analisis gaya bahasa pada antologi puisi ketika cinta
TRANSCRIPT
i
ANALISIS GAYA BAHASA PADA ANTOLOGI PUISI KETIKA CINTA
KUMPULAN SAJAK (2006-2008) KARYA IBNU WAHYUDI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS X
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Manthovani Az- Zahra
122110184
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2014
ii
iii
iv
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
1. “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya
yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu”
(QS. Al Baqoroh: 45).
2. Harapan kosong itu lebih menyakitkan daripada kenyataan yang pahit
sekalipun (Manthovani Az-Zahra).
Persembahan:
Skripsi ini aku persembahkan untuk:
1. Bapak dan Ibu tercinta atas inspirasi
dan kasih sayangnya;
2. suamiku Arifin atas dukungannya;
3. Kenzi jagoan penyemangat, dan si
kecil harapan.
vi
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah Swt, atas
limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, maka penulis dalam menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Analisis Gaya Bahasa Pada Antologi Puisi Ketika Cinta
Kumpulan Sajak (2006-2008) Karya Ibnu Wahyudi Dan Pembelajarannya Di
SMA Kelas X” dapat berjalan dengan lancar.
Keberhasilan pelaksanaan penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo, yang telah memberikan
kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas
Muhammadiyah Purworejo;
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin
dan rekomendasi kepada penulis, mengadakan penelitian untuk penyusunan
skripsi;
3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesian yang telah
memberikan dorongan dan nasihat sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini;
4. Drs. H. Bagiya, M. Hum. sebagai Kaprodi, pembimbing I dan Joko Purwanto,
M. Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan, koreksi,
dan bimbingan skripsi ini dengan baik dan penuh kesabaran;
vii
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii
PENGESAHAN ............................................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ................................................................................ iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
ABSTRAK ....................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Penegasan Istilah ...................................................................... 4
C. Identifikasi Masalah. ................................................................ 5
D. Batasan Masalah ...................................................................... 6
E. Rumusan Masalah .................................................................... 6
F. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
G. Manfaat Penelitian ................................................................... 7
H. Sistematika Penelitian .............................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI ........................... 9
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 9
B. Kajian Teori ............................................................................. 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 58
A. Jenis Penelitian ......................................................................... 58
B. Subjek dan Objek Penelitian ................................................... 58
C. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 59
D. Instrumen ................................................................................. 60
E. Teknik Analisis Data ............................................................... 60
F. Teknik Penyajian Hasil Analisis .............................................. 61
BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA .............................. 62
A. Penyajian Data ........................................................................ 62
ix
B. Pembahasan Data .................................................................... 65
BAB VI PENUTUP ..................................................................................... 132
A. Simpulan ................................................................................ 132
B. Saran ........................................................................................ 133
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 134
LAMPIRAN ..................................................................................................... 135
x
ABSTRAK
Manthovani Az-Zahra. 2014. “Analisis Gaya Bahasa Pada Antologi Puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) Karya Ibnu Wahyudi dan Pembelajarannya Di SMA Kelas X. Skripsi”. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Purworejo. “Analisis Gaya Bahasa Pada Antologi Puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) Karya Ibnu Wahyudi dan Pembelajarannya Di SMA Kelas X. Penelitian bertujuan untuk (1) mendeskripsikan gaya bahasa yang terdapat dalam antologi Ketika Cinta, (2) mendeskripsikan makna dari gaya bahasa; dan (3) mendeskripsikan penerapan pembelajarannya di SMA kelas X.
Subjek penelitian ini adalah gaya bahasa apa saja yang terdapat dalam antologi puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) karya Ibnu Wahyudi serta makna gaya bahasa dalam puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) karya Ibnu Wahyudi, sementara antologi puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) karya Ibnu Wahyudi, penerbit Bukupop tahun 2009 dengan jumlah halaman 105. Dalam teknik pengumpulan data ini digunakan teknik observasi dan studi pustaka. Dalam teknik analisis data digunakan teknik analisis isi yang mengkaji isi teks dengan teliti dan menyeluruh. Selanjutnya, dalam penyajian hasil analisisnya digunakan teknik informal, yakni penyajian hasil analisis menggunakan kata-kata biasa.
Dari hasil analisis disimpulkan bahwa, gaya bahasa yang terdapat dalam antologi puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) karya Ibnu Wahyudi meliputi: (1) Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat dari 60 puisi yang terdapat dalam antologi puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) karya Ibnu Wahyudi, hanya meliputi: repetisi yang berupa anafora, anadiplosis. Gaya bahasa retoris dari 60 puisi yang terdapat dalam antologi puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) karya Ibnu Wahyudi, hanya meliputi: aliterasi, asonansi, eufemismus, hiperbola. Terakhir Gaya bahasa kiasan dari 60 puisi yang terdapat dalam antologi puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) karya Ibnu Wahyudi, hanya meliputi: Simile, Alegori, personifikasi, antonomasia, dan sarkasme; (2) Makna yang terkandung di dalam antologi puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) karya Ibnu Wahyudi ini adalah masalah Percintaan dengan berbagai persoalan yang komplek dipadukan dengan pengibaratan terhadap suatu hal; dan (3) penerapan pembelajaran gaya bahasa di SMA dengan metode gali kunci, yaitu dengan memberikan kata kunci pada sebuah puisi dalam penafsirannya; metode pengajaran dengan diskusi, ceramah, penugasan, evaluasi dengan tanya jawab lisan.
Kata kunci: gaya bahasa antologi puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008), pembelajaran SMA kelas X
1
BAB I PENDAHULUAN
Penulis mengemukakan delapan bagian pokok, yaitu: latar belakang,
penegasan istilah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
A. Latar Belakang
Keberadaan manusia dalam proses perkembangan akal budinya tidak
dapat lepas dari bahasa. Hal ini didasari atas kedudukan bahasa sebagai
penunjang aktualisasi ide, gagasan, dan tingkah laku manusia. Dapat
dikatakan kemunculan dan perkembangan bahasa merupakan tanda-tanda
dari kemunculan budaya.
Bahasa pada karya sastra menurut (Siswantoro, 2011: 13) mempunyai
sifat khusus yang berbeda. Keistimewaan dalam bahasa sastra banyak
memunculkan penafsiran-penafsiran, salah satunya adalah puisi. Puisi
sebagai bagian dalam karya sastra pada dasarnya merupakan sarana ekspresi
seseorang dari alam batinnya. Perwujudan ekspresi pengarang lewat puisi
selanjutnya difasilitasi melalui bahasa yang bertujuan memberi kesan dan
suasana emotif tertentu untuk mempengaruhi perasaan/pikiran penikmat
puisi.
Puisi merupakan suatu karya sastra yang banyak digunakan sebagai
media komunikasi untuk menyampaikan pikiran dan perasaan pengarang
kepada pembaca. Puisi sebagai karya sastra menggunakan bahasa sebagai
2
media untuk mengungkapkan makna. Makna tersebut diungkapkan melalui
sistem tanda yaitu tanda-tanda yang mempunyai arti.
Puisi sebagai salah satu jenis sastra merupakan pernyataan sastra yang
paling inti. Segala unsur kesastraan mengental dalam puisi. Oleh karena itu,
puisi dari dahulu hingga sekarang merupakan pernyataan seni sastra yang
paling baku. Membaca puisi merupakan puncak kenikmatan seni sastra
(Pradopo: 2010: vi). Masih menurut Pradopo, puisi mempunyai sifat struktur,
dan konvensi-konvensi dari struktur puisi tersebut.
Usaha memahami puisi tidak dapat terikat pada salah satu pendekatan
saja karena setiap puisi memiliki karakter tersendiri, baik karakter yang
ditentukan oleh penyair, tema, nada, maupun karakter yang diwarnai oleh
kenyataan sejarah pada saat puisi itu diciptakan. Oleh sebab itu, penyair dan
kenyataan sejarah tidak dapat dikesampingkan dalam usaha memahami puisi.
Penyair dan kenyataan sejarah pasti ikut memberi makna kepada puisi.
Namun, sudah barang tentu puisi itu sendirilah yang menjadi pusat
pembahasan yang utama.
Menurut Saputra (2001: 29-36), puisi sebagai salah satu jenis sastra
merupakan pernyataan sastra yang paling inti. Segala unsur seni kesastraan
mengental dalam puisi. Oleh karena itu, puisi dari dahulu hingga sekarang
merupakan pernyataan seni sastra yang paling baku. Membaca puisi
merupakan sebuah kenikmatan seni khusus, bahkan merupakan puncak
kenikmatan seni sastra, sehingga dari dahulu hingga sekarang puisi selalu
3
diciptakan orang dan selalu dibaca, dideklamasikan untuk lebih merasakan
kenikmatan seni dan nilai kejiwaan yang tinggi.
Pada dasarnya bahasa digunakan dalam kehidupan praktis sehari-hari.
Hal yang paling indah dari puisi dapat kita lihat dari segi bahasa. Bahasa
dalam puisi memiliki keindahan tersendiri dalam penyampaiannya, bersifat
padat dan terkadang bahasa tersebut banyak yang tidak dimengerti oleh
pembaca. Namun di sanalah letak keelitan sebuah puisi.
Antologi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) Karya Ibnu
Wahyudi bagus untuk dikaji dan diteliti, hal ini karena berdasarkan pada
pengamatan bahasa yang digunakan bersifat padat dalam arti tidak
membentuk sebuah kalimat jika dibandingkan dengan puisi lain. Selain itu,
sepengetahuan penulis antologi puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-
2008) Karya Ibnu Wahyudi belum pernah dikaji menjadi bahan objek skripsi,
lebih khusus di Universitas Muhammadiyah Purworejo. Dari uraian-uraian di
atas peneliti melatarbelakangi adanya penelitian analisis gaya bahasa sebagai
berikut.
1. Bahasa yang terdapat dalam puisi perlu adanya penafsiran yang
mendalam. Salah satunya dengan kajian gaya bahasa.
2. Makna puisi perlu untuk dikaji, karena banyak orang yang belum mengerti
makna dari puisi.
3. Sepanjang pengetahuan penulis, antologi puisi Ketika Cinta Kumpulan
Sajak (2006-2008) Karya Ibnu Wahyudi belum pernah dikaji sebagai
bahan penelitian skripsi atau penelitian yang lain.
4
B. Penegasan Istilah
Ada beberapa istilah tertentu yang perlu dipahami dalam penelitian ini
sehingga tidak menimbulkan kesalah pahaman dalam mengartikan, sesuai
dengan judul penelitian maka istilah-istilah yang perlu dijelaskan sebagai
berikut:
1. analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui
keadaan yang sebenarnya (Depdiknas, 2007: 43);
2. gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara
khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).
Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut:
kejujuran, sopan santun dan menarik (Keraf, 2010: 113);
3. antologi adalah kumpulan karangan baik dari satu pengarang maupun dari
beberapa pengarang. Karangan itu meliputi satu bidang ilmu saja. Istilah
lain dari antologi adalah bunga rampai (Lubis, 1994: 11);
4. Puisi adalah kata puisi berasal dari bahasa Yunani “poesis” yang berarti
penciptaan. Dalam bahasa inggris di sebut “poetry” artinya puisi, poet artinya
penyair, poem berarti syair atau sajak (Tarigan, 1984: 4).
5. Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) adalah objek kajian skripsi
karangan Ibnu Wahyudi, penerbit Bukupop tahun 2009 dengan jumlah
halaman 105;
6. Ibnu Wahyudi adalah penulis Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008)
yang tinggal di Depok, Jakarta.
5
7. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (SISDIKNAS, 2003: 11).
8. Kelas X adalah jenjang strata pendidikan di SMA.
Jadi, maksud dari judul skripsi “Analisis Gaya Bahasa Pada Antologi
Puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) Kumpulan Sajak (2006-
2008) Karya Ibnu Wahyudi dan Pembelajarannya di SMA Kelas X” adalah
suatu kajian mengenai gaya bahasa yang terdapat dalam antologi Ketika
Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) Kumpulan Sajak (2006-2008) Karya
Ibnu Wahyudi dan penerapan pembelajarannya di SMA kelas X.
C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, ditemui beberapa
identifikasi masalah dalam antologi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-
2008) Karya Ibnu Wahyudi, berikut ini:
1. makna puisi pada Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) Karya Ibnu
Wahyudi sangat menarik untuk dikaji;
2. penyimpangan penggunaan dalam puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak
(2006-2008) Karya Ibnu Wahyudi sangat menarik untuk dikaji;
3. struktur puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) Karya Ibnu
Wahyudi sangat menarik untuk dikaji;
4. gaya bahasa yang digunakan pada antologi Ketika Cinta Kumpulan Sajak
(2006-2008) Karya Ibnu Wahyudi sangat menarik untuk dikaji.
5. Penerapan pembelajarannya di SMA kelas X sangat menarik untuk dikaji.
6
D. Batasan Masalah
Dari penjabaran identifikasi masalah yang ditemukan dalam antologi
Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) Karya Ibnu Wahyudi, diperlukan
pembahasan yang lebih fokus agar pembahasan tidak meluas. Dalam
penelitian ini permasalahan dibatasi pada:
1. gaya bahasa yang digunakan pada antologi Ketika Cinta Kumpulan Sajak
(2006-2008) Karya Ibnu Wahyudi;
2. makna puisi pada antologi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008)
Karya Ibnu Wahyudi;
3. penerapan pembelajaran gaya bahasa di SMA kelas X.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diidentifikasi dan dibatasi,
peneliti merumuskan masalah berikut ini.
1. Apa sajakah gaya bahasa yang terdapat dalam antologi Ketika Cinta
Kumpulan Sajak (2006-2008) Karya Ibnu Wahyudi?
2. Bagaimanakah makna gaya bahasa dalam antologi Ketika Cinta Kumpulan
Sajak (2006-2008) Karya Ibnu Wahyudi?
3. Bagaimanakah penerapan pembelajaran gaya bahasa di SMA kelas X?
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan penelitian di atas, diperoleh tujuan dalam
penelitian ini, antara lain:
7
1. mendeskripsikan gaya bahasa yang terdapat dalam antologi Ketika Cinta
Kumpulan Sajak (2006-2008) Karya Ibnu Wahyudi;
2. mendeskripsikan makna gaya bahasa dalam antologi Ketika Cinta
Kumpulan Sajak (2006-2008) Karya Ibnu Wahyudi;
3. mendeskripsikan penerapan pembelajaran gaya bahasa di SMA kelas X.
G. Kegunaan Penelitian
Penelitian sastra memiliki manfaat yang besar bagi pengembangan
dunia sastra maupun untuk kepentingan dalam pembelajaran sastra. Adapun
manfaat tersebut yaitu, manfaat teoretis dan manfaat praktis.
Manfaat teoretis dalam penelitian ini antara lain:
1. diharapkan dapat menambah bahan referensi bagi peneliti bidang sastra
khususnya yang berkaitan dengan pengkajian gaya bahasa dalam puisi;
2. bermanfaat bagi para peneliti untuk mengembangkan teori yang berkaitan
dengan gaya bahasa.
3. memberikan khasanah penelitian tentang gaya bahasa dalam puisi.
Manfaat praktis bagi pencipta puisi dalam penelitian antara lain:
1. penelitian ini diharapkan dapat dijadikan inspirasi bagi pencipta puisi, agar
dalam menciptakan puisi dapat meningkatkan estetika, diksi, sarat makna
dan sesuai dengan etika budaya masyarakat Indonesia;
2. penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu pendukung
evaluasi kelebihan dan kekurangan puisi dalam antologi yang telah dibuat
sebelumnya, sehingga untuk selanjutnya dapat menghasilkan puisi yang
lebih berkualitas.
8
H. Sistematika Skripsi
Sistematika skripsi dikelompokan ke dalam 5 bagian yang teridi dari sub
bab, sebagai berikut.
Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,
penegasan istilah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian serta sistematika skripsi.
Bab II berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis sebagai acuan dalam
penelitian. Bab III berisi metode penelitian, terdiri dari objek penelitian, fokus
penelitian, teknik pengumpulan data, instrument penelitian, teknik analisis
data.
Bab IV berisi analisis data yang dibahas atau dianalisis dengan teori gaya
bahasa yang berfokus pada macam-macam penggunaan gaya bahasa dalam
antologi puisi dengan menggunakan teori dari Keraf (2010) dengan perincian:
gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa berdasarkan nada, gaya
bahasa berdasarkan struktur kalimat, gaya bahasa kiasan, serta gaya bahasa
berdasarkan langsung tidaknya makna.
Bab V berisi penutup yang terdiri simpulan berdasarkan pembahasan
penelitian mengenai gaya bahasa dari antologi Ketika Cinta Kumpulan Sajak
(2006-2008) karangan Ibnu Wahyudi dan saran dari pembaca untuk
memperbaiki hasil penelitian terhadap objek penelitian.
Bagian terakhir berisi daftar pustaka dari teori-teori mengenai gaya
bahasa serta lampiran-lampiran yang berupa kutipan dari jenis gaya bahasa
dalam puisi, kartu bimbingan skripsi.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI
Penulis mengemukakan dua bagian pokok, yaitu: tinjauan pustaka dan
kajian teori.
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka adalah pengkajian terhadap penelitian sebelumnya.
Penelitian mengenai analisis gaya bahasa pernah dilakukan oleh mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indnesia. Akan tetapi, analisis gaya bahasa pada
antologi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) Karya Ibnu Wahyudi,
belum pernah diteliti. Sebelum mengemukakan teori mengenai gaya bahasa
dan pendayagunaan kata serta pilihan kata, disajikan beberapa penelitian
terdahulu tentang analisis gaya bahasa sebagai acuan penelitian, antara lain,
Aula Zaky Baroroh (2006), Sumartini (2011), dan Beny Hari Setiawan (2011).
Penelitian yang dijadikan sebagai tinjauan dalam penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Baroroh (2006) dengan judul skripsi “Antologi
Puisi Sajak Penari Karya Ahmadun Y. Herfanda”. Dalam skripsinya Baroroh
(2006) membahas aspek sosial dalam antologi puisi yang meliputi aspek
moral, ekonomi, religius, dan kritik sosial. Terdapat persamaan dan perbedaan
antara penelitian Baroroh (2006) dengan penelitian ini. Perbedaannya ialah
Baroroh (2006) memfokuskan pada kajian sosiologi sastra, yang meliputi
aspek moral, ekonomi, religius, dan kritik sosial, sementara penelitian ini
mengakaji dari sudut pandang gaya bahasa. Adapun persamaanya, Baroroh
9
9
10
(2006) menjadikan objek penelitiannya sebuah antologi. Objek yang sama-
sama dijadikan sebagai bahan penelitian ini.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Setiawan (2011) dengan judul
skripsi “Gaya Bahasa Simile Dalam Puisi Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata
dan Pembelajarannya Pada Siswa Kelas X SMA.” Pembahasan dalam skripsi
Setiawan (2011) mengenai bagaimana kategori simile berdasarkan unsur
pembanding yang membentuk simile dalam puisi Sang Pemimpi; bagaimana
makna atau motif dalam puisi Sang Pemimpi; serta bagaimana
pembelajarannya di SMA. Kesimpulan yang diambil dari pembahasannya
ialah ditinjau dari unsur pembanding yang digunakan, kategori simile dalam
puisi Sang Pemimpi didominasi kategori oleh human, kemudian makna atau
motif simile dalam puisi Sang Pemimpi sebagian besar dielipskan.
Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitin yang dillakukan oleh
Setiawan (2011) dengan penelitian ini. Perbedaannya, Setiawan (2011)
menjadikan puisi sebagai objek kajiannya, kemudian subjek penelitiannya
memfokuskan pada majas simile saja, sementara penelitian ini menjadikan
antologi puisi sebagai objek kajian. Pembahasan yang dikaji dalam penelitian
ini memfokuskan pada majas-majas apa saja yang terdapat dalam antologi
puisi dengan menggunakan teori dari Keraf (2010), serta makna geguritannya,
sementara itu persamaan yang terlihat adalah sama-sama membahas tentang
gaya bahasa, namun penelitan inii membahas lebih kompleks.
Penelitian terakhir yang dijadikan tinjauan pustaka, dilakukan oleh
Sumartini (2011) dengan judul skripsi “Analisis Gaya Bahasa dalam Puisi
11
Kidung Bulan Tertikam Antologi Puisi Penyair Purworejo dan Kemungkinan
Pembelajaran di SMA kelas XII”. Pembahasan dalam skripsi Sumartini (2011)
antara lain, bagaimana gaya bahasa yang terdapat dalam Antologi puisi
Kidung Bulan Tertikam serta bagaimana pengajarannya di SMA Kelas XII,
khususnya gaya bahasa yang terdapat dalam Antologi Puisi Kidung Bulan
Tertikam. Kesimpulan gaya bahasa yang ditemukan pada antologi puisi
Kidung Bulan Tertikam adalah personifikasi, gaya bahasa erotesis dan gaya
bahasa epizeukis.
Terdapat persamaan dan perbedaan antara skripsi Sumartini (2011)
dengan penelitian ini. Persamaannya adalah sama-sama membahas gaya
bahasa dengan objek antologi. Teori yang digunakan oleh Sumartini (2011)
menggunakan teori Tarigan (1986), sementara penelitian ini menggunakan
teori Keraf (2010).
B. Kajian Teori
1. Pengertian Gaya, Gaya Bahasa, dan Majas.
Gaya adalah keseluruhan cara yang dilakukan dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari, baik kegiatan jasmaniah maupun rohaniah, baik
lisan maupun tulisan Ratna (2009: 160). Gaya berkaitan dengan masalah
umum penulisan, penyajian, komposisi, struktur penceritaan, termasuk
cara menampilkan karakter huruf, kover, dan ukuran buku.
12
Menurut Pradopo (2010: 93), gaya bahasa menghidupkan kalimat
dan memberi gerak pada kalimat. Ia berfungsi untk menghidupkan reaksi
tertentu, untuk menimbulkan tanggapan tertentu.
Gaya bahasa merupakan bagian dari pilihan kata yang
mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa atau klausa
tertentu, untuk menghadapi situasi-situasi tertentu, sebab persoalan gaya
bahasa meliputi semua hierarki kebahasaan, pilihan kata secara
individual, frasa, klausa, dan kalimat atau mencakup pula sebuah wacana
secara keseluruhan (Keraf, 2010: 112).
Di samping itu Hartoko dan Rahmanto mengatakan bahwa gaya
bahasa merupakan cara yang khas yang dipakai seseorang untuk
mengungkapkan diri. Selanjutnya Mulyana mengatakan gaya bahasa itu
susunan perkataan yang terjadi karena perasaan dalam hati pengarang
yang dengan sengaja atau tidak, menimbulkan suatu persamaan yang
tertentu dalam hati pembaca (Pradopo, 2010: 264).
Baik gaya maupun gaya bahasa berkaitan dengan aspek keindahan.
Perbedaannya, dalam kehidupan sehari-hari, dalam aktivitas nonseni gaya
menduduki posisi sekunder, sementara dalam karya sastra dan karya seni
adalah keindahan itu sendiri (Ratna, 2009: 161). Adapun majas dalam
KBBI (2008: 545) adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan
menyamarkan dengan sesuatu yang lain. Dari pernyaataan diatas bisa
disimpulkan bahwa, majas sama kurang lebih sama halnya dengan gaya
bahasa.
13
Keraf (2010: 117-145) dalam bukunya Diksi dan Gaya Bahasa
membagi beberapa jenis gaya bahasa, antara lain adalah: (1) gaya bahasa
berdasarkan pilihan kata, (2) gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat,
(3) gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung di dalamnya, dan (4)
gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang terkandung di
dalamnya.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa gaya bahasa dan majas
dalam karya sastra jelas yang paling berperan adalah gaya bahasa, cara-
cara penggunaan medium bahasa secara khas sehingga tujuan dapat
dicapai secara maksimal. Gaya lebih banyak berkaitan dengan karya seni
nonsastra, sedangkan majas lebih banyak berkaitan dengan kebahasaan.
