analisis faktor-faktor yang mempengaruhi...

116
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME EKSPOR KARET REMAH (CRUMB RUBBER) KE CINA DAN JEPANG Oleh: Nur Athika Dahlia 1111092000024 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016

Upload: vanxuyen

Post on 27-Apr-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME

EKSPOR KARET REMAH (CRUMB RUBBER) KE CINA DAN JEPANG

Oleh:

Nur Athika Dahlia

1111092000024

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016

Page 2: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME

EKSPOR KARET REMAH (CRUMB RUBBER) KE CINA DAN JEPANG

Nur Athika Dahlia

1111092000024

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016

Page 3: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

i

Page 4: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

ii

Page 5: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

iii

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR

HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI

SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU

LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Maret 2016

Nur Ahika Dahlia

1111092000024

Page 6: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Biodata

Nama : Nur Athika Dahlia

TTL : Tarempa, 29 Oktober 1993

Alamat : Jalan Madura Blok C No. 64 Perumahan Pondok Pucung 1

Hobi : Membaca, Mendengar musik

Email : [email protected]

Motto : SEMANGAT!

Riwayat Pendidikan

2008-2011 SMAN 1 Bangkinang (Berijazah)

2005-2008 SMPN 1 Bangkinang (Berijazah)

1999-2005 SDN 031 Langgini (Berijazah)

Pengalaman Organisasi

2006-2007 Paskibraka Tingkat SMP

2012-Sekarang Anggota KEMANGTEER Tangerang

2011-2015 Reporter Majalah Ilalang Agribisnis

Pengalaman Magang dan Kerja

2015 Magang PTPN V Bagian Pengolahan Karet dan Sawit

Page 7: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

v

RINGKASAN

Nur Athika Dahlia. 1111092000024. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Volume Ekspor Karet Remah (Crumb Rubber) ke Cina dan Jepang. Di bawah

bimbingan Edmon Daris dan Rizki Adi Puspita Sari.

Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga

terjamin mutu teknisnya. Karet diproduksi terutama di Asia Tenggara (93 %) dimana

Indonesia merupakan negara produsen kedua terbesar di dunia setelah Thailand. Asia

merupakan pangsa pasar yang besar terhadap ekspor karet remah di pasar Internasional.

Berdasarkan data dari BPS, 2013 negara Cina dan Jepang memiliki volume ekspor yang

paling tinggi. Tingginya volume ekspor ke negara Cina dan Jepang tahun 2002-2013 maka

diperlukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor karet remah

ke negara Cina dan Jepang untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor

karet remah ke negara Cina dan Jepang. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1)

Menganalisis perkembangan volume ekspor karet remah (Crumb Rubber) ke Cina dan

Jepang tahun 2002-2013. 2) Menganalisis faktor–faktor yang mempengaruhi ekspor karet

remah ke Cina dan Jepang periode 2002-2013. Model ekonometrika yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah model regresi berganda dengan tiga variabel kuantitatif, yang

diselesaikan dengan bantuan program Microsoft world 2013, Microsoft excel 2013 dan

SPSS 22.

Hasil dari penelitian ini adalah perkembangan volume ekspor karet remah ke negara

Cina meningkat akibat tingginya penawaran ekspor terhadap karet remah Indonesia.

Perkembangan volume ekspor karet remah ke Jepang mengalami fluktuasi pada volume

ekspor karet remah Indonesia ke negara Jepang disebabkan oleh industri otomotif negara

Jepang. Hasil analisis negara Cina, pada uji t variabel GDP riil dan kurs tidak signifikan

pada tingkat kepercayaan 5 persen, variabel harga riil signifikan pada taraf kepercayaan 10

persen.

Hasil analisis negara Jepang, pada uji t variabel GDP riil dan harga riil signifikan

pada tingkat kepercayaan 5 persen, variabel kurs riil tidak signifikan pada taraf kepercayaan

5 persen. Berdasarkan hasil penelitian, saran untuk penelitian ini Indonesia sebaiknya

mempertahankan penawaran ekspor terhadap karet remah Indonesia ke negara Cina karena

pada komoditas ini. Indonesia memiliki peluang ekspor yang besar untuk meningkatkan

distribusi produk serta pertumbuhan ekspor karet remah yang tinggi ke Cina. Indonesia

sebaiknya dapat mengoptimalkan pertumbuhan ekspor ke negara Jepang. Untuk

meningkatkan kembali perkembangan ekspor karet remah maka diperlukan menjalin kerja

sama dengan negara-negara produsen utama karet dunia untuk menjaga kestabilan pasokan

dan permintaan karet remah terhadap industri otomotif negara Jepang.

Berpengaruhnya GDP, harga dan kurs terhadap volume ekspor karet remah ke

negara Cina dan Jepang, hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

yang besar terhadap volume ekspor karet remah Indonesia. Untuk pemerintah dan eksportir

dapat lebih mempertahankan peluang pada GDP, harga ekspor dan kurs dalam mengambil

keputusan ataupun kebijakan. Sehingga Indonesia dapat meningkatkan kualitas karet remah

agar bernilai lebih tinggi dengan memperhatikan standar kualitas karet remah ke negara

tujuan ekspor. Untuk pengembangan ilmu lebih lanjut penelitian ini hanya melihat dari sisi

penawaran saja. Pada penelitian selanjutnya disaran kan agar memperluas objek penelitian

dengan variabel yang lainnya seperti variabel kebijakan ekspor, tarif ekspor, daya saing dan

permintaan.

Kata Kunci : Ekspor, Karet Remah, Crumb Rubber, Penawaran.

Page 8: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warhmatullahi wabarakatuh

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan judul : “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor

Karet Remah (Crumb Rubber) Ke Cina dan Jepang”. Skripsi ini diajukan untuk

memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pertanian (SP).

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga

pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa

hormat mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang telah memberikan bantuan moril maupun materil secara langsung maupun

tidak langsung kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai,

terutama :

1. Teristimewa kepada orangtua penulis yaitu mama Hj. Mariati dan papa

Sudirman yang telah merawat dengan kasih sayangnya, membesarkan,

mendoakan, memberi semangat, motivasi serta berkorban sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi penulis dan melanjutkan cita-cita penulis.

Terimakasih mama dan papa.

2. Bapak Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Dr. Agus Salim M.Si yang telah

memberikan semangat dan motivasinya kepada penulis.

3. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS dan Ibu Rizki Adi Puspita Sari, S.P, MM,

selaku Dosen Pembimbing I dan II yang telah memberikan bimbingan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Ujang Maman, M.Si selaku Dosen Penguji I dan Bapak Ir.

Junaidi, M.Si selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan semangat

dan saran nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan staf Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan

Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah memberikan ilmu dan pengetahuan selama penulis berkuliah.

6. Teruntuk keluarga besar penulis yang selalu memberikan semangat dan

motivasi. Terimakasih Ibu Nur, Tante Nur dan Om Sudarnoto Abdul Hakim,

Cece Melan dan semuanya terimakasih.

Page 9: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

vii

7. Sahabat-sahabat yang selalu sabar menghadapi penulis Mutiara SP dan

Rahmat Azizi, serta sahabat Agribisnis 2011 Siti Munipah, Jati Sriwahyuni

SP, Ilma Yuni Rosita SP, Ahda Lina SP, Isman Fadil, dan teman-teman yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, Terimakasih.

8. Calon istri sholehah Datin Annaba yang selalu memberikan penulis

pencerahan dan kedewasaan terpendamnya, Ade Lia Permatasari yang selalu

membuat penulis merindukan tawa dan suara nyanyiannya, Ayu Arum

Budiati yang selalu tau angle penulis di saat berfoto, Nurul Ainis S.Kom

yang selalu membuat penulis nyaman dan geregetan, Shofa Jauhara yang

selalu membuat penulis termotivasi untuk berjualan, terimakasih

KESAYANGAN KU.

9. Kakak-kakak senior Agribisnis 2009, dan 2010 yang selalu memberikan

informasi mengenai seluk-beluk skripsi sehingga penulis mengerti dan

selesai lah skripsi ini.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi, penulis

mengucapkan terimakasih banyak.

Tentunya sebagai manusia yang tidak pernah luput dari kesalahan. Penulis

menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan

kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan

selanjutnya. Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan

para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT meridhoi dan dicatat sebagai

ibadah disisi-Nya, aamiin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, Maret 2016

Nur Athika Dahlia

Page 10: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ....................................................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ..................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ iv

RINGKASAN .........................................................................................................v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI....................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................5

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................5

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian......................................................................6

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................7

2.1 Karet Remah...........................................................................................7

2.2 Perdagangan Internasional .....................................................................9

2.2.1 Teori Perdagangan Internasional ..................................................9

2.3 Ekspor .................................................................................................12

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Ekspor ....................................................14

2.4.1 Gross Domestic Product .............................................................14

2.4.2 Kurs .............................................................................................15

2.5 Teori Penawaran...................................................................................17

2.6 Hubungan Antar Variabel ....................................................................18

Page 11: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

2.7 Penelitian Terdahulu ............................................................................19

ix

2.8 Kerangka Pemikiran Operasional ........................................................23

2.9 Hipotesis...............................................................................................24

BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................25

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ..............................................................25

3.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................................25

3.3 Metode Analisis ...................................................................................26

3.3.1 Analisis Deskriptif ......................................................................26

3.3.2 Analisis Regresi Berganda ..........................................................26

3.3.3 Metode Kuadrat Terkecil Biasa ..................................................28

3.4 Uji Asumsi Klasik ................................................................................29

3.5 Pengujian Model Regresi .....................................................................34

3.6 Defenisi Operasional ............................................................................36

BAB IV GAMBARAN UMUM...........................................................................38

4.1 Perkembangan Industri Karet Remah ..................................................38

4.2 Areal Perkebunan dan Produktivitas Karet Remah Indonesia .............40

4.3 Ekspor Karet Remah Indonesia............................................................42

4.4 Standard Indonesia Rubber ..................................................................44

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................46

5.1 Perkembangan Ekspor Karet Remah ...................................................46

5.1.1 Negara Cina.................................................................................46

5.1.2 Negara Jepang .............................................................................48

5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Karet Remah ...................50

5.2.1 Negara Cina................................................................................50

5.2.2 Negara Jepang.............................................................................67

5.2.3 Perbandingan Pengaruh Faktor GDP Rii, Harga Riil dan Kurs

Riil Terhadap Ekspor Karet Remah Indonesia di Negara Cina dan

Jepang..........................................................................................82

BAB VI PENUTUP ..............................................................................................86

6.1 Kesimpulan ..........................................................................................86

6.2 Saran.....................................................................................................87

Page 12: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................88

x

Page 13: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

xi

1. Negara Tujuan Ekspor Karet........................................................................2

2. Jenis dan Sumber Data yang Digunakan.....................................................24

3. Produksi Karet Remah Indonesia................................................................38

4. Luas Perkebunan Karet Indonesia Tahun 2002-2014.................................40

5. Pertumbuhan Ekspor dan Nilai Ekspor Karet Remah Indonesia.................41

6. Ekspor Karet Remah Indonesia ke Cina dan Jepang Thaun 2002-2013......43

7. Persyaratan Mutu Karet Remah..................................................................45

8. Perkembangan Volume Ekspor Karet Remah ke Cina................................47

9. Perkembangan Ekspor Karet Remah ke Jepang..........................................49

10. Hasil Dugaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Karet

Remah ke Cina............................................................................................54

11. Hasil Dugaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Karet

Remah ke Jepang........................................................................................70

Page 14: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

xii

1. Pohon Industri Karet.....................................................................................7

2. Proses Terjadinya Perdagangan Internasional..............................................9

3. Kerangka Pemikiran Operasional...............................................................25

Page 15: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

xiii

DAFTAR GRAFIK

Nomor Halaman 1. Negara Tujuan Ekspor Karet Remah ..........................................................3

2. Impor Karet Remah Cina dan Jepang dari Indonesia.................................57

3. Perkembangan GDP Riil Cina Tahun 2002-2013......................................58

4. Harga Riil Ekspor Karet Remah ke Cina Tahun 2002-2013......................63

5. Volume Ekspor Karet Remah ke Jepang Tahun 2002-2013......................76

6. Perkembangan GDP Riil Negara Jepang Tahun 2002-2013......................77

7. Harga Riil Ekspor Karet Remah Ke Jepang Tahun 2002-2013.................81

Page 16: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Potensial Ekspor Karet Remah...................................................................92

2. Penawaran Ekspor Karet Remah................................................................92

3. Hasil Regresi Negara Cina..........................................................................93

4. Hasil Regresi Negara Jepang......................................................................94

5. Hasil Uji Kolmogorov Smornov Jepang.....................................................95

6. Hasil Uji Kolgomorov Smornov Cina.........................................................95

7. Hasil Uji Asumsi Klasik Negara Cina.........................................................96

8. Hasil Uji Asumsi Klasik Negara Jepang...................................................97

9. Data Volume Ekspor, GDP Riil, Harga Riil dan Kurs Riil Negara Cina

Tahun 2002-2013.....................................................................................98

10. Data Volume Ekspor, GDP Riil, Harga Riil dan Kurs Riil Negara Jepang

Tahun 2002-2013.....................................................................................98

11. Data Volume Ekspor, Nilai Ekspor, Harga Ekspor, GDP, Deflator, IHK

Cina, IHK Indonesia dan Kurs Negara Cina Tahun 2002-2013................99

12. Data Volume Ekspor, Nilai Ekspor, Harga Ekspor, GDP, Deflator, IHK

Jepang, IHK Indonesia dan Kurs Negara Jepang Tahun 2002- 2013..........................................................................................................99

13. Volume Ekspor Karet Remah ke Cina 2002-2013....................................100

xiv

Page 17: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

1

BAB I

1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN

Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai

sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi

sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian

lingkungan dan sumberdaya hayati (Litbang Deptan, 2007). Karet diperoleh dari

lateks yang diproduksi sel latisifer di kulit batang tanaman karet. Karet alam dalam

prakteknya diperoleh dengan melakukan penyadapan pada panel batang karet.

Lateks tersebut kemudian dikumpulkan dan diolah. Karet remah (crumb rubber)

adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya.

Penetapan mutu karet remah didasarkan pada penilaian sifat-sifat teknis dimana

warna atau penilaian visual yang menjadi dasar penentuan golongan mutu pada jenis

karet sheet, crepe maupun lateks pekat dan crumb rubber.

Karet diproduksi terutama di Asia Tenggara (93 %) dimana Indonesia

merupakan negara produsen kedua terbesar di dunia setelah Thailand (Kementrian

Pertanian, 2015). Perkembangan volume ekspor karet Indonesia mengalami

peningkatan walaupun berfluktuasi. Volume ekspor karet tertinggi terjadi pada

tahun 2013 sebesar 2.701.445 ton, sedangkan pertumbuhan volume ekspor karet

tertinggi pada tahun 2010 sebesar 18,10 % menjadi 2.351.915 ton. Tahun 2009

merupakan penurunan volume ekspor terbesar selama kurun waktu 1980-2014

sebesar 12,77%. Penurunan ini disebabkan terjadinya penurunan produksi karet

Indonesia pada tahun 2009 11,40%. Selama periode 1980-2014, produksi karet

Page 18: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

2

dibandingkan dengan volume ekspor maka 90% produksi karet Indonesia

diperuntukkan untuk ekspor (Kementrian Pertanian, 2015).

Negara USA, Cina, Jepang, Korea dan India merupakan negara tujuan

terbesar ekspor karet Indonesia tahun 2013. Volume ekspor karet Indonesia ke

negara USA sebesar 609.774 ton, Cina sebesar 511.700 ton, Jepang 425.869 ton,

Korea 147.308 ton, dan India 144.489 ton. Sementara 862.854 ton sisanya diekspor

ke negara lainnya. Jenis karet yang diekspor adalah karet dengan kode HS 4001.10-

4001.22, yaitu karet alam berupa latex, smoked sheet dan technically specified

natural rubber atau karet remah.

Tabel 1. Negara Tujuan Ekspor Karet,2013

No Negara Volume Ekspor (Ton) Bagian (%)

1. USA 609.774 22,57

2. Cina 511.700 18,94

3. Jepang 425.869 15,76

4. Korea 147.308 5,45

5. India 144.489 5,35

Negara Lainnya 862.854 31,93

Total 2.701.995 100,00

Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan, diolah Pusdatin

Asia merupakan pangsa pasar yang besar terhadap ekspor karet remah di

pasar Internasional. Berdasarkan data dari BPS, tahun 2002 hingga 2013 negara

Cina dan Jepang memiliki volume ekspor yang paling tinggi dari negara Korea

Selatan dan Singapura yang juga merupakan negara tujuan ekspor karet remah.

Page 19: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

3

Ton

600

500

400

300

200

100

0

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

Jepang Korea Selatan Cina Singapura

Grafik 1. Negara Tujuan Ekspor Karet Remah

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013

Dari sisi penawaran ekspor karet remah Indonesia ke negara Cina, Jepang,

Korea Selatan dan Singapura mengalami fluktuasi. Peningkatan volume ekspor

karet remah berdasarkan negara tujuan ekspor tertinggi ke Cina sebesar 500.000 ton

tahun 2013, volume ekspor ke Jepang sebesar 419.321 ton tahun 2013, Korea

Selatan pada tahun 2013 mengalami peningkatan ekspor sebesar 146.600 ton,

sedangkan volume ekspor ke negara Singapura pada tahun 2013 mengalami

penurunan sebesar 17.700 ton.

Penawaran yang tinggi terhadap karet remah Indonesia ke negara Cina dan

Jepang karena negara Cina dan Jepang merupakan negara produsen otomotif yang

saat ini sedang mengalami perkembangan pesat, sehingga membutuhkan bahan

baku yang telah terspesifikasi seperti karet remah untuk memudahkan dalam proses

pengolahannya. Tingginya volume ekspor karet remah Indonesia diimbangi dengan

impor karet remah Cina dan Jepang dari Indonesia, yakni ditunjukkan oleh Grafik

2. Ditunjukkan dengan impor karet remah Cina dan Jepang dari indonesia yang

mengalami peningkatan meskipun terjadi fluktuasi.

Page 20: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

4

rib

u U

S$

2.500.000

2.000.000

1.500.000

1.000.000

500.000

-

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

Cina Jepang

Grafik 2. Impor Karet Remah Cina dan Jepang dari Indonesia (dalam ribu US$)

Sumber : Intrancen,2015

Tingginya volume ekspor ke negara Cina dan Jepang tahun 2002-2013 maka

diperlukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor

karet remah ke negara Cina dan Jepang untuk melihat faktor-faktor yang

mempengaruhi volume ekspor karet remah ke negara Cina dan Jepang. Berdasarkan

data di atas, dapat mewakili permasalahan volume ekspor karet remah, sehingga

diperlukan “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Karet

Remah (Crumb Rubber) Ke Cina dan Jepang”

Page 21: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

5

1.2 Rumusan Masalah

Adanya permasalahan terhadap ekspor karet remah ke negara Cina dan

Jepang, maka perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan volume ekspor karet remah (crumb rubber) ke Cina

dan Jepang tahun 2002-2013 ?

2. Bagaimana pengaruh faktor–faktor (GDP riil, harga riil dan kurs riil) terhadap

volume ekspor karet remah (crumb rubber) ke Cina dan Jepang tahun 2002-

2013 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan

dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Menganalisis perkembangan volume ekspor karet remah (crumb rubber) ke

Cina dan Jepang tahun 2002-2013.

2. Menganalisis faktor–faktor GDP riil, harga riil dan kurs riil yang

mempengaruhi ekspor karet remah ke Cina dan Jepang tahun 2002-2013.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :

1. Para pengambil keputusan khususnya pemerintah dan pelaku usaha (Eksportir)

dalam melakukan evaluasi setiap kebijakan ekspor karet remah.

2. Penulis untuk meningkat kan kemampuan menganalisis serta menambah

pengalaman dalam menerapkan ilmu yang telah didapat dibangku kuliah.

3. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai informasi dan

perbandingan dalam penelitian selanjutnya.

Page 22: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan data berupa Time Series tahun 2002 hingga

2013. Pada penelitian ini karet remah yang diteliti dengan kode HS 4001.22

digunakan untuk komoditi karet remah terspesifikasi (TSNR) karena karet remah

merupakan salah satu komoditi yang potensial untuk diekspor. Ditunjukkan dengan

volume ekspor karet remah Indonesia ke ASIA khususnya ke negara Cina dan

Jepang. Adapun pertimbangannya karena negara Cina dan Jepang yang memiliki

volume tertinggi dalam ekspor karet remah menurut negara tujuan. Variabel yang

diduga mempengaruhi ekspor karet remah menurut teori (Sukirno 2000:109) adalah

GDP negara tujuan ekspor, harga ekspor, dan kurs valuta asing.

Page 23: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Karet Remah

Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus

sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu karet remah didasarkan pada

penilaian sifat-sifat teknis dimana warna atau penilaian visual yang menjadi dasar

penentuan golongan mutu pada jenis karet sheet, crepe maupun lateks pekat dan

crumb rubber. Karet remah tergolong dalam karet spesifikasi teknis karena

penilaian mutunya didasarkan pada sifat teknis dari parameter dan besaran nilai yang

dipersyaratkan dalam penetapan mutu karet remah yang tercantum dalam skema

Standard Indonesia Rubber. Karet remah atau crumb rubber adalah produk karet

alam yang relatif baru. Penentuan kualitas atau penjenisannya dilaksanakan secara

teknis dengan analisa yang teliti di laboratorium dengan menggunakan

perlengkapan analisis yang mutakhir. Pengolahan karet remah diperoleh beberapa

keuntungan yaitu proses pengolahannya lebih cepat, produk lebih bersih dan lebih

seragam dan penyajiannya lebih menarik.

