analisis hukum akibat perceraian dalam perspektif …digilib.unila.ac.id/55154/3/skripsi tanpa bab...

63
ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Skripsi) Oleh: DEWI MUSLIMAH FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: others

Post on 21-Aug-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIFHUKUM ISLAM

(Skripsi)

Oleh:

DEWI MUSLIMAH

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

Page 2: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

ABSTRAK

ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIFHUKUM ISLAM

Oleh :Dewi Muslimah

Perceraian adalah putusnya perkawinan antara suami dan istri baik dengan thalaq,khulu’, maupun fasakh, sehingga haram kembali untuk melakukan hubunganseksual keduanya sebelum rujuk atau akad nikah baru. Perceraian dalam Islammerupakan sebuah tindakan hukum yang dibenarkan oleh agama dalam keadaandarurat, sebagaimana sabda Rasulullah bahwa perbuatan halal yang dibenci Allahadalah Thalaq. Suatu perceraian akan menimbulkan akibat hukum yang diaturdalam Al-Qur’an, Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan, danKompilasi Hukum Islam. Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian iniadalah analisis hukum akibat perceraian terhadap suami dan istri, anak, serta hartadalam perspektif hukum Islam dan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan suatuputusan nomor: 0611/Pdt.G/2015/PA.Pas. mengenai cerai talak, nafkah istri dananak, hadhanah, serta harta bersama.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif. Tipepenelitian yang digunakan adalah deskriptif. Pendekatan masalah yang digunakanadalah pendekatan normatif. Data yang digunakan adalah data sekunder yangterdiri atas bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersieryang kemudian dianalisis secara kualitatif. Metode pengumpulan datamenggunakan studi pustaka dan studi dokumen.

Berdasarkan hasil penelitian dalam pembahasan ini adalah akibat hukumperceraian terhadap suami dan istri, anak, dan harta menurut Al-Qur’an danKompilasi Hukum Islam adalah sama. Akibat hukum perceraian terhadap suamiatau istri menurut Al-Qur’an dan Kompilasi Hukum Islam menjelaskan secarajelas dan rinci mengenai kewajiban seorang mantan suami memberikan nafkahiddah dan mut’ah setelah terjadinya perceraian. Undang-Undang Nomor 1 Tahun1974 Tentang Perkawinan tidak menyebutkan macam-macam nafkah seperti yangtelah disebutkan dalam Al-Qur’an dan Kompilasi Hukum Islam. Akibat hukumperceraian terhadap anak menurut Undang-Undang Perkawinan dan KompilasiHukum Islam memiliki perbedaan yaitu dalam hal batas usia anak yang berhakmenerima hadhanah. Undang-Undang Perkawinan menyebutkan batas usia anakyaitu 18 tahun sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam menyebutkan batas usia

Page 3: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

Dewi Muslimah

anak adalah 21 tahun atau sudah mumayyiz. Akibat hukum perceraian terhadapharta menurut Al-Qur’an, Undang-Undang Perkawinan, dan Kompilasi HukumIslam tidak menjelaskan mengenai pembagian harta bersama atau harta gono-gini,itu artinya tidak ada ketentuan yang mutlak mengenai pembagian harta bersamaapakah akan dibagi seperdua bagian atau lebih banyak ke istri atau suami, namunjika nantinya terjadi perceraian antara suami dan istri maka dalam Al-Qur’anpembagian hartanya yaitu dibagi dengan cara perdamaian yaitu kesepakatanantara suami dan istri. Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan nomor:0611/Pdt.G/2015/PA.Pas. mengenai cerai talak, nafkah istri dan anak, hadhanah,serta harta bersama telah sesuai dengan putusan Majelis Hakim denganberdasarkan Al-Qur’an, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 TentangPerkawinan, dan Kompilasi Hukum Islam.

Kata Kunci : Perceraian, Akibat Hukum, Suami, Istri, Anak, Harta

Page 4: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF

HUKUM ISLAM

Oleh:

DEWI MUSLIMAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum KeperdataanFakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

Page 5: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974
Page 6: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974
Page 7: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974
Page 8: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Dewi Muslimah. Penulis

dilahirkan di Gedung Dalam pada tanggal 31 Juli 1996 dan

merupakan anak pertama dari dua (2) bersaudara dari

pasangan Bapak Kaderi dan Ibu Juariyah.

Penulis telah menempuh pendidikan di SDN Sidowaras yang diselesaikan pada

tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama ditempuh di SMPN 2 Bumiratu Nuban

diselesaikan pada tahun 2011, Sekolah Menengah Atas di SMA Muhammadiyah 2

Metro pada tahun 2014.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung

melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada

tahun 2014 dan menerima Beasiswa Bidikmisi, penulis memfokuskan diri

mengambil bagian Hukum Keperdataan. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif

di Forum Silaturahmi dan Studi Islam (FOSSI) FH Unila dan penulis mengikuti

program Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di Desa Negeri Katon

Kecamatan Selagai Lingga. Selama menjadi mahasiswa, penulis terdaftar di

Himpunan Mahasiswa Perdata (HIMA PERDATA).

Page 9: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

MOTO

“Dan jika mereka berketetapan hati hendak menceraikan, maka sungguh, AllahMaha Mendengar, Maha Mengetahui”

(QS. Al-Baqarah [2] : 227)

“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rizqi kepada siapa yang Dia kehendakidan menyempitkannya, Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat

akan hamba-hamba-Nya”

(QS. Al-Isra’ [17] : 30)

Page 10: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

PERSEMBAHAN

Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati

kupersembahkan skripsi ini kepada:

Kedua Orang tuaku tersayang Bapak Kaderi dan Ibu Juariyah yang senantiasa

mendoakan, sabar dalam mendidikku dari aku kecil hingga sekarang, memberi

semangat, tulus mencintai, menyayangi dan ikhlas bekerja keras demi membiayai

pendidikanku.

Semoga Allah SWT selalu memberi limpahan Rahmat serta Hidayah-Nya kepada

mereka dunia dan akhirat. (Amiiin)

Page 11: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

SANWACANA

Alhamdulilahirobbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT

karena atas rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

yang berjudul “Analisis Hukum Akibat Perceraian Dalam Perspektif Hukum

Islam’’ sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di

Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, saran

dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan untuk

pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini.

Penyelesaian penelitian ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan saran dari

berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Maroni S.H., M.Hum., Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

2. Bapak Dr. Sunaryo, S.H., M.Hum., Ketua Bagian Hukum Keperdataan

Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Ibu Dr. Amnawaty, S.H., M.H., Dosen Pembimbing I yang telah

membimbing, memberi saran dan waktunya kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

Page 12: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

4. Ibu Elly Nurlaili, S.H., M.H., Dosen Pembimbing II telah membimbing,

memberi saran dan waktunya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Hj. Wati Rahmi Ria, S.H., M.H., Dosen Pembahas I yang telah

memberikan kritik, saran serta masukan dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Selvia Oktaviana, S.H., M.H., Dosen Pembahas II yang telah memberikan

kritik, saran serta masukan dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak Heni Siswanto S.H., M.H., Dosen Pembimbing Akademik yang telah

membantu penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

8. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung, terimakasih atas ilmu-

ilmu yang telah diberikan yang bermanfaat serta membangun untuk motivasi

bagi penulis.

9. Keluarga Besarku Tercinta, Mbah Paimin, Mbah Kasiyem (Alm), dan Mbah

Muah yang selalu memberi doa, nasihat, semangat dan dukungannya.

10. Adikku Anisa Nurjanah yang selalu memberikan doa, semangat serta

dukungannya.

11. Terima kasih untuk seluruh Keluarga besar UKMF FOSSI FH Unila: Kak

Nisa, Kak Utia, Mba Dewi Nurhalimah, Mba Bela, Mba Tina, Mba Rini, Mba

Ria, Novi, Nurcahyati, Ayu Kurnia, Indri, Meri Farida, Bela, Delia, Rinida,

dst. Kalian keluarga yang luar biasa telah memberikan pengalaman serta ilmu

yang berharga.

Page 13: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

12. Teman seperjuanganku sesama Bidikmisi: Sariani, Nur Intan Fatimah, Audy

Aminda, Fildza Addina Silmi, Hanifa Pury, Elsaday Abigail, Cici Afriyanti,

Ayu Purba, Nadya, Hardinal Cunda Dinata, Yoga Pratama, Supri Sugiarto,

Iman Fernando, Madian, Imam Fathoni, Haidir, Rado, Arli, terima kasih atas

pengalaman serta keceriannya semoga tetap terjaga silaturahmi kita.

13. Terima kasih untuk sahabat-sahabatku: Indah Sumarningsih, Ayu Dewi,

Atika Mayangsari, Aisyah Nurlia, Eka Fitri, Elva, Alpen Deva, Uswatun

Khasanah, anak kosan Arita: Ambar, Aini, Mei, Vera, Ana, Reni, Mbak Putri,

Mbak Cen, serta adik-adikku: Lili Adiningsih, Linares, Pingkan Retno

Andini, Della Arisandi, Tria Septia Ningsih, terima kasih untuk semangat,

dukungan, doa serta kasih sayangnya, semoga selalu dipersatukan dan terjaga

silaturahminya.

14. Teman-teman KKN desa Negeri Katon: Abram Ginting, Miendira Sefriadi,

M. Joefida, Danang, Satria, Elizabeth, terima kasih untuk kebersamaannya

selama 40 hari.

