analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

115
ANALISIS HUBUNGAN KOMUNIKASI PEMASARAN DENGAN KUALITAS DAYA SAING USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) (Studi pada UMKM Mitra Binaan IPB) Oleh: BIO HAFSARI LARASATI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Upload: tranque

Post on 11-Jan-2017

237 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

ANALISIS HUBUNGAN KOMUNIKASI PEMASARAN DENGAN KUALITAS

DAYA SAING USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

(Studi pada UMKM Mitra Binaan IPB)

Oleh:

BIO HAFSARI LARASATI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

ABSTRACT

Micro Small and Medium Enterprises (MSME) are the most relevant topic to be discussed in Indonesia because of their significant contribution to the economic development in this country. Too many benefits can be contributed by MSME, but in the fact, MSME have uncapability to facing market among others due to the weakness of MSME in financial, accessing information, and related to poor promotional action. To winning the competition with the other enterprises, MSME needs a good competitiveness quality. One of the way to reach it, can be done by give an attention to MSME’s marketing communication. This research tells about the characteristic of IPB MSME partnership, marketing communication act, and quality of competitiveness as this result. The method used in this study are quantitative and qualitative data. Quantitative data collected by interviewing peopled with questionnaires. Whereas, qualitative data collected by interviewing the tutor about partnership tutorial act. Marketing communication can be held by match this act with the characteristic of MSME. It can give some benefit to increase the competitiveness quality of MSME.

Keywords: Micro Small and Medium Enterprises, Marketing Communication,

Quality of Competitiveness

Page 3: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

RINGKASAN

BIO HAFSARI LARASATI. Analisis Hubungan Komunikasi Pemasaran dengan Kualitas Daya Saing Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM): Studi pada UMKM Mitra Binaan IPB. (Di bawah bimbingan YATRI INDAH KUSUMASTUTI)

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan jenis usaha yang tumbuh menjamur, bahkan mendominasi sektor perindustrian Indonesia. Pengembangan UMKM di negara berkembang, seperti Indonesia sangat potensial dan sesuai dengan kondisi negara. UMKM mampu menyediakan lapangan pekerjaan, khususnya bagi tenaga kerja berpendidikan rendah yang banyak terdapat di Indonesia. UMKM juga menyediakan berbagai kebutuhan yang dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat dan mendukung kedaulatan konsumen.

Banyak kontribusi yang dapat diberikan UMKM, terutama bagi sektor sosial dan ekonomi, namun kontribusi ini belum terealisasi secara optimal. Dalam menjalankan usahanya, UMKM mengalami berbagai kendala, terutama dalam hal pendanaan, pemasaran, dan akses informasi. Sementara itu, pada era globalisasi, UMKM juga harus menghadapi persaingan dengan usaha sejenis lainnya, juga dengan usaha besar, baik dari dalam maupun luar negeri. Untuk itu, UMKM dituntut untuk memiliki daya saing usaha yang baik, agar mampu bertahan dan berkontribusi secara optimal bagi masyarakat. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk memperoleh posisi tawar yang baik dalam usaha adalah dengan memberikan perhatian pada bidang komunikasi pemasaran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan komunikasi pemasaran UMKM, karakteristik usaha yang mempengaruhi pelaksanaan komunikasi pemasaran, serta kontribusinya pada kualitas daya saing usaha. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh UMKM mitra binaan IPB yang tergabung dalam lembaga UPP-UKM dan CDA melalui Program Mahasiswa Wirausaha. Populasi dalam penelitian ini adalah UMKM mitra binaan IPB yang memiliki tingkat heterogenitas berdasarkan jenis bidang usaha. Penetapan sampel dilakukan dengan metode penarikan sampel purposive yang dilakukan berdasarkan berbagai pertimbangan.

Penelitian ini menggunakan metode survai dengan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan kualitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan metode wawancara mendalam kepada pihak pengelola lembaga pembina UMKM. Sementara, pendekatan kuantitatif dilakukan dengan instrumen penelitian berupa kuisioner yang diisi dengan melakukan wawancara kepada responden. Kuisioner yang digunakan terdiri dari kumpulan pertanyaan mengenai variabel penelitian

Page 4: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

yang akan diukur dengan menggunakan skala berdasarkan rataan skor. Keseluruhan variabel yang diukur secara kuantitatif dalam penelitian ini merupakan variabel berskala ordinal. Data yang dikumpulkan selanjutnya diolah secara statistik deskriptif melalui Uji Korelasi Spearman dengan mengunakan software SPSS for Windows Versi 13.0 dan Microsoft Exel 2007.

Hasil uji penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan komunikasi pemasaran UMKM belum dilaksanakan secara optimal. Beberapa karakteristik UMKM yang memiliki hubungan positif dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran, diantaranya adalah jenis bidang usaha, tingkat pendidikan pelaku usaha, dan skala usaha. Jenis bidang usaha berhubungan dengan pemilihan jenis bauran promosi yang digunakan. Secara umum, bauran promosi yang banyak digunakan UMKM mitra binaan IPB adalah jenis periklanan dan penjualan personal. Di samping itu, jenis komunikasi pemasaran yang menjadi andalan bagi UMKM mitra binaan IPB adalah jenis word of mouth.

Tingkat pendidikan pelaku usaha memiliki korelasi positif dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran. Semakin tinggi pendidikan formal pelaku usaha, pelaksanaan komunikasi pemasaran semakin baik. Hubungan positif ini juga berlaku antara skala usaha dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran, meskipun korelasinya tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan karakteristik pendidikan sebelumnya. Pelaksanaan komunikasi pemasaran berhubungan positif dengan kualitas daya saing usaha. Beberapa ukuran yang digunakan adalah tingkat produktivitas, tingkat profit, serta luas cakupan pasar UMKM. Keseluruhan variabel ini memiliki korelasi positif dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran. Artinya, semakin baik pelaksanaan komunikasi pemasaran, maka kualitas daya saing UMKM pun semakin baik.

Page 5: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

ANALISIS HUBUNGAN KOMUNIKASI PEMASARAN DENGAN KUALITAS

DAYA SAING USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

(Studi pada UMKM Mitra Binaan IPB)

Oleh:

BIO HAFSARI LARASATI

I34070007

SKRIPSI

Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Fakultas Ekologi Manusia

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 6: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini kami menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh:

Nama : Bio Hafsari Larasati

NRP : I34070007

Judul : Analisis hubungan Komunikasi Pemasaran dengan Kualitas Daya Saing

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM): Studi pada UMKM Mitra

Binaan IPB

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi

dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Ir. Yatri Indah Kusumastuti, M.Si.

NIP. 19660714 199103 2 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS

NIP. 19550630 198103 1 003

Tanggal Pengesahan :

Page 7: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“ANALISIS HUBUNGAN KOMUNIKASI PEMASARAN DENGAN

KUALITAS DAYA SAING USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

(UMKM): STUDI PADA UMKM MITRA BINAAN IPB” BELUM PER NAH

DIAJUKAN DAN DITULIS PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU

LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR

AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI

INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK

MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU

DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN

RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH TULISAN INI.

Bogor, Februari 2011

Bio Hafsari Larasati I34070007

Page 8: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

RIWAYAT HIDUP

Bio Hafsari Larasati atau yang biasa dipanggil Biola (penulis) lahir di Bogor pada tanggal 22 Maret 1989. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara yang lahir dari pasangan Bapak Ir. H. Zulian Hanafi, MM dan Ibu (Alm) Ir. Lestari Sempurna Putri. Pendidikan formal ditempuh penulis di TK Pertiwi Teladan Metro pada tahun 1993-1995, SD Adhyaksa I Jambi pada tahun 1995-2001, SLTP Negeri I Metro pada tahun 2001-2004, dan SMA Negeri I Metro Lampung pada tahun 2004-2007. Setelah lulus SMA, penulis menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) angkatan 44 dan diterima di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Mayarakat, Fakutas Ekologi Manusia. Penulis menyelesaikan masa studi dalam waktu tujuh semester dan menjadi lulusan pertama Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat angkatan 44 melalui program akselerasi, sekaligus menjadi lulusan pertama Institut Pertanian Bogor angkatan 44.

Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti kursus Bahasa Inggris dan Bahasa Mandarin, berbagai pelatihan, seminar, dan magang yang mendukung kegiatan akademik dan pengembangan softskill. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti kegiatan non-akademik, seperti BEM FEMA, UKM Kewirausahaan Century, dan Organisasi Mahasiswa Kemala. Dalam organisasi, penulis pernah memegang jabatan sebagai Sekretaris Dept. PBOS BEM FEMA tahun 2008-2009 dan Bendahara Divisi IT UKM Century 2008-2009. Penulis juga dipercaya untuk terlibat dalam berbagai kepanitiaan, diantaranya sebagai ketua 2nd Creso, Sekretaris Duta FEMA, Bendahara MPF FEMA 2009, koordinator acara Try Out IPB Kemala, dan berbagai kepanitiaan lainnya. Pengalaman bekerja pernah penulis tempuh sebagai Staff Humas PT Aneka Tambang Tbk UBPE Pongkor melalui program magang dan Staff Comdev PT Aneka Tambang Tbk UBPE Pongkor selama mengikuti kegiatan KKP. Sebagai bentuk pengabdian terhadap bidang pendidikan, penulis menjalankan amanah menjadi Asisten Dosen Mata Kuliah Sosiologi Umum (2009-2010) dan Asisten Dosen Mata Kuliah Pengantar Ilmu Kependudukan (2010).

Page 9: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, petunjuk, dan nikmat-Nya dalam mengerjakan skripsi ini,

sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi yang berjudul “Analisis

Hubungan Komunikasi Pemasaran dengan Kualitas Daya Saing Usaha Mikro

Kecil dan Menengah (UMKM): Studi pada UMKM Mitra Binaan IPB” ini

diharapkan mampu memberikan pengetahuan mengenai komunikasi pemasaran

UMKM dan peranannya dalam upaya mendukung pengembangan UMKM.

Penulisan skripsi ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat, khususnya bagi pengembangan UMKM dan dalam upaya

peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Bogor, Februari 2011

Bio Hafsari Larasati I34070007

Page 10: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, yaitu:

1. Ibu Ir. Yatri Indah Kusumastuti, M.Si., selaku dosen pembimbing studi pustaka dan skripsi yang selalu sabar memberikan bimbingan, waktu, tenaga, dan pikiran demi kesempurnaan skripsi ini.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. Aida V.S. Hubeis selaku penguji utama dan Bapak Sofyan Sjaf, MSi selaku penguji perwakilan Departemen SKPM yang telah memberi masukan dan saran yang baik demi kesempurnaan skripsi ini.

3. Bapak Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS., selaku pembimbing akademik selama penulis menjadi mahasiswa Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat.

4. Bapak Martua Sihaloho, M.Si., selaku dosen penguji petik yang telah membimbing dan menjadi korektor yang baik dan teliti.

5. Mba Icha dan Mba Maria yang selalu memberikan pelayanan yang luar biasa dan menjadikan sekret SKPM sebagai secretariat departemen terbaik se-IPB raya.

6. Ibunda tercinta, (Alm) Lestari Sempurna Putri di surga, atas perjuangan bunda dan kasih sayang tulus yang tak lekang oleh waktu.

7. Ayahanda terkasih, Ir. H. Zulian Hanafi, MM., atas lantunan doa yang tak pernah putus, tetesan keringat dan perjuangan ayahanda demi mencukupkan kebutuhan penulis.

8. Mama Ermy Susida, dan adik-adik kebanggaanku Nia Kurniati, Abi Rachmanda, dan Igo Muhammad Alvanzo, serta Keluarga Besar Swara Sempurna atas doa, semangat, motivasi, dan kasih sayang yang tercurah.

9. Keluarga Besar Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat angkatan 43, 44, dan 45 atas kebersamaan, persahabatan dan cinta yang mewarnai hari-hari penulis.

10. Rizqi Humaira, Frisca Johar, Fauziah Rosy, Ahmad Aulia Arsyad, Turasih, Rahmawati, Asri Sulistyawati, Laras Sirly, Dimitra Liani, Novia Putri S., Hardianti D.P, Isma Rosyida, Geidy Tiara, Haidar, Hendra Purwana, Wira Adiguna, Bang Iqbal, dan seluruh sahabat penulis yang setia dan selalu ada dalam suka dan duka.

11. Ayu my roomate, Dinda, Lingga, Milky, Mba Nina, Ka Etha dan all of salsa girls atas perhatian dan semua keceriaan.

12. Seluruh teman-teman seperjuangan akselerasi, Maya Samiya, Navalinesia, Astri Lestari, Syifa Maharani, Dina Nurdinawati, Dewi Agustina, dan kawan-kawan atas semangat dan kebersamaan dalam menjalankan aktivitas akselerasi.

13. Keluarga Kuliah Kerja Profesi A1, Dewi Silvialestari, Laila Sakina, Atis, Dida, dan Gilang atas perhatian, kerjasama, dan kebersamaan.

14. Teman sepermainan, Ihsan, Iyut, Lili, Riri, Andri, Roby, Nisa, Ory, dan Hapsa atas keceriaan dan kebersamaan yang tercipta.

15. Teman-teman BEM FEMA Kabinet Heroik dan UKM Century atas kerjasama, pengalaman, dan ilmu yang bermanfaat.

16. Semua pihak yang telah memberikan dorongan, doa, semangat, bantuan dan kerjasama selama pengerjaan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.

Bogor, Februari 2011

Penulis

Page 11: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

DAFTAR ISI Halaman

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2 Masalah Penelitian ............................................................................................ 3

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 4

1.4 Kegunaan Penelitian ......................................................................................... 4

BAB II PENDEKATAN TEORITIS ............................................................................. 5

2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................................... 5

2.1.1 Definisi UMKM ........................................................................................ 5

2.1.2 Karakteristik UMKM ................................................................................ 6

2.1.3 Peran dan Kontribusi UMKM ................................................................... 8

2.1.3.1 Peranan UMKM dalam Bidang Sosial ............................................. 8

2.1.3.2 Peranan UMKM dalam Bidang Ekonomi ........................................ 9

2.1.3.3 Peranan UMKM dalam Bidang Politik .......................................... 10

2.1.4 Kondisi UMKM dan Perkembangannya ................................................. 11

2.1.4.1 Modal Kerja UMKM ..................................................................... 11

2.1.4.2 Akses Pasar dan Informasi ............................................................. 12

2.1.4.3 Kondisi Pemasaran UMKM ........................................................... 13

2.1.5 Definisi Komunikasi Pemasaran ............................................................. 15

2.1.6 Proses Komunikasi Pemasaran ................................................................ 15

2.1.7 Bauran Promosi ....................................................................................... 17

2.1.7.1 Periklanan (Advertising) ............................................................... 17

2.1.7.2 Promosi Penjualan (Sales Promotion) .......................................... 18

2.1.7.3 Hubungan Masyarakat (Public Relations) .................................... 18

2.1.7.4 Penjualan Personal (Personal Selling) .......................................... 19

2.1.7.5 Pemasaran Langsung (Direct Marketing) ..................................... 20

2.1.7.6 Word of mouth .............................................................................. 21

2.1.8 Manfaat Komunikasi Pemasaran ............................................................ 21

2.1.9 Efek Komunikasi Pemasaran .................................................................. 22

2.1.10 Daya Saing UMKM................................................................................ 23

2.2 Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 26

2.3 Hipotesis Penelitian ........................................................................................ 27

2.4 Definisi Operasional ....................................................................................... 28

2.4.1 Karakteristik UMKM .............................................................................. 28

2.4.2 Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran ...................................................... 29

2.4.3 Kualitas Daya Saing UMKM .................................................................. 31

Page 12: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

xii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................... 33

3.1 Metode Penelitian ........................................................................................... 33

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................... 33

3.3 Teknik Pengambilan Sampel .......................................................................... 34

3.4 Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 37

3.5 Teknik Analisis Data ....................................................................................... 37

BAB IV GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMBINA UMKM ........ ........................ 39

4.1 Latar Belakang ............................................................................................... 39

4.1.1 Unit Pelayanan Pendampingan Usaha Kecil Menengah (UPP-UKM) .... 40

4.1.2 Career Development and Alumni Affairs (CDA) .................................... 42

4.2 Keanggotaan ................................................................................................... 43

4.2.1 UPP-UKM ............................................................................................... 43

4.2.2 Program Mahasiswa Wirausaha CDA ..................................................... 43

4.3 Kegiatan Pembinaan UMKM ......................................................................... 44

4.3.1 UPP-UKM ............................................................................................... 44

4.3.2 Program Mahasiswa Wirausaha CDA ..................................................... 46

BAB V GAMBARAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) MITRA BINAAN IPB ................................................................... 48

5.1 Latar Belakang Pendirian Usaha ..................................................................... 48

5.2 Karakteristik Pelaku Usaha ............................................................................. 49

5.3 Hambatan Pengembangan Usaha .................................................................... 51

BAB VI PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH ........................................................................................ 53

6.1 Bauran Komunikasi Pemasaran UMKM ........................................................ 53

6.1.1 Periklanan ................................................................................................ 55

6.1.2 Promosi Penjualan ................................................................................... 56

6.1.3 Hubungan Masyarakat ............................................................................. 59

6.1.4 Penjualan Personal .................................................................................. 60

6.1.5 Pemasaran Langsung ............................................................................... 63

6.1.6 Word of mouth ......................................................................................... 64

6.2 Biaya Pelaksanaan .......................................................................................... 66

6.3 Frekuensi Pelaksanaan .................................................................................... 68

BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMKM DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN ....................................... 71

7.1 Ragam Bidang Usaha ...................................................................................... 71

7.1.1 Pangan ..................................................................................................... 72

7.1.2 Jasa .......................................................................................................... 73

7.1.3 Pertanian .................................................................................................. 75

7.1.4 Kerajinan ................................................................................................. 78

7.2 Hubungan Tingkat Pendidikan Pelaku Usaha dengan Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran ....................................................................................................... 79

7.3 Hubungan Skala Usaha dengan Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran ........... 81

Page 13: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

xiii

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KOMUNIKASI PEMASARAN DENGAN KUALITAS DAYA SAING UMKM ............................................................. 83

8.1 Tingkat Produktifitas UMKM ......................................................................... 83

8.2 Tingkat Profit .................................................................................................. 85

8.3 Luas Cakupan Pasar UMKM ............................................................................ 86

BAB IX PENUTUP ...................................................................................................... 88

9.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 88

9.2 Saran ............................................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 90

LAMPIRAN ...................................................................................................................... 92

Page 14: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

DAFTAR TABEL

Nomor Naskah Halaman

Tabel 1. Tabel Perbedaan Skala UMKM berdasarkan Aset dan Nilai Penjualan…... 29

Tabel 2. Ukuran Sampel Penelitian…………………………………………………... 36

Tabel 3. Penggunaan Bauran Komunikasi Pemasaran Berdasarkan Jenis Bidang Usaha ………………………………………………………………………. 72

Page 15: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

DAFTAR GAMBAR

Nomor Naskah Halaman

Gambar 1. Proses Komunikasi Pemasaran………………………………………… 16

Gambar 2. Tujuan Komunikasi, Respon Khalayak, dan Proses Pembelian…….... 23

Gambar 3. Kerangka Pemikiran…………………………………………………… 26

Gambar 4. Latar Belakang Pendirian UMKM……………………………………... 49

Gambar 5. Hubungan Tenaga Kerja dengan Pemilik UMKM…………………….. 50

Gambar 6. Hambatan dalam Pengembangan Usaha……………………………….. 51

Gambar 7. Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran UMKM………………………... 53

Gambar 8. Penggunaan Bauran Komunikasi Pemasaran UMKM…………………. 54

Gambar 9 . Persentase Penggunaan Bauran Periklanan……………………………. 55

Gambar 10. Persentase Penggunaan Bauran Promosi Penjualan…………………… 58

Gambar 11. Persentase Penggunaan Bauran Hubungan Masyarakat……………….. 59

Gambar 12. Persentase Penggunaan Bauran Penjualan Personal…………………… 62

Gambar 13. Persentase Penggunaan Bauran Pemasaran Langsung………………… 63

Gambar 14. Anggaran Biaya Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran………………… 66

Gambar 15. Frekuensi Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran……………………….. 68

Gambar 16. Penggunaan Bauran Promosi pada Bidang Usaha Pangan…………….. 72

Gambar 17. Penggunaan Bauran Promosi pada Bidang Usaha Jasa………………... 74

Gambar 18. Penggunaan Bauran Promosi pada Bidang Usaha Pertanian………....... 76

Gambar 19. Penggunaan Bauran Promosi pada Bidang Usaha Kerajinan…….......... 78

Page 16: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak masa Orde Baru, Indonesia menempatkan pembangunan ekonomi

sebagai indikator keberhasilan pembangunan. Berkenaan dengan hal tersebut,

dunia usaha selama setengah abad terakhir telah menjelma menjadi institusi paling

berkuasa di atas planet ini. Berbagai jenis usaha tumbuh dan berkembang di

Indonesia. Salah satu unit usaha yang menjamur, sekaligus mendominasi sektor

industri Indonesia adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Hampir

90 persen dari total usaha yang ada di dunia merupakan kontribusi dari UKM

(Lin, 1998 seperti dikutip oleh Rahmana 2009).

Menurut Urata (2000, seperti dikutip oleh Sulistyastuti, 2004) yang telah

mengamati perkembangan UMKM di Indonesia, UMKM memainkan beberapa

peran penting di Indonesia, diantaranya adalah: (1) Pemain utama dalam kegiatan

ekonomi di Indonesia, (2) Penyedia kesempatan kerja, (3) Pemain penting dalam

pengembangan ekonomi lokal dan pengembangan masyarakat, (4) Pencipta pasar

dan inovasi melalui fleksibilitas dan sensitivitasnya serta keterkaitan dinamis antar

kegiatan perusahaan, (5) Memberikan kontribusi terhadap peningkatan ekspor non

migas. Sementara itu, Tambunan (2001, seperti dikutip oleh Sulistyastuti, 2004)

menyebutkan bahwa UKM juga mampu mereduksi ketimpangan pendapatan

(reducing income inequality) terutama di negara-negara berkembang. Peranan

yang sangat signifikan dalam pencapaian kesempatan kerja dan berbagai nilai

tambah yang telah diungkapkan di atas membuktikan bahwa UMKM mampu

memberikan manfaat yang sangat besar dalam berbagai bidang kehidupan.

Page 17: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

2

UMKM memiliki peranan yang cukup berarti dalam perkembangan

perekomomian nasional, namun sektor ini masih memiliki kendala, seperti

keterbatasan modal dan pendanaan, keterbatasan akses pasar dan informasi, dan

masalah pemasaran. Hal ini tentu mengakibatkan UMKM tidak dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal. Menanggapi hal tersebut, Institut Pertanian Bogor

(IPB) sebagai salah satu perguruan tinggi menjalankan program kemitraan

pembinaan UMKM yang merupakan wujud tugas dan fungsi Tridharma

Perguruan Tinggi.

Program kemitraan UMKM dilaksanakan oleh beberapa lembaga,

diantaranya adalah Unit Pelayanan dan Pendampingan UKM (UPP-UKM) dan

Career Development And Alumni Affairs (CDA) IPB melalui Program Mahasiswa

Wirausaha. UMKM mitra binaan IPB bergerak dalam beberapa jenis bidang

usaha, diantaranya adalah UMKM pangan, jasa, pertanian, dan kerajinan. Saat ini

tercatat 166 unit UMKM yang tergabung dalam program mitra binaan UPP-UKM

LPPM IPB dan 83 UMKM yang tergabung dalam program CDA. Program

pembinaan terhadap UMKM binaan IPB ini dirasa penting sebagai upaya

pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang berjiwa wirausaha.

Berbagai upaya pembinaan dan pemberdayaan UMKM diarahkan pada

peningkatan kapasitas sumberdaya manusia pelaku usaha dan pemanfaatan

potensi yang dimiliki. Upaya ini dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan,

diantaranya adalah pelatihan pembuatan pembukuan dan arus kas, pembinaan

kegiatan pemasaran, dan penyelenggaraan pertemuan untuk memperluas jaringan.

Kegiatan pengembangan dan pemberdayaan yang dimaksud dapat

dilakukan dengan meningkatkan daya saing UMKM. Salah satu upaya yang dapat

Page 18: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

3

dilakukan adalah dengan meningkatan kualitas komunikasi pemasaran. Mengingat

ketatnya persaingan usaha di era global, komunikasi pemasaran memainkan

peranan penting dalam pengembangan UMKM. Dalam upaya menjalankan

usahanya, UMKM tidak hanya mengalami persaingan dengan berbagai UMKM

lain yang tumbuh dan berkembang, melainkan juga bersaing dengan usaha-usaha

besar, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

UMKM dituntut untuk memiliki daya saing yang tinggi agar dapat

bertahan dan bersaing dengan jenis usaha lainnya. Untuk mencapai keinginan

tersebut, maka komunikasi pemasaran menjadi kegiatan operasional yang wajib

dilaksanakan. Namun pelaksanaan kegiatan ini akan menghabiskan biaya yang

tidak sedikit. Oleh karena itu, pelaksanaan komunikasi pemasaran yang efektif

dan efisien merupakan suatu keputusan yang harus dipertimbangkan dan

direncanakan dengan matang. Realita ini menarik minat penulis untuk melakukan

penelitian mengenai berbagai upaya komunikasi pemasaran yang dilakukan

UMKM, serta hubungannya dengan kualitas daya saing usaha.

1.2 Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang uraian latar belakang di atas, disusunlah

beberapa masalah penelitian, sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan komunikasi pemasaran UMKM mitra

binaan IPB?

2. Bagaimanakah hubungan karakteristik UMKM mitra binaan IPB

dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran?

3. Bagaimanakah hubungan pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan

kualitas daya saing UMKM mitra binaan IPB?

