analisis kebijakan pembangunan kesehatan tahun 1970-2010

15
1 KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN 1970 2012 DALAM MENINGKATKAN DERAJAT KESEHATAN DI INDONESIA ABSTRAK Paper ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan pemerintah di bidang kesehatan di Indonesia dari tahun 1970-2010. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, dengan studi literatur dan didukung oleh data sekunder berupa jumlah fasilitas kesehatan dan Angka Harapan Hidup. Kebijakan yang dilakukan pemerintah dari tahun 1970-2010 terbukti mendorong peningkatan kualitas peayanan kesehatan dan Angka Harapan Hidup. Keyword: Pelayanan kesehatan, kebijakan pembangunan kesehatan, Angka Harapan Hidup. PENDAHULUAN Jumlah penduduk Indonesia selama lima dekade terakhir (1970 2010) terus mengalami peningkatan. Pada tahun 1970 jumlah penduduk Indonesia tercatat sebanyak 119.208.229 jiwa sedangkan pada tahun 2010 meningkat menjadi 237.641.326 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk secara keseluruhan, salah satunya dipengaruhi oleh bertambahnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia). Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, jumlah penduduk lansia dari tahun 1970 terus mengalami peningkatan hingga tahun 2010. Terus bertambahnya jumlah penduduk lansia tentu dipengaruhi oleh kualitas kesehatan yang membaik setiap tahunnya sehingga Angka Harapan Hidup pun dapat meningkat. Peningkatan kualitas kesehatan dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain; (1) Jumlah Sarana kesehatan, seperti Rumah Sakit dan Puskesmas, (2) Jumlah Petugas Kesehatan, seperti Dokter, Bidan, dan Perawat. Jumlah Rumah Sakit dan Puskesmas terus bertambah secara kumulatif pada 5 dekade terakhir begitu pula halnya dengan Petugas Kesehatan. Pemerintah tidak hanya membangun dan memperbanyak sarana kesehatan di daerah perkotaan tetapi di pedesaan juga mulai dibangun sarana kesehatan seperti puskesmas pun guna mempermudah masyarakat desa dalam menjangkau sarana kesehatan Meningkatnya kualitas kesehatan akan berpengaruh terhadap salah satu indikator pembangunan yaitu Angka Harapan Hidup (AHH). Berdasarkan data Sensus Penduduk oleh BKKBN, AHH di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Meningkatnya AHH

Upload: prisca-adi-luckynuari

Post on 23-Nov-2015

172 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

  • 1

    KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN 1970 2012 DALAM

    MENINGKATKAN DERAJAT KESEHATAN DI INDONESIA

    ABSTRAK

    Paper ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan pemerintah di bidang kesehatan di Indonesia dari

    tahun 1970-2010. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, dengan studi literatur dan

    didukung oleh data sekunder berupa jumlah fasilitas kesehatan dan Angka Harapan Hidup. Kebijakan

    yang dilakukan pemerintah dari tahun 1970-2010 terbukti mendorong peningkatan kualitas peayanan

    kesehatan dan Angka Harapan Hidup.

    Keyword: Pelayanan kesehatan, kebijakan pembangunan kesehatan, Angka Harapan Hidup.

    PENDAHULUAN

    Jumlah penduduk Indonesia selama lima dekade terakhir (1970 2010) terus mengalami

    peningkatan. Pada tahun 1970 jumlah penduduk Indonesia tercatat sebanyak 119.208.229 jiwa

    sedangkan pada tahun 2010 meningkat menjadi 237.641.326 jiwa.

    Peningkatan jumlah penduduk secara keseluruhan, salah satunya dipengaruhi oleh

    bertambahnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia). Berdasarkan survei yang dilakukan oleh

    Kementerian Kesehatan, jumlah penduduk lansia dari tahun 1970 terus mengalami peningkatan

    hingga tahun 2010. Terus bertambahnya jumlah penduduk lansia tentu dipengaruhi oleh kualitas

    kesehatan yang membaik setiap tahunnya sehingga Angka Harapan Hidup pun dapat meningkat.