Dengan demikian, gaya bahasa meliputi gaya dan majas.
2. Jenis-jenis Gaya Bahasa
Gaya bahasa dapat ditinjau dari bermacam-macam sudut
pandangan. Keraf (2010: 115-145) membagi gaya bahasa menjadi empat
pengklasifikasian, yaitu: gaya bahasa berdasarkan pilihan kata; gaya
bahasa berdasarkan nada; gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat; serta
gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna.
a) Gaya Bahasa berdasarkan pilihan kata.
Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata mempermasalahkan
tentang kata mana yang paling tepat dan sesuai untuk possi-posisi
tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata
dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Gaya
14
bahasa ini terdapat dalam tulisan ilmiah, yang dibedakan menjadi dua
yaitu:
1) Gaya bahasa resmi
Gaya bahasa remi adalah gaya dalam bentuknya yang
lengkap, gaya yang dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan
resmi yang dipergunakannya dengan baik dan terpelihara dengan
memanfaatkan bidang bahasa yang lain.
Contohnya: bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah
hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas
dunia harus dihapuskan.
2) Gaya bahasa tak resmi
Gaya bahasa tidak resmi ialah gaya bahasa yang
dipergunakan dalam bahasa standar, khusunya dalam
kesempatan-kesempatan yang tidak formal atau kurang formal,
bentuknya tidak terlalu konservatif.
Contohnya: Generasi tahun 1928 adalah generasi pencetus
sumpah pemuda yang berjuang demi keinginan bangsa.
3) Gaya bahasa percakapan.
Gaya bahasa percakapan adalah gaya bahasa yang pemilihan
katanya adalah kata-kata yang popular.
Contohnya: pertanyaan yang pertama, di sini memang
sengaja saya tidak membedakan antara istilah jenis kata atau
word classes atau parts of speech.
15
b) Gaya bahasa berdasarkan nada;
1) Gaya bahasa sederhana
Gaya bahasa sederhana adalah gaya bahasa yang digunakan
untuk kondisi memberi instruksi, perintah, pelajaran perkuliahan,
dan sejenisnya.
2) Gaya bahasa mulia dan bertenaga
Gaya bahasa mulia adalah gaya bahasa dengan vitalitas dan
enersi, dan biasanya dipergunakan untuk menggerakkan sesuatu,
serta mempergunakan keagungan dan kemuliaan.
3) Gaya bahasa menengah
Gaya bahasa menengah adalah gaya bahasa yang diarahkan
kepada usaha untuk menimbulkan suasana senang dan damai.
Nada yang digunakan bersifat lemah lembut, penuh kasih
sayang, dan mengandung humor yang sehat.
c) Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat;
1) Klimaks
Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat
periodik. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung
urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat
kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya.
Contohnya: kesengsaraan membuahkan kesabaran,
pengalaman, dan pengalaman harapan.
16
2) Antiklimaks
Antiklimaks adalah gaya bahasa suatu acuan yang gagasan-
gagasannya diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke
gagasan yang kurang penting.
Contohnya: Ketua pengadilan negeri itu adalah seorang
yang kaya, pendiam, dan tidak terkenal namanya.
3) Paralilisme
Paralilisme adalah semacam gaya bahasa yang berusaha
mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frasa-frasa
yang menduduki fungsi yang sama dalam membentuk gramatikal
yang sama.
Contoh: baik golongan yang tinggi maupun golongan yang
rendah, harus diadili kalau bersalah.
4) Antitesis
Antitesis adalah gaya bahasa yang mengandung gagasan-
gagasan yang betentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau
kelompok kata yang berlawanan. Gaya ini timbul dari kalimat
berimbang.
Contoh: mereka sudah kehilangan banyak dari harta
bendanya, tetapi mereka juga telah banyak memperoleh
keuntungan dari padanya.
17
5) Repetisi
Repetisi adalah perulangan kata kunci, bunyi, suku kata, kata
atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi
tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.
Contohnya: atau maukah kau pergi bersama dengan
serangga-serangga tanah, pergi bersama kecoak-kecoak, pergi
bersama mereka yang menyusupi tanah, menyusupi alam?
Repetisi dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Epizeukis yaitu arti kata yang dipentingkan diulang beberapa
kali berturut-turut. Contohnya: kita harus bekerja, bekerja,
sekali lagi bekerja.
b. Tautotes yaitu sebuah kata berulang-ulang dalam sebuah
konstruksi. Contohnya: kau menuding aku, aku menuding kau,
aku dan aku menjadi berseteru.
c. Anapora yaitu repetisi yang berwujud perulangan kata pertama
pada setiap baris atau kalimat berikutnya. Contohnya:
berdosakah aku bersandar ke batang yang kuat berakar
melihat tamasya yang molek berdandan menyambut fajar kata
Illahi? Berdosakah aku kalau burungku kecil hinggap di dahan,
nampak menanyi sunyi melega hati?
18
d) Gaya Bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna
1) Gaya bahasa retoris
a. Aliterasi
Aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud
perulangan konsonan yang sama. Dipergunakan dalam puisi,
kadang-kadang dalam prosa, untuk perhiasan atau untuk
penekanan. Contohnya: takut titik lalu tumpah.
b. Asonansi
Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud
perulangan bunyi vokal yang sama. Contohnya: ini muka
penuh luka siapa punya.
c. Anastrof
Anastrof adalah semacam gaya retoris yang diperoleh
dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat.
Contonya: pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami
melihat perangaianya. Bersorak-sorak orang di tepi jalan
memukul bermacam-macam bunyi-bunyian melalui gerbang
dihias bunga dan panji berkibar.
d. Apofasis
Apofasis merupakan sebuah gaya dimana penulis atau
pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya
menyangkal. Berpura-pura membiarkan sesuatu berlalu,
tetapi sebenarnya ia menekankan hal itu.
19
Contohnya: jika saya tidak menyadari reputasimu
dalam kejujuran, maka sebenarnya saya ingin mengatakan
bahwa Anda pasti membiarkan anda menipu diri sendiri.
e. Apostrof
Adalah semacam gaya bahasa yang berbentuk
pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang
tidak hadir. Cara ini biasanya dipergunakan oleh orator
klasik. Contohnya: Hai kamu dewa-dewa yang berada di
surga, datanglah dan bebaskanlah kami dari belenggu
penindasan ini.
f. Asindenton
Asindenton adalah suatu gaya bahasa yang berupa
acuan, yang bersifat padat dan mampat di mana beberapa
kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan
dengan kata sambung. Contohnya: dan kesesakan,
kepedihan, kesakitan, seribu derita detik-detik penghabisan
orang melepaskan nyawa.
g. Polisindenton
Polisindenton adalah gaya bahasa yang merupakan
kebalikan dari asindenton. Contohnya: dan ke manakah
burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak
menyerah pada gelap dan dingin yang bakal merontokkan
bulu-bulunya?
20
h. Kiasmus
Kiasmus adalah semacam gaya bahasa yang terdiri dari
dua bagian, baik frasa atau klausa, yang sifatnya berimbang,
dan dipertentangkan satu sama lain, tetapi susunan frasa atau
klausanya itu terbalik bila dibandingkan dengan frasa atau
klausa lainnya. Contohnya: semua kesabaran kami sudah
hilang, lenyap sudah ketekunan kami untuk melanjutkan
usaha itu.
i. Elipsis
Elipsis adalah suatu gaya bahasa yang berwujud
menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah
dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh para pembaca atau
pendengar, sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya
memenuhi pola yang berlaku. Contohnya: masihkah kau
tidak percaya bahwa dari segi fisik engkau tak apa-apa,
badanmu sehat; tetapi psikis…
j. Eufimismus
Eufimismus mempunyai arti mempergunakan kata-kata
dengan arti yang baik atau dengan tujuan yang baik.
Contohnya: ayahnya sudah tak ada di tengah-tengah mereka
(mati); pikiran sehatnya semakin merosot saja akhir-akhir
ini (gila).
21
k. Litotes
Litotes adalah semacam gaya bahasa yang dipakai
untuk menanyakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri.
Sesuatu hal dinyatakan kurang dari keadaan sebenarnya.
Contohnya: kedudukan saya ini tidak ada artinya sama
sekali.
l. Histeron Proteron
Histeron Proteron adalah semacam gaya bahasa yang
merupakan kebalikan dari yang logis atau kebalikan dari
sesuatu yang wajar, misalnya menempatkan sesuatu yang
terjadi kemudian pada awal peristiwa. Contoh: kereta
melaju dengan cepat di depan kuda yang menariknya.
m. Pleonasme dan Tautologi
Pleonasme dan Tautologi adalah semacam acuan yang
mempergunakan kata-kata lebih banyak dari pada yang
diperlukan untuk menyatakan satu pikiran atau gagasan.
Contohnya: Ia tiba jam 20.00 malam waktu setempat.
n. Perifrasis
Perifrasis merupakan gaya bahasa yang mirip dengan
pleonasme, yaitu mempergunakan kata lebih banyak dari
yang diperlukan. Contohnya: Ia telah beristirahat dengan
damai (mati, meninggal).
22
o. Plolepsis atau antisipasi
Plolepsis atau antisipasi adalah semacam gaya bahasa
di mana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau
sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang
sebenarnya terjadi. Contohnya: Pada pagi hari yang naas
itu, ia mengendarai sebuah sedan biru.
p. Erotis atau petanyaan retoris
Erotis atau petanyaan retoris adalah semacam
pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan
dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam
dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak
menghendaki adanya suatu jawaban.
q. Silepsis
Silepsis mempunyai arti di mana orang
mempergunakan dua kontruksi rapatan dengan
menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang
sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan
dengan kata pertama. Contohnya: dengan membelalakkan
mata dan telinganya, ia mengusir orang itu.
r. Koreksio
Koreksio adalah suatu gaya bahasa yang berwujud
mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian
23
memperbaikinya. Contohnya: sudah empat kali saya
mengunjungi daerah itu, ah bukan sudah lima kali.
s. Hiperbola
Hiperbola mengandung suatu pernyataan yang
berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal.
Contohnya: Kemarahanku menjadi-jadi hingga hampir-
hampir meledak aku.
t. Paradok
Paradok adalah semacam gaya bahasa yang
mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta
yang ada. Contohnya: Ia mati kelaparan di tengah-tengah
kekayaannya yang berlimpah-limpah.
u. Oksimoron
Oksimoron adalah suatu acuan yang berusaha untuk
menggabungkan kata-kata untuk mencapai efek yang
bertentangan.
Contohnya:
Keramah-ramahan yang bengis.
Untuk menjadi manis seseorang harus menjadi kasar.
Itu sudah menjadi rahasia umum.
Dengan membisu seribu kata, mereka sebenarnya beteriak-
teriak agar diperlakukan adil.
24
2) Gaya bahasa kiasan
a) Persamaan atau simile
Persamaan atau simile adalah perbandingan yang
bersifat eksplisit dengan menyatan sesuatu sama dengan hal
yang lain. Contohnya: kikirnya seperti kepiting batu.
b) Metafora
Metafora merupakan semacam analogi yang
membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk
yang singkat: bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera
mata, dan sebagainya.
c) Alegori, parable, fable
Alegori ialah suatu cerita singkat yang mengandung
kiasan. Makna kiasan ini harus ditarik dari bawah permukaan
ceritanya. Dalam alegori, nama-nama pelakunya adalah sifat-
sifat yang abstrak, serta tujuannya selalu jelas tersurat.
Parable ialah suatu kisah singkat dengan tokoh-tokoh
biasanya manusia, yang selalu mengandung tema moral.
Istilah parable dipakai utnuk menyebut cerita-cerita fiktif di
dalam Kitab Suci yang bersifat alegoris, untuk menyampaikan
suatu kebenaran moral atau kebenaran spiritual.
Fable adalah suatu metafora berbentuk cerita mengenai
dunia binatang, dimana binatang-binatang bahkan makhluk-
25
makhluk yang tidak bernyawa bertindak seolah-olah seperti
manusia
d) Personifikasi atau prosopopoeia
Personifikasi atau prosopopoeia adalah semacam gaya
bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau
barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memilki sifat
kemanusiaan. Contohnya: Angin yang meraung di tengah
malam yang gelap itu menambah lagi ketakutan Kami.
e) Alusi
Alusi adalah semacam acuan yang berusaha
mensugestikan kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa.
Biasanya, alusi ini adalah suatu referensi yang eksplisit atau
implisit kepada peristiwa-peristiwa. Tokoh-tokoh atau tempat
dalam kehidupan nyata. Contoh: Kartini kecil itu turut
memperjuangkan persamaan haknya.
f) Eponim
Eponim adalah suatu gaya bahasa di mana seseorang
yang namanya begitu sering dihubungkan dengan sifat
tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat
itu. Contohnya: Hellen dari Troya untuk menyatakan
kecantikan.
26
g) Epitet
Epitet adalah semacam acuan yang menyatakan suatu
sifat atau ciri yang khusus dari seseorang atau sesuatu hal.
Contohnya: Lonceng pagi untuk ayam jantan.
h) Sinekdoke
Sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif yang
mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan
keseluruhan atau mempergunakan keseluruhan untuk
menyatakan sebagian. Contahnya: Setiap kepala dikenakan
sumbangan sebesar seribu rupiah; Stadion utama Senayan,
tuan rumah menderita kekalahan 3-4.
i) Metonimia
Metonimia adalah suatu gaya bahasa yang
mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain,
karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Contohnya :
Ia membeli sebuah Chevrolet.
j) Antonomasia
Antonomasia juga merupakan sebuah bentuk khusus
dari sinekdoke yang berwujud penggunaan sebuah epiteta
untuk menggantikan nama diri, atau gelar resmi, atau jabatan
untuk menggantikan nama diri. Contohnya: Yang Mulia tak
dapat menghadiri pertemuan ini.
27
k) Hipalase
Hipalase adalah semacam gaya bahasa di mana sebuah
kata tertentu dipergunakan untuk menerangkan sebuah kata,
yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata yang lain.
Contohnya: Ia berbaring di atas sebuah bantal yang gelisah
(yang gelisah adalah manusianya, bukan bantalnya).
l) Ironi, sinisme, dan sarkasme
Ironi ialah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu
dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang
terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Contohnya: Tidak
diragukan lagi bahwa Andalah orangnya, sehingga semua
kebijaksanaan terdahulu harus diabaikan seluruhnya!
Sinisme ialah suatu sindiran yang berbentuk kesangsian
yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan
hati. Contohnya: Tidak diragukan lagi bahwa Andalah
orangnya, sehingga semua kebijaksanaanya akan lenyap
bersamamu!
Sarkasme adalah suatu acuan yang mengandung
kepahitan dan celaan yang getir. Contoh: Lihat sang Raksasa
itu (maksudnya si Cebol).
m) Satire
Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau
menolak sesuatu.
28
n) Innuendo
Innuendo Adalah semacam sindiran dengan mengecilan
kenyataan yang sebenarnya. Contohnya: Setiap kali ada pesta,
pasti ia akan sedikit mabuk karena terlalu kebanyakan
minum.
o) Antifrasis
Antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud
penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya, yang
bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau kata-kata yang
dipakai untuk menangkal kejahatan. Contohnya: Engkau
memang orang yang mulia dan terhormat!
p) Pun atau paranomosia
Pun atau paranomosia merupakan kiasan dengan
mempergunakan kemiripan bunyi. Ia merupakan permainan
kata yang didasarkan pada kemiripan bunyi, tetapi terdapat
perbedaan besar dalam maknanya. Contohnya: Engkau orang
kaya! Ya. Kaya monyet!!
Selanjutnya Tarigan pada bukunya Pengajaran Gaya
Bahasa (Sumartini, 2011: 17-26) mengemukakan bahwa gaya
bahasa diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:
3) Gaya bahasa perbadingan
Gaya bahasa perbandingan menurut Tarigan disajikan di
bawah ini.
29
a) Perumpamaan
Perumpamaan adalah gaya bahasa yang berupa
perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan
sengaja kita anggap sama. Contoh: Seperti air dengan minyak.
b) Metafora
Metafora adalah gaya bahasa perbandingan yang
implisit, jadi tanpa kata seperti atau sebagai di antara dua hal
yang yang berbeda. Contoh: Pendidikan sokoguru
pembangunan.
c) Personifikasi
Personifikasi adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat-
sifat insan kepada barang yang tidak bernyawa dan ide yang
abstrak. Contoh: Angin meraung-raung di sekitar ini. Mencari
mencubit wajahku.
d) Defersonifikasi
Defersonifikasi adalah gaya bahasa yang berupa
pembedaan manusia atau insan. Contoh: Kalau Adinda menjadi
samudra, maka Kakanda menjadi bahtera; di Kau langit Aku
bumi.
e) Alegori
Alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam lambang-
lambang, merupakan metafora yang diperluas dan
30
berkesinambungan. Dalam alegori unsur-unsur utama
menyajikan sesuatu yang terselubung.
f) Antitesis
Antitesis adalah gaya bahasa yang mengadakan
perbandingan atau komparasi antara dua anonim (kata-kata
yang mengandung ciri-ciri semantik yang bertentangan).
Contoh: Dia bergembira ria di atas kegagalanku dalam ujian
ini.
g) Tautologi
Tautologi adalah gaya bahasa yang berupa penggunaan
kata yang berlebihan yang pada dasarnya merupakan
perulangan dari kata yang lain. Contoh: Orang yang
meninggal itu menutup mata buat selama-lamanya.
h) Parifrasis
Parifrasis adalah gaya bahasa yang agak mirip dengan
pleonasme, keduanya mempergunakan kata-kata yang lebih
banyak dari pada yang dibutuhkan. Contoh: Anak yang bisa
menyelesaikan kuliahnya dengan baik pada jurusan PBS,
IKIP Bandung (lulus = berhasil).
i) Antisipasi atau prolepsis
Antisipasi atau prolepsis adalah gaya bahasa yang
berwujud penggunaan terlebih dahulu satu atau beberapa
kata sebelum gagasan ataupun peristiwa yang sebenarnya.
31
Contoh : Mobil yang malang itu ditabrak oleh truk pasir dan
jatuh ke jurang.
j) Koreksio atau Eponortesis
Koreksio atau Eponortesis adalah gaya bahasa yang
berwujud mula-mula ingin menegaskan sesuatu, tetapi
kemudian memeriksa dan memperbaiki nama-nama yang
salah. Contoh: Neng Eva mempersuamikan orang Handar, eh
bukan orang Manado.
4) Gaya bahasa pertentangan
a) Hiperbola
Hiperbola adalah gaya bahasa yang berupa ungkapan yang
melebih-lebihkan apa yang sebenarnya dimaksud, jumlahnya,
ukurannya, atau sifatnya. Contoh: Tabungannya berjuta-juta,
emasnya berkilo-kilo, rumahnya berpuluh-puluh, sawahnya
berhektar-hektar, sebagai pengganti dia orang kaya.
b) Litotes
Litotes adalah gaya bahasa yang berupa pertanyaan
mengenai sesuatu dengan cara menyangkal atau mengingkari
kebalikannya. Contoh: Ellyas Pikal bukanlah petinju kampungan
yang bisa dianggap enteng.
c) Ironi
Ironi adalah gaya bahasa yang menyatakan makna yang
bertentang dengan maksud berolok-olok. Contoh: Aduh
bersihnya kamar ini, puntung rokok bertebaran dimana-mana.
32
d) Oksimoron
Oksimoron adalah gaya bahasa yang mengandung
pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang
berlawanan dalam frase-frase yang sama. Contoh: Untuk
mencintai ada kalanya kita harus membenci.
e) Paroromasia
Paroromasia adalah gaya bahasa yang berisi pengajaran
kata-kata yng berbunyi sama tetapi bermakna lain. Contoh:
Oh Dinda sayang, akan kutanam bunga Tanjung di pantai
tanjung hatimu.
f) Paralipsis
Paralipsis adalah gaya bahasa yang berupa formula yang
dipergunakan sarana untuk menerangkan bahwa seorang tidak
mengatakan apa yang tersirat dalam kalimat itu sendiri.
Contoh: Semoga Tuan menolak doa kita ini (ma’af) bukan
maksud saya mengabulkannya.
g) Zengma
Zengma adalah gaya bahasa yang mempergunakan dan
kontruksi rapatan dengan cara menghubungkan sebuah kata
dengan dua kata lain yang pada hakikatnya hanya sebuah saja
yang mempunyai hubungan dengan kata yang pertama.
Contoh: Anak itu memang rajin dan malas di sekolah.
33
h) Silepsis
Silepsis adalah gaya bahasa kontruksi yang secara
gramatikal benar, tetapi secara semantik salah. Contoh:
Wanita itu kehilangan harta dan kehormatannya.
i) Satire
Satire adalah gaya bahasa yang berupa ungkapan yang
menertawakan atau menolak sesuatu, adalah sajak atau
karangan yang berupa kritik yang menerang, baik sebagai
sindiran ataupun terang-terangan.
Contoh.
Bang Usman,
Hendak tinggi ?
Mau tinggi.
Dimuka bumi?
Panjat kelapa.
Sampai ke puncak?
Alangkah tinggi.
Di muka bumi?
j) Inuendo
Inuendo adalah gaya bahasa yang berupa sindiran
dengan mengecilkan kenyatan yang sebenarnya. Contoh: Pada
pesta tadi malam dia sedikit sempoyongan meminum
minuman keras.
34
k) Antifrasis
Antifrasis adalah gaya bahasa yang berupa penggunaan
sebuah kata dengan makna kebalikannya. Contoh: Memang
kau orang pintar! (tolol).
l) Paradok
Paradok adalah gaya bahasa yang mengandung
pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada. Contoh:
Aku kesepian di tengah keramaian.
m) Klimaks
Klimaks adalah gaya bahasa yang berupa susunan
ungkapan yang makin lama makin mengandung penekanan.
Contoh: Setiap guru yang berdiri di muka kelas haruslah
mengeahui, memahami, menguasai, serta menghayati bahan
pelajaran yang diajarkan.
n) Antiklimaks
Antiklimaks adalah gaya bahasa yang merupakan suatu
acuan yang berisi gagasan yang diurutkan dari yang terpenting
berturut-turut ke gagasan yang kurang penting. Contoh:
Pembangunan besar-besaran dilakukan di kota-kota, di desa-
desa, dan di dusun-dusun kecamatan terpencil.
o) Apostrof
Apostrof adalah gaya bahasa yang berupa pengalihan
amanat dari yang hadir kepada yang tidak hadir. Contoh:
35
Wahai roh-roh nenek moyang kami yang bertahta di negeri
atas, tengah, dan bawah, lindungilah cucu-cucumu yang ada di
desa Linggaju ini.
p) Anastraf
Anastraf adalah gaya bahasa retoris yang diperoleh
dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat.
Contoh: Kucium pipinya dengan mesra.
q) Inversi
Inversi adalah gaya bahasa yang merupakan permutasi
atau perubahan urutan unsur-unsur kontraksi sintaksis/lebih
tegas lagi perubahan susunan subjek-predikat, menjadi
predikat-subjek. Contoh: Datanglah dia, makanlah dia, lalu
pulanglah dia.
r) Apofasis atau preterisio
Apofasis atau preterisio adalah gaya bahasa berupa
penegasan sesuatu tetapi justru tampak menyangkalnya.
Contohnya: Saya tidak ingin mengungkapkan dalam rapat ini
bahwa putrimu itu telah hamil, telah berbadan dua.
s) Histeron proteron
Histeron proteron adalah gaya bahasa yang merupakan
kebalikan dari sesuatu yang logis. Contoh: Dia membaca
cerita itu sekali dengan cara mengejanya kata demi kata.