Page 19: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

4

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan, maka ditetapkan beberapa

tujuan penelitian, sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi pelaksanaan komunikasi pemasaran UMKM mitra

binaan IPB

2. Menganalisis hubungan karakteristik UMKM dengan pelaksanaan

komunikasi pemasaran

3. Menganalisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

saing UMKM

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai

karakteristik UMKM, pelaksanaan komunikasi pemasaran, dan pengaruhnya

dengan kualitas daya saing UMKM. Oleh karena itu, hasil penelitian ini

diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, diantaranya:

1. Bagi pelaku UMKM, penelitian ini diharapkan mampu menambah

pengetahuan mengenai pelaksanaan komunikasi pemasaran yang

dilakukan sebagai upaya peningkatan daya saing UMKM.

2. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan

khasanah pengetahuan, khususnya dalam bidang komunikasi bisnis

mengenai komunikasi pemasaran.

3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan

mengenai kesesuaian kondisi lapangan dengan teori yang ada mengenai

karakteristik UMKM, pelaksanaan komunikasi pemasaran, serta

hubungannya terhadap daya saing UMKM.

Page 20: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Definisi UMKM Terdapat beberapa lembaga atau instansi yang memberikan definisi

mengenai usaha mikro kecil menengah (UMKM). Sesuai dengan Undang-Undang

No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, UMKM

didefinisikan sebagai berikut:

‘Pasal 6 (1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

(2) Usaha Kecil adalah sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar rupiah).

(3) Usaha Menengah adalah sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah)’.1

Sementara itu, Rahmana (2009) mengungkapkan batasan pengertian

UMKM yang ditetapkan oleh BPS berdasarkan jumlah tenaga kerja, untuk usaha

1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008

(http://www.smecda.com/Files/infosmecda/uu_permen/UU_2008_20_TENTANG_USAHA_MIKRO_KECIL_DAN_MENENGAH.pdf) diunduh tanggal 30 April 2010 jam 22.00 WIB.

Page 21: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

6

kecil berjumlah lima sampai dengan sembilan belas orang, sementara usaha

menengah berkisar antara dua puluh sampai dengan sembilan puluh sembilan

tenaga kerja. Batasan pengertian UMKM diatas sesuai dengan defiinisi UMKM

yang diberlakukan bagi Asian Development Bank (ADB) yang dikutip oleh Eva

(2007).

2.1.2 Karakteristik UMKM

UMKM memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan jenis

usaha besar, termasuk karakteristik yang membedakan usaha mikro, usaha kecil,

dan usaha menengah sendiri. Berdasarkan data BPS (2006) yang dikutip oleh

Tambunan (2009) dalam buku UMKM di Indonesia, diketahui bahwa dari segi

tenaga kerja, lebih dari sepertiga (sekitar 34,5 persen) UMKM dikelola oleh

tenaga kerja berusia di atas 45 tahun, dan hanya sekitar 5,2 persen pengusaha

UMKM yang berumur di bawah 25 tahun.

Tambunan (2000) seperti dikutip oleh Sulistyastuti (2004)

mengungkapkan bahwa tenaga kerja yang diperlukan oleh industri kecil tidak

menuntut pendidikan formal yang tinggi. Sebagian besar tenaga kerja yang

diperlukan oleh industri ini didasarkan atas pengalaman (learning by doing) yang

terkait dengan faktor historis (path dependence). Tulisan lanjutan Tambunan

(2009) mengenai UMKM mengungkapkan bahwa struktur pengusaha menurut

tingkat pendidikan formal memberi kesan adanya hubungan positif antara tingkat

pendidikan rata-rata pengusaha dengan skala usaha. Artinya, semakin besar skala

usaha, yang umumnya berasosiasi positif dengan tingkat kompleksitas usaha yang

memerlukan keterampilan tinggi dan wawasan bisnis yang lebih luas, semakin

banyak pengusaha dengan pendidikan formal tersier.

Page 22: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

7

Mengacu pada data BPS (2006) yang dikutip Tambunan (2009) diketahui

bahwa sebagian besar pengusaha UMKM mengungkapkan alasan kegiatan usaha

yang mereka lakukan adalah latar belakang ekonomi. Artinya usaha ini dilakukan

sebagai upaya untuk memperoleh perbaikan penghasilan dan atau merupakan

startegi untuk bertahan hidup. Hal ini didukung dengan kondisi tingkat pendidikan

pengusaha yang mayoritas tergolong rendah. Usaha ini dilakukan dengan alasan

tidak ada lagi jenis pekerjaan lain yang dapat dilakukan dengan tingkat pendidikan

formal yang tergolong rendah. Beberapa pengusaha juga menjalankan usaha

dengan mempertimbangkan prospek usaha ke depan, seperti adanya peluang dan

pangsa pasar yang aman dan besar. Namun, sebagian lainnya mengungkapkan

latar belakang keturunan, artinya meneruskan usaha warisan keluarga.

Data BPS (2006) yang dikutip oleh Tambunan (2009) juga menunjukkan

bahwa Indonesia memiliki banyak UMKM, namun tidak seluruh UMKM ini

berbadan hukum. Justru sebagian besar UMKM yang ada, yakni sekitar 95,1

persen dari jumlah unit usaha tidak berbadan hukum. Hal ini dapat diterima

dengan alasan kebanyakan UMKM memiliki modal yang sangat minim dan

terbentur berbagai birokrasi dan persyaratan yang rumit dan kompleks untuk

mendapatkan pelayanan dalam pengembangan usahanya.

Menurut Sulistyastuti (2004), yang juga menjadi karakteristik UMKM

adalah pemakaian bahan baku lokal. Keberadaan UMKM seringkali terkait

dengan tingginya intensitas pemakaian bahan baku lokal, misalnya UMKM

kerajinan meubel ukiran khas Jepara, batik asal Pekalongan dan berbagai

komoditas lokal unggulan lain yang dijadikan bahan baku dalam usaha.

Page 23: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

8

2.1.3 Peran dan Kontribusi UMKM

Dewasa ini, UMKM diberi perhatian yang cukup besar dalam

perkembangannya di berbagai belahan dunia. Ini merupakan hal yang wajar,

mengingat pentingnya peranan UMKM baik dalam bidang sosial, ekonomi,

hingga bidang politik.

2.1.3.1 Peranan UMKM dalam Bidang Sosial

Menurut Clapham (1991), tujuan sosial dari UMKM sekurang-kurangnya

untuk mencapai tingkat kesejahteraan minimum, yaitu menjamin kebutuhan dasar

rakyat. Sadoko (1995) juga menegaskan bahwa peranan usaha kecil tidak hanya

menyediakan barang-barang dan jasa bagi konsumen yang berdaya beli rendah,

tetapi juga bagi konsumen perkotaan lain yang berdaya beli lebih tinggi. Selain

itu, usaha kecil juga menyediakan bahan baku atau jasa bagi usaha menengah dan

besar, termasuk pemerintah lokal.

Peranan UMKM untuk kepentingan konsumen berpendapatan rendah

penting untuk menjamin persediaan barang bermutu sederhana pada harga yang

terjangkau. Dapat dikatakan bahwa perusahaan kecil memberikan sumbangan

yang sangat penting dalam bentuk turut menurunkan biaya hidup bagi kelompok-

kelompok masyarakat berpendapatan rendah. Oleh karena itu, Clapham (1991)

menyebutkan bahwa UMKM mampu memberikan sumbangan yang besar dari

segi kedaulatan konsumen.

Selain berperan dalam kedaulatan konsumen, UMKM memiliki peranan

yang sangat berarti dalam hal penciptaan lapangan kerja. Clapham (1991)

menyebutkan bahwa lebih dari 75 persen lapangan kerja di luar sektor pertanian di

negara sedang berkembang diciptakan oleh perusahaan kecil dan menengah di

Page 24: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

9

sektor industri pengolahan, perdagangan, dan selebihnya di sektor jasa.

Mendukung pernyataan tersebut, Lin dikutip oleh Rahmana (2009) juga

menyatakan bahwa hampir 90 persen dari total usaha yang ada di dunia

merupakan kontribusi dari UKM. Kontribusi UKM terhadap penyerapan tenaga

kerja, baik di negara maju maupun negara berkembang, termasuk Indonesia,

mempunyai peranan yang signifikan dalam penanggulangan masalah

pengangguran.

Melihat peranan UKM yang sangat signifikan dalam penciptaan

kesempatan kerja dan nilai tambah, Sulistyastuti (2004) berpendapat bahwa UKM

mampu memberikan manfaat sosial yaitu mereduksi ketimpangan pendapatan,

terutama di negara-negara berkembang. Oleh karena itu, tak heran jika Clapham

(1991) juga berpendapat bahwa sektor perusahaan kecil dan menengah dipandang

lembaga yang cocok untuk menghilangkan dualisme ekonomi dan sosial.

2.1.3.2 Peranan UMKM dalam Bidang Ekonomi

UMKM dituntut untuk dapat memanfaatkan sumber daya nasional

menurut prinsip-prinsip ekonomi, termasuk pemanfaatan tenaga kerja untuk

mencapai pertumbuhan ekonomi yang maksimum dan sesuai dengan kepentingan

rakyat (Clapham, 1991). Indoconsult dikutip Sadoko (1995) juga mengungkapkan

bahwa usaha kecil memberikan kontribusi yang tinggi (sekitar 55 persen) terhadap

pertumbuhan ekonomi Indonesia di sektor-sektor perdagangan, transportasi, dan

industri. Sektor ini juga mempunyai peranan cukup penting dalam penghasilan

devisa negara melalui usaha pakaian jadi (garments), barang-barang kerajinan

termasuk meubel dan pelayanan bagi turis.

Page 25: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

10

Rahmana (2009) menegaskan kembali bahwa UKM di Indonesia telah

menunjukkan perannya dalam penciptaan atau pertumbuhan kesempatan kerja dan

sebagai salah satu sumber penting bagi pertumbuhan Produk Domestik Bruto

(PDB). Kementrian Negara Koperasi dan UKM (2007) menyatakan bahwa pada

tahun 2006 kontribusi UKM dalam penciptaan nilai tambah nasional sebesar Rp

1.778,75 triliun atau sebesar 53,3 persen dari PDB nasional dengan laju

pertumbuhan PDB tahun 2005-2006 adalah sebesar 5,40 persen.

Menurut Utari (2002) seperti dikutip oleh Sulistyastuti (2004), UMKM

turut memberikan kontribusi terhadap peningkatan ekspor non migas. Selama

periode 1990-1995, UKM menyumbangkan rata-rata 40 persen dari total ekspor.

Sadoko (1995) juga mengungkapkan bahwa dalam hal perolehan devisa, industri

kecil menyumbang sekitar 15 persen dari seluruh nilai ekspor industri yang ada.

2.1.3.3 Peranan UMKM dalam Bidang Politik

Tujuan pembangunan masyarakat di berbagai Negara Asia Selatan dan

Asia Tenggara - seperti juga halnya di Indonesia dan di Malaysia - ditentukan

oleh keputusan politik yang mendasar untuk mewujudkan sistem demokrasi

permusyawaratan rakyat dengan ekonomi campuran berdasar persaingan bebas.

Pengusaha kecil dan menengah dapat membantu pembangunan dalam arti ini,

karena tindakan dan kegiatan mereka yang bebas dan otonom (Clapham, 1991).

Sulistyastuti (2004) menyebutkan, sejalan dengan era desentraslisasi dan

pengembangan ekonomi regional, peranan dan posisi UMKM menjadi sangat

relevan bagi keberhasilan implementasi kebijakan desentralisasi. Dengan

diberlakukannya otonomi daerah, UMKM berpotensi menciptakan iklim

persaingan di daerah. Era Otonomi Daerah memberikan implikasi untuk

Page 26: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

11

merencanakan sendiri pembangunan daerahnya dengan dukungan sumberdaya

lokal.

Keberhasilan dalam menetapkan keputusan dalam usaha relevan dengan

sifat fleksibilitas UMKM yang tinggi. Berdasarkan pengalaman, diketahui bahwa

UMKM mampu mempertahankan usahanya ketika krisis ekonomi melanda.

Sementara, lebih dari 80 persen usaha besar mengalami kebangkrutan (Halwani

dikutip oleh Amidi, 2008). Sepakat dengan pernyataan ini, Sadoko (1995)

mengungkapkan bahwa sektor ini mempunyai peran strategis yang mengantarai

kebijakan pemerintah untuk mengembangkan sektor industri berdasarkan

teknologi canggih dan kebijakan pengentasan kemiskinan.

2.1.4 Kondisi UMKM dan Perkembangannya

Banyak kontribusi yang mampu diberikan UMKM dalam berbagai bidang,

mulai dari bidang sosial, ekonomi, hingga politik dalam skala yang kecil dan

spesifik, dalam artian politik pengambilan keputusan bagi tiap-tiap UMKM.

Namun, dalam prakteknya, UMKM juga mengalami berbagai hambatan dalam

berbagai kegiatan operasionalnya.

2.1.4.1 Modal Kerja UMKM

Clapham (1991) menyebutkan bahwa hampir tanpa kecuali, pengusaha

kecil dan menengah mengatakan bahwa masalah yang paling besar yang mereka

hadapi adalah masalah keuangan. Mereka mengeluh tentang kekurangan modal

tetap dan modal kerja. Bidang lain yang juga banyak menimbulkan kesulitan

adalah kredit bagi konsumen. Dalam berbagai hal, demi kemajuan dan

pengembangan UMKM, pemerintah maupun berbagai lembaga keuangan, baik

bank maupun lembaga keuangan non bank telah berupaya dalam memberikan

Page 27: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

12

pelayanan, terutama dalam hal pinjaman modal usaha. Namun kenyataannya,

untuk mengakses pelayanan ini, UMKM dibebani berbagai persyaratan dan jalur

birokrasi yang panjang dan rumit. Akibatnya, pemberian layanan pinjaman modal

dan kredit pun menjadi tidak dapat diakses UMKM secara optimal. Pada intinya

perbaikan sistem perkreditan perlu ditempuh melalui pengadaan pelayanan

pendampingan yang profesional serta pemberian kredit yang terintegrasi dengan

intervensi lain untuk mengatasi faktor-faktor penghambat pengembangan usaha

kecil itu sendiri.

2.1.4.2 Akses Pasar dan Informasi

Ketidakpercayaan terhadap kemampuan UMKM dalam menghadapi era

globalisasi berorientasi pada mekanisme pasar bebas memang cukup beralasan,

karena keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam kelompok tersebut. Namun

demikian perlu diingat bahwa sejak era penjajahan, UMKM sudah dihadapkan

dan ditempa dengan berbagai masalah termasuk dari aspek pemasaran, tetapi

UMKM tetap eksis dalam mendukung pertekonomian nasional. Ketidakmampuan

UMKM untuk menghadapi pasar global mungkin timbul karena lemahnya akses

terhadap informasi (Syarif, 2008).

Clapham (1991) menyatakan bahwa terdapat kekurangan penyalur

informasi yang mampu bagi perusahaan kecil dan menengah. Perusahaan-

perusahaan menemui kesulitan untuk memperoleh peluang masuk ke pasar

pemerintah karena mereka kurang mengetahui seluk-beluk peraturan pemerintah

yang berkaitan atau persyaratan pemerintah.

Lemahnya kemampuan UMKM dalam mengakses informasi diduga terkait

langsung dengan kondisi faktor internal UMKM yang dibayangi oleh berbagai

Page 28: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

13

keterbatasan untuk mampu memberikan informasi kepada konsumen. Akibatnya

produk UMKM yang sebenarnya memiliki pangsa pasar yang cukup besar di

dunia internasional, belum banyak diketahui konsumen. Salah satu masalah besar

yang dihadapi dalam pemberdayaan UMKM adalah rendahnya akses UMKM

terhadap pasar (Syarif, 2008).

2.1.4.3 Kondisi Pemasaran UMKM

Tingkat keterbukaan di pasar konsumen rendah karena perusahaan tidak

memiliki peluang yang cukup pada masyarakat umum dan sejauh ini hanya

beberapa pameran dagang khusus, pameran tetap atau kampanye penjualan saja

yang pernah diadakan. Konsumen dalam negeri, terutama di daerah kota, sering

kurang mengetahui produk-produk yang dihasilkan perusahaan kecil dan

menengah dalam negeri atau sangat tidak percaya dan penuh prasangka terhadap

produk-produk ini bila diukur menurut standar mutu internasional (Clapham,

1991).

Menurut Sadoko (1995), akses pemasaran merupakan akses terpenting.

Dalam membantu usaha kecil, akses ini dibuka melalui pengembangan pola

subkontrak, mekanisme pusat pasar informasi, promosi pasaran atau konsumsi

melalui anggaran pemerintah. Promosi dan pusat informasi akan sangat berguna

bila didukung oleh kemampuan profesional membaca peluang pasar bagi usaha

kecil tersebut dan pelayanan tersebut disediakan bagi siapa saja.

Pola subkontrak seringkali dilakukan UMKM, namun pola ini cenderung

menjadikan industri “bapak” memiliki posisi yang lebih baik dibandingkan

dengan usaha “anak”. Dalam prakteknya, ketika industri “bapak” melakukan

order, maka usaha “anak”, dalam hal ini UMKM akan berkompetisi untuk

Page 29: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

14

mendapatkan pesanan tersebut. Kondisi ini membuat industri “bapak” mampu

menekan harga produksi UMKM. Strategi penekanan ongkos produksi seperti ini

dilakukan untuk mempertahankan jalur pemasaran yang ada. Sepakat dengan hal

ini, Amidi (2008) juga menyebutkan bahwa masalah pemasaran yang dihadapi

UMKM adalah lemahnya barganing power pengusaha kecil dalam menghadapi

perusahaan besar.

Menurut Clapham (1991), selama perusahaan menjual barangnya melalui

pengecer, mereka tidak perlu mengembangkan kegiatan pemasaran sendiri.

Namun, perusahaan yang menjual sendiri barang-barang yang dihasilkannya

(seperti mebel, sepatu, tekstil) perlu memberikan perhatian pada bidang

pemasaran. Umumnya pelaku usaha tidak memiliki kepandaian khusus dalam

soal-soal ini dan tidak tahu kemana ia dapat mencari informasi yang dapat

dipercaya mengenai perkembangan pasar, iklan, atau saluran pemasaran yang

lebih baik.

Masalah pemasaran merupakan salah satu penyebab penting mengapa

pengusaha tidak mampu membuat rencana jangka menengah dan jangka panjang.

Dapat diperkirakan bahwa masalah-masalah pemasaran bagi pengusaha kecil dan

menengah akan makin meningkat. Secara keseluruhan, masalah-masalah

pemasaran mengakibatkan bahwa perusahaan kecil dan mengengah sulit

memainkan peranannya dalam pembangunan sebagai pelengkap sektor industri

dan pemasok barang bagi konsumen. Karena itu, program-program promosi dalam

masa yang akan datang harus lebih banyak memberikan perhatian pada soal

pemasaran daripada dalam masa yang sudah-sudah (Clapham, 1991).

Page 30: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

15

2.1.5 Definisi Komunikasi Pemasaran

Prisgunanto (2006) mendefinisikan komunikasi pemasaran sebagai

hubungan sistematik antara pelaku bisnis dan pasar yang menjadi target, dimana si

pelaku pasar (marketer) akan mengumpulkan beranekargaam ide-ide, desain,

pesan-pesan, media, format, dan warna unruk mengkomunikasikan maksud dan

menstimulasi persepsi khusus dari produk dan layanan, yang kemudian dihimpun

dalam target pasar. Sependapat dengan hal tersebut, Machfoedz (2010)

mengungkapkan bahwa komunikasi pemasaran ialah semua elemen dalam

pemasaran yang memberi arti dan mengkomunikasikan nilai kepada konsumen

dan stakeholder sebuah perusahaan.

Konsep pemasaran sering kali disamaartikan dengan konsep penjualan.

Padahal, kedua konsep ini merupakan konsep yang berbeda. Dalam bukunya,

Amir (2005) menyebutkan bahwa dalam konsep penjualan, hal yang menjadi

tujuan utamanya adalah transaksi. Setelah transaksi terjadi, perusahaan sering kali

tidak memperhatikan konsumen lagi. Sementara itu, konsep pemasaran lebih

mengutamakan kepuasan pelanggan. Laba justru diharapkan diperoleh dari

kepuasan konsumen yang nantinya membeli dalam jumlah banyak, terus-terusan

dan mungkin dengan harga yang menguntungkan.

2.1.6 Proses Komunikasi Pemasaran

Komunikasi pemasaran adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan

arus informasi tentang produk dari pemasar sampai kepada konsumen. Proses

komunikasi pemasaran dapat divisualisasikan dalam model diagram alur yang

disajikan pada Gambar 1.

Page 31: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

16

Amir (2005) menyebutkan bahwa setiap proses komunikasi pasti

memiliki pengirim pesan. Pengirim pesan melakukan encoding, yaitu proses

penyandian atas apa yang ingin kita sampaikan. Dengan kata lain, encoding

adalah proses penyampaian apa yang ada di pikiran kita kepada simbol-simbol.

Setelah itu, pesan akan melalui berbagai saluran. Pemilihan saluran ini juga

menentukan karena ada juga saluran yang tidak sinkron dengan pesan yang ingin

disampaikan. Ketika konsumen dianggap menerima pesan yang disampaikan, ia

akan memberikan responnya.

Menurut Amir (2005), respon yang paling sering kita kenal adalah

konsumen segera membeli produk kita. Namun, sesungguhnya, tujuan

komunikasi tidak hanya itu. Tidak juga hanya sekedar menyampaikan pesan yang

kita inginkan. Bukan sekedar how can we reach the costumer. Akan tetapi,

konsumen juga harus memiliki saluran untuk memberikan pesan-pesan yang

dimilikinya. Jadi harus juga memberikan kesempatan how can our costumer reach

us.

Faktor kunci dalam aliran komunikasi ini adalah syarat pesan yang baik,

yaitu: pemasar harus tau apa yang diharapkan audiens, pemasar harus membangun

saluran umpan balik, pemasar harus memahami pesan seperti yang bisa dipahami

Sumber: Amir ( 2005: 210)

Gambar 1. Proses Komunikasi Pemasaran

Gangguan

Encoding Pengirim pesan

Pesan Media

Decoding Penerima pesan

Umpan balik Respon

Page 32: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

17

audiens, dan pemasar harus mengirim pesan lewat media yang menjangkau

audiens (Amir, 2005).

2.1.7 Bauran Promosi

Bauran promosi (promotion mix) menggambarkan cara-cara kreatif yang

mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian produk atau jasa.

Lupiyoadi dan Hamdani (2006, sebagaimana dikutip oleh Andrijansyah, 2009)

mengungkapkan bahwa perangkat promosi mencakup aktivitas periklanan

(advertising), penjualan perorangan (personal selling), promosi penjualan (sales

promotion), hubungan masyarakat (public relation), informasi dari mulut ke mulut

(word of mouth), dan pemasaran langsung (direct marketing).

2.1.7.1 Periklanan (advertising)

Periklanan merupakan segala bentuk kehadiran dan promosi dari ide,

barang, atau jasa yang bersifat non personal oleh suatu pihak tertentu. Menurut

Machfoedz (2010), periklanan dapat menjangkau khalayak yang berada dalam

rentang geografis sangat luas dengan biaya murah untuk semua publisitas.

Meskipun dapat menjangkau khalayak dalam jumlah besar dengan cepat,

periklanan merupakan sarana promosi tanpa awak (non personal) sehingga kurang

persuatif dibandingkan dengan wiraniaga perusahaan.

Periklanan merupakan sarana komunikasi satu arah dengan khalayak, dan

tidak memerlukan perhatian atau respons secara langsung. Sepakat dengan hal

tersebut, Prisgunanto (2006) menyebutkan bahwa perubahan sikap lewat sarana

ini memerlukan waktu yang relatif lama. Pada dasarnya, tujuan periklanan adalah

komunikasi yang efektif dalam rangka mengubah sikap dan perilaku konsumen.

Terdapat beberapa pilihan media yang dapat digunakan untuk melakukan

Page 33: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

18

periklanan, antara lain melalui: surat kabar, majalah, radio, televisi, papan

reklame, dan surat langsung (Alma 2005, seperti dikutip oleh Andrijansyah 2009).

2.1.7.2 Promosi Penjualan (Sales Promotion)

Promosi penjualan merupakan berbagai insentif jangka pendek untuk

mendorong konsumen segera mencoba atau membeli sebuah produk atau jasa.

Promosi penjualan meliputi berbagai sarana - kupon, kontes, premi, dan

sebagainya - yang semuanya mempunyai ciri yang berbeda. Berbagai sarana

promosi tersebut juga memberikan kontribusi motivasi pembelian yang

memberikan nilai tambah kepada konsumen. Perusahaan menggunakan alat

promosi penjualan untuk menciptakan respons yang lebih kuat dan lebih cepat

(Machfoedz, 2010). Menurut Andrijansyah (2009), promosi penjualan dapat

diberikan kepada beberapa sasaran yang dianggap potensial, diantaranya:

1. Konsumen, berupa penawaran cuma-cuma, sampel, demo produk,

kupon, pengembalian tunai, hadiah, kontes, dan garansi.

2. Perantara, berupa barang cuma-cuma, diskon, advertising allowances,

iklan kerja sama, distribution contests, penghargaan.

3. Tenaga penjualan, berupa bonus, penghargaan, contests, dan hadiah

untuk tenaga penjualan terbaik.

2.1.7.3 Hubungan Masyarakat (Public Relations)

Machfoedz (2010) mendefinisikan public relations (hubungan masyarakat)

merupakan sarana promosi massal yang dilakukan dengan menjalin hubungan

dengan berbagai konsumen perusahaan dan masyarakat umum, dengan tujuan

untuk membangun citra perusahaan yang positif agar mendapat publisitas yang

luas, dan mengatasi kabar angin, laporan, serta kejadian-kejadian yang tidak

Page 34: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

19

sesuai dengan kenyataan. Pesan disampaikan kepada konsumen lebih sebagai

“berita” daripada sebagai komunikasi yang mengarah pada penjualan. Beberapa

program hubungan masyarakat, antara lain publikasi di berbagai media, acara-

acara penting, hubungan dengan investor, pameran, dan mensponsori beberapa

acara.

