analisis kelayakan struktur dermaga kuala enok · analisis kelayakan struktur dermaga kuala enok...

20
ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK HUMISAR PASARIBU, ST,MT 1) JOHAN OBERLYN SIMANJUNTAK, ST,MT 2) 1,2) Jurusan Teknik Sipil Universitas HKBP Nommensen, Medan 1) Jl. Rakyat No.61 Medan 20236, HP 081322431809 e-mail : [email protected] 2) Jl. Gambir Raya No. 7, Perumnas Simalingkar, Kec. Pancur Batu, Kab. Deli Serdang HP 08126339871 ABSTRAK Dermaga Pelabuhan Samudera di Kuala Enok Propinsi Riau merupakan pelabuhan milik PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I yang terletak pada 0 o 31’35.48”LU, 10 o 24’24.38”BT. Panjang alur pelayaran mencapai 15 km dan lebar 500 m dengan kedalaman alur 5.2 m sampai 12 m LWS. Dermaga ini dapat disandari kapal dengan bobot kurang dari 20.000 DWT. Secara konstruksi, dermaga ini terbagi atas dua segmen yaitu segmen barat dan segmen timur. Segmen barat berukuran 15 m x 44 m dan segmen timur berukuran 15 m x 42 m. Dermaga ini menggunakan tiang pancang beton diameter 300 mm, tebal 80 mm, jarak antar tiang pancang kearah melintang dan memanjang sebesar 3 m. kedalaman kolam berkisar antara 10 m sampai 12 m LWS. Tingginya perbedaan pasang surut mengharuskan lokasi dermaga dan pantai terdapat bangunan penghubung (trestle) dengan ukuran 5 m x 60 m. Beberapa kemungkinan faktor yang dapat mengakibatkan kerusakan antaralain : Faktor masa layan bangunan dan kondisi lingkungan air laut yang bersifat agresif, memungkinkan terjadinya penurunan kualitas bahan. Penurunan kualitas bahan akibat kondisi diatas akan mengakibatkan terjadinya degradasi daya dukung komponen struktur dermaga. Dari kemungkinan faktor yang dapat mengakibatkan kerusakanmaka peneliti merasa ingin melakukan penelitian terhadap kelayakan struktur dermaga, diantaranya menganalisa pengujian beton keras dan pengujian ketahanan beton terhadap serangan beban lingkungan. Sehingga dapat diketahui apakah dermaga tersebut masih aman digunakan atau memerlukan adanya perbaikan-perbaikan atau perkuatan secara struktural oleh karena itu perlu dilakukan penelitian pada dermaga secara komprehensif untuk mengetahui tingkat kerusakan dan evaluasi kapasitas (daya dukung). Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan tentang kondisi kelayakan bangunan secara keseluruhan.

Upload: others

Post on 29-Oct-2020

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK · ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK HUMISAR PASARIBU, ST,MT1) JOHAN OBERLYN SIMANJUNTAK, ST,MT2) 1,2)Jurusan Teknik Sipil

ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK

HUMISAR PASARIBU, ST,MT1)

JOHAN OBERLYN SIMANJUNTAK, ST,MT2)

1,2)Jurusan Teknik Sipil Universitas HKBP Nommensen, Medan 1)Jl. Rakyat No.61 Medan 20236, HP 081322431809

e-mail : [email protected] 2)Jl. Gambir Raya No. 7, Perumnas Simalingkar, Kec. Pancur Batu, Kab. Deli Serdang

HP 08126339871

ABSTRAK

Dermaga Pelabuhan Samudera di Kuala Enok Propinsi Riau merupakan pelabuhan milik PT.

(Persero) Pelabuhan Indonesia I yang terletak pada 0o31’35.48”LU, 10o24’24.38”BT.

Panjang alur pelayaran mencapai 15 km dan lebar 500 m dengan kedalaman alur 5.2 m sampai

12 m LWS. Dermaga ini dapat disandari kapal dengan bobot kurang dari 20.000 DWT.

Secara konstruksi, dermaga ini terbagi atas dua segmen yaitu segmen barat dan segmen timur.

Segmen barat berukuran 15 m x 44 m dan segmen timur berukuran 15 m x 42 m. Dermaga ini

menggunakan tiang pancang beton diameter 300 mm, tebal 80 mm, jarak antar tiang pancang

kearah melintang dan memanjang sebesar 3 m. kedalaman kolam berkisar antara 10 m sampai

12 m LWS. Tingginya perbedaan pasang surut mengharuskan lokasi dermaga dan pantai

terdapat bangunan penghubung (trestle) dengan ukuran 5 m x 60 m.

Beberapa kemungkinan faktor yang dapat mengakibatkan kerusakan antaralain :

Faktor masa layan bangunan dan kondisi lingkungan air laut yang bersifat agresif,

memungkinkan terjadinya penurunan kualitas bahan.

Penurunan kualitas bahan akibat kondisi diatas akan mengakibatkan terjadinya degradasi

daya dukung komponen struktur dermaga.

Dari kemungkinan faktor yang dapat mengakibatkan kerusakanmaka peneliti merasa ingin

melakukan penelitian terhadap kelayakan struktur dermaga, diantaranya menganalisa

pengujian beton keras dan pengujian ketahanan beton terhadap serangan beban lingkungan.

Sehingga dapat diketahui apakah dermaga tersebut masih aman digunakan atau memerlukan

adanya perbaikan-perbaikan atau perkuatan secara struktural oleh karena itu perlu dilakukan

penelitian pada dermaga secara komprehensif untuk mengetahui tingkat kerusakan dan

evaluasi kapasitas (daya dukung). Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan tentang kondisi

kelayakan bangunan secara keseluruhan.

Page 2: ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK · ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK HUMISAR PASARIBU, ST,MT1) JOHAN OBERLYN SIMANJUNTAK, ST,MT2) 1,2)Jurusan Teknik Sipil

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dermaga Pelabuhan Samudera di Kuala Enok Propinsi Riau merupakan pelabuhan milik

PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I yang terletak pada 0o31’35.48”LU, 10o24’24.38”BT.

Panjang alur pelayaran mencapai 15 km dan lebar 500 m dengan kedalaman alur 5.2 m sampai

12 m LWS. Dermaga ini dapat disandari kapal dengan bobot kurang dari 20.000 DWT.

Secara konstruksi, dermaga ini terbagi atas dua segmen yaitu segmen barat dan segmen

timur. Segmen barat berukuran 15 m x 44 m dan segmen timur berukuran 15 m x 42 m.

Dermaga ini menggunakan tiang pancang beton diameter 300 mm, tebal 80 mm, jarak antar

tiang pancang kearah melintang dan memanjang sebesar 3 m. kedalaman kolam berkisar antara

10 m sampai 12 m LWS. Tingginya perbedaan pasang surut mengharuskan lokasi dermaga dan

pantai terdapat bangunan penghubung (trestle) dengan ukuran 5 m x 60 m.

