesin dan equipment,

layout, proses produksi, serta ketepatan penggunaan teknologi.

3. Aspek Manajemen

Tujuan analisis kelayakan usaha dari aspek manajemen adalah untuk

mengetahui apakah pembangunan dan implementasi usaha dapat direncanakan,

dilaksanakan dan dikendalikan, sehingga pada akhirnya rencana usaha dapat

dikatakan layak atau tidak layak. Aspek-aspek yang diperhatikan pada studi

kelayakan terdiri dari manajemen pada masa pembangunan yaitu pelaksana

proyek, jadwal penyelesaian proyek, dan pelaksana studi masing-masing aspek,

dan manajemen pada saat operasi yaitu bentuk organisasi, struktur organisasi,

deskripsi jabatan, personil kunci, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan

4. Aspek Hukum

Aspek hukum terdiri dari bentuk usaha yang akan digunakan, jaminan-

jaminan yang dapat diberikan apabila hendak meminjam dana seperti akta,

sertifikat dan izin yang diperlukan dalam menjalankan usaha.

Page 31: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

118

5. Aspek Sosial Lingkungan

Aspek sosial lingkungan terdiri dari pengaruh proyek terhadap

peningkatan kesejahteraan masyarakat, peluang kerja, dan pengembangan wilayah

dimana proyek dilaksanakan.

6. Aspek Finansial

Aspek finansial terdiri dari uraian mengenai modal kerja, modal investasi,

menganalisis laporan keuangan dan arus kas usaha dan memutuskan apakah usaha

ini layak berdasarkan indikator-indikator finansial.

3.1.2 Teori Biaya dan Manfaat

Dalam menganalisa suatu proyek tujuan analisa harus disertai dengan

definisi biaya dan manfaat. Biaya diartikan sebagai salah satu yang mengurangi

suatu tujuan, sedangkan manfaat adalah segala sesuatu yang membantu

terlaksananya suatu tujuan (Gittinger, 1986). Biaya dapat juga didefinisikan

sebagai pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan

terhadap manfaat yang diterima. Biaya dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya

bersifat jangka panjang, seperti tanah , bangunan, pabrik, dan mesin.

2. Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang

diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan baku

dan biaya tenaga kerja.

3. Biaya lainnya, seperti pajak, bunga, dan pinjaman.

Manfaat dapat diartikan sebagai suatu yang dapat menimbulkan kontribusi

terhadap suatu proyek. Manfaat proyek dapat dibedakan menjadi :

1. Manfaat langsung yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan

dirasakan sebagai akibat dari investasi seperti peningkatan pendapatan dan

kesempatan kerja.

2. Manfaat tidak langsung yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh dengan

tidak langsung dari proyek dan bukan merupakan tujuan utama proyek.

Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan

suatu proyek yang dilaksanakan adalah kriteria investasi. Dasar penilaian investasi

adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari

investasi tersebut dengan manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai perbedaannya

Page 32: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

119

adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari investasi dengan

adanya proyek (Gittinger, 1986).

3.1.3 Analisis Kelayakan Investasi

Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan

biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Dalam mengukur manfaat suatu proyek

dapat digunakan dua cara. Pertama, menggunakan perhitungan berdiskonto, yaitu

suatu teknik yang dapat “menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang

akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang. Kedua,

menggunakan perhitungan tidak berdiskonto. Perbedaan dua cara ini terletak pada

konsep Time Value of Money yang digunakan pada model perhitungan

berdiskonto. Model perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum

dibandingkan perhitungan berdiskonto yaitu ukuran tersebut belum

mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus manfaat yang

diterima (Gittinger, 1986).

Konsep Time Value of Money menyatakan bahwa nilai sekarang (present

value) adalah lebih baik daripada nilai yang sama pada masa yang akan datang

(future value) yang disebabkan dua hal, yaitu: (1) time preference (sejumlah

sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat ini lebih disenangi dibandingkan

jumlah yang sama yang tersedia di masa yang akan datang), (2) Produktifitas atau

efisiensi modal (modal yang dimiliki saat ini memiliki peluang untuk

mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang melalui kegiatan yang

produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi masyarakat secara

keseluruhan (Kadariah, 2001).

Kedua unsur tersebut berhubungan secara timbal balik di dalam pasar

modal untuk menentukan tingkat harga modal yaitu tingkat suku bunga, sehingga

dengan tingkat suku bunga dapat dimungkinkan untuk membandingkan arus

biaya dan manfaat yang penyebarannya dalam waktu yang tidak merata. Untuk

tujuan itu, tingkat suku bunga ditentukan melalui proses “discounting”

(Kadariah,2001).

Page 33: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

120

3.1.4 Analisis Finansial

Analisis finansial adalah analisis yang digunakan untuk membandingkan

antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan

menguntungkan selama umur proyek (Husnan dan Suwarsono, 2000). Analisis

Finansial terdiri dari:

3.1.4.1 Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode

waktu tertentu berdasarkan konsep penandingan atau pengaitan. Menurut Warren,

et al (2005) laporan laba rugi melaporkan kelebihan pendapatan yang dihasilkan

selama periode terjadinya beban tersebut. Kelebihan ini disebut laba bersih atau

keuntungan bersih. Jika beban melebihi pendapatan, maka disebut kerugian.

Adanya laporan laba rugi akan memudahkan untuk menentukan besarnya aliran

kas tahunan yang diperoleh suatu perusahan (Nurmalina, Sarianti dan Karyadi,

2009).

3.1.4.2 Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus

kas yang ditimbulkan oleh investasi. Menurut Keown (2004), NPV diartikan

sebagai nilai bersih sekarang dari arus kas tahunan setelah pajak dikurangi dengan

pengeluaran awal. Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga

yang relevan. Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu:

a. NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu memberikan tingkat

pengembalian sebesar modal sosial Opportunity Cost faktor produksi

normal. Dengan kata lain, proyek tersebut tidak untung maupun rugi.

b. NPV > 0, artinya suatu proyek dinyatakan menguntungkan dan dapat

dilaksanakan.

c. NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang

dipergunakan, atau dengan kata lain proyek tersebut merugikan dan

sebaiknya tidak dilaksanakan.

3.1.4.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio)

Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) merupakan angka

perbandingan antara present value dari net benefit yang positif dengan present

Page 34: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

121

value dari net benefit yang negatif. Kriteria investasi berdasarkan Net B/C Rasio

adalah:

a. Net B/C = 1, maka NPV = 0, artinya proyek tidak untung ataupun rugi

b. Net B/C > 0, maka NPV > 0, artinya proyek tersebut menguntungkan

c. Net B/C < 0, maka NPV < 0, proyek tersebut merugikan

3.1.4.4 Internal Rate Return (IRR)

Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang menyebabkan present

value kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang

diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan Net

Present value (NPV) sama dengan nol.

Menurut Gittinger (1986) IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan intern

tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan

persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga yang dapat dibayar oleh

proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila

memiliki nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan suatu

investasi dianggap tidak layak apabila memiliki nilai IRR yang lebih kecil dari

tingkat suku bunga yang berlaku.

3.1.4.5 Payback Period (PP)

Payback Period atau tingkat pengembalian investasi merupakan suatu

metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur

periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal kembali, maka

akan semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang kembali

dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan lain (Husnan dan Suwarsono,

1999).

3.1.5 Analisis Sensitivitas

Analisis senstivitas dilakukan untuk meneliti kembali analisa kelayakan

proyek yang telah dilakukan. Tujuannya yaitu untuk melihat pengaruh yang akan

terjadi apabila keadaan berubah. Hal ini merupakan suatu cara untuk menarik

perhatian pada masalah utama proyek yaitu proyek selalu menghadapi

ketidakpastian yang dapat terjadi pada suatu keadaan yang telah diramalkan

(Gittinger, 1986).

Page 35: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

122

Pada proyek di bidang pertanian terdapat empat masalah utama yang

mengakibatkan proyek sensitif terhadap perubahan, yaitu:

a. Perubahan harga jual

b. Keterlambatan pelaksanaan proyek

c. Kenaikan biaya

d. Perubahan volume produksi

Untuk menentukan ukuran sensitivitas, digunakan formula switching value.

Menurut Gittinger (1986), analisis switching value adalah suatu analisa untuk

dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-

ubah. Pendekatan switching value (nilai ganti), mencari beberapa perubahan

maksimum yang dapat ditolerir agar proyek masih bisa dilaksanakan. Perubahan-

perubahan yang terjadi misalnya perubahan pada tingkat produksi, harga jual

output maupun kenaikan harga input. Analisis ini dilakukan dengan teknik trial-

error terhadap perubahan yang terjadi sehingga dapat diketahui tingkat kenaikan

dan penurunan maksimum yang boleh terjadi dalam suatu usaha. Switching value

menggambarkan tingkat perubahan tertentu yang menyebabkan NPV mendekati

atau sama dengan nol, IRR sama dengan tingkat suku bunga dan Net B/C sama

dengan satu. Parameter yang diambil adalah perubahan yang sangat

mempengaruhi kelayakan usaha. Dalam penelitian ini, parameter yang diambil

yaitu perubahan harga, harga bahan baku dan upah tenaga kerja.

3. 2 Kerangka Pemikiran Operasional

Program pengembangan pertanian organik (Go Organik 2010) adalah salah

satu pilihan program untuk mempercepat terwujudnya pembangunan agribisnis

berwawasan lingkungan (eco-agribisnis) guna meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, khususnya petani. Langkah awal Go Organik 2010 yang dilakukan

Pemkab Subang yaitu menumbuh-kembangkan industri kecil pupuk organik.

Tujuannya yaitu meningkatkan ketersediaan pupuk organik sehingga petani

beralih dari pupuk kimia ke organik secara bertahap. Untuk mensukseskan

program tersebut, maka pada tahun 2007 Pemkab Subang memberikan bantuan

dana dengan total sekitar satu milyar rupiah kepada 32 kelompok tani yang

mengembangkan usaha pembuatan pupuk organik yang tersebar di beberapa desa

Page 36: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

123

di Kabupaten Subang. Kelompok tani tersebut kemudian tergabung dalam APPOS

(Asosiasi Produsen Pupuk Organik Subang).

Kelompok tani Bineka I adalah salah satu produsen pupuk organik yang

ada di Subang. Usaha ini berdiri sejak awal tahun 2008. Poktan Bhineka I dapat

menghasilkan 25 ton pupuk organik per bulannya atau 300 ton per bulannya.

Akan tetapi permintaan tersebut diperkirakan akan meningkat mengingat

terjadinya peningkatan permintaan 54 persen dari tahun 2008 ke tahun 2009.

Bahkan menurut pengelola, pernah terjadinya penolakan permintaan pupuk

sebesar 20 ton karena tidak mampu dipenuhi. Menurut Ketua APPOS, potensi

pasar pupuk organik yang baru terserap baru sekitar satu persen sehingga

diharapkan UKM pupuk organik memanfaatkannya dengan meningkatkan skala

produksi. Oleh karena itu, pengelola berencana meningkatkan kapasitas produksi

dengan meningkatkan luas bangunan pengomposan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha

pupuk organik Poktan Bhineka I. Analisis kelayakan dilakukan dengan

menganalisis aspek non finansial dan finansial. Aspek non finansial yang menjadi

kriteria kelayakan suatu investasi, yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek

manajemen, aspek hukum dan aspek sosial. Analisis finansial mancakup kajian

mengenai NPV, IRR, Net B/C Rasio, Payback Period dan kemudian dilakukan

analisis sensitivitas usaha dengan switching value. Adapun kerangka operasional

penelitian ini adalah sebagai berikut.

Page 37: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

124

Gambar 2: Kerangka Pemikiran

Analisis

Sensitivitas

Studi Kelayakan

Tidak Layak

1. Relokasi sumberdaya

2. Reevaluasi aspek-aspek Layak

Usaha Pupuk organik

dikembangkan

Aspek Non Finansial

1. Aspek Teknis

2. Aspek Pasar

3. Aspek Manajemen

4. Aspek Hukum

5. Aspek Sosial

Lingkungan

Aspek Finansial

1. Laba Rugi

2. NPV

3. Net B/C

4. Payback Period

Program Go Organik 2010

Pemkab Subang

Usaha Pupuk Organik Poktan

Bhineka I didirikan pada tahun 2008

Permintaan meningkat Kapasitas

terbatas

Peningkatan Kapasitas Produksi :

25 ton per bulan 50 ton per bulan

Page 38: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

125

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di usaha pembuatan pupuk organik oleh kelompok

tani Bhineka I, di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang.

Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei hingga September 2009.

4.2 Jenis Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara, pemberian kuesioner maupun

survey langsung ke pemasok bahan baku pupuk, Poktan Bhineka I dan konsumen

pupuk. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),

internet, pustaka, dan literatur-literatur lainnya yang mendukung pelaksanaan

penelitian ini.

4.3 Metode Pengambilan, Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengambilan responden (sampling) yang digunakan dalam

penelitian ini merupakan teknik non probabality sampling yang terdiri dari dua

cara yaitu purpossive sampling dan snowball sampling. Pemilihan Poktan Bhineka

I dilakukan secara sengaja purposive sampling yaitu menentukan dengan sengaja

objek yang akan diteliti untuk menggambarkan beberapa sifat di populasi tersebut

dengan pertimbangan bahwa objek yang dipilih memiliki potensi untuk

pengembangan industri pupuk organik. Penentuan stakeholder sebagai sumber

informasi dilakukan secara snowball sampling atas rekomendasi pengelola usaha

Poktan Bhineka I (Bapak Haji Dedi Sobandy). Menurut Siagian dan Sugiarto

(2008), teknik snowball sampling sangat tepat dilakukan bila populasinya kecil

dan sangat spesiifk. Metode yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis

data pada penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif

digunakan untuk mengetahui keragaan usaha pupuk organik, sedangkan metode

kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha pupuk organik

secara finansial berdasarkan analisis kelayakan usaha. Pengolahan data dilakukan

dengan bantuan software Microsoft Excel untuk membuat proyeksi cash flow dari

total biaya dan manfaat yang dihasilkan oleh usaha ini beberapa tahun ke depan.

Page 39: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

126

Data dan informasi kuantitatif yang telah diolah disajikan dalam bentuk

tabulasi yang bertujuan untuk mengklasifikasikan serta memudahkan dalam

menganalisis data. Sedangkan untuk data yang bersifat kualitatif yaitu aspek

pasar, aspek teknis, aspek bahan baku, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek

sosial ekonomi dan lingkungan selanjutnya akan disajikan dalam bentuk analisis

deskriptif.

4.4 Analisis Kelayakan Investasi

Analisis kelayakan investasi dalam penelitian ini mengakaji aspek non

finansial dan aspek finansial. Aspek non finansial yang dikaji adalah (1) Aspek

teknis, (2) Aspek Pasar, (3) Aspek Manajemen, (4) Aspek Hukum, (5) Aspek

Sosial Lingkungan. Aspek finansial yag dikaji dalam penelitian ini yaitu arus kas

usaha yang menghasilkan kriteria-kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C dan

Payback period.

4.4.1 Analisis Kelayakan Non Finansial

Dalam penelitian ini, aspek kelayakan non finansial dikaji secara deskriptif

dan kualitatif

a. Aspek Teknis

Aspek teknis mencakup lokasi dimana suatu proyek akan didirikan, skala

operasi yang ditetapkan untuk mencapai skala ekonomis, kriteria pemilihan

peralatan, proses produksi dan layout pabrik, serta ketepatan penggunaan

teknologi. Dalam penelitian ini, aspek teknis dikaji secara deskriptif dan kualitatif.

b. Aspek Pasar

Aspek pasar mengkaji permintaan dan market potential serta proyeksi

permintaan, harga, program pemasaran, serta perkiraan penjualan yang bisa

dicapai perusahaan.

c. Aspek Manajemen

Aspek manajemen yang dikaji dalam penelitian ini adalah struktur

organisasi yang dijalankan, jumlah tenaga kerja yang diperlukan dan pembagian

kerja.

d. Aspek Hukum

Aspek hukum yang dikaji dalam usaha ini yaitu bentuk badan usaha yang

digunakan dan perizinan usaha dalam menjalankan usaha.

Page 40: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

127

e. Aspek Sosial Lingkungan

Aspek sosial merupakan manfaat dan pengorbanan sosial yang mungkin

dialami oleh masyarakat yang biasa disepakati secara bersama. Aspek sosial yang

dikaji dalam penelitian ini adalah manfaat ekonomi dan sosial yang diterima

masyarakat seperti pengurangan pengangguran, peningkatan pendapatan

masyarakat dan dampak usaha terhadap lingkungan.

4.4.2 Analisis Kelayakan Finansial

Kriteria kelayakan finansial yang digunakan dalam penelitian meliputi Net

Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), Internal Rate of Return, serta

Payback Periode.

a. Laba Rugi

Laba rugi adalah ikhtisar pendapatan dan beban selama periode waktu

tertentu. Dalam penelitian ini, laba rugi dianalisis dalam periode satu tahun pada

kondisi kapasitas maksimum. Pendapatan dari usaha ini adalah penjualan pupuk

organik. Beban usaha terdiri dari beban adiministrasi, listrik dan penyusutan.

Beban penyusutan dalam penelitian ini dihitung dengan metode garis lurus

(linear) dengan rumus :

Beban penyusutan per tahun = Harga pembelian Aktiva − Nilai Akhir

Umur Ekonomis

Kondisi dimana pendapatan lebih besar dari beban usaha disebut laba atau

sebaliknya. Laba bersih setalah dikurangi beban bunga tetapi sebelum pajak

disebut EBT (Earning Before Tax) dan laba setelah dikurangi nilai pajak disebut

EAT (Earning After Tax). Beban bunga yang ditetapkan dalam penelitian ini

adalah sebesar 16 persen. Bunga dalam perhitungan merupakan bunga sederhana

(simple interest) yaitu bunga yang dihitung secara linear dan tidak ditambahkan

ke dana pokok untuk menghitung perolehan berikutnya (Soeharto,2002).

Beban bunga per tahun = Total pinjaman X 16 %

Umur tahun

Page 41: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

128

b. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) suatu proyek menunjukkan manfaat bersih yang

diterima proyek selama umur proyek pada tingkat suku bunga tertentu. NPV juga

dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh

investasi. Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang

relevan. Rumus perhitungan sebagai berikut:

NPV = 𝐵𝑡−𝐶𝑡

(1+𝑖)𝑡𝑛𝑡=1

Dimana:

Bt : Manfaat proyek pada tahun ke-t (Rp)

Ct : Biaya proyek pada tahun ke-t (Rp)

i : Tingkat suku bunga (%)

t : Umur proyek ke- (per tahun)

n : Jumlah umur ekonomis

Adapun kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu:

a. NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan

dan dapat dilaksanakan.

b. NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya

yang dipergunakan. Dengan kata lain, proyek tersebut merugikan

dan sebaliknya.

c. NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis

sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor produksi normal.

Dengan kata lain, proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi.

c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit and Cost Ratio menyatakan besarnya pengembalian terhadap

setiap satu satuan biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek. Net B/C

merupakan angka perbandingan antara present value dari net benefit yang positif

dengan present value dari net benefit yang negatif.