15. Teman-teman seperjuangan Fakultas Hukum Universitas Lampung angkatan

2014 serta teman-teman di bagian Hukum Keperdataan, terimakasih telah

mewarnai masa-masa perkuliahanku;

16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih atas semua bantuan dan

dukungannya;

17. Almamater Tercinta, Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Page 14: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

Semoga Allah SWT menerima dan memberikan balasan atas jasa dan budi baik

yang telah diberikan kepada penulis. Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi

ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya untuk penulis dalam

mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, 06 Desember 2018Penulis,

Dewi MuslimahNPM 1412011103

Page 15: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ......................................................................................................... iHALAMAN SAMPUL...................................................................................... iiiHALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ivHALAMAN PENGESAHAN........................................................................... vLEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. viRIWAYAT HIDUP ........................................................................................... viiMOTO ................................................................................................................ viiiHALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... ixSANWACANA .................................................................................................. xDAFTAR ISI...................................................................................................... xiv

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8

C. Ruang Lingkup Penelitian............................................................................ 8

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................. 8

1. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8

2. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Konsep......................................................................................... 10

1. Pengertian Hukum Islam....................................................................... 10

2. Perceraian Menurut Hukum Islam ........................................................ 12

3. Pengertian istri ...................................................................................... 16

4. Anak...................................................................................................... 17

5. Nafkah .................................................................................................. 27

6. Pengertian Harta ................................................................................... 29

B. Kerangka Teori ............................................................................................ 30

C. Kerangka Pikir ............................................................................................. 32

Page 16: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian............................................................................................. 34

B. Tipe Penelitian ............................................................................................. 35

C. Pendekatan Masalah..................................................................................... 35

D. Data dan Sumber Data ................................................................................. 35

E. Metode Pengumpulan Data.......................................................................... 37

F. Metode Pengolahan Data ............................................................................. 37

G. Analisis Data ................................................................................................ 38

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Akibat Hukum Perceraian Menurut Hukum Islam ...................................... 40

1. Akibat Hukum Perceraian Terhadap Mantan Suami dan Istri

Menurut Hukum Islam.......................................................................... 41

a. Akibat Hukum Perceraian Terhadap Mantan Suami dan

Istri Menurut Al-Qur’an................................................................. 41

b. Akibat Hukum Perceraian Terhadap Mantan Suami dan

Istri Menurut Undang–Undang Nomor 1 Tahun

Tentang Perkawinan ..................................................................... 49

c. Akibat Hukum Perceraian Terhadap Mantan Suami dan

Istri Menurut Kompilasi Hukum Islam.......................................... 50

2. Akibat Hukum Perceraian Terhadap Anak ........................................... 53

a. Akibat Hukum Perceraian Terhadap Anak Menurut

Al-Qur’an....................................................................................... 53

b. Akibat Hukum Perceraian Terhadap Anak Menurut

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan ....... 58

c. Akibat Hukum Perceraian Terhadap Anak Menurut

Kompilasi Hukum Islam................................................................ 61

3. Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta........................................... 69

a. Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Menurut

Al-Qur’an....................................................................................... 69

b. Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Menurut

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan ....... 71

c. Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Menurut

Kompilasi Hukum Islam................................................................ 74

Page 17: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

B. Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Nomor:

0611/Pdt.G/2015/PA.Pas. ............................................................................ 76

1. Kasus Posisi Putusan Nomor: 0611/Pdt.G/2015/PA.Pas. ..................... 76

2. Putusan Hakim Nomor: 0611/Pdt.G/2015/PA.Pas. ............................. 77

a. Cerai talak ...................................................................................... 77

b. Nafkah............................................................................................ 80

c. Hadhanah ...................................................................................... 83

d. Harta Bersama................................................................................ 84

3. Upaya yang Dilakukan Apabila Ayah Melalaikan

Nafkah Anak Sesuai Putusan Pengadilan ............................................. 85

V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan .................................................................................................. 89

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 18: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkawinan merupakan suatu peristiwa hukum dalam kehidupan manusia yang

menimbulkan akibat hukum. Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan menyebutkan bahwa, Perkawinan adalah ikatan lahir batin

antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa. Perkawinan adalah suatu perjanjian yang suci, kuat dan kokoh untuk hidup

bersama secara sah antara laki-laki dengan seorang perempuan membentuk

keluarga yang kekal, santun-menyantun, kasih-mengasihi, tentram dan bahagia.1

Menurut Soedharyo Saimin, Perkawinan adalah suatu perjanjian yang diadakan

oleh dua orang, dalam hal ini perjanjian antara seorang pria dengan seorang

wanita dengan tujuan materil, yakni membentuk keluarga (rumah tangga) yang

bahagia dan kekal itu haruslah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai

asas pertama dalam Pancasila.2

Q.S An-Nisa Ayat 21 menyatakan bahwa, “ Perkawinan adalah perjanjian yang

sangat kuat”. Dilihat dari segi sosial, Perkawinan adalah orang yang berkeluarga

atau pernah berkeluarga mempunyai kedudukan yang lebih dihargai dari mereka

1 Hj. Wati Rahmi Ria, S.H., M.H., Hukum Islam dan Islamologi, Bandar Lampung: CV.Sinar

Sakti, 2011, hlm. 129-130. 2 Prof. Dr. Jamaluddin, S.H., M.Hum., & Nanda Amalia, S.H., M.Hum., Buku Ajar Hukum

Perkawinan, Lhokseumawe: Unimal Press, 2016, hlm 16-17.

Page 19: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

2

yang tidak kawin.3 Jika seorang perempuan dan laki-laki berkata sepakat untuk

melakukan perkawinan satu sama lain berarti mereka saling berjanji akan taat

pada peraturan hukum yang berlaku. Perkawinan dilaksanakan dengan sukarela

antara kedua belah pihak yang bersangkutan dan dalam perkawinan suami istri

mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi.

Hak dan kewajiban suami istri dalam Kompilasi Hukum Islam yaitu telah

ditentukan dan diberlakukan kepada keduanya. Hak dan kewajiban suami istri

dalam keluarga apabila sama-sama menjalankan tanggung jawabnya masing-

masing maka akan terwujud ketentraman dan ketenangan hati, sehingga

sempurnalah kebahagian hidup berumah tangga dan terwujud sesuai dengan

tuntutan agama, yaitu sakinah, mawaddah, dan warahmah.4 Hak dan kewajiban

bagi suami dan istri apabila dilaksanakan dengan baik maka akan mempersulit

terjadinya perceraian, karena perceraian akan mengakibatkan putusnya tali

silaturahmi antara mantan suami dan mantan istri bahkan silaturahmi kepada anak

kandungnya.

Perceraian adalah putusnya hubungan perkawinan antara suami dan istri baik

dengan talak, khulu’, maupun fasakh, sehingga haram kembali untuk melakukan

hubungan seksual keduanya sebelum rujuk atau akad nikah baru.5 Perceraian

dalam Islam merupakan sebuah tindakan hukum yang dibenarkan oleh agama

dalam keadaan darurat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW bahwa perbuatan

3 Mardani, Hukum Perkawinan Islam Di Dunia Islam Modern, Jakarta: Graha Ilmu, 2011, hlm 5.

4 H.M.A. Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat (Kajian Fikih Nikah Lengkap), Jakarta:

Rajawali Pers, 2014, hlm 153. 5 Dra. Hj. Nunung Rodliyah, M.A., Manusia dan Agama (Dalam Kerangka dasar Ajaran Islam),

Bandar Lampung: Gunung Pesagi, 2011, hlm. 257.

Page 20: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

3

halal yang paling dibenci oleh Allah adalah Thalaq.6 Perceraian merupakan

masalah yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat karena merupakan jalan

terakhir ketika sudah tidak merasakan keharmonisan dalam rumah tangga. Oleh

karena itu dalam aturan hukum yang berlaku harus disertai dengan alasan-alasan

yang dapat dijadikan dalil kuat untuk melakukan suatu perceraian.

Perceraian akan menyebabkan akibat hukum yaitu akibat hukum terhadap mantan

suami dan istri, anak, dan harta. Akibat hukum terhadap anak yaitu berupa

masalah penguasaan atau pemeliharaan anak. Pemeliharaan anak menjadi salah

satu faktor penting yang harus diperhatikan oleh orang tua yang telah berpisah,

agar nantinya masa depan anak dapat terjamin dengan baik, terutama yang

menyangkut pendidikan akhlaknya bukan sekedar kebutuhan lahiriahnya saja.

Pemeliharaan anak atau pengasuhan anak dalam hukum Islam biasa disebut

dengan Hadhanah.

Hadhanah adalah kegiatan mengasuh, memelihara dan mendidik anak hingga

dewasa atau mampu berdiri sendiri.7 Hadhanah merupakan suatu kewenangan

untuk memelihara dan mendidik anak yang masih kecil yang belum bisa

memenuhi kebutuhan sendiri dan mengasuh anak orang yang sudah dewasa akan

tetapi kehilangan akalnya atau idiot. Hukum pemeliharaan anak yaitu wajib dalam

hal masih ada ikatan perkawinan antara suami dan istri, lain halnya apabila terjadi

perceraian maka harus ditentukan terlebih dahulu hak hadhanah, sehingga

membutuhkan biaya hidup dan pemeliharaan anak.

6 Anjani Sipahutar, dkk, Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Nafkah Anak Pasca Putusan,

USU Law Journal, Vol.4 No.1 (Januari 2016), hlm. 152. 7 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Akademika Presindo, 2004, hlm.

113.

Page 21: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

4

Biaya hadhanah tersebut diantaranya yaitu pemeliharaan anak dan pendidikan,

seperti yang disebutkan pada Pasal 9 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 35 tahun

2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak yaitu, “setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan

pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya

sesuai dengan minat dan bakat.” Jadi nantinya setelah suami dan istri resmi

bercerai maka keduanya berhak atas pemeliharaan anaknya terutama untuk

seorang suami. Jika suatu saat mantan suami tidak memenuhi biaya hadhanah

serta nafkah yang harus dibayarkan setelah adanya putusan perceraian dari

pengadilan, mantan istri berhak menggugat mantan suami karena telah

menelantarkan anaknya dan melalaikan kewajibannya sebagai seorang ayah yaitu

memberi nafkah anak, sehingga anak tersebut terlantar.

Berdasarkan dari data yang diolah, anak korban penelantaran ekonomi (hak

nafkah) dari tahun 2014 yaitu sebanyak 223 anak, tahun 2015 sebanyak 182 anak

dan tahun 2016 sebanyak 124 anak.8 Sedangkan data anak terlantar (anak

penyandang masalah kesejahteraan sosial) dari tahun 2014 sebanyak 84 anak,

tahun 2015 sebanyak 74 anak, dan tahun 2015 sebanyak 63 anak.9 Anak korban

penelantaran ekonomi dan anak terlantar dari tahun 2014 sampai tahun 2016

sudah mengalami penurunan.

QS. An-Nisa‟ Ayat 9 menjelaskan bahwa Islam melarang penelantaran anak,

sebab seorang anak akan mewarisi apa yang dimiliki oleh orang tuanya, menjaga

keturunan keluarga serta harapan agama dan bangsa di masa mendatang. Anak

8 http://bank data kpai go id/tabulasi-data-perlindungan-anak, diakses pada hari sabtu 30 Juni 2018

pukul 20.06 WIB. 9 Ibid.