36
t) Hipalase
Hipalase adalah gaya bahasa yang merupakan kebalikan
dari suatu hubungan alamiah antara dua komponen gagasan.
Contoh: Kami tetap bekas mertuamu, utang pinjaman kepada
Pakcikmu.
u) Sinisme
Sinisme adalah gaya bahasa yang brupa sindiran yang
berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap
keikhlasan dan ketulusan hati. Contoh: Memang Andalah
tokohnya yang sanggup menghancurkan desa ini.
v) Sarkasme
Sarkasme adalah gaya bahasa yang mengandung olok-
olok atau sindiran pedas dan menyakiti hati. Contoh: Mulutmu
harimaumu.
5) Gaya bahasa pertautan
a) Metonimia
Metonimia adalah gaya bahasa yang memakai nama ciri
atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang, barang atau
hal sebagai penggantinya. Contoh: Para siswa senang sekali
membaca S.T Alisyahbana.
b) Sinekdoke
Sinekdoke adalah gaya bahasa yang menyebutkan nama
bagian sebagai pengganti nama keseluruhan. Contoh: Paman
saya mempunyai dua atap di Jakarta.
37
c) Alusi
Alusi adalah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak
langsung ke suatu peristiwa atau tokoh berdasarkan pra
anggapan adanya pengetahuan bersama yang dimiliki oleh
pengarang dan pembaca serta adanya kemampuan para
pembaca untuk menangkap pengacuan itu. Contoh: Tugu itu
mengenangkan kita kepada peristiwa Bandung Selatan.
d) Eufimisme
Eufimisme adalah gaya bahasa yang berupa ungkapan
yang lebih halus sebagai wujud pengganti ungkapan yang
dirasakan kasar, yang dianggap merugikan atau yang tidak
menenangkan. Contoh: Ibunya telah pulang ke Rahmatulloh
minggu lalu (meninggal).
e) Eponim
Eponim adalah gaya bahasa yang mengandung nama
seorang yang begitu sering dihubungkan dengan sifat
tertentu sehingga nama itu dipakai oleh mengatakan sifat itu.
Contoh: Hercules mengatakan kekuatan.
f) Epitet
Epitet adalah gaya bahasa yang mengandung acuan
yang menyatakan suatu ciri khas dari seseorang atau suatu
hal. Contoh: Lonceng yang bersahut-sahutan di desa
38
terpencil ini menyongsong mentari pagi bersinar (ayam
jago).
g) Antonomasia
Antonomasia adalah gaya bahasa yang merupakan
penggunaan gelar resmi atau jabatan sebagai pengganti nama
diri. Contoh: Rektor mewisuda 350 Sarjana Pendidikan di
IKIP Bandung.
h) Erotesis
Erotesis adalah gaya bahasa yang berupa pertanyaan
retoris dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih
mendalam dan sama sekali tidak menuntut suatu jawaban.
Contoh: Soal ujian tidak sesuai dengan bahan pelajaran.
Herankah kita jika nilai-nilai pelajaran bahasa Indonesia
pada Ebtanas tahun ini merosot dan meresahkan.
i) Paralilisme
Paralilisme adalah gaya bahasa yang berusaha
mencapai kesajajaran dalam pemakaian kata-kata atau frasa-
frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk
gramatikal yang sama. Contoh: Baik kaum pria maupun
kaum wanita mempunyai hak dan kewajiban yang sama
menurut hukum.
39
j) Elipsis
Elipsis adalah gaya bahasa yang di dalamnya
dilaksanakan penanggulangan atau penghilangan kata-kata
yang merupakan unsur penting dalam kontruksi sintaksis
yang lengkap. Contoh: Tadi malam.
k) Gradasi
Gradasi adalah gaya bahasa yang megandung suatu
rangkaian atau urutan (paling sedikit tiga) kata atau istilah
yang secara sintaksis bersamaan yang mempunyai satu atau
beberapa ciri semantik secara umum dan juga diantaranya
paling sedikit satu ciri, diulang-ulang dengan perubahan
yang bersifat kuantitaif.
Contoh: Kita malah bermegah jua dalam kesengsaran
kita, karena kita tahu bahasa kesengsaraan itu menimbulkan
ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji, dan uji
menimbulkan harapan, dan harapan tidak mengecewakan.
l) Asindenton
Asindenton adalah gaya bahasa yang berupa acuan
padat dan mampat dimana beberapa kata, frase, atau klausa
yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung,
tetapi biasanya disambungkan dengan tanda koma saja.
40
m) Polisindenton
Polisindenton adalah gaya bahasa yang berupa
penghubungan beberapa kata, frasa atau klausa yang
berurutan dengan kata-kata sambung. Contoh: Istri saya
menanam nangka dan jambu dan cengkeh dan papaya serta
bawang di pekarangan rumah kami.
6) Gaya bahasa perulangan
a) Aliterasi
Aliterasi adalah gaya bahasa repetisi yang berwujud
perulangan konsonan yang sama pada awal kata. Contoh: Para
damba daku, Datang dari danau, duga dua duka, diam diriku.
b) Asonansi
Asonansi adalah gaya bahasa repetisi yang berwujud
perulangan bunyi vokal yang sama. Contoh: Muka muda
mudah muram, Tiada siaga tiada biasa, jaga raga tahan harga.
c) Antanakiasis
Antanakiasis adalah gaya bahasa yang mengandung
ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda. Contoh:
Giginya tanggal dua pada tanggal bulan ini.
d) Kiasmus
Kiasmus adalah gaya bahasa yang berisi perulangan dan
sekaligus pula merupakan inversi hubungan antara dua kata
41
dalam satu kalimat. Contoh: Yang kaya merasa miskin tetapi
yang miskin merasa kaya, aneh bukan?
e) Epizeukis
Epizeukis adalah gaya bahasa perulangan yang bersifat
langsung, dengan cara mengulang kata yang dipentingkan
beberapa kali berturut-turut. Contoh: Ingat kamu harus
bertaubat, sekali lagi bertaubat, agar dosa-dosamu diampuni
oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
f) Tautotes
Tautotes adalah gaya bahasa repetisi yang berpa
perulangan sebuah kata berkali-kali dalam sebuah konstruksi.
Contoh: Kakanda mencintai Adinda, Adinda mencintai
Kakanda, Kakanda dan Adinda saling mencintai, Adinda dan
Kakanda menjadi satu.
g) Anafora
Anafora adalah gaya bahasa repetisi yang berupa
perulangan kata pertama pada setiap baris atau setiap hal.
Contoh: Lupakah Engkau bahwa merekalah yang
membesarkan dan mengasuhmu, Lupakah Engkau bahwa
keluarga itulah yang menyekolahkanmu sampai ke Perguruan
Tinggi? Lupakah Engkau bahwa mereka pula yang
mengawinkanmu dan istrimu sekarang?
42
h) Epistrofa
Epistrofa adalah gaya bahasa repetisi yang berupa kata
atau frase pada akhir baris di kalimat berurutan. Contoh:
Kemarin adalah hari ini, besok adalah hari ini, hidup adalah
hari ini, segala sesuatu adalah hari ini.
i) Simploke
Simploke adalah gaya bahasa repetisi yang berupa
perulangan pada awal dan ahir beberapa baris aau kalimat
berturut-turut. Contoh: Kau katakan aku pelacur. Aku katakan
biarlah kau katakan aku wanita mesum. Aku katana biarlah
kau katakan aku sampah masyarakat. Aku katakan biarlah kau
katakan aku dosa. Aku katakan biarlah.
j) Mesodiplosis
Mesodiplosis adalah gaya bahasa yang berwujud
perulangan kata atau frase di tengah-tengah baris atau
beberapa kalimat berurutan. Contoh: Anak merindukan orang
tua. Orang merindukan anak.
k) Epanalepsis
Epanalepsis adalah gaya bahasa repetisi yang berupa
perulangan kata pertama dari baris, klausa atau kalimat
menjadi yang terakhir. Contoh: Saya akan tetap berusaha
mencapai cita-cita saya.
43
l) Anadiplosis
Anadiplosis adalah gaya bahasa repetisi dimana kata atau
frase terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau
frasa pertama dari klausa atau kalimat berikutnya. Contoh:
Dalam raga ada darah, dalam darah ada tenaga, dalam tenaga
ada daya, dalam daya ada segala.
Berdasarkan macam-macam gaya bahasa di atas, Tarigan (1986)
dan Keraf (2010) mempunyai perbedaan dalam membagi jenis-jenis gaya
bahasa. Tarigan membedakan gaya bahasa menjadi empat, yaitu: gaya
bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa pertauan,
dan gaya bahasa perulangan. Adapun Keraf (2010) membedakan gaya
bahasa berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa berdasarkan nada yang
terkandug dalam wacana, gaya bahasa berdasarkan struktur klaimat, dan
gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. Gaya bahasa
berdasarkan langsung tidaknya makna dibagi lagi menjadi gaya bahasa
retoris dan gaya bahasa kiasan. Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji
gaya bahasa menggunakan teori dari Keraf (2010).
3. Pembelajaran Sastra
a. Pengertian Pembelajaran Sastra
Istilah ‘pengajaran’ yang mempunyai memberi arti instruction
secara lebih rinci yaitu a preplanned, goal directed educational proces
designed tofacilitate learning. artinya adalah sebuah proses
44
kependidikan yang sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk
mencapai tujuan sertadirancang untuk mempermudah belajar
(Muhibbin, 2003: 35). Yang kini lebih popular dan biasa diucapkan
adalah istilah “pembelajaran“ sejalan dengan semangat perubahan
yang terjadi. “Pengajaran“ banyak dianggap kurang tepat karena
didalamnya terkesan mengandung pengertian bahwa hanya pihak guru
yang berperan aktif, sementara siswa atau peserta didik menerima saja
apa yang disampaikan guru, sedangkan “pembelajaran“ lebih dipilih
dan digunakan secara formal karena di dalam kata ini aktivitas yang
terjadi adalah seimbang antara pihak guru dan peserta didiknya,
mereka sama-sama aktif dan diharapkan sama-sama kreatif.
Pembelajaran puisi dan gaya bahasa di sekolah khususnya di
SMA kelas X hendaknya melibatkan keaktifan siswa dalam
memahami puisi dengan sebaik-baiknya. Pembelajaran sastra
merupakan penyajian karya sastra dalam satuan belajar mengajar di
kelas yang bertujuan untuk menanamkan sikap positif terhadap hasil
karya sastra dalam mewujudkan pemahaman transinformasi dari
tekstual ke faktual. Pembelajaran sastra merupakan satu bidang yang
luas karena pengertian sastra termasuk bagaimanakah mengajarkan
puisi, drama, puisi, cerpen dan lainnya (Jabrohim, 1994: 141-143).
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan bagian dari
pengajaran dan pengajaran bahasa. Namun, ditinjau dari pengajaran
sastra memiliki karakteristik tersendiri, artinya ia memang tidak
45
dikaitkan dengan pengajaran bahasa. Pengajaran sastra juga meliputi
satu bidang yang luas karena pengertian sastra yang mencakup isi yang
beraneka ragam dalam pengajaran sastra termasuk puisi, drama, puisi,
cerpen dan lainnya.
Kehadiran puisi sebagai salah satu sastra yang sangat
memungkinkan untuk diajarkan di SMA. Salah satu kelebihan puisi
sebagai bahan pembelajaran sastra adalah cukup mudah karya sastra
tersebut untuk dinikmati sesuai dengan tingkat kemampuan masing-
masing dalam memahami tingkat perorangan. Oleh karena itu, guru
diharapkan mampu menyajikan pembelajaran puisi dengan baik dan
menarik. Sekaligus dapat dipahami dan dimengerti sepenuhnya oleh
setiap peserta didik.
Pembelajaran sastra memiliki corak tersendiri yang tidak dapat
diselesaikan semata-mata oleh pembelajaran bahasa. Ditinjau dari
berbagai segi, pembelajaran sastra berhak mendapatkan perhatian
tersendiri karena selain pembelajaran sastra dapat meningkatkan
pembelajaran bahasa, pembelajaran sastra juga dapat sebagai wahana
pendidikan akhlak dan budi pekerti peserta didik. Pembelajaran sastra
di sekolah dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
mengekspresikan karya sastra. Kegiatan karya sastra dapat juga
berkaitan dengan latihan mempelajari perasaan, penalaran, daya
khayal, kepekaan terhadap masyarakat, budaya, lingkungan bahkan
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
46
b. Fungsi Pembelajaran Sastra
Menurut Rahmanto (1988: 16), pembelajaran berfungsi sebagai
berikut.
1) Membantu ketrampilan berbahasa
Membantu ketrampilan berbahasa maksudnya adalah sastra
dapat sebagai penunjang empat ketrampilan berbahasa, yaitu (1)
menyimak, (2) berbicara, (3) membaca dan (4) menulis.
2) Meningkatkan ketrampilan budaya
Meningkatkan ketrampilan budaya maksudnya adalah sastra
tidak seperti ilmu kimia atau matematik, tetapi sastra selalu
mencerminkan kebudayaan suatu daerah yang melahirkan sastra
tersebut.
3) Mengembangkan cipta dan rasa
Mengembangkan cipta dan rasa maksudnya adalah setiap
guru hendaknya menyadari bahwa setiap siswa adalah individu yang
khas kemampuan dan intelektual.
4) Menunjang pembentukan watak
Menunjang pembentukan watak maksudnya adalah bahwa
dalam pembelajaran sastra dapat menunjang pembentukan watak
baik itu segi positif maupun negatif tergantung dari sastra yang
dibaca.
47
c. Pembelajaran Puisi dalam Kurikulum
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, pembelajaran sastra di
SMA meliputi sebagai berikut.
1) Standar Kompetensi
Dalam silabus pembelajaran sastra di SMA tercantum
standar kompetensi membahas puisi melalui kegiatan diskusi.
2) Kompetensi Dasar
Dalam silabus pembelajaran di SMA tercantum kompetensi
dasar menemukan majas atau gaya bahasa dalam puisi.
3) Indikator
Berbagai silabus mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia
kelas X, indikator pembelajaran puisi yang dicapai adalah:
a) menentukan kata-kata sulit dalam puisi;
b) mencari gaya bahasa yang terkandung dalam puisi;
c) mendiskusikan maknai yang terdapat dalam puisi.
d. Tujuan Pembelajaran
Pada umumnya kita sependapat bahwa pembelajaran sastra
harus diarahkan kepada pembinaan apresiasi sastra anak didik agar
anak memiliki kesanggupan untuk memahami, menikmati, dan
menghargai suatu cipta sastra.
Menurut Rahmanto (1988: 16), tujuan dari pembelajaran sastra
di sekolah adalah untuk ketrampilan berbahasa, meningkatkan
48
pengetahuan, mengembangkan cipta dan rasa serta menjunjung
pembentukan watak.
e. Bahan Pembelajaran
Bahan pembelajaran adalah substansi yang akan disampaikan
dalam proses belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar tidak akan
berjalan jika guru yang akan mangajar tidak memiliki dan menguasai
bahan pelajaran yang akan disampaikan pada anak didik. Ada dua
persoalan dalam penguasaan bahan pembelajaran ini, yakni
penguasaan bahan pembelajaran pokok, dan bahan pambelajaran
pelengkap. Bahan pembelajaran pokok adalah bahan pembelajaran
yang menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan
profesinya (disiplin keilmuannya). Bahan pembelajaran pelengkap
adalah bahan pembelajaran yang dapat membuka wawasan seorang
guru dalam mengajar dan menunjang menunjang penyampaian bahan
pembelajaran pokok. Bahan penunjang ini biasanya bahan yang
terlepas dari disiplin keilmuan guru, tetapi dapat digunakan sebagai
penunjang dalam penyampaian bahan pembelajaran pokok. Pemakaian
bahan pembelajaran penunjang ini harus disesuaikan dengan bahan
pelajaran pokok yang dipegang agar dapat memberikan motivasi
kepada sebagian besar atau semua anak didik.
Bahan adalah satu sumber belajar bagi anak didik. Bahan yang
disebut sebagai sumber (pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa
pesan untuk tujuan pembelajaran (Sudirman, 1991: 203). Bahan
49
pembelajaran menurut Arikunto (2010) merupakan unsur inti yang ada
di dalam kegiatan belajar mengajar karena memang bahan
pembelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik.
Oleh karena itu, guru khususnya atau pengembang kurikulum
umumnya, tidak boleh lupa harus memikirkan sejauh mana bahan-
bahan yang topiknya tertera dalam silabus berkaitan dengan kebutuhan
anak didik pada usia tertentu dan dalam lingkungan tertentu pula.
Minat anak didik akan bangkit bila suatu bahan diajarkan sesuai
dengan kebutuhan anak didik.
f. Strategi Pembelajaran
Strategi yang digunakan seorang guru dalam proses kegiatan
pembelajaran sebagai berikut:
1) mempelajari puisi yang akan diajarkan:
2) sebelum proses belajar mengajar berlangsung, guru hendaknya
mempelajari puisi yang akan diajarkan.
Langkah-langkah yang diambil dalam mempelajari puisi antara
lain:
a) membaca kumpulan puisi dengan teliti;
b) mencatat kata-kata yang sulit dimengerti untuk dicari maknanya
dalam kamus;
c) memberi tanda atau mencatat bagian kalimat yang mengandung
aspek perwatakan;
d) mengelompokkan berdasarkan jenisnya.
50
Dalam langkah-langkah tersebut, guru telah mempunyai
persiapan yang matang dalam menyampaikan materi. Dengan
persiapan yang matang, guru lebih percaya diri di depan siswa.
Pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, guru
hendaknya dapat menyesuaikan situasi dan kondisi mengenai metode
yang digunakan bersama-sama. Langkah-langkah yang digunakan guru
saat KBM berlangsung antara lain sebagai berikut.
1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
2) Setiap siswa dalam anggota kelompok diberi aspek sosial dalam
puisi yang berbeda.
3) Anggota dari kelompok yang berbeda yang mempelajari aspek
sosial, yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli)
untuk mendiskusikan sub bab yang sama.
4) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke
kelompok asal dan menjelaskan secara bergantian sesama teman
anggota kelompok tentang aspek sosial yang telah mereka pelajari
dan anggota lain mempelajari dengan sungguh-sungguh.
5) Tiap tim ahli mendiskusikan hasil diskusi.
6) Guru memberi evaluasi.
g. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi
intruksional ,metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk
menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan
51
kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu (Yamin, 2013: 145).
Dalam pelaksanaan pembelajaran sastra, guru sebaiknya menggunakan
cara atau metode yang sesuai dengan tujuan, bahan dan keadaan siswa
yang belajar (Rusyana, 1984: 315). Oleh karena itu, guru harus
menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi yang
disajikan. Metode yang dipilih sebaiknya yang lebih banyak
memberikan peluang bagi siswa untuk selalu aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar, guru bisa menggunakan
metode secara bervariasi, yaitu metode diskusi dan metode pemberian
tugas.
Metode pembelajaran sastra ada beberapa macam disesuaikan
dengan materi yang akan disampaikan guru. Penulis memilih dua
metode yang tepat, yaitu metode diskusi dan metode pemberian tugas
belajar.
1) Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan suatu cara untuk menguasai
bahan pelajaran melalui tukar pendapat berdasarkan pengetahuan
dan pengalaman yang telah diperoleh guna memecahkan suatu
masalah. Metode ini juga mempunyai kelebihan dan kekurangan,
yaitu sebagai berikut.
a) Kelebihan metode diskusi antara lain:
(1) merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide,
gagasan dan terobosan baru dalam pemecahan masalah;
52
(2) mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain;
(3) memperluas wawasan;
(4) membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam
memecahkan suatu masalah.
b) Kekurangan metode diskusi antara lain:
(1) pembicaraan terkadang menyimpang dari topik sehingga
memerlukan waktu yang panjang dan lama;
(2) tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar;
(3) peserta mendapat informasi terbatas;
(4) mungkin dikuasai oleh yang suka berbicara atau
menonjolkan diri.
2) Metode pemberian tugas belajar
Metode resutasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan
dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan
kegiatan belajar mengajar. Masalahnya tugas yang dilaksanakan
oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, di
laboratorium, di perpustakaan, di mana saja asalkan tugas tersebut
bisa dikerjakan. Ada langkah-langkah yang harus diikuti dalam
penggunaan metode tugas atau resitasi, yaitu sebagai berikut.
a) Fase Pemberian Tugas
Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya
mempertimbangkan hal berikut, antara lain:
53
(1) tujuan yang akan dicapai;
(2) jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa
yang ditugaskan tersebut;
(3) sesuai dengan kemampuan siswa;
(4) ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa;
(5) sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas
tersebut.
b) Langkah Pelaksanaan Tugas, antara lain:
(1) diberikan bimbingan atau atau pengawasan oleh guru;
(2) diberikan dorongan agar anak mau bekerja;
(3) diusahakan atau dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak
menyuruh orang lain;
(4) dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh
dengan baik dan sistematik.
c) Fase Mempertanggungjawabkan Tugas.
Hal yang harus dikerjakan pada fase ini antara lain:
(1) laporan siswa baik lisan maupun tulisan dari apa yang telah
dikerjakannya;
(2) ada tanya jawab atau diskusi kelas;
(3) penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun
nontes atau cara lainnya.
Metode ini memiliki kelebihan atau kekurangan, yaitu:
a) Kelebihan metode tugas atau resitasi antara lain:
54
(1) lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas
belajar individual atau kelompok;
(2) dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar
pengawasan guru;
(3) dapat membina tanggung jawab dari disiplin siswa;
(4) dapat mengembangkan kreativitas siswa.
b) Kekurangan metode tugas atau resitasi antara lain:
(1) siswa sulit dikontrol, apakah benar ia mengerjakan tugas
atau orang lain;
(2) khusus tugas kelompok, tidak jarang yang aktif,
mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota
tertentu saja sedangkan anggota lainnya tidak
berpartisipasi dengan baik;
(3) tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan
perbedaan individu siswa;
(4) sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi)
dapat menimbulkan kebosanan siswa.
Menurut penulis, sebaiknya kita mengajarkan dengan metode
diskusi di kelas karena metode diskusi ini kita akan melihat bagaimana
apresiasi siswa dalam menikmati suatu karya sastra. Siswa harus aktif
dalam memecahkan sebuah permasalahan apa yang terkandung dalam
karya sastra tersebut berdasarkan perintah dari guru.
55
Dari beberapa kelompok mungkin terdapat perbedaan pendapat
dan melalui kegiatan diskusi inilah siswa diajarkan untuk mulai
menghargai pendapat satu kelompok dengan kelompok yang lainnya
sehingga dapat menumbuhkan sifat saling menghargai pendapat
kemudian mengajarkan untuk bersosialisasi, belajar musyawarah untuk
mencapai kata mufakat atau keseragaman pendapat.
h. Model Pembelajaran Gali Kunci
Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru
di kelas. Guru perlu menguasai dan menerapkan berbagai strategi
pembelajaran yang meliputi pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran secara spesifik. Penguasaan model pembelajaran akan
mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran
(Depdiknas:4).
Salah satu model pembelajaran yang dibahas adalah gali kunci.
Model pembelajaran dengan diberikan sebuah kata kunci dalam proses
mengerjakannya.
