analisis faktor produksi dengan trend minyak sawit …

77
ANALISIS FAKTOR PRODUKSI DENGAN TREND MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA SUPIANA 105961105017 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

Upload: others

Post on 31-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI DENGAN TREND MINYAK

SAWIT (CPO) DI INDONESIA

SUPIANA

105961105017

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

ii

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI DENGAN TREND MINYAK

SAWIT (CPO) DI INDONESIA

SUPIANA

105961105017

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

iii

iv

v

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Faktor

Produksi dengan Trend Minyak Sawit (CPO) di Indonesia adalah benar

merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Makassar, 23 Agustus 2021

Supiana

105961105017

vi

ABSTRAK

Supiana. 105961105017. Analisis Faktor Produksi dengan Trend Minyak Sawit

(CPO) di Indonesia. Dibimbing oleh MOHAMMAD NATSIR dan NADIR.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Trend perubahan produksi

minyak sawit (CPO) di Indonesia, untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi minyak sawit (CPO) di Indonesia, dan untuk mengetahui

tingkat elastisitas faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi minyak

sawit (CPO) di Indonesia.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian merupakan data yang

diperoleh dari lembaga Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Perkebunan,

dan FAO STAT (Food and Agriculture Organization). Data dalam penelitian ini

adalah data sekunder dalam bentuk time series selama 30 tahun dari tahun 1990-

2019. Analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi sederhana dan analisis

regresi linier berganda model Cobb douglas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

trend perubahan produksi minyak sawit (CPO) di Indonesia selama 30 tahun dari

tahun 1990-2019 menunjukkan trend turun (negatif) dengan nilai -0,002%.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi minyak sawit (CPO) di Indonesia

yaitu luas lahan dan bahan baku TBS. sedangkan pada tingkat elastisitas, luas

lahan bersifat inelastis terhadap produksi minyak sawit (CPO) sebesar 0.2300,

elastisitas bahan baku TBS terhadap produksi minyak sawit (CPO) bersifat tidak

elastis (inelastis) dengan nilai koefisien sebesar 0.6810.

Kata kunci: minyak sawit (CPO), trend, faktor produksi, elastisitas

vii

ABSTRACT

Supiana. 105961105017. Production Factor Analysis with Trends in Palm Oil

(CPO) in Indonesia. Guided by MOHAMMAD NATSIR and NADIR.

This study aims to determine the trend of changes in palm oil (CPO)

production in Indonesia, identify the factors that affect the production of palm oil

(CPO) in Indonesia, and to determine the level of elasticity of production factors

that affect production palm oil (CPO) in Indonesia.

The sources of data used in this study are data obtained from the Central

Statistics Agency, the Directorate General of Plantations, and FAO STAT (Food

and Agriculture Organization). The data in this study is secondary data in the

form of time series for 30 years, from 1990 until 2019. The data analysis used is

simple regression analysis and multiple linear regression analysis of the Cobb

Douglas model. The results showed that the trend of changes in palm oil (CPO)

production in Indonesia for 30 years from 1990-2019 showed a downward trend

(negative) with a value of -0.002%. The factors that affect the production of palm

oil (CPO) in Indonesia are land area and TBS raw materials. while at the level of

elasticity, land area is inelastic to the production of palm oil (CPO) of 0.2300, the

elasticity of TBS raw materials to the production of palm oil (CPO) is inelastic

(inelastic) with a coefficient value of 0.6810.

Keywords: palm oil (CPO), trend, production factors, elasticity

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan hidayahNya yang dilimpahkan kepada hambaNya. Begitupula

shalawat dan salam kepada Nabiullah Muhammad SAW serta kepada para

keluarga, sahabat, dan pengikutnya, beliaulah teladan terbaik bagi seluruh umat,

hamba Allah yang telah membawa manusia dari alam yang gelap gulita menuju

alam yang terang benerang dengan segala kecanggihan yang ditawarkan dunia

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Faktor

Produksi dengan Trend Minyak Sawit (CPO) di Indonesia”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini dan melalui tulisan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Mohammad Natsir, S.P., M.P. selaku pembimbing utama dan Bapak

Nadir, S.P., M.Si. selaku pembimbing pendamping yang senantiasa

meluangkan waktunya untuk mengajar dan membimbing penulis sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Ibu Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P. selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian dan Bapak Nadir, S.P., M.Si selaku Sekertaris Program

Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

ix

4. Kedua orang tua ayahanda Jamaluddin dan ibunda Erni serta keluarga tercinta

yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan, dan bantuan kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmunya kepada penulis

selama proses perkuliahan.

6. Para sahabat dan teman-teman yang selalu membersamai penulis selama

pendidikan hingga sekarang. Menjadi teman berbagi sekaligus motivator bagi

penulis.

7. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama proses penyelesaian

skripsi yang tidak penulis sebutkan.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

terkait dalam penulisan skripsi ini, sehingga tulisan ini dapat memberikan manfaat

serta sumbangsi kepada semua pihak yang membutuhkan. Semoga Allah SWT

senantiasa meridhai langkah kita semua. Aamiin Allahumma aamiin.

Makassar, 23 Agustus 2021

Supiana

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ..................................................................... iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI .............. v

ABSTRAK ............................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv

I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ..................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 6

2.1 Minyak Sawit (Crude Palm Oil) .................................................................. 6

2.2 Teori Produksi .............................................................................................. 7

2.3 Elastisitas Produksi .................................................................................... 10

2.4 Analisis Trend ............................................................................................ 11

2.5 Penelitian Terdahulu yang Relevan ............................................................ 13

2.6 Kerangka Pemikiran .................................................................................. 17

xi

III. METODE PENELITIAN ................................................................................ 19

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 19

3.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 19

3.3 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 19

3.4 Teknik Analisis Data .................................................................................. 20

3.5 Definisi Operasional ................................................................................... 24

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ....................................... 26

4.1 Letak Geografis .......................................................................................... 26

4.2 Kondisi Demografis ................................................................................... 26

4.3 Kondisi Komoditas Kelapa Sawit di Indonesia .......................................... 28

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 33

5.1 Trend Perubahan Produksi Minyak Sawit (CPO) di Indonesia .................. 33

5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Minyak Sawit (CPO) di

Indonesia .................................................................................................... 37

5.3 Elastisitas Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Minyak Sawit

(CPO) di Indonesia ..................................................................................... 41

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 43

6.1 Kesimpulan ................................................................................................. 43

6.2 Saran .......................................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Data Produksi Minyak Sawit (CPO) Indonesia Tahun 2015-2019 ................... 2

2. Penelitian yang Relevan .................................................................................. 13

3. Data Jumlah Penduduk Indonesia .................................................................... 27

4. Keadaan Penduduk Indonesia Berdasarkan Mata Pencaharian ........................ 27

5. Produksi Kelapa Sawit di Provinsi Setra Tahun 2015-2020 ............................ 32

6. Hasil Analisis Trend Perubahan Produksi Minyak Sawit (CPO) di Indonesia

Tahun 1990-2019 ............................................................................................ 34

7. Hasil Estimasi Multiple Regression Linier Faktor Produksi Minyak Sawit

(CPO) di Indonesia Tahun 1990-2019 ............................................................. 39

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Faktor Produksi dengan Trend Minyak

Sawit (CPO) di Indonesia ................................................................................. 18

2. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Tahun 2014-2020 ........ 29

3. Grafik Trend Perubahan Produksi Minyak Sawit (CPO) di Indonesia Tahun

1990-2019 ......................................................................................................... 34

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Data Nilai Variabel Dependen dan Independen ............................................... 49

2. Data Perubahan Produksi Minyak Sawit (CPO) di Indonesia .......................... 50

3. Hasil Analisis Trend Perubahan Produksi Minyak Sawit (CPO) di Indonesia

Tahun 1990-2019 ............................................................................................. 51

4. Transformasi Logaritma Natural (LN) Variabel Produksi CPO, Luas Lahan

dan Bahan Baku TBS ....................................................................................... 52

5. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda dengan EViews11 Faktor Produksi

Minyak Sawit (CPO) di Indonesia Tahun 1990-2019 ...................................... 53

6. Grafik Residual Faktor Produksi Minyak Sawit (CPO) di Indonesia .............. 54

7. Surat Izin Penelitian ......................................................................................... 55

8. Dokumentasi Pengambilan Data di Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi

Selatan ............................................................................................................. 56

9. Website FAOSTAT .......................................................................................... 57

10. Kartu Kontrol Bimbingan Skripsi .................................................................. 58

11. Hasil Turnitin ................................................................................................. 60

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian memiliki peranan yang cukup penting dalam aktivitas

perekonomian di Indonesia, hal ini ditinjau asal kontribusinya terhadap Produk

Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar yaitu sekitar 12,72% pada tahun 2019

atau merupakan urutan ketiga setelah sektor Industri Pengolahan serta

Perdagangan Besar dan Eceran (19,70%) serta Reparasi mobil dan sepeda motor

(13.01%). Subsektor yang relatif besar potensinya merupakan subsektor

perkebunan. Subsektor perkebunan berkontribusi tahun 2019 yaitu sebesar 3,27%

terhadap total PDB dan 25,71% terhadap sektor pertanian, kehutanan, dan

perikanan atau merupakan urutan pertama di sektor tersebut (BPS Indonesia,

2020).

Secara umum perkebunan memiliki peranan yang sangat besar dalam

penyedia lapangan pekerjaan, ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Ditinjau dari

segi peningkatan produksinya perkembangan usaha perkebunan telah

menunjukkan kemajuan yang sangat pesat, seperti komoditas sawit, kakao, teh,

kopi, karet, maupun komoditas lainnya. Komoditas perkebunan tadi sudah

menjadi andalan ekspor Indonesia pada pasaran global, sehingga untuk mencapai

hasil ekspor yang maksimal diharapkan adanya kerja sama baik antara petani,

perusahaan perkebunan dan pemerintah (Alatas, 2015).

Kelapa sawit adalah salah satu tanaman industri yang sangat penting

dalam kegiatan perekonomian di Indonesia dikarenakan kemampuannya yang

2

tinggi untuk menghasilkan minyak nabati yang sangat dibutuhkan aneka macam

sektor industri. Sifatnya yang tahan oksidasi dengan tekanan tinggi dan

kemampuannya melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut

lainnya, dan daya melapis yang tinggi membentuk minyak kelapa sawit dapat

digunakan buat beragam peruntukan, antara lain yaitu minyak masak, minyak

industri, juga bahan bakar (biodiesel) (Kementerian Perdagangan Republik

Indonesia, 2013).

Menjadi negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia (Palm Oil

Production by Country in 1000 MT, 2020) dalam hal ini Indonesia memiliki

potensi yang sangat besar untuk memasarkan minyak sawit mentah (CPO: crude

palm oil) serta olahan lainnya di dalam maupun luar negeri. CPO sendiri

merupakan bahan baku industri pembuatan minyak goreng, margarine, lilin,

sabun, aneka macam produk perawatan tubuh.

Menurut Badan Pusat Statistik (2020) perkembangan produksi minyak

sawit (CPO) meningkat sejalan dengan luas lahan perkebunan sawit sebesar 14,33

juta hektar dengan produksi mencapai 42,9 juta ton. Peningkatan luas produksi

tahun 2018 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya disebabkan peningkatan

administratur perusahaan kelapa sawit. Selanjutnya diperkirakan pada tahun 2019

luas areal perkebunan kelapa sawit meningkat sebesar 1,88 persen menjadi 14,60

juta hektar dengan peningkatan produksi CPO sebesar 12,92 persen menjadi 48,42

juta ton.