Karet spesifikasi teknis adalah jenis produk karet yang diperdagangkan

dengan spesifikasi mutu teknis dengan bermacam-macam karakteristik antara lain:

SIR 5 CV, SIR 5 LV, SIR 5 L, SIR 5, SIR 10, SIR 20 dan SIR 50. Karet remah

diperdagangkan dengan bentuk bongkah berukuran 28 x 14 x 6,5 inci3 atau 70 cm

x 35 x 16,25 cm dengan bobot 33,3 kg, 34 kg, dan 35 kg per bongkah, terbungkus

rapi dengan plastik polietin setebal 0,03 mm dengan titik pelunakan 108oC, berat

jenis (specific gravity) 0,92 dan bebas dari macam-macam pelapis (coating). Karet

remah merupakan suatu usaha industri pengolahan karet yang melakukan kegiatan

Page 24: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

8

mengubah bahan baku karet (lump dan slab) menjadi karet remah dalam Standar

Karet Indonesia (BPS, 2010).

Gambar.1. Pohon Industri Karet

Sumber : Kementrian Perindustrian,2007

Page 25: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

9

2.2 Perdagangan Internasional

Lipsey (1997) berpendapat bahwa perdagangan internasional adalah

pertukaran barang dan jasa yang terjadi melampaui batas-batas negara. Perdagangan

internasional diperlukan untuk mendapatkan manfaat yang dimungkinkan oleh

spesialisasi. Masing-masing akan memproduksi barang dan jasa yang dapat

dilakukan secara efisien sementara negara tersebut akan berdagang dengan negara

lain untuk memperoleh barang dan jasa yang tidak diproduksinya. Masing-masing

negara mempunyai perbedaan tingkat kapasitas produksi secara kuantitas, kualitas

dan jenis produksinya.

2.2.1 Teori Perdagangan Internasional

Suatu kegiatan perdagangan internasional terjadi ditandai dengan adanya

kegiatan ekspor dan impor atau pertukaran komoditi antar dua negara, dimana

kegiatan ini dapat terjadi karena adanya perbedaan permintaan dan penawaran serta

adanya perbedaan tingkat harga antar kedua negara. Secara teoritis, suatu negara

(misalnya negara A) akan dapat mengekspor suatu komoditi ke negara lain

(misalnya negara B). Negara A mau dan mampu mengekspor komoditinya tersebut

ke negara B apabila harga domestik negara A (sebelum terjadi perdagangan

internasional) lebih rendah dari harga domestik di negara B. Harga domestik

komoditas tersebut di negara A relatif lebih rendah karena di negara A jumlah

penawaran akan barang tersebut lebih tinggi dari permintaan konsumen negara A,

atau dengan kata lain mengalami excess supply untuk komoditas tersebut di negara

A. Dengan kondisi demikian maka negara A mempunyai kesempatan untuk

menjual kelebihan produksi komoditinya tersebut ke negara lain. Sedangkan di lain

pihak, negara B terjadi kekurangan penawaran karena jumlah pemintaan domestik

Page 26: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

10

negara B melebihi jumlah penawaran domestik negara B, atau dengan kata lain

mengalami excess demand. Akibat dari keadaan ini maka harga untuk komoditas

tersebut di negara B menjadi tinggi. Maka dengan keadaan seperti ini negara B ingin

membeli komoditas tersebut dari negara A yang harganya relatif lebih murah.

Setelah kedua negara tersebut (negara A dan negara B) melakukan komunikasi dan

negosiasi, maka negara A menyetujui untuk mengekspor komoditinya tersebut ke

negara B, dan negara B secara langsung melakukan impor komoditi tersebut dari

negara A. Dengan terjadinya kegiatan yang dilakukan antar kedua negara tersebut

maka terjadilah suatu proses kegiatan perdagangan internasional (Salvatore, 1997:

84). Secara grafis kegiatan perdagangan internasional dapat dijelaskan melalui

gambar berikut ini :

Gambar 2. Proses Terjadinya Perdagangan Internasional

Keterangan :

Sumber : Salvatore, 1997

Kiri : Negara A, berperan sebagai negara pengekspor

Kanan : Negara B, berperan sebagai negara pengimpor

Tengah: Pasar Internasional

Pa : Harga domestik barang di negara A tanpa perdagangan internasional

Page 27: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

11

O – Qa : Jumlah produksi domestik barang di negara A tanpa perdagangan

internasional

Pb : Harga domestik barang di negara B tanpa perdagangan internasional

O – Qb: Jumlah produksi domestik barang di negara B tanpa perdagangan

internasional

EA : Keseimbangan antara penawaran dan permintaan barang di negara A tanpa

perdagangan internasional

EB : Keseimbangan antara penawaran dan permintaan barang di negara B tanpa

perdagangan internasional.

P1 : Harga barang yang terjadi di pasar internasional setelah kedua negara

sepakat untuk melakukan proses ekspor impor

Q1 : Jumlah barang yang diproduksi atau jumlah barang yang tersedia di pasar

internasional setelah kedua negara sepakat untuk melakukan proses ekspor

impor

Gambar di atas menjelaskan bahwa sebelum terjadi proses perdagangan

internasional, harga komoditi di negara A (negara pengekspor) adalah sebesar Pa,

sedangkan harga komoditi di negara B (negara pengimpor) adalah sebesar Pb.

Sebelum terjadi proses perdagangan internasional jumlah produksi komoditi di

negara A adalah sebesar O – Qa, sedangkan jumlah produksi komoditi di negara B

adalah sebesar O – Qb. Apabila harga komoditi di negara B adalah sebesar Pa maka

hal ini akan menyebabkan terjadinya kondisi kelebihan permintaan (excess

demand), sedangkan apabila harga komoditi di negara A adalah sebesar Pb maka

hal ini akan menyebabkan terjadinya kondisi kelebihan penawaran (excess supply).

Pertemuan antara kondisi excess supply dan excess demand inilah yang nantinya

akan membentuk harga di pasar internasional yang disepakati oleh kedua negara

tersebut. Dalam hal ini negara A akan mengekspor komoditi ke negara B, sedangkan

negara B akan mengimpor komoditi dari negara A. Sehingga dengan demikian

terjadilah proses perdagangan internasional. Teori-teori yang terdapat

Page 28: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

12

dalam proses perdagangan internasional antara lain adalah teori keunggulan

mutlak, teori keunggulan komparatif, teori keunggulan kompetitif dan teori faktor

produksi dari Heckscher dan Ohlin (H-O).

Kaum klasik sebelum David Ricardo umumnya berpendapat bahwa suatu

negara mengekspor barang tersebut karena negara tersebut bisa menghasilkan

barang tersebut dengan biaya yang secara mutlak lebih murah dari negara lain yaitu,

karena mempunyai keunggulan mutlak dalam produksi barang tersebut. (Boediono,

1981:20).

Teori keunggulan komparatif merupakan suatu teori dalam perdagangan

internasional yang memberikan bantuan atau jalan keluar bagi negara-negara yang

tidak bisa melakukan spesialisasi atau tidak memiliki keunggulan apapun dibanding

negara lainnya. Teori David Ricardo menyatakan bahwa keuntungan komparatif

timbul karena adanya perbedaan teknologi antarnegara. Hal ini berarti bahwa

berlangsungnya perdagangan internasional merupakan akibat adanya perbedaan

produktivitas antarnegara. Atas dasar terori ini, maka perdagangan internasional

merupakan fenomena yang dapat membantu dalam meningkatkan kapasitas

produksi dan standar hidup dan semua negara. Hal ini merupakan konsekuensi dari

kegiatan perdagangan bebas (Basri, 2010:34).

2.3 Ekspor

Ekspor merupakan perdagangan dengan cara melakukan penjualan barang-

barang dari dalam negeri ke luar negeri. Ekspor suatu negara dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain harga domestik negara tujuan ekspor, harga impor

negara tujuan, pendapatan per kapita penduduk negara tujuan ekspor, selera

Page 29: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

13

masyarakat negara tujuan dan nilai tukar, dalam hal ini nilai tukar riil adalah positif.

Artinya depresiasi riil membuat produk domestik relatif semakin murah sehingga

merangsang ekspor (Krugman, 2005:218).

Mankiw (2012:184) berpendapat bahwa ekspor adalah barang dan jasa yang

diproduksi di dalam negeri dan dijual keluar negeri. Banyak faktor yang mungkin

mempengaruhi ekspor, impor dan ekspor neto suatu negara. Faktor-faktor tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Selera konsumen untuk barang-barang produksi dalam dan luar negeri

2. Harga barang di dalam negeri dan di luar negeri

3. Nilai tukar dimana orang-orang dapat menggunakan mata uang domestik untuk

membeli mata uang asing

4. Pendapatan konsumen di dalam dan di luar negeri

5. Biaya transportasi barang dari suatu negara ke negara lain

6. Kebijakan pemerintah terhadap perdagangan internasional.

Suparmoko (1999:300) berpendapat ekspor merupakan kebalikan dari impor

sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor sesungguhnya sama dengan

faktor yang mempengaruhi impor. Faktor pendapatan negara lain mempengaruhi

volume ekspor negara Indonesia. Meningkatnya pendapatan dunia, maka volume

ekspor Indonesia akan meningkat, bila faktor-faktor lain tetap (ceteris paribus).

Demikian pula volume ekspor akan dipengaruhi oleh harga relatif antara negara.

Semakin rendah harga relatif Indonesia terhadap luar negeri, akan semakin tinggi

volume ekspor Indonesia. Selanjutnya selera dan kebijaksanaan perdagangan akan

mempengaruhi volume ekspor negara yang bersangkutan.

Page 30: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

14

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Ekspor

Sukirno (2000:109) berpendapat bahwa ekspor digolongkan sebagai

pengeluaran otonomi oleh karena pendapatan nasional bukanlah penentu penting

dari tingkat ekspor yang dicapai suatu negara. Daya saing di pasaran luar negeri,

keadaan ekonomi di negara-negara lain, kebijakan proteksi dinegara luar dan kurs

valuta asing merupakan faktor utama yang akan menentukan kemampuan suatu

negara mengekspor keluar negeri.

2.4.1 Produk Domestik Bruto ( Gross Domestic Product )

Rahardja (2008:240) mengatakan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB)

menghitung hasil produksi suatu perekonomian tanpa melihat siapa pemilik faktor

produksi tersebut. Semua faktor produksi yang berlokasi dalam perekonomian

tersebut output-nya diperhitungkan dalam PDB. PDB Nominal yaitu nilai produksi

seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian yang dihitung dengan

menggunakan harga yang tengah berlaku.

Perhitungan PDB menggunakan perhitungan berdasarkan harga konstan.

Hasil perhitungan ini menghasilkan nilai PDB atas harga konstan. Harga konstan

adalah harga yang dianggap tidak berubah. untuk memperoleh PDB harga konstan,

harus menentukan tahun dasar (based year), yang merupakan tahun dimana

perekonomian berada dalam kondisi baik/stabil. Harga barang pada tahun tersebut

digunakan sebagai harga konstan. PDB harga konstan disebut juga PDB Riil yaitu

nilai produksi seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian yang dihitung

menggunakan harga konstan pada tahun dasar. PDB riil tidak dipengaruhi oleh

perubahan harga, maka PDB riil hanya mencerminkan perubahan kuantitas

Page 31: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

15

produksi. Oleh karena itu PDB riil merupakan ukuran yang tepat untuk mengetahui

tingkat produksi barang dan jasa dari suatu perekonomian.

Sukirno (2011:34-35) berpendapat PDB (gross domestic product)

merupakan nilai barang dan jasa suatu negara yang diproduksikan dalam satu tahun

tertentu. Barang dan jasa yang diproduksi oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki

oleh warga negara yang pendapatan nasionalnya dihitung, baik yang berada di

dalam negeri maupun di luar negeri. PDB mencerminkan kesejahteraan masyarakat

dalam suatu negara, PDB yang meningkat menunjukkan bahwa pendapatan

masyarakat meningkat dapat membantu meningkatkan ekspor suatu negara.

2.4.2 Nilai Tukar (Exchange Rate)

Rahardja (2008:309) mengatakan bahwa penawaran terhadap valuta asing

meningkat bila negara lain mengimpor barang dan jasa atau ekspor meningkat.

Artinya, apabila kurs meningkat, maka ekspor juga akan mengalami peningkatan.

Kurs valuta asing mempunyai hubungan yang searah dengan volume ekspor. Kurs

(exchange rate) diantara dua negara adalah harga dimana penduduk kedua negara

saling melakukan perdagangan (Mankiw, 1998: 58).

Mankiw (2012:195) berpendapat bahwa untuk melakukan perdagangan luar

negeri dapat dibagi menjadi dua nilai tukar, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar

rill. Adapun nilai tukar nominal dan nilai tukar riil adalah :

1. Nilai tukar nominal adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan

mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Ketika nilai tukar

nominal berubah sehingga setiap unit mata uang domestik dapat membeli mata

uang masing-masing dalam jumlah yang lebih banyak, mata uang dapat

Page 32: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

16

dikatakan terapresiasi atau menguat. Ketika nilai tukar nominal berubah

sehingga setiap unit mata uang domestik hanya dapat membeli mata uang luar

negeri dalam jumlah yang lebih sedikit maka mata uang domestik dikatakan

terdepresiasi atau melemah.

2. Nilai tukar rill adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan barang

dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain. Untuk

mengukur nilai tukar rill menggunakan indeks harga, seperti indeks harga

konsumen yang mengukur harga barang dan jasa.

Nilai tukar mata uang suatu negara dibedakan atas nilai tukar nominal dan

nilai tukar riil. Nilai tukar nominal merupakan harga relatif dari mata uang kedua

negara, misalnya USD 1 bernilai seharga Rp.9.500,- di pasar uang. Sedangkan nilai

tukar riil berkaitan dengan harga relatif dari barang dan jasa antara kedua negara.

Nilai tukar riil menyatakan tingkat, dimana pelaku ekonomi dapat

memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari

negara lain. Nilai tukar riil diantara kedua mata uang kedua negara dihitung dari

nilai tukar nominal dikalikan dengan rasio tingkat harga di kedua negara tersebut.

Hubungan nilai tukar riil dengan nilai tukar nominal itu, dapat dirumuskan sebagai

berikut : REER= ER* FP/DP

Keterangan :

REER = Real Effective Exchange Rate ( nilai tukar riil )

ER = Exchange Rate nominal yang dinyatakan dalam direct term (dalam

Rupiah/ 1 dollar) maupun Indirect ( dollar / 1 rupiah )

FP = Foreign Price Indeks harga mitra dagang ( Luar Negeri)

DP = Domestic Price Indeks harga domestik

Page 33: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

17

Suharyadi, Purwanto S.K (2008 :160) berpendapat indeks harga konsumen

(IHK) tidak hanya bermanfaat untuk inflasi. IHK bermanfaat juga untuk mengetahui

: pendapatan riil, penjualan yang dideflasi, daya beli uang, dan penyesuaian biaya

hidup. Cara perhitungan IHK dan daya beli uang mempunyai kaitan dengan nama

beli rill, nilai nominal yang sama mempunyai daya beli yang berbeda berdasarkan

waktu, karena ada pengaruh dari kenaikan harga. Teori penentuan nilai tukar

menurut Mankiw (2012:195) adalah teori paritas daya beli ( purchasing- power

parity ). Teori nilai tukar yang menyatakan bahwa satu unit mata uang tertentu harus

mampu membeli barang dalam jumlah yang sama disebuah negara. Berdasarkan

teori ini, nilai tukar nominal antara mata uang kedua negara tersebut harus

mencerminkan tingkat harga yang berbeda dikedua negara tersebut.

2.5 Teori Penawaran

Rahardja (2002:26) mengatakan penawaran adalah jumlah barang yang

produsen ingin tawarkan (jual) pada berbagai tingkat harga selama satu periode

tertentu.

Adapun faktor-faktor yang menentukan tingkat penawaran adalah :

1. Harga barang itu sendiri

Jika suatu harga barang naik, maka produsen cendrung akan menambah barang

yang dihasilkan. Sesuai dengan hukum penawaran “semakin tinggi harga suatu

barang maka semakin banyak jumlah barang yang ingin ditawarkan oleh

penjual dan sebaliknya”.

Page 34: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

18

2. Harga faktor produksi

Kenaikan harga faktor produksi, seperti tingkat upah yang lebih tinggi, harga

bahan baku meningkat atau kenaikan tingkat suku bunga modal, akan

menyebabkan perusahaan memproduksi outputnya lebih sedikit dengan jumlah

anggaran yang tetap.

3. Teknologi produksi

Kemajuan teknologi menyebabkan penurunan biaya produksi dan menciptakan

barang-barang baru. Dalam hubungannya dengan penawaran akan suatu

barang, kemajuan teknologi menyebabkan kenaikan dalam penawaran barang.

4. Jumlah pedagang/penjual

Apabila jumlah penjual suatu produk tertentu semakin banyak, maka

penawaran barang tersebut akan bertambah.

Sukirno (2000:86) mengatakan diantara ciri harga dan penawaran dalam

hukum penawaran adalah semakin tinggi harga suatu barang, maka makin banyak

jumlah barang tersebut yang akan ditawarkan oleh para penjual, sebaliknya,

semakin rendah harga suatu barang, semakin sedikit jumlah barang tersebut yang

ditawarkan oleh penjual.

2.6 Hubungan Antar Variabel

Hubungan antar variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Hubungan GDP terhadap Volume Ekspor

GDP negara tujuan ekspor yaitu negara Cina dan Jepang berhubungan positif

terhadap ekspor karet remah. Ini berarti jika GDP negara Cina dan Jepang naik

maka ekspor karet remah juga naik. Begitu sebaliknya jika GDP negara Cina

Page 35: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

19

dan Jepang turun maka ekspor karet remah juga turun. Kenaikan pendapatan

luar negeri (GDP) akan mendorong pengeluaran luar negeri pada barang dan

jasa sehingga meningkatkan ekspor atau penawaran terhadap barang dan jasa.

2. Hubungan Harga Ekspor terhadap Volume Ekspor

Semakin tinggi harga jual suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut

ditawarkan. Hal ini disebabkan karena harga yang lebih tinggi memberikan

keuntungan yang lebih tinggi. Hubungan harga ekspor terhadap volume ekspor

adalah positif, karena jika harga meningkat akan menyebabkan volume ekspor

meningkat (ceteris paribus).

3. Hubungan Nilai Tukar Riil terhadap Volume Ekspor

Rahardja (2008:309) menjelaskan bahwa penawaran terhadap valuta asing

meningkat bila negara lain mengimpor barang dan jasa atau ekspor meningkat.

Artinya, apabila kurs meningkat, maka ekspor juga akan mengalami

peningkatan. Hal ini berarti bahwa melemahnya nilai tukar akan membuat

ekspor meningkat. Pelemahan nilai tukar akan berdampak meningkatnya daya

saing komoditas ekspor. Ini terjadi karena harga komoditas ekspor di negara

tujuan seolah-olah akan mengalami penurunan harga akibat nilai tukar negara

tersebut yang menguat. Sedangkan bagi pihak yang melakukan ekspor

melemahnya nilai tukar akan memberikan seolah-olah harga ekspor barang

mengalami kenaikan harga.

2.7 Penelitian Terdahulu

Taufik Perdana (2010) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

ekspor teh PTPN. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan usaha

teh PTPN dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh PTPN.

Page 36: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

20

Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif digunakan untuk

menggambarkan perkembangan ekspor teh dan mekanisme pelelangan ekspor teh

PTPN, sedangkan metode kualitatif digunakan untuk menganalisis faktor-faktor

yang mempengaruhi ekspor teh PTPN. Penelitian ini menggunakan analisis regresi

linier berganda. Hasil penelitian menunjukan ekspor teh PTPN dipengaruhi secara

nyata oleh volume produksi, harga ekspor, volume ekspor teh periode sebelumnya,

harga ekspor teh periode sebelumnya dan curah hujan indonesia. Kelima variabel

tersebut harus diperhatikan oleh PTPN karena berpengaruh langsung terhadap

volume ekspor. Volume produksi dan harga ekspor berpengaruh positif terhadap

jumlah ekspor, sehingga peningkatan produksi harus dilakukan. Adapun variabel

yang diduga berpengaruh terhadap ekspor teh tetapi hasil menyebutkan

pengaruhnya tidak nyata, yaitu harga kopi, nilaitukar rupiah terhadap dollar, harga

teh domestik, volume produksi teh periode sebelumnya.