Page 22: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

5

yang ditelantarkan hidupnya tidak akan bahagia bahkan anak tersebut bisa

menjadi seorang pengemis, gelandangan, pengangguran yang berdampak pada

kenakalan remaja. Perkembangan fisik dan emosional pun menjadi tidak normal,

anak mengalami gangguan bahasa dan sosial, tidak tegas, sering bolos sekolah

serta penampilannya akan tidak terawat. Dari HR Abu Daud Nasa‟i dan Hakim

yang menjelaskan bahwa “Cukup berdosa orang yang mengabaikan hak seseorang

yang menjadi tanggungannya”. Hak seseorang yang diabaikan tersebut yaitu hak

nafkah bagi anak.

Nafkah merupakan biaya yang wajib dikeluarkan oleh seseorang terhadap sesuatu

yang berada dalam tanggungannya meliputi biaya untuk kebutuhan pangan,

sandang, dan papan, termasuk juga kebutuhan sekunder seperti perabot

kerumahtanggaan.10

Nafkah dalam Islam mencakup dua aspek, yaitu nafkah lahir

dan nafkah batin. Nafkah secara umum berarti belanja, maksudnya ialah sesuatu

yang diberikan oleh seorang kepada istri, kerabat, dan miliknya sebagai keperluan

pokok mereka.11

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 39 ayat (2).

Seorang suami yang akan menjatuhkan talak kepada istrinya harus

mempertimbangkan kemaslahatan atau kebaikan dalam menjatuhkannya, setelah

itu harus adanya dua penengah dari kedua belah pihak, seperti dalam QS. An-Nisa

ayat 35 yang artinya: “dan jika kamu khawatirkan pada keduanya, maka kirimlah

seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga

perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan,

10

Subaidi, Konsep Nafkah Menurut Hukum Perkawinan Islam, Jurnal Studi Hukum Islam Vol.1

No.2, Juli-Desember 2014, hlm. 158. 11

Ibid.

Page 23: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

6

niscaya Allah memberi taufik kepada suami istri itu. Sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui lagi Maha mengenal.”

Salah satu alasan terjadinya perceraian berdasarkan Pasal 116 KHI huruf (f)

adalah antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran

dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga. Perselisihan

dan pertengkaran ini biasanya disebabkan karena suami atau istri tidak

menjalankan kewajibannya yaitu istri tidak menaati perintah suami dan suami

tidak memberikan nafkah kepada istri. Hal lain yang bisa menyebabkan terjadinya

perselisihan dan pertengkaran salah satunya yaitu watak istri yang sulit untuk

dinasihati suami.

Setelah terjadinya perceraian untuk mengantisipasi kesewenang-wenangan

mantan suami terhadap mantan istri dan anaknya, maka seorang mantan istri dapat

mengajukan gugatan agar hak-hak mantan istri dan anaknya terpenuhi, seperti hak

hadhanah, nafkah istri dalam masa iddah, nafkah anak, serta pembagian harta

bersama sebagaimana yang dijelaskan dalam Pasal 149 KHI (Kompilasi Hukum

Islam) menyatakan bahwa setelah putusnya perkawinan mantan suami wajib:

1 Memberikan mut’ah yang layak kepada bekas istrinya, baik berupa uang atau

benda.

2 Memberi nafkah, maskan, dan kiswah kepada bekas istri selama dalam masa

iddah.

3 Melunasi mahar dengan masih terhutang.

4 Memberikan biaya hadhanah untuk anak-anaknya yang belum mencapai

umur 21 tahun.

Page 24: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

7

Hal tersebut diatas serupa pada kasus dalam putusan nomor:

0611/Pdt.G/2015/PA.Pas. mengenai permohonan cerai talak, gugatan nafkah istri

dan anak, serta gugatan harta bersama, Pemohon telah melangsungkan

perkawinan dengan Termohon pada tanggal 26 Juni 2011 yang dibuktikan dengan

akta nikah dan telah dikaruniai satu orang anak yang bernama Zahwa Laudzi

Aaqila lahir pada 6 Maret 2012. Kehidupan Pemohon dan Termohon awalnya

harmonis, namun sejak juni 2012 keadaannya mulai tidak harmonis dan sering

terjadi perselisihan dan pertengkaran. Alasan terjadinya pertengkaran yaitu karena

Termohon terlalu boros membelanjakan uang nafkah pemberian Pemohon. Ketika

Pemohon mengingatkan, Termohon berani marah-marah kepada Permohon.

Akibat dari pertengkaran dan perselisihan tersebut Termohon sudah tidak tinggal

lagi bersama Pemohon. Sehingga Pemohon melakukan Permohonan Cerai talak.

Sesuai dengan amar putusan Pengadilan Agama Pasuruan Pemohon/Termohon

Rekonvensi dihukum untuk membayar kepada Penggugat Rekonvensi nafkah

madliyah, mut‟ah, serta nafkah anak, dan memberikan harta bersama berupa

motor Mio Soul GT nomor polisi N 3865 XS. Terkait kasus tersebut harus ada

pertimbangan hakim mengenai akibat hukum perceraian bagi mantan suami atau

istri, anak, dan harta untuk mencegah timbulnya masalah dikemudian hari.

Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan diatas, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang akan dituangkan dalam bentuk

skripsi dengan judul “Analisis Hukum Akibat Perceraian Dalam Perspektif

Hukum Islam”.

Page 25: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini ada beberapa

masalah yang dirumuskan dan dicari penyelesaiannya secara ilmiah, beberapa

masalah tersebut sebagai berikut:

1. Bagaimana akibat hukum perceraian bagi mantan suami dan istri, anak, dan

harta dalam perspektif hukum Islam?

2. Bagaimana pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan nomor:

0611/Pdt.G/2015/PA.Pas.?

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kajian penelitian ini adalah mengkaji tentang bagaimana akibat

hukum perceraian terhadap mantan suami atau istri, anak, dan harta dalam

perspektif hukum Islam, serta bagaimana pertimbangan hakim dalam

menjatuhkan suatu putusan. Bidang ilmu ini adalah Hukum Perdata khususnya

hukum keluarga Islam.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui, memahami, dan menganalisis akibat hukum perceraian

bagi mantan suami atau istri, anak, dan harta dalam perspektif hukum Islam.

b. Untuk mengetahui, memahami, dan menganalisis pertimbangan hakim dalam

menjatuhkan suatu putusan.

Page 26: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

9

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menunjang pengembangan

ilmu pengetahuan di bidang hukum keperdataan lebih khususnya dalam

lingkup hukum keluarga Islam.

b. Kegunaan Praktis

Kegunaan penelitian skripsi ini secara praktis, yaitu:

1) Upaya pengembangan kemampuan dan pengetahuan hukum bagi peneliti

dalam lingkup hukum perdata khususnya hukum keluarga Islam.

2) Memberikan gambaran kepada pembaca mengenai akibat hukum

perceraian bagi mantan suami atau istri, anak, dan harta dalam perspektif

hukum Islam, serta pertimbangan hakim dalam menjatuhkan suatu

putusan.

3) Sumbangan pemikiran, bahan bacaan dan sumber informasi serta bahan

kajian bagi yang memerlukan.

4) Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada

Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Page 27: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Konsep

1. Pengertian Hukum Islam

Hukum Islam dipahami dengan pengertian syaiah dan terkadang dipahami dengan

pengetian fiqh. Secara bahasa, kata syariah berarti “jalan ke sumber air” dan

“tempat orang-orang minum”. Adapun kata fiqh secara bahasa berarti mengetahui,

memahami sesuatu.12

Hukum Islam adalah hukum yang mengatur kehidupan

manusia didunia dalam rangka mencapai kebahagiaannya di dunia dan akhirat.

Hukum Islam mencakup semua aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu

maupun anggota masyarakat dalam hubungannya dengan diri sendiri, manusia

lain, alam lingkungan, maupun hubungannya dengan tuhan. Hukum Islam sebagai

hukum yang berasal dari wahyu Allah merupakan hukum yang tidak dapat

diragukan lagi kebenarannya, dimana hukum Islam ini mengatur segala bentuk

kehidupan manusia dalam menjalankan kehidupannya, baik dalam hubungan

dengan Allah maupun dengan sesama manusia.

Hukum Islam tidak membedakan antara hukum perdata dengan hukum publik, ini

disebabkan menurut sistem hukum Islam, pada hukum perdata terdapat segi-segi

publik dan pada hukum publik ada segi-segi perdata pula. Itulah sebabnya, dalam

12 Wati Rahmi Ria dan Muhammad Zulfikar, Ilmu Hukum Islam, Bandar Lampung: Gunung

Pesagi, 2015, hlm. 1.

Page 28: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

11

hukum Islam tidak dibedakan kedua bidang tersebut, yang disebutkan hanya

bagiannya saja, seperti:

a. Munakahat

b. Waratsab

c. Muamalat dalam arti khusus

d. Jinayat atau ‘ukubat

e. Al-ahkam

f. Al-sulthaniyah (khalifah)

g. Mukhasamat.

Secara umum tujuan hukum Islam adalah untuk mencegah kerusakan pada

manusia dan mendatangkan kemaslahatan bagi mereka. Sumber hukum Islam ada

3 yaitu:

a. Al-Qur‟an

Al-Qur‟an menurut bahasa artinya bacaan atau yang dibaca, sedangkan menurut

istilah kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diwahyukan kepada

Nabi Muhammad SAW, yang dapat melemahkan dengan sependeknya ayat dan

menjadi ibadah bagi pembaca.

b. Sunnah

Sunnah berarti segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa

ucapan, perbuatan dan pengakuan (taqrir).

c. Ijtihad

Ijtihad berarti mencurahkan segala kemampuan untuk memperoleh hukum syar‟i

yang bersifat operasional dengan cara istinbath.

Page 29: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

12

2. Perceraian Menurut Hukum Islam

Perceraian dalam Islam pada prinsipnya dilarang, meskipun tidak ada ayat Al-

Qur‟an yang mnyuruh atau melarang perceraian yang mengandung arti hukumnya

mubah atau boleh, namun perceraian termasuk perbuatan yang tidak disenangi

Nabi. Oleh karena itu perceraian mengandung arti yang hukumnya makruh atau

tercela, hal ini dapat dilihat pada hadist Rasullullah Muhammad SAW yang

diriwayatkan oleh Abu Daud Ibnu Majah dan Al hakim dari Ibnu Umar yang

menyatakan bahwa talak atau perceraian adalah perbuatan halal yang paling

dibenci Allah.13

Berdasarkan hadist di atas, dengan memiliki kemaslahatan dan

kemudaratannya maka hukum talak ada empat, yaitu:14

a. Wajib

Talak dikatakan wajib apabila terjadi perselisihan antara dua suami-istri dan

kedua hakim memandang perlu supaya keduanya bercerai. Berikut ini

merupakan kategori talaq wajib adalah:15

1) Jika menurut juru damai tersebut, perpecahan antara suami istri sudah

sedemikian berat sehingga sangat kecil kemungkinan, bahkan tidak

sedikitpun terdapat celah-celah kebaikan atau kemaslahatan jika

perkawinan itu tetap dipertahankan, maka upaya bagi kemaslahatan bagi

kedua belah pihak adalah dengan cara memisahkan mereka.