Tabel 1. Data Produksi Minyak Sawit (CPO) di Indonesia Tahun 2015-

2019

Tahun Produksi(Ton)

2015 31.070.015

3

2016 31.487.986

2017 34.940.289

2018 42.883.631

2019 48.417.897

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2020

Berdasarkan tabel satu, dapat dilihat bahwa produksi minyak sawit (CPO)

di Indonesia mengalami peningkatan sejak tahun 2015 hingga 2019. Produksi

minyak sawit (CPO) terbesar tahun 2019 berasal dari Provinsi Riau dengan

perkiraan produksi sebesar 9,87 juta ton atau sekitar 20,38 persen dari total

produksi Indonesia. Produksi terbesar selanjutnya berasal dari Provinsi

Kalimantan Tengah dengan perkiraan produksi sebesar 7,44 juta ton atau 15,37

persen. Berdasarkan status pengusahaannya, di tahun 2018 sebesar 59,32% dari

produksi minyak sawit (CPO) atau 25,44 juta ton minyak sawit (CPO) dari

perkebunan besar swasta, kemudian sebesar 35,67% atau 15,30 juta ton dari

perkebunan rakyat dan 5,01% atau 2,15 juta ton berasal dari perkebunan besar

negara. Pada tahun 2019 diperkirakan sebesar 30,06 juta ton CPO (62,08%)

berasal dari perkebunan swasta, kemudian 16,22 juta ton (33,51%) dari

perkebunan rakyat dan 2,13 juta ton (4,41%) berasal dari perkebunan besar negara

(BPS Indonesia, 2020).

Minyak sawit (CPO) Indonesia selain di ekspor juga sebagai konsumsi

domestik, pada tahun 2020, konsumsi minyak sawit domestik sebanyak

17.349.000 ton, produksi minyak kelapa sawit (CPO) di dalam negeri diserap oleh

industri pangan yakni 8.428.000 ton, terutama industri minyak goreng,

selanjutnya biodiesel 7.226.000 dan oleokimia (produk-produk sabun, deterjen,

make up, skin care, dan produk kebersihan lainnya) 1.695.000 ton. Potensi pasar

4

yang lebih besar dipegang oleh industri pangan. Potensi tadi terlihat karena

semakin bertambahnya jumlah penduduk yang membutuhkan minyak goreng

pada proses mengolah bahan pangannya (GAPKI, 2021).

Sebagai produsen terbesar komoditas minyak sawit (CPO) di mana

komoditas tersebut bukan hanya untuk konsumsi domestik tetapi juga konsumsi

dunia, mengharuskan Indonesia meningkatkan produksi minyak sawit (CPO).

Tetapi hal ini tidak terlepas dari hal-hal yang bisa mendukung semua hal itu,

seperti adanya peningkatan produksi, kemudian yang mempengaruhi produksi

tersebut. Faktor-faktor produksi tersebut mencakup suplai bahan baku TBS dan

luas lahan. Tidak dapat dipungkiri produksi CPO yang didapatkan tentu

tergantung asal faktor-faktor produksinya. Oleh karena itu bagaimana penanganan

terhadap faktor-faktor produksi yang meliputi bahan baku TBS, dan luas lahan

tersebut sangat menentukan hasil produksi yang dicapai.

Untuk meningkatkan produksi maka perlu di lihat faktor-faktor apa saja

yang mempengaruhi produksi dengan trend serta elastisitas faktor yang

mempengaruhi produksi minyak sawit (CPO) di Indonesia. Berdasarkan uraian

tersebut, maka perlu dilakukan sebuah penelitian mengenai “Analisis Faktor

Produksi dengan Trend Minyak Sawit (CPO) di Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana trend perubahan produksi minyak sawit (CPO) di Indonesia?

5

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi minyak sawit (CPO) di

Indonesia?

3. Bagaimana elastisitas faktor-faktor yang mempengaruhi produksi minyak sawit

(CPO) di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui trend perubahan produksi minyak sawit (CPO) di Indonesia.

2. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi minyak

sawit (CPO) di Indonesia.

3. Untuk mengetahui tingkat elastisitas faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi minyak sawit (CPO) di Indonesia.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Menambah referensi pengetahuan bagi penulis mengenai faktor produksi

dengan trend minyak sawit (CPO) di Indonesia serta menjadi literatur untuk

penelitian selanjutnya.

2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama mengenai faktor produksi

dengan trend minyak sawit (CPO) di Indonesia dan menjadi referensi bahan

bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan terkait produksi minyak sawit

(CPO) di Indonesia.

6

3. Menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai faktor produksi dengan trend

minyak sawit (CPO) di Indonesia.

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Sawit (Crude Palm Oil)

Kelapa sawit ialah salah satu pohon palem produktif utama yang

dikembangkan di Indonesia. Tanaman ini ialah penghasil minyak nabati terbesar

di dunia, terutama karena minyak bisa diproduksi baik dari serabut buah maupun

inti. Minyak ini bisa dipergunakan buat minyak masak, minyak industri, maupun

bahan bakar (biodiesel). Sifatnya yang tahan oksidasi dengan tekanan tinggi dan

kemampuannya melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut

lainnya, serta daya melapis yang tinggi membuatnya dapat dipergunakan buat

beragam peruntukan (Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, 2013).

Crude Palm Oil (CPO) merupakan minyak nabati yang didapatkan dari

tanaman buah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq, Arecaceae). Penggunaan

CPO yang beragam sebagai bahan baku pangan ataupun non pangan berimplikasi

pada kebutuhan CPO yang meningkat. CPO ialah komoditi strategis bagi

Indonesia khususnya untuk ekspor (Isharyadi et al., 2019).

Crude Palm Oil (CPO) adalah minyak sawit yang belum dimurnikan, yang

ketika diekstrak dari mesocarp buah sawit, masih pada bentuk mentah serta harus

menjalani pengolahan serta penyulingan lebih lanjut buah menjadi minyak sawit

murni. Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit berasal dari daging bulir

(mesocarp) kelapa sawit yang berwarna merah. Keunggulan minyak kelapa sawit

selain tersusun dari asam lemak tidak jenuh dan asam lemak jenuh, pula

mengandung beta karoten atau pro-vitamin A dan pro-vitamin E (tokoferol dan

8

tokotriol) yang sangat diperlukan dalam proses metabolisme pada tubuh manusia

serta menjadi antioksidan. Akibat pengolahan kelapa sawit dapat dikelompokkan

menjadi bahan makanan, bahan non kuliner, bahan kosmetik dan farmasi

(Oktarina et al., 2018).

2.2 Teori Produksi

1. Definisi Produksi

Produksi ialah transformasi atau perubahan menjadi barang produk atau

proses di mana masukan (input) diubah menjadi keluaran (Output) (Septian,

2015). Secara awam produksi ialah menghasilkan atau meningkatkan suatu barang

buat memenuhi kebutuhan. Proses produksi artinya tahap-tahap yang wajib dilalui

dalam memproduksi barang atau jasa. Proses produksi merupakan menjadi

langkah yang diperlukan untuk mengubah atau mengkonversi input (sumber daya

manusia, bahan baku, alat-alat dan lain sebagainya) sebagai hasil barang maupun

jasa di mana akibat proses transformasi ini nilai output sebagai lebih besar dari

nilai input. Proses produksi dapat dibedakan baik atas dasar ciri aliran prosesnya

juga tipe pesanan langganan. Dimensi klasifikasi mengenai proses produksi

pertama merupakan sirkulasi produk atau urutan opera-operasinya. Adapun tipe

aliran produk dibagi menjadi tiga yaitu garis, interminten dan proyek (Oktarina et

al., 2018).

2. Fungsi Produksi

Fungsi produksi adalah suatu hubungan teknis yang menghubungkan

faktor produksi atau input dengan hasil produksi atau output. Hubungan antara

9

input dan output di dalam proses produksi dapat dituliskan secara sistematis

sebagai berikut:

Q = f (X1, X2, X3,…, Xn)

Dalam persamaan tersebut, Q merupakan output atau jumlah hasil

produksi pada periode tertentu, dan X merupakan faktor-faktor produksi atau

input dalam proses produksi tersebut (Damayanti, 2020)

3. Faktor yang mempengaruhi produksi

Operasi ialah bagian dari kegiatan organisasi yang melakukan perubahan

dari input atau masukan menjadi output atau keluaran. Input merupakan sumber

daya yang diperlukan (misalnya: tenaga kerja, modal, material, peralatan)

sedangkan output merupakan barang jadi dan jasa. Alur produksi yang dilakukan

perusahaan meliputi 3 kegiatan pokok yang terus berulang yaitu input terus

berulang yaitu input diantara lain tenaga kerja, modal, material, energi, tanah,

informasi, dan manajerial.

Kemudian kegiatan ke-2, ialah proses yang merupakan perubahan

masukan yang diolah menjadi keluaran berupa produk atau jasa. mengatur

penggunaan faktor-faktor produksi yang baik berupa mesin, tenaga kerja, modal,

bahan baku, dan peralatan lainnya, bermacam-macam sehingga proses produksi

dapat berjalan dengan efektif, efisien, dan optimal. Russel dan Taylor, 2003 dalam

(Septian, 2015).

4. Fungsi Produksi Cobb Douglas

Fungsi produksi Cobb Douglas merupakan fungsi persamaan yang

melibatkan 2 atau lebih variabel, di mana variabel pertama tersebut, variabel

10

dependen (Y) dan variabel yang lain yaitu variabel independen (X), penyelesaian

hubungan antara Y dan X biasanya dengan acuan di mana variasi Y akan

ditentukan perubahannya oleh X. dengan demikian kaidah-kaidah pada garis

regresi juga berlaku pada penyelesaian fungsi Cobb Douglas syaratnya dapat

disusun sebagai berikut:

Y = aX1b1

. X2b2

. …Xnbn

e

Bila fungsi Cobb Douglas tersebut dinyatakan oleh hubungan Y dan X

maka:

Y = f (X1, X2, X3,…, Xn)

Keterangan:

Y = Variabel dependen

X = Variabel independen

a, b = Besaran yang diduga

e = Logaritma natural, e =2,718

Cara mempermudah pendugaan persamaan, maka persamaan tersebut

diubah menjadi bentuk linier berganda sebagai berikut:

Ln Y = a + b1LnX1 + b2LnX2 +……..+ bnLnXn + e

Fungsi produksi Cobb Douglas adalah fungsi produksi yang sering dipakai

dalam penelitian. Hal itu disebabkan karena fungsi ini memiliki beberapa

kelebihan, kelebihan tersebut ialah sebagai berikut:

a. Penyelesaian fungsi Cobb Douglas relatif lebih mudah.

b. Fungsi produksi Cobb Douglas dapat mengetahui beberapa aspek produksi

seperti marginal product atau produksi marginal, average product atau

11

produksi rata-rata, marginal rate of subtitusi atau tingkat kemampuan

berfungsi untuk mensubstitusikan dan efficiency of production atau intensitas

penggunaan fungsi produksi secara mudah dengan jalan modifikasi

matematika.

c. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan

koefisien regresi yang sekaligus menunjukkan besaran elastisitas. Besaran

elastisitas tersebut sekaligus memperlihatkan besaran Return to Scale.

2.3 Elastisitas Produksi

Elastisitas produksi adalah konsep untuk mengukur tingkat perubahan dari

output akibat dari penggunaan input. Salah satu asumsi dasar dalam teori ekonomi

produksi adalah setiap produsen berusaha memaksimumkan keuntungan.

