analisis isi pesan dakwah dalam · 2013. 5. 6. · dalam hal ini penulis mencoba untuk menganalisis...
TRANSCRIPT
ANALISIS ISI PESAN DAKWAH
DALAM FILM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sosial Islam
(S.Sos.I)
Oleh :
SITI MUTHI’AH
NIM: 105051001951
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
ABSTRAK
Siti Muthi’ah 105051001951 Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Film Perempuan Berkalung Sorban
Di era modern sekarang ini, dakwah haruslah dikemas dengan berbagai sarana, agar dakwah lebih efektif dan tidak ketinggalan zaman. Salah satunya adalah dengan cara berdakwah melalui film merupakan bagian yang tepat untuk kajian dakwah. Keberadaan film sekarang ini, dapat dijadikan sebagai media yang sangat efektif untuk mencapai tujuan berdakwah. Film Perempuan Berkalung Sorban adalah salah satu film yang isinya kental dengan nuansa dakwah. Didalamnya terdapat pesan-pesan keagamaan dan moral. Film ini menceritakan sosok wanita yang sangat pintar, tegar dan juga cantik
Dari konteks di atas, timbullah pertanyaan : pesan apa saja yang terdapat dalam film Perempuan Berkalung Sorban? Pesan apa yang paling dominan dalam film Perempuan Berkalung Sorban.
Pesan yang terdapat dalam film Perempuan Berkalung Sorban yaitu: pesan aqidah, akhlak dan syariah. Dan pesan yang paling dominan dalam film ini yaitu, pesan akhlak dengan prosentase 51.41% dari reliabilitas antar juri.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yaitu, mengutamakan ketetapan dalam mengidentifikasikan isi pesan, seperti perhitungan dan penyebutan yang berulang dari kata-kata tertentu, konsep, tema atau penyajian suatu inforrmasi.
Dalam hal ini penulis mencoba untuk menganalisis isi pesan dakwah dalam film Perempuan Berkalung sorban. Dan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pesan dakwah yang paling dominant dalam film ini adalah pesan akhlak dengan prosentase 51.41%, pesan syariah dengan prosentase 25.23% dan pesan aqidah mendapatkan prosentase terendah yaitu 23.36%. Hal ini merupakan hasil koefisien reliabilitas antar juri.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pesan dakwah yang harus di sampaikan itu ada 3 kategori yaitu, pesan aqidah, syari’ah dan akhlak namun, dalam film Perempuan Berkalung Sorban didominasi oleh pesan akhlak karena dalam hal ini manusia adalah makhluk hidup yang selalu berinteraksi baik dengan sang kholiq, orang lain, maupun dengan hewan dan juga tumbuhan. Maka tidak heran jika pesan akhlak yang paling dominan.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin,, Puji Syukur yang tak terhingga penulis
panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga skripsi yang berjudul ”Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Film
Perempuan Berkalung Sorban” ini dapat terselesaikan. Shalawat serta Salam
tercurahkan pula kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Banyak pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena
itu, sepatutnya diberikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan banyak
terima kasih kepada :
1. Kedua Orang tua tercinta H. Ahmad Dasuki Mahmud dan Hj. Marwiyah,
yang tidak pernah lelah memberikan doa dan kasih sayangnya serta materi
dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
2. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, beserta para Pembantu Dekan I Drs. Wahidin Saputra, MA,
selaku bidang akademik, Pembantu Dekan II Drs. H. Mahmud Jalal, MA,
selaku bidang administrasi umum, dan Pembantu Dekan III Drs. Study
Rizal, LK, MA, selaku bidang kemahasiswaan.
3. Drs. Jumroni, M.Si., selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam Fakultas Dakwah dan komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Hj. Umi Musyarofah, MA selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam.
5. Dr. Hj. Roudhonah, MA selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk bersedia memberikan masukan yang sangat bermanfaat
dalam menyusun skripsi ini.
ii
6. Para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan banyak ilmu serta pengetahuan yang tiada terkira kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan jenjang S1 di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Segenap staff perpustakaan baik perpustakaan umum ataupun
perpustakaan fakultas, yang telah memberikan pelayanan kepada penulis
selama menjalani studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Kakakku Tercinta Dra. Yayah Nashriyah dan suami Dr. Ali Munhanif
MA, Mimi Humairoh dan suami Hujairudin SH, Zakiyah dan suami
Robby Bintarto, Muhammad Hasbi SE dan istri Irma Darmayanti SE,
Wiwi RA dan suami Abdillah, Muhammad Syahid, Ruqoidah S.Th.I dan
calon kakak ipar Mas Hamami S.Sos. (sukses untuk rencana kedepannya
yaa...!!) dan adikku Sirrojudin (belajar yang benar, sukses buat kuliahnya),
keponakan-keponakanku yang ganteng, cantik dan pintar. Terima kasih
untuk doa serta perhatian yang kalian berikan.
9. Soehari SE, yang telah memberikan support dan inspirasi bagi penulis,
terima kasih banyak yaa...!!
10. Mba Ginatri S. Noer (penulis skenario film Perempuan berkalung Sorban),
yang telah memberikan skenario film ini pada penulis dan memberikan
info mengenai film tersebut, sukses selalu untuk mba!! Bapak Bustal
Nawawi (Eksekutif Produser), yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan data-data dalam penelitian ini, sehingga skripsi ini bisa
terselesaikan.
11. Sahabat-sahabatku yang selalu mendukung penulis untuk terus maju dan
menemani penulis saat suka dan duka : Dina Prahasti, Indira Prajnahita,
iii
iv
Izzah, Khoerunnisa, Maulida Ardianti, Hayatin Nufus (yang selalu
memberikan motivasi dan memberikan masukan dalam penelitian ini)
12. Teman-teman KPI angkatan 2005, khususnya KPI C: Edi Hardian, Zikri
Maulana, Ahmad Syaiful Bahri, Luthfi Rijalul Fikri, Slamet Khumaedi, M.
Husen, Avief Maulana Ridwan, Ahmad Fadly, Sendi Prabowo, Yeni Nur
Annisa, Rustiyanti, Listya Ningsih, dan yang lainnya yang tidak bisa
disebutkan satu-persatu yang telah berjuang bersama. Serta teman-teman
KKN: Ayu Ditha, Citra, Muya, Dwi Raharjo, Rano Hartanto, Haris,
Muhdzir, Angga, Jimmy, Adi, Ricky, dan Supriyatman. (Sukses untuk
kalian semua...), uda Taufik (Rental elok) terima kasih banyak sudah
banyak membantu dalam skripsi ini dan memberikan motivasi, semoga
kebaikan uda dibalas oleh ALLAH SWT.
13. Tiga Orang juri, yaitu Hj. Umi Musyarofah. MA, H. Hasanudin Thuhi, dan
Geary Fariq Muhammad Ardiwinata S.Sos.I, yang telah membantu penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini, semoga kebaikannya dibalas oleh Allah
SWT.
14. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini yang
tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih atas segalanya,
semoga semua amal dan doa yang diberikan kepada penulis dalam proses
penyelesaian skripsi ini akan mendapatkan balasan dari Allah SWT.. Amiin.
Jakarta, Maret 2010
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................... 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 6
E. Metodologi Penelitian ........................................................... 6
F. Tinjauan Pustaka ................................................................... 10
G. Sistematika Penulisan ........................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Dakwah ................................................... 14
1. Pengertian dan Tinjauan Dakwah .................................. 14
2. Pesan dan Materi Pesan Dakwah ................................... 16
3. Metode dan Media Dakwah ........................................... 21
B. Tinjauan Tentang Film ......................................................... 25
1. Pengertian Film .............................................................. 25
2. Unsur-unsur film ............................................................ 27
3. Jenis-Jenis Film .............................................................. 28
C. Film Sebagai Media Dakwah ............................................... 29
v
BAB III GAMBARAN UMUM FILM PEREMPUAN
BERKALUNG SORBAN
A. Konsep Dasar Film Perempuan Berkalung Sorban............... 34
B. Visi dan Misi Film Perempuan Berkalung Sorban ............... 36
C. Sinopsis Film Perempuan Berkalung Sorban........................ 37
D. Kontroversi yang terdapat dalam Film Perempuan
Berkalung Sorban.................................................................. 41
E. Para Pemain dan Kru Film Perempuan Berkalung Sorban ... 44
BAB IV ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM FILM
PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN
A. Pesan Dakwah Dalam Film Perempuan Berkalung Sorban.. 46
B. Pesan Dakwah Yang Dominan Dalam Film Perempuan
Berkalung Sorban.................................................................. 56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 60
B. Saran-saran............................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Penyusunan kategori isi pesan yang di teliti meliputi tiga kategori
besar yaitu Aqidah, Syariah, dan Akhlak....................................... 9
Tabel 2 Rincian Kategorisasi Aqidah.......................................................... 48
Tabel 3 Nilai Kesepakatan Juri Mengenai Pesan Aqidah ........................... 49
Tabel 4 Rincian Kategorisasi Syariah ......................................................... 50
Tabel 5 Nilai Kesepakatan Juri Mengenai Pesan Syariah........................... 51
Tabel 6 Rincian Kategorisasi Akhlak.......................................................... 53
Tabel 7 Nilai Kesepakatan Juri Mengenai Pesan Akhlak ........................... 55
Tabel 8 Prosentase Pesan ............................................................................ 57
Tabel 9 Data Hasil Penjurian dari Kategori Pesan Aqidah, Syariah,
Akhlak............................................................................................ 58
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan seni film di Indonesia begitu mempunyai sisi kemajuan
yang sangat pesat dan saat ini perfilman di negeri Indonesia sudah mampu
menunjukan keberhasilannya untuk menampilkan film yang lebih dekat
dengan budaya bangsa Indonesia. Kerja keras yang sudah dilakukan oleh
sinematografi, agar bisa menampilkan film yang lebih berkualitas kini sudah
bisa dinikmati oleh penontonnya dilayar lebar.
Film bisa mempunyai fungsi edukatif dan instruktif, dari tingkat bawah
sampai tingkat ilmiah. Dalam hal ini menilai film berdasarkan hasil atau
sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.1 Film yang menggambarkan
edukasi dan instruktif bisa mengajak semua lapisan masyarakat karena positif
dan bisa memberikan pelajaran yang sangat berguna untuk kepentingan
masyarakat.
Mengikuti dunia perfilman, nampaknya saat ini film telah mampu
merebut perhatian masyarakat. Lebih-lebih setelah berkembangnya teknologi
komunikasi massa yang dapat memberikan konstitusi bagi perkembangan
dunia perfilman. Meskipun masih banyak bentuk-bentuk media massa lainnya,
film memiliki efek eksklusif bagi para penontonnya. Dari puluhan sampai
ratusan penelitian itu semua berkaitan dengan efek media massa film bagi
1 Gayus Siagian, Menilai Film, ( Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta, 2006), h. 40.
1
2
kehidupan manusia, sehingga begitu kuatnya media mempengaruhi pikiran,
sikap dan tindakan para penontonnya.2
Pada saat perfilman sudah mulai menunjukkan isi cerita yang dapat
diterima penonton di layar lebar, film yang bertemakan dakwah juga mulai
disukai oleh semua golongan masyarakat, tidak hanya umat Islam yang senang
menontonnya tetapi masyarakat yang bukan beragama Islam juga suka
menonton film tersebut. Film yang beralurkan cerita dakwah memang lebih
terasa dekat dihati penontonnya dan juga menggambarkan kemiripan
kehidupan masyarakat Indonesia.
Media dakwah menjadi unsur yang penting dalam berdakwah, maka
sudah seharusnya dalam proses dakwah harus dimanfaatkan secara baik dan
benar. salah satu komponen media dakwah diantaranya adalah media film atau
audio visual.
Di tengah perkembangan yang pesat saat ini, film yang disajikan di layar
lebar telah menawarkan berbagai warna sedemikian rupa, tentunya
disesuaikan dengan fenomena yang sedang terjadi pada masyarakat. Di
antaranya keanekaragaman film yang disajikan di layar lebar, ada yang
bersifat pesan dakwah yang begitu membangun dan sesuai dengan kejadian
yang sesungguhnya di masyarakat, salah satunya yaitu film perempuan
berkalung sorban.
Film Perempuan Berkalung Sorban mencoba menawarkan sebuah pesan
dan pendekatan berbeda dari film-film yang saat ini beredar yang lebih
2 Miftah Faridl, Dakwah Kontemporer Pola Alternatif Dakwah Melalui televisi, (Bandung
Pusdai Press, 2000), h. 96.
3
didominasi oleh film-film yang bertemakan cinta dan horor. Skenario cerita
yang ada dalam film perempuan berkalung sorban dibuat sangat sederhana
namun penuh dengan pesan moral didalamnya dengan latar belakang kejadian
sehari-hari di masyarakat. Film ini bertujuan untuk membuka cakrawala
pemikiran yang terjadi di sekitar masyarakat, namun tidak terlepas dari misi
dakwah dengan menggunakan film sebagai media dakwahnya.3
Film Perempuan Berkalung Sorban adalah sebuah adaptasi dari novel
karya Abidah El Khalieqy. Film perempuan berkalung sorban menceritakan
tentang pengorbanan seorang perempuan, Seorang anak kyai Salafiah
sekaligus seorang ibu dan isteri. Anissa (Revalina S Temat), seorang
perempuan dengan pendirian kuat, cantik dan cerdas. Anissa hidup dalam
lingkungan keluarga kyai di pesantren Salafiah putri Al Huda, Jawa Timur
yang konservatif. Baginya ilmu sejati dan benar hanyalah Qur’an, Hadist dan
Sunnah. Buku modern dianggap menyimpang.