Ella Hapsari Hendratno (2008) menganalisis permintaan ekspor karet alam

Indonesia di negara Cina. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

perkembangan permintaan ekspor karet alam negara Cina, menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi permintaan ekpor karet alam Indonesia dinegara Cina,

serta menganalisis startegi perkembangan ekspor karet alam Indonesia. Data yang

digunakan adalah data dari tahun 1976-2007. Metode deskriptif digunakan untuk

mengidentifikasi perkembangan pasar karet alam di Cina. Metode yang dipakai

menganalisis faktor-faktor yang permintaan ekspor karet alam Indonesia di negara

Cina yaitu regresi linier berganda dengan menggunakan OLS. Analisis strategi

pengembangan ekspor dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT. Hasil

pengolahan menunjukan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

Page 37: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

21

permintaan ekspor karet alam Indonesia di negara Cina adalah harga ekspor karet

alam indonesia ke Cina tahun sebelumnya, harga karet sintetis dunia, GDP per

kapita Cina, Nilai tukar yuan per dollar US dan Volume ekspor karet alam Indonesia

ke Cina tahun sebelumnya.

Vidya Retno Dewi (2012) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

volume ekspor biji Kakao Indonesia tahun 1999-2009. Penelitian ini menggunakan

alat analisis regresi linear berganda, serta menggunakan variabel volume ekspor biji

kakao Indonesia, persediaan biji kakao dunia, harga biji kakao internasional, harga

biji kakao domestik, jumlah produksi biji kakao indonesia, nilai tukar rupiah

terhadap dollar. Penelitian ini menggunakan pengujian asumsi klasik untuk

memastikan bahwa model persamaan yang dihasilkan bebas permasalahan

multikolonieritas, heteroskedasitas, autokorelasi sehingga persamaan garis regresi

yang dapat dipergunakan untuk memperkecil variabel terikatnya. Kemudian

dilakukan analisis regresi linear berganda dan uji kelayakan model uji koefisien

korelasi (R), uji F, Uji t. Dari hasil penelitian ini terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi volume ekspor biji kakao Indonesia yaitu, persediaan biji kakao

persediaan biji kakao dunia, harga biji kakao internasional, harga biji kakao

domestik, jumlah produksi biji kakao indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dollar.

Flora Felina Aditasari (2011) menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi ekspor karet Indonesia ke RRC ( Republik Rakyat Cina ) tahun

1999-2009. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh harga karet alam

dunia, harga karet sintetis, nilai tukar yuan terhadap rupiah, dan GDP riil negara

RCC terhadap ekspor karet Indonesia ke RRC. Metode analisis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Data yang digunakan adalah

Page 38: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

22

data sekunder. Pengujian statistik yang digunakan meliputi uji t, uji f dan koefisien

determinasi (R2) serta uji asumsi klasik yaitu multikolinearitas, heteroskedasitas dan

autokorelasi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa variabel harga karet alam dunia

mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap ekspor karet Indonesia ke

RRC dengan nilai probabilitas 0,0490 pada tingkat signifikansi 5%. Variabel GDP

riil RRC mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor karet

Indonesia ke RRC dengan nilai probabilitas 0,0042 pada tingkat signifikansi 5%.

Sedangkan untuk variabel harga karet sintetis dan nilai tukar yuan terhadap rupiah

tidak berpengaruh terhadap ekspor karet remah Indonesia ke RRC.untuk pengujian

terhadap uji asumsi klasik tidak terdapat multikolinearitas, heteroskedasitas dan

autokorelasi.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan

beberapa saran sebagai berikut: GDP pada suatu negara dapat dijadikan indikator

bari para eksportir karet Indonesia dalam menentukan sasaran pemasaran karet,

sehingga diharapkan dapat meningkatkan ekspor karet Indonesia. Bagi petani

maupun produsen karet agar bisa memperoleh harga karet alam yang tinggi untuk

meningkatkan keuntungan yang dilakukan dengan menekan cost, salah satunya

adalah dengan meningkatkan produktifitas. Harga karet sintetis tidak berpengaruh

terhadap ekspor karet Indonesia ke RRC, dari hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa ekspor karet Indonesia lebih dipengaruhi oleh variabel-variabel karet itu

sendiri. Dan karet sintetis bukan barang substitusi sempurna dari karet, untuk itu

pada penelitian selanjutnnya perlu mencari variabel selain karet sintetis. Walaupun

nilai tukar Yuan terhadap rupiah tidak berpengaruh terhadap volume ekspor karet

Indonesia ke RRC, namun kestabilan-kestabilan kurs rupiah terhadap yuan harus

Page 39: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

23

tetap dijaga agar tidak terjadi apresiasi atau depresi yang menyebabkan

perdagangan luar negeri kolaps.

2.8 Kerangka Pemikiran Operasional

Ekspor karet remah menurut negara tujuan tertinggi adalah negara Cina dan

Jepang. Sebagai produsen karet kedua terbesar penawaran ekspor ke negara Cina

dan Jepang yang sangat tinggi ditunjukkan oleh peningkatan volume ekspor ke

negara tersebut. Pemicu dari tingginya ekspor karet remah ini adalah karena negara

Cina dan Jepang merupakan negara produsen otomotif yang saat ini sedang

mengalami perkembangan pesat, sehingga dibutuhkan bahan baku yang telah

terspesifikasi teknis seperti karet remah untuk industri hilirnya. Penelitian ini terkait

dengan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor karet remah ke

negara Cina dan Jepang. Variabel yang diduga berpengaruh adalah variabel GDP

riil, harga riil dan kurs riil. Data dalam penelitian ini diolah menggunakan analisis

deskriptif dan regresi linear berganda untuk mengetahui perkembangan dan faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap ekspor karet remah. Kerangka pemikiran dapat

dilihat pada Gambar 3 :

Page 40: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

24

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional

2.9 Hipotesis

Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah :

1. Gross Domestic Product negara tujuan ekspor diduga berpengaruh positif

terhadap volume ekspor karet remah ke Cina dan Jepang.

2. Harga riil ekspor diduga berhubungan positif terhadap volume ekspor karet

remah ke Cina dan Jepang.

3. Kurs riil diduga berpengaruh positif terhadap volume ekspor karet remah ke

Cina dan Jepang.

Page 41: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data yang berasal dari

Kementrian Pertanian, Kementrian Perdagangan, International Trade Centre (ITC),

Gapkindo, Bank Dunia ( WorldBank) dan Badan Pusat Statistik. Penelitian ini

dilaksanakan pada akhir bulan Mei 2015 hingga Februari 2016

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam

bentuk Time Series tahunan periode 2002-2013. Sumber data yang digunakan

berasal dari jurnal dan data-data sumber lain. Data yang digunakan dalam penelitian

ini meliputi :

Tabel 2. Jenis dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian

Data Defenisi Besaran Sumber Data

Y1 Volume Ekspor Karet

Remah Ke Cina

Ton BPS

Y2 Volume Ekspor Karet

Remah Ke Jepang

Ton BPS

X1 GDP riil Juta US$ Worldbank

(diolah)

X2 Harga riil US$/ Ton BPS (diolah)

X3 Kurs riil Rp/US$ BI (diolah)

Page 42: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

26

3.3 Metode Analisis

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan metode

kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk melihat perkembangan ekspor karet

remah sedangkan metode kuantitatif dengan persamaan regresi linear berganda pada

dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan suatu variabel dependen terhadap

suatu variabel independen untuk mengestimasi dan memprediksi nilai rata-rata

variabel terikat (dependen) terhadap nilai tepat variabel bebas (independen) yang

diketahui. Model ekonometrika yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

model regresi berganda dengan tiga variabel kuantitatif, yang diselesaikan dengan

bantuan program Microsoft world 2013, Microsoft excel 2013 dan SPSS 22.

3.3.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk menjawab tujuan

pertama pada penelitian ini yaitu menganalisis perkembangan volume ekspor karet

remah ke negara Cina dan Jepang. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini

dengan menjelaskan volume dan persentase terhadap perkembangan ekspor karet

remah ke negara Cina dan Jepang tahun 2002-2013.

3.3.2 Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda pada penelitian ini digunakan untuk menjawab

tujuan kedua pada penelitian ini yaitu menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi ekspor karet remah ke Cina dan Jepang tahun 2002-2013. Model

dengan mempertimbangkan kemungkinan bahwa ada lebih dari satu variabel

penjelas yang mempengaruhi variabel tidak bebas. Model regresi dengan lebih dari

Page 43: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

27

satu variabel penjelas disebut sebagai model regresi berganda (Gujarati, 2006: 180).

Analisis regresi linear berganda merupakan studi yang menjelaskan dan

mengevaluasi hubungan antara satu peubah endogen dengan beberapa peubah

eksogen dengan bertujuan untuk mengestimasi atau meramalkan nilai peubah tak

bebas didasarkan nilai peubah bebas yang diketahui (Gujarati, 1993:12).

Simbolon (2009: 239) menjelaskan bahwa regresi berganda terdiri dari

sebuah peubah tak bebas sebagai respon atau yang diprediksi dan lebih dari satu

peubah bebas sebagai prediktor atau memprediksi. Peubah tak bebas dengan Y dan

peubah bebas dengan X1, X2, ... Xk. Adapun regresi dengan tiga peubah bebas X1,

X2, dan X3 dengan persamaan: Ŷ = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + ei

Hubungan antara peubah-peubah tersebut dalam model persamaan:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ε

Dimana :

Y = peubah bebas b0 = Nilai konstanta

b1...b3 = Nilai koefisien regresi

ε = unsur gangguan X1...X3 = Variabel

Pada penelitian ini menggunakan dugaan model persamaan faktor-faktor

yang mempengaruhi ekspor karet remah ke Cina dan Jepang sebagai berikut:

1) Y1 = B0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

2) Y2 = B0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Dimana :

Y1 = Volume ekspor karet remah ke Cina (Ton)

Y2 = Volume ekspor karet remah ke Jepang (Ton)

Page 44: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

28

X1 = Gross Domestic Produst Riil (GDP) (Juta US$)

X2 = Harga Rill (US$/Ton)

X3 = Kurs Rill (Rp/US$)

E = Random eror

B0 = Konstanta

B1-3 = Parameter yang diduga ( n = 1,2,3)

3.3.3 Metode Kuadrat Terkecil Biasa (Ordinary Least Square)

Pada penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda dengan

metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS) yang berfungsi untuk

menduga parameter. Jika asumsi-asumsi yang telah disebutkan di atas dapat

dipenuhi maka penduga OLS akan dapat menghasilkan koefisien regresi yang

memenuhi sifat-sifat BLUE (Gujarati 1997), yaitu:

1. Best = efisien yang berat ragam atau variannya minimum dan konsisten, dalam

artian bahwa walaupun menambah jumlah sampel maka nilai estimasi yang

diperoleh tidak akan berbeda jauh di parameternya.

2. Linier = koefisien regresinya linier

3. Unbiased = Nilai estimasi dari sampel akan mendekati populasi, ini

mengindikasi bahwa suatu model tidak bias

4. Estimator = penduga parameter

Namun demikian, pada metode ini terdapat kelemahan. Kelemahan tersebut

yaitu seluruh asumsi-asumsi yang terkait di dalamnya harus dapat dipenuhi oleh

suatu model. Apabila salah satu asumsi tidak dapat dipenuhi oleh suatu model,

Page 45: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

29

maka akan menimbulkan masalah normalitas, heteroskedasitas, multikolinearitas

dan autokorelasi.

3.4 Uji Asumsi Klasik

Menguji model-model yang telah diregresi akan dilakukan beberapa uji

untuk mengetahui hubungan antara variabel terikat (dependen variable) dengan

variabel bebas (independent variable). Uji yang akan digunakan adalah uji asumsi

klasik. Uji asumsi klasik terdiri atas empat bagian yaitu uji normalitas, uji

multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Keempat uji ini akan

dijelaskan sebagai berikut :

1. Uji Heteroskedastisitas

Analisis regresi linear ganda diperoleh dengan salah satu asumsi bahwa

variabel pengganggu (error), diasumsikan memiliki varian yang konstan (rentangan

ε kurang lebih sama). Jika ternyata varian dari ε tidak konstan misalnya membesar

atau mengecil pada nilai X yang lebih tinggi, maka kondisi tersebut dikatakan tidak

homoskedastik atau mengalami heteroskedasitas. Supranto. J (2009: 276)

mengatakan bahwa kesalahan penggangu merupakan variabel bebas, dimana X

merupakan variabel bebas. Jika X = pendapatan rumah tangga, Y = pengeluaran

rumah tangga maka biasanya varians Y akan naik apabila X naik. Artinya bagi

rumah tangga dengan tingkat pendapatan yang tinggi akan terdapat variasi yang

tinggi pada pola pengeluarannya.

Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menguji

heteroskedasitas yaitu (1) menggunakan metode grafik, (2) menggunakan uji

statistik sehingga dapat menghilangkan unsur bias akibat subjekvitas. Statistik yang

Page 46: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

30

digunakan dalam pengujian penelitian ini adalah uji Glejser. Secara garis besar ada

beberapa cara untuk mengatasi kasus heteroskedasitas dalam model, antara lain

dengan (a) tranformasi variabel, baik variabel respon, variabel penjelas maupun

keduanya dan (b) metode kuadrat kecil tertimbang.

2. Uji Autokorelasi

Supranto. J ( 2009: 273) menjelaskan bahwa untuk tingkat nyata 1% dan

5% dari dL dan dU untuk k = 1, 2, ... 5 dan berbagai nilai n berkisar antara 15 dan

100. Untuk menguji hipotesis H0 = tak ada korelasi serial (otokorelasi) yang positif,

Ha = tak ada korelasi serial (otokorelasi) yang positif. Apabila tabel Durbin Watson

sebesar 5% digunakan untuk mencari dU dan dL, maka tingkat nyata yang harus

digunakan untuk pengujian dua arah (two tail test ) adalah 10%. Sunyoto. D (2010:

110) menjelaskan persamaan regresi yang baik adalah tidak memiliki masalah

autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik/

tidak layak dipakai sebagai prediksi. Salah satu ukuran dalam menentukan ada

tidaknya masalah autokorelasi dengan uji DW dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW dibawah – 2 ( DW < -2)

b. Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada di antara -2 dan +2 atau -2

≤ DW ≤ +2

c. Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW diatas +2 atau DW ˃ +2

Kriteria autokorelasi yakni jika nilai DW terletak antara dU dan (4-dU) atau

dU ≤ DW ≤ (4-dU) berarti tidak terjadi autokorelasi. Jika nilai DW lebih kecil dari

dL atau DW lebih besar dari (4-dL) berarti terjadi autokorelasi. Autokorelasi dalam

konsep regresi linear berarti komponen eror berkorelasi berdasarkan urutan waktu

Page 47: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

31

(pada data berkala) atau urutan yang (pada data tampang lintang) atau korelasi pada

dirinya sendiri.

Beberapa penyebab terjadinya autokorelasi adalah sebagai berikut :

1) Inersia. Sifat yang menonjol dari data berkala adalah adanya kelembaman

(inersia). GNP, indeks harga, produksi, angkatan kerja, dan penganguran

misalnya, selalu menunjukkan siklus tersebut.

2) Terjadinya bias dalam spesifikasi akibat adanya beberapa variabel penting

yang tidak tercakup dalam model.

3) Terjadinya bias dalam spesifikasi akibat bentuk fungsi yang digunakan tidak

tepat.

4) Fenomena sarang laba-laba.

5) Adanya model autogresif. Model autogresif adalah model dengan munculnya

lag dari variabel respons sebagai variabel penjelas.

6) Manipulasi data.

7) Transformasi data.

Ada dua metode untuk mendeteksi adanya autokorelasi, yaitu metode grafik

dan metode uji statistika. Pengujian hipotesis secara statistika adalah uji tanda, uji

durbin watson, uji breusch-godfrey, uji fungsi autokorelasi (ACF). Salah satu cara

untuk mengatasi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan metode kuadrat

terkecil umum (GLS) (Endah dan Setiawan, 2010 :147).

Page 48: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

32

3. Uji Multikolinearitas

Istilah Multikolinearitas (kolinearitas ganda) yang berarti adanya hubungan

linear yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel penjelas

(bebas) dari model regresi ganda. Selanjutnya, istilah Multikolinearitas digunakan

dalam arti yang lebih luas yaitu untuk terjadinya korelasi linear yang tinggi diantara

variabel-variabel penjelas (X1, X2..... XP) (Endah dan Setiawan, 2010:82).

Saat terjadi multikolinearitas ada beberapa indikasi yang dapat digunakan

untuk mendeteksi masalah tersebut yakni:

a. Adanya perubahan yang kecil pada data mengakibatkan perubahan yang

signifikan pada variabel yang diamati.

b. Adanya koefisien R2 (koefisien determinasi) yang sangat tinggi akan tetapi

koefisien standar error dan tingkat signifikansi masing-masing variabel sangat

rendah.

c. Harga koefisien masing-masing variabel tidak searah dengan hipotesis yang

diajukan, sebagai contoh: varibel yang semestinya memiliki pengaruh positif

(harga regresinya positif) ternyata ditunjukkan dengan harga koefisien regresi

yang negatif.

Ada beberapa ststistik yang sering digunakan untuk menguji ada tidaknya

mutikolnearitas antara variabel-variabel bebas yaitu:

1) Korelasi produk momen dari pearson

2) Variance infation factor (VIF)

3) Menggunakan eigenvalues, dan

4) Menggunakan Condition Index (CI)

Page 49: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

33

Pengujian ini bertujuan untuk mengamati apakah dalam model regresi

terdapat korelasi antar peubah bebas atau tidak. Model regresi yang baik adalah

model yang tidak terjadi korelasi antar peubah bebas. Pengujian ini dapat dilakukan

dengan uji Collinearity Statistic dengan kriteria: a) Jika VIF > 10, maka terdapat

multikolinearitas , b) Jika VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas.

Sunyoto. D (2010:97) menjelaskan terjadi multikolinearitas jika koefisien

korelasi antar variabel bebas (x1 dan X2x2, X3x3 dan seterusnya) lebih besar dari

0,60 (pendapat lain : 0,50 dan 0,90). Dikatakan tidak terjadi multikolinearitas jika

koefisien korelasi antar variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0,60, (r ≤ 0,60).

Menentukan ada tidaknya multikolienearitas dapat digunakan cara lain dengan: 1)

Nilai Tolerance adalah besar tingkat kesalahan yang dibenarkan secara statistik (α),

2) Nilai variance inflantion factor (VIF) adalah faktor inflasi penyimpangan baku

kuadrat. Nilai tolerance (α) dan variance inflation factor (VIF) dapat dicari dengan

menggabungkan kedua nilai tersebut sebagai berikut: a) Besar nilai tolerance (α):

α = 1/ VIF, b) Besar nilai variance inflation factor (VIF) : VIF = 1/ α. Variabel

bebas mengalami multikolienaritas jika : α hitung < α dan VIF hitung > VIF.

Variabel bebas tidak mengalami multikolinearitas jika : α hitung > α dan VIF hitung

< VIF.

Adapun cara mengatasi multikolinearitas adalah sebagai berikut:

a) Menghilangkan salah satu atau lebih variabel bebas yang mempunyai koefisien

korelasi tinggi atau menyebabkan multikolinearitas.

b) Jika tidak dihilang kan (nomor 1) hanya digunakan untuk membantu prediksi

dan tidak untuk di interpertasikan.

Page 50: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

34

c) Mengurangi hubungan linear antar variabel bebas dengan menggunakan

logaritma natural (LN).

d) Menggunakan metode lain misalnya metode regresi Bayesian dan metode

regresi ridge.

4. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi

secara normal atau tidak. Model regresi yang baik memiliki nilai residual yang

terdistribusi secara nornal atau dengan kata lain, data dari variabel yang diteliti

tersebar secara normal. Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat penyebaran data

pada grafik normal P-P plot of regression Standarized Residual. Jika titik menyebar

disekitar garis dan mengikuti garis diagonal maka dapat disimpulkan nilai residual

terdistribusi secara normal (Ghozali,2011:147).

3.5 Pengujian Model Regresi (Uji Hipotesis)

Penelitian ini menggunakan pengujian uji F, Uji t dan uji koefisien

determinasi yang akan diuraikan sebagai berikut :

1. Pengujian Statistik Simultan (Uji F)

Tujuan pengujian uji F untuk mengetahui apakah model penduga yang

diajukan layak untuk menduga model volume ekspor. Pada penelitian ini, uji F

dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel. Jika F hitung lebih

besar dari F tabel atau nilai signifikan lebih kecil dari taraf signifikansi (Sig < 0,05)

hal ini berarti variabel independen secara keseluruhan berpengaruh terhadap volume

ekspor karet remah (variabel dependen). Sebaliknya jika F hitung lebih kecil dari F

tabel, atau nilai signifikannya lebih besar dari taraf signifikansi (Sig >

Page 51: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

35

0,05) hal ini berarti variabel independen secara keseluruhan tidak berpengaruh

nyata terhadap variabel dependen.

2. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Pada penelitian ini uji R2 bertujuan untuk mengukur kemampuan model

dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Supranto. J (2005:75) menjelaskan

koefisien determinasi merupakan kuatdrat koefisien korelasi (r2). Batas nilai r antara

-1 dan 1, nilai terkecil minimum (R2) adalah nol (0), yaitu kalau garis regresi

= Y dan explained variation nol. Nilai terkeci 0 dan terbesar 1, yaitu 0 ≤ R2 ≤ 1. R2

= 0, berarti tidak ada hubungan antara X dan Y.

