analisis kelayakan usaha - ipb...

153
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten) SKRIPSI YULLY INDYASTUTI H34060254 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Upload: trantuong

Post on 06-Sep-2018

274 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten)

SKRIPSI

YULLY INDYASTUTI

H34060254

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

Page 2: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

RINGKASAN

YULLY INDYASTUTI. H34060254. 2010. Analisis Kelayakan Usaha

Pengolahan Gula Semut (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira,

Kabupaten Lebak, Banten). Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi

Dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan SUHARNO).

Aren atau enau (Arrenga pinnata Merr) merupakan salah satu tanaman

perkebunan jenis palma yang memiliki potensi nilai ekonomi yang tinggi dan

dapat tumbuh subur di wilayah tropis seperti Indonesia. Pohon aren memiliki

potensi ekonomi yang tinggi karena hampir semua bagiannya dapat memberikan

keuntungan finansial, sehingga jika dikelola dengan baik akan mampu bersaing

khususnya dengan jenis tanaman palma lainnya. Dari semua produk aren, nira

aren yang berasal dari lengan bunga jantan sebagai bahan untuk memproduksi

gula aren adalah yang paling besar nilai ekonomisnya. Gula aren sudah dikenal

oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu pemanis makanan dan minuman.

Meskipun tidak sepopuler gula tebu, gula aren memiliki lebih banyak keunggulan

baik dari segi kandungan gizi maupun tingkat harga.

Provinsi Banten merupakan salah satu provinsi penghasil aren terbesar di

Indonesia. Hampir 72 persen dari luas area pohon aren yang ada di Provinsi

Banten berada di Kabupaten Lebak dengan produksi gula aren mencapai 1.431

ton. Pada tahun 2009 produk gula aren Kabupaten Lebak ditetapkan menjadi

komoditas inti daerah oleh Kementrian Perdagangan RI. Hal ini karena produksi

gula aren Kabupaten Lebak menempati urutan pertama di Indonesia.

PD Saung Aren merupakan salah satu perusahaan yang mengolah gula

semut di Kabupaten Lebak yang didirikan sejak tahun 2008. Jumlah produksi PD

Saung aren meningkat setiap tahun, namun tetap belum mampu memenuhi

seluruh permintaan yang ada. Pengalaman kegagalan usaha yang pernah dialami

oleh pemilik perusahaan, menyebabkan pemilik PD Saung Aren ragu untuk

melakukan pengembangan usaha. Hal ini karena usaha yang dijalankannya saat

ini belum pernah dianalisis kelayakannya. Selain itu, penambahan investasi

dengan adanya pengembangan ini tentu saja memerlukan biaya yang cukup

besar. Meskipun sudah ada investor yang bersedia menanamkan modalnya untuk

pengembangan usaha nanti, tentunya dibutuhkan jaminan bahwa pengembangan

usaha tesebut layak dan memberikan keuntungan yang lebih besar dari kondisi

yang sedang dijalankan saat ini. Oleh karena itu diperlukan analisis untuk menilai

layak atau tidaknya usaha pengolahan gula semut ini untuk dijalankan.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengkaji kelayakan usaha pengolahan

gula semut di PD Saung Aren dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek

manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan, (2)

Menganalisis kelayakan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren dilihat

dari aspek finansial, (3) Menganalisis tingkat sensitivitas dari usaha pengolahan

gula semut apabila menghadapi perubahan-perubahan dalam hal ini peningkatan

harga gula cetak dan penurunan harga gula semut.

Analisis data kuantitatif menggunakan program komputer Microsoft Excel

2007 dan disajikan dalam bentuk tabulasi yang digunakan untuk mengklasifikasi

data yang ada serta mempermudah dalam melakukan analisis data. Data

kuantitatif merupakan hasil analisis apek finansial. Kelayakannya dilihat dari

Page 3: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

kriteria kelayakan investasi (Net Present Value (NPV), Net Benefit/Cost (Net

B/C), Internal Rate Return (IRR), dan Payback Periode) dan analisis switching

value. Sedangkan untuk data kualitatif disajikan dalam bentuk deskriptif. Data

kualitatif merupakan hasil analisis terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek

manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan.

Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek-aspek non finansial, secara

umum usaha pengolahan gula semut layak untuk dijalankan. Dilihat dari aspek

pasar, adanya potensi pasar yang relatif tinggi dalam usaha pengolahan gula semut

dari sisi permintaan dan penawaran, serta adanya strategi pemasaran gula semut

yang jelas dan efektif yang dimiliki perusahaan guna mendukung pencapaian

penjualan yang lebih tinggi. Dilihat dari aspek teknis, usaha pengolahan gula

semut memiliki lokasi usaha yang strategis, kapasitas produksi diatas luas

produksi minimum, proses produksi dan layout yang sesuai, dan pemilihan

teknologi yang tepat. Dilihat dari aspek manajemen dan hukum, usaha pengolahan

gula semut ini telah memiliki struktur organisasi dengan pembagian tugas yang

jelas dan memiliki perizinan yang diperlukan untuk menjalankan usaha. Dilihat

dari aspek sosial dan ekonomi, usaha pengolahan gula semut ini mampu membuka

kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan pengrajin gula semut, dan

meningkatkan pendapatan daerah melaui pembayaran pajak. Dilihat dari aspek

lingkungan, kegiatan usaha ini tidak menghasilkan limbah yang membahayakan

lingkungan.

Analisis aspek finansial dalam penelitian ini dibagi menjadi dua skenario.

Skenario I adalah kondisi perusahaan saat ini dan skenario II adalah

pengembangan usaha melalui peningkatan kapasitas produksi. Pada skenario I,

diperoleh nilai NPV sebesar Rp 1.063.214.374,71, IRR sebesar 65 persen, Net

B/C sebesar 3,6, serta nilai Payback Periode selama 2 tahun 2 bulan dan 12 hari.

Pada skenario II, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 1.415.855.468,24, IRR

sebesar 77 persen, Net B/C sebesar 4,3, dan Payback Periode selama 1 tahun 10

bulan 11 hari. Berdasarkan keempat kriteria kelayakan finansial, kedua skenario

tersebut layak untuk diusahakan.

Jika dilihat dari hasil analisis switching value, skenario II memiliki tingkat

kepekaan yang paling rendah terhadap kenaikan harga gula cetak dan penurunan

harga gula semut. Dengan demikian, kondisi pada pengembangan usaha dengan

peningkatan kapasitas produksi menjadi 31,18 ton per bulan (skenario II) menjadi

skenario yang paling menguntungkan untuk diusahakan sebab mampu

menghasilkan tingkat keuntungan dan tingkat pengembalian yang lebih tinggi

daripada skenario I.

Berdasarkan uraian di atas, rekomendasi yang disarankan dalam penelitian

ini yaitu perusahaan sebaiknya melakukan pengembangan usaha melalui

peningkatan kapasitas produksi menjadi 31,18 ton per bulan untuk memperoleh

tingkat keuntungan yang lebih tinggi dari kondisi saat ini. Apabila pengembangan

usaha dilakukan, perusahaaan sebaiknya melakukan kemitraan dengan pemasok

gula cetak untuk menjaga kestabilan harga gula cetak, mempertahankan kualitas

produk untuk menjaga loyalitas konsumen, meningkatkan kegiatan promosi agar

produk lebih dikenal masyarakat, dan merekrut karyawan yang berpengalaman di

bidang pemasaran. Bagi Pemerintah, sebaiknya terus mendukung usaha

pengolahan gula semut di Kabupaten Lebak melalui bantuan pemasaran dan

modal.

Page 4: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

PENGOLAHA GULA SEMUT (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak,Banten)

YULLY INDYASTUTI

H34060254

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Page 5: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

Disetujui,

Pembimbing

Dr. Ir. Suharno, M.Adev

NIP. 19610610 198611 1 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi :

Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Gula Semut (Kasus PD

Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten)

Nama� : Yully Indyastuti

NIM : H34060254

Page 6: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis

Kelayakan Usaha Pengolahan Gula Semut (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan

Sajira Kabupaten Lebak, Banten)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam

bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2010

Yully Indyastuti

H34060254

Page 7: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rangkasbitung, Banten pada tanggal 8 Maret 1989.

Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak H. Iwa

Sugriwa dan Ibunda Hj. Jubaedah.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Muara Ciujung Timur

XII Rangkasbitung pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama

diselesaikan pada tahun 2003 di SLTPN 4 Rangkasbitung. Pendidikan lanjutan

menengah atas di SMAN 1 Rangkasbitung diselesaikan pada tahun 2006.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006. Setelah melewati Tingkat Persiapan

Bersama, pada tahun 2007 penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai staf Divisi

Kewirausahaan Keluarga Mahasiswa Banten (KMB) IPB tahun 2007, staf

Departement Sport and Art Development (D’SAve) Himpunan Mahasiswa

Peminat Agribisnis (HIPMA) IPB tahun 2009. Selain itu penulis tercatat sebagai

anggota aktif Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman IPB tahun 2006, Klub Tari

Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB tahun 2008-2009 dan pernah menjuarai

beberapa perlombaan tari yang diselenggarakan di Fakultas Ekonomi dan

Manajemen. Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan baik tingkat

Departemen maupun Fakultas.

Page 8: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan

Usaha Pengolahan Gula Semut (Kasus PD Saung Aren, Kecamatan Sajira,

Kabupaten Lebak, Banten)”. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat

kelayakan usaha baik secara finansial maupun non finansial di PD Saung Aren,

Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena

kendala dan keterbatasan yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran

dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga

dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juni 2010

Yully Indyastuti

Page 9: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesain skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai

bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih

dan penghargaan kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak H. Iwa Sugriwa dan Ibu Hj. Jubaedah.

Terimakasih atas cinta dan kasih sayangnya, serta doa dan dukungan yang

telah diberikan selama ini. Karya ini merupakan bukti kasihmu, dukunganmu,

serta kerja kerasmu dalam mendidikku.

2. Kakak-kakak terbaikku sekaligus pendahuluku di IPB, Erwin Yudaswara,

Destiana, dan Benny Irawan. Terimakasih atas kritik, semangat dan

dukungannya baik moril maupun materil. Akhirnya bertambah lagi satu

lulusan IPB di rumah kita.

3. Dr. Ir. Suharno, M.Adev selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan,

waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama menyusun

skripsi ini.

4. Dr. Ir. Anna Faryanti, MS selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis

yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi

perbaikan skripsi ini.

5. Rahmat Yanuar, SP. MSi selaku dosen penguji komisi pendidikan pada

sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan

saran demi perbaikan skripsi ini.

6. Ir. Jajah K. Wagiono dan Ir. Dwi Rachmina, MSi yang telah menjadi

pembimbing akademik serta seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis

atas bantuan yang diberikan selama masa perkuliahan dan penulisan skripsi.

7. Bapak Andi Maulana dan seluruh karyawan PD Saung Aren untuk

kesempatan, waktu, informasi, dan dukungan yang diberikan.

8. Pihak Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak, Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak, dan Badan Pengkajian

Teknologi Pertanian Provinsi Banten atas informasi dan pengetahuan yang

diberikan kepada penulis.

9. Fuad Nurdiensyah Praja, Nurfitriyani, Nurhadianty, Siskha, dan Oti atas

segala bantuan, doa, dan dukungannya.

Page 10: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

10. Mira Septiyaningsih atas saran dan kritikan yang telah diberikan selaku

pembahas dalam seminar penulis.

11. Sahabat-sahabat dan teman-teman AGB 43,42,44. Devi sebagai teman satu

bimbingan skripsi untuk masukan dan semangatnya. Mayasari, Selly, Wiwin,

Dhila, Anggi, Annisa, Inike, Dhida, Bagus, Bayu atas kecerian, kebersamaan,

kepedulian, doa dan dukungan dalam menyusun skripsi. Shara dan Ella

sebagai teman seperjuangan di “panggung”, terimakasih atas pengalaman luar

biasa dan tak terlupakan selama tiga tahun serta semangat dan dukungannya

dalam penyelesaian skripsi ini. Nisa, Afni, Nunuz, Maryam, Melly, Itie,

Yayat, dan teman-teman Andika House IV atas perhatian dan kesabarannya

terus menyemangati penulis untuk menyelesaikan skripsi.

12. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas

bantuannya.

Bogor, Juni 2010

Yully Indyastuti

Page 11: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................ vi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... vii

I PENDAHULUAN ................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................ 8

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................... 9

1.5 Ruang Lingkup ........................................................... 9

II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 10

2.1 Gula Aren ................................................................... 10

2.2 Gula Semut ................................................................. 11

2.3 Industri Pengolahan .................................................... 14

2.4 Penelitian Terdahulu .................................................. 17

2.4.1 Penelitian Terdahulu mengenai Kelayakan

Usaha ................................................................. 17

2.4.2 Penelitian Terdahulu mengenai Gula Aren ..... 20

III KERANGKA PEMIKIRAN ............................................... 24

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ..................................... 24

3.1.1 Studi Kelayakan Proyek .................................. 24

3.1.2 Aspek Kelayakan Proyek ................................. 25

3.1.2.1 Aspek Pasar ...................................... 26

3.1.2.2 Aspek Teknis .................................... 26

3.1.2.3 Aspek Manajemen dan Hukum ........ 29

3.1.2.4 Aspek Sosial dan Ekonomi ............... 30

3.1.2.5 Aspek Lingkungan ............................ 30

3.1.2.6 Aspek Finansial ................................ 31

3.1.3 Teori Biaya Manfaat .......................................... 33

3.1.4 Analisis Kelayakan Investasi ............................. 33

3.1.5 Analisis Switching Value ................................. 36

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional .............................. 36

IV METODE PENELITIAN .................................................... 40

4.1 Lokasi dan Waktu ...................................................... 40

4.2 Data dan Instrumentasi ............................................... 40

4.3 Metode Pengumpulan Data ........................................ 41

4.4 Metode Pengolahan Data ........................................... 41

4.4.1 Analisis Aspek Pasar ........................................ 41

4.4.2 Analisis Aspek Teknis ....................................... 42

4.4.3 Analisis Aspek Manajemen dan Hukum ......... 42

4.4.4 Analisis Aspek Sosial dan Ekonomi ................. 43

4.4.5 Analisis Aspek Lingkungan ............................. 43

Page 12: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

���

4.4.6 Analisis Aspek Finansial ................................. 43

4.4.6.1 Komponen Biaya dan Manfaat ......... 43

4.4.6.2 Kriteria Kelayakan Investasi ............ 44

4.4.6.3 Analisis Switching Value .................. 47

4.4.6.4 Asumsi Dasar .................................... 47

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................. 51

5.1 Profil dan Sejarah Perusahaan .................................... 52

5.2 Kegiatan Bisnis .......................................................... 50

5.3 Struktur Organisasi Perusahaan .................................. 56

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 58

6.1 Aspek Pasar ............................................................ 58

6.1.1 Permintaan ....................................................... 58

6.1.2 Penawaran ........................................................ 59

6.1.3 Strategi Pemasaran .......................................... 59

6.1.3.1 Harga ................................................ 59

6.1.3.2 Produk ............................................... 61

6.1.3.3 Promosi ............................................. 63

6.1.3.4 Distribusi .......................................... 63

6.1.4 Hasil Analisis Aspek Pasar .............................. 64

6.2 Aspek Teknis .............................................................. 65

6.2.1 Lokasi Usaha ................................................... 65

6.2.2 Luas Produksi .................................................. 69

6.2.3 Proses Produksi ................................................ 69

6.2.4 Layout Produksi ............................................... 71

6.2.5 Pemilihan Jenis Teknologi ............................... 73

6.2.6 Hasil Analisis Aspek Teknis ............................ 75

6.3 Aspek Manajemen dan Hukum .................................. 75

6.4 Aspek Sosial dan Ekonomi ........................................ 77

6.5 Aspek Lingkungan ..................................................... 78

6.6 Analisis Aspek Finansial ............................................ 78

6.6.1 Analisis Kelayakan Finansial Skenario I ......... 78

6.6.1.1 Inflow ................................................ 79

6.6.1.2 Outflow ............................................. 81

6.6.1.3 Analisa Rugi Laba ............................ 91

6.6.1.4 Analisis Kelayakan Finansial ........... 91

6.6.1.5 Analisis Switching Value .................. 93

6.6.2 Analisis Kelayakan Finansial Skenario II ....... 94

6.6.2.1 Inflow ................................................ 94

6.6.2.2 Outflow ............................................. 96

6.6.2.3 Analisa Rugi Laba ............................ 104

6.6.2.4 Analisis Kelayakan Finansial ........... 105

6.6.2.5 Analisis Switching Value .................. 106

6.6.3 Perbandingan Rugi Laba ................................. 108

6.6.4 Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial ........ 108

6.6.5 Perbandingan Hasil Analisis Switching Value ... 109

Page 13: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

����

VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 111

7.1 Kesimpulan ................................................................ 111

7.2 Saran ........................................................................... 112

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 114

LAMPIRAN ...................................................................................... 115

Page 14: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah Penduduk, Pendapatan Nasional, dan Konsumsi

Gula Merah Perkapita per Tahun di Indonesia Tahun 2001-

2006 ..................................................................................... 4

2. Sepuluh Besar Provinsi Penghasil Aren di Indonesia

Tahun 2008 ........................................................................... 4

3. Perkembangan Luas Areal Tanaman Aren dan Produksi

Gula Aren di Kabupaten Lebak Tahun 2003-2009 ................ 5

4. Usaha Pengolahan Semut di Kabupaten Lebak Tahun

2008 ..................................................................................... 6

5. Rata-Rata Produksi per Bulan dan Rata-Rata Permintaan

per Bulan Gula Semut di PD Saung Aren tahun 2010 .......... 7

6. Komposisi Kimia Gula Aren, Gula Kelapa, dan Gula

Siwalan (per 100 gram) ......................................................... 10

7. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian ..... 23

8. Sebaran Permintaan dan Produksi Gula Semut di PD

Saung Aren Tahun 2010 ...................................................... 58

9. Harga Jual, HPP, dan Marjin Keuntungan per Kg Gula Semut

di PD Saung Aren Berdasarkan Jenis Konsumen ................ 60

10. Perbandingan Harga Gula Semut dari Beberapa Industri

Pengolahan Gula Semut di Kabupaten Lebak ..................... 61

11. Sumber, Jumlah Pasokan dan Harga Gula Cetak

per Bulan PD Saung Aren .................................................... 66

12. Perbandingan Kapasitas Produksi dengan Nilai BEP

PD Saung Aren .................................................................... 69

13. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Gula Semut per

Tahun pada Skenario I ......................................................... 80

14. Nilai Sisa Investasi Usaha Pengolahan Gula Semut pada

Skenario I ............................................................................. 80

15. Rekapitulasi Biaya Investasi pada Skenario I ...................... 82

16. Umur Ekonomis dan Penyusutan dari Investasi Usaha

Pengolahan Gula Semut pada Skenario I ............................. 83

17. Rekapitulasi Biaya Reinvestasi pada Skenario I .................. 84

18. Rincian Biaya Tetap per Tahun pada Skenario I ................. 87

19. Rincian Biaya Variabel per Tahun pada Skenario I ............. 88

Page 15: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

v �

20. Hasil Kriteria Investasi Usaha Pengolahan Gula Semut

pada Skenario I .................................................................... 92

21. Hasil Analisis Switching Value pada Skenario Usaha I ....... 93

22. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Gula Semut per

Tahun pada Skenario II ........................................................ 95

23. Nilai Sisa Investasi Usaha Pengolahan Gula Semut pada

Skenario II ............................................................................ 96

24. Rekapitulasi Biaya Investasi pada Skenario II ..................... 97

25. Umur Ekonomis dan Penyusutan dari Investasi Usaha

Pengolahan Gula Semut pada Skenario II ........................... 98

26. Rekapitulasi Biaya Reinvestasi pada Skenario II ................ 99

27. Rincian Biaya Tetap per Tahun pada Skenario II ................ 101

28. Rincian Biaya Variabel per Tahun pada Skenario II ........... 102

29. Hasil Kriteria Investasi Usaha Pengolahan Gula Semut

pada Skenario II ................................................................... 105

30. Hasil Analisis Switching Value pada Skenario II ................ 107

31. Perbandingan Hasil Rugi Laba ............................................ 108

32. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial ............................ 109

33. Perbandingan Hasil Analisis Switching Value ..................... 109

Page 16: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pohon Industri Produk Turunan Aren .................................. 2

2. Diagram Alur Proses Produksi Gula Aren Cetak dan Gula

Semut oleh Petani ................................................................ 13

3. Diagram Alur Proses Produksi Gula Semut oleh Sentra

Industri ................................................................................. 14

4. Kurva Biaya Manfaat ........................................................... 34

5. Hubungan Antara NPV dan IRR .......................................... 35

6. Kerangka Pemikiran Operasional ....................................... 39

7. Proses Produksi Gula Semut di PD Saung Aren .................. 55

8. Struktur Organisasi Usaha Pengolahan Gula Semut di

PD Saung Aren .................................................................... 56

9. Kemasan 350 gram Gula Semut PD Saung Aren ................ 62

10. Kemasan 40 kg Gula Semut PD Saung Aren ....................... 64

11. Skema Distribusi Gula Semut PD Saung Aren .................... 62

12. Perbandingan Proses Produksi Gula Semut di PD Saung

Aren dengan Prosedur Produksi Gula Semut di BPTP Banten 71

13. Layout Lokasi Usaha Pengolahan Gula Semut di PD Saung

Aren ..................................................................................... 72

14. Mesin Penggiling (Slicer) Gula Cetak ................................. 73

15. Mesin Pengayak Gula Semut ............................................... 73

16. Mesin Penepung Gula Semut Reject .................................... 74

17. Mesin Pengering Gula Semut (Oven) .................................. 74

Page 17: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat menurut

Kecamatan dan Keadaan Tanaman Jenis Tanaman Aren

Tahun 2008 .......................................................................... 116

2. Perhitungan HPP Skenario I ................................................ 117

3. Perhitungan BEP Skenario I ................................................ 118

4. Nilai Investasi, Reinvestasi, Penyusutan, dan Nilai Sisa

Skenario I ............................................................................. 119

5. Proyeksi Laba Rugi Skenario I ............................................ 120

6. Cashflow Usaha Pengolahan Gula Semut Skenario I .......... 121

7. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Gula Cetak

6,3% pada Skenario I ........................................................... 123

8. Analisis Switching Value Penurunan Harga Gula

Semut 5,9% pada Skenario I ................................................. 125

9. Perhitungan Harga Pokok Produksi Skenario II .................. 127

10. Nilai Investasi, Reinvestasi, Penyusutan, dan Nilai Sisa

Skenario II ............................................................................ 128

11. Proyeksi Laba Rugi Skenario II ........................................... 129

12. Cashflow Usaha Pengolahan Gula Semut Skenario II ......... 130

13. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Gula Cetak

6,9% pada Skenario II .......................................................... 132

14. Analisis Switching Value Penurunan Harga Gula

Semut 6,0% pada Skenario II ............................................... 134

Page 18: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Aren atau enau (Arrenga pinnata Merr) merupakan salah satu tanaman

perkebunan jenis palma yang memiliki potensi nilai ekonomi yang tinggi dan

dapat tumbuh subur di wilayah tropis seperti Indonesia. Tanaman aren bisa

tumbuh pada segala macam kondisi tanah, baik tanah berlempung, berkapur

maupun berpasir. Di Indonesia, tanaman aren dapat tumbuh dan berproduksi

secara optimal pada tanah yang memiliki ketinggian di atas 1.200 meter di atas

permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 25oC (Soesono 2005).

Pohon aren memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena hampir semua

bagiannya dapat memberikan keuntungan finansial, sehingga jika dikelola dengan

baik akan mampu bersaing khususnya dengan jenis tanaman palma lainnya. Buah

aren yang masih muda dengan teknologi yang sederhana dapat diolah menjadi

bahan makanan yang disebut kolang-kaling. Daunnya yang masih muda dapat

digunakan sebagai pembungkus rokok dan gula aren, sedangnya daun yang sudah

tua dapat digunakan sebagai bahan atap rumah, bahan pembuat sapu lidi atau

bahan kerajinan tangan. Akar pohon aren dapat dijadikan bahan obat-obatan. Pada

bagian luar batang aren diperoleh ijuk yang dapat dibuat menjadi sapu, sikat, tali,

dan atap rumah tradisional. Selain itu, batang aren yang masih muda dapat

diambil sagunya sebagai bahan baku industri makanan atau industri lem,

sedangkan batang aren yang sudah tua dapat dipakai sebagai bahan furniture.

Namun dari semua produk aren, nira aren yang berasal dari lengan bunga jantan

sebagai bahan untuk memproduksi gula aren adalah yang paling besar nilai

ekonomisnya. Beberapa produk turunan dari aren yang berpotensi untuk

dikembangkan dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 19: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

2

Gambar 1. Pohon Industri Produk Turunan Aren Sumber : BPTP Banten (2005)

Gula aren sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu

pemanis makanan dan minuman. Hingga saat ini kedudukan gula aren sebagai

pemanis belum dapat digantikan oleh pemanis lainnya seperti gula pasir. Hal ini

karena gula aren memiliki rasa yang khas dibandingkan zat pemanis lainnya.

Apabila gula aren dikemas dengan kemasan yang lebih baik dari kemasan

tradisional selama ini, maka gula aren dapat menjadi produk yang berpotensi

untuk diekspor ke negara seperti Jepang, Singapura, Hongkong, Philipina, Arab

Saudi, Bahrain, Brunei Darusalam, Belanda, Swiss, Maladewa, Amerika Serikat,

Kanada, dan Australia (Ditjenbun 2007).

Meskipun tidak sepopuler gula tebu, gula aren memiliki lebih banyak

keunggulan baik dari segi kandungan gizi maupun tingkat harga. Gula aren

mengandung kadar sukrosa lebih tinggi (84%) dibandingkan gula tebu (20%).

Selain itu, kandungan nutrisi gula aren seperti kadar protein, lemak, kalium dan

fosfor ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan gula tebu (BPTP Banten 2005).

Kelebihan lainnya, gula aren tidak mengandung bahan kimia dan bisa menjadi

obat. Kandungan kalori dan glisenik indeknya yang rendah membuat gula aren

AREN

Akar Industri Obat

Batang

Industri Alat RT

Sagu

Industri Makanan

Industri Lem

Daun

Industri Rokok

Industri Kerajinan

Tangan

Nira Gula Aren Industri Makanan

dan Minuman

Bunga

Buah Kolang-Kaling Industri Makanan

Page 20: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

3

tidak berbahaya bagi penderita diabetes. Ini sesuai dengan gaya hidup sehat yang

semakin popular di masyarakat1)

.

Aren jauh lebih produktif dari tanaman tebu dalam menghasilkan kristal

gula per satuan luas. Produktivitasnya bisa 4-8 kali dibandingkan tebu. Rendemen

gula aren 12 persen, sedangkan tebu rata-rata hanya 7 persen. Gula aren dinilai

baik dan dapat dijadikan gula kristal yang dapat diekspor. Harga ekspornya

mencapai Rp 50.000/kg dan di tingkat konsumen di Belanda dapat mencapai Rp

90.000/kg, sedangkan harga gula tebu hanya mencapai Rp7.000/kg2)

.

Permintaan gula aren baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri

meningkat setiap tahunnya. Terkait dengan permintaan dalam negeri, kebutuhan

gula semut terbesar datang dari industri makanan dan obat yang tersebar di

berbagai daerah di Indonesia. Sementara untuk pasar lokal, permintaan tertinggi

terjadi pada saat dan menjelang bulan puasa Ramadhan. Sedangkan untuk

permintaan ekspor, banyak datang dari Jerman, Swiss dan Jepang3)

.

Peningkatan permintaan gula aren dari dalam negeri dapat terlihat pada

konsumsi gula merah (termasuk gula aren di dalamnya) di Indonesia yang

mengalami kenaikan setiap tahun (Tabel 1). Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat

bahwa dari tahun 2001 sampai 2006 terjadi peningkatan konsumsi gula merah

perkapita pertahun dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 1,70 persen.

Peningkatan tersebut seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan

pendapatan nasional. Selama kurun waktu 2001-2006 laju pertumbuhan penduduk

sebesar rata-rata per tahun sebesar 1,27 persen dan peningkatan pendapatan

nasional rata-rata per tahun mencapai 4,40 persen

������������������������������������������������������������1)Zuhri Sepudin. 2008. Gula Aren Laris Manis. http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-

harian/laporan-khusus/1id73516.html [Diakses tanggal 11 Februari 2010]�2) Kusumanto D. Potensi Besar Agribisnis Aren. 2008.

http://kebunaren.blogspot.com/2008_12_01_archive.html [Diakses tanggal 12 Januari 2010]�3)[BI] Bank Indonesia. 2008. Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK) Gula Aren.

http://www.bi.go.id [Diakses tanggal 22 Desember 2009]�

Page 21: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

4

Tabel 1. Jumlah Penduduk, Pendapatan Nasional, dan Konsumsi Gula Merah

Perkapita per Tahun di Indonesia Tahun 2001-2006

Tahun Jumlah Penduduk

(ribu)

Pendapatan Nasional

(milyar Rupiah)

Konsumsi gula merah

perkapita per tahun (kg)

2001 208.621 1.277.341,6 1,25

2002 212.003 1.316.776,4 1,28

2003 215.276 1.353.473,6 1,30

2004 216.382 1.451.041,1 1,32

2005 219.205 1.521.161,4 1,33

2006 222.192 1.583.447,9 1,36 Sumber : BPS 2006, diacu dalam Nurani (2008)

Tanaman aren banyak tumbuh dan tersebar hampir di seluruh wilayah

Indonesia. Di Pulau Jawa, tanaman aren banyak tumbuh di daerah Jawa Barat dan

Jawa Tengah. Sedangkan di luar Pulau Jawa, tanaman aren banyak tumbuh di

daerah Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Sumatera Utara. Secara nasional,

Provinsi Banten menempati urutan ke-7 sebagai provinsi penghasil aren terbesar

di Indonesia (Tabel 2). Pada tahun 2008 produksi gula aren di Provinsi Banten

mencapai 1.626 ton dengan luas area pohon aren yang diusahakan seluas 2.764

hektar. Hal inilah yang mendorong dijadikannya gula aren sebagai salah satu

produk unggulan Provinsi Banten.

Tabel 2. Sepuluh Besar Provinsi Penghasil Aren di Indonesia Tahun 2008

Lokasi Luas Area (Ha) Produksi (Ton)

Jawa Barat 13.873 7.503

Sulawesi Selatan 5.383 3.448

Sumatera Utara 5.044 3.379

Jawa Tengah 2.685 3.131

Sulawesi Utara 5.615 2.850

Bengkulu 3.024 2.604

Banten 2.764 1.626

Kalimantan Selatan 2.028 1.270

Nanggroe Aceh Darussalam 2,764.00 1,225.00

Sulawesi Tenggara 2,703.00 782.00 Sumber : Statistik Perkebunan (2008)

Pada tahun 2008, seluas 1.992,75 hektar atau hampir 72 persen dari luas

area pohon aren yang ada di Provinsi Banten berada di Kabupaten Lebak dengan

produksi gula aren mencapai 1.431 ton. Pada tahun 2009 produk gula aren

Kabupaten Lebak ditetapkan menjadi komoditas inti daerah oleh Kementrian

Perdagangan RI. Hal ini karena produksi gula aren Kabupaten Lebak menempati

Page 22: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

5

urutan pertama di Indonesia4)

, yaitu sebesar 1.547 ton dengan area pohon aren

seluas 2.111,5 hektar. Dilihat dari segi perkembangannya dari tahun 2003 hingga

tahun 2009, terlihat bahwa peningkatan luas areal tanaman aren masih cukup

tinggi yaitu mencapai rata-rata 7,2 persen per tahun dengan rata-rata peningkatan

produksi gula aren sebesar 4,7 persen per tahun (Dishutbun Kabupaten Lebak

2009).

Tabel 3. Perkembangan Luas Areal Tanaman Aren dan Produksi Gula Aren di

Kabupaten Lebak Tahun 2003-2009

Tahun Luas Area (Ha) Produksi (Ton)

2003 1348,00 1156,00

2004 1498,00 1172,00

2005 1630,50 1176,00

2006 1747,25 1280,00

2007 1865,75 1346,00

2008 1992,75 1431,00

2009 2111,50 1547,00 Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak (2009)

Tanaman aren banyak ditemukan di hampir semua kecamatan yang ada di

Kabupaten Lebak (Lampiran 1). Namun, dari 28 kecamatan yang ada, hanya 12

Kecamatan yang dijadikan sebagai sentra gula aren di Kabupaten Lebak, yaitu

Kecamatan Cijaku, Cigemblong, Sobang, Muncang, Gunungkencana,

Bojongmanik, Cihara, Cibeber, Cilograng, Panggarangan, Malingping dan

Wanasalam. Sebagian besar sentra gula aren di Kabupaten Lebak menghasilkan

gula aren dalam bentuk gula cetak dan hanya sebagian kecil yang membuat gula

semut. Padahal, konsumen lebih menyukai gula aren dalam bentuk gula semut.

Hal ini dikarenakan gula semut lebih tahan lama, lebih praktis dan dapat dikemas

secara lebih menarik dibandingkan gula cetak. Namun tidak semua sentra gula

aren dapat memproduksi gula semut. Hal ini karena harga mesin, harga peralatan

produksi dan modal kerja untuk memproduksi gula semut sangat besar.

Sedangkan, sebagian besar usaha pengolahan gula aren di Kabupaten Lebak

merupakan usaha skala kecil dan mikro dengan modal yang tidak besar. Dari 44

������������������������������������������������������������4) Febi. 2010. Gula Aren Lebak Jadi Komoditas Inti Daerah.

http://lepmida.com/news_detail.phpid=17989&sub=news&page=1/news_detail.php.htm [Diakses

tanggal 16 April 2010] �

Page 23: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

6

sentra gula aren yang ada di Kabupaten Lebak, hanya 6 usaha yang melakukan

pengolahan gula aren menjadi gula semut (Tabel 4). Keenam usaha ini tersebar di

Kecamatan Sobang, Cihara, Cibeber, Sajira dan Rangkasbitung. Setiap bulannya

keenam usaha ini hanya mampu memproduksi gula semut sebanyak 70 ton,

padahal permintaan pasar terhadap gula semut dari Kabupaten Lebak mencapai

180 ton per bulan (Dishutbun Kabupaten Lebak 2009). Hal ini menunjukkan

masih banyaknya permintaan yang belum mampu dipenuhi oleh usaha pengolahan

gula semut di Kabupaten Lebak.

Tabel 4. Usaha Pengolahan Gula Semut di Kabupaten Lebak Tahun 2008

No Nama Usaha Lokasi

1. Kelompok Mitra Mandala Hariang Kecamatan Sobang

2. Kelompok Mandiri Kecamatan Cihara

3. Kelompok Berkah Jaya Arenga Kecamatan Cibeber

4. PD Saung Aren Kecamatan Sajira

5. Usaha Pengolahan Gula Semut H. Wiwin Kecamatan Rangkasbitung

6. Usaha Pengolahan Gula Semut Ibu Rina Kecamatan Rangkasbitung Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak (2009)

Usaha pengolahan gula semut di Kabupaten Lebak merupakan usaha yang

memberikan nilai tambah pada produk unggulan daerah yaitu gula aren. Usaha ini

tidak hanya melibatkan para pelaku usaha pengolahan gula semut, tetapi juga

melibatkan kurang lebih 16.800 orang pengrajin gula cetak sebagai pemasok

bahan baku utama dan pihak-pihak yang terlibat dalam saluran distribusinya.

Untuk mendirikan usaha pengolahan gula semut dibutuhkan modal yang cukup

besar. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis yang menilai layak atau tidaknya

usaha pengolahan gula semut untuk dijalankan.

1.2. Perumusan Masalah

PD Saung Aren merupakan salah satu perusahaan yang mengolah gula

semut di Kabupaten Lebak. Perusahaan yang dimiliki oleh Bapak Andi Maulana

ini telah berdiri sejak tahun 2008 atau sekitar dua tahun yang lalu. Pada awal

pendiriannya, PD Saung Aren mampu memproduksi gula semut sebesar 8 ton per

bulan. Produksi gula semut di PD Saung Aren meningkat di tahun kedua menjadi

15 ton per bulan dan pada tahun 2010 ini produksinya mencapai 26 ton per bulan.

Meskipun jumlah produksinya meningkat setiap tahun, namun PD Saung Aren

tetap belum mampu memenuhi seluruh permintaan yang ada. Permintaan yang

Page 24: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

7

belum terpenuhi berasal dari trader dan supermarket yang berada di Jakarta, serta

konsumen langsung yang berada di Provinsi Banten.

