analisis kasus ketahanan nasional: isis, pancasila dan keberagaman indonesia

21
BAB I: PENDAHULUAN I. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan beragam budaya; suku, bahasa dan adat istiadat dan sumber daya alam yang melimpah. Merupakan negara yang elok dan indah, negara yang menarik mata berjuta manusia di muka bumi. Di balik keindahan negaranya, Indonesia, yang merupakan sebuah negara yang sedang berkembang, tentu memiliki segudang masalah yang belum terselesaikan dengan tuntas. Dinamika politik, ideologi, ekonomi, demografi, sosial budaya dan pertahanan keamanan menjadi momok menakutkan bagi Indonesia dan tidak memungkinkan untuk menyurutkan semangat generasi muda untuk turut menyelesaikan masalah ini. Terutama masalah politik dan ideologi yang lebih banyak melibatkan pemikiran-pemikiran dan wawasan kebangsaan yang luas, tentu akan lebih sulit dan mungkin menjadi masalah yang tidak pernah terpecahkan. Masalah ideologi di Indonesia memang sangat kompleks dan rumit. Tidak sembarang warga negara dapat turut membantu dan berkontribusi di dalamnya. Ideologi membutuhkan pemikiran dan wawasan yang rasional dan sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan. Setiap butir pemikiran akan menjadi bahan 1

Upload: athika-rahma

Post on 26-Dec-2015

901 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Analisis Kasus Ketahanan Nasional: ISIS, Pancasila dan Keberagaman Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Kasus Ketahanan Nasional: ISIS, Pancasila dan Keberagaman Indonesia

BAB I: PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kaya akan beragam budaya; suku, bahasa dan

adat istiadat dan sumber daya alam yang melimpah. Merupakan negara yang elok dan

indah, negara yang menarik mata berjuta manusia di muka bumi. Di balik keindahan

negaranya, Indonesia, yang merupakan sebuah negara yang sedang berkembang, tentu

memiliki segudang masalah yang belum terselesaikan dengan tuntas. Dinamika politik,

ideologi, ekonomi, demografi, sosial budaya dan pertahanan keamanan menjadi momok

menakutkan bagi Indonesia dan tidak memungkinkan untuk menyurutkan semangat

generasi muda untuk turut menyelesaikan masalah ini. Terutama masalah politik dan

ideologi yang lebih banyak melibatkan pemikiran-pemikiran dan wawasan kebangsaan yang

luas, tentu akan lebih sulit dan mungkin menjadi masalah yang tidak pernah terpecahkan.

Masalah ideologi di Indonesia memang sangat kompleks dan rumit. Tidak sembarang

warga negara dapat turut membantu dan berkontribusi di dalamnya. Ideologi

membutuhkan pemikiran dan wawasan yang rasional dan sesuai dengan fakta yang terjadi

di lapangan. Setiap butir pemikiran akan menjadi bahan pertanyaan; mengapa seperti ini,

bagaimana bisa seperti ini, apa alasannya bisa seperti ini dan sebagainya. Dan belum tentu

pemikiran setiap manusia sama, dari dua ratus juta penduduk Indonesia tentu tidak ada satu

pun yang memiliki pemikiran yang benar-benar sama dengan penduduk lainnya, oleh karena

itulah penyatuan pemikiran dan ide di Indonesia merupakan hal yang terbilang cukup sulit

karena harus menyesuaikan banyak pemikiran. Setiap pemikiran harus dipertanggung

jawabkan oleh penyalur pemikiran atau ide tersebut. Karena hal-hal itulah, mungkin

masyarakat di Indonesia lebih memilih menjadi ‘buta ideologi’ daripada harus memiliki

1

Page 2: Analisis Kasus Ketahanan Nasional: ISIS, Pancasila dan Keberagaman Indonesia

aspirasi dan pemikiran, lalu tidak ada yang memperhatikan aspirasi atau pemikiran tersebut

dan akhirnya menjadi sia-sia.

