analisis kadar timbal (pb) dalam darah tukang ojek ...journalstikesmp.ac.id/filebae/jurnal ros...
TRANSCRIPT
1
ANALISIS KADAR TIMBAL (PB) DALAM DARAH TUKANG OJEK
DIPANGKALAN OJEK KM 5 PALEMBANG 2014
Rosmiarti ,SKM.,M.Kes ,RA.Hoetary Tirta Amalia,SKM.,M.Kes
ABSTRAK
Timbal merupakan polutan udara utama di udara perkotaan selain sulphur dioksida
(SO2), partikulat tersuspensi (suspended particulate matter), nitrogen oksida (NOx), dan
karbon monoksida (CO). Diudara sebagian besar zat polutan Pb berasal dari zat buangan
kendaraan. Dampak paparan Pb terhadap kesehatan manusia adalah kerusakan ginjal,
hipertensi, anemia, kerusakan saraf pusat, perubahan tingkah laku, gangguan fertilitas,
keguguran janin, menurunkan IQ anak serta menghambat pembentukan Hemoglobin. Tukang
ojek merupakan salah satu pengguna jalan yang rentan terhadap adanya kadar Timbal (Pb)
dalam darah karena sering berada dijalan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
kandungan Timbal (Pb) dalam darah tukang ojek dipangkalan ojek KM 5 Palembang.
Penelitian ini menggunakan penelitian Deskriptif Analitik dengan desain cross sectional
menggunakan uji ANOVA sebanyak 20 sampel. Hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan
masker ada hubungannya dengan kadar Timbal dalam darah dengan nilai p-value 0,012.
Maka, tukang ojek disarankan menggunakan masker pada saat bekerja untuk meminimalisir
masuknya kadar Timbal ke dalam tubuh.
Kata kunci : Kadar Pb dalam darah, Umur, Penggunaan Masker dan Lama Bekerja
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencemaran udara merupakan
salah satu faktor penting yang perlu
dipertimbangkan dalam mencapai
pembangunan berwawasan lingkungan.
Sesuai dengan pembangunan nasional
yaitu pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia, maka studi pencemaran udara
merupakan studi yang mengkaitkan udara
atau atmosfer sebagai sumber daya alam
dengan kepentingan manusia seperti
kesehatan, keselamatan, kesejahteraan
dan kenyamanan (K4). Untuk menuju K4
tersebut diatas, perlu dijaga keselarasan,
keserasian, kesetimbangan dan kebulatan
yang utuh dalam setiap kegiatan
pembangunan.
Masalah pencemaran udara di
Indonesia terutama yang dirasakan di
beberapa kota besar sudah sangat
mengkhawatirkan. Hal ini dapat dilihat
dari hasil pemantauan terhadap beberapa
parameter pencemaran udara ambient di
lokasi-lokasi tertentu menunjukkan
bahwa kendaraan bermotor merupakan
sumber utama pencemaran udara dengan
kontribusi pencemaran CO sebesar
98,8%, NO sebesar 73,4%, dan HC
sebesar 88,9%. Sedangkan untuk
parameter pencemaran timbal sebesar
100% (Muzakkir B, 2009).
2
Saat ini pengguna bahan bakar
minyak ( BBM ) dinegara kita masih
didominasi oleh bensin bertimbal,
sehingga semakin besar berkonsumsi
energi BBM dari bensin bertimbal maka
semakin besar pula pencemaran timbal di
udara. Hal ini disebabkan 70% timbal
yang ada dalam bahan bakar bensin
diemisikan ke udara bersama-sama gas
buangan lainnya yang dikeluarkan oleh
kendaran bermotor. Partikel-partikel
timbal yang dikeluarkan bersama-sama
dengan emisi gas buangan lainnya akan
tetap berada di udara sebelum akhirnya
mengendap. Partikel halus timbal dapat
langsung dihirup ke bagian paling dalam
paru-paru dan diserap ke dalam darah
dengan efisien hampir 100%, hanya
kurang dari 10% timbal langsung
mengendap di tanah ( dalam jarak 100 M
dari jalan ). Sebanyak 45% mengendap
dalam jarak 20 KM, 10% mengendap
dalam jarak 20 – 100 KM dan 35%
terbawah ke atmosfir.(Muzakkir B,
2009).