Analisis elastisitas ini sangat penting untuk menjelaskan input mana yang lebih

elastis dibandingkan dengan input lainnya. Disamping itu juga dapat diketahui

intensitas faktor produksinya, apakah bersifat padat tenaga kerja ataukah padat

modal. Apabila nilai elastisitas modal lebih besar daripada nilai elastisitas tenaga

kerja, maka proses produksi lebih bersifat padat modal, dan begitu juga

sebaliknya (Hidayah, 2012).

Dengan kata yang lebih mudah dipahami elastisitas produksi adalah

seberapa besar persentase perubahan yang terjadi pada jumlah produksi sekian

persen. Ada dua elastisitas dalam ekonomi produksi salah satunya adalah

elastisitas faktor (factor elasticity), berkenaan dengan perubahan yang hanya satu

faktor yang berubah dan faktor yang lain dianggap konstan. Secara matematis

elastisitas dapat ditulis sebagai berikut.

12

Ep merupakan ukuran persentase perubahan output sebagai akibat atas

perubahan output dalam satu faktor tertentu. Jika Ep lebih besar dari satu (Ep >

1), maka perubahan tingkat input akan menghasilkan perubahan yang lebih besar

(Elastis). Jika Ep lebih kecil dari satu (Ep < 1), maka perubahan tingkat input

akan menghasilkan perubahan kecil (Inelastis). Dan jika Ep sama dengan satu

(Ep=1), maka kenaikannya proporsional konstan (uniter elastis) (Yogatama,

2019).

2.4 Analisis Trend

Menurut Maryati (2010) dalam Salam (2020) menyatakan trend ialah

suatu metode analisis untuk melakukan peramalan atau estimasi pada masa yang

akan datang dan untuk mengetahui kecederungan data naik atau turun dalam

jangka panjang, yang didapat dari rata-rata perubahan dari waktu ke waktu. Rata-

rata perubahan tersebut dapat bertambah bisa berkurang. Jika rata-rata perubahan

bertambah disebut trend mempunyai kecenderungan menaik atau trend positif.

Sebaliknya, jika rata-rata perubahan berkurang disebut trend yang memiliki

kecenderungan turun atau trend negatif.

Secara matematis analisis trend dirumuskan sebagai nilai-nilai (Q1, Q2,…)

dari sebuah variabel Q pada waktu-waktu (t1,t2,…). Dengan demikian, Q

merupakan fungsi dari t yang dinyatakan sebagai Q = f(t), secara matematis

dituliskan dalam persamaan linier, yaitu sebagai berikut Qt = a + b T (Natsir,

2015).

13

Trend memperlihatkan perubahan nilai variabel yang cukup stabil

peningkatan produktivitas, perubahan teknologi, perubahan populasi, dan

perubahan biaya. Menurut Narafin (2013) menjelaskan bahwa ramalan

pendapatan atau penjualan merupakan aktivitas memperkirakan atau meramalkan

produk yang akan dijual atau disewakan di masa yang akan datang dalam

keadaan tertentu dan dibuat berdasarkan data historis yang mungkin terjadi

ataupun pernah terjadi.

Berikut jenis-jenis analisis trend linier dan trend non linier yaitu sebagai

berikut:

1. Trend linier:

a) Metode secara bebas (Free hand method)

Metode dengan bebas adalah cara paling mudah, namun sifatnya sangat

subjektif, maksudnya jika ada lebih dari satu orang diminta untuk garis trend

dengan cara ini diperoleh garis trend lebih dari satu.

b) Metode setengah rata-rata (Semi average method)

Metode rata-rata semi memiliki cara yaitu data dikelompokkan menjadi

2 dan masing-masing kelompok wajib memiliki data yang sama. Dalam

metode rata-rata semi tidak dibutuhkan grafik.

c) Metode rata-rata bergerak (Moving average method)

Menggunakan rata-rata bergerak dalam mencari trend, maka data

kehilangan beberapa data dibandingkan dengan data asli. Artinya, banyaknya

rata-rata bergerak menjadi titik sama dengan data asli.

d) Metode kuadrat terkecil (Least square method)

14

Metode kuadrat terkecil merupakan suatu perkiraan atau taksiran

mengenai nilai a dan b dari persamaan y=a+bx yang didasarkan atas dasar

hasil observasi sedemikian rupa sehingga dihasilkan jumlah kesalahan kuadrat

yang terkecil (minimum).

2. Trend non linier merupakan trend yang memiliki persamaan berbentuk fungsi

kuadrat dengan bentuk grafik seperti parabola. Apabila data mengalami

perkembangan relatif besar pada suatu masa laju pertumbuhan rata-rata

pertahun bertambah lama bertambah kecil, baik akibat jenuhnya kegiatan

ataupun disebabkan faktor-faktor yang lain, maka perkiraan laju pertumbuhan

pada masa yang akan datang menggunakan trend linear akan memberikan

hasil yang refresentatif.

2.5 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian terdahulu ini memuat tentang penelitian dengan model faktor-

faktor yang mempengaruhi produksi dan trend dari beberapa penelitian di

Indonesia. Penelitian terdahulu ini sebagai acuan atau sebaga pembanding

penelitian yang dilakukan penulis, adapun beberapa penelitian terdahulu antara

lain sebagai berikut:

Tabel 2. Penelitian yang Relevan No Judul Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian

1. Analisis faktor-

faktor yang

mempengaruhi

produksi CPO di

unit pabrik

minyak sawit

(PMS) Samuntai

Distrik

Kalimantan

Metode analisis

data yang

digunakan dalam

penelitian ini

adalah analisis

deskriptif untuk

mendeskripsikan

gambaran umum

perusahaan dan

Hasil yang diperoleh pada

penelitian ini menunjukkan

bahwa dari keempat variabel

yang dianalisis, hanya variabel

jumlah TBS dan rendemen

yang signifikan mempengaruhi

produksi CPO di PMS

Samuntai. Jumlah TBS

memiliki nilai koefisien regresi

15

Timur PT.

Perkebunan

Nusantara XIII

(Persero)

(Solihqin, D.,

2015)

kuantitatif untuk

mengetahui

pengaruh masing

masing variabel

terhadap produksi

CPO menggunakan

alat analisis berupa

fungsi produksi

Cobb-Douglas.

sebesar 0,213 dan rendemen

memiliki nilai koefisien regresi

sebesar 112,742. Variabel

tenaga kerja (0,044) dan jam

olah (-0,011) tidak ii memiliki

pengaruh yang signifikan

terhadap produksi CPO.

2. Analisis Faktor-

Faktor yang

Mempengaruhi

Produksi Crude

Palm Oil (CPO)

pada PT. Satya

Kisma Usaha

Sungai Bengkal

Mill Kabupaten

Tebo (Hermawan

et al., 2015).

Penelitian ini

menggunakan

analisis regresi

linier berganda

(Multiple

Regression

Liniear)

Hasil penelitian ini adalah

secara keseluruhan Uji-F

faktor-faktor yang

mempengaruhi CPO

signifikan. Sedangkan Uji-t

hanya variabel bahan-baku dan

modal saja yang berpengaruh

secara signifikan. Variabel

mesin tidak signifikan.

Variabel-variabel independen

yang terdiri dari bahan-baku,

modal serta mesin mampu

menjelaskan sebanyak 97,7

persen perubahan yang terjadi

pada produksi CPO Sungai

Bengkel Mill, sedangkan

sisanya 2,3 persen dipengaruhi

oleh faktor lain di luar model.

3. Analisis Faktor-

Faktor yang

Mempengaruhi

Produksi Kelapa

Sawit pada

Perkebunan

Rakyat di

Sumatera Utara

(Margareta, E.,

2013)

Metode analisis

yang di gunakan

yaitu OLS

(Ordinary Least

Square) Untuk

mengetahui

bagaimana harga

CPO, luas areal,

dan tenaga kerja

mempengaruhi

produksi kelapa

sawit pada

perkebunan rakyat

di Sumatera Utara

maka digunakan

fungsi produksi

Cobb-Douglas.

Hasil penelitian ini yaitu luas

areal, lag luas areal, tenaga

kerja, harga CPO dan lag harga

CPO secara bersama-sama

berpengaruh signifikan

terhadap produksi kelapa sawit

pada perkebunan rakyat di

Sumatera Utara. lag luas areal

menunjukkan pengaruh positif

yang tidak signifikan terhadap

produksi kelapa sawit pada

perkebunan rakyat di Sumatera

Utara, luas areal, lag harga

CPO dan harga CPO

berpengaruh negatif terhadap

produksi kelapa sawit pada

perkebunan rakyat di Sumatera

Utara, tenaga kerja

berpengaruh positif dan

16

signifikan terhadap produksi

kelapa sawit pada perkebunan

rakyat di Sumatera Utara,

elastisitas faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi kelapa

sawit pada perkebunan rakyat

di Sumatera Utara berada pada

kondisi decreasing returns to

scale.

4. Analisis Trend

Produksi Kelapa

Sawit di PT.

Perkebunan

Minanga Ogan

Kecamatan Lubuk

Batang

Kabupaten Oku

(Ainny, 2018)

Penelitian ini

menggunkan

metode analisis

Trend pendekatan

regresi.

Berdasarkan hasil analisis

peramalan produksi tandan

buah segar kelapa sawit PT.

Perkebunan Mibaga Ogan 5

tahun yang akan datang

(januari 2021) diramalkan

mengalami peningkatan

sebanyak 12.020.905 kg.

5. Analisis Faktor-

Faktor yang

mempengaruhi

Produksi Crude

Palm Oil (CPO)

PT. Perkebunan

Nusantara VI

(Persero) Solok

Selatan (Septian,

2015)

Penelitian ini

menggunakan

metode analisis

regresi berganda.

Penelitian ini mendapatkan

hasil yaitu Bahan baku dan

mesin, berpengaruh positif

dan signifikan terhadap jumlah

produksi CPO di PT.

Perkebunan Nusantara VI

Solok Selatan. Tenaga kerja

berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap jumlah

produksi CPO. Variabel yang

paling dominan terhadap

jumlah produksi CPO PT.

Perkebunan Nusantara VI

Solok Selatan adalah Variabel

mesin, hal ini dibuktikan

dengan tingginya koefisien

regresi variabel mesin

dibanding variabel bahan baku

dan tenaga kerja yaitu sebesar

0,776.

6. Analisis Faktor-

Faktor yang

mempengaruhi

produksi CPO

(studi pada PT.

Socfin Indonesia

Medan) (Hidayat,

2019)

Penelitian ini

menggunakan

metode ordinary

Least Square

(OLS) yaitu dengan

model

ekonometrika.

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa variabel

luas lahan dan tenaga kerja

berpengaruh positif dan secara

statistik signifikan terhadap

produksi CPO dan variabel

modal berpengaruh positif dan

secara statistik tidak signifikan

17

terhadap produksi CPO. Hasil

uji koefisien determinasi (R2)

menunjukkan bahwa variabel-

variabel independen yaitu luas

lahan, tenaga kerja, dan modal

dan sisanya dijelaskan oleh

variabel-variabel lain di luar

model. Pengujian secara

keseluruhan menggunakan uji f

dimana f-hitung > f-tabel

artinya variabel luas lahan,

tenaga kerja dan modal

berpengaruh secara signifikan

terhadap produksi CPO.

