analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat migrasi...

108
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT MIGRASI TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) (Studi Kasus Pada 6 Provinsi Tahun 2008-2017) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Khairun Nisa NIM. 11150840000063 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYTULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M

Upload: others

Post on 24-Jan-2020

17 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

MIGRASI TENAGA KERJA INDONESIA (TKI)

(Studi Kasus Pada 6 Provinsi Tahun 2008-2017)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Khairun Nisa

NIM. 11150840000063

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYTULLAH JAKARTA

1440 H / 2019 M

i

ii

iii

iv

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi

Nama : Khairun Nisa

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Mei 1996

Alamat : Jalan Alhidayah RT.002 RW.002 No. 21

Kelurahan Pondok Jaya, Kecamatan Pondok

Aren, Kota Tanggerang Selatan Provinsi Baten

15424

Email : [email protected]

Telepon : 089506596463

II. Latar Belakang Keluarga

Ayah : Muhammad Taufik

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 16 Juni 1962

Ibu : Sri Ningsih

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Oktober 1965

III. Pendidikan

1. SDN 06 Pondok Aren Tahun 2002-2008

2. SMPN 13 Tangerang Selatan Tahun 2008-2011

3. SMAN 5 Tangerang Selatan Tahun 2011-2014

4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015-2019

IV. Pengalaman Organisasi

1. OSIS SMPN 13 Tangerang Selatan Tahun 2009-2010

2. Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Tahun 2015-2016

Ekonomi Pembangunan

3. Himpinan Mahasiswa Islam (HMI) Tahun 2017- sekarang

vi

ABSTRACT

The aims of this research to analyse the factors that effect the level of

Indonesian Migrant Workers (TKI). This research uses panel data analysis with sample

research of provincial in Indonesia, there are Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,

Nusa Tenggara Barat, Lampung, and Sumatera Utara from 2008 to 2017 which were

processed using the Fixed Effect Model (FEM). The findings of the research show that

partially Poverty and Mean Years School have a negative and significant effect on

Indonesian Labor Migration. The provincial minimum wage has a positive and

significant effect on Indonesian Labor Migration. While population density has a

negative and insignificant effect on Indonesian labor migration. Simultaneously,

Population Density, Poverty, Provincial Minimum Wages, and Mean Years School have

an effect on Indonesian Labor Migration.

Keywords: Indonesian Labor Migration (TKI), Population Density, Poverty, Provincial

Minimum Wage, Mean Years School (MYS), Fixed Effect Model (FEM)

vii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Tingkat Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Penelitian ini menggunakan analisis

data panel dengan sampel penelitian provinsi di Indonesia yaitu Jawa Barat, Jawa

Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada tahun

2008 sampai 2017 yang diolah menggunakan Fixed Effect Model (FEM). Temuan hasil

penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Kemiskinan dan Rata-rata Lama Sekolah

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia. Upah

minimum Provinsi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Migrasi Tenaga kerja

Indonesia. Sementara Kepadatan Penduduk negatif dan tidak signifikan terhadap

Migrasi Tenaga Kerja Indonesia. Secara simultan, Kepadatan Penduduk, Kemiskinan,

Upah Minimum Provinsi, dan Rata-rata Lama Sekolah berpengaruh terhadap Migrasi

Tenaga Kerja Indonesia.

Kata Kunci : Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI), Kepadatan Penduduk,

Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi (UMP), Rata-rata Lama Sekolah, Fixed Effect

Model (FEM)

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta Rasulullah SAW yang

telah membawa kita dari zaman gelap gulita ke zaman yang terang benderang.Sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang judul “Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Tingkat Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI): Studi Kasus pada

6 Provinsi Tahun 2008-2017”dengan baik.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan

selesainya penyusunan dan penulisan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis.

Adapun ucapan terimakasih ini penulis tunjukan kepada:

1. Orang tua penulis, ayahanda Muhammad Taufik dan Ibunda Sri Ningsih yang telah

memberikan kasih sayang, semangat, dan doa yang tidak bisa disebutkan satu per

satu. Sehingga penulis selalu optimis dalam menjalani kehidupan khususnya dalam

menyelesaikan skripsi ini. Segala pengorbanan dan jerih payah yang telah diberikan

untuk penulis, semoga dapat menjadi kebahagiaan dan keberkahan bagi kedua

orang tua penulis.

2. Kedua kakak, Fhadila Agustina dan Muhammad Hafidz yang telah memberikan

dukungan berupa moril maupun materi. Serta keponakan penulis, Satria Pratama

dan Raditya Syahreza yang menjadi penghibur selama penyusunan skripsi ini.

3. Paman Tarjono dan Tante Zainah said yang telah memberikan dukungan dan doa

kepada penulis dari awal perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini.

4. Keluarga besar Said Saud dan Hapsah yang telah memberi dukungan dan doa

kepada penulis.

5. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA, QIA., BKP., CRMP selaku Dekan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

ix

6. Bapak Dr. M. Hartana Iswandi Putra, M,Si dan Bapak Deni Pandu Nugraha,SE.,

M.Sc selaku ketua jurusan dan sekretaris jurasan Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis uin Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak Djaka Badranaya S. Ag., M.E. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan ilmu yang bermanfaat sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh dosen serta jajaran staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

9. Keluarga besar HMJ Ekonomi Pembangunan Periode 2015-2016.

10. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Ekonomi dan Bisnis

Cabang Ciputat.

11. Cayufi yang selalu memberikan semangat dari masa perkuliahan, perhatian,

kebaikan, kesabaran, dan berbagi suka duka dalam penyusunan skripsi ini.

12. Teman seperjuangan Minceu Lover (Azalia Nada Bayanillah, Andini, Diyah Ayu

Fatimah, Diyah Ayu SN, Kurniasih Anderesta, Maria Ulfah, Octavira Maretta,

Priska Fatma Anggita, Rara Min Arsyillah, Resha Ayu Nuvisa, Sofi Pratiwi, dan

Tenti Aprianti Rukmana) yang telah membuat masa kuliah saya menjadi sangat

berwarna karena kehadiran kalian semua.

13. Arfani Widiutari, Suci Rahmawati, dan Riska Juliana Putri yang terus-menerus

memberikan kebaikan dan semangat untuk penulis.

14. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2015.

Serta untuk pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang

membantu terealisasinya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena

keterbatasan pengetahuan dan pengalam yang penulis miliki. Oleh karena itu, kritik dan

saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan dimasa mendatang.

Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan

semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

untuk mencerdaskan para pembacanya.

x

Aamiin ya Rabbal „alamin

Wassalamualaikum. Wr. Wb

Jakarta, Juli 2019

Khairun Nisa

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ....................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH.............................. iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ..................................................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v

ABSTRACT ......................................................................................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Batasan Masalah ............................................................................................. 11

C. Rumusan Masalah ........................................................................................... 11

D. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 12

E. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 14

A. Teori Terkait dengan Variabel Penelitian ........................................................ 14

1. Migrasi dan Tenaga Kerja ........................................................................... 14

2. Kepadatan Penduduk .................................................................................. 21

3. Kemiskinan ................................................................................................ 24

4. Upah Minimum Provinsi (UMP) ................................................................. 28

5. Rata-rata Lama Sekolah .............................................................................. 30

B. Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 31

C. Hubungan Antar Variabel................................................................................ 39

xii

D. Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 41

E. Hipotesis ......................................................................................................... 43

BAB III METODELOGI PENELITIAN ............................................................ 45

A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................... 45

B. Metode Penentuan Sampel .............................................................................. 45

C. Metode Pengumpulan Data ............................................................................. 46

D. Metode Analisis Data ...................................................................................... 47

E. Operasional Variabel Penelitian ...................................................................... 54

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 56

A. Temuan Hasil Penelitian ................................................................................. 56

1. Uji Chow .................................................................................................... 56

2. Uji Hausman............................................................................................... 56

3. Fixed Effect Model ..................................................................................... 57

4. Uji Multikolinearitas................................................................................... 61

5. Uji Heteroskedastisitas ............................................................................... 61

6. Uji Koefisien Determinasi (R2) ................................................................... 62

7. Uji F-statistik .............................................................................................. 63

8. Uji t-statistik ............................................................................................... 64

B. Pembahasan .................................................................................................... 66

1. Kepadatan Penduduk Terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia ................ 66

2. Kemiskinan Terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia .............................. 67

3. Upah Minimum Provinsi Terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia .......... 69

4. Rata-rata Lama SekolahTerhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia ............. 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 74

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 74

B. Saran ............................................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 77

LAMPIRAN ......................................................................................................... 82

xiii

DAFTAR GRAFIK

1.1 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Sektor Formal dan Informal

Tahun 2011-2017 ............................................................................................ 2

1.2 Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Berdasarkan Tingkat Pendidikan di 6

Provinsi Tahun 2017 ........................................................................................ 9

4.1Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak Jawa Barat .................... 69

4.2 Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak Jawa Tengah ............... 70

4.3 Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak Jawa Timur ................. 70

4.4 Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak NTB ............................ 70

4.5 Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak Lampung ..................... 71

4.6 Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak Sumut .......................... 71

xiv

DAFTAR GAMBAR

2.1 Faktor Daerah Asal, Daerah Tujuan, dan Rintangan Antara dalam Keputusan

Bermigrasi ....................................................................................................... 15

2.2 Keseimbangan Tenaga Kerja Dua Negara ........................................................ 17

2.3 Kerangka Pemikiran ......................................................................................... 42

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran : Hasil Uji Data Panel ............................................................................ 82

A. Pooled Least Square (PLS) ........................................................................... 82

B. Fixed Effect Model (FEM) ............................................................................ 83

C. Uji Chow ...................................................................................................... 84

D. Random Effect Models (REM) ...................................................................... 85

E. Uji Hausman ................................................................................................. 86

Lampiran 2: Hasil Uji Asumsi Klasik ..................................................................... 87

A. Multikolinearitas ........................................................................................... 87

B. Heteroskedastisitas........................................................................................ 87

Lampiran 3: Data Penelitian ................................................................................... 88

xvi

DAFTAR TABEL

1.1 Persentase Jumlah Migrasi TKI Berdasarkan Provinsi di Indonesia 2017 ........ 3

1.2 Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2) di 6 Provinsi Tahun 2015-2017 .................... 5

1.3 Persentase Penduduk Miskin di 6 Provinsi Tahun 2015-2017 .......................... 6

1.4 Upah Minimum Provinsi (UMP) di 6 Provinsi Tahun 2015-2017 .................... 7

1.5 Upah Minimum Per Bulan di Beberapa Negara Tujuan Tenaga Kerja

Indonesia (TKI) Tahun 2017 (Dalam US Dollar) ............................................. 8

1.6 Rata-rata Lama Sekolah (RLS) di 6 Provinsi Tahun 2015-2017 ....................... 10

2.1 Kriteria Kepadatan Penduduk .......................................................................... 23

2.2 Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 34

3.1 Operasional Variabel Penelitian ...................................................................... 54

4.1 Uji Chow......................................................................................................... 56

4.2 Uji Hausman ................................................................................................... 57

4.3 Hasil Regresi Fixed Effect Model .................................................................... 58

4.4 Interpretasi Fixed Effect Model ........................................................................ 59

4.5 Hasil Uji Multikolinearitas .............................................................................. 61

4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................................... 62

4.7 Uji Koefisien Determinasi (R2) ........................................................................ 62

4.8 Uji F-statistik .................................................................................................. 63

4.9 Uji t-statistik ................................................................................................... 65

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan ekonomi suatu negara, pada umumnya terjadi di negara

sedang berkembang. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang.

Perencanaan pembangunan ekonomi di Indonesia berorientasi pada kendala

yang berkaitan dengan permasalahan pertumbuhan ekonomi dan penduduk.

Laju pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi, secara langsung akan

berdampak terhadap perkembangan angkatan kerja dan kesempatan kerja yang

tidak seimbang. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2017 mencatat

128.062.746 angkatan kerja dengan jumlah yang bekerja sebesar 94.50% atau

121.022.423 pekerja, dan tersisa sebesar 5.50% atau 7.040.323 pengangguran

di Indonesia. Keterbatasan lapangan pekerjaan dan tidak tertampungnya

angkatan kerja menyebabkan para pekerja untuk bekerja di negara lain atau

migrasi. Migrasi merupakan pindahanya suatu penduduk dengan tujuan

menetap dari daerah asal ke daerah tujuan melampaui batas politik/negara

ataupun batas administratif/batas bagian dalam suatu negara.

Menurut Everett S Lee (1966) keputusan individu melakukan migrasi

disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor

pendorong berkaitan dengan perbedaan pertumbuhan ekonomi dan

ketidakmerataan fasilitas pembangunan antara suatu negara dengan negara lain.

seperti kepadatan penduduk yang tinggi mengakibatkan terbatasnya jumlah

ketersediaan lapangan pekerjaan dengan jumlah pengangguran yang semakin

tinggi, perbedaan pengahasilan satu negara dengan negara lain, keadaan

ekonomi yang miskin di daerah asal, dan alasan tingkat pendidikan.

Sebaliknya, faktor penarik berkaitan dengan berpindahnya tenaga kerja dari

negara yang pertumbuhan ekonominya lebih rendah menuju negara yang

memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi, yaitu adanya kesempatan kerja

yang lebih besar, upah yang lebih tinggi, dan kondisi lingkungan yang baik

dengan terdapat beberapa fasilitas di negara tujuan bagi pekerja. Sesuai yang

dinyatakan Todaro (2006) keputusan bermigrasi merupakan keputusan individu

2

yang mengharapkan adanya perbedaan pendapatan di daerah asal dengan

daerah tujuan. Apabila daerah asal tidak mampu memenuhi kebutuhannya,

maka ia akan mengambil keputusan untuk bermigrasi (Triyanti, dkk.. 2013).

Grafik 1.1

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Sektor Formal dan Informal

Tahun 2011-2017

Sumber : BNP2TKI

Grafik 1.1 menunjukkan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang

fluktuatif pada sektor formal dan informal. Pada tahun 2011 ke tahun 2012

jumlah TKI mengalami penurunan baik sektor formal maupun informal. Di

tahun 2013 jumlah TKI kembali meningkat namun tidak lebih besar dari tahun

2011. Selama tiga tahun berturut-turut jumlah TKI mengalami penurunan dan

kembali meningkat di tahun 2017. Pada tahun 2012 sampai 2016 TKI formal

jumlahnya lebih besar dibandingkan TKI informal. Hal tersebut terjadi karena

pemerintah membuat kebijakan yang mendorong peningkatan penempatan TKI

formal untuk mengurangi penempatan pada TKI informal. Namun,

kenyataannya di tahun 2017 TKI informal tetap lebih besar 55% atau 142.990

jiwa dibandingkan TKI formal yang jumlahnya 118.830 jiwa. Para migran

lebih memilih menjadi TKI informal karena prosedur yang dilakukan untuk

menjadi TKI formal memiliki proses yang panjang dan biaya rekrutmen yang

mahal untuk dilakukan para migran. Padahal, jika TKI bekerja secara

0

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Formal

Informal

Total

3

prosedural dapat mengurangi risiko beban kerja yang tidak sesuai dan

meminimalisir proses penganiayaan dan pelecehan yang masih kerap terjadi.

Berdasarkan data Migrant Care para pekerja Indonesia sebagian besar

menjadi buruh migran di sektor-sektor yang memiliki risiko dengan tingkat

proteksi yang rendah. Di Timur Tengah terutama di Arab Saudi, buruh migran

Indonesia banyak yang menjadi korban pemerkosaan dan kekerasan oleh

majikannya. Sedangkan, di negara-negara lain memiliki ragam persoalan yang

berbeda. Di Hongkong buruh migran menerima upah dibawah standar

pengupahan yang ditentukan. Di Taiwan banyak upah yang tidak dibayarkan

dan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak serta adanya

perdagangan perempuan Indonesia untuk tujuan kawin kontrak.

Tabel 1.1

Persentase Jumlah Migrasi TKI Berdasarkan Provinsi di Indonesia

Tahun 2017

Provinsi Jumlah Migrasi TKI Jumlah Penduduk Persentase

Aceh 680 5.189.500 0.01%

Sumutera Utara 17.109 14.262.100 0.12%

Sumatera Barat 945 5.321.500 0.02%

Riau 637 6.657.900 0.01%

Jambi 261 3.515.000 0.01%

Sumatera Selatan 2.103 8.267.000 0.03%

Bengkulu 294 1.934.300 0.02%

Lampung 15.327 8.289.600 0.18%

Kep. Bangka Belitung 16 1.430.900 0.001%

Kep. Riau 1.882 2.082.700 0.09%

DKI Jakarta 894 10.374.200 0.01%

Jawa Barat 50.756 48.037.600 0.11%

Jawa Tengah 54.737 34.257.900 0.16%

DI Yogyakarta 1.525 3.762.200 0.04%

Jawa Timur 63.498 39.293.000 1.62%

Banten 2.315 12.448.200 0.02%

Bali 4.872 4.246.500 0.11%

NTB 34.975 4.955.600 0.71%

4

NTT 1.955 5.287.300 0.04%

Kalimantan Barat 1.325 4.932.500 0.03%

Kalimantan Tengah 37 2.605.300 0.001%

Kalimantan Selatan 129 4.119.800 0.003%

Kalimantan Timur 2.758 3.575.400 0.08%

Kalimantan Utara 9 691.100 0.001%

Sulawesi Utara 458 2.461.000 0.02%

Sulawesi Tengah 631 2.966.300 0.02%

Sulawesi Selatan 1.124 8.690.300 0.01%

Sulawesi Tenggara 158 2.602.400 0.006%

Gorontolo 41 1.168.200 0.004%

Sulawesi Barat 236 1.331.000 0.02%

Maluku 104 1.744.700 0.006%

Maluku Utara 8 1.209.300 0.0007%

Papua Barat 8 915.400 0.0009%

Papua 13 3.265.200 0.0004%

Indonesia 261.820 261.890.900 0.1%

Sumber : BNP2TKI dan BPS

Tabel 1.1 diatas menunjukan migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang

banyak mengirimkan Tenaga Kerja ke luar negeri berdasarkan provinsi di

Indonesia tahun 2017. Pada provinsi Sumutera Utara, Lampung, Jawa Barat,

Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat adalah provinsi dengan

persentase migrasi TKI terbanyak dengan jumlah penduduk di provinsi

masing-masing. Sehingga, Enam provinsi di atas merupakan provinsi yang

dipilih penulis untuk diteliti karena memiliki jumlah migrasi TKI terbanyak

dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia atau dikenal dengan daerah

kantong-kantong TKI.

Dilihat dari jumlah penduduk di ke-enam provinsi tersebut merupakan

provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia seperti Jawa Barat

memiliki penduduk sebesar 48.037.600 jiwa, Jawa Timur sebesar 39.293.000

jiwa, Jawa Tengah sebesar 34.257.900 jiwa, dan Sumatera Utara sebesar

14.262.100 jiwa di tahun 2017 menurut BPS. Sedangkan Lampung dan Nusa

Tenggara Barat memiliki jumlah penduduk yang setara dengan provinsi

5

lainnya, namun di kedua provinsi tersebut memiliki migrasi TKI lebih besar.

Banyaknya jumlah penduduk dengan kepadatan penduduk yang tinggi di suatu

daerah tentunya memiliki permintaan terhadap kesempatan kerja yang lebih

besar, namun terkadang hal tersebut tidak dapat terpenuhi di beberapa daerah

sehingga peluang mencari pekerjaan di daerah lain menjadi besar.

Tabel 1.2

Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2) di 6 Provinsi Tahun 2015-2017

Provinsi 2015 2016 2017

Jawa Barat 1.320 1.339 1.358

Jawa Tengah 1.030 1.037 1.044

Jawa Timur 813 817 822

NTB 260 264 267

Lmpung 234 237 239

Sumatera Utara 191 193 195

Sumber: Statistik Indonesia (BPS)

Kepadatan penduduk pada provinsi di atas terus meningkat dari tahun

ketahun sesuai dengan bertambahnya jumlah penduduk setiap tahun, namun

tidak berbanding lurus dengan luas wilayah yang tidak akan bertambah besar.