Rumus perhitungan Net B/C:

Net B/C =

Bt −Ct

(1−i)tnt=1

Bt −Ct

(1−i)tnt=1

Dimana 0

0

tt

tt

CB

CB

Page 42: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

129

Keterangan:

Bt = manfaat yang diperoleh setiap tahun

Ct = biaya yang dikeluarkan setiap tahun

t = umur proyek

n = jumlah tahun atau jumlah umur ekonomis

i = tingkat bunga (diskonto)

Adapun kriteria investasi berdasarkan Net B/C ratio adalah sebagai berikut:

a. Net B/C > 0, maka NPV>0, proyek menguntungkan

b. Net B/C < 0, maka NPV<0, proyek merugikan

c. Net B/C = 1, maka NPV=0, proyek tidak untung dan tidak rugi

d. Internal Rate Return (IRR)

Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present

value kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang

diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan

NPV sama dengan nol. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:

IRR =

Keterangan:

i = Discount rate yang menghasilkan NPV positif

i’ = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif

NPV = NPV yang bernilai positif

NPV’ = NPV yang bernilai negatif

Gittinger (1986) menyebutkan bahwa IRR adalah tingkat rata-rata

keuntungan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan

dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga

maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan.

Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku

bunga yang berlaku dan sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku

bunga yang berlaku, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

e. Payback Period (PP)

Payback periode atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu

metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur

iiNPVNPV

NPVi

'

'

Page 43: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

130

periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal itu dapat

kembali, semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang kembali

dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain (Husnan dan Suwarsono, 2000).

Adapun perhitungan Payback Periode adalah sebagai berikut:

Payback Period =

Keterangan:

I = Besarnya investasi yang dibutuhkan

Ab = Benefit bersih yang dapat diperoleh setiap tahunnya

f. Analisis Sensitivitas

Analisis Sensitivitas adalah teknik untuk mengantisipasi perubahan yang

mungkin terjadi pada parameter-parameter yang diperkirakan dalam perencanaan.

Melalui analisis sensitivitas akan diketahui faktor-faktor apa saja yang paling

sensitif. Untuk mengukur tingkat sensitivitas digunakan formula Switching Value

(SV) yang menggambarkan tingkat perubahan paremater tertentu yang

menyebabkan NPV=0

𝑆V = i+ + (NPV+)

(NPV+ − NPV−)∗ (i− − i+)

Keterangan :

i+ =Tingkat diskon yag membuat nilai NPV positif

i- = Tingkat diskon yag membuat nilai NPV negatif

NPV+ = Nilai NPV positif

NPV- = NIlai NPV negatif

4.5 Asumsi Dasar yang Digunakan

Asumsi dasar yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Analisis aspek finansial dan non finansial dalam penelitian ini dilakukan

dalam jangka waktu umur proyek. Umur proyek adalah 10 tahun,

didasarkan pada umur investasi yang paling berpengaruh signifikan

terhadap proses produksi dan paling lama, yaitu bangunan.

2. Dilakukan dua skenario dalam usaha ini yaitu :

bA

I

Page 44: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

131

a. Skenario I yaitu kondisi usaha dengan perolehan bahan baku yang telah

dilaksanakan saat ini dan tanpa penambahan kapasitas produksi 25 ton per

bulan selama umur proyek. Kapasitas produksi sesuai dengan luas

bangunan pengomposan. Pada skeanrio I modal yang digunakan adalah

modal sendiri ditambah bantuan pemerintah senilai Rp 32.000.000. Akan

tetapi bantuan pemerintah tidak dimasukkan dalam perhitungan dalam

nalisis arus kas penelitian ini karena arus kas yang dianalisis adalah arus

kas incremental yaitu arus kas yang mempengaruhi kondisi kelayakan

finanisial secara langsung selama proyek berlangsung.

b. Skenario II yaitu kondisi usaha dengan peningkatan kapasitas produksi

menjadi dua kali lipat dari 25 ton menjadi 50 ton per bulan. Pada seknario

II dilakukan penambahan luas bangunan pengomposan dan alat produksi.

Peningkatan kapasitas akan dilakukan pada tahun ke-3 (Tahun 2010)

menyebabkan peningaktan investasi. Modal untuk peningkatan investasi

pada skenario II diperoleh dari pinjaman.

3. Pada skenario I, tingkat diskon yang digunakan dalam analisis arus kas

merupakan tingkat suku bunga deposito Bank Rakyat Indonesia (BRI)

pada tanggal 1 September 2009 sebesar 7 persen. Hal ini dikarenakan

modal yang digunakan adalah modal sendiri sehingga oppourtunity cost

dalam investasi adalah bunga deposito. Pada skenario II, tingkat bunga

yang digunakan dalam analisis arus kas adalah bunga pinjaman Kredit

usaha Rakyat (KUR) dengan tingkat bunga 16 persen. Hal ini dikarenakan

pada skenario II, usaha ini memperoleh pinjaman KUR untuk peningkatan

investasi. Bank BRI menjadi acuan dalam penentuan tingkat bunga karena

BRI adalah bank mitra dari pengelola usaha pupuk organik Poktan

Bhineka I.

4. Inflow dan Outflow pada tahun 2010 hingga akhir umur proyek merupakan

proyeksi berdasarkan pada penelitian dan informasi yang didapatkan pada

tahun 2008 dan tahun 2009.

5. Harga input produksi pupuk organik Bhineka I adalah harga perolehan

ditempat produksi (farm gate price) dimana marjin pemasaran tidak

termasuk dalam harga. Harga input yang digunakan pada tahun ke-3

Page 45: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

132

hingga selanjutnya merupakan harga pada tahun 2009 dan tidak berubah

sepanjang umur proyek.

6. Semua bahan baku habis di produksi sehingga tidak ada persediaan bahan

baku di awal dan akhir tahun.

7. Harga pupuk Bhineka I yang digunakan mulai tahun ke-3 hingga tahun ke-

10 adalah harga yang berlaku pada tahun 2009 yaitu Rp 650 per kilogram.

Tingkat harga yang digunakan adalah tingkat harga ditempat produksi

(farm gate price)

8. Produk yang dihasilkan habis terjual sehingga tidak ada persediaan di

akhir dan di awal tahun.

9. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun ke-1 dan biaya reinvestasi

dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang telah habis umur

ekonomisnya. Nilai dari investasi dan reinvestasi merupakan nilai

perolehan barang modal (investasi) pada tahun 2008.

10. Pajak yang digunakan dalam usaha ini adalah pajak penghasilan untuk

orang pribadi karena usaha ini belum memiliki bentuk badan usaha.

Besarnya pajak yang dikenakan berdasarkan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan:

a. Tidak dikenakan pajak apabila perusahaan menderita kerugian

b. Tarif 5 % untuk nilai penghasilan kena pajak per tahun

Rp 50.000.000

c. Tarif 10 % untuk nilai penghasilan kena pajak per tahun

Rp 50.000.000 – Rp 250.000.000

d. Tarif 15 % untuk nilai penghasilan kena pajak per tahun

Rp 250.000.000 – Rp 500.000.000

e. Tarif 5 % untuk nilai penghasilan kena pajak per tahun

Rp 500.000.000 hingga lebih.

11. Analisis sensitivitas yang dilakukan dengan switching value yaitu:

a. Kenaikan harga bahan baku

Asumsi ini didasarkan pada kenaikan harga bahan baku mencapai

14,25 persen dari tahun 2008 hingga tahun 2009. Hal ini sangat

Page 46: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

133

berpengaruh terhadap arus kas karena biaya bahan baku

mempunyai proporsi 80,17 persen terhadap anggaran

b. Kenaikan harga tenaga kerja per HOK

Asumsi ini didasarkan pada peningkatan upah 20 persen dari tahun

2008 hingga tahun 2009. Biaya upah mempunya proporsi terhadap

anggaran biaya sebesar 13,9 persen.

c. Perubahan harga jual

Asumsi ini didasarkan karena adanya perkiraan penurunan harga

jual pupuk organik kedepannya. Perkiraan ini didasarkan atas

kebijakan pemerintah dalam pemasaran pupuk organik. Untuk

mendukung pertanian organik, pemerintah membuat kebijakan

yang menunjuk perusahaan pupuk nasional menawarkan ke pasar

pupuk organik bersubsidi dengan harga eceran tertinggi Rp 500.

Kebijakan ini akan diterapkan di Kabupaten Subang pada tahun

2010. Secara tidak langsung, kondisi ini memicu penurunan harga

pupuk organik.

Page 47: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

134

V GAMBARAN UMUM

5.1 Karakteristrik Wilayah Penelitian

Desa Blendung merupakan salah satu desa dari 11 desa di Kecamatan

Purwadadi, Kabupaten Subang. Desa Blendung merupakan dataran rendah yang

memiliki luas 567.318 hektar dan termasuk kawasan yang bebas banjir. Dari total

luas lahan di Desa Blendung, 80 persen adalah lahan pertanian dan 59 persen

adalah lahan perkebunan milik perorangan (Lampiran 3). Karakter iklim dari Desa

Blendung yaitu :

1. Curah hujan 1.721 mm dengan jumlah bulan hujan yaitu 6 bulan hujan

2. Suhu rata-rata harian 29 derajat celcius

3. Ketinggian tempat 35 mdl

Jumlah penduduk Desa Blendung yaitu 3354 jiwa. Sebagian besar

masyarakat Desa Blendung bermata pencaharian sebagai petani dengan status

pemilik lahan rata-rata kurang dari satu hektar.

Tabel 3. Data Kepemilikan Lahan Pertanian Tanaman Pangan Desa

Blendung

Sumber : Profil Desa Blendung, 2007

Desa Blendung memiliki empat Poktan dan dan satu gabungan kelompok

tani (gapoktan). Kelompok tani tersebut tersebar di empat dusun yaitu;

Dusun I : Kelompok Tani Bhineka III (Ketua : Bapak Ubay Jasana)

Dusun II : Kelompok Tani Bhineka II (Ketua : Bapak Adang Jaya Kusumah)

Dusun III : Kelompok Tani Bhineka IV (Ketua : Bapak H. Jumadi)

Dusun IV : Kelompok Tani Bhineka I (Ketua : Bapak Ust. Sukarya)

Keempat Poktan tersebut kemudian tergabung dalam Gapoktan Bina

Usaha yang diketuai oleh Bapak Dedi Sobandi. Keberadaan empat kelompok tani

dan Gapoktan di Desa Blendung diharapkan dapat menjadi sarana utama bagi

Karakteristik Jumlah (keluarga)

Memiliki lahan pertanian 1.014

Tidak memiliki lahan pertanian 15

Memiliki lahan < 1 ha 870

Memiliki lahan 1,0-5,0 ha 108

Memiliki lahan 5,0-10 ha 21

Memiliki >10 ha 15

Jumlah total keluarga petani 1.014

Page 48: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

135

petani dalam penyerapan informasi dan teknologi baru. Dengan adanya kelompok

tani dapat menunjang pembangunan desa dalam pengembangan agribisnis

pedesaan.

Kelompok tani Bhineka II, III, dan IV termasuk Poktan pemula yang

dibentuk pada tahun 2007. Poktan Bhineka I merupakan Poktan yang sudah

berdiri lama yang menjadi pelopor pembentukan Poktan di Desa. Aktifitas Poktan

Bhineka I yaitu usaha pembuatan emping dan kripik nangka, pembibitan dan

pembuatan pupuk organik.

Pendirian Poktan Bhineka II, III, IV di Desa Blendung dirancang

sedemikian rupa oleh hasil musyawarah dengan aparat desa dan masyarakat

dimana setiap Poktan mengelola jenis usaha yang spesifik. Poktan Bhineka I

difokuskan dalam pengolahan dan penyediaan input, Bhineka II dalam usaha

peternakan, Poktan Bhineka III dalam usaha perikanan dan Bhineka IV dalam

usaha padi.

5.2 Asosiasi Produsen Pupuk Organik Subang (APPOS)

APPOS didirikan sejak tahun 2006 atas dasar inisiatif oleh anggota dan

dukungan dari Pemkab Subang. Tujuan didirikan APPOS adalah mengembangkan

usaha pupuk organik Subang untuk mendukung berkembangnya pertanian organik

di Subang. APPOS teridiri dari 32 produsen pupuk organik yang ada di

Kabupaten Subang. Mayoritas anggota APPOS adalah produsen pupuk skala

kecil yang dikelola oleh kelompok tani. Rata-rata kapasitas produksi dari

produsen pupuk anggota APPOS adalah 10 ton per bulan. Struktur organisasi dari

APPOS sebagai berikut :

1. Ketua : Bapak Suta Suntana

2. Wakil : Pak Odeng

3. Sekretaris : Elis Selangi

4. Bendahara : Bapak Dedi Sobandi

Dalam mencapai tujuannya, strategi yang dilakukan APPOS antara lain:

1. Melakukan sosialisasi mengenai keberadaan APPOS sebagai suatu

organisasi pupuk organik di Subang.

2. Melakukan sosialisasi penggunaan pupuk organik kepada petani

3. Meningkatkan kemitraan untuk memperluas pasar produsen APPOS.

Page 49: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

136

4. Meningkatkan pengetahuan dan teknologi mengenai pupuk organik

kepada para anggotanya

Sejak didirikannya, APPOS telah memberikan kontribusi bagi

pengembangan UMKM pupuk organik di Subang terutama dalam hal pemasaran

dan teknologi pembuatan pupuk. Dalam hal pemasaran, APPOS telah

memberikan kemudahan akses pasar sehingga meningkatkan penjualan yang

diproduksi oleh anggotanya. APPOS menjalin kerjasama dengan pemerintah

dalam memenuhi kebutuhan pupuk untuk program sosialisasi pertanian organik.

APPOS juga berperan layaknya koperasi bagi anggotanya dimana APPOS

menyediakan bahan baku seperti zeolit dan kaptan bagi UMKM pupuk organik di

Subang. APPOS juga menetapkan harga eceran terendah pupuk organik yaitu Rp

650 per kilogram untuk pupuk organik yang dipasarkan di Subang. Dalam hal

teknologi pembuatan, APPOS telah melakukan bimbingan terhadap UMKM

pupuk Subang mengenai teknik pembuatan pupuk yang baik.

5.3 Kelompok Tani Bhineka I

Poktan Bhineka I didirikan sejak tahun 1998 atas dasar inisiatif dari para

petani di Desa Blendung. Lokasi sekretariat Poktan Bhineka I berada di rumah

Bapak Sukarya, RT 26/08 Dusun IV Desa Blendung, Purwadadi-Subang. Poktan

ini terdiri dari 20 anggota yang diketuai oleh Bapak Sukarya.

Visi dari Kelompok Tani Bhineka I adalah ”Melalui Pertanian Kami

Hidup Dan Berkembang”. Misi dari kelompok tani Bhineka I adalah

Meningkatkan kesejahteraan dan pengetahuan petani Desa Blendung melalui

kelembagaan kelompok tani.

Gambar 3. Struktur Organisasi Kelompok Tani Bhineka I

Ketua

Sukarya

Anggota kelompok tani

Bhineka I

Sekretaris

Opik

Bendahara

Ajo

Page 50: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

137

Motivasi awal dari pembentukan kelompok tani Bhineka I adalah ingin

mengatasi masalah-masalah usahatani bersama-sama terutama dalam hal

pemasaran dan budidaya rambutan. Seiring dengan berkembangnya pola pikir

anggota petani, usaha dari Poktan ini tidak hanya dalam hal budidaya tetapi juga

pembibitan tanaman, pengolahan hasil panen dan pembuatan pupuk organik.

Usaha yang dilakukan oleh Poktan Bhineka I adalah :

1. Usaha pembibitan dilakukan sejak tahun 2005 yang terdiri dari pembibitan

melinjo, rambutan, durian dan jenis tanaman keras yang dikelola oleh

Bapak Dedi Sobandi.

2. Usaha pengolahan yaitu pembuatan kripik nangka dan emping melinjo

yang dilakukan sejak tahun 2004. Usaha ini dikelola oleh Bapak Sukarya

3. Usaha pembuatan pupuk organik dilakukan sejak tahun 2008 yang

dikelola oleh Bapak Dedi Sobandi.

5.4 Profil Usaha Pembuatan Pupuk Organik Bhineka I

Usaha pembuatan pupuk organik yang dimulai sejak tahun 2008 oleh

Poktan Bhineka I atas dasar dorongan dari Pemkab Subang dan inisiatif oleh

anggota kelompok tani. Pemkab Subang mempunyai proyek yaitu menumbuh-

kembangkan industri kecil pupuk organik di Subang sebagai program penunjang

Go Organik 2010. Motivasi dari petani sendiri atas pembentukan usaha pupuk

organik yaitu kebutuhan pupuk organik yang meningkat karena semakin sadarnya

para petani akan kerusakana lahan pertanian mereka. Penggunaan pupuk

anorganik yang semakin meningkat sementara jumlah pupuk yang ada terbatas

menyebabkan seringnya terjadi kelangkaan pupuk. Akibat dari hal tersebut adalah

perkembangan usahatani di Desa Belendung menjadi terkendala. Oleh karena itu,

para petani berinisiatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk

anorganik khususnya urea dengan cara melakukan pemupukan terpadu dimana

mengurangi pemakaian pupuk anorganik dengan penambahan pupuk organik

dalam komposisi pemupukan.

Usaha pembuatan pupuk organik ini berlokasi di Dusun IV, Desa

Blendung. Usaha ini dikelola oleh Bapak Dedi Sobandi. Dalam pendirian usaha

ini, usaha ini mendapat bantuan dari Pemkab Subang senilai Rp 32.000.000.

Usaha ini baru berproduksi sejak Februari 2008. Produksi awal usaha ini adalah

Page 51: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

138

12 ton perbulan. Kemudian seiring dengan semakin bertambahnya pengalaman,

produksi meningkat menjadi 25 ton per bulan. Kapasitas usaha adalah 25 ton per

bulan diukur berdasarkan luas bangunan sebagai tempat produksi yaitu 7m x 20m

diatas lahan seluas 1500m2. Lokasi usaha ini berada di lahan milik pengelola yaitu

Bapak Dedi Sobandi. Kepemilikan usaha atas nama Poktan Bhineka I. Pupuk

organik yang dibuat oleh Poktan Bhineka I berbahan baku utama yaitu kotoran

hewan, jerami dari limbah jamur dan arang sekam. Produk dijual dalam bentuk

pupuk organik curah dengan kemasan karung 50 kilogram. Pada awal usaha,

target pasar usaha ini adalah petani setempat terutama petani tanaman pangan.

Sekarang, penjualan pupuk organik tidak hanya diperuntukkan oleh petani

tanaman pangan, tetapi juga untuk perkebunan seperti perkebunan coklat, pepaya,

rambutan, kacang koro dan kelengkeng.

Page 52: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

139

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisis Aspek Kelayakan Non Finansial

Aspek kelayakan non finansial penting untuk dianalisis karena sebagai

gambaran terhadap usaha yang akan dijalankan maupun yang sudah dijalankan.

Kelayakan aspek non finansial menjadi penentu atas kelayakan aspek finansial

suatu usaha. Dalam analisis kelayakan usaha pupuk organik Poktan Bhineka I,

aspek yang ditinjau meliputi ; (1) Aspek teknis dan teknologi, (2) Aspek pasar, (3)

Aspek manajemen, (4) Aspek hukum, dan (5) Aspek sosial lingkungan.

6.1.1 Aspek Teknis dan Teknologi

Kajian aspek teknis dan teknologi menitikberatkan pada penilaian atas

kelayakan proyek dari sisi teknis dan teknologi. Penilaian meliputi pemilihan

bahan baku dan peralatan, penentuan metode dan penentuan lokasi usaha.

