analisis kebijakan dalam transportasi

7
Analisis Kebijakan Dalam Transportasi Pemerataan Rute Penerbangan Di Seluruh Wilayah Republik Indonesia” BAB 1. Pendahuluan Pembangunan sektor transportasi diarahkan pada terwujudnya sistem transportasi nasional yang handal, berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara efektif dan efesien dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang serta jasa, mendukung pola distribusi nasional serta mendukung pengembangan wilayah dan peningkatan hubungan internasional yang lebih memantapkan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka perwujudan wawasan nusantara. Jaringan transportasi dapat dibentuk oleh moda transportasi yang terlibat. Masing-masing moda transportasi memiliki karakteristik teknis yang berbeda dan pemanfaatannya disesuaikan dengan kondisi geografis daerah layanan. Moda transportasi udara mempunyai karakteristik kecepatan yang tinggi dan dapat melakukan penetrasi sampai keseluruh wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh moda transportasi lain. Perkembangan industri angkutan udara nasional, Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis wilayah yang ada sebagai suatu negara kepulauan. Oleh karena itu, Angkutan udara mempunyai peranan penting dalam memperkokoh kehidupan berpolitik, pengembangan ekonomi, sosial budaya dan keamanan & pertahanan. Merupakan bagian dari subsistem transportasi udara, kebijakan umum angkutan udara diarahkan untuk mewujudkan terselenggaranya angkutan udara secara selamat, aman, cepat, efisien, teratur, nyaman, dan mampu berperan dalam rangka menunjang dan mendukung sektor- sektor pembangunan lainnya. Masalah yang dihadapi dalam dunia penerbangan dalam negeri adalah masih banyak daerah memiliki bandar udara yang belum sesuai standar, sehingga terbatasnya perusahaan penerbangan yang bisa melayani masyarakat. Hal ini menimbulkan daerah kurang berkembang dari sektor ekonomi, politik dan sosial budaya. Bandar Udara yang terbuka untuk melayani ditetapkan berdasarkan pertimbangan beberapa aspek sebagai berikut: Potensi permintaan penumpang angkutan udara; Potensi kondisi geografis; Potensi kondisi pariwisata; Potensi kondisi ekonomi; Aksesibilitas dengan bandar udara disekitarnya, dan ketentuan intra antar moda. Jadi aspek tersebut mempengaruhi

Upload: rasthoen

Post on 16-Feb-2015

120 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Kebijakan dalam Transportasi

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Kebijakan Dalam Transportasi

Analisis Kebijakan Dalam Transportasi

“Pemerataan Rute Penerbangan Di Seluruh Wilayah Republik Indonesia”

BAB 1. Pendahuluan

Pembangunan sektor transportasi diarahkan pada terwujudnya sistem

transportasi nasional yang handal, berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara

efektif dan efesien dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika

pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang serta jasa, mendukung pola

distribusi nasional serta mendukung pengembangan wilayah dan peningkatan hubungan

internasional yang lebih memantapkan perkembangan kehidupan berbangsa dan

bernegara dalam rangka perwujudan wawasan nusantara. Jaringan transportasi dapat

dibentuk oleh moda transportasi yang terlibat. Masing-masing moda transportasi

memiliki karakteristik teknis yang berbeda dan pemanfaatannya disesuaikan dengan

kondisi geografis daerah layanan.

Moda transportasi udara mempunyai karakteristik kecepatan yang tinggi dan dapat

melakukan penetrasi sampai keseluruh wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh moda

transportasi lain.

Perkembangan industri angkutan udara nasional, Indonesia sangat dipengaruhi

oleh kondisi geografis wilayah yang ada sebagai suatu negara kepulauan. Oleh karena

itu, Angkutan udara mempunyai peranan penting dalam memperkokoh kehidupan

berpolitik, pengembangan ekonomi, sosial budaya dan keamanan & pertahanan.

Merupakan bagian dari subsistem transportasi udara, kebijakan umum angkutan udara

diarahkan untuk mewujudkan terselenggaranya angkutan udara secara selamat, aman,

cepat, efisien, teratur, nyaman, dan mampu berperan dalam rangka menunjang dan

mendukung sektor- sektor pembangunan lainnya.