Berangkat dari hakikat puisi yang berupa pemadatan kata, bahkan kata melahirkan berjuta makna, kata mempunyai otoritas yang juga tidak boleh terjajah oleh pengguna kata-kata. Kata kunci di sini adalah kata-kata yang penulis pilih lalu siswa menggali kata-kata lain yang berkaitan dengan kata kunci yang dimaksud. Kata kunci yang digunakan masih tersembunyi dalam suatu amplop. Siswa dibentuk berkelompok. Setiap kelompok mendapat satu amplop kata kunci. Dalam kelompok siswa menggali kata-kata yang berkait dengan kata kunci tersebut. Setelah setiap kelompok memaparkan hasil kerja kelompoknya, secara perorangan mencoba untuk menyusun kata-kata yang
56
telah diperoleh dalam kelompok menjadi puisi utuh. Setelah selesai, setiap siswa membacakan puisinya di depan kelas dan akan ditanggapi oleh siswa lain dan juga guru (Partinem:15). Teknik ini berupa pemberian stimulus berupa sebuah kata kunci
yang harus dieksplorasi oleh siswa sesuai dengan pengalaman dan
pengetahuan yang dimiliki siswa.Dari eksplorasi kata yang terkumpul
barulah disusun menjadi sebuah puisi. Dengan kata lain, teknik ini
sebagai pemantik awal atau pancingan agar siswa tidak kesulitan
menemukan ide dalam menulis puisi, dengan kata kunci yang
diberikan diharapkan siswa dapat menemukan ide untuk membuat
puisi melalui tema dari kata kunci tersebut.
i. Sumber belajar
Sumber belajar siswa dapat menggunakan buku-buku pelajaran
yang diwajibkan, buku pelajaran yang pernah dipakai dan masih
sesuai, buku pelengkap, buku bacaan, kamus, ensiklopedia,
narasumber. Media sebagai sumber pembelajaran dapat
diklasifikasikan berdasarkan jenisnya, daya liputnya dan dari bahan
serta cara pembuatannya.
Dilihat dari jenisnya, media dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) media auditif, adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan
suara saja,seperti radio, cassette recorder;
2) media visual, adalah media yang hanya mengandalkan indra
penglihatan, seperti slide, foto, gambar;
57
3) media audiovisual, adalah media yang mempunyai unsur suara dan
unsur gambar.
j. Evaluasi
Pada akhir pelaksanaan kegiatan diadakan evaluasi. Hasil
evaluasi siswa diorientasikan dengan tujauan yang telah direncanakan.
Kegiatan belajar itu akan berhasil jika hasil evaluasi dengan tujuan
sesuai. Evaluasi selalu memegang peranan yang penting dalam segala
bentuk pengajaran yang efektif. Dengan evaluasi diperoleh balikan
atau feedback yang dipakai untuk memperbaiki dan merevisi bahan
atau metode pengajaran, atau menyesuaikan bahan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan. Evaluasi berguna untuk mengetahui
hingga manakah siswa lebih mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan (Nasution:78-79).
58
BAB III METODE PENELITIAN
Penulis mengemukakan enam bagian pokok, yaitu: jenis penelitian, subjek dan
objek penelitian, teknik pengumpulan data, instrument, teknik analisis data, dan
teknik penyajian hasil analisis.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskripsi yang bermakna
penelitian yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara
kuantifikasi lainnya (Moleong, 2010: 6). Dalam hal ini bidang kajian yang
menjadi penelitian adalah sastra.
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah gaya bahasa apa saja yang terdapat
dalam antologi puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) karya Ibnu
Wahyudi serta makna gaya bahasa dalam puisi Ketika Cinta Kumpulan
Sajak (2006-2008) karya Ibnu Wahyudi.
2. Objek Penelitian
Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah antologi
puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) karya Ibnu Wahyudi,
penerbit Bukupop tahun 2009 dengan jumlah halaman 105.
58
59
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi dan
teknik pustaka. Teknik observasi adalah pengamatan langsung dengan
membaca secara kritis dan teliti seluruh isi wacana dan dialog dalam sebuah
teks sastra (Arikunto, 2010: 200). Adapun teknik studi pustaka adalah
mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data (Subroto,
1992: 42).
Adapun teknik studi pustaka pengumpulan data tersebut melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
1) mencari sumber referensi terkait teori gaya bahasa;
2) membaca sumber referensi teori gaya bahasa;
3) membaca sumber tertulis dengan teliti dan berulang yaitu pada antologi
puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) karya Ibnu Wahyudi
dengan pemahaman yang sungguh-sungguh;
4) mengidentifikasi data penelitian yang berhubungan dengan penggunaan
gaya bahasa serta makna dari gaya bahasa pada puisi puisi Ketika Cinta
Kumpulan Sajak (2006-2008) karya Ibnu Wahyudi;
5) mengelompokkan data menjadi satu kesatuan sesuai kelompok masing-
masing data penelitian;
6) mencatat hasil pengelompokkan data tersebut dalam nota pencatatan.
60
D. Instrumen Penelitian
Arikunto (2010: 192) mengatakan bahwa instrumen adalah alat bantu
yang dipergunakan untuk penelitian. Instrumen yang dipakai dalam penelitian
ini adalah nota pencatat data dan alat tulisnya. Kertas pencatat digunakan untuk
mencatat data yang berupa kutipan-kutipan dalam antologi puisi Ketika Cinta
Kumpulan Sajak (2006-2008) karya Ibnu Wahyudi adalah objek kajian skripsi.
Tabel 1. Tabel instrumen penelitian gaya bahasa
No Gaya Bahasa Kutipan Makna
E. Teknik Analisis Data
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, teknik analisis data dengan
menggunakan metode analisis isi. Menurut Jabrohim (2002: 5), metode analisis
isi adalah mengkaji isi teks dengan teliti dan menyeluruh. Pengkajian atau
analisis data-data secara menyeluruh dengan menggunakan kajian atau analisis
data-data secara menyeluruh dengan menggunakan teori sastra yaitu dengan
mengkaji isi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) adalah objek kajian
skripsi karya Ibnu Wahyudi dengan kritis dan teliti. Setiap data dideskripsikan
secara jelas. Adapun teknik analisis data sebagai berikut:
1. mencocokkan hasil pengumpulan data tentang macam gaya bahasa dalam
antologi puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) karya Ibnu
Wahyudi sesuai dengan macam-macam teori gaya bahasa dari Gorys Keraf
61
dengan perincian: gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa
berdasarkan nada, gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, gaya bahasa
kiasan, serta gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna;
2. mengidentifikasi gaya bahasa dalam antologi puisi Ketika Cinta Kumpulan
Sajak (2006-2008) karya Ibnu Wahyudi sesuai dengan jenis gaya bahasa
dari teori Gorys Keraf;
3. mengidentifikasi makna dari gaya bahasa dalam antologi puisi Ketika Cinta
Kumpulan Sajak (2006-2008) karya Ibnu Wahyudi;
4. menyimpulkan hasil analisis dari pembahasan awal sampai akhir, dari
penelitian dan pembahasan yang telah kita teliti secara keseluruhan.
F. Teknik Penyajian Hasil Analisis
Teknik penyajian hasil analisis data yang penulis gunakan berupa
teknik informal. Teknik informal adalah perumusan dengan menggunakan
kata-kata biasa tanpa menggunakan rumus atau simbol (Sudaryanto, 1993:114).
Pada penelitian yang berjudul “Analisis Gaya Bahasa Pada Antologi Puisi
Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) Kumpulan Sajak (2006-2008)
Karya Ibnu Wahyudi dan Penerapan Pembelajaran di SMA Kelas X”,
penyajian hasil analisis yang berupa gaya bahasa pada antologi puisi Ketika
Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) Kumpulan Sajak (2006-2008) KaryaIbnu
Wahyudi disajikan dengan menggunakan kata-kata biasa.
62
BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA
Penulis mengemukakan dua bagian pokok, yaitu: penyajian data dan pembahasan
data.
A. Penyajian Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan puisi yang
terdapat pada Antologi Puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) Karya
Ibnu Wahyudi. Data-data tersebut menjelaskan adanya beberapa gaya bahasa
yang terkandung dalam puisi. Dalam penelitian ini disajikan 60 puisi dengan
menggunakan teori dari Keraf (2010). Di dalamnya memuat beberapa gaya
bahasa berdasarkan dari struktur kalimat; serta gaya bahasa berdasarkan
langsung tidaknya makna. Sebelum dilakukan analisis berkaitan dengan gaya
bahasa, terlebih dahulu akan disajikan data-data yang mendukung tentang gaya
bahasa tersebut, yaitu berupa kutipan-kutipan langsung dari objek penelitian.
Di bawah ini kutipan-kutipannya:
1. Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat
Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat dalam penelitian ini
meliputi repetisi anfora dan anadoplosis.
Tabel 2. Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat
No Gaya Bahasa Judul Halaman 1
Repetisi a. Anaphora
Ketika Cinta Asyik Sendiri Ketika Cinta Enggan Berteriak Ketika Cinta Dalam
47
48
51
62
63
b. Anadiplosis
Tanda Tanya Ketika Cinta Serupa Asap Ketika Cinta Dalam Galau Ketika Cinta Terperangkap Gamang Ketika Cinta Kehilangan Gairah
53 64
67
68
2. Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna
Gaya bahasa berdsarkan langsung tidaknya makna meliputi aliterasi,
asonansi, anastrof, eufemismus, dan hiperbola.
Tabel 3. Gaya Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna
No. Gaya bahasa Judul Halaman 1. Aliterasi Ketika Cinta Kehilangan
Bara Ketika Cinta Cuma Sebatas Kata Ketika Cinta Tak Jua Tiba Ketika Cinta Tersaput Mendung Ketika Cinta Cuma Gerimis
1 6 8
46
24
2.
Asonansi
Ketika Cinta Membelah Diri Ketika Cinta Reda Gemuruhnya Ketika Cinta Membawa Debar Ketika Cinta Mesti
2 3 4 9
64
Pudar Ketika Cinta Ibarat Ayat
17 3. Anastrof Ketika Cinta Cuma
Sebatas Kata Ketika Cinta Bercuriga
6
60 4. Eufimismus Ketika Cinta Menghalau
Sapa Ketika Cinta Menyiasati-Mu
63
62
5. Hiperbola Ketika Cinta Mewujud Jarum Berkarat Ketika Cinta Menjadi Alun Ketika Cinta Meradang Ketika Cinta Tak Jua Tiba
49
32
16 8
Tabel 4. Gaya bahasa kiasan
No. Gaya bahasa Judul Puisi Halaman 1. Persamaan
atau simile Ketika Cinta Ibarat Ayat Ketika Cinta Cuma Sebatas Kata Ketika Cinta Ibarat Sisipus Ketika Cinta Menyisik Saku Ketika Cinta Tak Terbaca Sebagai Isyarat Ketika Cinta Serupa Air Mata
17 6
52
26
39
36
2. Alegori, parable, fable
Ketika Cinta Masih Ragu Ketika Cinta Terjebak di Kemacetan
29
34
65
Ketika Cinta jarum Berkarat Ketika Cinta Cuma Di Garasi
49
50
3. Personifikasi Ketika Cinta Tak Kuasa Bersandiwara Ketika Cinta Enggan Berteriak Lantang Ketika Cinta Asyik Sendiri
65
48
47 4. Antonomasia Ketika Cinta Tak Terbaca
Ketika Cinta Cuma Di Garasi Ketika Cinta Serupa Asap Ketika Cinta tanya Terasa Senja Ketika Cinta Menyiasati-Mu Ketika Cinta Terperangkap Gamang
39
50
53
54
62
67
5. Ironi, sinisme, dan sarkasme
Ketika Cinta Enggan Berteriak Ketika Cinta Mewujud jalan Berkarat Ketika Cinta Adalah Angin Pagi
48
49
15
B. Pembahasan Data
1. Gaya Bahasa Dalam Antologi Puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak
(2006-2008) Karya Ibnu Wahyudi dan Pembelajarannya Di SMA.
Antologi puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) Karya
Ibnu Wahyudi dianalisis menggunakan teori dari Keraf yang membagi
66
gaya bahasa berdasarkan empat pengelompokkan, yaitu berdasarkan
pilihan kata, berdasarkan nada, berdasarkan struktur kalimat, berdasarkan
langsung tidaknya makna, akan tetapi dalam antologi puisi Ketika Cinta
Kumpulan Sajak (2006-2008) Karya Ibnu Wahyudi hanya ditemukan gaya
bahasa berdasarkan struktur kalimat dan langsung tidaknya makna.
a. Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat
Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat dalam antologi puisi
Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) Karya Ibnu Wahyudi,
hanya meliputi: repetisi yang berupa anafora, simploke, mesodiplosis,
epanalepsis, anadiplosis. Berikut akan penulis uraikan pembahasan
data gaya bahasa repetisi dalam antologi puisi Ketika Cinta Kumpulan
Sajak (2006-2008) Karya Ibnu Wahyudi ini.
1) Repetisi Anafora
Repetisi anafora merupakan repetisi yang berwujud
perulangan kata pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya.
Penggunaan anafora dimaksudkan pengarang untuk memberikan
tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai pada awal dan akhir.
Gaya bahasa ini tampak pada judul puisi berikut:
a) Gaya Bahasa Repetisi Anafora pada Puisi Berjudul
“Ketika Cinta Asyik Sendiri”
Yang telah lama kau pikat dengan cuma tanda Yang bisa saja salah ditelisik oleh waktu? (Ketika Cinta:47)
67
Gaya bahasa repetisi anafora adalah gaya bahasa
repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada tiap baris
atau kalimat berikutnya. Penggunaan anafora dimaksudkan
pengarang untuk memberikan tekanan dalam sebuah konteks
yang sesuai pada awal dan akhir. Pada kutipan puisi “Ketika
Cinta Asyik Sendiri” terdapat kalimat ‘yang telah lama kau
pikat’ yang kemudian diulang dalam baris berikutnya dengan
kalimat ‘yang bisa saja ditelisik waktu’. Dari dua kalimat
yang disusun dua baris tersebut, pengarang mengulang kata
‘yang’ berturut-turut dan memberikan tekanan kepada
pembaca, tentang hubungan cinta yang saling acuh tak acuh,
sementara ia sudah terikat dalam ikatan, barangkali
keputusan salah yang telah diambil dan hanya waktu yang
menjawab.
b) Gaya Bahasa Repetisi Anafora pada Puisi Berjudul
“Ketika Cinta Enggan Berteriak”
Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008)mu enggan berteriak lantang Celaka juga kalau aku hanya berdiam diri Maka kusapa senar di alun rasamu yang nyalang Biar jalanmu tak bersicakap di dermaga hati Yang lain Yang jalang (Ketika Cinta:48)
Pada kutipan puisi “Ketika Cinta Enggan Berteriak”
terdapat kalimat ‘yang lain’ yang kemudian diulang dalam
68
baris berikutnya dengan kalimat ‘yang jalang’. Kata ‘yang’
diulang dua kali sehingga termasuk anafora. Penggunaan
anafora dimaksudkan pengarang untuk memberikan tekanan
dalam sebuah konteks yang sesuai pada awal dan akhir. Dari
dua kalimat yang disusun dua baris tersebut, pengarang
berusaha memberikan tekanan kepada pembaca tentang sikap
diam di saat cinta menyapa hatinya, dapat berakibat tidak baik,
dilihat dari kata ‘jalang’ yang bermakna liar. Maka, utarakanlah
apa yang ada di dalam hati agar perasaan lebih terjaga.
c) Gaya Bahasa Repetisi Anafora pada Puisi Berjudul “Ketika
Cinta Dalam Tanda Tanya”
Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) kita dalam tanda tanya jangan bertanya kepada selaksa ragu Tanya pada nurani yang selama ini dalam abai Yang selalu berada di belakang tanda seru Mari kembali kepada rasa yang damai (Ketika Cinta:51)
Pada kutipan puisi “Ketika Cinta Dalam Tanda Tanya”
terdapat kalimat ‘jangan bertanya kepada selaksa ragu yang
kemudian diulang dalam baris berikutnya dengan kalimat
‘tanya kepada nurani’. Kata ‘tanya’ diulang sebanyak dua kali
berturut-turut. Pengarang menekankan ketika cinta masih penuh
teka-teki maka jangan bertahan pada keraguan, tetapi
hendaklah tetap optimis, bertanya kepada hati kecil yang putih
69
bersih. Tidak perlu diselesaikan dengan rasa amarah, namun
rasa damai.
d) Gaya Bahasa Repetisi Anafora pada Puisi Berjudul
“Ketika Cinta Serupa Asap”
Ketika Cinta MU terasa serupa asap Ku harus tahu hari-hariku yang lindap Karena sepertinya aku lebih menuhankanmu Dan engkau pun malah merosokkanku Ke dalam gelap Ke jalan tanpa rambu (Ketika Cinta:53)
Pada kutipan puisi “Ketika Cinta Serupa Asap”
terdapat kalimat ‘ke dalam gelap’ yang kemudian diulang
dalam baris berikutnya dengan kalimat ‘ke jalan tanpa ragu’.
Dari dua kalimat yang disusun dua baris tersebut, terdapat
pengulangan kata depan ‘ke’. Pengarang menceritakan bahwa
Dia telah mengujinya ke dalam jalan yang gelap atau tidak
baik, serta jalan yang penuh kebebasan karena jauh dari nilai-
nilai Illahiyah. Orang yang telah terjerembab ke dalam
kubangan dosa. Pemahaman aturan-aturan Tuhan yang salah,
sehingga membuat dirinya justru terjebak dalam dosa yang
tiada tara.
70
e) Gaya Bahasa Repetisi Anafora pada Puisi Berjudul
“Ketika Cinta Dalam Galau”
Kegalauan adalah sebuah jalan Kegalauan adalah sebuah jembatan (Ketika Cinta:64)
Pada kutipan puisi “Ketika Cinta Dalam Galau”
terdapat kalimat ‘Kegalauan adalah sebuah jalan’ yang
kemudian diulang dalam baris berikutnya dengan kalimat
‘Kegalauan adalah sebuah jembatan. Dari dua kalimat yang
disusun dua baris tersebut terdapat pengulangan kata
‘kegalauan’ sebanyak dua kali pada baris berturut-turut.
Pengarang menjelaskan tentang definisi dari galau itu sendiri.
Galau merupakan persaan yang bisa dijadikan sebagai
penghubung yang mewakili suasana hati.
f) Gaya Bahasa Repetisi Anafora pada Puisi Berjudul
“Ketika Cinta Terperangkap Gamang”
mungkin soalnya hanya pemupukan rasa yang sering kita tepikan di selokan duniawi yang alirnya sesaat sesaat pun sesat (Ketika Cinta:67)
Pada kutipan puisi “Ketika Cinta Terperangkap Dalam
Gamang” terdapat kata ‘sesaat’ yang diulang sebanyak dua
kali. Dari dua kalimat yang disusun dua baris tersebut,
71
pengarang menekankan perilaku manusia yang terjerembab
ke dalam sifat keduniawian atau sekuler, dimana jalan di
dalamnya penuh dengan kubangan dosa.
2) Repetisi anadiplosis
Repetisi anadiplosis merupakan repetisi kata atau frasa
terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau frasa
pertama dari klausa atau kalimat berikutnya. Penggunaan
anadiplosis dimaksudkan pengarang untuk memberikan tekanan
seperti repetisi yang lain. Gaya bahasa ini tampak pada judul puisi
berikut.
a) Gaya Bahasa Repetisi Anadiplosis pada Puisi Berjudul
“Ketika Cinta Kehilangan Gairah”
Ketika Cinta mu resah dalam arah Gairah juga tersesat di antah berantah Kompas hati agaknya kita yang perlu Ayo kembali pada lajur yang dulu Yang dulu kita rangkai bersama Dengan saling menyisihkan beda (Ketika Cinta:68)
Pada kutipan dalam puisi “Ketika Cinta Terperangkap
Dalam Gamang” terdapat dua kata ‘yang dulu’ diulang
sebanyak dua kali. Dari dua kalimat yang disusun dua baris
tersebut, kata terakhir yang diulang pada awal kalimat.
Pengarang menekankan manusia yang telah menjauh dari
cintanya, alangkah baiknya untuk sama berintrospeksi dan
72
merenungi sgala pilihan yang telah terjadi, sebuah perbedaan
yang ditepis jauh demi menyatukan dua hati.
b. Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna
Gaya bahasa berdasarkan makna diukur dari langsung tidaknya
makna, yaitu apakah acuan yang dipakai masih mempertahankan makna
denotatifnya atau sudah ada penyimpangan. Gaya bahasa ini dibagi
menjadi dua yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan:
1. Gaya Bahasa Retoris
Gaya bahasa retoris dalam antologi puisi Ketika Cinta
Kumpulan Sajak (2006-2008) Karya Ibnu Wahyudi, hanya meliputi:
aliterasi, asonansi, anastrof, eufemismus, hiperbola. Berikut akan
penulis uraikan pembahasan data gaya bahasa repetisi dalam
antologi puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) karya Ibnu
Wahyudi ini.
a) Gaya bahasa aliterasi
Aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud
perulangan konsonan yang sama. Dipergunakan dalam puisi
untuk perhiasan atau untuk penekanan. Seperti dalam kutipan-
kutipan dalam puisi di bawah ini.
1) Gaya Bahasa Aliterasi pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta
Kehilangan Bara”
Siapa tahu ia hanya sejenak mengambil jeda Dari mimpi yang biasa berapi- api (Ketika Cinta:1)
73
Pada puisi berjudul “"Ketika Cinta Kehilangan Bara”
terdapat perulangan konsonan untuk menekankan pesan yang
ingin disampaikan oleh pengarang. Kata tersebut nampak pada
kalimat ‘biasa berapi-api’. Pada kalimat itu nampak
pengulangan huruf [p] dan [b]. Pengarang bermaksud ingin
menyampaikan pesan tentang mimpi yang biasa menggelora
sebagai bahan referensi atas semangat cintanya.
2) Gaya Bahasa Aliterasi pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta
Cuma Sebatas Kata”
Ketika Cinta cuma sebatas kata Harus hati-hati aku mengejanya Karena kata-kata itu bagaikan sembilu Melukaiku setiap waktu (Ketika Cinta:6)
Pada puisi di atas terdapat perulangan konsonan untuk
menekankan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang.
Kata tersebut nampak pada kalimat ‘harus hati-hati’ dan
‘karena kata-kata’. Pada kalimat itu nampak pengulangan
huruf [h] dan [k]. Pengarang bermaksud ingin menyampaikan
pada pengulangan huruf h sebagai pesan ringan namun penuh
penekanan untuk waspada dan juga penekanan pada huruf k
sebagai penguat dan peringatan.
74
3) Gaya Bahasa Aliterasi pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta
Tak Jua Tiba”
Ketika cintamu tak jua tiba Jangan sampai ia tiba-tiba membuta (Ketika Cinta:8)
Pada puisi di atas terdapat perulangan konsonan untuk
menekankan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang.
Kata tersebut nampak pada kalimat ‘ketka cintamu tak jua tiba’
dan ‘tiba-tiba membuta’. Pada kalimat itu nampak
pengulangan huruf [t] dan [b]. Pengarang bermaksud ingin
menyampaikan pesan pada pengulangan huruf tersebut untuk
selalu waspada dan bersikap tenang menghadapi situasi.
4) Gaya Bahasa Aliterasi pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta
Tersaput Mendung”
Ke dermaga Kasih Kita (Ketika Cinta:46)
Pada puisi di atas terdapat perulangan konsonan untuk
menekankan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang.
Kata tersebut nampak pada kalimat ketiga kalimat dengan
huruf awal Pada kalimat itu nampak pengulangan huruf [k].
Pengarang bermaksud ingin menyampaikan pesan pada
pengulangan huruf k penekanan akhir cinta.
75
5) Gaya Bahasa Aliterasi pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta
Cuma Gerimis”
Ketika cinta cuma mengirim gerimis Terimalah ia dengan selaksan jendela Kalaupun ia semakin menipis Cintalah jua yang membangun jembatan rasa (Ketika Cinta:24)
Pada puisi di atas terdapat perulangan konsonan untuk
menekankan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang.
Pada kalimat di atas nampak pengulangan huruf [s] dan [m].