1. Bahan Baku dan Peralatan Produksi Pupuk Organik Bhineka I

Setiap bahan organik memberikan kandungan khusus dalam pupuk

organik. Menurut Bapak Suta Suntana, Ketua APPOS, komposisi pupuk organik

yang baik yaitu:

1. Kotoran hewan : 40-50 persen

2. Jerami : 20-30 persen

3. Arang sekam : 20 persen

4. Bahan Tambahan (Molase, zeolit,dll) : 10 persen

Komposisi bahan baku pupuk organik Bhineka I diuraikan pada tabel berikut.

Tabel 4. Komposisi Bahan Baku 10 Ton Pupuk Organik Bhineka I

No Jenis Bahan Baku Jumlah Total (Kg) Proporsi

(%) Keterangan

1 Kotoran Hewan 460 karung 13800 48.75 Karung @30 kg

2 Arang Sekam 180 karung 5400 19.07 Karung @30 kg

3 Jerami 9 bak mobil 9000 31.79 Bak @500kg

4 Zeolit 1 kwintal 100 0.35 Kwintal@100kg

5 Molase 10 kg 10 0.04

6 Dekomposer 10 botol - - Botol @ 1 liter

7 Air 1500 liter - - 1500 liter

Total 23810 100

Page 53: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

140

a. Kotoran Hewan

Produksi pupuk organik yang dilakukan Bhineka I menggunakan kotoran

sebagai salah satu sumber bahan organik utama. Kotoran hewan yang digunakan

dalam usaha ini berasal dari kotoran sapi pedaging, sapi perah, domba dan ayam.

Menurut pengelola, penggabungan dari beragam jenis kotoran ini meningkatkan

kualitas pupuk karena setiap kotoran memiliki karakter sendiri (Lampiran 1).

Kotoran sapi pedaging lebih banyak digunakan daripada sapi perah karena

kandungan airnya lebih sedikit. Pada tahun 2008, sebagian besar kotoran dipasok

dari PT Kresna yaitu sebuah perusahaan peternakan terbesar di Kecamatan

Purwadadi. Pada tahun 2009, sebagian besar pasokan kotoran berasal dari

peternakan milik warga Desa Blendung dan sekitarnya. Menurut pengelola

kualitas kotoran dari peternakan warga lebih baik dibandingkan yang berasal dari

peternakan besar karena kandungan sampah ransum dan air lebih rendah.

Tabel 5. Ketersediaan Kotoran Hewan di Kecamatan Purwadadi

No Jenis Ternak Jumlah (Ekor)

Rata-rata Produksi

Kotoran per hari

(kg)

Total Produksi

Kotoran per Bulan

(Kg)

1 Sapi 708 3 63.720

2 Kambing, Domba 5619 0.5 84.285

3 Ayam Buras, Itik 5650 0.2 33.900

Total 181,905

Sumber: diolah, Warta Penelitian Pengembangan Pertanian Vol 27. No 25. 2006 dan Laporan

Penyuluh Pertanian Desa BLendung, 2007

Seperti diuraikan pada Tabel 3, kebutuhan kotoran dalam pembuatan 10

ton pupuk organik yaitu 20.7 ton per bulan. Jika diasumsikan pasokan kotoran

diperoleh dari desa-desa sekitar Kecamatan Purwadadi, maka ketersediaan

kotoran terjamin karena ketersediaan kotoran sebesar 181, 9 ton per bulan.

b. Jerami dari Limbah Jamur

Fungsi jerami dalam pupuk organik yaitu memberikan kandungan karbon

dalam pupuk. Jerami yang baik digunakan untuk pembuatan pupuk organik yaitu

jerami yang tercacah kasar dan kering agar mudah dikomposkan. Dalam usaha

pupuk organik Poktan Bhineka I, jerami yang digunakan berasal dari limbah

usaha budidaya jamur yang sudah tercacah dan terurai sehingga proses

Page 54: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

141

pengomposan menjadi lebih cepat. Selain itu, alasan penggunaan jerami dari

limbah jamur adalah ketersediaanya cukup banyak, harganya lebih murah dan

akses memperolehnya lebih dekat.

c. Arang sekam

Fungsi arang sekam yaitu memberikan kandungan unsur K dalam pupuk

organik. Dalam usaha pupuk organik Bhineka I, arang sekam berasal dari usaha

penggorengan kerupuk dan pembuatan batu bata. Arang sekam yang berasal dari

limbah penggorengan kerupuk lebih banyak digunakan dibandingkan dari

pembuatan bata. Alasannya adalah arang sekam dari limbah penggorengan

kerupuk tidak terlalu matang dalam pembakaran sehingga lebih banyak

mengandung K2O dan tidak berbentuk abu.

d. Molase

Fungsi molase yaitu sebagai katalisator perkembangan mikroba pembusuk

pada proses pengomposan. Selain itu, menurut Isroi (2009), molase sebagai

bahan tambahan dalam pembuatan pupuk organik juga dapat berperan sebagai

perekat agar pupuk organik yang dihasilkan tidak remah. Pada proses produksi

pembuatan pupuk organik Poktan Bhineka I digunakan molase sebanyak 10 kg

untuk memproduksi 10 ton pupuk organik. Takaran penggunaan molase tersebut

dapat bertambah atau berkurang tergantung kondisi bahan kompos. Jika bahan

kompos terlalu basah maka penggunaan molase akan dikurangi. Dan sebaliknya

jika kondisi bahan kompos terlalu kering maka takaran molase ditambah.

e. Dekomposer

Dekomposer berbentuk cairan yang berisi bakteri pembusuk yang

berfungsi mendekomposisi sampah organik (timbunan). Menurut Djaja (2008),

dekomposer pada prinsipnya hanya sebagai pemacu mikroorganisme dalam proses

pengomposan, tetapi tidak dapat menaikkan kandungan unsur hara dari bahan

penyusun kompos. Pembuatan kompos tanpa dekomposer membutuhkan waktu

pengomposan yang lebih lama. Poktan Bhineka I menggunakan dekomposer

dalam pembuatan 10 ton pupuk yaitu sebanyak 1 liter dekomposer yang

dilarutkan dengan 150 liter air. Pemakaian tersebut sesuai dengan aturan pakai

yang tertera pada label dekomposer. Merek dagang dekomposer yang banyak

beredar dipasar yaitu merek Superfarm dan Em4. Merek dekomposer yang

Page 55: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

142

digunakan dalam usaha ini yaitu Superfarm yang diproduksi oleh Greenland

Agrotecht Industries (Lampiran 4, Gambar 5). Alasan dari penggunaan Superfarm

karena mempunyai bakteri lebih banyak sehingga hasil pengomposan lebih baik.

Pembelian dekomposer melalui APPOS.

f. Kaptan

Kaptan dalam pembuatan pupuk organik beperan sebagai zat adiktif untuk

mengontrol PH dan kandungan silikat. Kaptan yang digunakan dalam pembuatan

ini bermerek dagang Zeolit dan dibeli dalam bentuk curah (karung 50 kg). Kaptan

didapatkan dari Jawa Tengah dan pembelian melalui APPOS.

g. Mesin dan peralatan

Mesin dan peralatan yang digunakan oleh Bhineka I dalam proses produksi

tergolong sederhana dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rincian Peralatan dan Fungsinya dalam Pembuatan Pupuk

Organik Bhineka I

No Jenis Peralatan Jumlah

(Unit) Fungsi

1 Alas bambu 1 Sebagai alas tumpukan kompos

dalam proses pengomposan

2 Mesin giling 1 Menghaluskan pupuk organik

yang masih kasar

3 Mesin kemas 1 Menjahit karung kemasan pupuk

organik

4 Timbangan gantung 100

kg 1

Menimbang bahan baku dengan

kapasitas beban dibawah 100 kg

5 Timbangan duduk 500 kg 1

Menimbang bahan baku dan

pupuk organik dengan kapasitas

beban dibawah 500 kg

6 Terpal 1 Sebagai penutup dan alas

sewaktu menjemur

7 Cangkul 4 Sebagai alat pengaduk bahan

kompos

8 Sekop 3 Sebagai alat pengaduk bahan

kompos

9 Ayakan 1 Menyaring partikel kompos

10 Drum 2 Sebagai tempat penampung air

11 Garu 1 Pengaduk bahan kompos

12 Embrat /Penyiram 1 Sebagai alat penyiram

13 Sepatu Boot 2 Melindungi kaki pekerja

14 Ember dan gayung 2 Menampung dan mengambil air

Page 56: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

143

2. Penentuan Metode Produksi

Proses produksi yang dilakukan oleh Poktan Bhineka I dapat dilihat dari

Gambar 4. Proses produksi dimulai dari penyediaan bahan baku hingga

penyimpanan produk jadi. Kapasitas produksi Poktan Bhineka I yaitu 25 ton

pupuk setiap bulannya. Nilai kapasitas ini diukur berdasarkan luas bangunan

pengomposan.

Gambar 4. Skema Pembuatan Pupuk Organik Poktan Bhineka I

1. Penanganan dan Penyimpanan Bahan Baku

Penanganan dan penyimpanan bahan baku mempengaruhi kualitas

pengomposan. Bahan baku seperti kotoran dan limbah jamur tidak dapat dibiarkan

lama di ruangan terbuka karena bahan baku tersebut menjadi padat dan bersifat

anaerobik. Jika demikian, maka kualitas dari pupuk organik yang dihasilkan akan

menurun. Menurut Djaja (2008), bahan baku seperti kotoran, jerami limbah jamur

dan arang sekam diletakkan dan disimpan di tempat yang teduh dan tertutup agar

Membuat Tumpukan Kompos

Penanganan dan penyimpanan

bahan baku

Memberikan perlakuan berdasarkan suhu dan

kelembapan

Penjemuran

Penimbangan dan Pengemasan

Pemanenan

Penyimpanan Pupuk organik

Pengayakan

15-20 hari

Page 57: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

144

tidak terkena air hujan, angin, dan panas. Tempat yang terbuka memungkinkan zat

hara bahan baku tercuci oleh air hujan atau menguap karena terbawa angin dan

panas. Namun, tempat yang sangat tertutup pun tidak dianjurkan, karena uap

bahan baku dapat menumpuk, sehingga bisa menimbulkan alergi pada pekerja,

dan keracunan. Jadi, tempat penyimpanan dan penimbunan yang baik adalah

tempat setengah terbuka dan beratap. Poktan Bhineka I hanya memiliki bangunan

untuk pengomposan sedangkan ruang penyimpanan bahan baku tidak ada. Bahan

baku seperti kotoran dan limbah jamur disimpan di luar tanpa atap (Lampiran 4,

Gambar 2 ) dan tidak beralas sehingga dapat dikatakan dalam proses

penyimpanan bahan baku, penanganan yang dilakukan kurang baik.

2. Membuat Tumpukan Kompos

Proses pengomposan yang dilakukan Poktan Bhineka I dengan metode

Jepang. Tumpukan dibuat dengan meggunakan alas bambu untuk mempercepat

proses pengomposan. Menurut Sutanto (2002) dan Djaja (2008) tinggi tumpukan

kompos yang dianjurkan adalah 1 - 1,5 meter. Pada metode ini, tidak digunakan

lubang galian untuk pengomposan tetapi menggunakan bak penampung yang

terbuat dari anyaman bambu yang disusun bertingkat (alas bambu). Fungsi dari

alas bambu tersebut adalah sebagai aerasi (saluran udara). Menurut Sutanto

(2002), keunggulan dari metode Jepang adalah memudahkan pengadukan dalam

proses pengomposan dan menghindari dari pengurangan nitrat berlebihan akibat

pelindian. Sedangkan menurut pengelola, pemilihan metode ini karena mudah

diterapkan dan menghasilkan kualitas kompos yang baik.Tumpukan kompos yang

terlalu tinggi menyebabkan kekurangan aerasi pada pengomposan. Dalam usaha

ini, bahan kompos disusun menurut aturannya dengan tinggi tumpukan kurang

lebih 1,5 meter. Setelah tumpukan dibuat, maka yang dilakukan adalah penaburan

molase dan penyiraman dengan larutan dekomposer.

Keterbatasan luas bangunan produksi dan pasokan bahan baku

menyebabkan proses pengomposan dilakukan secara bertahap. Dalam waktu satu

bulan, Poktan Bhineka I hanya dapat memproduksi 25 ton pupuk atau 5

tumpukan. Tumpukan kompos dibuat setiap 3 hari sekali dengan volume

tumpukan sekitar 12 meter kubik (1,5m x 1,5 m x 4m) atau dengan berat sekitar 5

ton.

Page 58: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

145

Gambar 5. Susunan Tumpukan Kompos

Pada Lampiran 6 dapat dilihat alur proses pengomposan bertahap. Setelah

tumpukan 1 dibuat maka tahap berikutnya adalah membiarkan tumpukan

mengalami proses pengomposan sambil memberi perlakuan (pembalikan atau

penyiraman). Lima hari kemudian, tumpukan kedua dibuat dan sambil tetap

mengontrol kondisi tumpukan 1 hingga matang. Proses ini berlangsung terus

menerus selama bahan baku tersedia.

3. Memberikan perlakuan berdasarkan suhu dan kelembapan

Setelah dilakukan penumpukan, maka dalam beberapa hari suhu tumpukan

akan naik perlahan-lahan yang menandakan bakteri sedang bekerja. Kondisi

tumpukan harus terus terpelihara agar kegiatan pelapukan bahan oleh jasad renik

berlangsung dengan baik. Perlakuan yang dilakukan antara lain:

a. Pemantauan suhu

Suhu yang diinginkan selama proses pelapukan berkisar antara 45-65oC.

Pengukuran suhu biasanya hanya dirasakan dengan tangan. Bila suhu tumpukan

diatas 65oC maka harus dilakukan pembalikan sekaligus penyiraman. Tujuan

pembalikan yaitu : (1) meratakan proses pelapukan di setiap bagian tumpukan, (2)

membuang panas yang berlebihan, (3) memasukkan udara segar kedalam

tumpukan, (3) meratakan pemberian air, dan (4) membantu penghancuran bahan.

Jika suhu dibawah 45oC maka yang dilakukan adalah dengan menutup sedikit

tumpukan dan penambahan dekomposer.

b. Pemeriksaan kelembapan

Kondisi kelembapan yang ingin dicapai yaitu 50 persen dimana jika bahan

kompos diremas maka akan terdapat sedikit air pada sela tangan. Jika bahan

Zeolit

Kapur

Kotoran Sapi/Domba

Arang Sekam

Jerami Limbah Jamur

Kotoran Ayam

Alas Bambu

Page 59: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

146

terlalu kering, dimana saat diremas tidak keluar air dan terlalu remah sehingga

harus dilakukan penyiraman. Akan tetapi, jika saat diremas terlalu banyak air

maka harus dilakukan pembalikan agar uap air keluar dari tumpukan kompos.

4. Pemanenan

Kompos yang siap dipanen memiliki ciri-ciri yaitu suhu rata-rata setelah

dua minggu menurun hingga dibawah 45oC dimana bahan kompos telah

menyerupai tanah dan warnanya coklat kehitaman. Setelah pengomposan selesai,

bahan kompos dijemur terlebih dahulu beberapa jam sebelum dikemas.

5. Penjemuran

Bahan kompos yang telah matang kemudian dijemur atau dikeringkan

terlebih dahulu sebelum dikemas. Hal ini bertujuan untuk menormalkan suhu

bahan kompos dan mengeringkannya. Penjemuran membutuhkan waktu 1-3 hari

tergantung dari hasil pengomposan dan cuaca. Jika hasil pengomposan cukup

kering saat cuaca kemarau maka penjemuran bisa dilakukan dalam waktu sehari.

Penjemuran dilahan kosong disebelah ruang pengomposan. Lokasi penjemuran

belum bersemen sehingga digunakan terpal sebagai alas penjemuran (Lampiran 5,

Gambar 5).

6. Pengayakan

Pengayakan dilakukan untuk memisahkan sampah dan bahan yang tidak

terkomposkan sehingga didapatkan pupuk organik bersih.

7. Penimbangan dan Pengemasan

Bahan kompos yang telah diayak kemudian dimasukkan ke dalam karung

dan ditimbang. Masing-masing karung berisi pupuk organik seberat 50 kilogram.

Setelah ditimbang, karung tersebut kemudian dijahit dan pupuk siap dijual.

Kemasan yang digunakan Poktan Bhineka I adalah karung goni plastik.

8. Penyimpanan pupuk organik

Pupuk yang dikemas kemudian disimpan di tempat yang teduh dan beratap

agar tidak terkena cahaya matahari langsung dan hujan. Proses penyimpanan

pupuk organik dalam usaha ini kurang baik. Pupuk disimpan diruang terbuka

menyebabkan pupuk mengalami pengikisan air hujan dan terlalu kering saat

kemarau (Lampiran 5, Gambar 6).

Page 60: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

147

3. Penentuan Lokasi

Lokasi kantor dan pabrik pupuk organik berada di dusun IV Desa

Blendung pada lahan seluas 1500m2 dengan luas bangunan 8m x 20m. Lokasi

usaha ini berdekatan dengan lokasi usaha pembibitan Poktan Bhineka I, usaha

peternakan ayam milik pengelola, usaha perikanan dan usahatani padi sawah

milik warga. Denah lokasi dari usaha ini dapat dilihat pada Lampiran 4.

1. Letak pasar yang dituju

Jarak lokasi usaha dengan pasar mempengaruhi besarnya biaya pemasaran.

Oleh karena itu, kedekatan lokasi usaha dengan pasar penting untuk di analisis.

Penjualan pupuk organik yang dilakukan oleh Poktan Bhineka I dengan cara

penjualan di tempat dimana biaya pengangkutan tidak ditanggung oleh penjual.

Oleh karena itu, jarak tidak menjadi masalah yang berarti bagi penjual. Sebagian

besar pembeli pupuk berlokasi di wilayah sekitar Kabupaten Subang. Konsumen

menganggap bahwa lokasi dari usaha ini cukup terjangkau.

2. Kedekatan dengan bahan baku

Bahan baku utama dari usaha ini adalah kotoran hewan, jerami dari limbah

jamur dan arang sekam. Kotoran hewan seperti sapi dan domba didapat dari

peternak sekitar lingkungan usaha yaitu peternak dari Desa Blendung sendiri dan

dari desa sekitar seperti Desa Koranji dan Panyingkiran. Sedangkan untuk kotoran

ayam diperoleh dari kandang ayam milik pengelola (Bapak Dedy Sobandi).

Limbah jamur diperoleh dari Desa Rancabango dimana di daerah tersebut terdapat

20 pengusaha budidaya jamur. Arang sekam diperoleh dari limbah usaha

pembuatan kerupuk dan usaha pembuatan bata yang berada di Kalijati yang

berjarak sekitar 10 km dari lokasi usaha. Untuk bahan bantu seperti fosfat alam,

molase, zeolit dan lain-lain diperoleh dari luar Subang yaitu Jakarta dan Bandung

dan dipesan melalui APPOS.

3. Air dan listrik

Air sebagai bahan bantu, berperan penting dalam keberhasilan proses

produksi. Oleh karena itu, ketersediaan air penting bagi usaha ini. Usaha ini

menggunakan air tanah dalam proses produksi. Berdasarkan laporan penyuluhan

pertanian 2007, Desa Blendung memiliki drainase yang baik sehingga

ketersediaan air cukup dan terjamin.

Page 61: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

148

4. Suplai tenaga kerja

Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan rata-rata per bulannya yaitu 5 orang

yang berasal dari lingkungan sekitar dengan tingkat pendidikan terakhir SD.

Ketersediaan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi pupuk organik

Poktan Bhineka cukup terjamin.

5. Fasilitas transportasi

Desa Blendung memiliki jalan utama desa dalam kondisi baik dan

beraspal. Lokasi usaha berada sekitar 300 meter dari jalan utama desa dengan

kondisi jalan kurang baik dan belum beraspal.