Hal tersebut tentunya membawa berbagai dampak negatif bagi kehidupan

individu. Permasalahan yang ditimbulkan dengan kepadatan penduduk yang

semakin tinggi berdampak pada kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan

persaingan untuk mendapatkan pekerjaan. Seorang individu pada akhirnya

memustuskan migrasi keluar negeri sebagai tujuan untuk memperbaiki

perekonomian keluarga. ketika di wilayah tempat tinggal sudah tidak lagi

terpenuhi. Sesuai yang dinyatakan Tjiptoherijanto (1999) dalam Listyarini

(2011) migrasi internasional yang semakin banyak dilakukan hampir di seluruh

negara-negara di dunia dipandang sebagai keputusan yang rasional karena

adanya tekanan yang dihadapi penduduk di dalam negeri. kemiskinan

merupakan salah satu tekanan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan

sekaligus menjadi masalah besar yang banyak dihadapi oleh negara-negara

berkembang, seperti Indonesia.

6

Tabel 1.3

Persentase Penduduk Miskin di 6 Provinsi Tahun 2015-2017

Provinsi 2015 2016 2017

Jawa Barat 9.57 8.77 7.83

Jawa Tengah 13.32 13.19 12.23

Jawa Timur 12.34 12.05 11.77

NTB 16.54 16.02 15.05

Lampung 13.53 13.86 13.04

Sumatera Utara 10.79 10.27 9.28

Sumber : Badan Pusat Statistik

Kemiskinan terjadi akibat tidak adanya kemajuan ekonomi,

menyempitnya lapangan pekerjaan, dan rendahnya kualitas pendidikan.

Persentase jumlah penduduk miskin cenderung mengalami penurunan dengan

upaya mengurangi tingkat kemiskinan di beberapa provinsi di atas menjadi

pekerjaan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Nusa Tenggara Barat dan

lampung menjadi provinsi dengan jumlah persentase penduduk miskin

tertinggi, karena pembangunan lapangan pekerjaan oleh investor di daerah

tersebut di isi oleh tenaga kerja dari daerah lain. Hal ini disebabkan

kemampuan masyarakat setempat yang rendah. Oleh sebab itu, masyarakat

lebih memilih bekerja ke luar negeri sebagai upaya untuk memperbaiki

kehidupan yang layak.

Menurut Hampshire (2002) orang yang sangat miskin mungkin akan

menjadikan migrasi sebagai pilihan mereka yang paling terakhir ketika

alternatif untuk keluar dari status kemiskinan yang lain gagal. Para migran

yang miskin di negara-negaranya sendiri pada akhirnya berhasil keluar dari

status kemiskinan setelah migrasi ke negara tujuan bekerja. Penggiriman

remitansi oleh migran untuk keluarga di daerah asal akan membantu mereka

keluar dari garis kemiskinan. Hal ini, menunjukkan bahwa solusi untuk keluar

dari status kemiskinan dapat di tempuh melalui migrasi. Tetapi, angkatan kerja

yang miskin memiliki hambatan untuk melakukan migrasi pada biaya yang

akan dikeluarkan untuk melakukan pindahan dari daerah asal ke daerah tujuan

7

tersebut. Hambatan terhadap biaya tersebut merupakan faktor yang sangat

berarti bagi orang miskin karena dapat mengakibatkan ketidakmampuan

mereka melakukan migrasi. Menurut World Bank (2011) jika biaya migrasi

dapat dikurangi, maka migrasi menjadi salah satu program pengentas

kemiskinan.

Tabel 1.4

Upah Minimum Provinsi (UMP) di 6 Provinsi Tahun 2015-2017

Provinsi 2015 2016 2017

Jawa Barat Rp 1.000.000 Rp 2.250.000 Rp 1.420.624

Jawa Tengah Rp 910.000 Rp 910.000 Rp 1.367.000

Jawa Timur Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 Rp 1.388.000

NTB Rp 1.330.000 Rp 1.482.245 Rp 1.631.245

Lampung Rp 1.581.000 Rp1.763.000 Rp 1.908.477

Sumatera Utara Rp 1.625.000 Rp 1.811.875 Rp 1.961.354

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Penetapan kenaikan UMP yang diputuskan oleh Gubernur

dipertimbangkan berdasarkan tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi serta

keputusan Kementerian Ketenagakerjaan dan Asosiasi Pengusaha Indonesia

(APINDO). Kenaikan UMP tidak hanya dipertimbangkan berdasarkan

kepentingan buruh atau pekerja, melainkan pengusaha. Kenaikan UMP yang

tinggi menjadi masalah bagi pengusaha pada biaya produksi dan laba

perusahaan. Sehingga, perusahaan akan dihadapkan pada pilihan untuk

meningkatkan harga penjualan atau mengurangi biaya produksi dengan cara

mengurangi pekerja atau menambah pengangguran. Sebaliknya, jika kenaikan

UMP terlalu datar, maka kesejahteraan para buruh atau pekerja tidak tercapai.

Kenaikan upah setiap tahun di beberapa provinsi diikuti oleh kenaikan

Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Sehingga, biaya hidup seseorang untuk tetap

tinggal mengalami kenaikan dan semakin berat dengan tanggungan anggota

keluarga lainnya. Pada akhirnya memaksa seseorang untuk mencari pendapatan

yang lebih tinggi di daerah lain.

8

Tabel 1.5

Upah Minimum per Bulan di Beberapa Negara Tujuan Tenaga

Kerja Indonesia (TKI) Tahun 2017 (Dalam US Dollar)

Negara Upah Minimum Nilai Tukar Rupiah (13.568)

Hongkong 998.81 Rp 13.551.854

Indonesia 99.91-250.63 Rp 1.355.578 - Rp 3.400.547

Malaysia 218.16-237.13 Rp 2.959.994 – Rp 3.217.379

Taiwan 997.4 Rp 13.532.723

Sumber: Philippine Statistic Authority

Menurut Mantra (1985) motivasi utama orang melakukan perpindahan

dari daerah asal ke daerah tujuan adalah motif ekonomi. Motif ekonomi

tersebut berupa pekerjaan yang lebih baik dan pendapatan yang lebih besar.

Keputusan para TKI untuk bermigrasi ke luar negeri dengan tingkat upah lebih

tinggi dibandingkan UMP di daerah asal migran terlihat pada tabel 1.5 yang

memperlihatkan upah minimum yang bisa diterima migran jika bekerja di

negara tujuan.

Berdasarkan BNP2TKI penempatan tenaga kerja Indonesia berdasarkan

negara pada tahun 2017 yaitu negara Hongkong, Malaysia, dan Taiwan

merupakan negara dengan penempatan TKI terbanyak. Sehingga, Upah

minimum yang diterima migran jauh lebih besar jika dibandingkan dengan

penetapan UMP di daerah asal. Hal tersebut terlihat pada upah minimum per

bulan yang di dapat TKI jika bekerja di Hongkong jumlahnya sebesar

US998.81 Dollar atau Rp 13.551.854, jika di bandingkan dengan UMP di enam

provinsi yang teliti memiliki selisih yang jauh. Negara Malaysia menjadi

negara dengan jumlah migrasi terbesar dibandingkan negara lainnya yaitu

sebanyak 88.991 jiwa TKI tahun 2017, di lihat dari upah minimum yang

ditetapkan Malaysia, batasan upah terendah malaysia di atas Indonesia.

Walaupun upah minimum yang di dapat jika bekerja di Malaysia selisihnya

tidak jauh, namun banyak TKI yang bekerja ke Malaysia karena jarak yang

ditempuh untuk migrasi dekat, bahasa yang digunakan tidak berbeda jauh,

serta iklim yang sesuai dengan daerah asal. Maka penetapan UMP di daerah

asal migran menjadi alasan pendapatan yang akan di dapat di negara tujuan

9

lebih menguntungkan dalam arti ekonomi. Serta adanya faktor yang dominan

yang mempengaruhi seseorang bermigrasi adalah sulitnya memperoleh

pendapatan di daerah asal dan kemungkinan untuk memperoleh pendapatan

yang lebih baik di daerah tujuan migran.

Grafik 1.2

Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Berdasarkan Tingkat Pendidikan

di 6 Provinsi Tahun 2017

Sumber : BNP2TKI

Jumlah Tenaga kerja Indonesia dengan pendidikan tamat SD, SMP, dan

SMU/K merupakan jumlah yang cukup tinggi setiap tahunnya dibandingkan

dengan jumlah tenaga kerja Indonesia dengan latar belakang pendidikan

diploma, sarjana maupun pasca sarjana. Migrasi yang dilakukan berdasarkan

tingkat pendidikan terlihat di dominasi oleh tingkatan Sekolah Mengah

Pertama (SMP) di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan

Lampung. Migrasi TKI dengan tingkat pendidikan terendah yaitu SD berada

pada provinsi Nusa Tenggara Barat yang berarti pemerataan pembangunan

pada sektor pendidikan belum terpenuhi dengan adaya program wajib belajar 9

tahun yang di danai oleh pemerintah melalui Bantuan Operasional Sekolah

(BOS). Sedangkan, Sumatera Utara menjadi Provinsi dengan tingkat

pendidikan SMU/K terbanyak yang melakukan migrasi TKI.

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

SD SMP SMU/K Diploma/S1/S2

Jawa Barat

Jawa Tengah

Jawa Timur

NTB

Lampung

Sumatera Utara

10

Tabel 1.6

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) di 6 Provinsi Tahun 2015-2017

Provinsi 2015 2016 2017

Jawa Barat 7.86 7.95 8.14

Jawa Tengah 7.03 7.15 7.27

Jawa Timur 7.14 7.23 7.87

NTB 6.71 6.79 6.9

Lampung 7.56 7.63 7.63

Sumatera Utara 9.03 9.12 9.25

Sumber : Badan Pusat Statistik

Jika dilihat dari Rata-rata Lama Sekolah (RLS) di beberapa provinsi

tersebut, masih di dominasi oleh mereka yang berpendidikan SMP. Hal ini

sesuai dengan migrasi TKI yang di dominasi oleh mereka yang menempuh

pendidikan selama tujuh tahun atau menamatkan pendidikan SMP kelas VII.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan

dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri mengatur tingkat

pendidikan minimal Sekolah Menegah Pertama (SMP). Kemudian, terdapat

perubahan oleh Mahkamah Konstitusi bahwa pendidikan minimal yaitu

Sekolah Dasar (SD) atau bisa membaca dan menulis. Walaupun para TKI

memiliki pendidikan yang rendah, pemerintah telah membuat kebijakan yang

diatur sesuai peraturan perundang-undangan untuk melakukan pendidikan dan

pelatihan yang dilaksanakan oleh pelaksana penempatan tenaga kerja swasta

atau lembaga pelatihan kerja guna memenuhi persyaratan. Jika para TKI tetap

bekerja di negara asal dengan pendidikan yang rendah sulit untuk mendapatkan

pekerjaan dan pendapatan yang tinggi. Namun, bila dibandingkan bekerja di

luar negeri terutama sektor informal yang tidak memerlukan ke ahlian khusus

dan pendidikan yang tinggi akan memperoleh pendapatan lebih besar. Hal

tersebut, menjadi salah satu harapan para TKI melakukan migrasi untuk

mengubah kehidupan menjadi lebih baik.

11

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis akan membatasi permasalahan yang terkait

yaitu:

1. Variabel Kepadatan Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi

(UMP), dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) sebagai variabel bebas (X).

Keempat variabel tersebut yang mempengaruhi variabel Migrasi Tenaga

Kerja Indonesia (TKI) sebagai Variabel terikat (Y).

2. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,

Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara dengan periode

2008-2017.

3. Penelitian ini hanya mengkaji tentang bagaimana hubungan Kepadatan

Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Rata-rata

Lama Sekolah (RLS) dapat mempengaruhi Migrasi Tenaga Kerja

Indonesia (TKI).

C. Rumusan Masalah

Dari kondisi yang telah dijelaskan pada latar belakang diatas, dapat

dirumuskan beberapa permasalahan yang akan diteliti antara lain:

1. Bagaimana pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap Migrasi Tenaga Kerja

Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa

Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017?

2. Bagaimana pengaruh Kemiskinan terhadap Migrasi Tenaga Kerja

Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa

Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017?

3. Bagaimana pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap Migrasi

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa

Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode

2008-2017?

4. Bagaimana pengaruh Rata-rata Lama Sekolah terhadap Migrasi Tenaga

Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,

Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-

2017?

12

5. Bagaimana pengaruh Kepadatan Penduduk, Kemisikinan, Upah Minimum

Provinsi (UMP), dan Tingkat Pendidikan terhadap Migrasi Tenaga Kerja

Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa

Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, adapun tujuan

yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap Migrasi Tenaga

Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,

Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-

2017.

2. Mengetahui pengaruh Kemiskinan terhadap Migrasi Tenaga Kerja

Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa

Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.

3. Mengetahui pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap Migrasi

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa

Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode

2008-2017.

4. Mengetahui pengaruh Rata-rata Lama Sekolah (RLS) terhadap Migrasi

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa

Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode

2008-2017.

5. Mengetahui pengaruh Kepadatan Penduduk, Kemisikinan, Upah Minimum

Provinsi (UMP), dan Rata-rata Lama Sekolah terhadap Migrasi Tenaga

Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,

Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-

2017.

13

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

mengambil kebijakan yang berhubungan dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.

2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin menganalisis

faktor-faktor yang mempengaruhi Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

di Provinsi lain.

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Terkait dengan Variabel Penelitian

1. Migrasi dan Tenaga Kerja

a. Teori Migrasi Penduduk

Migrasi disebabkan oleh adanya perbedaan ekonomi antar negara.

Perbedaan dalam kemampuan ekonomi telah menimbulkan kesadaran untuk

melakukan migrasi ke daerah yang menjanjikan dengan adanya kesempatan

kerja yang lebih baik. Migrasi tenaga kerja terjadi karena adanya perbedaan

antar negara, terutama dalam memperoleh kesempatan ekonomi. Terjadinya

migrasi juga disebabkan oleh adanya faktor kekurangan tenaga kerja di

negara tujuan migran, karena rata-rata negara tujuan migran merupakan

negara maju dengan tenaga kerja yang dimiliki berketerampilan tinggi.

Sehingga, tidak lagi memiliki sumber tenaga kerja yang kurang terampil. Hal

ini dijadikan sebuah alasan bagi tenaga kerja yang kurang terampil di negara-

negara berkembang seperti Indonesia untuk mengirimkan tenaga kerjanya ke

negara tujuan yang membutuhkan.

Teori migrasi oleh Ravenstein (1885) menyatakan bahwa volume migrasi

bergantung pada jarak. Migrasi cenderung menempuh jarak dekat dan untuk

migrasi jarak jauh pada umumnya menuju pusat-pusat ekonomi penting.

Ravenstein juga menyatakan bahwa keberadaan transportasi, kawasan

industri, dan perdagangan menyebabkan frekuensi migrasi meningkat serta

keputusan migrasi didorong oleh motif ekonomi. Faktor teori Ravenstein

lainnya adalah:

1. Migrasi bertahap, yaitu adanya arus migrasi yang terarah dan migrasi dari

desa-kota kecil-kota besar.

2. Arus dan arus balik, yaitu setiap arus migrasi utama akan menimbulkan

arus balik penggantinya.

3. Adanya perbedaan antar desa dan kota membuat kecenderungan

melakukan migrasi.

15

4. Wanita melakukan migrasi pada jarak yang dekat jika dibandingkan

dengan pria.

5. Kemajuan teknologi menyebabkan migrasi meningkat.

Selanjutnya Everett S Lee (1966) volume migrasi dipengaruhi oleh faktor

pendorong (push factor) dan faktor penarik (pull factor) pada kondisi daerah

asal dan daerah tujuan. Faktor pendorong yang menyebabkan terjadinya

migrasi, adanya perbedaan penghasilan antara satu negara dengan negara

lainnya. Selain itu, minimnya jumlah ketersediaan lapangan pekerjaan yang

menyebabkan membengkaknya pengangguran pada suatu daerah atau negara,

tekanan-tekanan politik, konflik agama dan suku. Hal ini sangat dirasakan

terutama di beberapa lokasi daerah yang memiliki penyerapan tenaga kerja

yang tidak memadai seiring dengan semakin besarnya pertumbuhan jumlah

penduduk dari tahun ke tahun (Lucas, 1981). Faktor penarik sendiri biasanya

berasal dari tempat atau daerah yang akan dituju seperti ketersediaan

lapangan pekerjaan yang luas serta adanya kesempatan pekerjaan yang lebih

baik, adanya kesempatan untuk memperbaiki taraf hidup, upah yang lebih

besar di daerah tujuan, keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang

menyenangkan seperti iklim, perumahan, sekolah, dan fasilitas-fasilitas

publik.

Gambar 2.1

Faktor Daerah Asal. DaerahTujuan. dan Rintangan Antara dalam

Keputusan Bermigrasi

Sumber : Lee. 1996 dalam Pabowo. 2018

16

Menurut gambar 2.1 diatas, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan migrasi di daerah asal (origin), daerah tujuan (destination), dan

hambatan (intervening obstacles). Faktor-faktor tersebut diantaranya:

1) Faktor positif (+), yaitu faktor yang memberikan nilai keuntungan jika

bertempat tinggal di daerah atau negara tersebut. Misalnya terdapat

sekolah, adanya kesempatan kerja atau lapangan pekerjaan, infrastruktur,

keamanan, iklim yang kondusif, dan lain sebagainya.

2) Faktor negatif (-), yaitu faktor yang memberikan nilai negatif atau

merugikan bila tinggal di daerah atau negara tersebut. Sehingga,

seseorang merasa ingin pindah ke daerah atau negara lain. Misalnya,

kepadatan penduduk, iklim yang tidak sesuai, kebisingan polusi, dan lain

sebagainya.

3) Faktor netral (0), yaitu yang tidak berpengaruh terhadap keinginan

seorang individu untuk tetap tinggal di daerah asal atau pindah ke daerah

lain atau tujuan.

Terdapat faktor lain sebagai penghambat untuk melakukan migrasi

penduduk. Hambatan atau rintangan berupa tingginya ongkos pindah dari

daerah asal ke daerah tujuan, topografi antara daerah asal dengan daerah

tujuan berbukit, sarana transportasi, lama perjalanan, undang-undang Imigrasi

yang ketat, risiko rusaknya barang berharga atau barang kesayangan jika

dipindahkan.

Berbagai faktor yang telah disebutkan tersebut, migrasi juga dapat

dipengaruhi oleh faktor individu. Faktor individu merupakan faktor

terpenting yang mempengaruhi seseorang untuk bermigrasi, karena individu

dapat menilai positif atau negatifnya suatu daerah atau negara tujuan,

memutuskan untuk pindah atau menetap di daerah asal, dan memberikan

penilaian apakah daerah/negara tujuan dapat memenuhi kebutuhannya atau

tidak.

Lewis (1954) teori migrasi internal yang membahas tentang proses

perpindahan desa-kota, dimana model yang dikembangkan Lewis diperluas

oleh Fei dan Ranis pada tahun (1961). Kemudian menjadi teori umum yang

diterima dan dikenal dengan model Lewis-Fei-Ranis (L-F-R). Dengan begitu.

17

perpindahan tenaga kerja dan pertumbuhan peluang kerja di sektor modern

dijelaskan oleh Todaro lebih lanjut.