Pengarang bermaksud ingin menyampaikan pesan pada
pengulangan huruf tersebut merupakan sebuah pesan yang
terasa ringan dan mudah diterima.
b) Gaya Bahasa Asonansi
Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud
perulangan bunyi vokal yang sama. Asonansi dalam
penggunaannya menimbulkan efek bunyi yang merdu dan indah
terdengar apabila dibacakannya.
1) Gaya Bahasa Asonansi pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta
Membelah Diri”
Ketika cinta tiba-tiba membelah diri Kita sering lupa: ada yang terdadah nyeri Cuma karna ia bernama asmara Ia bisa kehilangan mata Menjadi dusta Juga membuta (Ketika Cinta:2)
76
Pada puisi di atas terdapat pengulangan vokal [a] yang
tidak memberikan makna yang penting namun, memberikan
kesan yang indah dan harmoni ketika dibacakan.
2) Gaya Bahasa Asonansi pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta
Reda Gemuruhnya”
Ketika cinta mereda gemuruhnya Renda lagi dengan kata-kata Karena cinta baru bias bermakna Ketika rasa menjadi tak lagi biasa (Ketika Cinta:3)
Pada puisi di atas terdapat pengulangan vokal [a] yang
tidak memberikan makna yang penting namun, memberikan
kesan yang indah dan harmoni ketika dibacakan.
3) Gaya Bahasa Asonansi pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta
Membawa Debar”
Ketika cinta tak lupa membawa debar Sadarkah kita akan kesementaraan Yang lebih suka memberi fatamorgana Dari pada yang nyata di mata? (Ketika Cinta:4)
Pada puisi di atas terdapat pengulangan vokal [a] yang
tidak memberikan makna yang penting namun, memberikan
kesan yang indah dan harmoni ketika dibacakan.
77
4) Gaya Bahasa Asonansi pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta
Mesti Pudar”
Ketika cinta kita ujung-ujungnya mesti pudar Aku akan menjaga sisa dan rasa di hati Agar tegar dan nalar pun tak segera buyar Biar cinta itu tetap hidup dan meniti hati (Ketika Cinta:9)
Puisi di atas terdapat pengulangan vocal [a], [u] yang
tidak memberikan makna yang penting namun, memberikan
kesan yang indah dan harmoni ketika dibacakan.
5) Gaya Bahasa Asonansi pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta
Ibarat Ayat”
Ketika cintamu ibarat sebuah ayat Aku kan genapi ia menjadi maklumat Bersijingkat dalam rinai harap yang biru Untuk menatap setiap isyarat darimu Tapi, kapankah itu? (Ketika Cinta:17)
Pada puisi di atas terdapat pengulangan vokal [a] yang
tidak memberikan makna yang penting namun, memberikan
kesan yang indah dan harmoni ketika dibacakan.
c) Gaya Bahasa Anastrof
Gaya bahasa anastrof semacam gaya retoris yang diperoleh
dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat. Pada
kesempatan lain gaya bahasa ini juga disebut dengan pembalikan
dari subjek menjadi objek. Biasanya berwujud kalimat perintah.
78
1) Gaya Bahasa Anastrof pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta
Cuma Sebatas Kata”
Ketika Cinta cuma sebatas kata Harus hati-hati aku mengejanya Karena kata-kata itu bagaikan sembilu Melukaiku setiap waktu (Ketika Cinta:6)
Pada puisi di atas terdapat gaya bahasa anastrof. Dalam
kalimat kedua. Struktur pola kalimatnya terbalik antara subjek
dan predikatnya.” Harus hati-hati aku mengejanya” seharusnya
‘aku harus hati-hati mengejanya’.
2) Gaya Bahasa Anastrof pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta
Bercuriga”
Dalam bahasa yang hanya kita Ya kita, mampu beroleh sejantung arti (Ketika Cinta:60)
Pada puisi di atas terdapat gaya bahasa anastrof. Dalam
kalimat kedua. Struktur pola kalimatnya terbalik antara subjek
dan predikatnya ‘Dalam bahasa yang hanya kita’. Dapat
dibenarkan dengan kalimat ‘dalam bahasa yang kita mampu
beroleh sejantung hati’.
d) Gaya Bahasa Eufemismus
Mempunyai arti mempergunakan kata-kata dengan arti yang
baik atau dengan tujuan yang baik. Eufemismus bisa dikatakan
semacam acuan berupa ungkapan-ungkpan yang tidak
79
menyinggung perasaan orang, atau ungkapan-ungkapan yang
halus untuk menggantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan
menghina, menyinggung perasaan atau mensugestikan sesuatu
yang tidak menyenangkan.
1) Gaya Bahasa Eufemismus pada Puisi Berjudul “Ketika
Cinta Menghalau Sapa”
Ketika cinta lebih suka menghalau sapa Ada yang luka selalu bersebab sianida Yang merayap ke segenap rasa yang lengkap Berdiam lama dalam jejak asmara nan senyap (Ketika Cinta:63)
Pada puisi di atas terdapat gaya bahsa eufemismus pada
kata bersebab sianida. Sianida adalah senyawa kimia yang
mengandung kelompok siano C≡N, dengan atom karbon
terikat-tiga ke atom nitrogen. Senyawa ini CN− sangat
beracun. Pengarang bermaksud mengungkapkan luka yang
perih namun, digantikan dengan bahasa pemakain unsur kimia
yang semua orang belum tentu tahu maksudnya, namun pada
intinya adalah agar tidak menyinggung perasaan orang lain.
2) Gaya Bahasa Eufemismus Pada Puisi Berjudul “Ketika
Cinta Menyiasati-Mu”
Ketika cintaku lintang pukang menyiasati Mu . (Ketika Cinta:62)
Lintang Pukang adalah istilah dalam bahasa melayu
Pontianak yang dapat diartikan sebagai pontang panting atau
80
tunggang langgang (ketika berlari). Pengarang menggunakan
kata teersebut dengan maksud agar tidak menyinggung
perasaan atau untuk memperhalus kata-kata untuk dirinya
sendiri. Bahwa penulis mengungkapkan bahwa cintaNya
kepada Tuhan itu pontang panting.
e) Gaya Bahasa Hiperbola
Gaya bahasa hiperbola merupakan gaya bahasa yang
mengadung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-
besarkan sesuatu hal. Gaya bahasa ini terdapat berikut
kutipannya.
1) Gaya Bahasa Hiperbola Pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta
Mewujud Jarum Berkarat”
Ketika cinta kita telah mewujud jarum berkarat Hati-hati dengan setiap aroma tetangga (Ketika Cinta:49)
Pengarang memberikan suatu pernyataan yang
berlebihan, dengan membesar-besarkan perasaan cinta yang
telah memudar dengan peristiwa perkaratan jarum. Jarum
merupakan alat yang dipergunakan untuk menjahit dengan cara
menusuk, adapun karat adalah peristiwa korosi pada suatu
benda logam. Apabila benda berkarat, maka tidak dapat lagi
digunakan.
81
2) Gaya Bahasa Hiperbola pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta
Menjadi Alun”
Ketika cinta mu memilih menjadi alun Kan ku coba diriku menanggalkan badai Dan kupacu gelora menjadi riak saja Agar antara harapan kita tak lagi abai (Ketika Cinta:32)
Badai merupakan cuaca yang ekstrem mulai dari hujan
es dan badai salju, hingga badai pasir dan debu. Pengarang
membesarkan masalah orang yang tengah menghalau masalah,
atau menghindari masalah dengan sebuah badai.
3) Gaya Bahasa Hiperbola pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta
Meradang”
Ketika cinta sedang meradang tak berketentuan Yang diperlukan hanyalah ramahnya rasa (Ketika Cinta:16)
Cinta yang tengah mengalami kegalauan dibesar-
besarkan oleh pengarang dengan kata meradang. Adapun
meradang adalah menjadi bengkak dan keluar getah bening
(darah, rajah) disertai demam.
4) Gaya Bahasa Hiperbola pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta
Tak Jua Tiba”
Ketika cintamu tak jua tiba Jangan sampai ia tiba-tiba membuta (Ketika Cinta: 8)
Menanti hadirnya seorang kekasih yang tak kunjung
datang, jangan membuat hati menjadi risau. Namun, dalam hal
82
ini pengarang membesarkannya dengan kata membuta. Buta
adalah suatu kondisi mata tidak bisa melihat.
2. Gaya Bahasa Kiasan
Gaya bahasa kiasan dalam antologi puisi Ketika Cinta
Kumpulan Sajak (2006-2008) Karya Ibnu Wahyudi, hanya meliputi:
Simile, Alegori, personifikasi, antonomasia, ironi, sinisme, dan
sarkasme. Berikut akan penulis uraikan pembahasan data gaya
bahasa kiasan dalam antologi puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak
(2006-2008) Karya Ibnu Wahyudi ini.
a) Gaya Bahasa Simile
Gaya bahasa simile adalah gaya bahasa yang menyamakan
satu hal dengan hal lain yang secara hakiki berbeda namun
dianggap mempunyai persamaan. Gaya bahsaa simile ini biasanya
menggunakan kata pembanding seperti, bagai, bagaikan, laksana,
dan kata-kata pembanding lainnya yang sejenis. Biasanya ditandai
dengan kata seperti, ibarat, bagaikan dan kata-kata pembanding
lainnya yang sejenis. Penggunaan gaya bahasa simile
dimaksudkan pengarang untuk membandingkan sesuatu maupun
benda dengan sesuatu yang lain dan dianggap mempunyai
persamaan. Gaya bahasa simile tampak pada kutipan-lutipan
berikut ini.
83
1) Gaya Bahasa Simile pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta
Ibarat Ayat”
Ketika cintamu ibarat sebuah ayat Aku kan genapi ia menjadi maklumat (Ketika Cinta:17)
Pengarang ingin menyampaikan perasaan cinta dengan
sebuah ayat. Ayat adalah kalimat yang merupakan rangakaian
maksud dalam suatu peraturan atau undang-undang; kalimat
yang merupakan rangkaian suatu maksud. Jadi perasaan cinta
yang diatur oleh sesuatu hal. Bisa karena terpaksa dan lain-
lain.
2) Gaya Bahasa Simile pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta
Cuma Sebatas Kata”
Ketika cinta cuma sebatas kata Harus hati-hati aku mengejanya Karena kata-kata itu bagaikan sembilu Melukaiku setiap waktu (Ketika Cinta:6)
Pengarang menyamakan kat-kata dengan sembilu yang
secara hakiki berbeda namun dianggap mempunyai persamaan.
Adapun sembilu adalah sebilah pisau dari bambu yang tipis,
kecil, dan tajam sehingga mampu mengiris. Biasanya kata-kata
sembilu adalah gambaran hati yang sedang sedih, perih dan
pedih karena sesuatu hal.
84
3) Gaya Bahasa Simile pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta
Ibarat Sisipus”
Ketika cinta kita ibarat sisipus Mari kita ambil sejenak jeda (Ketika Cinta:52)
Cinta disamakan dengan tokoh sisipus merupakan salah
satu sosok paling sedih yang pernah diciptakan oleh mitologi.
Dikisahkan bahwa Sisifus di Tartaross (semacam neraka dalam
Mitologi Yunani), dia dihukum oleh para dewa untuk
mengangkat batu besar ke atas bukit. Setelah sampai di atas,
batu tersebut akan menggelinding kembali ke bawah dan
Sisifus harus mengangkatnya lagi ke atas bukit dan batu
tersebut menggelinding lagi, diangkat lagi, demikian
seterusnya. Pendek kata, Sisifus dikutuk untuk melakukan hal
yang sia-sia sampai selama-lamanya. Pengarang ingin
menerjemahkan cinta dengan kesialan.
4) Gaya Bahasa Simile pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta
Menyisik Saku”
: karena asmara bukan seperti matahari (Ketika Cinta:26)
Perasaan cinta tidak lah seperti matahari yang energinya
selalu terpancar ke bumi hingga akhir zaman. Berbeda dengan
perasaan seseorang yang terkadang mencapai puncak asmara,
hingga hilang asmara.
85
5) Gaya Bahasa Simile pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta Tak
Terbaca Sebagai Isyarat”
Ketika cinta-Nya tak terbaca sebagai isyarat Kita buka lagi hati yang telah membeku Dari sapaan yang sering cuma lamat-lamat Keras dan kaku seperti batu (Ketika Cinta:39)
Menyamakan kerasnya batu dengan kerasnya perasaan
seseorang. Dua hal yang secara hakiki berbeda namun
dianggap mempunyai persamaan.
6) Gaya Bahasa Simile pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta
Serupa Air Mata”
Berilah cinta laksana air kehidupan Tak kan henti ia sebagai tetamu (Ketika Cinta:36)
Menyamakan pemberian cinta dengan air kehidupan. Air
sumber kehidupan yang memberikan manfaat yang banyak
bagi manusia, secara hakiki berbeda namun dianggap
mempunyai persamaan.
b) Gaya Bahasa Alegori, Parabel, dan Fabel
Alegori ialah suatu cerita singkat yang mengandung kiasan.
Makna kiasan ini harus ditarik dari bawah permukaan ceritanya.
Dalam alegori, nama-nama pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak,
serta tujuannya selalu jelas tersurat. Parable ialah suatu kisah singkat
dengan tokoh-tokoh biasanya manusia, yang selalu mengandung
tema moral. Istilah parable dipakai utnuk menyebut cerita-cerita
86
fiktif di dalam Kitab Suci yang bersifat alegoris, untuk
menyampaikan suatu kebenaran moral atau kebenaran spiritual.
Fable adalah suatu metafora berbentk cerita mengenai dunia
binatang, dimana binatang-binatang bahkan makhluk-makhluk yang
tidak bernyawa bertindak seolah-olah seperti manusia. Gaya bahasa
personifikasi tampak pada kutipan-kutipan dan puisi berikut
1) Gaya Bahasa Alegori
a. Pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta Masih Ragu”
Ketika cintamu masih dalam ragu Kenapa harus menyatakannya buru-buru Hidup takkan berujung di hari esok Maka neraca hati harus tetap di tengok (Ketika Cinta:27)
Dari kutipan di atas dapat dikelompokkan ke dalam
gaya bahasa alegori, karena objeknya berupa benda. makna
yang terkandung dari “neraca hati” digambarkan tolak ukur
dalam hati kita yang harus senantiasa di tengok untuk
menjadi pemantau sikap dan perilaku.
b. Pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta Terjebak Di
Kemacetan”
:tetap ingat rambu Selalu akan ada persimpangan Di hadapan (Ketika Cinta:34)
Dari kutipan di atas dapat dikelompokkan ke dalam
gaya bahasa alegori, karena objeknya berupa benda. makna
87
yang terkandung dari “rambu” digambarkan sebagai aturan
setiap ada masalah.
c. Pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta Mewujud Jarum
Berkarat”
Jangan harum bunga menjadi petaka berat Dan kita luka karena jarum telah menusuk dada Yang hati di dalamnya tengah sekarat (Ketika Cinta:49)
Dari kutipan di atas dapat dikelompokkan ke dalam
gaya bahasa alegori, karena objeknya berupa benda. makna
yang terkandung dari “luka karena jarum” digambarkan
sebagai masalah yang sangat menyakitkan.
d. Pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta Cuma Di Garasi”
Ketika cintaNya lama aku taruh di garasi Perlu saat untuk membuka lebar ruang tamu (Ketika Cinta:50)
Dari kutipan di atas dapat dikelompokkan ke dalam
gaya bahasa alegori, karena objeknya berupa benda. makna
yang terkandung dari “garasi” digambarkan sebagai temapat
untuk menyimpan barang mewah.
c) Gaya Bahasa Personifikasi
Gaya bahasa personifikasi merupakan gaya bahasa yang
mengumpamakan suatu benda maupun benda mati dianggap
dapat melakukan sesuatu layaknya seperti manusia atau dapat
juga dikatakan melakukan tindakan verbal. Penggunaan gaya
bahasa personifikasi dimaksudkan pengarang untuk memberikan
88
gambaran lebih jelas dan nyata dalam mengungkapkan
perasaannya terhadap sesuatu kepada para pembaca. Gaya bahasa
personifikasi tampak pada kutipan-kutipan dan puisi berikut.
1) Gaya Bahasa Personifikasi pada Puisi berjudul “Ketika
Cinta Tak Kuasa Bersandiwara”
Ketika cinta tak kuasa lagi berbicara Ajak dia kepada kenyataan fabula togata Sehingga dunia lebih kepada berwarna warni Berseling antara yang fana dan yang nanti (Ketika Cinta:65)
Cinta termasuk perasaan yang ‘absurd’ tak terlihat,
namun diumpamakan seperti manusia yang dapat melakukan
aktifitas seperti layaknya manusia. Dari kutipan di atas
digambarkan cinta seolah-olah bisa berbicara.
2) Gaya Bahasa Personifikasi pada Puisi Berjudul “Ketika
Cinta Enggan Berteriak Lantang”
Ketika Cinta mu enggan berteriak lantang Celaka juga kalau aku hanya berdiam diri (Ketika Cinta:48)
Cinta termasuk perasaan yang absurd tak terlihat, namun
diumpamakan seperti manusia yang dapat melakukan aktifitas
seperti layaknya manusia. Dari kutipan di atas digambarkan
cinta seolah-olah bisa berteriak lantang.
89
3) Gaya Bahasa Personifikasi pada Puisi Berjudul “Ketika
Cinta Asyik Sendiri”
Ketika cintamu asyik bercengkerama sendiri Kenapa tak kau biarkan ia asyik bersama cintaku Yang telah lama kau pikat dengan cuma tanda Yang bisa saja salah ditelisik oleh waktu? (Ketika Cinta:47)
Cinta termasuk perasaan yang absurd tak terlihat, namun
diumpamakan sepeti manusia yang dapat melakukan aktifitas
seperti layaknya manusia. Dari kutipan di atas digambarkan
cinta seolah-olah bisa bercengkerama.
d) Gaya Bahasa Antonomasia
Gaya bahasa antonomasia juga merupakan sebuah bentuk
khusus dari sinekdoke yang berwujud penggunaan sebagai
epiteta untuk menggantikan nama diri, atau gelar resmi, atau
jabatan untuk menggantikan nama diri. Pada antologi puisi Ketika
Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) Karya Ibnu Wahyudi ini
hanya terdapat satu gaya bahasa antonomasia, yaitu pada kutipan
berikut ini:
1) Gaya Bahasa Antonomasia pada Puisi Berjudul “Ketika
Cinta Tak Terbaca”
Ketika cinta-Nya tak terbaca sebagai isyarat Kita buka lagi hati yang telah membeku (Ketika Cinta:39)
90
Dari kutipan di atas, nampak pengarang meyebutkan
nama pengganti dalam puisi dengan sebutan Nya yang
bermakna kepemilikan yang menunjukkan Dia “Tuhan”.
2) Gaya Bahasa Antonomasia pada Puisi Berjudul “Ketika
Cinta Cuma di Garasi”
Ketika cintaNya lama aku taruh di garasi Perlu saat untuk membuka lebar ruang tamu Menghidangkan minuman dan buah yang serasi Sambil bercengkerama dan membongkar ragu tentangMU (Ketika Cinta:50)
Dari kutipan di atas, nampak pengarang meyebutkan
nama pengganti dalam puisi dengan sebutan Nya dan Mu yang
bermakna kepemilikan yang menunjukkan Dia “Tuhan”
3) Gaya Bahasa Antonomasia pada Puisi Berjudul “Ketika
Cinta Serupa Asap”
Ketika cintaMU terasa serupa asap (Ketika Cinta:53)
Dari kutipan di atas, nampak pengarang meyebutkan
nama pengganti dalam puisi dengan sebutan Nya yang
bermakna kepemilikan yang menunjukkan Dia “Tuhan”
4) Gaya Bahasa Antonomasia pada Puisi Berjudul “Ketika
Cinta Hanya Terasa Senyap”
Ketika cintaNya sebagai hanya terasa gelap Sesekali jangan hendak menghujatNya (Ketika Cinta:54)
91
Dari kutipan di atas, nampak pengarang meyebutkan
nama pengganti dalam puisi dengan sebutan Nya yang
bermakna kepemilikan yang menunjukkan Dia “Tuhan”
5) Gaya Bahasa Antonomasia pada Puisi Berjudul “Ketika
Cinta Menyiasati-Mu”
Ketika cintaku lintang pukang menyiasati Mu Berilah kendari yang melayang meluncur (Ketika Cinta:62)
Dari kutipan di atas, nampak pengarang meyebutkan
nama pengganti dalam puisi dengan sebutan Nya yang
bermakna kepemilikan yang menunjukkan Dia “Tuhan”
6) Gaya Bahasa Antonomasia pada Puisi Berjudul “Ketika
Cinta Terperangkap Gamang”
Ketika Cinta kita kepada-Nya terperangkap gamang Perkaya diri lewat pertemuan-pertemuan nyata (Ketika Cinta:67)
Dari kutipan di atas, nampak pengarang meyebutkan
nama pengganti dalam puisi dengan sebutan Nya yang
bermakna kepemilikan yang menunjukkan Dia “Tuhan”.
e) Gaya Bahasa Ironi, Sinisme, dan Sarkasme
Ironi ialah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu
dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung
dalam rangkaian kata-katanya. Sinisme ialah suatu sindiran yang
berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap
keikhlasan dan ketulusan hati. Sarkasme adalah suatu acuan yang
92
mengadung kepahitan dan celaan yang getir. Pada antologi puisi
Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) Karya Ibnu Wahyudi
ini hanya terdapat satu gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme,
yaitu pada kutipan berikut ini.
1) Gaya Bahasa Sarkasme pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta
Enggan Berteriak”
Biar jalanmu tak bersicakap di dermaga hati Yang lain Yang jalang (Ketika Cinta:48)
Gaya bahasa di atas dikategorikan ke dalam gaya bahasa
sarkasme karena, pengarang mengunakan kata jalang
mengadung makna nakal (tentang perbuatan melanggar
asusila); tidak dipelihara orang. Sebuah kata yang kasar dan
masih tabu di lingkungan masyarakat dipakai dengan unsur
kesengajaan, dapat dikelompokkan dalam gaya bahasa
sarkasme.
2) Gaya Bahasa Sarkasme pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta
Mewujud Jarum Berkarat”
Yang hati di dalamnya tengah sekarat (Ketika Cinta:49)
Gaya bahasa di atas dikategorikan ke dalam gaya bahasa
sarkasme karena, pengarang mengunakan kata sekarat
mengadung makna orang yag tengah menemui ajal. Sebuah
kata yang kasar dan masih tabu di lingkungan masyarakat
93
dipakai dengan unsur kesengajaan, dapat dikelompokkan
dalam gaya bahasa sarkasme.
3) Gaya Bahasa Sarkasme pada Puisi Berjudul “Ketika Cinta
Adalah Angin Pagi”
:sebab pagi begitu banal bagiku Tapi juga terkadang jalang (Ketika Cinta:13)
Gaya bahasa di atas dikategorikan ke dalam gaya bahasa
sarkasme karena, pengarang mengunakan kata jalang
mengadung makna nakal (tentang perbuatan melanggar
asusila); tidak dipelihara orang. Sebuah kata yang kasar dan
masih tabu di lingkungan masyarakat dipakai dengan unsur
kesengajaan, dapat dikelompokkan dalam gaya bahasa
sarkasme.
2. Makna Puisi pada Antologi Puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-
2008) Karya Ibnu Wahyudi.
1) Ketika Cinta Kehilangan Bara Ketika cinta telah kehilangan baranya Cari lagi apinya di antara yang sepi Siapa tahu ia hanya sejenak mengambil jeda Dari mimpi yang biasa berapi- api (Ketika Cinta:1)
Makna yang terkandung dalam puisi di atas adalah Ketika Cinta
seseorang telah memudar, maka janganlah berputus asa. Pupuk dan
perbaikilah hubungan cinta agar cinta bisa bersemi kembali. Cinta
94
diibaratkan oleh penulis seperti bara api. Adapun bara dikiaskan sebagai
gelora cinta yang meluap-luap.
