analisis kebijakan pemerintah terhadap penggunaan sempadan … juanda... · sempadan jalan di...

91
ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN JALAN DI WILAYAH GUNUNG GERUTEE DALAM PERSPEKTIF HAQ AL-MURUR SKRIPSI Diajukan Oleh: WAHYU JUANDA NIM. 150102165 Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum Prodi Hukum Ekonomi Syariah FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY DARUSSALAM BANDA ACEH 2020 M/1441 H

Upload: others

Post on 17-Nov-2020

16 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP

PENGGUNAAN SEMPADAN JALAN DI WILAYAH

GUNUNG GERUTEE DALAM PERSPEKTIF

HAQ AL-MURUR

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

WAHYU JUANDA NIM. 150102165

Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum

Prodi Hukum Ekonomi Syariah

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

DARUSSALAM BANDA ACEH

2020 M/1441 H

Page 2: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

WAHYU JUANDA NIM. 150102165

Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum

Prodi Hukum Ekonomi Syariah

Page 3: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020
Page 4: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020
Page 5: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

v

ABSTRAK

Nama : Wahyu Juanda/150102165

Fakultas/Prodi : Syariah dan Hukum/ Hukum Ekonomi Syariah

Judul Skripsi : Analisis Kebijakan Pemerintah terhadap Penggunaan

Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam

Perspektif Haq Al-Murur

Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

Tebal Skripsi : 71 halaman

Pembimbing I : Dr. Hj. Soraya Devy, M.Ag

Pembimbing II

Kata Kunci

: Gamal Achyar, Lc., MA

: Kebijakan, Sempadan Jalan, Haq Al-Murur

Jalan Gunung Gerutee merupakan jalan nasional penghubung antar

kabupaten/kota di Aceh, sehingga banyak pengendara yang melintas di wilayah

tersebut. Namun di sisi lain puncak Gunung Gerutee juga telah dijadikan sebagai

salah satu kawasan wisata di Aceh dengan banyaknya warung-warung kecil agar

pengunjung dapat menikmati pemandangan dari atas gunung. Sehingga sebagian

sempadan jalan di pergunakan sebagai area parkir, sehingga menyebabkan

beberapa permasalahan. Dari permasalahan tersebut penulis mengkaji beberapa

rumusan masalah sebagai berikut pengaruh penggunaan sempadan jalan terhadap

lalu lintas di kawasan Gunung Gerutee, upaya yang dilakukan Dinas Perhubungan

terhadap penyempitan ruas jalan di sebabkan penggunaan sempadan jalan oleh

pedagang serta tinjauan konsep haq al-murur terhadap penggunaan sempadan

jalan oleh masyarakat di kawasan Gunung Gerutee. Untuk memperoleh data

penelitian digunakan metode penelitian yang berbentuk penelitian empirik dan

penelitian kepustakaan, jenis penelitian deskriptif analisis. Teknik pengumpulan

data menggunakan wawancara dan dokumentasi. Dari hasil penelitian diketahui

bahwa pengaruh penggunaan sempadan terhadap lalu lintas di kawasan Gunung

Gerutee sangat mengganggu keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan di

kawasan tersebut. Karena perlintasan tersebut merupakan jalan nasional yang

menghubungkan antara Banda Aceh dengan arah Barat Selatan Aceh, yang mana

kondisi jalan tergolong sempit. Kebijakan yang dilakukan Dinas Perhubungan

dalam menjaga keselamatan pengendara di kawasan gunung Gerutee diantaranya

menyediakan alat keselamatan lalu lintas, membuat kebijakan berupa produk

hukum dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat umum tentang tertib

berlalu lintas dengan mematuhi rambu-rambu yang ada. Berdasarkan konsep haq

al-murur penggunaan sempadan jalan umum harus memperhatikan dua hal yaitu

tidak mengganggu dan merugikan orang lain dan mengantongi izin dari

pemerintah yang berwenang. Penggunaan sempadan jalan untuk parkir jelas

mengganggu kenyamanan pengguna jalan serta memberikan dampak negatif bagi

arus lalu lintas. Mengenai perizinan, pemilik café-café tidak memiliki izin resmi

dari pemerintah terkait.

Page 6: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

vi

KATA PENGANTAR

ه الرحمن الرحيم بسم الل

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan karunia-

Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam kepada

junjungan umat, Nabi Muhammad SAW. yang telah merubah peradaban

sehingga dipenuhi dengan ilmu pengetahuan.

Alhamdulillah dengan rahmat dan hidayah-Nya, proses penulisan skripsi

dengan judul “Analisis Kebijakan Pemerintah terhadap Penggunaan

Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-

Murur” dapat penulis selesaikan dengan baik guna memenuhi dan melengkapi

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1) pada prodi Hukum

Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry, Darussalam

Banda Aceh.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan serta

bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan

hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr.

Hj. Soraya Devy, M.Ag., selaku pembimbing I dan Bapak Gamal Achyar,

Lc.MA., selaku pembimbing II, yang telah banyak memberikan bimbingan,

bantuan, masukan, pengarahan dan waktu yang tak terhingga dari sejak awal

penulisan karya ini sampai dengan selesai. Terima kasih sebesar-besarnya juga

penulis ucapkan untuk dosen Metodologi Penelitian Hukum sekaligus

konsultan proposal saya yang telah banyak membimbing saya, sehingga dapat

menyelesaikan skripsi saya dengan baik. Terima kasih penulis ucapkan kepada

Bapak Muhammad Siddiq, MH.,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan

Hukum beserta stafnya. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Arifin

Abdullah, S.HI., M.H, selaku ketua Prodi Hukum Ekonomi Syariah beserta

stafnya yang telah banyak memberi masukan dan bantuan dalam pengurusan

dokumen pelengkap yang berhubungan sengan skripsi ini.

Page 7: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

vii

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Burhanuddin Abd. Gani,

M.A., selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberi nasehat dan

dukungan kepada penulis. Terima kasih penulis ucapkan kepada semua dosen

dan asisten yang mengajar dan membekali penulis dengan ilmu sejak semester

pertama hingga akhir.

Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan tak terhingga kepada

kedua sosok ayah saya ayahanda Alm Syarifuddin dan Kadir serta Ibunda

Fatimah yang telah bersusah payah membesarkan penulis serta tak pernah putus

memberikan kasih sayang dan dukungannya, baik secara materi maupun doa.

Penulis berharap dapat menjadi kebanggaan bagi kedua orang tua dunia akhirat.

Dan untuk adik-adik tercinta Sara Wahyuni, Aulia Juanda, M. Khadafi, Zaki

Mubarak yang telah memberikan motivasi, doa dan semangat dalam

mengerjakan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Bunda Mariah yang selalu

memberi semangat dan doa. Serta untuk seluruh keluarga besar lainnya yang

juga memotivasi penulis dan memberikan dukungan baik moril maupun materil

sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih kepada seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Terima kasih kepada kepala

perpustakaan UIN Ar-Raniry beserta seluruh stafnya dan kepada Kepala

Perpustakaan Wilayah beserta seluruh stafnya yang telah melayani pinjaman

buku-buku yang menjadi bahan rujukan dalam penulisan skripsi.

Terima kasih kepada Bupati Kabupaten Aceh Jaya dan staf terkait,

kepala Dinas Perhubungan Aceh dan staf-staf, serta kepala Dinas PUPR Aceh

dan staf-staf yang telah membantu dalam pengumpulan data yang diperlukan

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan maksimal.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat-sahabat HES

leting 2015 yang telah bersama-sama berjuang. Terima kasih kepada sahabat-

sahabat kumpul bersama yang bernama semprol yang menjadi penyemangat,

yang selalu jadi teman yang menyenangkan, memotivasi, dan tak pernah henti

Page 8: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

viii

mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi penulis. Dan untuk sahabat

dekat satu Unit sejak Semester I hingga sekarang Nur Akmal yang telah

menjadi penyemangat dan banyak memberikan bantuan kepada penulis di saat

penulis mengalami kesulitan. Selain itu terima kasih kepada Diky Arif

Munandar, Azdhasir, dan teman-teman lain yang tak bisa penulis ucapkan satu

persatu.

Penulis menyadari akan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki

sehingga membuat skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,

kritik dan saran sangat diharapkan. Penulis juga menyerahkan diri sepenuhnya

kepada Allah SWT, semoga amal kebaikan yang telah diberikan semua pihak

mendapat balasan dari Allah SWT. serta karunia-Nya kepada kita semua.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada seluruh pembaca,

Aamiin Ya Rabbal ‘alamin.

Penulis,

Wahyu juanda

Banda Aceh, 23 Januari 2020

Page 9: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K

m r ahun Nomor: 0543 b/u/1987

1. Konsonan

No Arab Latin Ket No Arab Latin Ket

ا 1

Tidak

dilambang

kan

ṭ ط 16

t dengan

titik di

bawanya

B ب 2

ẓ ظ 17

z dengan

titik di

bawahnya

ع T 18 ت 3

ṡ ث 4

s dengan titik

di

atasnya

G غ 19

F ف J 20 ج 5

ḣ ح 6h dengan titik

di bawahnya Q ق 21

K ك Kh 22 خ 7

L ل D 23 د 8

z˙ ذ 9

z dengan titik

di

atasnya

M م 24

N ن R 25 ر 10

W و Z 26 ز 11

Page 10: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

x

H ه S 27 س 12

᾿ ء Sy 28 ش 13

ṣ ص 14s dengan titik

di bawahnya Y ي 29

ḍ ض 15

d dengan

titik

di bawahnya

2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal

tunggal dan vokal rangkap.

a. Vokal Tunggal

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harkat,

transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin

Fathah A

Kasrah I

Dammah U

b. Vokal Rangkap

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara

harkat dan huruf, transliterasinya gabungan huruf, yaitu:

Tanda dan Huruf Nama Gabungan

Huruf

Fathah dan ya Ai ي

Fathah dan wau Au و

Contoh:

Page 11: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

xi

كیف : kaifa ھول : haula

3. Maddah

Maddah atau vocal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf,

transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harkat dan Huruf Nama Huruf dan Tanda

ي/ا Fatahah dan alif

atau ya Ā

Kasrah Ī

Dammah dan waw Ū ، و

Contoh:

ramā : رمى qāla : قال

yaqūlu : يقول qīla: قيل

4. Ta Marbutah (ة)

Transliterasi untuk ta marbutah ada dua:

a.Ta marbutah (ة) hidup

Ta marbutah (ة) yang hidup atau mendapat harkat fatḥah, kasrah dan

dammah, transliterasinya adalah t.

b. Ta marbutah (ة) mati

Ta marbutah (ة) yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya

adalah h.

c. Kalau pada suatu kata yang akhir huruf ta marbutah ( ة) diikuti oleh

kata yang menggunakan kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu

terpisah maka ta marbutah (ة) itu ditransliterasikan dengan h.

Page 12: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

xii

Contoh:

rauḍah al-aṭfāl/rauḍatul aṭfāl : روضة الاطفال

al-Madīnah al-Munawwarah/ al-Madīnatul : المدينة المنورة

Munawwarah

Ṭalḥah : طلحة

Catatan:

Modifikasi

1. Nama orang berkebangsaan Indonesia ditulis seperti biasa tanpa

transliterasi, seperti M. Syuhudi Ismail. Sedangkan nama-nama lainnya

ditulis sesuai kaidah penerjemahan. Contoh: Hamad Ibn Sulaiman.

2. Nama Negara dan kota ditulis menurut ejaan bahasa Indonesia, seperti

Mesir, bukan Misr, Beirut, bukan Bayrut, dan sebagainya.

3. Kata-kata yang sudah dipakai (serapan) dalam kamus bahasa Indonesia

tidak ditransliterasikan. Contoh: Tasauf, bukan Tasawuf.

Page 13: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Keterangan Pembimbing Skripsi

Lampiran 2: Surat Permohonan Memberi Data

Lampiran 3: Lembar Kontrol Bimbingan

Lampiran 4: Daftar Riwayat Hidup

Page 14: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

xiv

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

PENGESAHAN PEMBIMBING

PENGESAHAN SIDANG

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ...................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................... vi

TRANSLITERASI ........................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv

BAB SATU : PENDAHULUAN ............................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................. 7

C. Tujuan Penelitian .................................................................. 7

D. Penjelasan Istilah .................................................................. 8

E. Kajian Pustaka ...................................................................... 10

F. Metode Penelitian ................................................................. 13

G. Sistematika Pembahasan ....................................................... 17

BAB DUA : TEORI HAQ AL-MURUR DALAM ISLAM DAN

KEBIJAKAN PEMERINTAH A. Konsep Haq Al-Murur dalam Islam ....................................... 19

1 Pengertian Haq Al-Murur dan Landasan Hukumnya ........ 19

2 Syarat dan Hukum Pemanfaatan Haq Al-Murur

dalam Perspektif Hukum Islam ................................. 27

3 Pendapat Fuqaha tentang Bentuk-Bentuk

Implementasi Haq Al-Murur ..................................... 31

4 Pelanggaran pada Penyimpangan Penggunaan Haq

Al-Murur ..................................................................... 34

B. Kebijakan Pemerintah Mengenai Penggunaan

sempadan jalan ............................................................... 38

1 Ruang Lingkup Kebijakan Pemerintah ..................... 38

2 Kebijakan Pemerintah tentang Penggunaan

Sempadan Jalan ......................................................... 40

BAB TIGA : ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH

TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN JALAN

DI WILAYAH GUNUNG GERUTEE DALAM

PERSPEKTIF HAQ AL-MURUR .................................... 45

A. Gambaran Umum Kawasan Wisata Gunung Gerutee

Kabupaten Aceh Jaya ..................................................... 45

Page 15: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

xv

B. Pengaruh Penggunaan Sempadan Jalan Terhadap Lalu

Lintas di Kawasan Gunung Gerutee ............................... 48

C. Kebijakan yang Dilakukan Dinas Perhubungan

Terhadap Penyempitan Ruas Jalan di Kawasan Gunung

Gerutee ........................................................................... 54

D. Tinjauan Konsep Haq Al-Murur terhadap Penggunaan

Sempadan Jalan oleh Masyarakat di Kawasan Gunung

Gerutee ........................................................................... 60

BAB EMPAT : PENUTUP .......................................................................... 67

A. Kesimpulan ......................................................................... 67

B. Saran ................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 70

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 16: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

1

BAB SATU

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagaimana diamanatkan oleh

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagai bagian dari

sistem transportasi nasional, lalu lintas dan angkutan jalan dikembangkan

potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, kesejahteraan, ketertiban

lalu lintas dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah serta akuntabilitas

penyelenggaraan negara.

Peraturan lalu lintas jalan raya serupa dengan peraturan lalu lintas

kehidupan. Kenyataan bahwa lampu merah bukan menghambat kelancaran lalu

lintas, namun justru memperlancarnya. Sebagai seorang muslim, diwajibkan

mengindahkan peraturan lalu lintas, agar menjadi maslahah dengan berusaha

menjaga keselamatan nyawa diri sendiri dan orang lain.

Lalu lintas menurut Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009

didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas.

Sedangkan ruang lalu lintas adalah prasarana yang diperuntukan bagi gerak

pindah kendaraan, orang, atau barang yang berupa jalan dan fasilitas

pendukung.1 Tujuan utama peraturan lalu lintas dibuat untuk mempertinggi

mutu kelancaran dan keamanan dari semua lalu lintas di jalan-jalan.

Selain itu pengaturan lalu lintas yang baik juga bertujuan agar fungsi dari

fasilitas lalu lintas itu sendiri dapat digunakan dengan efektif. Salah satu fasilitas

lalu lintas yang sangat sering digunakan oleh masyarakat yaitu jalan. Jalan

adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya

1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan

Angkutan Jalan, Pasal 1, Ayat 11.

Page 17: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

2

yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum, yang berada pada permukaan tanah,

di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah atau air, serta di atas

permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel.2

Untuk tetap menjaga ketertiban lalu lintas diperlukannya pengawasan

yang baik dan terarah, baik oleh petugas yang berwenang maupun kalangan

masyarakat itu sendiri. Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah dapat

berupa penyediaan fasilitas lalu lintas seperti traffic light, garis-garis jalan,

rambu lalu lintas, trotoar bagi pejalan kaki dan lain sebagainya. Masyarakat pun

dapat ikut berpartisipasi dalam pengawasan lalu lintas dengan menggunakan

fasilitas yang telah disediakan sebagaimana mestinya. Seperti menggunakan

trotoar untuk berjalan kaki, mematuhi rambu-rambu lalu lintas dan sebagainya.

Namun, permasalahan yang terjadi sekarang ini sebagian masyarakat tidak dapat

menggunakan fasilitas lalu lintas yang tersedia atau telah disediakan oleh

pemerintah yang semestinya karena di sebabkan beberapa faktor, salah satunya

disebabkan oleh peralihan fungsi badan jalan baik dengan disengaja maupun

karena alasan tertentu yang bersifat isidentil dan kondisional sehingga ruas

badan jalan menjadi sempit, bahkan di beberapa titik tertentu lalu lintas terjadi

kemacetan.

Semakin maraknya tingkat kebutuhan masyarakat terhadap tempat

wisata membuat tingginya inisiatif kalangan tertentu membuat tempat wisata

yang menarik dengan fasilitas yang mendukung, misalnya wisata laut dengan

memberikan fasilitas lengkap, seperti penginapan, parkir yang luas, keamanan

yang baik dan sebagainya. Namun adapula kawasan wisata yang tidak

sepenuhnya memberikan fasilitas yang diperlukan, misalnya kawasan wisata

puncak Gunung dengan pemandangan laut yang indah tetapi tidak menyediakan

tempat parkir yang cukup luas. Selain semrautnya parkir pengunjung kawasan

wisata tersebut, badan jalan yang sempit juga membuat kawasan tersebut rawan

2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan

Angkutan Jalan, Pasal 1, Ayat 12.

Page 18: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

3

terjadi kemacetan, apabila pada hari-hari libur atau akhir pekan. Hal tersebut

menyebabkan pengunjung memarkirkan kendaraannya di badan jalan, sehingga

dapat mengganggu kenyamanan pengguna jalan lain.

Dalam Islam telah diatur mengenai konsep penggunaan jalan untuk

tetap menjaga kemaslahatan umat. Setiap pengguna jalan mempunyai hak

melintasi jalan, walaupun jalan tersebut merupakan bagian dari tanah milik

orang lain. Penggunaan badan jalan dalam Islam terdapat dalam konsep haqq

al-murur, yaitu suatu hak yang diberikan kepada pemilik tanah atau rumah

yang ada disebelah dalam bentuk lewat di jalan umum atau jalan pekarangan

milik orang lain.3

Jika jalan umum yang dilalui itu jalan raya maka semua orang boleh

melewati jalan itu, berjualan di pinggir jalan tersebut, memarkir kendaraannya

di pinggir jalan itu; dengan syarat tidak memberi mudharat kepada orang lain

dan mendapat izin dari pemerintah. Apabila tindakan seseorang dalam

memanfaatkan hak ini memberi mudharat kepada orang lain, seperti jalan

menjadi sempit, maka perbuatan orang itu harus dilarang. 4

Semua orang berhak untuk melewati jalan tersebut tanpa izin orang lain,

dengan ketentuan jangan sampai merugikan pihak-pihak lain. Seperti

membangun suatu bangunan di jalan umum atau mengambil bagian dari badan

jalan untuk ditambahkan ke tempat miliknya yang bisa menutupi badan jalan.