Timbal kini dianggap sebagai
ancaman serius karena diketahui
menebarkan racun di udara, dan
menyusup ke paru-paru, beredar dalam
darah warga kota dan menyebabkan efek
buruk jangka panjang. Logam pencemar
dari kendaraan dengan bahan bakar
bensin bertimbal itu bisa terakumulasi
dalam tubuh, menyerang organ-organ
penting, bahkan merusak kualitas
keturunan. Keracunan timbal yang
berasal dari udara bebas terdapat pada
penduduk yang mendapat pemaparan
dalam jumlah besar dan waktu lama. Efek
paparan ini terhadap kesehatan dapat
terjadi akut maupun kronik (Palar, 2004).
Timbal dan senyawanya masuk ke
dalam tubuh manusia selain melalui
sistim pernapasan, juga dapat melalui
pencernaan dan kontak dermal. Bahaya
kesehatan yang ditimbulkan oleh timbal
dalam udara berkaitan dengan ukuran
partikel. Efek pertama pada keracunan
timbal kronis sebelum mencapai target
organ adalah adanya gangguan dalam
biosintesis hem,dan apabila gangguan ini
tidak segera teratasi akan dapat
mengakibatkan gangguan terhadap
berbagai sistem organ tubuh seperti
sistem saraf, ginjal, sistem reproduksi,
saluran cernah dan anemi. Timbal dalam
darah akan menyebabkan toksik dan
bersifat akumulatif. Meskipun jumlah
timbal yang diserap oleh tubuh sangat
sedikit namun dampaknya sangat
berbahaya (De Maeyer, 1993).
Sumatra Selatan adalah termasuk
kota metropolitan yang sudah di padati
dengan kendaraan setiap pagi maupun
sore hari dengan tingkat pencemaran
yang tinggi. Penurunan kualitas udara di
kota Palembang diduga terjadi karena
adanya peningkatan jumlah sumber
3
pencemar seperti semakin banyaknya
kendaraan bermotor, aktifitas kegiatan
industry, perkantoran, perumahan dan
lain sebagainya, untuk itu, di butuhkan
kajian untuk mengamati dan
menggambarkan kondisi kualitas udara
sebenarnya. (Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan, 2007).
Data kadar timbal (Pb) di
udara kota palembang adalah 0,003
µg/Nm3/jam di simpang 4 jakabaring,
0,286 µg/Nm3/jam di masjid agung,
0,060 µg/ Nm3/jam di simpang 4
charitas, 0,199 µg/Nm3/1 jam di simpang
4 POLDA, dan 0,563 µg/Nm3/1 jam di
bandara (Suwandi, 2013).
Secara umum, dampak negatif
pencemaran timbal ( Pb ) sangat tinggi
terhadap kelompok masyarakat yang
sering dan lama kontak terhadap sumber
pencemaran timbal ( Pb ) yang disebut
sebagai kelompok masyarakat resiko
tinggi ( high risk ). Kelompok tertentu
antara lain adalah polisi lalu lintas, sopir,
petugas POM bensin, pedagang asongan
disekitar terminal, pedagang kaki lima,
petugas jalan tol, pejaja koran dan tukang
ojek. kelompok tersebut lebih beresiko
tinggi adalah tukang ojek, karena lebih
lama berada di pinggir jalan menunggu
penumpangnya dan lebih lama terhirup
udara ambient yang dikeluarkan oleh
kendaraan lain. Tukang ojek juga bekerja
dengan waktu yang tidak tentu bisa mulai
pagi hari, siang hari, bahkan sampai
malam hari.