    Peningkatan kualitas kesehatan dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain; (1)

    Jumlah Sarana kesehatan, seperti Rumah Sakit dan Puskesmas, (2) Jumlah Petugas Kesehatan,

    seperti Dokter, Bidan, dan Perawat. Jumlah Rumah Sakit dan Puskesmas terus bertambah secara

    kumulatif pada 5 dekade terakhir begitu pula halnya dengan Petugas Kesehatan. Pemerintah

    tidak hanya membangun dan memperbanyak sarana kesehatan di daerah perkotaan tetapi di

    pedesaan juga mulai dibangun sarana kesehatan seperti puskesmas pun guna mempermudah

    masyarakat desa dalam menjangkau sarana kesehatan

    Meningkatnya kualitas kesehatan akan berpengaruh terhadap salah satu indikator

    pembangunan yaitu Angka Harapan Hidup (AHH). Berdasarkan data Sensus Penduduk oleh

    BKKBN, AHH di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Meningkatnya AHH

  • 2

    ini menggambarkan bahwasannya kesempatan hidup seseorang menjadi semakin lama karena

    kebutuhan gizi yang memadai, kondisi kesehatan yang baik, dan relatif tidak rentan terhadap

    penyakit.

    Pemerintah mempunyai peran yang besar dalam peningkatan kesehatan yaitu sebagai

    regulator, pemberi biaya, dan pelaksana kegiatan. Sebagai regulator pemerintah bertugas

    membuat kebijakan-kebijakan dibidang kesehatan, yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan.

    Peran pemerintah yang kedua adalah sebagai pemberi biaya dalam pengadaan sarana-sarana

    kesehatan yang dianggarkan dalam APBN. Peran pemerintah yang terakhir adalah sebagai

    pelaksana kegiatan, yang dilaksanakan oleh Rumah Sakit milik Pemerintah Pusat, atau Daerah

    dan juga Puskesmas atau Posyandu dibawah naungan Dinas Kesehatan.

    Tahun 1975 Dinas Kesehatan menetapkan kebijakan Pembangunan Kesehatan

    Masyarakat Desa (PKMD) yang salah satu bentuknya adalah posyandu. Tahun 1984 pemerintah

    membuat keputusan bahwa puskesmas merupakan pusat layanan kesehatan terpadu. jumlah

    puskesmas berkembang pesat, dimana dalam kurun waktu sepuluh tahun (1970 - 1980)

    jumlahnya bertambah sebesar 2916 unit. Krisis tahun 1998 mempengaruhi menurunnya

    penyediaan fasilitas kesehatan, yang kemudian mengakibatkan keterlibatan pihak swasta

    semakin besar dalam pembiayaan pelayanan kesehatan. Pada pemerintahan presiden Susilo

    Bambang Yudhoyono jilid I dikeluarkan UU No. 40 Tahun 2004 yang berisi tentang kebijakan

    Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN).

    Berdasarkan penjelasan diatas paper ini bertujuan untuk membahas secara terperinci

    mengenai strategi yang telah dilakukakan pemerintah di bidang kesehatan guna mendorong

    meningkatnya derajat kesehatan masyarakat di Indonesia selama lima dekade terakhir.

    KAJIAN LITERATUR

    Konsep Pertumbuhan Ekonomi

    Menurut Prof. Simon Kuznets dalam Todaro (2004:99) pertumbuhan ekonomi adalah

    kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan

    berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau

    dimungkinkan oleh adanya kemajuan teknologi, institusional (kelembagaan) dan ideologis

  • 3

    terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada. Simon Kuznetz (Jhingan, 2003) juga mengatakan

    bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu

    negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya

    yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi, kelembagaan dan ideologis.

    Pertumbuhan ekonomi mengukur kemampuan prestasi perkembangan suatu

    perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya. Kemampuan suatu negara untuk

    menghasilkan barang dan jasa akan meningkat, disebabkan oleh pertambahan faktor-faktor

    produksi baik dalam jumlah output dan kualitasnya. Peningkatan pertumbuhan ekonomi

    tercermin dari Produk Domestik Bruto (PDB) rill yang merupakan indikator utama untuk melihat

    sejauh mana pertumbuhan ekonomi telah meningkat. PDB riil meningkat maka seluruh kegiatan

    ekonomi dapat terpenuhi, sehingga proses-proses ekonomi menjadi lancar dan pada akhirnya

    pendapatan masyarakat meningkat yang secara otomatis diikuti oleh kesejahteraan yang juga

    meningkat.

