analisis kelayakan usaha franchise kebab turki … · dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini,...
TRANSCRIPT
ANALISIS KELAYAKAN USAHA FRANCHISE KEBAB TURKI BABA RAFI
(Kasus di Outlet Kebab Turki Baba Rafi 253 Cabang Bogor)
Oleh :RATIH OKTAWIDYA K
A 14105590
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
ANALISIS KELAYAKAN USAHA FRANCHISE KEBAB TURKI BABA RAFI
(Kasus di Outlet Kebab Turki Baba Rafi 253 Cabang Bogor)
Oleh :RATIH OKTAWIDYA K
A 14105590
SkripsiSebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjan Pertanianpada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul Skripsi : ANALISIS KELAYAKAN USAHA FRANCHISE KEBAB TURKI BABA RAFI (Kasus di Outlet Kebab Turki Baba Rafi 253 Cabang Bogor)
Nama : Ratih Oktawidya KNRP : A 14105590
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Febriantina Dewi, SE, M.ScNIP. 132 149 312
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.AgrNIP. 131 124 019
Tanggal Lulus Ujian :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL “ANALISIS KELAYAKAN USAHA FRANCHISE KEBAB TURKI BABA RAFI (Kasus di Outlet Kebab Turki Baba Rafi 253 Cabang Bogor)” BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, 2008
Ratih Oktawidya K A 14105590
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan putri sulung dari pasangan Bapak Edy Sudaryanto dan
Ibu Ruwi Mardiati yang lahir pada tanggal 07 Oktober 1984 di Kota Surabaya,
Jawa Timur. Pada tahun 1990, penulis menamatkan pendidikan Taman Kanak-
Kanak di TK Dwi Karya Surabaya, dan pada tahun 1996 menamatkan pendidikan
dasar di SDN Kalisari I Surabaya. Jenjang pendidikan menengah pertama
ditamatkan oleh penulis di SMPN 2 Bogor pada tahun 1999, serta menamatkan
pendidikan menengah atas di SMUN 5 Bogor, tahun 2002. Pada tahun yang sama,
penulis diterima menjadi mahasiswi Program Diploma III, Jurusan Manajemen
Usaha Boga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tahun 2005. Penulis
melanjutkan pendidikannya ke Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya yang
Maha luas dan Maha memberi tanpa batas. Atas izin-Nya pula penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dalam waktu yang telah ditentukan.
Dengan suksesnya penulisan skripsi mengenai “Analisis Kelayakan Usaha
Franchise Kebab Turki Baba Rafi (Kasus di Outlet Kebab Turki Baba Rafi 253
Cabang Bogor”, diharapkan mampu mengisi sebagian dari kebutuhan penulis dan
pembaca mengenai kelayakan usaha. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kelayakan usaha Kebab Turki Baba Rafi di Outlet 253 dari aspek pasar, teknis,
manajemen, lingkungan, dan finansial.
Penelitian ini merupakan hasil maksimal yang dapat dikerjakan oleh
penulis. Semoga dengan skripsi ini, mampu meningkatkan pengetahuan penulis
dan pembaca, bermanfaat bagi yang memerlukan, dan memberikan insipirasi baru
bagu peneliti lainnya.
Bogor, 2008
Ratih Oktawidya KA 14105590
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, saya mendapat banyak
bantuan, bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan
ini, saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Edy Sudaryanto dan Ibu Ruwi Mardiati, my precious parents, atas
segala usaha, upaya, dan doa mereka sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi. Semangat mereka memberikan motivasi yang sangat besar untuk
saya dalam menyelesaikan kewajiban akhir sebagai mahasiswa untuk
mendapatkan gelar Sarjana.
2. Ibu Febriantina Dewi, SE, M.Sc selaku dosen pembimbing yang selalu
bersedia meluangkan waktu untuk konsulasi atau bimbingan, membina,
dan memberikan pengarahan yang sangat berguna demi kesempurnaan
skripsi saya ini.
3. Teman, sahabat yang selalu setia menemami saya. Membantu saya dalam
keadaan susah maupun senang dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Resty Widya Kurniasari, my beloved sister, yang telah banyak meluangkan
waktu dan tenaga untuk membantusaya dalam menyelesaikan skripsi ini
secepatnya.
5. Kakak saya (Marita) yang telah berbaik hati untuk menggantikan rutinitas
pekerjaan saya di rumah selama saya menyelesaikan skipsi ini. Tanpa
kebaikannya, saya tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan perasaana
tenang.
6. Wukir Trangjiwani, Eli, Fransiska, Dizy, Ade, teman saya yang bersedia
diganggu waktunya untuk diajak berdiskusi mengenai kelayakan usaha.
Berkat bantuan dan saran dari mereka, saya dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan teguh hati dan keyakinan.
7. Teman Diploma, Desi Mustika yang selalu memberi support kepada saya
untuk secepatnya menyelesaikan skripsi agar dapat mencari pekerjaan.
8. Seluruh staf sekretariat Ekstensi Manajemen Agribisnis Baranang Siang,
khususnya untuk Mas Aji dan Mas Agus yang sudah bersedia membantu
mulai awal kuliah di ekstensi, menolong menyiapkan sarana untuk
kolokium, seminar, dan sidang, dan lainnya. Serta staf lainnya yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungannya selama
ini.
9. Last but not least, dosen penguji waktu saya menjalani kolokium yaitu Ibu
Rita. Dosen yang saya banggakan, saran dari beliau sungguh sangat
bermanfaat. Selain itu, beliau adalah dosen penguji yang sangat mengerti
akan kemampuan dan keinginan mahasiswa dalam melakukan penelitian.
Two thumbs up !!.
Pada akhirnya, sebagai manusia biasa. Saya menyadari bahwa skripsi ini
jauh dari kesempurnaan. Saya meminta maaf apabila terdapat banyak kekurangan
dan kesalahan dalam hal penulisan.
Bogor, 2008
Ratih Oktawidya Kusumawati
RINGKASAN
RATIH OKTAWIDYA KUSUMAWATI. A 14105590. Analisis Kelayakan Usaha Franchise Kebab Turki Baba Rafi (Kasus di Outlet Kebab Turki Baba Rafi253 Cabang Bogor). Di bawah bimbingan FEBRIANTINA DEWI.
Pilihan usaha melalui franchise, khusunya sektor food and beverageseperti Kebab Turki Baba Rafi, Klenger Burger, Mr. Celup, Mc. Donals, KFC, dan lain-lain sebagai salah satu usaha franchise modern yang banyak diminati pelaku usaha saat ini. Franchise pada sektor food and beverage merupakan sarana yang tepat untuk memperluas jangkauan pemasaran dengan pendistribusian bahan baku yang relatif pendek. Potensi pasar bisnis franchise sangat besar terlihat dari usaha franchise pada sektor food and beverage yang bermunculan di tanah air, baik lokal maupun asing. Usaha franchise di Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat, terutama pada franchise lokal. Menurut Rachmadi (2008), usaha franchise lokal tahun 2005 sebanyak 42 usaha. Setahun berikutnya (2006) angka tersebut melonjak menjadi 49 atau mengalami kenaikan sekitar 8,8 persen, dan tahun 2007, angka tersebut terus mengalami kenaikan sebanyak 62 usaha atau meningkat sekitar 60 persen. Pertumbuhan franchise lokal tersebut dialami pula oleh franchise Kebab Turki Baba Rafi.
Kebab Turki Baba Rafi (KTBR) merupakan usaha milik PT Baba Rafi Indonesia yang berpusat di Kota Surabaya. Sebanyak 270 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia, seperti pada Outlet 253 merupakan sebutan untuk cabang KTBR yang ke-253. Outlet KTBR 253 dimiliki oleh seorang pegawai negeri sipil, dan usaha tersebut telah berjalan lima bulan. Produk KTBR yang dijual antara lainkebab, kebab gila, syawarma, hotdog, beef burger, chicken burger, crispy burger, wiener jumbo, hotdog jumbo, burger gila, canai original, canai salad, canai coklat keju, dan kebab pisang coklat keju.
Sebelum memulai usaha, outlet 253 melakukan sewa lokasi yang dimulai per tiga bulan terhitung masa percobaan untuk melihat pangsa pasar di lokasi tersebut. Dikarenakan pemilik tempat tersebut akan melakukan renovasi rumah menyebabkan waktu sewa lokasi yang tidak dapat diperpanjang, sehingga franchisee outlet 253 tersebut berencana melakukan relokasi outlet. Dengan melakukan relokasi outlet, maka franchisee 253 harus mempertimbangkan berberapa hal, antara lain menambah jumlah pelanggan, keamanan lokasi yang baru, biaya sewa lokasi baru, dan dampak usaha tersebut pada masyarakat sekitar.
Berdasarkan permasalahan diatas, usaha franchise KTBR cabang 253 selanjutnya diharapkan dapat melakukan operasional usaha di lokasi baru setelah dinyatakan layak secara teknis, pasar, manajemen, lingkungan, serta finansial. Adapun tujuan penelitian ini, yaitu: (1) Menganalisis kelayakan aspek pasar, teknis, manajemen, lingkungan dan finansial, (2) Menganalisis tingkat kepekaan kelayakan investasi produk Kebab Turki Baba Rafi di cabang outlet 253.
Dalam penelitian ini menggunakan data primer yang dianalisis dengan melihat aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek lingkungan, dan aspek finansial yang dianalisis dengan bantuan microsoft excel. Hasil dari analisis aspek pasar yang diteliti ditunjukkan adanya lokasi baru yang dijadikan tujuan untuk melakukan relokasi usaha. Pemasaran harus dilakukan secara intensif setelah melakukan relokasi, dengan harapan pelanggan lama akan terus datang dan
membeli produk KTBR. Strategi pemasaran yang dilakukan yaitu menyebarkan flyer menu, serta aktif mengunjungi sekolah, kampus, kantor, maupun acara-acara khusus untuk berpartisipasi mengisi stand bazar. Sehingga keberadaan usaha franchise KTBR cabang 253 akan terus berkembang. Berdasarkan kondisi lokasi baru yang akan dituju sebagai relokasi usaha yang dekat dengan jalan raya alternatif dan Alfamart, dengan konsumen Alfamart maupun pengguna jalan yang terus melintas sehingga secara teknis mendukung untuk dilaksanakannya kegiatan operasional usaha franchise KTBR.
Hasil analisis aspek lingkungan menjelaskan bahwa usaha KTBR cabang 253 tidak memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat yang ingin menjadi pegawai operasional (operator) di outlet KTBR 253. Tetapi usaha tersebut memberikan penerimaan tambahan bagi pemilik warung, toko, atau salon yang disewa oleh outlet KTBR.
Struktur organisasi yang sederhana memudahkan tugas, wewenang, dan tanggung jawab bagi franchisee maupun operator. Operator outlet 253 diperoleh dari franchisor, yang telah melalui masa training. Berdasarkan hasil analisis aspek manajemen maka usaha franchise KTBR cabang 253 layak untuk dijalankan.
Hasil analisis aspek finansial menunjukkan bahwa usaha tersebut layak untuk dilakukan dengan perhitungan menggunakan kriteria investasi. Usaha franchise KTBR cabang 253 memperoleh keuntungan Rp 51.042.200 per tahunnya. Kemudian berdasarkan kriteria kelayakan usaha, diperoleh nilai NPV lebih dari nol yaitu Rp 159.462.413 yang berarti usaha franchise KTBR 253 menurut nilai sekarang (present value) adalah menguntungkan untuk dilaksanakan, sedangkan nilai net B/C yang diperoleh dari hasil analisis kelayakan usaha sebesar 18,0 dan dinyatakan layak sebab nilai net B/C tersebut lebih dari satu. Kemudian nilai IRR sebesar 5,24, berdasarkan nilai IRR tersebut usaha franchise KTBR dinyatakan layak, karena nilai IRR yang dihasilkan lebih dari tingkat diskonto yang digunakan dalam analisis Internal Rate Return sebesar empat persen. Modal yang dikeluarkan untuk usaha ini akan kembali dalam jangka waktu satu tahun dua bulan.
Analisis switching value menggunakan dua skenario yaitu skenaikan harga bahan baku (skenario I) dan penurunan volume penjualan produk KTBR (skenario II). Hasil analisis menunjukkan bahwa skenario I kurang peka (kurang sensitif)terhadap perubahan variabel yang terjadi dibandingkan dengan skenario II. Penurunan volume penjualan produk KTBR sebesar 13,9 lebih sensitif dibandingkan dengan kenaikan harga bahan baku yaitu 22,9. Hal ini dikarenakan persentase switching value pada skenario II lebih kecil dibandingkan dengan persentase pada skenario I.
Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial dan analisis switching value, terlihat bahwa usaha franchise KTBR cabang 253 layak untuk dijalankan. Franchisee outlet KTBR 253 disarankan memperhatikan penurunan volume penjualan yang dapat mempengaruhi jumlah pelanggan dan keuntungan.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................. iDAFTAR GAMBAR ................................................................................ iiDAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................... 11.2 Perumusan Masalah ........................................................... 61.3 Tujuan Penelitian .............................................................. 91.4 Manfaat Penelitian ........................................................... 91.5 Batasan Penelitian ............................................................ 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Franchise .............................................................................. 112.1.1. Definisi Franchise ........................................................ 112.1.2. Sejarah Franchise ....................................................... 122.1.3. Franchisor dan Franchisee ......................................... 13
2.2. Kebab .................................................................................. 142.2.1. Istilah Kebab ................................................................. 142.2.2. Produk Kebab Turki Baba Rafi ................................... 152.3. Hasil Penelitian Terdahulu ……………………………… 15
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................. 173.1.2. Aspek-aspek Analisis Kelayakan ............................... 18 3.1.2.1. Aspek Pasar ..................................................... 18
3.1.2.2. Aspek Teknis .................................................... 193.1.2.3. Aspek Manajemen ........................................... 203.1.2.4. Aspek Lingkungan ........................................... 203.1.2.5. Aspek Finansial .............................................. 20
3.1.3. Analisis Sensitivitas (Switching Value) ……………… 233.2. Kerangka Pemikiran Operasional …………………………... 24
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 274.2. Jenis dan Sumber Data .......................................................... 274.3. Metode Penarikan Sampel ..................................................... 274.4. Metode Analisis Data ............................................................ 28
4.4.1. Analisis Aspek Pasar .................................................. 284.4.2. Analisis Aspek Teknis ................................................ 294.4.3. Analisis Aspek Manajemen ........................................ 294.4.4. Analisis Aspek Lingkungan ....................................... 294.4.5. Analisis Aspek Finansial ............................................. 29
4.4.5.1. Net Present Value (NPV) …………………… 294.4.5.2. Internal Rate Return (IRR) ........................... 304.4.5.3. Net Benefit Cost Ratio (B/C ratio) ………… 314.4.5.4. Payback Period (PP) ..................................... 314.4.5.5. Analisis Sensitivitas (Switching Value) ......... 32
4.5. Asumsi Dasar ......................................................................... 33
BAB V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1. Gambaran Umum Kebab Turki Baba Rafi .......................... 355.1.1. Sejarah Kebab Turki Baba Rafi ................................... 355.1.2. Tipe Outlet .................................................................. 375.1.3. Model Usaha Franchise Kebab Turki Baba Rafi ....... 37
5.2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................... 40
BAB VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK PASAR, TEKNIS, MANAJEMEN, DAN LINGKUNGAN
6.1. Aspek Pasar ........................................................................... 41 6.1.1. Lokasi Usaha di Alfamart Ciheuleut ..................... 41 6.1.2. Pasar Potensial ......................................................... 42 6.1.3. Permintaan ............................................................... 43 6.1.4. Persaingan .............................................................. 43 6.1.5. Strategi Pemasaran ................................................. 44 6.1.6. Bauran Pemasaran .................................................. 44
6.2. Aspek Teknis ......................................................................... 6.2.1. Lokasi Usaha Kebab Turki Baba Rafi ..................... 48 6.2.2. Ketersediaan Bahan Baku ...................................... 51 6.2.3. Kriteria Pmilihan Alat ........................................... 51 6.2.4. Proses Pembuatan Produk KTBR .......................... 52
6.3. Aspek Manajemen ................................................................. 596.4. Aspek Lingkungan ................................................................ 626.5. Aspek Finansial .................................................................... 63
6.5.1. Arus manfaat (inflow) ............................................ 636.5.2. Arus Biaya (Outflow) ............................................ 64
6.5.3. Kelayakan Finansial Usaha Franchise KTBR ........ 70 6.5.4. Analisis Sensitivitas Usaha Franchise KTBR ......... 71
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ………………………………………………… 737.2. Saran ………………………………………………………. 74
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………... 75LAMPIRAN ……………………………………………………………. 76
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Jumlah Perusahaan Franchise di Indonesia berdasarkan Asalnya ......... 2
2. Permintaan 6 Franchise Pada Sektor Food and Beverage …………….. 4
3. Permintaan Kebab Turki di Cabang Outlet KTBR 253 ........................ .43
4 . Rincian Biaya Investasi Usaha Franchise KTBR …………………….. 64
5. Rincian Belanja Bahan Baku (untuk tiga hari) ……………………….. 66
6. Rincian Biaya Perlengkapan Pendukung …………………………... 69
7. Rincian Biaya Variabel Usaha Franchise KTBR …………………… 69
8. Kriteria Kelayakan Finansial Investasi Usaha Franchise KTBR ......... 70
9. Analisis Sensitivitas Usaha Franchise Kebab Turki Baba Rafi Pada .... 72
Kedua Skenario
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Kerangka Pemikiran Opersional ........................................................ 26
2. Tahapan Menjadi Franchisee Kebab Turki Baba Rafi ...................... 38
3. Alur Pendistribusian Produk Kebab Turki Baba Rafi ........................ 47
4. Struktur Organisasi Outlet KTBR Cabang 253 .................................. 59
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Tipe Gerobak Kebab Turki Baba Rafi ................................................1
2. Menu KTBR dan Lokasi Baru Outlet KTBR Cabang 253 ......................2
3. Harga Bahan Baku Kebab Turki Baba Rafi ............................................3
4. Cashflow Kebab Turki Baba Rafi ...........................................................4
5. Analisis Sensitivitas (Switching Value) Skenario I ................................5
6. Analisis Sensitivitas (Switching Value) Skenario II ..............................6
7. Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 0,5 % ................7
8. Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 1 % ...................8
9. Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 1,5 % ................9
10. Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 2 % ...................10
11. Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 2,5 % ................11
12. Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 3 % ...................12
13. Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 3,5 % ................13
14. Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 4 % ...................14
15. Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 4,5 % ............... 15
16. Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 5 % .................. 16
17. Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 5,5 % ............... 17
18. Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 6 % .................. 18
19. Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 6,5 % ............... 19
20. Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 7 % .................. 20
21. Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 7,5 % ............... 21
22. Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 8 % .................. 22
23. Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 8,5 % ............... 23
24. Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 9 % .................. 24
25. Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 9,5 % .............. 25
26. Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 10 % ............... 26
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
27. Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 10,5 % ............. 27
28. Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 11 % .................28
29. Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 11,5 % ..............29
30. Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 12% ..................30
31. Casflow Kenaikan Harga Bahan Baku Kebab Turki Baba Rafi 7 % ......31
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persaingan dalam segala bidang mendorong masyarakat untuk giat dalam
mendapatkan penghasilan. Selain menjadi pegawai atau karyawan di suatu institusi,
masyarakat saat ini mulai mencoba menjalankan usaha di berbagai hal seperti
menjual pakaian, asesoris wanita, sepatu, hingga makanan. Oleh karena itu, banyak
ruko, stan di dalam mal, restoran, café, hingga outlet banyak dijumpai sebagai sarana
dalam menjalankan usaha.
Dalam mendirikan suatu usaha, para pelaku usaha menggunakan sumber
permodalan baik milik pribadi maupun dari pihak lain. Sumber modal dari pihak lain
tersebut dapat diperoleh dari bank, rentenir, kerabat, maupun investor. Jumlah modal
yang digunakan oleh pelaku usaha sangat bergantung kepada skala usahanya, dimana
usaha tersebut terbagi atas usaha kecil, sedang, dan besar. Kegiatan usaha dengan
skala sedang memperoleh modal dari investor untuk menyediakan bangunan dan
sarana usaha. Hal ini dapat dijumpai pada kegiatan usaha franchise yang sekarang ini
banyak dijalankan oleh para pelaku usaha di beberapa kota.
Franchise dibedakan menjadi dua yaitu franchise lokal dan franchise asing.
Kemudahan dalam menjalankan usaha franchise serta keyakinan dalam memperoleh
pangsa pasar lebih cepat menjadikan salah satu alasan memilih usaha franchise.
Di Indonesia, pada tahun 2005 hingga tahun 2007, jumlah pelaku usaha franchise
baik lokal maupun asing terus meningkat, hal ini ditunjukkan pada Tabel 1.
2
Tabel 1. Jumlah Perusahaan Franchise di Indonesia berdasarkan Asalnya
Franchise Lokal Franchise AsingTahunJumlah Pertumbuhan
(%)Jumlah Pertumbuhan
(%)2005 42 8 230 82006 49 8,8 239 112007 62 26,5 270 12,9
Sumber : Rachmadi, 2008
Dari data diatas, menunjukkan bahwa franchise lokal mengalami
perkembangan yang sangat pesat yaitu hingga 60% pada tahun 2005-2007.