Penelitian terkait yang dilakukan
oleh Suciani (2007) tidak ada hubungan
antara lama kerja, dan kebiasaan
merokok. dengan kadar timbal dalam
darah pada polisi lalu lintas di kota
Semarang. Tidak ada hubungan antara
kadar timbal dalam darah dengan kadar
hemoglobin (p > 0,05).
Berdasarkan latar belakang di atas
penulis tertarik melakukan penelitian
tentang Hubungan Faktor Risiko dengan
Kadar Timbal ( Pb ) dalam Darah Tukang
Ojek di Pangkalan Ojek KM 5
Palembang Tahun 2014.
A. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apakah ada kandungan Kadar
Timbal ( Pb ) dalam darah Tukang Ojek di
Pangkalan Ojek KM 5 Palembang Tahun
2014 ?”
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kandungan Pb
didalam darah Tukang Ojek yang
aktifitasnya sering berada di jalan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi kadar Pb
dalam darah Tukang Ojek di KM 5
Palembang
4
b. Untuk menghubungkan antara umur
dengan adanya kadar Pb dalam darah
Tukang Ojek.
c. Untuk mengetahui hubungan antara
kebiasaan menggunakan masker
dengan adanya kadar Pb dalam darah
Tukang Ojek
d. Untuk mengetahui hubungan antara
lamanya bekerja dengan adanya kadar
Pb dalam darah Tukang Ojek
C. Manfat Penelitian
1. Bagi pengembangan bidang kesehatan.
Bagi bidang kesehatan, penelitian
sebagai data dasar untuk menambah
literatur tentang toksikologi Pb.
2. Bagi Tukang Ojek.
Diharapkan dapat memberikan
gambaran pengetahuan bagi tukang ojek
untuk meningkatkan dan memperhatikan
penggunaan masker pada saat bekerja.
3. Bagi peneliti.
Dengan diadakannya penelitian ini
diharapkan peneliti dapat menerapkan teori
penelitian secara langsung dan juga dapat
digunakan sebagai data dasar untuk
penelitian selanjutnya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
Analitik. Sedangkan pelaksanaan
penelitian dengan metoda survei dan
pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan
waktu penelitian, rancangan penelitian ini
adalah cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh Tukang Ojek
di Pangkalan Ojek KM 5 Palembang yang
berjumlah sekitar 185 orang tukang ojek.
Metode yang digunakan dalam
pengambilan sampel yaitu purposive
random sampling maka sampel yang
diambil sebanyak 20 orang tukang ojek
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan seperti :Lanset
darah atau jarum khusus, kapas alcohol,
kapas kering, alat pengukur Hb/kaca
objek/botol pemeriksaan, tergantung
macam pemeriksaan, Bengkok, hand
scoon, perlak dan pengalas.
Prosedur Penelitian
1. Posedur Cara Pengambilan Sampel
a. Siapkan peralatan sampling di
tempat/ruangan dimana akan
dilakukan sampling.
b. Pilih bagian arteri radialis.
c. Pasang tali pembendung (tourniquet)
jika diperlukan
d. Lakukan palpasi (perabaan) dengan
jari tangan untuk memastikan letak
arteri.
e. Desinfeksi kulit yang akan ditusuk
dengan kapas alkohol 70%, biarkan
kering. Kulit yang telah dibersihkan
jangan dipegang lagi.
5
f. Tekan bagian arteri yang akan ditusuk
dengan dua jari tangan lalu tusukkan
jarum di samping bawah jari telunjuk
dengan posisi jarum tegak atau agak
miring. Jika tusukan berhasil darah
terlihat memasuki spuit dan
mendorong thorak ke atas.
g. Setelah tercapai volume darah yang
dikehendaki, lepaskan/tarik jarum dan
segera letakkan kapas pada tempat
tusukan lalu tekan kapas kuat kuat\
selama ±2 menit. Pasang plester pada
bagian ini selama ±15 menit.