PD Saung Aren memproduksi gula semut dalam dua kemasan yaitu

kemasan 40 kg dan kemasan 350 gram. Kedua kemasan gula semut ini dipasarkan

ke industri makanan seperti PT Indofood, PT Mayora, dan PT Gandum Mas

Kencana. Pemasarannya dilakukan secara langsung atau melalui trader yang ada

di daerah Jakarta. Jumlah produksi dan permintaan pasar atas gula semut di PD

Saung Aren dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-Rata Produksi per Bulan dan Rata-Rata Permintaan per Bulan

Gula Semut di PD Saung Aren tahun 2010

Jenis Produk Rata-Rata Produksi per

Bulan (ton)

Rata-Rata Permintaan

per Bulan (ton)

Gula semut kemasan 40 kg 26 78

Gula semut kemasan 350 gram 0,175 7 Sumber : PD Saung Aren (2010)

Tabel 5 menunjukkan bahwa kapasitas produksi perusahaan saat ini hanya

mampu memenuhi 30,7 persen dari jumlah permintaan pasar terhadap gula semut

PD Saung Aren. Dengan kata lain PD Saung Aren belum mampu memenuhi

permintaan pasar, sehingga peluang pasar masih terbuka lebar.

Tahun 2010 ini, PD Saung Aren mendapatkan tawaran dari salah satu

supermarket yaitu Hero untuk memasok gula semut kemasan 350 gram sebanyak

5 ton setiap bulannya. Namun, pengalaman kegagalan usaha yang pernah dialami

sebelumnya menyebabkan pemilik PD Saung Aren ragu untuk melakukan

pengembangan usaha. Hal ini karena usaha yang dijalankannya saat ini belum

pernah dianalisis kelayakannya. Selain itu, penambahan investasi dengan adanya

pengembangan ini tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar, padahal modal

merupakan sumberdaya yang terbatas. Meskipun sudah ada investor yang bersedia

menanamkan modalnya untuk pengembangan usaha nanti, tentunya dibutuhkan

jaminan bahwa pengembangan usaha tesebut layak dan memberikan keuntungan

yang lebih besar dari kondisi yang sedang dijalankan saat ini. Oleh karena itu

diperlukan analisis untuk menilai layak atau tidaknya usaha pengolahan gula

semut ini untuk dijalankan.

Usaha pengolahan gula semut ini tidak lepas dari risiko yaitu adanya

perubahan-perubahan yang akan mempengaruhi kelayakan usaha ini. Perubahan-

Page 25: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

8

perubahan ini terjadi pada harga input dan harga output yang berfluktuasi. Input

yang paling banyak menghabiskan biaya adalah gula cetak yang merupakan bahan

baku utama dalam memproduksi gula semut. Hampir 95 persen dari total biaya

variabel yang dikeluarkan PD Saung Aren adalah untuk membeli gula cetak.

Adanya peningkatan harga gula cetak tentu akan mengubah kelayakan usaha

sehingga perlu dilakukan analisis sensivitas karena adanya perubahan harga gula

cetak. Harga output yaitu gula semut sampai saat ini cenderung berfluktuasi. Jika

terjadi penurunan harga gula semut, maka akan mempengaruhi kelayakan usaha

sehingga diperlukan adanya analisis sensitivitas terhadap penurunan harga gula

semut.

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan dalam

penelitian, sebagai berikut:

1) Bagaimana kelayakan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren

dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek

sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan?

2) Bagaimana kelayakan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren

dilihat dari aspek finansial?

3) Bagaimana tingkat sensitivitas dari usaha pengolahan gula semut di PD

Saung Aren apabila menghadapi perubahan-perubahan dalam hal ini

peningkatan harga gula cetak dan penurunan harga gula semut?

1.3. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut maka tujuan

penelitian ini adalah:

1) Mengkaji kelayakan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren

dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek

sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan.

2) Menganalisis kelayakan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren

dilihat dari aspek finansial.

3) Menganalisis tingkat sensitivitas dari usaha pengolahan gula semut apabila

menghadapi perubahan-perubahan dalam hal ini peningkatan harga cetak

dan penurunan harga gula semut.

Page 26: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

9

1.4. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak yang

berkepentingan :

1) Bagi penulis, penelitian ini merupakan salah satu sarana untuk

mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah.

2) Bagi PD Saung Aren, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan

informasi untuk bahan pertimbangan dalam menjalankan operasional

usaha dan dalam membuat kebijakan pengembangan usaha lebih lanjut.

3) Bagi pemerintah, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk

mengembangkan dan mendukung usaha pengolahan gula semut di

Kabupaten Lebak.

4) Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

pembaca, dan dapat dijadikan acuan atau perbandingan dalam melakukan

studi lanjutan, khususnya di bidang studi kelayakan bisnis.

1.5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji aspek-aspek non finansial

yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek

sosial dan ekonomi, aspek lingkungan serta aspek finansial. Hal ini dilakukan

untuk meneliti kelayakan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren yang

terletak di Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Page 27: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gula Aren

Dalam istilah kuliner, gula adalah tipe makanan yang diasosiasikan dengan

salah satu rasa dasar, yaitu manis. Komponen utama dari gula adalah karbohidrat.

Jenis gula yang paling sering digunakan sehari-hari adalah kristal sukrosa padat.

Gula berfungsi untuk merubah rasa dan struktur makanan atau minuman. Saat ini

setidaknya dikenal tiga jenis gula yaitu gula tebu, gula bit, dan gula aren (BPTP

Banten 2005).

Gula aren sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu

pemanis makanan dan minuman yang bisa menjadi substitusi gula pasir (gula

tebu). Gula aren diperoleh dari proses penyadapan nira aren yang kemudian

dikurangi kadar airnya hingga menjadi padat. Kekhasan gula aren dibandingkan

dengan gula lainnya adalah gula aren mengandung kadar sukrosa lebih tinggi

(84%), dibandingkan gula tebu (20%) dan gula bit (17%). Selanjutnya kandungan

nutrisi gula aren seperti kadar protein, lemak, kalium dan fosfor ternyata lebih

tinggi dibandingkan dengan gula tebu dan gula bit. Sebagai bahan komparasi,

Tabel 6 memperlihatkan kandungan beberapa zat penting dalam komoditas gula

yang berasal dari sumber bahan baku yang berbeda.

Tabel 6. Komposisi Kimia Gula Aren, Gula Kelapa, dan Gula Siwalan (per 100

gram)

No. Sifat Kimia Gula Aren

(%)

Gula Kelapa

(%)

Gula Siwalan

(%)

1. Kadar air 9,16 10,32 8,61

2. Sukrosa 84,31 71,89 76,85

3. Gula pereduksi 0,53 3,70 1,66

4. Lemak 0,11 0,15 0,19

5. Protein 2,28 0,06 1,04

6. Total Mineral 3,66 5,04 3,15

7. Kalsium 1,35 1,64 0,86

8. Fosfor (P2O5) 1,37 0,06 0,01 Sumber : BTPN Banten (2005)

Proses pembuatan gula aren terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap

penyaringan nira dari kotoran, pemasakan, dan pencetakan.

Page 28: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

11�

1) Penyaringan Nira dari Kotoran

Seharusnya nira yang diperoleh dari pohon aren segera diperiksa derajat

keasamannya (pH). Nira aren dengan pH 6-7 masih baik untuk diolah menjadi

gula aren. Sebelum dimasak, nira perlu disaring terlebih dahulu untuk

menghilangkan kotoran. Penyaringan dilakukan dua kali, pertama penyaringan

terhadap kotoran kasar seperti ranting, daun dan serangga, serta kedua

penyaringan terhadap kotoran halus yang dilakukan pada saat proses pemasakan

dimana kotoran terkumpul di permukaan.

2) Pemasakan

Pemasakan dilakukan diatas penggorengan di atas tungku api dengan

bahan bakar kayu. Hal penting yang perlu dilakukan selama proses pemasakan

adalah penyaringan kotoran halus yang dapat dilakukan dengan menggunakan

serokan. Dalam pemasakan nira ini, juga perlu ditambahkan minyak goreng atau

minyak kelapa dengan perbandingan 10 gram minyak kelapa per 25 liter nira.

Tujuannya agar buih nira tidak sampai meluap keluar penggorengan atau wajan.

Untuk menguapkan air dalam nira diperlukan waktu pemasakan 3-4 jam.

Selama pemasakan dijaga agar asap tidak masuk ke dalam bahan, untuk

menghindari warna gula aren menjadi gelap. Apabila nira yang dimasak sudah

kental, secara perlahan-lahan api dikecilkan untuk menurunkan panas sambil

diaduk agar tidak gosong. Untuk mengetahui kemasakan nira biasanya dilakukan

dengan cara meneteskan nira ke dalam air dingin. Apabila tetesan nira tesebut

meluncur dengan panjang 2 cm, berarti nira sudah masak.

3) Pencetakan

Dalam proses pencetakan, biasanya kojor (tempat untuk mencetak gula

aren) direndam terlebih dahulu dalam air untuk memudahkan pelepasan gula

nantinya, kemudian pekatan nira diaduk dan selanjutnya dituangkan ke dalam

cetakan tersebut. Pelepasan gula dari cetakan dilakukan setelah gula mencapai

suhu kamar.

2.2. Gula Semut

Gula semut adalah gula aren yang berbentuk butiran halus. Butirannya

lebih halus dari gula pasir bahkan mirip seperti pasir rumah semut, oleh karena itu

disebut “gula semut”. Sebagai pemanis, gula semut ini memiliki keunggulan

Page 29: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

12�

dibandingkan gula cetak. Gula semut bersifat kering karena kadar airnya yang

rendah sehingga gula semut bisa bertahan hingga dua tahun. Aroma, rasa, dan

warna gula semut relatif seragam. Gula semut memiliki tampilan yang lebih

menarik karena dapat dikemas dalam berbagai bentuk dan ukuran. Gula semut

memiliki bentuk yang lembut dan mudah larut dalam air sehingga sering

digunakan sebagai bahan baku industri makanan olahan maupun konsumsi rumah

tangga. Mutu dan penampilan gula semut yang lebih baik dibandingkan gula cetak

mendukung untuk menembus pasar dalam negeri dan pasar ekspor dengan nilai

jual yang lebih tinggi dari pada gula cetak (Forum Pengembangan Kemitraan,

diacu dalam Gunawan 1997).

Proses produksi gula semut hampir sama dengan gula cetak. Perbedaannya

adalah gula semut proses pemasakan lebih lama dibandingkan pada gula cetak.

Setelah nira aren yang dimasak berubah menjadi pekat, api kemudian dikecilkan.

Setelah 10 menit, kuali diangkat dari tungku dan dilakukan pengadukan secara

perlahan sampai terjadi pengkristalan. Setelah terjadi pengkristalan, pengadukan

dipercepat hingga terbentuk serbuk kasar. Serbuk yang masih kasar inilah yang

disebut dengan gula semut setengah jadi dengan kadar air masih di atas 5 persen.

Gula semut setengah jadi, kemudian dikirim kepada produsen gula semut skala

industri kecil di masing-masing sentra produksi. Secara garis besar alur proses

produksi gula aren oleh pengrajin dapat dilihat pada Gambar 2.

Industri kecil gula semut yang terdapat di beberapa sentra industri gula

aren menerima gula semut setengah jadi dari pengrajin. Gula semut setengah jadi

dari pengrajin terlebih dahulu digiling dengan mesin penggiling untuk

menghaluskan gula yang masih menggumpal.

Setelah penggilingan, gula semut diayak sesuai dengan ukuran yang

diinginkan. Ukuran yang umum dipakai adalah 10 mesh, 15 mesh dan paling halus

20 mesh dengan kadar air di bawah 3 persen. Untuk memperoleh tiga tingkat

kehalusan tersebut, gula yang sudah digiling diayak dengan ayakan dari ukuran

yang paling besar terlebih dahulu, yaitu 10 mesh. Gula semut yang tidak lolos

pada ayakan ini, yang disebut dengan gula reject. Gula reject tersebut kemudian

dimasak kembali hingga meleleh dan mengental untuk dibentuk menjadi gula

cetak.

Page 30: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

13�

Gambar 2. Diagram Alur Proses Produksi Gula Aren Cetak dan Gula Semut

oleh Petani Sumber : BPTP Banten (2005)

Gula semut hasil ayakan pertama, kemudian diayak kembali dengan

ayakan ukuran yang lebih kecil, demikian seterusnya hingga ukuran ayakan yang

terkecil. Jumlah produksi gula semut dengan tiga jenis kehalusan ini disesuaikan

dengan permintaan pasar.

Selanjutnya, gula semut dengan tiga ukuran ayakan tersebut kemudian

dijemur di bawah panas matahari hingga kadar airnya mencapai di bawah 3

persen. Jika tidak ada sinar matahari, proses pengeringan dapat dilakukan

menggunakan alat pengering, misalnya oven pemanas. Gula semut yang sudah

kering kemudian dikemas dalam kemasan karung untuk dikirim kepada industri

makanan atau pedagang besar dan dengan kemasan plastik untuk dipasarkan.

Secara garis besar alur proses produksi gula aren oleh sentra industri dapat

dilihat pada Gambar 3.

Page 31: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

14�

Gambar 3. Diagram Alur Proses Produksi Gula Semut Oleh Sentra Industri Sumber : BPTP Banten (2005)

2.3. Industri Pengolahan

Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan

kegiatan mengubah barang jadi atau setengah jadi, mengubah barang yang kurang

nilainya menjadi barang yang lebih nilainya. Termasuk kedalam kegiatan ini

adalah perusahaan yang melakukan jasa industri dan pekerja perakitan (BPS 2007,

diacu dalam Musarofah 2009).

Industri pengolahan digolongkan menjadi empat golongan yaitu

industri/usaha besar, industri/usaha menengah, industri/usaha kecil, dan industri/

usaha mikro. Sampai saat ini belum ada definisi maupun kriteria baku mengenai

usaha mikro, kecil dan menengah. Masing-masing institusi atau lembaga

pemerintah mempunyai kriteria berbeda terhadap UMKM di Indonesia5)

.

Berdasarkan pasal 6 UU No.20 Tahun 2008 tentang UMKM, dijelaskan

mengenai kriteria UMKM berdasarkan jumlah kekayaan bersih dan total

penjualan per tahun.

��������������������������������������������������������������

Anonim. 2008. Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. http://usaha-

umkm.blog.com/tag/ciri-ciri-umkm/ [Diakses tanggal 30 Mei 2010]��

Page 32: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

15�

a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

− Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

− Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah)..

b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

− Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

− Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah).

c. Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

− Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh

milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

− Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal

29 Januari 2003, Usaha Mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau

perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak

Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun. Usaha Mikro dapat

mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp 50.000.000,00. Ciri-ciri usaha

mikro adalah sebagai berikut:

a. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat

berganti;

b. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat;

c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak

memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;

d. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha

yang memadai;

Page 33: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

16�

e. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;

f. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah

akses ke lembaga keuangan non bank;

g. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya

termasuk NPWP.

Berdasarkan Undang-undang No.9 Tahun 1995, usaha kecil adalah usaha

produktif yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih paling

banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp

1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) per tahun serta dapat menerima kredit dari

bank maksimal di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan

Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Ciri-ciri usaha kecil adalah sebagai

berikut:

a. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang

berubah;

b. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;

c. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih

sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan

keluarga, sudah membuat neraca usaha;

d. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP;

e. Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha;

f. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;

g. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti

business planning.

Berdasarkan Inpres No.10 tahun 1998, usaha menengah adalah usaha

bersifat produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar dari

Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak sebesar

Rp 10.000.000.000,00, (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha serta dapat menerima kredit dari bank sebesar Rp

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) s/d Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar

rupiah). Ciri-ciri usaha menengah adalah sebagai berikut:

Page 34: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

17�

a. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik,

lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara

lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi;

b. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi

dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau

pemeriksaan termasuk oleh perbankan;

c. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada

Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;

d. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin

usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll;

e. Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;

f. Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan

terdidik.

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan adalah berbagai penelitian

yang berhubungan dengan topik dan produk yang dipilih dalam penelitian ini.

Oleh karena itu, penelitian yang menjadi rujukan adalah penelitian mengenai

kelayakan usaha dan gula aren.

2.4.1. Penelitian Terdahulu mengenai Kelayakan Usaha

Penelitian mengenai analisis kelayakan terutama kelayakan pada usaha

pengolahan produk tertentu telah dilakukan oleh peneliti terdahulu namun dengan

objek kajian atau produk yang berbeda. Salah satunya yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Debie Natalia Francisca Fausta Napitupulu pada tahun 2009 yang

berjudul Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup Belimbing Manis

dan Jambu Biji Merah (Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul).

Analisis kelayakan ini dilakukan karena CV WPIU akan melakukan

pengembangan usaha dengan memasok jus dan sirup belimbing manis dan jambu

biji merah ke supermarket. Hasil penelitian menunjukkan analisis kualitatif aspek-

aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek

sosial dan lingkungan serta aspek hukum menunjukkan bahwa usaha yang

dijalankan CV WPIU ini layak untuk dilaksanakan. Hasil analisis kelayakan

finansial tingkat diskonto 14 persen menunjukan nilai NPV positif sebesar

Page 35: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

18�

Rp.292.938.966, Net B/C sebesar 3,09, nilai IRR sebesar 48,95 persen, Payback

Period yang diperoleh adalah 3,76 tahun atau 3 tahun 7 bulan 4 hari, dan layak

untuk dijalankan dengan tingkat diskonto yang ada. Sedangkan hasil analisis

switching value dengan tingkat diskonto 14 persen menunjukan bahwa usaha ini

menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila harga gula pasir mengalami

kenaikan melebihi 18,84 persen, harga botol jus mengalami kenaikan melebihi

20,94 persen, penurunan penjualan jus melebihi 6,09 persen, dan penurunan

penjualan sirup lebih dari 10,48 persen.

Penelitian Siti Munawarohtul Musarofah pada tahun 2009 menganalisis

kelayakan usaha pengolahan nugget ikan (Kasus pada Usaha Pengolahan Nugget

Ikan Putra Barokah, Desa Blanakan, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang,

Jawa Barat). Hasil penelitian menunjukkan analisis kualitatif aspek-aspek non

finansial yaitu aspek komersial, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen,

aspek sosial lingkungan dan aspek ekonomi menunjukkan bahwa usaha yang

dijalankan layak untuk dilaksanakan. Peneliti membuat dua skenario pada analisis

finansial. Skenario I merupakan usaha yang saat ini sedang dijalankan yaitu usaha

pengolahan nugget ikan yang berada di Desa Blanakan dengan skala usaha

berdasarkan pada kondisi saat ini. Sedangkan skenario II merupakan

pengembangan usaha dengan peningkatan kapasitas produksi menjadi 1.747

kemasan per hari. Hasil analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa usaha ini

layak untuk dijalankan berdasarkan kriteria investasi. Pada skenario I diperoleh

NPV sebesar Rp 128.253.816, Net B/C sebesar 5,08, nilai IRR sebesar 89 persen,

Payback Period yang diperoleh adalah 2,15 tahun. Sedangkan skenario II

menghasilkan NPV sebesar Rp. 309.706.718, Net B/C sebesar 6,00, nilai IRR

sebesar 98 persen, Payback Period yang diperoleh adalah 2,53 tahun. Hasil

analisis sensitivitas menunjukkan bahwa kedua skenario tidak layak saat

menghadapi penurunan penjualan sebesar 46 persen, sementara saat menghadapi

perubahan berupa kenaikan harga kemasan sebesar 64,7 persen menunjukkan

bahwa skenario I tidak layak untuk dijalankan sedangkan skenario II masih layak

untuk dijalankan. Analisis switching value menunjukkan bahwa perubahan

penurunan penjualan yang masih dapat diterima agar usaha layak untuk dijalankan

pada skenario I adalah sebesar 13,22709 persen sedangkan pada skenario II adalah

Page 36: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

19�

sebesar 10,475618439 persen. Perubahan berupa kenaikan harga kemasan yang

masih dapat diterima pada skenario I adalah sebesar 51,034158 persen dan pada

skenario II adalah 66,677150637 persen.

Rustiana (2008) menganalisis kelayakan usaha pengolahan puree mangga

(Mangifera Indica L.) (studi kasus pada CV. Promindo Utama, Desa Losari Lor,

Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat). Hasil penelitian

menunjukkan analisis kualitatif aspek-aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek

teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan menunjukkan bahwa usaha

pengolahan puree mangga layak untuk dilaksanakan. Pada aspek finansial

diperoleh NPV sebesar Rp. 346.825.522,00, Net B/C sebesar 6,14, nilai IRR

sebesar 87,26 persen, dan Payback Period yang lebih singkat dari umur usaha

selama 10 tahun yaitu 2 tahun, 1,6 bulan. Dengan demikian dari aspek finansial

usaha pengolahan puree mangga layak untuk dilaksanakan. Analisis switching

value menunjukkan bahwa usaha pengolahan puree mangga masih layak untuk

dilaksanakan jika volume produksi puree mangga mengalami penurunan

maksimal sebesar 15,08664 persen, harga jual puree mangga turun sebesar

15,08664 persen, serta kenaikan harga mangga Harumanis grade C maksimal

sebesar 31,896 persen.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Musarofah

(2009) adalah pembuatan dua skenario di analisis finansial yang menganalisis

kondisi perusahaan saat ini dan rencana pengembangan usaha yang akan

dilakukan. Pada penelitian Rustiana (2008) fokus untuk menganalisis kondisi

perusahaan saat ini sedangkan penelitian Napitupulu (2009) hanya menganalisis

pengembangan usahanya saja. Aspek non finansial yang dikaji Musarofah (2009)

sama dengan penelitian ini, yaitu meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek

manajemen, aspek hukum, aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek lingkungan.

Semua kriteria investasi untuk menganalisis aspek finansial yang digunakan

dalam penelitian ini, digunakan pula dalam penelitian Napitupulu (2009)

Musarofah (2009) dan Rustiana (2008) seperti NPV, Net B/C, IRR, dan Payback

Period. Untuk mengetahui alternatif kemungkinan hasil analisis kelayakan yang

telah diperoleh sehubungan dengan kemungkinan terjadinya perubahan atas

komponen yang menyangkut pelaksanaan usaha, Napitupulu (2009) dan Rustiana

Page 37: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

20�

(2008) menggunakan alat analisis yang sama yaitu analisis switching value,

namun Musarofah (2009) menambahkan satu analisis lagi yaitu analisis

sensitivitas. Terdapat perbedaan dalam pemilihan variabel yang akan dianalisis

dalam switching value. Pada Napitupulu (2009) dan Musarofah (2009) variabel

yang dipilih dalam analisis switching value adalah kenaikan harga input dan

penurunan volume penjualan, pada Rustiana (2008) variabel yang dipilih dalam

analisis switching value adalah kenaikan harga input, penurunan harga output dan

penurunan volume penjualan, sedangkan pada penelitian ini variabel yang dipilih

dalam analisis switching value adalah kenaikan harga input dan penurunan harga

output.

2.4.2. Penelitian Terdahulu mengenai Gula Aren

Tinjauan yang digunakan dalam penelitian ini juga harus merujuk pada

penelitian terdahulu mengenai produk yang sama yaitu gula aren. Ada beberapa

peneliti yang menganalisis mengenai gula aren namun dengan kajian yang

berbeda.

Nurani (2008) meneliti tentang Analisis Usaha Pengolahan Gula Merah

Aren di Desa Sukamurni Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut Jawa Barat. Tujuan

penelitian ini adalah untuk menganalisis pendapatan dan nilai tambah yang

diperoleh pengrajin gula merah aren berdasarkan status kepemilikan pohon,

menganalisis saluran pemasaran, pelaksanaan fungsi pemasaran gula merah aren

yang terjadi di setiap lembaga pemasaran di Desa Sukamurni serta efisiensi

pemasaran gula merah aren yang terjadi di Desa Sukamurni. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa usaha pengolahan gula merah aren yang dikembangkan oleh

pemilik sekaligus penyakap telah efisien. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rasio

R/C baik atas biaya tunai maupun biaya total lebih dari satu. Nilai rasio R/C atas

biaya total yang diperoleh pemilik sekaligus penggarap yaitu 1,81 dan penyakap

yaitu 1,89. Sementara itu, pemilik sekaligus penggarap dan penyakap memperoleh

nilai rasio R/C atas biaya tunai yang sama besar yaitu 35,56.

Nilai tambah yang diterima pemilik sekaligus penggarap yaitu Rp. 808,73

per liter nira sedangkan penyakap sebesar Rp. 776,27 per liter nira. Baik pada

pemilik sekaligus penggarap maupun penyakap nilai tambah tersebut sebagian

besar didistribusikan untuk keuntungan usaha. Marjin yang diperoleh pemilik

Page 38: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

21�

sekaligus penggarap memberikan balas jasa terhadap pendapatan kerjanya sebesar

23,04 persen, bagi keuntungan perusahaan 65,03 persen dan sisanya sebesar 11,93

persen merupakan bagian input lain. Sementara itu penyakap mendistribusikan

marjin yang diperolehnya terhadap tenaga kerja sebesar 11,81 persen, keuntungan

perusahaan sebesar 75,92 persen, dan 12,26 persen bagi sumbangan input lain.

Hal ini menunjukkan usaha pengolahan gula merah aren sangat menunjang bagi

kehidupan ekonomi pengrajian.

Di daerah penelitian ditemukan sembilan alternatif saluran pemasaran

untuk menyalurkan gula merah aren dari pengrajin sampai ke konsumen akhir

yang melibatkan tujuh lembaga pemasaran yaitu perajin, tengkulak, pedagang

pengecer, pedagang besar antar kota (PBAK), pedagang di pasar Bojong Loa dan

di pasar Ciawitali, supermarket yang berada di Kabupaten Garut. Saluran

pemasaran yang paling efisien untuk menyalurkan gula merah aren adalah saluran

pemasaran lima dengan total marjin dan biaya pemasaran yang paling rendah.

Selain itu pada saluran pemasaran ini bagian harga yang dibayar konsumen dapat

dinikmati seluruhnya oleh perajin.

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Nurani (2008) terletak

pada tujuan penelitian dan alat analisis yang digunakan. Tujuan dari penelitian

terdahulu adalah untuk menganalisis tingkat efisiensi dari usaha pengolahan gula

aren dengan menggunakan Return Cost Ratio (R/C) sebagai alat analisisnya serta

menghitung nilai tambah yang dihasilkan dari usaha pengolahan aren ini.

Sedangkan pada penelitian ini, tujuan penelitian adalah untuk menganalisis

kelayakan usaha baik dari aspek finansial maupun non finansial serta

mengantisipasi risiko perubahan harga input dan outpun dengan menggunakan

analisis switching value sebagai alat analisisnya.

Gunawan (1997) meneliti tentang Perspektif Sosiobudaya Perajin Gula

Aren Semut (Studi Kasus Desa Padasuka Kecamatan Cibinong Kabupaten

Cianjur, Jawa Barat). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas perajin

gula aren semut dalam upaya berinteraksi dengan lingkungan hidupnya dari aspek

sosiobudaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejak dulu tataniaga gula aren

didominasi oleh para Bandar yang menyebabkan posisi tawar para perajin menjadi

lemah akibat sistem ijon. Saat ini kegiatan menyadap dan membuat gula sudah

Page 39: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

22�

menjadi rutinitas pekerjaan sehari-hari bagi perajin gula aren di Desa Padasuka.

Tahap perkembangan orientasi nilai budaya perajin gula aren menunjukkan

perkembangan yang positif, hal ini ditandai hakekat hidup pengrajin yang

mengarah pada optimis, hakekat karya yang berorientasi pada prestasi, orientasi

masa depan, menyelaraskan pada alam dan menguasainya, serta berjiwa gotong

royong. Sebagian besar perajin berperilaku partisipatif secara moral terhadap

program gula semut, hanya sedikit sekali perajin yang berperilaku secara alienatif.

Sedangkan perajin yang berperilaku secara kalkulatif lebih bersifat laten dengan

beralih ke gula cetak sambil menunggu perbaikan sistem.

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Gunawan (1997) terletak

pada topik penelitian. Perbedaan topik penelitian ini menyebabkan tujuan dari

penelitian ini dengan penelitian Gunawan (1997) pun berbeda. Persamaan antara

penelitian ini dengan penelitian Gunawan (1997) terletak pada kesamaan produk

yang diteliti, yaitu gula semut.

Secara ringkas penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian dapat

dilihat pada Tabel 7.

Page 40: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

23�

Tabel 7. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian

Nama Tahun Judul Beda Penelitian Terdahulu Metode

Analisis

Napitupulu 2009 Analisis Kelayakan

Usaha Pembuatan Jus

dan Sirup Belimbing

Manis dan Jambu Biji

(Studi Kasus CV Winner

Perkasa Indonesia

Unggul)

Dalam penelitian ini objek

kajian yang akan di bahas

adalah jus dan sirup

belimbing manis dan jambu

biji. Pada aspek finansial

dianalisis kelayakan rencana

pengembangan usaha

NPV, IRR,

PBP, NET

B/C,

Analisis

Switching

Value

Musarofah 2009 Analisis Kelayakan

Usaha Pengolahan

Nugget Ikan (Kasus pada

Usaha Nugget Ikan Putra

Barokah, Desa Blanakan,

Kecamatan Blanakan,

Kabupaten Subang, Jawa

Barat)

Dalam penelitian ini objek

kajian yang akan dibahas

adalah nugget ikan

NPV, IRR,

PBP, NET

B/C,

Analisis

Sensitivitas,

Analisis

Switching

Value

Rustiana 2008 Analisi Kelayakan Usaha

Pengolahan Puree

Mangga (Mangifera

Indica L.) (Studi Kasus

pada CV. Promindo

Utama, Desa Losari Lor,

Kecamatan Losari,

Kabupaten Cirebon,

Jawa Barat)

Dalam penelitian ini objek

kajian yang akan dibahas

adalah puree mangga. Pada

aspek finansial dianalisis

kondisi perusahaan saat ini

NPV, IRR,

PBP, NET

B/C,

Analisis

Switching

Value

Nurani 2008 Analisis Usaha

Pengolahan Gula Merah

Aren di Desa Sukamurni

Kecamatan Cilawu

Kabupaten Garut Jawa

Barat

Penelitian ini menganalisis

pendapatan dan nilai tambah

yang diperoleh pengrajin gula

merah aren berdasarkan

status kepemilikan pohon,

menganalisis saluran

pemasaran, pelaksanaan

fungsi pemasaran gula merah

aren yang terjadi di setiap

lembaga pemasaran serta

efisiensi pemasaran gula

merah aren

R/C Ratio,

Nilai

Tambah,

Marjin

pemasaran

Gunawan 1997 Perspektif Sosiobudaya

Perajin Gula Aren Semut

(Studi Kasus Desa

Padasuka Kecamatan

Cibinong Kabupaten

Cianjur, Jawa Barat)

Penelitian ini menganalisis

aktivitas perajin gula aren

semut dalam upaya

berinteraksi dengan

lingkungan hidupnya dari

aspek sosiobudaya.

Analisis

secara

kuantitatif

dalam

bentuk tabel

frekuensi

dan tabulasi

silang, serta

analisis

kualitatif

dalam

bentuk

analisis

deskriptif

Page 41: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Studi Kelayakan Proyek

Gray et al. (2007) mendefinisikan proyek sebagai suatu kegiatan yang

direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan menggunakan

berbagai sumber daya untuk mendapatkan benefit. Proyek merupakan suatu

kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan

memperoleh hasil dan yang secara logika merupakan wadah untuk melakukan

kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan dalam satu unit.

Nurmalina et al. (2009) mendefinisikan studi kelayakan bisnis atau proyek

sebagai penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi

memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Banyak peluang dan

kesempatan yang ada dalam kegiatan bisnis telah menuntut perlu adanya penilaian

sejauh mana kegiatan dan kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat bila

bisnis dilakukan. Menurut Husnan dan Muhammad (2000), studi kelayakan

proyek adalah suatu penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya

proyek investasi), dilaksanakan dengan berhasil. Pengertian keberhasilan ini

mungkin bisa ditafsirkan agak berbeda-beda. Ada yang menafsirkan dalam artian

yang lebih terbatas, ada juga yang mengartikan dalam artian yang lebih luas.

Artian yang lebih terbatas, terutama dipergunakan oleh pihak swasta yang lebih

berminat tentang manfaat ekonomis suatu investasi. Sedangkan dari pihak

pemerintah atau lembaga nonprofit, pengertian menguntungkan bisa berarti

mendatangkan manfaat bagi masyarakat luas seperti penyerapan tenaga kerja,

pemanfaatan sumber daya yang melimpah, penghematan devisa, ataupun

penambahan devisa yang diperlukan oleh pemerintah.

Analisis kelayakan penting dilakukan sebagai evaluasi proyek yang

dijalankan. Menurut Nurmalina et al. (2009) pihak yang membutuhkan studi

kelayakan antara lain :

Page 42: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

25

1. Investor

Investor merupakan pihak yang menanamkan dana atau modal dalam suatu

proyek akan lebih memperhatikan prospek usaha tersebut (tingkat keuntungan

yang diharapkan).

2. Kreditur (Bank)

Kreditur merupakan pihak yang membutuhkan studi kelayakan untuk

memperhatikan segi keamanan dana yang dipinjamkan untuk kegiatan

proyek.

3. Analis

Digunakan analis sebagai penunjang kelancaran tugas-tugas dalam

melakukan penilaian suatu bisnis baru, pengembangan bisnis baru,

pengembangan bisnis atau menilai kembali bisnis yang sudah ada.

4. Masyarakat

Hasil studi kelayakan bisnis merupakan suatu peluang untuk meningkatkan

kesejahteraan dan perekonominan rakyat baik yang terlibat langsung maupun

muncul diakibatkan adanya nilai tambah sebagai akibat dari adanya binis

tersebut.

5. Pemerintah

Pemerintah lebih berkepentingan dengan manfaat proyek bagi

perekonomian nasional dan pendapatan pemerintah atas pajak yang diberikan

proyek tersebut

Studi kelayakan proyek bertujuan untuk menghindari keterlanjuran

penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak

menguntungkan. Meskipun studi kelayakan akan memakan biaya, tetapi biaya

tersebut relatif lebih kecil apabila dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu

proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah besar.

3.1.2. Aspek Studi Kelayakan

Menurut Husnan dan Muhammad (2000) secara umum aspek-aspek yang

diteliti dalam studi kelayakan proyek meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek

finansial, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi dan aspek sosial.

Namun, belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu diteliti. untuk

menentukan layak atau tidaknya suatu proyek harus dilihat dari berbagai aspek.

Page 43: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

26

Setiap aspek untuk dikatakan layak harus memiliki suatu standar tertentu. Namun,

penilaian tidak hanya dilakukan pada hanya satu aspek saja. Penilaian untuk

menentukan kelayakan harus didasarkan kepada seluruh aspek yang akan dinilai,

tidak berdiri sendiri. Jika ada aspek yang kurang layak akan diberikan beberapa

saran perbaikan sehingga memenuhi kriteria yang layak. Namun, apabila tidak

dapat memenuhi kriteria tersebut sebaiknya jangan dijalankan.

3.1.2.1. Aspek pasar

Aspek pasar merupakan aspek penting yang terlebih dahulu harus

dianalisis sebelum memutuskan untuk memulai atau mengembangkan suatu

usaha. Kelayakan aspek pasar akan sangat berkaitan dengan besarnya penerimaan

yang akan diperoleh dalam usaha, karena aspek ini akan menentukan besarnya

penekanan biaya pemasaran dan peningkatan nilai jual output yang dapat

diupayakan.

Analisis aspek pasar pada studi kelayakan mencakup permintaan,

penawaran, harga, program pemasaran, dan prakiraan penjualan yang bisa dicapai

perusahaan (Nurmalina et al. 2009). Pada permintaan mengkaji secara total

ataupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan, dan proyeksi

permintaan. Pada penawaran mengkaji dari dalam negeri maupun luar negeri,

bagaimana perkembangannya di masa lalu dan bagaimana perkiraan di masa yang

akan datang. Pada harga mengkaji perbandingan dengan produk saingan yang

sekelas dan apakah ada kecenderungan perubahan harga atau tidak. Program

pemasaran mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan bauran

pemasaran (marketing mix) serta market share yang bisa dikuasai perusahaan atau

dapat diserap oleh bisnis dari keseluruhan pasar potensial yang merupakan

keseluruhan jumlah produk yang mungkin dapat dijual dalam pasar tertentu.

3.1.2.2. Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses

pembangunan proyek secara teknis dan pengorganisasiannya setelah proyek

tersebut selesai dibangun (Husnan & Muhammad 2000). Analisis aspek teknis

akan memberikan batasan-batasan lingkup proyek secara kuantitatif terutama pada

perkiraan dan jadwal.

Page 44: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

27

Menurut Husnan dan Muhammad (2000) ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam aspek teknis diantaranya lokasi proyek, skala operasi/luas

produksi, pemilihan mesin dan equipment, proses produksi dan layout, dan

pemilihan teknologi.

1) Lokasi bisnis

Terdapat beberapa variabel yang perlu diperhatikan dalam pemilihan

lokasi bisnis. Variabel tersebut dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu

variabel utama (primer) dan variabel bukan utama (sekunder). Penggolongan ke

dalam kedua kelompok tersebut tidak mengandung kekakuan, artinya

dimungkinkan untuk berubah golongan sesuai dengan ciri utama output atau

proyek bersangkutan.