Menurut Todaro (2003) arus migrasi berlangsung sebagai tanggapan

terhadap adanya perbedaan pendapatan antara suatu daerah dengan daerah

lainnya. Dalam Expected Income Model of Rural-Urban Migration, dimana

mobilitas ke kota mempunyai dua harapan, yaitu harapan untuk memperoleh

pekerjaan dan harapan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi

daripada yang diperoleh di desa. Para migran akan mempertimbangkan dan

membandingkan berbagai macam peluang pasar tenaga kerja yang tersedia di

suatu negara atau daerah, kemudian memilih salah satu diantaranya yang

dapat memaksimumkan keuntungan yang diharapkan (expected gains) dari

migrasi. Dengan kata lain, para migran akan melakukan migrasi bila

penghasilan yang diterimanya lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.

Gambar 2.2

Keseimbangan Tenaga Kerja Dua Negara

Sumber : Appleyard & Field Jr. 1995 dalam (Pabowo. 2018)

Berdasarkan gambar 2.2 diasumsikan tenaga kerja di dua negara adalah

homogen dan bebas bergerak, tenaga kerja akan berpindah dari negara yang

melimpah tenaga kerja dan memiliki tingkat upah rendah ke negara yang

kekurangan tenaga kerja dan memiliki tingkat upah tinggi.

Garis horizontal di dalam gambar merupakan tenaga kerja dikedua

negara. Permintaan untuk masing-masing negara ditunjukan oleh kurva D1

18

dan D2. Jika pasar tenaga kerja adalah pasar persaingan sempurna dan tenaga

kerja bebas bergerak, maka tingkat upah dikedua negara akan bergerak

menuju 01Weq dan jumlah tenaga kerja yang akan diminta negara 1 adalah

01L1, sedangkan jumlah tenaga kerja yang akan diminta oleh negara 2 adalah

02L1. sehingga titik A mengambarkan keseimbangan. Seandainya pasar

tenaga kerja dikedua negara terpisah maka tingkat upah di negara 1 berada

dibawah negara 2. Jumlah tenaga kerja negara 1 sebesar 01L2 dan jumlah

tenaga kerja negara 2 hanya sebesar 02L2. Jika tenaga kerja merespon adanya

perbedaan tingkat upah, maka tenaga kerja akan berpindah dari negara 1 ke

negara 2. terlihat pada titik B keseimangan. Dalam kondisi seperti ini maka

upah dinegara 1 akan naik sedangkan di negara 2 akan turun hingga mencapai

tingkat upah keseimbangan 01Weq (Appleyard & Field Jr, 1995) dalam

(Pabowo, 2018).

Sehingga bagi negara 1, penawaran tenaga kerja berkurang dan tingkat

upah meningkat. Peningkatan upah menyebabkan tenaga kerja di negara

tersebut menjadi lebih baik (better off). Namun, produktivitas faktor produksi

lainnya turun sehingga output berkurang. Sebaliknya bagi negara 2,

penawaran tenaga kerja meningkat sehingga terjadi penurunan upah.

Penurunan upah menyebabkan tenaga kerja di negara tersebut menjadi lebih

buruk (worse off). Sementara, faktor produksi lain mengalami peningkatan

dan pemilik faktor produksi menjadi lebih baik pada akhirnya output di

negara 2 akan meningkat (Appleyard & Field Jr, 1995) dalam (Pabowo,

2018).

Penduduk merupakan faktor yang berperan dalam perkembangan suatu

daerah. Penduduk di suatu daerah selain terdiri dari penduduk setempat juga

terdapat penduduk migran. Menurut Mantra (2000) Migrasi penduduk

merupakan salah satu komponen yang akan mempengaruhi struktur penduduk

di wilayah. Proses migrasi akan memberikan dampak pada perkembangan

suatu daerah dari segi ekonomi, sosial, budaya, dan politik.

Terdapat 2 dimensi penting dalam migrasi, yaitu dimensi waktu dan

dimensi daerah. Dimensi waktu menurut konsep BPS, yaitu ketika sudah

bermukim di tempat tinggalnya selama minimal 6 bulan berturut-turut. Untuk

19

dimensi daerah meliputi perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara

lain yang disebut migrasi internasional, ataupun perpindahan penduduk yang

terjadi dalam satu negara seperti migrasi antar provinsi, kota/kabupaten yang

dikenal dengan migrasi internal. Selain itu, terdapat berbagai jenis-jenis

migrasi, yaitu sebagai berikut:

1) Migrasi Masuk (In Migration), yaitu banyaknya migran yang masuk ke

suatu provinsi atau daerah tujuan.

2) Migrasi Keluar (Out Migration), yaitu banyaknya migran yang keluar

dari suatu provinsi atau daerah asal.

3) Migrasi Neto (Net Migration), yaitu banyaknya migran neto (selisih

antara migrasi masuk dikurangi dengan migrasi keluar). Migrasi neto

terbagi menjadi dua yaitu migrasi neto positif dan negatif. Apabila

migrasi masuk lebih besar daripada migrasi keluar disebut migrasi neto

positif. Sebaliknya, migrasi keluar lebih besar daripada masuk adalah

migrasi neto negatif.

4) Migrasi Total (Total Migration), yaitu banyaknya seluruh kejadian

migrasi, baik migrasi semasa hidup dan migrasi pulang atau seluruh

orang yang pernah pindah.

5) Migrasi Internasional (Internasional Migration), yaitu perpindahan

penduduk dari suatu negara ke negara lain.

6) Migrasi Internal (Intern Migration), yaitu perpindahan penduduk yang

terjadi dalam satu negara, misalnya perpindahan antar provinsi,

kota/kabupaten atau administratif yang lebih kecil seperti kecamatan,

kelurahan, dan lainnya.

7) Migrasi Sirkuler (Sirkuler Migration), yaitu migrasi yang dilakukan

bukan bermaksud untuk menetap tetapi hanya sebatas mendekati tempat

pekerjaan dalam jangka waktu kurang enam bulan.

8) Migrasi Ulang-alik (Commuter), yaitu migrasi yang dilakukan setiap hari

meninggalkan tempat tinggalnya pergi ke daerah lain untuk bekerja,

berdagang dan lain sebagainya. tetapi pada sore hari akan pulang.

20

9) Migrasi Semasa Hidup (Life Time Migration), yaitu para migran yang

pada waktu pencacahan sensus bertempat tinggal di daerah yang bebeda

dengan tempat kelahirannya.

10) Migrasi Risen (Recent Migration), yaitu migran yang bertempat tinggal

waktu survei berbeda dengan tempat tinggal lima tahun sebelum survei.

11) Arus Migrasi (Migration Stream), yaitu banyaknya migran yang

berpindah dari daerah asal ke daerah tujuan dalam jangka waktu tertentu.

12) Urbanisasi (Urbanization), yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota

atau bertambahnya penduduk yang berdiam dari daerah asal ke daerah

tujuan dalam waktu tertentu.

13) Transmigrasi (Transmigration), yaitu pemindahan penduduk dari daerah

yang padat penduduk (kota) ke daerah lain (desa) yang ditetapkan di

dalam wilayah Republik Indonesia guna kepentingan pembangunan atau

pemerataan.

b. Tenaga Kerja

Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan pasal 1, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu

melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk

memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Tenaga kerja juga

didefinisikan sebagai penduduk yang sudah dan sedang bekerja, sedang

mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan

mengurus rumah tangga (Payaman, 2001) dalam (Rahmawati, 2010). Tenaga

kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja

yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik dalam mengumpulkan data

ketenagakerjaan adalah The Labour Force Concept yang disarankan oleh

Internasional Labour Organization (ILO). Konsep tersebut membagi

penduduk menjadi dua kelompok. yaitu penduduk yang termasuk angkatan

kerja dan penduduk yang bukan angkatan kerja.

1) Penduduk yang termasuk angkatan kerja, adalah penduduk usia kerja (15

tahun dan lebih) yang bekerja. atau punya pekerjaan namun sementara

tidak bekerja dan pengangguran.

21

2) Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja, adalah penduduk usia

kerja (15 tahun dan lebih) yang masih sekolah. mengurus rumah tangga

atau melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi.

Angkatan kerja yang digolongan bekerja menurut BPS, sebagai berikut:

1. Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud

memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan,

paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu.

2. Punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, keadaan seseorang

mempunyai pekerjaan tetapi selama seminggu yang lalu sementara

tidak bekerja disebabkan oleh sakit, cuti, menunggu panen, mogok

kerja dan lain sebagainya.

Berdasarkan jenisnya tenaga kerja terdiri dari:

1) Tenaga Kerja Terdidik, yaitu tenaga kerja yang memiliki keahlian atau

keterampilan dalam bidang tertentu yang diperoleh dari sekolah,

pendidikan formal atau informal. Seperti dokter, pengacara, konsultan,

guru, dan lain sebagainya.

2) Tenaga Kerja Terlatih, yaitu tenaga kerja yang sudah menguasai

pekerjaan tertentu diperoleh melalui pengalaman. Seperti apoteker,

mekanik, dan lain sebagainya.

3) Tenaga Kerja tidak Terdidik dan tidak Terlatih. yaitu tenaga kerja yang

mengandalkan keterampilan dan kekuatan sendiri. Seperti pelayan,

buruh bangunan, pengurus bayi/lansia, dan lain sebagainya.

2. Kepadatan Penduduk

a. Konsep Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk per kilometer persegi.

Menurut Bagoes Mantra (2007) dalam Najmutsaqib (2018) kepadatan

penduduk adalah perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah yang

dihuni. Kepadatan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Kepadatan Penduduk = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎 ℎ

𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎 ℎ

Thomas Robert Malthus mengemukakan teori tentang pertumbuhan

penduduk dengan merumuskan sebuah konsep tentang pertambahan hasil

22

yang semakin berkurang (deminishing return). Malthus berpendapat bahwa

pertambahan penduduk searah dengan deret ukur (1, 2, 4, 8, ...) namun, dalam

prakteknya produksi pertanian tidak dapat meningkat lebih cepat dari deret

hitung (1, 2, 3, 4, 5, ...). Lahan yang dimiliki masyarat makin lama makin

sempit, maka kontribusi marjinal terhadap total produksi pagan akan

semakin menurun. Oleh karena itu, pertumbuhan pangan tidak dapat

mengimbangi pertambahan penduduk. Sehingga pendapatan dari produksi

rendah membuat kondisi ekonomi berada sedikit diatas tingkat subsisten.

Malthus menyatakan bahwa ledakan penduduk akan menimbulkan pola hidup

yang serba pas-pasan (subsisten).

Peningkatan jumlah penduduk yang disebut dengan pertumbuhan

penduduk yaitu sebagai berikut:

1. Pertumbuhan penduduk alami (Natural Population Increase),

pertumbuhan penduduk yang diperoleh dari selisih jumlah kelahiran dan

jumlah kematian.

2. Pertumbuhan penduduk migrasi, pertumbuhan penduduk yang diperoleh

dari selisih jumlah migrasi masuk (imigrasi) dan jumlah migrasi keluar

(emigrasi)

3. Pertumbuhan penduduk total (Total Population Growth), pertumbuhan

penduduk yang dihitung dari selisih jumlah kelahiran dengan jumlah

kematian ditambah dengan selisih jumlah imigrasi dengan jumlah

emigrasi.

Menurut BPS Sirusa kepadatan penduduk di bagi menjadi tiga jenis,

antara lain:

1. Kepadatan Penduduk Kasar (Crude Population Density), yaitu

menunjukkan jumlah penduduk untuk setiap kilometer persegi luas

wilayah. Luas wilayah yang dimaksud adalah luas seluruh daratan pada

suatu wilayah administrasi.

2. Kepadatan Fisiologis (Physiological Density), yaitu menyatakan

banyaknya jumlah penduduk untuk setiap kilometer persegi wilayah

lahan yang ditanami (cultuvable land).

23

3. Kepadatan Agraris (Agriculture Density), yaitu menunjukkan banyaknya

penduduk petani untuk setiap kilometer persegi wilayah lahan yang

ditanami (cultuvable land).

Kepadatan penduduk kasar merupakan ukuran persebaran penduduk yang

umum digunakan, karena ukuran ini sudah distandarisasi dengan luas

wilayah.

Kriteria kepadatan penduduk berdasarkan Peraturan Pemerintah Penganti

Undang-undang Nomor 56 PRP Tahun 1960 dalam Pasal 1 Ayat 3, sebagai

berikut:

Tabel 2.1

Kriteria Kepadatan Penduduk

Kepadatan Penduduk per

Kilometer Persegi

Kriteria Daerah

0 - 50 Tidak Padat

51 - 250 Kurang Padat

251 - 400 Cukup Padat

401 - ke atas Sangat Padat

Sumber :Bq Mahyuniati Fitria (2013)

Menurut Badan Pusat Statistik skala penentuan batas aman kepadatan

penduduk bisa dilihat dari Indeks Kepadatan Penduduk yang menyatakan

kualitas lingkungan berdasarkan kepadatan penduduk. Rumus Indeks

Kepadatan Penduduk (IKP) sebagai berikut:

IKP = 100 – (K – 96)

Dimana:

K = kepadatan penduduk yang lebih dari 96 jiwa per hektar.

Untuk kepadatan penduduk yang kurang dari atau sama dengan 96 jiwa

per hektar diberi nikai indeks 100. Nilai indeks berkisaran 0 sampai 100.

Nilai 100 menunjukkan kepadatan penduduk di kota tersebut merupakan

kepadatan yang ideal.

Kepadatan penduduk menjadi salah satu penentu kualitas lingkungan

karena tingginya aktivitas sosial-ekonomi penduduk ibu kota provinsi akan

menekan lingkungan hidup, baik lingkungan lahan/tanah, air maupun udara.

24

Semakin padat penduduk maka tekanan terhadap lingkungan semakin besar

yang akan menyebabkan penurunan kualitas lingkungan.

b. Dampak Kepadatan Penduduk

Permasalahan dalam kepadatan penduduk merupakan persebaran yang

tidak merata, sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup penduduknya.

Dampak yang terjadi dari ledakan jumlah penduduk yaitu:

1. Semakin terbatasnya sumber-sumber kebutuhan pokok berupa pangan,

sandang, papan yang layak. Akibatnya sumber-sumber pokok tersebut

tidak lagi sebanding dengan bertambahnya jumlah penduduk.

2. Tidak tertampungnya angkatan kerja yang ada dengan jumlah lapangan

pekerjaan yang terbatas. Akibatnya terjadi peningkatan jumlah

pengangguran dan berdampak pada penurunan kualitas sosial seperti

banyaknya tuna wisma, pengemis, kriminalitas meningkat, dan lain

sebagainya.

3. Tidak tercukupinya fasilitas sosial dan kesehatan yang ada seperti

sekolah, rumah sakit, tempat rekreasi serta berbagai fasilitas pendukung

lainnya.

3. Kemiskinan

a. Konsep Kemiskinan

Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk

memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah/negara. Kondisi

ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan

untuk memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang, maupun

papan. Supriatna (1997) dalam Kadji kemiskinan adalah situasi yang serba

terbatas bukan atas kehendak orang yang bersangkutan. Penduduk dikatakan

miskin bila ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan, produktivitas kerja,

pendapatan, kesehatan dan gizi serta kesejahteraan hidupnya, yang

menunjukkan lingkaran ketidakberdayaan. Kemiskinan itu disebabkan oleh

terbatasnya sumber daya manusia, karena pendidikan, pengetahuan, dan

keterampilan yang dimilikinya relatif rendah.

25

Kriteria yang digunakan untuk mengukur kemiskinan menurut BPS

adalah menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic

needs approach). Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi

ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan

yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi penduduk miskin adalah penduduk

yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis

kemiskinan.

Konsep Garis Kemiskinan (GK) sendiri yaitu sebagai berikut:

1) Garis Kemiskinan (GK) merupakan pnjumlahan dari Garis Kemiskinan

Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM).

Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di

bawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.

2) Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran minim

makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita per hari.

Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis

komoditi. seperti padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur, dan

susu, sayuran, kacangan-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak,

serta lain sebagainya.

3) Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) merupakan kebutuhan

minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket

komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi

di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan.

Adapun perhitungan Garis Kemiskinan:

GK = GKM + GKNM

Dimana:

GK = Garis Kemiskinan

GKM = Garis Kemiskinan Makanan

GKNM = Garis Kemiskinan Non Makanan

Konsep persentase penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan

(GK) dengan Head Count Indeks (HCI-P0), Ada 2 Indeks. yaitu:

1) Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1), yaitu ukuran

rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin

26

terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh

rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.

2) Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index-P2), yaitu

memberikan gambaran penyebaran pengeluaran diantara penduduk

miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan

pengeluaran diantara penduduk miskin.

Rumus Perhitungan:

Kemiskinan dapat dibedakan menjadi empat karakteristik, yaitu

kemiskinan absolut, kemiskinan relatif, kemiskinan kultural, dan struktural.

1) Kemiskinan Absolut, ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi

kebutuhan dasar minimum agar seseorang dapat hidup secara layak.

Kemiskinan absolut diukur melalui perbandingan tingkat pendapatan

seseorang dengan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.

2) Kemiskinan Relatif, mereka yang telah hidup di atas garis kemiskinan

namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Hal

ini berarti kemiskinan relatif memperhatikan faktor ketimpangan di

sekitarnya.

3) Kemiskinan Kultural, berkaitan dengan sikap seseorang atau

sekelompok orang yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat

kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.

4) Kemiskinan Struktural, berkaitan dengan rendahnya akses terhadap

sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial

politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan. tetapi

menyebabkan suburnya kemiskinan.

Kemiskinan menurut pola waktu dibedakan atas empat pengertian,

diantaranya:

27

1) Persistent Poverty, yaitu kemiskinan kronis atau telah turun menurun.

Kemiskinan ini pada umumnya terjadi pada daerah yang kritis sumber

daya alam atau daerah terisolasi.

2) Cyclical Povert, yaitu kemiskinan yang mengikuti pola siklus

ekonomi secara keseluruhan.

3) Seasonal Poverty, yaitu kemiskinan musimam, seperti dijumpai pada

para petani dan nelayan.

4) Accidental Poverty, yaitu kemiskinan yang terjadi karena bencana

alam atau dampak dari suatu kebijakan tertentu yang menyebabkan

menurunya tingkat kesejahteraan suatu masyarakat.

b. Sebab-sebab Terjadinya Kemiskinan

Menurut Hartono dan Aziz (1997) dalam Hudaya (2009) berikut adalah

beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan :

1) Beban Keluarga, yaitu jumlah keluarga yang banyak tidak diimbangi

dengan usaha dalam peningkatkan pendapatan akan menimbulkan

kemiskinan karena semakin banyak anggota keluarga maka semakin

banyak kebutuhan atau beban yang harus terpenuhi.

2) Malas Bekerja, yaitu sikap malas (bersikap pasif atau bersandar pada

nasib) menyebabkan seseorang bersikap acuh tak acuh dan tidak

bergairah untuk bekerja.

3) Terbatasnya Lapangan Pekerjaan, yaitu tidak tertampungnya angkatan

kerja untuk bekerja. sehingga membawa kemiskinan bagi masyarakat.

4) Keterbatasan Sumber Alam, yaitu sumber alam yang dimiliki tidak lagi

memeberikan keuntungan. Hal ini sering dikatakan masyarakat itu miskin

karena sumberdaya alamnya miskin.

5) Keterbatasan Modal, yaitu seseorang tidak memiliki modal untuk

membangun atau mengembangkan usahanya dalam memperoleh

pendapatan, dikarenakan kemiskinan yang menyebabkan orang tersebut

tetap menjadi miskin.

28

Sebab-sebab kemiskinan lainnya menurut Sharp, et.al (dalam Kuncoro,

1997) kemudian dalam Kadji, penyabab kemiskinan dipandang dari sisi

ekonomi sebagai berikut:

1) Secara Mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola

kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang

timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah

terbatas dan kualitasnya rendah.

2) Perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti

produktivitas rendah yang mengakibatkan upah menjadi rendah pula.