6. Iklim dan keadaan tanah

Menurut Djaja (2008), cuaca berpengaruh dalam pembuatan pupuk

organik terutama dalam pengomposan. Cuaca yang terlalu kering dengan

temperatur yang tinggi menyebabkan penguapan yang tinggi. Sedangkan pada

musim hujan mengakibatkan terjadinya pencucian mineral bahan baku jika

penyimpanan bahan baku tidak dilakukan dengan baik. Cuaca yang terlalu basah

dengan kelembapan yang tinggi juga mengakibatkan bahan baku mudah busuk.

Lokasi usaha berada di Desa Blendung yang terletak di wilayah dataran sedang

dengan ketingggian 35 mdl. Wilayah ini memiliki curah hujan 1.721 mm dengan

6 bulan hujan dan 6 bulan kering. Suhu rata-rata harian adalah 29 derajat celcius.

Berdasarkan kondisi geografisnya, maka Desa Blendung cocok dijadikan lokasi

pengomposan. Tingkat produksi yang lebih tinggi dapat dilakukan pada saat

musim kemarau daripada musim hujan karena saat musim kemarau proses

pematangan kompos lebih cepat.

7. Sikap masyarakat

Proses pembuatan pupuk organik menghasilkan bau sehingga pemilihan

lokasi harus mempertimbangkan kedekatan dengan lokasi pemukiman

masyarakat. Lokasi usaha pembuatan pupuk organik Bhineka I berada jauh dari

pemukiman penduduk sehingga tidak menimbulkan masalah sosial. Selama

berlangsungnya usaha pembuatan pupuk organik, Poktan Bhineka I mendapat

dukungan dari masyarakat.

Page 62: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

149

8. Rencana untuk perluasan usaha

Lokasi tempat proses pembuatan pupuk organik ini berada dilahan seluas

1500m2 milik pengelolanya yaitu Bapak Dedi Sobandi. Luas banguan proses

pengomposan yaitu 7x20 meter. Pemanfaatan lahan ini sebagai lokasi usaha baru

sekitar 50 persen sehingga perluasan usaha dapat dilakukan.

6.1.2 Hasil Analisis Aspek Teknis dan Teknologi

Analisis yang dilakukan terhadap aspek teknis dan teknologis usaha

Poktan Bhineka I menghasilkan beberapa hal yang menjadikan usaha ini layak

untuk dijalankan dan dikembangkan. Kriteria-kriteria yang menyebabkan usaha

ini menjadi layak untuk dikembangkan berdasarkan analisis aspek teknis dan

teknologi :

1. Ketersediaan dan kualitas bahan baku

Usaha Poktan Bhineka I memanfaatkan 90 persen limbah sebagai bahan

baku utama pupuk organik. Ketersediaan dari bahan baku seperti limbah jamur,

arang sekam dan kotoran hewan cukup melimpah di daerah sekitar tempat usaha.

Berdasarkan data produksi kotoran hewan di sekitar Desa Belendung (Tabel 5),

ketersediaan kotoran hewan mencapai 181,9 ton per bulan. Sedangkan

pemanfaatan kotoran hewan baru mnecapai 7,5 persen (13,8 ton). Peningkatan

kapasitas produksi dua kali lipat tidak akan mengalami kendala dalam pasokan

kotoran hewan. Ketersediaan jerami juga cukup terjamin mengingat disekitar

Desa Belendung merupakan sawah padi. Berdasarkan data luas panen padi sawah

di Kecamatan Purwadai Tahun 2007 denga produksi jerami 5 ton per hektar maka

ketersediaan jerami yaitu sekitar 1750 ton per bulan. Sedangkan pemanfaatan

jerami baru mencapai 24,5 ton (12,5 persen). Poktan Bhineka I memiliki banyak

pemasok dan tidak tergantung pada satu pasokan. Hal ini juga menyebabkan

Poktan Bhineka I dapat mengontrol kualitas pasokan bahan baku. Kotoran hewan

dipasok dari peternakan anggota Bhineka I, peternakan warga sekitar atau

peternakan besar (PT Kresna). Begitu juga dengan arang sekam yang memiliki

beberapa pemasok (usaha-usaha kerupuk, usaha-usaha pembuatan batu bata) dan

jerami (usaha-usaha jamur dan petani-petani setempat). Sedangkan untuk bahan

tambahan seperti molase, dekomposer, zeolit dan lain-lain, ketersediaannya cukup

dan tidak menjadi masalah. Hal ini dikarenakan bahan-bahan tambahan tersebut

Page 63: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

150

diperoleh dari APPOS yang juga dapat berfungsi layaknya koperasi bagi

anggotanya. Jika kedepannya usaha ini mengalami peningkatan kapasitas dua kali

lipat, maka kebutuhan bahan baku untuk memenuhi permintaan tersebut

dipastikan tercukupi.

2. Lokasi produksi

Lokasi usaha produksi pupuk organik Bhineka I sangat strategis dimana

usaha ini berada di Desa Blendung yang memiliki jalan desa cukup baik. Akses

lokasi terhadap bahan baku dan pasar juga terjangkau. Kondisi geografis lokasi

usaha juga mendukung. Selain itu, lokasi produksi berada jauh dari pemukimam

penduduk dan berada di lahan yang cukup luas. Sehingga jika dilakukan

pengembangan usaha, tidak akan terhambat dengan masalah lokasi produksi.

3. Pemilihan teknologi pengomposan yang tepat

Metode pengomposan yang dilakukan oleh Poktan Bhineka I merupakan

metode yang sederhana dan mudah dilakukan yaitu metode Jepang. Kelebihan

dari metode ini dibandingkan dengan metode lain untuk diterapkan Bhineka I

adalah : (1) Lebih menghemat tenaga kerja karena proses pembalikan dan

penumpukan praktis sehingga mengurangi biaya upah, (2) Sesuai dengan kondisi

geografis lokasi pengomposan dan jenis bahan kompos yang digunakan dan (3)

Dapat mengomposkan lebih banyak bahan kompos dengan luas bangunan yang

terbatas.

Akan tetapi, terdapat juga pertimbangan-pertimbangan yang menyebabkan

usaha ini menjadi tidak layak jika ditinjau dari aspek teknis yaitu belum ada uji

mutu pupuk organik. Pupuk organik yang dihasilkan oleh Poktan Bhineka I belum

ada uji mutu sesuai standarisasi pupuk organik yaitu kandungan C organik, C/N

ratio, kadar air, kadar logam berat dan bahan ikutan. Uji mutu pupuk organik

penting untuk meningkatkan keyakinan pembeli terhadap kualitas produk. Hasil

uji mutu pada umumnya ditunjukkan dalam kemasan pupuk organik (Lampiran 5,

Gambar 7). Menurut pengelola, belum dilakukannya pengujian mutu organik

karena belum adanya tuntutan dari pembeli terhadap uji mutu dan keterbatasan

dana.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, maka secara umum usaha

pembuatan pupuk organik Poktan Bhineka I dinilai layak untuk ditingkatkan

Page 64: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

151

kapasitas usaha jika dikaji secara aspek teknis dan teknologi. Hal ini dikarenakan

atas pertimbangan yang berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan skala

usaha dan keberlanjutan usaha yaitu ketersediaan bahan baku dan lokasi strategis.

6.1.3 Aspek Pasar

Aspek pasar digunakan untuk mengkaji mengenai potensi pasar produk

pupuk baik dari sisi permintaan, penawaran maupun harga yang berlaku, juga

strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan menyangkut bauran pemasaran

yaitu harga, tempat, promosi, dan distribusi.

1. Bentuk Pasar

Bentuk pasar yang dihadapi oleh Poktan Bhineka I jika dilihat dari sisi

produsen adalah pasar oligopoli. Karakteistik pasar oligopoli yaitu ; (1)Terdapat

beberapa perusahaan (penjual) yang menguasai pasar, baik secara independen

(sendiri-sendiri) maupun secara bersama-sama, (2) Terdapat rintangan untuk

memasuki pasar, dan (3) Setiap keputusan harga yang diambil oleh suatu

perusahaan (penjual) harus dipertimbangkan oleh perusahaan lain atau melalui

kesepakatan. Menurut Sudarsono (1995) masing-masing perusahaan dalam pasar

oligopoli mempunyai hubungan interdependensi diantara yang satu dengan yang

lainnya. Dalam industri pupuk organik di Kabupaten Subang terdapat 32 produsen

pupuk organik yang tergabung dalam APPOS. APPOS berperan dalam

pembentukan harga Rp 650 per kilogram untuk pupuk organik curah yang telah

distandarisasi atas kesepakatan bersama.

2. Permintaan dan penawaran pupuk organik

Subang memiliki luas areal pertanian yang cukup besar yaitu 63 persen

(129.975 Ha) dari total luas lahan (205.176 Ha). Berdasarkan anjuran pemakaian

bahan organik (Balitan 2005) dimana setiap hektar lahan memerlukan minimal 2

ton pupuk organik per tahun, maka kebutuhan pupuk organik Subang sekitar

259.950 ton per tahun. Dari kebutuhan tersebut, hanya 1 persen atau 2200 ton per

tahun yang dapat disediakan oleh APPOS. Hal itu menunjukkan prospek pasar

dari usaha penyediaan pupuk organik kedepannya sangat prospektif.

Sejak berdiri dari tahun 2008 hingga Agustus 2009, Poktan Bhineka I

menghadapi permintaan yang meningkat hingga 90 persen dari 120 ton pada

tahun 2008 menjadi 230 ton hingga Agustus 2009 (Tabel 4). Bahkan menurut

Page 65: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

152

pengelola, ada permintaan yang tidak dapat dipenuhi sekitar 20 ton pada bulan

Juli 2009. Permintaan tersebut tidak dapat dipenuhi oleh Poktan Bhineka I karena

kapasitas produksi. Poktan Bhineka I berencana meningkatkan kapasitas

produksinya, dimasa yang akan datang agar dapat memenuhi semua permintaan

yang datang.

Tabel 7. Penjualan Pupuk Organik Tahun 2008 hingga September 2009

Tahun Jumlah Penjualan (ton) Bulan ke- Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2008 - - - 4 30 20 20 20 - 20 6 120

2009 6 4 4 5 11 20 50 90 40 - - - 230

3. Strategi Pemasaran

a. Segmentation, Targeting and Positioning (STP)

Segmentasi adalah penggolongan konsumen yang ada dan potensial bagi

produk dan jasa atas dasar kebutuhan dan keinginan mereka secara umum.

Segmen pasar dari pupuk organik Bhineka I adalah pelaku agribisnis budidaya

tanaman perkebunan, pangan maupun hias yang berlokasi di sekitar Kabupaten

Subang. Segmen pasar diklasifikasikan berdasarkan jenis usaha adalah:

1. Pelaku Bisnis Tanaman Perkebunaan

Aktivitas agribisnis perkebunan di Kabupaten Subang cukup tinggi

sehingga diperkirakan permintaan pupuk cukup tinggi dari segmen ini.

Permintaan pupuk organik Poktan Bhineka I datang dari perkebunan pepaya,

rambutan, kacang koro, coklat dan kelengkeng yang berada di Desa Blendung dan

desa sekitarnya.

2. Petani Tanaman Pangan

Petani yang mengusahakan tanaman pangan seperti padi, cabai dan

berbagai jenis sayuran yang berada di sekitar Desa Blendung menjadi segmen

pasar dari Poktan Bhineka I. Jumlah permintaan pupuk oleh segmen pasar ini

cukup tinggi dan kontinu walaupun dalam jumlah yang relatif kecil. Rata–rata

permintaan pupuk dari kelompok ini adalah 2 ton per bulannya.

Page 66: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

153

3. Pelaku Bisnis Tanaman Hias

Pelaku bisnis tanaman hias merupakan segmen pasar dari upuk organik

Bhineka I dengan ukuran pasar yang kecil. Permintaan dari segmen pasar ini

relatif tidak kontinu dan dalam jumlah kecil.

Setelah dilakukan pengelompokan konsumen (segmentation), maka hal

yang kemudian dilakukan adalah menetukan target pasar. Pelaku bisnis

perkebunan menjadi terget pasar karena permintaan dari segmen ini paling besar

yaitu sekitar 80 persen.

Penetapan posisi (positioning) yaitu tindakan merancang tawaran dan citra

perusahaan sehingga menempati posisi yang khas (diantara para pesaing) di dalam

benak pelanggannya. Positioning produk pupuk organik Bhineka I dipasar adalah

produk yang berkualitas standar dengan harga standar. Produk yang dihasilkan

oleh Bhineka I memiliki standar umum pupuk organik. Citra khusus dari pupuk

organik UMKM termasuk Poktan Bhineka I adalah pupuk organik karya petani

kecil. Citra tersebut mengartikan bahwa dalam pembelian pupuk organik dari

anggota APPOS tidak hanya mendapatkan keuntungan ekonomi tetapi juga sosial

karena telah meningkatkan kesejahteraan kelompok tani. Dengan citra tersebut,

Poktan Bhineka I mendapat dukungan besar dari pemerintah terutama dalam hal

promosi. Pemerintah Daerah Subang merekomendasikan kepada perkebunan

besar untuk membeli pupuk organik dari anggotan APPOS.

Persaingan yang dihadapi oleh Poktan Bhineka I dalam usaha pupuk tidak

berasal dari usaha-usaha lain yang tergabung dalam APPOS akan tetapi dari

perusahaan pupuk BUMN yang berlokasi di Subang seperti Petrokimia dan

Kujang. Perusahaan pupuk tersebut berencana akan memproduksi pupuk organik

dan memasarkannya pada tahun 2010 atas kebijakan pemerintah dengan harga

yang telah disubsidi yaitu Rp 500 per kilogram. Kebijakan tersebut dikhawatirkan

akan menyebabkan industri pupuk oganik yang ada di Subang gulung tikar. Untuk

menghadapi masalah tersebut, APPOS telah melakukan perundingan dengan

pemerintah Subang dan pihak perusahaan pupuk Kujang. Hasil kesepakatan awal

adalah bahwa industri kecil pupuk organik berperan sebagai pemasok bahan baku

bagi pupuk Kujang dan Petrokimia. UKM penghasil pupuk memasok bahan

mentah pupuk yang sudah dikomposkan. Menurut pihak APPOS, hasil

Page 67: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

154

kesepakatan ini masih belum menjadi solusi yang tepat untuk dijalankan karena

masih merugikan bagi pihak industri kecil.

b. Kebijakan produk

Produk yang dihasilkan oleh Poktan Bhineka I adalah pupuk organik

padat. Pupuk dijual dalam bentuk curah dengan satuan pembelian yaitu karung isi

50 kilogram. Kualitas pupuk organik yang diproduksi oleh Kelompok Tani

Bhineka I dikatakan cukup baik jika dilihat secara fisik. Kualitas pupuk organik

secara kimia tidak diketahui karena belum pernah dilakukan uji laboratorium.

Kualitas fisik dari pupuk organik Bhineka I baik dilihat dari sifat fisik organik

antara lain; (1) Warna yang gelap menuju hitam, (2) Bau seperti tanah, (3) Ukuran

partikel serbuk gergaji dan (4) Bila dikepal tidak mengumpal keras.

c. Kebijakan Harga

Kelompok tani Bhineka I menetapkan harga berdasarkan kesepakatan yang

ditetapkan oleh APPOS yaitu 650 per kilogram. Harga tersebut dikenakan untuk

pembelian dengan syarat FOB shipping point dimana pembeli yang menanggung

biaya transportasi.

d. Kebijakan Promosi

Poktan Bhineka I tidak melakukan kegiatan promosi. Produsen pupuk

yang tergabung dalam APPOS tidak melakukan promosi sendiri-sendiri tetapi atas

nama APPOS. Promosi APPOS termasuk didalamnya Poktan Bhineka I didukung

oleh Pemkab Subang melalui Dinas Pertanian, Dirjen Perkebunan Subang dan

Dinas Perindustrian. Promosi yang dilakukan APPOS tersebut dilakukan dari

mulut ke mulut, melalui pameran, dan internet.

e. Kebijakan Distribusi

Distribusi pemasaran pupuk organik kelompok tani Bhineka I dilakukan

secara langsung dan tidak langsung. Pada pola distribusi langsung, penjualan

dilakukan dengan syarat FOB shipping point dimana biaya angkut dalam proses

penjualan ditanggung oleh produsen. Harga jual adalah Rp 650 per kilogram.

Page 68: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

155

Gambar 6. Bagan Distribusi Langsung Pupuk Organik Poktan Bhineka I

Pada pola distribusi tidak langsung, pupuk dipasarkan melalui APPOS

dengan harga Rp 650 per kilogram dengan pembelian ditempat produksi.

Kemudian APPOS menyalurkan kepada konsumennya (pelaku bisnis perkebunan

dan tanaman pangan) sebesar Rp 800 per kilogram. Konsumen dari penyaluran

pupuk organik APPOS adalah petani sayur, petani buah dan pelaku bisnis

perkebunan.

Gambar 7. Bagan Distribusi Tidak Langsung Pupuk Organik Bhineka I

6.1.4 Hasil Analisis Aspek Pasar

Pengkajian aspek pasar berfungsi menghubungkan manajemen suatu

organisasi dengan pasar yang bersangkutan melalui informasi. Dari hasil analisis

terhadap aspek pasar dapat dinilai apakah suatu usaha marketable atau tidak.

Analisis yang dilakukan terhadap aspek pasar usaha Poktan Bhineka I

menghasilkan beberapa hal yang menjadikan usaha ini layak untuk dijalankan dan

dikembangkan. Kriteria-kriteria yang menyebabkan usaha ini menjadi layak untuk

dikembangkan berdasarkan analisis pasar :

Petani tanaman

pangan

Pelaku bisnis

tanaman hias

Poktan Bhineka I

Pelaku bisnis

perkebunan

APPOS Kelompok

Tani Bhineka I

Petani Tanaman

pangan

Pelaku bisnis

Perkebunan

Page 69: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

156

1. Potensi pasar

Ketersediaan pupuk organik di Indonesia baru mencapai dua persen dari

total kebutuhan. Hal ini menunjukkan potensi pasar pupuk organik di Indonesia

sangat besar. Untuk Kabupaten Subang, ketersediaan pupuk organik baru

mencapai 1 persen dari total kebutuhan pupuk organik. Permintaan puupk organik

yang dihadapi oleh Poktan Bhineka I meningkat hingga 90 persen dari 120 ton

pada tahun 2008 menjadi 230 ton hingga Agustus 2009 (Tabel 4). Bahkan

menurut pengelola, ada permintaan yang tidak dapat dipenuhi sekitar 20 ton pada

bulan Juli 2009. Permintaan juga kedepannya diperkirakan akan meningkat

dengan adanya sosialisasi pemakaian pupuk organik menuju Subang Go Organik

2010 yang dilakukan oleh Pemkab Subang.

2. Adanya APPOS yang mengatur pasar pupuk organik di Subang

APPOS memiliki peran yang besar dalam kelangsungan usaha kecil pupuk

organik di Subang. APPOS menetapkan harga eceran terendah pupuk organik

untuk melindungi produsen. Selain itu, APPOS juga membantu mempromosikan

pupuk organik buatan anggotanya. Adanya APPOS membuat posisi tawar

(bargaining position) dari UKM pupuk orgnaik di Subang cukup kuat.