13

M. Hasballah Thalib, Hukum Keluarga Dalam Syariat Islam, hlm. 101, dalam tesis: Nizam,

Hukum Keluarga Dalam Syariat Islam, Universitas Diponegoro Semarang, 2015, hlm. 13. 14

Nizam, Hukum Keluarga Dalam Syariat Islam, Ibid. 15

Op. Cit., Wati Rahmi Ria dan Muhammad Zulfikar, Ilmu Hukum Islam, hlm. 62.

Page 30: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

13

2) Bagi istri yang telah di Illa‟ atau disumpah oleh suaminya untuk tidak

mengadakan hubungan seksual dengan istrinya, sesudah lewat waktu 4

(empat) bulan, sedangkan suaminya tersebut tidak mau membayar kafarah

sumpah agar ia dapat bergaul dengan istrinya.

b. Sunnah

Talak dikatakan Sunnah maksudnya yaitu dalam keadaan rumah tangga sudah

tidak dapat dilanjutkan dan seandainya dipertahankan juga kemudharatan

yang lebih banyak akan timbul.16

Misalnya apabila suami tidak sanggup lagi

membayar kewajibannya (nafkahnya) dengan cukup, atau perempuan tidak

menjaga kehormatan dirinya.

c. Haram

Talak dikatakan haram yaitu dalam dua perkara, pertama menjatuhkan talak

sewaktu si istri dalam keadaan haid, dan kedua menjatuhkan talak sewaktu

suci yang telah dicampurinya pada waktu suci itu.

d. Makruh

Makruh yaitu hukum asal dari pada yang tersebut dalam hadits Rasullulah

SAW tersebut di atas yakni perceraian dihalalkan akan tetapi dibenci oleh

Allah.17

Macam-macam perceraian dalam Islam ada 3 yaitu:18

a. Thalaq

Secara harfiyah Thalaq itu berarti melepaskan dan atau membebaskan.

Apabila dihubungkan dengan putusnya perkawinan dan menurut syariat, maka

16

Ibid, hlm. 61. 17

Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, hlm. 380, dalam tesis: Ibid. hlm. 14. 18

Jamaludddin dan Nanda Amalia, Hukum Perkawinan, Sulawesi:Unimal Press, 2016, hlm. 89.

Page 31: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

14

talak dapat diartikan dengan melepaskan isteri atau membebaskannya dari

ikatan perkawinan atau menceraikannya. Menurut hukum Islam talak adalah

suatu perkataan yang diucapkan oleh suami untuk memutuskan ikatan

pernikahan terhadap istrinya. Apabila seorang suami telah mentalak istrinya,

maka putuslah hubungan antara suami istri tersebut, baik secara lahir maupun

batin.

Cerai/talak dari segi bahasa diambil dari kata at-Thalaq, yang berarti melepas

dan meninggalkan, sedangkan menurut istilah adalah menghilangkan ikatan

perkawinan atau mengurangi keterkaitannya dengan mempergunakan ucapan

tertentu.19

Dalam Al-Qur‟an tidak terdapat ayat-ayat yang menyuruh atau

melarang perceraian, dalam Al-Qur‟an hanya terdapat banyak ayat yang

mengatur tentang Thalaq (isinya hanya sekedar mengatur bila thalaq mesti

terjadi).20

Misalnya jika ingin menthalaq seharusnya sewaktu istri itu berada dalam

keadaan yang siap untuk memasuki masa iddah, seperti dalam firman Allah:21

“Hai Nabi bila kamu menthalaq istrimu, maka thalaqlah dia sewaktu masuk

kedalam iddahnya”. Begitu juga dalam bentuk larangan, seperti firman

Allah:22

“Apabila kamu menthalaq istrimu dan sampai masa iddahnya, maka

janganlah kamu enggan bila dia nikah dengan suami lain”.

19

Dra. Hj. Nunung Rodliyah, Op.Cit., hlm. 257. 20

Hj. Wati Rahmi Ria, Op.Cit., , hlm. 141. 21

Ibid. 22

Ibid.

Page 32: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

15

b. Fasakh

Fasakh merupakan salah satu bentuk pemutusan hubungan perkawinan yang

dapat digunakan oleh suami maupun istri untuk melakukan perceraian. Fasakh

dalam arti bahasa adalah batal atau rusak, sedangkan menurut istilah ilmu fiqh

diartikan sebagai pembatalan/pemutusan nikah dengan keputusan

hakim/muhakkam. Fasakh menurut Hasballah Thaib ialah perceraian dengan

merusak atau merombak hubungan nikah antara suami dengan istri,

perombakan ini dilakukan oleh petugas atau hakim dengan syarat-syarat

tertentu tanpa ucapan talak. Perceraian dengan fasakh ini membawa

konsekuensi bahwa hubungan perkawinan tidak dapat dirujuk kembali dalam

hal suami hendak kembali dengan istrrinya, namun untuk dapat melanjutkan

harus dilakukan dengan akad nikah yang baru.

c. Khulu’

Khulu‟ dalam bahasa Arab berarti menghilangkan atau menanggalkan. Dalam

makna syariat, khulu‟ diartikan perpisahan wanita dengan ganti dan dengan

kata-kata khusus. Khulu‟ hukumnya diperbolehkan jika diperlukan. Dasar

hukum terkait dengan khulu‟ dapat dijumpai pada QS. Al- Baqarah Ayat 229

yang artinya: “Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat

menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa antara keduanya

tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya”. Khulu’

dapat diajukan oleh isteri jika misalnya dia tidak dapat menunaikan dan

memenuhi hak-hak suaminya.

Page 33: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

16

d. Taklik talak

Taklik talak merupakan salah satu cara pemutusan hubungan perkawinan

antara suami dan isteri. Putusnya perkawinan karena taklik talak jika seorang

isteri tidak dapat sabar lagi dengan kelakuan suaminya yang telah ingkar

terhadap sighat ta‟lik yang telah diikrarkan oleh suami setelah upacara nikah

dan telah ditandatanganinya. Bila isteri tidak berkeberatan atas ingkar suami

terhadap taklik talak, maka talak itu tidak jatuh.

3. Pengertian Istri (Wanita)

Istri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah wanita (perempuan) yang

telah menikah atau yang bersuami; kaum wanita yang dinikahi.23

Istri merupakan

salah satu bagian terpenting dalam menentukan terpeliharanya kehidupan keluarga

yang harmonis. Pengertian Istri menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1974

tentang Perkawinan yaitu istri adalah sebagai ibu rumah tangga. Wanita adalah

kata yang umum digunakan untuk menggambarkan perempuan dewasa.

Perempuan yang sudah menikah juga biasa dipanggil dengan sebutan istri atau

ibu. Arti kata wanita berasal dari Akronim bahasa jawa dimaknai sebagai “wani

ing tata”. Dalam bahasa Indonesia kata “wani” artinya adalah berani, sedangkan

kata “ing tata” artinya menata.24

Istri dalam menjalankan rumah tangganya

mempunyai hak dan kewajiban yang harus ditunaikan. Hak dan kewajiban sebagai

seorang istri yaitu:25

23

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, hlm. 455. 24

Elvida Sapitri dalam skripsi tentang Pembagian Peran Antara Suami Isteri dan Implikasinya

Terhadap Keharmonisan Keluarga, hlm. 17. 25

Achmad Badarus Syamsi, Skripsi: Hak dan Kewajiban Istri Dalam Rumah Tangga, Yogyakarta,

UIN Sunan Kalijaga, 2008, hlm. 18.

Page 34: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

17

a. Mendapat mahar

b. Mendapat nafkah, baik lahir maupun batin

c. Memelihara dan mendidik anak

d. Mematuhi suami dan menjaga kehormatannya

Pasal 83 Kompilasi Hukum islam menyebutkan bahwa:

1) Kewajiban utama bagi seorang istri ialah berbakti lahir dan batin kepada

suami di dalam yang dibenarkan oleh hukum Islam

2) Istri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-hari

dengan sebaik-baiknya.

Jika istri tanpa alasan yang sah tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana

ditentukan dalam Pasal 83 Kompilasi Hukum Islam tersebut, maka menurut Pasal

84 Kompilasi Hukum Islam, Istri dianggap nusyuz. Selama istri dalam keadaan

nusyuz, kewajiban suami terhadap istrinya tidak berlaku, kecuali hal-hal untuk

kepentingan anaknya. Kewajiban suami tersebut berlaku kembali sesudah istri

tidak nusyuz.26

4. Anak

Berdasarkan Pasal 42 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawianan

menyebutkan bahwa anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau

sebagai akibat perkawinan yang sah. Pasal tersebut memberi toleransi hukum

kepada anak yang lahir dalam perkawinan yang sah, meskipun jarak antara

pernikahan dan kelahiran anak kurang dari batas waktu minimal usia

26

Dr. Muhammad Syaifuddin dkk, Hukum Perceraian, Jakarta, Sinar Grafika, 2014, hlm. 397.

Page 35: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

18

kandungan.27

Sedangkan pengertian anak menurut Pasal 330 KUPerdata (Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata), yaitu seseorang yang belum dewasa adalah

mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun dan tidak kawin

sebelumnya.28

Anak adalah keturunan yang kedua, orang yang lahir dari rahim seorang ibu, baik

laki-laki maupun perempuan, khunsa, sebagai hasil dari persetubuhan antara dua

lawan jenis. Dalam hukum adat bahwa anak dikatakan minderjarigheid (bawah

umur), yaitu apabila seseorang berada dalam keadaan dikuasai oleh orang lain

yaitu jika tidak dikuasai oleh orang tuanya maka dikuasai oleh walinya. Dalam

Al-Qur‟an ada tiga kedudukan anak, yaitu:29

a. Anak sebagai anugerah

Anak sebagai anugerah menunjukkan aksentuasi makna positif yaitu anak yang

memperoleh hidayah oleh Allah, anak yang shalih/Shalihah, anak yang diangkat

sebagai Nabi dan Rasul oleh Allah, dan anak yang dapat menjadi penyejuk hati

orang tuanya.

b. Anak sebagai amanah.