Dalam pesantren Salafiah putri Al-Huda diajarkan bagaimana menjadi
seorang perempuan muslim di mana pelajaran itu membuat Anissa
beranggapan bahwa Islam membela laki-laki, perempuan sangat lemah dan
tidak seimbang. Dari hal tersebut dapat terlihat bahwa film ini mengangkat
sebuah isu kontemporer tentang gender, dimana masalah tentang gender
menjadi suatu topik yang terus diperdebatkan di masyarakat.
Kata Gender sendiri berasal dari kata bahasa Inggris yang berarti jenis
kelamin. Selain gender, juga dikenal istilah seks yang juga berarti jenis
3 Wawancara pribadi dengan Bustal Nawawi, Jakarta, 04 Januari 2010.
4
kelamin. Perbedaannya terletak pada pemakaian kata seks untuk pengertian
biologis, di mana perempuan memiliki alat-alat reproduksi berupa indung
telur, sel telur, rahim, dan vagina. Sedangkan laki-laki memiliki testis, sperma,
dan penis. Sedangkan istilah gender dipakai untuk pengertian jenis kelamin
secara nonbiologis, yaitu secara sosiologis di mana perempuan
direkonstruksikan sebagai makhluk yang lemah lembut. Sedangkan, laki-laki
sebagai makhluk yang perkasa (gender stereotype).4
Film ini menarik untuk dibahas, karena banyaknya penonton yang
menyaksikan film ini, Chand Parwez Servia, produser film Perempuan
Berkalung Sorban mengatakan, “Film Perempuan Berkalung Sorban
mengumpulkan jumlah penonton 750 ribu lebih”5
Film ini adalah sebuah hasil karya yang sangat bagus tentang perjuangan
seorang wanita yang mempunyai pemikiran yang cukup radikal di kalangan
dunia pesantren, mulai dari sebuah pertanyaan tentang hak-hak wanita yang
seperti dikebiri oleh para lelaki atau suami sampai menuju ke pergaulan di
dunia modern.6
Ada beberapa persepsi yang menyebutkan bahwa film perempuan
berkalung sorban adalah sebuah film gagal yang menjelek-jelekan agama
Islam. Hal ini seperti yang di katakan oleh Deddy Mizwar, seorang tokoh
perfilman Indonesia yang mengatakan, “Perempuan Berkalung Sorban telah
4 Najlah Naqiyah, Otonomi Perempuan, (Malang: Bayumedia Publishing, 2005 ), h. 25. 5 Eddy D. Iskandar, Saat Film Berebut Penonton, artikel diakses pada tanggal 11
Desember 2009 dari http://www.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=63527, pada pukul 18.32 wib.
6 Wawancara Pribadi dengan Bustal Nawawi, Jakarta: 04 Februari 2010
5
menghina atau melecehkan ajaran agama tertentu. Film yang bertujuan
mengangkat isu gender malah dinilai merendahkan martabat perempuan”7
Hal ini yang melatarbelakangi penulis untuk mengangkat judul
“Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam film Perempuan Berkalung Sorban“
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk lebih memfokuskan penulisan dan memberi arah yang tepat dalam
pembatasan skripsi ini, maka masalah yang akan dibatasi adalah pesan dakwah
yang terdapat pada film Perempuan Berkalung Sorban.
Untuk memudahkan mencari solusi dalam perumusan masalah dari
penelitian ini, maka perumusan masalah dibagi dalam sub-sub pokok masalah
sebagai berikut:
1. Pesan dakwah apa yang terdapat pada film Perempuan Berkalung Sorban?
2. Pesan Dakwah apa yang paling dominan dalam film Perempuan Berkalung
Sorban?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok masalah di atas, maka ada beberapa tujuan yang
hendak dicapai, yaitu:
1. Untuk mengetahui apa saja pesan dakwah yang terdapat dalam film
Perempuan Berkalung Sorban.
2. Untuk mengetahui pesan yang dominan dalam film Perempuan Berkalung
Sorban.
7 Deddy Mizwar, Perempuan Berkalung Sorban Film Gagal. Artikel diakses tanggal 11 Desember 2009 dari http://www.kilasberita.com/kb-hot/indonesia/15576-deddy-mizwar-perempuan-berkalung-sorban-film-gagal, pada pukul 18.20 wib
6
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademis
Memberikan kontribusi bagi pengembangan penelitian ilmu dakwah
sebagai ilmu alat bantu utama pada Fakultas Dakwah khususnya Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam.
2. Manfaat Praktis
Untuk menambah wawasan bagi para teoritis. Praktisi dan pemikir
dakwah dalam mengemas nilai-nilai Islam menjadi kajian yang menarik.
Selanjutnya memberikan motivasi bagi para pelaksana dakwah untuk lebih
memanfaatkan media sebagai saluran dakwah khususnya film.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif yaitu,
mengutamakan ketepatan dalam mengidentifikasikan isi pesan, seperti
perhitungan dan penyebutan yang berulang dari kata-kata tertentu, konsep,
tema atau penyajian suatu informasi.8 dengan tehnik penelitian analisis isi
(content analisis) yaitu, tehnik yang hanya mendeskripsikan secara
objektif dan sistematik dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.9
Dalam penelitian ini hanya mendeskripsikan pesan (message) yang
8 R.Holsti.el.al. Content Analysis, dalam Hand Book Of Social Psychology, edited by
Dardner Linzey dan Eliot Aronson, (Cambrigde Massachussets: Addision, Wesley. 1969) 9 Farid Wajidi, Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi, (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 1993), h.16
7
terkandung dalam cerita film Perempuan Berkalung Sorban tanpa
menghubungkan maksud komunikator (film Perempuan Berkalung
Sorban) terhadap komunikasi / receiver yang menjadi sasarannya, dan
tidak dikaitkan dengan respons masyarakat. Penelitian ini hanya untuk
mengungkapkan pesan yang disampaikan dalam film tersebut.
Untuk menghindari subjektivitas dalam pengumpulan data, maka
dalam penelitian ini ditunjuk tiga orang dari masing-masing orang yang
berbeda, yang sudah menonton film Perempuan Berkalung Sorban
kemudian meminta mereka untuk mengisi unit analisis berupa koding set
yang berbentuk tabel dengan memberikan tanda pada koding set tersebut
sesuai dengan kategori yang ditentukan dalam unit analisis yaitu kategori
nilai akidah, nilai syariah dan akhlak.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penilitian ini, ada beberapa teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data dan informasi yang penulis lakukan, yaitu melalui:
a. Wawancara (interview), yaitu pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data)
kepada responden dan jawaban-jawaban responden dicatat atau
direkam dengan alat perekam (tape recorder).10 Dalam hal ini peneliti
melakukan komunikasi langsung dengan Bustal Nawawi (Eksekutif
Produser Film Perempuan Berkalung Sorban) dan melalui via email
10 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Lainnya,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), cet. Ke-1, h. 68
8
dengan Ginatri S. Noer (penulis skenario Perempuan Berkalung
Sorban).
b. Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan film perempuan berkalung sorban melalui koran-koran,
website, serta membaca buku-buku yang ada kaitannya dengan
penelitian ini.
c. Observasi, yaitu merupakan sebuah kegiatan yang berhubungan
dengan pengawasan, peninjauan, penyelidikan dan riset.11 dan disini
penulis menggunakannya dengan cara membaca skenario dan
menonton film Perempuan Berkalung Sorban.
3. Pengolahan Data
Data yang sudah terkumpul, yang sudah diperoleh dari juri akan
diamati, dihitung dan diberi nilai untuk mengetahui distribusi frekuensi
masing-masing dan termasuk mengetahui koefisien reliabilitas tiap juri.
Antara juri 1 dan 2, 1 dan 3, 2 dan 3. Koder yang terdiri dari Juri I, Umi
Musyarofah M.A (Dosen), Juri II, H. Hasanudin Thuhi (PNS), Juri III,
Geary Fariq Muhammad Ardiwinata S.Sos.I. Dan menampilkan skenario
film yang mengandung muatan dakwah berdasarkan kategorisasi secara
sistematik, dari hal ini maka dibuat kategorisasi nilai Akidah, Akhlak dan
Syariah untuk mengamati isi skenario film perempuan berkalung sorban.
Adapun kategorisasi tersebut diambil dalam bukunya M. Munir, dan
Wahyu Illahi, yang berjudul Manajemen Dakwah, yang
11 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), h. 92
9
mengkategorisasikan pesan dakwah menjadi empat macam, yaitu Aqidah,
Syariah, Ibadah dan Akhlak.12
Tabel 1
Penyusunan kategori isi pesan yang di teliti meliputi tiga kategori
besar yaitu Aqidah, Syariah, dan Akhlak.
No Kategori Sub Kategori
a. Iman Kepada Allah
b. Iman Kepada Malaikat
c. Iman Kepada Kitab
d. Iman Kepada Rasul
e. Iman Kepada Hari Akhir
1 Pesan Aqidah
f. Iman Kepada Qadha & Qadhar
a. Ibadah 2 Pesan Syari`ah
b. Muammalah
a. Akhlak Kepada Allah 3 Pesan Akhlak
b. Akhlak Kepada Manusia
a. Aqidah, yaitu meyakini Iman kepada Allah, Iman kepada malaikat
Allah, Iman kepada Rasul Allah, Iman kepada Kitab Allah, dan Iman
kepada Qadha dan Qadhar.
b. Syariah, adalah berhubungan erat dengan amal lahir (nyata) dalam
rangka mentaati semua peraturan atau hukum Allah guna mengatur
pergaulan hidup antara sesama manusia.
12 M. Munir dan Wahyu Illahi, Manajemen Dakwah, ( Jakarta: Prenada Media, 2006), h. 24-28
10
c. Akhlak, adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, yang dapat
dinilai baik buruk dengan menggunakan hukum ilmu pengetahuan dan
norma agama.13
Dalam melakukan pengolahan kesepakatan antara juri digunakan
rumus Holsti,14 yaitu:
Koefisien reliabilitas = 21
2NN
M+
Komposit reliabilitas = )()1(1
)(juriantaraxN
juriantaraxN−+
Keterangan
2M = Nomor keputusan yang sama antara juru
N1, N2 = Jumlah item yang dibuat oleh tim juri
N = Jumlah juri
x = Rata-rata koefisien reliabilitas antar juri
F. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini penulis sudah mengadakan tinjauan
pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Dakwah maupun
perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah. Ternyata penulis belum
menemukan skripsi mahasiswa/i yang meneliti tentang judul ini. Hanya saja
ada beberapa skripsi mahasiswa/i yang hampir serupa, diantaranya yaitu:
13 Dr. Moh Ali Azis, M.Ag, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 94-95 14 Holsti, Or., Content Analysis for The Social Science and Humanities, (USA: Addison-
westley publishing co.96., h. 163-164
11
Skripsi yang berjudul Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Sinopsis Film
Mengaku Rasul, yang disusun oleh Rusti Yanti NIM 105051001949 tahun
2009. meneliti isi pesannya saja dan hanya dibatasi dari sinopsis Film
Mengaku Rasul saja. Film ini menceritakan tentang seorang yang mengaku
sebagai rasul terakhir namun seperti yang kita ketahui bersama bahwa Rasul
penutup akhir zaman adalah Nabi Muhammad SAW dan bukan yang lain.
Lalu ada Skripsi yang berjudul Analisis Wacana Pesan Dakwah Film Kun
Fayakuun, yang disusun oleh Neneng Hasanih NIM 103051028591 tahun
2008, hanya menganalisis tentang wacana pesan dakwah dalam film Kun
Fayakuun. Film yang bercerita tentang kekuasaan Allah dan bagaimana
manusia berserah diri atas kekuasaan tersebut. Dan ada juga Skripsi yang
berjudul Analisis Wacana Dakwah Dalam Film Ayat-ayat Cinta, yang disusun
oleh Zaid Maftuh NIM 104051001927 tahun 2008, untuk penelitiannya si
penulis menggunakan analisis wacana dalam film Ayat-ayat Cinta, film yang
digarap sama dengan sutradara film Perempuan Berkalung Sorban yaitu
Hanung Bramantyo, film yang menceritakan tentang seorang mahasiswa
indonesia yang bernama Fahri Bin Abdullah shiddiq yang telah tujuh tahun
menempuh pendidikan di Al-azhar mesir, dalam kehidupannya sebagai
seorang mahasiswa dia menemui banyak sekali tantangan dan lika-liku dalam
kehidupannya namun semua itu dia hadapi dengan keikhlasan dan kesabaran.
Dari beberapa skripsi tersebut maka penulis mengambil kesimpulan
bahwa belum ada mahasiswa/i yang meneliti tentang film Perempuan
Berkalung Sorban. Oleh karena itu penulis menggunakan analisis film
perempuan berkalung sorban.