Akan tetapi, terdapat ancaman yang menyebabkan usaha ini tidak layak

kedepannya yaitu penurunan harga jual karena masuknya supply pupuk organik

bersubsidi. Penunjukan perusahaan pupuk nasional sebagai supplier pupuk

organik memberikan dampak positif bagi konsumen tetapi dampak negatif bagi

produsen. Pemerintah menunjuk PT Petrokimia dan PT Kujang sebagai supplier

pupuk organik di Subang dan berencana akan memasok pupuk organik bersubsidi

seharga Rp 500 per kilogram. Hal ini akan mempengaruhi harga pasar mengalami

penurunan harga hingga Rp 500. Menurut ketua APPOS, UKM pupuk organik di

Subang tidak dapat menutupi biaya produksi dengan harga Rp 500. Hal ini

dikhawatirkan akan menyebabkan industri pupuk kecil di Subang akan gulung

tikar. Untuk mengatasi masalah tersebut, APPOS telah melakukan perundingan

dengan perusahaan-perusahaan tersebut untuk menyelesaikan masalah ini. Akan

tetapi, hingga September 2009 perundingan belum mencapai kesepakatan.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, maka secara umum usaha

pembuatan pupuk organik Poktan Bhineka I dinilai layak untuk ditingkatkan

Page 70: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

157

kapasitas usaha jika dikaji secara aspek pasar. Hal ini dikarenakan atas faktor

yang berpengaruh signifikan terhadap peningkatan skala usaha pupuk organik

Bhineka I dan keberlanjutan usaha yaitu potensi pasar dan kekuatan pasar

(bargaining position) yang kuat karena adanya APPOS.

6.1.5 Aspek Manajemen

Usaha pupuk organik Bhineka I didirikan pada tahun 2007 atas mandat

dari Pemkab Subang dimana setiap desa hendaknya memiliki usaha pembuatan

pupuk organik yang dikelola oleh kelompok tani untuk memenuhi kebutuhan

pupuk organik di setiap desa. Tujuan dari usaha ini didirikan adalah memenuhi

kebutuhan organik petani Desa Blendung dan sekitarnya. Visi dan misi dari usaha

ini sama dengan visi dan misi Poktan Bhineka I. Anggota Poktan Bhineka I

menyerahkan tanggung jawab pengelolaan usaha ini kepada Bapak Dedi Sobandi.

Struktur organisasi dari usaha memiliki tipe organisasi lini. Tipe organisasi

ini memiliki struktur organisasi sederhana, jumlah karyawan kecil dan spesialisasi

kerja belum tinggi. Bagan organisasi dapat dilihat pada Gambar 8 dimana terdiri

dari pengelola, penanggung jawab produksi, penjualan dan keuangan. Pusat

wewenang dari usaha pupuk organik Bhineka I telah diberikan kepada Bapak

Dedi Sobandi. Menurut Schroef dalam Wibowo (2002), pusat wewenang adalah

orang yang memegang kewenangan tertinggi untuk mengambil keputusan,

memerintah, dan sekaligus bertanggung jawab atas keberhasilan organisasi

mencapai sasaran.

Gambar 8. Bagan Organisasi Usaha Pupuk Organik Poktan Bhineka I

Struktur organisasi dari usaha pupuk organik Poktan Bhineka I sangat sederhana

dan jelas. Pada umumnya skala usaha kecil memiliki bentuk organisasi yang

Pengelola

Dedi Sobandi

Penanggung Jawab Penjualan

Agus

Penanggung Jawab

Produksi

Urip

Penanggung Jawab Keuangan

Adok

Page 71: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

158

sangat sederhana untuk memudahkan dalam mengendalikan organisasi. Tugas dan

wewenang dari penanggung jawab diuraikan sebagai berikut :

1. Penanggung Jawab Produksi

Penanggung jawab produksi usaha ini adalah Bapak Urip yang merupakan

anggota Bhineka I dan juga memiliki ikatan keluarga dengan pengelola. Tugas

yang diberikan yaitu melakukan pengawasan terhadap proses produksi sedangkan

wewenangnya adalah pengendali produksi dan penentu tenaga kerja yang

digunakan dalam produksi pupuk organik. Bapak Urip memiliki usia 42 tahun

dengan pendidikan terakhir yaitu Sekolah Dasar. Bapak Urip juga berperan

sebagai pekerja pembuatan pupuk organik.

2. Penanggung Jawab Penjualan

Penanggung jawab penjualan diberikan kepada Bapak Agus yang juga

merupakan anggota Bhineka I dan memiliki ikatan keluarga dengan pengelola.

Bapak Agus berusia 23 tahun dengan pendidikan terakhir Sekolah Lanjutan

Pertama (SLTP). Bapak Agus juga berperan sebagai tenaga kerja dalam

pengemasan pupuk organik. Tugas dari Bapak Agus yaitu melayani pembelian

pupuk organik, mencatat transaksi penjualan dan melaporkannya kepada

pengelola. Wewenang yang diberikan yaitu mengatur penjualan dan memilih serta

merekrut tenaga kerja dalam pengemasan.

3. Penanggung Jawab Keuangan

Penanggung jawab keuangan adalah Bapak Adok yang merupakan

anggotan Bhineka I dan memiliki ikatan darah dengan pengelola. Bapak Adok

berusia 36 tahun dengan pendidikan terakhir Sarjana Pendidikan. Tugas dari

Bapak Adok adalah mencatat pendapatan dan pengeluaran uang (kas) dari usaha

ini kemudian melaporkannya kepada pengelola. Wewenang dari Adok adalah

sebagai pemegang kas.

Sistem penggajian dari usaha pupuk organik Bhineka I untuk tenaga kerja

langsung dalam produksi yaitu sistem HOK dimana satu hari kerja 8 jam. Tenaga

kerja berasal dari Desa Blendung. Harga per HOK yaitu Rp 25.000 pada tahun

2008 dan Rp 30.000 pada tahun 2009. Sedangkan untuk tenaga kerja pengemasan

diberi upah per hasil karung yang dikemas yaitu Rp 1000 per karung pada tahun

Page 72: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

159

2008 dan Rp 1500 per karung. Untuk penanggung jawab, tidak diberikan gaji

tetapi berupa bagi hasil dari pemilik.

6.1.6 Hasil Analisis Kelayakan Aspek Manajemen

Berdasarkan hasil kajian terhadap aspek manajemen usaha ini,

secara umum usaha ini dinilai layak jika ditinjau dari aspek manajemen. Usaha

pupuk organik Bhineka I telah memiliki pembagian tugas dan wewenang yang

jelas. Usaha ini telah menjalankan manajemen usaha sederhana yang cukup baik

dimana telah terjadi pembagian tugas dan wewenang. Akan tetapi terdapat

beberapa hal yang menjadi kendala dalam peningkatan skala usaha ini

kedepannya, yaitu :

1. Rangkap tugas penanggung jawab

Dalam usaha pupuk organik Bhineka I, penanggung jawab produksi dan

penjualan merangkap juga sebagai pekerja. Hal ini dapat menyebabkan tugas dan

wewenang yang diberikan kepada penanggung jawab tidak dapat dilaksanakan

dengan baik.

2. Administrasi

Sistem pembukuan atau administrasi usaha Poktan Bhineka I dinilai

kurang baik. Pencatatan yang dilakukan hanya pencatatan pengeluaran dan

pemasukan kas per transaksi. Pencatatan dinilai tidak rapi dan tidak sistemik.

Menurut Wibowo (2002) dalam bukunya yang berjudul “Pedoman Mengelola

Perusahaan Kecil”, sistem pembukuan usaha kecil yang baik setidaknya memuat

beberapa hal penting yaitu : (1) Daftar inventaris, (2) Catatan keluar masuk kas,

(3) Buku penjualan dan pembelian, (3) Catatan perjanjian dagang dan (5) Catatan

produksi

3. Pengelolaan keuangan yang kurang baik.

Salah satu akibat dari pembukuan yang buruk adalah pengelolaan

keuangan yang kurang baik. Usaha ini belum menyusun laporan keuangan seperti

laporan laba rugi, arus kas dan neraca. Penyusunan anggaran belanja usaha hanya

dilakukan diawal pendirian usaha saja sedangkan selanjutnya tidak. Pengaturan

keuangan merupakan hal yang sering diabaikan oleh usaha kecil yang

menyebabkan usaha kecil sulit berkembang. Menurut Iqbal dan Simanjuntak

(2004) dalam bukunya yang berjudul “Solusi Jitu Bagi Pengusaha Kecil dan

Page 73: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

160

Menengah” menyatakan seringnya usaha kecil kurang mengontrol pengeluaran

dan pemasukan uang menyebabkan kurangnya penyertaan modal dalam usaha

kecil.

6.1.7 Aspek Hukum

Usaha yang dikelola oleh Bhineka I ini merupakan usaha atas nama

bersama yaitu kelompok tani Bhineka I tetapi tanggung jawab pengelolaannya

diserahkan kepada Bapak Dedi Sobandi. Bapak Dedi Sobandi bertanggung jawab

terhadap untung rugi usaha. Hal ini dikarenakan modal usaha dalam menjalankan

usaha ini sebagian besar dari Bapak Sobandi. Usaha ini akan terus berjalan atas

nama Poktan Bhineka I karena mandat dari Pemerintah Kabupaten Subang. Dari

awal usaha hingga September 2009, usaha ini belum memiliki SIUP dan

pengelola berencana membuat SIUP pada tahun 2010.

6.1.8 Hasil Analisis Kelayakan Aspek Hukum

Usaha pupuk organik Poktan Bhineka I belum memiliki bentuk badan

usaha dan SIUP. Hal ini menyebabkan usaha ini sulit memperoleh pinjaman

modal dari bank untuk pengembangan usaha. Persyaratan dalam memperoleh

Kredit Usaha Rakyat untuk badan usaha kecil menengah adalah menyertakan

minimal SIUP untuk batas pinjaman maksimal 100 juta. Pengelola berencana

mengurus izin usaha tersebut pada tahun 2010.

Usaha pupuk organik memiliki status kepemilikan yang belum jelas.

Selama ini usaha berjalan atas nama Poktan Bhineka I, akan tetapi pengelolaan

mutlak dimilki oleh Bapak Dedi Sobandi dan keluarga. Adanya badan usaha dan

kejelasan dari kepemilikan usaha sangat penting dalam berjalannya suatu usaha

terutama dalam pengurusan izin usaha. Berdasarkan uraian tersebut, maka secara

umum dapat dinilai bahwa usaha Poktan Bhineka I dikatakan tidak layak ditinjau

dari aspek hukum. Hal ini dikarenakan faktor ketidakjelasan kepemilikan usaha.

6.1.8 Aspek Sosial dan Lingkungan

Usaha yang dikelola oleh kelompok tani Bhineka I bukan merupakan suatu

usaha yang hanya berorientasi pada keuntungan (profit oriented) bagi anggota

akan tetapi juga suatu usaha yang bersifat sosial. Pada dasarnya, usaha ini

Page 74: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

161

didirikan bertujuan untuk meningkatkan pertanian organik khususnya di Desa

Blendung dan juga memperbaiki kondisi lahan yang telah rusak. Masyarakat Desa

Blendung sangat mendukung berdirinya usaha ini karena usaha ini dianggap

memberi keuntungan sosial bagi mereka. Adanya dukungan besar masyarakat

karena usaha ini telah memberikan lapangan kerja baru dan meningkatkan

pendapatan peternak yang ada di sekitar Desa Blendung. Masyarakat menyatakan

tidak ada dampak negatif seperti pencemaran udara atau air yang mereka rasakan

selama usaha ini berjalan.

6.1.9 Hasil Analisis Kelayakan Aspek Sosial dan Lingkungan

Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek sosial lingkungan usaha pupuk

organik Poktan Bhineka I, maka usaha ini dinilai sangat layak dijalankan dan

dikembangkan karena memberikan benefit social yang besar bagi lingkungannya..

Dampak negatif atau kerugian sosial dari berjalannya usaha ini tidak dirasakan

oleh masyarakat. Oleh karena itu, usaha ini mendapat dukungan dari masyarakat

dan juga pemerintah Berdirinya usaha ini, memberikan manfaat sosial dan

ekonomi bagi masyarakat antara lain :

1. Memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat peternak

Masyarakat peternak di Desa Blendung dan desa sekitarnya berperan

sebagai pemasok kotoran hewan. Penjualan kotoran hewan meningkatkan

pendapatan masyarakat peternak dan menjadi manfaat ekonomi dari berjalannya

usaha ini. Nilai manfaat ekonomi yang diberikan usaha ini per bulannya adalah

Rp 3.220.000 (penjualan 1,38 ton kotoran).

2. Memberikan manfaat ekonomi bagi UMKM sekitar

Usaha ini memberikan tambahan pendapatan bagi usaha pembudidayaan

jamur dan UKM kerupuk. Bagi usaha budidaya jamur, usaha ini telah

memberikan tambahan pendapatan dari penjualan limbah jamur senilai Rp

600.000 per bulannya. Bagi UKM kerupuk, usaha ini memberikan tambahan

pendapatan dari penjualan limbah sekam penggorengan kerupuk senilai Rp

540.000.

3. Mengurangi pengangguran di Desa Blendung

Page 75: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

162

Kegiatan produksi dalam usaha pupuk organik Bhineka I telah menyerap

tenaga kerja rata-rata 5 orang per bulannya. Oleh karena itu, usaha ini berperan

dalam pengurangan pengangguran.

4. Ikut serta dalam melestarikan lingkungan

Usaha ini memanfaatkan 90 persen limbah sebagai bahan baku utama. Hal

ini memberikan dampak positif bagi lingkungan dengan mengurangi sampah.

6.2 Analisis Aspek Kelayakan Finansial

Analisis aspek finansial dalam usaha pupuk organik bertujuan untuk

menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat dengan

membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan sehingga dapat ditentukan

layak atau tidaknya suatu pengusahaan tersebut. Kriteria penilaian investasi yang

digunakan yaitu NPV, IRR, Net B/C dan PP. Untuk menganalisis keempat kriteria

tersebut, digunakan arus kas (cashflow) sehingga dapat diketahui besarnya

manfaat dan biaya yang dikeluarkan oleh Poktan Bhineka I dalam pengusahaan

pupuk organik.

Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk

mengetahui kelayakan pengusahaan pembuatan pupuk organik. Analisis

kelayakan finansial yang dilakukan pada dua kondisi yaitu kondisi yang telah

berjalan sekarang (Skenario I) dan kondisi yang akan datang dengan peningkatan

kapasitas produksi (Skenario II). Kapasitas produksi ditingkatkan dua kali lipat

dari 25 ton per bulan menjadi 50 ton per bulan. Peningkatan kapasitas produksi

atas dasar : (1) menyerap potensi pasar besar yang 99 persen belum terserap, (2)

memenuhi permintaan dan (3) Memanfaatkan lahan usaha yang masih kosong.

Kapasitas hanya ditingkatkan dua kali lipat dengan alasan keterbatasan

kemampuan manajemen pengelola dan keterbatasan dana. Untuk mengetahui hasil

kelayakan pengusahaan pembuatan pupuk organik akan dilihat dari kriteria-

kriteria kelayakan finansial yang meliputi NPV, Net B/C, IRR, dan Payback

Periode.

6.2.1 Analisis Kelayakan Finansial Skenario I (Tanpa Peningkatan

Kapasitas Produksi)

Page 76: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

163

Kelayakan finansial suatu usaha ditentukan dengan menganalisis laporan

arus kas. Analisis kelayakan finansial skenario I dilakukan pada usaha Poktan

Bhineka I dengan kondisi usaha berjalan seperti saat sekarang dimana tingkat

produksi yang dihasilkan yaitu 25 ton perbulannya. Perhitungan umur proyek

dalam analisis ini dimulai dari tahun ke-1 yaitu tahun 2008. Umur proyek adalah

10 tahun berdasarkan umur bangunan sebagai alat investasi utama.

6.2.1.1 Arus Manfaat (Inflow)

Manfaat (Inflow) adalah segala sesuatu yang dapat meningkatkan

pendapatan suatu proyek. Pada usaha pembuatan pupuk organik ini, inflow

diperoleh dari hasil penjualan dan nilai sisa dari investasi.

a. Penerimaan Penjualan

Rata-rata penjualan pupuk Poktan Bhineka I per bulan yaitu 25 ton. Harga

jual pupuk sebesar Rp 650 per kilogram. Pada tahun 2008, penjualan produk

dimulai dari bulan April. Total penjualan pada tahun 2008 yaitu 120 ton per

tahun. Hingga September tahun 2009, terjadi peningkatan penjualan mencapai 90

persen menjadi 230 ton (Tabel 6). Penjualan hingga akhir tahun 2009 diasumsikan

sebesar 300 ton. Hal ini dikarenakan kemampuan produksi dalam satu tahun yaitu

300 ton. Tahun-tahun berikutnya diperkirakan tidak terjadi peningkatan lagi sebab

sudah mencapai batas maksimum kapasitas produksi.

Tabel 8. Penerimaan Usaha Pupuk Organik Bhineka I (Skenario I)

Tahun Penjualan

(Ton)

Harga

(Rp)

Penerimaan Total

(Rp)

1 120 650 78,000,000

2 300 650 195,000,000

3 300 650 195,000,000

4 300 650 195,000,000

5 300 650 195,000,000

6 300 650 195,000,000

7 300 650 195,000,000

8 300 650 195,000,000

9 300 650 195,000,000

10 300 650 195,000,000

b. Nilai Sisa (Salvage Value)

Page 77: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

164

Selain dari penjualan pupuk, penerimaan perusahaan juga diperoleh dari

nilai sisa (salvage value) biaya investasi yang terdapat hingga akhir umur proyek

sehingga dapat ditambahkan sebagai manfaat proyek. Penentuan umur ekonomis

alat investasi berdasarkan pengalaman pengelola dalam pemakaian alat investasi

tersebut. Nilai sisa pada proyek dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 9. Nilai Sisa Investasi (Skenario I)

Jenis Investasi Jumlah

Harga

satuan

(Rp)

Nilai (Rp) Umur

Ekonomi

Nilai Sisa

(Rp)

Tanah 1500m2 22,500,000 22,500,000

Bangunan (7x20)m 38,000,000 38,000,000 10 -

Alas bambu 1 unit 500,000 500,000 1 -

Mesin giling 1 unit 3,000,000 3,000,000 5 -

Mesin kemas 1 unit 650,000 650,000 5 -

Timbangan gantung

100kg 1 unit 300,000 300,000 5 -

Timbangan duduk

500 kg 1unit 500,000 500,000 7 200,000

Terpal 1 Rol 500,000 500,000 2 -

Cangkul 4 unit 30,000 120,000 2 -

Sekop 3 unit 40,000 120,000 2 -

Ayakan 1 unit 10,000 10,000 2 -

Ember+ gayung 2 unit 20,000 40,000 1 -

Garu 1 unit 15,000 15,000 2 -

Embrat/penyiram 1 unit 20,000 20,000 2 -

Sepatu boot 2 pasang 50,000 100,000 2 -

Drum 2 unit 100,000 200,000 2 -

Total 66,575,000 22,700,000

Dari tabel ditas dapat dilihat bahwa investasi pada usaha ini memiliki nilai sisa

pada tanah dan timbangan duduk. Tanah tidak memiliki umur ekonomis sehingga

nilai tanah tidak menyusut. Asumsi nilai sisa tanah pada penelitian ini sama

dengan nilai pada pembelian di awal proyek.

6.2.1.3 Arus Biaya (Outflow)

Biaya adalah segala sesuatu yang menjadi biaya dan mengurangkan nilai

suatu proyek. Arus pengeluaran terdiri dari pengeluaran untuk biaya investasi dan

biaya operasional.

a. Biaya Investasi dan Reinvestasi

Page 78: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

165

Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama proyek (tahun 2008).