Sedangkan pertumbuhan franchise asing pada tahun yang sama mencapai 27,35%.
Hal ini menunjukkan bahwa, dalam tiga tahun terakhir, antusiasme pelaku usaha
franchise lokal lebih menonjol dalam melakukan perkembangan usaha dibandingkan
franchise asing (Rachmadi, 2008). Implikasinya adalah dengan semakin banyaknya
franchise lokal yang bermunculan menyebabkan persaingan yang ketat pada usaha
franchise di Indonesia. Hal tersebut membuat franchisee dihadapkan pada berbagai
pilihan brand, sehingga franchisor perlu mengetahui kebutuhan dan keinginan
franchisee agar dapat menciptakan dan menjual franchise yang dapat diterima oleh
franchisee.
Pilihan brand pada franchise lokal dapat ditemukan pada lima sektor industri,
antara lain sektor food and beverage, educational product and service, ritel, real
estate service, laundry, and dry cleaning, dan lain-lain (Rachmadi, 2008). Sektor food
and beverage menjadi pilihan franchise yang paling banyak dijalankan di Indonesia.
Salah satu keunggulan franchise pada sektor food and beverage adalah bentuk
franchise yang merupakan usaha instan yang banyak diminati oleh pengusaha di
3
Indonesia, karena pasar yang sudah tersedia serta beberapa keuntungan dari bentuk
franchise itu sendiri seperti bantuan manajerial dan operasional yang diberikan oleh
franchisor.
Usaha franchise makanan mempunyai ciri khusus dari produknya sehingga
dapat lebih bertahan dari ancaman pasar. Distribusi usaha franchise sangat pendek,
sehingga kontrol terhadap mutu produk dan pelayanan dapat dilakukan secara
langsung. Usaha yang bergerak dalam sektor food and beverage tidak akan pernah
sepi dan bahkan terus menjamur. Menurut Rahmadi (2008), diperkirakan franchise
pada sektor food and beverage akan terus meningkat dan akan menjadi sebuah trend.
Salah satu nama franchise pada sektor food and beverage adalah Kebab Turki
Baba Rafi. Makanan khas Timur Tengah ini mulai menarik perhatian masyarakat dari
berbagai kalangan, produk KTBR yang terdiri dari kebab, kebab gila, syawarma,
hotdog, beef burger, chicken burger, crispy burger, wiener jumbo, hotdog jumbo,
burger gila, cane original, cane salad, cane coklat keju, dan kebab pisang coklat keju.
Produk KTBR tersebut banyak mendapat permintaan dari masyarakat.
Belum genap tiga tahun berdiri, produk KTBR telah mendapatkan banyak
franchisee, hal ini terjadi hingga pertengahan tahun 2006 dimana KTBR sudah hadir
di 170 outlet. Dari 170 outlet tersebut, enam outlet diantaranya merupakan milik
franchisor. Permintaan akan franchise Produk KTBRdapat dilihat pada Tabel 2, yang
menunjukkan peningkatan peminat Produk KTBRdibandingkan franchise yang lain
dengan tipe outlet (bukan restoran).
4
Tabel 2. Permintaan 6 Franchise Pada Sektor Food and Beverage
Tahun (Milik Franchisor) Tahun (Yang di-franchise-kan)No.
Nama Franchise2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006
1. Edam Burger - - 1 - 50 55 60 802. Hotdog Booth - - - 14 - - - 163. KTBR - 6 6 6 - 10 23 1704. Mr Celup’s 1 1 1 - 1 59 29 155. Picazzo Burger - 4 4 4 - 20 36 436. Red Crispy 5 5 5 - 50 145 245 105
Sumber : Marimbo (2007)
Dari data diatas, menunjukkan bahwa tawaran jenis makanan yang sudah
familiar (umum) bagi usaha franchise makanan ikut menyemarakkan usaha pada
sektor food and beverage. Hal ini terjadi pada franchise makanan yang menjual sajian
seperti fried chicken, Kebab Turki, burger, pizza, serta sajian cepat saji lainnya.
Franchise pada sektor food and beverage yang menjual masakan western
sudah semakin menjamur dari tahun ke tahun. Hanya saja fenomena masakan western
tersebut membuat franchise lain menciptakan menu yang lain, salah satunya yaitu
Kebab Turki. Meskipun konsumen masih berminat dengan makanan ala Barat, yang
terbukti dengan larisnya restoran fast food dari Amerika Serikat. Namun bersamaan
dengan besarnya pengaruh budaya Timur Tengah ke masyarakat Indonesia akhir-
akhir ini, pangsa pasar produk KTBR juga ikut meluas. Terlebih lagi sebagian besar
penduduk Indonesia adalah muslim yang lebih mengutamakan makanan dengan label
halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) (Setiawan, 2006).
Produk KTBR merupakan salah satu jenis franchise makanan yang
menawarkan 16 menu pilihan. Salah satunya adalah kebab yang berbahan dasar
tortila yang terbuat dari tepung gandum yang dihidangkan dengan irisan daging sapi,
sayuran, serta saus pelengkap, sehingga didapatkan bentuk yang unik, rasa yang lezat,
dan belum dijumpai sebelumnya. Variasi makanan khas Timur Tengah yang
5
membuat daya tarik bagi konsumen serta menghindari kejenuhan pasar akan makanan
yang sering ditawarkan pada konsumen.
PT Baba Rafi Indonesia merupakan perusahaan yang menjual produk
makanan Timur Tengah yang diberi nama Kebab Turki Rafi (KTBR). Perusahaan ini
didirikan pada tahun 2005, oleh seorang alumni Institut Teknologi Surabaya. Berkat
pengalaman selama di negara Timur Tengah, membuat pendiri PT Baba Rafi
Indonesia ini mempunyai ide untuk mencoba menjual produk KTBR dengan versi
lain. Produk KTBR tersebut dipasarkan di daerah Surabaya dengan memilih lokasi
usaha yang cukup strategis yaitu di depan kampus dan dekat dengan jalan raya
menjadi langkah awal dalam memperoleh pangsa pasar.
Sejak saat itu, pendiri KTBR menjalankan usaha KTBR dalam bentuk
franchise. Outlet merupakan sarana untuk menjual produk KTBR dan saat ini hampir
270 outlet KTBR tersebar di beberapa kota di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung,
Surabaya, Makasar, Palembang, Bali, Bogor, Sidoarjo, Jember, Malang, Gresik,
Kediri, Yogyakarta, Semarang, Cilacap, Kudus, Medan, Solo, Lampung, Batam,
Pekanbaru, Balikpapan, Banjarmasin, Karawang, Tasikmalaya, Sukabumi, dan
Bekasi. Khususnya di kota Bogor terdapat sepuluh outlet KTBR yang berdiri dan
masing-masing outletnya dimiliki oleh franchisee yang berbeda. Kesepuluh outlet di
kota Bogor tersebut, belum didukung dengan peninjauan lebih dalam mengenai
kelayakan usaha masing-masing outlet. Oleh karena itu, studi kelayakan usaha di
outlet KTBR perlu dilakukan.
6
1.2. Perumusan Masalah
Salah satu yang tergolong dalam franchise pada sektor food and beverage
adalah Kebab Turki Baba Rafi. KTBR merupakan pencetus makanan Timur Tengah
pertama di Indonesia, mulai dari kemasan, bentuk, rasa, serta penyajian menjadi hal
utama yang diperhatikan. Kesamaan dari hal tersebut diatas menjadikan trade mark
dari KTBR yang dapat dijumpai di semua outlet KTBR.
Tidak hanya itu, pertimbangan dari franchisee bergabung dengan KTBR
karena mempunyai konsep pemasaran yang diwujudkan melalui outlet dengan
tampilan yang eye-cathing dibandingkan dengan usaha sejenis. Pertimbangan lain
dari franchise ini yaitu banyak franchisee lain yang ikut terlibat dalam usaha tersebut
yang tercatat hingga saat ini mencapai 270 outlet di Indonesia, dan sepuluh outlet
diantaranya berada di kota Bogor.
Pada tahun 2006, outlet KTBR cabang ke 162 merupakan outlet pertama di
Kota Bogor dengan tipe outlet gerobak. Kemudian saat ini sepuluh outlet yang
tersebar di beberapa wilayah kota Bogor dengan tipe outlet yang sama, dengan
harapan ingin memberikan pilihan akan variasi makanan yang belum pernah ada
sebelumnya serta ingin lebih dekat dengan konsumen sehingga mudah dijangkau.
Walaupun jumlah konsumen dari masing-masing outlet terus bertambah setiap
tahunnya, itu semua tidak terlepas dari pemilihan lokasi yang strategis sehingga dapat
dijangkau oleh konsumennya. Sebab masing-masing lokasi memiliki pengaruh yang
berbeda-beda terhadap usaha franchise KTBR, sehingga kelayakan usaha tidak hanya
untuk franchisornya saja, melainkan untuk pihak franchisee sebagai pemilik outlet.
7
Kelayakan usaha masing-masing outlet KTBR menjadi hal yang paling
penting bagi franchisee. Sebab banyak dijumpai relokasi outlet disebabkan banyak
faktor, diantaranya menurunnya jumlah konsumen, harga sewa tempat yang mahal
(melebihi batas sewa lokasi menurut Standart Operational Procedure (SOP)) yaitu
Rp 1.000.000/bulan yang melebihi standar harga sewa dari KTBR yaitu Rp 300.000-
Rp 450.000/bulan, lokasi usaha yang kurang aman, hingga menurunnya omset
penjualan harian. Beberapa faktor tersebut menyebabkan franchisee mengeluarkan
dana tambahan yang tidak sedikit, dan bukan hanya itu pemilihan lokasi baru
membuat outlet tersebut bersaing dengan usaha lain supaya mendapatkan konsumen
yang lebih banyak serta dapat menjadi pelanggan tetap.
Tak terkecuali untuk outlet KTBR 253 yang berlokasi di Universitas Pakuan
Bogor. Outlet 253 merupakan sebutan untuk cabang KTBR yang ke-253. Outlet
KTBR 253 dimiliki oleh seorang pegawai negeri sipil, dan usaha tersebut telah
berjalan lima bulan. Setiap bulannya, jumlah konsumen dari outlet KTBR 253
mencapai hampir 75 orang dan diantaranya adalah pelanggan tetap dari Perumahan
Bogor Baru, Bogor Like Side, mahasiswa/i Universitas Pakuan maupun siswa/i SMK
PGRI serta siswa/i SMAKBO.
Sebelum memulai usaha tersebut, outlet 253 melakukan sewa lokasi yang
dimulai per tiga bulan terhitung masa percobaan untuk melihat pangsa pasar di lokasi
tersebut. Dikarenakan pemilik tempat tersebut akan melakukan renovasi rumah
menyebabkan waktu sewa lokasi yang tidak dapat diperpanjang, sehingga franchisee
outlet 253 tersebut berencana melakukan relokasi outlet.
8
Dengan melakukan relokasi outlet, maka franchisee harus mempertimbangkan
berberapa hal, antara lain menambah jumlah pelanggan, keamanan lokasi yang baru,
biaya sewa lokasi yang dituju, serta kelayakan usaha tersebut di lokasi yang baru. Hal
tersebut menjadi pertimbangan bagi franchisee 253 sebab lokasi baru yang dituju
berada di jalan alternatif dan tidak tampak jelas dari jalan utama. Pertimbangan
tersebut menjadikan ukuran bagi franchisee outlet tersebut dalam melanjutkan
usahanya dengan melakukan kelayakan usaha. Dan diharapkan dapat memberikan
saran bagi franchisee untuk melakukan antisipasi terhadap segala perubahan yang
terjadi pada usahanya di masa yang akan datang.
Tidak hanya mempertimbangkan beberapa hal yang telah diuraikan diatas
saja, melainkan franchisee juga melakukan training bagi operatornya untuk mengenal
lokasi outlet yang baru, melakukan kegiatan promosi di lingkungan yang baru,
mengatur jadwal buka outlet yang disesuaikan dengan situasi pasar, dan lain-lain.
Oleh karena itu, studi kelayakan diperlukan untuk mengetahui apakah produk KTBR
di cabang outlet 253 dinyatakan layak untuk suatu usaha setelah melakukan relokasi
di tempat yang baru. Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan diteliti
adalah :
a. Bagaimana kelayakan usaha produk KTBR di cabang outlet 253 melalui
aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek lingkungan dan aspek
finansial ?
b. Bagaimana tingkat kepekaan kelayakan investasi produk KTBR di cabang
outlet 253 ?
9
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan hasil perumusan masalah diatas, maka penelitian
ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Menganalisis kelayakan aspek pasar, teknis, manajemen, lingkungan dan
finansial.
2. Menganalisis tingkat kepekaan kelayakan investasi produk KTBR di cabang
outlet 253.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk :
1. Bagi franchisor, penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah serta
evaluasi kelayakan usaha suatu outlet dan proses pengambilan keputusan
sehingga dapat diperoleh masukan yang berguna.
2. Bagi calon franchisee, sebagai salah satu sumber informasi pertimbangan
untuk melakukan relokasi outlet.
3. Bagi pembaca, sebagai bahan kajian mengenai analisis kelayakan usaha
franchise khususnya pada Kebab Turki Baba Rafi dan sebagai rujukan
penelitian selanjutnya.
10
1.5. Batasan Penelitian
Karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana, maka penelitian ini dibatasi pada:
1. Objek penelitian adalah franchise produk KTBR cabang outlet 253.
2. Harga yang digunakan dalam analisis finansial merupakan harga yang telah
ditetapkan langsung oleh franchisor KTBR (pemilik franchise KTBR).
3. Kegiatan promosi yang diteliti hanya pada franchisee KTBR cabang ke 253.
4. Aspek kelayakan yang diteliti adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek lingkungan, dan aspek finansial.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Franchise
2.1.1. Definisi Franchise
Franchise berasal dari bahasa Perancis (affanchir) yang artinya kejujuran atau
kebebasan hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun layanan. Sedangkan
menurut versi pemerintah Indonesia, franchise adalah suatu ikatan dimana salah satu
pihak diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan
intelektual (HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain
dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain
tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa.
Menurut Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), franchise ialah suatu sistem
pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir. Pemilik merek (franchisor)
memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan usaha dengan
merek, nama, sistem, prosedur, dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya
dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.
Franchise sebagai suatu bentuk organisasi terus berkembang dan semakin
menarik perhatian, karena hal-hal yang ditawarkan oleh usaha ini menyangkut
pekerjaan, peluang profesi mandiri (self employment opportunities) (British
Franchise Association, 2004).
12
Rachmadi (2008) berpendapat, franchise adalah suatu bentuk sinergi usaha
yang ditawarkan oleh suatu perusahaan yang sudah memiliki kinerja unggul karena
didukung oleh sumber daya berbasis pengetahuan dan orientasi kewirausahaan yang
cukup tinggi dengan governance structure (tata kelola) yang baik, dan dapat
dimanfaatkan oleh pihak lain dengan melakukan hubungan kontraktual untuk
menjalankan usaha dibawah format usaha dengan imbalan yang disepakati.
2.1.2. Sejarah Franchise
Konsep jejaring toko sebagai sistem franchise yang sudah ada sejak 200 SM
di China. Saat itu pengusaha lokal negeri itu bernama Lo Kass mengoperasikan
beberapa unit toko, berabad-abad kemudian konsep franchise diadopsi oleh
pengusaha terutama di Eropa yang melahirkan istilah franchise. Di Jerman sekitar
tahun 1840-an, sudah banyak pengusaha bir memberikan hak untuk menjualkan bir
produksinya kepada kedai-kedai minuman. Kemudian pada tahun 1851 di Amerika
Serikat, The Singer Sewing Machine Company mulai memberikan hak untuk
mendistribusikan mesin jahit produksinya kepada distributor (IFBM, 2007).
Pada tahun 1935, Howard Deering Johnson bekerjasama dengan Reginald
Sprague untuk memonopoli usaha restoran modern. Gagasan pendiri adalah
membiarkan rekanan untuk mandiri menggunakan nama yang sama, makanan,
persediaan, logo, dan membangun desain sebagai pertukaran dengan suatu
pembayaran.
13
Dalam perkembangannya, sistem ini mengalami berbagai penyempurnaan
terutama di tahun 1950-an yang kemudian franchise dikenal sebagai format usaha
(bussiness format). Tetapi The Singer-lah yang menjadi cikal bakal munculnya
franchise.
Di Indonesia, istilah franchise mulai banyak dikenal pada tahun 1990-an.
Awalnya ketika Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) International Labor
Organization (ILO) di tahun 1991 menyarankan kepada Pemerintah Indonesia agar
mengembangkan sistem franchise untuk meningkatkan lapangan kerja, setelah itu
dibentuklah Franchise Resource Center (FRC). FRC merupakan wadah
pemberdayaan usaha-usaha menjadi franchise, memasyarakatkan, mensosialisasikan
sistem franchise, serta mendorong pertumbuhan franchise lokal. Lembaga ini berada
di bawah Departemen Perdagangan (Setiawan, 2006).
2.2.3. Franchisor dan Franchisee
Franchisor adalah badan usaha atau perorangan yang memberikan hak kepada
pihak lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual
atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki. Sedangkan franchisee adalah badan
usaha atau perorangan yang diberikan hak kepada untuk memanfaatkan dan atau
menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang
dimiliki franchisor (IFBM, 2007).
Franchisor dan franchisee memiliki banyak ikatan antara lain : kesepakatan
konseptual antara kedua belah pihak (kontrak), adanya hak atas kekayaan intelektual
atau penemuan atau ciri khas atau merek/nama dagang yang dimiliki
14
satu pihak yang digunakan pihak lainnya. Imbalan (fee) yang diberikan pihak
pengguna pada pemilik hak kekayaan intelektual, penemuan, ciri khas usaha, atau
merek/nama dagang, kemudian adanya pemeliharaan kepentingan terus-menerus
yang dilakukan pihak pertama dalam bidang-bidang pengetahuan dan pelatihan,
adanya format atau prosedur yang dimiliki dan dikendalikan satu pihak, serta adanya
dana investasi yang dikeluarkan oleh pihak pengguna.
2.2. Kebab
2.2.1. Istilah Kebab
Kata kabab (اب berasal dari bahasa Arab atau Persia yang berarti daging (کب
yang digoreng dan bukanlah daging yang dipanggang. Kata kabab dari bahasa Arab
tersebut berasal dari Aramaic kabbaba yang berasal dari daerah Akkadian kababu,
berarti “membakar atau menggosongkan.”
Pada abad ke-14, kata kebab menurut kamus Lisan al’Arab memiliki
persamaan kata dengan kata tabahajah yaitu kata dalam bahasa Persia untuk sajian
sepotong daging yang digoreng. Kata dalam bahasa Persia tersebut lebih dikenal pada
saat abad pertengahan, yang akhirnya kata kebab tersebut digunakan dalam buku-
buku berbahasa Arab. Kata kebab lebih sering digunakan pada saat ini dibandingkan
saat di Turki yang sebelumnya menemukan kata shiwa untuk daging yang
dipanggang. Namun, kebab tetap memegang teguh kata aslinya dengan menyajikan
makanan seperti tas kebab (kebab dalam mangkuk). Sama halnya dengan daging
panggang khas Egypt yang disajikan dengan bawang bombay lebih dikenal dengan
istilah “kebab halla”.
15
2.2.2. Produk Kebab Turki Baba Rafi
Adalah usaha makanan yang menjual produk KTBR diantaranya kebab, kebab
gila, syawarma, hotdog, beef burger, chicken burger, crispy burger, wiener jumbo,
hotdog jumbo, burger gila, cane original, cane salad, cane coklat keju, dan kebab
pisang coklat keju.
Produk KTBR milik PT Baba Rafi Indonesia dikelola dengan suatu format
dan teknik manajemen serta metode, prosedur, standar, dan teknik mengolah dengan
menggunakan peralatan standar KTBR. Perangkat-perangkat pendukung lain yang
digunakan, bertujuan untuk dapat memperoleh hasil dengan kualitas relatif baik dan
dalam waktu relatif singkat.
2.3. Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Junaidi (2006) dengan judul Analisis dan Evaluasi Faktor
yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Franchise (Studi Kasus Alfamart Wilayah
Jabotabek) diperoleh hasil evaluasi tingkat kepentingan pada tahap awal analisis
multiatribut Fishbein menunjukkan bahwa semua atribut seperti sistem manajemen
franchise, lama pengembalian modal, dan pelayanan toko dipertimbangkan oleh
konsumen.
Berdasarkan tingkat kepercayaan konsumen terhadap franchise alfamart
menunjukkan bahwa atribut yang paling baik yaitu reputasi merek sebesar 5,28 dan
atribut paling rendah yaitu lamanya pengembalian modal sebesar 4,65.