Lind dkk (2002:130) menjelaskan bahwa koefisien determinasi berganda

adalah persen variasi dalam persamaan model yang mampu dijelaskan oleh variabel

bebas. Besarnya nilai koefisien determinasi yang berarti variabel independen

mampu menjelaskan variabel dependen. Karakteristik dari koefisien determinasi

berganda adalah:

a. Dilambangkan dengan huruf R kuadrat. Dengan kata lain dituliskan sebagai R2

karena berlaku seperti koefisien korelasi kuadrat.

b. Jangkauan berkisar antara 0-1. Nilai yang dekat dengan 0 menunjukkan

hubungan yang lemah antara kelompok variabel bebas dan variabel terikatnya.

Sebuah nilai yang dekat dengan 1 menunjukkan hubungan yang kuat.

c. Tidak dapat bernilai negatif. Setiap angka yang dikuadratkan atau

dipangkatduakan tidak dapat bernilai negatif.

d. Mudah dijelaskan. Oleh karena R2 bernilai antara 0 dan 1, maka mudah untuk

menjelaskannya, membandingkannya dan memahaminya.

Page 52: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

36

3. Pengujian Statistik Parsial (Uji-t)

Pada penelitian ini uji t tujuannya adalah mengetahui signifikasi dari

pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependen dengan

menganggap variabel lain bersifat konstan. Ghozali (2011:164) menjelaskan uji

statistik pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas

atau independen secara individual. Adapun langkah-langkah dalam uji t adalah:

a. Menentukan hipotesis

Jika t hitung lebih besar dari t tabel, atau nilai signifikannya lebih kecil dari taraf

signifikansi (Sig < 0,05) dan (Sig < 0,10 ) hal ini berarti variabel independen

secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika t hitung

lebih kecil dari t tabel atau nilai signifikannya lebih besar dari taraf signifikasi (

Sig >0,05) dan (Sig < 0,10 ) hal ini berarti variabel independen secara individu

tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

b. α = 5% dan 10% , df = n−k

3.6 Defenisi Operasional

Nazir (2005: 126) menyatakan bahwa defenisi operasional adalah suatu

defenisi yang diberikan kepada variabel dengan cara memberikan suatu operasional

yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Penelitian ini menggunakan

beberapa variabel dengan defenisi operasional untuk analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi karet remah ke negara Cina dan Jepang, sebagai berikut:

Page 53: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

37

1. Volume ekspor karet remah (Y1 dan Y2)

Total karet remah yang di jual dari Indonesia ke negara tujuan ekspor setiap

tahunnya. Dinyatakan dalam satuan Ton. Periode yang digunakan adalah tahun

2002-2013.

2. GDP Riil (X1)

GDP riil negara tujuan ekspor karet remah dengan tahun dasar 2005=100 dalam

satuan Juta/US$. Bersumber dari Worldbank.

3. Harga Riil ekspor Karet remah (X2)

Harga riil ekspor dihitung dengan membagi harga nominal dengan indeks harga

konsumen tahun dasar 2005=100. Dinyatakan dalam satuan US$/ Ton periode

2002-2013.

4. Kurs Riil (X3)

Nilai tukar riil dihitung dengan nilai nominal dikali indeks harga konsumen

negara tujuan ekspor dibagi indeks harga konsumen Indonesia. Satuan yang

digunakan Rp/US$ periode 2002-2013.

Page 54: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

38

BAB IV GAMBARAN

UMUM

4.1 Perkembangan Industri Karet Remah (Crumb Rubber) Indonesia

Industri karet remah adalah suatu industri pengolahan karet yang melakukan

kegiatan mengubah bahan baku karet menjadi karet remah. Pabrik karet remah yang

merupakan bagian dari perusahaan perkebunan maupun bukan, dimasukkan sebagai

usaha industri karet remah (BPS, 2016). Luasnya areal perkebunan karet menyebar

disebagian provinsi di Indonesia. Berdasarkan data produksi karet di Indonesia rata-

rata tahun 2010-2014 terdapat enam provinsi yang memberikan konribusi pada

produksi karet yaitu Sumatra Selatan dengan rata-rata produksi

702.610 ton, Sumatra Utara 458.262 ton, Riau 360.042 ton, Jambi 295.837 ton,

Kalimantan Barat 262.816 ton, Kalimantan Tengah 212.792 ton sementara sisanya

berasal dari provinsi lainnya (Kementrian Pertanian, 2015).

Jenis karet alam menurut jenis mutunya adalah latex concentrate, ribbed

smoked sheet, dan standard Indonesian rubber atau karet remah. Karet remah

merupakan salah yang diproduksi di Indonesia. Perkembangan produksi karet remah

Indonesia tahun 2002-2004 menurun hingga – 0,70%, diikuti dengan tahun

2005 menurun hingga – 0,33% atau sebesar 1.674.721 ton. Tahun 2006, 2007 dan

2008 cenderung meningkat yakni sebesar 14,03%, 7,11% dan 1,00%. Penurunan

tahun 2009 terjadi karena krisis global yang menyebabkan produksi karet remah di

Indonesia mengalami penurunan sebesar – 13,10% atau sebesar 245.399 ton. Tahun

2010 dan 2011 peningkatan produksi sebesar 15,99 % sebesar 2.229.151 ton dan

9,15% atau sebesar 2.453.596 ton. Tahun 2012 penurunan terjadi sebesar 2.334.707

ton atau – 5,09 %. Tahun 2013 cenderung meningkat sebesar 2.590.238 ton atau

Page 55: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

39

sekitar 9,87%. Berfluktuasinya produksi karet remah di Indonesia terkait dengan

luas areal lahan karet. Luas nya lahan karet Indonesia akan berdampak pada

produksi karet yang dihasilkan. Tingginya produksi karet yang dihasilkan maka

akan meningkatkan produktivitas pengolahan karet remah. Kebutuhan manusia

menggunakan barang turununan dari karet dan barang yang memerlukan komponen

dari karet seperti ban kendaraan bermotor, pelengkap bahan baku industri otomotif

untuk ekspor dan barang turunan karet lainnya.

Tabel 3. Produksi Karet Remah Indonesia

Tahun Produksi (Ton) Perkembangan (%)

2002 1.620.641 -

2003 1.691.920 4,21

2004 1.680.187 -0,70

2005 1.674.721 -0,33

2006 1.948.012 14,03

2007 2.097.098 7,11

2008 2.118.196 1,00

2009 1.872.797 -13,10

2010 2.229.151 15,99

2011 2.453.596 9,15

2012 2.334.707 -5,09

2013 2.590.238 9,87 Sumber : Gapkindo,2015

Industri karet remah merupakan industri pengolahan lateks dan slab menjadi

karet remah. Produksi karet remah diawali dengan pembersihan lateks dan slab karet

alam yang dilanjutkan dengan penggilingan sehingga dihasilkan lembaran karet.

Lembaran karet yang dihasilkan didiamkan untuk mengurangi kadar air. Lembaran

karet yang sudah kering dicacah sehingga menghasilkan remahan karet. Remahan

ini kemudian dimasak di dalam cetakan dengan berat 35kg. Industri karet remah

merupakan industri hulu karet alam yang produknya merupakan bahan baku yang

banyak digunakan oleh industri hilir karet alam, seperti industri ban,

Page 56: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

40

conveyor, barang-barang karet, dan lain-lain. Pada awalnya sebagian besar karet

alam Indonesia diperdagangkan dalam bentuk karet lembaran yakni karet sit asap

atau RSS, namun sejak diperkenalkan teknologi karet remah (crumb rubber),

produksi karet jenis sit menurun. Beralih ke karet remah yang tidak kurang 90%

produksi karet alam nasional setiap tahunnya merupakan karet remah. Karet remah

menjadi salah satu olahan karet yang diperjual belikan di pasar baik dalam negeri

maupun internasional (BPS,2015).

4.2 Areal Perkebunan dan Produktivitas Karet Remah Indonesia

Pengembangan perkebunan karet memberikan peranan penting bagi

perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, bahan baku industri, sumber

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai pengembangan pusat-pusat

pertumbuhan perekonomian di daerah dan sekaligus berperan dalam pelestarian

fungsi lingkungan hidup. Areal perkebunan merupakan salah satu cerminan utama

yang mempengaruhi produksi komoditi pertanian seperti karet. Semakin luasnya

areal perkebunan yang dimiliki oleh suatu negara maka semakin besar pula peluang

untuk menghasilkan komoditi tersebut. Produktivitas Indonesia masih dibawah

produsen karet lain, seperti negara Thailand dan Malaysia. Sangat Besar peluang

Indonesia untuk meningkatkan produktivitas karetnya, apalagi Indonesia memiliki

perkebunan karet yang luas. Areal perkebunan rakyat di Indonesia sangat

mendominasi hampir 85% perkebunan karet adalah perkebunan rakyat. (Kementrian

Perdagangan,2014).

Page 57: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

41

Tabel 4. Luas Perkebunan Karet Indonesia Tahun 2002-2014 (ribu hektar)

Tahun Rakyat BUMN Swasta Total

2002 2.786 220 271 3.277

2003 2.797 221 272 3.290

2004 2.823 225 273 3.321

2005 2.830 228 274 3.332

2006 2.832 238 275 3.346

2007 2.899 238 275 3.413

2008 2.910 238 275 3.424

2009 2.912 239 284 3.435

2010 2.922 239 284 3.445

2011 2.932 257 267 3.456

2012 2.978 259 269 3.506

2013 3.016 261 279 3.556

2014 3.063 264 279 3.606 Sumber : Gapkindo,2014

Berdasarkan Tabel 4, perkebunan karet tersebar diseluruh wilayah

Indonesia. Areal perkebunan karet di Indonesia dikelompokkan menjadi tiga yaitu

perkebunan rakyat, perkebunan besar negara dan perkebunan swasta. Tahun 2014

luas areal perkebunan karet Indonesia seluas 3.606 ribu hektar yang diantaranya

3.063 ribu hektar milik rakyat, 264 ribu hektar milik BUMN dan 279 ribu hektar

milik swasta. Perkembangan luas area perkebunan milik rakyat, BUMN dan swasta

mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Peningkatan yang semakin besar

produktivitas yang dihasilkan maka kemampuan lahan tersebut akan semakin

produktif dalam menghasilkan karet dan berdampak positif terhadap jumlah

produksi karet remah. Semakin tinggi produktivitas maka semakin banyak karet

remah yang dihasilkan, jika semakin banyak kuantitas karet remah yang dihasilkan

maka semakin tinggi peluang untuk dijual.

Page 58: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

42

4.3 Ekspor Karet Remah Indonesia

Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di

dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Karet yang dihasilkan Indonesia

diperdagangkan di pasar dalam negeri dan luar negeri. Karet yang dipasarkan dalam

bentuk karet alam dan sintetis. Karet alam seperti latex concentrate, Ribbed Smoked

Sheet, dan Standard Indonesian Rubber atau karet remah.

Tabel 5. Pertumbuhan Ekspor dan Nilai Ekspor Karet Remah Indonesia 2002-2013

Tahun Volume (Ribu Kg) Nilai Ekspor (USD ribu) Harga Rataan (US$/kg)

2002 1.620.641 1.036.562 0,64

2003 1.691.920 1.494.304 0,88

2004 1.680.187 1.946.104 1,16

2005 1.674.721 2.133.392 1,27

2006 1.948.012 3.690.827 1,89

2007 2.097.098 4.243.334 2,02

2008 2.118.196 5.595.410 2,64

2009 1.872.797 3.050.418 1,63

2010 2.229.151 6.942.690 3,11

2011 2.453.596 11.209.317 4,57

2012 2.334.707 7.523.635 3,22

2013 2.590.238 6.609.599 2,55 Sumber : BPS, 2013

Pertumbuhan karet remah tahun 2002-2004 cenderung meningkat dilihat

dari volume ekspornya yang mengalami peningkatan sebesar 1.620.641 ton tahun

2002 dengan harga 0,64 US$/ kg, sebesar 1.691.920 ton tahun 2003 dengan harga

0,88 US$/ kg, dan 1.680.187 tahun 2004 dengan harga 1,16 US$/ kg. Penurunan

volume ekspor tahun 2005 sebesar 1.674.721 ton atau sekitar 5.466 ton dari tahun

sebelumnya namun. Harga 1,27 US$/kg pada tahun 2005 tidak menunjukkan

adanya penurunan. Pertumbuhan ekspor tahun 2006-2008 menunjukkan

peningkatan dalam volume ekspor dan harga ekspornya. Penurunan tahun 2009

yang disebabkan oleh penurunan produksi karet Indonesia diikuti dengan turunnya

nilai ekspor dan harga ekspor. Penurunan yang terjadi sebesar 1.872.797 ton

Page 59: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

43

sebelumnya tahun 2008 sekitar 2.118.196 ton. Tahun 2010 dan 2011 peningkatan

volume ekspor terjadi sebesar 2.229.151 ton dan 2.453.596 ton dengan nilai ekspor

tertinggi yaitu 11.209.317 US$. Tahun 2012 penurunan volume ekspor dan harga

ekspor sebesar 2.334.707 ton dan 3,22 US$/kg. Peningkatan volume ekspor

tertinggi tahun 2013 sebesar 2.590.238 ton namun harga ekspor menurun menjadi

2,55 US$/kg.

Ekspor karet remah ke luar negeri pada umumnya masih didominasi oleh

produk setengah jadi, sehingga nilai ekspor yang dihasilkan masih rendah

dibandingkan nilai ekspor yang dihasil kan oleh negara lain yang sudah

menghasilkan dan mengekspor beragam produk olahan karet remah seperi ban, belt

dan lainnya. Indonesia merupakan salah satu negara produsen utama dan negara

pengekspor karet alam dunia. Indonesia mampu melakukan ekspor karet alam dalam

jumlah yang besar dari total ekspor karet alam dunia. Total ekspor karet alam

Indonesia meningkat pada periode 2002 sampai dengan tahun 2013. Perkembangan

ekspor karet remah Indonesia ke Cina dan Jepang ditunjukkan oleh Tabel 6 :

Tabel 6. Ekspor Karet Remah Indonesia ke Cina dan Jepang Tahun 2002-2013

(dalam satuan ribu ton)

Tahun Ekspor Karet Remah ke

Total Ekspor Karet Remah Indonesia Kontribusi Ekspor (%)

Cina Jepang Cina Jepang

2002 33,2 204,1 1.621 2,0 12,6

2003 94,0 219,5 1.692 5,6 13,0

2004 167,8 192,8 1.680 10,0 11,5

2005 203,9 172,0 1.675 12,2 10,3

2006 281,5 278,9 1.948 14,5 14,3

2007 295,7 325,2 2.097 14,1 15,5

2008 299,0 370,3 2.118 14,1 17,5

2009 431,1 266,9 1.873 23,0 14,3

2010 406,6 307,6 2.229 18,2 13,8

2011 394,8 381,6 2.454 16,1 15,6

2012 425,8 384,1 2.335 18,2 16,5

2013 500,0 418,9 2.590 19,3 16,2

Sumber: BPS,2013

Page 60: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

44

Peningkatan ekspor karet remah Indonesia terjadi karena tingginya

penawaran ekspor terhadap karet remah Indonesia. Negara tujuan ekspor potensial

karet remah Indonesia adalah negara Cina dan Jepang. Selama tahun 2002-2013,

Indonesia melakukan ekspor ke Cina sebesar 13,9 % dari total kontribusi ekspor

karet remah Indonesia. Sedangkan selama tahun 2002-2013 Indonesia melakukan

kontribusi ekspor karet remah ke Jepang sebesar 14,2 % (BPS,2013). Volume

ekspor karet remah ke Cina dan Jepang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.

Trend peningkatan volume ekspor karet remah Indonesia ke Cina dan Jepang ini

mengindikasikan potensi negara Cina dan Jepang sebagai pasar ekspor baru karet

remah Indonesia.

4.4 Standard Indonesia Rubber

Standard Indonesia Rubber (SIR) adalah produk karet alam yang baik

processing ataupun penentuan kualitasnya, dilakukan secara spesifikasi teknis.

Golongan SIR tersebut harus ditentukan nilai Plastisity Retention Index (PRI)-nya

dan digolongkan dengan menggunakan symbol huruf H, M, dan S. H menunjukkan

nilai PRI-nya sebesar 80; M untuk nilai PRI-nya antara 60- 79; dan S untuk nilai

PRI-nya antara 30- 59. Karet remah dengan nilai PRI kurang dari 30 tidak boleh

dimasukkan ke dalam anggota golongan SIR. PRI adalah ukuran terhadap tahan

usangnya karet dan juga sebagai penunjuk mudah tidaknya karet tersebut dilunakkan

dalam gilingan pelunak. Makin tinggi nilai PRI makin tinggi pula kualitas karet

tersebut. untuk menentukan nilai PRI digunakan alat yang disebut Wallace

Plasatemeter. Perkembang ini sebagai dasar penetuan SIR dipakai Surat Keputusan

Menteri Perdagangan tahun 1972.

Page 61: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

45

Karet remah SIR yang diekspor harus memiliki persyaratan mutu seperti

yang ditetapkan dalam surat keputusan Menpardag tersebut. Untuk mengamankan

kualitas SIR, suatu produk SIR harus mendapat pengawasan 4 macam laboratorium,

yaitu laboratorium standard, laboratorium control, laboratorium komersial, dan

laboratorium pabrik. Semua sarana penentu kualitas ini dimaksudkan agar SIR

dapat bersaing dengan produk karet bongkah yang berasal dari negara produsen

karet bongkah selain Indonesia yang memiliki standar sendiri-sendiri, seperti

Standard Malaysian Rubber (SMR) dari Malaysia, Standard Singapore Rubber

(SSR) dari Singapura, dan sebagainya. Menurut SNI 1903:2011 karet spesifikasi

teksnis memiliki persyaratan mutu yakni:

Tabel 7. Persyaratan Mutu Karet Remah

Karakteristik SIR 10 SIR 20 ISO

Kadar Kotoran 0,08% 0,15% 249

Kadar Abu (b/b) maks 0,75% 1,0% 247

Kadar Zat Menguap 0,80% 0,80% 248

PRI, Min 50% 40% 293-0

Po, Min 30% 30% 179-5

Kadar Nitrogen 0,60% 0,60% 165-6

Viscolitas Money (1+4) 100oC - - 289-1

Sumber : PTPN V Pekanbaru,2014

Page 62: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

46

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Perkembangan Ekspor Karet Remah

Berdasarkan data dari BPS, tahun 2002 hingga 2013 negara Cina dan Jepang

memiliki volume ekspor yang tinggi. Penawaran ekspor karet remah Indonesia ke

negara Cina dan Jepang mengalami fluktuasi, dimana pada peningkatan volume

ekspor karet remah ke Cina sebesar 500.000 ton tahun 2013, volume ekspor ke

Jepang sebesar 419.321 ton tahun 2013. Perkembangan ekspor karet remah ke

negara Cina dan Jepang diuraikan sebagai berikut :

5.1.1 Negara Cina

Perkembangan ekspor karet remah selama kurun waktu 2002 sampai 2009

ke Cina mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tabel 8 menunjukkan peningkatan

volume ekspor karet remah terjadi karena tingginya penawaran ekspor karet remah

Indonesia ke negara Cina. Penawaran yang dilakukan oleh negara Indonesia untuk

memenuhi bahan baku pada industri otomotif negara Cina yang saat ini sedang

mengalami peningkatan yang pesat. Tahun 2010-2011 volume ekspor karet remah

mengalami penurunan – (6,02 %) tahun 2010 dan – (2,98 % ) tahun 2011. Penurunan

ekspor karet remah ke Cina pada tahun 2010 dan 2011 akibat dampak krisis global

pada tahun 2009 maka berdampak pada penurunan volume ekspor karet remah ke

negara Cina. Krisis global yang melanda menyebabkan perekonomian di dunia

tumbuh dengan lambat, sehingga perdagangan di pasar internasional mengalami

penurunan karena ketidakstabilan pada harga produk di pasar internasional.

Page 63: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

47

Tahun 2012 penjualan mobil Cina meningkat 4,3 persen per tahun. Hal ini

terjadi karena melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik, ditambah adanya

batasan jumlah mobil di beberapa kota untuk mengurangi polusi dan kemacetan.

Kelompok industri Cina Association of Automobile Manufacturers (CAAM)

mengatakan, kenaikan penjualan otomotif merupakan pemulihan atas dampak

perlambatan pertumbuhan ekonomi dan pengimbangan atas merek-merek mobil

saingan dari Jepang. Sehingga meskipun perkembangan pertumbuhan ekonomi di

Cina melambat, ekspor untuk karet remah sebagai bahan baku pembuatan otomotif

dinegara Cina tetap meningkat.

Tabel 8. Perkembangan Volume Ekspor Karet Remah ke Cina

Tahun Volume (Ton) Perkembangan(%)

2002 33,2 -

2003 94,0 64,68

2004 167,8 43,98

2005 203,9 17,70

2006 281,5 27,56

2007 295,7 4,80

2008 299,0 1,10

2009 431,1 30,64

2010 406,6 - (6,02)

2011 394,8 - (2,98)

2012 425,8 7,28

2013 500,0 14,84

Sumber: BPS

Tahun 2013 volume ekspor karet remah ke Cina meningkat hingga 14,84%

yang sebelumnya hanya 7,28% tahun 2012. Perkembangan ekspor karet remah ke

Cina tahun 2002-2013 yang meningkat ditunjukkan oleh data di atas dapat

disimpulkan bahwa meningkatnya volume ekspor karet remah ke Cina disebabkan

Page 64: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

48

penawaran ekspor karet remah Indonesia ke Cina sebagai bahan baku industri hilir.