2. Prosedur Cara Pemeriksaan Sampel
Pemeriksaan Pb dalam darah : 5 ml
darah (whole blood) dimasukkan ke dalam
cursporselin, lalu dipanaskan pada suhu
600 °Cselama 4 jam, setelah itu
dimasukkan dalam maffel furnace pada
suhu 6000 °C selama 10 jam, kemudian
didinginkan pada suhu ruang, ditambahkan
1 ml HNO3 dengan perbandingan 1 : 1
(0,5 ml NHNO3 + 0,5 ml aquadeiones),
dimasukkan dalam labu ukur ukuran 5 ml
dan ditera sampai 5 ml, dimasukkan
kedalam tabung polysterin ukuran 15 ml
kemudian didiamkan selama 1 hari, lalu
disaring dengan kertas saring whatman no,
setelah terlihat hasilnya, kemudian dibaca
dengan metode AAS dengan panjang
gelombang 170 nm.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Rata-rata kadar Timbal (Pb)
dalam darah tukang ojek pada kelompok
umur 21-33 tahun adalah 67.00250, rata-
rata kadar Timbal (Pb) dalam darah tukang
ojek pada kelompok umur 34-45 tahun
adalah 65.15800 dan rata-rata kadar
Timbal (Pb) dalam darah tukang ojek pada
kelompok umur 46-58 tahun adalah
64.22500. Hasil uji statistik didapatkan
nilai P adalah 0,645 (> 0,05) artinya tidak
ada perbedaan kadar Timbal (Pb) dalam
darah tukang ojek diantara 3 kelompok
umur tersebut.
Untuk umur produktif berkisaran
antara 34-45 tahun terdapat 10 orang
tukang ojek. Sedangkan kadar Timbal (Pb)
dalam spesimen darah pada kategori
berlebih dan berbahaya dapat ditemukan
pada ketiga kelompok umur kecuali >50
tahun. Namun demikian pada kelompok
umur >50 tahun juga ditemukan kadar
Timbal (Pb) dalam spesimen darahnya,
walau masih dalam kategori ditoleransi. Ini
berarti bahwa pemaparan kadar Tmbal
(Pb) dapat terjadi pada semua kelompok
umur (Indra, Surya, dan Leni, 2005).
Umur tidak berpengaruh terhadap
adanya kadar Timbal (Pb) dalam darah
6
karena ketahanan tubuh atau antibody
berfungsi sebagai pelindung dari serangan
benda-benda asing yang masuk ke dalam
tubuh. Apabila sistem imun di dalam tubuh
kita baik, tentu serangan penyakit dapat
ditangkal sedini mungkin. Sebaliknya, bila
sistem imun tubuh kita lemah,
kemungkinan terserang penyakit pun
menjadi besar, tidak hanya faktor
ketahanan tubuh tetapi faktor prilaku pun
akan berpengaruh pada seseorang (Zaif,
2012).
Rata-rata kadar Timbal (Pb) dalam
darah tukang ojek pada kelompok ya
menggunakan masker adalah 59.07667,
rata-rata kadar Timbal (Pb) dalam darah
tukang ojek pada kelompok kadang-
kadang menggunakan masker adalah
65.38667 dan rata-rata kadar Timbal (Pb)
dalam darah tukang ojek pada kelompok
tidak pernah menggunakan masker adalah
66.85364. Hasil uji statistic didapatkan
nilai P adalah 0,016 (> 0,05) artinya ada
perbedaan kadar Timbal (Pb) dalam darah
tukang ojek diantara 3 kelompok
penggunaan masker tersebut.
Berdasarkan observasi yang
dilakukan tukang ojek yang tidak
menggunakan masker ada 11 orang hal ini
dapat menyebabkan kandungan kadar
Timbal (Pb) udara akan langsung terhirup
kedalam tubuh daripada tukang ojek yang
menggunakan masker karena udara yang
terhirup tidak langsung masuk kedalam
tubuh tetapi partikel-partikel Timbal (Pb)
akan tersaring terlabih dahulu dimasker
sebelum masuk ke dalam tubuh.