Rendahnya kualitas tersebut, karena pendidikan yang rendah, nasib yang

kurang beruntung, adanya diskriminasi, dan keturunan keluarga.

4. Upah Minimum Provinsi (UMP)

a. Konsep Upah Minimum

Upah merupakan sesuatu hal yang penting dan menjadi faktor yang

dominan bagi seseorang, karena bersedia bekerja untuk kepentingan orang

lain, perusahaan, atau organisasi. Tanpa upah tidak ada hubungan kerja antara

tenaga kerja dengan perusahaan atau organisasi. Pengaruh upah sangat besar

bagi tenaga kerja dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya serta

menjaga kelangsungan hidup dirinya sendiri dan keluarganya.

Upah merupakan suatu imbalan dari pengusaha kepada pekerja untuk

sesuatu pekerjaan yang sudah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai

dalam bentuk yang telah ditetapkan menurut persetujuan atau peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Penetapan upah yang diberikan kepada

tenaga kerja sesuai dengan pekerjaan yang dilakukannya, memiliki dampak

positif bagi perusahaan atau organisasi karena tenaga kerja akan bekerja

semaksimal mungkin untuk memberikan keuntungan perusahaan.

Menurut Justine T Sirait (2006) dalam Najmutsaqib (2018) menyatakan

bahwa upah merupakan harga untuk jasa-jasa yang telah diberikan seseorang

kepada orang lain. Upah yang diberikan oleh para pengusaha secara teoritis

dianggap sebagai harga dari tenaga yang telah dikorbankan pekerja untuk

29

kepentingan produksi. Upah yang diterima pekerja dapat dibedakan

berdasarkan dua macam, yaitu:

1.) Upah Nominal, adalah sejumlah upah yang dinyatakan dalam bentuk

uang yang diterima secara rutin oleh para pekerja.

2.) Upah Riil, adalah upah nominal yang diterima para pekerja, jika

ditukarkan dengan barang dan jasa, maka diukur dengan banyaknya

barang dan jasa yang didapatkan dari pertukaran tersebut.

Upah minimum dalam pasal 1 ayat 1 dari Peraturan Menteri Tenaga

Kerja No. 1 tahun 1999, upah minimum didefinisikan sebagai upah bulanan

terendah yang meliputi gaji pokok dan tunjangan tetap yang ditetapkan oleh

gubernur. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dalam menentukan

tingkat upah, anatara lain:

1) Penawaran dan permintaan tenaga kerja, jumlah tenaga kerja yang

terampil jumlahnya terbatas yang pada akhirnya akan meningkatkan

upah. Penawaran yang besar pada bagian jabatan-jabatan tertentu

memiliki tingkat upah yang standar atau rendah.

2) Produktivitas, semakin besar tingkat produktivitas atau prestasi yang

diberikan tenaga kerja kepada perusahaan maka semakin besar pula

imbalan upah yang diterima pekerja.

3) Kemampuan untuk membayar, upah merupakan salah satu biaya

produksi perusahaan, apabila biaya produksi meningkat akan

mengakibatkan kerugian dan ketidakmampuan perusahaan dalam

memenuhi fasilitasnya.

4) Serikat pekerja, serikat pekerja yang dapat terlibat langsung dalam

manajemen. dapat mempengaruhi penentuan upah.

5) Biaya hidup, menjadi batas penerimaan upah bagi tenaga kerja.

6) Pemerintah, melalui peraturan dan wewenang yang dimilikinya dapat

menentukan besar kecil tingkat upah. Seperti menenukan upah minimum

provinsi atau upah minimum regional.

Beberapa faktor lain yang menentukan tingkat upah menurut Moekijat

dalam Natsir (2008) kemudian dalam Sidik (2017), yaitu:

1) Inflasi

30

2) Pendapatan nasional

3) Harga pasar

4) Jam kerja

5) Perbedaan geografis

6) Kondisi atau lingkungan pekerja

7) Persediaan atau penawaran tenaga kerja

8) Produktivitas tenaga kerja

9) Upah yang diberikan

10) Biaya hidup

11) Peraturan pemerintah

12) Sistem pengupahan

Variabel upah minimum menjadi tolak ukur bagi pekerja dalam

memperoleh penghasilan yang akan diterimanya. Perbedaan upah minimum

di beberapa daerah menjadi faktor terjadinya perpindahan penduduk dari

daerah asal ke daerah lain karena perbedaan penghasilan yang didapatkan

lebih menguntungkan dalam arti ekonomi. Dari beberapa penjelasan di atas

mengenai faktor yang menentukan tingkat upah sangat mempengaruhi

seseorang melakukan migrasi.

5. Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

a. Konsep Rata-rata Lama Sekolah

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) didefinisikan sebagai jumlah tahun yang

digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Semakin

tinggi rata-rata lama sekolah berarti semakin tinggi tingkat pendidikan yang

dijalani. Penduduk dengan tamat SD berarti lama sekolah 6 tahun, tamat SMP

berarti lama sekolah 9 tahun, tamat SMA berarti lama sekolah 12 tahun, dan

tamat S1 berarti lama sekolah 16 tahun dan seterusnya. Rata-rata lama

sekolah untuk mengetahui kualitas pendidikan pada usia 25 tahun keatas

dengan tingkat pendidikan yang telah ditamatkan oleh masyarakat disuatu

wilayah. Untuk menghitung rata-rata lama sekolah, sebagai berikut:

RLS = 1

𝑛 𝑥 𝑥𝑖𝑛

𝑖=1

Dimana:

31

RLS = Rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas

xi = Lama sekolah penduduk ke-i yang berusia 25 tahun

n = Jumlah penduduk usia 25 tahun ke atas

Pendidikan menjadi modal manusia dalam mengembangkan kehidupan,

dilihat dari segi Sumber daya Manusia (SDM) yang berkualitas akan

menghasilkan produktivitas pada pekerjaan. Lama sekolah yang ditempuh

masyarakat akan menjadi gambaran modal manusia yang dimilikinya.

B. Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian mengenai

Kepadatan Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, dan Rata-rata

Lama Sekolah, antara lain:

1. Wahyu Indah Puspitasari, Sri Kusreni (2017) dalam penelitiannya yang

berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Migrasi Tenaga Kerja ke

Luar Negeri Berdasarkan Provinsi di Indonesia” menyatakan bahwa: (1)

Pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap Migrasi

Tenaga Kerja Indonesia berdasarkan Provinsi di Indonesia. (2) PDRB,

Tingkat Pendidikan, dan Kemiskinan berpengaruh signifikan terhadap

Migrasi Tenaga Kerja Indonesia berdasarkan Provinsi di Indonesia.

2. Didit Purnomo (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Fenomena

Migrasi Tenaga Kerja dan Perannya Bagi Pembangunan Daerah Asal:

Studi Empiris di Kabupaten Wonogiri” menyatakan bahwa: (1) Umur,

Pendidikan, dan Status Pernikahan berpengaruh signifikan terhadap

Migrasi ke daerah tujuan. (2) Pendapatan, Kepemilikan Harta di Daerah

Asal, dan Pekerjaan di Daerah asal tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap Migrasi ke daerah tujuan.

3. Indi Najmutsaqib (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Kepadatan Penduduk, Upah Minimum Provinsi (UMP), Kesempatan

Kerja Terhadap Migrasi Internasional Tenaga Kerja Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2005-2016” menyatakan bahwa Upah Minimum Provinsi

(UMP) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Migrasi Internasional

Tenaga Kerja. Sedangkan, Kepadatan Penduduk dan Kesempatan Kerja

32

tidak berpengaruh signifikan terhadap Migrasi Internasional Tenaga

Kerja.

4. Rika Handayani (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Tingkat Pendidikan dan Pendapatan Terhadap Minat Masyarakat

Menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Menurut Perspektif Ekonomi

Islam (Studi pada Kecamatan Bayumas Kabupaten Pringsewu)”

menyatakan bahwa Tingkat Pendidikan dan Pendapatan berpengaruh

signifikan terhadap Minat Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

5. Tita Merisa Rahmawati (2010) dalam penelitiannya yang berjudul

“Faktor yang Mempengaruhi Minat Tenaga Kerja untuk Bekerja ke Luar

Negeri” menyatakan bahwa: (1) Umur dan Status Pernikahan

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Minat Migrasi ke Luar

Negeri. (2) Pekerjaan di Daerah asal dan Pendidikan berpengaruh positif

dan signifikan terhadap Minat Migrasi ke Luar Negeri. (3) Tangunggan

Keluarga dan Pendapatan berpengaruh signifikan Minat Migrasi ke Luar

Negeri.

6. Antonio Mihi-Ramirez, Aurimaz Rudzionis, dan Vilmante Kumpikaite

(2013) dalam penelitiannya yang berjudul “European Economic

Migration Flow, Earning and Unemployment in decade of 2000”

menyatakan bahwa pengangguran berpengaruh signifikan terhadap

emigrasi di Uni Eropa yaitu semakin tinggi pengangguran semakin tinggi

juga emigrasi. Pengangguran berpengaruh negatif terhadap imigrasi.

Sedangkan, pendapatan berpengaruh negatif terhadap emigrasi yaitu

semakin rendah pendapatan maka seakin tinggi emigrasi.

7. Oded Stark, Maja Micevska, dan, Jerzy Mycielski (2009) dalam

penelitian yang berjudul “Relative Poverty as Determinant of Migration:

Evidence from Poland” menyatakan bahwa Koefisien Gini berpengaruh

positif dan signifikan terhadap migrasi. Pengangguran berpengaruh

negatif terhadap migrasi internasional dan migrasi internal/antardaerah

Karena di Polandia memiliki kendala yang signifikan terhadap faktor

struktural seperti modal manusia yang tidak bisa bekerja pada sektor

industri. Kemiskinan tidak berpengaruh signifikan secara statistik

33

terhadap migrasi. Kepadatan Penduduk berpengaruh terhadap migrasi

internasional.

8. D. Martin dan A. Termos (2015) dalam penelitiannya yang berjudul

“Does a High Minimum Wage Spur Low-skilled Emigration?”

menyatakan bahwa Upah Minimum berpengaruh signifikan terhadap

migrasi untuk para tenaga kerja yang berketerampilan rendah.

9. Frank W. Agbola dan Angelito B. Acupan (2010) dalam penelitiannya

yang berjudul “An Empirical Analysis of Internasional Labour Migration

in The Philippines” menyatakan bahwa Biaya Migrasi, Tingkat Inflasi

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap migrasi. Kepadatan

Penduduk, Tingkat Melek Huruf/pendidikan, Kestabilan politik

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap migrasi di Filipina.

Ketimpangan tidak berpengaruh signifikan terhadap migrasi di Filipina.

Pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap migrasi di

Filipina.

34

Tabel 2.2

Penelitian Terdahulu

No. Penulis dan

Tahun

Judul Variabel Metode dan

Data

Hasil

1. Wahyu Indah

Puspitasari, Sri

Kusreni (2017)

Faktor-faktor yang

Mempengaruhi

Migrasi Tenaga Kerja

ke Luar Negeri

Berdasarkan Provinsi

di Indonesia

Variabel

Dependen:

Migrasi Tenaga

Kerja Indonesia

Variabel

Independen:

Pengangguran,

Produk Domestik

Regional Bruto per

Kapita, Tingkat

Pendidikan, dan

Jumlah Penduduk

Miskin/Kemiskinan

Regresi Linear

Berganda dan

Data Panel

1. Pengangguran

berpengaruh positif dan

signifikan terhadap

Migrasi Tenaga Kerja

Indonesia berdasarkan

Provinsi di Indonesia.

2. PDRB, Tingkat

Pendidikan, dan

Kemiskinan berpengaruh

signifikan terhadap

Migrasi Tenaga Kerja

Indonesia berdasarkan

Provinsi di Indonesia.

2. Didit Purnomo

(2009)

Fenomena Migrasi

Tenaga Kerja dan

Perannya Bagi

Pembangunan Daerah

Asal: Studi Empiris di

Kabupaten Wonogiri

Variabel

Dependen:

Migrasi ke daerah

tujuan

Variabel

Independen:

Umur, Pendidikan,

Binary

Logit/Regresi

Logit. Regresi

Linear Berganda.

dan Data Time

Series

1. Umur, Pendidikan, dan

Status Pernikahan

berpengaruh signifikan

terhadap Migrasi ke

daerah tujuan.

2. Pendapatan, Kepemilikan

Harta di Daerah Asal, dan

Pekerjaan di Daerah asal

tidak memiliki pengaruh

yang

35

No. Penulis dan

Tahun

Judul Variabel Metode dan

Data

Hasil

Pendapatan, Status

Pernikahan,

Kepemilikan Harta

di Daerah Asal, dan

Pekerjaan di

Daerah Asal.

signifikan terhadap Migrasi

ke daerah tujuan.

3. Indi

Najmutsaqib

(2018)

Pengaruh Kepadatan

Penduduk, Upah

Minimum Provinsi

(UMP), Kesempatan

Kerja Terhadap

Migrasi Internasional

Tenaga Kerja Provinsi

Jawa Tengah Tahun

2005-2016

Variabel

Dependen:

Migrasi

Internasional

Tenaga Kerja

Variabel

Independen:

Kepadatan

Penduduk, Upah

Minimum Provinsi

(UMP), dan

Kesempatan Kerja.

Regresi Linear

Berganda dan

Data Time Series

Upah Minimum Provinsi

(UMP) berpengaruh positif

dan signifikan terhadap

Migrasi Internasional

Tenaga Kerja. Sedangkan,

Kepadatan Penduduk dan

Kesempatan Kerja tidak

berpengaruh signifikan

terhadap Migrasi

Internasional Tenaga Kerja.

4. Rika

Handayani

(2018)

Analisis Tingkat

Pendidikan dan

Pendapatan Terhadap

Minat Masyarakat

Menjadi Tenaga Kerja

Indonesia (TKI)

Menurut Perspektif

Ekonomi Islam (Studi

pada Kecamatan

Variabel

Dependent:

Minat Migrasi

Tenaga Kerja

Indonesia

Variabel

Independen:

Tingkat Pendidikan

Regresi Linear

Berganda dan

Data

Primer/kuesioner

Tingkat Pendidikan dan

Pendapatan berpengaruh

signifikan terhadap Minat

Migrasi Tenaga Kerja

Indonesia (TKI).

36

No. Penulis dan

Tahun

Judul Variabel Metode dan

Data

Hasil

Bayumas Kabupaten

Pringsewu)

dan Pendapatan

5. Tita Merisa

Rahmawati

(2010)

Faktor yang

Mempengaruhi Minat

Tenaga Kerja untuk

Bekerja ke Luar

Negeri

Variabel

Dependen:

Minat Migrasi ke

Luar Negeri

Variabel

Independen:

Umur, Status

Pernikahan,

Pekerjaan di

Daerah Asal,

Pendidikan, Jumlah

Tangunggan, dan

Pendapatan yang di

Peroleh

Regresi Tobit dan

Data

Primer/Kuesioner

1. Umur dan Status

Pernikahan berpengaruh

negatif dan signifikan

terhadap Minat Migrasi

ke Luar Negeri.

2. Pekerjaan di Daerah asal

dan Pendidikan

berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Minat

Migrasi ke Luar Negeri.

3. Tangunggan Keluarga

dan Pendapatan

berpengaruh signifikan

terhadap Minat Migrasi

ke Luar Negeri.

6. Antonio Mihi-

Ramirez.

Aurimaz

Rudzionis. dan

Vilmante

Kumpikaite

(2013)

European Economic

Migration Flow,

Earning and

Unemployment in

decade of 2000

Variabel

Dependen:

Emigrasi dan

Imigrasi di Uni

Eropa

Variabel

Independen:

Pendapatan dan

Pengangguran

Analisis Korelasi

dan Data Panel

Pengangguran berpengaruh

signifikan terhadap emigrasi

di Uni Eropa yaitu semakin

tinggi Pengangguran

semakin tinggi juga

emigrasi. Pengangguran

berpengaruh negetif

37

No. Penulis dan

Tahun

Judul Variabel Metode dan

Data

Hasil

terhadap imigrasi.

Sedangkan, Pendapatan

berpengaruh negatif

terhadap emigrasi yaitu,

semakin rendah pendapatan

maka semakin tinggi

emigrasi

7. Oded Stark,

Maja

Micevska dan

Jerzy

Mycielski

(2009)

Relative Poverty as

Determinant of

Migration: Evidence

from Poland

Variabel

Dependen:

Migrasi

Internasional dan

Migrasi

Internal/antardaera

h

Variabel

Independen:

Koefisien Gini,

Tingkat

Pengangguran,

Tingkat

Kemiskinan, dan

Kepadatan

Penduduk.

Regresi Linear

Berganda dan

Data Panel

Koefisien Gini berpengaruh

positif dan signifikan

terhadap migrasi.

Pengangguran berpengaruh

negatif terhadap migrasi

internasional dan migrasi

internal/antardaerah karena

di Polandia memiliki

kendala yang signifikan

terhadap faktor struktural

seperti modal manusia yang

tidak bisa bekerja pada

38

No. Penulis dan

Tahun

Judul Variabel Metode dan

Data

Hasil

sektor industri. Kemiskinan

tidak berpengaruh

signifikan secara statistik

terhadap migrasi.

Kepadatan Penduduk

berpengaruh terhadap

migrasi internasional.

8. D. Martin dan

A. Termos

(2015)

Does a High

Minimum Wage Spur

Low-skilled

Emigration?

Variabel

Dependen:

Migrasi

Internasional

Variabel

Independen:

Upah Minimum

Model Logit dan

Data Panel

Upah Minimum

berpengaruh signifikan

terhadap migrasi untuk para

tenaga kerja yang

berketerampilan rendah.

9. Frank W.

Agbola dan

Angelito B.

Acupan (2010)

An Empirical

Analysis of

Internasional Labour

Migration in The

Philippines

Variabel

Dependen:

Migrasi di Filipina

Variabel

Independen:

Tingkat Melek

Hurus/Pendidikan,

Biaya Migrasi,

Tingkat Inflasi,

Ordinary Least

Square (OLS) dan

Error Correction

Model dan Data

Time Series

Biaya Migrasi, Tingkat

Inflasi, Pendapatan per

kapita berpengaruh negatif

dan tidak signifikan

terhadap migrasi.

Kepadatan Penduduk,

39

No. Penulis dan

Tahun

Judul Variabel Metode dan

Data

Hasil

Pengangguran,

Kepadatan

Penduduk,

pendapatan per

kapita dan

Kestabilan Politik

Tingkat Melek Huruf orang

dewasa/pendidikan,

Stabilitas politik

berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap migrasi

di Filipina. Ketimpangan

tidak berpengaruh

signifikan terhadap migrasi

di Filipina. Pengangguran

berpengaruh positif dan

signifikan terhadap migrasi

di Filipina.

40

C. Hubungan Antar Variabel

Pada rumusan masalah yang telah ditetapkan akan meneliti tentang

Kepadatan penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, dan Rata-rata

Lama Sekolah terhadap Migrasi Tenga Kerja Indonesia (TKI) pada 6 provinsi

periode 2008-2017. Hubungan variabel tersebut, sebagai berikut:

1. Hubungan antara Kepadatan Penduduk terhadap Migrasi Tenaga Kerja

Indonesia

Kepadatan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah

penduduk yang tinggal di wilayah tertentu dengan luas wilayahnya.

Semakin luas suatu wilayah, maka semakin besar peluang penduduk

menempati wilayah tersebut. Namun, bila kepadatan penduduk semakin

tinggi akan berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.

Keterbatasan sumber daya di suatu wilayah yang padat penduduk akan

memberikan kepekaan bagi penduduk lainnya untuk mencari sumber

daya di daerah lain. Dengan begitu. timbulah suatu migrasi penduduk ke

wilayah lain.