2.1.7.4 Penjualan Personal (Personal Selling)

Personal Selling (kewiraniagaan) merupakan interaksi tatap muka dengan

satu atau lebih pembeli prospektif dengan tujuan membuat presentasi, menjawab

pertanyaan, dan mendapatkan pesanan. Menurut Machfoedz (2010), personal

selling merupakan elemen termahal dalam bauran komunikasi. Meskipun

demikian, personal selling merupakan wahana komunikasi paling efektif dalam

proses pembelian. Prisgunanto (2006) mengungkapkan bahwa sarana personal

selling memilki efek langsung pada proses penjualan berdasarkan sales forces.

Keandalan personal selling yang paling utama adalah mampu mendekatkan

pelanggan dengan penjualan lewat penggunaan jalur-jalur distribusi barang dan

produk yang ada.

Machfoedz (2010) menyebutkan kewiraniagaan merupakan metode yang

efektif bila besarnya pembelian relatif besar, bila ciri-ciri produk itu

membutuhkan penjelasan dan demonstrasi, bila barang itu dibeli pada jarak waktu

yang jarang, dan bila calon pembeli telah memiliki model lama dari produk yang

hendak ia [beli]. Personal selling memiliki kekuatan dalam hal komunikasi

berpasangan yang memungkinkan interaksi dua arah, yang meniscayakan umpan

balik secara langsung. Namun, kekurangan bauran promosi ini terletak pada

Page 35: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

20

biayanya yang besar. Meskipun menyedot biaya yang besar, jangkauan dan

frekuensi melalui personal selling memang rendah.

Alma (2005, seperti dikutip oleh Andrijansyah, 2009) menyebutkan

bentuk-bentuk personal selling yang dikenal secara garis besar, diantaranya

penjualan di toko atau pusat perbelanjaan, house to house selling, penjual yang

ditugaskan oleh pedagang besar untuk menghubungi pedagang eceran, penjual

yang ditugaskan oleh produsen untuk menghubungi pedagang besar atau

pedagang eceran, pemimpin perusahan berkunjung kepada pelanggan yang

penting, dan penjual yang terlatih secara teknis mengunjungi para konsumen

industri untuk memberikan nasehat dan bantuan.

2.1.7.5 Pemasaran Langsung (Direct Marketing)

Pemasaran langsung, yaitu penggunaan email, faksimile, internet langsung

dengan atau fasilitas untuk merespons dari pelanggan atau prospek tertentu. Ciri-

ciri dari cara komunikasi ini adalah non-publik, karena ia diarahkan kepada pihak

tertentu (dengan nama dan alamat yang jelas). Pemasaran langsung bersifat segera

dan disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik pelanggan.

Jenis bauran ini juga bersifat interaktif. Pihak konsumen dapat segera

merespon pesan yang disampaikan pemasaran (misalnya dengan mengisi

formulir). Pemasaran langsung umumnya digunakan oleh perusahaan yang

memiliki basis data mengenai pelanggan. Semakin baik basis data ini, semakin

mudah dan efektif pemasar menyampaikan pesannya (Amir, 2005). Menurut

Andrijansyah (2009), terdapat enam area pemasaran langsung, yaitu: direct mail,

mail order, direct response, direct selling, telemarketing, dan digital marketing.

Page 36: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

21

2.1.7.6 Word of mouth

Menurut Lovelock dan Wright (2005, seperti dikutip oleh Andijansyah,

2009), informasi atau cerita dari mulut ke mulut (word of mouth) merupakan salah

satu bentuk komunikasi pemasaran, walaupun sulit bagi pemasar untuk

mengontrol saluran ini. Cerita dari mulut ke mulut berbentuk komentar positif

atau negatif tentang suatu jasa yang disebarkan seseorang kepada orang lain. Cara

paling tepat untuk memikirkan cerita dari mulut ke mulut yang gratis ini adalah

sebagai suatu bentuk pemberitaan yang ingin dikembangkan dan dibentuk

pemasar, sehingga hal itu menjadi pelengkap yang efektif.

2.1.8 Manfaat Komunikasi Pemasaran

Tjiptono (2008) mengungkapkan bahwa tujuan utama dari komunikasi

pemasaran adalah menginformasikan, mempengaruhi, dan membujuk, serta

meningkatkan pelanggan sasaran perusahaan dan bauran pemasarannya.

Sementara itu, Prisgunanto (2006) mengungkapkan bahwa komunikasi pemasaran

memiliki dua kegunaan, yaitu langsung dan tidak langsung, namun inti dari

kegunaan tersebut sama, yaitu untuk mendekatkan pelanggan sehingga akan ada

keputusan beli atau minimal sampai taraf ada hasrat dan keinginan untuk

memberikan keputusan untuk membeli, meskipun masih dalam rencana jangka

panjang.

Kegunaan langsung dari komunikasi pemasaran adalah upaya untuk

mengarahkan langsung kepada keputusan orang untuk membeli. Komunikasi

pemasaran memiliki kegunaan agar hasil dari transfer pesan dan persuasi tersebut

tercipta gambaran yang mengarah kepada hasrat atau keinginan untuk membina

hubungan antara pelanggan dengan perusahaan atau dengan kata lain, perusahaan

Page 37: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

22

berupaya menggali nilai-nilai apa saja yang membuat pelanggan memilih produk

mereka dari sisi hubungan masyarakat (kehumasan). Hal penting lainnya adalah

bahwa strategi komunikasi harus membangun cara yang paling sesuai untuk

mengkomunikasikan tujuan pemasaran sebuah perusahaan dengan berbagai pasar

sasaran dan khalayak stakeholder (Machfoedz, 2010).

2.1.9 Efek Komunikasi Pemasran

Robert Lavidge dan Gary Steiner (seperti dikutip Machfoedz, 2010)

mengembangkan model hirarki efek untuk menerangkan tahapan yang dilakukan

oleh konsumen sebelum mereka membeli suatu produk. Untuk mencapai tujuan

tersebut, Lavidge dan Steiner membagi pembelian menurut setiap tahapan

komponennya menjadi tujuh tahapan dalam proses pembelian: (1) belum atau

tidak menyadari, (2) menyadari, (3) mengetahui atau mengenal, (4) menyukai, (5)

preferensi, (6) merasa pasti, (7) melakukan pembelian. Tahapan-tahapan ini dapat

dikelompokkan menjadi tiga proses umum yang meliputi (1) menyadari dan

mengetahui tentang produk, (2) mengembangkan sikap terhadap produk, dan (3)

mengambil keputusan untuk membeli.

Ketiga tahapan terakhir dijelaskan oleh Tjiptono (2008) sebagai tahapan

respon khalayak berikut:

1. Tahap kognitif , yaitu membentuk kesadaran informasi tertentu.

2. Tahap afeksi, yaitu memberikan pengaruh untuk melaksanakan sesuatu.

3. Tahap konatif atau perilaku, yaitu membentuk pola khalayak menjadi

perilaku selanjutnya. Yang diharapkan adalah pembelian ulang.

Tujuan komunikasi dan respon khalayak berkaitan dengan tahap-tahap

dalam proses pembelian yang terdiri atas:

Page 38: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

23

1. Menyadari (awareness) produk yang ditawarkan.

2. Menyukai (interest) dan berusaha mengetahui lebih lanjut.

3. Mencoba (trial) untuk membandingkannya dengan harapannya.

4. Mengambil tindakan (act) membeli atau tidak membeli.

5. Tindak lanjut (follow up) membeli kembali atau pindah merek.

Berdasarkan tujuan komunikasi, respon khalayak, dan tahap-tahap

pembelian, maka keterkaitan antara ketiganya dapat divisualisasikan pada

Gambar2.

2.1.10 Daya Saing UMKM

Daya saing dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk

mempertahankan pangsa pasar. Daya saing mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap peningkatan produktivitas perusahaan dan memperluas akses pasar. Hal

ini akan bermuara kepada peningkatan omset penjualan dan profitabillitas

perusahaan (Rahmana, 2009).

Strategi yang harus dijalankan perusahaan untuk mengingkatkan daya

saingnya terdiri dari dua komponen. Komponen pertama adalah strategi untuk

Sumber: Tjiptono (2008)

Informing Efek Kognitif Attention

Persuading Efek Afektif

Reminding Efek Konatif

Interest, Trial, Act

Follow Up

Tujuan Komunikasi

Respon Khalayak

Proses Pembelian

Gambar 2. Tujuan Komunikasi, Respon Khalayak, dan Proses Pembelian

Page 39: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

24

memenuhi atau pengadaan lima prasyarat utama, yaitu pendidikan, modal,

teknologi, informasi, dan input krusial lainnya. Sementara komponen kedua

adalah strategi untuk menggunakan secara optimal kelima prasyarat tersebut

menjadi suatu produk yang kompetitif. Khusus untuk komponen kedua ini,

perhatian harus ditujukan pada peningkatan kemampuan produksi dan

kemampuan pemasaran.

Upaya peningkatan kemampuan produksi termasuk peningkatan

kemampuan teknologi dan kemampuan desain. Sedangkan upaya peningkatan

pemasaran, termasuk promosi, distribusi, dan pelayanan pascajual. Kedua

pendekatan ini sangat penting, dan pada umumnya UMKM di Indonesia kalah

bersaing dengan usaha besar atau UMKM dari negara maju karena kurang

memperhatikan atau kurang mampu di dalam bidang ini. UMKM di Indonesia,

paling tidak sebagian besar, bukan saja lemah dalam teknologi, tetapi juga lemah

atau kurang memberikan perhatian dalam strategi pemasaran. Padahal, banyak

kasus menunjukkan bahwa sebuah produk yang dilihat dari aspek teknologinya

biasa-biasa saja, tetapi sangat laku hanya karena pemasarannya yang agresif.

(Tambunan, 2009).

Pengukuran daya saing UMKM, harus membedakan antara daya saing dari

produk dan daya saing dari perusahaan. Tentu, daya saing dari produk terkait erat

(atau dapat dikatakan mencerminkan) tingkat daya saing dari perusahaan yang

menghasilkan produk tersebut. Sedangkan untuk mengukur daya saing suatu

perusahaan, cukup banyak alat ukur yang dapat digunakan, yang pada umumnya

data sekunder.

Page 40: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

25

Inidkator-indikator yang dapat digunakan dalam pengukuran daya saing,

diantaranya pertumbuhan nilai atau volume output, pangsa PDB, pangsa pasar,

nilai omset, profit, tingkat pendidikan rata-rata pekerja dan pengusaha,

pengeluaran R&D, jumlah sertifikat standardisasi yang dimiliki dan jumlah paten

yang dibeli, standardisasi, jenis teknologi yang digunakan, produktivitas atau

efisiensi, nilai mesin dan peralatan produksi atau nilai asset, jumlah pengeluaran

promosi, dan jaringan kerja atau kerja sama dengan pihak lain.

Laju pertumbuhan nilai atau volume output tidak hanya menunjukkan

tingkat kemampuan produksi dari sebuah perusahaan, tetapi juga mencerminkan

adanya permintaan pasar terhadap produk tersebut, yang berarti produk tersebut

mempunyai daya saing. Pangsa PDB atau pasar juga menunjukkan hubungan

positif dengan tingkat daya saing UMKM. Semakin tinggi pangsa pasar PDB dari

UMKM mencerminkan semakin tinggi daya saing dari UMKM.

Pangsa pasar mencerminkan salah satu indikator dari daya saing produk.

Untuk pasar dalam negeri, karena tidak ada data mengenai berapa banyak produk

yang dibuat UKM dijual di pasar dalam negeri, maka distribusi output menurut

skala usaha dan sektor dapat digunakan. Sebuah perusahaan yang nilai omsetnya

terus meningkat setiap tahun, yang artinya ada permintaan pasar terhadap

produknya, adalah perusahaan yang berdaya saing tinggi. Serupa halnya dengan

keuntungan, perusahaan yang setiap tahun bisa mendapatkan keuntungan atau

yang keuntungannya setiap tahun meningkat juga menunjukkan ciri perusahaan

yang berdaya saing.

Page 41: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

26

2.2 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran tersebut menjelaskan korelasi antar variabel

penelitian. Beberapa karakterisitik UMKM yang diduga memiliki hubungan

positif dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran, diantaranya adalah jenis

bidang usaha, tingkat pendidikan pelaku usaha, dan skala usaha. Karakteristik

UMKM ini dapat memberikan gambaran kondisi usaha. Potensi yang dimiliki

UMKM mampu meningkatkan daya saing uaha jika didukung oleh dua faktor

utama, yaitu pemasaran dan proses produksi.

Produksi

- Tekonologi

- Desain Produk

Karakteristik UMKM - Jenis bidang usaha

- Tingkat pendidikan pelaku usaha

- Skala usaha

Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran

- Keragaman bauran komunikasi

pemasaran

- Biaya pelaksanaan

- Frekuensi pelaksanaan

Kualitas Daya Saing UMKM - Tingkat Produktivitas

- Tingkat Profit

- Luas Cakupan Pasar

Gambar 3. Kerangka Pemikiran

Keterangan: berhubungan

fokus penelitian

Page 42: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

27

Upaya peningkatan produksi termasuk peningkatan kemampuan teknologi

dan kemampuan desain. Sementara keefektivan komunikasi pemasaran dapat

dilihat dari jenis bauran komunikasi pemasaran yang dilakukan, biaya, dan

frekuensi pelaksanaan. Keefektivan kedua kegiatan operasional ini mempengaruhi

kualitas daya saing UMKM. Kualitas daya saing UMKM dapat diukur dengan

tingkat produktivitas, tingkat profit, dan luas cakupan pasar UMKM. Dalam

penelitian ini, fokus penelitian lebih diarahan pada pelaksanaan komunikasi

pemasaran yang diduga memiliki hubungan positif dengan kualitas daya saing

UMKM.

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka disusunlah hipotesis

penelitian untuk menjawab rumusan masalah penelitian mengenai hubungan

karakteristik UMKM dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran dan hubungan

pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya saing UMKM sebagai

berikut:

1. Ada hubungan postif antara tingkat pendidikan pelaku usaha dengan

pelaksanaan komunikasi pemasaran

2. Ada hubungan postif antara skala usaha dengan pelaksanaan

komunikasi pemasaran

3. Ada hubungan positif antara pelaksanaan komunikasi pemasaran

dengan tingkat produktivitas UMKM

4. Ada hubungan postif antara pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan

tingkat profit UMKM

5. Ada hubungan positif antara pelaksanaan komunikasi pemasaran

dengan luas cakupan pasar

Page 43: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

28

2.4 Definisi Operasional

2.4.1 Karakteristik UMKM

Karakteristik UMKM adalah beberapa ciri yang menggambarkan kondisi

UMKM mitra binaan IPB yang diduga mempengaruhi pelaksanaan komunikasi

pemasaran. Beberapa variabel yang dapat diukur sebagai karakteristik UMKM,

diantaranya adalah jenis bidang usaha, tingkat pendidikan pelaku usaha, dan skala

usaha.

a. Jenis bidang usaha merupakan pengkategorian UMKM yang didasarkan

atas jenis bidang usaha. Variabel ini merupakan jenis data nominal yang

dibedakan menjadi UMKM pangan, jasa, kerajinan, dan pertanian.

b. Tingkat pendidikan pelaku usaha adalah jenjang pendidikan formal

yang pernah dijalani oleh pelaku usaha. Variabel ini akan diukur

dengan skala ordinal yang dikategorikan sebagai berikut:

1. Tidak bersekolah, skor 1

2. Rendah (lulus SD atau SMP), skor 2

3. Tinggi (lulus SMA atau Perguruan Tinggi), skor 3

c. Skala usaha merupakan pengkategorian UMKM yang didasarkan atas

aset (diluar tanah dan banguan) serta nilai penjualan tahunan yang

dihitung dalam rupiah. Ketetapan skala usaha dapat dikategorikan

berdasarkan ketentuan UU No.20 Tahun 2008 yang dapat dilihat pada

Tabel 1.

Page 44: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

29

Skala usaha merupakan variabel ordinal yang akan dikategorikan

dengan skor berikut:

1. Mikro, skor 1

2. Kecil, skor 2

3. Menengah, skor 3

2.4.2 Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran

Pelaksanaan komunikasi pemasaran adalah komunikasi pemasaran yang

dilakukan oleh UMKM mitra binaan IPB yang merupakan elemen-elemen dalam

pemasaran yang memberi arti dan mengkomunikasikan nilai kepada konsumen

dan stakeholder sebuah perusahaan meliputi keragaman jenis bauran komunikasi

pemasaran, frekuensi pelaksanaan, dan biaya pelaksanaan komunikasi pemasaran.

a. Keragaman bauran komunikasi pemasaran adalah variasi jenis bauran

komunikasi pemasaran yang dilakukan UMKM mitra binaan IPB.

Keragaman bauran komunikasi pemasaran diukur dengan skala ordinal

berdasarkan rataan skor penggunaan jenis bauran komunikasi

pemasaran pada masing-masing jenis usaha yang kemudian

dikategorikan sebagai berikut:

Sumber: UU No.20 Tahun 2008

Jenis Usaha Aset

(x)

Nilai Penjualan

Tahunan (y)

Mikro ≤ 50 Juta ≤ 300 juta

Kecil 50 Juta < x ≤ 500 Juta 300 Juta < y ≤ 2,5 M

Menengah 500 Juta < x ≤ 10 M 2,5 M < y ≤ 50 M

Tabel 1. Tabel Perbedaan SkalaUMKM Berdasarkan Aset dan Nilai Penjualan

Page 45: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

30

1. Tidak Melaksanakan, skor 0

2. Tidak beragam, skor 1

3. Cukup beragam, skor 2

4. Beragam, skor 3

b. Biaya pelaksanaan adalah biaya yang dikeluarkan UMKM untuk

melaksanakan komunikasi pemasaran. Variabel ini akan diukur dengan

menggunakan skala ordinal yang akan dikategorikan berdasarkan rataan

biaya pelaksanaan masing-masing bidang usaha, sebagai berikut:

1. Rendah, skor 1

2. Sedang, skor 2

3. Tinggi, skor 3

c. Frekuensi pelaksanaan komunikasi pemasaran adalah tingkatan atau

ukuran yang menyatakan derajat keseringan pelaksanaan komunikasi

pemasaran yang dilaksanakan UMKM pangan mitra binaan IPB dalam

periode waktu satu tahun. Variabel ini akan diukur dengan

menggunakan skala ordinal yang akan dikategorikan berdasarkan rataan

frekuensi pada masing-masing bidang usaha sebagai berikut:

1. Tidak Melaksanakan, skor 0

2. Jarang, skor 2

3. Sering, skor 3

Pelaksanaan komunikasi pemasaran UMKM diukur dengan skala ordinal

yang dikategorikan berdasarkan rataan skor, sebagai berikut:

1. Buruk, skor 0-3

2. Cukup baik, skor 4-6

3. Baik, skor 7-9

Page 46: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

31

2.4.3 Kualitas Daya Saing UMKM

Kualitas daya saing UMKM adalah tingkat atau derajat kemampuan

UMKM untuk mempertahankan pangsa pasar. Kualitas daya saing dapat diukur

dari tingkat produktivitas, tingkat profit, dan luas cakupan pasar.

a. Tingkat produktivitas adalah ukuran produksi yang dilakukan UMKM

dalam menjalankan usahanya. Variabel ini akan diukur dengan

membandingkan nilai omset yang dihasilkan UMKM dengan jenis

bidang usaha yang sama dalam periode waktu satu tahun. Dalam

pengukurannya, digunakan skala ordinal yang dikategorikan sebagai

berikut:

1. Rendah, skor 1

2. Sedang, skor 2

3. Tinggi, skor 3

b. Tingkat profit adalah ukuran keuntungan suatu UMKM. Variabel ini

akan diukur dengan membandingkan perolehan keuntungan yang

dihasilkan UMKM dengan jenis bidang usaha yang sama dalam periode

waktu satu tahun. Dalam pengukurannya, digunakan skala ordinal yang

dikategorikan sebagai berikut:

1. Rendah, skor 1

2. Sedang, skor 2

3. Tinggi, skor 3

c. Luas cakupan pasar adalah keragaman konsumen yang mengkonsumsi

produk UMKM. Ragam konsumen dinilai dari segi usia, status sosial,

dan wilayah asal yang disesuaikan dengan segmentasi konsumen

sasaran. Dalam pengukurannya, digunakan skala ordinal yang

Page 47: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

32

diklasifikasikan berdasarkan rataan skor keragaman konsumen pada

unit UMKM dengan jenis bidang usaha yang sama. Kategori luas

cakupan pasar UMKM diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Sempit, skor 1

2. Luas, skor 2

3. Sangat luas, skor 3

Ketiga variabel di atas akan diukur dengan menggunakan skala ordinal

yang dikategorikan berdasarkan rataan skor, sebagai berikut:

1. Buruk, skor 3-5

2. Cukup baik, skor 6-7

3. Baik, skor 8-9

Page 48: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian mengenai hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas

daya saing UMKM merupakan penelitian survai dengan tujuan explanatory.

Metode survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi

dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data. Tipe penelitian

explanatory merupakan penelitian yang sifat analisisnya menjelaskan hubungan

antar variabel melalui uji hipotesis (Singarimbun & Effendi, 1989).

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang

didukung dengan data-data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang berwujud

angka-angka, yang diperoleh dari pengukuran. Data kuantitatif bersifat objektif

dan bisa ditafsirkan sama oleh semua orang; biasanya diperoleh dari survai yang

menggunakan kuisioner dan mencakup banyak responden; dan dimungkinkan

dilakukan analisis statistik inferensial yang bertujuan untuk membuat generalisasi

dari suatu fakta. Sementara itu, data kualitatif merupakan data yang bersifat

deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif.

Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai

dengan fakta di lapangan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di 34 unit UMKM mitra binaan IPB yang

berada di bawah naungan lembaga UPP-UKM dan CDA IPB. Penetapan lokasi

penelitian di unit UMKM mitra binaan IPB ini dilakukan dengan beberapa

pertimbangan, diantaranya:

Page 49: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

34

1. UPP-UKM dan CDA merupakan lembaga dalam lingkup IPB yang

melaksanakan aksi-aksi pengembangan dan pemberdayaan UMKM

melalui program kemitraan sebagai bentuk pengabdian kepada

masyarakat dan pengembangan jiwa wirausaha.

2. UMKM binaan IPB memiliki peluang dan potensi usaha yang baik

dengan jiwa wirauasaha yang harus terus dikembangkan untuk

mencapai perkembangan usaha yang optimal.

3. Belum ada penelitian mengenai pengaruh komunikasi pemasaran

UMKM yang diduga berperan penting dalam peningkatan kualitas daya

saing usaha.

Pemilihan tempat penelitian ini diharapkan relevan dengan data yang

ingin diperoleh dan tujuan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juli-

Oktober 2010 dan dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data pada Bulan

November-Desember 2010.

3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh UMKM mitra binaan IPB

yang berada dibawah naungan UPP-UKM LPPM dan CDA IPB yang secara

keseluruhan berjumlah 249 unit UMKM. Keseluruhan UMKM tersebut terdiri

dari beberapa jenis bidang usaha, diantaranya adalah UMKM pangan, jasa,

pertanian, dan kerajinan.

Sampel dalam penelitian ini ditetapkan dengan metode pengambilan

sampel secara sengaja (purposive sampling). Metode purposive dilakukan dengan

beberapa pertimbangan, diantaranya adalah:

Page 50: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

35

1. Populasi dalam penelitian ini memiliki tingkat heterogenitas yang

tinggi didasarkan pada jenis bidang usaha, yaitu bidang usaha pangan,

jasa, kerajinan, dan pertanian dengan jumlah unit usaha yang

bervariasi pada masing-masing kelompok bidang usaha, sehingga

jumlah sampel yang diambil dari masing-masing kelompok bidang

usaha harus dilakukan secara proporsional agar mewakili

heterogenitas populasi.

2. Lokasi UMKM yang menjadi populasi dalam penelitian ini tersebar

luas di beberapa wilayah, mulai dari wilayah Kabuaten Bogor, hingga

wilayah Jakarta, Bandung dan sekitarnya, sehingga tidak

memungkinkan peneliti untuk melakukan penelitian di luar wilayah

Kabupaten Bogor, mengingat keterbatasan waktu dan tenaga.

3. Beberapa unit UMKM dari populasi sudah tidak aktif menjalankan

usaha, sehingga tidak memungkinkan terpilih sebagai sampel dalam

penelitian.

4. Beberapa unit UMKM tidak memiliki hubungan yang baik dengan

lembaga pembina akibat beberapa hal, seperti tunggakan hutang. Hal

ini menyebabkan lembaga pembina tidak mengijinkan peneliti

mengunjungi UMKM tersebut.

Metode pengambilan sampel secara sengaja dilakukan berdasarkan arahan

lembaga pembina. Populasi yang terpilih sebagai sampel harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

Page 51: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

36

1. UMKM yang terpilih sebagai sampel merupakan UMKM mitra binaan

IPB yang masih aktif menjalankan usaha dan memiliki hubungan yang

baik dengan lembaga pembina.

2. UMKM yang terpilih sebagai sampel berlokasi di wilayah Kabupaten

Bogor yang terjangkau oleh peneliti.

3. UMKM yang terpilih sebagai sampel mencukupi jumlah yang

proporsional berdasarkan jumlah anggota UMKM dalam tiap

kelompok bidang usaha.

Berdasarkan beberapa pertimbangan yang telah dipaparkan, maka UMKM

yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 34 unit yang

terdiri dari 10 unit usaha bidang pangan, 10 unit usaha bidang jasa, tujuh unit

usaha bidang pertanian, dan tujuh unit usaha bidang kerajinan. Ukuran sampel ini

merupakan jumlah yang proporsional dari beragam jenis usaha pada populasi.

Keseimbangan ukuran sampel ini dijabarkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Ukuran Sampel Penelitian

No Jenis Usaha Jumlah Populasi

(unit) Persentase

Jumlah Sampel

(unit)

1 Pangan 75 30,1% 10

2 Jasa 74 29,8% 10

3 Kerajinan 49 19,7% 7

4 Pertanian 51 20,4% 7

Total 249 100% 34

Jumlah unit analisis sebanyak 34 UMKM dengan ukuran yang

proporsional dari jumlah populasi telah memenuhi persyaratan beberapa ahli yang

Page 52: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

37

menyebutkan bahwa besarnya sampel minimal 10 persen dari total populasi.