7. Analisis Faktor-

Faktor yang

mempengaruhi

produksi minyak

crude palm oil

(CPO) pada

industri pabrik

kelapa sawit

menurut

perspektif

ekonomo syariah

(studi kasus pada

PT. Pelita Agung

Agrindustri Desa

Bumbung

Kecamatan

Bathin Solapan

Kabupaten

Bangkalis) (Ani,

R. S., 2018)

Metode analisis

yang digunakan

adalah analisis

regresi linier

berganda dan data

tersebut di olah

dengan

menggunakan

bantuan software

SPSS versi 17

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa secara

simultan variabel bahan baku,

modal kerja, tenaga kerja, dan

mesin berpengaruh signifikan

terhadap produksi minyak

CPO. Secara parsial

menunjukkan bahwa variabel

tenaga kerja tidak berpengaruh

positif dan signifikan terhadap

produksi minyak CPO,

sedangkan variabel bahan

baku, modal kerja dan mesin

memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap produksi

minyak CPO

8. Analisis Faktor-

Faktor yang

Memepengaruhi

Produksi CPO di

pabrik kelapa

sawit Sei Galuh

PTPN V Riau

(Debora, K. S.,

2018)

Untuk

menganalisis

Faktor-faktor yang

mempengaruhi

produksi CPO

menggunakan

analisis regresi

linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa rendemen, tenaga kerja,

Jam Kerja mesin, Jumlah TBS

dan curah hujan berpengaruh

signifikan terhadap produksi

CPO. Secara individu, hanya

rendemen dan jumlah TBS

yang berpengaruh signifikan

terhadap produksi CPO.

9. Analisis Faktor-

Faktor yang

Metode analisis

yang di gunakan

Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa produksi

18

Mempengaruhi

Produksi minyak

kelapa sawit pada

PT. Jas Mulia

Palm Oil Mill di

Kecamatan

Sukamaju

Kabupaten Luwu

Utara (Susana, S.,

(2021)

untuk mengenalisis

data dalam

penelitian ini

adalah uji regresi

linier berganda.

yang di hasilkan banyak 0,882,

dan letak berdasarkan produk

yang di hasilkan 0,764 cukup

reliable. Hasil dari penelitian

Bahan Baku menunjukkan

bahwa perkiraan dari

pemakaian 0,633, biaya-biaya

persedian 0,775, Harga bahan

baku 0,911, dan pemakaian

sesungguhnya 0,680. Hasil dari

penelitian Tenaga kerja

menunjukkan bahwa

ketersediaan tenaga kerja

0,907, Kualitas tenaga kerja

0,734. dan Upah 0,679. Hasil

dari penelitian Teknologi

menunjukkan bahwa

Teknologi sebagai alat 0,759,

dan Teknologi sebagai

produktivitas 0,935.

10 Analisis faktor-

faktor yang

mempengaruhi

produksi kelapa

sawit rakyat pola

swadaya di

Kabupaten

Kampar-Riau

(Apriyanto, A., et

al., 2017)

Penelitian ini

menggunakan

analisis model

fungsi produksi

cobb-douglas yang

diolah dengan

teknik analisis OLS

(Ordinary Least

Square)

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa faktor

yang mempengaruhi produksi

kelapa sawit rakyat dengan

pola swadaya di kabupaten

kumpar Riau adalah umur

tanaman berpenaruh nyata

positif sebesar 31,85%, dan

penggunaan pupuk urea

berpengaruh nyata positif

sebesar 33,24%.

2.6 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini berupa produksi minyak sawit

(CPO) di Indonesia. Upaya dalam mengetahui perkembangan atau trend produksi

minyak sawit (CPO) di Indonesia, dapat diketahui dengan adanya perubahan

jumlah produksi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor berpengaruh terhadap

produksi minyak sawit (CPO) di Indonesia.

19

Produksi minyak sawit (CPO) di Indonesia yang dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu luas lahan dan bahan baku (TBS), kemudian elastisitas yaitu

untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat yaitu luas lahan dan bahan baku (TBS) dalam mempengaruhi produksi

minyak sawit (CPO) di Indonesia. Untuk mengetahui trend produksi, faktor-faktor

produksi serta elastisitas faktor-faktor produski minyak sawit CPO di Indonesia di

gunakan analisis regresi berganda model Cobb Douglas.

Berdasarkan penjelasan di atas maka untuk mengetahui faktor produksi

dengan trend Minyak sawit (CPO) di Indonesia maka Kerangka pemikiran dari

penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi

Produksi Minyak Sawit (CPO) di

Indonesia

Trend Perubahan

Produksi Minyak

Sawit (CPO)

Luas Lahan (X1)

Analisis Regresi

Berganda Model

Cobb Douglas

Bahan Baku TBS (X2)

Elastisitas

Produksi

Minyak Sawit (CPO)

Indonesia

20

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Indonesia. Pemilihan lokasi penelitian

dilakukan dengan pertimbangan bahwa Indonesia merupakan produsen minyak

sawit (CPO) terbesar di dunia. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan

Juni 2021 sampai Juli 2021.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan yaitu data kuantitatif atau data sekunder.

Menurut Yulianto et al (2018), data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan

oleh organisasi pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna

jasa. Data sekunder yang dipakai dalam penelitian ini merupakan data runtut

waktu atau time series dengan priode waktu 30 tahun yaitu dari tahun 1990-2019.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data

sekunder. Data tersebut diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik, Direktorat

Jenderal Perkebunan, FAO STAT (Food and Agriculture Organization). Penulis

juga menggunakan jurnal, buku, skripsi, tesis, publikasi badan pusat statistik dan

sumber terpercaya dan bersifat resmi sebagai sumber referensi.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah

studi pustaka. Menurut Prabawa (2020), studi pustaka adalah cara pengumpulan

data dengan mengumpulkan sumber data dari artikel, laporan penelitian, buku-

21

buku ilmiah, dan situs yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Data

yang dikutip dalam penelitian ini berupa data runtut waktu (time series) yang

tersedia di Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Perkebunan dan FAO

STAT (Food and Agriculture Organization) berdasarkan time series yang

dibutuhkan. Data yang dimaksud ialah data produksi CPO, luas lahan, dan jumlah

bahan baku (TBS).

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan secara bertahap mulai dengan mengelompokkan

data, menghitung dan menganalisis data, kemudian membuat kesimpulan dari

hasil analisis data. Untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini maka

teknik analisis data sebagai berikut:

1. Trend perubahan produksi minyak sawit (CPO) di Indonesia

Metode Trend kuadrat terkecil (Least Square Method) Garis trend dalam

metode ini diperoleh cara menentukan persamaan garis yang mempunyai jumlah

terkecil dari kuardat selisih data asli dengan data pada garis trend Metode yang

digunakan adalah metode trend linier dengan formulasi sebagai berikut :

Y=a+b.t

Untuk mencari nilai konstanta a dan b dapat digunakan persamaan

berikut.

Keterangan:

t = Periode Waktu ke waktu

22

Y = Perubahan Produksi CPO (%)

a = nilai tetap (konstanta) (nilai Y apabila t = 0)

b = Besarnya perubahan variabel Y yang terjadi pada setiap perubahan

(Djarwanto, 2001).

2. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi minyak sawit (CPO) dan

Elastisitas faktor-faktor yang mempengaruhi produksi minyak sawit (CPO) di

indonesia

Untuk menjawab rumusan masalah kedua dan ketiga teknik analisis yang

dipakai yaitu analisis regresi linier berganda (Multiple Regression Linier), yang

dimodifikasi dari persamaan fungsi cobb douglas. Setelah diuraikan model

konseptualnya dengan menggunakan model cobb douglas kemudian

ditranformasi kedalam model linier logaritmatik. Menggunakan pengolah data

Eviews11 untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengauhi produksi serta

elastisitas faktor-faktor yang mempengaruhi produksi minyak sawit (CPO) di

Indonesia tahun 1990-2019.

Menurut Sunyoto (2009) jika pengukuran antar variabel melibatkan lebih

dari satu variabel independen X1, X2, X3…., Xn dinamakan analisis regresi

linier berganda, dikatakan linier karena setiap estimasi atas nilai diharapkan

mengalami peningkatan atau penurunan mengikuti garis lurus.

Model persamaan regresi linier berganda dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Y = a0X1a1

. X2a2

. X3a3

. e

23

Dalam bentuk transformasi logaritma natural maka fungsi produksi

tersebut dapat diubah menjadi:

LnY = a + a1LnLL + a2LnBB + e

Keterangan:

Y = Produksi CPO (Ton)

a = Intercept (Konstanta)

LL = Luas Lahan (Ha)

BB = Bahan Baku TBS (Ton)

a1-a2 = Koefisien Elastisitas

Ln = Logaritma natural

€ = Diastubance error atau kesalahan penggunaan dalam persamaan linear.

Untuk menyelesaikan atau menduga koefisien dari fungsi produksi

tersebut maka metode yang dapat digunakan yaitu Ordinary Least Square atau

metode kuadrat terkecil. Douglas terbaik, yang sesuai untuk data produksi yang

tersedia. Selanjutnya persamaan regresi tersebut dianalisis untuk memperoleh

nilai R2, Fhitung, dan Thitung. Pengujian-pengujian yang dilakukan dalam hal ini

ialah pengujian model penduga atau mengujian terhadap parameter regresi.

a. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) hasil yang menunjukkan pengaruh dari

variable bebas terhadap variabel tidak bebas. Metode dianggap baik apabila nilai

R2 sama dengan satu atau mendekati satu rumus R

2 adalah sebagai berikut:

24

b. Uji Serentak (Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara

bersama-sama terhadap variabel dependen. (Fajrin, 2015).

Pengujian F ini dilakukan dengan membandingkan nilai F hasil

perhitungan dengan F tabel, maka kita menerima hipotesis alternatif yang

menyatakan bahwa semua variabel independent secara serentak dan signifikan

mempunyai mempunyai variabel dependen. Prosedur pengujian F adalah sebagia

berikut:

1) Membuat hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha)

2) Menghitung nilai F hitung dengan rumus:

( ) ( )

3) Mencari nilai kritis (F tabel); df (k-1, n-k)

Dimana k= jumlah parameter termaksud intersep.

4) Keputusan untuk menerima atau menolak Ho didasarkan pada perbandingan F

hitung dan F tabel.

Jika: F hitung >F tabel, maka H0 diolah dan Hi diterima

F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan Hi ditolak.

c. Pengujian Parsial (Uji t)

Pengujian secara parsial menggunakan uji t yang merupakan uji t yang

pengaruh signifikan variabel independent terhadap variabel dependen secara

25

individual. Uji signifikan adalah prosedur di mana hasil sampel digunakan untuk

menentukan keputusan untuk menerima atau menolak Ho berdasarkan nilai uji

statistik yang diperoleh dari data.

Prosedur dari uji t adalah sebagai berikut (Yuliara, 2020):

1) Membuat hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternative (Ha).

2) Menghitung t dengan rumus:

( )

Keterangan:

bi = koefisien bebas ke – i

bi* = Nilai hipotesis dari nol

Sbi = simpangan baku dari variabel bebas ke i

3) Mencari nilai krisis t dari tabel t dengan df + n-k dan α yang tertentu

4) Keputusan untuk menerima atau menolak Ho didasarkan pada pertandingan t

hitung dan t tabel (nilai kritis).

Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan Hi diterima

Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima dan Hi ditolak.

3.5 Definisi Operasional

26

1. CPO (Crude Palm Oil) merupakan minyak nabati yang dihasilkan dari

tanaman buah kelapa sawit.