Beberapa kemungkinan faktor yang dapat mengakibatkan kerusakan antara lain :

Faktor masa layan bangunan dan kondisi lingkungan air laut yang bersifat agresif,

memungkinkan terjadinya penurunan kualitas bahan.

Penurunan kualitas bahan akibat kondisi diatas akan mengakibatkan terjadinya

degradasi daya dukung komponen struktur dermaga.

Perbaikan struktur dermaga sudah pernah dilakukan pada tahun 2011. Untuk

menghindarkan adanya kekhawatiran apakah dermaga tersebut masih aman digunakan atau

memerlukan adanya perbaikan-perbaikan atau perkuatan secara struktural oleh karena itu perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut pada dermaga secara komprehensif untuk mengetahui tingkat

kerusakan dan evaluasi kapasitas (daya dukung) serta melakukan perencanaan perbaikan dan

peningkatan kapasitas. Penelitian yang dilakukan meliputi pemeriksaan lapangan melalui suatu

rangkaian pengujian dengan peralatan uji yang sesuai dan uji laboratorium, sehingga dapat

ditentukan tingkat keandalannya, baik dari segi konfigurasi bangunan, kualitas bahan maupun

strukturnya, serta karakteristik dinamik bangunannya, sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan

tentang kondisi kelayakan bangunan secara keseluruhan melalui proses perhitungan ulang

berdasarkan data eksisting dan peraturan-peraturan yang berlaku.

1.2 Perumusan Masalah

Di dalam tulisan ini, penulis akan meneliti tingkat keandalannya, baik dari segi konfigurasi

bangunan, kualitas bahan maupun strukturnya, serta karakteristik dinamik bangunannya.

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui kondisi struktur dermaga dan trestle

secara detail, aktual dan akurat tingkat/intensitas dan jenis kerusakan dan kapasitas struktur

eksisting berdasarkan hasil pengumpulan data dan penelitian yang memadai. Sehingga

berdasarkan hasil penelitian dapat direncanakan metoda pelakasanaan pekerjaan perbaikan

kerusakan dan perkuatan struktur yang efektif dan aman dalam mempersiapkan dermaga dan

trestle yang mampu melayani kegiatan bongkar muat penumpang yang aman dan lancar.

Page 3: ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK · ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK HUMISAR PASARIBU, ST,MT1) JOHAN OBERLYN SIMANJUNTAK, ST,MT2) 1,2)Jurusan Teknik Sipil

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dikelompokkan atas 2 (dua) kegiatan, yaitu pengumpulan

datasekunder dan data primer atau data survey lapangan. Seluruh data tersebut akan diolah dan

dianalisis sehingga siap digunakan untuk penelitian.

a. Data Sekunder

Data sekunder dikumpulkan dari dokumen dari studi terdahulu yang terkait langsung

maupun tidak langsung dengan penelitian ini.

Resume data sekunder yang digunakan untuk penelitian ini adalah:

1. As Built Drawing.

2. Laporan studi yang terdahulu.

Laporan tersebut menjadi referensi dalam pelaksanaan penelitian.

b. Data Primer

Survey ini dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik dermaga, terdiri dari 2 macam

kegiatan, yakni:

1. Pengujian beton keras.

2. Pengujian ketahanan beton.

2.2 Pengujian Beton Keras

Setelah beton dicetak dan mengeras, untuk mengetahui sifat fisik dan mekanis beton

tersebut, serta untuk mengetahui mutu betonnya, terutama kuat tekannya, perlu dilakukan

pengujian. Pengujian mutlak dilakukan pada beton keras terutama untuk beton struktural,

karena pada beton tersebut pengawasan mutu, baik terhadap bahan pembentukannya maupun

terhadap betonya wajib dilaksanakan. Sedangkan pada beton non struktural, pengawasan mutu

relative tidak pelu, terkecuali atas perintah pengawas konstruksi.

Pengujian kuat tekan dapat dilakukan secara destruktif (merusak benda uji) atau dengan

non destruktif (tanpa merusak benda uji) yaitu menggunakan alat Hammer atau alat PUNDIT

(Portable Ultra Sonic Non Destruktif Instrumen Tester). Selain pengujian kuat tekan pada beton

keras juga diuji sifat mekanis lainnya, meliputi uji tarik belah, tarik lentur, serta modulus

elastisitas.

Setelah anda mengikuti praktek pada bab ini, diharapkan anda mampu membedakan antara

beton struktural dan non struktural, mampu menjelaskan prosedur pengujian sesuai standar SII

atau standar ASTM, mampu mengoperasikan peralatan pengujian destruktif maupun non

destruktif, mampu menguji sifat mekanis lainnya, dapat menarik hubungan antara kuat tekan

destruktif dan non destruktif, dapat menganalisa hasil pengujian.

A. Sifat Fisik Dan Mekanis Beton Keras

a. Pengambilan dan pengujian sampel beton inti (core drill)

Pengambilan benda uji

Pengambilan benda uji di lapangan dilakukan dengan menggunakan Core Drill

dengan mata bor 3-in (69 mm). ASTM C42/C42M memberikan ketentuan sebagai

berikut:

Kriteria benda uji:

1. Diameter (D) benda uji sekitar 2.75 in (69 mm).

2. Panjang (L) benda uji 1.9 – 2.1 dari diameter benda uji.

Langkah pengambilan benda uji:

Page 4: ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK · ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK HUMISAR PASARIBU, ST,MT1) JOHAN OBERLYN SIMANJUNTAK, ST,MT2) 1,2)Jurusan Teknik Sipil

1. Alat diletakkan pada posisi tegak lurus bidang yang akan di-core, dan diangkur

sedemikian rupa sehingga dalam proses pengambilan sampel tidak terjadi

pergeseran.

2. Pengambilan benda uji dilakukan hingga kedalaman sekitar 200mm.

3. Setelah benda uji diperoleh maka area lubang hasil coring ditutup kembali dengan

menggunakan semen grouting dengan kuat tekan melebihi kuat rencana beton

struktur.

Gambar 1 Alat Core Drill

Persiapan benda uji

Benda uji disiapkan berdasarkan sampel yang diperoleh dengan cara meratakan

permukaan sisi silinder dan memotong sesuai dengan panjang yang disyaratkan.

Pengujian benda uji

Benda uji yang telah disiapkan selanjutnya diuji dengan menggunakan Universal

Testing Machine (UTM). Langkah pengujian benda uji adalah sebagai berikut:

1. Benda uji diletakkan secara sentris pada mesin uji tekan.

2. Pembebanan dilakukan pada benda uji, dan meningkat secara konstan hingga benda

uji mengalami kegagalan.

3. Kuat tekan dihitung berdasarkan besarnya beban yang diberikan pada saat benda

uji mengalami kegagalan.