Bagi mereka yang rumahnya menghadap jalan umum dibolehkan untuk

membuat pintu/jendela yang menghadap ke arah jalan tersebut. Akan tetapi,

tidak dibolehkan membuat kios atau tempat berjualan di pinggir jalan umum

tersebut, apabila itu mengganggu orang-orang yang lewat.5 Akan tetapi jika

tidak membawa mudharat kepada orang lain, menurut Imam Abu Hanifah, harus

mendapat izin dari pemerintah dalam pemanfaatan jalan raya itu, misalnya untuk

3 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 86.

4 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Prtama, 2007), hlm. 21.

5 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat …, hlm. 88.

Page 19: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

4

memarkir kendaraan atau berjualan di pinggir jalan itu. 6

Apabila tidak izin dari

pemerintah maka setiap orang dapat mencegahnya dan membongkar kios dan

bangunan yang ada di jalan tersebut.7

Ulama Syafi’iyah, Hanabilah, Imam Abu Yusuf dan Imam Muhammad

Ibn al-Hasan asy-Syaibani menyatakan bahwa dalam kasus seperti ini tidak

diperlukan minta izin kepada pemerintah. Ulama Malikiyah menyatakan bahwa

jika pemanfaatan itu bersifat memiliki tidak boleh, seperti berdagang di sisi

jalan secara permanen. Berbeda dengan tempat parkir kendaraan, karena

kendaraan itu tidak selamanya menempati jalan itu, maka tidak dinamakan

memiliki. Oleh sebab itu, untuk parkir kendaraan, menurut Malikiyah, yang

penting diperhatikan adalah tidak membawa mudharat kepada orang lain, tidak

menyempitkan jalan, dan tidak merusak jalan raya itu. 8

Sedangkan jalan khusus, yakni jalan yang dimiliki oleh kelompok

tertentu maka pemanfaatan jalan tersebut hanya kepentingan kelompok tersebut,

sedangkan orang lain tidak diperbolehkan memanfaatkannya kecuali atas izin

mereka. Dalam Pasal 1219 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Islam

disebutkan: Orang yang tidak memiliki hak atas jalan pada jalan khusus tidak

boleh membuat pintu baru yang terbuka ke jalan khusus itu (lihat Pasal 96).9

Meskipun demikian, dalam kondisi jalan umum yang penuh dan berdesak-

desakan, orang-orang berhak untuk lewat melalui jalan khusus tersebut,

sehingga pemilik jalan khusus tidak dibolehkan menutup jalan tersebut.10

Selain konsep haq al-murur, pengaturan mengenai hak atas jalan juga

diatur dalam konsep milk al-daulah. Menurut Ahmad bin Hanbal tanah negara

adalah tanah yang tidak dimiliki oleh seseorang secara personal, karena tanah

tersebut harus dikuasai oleh negara dan pemanfaatannya dilakukan untuk

6 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah …, hlm. 21.

7 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat …, hlm. 88.

8 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah …, hlm. 21.

9 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat ..., hlm. 89.

10 Ibid, hlm. 89.

Page 20: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

5

kemaslahatan umum dan tidak boleh dijadikan tanah mati. 11

Harta milik negara

tersebut ditujukan untuk kepentingan orang banyak yang diatur dengan

perundang-undangan. Masyarakat yang memanfaatkan harta tersebut tidak boleh

merusak harta itu, berlaku sewenang-wenang dengan melanggar hak orang lain,

dan tidak boleh menjadikannya milik pribadi dengan melarang orang lain untuk

memanfaatkannya. 12

Penggunaan badan jalan untuk parkir bahkan berjualan dapat ditemui di

mana saja. Terutama di tempat-tempat strategis yang memungkinkan banyaknya

pengguna jalan melewati jalan tersebut. Sehingga banyak penjual yang berjualan

di tempat tersebut dan banyak pula yang memarkirkan kendaraannya. Apalagi di

tempat-tempat destinasi wisata yang selalu dikunjungi banyak wisatawan. Salah

satunya perlintasan di kawasan Gunung Gerutee yang terdapat di kabupaten

Aceh Jaya. Perlintasan tersebut banyak dilewati oleh masyarakat yang berasal

dari Kota Banda Aceh maupun dari arah Barat Selatan Aceh.

Perlintasan di kawasan Gunung Gerutee pada dasarnya bukanlah tempat

titik kumpul sebagai destinasi, akan tetapi kenyataannya sekarang perlintasan

tersebut mempunyai dua tujuan. Pertama, ada yang menjadikan wilayah

Gunung Gerutee sebagai perlintasan dan kedua, ada yang menjadikan sebagai

tempat destinasi wisata. Dan yang menjadikan Gunung Gerutee sebagai lintasan

dapat dibedakan menjadi dua tujuan, yaitu: pertama, sebagai perlintasan murni

yang hanya dilewati untuk sampai ke tujuan; dan kedua, sebagai rest area yaitu

menjadikan Gunung Gerutee sabagai tempat beristirahat. Sebagai contoh, para

pengguna jalan dari Aceh Barat, Nagan Raya atau sebaliknya yang sebagian dari

mereka menjadikan Gunung Gerutee sebagai tempat beristirahat. 13

11

Mahli Ismail, Fikih Hak Milik Atas Tanah Negara, (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara,

2013), hlm. 37. 12

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah …, hlm. 79. 13

Hasil wawancara dengan Alibasyah, Geuchik desa Babah Ie, pada tanggal 15 Maret

2019, di Jaya.

Page 21: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

6

Akibat dari kedua perilaku pengguna jalan pada penggolongan pertama

yang menjadikan Gunung Gerutee sebagai destinasi dan penggolongan kedua

yang menjadikan Gunung Gerutee sebagai rest area tersebut mengakibatkan

ketidaknyamanan pengguna jalan lain yang melintasi kawasan tersebut.

Penggunaan jalan yang seharusnya sebagai perlintasan berubah fungsi

disebabkan oleh perilaku dari sebagian pengguna jalan. Hal inilah yang

seharusnya diatur lebih lanjut oleh pemerintah untuk meluruskan fungsinya

kembali pada fungsi dasar dari lintasan tersebut, karena jalan dibuat dan

digunakan untuk lalu lintas. Apabila ada yang menjadikannya sebagai rest area,

seharusnya tidak sampai menimbulkan ketidaknyamanan terhadap pengguna

jalan yang dapat menyebabkan resiko dan dapat membahayakan pengguna jalan

lain yang sedang melintas.14

Selain itu badan jalan di kawasan tersebut juga digunakan untuk parkir

oleh kedua perilaku tersebut sehingga mengakibatkan ketidaknyamanan para

pengguna jalan yang lainnya dikarenakan struktur jalan juga tergolong sangat

sempit.15

Fenomena ini sungguh sangat memudharatkan pengguna jalan,

padahal dalam konsep haqq al-murur diperbolehkan memarkirkan kendaraan

maupun berjualan di badan jalan selama hal tersebut tidak menggangu

kenyamanan pengguna jalan. Apabila hal tersebut dapat mengganggu pengguna

jalan, maka penjual tersebut harus memiliki izin dari pemerintah setempat yang

berwenang.

Selain itu Gunung gerutee juga sangat berbahaya bagi para pengguna

jalan ketika musim hujan, karena sering terjadinya longsor yang dapat menutup

badan jalan. Hal tersebut menimbulkan resiko terhadap pengguna jalan dan

mengakibatkan terjadi kemacetan. Selain itu kondisi jalan yang licin, lintasan

jalan yang sempit dapat berpotensi terjadinya kecelakaan. Bahkan pernah hancur

beberapa warung kecil yang disebabkan oleh hujan karena struktur tanah di

14

Hasil Observasi di Kawasan Gunung Gerutee, pada tanggal 15 Februari 2019. 15

Hasil Wawancara dengan Ismail, Pengendara yang Sering Melintas Kawasan Gunung

Gerutee, pada tanggal 15 Februari 2019.

Page 22: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

7

Gunung gerutee tergolong labil. Dan juga ada beberapa pembangunan warung-

warung kecil di kawasan tersebut menggunakan badan jalan, hal inilah yang

seharusnya menjadi perhatian pemerintah untuk meluruskan kestabilan di

perlintasan Gunung gerutee. 16

Oleh sebab itu, penulis tertarik ingin meneliti permasalahan tersebut

sehingga didapatkan solusi yang dapat membantu. Judul yang penulis angkat

untuk proposal ini “Analisis Kebijakan Pemerintah Terhadap Penggunaan

Sempadan Jalan Di Wilayah Gunung Gerutee Dalam Perspektif Haq Al-

Murur”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka

penulis memformat rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh penggunaan sempadan jalan terhadap lalu lintas di

kawasan Gunung Gerutee?

2. Bagaimana kebijakan yang dilakukan Dinas Perhubungan terhadap

penyempitan ruas jalan di sebabkan penggunaan sempadan jalan oleh

pedagang?

3. Bagaimana tinjauan konsep haq al-murur terhadap penggunaan sempadan

jalan oleh masyarakat di kawasan Gunung Gerutee?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas maka format dari tujuan penelitian

yang penulis formulasikan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan sempadan jalan terhadap lalu

lintas di kawasan Gunung Gerutee.

16

Hasil Wawancara dengan Ismail, Pengendara yang Sering Melintas Kawasan Gunung

Gerutee, pada tanggal 21 Maret 2019.

Page 23: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

8

2. Untuk mengetahui kebijakan yang dilakukan Dinas Perhubungan terhadap

penyempitan ruas jalan di sebabkan penggunaan sempadan jalan oleh

pedagang.

3. Untuk mengetahui tinjauan konsep haq al-murur terhadap penggunaan

sempadan jalan oleh masyarakat di kawasan Gunung Gerutee.

D. Penjelasan Istilah

Untuk memudahkan dalam memahami proposal skripsi ini, maka penulis

terlebih dahulu menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul proposal

skripsi penulis, sehingga tidak menimbulkan berbagai macam makna yang

saling bertentangan. Setiap kata dan frase yang terdapat dalam judul karya

ilmiah ini, perlu kiranya diberikan penjelasan istilah terlebih dahulu. Adapun

istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Analisis

Menurut KKBI, analisis adalah penyelidikan terhadap suatu

peristiwa (karangan peristiwa) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya

(sebab-musabab, duduk perkaranya).17

2. Kebijakan

Menurut KBBI, kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang

menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,

kepemimpinan, dan cara bertindak (tata pemerintahan, organisasi);

pernyatan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman

untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran; garis haluan. 18

Arti lain dari kebijakan adalah keputusan pemerintah yang bersifat

umum dan berlaku untuk seluruh anggota masyarakat atau keputusan yang

17

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat,

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011), hlm. 58. 18

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia…, hlm. 190.

Page 24: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

9

bersifat kusuistis untuk sesuatu hal pada suatu waktu tertentu.19

Ini sejalan

dengan pengertian publik itu sendiri dalam bahasa Indonesia yang berarti

pemerintah, masyarakat atau umum.

3. Pemerintah

Menurut KBBI, pemerintah adalah sistem menjalankan wewenang

dan kekuasan yang mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik suatu

negara atau bagian-bagiannya. Pemerintah juga dapat diartikan sekelompok

orang yang secara bersama-sama memikul tanggung jawab terbatas untuk

menggunakan kekuasaan.20

4. Sempadan Jalan

Sempadan jalan terdiri dari dua kata yaitu sempadan dan jalan. Menurut

KBBI, sempadan adalah batas (negeri, daerah, sawah, dsb) atau juga diartikan

tanda batas seperti pancang atau garis. 21

Sedangkan jalan menurut KBBI, jalan

adalah tempat untuk lalu lintas orang (kendaraan), perlintasan (dari suatu tempat

ke tempat yang lain), yang dilaluiatau dipakai untuk keluar masuk. 22

5. Haq Al-Murur

Menurut Wahbah az-Zuhaili, haq al-murur yaitu hak pemilik tanah yang

terletak di bagian dalam untuk sampai ke tanahnya itu melalui sebuah jalan yang

ia lalui, baik apabila jalan tersebut adalah jalan umum yang tidak menjadi milik

siapa pun, maupun jalan khusus milik orang lain (lorong).23

Sedangkan menurur

Yusuf Musa, haq al-murur adalah suatu hak untuk sampainya seseorang kepada

hak miliknya, baik rumah maupun tanah, dengan jalan yang melewati hak milik

orang lain, baik jalan tersebut milik orang lain tersebut atau milik berdua

bersama-sama, maupun jalan umum.24

19

Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm.47. 20

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia…, hlm. 1057 21

Ibid., hlm. 1264. 22

Ibid., hlm. 558. 23

Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam 6, (Terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk), Jakarta:

Gema Insani, 2011), hlm 458. 24

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah …, hlm 88.

Page 25: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

10

E. Kajian Pustaka

Menurut penelusuran yang penulis lakukan, pembahasan mengenai haq

al-murur telah diteliti oleh beberapa mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum,

khususnya mahasiswa UIN Ar-Raniry. Namun belum terdapat penelitian yang

serupa seperti:

Pertama, diantara karya tulis mengenai haq al-murur yaitu karya ilmiah

yang ditulis oleh Cut Maisuri Diwa, mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum

dengan judul “Pengawasan Pemerintah Kota Banda Aceh Terhadap Penggunaan

Badan Jalan Oleh Pedagang Kaki Lima di Darussalam Dalam Perspektif Haq

Al-Murur”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawasan Pemerintah Kota

Banda Aceh telah memberlakukan peraturan sesuai dengan Qanun Nomor 07

Tahun 2007 Tentang Pengaturan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima. Apabila

dilihat dari kaca mata Haq Al-Murur bahwa pedagang kaki lima dapat

menimbulkan gangguan bagi pengguna jalan yang lain sehingga perlu adanya

intervensi dari pemerintah untuk melakukan pengawasan agar ruas jalan dapat

digunakan sebagaimana mestinya tanpa menimbulkan mudharat bagi orang

lain.25

Perbedaan penelitian yang saya lakukan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Cut Maisuri Diwa terletak pada objek penelitian, pada penelitian

ini mengkaji tentang penggunaan badan jalan oleh pedagang kaki lima

sedangkan penelitian yang saya lakukan yaitu tentang penggunaan sempadan

jalan di wilayah gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur oleh

masyarakat sebagai tempat parkir yang mengakibatkan terganggu kenyamanan

dan keselamatan arus lalu lintas di kawasan tersebut.

Kedua, karya ilmiah yang ditulis oleh Ikhsan MJ, mahasiswa Fakultas

Syariah dan Hukum dengan judul “Implementasi Haq Al-Murur dalam

Pemanfaatan Mal Al-‘Uqar di Desa Tanjong Selamat Menurut Perspektif Fiqh

25

Cut Maisuri Diwa, Pengawasan Pemerintah Kota Banda Aceh terhadap Penggunaan

Badan Jalan oleh Pedagang Kaki Lima di Darussalam dalam Perspektif Konsep Haq al-Murur,

(skripsi tidak dipublikasikan), (UIN Ar-Raniry, 2016).

Page 26: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

11

Muamalah”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam implementasi

masyarakat terhadap pemanfaatan mal al-‘uqar masih terdapat kendala karena

sebagian masyarakat belum memahami pemanfaatan hak milik pribadi tersebut

serta masyarakat belum memiliki kesadaran bahwa di dalam hartanya terdapat

hak bagi umum. Masyarakat desa Tanjong Selamat terutama yang memiliki

lahan masih keengganan memberikan tanahnya secara sukarela serta sebagian

masyarakat tidak menjualnya, sedangkan pemerintah desa tidak dapat

mengambil tanah tersebut secara paksa. Hal ini sebabkan kurangnya

pemahaman masyarakat terhadap agama khususnya tentang hak-hak yang

terdapat di dalam setiap harta yang dimiliki sehingga tidak adanya sifat social di

dalam kehidupan masyarakat.26

Perbedaan penelitian yang saya lakukan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ikhsan MJ terletak pada objek penelitian, pada

penelitian ini mengkaji tentang implementasi haq al-murur dalam pemanfaatan

mal al-‘uqar sedangkan penelitian yang saya lakukan yaitu tentang penggunaan

sempadan jalan di wilayah gunung Gerutee mengggunakan konsep haq al-

murur.

Ketiga, skripsi yang ditulis oleh Erna Wardani, mahasiswa Fakultas

Syariah dan Hukum dengan judul “Relokasi Pedagang Kaki Lima dan

Efektifitasnya dalam Peningkatan Pemanfaatan Haq Al-Murur di Ulee Kareng

Banda Aceh Menurut Perspektif Hukum Islam “. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kebijakan relokasi pedagang kaki lima di Ulee Kareng yang di lakukan

oleh pemerintah kota Banda Aceh pengaturannya terdapat dalam qanun Kota

Banda Aceh yaitu Qanun Nomor 3 tahun 2007 tentang pengaturan dan

pembinaan PKL. Adapun cara merelokasikannya adalah pemerintah kota

melalui pihak yang berwenang memberi peringatan secara tertulis sebanyak 3

kali, lalu memberi peringatan melalui lisan juga, jika tidak dikosongkan dan

26

Ikhsan MJ, Impelentasi Haq al-Murur dalam Pemanfaatan Mal al-‘Uqar di Desa

Tanjung Slamat Menurut Perspektif Fiqh Muamalah, (skripsi tidak dipublikasikan), (UIN Ar-

Raniry, 2013).

Page 27: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

12

dihiraukan oleh PKL maka pemerintah kota bersama dengan pihak berwenang

melakukan pembongkaran dan menggusur barang dagangan PKL. Barang yang

digusur tersebut diambil oleh pihak berwenang dan jika PKL ingin

mengambilnya kembali maka harus menandatangani surat pernyataan yang

menerangkan bahwa tidak akan berjualan lagi di tempat yang telah dilarang.

Peningkatan dan efektifitas terhadap haq al-murur setelah di relokasinya

pedagang kaki lima oleh pemerintah kota Banda Aceh yaitu terkuranginya

kemecetan, meningkatnya ketertiban social, terminimalisinya ketidaknyamanan

aktivitas di jalan raya serta memperindah tata kota.27

Perbedaan penelitian yang

saya lakukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erna Wardani terletak pada

objek penelitian, pada penelitian ini mengkaji tentang kelokasi pedagang kaki

lima dan efektifitasnya dalam peningkatan pemanfaatan haq al-Murur di Ulee

Kareng Banda Aceh menurut perspektif hukum Islam sedangkan penelitian yang

saya lakukan yaitu tentang penggunaan sempadan jalan di wilayah gunung

Gerutee dalam perspektif haq al-murur oleh masyarakat sebagai tempat parkir

yang mengakibatkan terganggu kenyamanan dan keselamatan arus lalu lintas di

kawasan tersebut.

