analisis faktor yg mempengaruhi stres pada pekerja di home industry aluminium x di yogyakarta

36
Nama : Carissa Riskiananda NIM : 3027 Judul : Analisis Faktor Fisik Lingkungan kerja dan Faktor Individu Pekerja Terhadap Timbulnya Stres pada Pekerja di industri Cor Aluminium WL Yogyakarta. A. Latar Belakang 1. Alasan pemilihan judul Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia adalah pembangunan yang menitikberatkan pada sektor industri. Penataan industri nasional mengarah pada penguatan, peningkatan, perluasan, dan makin kukuhnya struktur industri yang didukung kemampuan teknologi yang semakin meningkat serta pembangunan sumber daya manusia. (Rosdiana, dkk, 2001). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kepentingan pengusaha, pekerja dan pemerintah di seluruh dunia. Menurut perkiraan ILO, setiap tahun di seluruh dunia 2 juta orang meninggal karena masalah-masalah akibat kerja. Jumlah ini, 354000 orang mengalami kecelakaan fatal. Setiap tahun ada 270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta yang terkena penyakit akibat kerja. Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahaya-

Upload: kieddy

Post on 01-Dec-2015

247 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

analisis faktor resiko lingkungan kerja dan individu kerja penting untuk mempelajari timbulnya stres yang terjadi di lingkungan kerja industri cor aluminium wl di yogyakarta harus diamati secara seksama dan teliti dalam menghadapinya

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Faktor Yg Mempengaruhi Stres Pada Pekerja Di Home Industry Aluminium x Di Yogyakarta

Nama : Carissa Riskiananda

NIM : 3027

Judul : Analisis Faktor Fisik Lingkungan kerja dan Faktor Individu

Pekerja Terhadap Timbulnya Stres pada Pekerja di industri Cor

Aluminium WL Yogyakarta.

A. Latar Belakang

1. Alasan pemilihan judul

Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia adalah pembangunan

yang menitikberatkan pada sektor industri. Penataan industri nasional

mengarah pada penguatan, peningkatan, perluasan, dan makin kukuhnya

struktur industri yang didukung kemampuan teknologi yang semakin

meningkat serta pembangunan sumber daya manusia. (Rosdiana, dkk,

2001).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kepentingan

pengusaha, pekerja dan pemerintah di seluruh dunia. Menurut perkiraan

ILO, setiap tahun di seluruh dunia 2 juta orang meninggal karena masalah-

masalah akibat kerja. Jumlah ini, 354000 orang mengalami kecelakaan

fatal. Setiap tahun ada 270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat

kerja dan 160 juta yang terkena penyakit akibat kerja. Biaya yang harus

dikeluarkan untuk bahaya-bahaya akibat kerja ini amat besar. ILO

memperkirakan kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaan-

kecelakaan dan penyakit-penyakit akibat kerja setiap tahun lebih dari

US$1.25 triliun atau sama dengan 4% dari Produk Domestik Bruto (GDP)

(Markkanen, 2004).

Menurut Undang – undang RI No : 13 Tahun 2013 tentang

ketenagakerjaan, bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pasal 86

menyatakan bahwa “setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh

perlindungan dalam beberapa hal, diantaranya adalah K3, kemudian untuk

melindungi keselamatan pekerja guna mewujudkan produktivitas kerja

yang optimal diselenggarakan upaya K3”. Pasal 87 UU ini mencantumkan

Page 2: Analisis Faktor Yg Mempengaruhi Stres Pada Pekerja Di Home Industry Aluminium x Di Yogyakarta

bahwa “setiap perusahaaan wajib menerapkan sistem manajemen K3 yang

terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan”.Tingkat kecelakaaan

fatal di negara-negara berkembang empat kali lebih tinggi dibanding

negara-negara industri karena berkurangnya konsentrasi kerja. Tingkat buta

huruf yang tinggi dan pelatihan kurang memadai mengenai metode-metode

keselamatan kerja mengakibatkan tingginya angka kesakitan berupa fisik

dan mental. Selain itu masalah-masalah sosial kejiwaaan di tempat kerja

seperti stres ada hubungannya dengan masalah-masalah kesehatan yang

serius, termasuk penyakit-penyakit jantung, stroke, kanker yang

ditimbulkan oleh masalah hormon, dan sejumlah masalah kesehatan mental

(Markkanen, 2004).

Pada tahun 1996, jauh sebelum job stress dan faktor psikososial

menjadi ungkapan sehari-hari, suatu laporan khusus yang berjudul

“Perlindungan Kesehatan dari 87 juta pekerja-Suatu Tujuan Nasional bagi

Kesehatan Kerja” telah diterbitkan. Laporan tersebut menyebutkan bahwa

stres yang disebabkan oleh faktor psikologis meningkat secara nyata. 30

tahun kemudian, laporan ini telah membuktikan ramalan secara luar biasa.

Job stress telah menjadi penyebab kelainan terdepan di amerika utara dan

eropa. Pada tahun 1990, 13% dari seluruh kasus ketidakmampuan pekerja,

disebabkan oleh gangguan yang berhubungan dengan job stress (Rahayu,

2003).

Penyakit dapat terjadi akibat lingkungan kerja yang buruk. Pengaruh

lingkungan kerja ini tidak hanya diderita oleh pekerja tetapi dapat pula

menimpa keluarga pekerja tersebut, baik secara langsung maupun tidak

langsung, karena berda di kawasan perusahaan ataupun terkontaminasi

racun yang dibawa oleh pekerja. Proses produksi dalam perusahaan

termasuk dalam bahan – bahan baku yang dipakai, hasil – hasil antara yang

telah jadi, produk akhir, sampah – sampah, yang kesemuanya akan sangat

mempengaruhi lingkungan kerja di suatu perusahaan (Depkes RI, 1999).