Bila pemikiran tentang ideologi seperti yang telah penulis singgung diatas masih

diimplementasikan oleh warga negara di Indonesia khususnya generasi muda, tentu bangsa

kita tidak akan pernah mengalami kemajuan. Bangsa yang maju adalah bangsa yang berani

mengambil resiko. Dengan generasi muda terus mempelajari ideologi, minimal ideologi

bangsanya sendiri bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi negara yang lebih kuat. Dan

langkah awal untuk membuat agar warga negara Indonesia memiliki pemikiran berani dan

terbuka adalah dengan memperkenalkan ideologi itu sendiri. Ideologi memang harus

rasional dan dapat dipertanggung jawabkan, namun bukan berarti pemikiran atau ide yang

keluar dari seseorang akan terus diperdebatkan dan dipertanyakan. Bukan berarti ideologi

itu salah, karena tidak ada yang salah dengan pendapat seseorang.

Penulis mengangkat topik ini karena permasalahan ‘buta ideologi’ di Indonesia

dikhawatirkan akan mengancam keberadaan dan keeksisan ideologi negara kita sendiri,

Pancasila, khususnya bila itu terjadi pada generasi muda. Penulis mencoba mengangkat

topik ini dalam kemasan sebuah kasus yang lebih dapat dicerna untuk semua kalangan,

karena harus diakui apabila kita membicarakan ideologi tanpa ada contoh dan bukti yang

konkret dan nyata hasilnya akan sia-sia. Penulis memang tidak menjelaskan dan

menjabarkan pengertian ideologi, macam-macam ideologi dan sebagainya, namun

diharapkan dengan contoh kasus yang penulis angkat akan membuka mata para pembaca

agar menjadi ‘melek ideologi’.

2

Page 3: Analisis Kasus Ketahanan Nasional: ISIS, Pancasila dan Keberagaman Indonesia

BAB II: PERMASALAHAN

I. Buta Ideologi di Indonesia

Indonesia berideologikan Pancasila, yang berisi lima sila dasar yang

mencerminkan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Nama Pancasila

terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip

atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa

dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima sendi utama penyusun

Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,

persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,

dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang

Dasar 1945. Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila

Pancasila yang berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan

Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya

Pancasila.

Warga negara Indonesia sudah sepatutnya mengimplementasikan nilai-nilai

Pancasila dalam kehidupannya sehari-hari. Namun dalam kenyataannya di

lapangan, banyak masyarakat yang tidak melakukannya, bahkan tidak mengenal

dengan baik Pancasila itu sendiri dan nilai-nilai luhur yang dikandungnya. Itulah

yang menjadi awal permasalahan ideologi di Indonesia. Pemikiran yang tertutup

dan cenderung apatis terhadap jati diri bangsanya sendiri akan menjadi

bumerang dan akan membuat Indonesia semakin terpuruk. Pemikiran bahwa

ideologi itu hanya untuk kalangan elit juga dapat memperparah keadaan, karena

3

Page 4: Analisis Kasus Ketahanan Nasional: ISIS, Pancasila dan Keberagaman Indonesia

pemikiran semacam itu akan membuat seolah-olah semuanya urusan politik dan

ideologi hanya dapat ditanggulangi oleh kalangan elit politik. Masyarakat tidak

akan peduli dan bukan tidak mungkin jika kalangan elit politik ‘tidak

mengindahkan’ amanah masyarakat untuk ‘mengurus dan memperbaiki’ ideologi

bangsa. Bukti konkret yang terjadi saat ini, korupsi, misalnya. Selain karena

petinggi politik yang terlibat tidak bertanggung jawab, masyarakat juga turut

‘membantu’ petinggi yang terlibat tersebut untuk korupsi karena ‘keapatisannya’

tentang politik dan ideologi, tentang apa yang terjadi dengan negaranya. Lagi-

lagi, kembali ke awal, masalahnya ada pada ketidakpahaman masyarakat

Indonesia tentang ideologi bangsanya sendiri.

Hal yang dapat dilakukan oleh Indonesia untuk mengatasi ‘buta ideologi’ ini

adalah dengan memperkenalkan tentang ideologi kepada masyarakat dengan

cara dan kemasan yang lebih mudah dicerna. Politik dan ideologi memang identik

dengan istilah rumit. Bila para pendidik dapat menjelaskannya dengan bahasa

yang sederhana, kemungkinan besar masyarakat akan mulai mengerti dan

memahami tentang ideologi dan akan menghubungkan teori tersebut dengan

masalah yang dihadapi Indonesia saat ini.