Keempat, karya ilmiyah yang ditulis oleh Rayyan Azmi, mahasiswa

Fakultas Syariah dan Hukum dengan judul “Feasibilitas Penempatan Billboard

pada Wilayah Perlintasan Kota Banda Aceh Menurut Perspektif Haq Al-Murur”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pengawasan Kantor

Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu terhadap pemasangan reklame tidak

dilaksanakan dengan maksimal, hal ini dibuktikan masih ada pelanggaran

reklame di Kota Banda Aceh. Penyelenggara reklame masih memasang reklame

di tempat dilarang karena kurang tersedia tempat, tempat strategis untuk

promosi dan kurangnya kesadaran hukum. Upaya yang ditempuh dalam

27

Erna Wardani, Relokasi Pedagang Kaki Lima dan Efektivitasnya dalam Peningkatan

Pemanfaatan Haq al-Murur di Ulee Kareng Banda Aceh Menurut Perspektif Hukum Islam,

(skripsi tidak dipublikasikan), (UIN Ar-Raniry, 2013).

Page 28: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

13

mengatasi pelanggaran dengan membina penyelenggara reklame, meningkatkan

pengawasan, dan mengadakan tempat reklame. Disarankan kepada Kantor

Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Banda Aceh harus menunjuk

pegawai untuk melakukan pengawasan agar tidak terjadi pelanggaran,

menyediakan tempat untuk pemasangan reklame dan disarankan kepada

penyelenggara reklame untuk mematuhi aturan apabila melanggar dikenakan

sanksi berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 7 Tahun 2012.28

Perbedaan

penelitian yang saya lakukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rayyan

Azmi terletak pada objek penelitian, pada penelitian ini mengkaji tentang

feasibilitas penempatan billboard pada wilayah perlintasan kota Banda Aceh

menurut perspektif haq al-murur sedangkan penelitian yang saya lakukan yaitu

tentang penggunaan sempadan jalan di wilayah gunung Gerutee dalam

perspektif haq al-Murur oleh masyarakat sebagai tempat parkir yang

mengakibatkan terganggu kenyamanan dan keselamatan arus lalu lintas di

kawasan tersebut.

Karya tersebut berbeda dengan judul yang akan penulis teliti, variabel

yang akan penulis teliti yaitu pengaruh penggunaan sempadan jalan terhadap

lalu lintas di kawasan Gunung Gerutee, upaya yang dilakukan oleh Dinas

Perhubungan wilayah setempat terhadap penyempitan ruang jalan yang

disebabkan penggunaan sempadan jalan oleh pedagang di kawasan tersebut serta

konsep haq al-murur pada penggunaan sempadan jalan oleh masyarakat di

kawasan tersebut.

F. Metode Penelitian

Sebuah penelitian pada umumnya memerlukan suatu metodologi

penelitian agar fokus terhadap objek penelitian tidak melenceng, serta langkah-

28

Rayyan Azmi, Feasibilitas Penempatan Billboard pada Wilayah Perlintasan Kota

Banda Aceh Menurut Perspektif Haq Al-Murur, (skripsi tidak dipublikasikan), (UIN Ar-Raniry,

2018).

Page 29: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

14

langkah penelitian terstruktur untuk mencapai keabsahan data yang diperoleh.

Untuk terlaksananya suatu penelitian, tahapan ataupun langkah-langkah dalam

metode penelitian yaitu sebagai berikut.

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

deskriptif analisis, yaitu suatu penelitian yang menunjukkan pada diri

pemecahan yang actual dengan menyusun, menganalisis, dan

menginterpretasikan seluruh data yang berhubungan dengan

penelitian.29

Dengan jenis penelitian ini, peneliti mencoba mendeskripsikan

mengenai kebijakan pemerintah terhadap penggunaan sempadan jalan di

kawasan unung Gerutee apabila ditinjau dari konsep Haq Al-Murur.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu prosedur yang sistematik

dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Untuk mempermudah

dalam mengumpulkan data penulis menggunakan metode penelitian

lapangan (Field Research) dan penelitian kepustakaan (Library Research).

a. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan merupakan suatu penyelidikan yang

dilakukan dalam kehidupan atau obyek yang sebenarnya bertujuan

untuk mendukung penulis agar dapat memperoleh dan mengumpulkan

data yang berhubungan dengan mengunjung tempat penelitian. Penulis

mencari data lapangan pada penjual di kawasan Gunung Gerutee dan

pemerintahan Kab. Aceh Jaya.

b. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini diperoleh

dengan menggunakan teknik penulisan kepustakaan, yaitu sejenis

29

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004),

hlm. 75.

Page 30: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

15

penulisan yang menggunakan buku-buku bacaan sebagai dasar atau

landasan untuk mengambil data yang ada kaitannya dengan penulisan

proposal ini, yaitu buku-buku yang berkaitan dengan muamalah, haq al-

murur dan bacaan bacaan lain sebagai landasan untuk mengambil data.

Penulis juga menggunakan literatur-literatur pendukung lainnya, seperti

bacaan dari media internet dan artikel-artikel yang berkaitan dengan

penulisan proposal ini, yaitu dengan menjabarkan pembahasan yang ada

dan menjelaskan secara rinci.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematis dan

standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Data yang dikumpulkan

harus cukup valid untuk digunakan. Dalam hal yang berkaitan dengan judul

ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu:

a. Wawancara

Dalam penelitian ini, penulis mendapatkan data menggunakan

teknik wawancara yaitu, salah satu teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan berhadapan secara lansung dengan mengungkapkan

pertanyaan-pertanyaan kepada pihak pemberi informasi yang berperan

penting dalam bidang yang diteliti. Wawancara yang dipakai adalah

guidance interview yaitu proses tanya jawab lisan yang diarahkan pada

permasalahan yang sudah terstruktur. Artinya peneliti sudah terlebih

dahulu sudah mempersiapkan pedoman tertulis tentang permasalahan

yang akan diajukan kepada pihak pemberi informasi.30

Penulis mewawancarai beberapa responden yaitu pengguna jalan,

penjual yang berdagang di kawasan Gunung Gerutee, pihak

pemerintahan Kab. Aceh Jaya, Dinas Perhubungan Aceh serta Dinas

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Aceh. Responden dipilih

30

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, (Jakarta: Kencana,

2013), hlm 140.

Page 31: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

16

menggunakan teknik judgement sampling/purposive sampling. Yaitu

salah satu teknik non-probabilitas yang pemilihan sampel berdasarkan

alasan tertentu yang ditetapkan oleh peneliti.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan

mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden.

Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa data-data

tertulis dari pemerintahan Kab. Aceh Jaya serta dibutuhkan informasi

dari Dinas Perhubungan Aceh serta Dinas Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat Aceh.

c. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap

keadaan atau perilaku objek sasaran.31

Pada penelitian ini penulis

melakukan observasi tentang penyelewengan penggunaan sempadan

jalan di wilayah Gunung Gerutee dari fungsi dasar sebagai fasilitas lalu

lintas menjadi tempat parkir dan berjualan.

4. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan

teknik wawancara adalah kertas, pulpen, recorder (alat perekam) untuk

mencatat serta merekam keterangan-keterangan yang disampaikan nara

sumber.

Sedangkan instrumen yang digunakan dengan menggunakan

metode dokumentasi yaitu kamera.

5. Langkah-langkah Analisis Data

Setelah penulis mendapatkan data yang diperlukan, yaitu semua data

yang diperoleh dari lapangan baik hasil wawancara dan dokumentasi

31

Abdurrahman Fathoni, Metedologi Penelitian dan Teknik Peenyusunan Skripsi,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 104.

Page 32: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

17

maupun bentuk kajian kepustakaan akan penulis klasifikasikan dengan

mengelompokkan dan memilahnya berdasarkan tujuan masing-masing

pertanyaan agar memberikan uraian terperinci yang akan memperlihatkan

berbagai hasil temuan.

Kemudian data yang diklasifikasikan tersebut dianalisis dengan

metode deskriptif, sehingga mudah dipahami serta memperoleh validitas

yang objektif dari hasil penelitian. setelah semua data dianalisis secara

deskriptif, selanjutnya tahap akhir pengolahan data adalah penarikan

kesimpulan. Setelah semua data tersaji permasalahan yang menjadi objek

penelitian dapat dipahami dan kemudian ditarik kesimpulan yang

merupakan hasil dari penelitian ini.

Dalam penulisan proposal ini, penulis berpedoman pada buku

pedoman penulisan karya ilmiah mahasiswa yang diterbitkan oleh Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh Tahun 2019.

G. Sistematika Pembahasan

Pada penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan sistematika

pembahasan guna memudahkan penelitian. Dengan demikian penulis membagi

ke dalam empat bab dengan sistematika sebagai berikut:

Bab satu merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, penjelasan istilah, kajian pustaka,

metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab dua membahas tentang konsep haq al-murur, pengertian haq al-

murur dan landasan hukumnya, hukum pemanfaatan haq al-murur dalam

perspektif hukum Islam, pendapat fuqaha tentang bentuk-bentuk implementasi

haq al-murur, pendapat ulama tentang konsekuensi pemanfaatan haq al-murur

dalam perspektif hukum Islam, pelanggaran dalam penyimpangan penggunaan

haq al-murur.

Page 33: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

18

Bab tiga merupakan pembahasan yang meliputi hasil penelitian yang

dilakukan oleh penulis, yaitu pengaruh penggunaan sempadan jalan terhadap

lalu lintas di kawasan Gunung Gerutee, upaya yang dilakukan oleh Dinas

Perhubungan wilayah setempat terhadap penyempitan ruang jalan yang

disebabkan penggunaan sempadan jalan oleh pedagang di kawasan tersebut serta

konsep haq al-murur pada penggunaan sempadan jalan oleh masyarakat di

kawasan tersebut.

Bab empat merupakan penutup dari keseluruhan penelitian yang berisi

kesimpulan dari pembahasan yang telah dipaparkan, serta saran-saran yang

berkenaan dengan penelitian ini yang dianggap perlu oleh penulis untuk

menyempurnakan penelitian ini.

Page 34: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

19

BAB DUA

TEORI HAQ AL-MURUR DALAM ISLAM DAN KEBIJAKAN

PEMERINTAH

A. Konsep Haq Al-Murur dalam Islam

1. Pengertian Haq Al-Murur dan Landasan Hukumnya

Haq al-murur merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab al-haq, dan

al-murur. Kata haq juga telah diadopsi dalam bahasa Indonesia menjadi

kata hak. Adapun الحق berasal dari kata حق , terdiri dari 2 huruf yakni ha

dan qaf. Maknanya berkisar pada kemantapan sesuatu dan kebenarannya.

Lawan dari yang batil/lenyap adalah haq. Sesuatu yang “mantap dan tidak

berubah”, juga dinamai haq, demikian juga yang “mesti dilaksanakan” atau

“yang wajib”.

Secara etimologi kata haq berasal dari kata حق -يحق -حق yang bermakna

nyata, pasti, tetap, menetapkan, dan memastikan.1

Sedangkan menurut kamus hukum, hak adalah:

a. Sesuatu yang benar

b. Kepunyaan, milik;

c. Kewenangan;

d. Kekuasaan untuk melakukan sesuatu karena telah ditentukan oleh

Undang-Undang atau peraturan lain;

e. Kekuasaan yang benar untuk menuntut sesuatu atau kekuasaan yang

benar atas sesuatu.2

Kata al-haq menurut istilah, Wahbah Az-Zuhaili memberi pengertian

yaitu hubungan khusus dengan orang tertentu, seperti hak penjual untuk

1 A.W. Munawwir, Kamus al Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya:

Pustaka progresif, 1997), hlm. 282. 2 Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 154.

Page 35: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

20

menerima harga barang, yang khusus dimiliki olehnya (penjual), atau hak

pembeli untuk menerima barang yang telah dibelinya, yang khusus dimiliki

olehnya dan tidak dimiliki oleh orang lain.3

Kata murur berasal dari bahasa Arab yang berarti melewati atau lalu

lalang.4 Haq al-murur adalah hak pemilik tanah yang terletak dibagian

dalam untuk sampai ke tanahnya melalui sebuah jalan yang dilalui, baik

jalan itu jalan umum maupun jalan khusus milik orang lain (lorong). Untuk

jalan umum, setiap orang memiliki hak untuk mengunakan dan melewati

jalan tersebut untuk kebutuhannya. Sedangkan untuk jalan khusus, hanya

pemiliknya saja yang berhak lewat di atas jalan tersebut dan juga orang lain

yang memiliki kepentingan dengan si pemiliknya serta orang lain yang telah

diberi izin oleh si pemilik jalan. Untuk jalan khusus ini, si pemilik bebas

bertasharruf terhadap jalan yang dimilikinya. Meskipun demikian, menurut

sebagian ulama, pemilik jalan tidak boleh menutup jalan itu untuk

masyarakat yang membutuhkannya.5

Haq al-murur menurut istilah adalah “hak bagi pemilik tanah yang

lebih jauh untuk melewati tanah yang lebih dekat.”6 Sedangkan menurut

Wahbah Zuhaili, haq al-murur adalah “hak pemilik benda tetap yang

terletak di bagian dalam untuk sampai ke benda tetapnya melalui jalan yang

dilewatinya baik itu jalan umum yang tidak dimiliki oleh seseorang,

maupun jalan khusus yang dimiliki oleh orang lain.7 Sedangkan menurut

Muhammad Yusuf Musa Haq al-murur adalah “suatu hak untuk sampainya

seseorang kepada hak miliknya, baik rumah maupun tanah, dengan jalan

3 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 9.

4 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wa Dzuriyyah,

2010), hlm. 415. 5 Ahmad wardi Muslich, Fiqh Muamalah,…hlm. 10.

6 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2008), hlm. 41. 7 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 88.

Page 36: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

21

yang melewati hak milik orang lain, baik jalan tersebut milik orang lain

tersebut atau milik berdua bersama-sama, maupun jalan umum.”8

Dua pengertian yang dipaparkan oleh kedua ulama tersebut hampir

sama, mereka memberikan pengertian khusus dari haq al-murur dimana

pada prinsipnya, pemilik tanah yang di depan tidak boleh menimbulkan

kesulitan bagi pemilik tanah yang ada dibelakangnya, untuk melewati tanah

atau pekarangan si pemilik tanah depan seperti membuat pagar atau dinding

yang tidak dilengkapi dengan pintu jalan.

Berdasarkan pemaparan pengertian oleh kedua ulama tersebut tentang

haq al-murur penulis dapat membuat pengertian secara umum bahwa haq

al-murur adalah menggunakan jalan, baik itu jalan umum yaitu jalan raya

maupun jalan milik pribadi.

Jalan umum yang dimaksud disini adalah jalan yang biasa dilalui oleh

masyarakat yang disebut jalan raya dan jalan itu berada di atas jalan milik

negara. Semua orang bebas mempergunakan asalkan tidak mengganggu

pengguna jalan lain dan merugikan negara. Sedangkan jalan khusus yang

penulis maksud dalam tulisan ini adalah jalan yang berada di atas tanah

milik seseorang (pribadi) atau sekelompok orang, dimana pemilik tanah

tersebut harus memberikan izin kepada pengguna jalan untuk melewati

jalan tersebut apabila tidak ada akses jalan lain yang dapat dilalui.

Di dalam Burgerlijk Wetboek, ada pasal yang berupa dengan haq al-

murur yang tercantum dalam Pasal 674 sampai 710 Kitab Undang-undang

Hukum Perdata dalam bab pengabdian pekarangan atau disebut dengan hak

servituut, yang menurut Prof. Subekti adalah:

“Suatu beban yang diletakkan di atas suatu pekarangan untuk

keperluan pekarangan lain yang berbatasan. Misalnya pemilik dari

8 Ibid.

Page 37: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

22

pekarangan A harus mengizinkan orang-orang yang tinggal di

pekarangan B setiap waktu melalui pekarangan A atau air yang

dibuang pekarangan B harus dialirkan melalui pekarangan A.”

Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan, terlihat persamaan

antara haq al-murur dan hak suvituut, dimana seseorang pemilik tanah

harus mengizinkan tanahnya untuk dilewati orang-orang yang ingin

melewati tanahnya. Hak survituut melekat pada kebendaan, tidak terikat

dengan subjek (pemilik tanah), jadi apabila pemilik tanah berpindah ke

orang lain, maka hak survituut tetap berlaku bagi pengguna jalan tersebut.

Seperti terdapat di literarur yang ditulis oleh V.F.A Vollmar bahwa “tanda

ciri khas dari pengabdian pekarangan itu ialah bahwa pengabdian tersebut

tidak terikat kepada orang-orang tertentu, tetapi kepada sebidang

pekarangan tertentu yang pemilik langsungnya sebagai demikian melakukan

hak pengabdian pekarangan tersebut.”9 Berbeda dengan haq al-murur, hak

tersebut melekat pada pengguna jalan, yang tertera pada pengertian yang

dipaparkan oleh Wahbah Zuhaili yang telah penulis utarakan sebelumnya.

Mengenai landasan hukum haq al-murur (haq guna jalan) telah di atur

dalam Al-Qur’an dalam surah Thaha ayat 53. Allah berfirman:

دا و الذى رأض مهأ نابه سبل و لكمأ في أها سلك جعل لكم الأ رجأ أن أزل من السمآء مآء فأخأ (۳٥ :طه)من ن بات شت ازأوجا

Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah

menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit

air hujan. Maka kami tumbuhkan dengan hujan itu berjenis-jenis dari

tumbuhan yang bermacam-macam. (QS. Thaha : 53)

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menjadikan bumi ini ibarat

sebuah lahan yang salah satu di alamnya terdapat jalan. Jalan tersebut itulah

9 V.F.A Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, (Yogyakarta: Gadjah Mada, 1961),

hlm. 255.

Page 38: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

23

yang diserukan oleh Allah untuk digunakan sebagaimana fungsi yang

sesungguhnya dalam mendukung aktifitas sehari-hari, seperti kegiatan

ekonomi, aktifitas dalam dunia pendidikan dan aktifitas lain.

Seiring manusia melakukan aktifitas perjalanan, juga dijelaskan dalam

Al-Qur’an Surah Nuh ayat 19-20 yaitu:

رأض لله جعل وا ل ( ٩١)بساطا لكمأ الأ (۰۲) كوأا من أها سبل فجاجالتسأDan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan. Supaya kamu

dapat melewati jalan-jalan yang luas. (QS. An-Nuh : 19-20)

Tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa, Allah SWT telah menciptakan

bumi yang terhampar luas agar manusia dapat memperoleh kemudahan

memanfaatkannya serta kenyamanan yang dapat diraih darinya. Surah Nuh

ayat 19-20 membuktikan bahwa pentingnya memperhatikan ruas-ruas jalan

tersebut dalam mendukung aktifitas sehari-hari. Akan tetapi, seberapa

luaspun jalan tersebut terkadang akan menjadi sempit yang diakibatkan oleh

kurangnya ketersediaan lahan parkir sehingga para pengguna jalan

memarkirkan kendaraannya pada badan jalan sehingga lebar jalan menjadi

sempit.