Besarnya kuat tekan berdasarkan pengujian dihitung berdasarkan rumusan sebagai

berikut:

K =P

A

dimana:

K = Kuat tekan (kg/cm2)

P = Beban maksimum (kg)

A = Luas bidang tekan benda uji (cm2)

Page 5: ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK · ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK HUMISAR PASARIBU, ST,MT1) JOHAN OBERLYN SIMANJUNTAK, ST,MT2) 1,2)Jurusan Teknik Sipil

Hasil kuat tekan tersebut berlaku untuk benda uji dengan kriteria benda uji yang

memiliki nilai L/D antara 1.9–2.1. Apabila benda uji tidak memenuhi kriteria tersebut,

maka hasil rumusan harus dikoreksi berdasarkan nilai perbandingan L/D yang

dimiliki. Nilai faktor koreksi adalah sebagai berikut:

Tabel.1 Faktor Koreksi terhadap Rasio L/D

L/D Faktor koreksi

2 1

1.75 0.98

1.5 0.96

1.25 0.93

1 0.87

Apabila nilai perbandingan L/D tidak terdapat dalam tabel tersebut, maka faktor

koreksi dapat diperoleh dari nilai interpolasi berdasarkan grafik seperti pada Gambar

4.

Gambar 2 Grafik Faktor Koreksi terhadap Rasio L/D

b. UjiNon Destruktif

Untuk beton yang sudah jadi, jika mutu betonya tidak memenuhi syarat, harus

dilakukan uji non destruktif. Alat yang paling mudah dioperasikan adalah alat Hammer.

Alat ini relative kecil, ringan dan mudah dioperasikan adalah alat Hammer. Alat ini relative

kecil, ringan dan mudah dioperasikan. Sebelum alat tersebut digunakan harus sudah

dikalibrasi. Beton yang akan diuji harus dalam keadaan kering, berumur lebih dari 28 hari,

dan licin permukaannya. Apabila bentuknya kasar, terlebih dahulu dihaluskan dengan

Gerinda. Demikian pula apabila beton yang akan diuji telah dilapisi dengan plester atau

acian, maka lapisan tersebut harus dikupas terlebih dahulu

Gambar 3Alat Uji Hammer

Page 6: ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK · ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK HUMISAR PASARIBU, ST,MT1) JOHAN OBERLYN SIMANJUNTAK, ST,MT2) 1,2)Jurusan Teknik Sipil

Prinsip pengujian dengan alat hammer adalah dengan cara memantulkan sebuah batang

pada permukaan beton, apabila yang diuji sangat keras, maka pantulannya akan jauh

simpangannya, simpangan inilah yang akabn di catat (Rebound number). Dari angka

Rebound, dengan menggunakan grafik yang biasanya disertakan pada alat tersebut dapat

diketahui kuat tekannya. Besar kuat tekan, selain ditentukan oleh angka Rebound juga

sangat ditentukan oleh sudut pengujian. Karena angka Rebound ini sangat ditentukan oleh

kekerasan betonya, maka pengujiannnya tidak cukup hanya satu kali saja, tetapi harus

dilakukan pada beberapa titik. Untuk permukaan beton yang sudah rusak, baik terbakar

atau terkena bahan kimia pengujian dengan hammer kurang akurat, karena lapisan tersebut

tidak mewakili kekerasan seluruh bagian beton.

Alat uji non desturktif lainnya adalah alat PUNDIT, yaitu alat yang menggunakan

gelombang ultra sonic. Kemampuan alat ini, selain mengetahui mutu beton, juga dapat

mendeteksi tebal lapisan beton yang rusak, atau dalamnya retakan dalam beton.

Gambar 4 Alat PUNDIT

2.3 Pengujian ketahanan beton

A. Pemeriksaan Potensi Korosi Baja Tulangan Dengan Metoda Half Cell

Baja tulangan pada kondisi normal terlindung oleh lapisan pasif tipis oksida besi terhidrasi.

Lapisan ini melindungi tulangan dari proses korosi. Seiring bertambahnya usia beton, lapisan

ini terdekomposisi oleh reaksi karbonasi (beton dengan udara atmosfer) atau oleh penetrasi

bahan/material agresif ke dalam tulangan (klorida khusus dari air laut).

Prinsip pengujian korosi dengan metoda half-cell dilakukan berdasarkan pengukuran

perbedaan potensial antara anoda dan kanoda di dalam baja tulangan yang disebabkan oleh

proses berikut:

1. Ion (Fe++) pada anoda terlarut dan membebaskan elektron

2. Elektron-elektron tersebut mengalir melalui baja tulangan menuju ke bagian katoda

3. Reaksi antara elektron dengan air (H2O) dan oksigen (O2) membentuk ion (OH-)

Ilustrasi proses terjadinya korosi baja tulangan di dalam beton akibat udara bebas (O2)

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 5 Prinsip Korosi Tulangan di dalam Beton

Page 7: ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK · ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK HUMISAR PASARIBU, ST,MT1) JOHAN OBERLYN SIMANJUNTAK, ST,MT2) 1,2)Jurusan Teknik Sipil

Pengukuran medan potensial dilakukan di permukaan beton untuk memperoleh gambaran

karakteristik kondisi korosi pada permukaan baja tulangan di dalam beton. Untuk tujuan ini,

sebuah eletroda referensi dihubungkan melalui sebuah voltmeter yang memiliki impedansi

tinggi (Canin+ R = 10MΩ) pada baja tulangan dan dipindahkan melalui jalur-jalur (grid) yang

dibuat di permukaan beton.

Elektroda referensi yang digunakan dalam pengujian adalah (sistem Canin+) sebuah half

cell Cu/CuSO4. Elektroda ini terdiri dari sebuah batang tembaga (Cu) terendam dalam larutan

sulfat tembaga jenuh, yang memiliki potensial diketahui.

Gambar 6 Alat Uji Analisis Korosi (Canin+) dengan Elektroda Batang

Gambar 7 Prinsip Pengujian Korosi Tulangan di dalam Beton dengan Metoda Half-Cell

Sebagai informasi, batasan nilai-nilai potensial half-cell dari baja tulangan di dalam beton

yang diukur dengan sebuah elektroda referensi Cu/CuSO4 berada dalam range nilai berikut

(RILEM TC 154-EMC):

Beton lembab terkontaminasi klorida -600 hingga -400 mV

Beton lembab tanpa kontaminasi klorida -300 hingga +100 mV

Page 8: ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK · ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK HUMISAR PASARIBU, ST,MT1) JOHAN OBERLYN SIMANJUNTAK, ST,MT2) 1,2)Jurusan Teknik Sipil

Pengaruh-pengaruh utama dari pengukuran potensial half-cell dengan asumsi bahwa

kondisi korosi konstan (kandungan klorida atau karbonasi beton pada permukaan baja

tulangan) adalah:

Kelembaban, yang dapat mempengaruhi pengukuran potensial menjadi lebih bernilai

negatif.

Temperatur (suhu), dimana pengukuran di bawah titik beku tidak direkomendasikan karena

dapat menunjukkan pembacaan yang salah.

Ketebalan selimut beton, dimana ketebalan selimut beton yang kecil dapat menyebabkan

pembacaan yang bernilai lebih negatif, sehingga disarankan pengukuran selimut beton

bersamaan dengan pengukuran potensial half-cell.