Hasil penelitian ini sama dengan
hasil penelitian Merry (2007), Hal ini
dapat disebabkan karena tingkat paparan
polutan Pb pada kelompok polisi lalu lintas
yang bekerja setiap hari di jalan raya tanpa
menggunakan alat pelindung diri, lebih
banyak terpapar dengan polutan Pb yang
bersumber dari kendaraan bermotor, jika
dibandingkan dengan kelompok polisi
yang setiap hari bekerja di kantor.
Menurut dr Michael Rio (Medical
Manager Medifarma), penggunaan masker
haruslah rutin dan terus menerus saat
membawa kendaraan bermotor, baik itu
pengendara motor maupun mobil yang
terbuka. "Masker membantu mengurangi
dan mengantisipasi polutan yang terhirup
masuk ke dalam saluran pernafasan. Batuk
merupakan gangguan pernafasan yang
selalu disertai flu dan pilek". Ada beberapa
bahan kimia pencemar udara yang
bersumber dari asap kendaraan bermotor
dan industri/pabrik, dimana dampaknya
sangat buruk untuk kesehatan.
Oksidan dapat menyebabkan iritasi
hidung dan tenggorokan, sesak napas
sampai pembengkakan paru-paru.
Sedangkan hidrokarbon dapat
menyebabkan luka pada sel paru-paru dan
7
merangsang terbentuknya sel-sel kanker.
Khlorin dapat menyebabkan iritasi saluran
pernapasan (batuk), radang paru-paru dan
pembengkakan paru-paru. Partikulat debu
dapat menyebabkan iritasi saluran
pernapasan atas, radang paru-paru.
Sementara Timbal dapat menyebabkan
sakit perut, muntah, diare, sakit kepala,
anemia, kejang.
Rata-rata kadar Timbal (Pb) dalam
darah tukang ojek pada kelompok lama
bekerja 1-7 tahun adalah 63.89000, rata-
rata kadar Timbal (Pb) dalam darah tukang
ojek pada kelompok lama bekerja
8-14 tahun adalah 63.57300 dan rata-rata
kadar Timbal (Pb) dalam darah tukang
ojek pada kelompok lama bekerja 15-21
tahun adalah 68.94167. Hasil uji statistik
didapatkan nilai P adalah 0,040 (> 0,05)
artinya ada perbedaan antara kadar Timbal
(Pb) dalam darah tukang ojek diantara 3
kelompok lama bekerja tersebut.
Untuk yang bekerja sekitaran 8-14
Tahun terdapat 10 orang tukang ojek. Hal
ini karena tukang ojek yang sudah lama
bekerja setiap harinya selalu terpapar udara
yang tercemar Timbal (Pb) karena udara
yang lebih sering dilewati tukang ojek saat
bekerja menuju ketempat-tempat yang
dituju oleh tukang ojek sudah tercemar
oleh Timbal (Pb) ini dapat diartikan bahwa
semakin lama terpapar di daerah
operasional kerja maka tukang ojek akan
semakin lama terpapar dengan bahan
pencemaran Timbal (Pb) udara
sebagaimana hasil penelitian yang
dilakukan oleh Suwandi (2013), disimpang
4 jakabaring 0,003 µg/Nm3/jam, di masjid
agung 0,286 µg/Nm3/jam, di simpang 4
Charitas 0,060 µg/ Nm3/jam, di simpang
POLDA0,199 µg/Nm3/jam, dan bandara
0,563 µg/Nm3/jam.