Variabel-variabel utama (primer) yang secara teknis harus

dipertimbangkan antara lain sebagai berikut:

• Ketersediaan bahan mentah

Bila suatu perusahaan membutuhkan bahan mentah dalam jumlah yang besar

dan bahan mentah merupakan komponen yang sangat penting dari keseluruhan

proses operasi perusahaan, maka ketersediaan bahan baku menjadi variabel

yang cukup penting dalam penentuan lokasi bisnis. Oleh karena itu perlu

diketahui jumlah bahan baku yang dibutuhkan, kelayakan harga bahan baku,

kapasitas, kualitas, dan kontinuitas sumber bahan baku, serta biaya

pendahuluan yang diperlukan sebelum bahan baku diproses.

• Letak pasar yang dituju

Pada perusahaan-perusahaan dengan skala yang tidak terlalu besar atau industri

barang-barang konsumtif memilih menempatkan fasilitas produksinya di

daerah yang dekat dengan pemasaran. Tujuannya adalah untuk memperpendek

jaringan distribusi produk sehingga cepat sampai ke tangan konsumen. Oleh

karena itu perlu diketahui informasi mengenai daya beli konsumen, pesaing,

dan analisis pasar lainnya.

• Tenaga listrik dan air

Pada perusahaan yang menggunakan listrik dalam jumlah besar perlu

mempertimbangkan ketersediaan tenaga listrik dalam menentukan lokasi

Page 45: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

28

bisnis. Begitu pula dengan perusahaan yang menggunakan banyak air, perlu

mempertimbangkan ketersediaan air dalam menentukan lokasi bisnisnya.

• Supply tenaga kerja

Ketersediaan tenaga kerja baik terdidik maupun terlatih akan berpengaruh

terhadap biaya produksi yang ditanggung perusahaan. Oleh karena itu variabel

ini menjadi penting dalam menentukan lokasi bisnis.

• Fasilitas transportasi

Fasilitas transportasi berkaitan erat dengan pertimbangan bahan baku dan

pertimbangan pasar. Jika lokasi berdekatan dengan sumber bahan baku, maka

pertimbangan utama adalah transportasi menuju pasar.

Sedangkan variabel-variabel bukan utama (sekunder) yang juga perlu

mendapat perhatian dalam pemilihan lokasi bisnis antara lain hukum dan

peraturan yang berlaku baik di Indonesia maupun di tingkat lokal pada rencana

lokasi, iklim dan keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat (adat istiadat),

dan perencanaan masa depan perusahaan dalam kaitannya dengan perluasan

bisnis.

2) Skala Operasional dan Luas Produksi

Skala operasional atau luas produksi adalah jumlah produk yang

seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Beberapa faktor

yang perlu diperhatikan dalam penentuan luas produksi yaitu batasan permintaan,

persediaan kapasitas mesin-mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola

proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen, serta kemungkinan

adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang.

Secara sederhana luas produksi ditentukan oleh kemungkinan market

share yang dapat diraih dengan mempertimbangkan kapasitas teknis dari peralatan

yang dimiliki. Namun demikian terdapat beberapa metode yang dipakai untuk

menentukan luas produksi minimal, salah satunya adalah pendekatan Break Event

Point (BEP).

BEP(unit)= ���������������

� ���������������������������������������

3) Layout atau Tata Letak Alur Produksi

Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan

fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Dengan demikian pengertian

Page 46: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

29

layout mencakup layout site (layout lokasi proyek), layout pabrik, layout

bangunan bukan pabrik dan fasilitas-fasilitasnya. Kriteria yang dapat digunakan

untuk mengevaluasi layout pabrik yaitu adanya konsistensi dengan teknologi

produksi, adanya arus produk dalam proses yang lancar dari proses satu ke proses

yang lain, penggunaan ruangan yang optimal, kemudahan melakukan ekspansi,

meminimisasi biaya produksi dan memberikan jaminan yang cukup untuk

keselamatan tenaga kerja.

4) Proses Produksi

Terdapat tiga jenis proses produksi yaitu 1) proses produksi yang terputus-

putus (intermiten), 2) kontinu, dan 3) kombinasi. Sistem yang kontinu akan

mampu menekan risiko kerugian akibat fluktuasi hargadan efektivitas tenaga kerja

yang lebih baik dibandingkan dengan sistem terputus. Umumnya proses produksi

kontinu menggunakan mesin-mesin dengan teknologi yang lebih baik (Ahmad

2003, diacu dalam Nurmalita et al.2009)

5) Pemilihan Jenis Teknologi dan Peralatan (Equipment)

Prinsip-prinsip yang dipegang dalam penentuan jenis teknologi dan

peralatan antara lain seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan, manfaat

ekonomi yang diharapkan, ketepatan teknologi dengan bahan mentah yang

digunakan, keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut ditempat lain yang

memiliki ciri-ciri mendekati lokasi proyek, kemampuan pengetahuan penduduk

(tenaga kerja) setempat, dan kemungkinan pengembangannya serta pertimbangan

kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan teknologi yang akan

dipilih sebagai akibat keusangan.

3.1.2.3. Aspek Manajemen dan Hukum

Analisis manajerial sangat diperlukan agar rancangan dan pelaksanaan

proyek dapat berjalan dengan baik. Pengkajian aspek manajeman pada dasarnya

adalah menilai para pengelola proyek dan struktur organisasi yang ada. Proyek

yang dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang

profesional mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan tahap

pengendaliannya agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian pula dengan struktur

organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan tujuan proyeknya.

Page 47: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

30

Menurut Husnan dan Muhammad (2000) hal-hal yang dipelajari dalam

aspek manajemen yaitu manajemen dalam masa pembangunan proyek dan

manajemen dalam operasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen

masa pembangunan proyek, yaitu pelaksana proyek tersebut, jadwal penyelesaian

proyek, dan pihak yang melakukan studi masing-masing aspek. Sedangkan hal-hal

yang perlu diperhatikan manajemen dalam operasi adalah bentuk organisasi atau

badan usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi dan spesifikasi jabatan,

anggota direksi, dan tenaga kunci serta jumlah tenaga kerja yang akan digunakan

Analisis aspek hukum meliputi bentuk badan usaha yang akan digunakan

dengan mempertimbangkan kekuatan hukum dan konsekuensinya, dan

mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan

sumber dana berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin. Adapun tujuan

dari analisis aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan

keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki. Hal ini sangat penting mengingat

sebelum usaha tersebut dijalankan, segala prosedur yang berkaitan dengan izin-

izin atau berbagai persyaratan harus terlebih dahulu sudah terpenuhi.

3.1.2.4. Aspek Sosial dan Ekonomi

Analisis terhadap aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan merupakan suatu

analisis yang berkenaan dengan implikasi sosial yang lebih luas dari investasi

yang diusulkan, dimana pertimbangan-pertimbangan sosial tersebut harus

dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan ketanggapan suatu proyek

terhadap keadaan sosial yang terjadi. Aspek sosial yang dinilai antara lain

pengaruh proyek terhadap perluasan kesempatan kerja atau pengurangan

pengangguran, pemerataan kesempatan kerja, dan pengaruh proyek tersebut

terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis. Dari aspek ekonomi akan dinilai apakah

suatu bisnis mampu memberikan peluang bagi peningkatan pendapatan

masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak, dan dapat menambah

aktivitas ekonomi.

3.1.2.5. Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh bisnis terhadap

lingkungan. Apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan yang semakin

Page 48: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

31

baik atau semakin rusak. Selain itu dinilai pula bagaimana dampak limbah proyek

terhadap lingkungan sekitar.

3.1.2.6. Aspek Finansial

Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya

dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama

umur proyek (Husnan & Muhammad 2000). Penelitian dalam aspek finansial

dilakukan untuk menilai biaya-biaya apa saja yang akan dihitung dan berapa besar

biaya-biaya yang akan dikeluarkan. Kemudian juga meneliti seberapa besar

pendapatan yang akan diterima jika proyek dijalankan. Penelitian ini meliputi

lama pengembalian investasi yang ditanamkan, sumber pembiayaan proyek, dan

tingkat suku bunga yang berlaku. Sehingga jika dihitung dengan formula penilaian

investasi akan sangat menguntungkan. Hal-hal yang mendapatkan perhatian dalam

penelitian aspek ini antara lain :

1) Biaya Kebutuhan Investasi dan Modal Kerja

Investasi dilakukan dalam berbagai bentuk yang digunakan untuk membeli

aset-aset yang dibutuhkan proyek tersebut. Aset-aset ini biasanya berupa aset tetap

yang dibutuhkan perusahaan mulai dari pendirian hingga dapat dioperasikan. Oleh

karena itu, dalam melakukan investasi dibutuhkan biaya kebutuhan investasi yang

digunakan untuk membeli berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan investasi

tersebut. Biaya kebutuhan investasi biasanya disesuaikan dengan jenis proyek

yang akan dijalankan. Secara umun komponen biaya kebutuhan investasi terdiri

dari biaya prainvestasi dan biaya pembelian aktiva tetap. Aktiva tetap atau aktiva

jangka panjang terdiri dari tanah dan pengembangan lokasi, bangunan dan

perlengkapannya, pabrik dan mesin, dan aktiva tetap lainnya.

Biaya modal kerja dapat diartikan sebagai modal kerja bruto atau modal

kerja netto. Modal kerja bruto merupakan semua investasi yang dipergunakan

untuk aktiva lancar yang terdiri dari kas, surat-surat berharga, piutang, dan

persediaan. Sedangkan modal kerja netto merupakan selisih antara aktiva lancar

dengan utang jangka pendek. Yang dimaksud dengan aktiva lancar adalah aktiva

yang untuk berubah menjadi kas memerlukan waktu yang pendek, kurang dari

satu tahun atau satu siklus produksi. Dibandingkan biaya modal netto, biaya

Page 49: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

32

modal bruto lebih sering digunakan dalam analisis kelayakan (Husnan &

Muhammad 2000).

2) Sumber-Sumber Dana

Dana yang dibutuhkan dapat diperoleh dari berbagai sumber dana yang

ada, seperti modal sendiri, modal pinjaman, dan gabungan keduanya. Pilihan

apakah menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman atau gabungan dari

keduanya tergantung dari jumlah modal yang dibutuhkan dan kebijakan

pengusaha. Pada dasarnya pemilihan sumber dana bertujuan untuk memilih

sumber dana yang ada pada akhirnya bisa memberikan kombinasi dengan biaya

terendah, dan tidak menimbulkan likuiditas bagi proyek atau perusahaan yang

mensponsori proyek tersebut (artinya jangka waktu pengembalian sesuai dengan

jangka waktu penggunaan dana).

Sumber-sumber dana yang utama terdiri dari modal sendiri yang disetor

oleh pemilik perusahaan, penerbitan saham atau saham preferan di pasar modal,

obligasi yang diterbitkan oleh penjual dan dijual di pasar modal, kredit bank,

leasing (sewa guna) dari lembaga keuangan nonbank, dan project finance (Husnan

& Muhammad 2000).

3) Aliran Kas (Cash Flow)

Cash Flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan

dalam suatu periode tertentu. Cash Flow menggambarkan berapa uang yang

masuk ke perusahaan dan jenis pemasukan tersebut. Cash flow juga

menggambarkan berapa uang yang keluar serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan.

Aliran kas penting digunakan dalam akuntansi karena laba dalam pengertian

akuntansi tidak sama dengan kas masuk bersih, dan yang relevan bagi investor

adalah kas bukan laba.

Aliran kas yang berhubungan dengan suatu proyek dapat dikelompokkan

dalam tiga bagian, yaitu aliran kas permulaan (initial cash flow), aliran kas

operasional (operational cash flow), dan aliran kas terminal (terminal cash flow).

Pengeluaran-pengeluaran untuk investasi pada awal periode merupakan aliran kas

permulaan. Aliran kas yang timbul selama operasi proyek disebut aliran kas

operasional. Sedangkan aliran kas terminal adalah aliran kas yang diperoleh ketika

proyek berakhir. Pada umumnya initial cash flow bernilai negatif, sedangkan

Page 50: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

33

operational dan terminal cash flow bernilai positif. Aliran-aliran kas ini

dinyatakan dengan dasar setelah pajak (Husnan & Muhammad 2000).

3.1.3. Teori Biaya dan Manfaat

Dalam analisis proyek, tujuan-tujuan analisis harus disertai dengan definisi

biaya dan manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi

suatu tujuan, dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang membantu tujuan

(Gittinger 1986). Biaya dapat juga didefinisikan sebagai pengeluaran atau

korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap manfaat yang diterima.

Biaya yang diperlukan suatu proyek dapat dikategorikan sebagai berikut:

1) Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya

bersifat jangka panjang, seperti : tanah, bangunan, pabrik, mesin.

2) Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang

diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti : biaya bahan

baku, biaya tenaga kerja.

3) Biaya lainnya yaitu pajak, bunga dan pinjaman.

Manfaat dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan

kontribusi terhadap suatu proyek. Manfaat dapat dibedakan menjadi :

1) Manfaat langsung (direct benefit) yang diperoleh dari adanya kenaikan

nilai output, fisik, dan atau dari penurunan biaya.

2) Manfaat tidak langsung (indirect benefit) yang disebabkan adanya proyek

tersebut dan biasanya dirasakan oleh orang tertentu dan masyarakat berupa

adanya efek multiplier, skala ekonomi yang lebih besar dan adanya

dynamic secondary effect, misalnya perubahan dalam produktivitas tenaga

kerja yang disebabkan oleh keahlian.

3) Manfaat yang tidak dapat dilihat dan sulit dinilai dengan uang (intangible

effect), misalnya perbaikan lingkungan hidup, perbaikan distribusi

pendapatan, dan lainnya.

Page 51: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

34

Gambar 4. Kurva Biaya Manfaat

3.1.4. Analisis Kelayakan Investasi

Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan

biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Dalam mengukur kemanfaatan proyek

dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan perhitungan berdiskonto

dan tidak berdiskonto. Perbedaanya terletak pada konsep Time Value of Money

yang diterapkan pada perhitungan berdiskonto. Perhitungan diskonto merupakan

suatu teknik yang dapat “menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang

akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang, sedangkan

perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum, yaitu ukuran-ukuran

tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus

manfaat yang diterima (Gittinger 1986).

Konsep nilai waktu uang (time value of money) menyatakan bahwa

sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat sekarang (present value)

lebih disenangi daripada jumlah yang sama jika tersedia pada masa yang akan

datang (future value). Inilah yang dinamakan sebagai time preferred dan berlaku

untuk setiap orang ataupun masyarakat secara keseluruhan (Gray et al. 2007).

Terdapat beberapa kriteria kelayakan investasi yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu :

1) Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) suatu proyek menunjukkan manfaat bersih yang

diterima proyek selama umur proyek pada tingkat suku bunga tertentu. NPV

juga dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan

��� ���

���

����

Q

����

Page 52: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

35

oleh investasi. Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga

yang relevan.

2) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio)

Net Benefit and Cost ratio (net B/C Ratio) menyatakan besarnya

pengembalian terhadap setiap satu satuan biaya yang telah dikeluarkan

selama umur proyek. Net B/C merupakan angka perbandingan antara present

value dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang

negatif.

3) Internal Rate Return (IRR)

Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present value

kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang

diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan

Net Present Value (NPV) sama dengan nol (0). Gittinger (1986) menyebutkan

bahwa IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan internal tahunan bagi

perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen..

Hubungan antara NPV dan IRR dapat dilihat pada Gambar 5.

NPV

0 I = Discount Rate (%)

Gambar 5. Hubungan Antara NPV dan IRR Sumber: Nurmalina et al. (2009)

4) Payback Period (PP)

Payback Period atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu metode

dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur

periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal itu dapat

kembali, semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang

kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain.

IRR

Page 53: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

36

3.1.5. Analisis Switching Value

Suatu proyek pada dasarnya menghadapi ketidakpastian karena

dipengaruhi perubahan-perubahan, baik dari sisi penerimaan maupun dari sisi

pengeluaran. Perubahan-perubahan tersebut akhirnya akan mempengaruhi tingkat

kelayakan suatu proyek sehingga perlu dilakukan analisis sensitivitas. Analisis

sensitivitas dilakukan untuk meneliti kembali analisa kelayakan proyek yang telah

dilakukan (Gittinger, 1986). Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah

suatu unsur atau mengkombinasikan perubahan beberapa unsur dan menentukan

pengaruh dari perubahan pada hasil semula.

Analisis switching value merupakan salah satu pendekatan dari analisis

sensitivitas. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perubahan maksimum dari

perubahan suatu komponen inflow (peningkatan harga input/peningkatan biaya

produksi) atau perubahan komponen outflow (penurunan harga output, penurunan

produksi) yang dapat ditoleransi sehingga bisnis masih tetap layak untuk

dijalankan. Analisis ini menunjukkan sampai berapa persen perubahan yang

terjadi pada variabel (yang diduga bisa menyebabkan perubahan) sampai

menghasilkan nilai NPV sama dengan nol, nilai Net B/C sama dengan satu, dan

nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku sehingga proyek

dikatakan masih tetap layak untuk dijalankan. Analisis switching value dapat

dilakukan dengan menghitung secara coba-coba perubahan maksimum yang boleh

terjadi akibat perubahan di dalam komponen inflow dan outflow.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Aren atau enau (Arrenga pinnata Merr) adalah salah satu tanaman

perkebunan jenis palma yang memiliki potensi nilai ekonomi yang tinggi dan

dapat tumbuh subur di wilayah tropis seperti Indonesia. Pohon aren memiliki

potensi ekonomi yang tinggi karena hampir semua bagiannya dapat memberikan

keuntungan finansial. Namun dari semua produk aren, nira aren yang berasal dari

lengan bunga jantan sebagai bahan untuk produksi gula aren adalah yang paling

besar nilai ekonomisnya. Propinsi Banten merupakan salah satu dari sepuluh besar

Propinsi penghasil aren di Indonesia. Pada tahun 2008 sekitar 76 persen dari luas

area pohon aren yang ada di Propinsi Banten berada di Kabupaten Lebak. Hal

inilah yang menjadikan Kabupaten Lebak sebagai sentra pengembangan aren di

Page 54: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

37

Propinsi Banten dan ditetapkannya produk gula aren sebagai komoditas inti

daerah Kabupaten Lebak oleh Kementrian Perdagangan RI. Sebagian besar sentra

gula aren di Kabupaten Lebak menghasilkan gula aren dalam bentuk gula cetak,

dan hanya sebagian kecil yang membuat gula semut. Dari 44 sentra gula aren di

Kabupaten Lebak, hanya 6 usaha yang melakukan pengolahan gula aren menjadi

gula semut.

PD Saung Aren merupakan salah satu perusahaan yang mengolah gula

semut di Kabupaten Lebak. Jumlah permintaan pasar terhadap gula semut PD

Saung Aren meningkat setiap tahunnya. Sampai saat ini PD Saung Aren belum

mampu memenuhi permintaan pasar, sehingga peluang pasar masih terbuka lebar.

Tahun 2010 ini, PD Saung Aren mendapatkan tawaran dari salah satu

supermarket yaitu Hero untuk memasok gula semut kemasan 350 gram sebanyak

5 ton setiap bulannya. Namun, pengalaman kegagalan usaha yang pernah dialami

sebelumnya menyebabkan pemilik PD Saung Aren ragu untuk melakukan

pengembangan usaha. Hal ini karena usaha yang dijalankannya saat ini belum

pernah dianalisis kelayakannya. Selain itu, penambahan investasi dengan adanya

pengembangan ini tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar, padahal modal

merupakan sumberdaya yang terbatas. Meskipun sudah ada investor yang bersedia

menanamkan modalnya untuk pengembangan usaha nanti, tentunya dibutuhkan

jaminan bahwa pengembangan usaha tesebut layak dan memberikan keuntungan

yang lebih besar dari kondisi yang sedang dijalankan saat ini. Oleh karena itu

diperlukan analisis untuk menilai layak atau tidaknya usaha pengolahan gula

semut ini untuk dijalankan.

Kriteria kelayakan ditinjau dari aspek non finansial dan aspek finansial.

Aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan

hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan. Variabel-variabel

aspek pasar meliputi potensi pasar dan strategi pemasaran. Analisis terhadap

aspek teknis meliputi lokasi bisnis, luas produksi, proses produksi, layout, dan

pemilihan jenis teknologi. Analisis aspek manajemen dan hukum meliputi

manajemen sumber daya manusia, bentuk organisasi, dan struktur organisasi

usaha. Analisis terhadap aspek sosial dan ekonomi serta lingkungan mengkaji

pengaruh negatif dan positif dari usaha pengolahan gula semut PD Saung Aren

Page 55: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

38

terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar dilihat dari sisi sosial, ekonomi dan

lingkungan.

Sedangkan aspek finansial terdiri dari analisis finansial dan analisis

sensitivitas. Pengukuran analisis finansial menggunakan kriteria kelayakan

investasi NPV, IRR, Net B/C Rasio, dan Payback period. Analisis finansial

menerapkan dua skenario perhitungan. Analisis kelayakan finansial skenario I

didasarkan pada kondisi usaha yang dijalankan saat ini dengan kapasitas produksi

sebesar 26,175 ton per bulan. Analisis kelayakan finansial skenario II mengacu

pada kondisi pengembangan usaha untuk meningkatkan kapasitas produksi

menjadi 31,18 ton per bulan dengan menambah satu unit mesin kemasan dan

menambah 2 orang karyawan produksi untuk memenuhi seluruh permintaan dari

supermarket yaitu Hero.

Pada pengukuran analisis sensitivitas menggunakan metode nilai

pengganti (switching value) untuk melihat batas kelayakan dari usaha jika terjadi

perubahan pada variabel harga bahan baku dan harga output. Hasil penelitian

dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan rekomendasi mengenai

pelaksanaan usaha pengolahan gula semut PD Saung Aren selanjutnya. Kerangka

operasional penelitian pada usaha pengolahan gula semut PD Saung Aren

ditunjukan pada Gambar 6.

.

Page 56: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

39

Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional

Layak Tidak Layak

Dapat diusahakan dan

dikembangkan

Keinginan mengembangkan usaha

dengan penambahan produksi

PD Saung aren memproduksi gula

semut

- Besarnya permintaan pada sasaran pasar

� Kapasitas produksi terbatas

� Tawaran modal dari investor

Mengkaji kelayakan usaha pengolahan gula aren di PD Saung Aren dari berbagai

aspek

Pengalaman

kegagalan usaha

Aspek Sosial

dan Ekonomi

� Peningkatan

kesempatan

kerja

� Peningkatan

pendapatan

Aspek Pasar:

- Potensi

Pasar

- Strategi

pemasaran

Aspek Teknis:

- Lokasi menunjang

- Luas Produksi

Optimum

- Proses produksi

sesuai

- Layout sesuai

- Pemilihan teknologi

yang tepat

Aspek

Manajemen

dan Hukum:

� MSDM

terorganisir

� Memilki

Legalitas

Usaha

Aspek

Lingkungan:

- Tidak ada

dampak

negatif

terhadap

lingkungan

Analisis kelayakan usaha

Aspek non finansial Aspek Finansial

- NPV - Payback Period

- IRR - Analisis Switching Value

- Net B/C

Kondisi Saat

Ini

Pengembangan

Usaha

Page 57: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di PD Saung Aren yang terletak di Jalan Raya

Cipanas Km 9 Kecamatan Sajra, Kabupaten Lebak, Banten. Pemilihan lokasi

penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa gula

aren Kabupaten Lebak telah ditetapkan sebagai komoditas inti daerah oleh

Kementrian Perdagangan RI dengan produksi gula aren mencapai 1.547 ton

(Dishutbun Kabupaten Lebak, 2009), dan PD Saung Aren adalah salah satu usaha

pengolahan gula semut di Kabupaten Lebak yang masih memiliki potensi untuk

melakukan pengembangan usaha karena permintaan yang ada belum dapat

terpenuhi. Pengambilan data di lapang dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2010.

4.2. Data dan Instrumentasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh

melalui observasi dan wawancara langsung dengan pemilik dan karyawan PD

Saung Aren serta masyarakat sekitar perusahaan. Adapun data primer yang

diperoleh meliputi :

1) Data keuangan yang mencakup penerimaan, biaya-biaya operasional,

biaya investasi yang telah dikeluarkan sampai dengan biaya investasi yang

digunakan untuk menjalankan usaha.

2) Aspek-aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek

manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan.

3) Tanggapan masyarakat sekitar terhadap usaha pengolahan gula semut PD

Saung Aren.

Data sekunder yang digunakan berasal dari studi literatur berbagai buku,

skripsi, internet dan instansi-instansi terkait seperti Dinas Kehutanan dan

Perkebunan Kabupaten Lebak, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

Lebak, serta Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Propinsi Banten.

Adapun instrumen yang digunakan pada penelitian ini merupakan

instumen-instrumen sederhana seperti kuesioner yang akan diisi oleh peneliti

sendiri berdasarkan hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan

Page 58: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

41

penelitian ini. Instrumen lainnya yaitu alat perekam dan penyimpan data

elektronik lainnya.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data sekunder dilakukan pada bulan Desember-Maret 2010

atau selama empat bulan. Sedangkan pengumpulan data primer dilakukan pada

saat turun lapang ke lokasi penelitian, yaitu pada bulan Maret-Mei 2010.

Metode yang dilakukan untuk pengumpulan data primer adalah dengan

cara wawancara langsung, wawancara mendalam dan observasi. Sedangkan untuk

data sekunder, metode pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur

dan browsing internet.

4.4. Metode Pengolahan Data

Metode yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data pada

penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan

untuk mengetahui keragaan usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren,

sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan

usaha pengolahan gula semut secara finansial.

Data dan informasi yang bersifat kualitatif seperti analisis aspek pasar,

aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek

lingkungan akan disajikan dalam bentuk analisis deskriptif. Sedangkan data dan

informasi kuantitatif yang telah diperoleh akan diolah dengan bantuan software

Microsoft Excel untuk membuat cashflow dari total biaya dan manfaat yang

dihasilkan oleh usaha pengolahan gula semut ini beberapa tahun ke depan, yang

kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi dengan tujuan untuk

mengklasifikasikan serta memudahkan dalam menganalisis data.

4.4.1. Aspek Pasar

Aspek pasar menempati urutan yang pertama dalam studi kelayakan.

Usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren dikatakan layak apabila

memenuhi kriteria sebagai berikut :

1) Jumlah permintaan pasar terhadap gula semut PD Saung Aren masih lebih

tinggi dibandingkan jumlah produksi yang dihasilkan oleh perusahaan.

Page 59: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

42

2) Perusahaan memiliki program atau strategi pemasaran yang jelas dan

efektif yang dapat mendukung pencapaian penjualan perusahaan yang

lebih tinggi (Husnan & Muhammad 2000).

4.4.2. Aspek Teknis

Usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren dikatakan layak dalam

aspek teknis apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Lokasi pabrik mampu menunjang pelaksanaan usaha tersebut. Hal ini

dicirikan oleh ketersediaan bahan baku, jarak dengan pasar yang dituju,

ketersediaan tenaga listrik, air dan sarana komunikasi, ketersediaan tenaga

kerja, dan ketersediaan fasilitas transportasi (jalan raya, kendaraan umum,

dan lain-lain) yang memadai guna menjamin kelancaran akses terhadap

bahan baku dan akses terhadap pasar yang dituju.

2) Kapasitas produksi sudah melebihi luas produksi minimum yang harus

dicapai.

3) Proses produksi yang sesuai dengan standar yang ditetapkan Badan

Pengkajian Teknologi Provinsi Banten.

4) Layout pabrik yang sesuai yang dicirikan oleh adanya arus produk dalam

proses yang lancar dari proses satu ke proses yang lain, penggunaan

ruangan yang optimal, dan kemudahan melakukan ekspansi.

5) Pemilihan jenis teknologi dan peralatan yang tepat, yaitu teknologi dan

peralatan dapat dioperasikan secara tepat oleh tenaga kerja yang ada,

teknologi dan peralatan yang tidak mengganggu keseimbangan ekologi

dan keharmonisan sosial budaya setempat (tidak menghasilkan limbah

yang berlebihan dan tidak menimbulkan kebisingan) (Husnan &

Muhammad 200).

4.4.3. Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen dan hukum di PD Saung Aren dapat dikatakan layak

apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Manajemen sumberdaya manusia dan manajemen organisasi yang terdapat

pada usaha ini telah dikelola dengan baik. Hal ini dicirikan oleh adanya

stuktur organisasi serta adanya pembagian dan deskripsi tugas yang jelas

dari masing-masing jabatan yang ada.

Page 60: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

43

2) Perusahaan memiliki badan hukum dengan kekuatan dan konsekuensi

yang mendukung berjalannya usaha ini, memiliki akta, sertifikat atau surat

izin yang diperlukan untuk menjalankan usaha (Husnan & Muhammad

2000).

4.4.4. Aspek Sosial dan Ekonomi

Usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren dikatakan layak pada

aspek sosial dan ekonomi apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Mampu meningkatkan kesempatan kerja yang dicirikan dengan adanya

penyerapan tenaga kerja dari usaha yang dilakukan.

2) Mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan asli

Kabupaten Lebak (Husnan & Muhammad).

4.4.5. Aspek Lingkungan

Usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren dikatakan layak pada

aspek lingkungan apabila tidak menghasilkan limbah yang dapat memberikan

dampak yang negatif terhadap lingkungan (Husnan dan Muhammad).

4.4.6. Aspek Finansial

Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial

usaha tersebut. Analisis pada aspek finansial dapat dilihat dari komponen biaya

dan manfaat, kriteria kelayakan investasi, dan analisis sensitivitas dengan metode

switching value.

4.4.6.1. Komponen Biaya dan Manfaat

Analisis dilakukan melalui penyusunan arus tunai (cashflow) dari usaha

pengolahan gula semut, dengan terlebih dahulu mengelompokkan komponen yang

termasuk manfaat dan biaya. Pada penelitian ini, perhitungan terhadap biaya

dikelompokkan menjadi tiga yaitu biaya investasi, biaya operasional, dan biaya

lainnya.

Biaya investasi yang dikeluarkan PD Saung Aren diantaranya meliputi

biaya ijin usaha, biaya sewa bangunan pabrik, biaya rehab pabrik, biaya

pembelian mesin (mesin slaicer, oven, mesin penepung, mesin ayakan), dan biaya

pembelian peralatan produksi (troli, gerobak, loyang alumunium, bak plastik,

timbangan duduk 500 kg, dan palet kayu), pemasangan jet pump dan peralatan

Page 61: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

44

kantor (komputer, laptop, meja, kursi, lemari, dan mobil pick up). Biaya

operasional dibagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dalam

usaha pengolahan aren terdiri dari gaji karyawan tetap, biaya komunikasi, biaya

listrik, biaya administrasi, biaya promosi, biaya peralatan karyawan (sarung

tangan) dan biaya pemeliharaan mesin. Biaya variabel dalam usaha pengolahan

gula semut terdiri dari pembelian bahan baku (gula cetak), biaya pengemasan, gaji

karyawan produksi, dan biaya transportasi. Sedangkan biaya lainnya adalah

pembayaran pajak penghasilan.

Perhitungan manfaat pada usaha pengolahan gula semut adalah banyaknya

produksi produk yang dihasilkan PD Saung Aren yaitu gula semut yang dikalikan

dengan harga jual dan nilai sisa yang didapat dari barang-barang investasi.

4.4.6.2. Kriteria Kelayakan Investasi

Kelayakan suatu usaha dapat ditinjau dari berbagai hal, salah satunya

melalui kriteria kelayakan investasi. Beberapa kriteria investasi yang umum

dikenal diantaranya analisis nilai bersih sekarang (Net Present Value/NPV), Net

benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio), tingkat penegembalian investasi (Internal

Rate of Return/IRR), dan masa pengembalian investasi (Payback Period).

1) Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) suatu proyek menunjukkan manfaat bersih yang

diterima proyek selama umur proyek pada tingkat suku bunga tertentu. NPV juga

dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh

investasi. Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang

relavan.

Rumus menghitung NPV adalah sebagai berikut :

NPV =

Sumber : Gray et al. (2007)

Keterangan :

Bt = Manfaat proyek pada tahun ke-t (Rp)

Ct = Biaya proyek pada tahun ke-t (Rp)

t = Umur ekonomis proyek (tahun), dimana t = 1,2,3,…, n

( )�

=

+

n

tt

tt

i

CB

0 1

Page 62: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

45

i = Tingkat suku bunga/diskonto (% per tahun)

Adapun kriteria kelayakan investasi berdasarkan NPV yaitu :

• NPV > 0, artinya usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren layak untuk

dijalankan.

• NPV < 0, artinya usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren tidak layak

untuk dijalankan. Dengan kata lain, usaha tersebut merugikan dan sebaiknya

tidak dilaksanakan.

• NPV = 0, artinya usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren mampu

mengembalikan persis sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor

produksi normal. Dengan kata lain, usaha tersebut berada pada keuntungan

normal.

2) Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio)

Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) merupakan angka

perbandingan antara jumlah present value yang positif (sebagai pembilang)

dengan jumlah present value yang negatif (sebagai penyebut). Secara umum,

rumusnya adalah:

Net B/C =

=

=

+

+

n

tt

tt

n

tt

tt

i

CB

i

CB

0

0

)1(

)1( Dimana

)0(

)0(

<−

>−

tt

tt

CB

CB

Sumber : Gray et al. (2007)

Keterangan :

Bt = Manfaat proyek pada tahu ke-t (Rp)

Ct = Biaya proyek pada tahun ke-t (Rp)

t = Umur ekonomis proyek (tahun), dimana t = 1,2,3,…, n

i = Tingkat suku bunga/diskonto (% per tahun)

Adapun kriteria kelayakan investasi berdasarkan Net B/C Rasio adalah :

• Net B/C > 1, maka NPV > 0, usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren

layak untuk dijalankan.

• Net B/C < 1, maka NPV < 0, usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren

tidak layak untuk dijalankan.

Page 63: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

46

• Net B/C = 1, maka NPV = 0, usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren

mampu mengembalikan persis sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor

produksi normal. Dengan kata lain, usaha tersebut berada pada keuntungan

normal.

3) Internal Rate Return (IRR)

Husnan dan Suwarsono (2000) menyebutkan bahwa Internal Rate Return

adalah tingkat bunga yang menyamakan present value dari aliran kas keluar dan

present value dari aliran kas masuk. Internal Rate Return (IRR) adalah tingkat

rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi

dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku

bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang

digunakan. IRR juga merupakan nilai discount rate yang membuat NPV proyek

sama dengan nol. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari

tingkat suku bunga yang berlaku dan sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari

tingkat suku bunga yang berlaku, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

Rumus untuk menghitung IRR adalah :

IRR = )( 12

211

iiNPVNPV

NPVi −

−+

Sumber : Gray et al. (2007)

Keterangan :

i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif

i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif

NPV1 = NPV yang bernilai positif

NPV2 = NPV yang bernilai negatif

Adapun kriteria kelayakan investasi berdasarkan IRR adalah :

• IRR > Discount rate, maka usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren

layak untuk dijalankan.

• IRR < Discount rate, maka usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren

tidak layak untuk dijalankan.

4) Tingkat Pengembalian Investasi (Payback Period)

Payback Period mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Jika

payback period lebih pendek daripada yang disyaratkan, maka proyek dikatakan

Page 64: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

47

menguntungkan, sedangkan jika lebih lama proyek ditolak (Husnan dan

Sawarsono, 2000). Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk

menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan

menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara

initial cash investment dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan

waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maximum payback period

yang dapat diterima. Jika payback period lebih pendek waktunya dari maximum

payback period-nya maka investasi dapat diterima.

Rumus yang digunakan untuk menghitung jangka pengembalian investasi adalah :

Payback period =bA

I

Sumber: Husnan dan Muhammad (2005)

Keterangan :

I = besarnya investasi yang dibutuhkan

Ab = benefit bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya

Semakin kecil nilai payback period pada usaha pengolahan gula aren di PD Saung

Aren ini maka semakin cepat pengembalian investasi yang telah dikeluarkan

sehingga usaha ini akan semakin layak untuk dilaksanakan.

4.4.6.3. Analisis Switching Value

Analisis switching value (nilai pengganti) digunakan untuk mengetahui

seberapa besar perubahan pada biaya dan manfaat yang akan menghasilkan

keuntungan normal, yaitu NPV sama dengan nol atau mendekati, IRR mendekati

atau sama dengan tingkat suku bunga, dan Net B/C sama dengan satu.

Analisis switching value yang dilakukan pada PD Saung Aren digunakan

untuk melihat ambang batas dimana usaha pengolahan gula semut tetap layak

untuk dijalankan meskipun terdapat perubahan pada variabel yang dianggap

signifikan dalam usaha ini, yaitu (1) tingkat harga gula semut dan (2) tingkat

harga gula cetak.