12
G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab. Di mana masing-masing bab
dibagi ke dalam sub-sub dengan penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Yang memuat latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan tinjauan
pustaka serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini memuat tentang Tinjauan tentang dakwah, yang terdiri dari
pengertian dan tujuan dakwah, pesan dan materi dakwah, metode
dan media dakwah, tinjauan tentang film yang meliputi, pengertian
film, unsur-unsur dan jenis-jenis film, film sebagai media dakwah.
BAB III PROFIL FILM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN
Bab ini memuat sekilas tentang film Perempuan Berkalung Sorban,
visi dan misi film Perempuan Berkalung Sorban, sinopsis film
Perempuan Berkalung Sorban, kontroversi yang terdapat dalam
film Perempuan berkalung Sorban, para pemain dan kru film
Perempuan Berkalung Sorban.
BAB IV ANALISIS ISI PESAN DAKWAH FILM PEREMPUAN
BERKALUNG SORBAN
Bab ini memuat Pesan Dakwah Film Perempuan Berkalung
Sorban dan Pesan yang paling dominan dalam film Perempuan
Berkalung Sorban.
13
BAB V PENUTUP
Dalam bab akhir ini, penulis memberikan Kesimpulan terhadap apa
yang telah diteliti oleh penulis dalam karya ilmiah ini, serta
memberikan Saran-saran dan juga beberapa lampiran yang didapat
oleh penulis.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Dakwah
1. Pengertian dan Tujuan Dakwah
a. Pengertian Dakwah
Secara etimologi kata dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu
dari kata kerja (fi’il) yaitu, da’a (دعا) - yad’u (يدعو) yang artinya
mengajak, menyeru, mengundang, atau memanggil.1 Kemudian kata
jamak yaitu da’watan yang artinya ajakan, seruan, undangan atau
panggilan.2
Secara terminologi dakwah mempunyai pengertian,
sebagaimana dikemukakan para ahli dakwah, diantaranya:
Pertama, menurut H.M.S Nasaruddin Latif, dakwah yaitu
setiap usaha atau aktivitas dengan lisan atau tulisan yang bersifat
menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan
mentaati Allah SWT sesuai dengan garis akidah dan syari’ah serta
akhlak Islamiyah.3
Kedua, menurut Prof. Toha Yahya Umar, bahwa pengertian
dakwah dapat dibagi dua:
1 Firdaus Al-Hisyam dan Rudy Haryono, Kamus Lengkap 3 Bahasa Arab-Indonesia-
Inggris, ( Surabaya: Gitamedia Press, 2006), h. 247. 2 Ahmad Ghulusy, Al-Da’wah al-Islamiyah (kairo: dar al-kitab,1987), h. 9. 3 Rafi’udin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsipdan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka
Setia, 2001), h. 24.
14
15
1) Pengertian umum. Dakwah adalah suatu ilmu pengetahuan yang berisi
cara-cara, tuntunan, menyetujui, malaksanakan suatu ideologi,
pendapat dan pekerjaan tertentu.
2) Pengertian khusus. Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara
bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT
untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia akhirat.4
Ketiga, menurut Sudirman (1979) dalam bukunya Problema
Dakwah Islam di Indonesia, dakwah adalah merealisasikan ajaran Islam di
dalam kenyataan hidup sehari-hari baik bagi kehidupan perorangan
maupun masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka
pembangunan bangsa dan umat manusia untuk memperoleh keridhoan
Allah SWT.5
Dari beberapa pengertian tentang definisi dakwah di atas dapat
disimpulkan bahwa dakwah yaitu menyampaikan dan memanggil serta
mengajak manusia ke jalan Allah SWT, untuk melaksanakan perintah-Nya
dan manjauhi larangan-Nya dalam mencapai kehidupan dunia dan akhirat
(amar ma’ruf nahi munkar).
b. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah dalam arti luas adalah menegakkan ajaran agama
Islam kepada setiap insane baik individu maupun masyarakat, sehingga
ajaran tersebut mampu mendorong suatu perbuatan yang sesuai dengan
ajaran tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan dakwah adalah
4 Toha Yahya Oemar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT. Widjaya, 1992), h. 1. 5 Sudirman, Problematika Dakwah Islam di Indonesia, (Jakarta: PDII, 1979), h. 47.
16
mengajak umat manusia kepada jalan yang benar yang diridhai Allah
SWTagar dapat hidup bahagia dan sejahteradi dunia maupun di akhirat.
2. Pesan dan Materi Pesan Dakwah
a. Pesan Dakwah
Pesan dalam Islam ialah perintah, nasehat, permintaan, amanat
yang harus disampaikan kepada orang lain. Sedangkan pesan dakwah
adalah semua pernyataan yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah
baik yang tertulis maupun lisan dari pesan-pesan (risalah). Pesan dakwah
itu dapat dibedakan dalam dua kerangka besar yaitu:6
1) Pesan dakwah yang memuat hubungan manusia dengan khalik
(hablum minallah) yang berorientasi kepada kesalehan individu.
2) Pesan dakwah yang memuat hubungan manusia dengan manusia
(hablum minannas) yang akan menciptakan kesalehan sosial.
Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa pesan dakwah adalah risalah-
risalah allah yang harus disampaikan kepada manusia, sebagai peringatan
akan ahzab dan balasan Allah SWT akan tindakan manusia yang mereka
perbuat semasa hidup di dunia. Firman Allah dalam al-Qur’an QS.al-
Ahzab:39 diterangkan:7
⌧
Artinya: “yaitu orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada
6 Mustofa Bisri, Saleh Ritual Saleh Sosial, (Bandung: Mizan 1995), Cet.I, h. 28. 7 Hafidz Dasuki. Dkk, al-Qur’an dan Terjemahnya (bandung: Gema Risalah Press), h. 672.
17
seorangpun selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan”. (QS. Al-Ahzab: 39)
Mengenai risalah-risalah Allah ini, Moh Natsir membaginya dalam
tiga pokok, yaitu:
1) Menyempurnakan hubungan manusia dengan khaliq-Nya, hamblum minallah atau mua’malah ma’al khaliq.
2) Menyempurnakan hubungan manusia dengan sesama manusia hablum minan nas atau mua’malah ma’al makhluq.
3) Mengadakan keseimbangan (tawazun) antara kedua itu, dan mengaktifkan kedua-duanya sejalan dan berjalan.8
Apa yang disampaikan oleh Moh. Natsir ini sebenarnya adalah
termasuk dalam tujuan dari komunikasi dakwah, dimana pesan-pesan
dakwah hendaknya dapat mengenai sasaran utama dari kesempurnaan
hubungan antara manusia (makhluq) dengan penciptanya (khaliq) dan
mengatur keseimbangan diantara dua hubungan tersebut (tawazun).9
Sedangkan yang dimaksud pesan-pesan dakwah itu sendiri
sebagaimana yang digariskan di dalam al-Qur’an adalah merupakan
pernyataan maupun pesan (risalah) al-Qur’an dan as-Sunnah yang
diyakini telah mencakup keseluruhan aspek dari setiap tindakan dan segala
urusan manusia di dunia. Tidak ada satu bagianpun dari aktivitas muslim
yang terlepas dari sorotan dan cakupan al-Qur’an dan as-Sunnah ini.10
Dengan demikian inti dari pesan dakwah adalah pesan-pesan yang
mengandung seruan untuk pembentukan akhlak mulia dan bersumber dari
al-Qur’an dan as-Sunnah, nasehat orang bijak, pengalaman hidup, seni dan
budaya, ilmu pengetahuan, filsafat dan sumber-sumber lainnya pesan
dakwah ditujukan untuk mengajak manusia agar menjalankan agama Islam
8 Dasuki, Alqur’an dan Terjemahnya, h. 42. 9 Ibid., h. 43. 10 Ibid., h. 43.
18
serta mentauhidkan Allah dengan bersumber kepada al-Qur’an dan as-
Sunnah.
Mengenai proses komunikasi penyampaian dan penerimaan pesan
dakwah dapat dijelaskan melalui tahapan-tahapan, yaitu:11
1) Penerimaan stimulus informasi
2) Pengolahan informasi
3) Penyimpanan informasi
4) Menghasilkan kembali suatu informasi.
Gaya pesan berkaitan dengan kemampuan pengelola media massa
dalam menyampaikan pesan kepada khalayak, pemirsa agar mudah dapat
diterima dan dipahami. Satu hal yang pasti daya tarik pesan menurut
Effendy (1986:41), yang salah satunya menunjuk pada komponen
komunikator. Disini ada 2 faktor penting yang perlu diperhatikan yakni:12
1) Kepercayaan terhadap komunikator (source of credibility)
2) Daya tarik yang melekat komunikator (source attractivities).
b. Materi Pesan Dakwah
Materi dakwah ialah ajaran-ajaran agama Islam. Ajaran-ajaran
Islam inilah yang wajib disampaikan kepada umat manusia dan mengajak
mereka agar mau menerima dan mengikutinya. Diharapkan agar ajaran-
ajaran Islam benar-benar diketahui, dipahami, dihayati dan diamalkan,
sehingga mereka hidup dan berada dalam kehidupan yang sesuai dengan
ketentuan-ketentuan agama Islam.
11 Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Firdaus, 1999), h. 69. 12 Onong Uchjana Effendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek, (Bandung: Alumni 1986), h.
41.
19
Materi dakwah bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadist yang
meliputi berbagai aspek diantaranya: akidah, syariah dan akhlak dengan
berbagai macam ilmu yang diperoleh darinya. Al-Qur’an dan Hadist Nabi
merupakan tuntunan yang sarat dengan ketentuan untuk meraih
kebahagiaan, keseimbangan, juga kemajuan. Dan ketentraman hidup di
dunia akhirat. Dengan kata lain Al-Qur’an dan Hadist mengingatkan
manusia untuk meninggalkan serta manjauhkan diri pada kemungkaran,
kenistaan, kesewenang-wenangan, kebodohan dan keterbelakangan.
Begitu banyak materi dakwah yang bisa dikembangkan diantaranya
adalah aqidah, akhlak, ukhwah, pendidikan, sosial, kebudayaan,
kemasyarakatan, dan amar ma’ruf nahi munkar.
Ali Yafie menyebutkan lima pokok materi dakwah yaitu:
1) Masalah kehidupan.
2) Masalah manusia.
3) Masalah harta benda.
4) Masalah ilmu pengetahuan.
5) Masalah akidah.13
Isi pesan atau materi dakwah yang disampaikan pada dasarnya
bersumber utama dari al-Qur’an dan hadist, diantaranya meliputi akidah
(keimanan), syariah (keislaman), dan akhlak (budi pekerti). Akidah dalam
Islam mencakup masalah-masalah dengan keimanan, misalnya tentang
rukun iman, perbuatan syirik, dan ketauhidan. Syariah berhubungan erat
13 Alif Yafie, Dakwah Dalam Al-Quran dan As-Sunnah, (Jakarta: Makalah Seminar: 1992)
h. 23.
20
dengan amal nyata dalam rangka mentaati hukum Allah SWT guna
mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya. Sedangkan perihal
akhlak merupakan penyempurna, artinya meskipun keimanan dan
keIslaman seseorang sudah sangat baik, namun jika ia memiliki akhlak
yang buruk maka ia belum dapat dikatakan sebagai seorang hamba yang
sempurna.14
Dalam Komunikasi, pesan menjadi salah satu unsur penentu
efektifitas tidaknya suatu tindak komunikasi. Bahkan unsur pesan menjadi
unsur utama selain komunikator dan komunikan. Tanpa adanya unsur
pesan, maka tidak pernah terjadi komunikasi antarmanusia.
Pesan adalah isi dari suatu tindakan komunikatif. Orang-orang
menyampaikan sangat beranekaragam pesan-pesan. Beberapa pesan-pesan
ini bersifat pribadi misalnya sebuah senyum. Sedangkan pesan yang lain
ditujukan kepada beberapa orang seperti berita siaran televisi.15
Dalam bahasa Inggris pesan disebut message. Selain penyebutan
pesan, untuk istilah yang sama ada juga ahli yang menyebutnya isi
pernyataan (Hoeta Soehoet, 2002). Namun dalam banyak literature yang
umum digunakan adalah istilah pesan atau message, bukan isi pernyataan.
Menurut Hoeta Soehoet (2002:36), isi pernyataan adalah hasil
penggunaan akal dan budi tidak dapat dilihat, tidak dapat diraba, abstrak.
Yang berfungsi untuk mewujudkan isi pernyataan dari bentuknya yang
abstrak menjadi konkret adalah lambang komunikasi.
14 Ibid., h. 25. 15 A. S. Achmad, Komunikasi Massa, dan Khalayak, (Hasanuddin University, 1992), cet. I,
h 2.
21
Dalam kaitan itu, Bettinghous (1973) berpendapat bahwa pesan
dibentuk atau dirancang melalui penggunaan sistem kode, yaitu sekelompok
simbol dan sekelompok aturan yang bergabung menjadi unut-unit bermakna.
Kata sendjaja et al. (1999:30), pesan adalah berupa lambang atau tanda
seperti kata-kata tertulis atau secara lisan, gambar, angka. Sementara
Applbaum dan Anatol (1974) menyatakan bahwa pesan tersusun dari simbol-
simbol seperti bahasa verbal dan nonverbal yang mendatangkan makna dan
respon tertentu.