II. Ideologi ISIS dan Penolakannya di Indonesia

ISIS merupakan ideologi baru yang mengkhawatirkan masyarakat dunia karena

perilaku radikalnya yang tidak kenal belas kasihan. Ada yang berpendapat bahwa

ISIS adalah hal yang benar karena membela Islam, ada pula yang menyatakan

bahwa ISIS adalah ideologi yang dapat memusnahkan umat manusia di muka

4

Page 5: Analisis Kasus Ketahanan Nasional: ISIS, Pancasila dan Keberagaman Indonesia

bumi, oleh karena itu harus segera disingkirkan. Saat ini, ISIS dikabarkan

menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia, sebagai negara yang memiliki

penduduk beragama Islam paling banyak. Seperi yang dikutip dari bbc.co.uk, di

Indonesia, sejauh ini telah ada bentuk dukungan oleh sejumlah warga Indonesia

terhadap ideologi dan aksi kelompok ISIS. Hal ini ditandai aksi bai'at atau sumpah

yang dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat di sejumlah tempat di

Indonesia termasuk di sebuah kampus di Ciputat, Propinsi Banten. Beberapa aksi

massa di Jakarta juga sempat diwarnai pengibaran bendera ISIS. Ada pula

sejumlah situs internet yang menyatakan terang-terangan mendukung kelompok

militan Islam tersebut. Terpidana kasus terorisme Abu Bakar Ba’asyir disebut-

sebut pula menyatakan dukungannya kepada ISIS, walaupun belakangan ini

diragukan oleh Pemerintah Indonesia.

Untungnya, pemerintah Indonesia menyatakan untuk menolak ideologi yang

diusung kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah, alias ISIS dan melarang

pengembangan ideologinya di Indonesia. Dikutip dari bbc.co.uk, leputusan

menolak faham ISIS diputuskan dalam rapat kabinet yang dipimpin Presiden

Yudhoyono, seperti dilaporkan wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan dari

Kantor Kepresidenan, Senin (04/08) sore.

Pemerintah Indonesia menyatakan, ISIS bukanlah masalah agama melainkan

ideologi atau keyakinan yang dianggap bertentangan dengan ideologi Pancasila.

Indonesia adalah negara yang memiliki beragam budaya, beragam agama, bila

Indonesia turut mendukung gerakan ISIS yang mengatasnamakan agama, maka

5

Page 6: Analisis Kasus Ketahanan Nasional: ISIS, Pancasila dan Keberagaman Indonesia

tindakan Indonesia ini akan dinilai tidak mencerminkan nilai-nilai luhur Pancasila.

Sila pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa” mewakili seluruh agama yang ada di

Indonesia mulai dari Islam, Kristen, Budha, Hindu hingga Katholik dan mewakili

masyarakat Indonesia yang bertuhan dan menjunjung tinggi apa yang dianutnya,

menjunjung tinggi keberadaan agama lain dan tidak melakukan diskriminasi

terhadap kaum agama minoritas.

Dalam bagian lain keterangannya, Menkopolhukam Joko Suyanto mengatakan,

pemerintah Indonesia akan memblokir situs-situs yang isinya menyebarkan

faham gerakan ISIS, termasuk tayangan video di Youtube. Pemerintah Indonesia

menurut Joko, akan menggelar pula operasi hukum terhadap pendukung ISIS

yang terbukti melakukan kekerasan. Operasi keimigrasian juga akan digelar untuk

mencegah warga Indonesia yang akan bepergian khususnya ke daerah konflik di

Timur Tengah atau maupun ke Asia Selatan.

Namun, walaupun pemerintah telah berupaya keras mencegah agar ISIS tidak

menyebar di Indonesia, akses informasi saat ini yang kian canggih akan

memudahkan untuk masyarakat Indonesia yang menginginkan untuk bergabung

dengan ISIS. Kemungkinan buruk yang dapat terjadi adalah adanya sekolompok

masyarakat yang benar-benar sudah menjadi anggota ISIS lalu melakukan

perekrutan secara sembunyi-sembunyi di Indonesia. Solusinya selalu kembali lagi

dari awal, yaitu keteguhan masyarakat Indonesia untuk mempertahankan

ideologi Pancasila yang dianutnya.