Pesatnya pertumbuhan ekonomi di negara tersebut meningkatkan volume ekspor

karet remah Indonesia selain itu, karena pada industri otomotif negara Cina dan

relokasi industri barang setengah jadi karet yang dekat dengan sumber bahan

bakunya yaitu seperti negara produsen karet Indonesia, Thailand dan Malaysia.

Karet remah yang dijadikan sebagai salah satu bahan baku pada industri otomotif

negara Cina, meningkatnya industri otomotif di negara Cina akan mengakibatkan

tingginya penawaran ekspor karet remah Indonesia. Selain itu, negara Cina lebih

cenderung untuk mengimpor bahan baku dari negara produsen karet.

5.1.2 Negara Jepang

Perkembangan ekspor karet remah ke Jepang selama tahun 2002 sampai

2013 mengalami fluktuasi. Tahun 2002 dan 2003 mengalami peningkatan sebesar

7,01 persen, penurunan terjadi pada tahun 2004-2005 sebesar – (13,84%) dan –

(12,09%). Penurunan ini terjadi karena turunnya produksi otomotif di negara Jepang

yang mengakibatkan turunnya volume ekspor karet remah ke negara Jepang. Tahun

2006-2008 volume ekspor karet remah kembali meningkat, peningkatan terjadi

karena produksi otomotif sebagai industri hilir negara Jepang yang menggunakan

bahan baku karet remah dari Indonesia sehingga meningkatkan volume ekspor

karet remah ke Jepang. Tahun 2009 terjadi penurunan volume ekspor karet remah

yakni sebesar 266,9 ton yang disebabkan oleh krisis global yang mengakibatkan

turunnya permintaan terhadap produk ekspor karet remah. Ekspor karet dan barang

karet cenderung menurun karena menurunnya permintaan terhadap produk ekspor

Indonesia.

Page 65: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

49

Tahun Volume (Ton) Perkembangan (%)

2002 204,1 -

2003 219,5 7,0 1

2004 192,8 -13,84

2005 172 -12,09

2006 278,9 38,32

2007 325,2 14,23

2008 370,3 12,17

2009 266,9 -38,74

2010 307,6 13,23

2011 381,6 19,39

2012 384,1 0,65

2013 418,9 8,3

Tahun 2008 konsumsi karet alam dunia turun sebesar 3,37% dan

diperkirakan pada tahun 2009 akan turun sebesar 6,43%. Ekspor ban pada tahun

2008 mencapai 33,6 juta ton dan diperkirakan pada tahun 2009 ekspor ban hanya

mencapai 25,2 juta unit atau turun 15 % dari tahun 2008 (Kementrian Perindustrian,

2009).

Tabel 9. Perkembangan Ekspor Karet Remah ke Jepang

Sumber: BPS

Turunnya volume ekspor tahun 2009 akibat turunnya permintaan ekspor

produk karet. Ekspor ban yang menurun menurut Kementrian Perindustrian

menyebabkan turunnya volume ekspor karet remah, karena karet remah merupakan

bahan baku pada industri hilir otomotif salah satunya adalah produk ban. Turunnya

ekspor ban akan menyebabkan volume ekspor karet ikut menurun.

Perkembangan kembali meningkat tahun 2010-2013 sebesar 13,23% tahun

2010, 19,39 % tahun 2011, 0,65% tahun 2012 dan 8,30% tahun 2013. Data

perkembangan ekspor karet remah selama tahun 2002-2013 rata-rata mencapai

293,49 ton per tahun, dengan nilai rata-rata sebesar 198,7 juta US$.

Page 66: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

50

Perkembangan karet remah ke negara Jepang tahun 2002-2013 yang

ditunjukkan oleh data di atas disimpulkan bahwa terjadinya fluktuasi pada volume

ekspor karet remah Indonesia ke negara Jepang disebabkan oleh pengaruh pada

industri otomotifnya. Berdasarkan data IRSG (2012) konsumsi karet alam dunia

akan terus mengalami peningkatan disebabkan oleh semakin berkembangnya

industri bahan baku karet alam khususnya industri ban di negara-negara maju seperti

Amerika Serikat, Jepang dan Jerman. Karet remah sebagai hasil pengolahan karet

alam serta bahan baku industri hilir pada pengolahan otomotif yang sangat sensitif

dengan perubahan–perubahan yang terjadi pada industri otomotif. Perubahan yang

terjadi pada industri otomotif di negara Jepang akan memberikan dampak pada

volume ekspor karet remah ke Jepang, meningkatnya industri otomotif di negara

Jepang akan menyebabkan meningkatnya volume ekspor karet remah Indonesia ke

Jepang. Volume ekspor karet remah Indonesia ke negara Jepang yang meningkat

dapat membuka peluang pasar baru bagi karet remah Indonesia.

5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Karet Remah

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS hasil yang diperoleh

untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet remah ke negara

Cina dan Jepang adalah sebagai berikut:

5.2.1. Ekspor Karet Remah ke Cina

Ekspor karet remah ke negara Cina pada penelitian ini dilakukan dengan

pengujian asumsi klasik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel

dependen dan variabel independen. Hasil pengujian asumsi klasik dan pembahasan

hasil perhitungan menggunakan SPSS diuraikan sebagai berikut:

Page 67: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

51

1. Pengujian Asumsi Klasik dalam Analisis Regresi

Dalam menguji model-model yang telah diregresi akan dilakukan beberapa

uji untuk mengetahui hubungan antara variabel terikat (dependen variable) dengan

variabel bebas (independent variable). Uji yang akan digunakan adalah uji asumsi

klasik. Uji asumsi klasik terdiri atas empat bagian yaitu uji normalitas, uji

multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Hasil dari penelitian

terhadap uji asumsi klasik dijelaskan dibawah ini :

a. Hasil Uji Normalitas

Ghozali (2011:62) mengatakan jika titik-titik menyebar disekitar garis dan

mengikuti garis diagonal maka dapat disimpulkan nilai residual terdistribusi secara

normal. Selain itu dengan uji Kolmogorov Smornov juga dapat melihat masalah

normalitas. Jika nilai Asymp. Sig – 2 tailed diatas 0,05 maka dinyatakan bebas

masalah normalitas.

Hasil pengolahan ditujukkan (Lampiran 7), penyebaran titik disekitar garis

mengikuti garis diagonal, sehingga nilai residual yang didapatkan dari hasil

pengujian terdistribusi secara normal. Uji normalitas pada penelitian ini dapat dilihat

dengan menggunakan uji statistik non parametik yaitu uji Kolmogorov- Smirnov

(K-S). Hasil Uji K-S memiliki nilai Asymp. Sig adalah 0,200 sehingga lebih besar

dari 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi secara normal.

b. Hasil Uji Multikolinearitas

Sunyoto (2010:97) menjelaskan bahwa uji multikolinearitas bertujuan

untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear antara variabel bebas dengan

variabel terikat. Pengujian multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui ada atau

Page 68: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

52

tidaknya hubungan linear antara variabel bebas dengan volume ekspor karet remah

ke Cina.

Pada penelitian ini dinyatakan bebas multikolinearitas apabila nilai

tolerance satu atau mendekati satu. Nilai Tolerance < 0,10, dan VIF > 10. Hasil

yang di dapatkan dari pengolahan data adalah:

1) GDP rill dengan nilai Tolerance (0,210) < 0,10 dan VIF (4,770) > 10.

2) Harga Riil dengan nilai Tolerance (0,220) < 0,10 dan VIF (4,547) > 10.

3) Nilai Tukar Riil dengan nilai Tolerance (0,764) < 0,10 dan VIF (1,308) > 10.

Dapat disimpulkan pada penelitian ini tidak ada hubungan linear antara

variabel bebas dengan volume ekspor karet remah ke Cina. Artinya penelitian ini

bebas masalah multikolinearitas.

c. Hasil Uji Heteroskedasitas

Ghozali (2011:125) menjelaskan bahwa uji heteroskedasitas betujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual

satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Grafik scatterplot digunakan dalam

penelitian ini untuk mendeteksi adanya atau tidaknya heteroskedasitas, dengan

melihat titik menyebar di atas dan di bawah nol pada sumbu Y. Gambar (Lampiran

7) menunjukkan pada diagram scatterplot terlihat titik yang menyebar di atas dan di

bawah nol pada sumbu Y. Sehingga dapat disimpulkan pada penelitian ini tidak

terdapat masalah heteroskedasitas. Nilai signifikansi pada variabel GDP riil, harga

riil, dan kurs riil lebih besar dari nilai signifikan yang telah di tentukan. Dapat

disimpulkan bahwa persamaan volume ekspor karet remah ke negara Cina tidak

mengalami masalah heteroskedasitas.

Page 69: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

53

d. Hasil Uji Autokorelasi

Sunyoto (2010:110) menjelaskan persamaan regresi yang baik tidak

memiliki masalah autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut

menjadi tidak baik atau tidak layak sebagai prediksi. Salah satu ukuran dalam

menentukan autokorelasi adalah dengan uji DW. Ghozali (2011:107) menjelaskan

apabila hasil DW dibatas keragu-raguan maka dapat menggunakan Run Test.

Apabila hasil uji Run Test diatas 0,05 maka dinyatakan bebas autokorelasi. Besarnya

nilai statistik dapat dilihat pada tampilan output model summary. Apabila

nilai DW mendekati angka -2 ≤ +2 maka dapat disimpulkan data pada penelitian

ini bebas autokorelasi. Penelitian ini memiliki nilai DW 1,773. Ini sesuai dengan teori yaitu apabila nilai DW mendekati angka -2 ≤ +2 maka dapat disimpulkan data

pada penelitian ini tidak terdapat autokorelasi.

Hasil pengujian asumsi klasik didapatkan pada penelitian ini tidak terjadi

masalah atau telah lulus pengujian asumsi klasik. Pengujian selanjutnya adalah

analisis regresi linear berganda untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

volume ekspor karet remah.

2. Analisis Regresi Linear

Simbolon (2009: 239) mengatakan bahwa regresi berganda terdiri dari

sebuah peubah tak bebas sebagai respon atau yang diprediksi dan lebih dari satu

peubah bebas sebagai prediktor atau memprediksi. Berdasarkan hasil pengolahan

data menggunakan SPSS, hasil yang diperoleh untuk perhitungan regresi linear

berganda adalah sebagai berikut :

Page 70: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

54

Tabel 10. Hasil Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Karet

Remah ke Cina

No.

Variabel

Koefisien T

hitung

sig T F

hitung

F Sig

R2

Konstanta -323859,592 -1,283 0,235

17,535

0,001

0,868 1. GDP riil 2,222 1,328 0,221

2. Harga Riil 0,149 1,987 0,082

3. Kurs Riil 51,036 1,643 0,139 Sumber : Data Sekunder (diolah)

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 10, persamaan regresi berganda

untuk penelitian ini dari hasil pengolahan data didapatkan model persamaan sebagai

berikut:

Y1 = - 323859,592 + 2,222 X1 + 0,149 X2 + 51,036 X3

Dimana :

Y1 = Volume ekspor karet remah ke Cina (Ton)

B0 = Konstanta

X1 = Gross Domestic Product Riil (Juta/US$)

X2 = Harga Riil (US$/Ton)

X3 = Kurs Riil (Rp/US$)

Berdasarkan hasil model regresi yang diperoleh, maka model regresi dapat

di interpretasikan sebagai berikut:

a. Berdasarkan persamaan tersebut diperoleh nilai konstanta -323859,592,

nilai tersebut berarti bahwa volume ekspor karet remah ke Cina akan

bernilai -323859,592 bila variabel GDP riil, harga riil dan kurs riil bernilai

sama dengan nol. Tingkat volume ekspor karet remah ke Cina akan berada

pada -323859,592 jika tidak ada aktivitas variabel GDP riil, harga riil dan

kurs riil.

Page 71: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

55

b. Koefisien GDP riil bernilai 2,222. Artinya apabila nilai GDP riil mengalami

kenaikan 1 Juta/US$, sementara variabel lainnya tetap maka volume ekspor

karet remah akan meningkat sebesar 2,222 Juta/US$.

c. Koefisien harga riil bernilai 0,149. Artinya apabila nilai harga riil

mengalami kenaikan 1 US$/ton, sementara variabel lainnya tetap maka

volume ekspor karet remah akan meningkat sebesar 0,149 US$/ton.

d. Koefisien kurs riil bernilai 51,036. Artinya apabila nilai kurs riil mengalami

kenaikan 1 Rp/US$, sementara variabel lainnya tetap maka volume ekspor

karet remah akan meningkat sebesar 51,036 Rp/US$.

Persamaan faktor-faktor memiliki koefisien yang positif pada penelitian ini

berarti apabila faktor yang mempengaruhi ekspor karet remah meningkat, maka

volume ekspor juga akan meningkat. Faktor-faktor yang memiliki koefisien yang

positif yaitu GDP riil, harga riil dan kurs riil.

Pengujian yang dilakukan untuk perhitungan uji kelayakan model

(signifikasi) pada faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor karet remah ke

Cina adalah pengujian statistik Uji koefisien determinasi (R2), uji hipotesis simultan

(uji F) dan uji hipotesis parsial (uji t).

Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk melihat seberapa besar GDP

riil, harga riil dan kurs riil mampu menjelaskan ekspor karet remah ke Cina. Nilai

koefisien determinasi dari persamaan regresi dari persamaan regresi adalah sebesar

0,868. Nilai koefisien determinasi sebesar 0,868 yang berarti variabel independen

yaitu GDP riil, harga riil dan kurs riil mampu menjelaskan variabel dependen yaitu

Page 72: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

56

volume ekspor karet remah ke Cina sebesar 86,8% dan sisanya 13,2% mampu

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian ini.

Pengujian statistik simultan (uji F) pada dasarnya menunjukkan apakah

semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependennya atau variabel

terikatnya. Pada penelitian ini menggunakan taraf signifikan 0,05 persen. hasil uji

F yang memperlihatkan bahwa dengan taraf kepercayaan 5 persen didapatkan F

hitung sebesar 17,535 lebih besar dari F tabel sebesar 4,07 dengan nilai probabilitas

0,001. Hasil perhitungan didapatkan bahwa F hitung yang dihasilkan lebih besar

dari F tabel yang berarti variabel GDP riil, harga riil dan kurs riil secara simultan

atau bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap volume ekspor karet remah ke

Cina.

Adapun pembahasan faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor karet

remah ke Cina adalah sebagai berikut:

a) GDP riil

GDP riil yang dihitung dalam penelitian ini adalah GDP negara tujuan

ekspor yaitu Cina dengan satuan juta/US$. Berdasarkan Tabel 10, pengujian statistik

parsial (uji t) dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengauh satu variabel

penjelas/ independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Uji t dilakukan dengan menentukan hipotesis yaitu nilai signifikannya

lebih kecil dari taraf signifikansi (Sig < 0,05) dan (Sig < 0,10 ) hal ini berarti variabel

bebas secara individu berpengaruh terhadap variabel terikat. Sebaliknya nilai

signifikannya lebih besar dari taraf signifikasi ( Sig > 0,05) dan

Page 73: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

57

(Sig < 0,10 ) hal ini berarti variabel bebas secara individu tidak berpengaruh

terhadap variabel terikat. Nilai signifikan pada variabel GDP riil didapatkan sebesar

0,221, nilai signifikannya lebih besar dari taraf signifikasi (0,221 > 0,05) hal ini

berarti bahwa variabel GDP riil secara individu tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel volume ekspor karet remah.

Berdasarkan Tabel 10, didapatkan koefisien yang positif pada variabel GDP

riil sesuai dengan hipotesis dan pendapat Sukirno (2011:34-35) yaitu jika

pendapatan suatu negara meningkat, maka akan menyebabkan volume ekspor

meningkat (Ceteris Paribus). Hasil penelitian didapatkan bahwa variabel GDP riil

Cina memiliki nilai positif. Negara Cina merupakan negara tujuan ekspor karet

remah Indonesia yang memiliki volume ekspor karet remah yang meningkat setiap

tahunnya. Apabila pendapatan negara Cina meningkat, maka impor yang dilakukan

negara Cina akan meningkat, sebaliknya apabila pendapatan negara Cina menurun

maka impor yang dilakukan negara Cina akan menurun. Namun dalam

perkembangan ekspor karet remah Indonesia ke Cina mengalami peningkatan.

Tahun 2002 hingga tahun 2013 pertumbuhan volume ekspor karet remah Indonesia

ke Cina cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan ekspor karet remah

Indonesia sesuai dengan peningkatan Gross Domestic Product (GDP) Cina setiap

tahunnya mengalami peningkatan, hal tersebut dapat dilihat pada Grafik 3:

Page 74: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

58

juta

/us$

13.322 14.619 16.499 19.417

22.686 27.298

35.231

45.584 50.594

60.397

74.924

84.616

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

GDP Riil

Tahun

Grafik 3. Perkembangan Gross Domestic Product (GDP) Riil Cina Tahun 2002-

2013 dalam Juta US$ Sumber: Worldbank

Pertumbuhan GDP merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur

pertumbuhan ekonomi. GDP dapat dibedakan menjadi dua, yaitu GDP atas dasar

harga berlaku dan GDP atas dasar harga konstan. GDP atas dasar harga berlaku

adalah jumlah nilai produksi yang dinilai sesuai dengan harga berlaku

pendapatannya pada tahun yang bersangkutan dengan memperhatikan faktor infalsi.

Sedangkan GDP atas dasar harga konstan adalah jumlah nilai produksi yang dinilai

atas dasar harga tetap tahun tertentu. GDP atas dasar harga konstan dinamakan GDP

riil. Penggunaan GDP riil untuk melihat kenaikan umum dari harga-harga secara

berkala. Pertumbuhan GDP Riil negara Cina tahun 2002-2013 mengalami

peningkatan. Peningkatan tertinggi tahun 2013 yang mencapai 84.616 juta/US$. Hal

ini menunjukkan bahwa perkonomian Cina tahun 2002-2013 mengalami

pertumbuhan yang positif dan baik.

Grafik 3 merupakan perkembangan GDP Cina selama tahun 2002-2013,

dengan menggunakan tahun dasar 2005=100. Negara cina mengalami peningkatan

terhadap volume ekspor karet remah dan GDP tahun 2002-2013. Namun hasil

penelitian ini menunjukkan peningkatan volume ekspor ekspor karet remah

Page 75: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

59

Indonesia dan GDP negara Cina tidak berpengaruh secara signifikan. Hal ini

karena, karet merupakan komoditi yang tidak dikonsumsi secara langsung oleh

manusia, namun lebih kepenawaran untuk industri atau melalui suatu proses industri

menjadi suatu bentuk baru agar dapat digunakan. Faktor GDP riil dari negara Cina

menunjukkan meningkatnya pendapatan negara Cina akan meningkatkan

permintaan terhadap karet remah dari negara tersebut kepada negara produsen karet

seperti Thailand, Malaysia dan Indonesia. Menurut Hapsari (2008) dalam

penelitiannya yang berjudul Analisis permintaan ekspor karet alam Indonesia di

negara Cina, peningkatan konsumsi terhadap karet dinegara Cina tidak diimbangi

dengan peningkatan produksi karetnya. Hal ini mendorong Cina melakukan impor

dalam jumlah yang besar. Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan konsumsi negara

Cina terhadap karet remah membuat permintaan terhadap karet remah meningkat.

Variabel GDP riil tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume

ekspor karet remah ke Cina disebabkan terjadinya kenaikan terhadap GDP negara

Cina maka kenaikan tersebut tidak sepenuhnya digunakan untuk meningkatkan

industri otomotif pada pengolahannya dengan menggunakan karet remah dari

Indonesia sebagai bahan baku. Pengolahan industri otomotif yang dilakukan negara

Cina cenderung lebih menggunakan kombinasi dengan karet sintesis. Hasil

penelitian Syaffendi (2013) dalam jurnal agribisnis Indonesia, menunjukkan kondisi

pasar karet alam lebih rendah daripada harga karet sintetis, perbedaan harga antara

karet alam dan karet sintetis menjadi faktor yang menentukan kombinasi karet yang

digunakan dalam proses pengolahan industri otomotif negara Cina. Sehingga,

peningkatan GDP negara Cina terhadap volume ekspor karet remah Indonesia akan

berdampak pada daya beli negara tersebut. Tingginya jumlah

Page 76: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

60

penduduk negara Cina akan berdampak pada GDP yang dihasilkan. Karet remah

yang dikonsumsi sebagai bahan baku industri untuk perusahaan otomotif seperti ban

mampu diserap oleh industri otomotif di Cina. GDP yang tinggi, bagi perusahaan

otomotif Cina mampu membeli karet sintesis yang harganya lebih tinggi karena

akan menghasilkan produk dengan nilai yang lebih tinggi pula dan kualitas yang

lebih baik. Karet sintetis yang umumnya diproduksi dan dikonsumsi oleh negara

industri, harganya yang cenderung naik sejalan dengan bahan baku, kenaikan biaya

produksi dan tingkat inflasi dari negara produsen (Anwar,2005). Sehingga pada

penelitian ini karet remah cenderung lebih digunakan sebagai kombinasi dan

substitusi pada pengolahan bahan baku otomotif negara Cina.

b) Harga riil

Harga riil pada penelitian ini menggunakan satuan US$/ton. Pengujian

regresi secara parsial (uji t) bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh

satu variabel penjelas/independen secara individual dalam mererangkan variasi

variabel dependen. Uji t dilakukan dengan menentukan hipotesis yaitu nilai

signifikannya lebih kecil dari taraf signifikansi (Sig < 0,05) dan (Sig < 0,10 ) hal ini

berarti variabel bebas secara individu berpengaruh terhadap variabel terikat.