Lingkungan kerja juga dapat berpengaruh terhadap timbulnya

beberapa keluhan yang dapat menyebabkan stres kerja. Menurut Blum di

Page 3: Analisis Faktor Yg Mempengaruhi Stres Pada Pekerja Di Home Industry Aluminium x Di Yogyakarta

dalam Suma’mur (2003), derajat kesehatan seseorang yang optimal

dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu : lingkungan, perilaku, pelayanann

kesehatan dan keturunan. Faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang

paling besar dalam hal mencapai derajat kesehatan masyarakat. Menurut

Suma’mur (1994), lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat seperti

suhu, kelembaban, pencahayaan dan kebisingan akan mempercepat

timbulnya stres kerja yang berakibat penurunan konsentrasi, gangguan

komunikasi, efek pada pekerjaandan reaksi masyarakat. Apabila dalam

bekerja dengan kondisi lingkungan kerja yang tidak nyaman lama

kelamaan akan menimbulkan stress dan kelelahan kerja.

Menurut Suma’mur (1994), suhu yang nyaman bagi Indonesia adalah

24-26 0C bola basah dengan kelembaban relatif 60-65%, Pencahayaan

untuk pekerja pada ruangan kerja sesuai NAB yaitu 500 lux nilai ambang

batas untuk iklim kerja adalah 24-30 0C suhu basah. Kebisingan ruang

industri rata-rata 85 dB yang berasal dari mesin produksi yang sering

digunakan, dengan demikian, lamanya pekerja terpapar suhu tinggi selama

proses produksi akan mempengaruhi sirkulasi darah dan menyebabkan stres

pada pekerja. Stres yang disebabkan oleh faktor lingkungan fisik

berdampak pada kesehatan tubuh manusia atau pekerja yang bekerja di

suatu industri.

Menurut Greenberg (2002) faktor-faktor yang secara khusus dianggap

berhubungan dengan ketidakpuasan terhadap pekerjaan adalah kondisi

lingkungan fisik kerja seperti suhu, kelembaban, pencahayaan, dan

kebisingan. Suhu dan kelembaban yang kurang atau berlebih pada tempat

kerja menyebabkan kelelahan kerja apabila dibiarkan terjadi terus akan

menurunkan gairah bekerja atau bila terpaksa bekerja dapat mengakibatkan

stres (Munandar, 2001). Pencahayaan yang kurang atau berlebihan di

tempat kerja menyulitkan pekerja untuk bekerja secara optimal, sehingga

hal ini terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan seorang pekerja

mengalami stres dan ketidaknyamanandalam bekerja (Sarlito, 1992 dalam

Suprapto, 2008). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nugrahani (2008)

Page 4: Analisis Faktor Yg Mempengaruhi Stres Pada Pekerja Di Home Industry Aluminium x Di Yogyakarta

memberikan hasil yang menyatakan bahwa 61% orang menyatakan

kebisingan di tempat kerja mereka buruk dan 59% dari mereka mengalami

stres tingkat sedang.

Tidak hanya faktor lingkungan fisik kerja yang berpengaruh dalam

penyebab timbulnya stres kerja tetapi dari faktor intrinsik individu juga

mempunyai peran seperti pada umur pekerja dan masa kerja. Ada beberapa

jenis pekerjaan yang sangat berpengaruh dengan umur para pekerjanya,

terutama yang berhubungan dengan sistem indera dan kekuatan fisik.

Biasanya pekerja yang memiliki umur yang lebih muda memiliki

penglihatan dan pendengaran yang lebih tajam, gerakan yang lebih lincah

dan daya tahan tubuh kuat. Namun, untuk beberapa jenis pekerjaan lain,

faktor umur yang lebih tua biasanya memiliki pengalaman dan pemahaman

kerja yang lebih banyak, sehingga pada jenis pekerjaan tertentu umur dapat

menjadi kendala atau masalah yang dapat memicu terjadinya stres kerja

(Munandar, 2001). Masa kerja mempunyai potensial terjadinya stres kerja

sesuai pendapat Robins dalam Novendra (1994) berdasarkan teori pola

hubungan U terbalik yang memberikan reaksi terhadap stres sepanjang

waktu dan terhadap perubahan intensitas stres baik masa kerja yang lama

maupun sebentar dapat menyebabkan terjadinya stres kerja. Menurut

penelitian Evayanti (2003) yang dilakukan pada pengemudi bus kota PPD

Jakarta diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antara masa kerja

dengan timbulnya stres kerja. Selain itu menurut Munandar (2001) bahwa

pada masa jabatan yang berhubungan dengan stres kerja berkaitan dengan

kejenuhan atau kebosanan dalam bekerja. Pekerja yang telah bekerja diatas

5 tahun biasanya memiliki tingkat kejenuhan yang lebih tinggi daripada

pekerja yang baru bekerja. Sehingga dengan adanya tingkat kejenuhan

dapat menyebabkan stres dalam bekerja.

Stres kerja merupakan tahap awal terjadinya penyakit pada individu

yang rentan dapat menimbulkan gangguan psikosomatik, neurotik, dan

psikosis yang dapat dilihat dengan meningkatnya angka absentisme, angka

Page 5: Analisis Faktor Yg Mempengaruhi Stres Pada Pekerja Di Home Industry Aluminium x Di Yogyakarta

terlambat kerja, pergantian karyawan, kecelakaan kerja dan besarnya angka

kerugian sehubungan dengan ketidakhadiran pekerja.