    Teori Pertumbuhan Baru (New Growth Theory)

    Teori ini memberikan kerangka teoritis untuk menganalisis pertumbuhan yang bersifat

    endogen sebagai bentuk kritikan terhadap teori pertumbuhan neoklasik Solow yang tidak bisa

    menjelaskan dengan baik pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Menurut Romer dalam

    Todaro (2004:168), teori ini menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi lebih ditentukan oleh

    sistem produksi, bukan berasal dari luar sistem. Kemajuan teknologi merupakan hal yang

    endogen, pertumbuhan merupakan bagian dari keputusan pelaku-pelaku ekonomi untuk

    berinvestasi dalam pengetahuan. Peran modal tidak hanya sekedar bagian dari pendapatan

    apabila modal yang tumbuh bukan hanya modal fisik saja tapi menyangkut modal manusia.

    Model pertumbuhan endogen sedikit berbeda dengan model Solow, model pertumbuhan

    endogen memodifikasi fungsi produksi agregat menjadi:

    Y = A f(K,H,L ) ...................................(1)

    Dimana: Y = Output L = Tenaga Kerja

    A = Teknologi H = Sumber Daya Manusia

  • 4

    K = Modal

    Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

    Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) digunakan

    untuk mengukur keberhasilan atau kinerja (performance) suatu negara dalam bidang

    pembangunan manusia. Mengingat manusia sebagai subjek maupun objek pembangunan maka

    manusia di dalam kehidupannya harus mampu meningkatkan kualitas hidup sebagai insan

    pembangunan. United Nation Development Programme (UNDP) mendefenisikan pembangunan

    manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk. Dalam konsep

    tersebut penduduk ditempatkan sebagai tujuan akhir (the ultimated end) sedangkan upaya

    pembangunan dipandang sebagai sarana (principal means) untuk mencapai tujuan. Paradigma

    pembangunan manusia memiliki dua sisi yaitu sisi pertama berupa informasi kapabilitas manusia

    seperti perbaikan taraf kesehatan, pendidikan dan keterampilan. Sisi lainnya adalah pemanfaatan

    kapabilitas mereka untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif, cultural, sosial dan politik.

    IPM menjadi indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun

    kualitas hidup manusia yang dapat menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil

    pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, dan pendidikan. IPM mengukur

    pencapaian rata-rata sebuah negara dalam 3 dimensi dasar pembangunan manusia, yaitu umur

    panjang dan sehat yang diukur dengan AHH (AHH) saat kelahiran, pengetahuan diukur dengan

    angka melek huruf (AMH), serta standar hidup layak yang diukur dengan pendapatan perkapita

    masyarakat.

    Angka Harapan Hidup (AHH)

    Angka Harapan Hidup (AHH) adalah perkiraan jumlah tahun hidup atau umur penduduk

    di suatu negara atau wilayah tertentu. AHH merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja

    pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan

    derajat kesehatan pada khususnya. AHH yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan

    program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan,

    kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan. Peningkatan usia

  • 5

    harapan hidup penduduk dari suatu negara merupakan efek keberhasilan program kesehatan dan

    program pembangunan sosial ekonomi dinegara tersebut. Meningkatnya perawatan kesehatan

    melalui puskesmas, dan meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap

    pelayanan kesehatan. Dengan demikian masyarakat akan mampu memenuhi kebutuhan gizi dan

    kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan

    penghasilan yang memadai. Pada akhirnya hal ini akan meningkatkan derajat kesehatan

    masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya.