Selain itu, jumlah sampel di atas telah melebihi jumlah minimal responden yang

ditetapkan dalam ilmu sosial sebanyak 30 responden, sehingga dianggap cukup

representatif untuk mewakili populasi.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif sebagai fokus utama

dan data kualitatif sebagai data pendukung. Pendekatan kuantitatif dilakukan

dengan menggunakan instrumen kuisioner yang diisi dengan mewawancarai

responden secara tatap muka. Sementara data-data kualitatif diperoleh dengan

melakukan wawancara kepada responden dan pihak lembaga pembina UMKM.

Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui

pengumpulan data di lapangan dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner,

serta pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti. Sementara data sekunder

diperoleh melalui dokumentasi atau arsip lembaga pembina dan studi literatur

yang relevan dengan tujuan penelitian seperti buku, jurnal, artikel, skripsi, dan

berbagai karya ilmiah lainya.

3.5 Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dengan kuisioner diolah secara kuantitatif.

Langkah yang dilakukan setelah seluruh data terkumpul adalah melakukan

pengkodean data. Kegiatan ini bertujuan untuk menyeragamkan data. Setelah

pengkodean, tahap selanjutnya adalah perhitungan persentase jawaban responden

yang dibuat dalam bentuk tabulasi silang. Data yang dikumpulkan selanjutnya

Page 53: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

38

diolah secara statistik deskriptif dengan mengunakan software SPSS for Windows

versi 13.0 dan Microsoft Exel 2007.

Terdapat beberapa variabel yang diukur dalam penelitian ini, diantaranya

pelaksanaan komunikasi pemasaran, yang meliputi keragaman bauran promosi,

biaya, dan frekuensi pelaksanaan. Variabel ini diukur dengan distribusi frekuensi

yang disajikan dalam bentuk diagram lingkaran. Sementara itu, dilakukan juga uji

korelasi antara variabel karakteristik UMKM (meliputi jenis bidang usaha, tingkat

pendidikan, dan skala usaha) dengan variabel pelaksanaan komunikasi pemasaran.

Korelasi jenis bidang usaha dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran diukur

dengan distribusi frekuensi yang disajikan dalam bentuk diagram lingkaran.

Sementara itu, korelasi tingkat pendidikan dan skala usaha dengan pelaksanaan

komunikasi pemasaran diukur dengan menggunakan Uji Korelasi Spearman, yang

digunakan untuk mengukur korelasi variabel berskala ordinal-ordinal.

Pengukuran korelasi pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan kualitas

daya saing usaha yang meliputi tingkat produktivitas, tingkat profit, dan luas

cakupan pasar juga dilakukan dengan menggunakan Uji Korelasi Spearman.

Sementara itu, data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara dan

pengamatan digunakan sebagai data pendukung hasil penelitian kuantitatif.

Page 54: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

BAB IV GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMBINA UMKM

4.1 Latar Belakang

Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu perguruan tinggi di

Indonesia. Sebagai suatu lembaga pendidikan, IPB memiliki visi dan misi yang

menjadi acuan kegiatan pendidikan yang dilakukan. Visi IPB adalah menjadi

perguruan tinggi berbasis riset kelas dunia dengan kompetensi utama pertanian

tropika dan biosanins serta berkarakter kewirausahaan. Untuk mewujudkan visi

tersebut, maka IPB memiliki beberapa misi, yaitu menyelenggarakan pendidikan

tinggi bermutu tinggi dan pembinaan kemahasiswaan yang komprehensif dalam

rangka meningkatkan daya saing bangsa, mengembangkan ilmu pengetahuan dan

teknologi sesuai kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan kecenderungan

pada masa yang akan datang, membangun sistem manajemen perguruan tinggi

yang berkarakter kewirausahaan, efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, serta

mendorong terbentuknya masyarakat madani berdasarkan kebenaran dan hak asasi

manusia.

Visi dan misi menjadi pedoman dalam pelaksanaan kegiatan, baik

akademik maupun non akademik. Mulai dari penyusunan kurikulum, hingga

pembinaan hubungan dengan masyarakat. Salah satu karakter generasi muda yang

dilahirkan IPB adalah akademia yang berjiwa wirausaha. Wirausaha merupakan

hal yang penting dan perlu dikembangkan, karena mampu menciptakan lapangan

kerja bagi masyarakat. Berbagai upaya dilakukan untuk mewujudkan hal ini.

Mulai dari mengkombinasikan kompetensi wirausaha pada beberapa mata kuliah,

giat melakukan seminar mengenai wirausaha, hingga mendirikan beberapa

Page 55: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

40

lembaga pembinaan wirausaha yang diharapkan mampu membangkitkan dan

mengembangkan jiwa wirausaha civitas akademia IPB.

Pengembangan jiwa wirausaha tidak hanya ditujukan untuk mahasiswa

IPB, melainkan juga bagi seluruh civitas akademia, bahkan IPB juga melakukan

beberapa upaya pembinaan dan pengembangan jiwa wirausaha kepada masyarakat

sebagai bentuk pengabdian lembaga pendidikan yang sesuai dengan tugas dan

fungsi Tridharma Perguruan Tinggi. Berbagai upaya dilakukan untuk

membangkitkan dan mengembangkan jiwa wirausaha. Salah satunya diwujudkan

dengan melakukan pembinaan terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

UMKM merupakan salah satu pilar dalam pembangunan ekonomi di

Indonesia. Oleh karenanya, IPB terus melakukan berbagai upaya untuk dapat terus

meningkatkan kemampuan para Usaha Kecil Menengah (UKM) mitra binaannya

agar menjadi tangguh dan mandiri. Untuk itu, IPB mendirikan beberapa lembaga

Pembina UMKM, diantaranya adalah UPP-UKM yang bernaung dibawah

bimbingan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) dan

Career Development and Alumni Affairs IPB (CDA IPB) melalui Program

Mahasiswa Wirausaha (PMW).

4.1.1 Unit Pelayanan dan Pendampingan Usaha Kecil Menengah (UPP-UKM) Unit Pelayanan dan Pendampingan Usaha Kecil Menengah (UPP-UKM)

merupakan lembaga pembina UMKM yang beroperasi dibawah naungan

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM). Lembaga ini

berdiri dengan nama Lembaga Pendamping Usaha Kecil Menengah (LAPI UKM)

LPPM IPB pada tahun 2006 dan disahkan dengan Surat Keputusan (SK) Kepala

LPPM IPB Nomor: 021/K.13.11/PG/2006 tanggal 13 April 2006. Program

Page 56: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

41

kemitraan yang dikelola LAPI UKM LPPM IPB terlaksana dengan baik. Tahun

2006-2008 sebanyak 67 (enam puluh tujuh) UKM binaan LPPM IPB telah

berhasil memperoleh fasilitas kredit kemitraan PT BNI (Persero) Tbk.

Program pembinaan seperti pelatihan-pelatihan singkat tentang berbagai

hal terkait dengan usaha para UKM mitra binaan, monitoring evaluasi (monev)

terhadap UKM binaan juga telah mulai dilaksanakan sejak 2007. Kegiatan lain

yang mulai dilaksanakan awal 2008 adalah kegiatan pelayanan konsultasi bagi

UKM binaan. Kegiatan ini dirasakan sangat bermanfaat bagi para UKM yang

memerlukan masukan-masukan dalam hal pengembangan usaha maupun

pemecahan masalah usaha yang dihadapi. Untuk kegiatan ini dibuat jadwal piket

bagi anggota tim LAPI UKM LPPM IPB di kantor sekretariat LAPI UKM LPPM

IPB Gedung Penunjang Grawida (G1) Kampus IPB Dramaga.

Bulan Juli 2009 LAPI UKM LPPM IPB mulai mengkoordinir kegiatan

pertemuan rutin UKM binaan LPPM IPB. Kegiatan ini telah membuahkan hasil

yang baik yaitu dengan terbentuknya Paguyuban UKM Binaan IPB (PUKMB-

IPB). Beberapa program paguyuban diantaranya ceramah pengusaha sukses dan

promosi produk UKM binaan telah dilaksanakan. Seiring dengan semakin

berkembangnya kegiatan yang dikelola LAPI UKM LPPM IPB, maka fungsi dan

tugas LAPI UKM LPPM IPB menjadi bertambah. Berdasarkan hal tersebut,

maka tahun 2010 LAPI UKM LPPM IPB diubah namanya menjadi Unit

Pelayanan dan Pendampingan Usaha Kecil Menengah (UPP-UKM).

Tujuan pendirian UPP-UKM adalah untuk memberikan pelayanan dalam

hal pembinaan dan pendampingan kepada para UKM binaan IPB baik yang

berada dibawah koordinasi LPPM IPB maupun Unit lainnya di lingkungan IPB

Page 57: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

42

seperti Direktorat Bisnis Kemitraan IPB, Paguyuban Pensiunan IPB dan lain-lain,

agar menjadi UKM yang tangguh dan mandiri.

4.1.2 Career Development and Alumni Affairs (CDA)

Carrer Development and Alumni Affairs (CDA) merupakan suatu lembaga

dibawah naungan IPB yang menjalankan fungsi utama membuka dan

mengembangkan hubungan/jejaring IPB sebagai lembaga pendidikan tinggi

kepada pasar tenaga kerja. Institut Pertanian Bogor dalam hal ini CDA IPB

menempatkan pembinaan kewirausahaan sebagai salah satu program utamanya.

Kewirausahaan dapat menjadi alternatif pemecahan ketenagakerjaan terdidik

sekaligus membuka lapangan kerja.

Salah satu upaya yang dilakukan CDA untuk mencapai tujuan ini adalah

dengan menyelenggarakan Program Mahasiswa Wirausaha. Program ini

merupakan bentuk kerjasama CDA dengan Dirjen Dikti Depdiknas yang

dilaksanakan sejak tahun 2009. Program ini bertujuan untuk menjaring potensi

berwirausaha di kalangan mahasiswa IPB untuk dikembangkan menjadi

wirausaha yang sukses dengan memberikan bantuan modal usaha dalam jumlah

yang memadai, pendampingan usaha, dan pembinaan yang terarah dengan

melibatkan para pengusaha mitra, alumni, dan pihak lainnya yang berkompeten

dalam pengembangan kewirausahaan.

Tujuan kegiatan pembinaan entrepreneur adalah (i) menumbuhkan minat

mahasiswa dan alumni untuk berkarir sebagai seorang wirausaha, (ii)

meningkatkan keterampilan praktis berwirausaha dan (iii) mencetak alumni yang

siap berwirausaha.

Page 58: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

43

4.2 Keanggotaan

4.2.1 UPP-UKM

UKM binaan IPB yang telah bergabung dengan UPP-UKM LPPM IPB

sampai awal januari 2010 telah mencapai jumlah 166 (seratus enam puluh enam)

unit UMKM. Sejumlah UMKM ini terdiri dari UMKM dengan jenis bidang usaha

yang bervariasi, diantaranya adalah UMKM bidang usaha jasa boga (kantin,

rumah makan, warteg, catering, dan beberapa jenis lainnya), jasa (salon

kecantikan & rias pengantin, perbengkelan, rental, sewaan/kontrakan, dan

beberapa jenis lainnya), kerajinan (sepatu sandal, handycraft, kerajinan, dan

beberapa jenis lainnya), dan pertanian (budidaya perikanan, peternakan, dan

beberapa jenis lainnya).

Keanggotaan UMKM jika dikelompokkan berdasarkan latar belakang

pelaku usahanya, dapat dibedakan menjadi UMKM binaan LPPM IPB dari

beberapa wilayah di Kota dan Kabupaten Bogor, UMKM binaan pusat-pusat

LPPM IPB, UMKM paguyuban pensiunan IPB, UMKM para wirausaha muda

(mahasiswa S1, S2 dan alumni IPB), UMKM binaan Bisnis Kemitraan IPB, serta

UMKM binaan dari beberapa unit lainnya di lingkungan IPB.

4.2.2 Program Mahasiswa Wirausaha CDA

UKM binaan IPB yang telah bergabung dengan Program Mahasiswa

Wirausaha binaan CDA saat ini berjumlah 83 unit UMKM. Keseluruhan jumlah

ini juga terdiri dari jenis bidang usaha yang beragam, diantaranya adalah bidang

usaha pangan, kerajinan, jasa, dan pertanian. Setiap unit UMKM dapat berupa

usaha perseorangan ataupun kelompok dengan jumlah maksimal lima orang.

Page 59: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

44

Masing-masing unit UMKM binaan CDA memiliki minimal satu orang dosen

pembimbing yang akan memantau perkembangan dan kemajuan usaha.

UMKM yang terdaftar sebagai anggota binaan CDA memiliki hak atas

pelayanan konsultasi usaha kepada pembimbing, mendapatkan modal pinjaman

usaha, serta memiliki kesempatan untuk dipromosikan melalui pameran dagang

dan berbagai upaya perluasan jaringan usaha.

4.3 Kegiatan Pembinaan UMKM

4.3.1 UPP-UKM

Beberapa kegiatan pembinaan yang dilaksanakan oleh UPP-UKM sebagai

lembaga pembinaan, diantaranya adalah:

1. Kegiatan pengelolaan penyaluran kredit kemitraan PT Bank Negara

Indonesia (BNI) Tbk. sesuai dengan ketentuan pada Perjanjian

Kerjasama antara PT BNI Tbk. Sentra Kredit Kecil Juanda Bogor

dengan LPPM IPB. Hasil yang telah dicapai yaitu sebanyak 64 UKM

berhasil memperoleh Kredit Kemitraan BUMN (KKB) PT BNI Tbk.

dengan besaran kredit mulai Rp7.000.000,00 (tujuh juta rupiah) sampai

dengan Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah), bunga berkisar antara

enam persen sampai delapan persen, jangka waktu angsuran tiga tahun.

Beberapa UKM binaan LPPM IPB diantaranya mendapatkan fasilitas

KKB tanpa agunan.

2. Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) terhadap UKM binaan yang

telah menjadi mitra PT.BNI Tbk. Monev dilakukan untuk memantau

penggunaan kredit serta kemajuan dan perkembangan usaha.

Page 60: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

45

3. Melaksanakan pembinaan melalui kegiatan pelatihan-pelatihan singkat

bagi UKM binaan LPPM IPB. Beberapa jenis pelatihan yang pernah

dilaksanakan, diantaranya adalah pelatihan pengelolaan keuangan dan

pemasaran, pelatihan mengenai kebersihan pengolahan bahan baku

makanan dan seni pengemasan dan penataan makanan, pelatihan

pembukuan sederhana, pelatihan dan ceramah wirausaha muda muslim

tentang pemasaran.

4. Kegiatan pelayanan terhadap UKM-UKM di wilayah sekitar kampus

dan wilayah Bogor lainnya yang berminat mendaftarkan diri menjadi

anggota binaan LPPM IPB.

5. Kegiatan Pelayanan Konsultasi UKM binaan LPPM IPB. Tujuan

kegiatan ini adalah untuk membuka kesempatan kepada para UKM

binaan yang memerlukan konsultasi dalam rangka perbaikan,

pengembangan dan pemecahan masalah yang dihadapi selama

menjalankan usaha.

6. Kegiatan pertemuan rutin UKM binaan IPB yang dilaksanakan setiap

satu bulan sekali di sekretariat UPP-UKM LPPM IPB, bertujuan untuk

menambah erat tali silaturahmi antar para UKM binaan, memberi

kesempatan para UKM binaan untuk dapat saling bertukar pikiran dan

pengalaman mengenai pengelolaan usaha.

7. Kegiatan pameran yang dilaksanakan untuk memperkenalkan sekaligus

mempromosikan dan menjual produk-produk UKM binaan LPPM IPB

kepada pengunjung.

Page 61: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

46

8. Penawaran dan perintisan kerjasama dengan berbagai BUMN

pemerintah maupun swasta dalam Program Kredit Kemitraan BUMN

kepada Usaha Kecil Menengah.

4.3.2 Program Mahasiswa Wirausaha CDA

Beberapa kegiatan pembinaan UMKM yang dilaksanakan CDA pada

Program Mahasiswa Wirausaha diantaranya adalah:

1. Penyaluran pinjaman modal yang diberikan kepada seluruh UMKM

binaan CDA. Dana pinjaman ini berasal dari Dirjen Dikti Depdiknas

yang merupakan mitra kerja CDA dalam pembinaan Program

Mahasiswa Wirausaha. Pinjaman modal ini diberikan secara perorangan

yakni maksimal Rp8.000.000,00 (delapan juta rupiah) per orang.

2. Pelatihan peningkatan kapasitas pelaku usaha. Pelatihan ini

dilaksanakan melalui kegiatan stadium general yang diperuntukkan

bagi seluruh anggota UMKM binaan CDA. Beberpa pelatihan yang

dilaksakan untuk meningkatkan kapasitas pelaku usaha diantaranya

adalah pelatihan pembukuan keuangan, manajemen pemasaran,

manajemen pengelolaan resiko, pelatihan kepemimpinan, dan beberapa

jenis pelatihan dasar kewirausahaan lainnya.

3. Monitoring dan evaluasi (monev) yang dilakukan oleh pembina usaha

secara berkala untuk menjamin keberlanjutan dan pengembangan usaha.

Dalam kegiatan ini, pelaku usaha diwajibkan memberikan laporan

keuangan dan kemajuan usaha. Laporan ini kemudian akan dianalisis

oleh pembina Program Mahasiswa Wirausaha untuk menguji kelayakan

usaha.

Page 62: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

47

4. Mengadakan pameran untuk mempromosikan hasil usaha. Dalam dua

tahun periode kepengurusan Program Mahasiswa Wirausaha, CDA

sempat beberapa kali mengadakan pameran dan memfasilitasi UMKM

yang tergabung dalam keanggotaannya untuk berpartisipasi.

Penyelenggaraan pameran ini merupakan salah satu upaya komunikasi

pemasaran yang dilakukan untuk memperkenalkan dan memasarkan

hasil usaha.

5. Memperluas jejaring UMKM binaan CDA dengan memfaslitasi

pertemuan beberapa UMKM dengan mitra usaha yang potensial dalam

pembinaan hubungan kerjasama.

Page 63: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

BAB V

GAMBARAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) MITRA BINAAN IPB

5.1 Latar Belakang Pendirian Usaha

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu wujud

usaha yang tumbuh menjamur dan mendominasi sektor perindustrian Indonesia.

Eksistensi usaha ini dalam perekonomian negara dapat diperoleh dari usaha secara

mandiri, maupun melalui berebagai program kemitraan. IPB menjalankan

program kemitraan ini sebagai salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat.

Saat ini terdaftar 249 unit UMKM mitra binaan IPB. Jumlah ini terdiri dari

166 unit UMKM mitra binaan UPP-UKM dan 83 unit UMKM mitra binaan CDA

melalui Program Mahasiswa Wirausaha. Keseluruhan unit usaha ini dapat

dikelompokkan pada lima jenis bidang usaha, diantaranya adalah 75 unit UMKM

bidang usaha pangan, 74 unit UMKM bidang usaha jasa, 51 unit UMKM bidang

usaha pertanian, dan 49 unit UMKM bidang usaha kerajianan.

Pendirian UMKM, termasuk pemilihan jenis bidang usaha didasarkan atas

berbagai latar belakang. Namun, berdasarkan jawaban keseluruhan responden,

latar belakang pendirian usaha ini dapat dikategorikan menjadi tiga alasan utama,

yaitu latar belakang ekonomi, peluang dan prospek usaha yang baik, serta alasan

keturunan atau usaha warisan. Proporsi latar belakang pendirian usaha ini dapat

dilihat pada persentase yang digambarkan pada Gambar 4.

Page 64: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

Sebagian besar responden menjadikan alasan peluang dan prospek usaha

sebagai alasan utama dalam pendirian UMKM.

menyebutkan alasan ekonomi. Artinya, usaha ini dijalankan sebagai strategi untuk

bertahan hidup. Hal ini banyak dijumpai pada

dijalankan merupakan sumber nafkah bagi diri dan keluarganya. Kebanyakan dari

mereka menyebutkan bahwa keputusan untuk berwirausaha diambil karena

ketidakmampuan mereka untuk bekerja di se

menyebutkan warisan sebagai alasan dalam menjalankan usaha. Sementara itu,

fokus bidang usaha yang dijalani ditetapkan berdasarkan beberapa pertimbangan.

Dalam hal ini, sebagai besar responden menyebutkan alasan peluang dan prospek

usaha, keterampilan dan hobi

5.2 Karakteristik Pelaku Usaha

Sebagian besar pengusaha UMKM menyebutkan alasan peluang dan

prospek usaha sebagai latar belakang pendirian usaha. Hal ini relevan dengan

hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar pendi

binaan IPB berpendidikan tinggi, meskipun beberapa diantaranya tergolong

berpendidikan sedang dan rendah. UMKM mitra binaan IPB membuktikan

68%

Gambar

besar responden menjadikan alasan peluang dan prospek usaha

san utama dalam pendirian UMKM. Beberapa diantaranya juga

menyebutkan alasan ekonomi. Artinya, usaha ini dijalankan sebagai strategi untuk

bertahan hidup. Hal ini banyak dijumpai pada UMKM masyarakat. Usaha yang

dijalankan merupakan sumber nafkah bagi diri dan keluarganya. Kebanyakan dari

mereka menyebutkan bahwa keputusan untuk berwirausaha diambil karena

ketidakmampuan mereka untuk bekerja di sektor formal. Sebagian

ebutkan warisan sebagai alasan dalam menjalankan usaha. Sementara itu,

fokus bidang usaha yang dijalani ditetapkan berdasarkan beberapa pertimbangan.

Dalam hal ini, sebagai besar responden menyebutkan alasan peluang dan prospek

usaha, keterampilan dan hobi pada bidang usaha tertentu.

Karakteristik Pelaku Usaha

Sebagian besar pengusaha UMKM menyebutkan alasan peluang dan

prospek usaha sebagai latar belakang pendirian usaha. Hal ini relevan dengan

hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar pendiri UMKM mitra

binaan IPB berpendidikan tinggi, meskipun beberapa diantaranya tergolong

berpendidikan sedang dan rendah. UMKM mitra binaan IPB membuktikan

27%5%

ekonomi

peluang dan prospek usaha

warisan

Gambar4. Latar Belakang Pendirian UMKM

Keterangan:

49

besar responden menjadikan alasan peluang dan prospek usaha

Beberapa diantaranya juga

menyebutkan alasan ekonomi. Artinya, usaha ini dijalankan sebagai strategi untuk

UMKM masyarakat. Usaha yang

dijalankan merupakan sumber nafkah bagi diri dan keluarganya. Kebanyakan dari

mereka menyebutkan bahwa keputusan untuk berwirausaha diambil karena

Sebagian kecil lainnya

ebutkan warisan sebagai alasan dalam menjalankan usaha. Sementara itu,

fokus bidang usaha yang dijalani ditetapkan berdasarkan beberapa pertimbangan.

Dalam hal ini, sebagai besar responden menyebutkan alasan peluang dan prospek

Sebagian besar pengusaha UMKM menyebutkan alasan peluang dan

prospek usaha sebagai latar belakang pendirian usaha. Hal ini relevan dengan

ri UMKM mitra

binaan IPB berpendidikan tinggi, meskipun beberapa diantaranya tergolong

berpendidikan sedang dan rendah. UMKM mitra binaan IPB membuktikan

peluang dan prospek usaha

Page 65: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

eksistensinya melalui penyerapan tenaga kerja. Rata

yang diambil dari jum

responden mencapai s

dilihat dari hubungan tenaga kerja dengan pe

persen tenaga kerja berasal dari orang lain yang

tenaga kerja berasal dari kera

berasal dari keluarga. Hasil perhitungan in

Tenaga kerja yang terserap pada bidang usaha ini umumnya memiliki

tingkat pendidikan formal rendah. Sebanyak 63.63 persen tenaga kerja dapat

dikategorikan memiliki tingkat pendidikan rendah dan hanya 36.36 persen tenaga

kerja yang memiliki tingkat pendidikan formal tinggi. Ini berarti usaha yang

dijalankan tidak membutuh

dari pendidikan formal.

21.22%

Gambar 5. Hubungan

melalui penyerapan tenaga kerja. Rata-rata penyerapan tenaga kerja

yang diambil dari jumlah total tenaga kerja yang terserap oleh s

responden mencapai sembilan orang tenaga kerja untuk satu unit UMKM. Jika

dilihat dari hubungan tenaga kerja dengan pemilik usaha, diketahui bahwa 66,

persen tenaga kerja berasal dari orang lain yang belum dikenal, 21

tenaga kerja berasal dari kerabat pemilik usaha, sementara 12,13 persen lainnya

berasal dari keluarga. Hasil perhitungan ini divisualisasikan pada Gambar 5

Tenaga kerja yang terserap pada bidang usaha ini umumnya memiliki

tingkat pendidikan formal rendah. Sebanyak 63.63 persen tenaga kerja dapat

dikategorikan memiliki tingkat pendidikan rendah dan hanya 36.36 persen tenaga

kerja yang memiliki tingkat pendidikan formal tinggi. Ini berarti usaha yang

dijalankan tidak membutuhkan keahlian khusus yang hanya mungkin didapatkan

dari pendidikan formal.

66.67 %

12.13%

orang lain

kerabat

keluarga

Gambar 5. HubunganTenaga Kerja dengan Pemilik UMKM

Keterangan:

50

rata penyerapan tenaga kerja

lah total tenaga kerja yang terserap oleh seluruh UMKM

embilan orang tenaga kerja untuk satu unit UMKM. Jika

milik usaha, diketahui bahwa 66,67

belum dikenal, 21,22 persen

13 persen lainnya

i divisualisasikan pada Gambar 5.