Setiap aspek pada pekerjaan dapat menjadi pembangkit stres. Pekerja

yang menentukan sejauh mana situasi yang dihadapi merupakan situasi

stress. Selain itu, tenaga kerja dalam interaksinya dengan pekerjaan juga

dipengaruhi oleh hasil interaksi di tempat lain seperti di rumah, di

perkumpulan dan sebagainya (Sunyoto, 2001). Salah satu perubahan

perilaku ketika seseorang mengalami stres kerja adalah kurang

konsentrasi dalam bekerja. Stres kerja merupakan tahap awal terjadinya

penyakit pada individu yang rentan karena menurunnya daya tahan tubuh

sehingga menurunkan kesehatan pekerja yang juga diiringi dengan

menurunnya performa dan produktivitas kerja.

Industri pengecoran aluminium yang terletak di daerah Nitikan,

kelurahan Sorosutan, Kota Yogyakarta merupakan industri rumah tangga

yang sudah berjalan sejak lama di wilayah tersebut yang diusahakan oleh

beberapa warga setempat. Salah satunya yaitu Industri Aluminium Waluyo

yang beralamat di Jl. Sidokabul Nitikan Baru. Sudah lama berkecimpung

dalam dunia alat-alat dapur Proses produksi yang dilakukan mayoritas

memproduksi alat atau perabotan rumah tangga seperti panci, wajan/ kuali,

dandang dan ketel. Proses produksi alat dapur ini terbagi menjadi beberapa

tahap. Tahap-tahap tersbut yaitu Peleburan, Pencetakan, Pengontrolan,

Pengikiran, Pembubutan, Pengontrolan, Labelling, Pengemasan,

Pemasaran. Tahapan pertama saat proses pembuatan panci yaitu pembuatan

bawahan panci dengan cara ditekan (press) Mesin Press, Kemudian dipilih

die yang sesuai dengan yang diproduksi, Cara mengoperasikan mesin

tersebut sangat sederhana. Pemasangan benda kerja yang akan di press,

Pengambilan benda kerja setelah di press, Sekali mengepress dapat

langsung menghasilkan beberapa buah benda kerja, Setelah itu, bawahan

panci disambung dengan badan panci dengan kawat dan di roll,

Pemasangan badan panci, Dan, tutup panci dibuat dengan cara yang sama

yaitu di press. Kelebihan produk alat dapur yang dihasilkan terutama panci

Page 6: Analisis Faktor Yg Mempengaruhi Stres Pada Pekerja Di Home Industry Aluminium x Di Yogyakarta

adalah pelat yang digunakan tebal (0,9 mm), awet, kuat, dan dapat

diperbaiki apabila rusak. Dengan pekerja yang berpengalaman, dan juga

digunakan teknologi berupa Mesin Press, sehingga mengutamakan mutu

dan produktivitas.

Berbagai tekanan yang dirasakan oleh tenaga kerja dapat berasal dari

faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja terutama pada faktor

lingkungan fisik kerja (suhu, kelembaban, pencahayaan dan kebisingan

kerja) serta faktor individu pekerja (umur dan masa kerja). Oleh karena

itu, perlu dilakukannya penelitian tentang Analisis Faktor Fisik Lingkungan

kerja dan Faktor Individu Pekerja Terhadap Timbulnya Stres pada Pekerja

di industri Cor Aluminium WL Yogyakarta.

2. Seberapa besar tingkat keseriusan masalah yang dilengkapi dengan data

penunjang

Dari survey pendahuluan yang yang dilakukan pada tanggal 14 Mei

2013 pada industri aluminium Waluyo di yogyakarta pada 30 orang tenaga

kerja memiliki panas, lembab, keluhan mata pedih, bising mengakibatkan

berkurangnya konsentrasi dan menyebabkan timbulnya stres kerja karena

dari 20 pekerja mengalami stres ringan. Berdasarkan wawancara yang

peneliti lakukan pada beberapa pekerja disana peneliti ingin melakukan

penelitian “Analisis Faktor Fisik Lingkungan Kerja dan Faktor Individu

Terhadap Timbulnya Stress pada Pekerja di Industri Cor Aluminium WL di

Yogyakarta”.

3. Lokasi dan waktu pelaksanaan

Lokasi pelaksanaan di Industri Cor Aluminium WL di Yogyakarta, Waktu

pelaksanaan menyesuaikan dengan kondisi penelitian

4. Faktor kemudahan / yang memungkinkan untuk bisa dilaksanakan

Faktor Kemudahan yang memungkinkan untuk melakukan penelitian

adalah sudah mengetahui tempatnya dan mengamati keadaan disana serta

kemungkinan besar diijinkan oleh pihak industri Cor Aluminium WL

dalam melakukan penelitian.

Page 7: Analisis Faktor Yg Mempengaruhi Stres Pada Pekerja Di Home Industry Aluminium x Di Yogyakarta

B. Dasar Teori

Jelaskan dasar teori utama yang mendukung penelitian ini

Menurut Wantoro (1999), faktor fisik lingkungan kerja yang mempengaruhi

stres kerja terdiri dari :

a. Suhu dan Kelembaban

Pada suhu dan kelembaban yang tidak sehat di lingkungan kerja

menyebabkan pekerja mudah terkena kelelahan kerja. Efek suhu dan

kelembaban di dalam dan di luar ruangan kerja, status kesehtan pekerja,

kecepatan aliran udara dan jenis pakaian yang digunakan serta lama

pemaparanapabila dibiarkan terjadi berlarut- larut menyebabkan pekerja

tidak mampu bekerja dengan baik dapat menimbulkan stres kerja

(Munandar, 2001).

b. Pencahayaan

Terlalu kuatnya cahaya penerangan di tempat kerja dapat

menimbulkan dampak psikologis seperti stres pada pekerja, seperti

kelelahan, dan pusing bahkan dapat menimbulkan kecelakaan kerja akibat

silaunya penerangan di ruangan kerja, begitu pula sebaliknya dengan

penerangan yang suram (Munandar, 2001).

c. Kebisingan

Kebisingan merupakan suara-suara yang tidak dikehendaki.