Berdasarkan hasil penelitian Putera (2006) dengan judul Evaluasi Kelayakan
Usaha Pada Restoran Mie Kondang Jakarta Selatan diketahui bahwa aspek pasar,
aspek teknis dan produksi, aspek hukum, dan aspek manajerial sudah baik untuk
16
menunjang kinerja restoran. Kemudian dari aspek finansial, keuntungan sebesar Rp
128.443.070 diperoleh setiap tahunnya. Sedangkan menurut hasil perhitungan
switching value, restoran mie kondang tersebut mengalami penurunan nilai penjualan
produk makanan melebihi 4,00 persen atau kenaikan biaya bahan baku yang melebihi
5,43 persen menyebabkan usaha yang dilakukan oleh restoran mie kondang
dinyatakan tidak layak.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuningsih (2004) dengan judul
Analisis Kelayakan Finansial Pengusahaan Selada Hidroponik (studi kasus di
Yayasan Progressio Indonesia, kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi jawa
Barat) diketahui bahwa secara finansial diperoleh NPV sebesar Rp 21.262.410,68.
IRR sebesar 89 persen, Net B/C sebesar 1,79, dan masa pengembalian investasi dua
tahun enam bulan.
Hasil analisis sensitivitas dilakukan dengan tiga skenario yaitu penurunan
produksi 11,1 persen, kenaikan harga input 20 persen, dan penurunan harga selada 30
persen. Hasil analisis sensitivitas dengan skenario kesatu dan ketiga pengusahaan
selada menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak layak. Pada skenario kedua
menunjukkan bahwa pengusahaan selada dinyatakan layak untuk dilakukan.
Empat penelitian terdahulu diatas memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan penulis. Persamaannya adalah, menganalisis kelayakan
usaha dengan menggunakan metode yang sama. Perbedaannya adalah, jenis usaha
yaitu franchise pada sektor food and beverage, produk yang dianalisis yaitu kebab
yang belum pernah ada di penelitian sebelumnya, dan kegiatan yang dilakukan dalam
penelitian ini.
17
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya
dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah untuk
melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu
unit. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus
proyek yang terdiri dari tahap-tahap identifikasi, persiapan, analisis penilaian,
pelaksanaan, dan evaluasi (Gittinger, 1986).
Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek
(biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan
Suwarsono, 2000). Pengertian keberhasilan ini bisa ditafsirkan sebagai manfaat
ekonomis suatu investasi. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000) analisis kelayakan
proyek memberikan manfaat kepada poyek itu sendiri/manfaat finansial, yang artinya
ialah apakah proyek tersebut cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan
resiko proyek. Manfaat ekonomi proyk tersebut bagi negara adalah sebagai tempat
proyek tersebut dilaksanakan, yang menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi
ekonomi makro suatu negara. Serta manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat di
sekitar proyek.
18
3.1.2. Aspek-aspek Analisis Kelayakan
Dalam melakukan studi kelayakan, perlu memperhatikan aspek-aspek yang
secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu
penanaman investasi tertentu. Menurut Gittinger (1986) aspek tersebut terdiri dari
aspek teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial, aspek pasar,
aspek finansial, dan aspek ekonomi.
Menurut Husnan dan Suwarno (2000) aspek-aspek studi kelayakan terdiri dari
aspek pasar, teknis, keuangan, hukum, dan ekonomi negara. Investasi tersebut
tergantung pada besar kecilnya dana yang ditanamkan, maka terkadang juga ditambah
studi tentang dampak sosial.
3.1.2.1. Aspek Pasar
Sebelum melakukan proyek, analisis terhadap aspek pasar merupakan
prioritas pertama dalam studi kelayakan proyek. Dengan demikian akan diketahui
pasar potensial yang tersedia dan karakteristik pasar yang akan dituju.
Menurut Kamaluddin (2004), terdapat tiga faktor yang menunjang terjadinya
pasar yaitu orang dengan segala keinginannya, daya belinya, dan tingkah laku dalam
pembelian. Dari sisi output, analisa pasar untuk hasil proyek adalah sangat penting
untuk meyakinkan bahwa terdapat suatu permintaan yang efektif pada harga yang
menguntungkan. Dari sudut pandang input, rencana-rencana harus dibuat untuk
meyakinkan adanya input, saluran distribusi, kapasitas, kontinuitas, dan tingkat harga.
19
Menurut Kotler (2004), pemasaran mencoba mempelajari tentang :
1. Permintaan, baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis
konsumen, perusahaan besar pemakai. Disini juga perlu diperkirakan tentang
proyeksi permintaan tersebut.
2. Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari
impor. Bagaimana perkembangannya di masa lalu dan bagaimana perkiraan di
masa yang akan datang. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ini,
seperti jenis barang yang bisa menyaingi, perlindungan dari pemerintah, dan
sebagainya perlu diperhatikan.
3. Harga, dilakukan dengan perbandingan dengan barang-barang impor,
produksi dalam negeri lainnya.
4. Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan.
3.1.2.2. Aspek Teknis
Aspek teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output
(produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Analisa secara teknis akan dapat
mengidentifikasi perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam informasi yang harus
dipenuhi baik sebelum perencanaan proyek atau pada tahap awal pelaksanaan
(Gittinger, 1986).
Menurut Husnan dan Suwarsono (2000) aspek teknis merupakan suatu aspek
yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan operasi setelah
proyek selesai dibangun. Aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran
20
mengenai lokasi proyek, besar skala operasi/luas produksi, dan proses produksi yang
dilakukan.
3.1.2.3. Aspek Manajemen
Umar (2005) menyatakan bahwa aspek manajerial dan administratif
menyangkut kemampuan karyawan proyek untuk menjalankan aktivitas. Sedangkan
menurut Husnan dan Suwarsono (2000), aspek manajemen mempelajari tentang
manajemen dalam masa pembangunan proyek dan manajemen dalam operasi seperti
bentuk badan usaha yang dipilih, deskripsi jabatan, spesifikasi jabatan, dan jumlah
tenaga kerja yang akan digunakan.
3.1.2.4. Aspek Lingkungan
Analisis aspek lingkungan berkenaan dengan implikasi sosial yang lebih luas
dari investasi yang diusulkan, dimana pertimbangan-pertimbangan sosial harus
dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek tanggap
(responsive) terhadap keadaan (Gittinger, 1986). Contohnya adanya kesempatan kerja
bagi lingkungan sekitar dan dampak usaha tersebut terhadap lingkungan.
3.1.2.5. Aspek Finansial
Dalam Gittinger (1986) dinyatakan bahwa analisa proyek adalah
membandingkan biaya-biaya dengan manfaatnya dan menentukan proyek yang
mempunyai keuntungan yang layak. Suatu proyek dapat dilaksanakan atau tidak, bila
hasil yang diperoleh dari proyek dapat dibandingkan dengan sumber-sumber yang
diperlukan (biaya). Dalam analisis ini, diperlukan kriteria investasi yang merupakan
21
metode yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha. Beberapa
kriteria sebagai tolak ukur penilaian kelayakan investasi diantaranya adalah :
A. Net Present Value (NPV)
Net Present Value adalah keuntungan yang akan diperoleh selama umur
investasi. Menurut Halim dan Supomo (1990), Net Present Value merupakan
penerimaan kas (cash inflow) pada masa yang akan datang selama investasi
berlangsung, dihitung berdasarkan nilai sekarang. Metode ini dihitung dengan cara
mengurangi nilai sekarang atau nilai tunai dari penerimaan kas (cash inflow) dengan
nilai sekarang dari pengeluaran kas (cash outflow) selama investasi modal
berlangsung.
Menurut Kamaluddin (2004), NPV ialah selisih antara present value dari
investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang
akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang
relevan.
Dalam metode NPV terdapat tiga kriteria penilaian yaitu bila nilai NPV>0;
proyek dinyatakan layak atau bermanfaat karena dapat menghasilkan penerimaan
lebih besar dari modal opportunity cost faktor produksi modal. Nilai NPV=0; proyek
tersebut menghasilkan sebesar opportunity cost faktor produksi modal. Pada kondisi
ini, proyek dinyatakan tidak untung dan tidak rugi. Apabila nilai NPV<0, berarti
proyek tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang menunjukkan bahwa proyek
tidak layak untuk dilakukan.
22
B. Internal Rate Return (IRR)
Internal Rate Return (IRR) adalah kemampuan suatu proyek untuk
menghasilkan pengembalian atau dianggap sebagai keuntungan atas investasi bersih
yang dapat dicapainya. Salah satu kriteria investasi ini sering disebut pula dengan
time-adjusted rate of return, dengan definisi yaitu menghitung tingkat bunga yang
sesungguhnya dari suatu rencana investasi agar nilai sekarang dari aliran kas bersih
dapat menutup jumlah modal yang diinvestasikan (Halim dan Supomo, 1990).
Dengan kata lain, tingkat pengembalian internal atau internal rate return (IRR)
menghitung tingkat bunga yang dapat menyamakan nilai sekarang dari investasi
(cash outflow) dengan nilai sekarang dari hasil investasi tersebut.
Perhitungan IRR digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan dari
suatu proyek dalam mengembalikan pinjaman. Suatu investasi dikatakan layak
apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, apabila nilai IRR
lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku berarti investasi tidak layak untuk
dilaksanakan karena tidak menguntungkan.
C. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) adalah tingkat besarnya manfaat
tambahan pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan berupa perbandingan antara
jumlah NPV positif (sebagai pembilang) dengan NPV yang negatif (sebagai
penyebut). Menurut Halim dan Supomo (1990), rasio manfaat dan biaya atau net
benefit cost adalah nilai perbandingan antara jumlah present value yang bernilai
23
positif (pembilang) dengan present value yang bernilai negatif (penyebut). Suatu
proyek layak untuk dilaksanakan apabila nilai B/C ratio lebih dari satu.
D. Payback Period (PP)
Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali
pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas melalui keuntungan yang
diperoleh suatu proyek.
Menurut Halim dan Supomo (1990), pay back period merupakan salah satu
kriteria investasi yang pada umumnya digunakan untuk menentukan perlu tidaknya
penambahanan atau penggantian aktiva tetap perusahaan. Pay back period bukan
merupakan pngukur kemampuan menghasilkan laba (profitability) suatu investasi,
tetapi mengukur jangka waktu pengembalian suatu investasi. Selama proyek dapat
mengembalikan modal/investasi sebelum berakhirnya umur proyek, berarti proyek
masih dapat dilaksanakan. Apabila sampai saat proyek berakhir dan belum dapat
mengembalikan modal yang digunakan, maka sebaiknya proyek tidak dilanjutkan.
3.1.3. Analisis Sensitivitas (Switching Value)
Analisis sensitivitas dilakukan untuk meneliti kembali suatu analisis
kelayakan usaha agar dapat terlihat pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang
berubah-ubah atau adanya kesalahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan
manfaat. Dalam analisis sensitivitas, setiap kemungkinan harus dicoba yang berarti
bahwa setiap kali harus dilakukan analisis kembali. Hal ini diperlukan karena analisis
usaha didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian
dan perubahan yang akan terjadi di masa mendatang.
24
Analisis sensitivitas dapat dilakukan dengan cara pendekatan switching value
(nilai pengganti), dimana analisis ini mencari beberapa perubahan maksimum yang
dapat ditolerir agar usaha masih bisa dilaksanakan dan masih memberikan
keuntungan normal. Perubahan-perubahan yang dapat terjadi seperti tingkat produksi,
harga jual output maupun harga input. Teknik analisis ini dilakukan secara coba-coba
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, sehingga dapat diketahui tingkat
kenaikan ataupun penurunan maksimum yang boleh terjadi agar usaha masih dapat
masih dapat memperoleh keuntungan normal.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Penelitian tentang analisis kelayakan usaha franchise KTBR di cabang outlet
253 diawali dengan lokasi usaha yang berada di Kota Bogor. Outlet 253 memulai
usahanya lima bulan yang lalu terhitung mulai bulan Januari, lokasi yang saat ini
digunakan sebagai tempat usaha merupakan salah satu lokasi strategis. Produk KTBR
merupakan makanan yang unik dan tidak dijumpai di beberapa tempat jualan di
sekitar Univesitas Pakuan, sehingga sebagian besar konsumen ketagihan akan rasanya
yang lezat. Hal ini menjadi peluang bagi franchisee untuk mulai mendapatkan
pelanggan tetap di lokasi tersebut. Hanya saja usaha tersebut harus memulai dari awal,
sebab lokasi tersebut akan dilakukan renovasi.
Dalam kegiatan usahanya, masih banyak kendala yang harus dihadapi oleh
franchisee tersebut. Kendala-kendala tersebut antara lain, (a) waktu sewa lokasi yang
tidak dapat diperpanjang, dengan alasan pemilik tempat akan melakukan renovasi
rumah, (b) kegiatan usaha KTBR yang sangat tergantung pada lokasi usaha yang
25
strategis (c) rencana relokasi outlet membutuhkan dana yang tidak sedikit, dan (d)
mencari pelanggan atau konsumen baru yang membutuhkan waktu tidak sebentar.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi maka perlu dilakukan analisis
kelayakan untuk melihat apakah usaha franchise KTBR di cabang outlet 253 ini layak
untuk dilaksanakan atau tidak. Dalam melakukan studi kelayakan perlu
memperhatikan aspek-aspek yang secara bersama-sama menentukan bagaimana
keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Aspek yang
diteliti dalam usaha franchise KTBR di cabang outlet tersebut antara lain adalah
aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek lingkungan, dan aspek finansial.
Perhitungan aspek finansial menggunakan kriteria investasi yang digunakan
untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha yaitu NPV, IRR, Net B/C ratio,
dan Payback Period. Selain kriteria investasi, juga digunakan analisis sensitivitas
untuk mengetahui tingkat kepekaan kegiatan usaha KTBR terhadap keadaan yang
berubah-ubah. Dimana menggunakan biaya investasi yang meliputi gerobak, alat
burner kebab (alat pemanggang daging kebab), paket perlengkapan gerobak, paket
promosi usaha (neon box, banner, flyer), dan freezer box. Adapun alur pemikiran
dapat dilihat pada Gambar 1.
26
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Opersional
Kegiatan Usaha Franchisee Kebab Turki Baba Rafi di Cabang Outlet 253
Permasalahan yang dihadapi :1. Waktu sewa lokasi yang tidak dapat
diperpanjang2. Rencana relokasi yang membutuhkan
dana tidak sedikit3. Waktu untuk mendapatkan konsumen
yang cukup lama
Analisis Kelayakan Usaha
Aspek Finansial
Tidak Layak Layak
Kegiatan Usaha Franchise Kebab
Turki Baba Rafi di Cabang 253
Aspek TeknisAspek Pasar Aspek Manajemen Aspek Lingkungan
Evaluasi terhadap usaha franchise
Kebab Turki Baba Rafi Cabang 253
27
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di cabang outlet 253 yaitu di Universitas Pakuan Jl.
Ciheuleut RT 002/RW 006 Kelurahan Tegallega, Kecamatan Bogor Tengah, Kota
Bogor. Adapun waktu penelitian berlangsung selama dua bulan yang dimulai dari
bulan April sampai dengan Juni 2008.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui observasi lapang dan
wawancara dengan franchisee. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang
terkait, seperti Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), Pameran Franchise Indonesia
2008, Perpustakaan Lembaga Sumberdaya Iinformasi (LSI) Institut Pertanian Bogor
(IPB), penelusuran melalui internet, buku, dan literatur-literatur yang berkaitan
dengan penelitian.
4.3. Metode Penarikan Sampel
Pemilihan lokasi di kota Bogor dengan alasan bahwa sebagian besar
penduduk beragama Islam, terlebih lagi dengan adanya komunitas Arab yang berada
di daerah Empang Bogor. Pemilihan lokasi outlet KTBR dilakukan secara sengaja
(purposive) dengan alasan, outlet KTBR 253 mengalami permasalahan yaitu
melakukan relokasi outlet. Sedangkan permasalahan yang dihadapi sembilan outlet
28
yang lain yaitu daya tahan fasilitas gerobak (seperti kaca yang mudah retak). Adapun
alasan memilih tipe outlet gerobak sebagai bahan penelitian yaitu hampir 70 persen
dari 270 outlet yang tersebar di Indonesia menggunakan gerobak sebagai sarana
operasionalnya. Pengumpulan data yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan
usaha Produk KTBRBaba Rafi dilakukan dengan mewawancarai seorang franchisee
(pemilik outlet).
4.4. Metode Analisis Data
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang aspek
usaha franchise KTBR di cabang outlet meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, dan aspek lingkungan.
Analisis kuantitatif yaitu analisis kelayakan finansial usaha franchise KTBR
di cabang outlet. Analisis kelayakan finansial ini menggunakan perhitungan kriteria-
kriteria investasi antara lain Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR),
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio), Payback Period (PP), dan analisis sensitivitas.
Data kuantitatif yang dikumpulkan, diolah dengan menggunakan kalkulator dan
komputer yaitu Microsoft Excel dan ditampilkan dalam bentuk tabulasi untuk
memudahkan pembacaan dan diberikan penjelasan secara deskriptif.
4.4.1. Analisis Aspek Pasar
Analisis aspek pasar akan melihat pasar potensial, permintaan akan produk
KTBR, persaingan, startegi pemasaran, bauran pemasaran yang direncanakan oleh
proyek tersebut.
29
4.4.2. Analisis Aspek Teknis
Aspek teknis dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran
mengenai lokasi usaha franchise KTBR di cabang outlet 253, ketersediaan bahan
baku, kriteria pemilihan alat, serta proses pembuatan produk KTBR.
4.4.3. Analisis Aspek Manajemen
Aspek manajemen dianalisis mengenai hal-hal yang menentukan deskripsi
serta pemegang jabatan pada cabang outlet KTBR ke 253.
4.4.4. Analisis Aspek Lingkungan
Aspek lingkungan dapat dilakukan dengan menganalisis perkiraan dampak
yang ditimbulkan terhadap berjalannya kegiatan usaha KTBR terhadap kondisi sosial
masyarakat maupun lingkungan.
4.4.5. Analisis Aspek Finansial
Dalam melakukan analisis finansial diperlukan kriteria investasi yang
digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha. Kriteria investasi yang
digunakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit
Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP). Analisis kelayakan investasi dilakukan
dengan menyusun aliran tunai (cash flow), karena adanya pengaruh waktu terhadap
nilai uang atau semua biaya dan manfaat yang akan datang harus diperhitungkan.
4.4.5.1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang
ditimbulkan oleh investasi pada tingkat bunga tertentu. Rumus yang digunakan dalam
penghitungan NPV adalah sebagai berikut :
30
NPV =t
n
t i
CtBt
)1(1
Dimana:
Bt = Penerimaaan (Benefit) tahun ke-t
Ct = Biaya (Cost) tahun ke-t
n = Umur ekonomis proyek
i = Tingkat suku bunga (Discount Rate)
Pada metode NPV, terdapat tiga kriteria penilaian investasi dalam NPV yaitu
apabila NPV>0 berarti layak untuk dilakukan. Sebaliknya, apabila nilai NPV<0 maka
usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Hal ini dikarenakan manfaat yang
diperoleh hanya cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. NPV=0, berarti usaha
tersebut sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk
menutupi biaya yang dikeluarkan.
4.4.5.2. Internal Rate Return (IRR)
Internal Rate Return (IRR) adalah tingkat suku bunga (discount rate) yang
membuat nilai NPV suatu proyek sama dengan nol. Rumus IRR adalah sebagai
berikut : IRR = 1221
11 iix
NPVNPV
NPVi
Dimana : i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif
i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV yang bernilai positif
NPV2 = NPV yang bernilai negatif
31
Suatu investasi dikatakan layak apabila nilai IRR>tingkat suku bunga yang
berlaku, apabila IRR<tingkat suku bunga berarti investasi tidak layak untuk
dilaksanakan karena tidak menguntungkan.
4.4.5.3. Net Benefit Cost Ratio (B/C ratio)
Net Benefit Cost Ratio (B/C ratio) adalah nilai perbandingan antara jumlah
present value yang bernilai positif (pembilang) dengan present value yang bernilai
negatif (penyebut). Net B/C ratio menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat
pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Proyek dinyatakan layak untuk
dilaksanakan apabila nilai B/C ratio lebih dari satu. Secara sistematis dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Net B/C =
n
tttt
n
tttt
i
CBi
CB
1
1
01
01
Dimana :
Bt = Penerimaaan (Benefit) tahun ke-t
Ct = Biaya (Cost) tahun ke-t
n = Umur ekonomis proyek
i = Tingkat suku bunga (Discount Rate)
4.4.5.4. Payback Period (PP)
Payback Period atau analisa waktu pengembalian investasi berguna untuk
mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran
investasi dengan menggunakan Cash Flow. Semakin kecil angka yang dihasilkan
32
mempunyai arti semakin cepat tingkat pengembalian investasinya, maka usaha
tersebut semakin baik untuk diusahakan. Dalam perhitungan metode ini
menggunakan nilai waktu uang. Payback period dapat dirumuskan sebagai berikut :
Payback Period (PP) = V I
Dimana :
V = Jumlah modal yang diinvestasikan
I = Hasil bersih per tahun atau hasil rata-rata per tahun (diskonto)
4.4.5.5. Analisis Sensitivitas (Switching Value)
Analisis ini digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang
berubah-ubah terhadap dampak suatu analisis. Analisis switching value digunakan
untuk mengetahui tingkat perubahan harga bahan baku dan penurunan volume
penjualan, sehingga keuntungan mendekati normal yaitu NPV sama dengan nol.