4.4.6.4. Asumsi Dasar

Analisis kelayakan finansial usaha pengolahan gula semut di PD. Saung

Aren menggunakan beberapa asumsi dasar yaitu :

Page 65: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

48

1) Seluruh modal yang digunakan dalam usaha pengolahan gula semut di PD

Saung Aren menggunakan modal sendiri

2) Umur proyek dari usaha pengolahan gula aren di PD Saung Aren ini

didasarkan pada umur ekonomis dari variabel investasi terlama yaitu

mesin. Adapun umur ekonomis dari mesin adalah 8 tahun, sehingga umur

proyek dari usaha pengolahan gula semut ini juga selama 8 tahun.

3) Output yang dihasilkan oleh PD Saung Aren adalah gula semut yang dijual

dalam kemasan karung 40 kg secara grosir dan dalam kemasan toples 350

gram secara eceran.

4) Bahan baku untuk membuat gula semut adalah gula cetak yang diperoleh

dari tiga sentra gula aren di Kabupaten Lebak dengan tingkat harga yang

berbeda.

5) Penentuan harga input dan output yang digunakan dalam perhitungan

adalah harga yang berlaku pada saat penelitian dilakukan tahun 2010 dan

diasumsikan konstan hingga umur usaha berakhir.

6) Dalam satu bulan diasumsikan hari kerja selama 26 hari dan satu tahun

selama 12 bulan.

7) Dalam analisis finansal dibuat dua skenario. Skenario I merupakan kondisi

perusahaan saat ini dengan kapasitas produksi 26,175 ton per bulan.

Skenario II merupakan pengembangan usaha melalui peningkatan

kapasitas produksi menjadi 36,18 ton per bulan.

8) Mesin penggiling (slicer) beroperasi selama 5 jam per hari dengan

kapasitas maksimum 80 kg setiap kali proses. Waktu yang dibutuhkan

untuk sekali proses adalah 30 menit. Sehingga dalam satu hari dengan 10

kali proses, kapasitas maksimum mesin penggiling mencapai 800 kg per

hari. Terdapat dua unit mesin penggiling di PD Saung Aren sehingga

kapasitas mesin penggiling menjadi 1.600 kg per hari atau 1,6 ton per hari,

atau 41,6 ton per bulan.

9) Mesin pengering (oven) beroperasi selama 6 jam per hari dengan kapasitas

maksimum 200 kg setiap kali proses. Waktu yang dibutuhkan untuk sekali

proses adalah 45 menit, 30 menit untuk proses pengeringan pertama dan

15 menit untuk proses pengeringan kedua. Sehingga dalam satu hari

Page 66: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

49

dengan 8 kali proses, kapasitas maksimum oven mencapai 1.600 kg per

hari atau 1,6 ton per hari atau 41,6 ton per bulan.

10) Mesin penepung beroperasi selama 6 jam per hari dengan kapasitas

maksimum 25 kg setiap kali proses. Waktu yang dibutuhkan untuk sekali

proses adalah 15 menit. Sehingga dalam satu hari dengan 24 kali proses,

kapasitas maksimum mesin penepung mencapai 600 kg per hari. Terdapat

dua unit mesin penepung di PD Saung Aren sehingga kapasitas mesin

penepung menjadi 1.200 kg atau 1,2 ton per hari, atau 31,2 ton per bulan.

11) Mesin pengayak beroperasi selama 6 jam per hari dengan kapasitas

maksimum 100 kg per jam. Sehingga dalam satu hari kapasitas maksimum

mesin pengayak mencapai 600 kg per hari. Terdapat dua unit mesin

pengayak di PD Saung Aren sehingga kapasitas mesin penggiling menjadi

1.200 kg atau 1,2 ton per hari, atau 31,2 ton per bulan.

12) Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama usaha yaitu tahun 2010

karena perbaikan bangunan pabrik dan masa indent mesin pengolah gula

semut hanya membutuhkan waktu dua bulan. Diasumsikan awal investasi

berada pada bulan pertama di tahun yang pertama.

13) Biaya reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang telah habis

umur ekonomisnya.

14) Penyusutan barang investasi menggunakan metode garis lurus.

Perhitungan beban penyusutan dilakukan untuk perhitungan laba-rugi

yang akan menghasilkan besarnya pajak penghasilan yang harus dibayar

oleh perusahaan setiap tahunnya.

15) Tingkat diskonto yang digunakan untuk kelayakan usaha pengolahan gula

semut diasumsikan tetap hingga akhir umur usaha, yaitu tingkat suku

bunga deposito Bank Indonesia sebesar 6,5 persen. Penentuan didasarkan

pada social opportunity cost of capital dari dana yang dimiliki usaha.

16) Pajak pendapatan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik

Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2 a dan 31 E, yang merupakan

perubahan keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak

penghasilan, yaitu :

Page 67: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

50

• Pasal 17 ayat 1 b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha

tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen).

• Pasal 17 ayat 2 a. Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun

pajak 2010.

Page 68: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Profil dan Sejarah Perusahaan

PD Saung aren adalah lembaga usaha yang bergerak dibidang pengolahan,

pemasaran dan pengembangan produk yang berbahan baku gula aren. PD Saung

aren didirikan pada tahun 2008 oleh Bapak Andi Maulana.

Bapak Andi Maulana sebenarnya sudah mulai berbisnis gula aren sejak

tahun 1999. Awalnya beliau hanya melakukan kegiatan jual beli gula cetak. Gula

cetak yang dijual berasal dari pedagang gula aren di Kecamatan Malingping,

Kabupaten Lebak yang kemudian dipasarkan ke supermarket di Jakarta. Setiap

bulannya Bapak Andi mampu memasok 300-400 buah gula cetak. Pada awal

tahun 2002, Bapak Andi mendapat tawaran dari salah satu perusahaan di

Tanggerang untuk memasok gula semut dalam jumlah besar. Melihat peluang

tersebut beliau memutuskan untuk mendirikan tempat pengolahan gula semut

sendiri yang berlokasi di Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten.

Dengan modal awal sebesar Rp 40.000.000,00 yang berasal dari modal pribadi,

beliau membeli mesin dan modal kerja. Usaha ini hanya berjalan selama 4 tahun.

Pada tahun 2006 usaha ini mengalami kebangkrutan. Hal ini disebabkan oleh

kenaikan harga bahan baku yang cukup tinggi yang tidak mampu diantisipasi

perusahaan karena skala produksinya yang masih rendah. Untuk menutupi

kerugian, hampir seluruh asset seperti mesin dan perlengkapan pabrik dijual.

Selama tahun 2006-2007, Bapak Andi melihat adanya peningkatan

permintaan gula semut khususnya dari pabrik makanan dan minuman. Kekhasan

aroma dan rasa gula aren mendorong banyak pabrik makanan dan minuman

memilih gula aren sebagai bahan pemanis dari produk mereka, dan gula aren

dalam bentuk gula semut lebih diminati sebab sifatnya yang lebih tahan lama,

lebih kering, dan lebih praktis. Di sisi lain, usaha yang mengolah gula cetak

menjadi gula semut belum begitu banyak khususnya di Provinsi Banten. Hal ini di

karenakan sebagian besar usaha pengolahan gula aren di Provinsi Banten

merupakan usaha sampingan dan usaha berskala mikro yang memiliki

keterbatasan modal untuk membeli mesin pembuat gula semut. Hal ini

menunjukkan masih terbukanya peluang pasar yang cukup besar untuk

Page 69: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

52��

memproduksi dan memasarkan gula semut. Hal inilah yang mendorong Bapak

Andi mendirikan PD Saung Aren, suatu usaha yang mengolah gula aren menjadi

gula semut atau biasa disebut palm sugar pada tahun 2008.

Modal awal yang dikeluar untuk mendirikan usaha ini sebesar Rp

400.000.000,00. Modal ini berasal dari modal pribadi pemilik yang dipergunakan

untuk menyewa bangunan untuk pabrik dan membeli beberapa peralatan untuk

melakukan produksi seperti mesin penggiling (slicer), mesin penepung, mesin

pengayak, oven, dan peralatan pendukung lainnya. Pada tahun pertama berdirinya,

PD Saung Aren berlokasi di Jalan Raya Cikande, Rangkasbitung. Di tahun kedua

yaitu tahun 2009 hingga sekarang, pabrik PD Saung Aren terletak di Jalan Raya

Cipanas Km 9 Kecamatan Sajra, Lebak, Banten.

5.2. Kegiatan Bisnis

Kegiatan bisnis yang dilakukan PD Saung Aren adalah kegiatan

pengolahan, pemasaran, dan pengembangan produk yang berbahan baku dari gula

aren. Produk utama yang dihasilkan oleh perusahaan ini adalah gula semut.

1. Pengadaan Bahan Baku

Bahan baku utama yang digunakan oleh PD Saung Aren adalah gula cetak.

Mengenai ketersediaan bahan baku, perusahaan tidak pernah mengalami kendala.

Hal ini karena gula aren adalah komoditas lokal asli Kabupaten Lebak yang

melibatkan ribuan petani aren yang berasal dari kurang lebih 12 kecamatan di

Kabupaten Lebak. Perusahaan memperoleh bahan baku dari tiga kecamatan yaitu

Kecamatan Cijaku, Malingping, dan Panggarangan. Untuk bahan baku yang

berasal dari Kecamatan Cijaku dan Malingping, perusahaan melakukan kemitraan

dengan kelompok pengrajin setempat. Sedangkan untuk bahan baku dari

Kecamatan Panggarangan, perusahaan hanya melakukan proses pembelian biasa

dari pedagang pengumpul yang ada di daerah tersebut. Untuk bahan baku yang

berasal dari Kabupaten Lebak tersebut, pihak pemasok yang mengantar langsung

bahan baku tersebut ke pabrik PD Saung Aren di Kecamatan Sajra. Dari daerah-

daerah tersebut dapat dipasok bahan baku berupa gula cetak sebanyak 29,74 ton

tiap bulannya dengan harga Rp 8.300,00 – Rp 8.500,00 per kilogram.

Page 70: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

53��

2. Produksi

Proses pengolahan gula semut di PD Saung Aren dilakukan secara

mekanik dengan menggunakan mesin. Pada awal pendiriannya hingga sekarang

perusahaan sudah memiliki dua unit mesin penggiling (slicer), dua unit mesin

pengayak, dua unit mesin penepung, dan satu unit oven. Semua mesin yang

digunakan digerakan dengan tenaga listrik.

Proses produksi gula semut di PD Saung Aren yaitu terdiri dari beberapa

tahap. Adapun tahapan proses produksinya sebagai berikut :

a. Persiapan Bahan Baku

Gula cetak yang akan diproses terlebih dahulu dilepaskan dari pembungkusnya.

Setelah itu dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel. Gula cetak yang

akan diproses adalah gula yang paling awal masuk ke gudang bahan baku. Hal

ini untuk menghindari kerusakan gula cetak akibat terlalu lama disimpan di

dalam gudang. Dengan menggunakan troli, gula diangkut dari gudang bahan

baku menuju ruang produksi.

b. Penghancuran

Gula cetak yang sudah dibersihkan kemudian dimasukan ke dalam mesin

penggiling (slicer) untuk dihancurkan. Proses penghancuran dilakukan hingga

gula aren benar-benar hancur. Proses ini biasanya berlangsung selama 30

menit.

c. Pengeringan I

Gula aren yang sudah dihancurkan di mesin penggiling disimpan dalam loyang

alumunium untuk kemudian dilakukan proses pengeringan. Proses pengeringan

ini bertujuan untuk mengurangi kadar air di dalam gula hingga di bawah 5

persen. Proses pengeringan di PD Saung Aren dilakukan melalui proses

penjemuran di bawah sinar matahari selama 2 jam. Jika tidak ada sinar

matahari, proses pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven pemanas

selama 30 menit dengan suhu 110oC.

d. Pengayakan

Setelah dikeringkan, gula diayak di mesin pengayak dengan ukuran 18 mesh.

Gula yang lolos pada proses pengayakan disebut gula semut sedangkan gula

yang tidak lolos pada proses pengayakan disebut dengan gula reject.

Page 71: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

54��

e. Penepungan

Gula reject hasil pengayakan dimasukan ke mesin penepung untuk dihaluskan.

Proses penghalusan berlangsung selama 10 – 15 menit sampai gula reject

benar-benar halus.

f. Pencampuran

Gula semut dan gula reject yang sudah melalui proses penepungan dicampur

dalam wadah baskom berukuran besar. Proses pencampuran ini bertujuan agar

gula semut yang dihasilkan memiliki warna dan kehalusan yang seragam.

Proses ini dilakukan secara manual tanpa menggunakan mesin.

g. Pengeringan II

Setelah proses pencampuran, gula semut kemudian dikeringkan kembali.

Proses pengeringan yang kedua ini hampir sama dengan proses pengeringan

yang pertama. Yang membedakan hanya lama waktu pengeringannya saja.

Apabila pengeringan dilakukan melalui proses penjemuran di bawah sinar

matahari, proses pengeringan dilakukan selama 45 menit. Apabila melalui

proses pemanasan di oven, proses pengeringan dilakukan selama 15 menit

dengan suhu 110oC. Proses pengeringan yang kedua ini bertujuan untuk

menurunkan kadar air yang terkandung di dalam gula semut hingga dibawah 3

persen. Dengan demikian gula semut bisa memiliki daya tahan yang lebih

lama.

h. Pengemasan

Gula semut yang sudah dikeringkan kemudian dikemas dalam dua ukuran yang

berbeda. Untuk ukuran 40 kg, gula semut dikemas dalam karung yang dilapisi

dengan plastik bening di bagian dalamnya (inner bag). Untuk ukuran 350

gram, gula semut dikemas dalam toples plastik atau toples bambu yang dilapisi

plastik bagian dalamnya. Kemasan ini dipesan secara langsung berdasarkan

desain yang diinginkan disertai label nama produk, berat, komposisi bahan

baku, cara pakai dan nomor Departemen Kesehatan RI.

Untuk skema proses pengolahan gula semut di PD Saung Aren dapat dilihat pada

Gambar 7 berikut:

Page 72: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

55��

Gambar 7. Proses Produksi Gula Semut di PD Saung Aren

Sumber : PD Saung Aren, 2010

Selama proses pengolahan gula semut, terjadi penyusutan gula sekitar 12

persen. Jadi untuk menghasilkan 1 kg gula semut dibutuhkan 1,2 kg gula cetak

atau setiap 10 kg gula cetak akan menghasilkan 8,8 kg gula semut.

3. Pemasaran

Pasar untuk produk gula semut atau palm sugar saat ini semakin luas.

Selain untuk bahan pemanis yang dikonsumsi langsung oleh konsumen, gula

semut sudah dijadikan sebagai bahan pemanis alami pada industri makanan dan

minuman. Saat ini PD Saung Aren sudah memasarkan produknya secara langsung

ke PT Indofood dan secara tidak langsung melalui trader ke PT Gandum Mas

Pencampuran

Pengeringan II

Pengemasan

Pengayakan

Halus

Penepungan

Halus Kasar/ Reject

Persiapan Bahan Baku

Pengeringan I

Penghancuran

Page 73: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

56��

Kencana dan PT Mayora. Selain itu perusahaan ini juga menjual produknya secara

langsung kepada konsumen. Gula semut yang dijual ke pabrik dan trader adalah

gula semut dengan kemasan 40 kg yang dijual secara grosir. Sedangkan gula

semut yang dijual kepada konsumen langsung adalah gula semut yang dikemas

dalam toples plastik dan toples bambu dengan ukuran 350 gram.

5.3. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi PD Saung Aren masih sangat sederhana. Pemilik yang

juga penanam modal berperan sebagai pimpinan perusahaan. Pimpinan

membawahi bagian administrasi dan keuangan, serta bagian produksi yang

dikoordinir oleh seorang kepala pabrik. Adapun struktur usaha pengolahan gula

semut di PD Saung Aren dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Struktur Organisasi Usaha Pengolahan Gula Semut di PD Saung Aren

Sumber: PD Saung Aren (2010)

a. Komisaris

Komisaris adalah investor yang ikut menanamkan modal di PD Saung

Aren namun tidak terlibat secara langsung dalam usaha pengolahan gula semut

ini. Mereka hanya mengawasi jalannya setiap kegiatan di perusahaan.

b. Pimpinan

Pada struktur organisasi ini, pemilik sekaligus penanam modal terlibat

langsung dalam usaha pengolahan gula semut ini sebagai pimpinan perusahaan.

Pimpinan perusahaan bertanggung jawab untuk menentukan kebijaksanaan umum

Pimpinan

Bagian Produksi

Bagian Administrasi

dan Keuangan

Komisaris

Karyawan

Page 74: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

57��

perusahaan; memimpin, mengkoordinir, mengawasi pelaksanaan tugas para

kepala bagian; memberi petunjuk, bimbingan, dan pengarahan kepada bawahan,

serta melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas bawahan; dan

menetapkan sasaran jangka pendek dan panjang serta rencana kegiatan

perusahaan. Di PD Saung Aren pimpinan perusahaan juga bertanggung jawab

terhadap pemasaran gula semut yang dihasilkan. Jabatan ini dipegang oleh Bapak

Andi Maulana.

c. Bagian administrasi dan keuangan

Bagian administrasi dan keuangan bertanggungjawab terhadap segala

urusan administrasi yang berhubungan dengan usaha pengolahan gula semut ini.

Selain itu, kepala admistrasi dan keuangan juga bertanggungjawab terhadap

keuangan perusahaan, baik dalam hal pemasukan maupun pengeluaran

perusahaan. Dan secara berkala harus membuat laporan kemajuan usaha yang

ditujukan kepada pimpinan perusahaan.

d. Bagian Produksi

Bagian produksi di koordinir oleh seorang kepala pabrik. Kepala pabrik

bertanggung jawab atas jalannnya proses produksi secara keseluruhan, mengawasi

pelaksanaan standar yang telah ditetapkan dalam pembuatan produk, menjaga

kualitas produk yang telah ditetapkan, dan mengawasi ketersediaan bahan baku.

e. Karyawan

Karyawan dalam usaha pengolahan gula semut ini adalah karyawan yang

terlibat dalam proses produksi di PD Saung Aren. Mulai dari proses persiapan

bahan baku, penghancuran, pengeringan I, pengayakan, penepungan,

pencampuran, pengeringan II hingga proses pengemasan. Saat ini, usaha ini telah

memiliki delapan orang karyawan yang kesemuanya adalah laki-laki. Rata-rata

karyawan merupakan tamatan SD dan SLTP yang sebagian besar berasal dari

penduduk sekitar pabrik.

Karyawan masuk setiap hari Senin hingga Sabtu dan mendapat libur pada

hari Minggu. Setiap hari kerja, mereka masuk pukul 8 pagi hingga pukul 4 sore.

Masing-masing karyawan memperoleh gaji Rp 800.000 per bulan.

Page 75: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Aspek Pasar

Aspek pasar merupakan salah satu aspek bisnis yang penting dikaji

kelayakannya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk memulai atau

mengembangkan suatu usaha. Jika pasar yang akan dituju tidak jelas, prospek

usaha ke depan pun tidak jelas, maka risiko kegagalan usaha menjadi besar. Pada

usaha pengolahan gula semut sebagai objek penelitian, variabel-variabel aspek

pasar yang akan dianalisis meliputi permintaan, penawaran, dan strategi

pemasaran yang akan dilaksanakan.

6.1.1. Permintaan

Tingkat permintaan untuk produk gula semut di PD Saung Aren cukup

tinggi dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun pertama

berdiri, permintaan rata-rata untuk gula semut PD Saung Aren mencapai 35 ton

per bulan. Pada tahun kedua permintaan gula semut meningkat menjadi 50 ton per

bulan. Permintaan terus meningkat hingga pada awal tahun ketiga yang mencapai

85 ton per bulan. Hingga saat ini, permintaan gula semut tersebut belum dapat

terpenuhi seluruhnya oleh perusahaan. Hal ini karena terbatasnya kapasitas

produksi yang dimiliki perusahaan yang disebabkan oleh keterbatasan

kemampuan finansial perusahaan. Saat ini PD Saung Aren hanya mampu

memenuhi permintaan gula semut sebesar 26,175 ton per bulan atau 30,7 persen

dari total permintaan yang ada. Permintaan yang belum terpenuhi berasal dari

trader dan supermarket yang ada di daerah Jakarta dan Tanggerang serta

konsumen yang ada di Provinsi Banten. Sebaran permintaan dan produksi gula

semut di PD Saung Aren tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Sebaran Permintaan dan Produksi Gula Semut di PD Saung Aren Tahun

2010

Target pasar Permintaan per bulan

(ton)

Produksi per bulan

(ton)

Pabrik/Industri Makanan 10 10

Trader 68 16

Supermarket 5 -

Konsumen Langsung 2 0,175 Sumber : PD Saung Aren 2010

Page 76: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

59��

Tingginya permintaan gula semut ini menunjukkan bahwa potensi pasar

yang dimiliki cukup besar, bahkan potensi ini dapat terus dikembangkan

mengingat masih adanya permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh PD Saung

Aren. Hal ini merupakan peluang bagi PD Saung Aren untuk meningkatkan

kapasitas produksinya agar permintaan pasar dapat terpenuhi.

6.1.2. Penawaran

Potensi pasar yang dimiliki oleh PD Saung Aren juga dapat dilihat dari sisi

penawaran gula semut yang ada di pasar. Di Kabupaten Lebak, selain PD Saung

Aren, ada satu usaha pengolahan gula semut yang memiliki kapasitas produksi

yang hampir sama yaitu Kelompok Mitra Mandala Hariang. Usaha pengolahan

gula semut yang berlokasi di Kecamatan Sobang ini memiliki peluang untuk

memasok gula semut di pasar yang sama dengan PD Saung Aren. Hal ini karena

kapasitas produksinya yang relatif besar dibandingkan usaha pengolahan gula

semut lainnya yang ada di Kabupaten Lebak, sehingga usaha ini memiliki

kemampuan untuk memasok gula semut ke pabrik atau trader dalam jumlah yang

besar secara kontinyu. Setiap bulannya Kelompok Mitra Mandala Hariang mampu

memproduksi 30 ton gula semut. Meskipun usaha ini memasok gula semut ke

pasar yang sama dengan PD Saung Aren, masih ada sekitar 28,8 ton atau 33,9

persen permintaan gula semut PD Saung Aren yang belum bisa dipenuhi. Apalagi

jika jumlah permintaan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini

menunjukkan potensi usaha pengolahan gula semut ini masih cukup besar dan

berpotensi untuk dikembangkan.

6.1.3. Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran diperlukan salah satunya untuk menghadapi persaingan

di pasar. Strategi pemasaran yang dilakukan oleh PD Saung Aren dalam

memasarkan produknya adalah menggunakan bauran pemasaran yang meliputi

harga, produk, promosi, dan distribusi.

6.1.3.1. Harga

Harga merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan marketing mix.

Harga adalah sejumlah uang yang diserahkan dalam pertukaran untuk

mendapatkan suatu barang atau jasa. Kebijakan dalam penetapan harga

Page 77: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

60��

merupakan kegiatan yang sangat penting, karena jika harga terlalu tinggi produk

tersebut mengalami kesulitan dalam memasuki pasar, demikian pula sebaliknya

jika harga terlalu rendah dapat menyebabkan kerugian terhadap kegiatan usaha.

Oleh karena itu, kebijakan dalam penetapan harga harus benar-benar

diperhitungkan secara tepat.

Penetapan harga gula semut di PD Saung Aren didasarkan pada biaya

operasional perusahaan, khususnya harga bahan baku gula cetak. Walaupun

begitu, perusahaan tetap mempertimbangkan harga gula semut dari perusahaan

pesaing. Hal ini agar harga yang ditetapkan perusahaan dapat tetap bersaing di

pasar. Perhitungan HPP usaha pengolahan gula semut PD Saung Aren dapat

dilihat pada Lampiran 2.

Untuk meningkatkan keuntungan, perusahaan menetapkan tingkat harga

yang berbeda-beda untuk setiap jenis konsumennya. Harga terendah ditetapkan

pada trader. Hal ini untuk mempertahankan trader tetap menjadi pelanggan

perusahaan mengingat trader membeli dalam jumlah yang banyak dan kontinyu

setiap bulannya. Tingkat harga tertinggi ditetapkan pada konsumen akhir. Hal ini

dikarenakan konsumen membeli secara ecer dalam jumlah yang tidak begitu

banyak. Selain itu konsumen akhir cenderung membeli gula semut dalam ukuran

350 gram yang dikemas dalam toples, sehingga biaya operasional yang

dikeluarkan perusahaan lebih besar. Harga jual, HPP, dan marjin keuntungan per

kg gula semut berdasarkan jenis konsumen yang membeli dapat dilihat di Tabel 9.

Tabel 9. Harga Jual, HPP, dan Marjin Keuntungan per Kg Gula Semut di PD

Saung Aren Berdasarkan Jenis Konsumen

No. Jenis Konsumen Harga persatuan

(Rp/Kg)

HPP

(Rp/Kg)

Marjin

(Rp/Kg)

1. Trader 11.000 10.445,99 554,01

2. Pabrik 12.000 10.925,99 1.074,01

3. Konsumen Langsung 28.571 16.135,28 12.436,15 Sumber : PD Saung Aren 2010

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa harga yang ditetapkan perusahaan

terhadap ketiga jenis konsumennya berada di atas Harga Pokok Produksi (HPP).

Penetuan marjin keuntungan untuk masing-masing konsumen ditentukan

berdasarakan jumlah gula semut yang dibeli oleh masing-masing jenis konsumen

tersebut.

Page 78: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

61��

Dibandingkan dengan usaha pengolahan gula semut yang ada di

Kabupaten Lebak, harga gula semut di PD Saung Aren cukup kompetitif. Untuk

pemasaran ke trader, perusahaan menetapkan harga Rp 11.000 per kg. Harga ini

memang lebih mahal dibandingkan harga gula semut yang berasal dari usaha

sejenis di Kabupaten Lebak. Namun harga ini sebanding dengan kualitas gula

semut yang dihasilkan PD Saung Aren. Perbandingan harga gula semut dari

beberapa industri pengolahan gula semut di Kabupaten Lebak dapat dilihat pada

Tabel 10.

Tabel 10. Perbandingan Harga Gula Semut dari Beberapa Industri Pengolahan

Gula Semut di Kabupaten Lebak

Nama Perusahaan Harga Gula Semut (Rp/Kg)

PD Saung Aren Rp 11.000

Koperasi Mitra Mandala Rp 11.200

Usaha Pengolahan Gula Semut H. Wiwin Rp 10.800

Usaha Pengolahan Gula Semut Ibu Rina Rp 11.000 Sumber : PD Saung Aren 2010

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik sekaligus pimpinan PD

Saung Aren, selama perusahaan beroperasi dari tahun 2008, harga gula semut

cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya. Kenaikan harga ini disebabkan

permintaan yang semakin meningkat yang tidak diimbangi dengan peningkatan

penawaran yang ada di pasar. Hal ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan gula

semut sangat potensial untuk dikembangkan.

6.1.3.2. Produk

Produk yang dihasilkan oleh PD Saung Aren adalah gula aren semut atau

biasa disebut gula semut (palm sugar). Gula semut ini mengandung nilai gizi yang

relatif tinggi, aroma yang khas, warna yang seragam dan tahan lama karena kadar

air yang terkandung sedikit. Kelebihan gula semut di PD Saung Aren

dibandingkan dengan perusahaan sejenis adalah rasanya yang tidak pahit.

Umumnya gula semut yang beredar di pasar sering terasa pahit akibat proses

pengeringan dengan menggunakan oven bersuhu tinggi. Tujuannya adalah agar

kadar air dalam gula semut berkurang dalam waktu yang singkat, namun hal ini

justru membuat gula semut menjadi ‘gosong’ dan terasa pahit. Di PD Saung Aren,

proses pengeringan gula semut dilakukan secara tradisional dengan bantuan sinar

matahari. Proses penjemuran ini menurunkan kadar air dalam gula semut tanpa

Page 79: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

62��

menyebkan gula menjadi ‘gosong’. Proses penjemuran biasanya dilakukan pada

musim kemarau. Ketika curah hujan tinggi, perusahaan menggunakan oven untuk

menurunkan kadar air gula semut, namun dengan suhu yang sedang sehingga rasa

gula semut tetap terjaga. Untuk menjamin kualitas dan keamanan produknya, gula

semut yang dihasilkan PD Saung Aren telah memiliki izin dari Departemen

Kesehatan RI. No.099.02/09.05/99.

Gambar 9. Kemasan 350 gram Gula Semut PD Saung Aren Sumber: PD Saung Aren 2010

Gula semut yang dihasilkan oleh PD Saung Aren dijual secara grosir dan

eceran. Untuk gula semut eceran dikemas dalam wadah toples plastik atau toples

bambu dengan berat 350 gram setiap toplesnya sedangkan untuk gula semut grosir

dikemas dalam karung yang dilapisi plastik di bagian dalamnya (inner bag)

berukuran 40 kilogram. Pembagian gula semut dalam dua kemasan bertujuan

untuk memenuhi permintaan yang ada. Pabrik makanan atau obat-obatan biasanya

meminta gula semut dalam kemasan grosir. Hal ini karena mereka menggunakan

gula semut tersebut sebagai bahan baku atau bahan campuran dari produk yang

dihasilkan. Sehingga kemasan menarik tidak menjadi perhatian yang utama, yang

penting bagi mereka adalah kualitas, kuantitas, dan harga. Sedangkan konsumen

langsung menilai kemasan sebagai hal yang penting. Kemasan suatu produk bisa

menjadi pertimbangan bagi konsumen untuk melakukan pembelian. Oleh karena

itu gula semut yang dipasarkan ke konsumen langsung dikemas secara lebih

menarik.

Page 80: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

63��

Gambar 10. Kemasan 40 kg Gula Semut PD Saung Aren

Sumber: PD Saung Aren 2010

6.1.3.3. Promosi

Selama ini promosi yang dilakukan PD Saung Aren untuk

mempromosikan produknya adalah dengan mengikuti pameran-pameran. Selama

dua tahun beroperasi perusahaan sudah beberapa kali mengikuti pameran, baik

yang berskala nasional ataupun skala regional. Beberapa pameran yang pernah

diikuti diantaranya Pameran Produk Ekspor (PPE), Jakarta Fair di Kemayoran

Jakarta, Agro & Food Expo di Jakarta, Gebyar Pariwasata Dinas Pariwisata di

BSD Junction, Banten Expo di Serang, HKSN Expo di JHCC Jakarta dan

pameran-pameran berskala nasional, provinsi atau kabupaten yang dilaksanakan

secara berkala setiap tahunnya. Dari pameran-pameran inilah PD Saung Aren

mendapatkan tawaran untuk memasok gula semut ke pabrik makanan, ke trader,

dan ke retail seperti supermarket hingga saat ini. Keikutsertaan perusahaan dalam

beberapa pameran merupakan hasil kerjasama perusahaan dengan Pemerintah

Daerah Kabupaten Lebak untuk mempromosikan produknya.

6.1.3.4. Distribusi

Produk yang dihasilkan PD Saung Aren akan dipasarkan ke 3 jenis

konsumen yang berbeda, yaitu konsumen langsung, pabrik, dan trader. Biasanya

trader akan menjual kembali gula semut tersebut ke pabrik atau konsumen

langsung. Sebanyak 61,13 persen produk yang dihasilkan di PD Saung Aren di

jual melalui trader, 38,20 persen dijual langsung ke pabrik, dan sisanya dijual ke

konsumen langsung.

Pemasaran gula semut PD Saung Aren dilakukan melalui empat saluran

distribusi yaitu (1) PD Saung Aren − konsumen akhir (pembeli langsung); (2) PD

Saung Aren – pabrik – konsumen; (3) PD Saung Aren – trader – pabrik –

Page 81: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

64��

konsumen akhir; dan (4) PD Saung Aren – trader – konsumen akhir. Skema

saluran distribusi pemasaran gula semut PD Saung Aren dapat dilihat pada

Gambar 11.

Gambar 11. Skema Distribusi Gula Semut PD Saung Aren

Sumber : PD Saung Aren 2010

Pada saluran distribusi (1), gula semut yang dihasilkan perusahaan dibeli

langsung oleh konsumen akhir. Biasanya konsumen datang langsung ke pabrik

atau datang ke outlet PD Saung Aren ketika sedang mengikuti sebuah pameran.

Pada saluran distribusi (2), gula semut dibeli oleh pabrik. Di pabrik gula semut

biasanya dijadikan bahan pemanis untuk membuat makanan atau minuman

tertentu. Makanan atau minuman itulah yang kemudian dibeli oleh konsumen

akhir. Pada saluran distribusi (3), gula semut dibeli oleh trader untuk kemudian

dijual ke pabrik untuk diolah. Hasil olehannya kemudian dibeli oleh konsumen

akhir. Pada saluran distribusi (4), gula semut dibeli oleh trader untuk kemudian

dijual ke konsumen akhir.

6.1.4. Hasil Analisis Aspek Pasar

Analisis aspek pasar mengkaji mengenai potensi pasar. Dari analisis ini

dihasilkan informasi bahwa dari sisi permintaan, PD Saung Aren memiliki potensi

pasar yang cukup besar. Potensi pasar ini ditunjukkan oleh permintaan gula semut

yang kontinu dan terus meningkat dari waktu ke waktu. Sementara itu, dari sisi

penawaran, PD Saung Aren tidak mendapat tekanan persaingan yang berarti,

PD Saung Aren

Konsumen Akhir

Pabrik

Trader

Saluran 1

Saluran 2

Saluran 3 Saluran 4 �

Page 82: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

65��

khususnya di Kabupaten Lebak. Hal ini karena PD Saung Aren merupakan salah

satu usaha pengolahan gula semut yang memiliki mutu yang baik dan

produktivitas yang tinggi bila dibanding pengolahan gula semut lainnya.

PD Saung Aren memiliki strategi pemasaran yang diterapkan dengan baik

melalui strategi harga, produk, promosi, maupun distribusi yang mampu membuat

gula semut ini diterima di pasar dan mampu bersaing dengan produk sejenis yang

dihasilkan oleh pesaing. Berdasarkan analisis terhadap aspek pasar tersebut, dapat

disimpulkan bahwa usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren layak untuk

dijalankan.

6.2. Aspek Teknis

Analisis terhadap aspek teknis yang dilakukan dalam penelitian ini

mencakup lokasi usaha, luas produksi, proses produksi, layout, dan pemilihan

jenis teknologi. Berikut adalah hasil analisis pada setiap variabel aspek teknis.

6.2.1. Lokasi Usaha

Lokasi usaha pengolahan gula semut PD Saung Aren terletak jalan Raya

Cipanas Km. 9 Desa Pajagan, Kecamatan Sajra, Kabupaten Lebak, Banten.

Beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi usaha adalah:

1. Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku merupakan komponen penting dari keseluruhan proses operasi

perusahaan sehingga penanganannya menjadi signifikan dalam penentuan lokasi

usaha. Bahan baku utama yang digunakan dalam gula semut ini adalah gula cetak.

Untuk memperoleh gula cetak, pihak PD Saung Aren melakukan kerjasama

dengan pengrajin gula cetak di daerah Cijaku dan Malingping. Kerjasama yang

dilakukan berupa kemitraan, dimana petani mitra harus menyuplai gula cetak

secara kontinyu kepada perusahaan dengan tingkat harga dan kuantitas yang

sudah disepakati oleh kedua belah pihak. Perusahaan juga memasok bahan baku

dari pedagang pengumpul di daerah Panggarangan. Hal ini dilakukan untuk

menjaga ketersediaan bahan baku ketika permintaan gula semut meningkat.

Perusahaan memilih ketiga lokasi ini sebagai pemasok bahan baku dengan

pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan sentra gula aren di Kabupaten

Lebak. Berdasarkan data Dishutbun Kabupaten Lebak mengenai luas areal dan

Page 83: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

66��

produksi tanaman aren pada sentra produksi di Kabupaten Lebak tahun 2008

(Lampiran 1), Kecamatan Cijaku, Malingping, dan Panggarangan mampu

memproduksi 387,392 ton gula cetak per tahun. Ini menunjukkan bahwa ketiga

lokasi ini memiliki potensi bahan baku yang relatif tinggi. Selain itu, ketiga

daerah ini memiliki kemudahan aksesibilitas, kualitas gula aren yang baik, dan

biaya untuk mendapatkan bahan baku yang cukup murah, karena perusahaan tidak

harus menanggung biaya pengankutan bahan baku dari sumber bahan baku ke

lokasi usaha.

Dalam menetukan kebutuhan bahan baku, perusahaan biasa menyesuaikan

dengan kapasitas produksi usaha per bulan. Tiap bulannya perusahaan

membutuhkan 29,74 ton gula cetak. Sebanyak 8 ton diperoleh dari Kecamatan

Cijaku, 13 ton diperoleh dari Kecamatan Malingping, dan 8,75 ton diperoleh dari

Kecamatan. Rincian sumber, jumlah pasokan dan harga gula cetak per bulan PD

Saung Aren dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Sumber, Jumlah Pasokan dan Harga Gula Cetak per Bulan PD Saung

Aren

Sumber Bahan Baku Jumlah Pasokan per bulan (ton) Harga (Rp/ Kg)

Kecamatan Cijaku 8,00 8.300

Kecamatan Malingping 13,00 8.300

Kecamatan Panggarangan 8,75 8.500

Jumlah 29,75 Sumber : PD Saung Aren 2010

2. Letak Pasar yang Dituju

Pertimbangan dalam pemilihan lokasi usaha juga disesuaikan dengan letak

pasar yang dituju. Sebagian besar pasar tujuan produk gula semut PD Saung Aren

adalah pabrik dan trader yang berlokasi di daerah Tanggerang dan Jakarta.