2. Hubungan antara Kemiskinan terhadap Migrasi Tenga Kerja Indonesia

Masyarakat miskin umumnya lemah dalam memenuhi kebutuhan-

kebutuhan dasar seperti pangan dan gizi, pendidikan dan kesehatan,

kemampuan berusaha, dan mempunyai akses yang terbatas kepada

kegiatan sosial ekonomi sehingga menimbulkan perilaku miskin. Upaya

penanggulangan kemiskinan terkait erat dengan upaya pemberdayaan

masyarakat dan penyediaan berbagai kebutuhan pokok dengan biaya

yang terjangkau sehingga secara bertahap mereka dapat meningkatkan

kemampuannya untuk memanfaatkan peluang yang terbuka (Heinz,

1988) dalam (Deryanto, dkk 2012). Pemerintah terus berupaya untuk

menanggulangi kemiskinan dengan program-program yang ada seperti

pengembangan desa tertinggal, gerakan terpadu pengentas kemiskinan,

jaringan pengaman sosial (JPS), beras untuk keluarga miskin (Raskin),

Program Keluarga Harapan, dan Bantuan Siswa Miskin (BSM). Upaya-

upaya yang digalangkan tersebut merupakan suatu usaha untuk

41

membantu seseorang agar keluar dari garis kemikinan yang

membelegunya.

Menurut Todaro (1994) dalam andias (2014) karakteristik ekonomi

dinyatakan bahwa selama beberapa tahun terakhir ini persentase terbesar

dari migran adalah mereka yang miskin dengan sebagian besar

kemiskinan mereka yang disebabkan karena mereka tidak memiliki

tanah, tidak memiliki keahlian, dan juga tidak ada kesempatan untuk

berusaha di tempat asal migran. Hal tersebut menjadi alasan seorang

migran untuk melakukan migrasi dengan tujuan keluar dari status

kemiskinannya. Namun, terdapat hambatan biaya yang membuat seorang

migran tidak memiliki kemampuan untuk migrasi.

3. Hubungan antara Upah Minimum Provinsi terhadap Migrasi Tenaga Kerja

Indonesia

Upah adalah imbalan yang diterima oleh para pekerja atas pekerjaan

yang telah mereka selesaikan. Upah minimum provinsi menjadi indikator

sesorang untuk mendapatkan imbalan sesuai dengan peraturan yang telah

ditetapkan oleh pemerintah daerah masing-masing. Adanya UMP

menjadikan seseorang untuk dapat bekerja di daerah asal mereka dengan

pekerjaan formal. Namun, terdapat pekerja dengan tingkat UMP yang

rendah membuat seseorang merasa tidak mencukupi untuk memenuhi

kebutuhan hidup keluarganya dan memutuskan untuk migrasi ke daerah

atau negara lain dengan tingkat upah yang lebih tinggi dibandingkan di

daerah asal migran. Menurut Andias (2014) Semakin besar perbandingan

upah antara daerah/negara asal dengan daerah/negara tujuan memiliki

kecenderungan lebih tinggi untuk memutuskan migrasi ke daerah lain

serta bekerja ke luar negeri dibanding di dalam negeri.

4. Hubungan antara Rata-rata Lama Sekolah terhadap Migrasi Tenaga Kerja

Indonesia

Pencapaian pendidikan dasar serta menengah di Indonesia cukup

baik, terbukti dengan terus meningkatnya rata-rata lama sekolah di

beberapa provinsi di Indonesia. Di mana porsi pendidikan terbesar

masyarakat Indonesia merupakan pendidikan sekolah dasar dan Sekolah

42

Menengah Pertama (SMP). Hal tersebut, didukung dengan adanya

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang berbentuk subsidi pada bidang

pendidikan sehingga akses penduduk terhadap pendidikan dasar semakin

tahun mengalami peningkatan.

Pendidikan memiliki keterkaitan dengan migrasi Tenaga Kerja

Indonesia (TKI), seperti jumlah TKI dengan pendidikan rendah menjadi

dominan atau terbanyak dibandingkan dengan yang pendidikan tinggi.

Alasan seseorang melakukan migrasi ke luar negeri untuk mendapatkan

pekerjaan karena jika tetap di daerah asal mereka akan kalah bersaing

pada mereka yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi. Walaupun

bekerja sebagai tenaga kasar di luar negeri dengan pendidikan,

pengetahuan, dan keterampilan rendah. Namun, mereka berpendapat bisa

mendapatkan penghasilan lebih besar jika dibandingkan bekerja di

daerah asal.

Menurut Andias (2014) menjelaskan bahwa semakin tinggi

pendidikan seseorang memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk

bermigrasi di dalam negeri dibanding ke luar negeri. Hal ini dapat dilihat

dari jenis pekerjaan yang tersedia di luar negeri mayoritas di sektor

informal dengan tingkat pendidikan yang rendah. Tenaga kerja

cenderung migrasi ke luar negeri sebagai Penata Laksana Rumah tangga

(PLRT), pengasuh anak, perawat lansia, pekerja pabrik, kontruksi, supir,

penjaga toko, dan pekerja retoran yang tidak membutuhkan tingkat

pendidikan tinggi. Mengaitkan dengan fenomena yang ada, tingkat

pendidikan menentukan seseorang dalam memperoleh pekerjaan. Hal ini

karena adanya faktor sertifikasi dan regulasi berkaitan dengan keguanaan

ijazah dan sebagainya. Semakin tinggi pendidikan maka semakin besar

kesempatan bekerja di sektor formal.

D. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan teori-teori terkait dan penelitian-penelitian terdahulu yang

telah dijelaskan diatas mengenai pengaruh Kepadatan Penduduk,

Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, dan Rata-rata Lama Sekolah terhadap

43

Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Kemudian dikembangkan menjadi

kerangka pemikiran yang ditunjukan sebagai berikut:

Gambar 2.3

Kerangka Pemikiran

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Migrasi Tenaga Kerja

Indonesia (TKI)

(Studi Kasus Pada 6 Provinsi Tahun 2008-2017)

Variabel Independen: Variabel Dependen:

Kepadatan Penduduk (X1)

Kemiskinan (X2)

Upah Minimum Provinsi

(UMP) (X3)

Rata-rata Lama Sekolah

(X4)

Migrasi Tenaga Kerja

Indonesia (TKI) (Y)

Faktor Pendorong Faktor Penarik

44

E. Hipotesis

Hipotesis adalah pendapat sementara dari suatu penelitian serta

pendoman dalam penelitian yang disusun berdasarkan teori terkait dimana

suatu hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang

menghubungan dua variabel atau lebih.

Dari uraian mengenai hubungan antar variabel tersebut, maka dapat

dituliskan hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. H0 : Tidak ada pengaruh Kepadatan Penduduk secara parsial

terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi

Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,

Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.

H1 : Ada pengaruh Kepadatan Penduduk secara parsial terhadap

Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat,

Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan

Sumatera Utara pada periode 2008-2017.

2. H0 : Tidak ada pengaruh Kemiskinan secara parsial terhadap Migrasi

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa

Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan

Sumatera Utara pada periode 2008-2017.

H1 : Ada pengaruh Kemiskinan secara parsial terhadap Migrasi

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa

Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan

Sumatera Utara pada periode 2008-2017.

3. H0 : Tidak ada pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) secara

parsial terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di

Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara

Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.

H1 : Ada pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) secara parsial

terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi

Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,

Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.

4. H0 : Tidak ada pengaruh Rata-rata Lama Sekolah secara parsial

45

terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi

Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,

Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.

H1 : Ada pengaruh Rata-rata Lama Sekolah secara parsial terhadap

Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat,

Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan

Sumatera Utara pada periode 2008-2017.

5. H0 : Tidak ada pengaruh secara simultan Kepadatan Penduduk,

Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi (UMP), dan Rata-rata

Lama Sekolah terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa

Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode

2008-2017.

H1 : Ada pengaruh secara simultan Kepadatan Penduduk,

Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Rata-rata

Lama Sekolah terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa

Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode

2011-2017.

46

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode data panel dengan analisis kuantitatif

tentang pengaruh Kepadatan Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi,

dan Rata-rata Lama Sekolah terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel

dependen dan variabel independen. Menurut Sugiyono (2011) variabel

dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya

variabel independen. sedangkan variabel independen merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi penyebab timbulnya variabel dependen.

Dalam penelitian ini. variabel dependen yang digunakan adalah Migrasi

Tenaga Kerja Indonesia (TKI), sementara variabel independen yang digunakan

adalah Kepadatan Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi (UMP),

dan Rata-rata Lama Sekolah.

Penelitian ini menggunakan metode data panel. Fokus lokasi studi yang

dipilih dalam penelitian ini adalah Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa

Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara. Periode yang

diteliti dari tahun 2008 sampai tahun 2017. Data yang digunakan merupakan

data tahunan. Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data

Migrasi Tenaga Kerja Indonesia, Kepadatan Penduduk, Kemiskinan, Upah

Minimum Provinsi (UMP), dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS).

B. Metode Penentuan Sampel

Penentuan sampel dalam penelitian ini. yaitu dengan menggunakan

purposive sampling. Hal ini dilakukan dengan cara mengambil sampel

berdasarkan penilaian atau pertimbangan yang memenuhi persyaratan untuk

dijadikan sampel. Sesuai dengan buku Metode Penelitian Sugiyono (2012)

purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu.

47

Pengambilan sampel didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat, atau

karakteristik yang menjadi ciri-ciri pokok dari populasi dan sampel yang

diambil benar-benar yang paling banyak mewakili kriteria dari populasi.

Berdasarkan penjelasan di atas, sampel penelitian ini mengambil studi kasus di

Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,

Lampung, dan Sumatera Utara, karena 6 provinsi tersebut menjadi daerah

dengan jumlah Migrasi Tenaga Kerja Indonesia terbanyak dari perhitungan

jumlah penduduknya jika dibandingkan provinsi lain di Indonesia, dengan

tahun penelitian 2008 sampai 2017.

C. Metode Pengumpulan Data

Menurut Siregar (2013) data adalah informasi atau keterangan yang dapat

menjelaskan sebuah fakta yang bersumber dari bahan yang diolah baik secara

kualitatif maupun secara kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data sekunder dalam bentuk cross-section dan runtut waktu atau time

series. Pengumpulan data perlu dilakukan pada saat melakukan sebuah

penelitian unuk mencapai tujuan dari penelitian tersebut. Berdasarkan sumber

dan cara pengumpulannya. Data dibagi menjadi beberapa jenis, seperti data

primer dan data sekunder. Dalam penelitian ini, peneliti menggunanakan data

sekunder. Sehingga pengambilan data bukan dari hasil tinjauan langsung ke

lapangan atau area penelitian. Pengumpulan data diperoleh dari lembaga-

lembaga resmi terkait.

Data Migrasi Tenaga Kerja Indonesia di peroleh dari Badan Nasional

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), digunakan

untuk mengetahui jumlah atau besaran tenaga kerja Indonesia yang melakukan

migrasi ke luar negeri. Data Kepadatan Penduduk diperoleh dari Badan Pusat

Statistik (BPS), digunakan untuk mengetahui kriteria kepadatan penduduk

disuatu wilayah yang mencakup sangat padat, cukup padat, kurang padat, dan

tidak padat. Data Kemiskinan diperoleh dari BPS, digunakan untuk mengetahui

berapa persen jumlah penduduk miskin disuatu wilayah dengan total

keseluruhan penduduknya. Data Upah Minimum Provinsi diperoleh dari BPS,

digunakan untuk melihat minimum upah yang diterima di setiap wilayah. Data

48

terakhir Rata-rata Lama Sekolah diperoleh dari BPS, digunakan untuk

mengetahui kualitas pendidikan di beberapa wilayah.

D. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis model

data panel. Data panel merupakan gabungan antara data runtut waktu atau time

series dan data silang atau cross-section. Data time series dalam penelitian ini

adalah periode 2008-2017. Sedangkan, data silang atau cross-section dalam

penelitian ini adalah enam provinsi di Indonesia yang terdiri dari Provinsi Jawa

Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan

Sumatera Utara. Perhitungan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

bantuan program Eviews 8.0 dan Excel 2010.

Menurut Gujarati (2003) data panel banyak memiliki keunggulan baik

secara statistik maupun teori ekonomi. Dengan mengakomodasi informasi yang

terkait dengan variabel time series maupun cross section. Data panel secara

substansial mampu menurunkan masalah omitted variable atau mengabaikan

variabel yang relavan. Data panel mampu perhitungkan heterogenitas individu

secara eksplisit dengan mengizinkan variabel spesifik individu sehingga

membuat data panel dapat digunakan untuk menguji dan membangun model

perilaku yang lebih kompleks.

1. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi adalah suatu analisis yang bertujuan untuk

menunjukkan hubungan matematis antara variabel independen terhadap

variabel dependen. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis regresi linear berganda, yakni dimana regresi lebih dari

satu variabel bebas atau variabel independen yang digunakan untuk

menjelaskan perilaku variabel tak bebas atau variabel dependen. Model

ini untuk melihat pengaruh dari beberapa variabel bebas terhadap

variabel Migrasi Tenaga Kerja Indonesia. Variabel-variabel yang akan

diuji adalah variabel Kepadatan Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum

Provinsi, dan Rata-rata Lama Sekolah. Model persamaan yang akan di

estimasi dalam penelitian ini adalah:

49

Y = β0 + β1X1it + β2X2it +β3X3it + β4X4it + ԑ

Keterangan :

Y = Migrasi Tenaga Kerja Indonesia

β0 = konstanta

β1. β2. β3. β4 = Parameter atau koefisien regresi

X1it = Kepadatan Penduduk di Provinsi i pada periode t

X2it = Kemiskinan di Provinsi i pada periode t

X3it = Upah Minimum Provinsi di Provinsi i pada periode t

X4it = Rata-rata Lama Sekolah di Provinsi i pada periode t

ԑ = Error

2. Metode Analisis Data Panel

Untuk mengestimasi model dengan menggunakan data panel.

terdapat beberapa teknik, anatara lain:

1) Pooled Least Square (PLS) atau Common Effect Model (CEM)

Teknik ini adalah teknik yang paling sederhana untuk

mengestimasi data panel dibandingkan dua model lainnya. karena

teknik ini mengkombinasi data time series dan cross section.

Kemudian data ini digabungkan dan diperlakukan sebagai satu

kesatuan pengamatan untuk mengestimasi model dengan

menggunakan metode OLS. Dengan menggabungkan data maka

tidak dapat melihat perbedaan antar individu maupun antar waktu,

dengan kata lain teknik ini tidak memperhatikan dimensi individu

maupun waktu.

2) Fixed Effect Model (FEM)

Teknik ini juga dikenal sebagai Least Square Dummy Variable

(LSDV). Mengestimasi data panel dengan teknik ini menggunakan

variabel dummy untuk melihat adanya perbedaan intersep antara

individu atau cross section maupun antar waktu atau time series.

50

3) Random Effect Model (REM)

Pada Fixed Effect Model perbedaan antar individu dan waktu

dicerminkan lewat intercept. Maka pada Random Effect Model.

perbedaan tersebut diakomodasi lewat error. Teknik ini juga

memperhitungan bahwa error mungkin berkorelasi sepanjang time

series dan cross section. Keuntungan dalam menggunakan teknik ini

akan menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini juga dikenal

dengan Error Component Model (ECM) atau Generalized Least

Square (GLS).

Sebelum menentukan model mana yang terbaik, perlu dilakukan uji

spesifikasi model terlebih dahulu. Uji spesifikasi model tersebut antara

lain:

1) Uji Chow

Uji ini digunakan untuk mengetahui model mana yang lebih

baik dalam mengestimasi data panel, apakah Pooled Least Square

atau Fixed Efffect Model. Hipotesis yang digunakan dalam Uji Chow

adalah sebagai berikut:

H0 : Pooled Least Square

H1 : Fixed Effect Model

Jika nilai probabilitas < α maka tolak H0 atau menerima H1.

berarti model yang tepat digunakan untuk mengestimasi data panel

adalah Fixed Effect Model (FEM). Sebaliknya, jika probabilitas ˃ α

maka terima H0 atau tolak H1, berarti model yang tepat digunakan

untuk mengestimasi data panel adalah Pooled Least Square (PLS).

Tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 %.

2) Uji Hausman

Uji ini digunakan untuk mengetahui model mana yang lebih

baik dalam mengestimasi data panel, apakah Random Effect Model

atau Fixed Efffect Model. Hipotesis yang digunakan dalam Uji

Hausman adalah sebagai berikut:

H0 : Random Effect Model

H1 : Fixed Effect Model

51

Jika nilai probabilitas < α maka tolak H0 atau menerima H1.

berarti model yang tepat digunakan untuk mengestimasi data panel

adalah Fixed Effect Model (FEM). Sebaliknya, jika probabilitas ˃ α

maka terima H0 atau tolak H1, berarti model yang tepat digunakan

untuk mengestimasi data panel adalah Random Effect Model (REM).

Tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 %.

3. Uji Asumsi Klasik

Model regresi berganda dibangun atas beberapa asumsi klasik yang

diperlukan untuk mendapatkan estimator OLS yang bersifat BLUE (Best

Linear Unbiased Estimator) yang berarti model regresi tidak bermasalah.

Uji asumsi klasik ini dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat

multikolinaeritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi dalam model.

Dalam penelitian ini hanya menggunakan uji multikolinearitas dan

heteroskedastisitas. Berikut ini beberapa uji asumsi klasik dari model

regresi:

1) Uji Multikolinearitas

Masalah multikolinearitas terjadi karena adanya hubungan

linear yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua

variabel bebas atau variabel independen dari model regresi ganda.

Jika terjadi multikolinearitas menimbulkan beberapa akibat, yaitu:

(1) variansi dari koefisien regresi membesar, maka nilai standard

error dari koefisien menjadi tidak valid sehingga uji signifikan

koefisien dengan uji t tidak valid. (2) Selang kepercayaan untuk

parameter regresi cenderung melebar sehingga hasil perkiraan yang

diperoleh menjadi tidak dapat dipercaya. (3) R2 tinggi, tetapi tidak

banyak variabel yang signifikan dari uji t atau terjadi kontradiksi

antara pengujian hipotesis statistik uji F dan uji t. (4) Dampak yang

lebih serius dari adanya multikolinearitas adalah berubahnya tanda

koefisien regresi menjadi negatif.

Salah satu ukuran yang paling populer untuk melihat adanya

multikolineritas antarvariabel independen adalah dengan

52

menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) atau tolarence

(1/VIF). Regresi yang bebas multikolineritas memiliki VIF di

sekitar satu atau tolerence disekitar satu. Apabila suatu variabel

independen nilai VIF > 10 maka dikatakan terjadi kolineritas yang

kuat antarvariabel independen (Rosadi, 2012).

2) Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan kondisi eror yang berubah-

ubah atau tidak identik. Sedangkan, asumsi regresi linear yang

harus terpenuhi adalah homogenitas atau homoskedastisitas yang

berarti variansi dari eror bersifat konstan/tetap atau identik. Apabila

terjadi heteroskedastisitas, maka estimator OLS tidak bersifat

BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), tetapi hanya LUE.

Dengan demikian, nilai standard error dari koefisien hasil estimasi

yang dihasilkan dengan motode OLS tidak akurat.

Metode untuk pengujian heteroskedastisitas ada beberapa cara

yaitu dengan menggunakan metode grafik, uji white, uji park, uji

glejser, uji korelasi pearman, uji goldfield-quandt, dan uji bruesch-

pangan-godffrey.

4. Uji Hipotesis

1) Uji F Statistik (Uji Simultan)

Uji F satistik digunakan untuk mengetahui apakah variabel-

variabel Kepadatan Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum

Provinsi, dan Rata-rata Lama Sekolah secara bersama-sama

berpengaruh terhadap variabel Migrasi Tenaga Kerja Indonesia

(TKI). Hipotesis Uji F statistik adalah sebagai berikut:

Ho : β1=β2=β3=β4=β5 = 0

Artinya variabel-variabel independen yaitu Kepadatan

Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, dan Rata-rata

Lama Sekolaj secara simultan atau bersama-sama tidak memiliki

53

pengaruh yang signifikan terhadap variabel Migrasi Tenaga Kerja

Indonesia (TKI).

