analisis filtrasi ginjal

21
ANALISIS FILTRASI GINJAL Oleh : Nama : Ristiandani Riana P NIM : B1J013173 Rombongan : III Kelompok : 1 Asisten : Anisa Rahmawati LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

Upload: patipatiput

Post on 16-Nov-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

digunakan dengan sebaiknya yaaaa

TRANSCRIPT

ANALISIS FILTRASI GINJAL

Oleh :Nama: Ristiandani Riana PNIM: B1J013173Rombongan: IIIKelompok: 1Asisten: Anisa Rahmawati

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO2015I. PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangGinjal sebagai organ ekskresi utama pada hewan Vertebrata berperan penting dalam beberapa proses seperti filtrasi (sekresi), ekskresi, absorbsi dan menghasilkan hormon untuk mengatur tekanan darah, selain itu juga berperan sebagai pengatur air, asam-basa serta mempunyai autoregulasi (Ganong, 2003). Ginjal manusia berbentuk seperti biji kacang merah yang memiliki panjang sekitar 10 cm, berat kurang lebih 170 gram dan terletak di dalam rongga perut. Ginjal berjumlah 2 buah dan berwarna keunguan. Ginjal bagian kiri terletak lebih tinggi daripada ginjal bagian kanan. Ginjal merupakan alat pengeluaran sisa metabolisme dalam bentuk air seni (urin). Urin mengandung air, urea dan garam mineral. Ekskresi merupakan proses pengeluaran sisa-sisa metabolisme dari dalam tubuh yang sudah tidak diperlukan lagi oleh tubuh. Beberapa zat sisa metabolisme yang bersifat toksik (racun) bagi tubuh antara lain limbah nitrogen. Nitrogen ini dihasilkan ketika makanan dirombak menjadi energi. Produk nitrogen itu adalah amonia yang bersifat sangat toksik. Beberapa hewan mengubah amonia menjadi urea atau asam urat yang kurang toksik terlebih dahulu sebelum dikeluarkan dari tubuh (Dahelmi, 1991).Sistem Urinaria terdiri dari organ yang memproduksi urin dan mengeluarkan urin dari tubuh. Sistem ini merupakan salah satu sistem utama untuk mempetahankan hemoistasis tubuh (kekonstanan lingkungan internal) (Baron, 1995). Ginjal mempertahankan komposisi cairan ekstraseluler yang menunjang fungsi semua sel tubuh. Kemampuan ginjal untuk mengatur komposisi cairan ekstraseluler merupakan fungsi per satuan waktu yang diatur oleh epitel tubulus, untuk zat yang tidak disekresi oleh tubulus, pengaturan volumenya berhubungan dengan laju filtrasi glomerulus (LFG). Seluruh zat yang larut dalam filtrasi glomerulus dapat direabsorpsi atau disekresi oleh tubulus. Laju filtrasi glomerulus telah diterima secara luas sebagai indeks terbaik untuk menilai fungsi ginjal. Pengukuran LFG merupakan hal yang penting dalam pengelolaan pasien dengan penyakit ginjal, selain untuk menilai fungsi ginjal secara umum, banyak kegunaan penting pengukuran LFG, seperti untuk mengetahui dosis obat yang tepat yang dapat dibersihkan oleh ginjal (Rismawati dan Afrida, 2012).

1.2 TujuanTujuan dari praktikum kali ini adalah menganalisis senyawa yang dapat melewati filter sebagai gambaran fungsi filtrasi ginjal mamalia.

II. MATERI DAN CARA KERJA2.1 MateriAlat dan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah tabung reaksi, kertas filter Wathman, rak tabung, corong gelas, pipet tetes, gelas ukur dan pemanas air.Bahan yang digunakan adalah akuades, larutan biuret, larutan benedict, larutan lugol, larutan protein 10%, larutan glukosa 10% dan larutan amilum 10%.