Selain itu juga terdapat hadis yang menjadi landasan hukum terhadap

hak jalan yang diriwayatkan Abu Sa’id al-Khudri radhiyallah’anhu pernah

mengkhabarkan sebuah hadist Nabi berkaitan dengan hak-hak jalan.

Rasulullah SAW bersabda:

ري أن ر ي سعيد عنأ أب س وأ جل والأ اكمأ ي إ :ال م ق و سل ه يأ ى الله عل ه صل سول الل ال خدأى ه صل لل ل سوأ قال ر ي ها ف حدث ف ت ا ن سن ال ج ا منأ م ن ل د سول الله ما ب ا ر ا ي وأ ال ات ق ق ر بالط ال سول الله ق ر اي يق ر ما حق الط وا و ال ق ه ق حق يأ ر وا الط عأط أ مأ ف ت يأ ب م إنأ أ سل و ه يأ الله عل ر ب ال و م السل د ى ور ذ صر و كف ال ض الب غ عأر مأ

نأ وف و الن المي عن الم مت فق ) كر هأ

(هعلي

Page 39: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

24

Dari Abu Sa’id Al-Khudri Ra, Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah

kamu sekalian duduk-duduk di pinggir jalan” para sahabat berkata: “Ya

Rasulullah, kami tidak dapat meninggalkan majelis untuk bercakap-

cakap disana, “Rasulullah SAW bersabda: “Apabila kamu semua

merasa keberatan untuk meninggalkan majelis itu, maka kamu sekalian

harus memberikan hak jalan “mereka bertanya, “Apa hak jalan itu ya

Rasulullah? ”Rasulullah menjawab “Tundukkan pandangan, hilangkan

aral dan jangan menjadi aral, menjawab salam, menganjurkan kepada

kebaikan dan mencegah dari kemungkaran”. (Muttafaq ‘Alaihi, No.

2465) 10

Dari hadist di atas dapat dianalisis bahwa hadist tersebut secara umum

melarang para sahabat untuk duduk dipinggir jalan, karena jalan sebagai

tempat orang lewat dan berlalu lalang sebagai perlintasan transportasi yang

tidak sesuai untuk digunakan sebagai tempat duduk dan tempat parkir.

Perkataan “jika kalian tidak bisa melainkan harus duduk-duduk, maka

berilah hak jalan tersebut”. Larangan ini bersifat tanzih (menjauhi hal-hal

yang dibenci atau tidak baik), agar orang yang duduk tidak kewalahan

menunaikkan kewajibannya.11

Perkataan “(hak jalan) adalah ghazul basar (menundukkan pandangan),

kafful adza (tidak mengganggu atau menyakiti orang), menjawab salam,

memerintahkan kepada kebaikan dan melarang kemungkaran”. Seperti yang

penulis tulis dari kitab Fathun Baari, Ibnu Hajar rahimatullah berkata:

“Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam menyebutkan ghadhdhul

basyar (menundukkan pandangan) untuk mengisyaratkan keselamatan dari

fitnah karena lewatnya para wanita (yang bukan mahram) maupun yang

lainnya. Menyebutkan kafful adza (tidak mengganggu atau menyakiti

orang) untuk mengisyaratkan keselamatan dari perbuatan yang menghina,

mengunjing orang lain ataupun yang serupa. Menyebutkan perihal

“menjawab salam” untuk mengisyaratkan keharusan memuliakan atau

menghormati orang yang melewatinya. Menyebutkan perihal

“memerintahkan kepada kebaikan dan melarang kemungkaran” untuk

10

Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari Penjelasan Kitab Shahih Al-Bukhari Jilid 14,

Kitabul Mazhalim, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2005), hlm. 55. 11 Ibid., hlm. 57.

Page 40: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

25

mengisyaratkan keharusan mengamalkan apa yang disyari’atkan dan

meninggalkan apa yang tidak disyari’atkan.”

Keterkaitan hadist tersebut dengan pembahasan dalam skripsi ini

adalah salah satu hak jalan yang diperintahkan Rasulullah SAW adalah وكف

yaitu menghilangkan gangguan dari jalan. Jalan adalah fasilitas umum الاذى

yang setiap orang memiliki hak yang sama di dalamnya. Tidak boleh bagi

seorang muslim untuk menghalangi atau melarang seseorang untuk

melintasinya. Oleh karenanya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang

untuk duduk-duduk di pingir jalan, segala bentuk yang menghalangi

pandangan seseorang ketika melintas di jalan, sebab dapat mempersempit

jalan dan menghalangi orang lewat akibat keberadaan disitu. Di antara

bentuk memberi gangguan di jalan adalah membuang sampah di jalan,

menyirami jalanan dengan air comberan sehingga menyakiti hidung kaum

muslimin yang melintas dan membuat bangunan di atas jalan. Hal ini

berdasarkan hadist Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam:

ل بن معاذ الجهني عنأ أ ن بأ مع عبأد الله م ض الر وأ أرأ ان ب ى حصأن سن ا عل ن زلأ ال ن ق ه يأ ب عنأ سهأل ن ق الن ضي ك ف عبأد الم

ن ن اس إ ها الن ي أ قال معاذ ق ف ريأ وا الط ع ط ل وق از اس الم ل سوأ ا مع ر ا غزوأ

ه يأ عل ى الله صل ب عث الن ق ف ب يأ ر اس الط ق الن ضي كذا ف زأوة كذا و م غ وسل ه يأ عل ى الله صل الله (رواه احمد وابو داود) ه جهاد ل فل قاي أ ر ع ط ط أوأ ق ل ق منأز ادى منأ ضي ن ا ف ادي م من وسل

Dari Sahal ibn Mu'adz ibn Anas Al-Juhni dari bapaknya Mu'adz ibn

Anas Al-Juhni berkata; “Kami berhenti pada benteng sinan, di kota

Romawi bersama Abdullah bin Abdul Malik, lalu orang-orang

mempersempi rumah-rumah pengungsian yang ada, dan mereka hingga

mereka menutup jalan (demi perumahan). Lantaran itu, Mu'adz

berkata, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kami pernah

berperang bersama Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam pada perang

ini dan itu, lalu orang-orang mempersempit jalan-jalan yang ada, maka

Nabi Shallallahu' alaihiwasallam mengutus seorang juru seru untuk

menyerukan barangsiapa yang mempersempit rumah-rumah atau ia

Page 41: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

26

menutup jalan, maka dia tidak ada jihad baginya.”. (HR. Ahmad dan

Abu Daud, Shahih Abu Daud No. 2364 ) 12

Hadist ini menegaskan bahwa jalan tidak boleh dialihkan

pemanfaatannya, meski apapun alasan yang digunakan. Dalam hadist

tersebut digambarkan bahwa di wilayah Roma dulunya sebagian jalan

beralih fungsinya menjadi lahan untuk area pembangunan rumah. Kondisi

ini tentu saja sangat merugikan kepentingan umum untuk menggunakan

jalan sebagai zona transportasi.

Telah jelas disebutkan pada hadist di atas bahwa Rasulullah tidak

membolehkan mempersempit jalan bagi manusia dan menutup jalan yang

biasa dilalui oleh manusia seperti mendirikan bangunan diatasnya,

mengendarai sepeda motor dengan sewenang-wenang hingga dapat

membahayakan nyawa orang lain, dan sebagainya. Hal ini tidak

diperbolehkan karena dapat menimbulkan kemudharatan dan merugikan

orang lain. Selain itu, manusia dianjurkan untuk menghilangkan gangguan

dari jalan, seperti sabda Rasulullah SAW.

ي الذى عن م و ت وسل ى الله عليأه صل سوأل الله قال ر : ال ق ضي الله عنأه ر ة ر يأ ب هر عنأ أ (رواه البخاري ومسلم) ة دق يق ص ر الط

Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi SAW “Menghilangkan gangguan dari

jalan adalah sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

13

Hadist diatas juga menegaskan bahwa jalan harus lancar bebas dari

masalah yang menyebabkan tersendatnya arus lalu lintas dan transportasi

yang digunakan masyarakat. Apabila jaman sekarang, modal transportasi

begitu banyak sehingga menyebabkan arus lalu lintas bisa saja tersendat

12

Muhammad Nashiruddin Al Albani, Shahih Sunan Abu Daud; Buku 2, Kitab Al

Jihad, (terj. Abd. Mufid Ihsan, M. Soban Rohman), (Jakarta: Pustaka Azzam,2006), hlm. 149. 13

Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari ..., hlm. 59.

Page 42: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

27

bahkan macet bila ada sedikit aja masalah yang timbul di jalan. Di beberapa

negara sarana transportasi dewasa ini sedikit inovatif untuk memudahkan

arus masyarakat dalam mengakses daerah atau wilayah yang menjadi

tujuannya.

Berdasarkan penguraian adab perjalanan di atas, berikut ini akan di

jelaskan hukum-hukum mengenai jalan:

a. Jalan umum yang sengaja digunakan untuk kepentingan pribadi

maupun kelompok yang menyebabkan terjadinya keresahan atau

mengganggu pengguna jalan dan kepentingan umum lainnya maka

hukumnya adalah haram.

b. Tidak diperbolehkan mengadakan pada miliknya sesuatu yang

mempersempit jalan. Misalnya membangun atap di atas jalan yang

membuat para pengendara susah lewat atau membuat tempat duduk di

jalan.

c. Di jalan umum juga dilarang menanam, membuat bangunan, membuat

kios-kios, membuat galian, menaruh kayu, membuang sampah dan

menaruh sesuatu yang berbahaya bagi orang yang lewat.

d. Dan jika jalan umum digunakan dengan sengaja demi kepentingan

yang lebih luas, dan tidak bermaksud untuk meresahkan atau

menggangu kepentingan umum lainnya, seperti acara-acara

pemerintah, pembangunan jalan, atau karena melayat, maka hal ini

dianggap “dharurat” dan hukumnya adalah mubah.

2. Syarat dan Hukum Pemanfaatan Haq Al-Murur dalam Perspektif

Hukum Islam

Sebagian besar, jalan raya maupun jalan kecil yang ada di Indonesia

adalah milik negara, sehingga masyarakat bebas menggunakannya, asalkan

masyarakat yang menggunakannya tidak menimbulkan kerusakan bagi jalan

Page 43: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

28

tersebut. Apabila pemerintah hendak membuka (membuat) jalan dan di atas

jalan yang hendak dibuka adalah milik warga, maka pemerintah wajib

membeli tanah warga tersebut, dan warga wajib menjualnya untuk

pemerintah, karena hal ini untuk kepentingan masyarakat. Wahbah Az-

Zuhaili menjelaskan hukum mengenai pemanfaatan haq al-murur berbeda-

beda sesuai jenis jalan yang dilewatinya. Adapaun hukum pemanfaatan haq

al-murur sebagai berikut.

a. Jika jalan itu adalah jalan umum14

, maka setiap orang memiliki hak

pakai atau hak guna jalan tersebut, karena itu termasuk mubah, baik

untuk lewat, membuka jendela, membuat jalan cabang, membuat

balkon dan lain sebagainya.15

Setiap orang juga memiliki hak guna jalan untuk menghentikan

binatang kendaraan (parkir) atau mendirikan tempat-tempat dagang

(toko, kios dan lain sebagainya). Dalam hal ini hanya ada dua syarat

yang harus dipenuhi, yaitu:

1) Tidak mengganggu dan merugikan orang lain, karena prinsip

mengatakan “laa dharara wa laa dhiraara” (tidak boleh ada

kemudharatan dan tidak boleh menimbulkan kemudharatan).16

2) Mengantongi izin dari hakim. Apabila mengganggu dan merugikan

orang pengguna jalan lainnya, seperti menyebabkan arus lalu lintas

jalan tersebut terganggu misalnya, maka tidak boleh. Namun jika

tidak mengganggu dan merugikan, maka boleh dengan syarat

mengantongi izin dari hakim menurut Imam Abu Hanifah.

Sementara itu, menurut Muhammad Abu Yusuf tidak perlu

mengantongi izin dari hakim. Begitu juga, menurut ulama

Syafi’iyyah dan ulama Hanabilah, disini tidak perlu mengantongi

14

Jalan umum adalah jalan yang diperuntukan bagi lalu lintas umum. 15

Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqh Islamiyah Wa Adillatuhu Jilid 6 (terj. Abdul Hayyie Al-

Khattani), (Jakarta: Gema Insani, 2002), hlm. 557 16

Ibid., hlm. 558.

Page 44: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

29

izin dari hakim,17

sebagaimana sabda Rasulullah saw.

“Barangsiapa lebih dulu sampai kepada sesuatu yang sebelumnya

tidak ada seorang muslim yang lebih dulu sampai kepada sesuatu

itu, maka ia adalah orang yang paling berhak terhadap sesuatu

tesebut.”

Sementar itu, ulama Malikiyah18

mengatakan, barang siapa

membangun sesuatu bangunan di jalan kaum Muslimin atau

mengambil bagian dari badan jalan untuk ditambahkan ke tempat

miliknya, maka itu dilarang berdasarkan kesepakatan.

Sedangkan ulama Syafi’iyyah19

mengatakan, seseorang tidak boleh

melakukan suatu hal yang mengganggu para pengguna jalan

tersebut jika jalan tersebut adalah jalan tembus (jalan besar, jalan

umum). Karena jalan itu adalah hak seluruh kaum Muslimin. Maka

oleh karena itu, seseorang tidak boleh membangun sayap bangunan

yang menonjol ke jalan, juga tidak boleh membangun atap di

atasnya (atap yang menghubungkan dua tembok sementara jalan

tersebut berada di antara keduanya) yang mengganggu para

pengguna jalan lainnya.

Maksud dari pernyataan di atas adalah apabila jalan yang

dimanfaatkan adalah jalan umum, maka hukumnya mubah.

Apabila seseorang memanfaatkan jalan tersebut seperti membuat

jalan lewat, membuka jendela, membuat jalan cabang, bembu,

termasuk juga berjualan di pinggir jalan tersebut, dan memarkirkan

kendaraan di pinggir jalan itu.20

Asalkan pemanfaatan jalan tidak

bertentangan dengan syariat dan merugikan orang lain.

17

Ibid. 18

Ibid. 19

Ibid. 20

Nasroen Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), hlm. 21.

Page 45: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

30

b. Adapun jika jalan tersebut jalan khusus21

, maka hak guna jalan tersebut

terbatas pada pemiliknya, atau orang-orang yang bertempat tinggal di

sekitar jalan tersebut. Maka oleh karena itu, orang selain mereka tidak

boleh membuka pintu atau jendela yang menjorok ke jalan tersebut

kecuali atas izin mereka. Namun, semua orang boleh ikut menggunakan

jalan tersebut untuk lewat jika jalan umum terlalu ramai dan padat. Para

pemilik jalan tersebut tidak boleh melarang, membuntuinya atau

menghilangkan demi untuk menghormati hak masyarakat umum

terhadap jalan tersebut.

Begitu juga, salah seorang dari para pemilik hak guna jalan khusus

tersebut tidak boleh menggunakannya dalam bentuk yang tidak

sewajarnya kecuali dapat izin dari yang lainnya secara keseluruhan,

bahkan orang yang membeli rumah salah seorang dari mereka setelah

adanya izin tersebut, juga tetap harus meminta izin lagi terlebih dahulu

jika ia akan menggunakan haknya dalam bentuk yang tidak sewajarnya,

seperti ingin membuat kamar, atau membangun balkon, saluran air dan

lain sebagainya.22

Berbeda hukum pemanfaatan apabila jalan itu milik umum, maka

apabila jalan yang dilewati adalah milik pribadi atau milik sebagian

orang, maka hukum pemanfaatannya harus dengan izin pemilik jalan.

Selain dari pemilik jalan, orang lain tidak boleh memanfaatkan jalan

tersebut kecuali atas izin pemilik jalan. Namun, apabila jalan umum

(jalan milik pemerintah) padat dan ramai dalam artian yaitu susah

untuk dilalui, maka pemilik jalan wajib membuka jalan miliknya demi

menghormati hak masyarakat umum terhadap jalan tersebut.

21

Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan

atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri. 22

Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqh Islamiyah Wa Adillatuhu Jilid 6 …, hlm. 559.

Page 46: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

31

3. Pendapat Fuqaha tentang Bentuk-Bentuk Implementasi Haq Al-

Murur

Umat Islam harus memberikan rasa aman dan menjaga ketentraman

antar sesama umat manusia, terutama pada tempat-tempat fasilitas umum

seperti jalan raya, akhlak dan etika di dalam Islam menjunjung tinggi

persamaan hak dan lebih mengutamakan kemaslahatan yang lebih besar dari

pada kepentingan pribadi maupun kelompok, tidak saling zalim dan

menzalimi. Sehingga dari sinilah kemuliaan Islam yang selalu menjunjung

tinggi akan hak dan kemaslahatan tidak hanya dalam kehidupan sesama

manusia semata, melainkan lebih dari itu yaitu meliputi kemaslahatan

terhadap semesta alam.

Salah satu pembagian dari hak yang harus dijunjung demi

kemaslahatan sesama manusia yaitu hak al-irtifaaq. Hukum-hukum hak al-

irtifaaq yang bersifat umum adalah, bahwa hal al-irtifaaq apabila sudah

tertetapkan, maka akan terus ada dan berlaku selama keberadaannya tidak

berkonsekuensi munculnya suatu kemudharatan bagi pihak lain.

Haq al - murur merupakan bagian dari haqqul irtifaaq. Haqqul

irtifaaq adalah, sebuah hak yang ditetapkan atas suatu harta tidak bergerak

demi kemanfaatan dan kepentingan harta tidak bergerak lainnya yang

dimiliki orang lain. Ini adalah sebuah hak yang berlaku tetap selama kedua

harta tidak bergerak itu masih ada tanpa melihat siapa pemiliknya.23

Pendapat fuqaha tentang bentuk-bentuk implementasi haq al-murur

berkaitan dengan hak guna jalan umum/raya dan hak guna jalan khusus,

antara lain:

Jika jalan yang dilalui itu jalan raya maka semua orang boleh

melewati jalan itu, berjualan di pinggir jalan tersebut, memarkir

23

Ibid., hlm. 457.