Masalah yang dihadapi dalam dunia penerbangan dalam negeri adalah masih

banyak daerah memiliki bandar udara yang belum sesuai standar, sehingga terbatasnya

perusahaan penerbangan yang bisa melayani masyarakat. Hal ini menimbulkan daerah

kurang berkembang dari sektor ekonomi, politik dan sosial budaya. Bandar Udara yang

terbuka untuk melayani ditetapkan berdasarkan pertimbangan beberapa aspek sebagai

berikut: Potensi permintaan penumpang angkutan udara; Potensi kondisi geografis;

Potensi kondisi pariwisata; Potensi kondisi ekonomi; Aksesibilitas dengan bandar udara

disekitarnya, dan ketentuan intra antar moda. Jadi aspek tersebut mempengaruhi

Page 2: Analisis Kebijakan Dalam Transportasi

kualitas bandar udara, semakin tinggi nilai aspek tersebut maka semakin baik juga

kualitas bandar udaranya dan mungkin bisa menjadi Bandar Udara Internasional.

Prioritas program kebijakan transportasi angkutan udara dalam negeri diarahkan

sebagai berikut :

1. Rute penerbangan dalam negeri dapat menghubungkan dan menjangkau seluruh

wilayah Republik Indonesia yang terdiri dari rute utama, rute pengumpan dan rute

perintis.

2. Memperhatikan aspek pemerataan pelayanan di seluruh wilayah, dengan

menerapkan prinsip subsidi silang (keseimbangan rute) yaitu perusahaan

penerbangan selain menerbangi rute sangat padat dan padat juga menerbangi rute

kurang padat dan tidak padat.

3. Menerapkan Multi Airlines System dimana satu rute penerbangan dilayani lebih

dari satu perusahaan penerbangan untuk menciptakan iklim usaha yang

berkompetisi secara sehat dan kondusif.

4. Memperhatikan keterpaduan antar rute penerbangan dalam negeri atau rute

penerbangan dalam negeri dengan rute penerbangan luar negeri.

5. Mendukung iklim usaha terhadap Pemegang Ijin usaha kegiatan angkutan udara

niaga dan bukan niaga, pada situasi tertentu, untuk dapat melayani rute – rute

tertentu yang tidak dilayani oleh angkutan udara niaga berjadwal guna mendukung

iklim usaha yang kondusif dan kegiatan penduduk setempat.

Page 3: Analisis Kebijakan Dalam Transportasi

BAB 2. Unsur – Unsur Kebijakan

2.1 Masalah yang mendasari kebijakan

Di Indonesia masih banyak daerah-daerah yang berada di pelosok tidak bisa

berkembang karena kurang/tidak adanya pelayanan penerbangan. Dimana kita ketahui

bahwa transportasi ini lebih cepat dibanding transportasi lain yang ada di Indonesia.

Oleh sebab itu kota-kota yang belum memiliki bandar udara yang sesuai standar atau

belum sama sekali memiliki bandar udara tergolong kota yang lambat dalam sektor

pembangunan. Kebijakan ini dibuat agar terciptanya pemerataan pembangunan di

seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.

2.2 Kasualitas yang dikembangkan dalam pengambilan kebijakan

Sebab dari kebijakan penerbangan ini, karena masih adanya bandar udara yang

belum sesuai standar dan melayani penerbangan yang terbatas. Hal yang sangat perlu

diperhatikan dalam kebijakan ini adalah bandar udara yang sudah memiliki fasilitas

yang sesusai standar. Bandar Udara meliputi tata ruang yang sangat luas, sebagian

dibangun untuk landasan pacu, taxiway, apron, hangar dan sebagian lainnya disediakan

untuk gedung terminal penumpang, terminal kargo, area parkir dan fasilitas penunjang

lainnya. Perusahaan penerbangan akan berinvestasi jika bandar udara telah menyiapkan

fasilitas yang lengkap. Pesawat ukuran besar membutuhkan panjang landasan pacu yang

lebih dibanding pesawat kecil, begitu juga dengan terminalnya. Jika semua daerah

memperbaiki atau menambah fasilitas bandar udara, maka dengan sendirinya

perusahaan penerbangan akan mau berinvestasi dan melayani kebutuhan masyarakat.

Jika Transportasi udara sudah menjangkau daerah di pelosok negeri maka akan tercipta

pemerataan pembangunan di Indonesia, sehingga tidak ada lagi kota / desa yang

tertinggal.