Anak merupakan amanah Allah yang harus diemban oleh keluarga dengan cara

mendidik dan membimbing anak agar menjadi generasi bangsa yang baik dan

berkualitas. Jadi, orang tua yang mengemban amanah untuk menjaga dan

mendidik anak dimana orang tua harus memiliki perhatian khusus terhadap anak

27

Ibid. 28

Soedharyo Soimin, S.H., Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, hlm. 89. 29

Jamiliya Susanti, Implementasi Pemenuhan Nafkah Anak Pasca Putusnya Perkawinan Karena

Perceraian Di Pengadilan Agama Sumenep-Madura, Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Ibrahim, 2016, hlm. 42-43.

Page 36: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

19

di masa depan. Agar anak menjadi manusia yang berkualitas untuk menjadi

khalifah Tuhan di muka bumi yang mempunyai tugas untuk memakmurkan bumi.

c. Anak sebagai fitnah

Fitnah yang dimaksud yaitu sebagai ujian yang berfungsi untuk menguji sejauh

mana orang tua mampu mengemban amanah yang Allah berikan setelah ia

diberikan anak. Pasal 2 Ayat 1 Undang-Undang No. 3 tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak menyebutkan bahwa anak adalah orang yang dalam perkara

anak nakal telah mencapai umur 8 tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun

dan belum pernah kawin. Pengertian anak menurut hukum adat atau kebiasaan

yaitu hukum adat tidak ada menentukan siapa yang dikatakan anak-anak dan siapa

yang dikatakan orang dewasa. Akan tetapi dalam hukum adat ukuran anak dapat

dikatakan dewasa tidak berdasarkan usia tetapi pada ciri tertentu yang nyata.30

MR. R. Soepomo berdasarkan hasil penelitian tentang hukum perdata Jawa Barat

menyatakan bahwa kedewasaan seseorang dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai

berikut:31

a. Dapat bekerja sendiri.

b. Cakap untuk melakukan apa yang disyaratkan dalam kehidupan

bermasyarakat dan bertanggung jawab.

c. Dapat mengurus harta kekayaan sendiri.

30

https://andibooks.wordpress.com/definisi-anak/ (diakses pada tanggal 13 september 2018, pukul

10.10 WIB). 31

Ibid.

Page 37: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

20

Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 perubahan

atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

menyebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun,

termasuk anak yang ada dalam kandungan. Hak-hak bagi anak dijelaskan dalam

Pasal 14 Ayat 1 dan 2 yang berbunyi, “setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang

tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah

menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak

dan merupakan pertimbangan terakhir.” Pasal 1 Ayat 12 Undang-Undang

Perlindungan anak menjelaskan bahwa hak anak adalah bagian dari hak asasi

manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga,

masyarakat, negara, pemerintah, dan pemerintah daerah.

Hak-hak anak menurut Konvensi Hak-Hak Anak dikelompokkan dalam 4 kategori

yaitu:

a. Hak kelangsungan hidup, hak untuk melestarikan dan mempertahankan hidup

dan memperoleh standar kesehatan tertinggi dan perawatan yang sebaik-

baiknya.

b. Hak perlindungan, perlindungan dari diskriminasi, eksploitasi, kekerasan, dan

keterlantaran.

c. Hak tumbuh kembang, hak memperoleh pendidikan dan hak mencapai

standar hidup yang layak bagi perkembangan fisik, mental, sppritiual, moral,

dan social.

d. Hak berpartisipasi, hak untuk menyatakan pendapat dalam segala hal yang

mempengaruhi hak anak.

Page 38: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

21

Selain itu, mengenai hak anak setelah kedua orang tuanya bercerai, maka dapat

diketahui bahwa hak anak yaitu mendapatkan biaya penghidupan dan pengasuhan

atau Hadhanah. Hadhanah (pemeliharaan anak) merupakan suatu kewenangan

untuk memelihara dan mendidik anak yang masih kecil yang belum bisa

memenuhi kebutuhan sendiri dan tentunya mengasuh anak orang yang sudah

dewasa akan tetapi kehilangan akalnya atau idiot. Berdasarkan Pasal 45 yang

diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan antara

lain dijelaskan bahwa:

a. Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-

baiknya.

b. Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku sampai

anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban mana berlaku terus

meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus.

Selain itu di dalam Undang-Undang Perkawinan menjelaskan mengenai biaya

penghidupan anak diatur dalam hal-hal yang berkenaan dengan:

a. Pemeliharaan atau penguasaan anak dalam perceraian.

b. Siapa yang lebih berhak menguasai anak, apakah ibu atau bapak.

c. Permasalahan mumayyiz dihubungkan asas normatif bahwa ibu lebih berhak

melakukan pemeliharaan anak dalam suatu perceraian.

d. Biaya pemeliharaan sesudah perceraian.

Page 39: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

22

Berdasarkan pembahasan fiqh, yang dikemukakan oleh Imam Hanafi, Imam

Hambali, Imam Syafi‟i, dan Imam Maliki, masalah hadhanah meliputi:32

a. Urutan Pemegang Hak Hadhanah

Hanafiyah mengatakan bahwa hadhanah ditetapkan bagi kerabat baik laki-

laki/perempuan dengan urutan sebagai berikut: yang paling berhak adalah

ibu, ibunya ibu, nenek dari ibu, dan garis lurus ke atas, nenek dari garis ayah

ke atas, saudara perempuan ibu, saudara perempuan dari ayah.

Malikiyah berpendapat yang paling berhak adalah ibunya, ibunya ibu, dan

seterusnya dalam garis lurus ke atas, bibi dari ibu, bibinya ibu, ibunya ayah,

neneknya ayah. Menurut Syafi‟iyyah hak hadhanah dibagi menjadi tiga,

yaitu:

1) Berkumpulnya kerabat yang laki-laki dan perempuan, maka didahulukan

pihak perempuan.

2) Berkumpulnya kerabat perempuan saja, maka didahulukan ibu kemudian

ibunya ibu, nenek ibu, dan seterusnya dalam garis luruske atas, nenek

dari pihak ayah, saudara perempuan, bibi dari pihak ibu, anak bibi, dan

seterusnya.

3) Berkumpulnya kerabat laki-laki saja, maka ayah yang didahulukan,

kemudian kakek, saudara ayah, saudara ibu, paman dari ayah, paman dari

ibu, dan seterusnya.

32

Ibid, hlm. 194.

Page 40: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

23

Menurut hanbaliyyah yang paling berhak adalah ibu, ibunya ibu, nenek ibu,

ayah, bari ibu-ibu dalam garis lurus ke atas, kakek, saudara ibu, saudara ayah

dan seterusnya.

b. Syarat Hadhanah

1) Sehat jasmani dan rohani

2) Mampu mendidik dan memelihara anak yang berada di bawah

pemeliharaannya, termasuk menjaga akhlak, pendidikan, kesehatan, dan

harta benda anak (jika si anak memilih harta).

3) Jika anak berada dalam pemeliharaan ibunya, maka hak ibu menjadi

hilang jika ia menikah lagi, kecuali jika ibu menikah kembali dengan

muhrim si anak atau dengan kerabat anak atau suami ibu (yang bukan

muhrim atau kerabat anak) mengizinkan pemeliharaan anak tersebut, dan

jika ibu bercerai maka hak hadhanah kembali pada ibu.

Menurut Syafi‟iyyah, hadhin diisyaratkan Islam. Hanafiyyah tidak

mensyaratkan Islamnya hadhin. Sebagai contohnya jika seorang pria muslim

menikah dengan wanita non muslim dan dari perkawinan tersebut lahir anak,

maka wanita tersebut berhak memelihara anaknya tetapi dengan syarat bahwa

anak tidak menjadi kafir.

c. Masa Hadhanah

Dalam mahzab Hanafiyyah, ada beberapa pendapat yang dikemukakan:

1) Sampai usia anak 7/9 tahun.

2) Bagi anak perempuan, sampai ia haidh atau baligh.

Page 41: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

24

Menurut Malikiyyah masa Hadhanah berlaku semenjak ibu melahirkan anak

hingga ia baligh, dan anak perempuan sampai ia menikah. Sedangkan

menurut Syafi‟iyyah masa hadhanah tidak ditentukan, jika seorang anak

mumayyiz, maka ia berhak memilih untuk ikut ibu atau ayahnya, kakeknya,

neneknya atau siapa pun yang dipilih. Selain itu Hanbaliyyah berpendapat

bahwa masa hadhanah adalah 7 tahun. Jika orang tua berselisih, maka anak

berhak untuk memilih. Untuk anak perempuan, jika ia berusia tujuh tahun

atau lebih maka hak hadhanah berada di tangan ayahnya sampai ia baligh.

d. Tempat Tinggal Hadhanah

Menurut Hanafiyyah jika seorang anak tinggal dengan ibunya, kemudian

ibunya pergi keluar negeri sedang ayahnya masih ada, maka tidak

diperbolehkan kecuali dengan syarat:

1) Ibunya di-thalak bain atau thalak ruju‟ dan telah habis masa iddahnya.

2) Ayah dapat tetap berkomunikasi dengan anak, jika anak tersebut

dipelihara oleh selain ibunya, maka jika hendak pergi ke luar negeri

harus meminta izin terlebih dahulu ayahnya.

Menurut Syafi‟iyyah tidak dipermasalahkan tempat tinggal hadhin selama hal

tersebut menjadi pilihan si anak jika ia telah mumayyiz. Menurut

hanbaliyyah, jika salah seorang dari ayah atau ibu pergi ke luar negeri maka

anak tinggal bersama ayah (baik si ayah yang pergi atau tinggal) dengan

syarat kepindahannya untuk menetap (pindah kewarganegaraan), tidak

menimbulkan kemudharatan yang lain dan ada dalam situasi yang aman. Jika

ayah dan ibu berangkat bersama-sama kesuatu negara yang sama, maka ibu

yang berhak memelihara anak.