Page 47: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

32

kendaraannya di pinggir jalan itu; dengan syarat tidak memberi mudharat

kepada orang lain dan mendapat izin dari pemerintah. Apabila tindakan

seseorang dalam memanfaatkan hak ini memberi mudharat kepada orang

lain, seperti jalan menjadi sempit, maka perbuatan orang itu harus

dilarang.24

Semua orang berhak untuk melewati jalan tersebut tanpa izin orang

lain, dengan ketentuan jangan sampai merugikan pihak-pihak lain. Seperti

membangun suatu bangunan di jalan umum atau mengambil bagian dari

badan jalan untuk ditambahkan ke tempat miliknya yang bisa menutupi

badan jalan. Bagi mereka yang rumahnya menghadap jalan umum

dibolehkan untuk membuat pintu/jendela yang menghadap ke arah jalan

tersebut. Akan tetapi, tidak dibolehkan membuat kios atau tempat berjualan

di pinggir jalan umum tersebut, apabila itu mengganggu orang-orang yang

lewat.25

Akan tetapi jika tidak membawa mudharat kepada orang lain,

menurut Imam Abu Hanifah, harus mendapat izin dari pemerintah dalam

pemanfaatan jalan raya itu, misalnya untuk memarkir kendaraan atau

berjualan di pinggir jalan itu.26

Apabila tidak izin dari pemerintah maka

setiap orang dapat mencegahnya dan membongkar kios dan bangunan yang

ada di jalan tersebut.27

Ulama Syafi’iyah, Hanabilah, Imam Abu Yusuf dan Imam

Muhammad Ibn al-Hasan asy-Syaibani menyatakan bahwa dalam kasus

seperti ini tidak diperlukan minta izin kepada pemerintah. Ulama Malikiyah

menyatakan bahwa jika pemanfaatan itu bersifat memiliki tidak boleh,

seperti berdagang di sisi jalan secara permanen. Berbeda dengan tempat

parkir kendaraan, karena kendaraan itu tidak selamanya menempati jalan

itu, maka tidak dinamakan memiliki. Oleh sebab itu, untuk parkir

24

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah …, hlm. 21. 25 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat …, hlm. 88. 26

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah …, hlm. 21. 27

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat …, hlm. 88.

Page 48: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

33

kendaraan, menurut Malikiyah, yang penting diperhatikan adalah tidak

membawa mudharat kepada orang lain, tidak menyempitkan jalan, dan tidak

merusak jalan raya itu. 28

Apabila Memarkir kendaraan yang mengakibatkan terhambatnya

perjalan orang lain termasuk perbuatan mengambil hak jalan. Pandangan

Islam tentang parkir sembarangan di tempat umum itu adalah mengambil

hak orang lain, hal itu adalah suatu kezhaliman. Karena jalan umum di

peruntukkan untuk arus lalu lintas tidak boleh merusak atau mengalihkan

fungsinya, apakah itu untuk berdagang atau untuk hal lain. Dalam Islam,

jika tidak ada lahan untuk parkir, maka pemerintah harus bertindak dalam

membangun fasilitas umum tersebut.

Selain itu, apabila dapat mengakibatkan kemudharatan seperti

menaikinya dengan laju yang sangat kencang di atas batas kecepatan yang

normal atau melawan arus, maka itu tidak boleh. Hal ini berdasarkan hadist,

“Tidak ada kemudharatan dan tidak boleh menimbulkan kemudharatan.”

Juga karena menggunakan jalan umum harus terikat dan patuh kepada

peraturan-peraturan keselamatan berkendara.29

Juga karena berdasarkan

prinsip, “Adh-Dharar Laa yakuunu qadiiman,” (sesuatu yang menimbulkan

kemudharatan tidak boleh dibiarkan hanya karena alasan sesuatu itu sudah

ada atau berlaku terlebih dahulu).30

Sedangkan jalan khusus, yakni jalan yang dimiliki oleh kelompok

tertentu maka pemanfaatan jalan tersebut hanya kepentingan kelompok

tersebut, sedangkan orang lain tidak diperbolehkan memanfaatkannya

kecuali atas izin mereka. Meskipun demikian, dalam kondisi jalan umum

yang penuh dan berdesak-desakan, orang-orang berhak untuk lewat melalui

28

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah …, hlm. 21. 29

Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqh Islamiyah Wa Adillatuhu Jilid 6 ..., hlm. 460. 30

Ibid, hlm. 461.

Page 49: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

34

jalan khusus tersebut, sehingga pemilik jalan khusus tidak dibolehkan

menutup jalan tersebut.31

Selain itu, dalam pemanfaatan jalan Rasulullah juga melarang

menyelenggarakan acara di bahu jalan atau badan jalan. Larangan

Rasulullah agar tidak duduk-duduk di pinggir jalan barang kali karena

kekhawatiran beliau akan terjadinya gangguan fungsi jalan sebagai sarana

bagi para pemakai jalan dalam melakukan perpindahan dari suatu tempat ke

tempat yang lain. Beliau memberikan dispensasi hanya apabila hak-hak

jalan dapat dijaga. Menyelenggarakan acara seperti pesta pernikahan,

pertunjukan, atau lainnya yang mengganggu arus lalu lintas sebaiknya tidak

dilakukan, karena dapat menyebabkan kemacetan atau setidak-tidaknya

membuat perjalanan orang terganggu.

Penulis menyimpulkan bahwa, para fuqaha berpendapat bahwa tidak

boleh melakukan sesuatu yang dapat membahayakan orang lain dalam hal

pemanfaatan jalan baik jalan itu jalan umum maupun jalan itu jalan khusus.

Jika pemanfaatan itu bersifat memiliki maka tidak boleh, seperti berdagang

di sisi jalan secara permanen. Berbeda dengan tempat parkir kendaraan,

karena kendaraan itu tidak selamanya menempati jalan itu, maka tidak

dinamakan memiliki. Akan tetapi menghilangkan kemudharatan lebih

utama karena tidak diperbolehkan mangadakan gangguaan di jalan-jalan

kaum muslimin, di pasar-pasar kaum muslimin, ataupun di tempat-tempat

kaum muslimin yang lain. Baik gangguan itu berupa kayu atau batu yang

mengganggu perjalanan, atau lobang galian yang bisa membahayakan, atau

bentuk gangguan lainnya. Karena semua itu bisa menimbulkan mudharat

kepada kaum muslimin.

4. Pelanggaran pada Penyimpangan Penggunaan Haq Al-Murur

31

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat …, hlm, hlm. 89.

Page 50: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

35

Penyimpangan-penyimpangan pemanfaatan jaringan jalan dipicu oleh

tidak terkendalinya tata guna lahan dan pemanfaatan jalan untuk kegiatan-

kegiatan yang bukan untuk pergerakan manusia ataupun barang

memberikan dampak negatif yang berdampak pada kehidupan masyarakat

terutama masyarakat pengguna jalan. Fungsi jalan sebagai sarana

perpindahan kendaraan, orang, barang sebagaimana yang diamanatkan

Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan telah

dikesampingkan dan cenderung untuk diabaikan.

Keadaan ini tentu saja tidak bisa dibiarkan begitu saja, hal ini mengingat

jalan merupakan salah satu sarana masyarakat luas dalam melaksanakan

kegiatan sehari-hari, berbagai peraturan dan perundang-undangan telah

banyak dikeluarkan dengan tujuan menciptakan keamanan dan ketertiban

para pengguna jalan dalam berlalulintas. Salah satu bentuk penyimpangan

penggunaan jalan adalah penutupan ruas-ruas jalan untuk kepentingan

pribadi seperti pelaksanaan pesta yang menggunakan ruas jalan dan sebagai

saran parkir sembarangan yang mengakibatkan tersendatnya arus lalu lintas.

Pelanggaran dalam penggunaan hak (ta’assuf fi isti’malil) juga

ditegaskan dalam ajaran Islam sebagai perbuatan terlarang dan tercela. Hal

yang menunjukkan larangan terhadap ta’assuf fi isti’malil menurut ulama

fiqh antara lain didasarkan pada dua pertimbangan prinsip, yaitu:

a. Prinsip tauhid mengajarkan bahwasanya Allah SWT adalah pemilik

hak yang sesungguhnya, sedangkan hak yang dimiliki manusia

merupakan amanat Allah yang harus dipergunakan sebagaimana yang

dikehendak-Nya. Oleh karena itu, penggunaan hak sama sekali tidak

boleh melanggar hak atau kepentingan masyarakat umum.32

Prinsip ini

menjelaskan bahwa Allah lah yang memiliki hak, manusia hanya diberi

32

Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005),

hlm.75.

Page 51: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

36

hak apabila dikehendaki oleh Allah. Apabila hak yang digunakan

manusia tidak sesuai dengan kehendak Allah, seperti dengan

menggunakan hak itu dapat merugikan orang lain, maka hak yang

digunakan manusia tidak diperbolehkan.

b. Prinsip kebebasan dalam Islam tidaklah bersifat mutlak, melainkan

kebebasan yang bertanggung jawab. Artinya, kebebasan

mempergunakan hak disertai sikap tanggung jawab atas terpeliharanya

hak dan kepentingan orang lain. Pelaksanaan kebebasan secara mutlak

menimbulkan akibat kebebasan melanggar hak dan kepentingan orang

lain. Prinsip ini menjelaskan bahwa manusia bebas menggunakan

haknya, namun hak yang dipergunakannya harus diiringi dengan

tanggung jawab. Apabila dalam penggunaan hak tidak disertai

tanggung jawab, maka hal ini tidak diperbolehkan menurut prinsip ini.

Perbuatan yang tergelong ta’assuf fi isti’malil haqq menurut ulama

fiqh yang penulis ambil dari kitab Wahbah Az-Zuhaili antara lain:

a. Apabila seseorang dalam mempergunakan haknya mengakibakan

pelanggaran terhadap hak orang lain atau menimbulkan kerugian

terhadap kepentingan orang lain. Sebagai contoh suami yang musafir

meninggalkan istri dan keluarganya dalam jangka waktu yang lama

sehingga memudharatkan keluarganya, wasiat yang memudharatkan

keluarganya dan piutang, orang yang sedang sakit mati yang mentalak

isterinya agar tidak mewarisinya, dan pengakuan utang oleh orang yang

sedang sakit mati untuk mencegah ahli waris untuk mendapatkan

hartanya.33

b. Apabila seseorang melakukan perbuatan yang tidak disyariatkan dan

tidak sesuai dengan tujuan kemashlahatan yang ingin dicapai dalam

33

Fauzi, Teori Hak, Harta & Istislah Serta Aplikasinya dalam Fiqh Kontemporer,

(Jakarta ,Kencana Prenada, 2017) hlm. 52.

Page 52: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

37

penggunaan haknya tersebut. Sebagai contoh, melakukan transaksi jual

beli sebagai sarana untuk riba atau bunga seperti jual beli ‘inah34

, dan

istri non muslimah lalu masuk Islam dengan tujuan mendapatkan

warisan suaminya atau menghibah harta sebelum haul dengan tujuan

agar zakat menjadi gugur.35

c. Apabila seseorang menggunakan haknya untuk kemashlahatan

pribadinya tetapi mengakibatkan kemudharatan yang besar terhadap

pihak lain atau kemashlahatan yang ditimbulkannya sebanding dengan

mudharat yang ditimbulkannya, baik terhadap kepentingan pribadi,

orang lain atau terhadap kepentingan masyarakat umum. Sebagai

contoh, ihtikar (penimbunan barang)36

, talaqqi al-rukban37

, menjual

anggur kepada peminum khamar, mejual senjata kepada perampok

ketika terjadi fitnah, dan lain sebagainya yang dapat menimbulkan

kemudharatan bagi orang lain.38

d. Apabila seseorang mempergunakan haknya tidak sesuai tempatnya ata

bertentangan dengan adat kebiasaan yang berlaku serta menimbulkan

mudharat terhadap pihak lain. Seperti membesarkan suara radio yang

mengganggu tetangganya, menyewa rumah lalu membiarkan air

tergenang di dalamnya, menyewa mobil lalu membawa barang

melebihi muatannya, atau binatang lalu memukulnya dengan keras atau

membawa barang di laur kemampuannya.39

e. Apabila seseorang menggunakan haknya tanpa hati-hati, lalu

mengganggu orang lain, maka dianggap pelanggaran dan bertanggung

34

Jual beli sesuatu dengan pembayaran kemudian, lalu dijual kepada pembeli yang

sama secara tunai dengan harga yang lebih sedikit dari ‘aqd pertama dengan tujuan ribawi. 35

Fauzi, Teori Hak, Harta & Istislah Serta Aplikasinya …, hlm. 53. 36

Membeli kebutuhan pokok lalu menyimpannya untuk menjual pada saat harga

meninggi smentara manusia membutuhkannya. 37

Pedagang yang mencegat sekelompok orang yang membawa barang dagangan dari

kampung ke kota agar menjual barang-barang mereka dan membelinya di bawah harga pasar,

lalu ia mejualnya ke kota dengan harga yang melambung. 38

Fauzi, Teori Hak, Harta & Istislah Serta Aplikasinya …, hlm. 54. 39

Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqh Islamiyah Wa Adillatuhu Jilid 6 ..., hlm. 56.

Page 53: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

38

jawab atas kekeliruannya itu. Kekeliruan itu bisa bersifat sengaja

seperti pemburu dengan objek bayangan dari jarak jauh. Ia menduga

bahwa bayangan itu pantulan dari binatang buruan, lalu ia

menembaknya, ternyata manusia atau kekeliruan yang tidak disengaja,

seperti pemburu yang melempar bintang buruan, lalu tergelincir dan

menimpa manusia, atau buruan lari dan menabrak manusia yang

menyebabkan kematian.40

B. Kebijakan Pemerintah Mengenai Penggunaan Sempadan Jalan

1. Ruang Lingkup Kebijakan Pemerintah

Kebijakan pemerintah pada prinsipnya dibuat atau atas dasar kebijakan

yang bersifat luas. Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang

menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,

kepemimpinan, dan cara bertindak. Sedangkan kebijakan pemerintah

mempunyai pengertian baku yaitu suatu keputusan yang dibuat secara

sistematik oleh pemerintah dengan maksud dan tujuan tertentu yang

menyangkut kepentingan umum.

Sesuai dengan sistem administrasi Negara Republik Indonesia,

kebijakan dapat terbagi 2 (dua) yaitu:

a. Kebijakan internal (manajerial), yaitu kebijakan yang mempunyai

kekuataan mengikat aparatur dalam organisasi pemerintah sendiri.

b. Kebijakan eksternal (publik), yaitu suatu kebijakan yang mengikat

masyarakat umum, sehingga dengan kebijakan demikian kebijakan

harus tertulis.

Dalam penyelenggaraan tugas administrasi negara, pemerintah banyak

mengeluarkan kebijakan yang dituangkan dalam berbagai bentuk seperti

beleidslijnen (garis-garis kebijakan), hed beleid (kebijakan), voorschriften

(peraturan-peraturan), richtlijnen (pedoman-pedoman), regelingen

40

Ibid., hlm. 57.

Page 54: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

39

(petunjuk-petunjuk), circulaires (surat edaran), resoluties (resolusi-

resolusi), aanschrijvingen (intruksi-intruksi), beleidsnota (nota kebijakan),

reglemen (perauran-peraturan menteri), beschekking (keputusan-

keputusan).41

Salah satu kebijakan pemerintah yang dapat dilakukan yaitu di bidang

tata ruang. Tata ruang berarti susunan ruang yang teratur. Yang ditata

adalah tempat berbagai kegiatan serta sarana dan prasarananya. Penataan

ruang terdiri dari tiga kegiatan utama, yaitu perencanaan tata ruang,

perwujudan tata ruang dan pengendalian tata ruang.42

Perencanaan tata

ruang merupakan kegiatan merumuskan dan menetapkan manfaat ruang dan

kaitannya atau hubungan antara berbagai manfaat ruang, berdasarkan

kegiatan-kegiatan yang perlu dan dapat dilaksanakan untuk memenuhi

kebutuhan manusia di masa yang akan datang. Perwujudan tata ruang

merupakan kegiatan di lapangan untuk menetapkan bagian-bagian ruang

yang diperlukan untuk berbagai kegiatan sesuai dengan rencana tata ruang.

Pengendalian tata ruang adalah setiap kegiatan yang ditujukan untuk

menjaga agar kegiatan pemanfaatan ruang, dengan ada atau tanpa

bangunan, dilaksakan sesuai dengan rencana tata ruang. 43

Aktivitas pengendalian tata ruang ini dapat meliputi tahap perizinan

yang menyangkut masalah izin lokasi, advis planning, izin mendirikan

bangunan, dan izin penggunaan bangunan. Setelah itu barulah diadakan

pengawasan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang di lapangan. Terhadap

gejala penyimpangan dari rencana dikenakan teguran-teguran dan tindakan-

tindakan pembetulan yang diperlukan. 44

41

Juniarso ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara dan

Kebijakan Layanan Publik, (Bandung: Nuansa Cendikia, 2019), hlm. 155. 42

M. Daud Silalahi, Hukum Lingkungan; Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan

Indonesia, (Bandung: Alumni, 2001), hlm. 80. 43

Ibid., hlm. 81. 44

Ibid, hlm. 82.

Page 55: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

40

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang

Penatagunaan Tanah Pasal 14 dan Pasal 15 berbunyi:

Pasal 14: Dalam hal penggunaan dan pemanfaatan tanah, pemegang hak

atas tanah wajib mengikuti persyaratan yang diatur dalam ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 15: Penggunaan dan pemanfaatan tanah pada pulau-pulau kecil dan

bidang-bidang tanah yang berada di sempadan pantai, sempadan danau,

sempadan waduk, dan atau sempadan sungai, harus memperhatikan:

a. kepentingan umum; b. keterbatasan daya dukung, pembangunan yang

berkelanjutan, keterkaitan ekosistem, keanekaragaman hayati serta

kelestarian fungsi lingkungan.

Pengaturan mengenai pembinaan dan pengendalian penyelenggaraan

penatagunaan tanah diatur dalam Pasal 25-27 PP No. 16 Tahun 2004, yang

berbunyi:

Pasal 25: (1) Dalam rangka pembinaan dan pengendalian

penyelenggaraan penatagunaan tanah, Pemerintah melaksanakan

pemantauan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah. (2)

Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan

melalui pengelolaan sistem informasi geografi penatagunaan tanah.

Pasal 26: (1) Pembinaan atas penyelenggaraan penatagunaan tanah

dilakukan oleh Pemerintah. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, dan arahan.

Pasal 27: (1) Pengendalian penyelenggaraan penatagunaan tanah

meliputi pengawasan dan penertiban. (2) Pengawasan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan Pemerintah dengan cara supervisi

dan pelaporan. (3) Penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku.

2. Kebijakan Pemerintah Tentang Penggunaan Sempadan Jalan

Variabel yang penulis teliti dalam skripsi ini yaitu penggunaan sempadan

jalan di wilayah gunung Geurutee yang berfokus pada penggunaan sempadan

jalan untuk parkir oleh pengendara yang singgah maupun berwisata di

wilayah puncak gunung Geurutee. Oleh karena itu, penulis akan mengkaji

lebih mengenai peraturan pemerintah tentang jalan dan parkir yang diatur

dalam beberapa peraturan perundang-undangan yaitu diantaranya Undang-

Page 56: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

41

Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan serta diatur mengenai

penggunaan bahu jalan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005.

a. Peraturan Mengenai Parkir di Sempadan Jalan

Salah satu implementasi kebijakan pemerintah mengenai sempadan

jalan yaitu penetapan garis sempadan. Garis sempadan diciptakan untuk

berbagai alasan sesuai dengan jenisnya, namun pada umumnya untuk

melindungi penghuni bangunan itu sendiri. Dengan adanya garis

sempadan, masyarakat dapat mengetahui batas keamanan dapat

melakukan aktivitas di pinggir jalan demi menjaga keamanan pengguna

jalan yang lain.