2.2 Cara Kerja1. Dimasukkan 1 mL larutan uji seperti protein, glukosa, amilum dan akuades kedalam empat tabung reaksi yang telah disiapkan.2. Diberi label setiap tabung reaksi sesuai dengan isi larutan uji.3. Ditambahkan 1 mL larutan biuret kedalam tabung reaksi berisi larutan protein. Diamati perubahan warna yang terjadi.4. Ditambahkan 1 mL larutan benedicts kedalam tabung reaksi berisi larutan glukosa, dididihkan selama 5 menit (100 C). Diamati perubahan warna yang terjadi.5. Ditambahkan 1 tetes larutan lugol kedalam tabung reaksi berisi larutan amilum. Diamati perubahan warna yang terjadi.6. Ditambahkan 1 mL larutan biuret kedalam tabung reaksi berisi akuades. Diamati perubahan warna yang terjadi.7. Dimasukkan 2 mL larutan uji seperti protein, glukosa, amilum dan akuades kedalam empat tabung reaksi yang telah disiapkan.8. Dipersiapkan kertas whatmann dan ditaruh di atas corong gelas dan tabung erlenmeyer.9. Keempat larutan uji lalu difilter pada keempat tabung reaksi menggunakan corong yang telah dilengkapi dengan kertas filter, untuk larutan glukosa dididihkan selama 5 menit (100 C).10. Dibandingkan perubahan warna yang terjadi dengan yang ditambahkan 1 mL larutan uji.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN3.1 HasilTabel 3.1. Data Percobaan Uji Filtrasi Menggunakan Kertas SaringNo.LarutanIntensitas warna sebelum filtrasiIntensitas warna setelah filtrasi

1Protein + biuret+++++

2Glukosa + benedict+++++

3Amilum + lugol+++++

4Akuades + biuret++++++

Keterangan :- : tidak ada perubahan+ : intensitas warna lemah++ : intensitas warna sedang+++ : intensitas warna kuat

Foto hasil percobaan

Gambar 3.1. Protein kontrol (kiri), Protein uji (kanan)

Gambar 3.2. Amilum Kontrol (kiri), Amilum uji (kanan)

Gambar 3.3. Glukosa kontrol (kiri), Glukosa uji (kanan)

Gambar 3.4. Akuades kontrol (kiri), Akuades uji (kanan)