Tahanan elektrikal dari selimut beton yang terkait dengan penggunaan wenner probe.

Kandungan oksigen di dalam baja tulangan, dimana seiring penurunan konsentrasi oksigen

dan peningkatan nilai pH pada permukaan baja tulangan, potensial pada permukaan baja

tulangan akan lebih negatif.

Langkah-langkah pengujian potensial half-cell pada baja tulangan dengan elektroda

referensi Cu/CuSO4 adalah sebagai berikut:

1. Persiapan elektroda batang dan larutan sulfat tembaga

Penutup kayu elektroda batang harus direndam di dalam air sekitar satu jam untuk

menjenuhkan kayu. Setelah itu elektroda diisi dengan larutan sulfat tembaga yang teriri

dari 40 satuan berat kristal sulfat tembaga dengan 100 satuan berat air suling.

2. Menghubungkan elektroda/probe pada alat pembaca

Menghubungkan kabel dari elektroda referensi ke INPUT A dan juga memerlukan koneksi

GND.

3. Persiapan permukaan lokasi pengujian

Permukaan beton pengujian dilembabkan terlebih dahulu dengan cara disiram air.

Membuat jalur-jalur (grid) pengujian yang terdiri dari sembilan (9) kotak. Melakukan

pengeboran/coring hingga menemui tulangan eksisting untuk menghubungkan koneksi

GND.

4. Pengukuran/pengambilan data

Pengukuran/pengambilan data dilakukan pada 9 jalur/titik pada grid dengan cara mencatat

nilai potensial yang tampak pada alat pembaca.

5. Evaluasi data

Evaluasi nilai potensial dilakukan berdasarkan range nilai dari referensi di atas.

B. Pemeriksaan Ketahanan Elektrik Beton (Resistivity)

Proses korosi yang terjadi pada baja tulangan merupakan proses elektro-kimia. Arus antara

daerah anodik dan katodik di dalam beton harus terjadi agar proses tersebut dapat berlangsung.

Tahanan elektrik pada beton mempengaruhi besaran dan laju arus ion korosif. Semakin besar

nilai tahanan beton, arus korosif yang berlangsung akan semakin kecil. Hubungan empiris

antara nilai tahanan beton dan laju proses korosi pada baja tulangan dapat ditentukan untuk

kondisi struktur aktual.

Resipod (Proceq) merupakan salah satu alat pengukur tahanan elektrik beton yang bekerja

dengan prinsip Wenner Probe (Gambar 2.11). Sebuah arus dialirkan pada dua probes terluar

dan beda potensial diukur oleh dua probes dalam. Arus dibawa oleh ion-ion di dalam cairan

pori beton. Nilai tahanan yang dihitung bergantung pada jarak masing-masing probe.

Page 9: ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK · ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK HUMISAR PASARIBU, ST,MT1) JOHAN OBERLYN SIMANJUNTAK, ST,MT2) 1,2)Jurusan Teknik Sipil

Gambar 8 Prinsip Kerja Wenner Probe

Nilai tahanan elektrik beton ditentukan dengan persamaan berikut:

𝜌 =2𝜋𝑎𝑉

𝐼[kcm]

Gambar 9 Proceq Resipod

RILEM TC154-EMC: Electrochemical Techniques for Measuring Metallic Corrosion

merekomendasikan pengukuran sebanyak 5 bacaan di lokasi yang sama dengan memindahkan

probes beberapa mm antar pengukuran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai bacaan tahanan elektrik beton antara lain:

1. Baja tulangan mempengaruhi nilai pengukuran tahanan elektrik beton karena arus

listrik akan lebih mudah mengalir melalui media ini. Hal ini menjadi perhatian khusus

jika tebal selimut beton lebih kecil dari 30 mm. Oleh karena itu, pengukuran tahanan

elektrik dengan prinsip wenner probe sebisa mungkin harus menghindari baja

tulangan (arah pengukuran paralel) dan direkomendasikan arah pengukuran yang

disesuaikan dengan jarak antar tulangan.

2. Ukuran agregat maksimum dalam beton juga akan mempengaruhi nilai bacaan karena

arus listrik ion diukur melalui cairan pori di dalam beton. Oleh karena itu, jarak antar

probes disarankan lebih besar dari ukuran maksimum agregat (material batuan

biasanya tidak menghantarkan listrik).

3. Beton yang terkabonasi memiliki nilai tahanan elektrik yang lebih besar. Tetapi karena

kedalaman beton terkarbonasi secara umum masih lebih kecil dari jarak antar probes,

efek lapisan ini terhadap nilai tahanan kecil.

Nilai empiris relasi antara nilai tahanan elektrik beton (ρ) dan kemungkinan terjadinya

korosi pada beton yang menggunakan jenis semen Portland biasa di suhu 20ᵒC:

≥ 100 kcm Risiko korosi dapat diabaikan

Page 10: ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK · ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK HUMISAR PASARIBU, ST,MT1) JOHAN OBERLYN SIMANJUNTAK, ST,MT2) 1,2)Jurusan Teknik Sipil

= 50 s/d 100 kcm Risiko kecil untuk korosi

= 10 s/d 50 kcm Risiko menengah untuk korosi

< 10kcm Risiko besar untuk korosi

C. Pengambilan Dan Pengujian Kandungan Klorida Pada Sampel Beton

Pengujian kandungan klorida pada sampel beton keras dilakukan berdasarkan ASTM C

114. Metoda penentuan kandungan klorida dilakukan dengan proses titrasi potensiometrik

klorida dengan nitrat perak.

Peralatan yang diperlukan antara lain:

Klorida, elektroda ion perak/sulfida

Potensiometer dengan skala bacaan milivolt hingga 1 mV atau lebih baik

Buret, Kelas A, dengan kapasitas 100 mL dan skala 0.05 mL

Bahan reaksi (reagen) yang digunakan antara lain:

Sodium Klorida (NaCl)

Nitrat Perak (AgNO3)

Potasium Klorida (KCl)

Air sesuai ketentuan spesifikasi D 1193 untuk air reaksi Tipe III

Prosedur pengujian kandungan klorida yang dilakukan antara lain sebagai berikut:

1. Menimbang sampel beton (10 gr) pada gelas kimia kapasitas 250 mL. Melarutkan

sampel dengan 75 mL air. Menambahkan 25 mL larutan nitrit yang dicairkan dan

menghacurkan gumpalan-gumpalan yang ada. Jika bau hidrogen sulfat tercium kuat,

tambahkan 3 mL hidrogen peroksida (campuran 30%). Menambahkan 3 tetes

indikator jingga metil dan aduk merata. Menutup gelas kimia dengan kaca dan biarkan

selama 1 hingga 2 menit. Jika warna kejinggaan muncul pada bagian atas sampel,

campuran belum memiliki sifat asam yang cukup. Tambahkan larutan nitrit sambil

diaduk hingga warna merah muda atau merah muncul. Kemudian tambahkan 10 tetes.