2) Ketika Cinta Membelah Diri Ketika cinta tiba-tiba membelah diri Kita sering lupa: ada yang terdadah nyeri Cuma karna ia bernama asmara Ia bias kehilangan mata Menjadi dusta Juga membuta (Ketika Cinta:2)
Makna dari puisi di atas adalah cinta yang telah menjalar ke
seluruh tubuh, memenuhi ruang hati seseorang. Maka ketika itu,
seseorang bisa berubah total dari adat kebiasaannya. Cinta mampu
membuat si penderita mendadak menjadi baik, menjadi dermawan, dan
lain-lain. Semua itu demi seseorang yang dicintanya atau sesuatu hal
yang dicinta.
3) Ketika Cinta Reda Gemuruhnya Ketika Cinta mereda gemuruhnya Renda lagi dengan kata-kata Karena cinta baru bias bermakna Ketika rasa menjadi tak lagi biasa (Ketika Cinta:3)
Makna puisi di atas adalah menggambarkan seseorang yang
marah atau emosi tentang cinta, bisa dengan seseorang yang dicintai
ataupun dengan sesuatu hal yang membuat hatinya bergetar. Jika emosi
telah menjalar seluruh hati, maka tunggu saat yang tepat untuk
kemudian dibersihkan. Kata-kata yang manis mampu mengobati segala
emosi dalam jiwa.
95
4) Ketika Membawa Debar Ketika Cinta tak lupa membawa debar Sadarkah kita akan kesementaraan Yang lebih suka memberi fatamorgana Dari pada yang nyata di mata? (Ketika Cinta:4)
Makna dari puisi di atas adalah cinta palsu yang diberikan oeh
seseorang kepada orang lain. Cinta semu dan palsu akan terbongkar
dengan segera. Hendaklah jangan mengumbar janji cinta palsu.
5) Ketika Cinta Masih Belum Berlabuh Ketika cintamu belum menentukan pelabuhannya Biarkan layar itu memandu ke setiap cuaca Tapi kalau itu adalah cinta untukku Akan aku nyalakan suar di mercu Biar arahmu tak kandas di cinta palsu (Ketika Cinta:5)
Makna dari puisi di atas adalah harapan seseorang yang tengah
menanti cinta dari sesosok idaman yang belum menentukan pilihannya.
Bagi dirinya, cinta dalam hatinya sungguh tulus, sehingga ia berharap
agar si idaman hati memilihnya agar tidak terjerumus ke dalam cinta
palsu.
6) Ketika Cinta Cuma Sebatas Kata Ketika cinta cuma sebatas kata Harus hati-hati aku mengejanya Karena kata-kata itu bagaikan sembilu Melukaiku setiap waktu (Ketika Cinta:6)
Makna dari puisi di atas adalah hendaknya berhati-hati terrhadap
orang yang menjual kata-kata cinta. Di dalamnya terdapat sebuah
ketidakjujuran yang akan melukai hati.
96
7) Ketika Cinta Terbata Kubaca Ketika Cinta terbata-bata ku baca Aku perlu segera bertanya-tanya Atau mencari padanannya di dalam kamus Hingga benih yang mengada tak segera pupus Lantaran sejatinya Cuma soal sinyal Yang lebih sering datang dengan nada janggal (Ketika Cinta:7)
Makna dari puisi di atas adalah rasa cinta yang tengah hilang dari
dalam hati, penulis menyarankan untuk segera mencari penyebab
kenapa rasa itu memudar. Cinta yang memudar biasana hanya karena
masalah frekuensi waktu berkomunikasi.
8) Ketika Cinta Tak Jua Tiba Ketika cintamu tak jua tiba Jangan sampai ia tiba-tiba membuta Hanya dengan terang cahaya Jalan di depan jelas rambutnya (Ketika Cinta:8)
Makna dari puisi di atas adalah manakala cinta tidak ditmpakkan
begitu terang, maka biarkanlah. Cinta yang terburu-buru melahirkan
kebutaan yang menggila. Biarlah cinta mengalir dengan pelan dan
lembut.
9) Ketika Cinta Mesti Pudar Ketika cinta kita ujung-ujungnya mesti pudar Aku akan menjaga sisa dan rasa di hati Agar tegar dan nalar pun tak segera buyar Biar cinta itu tetap hidup dan meniti hati (Ketika Cinta:9)
Makna dari puisi di atas adalah jika cinta di dalam hati memudar,
maka tetaplah dipelihara sisa cinta tersebut. Biarlah hanya diri sendiri
97
yang mengetahui. Banyak orang yang frustasi dengan memudarnya
cinta, namun hendaklah tetap dipelihara agar tetap bersemi dalam hati
dengan ikhlas dan tulus.
10) Ketika Cinta Adalah Buku Harian Ketika cintamu terperangkap buku harian Atau puas dengan bayang dan malam lengang Coba tanyakan soal kapan akan melepaskan diri Dari jeratan gamang dan keinginan bersendiri (Ketika Cinta:10)
Makna dari puisi di atas adalah seseorang menyukai kesendirian,
tanpa mau mengutarakan maksud hatinya kepada orang lain. Bisa
dikatakan orang yang tidak mudah percaya kepada orang lain, ataupun
bisa diartikan orang yang tidak bisa menceritakan masalahnya dengan
lisan, namun lebih suka dengan tulisan.
11) Ketika Cinta Cuma Gelisah Ketika cintamu cuma gelisah Meranggas berbenalu resah Tak ada salahnya untuk sekedar menyapanya Supaya yang selama ini tak jua terkatakan Merdeka untuk menyapanya (Ketika Cinta:11)
12) Ketika Cinta Serupa Kabut Ketika Cinta kita masih serupa kabut Akan coba kutata lebih bercahaya lagi Hingga kalau wujudnya tetap saja susah kusebut Biar bunga atau kata-kata yang akhirnya berbagi (Ketika Cinta:12)
Makna dari puisi di atas adalah sebuah perasan cinta dua insan
yang masih samar-samar, harus diperbaiki agar mencapai kejelasan di
antara keduanya. Akan tetapi jika memang tidak bisa dipersatukan,
98
maka cukup perasaan bahagia dan bunga sebagai symbol yang
mewakilinya.
13) Ketika Cinta Adalah Angin Pagi Ketika cintamu adalah angin pagi menjelang Segera akan kurengkuh sinar mentari yang kaku : sebab pagi begitu banal bagiku Tapi juga terkadang jalang (Ketika Cinta:13)
Makna dari puisi di atas, penulis berusaha menganalogikan
angin pagi yang begitu digemari dengan sesosok seseorang yang
dicintai. Akan dikuasai dan dinikmati dengan sungguh-sungguh.
14) Ketika Cinta Masih Merugi-Laba Ketika Cinta masih saja penuh rugi-laba Tak akan segan aku menjadi angka-angka Menyelip di setiap celah mesin hitung Yang harus siap untuk segera aku telikung (Ketika Cinta:14)
Makna dari puisi di atas adalah sungguh rugi perasaan, Ketika
cinta masih mengharapkan sesuatu dan tidak tulus mencinta. Penulis
mengatakan akan menjadikan dirinya sebagai umpannya agar bisa
mengelabuhi sebelum dikelabuhi.
15) Ketika Cinta Masih Dalam Gelisah Ketika cintamu masih saja dalam geliat Jaga jiwamu jangan tenggelam berduka Karena jika baru sekedar isyarat Cinta akan membawamu kehilangan tanda (Ketika Cinta:15)
Makna dari puisi di atas adalah penuhilah dengan cinta. Cinta
dapat menghidupkan hati yang kering menjadi hidup. Tetaplah
99
mencoba membuka hti untuk cinta, supaya tetap bersemi merekah
perasaan bahagia.
16) Ketika Cinta Meradang Ketika cinta sedang meradang tak berketentuan Yang diperlukan hanyalah ramahnya rasa Tangkaplah udara dengan kesadaran Sembari terus saja mengingatkan Bahwa cinta adalah nafas kehidupan (Ketika Cinta:16)
Makna dari puisi di atas adalah cinta tidak selamanya tidak
bermasalah. Adakalanya cinta menghadapi benturan dan berkelok-
kelok. Hal itu yang membuat cinta terasa indah. Ketika cinta tengah
ditempa badai, hendaklah tetap berbaik hati, selesaikan dengan hati
yang lapang agar terus bersemi dengan indah.
17) Ketika Cinta Ibarat Ayat Ketika cintmu ibarat sebuah ayat Aku kan genapi ia menjadi maklumat Bersijingkat dalam rinai harap yang biru Untuk menatap setiap isyarat darimu Tapi, kapankah itu? (Ketika Cinta:17)
Puisi di atas bermakna cinta sebagai penasihat yang baik.
Nasihat selalu menyuruh kepada kebaikan. Penulis menganalogikan
dengan ayat. Ayat identik dengan sebuah seruan untuk diajalankan.
Akan tetapi penulis juga mengatakan ketidakpastian waktu, kapan hal
itu akan terjadi, karena yang umum cinta penuh dengan rasa yang
bergejolak.
100
18) Ketika Cinta Tak Pernah Disapa Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) tak lagi pernah kau sapa Aku lekas bersegera menawarimu kesima Siapa tahu engkau menjadi begitu lupa Pada rasa yang pernah kita beri nama (Ketika Cinta:18)
Puisi di atas bermakna cinta yang sudah mengalami kebosanan.
Hal itu disampaiakan dengan kata “tidak kau sapa”. Kebosanan dalam
cinta hendaklah dipupuk kembali agar brsemi, mewarnai setiap ruang
hati.
19) Ketika Cinta Masih Menghitung Harta Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008)mu masih saja menghitung harta Aku harus juga siap berniaga denganmu Bagaikan di arena lawan dengan dusta Cintaku pun tetap terus bergegas denganmu (Ketika Cinta:20)
Makna dari puisi di atas adalah cinta yang penuh dengan
perhitungan. Tidak tulus dari dalam hati, tapi cinta terwujud demi
mendapatkan keuntungan untuk dirinya. Penulis mengatakan sebagai
‘aku’ akan menghadapi dengan cara yang sama, agar tidak dirugikan.
20) Ketika Cinta Bertepuk-Tepuk Ketika cinta cuma bertepuk-tepuk Tak apa kalau tak ada yang hirau Sebuah cinta adalah rasa yang pikuk Yang tak selamanya harus penuh galau (Ketika Cinta:21)
Makna dari puisi di atas adalah cinta yang gagal. Kegagalan
cinta tidak menjadi permasalahan, hal itu tidak menjadi hal yang besar
apabila ridak banyak yang tahu. Karena jika banyak orang yang
mengetahui maka akan semakin banyak cacian atau komentar-
101
komentar yang tidak menyenangkan di hati. Cinta merupakan hal yang
penuh dengan perasaan senang, sedih, khawatir, kecewa, dan lain-lain.
21) Ketika Cinta Terbentur Was-Was Ketika cintamu terbentur was-was Ku harap engkau masih setia menunggu Menjaga hati yang sering kali tak awas Dan mendekap rindu yang merenjana pilu (Ketika Cinta:23)
Makna dari puisi di atas adalah cerita tentang seseorang yang
mengkhawatirkan keberadaan serta keadaan cintanya yang tidak
nampak dalam kesehariannya. Cintanya jauh, sehingga hati dan
perasaan diliputi hal-hal yang membuat semakin tidak menentu.
Penyair menginginkan untuk tetap setia dalam penantian kesendirian
sampai sang cinta itu dating pulang menjumpainya.
22) Ketika Cinta Cuma Gerimis Ketika cinta cuma mengirim gerimis Terimalah ia dengan selaksan jendela Kalaupun ia semakin menipis Cintalah jua yang membangun jembatan rasa (Ketika Cinta:24)
Makna dari puisi di atas adalah sinyal cinta. Gerimis merupakan
tanda akan munculnya hujan lebih lebat atau bahkan deras. Cinta
diibaratkan seperti gerimis merupakan tanda-tanda timbulnya perasaan
cinta yang menghampiri. Penyair menasihati pembaca untuk
menerimanya dengan senang hati.
102
23) Ketika Cinta Menghambar Ketika cintaku menghambar dalam ingatanmu Lalu mataku menjalar diam-diam Serta melupakanmu Jangan sampai beku api yang pernah menyala itu Tegurlah, dan selalu siapkan ruang hatimu Untukku (Ketika Cinta:25)
Ketika cinta seseorang mulai menipis atau bahkan hilang rasa
cinta tersebut, bisa jadi pasangan akan diam-diam mencintai orang
lain karena kurang perhatian dari cinta pertama. Maka, penyair
berpesan dalam puisinya, tetaplah terus menegur dan mengingatkan
dalam cinta agar tercipta cinta yang harmoni.
24) Ketika Cinta Menyisik Saku Ketika cinta mulai menyisik dalamnya saku Jaga rindumu dalam timbangan bening Kalau tetap saja larinya kepada lancungnya janji Katakanlah pada hatimu untuk sejenak hening : karena asmara bukan seperti matahari (Ketika Cinta:26)
Saku adalah tempat untuk menyimpan uang. Kedalamannya
dapat diukur dengan centimeter, artinya tidak terlalu dalam. Jika, cinta
sudah sedalam saku artinya, cinta sudah mulai berkurang kedalaman
cintanya. Permasalahan mulai diungkit, maka mulailah berpikiran
hening dan bening untuk tidak terkena emosi yang berlebihan. Kita
harus tahu bahwa perasaan cinta tidaklah selalu membara, terkadang
surut dan mengembang kempis.
103
25) Ketika Cinta Masih Ragu Ketika cintamu masih dalam ragu Kenapa harus menyatakannya buru-buru Hidup takkan berujung di hari esok Maka neraca hati harus tetap di tengok Ketika cinta bernada amarah Ketika cinta berulang kali bernada amarah Barangkali memang ada yang salah Longok lagi jejak-jejak yang telah dilangkah Adakah yang memang pernah menjadi sebab Darah serasa tiba-tiba terkesiap (Ketika Cinta:27)
Hidup kita tidak berujung pada esok hari, maka janganlah terlalu
berburu-buru dalam menyatakan cinta, karena cinta tepaut perasaan
hati dan masa depan. Hendaklah selalu memertimbangkan segala
sesuatu sebelum diputuskan. Buru-buru dalam mengambil keputusan
cinta, suatu saat akan menimbulkan kegelisahan yang barangkali
menimbulkan kemarahan. Maka, jangan salahkan cinta. Renungkan
lah apa yang telah diputuskan selama ini.
26) Ketika Cinta Melembayung Ungu Ketika cintamu masih melembayung ungu Pilihlah warna lain dari bianglala Lalu torehkan rapih aroma yang sendu Supaya pelangi memayungi cinta kita (Ketika Cinta:29)
Cinta yang masih merasa hampa atau kurang terbuka, maka
carilah penyelesaian lain untuk mempertahankan cinta agar tetap
cerah, hangat, dan menyenangkan. Konflik dalam cinta itu juga
merupakan bumbu dalam setiap perjalanan cinta. Hal itu yang
membuat cinta menjadi indah.
104
27) Ketika Cinta Terperangkap Harap Ketika cintamu harapkan lebih Dari apa yang semestinya kau peroleh Aku enggan kusampaikan selamat jalan Dan silahkan mecari kendara yang suka-suka : aku masih setia dengan rama-rama Yang belum tinggal kilauan warnanya (Ketika Cinta:30)
Seseorang yang mengaharapkan lebih kepada yang dicinta,
namun dirinya kurang dari apa yang diharapkan. Artinya ia hanya
mengharapakan kelebihan itu dari orang lain. Sifat itu akan
menimbulkan keengganan pada yang dicinta. Maka, bijaksanalah
dalam menjalani cinta.
28) Ketika Menjadi Alun Ketika cinta mu memilih menjadi alun Kan ku coba diriku menanggalkan badai Dan kupacu gelora menjadi riak saja Agar antara harapan kita tak lagi abai Bahwa masih jauh samudra Yang bergelora Selalu itu (Ketika Cinta:32)
Alun merupakan gelombang laut yang kecil, penyair
menganalogikan gelora cinta seperti alun artinya rasa yang biasa saja.
Ia akan menjalani kehidupan cintanya dengan kedamaian, tanpa harus
mencari masalah yang akan membawa suasana menjadi tegang. Setiap
permasalahan pasti ada, hanya porsi besar kecilnya tidak akan tahu
kapan akan menghampirinya.
105
29) Ketika Cinta Terjebak Kemacetan Ketika cintamu terjebak di kemacetan Jangan memintas sembari melempar umpat Tata kembali hatimu yang selalu dalam keraguan Jalanpun akan engkau bias lewati dengan cepat : tetap ingat rambu Selalu akan ada persimpangan Di hadapan (Ketika Cinta:34)
Cinta selalu mengalami permasalahan. Terjebak dalam suatu
masalah merupakan hal biasa. Hal itu yang akan mendewasakan setiap
manusia dalam menghadapi permasalahan di hidupnya. Ingatlah
bahwa aturan, etika selalu ada dalam menjalani hubungan. Hendaklah
selalu ingat dan sabar dalam menjalaninya.
30) Ketika Cinta Bagai Layang-Layang Ketika cinta cuma bagai layang-layang Jadilah angin yang bisa bersimarahaja Dan Ketika cinta masih saja tersiput gamang Mulailah pilin isyarat bernama asmara Untuknya Agar ia menjaid cakrawala (Ketika Cinta:35)
Layang-layang merupakan mainan yang dapat terbang dengan
lepas namun, tetap dikendalikan oleh sang pemilik. Jika cinta
bagaikan layang-layang maka cinta masih sebatas dalam angan-angan,
belum sampai pada perasaan yang mendalam. Maka, hendakalah tetap
bersahaja dalam berkomunikasi.
106
31) Ketika Cinta Serupa Air Di Mata Ketika cinta serupa air di mata Coba jaga airnya di muara hati Karena sendu bukan untuk etalase Apalagi jika itu hanya sebuah rasa semu Berilah cinta laksana air kehidupan Tak kan henti ia sebagai tetamu (Ketika Cinta:36)
Cinta sangatlah dekat dengan air mata yang akan mengikuti
perasaan si pemilik cinta. Maka, tahanlah air mata itu agar tidak
membanjiri dalam kedukaan. Jadikanlah cinta yang bisa menyirami
setiap kesenangan bagi jiwa yang memandang dan semua yang
terlibat.
32) Ketika Cinta Dalam Diam Ketika cinta selalu terhenyak dalam diam Perlu segera dicari musabab kadarnya Adakah cinta memang telah dalam genggaman Atau jangan-jangan hanya rasa sementara (Ketika Cinta:37)
Cinta tanpa kata yang tidak pernah bergelora manakala
bersalamsapa. Perlu ditanyakan ada apa hal itu terjadi. Diam bisa
dikatakan tidak respect terhadap apa yang ada di depannya.
33) Ketika Cinta Menjadi Abu Ketika Cinta telah menjadi abu Tak selayaknya untuk ditiup-tiup lagi Biarkan ia memberi rasa itu Kepada setiap terbukanya hati Cinta lain akan bersemi : tentu (Ketika Cinta:38)
107
Abu adalah butiran batu atau hal yang padat dalam bentuk yang
besar. Abu ada bisa karena dihancurkan. Jika cinta ibarat abu, maka
cinta telah tidak sedalam lautan. Cinta sudah hanya sebatas angan. Ia
akan bergerak bebas kepada siapa saja yang diinginkan. Tidak ada
yang bisa menghalangi dimana jatuhnya debu itu.
34) Ketika Cinta Tak Terbaca Ketika cinta-Nya tak terbaca sebagai isyarat Kita buka lagi hati yang telah membeku Dari sapaan yang sering cuma lamat-lamat Keras dan kaku seperti batu Kita coba untuk lebih melihat Diri pongah ini yang suka tak hirau nasihat (Ketika Cinta:39)
Hati yang telah membeku karena terlalu banyaknya dosa yang
telah menutupi, hingga firmanNya pun mampu ditepis oleh hatinya.
Apa yang dilakukan hanya sebatas ibadah yang kosong, hanya sebatas
dimulut, namun tidak diresapi hingga kalbu. Hendaklah segere
menengok ke dalam hati agar lebih bisa membuka diri dengan
keikhlasan.
35) Ketika Cinta Begitu Lelah Ketika cinta tampak begitu lelah Apakah aku harus tetap memberimu rindu Sementara engkau pun telah menyerah Pada ketiadaan untuk berbagi denganmu (Ketika Cinta:40)
Kelelahan saling memberi dan mengasihi antara sepasangan dua
insan. Merasa bosan dan jenuh setelah sekian lamanya berkomunikasi
menjalin asmara. Sudah tidak ada lagi kepedulian, maka saat itulah
sudah saling acuh.
108
36) Ketika Cinta Serupa Pesan Singkat Ketika cinta mu serupa pesan singkat Sia-sia rupaya menyimpan dalam hati Karena tanpa ragu ia akan bersi loncat Meninggalkan noda yang takkan berhenti Menyapaku Pedih (Ketika Cinta:41)
Cinta tidak tulus yang hanya mampir sebentar. Keberadaanya
hanya akan membawa luka dalam hati. Hendaklah tidak usah terlalu
buru-buru dalam mengambil keputusan tentang masalah cinta. Hal itu
berdampak pada kedukaan lara hati.
37) Ketika Cinta Berupa Nanti Ketika cintamu perlahan berupa nanti Atau janji yang tidak pernah ada lagi buktinya Ketika itu pula izinkan aku mencari pengganti Sebab tak lagi guna sepanjang hari aku bertanya Akan makna keberduaan kita (Ketika Cinta:42)
Ketidakpastian dalam hubungan dua insan. Janji yang membual
menjadikan tidak dipercaya lagi si pembuat janji. Lebih baik diakhiri
hubungan tersebut, kemudian mencari pengganti tempat berlabuh
dalam kehangatan kasih.
38) Ketika Cinta Menjadi Remang Ketika Cinta menjelang remang-remang beri lentera yang akan setia menggamitnya menuntun pelan ke padang tantangan agar cinta itu tak datang membawa dusta : atau duka yang maha duka (Ketika Cinta:43)
109
Ketika Cinta di ujung usia, maka tetaplah nyalakan cinta dan
kasih dalam kebersamaan, agar tidak mudah goyah diterpa masalah
dan fitnah.
39) Ketika Cinta Berkelebat Menjauh Ketika cintanya berkelebat menjauh Tak perlu ku jerat ia dengan imbauan sayang Biarkan saja kehampaan belaka yang ia rengkuh Sementara kasihmu tetap simpan dalam ruang Nan tak lekang (Ketika Cinta:45)
Mengharapkan cintanya pergi menjauh, maka tidak perlu lagi
untuk diberi perhatian dan kasih sayang. Cinta yang tak peru diharapkan
karena, ketidaksetiaan dalam berjanji. Justru mencari cinta lain.
40) Ketika Cinta Tersaput Mendung Ketika cintamu bagai mentari tersaput mendung Aku hendak menyapunya dengan setangan rasa Atau dengan cahaya sayang yang mendukung Sehingga engkau akan lagi tiba Ke dermaga Kasih Kita (Ketika Cinta:46)
Cinta yang terhalang oleh sesuatu, maka ‘aku’ dalam puisi di
atas, ingin segera menghalaunya untuk bisa mendapatkan cintanya.
41) Ketika Cinta Asyik Sendiri Ketika cintamu asyik bercengkerama sendiri Kenapa tak kau biarkan ia asyik bersama cintaku Yang telah lama kau pikat dengan cuma tanda Yang bisa saja salah ditelisik oleh waktu? (Ketika Cinta:47)
110
Hubungan cinta yang saling acuh tak acuh, sementara ia sudah
terikat dalam ikatan. Hal itu bisa diterka barangkali keputusan salah
yang telah diambil.