Sebagian lagi berasal dari pembeli perorangan yang berasal dari Provinsi Banten.

Pasar gula semut PD Saung Aren bisa ditempuh dalam waktu 2-3 jam dari lokasi

usaha dengan menggunakan kendaraan operasional yang ada untuk

mendistribusikan gula semut.

3. Tenaga Listrik dan Air

Proses produksi gula semut bergantung dari ketersediaan listrik di lokasi

usaha. Hal ini karena, semua mesin produksi yang digunakan perusahaan

digerakan oleh tenaga listrik. Bila tidak ada listrik pengerjaan harus dilakukan

Page 84: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

67��

secara manual dengan peralatan sederhana. Hal ini tentunya akan menurunkan

kapasitas produksi yang bisa dicapai perusahaan. Lokasi usaha di Desa Pajagan

Kecamatan Sajra, Kabupaten Lebak sudah terjangkau oleh aliran listrik. Selain itu

daerah ini hampir tidak pernah mengalami pemadaman listrik, sehingga tidak ada

masalah pada pemenuhan kebutuhan tenaga listrik. Sedangkan untuk akses air

bersih juga tidak mengalami kendala yang berarti. Air yang digunakan berasal

dari sumur sendiri yang dilengkapi dengan jet pump.

4. Suplai Tenaga Kerja

Suplai tenaga kerja bagi perusahaan tidak mengalami masalah. Tenaga

kerja perusahaan terdiri dari dua lingkup, tenaga kerja internal dan eksternal.

Tenaga kerja internal perusahaan berasal dari daerah Rangkasbitung. Bahkan

untuk Kepala Bagian Keuangan dan Administrasi merupakan anggota keluarga

dari investor yang menamkan modal di perusahaan ini. Sedangkan tenaga kerja

eksternal yang dimiliki perusahaan berasal dari masyarakat sekitar lokasi usaha

pengolahan gula semut. Tenaga kerja ini diperuntukkan di bagian produksi gula

semut. Tenaga kerja ini tidak sulit diperoleh oleh perusahaan. Hal ini karena

kriteria untuk perekrutan tenaga kerja eksternal ini mudah yaitu tekun, rajin, ulet

dan dapat dipercaya.

5. Fasilitas Transportasi

Lokasi usaha pengolahan gula semut PD Saung Aren terletak di pinggir

Jalan Raya Cipanas. Kondisi jalan yang melalui lokasi usaha ini sangat baik

karena merupakan jalan kabupaten yang menghubungkan Kecamatan Sajra

dengan Kecamatan Rangkasbitung yang merupakan ibukota Kabupaten Lebak.

Akses menuju lokasi usaha ini sangat mudah, banyak angkutan umum seperti

angkutan kota dan bis antarkota yang melalui lokasi ini.

Fasilitas transportasi menuju sumber bahan baku di Kecamatan Cijaku,

Malingping, dan Panggarangan tersedia dengan baik. Lokasi bahan baku bisa

ditempuh selama 1-2 jam dari lokasi usaha dengam menggunakan kendaraan roda

empat. Fasilitas transportasi menuju pasar gula semut PD Saung Aren di

Tanggerang dan Jakarta tersedia dengan baik. Lokasi pasar bisa ditempuh selama

2-3 jam dari lokasi usaha dengan menggunakan kendaraan operasional

Page 85: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

68��

perusahaan. Kondisi jalan yang memadai menjadikan proses produksi dan

pemasaran gula semut di PD Saung Aren berjalan dengan lancar.

6. Hukum dan Peraturan yang Berlaku

Usaha pengolahan gula semut yang didirikan PD Saung Aren di

Kecamatan Sajira tidak bertentangan dengan hukum dan peraturan yang berlaku

di wilayah tersebut sehingga tidak ada hambatan bagi usaha untuk

mengoperasikan usahanya. Usaha ini telah mendapat izin resmi dari Pemerintah

Daerah Kabupaten Lebak.

7. Iklim

Cuaca di Kecamatan Sajra yang cenderung panas dengan suhu mencapai

27oC (Lebak dalam Angka 2007) sangat mendukung proses produksi di PD Saung

Aren khususnya saat proses pengeringan gula semut. Hal ini dikarenakan proses

pengeringan gula semut di PD Saung Aren masih menggunakan bantuan sinar

matahari untuk menjaga rasa gula semut agar tetap terjaga. Namun perusahaan

memiliki oven untuk melakukan proses pengeringan ketika musim hujan datang.

8. Sikap masyarakat

Sikap masyarakat Desa Pajagan sangat terbuka dan mendukung terhadap

keberadaan usaha pengolahan gula semut ini. Hal ini karena perusahaan sudah

mampu menyerap tenaga kerja yang berasal dari masyarakat sekitar pabrik

meskipun jumlahnya belum begitu banyak. Selain itu, proses produksi gula semut

yang tidak menghasilkan limbah dan tidak menimbulkan polusi baik polusi udara

maupun polusi suara, menyebabkan masyarakat tidak merasa terganggu dengan

keberadaan usaha ini.

9. Rencana Perluasan Usaha

PD Saung Aren berkeinginan memperluas skala usahanya melalui

peningkatan kapasitas produksi. Kapasitas produksi saat ini hanya mencapai

26,175 ton per bulan, akan ditingkatkan menjadi 31,18 ton per bulan sesuai

dengan kapasitas mesin pengayak dan penepung yang dimiliki yang mencapai

31,2 ton per bulan. Hal ini dilakukan untuk memenuhi permintaan dari

supermarket yang ada di Jakarta. Peningkatan kapasitas ini disertai dengan

penambahan satu unit mesin kemasan dan perluasan area penjemuran gula semut.

Page 86: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

69��

Luas ruang pengemasan yang mencapai 40 m2 dan luas area penjemuran yang

mencapai 60 m2 masih memungkinkan perluasan usaha dilaksanakan di lokasi ini.

6.2.2. Luas Produksi

Luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk

mencapai keuntungan yang optimal. Secara sederhana luas produksi ditentukan

oleh kemungkinan market share yang dapat diraih dengan mempertimbangkan

kapasitas teknis dari peralatan yang dimiliki. Namun demikian terdapat beberapa

metode yang dipakai untuk menentukan luas produksi yang optimal, salah satunya

adalah pendekatan Break Event Point (BEP).

Berdasarkan perhitungan BEP pada Lampiran 3, diperoleh nilai BEP untuk

penjualan ke pabrik sebesar 50,59961 ton per tahun, BEP untuk penjualan ke

trader sebesar 88,31931 ton per tahun, dan BEP untuk penjualan ke konsumen

langsung sebesar 0,37191 ton per tahun. Kapasitas produksi gula semut di PD

Saung Aren tahun 2010 mencapai 314,1 ton per tahun dengan sebaran produksi

120 ton dipasarkan ke pabrik, 192 ton dipasarkan ke trader, dan sebesar 2,1 ton

dipasarkan ke konsumen langsung. Kapasitas produksi PD Saung Aren tahun

2010 ini lebih besar dari nilai BEP, ini menunjukkan bahwa kapasitas produksi

gula semut sudah melebihi luas produksi minimal perusahaan. Perbandingan

kapasitas produksi gula semut dengan nilai BEP di PD Saung Aren dapat dilihat

pada Tabel 12.

Tabel 12. Perbandingan Kapasitas Produksi dengan Nilai BEP PD Saung Aren

Target Pasar Kapasitas Produksi per

Tahun (Ton) BEP per Tahun (Ton)

Pabrik 120 50,59961

Trader 192 88,31931

Konsumen Langsung 2,1 0,37191

Jumlah 314,1 139,29083

6.2.3. Proses Produksi

Proses produksi merupakan proses pengubahan bahan baku menjadi hasil

akhir atau produk. Tahapan proses produksi gula semut di PD Saung Aren yaitu

persiapan bahan baku (gula cetak), penghancuran, pengeringan, pengayakan,

penepungan, pencampuran dan pengemasan.

Page 87: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

70��

Proses produksi pembuatan gula semut di PD Saung Aren termasuk ke

dalam proses produksi kontinu (continuous production). Hal ini karena fasilitas

produksi atau mesin diatur berdasarkan urutan pembuatan produk. Perusahaan

yang menggunakan stategi proses yang fokus terhadap produk umumnya

berproduksi dalam volume yang tinggi dengan tingkat variasi yang rendah. Hal ini

sesuai dengan kondisi PD Saung Aren yang hanya memproduksi satu jenis produk

yaitu gula semut dengan volume yang relatif besar yaitu 26,175 ton per bulan.

Proses produksi gula semut yang dilakukan perusahaan sudah sesuai

dengan prosedur produksi yang ditetapkan oleh Badan Pengkajian Teknologi

Pertanian (BPTP) Provinsi Banten. Adanya beberapa tahap produksi yang tidak

sama disebabkan karena adanya perbedaan bahan baku yang digunakan. Menurut

BPTP Banten, bahan baku yang digunakan untuk membuat gula semut di skala

industri adalah gula semut setengah jadi yang berasal dari pengrajin gula aren.

Sedangkan bahan baku yang digunakan perusahaan adalah gula cetak. Hal ini

dikarenakan sulitnya mencari pengrajin yang menghasilkan gula semut setengah

jadi di Kabupaten Lebak, sehingga untuk menjaga ketersediaan bahan baku

perusahaan menggunakan gula cetak sebagai bahan baku utama. Agar kualitas

gula semut tetap sesuai standar yaitu dengan kadar air di bawah 3 persen,

perusahaan melakukan dua kali proses pengeringan. Proses pengeringan pertama

dilakukan setelah proses penghancuran gula cetak. Pengeringan ini dilakukan

selama 2 jam di bawah panas matahari untuk menurunkan kadar air hingga di

bawah 5 persen. Proses pengeringan I dilakukan sebelum proses pengayakan,

sebab mesin pengayakan sangat rentan terhadap materi yang lembab. Bila gula

aren yang sudah digiling tidak dikeringkan terlebih dahulu sebelum diayak, maka

saat proses pengayakan, gula aren akan menggumpal kembali dan proses

pengayakan tidak berjalan dengan baik.

Di PD Saung Aren, gula reject yang dihasilkan setelah proses pengayakan

tidak dibuat menjadi gula cetak, tetapi dimasukan ke dalam mesin penepung

sehingga ukurannya lebih halus seperti gula semut yang lolos pada proses

pengayakan. Untuk menjaga keseragaman warna dan tekstur , gula semut reject

dan gula semut yang lolos pada proses pengayakan di campur secara manual

untuk kemudian dikeringkan di bawak sinar matahari selama 45 menit.

Page 88: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

71��

Perbandingan proses produksi gula semut di PD Saung Aren dengan proses

produksi gula semut di BPTP Banten dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Perbandingan Proses Produksi Gula Semut di PD Saung Aren

dengan Prosedur Produksi Gula Semut di BPTP Banten

6.2.4. Layout Produksi

Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan

fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Proses penentuan bentuk atau

layout pada usaha pengolahan gula semut ini masih sederhana. Antara gudang,

tempat produksi, dan bagian administrasi sudah berada pada ruangan yang

berbeda walaupun masih dalam satu bangunan. Hal ini bertujuan agar gula semut

yang dihasilkan memiliki kualitas dan mutu yang tinggi serta higienis karena

hanya karyawan produksi saja yang diperbolehkan masuk ke ruang produksi.

Layout dari lokasi usaha pengolahan gula semut dapat dilihat pada Gambar 13.

Page 89: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

72��

Gambar 13. Layout Lokasi Usaha Pengolahan Gula Semut di PD Saung Aren

Sumber: PD Saung Aren 2010

Bahan baku utama yaitu gula cetak di simpan di dalam gudang bahan baku

yang terletak di sebelah ruang produksi. Hal ini ditujukan untuk memudahkan

pengambilan bahan baku ketika akan melakukan proses produksi. Di ruang

produksi terdapat 4 buah mesin yang diletakan secara berjejer. Mesin slicer

diletakan paling dekat dengan gudang karena mesin ini yang pertama kali

digunakan untuk menghancurkan gula cetak, kemudian diletakan oven, mesin

penepung dan mesin pengayak. Ketika musim kemarau proses pengeringan

dilakukan dengan menjemur gula semut di bawah sinar matahari. Proses ini

dilakukan di lapang dekat ruang produksi. Jika hujan, proses pengeringan

dilakukan di dalam oven yang terdapat di ruang produksi. Proses pengemasan

dilakukan di ruang terpisah dekat ruang produksi. Ruang ini dibuat terpisah agar

tidak terjadi kontaminasi dengan lingkungan luar. Pada ruangan ini terdapat

timbangan duduk 500 kg. Gula semut yang sudah dikemas disimpan di dalam

gudang gula semut.

6.2.5. Pemilihan Jenis Teknologi

Penggunaan teknologi pada usaha pengolahan gula semut ini terlihat dari

penggunaan mesin pada proses produksinya. Terdapat 4 mesin utama yang

digunakan perusahaan untuk memproduksi gula semut, yaitu sebagai berikut :

1. Mesin Penggiling (slicer)

Page 90: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

73��

Mesin penggiling (slicer) terbuat dari bahan stainless steel dengan frame yang

berbahan besi. Mesin ini berfungsi untuk menghancurkan gula cetak menjadi

bongkahan yang lebih kecil dan halus. Mesin penggiling digerakan oleh

tenaga listrik dengan kapasitas 80 kg per proses.

Gambar 14. Mesin Penggiling (Slicer) Gula Cetak

2. Mesin Pengayak

Mesin Pengayak atau Vibrator Screen ini terbuat dari bahan plat stainless steel

dengan frame berbahan besi. Terdiri dari 3 (tiga) lapisan kasa screen berbahan

stainless steel. Dua lapisan teratas untuk mengayak bahan dan satu lapisan

paling bawah untuk menampung bahan hasil ayakan. Mesin ini digerakan oleh

tenaga listrik. Mesin pengayak atau Vibrator Screen berfungsi untuk

menyortir gula semut yang masih memiliki ukuran yang cukup besar. Mesin

pengayak yang dimiliki perusahaan memiliki ukuran 18 mesh. Mesin ini

memiliki kapasitas 100 kg per jam.

Gambar 15. Mesin Pengayak Gula Semut

3. Mesin Penepung

Page 91: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

74��

Mesin Penepung digunakan untuk menghancurkan gula semut reject menjadi

lebih halus seperti tepung. Mesin ini toleran terhadap produk yang agak basah

dan tidak begitu merubah warna. Mesin penepung terbuat dari Stainless Steel

yang digerakan oleh tenaga listrik dengan kapasitas 25 kg per proses.

Gambar 16. Mesin Penepung Gula Semut Reject

4. Oven

Mesin Pengering/Oven berfungsi menggantikan sinar matahari sebagai

pengering alami ketika kondisi cuaca mendung atau hujan. Mesin ini

digunakan untuk menurunkan kadar air yang ada di dalam gula semut.

Rangka mesin pengering terbuat dari plat besi kotak sedangkan seluruh body

dibuat dari plat stainless steel food grade (khusus makanan). Mesin ini

dilengkapi alat kontrol suhu otomatis, sehingga suhu pengeringan dapat diatur

dan dikendalikan secara otomatis.

Gambar 17. Mesin Pengering Gula Semut (Oven)

Page 92: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

75��

Mesin-mesin yang digunakan untuk memproduksi gula semut di PD Saung

Aren sudah tepat guna karena sesuai dengan kebutuhan produksi dan dapat

dioperasikan dengan mudah oleh karyawan. Selain itu mesin-mesin tersebut tidak

menimbulkan kebisingan sehingga tidak mengganggu masayarakat sekitar pabrik.

6.2.6. Hasil Analisis Aspek Teknis

Berdasarkan analisis terhadap aspek teknis, dapat dikatakan bahwa usaha

pengolahan gula semut di PD Saung Aren layak untuk dijalankan. Hal ini karena

secara teknis lokasi usaha sudah mampu mendukung kelancaran usaha, kapasitas

produksi perusahaan sudah melebihi luas produksi minimal, proses produksi telah

sesuai standar yang ada sehingga mampu menghasilkan produk yang berkualitas

dan higienis. Walupun kondisi layout lokasi usaha masih sederhana tetapi tidak

ada kendala dalam alur produksinya. Teknologi yang digunakan merupakan

teknologi ramah lingkungan yang cukup sederhana sehingga tidak menyulitkan

bagi karyawan untuk mengoperasikannya.

6.3. Aspek Manajemen dan Hukum

Diperlukan suatu organisasi dan manajemen agar usaha pengolahan gula

semut ini dapat berjalan dengan baik. Sruktur organisasi ditetapkan untuk

menunjang pelaksanaan usaha. Struktur organisasi PD Saung Aren masih sangat

sederhana. Pemilik yang juga menanam modal berperan sebagai pimpinan

perusahaan. Pimpinan membawahi Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan,

serta Kepala Bagian Produksi yang disebut Kepala Pabrik. Kepala Pabrik

memiliki karyawan yang akan membantu proses produksi secara langsung.

Pimpinan harus memberikan laporan mengenai kondisi perusahaan secara berkala

kepada komisaris yang menginvestasikan dananya di perusahaan. Selama ini

semua bagian yang ada pada struktur tersebut telah melaksanakan fungsi dan

tugasnya masing-masing.

Karyawan dalam usaha pengolahan gula semut ini adalah karyawan yang

terlibat dalam kegiatan produksi di PD Saung Aren, mulai dari pengumpulan

bahan baku, penghancuran, penjemuran/oven, pengayakan, penepungan, hingga

pengemasan. Saat ini, usaha ini telah memiliki delapan orang karyawan yang

kesemuanya adalah laki-laki. Rata-rata karyawan merupakan tamatan SD dan

SLTP yang sebagian besar berasal dari penduduk sekitar lokasi usaha. Karyawan

Page 93: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

76��

masuk setiap hari Senin hingga Sabtu dan mendapat libur pada hari Minggu.

Setiap hari kerja, mereka masuk pukul 8 pagi hingga pukul 4 sore.

Pembagian gaji di PD Saung Aren disesuaikan dengan jabatan yang

dipegang. Hal ini karena jabatan mencerminkan tugas dan tanggung jawab yang

harus dijalankan oleh seseorang. Pimpinan PD Saung Aren memperoleh gaji Rp

3.500.000,00 tiap bulannya. Hal ini karena, pimpinan juga bertanggung jawab

terhadap kegiatan pemasaran yang ada di perusahaan. Kepala Administrasi dan

Keuangan, serta Kepala Pabrik memperoleh gaji Rp 1.500.000,00 per bulan, dan

masing-masing karyawan produksi memperoleh gaji Rp 800.000 per bulan.

Analisis terhadap aspek manajemen mencakup pelaksanaan fungsi-fungsi

manajemen dalam melakukan pengolahan gula semut di PD Saung Aren. Fungsi-

funsi manajemen yang dimaksud adalah fungsi perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan atau pelaksanaan, dan pengendalian.

Pelaksanaan fungsi perencanaan dilakukan oleh pimpinan PD Saung Aren

selaku pemilik dan pendiri dalam pengolahan gula semut ini. Perencanaan

mencakup bagaimana melaksanakan pengolahan gula semut yang efisien dan

efektif, ketersediaan bahan baku, penetapan harga, pelaksanaan promosi, dan

pemasaran yang efektif. Fungsi perencanaan ini dilaksanakan dengan baik sesuai

dengan pengalaman yang telah dialami pemilik selama usaha pengolahan gula

semut ini berjalan.

Fungsi pengorganisasian dilakukan oleh pimpinan PD Saung Aren. Setiap

jabatan dalam struktur organisasi memiliki job description masing-masing. Baik

pimpinan, kepala bagian dan karyawan memiliki fungsi dan tugas masing-masing.

Pimpinan mengkoordinasikan setiap fungsi dan tugas kepada bawahannya agar

pekerjaan dapat berjalan secara baik dan terintegrasi. Oleh karena itu,

pengorganisasian atau pengkoordinasian setiap pekerjaan dapat dilakukan dengan

baik dan tepat.

Pelaksanaan pengolahan gula semut dilakukan oleh setiap jabatan yang

telah memiliki fungsi dan tugas masing-masing. Pelaksanaan kegiatan mulai dari

pembelian bahan baku, pengolahan gula cetak menjadi gula semut yang

berkualitas, kemudian pemasaran ke berbagai daerah serta promosi agar gula

semut PD Saung Aren dikenal oleh masyarakat luas. Pimpinan harus mampu

Page 94: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

77��

menggerakkan bawahannya mengerjakan setiap pekerjaan dengan baik serta

menciptakan loyalitas yang tinggi dari dalam diri karyawan sehingga setiap

pekerjaan dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Selain ketiga fungsi manajemen tersebut, fungsi pengendalian juga

menjadi salah satu hal yang perlu dikaji untuk melihat kelayakan dari aspek

manajemen. Pengendalian dan pengawasan dilakukan oleh komisaris dan

pimpinan terhadap kinerja karyawan.

Bentuk dari usaha pengolahan gula semut ini adalah Perusahaan Dagang

(PD). Dalam menjalankan usaha pengolahan gula aren ini, pihak PD Saung Aren

sudah memiliki beberapa izin pendirian usaha, diantaranya Akta Pendirian, Tanda

Daftar Perusahaan, Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP), dan izin Depkes. Dengan adanya izin usaha ini, perusahaan dapat

menjalankan usahanya dengan lancar karena telah memenuhi hukum dan

peraturan yang berlaku.

Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek manajemen dan hukum diatas,

dapat disimpulkan bahwa usaha pengolahan gula semut di PD Saung Aren layak

untuk dijalankan. Secara institusional, tidak ada masalah dalam perizinan usaha

karena telah memiliki izin resmi. Bentuk usaha perusahaan pun sudah jelas.

Struktur organisasi memang masih tergolong sederhana, namun perusahaan ini

telah mempunyai pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas. Pelaksanaan

fungsi-fungsi manajemen PD Saung Aren juga telah terlaksana dengan baik dan

benar.

6.4. Aspek Sosial dan Ekonomi

Keberadaan usaha pengolahan gula semut yang dijalankan oleh PD Saung

Aren ini mendapat dukungan dari masyarakat sekitar pabrik karena tidak

bertentangan dengan kebiasaan masyarakat setempat. Keberadaan usaha

pengolahan gula semut ini mampu memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar

usaha, yaitu berupa penyerapan tenaga kerja yang berasal dari masyarakat sekitar

lokasi usaha. Usaha gula semut ini telah menyerap 8 orang tenaga kerja. meskipun

jumlahnya tidak banyak, setidaknya perusahaan sudah mampu mengurangi

pengangguran di daerah sekitar pabrik.

Page 95: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

78��

Adanya kemitraan yang dijalin perusahaan dengan pemasok gula cetak

seperti dengan kelompok pengrajin gula cetak di daerah Cijaku dan Malingping

telah mampu meningkatkan pendapatan pengrajin gula cetak di kedua lokasi

tersebut. Hal ini karena harga gula cetak yang ditawarkan PD Saung Aren kepada

pengrajin lebih tinggi dibandingkan harga yang ditawarkan tengkulak. Oleh

karena itu, secara tidak langsung ada distribusi pendapatan kepada masyarakat.

Adanya pajak yang dibayarkan perusahaan kepada pemerintah menunjukkan

bahwa usaha ini turut memberikan kontribusi terhadap perekonomian daerah

secara keseluruhan.

Dilihat dari aspek sosial dan ekonomi, usaha pengolahan gula semut ini

layak untuk diusahakan. Kelayakan ini dilihat dari tingkat benefit yang diberikan

dari usaha pengolahan gula semut ini kepada masyarakat.

6.5. Aspek Lingkungan

Analisis terhadap aspek lingkungan dilakukan untuk mengetahui

bagaimana pengaruh yang ditimbulkan dari keberadaan usaha pengolahan gula

semut terhadap lingkungan. Berdasarkan hasil observasi, kegiatan usaha

pengolahan gula semut yang dilakukan oleh PD Saung Aren tidak menghasilkan

limbah yang dapat berdampak buruk bagi keseimbangan lingkungan. Mesin dan

peralatan yang digunakan dalam proses produksi juga tidak menyebabkan polusi

udara yang akan merusak lingkungan sekitar pabrik. Dengan demikian dilihat dari

aspek lingkungan, usaha pengolahan gula semut ini layak untuk dijalankan.

6.6. Analisis Aspek Finansial

Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui layak atau tidaknya usaha

pengolahan gula semut di PD Saung Aren secara finansial. Pengukuran layak atau

tidaknya usaha tersebut dilakukan dengan menggunakan kriteria investasi

terhadap dua skenario usaha. Kriteria investasi tersebut meliputi net present value

(NPV), internal rate return (IRR), net benefit-cost ratio (Net B/C), dan payback

period (PBP).

6.6.1. Analisis Kelayakan Finansial Skenario I

Skenario I merupakan kondisi usaha pengolahan gula semut yang sedang

dijalankan pada saat ini. Kapasitas produksi perusahaan mencapai 26,175 ton per

Page 96: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

79��

bulan dan diasumsikan tidak terjadi penambahan biaya atau manfaat selama umur

usaha berlangsung.

6.6.1.1. Inflow

Aliran kas masuk (inflow) pada skenario I berasal dari penerimaan

penjualan dan nilai sisa dari investasi.

a. Penerimaan penjualan

Penerimaan penjualan yang diperoleh usaha ini berasal dari penjualan gula

semut, baik yang dijual secara grosir dalam ukuran 40 kg maupun yang dijual

secara eceran dalam ukuran 350 gram. Penerimaan penjualan diperoleh dari

jumlah produksi yang dikalikan dengan harga jual produknya. Setiap bulannya,

perusahaan mampu memproduksi 26,175 ton gula semut. Jumlah ini dibawah

kapasitas maksimum dari mesin yang dimiliki perusahaan yang mencapai 31,2 ton

per bulan. Pada tahun pertama, perusahaan berproduksi pada bulan ketiga. Hal ini

karena di dua bulan pertama digunakan perusahaan untuk merehab pabrik dan

membeli mesin serta perlengkapan produksi yang umumnya bersifat indent. Pada

tahun kedua hingga tahun kedelapan, perusahaan sudah berproduksi pada bulan

pertama setiap tahunnya. Total produksi pada tahun pertama mencapai 262,1 ton

sedangkan di tahun kedua hingga tahun kedelapan mencapai 314,1 ton.

Perusahaan menetapkan harga yang berbeda pada produk gula semut yang

dihasilkannya. Perbedaan ini didasarkan pada jenis konsumen yang membeli

produk tersebut. Untuk pabrik, perusahaan menjual gula semut dengan harga Rp

12.000,00 per kg. Untuk trader, perusahaan menjual gula semut dengan harga Rp

11.000,00 per kg, dan untuk konsumen langsung, perusahaan menjual gula semut

dengan harga Rp 28.571,43 per kg atau Rp 10.000,00 per toples kemasan 350

gram. Gula semut yang dijual ke pabrik dan trader adalah gula semut kemasan 40

kg yang dijual secara grosir. Setiap bulannya, perusahaan mampu menyuplai 10

ton gula semut ke pabrik atau setara dengan 250 karung ukuran 40 kg. Sedangkan

untuk trader, perusahaan mampu menyuplai sekitar 16 ton gula semut setiap

bulannya atau setara dengan 400 karung ukuran 40 kg. Untuk konsumen langsung,

pembelian gula semut biasanya dilakukan secara eceran dalam kemasan 350 gram.

Total penjualan gula semut secara eceran berfluktuatif setiap bulannya, namun

mengalami kecenderungan kenaikan di bulan Mei hingga Oktober. Hal ini karena

Page 97: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

80��

pada bulan-bulan tersebut perusahaan sering mengikuti pameran-pameran yang

diadakan di Provinsi Banten atau di Jakarta. Total gula semut yang dijual secara

eceran mencapai 2,1 ton per tahun setara dengan 6.000 toples gula semut kemasan

350 gram. Bila dihitung per bulan, rata-rata penjualannya mencapai 0,175 ton per

bulan atau setara dengan 500 toples gula semut kemasan 350 gram. Total produksi

dan nilai penjualan gula semut skenario usaha I ini dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 . Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Gula Semut per Tahun pada

Skenario I

Tahun Konsumen Jumlah Satuan Harga/Satuan

(Rp)

Nilai Penjualan

(Rp)

Total Nilai

Penjualan (Rp)

1 Pabrik 100.000 Kg 12.000 1.200.000.000

3.020.000.000 Trader 160.000 Kg 11.000 1.760.000.000

Konsumen

Langsung 6.000 Toples 10.000 60.000.000

2-10 Pabrik 120.000 Kg 12.000 1.440.000.000

3.612.000.000 Trader 192.000 Kg 11.000 2.112.000.000

Konsumen

Langsung 6.000 Toples 10.000 50.000.000

b. Nilai Sisa

Penerimaan lain yang diperoleh PD Saung Aren adalah nilai sisa atau

salvage value. Nilai sisa diperoleh dari nilai sisa barang-barang yang sifatnya

investasi dan masih bernilai serta berada di akhir umur usaha. Investasi yang

masih memiliki nilai sisa pada akhir umur usaha adalah mesin penggiling (slicer),

mesin pengayak, mesin penepung, oven, timbangan duduk 500 kg, dan mobil.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai sisa pada akhir umur usaha sebesar

Rp 4.100.000.00. Nilai sisa terbesar berasal dari komponen mesin dan mobil.

Masing-masing investasi tersebut memiliki nilai sisa Rp 500.000,00 pada akhir

umur usaha. Perhitungan nilai sisa dapat dilihat di Tabel 14.

Tabel 14. Nilai Sisa Investasi Usaha Pengolahan Gula Semut pada Skenario I

Uraian Jumlah

(Unit)

Harga

(Rp/Unit)

Nilai

(Rp)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Nilai Sisa

(Rp)

Mesin Penggiling (Slicer) 2 35.000.000 70.000.000 8 1.000.000

Mesin Pengayak 2 50.000.000 100.000.000 8 1.000.000

Mesin Penepung 2 36.250.000 72.500.000 8 1.000.000

Oven 1 67.500.000 67.500.000 8 500.000

Timbangan Duduk 500

kg 1 2.500.000 2.500.000 8 100.000

Mobil 1 100.000.000 100.000.000 8 500.000

Total 4.100.000

Page 98: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

81��

6.6.1.2. Outflow

Sejumlah dana dikeluarkan untuk membiayai berbagai macam kegiatan

perusahaan. Dalam skenario I, arus pengeluaran (outflow) dikelompokan ke dalam

beberapa biaya, yaitu biaya investasi, biaya reinvestasi, biaya operasional, dan

pajak penghasilan.

a. Biaya investasi

Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada tahun pertama usaha

pengolahan gula semut. Komponen investasi yang dikeluarkan oleh PD Saung

Aren disesuaikan dengan kebutuhan produksi secara teknis, meliputi ijin usaha,

sewa dan rehab bangunan pabrik, pembelian mesin dan peralatan produksi,

kendaraan serta peralatan kantor.

Total biaya investasi yang dikeluarkan oleh PD Saung Aren adalah sebesar

Rp 665.690.000,00. Biaya investasi yang terbesar pada skenario I adalah biaya

pembelian empat jenis mesin utama pembuat gula semut yang mencapai Rp

310.000.000,00. Disamping itu pengadaan peralatan produksi dan peralatan kantor

juga merupakan investasi penting lainnya yang harus tersedia untuk memulai

usaha pengolahan gula semut ini. Rincian biaya investasi dapat dilihat pada Tabel

15.

Page 99: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

82��

Tabel 15. Rekapitulasi Biaya Investasi pada Skenario I

Uraian Jumlah Satuan Harga

(Rp/Satuan)

Nilai

(Rp)

Ijin Usaha

- Akta Pendirian 1 Berkas 450.000 450.000

- Tanda Daftar Perusahaan 1 Berkas 400.000 400.000

- SIUP 1 Berkas 400.000 400.000

- NPWP 1 Berkas 350.000 350.000

- Izin Depkes 1 Berkas 400.000 400.000

Sewa Bangunan Pabrik 8 Tahun 25.000.000 200.000.000

Rehab Pabrik 1 Unit 5.000.000 5.000.000

Mesin Penggiling (Slicer) 2 Unit 35.000.000 70.000.000

Mesin Pengayak 2 Unit 50.000.000 100.000.000

Mesin Penepung 2 Unit 36.250.000 72.500.000

Oven 1 Unit 67.500.000 67.500.000

Jet Pump 1 Unit 4.500.000 4.500.000

Troli 3 Unit 1.000.000 3.000.000

Gerobak 1 Unit 1.500.000 1.500.000

Bak Plastik 12 Unit 75.000 900.000

Loyang 200 Unit 100.000 20.000.000

Timbangan Duduk 500 kg 1 Unit 2.500.000 2.500.000

Palet Kayu 20 Unit 75.000 1.500.000

Komputer 1 Unit 4.500.000 4.500.000

Laptop 1 Unit 5.000.000 5.000.000

Mobil 1 Unit 100.000.000 100.000.000

Meja 3 Unit 730.000 2.190.000

Kursi 6 Unit 250.000 1.500.000

Lemari 1 Unit 1.600.000 1.600.000

Total 665.690.000

Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama namun biaya tersebut

mengalami penyusutan setiap tahunnya dengan proporsi yang berbeda-beda. Hal

ini dipengaruhi oleh umur ekonomis dari masing-masing barang yang

diinvestasikan. Umur ekonomis dari setiap barang yang diinvestasikan ditentukan

berdasarkan tingkat kemampuan suatu barang untuk dapat digunakan secara layak

dan masih memiliki fungsi yang baik untuk mendukung jalannya usaha

pengolahan gula semut. Selain umur ekonomis, penyusutan dari setiap barang

investasi juga dipengaruhi oleh nilai awal barang investasi dan nilai sisa barang

tersebut. Nilai penyusutan yang telah dihitung berdasarkan metode garis lurus

dapat dilihat pada Tabel 16.

Page 100: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

83��

Tabel 16. Umur Ekonomis dan Penyusutan dari Investasi Usaha Pengolahan

Gula Semut pada Skenario I

Uraian Umur Ekonomis (Tahun) Penyusutan (Rp)

Ijin Usaha

- Tanda Daftar Perusahaan 5 80.000

- SIUP 5 80.000

Sewa Bangunan Pabrik 8 25.000.000

Mesin Penggiling (Slicer) 8 8.625.000

Mesin Pengayak 8 12.375.000

Mesin Penepung 8 8.937.500

Oven 8 8.375.000

Jet Pump 8 562.500

Troli 4 750.000

Gerobak 4 375.000

Bak Plastik 2 450.000

Loyang 4 5.000.000

Timbangan Duduk 500 kg 8 300.000

Palet Kayu 2 750.000

Komputer 4 1.125.000

Laptop 4 1.250.000

Mobil 8 12.437.500

Meja 4 547.500

Kursi 4 375.000

Lemari 4 400.000

Total Penyusutan 87.795.000

b. Biaya Reinvestasi

Dalam komponen investasi, terdapat beberapa komponen yang telah habis

umur ekonomisnya sebelum umur usahanya berakhir. Umur ekonomis dari mesin

penggiling (slicer), mesin pengayak, mesin penepung dan oven ditentukan

menjadi umur usaha pengolahan gula semut karena selain merupakan komponen

penting dalam pelaksanaan usaha, keempat jenis mesin tersebut memiliki umur

ekonomis terpanjang dan juga salah satu komponen investasi yang memiliki nilai

investasi terbesar diantara investasi lain yang juga memiliki umur ekonomis

delapan tahun, misalnya jet pump, timbangan duduk 500 kg dan mobil. Ijin usaha

berupa Tanda Daftar Perusahaan dan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) hanya

berlaku selama lima tahun, pada tahun keenam perusahaan harus memperpanjang

Daftar Perusahaan dan SIUP yang dimilikinya. Peralatan produksi seperti troli,

gerobak, dan loyang alumunium serta perlengkapan kantor seperti komputer,

Page 101: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

84��

laptop, meja, kursi dan lemari memiliki umur ekonomis selama empat tahun.

