“analisis faktor-faktor yang bepengaruh terhadap

185

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP
Page 2: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP
Page 3: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

DAFTAR ISI

REAKSI PASAR MODAL BERKAITAN DENGAN PENYELENGGARAAN

ASEAN GAMES 2018 DI INDONESIA

(Sugeng Rianto; Sujito; Tri Rinawati– Universitas Semarang )…………………………………… 1

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PADA PERUSAHAAN DAERAH

AIR MINUM (PDAM) KOTA SEMARANG

(Tommy Akmal Syah; Dian Triyani – Universitas Semarang)…………………………….….….. 19

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI DAN DANA

BANTUAN PEMERINTAH TERHADAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN

MANUSIA

(Sri Ramadhani; Cahyo Utomo - Universitas STIKUBANK )…………………………….…..….. 41

PERSEPSI KARYAWAN TENTANG PERAN AUDITOR INTERNAL SEBAGAI

PENGAWAS, KONSULTAN DAN KATALISATOR DALAM PENCAPAIAN TUJUAN

PERUSAHAAN

(Siti Cahyaningrum Setyorina;Ardiani Ika Sulistyawati - Universitas Semarang )….….………. 60

ENTREPRENEURIAL BUREAUCRACY: SEBUAH TUNTUTAN MUTLAK UNTUK

MENUTUP CAPACITY GAP APARATUR BIROKRASI DALAM ERA OTONOMI

DAERAH

(Rahoyo; Asih Niati – Universitas Semarang )…………………………………..…………………… 83

ANALISIS PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PENGAWASAN, MOTIVASI

INTRINSIK DAN MOTIVASI EKSTRINSIK TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI

KARYAWAN TEKNISI MESIN EDC BCA PADA PT LANG JAYA MAKMUR

BERSAMA

(Defi Kris Astuti; Susanto - Universitas Semarang )………………………………………...………. 95

PERFORMANCE OF ISLAMIC BASED SCHOOL TEACHERS IN TEMBALANG

SUB-DISTRICT, SEMARANG CITY AFFECTED BY INTELLECTUAL

INTELLIGENCE AND SPIRITUAL INTELLIGENCE

(Anis Turmudhi – STIE AKA Semarang )…………………………………………….……………. 111

PENGARUH KEPEMIMPINAN, KOMPENSASI FINANSIAL DAN KOMITMEN

ORGANISASIONAL TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN DISIPLIN KERJA

SEBAGAI MEDIASI (STUDI PADA KANTOR BKKBN PROVINSI JAWA TENGAH)

( Soegihartono - Universitas Semarang )…………………………………………………...……….. 125

PENGARUH AUDITOR SPESIALISASI INDUSTRI DAN REDFLAGS TERHADAP

KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN PUBLIK DI BIDANG KEUANGAN

(Titi Purbo Sari; Linda Novasari – Universitas Semarang )………………………………..…….. 148

PENGARUH PENGALAMAN DAN DORONGAN KELUARGA TERHADAP

MOTIVASI BERWIRAUSAHA MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI

UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE TUBAN

(Mario Fahmi Syahrial – Universitas PGRI Ronggolawe Tuban )……………………………….. 170

Page 4: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

1

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

REAKSI PASAR MODAL BERKAITAN DENGAN PENYELENGGARAAN

ASEAN GAMES 2018 DI INDONESIA

Sugeng Rianto1_Sujito2_Tri Rinawati3 Fakultas Ekonomi_Jurusan Manajemen_Universitas Semarang

[email protected][email protected][email protected]

Diterima: November 2018. Disetujui: Desember 2018. Dipublikasikan: Januari 2019

ABSTRACT

The party is the Asian region 2018 Asian sports event which was held from August 18 to September 2,

2018 in Indonesia precisely in the cities of Jakarta and Palembang, the first time Asian sports parties were

held simultaneously in two cities. Based on the analysis of the capital market, there are three stock sectors

that benefit from the existence of an Asian level sports event, namely the Asian Games 2018 in Jakarta and

Palembang next August. The infrastructure sector, the consumer goods sector and the transportation sector

will benefit from the implementation of the 2018 Asean Games. Especially for infrastructure stocks, the

issuers involved in the construction until the renovation of sports venues will be positively appreciated by

the market, because they are currently competing to complete various projects. While the performance of

consumer goods is predicted to strengthen during the event, the circulation of consumer goods will

strengthen due to high market demand. This type of research is event study, data used secondary data

obtained from a list of companies that have been published on the Indonesia Stock Exchange. The

population of this research is all the consumer goods sectors totaling 47 companies. The sampling

technique uses purposive sampling which means that the sampling technique uses criteria. The companies

that can be sampled according to the criteria are 18 companies.

The analysis technique used is variable descriptive statistics, classical assumption test (normality

test) and different test methods paired sample t test. Based on the results of the different test Paired Sample

t Test, it was concluded that there were significant differences between the Trading Volume Activity (TVA)

variable and the Stock Return variable before and after the implementation, meaning that the

implementation of the Asean Games 2018 in Indonesia held on August 18 2018 could affect the movement

of activities stock trading volume and Stock Return of manufacturing companies in the Consumer Goods

sector.

Keywords: Asean Games 2018, Trading Volume Activity, Stock Return

ABSTRAK

Pesta tersebut adalah acara olahraga Asia wilayah Asia 2018 yang diselenggarakan dari 18 Agustus

hingga 2 September 2018 di Indonesia tepatnya di kota-kota Jakarta dan Palembang, pertama kali pesta

olahraga Asia diadakan serentak di dua kota. Berdasarkan analisis pasar modal, ada tiga sektor saham yang

mendapat manfaat dari keberadaan acara olahraga tingkat Asia, yaitu Asian Games 2018 di Jakarta dan

Palembang Agustus mendatang. Sektor infrastruktur, sektor barang konsumsi, dan sektor transportasi akan

mendapat manfaat dari implementasi Asian Games 2018. Khusus untuk stok infrastruktur, emiten yang

terlibat dalam konstruksi hingga renovasi tempat olahraga akan dihargai secara positif oleh pasar, karena

mereka saat ini bersaing untuk menyelesaikan berbagai proyek. Sementara kinerja barang-barang

konsumen diperkirakan akan menguat selama acara tersebut, sirkulasi barang-barang konsumen akan

menguat karena permintaan pasar yang tinggi. Jenis penelitian ini adalah event study, data yang digunakan

data sekunder yang diperoleh dari daftar perusahaan yang telah dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia.

Populasi penelitian ini adalah semua sektor barang konsumsi yang berjumlah 47 perusahaan. Teknik

pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yang artinya teknik pengambilan sampel

menggunakan kriteria. Perusahaan yang dapat dijadikan sampel berdasarkan kriteria adalah 18 perusahaan.

Teknik analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif variabel, uji asumsi klasik (uji normalitas)

dan metode uji beda paired sample t test. Berdasarkan hasil dari uji beda Paired Sample t Test, disimpulkan

bahwa ada perbedaan yang signifikan antara variabel Volume Perdagangan (TVA) dan variabel Return

Saham sebelum dan setelah implementasi, yang berarti bahwa implementasi Asean Games 2018 di

Indonesia yang diadakan pada 18 Agustus 2018 dapat mempengaruhi pergerakan volume perdagangan

saham dan Stock Return perusahaan-perusahaan manufaktur di sektor Barang Konsumsi.

Kata kunci: Asean Games 2018, Aktivitas Volume Perdagangan, Return Saham

Page 5: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

2

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pesta adalah ajang olahraga Asia 2018 wilayah Asia yang diselenggarakan dari 18

Agustus sampai dengan 2 September 2018 di Indonesia tepatnya di kota Jakarta dan

Palembang, pertama kalinya pesta olahraga Asia diselenggarakan secara bersamaan di

dua kota. Berdasarkan analisa pasar modal, ada tiga sector saham yang diuntungkan

dengan adanya gelar event olahraga tingkat Asia yaitu Asian games 2018 di Jakarta dan

Palembang bulan Agustus mendatang. Sektor infrastruktur, sektor consumer goods dan

sektor transportasi akan mendapat keuntungan pada saat penyelenggaraan Asea Games

2018. Khusus untuk saham infrastruktur, emiten-emiten yang terlibat dalam

pembangunan hingga renovasi venue olahraga akan diapresiasi positif oleh pasar, karena

saat ini sedang berlomba-lomba untuk menyelesaikan berbagai proyek tersebut.

Sementara kinerja consumer goods, diprediksi akan menguat selama acara berlangsung,

sirkulasi barang-barang consumer goods akan menguat karena tingginya permintaan

pasar. (www.wikipedia.com)

Pasar modal menurut Widoatmojo (2012) adalah pasar abstrak dimana yang

diperjualbelikan adalah dana-dana jangka panjang yaitu dan yang keterkaitannya dalam

investasi lebih dari satu tahun. Fahmi (2015) juga menjelaskan pasar modal adalah

temapat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham dan obligasi

dengan tujuan hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan

dana dan atau untuk memperkuat modal perusahaan.

Kinerja saham sektor consumer goods cenderung menurun, indeks sektor consumer

goods berada di urutan paling akhir di Bursa Efek Indonesia. Sejak awal tahun 2018

hungga 19 Juli 2018, indeks saham consumer goods turun sekitar 16,20%, melebihi

penurunan ISHG yang sebesar 7,62%. Saham Kalbe Farma (KLBF) menjadi saham big

caps berkinerja terlemah di sektor consumer goods. Produsen obat ini merosot 24,26%

sejauh tahun ini, kemudian diikuti saham HM Sampoerna (HMSP) yang turun 23,04%

(Kontan.co.id).

Tahun 2017 di dalam pasar saham mencetak rekor penutupan di 6.355. Sepanjang

tahun tersebut ISHG berhasil naik hingga 19,9% seiring kokohnya kondisi ekonomi

Indonesia. Selanjutnya di tahun 2018, prospek pasar saham berpotensi akan menghadapi

banyak tantangan besar. Beberapa kondisi yang memberikan sentimen negatif pada

Page 6: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

3

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

pergerakan pasar saham di tahun 2018, diantaranya tahun politik menjelang pilkada dan

pilpres, kenaikan suku bunga Fed yang akan memberi tekanan pada Rupiah, dan kondisi

geopolitik yang berdampak bagi stabilitas perekonomian global. Sementara itu, salah satu

kondisi yang memberikan sentiment positif pada pasar saham, antara lain Asean Games

2018 yang digelar di Jakarta dan Palembang pada bulan Agustus yang berpotensi

meningkatkan belanja domestik. Saham-saham sektor industri yang dapat menjadi

pertimbangan di tahun 2018 khususnya aneka industri dan consumer goods serta sektor

perbankan. Adapun beberapa yang direkomendasikan antara lain INTP, SMGR, SMCB,

HOKI, SIDO, INDF, ICBP, GGRM, HMSP, UNVR, KLBF, ASII, BBNI, BBTN, BBCA,

dan BBRI (Wira, 2018). Berikut grafik volume perdagangan dari beberapa saham yang

direkomendasikan pada tahun 2018 :

Grafik 1

Grafik Volume Perdagangan

Berdasarkan grafik 1, diketahui bahwa aktivitas volume perdagangan saham yang

menjadi pertimbangan di tahun 2018, adalah HOKI (Buyung Poetra Sembada Tbk)

berada pada posisi tertinggi, selanjutnya diikuti oleh BBTN (Bank Tabungan Negara

(Persero) Tbk), BBNI (Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk) dan terakhir BBRI (Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk).

Hasil penelitian event study yang dilakukan oleh Sari, purnamawati dan Herawati

(2017), dijelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata abnormal return yang

signifikan dan terdapat perbedaan rata-rata trading volume activity yang signifikan

sebelum dan sesudah peristiwa pilpres Amerika Serikat tahun 2016.

Sedangkan Hasil penelitian event study yang dilakukan oleh Octafilia (2016),

menunjukkan bahwa abnormal return pada peristiwa pemilihan, pengumuman hasil

pemilihan dan penetapan hasil pengumuman tidak signifikan adapun Abnormal return

Page 7: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

4

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

signifikan hanya ditunjukkan pada peristiwa pelantikan Presiden. Trading volume activity

sebelum dan setelah keempat peristiwa juga menunjukkan tidak adanya perbedaan yang

signifikan.

Berdasarkan research gap tersebut, sebagai pengembangan dari berbagai event study

yang telah dilakukan sebelumnya dan menganalisis beberapa peristiwa politik maupun

social di Indonesia. Dengan demikian diharapkan dapat dilihat reaksi pasar modal secara

umum diharapkan dapat dilihat ada atau tidaknya perbedaan return saham dan aktivitas

volume perdagangan sebelum dan sesudah Upacara Pembukaan Asean Games 2018 di

Indonesia pada perusahaan sektor Consumer Goods.

Perumusan Masalah

Merujuk dari latar belakang masalah tentang reaksi pasar modal Indonesia terhadap

pelaksanaan Asean Games DKI Jakarta 2018 di Indonesia sehingga muncul perumusan

masalah sebagai berikut : (1) Apakah ada perbedaan rata-rata volume perdagangan saham

sebelum dan sesudah periode pelaksanaan Asean Games 2018?; (2) Apakah ada

perbedaan Return Saham sebelum dan sesudah periode pelaksanaan Asean Games 2018?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tersebut adalah : (1) Untuk menguji dan menganalisis secara

empiris perbedaan rata-rata volume perdagangan saham sebelum dan sesudah periode

pelaksanaan Asean Games 2018; (2) Untuk menguji dan menganalisis secara empiris

perbedaan Return Saham sebelum dan sesudah periode pelaksanaan Asean Games 2018.

TINJUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Pasar Modal

Fahmi dan Hadi (2009), menjelaskan pengertian pasar modal adalah tempat berbagai

pihak, khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond), dengan tujuan

dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau

memperkuat modal perusahaan.

Aktivitas Volume Perdagangan (Trading Volume Activity)

Menurut Sutrisno (2010), volume perdagangan merupakan suatu instrumen yang

dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter

Page 8: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

5

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

volume saham yang diperdagangkan di pasar. Sedangkan menurut Halim dan Hidayat

(2010), volume perdagangan (Vt) sebagai lembar saham yang diperdagangkan pada hari

t. Volume perdagangan saham merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam

análisis teknikal pada penilaian harga saham dan suatu instrumen yang dapat digunakan

untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan

aktivitas volume perdagangan saham di pasar. Oleh karena itu, perusahaan yang

berpotensi tumbuh dapat berfungsi sebagai berita baik dan pasar seharusnya bereaksi

positif.

Return Saham

Menurut Wahyudi (2003), return saham dapat dibedakan menjadi dua yaitu return

saham sesungguhnya (Actual Return) dan return yang diharapkan (Expected Return).

Return sesungguhnya merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung dari selisih

harga sekarang relative terhadap harga sebelumnya, sedangkan return yang diharpkan

adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang.

Return memiliki dua komponen yaitu Current Income dan Capital Gain. Bentuk dari

Current Income berupa keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat

periodic berupa deviden sebagai hasil kinerja fundamental perusahaan, sedangkan

Capital Gain berupa keuntungan yang diterima karena selisih antara harga jual dan harga

beli saham. Besarnya Capital Gain suatu saham akan positif, bilamana harga jual dari

saham yang dimiliki lebih tinggi dari harga belinya.

Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari, purnamawati dan Herawati (2017),

disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata abnormal return yang signifikan

dan terdapat perbedaan rata-rata trading volume activity yang signifikan sebelum dan

sesudah peristiwa pilpres Amerika Serikat tahun 2016.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Octafilia (2016), disimpulkan bahwa abnormal

return pada peristiwa pemilihan, pengumuman hasil pemilihan dan penetapan hasil

pengumuman tidak signifikan adapun Abnormal return signifikan hanya ditunjukkan

pada peristiwa pelantikan Presiden. Trading volume activity sebelum dan setelah keempat

peristiwa juga menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan.

Page 9: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

6

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purba dan Handayani (2017), disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan abnormal return bernilai negatif signifikan pada satu hari di

sekitar tanggal peristiwa, yang berarti bahwa pasar bereaksi terhadap peristiwa tersebut,

namun hanya bersifat sesaat dan tidak berkepanjangan. Sedangkan tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara Average Abnormal Return (AAR) sebelum dan sesudah

peristiwa politik Pilkada DKI Jakarta 2017 Putaran Kedua. Serta tidak terdapat perbedaan

signifikan antara Average Trading Volume Activity (ATVA) pada periode sebelum dan

sesudah peristiwa politik Pilkada DKI Jakarta 2017 Putaran Kedua.

Hubungan Logis Antar Variabel dan Pengembangan Hipotesis

Perbedaan rata-rata volume perdagangan saham sebelum dan sesudah periode

pelaksanaan Asean Games 2018

Menurut Sutrisno (2010), volume perdagangan merupakan suatu instrumen yang

dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter

volume saham yang diperdagangkan di pasar. Sedangkan menurut Halim dan Hidayat

(2010), volume perdagangan (Vt) sebagai lembar saham yang diperdagangkan pada hari

t. Volume perdagangan saham merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam

análisis teknikal pada penilaian harga saham dan suatu instrumen yang dapat digunakan

untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan

aktivitas volume perdagangan saham di pasar. Oleh karena itu, perusahaan yang

berpotensi tumbuh dapat berfungsi sebagai berita baik dan pasar seharusnya bereaksi

positif.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari, purnamawati dan Herawati

(2017) disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata trading volume activity yang

signifikan sebelum dan sesudah peristiwa pilpres Amerika Serikat tahun 2016.

Berdasarkan argumen tersebut di atas maka dapat dibangun hipotesis untuk

penelitian sebagai berikut :

H1 : Terdapat perbedaan rata-rata volume perdagangan saham sebelum dan sesudah

periode pelaksanaan Asean Games 2018

Page 10: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

7

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Perbedaan Return Saham sebelum dan sesudah periode pelaksanaan Asean Games

2018

Menurut pendapat Legiman (2015), return saham merupakan hasil yang diperoleh

dari investasi. Harapan untuk memperoleh return juga terjadi dalam asset financial.

Sedangkan asset financial menunjukkan kesediaan investor menyediakan sejumlah dana

pada saat ini untuk memperoleh sebuah aliran dana pada masa yang akan datang sebagai

kompensasi atas faktor waktu selama dana ditanamkan dan risiko yang ditanggung,

sehingga para investor mempertaruhkan suatu nilai sekarang untuk sebuah nilai yang

diharapkan pada masa mendatang.Dalam manajemen investasi, keuntungan atau return

merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purba dan Handayani (2017),

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan abnormal return bernilai negatif signifikan pada

satu hari di sekitar tanggal peristiwa, yang berarti bahwa pasar bereaksi terhadap

peristiwa tersebut, namun hanya bersifat sesaat dan tidak berkepanjangan.

Berdasarkan argumen tersebut di atas maka dapat dibangun hipotesis untuk

penelitian sebagai berikut :

H2 : Terdapat perbedaan Return Saham sebelum dan sesudah periode pelaksanaan

Asean Games 2018

Model Penelitian

Page 11: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

8

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah event study yaitu studi yang mempelajari reaksi pasar

terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu

pengumuman (Jogiyanto, 2008). Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan

periode penelitian. Periode estimasi yang digunakan adalah pelaksanaan Asean Games

2018 di Indonesia pada tanggal 18 Agustus 2018.

Jenis dan Sumber data

Jenis data adalah data sekunder, berupa : (1) Harga saham penutupan harian selama

periode penelitian untuk tiap saham yang termasuk dalam daftar saham perusahaan

manufaktur sektor industri consumer goods; (2) Indeks saham perusahaan manufaktur

sektor consumer goods. Data diperoleh dari daftar perusahaan yang telah dipublikasikan

di Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua sektor consumer goods di Bursa Efek

Indonesia (BEI) yang berjumlah 47 perusahaan. Teknik pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling yang berarti bahwa teknik penentuan sampel

menggunakan kriteria yang dipilih oleh peneliti. Adapun kriteria sebagai berikut : (1)

Harga saham penutupan harian selama periode penelitian untuk tiap saham yang

termasuk dalam daftar saham perusahaan manufaktur sektor consumer goods; (2)

Perusahaan yang mempunyai volume saham dan value saham. Adapun perusahaan yang

dapat dijadikan sampel sesuai dengan kriteria sebanyak 18 perusahaan, antara lain BUDI,

CAMP, CEKA, CLEO, GGRM, HMSP, HOKI, HRTA, IIKP, INAF, INDF, KAEF,

KICI, KINO, KLBF, MYOR, PSDN, PYFA.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

Definisi oprasional dan pengukuran dari masing-masing variabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 12: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

9

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

1. Aktivitas Volume Perdagangan Saham (TVA)

Menurut Kasmir (2007), volume perdagangan saham adalah jumlah saham emiten

yang ditransaksikan denga tingkat harga yang disepakati oleh pihak penjual dan

pembeli selama periode transaksi. Sebagai indikator adalah jumlah saham yang

diperdagangkan dan jumlah saham yang beredar. Skala yang digunakan adalah rasio.

Pengukuran sebagai berikut :

∑ saham i ditransaksikan waktu t

TVA =

∑ saham i beredar waktu t

2. Return Saham

Menurut Jogiyanto (2012), return saham dapat diartikan sebagai tingkat

kembalian keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang

dilakukan. Tanpa adanya keuntungan yang dapat dinikmati dari suatu investasi,

tentunya pemodal tidak perlu melakukan investasi yang pada akhirnya tidak ada

hasilnya. Perhitungan return saham menggunakan return total dimana

membandingkan return total dengan harga saham periode sekarang dengan harga

saham periode sebelumnya.

Perhitungannya sebagai berikut :

Pit - Pit – 1

Rit =

Pit – 1

Periode Waktu Penelitian

Periode waktu yang digunakan adalah enam hari sebelum dan enam hari sesudah

pelaksanaan Asean Games 2018 di Indonesia yang diselenggarakan pada tanggal 18

Agustus 2018. Periode waktu enam hari diharapkan dapat mencerminkan reaksi pasar.

Jika periode peristiwa yang diambil terlalu singkat, maka dikhawatirkan adanya reaksi

pasar yang cukup lama namun tidak dapat terdeteksi pada penelitian yang dilakukan.

Sedangkan jika periode peristiwa yang diambil terlalu lama dikhawatirkan adanya

peristiwa lain yang cukup signifikan mempengaruhi hasil penelitiannya.

Page 13: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

10

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Teknis Analisis

Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif adalah statistik yang akan digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau

generalisasi (Soegiyono, 2017).

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah terdapat nilai yang ekstrim yang

menyebabkan hasil penelitian menjadi bias. Model regresi yang baik adalah memiliki

distribusi data normal atau mendekati normal untuk mendeteksi normalitas dapat

dilakukan dengan uji statistik. Test statistik menggunakan uji Kolmogorov Smirnov

dengan kriteria pegujian sebagai berikut : a) Apabila nilai signifikan lebih besar dari 0,05

maka data penelitian berdistribusi normal; b) Apabila nilai signifikan lebih kecil dari 0,05

maka data penelitian berdistribusi tidak normal (Ghozali, 2006).

Uji beda Paired Sample t Test

Uji beda paired sample t-test merupakan metode pengujian yang digunakan

untuk mengkaji kefektifan perlakuan, ditandai adanya perbedaan rata-rata

sebelum dan rata-rata sesudah diberikan perlakuan. Dasar pengambilan keputusan untuk

menerima atau menolak Ho pada uji paired sampel t-test adalah sebagai berikut : a)

Jika probabilitas (Asymp.Sig) < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima; b) Jika

probabilitas (Asymp.Sig) > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak (Widiyanto, 2013).

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Deskripsi Variabel Penelitian

Deskripsi Variabel Penelitian digunakan untuk memberikan gambaran mengenai

variabel yang akan diteliti dan dilakukan dengan menggunakan nilai mean, nilai standard

deviasi dan grafik.

Page 14: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

11

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Tabel 1

Hasil Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

TVA 36 -4.61 3.42 -.9816 2.26246

RS 36 -4.61 -2.21 -3.7091 .71211

Valid N (listwise) 36

Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif pada tabel 1, diketahui bahwa nilai

minimum Trading Volume Activity (TVA) sebesar (-4,61), nilai maksimum 3,42 dan nilai

mean (-0,9816). Sedangkan nilai minimum Return Saham sebesar (-4,61), nilai

maksimum (-2,21) dan nilai mean (-3,7091).

Adapun untuk mengetahui deskripsi pergerakan variabel Trading Volume Activity

(TVA) dan Return Saham sebelum dan sesudah pelaksanaan Asean Games 2018 di

Indonesia dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini :

Tabel 2

Deskripsi Pergerakan Variabel Trading Volume Activity (TVA)

Sebelum Sesudah Pergerakan

TVA 2,91 1,73 (1,18)

Berdasarkan pada tabel 2, deskripsi pergerakan variabel Trading Volume Activity

(TVA) menunjukkan bahwa nilai sebelum pelaksanaan Asean Games 2018 di Indonesia

pada tanggal 18 Agustus 2018 sebesar 2,91 dan setelah pelaksanaan menjadi 1,73, artinya

pergerakan variabel Trading Volume Activity (TVA) mengalami penurunan sebesar

(1,18).

Grafik 2

Deskripsi Pergerakan Variabel Trading Volume Activity (TVA)

Berdasarkan pada grafik 2, deskripsi pergerakan variabel Trading Volume Activity

(TVA) sebelum dan sesudah pelaksanaan Asean games 2018 di Indonesia yang

Page 15: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

12

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

diselenggarakan pada tanggal 18 Agustus 2018 tampak mengalami penurunan sebesar

(1,18).

Tabel 3

Deskripsi Pergerakan Variabel Return Saham

Sebelum Sesudah Pergerakan

Return Saham 0,04 0,01 (0,03)

Berdasarkan pada tabel 3, deskripsi pergerakan variabel Return Saham menunjukkan

bahwa nilai sebelum pelaksanaan Asean Games 2018 di Indonesia pada tanggal 18

Agustus 2018 sebesar 0,04 dan setelah pelaksanaan menjadi 0,01, artinya pergerakan

variabel Return Saham mengalami penurunan sebesar (0,03).

Grafik 3

Deskripsi Pergerakan Variabel Return Saham

Berdasarkan pada grafik 3, deskripsi pergerakan variabel Return Saham sebelum dan

sesudah pelaksanaan Asean games 2018 di Indonesia yang diselenggarakan pada tanggal

18 Agustus 2018 tampak mengalami penurunan sebesar (0,03).

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Tabel 4

Hasil Uji Normalitas

TVA RS

N 36 36

Normal Parametersa,b

Mean -3.7091 ,0289

Std.

Deviation .71211 ,02505

Most Extreme

Differences

Absolute .169 .205

Positive .169 .205

Negative -.115 -.142

Kolmogorov-Smirnov Z .534 .968

Asymp. Sig. (2-tailed) .938 .305

Page 16: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

13

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Test statistik menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dengan kriteria pegujian

sebagai berikut : a) Apabila nilai signifikan lebih besar dari 0,05 maka data penelitian

berdistribusi normal; b) Apabila nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka data penelitian

berdistribusi tidak normal. Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4, diketahui bahwa

nilai Kolmogorov-Smirnov Z untuk Trading Volume Activity (TVA) sebesar 0,534

dengan nilai signifikansi (Sig.) 0,938 lebih besar dari 0,05, maka data berdistribusi

normal. Sedangkan nilai Kolmogorov-Smirnov Z untuk Return Saham (RS) sebesar

0,968 dengan nilai signifikansi (Sig.) 0,305 lebih besar dari 0,05 artinya data berdistribusi

normal.

Uji beda Paired Sample t Test

Tabel 5

Hasil Uji Paired Sample t Test

Paired Differences

t df

Sig.

(2-taile

d) Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

TVA_Sblm-TVA_Ss

dh 0,68352 0,87750 0,23452 0,17687 1,19017 2.915 13 .012

Pair

1 RS_Sblm-RS_Ssdh 0,84388 0,94471 0,24392 0,32072 1,36705 3.460 14 .004

Berdasarkan hasil uji beda Paired Sample t Test pada tabel 5, diketahui bahwa nilai

Sig. (2-tailed) Trading Volume Activity (TVA) sebesar 0,012 lebih kecil dari 0,05, dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara variabel Trading Volume

Activity (TVA) sebelum dan sesudah pelaksanaan, artinya pelaksanaan Asean Games

2018 di Indonesia yang diselenggarakan pada tanggal 18 Agustus 2018 dapat

mempengaruhi pergerakan aktivitas volume perdagangan saham perusahaan manufaktur

sektor Consumer Goods. Begitu pula diketahui bahwa nilai Sig. (2-tailed) variabel Return

Saham sebesar 0,004 lebih kecil dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara variabel Return Saham sebelum dan sesudah pelaksanaan, artinya

pelaksanaan Asean Games 2018 di Indonesia yang diselenggarakan pada tanggal 18

Agustus 2018 dapat mempengaruhi pergerakan Return saham perusahaan manufaktur

sektor Consumer Goods.

Page 17: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

14

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

PEMBAHASAN

Perbedaan rata-rata volume perdagangan saham (Trading Volume Activity)

sebelum dan sesudah periode pelaksanaan Asean Games 2018

Sutrisno (2010) menjelaskan bahwa volume perdagangan merupakan suatu

instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi

melalui parameter volume saham yang diperdagangkan di pasar. Halim dan Hidayat

(2010) juga menjelaskan bahwa volume perdagangan (Vt) sebagai lembar saham yang

diperdagangkan pada hari t. Volume perdagangan saham merupakan salah satu indikator

yang digunakan dalam análisis teknikal pada penilaian harga saham dan suatu instrumen

yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui

parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan saham di pasar. Oleh karena itu,

perusahaan yang berpotensi tumbuh dapat berfungsi sebagai berita baik dan pasar

seharusnya bereaksi positif.