3.2 PembahasanBerdasarkan data praktikum didapatkan hasil bahwa protein yang ditambahkan dengan biuret sebelum filtrasi dengan sesudah filtrasi terdapat perubahan warna dari ungu dengan intensitas warna yang kuat berkurang intensitas warnanya. Menurut pernyataan Guyton (2005), protein dapat disaring atau difilter, kemudian hasil metabolisme protein berupa urea dikeluarkan melalui urin. Glukosa yang ditambahkan dengan larutan benedict sebelum filtrasi dengan sesudah filtrasi terdapat perubahan warna dari intesnsitas warna yang kuat berkurang intensitas warnanya. Amilum yang ditambahkan dengan lugol mengalami perubahan warna yang intensitas warnanya kuat menjadi berkurang. Menurut Sherwood (2006), menyatakan bahwa glukosa tersaring dan dipertahankan keberadaannya dalam tubuh dengan reabsorpsi glukosa yang bergantung pada pompa Na ATP-ase, karena molekul Na tersebut berfungsi untuk mengangkut glukosa menembus membran kapiler tubulus dengan menggunakan energi. Akuades yang ditambahkan dengan biuret sebelum filtrasi dengan sesudah filtrasi tidak terdapat perubahan warna. Menurut Sherwood (2006), yang menyatakan bahwa akuades tidak difilter, sehingga diloloskan ketika melewati ginjal.Organ ekskresi utama hewan vertebrata termasuk mamalia adalah ginjal. Ginjal mamalia umumnya berjumlah sepasang. Pada ginjal mamalia terdapat unit-unit yang disebut nefron dengan fungsi filtrasi. Ginjal memiliki fungsi memfilter darah mamalia agar selalu bersih dari limbah metabolisme yang terjadi di dalam tubuh. Ginjal mamalia umumnya memfilter darah sebanyak 25% dari output jantung. Sehingga banyak cairan darah yang harus dibersihkan setiap harinya. Namun demikian urin yang dihasilkan ginjal umumnya hanya 1% dari seluruh cairan yang difilter oleh ginjal. Ginjal merupakan organ ekskresi dalam vertebrata yang merupakan sebagian dari sistem urin, berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Unit fungsional terkecil dari ginjal adalah nefron. Tiap ginjal mengandung 1,3 juta nefron. Masing-masing nefron terbentuk atas 2 bagian, yaitu glomerulus yang terdiri dari bundel kapiler berdinding tipis yang berfungsi sebagai filter, dan sebuah tubulus yang berfungsi untuk mengalirkan cairan ultrafiltrat dari glomerulus (Kusnandar, 2006).Nefron ginjal yang tersusun oleh glomerulus dan tubulus ginjal menerima pasokan darah dari arteri renal. Glomerulus adalah bagian nefron ginjal untuk tempat filtrasi darah, sedangkan tubulus ginjal berfungsi untuk penyerapan kembali senyawa yang masih berguna bagi tubuh. Glomerulus dalam fungsinya sebagai tempat filtrasi memiliki barier yang memungkinkan senyawa-senyawa tertentu melewatinya dan mencegah senyawa lain melewatinya.Filtrasi mengacu kepada aliran deras plasma menembus kapiler glomerulus masuk ke ruang intestinum yang mengelilingi pangkal nefron, daerah yang disebut sebagai ruang Bowman. Di glomerulus, sekitar 20 % plasma secara terus-menerus disaring ke dalam ruang Bowman. Komposisi filtrat ini sama dengan komposisi plasma, yang berbeda adalah molekul protein biasanya tidak disaring. Filtrat awal berdifusi menembus ruang Bowman dan menuju pangkal bagian tubulus, yaitu kapsula Bowman, untuk selanjutnya melanjutkan perjalanannya melewati bagian tubulus yang lain (Kusnandar, 2006).Percobaan filtrasi ginjal yang dilakukan merupakan miniatur dari kerja ginjal di dalam tubuh. Larutan glukosa, protein, amilum, dan akuades yang di tuang ke tabung reaksi dianalogikan sebagai senyawa atau zatzat yang terdapat di dalam tubuh dan kertas saring dianalogikan sebagai ginjal yang melakukan filtrasi, perbedaan warna yang terjadi ketika larutan filtrat dibandingkan dengan larutan kontrol merupakan bukti bahwa larutan tersebut mengalami penyaringan atau filtrasi sehingga kandungan zat yang terdapat pada larutan tersebut berkurang pada larutan hasil filtrat, hal tersebut dapat dilihat dari warna larutan filtrat yang lebih pudar dibandingkan larutan kontrol. Pembentukan urin terjadi di dalam ginjal. Pembentukan urin yang terjadi ini melalui serangkaian proses yaitu filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi. Proses filtrasi dilakukan oleh glomerulus untuk menyaring darah. Sel-sel darah, trombosit dan sebagian besar protein plasma disaring dan diikat agar tidak ikut dikeluarkan. Hasil filtrasi