Setelah empat tahun, peralatan tersebut sudah tidak layak untuk digunakan dan

dapat menghambat jalannya usaha. Untuk bak plastik dan palet kayu memiliki

umur ekonomis dua tahun. Peralatan tersebut memiliki umur ekonomis yang lebih

singkat karena penggunaannya dilakukan secara terus-menerus selama jalannya

usaha. Pada kondisi tersebut, perusaaan harus melakukan investasi kembali untuk

menambah fungsi ekonomisnya selama umur usaha masih berlangsung. Biaya

yang dikeluarkan untuk melakukan investasi kembali pada komponen investasi

yang telah habis umur ekonomisnya disebut dengan biaya reinvestasi. Biaya

reinvestasi yang dikeluarkan berbeda tiap tahunnya tergantung dari banyaknya

invesatasi yang perlu diperbaharui. Biaya reinvestasi yang diperlukan dalam usaha

pengolahan gula semut dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Rekapitulasi Biaya Reinvestasi pada Skenario I

Uraian

Umur

Ekonomis

(Tahun)

Nilai (Rp)

Tahun 3 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7

Ijin Usaha

- Tanda Daftar Perusahaan 5 400.000

- Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) 5 400.000

Troli 4 3.000.000

Gerobak 4 1.500.000

Bak Plastik 2 900.000 900.000 900.000

Loyang 4 20.000.000

Palet Kayu 2 1.500.000 1.500.000 1.500.000

Komputer 4 4.500.000

Laptop 4 5.000.000

Meja 4 2.190.000

Kursi 4 1.500.000

Lemari 4 1.600.000

Total 2.400.000 41.690.000 800.000 2.400.000

Besarnya biaya reinvestasi terbesar dikeluarkan pada tahun kelima yaitu

sebesar Rp 41.690.000,00. Besarnya biaya investasi pada tahun tersebut

disebabkan adanya pembelian loyang sebanyak 200 unit, dimana tiap unitnya

memiliki harga Rp 100.000,00. Selain itu, terdapat investasi lain yang perlu

diganti pada tahun tersebut yaitu troli, gerobak, bak plastik, palet kayu, komputer,

laptop, meja, kursi dan lemari.

Page 102: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

85��

c. Biaya operasional

Biaya operasional merupakan biaya keseluruhan yang berhubungan

dengan kegiatan operasional dari usaha pengolahan gula semut. Biaya operasional

terbagi menjadi biaya tatap dan biaya variabel.

• Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah

produksi yang dihasilkan. Biaya tetap pada PD Saung Aren terdiri dari:

1. Gaji pimpinan dan karyawan tetap

Karyawan tetap yang dimiliki PD Saung Aren adalah dua orang yaitu kepala

bagian administrasi dan keuangan serta kepala pabrik dengan gaji masing-

masing sebesar Rp 1.500.000,00 per bulan. Untuk pimpinan usaha, gaji yang

diterima sebesar Rp 3.500.000,00. Dengan demikian, biaya gaji pimpinan dan

karyawan tetap dalam satu tahun adalah Rp 78.000.000,00. Biaya yang

dikeluarkan perusahaan untuk gaji pimpinan dan karyawan tetap pada tahun

pertama sama dengan tahun kedua dan seterusnya karena pada bulan pertama

di tahun pertama, perusahaan sudah merekrut karyawan tetap untuk membantu

pimpinan dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan investasi.

2. Biaya komunikasi

Biaya komunikasi yang dikeluarkan perusahaan rata-rata setiap tahunnya

sebesar Rp 6.000.000,00, dengan asumsi biaya komunikasi per bulan adalah

Rp 500.000,00. Pada tahun pertama usaha, biaya komunikasi sudah

dikeluarkan di bulan pertama meskipun kegiatan produksi baru dimualai pada

bulan ketiga. Hal ini dikarenakan, selama dua bulan pertama pihak perusahaan

tetap melakukan komunikasi dengan pemasok bahan baku dan suplier mesin

produksi.

3. Biaya Listrik

Biaya listrik yang dikeluatkan perusahaan setiap bulannya rata-rata sebesar Rp

1.000.000,00. Besarnya biaya listrik ini disebabkan semua mesin yang

digunakan untuk memproduksi gula semut menggunakan tenaga listrik. Pada

tahun pertama usaha, biaya listrik dikeluarkan pada bulan ketiga ketika semua

mesin sudah mulai beroperasi. Besar biaya listrik yang harus dibayar pada

Page 103: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

86��

tahun pertama sebesar Rp 10.000.000,00 sedangkan pada tahun kedua sebesar

Rp 12.000.000,00.

4. Administrasi

Biaya administrasi kantor yang dikeluarkan selama satu tahun adalah Rp

600.000,00, dengan asumsi biaya administrasi per bulan adalah Rp 50.000,00.

Biaya administrasi yang dikeluarkan pada tahun pertama sama dengan tahun

kedua dan seterusnya.

5. Promosi

Biaya promosi yang dikeluarkan perusahan setiap tahunnya adalah Rp

24.000.000,00. Besarnya biaya promosi yang dikeluarkan pada tahun pertama

sama dengan tahun kedua dan seterusnya. Hal ini dikarenakan biaya promosi

dikeluarkan oleh perusahaan selama melakukan pameran pada bulan Mei

hingga Oktober, sehingga meskipun di tahun pertama perusahaan baru

beroperasi pada bulan Maret, biaya promosi di tahun pertama akan tetap sama

dengan tahun-tahun berikutnya yang berproduksi sejak bulan pertama di awal

tahun.

6. Pembelian Sarung Tangan

Sarung tangan merupakan perlengkapan karyawan produksi yang dikenakan

saat melakukan proses produksi. Jumlah sarung tangan yang dibeli tergantung

dari jumlah karyawan produksi. Pada tahun pertama dan kedua jumlah

karyawan yang dimiliki perusahaan sama yaitu 8 orang, sehingga biaya yang

dikeluarkan untuk membeli sarung tangan pada tahun pertama dan kedua sama

yaitu Rp 320.000,00.

7. Biaya pemeliharaan mesin

Biaya pemeliharaan mesin dikeluarkan untuk perawatan mesin dan peralatan

produksi. Mesin produksi yang memerlukan perawatan adalah mesin utama

seperti mesin penggiling (slicer), mesin pengayak, mesin penepung, dan oven.

Untuk peralatan produksi yang memerlukan perawatan diantaranya loyang

alumuniun, troli, timbangan duduk 500 kg dan gerobak. Peralatan seperti bak

plastik dan palet kayu tidak terlalu memerlukan pemeliharaan selama kondisi

alat tidak dalam keadaan rusak. Berdasarkan pengalaman usaha selama ini,

besarnya biaya pemeliharaan mesin setiap bulannya rata-rata mencapai Rp

Page 104: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

87��

350.000,00. Pada tahun pertama usaha, biaya pemeliharaan mesin yang

dikeluarkan hanya untuk 10 bulan karena mesin baru beroperasi pada bulan

ketiga. Besarnya biaya pemeliharaan mesin pada tahun pertama yaitu Rp

3.500.000,00. Pada tahun kedua dan seterusnya, biaya pemeliharaan mesin

yang dikeluarkan untuk setiap tahunnya sebesar Rp 4.200.000,00.

8. Biaya penyusutan

Biaya penyusutan hanya terdapat pada laporan rugi laba. Besar penyusutan

investasi adalah Rp 87.795.000,00 per tahun.

Total biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan pada tahun pertama

berbeda pada tahun kedua hingga tahun kedelapan. Rincian biaya tetap yang

dikeluarkan usaha pengolahan gula semut dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Rincian Biaya Tetap per Tahun pada Skenario I

Biaya Tetap Nilai (Rp)

Tahun 1 Tahun 2-10

Gaji karyawan:

1. Pimpinan 42.000.000 42.000.000

2. Kepala bagian 36.000.000 36.000.000

Telepon 6.000.000 6.000.000

Listrik 10.000.000 12.000.000

Administrasi 600.000 600.000

Promosi 24.000.000 24.000.000

Biaya pembelian sarung tangan 320.000 320.000

Biaya pemeliharaan mesin 3.500.000 4.200.000

Penyusutan* 87.795.000 87.795.000

Jumlah 210.215.000 212.915.000 Keterangan: * biaya tetap yang hanya ada dalam perhitungan Laba/Rugi

Pada perhitungan cashflow perusahaan, komponen biaya terbesar adalah

biaya yang dikeluarkan untuk biaya gaji pimpinan perusahaan yaitu sebesar Rp

42.000.000,00 per tahun. Sedangkan pada laporan laba/rugi perusahaan,

komponen biaya yang terbear adalah biaya penyusutan sebesar Rp 87.795.000,00

per tahun. Biaya penyusutan peralatan hanya ada di perhitungan rugi laba karena

pada perhitungan tersebut tidak dikeluarkan biaya invesatsi sehingga komponen

outflow untuk investasi hanya dihitung berdasarkan penyusutannya. Total biaya

tetap dalam perhitungan laba/rugi usaha sebesar Rp 212.915.000,00 sedangkan

total biaya tetap dalam perhitungan cashflow adalah sebesar Rp 125.120.000,00.

Page 105: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

88��

• Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dapat berubah-ubah tergantung

dari perubahan jumlah produksi yang dihasilkan, diantaranya biaya bahan baku

yaitu gula cetak, dan biaya kemasan. Biaya variabel lainnya yaitu gaji karyawan

produksi dan biaya transportasi. Rincian biaya variabel dapat dilihat pada Tabel

19.

Tabel 19. Rincian Biaya Variabel per Tahun pada Skenario I

Biaya Variabel Nilai (Rp)

Tahun 1 Tahun 2-10

Gula cetak 2.489.648.500 2.983.518.600

Biaya kemasan 40 kg 6.500.000 7.800.000

Biaya kemasan 350 gram 12.000.000 12.000.000

Gaji karyawan produksi 64.000.000 76.800.000

Transportasi 40.000.000 48.000.000

Total 2.612.468.500 3.128.438.600

Biaya variabel yang dikeluarkan pada tahun pertama, merupakan biaya

variabel terendah yang dikeluarkan, yakni sebesar Rp 2.612.468.500,00. Pada

tahun ini kegiatan operasional usaha dimulai pada bulan ketiga sehingga biaya

yang dikeluarkan untuk pembelian bahan baku, membayar gaji karyawan produksi

dan sebagainya juga mulai dikeluarkan pada bulan tersebut. Sedangkan, pada

tahun kedua hingga kedelapan, biaya variabel yang dikeluarkan mengalami

peningkatan menjadi Rp 3.128.438.600,00 Berikut uraian biaya variabel yang

dikeluarkan selama umur usaha, yaitu:

1. Pembelian Gula cetak

Biaya variabel yang dikeluarkan untuk membeli gula cetak diperoleh dari

perkalian jumlah gula cetak dengan harga gula cetak per kg. Harga gula cetak

bervariasi, antara Rp 8.300,00 – Rp 8.500,00 per kg tergantung dari lokasi

sumber bahan baku. Pada tahun pertama, untuk memproduksi 262,1 ton gula

semut diperlukan 297,841 ton gula cetak. Sebanyak 297,841 ton gula cetak

yang dibutuhkan, 80 ton diperoleh dari daerah Cijaku dengan harga Rp

8.300,00 per kg, 130 ton diperoleh dari daerah Malingping dengan harga Rp

8.300,00 per kg, dan sisanya sebesar 87,841 ton diperoleh dari daerah

Panggarangan dengan harga Rp 8.500,00 per kg. Berdasarkan hasil

perhitungan, diperoleh total pembelian bahan baku pada tahun pertama

Page 106: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

89��

sebesar Rp 2.489.648.500,00. Pada tahun kedua hingga kedelapan, untuk

memproduksi 314,1 ton gula semut diperlukan 356,932 ton gula cetak.

Sebanyak 356,932 ton gula cetak yang dibutuhkan, 96 ton diperoleh dari

daerah Cijaku dengan harga Rp 8.300,00 per kg, 156 ton diperoleh dari daerah

Malingping dengan harga Rp 8.300,00 per kg, dan sisanya sebesar 104,932 ton

diperoleh dari daerah Panggarangan dengan harga Rp 8.500,00 per kg.

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh total pembelian bahan baku pada

tahun kedua hingga tahun kedelapan sebesar Rp 2.983.518.600,00 setiap

tahunnya. Jumlah ini mncapai 95 persen dari total biaya variabel.

2. Biaya Kemasan

Kemasan gula semut di PD Saung Aren dibedakan menjadi dua jenis yaitu

kemasan 40 kg dan kemasan 350 kg. Kemasan 40 kg berupa karung yang

dilapisi plastik bagian dalamnya. Biaya kemasan 40 kg adalah Rp 1.000,00 per

unit. Sedangkan kemasan 350 gram berupa toples plastik atau bambu dengan

biaya kemasan Rp 2.000,00 per unit. Pada tahun pertama perusahaan

memproduksi 262,1 ton gula semut yang terdiri dari 260 ton kemasan 40 kg

dan 2,1 ton kemasan 350 gram. Sehingga diperlukan 6.500 karung dengan

total biaya Rp 6.500.000,00 dan 6.000 toples dengan total biaya Rp

12.000.000,00. Pada tahun kedua dan seterusnya perusahaan memproduksi

314,1 ton gula semut yang terdiri dari 312 ton kemasan 40 kg dan 2,1 ton

kemasan 350 gram. Sehingga diperlukan 7.800 karung dengan total biaya Rp

7.800.000,00 dan 6.000 toples dengan total biaya Rp 12.000.000,00.

3. Gaji Karyawan Produksi

Jumlah karyawan produksi yang dimiliki perusahaan adalah 8 orang dengan

gaji Rp 800.000 per bulan untuk tiap orangnya. Pada tahun pertama

perusahaan hanya berproduksi selama sepuluh bulan, sehingga total biaya gaji

karyawan produksi adalah Rp 64.000.000,00. Sedangkan pada tahun kedua

hingga tahun kedelapan perusahaan berproduksi penuh selama 12 bulan,

sehingga total biaya gaji karyawan produksi mencapai Rp 76.800.000,00.

4. Biaya Transportasi

Biaya transportasi adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk

mengantarkan gula semut ke pabrik. Untuk gula semut yang dibeli trader atau

Page 107: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

90��

konsumen langsung tidak memerlukan biaya transportasi karena mereka yang

langsung mengambil produk ke pabrik atau ke lokasi pameran. Untuk

pengambilan bahan baku dari tiga lokasi di Kabupaten Lebak juga tidak

dikenakan biaya transportasi, hal ini karena pemasok sendiri yang mengantar

gula cetak dari lokasi mereka ke lokasi usaha yang berada di Kecamatan

Sajira. Setiap bulannya pabrik makanan yang berlokasi di daerah Tanggerang

ini memesan 10 ton gula semut. Kendaraan yang dimiki perusahaan hanya

memiliki kapasitas 1 ton setiap kali angkutnya. Sehingga selama satu bulan

perusahaan melakukan pengantaran gula semut sebanyak sepuluh kali. Setiap

pengantaran, biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 400.000,00 sehingga tiap

bulan perusahaan harus mengeluarkan Rp 4.000.000,00 untuk biaya

transportasi. Pada tahun pertama usaha, pengantaran gula semut di mulai di

bulan ketiga sehingga total biaya transportasi yang dikeluarkan perusahaan

pada tahun pertama sebesar Rp 40.000.000,00. Sedangkan pada tahun kedua

hingga kedelapan biaya transportasi sudah dikeluarkan sejak bulan pertama

sehingga biaya transportasi di tahun kedua hingga tahun kedelapan sebesar Rp

48.000.000,00 per tahun.

d. Pajak Penghasilan

Selain biaya operasional yang dikeluarkan setiap tahunnya, sebuah usaha

juga harus memberikan kompensasi atas keuntungan yang diperolehnya kepada

negara melalui pembayaran pajak penghasilan. Pajak penghasilan merupakan

pengeluaran biaya atas keuntungan yang diperoleh suatu usaha. Permasalahan

mengenai besarnya jumlah pajak penghasilan yang harus dibayarkan kepada

negara setiap tahunnya diatur oleh pemerintah.

Berdasarkan pasal 6 UU No.20 Tahun 2008 tentang UMKM mengenai

kriteria UMKM berdasarkan jumlah kekayaan bersih dan total penjualan per

tahun, usaha pengolahan gula semut PD Saung Aren termasuk ke dalam usaha

skala menengah. Oleh karena itu, perhitungan pajak yang digunakan oleh unit

usaha mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2008,

pasal 31 yang berisikan tarif wajib pajak bagi UMKM sebesar 25 persen dimana

tarif pajak menjadi flat setiap tahunnya. Berdasarkan perhitungan rugi laba, usaha

sudah mulai membayarkan pajak penghasilannya sejak tahun pertama usaha

Page 108: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

91��

dimulai. Hal ini dikarenakan pada tahun pertama sudah diperoleh laba atas

kegiatan usahanya. Besar pajak penghasilan di tahun pertama sebesar Rp

49.409.125,00. Sedangkan di tahun kedua dan seterusnya, pengeluaran atas pajak

penghasilan lebih besar yaitu Rp 67.741.600,00 karena laba yang diperoleh pun

lebih besar dari tahun pertama.

6.6.1.3. Analisis Rugi Laba

Analisis rugi laba merupakan suatu metode yang digunakan sebuah

perusahaan untuk mengetahui tingkat perolehan laba yang dimilikinya selama

masa usaha berlangsung. Metode yang digunakan dalam analisis rugi laba yaitu

dengan melakukan perhitungan atas pemasukan pendapatan dan pengeluaran

biaya selama masa pengoperasian usaha setiap tahunnya.

Berdasarkan hasil perhitungan rugi laba usaha, tingkat perolehan laba di

tahun pertama berbeda dengan di tahun kedua dan seterusnya. Pada tahun

pertama, perusahaan memperoleh laba bersih sebesar Rp 148.227.357,00. Pada

tahun kedua dan seterusnya, perolehan laba bersih lebih besar dari tahun pertama

mencapai Rp 203.224.800,00. Hal ini dikarenakan masa produksi usaha

berlangsung penuh selama 1 tahun. Akumulasi keseluruhan laba bersih yang

diterima selama umur usaha berlangsung pada skenario I ini sebesar Rp

1.570.800.975,00. Hasil perhitungan analisis rugi laba usaha pengolahan gula

semut skenario 1 dapat dilihat di Lampiran 5.

6.6.1.4. Analisis Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui tingkat

kelayakan usaha pengolahan gula semut berdasarkan atas nilai net benefit

(manfaat bersih) yang diperoleh, sebagai dasar perhitungan kelayakan finansial

pada empat kriteria investasi yang meliputi NPV, Net B/C, IRR, dan Payback

Period. Dalam analisis kelayakan finansial, nilai manfaat bersih (net benefit) yang

diperoleh didiskontokan dengan tingkat discount factor sebesar 6,5 persen.

Tingkat discount factor yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito

Bank Indonesia (BI) per Januari 2010. Hal ini dilakukan karena seluruh modal

yang digunakan usaha koperasi ini berasal dari modal sendiri, sehingga sebagai

nilai social Opportunity Cost of Capital (OCC) dari modal yang dimiliki tersebut

Page 109: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

92��

digunakan tingkat suku bunga deposito sebagai tingkat diskon faktornya. Hasil

analisis kelayakan finansial pada skenario usaha I dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Hasil Kriteria Investasi Usaha Pengolahan Gula Semut pada Skenario I

Kriteria Investasi Nilai

NPV Rp 1.063.214.374,71

IRR 65 %

Net B/C 3,6

Payback Period 2,2 tahun

Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa NPV usaha pengolahan gula

semut lebih besar dari nol yaitu Rp 1.063.214.374,71. Hal ini menunjukkan usaha

yang akan dijalankan PD Saung Aren memberikan manfaat bersih sebesar Rp

1.063.214.374,71 selama umur usaha 8 tahun dengan tingkat discount rate 6,5

persen. Dengan demikian, berdasarkan kriteria NPV usaha ini layak untuk

dilaksanakan.

Pada skenario I diperoleh nilai IRR yang lebih besar dari discount rate

yang berlaku (IRR > 6,5 persen) yaitu sebesar 65 persen. Hal ini menunjukkan

tingkat pengembalian internal yang diperoleh dari kegiatan usaha pengolahan gula

semut jauh lebih besar dibanding tingkat diskonto yang berlaku. Nilai IRR ini

menunjukkan bahwa perusahaan akan memperoleh keuntungan yang lebih besar

bila melakukan investasi pada kegiatan usaha pengolahan gula semut

dibandingkan mendepositokan modal investasinya di bank. Dengan demikian,

berdasarkan kriteria IRR usaha ini layak untuk dijalankan.

Nilai Net B/C yang diperoleh pada skenario I mencapai 3,6. Artinya,

setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan selama umur usaha mendatangkan manfaat

sebesar Rp 3,60. Nilai net B/C yang dihasilkan lebih besar dari 1, sehingga usaha

ini layak untuk dijalankan.

Pada kriteria investasi yang terakhir, diperoleh nilai Payback Period

sebesar 2,20 tahun. Hal ini berarti jangka waktu pengembalian untuk sejumlah

nilai investasi yang telah dikeluarkan yaitu selama 2 tahun 2 bulan 12 hari. Waktu

yang diperlukan untuk mengembalikan nilai investasi tersebut lebih pendek dari

umur usaha (PP < 8 tahun). Dengan demikian, berdasarkan kriteria Payback

Period usaha ini layak untuk dijalankan.

Page 110: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

93��

6.6.1.5. Analisis Switching Value

Analisis switching value atau analisis nilai pengganti digunakan untuk

mengetahui seberapa besar perubahan maksimal pada biaya variabel dan

penerimaan penjualan yang dapat ditolerir, sehingga usaha pengolahan gula semut

ini masih layak untuk dilaksanakan. Pada skenario I, analisis switching value

dilakukan dengan membuat nilai NPV sama dengan nol, IRR mendekati atau

sama dengan tingkat suku bunga, dan Net B/C sama dengan satu. Variabel

sensitivitas pada analisis switching value yang dilakukan dalam penelitian ini

yaitu harga gula cetak dan harga gula semut. Dengan analisis switching value akan

diketahui peningkatan harga maksimum gula cetak dan penurunan harga

maksimum gula semut yang membuat usaha ini masih layak untuk dijalankan.

Hasil analisis nilai pengganti berdasarkan kriteria investasi dapat dilihat pada

Tabel 21.

Tabel 21. Hasil Analisis Switching Value pada Skenario Usaha I

Perubahan Persentase

Peningkatan harga gula cetak 6,7%

Penurunan harga gula semut 5,5%

Berdasarkan hasil analisis switching value yang telah dilakukan, diketahui

bahwa tingkat kepekaan usaha terhadap penurunan harga gula semut lebih tinggi

dibandingkan peningkatan harga gula cetak yaitu sebesar 5,5 persen. Tingkat

kepekaan yang paling tinggi adalah adalah tingkat kepekaan usaha terhadap

peningkatan harga gula cetak yaitu sebesar 6,7 persen.

Peningkatan harga maksimum gula cetak yang masih bisa ditolerir adalah

sebesar 6,7 persen. Usaha menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila harga gula

cetak dari masing-masing pemasok gula cetak melebihi 6,7 persen, yang berarti

harga gula cetak di kelompok pengrajin Kecamatan Cijaku dan Kecamatan

Malingping lebih tinggi dari Rp 8.855,88 per kg, serta harga gula cetak di

pedagang pengumpul Kecamatan Panggarangan lebih tinggi dari Rp 9.069,27 per

kg. Faktor yang menyebabkan harga gula cetak meningkat adalah karena adanya

peningkatan jumlah permintaan gula cetak secara drastis. Ini biasanya terjadi saat

menjelang bulan Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri. Rincian analisis

switching value terhadap kenaikan harga gula cetak dapat dilihat pada Lampiran

7.

Page 111: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

94��

Penurunan harga maksimum gula semut yang masih bisa ditolerir adalah

sebesar 5,5 persen. Usaha menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila penurunan

harga gula semut lebih dari 5,5 persen, yang berarti harga gula semut di tingkat

pabrik lebih rendah dari Rp 11.336,16 per kg, harga gula semut di tingkat trader

lebih rendah Rp 10.391,48 per kg dan harga gula semut di tingkat konsumen

langsung lebih rendah dari Rp 26.990,86 per kg. Penurunan harga gula semut PD

Saung Aren disebabkan adanya persaingan dengan usaha pengolahan gula semut

khusunya yang berada di luar Kabupaten Lebak. Adanya pesaing ini

meningkatkan penawaran gula semut di pasar sehingga menyebabkan penurunan

harga gula semut. Rincian analisis switching value terhadap penurunan harga gula

semut dapat dilihat pada Lampiran 8.

6.6.2. Analisis Kelayakan Finansial Skenario II

Skenario II merupakan pengembangan usaha dengan peningkatan

kapasitas produksi menjadi kapasitas maksimum dari mesin yang ada saat ini

yaitu 31,18 ton per bulan. Peningkatan kapasitas ini disertai dengan pembelian

satu unit mesin kemasan dan penambahan dua orang karyawan produksi. Tujuan

peningkatan kapasitas produksi ini adalah untuk memenuhi permintaan

supermarket sebesar 5,005 ton per bulan untuk gula semut kemasan 350 gram.

Jumlah ini setara dengan 14.300 toples gula semut per bulan.

6.6.2.1. Inflow

Aliran kas masuk (inflow) pada skenario II berasal dari penerimaan

penjualan dan nilai sisa dari investasi.

a. Penerimaan penjualan

Penerimaan penjualan yang diperoleh usaha ini berasal dari penjualan gula

semut, baik yang dijual secara grosir dalam ukuran 40 kg maupun yang dijual

secara eceran dalam ukuran 350 gram. Setiap bulannya, perusahaan mampu

memproduksi 31,18 ton gula semut. Jumlah ini sudah mencapai kapasitas

maksimum dari dua mesin yang dimiliki perusahaan yaitu mesin penepung dan

pengayak. Pada tahun pertama, perusahaan berproduksi pada bulan ketiga. Hal ini

karena di dua bulan pertama digunakan perusahaan untuk merehab pabrik dan

membeli mesin serta perlengkapan produksi yang umumnya bersifat indent. Pada

Page 112: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

95��

tahun kedua hingga tahun kedelapan, perusahaan sudah berproduksi pada bulan

pertama setiap tahunnya. Total produksi pada tahun pertama mencapai 312,15 ton

sedangkan di tahun kedua hingga tahun kedelapan mencapai 374,16 ton.

Perusahaan menetapkan harga yang berbeda pada produk gula semut yang

dihasilkannya. Perbedaan ini didasarkan pada jenis konsumen yang membeli

produk tersebut. Untuk pabrik, perusahaan menjual gula semut dengan harga Rp

12.000,00 per kg. Untuk trader, perusahaan menjual gula semut dengan harga Rp

11.000,00 per kg. Untuk supermarket perusahaan menjual gula semut dengan

harga Rp 6.200,00 per toples kemasan 350 gram, dan untuk konsumen langsung,

perusahaan menjual gula semut dengan harga Rp 10.000,00 per toples kemasan

350 gram. Gula semut yang dijual ke pabrik dan trader adalah gula semut

kemasan 40 kg yang dijual secara grosir. Setiap bulannya, perusahaan mampu

menyuplai 10 ton gula semut ke pabrik atau setara dengan 250 karung ukuran 40

kg. Sedangkan untuk trader, perusahaan mampu menyuplai sekitar 16 ton gula

semut setiap bulannya atau setara dengan 400 karung ukuran 40 kg. Untuk

supermarket dan konsumen langsung, gula semut yang dijual adalah dengan

kemasan 350 gram. Setiap bulannya perusahaan mampu menyuplai 14.300 toples

ke supermarket dan 500 toples ke konsumen langsung. Total produksi dan nilai

penjualan gula semut skenario usaha II ini dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22 . Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Gula Semut per Tahun pada

Skenario II

Tahun Konsumen Jumlah Satuan Harga/Satuan

(Rp)

Nilai Penjualan

(Rp)

Total Nilai

Penjualan (Rp)

1 Pabrik 100.000 Kg 12.000 1.200.000.000

3.906.600.000

Trader 160.000 Kg 11.000 1.760.000.000

Supermarket 143.000 Toples 6.200 886.600.000

Konsumen

Langsung 6.000 Toples 10.000 60.000.000

2-10 Pabrik 120.000 Kg 12.000 1.440.000.000

4.675.920.000

Trader 192.000 Kg 11.000 2.112.000.000

Supermarket 171.600 Toples 6.000 1.063.920.000

Konsumen

Langsung 6.000 Toples 10.000 60.000.000

b. Nilai Sisa

Penerimaan lain yang diperoleh PD Saung Aren adalah nilai sisa atau

salvage value. Nilai sisa diperoleh dari nilai sisa barang-barang yang sifatnya

Page 113: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

96��

investasi dan masih bernilai serta berada di akhir umur usaha. Investasi yang

masih memiliki nilai sisa pada akhir umur usaha adalah mesin penggiling (slicer),

mesin pengayak, mesin penepung, oven, mesin kemasan, timbangan duduk 500

kg, dan mobil. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai sisa pada akhir umur

usaha sebesar Rp 5.100.000.00. Nilai sisa terbesar berasal dari komponen mesin

kemasan yaitu sebesar Rp 1.000.000,00 pada akhir umur usaha. Perhitungan nilai

sisa dapat dilihat di Tabel 23.

Tabel 23. Nilai Sisa Investasi Usaha Pengolahan Gula Semut pada Skenario II

Uraian Jumlah

(Unit)

Harga

(Rp/Unit)

Nilai

(Rp)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Nilai Sisa

(Rp)

Mesin Penggiling (Slicer) 2 35.000.000 70.000.000 8 1.000.000

Mesin Pengayak 2 50.000.000 100.000.000 8 1.000.000

Mesin Penepung 2 36.250.000 72.500.000 8 1.000.000

Oven 1 67.500.000 67.500.000 8 500.000

Mesin Kemasan 1 90.000.000 90.000.000 8 1.000.000

Timbangan Duduk 500

kg 1 2.500.000 2.500.000 8 100.000

Mobil 1 100.000.000 100.000.000 8 500.000

Total 5.100.000

6.6.2.2. Outflow

Sejumlah dana dikeluarkan untuk membiayai berbagai macam kegiatan

perusahaan. Dalam skenario II, arus pengeluaran (outflow) dikelompokan ke

dalam beberapa biaya, yaitu biaya investasi, biaya reinvestasi, biaya operasional,

dan pajak penghasilan.

a. Biaya investasi

Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada tahun pertama usaha

pengolahan gula semut. Komponen investasi yang dikeluarkan oleh PD Saung

Aren disesuaikan dengan kebutuhan produksi secara teknis meliputi ijin usaha,

sewa dan rehab bangunan pabrik, pembelian mesin dan peralatan produksi,

kendaraan serta peralatan kantor.

Total biaya investasi yang dikeluarkan oleh PD Saung Aren adalah sebesar

Rp 755.690.000,00. Biaya investasi yang terbesar pada skenario II adalah biaya

pembelian lima jenis mesin utama pembuat gula semut yang mencapai Rp

400.000.000,00. Rincian biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 24.

Page 114: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

97��

Tabel 24. Rekapitulasi Biaya Investasi pada Skenario II

Uraian Jumlah Satuan Harga

(Rp/Unit)

Nilai

(Rp)

Ijin Usaha 1 Berkas 2.000.000 2.000.000

Sewa Bangunan Pabrik 8 Tahun 25.000.000 200.000.000

Rehab Pabrik 1 Unit 5.000.000 5.000.000

Mesin Penggiling (Slicer) 2 Unit 35.000.000 70.000.000

Mesin Pengayak 2 Unit 50.000.000 100.000.000

Mesin Penepung 2 Unit 36.250.000 72.500.000

Oven 1 Unit 67.500.000 67.500.000

Mesin Kemasan 1 Unit 90.000.000 90.000.000

Jet Pump 1 Unit 4.500.000 4.500.000

Troli 3 Unit 1.000.000 3.000.000

Gerobak 1 Unit 1.500.000 1.500.000

Bak Plastik 12 Unit 75.000 900.000

Loyang 200 Unit 100.000 20.000.000

Timbangan Duduk 500 kg 1 Unit 2.500.000 2.500.000

Palet Kayu 20 Unit 75.000 1.500.000

Komputer 1 Unit 4.500.000 4.500.000

Laptop 1 Unit 5.000.000 5.000.000

Mobil 1 Unit 100.000.000 100.000.000

Meja 3 Unit 730.000 2.190.000

Kursi 6 Unit 250.000 1.500.000

Lemari 1 Unit 1.600.000 1.600.000

Total 755.690.000

Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama namun biaya tersebut

mengalami penyusutan setiap tahunnya dengan proporsi yang berbeda-beda. Hal

ini dipengaruhi oleh umur ekonomis dari masing-masing barang yang

diinvestasikan. Umur ekonomis dari setiap barang yang diinvestasikan ditentukan

berdasarkan tingkat kemampuan suatu barang untuk dapat digunakan secara layak

dan masih memiliki fungsi yang baik untuk mendukung jalannya usaha

pengolahan gula semut. Selain umur ekonomis, penyusutan dari setiap barang

investasi juga dipengaruhi oleh nilai awal barang investasi dan nilai sisa barang

tersebut. Nilai penyusutan yang telah dihitung berdasarkan metode garis lurus

dapat dilihat pada Tabel 25.

Page 115: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

98��

Tabel 25. Umur Ekonomis dan Penyusutan dari Investasi Usaha Pengolahan

Gula Semut pada Skenario II

Uraian Umur Ekonomis (Tahun) Penyusutan (Rp)

Ijin Usaha

- Tanda Daftar Perusahaan 5 80.000

- SIUP 5 80.000

Sewa Bangunan Pabrik 8 25.000.000

Mesin Penggiling (Slicer) 8 8.625.000

Mesin Pengayak 8 12.375.000

Mesin Penepung 8 8.937.500

Oven 8 8.375.000

Mesin Kemasan 8 11.125.000

Jet Pump 8 562.500

Troli 4 750.000

Gerobak 4 375.000

Bak Plastik 2 450.000

Loyang 4 5.000.000

Timbangan Duduk 500 kg 8 300.000

Palet Kayu 2 750.000

Komputer 4 1.125.000

Laptop 4 1.250.000

Mobil 8 12.437.500

Meja 4 547.500

Kursi 4 375.000

Lemari 4 400.000

Total Penyusutan 98.920.500

b. Biaya Reinvestasi

Biaya reinvestasi yang dikeluarkan di skenario II sama dengan biaya

reinvestasi yang dikeluarkan di skenario I. Hal ini karena komponen investasi di

skenario II hampir sama dengan skenario I, yang membedakan hanya adanya

penambahan mesin kemasan di skenario II. Namun mesin kemasan ini memiliki

umur ekonomis yang sama dengan umur usaha yaitu selama 8 tahun, jadi selama

umur usaha tidak dikeluarkan biaya reinvestasi untuk mesin kemasan. Biaya

reinvestasi yang diperlukan dalam usaha pengolahan gula semut dapat dilihat pada

Tabel 26.

Page 116: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

99��

Tabel 26. Rekapitulasi Biaya Reinvestasi pada Skenario II

Uraian

Umur

Ekonomis

(Tahun)

Nilai (Rp)

Tahun 3 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7

Ijin Usaha

- Tanda Daftar Perusahaan 5 400.000

- Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) 5 400.000

Troli 4 3.000.000

Gerobak 4 1.500.000

Bak Plastik 2 900.000 900.000 900.000

Loyang 4 20.000.000

Palet Kayu 2 1.500.000 1.500.000 1.500.000

Komputer 4 4.500.000

Laptop 4 5.000.000

Meja 4 2.190.000

Kursi 4 1.500.000

Lemari 4 1.600.000

Total 2.400.000 41.690.000 800.000 2.400.000

Besarnya biaya reinvestasi terbesar dikeluarkan pada tahun kelima yaitu

sebesar Rp 41.690.000,00. Besarnya biaya investasi pada tahun tersebut

disebabkan adanya pembelian loyang sebanyak 200 unit, dimana tiap unitnya

memiliki harga Rp 100.000,00. Selain itu, terdapat investasi lain yang perlu

diganti pada tahun tersebut yaitu troli, gerobak, bak plastik, palet kayu, komputer,

laptop, meja, kursi dan lemari.

c. Biaya Operasional

Seperti halnya pada skenario I, biaya operasional pada skenario II juga

terdiri dari dua bagian yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Adanya peningkatan

kapasitas produksi menyebabkan pengeluaran biaya operasional pada skenario II

lebih besar daripada skenario I.

• Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah

produksi yang dihasilkan. Biaya tetap PD Saung Aren pada skenario II lebih besar

nilainya dari pada skenario I. Hal ini karena ada peningkatan biaya pada biaya

listrik, biaya pembelian sarung tangan, biaya pemeliharaan mesin, dan biaya

penyusutan yang disebabkan adanya penambahan mesin yaitu mesin kemasan dan

penambahan jumlah karyawan produksi yang digunakan perusahaan.

Page 117: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

100��

Penggunaan mesin kemasan menyebabkan biaya listrik per bulan yang

dikeluarkan perusahaan meningkat dari Rp 1.000.000,00 menjadi Rp 1.200.000,00

dengan asumsi semua mesin memiliki beban listrik sebesar Rp 150.000,00 per

bulan untuk pemakaian selama 6 jam per hari, kecuali untuk mesin kemasan yang

memiliki biaya listrik lebih besar yaitu Rp 200.000,00 per bulan dan oven yang

memiliki biaya listrik lebih kecil yaitu Rp 100.000,00 per bulan. Hal ini karena

mesin kemasan memiliki daya yang lebih besar dibandingkan mesin lainnya

sehingga biaya listriknya lebih mahal, sedangkan oven hanya digunakan sewaktu-

waktu ketika tidak ada panas matahari untuk melakukan proses pengeringan gula

semut sehingga biaya listriknya lebih murah. Pada tahun pertama biaya listrik

yang dikeluarkan perusahan sebesar Rp 12.000.000,00 dan pada tahun kedua

hingga tahun kedelapan sebesar Rp 14.400.000,00 per tahun.