Page 42: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

25

e. Biaya Hadhanah

Menurut Hanafiyyah biaya hadhanah dibebankan kepada ayah bersama-sama

dengan biaya untuk menyusui dan nafkah anak. Jika anak yang dipelihara

mempunyai harta, maka biaya hadhanah diambil dari harta anak. Biaya

hadhanah tidak termasuk biaya tempat tinggal jika hadhin mempunyai tempat

tinggal, kecuali jika hadhin tidak mempunyai tempat tinggal maka harus

ditetapkan biaya untuk tepat tinggal.

Seorang suami harus memberikan hak hadhanah kepada anak setelah terjadinya

perceraian agar tidak terjadi penelantaran anak. Penelantaran berasal dari kata

lantar yang memiliki arti tidak terpelihara, terbengkalai, tidak terurus.33

Penelantaran yang sering terjadi yaitu penelantaran terhadap anak. Bentuk

penelantaran pada anak umumnya dilakukan dengan cara membiarkan dalam

situasi gizi buruk, kurang gizi, tidak mendapatkan perawatan kesehatan yang

memadai, memaksa anak menjadi pengemis atau pengamen, anak jalanan, buruh

pabrik, pembantu rumah tangga, pemulung, dan jenis pekerjaan lain yang

membahayakan pertumbuhan dan perkembangan anak.34

Pengertian penelantaran anak adalah sikap dan perilaku orang tua yang tidak

memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak,

misalnya anak dikucilkan, diasingkan dari keluarga atau tidak diberikan

33

Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap Anak, dalam Skripsi: Farhan, Penelantaran Terhadap Anak

(perspektif Hukum Islam dan UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak), Jakarta,

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2009, hlm. 27. 34

Farhan, Penelantaran Terhadap Anak (perspektif Hukum Islam dan UU No. 23 tahun 2002

tentang Perlindungan Anak), Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah,

2009, hlm. 28.

Page 43: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

26

pendidikan dan kesehatan yang layak.35

Ketelantaran anak secara umum dibagi

dalam dua kelompok, yaitu:

1) Ketelantaran yang disebabkan kondisi keluarga yang miskin, tetapi hubungan

sosial dalam keluarga normal

2) Ketelantaran yang disebabkan kesenjangan, gangguan jiwa, dan atau

ketidakmengertian keluarga/orang tua, atau hubungan dalam keluarga tidak

normal.

Macam-macam penelantaran anak, yaitu:

1) Penelantaran fisik, keterlambatan mencari bantuan medis, pengawasan yang

kurang memadai serta tidak tersedianya kebutuhan akan rasa aman dalam

keluarga.

2) Penelantaran emosional, penelantaran secara emosi dapat terjadi misalnya

ketika orang tua tidak menyadari kehadiran anak ketika ribut dengan

pasangannya, atau orang tua memberikan perlakuan dan kasih sayang yang

berbeda diantara anak-anaknya.

3) Penelantaran pendidikan, terjadi ketika anak seakan-akan mendapat

pendidikan yang sesuai padahal anak tidak dapat berprestasi secara optimal.

4) Penelantaran fasilitas medis, hal ini terjadi karena orang tua gagal

menyediakan layanan medis untuk anak meskipun secara finansial

memadai.36

35

Ibid., hlm. 29. 36

Irma Setyowati Soemitro, Aspek Hukum Penelantaran Anak, dalam skripsi: Muhammad

Syaifullah, Penelantaran Ayah Terhadap Anak (Dalam Perspektif Hukum Islam dan UU Nomor

23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan kekerasan Dalam Rumah Tangga), Fakultas Syariah Dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016, hlm. 33.

Page 44: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

27

5. Nafkah

Kata nafkah berasal dari bahasa arab Nafaqah yang berarti berkurang. Nafkah

secara etimologis berarti sesuatu yang bersikulasi karena dibagi atau diberikan

kepada orang dan membuat kehidupan orang yang mendapatkannya tersebut

berjalan lancar karena dibagi atau diberikan, maka nafkah tersebut secara fisik

habis atau hilang dari pemiliknya.37

Secara terminologi, nafkah itu adalah sesuatu

yang wajib diberikan berupa harta untuk mematuhi agar dapat bertahan hidup.38

Dalam masalah pernikahan nafkah berarti kewajiban suami terhadap istri dalam

bentuk materi. Berdasarkan pengertian tersebut maka seorang perempuan yang

sudah dinikahi secara sah oleh seorang laki-laki berhak untuk mendapatkan

nafkah dari suaminya itu.39

Hal tersebut memang harus dilakukan oleh seorang

suami terhadap istri, jika hal itu dilanggar maka suami akan digugat secara hukum

dan akan mendapat balasan dosa dari Allah.

Dalam surat At-Thalaq ayat 7 disebutkan adanya kewajiban suami untuk memberi

nafkah kepada istri, yang artinya:

“hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya dan

orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang

diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang

melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan

memberikan kelapangan sesudah kesempitan”.

Begitu juga dengan yang tertuang dalam surat Al-Baqarah Ayat 233 yang

berbicara tentang nafkah, yang artinya:

37

Mardani, Op.Cit. 24 38

Ibid. 39

Wahbah az-Zuhaili, Al-Fiqh, hlm. 562 dalam skripsi Susi Armi Yenti, Nafkah Anak Akibat

Cerai Fasakh Perspektis Hukum Islam, Institut Agama Islam Negeri Batusangkar, 2017, hlm. 21.

Page 45: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

28

“para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh yaitu

bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan, dan kewajiban ayah memberi

makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma‟ruf. Seseorang tidak dibebani

melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita

kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anknya, dan warispun

berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun)

dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas

keduanya, dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada

dosa bagimu apabila kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah maha

melihat apa yang kamu kerjakan.”

Ayat tersebut menunjukan bahwa seorang suami selain harus memberi nafkah

kepada istrinya, ayahpun juga harus memberi nafkah kepada anaknya yaitu

pemberian air susu, nafkah, pakaian, dan pelayanan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 34

disebutkan juga bahwa wajib seorang suami memberi nafkah, yaitu:

a. Suami wajib melindungi istrinya dan memberi segala sesuatu keperluan hidup

rumah tangga sesuai dengan kemampuannya.

b. Istri wajib mengatur rumah tangga dengan sebaik-baiknya.

Selain itu dalam Kompilasi Hukum Islam menjelaskan bahwa nafkah merupakan

kewajiban suami. Hal tersebut ada di dalam Pasal 80 Ayat 4 yaitu, sesuai dengan

penghasilannya suami menanggung:

a. Nafkah, kiswah, dan tempat tinggal bagi istri

b. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi anak dan

istri

c. Biaya pendidikan anak.

Page 46: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

29

Kewajiban memberi nafkah juga dapat dilihat dari hadist Nabi SAW, yaitu:40

“bertaqwalah kamu kepada Allah, dalam mejaga istri-istri, jadikanlah mereka

amanat Allah. Kamu telah menikahi mereka dengan Kalimatulllah. Sesungguhnya

mereka itu untukmu, tidak boleh seseorang menggaulinya, dan seseorang tidak

diizinkan masuk kerumahmu, jika mereka berbuat demikian, maka pukullah

(didiklah) dan kamu mempunyai kewajiban memberi nafkah dan pakaian kepada

mereka dengan baik.”

6. Pengertian Harta

Harta merupakan segala seuatu yang dimanfaatkan dalam sesuatu yang legal

menurut hukum syara’ (hukum Islam) seperti jual beli, pinjaman, konsumsi dan

hibah atau pemberian. Harta dari segi bahasa disebut dengan al-mal yang berarti

condong, cenderung dan miring.41

Nasrun Haroen dengan ungkapan yang berbeda

mengungkapkan bahwa al-mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

berpaling dari tengah ke salah satu sisi dan al-mal diartikan sebagai segala sesuatu

yang menyenangkan menusia dan mereka pelihara baik dalam bentuk materi

maupun dalam bentuk manfaat.42

Berdasarkan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan membedakan harta benda dalam perkawinan

menjadi dua, yaitu:

1) Harta Bersama

Harta bersama adalah harta benda yang diperoleh selama perkawinan. Harta

bersama dapat berupa benda berwujud dan tidak berwujud. Harta bersama

yang berwujud dapat meliputi benda tidak bergerak, benda bergerak, benda

bergerak dan surat-surat berharga. Harta bersama yang tidak berwujud dapat

40

Mardani, Op.Cit. hlm. 24 41

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta, Rajawali Press, 2005, hlm. 9. 42

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, hlm. 73 dalam Jurnal Penelitian: Rizal, Eksistensi Harta

Dalam Islam (Suatu Kajian Analisis Teoritis), Vol. 9, No. 1, Februari 2015, hlm. 94.

Page 47: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

30

berupa hak maupun kewajiban. Harta bersama dapat dijadikan sebagai barang

jaminan dan salah satu pihak atas persetujuan pihak lainnya.

2) Harta Bawaan

Harta Bawaan adalah harta yang dibawa oleh suami dan istri ke dalam

perkawinan mereka dan harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai

hadiah atau warisan. Pasal 87 KHI Ayat 1 menyebutkan bahwa harta bawaan

dari masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah dibawah penguasaan

masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain dalam perjanjian

perkawinan.

Penggunaan harta bersama suami istri atau harta dalam perkawinan diatur

dalam Pasal 36 Undang-Undang Perkawinan yang menyatakan bahwa

mengenai harta bersama suami atau istri dapat bertindak atas persetujuan

kedua belah pihak. Sedangkan penggunaan harta bawaan diatur dalam Pasal

36 Ayat 2 Undang-Undang Perkawinan yang menyatakan tentang hak suami

atau istri untuk membelanjakan harta bawaan masing-masing.

B. Kerangka Teori

1. Teori Kemaslahatan

Teori kemaslahatan dalam suatu perceraian dimaksudkan tidak terjadi perceraian

yang sewenang-wenang yang dilakukan oleh suami terhadap istri, adanya jaminan

untuk terpenuhi hak-hak yang dimiliki oleh istri dan anak-anaknya sebagai akibat

Page 48: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

31

dari perceraian.43

Untuk menjamin terwujudnya kemaslahatan dalam suatu

perceraian, maka penguasa negara wajib melindungi pihak yang lemah.

Berkaitan dengan persoalan akibat hukum terhadap mantan suami atau istri, anak,

serta harta, dan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan nomor:

0611/Pdt.G/2015/PA.Pas. tentang cerai talak, nafkah istri dan anak, serta harta

bersama, maka dalam penelitian ini membutuhkan teori kemaslahatan agar suami

tidak berlaku sewenang-wenang terhadap istri dan anak.