Analisis switching value dilakukan dengan menggunakan metode coba-coba
sehingga mendapatkan nilai NPV sama dengan nol, nilai Net B/C sama dengan satu,
dan IRR sama dengan tingkat diskonto. Pada penelitian ini, analisis switching value
yang dilakukan adalah dengan menghitung perubahan maksimum yang boleh terjadi
akibat kenaikan harga bahan baku dan penurunan volume penjualan prouk KTBR.
33
4.5. Asumsi Dasar
Analisis kelayakan usaha franchise KTBR menggunakan beberapa asumsi,
yaitu:
1. Umur proyek dari analisis usaha franchise KTBR adalah lima tahun
(berdasarkan masa kerjasama antara franchisor dan franchisee).
2. Dilakukan dua skenario dalam analisis sensitivitas yaitu perubahan kenaikan
harga bahan baku dan perubahan penurunan volume penjualan produk KTBR.
3. Modal awal yang digunakan untuk usaha franchise Produk KTBRBaba Rafi
sebesar Rp 50.000.000
4. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha franchise KTBR terdiri dari biaya
investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun ke-1
dan biaya reinvestasi yang dilakukan untuk peralatan-peralatan yang sudah
habis umur ekonomisnya.
5. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dan
biaya variabel dikeluarkan pada tahun ke-1, dimana dimulai kegiatan produksi.
6. Harga yang digunakan dalam penelitian adalah harga yang berlaku pada bulan
April 2008, baik harga input maupun harga output dari kegiatan usaha
franchise tersebut.
7. Kegiatan operasional KTBR cabang 253 dilakukan enam kali dalam seminggu.
Setiap hari senin sampai dengan kamis, kegiatan opersional KTBR dimulai
pukul 13.00 wib-21.00 wib. Sedangkan hari sabtu dan minggu dimulai pukul
13.00 wib-22.00 wib. Jumlah bahan baku per tiga hari yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 50 buah roti burger, 20 buah roti hotdog, 8 buah roti
34
bigmac, 8 pak burger sapi, 3 pak burger ayam, 1 pak burger ayam krispi, 1
pak sosis, 2 tiang daging kebab, 5 pak tortila besar, 3 pak tortila mini, 5 pak
keju, 2 pill mayonaise, 1 galon saus tomat, 1 galon saus sambal, 2 pak
slongsong kebab, 1 pak bungkus burger, 2 ½ kg lettuce, 1 kg kyuri, 1 kg tomat,
1 kg bawang Bombay, 1 kg telur ayam, dan 1 kg margarin.
8. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga deposito
berjangka waktu satu tahun di Bank Central Asia (BCA) yaitu 4 persen pada
bulan april tahun 2008. Alasan pemilihan tingkat suku bunga deposito
dikarenakan franchisee dapat mengakses dengan mudah ke bank tersebut dan
franchisee menggunakan modal pribadi bukan pinjaman. Oleh karena itu,
franchisee dihadapkan pada pilihan akan menginvestaikan modal pada usaha
franchise KTBR atau didepositokan di bank.
9. Nilai sisa yang tertera dalam casflow usaha KTBR bernilai 0 (nol), sebab
semua barang yang digunakan dalam usaha tersebut setelah habis masa
ekonomisnya sudah tidak dapat digunakan kembali.
35
BAB V
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1. Gambaran Umum Kebab Turki Baba Rafi
Kebab Turki Baba Rafi merupakan usaha milik PT Baba Rafi Indonesia yang
berpusat di Kota Surabaya. Sebanyak 270 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia
dengan tipe outlet yang beragam menjual produk yang sama yaitu kebab, kebab gila,
syawarma, hotdog, beef burger, chicken burger, crispy burger, wiener jumbo, hotdog
jumbo, burger gila, canai original, canai salad, canai coklat keju, dan kebab pisang
coklat keju.
Menu yang ditawarkan oleh KTBR berbeda dengan yang lainnya, seperti pada
produk kebab memiliki rasa yang crispy dari tortila serta perpaduan asam, pedas, dan
gurih dari irisan daging sapi yang diberi saus serta mayonaise menjadikan Produk
KTBRsemakin istimewa. Menu yang dijual oleh KTBR memiliki kisaran harga
antara Rp 7.500 – Rp 10.000.
5.1.1. Sejarah Kebab Turki Baba Rafi
Kebab Tuki Baba Rafi merupakan anak perusahaan dari PT Baba Rafi
Indonesia yang didirikan oleh Hendy Setiono yang lahir pada tanggal 30 Maret 1983.
Asal mula didirikan KTBR yaitu pada tahun 2003, pendiri mengunjungi ayahnya
yang sedang bertugas di perusahaan minyak yang berada di Qatar. Selama di negara
tersebut, pendiri KTBR melihat banyak warga yang menjual makanan kebab. Karena
rasa penasaran, maka kebab pun dibeli dan mulai terbesit keinginan untuk menjual
kebab di Indonesia. Dengan alasan bahwa orang Timur Tengah banyak tersebar di
36
beberapa kota di Indonesia, selain itu banyak pula orang Indonesia yang menunaikan
ibadah haji atau umroh sehingga dapat bernostalgia dengan makanan kebab.
Selama di Qatar, pendiri KTBR menimba resep kebab pada warga asli Timur
Tengah. Dan setibanya di Indonesia, pendiri KTBR tersebut menyusun strategi usaha
lalu mencari rekan kerja sehingga niatnya tidak dianggap main-main. Percobaan
pertama resep kebab dengan menggunakan cengkeh dan kapulaga ternyata tidak
disukai konsumen, sebab rasa dan aromanya yang kuat serta bentuk kebab yang
terlalu besar. Kemudian pendiri KTBR memodifikasi ukuran kebab tersebut sehingga
lebih pas untuk ukuran orang Indonesia.
Pada bulan September 2003, gerobak pertamanya mulai beroperasi di
Surabaya yang berlokasi di salah satu pojok jalan Nginden Semolo yang berdekatan
dengan area kampus dan tempat tinggalnya. Alasan menggunakan gerobak yaitu
harganya lebih murah daripada membuat kedai permanen dan fleksibel sehingga bisa
dipindah-pindah. Nama pun mulai dipikirkan, hingga terbentuklah nama Baba Rafi
yang mempunyai arti bapak dari anaknya yang bernama Rafi. Suka duka pun telah
dijalani, mulai dari keluar masuknya karyawan hingga uang penjualan yang dibawa
lari karyawannya.
Karena tidak ingin setengah-setengah menjalankan usahanya, pendiri KTBR
memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah dan tetap konsen pada usaha yang
sempat ditentang oleh kedua orang tuanya. Hanya tiga sampai empat tahun saja,
usaha KTBR tersebut sudah mulai melebarkan sayapnya dimana-mana. Pada tahun
2006 sudah memiliki 170 outlet dari 16 kota di Indonesia.
37
Sukses dengan usaha KTBR, pemilik mendapatkan banyak penghargaan
diantaranya International Small Medium Bussiness Enterpreuneur Award (ISMBEA)
pada tahun 2006 yang diberikan oleh Menteri Usaha Kecil Menengah dan Koperasi.
Pemilik diberikan julukan ASIA’s Best Entrepreuneur Under 25 oleh Majalah
Bussiness Week International di tahun 2006. Pendiri KTBR harus bersaing dengan 20
kandidat pengusaha lain di berbagi negara di Asia untuk memperoleh penghargaan
tersebut.
5.1.2. Tipe Outlet
KTBR menyediakan lima tipe outlet sebagai sarana operasional produk yang
terdiri dari gerobak, booth, indoor, dine in, dan cafe. Masing-masing outlet tersebut
memiliki modal awal untuk investasi yang berbeda-beda, mulai dari Rp 50.000.000
untuk tipe outlet gerobak hingga Rp 100.000.000 untuk tipe cafe. Kelima tipe outlet
tersebut akan mendapatkan fasilitas yang sama yaitu satu unit outlet (berdasarkan
tipe), burner kebab, paket perlengkapan outlet, paket promosi usaha (neon box,
banner, flyer), freezer box, bahan baku awal, System Operasional Prosedure (SOP),
training operator, quality control dan maintanance, assistensi survei lokasi, dan
software keuangan.
5.1.3. Model Usaha Franchise Kebab Turki Baba Rafi
Model usaha yang dikembangkan oleh PT Baba Rafi Indonesia lebih
ditujukan kepada investor yang mempunyai dana cukup untuk bergabung dengan
KTBR.
38
a. Siapa yang Dapat Menjadi Franchisee Kebab Turki Baba Rafi
Yang dapat menjadi franchisee adalah seseorang yang menyukai usaha KTBR,
menyukai jenis produk KTBR, bersedia bekerja keras dan berperan aktif dalam
mengoperasikan usaha KTBR. Komitmen untuk mematuhi standarisasi usaha KTBR
perlu dilakukan, komitmen untuk ikut mengembangkan brand/merek KTBR,
memahami keuntungan dan resiko bergabung dengan usaha ini, pernah mengunjungi
outlet atau menjadi pelanggan KTBR, dan memiliki dana yang cukup.
b. Langkah Menjadi Franchisee Kebab Turki Baba Rafi
Ada beberapa tahapan yang harus dilalui untuk menjadi franchisee KTBR,
tahap-tahapan tersebut antara lain :
Gambar 2. Tahapan Menjadi Franchisee Kebab Turki Baba Rafi
Pembayaran Commitment FeeProtect Lokasi Strategis
Penjelasan operasionalTime schedule Pengerjaan
Penandatangan MOUSurvei Lokasi
Pembayaran investasi 70%Penyerahan SOP
Pembuatan Outlet Training KaryawanPersiapan Opening
Pelunasan Sisa 30% Investasi
Grand Opening
Isi Formulir Calon Franchisee
Presentasi Bisnis
39
Tahapan tersebut dimulai pada saat pihak franchisee bertemu dengan pihak
franchisor untuk menyampaikan gambaran bisnis franchise KTBR serta semua
kegiatan yang dijalankan oleh franchisee. Presentasi bisnis tersebut bertujuan untuk
memberikan informasi dan menarik minat calon franchisee untuk bergabung dengan
KTBR. Calon franchisee yang berminat untuk bergabung dengan KTBR diberi
formulir sebagai tanda permohonan untuk bergabung. Dilanjutkan dengan permintaan
lokasi yang dituju (kota dan nama lokasi) dan tipe outlet yang diinginkan oleh calon
franchisee. Franchisor akan mengenakan commitment fee serta biaya proteksi lokasi
sebesar Rp 5.000.000 dengan tujuan menghindari calon franchisee lain menempati
lokasi tersebut.
Setelah melakukan pembayaran atas commitment fee, pihak franchisor akan
melakukan survei lokasi dan meninjau apakah permohonan lokasi yang diminta oleh
calon franchisee sesuai dengan persyaratan lokasi KTBR. Pembayaran investasi
sebesar 70 persen dan penyerahan Standart Operational Procedure (SOP) dilakukan
setelah pihak franchisor menyatakan setuju dengan lokasi yang diminta oleh calon
franchisee. Investasi sebesar 70 persen tersebut digunakan untuk pembuatan outlet
beserta peralatannya.
Pelatihan (training) operator dilakukan satu minggu sebelum pelunasan
investasi, pelatihan tersebut dilakukan mulai dari pukul 10.00 wib sampai dengan
pukul 22.00 wib. Rangkaian kegiatan training telah dijadwal oleh trainer KTBR
secara rutin setiap harinya. Trainer akan mengevaluasi kerja operator dan
menyatakan dapat atau tidaknya operator ditempatkan pada satu outlet.
40
Apabila outlet dan segala persiapan opening telah siap, maka pihak franchisor
akan memutuskan tanggal dan jam opening pada suatu outlet. Pada saat opening,
franchisee yang baru saja bergabung dengan KTBR akan didatangi oleh seorang
surveyor dan seorang trainer untuk melihat perkembangan mulai dari awal buka
hingga tiga hari kedepan.
5.2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Saat ini, KTBR mempunyai 270 outlet yang tersebar di beberapa kota di
Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Makasar, Palembang, Bali, Bogor,
Sidoarjo, Jember, Malang, Gresik, Kediri, Yogyakarta, Semarang, Cilacap, Kudus,
Medan, Solo, Lampung, Batam, Pekanbaru, Balikpapan, Banjarmasin, Karawang,
Tasikmalaya, Sukabumi, dan Bekasi. Wilayah penelitian ditujukan di Kota Bogor,
dengan alasan Kota Bogor merupakan salah satu kota yang mayoritas penduduknya
beragama Islam, serta adanya informasi mengenai keberadaan komunitas Arab yang
dapat dijadikan target konsumen untuk penjualan produk KTBR.
Tahun 2006 yang lalu, outlet KTBR cabang ke 162 dibuka dan merupakan
outlet pertama di Kota Bogor dengan tipe outlet gerobak. Kemudian saat penelitian
ini berlangsung, terdapat sepuluh outlet yang tersebar di beberapa wilayah kota Bogor
dengan tipe outlet yang sama, seperti di daerah Taman Yasmin (sektor enam), jalan
raya Bangbarung, perempatan lampu merah Warung Jambu, Bondongan, Gunung
Batu, jalan Pakuan Raya (Universitas Pakuan), Katulampa, Darmaga (kampus IPB),
jalan Sudirman (air mancur), dan Merdeka.
41
BAB VI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA FRANCHISE KEBAB TUKI BABA RAFI
CABANG OUTLET 253
6.1. Aspek Pasar
Pemasaran sangat penting bagi kelangsungan operasional usaha. Bila
kemampuan pasar untuk menyerap produk sangat tinggi dengan harga jual yang tepat,
maka akan menghasilkan keuntungan bagi outlet tersebut. Secara ekonomi, berhasil
tidaknya usaha franchise KTBR sangat ditentukan oleh sukses tidaknya pemasaran
produk KTBR. Analisis aspek pasar akan melihat pasar potensial, permintaan akan
produk KTBR, persaingan, startegi pemasaran, bauran pemasaran yang direncanakan
oleh usaha tersebut. Pemasaran sangat penting bagi kelangsungan usaha.
6.1.1. Lokasi Usaha di Alfamart Ciheuleut
Peluang pasar untuk produk KTBR sendiri di wilayah Kota Bogor mulai
terbuka, dikarenakan tingginya permintaan dari konsumen yang terdiri dari
mahasiswa/i Universitas Pakuan, penduduk Perumahan Bogor Baru, penduduk Bogor
Like Side, siswa/i SMK dan SMAKBO, dan lain-lain. Daerah pemasaran dilakukan
dengan batas 1 KM dari lokasi outlet 253, terutama di wilayah Ciheuleut Pakuan
dikarenakan produk KTBR sudah dikenal oleh konsumen di sekitar wilayah tersebut.
Hal ini mengingat penduduk Kota Bogor yang mayoritas muslim yang lebih mudah
untuk menerima produk KTBR sebagai makanan siap saji. Penyebab tingginya
permintaan produk KTBR dari wilayah Ciheuleut Pakuan karena di daerah tersebut
42
tidak ada makanan yang menyerupai produk KTBR, yang menjual tidak hanya rasa
tetapi juga penampilan kemasan.
Lokasi Alfamart tersebut berada diantara rumah kos dan pusat makanan
mahasiswa atau sering disebut dengan warung makan mahasiswa, dan setiap harinya
rata-rata mahasiswa maupun orang Perumahan Bogor Baru Blok E,F,G,H, dan
lainnya melintas di jalan tersebut. Selain itu, lokasi baru tersebut ramai dilewati
pengguna jalan dikarenakan sebagai jalan alternatif menuju ke Tegal Lega. Sehingga
franchisee 253 akan melakukan relokasi di depan Alfamart Ciheuleut Pakuan.
6.1.2. Pasar Potensial
Produk KTBR yang akan menempati lokasi baru tersebut mempunyai potensi
untuk dapat menarik konsumen, baik dari pengguna jalan maupun warga yang tinggal
di sekitar lokasi tersebut. Hanya saja lokasi yang berada bukan di jalan utama Pakuan
mengakibatkan beberapa warga Perumahan maupun siswa/i SMAKBO, SMK PGRI,
maupun SMAN 3 sulit untuk menjangkau ke lokasi tersebut. Dengan kondisi jalan
yang tidak terlalu lebar, kemudian lokasi Alfamart yang berada di belokan
menyebabkan outlet 253 yang rencananya akan pindah tidak tampak jelas dari jalan
utama Pakuan.
Walaupun lokasi tersebut tidak tampak dari jalan utama, tetapi nama Alfamart
yang sudah banyak dikenal warga sekitar dapat membantu menarik pelanggan KTBR.
Segmen pasar yang dituju yaitu mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, dan tidak
mempengaruhi strategi pemasaran yang dilakukan oleh KTBR cabang 253.
43
6.1.3. Permintaan
Produk KTBR Baba Rafi merupakan salah satu makanan Timur Tengah yang
memiliki permintaan cukup besar. Makanan tersebut disukai banyak konsumen,
mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Asumsi permintaan akan produk KTBR
di lokasi baru (depan Alfamart Ciheuleut Pakuan) tidak berbeda jauh dengan
permintaan akan produk KTBR di lokasi lama, sebab jarak antar lokasi lama dan
lokasi baru kurang dari 1 KM dan masih dalam lingkup satu kecamatan. Sehingga
jumlah permintaan di lokasi yang baru tidak berbeda dengan permintaan di lokasi
lama. Permintaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Permintaan Produk KTBR di Cabang Outlet KTBR 253
No. Periode (Tahun 2008) Jumlah (Buah)1. Januari 13502. Februari 14003. Maret 14504. April 14505. Mei 1500
Rata-Rata 1500
Permintaan Produk KTBR di wilayah Ciheuleut Pakuan per harinya mampu
diserap oleh KTBR tanpa ada pesaing yang menjual produk yang serupa.
Kemampuan outlet 253 untuk melayani permintaan konsumen tiap harinya sangat
ditunjang dengan ketersediaan bahan baku.
6.1.4. Persaingan
Lokasi Alfamart Ciheuleut Pakuan dekat dengan pusat jajanan mahasiwa
seperti Burger, Martabak Jepang, Cireng Rampat, Tela-Tela, dan lainnya. Keunikan
yang ditawarkan dari masing-masing franchise makanan tersebut, tidak membuat
permintaan akan produk KTBR menurun. Sebab jika dilihat dari banyaknya
44
pelanggan produk KTBR cabang 253 setiap harinya, sebagian besar yang mereka cari
dari makanan siap saji di daerah Pakuan adalah rasa dan tampilan akhir yang menarik.
Oleh sebab itu, hingga saat ini tidak ada pesaing yang menjual makanan serupa
dengan produk KTBR.
6.1.5. Strategi Pemasaran
Strategi yang digunakan untuk menarik konsumen lebih banyak di lokasi baru
setelah melihat pasar potensial ialah menyebarkan flyer menu ke Universitas Pakuan,
Perumahan Bogor Baru, Bogor Lake Side, maupun sekolah-sekolah yang dapat
dilakukan secara berkala. Mengatasi masalah mencari konsumen dapat dilakukan
dengan menyebarkan flyer menu ke daerah-daerah dengan radius jarak 1 KM dari
lokasi outlet 253. Semakin seringnya penyebaran flyer tersebut diharapkan calon
konsumen tidak lagi tahu Produk KTBRdari nama saja, tetapi mau untuk membelinya
dan menjadi pelanggan setia.
6.1.6. Bauran Pemasaran
1. Produk
Produk yang dipasarkan untuk memenuhi permintaan konsumen dalam usaha
KTBR antara lain kebab, kebab gila, kebab pisang coklat, syawarma, beef burger,
chicken burger, chicken crispy burger, hotdog, burger gila, double hot burger (beef),
double hot burger (chicken), roti canai original, roti canai salad, roti canai coklat keju,
wiener jumbo, dan hotdog jumbo.
45
Produk disajikan pada saat konsumen memesan, sehingga dapat dinikmati
selagi hangat serta dikemas secara rapi dengan menggunakan slongsong kebab.
Slongsong kebab terbuat dari karton dengan tujuan memudahkan konsumen untuk
menikmati kebab tanpa mengotori tangan.
Selain itu, ke-16 jenis produk tersebut memiliki kekhasan baik dari tortila
yang crispy, roti burger maupun roti hotdog yang empuk dan tebal, serta roti canai
yang memiliki tekstur lembut dan rasa gurih yang belum pernah ada pesaing di Kota
Bogor. Khusus untuk produk KTBR, tidak ada pesaing yang menggunakan tortila,
jenis sayuran, rasa khas daging kebab serta kemasan yang sama atau serupa dengan
KTBR.
2. Penetapan Harga
Dalam penetapan harga, franchisor memutuskan apa yang akan diterima
perusahaan sebagai ganti dari produk-produknya. Apabila harga ditetapkan terlalu
rendah, penjualan unit produk banyak tetapi kemungkinan akan gagal meraih
kesempatan untuk membuat laba tambahan pada setiap unitnya. Sebaliknya, bila
harga-harga ditetapkan terlalu tinggi, franchisor akan mendapat laba yang besar pada
setiap barangnya tetapi akan menjual unitnya dalam jumlah sedikit.
Harga jual produk KTBR telah ditetapkan oleh franchisor sehingga franchisee
tidak dapat merubah atau mengganti harga. Komponen harga jual maupun harga
bahan baku yang tersedia di stockist ditetapkan oleh franchisor, sehingga franchisee
hanya menjalankan usaha berdasarkan harga yang telah ditetapkan.