Jadi, pesan atau isi pernyataan yang merupakan hasil penggunaan
akal dan budi manusia itu pada dasarnya masih abstrak. Hasil penggunaan
akal dan budi manusia baru bermakna kalau dikonkretkan dengan
menggunakan lambang komunikasi atau sistem kode. Ini artinya, dalam
komunikasi melibatkan kode atau tanda-tanda yang dipahami bersama baik
oleh persuader maupun khalayak sasaran.16
3. Metode dan Media Dakwah
a. Metode Dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu “meta”
(melalui) dan “hodos” (jalan, cara).17 Dengan demikian dapat diartikan
bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai
suatu tujuan. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos
artinya jalan, yang di dalam bahasa Arab disebut thariq.18 Apabila
16 M. Jamiluddin Ritonga, Tipologi Pesan Persuasif, (PT.INDEKAS, 2005), h. 1-2. 17 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 61. 18 Hasanuddin, Hukum Dakwah (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 35.
22
diartikan secara bebas metode adalah cara yang telah diatur melalui proses
pemikiran untuk mencapai suatu maksud.
Prinsip penggunaan metode dakwah Islam sudah tertera dalam Al-
Qur’an An-Nahl ayat 125.19
اُدْعُ إِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ وَهُوَ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ بِالَّتِيْ هِيَ أَحْسَنُ )125: النحل ( أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
Artinya: “serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”
Dari ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa metode dakwah
itu meliputi tiga cakupan, yaitu:
1) Al-Hikmah, adalah merupakan kemampuan dan ketepatan da’i dalam
memilih, memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi
objektif mad’unya. Al hikmah merupakan kemampuan da’i dalam
menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta realitas yang ada dengan
argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif. Oleh karena itu, al-
hikmah sebagai sebuah sistem yang menyatukan antara kemampuan
teoritis dan praktis dalam berdakwah.
2) Mau’izhah hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang
mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah,
berita gembira, peringatan, pesan-pesan positif (wasiat) yang bisa
19 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), h. 7.
23
dijadikan pedoman dalam kehidupan dalam kehidupan agar
mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
3) Al-Mujadalah Bi-al-Lati Hiya Ahsan, merupakan tukar pendapat yang
dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan
permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang
diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat. Antara
satu dengan yang lainnya saling menghargai dan menghormati
pendapat keduanya berpegang kepada kebenaran, mengakui kebenaran
tersebut.20
Metode dakwah merupakan suatu pendekatan yang bisa dijadikan
sebagai pintu masuk bagi juru dakwah menuju obyek dakwah, sehingga
pemikiran-pemikiran dapat diterima oleh obyek dakwah secara sukarela
dan penuh kesadaran. Akhirnya tertarik untuk bergabung dalam barisan
gerakan dakwah.
Untuk itu dakwah haruslah dikemas dengan cara metode yang tepat
dan pas. Dakwah harus tampil secara aktual, faktual, dan kontekstual.
Aktual dalam arti memecahkan masalah yang pada saat ini (baru) dan
hangat ditengah masyarakat. Faktual dalam arti konkret dan nyata, serta
kontekstual dalam arti relevan dan menyangkut problema yang sedang
dihadapi oleh masyarakat.
20 M. Munir, Metode Dakwah, h. 8-19.
24
b. Media Dakwah
Media dakwah adalah hal, keadaan, benda, yang dapat digunakan
sebagai perantara untuk melaksanakan dakwah yang digunakan oleh juru
dakwah untuk menyampaikan pesan dakwahnya kepada mad’u.21
Kepandaian seorang juru dakwah dalam memilih media merupakan
salah satu unsur keberhasilan dakwah. Hamzah Ya’qub membagi sarana
atau media dakwah menjadi tiga bagian yaitu:
1) Spoken words, yakni media dakwah yang berbentuk ucapan atau bunyi
yang ditangkap dengan indera telinga, seperti radio, telepon, hanphone
dan lainnya.
2) Printed writing, berbentuk tulisan, gambar, lukisan, dan sebagainya
yang ditangkap oleh mata.
3) Audio visual, berbentuk gambar hidup yang dapat didengar sekaligus
dapat dilihat, seperti televisi, video, film, dan sebagainya.22
Dari ketiga sarana atau media dakwah ini, semuanya dapat
digabungkan serta digunakan sekaligus, maupun memilih salah satu sarana
atau media dakwah ini, yang tentunya disesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang ada di masyarakat.
21 Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 163. 22 Moh. Ardani, Memahami Permasalahan Fikih Dakwah, (Jakarta: Mitra Cahaya Utama,
2006), h.37-38.
25
B. Tinjauan Tentang Film
1. Pengertian Film
Film adalah selaput tipis yang dibuat seluloid untuk merekam
gambar negatif dalam pemotretan, lakon atau cerita-cerita yang
menyeramkan.
Ada 3 macam film diantaranya, yaitu:
a. Film Dokumenter adalah dokumentasi dalam bentuk film mengenai
peristiwa bersejarah.
b. Film Horor adalah film yang menyajikan lakon-lakon horror atau
cerita-cerita yang menyeramkan.
c. Film Kartun adalah film hiburan dalam bentuk gambarlucu yang
mengisahkan tentang binatang dan sebagainya.
d. Film Serial adalah film yang disajikan dalam bentuk berseri.23
“Film adalah karya seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video dan bahan-bahan hasil penemuan tekhnologi lainnya dalam segala hal bentuk, jenis dan ukuran maupun proses kimiawi elektronik atau proses lainnya dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukan dan atau ditayangkan dengan system proyeksi, mekanik, elektronik atau lainnya.”24
Film merupakan teknologi hiburan massa yang dimanfaatkan untuk
menyebar luaskan informasi dan berbagai pesan dalam skala luas
disamping pers, radio dan televisi.25
23 Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 316. 24 Chaidir Rahman, Festival Film Indonesia 1983 (Medan: Badan Pelaksana FFI, 1983),
h. 8. 25 Sean Mac Bride, Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan, Aneka Suara
Satu Dunia (Jakarta : PN Balai Pustaka Unesco, 1983), h. 120.
26
Film dimasukkan dalam kelompok komunikasi massa yang
mengandung aspek hiburan, juga memuat aspek edukatif. Namun aspek
kontrol sosialnya tidak sekuat pada surat kabar, majalah serta televisi yang
menyiarkan berita berdasarkan fakta yang terjadi. Fakta film ditampilkan
secara abstrak dimana tema cerita bertolak dari fenomena yang terjadi di
tengah masyarakat. Bahkan dari itu, dalam film cerita dibuat secara
imajinatif.26
Film sama dengan abstrak lainnya, yaitu memiliki sifat-sifat dasar
media lainnya yang terjalin dalam susunannya yang beragam. Film
memiliki kesanggupan untuk memainkan ruang dan waktu,
mengembangkan dan mempersingkatnya, menggerak majukan dan
memundurkannya secara bebas dalam batasan-batasan wilayah yang cukup
lapang. Meski antara media film dan lainnya terdapat kesamaan-kesamaan,
film adalah sesuatu yang unik yang bergerak secara bebas dan tetap.
Penterjemahnya langsung melalui gambar-gambar visual dan suara yang
nyata dan juga memiliki kesanggupan untuk menangani berbagai subyek
yang tidak terbatas ragamnya. Berkat unsur inilah film merupakan salah
satu bentuk seni alternatif yang banyak diminati oleh masyarakat.27
Salah satu kelebihan yang dimiliki film, baik yang ditayangkan
lewat tabung televisi maupun layar perak, film mampu menampilkan
realitas kedua (The second reality) dari kehidupan manusia. Kisah-kisah
26 William L. Rivers-Jay W. Jensen, Theodore Peterson, Media Massa dan Masyarakat
Modern (Jakarta: Kencana 2004), h. 252. 27 Adi Pranajaya, Film dan Masyarakat; Sebuah Pengantar (Jakarta : Yayasan Pusat
Perfilman H. Usman Ismail, 1993), h. 6.
27
yang ditayangkan lebih bagus dari kondisi nyata sehari-hari, atau
sebaliknya bisa lebih buruk.28
Dunia perfilman kini telah mampu merebut perhatian masyarakat.
Lebih-lebih setelah berkembangnya teknologi komunikasi massa yang
dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan dunia perfilman.
Meskipun masih banyak bentuk-bentuk media massa lainnya. Film
memiliki efek eksklusif bagi para penontonnya. Puluhan bahkan ratusan
penelitian berkaitan dengan efek media massa. Betapa kuatnya media film
bagi kehidupan manusia sehingga dapat mempengaruhi pikiran, sikap dan
tindakan para penontonnya.29
2. Unsur-unsur Film
Terdapat beberapa unsur dalam film, yaitu:
a. Title/judul film.
b. Crident Title (meliputi: produser, kru, artis, dan lain-lain).
c. Tema film, sebuah inti cerita yang terdapat dalam sebuah film.
d. Intrik adalah usaha pemeranan oleh pemain dalam menceritakan
adegan yang telah disiapkan dalam naskah untuk mencapai tujuan yang
diinginkan oleh sutradara.
e. Klimaks, puncak dari inti cerita yang disampaikan, klimaks bisa
berbentuk konflik, atau benturan antar kepentingan para pemain.
f. Plot, adalah alur cerita yang didisain atau direkayasa untuk mencapai
tujuan tertentu. Maka itu satu topik yang sama bisa dibuat beberapa
28 William, dkk, Media Massa dan Masyarakat Modern, h. 199. 29 KH. Miftah Faridh, dakwah Kontemporer Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi
(Bandung : Pusdai Press, 2000), h. 96.
28
plot, sesuai dengan sudut pandang yang diambil dan tujuan yang ingin
dicapai.
g. Million/Setting, yaitu latar belakang kejadian dalam sebuah film. Latar
belakang ini bisa berbentuk waktu, tempat, perlengkapan, aksesoris
dan lain-lain.
h. Synopsis, yaitu ringkasan cerita, biasanya berbentuk naskah.
i. Trailer, yaitu bagian film yang menarik.
j. Karakter, yaitu penokohan para pemain.30
3. Jenis-jenis Film
Film-film yang beredar memiliki beberapa jenis. Jenis tersebut dapat
diklasifikasikan pada:
a. Film Roman/Drama, adalah suatu kejadian atau peristiwa hidup yang
hebat, mengandung konflik, pergolakan, clash atau benturan antara dua
orang atau lebih. Sifat drama: romance, tragedi, komedi.
b. Film Misteri/Horror, mengupas terjadinya fenomena mistis yang
menimbulkan rasa heran, takjub, dan takut.
c. Film Dokumenter, Film yang berisi tentang dokumentasi dari kisah
kehidupan nyata, atau juga berisi tentang dokumentasi dari kehidupan
diluar itu, misalnya tentang kehidupan satwa, dokumentasi perang.
d. Film Realisme, Film yang mengandung relevansi dengan kehidupan
sehari-hari.
e. Film Sejarah, melukiskan kehidupan tokoh tersohor dan peristiwanya.
30 Aep Kusnawan et.al. Komunikasi Penyiaran Islam(Bandung : Benang Merah Press,
2004), h. 101.
29
f. Film Perang, menggambarkan peperangan atau situasi di dalamnya
atau setelahnya.
g. Film Futuristic, menggambarkan masa depan secara khayali.
h. Film Anak, mengupas tentang dunia anak.
i. Film Kartun, cerita bergambar yang diawali dari media cetak, yang
diolah sebagai cerita bergambar, bukan saja sebagai story board
melainkan gambar yang sanggup bergerak dengan teknik animation
atau single stroke operation.
j. Film Adventure, film pertarungan. Tergolong film klasik.
k. Film Seks/Porno, manampilkan erotisme.31
C. Film Sebagai Media Dakwah
Dakwah selama ini diidentikan dengan ceramah melalui media lisan.
Namun, seiring era globalisasi, dimana trend informasi dan komunikasi
semakin berkembang, media film seharusnya dapat mengambil peranan yang
cukup signifikan dalam penyebaran pesan-pesan keagamaan.
Film sebagai salah satu produk kemajuan teknologi mempunyai
pengaruh yang besar terhadap arus komunikasi yang terjadi di tengah-tengah
masyarakat. Bila dilihat lebih jauh, film bukan hanya sekedar tontonan atau
hiburan belaka, melainkan sebagai suatu media komunikasi yang efektif.
Melalui film kita dapat mengekspresikan seni dan kreativitas sekalipun
mengkomunikasikan nilai-nilai ataupun kebudayaan dari berbagai kondisi
masyarakat.
31 Aep Kusnawan et.al, Komunikasi Penyiaran Islam, h. 101.
30
Dalam penyampaian pesan melalui film terjadi proses yang berdampak
signifikan bagi para penontonnya. Ketika menonton sebuah film, terjadi
identifikasi psikologis dari diri penonton terhadap apa yang disaksikannya.