2. Teori Penerimaan Autorita Hukum

Teori ini dikemukakan oleh H.A.R Gibb, bahwa setiap hukum menyatakan prang-

orang yang terikat dengan hukum, harus bersedia mengakui otoritasnya dan

mengakui hukum tersebut mengikat, walaupun mereka dibolehkan untuk

melakukan pelanggaran terhadap aturan hukum itu, sehingga setiap orang yang

menerima Islam, maka dia harus menerima aturan hukum Islam di dalam dirinya.

Dikaitkan dengan permasalahan akibat hukum perceraian, setiap muslim memiliki

kewajiban untuk menaati apa yang dilakukan dalam hukum Islam.

3. Teori Kepastian Hukum

Teori kepastian hukum merupakan sesuatu yang dibuat pasti memiliki cita dan

tujuan. Hukum dibuat ada tujuannya yaitu keadilan untuk keseimbangan,

kepastian untuk ketetapan dan kemanfaatan untuk kebahagiaan. Berkaitan dengan

masalah akibat hukum perceraian tehadap istri dan anak, maka penelitian ini

membutuhkan teori kepastian hukum supaya hak-hak istri dan anak dapat

terpenuhi sesuai dengan peraturan yang ada

43

Jamaluddin, Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum tentang Teori Maslahat Dalam Perceraian: Studi

Pasca Berlakunya UU No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, Aceh, Vol. 46 No. II Juli-

Desember 2012, hlm. 479.

Page 49: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

32

J. Kerangka Pikir

Untuk memperjelas dari pembahasan ini, maka penulis membuat kerangka pikir

sebagai berikut:

ISTRI SUAMI

ANALISIS PUTUSAN

NOMOR

0611/Pdt.G/2015/PA.Pas.

PERTENGKARAN/

PERSELISIHAN

CERAI TALAK

AKIBAT HUKUM

1. SUAMI/ISTRI

2. ANAK

3. HARTA

Page 50: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

33

Keterangan:

Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara suami dan istri untuk membentuk

keluarga yang bahagia. Tujuan perkawinan tersebut yaitu membentuk keluarga

yang bahagia apabila tidak terlaksana maka akan menimbulkan suatu

pertengkaran atau perselisihan sehingga mengakibatkan adanya perceraian.

Perceraian adalah putusnya ikatan lahir batin antara pria dan wanita yang sah di

depan pengadilan berdasarkan syarat-syarat yang ditentukan undang-undang.

Perceraian hanya dapat terjadi apabila dilakukan didepan pengadilan, baik itu

karena suami yang telah menjatuhkan cerai, atau karena istri yang menggugat

cerai atau memohonkan hak talak sebab sighat taklik talak. Pada dasarnya Islam

tidak membolehkan adanya perceraian, tetapi jika suatu rumah tangga tidak lagi

harmonis dan apabila jika dilanjutkan akan menimbulkan kemudhorotan antara

suami dan istri maka percerain tersebut diperbolehkan.

Dalam Al-Qur‟an tidak terdapat ayat-ayat yang menyuruh atau melarang

perceraian, dalam Al-Qur‟an hanya terdapat banyak ayat yang mengatur tentang

Thalaq (isinya hanya sekedar mengatur bila thalaq mesti terjadi). Misalnya jika

ingin menthalaq seharusnya sewaktu istri itu berada dalam keadaan yang siap

untuk memasuki masa iddah, seperti dalam Q.S At-Thalaq ayat 1 dan Q.S Al-

Baqarah ayat 32.

Penelitian ini akan mendiskripsikan tentang akibat hukum perceraian terhadap

mantan suami dan istri, anak, dan harta dalam perspektif hukum Islam, serta

bagaimana pertimbangan hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

Page 51: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

III. METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah ilmu tentang cara melakukan penelitian dengan teratur

(sistematis). Metode penelitian hukum artinya ilmu tentang cara melakukan

penelitian hukum dengan teratur (sistematis).44

Sistematis adalah berfikir dan

berbuat yang bersistem, yaitu runtun, berurutan dan tidak tumpang tindih.45

Metodologi penelitian sebagai ilmu selalu berdasarkan fakta empiris yang ada

didalam masyarakat. Fakta empiris tersebut dikerjakan secara metodis, disusun

secara sistematis, dan diuraikan secara logis dan analitis. Fokus penelitian selalu

diarahkan pada penemuan hal-hal baru atau atau pengembangan ilmu yang sudah

ada.

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat penelitian hukum normatif yang disebut juga

dengan penelitian hukum teoritis.46

Penelitan ini dilakukan dengan cara mengkaji

dan menganalisis dari bahan-bahan pustaka yang berupa literatur dan perundang-

undangan dan isi putusan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan

dibahas, dalam hal ini adalah berkaitan dengan akibat hukum perceraian bagi

suami atau istri, anak, dan harta, serta pertimbangan hakim dalam menjatuhkan

44

Abdulkadir Muhammad, Hukum Dan Penelitian Hukum, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti,

2004, hlm. 57. 45

Ibid. hlm. 2 46

Ibid. hlm. 102.

Page 52: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

35

putusan. Penelitian ini akan mengkaji permasalahan dengan melihat kepada

norma, peraturan perundang-undangan dan literarur yang terkait dengan hukum

penelantaran nafkah anak dan perceraian.

B. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Menurut Abdulkadir

Muhammad, penelitian hukum deskriptif bersifat pemaparan dan bertujuan untuk

memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku

ditempat tertentu dan pada saat tertentu yang terjadi dalam masyarakat.47

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara jelas dan rinci dalam

memaparkan akibat hukum perceraian bagi suami atau istri, anak, dan harta, serta

pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan.

C. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan masalah atau melalui tahap-

tahap yang ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian. Pendekatan masalah

yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif yaitu ketentuan

hukum normatif.

D. Data dan Sumber Data

Menurut Soerjono Soekanto, data adalah sekumpulan informasi yang dibutuhkan

dalam pelaksanaan suatu penelitian yang berasal dari berbagai sumber, data terdiri

dari data lapangan dan kepustakaan.48

Data yang diperlukan dalam penelitian

47

Ibid. hlm.53. 48

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta, Grafindo Persada,

2004, hlm. 15.

Page 53: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

36

hukum normatif adalah data sekunder, sumber data sekunder yang digunakan

dalam penelitian ini berupa:

1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum

mengikat seperti peraturan perundang-undangan, isi dari putusan dan

peraturan lain yang berkenaan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian

ini antara lain:

a. Al-Qur‟an

b. Hadits Rasul

c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;

d. Kompilasi Hukum Islam;

e. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak

f. Putusan Nomor: 0611/Pdt.G/2015/PA.Pas. tentang Permohonan Cerai

2. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer berupa literatur-literatur mengenai penelitian

ini, meliputi buku-buku ilmu hukum, hasil karya dari kalangan hukum dan

lainnya.

3. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang melengkapi bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder, seperti hasil penelitian, bulletin, majalah,

artikel-artikel di internet dan bahan-bahan lainnya yang sifatnya seperti karya

ilmiah berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

Page 54: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

37

E. Metode Pengumpulan Data

Berdasarkan pendekatan masalah dan sumber data yang diperlukan, maka

pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi pustaka. Studi

pustaka merupakan studi yang dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder, dan

tersier yang membantu mengembangkan pembahasan konsep terkait akibat hukum

perceraian dan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan dengan cara

membaca, mengutip, mencatat, dan mengidentifikasi data yang sesuai dengan

permasalahan dan mengkolaborasikannya dengan data peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Penelitian ini juga menggunakan metode pengumpulan data dengan cara studi

dokumen. Studi dokumen adalah pengkajian informasi tertulis mengenai hukum

yang tidak dipublikasikan secara umum, tetapi dapat diketahui oleh pihak tertentu,

pengkajian dan analisis informasi tertulis mengenai hukum yang tidak

dipublikasikan secara umum berupa dokumen yang berkaitan dengan pokok

bahasan penelitian ini.

F. Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari studi kepustakaan selanjutnya diolah dengan

menggunakan metode sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Data (Editing)

Pemeriksaan Data (Editing) merupakan data yang diperoleh diperiksa apakah

masih terdapat kekurangan serta apakah data tersebut telah sesuai dengan

permasalahan;

Page 55: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

38

2. Klasifikasi Data (Coding)

Klasifikasi data (Coding) merupakan pemberian tanda pada data yang

diperoleh, baik berupa penomoran ataupun penggunaan tanda, simbol atau

kata tertentu yang menunjukkan golongan, kelompok atau klasifikasi data

menurut jenis dan sumbernya dengan tujuan untuk menyajikan data secara

sempurna, memudahkan rekontruksi dan analisis data;

3. Sistematisasi Data (Systemizing)

Sistematisasi Data (Systemizing) merupakan kegiatan menabulasi atau

menyusun secara sistematis data yang sudah diedit dan diberi tanda dalam

bentuk tabel-tabel yang berisi angka-angka dan persentase apabila data itu

kuantitatif, maupun pengelompokan secara sistematis data yang sudah diedit

dan diberi tanda menurut klasifikasi data dan urutan masalah jika data itu

kualitatif.

G. Analisis Data

Analisis data adalah menguraikan data dalam bentuk kalimat yang tersusun secara

sistematis, jelas dan terperinci yang kemudian diinterpretasikan untuk

memperoleh suatu kesimpulan. penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan

penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode deduktif. Analisis kualitatif

adalah menguraikan data secara bermutu, dalam bentuk kalimat yang tersusun

secara teratur, runtun, logis tidak tumpang tindih dan efektif, sehungga

memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil analisis.49

49

Op. Cit. hlm. 127.

Page 56: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

39

Dalam penelitian ini akan diuraikan ke dalam kalimat-kalimat yang tersusun

secara sistematis, sehingga diperoleh gambaran yang jelas dan pada akhirnya

dapat ditarik kesimpulan dengan menggunakan kesimpulan deduktif. Metode

deduktif adalah cara analisis dari kesimpulan umum atau generalisasi yang

diuraikan menjadi contoh-contoh kongkrit atau fakta-fakta untuk menjelaskan

kesimpulan generalisasi tersebut.