Deskripsi pergerakan aktivitas volume perdagangan saham sebelum dan sesudah

pelaksanaan Asean Games 2018 di Indonesia pada tanggal 18 Agustus 2018

menunjukkan penurunan. Hal ini diperkirakan beberapa sebab kenaikan atau penurunan

harga saham diantaranya antara lain aksi korporasi perusahaan (contohnya terjadinya

akuisisi, merger, right issue atau divestasi), proyeksi kinerja perusahaan pada masa

mendatang (tingkat dividen tunai, tingkat rasio utang, rasio nilai buku/Price to Book

Value, earnings per share, dan tingkat laba suatu perusahaan), kebijakan pemerintah

(seperti kebijakan ekspor impor, kebijakan perseroan, kebijakan utang, kebijakan

Penanaman Modal Asing), fluktuasi kurs rupiah terhadap mata uang asing bisa

berdampak positif ataupun negatif bagi perusahaan-perusahaan tertentu khususnya yang

memiliki beban utang mata uang asing akan dirugikan akibat melemahnya kurs rupiah

sering kali melemahkan harga-harga saham di Indeks Harga Saham Gabungan dan

kondisi fundamental ekonomi makro (contoh tingkat inflasi juga termasuk dalam salah

satu faktor kondisi ekonomi makro. Pengangguran yang tinggi yang diakibatkan faktor

keamanan dan goncangan politik juga berpengaruh secara langsung terhadap naik atau

turunnya harga saham.

Berdasarkan hasil uji beda dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara variabel Trading Volume Activity sebelum dan sesudah pelaksanaan

artinya pelaksanaan Asean Games 2018 di Indonesia yang diselenggarakan pada tanggal

Page 18: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

15

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

18 Agustus 2018 dapat mempengaruhi pergerakan aktivitas volume perdagangan saham

perusahaan manufaktur sektor Consumer Goods. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh oleh Sari, purnamawati dan Herawati (2017) yaitu

terdapat perbedaan rata-rata trading volume activity yang signifikan sebelum dan sesudah

peristiwa. Akan tetapi tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Octafilia

(2016) dan Purba dan Handayani (2017) yaitu tidak terdapat perbedaan Average Trading

Volume Activity sebelum dan sesudah peristiwa.

Perbedaan Return Saham sebelum dan sesudah periode pelaksanaan Asean Games

2018

Wahyudi (2003) menjelaskan bahwa return saham dapat dibedakan menjadi dua

yaitu return saham sesungguhnya (Actual Return) dan return yang diharapkan (Expected

Return). Return sesungguhnya merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung dari

selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya, sedangkan return yang

diharpkan adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan

datang. Return memiliki dua komponen yaitu Current Income dan Capital Gain. Bentuk

dari Current Income berupa keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang

bersifat periodik berupa deviden sebagai hasil kinerja fundamental perusahaan,

sedangkan Capital Gain berupa keuntungan yang diterima karena selisih antara harga

jual dan harga beli saham. Besarnya Capital Gain suatu saham akan positif, bilamana

harga jual dari saham yang dimiliki lebih tinggi dari harga belinya.

Deskripsi pergerakan return saham sebelum dan sesudah pelaksanaan Asean Games

2018 di Indonesia pada tanggal 18 Agustus 2018 menunjukkan penurunan. Penyebab lain

naik turunnya harga saham, antara lain pertama info-info manipulatif, berita ataupun

rumor serta sentimen pasar, kedua factor manipulasi pasar dan ketiga faktor kepanikan.

Berdasarkan hasil uji beda Paired Sample t Test dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara variabel Return Saham sebelum dan sesudah

pelaksanaan, artinya pelaksanaan Asean Games 2018 di Indonesia yang diselenggarakan

pada tanggal 18 Agustus 2018 dapat mempengaruhi pergerakan Return saham

perusahaan manufaktur sektor Consumer Goods. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Purba dan Handayani (2017) bahwa terdapat perbedaan

abnormal return bernilai negatif signifikan pada satu hari di sekitar tanggal peristiwa

Page 19: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

16

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

berarti bahwa pasar bereaksi terhadap peristiwa tersebut namun hanya bersifat sesaat dan

tidak berkepanjangan. Akan tetapi tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sari, purnamawati dan Herawati (2017) bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata

abnormal return yang signifikan sebelum dan sesudah peristiwa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Terdapat perbedaan yang signifikan variabel Trading Volume Activity (TVA)

sebelum dan sesudah pelaksanaan Asean Games 2018 di Indonesia yang

diselenggarakan pada tanggal 18 Agustus 2018 artinya pelaksanaan Asean Games

2018 mempengaruhi pergerakan aktivitas volume perdagangan saham perusahaan

manufaktur sektor Consumer Goods.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan variabel Return Saham sebelum dan sesudah

pelaksanaan Asean Games 2018 di Indonesia yang diselenggarakan pada tanggal 18

Agustus 2018 artinya pelaksanaan Asean Games 2018 mempengaruhi pergerakan

Return saham perusahaan manufaktur sektor Consumer Goods.

Saran

Saran-saran penelitian sebagai berikut : (1) Bagi investor, sebagai investor sebaiknya

terus memantau pergerakan harga saham dan selalu mencermati faktor-faktor

penyebab naik turunnya harga saham, hal ini setidaknya dapat menghinadri

resiko-resiko atau setidaknya mengantisipasi seminimal mungkin sehingga kerugian

yang ditanggung tidak sebesar bila sama sekali tidak tahu tentang faktor-faktor

tersebut. (2) bagi peneliti, sebaiknya menambah periode waktu pengamatan agar

hasil yang diperoleh lebih baik.

REFERENSI

Abdul Halim dan Nasuhi Hidayat, 2000. Studi Empiris Tentang Pengaruh Volume

Perdagangan dan Return Terhadap Bid-Ask Spread Saham Industri Rokok di BEJ

dengan Model Korelasi Kesalahan, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol, 3

hal.69-85.

Page 20: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

17

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Fahmi, Irham dan Yovi Lavianti Hadi. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi.

Bandung : Alfabeta

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Cetakan

Keempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegor

Japan's swimmer Ikee named Asian Games. MVP. Xinhuanet. Xinhuanet.com. 2

September 2018. Diakses tanggal 2 September 2018.

Jogiyanto. (2008). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kelima, BPFE.

Yogyakarta

Jogiyanto. 2012. Teori Portofolio dan Analisis Investasi: Edisi Ketujuh. Yogyakarta.

BPFE -Yogyakarta.

Kasmir. 2007. Dasar-dasar Perbankan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Kontan.co.id. 2018. Asian Games berpeluang mengerek saham consumer.

https://investasi.kontan.co.id/. Diakses pada tanggal 20 Juli 2018.

Legiman, Fachreza Muhammad, et al. 2015. Faktor-faktor yang mempengaruhi return

saham pada perusahaan agroindustry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2009-2012. Jurnal EMBA, vol.3 No.3.

Nany, Magdalena., Aris, M. Abdul. 2004. Pengujian Stabilitas Struktural Pengaruh

Harga Saham, Return Saham, Varian Return Saham, dan Volume Perdagangan

Saham Terhadap Bid Ask Spread Pra dan Pasca Pengumuman Laporan

Keuangan. Empirika. Vol. 17 No. 1. pp. 40-49.

Purba, Fransisko dan Siti Ragil Handayani. 2017. Analisis Perbedaan Reaksi Pasar

Modal Indonesia Sebelum Dan Sesudah Peristiwa Non Ekonomi (Studi pada

Peristiwa Politik Pilkada DKI Jakarta 2017 Putaran Kedua). Jurnal Administrasi

Bisnis (JAB) | Vol. 51 No. 1 Oktober 2017|

administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

Sawidji Widoatmodjo. 2012. Cara Cepat Memulai Investasi Saham Panduan Bagi

Pemula. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Sutrisno, Wang. (2010). Manajemen Keuangan, Teori, Konsep dan Aplikasi, Yogyakarta:

Ekonisia

Page 21: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

18

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Widiyanto, M.A (2013). Statistika Terapan, Jakarta : PT Elex Media Komputind

Wira, Desmond. 2018. Prospek Pasar Saham di Tahun 2018.

http://juruscuan.com

Page 22: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

19

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PADA PERUSAHAAN

DAERAH AIR MINUM (PDAM) KOTA SEMARANG

Tommy Akmal Syah

Dian Triyani

Fakultas Ekonomi_Jurusan Manajemen_Universitas Semarang

Diterima: November 2018. Disetujui: Desember 2018. Dipublikasikan: Januari 2019

ABSTRACT

This study aims to improve the quality of service of the Regional Water Company (PDAM) of

Semarang City. Due to the fact that in the last few months the people of Semarang City, especially PDAM

customers, complained about the crisis of clean water from the PDAM, which included a small amount of

water discharge, sometimes dirty and smelly water and water that often even for days did not flow.

This research was conducted with qualitative research methods with direct interviews with 6

informants namely 4 PDAM customers and 2 PDAM employees in Semarang City. By aiming to get valid

and balanced information between customers directly with PDAM employees to get the best research

results / solutions.

The results of this study indicate that most PDAM customers complained about the frequent flow of

PDAM water. And from the employees, the PDAM also acknowledged that the water discharge in the Water

Treatment Plant (IPA) in Kudu and in Kaligarang had a water crisis due to the long summer. Factors that

affect the quality of good service include Quality, Services, Services, Regional Companies, Service Support

Factors, service inhibiting factors, Workloads, Work Results and Work Systems. Therefore the PDAM

provides a solution by making 3 Drinking Water Treatment Systems (SPAM) which are expected to increase

the supply of clean water to PDAM customers.

Keywords: Quality, Service, PDAM

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Kota Semarang. Dikarenakan dalam beberapa bulan terakhir masyarakat Kota Semarang

Khususnya pelanggan PDAM mengeluhkan tentang krisis air bersih dari PDAM yang diantara nya debit air

yang sedikit, air yang terkadang kotor dan berbau serta air yang sering bahkan berhari-hari tidak mengalir.

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif dengan wawancara langsung terhadap 6

Informan yaitu 4 pelanggan PDAM dan 2 karyawan PDAM Kota Semarang. Dengan bertujuan agar

mendapatkan informasi yang valid dan berimbang antara pelanggan langsung dengan karyawan PDAM

utuk mendapatkan hasil penelitian / solusi yang terbaik.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pelanggan PDAM mengeluhkan tentang

sering nya air PDAM yang tidak mengalir. Dan dari pihak karyawan PDAM pun mengakui bahwa debit air

di Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Kudu dan di Kaligarang mengalami krisis air dikarenakan musim

panas yang panjang. Faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan yang baik diantaranya adalah Kualitas,

Jasa, Pelayanan, Perusahaan Daerah, Faktor Pendukung Pelayanan, Faktor penghambat pelayanan, Beban

Kerja, Hasil Kerja dan Sistem Kerja. Oleh karena itu PDAM memberikan solusi dengan membuat 3 Sistem

Pengolahan Air Minum (SPAM) yang diharapkan dapat menambah pasokan air bersih ke pelanggan

PDAM.

Kata Kunci : Kualitas, Pelayanan, PDAM

Page 23: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

20

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Latar belakang masalah

Bagi sebuah perusahaan, kualitas pelayanan merupakan suatu hal yang sangat

penting. Dengan memberikan kualitas pelayanan yang baik, maka akan menghasilkan

output yang baik pula bagi perusahaan. Salah satu cara yang dilakukan sebuah instansi

pemerintah atau dalam hal ini Perusahaan Daerah dalam meningkatkan kepuasan

pelanggan adalah memberikan pelayanan yang maksimal kepada semua pelanggan yang

bertujuan untuk memberikan pelayanan prima terhadap semua pelanggan perusahaan.

Kualitas pelayanan adalah sebuah tolak ukur dari pada sebuah kinerja perusahaan dalam

memberikan pelayanan yang baik terhadap pelanggannya. Dengan terciptanya pelayanan

yang baik dalam perusahaan menandakan bahwa perusahaan tersebut memiliki iklim

kerja yang positif. Hal ini disebabkan karena adanya karyawan dan usaha maksimal

yang memiliki keterikatan yang baik dengan perusahaan tempat ia bekerja. Maka mereka

akan memiliki antusiasme yang besar untuk bekerja, maka mereka akan memiliki

antusiasme yang besar untuk memberikan kualitas pelayanan yang tinggi dan baik,

bahkanterkadang jauh melamapaui tugas pokok yang tertuang dalam Standart

Operasional Perusahaan (SOP) kerja tiap karyawan.

Konsep kualitas secara luas tidak hanya menekankan pada aspek hasil tetapi juga

kualitas manusia dan kualitas prosesnya. Bahkan Stephen Uselac menegaskan bahwa

kualitas bukan hanya mencakup produk dan jasa, tetapi juga meliputi proses, linkungan

dan manusia.Meskipun tidak ada defenisi mengenai kualitas yang diterima secara

universal, dari defenisi-defenisi yang ada terdapat beberapa kesamaan, yaitu dalam

elemen-elemen yaitu Kualitas meliputi usaha mamenuhi atau melebihi harapan

pelanggan,kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan,kualitas

merupakan kondisi yang selalu berubah ( misalnya apa yang dianggap merupakan

kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada mendatang).Kualitas Produk

adalah kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya meliputi, daya tahan,

kehandalan, kemudahan operasi dan meningkatkan akurasi, serta atribut berharga

lainnya. Untuk meningkatkan kualitas produk perusahaan dapat melaksanakan program

“Total Quality Management (TQM)”. Selain mengurangi kerusakan produk, tujuan

utama adalah untuk meningkatkan kualitas nilai total pelanggan.Kualitas atau mutu

adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu. Istilah ini banyak digunakan

Page 24: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

21

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

dalam dalam bisnis, rekayasa, dan manufaktur dalam kaitannya dengan teknikdan konsep

untuk memperbaiki kualitas produk atau jasa yang dihasilkan, seperti Six Sigma, TQM,

Kaizen, dll.

Air sebagai sumber kehidupan mahluk hidup terutama manusia yang berkembang

dengan berbagai macam kebutuhan dasar manusia (basic human need). Air menjadi

kebutuhan primer yang diperlukan untuk kebutuhan sehari-hari seperti minum, masak,

mandi sampai kebutuhan pengolahan industri, sehingga fungsi air tidak hanya terbatas

untuk menjalankan fungsi ekonomi saja, namun juga sebagai fungsi sosial. Masyarakat

memang sudah dimanjakan dengan air yang melimpah karena Negara kita berada di

wilayah tropika basah yang curah hujannya cukup tinggi. Akan tetapi masyarakat banyak

yang tidak tahu kalau Negara Indonesia termasuk salah satu negara yang terancam krisis

air pada sepuluh tahun kedepan. Hal ini disebabkan karena semakin meluas dan parahnya

kerusakan DAS (Daerah Aliran Sungai),sehingga kemampuan menyerap, menyimpan

dan melepas air menjadi sangat rendah. Banjir di musim hujan dan kekeringan di musim

kemarau adalah indikator yang sangat nyata. Selain itu pertambahan penduduk,

penebangan liar, dan makin tipisnya lahan untuk menampung air merupakan ancaman

serius ketersediaan air di masa sekarang dan masa depan. Mengingat air merupakan

kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari, air memiliki peranan penting untuk

mendukung kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Tersedianya air yang memadai

akan mendorong perkembangan sector pembangunan di masyarakat. Program yang

dilakukanoleh PDAM baik didaerah perkotaan maupun dipedesaan mempunyai tujuan

untuk memberikan pelayanan pada masyarakat mendapatkan air bersih yang sehat dan

memadai untuk keperluan rumah tangga maupun industry untuk menunjang

perkembangan ekonomi dan derajat kesehatan penduduk. Fungsi sosial maupun fungsi

ekonomi yang dimiliki air dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari merupakan hal

yang penting untuk diperhatikan, karena seiring dengan pertambahan penduduk maka

kebutuhan air tidak dapat dipungkiri akan semakin meningkat. Maka dalam menyikapi

hal tersebut pemerintah mengelola sebuah perusahaan milik Negara yaitu Perusahaan

Daerah Air Minum yang biasanya lebih dikenal sebagai PDAM. PDAM tersebar

diseluruh daerah dan kota di Indonesia termasuk Kota Semarang yang merupakan

perusahaan milik pemerintah Kota Semarang.PDAM di Kota Semarang diberi nama

PDAM Tirta Moedal.