Memanaskan gelas kimia tertutup hingga mendidih. Tidak membiarkan larutan

mendidih lebih dari beberapa detik. Pindahkan gelas kimia dari pemanas.

2. Mencuci kertas penyaring (ukuran 9 cm) dengan 4 kali penambahan air 25 mL dengan

sistem penyaring Buchner (250 mL atau 500 mL). Menyaring campuran sampel.

Mencuci gelas kimia dan kertas penyaring dua kali dengan air. Memindahkan larutan

hasil penyaringan sampel pada gelas kimia 250 mL. Mendinginkan larutan hasil

penyaringan pada suhu ruangan. Volume tidak boleh melebihi 175 mL.

3. Untuk peralatan yang dilengkapi dengan bacaan perlu ditentukan sebuah pendekatan

nilai “titik ekivalen” dengan merendam elektroda di dalam gelas kimia yang terisi air

dan menyesuaikan peralatan pada bacaan sekitar 20 mV atau lebih kecil dari skala

tengah. Mencatat bacaan milivolt terdekat. Memindahkan gelas kimia dan menyeka

elektroda dengan kertas penyerap.

4. Menambahkan 2 mL larutan NaCL standar (0.05 N) pada gelas kimia yang

didinginkan. Meletakkan gelas kimia pada pengaduk magnetik dan menambahkan

sebuah batang pengaduk TFE (fluorocarbon coated). Merendam elektroda pada

larutan dan menghindari batang pengaduk tidak bersentuhan dengan elektroda, mulai

mengaduk perlahan.

5. Melakukan titrasi bertahap, mencatat jumlah larutan NaCL standar (0.05 N) yang

diperlukan untuk membuat bacaan menjadi -60.0 mV dari titik ekivalen yang

ditentukan di dalam air.

6. Melanjutkan proses titrasi dengan peningkatan 0.20 mL. Mencatat bacaan pada buret

dan bacaan millivoltmeter terkait pada kolom 1 dan 2 dari 4 kolom yang tersedia.

Membiarkan beberapa waktu hingga penambahan elektroda mencapai keseimbangan

dengan larutan sampel (sekitar 2 menit).

Page 11: ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK · ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK HUMISAR PASARIBU, ST,MT1) JOHAN OBERLYN SIMANJUNTAK, ST,MT2) 1,2)Jurusan Teknik Sipil

7. Saat titik ekivalen hampir tercapai, penambahan larutan AgNO3akan menyebabkan

perubahan yang besar pada bacaan millivoltmeter. Perubahan per peningkatan akan

menurun saat melalui titik ekivalen. Melanjutkan proses titrasi hingga tiga bacaan di

atas titik ekivalen telah di catat.

8. Menghitung perbedaan bacaan (dalam millivolt) antara bacaan berurutan penambahan

larutan dan memasukkan nilai pada kolom 3. Menghitung perbedaan antara nilai

berurutan pada kolom 3 dan memasukkan pada kolom 4. Titik ekivalen dari titrasi

akan berada dalam interval nilai Δ mV maksimum yang tercatat pada kolom 3. Nilai

titik ekivalen secara akurat dapat diinterpolasi dari data yang ada pada kolom 4.

Perhitungan prosentase kandungan klorida dengan ketelitian mendekati 0.001% diperoleh

sebagai berikut:

Cl,% = 3.5453 × V. N/W

Dimana:

V = larutan AgNO3 0.05 N yang digunakan untuk proses titrasi (mL) – titik ekivalen

N = normalitas absolut dari larutan AgNO3 0.05 N

W = berat sampel (gr)

Batasan ion klorida yang diperbolehkan ada pada beton (ACI – 318) adalah sebesar 0.15%

dari berat semen untuk jenis struktur beton bertulang yang terekspos klorida. Dalam hal ini

beton diasumsikan memiliki kekuatan setara K-300 dengan perbandingan berat semen/beton

per m3 adalah sebesar 0.14 – 0.15. Oleh karena itu, diperoleh batasan ion klorida yang diijinkan

adalah sekitar 1% dari berat sampel beton.

Page 12: ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK · ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK HUMISAR PASARIBU, ST,MT1) JOHAN OBERLYN SIMANJUNTAK, ST,MT2) 1,2)Jurusan Teknik Sipil

III. ANALISIS STRUKTUR

3.1 Hasil pengujian kedalaman retak dan/atau homogenitas beton dengan ultrasonic

pulse velocity.

Tabel 1 menunjukkan hasil pengujian kedalaman retak dan prediksi volume retak pada

masing – masing area Dermaga Samudera Kuala Enok berdasarkan kode – kode elemen pada

gambar denah kunci.

Tabel.2Hasil Pengujian Kedalaman Retak Dermaga Samudera

Keterangan:

Volume retak yang diperoleh terbatas pada jumlah titik pengujian yang dilakukan. Pengamatan

visual memberikan perkiraan bahwa volume retak yang diuji berada pada kisaran 20 – 25%

dari total kerusakan aktual di lapangan.

Jarak

transducer

b

waktu

tempuh

gelombang t1

waktu

tempuh

gelombang t2

Kedalaman

Retak

c

Lebar

Retak

Panjang

Retak

Volume

Retak

(mm) (µs) (µs) mm mm mm mm3

1 P17 (Trestle) 50 55.7 85.2 56 0.3 125 2087

2 LT17 (Trestle) 50 60.4 99.2 44 0.25 180 1980

3 P146 50 73.1 91.2 105 0.15 150 2363

4 50 45.5 73.8 46 0.3

5 50 42.4 83.2 11 0.3

6 50 51.2 68 85 0.3

7 50 56.9 80.1 72 0.25

8 50 53 80.1 58 0.25

9 50 43.9 64.1 64 0.2

10 50 51.8 62.2 120 0.2

11 50 42.5 76.7 29 0.1

12 50 49.2 70.2 69 0.1

13 50 43.3 71.2 44 0.1

14 50 51 75.6 61 0.1

15 50 47.1 80.1 38 0.1

16 50 45.6 51 166 0.2

17 50 49 81.1 43 0.2

18 50 40.6 72 32 0.1

19 50 44 75.8 36 0.1

20 50 45.9 78.9 37 0.1

21 B108 50 45.6 56.9 104 0.3

22 50 44.8 79.2 32 0.2

23 50 45.8 79.2 36 0.3 250 2700

24 50 44 67.2 56 0.1

25 50 44.4 66.9 58 0.1

26 50 39.4 45.1 147 0.2

27 50 83.2 121.3 65 0.3

28 50 46.7 89.2 31 0.3

29 50 48.7 53.2 191 0.2

30 50 44.3 68.3 54 0.2

P145

BB140

P150

LT114

LT114

P129

P134

B11 (Trestle)

LT38

BB140

LT42 215 5268

150 2820

375 3263

220 3168

235 1163

180 3762

270 945

260 4225

200 3680

290 1373

NoLokasi (titik

pengujian)

320 4544

Page 13: ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK · ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK HUMISAR PASARIBU, ST,MT1) JOHAN OBERLYN SIMANJUNTAK, ST,MT2) 1,2)Jurusan Teknik Sipil

3.2 Pemeriksaan konfigurasi penulangan dengan Rebar Scanning

Pemeriksaan konfirgurasi penulangan akan dibandingkan langsung dengan gambar kerja yang ada. Dalam hal ini, pengaruh ketebalan selimut

beton memberikan koreksi pembacaan yang signifikan.