2. Produksi CPO adalah banyaknya CPO yang dihasilkan dari total areal panen

kelapa sawit di Indonesia, yang dinyatakan dalam satuan ton.

3. Luas lahan adalah jumlah total luas areal yang ditanami tanaman kelapa sawit

yang diukur dalam satuan hektar (ha)

4. Bahan baku berupa TBS (Tandan Buah Segar) adalah buah kelapa sawit yang

sudah di panen, masih lengkap dengan tandanya.

5. Elastisitas adalah besarnya pengaruh variabel independen (X) terhadap

variabel dependen (Y), atau kecenderungan perubahan faktor produksi minyak

sawit (CPO).

6. Trend produksi adalah variabel time series kegiatan produksi minyak sawit

(CPO) dalam skala waktu tertentu. Trend dapat mengalami keadaan naik

(positif), stagnan (tetap), dan turun (negatif).

27

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Letak Geografis Indonesia

Indonesia ialah negara kepualaun yang memiliki posisi garis lintang dan

garis bujur berada di antara 60 LU-11

0 LS dan 95

0 BT-141

0 BT terletak di antara 2

Benua khususnya Benua Asia dan Australia dan terletak di antara dua Samudera,

Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Secara garis besar batasan wilayah

geografis Indonesia adalah:

1. Barat laut: wilayah Indonesia dibatasi oleh Benua Asia

2. Tenggara: wilayah Indonesia dibatasi oleh Benua Australia

3. Barat: Indonesia sebelah barat berbatasan oleh Samudera Hindia

4. Timur: wilayah laut Indonesia berbatasan oleh Samudera Pasifik

4.2 Kondisi Demografis Indonesia

1. Jumlah Penduduk

Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis

Republik Indonesia selama enam bulan atau lebih dan mereka yang berdomisili

kurang dari enam bulan tetapi ingin menetap. Penduduk mepunyai peranan

penting dalam pembangunan suatu daerah. Semakin banyak jumlah penduduk

maka dapat dikatakan bahwa semakin banyak pula potensi-potensi yang dapat

dikembangkan ataupun yang dapat digunakan untuk pembangunan wilayah.

Karena sumberdaya manusia merupakan komponen pembangunan yang penting

disamping sumberdaya alam dan teknologi.

28

Tabel. 3. Data Jumlah Penduduk Indonesia

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-Laki 136.661.899 50,57

2 Perempuan 133.542.018 49,42

Jumlah 270.203.917 100

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2020.

Tabel 3 menjelaskan bahwa penduduk Indonesia yang berjenis kelamin

laki-laki lebih banyak dibanding dengan penduduk berjenis kelamin perempuan

per tahun 2020. Jumlah penduduk laki-laki berjumlah 136.661.899 jiwa atau

50,57% sedangkan penduduk perempuan berjumlah 133.542.018 jiwa atau

49,42%. Dengan total jumlah penduduk Indonesia sebanyak 270.203.917 jiwa.

2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Masing-masing orang berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya disebut kegiatan

ekonomi. Keadaan penduduk Indonesia menurut mata pencaharian dapat dilihat

pada tabel:

Tabel 4. Keadaan Penduduk Indonesia Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 38.109.196 29,5

2 Pertambangan dan Penggalian 1.375.035 1,1

3 Industri Pengolahan 18.228.162 14,1

4 Pengadaan Listrik, Gas, Uap, Air dan

Udara Dingin

312.261 0,2

5 Pengadaan Air, Pengolahan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang

415.278 0,3

6 Konstruksi 7.624.749 5,9

7 Perdagangan Besar dan Eceran,

Reparasi dan Perawatan Mobil dan

Sepeda Motor

24.468.769 18,9

8 Transportasi Dan Pergudangan 5.202.667 4,0

9 Penyediaan Akomodasi dan

Penyediaan dan Komunikasi

8.796.831 6,8

10 Informasi dan Komunikasi 942.258 0,7

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1.784.361 1,4

29

Lanjutan Tabel 4. Keadaan Penduduk Indonesia Berdasarkan Mata Pencaharian

12 Real Estat 337.609 0,3

13 Jasa Perusahaan 1.690.871 1,3

14 Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib

5.148.575 4,0

15 Jasa Pendidikan 6.599.165 5,1

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.983.783 1,5

17 Jasa Lainnya 6.346.622 4,9

Jumlah 1.29.366.192 100

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020

Dillihat dari Tabel 4 sebagian besar pekerjaan masyarakat Indonesia ialah

perikanan, pertanian, dan kehutanan, dengan jumlah 28.109.196 juta jiwa dengan

persentase 29,5 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia tidak

dapat dipisahkan dari bidang pertanian dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Sedangkan sebagian pekerjaan kedua adalah perdagangan besar dan eceran,

reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor, dengan jumlah 24.468.769 juta

jiwa dengan tingkat 18,9 persen.

4.3 Kondisi Komoditas Kelapa Sawit di Indonesia

1. Sebaran luas lahan Perkebunan Kelapa Sawit

Prospek peningkatan industri kelapa sawit ketika ini sangat cepat pada

mana terjadi peningkatan baik luas lahan maupun produksi kelapa sawit sesuai

dengan kebutuhan masyarakat yang meningkat. Pada tahun 2018, luas lahan

perkebunan kelapa sawit tercatat mencapai 14.326.350 ha. Dari luasan tersebut,

mayoritas dikembangkan oleh badan usaha milik swasta atau perusahaan besar

swasta (PBS) yaitu sebesar 55,09 persen atau seluas 7.892.706 ha. Perkebunan

perseorangan atau perkebunan rakyat (PR) menempati posisi kedua dalam

kontribusinya terhadap total luas lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia yaitu

30

seluas 5.818.888 ha atau 40,62 persen sedangkan sebagian kecil diusahakan oleh

Perkebunan Besar Negara (PBN) yaitu 614.756 ha atau 4,29 persen.

Selama 5 tahun terakhir (tahun 2014-2018), lahan perkebunan kelapa sawit

di Indonesia terus berkembangan dengan laju pertumbuhan normal sebesar 7,89

persen selain itu pada tahun 2016 lahan perkebunan kelapa sawit sedikit

berkurang sebesar 0,5 persen atau berkurang seluas 58.811 ha. Dari tahun 2014

sampai tahun 2018, luas keseluruhan kawasan kelapa sawit diperluas sebesar

3.571.549 ha.

Gambar 2. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit tahun 2014-2020

Dilihat pada gambar 2 terlihat bahwa dalam jangka waktu yang lama dari

tahun 2014 hingga 2018 perkembangan perkebunan rakyat (PR) dan perkebunan

besar swasta (PBS) cendrung meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata

masing-masing sebesar 7,35 persen dan 9,83 persen. Luas lahan PBS meningkat

dari 5,6 juta hektar pada tahun 2014 menjadi 7,9 juta hektar pada tahun 2018,

sementara luas lahan PR meningkat sebesar 1,4 juta hektar dari tahun 2014

31

menjadi 5,8 juta hektar pada tahun 2018. Sedangkan perkembangan luas lahan

perkebunan besar negara (PBN) sedikit mengalami perkembangan yang berarti

dalam 5 tahun terakhir. Hal ini dikarenakan PBN yang pada umumnya didominasi

oleh PT. Perkebunan Nusantara mempunyai kendala dalam pembiayaan buat

melakukan ekspansi disamping kendala administrasi seperti dalam menentukan

harga pembelian lahan perkebunan yang sudah ada. Dengan istilah lain,

pengembangan PR dan PBS sangat berpengaruh terhadap pengembangan total

perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Pada tahun 2019 dan 2020 lahan perkebunan rakyat dan perkebunan besar

swasta kelapa sawit dinilai meningkat lagi dari tahun 2018 dengan laju

pertumbuhan sekitar 2,3 persen. Lahan perkebunan kelapa sawit dituntut untuk

terus berkembang karena perkembangan pesat industri minyak sawit saat ini dan

kebutuhan minyak nabati dunia yang cukup besar dan semakin bertambah.

Penyebaran wilayah lahan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2018

pulau Sumatra memiliki wilayah perkebunan kelapa sawit terbesar dibandingkan

dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia. Total luas lahan perkebunan kelapa

sawit di pulau Sumatra tahun 2018 mencapai 8.047.920 hektar di mana 4 provinsi

di Pulau Sumatra termasuk dalam wilayah dengan luas perkebunan kelapa sawit

terluas di Indonesia yaitu Provinsi Riau, Provinsi Sumatra Utara, Provinsi

Sumatra Selatan dan Provinsi Jambi. Selanjutnya, pulau Kalimantan menjadi

pulau dengan perkebunan kelapa sawit terluas kedua di Indonesia dengan total

perkebunan kelapa sawit seluas 5.888.075 hektar yang sebagian besar berada di

Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengan dan Kalimantan Timur.

32

Kelapa sawit tidak banyak dikembangkan di kepulauan Sulawesi, Maluku

serta Papua bahkan Pulau Nusa Tenggara dan Bali dan Papua memiliki lahan

yang masih sangat luas sehingga jika pembangunan perkebunan kelapa sawit

berkelanjutan dilakukan di pulau-pulau tersebut maka keberadaan perkebunan

kelapa sawit sangat mungkin berkembang pesat dan dapat memajukan masyarakat

di wilayah tersebut.

2. Perkembangan Produksi Kelapa Sawit

Kelapa sawit adalah tanaman produsen minyak sawit serta inti sawit. Data

produksi yang dihimpun oleh Direktorat Jendral Perkebunan merupakan kelapa

sawit dalam wujud produksi crude palm oil (CPO). Potensi produksi CPO di

Indonesia sangat besar jika dimanfaatkan sebagai bahan baku produk-produk

minyak baik pangan maupun nonpangan. Meningkatnya kebutuhan masyarakat

mengakibatkan meningkatnya jumlah produksi kelapa sawit di Indonesia dari

tahun ke tahun. Sejak tahun 1980, peningkatan produksi kelapa sawit CPO di

Indonesia terus berkembangan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 11,48%

persen setiap tahun.

Sebaran produksi kelapa sawit di Indonesia tahun 2018 terdapat 4

kelompok/kategori yaitu Provinsi dengan total produksi kelapa sawit rendah,

menengah, tinggi, dan sangat tinggi. Pulau Sumatra dan Pulau Kalimantan

merupakan daerah penghasil CPO tersebsar di Indonesia. Produksi CPO paling

banyak dihasilkan oleh perkebunan besar swasta (PBS) disusul oleh perkebunan

rakyat (PR) dan perusahaan besar negara (PBN). Berdasarkan rata-rata produksi

kelapa sawit per provinsi di Indonesia tahun 2015-2020 terdapat 9 provinsi yang

33

merupakan daerah penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia dengan total

kontribusi sebesar 87,46 persen terhadap total produksi kelapa sawit Indonesia

yang di sajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Produksi Kelapa Sawit di Provinsi Sentra Tahun 2015-2020

No Provinsi Produksi 100.000 ton Rata-

Rata

Kontribusi

% 2015 2016 2017 2018 2019*) 2020**)

1 Riau 8,06 7,67 8,11 8,50 9,13 9,78 8,54 21,47

2

Kalimantan

Tengah 3,57 4,26 5,78 7,23 7,75 8,30 6,15 15,46

3

Sumatera

Utara 5,19 3,98 5,12 5,74 6,16 6,60 5,47 13,74

4

Sumatera

Selatan 2,82 2,93 3,20 3,79 4,08 4,37 3,53 8,88

5

Kalimantan

Timur 1,59 2,36 2,84 3,79 4,04 4,33 3,16 7,94

6

Kalimantan

Barat 2,17 2,19 2,78 3,09 3,32 3,55 2,85 7,17

7 Jambi 1,79 1,44 1,85 2,69 2,89 3,10 2,29 5,77

8

Kalimantan

Selatan 1,05 1,75 1,93 1,46 1,56 1,67 1,57 3,95

9

Sumatera

Barat 0,93 1,18 1,30 1,25 1,30 1,39 1,22 3,08

10 Lainnya 3,90 3,97 5,04 5,35 5,64 6,04 4,99 12,54

Total 31,07 31,73 37,97 42,88 45,86 49,12

100

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020

Keterangan: *) Angka Sementara

**) Angka Estimasi

Produksi CPO Indonesia berkembang dari 31 juta ton tahun 2015 menjadi

42,9 juta ton tahun 2018 atau berkembang sebesar 11,8 juta dalam rentan waktu 4

tahun terakhir. Berdasarkan tabel 5 Provinsi Riau menjadi provinsi dengan

produksi CPO rata-rata tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 8.540.182 ton atau

sebesar 21,47% disusul oleh Provinsi Kalimantan Tengah, Sumatra Utara,

Sumatra Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Jambi, Kalimantan

Selatan, dan Kalimantan Barat dengan kontribusi masing-masing sebesar 15,46%;

13,74%; 8,88%; 7,94%; 7,17%; 5,77%; 3,95%; dan 3,08%.