Sebaliknya jika nilai signifikannya lebih besar dari taraf signifikasi ( Sig >0,05) dan

(Sig < 0,10 ) hal ini berarti variabel bebas secara individu tidak berpengaruh

terhadap variabel terikat. Nilai signifikan yang didapatkan pada harga riil adalah

0,082. Nilai signifikan nya lebih kecil dari taraf signifikansi (0,082 < 0,10) hal ini

berarti variabel bebas secara individu berpengaruh signifikan terhadap variabel

terikat.

Page 77: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

61

US$

/To

n

Berdasarkan Tabel 10, Koefisien yang positif sesuai dengan hipotesis dan

pendapat Sukirno (2000:86) penawaran, yaitu semakin tinggi harga jual suatu

barang, semakin banyak jumlah barang tersebut ditawarkan. Hal ini disebabkan

karena harga yang lebih tinggi memberikan keuntungan yang lebih tinggi.

Hasil penelitian terhadap variabel harga riil Cina memiliki nilai positif.

Harga ekspor karet remah Indonesia ke Cina mengalami fluktuasi, tahun 2009

terjadi penurunan hingga 682.610 US$/ton. Penurunan ini disebabkan terjadinya

krisis global, sehingga berdampak pada penurunan volume ekspor karet remah ke

Indonesia ke Cina. Krisis global yang melanda menyebabkan perekonomian di

dunia tumbuh dengan lambat, sehingga perdagangan di pasar internasional

mengalami penurunan karena ketidakstabilan pada harga produk di pasar

internasional. Tahun 2011 harga ekspor karet remah melonjak hingga 1.726.775

US$/ton. Tahun 2002-2013 perkembangan harga riil eksporkaret remah Indonesia

ke Cina dapat dilihat pada Grafik :

2.000.000

1.800.000

1.600.000

1.400.000

1.200.000

1.000.000

800.000

600.000

400.000

200.000

-

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Harga Riil

Tahun

Grafik 4. Harga Riil Ekspor Karet Remah ke Cina Tahun 2002-2013

Sumber: BPS,2013

Page 78: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

62

Berdasarkan Grafik di atas, harga riil ekspor karet remah ke Cina mengalami

peningkatan walaupun berfluktuasi. Hal ini sejalan dengan meningkatnya volume

ekspor karet remah pada Grafik 4. Sejalannya hubungan volume ekspor karet remah

Indonesia dengan harga ekspor karet remah ke Cina berdasarkan hukum penawaran

adalah semakin tinggi harga suatu barang, maka semakin banyak barang yang akan

ditawarkan. Meningkatnya harga ekspor karet remah Indonesia ke Cina dengan volume

ekspor karet remahnya maka sejalan dengan hasil penelitian ini. Peningkatan harga

ekspor karet remah Indonesia ke negara Cina terjadi karena meningkatnya penawaran

negara Cina terhadap karet remah untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pengolahan

industri hilirnya selain itu karena peningkatan konsumsi karet remah negara Cina tidak

diimbangi dengan peningkatan produksi karetnya.

Peningkatan konsumsi karet remah untuk industri hilir negara Cina lebih

besar dibandingkan dengan peningkatan produksi karet remahnya. sehingga, untuk

memenuhi penawaran karet remah negaranya dengan cara melakukan impor dari

negara lain khususnya Indonesia. Ekspor karet remah Indonesia ke negara Cina

mempunyai nilai yang tinggi dan menguntungkan dalam pembentukan devisa negara.

Ekspor karet remah Indonesia ke Cina selama tahun 2013 mencapai sebesar 500.000

ton atau sekitar 1.276.000 US$. Meningkatnya ekspor karet remah didorong oleh

perkembangan industri otomotif untuk memenuhi permintaan dipasar dunia.

Harga riil berpengaruh secara signifikan terhadap volume ekspor karet

remah ke Cina karena berdasarkan data BPS, nilai ekspor karet remah ke Cina tahun

2002-2013 mengalami peningkatan walaupun berfluktuasi. Nilai ekspor karet remah

(Lampiran 13) menunjukkan peningkatan setiap tahunnya, hal ini sejalan dengan

hukum penawaran yaitu “semakin tingi harga jual barang maka semakin tinggi pula

Page 79: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

63

jumlah barang tersebut yang akan ditawarkan”. Karena jika harga meningkat akan

menyebabkan volume ekspor meningkat (ceteris paribus).

c) Kurs riil

Kurs rill yang digunakan pada penelitian ini dengan satuan Rp/US$, karena

dalam perdagangan internasional menggunakan dollar sebagai harga dalam mata

uang asing. Pengujian regresi secara parsial (uji t) bertujuan untuk menunjukkan

seberapa jauh pengauh satu variabel penjelas/ independen secara individual dalam

menerangkan variasi variabel dependen. Uji t dilakukan dengan menentukan

hipotesis yaitu nilai signifikannya lebih kecil dari taraf signifikansi (Sig < 0,05) dan

(Sig < 0,10 ) hal ini berarti variabel bebas secara individu berpengaruh terhadap

variabel terikat. Sebaliknya jika nilai signifikannya lebih besar dari taraf signifikasi

( Sig > 0,05) dan (Sig < 0,10 ) hal ini berarti variabel bebas secara individu tidak

berpengaruh terhadap variabel terikat. Nilai signifikan yang didapatkan dari variabel

kurs riil adalah 0,139. Nilai signifikannya lebih besar dari taraf signifikasi (0,139 >

0,05) hal ini berarti variabel kurs riil secara individu tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel volume ekspor karet remah.

Berdasarkan Tabel 10, Koefisien yang positif sesuai dengan hipotesis dan

teori pemasaran Rahardja (2008:309) yaitu apabila nilai kurs meningkat, maka

volume ekspor juga akan meningkat. Hasil dari penelitian, nilai tukar riil atau kurs

riil memiliki nilai yang positif. Harga untuk transaksi internsional dibagi menjadi

dua nilai tukar, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal

adalah nilai yang digunakan oleh seseorang saat menukarkan mata uang suatu

negara dengan matauang negara lain. Sedangkan nilai tukar riil adalah nilai yang

digunakan seseorang saat menukarkan barang dan jasa dari suatu negara dengan

Page 80: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

64

barang dan jasa dari negara lain. Untuk mengukur nilai tukar riil menggunakan

indeks harga konsumen yang mengukur barang dan jasa. IHK yang digunakan

pada penelitian ini tahun 2005=100.

Kurs rill menyatakan tingkat dimana kita dapat memperdagangkan barang-

barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Jika kurs tinggi

barang-barang di luar negeri relatif lebih murah, dan barang di dalam negeri relatif

lebih mahal. Jika kurs riil rendah, barang-barang luar negeri relatif lebih mahal

dan barang-barang di dalam negeri lebih murah. Hubungan kurs dan volume

ekspor adalah positif. Hal ini berarti bahwa melemahnya nilai tukar rupiah akan

membuat komoditas ekspor meningkat. Pelemahan nilai tukar akan berdampak

meningkatkan daya saing komoditas ekspor. Ini terjadi karena harga komoditas

ekspor di negara Cina seolah-olah akan mengalami penurunan harga akibat nilai

tukar negara tersebut yang menguat. Bagi Indonesia yang melakukan ekspor,

melemahnya nilai tukar akan memberikan kesan seolah-olah harga ekspor barang

mengalami kenaikan harga. Penawaran ekspor karet remah Indonesia ke Cina

dipengaruhi kurs riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Hubungan kurs riil

rupiah terhadap dollar Amerika Serikat terhadap penawaran ekspor karet remah

Indonesia ke Cina bersifat positif. Hal ini berarti melemahnya nilai tukar rupiah

terhadap dollar Amerika Serikat, akan membuat daya saing karet remah di Cina

menjadi kompetitif karena harga karet remah Indonesia akan relatif lebih murah.

Ini menjadikan negara Cina sebagai konsumen akan lebih memilih karet remah

asal Indonesia yang lebih murah sehingga permintaan ekspor terhadap karet remah

Indonesia ke Cina akan meningkat.

Page 81: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

65

Variabel kurs riil tidak berpengaruh secara signifikannya terhadap volume

ekspor karet remah periode tahun 2002-2013. Hasil dari penelitian ini disebabkan

nilai tukar yang digunakan dalam perdagangan karet remah ke Cina menggunakan

Rp/US$, sehingga negara Cina lebih mengeluarkan nilai uang lebih banyak untuk

membeli barang yang di perdagangkan. Karena mesti memakai dua mata uang

yang berbeda, pengimpor Cina harus membeli dollar Amerika Serikat untuk

membeli barang-barang dari Indonesia, sebagai mata uang internasional yang sah

untuk menyelesaikan pembayarannya terhadap barang yang dibelinya dari

Indonesia. Besarnya jumlah uang yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit

valuta asing disebut dengan kurs mata uang asing. Kurs adalah harga suatu mata

uang dalam mata uang lainnya.

Terapresisasi nya kurs, maka akan menyebabkan volume ekspor akan

menurun. Apabila kurs mengalami depresiasi maka volume ekspor akan

meningkat. Jika nilai mata uang domestik melemah atau terdepresi, maka harga

barang dalam negeri akan lebih murah dibandingkan dengan harga barang diluar

negeri, sehingga menyebabkan meningkatnya nilai volume ekspor dan

berimplikasi pada membaiknya nilai neraca perdagangan. Pertumbuhan volume

ekspor karet remah ke negara Cina tahun 2002-2013 menunjukkan penawaran

ekspor karet remah Indonesia ke Cina tetap tinggi, yang berarti terjadi excess

demand. Terjadinya excess demand dikarenakan produksi yang dihasilkan oleh

Cina tidak diimbangi dengan konsumsinya. Negara Cina cenderung melakukan

impor karet remah untuk memenuhi kebutuhan pada industri pengolahan

otomotifnya dan sebagai bahan baku untuk industri hilirnya. Negara Cina akan

Page 82: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

66

tetap melakukan impor karet remah dari negara produsen karet seperti Thailand,

Malaysia dan Indonesia.

Tidak berpengaruh secara signifikannya kurs riil, sejalan dengan hasil

penelitian Dewi (2015) dalam jurnal ekonomi pembangunan. Ekspor yang terlalu

tinggi menyebabkan jumlah penerimaan devisa dan jumlah uang beredar di dalam

negeri semakin banyak, sehingga terjadi inflasi. Selanjutnya, keadaan tersebut

akan menyebabkan kesulitan pada produsen dalam memperoleh bahan baku

produksi kerena naiknya harga-harga umum, sehingga jumlah produksi akan

berkurang dan jumlah volume ekspor akan menurun.

Page 83: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

67

5.2.2. Ekspor Karet Remah ke Jepang

Ekspor karet remah ke negara Jepang selanjutnya diuraikan dan dibahas

sebagai berikut:

1. Pengujian Asumsi Klasik dalam Analisis Regresi

Dalam menguji model-model yang telah diregresi akan dilakukan beberapa

uji untuk mengetahui hubungan antara variabel terikat (dependen variable) dengan

variabel bebas (independent variable). Uji yang akan digunakan adalah uji asumsi

klasik. Uji asumsi klasik terdiri atas empat bagian yaitu uji normalitas, uji

multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Hasil dari penelitian

terhadap uji asumsi klasik dijelaskan dibawah ini:

a. Hasil Uji Normalitas

Ghozali (2011:62) menjelaskan jika titik-titik menyebar disekitar garis dan

mengikuti garis diagonal maka dapat disimpulkan nilai residual terdistribusi secara

normal. Selain itu dengan uji Kolmogorov Smornov juga dapat melihat masalah

normalitas. Jika nilai Asymp. Sig – 2 tailed diatas 0,05 maka dinyatakan bebas

masalah normalitas.

Hasil pengolahan ditunjukkan (Lampiran 8), penyebaran titik disekitar garis

mengikuti garis diagonal, sehingga nilai residual yang didapatkan dari hasil

pengujian terdistribusi secara normal. Penelitian ini uji normalitas juga dapat dilihat

dengan menggunakan uji statistik non parametik yaitu uji Kolmogorov-Smirnov (K-

S). Hasil Uji K-S memiliki nilai Asymp. Sig adalah 0,200 sehingga lebih besar dari

0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi secara normal.

b. Hasil Uji Multikolinearitas

Page 84: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

68

Sunyoto (2010:97) menjelaskan bahwa uji multikolinearitas bertujuan

untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear antara variabel bebas dengan

variabel terikat. Pengujian multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui ada atau

tidaknya hubungan linear antara variabel bebas dengan volume ekspor karet remah

ke Jepang. Pada penelitian ini dinyatakan bebas multikolinearitas apabila Variance

Inflation Factor (VIF) satu atau mendekati satu. Nilai Tolerance < 0,10, dan VIF >

10. Hasil yang di dapatkan dari pengolahan data adalah:

1) GDP rill dengan nilai Tolerance (0,547) < 0,10 dan VIF (1,829) >10.

2) Harga Riil dengan nilai Tolerance (0,357) < 0,10 dan VIF (2,799) >10.

3) Nilai Tukar Riil dengan nilai Tolerance (0,337) < 0,10 dan VIF (2,965) >10.

Dapat disimpulkan pada penelitian ini tidak ada hubungan linear antara

variabel bebas dengan volume ekspor karet remah ke Jepang. Artinya penelitian ini

bebas masalah multikolinearitas.

c. Hasil Uji Heteroskedasitas

Ghozali (2011:125) menjelaskan uji heteroskedasitas betujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Grafik scatterplot digunakan dalam

penelitian ini untuk mendeteksi adanya atau tidaknya heteroskedasitas, dengan

melihat titik menyebar di atas dan dibawah Nol pada sumbu Y. Gambar (Lampiran

8) menunjukkan pada diagram scatterplot terlihat titik yang menyebar di atas dan

di bawah Nol pada sumbu Y. Sehingga dapat disimpulkan pada penelitian ini tidak

terdapat masalah heteroskedasitas. Nilai signifikansi pada variabel GDP riil, harga

riil, dan kurs riil lebih besar dari nilai signifikan yang telah di tentukan. Dapat

Page 85: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

69

disimpulkan bahwa persamaan volume ekspor karet remah ke negara Jepang tidak

mengalami masalah heteroskedasitas.

d. Hasil Uji Autokorelasi

Sunyoto (2010:110) menjelaskan bahwa persamaan regresi yang baik tidak

memiliki masalah autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut

menjadi tidak baik atau tidak layak sebagai prediksi. Salah satu ukuran dalam

menentukan autokorelasi adalah dengan uji DW. Apabila hasil DW dibatas keragu-

raguan maka dapat menggunakan Run Test. Apabila hasil uji Run Test diatas 0,05

maka dinyatakan bebas autokorelasi (Ghozali,2011:107). Besarnya nilai statistik

dapat dilihat pada tampilan output model summary. Apabila nilai DW mendekati

angka -2 ≤ +2 maka dapat disimpulkan data pada penelitian ini bebas autokorelasi.

Nilai DW negara Jepang sebesar 2,228, yang ber arti nilai DW berada

diantara dL (0,6577) dan dU (1,8640) sehingga diperoleh 4-dU < DW < 4- dL. Maka

dapat disimpulkan bahwa penelitian ini masalah autokorelasi tidak dapat

disimpulkan atau berada dalam keragu-raguan. Hasil Run Test menunjukkan nilai

Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,762 sehingga nilai Signifikansi nya lebih besar dari

0,05. Ini menunjukkan bahwa tidak terjadi gangguan autokorelasi pada penelitian

ini.

Berdasarkan hasil pengujian asumsi klasik yang telah di jelaskan di atas,

penelitian ini bebas masalah atau telah lulus pada pengujian asumsi klasik, sehingga

pengujian selanjutnya adalah analisis regresi linear untuk mengetahui faktor-faktor

yang memepengaruhi volume ekspor karet remah.

Page 86: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

7070

2. Analisis Regresi Linear

Simbolon (2009:239) menjelaskan bahwa regresi berganda terdiri dari

sebuah peubah tak bebas sebagai respon atau yang diprediksi dan lebih dari satu

peubah bebas sebagai prediktor atau memprediksi. Dari hasil pengolahan data

dengan menggunakan SPSS, didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 11. Hasil Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Karet

Remah ke Jepang

No.

Variabel

Koefisien T

hitung

sig T F

hitung

F Sig

R2

Konstanta -846334,585 -2,156 0,063

20,304

0,000

0,884 1. GDP riil 20,086 2,628 0,030

2. Harga Riil 0,136 4,083 0,004

3. Kurs Riil 12,723 1,255 0,245 Sumber: Data Sekunder(diolah)

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 11, persamaan regresi berganda

untuk penelitian ini dari hasil pengolahan data didapat kan model persamaan

sebagai berikut:

Y2 = - 846334,828 + 20,086 X1 + 0,136 X2 + 12,723 X3

Dimana:

Y2 = Volume ekspor karet remah ke Jepang (Ton)

B0 = Konstanta

X1 = Gross Domestic Product Riil (Juta/US$)

X2 = Harga Riil (US$/Ton)

X3 = Kurs Riil (Rp/US$)

Page 87: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

7171

Berdasarkan hasil model regresi yang diperoleh, maka model regresi dapat

di interpretasikam sebagai berikut:

a. Berdasarkan persamaan tersebut diperoleh nilai konstanta -846334,828,

nilai tersebut berarti bahwa volume ekspor karet remah ke Jepang akan

bernilai -846334,828 bila variabel GDP riil, harga riil dan kurs riil bernilai

sama dengan nol. Tingkat volume ekspor karet remah ke Jepang akan berada

pada -846334,828 jika tidak ada aktivitas variabel GDP riil, harga riil dan

kurs riil.

b. Koefisien GDP riil bernilai 20,086. Artinya apabila nilai GDP riil

mengalami kenaikan 1 Juta/US$, sementara variabel lainnya tetap maka

volume ekspor karet remah akan meningkat sebesar 20,086 Juta/US$.

c. Koefisien harga riil bernilai 0,136. Artinya apabila nilai harga riil

mengalami kenaikan 1 US$/ton, sementara variabel lainnya tetap maka

volume ekspor karet remah akan meningkat sebesar 0,136 US$/ton.

d. Koefisien kurs riil bernilai 12,723. Artinya apabila nilai kurs riil mengalami

kenaikan 1 Rp/US$, sementara variabel lainnya tetap maka volume ekspor

karet remah akan meningkat sebesar 12,723 Rp/US$.

Persamaan faktor-faktor memiliki koefisien yang positif pada penelitian ini

berarti apabila faktor yang mempengaruhi ekspor karet remah meningkat, maka

volume ekspor juga akan meningkat. Faktor-faktor yang memiliki koefisien yang

positif yaitu GDP riil, harga riil dan kurs riil. Pengujian yang dilakukan untuk

perhitungan uji kelayakan model (signifikasi) pada faktor-faktor yang

mempengaruhi volume ekspor karet remah ke Cina adalah pengujian statistik Uji

Page 88: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

7272

koefisien determinasi (R2), uji hipotesis simultan (uji F) dan uji hipotesis parsial

(uji t).

Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk melihat seberapa besar GDP

riil, harga riil dan kurs riil mampu menjelaskan ekspor karet remah ke Jepang. Nilai

koefisien determinasi dari persamaan regresi dari persamaan regresi adalah sebesar

0,884. Nilai koefisien determinasi sebesar 0,884 yang berarti variabel independen

yaitu GDP riil, harga riil dan kurs riil mampu menjelaskan variabel dependen yaitu

volume ekspor karet remah ke Jepang sebesar 88,4% dan sisanya 11,6% mampu

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian ini.