Penonton memahami dan merasakan seperti apa yang dialami salah satu
pemeran. Pesan-pesan yang terdapat dalam sejumlah adegan film akan
membekas dalam jiwa penonton, sehingga pada akhirnya pesan-pesan itu
membentuk karakter penonton.32
Alex sobur menyatakan, bahwa film merupakan bayangan yang diangkat
dari kenyataan hidup yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. Itulah
sebabnya selalu ada kecenderungan untuk mencari relevansi antara film
dengan realitas kehidupan. Apakah film itu merupakan film drama, yaitu film
yang mengungkapkan tentang kejadian atau peristiwa hidup yang hebat. Atau
film yang sifatnya realisme, yaitu film yang mengandung relevansi dengan
kehidupan keseharian.33
Karena film mempunyai kelebihan bermain pada sisi emosional, ia
mempunyai pengaruh yang lebih tajam untuk memainkan emosi pemirsa.
Berbeda dengan buku yang memerlukan daya fikir aktif, penonton film cukup
bersifat positif. Hal ini dikarenakan sajian film adalah sajian siap untuk
dinikmati.
Selanjutnya, film sebagai media komunikasi dapat berfungsi sebagai
media dakwah yang bertujuan mengajak kepada kebenaran. Dengan berbagai
32 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, KomunikasiMassa Suatu Pengantar
(Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2004), h. 136. 33 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), h. 128.
31
kelebihannya, film menjadikan pesan-pesan yang ingin disampaikan dapat
menyentuh penonton tanpa harus menggurui. Maka tidak heran bila penonton
tanpa disadari berprilaku serupa dengan peran dalam suatu film yang pernah
ditontonnya. Hal ini senada dengan ajaran Allah SWT bahwa untuk
mengkomunikasikan dengan pesan, hendaknya dilakukan secara qawlan
syadidan, yaitu pesan yang dikomunikasikan dengan benar, menyentuh, dan
membekas dalam hati.
Dengan karakternya yang dapat berfungsi sebagai qawlan syadidan
inilah, film diharapkan dapat menggiring pemirsanya kepada ajaran Islam
yang akan menyelamatkan.34
Saat ini, perkembangan perfilman di Indonesia sudah mengalami
kemajuan yang signifikan terlihat dengan antusias masyarakat terutama remaja
yang gemar menonton dibioskop. Namun disayangkan, film-film yang
ditayangkan tidak lagi mengedepankan tujuan film yaitu sebagai sarana
pendidikan, informasi dan hiburan. Pekerja-pekerja film hanya memikirkan
sisi bisnis tanpa memikirkan dampak negatif dari hasil menonton film
tersebut. Film-film yang beredar dibioskop-bioskop di Indonesia masih
didominasi oleh film-film horror dan sex dikemas dengan adegan sexy para
pemainnya yang sangat jauh dari nilai-nilai moral yang dikhawatirkan akan
merusak moral generasi muda dan juga film-film berbumbu melodrama
percintaan serta film-film dengan judul controversial.
34 Aep Kusnawan et.al. Komunikasi Penyiaran Islam, h. 95.
32
Dari sekian banyak produksi film di Indonesia, hanya sedikit sekali yang
memproduksi film yang bertema Islami, padahal banyak hal-hal menarik
untuk diungkapkan dalam film Islami yang tidak hanya menyoroti masalah
religi saja, melainkan juga sisi kehidupan sosial masyarakatnya.
Sebuah film untuk bisa dikatakan bernilai dakwah, tentu perlu dicermati
dari banyak sisi. Karena terus terang saja bahwa dunia film ini umumnya
“dikuasai” oleh kalangan yang tidak terlalu akrab dengan agama. Paling tidak
dalam motivasi pembuatannya. Karena film tidak lain dari sebuah
industri/bisnis murni.
Dalam kondisi idealisme film yang pernah seperti itu, sangat sulit
memikirkan kualitas film, apalagi bicara film religi atau Islami. Namun bukan
berarti kita harus pesimis dengan keadaan ini. Karena suatu saat orang-orang
akan jenuh dan bosan dengan suguhan film yang menonton dan akan datang
masanya mereka memilih tayangan yang lebih bermutu.35
Sejauh ini umat Islam menyadari bahwa mereka seringkali menjadi
konsumen dan objek sasaran industri kapitalisme hiburan dunia. Sudah
selayaknya umat Islam mulai beranjak menjadi produsen film.
Di Indonesia, dahulu pernah muncul film-film religi yang banyak
mengandung pesan moral yang sangat baik untuk dicontoh, seperti Cut Nyak
Dien, dan fatahillah.. Namun film-film itu kemudian menghilang seiring
dengan matinya perfilman Indonesia.
Setelah lama mati suri, perfilman Indonesia kembali bangkit dengan
menyajikan tren-tren film yang sangat disukai masyarakat seperti tren film
35 Arifin Rahmat, “Kriteria Film Islami,” Artikel diakses pada 19 Agustus 2007 dari http://www.pks-anz.org.
33
drama percintaan dan juga film horror yang banyak menyedot perhatian
masyarakat dan menimbulkan rasa penasaran bagi penonton.
Banjirnya penonton film Ayat-ayat Cinta yang diikuti banjirnya
penonton film Perempuan Berkalung Sorban baru-baru ini, menunjukkan
bahwa penonton Indonesia merindukan film dakwah yang berkualitas.
Keberhasilan film Ayat-ayat Cinta dan Perempuan Berkalung Sorban dapat
menjadi terobosan baru bagi perkembangan dakwah Islam.
Film dakwah bekualitas bukan semata film yang penuh dan dibanjiri
pesan ceramah yang menjemukan, tetapi bagaimana pesan-pesan dakwah itu
dikemas sedemikian rupa, sehingga menghasilkan film dakwah yang
berkualitas.
Selain itu film dakwah bukan film yang penuh dengan gambaran mistik,
supranatural, berbau tahayul. Masyarakat sudah bosan dan jenuh dengan film-
film yang jauh dari sisi rasionalitas.
Film dakwah sejatinya bersinggungan dengan realitas kehidupan nyata
sehingga mampu memberi pengaruh pada jiwa penonton.
Di sisi lain, film dakwah juga dituntut memainkan peranan sebagai
media penyampaian gambaran budaya muslim, sekaligus jembatan budaya
dengan peradaban lain. Bila selama ini citra Islam demikian negatif melalui
film dakwah diharapkan muncul gambaran positif. Serangan budaya yang
demikian gencar dilancarkan oleh barat melalui film-film yang memuat
budaya hedonis atau menghina Islam juga akan mudah tertangkal bila kita
mampu menandinginya dengan film dakwah berkualitas.
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN
A. Konsep Dasar Pembuatan Film Perempuan Berkalung Sorban
Perempuan merupakan makhluk istimewa dengan segala keindahannya,
makhluk yang sering dianggap lemah namun menyimpan kekuatan besar.
Wanita juga boleh dibilang selalu jadi “makhluk kelas dua” jika dibandingkan
dengan lawan jenisnya, laki–laki.
Kebebasannya sering dianggap tabu, keputusannya dianggap
perlawanan, padahal sejatinya perempuan dan laki–laki adalah pelengkap
antara satu sama lain.
Bukan hal yang baru pula kalau laki–laki malah menjadi penindas bagi
perempuan, perempuan jadi warga negara kelas dua. Ditindas hak–haknya dan
dilupakan suaranya. Di sisi lain emansipasi perempuan terus digaungkan.
Sayangnya, kesetaraan hak itu bukanlah sesuatu yang bersifat evolusi namun
paralel.
Di suatu waktu ada perempuan yang menjadi presiden tapi pada waktu
yang sama ada perempuan–perempuan yang ditekan, dipaksa menghentikan
pendidikannya, mengalami kekerasan dalam rumah tangga atau dijual oleh
keluarganya sendiri. Berbicara mengenai kebebasan kaum perempuan, selalu
tidak terlepas dari norma–norma adat, tradisi bahkan agama. Islam merupakan
agama mayoritas negara ini sering kali dikaitkan dengan topik kebebasan
pihak perempuan, dianggap berat sebelah karena lebih memihak atas
34
35
kepentingan kaum lelaki. Ayat–ayatnya menjadi alat untuk membungkam
perempuan, sebuah fenomena pro dan kontra yang terus berlanjut hingga saat
ini.
Membaca fenomena yang terjadi, Starvision mencoba menghadirkan
film terbarunya yang berjudul Perempuan Berkalung Sorban dengan arahan
sutradara berbakat Hanung Bramantyo. Film yang diambil dari karya novel
Abidah El. Khalieqy ini adalah film tentang salah satu dunia paralel
perempuan. Berkisah tentang Anissa, seorang perempuan dari pesantren yang
berjuang untuk mendapatkan hak-nya. Hak untuk memilih hidup tanpa ada
tekanan, termasuk juga tekanan yang mengatasnamakan agama. Ini kisah
tentang perempuan yang percaya kalau agamanya, Islam, yang akan membawa
kebebasannya sebagai manusia bukan malah mengurungnya.
Dalam press conference yang berlangsung di Planet Hollywood (12/1),
Hanung mengatakan bahwa ia sadar hal ini adalah sesuatu hal yang sensitif
sifatnya dan mengundang kontroversi namun ia mengajak para penonton
untuk menelaah lebih dalam, jauh dari wacana Islam serta pertentangannya. Ia
juga mengatakan bahwa semua disajikan berimbang, hingga tidak ada unsur
menghakimi. Sementara dari sisi sang penulis, ketika ditanyakan seberapa
besar penyajian film dengan isi novel yang ia tulis, Abidah mengatakan meski
ada beberapa hal yang ingin diartikulasikan dalam film namun hal itu tidak
terjadi. Ia menganggap pihak sutradara begitu apik mengemas film ini menjadi
lebih ringan penyajiannya namun tidak melepas inti dari isi cerita.1
1 Dokumen Resmi PT Kharisma Starvision Plus, Jakarta
36
B. Visi dan Misi Film Perempuan Berkalung Sorban
1. Visi Film Perempuan Berkalung Sorban
Secara ideal, perempuan menginginkan keadilan dan persamaan
peran pada segala dimensi kesehariannya, seperti keadilan di bidang
politik, ekonomi, dan sosial. Harapan itu sepertinya hanya sebatas mimpi
yang sulit mewujudkan. pada kenyataannya masih banyak keluarga
muslim, yang melihat perempuan hanya sebagai ibu rumah tangga, sedang
menurut islam perempuanpun bisa berbuat banyak untuk beramal selama
tidak melanggar Qur'an dan hadits. Maka perlu di diinformasi beberapa
contoh permasalahan yang dihadapi oleh perempuan dilingkungan
masyarakat. Hal ini sesuai dengan konsep dasar pembuatan film
perempuan berkalung sorban yang diadaptasi dari novel karya Abidah El.
Khalieqy.
Kesesuaian antara realita yang masih banyak terjadi di masyarakat
(terutama yang dialami oleh kaum wanita) dengan konsep dasar
pembuatan film perempuan berkalung sorban melahirkan suatu visi, yaitu
memberikan atau menyampaikan permasalahan hak-hak perempuan di
lingkungan internal umat Islam. Visi ini berusaha diaktualisasikan dalam
film yang mengangkat tentang peran dan hak perempuan Islam yang
divisualisasikan dalam film Perempuan berkalung sorban.2
2 Wawancara pribadi dengan Bustal Nawawi, Jakarta 05 Februari 2010
37
2. Misi Film Perempuan Berkalung Sorban
Misi dalam film perempuan berkalung sorban berkaitan erat
dengan visinya yaitu memberikan atau menyampaikan permasalahan hak-
hak perempuan di lingkungan internal umat Islam. perlu disampaikan
masalah-masalah yang dihadapi, bahwa akan banyak tantangan persoalan
yang harus diatasi, seperti yg digambarkan pada film Perempuan
berkalung sorban. Misi film perempuan berkalung sorban merupakan
implementasi dari visi dan konsep dasar pembuatan film perempuan
berkalung sorban.
Misi dari film perempuan berkalung sorban adalah menjadikan film
perempuan berkalung sorban sebagai media inovatif dalam menangani
perjuangan hak-hak perempuan. Karena pada saat ini perjuangan terhadap
hak-hak perempuan islam belum pernah diangkat melalui media film, yang
mana kita ketahui bahwa film merupakan media yang sangat populer di
masyarakat. Hal ini membawa keuntungan yang lebih baik ketimbang
media lain seperti media cetak maupun radio.3
C. Sinopsis Film Perempuan Berkalung Sorban
Film ini menceritakan tentang sebuah kisah pengorbanan seorang
perempuan, Seorang anak kyai Salafiah sekaligus seorang ibu dan istri. Anissa
(Revalina S Temat), seorang perempuan dengan pendirian kuat, cantik dan
cerdas. Anissa hidup dalam lingkungan keluarga kyai di pesantren Salafiah
3 Wawancara pribadi dengan Bustal Nawawi, Jakarta 05 Februari 2010
38
putri Al Huda, Jawa Timur yang konservatif. Baginya ilmu sejati dan benar
hanyalah Qur’an, Hadist dan Sunnah. Buku modern dianggap menyimpang.
Dalam pesantren Salafiah putri Al Huda diajarkan bagaimana menjadi
seorang perempuan muslim dimana pelajaran itu membuat Anissa
beranggapan bahwa Islam membela laki-laki, perempuan sangat lemah dan
tidak seimbang Tapi protes Anissa selalu dianggap rengekan anak kecil.