Secara umum, aturan tentang perparkiran tertuang dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Parkir adalah keadaan kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk

beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya.45

Setiap orang yang

mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib mematuhi ketentuan

berhenti dan parkir. Sedangkan tempat parkir sebagaimana yang tertulis

dalam Qanun tentang Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan umum

adalah tempat yang berada di atas badan jalan dan/atau di tepi jalan

umum tertentu dan telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota sebagai tempat

parkir kendaraan bermotor.46

a. Penyelenggaraan fasilitas parkir yang benar

Pada dasarnya, penyelenggaraan parkir untuk umum (tempat untuk

memarkir kendaraan dengan dipungut biaya) harus mengikuti ketentuan

sebagai berikut:

45

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

Pasal 1 angka 15. 46

Qanun tentang Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan umum, Pasal 1, ayat 8.

Page 57: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

42

1) Hanya dapat diselenggarakan di luar ruang milik jalan sesuai

dengan izin yang diberikan;

2) Penyelenggaraan fasilitas parkir di luar ruang milik jalan dapat

dilakukan oleh perseorangan warga negara indonesia atau badan

hukum indonesia berupa usaha khusus perparkiran atau penunjang

usaha pokok.

Dalam penyelenggaraan parkir yang dilakukan menggunakan bahu

jalan, maka itu dinamakan fasilitas parkir di dalam ruang milik negara.

Fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan hanya dapat diselenggarakan

di tempat tertentu pada jalan kabupaten, jalan desa, atau jalan kota yang

harus dinyatakan dengan rambu lalu lintas, dan/atau marka jalan.47

Adapun parkir yang kendaraan yang dinyatakan sesuai dengan

ketentuan parkir yaitu setiap orang yang mengemudikan kendaraan

bermotor di jalan wajib memenuhi ketentuan berhenti dan parkir.48

Terkait parkir di bahu jalan, sebagaimana yang telah penulis jelaskan di

atas, maka pengemudi hanya dapat memarkirkan kendaraannya di bahu

jalan yang menandakan bahwa bahu jalan tersebut dapat dipergunakan

sebagai tempat parkir. Parkir kendaraan di jalan dilakukan secara sejajar

atau membentuk sudut menurut arah lalu lintas. 49

b. Larangan parkir di bahu jalan/ sempadan jalan beserta sanksinya

Badan jalan merupakan salah satu ruang manfaat jalan. Badan jalan

ini meliputi jalur lalu lintas, dengan atau tanpa jalur pemisah, dan bahu

jalan.

47

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

Pasal 43, ayat 3. 48

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

Pasal 106, ayat 4. 49

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

Pasal 120.

Page 58: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

43

Ada aturan-aturan yang harus dipatuhi bagi pengguna jalan,

diantaranya aturan mengenai parkir kendaraan. Hal tersebut diatur dalam

beberapa peraturan pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun

2005 Pasal 41 (2) menjelaskan bahwa “Penggunaan bahu jalan di atur

sebagai berikut:

a. Digunakan bagi arus lalu lintas pada keadaan darurat;

b. Diperuntukkan bagi kendaraan yang berhenti darurat;

c. Tidak digunakan untuk menarik/menderek/mendorong kendaraan;

d. Tidak digunakan untuk keperluan menaikkan atau menurunkan

penumpang dan/atau barang dan/ atau hewan.

Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu

lintas dan angkutan jalan, Pasal 1 Angka 15, parkir adalah keadaan

kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk beberapa saat yang

ditinggalkan pengemudinya. Masih dalam Undang-Undang yang sama,

tercantum pada bagian kedua Pasal 120 bahwa “parkir kendaraan dijalan

dilakukan secara sejajar atau membentuk sudut menurut arah lalu lintas”.

Untuk keselamatan dan kenyamanan seluruh pengguna jalan, parkir di

tengah jalan dan parkir di rambu “P” sebagai tanda dilarang parkir

adalah hal yang terlarang. Tidak hanya itu, ada 10 area terlarang untuk

parkir mobil yang wajib diketahui, yaitu:

1. Tikungan, bahu bukit atau sebuah jembatan.

2. Di tempat pejalan kaki atau trek sepeda.

3. Dekat lampu lalu lintas atau penyeberangan pejalan kaki.

4. Di jalan utama atau di jalan dengan lalu lintas yang melaju cepat.

5. Berhadapan atau dekat dengan kendaraan berhenti lainnya di

seberang jalan sehingga mempersempit ruang jalan.

6. Dalam 6 meter (20 kaki) dari suatu persimpangan, atau dalam 9

meter (30 kaki) dari suatu pemberhentian bus, kecuali jika keadaan

Page 59: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

44

rusak. Lalu jangan berhenti atau parkir 3 meter (10 kaki) di sisi lain

hidran pemadam api atau yang dapat mengganggu akses kendaraan

pemadam ke hindran.

7. Menghadap bagian depan mobil ke arah lalu lintas yang

berlawanan.

8. Sepanjang jalan yang licin.

9. Di jalan layang, terowongan, atau di sisi jalan yang menuju jalan

layang atau terowongan.

10. Di atas pinggiran rumput atau bahu jalan.

Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan

yang melanggar tata cara berhenti dan parkir dapat dipidana dengan

pidana kurungan paling lama 1(satu) bulan atau denda paling banyak Rp.

250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).50

Selain itu, jika pengemudi memarkir dalam keadaan darurat

seperti kendaraan dalam keadaan mogok, kecelakaan lalu lintas, dan

mengganti ban, setiap pengemudi kendaraan bermotor wajib memasang

segitiga pengaman, lampu isyarat peringatan berbahaya, atau isyarat lain

pada saat berhenti atau parkir.51

Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak

memasang segitiga pengaman, lampu isyarat peringatan bahaya, atau

isyarat lain pada saat berhenti atau parkir dalam keadaan darurat di jalan

itu, maka dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan

atau denda paling banyak Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).52

50

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

Pasal 287, ayat 3. 51

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

Pasal 121, ayat 1. 52

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

Pasal 298.

Page 60: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

45

BAB TIGA

ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP

PENGGUNAAN SEMPADAN JALAN DI WILAYAH

GUNUNG GERUTEE DALAM PERSPEKTIF

HAQ AL-MURUR

A. Gambaran umum Kawasan Wisata Gunung Gerutee Kabupaten Aceh

Jaya

1. Kondisi Geografis

Kabupaten Aceh Jaya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh,

Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya dibentuk pada tahun 2002 sebagai hasil

pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.

Secara geografis wilayah Kabupaten Aceh Jaya terletak pada lokasi

04022’-05016’ Lintang Utara dan 95010’-96003’ Bujur Timur. Wilayah

Kabupaten Aceh Jaya memiliki luas kurang lebih 387,272.36 Ha dengan

ibukota kabupaten terletak di Calang yang berjarak 156 km dari Kota Banda

Aceh (ibukota Provinsi). Wilayah Aceh Jaya merupakan bagian pantai barat

dan daratan Kepulauan Sumatera yang membentang dari Barat ke Timur

mulai dari kaki Gunung Gerutee (pertabatasan dengan Aceh Besar) sampai ke

sisi Cot Paleng (perbatasan dengan Aceh Barat). Secara administrasi

Kabupaten Aceh Jaya berbatasan dengan:

• Utara : Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie.

• Selatan : Kabupaten Aceh Barat dan Samudra Hindia.

• Timur : Kabupaten Aceh Barat.

• Barat : Samudera Hindia.

Secara geografis selain Kecamatan Jaya semua kecamatan di Wilayah

Kabupaten Aceh Jaya berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, jalur

panjang garis pantai lebih kurang 156 kilometer juga merupakan tempat

permukiman penduduk terpadat dibandingkan dengan daerah permukiman

Page 61: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

46

yang jauh dari pantai. Jaringan jalan provinsi yang menyusuri pinggir

pantai yang

menghubungkan Banda Aceh dengan kota-kota di bagian barat dan selatan

provinsi ini menjadi faktor yang sangat mendukung bagi penduduk untuk

membangun permukiman disepanjang pantai. Pusat-pusat perdagangan dan

berbagai aktifitas perekonomian lainnya pada umumnya berlokasi di kota-kota

Kecamatan yang berada disepanjang pantai wilayah ini.

Pasca peristiwa musibah gempa dan tsunami yang terjadi pada tanggal

26 Desember 2004 wilayah Kabupaten Aceh Jaya merupakan wilayah yang

mengalami kerusakan paling parah. Secara fisik kawasan daratan bergeser

sejauh 2-4 km dari garis pantai, hubungan transportasi keluar dan ke dalam

wilayah terputus, pemukiman penduduk di sekitar pantai hancur dan

kerusakan lingkungan yang cukup parah.

Kabupaten Aceh Jaya terbagi sebanyak 9 (sembilan) wilayah

administratif, yaitu Kecamatan Jaya, Indra Jaya, Sampoiniet, Darul Hikmah,

Setia Bakti, Panga, Krueng Sabee, Teunom dan Pasi Raya. Selain sembilan

kecamatan tersebut juga terdapat 21 (dua puluh satu) mukim dan 172 (seratus

tujuh puluh dua) gampong. Selain itujuga di KabupatenAceh Jaya mempunyai

pulau-pulau kecil dengan jumlah kurang lebih 34 (tiga puluh empat) Pulau.

2. Karakteristik Kawasan Wisata Gunung Gerutee

Gunung Gerutee merupakan salah satu Gunung yang berada di

teritorial wilayah Aceh, lebih tepatnya berada di gampong Babah Ie,

Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya. Kecamatan Jaya terkenal dengan

profil penduduknya yang khas, sebagian penduduk Kecamatan Jaya ini

memiliki ras Belanda dan Portugis dengan ciri berkuli putih, bermata biru dan

berambut pirang, yang merupakan hasil perkawinan dengan prajurit Portugis

pada abad ke-16 yang kapalnya terdampar di pantai Kerajaan Daya, dan

Page 62: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

47

ditawan oleh raja kawasan itu. Para prajurit Portugis yang tertawan ini lama-

kelamaan masuk Islam, kemudian menikah dengan penduduk setempat dan

beradaptasi dengan tradisi Aceh secara turun menurun. Keturunan tersebut

saat ini yang bertempat tinggal di Kecamatan Jaya (sekitar 75 km arah barat

daya Banda Aceh).1

Kabupaten Aceh Jaya menyimpan kekayaan alam yang berpotensial

dikomersilkan, salah satunya adalah puncak Gunung Gerutee yang sering

dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Puncak ini terletak di

perbatasan antara Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Aceh Besar, sekitar 1

jam 30 menit dari Kota Banda Aceh, ibukota Provinsi Aceh.

Puncak Gerutee ini merupakan kawasan pegunungan yang menjadi

lintasan jalan nasional menuju kawasan barat selatan Aceh. Gerutee juga

merupakan bagian dari hutan Ulu Masen yang kini dinobatkan sebagai salah

satu hutai penyuplai oksigen kepada dunia. Gunung ini mempunyai jurang

yang sangat dalam dan lansung berbatasan dengan bibir pantai Samudra

Hindia.

Secara data administratif bahwa puncak Gunung Gerutee Aceh Jaya

berada di perbatasan antara Kabupaten Aceh Besar dan Aceh Jaya. Kondisi

jalan begitu baik sehingga memudahkan para pengguna jalan dalam perjalanan.

Akan tetapi harus berhati-hati ketika musim hujan, karena kondisi jalan yang

tidak begitu besar dan rentan terjadinya longsor menyebabkan sering terjadi

rentuhan batu dari tebing Gunung Gerutee dan juga pepohonan.

Perlintasan di kawasan Gunung Gerutee pada dasarnya bukanlah

tempat titik kumpul sebagai destinasi, akan tetapi kenyataannya sekarang

perlintasan tersebut mempunyai dua tujuan. Pertama, ada yang menjadikan

wilayah Gunung Gerutee sebagai perlintasan dan kedua, ada yang menjadikan

1

Https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Aceh_Jaya, diakses pada tanggal 02

Desember 2019.

Page 63: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

48

sebagai tempat destinasi wisata. Dan yang menjadikan Gunung Gerutee

sebagai lintasan dapat dibedakan menjadi dua tujuan, pertama, sebagai

perlintasan murni yang hanya dilewati untuk sampai ke tujuan; dan kedua,

sebagai rest area yaitu menjadikan Gunung Gerutee sabagai tempat

beristirahat. Sebagai contoh, para pengguna jalan dari Aceh Barat, Nagan

Raya atau sebaliknya yang sebagian dari mereka menjadikan Gunung Gerutee

sebagai tempat beristirahat. Karena terdapat banyak warung-warung kecil

yang berjajar yang dibangun di pinggir jalan yang menyajikan makanan dan

minuman, sebagian besar makanan dan minuman tersebut terdiri dari mie

instan, kelapa muda dan jajanan lainnya.

Lokasi puncak Gunung Gerutee berhadapan lansung dengan Samudra

Hindia, sehingga pengunjung dapat menyaksikan hamparan laut Samudra

begitu luas, terdapat gugusan pulau kecil-kecil berwarna hijau alami dari

kejauhan serta terlihat pula pasir putih pantai yang mengelilingi pulau-pulau

eksotis.

B. Pengaruh Penggunaan Sempadan Jalan Terhadap Lalu Lintas di

Kawasan Gunung Gerutee

Perlintasan di kawasan Gunung Gerutee dari dulu hingga sekarang

merupakan kawasan yang padat, karena semua kendaraan yang melintasi

kawasan Gunung ini tidak dapat melaju kencang, karena kondisi jalan di

Gunung Gerutee sempit dan juga berkelok-kelok sehingga setiap orang yang

mengemudi kendaraan di perlintasan ini harus ektra hati-hati dan

mengemudikan kendaraannya sesuai dengan ketentuan marka jalan yang dibuat

pemerintah. Hingga saat ini perlintasan Gunung Gerutee tidak dapat di buat

lebih lebar dari perlintasan sebelumnya karena jalan di kawasan Gunung ini

hanya dapat dibuat 6 meter, karena disebelah sisi Gunung terdapat dinding batu

yang tekstur sangat lemah sehingga rawan longsor, sedangkan di sebelah

Page 64: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

49

sisinya satu lagi merupakan jurang yang curam yang langsung terhubung

dengan Samudra Hindia.

Untuk keselamatan para pengemudi pemerintah telah membuat rambu

dan marka jalan untuk menjadi pertanda baik bagi pengemudi yang sering lewat

di kawasan ini maupun pengemudi yang belum memiliki pengalaman

mengemudi di kawasan ini. Sehingga dengan adanya marka dan rambu lalu

lintas dapat membantu pengemudi melewati perlintasan di kawasan ini secara

aman. Secara teoritis marka jalan merupakan suatu tanda yang berada di

permukaan jalan atau di atas permukaan jalan yang meliputi peralatan atau

tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong, serta

lambang yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi

daerah kepentingan lalu lintas.2

Pemerintah secara konsisten mengawasi semua lokasi berbahaya yang

perlu dibuat sign board demi keselamatan pengemudi dan kendaraannya. Setiap

ruas jalan di Gunung Gerutee ini juga mepunyai sempadan jalan baik di sisi kiri

maupun di sisi kanan jalan. Namun sempadan tersebut hanya memiliki luas 1-2

meter apalagi di sisi jurang sangat sempit dan lansung pagar tebing. Secara

normatif sempadan jalan atau disebut juga dengan bahu jalan adalah bagian tepi

jalan yang dibatasi marka jalan dan dipergunakan sebagai tempat untuk

kendaraan yang mengalami kerusakan atau digunakan oleh kendaraan darurat

seperti ambulans, pemadam kebakaran atau polisi. Peraturan Pemerintah

Nomor 15 Tahun 2005 Pasal 41 (2) menjelaskan bahwa “Penggunaan bahu

jalan di atur sebagai berikut:

a. Digunakan bagi arus lalu lintas pada keadaan darurat;

b. Diperuntukkan bagi kendaraan yang berhenti darurat;

c. Tidak digunakan untuk menarik/menderek/mendorong kendaraan;

2 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2014 tentang

Marka Jalan, Pasal 1, Ayat 1.

Page 65: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

50

d. Tidak digunakan untuk keperluan menaikkan atau menurunkan

penumpang dan/atau barang dan/ atau hewan.

Keadaan darurat yang memperbolehkan kendaraan berhenti pada bahu

jalan yaitu masalah darurat dan mengakibatkan kendaraan tidak bisa berjalan

sama sekali. Misalnya pecah ban, mogok atau masalah lain yang membuat

kendaraan berhenti total seperti yang telah peneliti jelaskan pada bab dua yang

tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan.

Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan

angkutan jalan, Pasal 1 Angka 15, parkir adalah keadaan kendaraan berhenti

atau tidak bergerak untuk beberapa saat yang ditinggalkan pengemudinya.

Masih dalam Undang-Undang yang sama, tercantum pada bagian kedua Pasal

120 bahwa “parkir kendaraan dijalan dilakukan secara sejajar atau membentuk

sudut menurut arah lalu lintas”. Untuk keselamatan dan kenyamanan seluruh

pengguna jalan, parkir di tengah jalan dan parkir di rambu “P” sebagai tanda

dilarang parkir adalah hal yang terlarang. Tidak hanya itu, ada 10 area terlarang

untuk parkir mobil yang wajib diketahui, yaitu:

1. Tikungan, bahu bukit atau sebuah jembatan.

2. Di tempat pejalan kaki atau trek sepeda.

3. Dekat lampu lalu lintas atau penyeberangan pejalan kaki.

4. Di jalan utama atau di jalan dengan lalu lintas yang melaju cepat.

5. Berhadapan atau dekat dengan kendaraan berhenti lainnya di seberang

jalan sehingga mempersempit ruang jalan.

6. Dalam 6 meter (20 kaki) dari suatu persimpangan, atau dalam 9 meter

(30 kaki) dari suatu pemberhentian bus, kecuali jika keadaan rusak.

Lalu jangan berhenti atau parkir 3 meter (10 kaki) di sisi lain hidran

pemadam api atau yang dapat mengganggu akses kendaraan pemadam

ke hindran.

Page 66: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

51

7. Menghadap bagian depan mobil ke arah lalu lintas yang berlawanan.

8. Sepanjang jalan yang licin.

9. Di jalan layang, terowongan, atau di sisi jalan yang menuju jalan

layang atau terowongan.

10. Di atas pinggiran rumput atau bahu jalan.

Pada bagian kedua di Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2009 Pasal

121, tertulis mengenai parkir yang diperbolehkan dalam kondisi darurat. Pada

pasal ini disebutkan bahwa seluruh kendaraan bermotor yang harus parkir

akibat kondisi darurat, maka pengemudi wajib memasang segitiga pengaman,

lampu isyarat peringatan bahaya, atau isyarat lain.

Penggunaan area lalu lintas di kawasan Gunung Gerutee sangat tinggi,

karena perlintasan tersebut merupakan jalan nasional yang menghubungkan

antara Banda Aceh dengan arah Barat Selatan Aceh, yang mana kondisi jalan

tergolong sempit. Kondisi ini semakin diperparah karena sebagian badan jalan

digunakan untuk parkir kendaraan baik yang berwisata ke Gunung Gerutee

maupun yang menjadikan Gunung Gerutee sebagai rest area, dan juga

dipergunakan sebagai tempat berdagang dengan membangun cafe-café

disamping jalan yang sangat mengganggu pengguna jalan yang ingin melintas

di kawasan ini, disebabkan beberapa para pedagang-pedagang menggunakan

bahu jalan/sempadan jalan sebagai tempat untuk meletakkan barang dagangan

seperti kelapa dan juga menjadi tempat parkir motor dan mobil serta becak

dagangan mereka.