Page 25: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

22

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Program yang dilakukan oleh PDAM baik didaerah perkotaan maupun dipedesaan

mempunyai tujuan untuk memberikan pelayanan pada masyarakat mendapatkan air

bersih yang sehat dan memadai untuk keperluan rumah tangga maupun industri untuk

menunjang perkembangan ekonomi dan derajat kesehatan penduduk.

Kualitas sebagaimana diinterpretasikan ISO 9000 merupakan perpaduan antara sifat

dan karakteristik yang menentukan sejauh mana keluaran dapat memenuhi persyaratan

kebutuhan pelanggan.Pelanggan yang menentukan dan menilai sampai seberapa jauh

sifat dan karakteristik itu memenuhi kebutuhannya. Dalam hal pelayanan tentunya

PDAM salah satu perusahaan yang wajib memberikan pelayanan yang baik kepada

pelanggan mengingat PDAM penyuplai utama air bersih perkotaan. Menurut Fandy

Tjiptono (2012) mendefinisikan pelayanan (service) biasa dipandang sebagai sebuah

sistem yang terdiri atas dua komponen utama, yakni service operations yang kerap kali

tidak tampak atau tidak diketahui keberadaannya oleh pelanggan (back office atau

backstage) dan service delivery yang biasanya tampak (visible) atau diketahui pelanggan

(sering disebut pula front office atau frontstage). Menurut Fandy Tjiptono (2012)

mendefinisikan kualitas pelayanan adalah ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang

diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan. Definisi lain kualitas pelayanan

menurut Wyckof dalam Lovelock yang dikutipoleh Fandy Tjiptono(2012) merupakan

tingkat keunggulan (excellence) yang diharapkan dan pengendalian atas keunggulan

tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.

Sebagai salah satu perusahaan publik yang ada didaerah, PDAM pelayanan sangat

diperlukan kehadirannya bagi masyarakat, demikian pula halnya pentingnya keberadaan

PDAM di Kota Semarang. PDAM Tirta Moedal mengambil sumber air dari Sungai

Banjir Kanal Barat, sungai Jatibarang dan Sumber air Kudu (Genuk). Selain itu, PDAM

Tirta Moedal memperoleh bahan baku dari air tanah. Untuk saat ini pelayanan yang

diberikan oleh PDAM kepada masyarakat antara lain; pemasangan baru, perbaikan dan

pembayaran rekening serta pelayanan air itu sendiri. PDAM Tirta Moedal Kota

Semarang melayani 166215 pelanggan terhitung sampai bulan Desember 2016.

Page 26: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

23

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Gambar.1.

Keluhan Pelanggan PDAM Tirta Moedal

Bulan Januari – Juni 2018

0

1000

2000

3000

4000

5000

Jan-18 Feb-18 Mar-18 Apr-18 May-18 Jun-18

Column1

Column2

keluhan

Sumber : data Litbang PDAM Kota Semarang 2018

Berdasarkan data keluhan pelanggan pdam diatas terjadi kenaikan signifikan pada

bulan mei dan juni 2018. Pada bulan Januari tahun 2018 keluhan pelanggan PDAM

terhadap kualitas pelayanan PDAM telah terjadi sebanyak 567 keluhan. Pada bulan

Februari 2018 terdapat keluhan sebanyak 499 laporan. Bulan Maret naik kembali menjadi

542 laporan keluhan, bulan April naik hingga 699 keluhan. Di bulan Mei 2018 naik

hampir 3x lipat menjadi 1669 laporan keluhan masyarakat dan di bulan Juni 2018 terjadi

kenaikan 3x lipat lebih dari bulan mei lalu menjadi 4003 keluhan masyarakat Kota

Semarang. Ini menjadi pertanda bahwa kualitas pelayanan PDAM Kota Semarang di

awal tahun 2018 sangat tidak memuaskan karena banyaknya laporan keluhan Masyarakat

terhadap Kualitas Pelayanan yang diberikan PDAM Kota Semarang.

Harapan PDAM untuk memenuhi kebutuhan masyarakat ternyata belum sejalan

dengan kenyataan yang ada pada perilaku pelanggan dalam menyikapi pelayanan yang

telah diberikan oleh PDAM. Masih banyak para pelanggan Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM), mengeluhkan pelayanan yang diberikan oleh pihak PDAM. Menurut

sumber dari harian Suara Merdeka ( kamis 19 april 2018 ) bahwa konsumen PDAM

mengeluhkan pelayanan PDAM diantaranya yaitu “ akhir akhir ini air PDAM di Gemah

Pedurungan sering tidak mengalir dan keruh. Sebagai konsumen, kami sangat kecewa

Page 27: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

24

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

dengan kinerja PDAM. Pelayanan seyogyanya semakin baik bukan sebaliknya” . dalam

keluhan masyarakat yang sama terdapat laporan “ PDAM di Perumahan Medoho City

Park sudah tidak mengalir dalam waktu semiggu”.

Sementara itu dalam laporan lain menyebutkan bahwa seplai air PDAM macet lagi

khusus nya di wilayah Semarang Timur. Hal ini dikarenakan pasokan air dari Bendung

Klambu ke Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kudu di Jl Kramat Raya, Kudu, Kecamatan

Genuk, terganggu. Evaluasi di bendung Klambu pada hari minggu (5/6) pagi berkisar

15,53 meter. Realisasi air yang dapat diberikan untuk intake Saluran Air Baku (SAB) ke

IPA Kudu sebanyak 300 liter/detik, dari kebutuhan minimal 900 liter /detik. (Harian

Suara Merdeka senin 7 Mei 2018)

Keluhan paling banyak yaitu karena minimnya pasokan air ke banyak wilayah. Tidak

hanya di Semarang timur saja yang minim tetapi juga terdapat pada daerah seperti

Gunung Pati, Semarang Utara, Semarang Tengah, Mijen dan hampir seluruhnya, merata

di wilayah Kota Semarang. Pemerintah Kota Semarang langsung menyidak salah satu

Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Kudu, Genuk. Dan walikota Semarang (Hendrar

Prihadi) langsung mengecek sistem distribusi air PDAM Kota Semarang karena sudah 2

minggu berturut-turut distribusi Air PDAM tidak mengalir ke mayoritaas penduduk

Semarang. Dan beliau menuturkan bahwa evaluasi akan terus dilakukan. ( instagram

@hendrarprihadi 7 Mei 2018 ).

Terhadap keluhan yang diberikan oleh pelanggan, Pihak PDAM menggolongkan

keluhan tersebut menjadi dua sesuai dengan beratnya masalah, yaitu; keluhan yang dapat

langsung ditangani dan pending (menunggu). Keluhan yang langsung dapat ditangani

PDAM misalnya kebocoran pipa pelanggan. Jika keluhan yang harus menunggu atau

pending commit to user terjadi karena memerlukan waktu beberapa hari untuk

melakukan pengecekan terlebih dahulu untuk mengetahui sumber permasalahannya.

(Sumber : koran Suara Merdeka edisi tanggal 8 mei 2018)

PDAM sebagai public service dirancang dan diselenggarakan untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat. Dengan membangun kinerja pelayanan publik yang baik,

sesungguhnya perusahaan bisa membangun hubungan baikdengan masyarakat dan

legitimasinya dimata publik. Walaupun begitu anggapan masyarakat tentang PDAM

selalu memperoleh keuntungan tidak memikirkan masyarakat sudah terlanjur melekat.

Page 28: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

25

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Sehingga perlu dilakukan perubahan-perubahan supaya masyarakat mengetahui kondisi

sebenarnya yang dihadapi PDAM.

Salah satu yang memperburuk krisis sampai saat ini adalah buruknya kepercayaan

masyarakat terhadap aparatur pemerintah terutama di sektor pelayanan publik. Sehingga

muncul sikap, anggapan dan penilaian terhadap pemerintahan. Misalnya kesan bahwa

birokrasi adalah prosedur yang berbelit-belit dan mempersulit urusan. Adanya nepotisme,

kolusi dan korupsi dalam sektor pelayanan publik. Bahkan dalam pelayanan publik sering

muncul penawaran-penawaran yang dapat mempermudah suatu proses yang seharusnya

melalui berbagai proses tetapi dipermudah.

Seiring dengan adanya globalisasi ini, masalah kualitas merupakan salah satu bagian

penting dan sangat perlu mendapat perhatian yang serius bagi setiap perusahaan untuk

tetap bisa bertahan dalam lingkungan bisnis. Masyarakat sebagai pelanggan PDAM

menuntut kualitas pelayanan yang cepat dan hasil produksi yang baik. Sebagai pelanggan

PDAM, masyarakat akan merasakan kejenuhan bila hasil produksi, pelayanan publik

tidak memuaskan sehingga pelanggan akan memilih jalan keluar lain seperti pemasangan

air sumur. Hal tersebut dapat berdampak pada penurunan jumlah pelanggan.

PDAM merupakan perusahaan yang dikelola oleh pemerintah daerah yang dalam

pengoperasiannya sebagai badan pelayanan masyarakat. PDAM sebagai organisasi

sektor publik mengutamakan pemenuhan kepuasan masyarakat melalui penyediaan

barang dan pelayanan publik yang berkualitas dengan harga yang terjangkau. Dalam

rangka memenuhi kepuasan pelanggan PDAM harus mampu mengidentifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan kemudian membuat

ukuran-ukuran kepuasan tersebut, karena tujuan organisasi sektor publik adalah untuk

menciptakan kesejahteran masyarakat (welfare society).

Dengan adanya langkah perbaikan kualitas maka suatu perusahaan dapat

menyelenggarakan kearah yang lebih baik (good governance). Good governance oleh

LAN mendefinisikan dengan dua pengertian yaitu, pertama: nilai-nilai yang

menjunjung tinggi kehendak rakyat dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan

rakyat dalam mencapai tujuan nasional, kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan

keadilan sosial dan; kedua:aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efisien dan

efektif dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

Page 29: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

26

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Sebagian masyarakat Kota Semarang sendiri memandang bahwa pelayanan PDAM

dianggap belum bisa memberikan hasil produksi yang baik. Karena masyarakat lebih

cenderung melihat pada hasil akhir produksi. Munculnya berbagai keluhan dan sorotan

publik terhadap pelayanan yang dilakukan oleh PDAM Tirta Moedal merupakan

tantangan bagi instansi tersebut untuk meningkatkan kualitasnya. Untuk mengetahui

kualitas pelayanan PDAM, maka dari itu itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

mengenai Kualitas Pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Moedal

Kota Semarang.

Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka judul yang diambil dalam penelitian

ini adalah : “UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PADA

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KOTA SEMARANG”.

Perumusan Masalah

Berpijak pada uraian latar belakang dan pengamatan pada Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) Kota Semarang yang merupakan perusahaan daerah Kota Semarang

yang bergerak di bidang pelayanan air bersih adalah perusahaan mengalami penurunan

kualitas dalam pelayanan kepada pelanggan air bersih PDAM Kota Semarang dengan

ditandai oleh banyaknya laporan keluhan masyarakat tentang kualitas pelayanan

perusahaan yang menurun.

Sehubungan dengan latar belakang pemikiran yang telah diuraikan diatas, maka bisa

dirumuskan masalah penelitian adalah bagaimana PDAM dapat menaikkan atau

meningkatkan kualitas pelayanan sehingga keluhan pelanggan menurun ?.

Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian ini adalah :

1. Faktor apa sajakah yang menjadi masalah dalam Kualitas Pelayanan di

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Semarang?

2. Bagaimana solusi dari Perusahaan Daeraah Air Minum (PDAM) Kota

Semarang untuk mengatasi keluhan Masyarakat Kota Semarang terhadap

Kualitas Pelayanan yang diberikan ?

Page 30: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

27

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Gambar 2.

Alur penelitian

Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan jenis

data kualitatif, sebab penelitian ini berusaha untuk menjelaskan suatu fakta atau realita

fenomena sosial tertentu sebagaimana adanya dan memberikan gambaran secara objektif

tentang keadaan atau permasalahan yang mungkin dihadapi. Ini sesuai dengan jenis

penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai kualitas pelayanan

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Moedal Kota Semarang, maka bentuk

penelitian deskriptif yang memaparkan, menerangkan, menggambarkan, dan melukiskan

serta menafsirkan dan menganalisis data dengan jenis data kualitatif yang ada merupakan

bentuk penelitian yang sesuai.

Page 31: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

28

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di kanor pusat Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) di jalan Kelud Raya Kota Semarang. Penulis mengambil lokasi penelitian di

Perusahaan Daerah Air Minum karena perusahaan tersebut merupakan merupakan

perusahaan yang bertanggung jawab dalam memberikan dan menyediakan pelayanan air

bersih dan air minum di Kota Semarang. Di situ pula kantor pusat perusahaan air minum

yang memberikan jasa pelayanan dan karena masih adanya simpang siur di masyarakat

tentang kualitas PDAM.

Sumber Data dan Pemilihan Informan

Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia (narasumber) sangat penting

perannya sebagai individu yang memiliki informasinya. Peneliti dan narasumber disini

memiliki posisi yang sama dan narasumber bukan sekedar memberikan tanggapan pada

yang diminta peneliti, tetapi ia lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi

yang ia miliki. (H.B. Sutopo, 2002:50)

Adapun sample atau informan dalam penelitian ini adalah orang orang yang benar

benar mengerti dan mengalami dampak daripada menurunnya Kualitas pelayanan

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Semarang. Diantaranya yaitu ada sebagian

daripada karyawan PDAM itu sendiri sebagai petugas dan Masyarakat umum yang

merasakan dampak dariapda krisis pelayanan air di PDAM kota Semarang.