Peningkatan jumlah mesin di skenario II juga menyebabkan adanya

kenaikan biaya pemeliharaan mesin. Tiap mesin diasumsikan memiliki biaya

pemeliharaan sebesar Rp 50.000,00 per bulan. Jumlah mesin yang digunakan

perusahaan pada skenario II adalah delapan mesin sehingga biaya pemeliharaan

mesin per bulan menjadi Rp 400.000,00. Pada tahun pertama biaya pemeliharaan

mesin yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 4.000.000,00 dan pada tahun

kedua hingga tahun kedelapan sebesar Rp 4.800.000,00 per tahun.

Adanya penambahan jumlah karyawan produksi dari 8 orang menjadi 10

orang menyebabkan biaya perlengkapan karyawan yaitu sarung tangan juga

meningkat dari Rp 320.000,00 menjadi Rp 400.000,00. Pada tahun pertama dan

kedua jumlah karyawan yang dimiliki perusahaan sama yaitu 10 orang, sehingga

biaya yang dikeluarkan untuk membeli sarung tangan pada tahun pertama dan

kedua sama yaitu Rp 400.000,00.

Biaya penyusutan juga meningkat akibat adanya penambahan mesin di

skenario II. Setiap tahunnya perusahaan harus mengeluarkan Rp 98.920.000,00

sebagai biaya penyusutan. Selain keempat komponen biaya tetap diatas,

komponen biaya tetap lain seperti gaji karyawan tetap, biaya komunikasi, biaya

administrasi, dan biaya promosi adalah sama seperti skenario I. Rincian biaya

tetap pada skenario II dapat dilihat pada Tabel 27.

Page 118: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

101��

Tabel 27. Rincian Biaya Tetap per Tahun pada Skenario II

Biaya Tetap Nilai (Rp)

Tahun 1 Tahun 2-10

Gaji karyawan:

1. Pimpinan 42.000.000 42.000.000

2. Kepala bagian 36.000.000 36.000.000

Telepon 6.000.000 6.000.000

Listrik 12.000.000 14.400.000

Administrasi 600.000 600.000

Promosi 24.000.000 24.000.000

Pembelian sarung tangan 400.000 400.000

Biaya pemeliharaan mesin 4.000.000 4.800.000

Penyusutan* 98.920.000 98.920.000

Jumlah 223.920.00 227.120.000 Keterangan: * biaya tetap yang hanya ada dalam perhitungan Rugi/Laba

Pada perhitungan cashflow skenario II perusahaan, komponen biaya

terbesar adalah biaya yang dikeluarkan untuk biaya gaji pimpinan perusahaan

yaitu Rp 42.000.000,00 per tahun. Sedangkan pada laporan laba/rugi perusahaan,

komponen biaya yang terbear adalah biaya penyusutan sebesar Rp 98.920.000,00

per tahun. Biaya penyusutan peralatan hanya ada di perhitungan rugi laba karena

pada perhitungan tersebut tidak dikeluarkan biaya invesatsi sehingga komponen

outflow untuk investasi hanya dihitung berdasarkan penyusutannya. Total biaya

tetap dalam perhitungan rugi/laba usaha sebesar Rp 227.120.000,00 sedangkan

total biaya tetap dalam perhitungan cashflow adalah sebesar 125.000,000.00.

• Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dapat berubah-ubah tergantung

dari perubahan jumlah produksi yang dihasilkan, diantaranya biaya bahan baku

yaitu gula cetak, dan biaya kemasan. Biaya variabel lainnya yaitu gaji karyawan

produksi, dan biaya transportasi. Adanya peningkatan kapasitas produksi di

skenario II menyebabkan biaya variabel skenario II lebih besar dibandingkan

skenario I. Rincian biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 28.

Page 119: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

102��

Tabel 28. Rincian Biaya Variabel per Tahun pada Skenario II

Biaya Variabel Nilai (Rp)

Tahun 1 Tahun 2-10

Gula cetak 2.973.085.227 3.563.645.454

Biaya kemasan 40 kg 6.500.000 7.800.000

Biaya kemasan 350 gram 298.000.000 355.200.000

Gaji karyawan produksi 80.000.000 96.000.000

Transportasi 60.000.000 72.000.000

Total 3.417.585.227 4.095.645.454

Biaya variabel yang dikeluarkan pada tahun pertama, merupakan biaya

variabel terendah yang dikeluarkan, yakni sebesar Rp 3.417.585.227,00. Pada

tahun ini kegiatan operasional usaha dimulai pada bulan ketiga sehingga biaya

yang dikeluarkan untuk pembelian bahan baku, membayar gaji karyawan produksi

dan biaya transportasi juga mulai dikeluarkan pada bulan tersebut. Sedangkan,

pada tahun kedua hingga kedelapan, biaya variabel yang dikeluarkan mengalami

peningkatan menjadi Rp 4.095.645.454,00 Berikut uraian biaya variabel yang

dikeluarkan selama umur usaha, yaitu:

1. Pembelian Gula cetak

Biaya variabel yang dikeluarkan untuk membeli gula cetak diperoleh dari

perkalian jumlah gula cetak dengan harga gula cetak per kg. Harga gula cetak

bervariasi, antara Rp 8.300,00 – Rp 8.500,00 per kg tergantung dari lokasi

sumber bahan baku. Pada tahun pertama, untuk memproduksi 312,15 ton gula

semut diperlukan 354,716 ton gula cetak. Sebanyak 354,716 ton gula cetak

yang dibutuhkan, 80 ton diperoleh dari daerah Cijaku dengan harga Rp

8.300,00 per kg, 130 ton diperoleh dari daerah Malingping dengan harga Rp

8.300,00 per kg, dan sisanya sebesar 144,716 ton diperoleh dari daerah

Panggarangan dengan harga Rp 8.500,00 per kg. Berdasarkan hasil

perhitungan, diperoleh total pembelian bahan baku pada tahun pertama

sebesar Rp 2.973.085.227,00. Pada tahun kedua hingga kedelapan, untuk

memproduksi 374,16 ton gula semut diperlukan 425,182 ton gula cetak.

Sebanyak 425,182 ton gula cetak yang dibutuhkan, 96 ton diperoleh dari

daerah Cijaku dengan harga Rp 8.300,00 per kg, 156 ton diperoleh dari daerah

Malingping dengan harga Rp 8.300,00 per kg, dan sisanya sebesar 173,182 ton

Page 120: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

103��

diperoleh dari daerah Panggarangan dengan harga Rp 8.500,00 per kg.

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh total pembelian bahan baku pada

tahun kedua hingga tahun kedelapan sebesar Rp 3.563.645.454,00 setiap

tahunnya.

2. Biaya Kemasan

Kemasan gula semut di PD Saung Aren dibedakan menjadi dua jenis yaitu

kemasan 40 kg dan kemasan 350 kg. Kemasan 40 kg berupa karung yang

dilapisi plastik bagian dalamnya. Biaya kemasan 40 kg adalah Rp 1.000,00 per

unit. Sedangkan kemasan 350 gram berupa toples plastik dengan biaya

kemasan Rp 2.000,00 per unit. Pada tahun pertama perusahaan memproduksi

312,15 ton gula semut yang terdiri dari 260 ton kemasan 40 kg dan 52,15 ton

kemasan 350 gram. Sehingga diperlukan 6.500 karung dengan total biaya Rp

6.500.000,00 dan 149.000 toples dengan total biaya Rp 298.000.000,00. Pada

tahun kedua hingga kedelapan perusahaan memproduksi 374,16 ton gula

semut yang terdiri dari 312 ton kemasan 40 kg dan 62,16 ton kemasan 350

gram. Sehingga diperlukan 7.800 karung dengan total biaya Rp 7.800.000,00

dan 177.600 toples dengan total biaya Rp 355.200.000,00.

3. Gaji Karyawan Produksi

Terjadi penambahan jumlah karyawan produksi yang dimiliki perusahaan

pada skenario II sebanyak 2 orang karyawan. Sehingga total karyawan yang

dimiliki menjado 10 orang dengan gaji Rp 800.000 per bulan untuk tiap

orangnya. Pada tahun pertama perusahaan hanya berproduksi selama sepuluh

bulan, sehingga total biaya gaji karyawan produksi adalah Rp 80.000.000,00.

Sedangkan pada tahun kedua hingga tahun kedelapan perusahaan berproduksi

penuh selama 12 bulan, sehingga total biaya gaji karyawan produksi mencapai

Rp 96.000.000,00.

4. Biaya Transportasi

Biaya transportasi adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk

mengantarkan gula semut ke konsumen. Pada skenario I pengantaran gula

semut hanya dilakukan ke pabrik, sedangkan pada skenario II pengantaran

gula semut dilakukan ke pabrik dan ke supermarket. Setiap bulannya pabrik

makanan yang berlokasi di daerah Tanggerang ini memesan 10 ton gula semut

Page 121: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

104��

dan supermarket memesan 5,005 ton gula semut. Kendaraan yang dimiki

perusahaan hanya memiliki kapasitas 1 ton setiap kali angkutnya. Sehingga

selama satu bulan perusahaan melakukan pengantaran gula semut sebanyak 15

kali. Setiap pengantaran, biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 400.000,00

sehingga tiap bulan perusahaan harus mengeluarkan Rp 6.000.000,00 untuk

biaya transportasi. Pada tahun pertama usaha, pengantaran gula semut di mulai

di bulan ketiga sehingga total biaya transportasi yang dikeluarkan perusahaan

pada tahun pertama sebesar Rp 60.000.000,00. Sedangkan pada tahun kedua

hingga kedelapan biaya transportasi sudah dikeluarkan sejak bulan pertama

sehingga biaya transportasi di tahun kedua hingga tahun kedelapan sebesar Rp

72.000.000,00 per tahun.

d. Pajak Penghasilan

Berdasarkan pasal 6 UU No.20 Tahun 2008 tentang UMKM mengenai

kriteria UMKM berdasarkan jumlah kekayaan bersih dan total penjualan per

tahun, usaha pengolahan gula semut PD Saung Aren termasuk ke dalam usaha

skala menengah. Oleh karena itu, perhitungan pajak yang digunakan oleh unit

usaha mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2008,

pasal 31 yang berisikan tarif wajib pajak bagi UMKM sebesar 25 persen dimana

tarif pajak menjadi flat setiap tahunnya.

Berdasarkan perhitungan rugi laba, unit usaha sudah mulai membayarkan

pajak penghasilannya sejak tahun pertama usaha dimulai. Hal ini dikarenakan

pada tahun pertama sudah diperoleh laba atas kegiatan usahanya. Besar pajak

penghasilan di tahun pertama sebesar Rp 66.273.693,18. Sedangkan di tahun

kedua dan seterusnya, pengeluaran atas pajak penghasilan lebih besar yaitu Rp

88.538.636,36 karena laba yang diperoleh pun lebih besar dari tahun pertama.

6.6.2.3. Analisis Rugi Laba

Adanya perubahan kapasitas produksi di skenario II menyebabkan adanya

perubahan laba yang diperoleh perusahaan. Berdasarkan hasil perhitungan rugi

laba usaha pada skenario II, tingkat perolehan laba di tahun pertama berbeda

dengan di tahun kedua dan seterusnya. Pada tahun pertama, perusahaan

memperoleh laba bersih sebesar Rp 198.821.079,55. Pada tahun kedua dan

seterusnya, perolehan laba bersih lebih besar dari tahun pertama mencapai Rp

Page 122: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

105��

265.615.909,09. Hal ini dikarenakan masa produksi usaha berlangsung penuh

selama 1 tahun. Akumulasi keseluruhan laba bersih yang diterima selama umur

usaha berlangsung pada skenario II ini sebesar Rp 2.058.132.443,18. Hasil

perhitungan analisis rugi laba usaha pengolahan gula semut ini dapat dilihat di

Lampiran 11.

6.6.2.4. Analisis Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui tingkat

kelayakan usaha pengolahan gula semut berdasarkan atas nilai net benefit

(manfaat bersih) yang diperoleh, sebagai dasar perhitungan kelayakan finansial

pada empat kriteria investasi yang meliputi NPV, Net B/C, IRR, dan Payback

Period. Dalam analisis kelayakan finansial, nilai manfaat bersih (net benefit) yang

diperoleh didiskontokan dengan tingkat discount factor sebesar 6,5 persen.

Tingkat discount factor yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito

Bank Indonesia (BI) per Januari 2010. Hal ini dilakukan karena seluruh modal

yang digunakan usaha koperasi ini berasal dari modal sendiri, sehingga sebagai

nilai social Opportunity Cost of Capital (OCC) dari modal yang dimiliki tersebut

digunakan tingkat suku bunga deposito sebagai tingkat diskon faktornya. Hasil

analisis kelayakan finansial pada skenario usaha II dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29. Hasil Kriteria Investasi Usaha Pengolahan Gula Semut pada Skenario

II

Kriteria Investasi Nilai

NPV Rp 1.415.855.468,24

IRR 77 %

Net B/C 4,3

Payback Period 1,86 tahun

Hasil analisis finansial skenario II menunjukkan bahwa NPV usaha

pengolahan gula semut lebih besar dari nol yaitu Rp 1.415.855.468,24. Hal ini

menunjukkan usaha yang akan dijalankan PD Saung Aren memberikan manfaat

bersih sebesar Rp 1.415.855.468,24 selama umur proyek 10 tahun dengan tingkat

discount rate 6,5 persen. Dengan demikian, berdasarkan kriteria NPV usaha ini

layak untuk dilaksanakan.

Pada skenario II diperoleh nilai IRR yang lebih besar dari discount rate

yang berlaku (IRR > 6,5 persen) yaitu sebesar 77 persen. Hal ini menunjukkan

Page 123: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

106��

tingkat pengembalian internal yang diperoleh dari kegiatan usaha pengolahan gula

semut jauh lebih besar dibanding tingkat diskonto yang berlaku. Nilai IRR ini

menunjukkan bahwa perusahaan akan memperoleh keuntungan yang lebih besar

bila melakukan investasi pada kegiatan usaha pengolahan gula semut

dibandingkan mendepositokan modal investasinya di bank. Dengan demikian,

berdasarkan kriteria IRR usaha ini layak untuk dijalankan.

Nilai Net B/C yang diperoleh pada skenario II mencapai 4,3. Artinya,

setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan selama umur usaha mendatangkan manfaat

sebesar Rp 4,30. Nilai net B/C yang dihasilkan lebih besar dari 1, sehingga usaha

ini layak untuk dijalankan.

Pada kriteria investasi yang terakhir, diperoleh nilai Payback Period

sebesar 1,86 tahun. Hal ini berarti jangka waktu pengembalian untuk sejumlah

nilai investasi yang telah dikeluarkan yaitu selama 1 tahun 10 bulan 11 hari.

Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan nilai investasi tersebut lebih

pendek dari umur usaha (PP < 8 tahun). Dengan demikian, berdasarkan kriteria

Payback Period usaha ini layak untuk dijalankan.

6.6.2.5. Analisis Switching Value

Analisis switching value atau analisis nilai pengganti digunakan untuk

mengetahui seberapa besar perubahan maksimal pada biaya variabel dan

penerimaan penjualan yang dapat ditolerir, sehingga usaha pengolahan gula semut

ini masih layak untuk dilaksanakan. Pada skenario II, analisis switching value

dilakukan dengan membuat nilai NPV sama dengan nol, IRR mendekati atau

sama dengan tingkat suku bunga, dan Net B/C sama dengan satu. Variabel

sensitivitas pada analisis switching value yang dilakukan dalam penelitian ini

yaitu harga gula cetak, volume produksi gula semut dan harga gula semut. Dengan

analisis switching value akan diketahui peningkatan harga maksimum gula cetak,

penurunan volume produksi maksimum gula semut dan penurunan harga

maksimum gula semut yang membuat usaha ini masih layak untuk dijalankan.

Hasil analisis nilai pengganti berdasarkan kriteria investasi dapat dilihat pada

Tabel 30.

Page 124: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

107��

Tabel 30. Hasil Analisis Switching Value pada Skenario II

Perubahan Persentase

Peningkatan harga gula cetak 7,47%

Penurunan harga gula semut 5,69%

Berdasarkan hasil analisis switching value yang telah dilakukan, diketahui

bahwa tingkat kepekaan usaha terhadap penurunan harga gula semut lebih tinggi

dibandingkan peningkatan harga gula cetak yaitu sebesar 5,69 persen. Tingkat

kepekaan yang paling rendah adalah tingkat kepekaan usaha terhadap peningkatan

harga gula cetak yaitu sebesar 7,47 persen.

Peningkatan harga maksimum gula cetak yang masih bisa ditolerir adalah

sebesar 7,47 persen. Usaha menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila harga

gula cetak dari masing-masing pemasok gula cetak melebihi 7,47 persen, yang

berarti harga gula cetak di kelompok pengrajin Kecamatan Cijaku dan Kecamatan

Malingping lebih tinggi dari Rp 8.919,74 per kg, serta harga gula cetak di

pedagang pengumpul Kecamatan Panggarangan lebih tinggi dari Rp 9.134,67 per

kg. Faktor yang menyebabkan harga gula cetak meningkat adalah karena adanya

peningkatan jumlah permintaan gula cetak secara drastis. Ini biasanya terjadi saat

menjelang bulan Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri. Rincian analisis

switching value terhadap kenaikan harga gula cetak dapat dilihat pada Lampiran

13.

Penurunan harga maksimum gula semut yang masih bisa ditolerir adalah

sebesar 5,69 persen. Usaha menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila

penurunan harga gula semut lebih dari 5,69 persen, yang berarti harga gula semut

di tingkat pabrik lebih rendah dari Rp 11.317,13 per kg, harga gula semut di

tingkat trader lebih rendah Rp 10.374,03 per kg, harga gula semut di tingkat

supermarket lebih rendah dari Rp 16.706,23 per kg dan harga gula semut di

tingkat supermarket lebih rendah dari Rp 26.945,54 per kg. Penurunan harga gula

semut PD Saung Aren disebabkan adanya persaingan dengan usaha pengolahan

gula semut khusunya yang berada di luar Kabupaten Lebak. Adanya pesaing ini

meningkatkan penawaran gula semut di pasar sehingga menyebabkan penurunan

harga gula semut. Rincian analisis switching value terhadap penurunan harga gula

semut dapat dilihat pada Lampiran 14.

Page 125: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

108��

6.6.3. Perbandingan Rugi Laba

Berdasarkan hasil perhitungan rugi laba yang dilakukan pada skenario I

dan skenario II menunjukkan bahwa kedua skenario tersebut sudah mendapatkan

keuntungan berupa laba bersih sejak tahun pertama usaha hingga akhir umur

usaha. Namun laba bersih yang diterima setiap tahunnya pada skenario II lebih

besar dari skenario I. Setiap tahunnya dimulai dari tahun kedua usaha, laba bersih

yang diperoleh pada skenario II yaitu Rp 265.615.909,09 lebih besar dari jumlah

laba bersih pada skenario I yang hanya sebesar Rp 210.620.925,00. Demikian

halnya dengan total laba bersih yang diperoleh selama umur usaha, kondisi

skenario II jauh lebih besar dari kondisi skenario I. Pada skenario II jumlah laba

bersih sebesar Rp 2.058.132.443,18 dan pada skenario I hanya sebesar Rp

1.570.800.975,00. Besarnya jumlah laba bersih pada skenario II dikarenakan

adanya peningkatan penerimaan penjualan yang jauh lebih besar dibandingkan

dengan tambahan pengeluaran investasi yang dilakukan dalam rencana

pengembangan usahanya. Dengan demikian, adanya pengembangan usaha melalui

rencana peningkatan kapasitas produksi menjadi 31,18 ton per bulan pada usaha

pengolahan gula semut akan memberikan keuntungan yang lebih besar yaitu 1,31

kali dari kondisi usaha yang saat ini sedang dijalankan oleh PD Saung Aren.

Perbandingan hasil rugi laba pada kedua skenario dapat dilihat pada Tabel 31.

Tabel 31. Perbandingan Hasil Rugi Laba

Tahun Laba Bersih

Skenario I (Rp) Skenario II (Rp)

1 148.227.375,00 198.821.079,55

2-10 210.620.925,00 265.615.909,09

Total 1.570.800.975,00 2.058.132.443,18

6.6.4. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial

Hasil analisis finansial kedua skenario usaha menunjukkan bahwa usaha

pengolahan gula semut PD Saung Aren layak secara finansial untuk dijalankan

pada kedua skenario usaha tersebut. Rincian perbandingan hasil kelayakan

finansial ketiga skenario usaha dapat dilihat pada Tabel 32.

Page 126: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

109��

Tabel 32. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial

Kriteria Skenario I Skenario II

NPV Rp 1.063.214.374,71 Rp 1.415.855.468,24

IRR 65 % 77 %

Net B/C 3,6 4,3

PP 2,2 tahun 1,86 tahun

Berdasarkan Tabel 31 skenario usaha II memiliki tingkat kelayakan yang

lebih tinggi dibandingkan dengan skenario usaha I. Nilai NPV skenario II lebih

besar dari skenario I. Demikian juga dengan nilai Net B/C dan IRR, skenario II

menghasilkan Net B/C dan IRR yang lebih besar daripada skenario I. Dilihat dari

masa pengembalian biaya investasinya (payback periode), skenario II relatif lebih

cepat dibanding skenario I. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa skenario

II memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan skenario I karena

pengembangan usaha tersebut telah dapat meningkatkan keuntungan finansial

yang lebih besar bagi perusahaan. Selain itu adanya pengembangan usaha ini juga

dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penyerapan tenaga kerja

yang lebih banyak, penyerapan bahan baku yang lebih besar, dan terpenuhinya

permintaan produk gula semut PD Saung Aren yang berasal dari supermarket.

6.6.5. Perbandingan Hasil Analisis Switching Value

Analisis switching value yang dilakukan pada kedua skenario usaha

bertujuan untuk mengetahui batas maksimal kenaikan harga bahan baku gula

semut aren dan penurunan harga jual gula semut agar masih berada pada batas

kelayakan usaha atau mencapai titik impasnya. Perbandingan hasil switching

value pada kedua skenario usaha tersebut dapat dilihat pada Tabel 33.

Tabel 33. Perbandingan Hasil Analisis Switching Value

Kondisi Usaha Kenaikan Harga Gula Cetak

(%)

Penurunan Harga Gula Semut

(%)

Skenario I 6,3 5,9

Skenario II 6,9 6,0

Tabel 33 menunjukkan bahwa tingkat kepekaan usaha terhadap perubahan

harga gula cetak dan harga gula semut sangat tinggi di kedua skenario. Namun

bila kedua variabel ini dibandingkan, tingkat kepekaan usaha terhadap penurunan

Page 127: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

110��

harga gula semut lebih tinggi dibandingkan tingkat kepekaan usaha terhadap

kenaikan harga gula cetak.

Berdasarkan tingkat kepekaannya terhadap perubahan harga gula cetak,

dan harga gula semut, skenario II memiliki tingkat kepekaan yang lebih rendah

dibandingkan skenario I. Hal ini berarti kondisi usaha pada skenario I lebih

sensitif dalam menghadapi perubahan kedua variabel tersebut. Dengan demikian,

dapat diketahui bahwa skenario II merupakan skenario yang paling

menguntungkan untuk diusahakan dengan tingkat sensitivitas paling rendah

terhadap kemungkinan kenaikan harga gula cetak dan penurunan harga gula

semut.

Page 128: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada usaha pengolahan

gula semut PD Saung Aren, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten, maka

dapat diambil beberapa kesimpulan:

1. Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek-aspek non finansial, secara umum

usaha pengolahan gula semut layak untuk dijalankan. Dilihat dari aspek pasar,

adanya potensi pasar dalam usaha pengolahan gula semut dilihat dari sisi

permintaan dan penawaran, serta adanya strategi pemasaran gula semut yang

jelas dan efektif yang dimiliki perusahaan guna mendukung pencapaian

penjualan yang lebih tinggi. Dilihat dari aspek teknis, usaha pengolahan gula

semut memiliki lokasi usaha yang strategis, kapasitas produksi diatas luas

produksi minimum, proses produksi dan layout yang sesuai, dan pemilihan

teknologi yang tepat. Dilihat dari aspek manajemen dan hukum, usaha

pengolahan gula semut ini telah memiliki struktur organisasi dengan

pembagian tugas yang jelas dan memiliki perizinan yang diperlukan untuk

menjalankan usaha. Dilihat dari aspek sosial dan ekonomi, usaha pengolahan

gula semut ini mampu membuka kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan

petani pengrajin gula aren, dan meningkatkan pendapatan daerah melaui

pembayaran pajak. Dilihat dari aspek lingkungan, kegiatan usaha ini tidak

menghasilkan limbah yang membahayakan lingkungan.

2. Hasil analisis aspek finansial menunjukkan bahwa kedua skenario usaha layak

untuk dijalankan berdasarkan kriteria investasi. Skenario usaha II memiliki

tingkat kelayakan yang lebih tinggi dibandingkan skenario usaha I karena

adanya pengembangan usaha dengan peningkatan kapasitas produksi menjadi

31,18 dapat memberikan tingkat perolehan manfaat yang lebih besar berupa

tambahan keuntungan secara finansial. Begitupun dengan hasil analisis laba

rugi yang menunjukkan nilai positif setiap tahunnya, dimana total laba bersih

yang diperoleh selama umur usaha pada skenario II jauh lebih besar dari

skenario I sehingga rencana peningkatan kapasitas produksi pada skenario II

akan membuat kondisi usaha jauh lebih baik dari kondisi usaha saat ini.

Page 129: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

112

3. Skenario II memiliki tingkat kepekaan yang paling rendah terhadap kenaikan

harga gula cetak dan penurunan harga gula semut. Dengan demikian, kondisi

pada pengembangan usaha dengan peningkatan kapasitas produksi menjadi

31,18 ton per bulan (skenario II) menjadi skenario yang paling

menguntungkan untuk diusahakan sebab mampu menghasilkan tingkat

keuntungan dan tingkat pengembalian yang lebih tinggi daripada skenario I.

7.2. Saran

1. Perusahaan sebaiknya melakukan pengembangan usaha melalui peningkatan

kapasitas produksi menjadi 31,18 ton per bulan untuk memperoleh tingkat

keuntungan yang lebih tinggi dari kondisi saat ini.

2. Apabila rencana pengembangan usaha dilakukan, perusahaan sebaiknya

melakukan kemitraan dengan pengrajin gula cetak sebagai pemasok bahan

baku, khususnya pengrajin yang berada di Kecamatan Panggarangan. Hal ini

untuk menghindari kenaikan permintaan dan harga gula cetak yang terjadi

pada bulan-bulan tertentu. Dengan adanya kemitraan, perusahaan bisa

menjaga kestabilan harga gula cetak.

3. Perusaahaan sebaiknya dapat terus menjaga loyalitas konsumen dengan cara

mempertahankan kualitas produk yang telah ada melalui pelaksanaan proses

produksi yang sesuai dengan standar yang ada. Dengan menjaga loyalitas

konsumen, perusahaan dapat mengantisipasi munculnya pesaing-pesaing baru

di masa yang akan datang. Selain itu, perusahaan sebaiknya meningkatkan

kegiatan promosi baik melauli media cetak maupun media elektronik. Hal ini

bertujuan agar gula semut PD Saung Aren dapat lebih dikenal oleh

masyarakat luas.

4. Apabila rencana pengembangan usaha dilakukan, pimpinan perusahaan

sebaiknya melakukan perekrutan karyawan yang berpengalaman di bidang

pemasaran. Karena ketika kapasitas produksi bertambah, kebutuhan akan

manajemen yang fokus mengurusi masalah pemasaran sangat dibutuhkan.

5. Gula semut merupakan produk unggulan Kabupten Lebak yang memiliki

potensi pasar yang besar serta melibatkan ribuan pengrajin gula cetak sebagai

pemasok bahan baku utama. Pemerintah sebaiknya terus mendukung usaha

Page 130: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

113

pengolahan gula semut yang ada di Kabupaten Lebak melalui bantuan

pemasaran dan bantuan modal kepada industri gula semut yang ada.

6. Untuk penelitian lanjutan dapat dilakukan analisis strategi pemasaran pada

pengembangan usaha pengolahan gula semut ini. Mengingat sebesar apapun

peluang untuk melakukan pengembangan usaha tidak akan berhasil tanpa

adanya strategi pemasaran yang baik.

Page 131: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak. 2007. Lebak dalam Angka. Lebak:

BPS Kabupaten Lebak.

[BPTP] Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Propinsi Banten. 2005. Kajian

Sosial Ekonomi Gula Aren di Banten. Serang: BPTP Propinsi Banten.

[Dishutbun] Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak. 2009.

Pengembangan Agribisnis Gula Aren di Kabupaten Lebak. Lebak:

Dishutbun Kabupaten Lebak.

[Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan. 2007. Budidaya Aren. Direktorat

Jendral Perkebunan. Jakarta.

[Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan. 2008. Statistik Perkebunan Indonesia.

Direktorat Jendral Perkebunan. Jakarta.

Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua.

Slamet S, Komet M, penerjemah. Jakarta: Universitas Indonesia.

Gray C, Simanjuntak P, Sabur LK, Maspaitela PFL, Varley RCG. 2007.

Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi Kedua. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Gunawan A. 1997. Perspektif sosiobudaya perajin gula aren semut (studi kasus

Desa Padasuka Kecamatan Cibinong Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

[skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Husnan S, Muhammad S. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Edisi Keempat.

Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Musarofah SM. 2009. Analisis kelayakan usaha pengolahan nugget ikan [skripsi].

Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Napitupulu DNF. 2009. Analisis kelayakan usaha pembuatan jus dan sirup

belimbing manis dan jambu biji merah [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi

dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Nurani. 2008. Analisis usaha pengolahan gula merah aren di Desa Sukamurni

Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas

Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor:

Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut

Pertanian Bogor.

Rustiana IN. 2008. Analisis kelayakan usaha pengolahan puree mangga

(Mangifera Indica L.) (studi kasus pada CV. Promindo Utama, Desa

Losari Lor, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat) [skripsi].

Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Soesono S. 2000. Bertanam Aren. Jakarta: Penebar Swadaya

Page 132: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

LAMPIRAN

Page 133: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

Lampiran 1. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat menurut Kecamatan dan Keadaan Tanaman Jenis Tanaman Aren Tahun 2008

No. Kecamatan

Luas/baku

lahan yang

di tempati

(Ha)

Luas Areal Tanaman (Ha) Produksi (Ton) Rata-rata

Produksi

(Ton/Ha)

Tanaman Belum

Menghasilkan

(TBM)

Tanaman

Menghasilkan

(TM)

Tanaman

Tua/Rusak

(TT/R)

Jumlah

New

Planting

Re

Planting

Bahan

Mentah

Hasil

Olahan

1. Rangkasbitung 8.00 6.00 2.00 0.00 8.00 0.00 0.00 0.00 7.64 0.96

2. Cibadak 15.00 11.00 4.00 0.00 15.00 0.00 0.00 0.00 8.17 0.54

3. Warunggunung 19.00 14.00 5.00 0.00 19.00 0.00 0.00 0.00 11.36 0.60

4. Cikulur 24.00 2.50 19.00 0.00 21.50 0.00 0.00 0.00 16.01 0.67

5. Cimarga 26.00 7.50 15.50 0.00 23.00 0.00 0.00 0.00 15.76 0.61

6. Leuwidamar 33.50 4.00 14.00 5.00 23.00 0.00 0.00 0.00 24.53 0.73

7. Muncang 152.00 89.00 59.00 5.50 153.50 2.00 0.00 0.00 86.31 0.57

8. Sobang 181.00 89.00 97.00 3.00 189.00 2.00 0.00 0.00 120.76 0.67

9. Bojongmanik 234.00 81.50 144.00 12.00 237.50 1.42 0.00 0.00 159.37 0.68

10. Maja 9.00 5.00 4.00 0.00 9.00 0.00 0.00 0.00 4.90 0.54

11. Sajira 26.00 9.50 28.00 7.50 45.00 0.00 0.00 0.00 24.25 0.93

12. Curugbitung 11.00 6.00 4.00 1.00 11.00 0.00 0.00 0.00 4.18 0.38

13. Cipanas 30.00 10.00 18.00 2.00 30.00 0.00 0.00 0.00 14.67 0.49

14. Cileles 19.00 14.00 5.00 0.00 19.00 0.00 0.00 0.00 11.36 0.60

15. Gunungkencana 150.00 7.50 7.50 63.00 78.00 0.00 0.00 0.00 224.12 1.49

16. Cijaku 171.00 149.00 120.00 2.00 271.00 2.00 0.00 0.00 98.77 0.58

17. Banjarsari 38.00 18.00 17.00 3.00 38.00 0.00 0.00 0.00 23.55 0.62

18. Malingping 238.50 148.00 84.00 8.00 240.00 2.00 0.00 0.00 168.08 0.70

19. Wanasalam 43.00 8.00 52.00 5.00 65.00 0.00 0.00 0.00 56.82 1.32

20. Panggarangan 171.50 106.00 55.00 3.00 164.00 1.00 0.00 0.00 120.55 0.70

21. Bayah 15.00 11.00 4.00 2.00 17.00 2.00 0.00 0.00 19.48 1.30

22. Cibeber 133.50 120.20 141.20 0.00 261.40 1.50 0.00 0.00 53.93 0.40

23. Cilograng 100.00 58.00 54.00 3.00 115.00 2.00 0.00 0.00 83.47 0.83

24 Cigemblong 74.00 146.00 180.50 3.00 329.50 0.00 0.00 0.00 69.78 0.00

25 Cihara 65.00 37.00 120.00 5.00 162.00 0.00 0.00 0.00 52.94 0.00

26 Cirinten 0.00 0.00 25.00 0.00 25.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

27 Karanganyar 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

28 Lebakgedong 0.00 1.00 15.50 1.50 18.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Jumlah : 1987.00 1158.70 1294.20 134.50 2587.40 15.92 0.00 0.00 1358.03 1.05

11

6

Page 134: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

Lampiran 2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Skenario I

No Biaya Operasional

Pengeluaran per

Tahun

(Rp)

Output yang

Dihasilkan

(Kg)

Biaya/Unit

(Rp/Kg)

Biaya Tetap

1 Gaji Karyawan

1. Pimpinan 42,000,000.00 314,100.00 133.72

2. Kepala Bagian 36,000,000.00 314,100.00 114.61

2 Telepon 6,000,000.00 314,100.00 19.10

3 Listrik 12,000,000.00 314,100.00 38.20

4 Administrasi 600,000.00 314,100.00 1.91

5 Promosi 24,000,000.00 314,100.00 76.41

6 Pembelian sarung tangan 320,000.00 314,100.00 1.02

7 Biaya Pemeliharaan mesin 4,200,000.00 314,100.00 13.37

8 Penyusutan* 87,795,000.00 314,100.00 279.51

Jumlah 212,915,000.00 314,100.00 677.86

Biaya Variabel

1 Gula Cetak 2,983,518,600.00 314,100.00 9,498.63

2 Biaya kemasan 40 kg 7,800,000.00 312,000.00 25.00

3 Biaya kemasan 350 gram 12,000,000.00 2,100.00 5,714.29

4 Gaji Karyawan Produksi 76,800,000.00 314,100.00 244.51

5 Transportasi* 48,000,000.00 100,000.00 480.00

Jumlah 3,128,118,600.00

*hanya dibebankan pada gula semut yang dijual ke pabrik

HPP (Rp) Harga Jual (Rp)

Marjin

(Rp)

Gula semut Ke Pabrik 10,925.99 12,000.00 1,074.01

Gula semut Ke Trader 10,445.99 11,000.00 554.01

Gula semut ke Konsumen

Langsung 16,135.28 28,571.43 12,436.15

117

Page 135: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

Lampiran 3. Perhitungan Break Event Point (BEP) Skenario I

NO URAIAN TAHUN

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Hasil Penjualan Produk 3,020,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00

2 Biaya Variabel

Gula Cetak 2,489,648,500.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00

Biaya kemasan 40 kg 6,500,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00

Biaya kemasan 350 gram 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00

Gaji Karyawan Produksi 64,000,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00

Transportasi 40,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00

Jumlah 2,612,148,500.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00

3 Biaya Tetap

Gaji Karyawan

1. Pimpinan 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00

2. Kepala Bagian 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00

Telepon 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00

Listrik 10,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00

Administrasi 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00

Promosi 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00

Pembelian sarung tangan 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00

Biaya Pemeliharaan mesin 3,500,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00

Penyusutan 87,795,000.00 87,795,000.00 87,795,000.00 87,795,000.00 87,795,000.00 87,795,000.00 87,795,000.00 87,795,000.00

Jumlah 210,215,000.00 212,915,000.00 212,915,000.00 212,915,000.00 212,915,000.00 212,915,000.00 212,915,000.00 212,915,000.00

4 BEP Nilai Penjualan 1,556,569,731.88 1,589,333,625.97 1,589,333,625.97 1,589,333,625.97 1,589,333,625.97 1,589,333,625.97 1,589,333,625.97 1,589,333,625.97