Tenaga kerja yang terserap pada bidang usaha ini umumnya memiliki

tingkat pendidikan formal rendah. Sebanyak 63.63 persen tenaga kerja dapat

dikategorikan memiliki tingkat pendidikan rendah dan hanya 36.36 persen tenaga

kerja yang memiliki tingkat pendidikan formal tinggi. Ini berarti usaha yang

kan keahlian khusus yang hanya mungkin didapatkan

orang lain

kerabat

keluarga

Tenaga Kerja dengan Pemilik UMKM

Keterangan:

Page 66: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

5.3 Hambatan Pengembangan Usaha

UMKM merupakan jenis usaha yang dijalankan dengan kesederhanaan,

jauh dari kompleksitas layaknya usaha besar. Meskipun demikian, UMKM

sebagai unit usaha tidak luput dari kendala yang menghambat pengembangan

usahanya. Berbagai kendala yang dihadapi UMKM dapat dikelompokkan pada

beberapa kendala besar yan

Berdasarkan Gambar 6

dalam pengembangan usaha adalah masalah pemasaran. Beberapa responden

mengalami keterbatasan pengetahuan dan informasi dalam hal pemasaran. Lokasi

produksi yang jauh dari target pasar juga seringkali memperparah kondisi ini.

Masalah lain yang hampir d

modal dan pendanaan. Terbatasnya modal dan pendanaan mengakibatkan

keterbatasan anggaran pemasaran. Ketersediaan dana yang kurang memadai

seringkali diprioritaskan untuk keperluan produksi.

Masalah lain yang c

UMKM dalam bidang teknol

yang dikembangkan umumnya adalah usaha sederhana, namun dalam upaya

pengembangan usaha dan peningkatan daya saing, UMKM membutuhkan

23.34%

10%

Gambar

Hambatan Pengembangan Usaha

UMKM merupakan jenis usaha yang dijalankan dengan kesederhanaan,

jauh dari kompleksitas layaknya usaha besar. Meskipun demikian, UMKM

aha tidak luput dari kendala yang menghambat pengembangan

usahanya. Berbagai kendala yang dihadapi UMKM dapat dikelompokkan pada

beberapa kendala besar yang divisualisasikan pada Gambar 6.

Gambar 6, diketahui bahwa kendala terbesar

dalam pengembangan usaha adalah masalah pemasaran. Beberapa responden

mengalami keterbatasan pengetahuan dan informasi dalam hal pemasaran. Lokasi

produksi yang jauh dari target pasar juga seringkali memperparah kondisi ini.

Masalah lain yang hampir dirasakan oleh setiap UMKM adalah keterbatasan

modal dan pendanaan. Terbatasnya modal dan pendanaan mengakibatkan

keterbatasan anggaran pemasaran. Ketersediaan dana yang kurang memadai

seringkali diprioritaskan untuk keperluan produksi.

Masalah lain yang cukup menghambat pengembangan usaha dirasakan

UMKM dalam bidang teknologi dan sumber daya manusia. Meskipun jenis usaha

yang dikembangkan umumnya adalah usaha sederhana, namun dalam upaya

pengembangan usaha dan peningkatan daya saing, UMKM membutuhkan

56.67%

10%10% pemasaran

modal

teknologi

sumber daya manusia

Gambar6. Hambatan dalam Pengembangan Usaha

Keterangan:

51

UMKM merupakan jenis usaha yang dijalankan dengan kesederhanaan,

jauh dari kompleksitas layaknya usaha besar. Meskipun demikian, UMKM

aha tidak luput dari kendala yang menghambat pengembangan

usahanya. Berbagai kendala yang dihadapi UMKM dapat dikelompokkan pada

, diketahui bahwa kendala terbesar yang dirasakan

dalam pengembangan usaha adalah masalah pemasaran. Beberapa responden

mengalami keterbatasan pengetahuan dan informasi dalam hal pemasaran. Lokasi

produksi yang jauh dari target pasar juga seringkali memperparah kondisi ini.

irasakan oleh setiap UMKM adalah keterbatasan

modal dan pendanaan. Terbatasnya modal dan pendanaan mengakibatkan

keterbatasan anggaran pemasaran. Ketersediaan dana yang kurang memadai

ukup menghambat pengembangan usaha dirasakan

gi dan sumber daya manusia. Meskipun jenis usaha

yang dikembangkan umumnya adalah usaha sederhana, namun dalam upaya

pengembangan usaha dan peningkatan daya saing, UMKM membutuhkan

pemasaran

modal

teknologi

sumber daya manusia

6. Hambatan dalam Pengembangan Usaha

Keterangan:

Page 67: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

52

teknologi yang memadai. Untuk mendukung tujuan ini, kapasitas tenaga kerja

juga perlu ditingkatkan. Meskipun tidak membutuhkan pengetahuan yang

diperoleh dari pendidikan formal secara langsung, namun kegiatan operasional

UMKM tetap memerlukan keterampilan khusus yang harus dimiliki oleh tenaga

kerja.

Page 68: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARANUSAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

6.1 Bauran Komunikasi Pemasaran UMKM

Usaha Mikro Kecil dan Menengah

badan usaha yang berorientasi pada pencapaian profit. Untuk mencapai tujuan

tersebut, maka UMKM melakukan komunikasi pemasaran. Upaya pelaksanaan

komunikasi pemasaran ini dilakukan UMKM untuk membina hubungan dengan

pasar yang menjadi target. UMKM sebagai pihak pemasar mengumpulkan

beraneka ragam ide, desain, pesan, media, format, dan warna sebagai saluran yang

digunakan untuk mengkomunikasikan produk dan citra usahanya kepada khalayak

sasaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pemasaran UMKM belum dilaksanakan secara optimal. Data ini divisualisasikan

pada Gambar 7.

41.17%

Gambar 7. Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran UMKM

BAB VI PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN

USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

Bauran Komunikasi Pemasaran UMKM

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu jenis

badan usaha yang berorientasi pada pencapaian profit. Untuk mencapai tujuan

tersebut, maka UMKM melakukan komunikasi pemasaran. Upaya pelaksanaan

komunikasi pemasaran ini dilakukan UMKM untuk membina hubungan dengan

enjadi target. UMKM sebagai pihak pemasar mengumpulkan

beraneka ragam ide, desain, pesan, media, format, dan warna sebagai saluran yang

digunakan untuk mengkomunikasikan produk dan citra usahanya kepada khalayak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan, komunikasi

pemasaran UMKM belum dilaksanakan secara optimal. Data ini divisualisasikan

41.17%

41.17%

17.64%

Gambar 7. Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran UMKM

Optimal

Belum Optimal

Tidak melaksanakan

Keterangan:

PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

merupakan salah satu jenis

badan usaha yang berorientasi pada pencapaian profit. Untuk mencapai tujuan

tersebut, maka UMKM melakukan komunikasi pemasaran. Upaya pelaksanaan

komunikasi pemasaran ini dilakukan UMKM untuk membina hubungan dengan

enjadi target. UMKM sebagai pihak pemasar mengumpulkan

beraneka ragam ide, desain, pesan, media, format, dan warna sebagai saluran yang

digunakan untuk mengkomunikasikan produk dan citra usahanya kepada khalayak

secara keseluruhan, komunikasi

pemasaran UMKM belum dilaksanakan secara optimal. Data ini divisualisasikan

Gambar 7. Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran UMKM

Belum Optimal

Tidak melaksanakan

Keterangan:

Page 69: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

Gambar 7 menunjukkan sebanyak 41,17 persen

melaksanakan komunikasi pemasaran dengan baik, baik dari

komunikasi pemasaran, frekuensi pelaksanaan, maupun b

Namun 41,17 persen

17,64 persen lainnya tidak melaksanakan komunikasi pemasaran.

Terdapat beberapa jenis ba

digunakan UMKM, diantaranya adalah periklanan, promosi penjualan, hubungan

masyarakat, penjualan personal, dan pemasaran langsung. Beragam jenis bauran

promosi memiliki kelebihan dan kekurangan yang membedakan karakteris

antara satu dengan yang lainnya.

sasaran pelaksanaan. Berikut adalah proporsi penggunaan bauran komunikasi

pemasaran pada UMKM binaan IPB yang

Dari Gambar

paling banyak digunakan oleh UMKM binaan IPB adalah jenis periklanan dan

penjualan personal, yakni

persen dan 30 persen dari total jumlah UMKM pelaksana.

bauran yang belum banyak dilakukan adalah

30%

Gambar 8. Penggunaan Bauran Komunikasi Pemasaran

menunjukkan sebanyak 41,17 persen dari total responden telah

melaksanakan komunikasi pemasaran dengan baik, baik dari keragaman bauran

komunikasi pemasaran, frekuensi pelaksanaan, maupun biaya yang dikeluarkan.

persen belum melaksanakannya secara optimal. Sementara itu,

lainnya tidak melaksanakan komunikasi pemasaran.

Terdapat beberapa jenis bauran komunikasi pemasaran yang

digunakan UMKM, diantaranya adalah periklanan, promosi penjualan, hubungan

masyarakat, penjualan personal, dan pemasaran langsung. Beragam jenis bauran

promosi memiliki kelebihan dan kekurangan yang membedakan karakteris

antara satu dengan yang lainnya. Penggunaannya disesuaikan dengan tujuan dan

sasaran pelaksanaan. Berikut adalah proporsi penggunaan bauran komunikasi

pemasaran pada UMKM binaan IPB yang divisualisasikan dalam Gambar 8

Dari Gambar 8 diketahui bahwa bauran komunikasi pemasaran yang

paling banyak digunakan oleh UMKM binaan IPB adalah jenis periklanan dan

penjualan personal, yakni persentase masing-masing mencapai angka 32.85

persen dan 30 persen dari total jumlah UMKM pelaksana. Sementara itu, jenis

bauran yang belum banyak dilakukan adalah public relation.

32.85%

21.42%4.28%

11.42%

Gambar 8. Penggunaan Bauran Komunikasi Pemasaran

periklananpromosi penjualanpublic relationpenjualan personalpemasaran langsung

Keterangan:

54

dari total responden telah

keragaman bauran

iaya yang dikeluarkan.

cara optimal. Sementara itu,

uran komunikasi pemasaran yang umum

digunakan UMKM, diantaranya adalah periklanan, promosi penjualan, hubungan

masyarakat, penjualan personal, dan pemasaran langsung. Beragam jenis bauran

promosi memiliki kelebihan dan kekurangan yang membedakan karakteristik

Penggunaannya disesuaikan dengan tujuan dan

sasaran pelaksanaan. Berikut adalah proporsi penggunaan bauran komunikasi

divisualisasikan dalam Gambar 8.

diketahui bahwa bauran komunikasi pemasaran yang

paling banyak digunakan oleh UMKM binaan IPB adalah jenis periklanan dan

masing mencapai angka 32.85

Sementara itu, jenis

public relation. Selain bauran

Gambar 8. Penggunaan Bauran Komunikasi Pemasaran

periklananpromosi penjualanpublic relationpenjualan personalpemasaran langsung

Keterangan:

Page 70: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

komunikasi pemasaran yang umum digunakan, hampir seluruh UMKM

mengandalkan komunikasi

6.1.1 Periklanan (a

Periklanan merupakan

barang, atau jasa yang

UMKM menggunakan komunikasi pemasaran jenis ini dalam bentuk cetak

maupun elektronik. Media cetak yang digunakan

binaan IPB, diantaranya adalah

baliho, iklan di surat kabar, dan tabloid.

menggunakan media elektronik, diantaranya adalah penggunaan media internet,

seperti facebook, twitter, blog, website

lainnya.

Penggunaan periklanan mendominasi jenis bauran komunikas

yang digunakan UMKM bina

total jumlah UMKM yang melaksanakan.

dikatakan efektif untuk seluruh jenis bidang usaha.

Gambar 9 yang menun

bidang usaha.

17.39%

Gambar

komunikasi pemasaran yang umum digunakan, hampir seluruh UMKM

mengandalkan komunikasi word of mouth dalam upaya pemasarannya.

advertising)

klanan merupakan segala bentuk kehadiran dan promosi dari ide,

barang, atau jasa yang bersifat non personal oleh suatu pihak tertentu. Beberapa

UMKM menggunakan komunikasi pemasaran jenis ini dalam bentuk cetak

maupun elektronik. Media cetak yang digunakan dalam periklanan UMKM

binaan IPB, diantaranya adalah leaflet, pamflet, brosur, spanduk,

baliho, iklan di surat kabar, dan tabloid. Sementara itu, jenis periklanan yang

menggunakan media elektronik, diantaranya adalah penggunaan media internet,

facebook, twitter, blog, website, dan beberapa media pemasaran

Penggunaan periklanan mendominasi jenis bauran komunikas

yang digunakan UMKM binaan IPB, yakni mencapai angka 32,

total jumlah UMKM yang melaksanakan. Bauran komunikasi periklanan dapat

dikatakan efektif untuk seluruh jenis bidang usaha. Hal ini divisualisasikan pada

yang menunjukkan porsi penggunaan periklanan berdasarkan jenis

34.78%

30.43%

17.39%

17.39%

panganjasapertaniankerajinan

Gambar9 Presentase Penggunaan Bauran Periklanan

Keterangan:

55

komunikasi pemasaran yang umum digunakan, hampir seluruh UMKM

dalam upaya pemasarannya.

segala bentuk kehadiran dan promosi dari ide,

pihak tertentu. Beberapa

UMKM menggunakan komunikasi pemasaran jenis ini dalam bentuk cetak

dalam periklanan UMKM

, pamflet, brosur, spanduk, banner, catalog,

Sementara itu, jenis periklanan yang

menggunakan media elektronik, diantaranya adalah penggunaan media internet,

, dan beberapa media pemasaran online

Penggunaan periklanan mendominasi jenis bauran komunikasi pemasaran

an IPB, yakni mencapai angka 32,85 persen dari

Bauran komunikasi periklanan dapat

divisualisasikan pada

jukkan porsi penggunaan periklanan berdasarkan jenis

panganjasapertaniankerajinan

9 Presentase Penggunaan Bauran Periklanan

Keterangan:

Page 71: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

56

Komunikasi pemasaran melalui bauran periklanan dapat dikatakan efektif

karena mampu menjangkau khalayak dalam jangkauan geografis yang luas.

Dengan daya jangkau yang luas, periklanan yang dilakukan secara non personal

(masal) dapat dikategorikan jenis promosi yang relatif murah. Penggunaan media

periklanan seperti leaflet juga seringkali digunakan sebagai media komunikasi

pendamping bauran komunikasi pemasaran lainnya. Misalnya pembagian leaflet

pada saat pameran. Namun, jika ditilik pada sisi lain, komunikasi non personal ini

justru menjadi kekurangan dalam pelaksanaan komunikasi pemasaran karena

sifatnya yang searah. Pelaksanaan periklanan secara masal juga kurang

mempertimbangkan keragaman khalayak penerima pesan, sehingga hanya dapat

dikatakan sangat efektif untuk beberapa segmentasi khalayak.

6.1.2 Promosi Penjualan

Promosi penjualan adalah berbagai insentif jangka pendek yang

mendorong konsumen untuk segera mencoba atau membeli sebuah produk atau

jasa. Beberapa jenis promosi penjualan yang pernah dilakukan UMKM mitra

binaan IPB untuk menarik minat konsumen adalah pemberian sampel produk,

kupon atau voucer, dan hadiah. Sampel produk biasanya diberikan pihak pemasar

kepada konsumen agar konsumen mencicipi produk yang dipasarkan untuk

diarahkan pada pembelian. Kegiatan promosi ini pernah dilakukan oleh UMKM

Fruity Fir. Pemberian sampel gratis ini diterapkan pada awal periode pendirian

UMKM. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Kusumastuti (2009) bahwa

biasanya perusahaan yang meluncurkan produk baru yang sering menggunakan

teknik pemberian sampel gratis. Produk rokok, permen, sampo, deterjen

merupakan produk yang sering menggunakan teknik pemberian contoh gratis.

Page 72: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

57

UMKM Fruity Fir merupakan jenis UMKM pangan dengan produk yang

dapat dikatakan baru dan memiliki keunikan penambahan kefir pada jus buah,

sehingga perlu dilakukan upaya pengenalan produk kepada konsumen. Namun,

Kusumastuti (2009) juga menyebutkan bahwa sampel gratis bukan hanya untuk

produk yang baru diluncurkan, tetapi juga untuk produk-produk yang sudah lama

ada. Tujuannya adalah untuk mengingatkan kepada konsumen secara terus-

menerus. Fungsi sampel gratis untuk produk yang lama adalah hampir sama

dengan iklan, yaitu untuk mengingatkan konsumen.

Kupon atau voucer merupakan bentuk insentif yang diberikan kepada

konsumen untuk memperoleh potongan harga pada saat melakukan pembelian

produk. Pemberian voucer ini pernah dilakukan oleh Kantin Dilla. Dengan

mendapatkan voucer ini, kosumen dapat mendapatkan potongan harga saat

membeli produk. Sementara itu, jenis insentif lainnya adalah hadiah. Pemberian

hadiah menjadi salah satu strategi Bimbel Katalis. Hadiah diberikan kepada calon

konsumen yang berhasil menjawab pertanyaan kuis pada twitter yang berkaitan

dengan pengetahuan mengenai mata kuliah yang menjadi subjek pelajaran di

bimbel ini. Beberapa jenis hadiah menarik ditawarkan kepada calon konsumen,

agar memiliki ketertarikan terhadap produk yang dipasarkan.

Persentase penggunaan bauran promosi penjualan didasarkan

pengelompokan jenis bidang usaha dapat diamati pada Gambar 10.

Page 73: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jenis bauran promosi

penjualan lebih cocok dan lebih banyak diterapkan pada b

jasa. Kedua bidang usaha ini merupakan jenis bidang usaha yang potensial untuk

diperkenalkan dengan cara pemberian sampel dan insentif pada konsumen

sasaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Kusumastuti (2009) yang menyebutkan

bahwa produsen yang menghasilkan

sebaiknya menggunakan periklanan dan promosi penjualan.

Berbagai sarana promosi tersebut juga memberikan kontribusi

motivasi pembelian yang memberikan nilai tambah kepada konsumen. Perusahaan

menggunakan alat promosi penjualan

kuat dan lebih cepat. Selain promosi penjualan kepada konsumen, UMKM juga

dapat memberikan insentif kep

dengan tujuan promosi penjualan kepada konsumen, promosi penjualan ini

bertujuan memotivasi penjualan.

Beberapa UMKM memberikan diskon atau potongan harga kepada penjual

perantara. Potongan harga ini dihar

perantara dalam melakukan penjualan produk. Sementara itu, insentif juga perlu

13.34%

Gambar 10. Presentase Penggunaan Bauran Promosi Penjualan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jenis bauran promosi

penjualan lebih cocok dan lebih banyak diterapkan pada bidang usaha pangan dan

jasa. Kedua bidang usaha ini merupakan jenis bidang usaha yang potensial untuk

diperkenalkan dengan cara pemberian sampel dan insentif pada konsumen

Hal ini sesuai dengan pendapat Kusumastuti (2009) yang menyebutkan

odusen yang menghasilkan consumer goods yang tidak tahan lama

sebaiknya menggunakan periklanan dan promosi penjualan.

Berbagai sarana promosi tersebut juga memberikan kontribusi

motivasi pembelian yang memberikan nilai tambah kepada konsumen. Perusahaan

menggunakan alat promosi penjualan ini untuk menciptakan respons yang lebih

. Selain promosi penjualan kepada konsumen, UMKM juga

dapat memberikan insentif kepada perantara dan tenaga penjualan. Tidak berbeda

dengan tujuan promosi penjualan kepada konsumen, promosi penjualan ini

bertujuan memotivasi penjualan.

Beberapa UMKM memberikan diskon atau potongan harga kepada penjual

perantara. Potongan harga ini diharapkan menjadi motivasi yang lebih baik bagi

perantara dalam melakukan penjualan produk. Sementara itu, insentif juga perlu

33.34%

33.34%

13.34%

20%

Gambar 10. Presentase Penggunaan Bauran Promosi Penjualan

pangan

jasa

pertanian

kerajinan

Keterangan:

58

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jenis bauran promosi

idang usaha pangan dan

jasa. Kedua bidang usaha ini merupakan jenis bidang usaha yang potensial untuk

diperkenalkan dengan cara pemberian sampel dan insentif pada konsumen

Hal ini sesuai dengan pendapat Kusumastuti (2009) yang menyebutkan

yang tidak tahan lama

Berbagai sarana promosi tersebut juga memberikan kontribusi dalam

motivasi pembelian yang memberikan nilai tambah kepada konsumen. Perusahaan

untuk menciptakan respons yang lebih

. Selain promosi penjualan kepada konsumen, UMKM juga

ada perantara dan tenaga penjualan. Tidak berbeda

dengan tujuan promosi penjualan kepada konsumen, promosi penjualan ini

Beberapa UMKM memberikan diskon atau potongan harga kepada penjual

apkan menjadi motivasi yang lebih baik bagi

perantara dalam melakukan penjualan produk. Sementara itu, insentif juga perlu

Gambar 10. Presentase Penggunaan Bauran Promosi Penjualan

pangan

jasa

pertanian

kerajinan

Keterangan:

Page 74: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

diberikan kepada tenaga penjual. Misalnya pemberian bonus kepada tenaga

penjual pada saat pameran. Pemberian bonus ini dapat memicu k

penjual dalam melakukan komunikasi pemasaran kepada calon konsumen.

6.1.3 Hubungan Masyarakat

Hubungan masyarakat

yang dilakukan dengan menjalin hubungan dengan berbagai ko

perusahaan dan masyarakat umum, dengan tujuan untuk membangun citra

perusahaan yang positif agar mendapat publisitas yang luas, dan mengatasi kabar

angin, laporan, serta kejadian

Berdasarkan pada ciri

UMKM sebagai upaya komunikasi pemasaran.

sebagai upaya komunikasi pemasaran UMKM binaan

Gambar 11.

Gambar 11 menunjukkan hanya

kerajinan yang pernah

masyarakat. Bentuk promosi hubungan masyarakat yang paling umum digunakan

adalah sponsorship. Sponsorship

Gambar11. Presentase Penggunaan Bauran Hubungan Masyarakat

diberikan kepada tenaga penjual. Misalnya pemberian bonus kepada tenaga

penjual pada saat pameran. Pemberian bonus ini dapat memicu k

penjual dalam melakukan komunikasi pemasaran kepada calon konsumen.

Hubungan Masyarakat (public relation)

Hubungan masyarakat (public relation) merupakan sarana promosi massal

yang dilakukan dengan menjalin hubungan dengan berbagai ko

perusahaan dan masyarakat umum, dengan tujuan untuk membangun citra

perusahaan yang positif agar mendapat publisitas yang luas, dan mengatasi kabar

angin, laporan, serta kejadian-kejadian yang tidak sesuai dengan kenyataan.

ciri ini, pelaksanaan public relation belum banyak dilakukan

UMKM sebagai upaya komunikasi pemasaran. Porsi penggunaan

sebagai upaya komunikasi pemasaran UMKM binaan IPB dapat diamati pada

menunjukkan hanya UMKM bidang usaha pangan, jasa, dan

kerajinan yang pernah menerapkan bentuk komunikasi pemasaran hubungan

Bentuk promosi hubungan masyarakat yang paling umum digunakan

Sponsorship adalah suatu bentuk dari promosi merek dengan

34%

33%

33%

pangan

jasa

kerajinan

11. Presentase Penggunaan Bauran Hubungan Masyarakat

Keterangan:

59

diberikan kepada tenaga penjual. Misalnya pemberian bonus kepada tenaga

penjual pada saat pameran. Pemberian bonus ini dapat memicu kinerja tenaga

penjual dalam melakukan komunikasi pemasaran kepada calon konsumen.

sarana promosi massal

yang dilakukan dengan menjalin hubungan dengan berbagai konsumen

perusahaan dan masyarakat umum, dengan tujuan untuk membangun citra

perusahaan yang positif agar mendapat publisitas yang luas, dan mengatasi kabar

kejadian yang tidak sesuai dengan kenyataan.

belum banyak dilakukan

Porsi penggunaan public relation

IPB dapat diamati pada

bidang usaha pangan, jasa, dan

menerapkan bentuk komunikasi pemasaran hubungan

Bentuk promosi hubungan masyarakat yang paling umum digunakan

adalah suatu bentuk dari promosi merek dengan

pangan

jasa

kerajinan

11. Presentase Penggunaan Bauran Hubungan Masyarakat

Keterangan:

Page 75: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

60

cara memberikan bantuan keuangan dari sebuah organisasi, perorangan, atau

kegiatan yang menghubungkan suatu merek dengan kegiatan olahraga, hiburan,

budaya, sosial, atau jenis public activity yang menimpulkan ketertarikan yang

tinggi dengan memberikan timbal balik untuk mengiklankan perusahaan.

Bentuk promosi ini pernah dilakukan oleh beberapa UMKM, diantaranya

Kantin Dilla, Green.Co, dan Orenz. Dalam pelaksanaannya, UMKM ini

memberikan sejumlah dana atau dapat juga berupa voucer kepada penyelenggara

suatu kegiatan. Tujuannya untuk mendukung keberlangsungan kegiatan yang

disponsori. Hal ini dilakukan untuk membentuk citra usaha yang baik di mata

konsumen, memperkenalkan berbagai produk dan membina hubungan baik

dengan calon konsumen.

6.1.4 Penjualan Personal (personal selling)

Penjualan personal merupakan interaksi tatap muka dengan satu atau lebih

pembeli prospektif dengan tujuan membuat presentasi, menjawab pertanyaan, dan

mendapatkan pesanan. Menurut Machfoedz (2010), personal selling merupakan

elemen termahal dalam bauran komunikasi. Meskipun demikian, personal selling

merupakan wahana komunikasi paling efektif dalam proses pembelian. Bentuk

promosi penjualan personal yang paling umum dilakukan UMKM adalah pameran

dan pertemuan penjualan.