    PEMBAHASAN

    Sejarah Perkembangan Pelayanan Kesehatan Dekade 1970-an

    Presiden Soeharto melakukan sebuah gerakan pembangunan berkelanjutan pada periode

    1967 ditandai dengan mulainya masa orde baru. Pembangunan bekelajuntan ini disebut

    Pembanguan Lima Tahun (PELITA). Seminar yang diadakan pada bulan November 1968

    membahas dan merumuskan program kesehatan terpadu. Bandung Plan merupakan salah satu

    perkembangan penting dibidang kesehatan pada masa kemerdekaan. Bandung Plan menjadi awal

    mula konsep dari pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Ekspansi penyediaan fasilitas

    kesehatan terjadi pada periode 1970 hingga 1980. Kebijakan pembangunan berkelanjutan yang

    bertitik berat pada pelayanan kesehatan secara merata menjadi perhatiaan tersendiri pada masa

    ini.

    Program Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA) menandai fokusnya

    pemerintah terhadap pelayanan kesehatan secara merata. Pemerintah menjalankan perencanaan

    pembangunan dengan mengarah pada Garis-Garis Haluan Besar Negara (GBHN) sebagai

    pengambilan kebijakan pada masa itu. PT. ASTEK berdiri pertama kali pada masa Orde Baru

    tahun 1977. Berdasarkan PP No.36 Tahun 1995 PT. ASTEK berubah menjadi Jamsostek, pada

    periode ini bisa dilihat perubahan jumlah puskemas yang signifikan pada tahun 1970 terdapat

    1637 unit puskesmas menjadi 4553 unit puskemas pada tahun 1980. Pemerintahan Orde Baru

    melakukan ekspansi pelayanan kesehatan secara maksimal. Kondisi ini memperbaiki derajat

    kesehatan masyarakat dengan ditunjukan Angka Harapan Hidup (AHH) yang bertambah secara

    signifikan dalam kurun waktu satu Dekade. Tabel 2 menunjukkan AHH tahun 1971 adalah 47,7

    tahun dan meningkat dalam satu Dekade menjadi 52,2 tahun pada tahun 1980. Pelayanan

    kesehatan merupakan kebutuhan dasar yang menjadi perhatian pemerintah saat itu. Pemerintahan

  • 6

    Orde Baru mulai menjamin pelayanan kesehatan guna memberikan status kesehatan yang lebih

    baik kepada masyarakat.

    Pelayanan kesehatan selama masa 1970-an dapat dilihat pada Tabel 2 yang

    memperlihatkan jumlah rumah sakit sebanyak 4.430 unit, puskesmas sebanyak 29.839 unit,

    pustu sebanyak 53.448 unit, apotik sebanyak 8.607 unit, tempat tidur 345.812. Tenaga kesehatan

    pada masa 1970-an diantaranya terdapat dokter sebanyak 51.382 orang dan bidan atau perawat

    sebanyak 136.559 orang.

    Sejarah Perkembangan Pelayanan Kesehatan Dekade 1980-an

    Keputusan yang dibuat pada periode 1984 menyatakan bahwa puskesmas merupakan

    pusat layanan kesehatan terpadu yang kemudian menjadi pusat kesehatan masyarakat.

    Departemen Kesehatan menetapkan kebijakan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa

    (PKMD) pada tahun 1975. PKMD adalah strategi pembangunan kesehatan yang menerapkan

    prinsip gotong royong dan swadaya masyarakat, dan salah satu bentuk PKMD yaitu Posyandu

    dimana pencanangan Posyandu dilakukan pertama kali pada tahun 1986 di Yogyakarta. Sejak

    saat itu Posyandu tumbuh dengan pesat, hal tersebut ditandai dengan Angka Kematian Bayi di

    Indonesia mengalami penurunan yaitu 145 jiwa di tahun 1971 menjadi 109 jiwa di tahun 1980.

    (Sensus Penduduk, BPS)

    Jumlah fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan pada masa 1980-an meningkat dari masa

    sebelumnya. Tabel 2 memberikan informasi dari tahun 1980 hingga 1989 terdapat sebanyak

    12880 unit rumah sakit, puskesmas 52.381 unit, pustu 127.386 unit, apotik 19.587, dan tempat

    tidur sebanyak 734.147 unit. Tenaga kesehatan di Indonesia pada masa 1980-an terdapat 180.726

    orang dokter dan 490.087 orang bidan atau perawat.