Pengujian statistik simultan (uji F) pada dasarnya menunjukkan apakah semua

variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependennya atau variabel

terikatnya. Pada penelitian ini menggunakan taraf signifikan 0,05 persen. Hasil uji

F yang memperlihatkan bahwa dengan taraf kepercayaan 5 persen didapatkan F

hitung sebesar 17,535 lebih besar dari F tabel sebesar 4,07 dengan nilai probabilitas

0,000. Hasil perhitungan didapatkan bahwa F hitung yang dihasilkan lebih besar

dari F tabel yang berarti variabel GDP riil, harga riil dan kurs riil secara simultan

atau bersama sama mempunyai pengaruh terhadap volume ekspor karet remah ke

Jepang. Adapun pembahasan faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor

karet remah ke Cina adalah sebagai berikut:

a) GDP riil

GDP riil yang digunakan adalah GDP negara tujuan ekspor karte remah

Indonesia yaitu Jepang dengan satuan juta/US$. Pengujian statistik parsial (uji t)

dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengauh satu variabel penjelas/

Page 89: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

7373

Rib

u T

on

independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji t

dilakukan dengan menentukan hipotesis yaitu nilai signifikannya lebih kecil dari

taraf signifikansi (Sig < 0,05) dan (Sig < 0,10 ) hal ini berarti variabel bebas secara

individu berpengaruh terhadap variabel terikat. Sebaliknya nilai signifikannya lebih

besar dari taraf signifikasi ( Sig > 0,05) dan (Sig < 0,10 ) hal ini berarti variabel

bebas secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel terikat. Nilai signifikan

yang didapatkan Variabel GDP riil adalah 0,030. Nilai signifikan nya lebih kecil

dari taraf signifikansi (0,030 < 0,05) hal ini berarti variabel independen secara

individu berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Koefisien yang positif pada variabel GDP riil sesuai dengan hipotesis dan

pendapat Sukirno (2011:34-35) yaitu jika pendapatan suatu negara meningkat, maka

akan menyebabkan volume ekspor meningkat (Ceteris Paribus). Hasil penelitian

menunjukkan variabel GDP riil Jepang memiliki nilai positif. Negara Jepang yang

merupakan negara tujuan ekspor karet remah Indonesia yang volume

ekspornya mengalami fluktuasi walaupun tetap meningkat setiap tuhunnya.

204,1 219,5 192,8

172,0

278,9

325,2

370,3

266,9

307,6

381,6 384,1 418,9

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Ekspor Jepang

Tahun

Grafik 5. Volume Ekspor Karet Remah Indonesia ke Jepang Tahun 2002-2013

(dalam ributon)

Sumber: BPS,2013

Page 90: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

7474

Juta

US$

Peningkatan volume ekspor di negara Jepang terjadi apabila pendapatan

negara Jepang meningkat, maka impor yang dilakukan Jepang akan meningkat.

Sebaliknya apabila pendapatan negara Jepang menurun, maka impor yang dilakukan

akan menurun. Mankiw dalam Marbun (2015) menjelaskan pengertian dari GDP

(Gross Domestic Product) adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang

diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu. Salah satu indikator

yang sering digunakan para ahli ekonomi untuk mengukur suatu keberhasilan suatu

negara dalam melaksanakan ekonomi adalah GDP. Mengukur persentase

pertumbuhan GDP atas dasar harga konstan sehingga pertumbuhan yang dimaksud

tercapai tingkat pertumbuhan dari produksi barang dan jasa sektor ekonomi.

Pembangunan ekonomi adalah untuk menaikkan tingkat kehidupan

masyarakat melalui peningkatan pendapatan perkapita.

43.955 44.060

44.822

45.947

46.784

47.813

49.106 48.554

45.639

47.712 47.675

48.532

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

GDP Riil

Tahun

Grafik 6. Perkembangan GDP Riil Negara Jepang Tahun 2002-2013 (dalam

juta/US$)

Sumber: Worldbank

Pertumbuhan GDP merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur

pertumbuhan ekonomi. GDP dapat dibedakan menjadi dua, yaitu GDP atas dasar

harga berlaku dan GDP atas dasar harga konstan. GDP atas dasar harga berlaku

Page 91: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

7575

adalah jumlah nilai produksi yang dinilai sesuai dengan harga berlaku

pendapatannya pada tahun yang bersangkutan dengan memperhatikan faktor infalsi.

Sedangkan GDP atas dasar harga konstan adalah jumlah nilai produksi yang dinilai

atas dasar harga tetap tahun tertentu.

GDP atas dasar harga konstan dinamakan GDP riil. Penggunaan GDP riil

untuk melihat kenaikan umum dari harga-harga secara berkala. Perekonomian

Jepang selama tahun 2002-2009 mengalami perningkatan. Penurunan terjadi tahun

2010 hingga 45.639 juta US$. Hingga tahun 2011-2013 peningkatan kembali

terjadi. Variabel GDP riil berpengaruh secara Signifikan terhadap volume ekspor

karet remah disebabkan kenaikan GDP Jepang akan mendorong pengeluaran luar

negeri pada barang dan jasa sehingga meningkatkan ekspor atau penawaran

terhadap karet remah. Menurut Bank Indonesia, Jepang salah satu negara yang

memiliki perekonomian stabil sehingga perubahan pertumbuhan ekonomi Jepang

berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor. Kenaikan GDP negara Jepang

sejalan dengan volume ekspor karet remah Indonesia ke Jepang. Konsumsi karet

dunia akan terus mengalami peningkatan yang disebabkan oleh semakin

berkembangnya industri bahan baku karet khususnya industri ban di negara-negara

maju seperti Jepang (Kementrian Perdagangan,2014).

GDP mencerminkan kesejahteraan masyarakat dalam negeri maupun di luar

negeri. GDP yang meningkat menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat

meningkat dapat membantu meningkatkan ekspor suatu negara. Pertumbuhan

ekonomi dan ekspor negara Jepang meskipun fluktuatif ekspor karet remah

mengalami peningkatan dalam menerima produk ekspor karet Indonesia. Dilihat

dari sisi Negara Jepang, produk karet merupakan kebutuhan dasar dalam

Page 92: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

7676

menunjang produk otomotif bagi negara Jepang khususnya dalam pembuatan ban

maupun onderdir karet lainnya. Karet remah sebagai bahan baku pembuatan ban

bagi industri otomotif negara Jepang mempunyai pasar tersendiri yang terbuka bagi

Jepang, karena Jepang merupakan eksportir otomotif besar bagi negara maju

maupun negara berkembang.

b) Harga riil

Variabel harga riil ekspor di dapatkan dengan membagi harga nominal

dengan indeks harga konsumen. Penelitian ini menggunakan tahun dasar 2005=100

dengan satuan US$/ ton. pengujian statistik parsial (uji t) dilakukan untuk

menunjukkan seberapa jauh pengauh satu variabel penjelas/ independen secara

individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji t dilakukan dengan

menentukan hipotesis yaitu nilai signifikannya lebih kecil dari taraf signifikansi (Sig

< 0,05) dan (Sig < 0,10 ) hal ini berarti variabel bebas secara individu berpengaruh

terhadap variabel terikat. Sebaliknya nilai signifikannya lebih besar dari taraf

signifikasi ( Sig > 0,05) dan (Sig < 0,10 ) hal ini berarti variabel bebas secara

individu tidak berpengaruh terhadap variabel terikat. Nilai signifikan pada variabel

GDP riil didapatkan sebesar 0,004. Nilai signifikan nya lebih kecil dari taraf

signifikansi (0,004< 0,05) hal ini berarti variabel independen secara individu

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

Koefisien yang positif sesuai dengan hipotesis dan pendapat Sukirno

(2000:86) yaitu semakin tinggi harga jual suatu barang, semakin banyak jumlah

barang tersebut ditawarkan. Hasil penelitian terhadap variabel harga riil Jepang

berpengaruh positif. Harga ekspor karet remah Indonesia ke Jepang tahun 2002-

2013 berfluktuasi, harga tertinggi pada tahun 2011 mencapai 1.775.526 US$/ton.

Page 93: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

7777

US$

/to

n

sedangkan harga ekspor tahun 2012 dan 2013 mengalami penurunan. Penurunan

harga ekspor karet remah ke Jepang sebagai kebijakan yang dilakukan oleh

Indonesia dengan mengurangi produksi karet alam untuk menjaga harga karet agar

tidak jatuh di pasar internasional.

2.000.000

1.500.000

1.775.526

1.246.272 1.075.4601.000.000

659.563 962.016

523.316 961.575

500.000 188.383 222.895 443.139

- 137.075 216.007

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Harga Riil

Tahun

Grafik 7. Harga Riil Ekspor Karet Remah ke Jepang Tahun 2002-2013 Sumber : BPS,2013

Harga riil ekspor karet remah ke Jepang mengalami peningkatan walaupun

berfluktuasi, ini sejalan dengan meningkatnya volume ekspor karet remah.

Sejalannya hubungan volume ekspor karet remah Indonesia dengan harga ekspor

karet remah ke Jepang berdasarkan hukum penawaran adalah semakin tinggi harga

suatu barang, maka semakin banyak barang yang akan ditawarkan. Meningkatnya

harga ekspor karet remah Indonesia ke Jepang dengan volume ekspor karet

remahnya maka sejalan dengan hasil penelitian ini. Peningkatan harga ekspor karet

remah indonesia ke negara Jepang terjadi karena meningkatnya penawaran negara

Jepang terhadap karet remah untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pengolahan

industri hilirnya selain itu karena peningkatan konsumsi karet remah negara Jepang

tidak diimbangi dengan peningkatan produksi karetnya.

Peningkatan konsumsi karet remah untuk industri hilir negara Jepang lebih

besar dibandingkan dengan peningkatan produksi karet remahnya. sehingga, untuk

memenuhi penawaran karet remah negaranya dengan cara melakukan impor dari

Page 94: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

7878

negara lain khususnya Indonesia. Ekspor karet remah Indonesia ke negara Jepang

mempunyai nilai yang tinggi dan menguntungkan dalam pembentukan devisa

negara.

Harga riil berpengaruh secara signifikan disebabkan kenaikan harga

internasional yang relatif tinggi memberikan dampak positif yang lebih kuat

terhadap harga ekspor (Kemendag,2011). Hal ini disebabkan karena harga yang

lebih tinggi memberikan keuntungan yang lebih tinggi. Hubungan harga ekspor

terhadap volume ekspor yang positif, karena jika harga meningkat akan

menyebabkan volume ekspor meningkat (ceteris paribus). Negara Jepang

membutuhkan bahan karet alam setengah jadi (semi finished product) seperti karet

remah. Karet remah sebagai bahan baku pada industri hilir dipasar Jepang akan tetap

dibutuhkan selama produk-produk unggulan yang digunakan oleh Jepang sebagian

besarnya membutuhkan karet. Saat ini produk Jepang masih membutuhkan bahan

dasar karet seperti karet remah. Adanya karet remah dapat meningkatkan efisiensi

dalam pengolahan industri hilir, karena karet remah yang telah terspesifikasi

memiliki mutu dan kualitas yang telah disesuaikan dengan kebutuhan negara

Jepang. Nilai ekspor karet remah tahun 2002-2013 mengalami fluktuatif, meskipun

begitu tetap terjadi peningkatan setiap tahunnya terhadap ekspor karet remah ke

Jepang. Harga ekspor yang meningkat diikuti dengan penawaran karet remah

Indonesia yang meningkat.

Harga karet remah Indonesia yang relatif lebih murah dari harga karet negara

Jepang cenderung mendorong negara Jepang untuk mengimpor karet remah dari

negara Indonesia, sehingga meningkatnya ekspor karet remah untuk memenuhi

penawaran ke negara Jepang. Karet remah sebagai bahan baku untuk industri

Page 95: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

7979

otomotif negara Jepang yang memiliki harga cukup tinggi di Jepang, bagi negara

Jepang yang menjadikan karet remah dari Indonesia sebagai bahan baku untuk

industri hilir, maka meningkatnya harga ekspor memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap penawaran karet remah ke ke Jepang.

c) Kurs riil

Kurs riil yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurs yang dihitung

dengan nilai nominal dikali indeks harga konsumen negara tujuan ekspor dibagi

indeks harga konsumen Indonesia. Satuan yang digunakan Rp/US$. Penelitian ini

menggunakan tahun dasar 2005=100 dengan satuan US$/ ton. pengujian statistik

parsial (uji t) dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengauh satu variabel

penjelas/ independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Uji t dilakukan dengan menentukan hipotesis yaitu nilai signifikannya

lebih kecil dari taraf signifikansi (Sig < 0,05) dan (Sig < 0,10 ) hal ini berarti variabel

bebas secara individu berpengaruh terhadap variabel terikat. Sebaliknya nilai

signifikannya lebih besar dari taraf signifikasi ( Sig > 0,05) dan (Sig < 0,10 ) hal ini

berarti variabel bebas secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.

Nilai signifikan pada variabel kurs riil adalah 0,245. Nilai signifikannya lebih besar

dari taraf signifikasi (0,245 > 0,05) hal ini berarti variabel kurs riil secara individu

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel volume ekspor karet remah.

Koefisien yang positif sesuai dengan hipotesis dan pendapat Rahardja

(2008:309) yaitu apabila nilai kurs meningkat, maka volume ekspor juga akan

meningkat. Menurut Rahardja (2008:309) penawaran terhadap valuta asing

meningkat bila negara lain mengimpor barang dan jasa atau ekspor meningkat.

Page 96: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

8080

Artinya, apabila kurs meningkat, maka ekspor juga akan mengalami peningkatan.

Hal ini berarti bahwa melemahnya nilai tukar akan membuat ekspor meningkat.

Pelemahan nilai tukar akan berdampak meningkatnya daya saing komoditas ekspor.

Ini terjadi karena harga komoditas ekspor di negara tujuan seolah-olah akan

mengalami penurunan harga akibat nilai tukar negara tersebut yang menguat.

Sedangkan bagi pihak yang melakukan ekspor melemahnya nilai tukar akan

memberikan seolah-olah harga ekspor barang mengalami kenaikan harga. Harga

untuk transaksi internsional dibagi menjadi dua nilai tukar, yaitu nilai tukar nominal

dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal adalah nilai yang digunakan oleh seseorang

saat menukarkan mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Sedangkan

nilai tukar riil adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan barang dan

jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain. Untuk mengukur

nilai tukar riil menggunakan indeks harga konsumen yang mengukur barang dan

jasa. IHK yang digunakan pada penelitian ini tahun 2005=100. Kurs rill menyatakan

tingkat dimana kita dapat memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk

barang-barang dari negara lain. Jika kurs tinggi barang-barang di luar negeri relatif

lebih murah, dan barang di dalam negeri relatif lebih mahal. Jika kurs riil rendah,

barang barang luar negeri relatif lebih mahal dan barang-barang di dalam negeri

lebih murah.

Hubungan kurs dan volume ekspor adah positif. Hal ini berarti bahwa

melemahnya nilai tukar rupiah akan membuat komoditas ekspor meningkat.

Pelemahan nilai tukar akan berdampak meningkatkan daya saing komoditas ekspor.

Ini terjadi karena harga komoditas ekspor di negara Jepang seolah-olah akan

mengalami penurunan harga akibat nilai tukar negara tersebut yang menguat.

Page 97: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

8181

Sedangkan bagi Indonesia yang melakukan ekspor, melemahnya nilai tukar akan

memberikan kesan seolah-olah harga ekspor barang mengalami kenaikan harga.

Hubungan kurs riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat terhadap penawaran

ekspor karet remah Indonesia ke Jepang bersifat positif. Melemahnya nilai tukar

rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, akan membuat daya saing karet remah di

Jepang menjadi kompetitif karena harga karet remah Indonesia akan relatif lebih

murah. Ini menjadikan negara Jepang sebagai konsumen akan lebih memilih karet

remah asal Indonesia yang lebih murah sehingga permintaan ekspor terhadap karet

remah Indonesia ke Jepang akan meningkat.

Hasil dari penelitian, nilai tukar riil atau kurs riil memiliki hubungan yang

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume ekspor. Jika terjadi perubahan

nilai tukar kurs mengalami peningkatan dalam artian pelemahan nilai, maka akan

diikuti dengan naiknya perubahan volume ekspor karet remah, karena harus

menggunakan dua mata uang yang berbeda seperti Indonesia dan Jepang, negara

pengimpor seperti Jepang harus membeli dollar Amerika Serikat untuk membeli

barang-barang dari Indonesia, sebagai mata uang internasional yang sah untuk

menyelesaikan pembayarannya terhadap barang yang dibelinya dari Indonesia.

Besarnya jumlah uang yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit valuta asing

disebut dengan kurs mata uang asing. Kurs adalah harga suatu mata uang dalam

mata uang lainnya.

Sejalan dengan penelitian Atika (2014) dalam jurnal ekonomi pembangunan

yaitu kurs berpengaruh positif tetapi tidak signifikan. Tidak signifikan nya kurs ini

terjadi karena Jepang merupakan konsumen terbesar ketiga ekspor karet Indonesia

setelah Amerika dan Cina, sehingga nilai tukar dolar terhadap rupiah tidak

Page 98: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

8282

mempengaruhi volume ekspor karet Indonesia ke Jepang. Hal ini disebabkan

penawaran ekspor karet remah Indonesia ke Jepang tahun 2002-2013 terjadi excess

demand, yaitu negara Jepang kekurangan penawaran terhadap karet remah karena

jumlah permintaan karet remah melebihi jumlah penawaran di negara Jepang,

sehingga Jepang mengimpor karet remah dari Indonesia. Bagi negara Jepang karet

remah sebagai bahan baku pada industri otomotifnya, meskipun kurs berubah

permintaan impor terhadap karet remah tetap meningkat.

5.2.3. Perbandingan Pengaruh Faktor GDP Riil, Harga Riil dan Kurs Riil

terhadap Volume Ekspor Karet Remah di Negara Cina dan Jepang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekspor karet remah Indonesia ke

Cina dan Jepang memiliki nilai R2 sebesar 0,868 dan sebesar 0,884. R2 digunakan

untuk melihat seberapa besar variabel GDP riil, harga riil dan kurs riil mampu

menjelaskan variabel volume ekspor karet remah ke Cina dan Jepang. Ekspor karet

remah ke negara Jepang memiliki peluang yang lebih besar dalam ekspor karet

remah, karena nilai koefisien determinasi yang didapatkan dari persamaan regresi

adalah sebesar 0,884. Nilai koefisien determinasi sebesar 0,884 yang berarti variabel

independen yaitu GDP riil, harga riil dan kurs riil mampu menjelaskan variabel

dependen yaitu volume ekspor karet remah ke Jepang sebesar 88,4% dan sisanya

11,6% mampu dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model

penelitian.

Variabel GDP dan harga riil dinegara Jepang berpengaruh secara signifikan

sehingga peluang terhadap ekspor karet remah Indonesia ke Jepang lebih besar. Hal

ini ditunjukkan oleh hasil uji t, variabel GDP riil dan harga riil memiliki nilai

signifikan lebih kecil dari pada taraf signifikasinya yaitu 0,030 < 0,05 dan 0,004 <

Page 99: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

8383

0,05. Signifikannya GDP riil dan harga riil disebabkan GDP dinegara Jepang yang

meningkat menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat meningkat dapat membantu

meningkatkan ekspor suatu negara. Bagi negara Jepang produk karet merupakan

kebutuhan dasar menunjang produk otomotifnya khususnya dalam pembuatan

ban ataupun orderdir karet lainnya. Karet remah sebagai bahan baku pembuatan ban

bagi industri otomotif negara Jepang mempunyai pasar tersendiri yang masih

berpeluang besar bagi Indonesia, karena Jepang merupakan eksportir otomotif besar

bagi negara maju maupun negara berkembang. Harga riil yang berpengaruh secara

signifikan disebabkan kenaikan harga internasional yang relatif tinggi memberikan

dampak positif yang lebih kuat terhadap harga ekspor. Harga karet remah Indonesia

yang relatif lebih murah dari harga karet negara Jepang cenderung mendorong

negara Jepang untuk mengimpor karet remah dari negara Indonesia, sehingga

meningkatnya ekspor karet remah untuk memenuhi penawaran ke negara Jepang.

Variabel kurs riil negara Jepang tidak berpengaruh secara signifikan, disebabkan

karena harus menggunakan dua mata uang yang berbeda. Negara pengimpor seperti

Jepang harus membeli dollar Amerika Serikat untuk membeli barang-barang dari

Indonesia, sebagai mata uang internasional yang sah untuk menyelesaikan

pembayarannya terhadap barang yang dibelinya dari Indonesia.

Sedangkan bagi negara Cina ekspor karet remah ke negara Cina memiliki

peluang yang lebih kecil dalam ekspor karet remah, karena nilai koefisien

determinasi yang didapatkan dari persamaan regresi adalah sebesar 0,868. Nilai

koefisien determinasi sebesar 0,868 yang berarti variabel independen yaitu GDP

riil, harga riil dan kurs riil mampu menjelaskan variabel dependen yaitu volume

Page 100: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

8484

ekspor karet remah ke Jepang sebesar 86,8% dan sisanya 13,2% mampu dijelaskan

oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian. Nilai koefisien R2

lebih kecil disebabkan faktor penduga yang berpengaruh terhadap volume ekspor

hanya variabel harga riil. Sedangkan variabel GDP dan kurs riil tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap volume ekspor karet remah ke negara Cina. Variabel

harga riil berpengaruh secara signfikan disebabkan peningkatan harga ekspor karet

remah Indonesia ke negara Cina terjadi karena meningkatnya penawaran negara

Cina terhadap karet remah untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pengolahan

industri hilirnya selain itu karena peningkatan konsumsi karet remah negara Cina

tidak diimbangi dengan peningkatan produksi karetnya. Meningkatnya ekspor karet

remah didorong oleh perkembangan industri otomotif untuk memenuhi permintaan

dipasar dunia.