Hanya Khudori (Oka Antara), paman dari pihak Ibu, yang selalu menemani
Anissa. Menghiburnya sekaligus menyajikan ‘dunia’ yang lain bagi Anissa.
Diam-diam Anissa menaruh hati kepada Khudori. Tapi cinta itu tidak terbalas
karena Khudori menyadari dirinya masih ada hubungan dekat dengan keluarga
Kyai Hanan (Joshua Pandelaky), sekalipun bukan sedarah. Hal itu membuat
Khudori selalu mencoba membunuh cintanya. Sampai akhirnya Khudori
melanjutkan sekolah ke Kairo. Secara diam-diam Anissa mendaftarkan kuliah
ke Jogja dan diterima tapi Kyai Hanan tidak mengijinkan, dengan alasan bisa
menimbulkan fitnah, ketika seorang perempuan belum menikah berada
sendirian jauh dari orang tua. Anissa merengek dan protes dengan alasan
ayahnya.
Akhirnya Anissa malah dinikahkan dengan Samsudin (Reza Rahadian),
seorang anak Kyai dari pesantren Salaf terbesar di Jawa Timur. Sekalipun hati
Anissa berontak, tapi pernikahan itu dilangsungkan juga demi kelangsungan
keluarga dan pesantren Al Huda. Dalam mengarungi rumah tangga bersama
Samsudin. Anissa selalu mendapatkan perlakuan kasar dari Samsudin.
Samsudin adalah tipe seorang laki-laki pengidap kelainan psikologis. Seorang
39
lelaki possesif, kasar. Tapi ketika Anissa berniat meninggalkannya, samsudin
akan berubah menjadi lelaki rapuh yang merengek-rengek sambil bersujud
meminta ampun kepada Anissa. Biduk keluarga Anissa berlangsung bagai
neraka. Tubuh Anissa yang semula segar bercahaya, menjadi suram. Apalagi
dalam 4 tahun pernikahan, Anissa tidak dikaruniai anak. Keluarga Samsudin
semakin memandang buruk Anissa dan Samsudin. Sampai kemudian Anissa
harus menghadapi kenyataan Samsudin menikahi lagi dengan Kalsum
(Francine Roosenda) Seorang perempuan lebih tua, cantik dan bisa
mempunyai anak. Harapan untuk menjadi perempuan muslimah yang mandiri
bagi Anissa seketika runtuh. Anissa berada dalam pusaran gelombang panas
yang tidak memiliki harapan untuk keluar.
Dalam keputusasaan itu, Khudori pulang dari Kairo. Anissa seperti
mendapatkan harapan. Tapi Khudori bukan seorang anak kyai seperti
Samsudin. Apalah arti seorang Khudori bagi keselamatan Anissa. Tapi Anissa
tidak peduli. Dia tumpahkan keluh kesah ke khudori. Anissa meminta Khudori
membawanya pergi. Anissa rela dianggap anak durhaka asal dirinya bisa
keluar dari kemelut keluarganya. Tapi Khudori bukan lelaki gegabah. Khudori
mencoba meredam ‘bara’ Anissa. Dalam kegusarannya itu, Khudori memeluk
Anissa. Sebuah pelukan hangat seorang paman kepada keponakannya yang
sedang resah. Tapi tiba-tiba, Samsudin datang dan memergoki keduanya.
Samsudin berteriak ‘zinah! Rajam! Rajam!’ yang kemudian membawa Anissa
dan Khudori kedalam kemelut fitnah. Anissa tidak bisa berbuat apa-apa karena
orang-orang terlanjur terbakar emosi fitnah. Kejadian itu membuat Kyai
40
Hanan malu dan sakit hingga kemudian meninggal. Khudori diusir dari
kalangan keluarga pesantren Al Huda, sementara Anissa pergi ke Jogja untuk
melanjutkan niatannya sekolah. Pesantren Al Huda diserahkan kepada Reza
(Eron Lebang), kakak Anissa untuk dikelola. Akibat peristiwa itu, hubungan
keluarga Samsudin dan Anissa menjadi buruk. Tapi Reza mencoba
memperbaiki hubungan silaturahmi dengan keluarga Samsudin demi
kepentingan pesantren. Hal itu membuat hubungan Reza dan Anissa renggang.
Dimata Reza, Anissa seorang perusak stabilitas keluarga. Perilaku Anissa
bukan cerminan anak kyai yang baik. Sementara itu, Anissa berkembang
sebagai muslimah dengan wawasan dan pergaulan yang luas. Lewat studinya
sebagai penulis, Anissa banyak menyerap ilmu tentang filsafat modern dan
pandangan orang barat terhadap Islam. Banyak buku sudah dihasilkan dari
Anissa yang memotret hak perempuan dalam Islam.
Dalam kiprahnya itu, Anissa dipertemukan lagi dengan Khudori.
Keduanya masih sama-sama mencintai. Namun Anissa masih dalam trauma
pernikahan. Tapi Khudori adalah lelaki dewasa yang bisa mengerti kondisi
Anissa. Akhirnya keduanya menikah meski sebetulnya pernikahan itu
membuat hubungan Anissa dan keluarganya semakin jauh. Oleh Khudori,
Anissa disarankan untuk pulang. Anissa tidak mau karena dirinya sudah
merasa diusir dari rumah itu. ‘Sebenarnya tidak ada yang mengusir kamu.
Kamu yang selalu merasa terusir oleh kami.’ Begitu Ibunya (Widyawati)
selalu bilang kepada Anissa. Bagi Anissa Ibu adalah figur yang lemah. Tidak
berdaya dihadapan ayahnya. Ibu bukan seorang yang bisa dijadikan teladan
41
bagi Anissa. Tapi kemudian Anissa sadar bahwa untuk menciptakan
lingkungan nyaman, seseorang harus mengubah dirinya menjadi nyaman. Dan
itu yang dilakukan oleh Ibu, yang iasa dipanggil Nyai. Rasa diam itu, yang
dianggap Anissa sikap lemah dan tak berdaya, sebenarnya adalah sikap toleran
dan pengertian demi lingkungan stabil yang dia perjuangan.
Akhirnya Anissa pulang dan sujud dihadapan ibunya. Kata maaf dari
Anissa bukan ditujukan untuk suatu kesalahan. Tapi sebuah sujud rasa bakti
kepada orang tua. Dalam kata maaf itu, Anissa berjanji untuk terus berjuang
menjadi yang terbaik. Menjadi muslimah sebagaimana yang Ayah dan Ibunya
inginkan.4
D. Kontroversi dalam film Perempuan Berkalung Sorban
Di dalam film Perempuan Berkalung Sorban menceritakan perlawanan
Anissa, seorang santriwati terhadap pengekangan perempuan di pesantren.
Dalam film itu, Anissa berkata Islam tidak adil terhadap perempuan. Film
menampilkan diskriminasi terhadap perempuan yang dilakukan ulama dengan
dalih agama, seperti perempuan tidak boleh jadi pemimpin, perempuan tidak
boleh naik kuda, perempuan tidak perlu berpendapat dan perempuan tidak
boleh keluar rumah tanpa disertai muhrimnya. Setting film ini rentang tahun
1980-an hingga 1998.
Hal inilah yang memicu adanya kontroversi ditengah masyarakat pada
saat itu. Salah satunya adalah Imam besar Masjid Istiqlal Ali Mustafa Yaqub
4 Dokumen Resmi PT Kharisma Starvision Plus Jakarta
42
menyerukan agar film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo ini diboikot.
Bagi Ali Mustafa Yaqub yang juga menjadi Wakil Ketua Komisi Fatwa
Majelis Ulama Indonesia (MUI), ada dua hal yang menyakitkan umat Islam
mengajarkan yang tidak sesuai perkembangan zaman, misalnya, seorang
perempuan tidak boleh keluar rumah untuk belajar dan sebagainya sesuai
dengan mahromnya dan sebagainya itu. Kedua, penggambaran salah tentang
pesantren. “Pencitraan tentang pesantren sangat disayangkan sekali, bahkan
saya berani mengatakan itu bukan hanya merusak citra saja tapi memfitnah
itu,” kata pemimpin Pondok Pesantren Daarus Sunna tersebut.5
Tetapi disamping itu ada pula yang setuju dengan penayangan film ini,
salah satunya adalah Siti Musdah Mulia (Dosen UIN Syarif Hidayatullah
sekaligus Staf ahli Departemen Agama), beliau tidak setuju dengan seruan
boikot film Perempuan Berkalung Sorban. Ia menilai film itu justru
mengungkapkan realitas penindasan terhadap perempuan dengan
mengatasnamakan agama.6
Saya membenarkan film ini mengangkat realitas. Dalam prakteknya
seperti itu, sebagai umat Islam kita tidak suka agama kita membelenggu
perempuan, ketinggalan zaman. Tapi pada kenyataannya masih banyak yang
seperti itu. Musdah menghimbau umat Islam sebaiknya tidak gampang marah
bila mendapat kritik atas praktek diskriminasi perempuan yang
5 Brawijaya Forum, Imam Besar Istiqlal Serukan Boikot Film Perempuan Berkalung
Sorban, artikel diakses pada tanggal 02 Maret 2010 dari http: //forum.brawijaya.ac.id/index. Php?action=vthread&forum=67topic=2940, pada pukul 15.30 wib
6 Kontroversi film Perempuan Berkalung Sorban, artikel diakses pada tanggal 03 Maret 2010 dari http://genenetto.blogspot.com/2009/02/kontroversi-film-perempuan-berkalung.html, pada pukul 16.30 wib
43
mengatasnamakan agama. Umat Islam harus jujur dan mengakui selama ini
ada tokoh agama atau ulama yang sering mengajarkan pandangan yang salah
tentang hak dan kewajiban perempuan Islam.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa perempuan adalah manusia
yang mempunyai potensi untuk tumbuh dan berkembang. Sebagai manusia ia
lahir dengan naluri untuk sukses dan terus maju dalam kehidupan yang
ditempuhnya. Posisi perempuan yang selama ini menjadi manusia nomor dua
akan mengebiri dan menindas perempuan. Kesempatan untuk
mengembangkan kreativitas dan kecerdasan diri akan membentur sekat-sekat
budaya yang telah dikontruksikan oleh masyarakat. Kebebasan untuk tumbuh
ini belum tampak diberikan oleh orang tua kepada perempuan. Kalaupun ada
hanyalah bersifat semu dan sesaat. Perempuan diperbolehkan sekolah dan
kuliah namun masih dibatasi geraknya untuk keluar rumah mencari aktivitas.
Sejarah perempuan sangat menyedihkan harus dibunuh jiwa kreatifitasnya
oleh orang-orang yang melindunginya secara berlebihan. Akibatnya,
perempuan serasa lumpuh dan tidak bisa mengakses kemajuan. Mengubah
cara pandang atau pikiran adalah membohongi sekat-sekat ketidakadilan
dalam struktur pemahaman masyarakat. Selama ini perempuan
dininabobokkan oleh pandangan bahwa perempuan ada di balik kesuksesan
suami. Akibatnya, perempuan bergantung sepenuhnya dibawah ketiak laki-
laki tanpa mau mengambil peran penting dalam wilayah publik.7
7 Najlah, Otonomi Perempuan, h. 56.
44
E. Tim Produksi dan Pemeran Film Perempuan Berkalung Sorban
Tim Produksi:
Sutradara : Hanung Bramantyo
Producers : Chand Parwez Servia
Executive Producers : Fiaz servia
Bustal Nawawi
Line Producers : Rendy WP
Daim Pohan
Novel Adapted By : Ginatri S. Noer
Screen Play By : Ginatri S. Noer
Hanung Bramantyo
Director Of Photography : Faozan Rizal
Art Director : Oscart Firdaus
Music Director : Tya Subiakto
Song Perfomed By : Siti Nurhalizah
Editor : Wawan Idati Wibowo
Wardrob dan Make Up : Retno Ratih Damayanti
Sound Recordist By : Adi Molana
Sound Designers : Adiyawan Susanto
Kahar
Casting Director : Amelia Oktavia
Co Director : Fajar Bustomi
Poster : Michaeltju.Com
Still Photographer : Reza P N, Didit
45
Pemeran Tokoh
Revalina S. Temat : Anissa
Oka Antara : Khudori
Widyawati : Nyai Muthmainnah
Joshua Pandelaky : Kyai Hanan
Reza Rahadian : Samsudin
Ida Leman : Ibu Samsudin
Pangky Suwito : Bapak Samsudin
Francine Roosenda : Kalsum
Frans Christanto : Wildan
Eron Lebang : Reza
Tika Putri : Aisyah
Risty Tagor : Ulfa
Leroy Oesmany : Kyai Ali
Berliana Febrianti : Maryam
Cici tegal : Nyai Syarifah
Aditya Arif : Khudori Remaja
Nasya Abigail : Anissa Kecil
Haykal kamil : Reza kecil
Nanda : Wildan kecil
Mahbub : M Ibrahim
Piet Pagau : Kyai Besar
BAB IV
ANALISIS ISI PESAN DAKWAH
DALAM FILM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN
A. Pesan Dakwah dalam film Perempuan Berkalung Sorban
Pada pembahasan Bab IV ini, ditampilkan pengolahan data dalam
memperoleh validitas dan reliabilitas tentang isi pesan dakwah film
Perempuan Berkalung Sorban. Untuk memperoleh reliabilitas dan validitas
kategori-kategori isi pesan dakwah dalam film Perempuan Berkalung Sorban,
penulis mengadakan pengujian kategori kepada tiga orang juri atau koder yang
dipilih dari orang yang dipandang kredibel, yang terdiri dari: juri (1) Umi
Musyarofah MA, juri (2) H. Hasanudin Thuhi, dan juri (3) Geary Fariq
Muhammad Adiwinata S.Sos.I. hasil dari kesepakatan juri tersebut sebagai
koefisien reliabilitas.