tersebut adalah urin primer. Urin primer yang berada dalam keadaan normal tidak mengandung eritrosit tetapi mengandung protein yang krang dari 0,03%, glukosa, garam-garam, natrium, kalium, dan asam amino. Urin primer tersebut kemudian mengalami proses reabsorbsi untuk penyerapan kembali zat-zat yang masih dibutuhkan oleh tubuh sehingga terbentuklah urin primer yang tidak lagi mengandung zatzat yang dibutuhkan tubuh (Biggs, 1999).Cara kerja ginjal sebagai alat ekskresi adalah dengan menyaring darah sehingga zat-zat sisa yang terdapat didalam darah dapat dikeluarkan dalam bentuk air seni (urine). Penyaringan darah hingga bentuk urin meliputi 3 tahap (Syaifuddin, 1997) :a. Penyaringan (Filtrasi)Darah yang banyak mengandung zat sisa metabolisme masuk dalam ginjal melalui pembuluh arteri ginjal (arteri renalis). Cairan tubuh keluar dari pembuluh arteri dan masuk kedalam badan malphigi. Membran glomerulus dan kapsul Bowman bersifat permiabel terhadap air dan zat terlarut berukuran kecil sehingga dapat menyaring moleku-molekul besar. Hasil saringan (filtrat) dari glomerulus dan kapsul Bowman disebut filtrat glomerulus atau primer. Dalam urin primer masih terdapat air, glukosa, asam amino dan garam mineral.b. Penyerapan kembali (Reabsorpsi)Reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal. Hampir semua gula, vitamin, asam amino, ion dan air diserap kembali. Zat-zat yang masih berguna tadi dimasukan kembali kedalam pembuluh darah yang terdapat disekitar tubulus. Hasil reabsorpsi berupa filtrat tubulus atau urin sekunder. Urin sekunder mengandung air, garam, urea dan pigmen empedu yang memberi warna dan bau pada urin.c. AugmentasiDitubulus kontortus distal, beberapa zat sisa seperti asam urat, ion hidrogen, amonia, kreatin dan beberapa obat ditambahkan kedalam urin sekunder sehingga tubuh terbebas dari zat-zat berbahaya. Urin sekunder yang telah ditambahkan dengan berbagai zat tersebut disebut urin. Kemudian, urin disalurkan melalui tubulus kolektivus ke rongga ginjal. Dari rongga ginjal, urin menuju ke kantung kemih melalui saluran ginjal (ureter).Urin yang dikeluarkan oleh ginjal sebagian besar terdiri atas (95%) air dan zat yang terlarut yaitu urea, asam urat, dan amonia yang merupakan sisa-sisa perombakan protein, bermacam-macam garam terutama garam dapur (NaCl), zat warna empedu yang menyebabkan warna kuning pada urin dan zat-zat yang berlebihan didalam darah seperti vitamin B, C, obat-obatan dan hormon.Uji Biuret merupakan salah satu uji protein, karena uji ini dapat mendeteksi kehadiran ikatan peptida (Bradford, 1976). Reagen Biuret mengandung tembaga (II) sulfat (CuSO4). Uji Biuret didasarkan pada reaksi antara ion Cu2+ dan ikatan peptida dalam suasana basa. Warna kompleks ungu menunjukkan adanya protein. Intensitas warna yang dihasilkan merupakan ukuran jumlah ikatan peptida yang ada dalam protein. Ion Cu2+ dari pereaksi Biuret dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein, dan membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau ikatan peptida. Protein melarutkan hidroksida tembaga untuk membentuk kompleks warna. Reaksi pembentukan warna ini dapat terjadi pada senyawa yang mengandung dua gugus karbonil yang berikatan dengan nitrogen atau atom karbon (Bradford, 1976).Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan glukosa sebagai salah satu gula pereduksi. Larutan benedict mengandung ion-ion tembaga (II) yang dikompleks dalam larutan basa. Untuk mengetahui adanya gula pereduksi, sampel yang telah ditetesi reagen benedict dipanaskan dalam air selama 5 menit. Glukosa merupakan senyawa organik yang mengandung gugus aldehid. Pemanasan yang dilakukan setelah mencampurkan glukosa dengan reagen benedict berfungsi untuk memicu gugus aldehid pada glukosa untuk mereduksi ion tembaga (II) menjadi ion tembaga (I). Larutan benedict akan berubah warna menjadi merah bata yang merupakan oksida tembaga (I). Karena larutan bersifat basa, maka aldehid dengan sendirinya teroksidasi menjadi sebuah garam dari asam karboksilat yang sesuai (Lehninger, 1988). Akuades pada percobaan ini berfungsi sebagai pembanding dengan larutan uji yang lain setelah difiltrasi, karena akuades akan tetap lolos saat filtrasi sehingga seharusnya tidak ada perubahan warna pada akuades yang telah diberi reagen