H1 : β1≠β2≠β3≠β4≠β5 ≠ 0

Artinya variabel-variabel independen yaitu Kepadatan

Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, dan Rata-rata

Lama Sekolah secara simultan atau bersama-sama memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap variabel Migrasi Tenaga Kerja

Indonesia (TKI).

Dalam penelitian ini tingkat signifikan yang digunakan adalah

5%. Jika nilai probabilitas < α = 5% (0.05) maka tolak H0 terima

H1, yang berarti variabel independen secara simultan atau bersama-

sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen. Sebaliknya, jika nilai probabilitas ˃ α = 5% (0.05) maka

terima H0 tolak H1, yang berarti variabel independen secara

simultan atau bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap variabel dependen.

2) Uji t (Uji Parsial)

Uji t adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui

apakah koefisien regresi signifikan atau tidak pada masing-masing

variabel independen. Dengan Uji t pada dua sisi dikemukakan

hipotesis sebagai berikut :

H0 : β1 = 0

H0 : β2 = 0

H0 : β3 = 0

H0 : β4 = 0

H0 : β5 = 0

Artinya variabel-variabel Kepadatan Penduduk, Kemiskinan,

Upah Minimum Provinsi, dan Rata-rata Lama Sekolah secara

parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel

Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

H1 : β1 ≠ 0

54

H1 : β2 ≠ 0

H1 : β3 ≠ 0

H1 : β4 ≠ 0

H1 : β5 ≠ 0

Artinya variabel-variabel Kepadatan Penduduk, Kemiskinan,

Upah Minimum Provinsi, dan Rata-rata Lama Sekolah secara

parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel

Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Dalam penelitian ini tingkat signifikan yang digunakan adalah

5%. Jika nilai probabilitas < α = 5% (0.05) maka tolak H0 terima

H1, yang berarti variabel independen secara parsial memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya,

jika nilai probabilitas ˃ α = 5% (0.05) maka terima H0 tolak H1.

yang berarti variabel independen secara parsial tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

3) Uji Koefisien Determinasi R-squared (R2)

Pengukuran kecocokan model dilakukan dengan

memperhatikan besarnya koefisien determinisai (R²). model

dianggap baik atau cocok apabila R²=1. R² sekaligus menunjukkan

besar pengaruh semua variabel independen terhadap variabel

dependen. Nilai R² akan meningkat dengan bertambahnya jumlah

variabel independen, derajat bebas akan semakin kecil, karena itu

dipergunakan R² Adjusted yang sudah mempertimbangkan derajat

bebas, disamping itu dapat pula diketahui koefisien determinasi

parsial (r2) yang menunjukan seberapa besar kemampuan masing-

masing variabel bebas mempengaruhi variabel terikat.

Jika nilai R² mendekati angka nol berarti kemampuan variabel-

variabel bebas atau variabel independen (X) tidak dapat

mempengaruhi variabel terikat atau variabel dependen (Y). Jika

nilai R² mendekati angka satu berarti variabel-variabel bebas atau

55

variabel independen (X) dapat mempengaruhi variabel terikat atau

variabel dependen (Y).

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Berdasarkan dari permasalahan dalam penelitian ini, maka definisi

operasional variabel penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Variabel Definisi Satuan

Dependen Migrasi

Tenaga

Kerja

Migrasi adalah perpindahan

penduduk atau individu dari

daerah asal ke daerah tujuan

dengan melewati batas politik

atau administrasi dan/atau batas

bagian daerah untuk tujuan

tertentu. Sedangkan. Tenaga

Kerja adalah penduduk yang

sudah memasuki usia kerja dan

mampu melakukan pekerjaan

guna menghasilkan barang

dan/atau jasa untuk memenuhi

kebutuhan sendiri maupun orang

lain.

Jiwa

Independen Kepadatan

Penduduk

Kepadatan penduduk adalah

banyaknya penduduk per

kilometer persegi (banyaknya

penduduk pada luas wilayah

tertentu).

Jiwa

Independen Kemiskinan Kemiskinan adalah suatu kondisi

ketidakmampuan dalam

memenuhi kebutuhan dasar

Persen

56

individu berupa pangan.

sandang. dan papan.

Independen Upah

Minimum

Provinsi

(UMP)

Upah Minimum adalah upah

bulanan terendah yang terdiri

atas upah pokok termasuk

tunjangan tetap yang ditetapkan

oleh Gubernur dan berlaku di

suatu Kota/Kabupaten di satu

Provinsi.

Rupiah

Independen Rata-rata

Lama

Sekolah

(RLS)

RLS sebagai jumlah tahun untuk

menempuh atau menamatkan

pendidikan formal pada usia 25

tahun ke atas.

Tahun

57

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Hasil Penelitian

1. Hasil Estimasi Data Panel

Dalam penelitian ini menggunakan metode data panel, maka terdapat tiga

model regresi dalam mengestimasi data panel yaitu Pooled Least Square,

Fixed Effect Model, dan Random Effect Model. Untuk menentukan model

regresi mana yang paling tepat dalam penelitian ini, dilakukan Uji Chow dan

Uji Hausman sebagai berikut:

1) Uji Chow

Pada Uji Chow ini untuk menentukan model mana yang paling tepat

antara Pooled Least Square atau Fixed Effect Model. Dengan tingkat

signifikan α = 5%. Hipotesis yang digunakan pada uji ini adalah:

H0 : Pooled Least Square

H1 : Fixed Effect Model

Berikut adalah hasil Uji Hausman yang didapat setelah dilakukan

pengelohan data dengan Eviews 8.0

Tabel 4.1

Uji Chow

Effects Test Statistic d.f Prob.

Cross-section F 3.807235 (5,50) 0.0053

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Pada Tabel 4.1 diatas diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.0053 yang

berarti nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikan α = 5% atau

0.0053 < 0.05. Maka tolak H0 atau terima H1, sehingga model terbaik yang

digunakan adalah Fixed Effect Model.

2) Uji Hausman

Pada Uji Hausman ini untuk menentukan model mana yang paling tepat

antara Random Effect Model atau Fixed Effect Model. Dengan tingkat

signifikan α = 5%. Hipotesis yang digunakan pada uji ini adalah:

58

H0 : Random Effect Model

H1 : Fixed Effect Model

Berikut adalah hasil Uji Hausman yang didapat setelah dilakukan

pengelohan data dengan Eviews 8.0

Tabel 4.2

Uji Hausman

Test Summary Chi-Sq.

Statistic

Chi-Sq. d. f.

Prob.

Cross-section random 18.545234 4 0.0010

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Pada tabel 4.2 diatas diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.0010 yang

berarti nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikan α = 5% atau

0.0010 < 0.05. Maka tolak H0 atau terima H1, sehingga model terbaik yang

digunakan adalah Fixed Effect Model.

3) Model Fixed Effect Model

Dari hasil Uji Chow dan Uji Hausman, maka penelitian ini memperolah

model data panel yang paling tepat digunakan adalah Fixed Effect Model

(FEM) dapat dijelaskan melalui persamaan regresi sebagai berikut:

LnMTKI = 11.69371 – 0.747282 Ln_KPENDUDUK – 0.052286

KEMISKINAN + 0.667414 Ln_UMP – 0.684368 RLS +

ԑ

Dimana:

MTKI : Migrasi Tenaga Kerja Indonesia

KPENDUDUK : Kepadatan Penduduk

KEMISKINAN : Kemiskinan

UMP : Upah Minimum Provinsi

RLS : Rata-rata Lama Sekolah

ԑ : Error

59

Tabel 4.3

Hasil Regresi Fixed Effect Model

Variabel Koefisien Prob.

C 11.69371 0.2987

LN_KPENDUDUK -0.747282 0.7315

KEMISKINAN -0.052286 0.0345

LN_UMP 0.667414 0.0342

RLS -0.684368 0.0046

F-stat 37.10589 0.000000

R2 0.869776

Adj R2 0.846335

Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 8.0

Pada kolom koefisien hasil regresi Fixed Effect Model, menunjukkan

variabel Kepadatan Penduduk memiliki arah hubungan yang negatif

terhadap migrasi tenaga kerja Indonesia. Hal ini berarti hipotesis yang

menyatakan bahwa Kepadatan penduduk tidak mempengaruhi migrasi

tenaga kerja Indonesia di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa

Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara dapat diterima. Hubungan

ini mempunyai arti apabila kenaikan 1% kepadatan penduduk, maka akan

mengurangi migrasi tenaga kerja Indonesia.

Variabel kemiskinan memiliki hubungan yang negatif. Hal ini berarti

hipotesis yang menyatakan bahwa kemiskinan mempengaruhi migrasi

tenaga kerja Indonesia di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa

Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara dapat diterima. Hubungan

kemiskinan mempunyai arti apabila kenaikan 1% kemiskinan, maka akan

mengurangi migrasi tenaga kerja Indonesia.

Sedangkan variabel upah minimum provinsi memiliki hubungan yang

positif. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa upah minimum

provinsi mempengaruhi migrasi tenaga kerja Indonesia di Jawa Barat, Jawa

Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara

dapat diterima. Hubungan upah minimum provinsi mempunyai arti apabila

60

kenaikan 1% upah minimum provinsi, maka akan meningkatkan migrasi

tenaga kerja Indonesia.

Berbeda dengan variabel Rata-rata Lama Sekolah (RLS) memiliki

hubungan yang negatif. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan rata-rata

lama sekolah mempengaruhi migrasi tenaga kerja Indonesia di Jawa Barat,

Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera

Utara dapat diterima. Hubungan ini mempunyai arti apabila kenaikan satu

tahun rata-rata lama sekolah, maka akan mengurangi migrasi tenaga kerja

Indonesia.

Dapat dilihat pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa enam provinsi

memiliki pengaruh individu yang berbeda-beda untuk setiap perubahan pada

kepadatan penduduk, kemiskinan, upah minimum provinsi, dan rata-rata

lama sekolah.

Tabel 4.4

Interpretasi Fixed Effect Model

Variabel Koefisien Indv. Effect Prob.

C 11.69371 0.2987

LN_KPENDUDUK? -0.747282 0.7315

KEMISKINAN? -0.052286 0.0345

LN_UMP? 0.667414 0.0342

RLS? -0.684368 0.0046

Fixed Effect Cross

_JABAR_C 1.395291 13.089001

_JATENG_C 1.012085 12.705795

_JATIM_C 0.878477 12.572187

_NTB_C -0.672004 11.021706

_LAMPUNG_C -1.504712 10.188998

_SUMUT_C -1.109138 10.584572

Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 8.0

61

a. Provinsi Jawa Barat

Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada Kepadatan penduduk,

Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, serta 1 tahun Rata-rata Lama

Sekolah, maka Jawa Barat akan mendapatkan pengaruh individu terhadap

Migrasi Tenaga Kerja Indonesia sebesar 13.089001%

b. Provinsi Jawa Tengah

Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada Kepadatan penduduk,

Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, serta 1 tahun Rata-rata Lama

Sekolah, maka Jawa Tengah akan mendapatkan pengaruh individu

terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia sebesar 12.705795%

c. Provinsi Jawa Timur

Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada Kepadatan penduduk,

Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, serta 1 tahun Rata-rata Lama

Sekolah, maka Jawa Timur akan mendapatkan pengaruh individu

terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia sebesar 12.572187%

d. Provinsi Nusa Tenggara Barat

Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada Kepadatan penduduk,

Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, serta 1 tahun Rata-rata Lama

Sekolah, maka Nusa Tenggara Barat akan mendapatkan pengaruh

individu terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia sebesar 11.021706%

e. Provinsi Lampung

Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada Kepadatan penduduk,

Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, serta 1 tahun Rata-rata Lama

Sekolah, maka Lampung akan mendapatkan pengaruh individu terhadap

Migrasi Tenaga Kerja Indonesia sebesar 10.188998%

f. Provinsi Sumatera Utara

Apabila Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada Kepadatan

penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, serta 1 tahun Rata-rata

Lama Sekolah, maka Sumatera Utara akan mendapatkan pengaruh

individu terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia sebesar 10.584572%

62

Selanjutnya dilakukan uji asumsi klasik untuk medeteksi apakah

terdapat multikolinaeritas dan heteroskedastisitas dalam model. Berikut

adalah hasil uji asumsi klasik:

1) Uji Multikolinearitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui korelasi dari masing-masing

variabel bebas dilihat dari nilai koefisiennya. Jika nilai koefisien lebih

besar dari 0.8 maka terdapat multikolinearitas dari masing-masing

variabel bebas.

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolinearitas

LN_KPENDUDUK KEMISKINAN LN_UMP RLS

LN_KPENDUDUK 1.000000 -0.317496 -0.386813 -0.309825

KEMISKINAN -0.317496 1.000000 -0.276239 -0.651145

LN_UMP -0.386813 -0.276239 1.000000 0.417103

RLS -0.309825 -0.651145 0.417103 1.000000

Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 8.0

Hasil uji koloneritas di atas menunjukan nilai koefisien masing-

masing variabel bebas di bawah atau tidak melebihi 0.8 maka model pada

penelitian ini terbebas dari masalah multikolinearitas.

2) Uji Heteroskedastisitas

Uji ini digunakan untuk melihat apakah residual dari model yang

terbentuk memiliki varians yang konstan atau tidak. Dilakukan uji

Glejser untuk menguji ada atau tidak hesteroskedastisitas pada regresi

ini. Hipotesis Uji Glejser sebagai berikut:

H0 : Tidak terjadi heteroskedastisitas

H1 : Terjadi heteroskedastisitas

63

Tabel 4.6

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel Koefisien Prob.

C 1.358692 0.4653

Ln_KPENDUDUK 0.054452 0.3765

KEMISKINAN -0.001083 0.9322

LN_UMP -0.084831 0.3811

RLS -0.027248 0.6971

Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 8.0

Berdasarkan hasil uji di atas diperoleh nilai variabel independen ˃ α

= 5% (0.05) yang berarti terima H0 tolak H1, maka variabel menunjukkan

tidak mempengaruhi resabs atau residual absolute sehingga model dalam

penelitian ini terbebas dari heteroskedastisitas.

2. Pengujian Hipotesis

1) Uji Koefisien Determinasi (R2)

Pada uji R-squared (R2) ini untuk melihat pengaruh setiap variabel

independen dapat menjelaskan variabel dependen.

Tabel 4.7

Uji Koefisien Determinasi

R-squared 0.869776

Sumber :Hasil Pengolahan Data

Tabel 4.7 diatas menunjukkan nilai R-squared sebesar 0.869776 atau

86.98% yang berarti variabel independen berupa kepadatan penduduk,

kemiskinan, upah minimum provinsi, dan rata-rata lama sekolah dapat

menjelaskan variabel dependen yaitu migrasi tenaga kerja Indonesia

sebesar 86.98%. Sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh variabel lain

yang tidak terdapat dalam penelitian ini sebesar 13.02%.

64

2) Uji F Statistik (Uji Simultan)

Uji ini dilakukan untuk melihat variabel-variabel independen secara

simultan atau bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

variabel dependen. Dengan kriteria pengaruh signifikan, jika probabilitas

(F-statistik) < α = 5% (0.05) maka tolak H0 terima H1 dan sebaliknya

jika probabilitas (F-statistik) ˃ α = 5% (0.05) maka terima H0 tolak H1.

Hipotesis uji F statistik adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak ada pengaruh secara simultan Kepadatan Penduduk,

Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi (UMP), dan Rata-rata

Lama Sekolah terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di

Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara

Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.

H1 : Ada pengaruh secara simultan Kepadatan Penduduk, Kemiskinan,

Upah Minimum Provinsi (UMP), dan Rata-rata Lama Sekolah

terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa

Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,

Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.

Tabel 4.8

Uji F-statistik

F-statistic 37.10589

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber :Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 9.0

Nilai Probabilitas (F-statistik) di atas sebesar 0.000000 < α = 5%

(0.000000 < 0.05) maka tolak H0 terima H1, yang berarti dalam penelitian

ini ada pengaruh secara simultan atau bersama-sama antara kepadatan

penduduk, kemiskinan, upah minimum provinsi, dan rata-rata lama

sekolah terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa

Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan

Sumatera Utara pada periode 2008-2017.

65

3) Uji t-statistik (Uji Parsial)

Uji ini dilakukan untuk melihat variabel independen secara masing-

masing memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

Dengan kriteria pengaruh signifikan, jika probabilitas (t-statistik) < α =

5% (0.05) maka tolak H0 terima H1 dan sebaliknya jika probabilitas (t-

statistik) ˃ α = 5% (0.05) maka terima H0 tolak H1. Hipotesis uji t

statistik adalah sebagai berikut:

1. H0 : Tidak ada pengaruh Kepadatan Penduduk secara parsial

terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi

Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,

Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.

H1 : Ada pengaruh Kepadatan Penduduk secara parsial terhadap

Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat,

Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampug, dan

Sumatera Utara pada periode 2008-2017.

2. H0 : Tidak ada pengaruh Kemiskinan secara parsial terhadap Migrasi

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa

Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan

Sumatera Utara pada periode 2008-2017.

H1 : Ada pengaruh Kemiskinan secara parsial terhadap Migrasi

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa

Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan

Sumatera Utara pada periode 2008-2017.

3. H0 : Tidak ada pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) secara

parsial terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di

Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara

Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.

H1 : Ada pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) secara parsial

terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi

Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,

Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.

4. H0 : Tidak ada pengaruh Rata-rata Lama Sekoloah secara parsial

66

terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi

Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,

Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.

H1 : Ada pengaruh Rata-rata Lama Sekolah secara parsial terhadap

Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat,

Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan

Sumatera Utara pada periode 2008-2017.

Tabel 4.9

Uji t-statistik

Variabel Koefisien Prob.

C 11.69371 0.2987

LN_KPENDUDUK -0.747282 0.7315

LN_KEMISKINAN -0.052286 0.0345

LN_UMP 0.667414 0.0342

RLS -0.684368 0.0046

Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 8.0

Tabel uji t-statistik di atas menunjukan hasil nilai probabilitas dari

variabel-variabel independen. Dengan hasil hipotesis sebagai berikut:

a) Pada variabel kepadatan penduduk mimiliki nilai probabilitas

sebesar 0.7315 lebih besar dari α = 5% (0.7315 ˃ 0.05) yang berarti

terima H0 tolak H1, maka tidak ada pengaruh antara kepadatan

penduduk terhadap migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di

Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara

Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.

b) Pada variabel kemiskinan memiliki nilai probabilitas sebesar

0.0345 lebih kecil dari α = 5% (0.0345 < 0.05) yang berarti tolak

H0 terima H1, maka ada pengaruh antara kemiskinan terhadap

migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa

Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan

Sumatera Utara pada periode 2008-2017.

c) Pada variabel upah minimum provinsi (UMP) memiliki nilai

probabililas 0.0342 lebih kecil dari α = 5% (0.0342 < 0.05) yang

67

berarti tolak H0 terima H1, maka ada pengaruh antara upah

minimum provinsi terhadap migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara

Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.

d) Pada variabel rata-rata lama sekolah mimiliki nilai probabilitas

sebesar 0.0046 lebih kecil dari α = 5% (0.0046 < 0.05) yang berarti

tolak H0 terima H1, maka ada pengaruh antara rata-rata lama

sekolah terhadap migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi

Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,

Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.

B. Pembahasan

1. Kepadatan Penduduk Terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia

Kepadatan penduduk dikaitkan dengan jumlah penduduk dan luas

wilayah. Jumlah penduduk disuatu provinsi atau wilayah setiap tahunnya

akan mengalami peningkatan namun tidak berbanding lurus dengan luas

wilayah yang tidak mengalami perluasan. Sehingga, setiap per kilometer

persegi akan terdapat banyaknya jumlah penduduk. Wilayah yang memiliki

kepadatan penduduk yang tinggi umumnya adalah pusat permukiman, pusat

peradaban, dan pusat aktivitas sosial ekonomi (pusat pertumbuhan).