Pengolahan data dalam film Perempuan Berkalung Sorban sesuai dengan
kategori yang ditentukan, yaitu kategori Aqidah, Syari’ah dan Akhlak.
Kemudian akan ditampilkan dalam data dan jumlah frekuensi.
Rumus uji statistik yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas
kategori antar juri dari Holsti (1969): 1
Koefisien Reliabilitas : 21
2NN
M+
Keterangan :
2M = Nomor keputusan yang sama antar juri
1 Jumroni, Metodologi Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet ke-1
46
47
N1, N2 = Jumlah item yang dibuat oleh tim juri
M = Kesepakatan antar juri
N = Jumlah yang diteliti
Sedangkan untuk menghitung prosentase dari penelitian ini,
menggunakan rumus sebagai berikut:
%100NFP ×
P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah Populasi
1. Pesan Dakwah yang mengandung Aqidah dalam film Perempuan
Berkalung Sorban
Pesan Aqidah kepada Allah yang terdapat dalam film Perempuan
Berkalung Sorban bisa dilihat dari tokoh Khudori yang percaya bahwa
Allah SWT sangatlah dekat dengan urat nadi kita. Hal ini dapat dilihat
dalam dialog halaman 14 :
Muslim yang taat tidak pernah kesepian, nisa. Karena Allah lebih dekat dari urat nadi kita sendiri.
Pesan Aqidah kepada Allah yang terdapat dalam film Perempuan
Berkalung Sorban bisa juga dilihat dari tokoh Annisa, yang begitu yakin
Allah sangat sayang kepada kita semua dengan melakukan kebaikan dan
menjauhi semua larangannya.
48
Tapi jangan lupakan satu hal, Allah juga memberi manusia kebebasan. Mau jadi apapun kalian nanti...pilihlah jalan Allah dengan rasa bebas. Hati ikhlas. (Halaman 124)
Pesan Aqidah yang terdapat dalam film Perempuan Berkalung
Sorban layak diangkat sebagai referensi atau pegangan seorang hamba
agar lebih memahami arti sebuah keteguhan seorang perempuan dengan
kecintaannya kepada Allah SWT. Karena Aqidah adalah suatu pokok
keimanan, yang sifatnya sangatlah kekal dan tidak mengalami suatu
perubahan, baik karena perubahan zaman ataupun karena perubahan
tempat.
Berikut ini adalah rincian pesan yang mengandung kategori
pesan Aqidah yang menurut kesepakatan 3 juri.
Tabel 2
Rincian Kategorisasi Aqidah
No Halaman Kutipan/uraian Keterangan
1. H. 14 Muslim yang taat tidak pernah
kesepian, nisa. Karena Allah
lebih dekat dari urat nadi kita
sendiri.
Iman kepada Allah
2. H.47 Sudahlah mbak. Allah tahu apa
yang ada dalam hati kita.
Iman kepada Allah
3. H.124 Tapi jangan lupakan satu hal,
Allah juga memberi manusia
kebebasan. Mau jadi apapun
kalian nanti...pilihlah jalan Allah
dengan rasa bebas. Hati ikhlas.
Iman kepada Allah
49
Tabel 3
Nilai Kesepakatan Juri Mengenai Pesan Aqidah
Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai
1 dan 2 64 5 59 0.07
1 dan 3 64 11 53 0.17
2 dan 3 64 4 60 0.06
Total 0.3
Komposit Reliabilitas = ( )( )( )JuriAntarX1n1
JuriAntarXN−+
Nilai Rata-rata = 0.3 : 3 = 0.1
Komposit Reliabilitas = ( ) 25.02.13.0
1.0211.03
==+×
Dengan demikian pesan aqidah yang terkandung dalam film Perempuan
Berkalung Sorban berjumlah 0.25 berdasarkan kesepakatan juri.
2. Pesan Dakwah yang mengandung Syariah dalam film Perempuan
Berkalung Sorban, diantaranya sebagai berikut :
Alhamdulillah ini ada rejeki tambahan dari hamba Allah di Mekkah untuk Al Huda yang dititipkan lewat saya. (Halaman 30)
Dalam film Perempuan Berkalung Sorban, sang sutradara ingin
menyampaikan kepada para penonton bahwa rejeki datang dengan tidak
terduga, rejeki datang dari mana pun dan datang melalui siapapun yang
pasti rejeki itu haruslah halal.
Di Islam lelaki boleh menikah sampai 4 kali. (Halaman 45) Menjalankan sunah rasul menikahi janda. (Halaman 131)
50
Dalam dialog ini, sebenarya ingin menjelaskan bahwa menikah itu
adalah ibadah, didalam al-Quran juga menyebutkan bahwa seorang laki-
laki boleh menikah sampai empat kali tetapi apabila dia tidak mampu
cukup satu saja.
Ini putramu yang mau gantikan kamu mimpin pesantren? H.49
Menjelaskan, bahwa keturunanlah yang akan menggantikan orang
tuanya kelak, apabila orang tuanya sudah tua atau sudah tiada. Maka
beruntunglah seseorang yang mempunyai suatu keturunan, ada yang bisa
menggantikannya memimpin suatu pesantren atau apapun itu.
Berikut adalah rincian pesan yang mengandung kategori pesan
Syariah yang menurut kesepakatan 3 juri.
Tabel 4
Rincian Kategorisasi Syariah
No Halaman Kutipan/uraian Keterangan
1. H.30 Alhamdulillah ini ada rejeki
tambahan dari hamba Allah di
Mekkah untuk Al Huda yang
dititipkan lewat saya.
Muamalah
2. H.38 Sudah dzuhur. Kita sholat dulu
yuk.
Ibadah
3. H.45 Di Islam lelaki boleh menikah
sampai 4 kali.
Ibadah
4. H.49
Ini putramu yang mau gantikan
kamu mimpin pesantren?
Muamalah
5. H.131
Menjalankan sunah rasul
menikahi janda.
Ibadah
51
Tabel 5
Nilai Kesepakatan Juri Mengenai Pesan Syariah
Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai
1 dan 2 64 8 56 0.12
1 dan 3 64 7 57 0.10
2 dan 3 64 8 56 0.12
Total 0.34
Komposit Reliabilitas = ( )( )( )JuriAntarX1n1
JuriAntarXN−+
Nilai Rata-rata = 0.34 : 3 = 0.11
Komposit Reliabilitas = ( ) 27.022.133.0
11.02111.03
==+×
Dengan demikian, pesan syariah yang terkandung dalam film Perempuan
Berkalung Sorban berjumlah 0.27 berdasarkan kesepakatan juri.
3. Pesan Dakwah yang mengandung Akhlak dalam film Perempuan Berkalung
Sorban
Pesan-pesan akhlak yang termasuk dalam akhlak kepada Allah dan
Akhlak kepada sesama Manusia yang terdapat dalam film Perempuan
Berkalung Sorban, diantaranya sebagai berikut :
Para santri selesai melakukan ngaji kitab. Mereka berdiri dan bersama-sama ngantri mencium tangan Kyai Ali. Anissa malas melihatnya. Ketika di depan Kyai Ali, Anissa Cuma menempelkan pipinya ke tangan Kyai secara formalitas. (Halaman 14) Anissa sedang bersalaman dengan Mbak Maryam. Perempuan berambut pendek itu masih berbicara dengan penuh semangat. (Halaman 72)
52
Didalam dialog ini, menjelaskan dalam film Perempuan Berkalung
Sorban sangat kental sekali lingkungan didalam pesantren yang dinamakan
Al-Huda. Dengan cara mencium tangan seorang Kyai yang seolah-olah bahwa
mencium tangan seorang Kyai itu adalah suatu berkah.
Terlihat tempat berwudhu yang memperlihatkan. Kurang bersih. Para santri putri mengantri dengan tertib. (Halaman 16)
Menjelaskan tentang kebersihan lingkungan, seperti isi hadist yang
menyatakan bahwa kebersihan bagian dari Iman, oleh sebab itu kita umat
Islam wajib menjaga kebersihan apalagi ditempat Ibadah.
Para ibu-ibu itu menggeleng-geleng sambil beristighfar. (Halaman 36) Anissa bangun dari tidurnya. Nafasnya tersengal-sengal. Berkali-kali dia ucapkan istighfar. (Halaman 75)
Didalam dialog ini mengajarkan kita untuk selalu beristighfar kepada
Allah SWT, agar hati kita benar-benar merasa tenang.
Aku berubah nisa...Aku mau berubah. Pulang! Aku mohon kamu pulang. Aku janji berubah. Kamu boleh kuliah...kamu boleh apa saja! (Halaman 43)
Didalam dialog ini, sutradara ingin mengajarkan kita, tentang janji yang
kita ucapkan haruslah benar-benar ditepati karena janji ibarat hutang yang
harus dibayar.
Khudori hanya senyum. (Halaman 51)
Sebagaimana halnya senyum adalah sesuatu yang disukai oleh Allah
SWT, maka kita umatnya murahkanlah senyum karena senyum juga sebagian
dari ibadah.
53
Assalamualaikum, Anissa. (Halaman 69) Assalamualaikum... (Halaman 127)
Anissa menahan senyum. Khudori lalu naik ke motornya dan memakai helmnya. Anissa mencium tangannya dan saling mengucapkan salam. (Halaman 109)
Dalam dialog ini, Khudori mengucapkan salam kepada Annisa,
sebagaimana yang kita ketahui, bahwa seseorang yang mengucapkan salam
sama saja dengan mengucapkan suatu doa. melalui ungkapan salam, karena di
dalam ajaran agama Islam berucap salam sama dengan kita mendoakan
seseorang yang kita ucapkan salam.
Berikut ini adalah rincian pesan yang mengandung kategori pesan
Akhlak yang menurut kesepakatan 3 juri.
Tabel 6
Rincian Kategorisasi Akhlak
No Halaman Kutipan/uraian Keterangan
1. H.14 Para santri selesai melakukan
ngaji kitab. Mereka berdiri dan
bersama-sama ngantri mencium
tangan Kyai Ali. Anissa malas
melihatnya. Ketika di depan
Kyai Ali, Anissa Cuma
menempelkan pipinya ke tangan
Kyai secara formalitas.
Akhlak kepada
sesama manusia
2. H.16 Terlihat tempat berwudhu yang
memperlihatkan. Kurang bersih.
Para santri putri mengantri
dengan tertib.
Akhlak kepada
lingkungan
54
3. H.36 Para ibu-ibu itu menggeleng-
geleng sambil beristighfar.
Akhlak kepada
Allah
4. H.43
Aku berubah nisa...Aku mau
berubah. Pulang! Aku mohon
kamu pulang. Aku janji berubah.
Kamu boleh kuliah...kamu boleh
apa saja!
Akhlak kepada
sesama manusia
5. H.51
Khudori hanya senyum. Akhlak kepada
sesama manusia
6. H.69 Assalamualaikum, Anissa. Akhlak kepada
Allah
7. H.72
Anissa sedang bersalaman
dengan Mbak Maryam.
Perempuan berambut pendek itu
masih berbicara dengan penuh
semangat.
Akhlak kepada
sesama manusia
8. H.75 Anissa bangun dari tidurnya.
Nafasnya tersengal-sengal.
Berkali-kali dia ucapkan
istighfar.
Akhlak kepada
Allah
9. H.83 Anissa menatap Khudori.
Terpancar dari matanya rasa
syukur dan terima kasih.
Khudori mengecup tangan
Anissa.
Akhlak kepada
sesama manusia
10. H.108 Iyaaa Nisa...Sabar dulu... Akhlak kepada
sesama manusia
11. H.109 Anissa menahan senyum.
Khudori lalu naik ke motornya
Akhlak kepada
sesama manusia
55
dan memakai helmnya. Anissa
mencium tangannya dan saling
mengucapkan salam.
12. H.124 Bagus. Gak ada yang salah kok
dari cita-cita bapak.
Akhlak kepada
sesama manusia
13. H.127 Assalamualaikum... Akhlak kepada
Allah
Tabel 7
Nilai Kesepakatan Juri Mengenai Pesan Akhlak
Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai
1 dan 2 64 23 41 0.35
1 dan 3 64 16 48 0.25
2 dan 3 64 18 46 0.28
Total 0.88
Komposit Reliabilitas = ( )( )( )JuriAntarX1n1
JuriAntarXN−+
Nilai Rata-rata = 0.88 : 3 = 0.29`
Komposit Reliabilitas = ( ) 55.058.187.0
29.02129.03
==+×
Dengan demikian, pesan akhlak yang terkandung dalam film Perempuan
Berkalung sorban berjumlah 0.55 berdasarkan kesepakatan juri.