Kebisingan sangat mengganggu pekerja dalam bekerja, baik dalam hal

pemusatan perhatian terhadap pekerjaannya maupun berkomunikasi

dengan orang lain. Keadaan ini dapat mengganggu pendengaran,

terjadinya kecelakaan kerja, menimbulkan terjadinya gangguan atau

pengaruh psikologis dari pekerja dalam bentuk gangguan emosi,

temperamen, dan lain-lain. Paparan kebisingan dengan intensitas yang

tinggi melebihi Nilai Ambang Batas yang ditetapkan pemerintah melalui

Kepmenaker No.51/Men/1999 (85 dB untuk paparan 8 jam kerja dalam

sehari) akan membahayakan kesehatan pada telinga pekerja (Yanri, 2002

dalam Nawawinetu dan Adriyani, 2007).

Page 8: Analisis Faktor Yg Mempengaruhi Stres Pada Pekerja Di Home Industry Aluminium x Di Yogyakarta

Menurut Nawawinetu dan Adriyani (2007) efek kebisingan dengan

intensitas tinggi terhadap pendengaran berupa ketulian syaraf (Noise

Induced Hearing Loss) tersebut telah banyak diteliti. Namun kebisingan

selain memberikan efek terhadap pendengaran (Auditory effect) juga dapat

menimbulkan efek bukan pada pendengaran (Non Auditory Effect) dan

efek ini bisa terjadi walaupun intensitas kebisingan tidak terlalu tinggi.

Efek non auditori terjadi karena bising dianggap sebagai suara yang

mengganggu sehingga respon yang timbul adalah akibat stres bising

tersebut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa absenteisme pada

tenaga kerja yang terpapar bising lebih tinggi dibanding yang tidak

terpapar bising, hal ini cenderung disebabkan oleh efek psikologis atau

fisiologis dari stres yang diakibatkan oleh bising (CCOHS, 2007 dalam

Nawawinetu dan Adriyani, 2007).

Selain itu berdasarkan penelitian Arianty (1999) yang dilakukan pada

karyawan di divisi produksi dan divisi pemeliharaan PT Pupuk Kujang

Cikampek berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa ada hubungan

antara kebisingan dengan stres kerja.

d. Umur Pekerja

Berdasarkan sebuah penelitian terhadap 209 pekerja tenaga nuklir

yang dilakukan oleh Ringenbach dan Jacobs (1995) yang dikutip oleh

Suprapto (2008) bahwa pekerja yang lebih tua (≥ 50 tahun) memiliki

waktu penyembuhan yang lebih lama terhadap kecelakaan yang terjadi.

Penelitian ini juga melaporkan bahwa pekerja yang lebih tua, lebih peduli

terhadap keselamatan kerja dibandingkan pekerja yang lebih muda. Selain

itu, dari penelitian tersebut diketahui bahwa umur sangat berkaitan denga

stres. Dijelaskan bahwa umur yang semakin tua menyebabkan organ dan

kondisi fisik seseorang mengalami penurunan, sehingga lebih rentan

terkena stres.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Cardiff University (2000)

yang dikutip dalam Suprapto (2008) terhadap faktor-faktor demografi yang

mempengaruhi timbulnya stres kerja, disimpulkan bahwa umur memiliki

Page 9: Analisis Faktor Yg Mempengaruhi Stres Pada Pekerja Di Home Industry Aluminium x Di Yogyakarta

hubungan dengan timbulnya stres kerja. Dalam penelitian ini, umur dibagi

ke dalam 4 kategori, yaitu usia 18-32 thun, 33-40 tahun, 41-50 tahun dan

diatas usia 50 1 tahun. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa kategori

usia 41-50 tahun memiliki persentase terbesar untuk terkena stres tingkat

tinggi (20,8%). Sedangkan untuk kategori umur yang memiliki persentase

terbesar yang mengalami stres tingkat rendah adalah usia 18-32 tahun dan

umur 51 tahun keatas (83%). Hal ini disebabkan pada usia awal

perkembangan keadaan emosi seseorang masih lebih labil. Sedangkan

pada usia lanjut biasanya daya tahan tubuh seseorang sudah mulai

berkurang sehingga sangat berpotensi untuk terkena stres. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Suprapto (2008) yang dilakukan pada polisi

lalu lintas di kawasan puncak Bogor diketahui bahwa ada hubungan yang

bermakna antara umur dengan stres kerja.

e. Masa Kerja

Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja pada suatu

organisasi, lembaga dan sebagainya. Masa kerja seseorang dalam

organisasi perlu diketahui karena masa kerja merupakan salah satu

indikator tentang kecenderungan para pekerja dalam melaksanakan

aktivitas kerjanya. Misalnya agar produktivitas kerja, semakin lama

seseorang bekerja maka semakin tinggi pula produktivitasnya karena

semakin berpengalaman dan mempunyai keterampilan yang baik dalam

menyelesaikan tugas yang dipercayakan kepadanya (Siagian, 1989).