6

Page 7: Analisis Kasus Ketahanan Nasional: ISIS, Pancasila dan Keberagaman Indonesia

III. Ideologi ISIS Mengancam Keberagaman Indonesia

Dikutip dari beritasatu.com, ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait

Indonesia, Jalaluddin Rakhmat menyatakan bahwa ISIS adalah ideologi yang tidak

pro demokrasi dan keberagaman. ISIS hendak merubah ideologi dengan

kekerasan, ISIS tidak setuju dengan demokrasi karena asalnya dari barat.

Menurut beliau, ISIS memiliki empat indikator yang bisa dengan mudah

diidentifikasi sebagai organisasi yang mengancam keutuhan di masyarakat, yaitu

mereka selalu berbicara soal pemurnian agama. Mereka hanya memandang

kelompoknya dan melihat orang di luar mereka sebagai kafir atau tidak beriman.

Mereka juga anti Syiah, malah di Irak mereka menyatakan akan menghabisi

Syiah. Selain itu, mereka juga anti pluralisme.

Pemurnian agama dilakukan karena sebuah agama berjalan dengan tidak

mengacu kepada ajaran yang turun dari Tuhannya secara murni dan otentik. Para

petinggi di agama tersebut merubah isi kitab sucinya dan menyesuaikan dengan

keadaan dan kondisi umatnya pada zaman tertentu. ISIS berpendapat bahwa

Islam saat ini sudah tidak murni, dengan kata lain banyak ajaran-ajaran Islam

yang menyimpang tersebar luas di dunia. Masyarakat Islam di dunia tidak

melakukan hal-hal yang dilakukan oleh Rasulullah pada zaman dahulu, tidak

melakukan Sunnah yang dianjurkan Rasulullah.

ISIS tidak melihat orang di luar kelompoknya sebagai orang yang baik. Mereka

menganggap manusia yang beragama selain Islam adalah kafir dan harus

7

Page 8: Analisis Kasus Ketahanan Nasional: ISIS, Pancasila dan Keberagaman Indonesia

dimusnahkan dari dunia, agar hanya umat Muslim yang dapat hidup di dunia.

Padahal, walaupun dalam ajaran Islam dinyatakan bahwa hanya Islamlah agama

yang diridhai Allah Swt, dengan kata lain Islamlah satu-satunya agama yang

benar, namun bila kita meninjau kembali, di dunia kita hidup dalam

keberagaman dan berbagai perbedaan. Sudah sewajarnya kita saling menghargai

antar perbedaan tersebut, karena itulah yang telah diberikan Tuhan kepada kita,

makhluk-Nya. ISIS melakukan hal yang sebaliknya, mereka anti prulalisme dan

benci dengan perbedaan pendapat bahwa Islamlah agama yang benar dan

agama lain salah, bahwa kita harus memusnahkan semua manusia selain Islam di

muka bumi ini. Dengan pemikiran-pemikiran macam ini, sudah tentu ISIS dapat

mengancam keberagaman masyarakat Indonesia bila praktek penyebaran

ideologinya terus menerus dilakukan.

8

Page 9: Analisis Kasus Ketahanan Nasional: ISIS, Pancasila dan Keberagaman Indonesia

BAB III: PEMBAHASAN

I. Pemahaman yang Baik Terhadap Pancasila

Seperti yang penulis singgung di bab Permasalahan, masalah dari buta ideologi

yang ada di Indonesia saat ini adalah pemikiran yang cenderung apatis terhadap

yang terjadi di Indonesia saat ini; apa yang Indonesia sedang lakukan untuk

pembangunan, apa dasar-dasar hukumnya, apa manfaat dan dampaknya, dan

apa yang akan masyarakat kontribusikan terhadap Indonesia sendiri untuk

memajukan pembangunan. Sebagian masyarakat Indonesia saat ini, sayangnya,

lebih memilih untuk menyerahkan semua urusan politik dan ideologi terhadap

kalangan elit dan politisi. Saat para elit dan politisi membuat kebijakan yang

dianggap tidak sesuai keinginan masyarakat, maka langsung terjadilah keributan;

demonstrasi menolak kebijakan pemerintah ada dimana-mana. Mereka tidak

berpikir untuk bangsa; mereka berpikir untuk kenyamanan diri mereka sendiri.