Pembahasan

Berdasarkan pola yang ada, peneliti menemukan temuan-temuan konsep atau

variabel yang muncul dari hasil wawancara yang berkenaan dengan Upaya

Peningkatkan Kualitas Pelayanan di Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Moedal (

PDAM ) Kota Semarang yang telah peneliti lakukan. Adapun variabel-variabel tersebut

adalah sebagai berikut :

Page 32: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

29

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

1. Kualitas

Goetsch & Davis (dalam Fandy Tjiptono & Gregorius Chandra 2005 : 110), kualitas

adalah kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,jasa, sumber daya manusia,

proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Dari definisi

tersebut dapat disimpulkan ada beberapa elemen yang sama mengenai definisi kualitas,

yaitu :

1. Kualitas meliputi usaha untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

2. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan. Kualitas

merupakan kondisi yang selalu berubah

Kualitas adalah sebuah kata bagi penyedia jasa merupakan sesuatu yang harus

dikerjakan dengan baik. Aplikasi kualitas sebagai sifat dari penampilan produk barang

atau jasa merupakan bagian utama strategi perusahaan dalam rangka meraih keunggulan

yang berkesinambungan, baik sebagai pemimpin pasar ataupun sebagai strategi untuk

terus tumbuh. Maka dari itu, yang perlu diperhatikan dalam pengembangan dan

peningkatan adalah sistem kualitas yang meliputi, perencanaan, pengendalian, dan

perbaikan kualitas.

Di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Semarang pada tahun ini belum

memberikan kualitas yang memuaskan, bisa dilihat dari grafik keluhan pelanggan PDAM

dibawah ini :

Gambar 3

Grafik Keluhan Pelanggan PDAM

Tirta Moedal Bulan Januari – Juni 2018

Sumber : Data Litbang PDAM Kota Semarang tahun 2018

Page 33: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

30

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

2. Pelayanan

Pelayanan menurut Ratminto dan Atik (dalam Modul Manajemen Pelayanan, 2006)

adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang

memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan

kebehasilan. Setiap pelayanan menghasilkan (produk), baik berupa barang dan jasa. Hasil

pelayanan berupa jasa tidak dapat diinventarisasi, ditumpuk, atau digudangkan

melainkan hasil tersebut diserahkan secara langsung kepada pelanggan atau konsumen.

Dalam hal pelayanan diberikan dengan tidak optimal maka pelayanan tidak dapat

diulangi, karena pelayanan diberikan secara langsung kepada pelanggan. Pelanggan

adalah semua orang yang menuntut kita atau perusahaan untuk memenuhi standar

kualitas tertentu, dan karena itu akan memberikan pengaruh pada perfomance kita atau

perusahaan.

Masyarakat pengguna air PDAM khususnya Pelanggan PDAM Kota Semarang ingin

pelayanan PDAM terkait masalah air bersih selalu di tingkatkan. Dalam temuan

wawancara banyak dikeluhkan di sektor seringnya air mati terutama di musim kemarau.

Dalam hal ini PDAM harus memiliki tambahan sumber air untuk mengantisipasi

minimnya debit air / pasokan air ke pelanggan-pelanggan PDAM agar air tidak sering

mati. Karena air mati tidak hanya berjam jam saja, tapi bisa sampai berhari-hari.

3. Kualitas Pelayanan (Jasa)

Dalam jurnalnya, Tracey S. Dagger, Jillian C. Sweeney, Laster W. Johnson (2007)

mengemukakan Persepsi kualitas pelayanan didefinisikan secara umum sebagai penilaian

atau kesan konsumen terhadap kebaikan atau superioritas suatu hal. Penilaian ini selalu

menggambarkan ketidaksesuaian antara pelayanan yang diharapkan pelanggan dan

kinerja pelayanan sebenarnya. Agar pelayanan memiliki kualitas dan memberikan

kepuasan kepada pelanggan mereka, maka perusahaan harus memperhatikan berbagai

dimensi yang dapat menciptakan dan meningkatkan kualitas pelayanannya. Jasa menurut

Kotler dan Keller yang diterjemahkan oleh Bob Sabran (2012) jasa atau layanan adalah

semua tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain yang

pada intinya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun produksinya

dapat atau tidak terkait dengan produk fisik.

PDAM dalam jasa nyatelah memberikan jasa pengolahan air minum yang baik,

tetapi dalam temuan beberapa narasumber bahwa air masih berbau, dan berwarna (tidak

Page 34: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

31

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

jernih). Hal ini harus sangat diperhatikan karena dapat menyebabkan penyakit bila air

tersebut dikonsumsi oleh masyarakat.

4. Perusahaan Daerah

UU No.5 tahun 1962 tentang perusahaan daerah menyebutkan bahwa sifat

perusahaan daerah diantaranya adalah memberi jasa, penyelenggaraan kemanfaatan

umum, dan memupuk pendapatan. Perusahaan Daerah adalah semua perusahaan yang

didirikan berdasarkan UU No.5/1962 yang seluruh atau sebagian modalnya merupakan

kekayaan daerah yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan

Undang-Undang.

PDAM yang merupakan lembaga pemerintah berbentuk perusahaan daerah memiliki

sifat yang dijelaskan dalam pasal5 UU No. 5 / 1962, sebagai berikut:

1. Perusahaan Daerah adalah satu kesatuan produksi yang bersifat:

a. Memberi jasa

b. Menyelenggarakan kemanfaatan umum

c. Memupuk pendapatan

2. Tujuan Perusahaan Daerah adalah untuk turut serta melaksanakan pembangunan

daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional pada umumnya untuk

memenuhi kebutuhan rakyat dengan mengutamakan industrialisasi dan ketentraman

serta ketenangan kerja dalam perusahaan, menuju masyarakat adil dan makmur.

PDAM Kota Semarang adalah perusahaan daerah milik Pemerintah Kota Semarang.

PDAM wajib memberi jasa, penyelenggaraan kemanfaatan umum, dan memupuk

pendapatan. Perusahaan Daerah adalah semua perusahaan yang didirikan berdasarkan

UU No.5/1962. Tetapi Perusahaan Daerah Khususnya PDAM juga wajib memperhatikan

Kualitas Pelayanan kepada pelanggan-pelanggan nya agar tidak menjadi sebuah masalah

yang saat ini sedang dihadapi PDAM. Dengan melalui program pembangunan Sistem

Penyedia Air Minum (SPAM) diharapkan dapat mewujudkan tugas pokok Perusahaan

daerah dengan memberi jasa, penyelenggaraan kemanfaatan umum, dan memupuk

pendapatan di Kota Semarang.

Page 35: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

32

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

5. Faktor Pendukung Pelayanan

Pelayanan yang baik tidak terlepas dari faktor-faktor pendukung, baik itu fasilitas

fisik maupun sumber daya manusia. Beberapa faktor pendukung tersebut, yaitu : (H.A.S.

Moenir, 2000)

1. Faktor kesadaran.

Adanya kesadaran dapat membawa seseorang kepada keikhlasan dan kesungguhan

dalam menjalankan suatu tugas baik tertulis maupun tidak tertulis, mengikat semua

orang dalam organisasi kerja. Oleh karena itu, dengan adanya kesadaran pada

pegawai atau petugas diharapkan mereka melaksanakan tugas dengan keikhlasan,

kesungguhan dan kedisiplinan.

2. Faktor aturan.

Dalam organisasi kerja aturan dibuat oleh manajemen sebagai pihak yang berwenang

dan mengatur segala sesuatu yang ada di organisasi tersebut. Setiap aturan

menyangkut terhadap manusia baik sebagai subyek aturan, artinya mereka yang

membuat, menjalankan dan mengawasi pelaksanaan aturan maupunmanusia sebagai

obyek aturan, yaitu mereka yang dikenai oleh aturan itu.

3. Faktor Organisasi.

Dalam organisasi pelayanan, organisasi tidak semata-mata dilihat sebagai

perwujudan susunan organisasi, melainkan lebih banyak pengaturan dan mekanisme

kerjanya yang harus mampu menghasilkan pelayanan yang memadai. Karena

organisasi adalah mekanisme maka perlu adanya sarana pendukung yang berfungsi

memperlancar mekanisme itu, yaitu sistem,prosedur, dan metode

4. Faktor Pendapatan.

Pendapatan adalah seluruh penerimaan seseorang sebagai imbalan atas tenaga atau

pikiran yang telah dicurahkan untuk orang lain atau badan/ organisasi dalam jangka

waktu tertentu. Pada dasarnya pendapatan harus dapat memenuhi kebutuhan hidup

baik untuk dirinya maupun untuk keluarga. Pendapatan pegawai yang tidak

mencukupi kebutuhan hidup meskipun secara minimal akan mengakibatkan pegawai

berusaha mencaritambahan pendapatan dengan cara menjual jasa pelayanan.

Page 36: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

33

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

5. Faktor kemampuan dan ketrampilan.

Dengan kemampuan dan ketrampilan yang memadai maka pelaksanaan tugas /

pekerjaan dapat dilakukan dengan baik,cepat dan memenuhi keinginan semua pihak,

baik manajemen itu sendiri maupun masyarakat.

6. Faktor sarana pelayanan.

Sarana pelayanan yang dimaksud di sini adalah sejenis peralatan, perlengkapan kerja

dan fasilitas lain yang berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam pelaksanaan

pekerjaan dan juga berfungsi sosial dalam rangka kepentingan orang-orang yang sedang

berhubungan dengan organisasi kerja itu.

PDAM Kota Semarang harus memperhatikan faktor faktor tersebut agar keluhan

masyarakat terhadap kualitas pelayanan PDAM dapat ditingkatkan. Terutama

pembangunan IPA (Instalasi Pengolahan Air) dan pembangunan SPAM di 3 lokasi di

Kota Semarang. Karena 2 cara tersebut adalah solusi terbaik untuk mengatasi minimnya

pasokan air ke pelanggan pelanggan PDAM Kota Semarang.

7. Faktor Penghambat Pelayanan Umum

Persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan

maupun instansi pelayanan umum merupakan dasar usaha peningkatan kualitas

pelayanan. Adapun faktor-faktor yang menghambat kualitas layanan dapat

diidentifikasikan sebagai berikut : (Zulian Yamit, 2001)

1. Kurang otoritas yang diberikan pada bawahan.

2. Terlalu birokrasi sehingga lambat dalam menanggapi keluhan konsumen.

3. Bawahan tidak berani mengambil keputusan sebelum ada ijin dari atasan.

4. Petugas sering bertindak kaku dan tidak memberi jalan keluar yang baik.

5. Petugas sering tidak ada di tempat pada waktu jam kerja sehingga sulit untuk

dihubungi.

6. Banyak interest pribadi.

7. Budaya tip.

8. Aturan main yang tidak terbuka dan tidak jelas.

9. Kurang profesional (kurang terampil dalam menguasai bidangnya).

10. Banyak instansi atau bagian lain yang terlibat.

11. Disiplin kerja sangat kurang dan tidak tepat waktu.

12. Tidak adanya keselarasan antar bagian dalam memberikan pelayanan.

Page 37: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

34

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

13. Kurang kontrol sehingga petugas agak “nakal”.

14. Ada diskriminasi dalam memberikan pelayanan.

15. Belum ada Sistem informasi Manajemen (SIM) yang terintegrasi.

Keseluruhan faktor penghambat tersebut dapat dijadikan perusahaan sebagai alat

untuk memperbaiki atau mengurangi kesenjangan yang terjadi antara perusahaan dan

pelanggan.

Dari sekian banyak faktor penghambat pelayanan di PDAM Kota Semarang adalah

panjang nya waktu musim kemarau yang ada di wilayah Kota Semarang yang berdampak

pada kurang nya air yang diolah oleh PDAM sehingga pasokan air yang akan di

distribusikan ke pelanggan PDAM menjadi berkurang. Dengan masalah tersebut maka

disimpulkanlah pembangunan SPAM yang diharapkan dapat menambah pasokan air ke

pelanggan PDAM agar saat musim kemarau tiba PDAM masih memiliki cadangan air

bersih untuk disalurkan ke pelanggan PDAM Kota Semarang.

8. Sistem Kerja

Iwan irawan (2010) menyebutkan bahwa Sistem kerja adalah serangkaian dari

beberapa pekerjaan yang berbeda kemudian dipadukan untuk menghasilkan suatu benda

atau jasa yang menghasilkan pelanggan atau keuntungan perusahaan/organisasi. Sistem

kerja melibatkan banyak faktor manusia dan adanya keterkaitan pola kerja manusia

dengan alat atau mesin, faktor-faktor yang dikombinasikan antara manusia dan alat

tersebut suatu prosedur atau tahapan kerja yang sudah tetap dan di dokumentasikan

sehingga menghasilkan suatu sistem kerja yang konsisten dan dapat menghasilkan hasil

kerja yang berkualitas. Semakin baik sistem kerja yang diterapkan dalam suatu

perusahaan, semakin baik pula kualitas kerja yang dihasilkan, semakin baik kualitas kerja

yang dihasilkan maka semakin baik pula kualitas pelayanan yang dihasilkan oleh PDAM

Kota Semarang.

Sistem kerja di PDAM Kota Semarang sudah memenuhu syarat dan SOP dari

Pemerintah Kota Semarang. Mengenai buruknya dan banyaknya keluhan yang ada

disebabkan karena faktor alam dan panjangnya musim kemarau khususnya di Kota

Semarang. Hasilnya debit air menurun, lalu pasokan air ke konsumen menjadi berkurang

dan berujung beberapa daerah di Kota Semarang kekurangan air atau air mati.

Page 38: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

35

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

9. Kualitas Hasil Kerja

Sulistiyani dan Rosidah (2009) menyatakan bahwa kualitas pekerjaan merupakan

bagian substansi yang tidak dapat diabaikan. Sementara Wirawan (2009) menyatakan

bahwa kualitas melukiskan seberapa baik atau seberapa lengkap hasil harus dicapai.

Dalam mengukur kinerja berdasarkan kualitas dari hasil, dilakukan identifikasi

bagaimana pencapaian kualitas pekerjaan yang dilakukan artinya melihat mutu hasil kerja

yang didasarkan pada standar yang didasarkan pada standar yang ditetapkan. Kualitas

kerja diukur dengan melihat ketetapan ketelitian, kerapihan, dan keberhasilan hasil

pekerjaan sesuai dengan standar kualitas yang diharapkan.hal ini yang perlu dicermati

oleh karyawan PDAM Kota Semarang dalam bekerja. Dengan adanya masalah yang

dihadapi oleh PDAM diharapkan para karyawan dapat meningkatkan pekerjaan di sektor

Pengawasan, Penelitian dan Pengembangan (litbang) distribusi dan sektor sektor lain

agar kualitas pelayanan PDAM dapat membaik dan masyarakat Kota Semarang tidak

resah lagi terhadap masalah Air PDAM.

10. Beban Kerja

Beban kerja kualitatif, jika pekerja merasa tidak mampu melaksanakan tugas atau

tugas tidak menggunakan keterampilan atau potensi dari pekerja. (Tulus Winarsunu,

2008) Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan

oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu Sunarso

(2010).

Sedangkan menurut Permendagri No. 12/2008, beban kerja adalah besaran pekerjaan

yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit organisasi dan merupakan hasil kali antara

volume kerja dan norma waktu. Untuk di PDAM Tirta Moedal Kota Semarang sendiri,

beban kerja yang diberikan kepada pegawai terbilang sangat ringan seperti hal nya PNS

pada umumnya. Khususnya pada bagian unit IPA yang ada di daerah Kudu dan Semarang

Barat yang pekerjaan nya mengecek kesediaan supplay air, dan debit air. Mereka juga

diberikan rumah dinas di daerah dekat IPA tersebut agar pengawasan lebih optimal.