Page 57: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

V. PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa:

1. Akibat hukum perceraian terhadap istri, anak, dan harta diatur dalam Al-

Qur‟an, Hadist, Kompilasi Hukum Islam, dan Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan adalah:

a. Akibat hukum perceraian terhadap istri mengenai nafkah iddah dan

mut‟ah menurut Al-Qur‟an dan Kompilasi Hukum Islam adalah sama

bahwa keduanya menjelaskan secara jelas dan rinci mengenai kewajiban

seorang mantan suami memberikan nafkah iddah dan mut‟ah setelah

terjadinya perceraian. Namun, berbeda dengan apa yang dijelaskan dalam

Undang-Undang Perkawinan, yaitu hanya menyebutkan bahwa

pengadilan mewajibkan suami memberikan biaya penghidupan bagi

mantan istri. Undang-Undang Perkawinan tidak menyebutkan macam-

macam nafkah seperti yang telah disebutkan dalam Al-Qur‟an dan

Kompilasi Hukum Islam.

Page 58: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

90

b. Akibat hukum perceraian terhadap anak menurut Al-Qur‟an, Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, dan Kompilasi

Hukum Islam adalah sama. Namun ada perbedaan antara Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi

Hukum Islam mengenai batas usia anak untuk mendapatkan hak

pengasuhan (hadhanah). Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan batas

usia anak yaitu sebelum 18 tahun, sedangkan dalam Kompilasi Hukum

Islam batas usia anak yaitu belum mumayyiz atau belum berumur 12

tahun. Anak yang belum mumayyiz maka hak pengasuhannya akan jatuh

ketangan ibunya.

c. Akibat hukum perceraian terhadap harta menurut Al-Qur‟an, Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, dan Kompilasi

Hukum Islam adalah sama. Undang-Undang Perkawinan dan Kompilasi

Hukum Islam sama-sama menyebutkan harta terbagi menjadi dua yaitu

harta bersama dan harta bawaan. Namun, dalam Undang-Undang

Perkawinan tidak diatur mengenai pertanggungjawaban menjaga harta

bersama.

2. Putusan Hakim Nomor: 0611/Pdt.G/2015/PA.Pas. tentang Perceraian

a. Cerai Talak

Dasar pertimbangan hakim dalam putusan nomor 0611/Pdt.G/2015/PA.Pas.

dengan menjatuhkan talak satu roj‟i bagi Termohon bahwa telah ditemukan

fakta-fakta yaitu rumah tangga Pemohon dan Termohon terjadi pertengkaran

dan sudah tidak harmonis lagi. Keduanya telah melanggar tujuan dari

Page 59: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

91

perkawinan yaitu membentuk keluarga yang bahagia berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa.

b. Nafkah Istri dan Anak

Putusan nomor 0611/Pdt.G/2015/PA.Pas. mengenai akibat hukum perceraian

terhadap nafkah Istri dan Anak yaitu telah memenuhi syarat sebuah putusan.

Putusan tersebut sesuai dengan dasar pertimbangan hakim yaitu dengan

menjatuhkan putusan mengenai nafkah iddah, mut‟ah, dan nafkah anak yang

harus dibayarkan oleh Tergugat Rekonvensi kepada Penggugat Rekonvensi

dengan landasan hukum yaitu QS. Al-Baqarah ayat 241 dan QS. Al-Ahzab

ayat 49.

c. Hadhanah

Dasar petimbangan hakim pada putusan nomor 0611/Pdt.G/2015/PA.Pas.

dengan menjatuhkan putusan mengenai hadhanah yang jatuh ke tangan

ibunya atau Penggugat Rekonvensi dengan berdasarkan Pasal 105 Kompilasi

Hukum Islam yang menyatakan bahwa pemeliharaan anak yang belum

mumayyiz (belum berumur 12 tahun) adalah berada pada ibunya. Hal tersebut

karena ibunya mempunyai sifat penyabar yang sangat dibutuhkan untuk

anaknya.

d. Harta Bersama

Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan mengenai harta bersama

sudah tepat. Harta bersama yang dimiliki oleh kedua belah pihak masing-

masing berhak mendapatkan seperdua bagian.

Page 60: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

DAFTAR PUSTAKA

A. Al-Qur’an dan Hadist

B. BUKU-BUKU

Abdurrahman, 2004, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: AkademikaPresindo.

Abidin, Imam Ali Zainal, 2004, Pandangan Islam Tentang Hak-hak AsasiManusia (Risalatul Huquq) terj. Arif Mulyadi, Jakarta: Pustaka Intermasa.

Alam, Andi Syamsu dan M. Fauzan, 2008, Hukum Pengangkatan Anak PerspektifIslam, Kencana: Jakarta.

Amiruddin dan Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum,Jakarta: Rajawali Pers.

Hadikusuma, Hilman, 2007, Hukum Perkawinan Indonesia MenurutPerundangan, Hukum Adat, Hukum Agama, Bandung: Mandar Maju.

Hasan, M. Ali, 2006, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam Ed. I Cet. 2,Jakarta: Prenada Media Group

Jamaluddin & Nanda Amalia, 2016, Buku Ajar Hukum Perkawinan,Lhokseumawe: Unimal Press.

Mardani, 2011, Hukum Perkawinan Islam Di Dunia Islam Modern, Jakarta: GrahaIlmu.

Muhammad, Abdulkadir, 2007, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: CitraAditya Bakti.

Ramulyo, Mohd. Idris, 1996, Hukum Perkawinan Islam, Jakarta:Bumi Aksara.

Ria, Wati Rahmi, 2011, Hukum Islam dan Islamologi, Bandar Lampung: CVSinar Sakti.

Ria, Wati Rahmi dan Muhammad Zulfikar, 2015, Ilmu Hukum Islam, BandarLampung: Gunung Pesagi.

Page 61: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

Rodliyah, Nunung, 2011, Manusia dan Agama (Dalam Kerangka dasar AjaranIslam), Bandar Lampung: Gunung Pesagi.

Rofiq, Ahmad, 2013, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Jakarta, Pt. RajaGrafindo Persada.

Soedharyo Soimin, 1995, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: SinarGrafika.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji, 2004, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta:Grafindo Persada.

Sudarsono, 2005, Hukum Perkawinan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta.

Suhendi, Hendi, 2005, Fiqh Muamalah, Jakarta:Rajawali Press.

Sutisna, Aos, Nur Lailatul Musyafa’ah dkk, 2004, Peradilan Agama Di Indoneisa,Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Syarifudddin, Amir, 2007, Hukum dan Perkawinan di Indonesia: Antara FiqhMunakahat dan Undang-Undang Perkawinan, Jakarta:Kencana.

Syaifuddin, Muhammad, Sri Turatmiyah dkk, 2014, Hukum Perceraian, Jakarta:Sinar Grafika,

Tihami dan Sohari Sahrani,2014, Fikih Munakahat (Kajian Fikih Nikah Lengkap),Jakarta: Rajawali Pers.

Yunus, Mahmud, Hukum Perkawinan dalam Islam, dalam buku Dr. MuhammadSyaifuddin dkk, 2014, Hukum Perceraian, Jakarta, Sinar Grafika.

C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

Kompilasi Hukum Islam.

Page 62: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

D. JURNAL, SKRIPSI, DAN TESIS

Az-Zuhaili, Wahbah, Al-Fiqh, dalam skripsi Susi Armi Yenti, Nafkah Anak AkibatCerai Fasakh Perspektis Hukum Islam, Institut Agama Islam NegeriBatusangkar

Elvida Sapitri dalam skripsi tentang Pembagian Peran Antara Suami Isteri danImplikasinya Terhadap Keharmonisan Keluarga.

Huraerah, Abu, 2009, Kekerasan Terhadap Anak, dalam Skripsi: Farhan,Penelantaran Terhadap Anak (perspektif Hukum Islam dan UU No. 23tahun 2002 tentang Perlindungan Anak), Jakarta, Fakultas Syariah danHukum UIN Syarif Hidayatullah.

Haroen, Nasrun, 2015, Fiqh Muamalah, dalam Jurnal Penelitian: Rizal, EksistensiHarta Dalam Islam (Suatu Kajian Analisis Teoritis), Vol. 9, No. 1.

Farhan, 2009, Penelantaran Terhadap Anak (perspektif Hukum Islam dan UU No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak), Jakarta, Fakultas Syariah danHukum UIN Syarif Hidayatullah.

Jamaluddin, 2012, Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum tentang Teori MaslahatDalam Perceraian: Studi Pasca Berlakunya UU No. 1 Tahun 1974 danKompilasi Hukum Islam, Aceh, Vol. 46 No. II.

Mughniyah, 2008, dalam jurnal Subaidi, 2014, Konsep Nafkah Menurut HukumPerkawinan Islam, Vol. 1, No. 2.

Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah VIII, (Bandung: Al-Ma’arif, 1980), dalam skripsi:Jamiliya Susanti, Implementasi Pemenuhan Nafkah Anak Pasca PutusnyaPerkawinan Karena Perceraian Di Pengadilan Agama Sumenep-Madura,Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Sipahutar, Anjani, dkk, 2016, Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap NafkahAnak Pasca Putusan, (USU Law Journal, Vol.4 No.1).

Soemitro, Irma Setyowati, Aspek Hukum Penelantaran Anak, dalam skripsi:Muhammad Syaifullah

Subaidi, 2014, Konsep Nafkah Menurut Hukum Perkawinan Islam, (Jurnal StudiHukum Islam Vol.1 No.2).

Susanti, Jamiliya, Implementasi Pemenuhan Nafkah Anak Pasca PutusnyaPerkawinan Karena Perceraian Di Pengadilan Agama Sumenep-Madura,Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Syamsi, Achmad Badarus,, 2008, Skripsi: Hak dan Kewajiban Istri Dalam RumahTangga, Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga.

Page 63: ANALISIS HUKUM AKIBAT PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF …digilib.unila.ac.id/55154/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · khulu ’, maupun fasakh ... Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

Thalib, M. Hasballah, Hukum Keluarga Dalam Syariat Islam, (Tesis) Nizam,2015, Hukum Keluarga Dalam Syariat Islam, Universitas DiponegoroSemarang.

E. INTERNET

http://bankdata.kpai.go.id/tabulasi-data-perlindungan-anak, (diakses pada harisabtu 30 Juni 2018 pukul 20.06 WIB.)

https://andibooks.wordpress.com/definisi-anak/ (diakses pada tanggal 13september 2018, pukul 10.10 WIB).

https://almanhaj.or.id/2623-jika-suami-tidak-memberi-nafkah.html (diaksestanggal 1 Oktober 2018, Pukul 00.25 WIB).