Berdasarkan hasil kajian bahwa
kadar Timbal (Pb) udara terbesar adalah
terletak di bandara dengan kadar Timbal
(Pb) 0,563µg/Nm3/jam dan kadar Timbal
(Pb) udara terkecil adalah terletak di
simpang 4 jakabaring dengan kadar Timbal
(Pb) 0,003µg/Nm3/jam. Sumber-sumber
Timbal (Pb) diantaranya adalah
pembakaran batu bara, asap dari pabrik-
pabrik yang mengolah senyawa timbal
alkil, timbal oksida, peleburan biji timbal
dan transfer bahan bakar kendaraan
bermotor, karena senyawa timbal alkil
yang terdapat dalam bahan bakar tersebut
dengan sangat mudah menguap. Kadar
timbal dari sumber alamiah sangat rendah
dibandingkan dengan timbal yang berasal
dari pembuangan gas kendaraan bermotor
(Palar, 2004).
Menurut Adi HS (2001), bahwa
faktor yang mempengaruhi kadar timbal di
dalam darah tergantung pada lama masa
kerja dimana semakin lama masa kerja
semakin banyak terpapar timbal. Hasil
8
penelitian ini sama dengan hasil penelitian
Anik Kurniawati tahun 2004 terhadap
mekanik otomotif pada bengkel resmi
mobil di kota Semarang menunjukkan ada
hubungan antara masa kerja dengan kadar
Pb dalam darah . Hubungannya dengan
penelitian ini bahwa semakin lama masa
kerja seseorang berpengaruh positif
terhadap peningkatan kadar Pb dalam
darah.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Dari penelitian ini disimpulkan
bahwa darah tukang ojek yang
mengandung Timbal (Pb) yang
paling tinggi adalah 70,980µg/L dan
ini dapat diakibatkan oleh buangan
gas kendaraan yang mengandung
Timbal (Pb). Ada kecenderungan
bahwa semakin tinggi kadar Timbal
(Pb) diudara maka kadar Timbal (Pb)
pada darah semakin tinggi.
2. Tidak terdapat hubungan antara
umur dengan adanya kadar Timbal
(Pb) dalam darah tukang ojek
dipangkalan ojek KM 5 Palembang.
3. Terdapat hubungan antara
penggunaan masker dengan adanya
kadar Timbal (Pb) dalam darah
tukang ojek dipangkalan ojek KM 5
Palembang. Karena masker
membantu mengurangi dan
mengantisipasi udara yang tercemar
Timbal (Pb) yang terhirup masuk
kedalam tubuh. Ada kecenderungan
bahwa semakin tidak pernah
menggunakan masker maka kadar
Timbal (Pb) akan semakin tinggi.
4. Terdapat hubungan antara lama
bekerja dengan adanya kadar Timbal
(Pb) dalam darah tukang ojek
dipangkalan ojek KM 5 Palembang.
B. Saran
Disarankan bagi tukang ojek
menggunakan masker untuk meminimalisir
masuknya kadar Timbal (Pb) ke dalam
tubuh. Karena penggunaan masker
signifikan dengan adanya kadar Timbal
(Pb) dalam darah. Selanjutnya bagi peneliti
yang akan melanjutkan penelitian ini
hendaknya menambah jumlah sampel yang
lebih banyak. Serta bagi pemerintahan
disarankan memperhatikan kualitas udara
yang mengandug Timbal (Pb) dengan
pengukuran terjadwal sehingga dapat
menjadi tolak ukur bagi pengguna jalan
lainnya yang sering terpapar terhadap
Timbal (Pb) khususnya tukang ojek.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama Y. 1999. Hubungan kadar Pb
dalam darah dengan profil darah
mekanik kendaraan bermotor
dikota Pontianak. Diterjemahkan
oleh Wahyu Kurniawan
eprints.undip.ac.id/17625/1/Wahy
9
u_Kurniawan.pdf.diakses pada
tanggal 26 Mei 2014
Adnan, S. 2001. Pengaruh pajanan timbal
terhadap kesehatan dan kualitas
semen pekerjan laki-laki. Majalah
Kedokteran Indonesia Volume 51
No5.Jakarta.eprints.undip.ac.id/1
5877/1/Sri_Suciani.pdf .dia kses
pada tanggal 06 Januari 2014
Anies, 2005. Penyakit akibat kerja.