Total biaya investasi usaha Poktan Bhineka I senilai Rp 66.575.000. Biaya

investasi dikeluarkan oleh pengelola (Dedi Sobandi) setengahnya dari total biaya

yaitu Rp 34.575.000 dan sisanya dari bantuan Pemkab Subang (Rp 32.000.000).

Biaya investasi terbesar yang dikeluarkan usaha ini adalah bangunan yang seluas

7x20 meter persegi. Nilai investasi tersebut didapat pada tahun 2008.

Tabel 10. Rincian Investasi Usaha Pupuk Organik Bhineka I (Skenario I)

Jenis Investasi Jumlah

Harga

satuan

(Rp)

Nilai

(Rp)

Tanah 1500m2 22,500,000

Bangunan dan instalasi

listrik (7x20)m 38,000,000 38,000,000

Alas bambu 1 unit 500,000 500,000

Mesin giling 1 unit 3,000,000 3,000,000

Mesin kemas 1 unit 650,000 650,000

Timbangan gantung 100kg 1 unit 300,000 300,000

Timbangan duduk

500 kg 1unit 500,000 500,000

Terpal 1 rol 500,000 500,000

Cangkul 4 unit 30,000 120,000

Sekop 3 unit 40,000 120,000

Ayakan 1 unit 10,000 10,000

Ember+ gayung 2 unit 20,000 40,000

Garu 1 unit 15,000 15,000

Embrat/penyiram 1 unit 20,000 20,000

Sepatu boot 2 pasang 50,000 100,000

Drum 2 unit 100,000 200,000

Total 66,575,000

Selain biaya investasi juga ada biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh

perusahaan apabila ada komponen pada investasi telah habis umur ekonomisnya.

Komponen investasi yang mengalami reinvestasi jika memiliki umur ekonomis

tidak sepanjang umur proyek. Rincian dari biaya reinvestasi dapat dilihat pada

Lampiran 8. Total biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh Poktan Bhineka I dari

tahun ke-2 hingga umur proyek selesai adalah Rp 36.250.000. Nilai dari biaya

reinvestasi per unit diasumsikan tetap atau sama dengan nilai per unit pada tahun

2008.

b. Biaya Operasional

Page 79: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

166

Biaya operasional terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya

variabel meliputi biaya bahan baku dan upah tenaga kerja produksi. Biaya tetap

meliputi beban listrik, beban administrasi. Terjadi peningkatan biaya variabel

sebesar 17, 14 persen dari tahun 2008 hingga tahun 2009.

Total produksi pupuk pada tahun 2008 adalah 120 ton pupuk sehingga

total pengeluaran biaya variabel adalah Rp 54.996.000.Pembelian bahan baku

dilakukan dengan cara FOB destination dimana harga bahan baku sudah termasuk

biaya pengangkutan hingga ke tempat. Dari tabel diatas dapat dilihat rincian biaya

produksi pada tahun 2008. Pada tahun 2008, bahan baku merupakan biaya dengan

proporsi terbesar yaitu 82.22 persen.

Tabel 11. Rincian Biaya Variabel Produksi 10 Ton Pupuk pada Tahun 2008

Uraian

Tahun 2008 Proporsi

biaya (%) Jumlah Nilai per satuan

(Rp)

Nilai Total

(Rp)

Bahan baku :

Kotoran Hewan 2 bak mobil 1,000,000 /mobil 2,000,000 44.71

Arang Sekam 180 karung 4000/ karung 540,000 16.10

Jerami 9 bak mobil 200.000/ 3 mobil 600,000 13.41

Zeolit 1 kwintal 78,000/kwintal 78,000 1.74

Dekomposer 10 botol 2500/ botol 250,000 5.59

Molase 10 kg 3000/ kg 30,000 0.67

Total bahan baku 3,788,000 82.22

Karung 200 karung 1000/karung 200,000 4.47

Benang 2 gulung 10,000/gulung 20,000 0.45

Tenaga kerja produksi 15 HOK 25,000/HOK 375,000 8.38

Upah kemas 1000/karung 200,000 4.47

Total 4,583,000 100.00

Pada tahun 2009, proporsi biaya bahan baku sebesar 80,17 persen dimana

komposisi biaya bahan baku terbesar adalah kotoran hewan. Total produksi pupuk

pada tahun 2009 adalah 300 ton pupuk sehingga total pengeluaran biaya variabel

adalah Rp 16.940.000. Total biaya variabel mengalami kenaikan pada tahun 2009

sebesar 17,14 persen. Biaya bahan baku mengalami kenaikan sebesar 14,25

persen dimana kenaikan terbesar pada kotoran hewan sebesar 27,5 persen. Hal ini

dikarenakan semakin berkembangnya usaha-usaha yang memanfaatkan kotoran

hewan sehingga harga kotoran meningkat. Biaya bahan baku yang mengalami

penurunan yaitu arang sekam yang turun hingga 33,33 persen. Hal ini dikarenakan

Page 80: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

167

sebagian pasokan arang sekam dialihkan dari industri batako ke industri

penggorengan kerupuk. Arang sekam dari penggorengan kerupuk jauh lebih

murah dibandingkan industri batako. Pada tahun berikutnya (tahun ke-3 hingga

ke-10) diasumsikan biaya tidak mengalami perubahan lagi. Biaya yang

mengalami kenaikan paling tinggi dan sangat dirasakan oleh pengelola yaitu

biaya tenaga kerja dan harga karung pembungkus sebesar 33,3 persen.

Tabel 12. Rincian Biaya Variabel 10 Ton Pupuk pada Tahun 2009

Selain biaya variabel, yang juga menjadi pengeluaran usaha ini adalah

beban operasi meliputi beban administrasi dan komunikasi, beban listrik, dan

beban pajak.

Tabel 13. Rincian Biaya Tetap Usaha Pupuk Organik Poktan Bhineka I

Biaya administrasi termasuk biaya pembukuan dan komunikasi senilai Rp

30.000 per bulannya atau Rp 360.000 per tahun. Beban listrik selama setahun

Uraian

Tahun 2009 Proporsi

Biaya

(%)

Perubahan

biaya

(2008-2009) Jumlah

Nilai per satuan

(Rp)

Nilai Total

(Rp)

Bahan baku :

Kotoran Hewan

460 karung

@ karung =30 kg 6000 /karung 2,760,000 51.13 27.54

Arang Sekam 180 karung 3000/karung 540,000 10.00 -33.33

Jerami 9 bak mobil 200.000 / 3mobil 600,000 11.12 0.00

Zeolit 1 kwintal 78,000/ kwintal 78,000 1.44 0.00

Dekomposer 10 botol 25,000 /botol 320,000 5.93 21.88

Molase 10 kg 3000/kg 30,000 0.56 0.00

Total bahan baku 4,328,000 80.17 14.25

Karung 200 karung 1500/karung 300,000 5.56 33.33

Benang 2 gulung 10,000 20,000 0.37 0.00

Tenaga kerja

produksi 15 HOK 30,000/HOK 450,000 8.34 16.67

Upah kemas - 1500 per karung 300,000 5.56 33.33

Total 5,398,000 100 17.14

No Uraian Nilai Per Tahun

(Rp)

1 Beban Administrasi dan Komunikasi 360.000

2 Listrik 1.020.000

Total 1.386.000

Page 81: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

168

senilai Rp 1.020.000 dihitung dari rata-rata pembayaran iuran listrik per bulan

yaitu Rp 85.000 dikali 12 (jumlah bulan dalam setahun). Pada tahun-tahun

berikutnya, diasumsikan nilai biaya administrasi dan listrik tetap per bulannya.

6.2.1.3 Laporan Laba Rugi (Skenario I)

Laporan laba rugi usaha dapat dilihat pada Tabel 14. Laporan laba rugi

Poktan Bhineka I diasumsikan sama mulai dari tahun ke-2 hingga ke-10 dimana

usaha ini telah mencapai kapasitas penuh.

Tabel 14. Proyeksi Laporan Laba Rugi per Tahun Usaha Pupuk Organik

Poktan Bhineka I (Skenario I)

Beban pajak dihitung berdasarkan laporan laba rugi usaha per tahun.

Beban pajak yang ditanggung usaha ini sebesar 5 persen dari laba. Pada kondisi

yang terjadi (aktual), usaha ini tidak mengeluarkan pajak. Pertimbangan

dimasukkan beban pajak adalah agar penilaian laba dan NPV usaha tidak terlalu

tinggi (overstated). Pada tahun pertama (tahun 2008) usaha ini mendapat laba

setelah dikurangi pajak usaha sebesar Rp 16.340.068 dan pada tahun ke-2 hingga

tahun berikutnya sebesar Rp 24.639.268.

6.2.1.4 Hasil Analisis Kelayakan Finansial (Skenario I)

Analisis kelayakan finansial dilihat dari kriteria nilai NPV, Net B/C, IRR,

dan payback periode. Discount rate yang digunakan dalam analisis arus kas

Uraian Tahun ke

1 2,3…10

Pendapatan:

I. Pendapatan penjualan 78,000,000 195,000,000

II. Pengeluaran

1.Beban Pokok produksi:

Bahan baku 44,136,000 129,840,000

Karung 2,400,000 9,000,000

Benang 240,000 600,000

Tenaga kerja produksi 4,500,000 13,500,000

Upah kemas 2,400,000 9,000,000

2.Beban Operasi:

Beban Administrasi 360,000 360,000

Beban Listrik 1,020,000 1,020,000

Beban Penyusutan 5,743,929 5,743,929

Total Beban (a+b) 60,799,929 169,063,929

III. Laba (I-II) 17,200,071 25,936,071

Beban Pajak 860,004 1,296,804

IV.Laba setelah pajak 16,340,068 24,639,268

Page 82: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

169

skenario I sebesar 7 persen (suku bunga deposito BRI September 2009). Hasil

analisis kelayakan finansial Poktan Bhineka I dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 15. Hasil Analisis Finansial Skenario I Kriteria Hasil

Net Present Value (NPV) Rp 156,179,316 Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) 4.5104 Internal Rate Return (IRR) 65% Payback Periode (PP) 2.7948

Berdasarkan analisis finansial di atas, dapat disimpulkan bahwa usaha

pembuatan pupuk organik yang dijalankan oleh Poktan Bhineka I layak

dijalankan. NPV usaha ini bernilai Rp 156.179.316 lebih besar dari nilai investasi

sebesar Rp 66.575.000. Usaha ini memperoleh NPV>0 yaitu sebesar 156,179,316

yang artinya bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. NPV yang bernilai Rp

156.179.316 menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usaha ini selama

umur proyek terhadap tingkat diskon (discount rate) yang berlaku. Kriteria lain

yang dianalisis adalah Net B/C, pada Skenario I usaha ini diperoleh nilai Net B/C

>0 yaitu sebesar 4,5 yang menyatakan bahwa usaha isi ini layak dijalankan. Nilai

Net B/C sama dengan 4,5 artinya setiap Rp 1 yang dikeluarkan selama umur

proyek menghasilkan Rp 4,5 satuan manfaat bersih. IRR yang diperoleh dari

analisis finansial pada skenario I adalah 65 persen dimana IRR tersebut lebih

besar dari discount factor (rate) yang berlaku yaitu 7 persen. IRR juga

menunjukkan bahwa usaha ini akan layak jika nilai DR masih dibawah 52 persen.

Nilai IRR tersebut menunjukkan tingkat pengembalian internal proyek sebesar 71

persen dan karena IRR>8 persen, maka usaha ini layak dan menguntungkan.

Usaha pupuk organik ini memiliki periode pengembalian (payback periode) 2

tahun 9 bulan. Berdasarkan keempat kriteria kelayakan finansial usaha tersebut,

maka dapat disimpulkan usaha ini sangat layak untuk dijalankan.

6.2.1.5 Analisis Sensitivitas (Skenario I)

Analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan nilai pengganti

(switching value) sampai memperoleh nilai NPV yang mendekati nol, IRR 7

persen dan Net B/C mendekati satu. Nilai pengubah dalam analisis ini adalah

biaya bahan baku, upah tenaga kerja ( upah produksi dan kemas) dan harga jual.

Page 83: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

170

Penentuan nilai pengganti terhadap bahan baku dan upah tenaga kerja berdasarkan

analisis terhadap perubahan biaya pada tahun 2008 dan 2009 dimana bahan baku

dan tenaga kerja mengalami peningkatan yang cukup besar (Tabel 8).

Pertimbangan perubahan harga jual sebagai nilai pengganti atas dasar adanya

kecenderungan penurunan harga akibat masuknya pasokan pupuk organik

bersubsidi dengan harga Rp 500 di Subang tahun 2010. Hasil switching value

adalah sebagai berikut.

Tabel 16. Hasil Analisis Sensitivitas (Skenario I)

Perubahan Persentase (%)

Kenaikan Biaya

Bahan Baku per tahun 4,41

Kenaikan Upah

Tenaga Kerja per Tahun 19,20

Penurunan Harga Jual 14,4

Hasil analisis sensitivitas usaha Poktan Bhineka I menunjukkan bahwa

batas kenaikan harga bahan baku, kenaikan upah kerja dan penurunan harga jual

yang membuat usaha ini masih layak adalah 4,41 persen, 19,20 persen, dan 14,4

persen. Dari hasil analisis sensitivitas dapat dilihat bahwa perubahan harga bahan

baku yang paling mempengaruhi kelayakan finansial usaha ini. Kenaikan bahan

baku sebesar diatas 4,41 persen per tahun menyebabkan usaha ini tidak layak.

Kenaikan upah tenaga kerja diatas 19,20 persen per tahun menyebabkan usaha ini

tidak layak untuk dijalankan. Penurunan harga jual dibawah 14,4 persen

menyebabkan usaha ini tidak layak dijalankan. Batas harga jual dari pupuk

organik ini adalah Rp 556,4 per kilogram. Oleh karena itu, jika harga pasar pupuk

organik ditetapkan Rp 500 merugikan usaha ini dan UKM pupuk organik lainnya

yang ada di Subang.

6.2.2 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Skenario II (Peningkatan

Kapasitas)

Page 84: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

171

Peningkatan kapasitas produksi dari 300 ton menjadi 600 ton per tahun

dilakukan dengan penambahan luas tempat usaha dan penambahan investasi.

Rencana ini akan dilakukan pada tahun 2010.

6.2.2.1 Arus Manfaat (Inflow)

Manfaat adalah segala sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan suatu

proyek. Pada usaha pembuatan pupuk organik ini, inflow diperoleh dari hasil

penjualan dan nilai sisa dari investasi.

a. Penerimaan penjualan

Peningkatan kapasitas produksi menjadi dua kali lipat juga meningkatkan

penerimaan penjualan dua kali lipatnya. Peningkatan kapasitas dilakukan pada

tahun ke-3 sehingga penjualan meningkat pada tahun tersebut menjadi 50 ton per

bulan. Harga jual pupuk diasumsikan tetap sebesar Rp 650 per kilogram selama

umur proyek.

Tabel 17. Penerimaan Pupuk Organik (Skenario II)

Tahun Jumlah pupuk

(Ton)

Harga

(Rp)

Penerimaan Total

(Rp)

1 120 650 78,000,000

2 300 650 195,000,000

3 600 650 390,000,000

4 600 650 390,000,000

5 600 650 390,000,000

6 600 650 390,000,000

7 600 650 390,000,000

8 600 650 390,000,000

9 600 650 390,000,000

10 600 650 390,000,000

b. Nilai Sisa

Biaya-biaya investasi pada usaha ini yang masih memiliki nilai hingga

akhir umur proyek tanah, bangunan tambahan investasi, dan timbangan duduk.

Total nilai sisa hingga akhir umur proyek adalah Rp 51.080.000 (Lampiran 14).

6.2.2.2 Arus Biaya(Outflow)

Page 85: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

172

Skenario II adalah suatu kondisis dimana terjadi peningkatan kapasitas

produksi dua kali lipat. Arus pengeluaran pada Skenario II terdiri dari pengeluaran

untuk biaya investasi, biaya operasional, dan biaya tetap.

a. Biaya Investasi dan Reinvestasi

Biaya investasi dikeluarkan pada pada tahun pertama dan ketiga proyek.

Pada tahun ketiga, kapasitas produksi ditingkatkan sehingga biaya investasi

dikeluarkan lagi. Investasi yang mengalami penambahan diuraikan pada Tabel 18.

Tabel 18. Rincian Penambahan Investasi pada Skenario II

Jenis Investasi Jumlah Harga Satuan

(Rp) Nilai (Rp)

Bangunan (15m x 20m) 70,000,000 70,000,000

Alas bambu 1 unit 500,000 500,000

Mesin kemas 1 unit 650,000 650,000

Timbangan gantung 100kg 1 unit 300,000 300,000

Terpal 1 Rol 500,000 500,000

Cangkul 4 unit 30,000 120,000

Sekop 3 unit 40,000 120,000

Ayakan 1 unit 10,000 10,000

Ember+ gayung 2 unit 20,000 40,000

Garu 1 unit 15,000 15,000

Embrat/penyiram 1 unit 20,000 20,000

Sepatu boot 2 pasang 50,000 100,000

Drum 2 unit 100,000 200,000

Total 73,575,000

Bangunan yang ditambah dalam peningkatan kapasitas produksi seluas 15 m x 20

m. Bangunan tersebut digunakan untuk ruang pengomposan seluas (7m x 20 m)

dan ruang penyimpanan produk (8mx20m). Peningkatan kapasitas produksi

membutuhkan tambahan peningkatan mesin dan peralatan. Akan tetapi ada

beberapa investasi yang tidak memerlukan penambahan yaitu luas lahan,

timbangan duduk 500 kg dan mesin giling. Luas lahan yang ada masih dapat

dimanfaatkan untuk peningkatan kapasitas produksi. Menurut pengelola, mesin

giling dan timbangan duduk tidak perlu ditambah jumlahnya karena

pemanfaatannya selama ini belum optimal. Selain biaya investasi juga ada biaya

reinvestasi yang dikeluarkan oleh perusahaan apabila ada komponen pada

investasi telah habis umur ekonomisnya. Komponen investasi yang mengalami

Page 86: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

173

reinvestasi jika memiliki umur ekonomis tidak sepanjang umur proyek. Rincian

dari biaya reinvestasi dapat dilihat pada Lampiran 14.

b. Biaya Operasional

Biaya operasional pada skenario II terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap.

Biaya variabel pada skenario II mengalami peningkatan dua kali lipat karena

penggunaan input variabel juga ikut meningkat dengan proporsi yang sama.

Asumsi harga pada setiap input variabel tidak mengalami perubahan dari tahun

2009.

Tabel 19. Rincian Biaya Variabel per Tahun Skenario II

Tahun ke- Jumlah produksi

(ton)

Total Biaya variabel

(Rp)

1 120 53,676,000

2 300 161,940,000

3 600 323,880,000

4 600 323,880,000

5 600 323,880,000

6 600 323,880,000

7 600 323,880,000

8 600 323,880,000

9 600 323,880,000

10 600 323,880,000

Selain biaya variabel, biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sebagai

biaya operasional adalah biaya tetap. Biaya tetap pada skenario II memiliki nilai

sama dengan skenario I karena biaya ini tidak terpengaruh terhadap peningkatan

kapasitas produksi.

Tabel 20. Rincian Biaya Tetap Usaha Produksi Pupuk Organik (Skenario II)

No Uraian Nilai Per Tahun

(Rp)

1 Beban Administrasi dan Komunikasi 360,000

2 Listrik 1,020,000

Total 1,386,000

Page 87: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

174

Biaya administrasi termasuk biaya pembukuan dan komunikasi senilai Rp.