42) Ketika Cinta Enggan Berteriak Ketika cintamu enggan berteriak lantang Celaka juga kalau aku hanya berdiam diri Maka kusapa senar di alun rasamu yang nyalang Biar jalanmu tak bersicakap di dermaga hati Yang lain Yang jalang (Ketika Cinta:48)
Orang yang sudah memutuskan perasaan hatinya. Akan
berdampak pada pasangan jika sama-sama berdiam diri. Hendaknya
satu harus ada yang berani lantang memutuskan sesuatu. Agar bisa
saling mengingatkan satu sama lain.
43) Ketika Cinta Mewujud Jarum Berkarat Ketika Cinta kita telah mewujud jarum berkarat Hati-hati dengan setiap aroma tetangga Jangan harum bunga menjadi petaka berat Dan kita luka karena jarum telah menusuk dada Yang hati di dalamnya tengah sekarat (Ketika Cinta:49)
Cinta yang telah memudar, maka berhatilah dengan sentilan dari
orang-orang yang menggempur rumah tangga. Jangan sampai melirik
cinta lain, yang dapat menjadikan keadaan lebih semaikn parah.
111
44) Ketika Cinta Cuma Di Garasi Ketika cintaNya lama aku taruh di garasi Perlu saat untuk membuka lebar ruang tamu Menghidangkan minuman dan buah yang serasi Sambil bercengkerama dan membongkar ragu tentangMU (Ketika Cinta:50)
Cinta kepada Sang Pencipta yang hanya sebatas, teori tanpa
Pratik yang nyata dalam beribadah dan menjalani kehidupan. Maka
perlulah memulai hidup baru dengan menjalani teori agar lebih bisa
mengenal Sang Kuasa.
45) Ketika Cinta Dalam Tanda Tanya Ketika cinta kita dalam tanda tanya jangan bertanya kepada selaksa ragu Tanya pada nurani yang selama ini dalam abai Yang selalu berada di belakang tanda seru Mari kembali kepada rasa yang damai (Ketika Cinta:51)
Cinta yang masih dalam keragua-raguan. Maka hendaklah tetap
optimis, bertanya kepada hati kecil yang putih bersih. Tidak perlu
diselesaikan dengan rasa amarah, namun rasa damai.
46) Ketika Cinta Ibarat Sisipus Ketika cinta kita ibarat sisipus Mari kita ambil sejenak jeda Dan ketika cinta kita tak lagi pupus Beri ruang yang enak dan leluasa kita mulai untuk berbagi Dengan hati dan hati-hati (Ketika Cinta:52)
112
Cinta yang penuh dengan ketidak beruntungan. Ia diibaratkan
dengan sisipus dimana dalam hidupnya selalu merana. Maka,
hendaklah tetap sabar dan menjalani dengan penh keikhlasan.
47) Ketika Cinta Serupa Asap Ketika cintaMU terasa serupa asap Ku harus tahu hari-hariku yang lindap Karena sepertinya aku lebih menuhankanmu Dan engkau pun malah merosokkanku Ke dalam gelap Ke jalan tanpa rambu (Ketika Cinta:53)
Orang yang telah terjerembab ke dalam kubangan dosa.
Pemahaman aturan-aturan Tuhan yang salah, sehingga membuat
dirinya justru terjebak dalam dosa yang tiada tara.
48) Ketika Cinta Hanya Terasa Senyap Ketika cintaNya sebagai hanya terasa gelap Sesekali jangan hendak menghujatNya Yang kita perlukan lebih adalah sebab Mengaca pada cermin hari yang telah lama (Ketika Cinta:54)
Masa lalu berlumur dosa harus dijadikan cermin untuk
mengevaluasi pribadi. Tuhan Maha Penyayang, akan tetapi oleh
penulis digambarkan dengan terasa gelap. Hal itu menandakan
keadaan buruk seorang terhadap Tuhannya.
49) Ketika Cinta Menyapa Hampa Ketika cinta hanya menyapa hampa Segera bangun rencana terpola Jika memang cuma sebuah maya Tak apa lewat, berlalu begitu saja (Ketika Cinta:56)
113
Cinta haru selalu disirami dengan kata-kata positif, sikap yang
baik, rencana terpola agar tetap bersemi dengan segar dan indah,
meskipun hanya cinta sementara.
50) Ketika Cinta Bersua Luka Ketika Cinta telah bersua luka Taruhlan amarah di sela hening Lalu endapkan hidup dalam cerita Sehingga ajal pun menjadi bening (Ketika Cinta:57)
Sakit hati karena dalam hati tidak perlu kita ikuti dengan amarah
yang membahana. Akan tetapi tetaplah berpikir positif dengan
meredakan amarah setelah itu barulah bisa mengambil keputusan.
Amarah di saat emosi memuncak akan membuat masalah baru yang
berkelanjutan.
51) Ketika Cinta Menyusuri Sunyi Ketika Cinta masih saja Menyusuri sunyi Perlahan sibaklah cadarnya Biar api yang ada di hati Menghangat menjadi arti (Ketika Cinta:58)
Cinta yang penuh dengan malu untuk diungkapkannya. Maka
perlahan namun pasti bergeraklah dengan lembut agar bisa
menyibakkan malu, sehingga bisa terbaca isi sebenarnya.
52) Ketika Cinta Hampir Tak Ada Ketika Cinta hampir-hampir tak ada Kembali coba untuk selalu bertanya Atau terus saja menanam percaya Siapa mengira nanti tumbuh bianglala Dari semaian rasa saling terbuka (Ketika Cinta:59)
114
Penantian dalam cinta, membuat teka-teki baru dalam hati dan
pikiran. Apakah ada atau tidak ada cinta untuknya. Namun, tetap
percayalah kepada hati nurani, bahwa cinta itu ada atau muncul pada
saat yang tepat.
53) Ketika Cinta Bercuriga Ketika cinta bersimbah curiga Yang tersisa hanya syak waktu wasangka Saatnya buat kembali ke nurani Mencari teduh dalam bahasa hati Dalam bahasa yang hanya kita Ya kita, mampu beroleh sejantung arti (Ketika Cinta:60)
Cinta yang telah tumbuh saling curiga, maka tidak akan baik
hubungan itu. Sifat tidak percaya, dan menyakiti akan mengiringi
perjalanan cinta hingga rentang waktu cinta itu bertahan.
54) Ketika Cinta Meraja Di Kata Ketika cintanya meraja di kata-kata Ingatlah makna yang hatinya bersama Di dalam detak pada setiap langkah wacana Ataupun hanya dalam niatan noktah di alinea (Ketika Cinta:61)
Orang yang pandai merayu dengan berbagai kata-kata istimewa,
sehingga bisa membuat orang yang mendengarkannya tertarik. Orang
akan selalu mengenang perkataan maut yang membuat dirinya merasa
bahagia.
115
55) Ketika Cinta Menyiasati-Mu Ketika cintaku lintang pukang menyiasati Mu Berilah kendari yang melayang meluncur Ingatkan pula akan tanda yang suka bersekutu Dengan pengganggu di setiap tahapan alur Atau bahkan di celah kesadaran religi Yang suka aku tinggal pergi itu. (Ketika Cinta:62)
Berpura-pura cinta kepada sang pencipta dengan berbagai alas
an. Padahal, Tuhan tidak pernah bisa dibohongi, karena ia bersifat
Maha Tahu.
56) Ketika Cinta Menghalau Sapa Ketika Cinta lebih suka menghalau sapa Ada yang luka selalu bersebab sianida Yang merayap ke segenap rasa yang lengkap Berdiam lama dalam jejak asmara nan senyap Tapi lengang jangan beri tempat dalam diri Ia mengancam perjalanan, menekan gairah remang Menggerentang jiwa yang merindu sendiri Sementara hati menggairah untuk bergairah : menggelinjang (Ketika Cinta:63)
Pecinta yang merindukan dicinta, sementara ia selalu terluka
tidak disapa. Hendaknya selalu sabar dan terampil mengisi hati
dengan berbagai siraman, kreatifitas, agar dapat mengekang nafsu
yang bergejolak.
57) Ketika Cinta dalam Galau Ketika Cintamu terkesiap dalam galau Sadari sungguh agar diksi tak lagi galau Ucapan pun, tetapkan dalam titian Dengan jejak yang terus kelihatan Kegalauan adalah sebuah jalan Kegalauan adalah sebuah jembatan Dan cinta tak selamanya menjalur Tapi tak mengapa untuk selalu dalam lajur Setia pada sempat kita ikrarkan Ceria untuk hati yang sesekali diberpalingkan (Ketika Cinta: 64)
116
Kegalauan hati akan nampak pada tingkah laku, tutur kata dan
segala aktivitas. Perasaan itu merupakan ungkapan hati yang belum
tersampaikan atau tepatnya di dalam hati. Segala bentuk perasaan
akan diwakili oleh perbuatannya.
58) Ketika Cinta Tak Kuasa Bersandiwara Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) tak kuasa lagi berbicara Ajak dia kepada kenyataan fabula togata Sehingga dunia lebih kepada berwarna warni Berseling antara yang fana dan yang nanti
Cinta memang bukan buat bersembunyi Atau sekedar berpura melipur hati
Karena cinta memang berada di antaranya : komedi atau tragedi (Ketika Cinta:65)
Perasaan cinta tidak bisa dijadikan untuk ajang berpura-pura
atau bersandiwara. Orang benci namun, berpura-pura cinta dan juga
sebaliknya akan nampak pada zahir apa yang disembuyikan dalam
hatinya. Begitulah cinta. Karena cinta datangnya tulus dari dalam hati.
59) Ketika Cinta Terperangkap Gamang Ketika cinta kita kepada-Nya terperangkap gamang Perkaya diri lewat pertemuan-pertemuan nyata Jangan malah selalu menghindar atau mengumpat
mungkin soalnya hanya pemupukan rasa yang sering kita tepikan di selokan duniawi yang alirnya sesaat sesaat pun sesat (Ketika Cinta:67)
117
Keragu-raguan dalam menyembah Tuhan merupakan sifat yang
harus segera ditangani. Perasaan itu tidak boleh dibiarkan karena
menyangkut hubungan akhirat. Carilah penyebabnya, atau bisa jadi
belajarlah dari sebuah ayat-ayat kauniyah yang itu dapat dilihat
dengan kasat mata. Dengannya hati dapat membuka diri.
60) Ketika Cinta Kehilangan Gairah Ketika cintamu resah dalam arah Gairah juga tersesat di antah berantah Kompas hati agaknya kita yang perlu (Ketika Cinta:68)
Kehilangan semangat dalam menjalankan aktivitas, akan
berdapak pada kurangnya kinerja. Aktivitas yang dipenuhi dengan
cinta akan menghasilkan karya yang baik. Maka, perlulah mencari
petunjuk atau hal yang menjadikannya lebih bersemangat lagi.
3. Penerapan Pembelajaran Gaya Bahasa Di SMA Kelas X
a. Perencanaan Pembelajaran
Dalam KTSP pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan silabus.
Di dalamnya terdapat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber/ alat/ bahan
pembelajaran, evaluasi dan alokasi waktu.
1) Standar Kompetensi
Standar kompetensi dalam silabus SMA tentang pembelajaran
sastra, khususnya kompetensi dasar gaya bahasa dalam puisi yaitu
memahami puisi yang disampaikan secara langsung/ tidak langsung.
118
Sedangkan ketrampilan bahasa ditekankan dalam kompetensi dasar
ini adalah mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang
disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman dengan
ketrampilan mendengarkan.
2) Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar merupakan perincian dari standar
kompetensi. Kompetensi dasar dalam penelitian ini adalah
mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan
secara langsung ataupun melalui rekaman.
3) Indikator
Indikator hasil belajar untuk mengajarkan sosiologi sastra di
SMA, adalah:
a) menemukan majas dalam kumpulan puisi Ketika Cinta
Kumpulan Sajak (2006-2008) karya Ibnu Wahyudi;
b) mendiskusikan makna puisi dalam dalam kumpulan puisi Ketika
Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) karya Ibnu Wahyudi.
4) Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran dalam puisi Ketika Cinta Kumpulan
Sajak (2006-2008) karya Ibnu Wahyudi yaitu naskah yang puisi dari
puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) karya Ibnu
Wahyudi. Adapun hal yang dibahas meliputi gaya bahasa atau majas,
makna dari puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) karya
Ibnu Wahyudi.
119
5) Kegiatan Pembelajaran
Berdasarkan silabus, kegiatan pembelajarannya meliputi:
a) membaca puisi;
b) mendiskusikan makna-makna sulit;
c) ;endiskusikan makna yang terkandung dari puisi dalam naskah
kumpulan puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) karya
Ibnu Wahyudi.
6) Sumber/ Alat/ Bahan Pembelajaran
Penilaian dalam pembelajaran cerpen yaitu penilaian performa
dan tes uraian. Jenis tugas meliputi tugas kelompok, laporan, dan
praktik.
7) Alokasi Waktu
Alokasi waktu 4X45 menit atau dua kali pertemuan. Waktu
yang digunakan dalam pembelajaran dapat datur sesuai dengan
keluasaan dan kedalaman materi. Seorang guru harus bisa mengatur
dan menggunakan waktu yang tepat dengan keluasan dan kedalaman
materi. Materi yang panjang dan memerlukan pendalaman perlu
diberi waktu yang lebih lama.
8) Sumber/ Alat/ Bahan Pembelajaran
Kriteria salah satu kumpulan puisi Ketika Cinta Kumpulan
Sajak (2006-2008) karya Ibnu Wahyudi sebagai bahan pembelajaran
bahasa dan sastra di SMA dapat dilihat dari sudut bahasa. Sumber
belajar atau media dalam pembelajaran apresiasi sastra, yaitu:
120
a) Buku pembelajaran bahasa Indonesia yang diwajibkan
Buku bahasa Indonesia SMA yang terkait dengan unsur-unsur
ekstrinsik puisi, khususnya majas, kata-kata indah. Namun, buku-
buku yang dipilih harus disesuaikan dengan kriteria pemilihan
bahan. Penggunaan kosakata tatabahasa, urutan penyampaian
bahan, dan evaluasi harus memenuhi standar bahan pembelajaran.
b) Buku pelengkap
Buku pelengkap sebagai buku acuan materi belajar harus
mendukung dari segi isi dan manfaat dari buku tersebut. Isi buku
tersebut benar-benar mendukung materi yang dipelajari. Buku
pegangan guru, yaitu Fiksi dan Gaya Bahasa Karya.
c) Media cetak
Surat kabar merupakan media yang dapat digunakan sebagai
sumber belajar apresiasi sastra, misalnya puisi, novel, essai, dan
lain-lain. Sumber belajar tersebut sudah diperimbangkan segi
estetik dan segi edukatif.
d) Media elektronik
Media elektronik dapat digunakan sebagi sumber belajar dengan
pertimbangan segi tertentu. Radio sebagai sumber belajar dengan
cara mendengarkan, sedangkan televisi dengan cara
mendengarkan dan melihat. Televisi dengan tayangan tertentu,
seperti sinetron, berita, drama seri dapat digunakan sebagai
121
sumber belajar sinetron. Siswa dapat mengikuti peristiwa-
peristiwa yang mngisi tiap alur cerita.
e) Hasil karya sastra
Puisi sebagai hasil dari salah satu karya sastra sangat baik bagi
sumber belajar apresiasi sastra. Siswa dapat secara langsung
mengidentifikasi gaya bahasa pada puisi secara keseluruhan, baik
unsur instrinsik maupun ekstrinsik.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
1. Metode Pembelajaran
Pembelajaran sastra mengutamakan apresiasi karya sastra
sebagai kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, guru harus
bisa memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan bahan ajar
yang disajikan Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan
metode diskusi dan metode penugasan.
a) Metode diskusi
Metode ini mempunyai manfaat besar dalam rangka
menumbuhkan apresiasi kepada siswa. Kegiatan ini
melibatkan siswadalam interaksi verbal secara tatap muka.
Melalui metode ini, siswa dapat berpartisipasi aktif dalam
pertukaran gagasan dan pengalaman dalam proses belajar
mengajar.
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di
mana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu maslah yang bisa
122
berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematic
untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Di dalam diskusi ini
proses belajar mengajar terjadi, di mana interaksi antara dua
atau lebih indivisu yang terlibat, saling tukar pengalaman,
informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya
aktif, tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.
b) Metode pemberian tugas belajar
Tugas tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh
lebih luas dari itu. Tugas biasanya dilaksanakan di rumah,
sekolah, perpustakaan. Tugas merangasang anak untuk aktif
belajar, baik secara individual maupun secara kelompok.
Karena itu, tugas dapat diberikan secara individual, atau dapat
pula secara berkelompok. Tugas bermacam-macam
bergantung pada tujuan yang akan dicapai: tugas meneliti,
menyusun laporan, laboraturium.
Pemberian tugas di rumah merupakan bagian kegiatan
dapat berupa membaca seluruh puisi yang dibaca, khususnya
mengenai unsur-unsur instrnsik dan ekstrinsiknya, dan kesan
umum mengenai cerita bersangkutan, membuat synopsis
cerita, dan lainnya.
Dari penggunaan ketiga jenis mengajar ini dapat
dilakukan diawali dengan pemberian kepada siswa tentang
bahan yang akan didiskusikan oleh siswa, lalu memberikan
123
masalah untuk didiskusikan. Kemudian diikuti dengan tugas-
tugas yang harus dilakukan siswa.
Langkah Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
Persiapan 1. Mempersiapkan kondisi belajar
siswa
2. Memberikan informasi/ penjelasan
tentang masalah tugas dalam diskusi
3. Mempersiapkan sarana/ prasarana
untuk melakukan diskusi (tempat,
peserta, dan waktu)
Pelaksanaan 4. Siswa melakukan diskusi:
a. Guru merangsang seluruh
peserta berpartisipasi dalam
diskusi
b. Memberikan kesempatan kepada
semua anggota untuk aktif
c. Mencatat tanggapan/ saran dan
ide-ide yang penting.
Evaluasi 5. Memberikan tugas kepada siswa
untuk :
a. Membuat kesimpulan diskusi
b. Mencatat hasil diskusi
c. Menilai hasil diskusi
124
2. Strategi pembelajaran sastra
Strategi yang digunakan pada proses belajar mengajar
adalah strategi sastra yang dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap
penjelajahan, tahap interpelasi, dan tahapa rekreasi.
a) Tahap penjelajahan
Tahap penjelajahan ini memberikan kesempatan kepada siswa
dalam mengapresiasikan karya sastra. Hal ini dilakukan
dengan membaca kumpulan puisi dari antologi puisi Ketika
Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) karya Ibnu Wahyudi
sehingga siswa dapat memberikan tanggapan awal tentang
gaya bahasa dan makna yang tesirat dari puisi. Siswa
hendaknya diberikan waktu yang relatif cukup sehingga hasil
yang dicapai dapat memuaskan. Agar siswa lebih mudah untuk
belajar, sebaiknya guru memutuskan siapa yang membacakan.
b) Tahap interpretasi
Tahap ini adalah kegiatan mendiskusikan materi mengenai
majas dan makna puisi yang telah dibaca.
Langkah-langkah yang dilakukan:
(1) guru menjelaskan tentang puisi dan unsur ekstrinsiknya;
(2) guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil terdiri
dari empat atau enam orang di setiap kelmpoknya;
125
(3) siswa melakukan diskusi dengan kelompoknya. Materi
diskusi adalah mendiskusikan majas, kata-kata sulit, dan
makna puisi;
(4) guru memberikan ulasan dari penjelasan yang berupa
kesimpulan.
c) Tahap rekreasi
Tahap rekreasi adalah kegiatan siswa untuk merekreasikan
kembali hal-hal yang diperolehnya dengan menggunakan
bahasa sendiri. Adapun kegiatan yang ditempuh adalah siswa
diminta untuk menuliskan kembali unsure-unsur dalam puisi
dengan bahasa sendiri.
3. Langkah-langkah pengajaran sastra puisi
a) Persiapan
Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan penerapan
pembelajaran gaya bahasa di SMA adalah sebagai berikut.
(1) Satu minggu sebelum kegiatan belajar mengajar, guru
memberikan tugas kepada siswa untuk membaca antologi
puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) karya Ibnu
Wahyudi.
(2) Guru mempersiapkan perangkat pembelajaran yang akan
digunakan.
b) Kegiatan belajar mengajar di kelas
Langkah-langkah kegiatan belajar mengajar, yaitu:
126
(1) guru membagi siswa dalam beberapa kelompok;
(2) siswa diberi materi tentang gaya bahasa.
(3) Siswa harus memahami tentang jenis gaya bahasa dan dapat
memberikan contoh.
(4) Guru memberikan kata kunci dalam setiap puisi untuk
ditebak gaya bahasa apa yang terkandung dalam puisi
tersebut.
(5) Siswa mampu memberi makna pada puisi.
c) Menutup kegiatan belajar mengajar
Guru dan siswa bersama-sama meyimpulkan hasil dari
pembelajaran antologi puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak
(2006-2008) karya Ibnu Wahyudi.
d) Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian yang bertujuan untuk mengukur
tingkat keberhasilan guru dan siswa dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Kegiatan tersebut akan diketahui
berhasil dan atau tidaknya melalui hasil evaluasi yang
diperoleh.
Penilaian proses belajar dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap
berbahasa. Semua ini dapat dikathui melalui kegiatan
pembelajaran, baik lisan maupun tulisan.
127
Alat evaluasi yang paling tepat adalah menggunakan
bentuk tes esai, karena tes esai tepat untuk menilai proses
berpikir yang melibatkan aktivitas kognitif, sehingga siswa
tidak sembarangan dalam menjawab setiap pertanyaan. Siswa
harus benar-benar memahami materi dan dapat mengemukakan
jawabannya dalam kalimat yang benar.
128
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : XI Alokasi Waktu : 4 X 40 menit Standar kompetensi : Mampu memahami puisi yang
disampaikan secara langsung/ tidak langsung
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman
1. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan pertama
a. Siswa dapat memahami berbagai macam gaya bahasa
b. Siswa dapat membuat contoh majas.
Pertemuan kedua
a. Siswa membaca antologi puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008)
karya Ibnu Wahyudi
b. Siswa mampu menganalisi gaya bahasa dalam antologi puisi Ketika Cinta
Kumpulan Sajak (2006-2008) karya Ibnu Wahyudi
c. Siswa mampu memahami makna puisi dalam antologi puisi Ketika Cinta
Kumpulan Sajak (2006-2008) karya Ibnu Wahyudi
2. Materi Pembelajaran
Antologi puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) karya Ibnu
Wahyudi dan materi tentang gaya bahasa
3. Metode Pembelajaran
a. Ceramah
b. Diskusi
129
c. Penugasan
d. Gali kunci
4. Langkah pembelajaran
a. Kegiatan awal
Pertemuan pertama
1) Guru memberikan salam pembuka.
2) Guru dan siswa berdoa bersama-sama.
3) Guru memberikan apersepsi tentang gaya bahasa.
Pertemuan kedua
1) Guru memberi salam
2) Berdoa bersama
3) Guru memberikan kata kunci dari jenis gaya bahasa, kemudian sisw
menjawab jenis gaya bahasa tersebut. Contoh: ‘benda mati bisa hidup’
maka siswa menjawan ‘personifikasi’.
b. Kegiatan inti
1) Eksplorasi
Memberikan materi gaya bahasa kepada siswa.
2) Elaborasi
Pertemuan pertama
a) Siswa memahami gaya bahasa beserta contohnya.
b) Siswa dapat membuat jenis majas.
c) Guru memberikan tanggapan dari hasil tugas membuat contoh
majas.