Tabel.3Hasil Pemeriksaan Konfigurasi Penulangan

No. Identitas Elemen

Struktur Tampilan Post-Processing

Diameter Tulangan (mm)

Jumlah Tulangan

Spasi Tulangan (mm)

Selimut Beton (mm)

Keterangan

1

Balok B34 (Trestle)

Vertical Rebar 20± 2

Horizontal Rebar

30 ± 2

4

2

100 ~ 120

100 ~ 110

79 ~ 88

85 ~ 102

(Samping)

2

Vertical Rebar 20± 2

Horizontal Rebar

30 ± 2

5

3

100 ~ 130

120 ~ 130

32 ~ 33

39 ~ 50

(Bawah)

Page 14: ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK · ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK HUMISAR PASARIBU, ST,MT1) JOHAN OBERLYN SIMANJUNTAK, ST,MT2) 1,2)Jurusan Teknik Sipil

3.3 Pemeriksaan kedalaman beton terkarbonasi

Hasil pemeriksaan kedalaman beton terkarbonasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel.4Hasil Pemeriksaan Kedalaman Beton Terkarbonasi

No. Kode Sampel Kedalaman Karbonasi (mm)

1 B17 5

2 P36 0

3 B34 14

4 LT11 10

5 P34 3

6 B17 15

7 P35 0

8 LT40 0

9 P6 0

10 B120 14

11 P36 0

12 P1 0

13 P52 0

14 B114 6

15 B120 12

16 B66 3

17 B70 8

18 LT66 2

19 B110 0

20 B86 15

21 LT14 10

22 Mooring Dolphin-1 8

23 B8 0

24 LT93 2

25 LT112 8

26 B98 16

27 P10 0

28 B19 0

29 LT73 1

30 LT57/61 0

31 Mooring Dolphin-2 18

32 P23 0

33 LT4 10

34 LT99 0

35 LT27 12

36 LT50 10

37 LT82 8

38 LT13 5

39 LT67 10

40 PC10 20

41 PC4 45

42 PC8 30

43 PC2 45

44 B8 12

45 B114 15

Page 15: ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK · ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK HUMISAR PASARIBU, ST,MT1) JOHAN OBERLYN SIMANJUNTAK, ST,MT2) 1,2)Jurusan Teknik Sipil

3.4 Pengujian sampel beton inti

Hasil pengujian beton inti dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel.5Hasil Pengujian Beton Inti

3.5 Pengujian hammer test

Tabel.6Analisis Hammer Test di Trestle

No Pengujian Satuan Trestle Dermaga

1 Pur Kg/cm2 351,24 348,59

2

Balok

Samping

Bawah

Kg/cm2

337,21

332,81

337,21

332,81

3

Pelat Lantai

Samping

Bawah

Kg/cm2

374,06

355,88

374,06

355,88

No

Berat

Sampel

(kg)

Tinggi

Sampel (L)

(cm)

Diameter

Sampel (D)

(cm)

Rasio L/DBeban Max

(P) (kg)

Tegangan

Hancur

Silinder

(f'c)

(kg/cm2)

C0 C1 C2

f'cc

(kg/cm2)

Kuat Tekan

Kubus

Beton

(kg/cm2)

1 B86 1.179 13.5 6.8 1.99 7,250 199.63 1.00 1.00 1.00 199.40 240.24

2 B70 0.964 11.5 6.8 1.69 11,320 311.70 1.00 0.98 1.00 304.00 366.27

3 B66 0.848 9.9 6.8 1.46 10,500 289.12 1.00 0.95 1.00 276.03 332.56

4 B90 1.205 14.0 6.8 2.06 8,125 223.73 1.00 1.00 1.00 224.78 270.82

5 B34 0.804 9.5 6.8 1.40 8,000 220.28 1.00 0.95 1.00 208.75 251.51

6 B17 0.759 9.2 6.8 1.35 8,750 240.94 1.00 0.94 1.00 227.05 273.55

7 B98 0.659 8.70 6.8 1.28 6,750 185.86 1.00 0.93 1.00 173.51 209.05

8 B120 0.723 8 7 1.24 5,575 153.51 1.00 0.93 1.00 142.22 171.35

9 B19 0.703 8 7 1.18 7,250 199.63 1.00 0.91 1.00 182.13 219.44

10 B110 0.511 6.8 6.8 1.00 8775 241.62 1.00 0.87 1.00 210.21 253.27

11 B8 0.576 7.2 6.8 1.06 6250 172.10 1.00 0.88 1.00 152.15 183.32

12 B17 0.647 7.6 6.8 1.12 7775 214.09 1.00 0.90 1.00 192.30 231.69

13 B122 0.640 7.5 6.8 1.10 12000 330.43 1.00 0.89 1.00 295.63 356.19

14 P23 1.096 12.7 6.8 1.87 7375 203.07 1.00 0.99 1.00 200.92 242.08

15 P34 0.933 11.2 6.8 1.65 10500 289.12 1.00 0.97 1.00 280.96 338.50

16 P35 0.952 11.2 6.8 1.65 10750 296.01 1.00 0.97 1.00 287.65 346.56

17 PC2 1.055 13.2 6.8 1.94 1625 44.75 1.00 1.00 1.00 44.53 53.66

18 B118 1.041 12.8 6.8 1.88 4025 110.83 1.00 0.99 1.00 109.79 132.27

19 LT14 0.867 9.6 6.8 1.41 9050 249.20 1.00 0.95 1.39 329.04 396.44

20 PC8 0.814 9.5 6.8 1.40 6975 192.06 1.00 0.95 1.00 182.00 219.28

21 PC4 0.733 9 6.8 1.32 6250 172.10 1.00 0.94 1.00 161.57 194.66

22 Mooring Dolphin-1 0.839 10 6.8 1.47 5500 151.45 1.00 0.96 1.00 144.85 174.52

23 PC10 0.731 9 6.8 1.32 4250 117.03 1.00 0.94 1.00 109.87 132.37

24 P36 0.660 8.3 6.8 1.22 5250 144.56 1.00 0.92 1.00 133.42 160.75

25 P6 0.680 8.3 6.8 1.22 7250 199.63 1.00 0.92 1.00 184.25 221.99

Kode Sampel

Page 16: ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK · ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK HUMISAR PASARIBU, ST,MT1) JOHAN OBERLYN SIMANJUNTAK, ST,MT2) 1,2)Jurusan Teknik Sipil

3.6 Pemeriksaan potensi korosi (metoda Half Cell)

Hasil pemeriksaan potensi korosi pada sample baja tulangan terpasang di lapangan dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel.7Hasil Pemeriksaan Potensi Korosi Baja Tulangan

Berdasarkan pemeriksaan potensi korosi dengan metoda half cell, sebagian besar beton dalam

kondisi yang tidak terkontaminasi klorida (nilai beda potensial < 300 mV), tetapi beberapa

sample beton di lapangan terindikasi terkontaminasi klorida (warna kuning – nilai beda

potensial > 300 mV).