Pameran adalah suatu kegiatan promosi yang dilakukan oleh suatu

produsen, kelompok, organisasi, perkumpulan tertentu dalam bentuk

menampilkan produk kepada calon relasi atau pembeli. Prisgunanto (2006)

mengungkapkan bahwa sarana personal selling memilki efek langsung pada

proses penjualan berdasarkan sales forces. Memang keandalan personal selling

Page 76: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

61

yang paling utama adalah mampu mendekatkan pelanggan dengan penjualan

lewat penggunaan jalur-jalur distribusi barang dan produk yang ada.

Pameran memainkan peranan sebagai jalur distribusi barang dan produk

yang mampu mendekatkan pelanggan dengan penjualan. Oleh karena itu,

meskipun beberapa responden telah menuturkan bahwa bauran komunikasi

pameran merupakan jenis bauran komunikasi pemasaran termahal dibandingkan

dengan jenis bauran komunikasi pemasaran lainnya, sebagian besar UMKM tetap

memilihnya sebagai salah satu upaya komunikasi pemasaran.

Pertemuan penjualan adalah salah satu bentuk promosi, dimana terjadi

pertemuan tatap muka antara produsen dengan pelanggan untuk membina

hubungan baik. Pelanggan adalah orang atau instansi atau lembaga yang membeli

barang dan jasa kita secara rutin atau berulang-ulang, karena barang dan jasa kita

memiliki manfaat. Pertemuan penjualan ini diterapkan oleh beberapa UMKM

mitra binaan IPB, terutama pada bidang usaha jasa dan pertanian. Pertemuan

penjualan dilakukan dalam bentuk pertemuan antara pelaku usaha dengan

pelanggan. Pada pertemuan ini, biasanya pelaku usaha dan pelanggan hanya

mematangkan berbagai hal yang sudah diinformasikan sebelumnya.

UMKM Ikhtiar Farm, merupakan salah satu UMKM jenis pertanian yang

melakukan budidaya ayam. Ikhtiar Farm secara rutin melakukan pertemuan

dengan pelanggannya. Pertemuan rutin ini dilakukan sesaat sebelum panen ayam.

Dalam pertemuan ini, pelaku usaha dan pelanggan melakukan kesepakatan dan

pemantapan kualitas, kuantitas dan harga produk. Bagi usaha pertanian,

pertemuan ini penting, karena harga hasil pertanian yang bersifat fluktuatif.

Pelaksanaan pertemuan penjualan ini juga relevan untuk jenis-jenis usaha lain

Page 77: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

yang menggunakan jasa penjual kembali (

pertemuan ini dapat menjadi upaya untuk menjaga h

pelanggan.

Walaupun biaya lebih tinggi dibandingkan dengan alat promosi lainn

banyak perusahaan menggunakan penjualan tatap muka sebagai alat promosi

utama. Porsi pelaksanaan penjualan personal berdasarkan jenis bidang u

diamati pada Gambar 1

Penggunaan tatap muka sebagai alat promosi utama diterapkan pada

hampir seluruh bidang usaha. Penggunaan bauran tatap muka mendominasi upaya

komunikasi pemasaran yang dilaksanakan UMKM mitra binaan IPB, selain

penggunaan bauran periklanan. Bagi jenis usaha pangan dan kerajinan, upaya

komunikasi tatap muka dilaksanakan melalui

bidang usaha lainnya, yaitu jasa dan pertanian, komunikasi tatap muka

dilaksanakan dengan

19.04%

Gambar 12.

yang menggunakan jasa penjual kembali (reseller). Selain mencapai kesepakatan,

pertemuan ini dapat menjadi upaya untuk menjaga hubungan baik dengan

Walaupun biaya lebih tinggi dibandingkan dengan alat promosi lainn

banyak perusahaan menggunakan penjualan tatap muka sebagai alat promosi

Porsi pelaksanaan penjualan personal berdasarkan jenis bidang u

diamati pada Gambar 12.

Penggunaan tatap muka sebagai alat promosi utama diterapkan pada

eluruh bidang usaha. Penggunaan bauran tatap muka mendominasi upaya

komunikasi pemasaran yang dilaksanakan UMKM mitra binaan IPB, selain

penggunaan bauran periklanan. Bagi jenis usaha pangan dan kerajinan, upaya

komunikasi tatap muka dilaksanakan melalui pameran. Sementara, bagi dua jenis

bidang usaha lainnya, yaitu jasa dan pertanian, komunikasi tatap muka

dilaksanakan dengan metode pertemuan penjualan.

38.09%

19.04%

19.04%

23.80%

Gambar 12.Presentase Penggunaan Bauran Penjualan Personal

Keterangan:

62

). Selain mencapai kesepakatan,

ubungan baik dengan

Walaupun biaya lebih tinggi dibandingkan dengan alat promosi lainnya,

banyak perusahaan menggunakan penjualan tatap muka sebagai alat promosi

Porsi pelaksanaan penjualan personal berdasarkan jenis bidang usaha dapat

Penggunaan tatap muka sebagai alat promosi utama diterapkan pada

eluruh bidang usaha. Penggunaan bauran tatap muka mendominasi upaya

komunikasi pemasaran yang dilaksanakan UMKM mitra binaan IPB, selain

penggunaan bauran periklanan. Bagi jenis usaha pangan dan kerajinan, upaya

pameran. Sementara, bagi dua jenis

bidang usaha lainnya, yaitu jasa dan pertanian, komunikasi tatap muka

pangan

jasa

pertanian

kerajinan

Presentase Penggunaan Bauran Penjualan Personal

Keterangan:

Page 78: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

6.1.5 Pemasaran Langsung

Pemasaran langsung

individu yang menjadi target secara hati

dan membangun hubungan pelanggan yang langgeng. Kusumastuti (2009) juga

menyebutkan bahwa alat promosi ini hanya dapat menjangkau konsumen yang

spesifik. Namun, pesan yang disampaikan melalui

disesuaikan dengan karakter dan respon konsumen yang dituju serta dapat

diperbaharui secara cepat pula.

Pemasaran langsung

komunikasi pemasaran dilakukan dalam bentuk kunjungan

konsumen sasaran. Porsi penggunaan pemasaran langsung sebagai upaya

komunikasi pemasaran UMKM mitra binaan IPB dapat diamati pada Gambar

Jenis komunikasi pemasaran

UMKM bidang usaha jasa dan pertan

bauran ini dirasa lebih efektif untuk membidik konsumen sasaran dan mencapai

target penjualan. Misalnya pada UMKM budidaya puyuh. Untuk mencapai

konsumen sasaran, UMKM ini melakukan metode jemput bola. Artinya, pelak

usaha mendata beberapa konsumen sasaran yang potensial. Kemudian pihak

37.5%

Gambar 13. Presentase Penggunaan

Pemasaran Langsung

emasaran langsung merupakan hubungan langsung dengan konsumen

menjadi target secara hati-hati untuk mendapatkan respon segera

dan membangun hubungan pelanggan yang langgeng. Kusumastuti (2009) juga

menyebutkan bahwa alat promosi ini hanya dapat menjangkau konsumen yang

spesifik. Namun, pesan yang disampaikan melalui direct marketing

disesuaikan dengan karakter dan respon konsumen yang dituju serta dapat

diperbaharui secara cepat pula.

Pemasaran langsung yang paling umum diterapkan UMKM sebagai upaya

komunikasi pemasaran dilakukan dalam bentuk kunjungan langsung kepada

konsumen sasaran. Porsi penggunaan pemasaran langsung sebagai upaya

komunikasi pemasaran UMKM mitra binaan IPB dapat diamati pada Gambar

Jenis komunikasi pemasaran langsung lebih banyak digunakan oleh

UMKM bidang usaha jasa dan pertanian. Pada kedua bidang usaha ini, jenis

bauran ini dirasa lebih efektif untuk membidik konsumen sasaran dan mencapai

target penjualan. Misalnya pada UMKM budidaya puyuh. Untuk mencapai

konsumen sasaran, UMKM ini melakukan metode jemput bola. Artinya, pelak

usaha mendata beberapa konsumen sasaran yang potensial. Kemudian pihak

12.5%

50%

37.5%

Gambar 13. Presentase PenggunaanBauran Pemasaran Langsung

Keterangan:

63

hubungan langsung dengan konsumen

hati untuk mendapatkan respon segera

dan membangun hubungan pelanggan yang langgeng. Kusumastuti (2009) juga

menyebutkan bahwa alat promosi ini hanya dapat menjangkau konsumen yang

direct marketing dapat

disesuaikan dengan karakter dan respon konsumen yang dituju serta dapat

yang paling umum diterapkan UMKM sebagai upaya

langsung kepada

konsumen sasaran. Porsi penggunaan pemasaran langsung sebagai upaya

komunikasi pemasaran UMKM mitra binaan IPB dapat diamati pada Gambar 13.

banyak digunakan oleh

ian. Pada kedua bidang usaha ini, jenis

bauran ini dirasa lebih efektif untuk membidik konsumen sasaran dan mencapai

target penjualan. Misalnya pada UMKM budidaya puyuh. Untuk mencapai

konsumen sasaran, UMKM ini melakukan metode jemput bola. Artinya, pelaku

usaha mendata beberapa konsumen sasaran yang potensial. Kemudian pihak

pangan

jasa

pertanian

Bauran Pemasaran Langsung

Keterangan:

Page 79: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

64

UMKM melakukan kunjungan langsung kepada konsumen sasaran yang telah

ditetapkan, memberikan penjelasan produk dan melakukan follow up. Harapan

pelaksanaan pemasaran langsung ini adalah membentuk kesepakatan jual beli.

6.1.6 Word of mouth

Chalpham (1991) menyebutkan bahwa tingkat keterbukaan di pasar

konsumen rendah karena perusahaan tidak memiliki peluang yang cukup pada

masyarakat umum dan sejauh ini hanya beberapa pameran dagang khusus,

pameran tetap atau kampanye penjualan saja yang pernah diadakan. Konsumen

dalam negeri, terutama di daerah kota, sering kurang mengetahui produk-produk

yang dihasilkan perusahaan kecil dan menengah dalam negeri atau sangat tidak

percaya dan penuh prasangka terhadap produk-produk ini bila diukur menurut

standar mutu internasional. Penuturan Chalpham (1991) mengenai keterbatasan

UMKM dalam pelaksanaan komunikasi pemasaran ini masih menjadi kendala

yang dihadapi UMKM mitra binaan IPB.

Sebagian UMKM dari total responden telah melakukan komunikasi

pemasaran dengan baik, beberapa telah melaksanakan meskipun tergolong belum

optimal, sementara sebagian lainnya memilih untuk tidak melaksanakan

komunikasi pemasaran. Sebagai unit usaha yang tergolong kecil dan terhambat

oleh berbagai keterbatasan, UMKM mengandalakan komunikasi pemasaran word

of mouth (WOM). WOM tidak hanya diandalkan oleh UMKM yang tidak

melakukan upaya komunikasi pemasaran, melainkan juga diandalkan oleh

UMKM yang telah menggunakan beberapa bauran komunikasi pemasaran untuk

memperkenalkan dan memasarkan produknya.

Page 80: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

65

Word of mouth merupakan jenis komunikasi pemasaran yang ampuh,

efektif, dan berbiaya paling murah. Word of mouth marketing adalah iklan yang

dilakukan oleh konsumen ke konsumen lain tanpa campur tangan siapapun.

Konsumen yang merasa puas terhadap suatu produk cenderung akan

mempromosikan produk tersebut kepada konsumen lain. Kotler (2005) juga

menyebutkan bahwa pelanggan yang puas akan tetap setia dalam waktu yang

lebih lama, serta akan membicarakan hal yang baik tentang perusahaan. Dalam hal

ini, tentu UMKM sebagai pelaku usaha tidak lagi memiliki kontrol secara

langsung.

Keandalan WOM sebagai upaya komunikasi pemasaran tidak terbantahkan

lagi. Meskipun jenis komunikasi ini dapat dilakukan dengan biaya yang sangat

minim, bahkan tanpa biaya, WOM memiliki peranan yang baik dalam

memasarkan produk. Hal ini terbukti pada penelitian yang dilakukan terhadap

UMKM mitra binaan IPB. Beberapa usaha yang tidak melakukan komunikasi

pemasaran masih terus berdiri dan melanjutkan usahanya.

UMKM Catering Evrina merupakan jenis usaha yang bergerak pada

bidang usaha pangan dan telah menjalankan usaha selama lima tahun. Selama

menjalankan usahanya, pelaku UMKM tidak pernah sekalipun menggunakan

bauran komunikasi pemasaran sebagai upaya pemasaran produk dan usahanya.

Selama ini, pelaku usaha hanya mengandalkan WOM dalam memperoleh

pelanggan. Ibu Lina, pelaku usaha mengakui ketergantungannya pada komunikasi

pemasaran WOM sebagai berikut: “Saya mah nggak pernah bikin-bikin iklan,

Page 81: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

Neng. Selama ini cuma mengandalkan iklan dari mulut ke mulut saja. Pelanggan

baru saya tahu catering

Hal ini sejalan dengan pendapat Chandra (2008, seperti dikutip oleh

Amelia, 2009), bahwa

dalam membangun merek yang kokoh karena dilandasi konsumen yang sangat

puas. Konsumen ini bukan saja konsumen yang loyal, tetapi juga berperan sebagai

konsumen yang bersedia menjadi agen pemasar gratis.

6.2 Biaya Pelaksanaan

Biaya promosi sering menjadi unsur yang berpengaruh nyata terhadap

keberhasilan perusahaan dalam mengembangkan pangsa pasarnya. Namun

kebanyakan UMKM belum

operasional promosi. Syarif

pemasaran bukan kurang diminati oleh kalangan UMKM, melainkan umumnya

karena mereka tidak mampu membayar biaya kegiatan tersebut. Kondisi ini

berlaku bagi UMKM mitra binaan IPB.

2 Hasil wawancara dengan Hj. Lina, pemilik UMKM

Oktober 2010.

41,17%

20,58%

Gambar 14. Anggaran

Neng. Selama ini cuma mengandalkan iklan dari mulut ke mulut saja. Pelanggan

catering saya dari pelanggan lama”. 2

Hal ini sejalan dengan pendapat Chandra (2008, seperti dikutip oleh

Amelia, 2009), bahwa WOM merupakan komunikasi pemasaran yang efektif

dalam membangun merek yang kokoh karena dilandasi konsumen yang sangat

puas. Konsumen ini bukan saja konsumen yang loyal, tetapi juga berperan sebagai

konsumen yang bersedia menjadi agen pemasar gratis.

Biaya Pelaksanaan

Biaya promosi sering menjadi unsur yang berpengaruh nyata terhadap

keberhasilan perusahaan dalam mengembangkan pangsa pasarnya. Namun

kebanyakan UMKM belum mengalokasikan anggaran biaya yang memadai untuk

operasional promosi. Syarif (2009) menyatakan adanya indikasi bahwa promosi

pemasaran bukan kurang diminati oleh kalangan UMKM, melainkan umumnya

karena mereka tidak mampu membayar biaya kegiatan tersebut. Kondisi ini

berlaku bagi UMKM mitra binaan IPB. Hal ini divisualisasikan pada Gam

Hasil wawancara dengan Hj. Lina, pemilik UMKM Catering Evrina pada tanggal 16

26,47%

11,76%

20,58%

tinggi

sedang

rendah

tidak mengeluarkan biaya

Gambar 14. AnggaranBiaya Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran

Keterangan:

66

Neng. Selama ini cuma mengandalkan iklan dari mulut ke mulut saja. Pelanggan

Hal ini sejalan dengan pendapat Chandra (2008, seperti dikutip oleh

WOM merupakan komunikasi pemasaran yang efektif

dalam membangun merek yang kokoh karena dilandasi konsumen yang sangat

puas. Konsumen ini bukan saja konsumen yang loyal, tetapi juga berperan sebagai

Biaya promosi sering menjadi unsur yang berpengaruh nyata terhadap

keberhasilan perusahaan dalam mengembangkan pangsa pasarnya. Namun,

anggaran biaya yang memadai untuk

menyatakan adanya indikasi bahwa promosi

pemasaran bukan kurang diminati oleh kalangan UMKM, melainkan umumnya

karena mereka tidak mampu membayar biaya kegiatan tersebut. Kondisi ini

divisualisasikan pada Gambar 14.

Evrina pada tanggal 16

tidak mengeluarkan biaya

Biaya Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran

Keterangan:

Page 82: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

67

Sebagian besar responden menyatakan kesulitan dalam hal modal dan

pendanaan. Menurut penuturan beberapa responden, keuangan yang minim ini

hanya cukup untuk biaya produksi. Beberapa diantara mereka bahkan tidak

memiliki anggaran untuk melaksanakan kegiatan pemasaran. Relatif mahalnya

biaya promosi, menyebabkan sebagian besar UMKM terutama pengusaha mikro

dan kecil, tidak mampu untuk ikut dalam kegiatan tersebut.

Umumnya, bagi UMKM yang memiliki target pasar yang lebih luas

membutuhkan biaya komunikasi pemasaran yang lebih besar. Hal ini lebih

dirasakan oleh UMKM dengan bidang usaha kerajinan, misalnya UMKM Fit Pot.

Usaha ini bergerak dalam pembuatan dan penjualan rangkaian pot tanaman hias

yang unik dengan inovasi teknologi, misalnya kemampuan sistem pot yang dapat

menyiram tanaman secara otomatis pada waktu-waktu tertentu. Biaya produksi

produk ini tergolong tinggi, sehingga harga jualnya menjadi tinggi pula.

Pemakaian teknologinya juga menghabiskan biaya yang besar. Oleh karena itu,

sasaran konsumennya adalah konsumen dengan status sosial menengah ke atas.

Pelaku UMKM menyebutkan bahwa Fit Pot lebih efektif dipromosikan

melalui bauran pameran. Selain dapat memamerkan produknya, pihak UMKM

juga dapat menjelaskan secara langsung kepada konsumen mengenai keunikan

produk ini. Namun, untuk mencapai konsumen sasaran, pelaksanaan pameran juga

harus mempertimbangkan waktu, tempat, dan biaya.

Desi, pelaku UMKM menyatakan keterbatasan anggaran menjadi kendala

dalam upaya komunikasi pemasaran sebagai berikut:

“Saya kurang tertarik berpartisipasi pada pameran yang dilaksanakan di kampus, seerti bazaar-bazar sederhana. Mengingat sasaran konsumen berstatus sosial menengah ke atas, maka pameran harus

Page 83: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

dilaksanakan di tempatSquare atau pameran di ini belum memiliki cukup anggaran untuk berpartisipasi dalam pamerantersebut”.3

6.3 Frekuensi Pelaksanaan

Terdapat tiga tujuan utama dari komunikasi pemasaran, yaitu

menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan. Untuk mencapai tujuan

tersebut, komunikasi pemasaran harus dilaksanakan secara rutin. Frekuensi

pelaksanaan berkaitan dengan sering atau tidaknya komunikasi pemasaran

dilaksanakan.

Frekuensi pelaksanaan

dilakukan oleh UMKM mitra binaan IPB

Kebanyakan dari UMKM ini

tahap awal pendirian usaha. Kecilnya jumlah (frekuensi) penyelenggraan promosi

produk UMKM di Indonesia menurut Sujito (1997

2009) nampaknya lebih banyak disebabkan oleh kurangnya inisia

3 Hasil wawancara dengan Desi, pemilik UMKM

35,29%

17,64%

Gambar15. Frekuensi Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran

dilaksanakan di tempat-tempat strategis, misalnya pameran di Botany Square atau pameran di Jakarta Convention Center (JCC), namun ini belum memiliki cukup anggaran untuk berpartisipasi dalam pameran

Frekuensi Pelaksanaan

Terdapat tiga tujuan utama dari komunikasi pemasaran, yaitu

menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan. Untuk mencapai tujuan

tersebut, komunikasi pemasaran harus dilaksanakan secara rutin. Frekuensi

erkaitan dengan sering atau tidaknya komunikasi pemasaran

Frekuensi pelaksanaan komunikasi pemasaran masih tergolong jarang

oleh UMKM mitra binaan IPB. Hal divisualisasikan pada

Kebanyakan dari UMKM ini hanya melaksanakan komunikasi pemasaran pada

tahap awal pendirian usaha. Kecilnya jumlah (frekuensi) penyelenggraan promosi

produk UMKM di Indonesia menurut Sujito (1997 seperti dikutip Rahmana,

) nampaknya lebih banyak disebabkan oleh kurangnya inisia

ncara dengan Desi, pemilik UMKM Cresh pada tanggal 17 Oktober 2010.

47,05%

17,64%

sering

jarang

tidak melaksanakan

15. Frekuensi Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran

Keterangan:

68

tempat strategis, misalnya pameran di Botany (JCC), namun UMKM

ini belum memiliki cukup anggaran untuk berpartisipasi dalam pameran

Terdapat tiga tujuan utama dari komunikasi pemasaran, yaitu

menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan. Untuk mencapai tujuan

tersebut, komunikasi pemasaran harus dilaksanakan secara rutin. Frekuensi

erkaitan dengan sering atau tidaknya komunikasi pemasaran

masih tergolong jarang

Hal divisualisasikan pada Gambar 15.

hanya melaksanakan komunikasi pemasaran pada

tahap awal pendirian usaha. Kecilnya jumlah (frekuensi) penyelenggraan promosi

seperti dikutip Rahmana,

) nampaknya lebih banyak disebabkan oleh kurangnya inisiatif dari kalangan

pada tanggal 17 Oktober 2010.

sering

jarang

tidak melaksanakan

15. Frekuensi Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran

Keterangan:

Page 84: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

69

UMKM sendiri, serta kepedulian stakeholder. Kondisi ini memang sangat tidak

ideal mengingat pemasaran merupakan salah satu aspek bisnis yang berperanan

besar dalam mendukung pemberdayaan UMKM.

Stakeholder yang dimaksud dalam hal ini adalah lembaga pembina, baik

UPP-UKM maupun CDA. Beberapa UMKM dengan keterbatasan modal dan

pendanaan mengandalkan kedua lembaga ini dalam pelaksanaan komunikasi

pemasaran. Kedua lembaga ini, baik UPP-UKM maupun CDA telah berupaya

menyelenggarakan dan memfasilitasi UMKM binaannya untuk melakukan

promosi. Namun, dalam pelaksanaannya belum semua UMKM mendapat

kesempatan untuk dipromosikan.

Ketidakmerataan kesempatan fasilitas promosi UMKM ini merupakan

akibat dari keterbatasan keuangan kedua lembaga tersebut. Bagi UMKM binaan

UPP-UKM, beberapa responden menyebutkan bahwa mereka kurang memiliki

pengetahuan dan wawasan mengenai pelaksanaan komunikasi pemasaran. Oleh

karena itu, sosialisasi dan penyadaran mengenai pentingnya komunikasi

pemasaran perlu dilakukan oleh lembaga pembina.

Keterbatasan pengetahuan dan wawasan mengenai pelaksanaan

komunikasi pemasaran menjadi faktor penghambat selain keterbatasan biaya.

Beberapa responden mengatakan bahwa mereka tidak mengerti mengenai

pemasaran. Bagi mereka, pemasaran sama dengan penjualan. Pelaku UMKM ini

berfikir mengenai bagaimana menjual produk, namun tidak memikirkan

bagaimana cara memberikan kepuasan pada pelanggan.

Cara yang digunakan UMKM untuk menjual produk juga tergolong upaya

penjualan yang konvensional. Padahal dengan melaksanakan komunikasi

Page 85: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

70

pemasaran, UMKM dapat memperkenalkan produk dan usahanya kepada

khalayak luas. Pelaksanaan komunikasi pemasaran juga dapat merangsang

pembelian produk oleh konsumen. Pelaksnaan komunikasi pemasaran seringkali

diidentikkan dengan upaya pengenalan produk kepada khalayak luas. Oleh karena

itu, beberapa UMKM hanya melaksanakan komunikasi pemasaran pada tahap

awal pendirian usaha. Mereka kurang memperhatikan tujuan-tujuan yang lain.

Komunikasi pemasaran juga dapat digunakan untuk mengingatkan konsumen,

maka pelaksanaannya harus dilaksanakan secara rutin.

Berdasarkan kenyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa sedikitnya

terdapat tiga faktor yang mengakibatkan rendahnya frekuensi pelaksanaan

komunikasi pemasaran, yaitu: a) Keterbatasan modal dan pendanaan pelaksana,

baik dari pihak UMKM maupun lembaga pembina; b) Kurangnya pengetahuan

dan inisiatif UMKM dalam melaksanakan komunikasi pemasaran; c) Keterbatasan

kepedulian pihak lembaga pembina, baik dalam sosialisasi mengenai pentingnya

komunikasi pemasaran maupun penyelenggaraannya.

Page 86: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMKM

DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN

7.1 Ragam Bidang Usaha

UMKM mitra binaan IPB terdiri dari beragam jenis bidang usaha,

diantaranya UMKM pangan, jasa, pertanian, dan kerajinan. Masing-masing

bidang usaha ini memilliki karakteristik yang membedakan antara satu dengan

yang lain. Tiap jenis bidang usaha memiliki karakteristik produk, sistem

pemasaran, dan sasaran konsumen yang berbeda, sehingga komunikasi pemasaran

yang dilaksanakan akan membentuk pola yang berbeda pula. Perbedaan

keefektivan penggunaan bauran komunikasi pemasaran UMKM berdasarkan jenis

bidang usaha dan karakteristik usaha dijelaskan pada Tabel 3.