56
B. Pesan Dakwah yang Dominan dalam film Perempuan Berkalung Sorban
Secara keseluruhan, pesan dakwah yang terdapat dalam film Perempuan
Berkalung Sorban ini dengan total jumlah komposit reliabilitas adalah nilai
aqidah 0.25, nilai syariah berjumlah 0.27, dan nilai akhlak berjumlah 0.55.
Setelah peneliti melakukan penghitungan reliabilitas dan frekuensi
prosentase kepada 3 juri terhadap kategori-kategori yang telah peneliti buat
dan melakukan analisis isi dalam film Perempuan Berkalung Sorban dari tabel
yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dibuat pesan dominan dalam
film Perempuan Berkalung Sorban yang dihitung dengan rumus :
%100NFP ×=
Keterangan :
P : Prosentasi
F : Frekuensi
N : Jumlah Populasi
a. Aqidah
%36.23%10007.125.0P =×=
b. Syariah
%23.25%10007.127.0P =×=
c. Akhlak
%41.51%10007.155.0P =×=
57
Tabel 8
Prosentase Pesan
N = 1.07
No Kategorisasi Koefisien Reliabilitas Prosentase (%)
1 Aqidah 0.25 23.36
2 Syariah 0.27 25.23
3 Akhlak 0.55 51.41
Total 1.07 100
Dengan demikian, pesan dakwah yang paling dominan yang terdapat
pada film Perempuan Berkalung Sorban adalah pesan akhlak dengan hasil
prosentase 51.41%, berdasarkan hasil perhitungan kesepakatan dari ketiga
orang juri.
Mengapa pesan akhlak yang lebih dominan dalam film ini, karena film
ini banyak dialog yang mengajarkan kepada para penontonnya tentang
kepedulian antar sesama manusia, kepada Allah, dan lingkungan. Disekitar.
Seperti dalam dialog berikut ini :
Anissa sedang bersalaman dengan Mbak Maryam. Perempuan berambut
pendek itu masih berbicara dengan penuh semangat.
Terlihat tempat berwudhu yang memperlihatkan. Kurang bersih. Para santri
putri mengantri dengan tertib.
Anissa bangun dari tidurnya. Nafasnya tersengal-sengal. Berkali-kali dia
ucapkan istighfar.
58
Tabel 9
Data Hasil Penjurian dari Kategori Pesan Aqidah, Syariah, Akhlak
Aqidah Syariah Akhlak No Juri I Juri II Juri III Juri I Juri II Juri III Juri I Juri II Juri III
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menjelaskan dan menganalisis pembahasan demi pembahasan
yang telah dikemukakan dari bab sebelumnya, maka penulis memperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pesan dakwah yang terkandung dalam Film Perempuan Berkalung Sorban
meliputi : pesan Aqidah, pesan Syariah dan pesan Akhlak. Isi pesan yang
diteliti dalam film tersebut meliputi dialog yang berisikan pesan dakwah
yang terdapat dalam film Perempuan Berkalung Sorban. Dari kategori
pesan yang telah disebutkan terdapat subkategori diantaranya yaitu : pesan
aqidah yang meliputi : iman kepada Allah, iman kepada Malaikat-Nya,
iman kepada kitab-Nya, iman kepada Rasul-Nya dan iman kepada qadha
dan qadar. Pesan syariah meliputi : ibadah dan muamallah. Dan pesan
akhlak meliputi : akhlak kepada Allah dan akhlak kepada manusia dan
akhlak kepada lingkungan.
2. Pesan akhlak merupakan urutan tertinggi dalam film Perempuan
Berkalung Sorban dengan prosentase : 51.41%. Selanjutnya pesan syariah
menempati urutan kedua dengan prosentase yaitu 25.23%. Sedangkan
pesan aqidah berada diurutan terakhir dalam film Perempuan Berkalung
Sorban, dengan prosentase : 23.36%. Maka sesuai dengan data yang ada,
60
61
dapat diketahui isi pesan dakwah dalam film Perempuan Berkalung
Sorban didominasi oleh pesan Akhlak dengan prosentase 51.41%.
B. Saran
Dari kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yang disampaikan
agar dapat dijadikan bahan pertimbangan serta evaluasi terhadap film
Perempuan Berkalung Sorban sekaligus memberikan inspirasi baru guna
untuk kemajuan teknik pembuatan suatu film di Indonesia, diantaranya
sebagai berikut:
1. Bagi para penggemar film, hendaknya tidak hanya menjadikan film
sebagai hiburan saja tetapi bisa dilihat makna yang terdapat dalam film
tersebut apabila film yang kita tonton itu merupakan ajakan kepada jalan
yang baik dan yang benar maka dapat kita tiru dalam kehidupan nyata
untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan dipelajari nilai-nilai apa
saja yang terkandung di dalamnya. Pilihlah film yang memberikan
pencerahan. Hindari film-film yang dapat merusak moral dan akhlak.
2. Bagi pembuat film (Sutradara) semoga tidak berhenti untuk membuat
karya-karya film yang mempunyai pesan-pesan dakwah yang lebih baik
lagi didalam dunia perfilman Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Ardani, Moh. Memahami Permasalahan Fikih Dakwah. Jakarta: Mitra Cahaya Utama, 2006.
Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
Badruttamam Nurul, M.A. Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher. Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005.
Departemen Pendidikan dan Kebudayan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1988.
Dr. Moh Ali Azis, M.Ag, Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media, 2004.
Bisri, Mustofa. Saleh Ritual Saleh Sosial, Bandung: Mizan, 1995. Al-Hisyam, Firdaus dan Haryono, Rudy. Kamus Lengkap 3 Bahasa Arab-
Indonesia-Inggris. Surabaya: Gitamedia Press, 2006.
Ghazali, M. Bahri. Dakwah komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah. Jakarta: Pedeoman Ilmu Jaya, 1997, Cet. Kel-1
Ghulusy, Ahmad, Al-Da’wah al-Islamiyah. kairo: dar al-kitab,1987.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset, 1989.
Hasanuddin. Hukum Dakwah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996.
Jumroni. Metodologi Penelitian Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, cet ke-1
KH. Miftah Faridl, Dakwah Kontemporer Pola Alternatif Dakwah Melalui televise. Bandung Pusdai Press, 2000.
M. Munir dan Wahyu Illahi, Manajemen Dakwah. Jakarta: Prenada Media, 2006.
Mahmud, Ahmad. Dakwah Islam. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002, Cet.Ke-1.
Masyur, Syaikh Musthafa. Fiqh Dakwah Jilid 2, Penerjemah: Abu Ridha. Jakarta: Al I’tishom, 2000, Cet ke-1.
Muriah, Siti. Metodologi Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000, Cet. Ke-1.
Naqiyah, Najlah. Otonomi Perempuan. Malang: Bayumedia Publishing, 2005. Achmad S, A. Komunikasi Massa, dan khalayak, Hasanuddin University, 1992.
62
63
Ritonga, M. Jamiluddin. Tipologi Pesan Persuasif. PT.INDEKAS, 2005.
Mubarok, Achmad. Psikologi Dakwah. Jakarta: Firdaus, 1999.
Onong Uchjana, Effendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek, Bandung: Alumni 1986.
Dasuki, Hafidz, dkk. Alqur’an dan Terjemahnya. Bandung: Gema Risalah Press.
O.R Holsti, Content Analysis for The Social Science and Humanities. USA: Addison-Westley Publishing Co.,1969.
Oemar, Toha Yahya. Ilmu Dakwah. Jakarta: PT. Widjaya, 1992.
Pranajaya, Adi. Film dan Masyarakat; Sebuah Pengantar. Jakarta : Yayasan Pusat Perfilman H. Usman Ismail, 1993.
Rafi’udin dan Djaliel, Abdul, Maman. Prinsipdan Strategi Dakwah. Bandung: Pustaka Setia, 2001.
Rahman, Chaidir. Festival Film Indonesia 1983. Medan: Badan Pelaksana FFI, 1983.
Beride, Mac, Sean. Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan, Aneka Suara Satu Dunia. Jakarta : PN Balai Pustaka Unesco, 1983.
Siagian, Gayus. Menilai Film. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta, 2006.
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995, cet. Ke-1.
Sudirman. Problematika Dakwah Islam di Indonesia. Jakarta, PDII, 1979.
Wajidi, Farid. Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1993.
William L. Rivers-Jay W. Jensen, Theodore Peterson, Media Massa dan Masyarakat Modern. Jakarta: Kencana 2004.
Yafie, Alif. Dakwah Dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Jakarta: Makalah Seminar: 1992.
Al-Qordhowi, Yusuf. Islam Bicara Seni. Solo: Fra Intermedia, 2002.
Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
Wawancara pribadi dengan Bustal Nawawi. Jakarta 05 Februari 2010
64
Wawancara pribadi dengan Bustal Nawawi. Jakarta, 04 Januari 2010
http://forum.brawijaya.ac.id/index.Php?action =vthread&forum=67topic=2940, pada pukul 15.30 wib.
http://genenetto.blogspot.com/2009/02 / kontroversi-film-perempuan-berkalung.html, pada pukul 16.30 wib.
http://www.kilasberita.com/kb-hot/indonesia/15576-deddy-mizwar-perempuan-berkalung-sorban-film-gagal, pada pukul 18.20 wib
http://www.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=63527,pada pukul 18.32 wib.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama Responden : Bustal Nawawi MBA
Hari dan Tanggal : Kamis, 04 Februari 2010
Pukul : 15.30 WIB
Tempat : Jakarta
Tanya :Apa latar belakang dalam pambahasan film Perempuan Berkalung
Sorban?
Jawab :Masyarakat luas sangat jarang mendapat film yang menggambarkan
perjuangan seorang perempuan untuk mendapatkan hak-haknya, maka
itu perlu ada film yang memaparkan situasi dan kondisi yang akan
dihadapi oleh seorang perempuan untuk mendapatkan haknya. Sekaligus
meluruskan tentang pengertian kodrat wanita sebagai nature, dari
nurture atau kebiasaan anggapan tentang wanita.
Tanya :Pesan apa yang ingin disampaikan dalam film Perempuan Berkalung
Sorban?
Jawab :Pesan yang ingin disampaikan dalam film Perempuan Berkalung
Sorban adalah memperjuangkan atau menuntut atau mendapatkan
haknya dalam menghadapi tantangan atau kendala dari lingkungan
sendiri dan masyarakat.
Tanya :Siapakah objek yang dituju dari film Perempuan Berkalung Sorban?
Jawab :Objek yang dituju dari film Perempuan Berkalung Sorban adalah
masyarakat secara luas, khususnya umat Islam.
Tanya :Apa harapan yang ingin dicapai setelah masyarakat menonton film
Perempuan Berkalung Sorban?
Jawab :Setelah menonton Perempuan Berkalung Sorban diharapkan masyarakat
mendapatkan informasi, pengenalan masalah dan situasional baik
internal umat, maupun lingkungan keluarga, tentang hak-hak
perempuan.
Tanya :Bagaimana tanggapan yang diberikan oleh para penonton film
Perempuan Berkalung Sorban?
Jawab :Ada yang setuju dengan pemikiran serta masalah yang disajikan, ada
yang kontra.
Tanya :Apa Visi dan Misi mas terhadap film Perempuan Berkalung Sorban?
Jawab :Visinya, memberikan atau menyampaikan permasalahan hak-hak
perempuan di lingkungan internal umat Islam. Misinya, menjadikan
Perempuan Berkalung Sorban sebagai media inovatif dalam menangani
perjuangan hak-hak perempuan.
Tanya :Apa faktor pendukung dan penghambat dalam film Perempuan
Berkalung Sorban?
Jawab :Faktor pendukung adalah ilmu yang dapat memberikan ruang untuk
memecahkan masalah yang ada. Faktor penghambat adalah sikap yang
tertutup untuk melakukan pengkajian ilmu, baik ilmu pengetahuan
maupun ilmu agama.
Tanya :Adakah hal-hal atau isi dalam cerita film yang kontroversial yang
bertentangan dengan kebiasaan atau norma yang berlaku di masyarakat?
Jawab :Kontroversial dalam isi cerita film akan terlihat dari “sudut pandang”
siapa, pihak pro atau kontra?
Tanya :Bagaimana tanggapan mas tentang masyarakat yang menilai bahwa isi
cerita dari film Perempuan Berkalung Sorban begitu kontroversial?
Jawab :Kontroversial dalam isi cerita film akan terlihat dari “sudut pandang”
siapa, pihak pro atau kontra? Untuk menangkap pesan sebuah film perlu
kemampuan apresiasi tertentu, apabila penafsiran salah, tentunya akan
salah pula pesan positif yang disampaikan.
Tanya :Media apa saja yang telah mas gunakan dalam menyampaikan pesan
moral atau dakwah?
Jawab :Dengan melalui berbagai media elektronik, cetak, jumpa fans, dan
perjalanan promosi ke luar kota (road show).
ADEGAN FILM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN
Saat Anissa kembali ke Pesantren
Adegan saat pernikahan Anissa dan Samsudin
ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM FILM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
SITI MUTHI’AH NIM. 105051001951
Di bawah Bimbimbingan,
Dr. Hj. Roudhonah, MA NIP. 19580910 198703 2 001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh Sarjana (Strata 1/S1) di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti secara hukum bahwa karya ini bukan karya
asli saya atau merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 04 Maret 2010
Siti Muthi’ah