34

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Trend Perubahan Produksi Minyak Sawit (CPO) di Indonesia

Produksi minyak sawit (CPO) di Indonesia yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah banyaknya CPO yang dihasilkan dari total areal panen kelapa

sawit di Indonesia, yang dinyatakan dalam satuan ton. Produksi kelapa sawit

Indonesia mempunyai potensi untuk terus mengalami peningkatan, hal ini

ditunjang dengan luasnya wilayah Indonesia yang memungkinkan untuk

memperluas area perkebunan terutama kelapa sawit. Selain itu iklim Indonesia

sangat cocok untuk mendukung tumbuh dan berkembangnya tanaman perkebunan

kelapa sawit.

Perrubahan produksi minyak sawit (CPO) di Indonesia dapat dilihat

dengan menggunakan analisis trend linier merupakan model trend yang diestimasi

dan dilakukan uji t untuk mengetahui signifikansi dari variabel y terhadap variabel

x. dalam persamaan trend linier ini, variabel y (dependen) adalah volume

produksi minyak sawit CPO dan variabel x (independen) adalah variabel t

(waktu/tahun). Trend perubahan produksi merupakan variabel waktu kegiatan

produksi minyak sawit (CPO) dalam skala waktu tertentu. Trend dapat mengalami

keadaan naik artinya positif, stagnan artinya tetap, dan turun dapat diartikan

negatif.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh persamaan garis trend perubahan

produksi minyak sawit (CPO) di Indonesia selama kurun waktu 30 tahun terakhir

35

(1990-2019) mengalami penurunan, berikut ini gambar analisis trend perubahan

produksi minyak sawit (CPO) Indonesia.

Gambar 3. Grafik Trend Perubahan Produksi Minyak Sawit (CPO) di Indonesia

Tahun 1990-2019

Gambar grafik perubahan produksi minyak sawit (CPO) di Indonesia dari

tahun 1990-2019 di atas, terlihat bahwa perubahan produksi minyak sawit CPO di

Indonesia mengalami trend yang menurun (negatif) pada beberapa tahun selama

30 tahun terakhir.

Tabel 6. Hasil Analisis Trend Perubahan Produksi Minyak Sawit (CPO) di

Indonesia Tahun 1990-2019.

Variabel Koefisien Standar Error Uji-t statistik Prob.

Intersep 0,1453 0,0221 6,5582 0,0000

Trend -0,0020ns

0,0012 -1,6004 0,1207

R2 = 0,0828 (8,28%) ns: Non Signifikan

Uji F statistik = 2,5614

Probabilitas (Uji F) = 0,1207

Sumber: Data Sekunder Setelah Diolah, 2021

y = 0,14 - 0,002t

R² = 0,0838

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 131415 16 17 18 19 20 21 222324 25 26 27 28 29 30

Trend Perubahan Produksi Minyak Sawit (CPO) di

Indonesia (%)

36

Berdasarkan hasil analisis trend persamaan garis trend perubahan produksi

minyak sawit (CPO) di Indonesia diperoleh (Y = 0,14 - 0,002t). Nilai koefisien

trend sebesar -0.002t berarti bahwa perubahan produksi minyak sawit (CPO) di

Indonesia setiap tahun turun sebesar -0.002%. Sedangkan nilai intersep yang

diperoleh dari analisis adalah sebesar 0,14 yang berarti bahwa awal tahun antara

1989-1990 perubahan produksi minyak sawit CPO di Indonesia sebesar 0,14%.

Berdasarkan hasil estimasi, nilai probabilitas hasil regresi diperoleh

probabilitas Uji-F sebesar 0,1207 atau lebih besar dari = 5%. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa variabel indepenten (t) tidak berpengaruh terhadap

perubahan produksi minyak sawit CPO di Indonesia secara signifikan. Kemudian

berdasarkan hasil Uji-t sebesar 0,1207 atau lebih besar dari = 5%. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa variabel waktu tidak berpengaruh terhadap perubahan

produksi minyak sawit CPO di Indonesia secara signifikan, artinya perkembangan

perubahan minyak sawit (CPO) di Indonesia stagnan.

Perubahan produksi tahun 1990 sebesar 447.658 ton atau 22,78% dari

tahun sebelumnya, pada tahun 1991 meningkat sebesar 244.988 ton atau 10,15%

dari tahun sebelumnya. Pada tahun 1992 meningkat 608.650 ton atau 22,90% dari

tahun sebelumnya, selanjutnya tahun 1993 sebesar 155.198 ton atau 4,75%

berkurang dari tahun sebelumnya, pada tahun 1994 sebesar 586.612 ton atau

17,15% kembali meningkat dari tahun sebelumnya. Produksi tahun 1990 sampai

tahun 1994 didasarkan total luas lahan kelapa sawit seluas 1.045.000 ha.

Tahun 1995 sebesar 417.610 ton atau 11,77% dari tahun sebelumnya. Pada

tahun 1996 sebesar 418.988 ton atau 9,35% dari tahun sebelumnya, tahun 1997

37

meningkat sebesar 486.800 ton atau 9,94% dari tahun sebelumnya. Pada tahun

1998 sebesar 516.720 atau 9.59%, tahun 1999 sebesar 109.122 ton atau 1,85 ton

atau 1,85%. Produksi tahun 1995 sampai tahun 1999 didasarkan total luas lahan

kelapa sawit seluas 1.847.000 ha.

Tahun 2000 meningkat signifikan sebesar 989.208 ton atau 16,46%

dibandingkan tahun sebelumnya, pada 2001 meningkat 1.395.964 ton atau

19,94%, kemudian tahun 2002 meningkat 1.225.872 ton atau 14,60%. Pada tahun

2003 meningkat 818.490 ton atau 8,51% lebih sedikit dari peningkatan tahun

sebelumnya. Kemudian pada tahun 2004 meningkat 1.885.585 ton atau 18,06%.

Produksi tahun 2000 sampai tahun 2004 didasarkan total luas lahan kelapa sawit

seluas 5.717.026 ha.

Produksi minyak sawit (CPO) pada tahun 2005 mengalami peningkatan

yang cukup besar sebanyak 2.293.411 ton atau 18,61% dari tahun sebelumnya,

kemudian pada tahun 2006 meningkat 1.950.000 ton atau 13,34%. Selanjutnya

tahun 2007 meningkat 1.226.544 ton atau 7,40% lebih sedikit dari tahun

sebelumnya. Tahun 2008 meningkat sebesar 1.604.420 ton atau 9,02%. Kemudian

tahun 2009 meningkat 1.989.532 ton atau 10,25%. Produksi tahun 2005 sampai

tahun 2009 didasarkan total luas Lahan kelapa sawit seluas 7.949.389 ha.

Tahun 2010 meningkat 1.106.531 ton atau 5,17% lebih sedikit dari tahun

sebelumnya. Pada tahun 2011 produksi minyak sawit (CPO) meningkat sebesar

1.499.166 ton atau 6,66%. Kemudian 2012 meningkat 2.019.546 ton atau 8,42%.

Selanjutnya 2013 meningkat sebesar 1.766.485 ton atau 6,79% menurun dari

tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 meningkat sebesar 1.496.185 ton atau 5,39%

38

berkurang dari tahun sebelumnya. Produksi tahun 2010 sampai tahun 2014

didasarkan total luas lahan seluas 10.754.801 ha.

Selanjutnya pada tahun 2015 meningkat 1.791.826 ton atau 6,12%. Tahun

2016 meningkat 417.971 ton atau 1,35% sangat menurun pertambahan produksi

yang dihasilkan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2017 meningkat sebesar

3.453.303 atau 10,96% sangat meningkat dari tahun sebelumnya. Selanjutnya

tahun 2018 meningkat sebesar 7.943.342 ton atau 22,91% peningkatan yang

paling tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Kemudian tahun 2019 mengalami

peningkatan sebesar 5.534.266 ton atau 12,91%. Produksi tahun 2015 sampai

tahun 2019 didasarkan total luas lahan kelapa sawit seluas 14.595.579 ha.

Selama kurun waktu tersebut produksi minyak sawit (CPO) di Indonesia

mengalami peningkatan rata-rata hingga 1.533.510 ton atau 11% per tahun.

Naiknya perubahan produksi minyak sawit CPO di Indonesia dalam kurun waktu

30 tahun disebakan oleh penambahan luas lahan sedangkan turunnya perubahan

produksi minyak sawit CPO di Indonesia di sebabkan faktor-faktor lain yang tidak

di diteliti dalam penelitian ini.

5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Minyak Sawit (CPO) di

Indonesia

Rumusan masalah kedua dalam penelitian ini merupakan faktor-faktor

yang mempengaruhi produksi minyak sawit (CPO) di Indonesia, dalam penelitian

ini menggunakan data sekunder yaitu data time series dari tahun 1990-2019.

Kemudian variabel yang digunakan variabel independen yaitu luas lahan dan

39

bahan baku TBS yang mempengaruhi produksi minyak sawit (CPO) sebagai

variabel dependen.

Hasil analisis yang diperoleh menunjukkan nilai koefisien adjusted R

square (R2) sebesar 0,9902 atau 99% yang menunjukkan bahwa variabel-variabel

independen yang terdiri dari luas lahan dan bahan baku TBS dalam model mampu

menjelaskan sebanyak 99 persen perubahan yang terjadi pada produksi CPO di

Indonesia sedangkan sisanya 1 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar

yang tidak diteliti.

Uji Hipotesa simultan (uji F) uji statistik F digunakan untuk mengnalisis

besarnya pengaruh faktor-faktor produksi yang terdiri dari luas lahan dan bahan

baku TBS secara simultan terhadap produksi CPO. Uji simultan (uji f), dilakukan

untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel

terikat dengan tingkat kepercayaan 95 persen ( = 0,05).

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa nilai uji F

(overal all test) yang dihasilkan dari analisis regresi linier berganda dengan

menggunakan bantuan program pengolah data EViews11 adalah 1371,91 dengan

nilai probabilitas 0,0000 berpengaruh nyata terhadap tingkat kepercayaan sebesar

99 persen. Hal ini berarti bahwa kedua variabel bebas (luas lahan dan bahan baku

TBS) yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi minyak sawit CPO di Indonesia berpengaruh secara bersama-sama

terhadap variasi naik turunnya produksi CPO.