Dalam penelitian ini kepadatan penduduk memiliki pengaruh negatif dan

tidak signifikan terhadap migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Hasil ini

tidak sesuai dengan teori dan penelitian terdahulu yang menjadi tinjauan

pustaka dalam penelitian ini. Menurut teori Malthus pertumbuhan penduduk

searah dengan deret ukur namun produksi pertanian tidak lebih cepat dari

deret hitung. Sehingga, pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan

pertumbuhan pagan akan menimbulkan kondisi ekonomi yang pas-pasan

(subsisten). Dengan kata lain, jika sumber daya di suatu daerah tidak dapat

mendukung perkembangan penduduk maka akan menyebabkan migrasi ke

daerah lain.

Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dengan tingkat

kepadatan penduduk yang sangat padat menurut kriteria kepadatan penduduk

68

disebabkan karena menjadi pusat permukiman dan daerah pusat pertumbuhan

ekonomi. Jadi, hal ini tidak mempengaruhi individu melakukan migrasi.

Menurut Agbola dan Acupan (2010) kepadatan penduduk memiliki hubungan

negatif terhadap arus migrasi tenaga kerja menunjukkan ada kecenderungan

inheren ekonomi untuk mencegah migrasi keluar ketika pertumbuhan

penduduk. Pada saat peningkatan pertumbuhan penduduk akan dikaitkan

dengan peningkatan permintaan barang dan jasa yang diproduksi di dalam

negeri, hal ini akan merangsang pertumbuhan ekonomi ketika kesejahteraan

individu dalam perekonomian meningkat, maka mereka tidak akan

melakukan migrasi.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang diteliti

oleh Indi Najmutsaqib (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Kepadatan Penduduk, Upah Minimum Provinsi (UMP), Kesempatan Kerja

Terhadap Migrasi Internasional Tenaga Kerja Provinsi Jawa Tengah Tahun

2005-2016”. Serta penelitian oleh Frank W. Agbola dan Angelito B. Acupan

(2010) dalam penelitiannya yang berjudul “An Empirical Analysis of

Internasional Labour Migration in The Philippines”.

2. Kemiskinan Terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia

Kemiskinan merupakan suatu kondisi yang dihadapi oleh sebagian besar

negara berkembang serta menjadi salah satu indikator ekonomi untuk melihat

tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Penentuan tingkat kemiskinan yang

ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tidak dipungkiri bahwa Indonesia

memiliki jumlah penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah

garis kemiskinan mencapai 10.12 persen atau sebesar 26.58 juta orang pada

tahun 2017.

Dalam penelitian ini kemiskinan memiliki hubungan yang negatif dan

signifikan terhadap migrasi tenaga kerja Indonesia dengan probabilitas

0.0345 dan nilai koefisien -0.052286. Sehingga dapat diinterpretasikan ketika

kenaikan 1% kemiskinan, maka akan mengurangi 0.052286% migrasi tenaga

kerja Indonesia. Menurut penulis, hal ini dikarenakan terdapat faktor

penghambat berupa biaya atau ongkos untuk mengurus dokumen-dokumen

69

yang diperlukan serta biaya pelatihan yang tidak ditanggung oleh Pelaksana

Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS). Sesuai pernyataan

Sjastaad (1962) dalam Nabila dan Pardede (2010) orang miskin tidak

bermigrasi karena tidak mampu membayar biaya migrasi. Dalam jurnal

Susilo (2015) untuk berangkat menjadi TKI ke Korea Selatan harus

membayar uang sebesar Rp 52 juta. Bagi orang miskin dan diperdesaan

jumlah uang tersebut bukan jumlah yang kecil. Menurut BNP2TKI dalam

mengurus dokumen atau prosedur yang dibutuhkan memiliki 22 tahapan

kompleksitas, dan memakan waktu 5 sampai 6 bulan serta mengeluarkan

biaya yang mahal. Berdasarkan jumlah migrasi yang di lakukan pada tahun

2009 sampai 2013 mengalami peningkatan, serta bersamaan dengan

penurunan jumlah penduduk miskin di enam provinsi yang di teliti. Berarti

pengiriman remitansi yang dilakukan migran untuk keluarganya di daerah

asal mensejahterakan hidupnya, serta menjadi salah satu cara membantu

mereka keluar dari garis kemiskinan dan meningkatkan status sosial.

Dibuktikan dengan masuknya remitansi ke Indonesia tahun 2009 sampai

2013 menurut World Bank selalu mengalami peningkatan. Penurunan

kemiskinan serta dibarengi bertambahnya migrasi TKI yang dilakukan di

enam provinsi disebabkan karena mereka melihat orang sekitar atau

tetangganya yang migrasi ke negara tujuan dapat memenuhi kebutuhan

keluarganya serta meningkatkan status sosial untuk kepentingan gaya hidup.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang diteliti

oleh Wahyu Indah Puspitasari dan Sri Kusreni (2017) dalam penelitiannya

yang berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Migrasi Tenaga Kerja ke

Luar Negeri Berdasarkan Provinsi di Indonesia”. Serta penelitian oleh Aulis

Nabila dan Elda L. Pardede (2010) dalam penelitiannya yang berjudul

“Pengaruh Kemiskinan Terhadap Migrasi Indonesia: Analisis Data Sakerti

Tahun 2000 dan 2007”, menyatakan kemiskinan berpengaruh signifikan

terhadap keputusan migrasi dari hasil analisis deskriptif dan regresi individu

yang miskin akan cenderung tidak melakukan migrasi.

70

3. Upah Minimum Provinsi Terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia

Upah menjadi suatu imbalan atas apa yang telah dikerjakan oleh pekerja

berdasarkan tingkat pekerjaanya. Upah minimum ditetapkan oleh Gubernur

sebagai batasan dalam pemberian upah kepada pekerja. Upah yang rendah

menyebabkan keterbatasan bagi pekerja dan keluarganya dalam memenuhi

Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Penetapan upah minimum provinsi yang

berbeda-beda memberikan dampak yang besar bagi para tenaga kerja untuk

migrasi ke daerah lain dengan tingkat upah yang lebih besar dibandingkan di

daerah asal.

Dalam penelitian ini upah minimum provinsi memiliki hubungan positif

dan signifikan terhadap migrasi tenaga kerja Indonesia dengan probabilitas

sebesar 0.0342 dan koefisien 0.667414. Sehingga dapat diinterpretasikan

ketika kenaikan 1% upah minimum provinsi, maka akan meningkatkan

0.667414% migrasi tenaga kerja Indonesia. Menurut penulis, hal itu

dikarenakan kenaikkan upah minimum provinsi akan diikuti oleh kenaikkan

Kebutuhan Hidup Layak (KHL).

Grafik 4.1

Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak Jawa Barat

Sumber : Badan Pusat Statistik

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

UMP

KHL

71

Grafik 4.2

Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak Jawa Tengah

Sumber : Badan Pusat Statistik

Grafik 4.3

Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak Jawa Timur

Sumber : Badan Pusat Statistik

Grafik 4.4

Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak NTB

Sumber : Badan Pusat Statistik

0

200000

400000

600000

800000

1000000

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

UMP

KHL

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

UMP

KHL

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

1400000

1600000

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

UMP

KHL

72

Grafik 4.5

Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak Lampung

Sumber : Badan Pusat Statistik

Grafik 4.6

Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak Sumut

Sumber : Badan Pusat Statistik

Pada enam grafik di atas mengambarkan bahwa peningkatan upah

minimum diikuti oleh peningkatan kebutuhan hidup layak (KHL). Sehingga,

adanya peningkatan pada upah minimum tidak berarti meningkatkan

kesejahteraan para pekerja, karena dibarengi dengan peningkatan biaya hidup.

Oleh karena itu, adanya Expected Income atau pendapatan yang diharapkan

jika bekerja ke negara lain akan mendapatkan upah lebih besar jika

dibandingkan di negara asal. Sesuai dengan Todaro (2006) keputusan

bermigrasi adalah keputusan individu yang mengharapkan perbedaan

pendapatan di daerah asal dengan daerah tujuan. Hal tersebut dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan hidup layak (HKL) baik untuk individu itu sendiri dan

0

500000

1000000

1500000

2000000

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

UMP

KHL

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

1400000

1600000

1800000

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

UMP

KHL

73

bagi keluarganya. Jadi, Melakukan migrasi adalah salah satu cara dalam

memperoleh pendapatan yang lebih menguntungkan dalam arti ekonomi.

Hasil penelitian sebelumnya D. Martin dan A. Termos (2015) yang

menganalisis tentang “Does a High Minimum Wage Spur Low-skilled

Emigration?” serta penelitian oleh Indi Najmutsaqib (2018) yang

menganalisis tentang “Pengaruh Kepadatan Penduduk, Upah Minimum

Provinsi (UMP), Kesempatan Kerja Terhadap Migrasi Internasional Tenaga

Kerja Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2016”.

4. Rata-rata Lama Sekolah Terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia

Kualitas pendidikan menjadi salah satu modal manusia dalam

mengembangkan karir pekerjaan. Dilihat dari rata-rata lama sekolah yang

dimiliki negara sedang berkembang di dominasi oleh tenaga kerja dengan

pendidikan rendah, karena sulitnya akses dalam mendapatkan pendidikan

menengah dan tinggi dengan mahalnya biaya pendidikan. Sehingga

berdampak pada rendahnya kualitas tenaga kerja. Dengan begitu penyerapan

tenaga kerja akan lebih sulit karena rendahnya pendidikan yang tidak sesuai

keahlian dan keterampilan yang dimiliki. Berdasarkan data dari BNP2TKI,

jumlah migrasi dengan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

menjadi pengirim migran terbanyak di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

Jawa Timur, dan Lampung. Sementara, Nusa Tenggara Barat menjadi

Provinsi dengan jumlah migran terbanyak pada pendidikan Sekolah Dasar

(SD), serta Sumatera Utara menjadi provinsi dengan jumlah migran terbanyak

pada tingkat pendidikan SMU/K. Hal ini menunjukkan pendidikan migran di

enam provinsi tersebut masih rendah karena di dominasi dengan pendidikan

SMP, serta sesuai dengan rata-rata lama sekolah yang di miliki daerah

tersebut, yaitu lama sekolah 7 tahun setara dengan SMP kelas 1.

Dalam penelitian ini tingkat pendidikan memiliki hubungan negatif dan

signifikan terhadap migrasi tenaga kerja Indonesia dengan probabilitas

sebesar 0.0046 dan koefisien -0.684368. Sehingga dapat diinterpretasikan

ketika kenaikan 1 tahun rata-rata lama sekolah, maka akan mengurangi

0.684368% migrasi tenaga kerja Indonesia. Menurut penulis, hal ini

74

dikarenakan masyarakat dengan lulusan sekolah dasar dan menengah akan

kalah bersaing dengan lulusan perguruan tinggi, lowongan pekerjaan akan

terisi oleh mereka yang memiliki pendidikan tinggi. Sehingga untuk

mendapatkan pekerjaan dengan pendidikan rendah akan bekerja pada sektor-

sektor informal yang tidak memerlukan keahlian khusus atau hanya

mengandalkan kekuatan sendiri seperti asisten rumah tangga, pengasuh,

pelayanan restoran, dan buruh lainnya. Tenaga kerja dengan pendidikan yang

rendah namun mereka ingin memiliki tingkat pendapatan yang tinggi, maka

mereka mempunyai kesempatan untuk migrasi tenaga kerja ke luar negeri

sebagai upaya dalam mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang lebih

besar dengan tingkat pekerjaan yang sama di daerah asal. Dengan demikian

semakin rendah pendidikan seseorang maka meningkatkan migrasi tenaga

kerja Indonesia.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang diteliti

oleh Wahyu Indah Puspitasari dan Sri Kusreni (2017) yang menganalisis

tentang “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Migrasi Tenaga Kerja ke Luar

Negeri Berdasarkan Provinsi di Indonesia” serta penelitian oleh Didit

Purnomo (2009) yang menganalisis tentang “Fenomena Migrasi Tenaga

Kerja dan Perannya Bagi Pembangunan Daerah Asal: Studi Empiris di

Kabupaten Wonogiri”.

75

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan data yang

dilakukan, maka kesimpulan yang diperoleh terhadap data-data Migrasi Tenaga

Kerja Indonesia, Kepadatan Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi,

dan Rata-rata Lama Sekolah di beberapa provinsi di Indonesia (Jawa Barat,

Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera

Utara) periode 2008-2017 adalah sebagai berikut:

1. Hasil temuan penelitian menyatakan bahwa Kepadatan Penduduk

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Migrasi Tenaga Kerja

Indonesia di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa

Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara. Hal ini dikarenakan,

kepadatan penduduk yang sangat padat menurut kriteria kepadatan

penduduk di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur

merupakan pusat permukiman, pusat peradapan, dan pusat aktivitas sosial

ekonomi atau pusat pertumbuhan.

2. Hasil temuan penelitian menyatakan bahwa Kemiskinan berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia di provinsi

Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung,

dan Sumatera Utara. Artinya, semakin tinggi kemiskinan di enam provinsi

atau wilayah yang diteliti maka akan menurunkan migrasi tenaga kerja

Indonesia. Hal yang paling utama dikarena adanya faktor penghambat

berupa biaya pra-keberangkatan serta pengurusan dokumen yang komplek

dan memakan waktu yang lama.

3. Hasil temuan penelitian menyatakan bahwa Upah Minimum Provinsi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Migrasi Tenaga Kerja

Indonesia di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa

Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara. Artinya, semakin

meningkat upah minimum provinsi maka akan meningkatkan migrasi

tenaga kerja Indonesia. Hal ini dikarenakan peningkatan upah minimum

76

diikuti oleh peningkatan kebutuhan hidup layak atau biaya hidup.

Sehingga, meningkatnya upah minimum tidak langsung meningkatkan

kesejahteran pekerja. Oleh karena itu, adanya expected income atau

pendapatan yang di harapkan di negara lain sebagai upaya untuk

mendapatkan upah yang lebih besar dibandingkan di daerah asal. Dengan

begitu, walaupun upah minimum provinsi meningkat tetapi migrasi tenaga

kerja indonesia juga meningkat karena adanya perbedaan pendapatan di

daerah asal dan daerah tujuan.

4. Hasil temuan penelitian menyatakan bahwa Rata-rata Lama Sekolah

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Migrasi Tenaga Kerja

Indonesia di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa

Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara. Artinya, semakin rendah

rata-rata lama sekolah individu di provinsi atau wilayah maka akan

meningkatkan migrasi tenaga kerja Indonesia. Hal ini dikarenakan

pendidikan yang dimiliki individu untuk bersaing bekerja di daerah asal

rendah, sehingga mencari peluang pekerjaan di negara lain.

5. Hasil temuan penelitian secara simultan menyatakan bahwa Kepadatan

Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, dan Rata-rata Lama

Sekolah berpengaruh signifikan terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia

di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,

Lampung, dan Sumatera Utara. Sehingga jika terjadi perubahan pada nilai

kepadatan penduduk, kemiskinan, upah minimum provinsi, dan Rata-rata

Lama Sekolah suatu provinsi secara bersamaan maka akan turut serta

mengubah jumlah migrasi Tenaga kerja Indonesia tersebut.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan

sebelumnya, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah Daerah di Beberapa Provinsi Indonesia yang Diteliti

a. Diharapkan pemerintah dapat meningkatkan pendidikan para Tenaga

Kerja Indonesia (TKI) sehingga mengurangi para pekerja yang tidak

terlatih dan meningkatkan pekerja pada bidang profesional.

77

b. Diharapkan pada penyaluran TKI swasta atau semacam PJTKI

memberikan kemudahan pada biaya keberangkatan para calon TKI.

Serta ada banyaknya calo agensi yang makin menyulitkan pada biaya,

sehingga biaya yang dikeluarkan lebih besar.

c. Diharapkan peningkatan upah minimum provinsi dapat memenuhi

kebutuhan hidup layak bagi para pekerjanya. Sehingga tidak dibarengi

dengan peningkatan pada biaya hidup.

2. Bagi Peneliti selanjutnya:

a. Bisa memperbarui periode penelitian agar hasil penelitian dapat

menggambarkan kondisi provinsi yang lebih update atau terbaru.

b. Bisa menambah jumlah provinsi yang diteliti agar hasil penelitian dapat

menggambarkan lebih banyak wilayah yang diteliti.

c. Dapat menambah atau meneliti dengan variabel-variabel bebas yang

berbeda dari variabel dalam penelitian ini yang sekiranya dapat

mempengaruhi Migrasi Tenaga Kerja Indonesia ke luar Negeri, agar

didapatkan hasil temuan yang lebih bervariatif.

78

DAFTAR PUSTAKA

Agbola. Frank W dan Acupan. Angelito B. 2010. An Empirical Analysis of

Internasional Labour Migration in The Philippines. Newcastle Business

School & Centre for Institutional and Organisational Studies. Faculty of

Business and Law. The University of Newcastle. Australia. 1 University

Drive. Callaghan. NSW 2308. Australia b Strategy. Policy and

Communication Office. Small Business Guarantee and Finance

Corporation. the Philippines. Publised by Elsevier Ltd.

Badan Pusat Statistik. 2008-2018. Statistik Indonesia: Statistical Yearsbook of

Indonesia. Publikasi Badan Pusat Statistik.

Daryanto. Arief.. & Hafizriadi. Yundy. 2012. Model-model Kuantitatif: untuk

Prencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah. Penerbit IPB Press Kampus

IPB Taman Kencana Bogor.

Data Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Tahun 2016. Pusat

Penelitian Dan Perkembangan Informasi BNP2TKI.

Data Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Tahun 2017. Pusat

Penelitian Dan Perkembangan Informasi BNP2TKI.

Gujarati. D.. 2003.. Basic Econometrics. 3rd edition. International Edition.

Singapore: McGraw-Hill.

Gujarati. Damodar. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika Jilid Ketiga. Jakarta:

Penerbit Erlangga.

Handayani. Rika. 2018. Analisis Tingkat Pendidikan dan Pendapatan Terhadap

Minat Masyarakat Menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Menurut

Perspektif Ekonomi Islam: Studi pada Kecamatan Bayumas Kabupaten

Pringsewu. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Raden Intan

Lampung.

79

Hatton. T.. & Williamson. J. 2002. What Fundamental Drive World Migration?

(Discussion Paper No. 458) Camberra: Centre for Economic Research.

Australian National Univertity.

https://www.gurupendidikan.co.id. Di akses 04 Januari 2019

https://www.padamu.net/pengertian-kepadatan-penduduk. Di akses 17 september

2017

hudaya. Dadan. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di

Indonesia. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institusi Pertanian

Bogor (IPB).

Kadji. Yulianto. Kemiskinan dan Konsep Teoritisnya. Guru Besar Kebijakan

Publik Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNG. repository.ung.ac.id

Kependudukan.lipi.go.id

Lestyasari. Devi______. “Hubungan Upah Minimum Provinsi Dengan Jumlah

Tenaga Kerja Formal Di Jawa Timur”. Fakultas Ekonomi Unesa.

Surabaya.

Lucas. R. 1998. On The Mechanic of Economy Development. Journal of Monetary

Economics.

Lystiarini. Nikmah. 2011. Faktor-Faktor Individual yang Mempengaruhi Minat

Migrasi Tenaga Kerja Wanita Kabupaten Pati Jawa Tengah Ke Malaysia.

Fakultas Ekonomi Universitas Diponogoro. Semarang.

Mantra. Ida Bagoes. 1985. “Pengantar Studi Demografi”. Pustaka Pelajar.