No Lokasi Pengujian No Lokasi Pengujian

1 2 3 1 2 3

1 -77 -58 -45 1 -54 -55 -115

2 -223 -70 -60 2 -85 -83 -82

3 -129 -109 -108 3 -110 -138 -57

1 2 3 1 2 3

1 -278 -183 -201 1 -214 -263 -258

2 -363 -235 -313 2 -185 -165 -249

3 -341 -280 -337 3 -156 -186 -240

1 2 3 1 2 3

1 -244 -283 -296 1 -214 -263 -258

2 -278 -291 -283 2 -185 -164 -249

3 -293 -299 -315 3 -156 -186 -246

1 2 3 1 2 3

1 -23 -43 15 1 -74 -69 -53

2 -26 -13 -25 2 -97 -72 -58

3 -119 4 -30 3 -129 -101 -70

1 2 3 1 2 3

1 -85 -237 -147 1 -140 -128 -108

2 -94 -241 -157 2 -208 -170 -102

3 -125 -156 -169 3 -98 -97 -100

1 2 3 1 2 3

1 -283 -324 -320 1 -395 -408 -404

2 -329 -307 -261 2 -438 -417 -428

3 -261 -310 -310 3 -483 -476 -473

1 2 3 1 2 3

1 -313 -250 -286 1 -279 -290 -281

2 -343 -231 -271 2 -295 -292 -273

3 -352 -203 -295 3 -299 -296 -279

1 2 3 1 2 3

1 -397 -402 -411 1 -290 -267 -278

2 -393 -402 -414 2 -357 -321 -328

3 -389 -401 -420 3 -408 -383 -410

1 2 3 1 2 3

1 -103 -202 -195 1 -276 -278 -292

2 -163 -194 -195 2 -209 -275 -300

3 -200 -156 -193 3 -496 -298 -329

1 2 3 1 2 3

1 -261 -267 -286 1 -203 -211 -298

2 -280 -293 -295 2 -212 -208 -222

3 -371 -318 -287 3 -184 -190 -186

1 2 3 1 2 3

1 -220 -214 -261 1 -456 -411 -452

2 -208 -239 -241 2 -433 -510 -499

3 -226 -264 -310 3 -476 -475 -467

1 2 3 1 2 3

1 -232 -388 -278 1 -628 -618 -628

2 -288 -258 -374 2 -517 -627 -628

3 -397 -229 -403 3 -587 -615 -596

1 2 3

1 -338 -265 -309

2 -311 -289 -308

3 -260 -299 -296

3 P34 (Trestle)

Bacaan Beda Potensial [mV]Bacaan Beda Potensial [mV]

B191 2 B17 (Trestle)

4 B34 (Trestle)

5 BB17 (Trestle) 6 P36 (Trestle)

7 B16 (Trestle) 8 B33 (Trestle)

9 LT17 (Trestle) 10 B8

11 P10 12 P1

13 P2 14 P52

15 B6 16 B6

17 LT6 18 B114

19 B82 20 B86

21 B66

25 BB101

22 B18 (Trestle)

23 LT 1 (Trestle) 24 B78

Page 17: ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK · ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK HUMISAR PASARIBU, ST,MT1) JOHAN OBERLYN SIMANJUNTAK, ST,MT2) 1,2)Jurusan Teknik Sipil

3.7 Pemeriksaan ketahanan elektrik beton (Wenner Probe)

Hasil pemeriksaan ketahanan elektrik beton dengan wenner probe pada sample beton dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel.8 Hasil Pemeriksaan Ketahanan Elektrik Beton (Wenner Probe)

Berdasarkan hasil pemeriksaan ketahanan elektrik beton di atas, diperoleh bahwa variasi

nilai ketahanan elektrik beton di masing – masing area.

Warna merah menunjukkan bahwa nilai ketahanan elektrik beton yang rendah (<10

kcm) dan memiliki risiko besar untuk korosi.

Warna kuning menunjukkan bahwa nilai ketahanan elektrik beton yang cukup (10 –

50 kcm) dan memiliki risiko menengah untuk korosi.

Warna hijau menunjukkan bahwa nilai ketahanan elektrik beton yang besar (50 – 100

kcm) dan memiliki risiko kecil untuk korosi.

Warna putih menunjukkan bahwa nilai ketahanan elektrik beton yang sangat besar

(>100 𝐤𝐜𝐦) dan risiko korosi dapat diabaikan.

No Lokasi Pengujian Bacaan Tahanan Elektrik [kΩ.cm]

1 B17 (Trestle) 421

2 P18 (Trestle) 28.7

3 LT17 (Trestle) 52.2

4 BB16 (Trestle) 145.1

5 P34 (Trestle) 26.9

6 LT16 (Trestle) 206

7 B16 (Trestle) 134.2

8 BB141 76.2

9 P151 7.2

10 LT114 420

11 B118 122

12 P146 20.9

13 BB141 28.8

14 LT110 400

15 LT100 437

16 B108 287

17 P134 29.3

18 CW 2 75.1

19 LT4 357

20 B8 110.5

21 P10 35.2

22 P45 41.5

23 B38 32.2

24 BB45 287

25 LT38 669

Page 18: ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK · ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK HUMISAR PASARIBU, ST,MT1) JOHAN OBERLYN SIMANJUNTAK, ST,MT2) 1,2)Jurusan Teknik Sipil

3.8 Pengujian kandungan klorida pada sampel beton

Hasil pengujian kandungan klorida pada sampel beton dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel.9 Hasil Pengujian Kandungan Klorida pada Sampel Beton

Berdasarkan hasil pengujian kandungan klorida di dalam sampel serbuk beton di atas, diperoleh

bahwa kondisi batas kandungan klorida dalam beton sebagai berikut:

Warna merah menunjukkan bahwa nilai kandungan klorida di dalam sampel beton sudah

melebihi batas yang diijinkan dalam standar/peraturan (sebesar 1% berat sampel)

Warna kuning menunjukkan bahwa nilai kandungan klorida di dalam sampel beton sudah

hampir mendekati batas yang diijinkan dalam standar/peraturan (sebesar 0.8 – 0.9% berat

sampel)