biuret, baik sebelum dan sesudah difiltrasi (Thibodeau, 1999).Selama proses filtrasi, bahan yang disaring adalah darah dan hasilnya adalah urin primer yang masih mengandung air, glukosa, asam amino, urea, ion organik. Selama proses reabsorpsi, bahan yang disaring kembali adalah urin primer dan hasilnya adalah urin sekunder yang mengandung air, garam, urea, pigmen empedu (Bradford, 1976).Ginjal merupakan suatu kelenjar yang terletak dibelakang dari kavum abdominalis dibelakang peritonium. Ginjal yang merupakan salah satu bagian dari sistem eksresi sangat penting bagi keberlangsungan kesehatan manusia. Ginjal adalah organ penting dalam tubuh yang menjalankan fungsi penting dalam tubuh sebagai alat filtrasi, yaitu mengeluarkan kelebihan garam, air, dan asam (Oktaviana, 2012). Menurut Japaries (1995) didalam ginjal inilah terjadi penyaringan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti urea, kreatinin dan amonia. Air dapat melewati saringan, sedangkan zat yang berguna bagi tubuh seperti protein terutama dengan ukuran molekul besar tidak dapat melewati saringan ini tetap dalam aliran darah. Fungsi ginjal yaitu berperan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun. Mempertahankan suasana racun (keseimbangan racun), mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari produksi ureum, kreatinin dan amoniak. Ginjal mempertahankan pH plasma darah dalam kisaran 7,4 melalui pertukaran ion hidronium dan hidroksil. Akibatnya urine yang dihasilkan dapat bersifat asam pada pH 5 atau alkalisis pada pH 8. Kadar ion natrium dikendalikan melalui sebuah proses homeostatis yang melibatkan aldosteron untuk meningkatkan penyerapan ion natrium pada tubulus konvulasi (Kartolo, 1990). Ginjal dapat mengalami gangguan yang dapat menyebabkan masalah seperti gagalnya proses penyaringan hingga ginjal tidak dapat menghasilkan urin. Berikut jenis-jenis penyakit yang dapat menyerang ginjal (Campbell et al, 2004):0. AlbuminuraAlbuminuria adalah penyakit yang terjadi akibat ginjal tidak bisa melakukan proses penyaringan, khususnya penyaringan protein. Karena protein (albumin) tidak disaring, maka protein tersebut dapat keluar bersama urin. Menurut Gerstein et al, (2001) penelitian di Baselin mengungkapkan kaitan antara penderita albuminuria dan diabetes mellitus. Data yang diperoleh adalah penderita albuminuria telah dideteksi pada sekitar 1140 orang (32.6%) pada penderita diabetes mellitus dan 823 (14.8%) pada bukan penderita diabetes melitus.0. Batu ginjalBatu ginjal terbentuk karena pengendapan garam kalsium di dalam rongga ginjal, saluran ginjal atau kantong kemih. Batu ginjal ini berbentuk Kristal yang tidak dapat larut. Kandungan batu ginjal adalah kalsium oksalat, asam urat, dan kristal kalsium oksalat.0. Diabetes melitusDiabetes melitus adalah penyakit yang muncul karena pancreas tidak mengahasilkan atau hanya menghasilkan sedikit hormone insulin yang mampu merubah glukosa menjadi glikogen sehingga mengurangi kadar gula dalam darah Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik ditandai dengan cacat pada sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya. Jumlah orang diabetes meningkat karena penduduk pertumbuhan, penuaan, urbanisasi dan meningkatnya prevalensi obesitas dan kurangnya aktivitas fisik (Shima et al., 2011). 0. Penyakit ginjal kronikPenyakit ginjal kronik (PGK) merupakan suatu keadaan dimana ginjal secara bertahap dan progresif kehilangan fungsi nefronnya. Penurunan fungsi ginjal ini bersifat kronis dan irreversibel. PGK ditandai dengan adanya kerusakan ginjal, baik struktur maupun fungsi yang berlangsung kronik, atau adanya penurunan laju filtrasi glomerulus hingga kurang dari 60ml/menit/1,73m selama 3 bulan atau lebih. Penyakit ini perlu mendapat perhatian mengingat fungsi ginjal yang sangat vital bagi kelangsungan homeostasis tubuh. Maka untuk mengatasi kelebihan produksi laktat, kondisi asidosis harus segera dikoreksi dengan beberapa alternatif, seperti dengan pemberian bikarbonat intavena langsung maupun melalui HD.Maka dengan HD, diharapkan akan membantu memperbaiki fungsi ginjal meski untuk sementara saja yang dibuktikan dengan meningkatnya laju filtrasi glomerulus (e-LFG) paska HD, serta mengatasi kondisi asidosis akibat kegagalan fungsi ginjal (Tantri et al .,2011).