2.3 Kelengkapan Kebijakan

a) Instrumen yang digunakan dalam implementasi kebijakan

b) Tingkat koersi dari kebijakan tersebut

c) Pemberian insentif

Page 4: Analisis Kebijakan Dalam Transportasi

Adapun kelengkapan dalam mengambil kebijakan tentang rute penerbangan ini adalah

UU No. 1 tahun 2009 Tentang Penerbangan. Kebijakan angkutan udara diterbitkan oleh

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.

2.4 Sasaran Kebijakan

Sasaran kebijakan ini adalah masyarakat indonesia atau pemakai sarana

transportasi udara. Dimana masyarakat dapat bepergian baik dalam kepentingan apapun

dengan waktu yang lebih singat. Daerah juga bisa berkembang karena mobilitas untuk

pengembangan bisnis ekonomi sosial dan budaya. Secara tidak langsung perusahaan

penerbangan mendapat keuntungan karena tingginya demand (permintaan) suatru

daerah.

2.5 Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan adalah bagaimana kebijakan tersebut bekerja

sebagaimana mestinya, kebijakan ini harus didukung dengan pemerintah yang bekerja

sama dengan perusahaan penerbangan. Setelah bandar udara tersedia dengan fasilitas

lengkap.

Page 5: Analisis Kebijakan Dalam Transportasi

BAB 3. Evaluasi Kebijakan

3.1 Jenis Kebijakan

Kebijakan tentang pemerataan rute penerbangan Indonesia termasuk dalam jenis

Redistribusi Yang berarti bahwa kebijakan publik yang bertujuan untuk mengubah

alokasi kemakmuran, pendapatan dan hak di antara berbagai kelompok dan kelas dalam

masyarakat

3.2 Dampak Kebijakan

Dampak kebijakan ini bersifat positif karena demi pemerataan pembangunan

ekonomi, politik, dan sosial budaya. Secara pribadi dapat melakukan perjalanan yang

lebih cepat dibanding transportasi lain, sehingga segala aktivitas yang dilakukan lebih

cepat terselesaikan. Golongan masyarakat atau suatu daerah juga dapat merasakan

keuntungannya karena mendapat akses untuk memperlihatkan atau menyalurkan

kekayaan SDA dan SDM, sehingga dapat menaikkan tingkat perekonomian suatu

daerah.

3.3 Efektivitas dan Efisiensi

Efektivitas yaitu tentang sampai seberapa jauh suatu kebijakan publik mencapai

tujuan yang diinginkan. Sampai saat ini kebijakan ini masih dalam proses, artinya masih

banyak menaikkan kualitas bandar udara atau membangun bandar udara baru.

Efisiensi yaitu tentang sampai seberapa jauh suatu kebijakan publik

menghasilkan sejumlah besar output untuk sejumlah kecil input. Efisiensi kebijakan ini

memberikan keuntungan kepada pemakai jasa karena adanya persaingan perusahaan

penerbangan, sehingga biaya tiket menjadi murah karena maskapai penerbangan saling

bersaing untuk memberikan pelayanan dan kemudahan bagi konsumen.

3.4 Keberlanjutan

Keberlanjutan dari kebijakan pemerataan penerbangan segala rute di wilayah

Indonesia adalah untuk bandar udara yang hanya menyediakan penerbangan domestik

bisa naik level menjadi bandar udara internasional. Apabila aspek meningkat yaitu

potensi permintaan penumpang angkutan udara; Potensi kondisi geografis; Potensi

Page 6: Analisis Kebijakan Dalam Transportasi

kondisi pariwisata; Potensi kondisi ekonomi; Aksesibilitas dengan bandar udara

disekitarnya, dan ketentuan intra antar moda

Page 7: Analisis Kebijakan Dalam Transportasi

BAB 4. Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan

Kesimpulannya adalah kebijakan ini untuk pemerataan pembangunan dalam

sektor ekonomi, politik, sosial dan budaya. Pelayanan rute penerbangan di seluruh

wilayah republik Indonesia dapat meningkatkan kualitas individu, golongan, kelompok

masyarakat serta daerah.

4.2 Saran

Penerapan ini harus didukung dari bandar udara yang sesuai standar layanan,

sehingga setiap daerah harus memperhatikan fasilitas layanan bandar udaranya.

Peningkatan kualitas bandar udara akan mendorong perusahaan penerbangan melayani

permintaan.