No Kode Contoh Kedalaman (cm) % berat sampel

1 0-2 0.3282

2 2-4 0.1859

3 4-6 0.1357

4 0-2 0.1887

5 2-4 0.1928

6 4-6 0.12

7 0-2 0.1342

8 2-4 0.0675

9 4-6 0.0448

10 0-2 0.2054

11 2-4 0.0997

12 4-6 0.0567

13 0-2 0.2075

14 2-4 0.2264

15 4-6 0.0883

16 0-2 0.9298

17 2-4 0.876

18 4-6 0.6835

19 0-2 0.0636

20 2-4 0.1152

21 4-6 0.0497

22 0-2 0.066

23 2-4 0.0586

24 4-6 0.044

25 0-2 0.2072

26 2-4 0.0612

27 4-6 0.0735

28 0-2 1.108

29 2-4 0.8234

30 4-6 0.5312

31 0-2 0.9515

32 2-4 1.1055

33 4-6 0.6733

34 0-2 0.1236

35 2-4 0.0783

36 4-6 0.0674

37 0-2 1.0036

38 2-4 0.6201

39 4-6 0.2753

Balok B8

Balok B17

Balok BB18

Balok B19

Balok B34

Balok B43

Balok B90

Balok B114

Poer P149

Balok B121

Balok B122

Poer P151

Poer P2

Page 19: ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK · ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK HUMISAR PASARIBU, ST,MT1) JOHAN OBERLYN SIMANJUNTAK, ST,MT2) 1,2)Jurusan Teknik Sipil

IV. KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

1. Hasil pengujian kedalaman retak beton menunjukkan kedalaman retak sebagian besar

melampaui selimut beton, untuk meminimalkan tulangan terekpose kondisi

lingkungan perlu dilakukan perbaikan beton dengan injection crack /grouting.

2. Hasil pengujian konfigurasi tulangan pada trestle dan dermaga, memberikan variasi

diameter tulangan vertikal ± 16-30 mm dan diameter tulangan horizontal ± 25-30 mm,

cat walk2 memberikan diameter tulangan vertikal dan horizontal 30mm, moring

dolphin2 memberikan diameter tulangan vertikal dan horizontal 20mm dan juga jarak

antar tulangan, selimut beton bervariasi untuk elemen pur, balok, pelat lantai, cat

walk2 dan moring dolphin

3. Beton secara umum terkarbonasi, khusus elemen pelat lantai kedalamanan rerata 8

mm sama dengan tebal minimum selimut betonnya 8 mm, sedangkan untuk elemen

pur, balok dan moring dolphin kedalaman beton terkarbonasi masih dibawah tebal

selimut beton minimum.

4. Kuat tekan beton inti (Core Drill) untuk elemen pur 207,513 kg/cm2, balok 246,867

kg/cm2 dan pelat lantai 294,93 kg/cm2, nilai kuat tekan beton untuk balok dan pelat

lantai masih diijinkan yaitu lebih besar dengan 80% dari mutu beton minimum K300

yang dipersyaratkan sesuai standart perhubungan tahun 2012 sehingga perlu dilakukan

perbaikan dan perkuatan beton terutama untuk elemen pur.

5. Keseragaman mutu beton (Hammer) untuk trestle antara 332,81 – 374,06 kg/cm2 dan

untuk dermaga 332,81 – 374,06 kg/cm2 , nilai kuat tekan beton masih lebih besar dari

mutu beton minimum K300 yang dipersyaratkan sesuai standart perhubungan tahun

2012.

6. Hasil pengujian potensi klorida (metoda half cell) beton trestle untuk elemen pur,

balok, dan pelat lantai secara umum bagus, dan untuk beton dermaga untuk elemen

pur dermaga terkontaminasi klorida dan elemen balok berpotensi untuk

terkontaminasi klorida, untuk meminimalkan potensi korosi perlu dilakukan

perbaikan/pelapisan permukaan beton.

7. Ketahanan elektrik beton trestle pada elemen pur ada yang berpotensi besar untuk

korosi namun secara umum (rerata) potensi korosinya menengah, untuk elemen balok

dan pelat lantai potensi korosi dapat diabaikan. Beton dermaga untuk elemen pur

potensi menengah, untuk elemen balok dan pelat lantai potensi korosi dapat

diabaikan, untuk elemen cat walk2 potensi korosinya kecil, namun untuk

meminimalkan potensi korosi terutama pada elemen pur perlu dilakukan

perbaikan/pelapisan permukaan beton.

8. Kandungan klorida rerata untuk elemen pur, balok, dan pelat lantai, secara umum

dibawah 1% (dibawah kriteria) yang dipersyaratkan, namun secara parsial untuk pur

dan balok ada beberapa sampel yang yang lebih kurang kandungan kloridanya 1%.

Page 20: ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK · ANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR DERMAGA KUALA ENOK HUMISAR PASARIBU, ST,MT1) JOHAN OBERLYN SIMANJUNTAK, ST,MT2) 1,2)Jurusan Teknik Sipil

4.2 Saran

1. Mengalir pada kesimpulan (butir 1 sd 8) secara umum struktur TRESTLE dan

DERMAGA masih bagus, namun untuk memperlambat dan meminimkan potensi

korosi perlu dilakukan perbaikan / pelapisan permukaan beton dengan menggunakan

admiture kimia/grout.

2. Beton trestle dan dermaga retak dan kedalaman retak secara umum melampaui tebal

selimut beton, untuk meminimalkan tulangan terekpose kondisi lingkungan perlu

dilakukan perbaikan beton dengan injection crak/groting.

3. Untuk struktur TRESTLE dan DERMAGA emelen pur, balok, pelat lantai, cat walk2

dan moring dolphin yang telah mengalami kerusakan (beton pecah dan tulangan

karatan/ putus) perlu dilakukan perbaikan dan perkuatan struktur beton.

4. Untuk tulangan yang telah terkorosi (karatan / putus) harus dibersihkan dan atau

diganti dengan tulangan baru serta ditutup kembali dengan bahan grouting.

5. Perbaikan dan perkuatan struktur beton dapat dengan penambahan dimensi

penampang / tulangan dan atau dengan sistim pemasangan bahan betuk lembaran mutu

tinggi.

6. Untuk konstruksi elemen (pur, balok dan plat lantai) yang mutu betonnya berdasarkan

hasil pengujian beton inti (core drill) dibawah 210 kg/cm2 (70% dari K300) dilakukan

pelapisan permukaan beton dengan bahan admixture beton dengan mutu yang lebih

tinggi.

7. Perbaikan dan perkuatan struktur beton harus dilakukan oleh ahlinya atau aplikator

yang berpengalaman.

8. Untuk pembangunan dermaga baru hendaknya memperhatikan mutu beton dengan

K350 minimal serta selimit beton 4 cm agar lebih tahan terhadap potensi korosi.

V. DAFTAR PUSTAKA

DjeDjen Achmad, Pengujian Bahan, Dipa Politeknik Negeri Jakarta, 2007.

Ir. Tri Mulyono, MT, Teknologi Beton, Andi, 2004, 2005.

Kementerian Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Direktorat Pelabuhan Dan

Pengerukan, Standar Dermaga, 2012.

Kementerian Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Petunjuk Pelaksanaan

Pekerjaan Pembetonan, 2016.

Paul Nugraha, Antoni, TEKNOLOGI BETON dari Material, Pembuatan, Ke Beton Kinerja

Tinggi,

Andi, 2007.

SNI-2847-2013, Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung, 2013.

Soedjono Kramadibrata, Perencanaan Pelabuhan, 2002.