IV. KESIMPULANBerdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :0. Filtrasi dikatakan sesuai dengan mekanisme dari kerja ginjal yang sebenarnya karena larutan yang diuji mengendap di kertas saring kecuali akuaes..0. Senyawa yang tidak dapat melewati filter adalah glukosa, protein dan amilum. Senyawa yang dapat melewati filter adalah air.

DAFTAR REFERENSIBiggs, A. 1999. Biology : The Dynamic of Life. USA: Merrill Publishing Company. Bradford, M.M. 1976. A rapid and sensitive method for the quantitation of microgram quantities of protein utilizing the principle of protein-dye binding.Analytical Biochemistry 72, pp 248-254.Campbell, 2004. Biologi Dasar edisi kelima jilid III. Jakarta : Erlangga.Dahelmi. Ms. 1991. Fisiologi Hewan. Padang: Universitas Andalas.Gerstein, H.C., Mann, Johannes F.E., Qilong Yi. Zinman, B., Dinnean, Sean F., Hoogwerf, B., Hall, J.P., Young, J., Rashkow, A., Joyce, C., Nawaz, S., Yusuf, S. 2001. Albuminuria and Risk of Cardiovascular Events, Death, and Heart Failure in Diabetic and Nondiabetic Individuals. American Medical Association. Vol 286 (4). Guyton.A.C, 2005. Textbook of Medical Physiology, Philadelpia: Elsevier Saunders.Japaries, Willie (1995). Penyakit Ginjal . Jakarta : Penerbit ArcanKartolo, W. S. 1990. Prinsi- Prisip Fisiologi Hewan. Jakarta: ErlanggaKusnandar, S. 2006. Uji Faal Ginjal, Bersihan dan Laju Filtrasi Glomerulus. Pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinik. Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Lehninger, A. 1988.Dasar-dasar Biokimia.Terjemahan Maggy Thenawidjaya. Jakarta : Erlangga.Oktaviana,Suci., Arifin, S. P., Surya,Ibnu. 2012. Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Ginjal Menggunakan Metode Hill Climbing. Politeknik Caltex Riau. Volume 1. Rismawati Y dan Afrida Maiyesi. 2012. Pemeriksaan laboratorium cystatin C untuk uji fungsi ginjal. Jurnal kesehatan andalas vol 1Sherwood L. 2006. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.Shima T.S, Khatun A., Yeasmin F., Ferdousi S, Kirtania K., Sultana N. 2011. Cystatin C: A Better Predictor of Kidney Function in Diabetic Patients. Bangladesh J Med Biochem . vol 4(1): 16-20.Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi. ECG.Tantri., Iqbal L., Djoko W., Nursamsu, 2011. Korelasi laju filtrasi glomerulus, hemoglobin, saturasi oksigen dan komorbid dengan kadar laktat pasien penyakit ginjal kronis stadium terminal. J Peny Dalam, Vol: 12(3) pp 143-154.Thibodeau, G. A. Patton, K. T. 1999. Anatomy and Physiology. St Louis:Mosby.