    Peningkatan jumlah fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan memiliki dampak terhadap

    derajat kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan penduduk Indonesia yang semakin membaik

    ditandai dengan meningkatnya AHH menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

    Nasional (BKKBN) tahun 1980 yaitu mencapai 52,2 tahun dimana pada tahun 1971 AHH hanya

    mencapai 45,7 tahun yang ditinjukkan pada tabel 1.

    Sejarah Perkembangan Pelayanan Kesehatan Dekade 1990-an

  • 7

    Kondisi krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 mengawali masa kebijakan

    reformasi. Perekonomian pada masa itu mengalami kondisi yang tidak stabil. Pemerintahan Orde

    Baru yang sangat tergantung terhadap hutang dalam pembiayaan pembangunan mengakibatkan

    hutang Indonesia berada diluar kendali. Kekuasaan pemerintahan Soeharto berganti menjadi

    pemerintahan Habibie, dimana pemerintah sangat hati-hati dalam mengambil kebijakan karena

    kondisi ekonomi yang belum stabil. Krisis pada pertengahan 1998 mengakibatkan berkurangnya

    pembiayaan kesehatan dari pemerintah. Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) memperparah

    kondisi ekonomi setelah reformasi. Pelayanan kesehatan menjadi hal yang dilupakan oleh

    pemerintah. Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak Jaring

    Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (PKPS BBM JPS BK) memberikan pelayanan kesehatan

    gratis bagi masyarakat tidak mampu disemua fasilitas kesehatan milik pemerintah sejak tahun

    1998. Anggaran pemerintah mengalami penurunan dalam bidang kesehatan, kemudian dibantu

    oleh pihak swasta yang ingin meninggkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.

    Sistem desentralisasi di masa reformasi mengawali terbukanya peran-serta daerah dalam

    miningkatkan pelayanan di daerah masing-masing. Peran pemerintah memberikan dampak yang

    signifikan dimana pelayanan kesehatan di setiap daerah mulai merata. Peran aktif masyarakat

    menunjukan bahwa masyarakat sudah peduli dengan kesehatan yang ditandai dengan

    meningkatnya derajat kesehatan sehingga menciptakan pembangunan yang berkelanjutan

    dibidang kesehatan.

    Instruksi Menteri Dalam Negeri No.9 Tahun 1990 tentang peningkatan Mutu Posyandu

    dikeluarkan pada tahun 1990 mengakibatkan perkembangan yang luar biasa. Pengelolaan

    Posyandu dilakukan oleh satu Kelompok Kerja Operasional (pokjanal) Posyandu yang

    merupakan tanggung jawab bersama antar masyarakat dengan Pemerintah Daerah.

    (jurnalposyandu.blogspot.com diunduh pada 11 Juni 2014 pukul 02.17 AM) Perkembangan

    yang luar biasa ditandai dengan menurunnya angka kematian bayi. Tahun 1990 angka kematian

    bayi tercatat sebanyak 71,00 jiwa, tahun 1994 sebanyak 66,40 jiwa, dan pada tahun 1997

    sebanyak 52,20 jiwa. Penurunan terus terjadi hingga tahun 2010 yaitu sebanyak 26 jiwa.

    (Sumber: Sensus Penduduk, BPS diunduh 11 Juni pukul 14.50)

    Sejarah Perkembangan Pelayanan Kesehatan Dekade 2000-an

  • 8

    Pemerintahan yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dimulai

    dengan kebijakan pembiayaan kesehatan. Kebijakan ini diatur dalam UU No.40 Tahun 2004

    tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) dengan tujuan untuk memberikan jaminan

    sosial yang komprehensif bagi seluruh masyarakat. Pemerintah meluncurkan program Jaminan

    Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM) melalui kementerian kesehatan pada

    tahun 2005, kemudian disempurnakan dalam bentuk Jaminan Kesehatan Masyarakat

    (JAMKESMAS) pada tahun 2008.

    JAMKESMAS adalah program pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan

    bagi rakyat miskin, guna memperbaiki tingkat mutu kesehatan masyarakat. JAMKESMAS

    diberikan kepada masyarakat miskin dalam bentuk asuransi kesehatan masyarakat miskin

    (ASKESKIN) melalui rumah sakit. Program ini ditujukan untuk membantu keluarga miskin di

    daerah memalui sistem desentralisasi yang sudah diterapkan. Untuk mengatasi kendala askes

    penduduk terhadap pelayanan kesehatan, pemerintah membuat kebijakan mengenai jaminan

    sosial.