Bandingkan dengan pegawai di bagian lain yang tidak memiliki rumah dinas. Walaupun

dengan sistem kerja shift, para pegawai di bagian pengecekan dan pengawasan IPA

sangat senang. Karena tidak perlu membeli rumah dan waktu tempuh tempat kerja

tergolong sangat dekat.

Page 39: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

36

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Kesimpulan

Faktor Utama dalam meningkatkan Kualitas Pelayanan pada PDAM Tirta Moedal

Kota Semarang adalah pembuatan Sistem Penyedia Air Minum (SPAM). Jika perusahaan

telah memiliki banyak lokasi untuk pengolahan air bersih di Kota Semarang maka

permasalahan yang dihadapi PDAM terkait minim nya debit/pasokan air ke pelanggan

PDAM akan dapat teratasi. Karena masalah paling utama yang dihadapi PDAM adalah

pada waktu musim kemarau/ panas, debit air di Kota Semarang sangat minim. Oleh

karena itu maka dibangun lah 3 SPAM di Kota Semarang. Lalu Untuk membangun

Kualitas Pelayanan agar selalu baik maka faktor-faktor pembentuk nya antara lain :

a. Kualitas ( Quality )

Adalah sebuah kata bagi penyedia jasa merupakan sesuatu yang harus dikerjakan

dengan baik.

b. Pelayanan ( Service )

Adalah menolong menyediakan segala apa yang diperlukan orang lainseperti

pelanggan atau pembeli.

c. Jasa ( Services )

Adalah semua tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak

lain yang pada intinya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun

produksinya dapat atau tidak terkait dengan produk fisik.

d. Perusahaan Daerah ( Regional Company )

Perusahaan daerah menyebutkan bahwa sifat perusahaan daerah diantaranya adalah

memberi jasa, penyelenggaraan kemanfaatan umum, dan memupuk pendapatan

e. Faktor Pendukung Pelayanan ( Service Supporting Factors )

Adalah faktor-faktor pendukung yang sangat penting yang apabila dari salah satu

dari faktor tersebut tidak ada, maka pelayanan akan sangat terasa kurang maksimal.

Page 40: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

37

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

f. Faktor penghambat pelayanan ( Inhibiting Factors of Service )

Keseluruhan faktor penghambat tersebut dapat dijadikan perusahaan sebagai alat

untuk memperbaiki atau mengurangi kesenjangan yang terjadi antara perusahaan dan

pelanggan

g. Sistem Kerja ( Work System )

Adalah serangkaian dari beberapa pekerjaan yang berbeda kemudian dipadukan

untuk menghasilkan suatu benda atau jasa yang menghasilkan pelanggan atau

keuntungan perusahaan/organisasi

h. Kualitas Hasil Kerja ( Work Quality Results )

Dalam mengukur kinerja berdasarkan kualitas dari hasil, dilakukan identifikasi

bagaimana pencapaian kualitas pekerjaan yang dilakukan artinya melihat mutu hasil

kerja yang didasarkan pada standar yang didasarkan pada standar yang ditetapkan

i. Beban Kerja ( WorkLoad )

Adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit

organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

Dengan Adanya Sistem dan penerapan pelayanan dan kinerja yang baik maka

terbentuklah Kualitas Pelayanan yang memuaskan bagi pelanggan sebagai suatu konsep

yang memiliki andil besar dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan di Perusahaan Daerah

Air Minum (PDAM) Kota Semarang.

Saran

Bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Moedal Kota Semarang :

1. Diharapkan terus meningkatkan Kualitas Pelayanan terhadap pelanggan –

pelanggan nya. Sehingga dapat menjadi contoh yang baik kepada BUMD di Kota

Semarang.

2. Diharapkan lebih meningkatkan sistem kerja terkait dengan upaya peningkatan

Kualitas Pelayanan dengan melakukan pemutakhiran sarana dan prasarana alat-alat

produksi guna semakin meningkatkan kepuasan pelanggan.

Page 41: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

38

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

3. Diharapkan lebih meningkatkan pelayanan di bidang Custamer Service, pengecekan

pipa-pipa dan penanganan cepat terkait keluhan Masyarakat untuk meningkatkan

Kualitas Pelayanan kepada Pelanggan PDAM Kota Semarang.

4. Diharapkan terus mempercepat pembangunan Sistem Penyedia Air Minum (SPAM)

untuk mengatasi keluhan masyarakat terkait air yang tidak mengalir karena minim

nya debit air di Kota Semarang Saat Musim Panas/Kemarau.

5. Diharapkan lebih cepat taggap dalam menanggapi laporan warga yang membutuhkan

pasokan Air Bersih saat Musim Panas dengan mengirim mobil air tandon PDAM ke

pemukiman pelanggan khususnya daerah Semarang atas ( Banyumanik, Gunung

Pati, Mijen )

6. Diharapkan terus mempererat dan mempertahankan hubungan kekeluargaan yang

sudah terjalin sangat baik antar para pegawai PDAM dan melakukan Tugas-tugas

Kerja sesuai SOP, bekerja dengan penuh tanggung jawab terhadap tugas nya

sehingga dapat menjadi contoh BUMD dalam upaya peningkatan Kalitas Pelayanan

yang baik di Kota Semarang.

Keterbatasan Penelitian

Adapun Keterbatasan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah minim nya

informasi yang didapatkan dari berbagai kator cabang PDAM di Kota Semarang. Dan

Peneliti hanya mendapatkan informasi dari kantor melalui Bagian Penelitian dan

Pembangunan (LitBang) dikarenakan di bagian itulah pusat segala informasi

pengembangan PDAM ada. Tetapi peneliti juga mendapat sumber informasi dari

Custamer Service PDAM dan beberapa sosial media yang terus memberikan keluhan nya

ke PDAM, sehingga peneliti merasa cukup informasi dalam menyusun Skripsi dan

membuat latar belakang masalah.

Page 42: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

39

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Agenda Peneliti yang akan datang

Agenda Penelitian yang akan dilaksanakan mendatang adalah pada penelitian

selanjutnya dapat dipertimbangkan untuk menambah informan agar dapat menambah

upaya peningkatan Kualitas Pelayanan yang secara teoritis memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap kepuasan pelanggan PDAM. Selain itu pertimbangan lain adalah

menambah informasi dari kantor cabang PDAM Kota Semarang untuk lebih

mendapatkan menambah informasi guna peningkatan hasil penelitian yang dilakukan.

Daftar Pustaka

Fandy Tjiptono, Gregorius Chandra, 2011, Service, Quality and Satisfaction, edisi 3,

Jakarta, Andi

Tracey S. Dagger, Jillian C. Sweeney, Laster W. Johnson ,2007, A Hierarchical Model of

Health Service Quality: Scale Development and Investigation of an Integrated Model,

journal of service research

Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane, (2013), Marketing Management, 14th Edition,

Pearson E

Ratminto dan Atik Septi Winarsih. 2006. Manajemen Pelayanan, Pengembangan Model

Konseptual, Penerapan Citizen’s Charter dan Standar Pelayanan Minimal. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.education Limited.

Moenir.(2000). Manajemen Pelayanan Publik. Jakarta: Bina Aksara.

Yamit, Zulian. 2004. Manajemen Kualitas: Produk dan Jasa. Yogyakarta: Ekonisi

Sulistiyani, Ambar Teguh dan Rosidah .2009. Manajemen Sumber Daya Manusia.

Konsep, Teori dan Pengembangan dalam Konteks Organisasai Publik,

Edisi kedua. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sunarso dan Kusdi. 2010. Pengaruh Kepemimpinan, Kedisiplinan,Beban Kerja dan

Motivasi Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar. Jurnal Manajemen SD Fakultas

Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta Vol.4 No.1 Juni 2010 : 72-79.

Page 43: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

40

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI DAN DANA

BANTUAN PEMERINTAH TERHADAP PENINGKATAN INDEKS

PEMBANGUNAN MANUSIA

Sri Ramadhani, SE., M.Si., CA1

Cahyo Utomo, SE., M.Si., Ak.2

Universitas Unisbank Semarang

[email protected]

www.unisbank.ac.id2

Diterima: November 2018. Disetujui: Desember 2018. Dipublikasikan: Januari 2019

ABSTRACT

The purpose of this study is to identify and analyze whether Regional Original Income, Allocation

Funds and government assistance can increase the human development index. The analytical method used

is multiple regression by carrying out the classical assumption test method before collecting the best

research model. The research sample was 15 districts / cities in Central Java Province. Human

Development Index data was obtained from the Indonesian Central Statistics Agency. The results of this

study concluded that Regional Original Revenue and Allocation Funds simultaneously influence the

Human Development Index. The results are consistent with the research hypothesis. The results of partial

hypothesis testing can be seen that there is a significant effect of variable local revenue and allocation

funds to increase the index of human growth.

Keywords: Regional Original Revenue, Alokasi Fund, Central Java Province

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis apakah Pendapatan Asli

Daerah, Dana Alokasi dan bantuan pemerintah dapat meningkatkan indeks pembangunan manusia. Metode

analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan melakukan metode uji asumsi klasik sebelum

mengumpulkan model penelitian terbaik. Sampel penelitian adalah 15 kabupaten / kota di Provinsi Jawa

Tengah. Data Indeks Pembangunan Manusia diperoleh dari Lembaga Pusat Statistik Indonesia. Hasil

penelitian ini menyimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah serta Dana Alokasi berpengaruh secara

simultan terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Hasilnya konsisten dengan hipotesis penelitian. Hasil uji

hipotesis secara parsial dapat diketahui terdapat pengaruh yang signifikan variabel pendapatan asli daerah

dan dana alokasi terhadap peningkatan indeks pertumbuhan manusia.

Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi, Provinsi Jawa Tengah

PENDAHULUAN

Reformasi pemerintahan yang disertai dengan keterbukaan sudah menjadi tuntutan

di Indonesia. Hal ini menyebabkan semakin menguatnya tuntutan aspek transparansi dan

akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi penting dalam pengelolaan pemerintah

termasuk di bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Hal itulah yang

mendorong terjadinya proses peralihan dari sistem dekonsentrasi ke sistem desentralisasi

yang disebut dengan otonomi. Otonomi adalah pendelegasian urusan pemerintah pusat

kepada pemerintah daerah yang bersifat operasional dalam rangka sistem birokrasi

pemerintahan.

Page 44: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

41

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, pemerintah

daerah diberi keleluasaan untuk mengelola dan memanfaatkan sumber penerimaan

daerah yang dimilikinya sesuai dengan aspirasi masyarakat daerah. Pelaksanaan

otonomi daerah akan membawa suatu konsekuensi logis, bahwa tiap daerah harus

berkemampuan untuk memberdayakan dirinya sendiri, baik dalam kepentingan ekonomi,

pembinaan sosial kemasyarakatan, dan pemenuhan kebutuhan untuk membangun

daerahnya serta dapat melaksanakan peningkatan pelayanan kepada masyarakat (Samad

& Iyan, 2013).

Pembangunan daerah merupakan pembangunan yang semuanya dipersiapkan dan

dilaksanakan oleh daerah dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di daerah

tersebut. Pesatnya pembangunan daerah membutuhkan alokasi dana pembangunan yang

besar sehingga menyebabkan belanja pemerintah daerah juga semakin meningkat.

Besarnya belanja daerah ditentukan oleh besarnya pendapatan daerah yang

bersangkutan. Instansi pemerintah daerah yang menerima anggaran belanja tentunya

harus mampu menunjang pertumbuhan belanja daerah sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dari setiap kota/kabupaten yang ada di Indonesia (Kainde,

2013). Pengeluaran pemerintah atau belanja pemerintah merupakan salah satu instrumen

strategis dalam perekonomian (Christopher, 2009). Pemanfaatan belanja hendaknya

dialokasikan untuk hal-hal produktif, misalnya untuk melakukan aktivitas

pembangunan (Saragih, 2013). Dalam membiayai belanja daerah diperlukan pendapatan

daerah yang memadai. Pendapatan daerah adalah semua hak pemerintah daerah yang

diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih (Mangowal, 2013). Pendapatan daerah

terdiri atas pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah

yang sah (Halim & Kusufi, 2012).

Kemandirian suatu daerah dalam bidang keuangan dapat dilihat dari seberapa besar

kontribusi pendapatan asli daerah terhadap pendapatan daerah tersebut. Menurut

Mardiasmo (2016) menyatakan bahwa “dari segi pendapatan, kemampuan pemerintah

daerah untuk meningkatkan kemampuan daerahnya masih belum signifikan. Bahkan

masalah yang sering muncul adalah rendahnya kemampuan pemerintah daerah untuk

menghasilkan prediksi pendapatan daerah yang akurat, sehingga belum dapat dipungut

secara optimal”.

Page 45: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

42

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Dana perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN

untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan

pemberian otonomi kepada daerah, terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan

masyarakat yang semakin baik (Mamuka & Elim, 2014). Pada umumnya, dana

perimbangan merupakan bagian terbesar dalam pembiayaan kegiatan pemerintah daerah.

Tujuan utama pemberian dana perimbangan adalah untuk mengatasi kesenjangan fiskal

antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, kesenjangan fiskal antar pemerintah

daerah, perbaikan sistem perpajakan, dan koreksi ketidakefisienan fiskal (Santoso &

Suparta, 2015). Perkembangan dana perimbangan dari tahun ke tahun mengalami

fluktuasi. Masalah yang sering terjadi pada dana perimbangan yaitu dana perimbangan

dari pemerintah pusat tidak dapat mendorong pertumbuhan ekonomi pemerintah daerah

secara signifikan karena habis untuk belanja pegawai. Penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Sa’diyah & Putri (2015) yang meneliti pengaruh pendapatan asli daerah

terhadap kinerja manajerial pemerintah daerah Kabupaten Aceh Utara. Hasilnya

menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan terhadap kinerja

manajerial Pemerintah Kabupaten Aceh Utara. Penelitian lain yang dilakukan Panji &

Indrajaya (2016) yang meneliti pengaruh dana perimbangan terhadap pertumbuhan

ekonomi dan tingkat kemiskinan di Provinsi Bali. Hasilnya menunjukkan bahwa dana

perimbangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi namun

tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan pada Kabupaten/Kota di

Provinsi Bali.