30.000 per bulannya atau Rp 360.000 per tahun. Beban listrik selama setahun

senilai Rp 1.020.000 dihitung dari rata-rata pembayaran iuran listrik per bulan

yaitu Rp 85.000 dikali 12 (jumlah bulan dalam setahun). Pada tahun-tahun

berikutnya, diasumsikan nilai biaya administrasi dan listrik tetap per bulannya.

6.2.2.3 Laporan Laba Rugi (Skenario II)

Laporan laba rugi Poktan Bhineka I diasumsikan sama mulai dari tahun

ke-3 hingga ke-10 dimana usaha ini telah mencapai kapasitas penuh (50 ton per

bulan). Diasumsikan pada tahun ketiga terjadi kenaikan kapasitas usaha yang ikut

meningkatkan penjualan. Laba setelah pajak per tahunnya setelah peningkatan

kapasitas yaitu sebesar Rp 46.737.268. Laba tersebut merupakan laba bersih

setelah dikurangi beban bunga senilai 16 persen dari total investasi (Rp

73.575.000). Asumsi dikeluarkan bunga pada tahun ketiga dan seterusnya karena

modal untuk meningkatkan kapasitas di tahun ke-3 merupakan pinjaman.

Tabel 21. Proyeksi Laba Rugi per Tahun Usaha Bhineka I (Skenario II)

Uraian Tahun ke

1 2 3

Pendapatan:

I. Pendapatan penjualan 78,000,000 195,000,000 390,000,000

II. Pengeluaran

1.Beban Pokok produksi:

Bahan baku 44,136,000 129,840,000 259,680,000

Karung 2,400,000 9,000,000 18,000,000

Benang 240,000 600,000 1,200,000

Tenaga kerja produksi 4,500,000 13,500,000 27,000,000

Upah kemas 2,400,000 9,000,000 18,000,000

2.Beban Operasi:

Beban Administrasi 360,000 360,000 360,000

Beban Listrik 1,020,000 1,020,000 1,020,000

Beban Penyusutan 5,743,929 5,743,929 13,993,929

Total Beban (a+b) 60,799,929 169,063,929 339,253,929

Laba (I-II) 17,200,071 25,936,071 50,746,071

Beban Bunga (16 %) - - 1,471,500

Laba setelah bunga 17,200,071 25,936,071 49,274,571

Beban Pajak 860,004 1,296,804 2,537,304

Laba setelah pajak 16,340,068 24,639,268 46,737,268

Page 88: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

175

6.2.2.4 Analisis Kelayakan Finansial (Skenario II)

Analisis kelayakan finansial dilihat dari kriteria nilai NPV, Net B/C, IRR,

dan payback periode. Pada Skenario II, Discount Rate yang digunakan sebesar 16

persen (Suku bunga pinjaman KUR BRI September 2009). Pertimbangan nilai

tersebut karena modal untuk peningkatan investasi merupakan modal pinjaman.

Tabel 22. Hasil Analisis Finansial Skenario II

Kriteria Hasil

Net Present Value (NPV) Rp164,690,803

Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) 4.0936

Internal Rate Return (IRR) 68%

Payback Periode (PBP) 3.1822

Berdasarkan analisis finansial di atas dapat dilihat bahwa pada skenario II

yang akan dijalankan oleh Poktan Bhineka I memperoleh NPV>0 yaitu sebesar

Rp164,690,803 yang artinya bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. NPV yang

bernilai Rp164,690,803 menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usaha ini

selama umur proyek terhadap tingkat diskon (discount rate) yang berlaku.

Kriteria lain yang dianalisis adalah Net B/C. Pada Skenario II usaha ini diperoleh

nilai Net B/C >0 yaitu sebesar 4 yang menyatakan bahwa usaha ini ini layak

dijalankan. Nilai Net B/C sama dengan 4 artinya setiap Rp 1 yang dikeluarkan

selama umur proyek menghasilkan Rp 4 satuan manfaat bersih. IRR yang

diperoleh dari analisis finansial pada skenario I adalah 68 persen dimana IRR

tersebut lebih besar dari discount factor (rate) yang berlaku yaitu 16 persen.

Payback period dengan adanya peningkatan kapasitas yaitu enam tahun enam

bulan.

6.2.2.5 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat pengaruh yang akan terjadi

apabila keadaan berubah dengan menggunakan nilai pengganti (switching value).

Nilai pengganti (switching value) didapat setelah memperoleh nilai NPV yang

mendekati nol. Dengan pertimbangan yang sama pda analisis sensitivitas skenario

I, nilai pengubah dalam skenario II adalah biaya bahan baku, upah tenaga kerja

(upah produksi dan kemas) dan harga jual. Hasil switching value pada Skenario II

adalah sebagai berikut.

Tabel 23. Hasil Analisis Sensitivitas (Skenario II)

Page 89: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

176

Perubahan Persentase

(%)

Kenaikan Biaya Bahan Baku 4,16

Kenaikan Upah Tenaga Kerja 17,85

Penurunan Harga Jual 11,25

Hasil switching value pada skenario II menunjukkan bahwa batas perubahan

terhadap kenaikan harga bahan baku, kenaikan upah kerja dan penurunan harga

jual yang membuat usaha ini tetap layak adalah 4,16 persen, 17,85 persen, dan

11,25persen. Kenaikan bahan baku sebesar diatas 4,16 persen per tahun selama

umur proyek menyebabkan usaha ini tidak layak. Kenaikan upah tenaga kerja

diatas 17,85 persen per tahun menyebabkan usaha ini tidak layak untuk

dijalankan. Penurunan harga jual dibawah 11,25 persen menyebabkan usaha ini

tidak layak dijalankan. Pada skenario II, batas harga jual dari pupuk organik ini

adalah Rp 576,8 per kilogram. Hasil analisis switching value skenario II tidak jauh

berbeda dengan skenario I. Walaupun usaha ini meningkatkan output, kenaikan

harga bahan baku masih sangat sensitif.

6.2.3 Perbandingan Hasil Analisis Finansial Skenario I dan Skenario II

Hasil kelayakan finansial untuk skenario I dan skenario II menunjukkan

bahwa usaha Poktan Bhineka I pada kedua kondisi tersebut layak untuk

dijalankan. Menurut Soeharto (2002), penilaian pengembangan suatu proyek

dapat dilihat dari peningkatan arus kas bersih yang bersifat incremental.

Peningkatan kaapsitas produksi meningkatkan arus kas bersih (netflow) dari usaha

ini.

Gambar 9: Grafik Arus manfaat Skenario I dan Skenario II

(100,000,000)

(50,000,000)

-

50,000,000

100,000,000

150,000,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Skenario I Skenario II

Page 90: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

177

Peningkatan kapasitas produksi menjadi dua kali lipatnya (skenario II)

menyebabkan peningkatan nilai pendapatan setelah dikurangi pajak per tahunnya,

nilai NPV dan Net B/C. Peningkatan kapasitas juga memperpanjang periode

pengembalian (PP) karena nilai investasi terlalu besar.

Tabel 24. Perbandingan Hasil Analisis Kelayakan Finansial Skenario I dan

Skenario II

Uraian Skenario I Skenario II

Kriteria Laba Rugi

Laba per tahun (setelah pajak) Rp 24,639,268 Rp 46,737,268

Kriteria Kelayakan Cashflow DR 7 % DR 16 %

NPV Rp 156,179,316 Rp164,690,803

Net B/C 4.5104 4.0936

IRR 65% 68%

PP 2.7948 3.1822

Analisis Sensitivitas

Kenaikan Biaya

Bahan Baku per tahun

4,41% 4,16%

Kenaikan Upah Kerja per tahun 19,2% 17,85%

Penurunan Harga Jual 14,4% 11,25%

Dari perbandingan hasil analisis sensitivitas, skenario I dan skenario II dapat

dilihat bahwa pada kedua skenario usaha sangat sensitif terhadap perubahan biaya

bahan baku. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara sensitivitas usaha

sebelum peningkatan kapasitas dan setalah terjadi peningkatan kapasitas.

Penetapan harga jual sebesar Rp 500 pada skenario I ataupun skenario II

menyebabkan usaha ini tidak layak. Pada skenario I, batas harga terndah yang

menyebabkan usaha ini layak adalah Rp 552,5 sedangkan pada skenario II adalah

Rp 544,7.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dinilai bahwa peningkatan

kapasitas produksi layak dilakukan dalam kondisi yang sesuai dengan asumsi-

asumsi penelitian ini. Hal ini dikarenakan peningkatan kapasitas produksi

menyebabkan penambahan net inflow, peningkatan laba per tahun, NPV dan IRR.

Page 91: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

178

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka kesimpulan yang didapat :

1. Analisis kelayakan non finansial usaha pupuk organik Poktan Bhineka I

dikatakan layak jika ditinjau dari aspek : (1) Teknis dan teknologi, (2)

Pasar, (3) Manajemen, dan (4) Sosial dan lingkungan. Aspek teknis usaha

dikatakan layak karena pemilihan teknologi yang tepat, ketersediaan bahan

baku terjamin dan lokasi usaha yang strategis. Aspek pasar dikatakan

layak karena permintaan pasar pupuk organik di Subang sangat potensial

dan kondisi pasar yang kompetitif dan teratur dengan adanya APPOS.

Aspek Manajemen dikatakan layak karena struktur organisai usaha,

pembagian tugas dan pembagian wewenang sederhana dan jelas. Aspek

sosial dan lingkungan dikatakan layak karena usaha ini berdampak positif

terhadap lingkungan dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat

peternak, pengusaha budidaya jamur dan UKM kerupuk di lingkungan

sekitar usaha.

2. Hasil analisis kelayakan finansial usaha Poktan Bhineka I pada kondisi

yang sudah berjalan (Skenario I) dan jika kapasitas produksi ditingkatkan

(Skenario II) yaitu usaha ini layak dalam kedua kondisi tersebut.

Peningkatan kapasitas produksi (Skenario II) mendapatkan nilai NPV

lebih besar daripada Skenario I. Hasil analisis sensitivitas pada skenario I

usaha menunjukkan bahwa batas kenaikan harga bahan baku, kenaikan

upah kerja dan penurunan harga jual yang masih membuat usaha ini layak

adalah 4,41 persen, 19,2 persen, dan 14,4 persen. Sedangkan hasil analisis

sensitivitas pada skenario II menunjukkan bahwa batas kenaikan harga

bahan baku, kenaikan upah kerja dan penurunan harga jual yang membuat

usaha ini tetap layak adalah 4,16 persen, 17,85 persen, dan 11,25 persen.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa usaha ini sangat sensitif terhadap

kenaikan biaya bahan baku karena biaya bahan baku memiliki proporsi

terbesar dalam anggaran usaha. Penetapan harga jual sebesar Rp 500 pada

Page 92: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

179

skenario I ataupun skenario II menyebabkan usaha ini tidak layak. Pada

skenario I, harga pasar minimal adalah Rp 556,4 sedangkan pada skenario

II adalah Rp 576,8.

7.2 Saran

Dari hasil peneleitian ini, maka saran yang bisa direkomendasikan sebagai

berikut :

1. Perusahaan sebaiknya memperbaiki aspek-aspek usaha yang menyebabkan

perkembangan usaha ini menjadi terkendala. Dari aspek teknis yang harus

diperbaiki adalah uji mutu produk dan penanganan bahan baku dan produk

jadi. Sedangkan dalam aspek hukum, yang perlu diperbaiki adalah bentuk

badan usaha dan status kepemilikan usaha. Sebaiknya Poktan Bhineka I

membentuk badan usaha sendiri untuk usaha pupuk organik bila

kedepannya usaha ini dikembangkan.

2. Pemerintah sebaiknya meninjau kembali penetapan harga eceran pupuk

untuk wilayah Subang. Penetapan harga eceran ini menyebabkan industri

pupuk yang sudah cukup berkembang di Kabupaten Subang menjadi

gulung tikar. Selain itu, sebaiknya pemerintah memberikan subsidi pupuk

organik tidak hanya kepada produsen yang ditunjuk (pupuk nasional)

tetapi kepada industri kecil juga.

Page 93: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

180

DAFTAR PUSTAKA

Djaja W. 2008. Langkah Jitu Membuat Kompos dari Kotoran Ternak dan

Sampah. Jakarta : PT Agro Media Pustaka.

Gittinger J P. 1985. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta : UI-

Press.

Gray C, Simanjuntak P, Sabur LK, Maspaitella PFL, Varley RCG. 1992.

Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.

Husnan S dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta : Unit

Penerbit dan Pencetak AMP YPKN.

Isroi. 2009. Pupuk Organik Granul. Sebuah Petunjuk Praktis.

http://isroi.wordpress.com. [2 Juli 2009]

Iqbal M dan Simanjuntak KMM. 2004. Solusi Jitu Bagi Pengusaha Kecil dan

Menengah. Jakarta: PT. Elek Media Komputindo.

Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Jakarta: Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Keown AJ, Scott DF, Martin JD and Petty JW. 2002. Financial Management.

Singapore : Simon and Schuster (Asia) Pte. Ltd.

Khadaffy M. 2009. Analisis kelayakan usaha pupuk organik di CV Saung

Wira Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor :

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Kottler P. 2005. Manajemen Pemasaran Jilid 1. Jakarta : PT Indeks

Kottler P. 2005. Manajemen Pemasaran Jilid 2. Jakarta : PT Indeks

Mujiati. 2004. Analisis kelayakan finansial usaha pengomposan di Kawasan

Peternakan Sapi Perah Pondok Ranggon [Skripsi]. Bogor : Fakultas

Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Manalu P. 2006. Analisis kelayakan finanisal Usaha Kompos Limbah Ternak

Sapi Perah ( Studi Kasus di CV. Cisarua Integrated Farminng)

[Skripsi]. Bogor : Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Modul Pembelajaran Studi

Kelayakan Bisnis. Bogor: Lembaga Penerbit Departemen Agribisnis,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Siagian D dan Sugiarto. 2000. Metode Statistika untuk Ekonomi dan Bisnis.

Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Simanungkalit RDM. 2006. Prospek Pupuk hayati dan Pupuk Organik di

Indonesia.http://balitan.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/.../pupuk/p

upuk13.pdf. [22 Agustus 2009].

Soeharto I. 2002. Studi Kelayakan Proyek Industri. Jakarta : Erlangga

Page 94: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

181

Subagyo A. 2007. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT Elex

Media Komputindo.

Sudarsono. 1995. Pengantar Ekonomi Mikro. Edisi 8. Jakarta : PT Pustaka

LP3ES Indonesia

Suriadikarta DA dan Styorini D. 2005. Laporan Hasil Penelitian Standar Mutu

Pupuk Organik. http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/

pupuk%20organik. [2 Juli 2009]

Sutanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Pemasyarakatan dan

Pengembangannya. Yogyakarta : Kanisius

Sutanto R. 2002. Pertanian Organik. Menuju Alternatif dan Berkelanjutan.

Yogyakarta : Kansisius

Husein U. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Kedua. Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama.

Rusastra W, Saptana dan Djulin A. 2005. Road Map Pengembangan Pupuk

Organik Dalam Mendukung Pembangunan Pertanian di Indonesia.

http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/Anjak_2005_VI_05.pdf.c

om [8 Juli 2009].

Wibowo S. 1999. Petunjuk Mendirikan Usaha Kecil. Jakarta : PT. Penebar

Swadaya

Wibowo S. 2002. Pedoman Mengelola Perusahaan Kecil. Edisi Revisi.

Jakarta : PT. Penebar Swadaya

Widiastuti W. 2008. Studi kelayakan usaha pupuk organik cair ( Kasus PT

Mulyo Tani, Salatiga, Jawa tengah) [Skripsi]. Bogor : Fakultas

Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

[BPP Purwadadi Subang]. Badan penyuluhan Pertanian Purwadadi. 2007.

Program Penyuluhan Desa Blendung, Purwadadi-Subang. Subang :

BPP Purwadadi

[BPP Purwadadi]. Badan penyuluhan Pertanian Kecamatan Purwadadi-

Subang. 2007. Program Penyuluhan pertanian Kecamatan Purwadadi

Kabupaten Subang. Subang : BPP Purwadadi

[Dinas Pertanian Subang]. 2007. Profil Pertanian Kabupaten Subang. Subang

: Dinas Pertanian Subang.

Page 95: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

182

Lampiran 1. Komposisi Unsur Hara Kotoran Ternak dari Beberapa

Jenis Ternak

Jenis

ternak

Kadar Hara (%) Keterangan

Nitrogen Fosfor Kalium Air

Kuda

Pupuk panas -Padat 0,55 0,30 0,40 75

-Cair 1,40 0,22 1,60 90

Sapi

Pupuk dingin -Padat 0,40 0,20 0,10 85

-Cair 1,00 0,50 1,50 92

Kerbau

Pupuk dingin -Padat 0,60 0,30 0,34 85

-Cair 1,00 0,15 1,50 92

Kambing

Pupuk dingin -Padat 0,60 0,30 0,17 60

-Cair 1,35 0,05 2,10 85

Domba

Pupuk panas -Padat 0,75 0,50 0,45 60

-Cair 1,35 0,05 2,10 85

Babi

Pupuk panas -Padat 0,95 0,35 0,40 80

-Cair 0,40 0,10 0,45 87

Ayam

Pupuk dingin -Padat 1,00 0,80 0,40 55

-Cair 1,00 0,80 0,40 55

Page 96: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

183

Lampiran 2. Komposisi dan Aplikasi Bahan Aditif untuk Memperbaiki

Kondisi Proses Dekomposisi dan Kualitas Kompos

Bahan Aditif Komposisi dan Aplikasi

Kompos standar Kaya akan mikroorganisme untuk inokulasi

pematangan bahan dasar

Kapur alginik

Berasal dari alga yang hidup di permukaan batu

kapur

Mengandung hara dan bakteri

Sangat cocok untuk menetralisir keasaman

tanah gambut dan kulit kayu

Makanan alga Karakter hampir mirip dengan kapur alginik

tetapi kandungan kalsium lebih rendah

Darah kental Bahan pupuk nitrogen organic

Gerusan batu halus,

basalt, kalsium bentonit,

granulasi lempung

Mengandung hara dan mineral

Memperbaiki stabilisasi biologi bahan yang

dikomposisi

Kapur pertanian Digunakan bila terjadi kekahatan kalsium atau

pH bahan dasar atau tanah terlalu rendah

Serbuk tulang

Mengandung kapur fosfor yang bersifat asam

Berguna untuk meningkatkan kandungan fosfor

dan kalsium

Batuan fosfat (Fosfat

alam)

Batuan sedimen alami dalam bentuk gerusan

Kandungan fosfat larut air sangat rendah tetapi

dapat ditingkatkan dengan mikroorganisme

Pasir

Mengandung asam silikat dan digunakan dalam

jumlah kecil

Berperan dalam pertumbuhan tanaman

Page 97: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

184

Lampiran 3. Alokasi Penggunaan Lahan Desa Blendung Tahun 2007

Alokasi Penggunaan Luas

1.Tanah Sawah

- Sawah tadah hujan 50,600 ha

2.Tanah kering

- Pemukiman 92,340 ha

- Pekarangan 73,247 ha

3.Tanah Basah

- Tanah GG 0,1 ha

4.Tanah Perkebunan

- Tanah perkebunan perorangan 334,937 ha

5.Tanah Fasilitas Umum

- Prasarana Umum lainnya 1,884 ha

- Lapangan Olahraga 1,951 ha

- Perkantoran Pemerintah 0,864 ha

- Tempat pemakaman

desa/umum

2,800 ha

- Bangunan Sekolah 3,908 ha

- Usaha Perikanan 4,687 ha

Total Luas Lahan 567,318 ha

Page 98: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

185

Gambar 1 : Tumpukan Kohe

Gambar 4 : Molase Gambar 3 : Arang Sekam

Gambar 5: Dekomposer 1 Liter

Merek Super farm

Gambar 6 : Zeolit

Gambar 2. Tempat Penumpukan

Jerami di Bawah Pohon

Lampiran 4. Gambar Bahan Baku Pupuk Organik

Page 99: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

186

Gambar 1: Proses Pengomposan

Pupuk Organik

Lampiran 5. Gambar Proses Produksi

Gambar 5A : Tempat Penjemuran

pupuk organik Poktan Bhineka I (

Tidak berlantai /beralas terpal)