Mereka tidak lagi mengutamakan azas gotong royong dan kekeluargaan yang

Indonesia miliki. Mereka tidak peduli, apa yang akan terjadi dengan negara,

bagaimana kejadiannya, siapa yang membuat negara hingga terjadi kejadian

tersebut, yang penting mereka hidup nyaman dan tentram. Namun, mungkinkah

dapat dicapai kehidupan yang tentram dengan perilaku masyarakat yang acuh

tak acuh? Mungkinkah dapat diraih kehidupan yang sejahtera dengan

masyarakat yang ‘lempar batu sembunyi tangan’? Mungkinkah Indonesia akan

maju bila masyarakatnya cenderung tidak peduli dengan kondisi negaranya?

9

Page 10: Analisis Kasus Ketahanan Nasional: ISIS, Pancasila dan Keberagaman Indonesia

Kembali lagi kepada ideologi, inilah hal yang sangat kritikal dan sensitif yang

perlu masyarakat Indonesia khususnya generasi muda cermati. Ideologi yang

tertanam dengan kuat dalam diri seseorang, akan membuatnya menjadi vested

interest, akan membuatnya menjadi sesuatu yang mendarah daging dan menjadi

kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkan orang tersebut. Bila nilai-nilai luhur

Pancasila belum tertanam kuat dan belum mendarah daging di dalam diri kita,

maka jangankan oleh ISIS, bahkan oleh pengaruh buruk dari dalam negeri pun

dapat menggoyahkan kita.

Oleh karena itu, mulai dari sekarang, Pendidikan Pancasila harus tetap

dilestarikan. Bukan hanya dipelajari lalu dilupakan, namun harus segera

diimplementasikan. Setelah membaca Pancasila, segera praktekkanlah nilai-nilai

luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Segalanya dapat dilakukan dari hal

yang kecil, seperti mengamalkan sila pertama: “Ketuhanan Yang Maha Esa”, yaitu

bisa menerima keberagaman agama dan kepercayaan yang ada di Indonesia

tanpa melakukan diskriminasi dan memandang rendah agama dan kepercayaan

lain. Hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam sub bab dua.

II. Pemahaman yang Baik bahwa ISIS Tidak Sesuai dengan Kultur Indonesia

Indonesia memiliki lima agama yang diakui oleh negara; Islam, Kristen, Katholik,

Hindu dan Budha, serta memiliki beragam kepercayaan masyarakat yang perlu

dilestarikan dan dijunjung tinggi eksistensinya. Mayoritas penduduk Indonesia

adalah Islam, kemudian Kristen, Katholik dan Hindu serta Budha. Empat agama

menduduki posisi minoritas, dimana masyarakat yang menganut agama tersebut

10

Page 11: Analisis Kasus Ketahanan Nasional: ISIS, Pancasila dan Keberagaman Indonesia

tidak terlalu banyak dan tidak tersebar rata di Indonesia. Maka tidak heran,

Indonesia memiliki ribuan tempat ibadah umat Muslim, yaitu masjid dan atau

mushala yang tersebar di seluruh penjuru nusantara, sedangkan tempat ibadah

agama lain jarang ditemui, kecuali di tempat tertentu seperti kompleks yang

dihuni oleh masyarakat Kristen dan sebagainya. Ini menandakan bahwa Islam

berkembang pesat dan menyeluruh di Indonesia.

Menyadari hal tersebut, tentu saja banyak pihak luar yang memiliki ideologi dan

ingin menyebarluaskan ideologinya tertarik untuk mempengaruhi Indonesia

dengan segala propagandanya; ISIS yang menarik perhatian masyarakat Islam di

Indonesia menerangkan tentang pemurnian Islam, tentang Islam yang

sesungguhnya diridhai oleh Allah dan sebagainya. Dengan mengatasnamakan

agama, dan dengan strategi menyebarluaskan ideologi terhadap masyarakat

mayoritas, maka ISIS berharap dapat menambah jumlah pasukan mereka untuk

memerangi orang-orang tidak berdosa lainnya dan menggunakan kekerasan

sebagai tanda bahwa Islam itu kuat, Islam itu kokoh sehingga tidak ada kelompok

lain yang dapat mengalahkannya. Persepsi yang cukup masuk akal, karena

memang apabila kita telah mempengaruhi masyarakat mayoritas, maka dengan

otomatis masyarakat minoritas akan ikut terbawa, kecuali jika masyarakat

minoritas itu memiliki pendirian yang teguh dan kuat terhadap apa yang

dipercayainya. Dengan usaha yang gigih, bukan tidak mungkin ISIS akan

mempengaruhi dan terus menyebarkan ideologi radikalnya.