    Tabel 2 memberikan informasi mengenai fasilitas kesehatan dan tenaga kesahatan pada

    masa 2000-an dimana terdapat 12.792 unit rumah sakit, 77.989 unit puskesmas, 221.642 unit

    pustu, 2.513.211 unit posyandu, 88.009 unit apotik, 1.377.794 unit tempat tidur, dokter sebanyak

    311.253 orang dan bidan/perawat sebanyak 1.545.128 orang. Perkembangan pelayanan dan

    kebijakan pemerintah dalam bidang kesehatan memberikan dampak positif terhadap derajat

    kesehatan masyarakat. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya AHH pada tahun 2000 yaitu

    mencapai 65,4 tahun.

    Sejarah Perkembangan Pelayanan Kesehatan Tahun 2010-2012

    Tahun 2010 pemerintah memperkenalkan program baru yaitu bantuan operasional

    kesehatan (BOK). BOK digunakan sebagai dana bantuan untuk puskesmas dalam operasional.

    Sistem Desentralisasi memberikan kewenangan pemerintah daerah untuk meningkatkan

    pelayanan kesehatan. Kebijakan ini merupakan pelimpahan wewenang pemerintah pusat kepada

    pemerintah daerah dalam menjalankan tugas pemerataan pelayanan kesehatan.

    Bantuan BOK dapat membantu pembinaan puskesmas dalam menyiapkan kader sebagai

    petugas pelayanan kesehatan. Puskesmas sebagai target utama program BOK merupakan media

  • 9

    bagi pemerintah dalam mengatasi persoalan akses kesehatan yang tidak merata. Dampak positif

    yang diberikan adalah masyarakat miskin mampu meningkatkan derajat kesehatan secara

    optimal.

    Tabel 2 memberikan informasi tentang jumlah fasilitas dan tenaga kesehatan dari tahun

    2010-2012 yang meningkat setiap tahunnya. Pelayanan kesehatan dari tahun 2010-2012

    meliputi; Rumah sakit sebanyak 5436 unit, 27836 unit puskesmas, 23049 unit pustu, 812464 unit

    posyandu, 50951 unit apotik, 561232 unit tempat tidur, dokter sebanya 178482 orang, dan

    bidan/perawat sebanyak 986460 orang.

    PENUTUP

    Simpulan

    Tahun 1970-an merupakan cikal bakal berdirinya puskesmas, dan terjadinya ekspansi

    pelayanan kesehatan yang terus berlanjut hingga tahun 1980-an. Tahun 1990-an, terjadi krisis

    ekonomi yang berdampak pada menurunnya pembiayaan di bidang kesehatan karena pemerintah

    fokus untuk menstabilkan perekonomian. Keadaan ini menyebabkan fasilitas kesehatan yang

    disediakan oleh pemerintah berubah dari fasilitas fisik seperti rumah sakit dan puskesmas

    berubah menjadi Jaminan Sosial Nasional.

    Kebijakan yang dilakukan pemerintah di bidang kesehatan dari tahun 1970-2010

    mendorong Angka Harapan Hidup, yang merupakan dampak dari meningkatnya pelayanan

    kesehatan seperti jumlah rumah sakit, puskesmas dan tenaga kesehatan yang terus bertambah.

    Saran

    Penelitian selanjutnya dapat mengkaji lebih dalam mengenai dampak dari meningkatnya

    Angka Harapan Hidup seperti Bertambahnya jumlah penduduk usia non produktif. Analisis lebih

    mendalam mengenai indikator yang merupakan pembentuk komposisi angka harapan hidup.

    Melengkapi data secara kuantitas mengenai sarana kesehatan dan indikator pembentuk Angka

    Harapan Hidup.

  • 10

    Daftar Pustaka

    Angka Harapan Hidup di Indonesia menurut Provinsi, Badan Kependudukan dan Keluarga

    Berencana Nasional. www.bkkbn.go.id (Diunduh pada 8 Juni 2014, pukul 17.20)

    Arianto, H. Kurniawan. 2011. Perubahan Pola Pembiayaan Kesehatan di Indonesia Sejalan

    dengan Perubahan Pola Politik yang Terjadi. Program Magister Administrasi Publik:

    Universitas Gadjah Mada.