Hasil analisis juga memberikan pemahaman bahwa koefisien R2 produksi

CPO ini sebesar 99%, sedangkan sisanya 1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

40

yang tidak diteliti. Hasil analisis regresi linier berganda faktor yang

mempengaruhi produksi minyak sawit CPO di Indonesia dapat disajikan sebagai

berikut:

Tabel 7. Hasil Estimasi Multiple Regression Linier Faktor Produksi Minyak Sawit

(CPO) di Indonesia Tahun 1990-2019

Variabel Rata-

Rata

Koefisien

Elastisitas

Standar

Error

Uji t

statistik Prob.

Konstanta

Produksi

(ton)

Y (Intersep) 2,46 -0,6684 0,1957 -3,414 0,0020

Luas

Lahan (ha)

X1(LL)*** 1,44 0,2300 0,0692 3,3226 0,0026

Bahan

Baku TBS

(ton)

X2 (BB)*** 4,12 0,6810 0,0704 9,6680 0,0000

R2 = 0.9902 (99%) ***) : Signifikan ( )

Uji F statistik = 1371,91*** **) : Signifikan ( )

Probabilitas (Uji F) = 0,0000 *) : Signifikan ( )

Model Regresi Hasil Estimasi Faktor Produksi

LnY = -0.6684 + 0.2300 LnLL+ 0.6810LnBB+ e

Sumber: Data Sekunder Setelah Diolah, 2021

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diperoleh persamaan

sebagai berikut:

LnY = -0.6684 + 0.2300 LnLL+ 0.6810LnBB

Keterangan:

LnY = Produksi CPO

LnX1 = Luas Lahan (LnLL)

LnX2 = Bahan Baku TBS (LnBB)

Uji parsial (uji t) uji statistik t dilakukan untuk menganalisis pengaruh

faktor-faktor produksi yang terjadi dari luas lahan dan bahan baku TBS secara

parsial terhadap produksi CPO dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap

konstan atau sama dengan nol. Uji parsial (uji t) dilakukan untuk menguji

41

pengaruh secara parsial antara variabel tidak bebas dengan asumsi bahwa variabel

lain dianggap konstan dengan tingkat keyakinan 95% ( =0,05).

Berdasarkan hasil analisis pengaruh luas lahan terhadap produksi CPO

dilihat pada tabel 7 untuk variabel luas lahan diperoleh nilai thitung sebesar 3,3226

dengan nilai probabilitas 0,0026. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tingkat

kepercayaan 99%, variabel luas lahan berpengaruh secara signifikan terhadap

jumlah produksi minyak sawit CPO di Indonesia. Menurut Rahim dan Diah

(2007) semakin luas lahan yang digarap atau ditanami, maka akan semakin besar

jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut. Hasil penelitian ini konsisten

dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hidayat (2019) yang

menyimpulkan bahwa variabel luas lahan (X1) berpengaruh nyata terhadap

variabel (Y) hasil produksi CPO pada tingkat kepercayaan 95%. Luas lahan

memiliki pengaruh yang positif terhadap produksi CPO pada PT. Socfin Indonesia

Medan hal ini terlihat pada koefisien luas lahan sebesar 25,71214. Hal ini berarti

kenaikan luas lahan sebesar 5% akan dapat meingkatkan hasil produksi kelapa

sawit sebesar 257 ton.

Penelitian yang dilakukan oleh Panjaitan et al (2020) juga menyimpulkan

bahwa luas lahan berpengaruh signifikan (nyata) terhadap produksi kelapa sawit

di desa sungai buluh nilai sig diperoleh sebesar 0,000 (< taraf signifikansi 0,05).

Koefisien regresi luas lahan kelapa sawit diperoleh sebesar 1,110 yang berarti

bahwa setiap peningkatan luas lahan kelapa sawit sebesar 1% akan meningkatkan

produksi kelapa sawit sebesar 1,11%, dengan faktor lain dianggap tetap.

42

Sebaliknya apabila ada penurunan luas lahan sebesar 1% maka akan menurun

produksi kelapa sawit sebesar 1,11%.

Pada variabel kedua yaitu bahan baku TBS secara parsial memiliki nilai

thitung sebesar 9,6680 dengan nilai probabilitas 0,0000. Hal tersebut menunjukkan

bahwa pada tingkat kepercayaan 99%, variabel bahan baku TBS berpengaruh

secara signifikan terhadap jumlah produksi minyak sawit CPO di Indonesia.

Berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu menunjukkan bahwa hal ini sejalan

dengan penelitian Hermawan et al (2015) yang menjabarkan bahan baku

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produksi CPO pada PT. Satya

Kisma Usaha Sungai Bengkel Mill Kabupaten Tebo. Penelitian terdahulu yang

juga sejalan dengan penelitian ini Debora (2018) yang menjabarkan jumlah TBS

yang berpengaruh signifikan terhadap produksi CPO di pabrik kelapa sawit Sei

Galuh PTPN V Riau.

5.3 Elastisitas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Minyak Sawit

CPO di Indonesia.

Elastisitas adalah perbandingan perubahan proporsional dari sebuah

variabel dengan variabel lainnya. Dengan kata lain, Elastisitas mengukur

besarnya pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y), atau

kecenderungan perubahan faktor produksi minyak sawit (CPO).

Salah satu keuntungan dari penggunaan fungsi cobb-douglas adalah hasil

pendugaan garis melalui fungsi tersebut akan menghasilkan koefisien regresi yang

sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas. Berdasarkan model linier log

cobb douglas dieroleh model persamaan umumnya menjadi:

43

LnY = -0.6684 + 0.2300 LnLL+ 0.6810LnBB

Berdasarkan persamaan diatas dapat diketahui bahwa elastisitas luas lahan

bernilai positif (0,2300) hal tersebut menunjukkan bahwa apabila kenaikan faktor

produksi luas lahan sebesar 1 persen maka produksi CPO yang dihasilkan

bertambah perubahannya menjadi 0,23 persen. Nilai tersebut menjelaskan bahwa

variabel luas lahan bersifat tidak elastis (inelastis) terhadap produksi minyak

sawit CPO karena nilai koefisien regresi berada di bawah 1 (<1) artinya bahwa

perubahan yang terjadi pada produksi minyak sawit (CPO) akan lebih kecil

dibandingkan perubahan yang terjadi pada luas lahan.

Sedangkan elastisitas bahan baku TBS bernilai positif (0,6810) yang

artinya setiap adanya peningkatan bahan baku TBS sebesar 1 persen maka akan

meningkat produksi CPO sebesar 0,68 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa

variabel bahan baku TBS bersifat tidak elastis (inelastis) terhadap produksi

minyak sawit CPO karena nilai koefisiennya berada di bawah 1 (<1) artinya

bahwa perubahan yang terjadi pada produksi minyak sawit (CPO) akan lebih kecil

dibandingkan perubahan yang terjadi pada bahan baku TBS.

Berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu menunjukkan bahwa hal ini

sejalan dengan penelitian Hermawan et al (2015) Yang menjabarkan bahan baku

TBS bernilai positif 0,985 yang artinya setiap kenaikan faktor produksi bahan

baku TBS sebesar 1% maka berarti perubahaan masih dapat menambah pasokan

bahan baku TBS yang akan diolah. Nilai elastisitas faktor produksi bahan baku

TBS bersifat inelastis terhadap produksi crude palm oil (CPO) pada PT. Satya

Kisma Usaha Sungai Bengkel Mill Kabupaten Tebo.

44

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian mengenai analisis faktor

produksi dengan trend minyak sawit CPO di Indonesia selama periode 1990-2019

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Trend perubahan produksi minyak sawit CPO di Indonesia selama kurun waktu

30 tahun dari tahun 1990-2019 mengalami penurunan sebesar -0,002%.

2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi minyak sawit CPO di

Indonesia adalah luas lahan diperoleh nilai thitung sebesar 3.3226 dengan nilai

probabilitas 0,0026 hal tersebut menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan

99%, variabel luas lahan berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah

produksi minyak sawit (CPO) di Indonesia. sedangkan variabel bahan baku

TBS secara parsial memiliki nilai thitung sebesar 9.6680 dengan nilai

probabilitas 0,0000 hal tersebut menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan

99% variabel bahan baku TBS berpengaruh signifikan terhadap produksi

minyak sawit (CPO) di Indonesia.

3. Elastisitas faktor-faktor yang mempengaruhi produksi minyak sawit (CPO) di

Indonesia diperoleh hasil elastisitas luas lahan bernilai positif (0,2300) luas

lahan bersifat inelastis terhadap produksi minyak sawit CPO karena nilai

koefisien regresi di bawah 1. Sedangkan elastisitas bahan baku TBS bernilai

positif (0,6810) nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel bahan baku bersifat

tidak elastis (inelastis) terhadap produksi minyak sawit (CPO) karena nilai

koefisiennya berada di bawah 1.

45

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini dilihat bahwa jumlah produksi minyak

Sawit (CPO) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh luas lahan , namun

penambahan luas lahan memiliki titik batas yaitu ketersedian sumber daya alam

khususnya lahan. Maka dapat dilakukan dengan luas lahan perkebunan yang tetap,

produksi minyak sawit dapat meningkat karena adanya peningkatan produktivitas

melalui perbaikan kultur teknis (Good Agriculture Practices/GAP) seperti

peningkatan penggunaan pupuk, tenaga kerja, dan lain-lain. Atau dengan tahap

industrialisasi yang berkelanjutan melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan, SDM

kreatif, dan ditandai dengan pengaplikasian industri 4.0 pada perkebunan kelapa

sawit.

46

DAFTAR PUSTAKA

Ainny, S., (2018). Analisis Trend Produksi Kelapa Sawit di PT Perkebunan

Minangga Ogan Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Oku. JASEP, 4(1):

60–63.

Alatas, A., (2015). Trend Produksi dan Ekspor Minyak Sawit (CPO) Indonesia.

Agrar. J. Agribus. Rural Dev. Res., 1(2): 114–124.

Ani, R. S. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Minyak

Crude Palm Oil (CPO) Pada Industri Pabrik Kelapa Sawit Menurut

Perspektif Ekonomi Syariah (Studi Kasus pada PT. Pelita Agung Agrindustri

Desa Bumbung Kecamatan Bathin Solapan Kabupaten Bengkalis) (Doctoral

dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau).

Ariyanto, A., Nizar, R., & Mutryarny, E. (2017). Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit Rakyat Pola Swadaya Di Kabupaten

Kampar-Riau.

BPS Indonesia., (2020). Indonesian Oil Palm Statistics 2019, : 1–155.

Damayanti, M.L., (2020). Teori produksi. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

Debora, K. S. (2018). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Produksi CPO di Pabrik

Kelapa Sawit Sei Galuh PTPN V Riau (Doctoral dissertation, Universitas

Gadjah Mada).

Djarwanto, P. (2001). Statistik Sosial Ekonomi Bagian Pertama.

Fajrin, A. (2015). Permintaan Gula Rafinasi Pada Industri Makanan Minuman

dan Farmasi di Indonesia. Agro Ekonomi Thn .2015. Vol. 26/No. 2. Fakultas

Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

GAPKI., (2021). Refleksi Industri Sawit 2020 & Prospek 2021. Mukti Sardjono.

GAPKI., (2017). Mitos & Fakta Sawit-Bab1 Perkembangan Mutakhir Industri

Minyak Sawit Indonesia.