Fenomena ini sungguh sangat memudharatkan pengguna jalan, Penulis

telah mewawancarai responden yang sering melintasi jalan Gunung Gerutee

yang mengendarai mobil dump truck. Salah satunya Efendi, Efendi menyatakan

bahwa penggunaan sempadan jalan sebagai area parkir sangat mengganggu

arus lalu lintas dan harus ekstra hati-hati. Dalam konsep haqq al-murur

diperbolehkan memarkirkan kendaraan maupun berjualan di badan jalan selama

Page 67: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

52

hal tersebut tidak menggangu kenyamanan pengguna jalan. Setiap orang

dilarang memanfaatkan ruang manfaat jalan yang mengakibatkan terganggunya

fungsi jalan yang dimaksud dengan terganggunya fungsi jalan adalah

berkurangnya fungsi jalan seperti parkir di badan jalan atau disempadan jalan.

Adapun parkir kendaraan yang dinyatakan sesuai dengan ketentuan parkir yaitu

setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib memenuhi

ketentuan berhenti dan parkir.3 Terkait parkir di bahu jalan, sebagaimana yang

telah penulis jelaskan di atas, maka pengemudi hanya dapat memarkirkan

kendaraannya di bahu jalan yang menandakan bahwa bahu jalan tersebut dapat

dipergunakan sebagai tempat parkir.

Penulis telah mewawancarai responden yang sering melintasi jalan

Gunung Gerutee. Salah satunya Ismail, nelayan di Lamno, yang sering melintas

dan singgah di wilayah Gunung Gerutee. Ismail menyatakan bahwa ia terpaksa

memarkirkan kendaraannya sedikit menggunakan badan jalan karena tidak ada

tempat lain yang bisa digunakan untuk parkir. Bukan hanya dia saja yang

melakukannya, pengunjung yang lain juga melakukan hal tersebut. Mengenai

sosialiasi dari pihak pemerintah, ia menyatakan belum pernah mendapatkan

sosialiasi tentang dilarang parkir di badan jalan wilayah tersebut. 4

Selain pihak pengendara, penulis juga mewawancarai Syamsidar, salah

satu pemilik cafe di wilayah tersebut. Ia menyatakan bahwa kurang begitu

paham mengenai aturan-atauran hukum, terlebih lagi bahwa tidak

diperbolehkan parkir menggunakan sedikit badan jalan. Kalau tidak

menggunakan sedikit badan jalan, maka tidak ada tempat untuk pengunjung

warungnya untuk memarkirkan kendaraannya.5

3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

Pasal 106, ayat 4. 4

Hasil Wawancara dengan Ismail, Pengendara yang Sering Melintas Kawasan

Gunung Gerutee, pada tanggal 16 Januari 2019, di Jaya. 5 Hasil Wawancara dengan Syamsidar, pemilik warung di kawasan Gunung Geurutee,

pada tanggal 03 Januari 2020, di Jaya.

Page 68: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

53

Pada dasarnya segala permasalahan harus ditinjau dari dua sisi yang

berbeda, tak terkecuali permasalahan parkir di wilayah Gunung Gerutee. Dari

permasalahan tersebut dapat disimpulkan berdasarkan pengaruh atau dampak

yang dapat terjadi, jika tidak ada yang parkir maka arus lalu lintas aman dan

terkendali, bagi pengguna jalan 100% berdampak positif. Beberapa dampak

positif yang terjadi yaitu arus lalu lintas lancar, tingkat isi rasionya bagus/tinggi,

tingkat pelayanannya B serta kapasitas jalan menjadi lancar. Tetapi ada dampak

negatifnya bagi para pemilik cafe tersebut, salah satu dampaknya yaitu tidak

ada yang beli atau tidak ada yang singgah di warung-warung mereka. Sehingga

pemilik tersebut tidak mendapatkan penghasilan dan tidak bisa menghidupi

keluarga. Dengan demikian mengakibatkan munculnya permasalahan sosial

lainnya seperti pengangguran, pencurian dan lain sebagainya. 6

Sedangkan apabila ada kendaraan yang parkir di wilayah Gunung

Gerutee, dampak positif yang timbul yaitu meningkatnya perekonomian

keluarga pemilik cafe di wilayah tersebut dengan adanya penumpang yang

singgah sekaligus penumpang tersebut dapat menikmati pemandangan di

wilayah tersebut. Sedangkan dampak negatif yang timbul yaitu diantaranya

kapasitas jalan menjadi berkurang, akan mengganggu tingkat kelancaran lalu

lintas di wilayah tersebut, menurunkan tingkat pelayanan, isi rasio bertambah

besar, tingkat keselamatan berkurang, tingkat kenyamanan berkurang, serta

aksesibilitas7 menjadi lambat.

6 Hasil wawancara dengan M. Hanung Kuncoro, Kasi Lalu Lintas dan Keselamatan

Jalan Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pada tanggal 10 Januari 2020, di Banda Aceh. 7 Aksesibilitas adalah ukuran kemudahan lokasi untuk dijangkau dari lokasi lainnya

melalui sistem transportasi.

Page 69: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

54

C. Kebijakan yang Dilakukan Dinas Perhubungan terhadap

Penyempitan Ruas Jalan di Kawasan Gunung Gerutee

Tanah milik negara secara yuridis formal harus dikuasai negara dan

dimanfaatkan untuk kepentingan publik. Secara normatif, tidak boleh satu

pihak pun baik secara individual maupun kelompok mengklaim harta milik

negara sebagai harta milik pribadi dan kelompok tersebut. Pemerintah

berkewajiban melindungi dan memproteksi harta tersebut sehingga tidak

mengganggu kepentingan publik atas semua fasilitas yang telah dibangun

pada tanah tersebut.

Sistem proteksi yang dibuat negara untuk melindungi kepentingan

publik tersebut ditetapkan dalam perundang-undangan sehingga memiliki

kekuatan dan kepastian hukum sebagai ketentuan legal formal yang harus

dipatuhi oleh setiap masyarakat. Salah satu bentuk ketentuan hukum yang

diatur mengenai kepemilikan harta negara adalah tentang jalan dan jalan raya.

Hal tersebut harus diatur supaya tidak terjadi klaim atas tanah jalan yang telah

dibangun. Dalam pengaturan jalan raya tersebut telah dibuat stratifikasi untuk

memudahkan penguasaan dan pemeliharaan jalan, yang dikenal 3 bentuk

stratifikasi yaitu jalan nasional yang dikuasai oleh pusat dan wewenang

pemeliharaannya diserahkan pada provinsi, kemudian jalan provinsi yang

menghubungkan antar kabupaten dan dikuasai kewenangannya oleh provinsi

dan kemudian jalan kabupaten yang kewenangannya berada pada pemerintah

kabupaten. 8

Dalam kasus yang penulis teliti, untuk wilayah jalan yang melintasi

Gunung Gerutee kewenangan dan penguasaannya sepenuhnya berada pada

pemerintah provinsi Aceh. Untuk pembangunan dan pemeliharaannya

dilakukan oleh pemerintah nasional dan dalam pengawasan Pemerintah Aceh,

8 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Pasal 13.

Page 70: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

55

dalam hal ini memberikan wewenang mengatur perihal keselamatan

berlalulintas di wilayah Aceh kepada Dinas Perhubungan Aceh.

1. Kewenangan Dinas Perhubungan Aceh

Berdasarkan hasil interview diperoleh data bahwa secara

legalitasnya, jalan Gunung Gerutee merupakan jalan nasional sebagai jalan

dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota

provinsi dalam hal ini ibukota provinsi Aceh yaitu Banda Aceh dan ibukota

Provinsi Sumatera Utara yaitu Medan. Selain jalan dalam sistem jaringan

jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, beberapa bentuk

jalan nasional dan dalam kewenangan provinsi seperti jalan arteri9 dan

jalan kolektor10

dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.11

Dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan,

dalam ketentuan UU ini Pada Pasal ditetapkan bahwa setiap jalan berada di

bawah wewenang masing-masing wilayah, yaitu:

a) Jalan nasional merupakan kewenangan pemerintah pusat, dalam hal

ini yaitu Kementerian Perhubungan.

b) Jalan provinsi merupakan kewenangan gubernur, dalam hal ini Dinas

Perhubungan provinsi.

c) Jalan kabupaten/kota merupakan kewenangannya bupati/wali kota,

dalam hal ini Dinas Perhubungan kabupaten/kota.

Hasil wawancara dengan M. Hanung Kuncoro, Kasi Lalu Lintas

dan Keselamatan Jalan Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Dinas

Perhubungan Aceh menyatakan bahwa untuk wilayah Gunung Gerutee

9 Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama

dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi

secara berdaya guna. 10

Jalan kolektor adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul

atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah

jalan masuk dibatasi. 11

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Pasal 9, Ayat 2.

Page 71: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

56

merupakan kewenangan Kementrian Perhubungan dalam hal ini yaitu Balai

Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah I Aceh. Dinas Perhubungan

Aceh melalui Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah I Aceh

wajib melakukan penyusunan rencana program dan anggaran dan

melaksanakan manajemen rekayasa lalu lintas. 12

Bila dianalisis Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 dalam Pasal

8 ditetapkan bahwa pada jalan arteri sebagai jalan utama dari jalan nasional,

tidak boleh kendaraan diparkir, sehingga pemilik mobil ataupun

pengendara dilarang untuk menggunakan badan jalan dan sempadannya

sebagai tempat atau lokasi parkir kendaraan yang dikemudikannya.

Menurut Hanung, bila ada pihak yang menggunakan badan jalan sebagai

tempat parkir maka tindakan tersebut telah melanggar diktum UU yang

merupakan ketentuan ketertiban dan keselamatan jalan yang mengatur

prilaku supir dan pihak pengemudi lainnya yang diatur dalam UU No 22

Tahun 2009 Pasal 106 ayat (4).13

Adapun parkir yang kendaraan yang

dinyatakan sesuai dengan ketentuan parkir yaitu setiap orang yang

mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib memenuhi ketentuan

berhenti dan parkir. Terkait parkir di bahu jalan, sebagaimana yang telah

penulis jelaskan di atas, maka pengemudi hanya dapat memarkirkan

kendaraannya di bahu jalan yang menandakan bahwa bahu jalan tersebut

dapat dipergunakan sebagai tempat parkir. Parkir kendaraan di jalan

dilakukan secara sejajar atau membentuk sudut menurut arah lalu lintas.14

Hingga sekarang di perlintasan Gunung Gerutee ini memang tidak

ditempatkan marka dan rambu larangan parkir, karena desakan pihak

12

Hasil wawancara dengan M. Hanung Kuncoro, Kasi Lalu Lintas dan Keselamatan

Jalan Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pada tanggal 10 Januari 2020, di Banda Aceh. 13

Hasil wawancara dengan M. Hanung Kuncoro, Kasi Lalu Lintas dan Keselamatan

Jalan Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pada tanggal 10 Januari 2020, di Banda Aceh. 14

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

Pasal 120.

Page 72: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

57

pedagang yang menginginkan masyarakat singgah di tempat dagang berupa

warung-warung kecil yang dibangun di bahu jalan sebelah tebing yang

langsung mengarah ke lautan Samudera Hindia. Kawasan ini memiliki spot

yang indah sebagai daya tarik masyarakat yang melintasi areal jalan ini

ataupun masyarakat yang menjadikan kawasan ini sebagai destinasi

kunjungannya. Hal ini menyebabkan perlintasan di spot Gunung Gerutee

dipadati dengan kendaraan terutama di hari-hari tertentu, seperti week end,

dan masa-masa liburan.

Hal ini menjadi sangat dilematis bagi Dinas Perhubungan Provinsi

Aceh dan juga Dinas Perhubungan Aceh Jaya, karena dihadapkan pada dua

kepentingan yang berbeda, di satu sisi pihak pemerintah mengharap

kelancaran lalu lintas di kawasan tersebut yang merupakan perlintasan

yang rawan karena tanjakan Gunung dan juga jurang yang curam. Di sisi

yang lain dihadapkan pada kepentingan masyarakat sebagai pihak pemilik

dan pengelola warung pinggir jalan yang merupakan kepentingan yang

sangat urgen sebagai tempat untuk mencari nafkah. Permasalahan sosial

inilah yang sulit diatasi, karena masyarakat yang berjualan menjadi lahan

sumber perolehan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan primernya.

Kondisi ini terus terjadi dari tahun ke tahun, sejak jalan Meulaboh

Banda Aceh ini siap dibangun oleh NGO setelah luluh lantak dihantam

gempa dan tsunami. Meskipun pelanggaran aturan dan ketentuan hukum

terus terjadi, tapi pihak Dinas Perhubungan harus mencari solusi praktis

agar tidak terjadi kecelakaan yang akan merenggut korban jiwa.

Menurut masyarakat pedagang dan juga konsumen di areal rest area

ilegal tersebut: “Kami menyadari sepenuhnya bahwa aturan yang

ditetapkan pemerintah untuk menjaga keselamatan warga baik masyarakat

penggunaan moda transportasi maupun masyarakat yang menikmati dan

Page 73: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

58

beristirahat di Gunung Gerutee tersebut, namun selama tidak ada yang

komplain langsung dari warga dan pemerintah maka kami tetap

menggunakan areal dan kawasan ini untuk berdagang. 15

Pemerintah telah membentuk aturan secara ideal dan sesuai. Secara

aturan sebenarnya memang tidak boleh mengganggu hak-hak pengguna

jalan yang akan mengakibatkan ruas jalan yang dapat dilalui menjadi

sempit. Dengan adanya kendaraan yang parkir di sempadan jalan tersebut

maka akan mengakibatkan kendaraan-kendaraan yang melintas akan

terhambat dan terganggu perjalanannya.

2. Kebijakan Dinas Perhubungan

Kebijakan Dinas perhubungan terhadap lalu lintas di Gunung Geurute

adaalah menjaga keselamatan berlalu lintas dengan upaya menyediakan:

a) Rambu-rambu lalu lintas

Rambu lalu lintas adalah bagian dari perlengkapan jalan yang

memuat lambang, huruf, angka, kalimat untuk memberikan peringatan,

larangan, perintah dan petunjuk bagi pemakai jalan.

b) Kaca cembung

Kaca cembung adalah cermin yang memiliki bentuk lengkung, yang

di mana permukaan cerminnya memantulkan suatu cahaya yang

melengkung ke luar.

c) Delinator

Delinator adalah digunakan sebagai rambu pembatas jalan/patok

jalan. Delinator biasa digunakan di jalur yang rawan kecelakaan atau

jalur berbahaya. Di pasang yaitu untuk mengingatkan kepada

pengendara guna berhati-hati dengan jalur tersebut.

15

Hasil wawancara dengan Syamsidar, Pemilik Warung di Gunung Gerutee, pada

tanggal 03 Januari 2020, di Jaya.

Page 74: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

59

d) Pagar guardrail atau pagar pengaman jalan

Pagar guardrail adalah sistem pengaman orang atau kendaraan

yang terbuat dari rail besi atau baja panjang sebagai pagar pada jalan-

jalan yang berbahaya seperti jalan pergunungan, sungai, jurang.

Fungsinya adalah sebagai pelindung agar kendaraan yang melewatinya

terlindung dari terjatuh ke sungai atau jurang.

Secara teori, pihak pemerintah tinggal meletakkan rambu di larang

parkir, artinya secara teori pemerintah terlepas dari tanggung jawab.

Misalnya terjadi kecelakaan maka yang disalahkan adalah orang yang

memarkirkan kendaraannya di sempadan jalan walaupun pihak Dinas

Perhubungan tetap bertanggung jawab. Oleh karena itulah pihak Dishub

meletakkan rambu dilarang parkir di jalan-jalan yang sempit apalagi daerah

pergunungan. Pihak Dinas Perhubungan tidak mungkin berjaga di wilayah

tersebut hingga 1x24 jam.

Kebijakan lain yang telah dilakukan Dinas Perhubungan yaitu

sosialisasi taat rambu lalu lintas kepada masyarakat secara umum, namun

sosialisasi secara spesifik mengenai dilarang parkir di wilayah Gunung

Gerutee belum terlaksana. Sedangkan mengenai pemberian sanksi kepada

pengendara yang melanggar tersebut atau menertibkan warung-warung di

wilayah Gunung Gerutee bukan merupakan kewenangan pihak Dinas

Perhubungan. 16

Dinas perhubungan telah memberikan penyuluhan kepada

masyarakat umum dalam berbagai cara, seperti menempelkan spanduk

16

Hasil wawancara dengan Diana Devi, Kepala Bidang Pengembangan Sistem dan

Multimoda, pada tanggal 13 Januari 2020, di Banda Aceh.

Page 75: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

60

peringatan, memberikan penyuluhan ke sekolah-sekolah, memposting di

sosial media, dan lain sebagainya. 17

D. Tinjauan Konsep Haq Al-Murur terhadap Penggunaan Sempadan

Jalan oleh Masyarakat di Kawasan Gunung Gerutee

Pemerintah telah membuat beberapa regulasi menyangkut lalu lintas di

jalan yang di dalamnya juga membahas aturan parkir, diantaranya

UndangUndang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pemerintah

telah melakukan beberapa kebijakan seperti membuat regulasi yang memadai,

melakukan pengawasan, sosialisasi bahkan memberikan sanksi bagi yang

melanggar. Namun tetap saja ada pengguna jalan yang melanggar aturan

tersebut.

Hal tersebut dikarenakan tingkat kesadaran masyarakat masih rendah,

sehingga banyak masyarakat memarkirkan kendaraannya di sempadan jalan

wilayah Gunung Gerutee. Hal tersebut juga disebabkan tidak adanya tempat

parkir khusus yang dibuat oleh pemerintah untuk parkir di area wisata Gunung

Gerutee. Sehingga masyarakat terpaksa memarkirkan kendaraannya di

sempadan jalan/bahu jalan. 18

Namun, pihak pemerintah tidak membuat tempat parkir khusus karena

kondisi wisata Gunung Gerutee tidak memungkinkan untuk pembuatan tempat

parkir khusus, karena membutuhkan waktu yang tidak sedikit, butuh

perencanaan yang matang serta butuh biaya yang banyak.

Sedangkan dalam perspektif hukum Islam, penggunaan jalan untuk

melintas berkaitan dengan konsep haq al-murur. Wahbah Zuhaili menjelaskan

haq al-murur adalah hak pemilik benda tetap yang terletak di bagian dalam

17

Hasil wawancara dengan Diana Devi, Kepala Bidang Pengembangan Sistem dan

Multimoda, pada tanggal 13 Januari 2020, di Banda Aceh. 18

Hasil wawancara dengan Alibansyah, Keuchik Desa Babah Ie pada tanggal 03

Januari 2020, di Jaya.