Tabel 3. Penggunaan Bauran Komunikasi Pemasaran Berdasarkan Jenis Bidang Usaha

No Bidang Usaha Karakteristik Bauran Promosi

1 Pangan - Daya tahan produk relatif singkat - Membutuhkan upaya komunikasi

pemasaran yang mendukung penjualan dalam waktu singkat

Kombinasi promosi penjualan dengan periklanan, dan kombinasi penjualan personal dengan periklanan

2 Jasa - Produknya bersifat intangible dan immaterial

- Berorientasi pada kepuasan pelanggan - Membutuhkan bauran yang mampu

menguraikan berbagai keunggulan jasa

Penjualan personal dan pemasaran langsung

3 Pertanian - Produk diproduksi dan dijual dalam partai besar

- Daya tahan produk relatif singkat dan bersifat musiman

- Membutuhkan bauran yang mampu menguraikan berbagai keunggulan produk

Pertemuan penjualan

4 Kerajinan - Produk tergolong unik - Bukan merupakan barang primer - Membutuhkan komunikasi pemasaran

yang dilakukan secara intensif

Pameran

Page 87: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

4.16%

33.34%

Gambar 16.Penggunaan Bauran Promosi pada Bidang Usaha Pangan

7.1.1 Pangan

Bidang usaha pangan memiliki karakteristik produk dengan daya tahan

yang relatif singkat jika

itu, upaya komunikasi pemasaran yang dilakukan harus mampu mendukung

penjualan dalam waktu yang singkat. Penggunaan bauran komunikasi pemasaran

oleh UMKM bidang usaha pan

Jenis bauran komunikasi

UMKM bidang usaha pangan adalah perpaduan antara promosi penjualan dan

penjualan personal dengan periklanan. Mempertimbangkan daya tahan produk

yang relatif singkat, perpaduan jenis bauran komunikasi pemasaran ini

efektif. Promosi penjualan merupakan alat promosi yang efektif untuk memotivasi

konsumen sasaran dalam melakukan pembelian, misalnya dengan pemberian

sampel produk. Promosi penjualan ini semakin efektif jika didampingi dengan

media periklanan, seper

dapat ditampilkan pada leaflet ataupun media periklanan pendamping lainnya.

Penggunaan bauran pameran pada bidang usaha pangan lebih efektif

diterapkan pada produk yang tergolong unik,

33.34%

20.83%

4.16%

periklanan

promosi penjualan

hubungan masyarakat

penjualan personal

pemasaran langsung

Penggunaan Bauran Promosi pada Bidang Usaha Pangan

Keterangan:

Bidang usaha pangan memiliki karakteristik produk dengan daya tahan

yang relatif singkat jika dibandingkan dengan jenis produk lainnya.

itu, upaya komunikasi pemasaran yang dilakukan harus mampu mendukung

penjualan dalam waktu yang singkat. Penggunaan bauran komunikasi pemasaran

oleh UMKM bidang usaha pangan dapat diamati pada Gambar 16.

Jenis bauran komunikasi pemasaran yang paling umum digunakan oleh

UMKM bidang usaha pangan adalah perpaduan antara promosi penjualan dan

penjualan personal dengan periklanan. Mempertimbangkan daya tahan produk

yang relatif singkat, perpaduan jenis bauran komunikasi pemasaran ini

efektif. Promosi penjualan merupakan alat promosi yang efektif untuk memotivasi

konsumen sasaran dalam melakukan pembelian, misalnya dengan pemberian

sampel produk. Promosi penjualan ini semakin efektif jika didampingi dengan

media periklanan, seperti leaflet. Substansi keunikan dan keunggulan produk

dapat ditampilkan pada leaflet ataupun media periklanan pendamping lainnya.

Penggunaan bauran pameran pada bidang usaha pangan lebih efektif

diterapkan pada produk yang tergolong unik, seperti halnya Bro

72

periklanan

promosi penjualan

hubungan masyarakat

penjualan personal

pemasaran langsung

Penggunaan Bauran Promosi pada Bidang Usaha Pangan

Keterangan:

Bidang usaha pangan memiliki karakteristik produk dengan daya tahan

produk lainnya. Oleh karena

itu, upaya komunikasi pemasaran yang dilakukan harus mampu mendukung

penjualan dalam waktu yang singkat. Penggunaan bauran komunikasi pemasaran

.

pemasaran yang paling umum digunakan oleh

UMKM bidang usaha pangan adalah perpaduan antara promosi penjualan dan

penjualan personal dengan periklanan. Mempertimbangkan daya tahan produk

yang relatif singkat, perpaduan jenis bauran komunikasi pemasaran ini dirasa

efektif. Promosi penjualan merupakan alat promosi yang efektif untuk memotivasi

konsumen sasaran dalam melakukan pembelian, misalnya dengan pemberian

sampel produk. Promosi penjualan ini semakin efektif jika didampingi dengan

ti leaflet. Substansi keunikan dan keunggulan produk

dapat ditampilkan pada leaflet ataupun media periklanan pendamping lainnya.

Penggunaan bauran pameran pada bidang usaha pangan lebih efektif

seperti halnya Brown.Co, yang

Page 88: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

73

memproduksi brownies dari tepung singkong. UMKM ini membutuhkan lebih

banyak upaya komunikasi pemasaran. Pelaksanaan pameran dirasa efektif, karena

pada pertemuan langsung ini, pihak pemasar dapat memberikan penjelasan

mengenai keunikan dan kelebihan produk, sehingga mampu menarik minat

konsumen. Pelaksanaan bauran pameran juga dapat dilakukan dengan didampingi

dengan media periklanan.

7.1.2 Jasa

Usaha pada bidang jasa memiliki karakteristik produk yang unik

dibandingkan dengan bidang usaha lainnya. Menurut Rangkuti (2008, dalam Sari

2009), pemasaran jasa tidak sama dengan pemasaran produk. Pemasaran jasa dan

pemasaran produk memiliki tiga perbedaan, yaitu:

1. Pemasaran jasa lebih bersifat intangible dan immaterial, karena

produknya tidak kasat mata dan tidak dapat diraba.

2. Produksi jasa dilakukan saat konsumen berhadapan dengan petugas

sehingga pengawasan kualitasnya dilakukan dengan segera, hal ini lebih

sulit daripada pengawasan produk fisik.

3. Interaksi antara konsumen dan petugas adalah penting untuk dapat

mewujudkan produk yang dibentuk.

Berdasarkan beberapa karakteristik di atas, dapat dikatakan bahwa usaha

bidang jasa membutuhkan jenis komunikasi yang dapat menguraikan dan

menjelaskan berbagai keunggulan dan fasilitas jasa yang dihasilkan, yang

membedakannya dengan UMKM pesaing dengan penawaran jasa yang sejenis.

Untuk itu, komunikasi pemasaran yang dilakukan secara tatap muka, baik melalui

pertemuan penjualan maupun pemasaran langsung merupakan pilihan yang tepat.

Page 89: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

Dengan mengadakan pertemuan d

dengan leluasa menjelaskan spesifikasi jasa yang ditawarkan.

Penggunaan ragam bauran komunikasi pemasaran yang dilaksanakan

UMKM bidang usaha jas

Bauran promosi pemasaran langsung

oleh UMKM bidang jasa

dalam pelaksanaan pemasaran langsung dan penjualan personal, media periklanan

tetap menjadi bauran pelengkap.

Dalam pertemuan ini, komunikasi pemasaran berlangsung dua arah. Selain

memberikan penjelasan dan penawaran, pemasar dapat menjawab pertanyaan

konsumen. Penawaran produk dengan cara tatap muka juga dapat memperkecil

kemungkinan salah p

usaha jasa merupakan jenis usaha yang mengutamakan kepuasan pelanggan. Oleh

karena itu, upaya meminimalisir kesalahan persepsi, penjelasan yang detail pada

saat tatap muka baik untuk dilaksanakan.

Produk berupa jasa memiliki karakteristik khusus yang membedakannya

dengan produk pada umumnya, yaitu sifatnya yang

tidak dapat dilihat dan tidak dapat diraba.

4.76%

19.04%

19.04%

Gambar 17.

Dengan mengadakan pertemuan dengan calon konsumen, pelaku UMKM dapat

dengan leluasa menjelaskan spesifikasi jasa yang ditawarkan.

Penggunaan ragam bauran komunikasi pemasaran yang dilaksanakan

UMKM bidang usaha jasa divisualisasikan pada Gambar 17.

Bauran promosi pemasaran langsung dan penjualan personal seringkali dilakukan

oleh UMKM bidang jasa. Tidak jauh berbeda dengan jenis bidang usaha lainnya,

dalam pelaksanaan pemasaran langsung dan penjualan personal, media periklanan

tetap menjadi bauran pelengkap. Metode ini sering disebut metode jemput bola.

pertemuan ini, komunikasi pemasaran berlangsung dua arah. Selain

memberikan penjelasan dan penawaran, pemasar dapat menjawab pertanyaan

konsumen. Penawaran produk dengan cara tatap muka juga dapat memperkecil

kemungkinan salah persepsi antara pemasar dengan calon konsumen. Bidang

usaha jasa merupakan jenis usaha yang mengutamakan kepuasan pelanggan. Oleh

eminimalisir kesalahan persepsi, penjelasan yang detail pada

untuk dilaksanakan.

berupa jasa memiliki karakteristik khusus yang membedakannya

dengan produk pada umumnya, yaitu sifatnya yang intangible dan

tidak dapat dilihat dan tidak dapat diraba. Oleh karena itu, upaya komunikasi

33.34%

23.80%

19.04%

periklanan

promosi penjualan

public relation

penjualan personal

pemasaran langsung

Penggunaan Bauran Promosi pada Bidang Usaha Jasa

Keterangan:

74

engan calon konsumen, pelaku UMKM dapat

Penggunaan ragam bauran komunikasi pemasaran yang dilaksanakan

dan penjualan personal seringkali dilakukan

Tidak jauh berbeda dengan jenis bidang usaha lainnya,

dalam pelaksanaan pemasaran langsung dan penjualan personal, media periklanan

t metode jemput bola.

pertemuan ini, komunikasi pemasaran berlangsung dua arah. Selain

memberikan penjelasan dan penawaran, pemasar dapat menjawab pertanyaan

konsumen. Penawaran produk dengan cara tatap muka juga dapat memperkecil

ersepsi antara pemasar dengan calon konsumen. Bidang

usaha jasa merupakan jenis usaha yang mengutamakan kepuasan pelanggan. Oleh

eminimalisir kesalahan persepsi, penjelasan yang detail pada

berupa jasa memiliki karakteristik khusus yang membedakannya

dan immaterial atau

Oleh karena itu, upaya komunikasi

periklanan

promosi penjualan

public relation

penjualan personal

pemasaran langsung

Penggunaan Bauran Promosi pada Bidang Usaha Jasa

Keterangan:

Page 90: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

75

pemasaran yang dilakukan harus mendorong konsumen untuk mencoba produk

yang ditawarkan. Cara ini dapat ditempuh melalui pemberian insentif kepada

calon konsumen. Misalnya dengan promosi penjualan dalam bentuk hadiah atau

voucer.

Usaha perdagangan jasa memiliki fokus utama pada kepuasan pelanggan.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka komunikasi pemasaran jenis word of mouth

berperan penting dalam strategi pemasaran UMKM. Menurut Lupiyoadi dan

Hamdani (2006, seperti diktip oleh Andrijansyah 2009), pelanggan sangat dekat

dengan penyampaian jasa. Dengan kata lain, pelanggan tersebut akan berbicara

kepada pelanggan lain yang berpotensial tentang pengalamannya dalam menerima

jasa tersebut, sehingga informasi dari mulut ke mulut ini sangat besar

pengaruhnya dan dampaknya terhadap pemasaran jasa dibandingkan dengan

aktivitas komunikasi lainnya. Beberapa pelaku UMKM juga mengakui keefektifan

dari word of mouth. Terkadang pesan yang disampaikan kerabat dekat lebih

berpengaruh dibandingkan dengan coretan di atas kertas ataupun penuturan dari

orang yang belum dikenal.

7.1.3 Pertanian

UMKM bidang pertanian memiliki jenis produk yang umumnya dihasilkan

dalam jumlah besar dan pembelian dilakukan dalam partai besar. Target

konsumen dari UMKM pertanian ini umumnya adalah lembaga yang melakukan

usaha di bidang produksi yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku

ataupun distributor atau yang dikenal dengan sebutan pengumpul. Kedua jenis

konsumen ini umumnya berasal dari wilayah lokal. Produk hasil pertanian dijual

dalam partai besar dan kurang memungkinkan untuk dijual eceran, karena sifat

Page 91: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

produk yang kurang tahan lama. Produk

diproduksi pada waktu tertentu, atau dikenal dengan musim panen.

Menghadapi taget pasar yang berasal dari wilayah

jenis UMKM ini tidak terlalu membutuhkan komunikasi pemasaran jika

dibandingkan dengan jenis bidang usaha lainnya. Meskipun demikian, untuk

memperoleh pasar yang lebih luas, UMKM tetap harus melaksanakan upaya

komunikasi pemasaran. UMKM bidang pertanian lebih sering m

komunikasi pemasaran konvensional, yaitu dalam bentuk tatap muka.

bauran komunikasi pemasaran pada UMKM bidang usaha perta

pada Gambar 18.

Hampir seluruh responden bidang usaha pertanian menyebutkan bahwa

mereka lebih fokus menggunakan komunikasi pemasaran tatap muka

dibandingkan dengan upaya periklanan yang bersifat modern. Konsumen sasaran

mereka lebih memerlukan penjelasan dan informasi yang lebih banyak dan

meyakinkan, sehingga relevan jika dilakukan secara tatap

30.76%

23.07%

Gambar 18. Penggunaan

produk yang kurang tahan lama. Produk-produk UMKM pertanian umumnya

diproduksi pada waktu tertentu, atau dikenal dengan musim panen.

Menghadapi taget pasar yang berasal dari wilayah lokal, dapat dikatakan

ni tidak terlalu membutuhkan komunikasi pemasaran jika

dibandingkan dengan jenis bidang usaha lainnya. Meskipun demikian, untuk

memperoleh pasar yang lebih luas, UMKM tetap harus melaksanakan upaya

komunikasi pemasaran. UMKM bidang pertanian lebih sering m

komunikasi pemasaran konvensional, yaitu dalam bentuk tatap muka.

bauran komunikasi pemasaran pada UMKM bidang usaha pertanian dapat diamati

Hampir seluruh responden bidang usaha pertanian menyebutkan bahwa

h fokus menggunakan komunikasi pemasaran tatap muka

dibandingkan dengan upaya periklanan yang bersifat modern. Konsumen sasaran

mereka lebih memerlukan penjelasan dan informasi yang lebih banyak dan

meyakinkan, sehingga relevan jika dilakukan secara tatap muka.

30.76%

15.38%

23.07%

periklanan

promosi penjualan

penjualan personal

pemasaran langsung

Gambar 18. PenggunaanBauran Promosi pada Bidang Usaha Pertanian

Keterangan:

76

produk UMKM pertanian umumnya

diproduksi pada waktu tertentu, atau dikenal dengan musim panen.

, dapat dikatakan

ni tidak terlalu membutuhkan komunikasi pemasaran jika

dibandingkan dengan jenis bidang usaha lainnya. Meskipun demikian, untuk

memperoleh pasar yang lebih luas, UMKM tetap harus melaksanakan upaya

komunikasi pemasaran. UMKM bidang pertanian lebih sering melakukan

komunikasi pemasaran konvensional, yaitu dalam bentuk tatap muka. Penggunaan

ian dapat diamati

Hampir seluruh responden bidang usaha pertanian menyebutkan bahwa

h fokus menggunakan komunikasi pemasaran tatap muka

dibandingkan dengan upaya periklanan yang bersifat modern. Konsumen sasaran

mereka lebih memerlukan penjelasan dan informasi yang lebih banyak dan

periklanan

promosi penjualan

penjualan personal

pemasaran langsung

Bauran Promosi pada Bidang Usaha Pertanian

Keterangan:

Page 92: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

77

Jenis bauran komunikasi juga pemasaran langsung sering digunakan

UMKM dalam mencari konsumen. UMKM mendata konsumen potensial,

mengadakan pertemuan, menawarkan produk, dan membentuk kesepakatan.

Misalnya UMKM pembenihan gurame, konsumen sasaran UMKM ini adalah

petani budidaya gurame. Untuk mendapatkan konsumen, pelaku UMKM

melakukan pendekatan personal kepada para petani gurame dengan mengadakan

pertemuan tatap muka. Pada beberapa UMKM dengan konsumen sasaran

berstatus sosial menengah ke bawah, pertemuan ini dilakukan secara informal,

namun dalam pertemuan ini UMKM menawarkan produk yang segera akan

dipanen.

Beberapa UMKM jenis ini telah memiliki pelanggan, contohnya UMKM

Ikhtiar Farm. Peternak dan penjual ayam ini telah memiliki pelanggan, berupa

perusahaan pengolah makanan berbahan baku ayam, yaitu Japfa. Meskipun telah

memiliki pelanggan, namun UMKM ini masih terus mengadakan upaya

komunikasi pemasaran secara rutin, yakni sesaat menjelang panen ayam.

Komunikasi pemasaran yang dilakukan adalah pertemuan penjualan.

Pada pertemuan penjualan, kedua pihak merumuskan kesepakatan

mengenai jumlah ayam, kualitas ayam, dan harga ayam yang bersifat fluktuatif.

Pertemuan ini dilakukan UMKM untuk membina hubungan baik dengan

pelanggan dan mempertahankan bisnis kedua belah pihak, mengingat Japfa adalah

perusahaan besar yang dapat mencari peternak lain jika merasa kurang puas

terhadap Ikhtiar Farm.

Upaya pertemuan penjualan secara rutin juga dilakukan untuk

mengingatkan konsumen mengenai keberadaan UMKM dan produk yang

Page 93: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

dihasilkan. Untuk mengembangkan luas cakupan pasar, UMKM ini juga

melakukan berbagai upaya periklanan. Misalnya dengan berpartisipasi

pameran. Periklanan secara tatap muka ini diharapkan selain mampu menarik

minat konsumen dengan video dan foto yang ditampilkan, juga mampu menjalin

komunikasi dua arah antara UMKM dengan calon konsumen.

7.1.4 Kerajinan

UMKM bidang kerajinan

tergolong unik. Barang

primer, sehingga upaya komunikasi pemasaran harus dilaksanakan secara optimal.

Penggunaan ragam bauran komunikasi pemasaran pada UMKM bidan

dapat diamati pada Gambar 19

Kebanyakan UMKM menggunakan komunikasi pemasaran jenis pameran.

Barang-barang kerajinan

sehingga produk yang dihasilkan menjadi layak ditampilkan pada pameran.

Pameran merupakan jenis bauran komunikasi pemasaran yang dilakukan secara

tatap muka, dimana terjalin komunikasi dua arah antara pihak UMKM dengan

7.69%

38.46%

Gambar 19. Penggunaan Bauran Promosi pada

dihasilkan. Untuk mengembangkan luas cakupan pasar, UMKM ini juga

melakukan berbagai upaya periklanan. Misalnya dengan berpartisipasi

pameran. Periklanan secara tatap muka ini diharapkan selain mampu menarik

minat konsumen dengan video dan foto yang ditampilkan, juga mampu menjalin

komunikasi dua arah antara UMKM dengan calon konsumen.

UMKM bidang kerajinan umumnya menghasilkan produk

tergolong unik. Barang-barang kerajinan ini bukan merupakan barang kebutuhan

primer, sehingga upaya komunikasi pemasaran harus dilaksanakan secara optimal.

Penggunaan ragam bauran komunikasi pemasaran pada UMKM bidan

dapat diamati pada Gambar 19.

Kebanyakan UMKM menggunakan komunikasi pemasaran jenis pameran.

barang kerajinan diproduksi dengan menggunakan sentuhan seni,

sehingga produk yang dihasilkan menjadi layak ditampilkan pada pameran.

merupakan jenis bauran komunikasi pemasaran yang dilakukan secara

tatap muka, dimana terjalin komunikasi dua arah antara pihak UMKM dengan

30.76%

23.07%7.69%

periklanan

promosi penjualan

public relation

penjualan personal

Gambar 19. Penggunaan Bauran Promosi padaBidang Usaha Kerajinan

Keterangan:

78

dihasilkan. Untuk mengembangkan luas cakupan pasar, UMKM ini juga

melakukan berbagai upaya periklanan. Misalnya dengan berpartisipasi dalam

pameran. Periklanan secara tatap muka ini diharapkan selain mampu menarik

minat konsumen dengan video dan foto yang ditampilkan, juga mampu menjalin

umumnya menghasilkan produk-produk yang

bukan merupakan barang kebutuhan

primer, sehingga upaya komunikasi pemasaran harus dilaksanakan secara optimal.

Penggunaan ragam bauran komunikasi pemasaran pada UMKM bidang kerajinan

Kebanyakan UMKM menggunakan komunikasi pemasaran jenis pameran.

diproduksi dengan menggunakan sentuhan seni,

sehingga produk yang dihasilkan menjadi layak ditampilkan pada pameran.

merupakan jenis bauran komunikasi pemasaran yang dilakukan secara

tatap muka, dimana terjalin komunikasi dua arah antara pihak UMKM dengan

periklanan

promosi penjualan

public relation

penjualan personal

Bidang Usaha Kerajinan

Keterangan:

Page 94: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

79

konsumen. Keunikan produk ini menjadi nilai tambah dalam pameran dan

dianggap mampu menarik perhatian konsumen untuk berkunjung. Saat

pelaksanaan pameran, pihak UMKM memiliki kesempatan untuk menjelaskan

keunggulan produk-produk yang dihasilkan.

UMKM Fit Pot merupakan UMKM yang bergerak dalam bidang usaha

kerajinan rangkaian pot tanaman hias. Jenis produk ini tidak hanya unik, tetapi

juga memiliki inovasi teknologi, salah satunya adalah kemampuan sistem

rangkaian pot ini untuk menyiram tanaman secara otomatis. Keunikan dan

keunggulan produk ini menjadi hal yang menarik konsumen untuk berkunjung

dan menyaksikan demonstrasi produk.

7.2 Hubungan Tingkat Pendidikan Pelaku Usaha dengan Pelaksanaan

Komunikasi Pemasaran

Tingkat pendidikan formal dari pelaku usaha tergolong cukup beragam.

UMKM binaan CDA yang beranggotakan mahasiswa tentu memiliki tingkat

pendidikan yang tergolong tinggi. Namun bagi UMKM masyarakat binaan UPP-

UKM, tingkat pendidikan rata-rata tergolong rendah. Tambunan (2009)

menyebutkan bahwa struktur pengusaha menurut tingkat pendidikan formal

memberi kesan adanya hubungan positif antara tingkat pendidikan rata-rata

pengusaha dengan skala usaha. Artinya, semakin besar skala usaha, yang

umumnya berasosiasi positif dengan tingkat kompleksitas usaha yang

memerlukan keterampilan tinggi dan wawasan bisnis yang lebih luas, semakin

banyak pengusaha dengan pendidikan formal tersier.

Wawasan bisnis yang lebih baik terutama dimiliki pelaku usaha

berpendidikan tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan formalnya, pelaku

Page 95: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

80

UMKM semakin memiliki akses terhadap informasi dan pengetahuan mengenai

komunikasi pemasaran. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, diketahui bahwa

tingkat pendidikan pengusaha UMKM berhubungan positif dengan pelaksanaan

komunikasi pemasaran. Melalui perhitungan korelasi spearman, didapatkan nilai

P value sebesar 0,000 yang menunjukkan nilai yang lebih kecil dari α yang

ditetapkan, yaitu sebesar 0,01. Artinya, terdapat hubungan positif antara tingkat

pendidikan pengusaha UMKM dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran.

Semakin tinggi pendidikan pelaku usaha, semakin baik pelaksanaan komunikasi

pemasarannya. Nilai koefisien korelasi yang menggambarkan hubungan kedua

variabel ini adalah sebesar 0,707. Nilai ini menggambarkan hubungan positif

yang kuat antara tingkat pendidikan dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran.

Rendahnya tingkat pendidikan pelaku usaha juga menyebabkan rendahnya

peluang bekerja di sektor formal. Beberapa responden menyebutkan bahwa

keterbatasan inilah yang menjadi alasan menjalankan usaha. Hal ini relevan

dengan kondisi UMKM masyarakat yang dibina UPP-UKM. Sebagian besar dari

mereka mengungkapkan alasan kegiatan usaha yang mereka lakukan adalah latar

belakang ekonomi. Artinya usaha ini dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh

perbaikan penghasilan dan atau merupakan startegi untuk bertahan hidup. Usaha

ini dilakukan dengan alasan tidak ada lagi jenis pekerjaan lain yang dapat

dilakukan dengan tingkat pendidikan formal yang tergolong rendah.

Pemilihan jenis usaha dilakukan dengan mempertimbangkan keterampilan

pengusaha dan potensi pengembangan usaha. Bagi UMKM binaan CDA, mereka

lebih banyak memilih alasan pertimbangan prospek usaha ke depan seperti adanya

peluang dan pangsa pasar yang aman dan besar. Jenis usaha yang dilakoni juga

Page 96: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

81

disesuaikan dengan minat dan hobi. Usaha ini mereka jalani juga sebagai

pembelajaran dan pengembangan jiwa wirausaha.

7.3 Hubungan Skala Usaha dengan Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran

Hampir tanpa kecuali, pengusaha kecil dan menengah mengatakan bahwa

masalah yang paling besar yang mereka hadapi adalah masalah keuangan. Mereka

mengeluh tentang kekurangan modal tetap dan modal kerja (Clapham, 1991). Hal

ini juga dirasakan oleh sebagian besar responden.

Kesulitan modal dan pendanaan merupakan salah satu masalah besar yang

mereka hadapi, selain masalah pemasaran. Kedua jenis kendala ini saling

menghambat satu sama lain. Ketika mengalami keterbatasan dalam hal keuangan,

pelaku UMKM akan membatasi anggaran untuk pemasaran. Bahkan beberapa

diantaranya justru tidak mengalokasikan dana untuk kegiatan komunikasi

pemasaran.

Ketersediaan dana yang sangat minim hanya dialokasikan untuk modal

produksi. Padahal Tambunan (2009) dalam buku UMKM di Indonesia

menyatakan bahwa pemasaran merupakan salah satu komponen utama dari

strategi peningkatan daya saing UMKM selain produksi. Kedua penekanan ini

sangat penting, dan pada umumnya UMKM di Indonesia kalah bersaing dengan

usaha besar atau UMKM dari negara maju karena kurang memperhatikan atau

kurang mampu dalam dua bidang ini.