Hermawan, B.; Edison; Damayanti, Y., (2015). Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Produksi Crude Palm Oil (CPO) Pada PT. Satya Kisma

Usaha Sungai Bengkel Mill Kabupaten Tebo, 18(3): 1–11.

Hidayah, A.N., (2012). Analisis Fungsi Produksi Cobb Douglas dengan Metode

Iterasi Gauss Newton. J. Chem. Inf. Model. universitas jember.

47

Hidayat, T., (2019). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi CPO

(Studi pada PT. Socfin Indonesia Medan). J. niaga dan bisnis, 3(1): 11.

Isharyadi, F.; Faridah, D.N.; Sitanggang, A.B., (2019). Karakterisasi Fisikokimia

Crude Palm Oil (CPO) di Daerah Sumatra dan Non Sumatra. Universitas

IPB.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia., (2013). Market Brief Kelapa

Sawit dan Olahannya. ITPC Hambg., : 1–35.

Margareta, E. (2013). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi

Kelapa Sawit pada Perkebunan Rakyat di Sumatera Utara (Doctoral

dissertation, UNIMED).

Narafin, M. (2013). Penganggaran Perusahaan. Edisi ketiga, Cetakan kedua,

Buku 1. Jakarta: Salemba Empat

Natsir, M. (2015). Analisis Suply Response Jagung di Daerah Sentra Produksi

Utama Indonesia. Yogyakarta.

Oktarina, T.; Studi, P.; Informasi, S.; Komputer, F.I.; Darma, U.B.; Studi, P.;

Informatika, T.; et al., (2018). Peramalan Produksi Crude Palm Oil (CPO)

Menggunakan Metode Arima pada PT. Sampoerna Agro tbk, (November).

Palm Oil Production by Country in 1000 MT., (2020). Palm Oil Production by

Country in 1000 MT https:// www.indexmundi.com/ agriculture/

?commodity=palm-oil.

Prabawa., (2020). Hubungan Strategis Komunikasi Penyuluh Pertanian dengan

Perilaku Petani Jahe ubak Sara pada Desa Taro, Kecamatan Tagallang,

Kabupaten Gianyar. Nilacakra, Bali.

Rahim, Abdhastuti & Diah Retno Dwi Hastuti. (2007). Ekonomi Pertanian.

Jakarta: Penebar Swadaya. 204 hal.

Salam, A.N.H., (2020). Analisis Tren Produksi Tebu Menjadi Gula di PTPN XIV

Pabrik Gula Takalar. Universitas Muhammadiyah Makassar.

Septian, E., (2015). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Crude

Palm Oil (CPO) PT. Perkebunan Nusantara VI (PERSERO) Solok Selatan.

Jom FEKON, 2: 1–13.

Solihqin, D. (2015). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi CPO

di Unit Pabrik Minyak Sawit (Pms) Samuntai Distrik Kalimantan Timur PT.

Perkebunan Nusantara XIII (Persero) (Doctoral dissertation, Universitas

Brawijaya).

48

Sunyoto, D. (2009). Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Media Pressindo.

Yogyakarta

Susana, S. (2021). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Minyak

Kelapa Sawit pada PT Jas Mulia Palm Oil Mill di Kecamatan Sukamaju

Kabupaten Luwu Utara (Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah

Palopo).

Yogatama, I., (2019). Jurnal Teori Produksi. Teor. Produksi, 2: 3–8.

Yulianto, N. A.B. et al. (2018). Metode Penelitian Bisnis. PolinemaPress, Malang.

Yuliara, I. M. (2020). Regresi Linier Berganda. Diakses pada tanggal, 2.

49

LAMPIRAN

50

Lampiran 1. Data Nilai Variabel Dependen dan Independen

No TAHUN

Produksi CPO

(Juta Ton)

Luas Lahan

(Juta Ha)

Bahan Baku TBS

(Juta Ton)

Y X1 X2

1 1990 2,41 0,67 11,15

2 1991 2,66 0,77 12,15

3 1992 3,27 0,88 13,24

4 1993 3,42 0,92 17,11

5 1994 4,01 1,05 20,04

6 1995 4,48 1,19 22,40

7 1996 4,90 1,43 24,49

8 1997 5,39 1,62 26,93

9 1998 5,90 1,80 29,51

10 1999 6,01 1,85 32,78

11 2000 7,00 4,16 36,38

12 2001 8,40 4,71 40,95

13 2002 9,62 5,07 46,80

14 2003 10,44 5,28 52,60

15 2004 12,33 5,72 60,43

16 2005 14,62 5,95 74,00

17 2006 16,57 6,28 80,25

18 2007 17,80 6,85 78,00

19 2008 19,40 7,33 85,00

20 2009 21,39 7,95 90,00

21 2010 22,50 8,55 145,03

22 2011 24,00 9,13 157,33

23 2012 26,02 10,13 165,47

24 2013 27,78 10,47 180,07

25 2014 29,28 10,75 179,25

26 2015 31,07 11,26 183,36

27 2016 31,49 11,20 190,10

28 2017 34,94 12,38 237,32

29 2018 42,88 14,33 240,89

30 2019 48,42 14,60 245,63

Rata-Rata 16,61 6,14 92,62

51

Lampiran 2. Data Perubahan Produksi Minyak Sawit (CPO) di Indonesia

Tahun Produksi CPO (ton) Perubahan

(ton) %

1990 2.412.612 447.658 22,78

1991 2.657.600 244.988 10,15

1992 3.266.250 608.650 22,90

1993 3.421.448 155.198 4,75

1994 4.008.060 586.612 17,15

1995 4.479.670 471.610 11,77

1996 4.898.658 418.988 9,35

1997 5.385.458 486.800 9,94

1998 5.902.178 516.720 9,59

1999 6.011.300 109.122 1,85

2000 7.000.508 989.208 16,46

2001 8.396.472 1.395.964 19,94

2002 9.622.344 1.225.872 14,60

2003 10.440.832 818.488 8,51

2004 12.326.419 1.885.587 18,06

2005 14.619.830 2.293.411 18,61

2006 16.569.830 1.950.000 13,34

2007 17.796.374 1.226.544 7,40

2008 19.400.794 1.604.420 9,02

2009 21.390.326 1.989.532 10,25

2010 22.496.857 1.106.531 5,17

2011 23.995.973 1.499.116 6,66

2012 26.015.519 2.019.546 8,42

2013 27.782.004 1.766.485 6,79

2014 29.278.189 1.496.185 5,39

2015 31.070.015 1.791.826 6,12

2016 31.487.986 417.971 1,35

2017 34.940.289 3.452.303 10,96

2018 42.883.631 7.943.342 22,73

2019 48.417.897 5.534.266 12,91

Rata-Rata 16.612.511 1.533.510 11,43

52

Lampiran 3. Hasil Analisis Trend Perubahan Produksi Minyak Sawit (CPO) di

Indonesia Tahun 1990-2019.

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics Multiple R 0,2895

R Square 0,0838 Adjusted R

Square 0,0511 Standard

Error 0,0591 Observations 30

ANOVA df SS MS F Significance F

Regression 1 0,0090 0,0090 2,5614 0,1207

Residual 28 0,0979 0,0035 Total 29 0,1069

Coefficients Standard

Error t Stat P-value Intercept 0,1453 0,0221 6,5582 0,0000

T -0,0020 0,0012 -1,6004 0,1207

53

Lampiran 4. Transformasi Logaritma Natural (LN) Variabel Produksi CPO, Luas

Lahan, dan Bahan Baku TBS

No TAHUN

Produksi CPO

(Juta Ton)

Luas Lahan

(Juta Ha)

Bahan Baku TBS

(Juta Ton)

LNY LNX1 LNX2

1 1990 0,88 -0,40 2,41

2 1991 0,98 -0,26 2,50

3 1992 1,18 -0,13 2,58

4 1993 1,23 -0,08 2,84

5 1994 1,39 0,04 3,00

6 1995 1,50 0,17 3,11

7 1996 1,59 0,36 3,20

8 1997 1,68 0,48 3,29

9 1998 1,78 0,59 3,38

10 1999 1,79 0,61 3,49

11 2000 1,95 1,43 3,59

12 2001 2,13 1,55 3,71

13 2002 2,26 1,62 3,85

14 2003 2,35 1,66 3,96

15 2004 2,51 1,74 4,10

16 2005 2,68 1,78 4,30

17 2006 2,81 1,84 4,39

18 2007 2,88 1,92 4,36

19 2008 2,97 1,99 4,44

20 2009 3,06 2,07 4,50

21 2010 3,11 2,15 4,98

22 2011 3,18 2,21 5,06

23 2012 3,26 2,32 5,11

24 2013 3,32 2,35 5,19

25 2014 3,38 2,38 5,19

26 2015 3,44 2,42 5,21

27 2016 3,45 2,42 5,25

28 2017 3,55 2,52 5,47

29 2018 3,76 2,66 5,48

30 2019 3,88 2,68 5,50

Rata-Rata 2,46 1,44 4,12

54

Lampiran 5. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda dengan EViews11 Faktor

Produksi Minyak Sawit (CPO) di Indonesia Tahun 1990-2019.

Dependent Variable: Y

Method: Least Squares

Date: 08/05/21 Time: 06:21

Sample: 1990 2019

Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.668496 0.195777 -3.414580 0.0020

X1 0.230015 0.069227 3.322617 0.0026

X2 0.681088 0.070448 9.668007 0.0000

R-squared 0.990256 Mean dependent var 2.464333

Adjusted R-squared 0.989534 S.D. dependent var 0.901599

S.E. of regression 0.092237 Akaike info criterion -1.834264

Sum squared resid 0.229709 Schwarz criterion -1.694144

Log likelihood 30.51395 Hannan-Quinn criter. -1.789438

F-statistic 1371.919 Durbin-Watson stat 0.881419

Prob(F-statistic) 0.000000

55

Lampiran 6. Grafik Residual Faktor Produksi Minyak Sawit (CPO) di Indonesia

-.2

-.1

.0

.1

.2

0

1

2

3

4

90 92 94 96 98 00 02 04 06 08 10 12 14 16 18

Residual Actual Fitted

56

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian

57

Lampiran 8. Dokimentasi Pengambilan Data di Badan Pusat Statistik Provinsi

Sulawesi Selatan

58

Lampiran 9. Website FAOSTAT

59

Lampiran 10. Kartu Kontrol Bimbingan Skripsi

60

61

Lampiran 11. Hasil Turnitin

62

63

RIWAYAT HIDUP

Supiana, lahir di Malaysia tanggal 25 September

1999 dari Bapak Jamaluddin dan Ibu Erni. Penulis merupakan

anak pertama dari dua bersaudara.

Pendidikan formal yang dilalui oleh penulis adalah

SDN 008 Segah 2011, SMPN 12 Berau 2014, SMKN 5 Berau

2017. Pada tahun yang sama, penulis resmi menjadi salah satu mahasiswa

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhamamdiyah

Makassar.

Selain menjadi mahasiswa aktif, penulis juga mengisi waktu dengan

bergabung dalam organisasi internal kampus yaitu Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah (IMM) Komisariat Fakultas Pertanian sebagai departemen

bidang kader 2018-2019, sekretaris bidang IMMawati 2019-2020. Penulis pernah

magang di UPT Balai Benih Tanaman Pangan Provinsi Sulawesi Selatan yang

bertempat di Maros. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan

menulis skripsi yang berjudul “Analisis Faktor Produksi dengan Trend Minyak

Sawit (CPO) di Indonesia”.