Gambar 4 : Pengemasan Pupuk Organik

Gambar 3: Penimbangan Pupuk Organik

Gambar 2: Penjemuran Pupuk Organik

Gambar 5B : Tempat Penjemuran

yang dianjurkan ( Usaha Pupuk

Organik Poktan Mekarsari )

Gambar 3. Penimbanagn Pupuk Organik

Page 100: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

187

Gambar 6A : Tempat

Penyimpanan Pupuk Organik

Poktan Bhineka I ( Diluar/ Tidak

Beratap )

Gambar 6B : Tempat

penyimpanan pupuk organik yang

dianjurkan

Gambar 7A: Pupuk organik

dalam kemasan yang

dianjurkan

Gambar 7B: Pupuk organik

dalam kemasan yang

melampirkan komposisi

pupuk dan merek

Lanjutan Lampiran 5. Gambar Proses Produksi

Page 101: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

88

Lampiran 6. Diagram Grant Siklus Usaha dan Produksi Poktan Bhineka I

Siklus Usaha Tahun 2008

Siklus Usaha Tahun 2009

Tahun ke-2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Pengurusan administrasi usaha

Pembangunan tempat pengomposan

Penyediaan Peralatan

Penyediaan bahan baku

Produksi

Penjualan

Tahun ke-1`

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Pengurusan administrasi usaha

Pembangunan tempat pengomposan

Penyediaan Peralatan

Penyediaan bahan baku

Produksi

Penjualan

Page 102: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

89

Lanjutan Lampiran 6

Siklus Produksi per Bulan

Aktivitas

Hari ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Penyediaan Bahan

Baku

Kohe

Limbah Jamur

Arang sekam

Bahan Tambahan

Membuat Tumpukan

Kompos

Tumpukan 1

Tumpukan 2

Tumpukan 3 2

Tumpukan 4

Tumpukan 5

Pengomposan

Tumpukan 1

Tumpukan 2

Tumpukan 3

Tumpukan 4

Tumpukan 5

Pemanenan dan

Penjemuran

Tumpukan 1

Tumpukan 2

Tumpukan 3

Tumpukan 4

Tumpukan 5

Pengemasan

Page 103: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

90

Lampiran 7. Layout Usaha Pupuk Organik Bhineka I.

Pembibitan

Longyam

Bapak Dedi Sobandi

Tempat

Penumpukan

Kohe dan

Limbah Jamur

Penyimpanan Alat dan Saung Istirahat

Tempat Penjemuran

Sawah Warga

Jalan Desa

Ruang Kompos

Page 104: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

91

Lampiran 8. Rincian Biaya Investasi dan Reinvestasi Skenario I

Jenis Investasi Jumlah

Harga

satuan

Umur

Ekonomi

Investasi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tanah 1500m2 22,500,000

Bangunan (7x20)m 38,000,000 10 38,000,000

Alas bambu 1 500,000 1 500,000 500,000 500,000 500,000 500,000 500,000 500,000 500,000 500,000 500,000

Mesin giling 1 3,000,000 5 3,000,000 3,000,000

Mesin kemas 1 650,000 5 650,000 650,000

Timbangan gantung

100 kg 1 300,000 5 300,000 300,000

Timbangan duduk

500 kg 1 500,000 7 500,000 500,000

Terpal 1 Rol 500,000 2 500,000 500,000 500,000 500,000 500,000

Cangkul 4 30,000 2 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000

Sekop 3 40,000 2 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000

Ayakan 1 10,000 2 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000

Ember+ gayung 2 20,000 1 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000

Garu 1 15,000 2 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000

Embrat/penyiram 1 20,000 2 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000

Sepatu boot

2

pasang 50,000 2 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000

Drum 2 100,000 2 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000

Total 66,575,000 500,000 1,625,000 500,000 1,625,000 4,450,000 1,625,000 1,000,000 1,625,000 500,000

Total Reinvestasi

36,250,000

Page 105: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

92

Lampiran 9. Rincian Biaya Penyusutan Skenario I

Jenis Investasi Jumlah Harga

satuan

Umur

Ekonomi

Nilai

Investasi

Penyusutan per

tahun

Tanah 1500m2 22,500,000

Bangunan (7x20)m 38,000,000 10 38,000,000 3,800,000

Alas bambu 1 500,000 1 500,000 500,000

Mesin giling 1 3,000,000 5 3,000,000 600,000

Mesin kemas 1 650,000 5 650,000 130,000

Timbangan gantung

100 kg

1 300,000 5 300,000 60,000

Timbangan duduk 500

kg

1 500,000 7 500,000 71,429

Terpal 1 Rol 500,000 2 500,000 250,000

Cangkul 4 30,000 2 120,000 60,000

Sekop 3 40,000 2 120,000 60,000

Ayakan 1 10,000 2 10,000 5,000

Ember+ gayung 2 20,000 1 40,000 40,000

Garu 1 15,000 2 15,000 7,500

Embrat/penyiram 1 20,000 2 20,000 10,000

Sepatu boot 2

pasang

50,000 2 100,000 50,000

Drum 2 100,000 2 200,000 100,000

Total Penyusutan 66,575,000 5,743,929

Page 106: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

93

Lampiran 10. Cashflow Usaha Pupuk Organik Bhineka I (Skenario I)

Uraian

Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

INFLOW

1. Penjualan 78,000,000 195,000,000 195,000,000 195,000,000 195,000,000 195,000,000 195,000,000 195,000,000 195,000,000 195,000,000

2. Nilai Sisa 22,700,000

Total Inflow 78,000,000 195,000,000 195,000,000 195,000,000 195,000,000 195,000,000 195,000,000 195,000,000 195,000,000 217,700,000

OUTFLOW

1. Biaya Investasi

Tanah 22,500,000

Bangunan dan instalasi

listrik 38,000,000

Alas bambu 500,000 500,000 500,000 500,000 500,000 500,000 500,000 500,000 500,000 500,000

Mesin giling 3,000,000 3,000,000

Mesin kemas 650,000 650,000

Timbangan gantung 100 kg 300,000 300,000

Timbangan duduk 500 kg 500,000 500,000

Terpal 500,000 500,000 500,000 500,000 500,000

Cangkul 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000

Sekop 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000

Ayakan 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000

Ember+ gayung 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000

Garu 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000

Embrat/Penyiram 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000

Sepatu boot 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000

Page 107: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

94

Uraian

Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Drum 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000

2. Biaya Operasional

a. Biaya Variabel

Bahan baku 44,136,000 129,840,000 129,840,000 129,840,000 129,840,000 129,840,000 129,840,000 129,840,000 129,840,000 129,840,000

Karung 2,400,000 9000000 9000000 9000000 9000000 9000000 9000000 9000000 9000000 9000000

Benang 240,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000

Tenaga kerja produksi 4,500,000 13,500,000 13,500,000 13,500,000 13,500,000 13,500,000 13,500,000 13,500,000 13,500,000 13,500,000

Upah kemas 2,400,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000

b. Biaya Tetap

Administrasi 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000

Listrik 1,020,000 1,020,000 1,020,000 1,020,000 1,020,000 1,020,000 1,020,000 1,020,000 1,020,000 1,020,000

Pajak 860,004 1,296,804 1,296,804 1,296,804 1,296,804 1,296,804 1,296,804 1,296,804 1,296,804 1,296,804

Total Outflow 122,491,004 165,116,804 166,241,804 165,116,804 166,241,804 169,066,804 166,241,804 165,616,804 166,241,804 165,116,804

Net Benefit (44,491,004) 29,883,196 28,758,196 29,883,196 28,758,196 25,933,196 28,758,196 29,383,196 28,758,196 52,583,196

DF 7% 1.0000 0.9346 0.8734 0.8163 0.7629 0.7130 0.6663 0.6227 0.5820 0.5439

PV DF 7% (44,491,004) 27,928,221 25,118,523 24,393,590 21,939,490 18,490,011 19,162,801 18,298,378 16,737,532 28,601,775

PV Negatif (44,491,004)

PV Positif 200,670,320

NPV 156,179,316

Net B/C 4.5104

IRR 65%

Payback Period 2.7948

Page 108: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

95

Lampiran 11. Analisis Sensitivitas terhadap Penurunan Harga Jual Skenario I (14,4%)

Uraian Tahun ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Net Benefit

(44,491,004)

29,883,196

678,196

1,803,196

678,196

(2,146,804)

678,196

1,303,196

678,196

24,503,196

DF 7% 1.0000 0.9346 0.8734 0.8163 0.7629 0.7130 0.6663 0.6227 0.5820 0.5439

PV DF 7%

(44,491,004)

27,928,221

592,363

1,471,945

517,393

(1,530,641)

451,911

811,565

394,716

13,328,115

PV Negatif (44,491,004)

PV Positif

43,965,589

NPV

(525,415)

Net B/C 0.9882

IRR 7%

Payback Period -

Page 109: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

96

Lampiran 12. Analisis Sensitivitas terhadap Kenaikan Harga Bahan Baku pada Skenario I (4,41 %)

Uraian Tahun ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Net Benefit

(44,491,004)

29,883,196

22,635,352

17,367,491

9,567,704

(226,440)

(4,677,924)

(11,650,301)

(20,207,722)

(4,664,963)

DF 7% 1.0000 0.9346 0.8734 0.8163 0.7629 0.7130 0.6663 0.6227 0.5820 0.5439

PV DF 7%

(44,491,004)

27,928,221

19,770,593

14,177,046

7,299,156

(161,449)

(3,117,098)

(7,255,222)

(11,761,078)

(2,537,431)

PV Negatif

(44,491,004)

PV Positif

44,342,737

NPV

(148,266)

Net B/C 0.9967

IRR 7%

Payback Period -

Page 110: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

97

Lampiran 13. Analisis Sensitivitas Kenaikan Upah pada Skenario I (19,2 %)

Uraian Tahun ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Net Benefit

(44,491,004)

29,883,196

24,438,196

20,413,756

13,150,624

3,008,970

(2,887,481)

(12,658,452)

(25,675,448)

(16,621,708)

DF 7% 1.0000 0.9346 0.8734 0.8163 0.7629 0.7130 0.6663 0.6227 0.5820 0.5439

PV DF 7%

(44,491,004)

27,928,221

21,345,267

16,663,706

10,032,548

2,145,354

(1,924,051)

(7,883,047)

(14,943,345)

(9,041,108)

PV Negatif

(78,282,554)

PV Positif

78,115,096

NPV

(167,458)

Net B/C 0.9979

IRR 7%

Payback Period -

Page 111: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

98

Lampiran 14. Rincian Biaya Investasi, Reinvestasi dan Nilai Sisa Usaha (Skenario II)

Jenis Investasi

Jumlah

total

Harga

satuan

Umur

Ekonomi

Investasi

Nilai Sisa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tanah 1500m2 22,500,000 22,500,000

Bangunan

(7x20)m+

(15x30)m 38,000,000 10 38,000,000 70,000,000 28,000,000

Alas bambu 2 500,000 1 500,000 500,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000

Mesin giling 1 3,000,000 5 3,000,000 3,000,000

Mesin kemas 2 650,000 5 650,000 650,000 650,000 650,000 260,000

Timbangan gantung

100 kg 2 300,000 5 300,000 300,000 300,000 300,000 120,000

Timbangan duduk

500 kg 1 500,000 7 500,000 500,000 200,000

Terpal 2 roll 500,000 2 500,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000

Cangkul 8 30,000 2 120,000 240,000 240,000 240,000 240,000

Sekop 6 40,000 2 120,000 240,000 240,000 240,000 240,000

Ayakan 2 10,000 2 10,000 20,000 20,000 20,000 20,000

Ember+ gayung 4 20,000 1 40,000 80,000 80,000 80,000 80,000

Garu 2 15,000 2 15,000 30,000 30,000 30,000 30,000

Embrat/penyiram 2 20,000 2 20,000 40,000 40,000 40,000 40,000

Sepatu Boot 2 50,000 2 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000

Drum 4 100,000 2 200,000 400,000 400,000 400,000 400,000

Total 66,575,000 500,000 74,100,000 1,000,000 3,150,000 4,950,000 3,150,000 2,450,000 3,150,000 1,000,000 51,080,000

Page 112: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

99

Lampiran 15. Rincian Biaya Penyusutan Skenario II

Total Investasi Jumlah Total Nilai Investasi

Umur

Ekonomi Penyusutan per tahun

Bangunan (7x20)m+ (15x30)m 108,000,000 10 10,800,000

Alas bambu 2 1,000,000 1 1,000,000

Mesin kemas 2 1,300,000 5 260,000

Mesin giling 1 3,000,000 5 600,000

Timbangan gantung 100kg 2 600,000 5 120,000

Timbangan duduk 500 kg 1 500,000 7 71,429

Terpal 2 Rol 1,000,000 2 500,000

Cangkul 8 unit 240,000 2 120,000

Sekop 6 unit 240,000 2 120,000

Ayakan 2 unit 40,000 2 20,000

Ember+ gayung 4 unit 160,000 1 160,000

Garu 2 unit 15,000 2 7,500

Embrat/penyiram 2 unit 30,000 2 15,000

Sepatu boot 4 pasang 200,000 2 100,000

Drum 4 unit 200,000 2 100,000

Total Penyusutan 116,525,000 13,993,929

Page 113: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

100

Lampiran 16. Cashflow Usaha Pupuk Organik (Skenario II)

Uraian Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

INFLOW

1. Penjualan 78,000,000 195,000,000 390,000,000 390,000,000 390,000,000 390,000,000 390,000,000 390,000,000 390,000,000 390,000,000

2. Nilai Sisa 51,080,000

Total Inflow 78,000,000 195,000,000 390,000,000 390,000,000 390,000,000 390,000,000 390,000,000 390,000,000 390,000,000 441,080,000

OUTFLOW

1. Biaya Investasi

Tanah 22,500,000

Bangunan 38,000,000 70,000,000

Alas bambu 500,000 500,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000

Mesin giling 3,000,000 3,000,000

Mesin kemas 650,000 650,000 650,000 650,000

Timbangan gantung 100 kg 300,000 300,000 300,000 300,000

Timbangan duduk 500 kg 500,000 500,000

Terpal 500,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000

Cangkul 120,000 240,000 240,000 240,000 240,000

Sekop 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000

Ayakan 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000

Page 114: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

101

Uraian Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Ember+ gayung 40,000 80,000 80,000 80,000 80,000

Garu 15,000 30,000 30,000 30,000 30,000

Gembrot/penyiram 20,000 40,000 40,000 40,000 40,000

Sepatu Boot 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000

Drum 200,000 400,000 400,000 400,000 400,000

2. Biaya Operasional

a. Biaya Variabel

Bahan baku 44,136,000 129,840,000 259,680,000 259,680,000 259,680,000 259,680,000 259,680,000 259,680,000 259,680,000 259,680,000

Karung 2,400,000 9000000 18000000 18000000 18000000 18000000 18000000 18000000 18000000 18000000

Benang 240,000 600,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000

Tenaga kerja produksi 4,500,000 13,500,000 27,000,000 27,000,000 27,000,000 27,000,000 27,000,000 27,000,000 27,000,000 27,000,000

Upah kemas 2,400,000 9,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000 18,000,000

b. Biaya Tetap

Administrasi 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000 360,000

Listrik, Air, Telepon 1,020,000 1,020,000 1,020,000 1,020,000 1,020,000 1,020,000 1,020,000 1,020,000 1,020,000 1,020,000

Pajak 860,004 1,296,804 2,537,304 2,537,304 2,537,304 2,537,304 2,537,304 2,537,304 2,537,304 2,537,304

Total Outflow 122,491,004 165,116,804 401,767,304 328,797,304 330,817,304 332,747,304 330,817,304 330,247,304 330,817,304 328,797,304

Net Benefit (44,491,004) 29,883,196 (11,767,304) 61,202,696 59,182,696 57,252,696 59,182,696 59,752,696 59,182,696 112,282,696

DF 16% 1.0000 0.8621 0.7432 0.6407 0.5523 0.4761 0.4104 0.3538 0.3050 0.2630

PV DF 16% (44,491,004) 25,761,376 (8,745,023) 39,209,977 32,686,076 27,258,754 24,291,079 21,142,268 18,052,229 29,525,070

PV Negatif (53,236,027)

PV Positif 217,926,830

NPV 164,690,803

Net B/C 4.0936

IRR 68%

Page 115: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

102

Uraian Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Payback Period 3.1822

Lampiran 17. Analisis Sensitivitas terhadap Penurunan Harga Skenario II (11,25 %)

Uraian Tahun ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Net Benefit

(44,491,004)

29,883,196

(55,642,304)

17,327,696

15,307,696

13,377,696

15,307,696

15,877,696

15,307,696

68,407,696

DF 16% 1.0000 0.8621 0.7432 0.6407 0.5523 0.4761 0.4104 0.3538 0.3050 0.2630

PV DF 16%

(44,491,004)

25,761,376

(41,351,296)

11,101,122

8,454,304

6,369,295

6,282,925

5,617,998

4,669,237

17,988,008

PV Negatif

(85,842,299)

PV Positif

86,244,266

NPV

401,966

Net B/C 1.0047

IRR 16%

Payback Period -

Page 116: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

103

Lampiran 18. Analisis Sensitivitas terhadap Kenaikan Biaya Bahan Baku Skenario II (4,16 %)

Uraian Tahun ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Net Benefit

(44,491,004)

29,883,196

(55,642,304)

17,327,696

15,307,696

13,377,696

15,307,696

15,877,696

15,307,696

68,407,696

DF 16% 1.0000 0.8621 0.7432 0.6407 0.5523 0.4761 0.4104 0.3538 0.3050 0.2630

PV DF 16%

(44,491,004)

25,761,376

(41,351,296)

11,101,122

8,454,304

6,369,295

6,282,925

5,617,998

4,669,237

17,988,008

PV Negatif

(61,264,184)

PV Positif

61,227,067

NPV

(37,117)

Net B/C 0.9994

IRR 16% Payback

Period -

Page 117: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

104

Lampiran 19. Analisis Sensitivitas terhadap Kenaikan Upah Skenario II (17,85 %)

Uraian Tahun ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Net Benefit

(44,491,004)

29,883,196

(19,799,804)

43,703,895

30,527,859 15,450,471

1,886,273

(15,803,638)

(37,892,944)

(10,153,446)

DF 16% 1.0000 0.8621 0.7432 0.6407 0.5523 0.4761 0.4104 0.3538 0.3050 0.2630

PV DF 16%

(44,491,004)

25,761,376

(14,714,479)

27,999,236

16,860,265 7,356,170

774,206

(5,591,794)

(11,558,312)

(2,669,879)

PV Negatif

(59,205,483)

PV Positif

58,931,268

NPV

(274,215)

Net B/C 0.9954

IRR 16%

Payback Period -

Page 118: Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok Tani ... · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, ... DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

105