Yogyakarta.

Mardiani. Ita & Purnomo. Nuhroho Hari. 2018. Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan. Kementerian Riset. Teknologi. dan Pendidikan Tinggi.

Martin. D dan Termos. A. 2015. Does a High Minimum Wage Spur Low-skilled

Emigration?. Departmen of Economics. Amarican University of Beirut.

80

Lebanon; Olayan School of Business. Amarican University of Beirut.

Lebanon. Publised by Elsevier Ltd.

Mihi-Ramirez. Antonio.. Rudzionis. Aurimaz.. dan Kumpikaite. Vilmante. 2013.

European Economic Migration Flow. Earning and Unemployment in

decade of 2000. Faculty of Economic and Management Granada

University; Campus Cartuja; Kaunas Universitu of Tecnology. Publised

by Elsevier Ltd.

Munir. Rozy. 2011. “Migrasi”. Sri Moertiningsih Adioetomo & Omas Bulan

Samosir “Dasar-dasar Demografi”. Depok: Penerbit Salemba Empat

dan Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Muta’ali. Lutfi. 2015. Teknik Analisi Regional dan Lingkungan. Yogyakarta:

Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) Universits Gajah Mada.

Nabila. Aulia. & Pardede L Elda. 2014. “Pengaruh Kemiskinan Terhadap Migrasi

di Indonesia: Analisis data Sakerti Tahun 2000 dan 2007”. Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia. Depok.

Nachrowi. Nachrowi Djalal & Usman. Hardius. 2008. Penggunaan Teknik

Ekonometrik. Jakarta: Penerbit PT RajaGrafindo Persada.

Najmutsaqib. Indi. 2018. Pengaruh Kepadatan Penduduk. Upah Minimum

Provinsi (UMP). Kesempatan Kerja Terhadap Migrasi Internasional

Tenaga Kerja Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2016. Fakultas

Ekonomi Universitas Tidar.

Noveria. Mita. 2017. Migrasi Berulang Tenaga Kerja Migran Internasional: Kasus

Pekerja Migran Asal Dea Sukorejo Wetan. Kabupaten Tulungagung.

Jurnal Kependudukan Indonesia Vol. 12 No1 1.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2015 Tentang

Pengupahan. Undang-Undang Dasar.

Pujoalwanto. Basuki. 2014. Perekonomian Indonesia: Tinjauan historis. Teoritis.

dan Empiris. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.

81

Purnomo. Didit. 2009. Fenomena Migrasi Tenaga Kerja dan Perannya Bagi

Pemabangunan Daerah asal: Studi Empiris di Kabupaten Wonogiri.

Jurnal Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Puspita. Wahyu Indah & Kusreni. Sri. 2017. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Migrasi ke Luar Negeri Berdasarkan Provinsi di Indonesia. Jurnal Ilmu

Ekonomi Terapan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga.

Rachmawati. Lucky. & Ghofur A Muhammad. 2015. “Migrasi Tenaga Kerja di

Era Asean Economic Community (AEC). Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Surabaya.

Rahmawati. Tita Merisa. 2010. Faktor yang Mempengaruhi Minat Tenaga Kerja

untuk Bekerja ke Luar Negeri. Fakultas Ekonomi Universitas

Diponogoro.

Reni.. Tarmizi. Nurlina.. & Maryadi. 2016. Analisis Keputusan Bermigrasi

Tenaga Kerja Asal Kabupaten Ogan Ilir ke Malaysia. I-Economic Vol. 2

No.2.

Rosadi. Dedi. 2012. Ekonometrika dan Analisi Rintun Waktu Terapan.

Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.

Rosyidi. Suherman. 2014. Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori

Ekonomi Mikro & Makro. Jakarta: Penerbit PT RajaGrafindo Persada.

Setiawan & Kusrini. Dwi Indah. 2010. Ekonometrika: Analisis Regresi.

Multikolinearitas. Heteroskedastisitas. Otokorelas. Sistem Peneran

Simultan. dan Model Dinamis. Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta.

Siregar. Sofyan. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Penerbit PT Fajar

Interpratama Mandiri.

Stark. Oded.. Micevska. Maja.. dan. Mycielski. Jerzy. 2009. Relative Poverty as

Determinant of Migration: Evidence from Poland. University of Bonn.

Germany;Universities of Klagenfurta and Vienna. Austria; Warsaw

82

University and Warsaw school of Economics. Poland; University

Klagenfurt. Austria. Publised by Elsevier Ltd.

Sugiono. 2011. “Metode Penelitian Pendidikan”. CV Alfabeta. Bandung.

Sumardi. Mulyanto.. & Hans-Dieter Evers. ed. 1985. Kemiskinan dan Kebutuhan

Pokok. Kelapa Gading Permai Jakarta: Penerbit CV. Rajawali.

Syafitri. Wildan. & Andias. Tri. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Keputusan Migran Bekerja di Dalam Negeri dan Luar

Negeri (Studi Kasus Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang).

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Malang.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tengang

Ketanagakerjaan.

Widodo. Tri.. Susamto. Akhmad. Akbar.. Musthofa. Ma’ruful.. Hindriyani.

Martha.. & Kamil. Amiadji Nur. 2015. Menuju Negara Maju: Apakah

Indonesia Bergerak ke Arah yang Benar?. Yogyakarta: Penerbit Gadjah

Mada University Press.

83

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Hasil Uji Data Panel

A. Pooled Least Square atau Common Effect Model

Dependent Variable: LN_MTKI

Method: Panel Least Squares

Date: 08/15/19 Time: 10:46

Sample: 2008 2017

Periods included: 10

Cross-sections included: 6

Total panel (balanced) observations: 60 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 4.879965 3.852459 1.266714 0.2106

LN_KPENDUDUK 0.692404 0.127318 5.438377 0.0000

KEMISKINAN -0.033427 0.026415 -1.265464 0.2110

LN_UMP 0.451073 0.200292 2.252071 0.0283

RLS -0.592352 0.145194 -4.079731 0.0001 R-squared 0.741156 Mean dependent var 10.46996

Adjusted R-squared 0.722331 S.D. dependent var 0.868588

S.E. of regression 0.457696 Akaike info criterion 1.354432

Sum squared resid 11.52171 Schwarz criterion 1.528961

Log likelihood -35.63296 Hannan-Quinn criter. 1.422700

F-statistic 39.37088 Durbin-Watson stat 1.092305

Prob(F-statistic) 0.000000

84

B. Fixed Effect Model (FEM)

Dependent Variable: LN_MTKI?

Method: Pooled EGLS (Cross-section weights)

Date: 08/15/19 Time: 11:20

Sample: 2008 2017

Included observations: 10

Cross-sections included: 6

Total pool (balanced) observations: 60

Linear estimation after one-step weighting matrix Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 11.69371 11.13603 1.050079 0.2987

LN_KPENDUDUK? -0.747282 2.165474 -0.345089 0.7315

KEMISKINAN? -0.052286 0.024049 -2.174124 0.0345

LN_UMP? 0.667414 0.306528 2.177333 0.0342

RLS? -0.684368 0.230528 -2.968695 0.0046

Fixed Effects (Cross)

_JABAR--C 1.395291

_JATENG--C 1.012085

_JATIM--C 0.878477

_NTB--C -0.672004

_LAMPUNG--C -1.504712

_SUMUT--C -1.109138 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.869776 Mean dependent var 11.81500

Adjusted R-squared 0.846335 S.D. dependent var 3.689132

S.E. of regression 0.401293 Sum squared resid 8.051812

F-statistic 37.10589 Durbin-Watson stat 1.598873

Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.807887 Mean dependent var 10.46996

Sum squared resid 8.551387 Durbin-Watson stat 1.478423

85

C. Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests

Equation: PLS

Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 3.807235 (5,50) 0.0053

Cross-section Chi-square 19.356459 5 0.0016

Cross-section fixed effects test equation:

Dependent Variable: LN_MTKI

Method: Panel Least Squares

Date: 08/15/19 Time: 10:47

Sample: 2008 2017

Periods included: 10

Cross-sections included: 6

Total panel (balanced) observations: 60 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 4.879965 3.852459 1.266714 0.2106

LN_KPENDUDUK 0.692404 0.127318 5.438377 0.0000

KEMISKINAN -0.033427 0.026415 -1.265464 0.2110

LN_UMP 0.451073 0.200292 2.252071 0.0283

RLS -0.592352 0.145194 -4.079731 0.0001 R-squared 0.741156 Mean dependent var 10.46996

Adjusted R-squared 0.722331 S.D. dependent var 0.868588

S.E. of regression 0.457696 Akaike info criterion 1.354432

Sum squared resid 11.52171 Schwarz criterion 1.528961

Log likelihood -35.63296 Hannan-Quinn criter. 1.422700

F-statistic 39.37088 Durbin-Watson stat 1.092305

Prob(F-statistic) 0.000000

86

D. Random Effect Model (REM)

Dependent Variable: LN_MTKI

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date: 08/15/19 Time: 10:48

Sample: 2008 2017

Periods included: 10

Cross-sections included: 6

Total panel (balanced) observations: 60

Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 4.879965 3.438595 1.419174 0.1615

LN_KPENDUDUK 0.692404 0.113641 6.092932 0.0000

KEMISKINAN -0.033427 0.023577 -1.417774 0.1619

LN_UMP 0.451073 0.178775 2.523127 0.0146

RLS -0.592352 0.129596 -4.570761 0.0000 Effects Specification

S.D. Rho Cross-section random 0.000000 0.0000

Idiosyncratic random 0.408526 1.0000 Weighted Statistics R-squared 0.741156 Mean dependent var 10.46996

Adjusted R-squared 0.722331 S.D. dependent var 0.868588

S.E. of regression 0.457696 Sum squared resid 11.52171

F-statistic 39.37088 Durbin-Watson stat 1.092305

Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.741156 Mean dependent var 10.46996

Sum squared resid 11.52171 Durbin-Watson stat 1.092305

87

E. Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation: PLS

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 18.545234 4 0.0010 ** WARNING: estimated cross-section random effects variance is zero.

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. LN_KPENDUDUK 0.546573 0.692404 4.277975 0.9438

KEMISKINAN -0.055606 -0.033427 0.000176 0.0944

LN_UMP 0.363808 0.451073 0.072240 0.7454

RLS -0.717361 -0.592352 0.050087 0.5765

Cross-section random effects test equation:

Dependent Variable: LN_MTKI

Method: Panel Least Squares

Date: 08/15/19 Time: 10:48

Sample: 2008 2017

Periods included: 10

Cross-sections included: 6

Total panel (balanced) observations: 60 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 8.221878 10.42943 0.788334 0.4342

LN_KPENDUDUK 0.546573 2.071446 0.263860 0.7930

KEMISKINAN -0.055606 0.027051 -2.055609 0.0451

LN_UMP 0.363808 0.322801 1.127035 0.2651

RLS -0.717361 0.258615 -2.773855 0.0078 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.812530 Mean dependent var 10.46996

Adjusted R-squared 0.778786 S.D. dependent var 0.868588

S.E. of regression 0.408526 Akaike info criterion 1.198491

Sum squared resid 8.344689 Schwarz criterion 1.547549

Log likelihood -25.95473 Hannan-Quinn criter. 1.335027

F-statistic 24.07889 Durbin-Watson stat 1.532325

Prob(F-statistic) 0.000000

88

Lampiran 2 : Hasil Uji Asumsi Klasik

A. Multikolinearitas

LN_KPENDUDUK KEMISKINAN LN_UMP RLS

LN_KPENDUDUK 1.000000 -0.317496 -0.386813 -0.309825

KEMISKINAN -0.317496 1.000000 -0.276239 -0.651145

LN_UMP -0.386813 -0.276239 1.000000 0.417103

RLS -0.309825 -0.651145 0.417103 1.000000

B. Heteroskedastisitas

Dependent Variable: RESABS

Method: Panel Least Squares

Date: 08/15/19 Time: 11:08

Sample: 2008 2017

Periods included: 10

Cross-sections included: 6

Total panel (balanced) observations: 60 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.358692 1.847799 0.735303 0.4653

LN_KPENDUDUK 0.054452 0.061067 0.891670 0.3765

KEMISKINAN -0.001083 0.012670 -0.085502 0.9322

LN_UMP -0.084831 0.096068 -0.883031 0.3811

RLS -0.027248 0.069641 -0.391259 0.6971 R-squared 0.105810 Mean dependent var 0.305153

Adjusted R-squared 0.040779 S.D. dependent var 0.224148

S.E. of regression 0.219530 Akaike info criterion -0.115001

Sum squared resid 2.650636 Schwarz criterion 0.059528

Log likelihood 8.450032 Hannan-Quinn criter. -0.046733

F-statistic 1.627054 Durbin-Watson stat 1.675406

Prob(F-statistic) 0.180496

89

Lampiran 3 : Data Penelitian

Provinsi Tahun Migrasi

Tenaga

Kerja

Indonesia

(MTKI)

Kepadatan

Penduduk

(Kpenduduk)

Kemiskinan

Upah

Minimum

Provinsi

(UMP)

Rata-rata

Lama

Sekolah

(RLS)

Ln_MTKI Ln_KPenduduk Ln_UMP

JawaBarat 2008 71.330 1.108 10.88 568.193 7.5 11.17507228 7.010311867 13.25021643

JawaBarat 2009 31.170 1.124 10.33 628.191 7.72 10.34721137 7.02464903 13.35059954

JawaBarat 2010 35.985 1.222 9.43 671.500 7.4 10.49085746 7.10824414 13.41726929

JawaBarat 2011 145.811 1.180 9.26 732.000 7.46 11.89006654 7.073269717 13.50353579

JawaBarat 2012 119.641 1.198 9.89 780.000 7.52 11.69225087 7.088408779 13.5670492

JawaBarat 2013 129.910 1.282 9.61 850.000 7.58 11.77459718 7.156176637 13.65299163

JawaBarat 2014 105.479 1.301 9.18 1.000.000 7.71 11.56626716 7.170888479 13.81551056

JawaBarat 2015 63.064 1.320 9.57 1.000.000 7.86 11.05190536 7.185387016 13.81551056

JawaBarat 2016 51.052 1.339 8.77 1.312.355 7.95 10.8406 7.199678346 14.62644077

JawaBarat 2017 50.872 1.358 7.83 1.420.624 8.14 10.83706795 7.213768308 14.16660677

JawaTengah 2008 57.899 995 16.34 547.000 6.8 10.96645539 6.902742737 13.21220408

JawaTengah 2009 37.548 1.002 15.41 575.000 6.86 10.53337539 6.909753282 13.26212532

JawaTengah 2010 44.339 989 14.33 660.000 6.71 10.69961993 6.896694332 13.39999511

JawaTengah 2011 123.239 1.003 14.12 675.000 6.74 11.72188084 6.910750788 13.42246797

JawaTengah 2012 115.472 1.002 14.98 765.000 6.77 11.65678336 6.909753282 13.54763111

JawaTengah 2013 105.979 1.014 14.44 830.000 6.8 11.57099624 6.921658184 13.62918098

JawaTengah 2014 92.592 1.022 13.58 910.000 6.93 11.43595802 6.929516771 13.72119988

JawaTengah 2015 57.078 1.030 13.32 910.000 7.03 10.95217403 6.937314081 13.72119988

JawaTengah 2016 49.515 1.037 13.19 910.000 7.15 10.81003093 6.944087208 13.72119988

JawaTengah 2017 55.088 1.044 12.23 1.367.000 7.27 10.91668719 6.950814768 14.12812912

90

JawaTimur 2008 35.895 794 18.51 500.000 6.95 10.48835329 6.677083461 13.12236338

JawaTimur 2009 37.901 798 16.68 570.000 7.2 10.54273278 6.682108597 13.25339164

JawaTimur 2010 46.260 781 15.26 630.000 7.24 10.74203294 6.66057515 13.3534751

JawaTimur 2011 109.266 786 14.23 705.000 7.34 11.60154056 6.666956792 13.46595308

JawaTimur 2012 100.383 785 13.08 745.000 6.85 11.51674815 6.665683718 13.5211395

JawaTimur 2013 93.847 803 12.73 866.250 6.9 11.44942108 6.688354714 13.67192883

JawaTimur 2014 78.306 808 12.28 1.000.000 7.05 11.26837951 6.694562059 13.81551056

JawaTimur 2015 48.314 813 12.34 1.000.000 7.14 10.78547665 6.70073111 13.81551056

JawaTimur 2016 43.150 817 12.05 1.000.000 7.23 10.6724377 6.705639095 13.81551056

JawaTimur 2017 64.143 822 11.77 1.388.000 7.87 11.06887024 6.711740395 14.14337442

NTB 2008 12.712 221 29.47 730.000 6.7 9.450301708 5.398162702 13.50079981

NTB 2009 31.081 225 28.84 832.500 6.73 10.34435198 5.416100402 13.6321885

NTB 2010 34.029 243 28.16 890.775 5.73 10.43496838 5.493061443 13.69984715

NTB 2011 72.847 245 23.67 950.000 6.07 11.19611663 5.501258211 13.76421726

NTB 2012 46.248 247 18.02 1.000.000 6.33 10.7417735 5.509388337 13.81551056

NTB 2013 63.439 254 17.25 1.100.000 6.54 11.05783409 5.537334267 13.91082074

NTB 2014 61.139 257 17.05 1.210.000 6.67 11.02090524 5.549076085 14.00613092

NTB 2015 51.743 260 16.54 1.330.000 6.71 10.85404444 5.560681631 14.1006895

NTB 2016 40.416 264 16.02 1.482.950 6.79 10.60698103 5.575949103 14.20954391

NTB 2017 34.994 267 15.05 1.631.245 6.9 10.4629319 5.587248658 14.30485408

Lampung 2008 12.053 196 17.85 617.000 7.3 9.397068871 5.278114659 13.3326243

Lampung 2009 3.908 199 16.78 691.000 7.49 8.270781013 5.293304825 13.4458951

Lampung 2010 5.558 220 14.3 767.500 7.75 8.62299361 5.393627546 13.55089376

Lampung 2011 17.104 217 12.27 855.000 7.82 9.747067633 5.379897354 13.65885675

Lampung 2012 16.268 220 15.65 975.000 7.87 9.696955267 5.393627546 13.79019275

Lampung 2013 17.977 229 14.39 1.150.000 7.89 9.796848442 5.433722004 13.9552725

Lampung 2014 18.500 232 14.21 1.399.037 7.48 9.825526011 5.446737372 14.1512947

91

Lampung 2015 16.109 234 13.53 1.581.000 7.56 9.687133401 5.455321115 14.27356812

Lampung 2016 16.051 237 13.86 1.763.000 7.63 9.683526432 5.468060141 14.38252746

Lampung 2017 15.372 239 13.04 1.908.448 7.63 9.640302952 5.476463552 14.46180038

Sumut 2008 9.248 180 12.85 822.205 8.6 9.132162591 5.192956851 13.61974503

Sumut 2009 8.386 182 11.45 905.000 8.65 9.034318928 5.204006687 13.71569022

Sumut 2010 15.878 179 11.34 965.000 8.51 9.672689782 5.187385806 13.77988338

Sumut 2011 12.449 183 10.75 1.035.500 8.61 9.429395577 5.209486153 13.85039496

Sumut 2012 13.728 184 10.41 1.200.000 8.72 9.527192822 5.214935758 13.99783211

Sumut 2013 13.301 186 10.39 1.375.000 8.79 9.495594499 5.225746674 14.13396429

Sumut 2014 14.782 189 9.85 1.505.850 8.93 9.601165503 5.241747015 14.22486808

Sumut 2015 12.054 191 10.79 1.625.000 9.03 9.397151834 5.252273428 14.30101837

Sumut 2016 14.137 193 10.27 1.811.875 9.12 9.556550753 5.262690189 14.40987278

Sumut 2017 17.109 195 9.28 1.961.355 9.25 9.74735992 5.272999559 14.48909462