Pengertian masa kerja adalah sebagai pengalaman kerja yaitu lamanya

seseorang bekerja di suatu instansi atai organisasi yang dihitung sejak

pertama kali bekerja, semakin lama bekerja seseorang, tenaga kerja akan

semakin dianggap berpengalaman.

Semakin lama seseorang bekerja, maka semakin cepat terjadi

kelelahan kerja. Pada pekerjaan yang terlalu berat dan berlebihan akan

mempercepat konstruksi tubuh sehingga hal ini dapat mempercepat

timbulnya stres pada tubuh. Suatu pekerjaan yang biasa (kategori tidak

Page 10: Analisis Faktor Yg Mempengaruhi Stres Pada Pekerja Di Home Industry Aluminium x Di Yogyakarta

terlalu berat atau ringan) produktivitas pekerja akan menurun setelah 4 jam

bekerja (Suma’mur, 1984).

Setiap organisasi menginginkan para pekerja terus bekerja pada

organisasi yang bersangkutan selama masa aktifnya. Dengan

pertimbangan, jika banyak tenaga aktif meninggalkan organisasi dan

pindah bekerja ke organisasi lain. Hal ini merupakan pencerminan bahwa

ada sesuatu yang tidak beres dalam organisasi tersebut. Hal ini yang

dipertimbangkan adalah semakin banyak orang lama yang pindah bekerja,

organisasi yang ditinggalkan dapat menderita kerugian.

f. Stress Kerja

1) Pengertian stress

Stress lebih dianggap sebagai respon individu terhadap tuntutan

yang dihadapinya. Tuntutan – tuntutan tersebut dapat dibedakan dalam

2 bentuk, yaitu tuntutan internal yang timbul sebagai tuntutan fisiologis

dan tuntutan eksternal yang muncul dalam bentuk fisik dan sosial.

Tidak ada aspek tunggal dari stimulus lingkungan yang daapt

mengakibatkan stress, tetapi semua itu tergabung dalam susunan total

yang mengancam keseimbangan (homeostatis) individu (Andreas,

2010).

Stress adalah reaksi seseorang secara psikologi, fisiologi, maupun

prilaku bila seseorang mengalami ketidakseimbangan antara tuntutan

yang dihadapi dengan kemampuannya untuk memenuhi tuntutan

tersebut dalam jangka waktu tertentu (Tarupolo, 2002). Menurut

Anoraga (2010) stress merupakan suatu bentuk tanggapan seseorang

baik secara fisik maupun mental terhadap sesuatu perubahan

dilingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan

dirinya terancam.

Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan

menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada. seseorang. Stres

membutuhkan koping dan adaptasi. Sindrom adaptasi umum atau teori

Selye, menggambarkan stres sebagai kerusakan yang terjadi pads tubuh

Page 11: Analisis Faktor Yg Mempengaruhi Stres Pada Pekerja Di Home Industry Aluminium x Di Yogyakarta

tanpa mempedulikan apakah penyebab stres tersebut positif atau

negatif. Respons tubuh dapat diprediksi tanpa memerhatikan stresor

atau penyebab tertentu (Isaacs, 2004). 

Stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap

tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah mengalami stres

mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang

bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan

baik, maka disebut mengalami distres (Hawari 2001). Stres adalah

gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan

tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi oleh lingkungan maupun

penampilan individu di dalam lingkungan (Sunaryo, 2004).

2) Pengertian Stress Kerja

Setiap aspek pada pekerjaan dapat menjadi pembangkit stress. Pekerja

yang menentukan sejauh mana situasi yang dihadapi merupakan situasi

stress atau tidak. Pekerja dalam interaksinya dalam pekerjaan,

dipengaruhi pula oleh hasil interaksinya di tempat lain, di rumah, di

sekolah atau kampus, di perkumpulan, dan sebagainya (Sunyoto, 2004).

Menurut Tarwaka, dkk (2004) stress muncul akibat beberapa stressor

yang diterima oleh tubuh, yang selanjutnya tubuh memberikan reaksi

(strain) dalam beraneka ragam tampilan. Stress juga merupakan tekanan

psikologis yang dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit baik

penyakit fisik maupun mental.

3) Macam-macam stres

Kondisi stres seseorang dapat dikelompokkan (Hawari, 2001) menjadi

dua macam:

a) Kondisi eustres (tidak stres): seseorang yang dapat mengatasi stres

dan tidak ada gangguan pads fungsi organ tubuh.

b) Kondisi distress (stres): pads saat seseorang menghadapi stres

terjadi gangguan pada 1 atau lebih organ tubuh sehingga prang

tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

4) Tipe Kepribadian yang Terkena Stres

Page 12: Analisis Faktor Yg Mempengaruhi Stres Pada Pekerja Di Home Industry Aluminium x Di Yogyakarta

a) Ambisius, agresif dan kompetitif (suka akan persaingan).

b) Kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung dan marah

(emosional).

c) Kewaspadaan berlebihan, kontrol diri kuat, percaya diri berlebihan

(over confidence).

d) Cara bicara cepat, bertindak serba cepat, hiperaktif, tidak dapat

diam.

e) Bekerja tidak mengenal waktu (workaholic).

f) Pandai berorganisasi, memimpin dan memerintah (otoriter).

g) Lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan.

h) Kaku terhadap waktu, tidak dapat tenang (tidak rileks), serba

tergesa-gesa.

i) Mudah bergaul (ramah), pandai menimbulkan perasaan empati dan

bila, tidak tercapai maksudnya mudah besikap bermusuhan.

j) Tidak mudah dipengaruh, kaku (tidak fleksibel).

k) Bila berlibur pikirannya ke pekerjaannya, tidak dapat santai.

l) Berusaha keras untuk dapat segala sesuatunya terkendali.