Pembangunan suatu negara diharapkan mampu memberikan hasil nyata yaitu Pro

Growth, Pro Poor, Pro Job dan Pro Environment yang artinya menciptakan pertumbuhan

ekonomi, kesempatan kerja, pengentasan kemiskinan dan pelestarian lingkungan untuk

kesejahteraan rakyat. Keberhasilan pembangunan diukur dengan beberapa parameter, dan

yang paling populer saat ini adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human

Development Indeks (HDI), yang diluncurkan oleh pemenang nobel India Amartya Sen

dan Mahbub ul Haq seorang ekonom Pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale

University dan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics dalam bukunya

yang berjudul Reflections on Human Development (1995), dan telah disepakati dunia

melalui United Nation Development Program (UNDP). IPM Indonesia tahun 2012

berada pada nilai 62,9 di urutan 121, tahun 2011 di urutan 124 dan tahun 2010 di urutan

Page 46: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

43

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

108 dari 187 negara yang disurvei.IPM Indonesia dibandingkan dengan Negara di

kawasan ASEAN masih sangat rendah, yang berada pada peringkat ke-6 dan hanya

unggul dari Vietnam, Kamboja, Laos, dan Myanmar.Pembangunan di wilayah Sumatera

Utara, juga masih menghadapi berbagai permasalahan terutama di bidang kesehatan

dan infrastruktur. Dana Alokasi Umum (DAU) sebagai salah satu instrumen fiskal dana

perimbangan selain Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH), bertujuan

untuk mendukung pembangunan. Sumber pembiayaan lainnya adalah Pendapatan Asli

Daerah (PAD) dan bantuan keungan provinsi. Hal tersebut harus diikuti juga dengan

alokasi belanja yang tepat.

Penelitian yang peneliti lakukan ini, merupakan pengembangan ide dari penelitian

sebelumnya oleh Setyowati dan Suparwati (2012) dengan judul Pengaruh Pertumbuhan

Ekonomi, DAU, DAK, PAD terhadap Indeks Pembangunan Manusia dengan

Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris

pada Pemerintah Kabupaten dan Kota se-Jawa Tengah). Setyowati dan Suparwati (2012)

mengamati sebanyak 4 (empat) variabel independen,1 (satu) variabel dependen dan 1

variabel intervening, yaitu pertumbuhan ekonomi, DAU,DAK dan PAD sebagai variabel

independen, Indeks Pembangunan Manusia sebagai variabel dependen dan pengalokasian

anggaran belanja modal sebagai variabel intervening. Sedangkan penelitian ini mengamati

sebanyak 5 (lima) variabel independen, yaitu Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi

Khusus (DAK), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH) dan Bantuan

Keuangan Provinsi BKP, 1 (satu) variabel dependen yaitu Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) dan 1 (satu) variabel moderating yaitu realisasi belanja pelayanan dasar. Rumusan

masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah DAU, DAK, PAD, DBH, BKP berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) secara parsial maupun simultan ?

2. Apakah Belanja Pelayanan Dasar memoderasi hubungan DAU, DAK, PAD,

DBH, BKP terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM)Tujuan penelitian ini

adalah untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh DAU, DAK, PAD, DBH, BKP

terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) secara parsial maupun simultan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Masukan bagi perencanaan pembangunan di kabupaten/ kota agar dapat

Page 47: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

44

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

mengoptimalkan alokasi DAU, DAK, PAD, DBH dan BKP untuk sumber pendanaan

kegiatan.

2. Informasi dan masukan bagi peneliti sejenis, untuk melanjutkan pengembangan

penelitian.

KAJIAN PUSTAKA

Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan dasar untuk melakukan penelitian ini

adalah sebagai berikut: Setyowati dan Suparwati (2012) yang melakukan studi mengenai

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus,

Pendapatan Asli Daerah terhadap Indeks Pembangunan Manusia dengan Pengalokasian

Anggaran Belanja Modal sebagai variabel intervening (Studi Empiris Pemerintah

Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah).

Hasil penelitian ini menemukan bahwa Pertumbuhan Ekonomi (PE) terbukti tidak

berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) melalui Pengalokasian

Anggaran Belanja Modal (PABM), Dana Alokasi Umum (DAU) terbukti berpengaruh

positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) melalui Pengalokasian Anggaran

Belanja Modal (PABM), Dana Alokasi Khusus (DAK) terbukti berpengaruh positif

terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) melalui Pengalokasian Anggaran Belanja

Modal (PABM), Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbukti berpengaruh positif terhadap

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) melalui Pengalokasian Anggaran Belanja Modal

(PABM), dan Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (PABM) yang diproksikan dengan

Belanja Modal (BM) terbukti berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia

(IPM).

Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2011) melakukan studi dengan judul Analisis

Pengaruh Tingkat Kemandirian Fiskal, Pendapatan Asli Daerah terhadap Indeks

Pembangunan Manusia melalui Belanja Modal di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera

Utara. Hasil penelitian ini menunjukkan TKF tidak berpengaruh terhadap IPM

kabupaten/kota di Sumatera Utara. PAD berpengaruh signifikan terhadap IPM.

Lugastoro dan Ananda (2013) melakukan studi mengenai Analisis Pengaruh PAD

dan Dana Perimbangan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Jawa

Timur. Hasil penelitian menemukan bahwa rasio PAD dan DAK terhadap belanja

modal dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif signifikan terhadap IPM

Page 48: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

45

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

sedangkan variabel DAU berpengaruh negatif signifikan. Sementara itu rasio DBH

terhadap belanja modal menjadi satu- satunya variabel yang tidak signifikan

mempengaruhi IPM. Pertumbuhan ekonomi menjadi variabel dengan pengaruh paling

dominan terhadap IPM. Rosiana (2010) melakukan studi dengan judul Analisis

Pengaruh Determinan Indeks Pembangunan Manusia Dikaitkan dengan Pembangunan

Wilayah pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Hasil penelitian menemukan bahwa

Pertumbuhan Ekonomi yang diproksikan dengan PDRB harga berlaku berpengaruh

signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Kota di Sumatera

Utara, sedangkan Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya Indeks Pembangunan Manusia.

Penelitian Riva Ubar Harahap (2010) dengan judul Pengaruh Dana Alokasi Umum,

Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil Terhadap Indeks Pembangunan Manusia pada

Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian menemukan bahwa Dana

Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH) tidak

berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten/Kota

se-Sumatera Utara.

Dana Alokasi Umum (DAU)

Sidik (2013) mendifinisikan Dana Alokasi Umum (DAU) sebagai salah satu

komponen dana perimbangan pada APBN yang pengalokasiannya didasarkan atas

konsep kesenjangan fiskal atau celah fiskal yaitu selisih antara kebutuhan fiskal dengan

kapasitas fiskal.

Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan salah satu sumber pendanaan bagi daerah

otonom melalui mekanisme transfer keuangan Pemerintah Pusat ke daerah yang bertujuan

antara lain untuk meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana fisik daerah sesuai

prioritas nasional serta mengurangi kesenjangan laju pertumbuhan antar daerah dan

pelayanan antarbidang (Subekan, 2012:88). Dana alokasi khusus merupakan dana yang

dialokasikan dari APBN ke Daerah tertentu.

Page 49: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

46

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Menurut Mardiasmo (2002), pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang

diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang

sah. Sejak diterbitkannya Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009, Pajak Bumi dan

Bangunan Perkotaan dan Pedesaan (PBB-P2) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) sudah menjadi pendapatan asli daerah. Menurut Simanjuntak et al.

(2013), “Regional Origina Income is a representation of the revenue generated by the

regional”. Menyatakan bahwa pendapatan asli daerah adalah representasi dari

pendapatan yang dihasilkan oleh daerah. Pemerintah daerah harus lebih mengoptimalkan

pendapatan asli daerahnya agar dapat membiayai pengeluaran daerah dan tidak

menghambat kegiatan ekonomi di daerah yang bersangkutan. Menurut Olubukunola

(2011),“Internally Generated Revenue (IGR) is the revenue that the local government

generates within the area of its jurisdiction”. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah

pendapatan pemerintah daerah yang dihasilkan dalam wilayah yurisdiksinya. Pendapatan

asli daerah yang tinggi menandakan otonomi daerah yang dilaksanakan berjalan dengan

baik. Idris (2016) lebih lanjut menjelaskan bahwa, “Local Revenue (PAD) is all cash

receipts into the right area recognized as an addition to net worth in one fiscal year and

does not need to be paid back by the government”. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah

semua penerimaan kas daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam

satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Pajak yang

dipungut pemerintah daerah jangan sampai menciptakan biaya pemungutan yang lebih

tinggi dari pada pendapatan pajak yang diterima oleh pemerintah daerah. Pada dasarnya,

makin banyak kontribusi pendapatan asli daerah terhadap APBD, ini menandakan makin

kecilnya keterikatan regional terhadap sentral sebagai efek implementasi otonomi daerah

atas asas secara nyata serta bertanggung jawab (Rinaldi, 2014). Peningkatan kemandirian

daerah sangat erat hubungannya dengan kemampuan daerah dalam mengelola pendapatan

asli daerahnya (Mahmudi, 2009).“Revenue generated by local government is used to

finance various expenditure programmes. Expenditure is an actual payment or creation

of obligation to make a future payment for some benefits items or service received” (Abba

et al. 2015), menyatakan bahwa pendapatan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah

digunakan untuk membiayai berbagai rencana pengeluaran. Pengeluaran adalah

Page 50: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

47

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

pembayaran yang dilakukan saat ini untuk kewajiban pada masa yang akan datang dalam

rangka memperoleh beberapa barang atau jasa yang diterima. Semakin besar pendapatan

asli daerah akan membuat belanja daerah juga meningkat dan akan lebih banyak

pengeluaran untuk kesejahteraan masyarakat (Adriani & Yasa, 2015). Sejalan dengan hal

tersebut menurut Sasana (2011) menyatakan bahwa, “Semakin besar kemampuan daerah

dalam mengumpulkan pendapatan asli daerah akan semakin longgar alokasi belanja

daerah, sehingga terdapat hubungan yang positif antara pendapatan asli daerah dengan

belanja daerah”.

Dana Bagi Hasil (DBH)

Pasal 11 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 menyebutkan bahwa Dana Bagi

Hasil dibagi menjadi dua yaitu dana bagi hasil pajak (DBHP) dan dana bagi hasil yang

bersumber dari sumber daya alam (DBHSDA). Dana Bagi Hasil merupakan penerimaan

yang berasal dari hasil pembagian penerimaan pusat dan provinsi yang diperuntukkan

bagi pemerintah kabupaten/kota.

Dana Perimbangan

Nasution(2015) menjelaskan bahwa, “Regional bottom aid is a source of revenue

comes from the budget to support the implementation of local authorities in achieving the

objective of granting regional autonomy which is primarily done by an increase better in

services and public welfare”. Dana transfer/bantuan pemerintah daerah merupakan

sumber pendapatan yang berasal dari anggaran untuk mendukung pelaksanaan

pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah terutama

dilakukan dengan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin

baik. Sari, et al. (2014) menjelaskan bahwa “Dana perimbangan adalah modal yang

berasal dari perolehan APBN yang diperuntukkan bagi daerah dalam upaya membiayai

kepentingan daerah sebagai bentuk pengimplementasian asas desentralisasi”. Sejalan

dengan hal tersebut menurut Capkova & Roncakova (2014) menjelaskan bahwa, “The

main mechanism for intergovernmental transfers is grants from central to local

governments. A variety of unconditional (general) grant systems are in use to address

vertical imbalances. Provision of conditional (specific) block grants from the centre to

subnational governments aims to financing certain services, such as primary education,

Page 51: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

48

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

social services and roads. Equalisation grants are used to address horizontal imbalances

between local authorities”

Berdasarkan pendapat Capkova & Roncakova (2014) mekanisme utama untuk

transfer antar pemerintah adalah transfer dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.

Berbagai macam sistem transfer tanpa syarat (umum) digunakan untuk mengatasi

ketidakseimbangan vertikal. Transfer dengan syarat (khusus) dari pemerintah pusat ke

pemerintah daerah bertujuan untuk membiayai layanan tertentu, seperti pendidikan dasar,

pelayanan sosial dan jalan. Transfer dana perimbangan digunakan untuk mengatasi

ketidakseimbangan horizontal antar pemerintah daerah. Sumber-sumber dana

perimbangan terdiri dari dana bagi hasil pajak, dana bagi hasil bukan pajak, dana alokasi

umum, dan dana alokasi khusus (Aprizay dkk, 2014). Kemandirian keuangan pemerintah

daerah merupakan kebalikan dari besarnya rasio penerimaan transfer di dalam pemenuhan

pembelanjaan pemerintah. Belanja daerah sangat dipengaruhi oleh transfer dari

pemerintah pusat (Abdullah & Halim, 2013). Perimbangan keuangan dengan dana

transfer pemerintah pusat kepada pemerintah daerah menjadi insentif bagi pemerintah

daerah untuk membiayai belanja daerah (Sasana, 2011)

Bantuan Keuangan Provinsi (BKP)

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, bantuan

keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau

khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah

daerah lainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan

pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan

keuangan.

Belanja Pelayanan Dasar (BPD)

Menurut penjelasan teknis Peraturan Pemerintah 8 Tahun 2006, pemerintah daerah

akan meningkat kinerjanya dengan mengarahkan pada pengeluaran yang digunakan untuk

meningkatkan IPM dengan menekankan pada aspek pengeluaran yang mendukung

kesejahteraan masyarakat dan pelayanan umum. Pengeluaran belanja dalam pelaksanaan

APBD yang terkait dengan IPM menurut SE Menteri Dalam Negeri Nomor

120.04/1050/OTDA/2011 sebagaimana telah direvisi dengan SE Menteri Dalam Negeri

Page 52: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

49

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Nomor. 120.04/7303/ OTDA/2012 perihal pedoman penyusunan LPPD, yaitu

pengeluaran untuk pelayanan dasar.

Belanja Daerah

Belanja daerah merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang digunakan untuk

membiayai kegiatan pembangunan daerah. Menurut Ferreiro (2009), “Government

expenditure at first should be analyzed based on functional expenditure”. Menyatakan

bahwa pengeluaran pemerintah pada awalnya harus dianalisis berdasarkan pengeluaran

fungsional. Pemerintah daerah sebaiknya melakukan identifikasi kegiatan mana yang

benar-benar masuk skala prioritas menurut ukuran kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Simanjuntak et al. (2013), “Regional

expenditure is all the expending of regional's cash in a one budget period”. Menyatakan

bahwa belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam jangka waktu satu

tahun anggaran. Pengeluaran kas daerah tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan

pemerintah daerah itu sendiri. Kainde (2013) mengemukakan bahwa, “Belanja daerah

adalah semua kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai

kekayaan bersih (ekuitas dana) dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan”.

Belanja pemerintah daerah sebaiknya lebih mengutamakan untuk kepentingan

masyarakat daerah agar tujuan pemerintah daerah dalam mensejahterakan masyarakat

daerah dapat tercapai. Liesionis (2013), “Unproductive expenditure hampers economic

development and inhibits its growth”, menyatakan bahwa pengeluaran yang tidak

produktif menghambat pembangunan ekonomi dan menghambat pertumbuhannya. Hal

ini disebabkan pemerintah daerah lebih banyak membiayai pengeluaran untuk belanja

pegawai dari pada pengeluaran untuk pembangunan daerah itu sendiri.