46
3. Promosi
Dari sudut pandang informasi, promosi bertujuan untuk membuat konsumen
sadar terhadap produk, mengetahui tentang produk, menyukai produk dan membeli
produk. Promosi produk KTBR dirancang untuk menarik pelanggan, diantaranya
melalui internet. Internet merupakan salah satu media iklan yang digunakan
franchisor selain koran, majalah, dsb untuk memasarkan produk KTBR ke konsumen
domestik. Walaupun pengiklanan di internet membutuhkan biaya yang tidak murah,
tetapi memberikan potensi yang besar.
Outlet KTBR 253 memasarkan produknya langsung ke konsumen akhir.
Promosi yang dilakukan oleh franchisee 253 guna menarik konsumen yaitu dengan
menyebarkan flyer yang berisi daftar menu yang dijual di Perumahan Bogor Baru,
Bogor Like Side, SMK PGRI, SMAN 3, dan SMAKBO, memberikan selebaran
promosi untuk mahasiswa/i maupun staf di Universitas Pakuan, menempelkan
pengumuman yang berisi pemberitahuan relokasi outlet, serta melakukan promosi
untuk menerima pesanan untuk pernikahan, reuni, acara perpisahan sekolah, ulang
tahun, dan lain-lain.
Promosi yang telah dilakukan oleh sebagian besar outlet di Kota Bogor antara
lain menyebarkan flyer di sekitar lokasi outlet dan pemasaran langsung kepada teman,
tetanggan, Sekolah Islam di Kota Bogor, Pemerintah Daerah, dan Universitas yang
ada di Kota Bogor. Website Kebab Turki Baba Rafi yaitu www.babarafi.com yang
tercantum pada banner di seluruh outlet di Kota Bogor akan memandu konsumen
untuk mengetahui mengenai lokasi KTBR lain di seluruh Indonesia, serta daftar menu
yang dijual pada setiap outlet.
47
4. Penempatan (distribusi)
Jalur pemasaran atau distribusi merupakan kunci sukses program usaha.
Dalam usaha distribusi ini menggunakan stockist sebagai perantara antara franchisor
dan franchisee. Bahan baku yang dikirim oleh franchisor kepada stockist di wilayah
Kota Bogor berdasarkan permintaan stockist. Pendistribusian bahan baku dikirim dua
kali dalam seminggu. Secara garis besar pendistribusian produk KTBR dapat dilihat
dari Gambar 3.
Gambar 3. Alur Pendistribusian Produk Kebab Turki Baba Rafi
Franchisee datang ke tempat stockist lalu membeli bahan baku yang telah
dipesan dengan harga yang berlaku saat itu, kemudian franchisee berhak memilih
atau komplein kepada stockist apabila bahan baku yang diterima tidak layak. Layanan
antar pun dapat dilakukan oleh stockist khusus untuk wilayah Kota Bogor dengan
memberikan charge Rp 30.000 untuk setiap antar.
6.2. Aspek Teknis
Aspek teknis untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi usaha,
ketersediaan bahan baku, kriteria pemilihan alat, dan proses pembuatan produk
KTBR.
Stockist
Franchisor
Konsumen Akhir
Franchisee
48
6.2.1. Lokasi Usaha KTBR Cabang 253
Peluang pasar untuk produk KTBR sendiri di wilayah Kota Bogor mulai
terbuka, terutama di wilayah Ciheuleut Pakuan produk KTBR sudah dikenal oleh
konsumen di sekitar wilayah tersebut terutama mahasiswa/i Universitas Pakuan. Hal
ini mengingat penduduk Kota Bogor yang mayoritas muslim yang lebih mudah untuk
menerima produk KTBR sebagai makanan siap saji.
Lokasi Alfamart tersebut berada diantara rumah kos dan pusat makanan
mahasiswa atau sering disebut dengan warung makan mahasiswa, dan setiap harinya
rata-rata mahasiswa maupun orang Perumahan Bogor Baru Blok E,F,G,H, dan
lainnya melintas di jalan tersebut. Selain itu, lokasi baru tersebut ramai dilewati
pengguna jalan dikarenakan sebagai jalan alternatif menuju ke Tegal Lega. Sehingga
franchisee 253 akan melakukan relokasi di depan Alfamart Ciheuleut Pakuan.
Lokasi baru outlet 253 berada di halaman parkir Alfamart Ciheuleut Pakuan,
dimana luas dari halaman parkir tersebut 4m x 2m dan diberi paving blok. Rencana
posisi gerobak KTBR 253 menghadap ke Utara, dan berada di bawah tangga masuk
Alfamart. Lokasi tersebut memiliki kemiringan 25 derajat celsius, sehingga
membutuhkan bantuan penyangga untuk penempatan gerobak. Hal-hal penting yang
diperhatikan pada lokasi baru tersebut antara lain :
1. Ketersediaan fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang yang dibutuhkan oleh outlet KTBR 253 di lokasi baru
sangat mendukung. Dimana terdapat agen gas elpiji berukuran 12 kg. Gas elpiji yang
selalu tersedia setiap waktu, membuat franchisee 253 memilih lokasi tersebut. Harga
jual elpiji yang ditawarkan pun tidak jauh berbeda dengan harga elpiji di daerah
49
lainnya yaitu Rp 70.000/tabung, selain itu layanan antar gas elpiji menjadi faktor
pendukung bagi outlet 253. Sehingga dapat mempercepat operasional usaha.
2. Tenaga Listrik dan Air
Outlet KTBR 253 membutuhkan listrik 100 watt yang digunakan untuk lampu
neon 40 watt, lampu neon box 20 watt, lampu dalam 20 watt, dan lampu kelap-kelip
20 watt. Kebutuhan air pun hanya tiga ember per harinya yang digunakan untuk
mencuci sayuran dan peralatan memasak. Kebutuhan listrik dan air dari outlet KTBR
253 dapat dipenuhi oleh pihak Alfamart, sehingga operasional KTBR dapat berjalan
dengan lancar. Antisipasi jika mengalami mati listrik, lampu gerobak 253 tetap
menyala, sebab tersedia genset sebagai sumber listriknya.
c. Supply Tenaga Kerja (operator)
Tenaga kerja (operator) di lokasi baru tersebut tidak dapat dipekerjakan oleh
franchisee 253, walaupun supply akan tenaga kerja cukup banyak. Kebutuhan akan
tenaga kerja menjadi tanggung jawab franchisor, dimana pencarian tenaga kerja
sebagai operator diperoleh melalui iklan baris pada media cetak.
d. Fasilitas Transportasi
Alfamart Ciheuleut Pakuan berada 6 km dari tempat pengambilan bahan baku
Produk KTBRyaitu di Taman Yasmin sektor 2. Lokasi Alfamart tersebut dekat
dengan jalan raya, sehingga sarana transportasi untuk mengantarkan bahan baku
relatif mudah. Karena sarana transportasi ada setiap saat.
50
e. Layout Gerobak
Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan
fasilitas-fasilitas yang ada di dalam gerobak. Gerobak yang dimilik oleh KTBR
cabang 253 didesain oleh franchisor dan dibuat oleh BSA. Gerobak outlet 253
berukuran 2m x 1,5m x 1m, dan memiliki empat sayap yang digunakan sebagai tutup
gerobak, satu buah lampu box yang berada di atas gerobak, dan besi penyangga
burner kebab yang dapat digunakan sebagai kemudi.
Tata letak peralatan yang berada di dalam gerobak, disusun sesuai dengan
keinginan franchisee 253. Penyusunan peralatan tersebut dilakukan berdasarkan
kemudahan operator untuk menjangkau serta ukuran peralatan yang akan diletakkan.
Gerobak milik PT Baba Rafi Indonesia berbeda dengan gerobak pinggir jalan yang
menjual martabak atau makanan lainnya, gerobak yang didesain dengan bentuk yang
unik dan pilihan warna yang menjadi ciri khas KTBR membuat harga jual gerobak
KTBR tergolong mahal yaitu Rp 22.630.000.
Pangsa pasar yang dituju oleh KTBR mulai dari anak-anak hingga dewasa,
khususnya golongan ekonomi menengah keatas membuat desain gerobak dengan
kualitas eksklusif. Rangka gerobak terbuat dari besi, kemudian di sisi-sisi gerobak
bagian bawah ditempel stiker berwarna dengan logo dan merek usaha yaitu Kebab
Turki Baba Rafi dengan ukuran stiker 2,5 m x 2 m. Stiker tersebut dapat dilepas dan
diganti dengan stiker baru, apabila warnanya sudah pudar dan kusam.
51
6.2.2. Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untuk penjualan ke-16 produk KTBR berasal dari
masing-masing franchisee yang diperoleh dari pembelian di stockist. Penyediaan
bahan baku disesuaikan dengan kondisi dan situasi wilayah tersebut, sehingga jumlah
bahan baku yang disediakan berbeda setiap harinya. Penambahan bahan baku
dilakukan oleh seorang petugas dari masing-masing franchisee yang harus mendapat
persetujuan dari pihak franchisee. Bahan baku tambahan yang dibawa oleh petugas
tersebut diambil dari gudang penyimpanan franchisee.
6.2.3. Kriteria Pemilihan Alat
Peralatan memasak yang digunakan di KTBR cabang 253 telah ditetapkan
oleh franchisor, seperti desain wajan yang digunakan berbeda dengan wajan pada
umumnya yang dijual di supermarket atau pasar tradisional. Wajan terbuat dari besi
lempengan yang didesain khusus guna memudahkan memanaskan Kebab Turki.
Ukuran wajan tersebut adalah 20 cm x 30 cm dapat menampung enam buah kebab
secara bersamaan.
Demikian pula dengan burner kebab yang digunakan, burner kebab KTBR
berbeda dengan burner kebab di tempat lain. Selain memiliki pemutar tiang daging
kebab dan pemanasnya. Burner kebab milik KTBR memiliki laci penampung minyak
dari hasil pembakaran daging kebab. Burner kebab tersebut tidak dijual di pasaran,
sehingga pada saat franchisee mengalami kerusakan pada burner kebab maka dapat
membeli secara langsung kepada pihak franchisor.
52
6.2.4. Proses Pembuatan Produk KTBR
Produk KTBR merupakan produk makanan siap saji yang unik dan
mempunyai kekhasan tersendiri, sehingga tidak sama dengan produk makanan yang
lainnya. Kekhasan dalam rasa, penyajian, dan kemasan merupakan faktor yang
dipertahankan oleh KTBR, sehingga untuk mengatasi masalah pencarian konsumen
di lokasi baru diperlukan teknik pembuatan produk KTBR yang stabil setiap harinya
baik dari ukuran produk seperti porsi kebab ± 75 gram dan porsi kebab gila 50 gram
dan produk lainnya. Sehingga konsumen yang datang ke outlet 253 akan terus
kembali untuk melakukan pembelian secara berulang.
Pembuatan ke-16 produk KTBR dilakukan oleh seorang operator. Secara
teknik akan dibahas pembuatan ke-16 produk KTBR, yang terdiri dari :
1. Kebab
Bahan baku kebab yaitu tortila besar berukuran 22 cm, sayuran yang terdiri
dari lettuce, kyuri, tomat, bawang bombay, daging kebab, saus tomat, saus sambal
dan mayonaise. Semua bahan baku kebab telah dilakukan pemeriksaan kualitas,
dimana khusus untuk bahan utama kebab yaitu tortila dalam bentuk lembaran tipis,
tidak robek, berbau khas dan warna tortila putih kecoklatan. Syarat mutu daging sapi
aroma daging harus tajam, berwarna merah daging, tidak tumbuh jamur, dan bentuk
daging masih padat.
Tortila yang terbuat dari tepung gandum dan telur kemudian dibentuk bulat
pipih dengan diameter 22 cm. Selain itu, tortila yang digunakan oleh franchisor
KTBR berbeda dengan tortila yang digunakan oleh merek kebab yang lain. Tortila
53
dengan ketebalan ± 0,25 cm dan tekstur yang lentur mampu menampung irisan
sayuran, irisan daging sapi, dan saus pelengkap dengan berat ± 75 gram.
Dengan menggunakan tortila tersebut, hasil akhir yang diperoleh untuk kebab
yaitu tidak lembek dan pada saat tortila tersebut digigit terasa renyah atau crispy.
Pembuatan Kebab pun berbeda dengan penjual kebab pada umumnya, tahapannya
antara lain:
a. Letakkan tortila diatas piring datar.
b. Beri irisan lettuce, potongan kyuri, tomat, dan bombay diatas tortila.
c. Beri saus tomat dan saus sambal sesuai selera.
d. Lalu beri irisan daging sapi (± 20 gr) diatas sayuran.
e. Beri mayonaise diatas daging, lalu gulung dari belakang ke depan hingga
menyerupai lontong.
f. Panaskan kebab diatas wajan panas hingga berwarna kuning kecoklatan, lalu
angkat.
2. Kebab Gila
Sebutan untuk produk KTBR ini dikarenakan ukuran kebab yang mini dengan
panjang ± 20 cm dan berat 50 gram per porsinya. Kebab gila terbuat dari tortila mini
dengan diameter 20 cm, kemudian diisi dengan irisan lettuce, kyuri, bombay, tomat,
dan irisan daging kebab yang telah matang lalu diberi saus sambal maupun saus
tomat dan mayonaise. Teknik pembuatan maupun penggulungan dan pemanasan
kebab gila sama dengan kebab besar, hanya saja waktu pemasan kebab gila yang
relatif lebih cepat dikarenakan isi di dalam gulungan kebab lebih sedikit. Sehingga
54
lebih cepat panas dan kebab berwarna kuning kecoklatan. Penambahan keju atau telur
pun dapat dilakukan sesuai permintaan.
3. Syawarma
Syawarma adalah sajian seperti kebab tetapi tidak menggunakan tortila.
Pengganti tortila yaitu roti sandwich berbrntuk lonjong dengan ukuran roti 20 cm x 7
cm yang nantinya akan diisi sama dengan isi kebab, tetapi proses pembuatannya
berbeda. Syawarma merupakan modifikasi dari kebab maupun kebab gila ditujukan
bagi konsumen yang kurang menyukai tortila. Bahan baku syawarma antara lain roti
sandwich siap pakai, irisan lettuce, kyuri, bombay, tomat, kemudian diberi saus
sambal, saus tomat, dan mayonaise. Tahapannya antara lain:
a. Ambil roti sandwich, kemudian belah menjadi dua (tidak putus).
b. Nyalakan kompor, lalu panggang roti sandwich hingga kuning keemasan.
c. Beri irisan lettuce, potongan kyuri, tomat, dan bombay.
d. Beri saus tomat dan saus sambal sesuai selera.
e. Lalu beri irisan daging sapi (± 20 gr) diatas sayuran.
f. Beri mayonaise diatas daging, lalu padatkan agar isi di dalam roti tidak keluar.
4. Beef Burger / Chicken Burger / Chicken Crispy Burger
Menu burger yang dijual oleh KTBR cabang 253 terdiri dari tiga macam yaitu
beef burger (burger sapi), chicken burger (burger ayam), dan chicken crispy burger
(burger ayam krispi). Ketiga burger tersebut menggunakan roti burger yang khusus
disediakan oleh stockist, serta daging burger yang siap pakai (buatan pabrik) sehingga
55
bentuk dan rasanya sama dengan daging burger pada umumnya. Tahapan
pembuatannya antara lain :
a. Ambil roti burger, kemudian belah menjadi dua (sampai putus).
b. Nyalakan kompor, lalu panggang roti burger hingga kuning keemasan.
c. Goreng daging burger (beef/chicken/chicken crispy) dengan menggunakan
mentega sampai matang.
d. Letakkan roti burger bagian bawah diatas kertas pembungkus.
e. Beri irisan lettuce, potongan kyuri, tomat, dan bombay.
f. Beri saus tomat dan saus sambal sesuai selera.
g. Lalu beri daging burger diatas sayuran.
h. Beri mayonaise diatas daging, tutup dengan roti burger bagian atas.
i. Kemas dalam kertas pembungkus tipis, lalu masukkan dalam kantong kertas.
Sebaiknya untuk menghindari rasa asin yang terlalu berlebih, sebaiknya
menggunakan margarin yang memiliki kandungan lemak lebih rendah. Sehingga pada
saat daging burger dipanaskan rasa asin yang keluar hanya berasal dari daging
burgernya saja.
5. Beef/Chicken Double Hot
Bigmac adalah burger ukuran jumbo dengan ketebalan roti 15 cm dan diisi
dengan dua buah daging burger di dalam roti burgernya. Bahan baku yang digunakan
dalam pembuatan bigmac sama dengan pembuatan burger, yang membedakan hanya
penyajiannya. Tahapan pembuatannya antara lain :
56
a. Ambil roti burger, kemudian belah menjadi tiga (sampai putus).
b. Nyalakan kompor, lalu panggang roti burger hingga kuning keemasan.
c. Goreng daging burger (beef/chicken/chicken crispy) dengan menggunakan
mentega sampai matang.
d. Letakkan roti burger bagian bawah diatas kertas pembungkus.
e. Beri irisan lettuce, potongan kyuri, tomat, dan bombay diatas tortila.
f. Beri saus tomat dan saus sambal sesuai selera.
g. Lalu beri daging burger diatas sayuran.
h. Beri mayonaise diatas daging, tutup dengan roti burger bagian tengah.
i. Ulangi lagi, letakkan roti burger bagian tengah diatas daging burger.
j. Beri irisan lettuce, potongan kyuri, tomat, dan bombay.
k. Beri saus tomat dan saus sambal sesuai selera.
l. Lalu beri daging burger diatas sayuran.
m. Beri mayonaise diatas daging, tutup dengan roti burger bagian atas.
Kemasan yang dipakai untuk membungkus bigmac berukuran kecil (hanya
cukup untuk burger saja), sehingga sampai saat ini penyajian bigmac hanya
dibungkus dengan kertas pembungkus tipis. Sebaiknya untuk menghindari bigmac
yang tidak rapi, diberi karton penahan di sekeliling bigmac agar isi di dalam roti
bigmac tersebut tidak berantakan.
6. Burger Gila
Sebutan untuk produk KTBR ini dikarenakan ukuran burger yang mini
dengan diameter daging burger 10 cm. Burger gila terbuat dari roti burger mini,
57
daging burger mini, kemudian diisi dengan irisan lettuce, kyuri, bombay, tomat, saus
sambal maupun saus tomat dan mayonaise. Teknik pembuatannya sama dengan
burger seperti biasanya, hanya saja waktu penggorengan daging burger mini relatif
lebih cepat dikarenakan tekstur dagingnya lebih tipis sehingga lebih cepat matang.
7. Hotdog/Hotdog Jumbo
Bahan baku pembuatan hotdog antara lain roti hotdog dengan ukuran 20 cm x
7 cm, sosis siap goreng, irisan lettuce, kyuri, tomat, dan bombay. Serta dilengkapi
dengan saus tomat, saus sambal dan mayonaise, tahapan pembuatannya antara lain :
a. Ambil roti hotdog, kemudian belah menjadi dua (sampai putus).
b. Nyalakan kompor, lalu panggang roti hotdog hingga kuning keemasan.
c. Goreng sosis dengan menggunakan mentega sampai matang.
d. Letakkan roti hotdog bagian bawah diatas kertas pembungkus.
e. Beri irisan lettuce, potongan kyuri, tomat, dan bombay.
f. Beri saus tomat dan saus sambal sesuai selera.
g. Lalu beri sosis diatas sayuran.
h. Beri mayonaise diatas daging, tutup dengan roti hotdog bagian atas.
i. Kemas dalam karton khusus hotdog.
8. Wiener Jumbo
Produk KTBR yang satu ini terbuat dari tortila besar lalu diisi dengan sosis
jumbo. Tidak hanya itu saja, di dalam tortila diberi irisan lettuce, kyuri, bombay,
tomat, saus sambal maupun saus tomat dan mayonaise. Proses pembuatan dan
58
penggulungan tortila sama dengan pembuatan kebab, yang membedakan hanya isi di
dalam tortila-nya saja.
9. Roti Canai
Menu baru dari KTBR ini terbuat dari tepung terigu yang diberi korsvet
(membuat adonan tepung menjadi merekah) yang dibentuk bulat pipih dengan
diameter 15 cm, kemudian digoreng hingga kuning keemasan dan diperoleh hasil
akhir renyah. Penggorengan roti canai ini diperlukan kehati-hatian, sebab bagian
dalam terkadang masih terasa setengah matang tetapi bagian pinggir roti canai terlalu
kering.
Roti canai disajikan dengan tiga pilihan yaitu roti canai original (disajikan
tanpa menu yang lainnya), roti canai salad (diatas roti canai diberi irisan lettuce,
bawang bombay, tomat, kyuri, lalu diberi saus dan mayonaise), roti canai coklat keju
(diatas roti canai diberi potongan keju cheddar 2 cm x 2 cm dan taburan meises).
10. Kebab Pisang Coklat Keju
Kebab pisang coklat keju ialah sajian baru dari kebab yang mempunyai rasa
manis. Kebab pisang coklat keju terbuat dari tortila mini, pisang kepok yang sudah
matang, meises, dan keju parut. Proses pembuatannya sama dengan kebab gila, hanya
bagian dalam tortila diganti dengan pisang yang telah dibelah jadi empat, diberi
taburan meises dan keju parut) lalu dipanaskan hingga meises meleleh. Variasi kebab
dengan rasa manis ini cukup diminati oleh konsumen, tetapi sebaiknya kebab pisang
coklat keju ini harus ditunjang dengan tortila mini yang tidak tipis, sehingga tidak
mudah robek.