130
Pertemuan kedua
a) Guru memberikan tugas untuk menganalisis gaya bahasa.
b) Guru memberikan kata-kata dalam puisi yang menunjuk pada satu
gaya bahasa.
c) Siswa menjawab dari kata kunci yang diberikan oleh guru untuk
dianalisis.
d) Siswa memahai isi puisi
3) Konfirmasi
Pertemuan pertama
a) Guru memberikan pertanyaan terhadap siswa tentang jenis gaya
bahasa.
b) Guru memberikan kesimpulan dari pembelajaran mengenai gaya
bahasa.
c) Guru memberi tugas untuk membaca antologi puisi Ketika Cinta
Kumpulan Sajak (2006-2008) karya Ibnu Wahyudi
Pertemuan kedua
a) Guru mengevaluasi hasil pekerjaan siswa
b) Guru memberikn kesimpulan.
c. Kegiatan akhir
Guru menutup dengan doa penutup.
5. Sumber Pembelajaran
a. antologi puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) karya Ibnu
Wahyudi
131
b. Buku fiksi dan gaya bahasa
6. Penilaian
a. Teknik : tes
b. Bentuk : tes tertulis
c. Instrumen :
1) Sebutkan gaya bahasa dalam puisi berikut dengan kata kunci ‘yang’
yang diulang dua kali!
2) Apa makna puisi tersebut!
3) Dari antologi puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) karya
Ibnu Wahyudi, gaya bahasa apa yang paling banyak dijumpai?
4) Apa makna puisi keseluruhan dari antologi puisi Ketika Cinta
Kumpulan Sajak (2006-2008) karya Ibnu Wahyudi?
5) Sebutkan jenis-jenis gaya bahasa!
7. Penilaian
Setiap nomer bernilai 20. Benar semua 100.
Purworejo, Maret 2014
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran
Kepala Sekolah
132
BAB V PENUTUP
Penulis mengemukakan dua bagian pokok, yaitu: simpulan dan saran. A. Simpulan
Berdasarkan penyajian dan pembahasan data di atas, dapat penulis
simpulkan hal-hal berikut :
1. Gaya bahasa yang terdapat dalam antologi puisi Ketika Cinta Kumpulan
Sajak (2006-2008) karya Ibnu Wahyudi meliputi Gaya bahasa berdasarkan
struktur kalimat dari 60 puisi yang terdapat dalam antologi puisi Ketika
Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) karya Ibnu Wahyudi, hanya meliputi:
repetisi yang berupa anafora, anadiplosis. Gaya bahasa retoris dari 60 puisi
yang terdapat dalam antologi puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-
2008) karya Ibnu Wahyudi, hanya meliputi: aliterasi, asonansi,
eufemismus, hiperbola. Terakhir Gaya bahasa kiasan dari 60 puisi yang
terdapat dalam antologi puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008)
karya Ibnu Wahyudi, hanya meliputi: Simile, Alegori, personifikasi,
antonomasia, dan sarkasme.
2. Makna yang terkandung di dalam antologi puisi Ketika Cinta Kumpulan
Sajak (2006-2008) karya Ibnu Wahyudi ini adalah masalah Percintaan
dengan berbagai persoalan yang komplek dipadukan dengan pengibaratan
terhadap suatu hal.
3. Penerapan Pembelajaran Gaya Bahasa di SMA dengan metode gali kunci,
yaitu dengan memberikan kata kunci pada sebuah puisi dalam
132
133
penafsirannya; metode pengajaran dengan diskusi, ceramah, penugasan,
evaluasi dengan tanya jawab lisan.
B. Saran
1. Bagi peneliti
a. Melalui penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti mengenai
gaya bahasa dalam antologi puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-
2008) karya Ibnu Wahyudi.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi panduan dalam mengkaji gaya
bahasa yang lebih beragam.
2. Bagi pembaca
a. Penelitian ini diharapkan dapat mempermudah bagi pembaca dalam
memahami antologi puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008)
karya Ibnu Wahyudi
b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam
memahami sebuah gaya bahasa.
134
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rosdakarya.
Baroroh, Aula Zaky. 2006. “Antologi puisi Sajak Penari Karya Ahmadun Y.
Herfanda”. Skripsi Purworejo: FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo. Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Jabrohim. 2002. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Prasetya Widya
Pratama. Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka. Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika Kajian Puitika Bahasa Sastra, dan
Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Lubis, Hamid Hasan. 1994. Glosarium Bahasa dan Sastra. Angkasa: Bandung. Moleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Pradopo, Rachmat Djoko. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press Setiawan, Benny Hari. 2011. “Gaya Bahasa Simile dalam puisi Sang Pemimpi
karya Andrea Hirata dan Pembelajarannya pada Siswa kelas X SMA”. Skripsi Purworejo: FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana. Subroto, Edi. 1992. Pengantar Metoda Penelitian Linguistik Struktural.
Surakarta: Sebelas Maret University Press. Sumartini. 2011. “Analisis Gaya Bahasa dalam Puisi Kidung Bulan Tertikam
Antologi Puisi Penyair Purworejo dan Kemungkinan Pembelajaran di SMA kelas XII”. Skripsi Purworejo: FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Tim. 2012. Pedoman Skripsi. Purworejo: Universitas Muhammadiyah Purworejo. Wahyudi, Ibnu. 2009. Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008). Jakarta:
Bukupop.
135
136
Lampiran 1
Antologi Puisi Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) Karya Ibnu Wahyudi
Ketika Cinta kehilangan bara
Ketika Cinta telah kehilangan baranya
Cari lagi apinya di antara yang sepi
Siapa tahu ia hanya sejenak mengambil jeda
Dari mimpi yang biasa berapi- api
Ketika Cinta membelah diri
Ketika Cinta tiba-tiba membelah diri
Kita sering lupa: ada yang terdadah nyeri
Cuma karna ia bernama asmara
Ia bias kehilangan mata
Menjadi dusta
Juga membuta
Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) reda gemuruhnya
Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) mereda gemuruhnya
Renda lagi dengan kata-kata
Karena cinta baru bias bermakna
Ketika rasa menjadi tak lagi biasa
137
Ketika Cinta membawa debar
Ketika Cinta tak lupa membawa debar
Sadarkah kita akan kesementaraan
Yang lebih suka memberi fatamorgana
Dari pada yang nyata di mata?
Ketika Cinta masih belum berlabuh
Ketika Cintamu belum menetukan pelabuhannya
Biarkan layar itu memandu ke setiap cuaca
Tapi kalau itu adalah cinta untukku
Akan aku nyalakan suar di mercu
Biar arahmu tak kandas di cinta palsu
Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) Cuma sebatas kata
Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) Cuma sebatas kata
Harus hati-hati aku mengejanya
Karena kata-kata itu bagaikan sembilu
Melukaiku setiap waktu
Ketika Cinta terbata kubaca
Ketika Cinta terbata-bata ku baca
Aku perlu segera bertanya-tanya
138
Atau mencari padanannya di dalam kamus
Hingga benih yang mengada tak segera pupus
Lantaran sejatinya Cuma soal sinyal
Yang lebih sering dating dengan nada janggal
Ketika Cinta tak jua tiba
Ketika Cintamu tak jua tiba
Jangan sampai ia tiba-tiba membuta
Hanya dengan terang cahaya
Jalan di depan jelas rambutnya
Ketika Cinta mesti pudar
Ketika Cinta kita ujung-ujungnya mesti pudar
Aku akan menjaga sisa dan rasa di hati
Agar tegar dan nalar pun tak segera buyar
Biar cinta itu tetap hidup dan meniti hati
Ketika Cinta adalah buku harian
Ketika cintamu terperangkap buku harian
Atau puas dengan baying dan malam lengang
Coba tanyakan soal kapan akan melepaskan diri
Dari jerata gamang dan keingin bersendiri
139
Ketika Cinta Cuma gelisah
Ketika Cintamu Cuma gelisah
Meranggas berbenalu resah
Tak ada salahnya untuk sekedar menyapanya
Supaya yang selama ini tak jua terkatakan
Merdeka untuk menyapanya
Ketika Cinta serupa kabut
Ketika Cinta kita masih serupa kabut
Akan coba kutata lebih bercahaya lagi
Hingga kalau wujudnya tetap saja susah kusebut
Biar bunga atau kata-kata yang akhirnya berbagi
Ketika Cinta adalah angin pagi
Ketika Cintamu adalah angin pagi menjelang
Segera akan kurengkuh sinar mentari yang kaku
: seab pagi begitu banal bagiku
Tapi juga terkadang jalang
Ketika Cinta masih merugi-laba
Ketika Cinta masih saja penuh rugi-laba
Tak akan segan aku menjadi angka-angka
Menyelip di setiap celah mesin hitung
Yang harus siap untuk segera aku telikung
140
Ketika Cinta masih dalam gelisah
Ketika Cinta mu masih saja daam geliat
Jaga jiwamu jangan tenggelam berduka
Karena jika baru sekedar isyarat
Cinta akan membawamu kehilangan tanda
Ketika Cinta meradang
Ketika Cinta sedang meradang tak berketentuan
Yang diperlukan hanyalah ramahnhya rasa
Tangkaplah udara dengan kesadaran
Sembari terus saja mengingatkan
Bahwa cinta adalah nafas kehidupan
Ketika Cinta ibarat ayat
Ketika cintmu ibarat sbuah ayat
Aku kan genapi ia menjadi maklumat
Bersijingkat dalam rinai harap yang biru
Untuk menatap setiap isyarat darimu
Tapi, kapankah itu?
141
Ketika Cinta tak pernah disapa
Ketika Cinta tak lagi pernah kau sapa
Aku lekas bersegera menawarimu kesima
Siapa tahu engkau menjadi begitu upa
Pada rasa yang pernah kita beri nama
Ketika Cinta masih menghitung harta
Ketika Cintamu masih saja menghitung harta
Aku harus juga siap berniaga denganmu
Bagaikan di arena lawan dengan dusta
Cintaku pun tetap terus bergegas denganmu
Ketika Cinta bertepuk-tepuk
Ketika Cinta Cuma bertepuk-tepuk
Tak apa kalau tak ada yang hirau
Sebuah cinta adalah rasa yang pikuk
Yang tak selamanya harus penuh galau
Ketika Cinta terbentur was-was
Ketika Cintamu terbentur was-was
Ku harap engkau masih setia menunggu
Menjaga hati yang sering kali tak awas
Dan mendekap rindu yang merenjana pilu
142
Ketika Cinta Cuma gerimis
Ketika Cinta Cuma mengirim gerimis
Terimalah ia dengan selaksan jendela
Kalaupun ia semakin menipis
Cintalah jua yang membangun jembatan rasa
Di antara kita
Ketika Cinta menghambar
Ketika Cintaku menghambar dalam ingatanmu
Lalu mataku menjalar diam-diam
Serta melupakanmu
Jangan sampai beku api yang pernah menyala itu
Tegurlah, dan selalu siapkan ruang hatimu
Untukku
Ketika Cinta mneyisik saku
Ketika Cinta mulai menyisik dalamnya saku
Jaga rindumu dalam timbangan bening
Kalau tetap saja larinya kepada lancungnya janji
Katakana pada hatimu untuk sejnak hening
143
: karena asmara bukan seperti matahari
Ketika Cinta masih ragu
Ketika Cintamu masih dalam ragu
Kenapa harus menyatakannya buru-buru
Hidup takkan berujung di hari esok
Maka neraca hati harus tetap di tengok
Ketika Cinta bernada amarah
Ketika Cinta berulang kali bernada amarah
Barangkali memang ada yang salah
Longok lagi jejak-jejak yang telah dilangkah
Adakah yang memang pernah menjadi sebab
Darah serasatiba-tiba terkesiap
Ketika Cinta melembayung ungu
Ketika Cintamu masi melembayung ungu
Pilihlah warna lain dari bianglala
Lalu torehkan rapih aroma yang sendu
Supaya pelangi memayungi cinta kita
Ketika Cinta terperangkap harap
Ketika Cintamu harapkan lebih
Dari apa yang semestinya kau peroleh
144
Ak egan kusampaikan selamat jalan
Dan silahkan mecari kendara yang suka-suka
: aku masih setia dengan rama-rama
Yang belum tinggal kilauan warnanya
Ketika menjadi alun
Ketika Cinta mu memilih menjadi alun
Kan ku coba diriku menanggalkan badai
Dan kupacu gelora menjadi riak saja
Agar antara harapan kita tak lagi abai
Bahwa masih jauh samudra
Yang bergelora
Selalu itu
Ketika Cinta terjebak kemacetan
Ketika Cintamu terjebak di kemacetan
Jangan memintas sembari melempar umpat
Tata kembali hatimu yang selalu dalam keraguan
Jalanpun akan engkau bias lewati dengan cepat
: tetap ingat rambu
Selalu akan ada persimpangan
145
Di hadapan
Ketika Cinta bagai layang-layang
Ketika Cinta Cuma bagai layang-;ayang
Jadilah agin yang bias bersimarahaja
Dan Ketika masih saja tersiput gamang
Mulailah pilin isyarat bernama asmara
Untuknya
Agar ia menjaid cakrawala
Ketika Cinta serupa air di mata
Ketika Cinta serupa air di mata
Coba jaga airnya di muara hati
Karena sendu bukan untuk etalase
Apalagi jika itu hanya sebuah rasa semu
Berilah cinta laksana air kehidupan
Tak kan henti ia sebagai tetamu
Ketika Cinta dalam diam
Ketika Cinta selalu terhenyak dalam diam
Perlu segera dicari musabab kadarnya
146
Adakah cinta memang telah dalam genggaman
Atau jangan-jangan hanya rasa sementara
Ketika Cinta menjadi abu
Ketika Cinta telah menjadi abu
Tak selayaknya untuk ditiup-tiup lagi
Biarkan ia memberi rasa itu
Kepada setiap terbukanya hati
Cinta lain akan bersemi
: tentu
Ketika Cinta tak terbaca
Ketika Cinta-Nya tak terbaca sebagai isyarat
Kita buka lagi hati yang telah membeku
Dari sapaan yang sering Cuma lamat-lamat
Keras dan kaku seperti batu
Kita coba untuk lebih melihat
Diri pongah ini yang suka tak hirau nasihat
Ketika Cinta begitu lelah
Ketika Cintamu tampak begitu lelah
Apakah aku harus tetap memberimu rindu
147
Sementara cinkau pun telah menyerah
Pada ketiadaan untuk berbagi denganmu
Ketika Cinta serupa pesan singkat
Ketika Cintamu serupa pesan singkat
Sia-sia rupaya menyimpan dalam hati
Karena tanpa ragu ia akan bersi loncat
Meninggalkan noda yang takkan berhenti
Menyapaku
Pedih
Ketika Cinta berupa nanti
Ketika Cinta mu perlahan berupa nanti
Atau janji yang tidak pernah ada lagi buktinya
Ketika itu pula izinkan aku mencari pengganti
Sebab tak lagi guna sepanjang hari aku bertanya
Akan makna keberduaan kita
Ketika Cinta menjadi remang
Ketika Cinta menjelang remang-remang
beri lentera yang akan setia menggamitnya
menuntun pelan ke padang tantangan
agar cinta itu tak dating membawa dusta
: atau duka yang maha duka
148
Ketika Cinta berkelebat menjauh
Ketika Cintanya berkelebat menjauh
Tak perlu ku jerat ia dengan imbauan sayang
Biarkan saja kehampaan belaka yang ia rengkuh
Sementara kasihmu tetap simpan dalam ruang
Nan tak lekang
Ketika Cinta Tersaput Mendung
Ketika Cintamu bagai mentari tersaput mendung
Aku hendak menyapunya dengan setangan rasa
Atau dengan cahaya sayang yang mendukung
Sehingga engkau akan lagi tiba
Ke dermaga
Kasih
Kita
Ketika Cinta Asyik Sendiri
Ketika Cinta mu asyik bercengkerama sendiri
Kenapa tak kau biarkan ia asyik bersama cintaku
Yang telah lama kau pikat dengan Cuma tanda
Yang bisa saja salah ditelisik oleh waktu?
149
Ketika Cinta enggan berteriak
Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008)mu enggan berteriak lantang
Celaka juga kalau aku hanya berdiam diri
Maka kusapa senar di alun rasamu yang nyalang
Biar jalanmu tak bersicakap di dermaga hati
Yag lain
Yang jalang
Ketika Cinta mewujud jarum berkarat
Ketika Cinta kita telah mewujud jarum berkarat
Hati-hati dengan setiap aroma tetangga
Jangan harum bunga menjadi petaka berat
Dan kita luka karena jarum telah menusuk dada
Yang hati di dalamnya tengah sekarat
Ketika Cinta Cuma di Garasi
Ketika CintaNya lama aku taruh di garasi
Perlu saat untuk membuka lebar ruang tamu
Menghidangkan minuman dan buah yang serasi
Sambil bercengkerama dan membongkar ragu
tentang MU
150
Ketika Cinta dalam Tanda Tanya
Ketika Cinta kita dalam tanda Tanya
jangan bertanya kepdaa selaksa ragu
Tanya pada nurani yang selama ini dalam abai
Yang selalu berada di belakang tanda seru
Mari kembali kepada raasa yang damai
Ketika Cinta ibarat sisipus
Ketika Cinta kita ibarat sisipus
Mari kita ambil sejenak jeda
Dan Ketika Cinta Kumpulan Sajak (2006-2008) kita tak lagi pupus
Beri ruang yang enak dan leluasa
:kita mulai untuk berbagi
Dengan hati dan hati-hati
Ketia Cinta Serupa Asap
Ketika Cinta MU terasa serupa asap
Ku harus tahu hari-hariku yang lindap
Karena sepertinya aku lebih menuhankanmu
151
Dan engkau pun malah merosokkanku
Ke dalam gelap
Ke jalan tanpa rambu
Ketika Cinta hanya terasa senyap
Ketika Cinta Nya sebagai hanya terasa gelap
Sesekali jangan hendak menghujatNya
Yang kita perlukan lebih adalah sebab
Mengaca pada cermin hari yang telah lama
Ketika Cinta menyapa hampa
Ketika Cinta hanya menyapa hampa
Segera bangun rencana terpola
Jika memang Cuma sebuah maya
Tak apa lewat, berlalu begitu saja
Ketika Cinta bersua luka
Ketika Cinta telah bersua luka
Taruhlan amarah di sela hening
Lalu endapkan hidup dalam cerita
Sehingga ajal pun menjadi bening
Ketika Cinta menyusuri sunyi
Ketika Cinta masih saja
152
Menyusuri sunyi
Perlahan sibaklah cadarnya
Biar api yang ada di hati
Menghangat menjadi arti
Ketika Cinta hampir tak ada
Ketika Cinta hamper-hampir tak ada
Kembali coba untuk selalu bertanya
Atau terus saja menanam percaya
Siapa mengira nanti tumbuh bianglala
Dari semaian rasa saling terbuka
Ketika Cinta bercuriga
Ketika Cinta bersimbah curiga
Yang tersisa hanya syak waktu wasangka
Saatnya buat kembali ke nurani
Mencari teduh dalam bahasa hati
Dalam bahasa yang hanya kita
Ya kita, mampu beroleh sejantung arti
Ketika Cinta meraja di Kata
Ketika Cintanya meraja di kata-kata
153
Ingatlah makna yang etinya bersama
Di dalam detak pada setiap langkah wacana
Ataupun hanya dalam niatan noktah di alinea
Ketika Cinta menyiasati-Mu
Ketika Cintaku lintang pukang menyiasati Mu
Berilah kendari yang melayang meluncur
Ingatkan pula akan tanda yang suka bersekutu
Dengan pengganggu di setiap tahapan alur
Atau bahkan di celah kesadaran religi
Yang ska aku tinggal pergi itu.
Ketika Cinta Menghalau Sapa
Ketika Cinta lebih suka menghalau sapa
Ada yang luka selalu bersebab sianida
Yang merayap ke segenap rasa yang lengkap
Berdiam lama dalam jejak asmara nan senyap
Tapi lengang jangan beri tempat dalam diri
Ia mengancam perjalanan, menekan gairah remang
Menggerentang jiwa yang merindu sendiri
Sementara hati menggairah untuk bergairah
: menggelinjang
(Ketika Cinta: 63)
154
Ketika Cinta dalam Galau
Ketika Cintamu terkesiap dalam galau
Sadari sungguh agar diksi tak lagi galau
Ucapan pun, tetapkan dalam titian
Dengan jejak yang terus kelihatan
Kegalauan adalah sebuah jalan
Kegalauan adalah sebuah jembatan
Dan cinta tak selamanya menjalur
Tapi tak mengapa untuk selalu dalam lajur
Setia pada sempat kita ikrarkan
Ceria untuk hati yang sesekali diberpalingkan
(Ketika Cinta: 64)
Ketika Cinta Tak Kuasa Bersandiwara
Ketika Cinta tak kuasa lagi berbicara
Ajak dia kepada kenyataan fabula togata
Sehingga dunia lebih kepada berwarna warni
Berseling antara yang fana dan yang nanti
Cinta memang bukan buat bersembunyi
Atau sekedar berpura melipur hati
Karena cinta memang berada di antaranya
155
: komidi atau tragedy
(Ketika Cinta: 65)
Ketika Cinta Terperangkap Gamang
Ketika Cinta kita kepada-Nya terperangkap gamang
Perkaya diri lewat pertemuan-pertemuan nyata
Jangan malah selalu menghindar atau
mengumpat
mungkin soalnya hanya pemupukan rasa
yang sering kita tepikan
di selokan duniawi
yang alirnya
sesaat
sesaat
pun
sesat
(Ketika Cinta: 67)
Ketika Cinta Kehilangan Gairah
Ketika Cinta mu resah dalam arah
Gairah juga taersessat di antah berantah
Kompas hati agaknya kita yang perlu
156
Lampiran 2
TENTANG PENGARANG
Ibnu Wahyudi (lahir di Ampel, Boyolali, Jawa Tengah, 24 Juni 1958; umur 55 tahun) adalah seorang sastrawan Indonesia. Saat ini ia adalah dosen di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (d/h Fakultas Sastra) Universitas Indonesia selain menjadi pengajar-tamu di Jakarta International Korean School (sejak tahun 2001), di Prasetiya Mulya Business School (sejak tahun 2005), di Universitas Multimedia Nusantara (sejak tahun 2009), dan di SIM University Singapura.
Pendidikan S1 dalam bidang Sastra Indonesia Modern diselesaikan di Fakultas Sastra Universitas Indonesia tahun 1984. Antara tahun 1991 sampai dengan 1993 Ibnu Wahyudi mengikuti kuliah di Center for Comparative Literature and Cultural Studies, Monash University, Melbourne, Australia dan memperoleh gelar MA, serta menempuh pendidikan doktor (Ilmu Susastra) di Program Pascasarjana UI. Selama 3 tahun (1997-2000) menjadi dosen tamu di Hankuk University of Foreign Studies, Seoul, Korea Selatan.
Kumpulan puisinya yang sudah terbit adalah Masih Bersama Musim (KutuBuku, 2005), Haikuku (Artiseni, 2009), dan Ketika Cinta (BukuPop, 2009); sementara kumpulan prosamininya berjudul Nama yang Mendera (Citra Aji Parama, 2010). Buku puisinya Masih Bersama Musim masuk dalam 10 besar penghargaan Khatulistiwa Literary Award 2005. Buku-buku yang pernah disusun atau disuntingnya adalah Lembar-lembar Sajak Lama (kumpulan sajak P. Sengodjo), terbitan Balai Pustaka (1982), Pahlawan dan Kucing (kumpulan cerpen Suripman) terbitan Balai Pustaka (1984), Konstelasi Sastra (Hiski, 1990), Erotisme dalam sastra (1994), Menyoal Sastra Marginal (2004), "Toilet Lantai 13" (Aksara 13, 2008), "Ode Kebangkitan" (2008), dan banyak lagi
157
158
159
160
161