5) Mekanisme Terjadinya Stress

Menurut AERO (2003), proses stress dalam tubuh melalui 3 fase :

a) Fase I, reaksi kewaspadaan yaitu seluruh sistem dirubah menjadi

keadaan siaga, perubahan fisiologis yang terjadi menyebabkan kulit

tampak pucat dan terasa dingin, berdebar – debar, darah mengalir

cepat, dan bersiap untuk lari atau melawan ancaman yang ada. Fase

ini tidak berlangsung lama.

b) Fase II, reaksi pertahanan yaitu tubuh mengerahkan seluruh daya

tahannya untuk mengadakan perlawanan terhadap faktor – faktor

yang menyebabkan stress, tubuh berusaha melakukan adaptasi

terhadpa stress yang terjadi, akan tetapi daya tahan tubuh terbatas.

Fase ini daya tahan sudah naik di atas daya tahan tubuh normal,

apabila stres terjadi terus dan berat maka akan berlanjut ke fase III.

Page 13: Analisis Faktor Yg Mempengaruhi Stres Pada Pekerja Di Home Industry Aluminium x Di Yogyakarta

c) Fase III, reaksi kelelahan yaitu tubuh mengalami kelelahan

sehingga adaptasi yang baru dibangun runtuh. Daya tahan tubuh

melemah, energi untuk adaptasi habis dan fase ini berkaitan dengan

terganggunya kesehatan individu.

Berdasarkan uraian diatas mekanisme terjadinya stress kerja akibat

pekerjaan duduk monoton adalah berawal dari kurangnya variasi

mengakibatkan gangguan fisik dan mental, gangguan fisik berupa

kelelahan otot pada bagian tertentu akibat dari asam laktat yang

terakumulasi pada bagian tertentu. Sedangkan gangguan mental

atau gejala psikologi ditandai dengan munculnya perasaan

kebosanan yang berasal dari kejenuhan dalam melakukan pekerjaan

yang monoton atau tidak terjadi perubahan dalam waktu yang lama.

Gejala nyata dari tidak dapat dikelolanya gangguan atau kelelahan

mental adalah pemicu timbulnya stress kerja pada tenaga kerja.

6) Tahapan Stres

Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena,

perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan

bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fiungsi

kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja ataupun

pergaulan lingkungan sosialnya. Menurut Dr. Robert Amberg (1979)

dalam penelitiannya terdapat, dalam Hawari (2001) membagi tahapan-

tahapan stres sebagai berikut :

a) Stres tahap I

1. Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan

biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut.

2. Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting).

3. Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya.

4. Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya,

namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.

Page 14: Analisis Faktor Yg Mempengaruhi Stres Pada Pekerja Di Home Industry Aluminium x Di Yogyakarta

b) Stres tahap II

Dalam tahapan ini dampak stres yang semula menyenangkan

sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan

timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi

yang fidak lagi cukup sepanjang hari, karena, tidak cukup waktu

untuk beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara, lain dengan tidur

yang cukup, bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan

energi yang mengalami defisit. Keluhan-keluhan yang sering

dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II adalah

sebagai berikut:

1. Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa

segar.

2. Merasa mudah lelah sesudah makan siang.

3. Lekas merasa capai menjelang sore hari.

4. Sering mengeluh lambung/perut tidak nyaman (bowel

discomfort).

5. Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar).

6. Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang;

7. Tidak bisa santai.

c) Stres tahap III

Apabila seseorang tetap mernaksakan diri dalam peker aannya tanpa

menghiraukan keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan

menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan

mengganggu, yaitu:

1. Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan

maag (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare).

2. Ketegangan otot-otot semakin terasa.

3. Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin

meningkat.

4. Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai

masuk tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam dan

Page 15: Analisis Faktor Yg Mempengaruhi Stres Pada Pekerja Di Home Industry Aluminium x Di Yogyakarta

sukar kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi

atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur (Late insomnia).

5. Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau

pingsan). Pada tahapan ini seseorang sudah harus, atau bisa juga

beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh

kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi

yang mengalami defisit.

d) Stres, tahap IV

Gejala stres tahap IV, akan muncul:

1. Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.

2. Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah

diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.

3. Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan

kemampuan untuk merespons secara memadai (adekuat)

4. Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-

hari.

5. Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang

menegangkan.

6. Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tadak ada

semangat dan kegairahan.

7. Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.

8. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat

dijelaskan apa penyebabnya.

e) Stres tahap V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres

tahap V, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam. (physical

dan psychological exhaustion).

2. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari¬-hari

yang ringan dan sederhana.

Page 16: Analisis Faktor Yg Mempengaruhi Stres Pada Pekerja Di Home Industry Aluminium x Di Yogyakarta

3. Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro-intestinal

disorder).

4. Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin

meningkat, mudah bingung dan panik.

f) Stres tahap VI

Tahapan ini merupakan, tahapan klimaks, seseorang mengalami

serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang

orang yang mengalami stres tahap VI ini dibawa ke Unit Gawat

Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena

tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh.

Gambaran stres; tahap VI ini adalah sebagai berikut:

1. Debaran jantung teramat keras,

2. Susah bernapas (sesak dan megap-megap)

3. Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran

4. Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan

5. Pingsan atau kolaps (collapse).

Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan di

atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan

oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh, sebagai akibat stresor

psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk

mengatasinya.