Variabel GDP dan kurs riil tidak berpengaruh secara signifikan disebabkan

GDP yang dihasilkan negara Cina lebih rendah dibandingkan dengan negara Jepang

karena jumlah penduduk negara Cina lebih banyak, sehingga GDP tidak

berpengaruh terhadap volume ekspor karet remah Indonesia ke Cina. Selain itu karet

merupakan komoditi yang tidak dikonsumsi secara langsung oleh manusia, namun

lebih kepermintaan industri atau melalui suatu proses industri menjadi suatu bentuk

baru agar dapat digunakan. Variabel kurs tidak berpengaruh secara signifikan

disebabkan nilai tukar yang digunakan dalam perdagangan karet remah ke Cina

menggunakan Rp/US$, sehingga negara Cina lebih mengeluarkan nilai mata uang

yuan lebih banyak untuk membeli barang yang di perdagangkan. Karena mesti

memakai dua mata uang yang berbeda, pengimpor Cina harus membeli dollar

Amerika Serikat untuk membeli barang-barang dari Indonesia, sebagai mata uang

Page 101: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

8585

internasional yang sah untuk menyelesaikan pembayarannya terhadap barang yang

dibelinya dari Indonesia.

Penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu hasil pada penelitian ini

menunjukkan bahwa ekspor karet remah Indonesia lebih berpeluang besar ke

negara Jepang, ini disebabkan pengaruh faktor variabel GDP riil dan Harga riil

negara Jepang berpengaruh secara signifikan terhadap volume ekspor karet remah

Indonesia. Ini membuktikkan bahwa besarnya peluang terhadap pasar karet remah

di negara Jepang, yang masih terbuka. Sehingga negara Indonesia masih berpeluang

besar untuk menguasai pasar karet remah di Jepang.

Page 102: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

8686

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Perkembangan volume ekspor karet remah ke negara Cina tahun 2002-2013

yang meningkat akibat tingginya penawaran ekspor terhadap karet remah

Indonesia ke negara Cina. Perkembangan volume ekspor karet remah ke Jepang

tahun 2002-2013 mengalami fluktuasi pada volume ekspor karet remah

Indonesia ke negara Jepang disebabkan oleh industri otomotif negara Jepang.

2. Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabel GDP riil,

harga riil dan kurs riil mampu menjelaskan variabel volume ekspor karet remah

ke negara Cina periode tahun 2002-2013 sebesar 86,8 persen. Hasil analisis uji

t variabel GDP riil dan kurs tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 5 persen,

variabel harga riil signifikan pada taraf kepercayaan 10 persen. Hasil analisis

uji F pada taraf kepercayaan 5 persen.

Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabel GDP riil,

harga riil dan kurs riil mampu menjelaskan variabel volume ekspor karet remah

ke negara Jepang periode tahun 2002-2013 sebesar 88,4 persen. Hasil analisis

uji t variabel GDP riil dan harga riil signifikan pada tingkat kepercayaan 5

persen, variabel kurs riil tidak signifikan pada taraf kepercayaan 5 persen. Hasil

analisis uji F pada taraf kepercayaan 5 persen.

Page 103: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

8787

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat

disusun saran-saran sebagai berikut :

1. Indonesia sebaiknya mempertahankan penawaran ekspor terhadap karet remah

Indonesia ke negara Cina karena pada komoditas ini. Indonesia memiliki

peluang ekspor yang besar untuk meningkatkan karet remah serta pertumbuhan

ekspor yang tinggi ke Cina.

Indonesia sebaiknya dapat meningkatkan pertumbuhan ekspor ke negara

Jepang. Peluang ekspor karet remah Indonesia ke negara Jepang yang masih

terbuka sehingga Indonesia dapat menguasai pasar karet remah di Jepang.

2. Dengan berpengaruhnya GDP, harga dan kurs terhadap volume ekspor karet

remah ke negara Cina dan Jepang, hasil analisis menunjukkan negara Jepang

lebih memiliki pengaruh yang besar terhadap volume ekspor karet remah

Indonesia. Untuk pemerintah dan eksportir dapat lebih memperhatikan peluang

pada GDP, harga ekspor dan kurs dalam mengambil keputusan ataupun

kebijakan. Sehingga negara Indonesia masih berpeluang besar untuk menguasai

pasar karet remah di Jepang.

3. Untuk pengembangan ilmu lebih lanjut penelitian ini hanya melihat dari sisi

penawaran saja. Pada penelitian selanjutnya disaran kan agar memperluas objek

penelitian dengan variabel yang lainnya seperti variabel kebijakan ekspor, tarif

ekspor, daya saing dan permintaan.

Page 104: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

8888

DAFTAR PUSTAKA

Aditasari, Flora Felina. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Karet Indonesia

ke RRC (Republik Rakyat Cina). (Surakarta: Fakultas Ekonomi USM,2011

Algifari. Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi Edisi ke 2 (Yogyakarta: BPFE,

2009)

Anwar, C. Prospek Karet Alam Indonesia di Pasar Internasional : Suatu Analisis

Integrasi Pasar dan Keragaan Ekspor. Disertasi Doktor. (Bogor:

Program Pascasarjana, 2005)

Atika, Silvia. Analisis Prospek Ekspor Karet Indonesia ke Jepang. Jurnal Ekonomi

Pembangunan,2014; Vol. 3 No. 1

Badan Pusat Statistik. Ekspor Karet dalam Bentuk Remah Menurut Negara Tujuan

Utama 2002-2013 (Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2014)

Volume Ekspor Menurut Negara Tujuan Utama 2002-2013 (Jakarta:

Badan Pusat Statistik, 2014)

Indeks Harga Konsumen Seluruh Negara 2005=100 (Jakarta: Badan

Pusat Statistik, 2012)

Statistik Industri Karet 2008 (Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2013)

Statistik Industri Karet 2007 (Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2013)

Industri Karet Remah 2015 (Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2016)

Bank Indonesia. Bank Sentral Republik Indonesia : Tinjauan Kelembagaan,

Kebijakan, dan Organisasi (Jakarta: PPSK BI, 2003)

Basri F. Dan Munandar H. Dasar-Dasar Ekonomi Internasional (Jakarta: Prenada

Media Grup, 2010)

Boediono. Ekonomi Internasional Edisi 1 (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1981)

Dewi, Vidya Retno. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor

Biji Kakao Indonesia Tahun 1999-2009. (Jakarta: FST UIN Jakarta,2012)

Gujarati, Damodar N. Ekonometrika Dasar, Penerjemah Sumarno Zain. (Jakarta:

Penerbit Erlangga, 1999)

Dasar-Dasar Ekonometrika Edisi Ketiga. (Jakarta: Penerbit Erlangga,

2006)

Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS (Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011)

Page 105: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

8989

Herlambang, Teddy dkk. Ekonomi Makro Teori, Analisis dan Kebijakan (Jakarta:

PT SUN, 2002)

Hapsari, Ella Hendratno. Analisis Permintaan Ekspor Karet Alam Indonesia di

Negara Cina. (Bogor: Fakultas Pertanian Bogor, 2008)

International Trade Centre. Exports 2001-2014

(http://www.intracen.org/itc/market-info-tools/statistics-export-product-

country/) Diakses Bulan Januari Pukul 22.00 WIB.

Kemendag. Bultein Ilmiah Perdagangan

(http://www.kemendag.go.id/id/view/bulletin/8). Diakses Bulan

Oktober- Desember 2015.

Kemendag. Analisis Komoditas Kopi dan Karet Indonesia : Evaluasi Kinerja

Produksi, Ekspor dan Manfaat Keikutsertaan dalam Asosiasi Komoditas

Internasional. Kementrian Perdagangan, 2014.

Kemendag. Siaran Pers : Kinerja Ekspor Nonmigas bulan Februari 2011 Terus

Menguat Menuju Pencapaian Target Ekspor. Kementrian Perdagangan,

2011

Kemenperin. Kementrian Perindustrian (http://www.kemenperin.go.id/kinerja-

industri). Diakses Bulan November 2015.

Kementan. Outlook Karet. Komoditas Pertanian Subsektor Perkebunan. (Jakarta:

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian,2015)

Outlook Karet. Komoditas Pertanian Subsektor Perkebunan. (Jakarta:

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian,2013)

Litbang. Departemen Pertanian. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis

Karet. Edisi Kedua. (Jakarta: Badan Litbang Pertanian,2007)

Krugman, Paul. R dan Maurice. Obstfeld. Ekonomi Internasional dan Kebijakan

Edisi Kelima. (Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramdeia, 2005)

Lind, dkk. Statistical Technique in Bussiness and Ecomomic with Global Data Sets, Edition 13TH (Jakarta: Salemba Empat, 2008)

Mankiw N. Gregory. Pengantar Ekonomi Makro. Edisi ASIA (Jakarta: Salemba

Empat, 2012)

Pengantar Ekonomi Makro (Jakarta: Salemba Empat, 2013)

Pengantar Ekonomi Makro (Jakarta: Salemba Empat, 1998)

Marbun Lodewik. Pengaruh Produksi, Kurs dan GDP Terhadap Ekspor Kayu

Lapis Indonesia ke Jepang. (Semarang: FEB UNS, 2015)

Nacrowi, dkk. Penggunaan Teknik Ekonometri. Edisi Revisi (Jakarta: PT. Raja

Grafindo, 2002)

Page 106: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

9090

Nazir, Moh. Metode Penelitian. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005)

Perdana, Taufik. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Teh PTPN.

(Bogor: FEM IPB, 2010)

Rahardja, Prathama. Pengantar Ilmu Ekonomi (mikro dan makro). Edisi Ketiga

(Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2008)

Teori Ekonomi Mikro. Edisi Revisi (Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI,

2002)

Salvatore, Dominick. Ekonomi Internasional jilid 1,2. (Jakarta: Penerbit Erlangga,

1997)

Setiawan, H. D. Dan Andoko, A. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. (Jakarta:

Penerbit Agromesia Pustaka, 2008)

Setiawan, Dan Endah, D. K. Ekonometrika. (Yogyakarta: Penerbit ANDI

Yogyakarta, 2010)

Simbolon, Hotman. Statistika (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009)

Soekartawi. Agribisnis Teori dan Aplikasi (Jakarta: Raja Wali Press, 2002)

Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi, Teori Pengantar. Edisi Ketiga (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2011)

Makro Ekonomi Modern, ( Jakarta, PT RajaGrafinfo Persada,2000)

Sunyoto, D. Uji Khi Kuadrat dan Regresi Untuk Penelitian (Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2010)

Suparmoko, M. Pengantar Ekonometrika Makro. Edisi Keempat (Yogyakarta:

BPFE, 1999)

Supranto, J. Statistik Teori dan Aplikasi. Edisi Ketujuh (Jakarta: Penerbit Erlangga,

2009)

Ekomometri (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005)

Syaffendi, Muhammad, Ridho. Dampak Penerapan Kuota Impor Terhadap

Permintaan Karet Alam Indonesia oleh Negara Cina. Jurnal Agribisnis

Indonesia, 2013; Vol 1 No 2 Desember: halaman 125-142.

World Bank. Gross Domestic Product Cina

(http://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.KD). Diakses Bulan

Mei- Desember 2015.

Page 107: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

LAMPIRAN

91

Page 108: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

92

13

0.5

98

20

4- .9

56

30- 5

.02

5

36

9-.1

79

6373

98.. 54

6258

77

3.0

3673

5.6

71

1.1

26 82 .7

8 3.4

35

88

5.6

24

5

70

.22

5

16.10

763.4

.6561

7 1

.98

81.6.

2 54 0

7.4

94

1.9

94

.66

0

1.3

55

.71

1

1.3

11

.57

1

1.0

84

.92

0

1.0

95

.38

1

1. Potensial Ekspor Karet Remah

Sumber : ITC, 2015

2. Penawaran Ekspor Karet Remah

Jepang Cina

4.500.000

4.000.000

3.500.000

3.000.000

2.500.000

2.000.000

1.500.000

1.000.000

500.000

- 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3

Sumber : ITC, 2015

Page 109: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

93

3. Hasil Regresi Negara Cina

Model Summaryb

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

Change Statistics

R Square Change F Change

1 ,932a ,868 ,818 62095,61156 ,868 17,535

Model Summaryb

Model

Change Statistics

df1 df2 Sig. F Change 1 3 8 ,001 1,773

a. Predictors: (Constant), x3, x2, x1 b. Dependent Variable: cina

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression

Residual

Total

202838930198,364 3 67612976732,788 17,535 ,001b

30846919801,636 8 3855864975,204 233685850000,000 11

a. Dependent Variable: cina

b. Predictors: (Constant), x3, x2, x1

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant)

x1

-323859,592 252425,193 -1,283 ,235

2,222 1,674 ,373 1,328 ,221

x2

x3

,149 ,075 ,544 1,987 ,082

51,036 31,065 ,241 1,643 ,139

Coefficientsa

Model

Correlations Collinearity Statistics

Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant)

x1

,889 ,425 ,171 ,210 4,770

x2

x3

,852 ,575 ,255 ,220 4,547

,302 ,502 ,211 ,764 1,308

a. Dependent Variable: cina

Keterangan :

Dependent variabel : Cina ( Ton ) X1 =GDP percapita Riil ( juta US$) X2 = Harga Riil Ekspor ( US$ / Ton) X3 = Kurs Riil (Rp/US$) Tahun Dasar 2005=100 Ekspor Karet Remah

Page 110: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

94

4. Hasil Regresi Negara Jepang

Model Summaryb

Model

R

R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Change Statistics

R Square Change

F Change

1 ,940a ,884 ,840 33682,73267 ,884 20,304

Model Summaryb

Model

Change Statistics

df1 df2 Sig. F Change 1 3 8 ,000 2,228

a. Predictors: (Constant), x3, x1, x2 b. Dependent Variable: jepang

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression

Residual

Total

69105086755,324 3 23035028918,441 20,304 ,000b

9076211838,926 8 1134526479,866 78181298594,250 11

a. Dependent Variable: jepang

b. Predictors: (Constant), x3, x1, x2

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant)

x1

-846334,585 392539,827 -2,156 ,063

20,086 7,642 ,428 2,628 ,030

x2

x3

,136 ,033 ,823 4,083 ,004

12,723 10,141 ,260 1,255 ,245

Coefficientsa

Model

Correlations Collinearity Statistics

Zero- order

Partial

Part

Tolerance

VIF

1 (Constant)

x1

,771 ,681 ,317 ,547 1,829

x2

x3

,884 ,822 ,492 ,357 2,799

-,666 ,405 ,151 ,337 2,965

a. Dependent Variable: jepang

Keterangan :

Dependent variabel : Jepang ( Ton ) X1 =GDP percapita Riil ( juta US$) X2 = Harga Riil Ekspor ( US$ / Ton) X3 = Kurs Riil (Rp/US$) Tahun Dasar 2005=100

Page 111: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

95

5. Hasil uji Kolgomorov Smirnov Negara Jepang

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N

Normal Parametersa,b Mean

Std. Deviation

12

,0000000

28724,73093303

Most Extreme Differences

Test Statistic

Asymp. Sig. (2-tailed)

Absolute

Positive

,182

,138

Negative

-,182

,182

,200c,d

6. Hasil uji Kolgomorov Smirnov Negara Cina

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N

Normal Parametersa,b Mean

Std. Deviation

12

,0000000

62970,52734077

Most Extreme Differences

Test Statistic

Asymp. Sig. (2-tailed)

Absolute

Positive

,154

,154

Negative

-,140

,154

,200c,d

Page 112: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

7. Hasil Uji Asumsi Klasik Negara Cina

96

Page 113: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

8. Hasil Uji Asumsi Klasik Negara Jepang

97

Page 114: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

98

9. Data Volume Ekspor, GDP Riil, Harga Riil Ekspor dan Kurs Riil

Negara Cina tahun 2002-2013

Cina (Y=ton) gdp (X1= juta US$) harga riil ekspor (X2=US$/ton) kurs riil (US$)

2002 33.200 13.322 26.777 8.017

2003 94.000 14.619 108.845 7.419

2004 167.800 16.499 232.304 7.816

2005 203.900 19.417 272.656 9.751

2006 281.500 22.686 625.128 7.912

2007 295.700 27.298 666.715 7.913

2008 299.000 35.231 838.952 8.458

2009 431.100 45.584 682.610 8.964

2010 406.600 50.594 1.243.013 8.090

2011 394.800 60.397 1.726.775 7.594

2012 425.800 74.924 1.274.903 8.132

2013 500.000 84.616 1.163.179 9.143

10. Data Volume Ekspor, GDP Riil, Harga Riil Ekspor dan Kurs Riil

Negara Jepang tahun 2002-2013

Japan (Y=ton) gdp (X1= juta US$) harga riil ekspor (X2=US$/ton) kurs riil (US$)

2002 204.093 43.955 137.075 11.617

2003 219.473 44.060 188.383 10.112

2004 195.726 44.822 222.895 10.060

2005 171.953 45.947 216.007 9.751

2006 278.905 46.784 523.316 8.109

2007 326.358 47.813 659.563 7.641

2008 371.860 49.106 962.016 7.585

2009 267.533 48.554 443.139 7.473

2010 308.687 45.639 961.575 6.235

2011 382.603 47.712 1.775.526 5.694

2012 384.455 47.675 1.246.272 7.783

2013 419.321 48.532 1.075.460 8.925

Keterangan :

1. GDP riil = GDP nominal / Deflator

2. Harga riil = Harga Nominal / IHK

3. Kurs riil = ER * PF/ PD

Page 115: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

99

11. Data Volume Ekspor, Nilai Ekspor, Harga Ekspor, GDP, IHK

Cina, IHK Indonesia dan Kurs Nominal Tahun 2002-2013

Tahun Volume Ekspor (Ton) Nilai (US$) Harga Nominal (US$/ton) GDP IHK Cina IHK Indonesia Kurs Nominal

2001 13.322.398.479.131

2002 33.200 20.000 20.685.133 14.619.139.925.970 77,25 80 9261

2003 94.000 82.000 81.960.295 16.499.214.084.067 75,30 85 8571

2004 167.800 192.000 197.504.777 19.417.456.021.651 85,02 90 9030

2005 203.900 263.000 272.656.397 22.685.942.890.220 100,00 100 9751

2006 281.500 545.000 549.174.802 27.297.840.319.061 87,85 113 9141

2007 295.700 609.000 613.778.046 35.230.943.148.209 92,06 120 9142

2008 299.000 813.000 817.894.343 45.584.310.734.381 97,49 131 9772

2009 431.100 657.000 661.039.907 50.594.197.382.674 96,84 139 10356

2010 406.600 1.273.000 1.279.681.485 60.396.585.084.856 102,95 145 9078

2011 394.800 1.817.000 1.820.538.601 74.924.320.978.101 105,43 153 8773

2012 425.800 1.379.000 1.379.189.980 84.616.231.627.141 108,18 110 8613

2013 500.000 1.276.000 1.278.798.728 94.906.026.001.485 109,94 118 10563

Sumber : IHK = FAO, GDP = Worldbank, Kurs = Bank Indonesia

12. Data Volume Ekspor, Nilai Ekspor, Harga Ekspor, GDP, IHK

Jepang, IHK Indonesia dan Kurs Nominal Tahun 2002-2013

Tahun Volume Ekspor (Ton) Nilai (US$) Harga Nominal (US$/ton) GDP IHK Jepang IHK Indonesia Kurs Nominal

2001 4.395.525.725.736

2002 204.000 137.000 137.554.943 4.406.068.663.902 100,4 80 9261

2003 219.000 188.000 188.910.838 4.482.212.366.701 100,3 85 8571

2004 192.000 220.000 223.497.207 4.597.422.265.320 100,3 90 9030

2005 172.000 216.000 216.006.571 4.678.468.710.249 100,0 100 9751

2006 278.000 524.000 524.571.948 4.781.337.177.317 100,2 113 9141

2007 325.000 659.000 661.541.733 4.910.623.264.246 100,3 120 9142

2008 370.000 974.000 978.178.077 4.855.416.694.132 101,7 131 9772

2009 266.000 443.000 444.512.974 4.563.918.817.026 100,3 139 10356

2010 307.000 954.000 957.632.859 4.771.235.349.132 99,6 145 9078

2011 381.000 1.758.000 1.763.096.878 4.767.502.590.487 99,3 153 8773

2012 384.000 1.237.000 1.238.794.468 4.853.292.308.106 99,4 110 8613

2013 418.000 1.070.000 1.072.233.593 4.954.422.967.782 99,7 118 10563

Sumber : IHK = FAO, GDP = Worldbank, Kurs = Bank Indonesia

Page 116: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43426/1/NUR... · ... hasil analisis menunjukkan negara Jepang lebih memiliki pengaruh

100

Tahun Volume Eks por (Ton) Nilai (US$) Harga Eks por (US$/ton)

2001

2002 33.200 20.000 20.685.133

2003 94.000 82.000 81.960.295

2004 167.800 192.000 197.504.777

2005 203.900 263.000 272.656.397

2006 281.500 545.000 549.174.802

2007 295.700 609.000 613.778.046

2008 299.000 813.000 817.894.343

2009 431.100 657.000 661.039.907

2010 406.600 1.273.000 1.279.681.485

2011 394.800 1.817.000 1.820.538.601

2012 425.800 1.379.000 1.379.189.980

2013 500.000 1.276.000 1.278.798.728

13. Volume dan Nilai Ekspor Karet Remah ke Cina 2002-201

Sumber : BPS,2013