59
Kegiatan operasional pembuatan ke-16 produk KTBR di cabang outlet 253
menggunakan sarung tangan plastik, sehingga makanan yang disajikan dalam
keadaan bersih. Berdasarkan aspek teknis yang dijelaskan diatas, maka kegiatan
usaha franchise KTBR relatif mudah untuk dilaksanakan, dan tidak ada teknologi
khusus yang perlu dipelajari. Kecepatan dalam pembuatan produk KTBR
membutuhkan latihan secara terus menerus, sebab akan berpengaruh pada lamanya
konsumen menunggu.
Berdasarkan kondisi lokasi baru yang akan dituju sebagai relokasi usaha yang
dekat dengan jalan raya alternatif dan Alfamart, dengan konsumen Alfamart maupun
pengguna jalan yang terus melintas sehingga secara teknis mendukung untuk
dilaksanakannya kegiatan operasional usaha franchise KTBR.
6.3. Aspek Manajemen
Usaha Franchise KTBR dimiliki oleh seorang Owner yang membawahi sales
manager, accounting manager, dan HRD manager. Masing-masing manager tersebut
akan membawahi beberapa karyawan. Satu outlet dimiliki oleh seorang franchisee
yang membawahi satu atau dua orang operator yang bertugas sebagai pelaksana
harian kegiatan penjualan kebab. Berikut ini Struktur Organisasi outlet KTBR cabang
253.
Gambar 4. Struktur Organisasi Outlet KTBR Cabang 253
Franchisee Outlet KTBR Cabang 253
Operator
60
Franchisee merupakan pemilik outlet KTBR cabang 253 yang mempunyai
tugas mencatat kebutuhan bahan baku, menentukan strategi pemasaran, melakukan
negosiasi sewa lokasi dengan pemilik lokasi, monitoring bahan baku yang ada di
gudang, monitoring operator, memasukkan data penjualan harian dalam software
keuangan KTBR, melakukan pembayaran royalti fee (5 persen dari total omset
penjualan), memberikan bonus dan komisi operator, memberikan surat peringatan
atau teguran kepada operator apabila melanggar perjanjian.
Adapun deskripsi pekerjaan operator KTBR outlet cabang 253, antara lain
belanja bahan baku di stockist, mengambil dan mengembalikan bahan baku yang
dijual per harinya, mempersiapkan bahan baku penjualan di outlet 253,
mempersiapkan perlengkapan yang akan dibawa ke outlet, melakukan cek bahan
baku dengan menggunakan form bahan baku yang telah disediakan, membuka dan
meutup outlet, membersihkan seluruh outlet (body outlet, kaca, meja kerja,
perlengkapan masak, burner, dll), menata barang dan bahan baku yang akan dijual,
membuat pesanan konsumen, dan menghitung penjualan harian dengan menggunakan
form penjualan yang disediakan oleh franchisee. Berikut ini kualifikasi operator
KTBR antara lain :
1. Belum berkeluarga.
2. Laki-laki.
3. Usia maksimal 25 tahun.
4. Jujur, bertanggung jawab dan berdedikasi tinggi.
5. Diusahakan tidak berasal dari daerah setempat (usahakan dari luar kota).
6. Santun dalam bertutur kata, tidak banyak berargumen.
7. Berpenampilan rapi dan berseih.
61
8. Berkuku pendek.
9. Menguasasi hitungan uang.
10. Tidak merokok saat di depan bos dan di depan pembeli.
11. Tidak menggunakan asesoris yang aneh dan berlebihan.
12. Tidak menggunakan narkoba atau minuman keras.
13. Tidak terlalu banyak menuntut.
14. Tidak cacat fisik.
15. Pendidikan maksimal Sekolah Menengah Atas atau sederajatnya.
16. Tidak sedang bekerja di tempat lain.
17. Bersedia bekerja sepenuhnya untuk bisnis Kebab Turki.
18. Menggunakan celana panjang dan seragam.
19. Lulus dalam tes seleksi oleh bagian Human Resources Departement.
Operator yang ditempatkan di outlet berasal dari pihak franchisor, sehingga
franchisee tidak sulit untuk mencari tenaga kerja operasional. Operator tersebut
sebelumnya harus mengikuti training yang dilakukan oleh franchisor selama satu
minggu yang berlokasi di Pangkalan Jati, Jakarta Selatan. Rangkaian kegiatan
training operator tersebut meliputi latihan pembuatan Kebab Turki, cara memotong
daging kebab, mencatat bahan baku yang akan dibawa ke outlet dan yang
dikembalikan ke gudang, mencatat penjualan harian, dan kecepatan pelayanan.
Semua rangkaian kegiatan tersebut harus dilakukan oleh operator tanpa
bantuan trainer, dan sebelum ditempatkan pada satu outlet pihak trainer akan
memberikan keputusan apakah operator tersebut layak atau tidak untuk ditempatkan.
Trainer dari pihak franchisor akan melakukan pengecekan rutin setiap tiga bulan
sekali untuk melihat perkembangan operator, sehingga dapat memberikan saran
kepada franchisee.
62
Tidak hanya itu, franchisee juga akan mendapatkan survei setiap dua bulan
sekali oleh surveyor pihak franchisor untuk melihat kondisi gerobak, penataan
gerobak, tata cahaya, kebersihan, serta tampilan gerobak dari segala penjuru. Selain
dilakukan survei, franchisee juga akan mendapatkan pelatihan software keuangan
yang dilakukan oleh bagian keuangan dari pihak franchisor. Saran maupun kritik dari
franchisee dapat dilakukan melalui telepon maupun sms ke hotline KTBR yang
berada di Pangkalan Jati. Sehingga franchisor dapat menampung aspirasi serta
memberikan yang terbaik untuk franchisee.
Kegiatan usaha franchise KTBR yang padat modal dan pengembalian
investasi yang relatif cepat. Oleh karena itu hal penting yang dibutuhkan oleh
franchisee yang ingin bergabung dengan franchise KTBR adalah mengetahui pasar
terlebih dahulu, mencari pelanggan sebanyak-banyaknya, mengetahui secara detail
bahan baku yang digunakan, serta aktif mengunjungi sekolah maupun kampus untuk
mengisi bazar.
6. 4. Aspek Lingkungan
Usaha Franchise KTBR memiliki peran penting terhadap kehidupan sosial di
sekitar lokasi tempat kegiatan tersebut dilakukan. Usaha ini memberikan penerimaan
bagi pemilik warung/toko/salon yang dijadikan lokasi untuk berjualan Kebab Turki,
sehingga secara tidak langsung pelanggan dari warung/toko maupun salon akan
menjadi lebih ramai.
63
Usaha ini kurang memberikan kesempatan kerja bagi penduduk di sekitar
lokasi usaha, sebab kebutuhan akan tenaga kerja operasional (operator) disediakan
oleh franchisor. Tetapi pihak franchisor memberikan kesempatan kerja bagi
penduduk di seluruh Indonesia, sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran.
6.5. Aspek Finansial
Analisis kelayakan finansial usaha franchise produk KTBR perlu dilakukan
untuk membantu franchisee dalam mengembangkan usahanya di wilayah Kota Bogor.
Dari analisis finansial akan diperoleh informasi tentang kelayakan usaha, apabila
layak maka dapat menjadi salah satu motivasi bagi franchisee untuk mengembangkan
usahanya dengan membuka outlet baru serta dapat menarik konsumen lebih banyak.
Sumber dana yang digunakan oleh franchisee 253 berasal dari simpanan franchisee
tersebut sebesar Rp 50.000.000 dan bukan berasal dari pinjaman bank.
6.5.1. Arus manfaat (inflow)
Manfaat atau inflow diperoleh dari penjualan bersih produk KTBR dari nilai
sisa investasi pada akhir proyek. Nilai sisa adalah nilai dari barang modal yang tidak
habis dipakai selama usaha berjalan dan dinyatakan dalam satuan rupiah. Nilai sisa
dari investasi usaha franchise KTBR habis terpakai pada akhir investasi, sehingga
dalam tabel cahsflow komol nilai sisa bernilai nol.
Nilai pendapatan diperoleh dari penjualan produk KTBR yang dikalikan
dengan harga jualnya. Harga jual produk KTBR adalah harga yang berlaku pada
bulan April 2008. Usaha ini buka enam hari dalam seminggu (libur tanggal merah
tetap buka) dan tentunya hasil penjualan sangat bervariasi dengan rata-rata omset
64
penjualan Rp 700.000/hari. Jadi total penjualan yang diperoleh selama satu bulan
yaitu Rp 700.000 x 25 hari sebesar Rp 17.500.000. Penjualan dalam satu bulan
Rp 17.500.000 x 12 bulan yaitu Rp 210.000.000/tahun.
6.5.2. Arus Biaya (Outflow)
Arus biaya atau outflow adalah arus biaya-biaya yang terjadi dalam analisis
kelayakan usaha franchise KTBR. Arus biaya terdiri dari biaya investasi dan biaya
operasional.
1. Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh franchisee pada saat
bergabung dalam kegiatan franchise. Total biaya investasi yang dikeluarkan untuk
usaha franchise KTBR ini sebesar Rp 50.000.000,- yang terdiri dari outlet (gerobak),
satu buah kompor gas, satu buah burner kebab, satu buah rak sayur, satu buah freezer,
satu buah banner, serta beberapa peralatan lain yang tertera pada Tabel 4.
Tabel 4 . Rincian Biaya Investasi Usaha Franchise KTBR Uraian Jumlah Umur
Ekonomis (th)Nilai Beli (Rp) Penyusutan per
TahunGerobak (Outlet) 1 5 22.630.000 4.526.000Kompor gas 1 5 250.000 50.000Rak sayur 1 5 100.000 20.000Burner kebab 1 5 1.000.000 200.000Banner 1 5 80.000 16.000Frezeer 1 5 1.200.000 240.000Freezer Box 1 1 80.000 80.000Tabung gas 2 5 1.400.000 280.000Regulator elpiji 1 1 300.000 300.000Wajan 1 1 500.000 500.000Pisau kebab 1 1 50.000 50.000Asahan kebab 1 1 25.000 25.000Timbangan 1 1 105.000 105.000Talenan 1 1 20.000 20.000Tempat telur 2 1 55.000 55.000Sendok kecil 1 1 5.000 5.000Sutil 1 1 5.000 5.000
65
Lanjutan Tabel 4. Rincian Biaya Investasi Usaha Franchise KTBR Uraian Jumlah Umur
Ekonomis (th)Nilai Beli (Rp) Penyusutan per
TahunCapit biasa 1 1 25.000 25.000Piring ceper 4 1 60.000 60.000Gembok kecil 8 1 160.000 160.000Gembok besar 2 1 100.000 100.000Rantai - 5 60.000 12.000Kabel rol listrik - 1 35.000 35.000Kalkulator 1 1 75.000 75.000Nota Bahan Baku 1 1 15.000 7.500Nota penjualan 1 1 15.000 7.500Ember 1 1 35.000 35.000Kursi 3 1 55.000 55.000Seragam Operator 3 1 150.000 150.000Bahan Baku 21.355.000 0Transport 55.000 0
Total 50.000.000 7.214.000
Reinvestasi mulai dilakukan pada tahun ke dua untuk jenis peralatan yang
habis umur ekonomisnya selama satu tahun, antara lain freezer box, regulator elpiji,
wajan, pisau kebab, asahan kebab, timbangan, talenan, tempat telur, sendok kecil,
sutil, capit biasa, piring ceder, gembok kecil, gembok besar, kabel rol listrik,
kalkulator, nota bahan baku, nota penjualan, ember, kursi, seragam operator.
2. Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya keseluruhan yang berhubungan dengan
kegiatan operasional dari usaha KTBR. Biaya operasional terbagi menjadi biaya tetap
dan biaya variabel.
a. Biaya tetap
Adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan
tertentu. Biaya tetap yang dikeluarkan dalam usaha ini terdiri dari sewa lokasi usaha
yang sudah termasuk listrik, air, keamanan, dan kebersihan. Jumlah biaya tetap yang
66
dikeluarkan dalam satu tahun antara lain sewa lokasi sebesar Rp 300.000/bulan dan
Rp 300.000 x 12 bulan sebesar Rp 3.600.000/bulan.
Royalti fee yang ditransfer kepada franchisor setiap bulannya sebesar 5 persen
dari total omset per bulan. Omset harian outlet 253 sebesar Rp 700.000 dan omset
satu bulan sebesar Rp 17.500.000. Omset satu bulan tersebut dikalikan dengan
5 persen yaitu Rp 875.000/bulan atau sebesar 10.500.000/tahun.
Biaya yang paling besar dikeluarkan adalah royalty fee yang dibayar setiap
awal bulan berikutnya sebesar Rp 875.000 per bulan. Biaya pajak dibayarkan oleh
franchisor, sehingga pihak franchisee hanya membayar sewa lokasi saja.
3. Biaya Variabel
Yaitu biaya yang besarnya tergantung dari penjualan yang dihasilkan.
Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan setipa tahun untuk kegiatan usaha
franchise adalah Biaya-biaya variabel tersebut terdiri dari :
a. Biaya Bahan Baku
Pembelian bahan baku yang dilakukan oleh franchisee berdasarkan kebutuhan
masing-masing outlet, dan dilakukan setelah bahan baku yang diberikan oleh
franchisor dalam investasi awal habis terjual. Pembelian bahan baku yang dilakukan
oleh franchisee 253 yaitu tiga kali dalam seminggu dengan rincian bahan baku yang
dibeli oleh franchisee antara lain :
Tabel 5. Rincian Belanja Bahan Baku (untuk tiga hari)
No. Bahan Baku Unit Jmh per kemasan
Harga Jual ( Rp)
Jumlah (Rp)
1. Roti burger 50 buah 6 buah 1.100 55.0002. Roti hotdog 20 buah 5 buah 1.100 22.0003. Roti bigmac 8 buah 6 buah 1.100 8.800
67
Lanjutan Tabel 5. Rincian Belanja Bahan Baku (untuk tiga hari)No. Bahan Baku Unit Jmh per
kemasanHarga Jual
( Rp)Jumlah
(Rp)4. Beef burger 8 pak 10 buah 16.500 132.0005. Chicken burger 3 pak 10 buah 18.000 54.0006. Chicken crispy burger 1 pak 8 buah 17.000 17.0007. Sosis 1 pak 25 buah 35.000 35.0008. Daging kebab 2 tiang 4 kg 156.000 312.0009. Tortila besar 5 pak 20 buah 30.000 150.000
10. Tortila mini 3 pak 20 buah 26.500 79.50011. Keju slice 3 pak 17 lbr 14.000 42.00012. Mayonaise 2 pill 3 kg 75.000 150.00013. Saus tomat 1 galon 6 kg 60.000 60.00014. Saus sambal 1 galon 6 kg 60.000 60.00015. Slongsong kebab 2 pak 100 buah 21.000 42.00016. Bungkus burger 1 pak 100 buah 15.000 15.00017. Lettuce 2 ½ kg - 9.000 22.50018. Kyuri 1 kg - 4.000 4.00019. Tomat 1 kg - 3.000 3.00020. Bawang Bombay 1 kg - 7.000 7.00021. Telur 1 kg - 10.000 10.00022. Mentega 1 kg - 30.000 30.000
Total 1.310.800
Dalam satu bulan, franchisee KTBR 253 melakukan belanja bahan baku
sebanyak delapan kali dengan total biaya bahan baku sebesar Rp 1.310.800. Jadi
kebutuhan akan belanja bahan baku dalam satu tahun dengan asumsi satu tahun 96
kali yang diperoleh dari 8 kali dalam satu bulan dikalikan 12 bulan adalah 96 kali x
Rp 1.310.800, sebesar Rp 125.836.800.
b. Biaya Operator
Operator yang digunakan untuk setiap outlet yang sedang diteliti saat ini
hanya satu orang dengan lama kerja 10 jam/hari. Operator yang digunakan berasal
dari franchisor yang telah melawati masa training di Jakarta. Setiap bulannya,
operator mendapatkan komisi (5 persen dari omset penjualan harian yaitu Rp 700.000)
Rp 35.000 per harinya. Operator tersebut melakukan kegiatan operasional 25 hari
68
dalam satu bulan, jadi selama satu bulan komisi yang diperoleh operator sebesar Rp
875.000. Kemudian dalam satu tahun total komisi operator sebesar Rp 875.000 x 12
bulan sebesar Rp 10.500.000.
Operator juga menerima uang pulsa untuk satu bulan sebesar Rp 22.000, jadi
dalam satu tahun biaya yang keluarkan untuk pulsa operator sebesar Rp 22.000 x 12
bulan yaitu Rp 264.000/tahun. Uang transport atau uang bensin bagi operator yang
memiliki sepeda motor diberikan setiap minggunya sebesar Rp 40.000, sehingga
dalam satu bulan uang transport sebesar Rp 40.000 x 4 minggu sebesar Rp 160.000
atau Rp 14.814.000/tahun.
c. Biaya Gas Elpiji
Dalam satu outlet (gerobak) menggunakan dua tabung gas elpiji yang
digunakan untuk burner dan kompor yang habis dipakai selama satu bulan. Sehingga
dalam satu tahun, franchisee mengganti sebanyak 12 kali. Harga yang dipakai untuk
pembelian gas elpiji adalah harga yang berlaku pada bulan Agustus 2008 (setelah
mengalami kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM). Sehingga biaya yang harus
dikeluarkan untuk pembelian gas elpiji Rp 70.000/tabung x 2 sebesar Rp 140.000 per
bulan. Jadi biaya gas elpiji selama satu tahun Rp 140.000 x 12 yaitu Rp
1.680.000/tahun.
d. Biaya Perlengkapan Pendukung
Perlengkapan pendukung meliputi tisu, kantong plastik, sarung tangan, dan
lain-lain. Ringkasan rincian biaya perlengkapan pendukung pada Tabel 6.
69
Tabel 6. Rincian Biaya Perlengkapan PendukungNo.
Nama Barang Unit Jmh per kemasan
Harga Jual ( Rp)
Jumlah (Rp)
Jumlah (Rp) per Tahun
1. Tisu gulung 1 pak 12 buah 10.000 10.000 480.0002. Sarung tangan 1 pak 100 lbr 13.000 13.000 156.0003. Kantong plastik kecil 3 pak 100 lbr 4.500 13.500 108.0004. Kantong plastik besar 2 pak 100 lbr 4.500 9.000 162.0005. Sabun cuci piring 4 ltr 1 ltr 7.000 14.000 168.0006. Pembersih kaca 2 ltr 1 ltr 5.000 10.000 120.0007. Karbol wangi 2 ltr 1 ltr 8.000 16.000 192.000
Total 1.386.000
Dalam satu bulan, pembelian tisu gulung dilakukan selama empat kali.
Sedangkan pembelian sarung tangan dan kantong plastik dilakukan satu bulan sekali,
sebab jumlah dalam satu kemasan berisi 100 lembar. Pembelian perlengkapan
pendukung dilakukan diluar stockist, karena pihak stockist hanya menjual bahan baku
serta kemasan saja. Harga jual perlengkapan pendukung berdasarkan harga yang
berlaku pada bulan Agustus 2008. Ringkasan rincian biaya variable usaha franchise
KTBR cabang 253 dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rincian Biaya Variabel Usaha Franchise KTBR No. Jenis Biaya Variabel Biaya (Rp)1. Biaya Bahan Baku Rp 125.836.8002. Biaya Operator Rp 10.500.0003. Biaya Gas Elpiji Rp 1.680.0004. Biaya Perlengkapan pendukung Rp 1.386.0005. Uang Makan Operador
(Rp 12.000/hari x 25 hari) x 12 bulanRp 3.600.000
Jumlah Rp 143.002.800
70
6.5.3. Kelayakan Finansial Usaha Franchise KTBR
Berdasarkan cash flow pada lampiran 2 diperoleh hasil untuk semua kriteria
investasi usaha yang meliputi kriteria NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period. Pada
tabel berikut memperlihatkan hasil kelayakan investasi tingkat suku bunga empat
persen.
Tabel 8. Kriteria Kelayakan Finansial Investasi Usaha Franchise KTBRNo. Kriteria Investasi Nilai1. Net Present Value 159.462.413
2. Net B/C Ratio 18,0
3. Internal Rate Return (%) 5,24
4. Payback Period 1,2
Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa bilai NPV yang dihasilkan dari usaha
franchise Produk KTBR adalah positif sebesar Rp 159.462.413. Nilai NPV pada
tingkat diskonto empat persen lebih besar dari nol atau sebesar Rp 159.462.413 yang
menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan menurut nilai sekarang adalah
menguntungkan untuk dilaksanakan, karena memberikan manfaat atau keuntungan
sebesar Rp 159.462.413 untuk jangka waktu lima tahun.
Nilai Net B/C ratio adalah 18 atau lebih besar dari satu, artinya investasi yang
dikeluarkan sekarang sebesar satu rupiah untuk usaha franchise KTBR akan
menambah nilai pendapatan bersih sebesar Rp 18. Berdasarkan kriteria kelayakan
Net B/C, usaha ini layak untuk dilaksanakan.