7) Faktor Penyebab Terjadinya Stress Kerja

Menurut Tarwaka (2010) yaitu perbedaan reaksi antara individu sering

disebabkan oleh faktor psikologis dan sosial yang dapat merubah

dampak stressor bagi individu. Faktor – faktor tersebut antara lain:

1) Kondisi individu, seperti: umur, jenis kelamin, temperamental,

pendidikan, kebudayaan, dan lain – lain.

2) Ciri kepribadian: introvert atau ekstrovert, tingkat emosional,

kepasrahan, kepercayaan diri, dan lain – lain.

3) Sosial Kognitif, seperti: dukungan sosial, hubungan sosial dengan

lingkungan sekitarnya.

Page 17: Analisis Faktor Yg Mempengaruhi Stres Pada Pekerja Di Home Industry Aluminium x Di Yogyakarta

4) Strategi untuk menghadapi setiap stress yang muncul.

Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi stress antara lain:

1) Faktor dari individu, seperti: usia, jenis kelamin, status gizi, kondisi

kesehatan, keadaan psikologis, konflik peran, peran ganda.

2) Faktor dari luar, seperti: beban kerja, lingkungan kerja seperti suhu

kelembaban, pencahayaan, kebisingan, hubungan kerja, dan

organisasi kerja.

8) Gejala Stress Kerja

Sebagai hasil dari adanya stress kerja pekerja mengalami beberapa gejala

stress yang dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja mereka,

seperti: mudah marah, agresif, tidak santai, terburu – buru, emosi tidak

stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mau terlibat dan susah

tidur (Novitasari, 2009).

9) Dampak Stress Kerja

Menurut Tarwaka dkk (2004) bahwa pengaruh stress ada 2 yaitu:

a. Pengaruhnya terhadap individu seseorang

1) Reaksi emosi, tanda – tandanya adalah mudah marah, emosi tidak

terkontrol dan mudah curiga.

2) Reaksi perubahan kebiasaan, mudah merokok, minum – minuman

keras, penggunaan obat terlarang.

b. Pengaruhnya terhadap organisasi

Akibat stress pada organisasi kerja akan memberikan pengaruh yang

kurang baik. Pengaruhnya dapt berupa tingginya angka tidak masuk

kerja, turnover, hubungan kerja jadi tegang dan rendahnya kualitas

kerja.

10) Pencegahan Stress Kerja

Menurut Tarwaka, dkk (2004) cara – cara mencegah stress akibat kerja

secara lebih spesifik yaitu:

a. Redesain tugas – tugas pekerjaan

b. Redesain lingkungan kerja

c. Menerapkan waktu kerja yang fleksibel

Page 18: Analisis Faktor Yg Mempengaruhi Stres Pada Pekerja Di Home Industry Aluminium x Di Yogyakarta

d. Menerapkan manajemen partisipatoris

e. Melibatkan karyawan dalam pengembangan karir dan menetapkan

tujuan

f. Mendukung aktivitas sosial

g. Membangun kerja tim yang kompak

C. Kerangka Pemikiran

D. Tujuan dan Manfaat

Jelaskan apa tujuan yang ingin dicapai, serta apa manfaat yang dapat dihasilkan

dan siapa yang memperoleh manfaat tersebut

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Analisis Faktor Fisik Lingkungan Kerja dan Faktor

Individu Terhadap Timbulnya Stress Kerja Pada Pekerja di Industri Cor

Aluminium WL di Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis pengaruh suhu dan kelembaban terhadap timbulnya stres

kerja pada pekerja di Industri Cor Aluminium WL di Yogyakarta.

b. Menganalisis pengaruh pencahayaan terhadap timbulnya stres kerja

pada pekerja di Industri Cor Aluminium WL di Yogyakarta.

c. Menganalisis pengaruh kebisingan terhadap timbulnya stres kerja pada

pekerja di Industri Cor Aluminium WL di Yogyakarta.

d. Menganalisis pengaruh umur pekerja terhadap timbulnya stres kerja

pada pekerja di Cor Aluminium WL di Yogyakarta.

Stress Kerja

Faktor Lingkungan Fisik

1. Suhu Kelembaban2. Pencahayaan3. Kebisingan

Faktor Individu1. Umur Pekerja2. Masa Kerja

Page 19: Analisis Faktor Yg Mempengaruhi Stres Pada Pekerja Di Home Industry Aluminium x Di Yogyakarta

e. Menganalisis pengaruh masa kerja terhadap timbulnya stres kerja pada

pekerja di Cor Aluminium WL di Yogyakarta.

3. Manfaat

a. Secara Teoritis

Sebagai pembuktian adanya Analisis Faktor Fisik Lingkungan Kerja

dan Faktor Individu Terhadap Timbulnya Stress Kerja Pada Pekerja di

Cor Aluminium WL di Yogyakarta.

b. Secara Praktis

1) Bagi Ilmu Pengetahuan

Menambah informasi yang dapat digunakan sebagai data

pembanding atau dasar pertimbangan bagi peneliti lain tentang

Analisis Faktor Fisik Lingkungan Kerja dan Faktor Individu

Terhadap Timbulnya Stress Kerja Pada Pekerja di Cor Aluminium

WL di Yogyakarta

2) Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan dalam hal merencanakan

penelitian, melaksanakan penelitian dan mengetahui Analisis Faktor

Fisik Lingkungan Kerja dan Faktor Individu Terhadap Timbulnya

Stress Kerja Pada Pekerja di Cor Aluminium WL di Yogyakarta.

3) Bagi program Diploma IV Kesehatan Kerja

Menambah referensi kepustakaan Program Diploma IV Kesehatan

Kerja khususnya mengenai Analisis Faktor Fisik Lingkungan Kerja

dan Faktor Individu Terhadap Timbulnya Stress Kerja Pada Pekerja

di Cor Aluminium WL di Yogyakarta.