    Indeks Pembangunan Manusia, United Nations Development Programme. www.id.undp.org

    (Diunduh pada 11 Juni 2014, pukul 12.00)

    Jhigan. M. L. 2003. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT. Raja Grafindo Persada:

    Jakarta.

    Kementerian Kesehatan. Data dan Informasi Kesehatan semester satu, 2013. www.depkes.go.id

    (Diunduh pada 4 Juni 2014, pukul 20.15)

    Pelayanan Kesehatan di Indonesia Tahun 1969 2012, Badan Pusat Statistik. (Diunduh pada

    4 Juni 2014, pukul 20.15)

    Sejarah Lahirnya Posyandu. www.jurnalposyandu.blogspot.com (Diunduh pada 11 Juni 2014,

    pukul 02.17)

    Sensus Penduduk. Badan Pusat Statistika. (Diunduh 11 Juni 2014, pukul 14.50)

    Todaro, Michael dan Stephen Smith. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi

    kedelapan. Erlangga. Jakarta.

    Yuhendri. 2013. Pengaruh Kualitas Pendidikan, Kesehatan, dan Investasi terhadap

    Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat. Skripsi S-1 Program Studi Ekonomi

    Pembangunan Universitas Negeri Padang.

  • 11

    Lampiran

    Tabel 1

    Angka Harapan Hidup di Indonesia menurut Provinsi

    No Provinsi SP 1971 (1967)

    SP 1980 (1976)

    SP 1990 (1986)

    SP 2000 (1996)

    SP 2010 (2006)

    1 Aceh 46,2 55,2 62,7 67 70,2

    2 Sumatera Utara

    49,9 56,1 62,1 66,0 70,9

    3 Sumatera Barat

    44,6 49,9 59,2 64,0 69,7

    4 Riau 45,6 52,0 61,2 65,0 71,7

    5 Jambi 44,3 50,0 59,2 64,0 69,9

    6 Sumatera Selatan

    44,1 53,6 59,8 64,0 70,9

    7 Bengkulu 42,3 51,8 60,2 64,0 70,3

    8 Lampung 45,6 54,0 60,2 65,0 71,7

    9 Bangka Belitung

    64,0 70,7

    10 Kepri 72,7

    11 DKI Jakarta 48,6 57,6 66,3 71,2 74,7

    12 Jawa Barat 42,3 47,7 55,8 63,0 70,9

    13 Jawa Tengah

    45,9 54,1 61,2 66,0 72,4

    14 DI Yogyakarta

    53,5 61,8 66,6 71,2 74,1

    15 Jawa Timur 50,1 54,4 61,5 65,0 71,3

    16 Banten 61,0 71,4

    17 Bali 48,3 55,4 64,3 68,1 72,7

    18 NTB 35,0 39,1 45,9 56,0 65,1

    19 NTT 44,4 48,7 58,6 63,0 67,4

    20 Kalimantan Barat

    45,9 50,4 57,7 63,0 70,3

    21 Kalimantan Tengah

    48,4 53,9 62,8 65,0 71,5

    22 Kalimantan Selatan

    42,6 49,6 55,7 60,0 68,4

    23 Kalimantan Timur

    53,2 53,8 62,7 67,0 72,3

    24 Sulawesi Utara

    53,5 55,2 61,6 70,1 71,1

    25 Sulawesi Tengah

    46,9 48,3 55,4 61,0 65,9

    26 Sulawesi Selatan

    50,3 51,9 60,0 63,0 69,3

  • 12

    27 Sulawesi Tenggara

    45,3 50,8 58,5 64,0 67,0

    28 Gorontalo 63,0 63,2

    29 Sulawesi Barat

    65,1

    30 Maluku 46,0 49,6 58,7 62,0 65,1

    31 Maluku Utara

    59,0 67,0

    32 Papua Barat

    71,8

    33 Papua 56,7*) 53,0 57,9 63,0 73,0

    INDONESIA 45,7 52,2 59,8 65,4 70,7

    Sumber : Sensus Penduduk

    Catatan:

    1. AHH dihitung dengan Metode Trussell dari kelompok umur ibu 20-24, 25-29, 30-34.

    2. Angka dalam kurung () menunjukkan tahun rujukan.

    3. *) hanya mencakup daerah perkotaan.