Page 76: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

61

untuk sampai ke benda tetapnya melalui jalan yang dilewatinya baik itu jalan

umum yang tidak dimiliki oleh seseorang, maupun jalan khusus yang dimiliki

oleh orang lain.19

Bentuk-bentuk haq al-murur dibagi dua yaitu hak guna jalan (haq

almurur) umum/raya dan hak guna jalan (haq al-murur) khusus.20

Dalam

perspektif fiqh, menurut Wahbah Zuhaili, jalan umum/raya bebas digunakan

oleh masyarakat, namun pemanfaatannya tidak melanggar syariat dan

merugikan orang lain.21

Dari dua bentuk tersebut, jalan wilayah Gunung Gerutee merupakan

bagian jalan umum/jalan raya yang dapat dilalui oleh siapa saja yang

merupakan haq al-murur al-‘am. Penggunaan jalan tersebut tidak terbatas dan

tidak dapat diblokade oleh perorangan untuk kepentingan pribadi dikarenakan

hanya ada satu jalan untuk dapat melintas dari kota Banda Aceh ke daerah

Barat-Selatan Aceh. Sehingga tidak diperkenankan bagi pihak-pihak tertentu

melakukan kegiatan apapun yang dapat menggangu kenyamanan pengguna

jalan yang melintas. Hal tersebut juga telah dijelaskan dalam hadist Nabi

Muhammad SAW riwayat Ahmad dan Abu Dawud yang berbunyi:

مع عبد الل م ض الرو أر ان ب ى حصن سن ا عل ن ـزل ال ن ق ه ي ب عن أ عن سهل بن معاذ الجهني ل ب

ن ق الن ضي ك ف ن عبد الم

ا مع ا غزون ن اس إ ـها الن ي أ ـقال معاذ ق ف ري وا الط ع ط ل وق از اس الم

ى الل صل ب ـعث الن ق فـب ي ر اس الط ق الن ضي كذا ف زوة كذا و م غ وسل ه ي عل ى الل صل ل الل سو ر رواه احمد وابو ) ه جهاد ل ق ا فل ي ـر ع ط ط أو ق ل ق منز ادى من ضي ـن ا ف ادي م من وسل ه ي عل

(داود

Dari Sahal ibn Mu'adz ibn Anas Al-Juhni dari bapaknya Mu'adz ibn

Anas Al-Juhni berkata; “Kami berhenti pada benteng sinan, di kota

19

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 88. 20

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), hlm. 21. 21

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Jilid 6, (Jakarta: Gema Insani,

2002), hlm. 557.

Page 77: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

62

Romawi bersama Abdullah bin Abdul Malik, lalu orang-orang

mempersempi rumah-rumah pengungsian yang ada, dan mereka

hingga mereka menutup jalan (demi perumahan). Lantaran itu, Mu'adz

berkata, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kami pernah

berperang bersama Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam pada perang

ini dan itu, lalu orang-orang mempersempit jalan-jalan yang ada, maka

Nabi Shallallahu' alaihiwasallam mengutus seorang juru seru untuk

menyerukan barangsiapa yang mempersempit rumah-rumah atau ia

menutup jalan, maka dia tidak ada jihad baginya.”. (HR. Ahmad dan

Abu Daud, Shahih Abu Daud No. 2364 ) 22

Hadist ini menegaskan bahwa jalan tidak boleh dialihkan

pemanfaatannya, meski apapun alasan pengalihan. Dalam hadist tersebut

digambarkan bahwa di wilayah Roma dulunya sebagian jalan beralih fungsinya

menjadi lahan untuk area pembangunan rumah. Kondisi ini tentu saja sangat

merugikan kepentingan umum untuk menggunakan jalan sebagai jalur untuk

melintas.

Begitu pula halnya dengan penggunaan sempadan jalan di wilayah

Gunung Gerutee oleh pemilik warung dan pengendara yang parkir untuk

menikmati pemandangan dari atas Gunung Gerutee di warung-warung tersebut.

Hal tersebut tentu mengganggu pengendara lainnya yang melintas. Jalan yang

sempit dan ditambah kendaraan yang parkir di badan jalan membuat ruas jalan

yang tersisa semakin sedikit.

Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan setiap orang memiliki hak guna jalan

untuk menghentikan kendaraan (parkir) atau mendirikan tempat-tempat dagang

(toko, kios dan lain sebagainya) di jalan umum. Namun dengan memperhatikan

beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

22

Muhammad Nashiruddin Al Albani, Shahih Sunan Abu Daud; Buku 2, Kitab Al

Jihad, (terj. Abd. Mufid Ihsan, M. Soban Rohman), (Jakarta: Pustaka Azzam,2006), hlm. 149.

Page 78: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

63

1. Tidak mengganggu dan merugikan orang lain.

Apabila mengganggu dan merugikan pengguna jalan lainnya, seperti

menyebabkan arus lalu lintas jalan tersebut terganggu, maka tidak boleh. Hal

itu sesuai dengan hadist Nabi Muhammad SAW:

ىصل ـ سول اللهأن ر ه ان الـخدري رضي الل عن ن سن ك ب ن مال عن أبـي سعيد سعد ب (رواه ابن ماجه)ضرار ل ضرر و ل : ال م ق وسل ه ي الل عل

Dari Abu Sa‘id Sa‘id bin Malik bin Sinan al-Khudri Radhyallahu

‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak

boleh ada bahaya dan tidak boleh membahayakan orang lain.” (HR.

Ibnu Majah).

Sedangkan ulama Syafi’iyyah mengatakan, seseorang tidak boleh

melakukan suatu hal yang mengganggu para pengguna jalan tersebut jika

jalan tersebut adalah jalan tembus (jalan besar, jalan umum).23

Karena jalan

itu adalah hak seluruh kaum Muslimin. Maka oleh karena itu, seseorang tidak

boleh membangun sayap bangunan yang menonjol ke jalan, juga tidak boleh

membangun atap di atasnya (atap yang menghubungkan dua tembok

sementara jalan tersebut berada di antara keduanya) yang mengganggu para

pengguna jalan lainnya.

Pada kondisi jalan di wilayah Gunung Gerutee, keberadaan

warungwarung tersebut menyebabkan adanya pengendara yang parkir di

badan jalan. Hal tersebut tentu mengganggu bahkan membahayakan pengguna

jalan yang melintas di wilayah tersebut. Badan jalan yang pada dasarnya

lumayan sempit karena jalan nasional yang terletak di wilayah pergunungan.

Luas jalan nasional di wilayah tersebut yaitu ± 6 meter.

Penulis akan memberikan ilustrasi mengenai kendaraan yang melintas

dibandingkan luas jalan yang tersedia. Pada umumnya kendaraan besar seperti

23

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Jilid 6 …, hlm. 558.

Page 79: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

64

dump truck, mobil tangki dan sejenisnya memiliki lebar ± 2,5 meter,

sedangkan mobil-mobil kecil memiliki lebar ± 1,9 meter. Tentu saja jalan

tersebut tegolong sempit dan sangat pas-pasan dengan mobil dari dua arah

yang berbeda. Apabila setiap kendaraan roda empat seperti mobil

memarkirkan dengan keadaan setengah bagian kendaraan berada di badan

jalan atau diperkiran menempati 1 meter bagian jalan maka pengguna jalan

lainnya yang melintas harus menurunkan kecepatan laju kendaraannya.

Bahkan harus berhenti jika dari arah yang berlawanan juga terdapat

pengemudi yang menggunakan kendaraan roda empat. Jika tidak

dikhawatirkan akan terjadi kecelakaan, mengingat keadaan jalan Gunung

Gerutee yang memiliki belokan tajam sehingga menyebabkan pengemudi

tidak dapat melihat kendaraan yang datang dari arah yang berlawanan.

2. Mengantongi izin dari hakim24

.

Apabila tidak mengganggu dan merugikan penggun jalan lain, maka

dibolehkan dengan syarat mengantongi izin dari hakim menurut Imam Abu

Hanifah. Sementara itu, menurut Muhammad Abu Yusuf tidak perlu

mengantongi izin dari hakim. Begitu juga, menurut ulama Syafi’iyyah dan

ulama Hanabilah, disini tidak perlu mengantongi izin dari hakim.25

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. “Barangsiapa lebih dulu sampai kepada

sesuatu yang sebelumnya tidak ada seorang muslim yang lebih dulu sampai

kepada sesuatu itu, maka ia adalah orang yang paling berhak terhadap sesuatu

tesebut.”

Sementara itu, ulama Malikiyah26

mengatakan, barang siapa

membangun sesuatu bangunan di jalan kaum Muslimin atau mengambil

24

Hakim yang dimaksud yaitu pemerintah yang mempunya kewenangan terhadap

jalan tersebut. 25

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Jilid 6 …, hlm. 558. 26

Ibid.

Page 80: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

65

bagian dari badan jalan untuk ditambahkan ke tempat miliknya, maka itu

dilarang berdasarkan kesepakatan.

Selain itu dalam Undang-Undang tentang jalan juga dijelaskan bahwa

penguasaan atas jalan ada pada negara dan negara memberi wewenang kepada

pemerintah dan pemerintah daerah untuk melakukan penyelenggaraan jalan. 27

Sehingga aktivitas yang menyimpang dari fungsi jalan sebagai sarana

mobilisasi, harus adanya perizinan dari pemerintah terkait.

Penulis juga mewawancarai salah satu pemilik warung di Gunung

Gerutee. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, mengenai izin pendirian

warung-warung di kawasan Gunung Gerutee sebenarnya dulunya tidak perlu

minta izin kepada pihak manapun. Namun beberapa waktu yang lalu, telah

ada peraturan dari pemerintah bagi masyarakat yang ingin mendirikan

warungwarung di kawasan tersebut harus mempunyai izin dari keuchik desa

Babah Ie. 28 Tapi pada hakikat sebenarnya pihak pemerintah melarang

pendirian warung-warung tersebut namun karena itu menjadi permasalah

sosial, artinya tempat itu sudah menjadi tempat mata pencarian masyarakat

setempat maka pihak pemerintah membiarkan saja. Namun sekarang ini

mengenai pendirian warung-warung tersebut sudah tidak dibenarkan lagi atau

tidak dibolehkan lagi karena sudah terlalu banyak dan sebenarnya sangat

beresiko baik untuk lalu lintas karena sedikit mengambil bagian sempadan

jalan maupun untuk mereka sendiri, karena warung-warung tersebut mereka

dirikan lebih kepada diatas jurang Gunung Geurute. 29

Berdasarkan konsep haq al-murur tersebut memiliki perbedaan

pendapat antara para fuqaha. Namun penulis menyimpulkan bahwa sebagian

27

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Pasal 13. 28

Hasil wawancara dengan Syamsidar, Pemilik Warung di Gunung Gerutee, pada

tanggal 03 Januari 2020, di Jaya. 29

Hasil wawancara dengan Alibasyah, Keuchik Desa Babah Ie pada tanggal 03

Januari 2020, di Jaya.

Page 81: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

66

besar pendapat para fuqaha lebih cenderung tidak memperbolehkan

penggunaan jalan umum yang dapat mengganggu kemaslahatan umum.

Dengan adanya pengendara yang parkir di sempadan jalan wilayah Gunung

Gerutee memberikan dampak negatif diantaranya kapasitas jalan menjadi

berkurang, akan mengganggu tingkat kelancaran lalu lintas di wilayah tersebut,

menurunkan tingkat pelayanan, isi rasio bertambah besar, tingkat keselamatan

berkurang, tingkat kenyamanan berkurang, serta aksesibilitas30

menjadi

lambat.

30

Aksesibilitas adalah ukuran kemudahan lokasi untuk dijangkau dari lokasi lainnya

melalui sistem transportasi.

Page 82: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

67

BAB EMPAT

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis uraikan pada bab

sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengaruh penggunaan sempadan jalan terhadap lalu lintas di kawasan

Gunung Gerutee sangat mengganggu keselamatan dan kenyamanan

pengguna jalan di kawasan tersebut. Karena perlintasan tersebut

merupakan jalan nasional yang menghubungkan antara Banda Aceh

dengan arah Barat Selatan Aceh, yang mana kondisi jalan tergolong

sempit. Kondisi ini semakin diperparah karena sebagian jalan digunakan

untuk parkir kendaraan baik yang berwisata maupun yang menjadikan

Gunong Geurutee sebagai rest area, dan juga dipergunakan sebagai

tempat berdagang dengan membangun warung-warung kecil di

sempadan jalan.

2. Kebijakan yang dilakukan Dinas Perhubungan dalam menjaga

keselamatan pengendara di kawasan Gunung Gerutee diantaranya

menyediakan alat keselamatan lalu lintas seperti rambu-rambu lalu lintas

seperti rambu dilarang parkir, kaca cembung, delinator dan pagar

guardrail (pagar pengaman jalan). Pemerintah dalam hal ini juga telah

membuat kebijakan-kebijakan berupa produk hukum yang harus ditaati

dan dipatuhi oleh masyarakat mengenai aturan lalu lintas yang sesuai.

Dinas perhubungan juga memberikan penyuluhan kepada masyarakat

umum dalam berbagai cara, seperti menempelkan spanduk peringatan,

memberikan penyuluhan ke sekolah-sekolah, memposting di sosial

media. Namun belum ada upaya Dinas Perhubungan yang secara

spesifik langsung tertuju pada permasalahan parkir di sempadan jalan

wilayah gunung Geurutee. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah

Page 83: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

68

dalam bentuk produk peraturan perundang-undangan telah memadai,

tetapi kendalanya banyak masyarakat yang tidak mengerti hukum

sehingga tidak tersampaikan dengan baik.

3. Ditinjau dari konsep haq al-murur penggunaan sempadan jalan umum

harus memperhatikan dua hal yaitu tidak mengganggu dan merugikan

orang lain dan mengantongi izin dari pemerintah yang berwenang.

Penggunaan sempadan jalan untuk parkir jelas mengganggu

kenyamanan pengguna jalan serta memberikan dampak negatif bagi arus

lalu lintas. Selain itu mengenai perizinan, pemilik warung-warung yang

menjadi penyebab pengemudi memarkirkan kendaraanya di tempat

tersebut juga tidak memiliki izin resmi dari pemerintah terkait. Karena

pada dasarnya pendirian warung-warung diatas jurang itu dilarang,

namun warung tersebut telah menjadi mata pencaharian masyarakat

setempat maka pihak pemerintah membiarkan saja.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan di atas, maka penulis

merekomendasikan beberapa saran-saran sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada pemerintah agar memberdayakan usaha warung-

warung masyarakat dengan mengembangkan puncak Gunung Geurutee

menjadi tempat wisata halal karena masyarakat membutuhkan tempat

usaha tersebut yang telah menjadi mata pencaharian masyarakat

setempat.

2. Diharapakan kepada pemerintah agar mencari solusi yang memberikan

dampak positif bagi pemilik warung di wilayah Gunung Geurutee tanpa

mengganggu pengguna jalan yang melintas.

3. Diharapkan kepada pemerintah agar melakukan sosialisasi dan

penyuluhan langsung kepada pemilik-pemilik warung serta pengendara

yang memarkirkan kendaraanya menggunakan sebagian besar ruas jalan,

Page 84: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

69

sehingga parkir diwilayah tersebut tidak mengganggu kenyamanan

pengguna jalan yang lain.

4. Kepada peneliti selanjutnya untuk dapat mengkaji lebih lanjut mengenai

penggunaan sempadan jalan di kawasan wisata gunung Geurutee dari

sisi yang berbeda. Adapun variabel yang dapat dikaji, diantaranya

mengenai perencanaan tata ruang yang tepat oleh Dinas PUPR Aceh

untuk wilayah Gunung Geurutee dengan keadaan wilayah tersebut yang

mempunyai tempat wisata yang banyak dikunjungi. Selain itu peneliti

juga dapat mengkaji bagaimana kebijakan Dinas Pariwisata Aceh dalam

mengembangkan tempat wisata tersebut menjadi potensi wisata halal

yang bertaraf nasional bahkan internasional dengan tetap

memperhatikan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan di wilayah

tersebut.

Page 85: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahmat Fathoni, Metodologi penelitian & Teknik Penuyusunan Skripsi,

Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Jakarta: Amzah, 2015.

A.W. Munawwir, Kamus al Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya:

Pustaka progresif, 1997.

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, Jakarta: Kencana,

2013.

Cut Maisuri Diwa, Pengawasan Pemerintah Kota Banda Aceh terhadap

Penggunaan Badan Jalan oleh Pedagang Kaki Lima di Darussalam

dalam Perspektif Konsep Haq al-Murur, (skripsi tidak dipublikasikan),

UIN Ar-Raniry, 2016.

Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2008.

Erna Wardani, Relokasi Pedagang Kaki Lima dan Efektivitasnya dalam

Peningkatan Pemanfaatan Haq al-Murur di Ulee Kareng Banda Aceh

Menurut Perspektif Hukum Islam, (skripsi tidak dipublikasikan), UIN

Ar-Raniry, 2013.

Fauzi, Teori Hak, Harta & Istislah Serta Aplikasinya dalam Fiqh Kontemporer,

Jakarta, Kencana Prenada, 2017.

Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005.

Hasanuddin, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2004.

Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari Penjelasan Kitab Shahih Al-Bukhari Jilid

14 Jakarta: Pustaka Azzam, 2005.

Ikhsan MJ, Impelentasi Haq al-Murur dalam Pemanfaatan Mal al-‘Uqar di

Desa Tanjung Slamat Menurut Perspektif Fiqh Muamalah, (skripsi tidak

dipublikasikan), UIN Ar-Raniry, 2013.

Juniarso ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara dan

Kebijakan Layanan Publik, Bandung: Nuansa Cendikia, 2019.

70

Page 86: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

71

M. Daud Silalahi, Hukum Lingkungan; Dalam Sistem Penegakan Hukum

lingkungan indonesia, Bandung: Alumni, 2001.

Mahli Ismail, Fikih Hak Milik Atas Tanah Negara, Yogyakarta: Kaukaba

Dipantara, 2013.

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wa

Dzuriyyah, 2010.

Muhammad Nashiruddin Al Albani, Shahih Sunan Abu Daud; Buku 2, (terj.

Abd. Mufid Ihsan, M. Soban Rohman), Jakarta: Pustaka Azzam, 2006).

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.

Prayudi, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1981.

Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2014

tentang Marka Jalan.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa

Indonesia.

Rayyan Azmi, Feasibilitas Penempatan Billboard pada Wilayah Perlintasan

Kota Banda Aceh Menurut Perspektif Haq Al-Murur, (skripsi tidak

dipublikasikan), UIN Ar-Raniry, 2018.

Sudarsono, Kamus Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 1999.

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2004.

Teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah,

Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas

dan Angkutan Jalan.

V.F.A. Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, Yogyakarta: Gadjah Mada,

1961.

Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam 6, Terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, Jakarta:

Gema Insani, 2011.

Page 87: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020
Page 88: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020
Page 89: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020
Page 90: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020
Page 91: ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGGUNAAN SEMPADAN … Juanda... · Sempadan Jalan di Wilayah Gunung Gerutee dalam Perspektif Haq Al-Murur Tanggal Sidang : 23 Januari 2020

Penulis,

Wahyu juanda

Banda Aceh, 23 Januari 2020