4) Bagi Pengusaha

Memberikan sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam

membuat kebijakan upaya peningkatan produktivitas khususnya

masalah stress pekerja.

5) Bagi Tenaga Kerja

Menjadikan koneksi bagi pekerja dalam bekerja yang benar sehingga

tidak menimbulkan beban tambahan akibat kerja.

Page 20: Analisis Faktor Yg Mempengaruhi Stres Pada Pekerja Di Home Industry Aluminium x Di Yogyakarta

E. Metodologi Penelitian

Jelaskan hal-hal yang berkaitan dengan :

1. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan

pendekatan crossectional, dimana data yang menyangkut variabel bebas

dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan

(Arief, 2004)

2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasionalnya dan skala data

a. Variabel Penelitian

1) Variabel bebasnya terdiri dari

Faktor Fisik Lingkungan Kerja

a) Suhu Kelembaban

Definisi operasional : suhu dan kelembaban atau kondisi

keadaan di Industri Aluminium waluyo yang mempengaruhi

kenyamanan dalam bekerja.

Alat ukur : Termohigrometer

Skala : interval

b) Pencahayaan

Definisi operasional : sumber atau cahaya penerangan di

Industri Aluminium waluyo yang mempengaruhi kenyamanan

dalam bekerja.

Alat ukur : Luxmeter

Skala : interval

c) Kebisingan

Definisi operasional : suara yang tidak diinginkan responden di tempat kerja yang berasal dari mesin-mesin atau peralatan kerja lainnya.Alat ukur : Sound Level Meter

Skala : interval

Page 21: Analisis Faktor Yg Mempengaruhi Stres Pada Pekerja Di Home Industry Aluminium x Di Yogyakarta

Faktor Individu Pekerja

d) Umur

Definisi operasional : usia pekerja di Industri Aluminium

waluyo yang dihitung sejak lahir sampai ulang tahun terakhir

sebelum dilakukan penelitian dan tidak ada pembatasan umur.

Alat ukur : kuesioner

Skala : rasio

e) Masa Kerja

Definisi operasional : akumulasi tahun kerja mulai dari awal

masuk di Industri Aluminium ”X” sampai dengan waktu

dilakukan penelitian dan tidak ada pembatasan masa kerja

Alat ukur : kuesioner

Skala : rasio

2) Variabel terikatnya adalah stress kerj

a) Stress Kerja

Stress Kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang

mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang

dimana dia terpaksa memberikan tanggapan melebihi

kemampuan menyesuaikan diri terhadap suatu tuntutan yang

diakibatkan karena pekerjaan

Alat ukur : kuesioner penilaian stress kerja dengan scoring

Skala : interval

3) Variabel pengganggunya adalah

a) Sex (jenis kelamin)

Faktor resiko stres kerja salah satunya adalah dipengaruhi oleh

jenis kelamin. Dalam penelitian ini tidak dilakukan

pengendalian terhadap jenis kelamin tetapi dilakukan analisis

sehingga hasilnya dapt menunjukkan bahwa variabel sex

sebagai variabel pengganggu atau bukan dalam penelitian ini.

Page 22: Analisis Faktor Yg Mempengaruhi Stres Pada Pekerja Di Home Industry Aluminium x Di Yogyakarta

b) Alat transportasi

Alat transportasi yang digunakan subyek penelitian, antara lain :

sepeda motor dan bis, dll. Pada penelitian ini tidak dilakukan

pengendalian untuk variabel pengganggu ini tetapi dilakukan

analisis sehingga hasilnya dapat menunjukkan bahwa variabel

alat transportasi sebagai variabel pengganggu atau bukan dalam

penelitian ini.

c) Problem psikis

Problem psikis merupakan masalah yang dihadapi karyawan

yang muncul dari interkasinya dengan orang lain baik di dalam

perusahaan maupun diluar perusahaan meliputi tanggung jawab

dan kekhawatiran konflik dapat menyebabkan stres bagi

pekerja. Variabel ini tidak dikendalikan penelitiannya karena

berada di luar kemampuan peneliti.

d) Kondisi Kesehatan

Kondisi Kesehatan adalah suatu keadaan tenaga kerja yang tidak

sedang dalam kondisi fit. Sehat/ tidaknya pekerja akan

berpengaruh terhadap timbulnya stres kerja pada pekerja

tersebut. Jika kondisi kesehatan sedang lemah maka

ketahanannya terhadap masalah atau beban kerja yang diterima

selama bekerja menjadi berkurang, sehingga cepat mengalami

stres. Variabel ini dikendalikan dengan memilih karyawan yang

yang sehat.

3. Populasi dan Sampel (Jumlah dan Metoda)

Populasinya yaitu seluruh pekerja di home industri aluminium waluyo di

yogyakarta dan sampelnya yaitu 30 orang pekerja.

4. Instrumen Pengumpulan Data

Bahan dan alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

berisi data kerja monoton, umur, masa kerja dan jarak tempat tinggal serta

hasil kuesioner stres kerja.

Page 23: Analisis Faktor Yg Mempengaruhi Stres Pada Pekerja Di Home Industry Aluminium x Di Yogyakarta

5. Rencana Analisis Data

Menggunakan uji non parametrik untuk mengetahui apakah ada perbedaan

nilai rata – rata antar dua kelompok. Uji Mann Whitney digunakan untuk

mengetahui apakah ada perbedaan dari suatu parameter dari dua sampel

yang independent (Ridiwikdo, 2008)