11

Page 12: Analisis Kasus Ketahanan Nasional: ISIS, Pancasila dan Keberagaman Indonesia

Maka dari itu, dibutuhkan pemahaman yang cerdas, bahwa Indonesia bukanlah

negara agama. Indonesia adalah negara multikultur dimana lima agama, beribu-

ribu adat dan budaya, beribu-ribu suku hidup di dalamnya, dimana perbedaan

adalah keindahan yang dibanggakan oleh Indonesia. Indonesia tidak

menganakemaskan Islam dan tidak memandang rendah kaum minoritas.

Perkawanan dan persahabatan antar agama, antar etnis di Indonesia adalah hal

yang membanggakan. Kita, sebagai masyarakat yang berbudi luhur, harus

menjunjung sila ketiga Pancasila, “Persatuan Indonesia” demi seluruh

masyarakat Indonesia dari Aceh sampai Papua dengan segala perbedaan budaya

di dalamnya. Menganggap bahwa seluruh agama itu sama, berhak melakukan

kegiatan keagamaannya, berhak mengajak untuk turut serta menjadi umat dalam

agamanya, berhak untuk beribadah tanpa diganggu. ISIS memang

mengatasnamakan Islam, namun bagi umat Islam, apakah Islam mengajarkan

kita untuk tidak menghargai setiap individu, setiap kelompok? Apakah Islam

mangajarkan kita untuk membunuh orang yang berbeda keyakinan dengan kita?

Itulah esensi yang harus kita pahami, kembali ke pemikiran awal, yaitu ideologi

Pancasila kita harus kita pegang kuat, harus kita teguhkan dan jadikan darah

daging dalam diri kita.

12

Page 13: Analisis Kasus Ketahanan Nasional: ISIS, Pancasila dan Keberagaman Indonesia

BAB IV: KESIMPULAN

ISIS memang momok yang menakutkan bagi masyarakat dunia, termasuk

Indonesia. Kekerasan dan perilaku radikalnya, membunuh tanpa ampun, menembak

tanpa belas kasihan, membuat kita terluka sekaligus geram dan ingin menghentikan

perbuatan mereka. Namun, alih-alih terlampiaskan, geramnya kita malah justru

membuat ISIS dapat dengan mudah melancarkan aksinya kepada orang lain yang

tidak berdosa, yang akan menjadi korban selanjutnya. Mereka akan lebih mudah

masuk dan mempengaruhi kita saat kita benci terhadap mereka. Untuk itulah,

dibutuhkan pemahaman mengenai ideologi yang harus tertanam kuat pada

masyarakat Indonesia, harus mendarah daging dalam diri bangsa Indonesia agar

sebanyak apapun ideologi masuk dan berusaha mencoba menggantikan Pancasila

dengan yang lain, kita dapat menangkalnya dan tetap memegang teguh Pancasila

sebagai dasar negara dan dasar ketahanan nasional kita.

13

Page 14: Analisis Kasus Ketahanan Nasional: ISIS, Pancasila dan Keberagaman Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

BBC, (2014, 11 Agustus). Apakah Ideologi ISIS Bisa Mengancam Keberagaman

Indonesia? Diperoleh pada 1 Januari 2015 dari

http://www.bbc.co.uk/indonesia/forum/2014/08/140811_forum_isis

BBC, (2014, 4 Agustus). Indonesia Larang Penyebaran Ideologi ISIS. Diperoleh pada

1 Januari 2015 dari

http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2014/08/140804_indonesia_lara

ng_faham_isis

Berita Satu, (2014, 5 Agustus). ISIS Menolak Demokrasi dan Keberagaman.

Diperoleh pada 1 Januari 2015 dari http://sp.beritasatu.com/home/isis-menolak-

demokrasi-dan-keberagaman/61329

14