Nilai IRR yang diperoleh untuk usaha franchise KTBR adalah 5,24 persen.
Nilai ini berada diatas tingkat suku bunga deposito yang berlaku yaitu empat persen.
Dengan kata lain, jika dilihat dari kriteria IRR maka usaha ini telah memenuhi
71
kriteria kelayakan finansial. Dimana modal yang dimiliki lebih menguntungkan untuk
diinvestasikan pada usaha franchise KTBR bila dibandingkan dengan menyimpannya
pada deposito di bank.
Berdasarkan waktu pengambalian investasinya, digunakan analisis Payback
Period dan dari hasil analisis yang dilakukan, franchise KTBR akan mencapai titik
pengembalian investasi pada saat kegiatan telah berjalan selama satu tahun dua bulan.
6.5.4. Analisis Sensitivitas Usaha Franchise KTBR
Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan harga bahan baku
dan perubahan volume penjualan sehingga keuntungan mendekati normal dimana
NPV sama dengan nol, nilai IRR sama dengan tingkat diskonto, dan nilai Net B/C
sama dengan satu. Pada penelitian ini, analisis switching value yang dilakukan adalah
dengan menghitung perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat kenaikan harga
bahan baku dan penurunan volume penjualan kebab.
a. Analisis Sensitivitas Usaha Franchise KTBR: Perubahan Kenaikan Harga Bahan
Baku
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan terhadap kenaikan harga bahan
baku dan penurunan penjualan, maka diperoleh batas maksimal kenaikan harga bahan
baku kebab sebesar 22,9 persen. Kenaikan harga bahan baku tersebut sudah termasuk
kenaikan bahan bakar minyak. Berarti usaha franchise KTBR masih layak
dilaksanakan pada tingkatan ini, namun apabila kenaikan harga bahan baku lebih dari
22,9 persen maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan karena akan
mengalami kerugian.
72
b. Analisis Sensitivitas Usaha Franchise KTBR: Perubahan Penurunan Volume
Penjualan Produk KTBR
Variabel yang digunakan dalam analisis switching value pada penelitian ini
adalah penurunan volume penjualan. Pada skenario II, penurunan volume penjualan
maksimal sebesar 13,9 persen dimana usaha tersebut akan mendapatkan keuntungan
normal. Namun apabila penurunan lebih dari 13,9 persen maka usaha tidak layak
untuk dilaksanakan, karena akan mengalami kerugian.
Dari hasil analisis switching value yang dilakukan terhadap kedua skenario
usaha franchise KTBR, maka dilakukan perbandingan untuk melihat skenario yang
paling sensitif atau peka terhadap perubahan variabel. Perbandingan kedua skenario
dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Analisis Sensitivitas Usaha Franchise KTBR Pada Kedua SkenarioNo. Parameter Persentase1. Kenaikan Harga Bahan Baku (Skenario I) 22,9
2. Penurunan Volume Penjualan Produk KTBR
(Skenario II)
13,9
Secara umum dapat dilihat bahwa dari kedua skenario perubahan yang terjadi
atau terdapat resiko yang cukup signifikan dalam menjalankan usaha franchise KTBR.
Dari kedua skenario tersebut ditunjukkan bahwa skenario I kurang peka terhadap
perubahan variabel switching value, bila dibandingkan dengan skenario II. Batas
maksimal perubahan ini sangat mempengaruhi dalam kriteria layak atau tidak
layaknya usaha untuk dilaksanakan. Semakin kecil persentase yang diperoleh berarti
usaha tersebut peka terhadap perubahan yang terjadi.
73
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan terhadap usaha franchise KTBR, baik
dari aspek finansial maupun aspek non finansial. Maka dapat disimpulkan beberapa
hal, yaitu:
1. Aspek non finansial usaha franchise KTBR dilihat dari aspek pasar, lokasi
baru yaitu depan Alfamart Ciheuleut Pakuan layak untuk dijadikan sebagai
tujuan relokasi KTBR cabang 253. Hal ini ditunjang dengan ketersediaan
fasilitas penunjang dan sarana transportasi sehingga memudahkan dalam
pengiriman bahan baku ke lokasi usaha. Dilihat dari aspek teknis, ditunjukkan
oleh peralatan khusus yang digunakan serta teknik pembuatan kebab serta
menu lain yang dilakukan oleh masing-masing outlet sudah tepat guna dan
sesuai dengan SOP. Sedangkan aspek manajemen franchise sudah terorganisir
dengan baik sehingga penyaluran bahan baku hingga kebutuhan akan operator
di setiap outlet terlaksana dengan baik. Aspek lingkungan kurang memberikan
kontribusi atau kesempatan bagi penduduk sekitar outlet untuk memperoleh
pekerjaan, dan di sisi lain tempat atau lokasi yang dijadikan sebagai sarana
penjualan KTBR ikut mendapatkan penerimaan yang lebih besar. Usaha
Franchise KTBR memperoleh rata-rata omset penjualan harian sebesar
Rp 700.000,- akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp Rp 51.042.200 per
tahunnya. Dilihat dari aspek finansial, dinyatakan layak. Hal ini ditunjukkan
74
dengan nilai NPV lebih dari nol yaitu Rp 159.462.413, nilai net B/C lebih dari
satu yaitu 18,0. Kemudian nilai IRR pada usaha franchise KTBR dinyatakan
layak dengan nilai 5,24, karena lebih dari tingkat diskonto empat persen.
Modal yang dikeluarkan untuk usaha ini akan kembali dalam jangka waktu
satu tahun dua bulan.
2. Usaha franchise KTBR Hasil switching value menunjukkan bahwa usaha
franchise KTBR lebih peka terhadap penurunan volume penjualan sebesar
13,9 persen dibandingkan dengan kenaikan harga bahan baku pada 22,9
persen.
7.2. Saran
Dengan mengacu pada hasil penelitian, saran yang bisa diberikan sebagai berikut:
1. Franchisee perlu melakukan kesepakatan atau perjanjian sewa lokasi lebih
dari satu kali dengan bukti berupa surat kontrak atau sewa lokasi, hal ini
sangat mempengaruhi aktivitas usaha yang berdampak terhadap pengembalian
modal. Salah satu cara mengatisipasi pemutusan sewa secara sepihak, yaitu
dengan melakukan sewa lokasi dengan pihak mini market atau salon, dan
lainnya yang memiliki prosedur sewa lokasi yang jelas dan terorganisir
dengan baik. Sehingga pada saat franchisee mengalami hal-hal yang diluar
perjanjian, maka dapat langsung melakukan komplein pada pemilik lokasi.
Kemudian diselesaikan dengan prosedur yang berlaku.
2. Kegiatan promosi sebaiknya dilakukan secara intensif setelah melakukan
relokasi, dengan harapan pelanggan lama akan terus datang dan membeli
75
produk KTBR. Strategi pemasaran yang dilakukan yaitu menyebarkan flyer
menu, serta aktif mengunjungi sekolah, kampus, kantor, maupun acara-acara
khusus untuk berpartisipasi mengisi stand bazar.
76
DAFTAR PUSTAKA
Anang Sukandar, Drs. Franchising Indonesia. Asosiasi Franchise Indonesia. 2007.
British Franchise Association/ Nat West, 2004; PricewaterhouseCoopers. 2004.Gittinger, JP. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Penerjemah
Slamet Sutomo dan Komel Mangiri. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Halim. A, Bambang Supomo. 1990. Akuntansi Manajemen. Penerbit BPFE. Yogyakarta.
Husnan, dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Penerbit UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
IFBM. 2007. Franchise Manual From Small Drops To Profit. Penerbit Team International Franchise Bussiness Management. Jakarta
Junaidi, Manal. 2006. Analisis dan Evaluasi Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Franchise (Studi Kasus Alfamart Wilayah Jabotabek). Skripsi. Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi Manajemen. IPB. Bogor.
Kamaluddin. 2004. Studi Kelayakan Bisnis. Penerbit Dioma. Malang.
Kotler, Philips. 2004. Manajemen Pemasaran. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Marimbo, Rizal. 2007. Rasakan dahsyatnya Usaha Franchise. Penerbit PT Elex Media Komputindo Gramedia. Jakarta
Putera, Tinton Dwi. 2006. Evaluasi Kelayakan Usaha Pada Restoran Mie Kondang Jakarta Selatan. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Rachmadi, Bambang N. 2008. Membedah Franchise Lokal Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Setiawan, Deden. 2006. Franchise Guide Series Fast Food. Penerbit Dian Rakyat. Jakarta.
Yuningsih. 2004. Analisis Kelayakan Finansial Pengusahaan Selada Hidroponik. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Oleh :Ratih Oktawidya K
A 14105590
ANALISIS KELAYAKAN USAHA FRANCHISE KEBAB TURKI BABA RAFI
(Kasus di Outlet Kebab Turki Baba Rafi 253 Cabang Bogor)
BAB I PENDAHULUAN
Maraknya kegiatan usaha di segala bidang, dan sangat didukung dengan ketersediaan sarana usaha seperti didirikan ruko, stan yang berada di dalam mal, restoran, cafe, hingga outlet.Franchise merupakan salah satu pilihan usaha yang banyak diminati, hal tersebut didukung dengan data berikut ini:
Franchise lokal pada sektor food and beverage sebanyak 22 franchise dengan beragam produk yang ditawarkan.Kebab Turki Baba Rafi merupakan franchise makanan yang pertama kali menjual kebab turki.
1. Latar Belakang
Tahun Franchise Lokal Franchise Asing
Jumlah Pertumbuhan Jumlah Pertumbuhan
2005 42 8 230 82006 49 8,8 239 112007 62 26,5 270 12,9
Tabel 1. Jumlah Perusahaan Franchise di Indonesia berdasarkan Asalnya
Salah satu cabang oulet Kebab Turki Baba Rafi (KTBR) yaitu outlet 253 menghadapi permasalahan yaitu rencana relokasi dengan alasan waktu sewa lokasi yang tidak dapat diperpanjang.
Dengan dilakukan relokasi, maka franchisee (pemilik outlet) akan mempertimbangkan beberapa hal antara lain: pangsa pasar baru, keamanan lokasi di tempat baru, biaya sewa lokasi yang dituju, serta kelayakan usaha tersebut.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tsb, maka permasalahan yang diteliti adalah :1. Bagaimana kelayakan usaha KTBR di cabang outlet 253
melalui aspek pasar, teknis, manajemen, dan lingkungan?2. Bagaimana kelayakan usaha KTBR di cabang outlet 253 melalui
aspek finansial ?3. Bagaimana tingkat kepekaan kelayakan investasi KTBR di
cabang outlet 253?
3. Tujuan Penelitian1. Mengevaluasi kelayakan aspek pasar, teknis, manajemen, lingkungan2. Mengevaluasi kelayakan aspek finansial3. Menganalisis tingkat kepekaan kelayakan investasi KTBR di cabang
outlet 253.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1. Definisi Franchise
Franchise berasal dari bahasa perancis “affanchir” yang artinya kejujuran atau kebebasan hak untuk menjual suatu produk atau jasa.
2.2. Sejarah FranchiseKonsep jejaring toko sebagai sistem franchise yang sudah ada sejak 200 SM di China.
2.3. Franchisor dan Franchisee
2.4. Istilah kebabKata kabab berasal dari bahasa arab atau persia yang berarti daging digoreng dan bukanlah daging yang dipanggang.
2.5. Kebab Turki Baba Rafi
2.6. Hasil Penelitian Terdahulu
Nama Judul Penelitian Metode
Afnita (2002) Analisis Kelayakan Investasi Paprika dengan Sistem Pertanian Organik di PT Austindo Mitra Sarana Farm
Menggunakan NPV, IRR, Net B/C, PP
Junaidi (2006) Analisis dan Evaluasi Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Franchise (Studi Kasus Alfamart Wilayah Jabotabek)
Menggunakan model Fishbein
Putera (2006) Evaluasi Kelayakan Usaha Pada Restoran Mie Kondang Jakarta Selatan
Menggunakan NPV, IRR, Net B/C, PP dan switching value
Yuningsih (2004) Analisis Kelayakan Finansial Pengusahaan Selada Hidroponik (Studi Kasus di Yayasan Progressio Indonesia, Kec. Pacet, Kab. Cianjur, Prov. Jabar)
Menggunakan NPV, IRR, Net B/C, PP, analisis sensitivitas
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN1. Kerangka Pemikiran Teoritis
1.1. Aspek dalam Analisis KelayakanAspek Pasar, Teknis, Manajemen, dan LingkunganAspek Finansial, menggunakan NPV, IRR, Net B/C, PPAnalisis sensitivitas, menggunakan switching value
2. Kerangka Pemikiran OperasionalCabang outlet KTBR 253 berlokasi di Universitas Pakuan Bogor,
lokasi usaha tersebut merupakan salah satu lokasi yang strategis sebab kebab turki merupakan satu-satunya makanan yang unik dan tidak dijumpai di wilayah kampus tersebut.
Namun, franchisee mengalami permasalahan antara lain waktu sewa lokasi yang tidak dapat diperpanjang karena pemilik rumah akan melakukan renovasi rumah, rencana relokasi yang membutuhkan dana tidak sedikit, dan waktu pencarian pangsa pasar baru cukup lama.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Analisis Kelayakan Usaha
Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Finanasial
NPV, IRR, Net B/C,Payback Period
Sensitivitas
Tidak Layak Layak
Kegiatan Usaha Franchise Kebab Turki Baba Rafi di Cabang
Outlet 253
Permasalahan yang dihadapi :
1. Waktu sewa lokasi yang tidak dapat diperpanjang
2. Rencana relokasi yang membutuhkan dana tidak sedikit
3. Waktu pencarian pangsa pasar baru yang cukup lama
Kegiatan Usaha Franchise Kebab Turki Baba Rafi di Cabang Outlet 253
Aspek Manajemen Aspek Lingkungan
BAB IV METODE PENELITIAN1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian berlangsung selama dua bulan yang rencananya dimulai dari bulan April s/d Juni 2008.
2. Jenis dan Sumber dataMenggunakan data primer yang diperoleh langsung melalui observasi lapang dan wawancara dengan franchisee. Data sekunder diperoleh dari AFI, pameran franchise indonesia, perpustakaan LSI, penelusuran melalui internet, buku, dan literatur lainnya.
3. Metode Penentuan Lokasi PenelitianPemilihan lokasi dilakukan secara sengaja. Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai franchisee atau pemilik outlet.
BAB IV METODE PENELITIAN
Analisis aspek pasar: adanya permintaan akan kebab turki , bauran pemasaran, pasar potensial, persaingan, strategi pemasaran.Analisis aspek teknis: gambaran lokasi usaha, ketersediaan bahan baku, kriteria pemilihan alat, dan proses pembuatan kebabAnalisis aspek manajemen : menentukan deskripsi serta pemegang jabatan di outlet 253Analisis aspek lingkungan : dampak yg ditimbulkan terhadap berjalannya usaha KTBR terhadap kondisi sosial masyarakatUntuk analisis kelayakan finansial usaha franchise KTBR di cabang 253, menggunakan kriteria investasi antara lain :1. Net Present Value, layak pada saat NPV >0
4. Metode Analisis Data
t
n
t i
CtBt
)1(1
NPV =
BAB IV METODE PENELITIANLanjutan kriteria investasi
2. Internal Rate Return, layak pada saat IRR >tk. Suku bunga yg berlaku
3. Net Benefit/Cost, layak pada saat Net B/C >1
4. Payback Period, pada saat pengeluaran investasi semakin kecil maka semakin cepat pengembalian investasi
5. Analisis Sensitivitas (Switching Value)
1221
11 iix
NPVNPV
NPVi
IRR =
n
tttt
n
tttt
i
CBi
CB
1
1
01
01
Net B/C =
Payback Period (PP) = VI
BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN1. Gambaran Umum Kebab Turki Baba Rafi
KTBR merupakan usaha milik PT Baba Rafi Indonesia yang berpusat di Surabaya. Kebab Turki merupakan produk unggulan, dan terbuat dari tortila (dengan diameter 22 cm), irisan daging kebab, irisan sayuran, saus, serta mayonaise. Kebab tsb dijual dengan harga Rp 10.000,- dan dikemas dengan slongsong kebab.
2. Tipe Outlet KTBR menyediakan 5 tipe outlet, antara lain :- Gerobak, dgn investasi Rp 50 juta- Booth, dgn investasi Rp 70 juta- Indoor, dgn investasi Rp 90 juta- Dine in, dgn investasi Rp 100 juta- Cafe, dgn investasi +/- Rp 100 juta
BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN3. Tahapan menjadi Franchisee
Isi formulir calon franchisee
Pembayaran Commitment FeeProtect Lokasi strategis
Penjelasan operasionalTime schedule pengerjaan
Pendantanganan MOUSurvei lokasi
Pembayaran investasi 70 %Penyerahan SOP
Pembuatan ouletTraining karyawanPersiapan opening
Pelunasan sisa 30% investasi
Grand opening
Presentasi bisnis
BAB V ANALISIS ASPEK PASARTipe Outlet Gerobak
BAB VI ANALISIS ASPEK PASAR1. Aspek Pasar
Lokasi baru yang dituju yaitu depan Alfamart Ciheuleut Pakuan. Lokasi tsb dekat dengan jalan alternatif menuju tegal lega. Permintaan Asumsi permintaan akan kebab turki di lokasi yg baru tidak berbeda jauh dengan permintaan di lokasi lama. Permintaan kebab turki di outlet 253 sebanyak 286 buah. Pasar PotensialPersainganStrategi PemasaranStrategi yang digunakan adalah menyebarkan flyer menu ke UNPAK, Perumahan Bogor Baru, Bogor Like Side, maupun sekolah-sekolah.Bauran Pemasarana. Produkb. Penetapan hargac. Promosid. Penempatan (distribusi)
BAB V ANALISIS ASPEK PASARLanjutan Bauran Pemasaran
a. Produk c. Promosi d. Penempatan (distribusi)
Flyer Menu
Franchisor
Stockist
Franchisee
Konsumen
Gb 2. Alur Pendistribusian KTBR
BAB VI ANALISIS ASPEK TEKNISLokasi Baru Usaha Franchise Kebab Turki Baba Rafi
Hal penting yang diperhatikan pada lokasi baru :a. Ketersediaan fasilitas penunjang
Terdapatnya toko atau agen gas elpiji, dan terletak di wilayah jalan raya Pakuan.b. Tenaga listrik dan air
outlet KTBR 253 membutuhkan listrik 100 watt yang digunakan untuk lampu neon 40 watt, lempu neon box 20 watt, lampu dalam 20 watt, dan lampu kelap-kelip 20 watt.
c. Supply tenaga kerja d. Fasilitas transportasi
franchisee menyediakan sepeda motor yang digunakan oleh operator untuk mengambil dan mengembalikan bahan baku.
e. Layout gerobakGerobak KTBR milik franchisee 253 rencananya akan diletakkan di bawah tangga masuk Alfamart dan menghadap ke utara.
BAB VI ANALISIS ASPEK TEKNISLanjutan
Layout gerobakGerobak KTBR milik franchisee 253 rencananya akan diletakkan di bawah tangga masuk Alfamart dan menghadap ke utara.
BAB VI ANALISIS ASPEK TEKNISKetersediaan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untuk penjualan kebab diperoleh dari pembelian di stockist. Penambahan bahan baku berdasarkan permintaan dari operator via telepon atau sms.
Kriteria Pemilihan AlatPeralatan yang digunakan telah ditetapkan oleh franchisor, sepeti desain wajan yang digunakan berukuran 20 cm x 30 cm yang terbuat dari besi lempengan. Demikian pula dengan burner kebab yang dilengkapi dengan pemutar tiang daging kebab dan laci penampung minyak dari hasil pembakaran.
Daging kebab Tortila
BAB VI ANALISIS ASPEK TEKNISProses pembuatan Kebab
Kegiatan pembuatan kebab dilakukan oleh seorang operator, yang berpedoman pada SOP. Pembuatan kebab turki tsb sangat ditunjang dengan ketersediaan bahan baku yang memenuhi persyaratan. Seperti tortila berwarna putih kecoklatan, tidak robek, berbau khas, demikian pula dengan penerapan syarat kelayakan bahan baku yang lainnya.
Adapun tahapan pembuatan kebab turki sbb:
BAB VI ANALISIS ASPEK MANAJEMENSatu outlet dimiliki oleh seorang franchisee yang membawahi seorang operator sbg pelaksana harian kegiatan penjualan kebab turki.
Gambar 3. Strukrur Organisasi Outlet KTBR 253
Operator yang ditempatkan di outlet berasal dari franchisor, yg sebelumnya telah melalui masa training selama 1 minggu oleh pihak franchisor. Deskripsi pekerjaan operator KTBR cabang 253 antara lain : Belanja bahan baku di stockist, Mengambil dan mengembalikan bahan baku yang dijual, Mempersiapkan bahan baku penjualan di outlet 253, Mempersiapkan perlengkapan yang akan dibawa ke outlet, Melakukan cek bahan baku dengan menggunakan form bahan baku, Membuka dan menutup outlet, membersihkan seluruh outlet, menata barang dan bahan baku yang akan dijual, Membuat pesanan konsumen, dan Menghitung penjualan harian dengan menggunakan form penjualan.