  • 13

    Tabel 2

    Pelayanan Kesehatan di Indonesia Tahun 1969 2012

    Satuan Rumah Sakit* Puskesmas Pustu** Posyandu Apotik Tempat Tidur Dokter Bidan/ perawat

    Unit unit unit unit unit Unit orang orang

    1969 n.a. 1058 5620 n.a. n.a. n.a. n.a. n.a.

    1970 n.a. 1637 5689 n.a. n.a. n.a. n.a. n.a.

    1971 n.a. 2020 6330 n.a. n.a. n.a. n.a. n.a.

    1972 n.a. 2175 6610 n.a. n.a. n.a. n.a. n.a.

    1973 n.a. 2343 6801 n.a. 1105 n.a. n.a. n.a.

    1974 n.a. 2843 6909 n.a. 1267 n.a. 6221 16059

    1975 n.a. 2843 6909 n.a. 1149 n.a. 7644 17226

    1976 998 3679 2744 n.a. 1175 71350 8279 20576

    1977 1083 3893 2412 n.a. 1214 83091 8977 23926

    1978 1168 4053 2412 n.a. 1284 94831 9805 27711

    1979 1181 4353 6632 n.a. 1413 96540 10456 31061

    1980 1208 4553 7342 n.a. 1532 98543 11681 32854

    1981 1220 4753 8342 n.a. 1537 100166 12931 36673

    1982 1232 4953 10342 n.a. 1661 101789 15400 38517

    1983 1244 5021 12342 n.a. 1665 103412 16000 40000

    1984 1321 5353 13635 n.a. 1810 108511 17647 44113

    1985 1367 5453 15136 n.a. 1955 110426 18947 48270

    1986 1408 5553 16636 n.a. 2134 111300 20176 52131

    1987 1456 5639 17302 n.a. 2163 n.a. 21493 56806

    1988 1500 5540 12894 n.a. 2510 n.a. 23084 64087

    1989 924 5563 13415 n.a. 2620 n.a. 23367 76636

    1990 950 5656 15437 n.a. 2741 109387 25752 98842

    1991 982 5976 15944 n.a. 3223 111160 24354 106248

    1992 994 6224 18264 n.a. 3520 112779 25135 118555

  • 14

    1993 1026 6954 19977 n.a. 3868 114474 26140 122257

    1994 1039 6984 20466 n.a. 3988 116847 28989 138816

    1995 1062 7105 20672 n.a. 4572 118306 30402 138974

    1996 1074 7177 21071 244187 5084 120083 31887 155911

    1997 1090 7175 21115 240054 5440 121996 35173 164732

    1998 1112 7181 21503 234006 5491 123186 34564 162060

    1999 1111 7195 21417 235133 5695 123398 31603 108068

    2000 1145 7237 21267 234526 6043 125507 n.a. n.a.

    2001 1179 7277 21587 231349 6391 127217 n.a. n.a.

    2002 1215 7309 21706 220190 7767 130214 n.a. n.a.

    2003 1234 7413 21762 242221 8368 131129 41212 208939

    2004 1246 7550 22002 238699 8557 132231 35375 196894

    2005 1268 7669 22171 315921 9143 137120 43014 184849

    2006 1292 8015 22502 269202 10322 138451 43430 203597

    2007 1319 8234 22832 244325 6816 142707 43846 222345

    2008 1371 8548 23163 249951 10931 149538 52408 250283

    2009 1523 8737 22650 266827 13671 163680 51968 278221

    2010 1632 9005 23049 267633 16603 159144 42467 266348

    2011 1721 9321 n.a. 268439 16735 170656 59492 358340

    2012 2083 9510 n.a. 276392 17613 231432 76523 361772

    Sumber: Statistik Indonesia dan Profil Kesehatan berbagai Edisi ** Sebelum tahun 1978 masih bernama BKIA Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak

  • 15