5 BEP Produksi (kg)

Pabrik (38,2%) 49,556.50 50,599.61 50,599.61 50,599.61 50,599.61 50,599.61 50,599.61 50,599.61

Trader (61,13%) 86,498.62 88,319.31 88,319.31 88,319.31 88,319.31 88,319.31 88,319.31 88,319.31

Konsumen Langsung (0,67%) 364.24 371.91 371.91 371.91 371.91 371.91 371.91 371.91

11

8

Page 136: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

Lampiran 4. Nilai Investasi, Reinvestasi, Penyusutan, dan Nilai Sisa Skenario I

No Uraian Jumlah

(Unit)

Harga/satuan

(Rp/Unit)

Nilai

(Rp)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Reinvestasi Penyusutan

(Rp)

Nilai Sisa

(Rp) Tahun ke-3 Tahun ke-5 Tahun ke-6 Tahun ke-7

1 Total izin Usaha 1 2,000,000.00 2,000,000.00

Akta Pendirian 1 450,000.00 450,000.00

Tanda Daftar Perusahaan 1 400,000.00 400,000.00 5

400,000.00

80,000.00

SIUP 1 400,000.00 400,000.00 5

400,000.00

80,000.00

NPWP 1 350,000.00 350,000.00

Izin Depkes 1 400,000.00 400,000.00

2 Sewa Tanah dan Bangunan 8 25,000,000.00 200,000,000.00 8

25,000,000.00

3 Rehab Bangunan 1 5,000,000.00 5,000,000.00 8

4 Mesin Penggiling (Slicer) 2 35,000,000.00 70,000,000.00 8

8,625,000.00 1,000,000.00

5 Mesin Pengayak 2 50,000,000.00 100,000,000.00 8

12,375,000.00 1,000,000.00

6 Mesin Penepung 2 36,250,000.00 72,500,000.00 8

8,937,500.00 1,000,000.00

7 Oven 1 67,500,000.00 67,500,000.00 8

8,375,000.00 500,000.00

8 Jet Pump 1 4,500,000.00 4,500,000.00 8

562,500.00

9 Troli 3 1,000,000.00 3,000,000.00 4

3,000,000.00

750,000.00

10 Gerobak 1 1,500,000.00 1,500,000.00 4

1,500,000.00

375,000.00

11 Bak Plastik 12 75,000.00 900,000.00 2 900,000.00 900,000.00

900,000.00 450,000.00

12 Loyang 200 100,000.00 20,000,000.00 4

20,000,000.00

5,000,000.00

13 Timbangan Duduk 500kg 1 2,500,000.00 2,500,000.00 8

300,000.00 100,000.00

14 Palet Kayu 20 75,000.00 1,500,000.00 2 1,500,000.00 1,500,000.00

1,500,000.00 750,000.00

15 Komputer 1 4,500,000.00 4,500,000.00 4

4,500,000.00

1,125,000.00

16 Laptop 1 5,000,000.00 5,000,000.00 4

5,000,000.00

1,250,000.00

17 Mobil 1 100,000,000.00 100,000,000.00 8

12,437,500.00 500,000.00

18 Meja 3 730,000.00 2,190,000.00 4

2,190,000.00

547,500.00

19 Kursi 6 250,000.00 1,500,000.00 4

1,500,000.00

375,000.00

20 Lemari 1 1,600,000.00 1,600,000.00 4

1,600,000.00

400,000.00

Jumlah

665,690,000.00

2,400,000.00 41,690,000.00 800,000.00 2,400,000.00 87,795,000.00 4,100,000.00

11

9

Page 137: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

Lampiran 5. Proyeksi Laba Rugi URAIAN 1 2 3 4 5 6 7 8

PENERIMAAN

Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke pabrik 1,200,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00

Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke trader 1,760,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00

Penjualan gula semut kemasan 350 gram 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00

Total Penerimaan 3,020,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00

PENGELUARAN

Biaya tetap

Gaji Karyawan

1. Pimpinan 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00

2. Kepala Bagian 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00

Telepon 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00

Listrik 10,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00

Administrasi 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00

Promosi 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00

Pembelian Sarung Tangan 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00

Biaya Pemeliharaan mesin 3,500,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00

Penyusutan* 87,795,000.00 87,795,000.00 87,795,000.00 87,795,000.00 87,795,000.00 87,795,000.00 87,795,000.00 87,795,000.00

Total Biaya Tetap 210,215,000.00 212,915,000.00 212,915,000.00 212,915,000.00 212,915,000.00 212,915,000.00 212,915,000.00 212,915,000.00

Biaya Variabel

Gula Cetak 2,489,648,500.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00

Biaya kemasan 40 kg 6,500,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00

Biaya kemasan 350 gram 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00

Gaji Karyawan Produksi 64,000,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00

Transportasi 40,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00

Total Biaya Variabel 2,612,148,500.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00

Total Pengeluaran 2,822,363,500.00 3,341,033,600.00 3,341,033,600.00 3,341,033,600.00 3,341,033,600.00 3,341,033,600.00 3,341,033,600.00 3,341,033,600.00

Laba Kotor 197,636,500.00 270,966,400.00 270,966,400.00 270,966,400.00 270,966,400.00 270,966,400.00 270,966,400.00 270,966,400.00

Pajak (25%) 49,409,125.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00

Laba Bersih 148,227,375.00 203,224,800.00 203,224,800.00 203,224,800.00 203,224,800.00 203,224,800.00 203,224,800.00 203,224,800.00

12

0

Page 138: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

Lampiran 6. Cashflow Usaha Pengolahan Gula Semut Skenario I URAIAN 1 2 3 4 5 6 7 8

INFLOW

1. Penjualan

Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke pabrik 1,200,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00

Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke trader 1,760,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00

Penjualan gula semut kemasan 350 gram 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00

Total penerimaan penjualan 3,020,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00

2. Nilai Sisa 4,100,000.00

TOTAL INFLOW 3,020,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,616,100,000.00

OUTFLOW

1. INVESTASI

Ijin Usaha

Akta Pendirian 450,000.00

Tanda Daftar Perusahaan 400,000.00 400,000.00

SIUP 400,000.00 400,000.00

NPWP 350,000.00

Izin Depkes 400,000.00

Sewa Tanah dan Bangunan 200,000,000.00

Rehab Bangunan 5,000,000.00

Mesin Penggiling (Slicer) 70,000,000.00

Mesin Pengayak 100,000,000.00

Mesin Penepung 72,500,000.00

Oven 67,500,000.00

Jet Pump 4,500,000.00

Troli 3,000,000.00 3,000,000.00

Gerobak 1,500,000.00 1,500,000.00

Bak Plastik 900,000.00 900,000.00 900,000.00 900,000.00

Loyang 20,000,000.00 20,000,000.00

Timbangan Duduk 500kg 2,500,000.00

Palet Kayu 1,500,000.00 1,500,000.00 1,500,000.00 1,500,000.00

Komputer 4,500,000.00 4,500,000.00

Laptop 5,000,000.00 5,000,000.00

Mobil 100,000,000.00

Meja 2,190,000.00 2,190,000.00

Kursi 1,500,000.00 1,500,000.00

Lemari 1,600,000.00 1,600,000.00

Total Investasi 665,690,000.00 2,400,000.00 41,690,000.00 800,000.00 2,400,000.00

2. BIAYA OPERASIONAL

a. Biaya tetap

Gaji Karyawan

1. Pimpinan 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00

12

1

Page 139: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

2. Kepala Bagian 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00

Telepon 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00

Listrik 10,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00

Administrasi 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00

Promosi 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00

Pembelian Sarung Tangan 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00

Biaya Pemeliharaan mesin 3,500,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00

Total Biaya Tetap 122,420,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00

b. Biaya Variabel

Gula Cetak 2,489,648,500.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00

Biaya kemasan 40 kg 6,500,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00

Biaya kemasan 350 gram 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00

Gaji Karyawan Produksi 64,000,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00

Transportasi 40,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00

Total Biaya variabel 2,612,148,500.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00

c. Pajak (25%) 49,409,125.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00

Total Biaya Operasional 2,783,977,625.00 3,320,980,200.00 3,320,980,200.00 3,320,980,200.00 3,320,980,200.00 3,320,980,200.00 3,320,980,200.00 3,320,980,200.00

Total OUTFLOW 3,449,667,625.00 3,320,980,200.00 3,323,380,200.00 3,320,980,200.00 3,362,670,200.00 3,321,780,200.00 3,323,380,200.00 3,320,980,200.00

Net Benefit (429,667,625.00) 291,019,800.00 288,619,800.00 291,019,800.00 249,329,800.00 290,219,800.00 288,619,800.00 295,119,800.00

DF 6.5% 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60

PV/Tahun (403,443,779.34) 256,580,308.14 238,933,639.31 226,216,410.45 181,981,042.99 198,897,530.89 185,728,635.02 178,320,587.25

PV Positif 1,466,658,154.05

PV Negatif (403,443,779.34)

NPV 1,063,214,374.71

Net B/C 3.6

IRR 65%

PP 2.20

12

2

Page 140: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

Lampiran 7. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Gula Cetak 6,7% pada Skenario I URAIAN 1 2 3 4 5 6 7 8

INFLOW

1. Penjualan

Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke pabrik 1,200,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00

Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke trader 1,760,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00

Penjualan gula semut kemasan 350 gram 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 2,112,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00

Total penerimaan penjualan 3,020,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 2,112,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00

2. Nilai Sisa 4,100,000.00

TOTAL INFLOW 3,020,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,612,000,000.00 3,616,100,000.00

OUTFLOW

1. INVESTASI

Ijin Usaha

Akta Pendirian 450,000.00

Tanda Daftar Perusahaan 400,000.00 400,000.00

SIUP 400,000.00 400,000.00

NPWP 350,000.00

Izin Depkes 400,000.00

Sewa Tanah dan Bangunan 200,000,000.00

Rehab Bangunan 5,000,000.00

Mesin Penggiling (Slicer) 70,000,000.00

Mesin Pengayak 100,000,000.00

Mesin Penepung 72,500,000.00

Oven 67,500,000.00

Jet Pump 4,500,000.00

Troli 3,000,000.00 3,000,000.00

Gerobak 1,500,000.00 1,500,000.00

Bak Plastik 900,000.00 900,000.00 900,000.00 900,000.00

Loyang 20,000,000.00 20,000,000.00

Timbangan Duduk 500kg 2,500,000.00

Palet Kayu 1,500,000.00 1,500,000.00 1,500,000.00 1,500,000.00

Komputer 4,500,000.00 4,500,000.00

Laptop 5,000,000.00 5,000,000.00

Mobil 100,000,000.00

Meja 2,190,000.00 2,190,000.00

Kursi 1,500,000.00 1,500,000.00

Lemari 1,600,000.00 1,600,000.00

Total Investasi 665,690,000.00 2,400,000.00 41,690,000.00 800,000.00 2,400,000.00

2. BIAYA OPERASIONAL

a. Biaya tetap

Gaji Karyawan

1. Pimpinan 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00

12

3

Page 141: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

2. Kepala Bagian 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00

Telepon 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00

Listrik 10,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00

Administrasi 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00

Promosi 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00

Pembelian Sarung Tangan 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00

Biaya Pemeliharaan mesin 3,500,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00

Total Biaya Tetap 122,420,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00

b. Biaya Variabel

Gula Cetak 2,526,081,089.58 3,183,333,855.50 3,183,333,855.50 3,183,333,855.50 3,183,333,855.50 3,183,333,855.50 3,183,333,855.50 3,183,333,855.50

Biaya kemasan 40 kg 6,500,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00

Biaya kemasan 350 gram 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00

Gaji Karyawan Produksi 64,000,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00

Transportasi 40,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00

Total Biaya variabel 2,648,581,089.58 3,327,933,855.50 3,327,933,855.50 3,327,933,855.50 3,327,933,855.50 3,327,933,855.50 3,327,933,855.50 3,327,933,855.50

c. Pajak (25%) 49,409,125.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00

Total Biaya Operasional 2,820,410,214.58 3,520,795,455.50 3,520,795,455.50 3,520,795,455.50 3,520,795,455.50 3,520,795,455.50 3,520,795,455.50 3,520,795,455.50

Total OUTFLOW 3,486,100,214.58 3,520,795,455.50 3,523,195,455.50 3,520,795,455.50 3,562,485,455.50 3,521,595,455.50 3,523,195,455.50 3,520,795,455.50

Net Benefit (466,100,214.58) 91,204,544.50 88,804,544.50 91,204,544.50 49,514,544.50 90,404,544.50 88,804,544.50 95,304,544.50

DF 6.5% 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60

PV/Tahun (437,652,783.64) 80,411,333.29 73,516,761.51 70,895,398.44 36,139,717.16 61,957,318.84 57,146,276.29 57,585,978.11

PV Positif 437,652,783.64

PV Negatif (437,652,783.64)

NPV (0.00)

Net B/C 1

IRR 6.5%

PP 8

12

4

Page 142: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

Lampiran 8. Analisis Switching Value Penurunan Harga Gula Semut 5,5% pada Skenario I URAIAN 1 2 3 4 5 6 7 8

INFLOW

1. Penjualan

Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke pabrik 1,185,523,474.34 1,519,660,566.98 1,519,660,566.98 1,519,660,566.98 1,519,660,566.98 1,519,660,566.98 1,519,660,566.98 1,519,660,566.98

Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke trader 1,738,767,762.36 2,228,835,498.23 2,228,835,498.23 2,228,835,498.23 2,228,835,498.23 2,228,835,498.23 2,228,835,498.23 2,228,835,498.23

Penjualan gula semut kemasan 350 gram 59,276,173.72 63,319,190.29 63,319,190.29 63,319,190.29 63,319,190.29 63,319,190.29 63,319,190.29 63,319,190.29

Total penerimaan penjualan 2,983,567,410.42 3,412,184,744.50 3,412,184,744.50 3,412,184,744.50 3,412,184,744.50 3,412,184,744.50 3,412,184,744.50 3,412,184,744.50

2. Nilai Sisa

4,100,000.00

TOTAL INFLOW 2,983,567,410.42 3,412,184,744.50 3,412,184,744.50 3,412,184,744.50 3,412,184,744.50 3,412,184,744.50 3,412,184,744.50 3,416,284,744.50

OUTFLOW

1. INVESTASI

Ijin Usaha

Akta Pendirian 450,000.00

Tanda Daftar Perusahaan 400,000.00

400,000.00

SIUP 400,000.00

400,000.00

NPWP 350,000.00

Izin Depkes 400,000.00

Sewa Tanah dan Bangunan 200,000,000.00

Rehab Bangunan 5,000,000.00

Mesin Penggiling (Slicer) 70,000,000.00

Mesin Pengayak 100,000,000.00

Mesin Penepung 72,500,000.00

Oven 67,500,000.00

Jet Pump 4,500,000.00

Troli 3,000,000.00

3,000,000.00

Gerobak 1,500,000.00

1,500,000.00

Bak Plastik 900,000.00

900,000.00

900,000.00

900,000.00

Loyang 20,000,000.00

20,000,000.00

Timbangan Duduk 500kg 2,500,000.00

Palet Kayu 1,500,000.00

1,500,000.00

1,500,000.00

1,500,000.00

Komputer 4,500,000.00

4,500,000.00

Laptop 5,000,000.00

5,000,000.00

Mobil 100,000,000.00

Meja 2,190,000.00

2,190,000.00

Kursi 1,500,000.00

1,500,000.00

Lemari 1,600,000.00

1,600,000.00

Total Investasi 665,690,000.00

2,400,000.00

41,690,000.00 800,000.00 2,400,000.00

2. BIAYA OPERASIONAL

a. Biaya tetap

Gaji Karyawan

1. Pimpinan 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00

2. Kepala Bagian 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00

12

5

Page 143: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

Telepon 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00

Listrik 10,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00

Administrasi 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00

Promosi 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00

Pembelian Sarung Tangan 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00 320,000.00

Biaya Pemeliharaan mesin 3,500,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00 4,200,000.00

Total Biaya Tetap 122,420,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00 125,120,000.00

b. Biaya Variabel

Gula Cetak 2,489,648,500.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00 2,983,518,600.00

Biaya kemasan 40 kg 6,500,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00

Biaya kemasan 350 gram 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00 12,000,000.00

Gaji Karyawan Produksi 64,000,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00 76,800,000.00

Transportasi 40,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00 48,000,000.00

Total Biaya variabel 2,612,148,500.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00 3,128,118,600.00

c. Pajak (25%) 49,409,125.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00 67,741,600.00

Total Biaya Operasional 2,783,977,625.00 3,320,980,200.00 3,320,980,200.00 3,320,980,200.00 3,320,980,200.00 3,320,980,200.00 3,320,980,200.00 3,320,980,200.00

Total OUTFLOW 3,449,667,625.00 3,320,980,200.00 3,323,380,200.00 3,320,980,200.00 3,362,670,200.00 3,321,780,200.00 3,323,380,200.00 3,320,980,200.00

Net Benefit (466,100,214.58) 91,204,544.50 88,804,544.50 91,204,544.50 49,514,544.50 90,404,544.50 88,804,544.50 95,304,544.50

DF 6.5% 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60

PV/Tahun (437,652,783.64) 80,411,333.29 73,516,761.51 70,895,398.44 36,139,717.16 61,957,318.84 57,146,276.29 57,585,978.11

PV Positif 437,652,783.64

PV Negatif (437,652,783.64)

NPV (0.00)

Net B/C 1

IRR 6.5%

PP 8

12

6

Page 144: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

Lampiran 9. Perhitungan Harga Pokok Produksi Skenario II

No Biaya Operasional

Pengeluaran per

Tahun

Output yang

Dihasilkan Biaya/Unit

(Rp) (Kg) (Rp/Kg)

Biaya Tetap

1 Gaji Karyawan

1. Pimpinan

2. Kepala Bagian 42,000,000.00 374,160.00 112.25

2 Telepon 36,000,000.00 374,160.00 96.22

3 Listrik 6,000,000.00 374,160.00 16.04

4 Administrasi 14,400,000.00 374,160.00 38.49

5 Promosi 600,000.00 374,160.00 1.60

6

Pembelian sarung

tangan 24,000,000.00 374,160.00 64.14

7

Biaya Pemeliharaan

mesin 400,000.00 374,160.00 1.07

8 Penyusutan* 4,800,000.00 374,160.00 12.83

Jumlah 98,920,000.00 374,160.00 264.38

Biaya Variabel 227,120,000.00 374,160.00 607.01

1 Gula Cetak

2 Biaya kemasan 40 kg 3,563,645,454.55 374,160.00 9,524.39

3

Biaya kemasan 350

gram 7,800,000.00 312,000.00 25.00

4

Gaji Karyawan

Produksi 355,200,000.00 62,160.00 5,714.29

5 Transportasi* 96,000,000.00 374,160.00 256.57

Jumlah 72,000,000.00 150,000.00 480.00

*hanya dibebankan pada gula semut yang dijual ke pabrik dan supermarket

HPP (Rp/Kg) Harga Jual (Rp/Kg) Marjin

(Rp/Kg)

Gula semut ke Pabrik 10,892.98 12,000.00 1,107.02

Gula semut ke Trader 10,412.98 11,000.00 587.02

Gula semut ke Konsumen Langsung 16,102.26 28,571.43 12,469.17

Gula semut ke Supermarket 16,582.26 17,714.29 1,132.02

127

Page 145: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

Lampiran 10. Nilai Investasi, Reinvestasi, Penyusutan, dan Nilai Sisa Skenario II

No Uraian Jumlah

(Unit)

Harga/Satuan

(Rp/Unit)

Nilai

(Rp)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Reinvestasi Penyusutan

(Rp)

Nilai Sisa

(Rp) Tahun ke-3 Tahun ke-5 Tahun ke-6 Tahun ke-7

1 Total izin Usaha 1 2,000,000.00 2,000,000.00

Akta Pendirian 1 450,000.00 450,000.00

Tanda Daftar Perusahaan 1 400,000.00 400,000.00 5 400,000.00 80,000.00

SIUP 1 400,000.00 400,000.00 5 400,000.00 80,000.00

NPWP 1 350,000.00 350,000.00

Izin Depkes 1 400,000.00 400,000.00

2 Sewa Tanah dan Bangunan 8 25,000,000.00 200,000,000.00 8 25,000,000.00

3 Rehab Bangunan 1 5,000,000.00 5,000,000.00 8

4 Mesin Penggiling (Slicer) 2 35,000,000.00 70,000,000.00 8 8,625,000.00 1,000,000.00

5 Mesin Pengayak 2 50,000,000.00 100,000,000.00 8 12,375,000.00 1,000,000.00

6 Mesin Penepung 2 36,250,000.00 72,500,000.00 8 8,937,500.00 1,000,000.00

7 Oven 1 67,500,000.00 67,500,000.00 8 8,375,000.00 500,000.00

8 Mesin Kemasan 1 90,000,000.00 90,000,000.00 8 11,125,000.00 1,000,000.00

9 Jet Pump 1 4,500,000.00 4,500,000.00 8 562,500.00

10 Troli 3 1,000,000.00 3,000,000.00 4 3,000,000.00 750,000.00

11 Gerobak 1 1,500,000.00 1,500,000.00 4 1,500,000.00 375,000.00

12 Bak Plastik 12 75,000.00 900,000.00 2 900,000.00 900,000.00 900,000.00 450,000.00

13 Loyang 200 100,000.00 20,000,000.00 4 20,000,000.00 5,000,000.00

14 Timbangan Duduk 500kg 1 2,500,000.00 2,500,000.00 8 300,000.00 100,000.00

15 Palet Kayu 20 75,000.00 1,500,000.00 2 1,500,000.00 1,500,000.00 1,500,000.00 750,000.00

16 Komputer 1 4,500,000.00 4,500,000.00 4 4,500,000.00 1,125,000.00

17 Laptop 1 5,000,000.00 5,000,000.00 4 5,000,000.00 1,250,000.00

18 Mobil 1 100,000,000.00 100,000,000.00 8 12,437,500.00 500,000.00

19 Meja 3 730,000.00 2,190,000.00 4 2,190,000.00 547,500.00

20 Kursi 6 250,000.00 1,500,000.00 4 1,500,000.00 375,000.00

21 Lemari 1 1,600,000.00 1,600,000.00 4 1,600,000.00 400,000.00

Jumlah 755,690,000.00 2,400,000.00 41,690,000.00 800,000.00 2,400,000.00 98,920,000.00 5,100,000.00

12

8

Page 146: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

Lampiran 11. Proyeksi Rugi Laba Skenario II URAIAN 1 2 3 4 5 6 7 8

PENERIMAAN

Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke pabrik 1,200,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00

Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke trader 1,760,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00

Penjualan gula semut kemasan 350 gram 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00

Penjualan gula semut kemasan 350 gram ke

supermarket 886,600,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00

Total Penerimaan 3,906,600,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00

PENGELUARAN

Biaya tetap

Gaji Karyawan

1. Pimpinan 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00

2. Kepala Bagian 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00

Telepon 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00

Listrik 12,000,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00

Administrasi 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00

Promosi 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00

Pembelian Sarung Tangan 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00

Biaya Pemeliharaan mesin 4,000,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00

Penyusutan 98,920,000.00 98,920,000.00 98,920,000.00 98,920,000.00 98,920,000.00 98,920,000.00 98,920,000.00 98,920,000.00

Total Biaya Tetap 223,920,000.00 227,120,000.00 227,120,000.00 227,120,000.00 227,120,000.00 227,120,000.00 227,120,000.00 227,120,000.00

Biaya Variabel

Gula Cetak 2,973,085,227.27 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55

Biaya kemasan 40 kg 6,500,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00

Biaya kemasan 350 gram 298,000,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00

Gaji Karyawan Produksi 80,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00

Transportasi 60,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00

Total Biaya Variabel 3,417,585,227.27 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55

Total Pengeluaran 3,641,505,227.27 4,321,765,454.55 4,321,765,454.55 4,321,765,454.55 4,321,765,454.55 4,321,765,454.55 4,321,765,454.55 4,321,765,454.55

Laba Kotor 265,094,772.73 354,154,545.45 354,154,545.45 354,154,545.45 354,154,545.45 354,154,545.45 354,154,545.45 354,154,545.45

Pajak (25%) 66,273,693.18 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36

Laba Bersih 198,821,079.55 265,615,909.09 265,615,909.09 265,615,909.09 265,615,909.09 265,615,909.09 265,615,909.09 265,615,909.09

12

9

Page 147: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

Lampiran 12. Cashflow Usaha Pengolahan Gula Semut Skenario II URAIAN 1 2 3 4 5 6 7 8

INFLOW

1. Penjualan

Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke

pabrik 1,200,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00

Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke

trader 1,760,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00

Penjualan gula semut kemasan 350

gram 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00

Penjualan gula semut kemasan 350

gram ke supermarket 886,600,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00

Total penerimaan penjualan 3,906,600,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00

2. Nilai Sisa 5,100,000.00

TOTAL INFLOW 3,906,600,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,681,020,000.00

OUTFLOW

1. INVESTASI

Ijin Usaha

Akta Pendirian 450,000.00

Tanda Daftar Perusahaan 400,000.00 400,000.00

SIUP 400,000.00 400,000.00

NPWP 350,000.00

Izin Depkes 400,000.00

Sewa Tanah dan Bangunan 200,000,000.00

Rehab Bangunan 5,000,000.00

Mesin Penggiling (Slicer) 70,000,000.00

Mesin Pengayak 100,000,000.00

Mesin Penepung 72,500,000.00

Oven 67,500,000.00

Mesin Kemasan 90,000,000.00

Jet Pump 4,500,000.00

Troli 3,000,000.00 3,000,000.00

Gerobak 1,500,000.00 1,500,000.00

Bak Plastik 900,000.00 900,000.00 900,000.00 900,000.00

Loyang 20,000,000.00 20,000,000.00

Timbangan Duduk 500kg 2,500,000.00

Palet Kayu 1,500,000.00 1,500,000.00 1,500,000.00 1,500,000.00

Komputer 4,500,000.00 4,500,000.00

Laptop 5,000,000.00 5,000,000.00

Mobil 100,000,000.00

Meja 2,190,000.00 2,190,000.00

Kursi 1,500,000.00 1,500,000.00

Lemari 1,600,000.00 1,600,000.00

13

0

Page 148: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

Total Investasi 755,690,000.00 2,400,000.00 41,690,000.00 800,000.00 2,400,000.00

2. BIAYA OPERASIONAL

a. Biaya tetap

Gaji Karyawan

1. Pimpinan 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00

2. Kepala Bagian 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00

Telepon 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00

Listrik 12,000,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00

Administrasi 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00

Pembelian sarung tangan 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00

Promosi 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00

Biaya Pemeliharaan mesin 4,000,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00

Total Biaya Tetap 125,000,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00

b. Biaya Variabel

Gula Cetak 2,973,085,227.27 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55

Biaya kemasan 40 kg 6,500,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00

Biaya kemasan 350 gram 298,000,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00

Gaji Karyawan Produksi 80,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00

Transportasi 60,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00

Total Biaya variabel 3,417,585,227.27 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55

c. Pajak (25%) 66,273,693.18 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36

Total Biaya Operasional 3,608,858,920.45 4,311,384,090.91 4,311,384,090.91 4,311,384,090.91 4,311,384,090.91 4,311,384,090.91 4,311,384,090.91 4,311,384,090.91

Total OUTFLOW 4,364,548,920.45 4,311,384,090.91 4,313,784,090.91 4,311,384,090.91 4,353,074,090.91 4,312,184,090.91 4,313,784,090.91 4,311,384,090.91

Net Benefit (457,948,920.45) 364,535,909.09 362,135,909.09 364,535,909.09 322,845,909.09 363,735,909.09 362,135,909.09 369,635,909.09

DF 6.5% 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60

PV/Tahun (429,998,986.34) 321,396,468.15 299,793,883.45 283,362,179.60 235,639,042.19 249,280,628.73 233,036,708.11 223,345,544.34

PV Positif 1,845,854,454.59

PV Negatif (429,998,986.34)

NPV 1,415,855,468.24

Net B/C 4.29

IRR 77%

PP 1.86

13

1

Page 149: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

Lampiran 13. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Gula Cetak 7,47% pada Skenario II URAIAN 1 2 3 4 5 6 7 8

INFLOW

1. Penjualan

Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke pabrik 1,200,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00 1,440,000,000.00

Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke trader 1,760,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00 2,112,000,000.00

Penjualan gula semut kemasan 350 gram 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00

Penjualan gula semut kemasan 350 gram ke

supermarket 886,600,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00

Total penerimaan penjualan 3,906,600,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00

2. Nilai Sisa 5,100,000.00

TOTAL INFLOW 3,906,600,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,675,920,000.00 4,681,020,000.00

OUTFLOW

1. INVESTASI

Ijin Usaha

Akta Pendirian 450,000.00

Tanda Daftar Perusahaan 400,000.00 400,000.00

SIUP 400,000.00 400,000.00

NPWP 350,000.00

Izin Depkes 400,000.00

Sewa Tanah dan Bangunan 200,000,000.00

Rehab Bangunan 5,000,000.00

Mesin Penggiling (Slicer) 70,000,000.00

Mesin Pengayak 100,000,000.00

Mesin Penepung 72,500,000.00

Oven 67,500,000.00

Mesin Kemasan 90,000,000.00

Jet Pump 4,500,000.00

Troli 3,000,000.00 3,000,000.00

Gerobak 1,500,000.00 1,500,000.00

Bak Plastik 900,000.00 900,000.00 900,000.00 900,000.00

Loyang 20,000,000.00 20,000,000.00

Timbangan Duduk 500kg 2,500,000.00

Palet Kayu 1,500,000.00 1,500,000.00 1,500,000.00 1,500,000.00

Komputer 4,500,000.00 4,500,000.00

Laptop 5,000,000.00 5,000,000.00

Mobil 100,000,000.00

Meja 2,190,000.00 2,190,000.00

Kursi 1,500,000.00 1,500,000.00

Lemari 1,600,000.00 1,600,000.00

Total Investasi 755,690,000.00 2,400,000.00 41,690,000.00 800,000.00 2,400,000.00

13

2

Page 150: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

2. BIAYA OPERASIONAL

a. Biaya tetap

Gaji Karyawan

1. Pimpinan 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00

2. Kepala Bagian 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00

Telepon 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00

Listrik 12,000,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00

Administrasi 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00

Promosi 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00

Pembelian Sarung Tangan 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00

Biaya Pemeliharaan mesin 4,000,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00

Total Biaya Tetap 125,000,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00

b. Biaya Variabel

Gula Cetak 3,021,601,577.70 3,829,734,334.52 3,829,734,334.52 3,829,734,334.52 3,829,734,334.52 3,829,734,334.52 3,829,734,334.52 3,829,734,334.52

Biaya kemasan 40 kg 6,500,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00

Biaya kemasan 350 gram 298,000,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00

Gaji Karyawan Produksi 80,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00

Transportasi 60,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00

Total Biaya variabel 3,466,101,577.70 4,360,734,334.52 4,360,734,334.52 4,360,734,334.52 4,360,734,334.52 4,360,734,334.52 4,360,734,334.52 4,360,734,334.52

c. Pajak (25%) 66,273,693.18 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36

Total Biaya Operasional 3,657,375,270.88 4,577,472,970.88 4,577,472,970.88 4,577,472,970.88 4,577,472,970.88 4,577,472,970.88 4,577,472,970.88 4,577,472,970.88

Total OUTFLOW 4,413,065,270.88 4,577,472,970.88 4,579,872,970.88 4,577,472,970.88 4,619,162,970.88 4,578,272,970.88 4,579,872,970.88 4,577,472,970.88

Net Benefit (506,465,270.88) 98,447,029.12 96,047,029.12 98,447,029.12 56,757,029.12 97,647,029.12 96,047,029.12 103,547,029.12

DF 6.5% 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60

PV/Tahun (475,554,244.96) 86,796,737.08 79,512,445.83 76,525,148.96 41,425,867.89 66,920,840.65 61,806,860.15 62,566,344.38

PV Positif 475,554,244.96

PV Negatif (475,554,244.96)

NPV 0.00

Net B/C 1.00

IRR 6.5%

PP 8.00

13

3

Page 151: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

Lampiran 14. Analisis Switching Value Penurunan Harga Gula 5,69% Semut pada Skenario II URAIAN 1 2 3 4 5 6 7 8

INFLOW

1. Penjualan

Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke pabrik 1,185,097,112.45 1,358,055,059.29 1,358,055,059.29 1,358,055,059.29 1,358,055,059.29 1,358,055,059.29 1,358,055,059.29 1,358,055,059.29

Penjualan Gula semut kemasan 40 kg ke trader 1,738,142,431.59 1,991,814,086.96 1,991,814,086.96 1,991,814,086.96 1,991,814,086.96 1,991,814,086.96 1,991,814,086.96 1,991,814,086.96

Penjualan gula semut kemasan 350 gram 59,254,855.62 56,585,627.47 56,585,627.47 56,585,627.47 56,585,627.47 56,585,627.47 56,585,627.47 56,585,627.47

Penjualan gula semut kemasan 350 gram ke

supermarket 886,600,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00 1,063,920,000.00

Total penerimaan penjualan 3,858,083,649.58 4,409,831,120.03 4,409,831,120.03 4,409,831,120.03 4,409,831,120.03 4,409,831,120.03 4,409,831,120.03 4,409,831,120.03

2. Nilai Sisa 5,100,000.00

TOTAL INFLOW 3,858,083,649.58 4,409,831,120.03 4,409,831,120.03 4,409,831,120.03 4,409,831,120.03 4,409,831,120.03 4,409,831,120.03 4,414,931,120.03

OUTFLOW

1. INVESTASI

Ijin Usaha

Akta Pendirian 450,000.00

Tanda Daftar Perusahaan 400,000.00 400,000.00

SIUP 400,000.00 400,000.00

NPWP 350,000.00

Izin Depkes 400,000.00

Sewa Tanah dan Bangunan 200,000,000.00

Rehab Bangunan 5,000,000.00

Mesin Pemotong (Slicer) 70,000,000.00

Mesin Pengayak 100,000,000.00

Mesin Penepung 72,500,000.00

Oven 67,500,000.00

Mesin Kemasan 90,000,000.00

Jet Pump 4,500,000.00

Troli 3,000,000.00 3,000,000.00

Gerobak 1,500,000.00 1,500,000.00

Bak Plastik 900,000.00 900,000.00 900,000.00 900,000.00

Loyang 20,000,000.00 20,000,000.00

Timbangan Duduk 500kg 2,500,000.00

Palet Kayu 1,500,000.00 1,500,000.00 1,500,000.00 1,500,000.00

Komputer 4,500,000.00 4,500,000.00

Laptop 5,000,000.00 5,000,000.00

Mobil 100,000,000.00

Meja 2,190,000.00 2,190,000.00

Kursi 1,500,000.00 1,500,000.00

Lemari 1,600,000.00 1,600,000.00

Total Investasi 755,690,000.00 2,400,000.00 41,690,000.00 800,000.00 2,400,000.00

2. BIAYA OPERASIONAL

13

4

Page 152: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung

a. Biaya tetap

Gaji Karyawan

1. Pimpinan 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00

2. Kepala Bagian 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00 36,000,000.00

Telepon 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00

Listrik 12,000,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00 14,400,000.00

Administrasi 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00

Promosi 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00

Pembelian Sarung Tangan 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00 400,000.00

Biaya Pemeliharaan mesin 4,000,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00

Total Biaya Tetap 125,000,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00 128,200,000.00

b. Biaya Variabel

Gula Cetak 2,973,085,227.27 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55 3,563,645,454.55

Biaya kemasan 40 kg 6,500,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00

Biaya kemasan 350 gram 298,000,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00 355,200,000.00

Gaji Karyawan Produksi 80,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00 96,000,000.00

Transportasi 60,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00 72,000,000.00

Total Biaya variabel 3,417,585,227.27 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55 4,094,645,454.55

c. Pajak (25%) 66,273,693.18 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36 88,538,636.36

Total Biaya Operasional 3,608,858,920.45 4,311,384,090.91 4,311,384,090.91 4,311,384,090.91 4,311,384,090.91 4,311,384,090.91 4,311,384,090.91 4,311,384,090.91

Total OUTFLOW 4,364,548,920.45 4,311,384,090.91 4,313,784,090.91 4,311,384,090.91 4,353,074,090.91 4,312,184,090.91 4,313,784,090.91 4,311,384,090.91

Net Benefit (506,465,270.88) 98,447,029.12 96,047,029.12 98,447,029.12 56,757,029.12 97,647,029.12 96,047,029.12 103,547,029.12

DF 6.5% 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60

PV/Tahun (475,554,244.96) 86,796,737.08 79,512,445.83 76,525,148.96 41,425,867.89 66,920,840.65 61,806,860.15 62,566,344.38

PV Positif 475,554,244.96

PV Negatif (475,554,244.96)

NPV 0.00

Net B/C 1.00

IRR 6.5%

PP 8.00

135

Page 153: ANALISIS KELAYAKAN USAHA - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60460/1/H... · 2013-02-26 · ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN GULA SEMUT (Kasus PD Saung