Elexmedia Komputindo, Jakarta.
eprints.undip.ac.id/15877/1/Sri_S
uciani.pdf .diakses pada tanggal
06 Januari 2014
Darmono, 2001. Lingkungan Hidup dan
Pencemaran Hubungannya
dengan Toksikologi Senyawa
Logam. Penerbit Universitas
Indonesia.
eprints.undip.ac.id/15877/1/Sri_S
uciani.pdf. diakses pada tanggal
06 Januari 2014
De Maeyer, EM. 1993. Pencegahan dan
pengawasan anemia defisiensi
besi. WHO, Jenewa.
Diterjemahkan oleh Arisman.
Widya Medika. Jakarta.
http://eprints.undip.ac.id/17625/.d
iakses pada tanggal 09 Januari
2014.
Hesti R. 2010. Hubungan antara kadar Pb
dalam darah dengan kejadian
hipertensi pada operator SPBU di
kota Yogyakarta.
ejournal.litbang.depkes.go.id/inde
x.php/BPK/article/viewFile/.../1
diakses pada tanggan 06 Juni
2014
Indra Chahaya S, Surya Dharma, Lenni
Simanullang, 2005. Kadar Timbal
(Pb) dalam specimen darah tukang
becak mesin di kota pemantang
siantar dan beberapa faktor yang
berhubungan. Universitas Sumatra
Utara. Medan. diakses pada tanggal
26 Mei 2014.
Joko Suyono. 1995. Deteksi dini penyakit
akibat kerja (World Healt
Organization).Editor : Caroline
Wijaya. EGC Penerbit Buku
Kedokteran Jakarta.
dr Michael Rio, Mencegah batuk akibat
polusi dengan menggunakan
masker.
femininelucky.blogspot.com/.../cega
h-batuk-akibat-polusi-denganmask.
diakses pada tanggal 06 Juni 2014.
Oktaria P Cecillia. 2009. Pengaruh masa
kerja terhadap kejadian gingival
lead line pada polisi lalu lintas di
kota Semarang. Program
Pendidikan Sarjana Kedokteran
Universitas Diponegoro.
eprints.undip.ac.id/23817/1/Wahyu
_A.pdf. diakses pada tanggal 27
mei 2014.
Palar. H. 2004. Pencemaran dan
toksikologi logam berat. Rineka
cipta. Jakarta.
eprints.undip.ac.id/15877/1/Sri_Su
ciani.pdf. diakses pada tanggal 06
Januari 2014
Robbins et al. 1995. Buku Patologi I. Edisi
4. EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Saryan LA, Zenz C. 1994. Lead and its
compounds. In: Occupational
Medicine. Edisi 3. New York.
Sutomo H Adi. 2001. Pengaruh lama kerja
terhadap kontaminasi timbal di
kalangan pekerja pengelola uang
di Yogyakarta. Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah
Mada.
eprints.undip.ac.id/23817/1/Wahy
u_A.pdf. diakses pada tanggal 27
mei 2014.
10
Siswanto,1991. A. Toksikologi industri.
Balai Hiperkes & Keselamatan
Kerja. Depnaker Jatim.
http://eprints.undip.ac.id/17625/.
Diakses pada tanggal 09 Januari
2014
Welly Suwandi, 2013. Udara Kota
Palembang KU Dalam Perspektif
Kesehatan Lingkungan.
http://wellysuwandi.blogspot.com/
2013/03/udar kota palembang-ku
dalam.html
World Health Organization. 1995.
Environmental Health Criteria
165 Inorganic lead. Geneva: The
United Nation Environment
Programme, The International
Labour Organization and World
Health Organization. Finlandia.
http://www.inchem.org/documents
/ehc/ehc/ehc165.htm. diakses
pada tanggal 11 Januari
2014
Zaif. 2012. Sistem pertahanan tubuh.
zaifbio.wordpress.com/2012/10/3
1/sistem-pertahanan-tubuh/.
diakses pada tanggal 06 Juni
2014