Operator
Franchisee outlet KTBR cabang 253
BAB VI ANALISIS ASPEK LINGKUNGANUsaha KTBR memberikan penerimaan bagi pemilik warung/toko/salon yg dijadikan lokasi untuk berjualan kebab turki.
Dana yang digunakan untuk usaha tersebut merupakan dana milik franchisee 253 dan bukan berasal dari pinjaman bank. Total biaya investasi sebesar Rp 50.000.000 yang meliputi outlet (gerobak), kompor gas, burner kebab, rak sayur, banner, frezeer, frezeer box, tabung gas, regulator elpiji, wajan, pisau kebab, asahan kebab, timbangan, talenan, tempat telur, sendok kecil, sutil, capit biasa, piring ceper, gembok kecil, gembok besar, rantai, kabel rol, kalkulator, nota bahan baku, nota penjualan, ember, kursi, seragam operator, bahan baku (untuk 3 hari), dan transport.
BAB VI ANALISIS ASPEK FINANSIAL
BAB VI ANALISIS ASPEK FINANSIALAnalisis kelayakan finansial dihitung dengan menggunakan cashflow yang
akan menunjukkan nilai NPV, Net B/C ratio, IRR, dan PP. Nilai penjualan yang digunakan berdasarkan omset penjualan harian sebesar Rp 600.000,sehingga memperoleh keuntungan sebesar Rp 21.074.000/tahun.
Tabel 3. Kelayakan Finansial Usaha Franchise KTBR Cabang Outlet 253
Analisis sensitivitas menggunakan switching value yg dilakukan dengan menghitung perubahan maksimum yg boleh terjadi akibat adanya suatu perubahan. Switching value menggunakan 2 skenario, dimana skenario I (kenaikan harga bahan baku) diperoleh batas max kenaikan harga BB sebesar 29,8 persen. Sedangkan Skenario II (penurunan Volume penjualan kebab) diperoleh batas max penurunan vol. Penjualan sebesar 12,4 persen.
No. Kriteria Kelayakan Investasi Nilai
1 Net Present Value 161.390.265
2 Net B/C ratio 19,9
3 Internal Rate Return 5,5
4 Payback Period 1,2
Lampiran 1. Tipe Gerobak Kebab Turki Baba Rafi Cabang 253
Lampiran 2. Menu KTBR dan Lokasi Baru Outlet KTBR 253
Menu Kebab Turki Baba Rafi Cabang Outlet 253
Lokasi Baru Kebab Turki Baba Rafi Cabang Outlet 253(Halaman parkir Alfamart Ciheuleut Pakuan)
Kebab Pisang Coklat Keju
Roti Canai Original
Roti Canai Coklat Keju
Wiener
Roti Canai Salad
Lampiran 3. Harga Bahan Baku Kebab Turki Baba Rafi
No. Bahan Baku Satuan Harga (Rp)1. Roti Burger Buah 1.1002. Roti Hotdog Buah 1.1003. Roti Bigmac Buah 1.1004. Burger Ayam Pak 18.0005. Burger Sapi Pak 16.5006. Burger Crispy Pak 17.0007. Sosis sapi Pak 35.0008. Daging kebab Tiang 156.0009. Tortila besar Pak 30.000
10. Tortila mini Pak 26.50011. Keju Pak 14.00012. Mayonaise Pill 60.00013. Saus tomat Gallon 60.00014. Saus sambal Gallon 60.00015. Bungkus kebab Pak 21.00016. Bungkus kebab gila Pak 21.00017. Bungkus burger Pak 15.00018. Lettuce Kg 9.00019. Tomat Kg 3.00020. Kyuri Kg 4.00021. Bawang Bombay Kg 7.00022. Telur Kg 10.00023. Mentega Kg 30.000
Lampiran 4. Tipe Outlet Kebab Turki Baba Rafi
Lampiran 4. Cashflow Kebab Turki Baba Rafi
Keterangan
1 2 3 4 5
I. INFLOW
1.Penjualan
Penjualan 210.000.000 210.000.000 210.000.000 210.000.000 210.000.000
Total Penjualan 210.000.000 210.000.000 210.000.000 210.000.000 210.000.000
2. Nilai Sisa 0 0 0 0 0
Total Nilai Sisa 0 0 0 0 0
TOTAL INFLOW 210.000.000 210.000.000 210.000.000 210.000.000 210.000.000
II. OUTFLOW
1. Sewa Tempat Usaha 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
2. Royalti Fee Franchisor 10.500.000 10.500.000 10.500.000 10.500.000 10.500.000
3. Biaya Investasi Peralatan
Outlet (Gerobak) (1 unit) 22.630.000
Kompor gas (1 unit) 250.000
Burner Kebab (1 unit) 1.000.000
Rak say ur (1 unit) 100.000
Freezer (1 unit) 1.200.000
Banner (1 unit) 80.000
Freezer Box (1 unit) 80.000 80.000 80.000 80.000 80.000
Tabung gas (2 unit) 1.400.000
Regulator elpiji (2 unit) 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
Wajan (1 unit) 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000
Pisau kebab (1 unit) 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000
Asahan kebab (1 unit) 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
Timbangan(1 unit) 105.000 105.000 105.000 105.000 105.000
Talenan (1 unit) 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000
Tempat telur (2 unit) 55.000 55.000 55.000 55.000 55.000
Sendok kecil (1 unit) 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
Sutil ( 1 unit) 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
Ember (1unit) 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000
Kursi (3 buah) 55.000 55.000 55.000 55.000 55.000
Capit biasa (1 unit) 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
Piring ceper (4 unit) 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000
Gembok kecil (8 unit) 160.000 160.000 160.000 160.000 160.000
Gembok besar (2 unit) 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000
Rantai 60.000
Kabel rol listrik 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000
Kalkulator (1 unit) 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000
Nota Bahan Baku (1 buah) 15.000 7.500 7.500 7.500 7.500
Nota Penjualan (1 unit) 15.000 7.500 7.500 7.500 7.500
Seragam Operator (3 buah) 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000
Bahan Baku (siap Jual) 21.355.000
Transport 55.000
Total Biaya Investasi 50.000.000 1.855.000 1.855.000 1.855.000 1.855.000
4. Biaya Operasional
Biay a Bahan Baku 125.836.800 125.836.800 125.836.800 125.836.800 125.836.800
Biay a Operator (1 Orang) 10.500.000 10.500.000 10.500.000 10.500.000 10.500.000
Biay a Gas Elpiji 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000
Biay a Pendukung Lainny a 1.386.000 1.386.000 1.386.000 1.386.000 1.386.000
Uang Makan Operator 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Total Biaya Operasional 143.002.800 143.002.800 143.002.800 143.002.800 143.002.800
TOTAL OUTFLOW 219.732.800 158.957.800 158.957.800 158.957.800 158.957.800
Net Benefit -9.732.800 51.042.200 51.042.200 51.042.200 51.042.200
Pajak 0 0 0 0 0
Net Benef it Setelah Pajak -9.732.800 51.042.200 51.042.200 51.042.200 51.042.200
Discount Factor 4% 0,9620 0,9250 0,8890 0,8550 0,8220
PV -9.362.954 47.214.035 45.376.516 43.641.081 41.956.688
PV (+) 168.825.367
PV (-) -9.362.954
Net B/C 18,0
NPV 159.462.413,0
IRR (%) 5,24
PP 1,2
Tahun
Lampiran 5. Skenario I (Kenaikan Harga Bahan Baku)
Keterangan
1 2 3 4 5
I. INFLOW
1.Penjualan
Penjualan 210.000.000 210.000.000 210.000.000 210.000.000 210.000.000
Total Penjualan 210.000.000 210.000.000 210.000.000 210.000.000 210.000.000
2. Nilai Sisa 0 0 0 0 0
Total Nilai Sisa 0 0 0 0 0
TOTAL INFLOW 210.000.000 210.000.000 210.000.000 210.000.000 210.000.000
II. OUTFLOW
1. Sewa Tempat Usaha 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
2. Royalti Fee Franchisor 10.500.000 10.500.000 10.500.000 10.500.000 10.500.000
3. Biaya Investasi Peralatan
Outlet (Gerobak) (1 unit) 22.630.000
Kompor gas (1 unit) 250.000
Burner Kebab (1 unit) 1.000.000
Rak sayur (1 unit) 100.000
Freezer (1 unit) 1.200.000
Banner (1 unit) 80.000
Freezer Box (1 unit) 80.000 80.000 80.000 80.000 80.000
Tabung gas (2 unit) 1.400.000
Regulator elpiji (2 unit) 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
Wajan (1 unit) 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000
Pisau kebab (1 unit) 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000
Asahan kebab (1 unit) 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
Timbangan(1 unit) 105.000 105.000 105.000 105.000 105.000
Talenan (1 unit) 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000
Tempat telur (2 unit) 55.000 55.000 55.000 55.000 55.000
Sendok kecil (1 unit) 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
Sutil ( 1 unit) 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
Ember (1unit) 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000
Kursi (3 buah) 55.000 55.000 55.000 55.000 55.000
Capit biasa (1 unit) 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
Piring ceper (4 unit) 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000
Gembok kecil (8 unit) 160.000 160.000 160.000 160.000 160.000
Gembok besar (2 unit) 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000
Rantai 60.000
Kabel rol listrik 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000
Kalkulator (1 unit) 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000
Nota Bahan Baku (1 buah) 15.000 7.500 7.500 7.500 7.500
Nota Penjualan (1 unit) 15.000 7.500 7.500 7.500 7.500
Seragam Operator (3 buah) 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000
Bahan Baku (siap Jual) 21.355.000
Transport 55.000
Total Biaya Investasi 50.000.000 1.855.000 1.855.000 1.855.000 1.855.000
4. Biaya Operasional
Biaya Bahan Baku 154.779.124 154.779.124 154.779.124 154.779.124 154.779.124
Biaya Operator (1 Orang) 10.500.000 10.500.000 10.500.000 10.500.000 10.500.000
Biaya Gas Elpij i 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000
Biaya Pendukung Lainnya 1.386.000 1.386.000 1.386.000 1.386.000 1.386.000
Uang Makan Operator 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Total Biaya Operasional 171.945.124 171.945.124 171.945.124 171.945.124 171.945.124
TOTAL OUTFLOW 248.675.124 187.900.124 187.900.124 187.900.124 187.900.124
Net Benefit -38.675.124 22.099.876 22.099.876 22.099.876 22.099.876
Pajak 0 0 0 0 0
Net Benefit Setelah Pajak -38.675.124 22.099.876 22.099.876 22.099.876 22.099.876
Discount Factor 4% 0,9620 0,9250 0,8890 0,8550 0,8220
PV -37.205.469 20.442.385 19.646.790 18.895.394 18.166.098
PV (+) 39.945.198
PV (-) -37.205.469
Net B/C 1,00
NPV 0,0
IRR (%) 4,00
PP 2,8
Tahun
Lampiran 6. Skenario II (Penurunan Penjualan Kebab Turki)
Keterangan
1 2 3 4 5
I. INFLOW
1.Penjualan
Penjualan 180.810.000 180.810.000 180.810.000 180.810.000 180.810.000
Total Penjualan 180.810.000 180.810.000 180.810.000 180.810.000 180.810.000
2. Nilai Sisa 0 0 0 0 0
Total Nilai Sisa 0 0 0 0 0
TOTAL INFLOW 180.810.000 180.810.000 180.810.000 180.810.000 180.810.000
II. OUTFLOW
1. Sewa Tempat Usaha 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
2. Royalti Fee Franchisor 10.500.000 10.500.000 10.500.000 10.500.000 10.500.000
3. Biaya Investasi Peralatan
Outlet (Gerobak) (1 unit) 22.630.000
Kompor gas (1 unit) 250.000
Burner Kebab (1 unit) 1.000.000
Rak sayur (1 unit) 100.000
Freezer (1 unit) 1.200.000
Banner (1 unit) 80.000
Freezer Box (1 unit) 80.000 80.000 80.000 80.000 80.000
Tabung gas (2 unit) 1.400.000
Regulator elpiji (2 unit) 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
Wajan (1 unit) 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000
Pisau kebab (1 unit) 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000
Asahan kebab (1 unit) 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
Timbangan(1 unit) 105.000 105.000 105.000 105.000 105.000
Talenan (1 unit) 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000
Tempat telur (2 unit) 55.000 55.000 55.000 55.000 55.000
Sendok kecil (1 unit) 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
Sutil ( 1 unit) 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
Ember (1unit) 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000
Kursi (3 buah) 55.000 55.000 55.000 55.000 55.000
Capit biasa (1 unit) 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
Piring ceper (4 unit) 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000
Gembok kecil (8 unit) 160.000 160.000 160.000 160.000 160.000
Gembok besar (2 unit) 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000
Rantai 60.000
Kabel rol listrik 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000
Kalkulator (1 unit) 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000
Nota Bahan Baku (1 buah) 15.000 7.500 7.500 7.500 7.500
Nota Penjualan (1 unit) 15.000 7.500 7.500 7.500 7.500
Seragam Operator (3 buah) 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000
Bahan Baku (siap Jual) 21.355.000
Transport 55.000
Total Biaya Investasi 50.000.000 1.855.000 1.855.000 1.855.000 1.855.000
4. Biaya Operasional
Biaya Bahan Baku 125.836.800 125.836.800 125.836.800 125.836.800 125.836.800
Biaya Operator (1 Orang) 10.500.000 10.500.000 10.500.000 10.500.000 10.500.000
Biaya Gas Elpij i 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000
Biaya Pendukung Lainnya 1.386.000 1.386.000 1.386.000 1.386.000 1.386.000
Uang Makan Operator 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Total Biaya Operasional 143.002.800 143.002.800 143.002.800 143.002.800 143.002.800
TOTAL OUTFLOW 219.732.800 158.957.800 158.957.800 158.957.800 158.957.800
Net Benefit -38.922.800 21.852.200 21.852.200 21.852.200 21.852.200
Pajak 0 0 0 0 0
Net Benefit Setelah Pajak -38.922.800 21.852.200 21.852.200 21.852.200 21.852.200
Discount Factor 4% 0,9620 0,9250 0,8890 0,8550 0,8220
PV -37.443.734 20.213.285 19.426.606 18.683.631 17.962.508
PV (+) 38.842.297
PV (-) -37.443.734
Net B/C 1,000
NPV 0,0
IRR (%) 4,00
PP 2,8
Tahun
Keterangan 1 2 3 4 5
I. INFLOW1.Penjualan Penjualan 210.000.000 210.000.000 210.000.000 210.000.000 210.000.000Total Penjualan 210.000.000 210.000.000 210.000.000 210.000.000 210.000.0002. Nilai Sisa 0 0 0 0 0Total Nilai Sisa 0 0 0 0 0TOTAL INFLOW 210.000.000 210.000.000 210.000.000 210.000.000 210.000.000II. OUTFLOW1. Sewa Tempat Usaha 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.0002. Royalti Fee Franchisor 10.500.000 10.500.000 10.500.000 10.500.000 10.500.0003. Biaya Investasi PeralatanOutlet (Gerobak) (1 unit) 10.000.000Kompor gas (1 unit) 250.000Burner Kebab (1 unit) 1.000.000Rak sayur (1 unit) 100.000
Freezer (1 unit) 1.200.000Banner (1 unit) 80.000Total Biaya Investasi dan sewa lokasi 12.630.0003. Biaya Reinvestasi PeralatanFreezer Box (1 unit) 80.000 80.000 80.000 80.000 80.000
Tabung gas (2 unit) 1.400.000
Regulator elpiji (2 unit) 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
Wajan (1 unit) 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000
Pisau kebab (1 unit) 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000
Asahan kebab (1 unit) 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
Timbangan(1 unit) 105.000 105.000 105.000 105.000 105.000
Talenan (1 unit) 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000
Tempat telur (2 unit) 55.000 55.000 55.000 55.000 55.000
Sendok kecil (1 unit) 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
Sutil ( 1 unit) 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
Ember (1unit) 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000
Kursi (3 buah) 55.000 55.000 55.000 55.000 55.000
Capit biasa (1 unit) 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
Piring ceper (4 unit) 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000
Gembok kecil (8 unit) 160.000 160.000 160.000 160.000 160.000
Gembok besar (2 unit) 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000
Rantai 60.000
Kabel rol listrik 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000
Kalkulator (1 unit) 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000
Nota Bahan Baku (1 buah) 15.000 7.500 7.500 7.500 7.500
Nota Penjualan (1 unit) 15.000 7.500 7.500 7.500 7.500
Seragam Operator (3 buah) 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000
Bahan Baku (siap Jual) 21.355.000
Transport 55.000Total Biaya Investasi 50.000.000 1.855.000 1.855.000 1.855.000 1.855.0004. Biaya OperasionalBiaya Bahan Baku 154.779.124 154.779.124 154.779.124 154.779.124 154.779.124Biaya Operator (1 Orang) 10.500.000 10.500.000 10.500.000 10.500.000 10.500.000Biaya Gas Elpiji 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000Biaya Pendukung Lainnya 1.386.000 1.386.000 1.386.000 1.386.000 1.386.000Uang Makan Operator 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000Total Biaya Operasional 171.945.124 171.945.124 171.945.124 171.945.124 171.945.124TOTAL OUTFLOW 248.675.124 187.900.124 187.900.124 187.900.124 187.900.124Net Benefit -38.675.124 22.099.876 22.099.876 22.099.876 22.099.876Pajak 0 0 0 0 0Net Benefit Setelah Pajak -38.675.124 22.099.876 22.099.876 22.099.876 22.099.876Discount Factor 4% 0,9620 0,9250 0,8890 0,8550 0,8220PV -37.205.469 20.442.385 19.646.790 18.895.394 18.166.098PV (+) 39.945.197PV (-) -37.205.469Net B/C 1,0736NPV 2.739.727,6IRR (%) 0,44PP 2,8
Tahun
Keterangan 1 2 3 4 5
I. INFLOW1.Penjualan Penjualan 180.810.000 180.810.000 180.810.000 180.810.000 180.810.000Total Penjualan 180.810.000 180.810.000 180.810.000 180.810.000 180.810.0002. Nilai Sisa 0 0 0 0 0Total Nilai Sisa 0 0 0 0 0TOTAL INFLOW 180.810.000 180.810.000 180.810.000 180.810.000 180.810.000II. OUTFLOW1. Sewa Tempat Usaha 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.0002. Royalti Fee Franchisor 10.500.000 10.500.000 10.500.000 10.500.000 10.500.0003. Biaya Investasi PeralatanOutlet (Gerobak) (1 unit) 10.000.000Kompor gas (1 unit) 250.000Burner Kebab (1 unit) 1.000.000Rak sayur (1 unit) 100.000Freezer (1 unit) 1.200.000Banner (1 unit) 80.000Total Biaya Investasi dan sewa lokasi 12.630.0003. Biaya Reinvestasi PeralatanFreezer Box (1 unit) 80.000 80.000 80.000 80.000 80.000Tabung gas (2 unit) 1.400.000Regulator elpiji (2 unit) 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000Wajan (1 unit) 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000Pisau kebab (1 unit) 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000Asahan kebab (1 unit) 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000Timbangan(1 unit) 105.000 105.000 105.000 105.000 105.000Talenan (1 unit) 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000Tempat telur (2 unit) 55.000 55.000 55.000 55.000 55.000Sendok kecil (1 unit) 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000Sutil ( 1 unit) 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000Ember (1unit) 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000Kursi (3 buah) 55.000 55.000 55.000 55.000 55.000Capit biasa (1 unit) 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000Piring ceper (4 unit) 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000Gembok kecil (8 unit) 160.000 160.000 160.000 160.000 160.000Gembok besar (2 unit) 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000Rantai 60.000Kabel rol listrik 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000Kalkulator (1 unit) 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000Nota Bahan Baku (1 buah) 15.000 7.500 7.500 7.500 7.500Nota Penjualan (1 unit) 15.000 7.500 7.500 7.500 7.500Seragam Operator (3 buah) 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000Bahan Baku (siap Jual) 21.355.000Transport 55.000Total Biaya Investasi 50.000.000 1.855.000 1.855.000 1.855.000 1.855.0004. Biaya OperasionalBiaya Bahan Baku 125.836.800 125.836.800 125.836.800 125.836.800 125.836.800Biaya Operator (1 Orang) 10.500.000 10.500.000 10.500.000 10.500.000 10.500.000Biaya Gas Elpiji 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000 1.680.000Biaya Pendukung Lainnya 1.386.000 1.386.000 1.386.000 1.386.000 1.386.000Uang Makan Operator 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000Total Biaya Operasional 143.002.800 143.002.800 143.002.800 143.002.800 143.002.800TOTAL OUTFLOW 219.732.800 158.957.800 158.957.800 158.957.800 158.957.800Net Benefit -38.922.800 21.852.200 21.852.200 21.852.200 21.852.200Pajak 0 0 0 0 0Net Benefit Setelah Pajak -38.922.800 21.852.200 21.852.200 21.852.200 21.852.200Discount Factor 4% 0,9620 0,9250 0,8890 0,8550 0,8220PV -37.443.734 20.213.285 19.426.606 18.683.631 17.962.508PV (+) 38.842.297PV (-) -37.443.734Net B/C 1,037NPV 1.398.563,0IRR (%) 0,43PP 2,8
Tahun