Hasil pengamatan dan penelitian mengenai korelasi antara skala usaha

dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran menunjukkan bahwa skala usaha

mempengaruhi pelaksanaan komunikasi pemasaran. Nilai P value yang dihasilkan

dari perhitungan korelasi spearman menunjukkan angka 0,022 dengan koefisien

Page 97: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

82

korelasi sebesar 0,391. Nilai P value yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan

dengan α yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 0,05. Artinya, terdapat hubungan

positif antara skala usaha dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran. Semakin

besar skala usaha, pelaksanaan komunikasi pemasaran semakin baik. Nilai

koefisien korelasi sebesar 0,391 menunjukkan hubungan rendah antara kedua

variabel, namun bersifat pasti.

Bagi beberapa UMKM, mungkin skala usaha berpengaruh dengan

Pelaksanaan komunikasi pemasaran. Hal ini mungkin juga merupakan indikasi

dari tingkat pendidikan pelaku usaha. Sub bab sebelumnya telah menjelaskan

bahwa usaha yang semakin besar dan membutuhkan tingkat keterampilan yang

semakin kompleks, umumnya ditekuni oleh pelaku usaha dengan tingkat

pendidikan yang tinggi. Dengan tingkat informasi dan wawasan bisnis yang lebih

baik, UMKM yang kecil akan memiliki posisi tawar yang lebih baik dibandingkan

dengan UMKM skala mikro. Namun usaha berskala mikro tidak selalu dijalani

oleh pengusaha berpendidikan rendah. Usaha mikro juga dapat melaksanakan

komunikasi pemasaran dengan baik, jika pengusaha memiliki keterampilan dan

kemampuan manajemen usaha yang baik.

Page 98: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KOMUNIKASI PEMASARAN

DENGAN KUALITAS DAYA SAING UMKM

8.1 Tingkat Produktifitas UMKM

Laju pertumbuhan nilai atau volume ouput tidak hanya menunjukkan

tingkat kemampuan produksi dari sebuah perushaan, tetapi juga mencerminkan

adanya permintaan pasar terhadap produk tersebut, yang bearati produk tersebut

mempunyai daya saing (Tambunan, 2009). Pertumbuhan nilai/volume output

dapat dihitung dengan melihat omset perusahaan. Dalam penelitian ini, nilai

omset diukur untuk menggambarkan tingkat produktifitas UMKM. UMKM yang

menjalankan usahanya dengan baik, akan terus melakukan proses produksi. Proses

produksi dapat terus berjalan dengan asumsi proses pemasaran produk lancar.

UMKM kerajinan pembuatan sandal yang berdomisili di desa Taman Sari

merupakan salah satu UMKM binaan IPB di bawah lembaga UPP-UKM. Pelaku

usaha, Bapak Aman menyebutkan masalah pemasaran merupakan salah satu

masalah yang menghambat produktivitas usahanya. UMKM ini memproduksi

sandal dalam jumlah banyak untuk kemudian dijual pada toko-toko penjual

sandal. Toko-toko penjual sandal umumnya menerima pasokan sandal dari

beberapa pemasok. Oleh karena itu, produsen sandal dituntut untuk memiliki

kualitas daya saing yang baik untuk dapat memenangkan persaingan. Usaha yang

dilakoni Bapak Aman tidak melaksanakan komunikasi pemasaran dengan media

atau saluran apapun, merek dagang UMKM juga tidak disertakan pada produk

ataupun kemasannya. Lokasi produksi yang jauh dari konsumen sasaran turut

memperparah kondisi ini. Akibatnya, produktivitas UMKM ini tergolong rendah.

Page 99: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

84

Bapak Aman mengungkapkan kendala dalam proses produksi usahanya sebagai

berikut:

“Saya mengalami kesulitan untuk memasarkan sandal hasil produksi, sering kalah saing dengan pengrajin sandal lainnya. Jika produk belum laku, proses produksi selanjutnya akan tertunda, karena tidak ada biaya.”4

Kondisi di atas tentu tidak perlu terjadi jika proses pemasaran lancar.

Kelancaran proses pemasaran dapat ditunjang dengan pelaksanaan komunikasi

pemasaran. Berbeda dengan kondisi UMKM Bapak Aman, UMKM Green Co

yang giat melaksanakan komunikasi pemasaran memiliki tingkat produktivitas

yang tinggi. Proses produksi dapat terus berlangsung sesuai dengan jadwal

produksi yang ditetapkan. UMKM Green Co telah menetapkan anggaran promosi

dan memaksimalkan anggaran tersebut untuk memperkenalkan dan menawarkan

produk pada konsumen sasaran. Meskipun harga jual produk-produk Green Co

tergolong mahal dibandingkan dengan pesaingnya, namun UMKM ini mampu

meraih konsumen dan memiki tingkat produktivitas yang tinggi.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa terdapat

hubungan antara pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan tingkat produktifitas

UMKM. Dengan menggunakan uji korelasi spearman, didapatkan nilai P value

sebesar 0,014 dengan koefisien korelasi 0,418. P value hasil perhitungan

menunjukkan nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai α sebesar 0,05. Hal

ini menunjukkan adanya hubungan positif antara pelaksanaan komunikasi

pemasaran dengan tingkat produktifitas UMKM. Artinya, semakin baik

pelaksanaan komunikasi pemasaran, maka tingkat produktifitasnya semakin

4 Hasil wawancara dengan Bapak Aman, pemilik UMKM pengrajin sandal pada tanggal

17 Oktober 2010.

Page 100: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

85

tinggi. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,418 meunjukkan keeratan hubungan yang

cukup berarti antara kedua variabel.

Pelaksanaan komunikasi pemasaran merupakan salah satu upaya yang

dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas daya saing UMKM. Hal ini terbukti

dari nilai korelasi positif antara pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan

tingkat produktifitas UMKM. Pelaksanaan komunikasi pemasaran dapat

membuka jalur pemasaran.

Fungsi komunikasi pemasaran mampu memperkenalkan produk dan

UMKM kepada khalayak luas, menawarkan keunggulan produk dibandingkan

dengan produk pesaing dan menarik konsumen untuk melakukan pembelian. Bagi

UMKM yang telah memiliki pelanggan, komunikasi pemasaran juga dapat

menjadi upaya untuk membina dan mempertahankan hubungan baik dengan

pelanggan, sehingga pelanggan menjadi lebih loyal dalam mengkonsumsi produk

yang dihasilkan UMKM pelaksana komunikasi pemasaran.

8.2 Tingkat Profit

Perolehan laba (profit) suatu perusahaan merupakan fungsi dari efisiensi

produksi dan efisiensi pemasaran. Kondisi internal UMKM dalam hal ini lebih

berperan sebagai komponen dalam fungsi efisiensi produksi (melalui kualitas

SDM dan asset yang dimiliki). Pengaruh efisiensi produksi mungkin lebih kecil

dari efisiensi fungsi pemasaran, sehingga keeratan hubungan antara laba dengan

kondisi internal UMKM menjadi tertutup karena kondisi internal UMKM

hanyalah bagian dari fungsi produksi (Syarif, 2007). Hal ini berarti laba suatu

usaha lebih dipengaruhi oleh kegiatan pemasaran yang dilakukannya.

Page 101: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

86

Penelitian yang dilakukan menghasilkan data yang mendukung pernyataan

Syarif (2009), dimana hasil uji korelasi spearman antara pelaksanaan komunikasi

pemasaran dengan tingkat profit menunjukkan angka yang positif. P value hasil

perhitungan bernilai 0,001 dengan koefisien korelasi senilai 0,554. P value yang

dihasilkan menunjukkan nilai yang lebih rendah dibandingkan α 0,01, maka

terdapat hubungan nyata antara pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan

tingkat profit. Artinya semakin baik pelaksanaan komunikasi pemasaran, maka

tingkat profitnya akan semakin tinggi pula. Nilai koefisien korelasi yang

dihasilkan dari uji korelasi menunjukkan angka 0,0554 . Hasil ini menunjukkan

bahwa pelaksanaan komunikasi pemasaran terbukti memiliki hubungan yang

cukup berarti terhadap tingkat profit UMKM.

8.3 Luas Cakupan Pasar UMKM

Komunikasi pemasaran merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

daya saing suatu usaha. Bagi UMKM, komunikasi pemasaran dapat meningkatkan

posisi tawar usahanya dibandingkan dengan pesaing dengan usaha serupa. Dalam

menjalankan usahanya, UMKM tidak hanya bersaing dengan sesama UMKM,

melainkan juga dengan usaha besar. Oleh karena itu, UMKM perlu melaksanakan

komunikasi pemasaran dengan baik, agar mampu meraih pasar yang lebih luas.

Konsumen tersegmentasi berdasarkan beberapa klasifikasi, baik dari segi

usia, wilayah asal, maupun ragam status sosialnya. Beberapa UMKM berpotensi

memiliki segmentasi konsumen yang luas, namun seringkali sasaran konsumen

yang luas ini tidak tercapai secara optimal. Hal ini dapat disebabkan oleh

pelaksanaan komunikasi pemasaran yang belum baik.

Page 102: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

87

UMKM Catering Evrina merupakan salah satu UMKM bidang pangan

binaan UPP-UKM. UMKM ini telah berdiri sejak lima belas tahun ke belakang.

Sasaran konsumen UMKM ini cukup beragam. Dari segi usia, sasaran

konsumennya adalah usia dewasa dan tua. Dari asal wilayahnya, sasaran

konsumen ini adalah wilayah kota dan sekitarnya. Sementara dari ragam status

sosial, sasaran konsumennya adalah seluruh kalangan.

Dengan tidak melaksanakan komunikasi pemasaran, UMKM ini hanya

memenuhi konsumen sasaran dari segi ragam usia. Sementara, jika ditinjau dari

asal wilayah, konsumen UMKM ini hanya berasal dari wilayah lokal. Dari ragam

status sosialpun selama lima belas tahun belakangan, hanya orang berstatus sosial

menengah ke bawah yang menjadi konsumennya. Pelaku usaha mengakui bahwa

UMKM ini hanya mengandalkan word of mouth dari konsumennya, meskipun

memiliki target pasar yang luas.

Kenyataan di atas mengindikasikan adanya hubungan antara pelaksanaan

komunikasi pemasaran dengan luas cakupan pasar. Berdasarkan hasil perhitungan

korelasi antara komunikasi pemasaran dengan luas cakupan pasar, didapatkan

nilai P value sebesar 0,002 dengan koefisien korelasi 0,517. Nilai P value sebesar

0,002 menunjukkan nilai yang lebih kecil dari nilai α sebesar 0,01. Hal ini

menunjukkan adanya hubungan positif antara pelaksanaan komunikasi pemasaran

dengan luas cakupan pasar. Artinya, semakin baik pelaksanaan komunikasi

pemasaran, maka semakin luas cakupan pasar UMKM. Berdasarkan nilai

koefisien korelasi yang dihasikan, dapat dikatakan bahwa hubungan yang terjalin

antara kedua variabel merupakan hubungan yang cukup berarti.

Page 103: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

BAB IX PENUTUP

9.1 Kesimpulan

1. Secara umum terdapat beberapa jenis bauran komunikasi pemasaran

yang dilaksanakan UMKM, diantaranya adalah periklanan, promosi

penjualan, hubungan masyarakat, penjualan personal, dan pemasaran

langsung. Selain mengandalkan bauran promosi tersebut, UMKM mitra

binaan IPB juga mengandalkan komunikasi word of mouth dalam upaya

pemasaran produk dan usahanya. Meskipun beberapa UMKM telah

memaksimalkan penggunaan bauran komunikasi pemasaran, namun

secara keseluruhan pelaksanaan komunikasi pemasaran UMKM mitra

binaan IPB dapat dikatakan belum optimal. Terutama jika dilihat dari

anggaran biaya promosi dan frekuensi pelaksanaannya. Keterbatasan

modal dan pendanaan menjadi kendala bagi UMKM dalam

menganggarkan biaya promosi. Akibatnya, frekuensi pelaksanaan pun

belum dilaksanakan secara rutin. Kendala lain yang turut menghambat

pelaksanaan komunikasi pemasaran adalah kurangnya pengetahuan dan

informasi mengenai pentingnya pelaksanaan komunikasi pemasaran,

serta kurangnya perhatian lembaga pembina dalam bidang ini.

2. Pelaksanaan komunikasi pemasaran dipengaruhi oleh karakteristik

UMKM pelaksana. Beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

komunikasi pemasaran, diantaranya adalah jenis bidang usaha, tingkat

pendidikan pelaku usaha, serta skala usaha. Jenis bidang usaha yang

berbeda membutuhkan jenis bauran komunikasi pemasaran yang berbeda

Page 104: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

89

pula, disesuaikan dengan karakteristik produk, tujuan promosi, dan

konsumen sasaran. Tingkat pendidikan pelaku usaha berkorelasi positif

dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran. Artinya semakin tinggi

pendidikan formal pelaku usaha, semakin baik pelaksanaan komunikasi

pemasaran. Korelasi positif ini juga terlihat pada hubungan skala usaha

dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran, meskipun korelasinya tidak

cukup signifikan.

3. Pelaksanaan komunikasi pemasaran berdampak positif pada kualitas daya

saing usaha. Daya saing usaha dapat dinilai dari tingkat produktivitas,

tingkat profit, dan luas cakupan pasar. Penelitian ini menunjukkan bahwa

pelaksanaan komunikasi pemasaran memainkan peranan yang penting

dalam peningkatan kualitas daya saing dan pengembangan usaha.

9.2 Saran

Beberapa hal yang menjadi rekomendasi dalam penelitian ini diantaranya

adalah:

1. UMKM harus melaksanakan komunikasi pemasaran secara lebih

terstruktur agar kualitas daya saing UMKM tercapai secara optimal.

2. Lembaga pembina UMKM perlu melakukan pembinaan mengenai

komunikasi pemasaran dengan memberikan pengetahuan dan

memfasilitasi UMKM dalam melaksanakan komunikasi pemasaran.

3. Lembaga pembina UMKM perlu melakukan pelatihan peningkatan

kapasitas pelaku usaha, misalnya teknik desain dan pengemasan produk,

merek dagang, izin produksi, dan label halal untuk mendukung kegiatan

pemasaran.

Page 105: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

DAFTAR PUSTAKA

Amidi, et al. 2008, ‘Inovasi Teknologi bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) melalui Serambi Difusi IPTEK’, Jurnal Pembangunan Manusia, Edisi 6, http://www.balitbangdasumsel.net/data/download/20100414125500.pdf

diunduh tanggal 5 Mei 2010 jam 02.00 WIB.

Amir, M. Taufiq 2005, Dinamika Pemasaran: Jelajahi dan Rasakan!, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Andijansyah 2009, ‘Analisis Efektivitas Promosi Produk Pembiayaan Syariah Sepeda Motor PT BPRS Al- Salam Amal Salman Studi Kasus BPRS Al-Salam Cabang Depok’, Skripsi Sarjana, Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Clapham, Ronald 1991, Pengusaha Kecil dan Menengah di Asia Tenggara, Penerjemah Masri Maris, Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Jakarta.

Eva, Agustine 2007, ‘Persepsi Penggunaan Aplikasi Internet untuk Pemasaran Produk Usaha Kecil Menengah’, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2007, ISSN: 1907-5022, http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/1719/1500 diunduh tanggal 2 Mei 2010 jam 19.00 WIB.

Kusumastuti, Yatri Indah 2009, Komunikasi Bisnis, IPB Press, Bogor.

Kotler, Philip & Gary Armstrong 2005. Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi Keduabelas Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

Machfoedz, Mahmud 2010, Komunikasi Pemasaran Modern, Cakra Ilmu, Yogyakarta.

Prisgunanto, Ilham 2006, Komunikasi Pemasaran: Strategi dan Taktik, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Rahmana, Arief 2009, ‘Peranan Teknologi Informasi dalam Peningkatan Daya Saing Usaha Kecil Menengah’, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009, ISSN: 1907-5022, http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/1033/989 diunduh tanggal 2 Mei 2010 jam 20.00 WIB.

Sadoko, et al. 1995, Pengembangan Usaha Kecil: Pemihakan Setengah Hati, Yayasan Akatiga, Bandung.

Sari, Latifah Kumala 2009, Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan terhadap Fasilitas dan Pelayanan Jasa pada “Jagorawi Golf and Counry Club” Cibinong Bogor, Skripsi Sarjana, Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Singarimbun, M. & Effendi, S. (Editor) 1989, Metode Penelitian Survay, Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Jakarta.

Page 106: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

91

Sulistyastuti, Dyah Ratih 2004, ‘Dinamika Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Analisis Konsentrasi Regional UKM di Indonesia 1999-2001’, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Volume 9, Nomor 2 Desember 2004, Halaman 143-164, http://journal.uii.ac.id/index.php/JEP/article/view/617/543 diunduh tanggal 30 April 2010 jam 22.00 WIB.

Syarif, Teuku 2008, ‘Kajian Efektivitas Model Promosi Pemasaran Produk UMKM’, http://www.smecda.com/kajian/files/Jurnal_3_2008/01_T.Syarif.pdf diunduh tanggal 30 April 2010 jam 20:59 WIB.

Tambunan, Tulus T.H. 2009, UMKM di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Tjiptono, Fandy 2008, Strategi Pemasaran, Andi Offset, Yogyakarta.

Page 107: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

Lampiran

Page 108: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

93

KUISIONER PENELITIAN

PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN DENGAN KUALITAS DAYA SAING

USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

(Studi pada UMKM Mitra Binaan IPB)

Oleh : Bio Hafsari Larasati

Program Studi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, FEMA IPB Bogor

No. Responden : .......

I. Identitas Responden

1. Nama : ....................................

2. Jenis Kelamin : ....................................

3. Usia : ....................................

4. Pendidikan terakhir : ....................................

5. Posisi dalam Usaha : ....................................

II. Kondisi UMKM

1. Nama UMKM : ......................................................

2. Sejak kapan UMKM Anda berdiri? ..................................

3. Bagaimana latar belakang pendirian usaha Anda?

................................................................................................................................

........................................................................................................................

Silang jawaban benar di bawah ini:

4. Berapa jumlah pekerja yang dimiliki UMKM Saudara?

a. 1-4 orang

b. 5-19 orang

c. 20-99 orang

5. Berasal dari manakah mayoritas pekerja UMKM Saudara?

a. Keluarga

b. Tetangga dan kerabat dekat

c. Orang yang belum dikenal

Page 109: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

94

6. Apa keterampilan yang harus dimiliki pekera dalam melakukan proses

produksi?

……………………………………………………………………………………

......................................................................................................................

7. Bagaimanakah karakteristik pendidikan mayoritas pekerja UMKM Saudara?

a. Berpendidikan tinggi (perguruan tinggi)

b. Berpendidikan sedang (SMP atau SMA)

c. Berpendidikan rendah (SD)

d. Tidak bersekolah

8. Apa saja produk UMKM Saudara?

................................................................................................................................

................................................................................................................................

9. Apakah UMKM Saudara menyiapkan “ready stock”?

a. Ya

b. Tidak

10. Berasal dari wilayah manakah konsumen potensial UMKM Saudara?

(jawaban boleh lebih dari satu)

a.Lokal/ sekitar tempat usaha

b.Hingga skala kota

c.Hingga mencakup beberapa kota sekitar

d.Hingga skala nasional

e.Hingga skala internasional

11. Berasal dari kalangan manakah konsumen potensial UMKM Saudara?

(jawaban boleh lebih dari satu)

a. Hanya kalangan atas

b. Hanya kalangan menengah

c. Hanya kalangan bawah

d. Mencakup kalangan menengah ke atas/ menengah ke bawah

e. Mencakup semua kalangan

Page 110: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

95

12. Berasal dari kategori usia manakah konsumen potensial UMKM Saudara?

(jawaban boleh lebih dari satu)

a. 0-12 tahun

b. 13-18 tahun

c. 19-30 tahun

d. 30-64 tahun

e. ≥ 65 tahun

13. Dengan mempertimbangkan konsumen sasaran, seberapa strategiskah lokasi

UMKM Saudara?

a. Strategis

b. Kurang strategis

c. Tidak strategis

14. Seberapa mudahkah akses konsumen terhadap produk UMKM Saudara?

a. Sangat mudah

b. Mudah

c. Cukup mudah

d. Sulit

e. Sangat sulit

15. Bagaimana upaya Saudara dalam mengemas produk?

……………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

16. Berapa aset (di luar tanah dan bangunan) yang dimiliki UMKM Saudara?

a. ≤ 50 juta

b. 50 Juta < x ≤ 500 Juta

c. 500 Juta < x ≤ 10 M

17. Berapa nilai penjualan UMKM Saudara dalam periode waktu satu tahun?

a. ≤ 300 juta

b. 300 Juta < y ≤ 2,5 M

c. 2,5 M < y ≤ 50 M

Page 111: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

96

Isilah tabel berikut dengan skor dari skala 0-5 dengan penjelasan sebagai

berikut:

0 Tidak mengalami hambatan 1 Hambatan sangat rendah 2 Hambatan rendah 3 Hambatan cukup tinggi 4 Hambatan tinggi 5 Hambatan sangat tinggi

18. Seberapa besarkah hambatan yang Saudara rasakan dalam pengembangan

usaha?

NO JENIS HAMBATAN SKOR

1. Keterbatasan modal dan pendanaan

2. Keterbatasan akses pasar dan informasi

3. Keterbatasan keterampilan pekerja

4. Rendahnya teknologi

5. Masalah pemasaran

6. Masalah lainnya, sebutkan:

TOTAL SKOR

III. Komunikasi Pemasaran

1. Apakah Saudara melaksanakan upaya pemasaran untuk mengembangkan

UMKM?

a. Ya

b. Tidak, karena…………………………………………………………………

(Jika jawaban tidak, lanjutkan pada pertanyaan bagian IV. Daya Saing

UMKM)

2. Jenis komunikasi pemasaran apa sajakah yang dilaksanakan UMKM

Saudara?.................................................................................................................

................................................................................................................................

Page 112: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

97

3. Siapakah yang sering menjadi penyelenggara kegiatan pemasaran dalam

UMKM Saudara?

a. UMKM secara mandiri

b. LPPM IPB

c. Pemerintah

d. Lainnya,

sebutkan................................................................................................

4. Apakah UMKM Saudara melaksanakan komunikasi pemasaran secara rutin?

a. Ya

b. Tidak

5. Seberapa sering Saudara melakukan komunikasi pemasaran dalam periode

waktu satu tahun?

a. 1 kali, atau lebih jarang

b. 2 sampai 3 kali

c. 4 sampai 5 kali

d. 6 sampai 12 kali

e. Lebih dari 12 kali

6. Berapa biaya yang Saudara keluarkan untuk melaksanakan komunikasi

pemasaran dalam periode waktu satu tahun?

................................................................................................................................

.......................................................................................................................

IV. Daya Saing UMKM 1. Berasal dari wilayah manakah konsumen UMKM Saudara?

(jawaban boleh lebih dari satu)

a. Lokal/ sekitar tempat usaha

b. Hingga skala kota

c. Hingga mencakup beberapa kota sekitar

d. Hingga skala nasional

e. Hingga skala internasional

Page 113: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

98

2. Berasal dari kalangan status sosial manakah konsumen UMKM Saudara?

(jawaban boleh lebih dari satu)

a. Hanya kalangan atas

b. Hanya kalangan menengah

c. Hanya kalangan bawah

d. Mencakup kalangan menengah ke atas/ menengah ke bawah

e. Mencakup semua kalangan

3. Berasal dari kategori usia manakah konsumen UMKM Saudara?

(jawaban boleh lebih dari satu)

a. 0-12 tahun

b. 13-18 tahun

c. 19-30 tahun

d. 30-64 tahun

e. ≥ 65 tahun

4. Apakah UMKM Saudara memiliki konsumen tetap (langganan)?

a. Ya

b. Tidak

5. Berapakah nilai penjualan produk UMKM dalam periode waktu satu tahun?

.................................................................................................................................

...........................................................................................................................

--terima kasih--

Page 114: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

99

Hasil Uji Korelasi Separman 1. Korelasi Tingkat Pendidikan Pelaku UMKM dengan Pelaksanaan

Komunikasi Pemasaran Correlations

tingkat pendidikan

pelaku UMKM

pelaksanaan komunikasi pemasaran

UMKM Spearman's rho

tingkat pendidikan pelaku UMKM

Correlation Coefficient 1.000 .707(**)

Sig. (2-tailed) . .000 N 34 34 pelaksanaan

komunikasi pemasaran UMKM

Correlation Coefficient .707(**) 1.000

Sig. (2-tailed) .000 . N 34 34

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

2. Korelasi Skala Usaha dengan Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran

Correlations

skala usaha

pelaksanaan komunikasi pemasaran

UMKM Spearman's rho

skala usaha Correlation Coefficient 1.000 .391(*)

Sig. (2-tailed) . .022 N 34 34 pelaksanaan

komunikasi pemasaran UMKM

Correlation Coefficient .391(*) 1.000

Sig. (2-tailed) .022 . N 34 34

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

3. Korelasi Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran dengan Tingkat Produktivitas Correlations

Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran

Tingkat Produktivitas

Spearman's rho

Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran

Correlation Coefficient 1.000 .418(*)

Sig. (2-tailed) . .014 N 34 34 Tingkat Produktivitas Correlation Coefficient .418(*) 1.000 Sig. (2-tailed) .014 . N 34 34

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 115: Analisis hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya

100

4. Korelasi Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran dengan Tingkat Profit Correlations

Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran

UMKM

Tingkat Profitabilitas

UMKM Spearman's rho

Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran UMKM

Correlation Coefficient 1.000 .554(**)

Sig. (2-tailed) . .001 N 34 34 Tingkat Profitabilitas

UMKM Correlation Coefficient .554(**) 1.000

Sig. (2-tailed) .001 . N 34 34

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

5. Korelasi Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran dengan Luas Cakupan Pasar

Correlations

Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran

UMKM

Luas Cakupan

Pasar UMKM Spearman's rho

Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran UMKM

Correlation Coefficient 1.000 .517(**)

Sig. (2-tailed) . .002 N 34 34 Luas Cakupan Pasar

UMKM Correlation Coefficient .517(**) 1.000

Sig. (2-tailed) .002 . N 34 34

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).