“Government expenditure grew faster than the growth of its revenue. This resulted

in persistent fiscal deficits consequently government had to borrow from both internal

and external sources”(Abba et al. 2015). Menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah

tumbuh lebih cepat dari pertumbuhan pendapatan. Hal ini mengakibatkan defisit fiskal

terus-menerus akibatnya pemerintah harus meminjam dana dari sumber internal dan

eksternal.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Page 53: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

50

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Indeks Pembangunan Manusia merupakan indeks komposit yang digunakan untuk

mengukur pencapaian rata-rata suatu negara dalam tiga hal mendasar pembangunan

manusia, yaitu: (1) lamanya hidup yang diukur dengan harapan hidup pada saat lahir; (2)

tingkat pendidikan, yang diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf pada

penduduk dewasa (dengan bobot dua per tiga) dan rata-rata lama sekolah (dengan bobot

sepertiga); dan (3) tingkat kehidupan yang layak, diukur dengan pengeluaran per kapita

yang telah disesuaikan (PPP Rupiah) (Mirza, 2012:4). IPM merupakan rata-rata dari

ketiga komponen tersebut, dengan rumus: IPM=(X1+X2+X3) / 3 Dimana : X1= angka

harapan hidup X2= tingkat pendidikan X3= tingkat kehidupan layak.

Kerangka Pemikiran

(Gideon, et al. 2013) lebih lanjut menjelaskan bahwa,“Revenues from taxes, user

fees and Inter governmental transfers are likely to be insufficient to meet the

infrastructural needs of local authorities. For this reason, local authorities may also

want to access private capital and this is achieved through such initiatives as borrowing”.

Pendapatan dari pajak, retribusi dan transfer dana antar pemerintah mungkin tidak

cukup untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur dari pemerintah setempat. Untuk alasan

ini, pemerintah daerah juga mungkin ingin mengakses modal swasta dan ini dicapai

melalui inisiatif seperti pinjaman. Dalam hal ini diharapkan pemerintah daerah lebih

mengutamakan pengeluaran yang digunakan untuk membiayai pembangunan daerah dari

pada pengeluaran yang digunakan untuk membiayai belanja pegawai, karena kemandirian

suatu daerah dapat dilihat dari pembangunan daerah itu sendiri.

Gambar 1

Kerangka Pikir Empiris

Hipotesis

Pendapatan Asli

Daerah

Dana Alokasi

Bantuan

Pemerintah

Indeks

Pembangunan

Manusia

Page 54: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

51

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Berdasarkan skema kerangka pemikiran, penulis merumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara pendapatan asli daerah terhadap

peningkatan Indeks Pembangunan Manusia

H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara dana perimbangan terhadap peningkatan

Indeks Pembangunan Manusia

H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara pendapatan asli daerah dan dana

perimbangan terhadap peningkatan Indeks Pembangunan Manusia secara

simultan.

METODE PENELITIAN

Metode penlitian yang digunakan adalah penelitian survey, tipe penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif. Populasi dalam penelitian

ini adalah Laporan Realisasi APBD. Teknik penarikan sampel yang digunakan oleh

penulis adalah purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data Laporan Realisasi APBD periode 2008-2018 yaitu sebanyak 10 periode.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang dihasilkan oleh daerah dalam

wilayah yurisdiksinya yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam satu

tahun anggaran, dan harus didorong pertumbuhannya agar dapat menanggung sebagian

beban belanja yang diperlukan untuk penyelenggaraan pemerintahan dan kegiatan

pembangunan daerah yang setiap tahunnya terus meningkat. Berikut ini merupakan

perkembangan PAD. Berdasarkan fenomena yang terjadi pada pendapatan asli daerah,

kendala utama yang dihadapi pemerintah daerah dalam melaksanakan otonomi daerah

adalah minimnya pendapatan yang bersumber dari pendapatan asli daerah. Proporsi

pendapatan asli daerah yang rendah, menyebabkan pemerintah daerah memiliki derajat

kebebasan rendah dalam mengelola keuangan daerah (Dewi, et al. 2014:81). Pendapatan

Asli Daerah hanya mampu membiayai belanja pemerintah daerah paling tinggi sebesar

20% (Setyowati & Suparwati, 2012).

Ketergantungan fiskal dan subsidi serta bantuan pemerintah pusat merupakan wujud

ketidakberdayaan pendapatan asli daerah (Mardiasmo; basri, 2013:168). Kemampuan

Page 55: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

52

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

daerah untuk mempertahankan dan meningkatkan perekonomian daerah dapat dikatakan

masih sangat terbatas, mengingat peranan pendapatan asli daerah yang masih rendah

dalam penerimaan APBD kota/kabupaten dan kesiapan sumber daya manusia di tingkat

daerah masih sangat terbatas. Pendapatan Asli Daerah belum dapat mendorong

peningkatan belanja daerah dan tidak sepenuhnya mampu menopang kemandirian

daerah serta masih sangat bergantung terhadap dana transfer dari pemerintah pusat, maka

dari itu sumber- sumber pendapatan asli daerah perlu dioptimalkan. Peningkatan

penerimaan pajak daerah disebabkan oleh meningkatnya penerimaan yang berasal dari

pajak bumi dan bangunan sektor perkotaan dan pedesaan yang diikuti peningkatan

penerimaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan. Hal ini dikarenakan semakin

penduduk yang membutuhkan tempat tinggal sehingga bea perolehan hak atas tanah dan

bangunan juga meningkat. Jenis penerimaan yang mempunyai kontribusi terbesar kedua

terhadap pendapatan asli daerah adalah jenis penerimaan yang berasal dari retribusi

daerah yang cenderung naik turun setiap tahunnya selama tahun anggaran 2008-2018.

Peningkatan penerimaan retribusi daerah disebabkan oleh meningkatnya penerimaan

dari jenis-jenis retribusi daerah yaitu dari retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha dan

retribusi perizinan tertentu. Sebaliknya penuruna penerimaan retribusi daerah disebabkan

menurunnya penerimaan dari jenis-jenis retribusi daerah. Jenis penerimaan yang

mempunyai kontribusi terbesar ketiga terhadap pendapatan asli daerah adalah jenis

penerimaan yang berasal dari lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Peningkatan penerimaan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah disebabkan oleh

meningkatnya penerimaan yang berasal dari jenis-jenis lain-lain pendapatan daerah yang

sah. Contohnya penerimaan jasa giro. Jenis penerimaan yang mempunyai kontribusi

terendah terhadap pendapatan asli daerah adalah jenis penerimaan yang berasal dari hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yang cenderung naik turun setiap tahunnya

selama tahun anggaran 2008-2018.

Dana Perimbangan

Dana transfer atau bantuan pemerintah daerah merupakan sumber pendapatan yang

berasal dari anggaran untuk mendukung pelaksanaan pemerintah daerah dalam mencapai

Page 56: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

53

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

tujuan pemberian otonomi kepada daerah terutama dilakukan dengan peningkatan

pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik. Berikut ini merupakan

perkembangan dana perimbangan periode 2008-2018.

Peningkatan dana perimbangan disebabkan oleh meningkatnya jenis penerimaan

dana perimbangan. Contohnya dana alokasi umum, begitu juga sebaliknya penurunan

dana perimbangan disebabkan oleh menurunnya jenis dana penerimaan yang diterima

oleh contohnya dana alokasi khusus. Pendapatan daerah yang berasal dari dana

perimbangan terdiri dari dana bagi hasil pajak atau bukan pajak, dana alokasi umum dan

dana alokasi khusus. Dana perimbangan dari pemerintah pusat digunakan untuk

mengurangi kesenjangan fiskal baik antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah

maupun antar pemerintah daerah itu sendiri.

Masalah yang sering terjadi pada dana perimbangan yaitu dana perimbangan dari

pemerintah pusat tidak dapat mendorong pertumbuhan ekonomi pemerintah daerah secara

signifikan karena habis untuk belanja pegawai. Besarnya nilai transfer yang diberikan

oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam bentuk dana perimbangan

seharusnya menjadi insentif bagi daerah untuk meningkatkan pendapatan asli daerah.

Berdasarkan fungsinya, pendapatan asli daerah seharusnya merupakan aspek penting

dalam keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah.

Belanja Daerah

Belanja daerah merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang digunakan untuk

membiayai kegiatan pembangunan daerah. Berdasarkan fenomena yang terjadi pada

belanja daerah, masalah yang sering terjadi pada belanja dan anggaran belanja daerah

adalah belanja pegawai yang ada dalam belanja tidak langsung, hingga mencapai lebih

dari 50% dari total anggaran belanja tidak langsung memberikan beberapa dampak salah

satunya yaitu pemborosan dibagian pegawai. Alokasi dana yang seharusnya

dimaksimalkan untuk pelayanan dasar masyarakat banyak dipakai untuk membiayai

belanja pegawai, akibatnya mengurangi alokasi anggaran untuk pelayanan publik atau

masyarakat. Pada umumnya belanja daerah memiliki kecenderungan untuk selalu naik.

Alasan kenaikan belanja daerah biasanya dikaitkan dengan penyesuaian terhadap

perubahan kurs rupiah, inflasi, penyesuaian faktor makro ekonomi, dan perubahan jumlah

cakupan layanan. Namun demikian dengan pradigma baru otonomi daerah, pemerintah

Page 57: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

54

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

daerah harus dapat mengendalikan belanja daerah dengan melakukan efisiensi belanja dan

penghematan anggaran. Belanja yang dikeluarkan oleh diharapkan lebih banyak

digunakan untuk kepentingan masyarakat daerah. Misalnya digunakan untuk

pembangunan daerah.

Hasil analisis korelasi antara pendapatan asli daerah dengan belanja daerah adalah

sebesar 0,966 dengan arah positif, hal ini membuktikan bahwa ketika pendapatan asli

daerah mengalami peningkatan maka belanja daerah juga akan mengalami peningkatan

dengan asumsi dana perimbangan dalam kondisi konstan. Hasil tersebut ditunjukkan

dengan tabel dibawah ini. Pendapatan Asli Daerah memiliki pengaruh sebesar 0,694

dengan arah positif terhadap belanja daerah artinya pendapatan asli daerah memiliki

pengaruh yang berbanding lurus dengan belanja daerah ketika dana perimbangan dalam

kondisi tetap atau tidak mengalami perubahan, sehingga ketika pendapatan asli daerah

mengalami peningkatan, maka belanja daerah juga akan mengalami peningkatan ketika

dana perimbangan tidak mengalami perubahan. Pengaruh pendapatan asli daerah terhadap

belanja daerah ketika dana perimbangan tidak mengalami perubahan adalah sebesar 0,694

x 100% = 64,9%. Pada hasil perbandingan thitung dengan ttabel diperoleh sebesar 6,354 >

2,228, dengan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, yang artinya H0 ditolak dan Ha diterima

maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial pendapatan asli daerah mempunyai

pengaruh signifikan terhadap belanja daerah

Penelitian sebelumnya memberikan hasil yang sama dengan penelitian ini bahwa

berdasarkan hasil uji t atau parsial variabel pendapatan asli daerah berpengaruh

signifikan terhadap belanja daerah, yakni (Rahmawati, et al. 2015) yang melakukan

penelitian pada Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur dengan hasil penelitian

menggunakan uji-t yaitu pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja

daerah. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut membuktikan bahwa dana perimbangan

secara parsial berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah yang bersifat bantuan atau

dapat dikatakan dana yang berasal dari pemberian pemerintah pusat yang ditujukan untuk

mengatasi kesenjangan fiskal terhadap pendanaan kebutuhan daerah dalam pelaksanaan

urusan pemerintahan daerah, hal ini dapat menyebabkan rendahnya kewenangan dalam

mengalokasikan pendapatan yang berasal dari dana perimbangan untuk digunakan dalam

mendanai kebutuhan daerah yaitu belanja daerah. Jauh lebih baik menggunakan

pendapatan daerah yang berasal dari pendapatan asli daerah sehingga dapat memberikan

Page 58: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

55

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

kewenangan serta keleluasan yang luas bagi pemerintah daerah untuk mendanai belanja

daerah sebagai kebutuhan daerah serta mewujudkan kemandirian daerah dalam

kemampuan fiskal. Penelitian sebelumnya memberikan hasil yang sama dengan

penelitian ini bahwa berdasarkan hasil uji-t atau parsial variabel dana perimbangan

berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah, yakni (Sari, et al. 2014) yang

melakukan penelitian pada Kabupaten Badung Provinsi Bali dengan hasil penelitian

menggunakan uji-t yaitu dana perimbangan berpengaruh signifikan terhadap belanja

daerah.

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan secara Simultan

terhadap peningkatan Indeks Pembangunan Manusia

Pendapatan Asli Daerah dan dana perimbangan secara bersama-sama memiliki

pengaruh yang berbanding lurus terhadap alokasi belanja daerah yaitu sebesar 0,973.

Nilai R Square adalah sebesar 0,973 hal ini menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah

dan dana perimbangan secara simultan memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap

belanja daerah sedangkan sisanya 3,7% dipengaruhi oleh variabel atau faktor lain diluar

penelitian. Berdasarkan hasil perbandingan Fhitung dengan Ftabel adalah 162,298 > 4,256,

yang artinya H0 ditolak dan Ha diterima sehingga hal ini membuktikan bahwa secara

simultan pendapatan asli daerah dan dana perimbangan berpengaruh signifikan

terhadap belanja dengan tingkat signifikansi 0,000b. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

tinggi pendapatan asli daerah dan dana perimbangan yang diperoleh daerah maka akan

semakin tinggi pula belanja daerah

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pendapatan asli daerah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap belanja

daerah. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengujian koefisien korelasi yang menunjukkan

bahwa pendapatan asli daerah mempunyai hubungan dengan arah positif dan signifikan

terhadap belanja daerah Dana perimbangan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

belanja. Berdasarkan hasil koefisien korelasi dana perimbangan memiliki hubungan yang

positif dan signifikan terhadap belanja daerah. Pendapatan asli daerah dan dana

perimbangan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap belanja daerah. Hal ini

disebabkan karena pendapatan daerah yang diperoleh baik yang berasal dari pendapatan

Page 59: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

56

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

asli daerah maupun dana perimbangan ditujukan untuk mendanai seluruh pengeluaran

daerah khususnya kebutuhan dalam meningkatkan pembangunan daerah yang dapat

mensejahterakan masyarakat daerah.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukan pengaruh dana perimbangan

signifikan terhadap belanja daerah membuktikan bahwa masih bergantung pada

pemerintah pusat, saran dari saya tingkatkan pendapatan asli daerah. Untuk meningkatkan

alokasi belanja daerah maka pemerintah daerah diharapkan terus menggali

sumber-sumber pendapatan asli daerah. Sebaiknya perencanaanya lebih ditingkatkan

agar jumlah belanja daerah tidak melebihi pendapatan yang diterima Pemerintah daerah

diharapkan dapat memanfaatkan dana yang diperoleh dari pendapatan asli daerah dan

dana perimbangan untuk membangun infrastruktur publik yang memang dibutuhkan oleh

masyarakat. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan

untuk melakukan penelitian berikutnya dengan menambah daerah sampel penelitian dan

rentang waktu penelitian sehingga hasil penelitian lebih dapat digeneralisir. Untuk

peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan untuk melakukan

penelitian berikutnya dengan menambah variabel lain seperti pendapatan asli daerah yang

sah.

DAFTAR PUSTAKA

Abba, Mohammed. Ahmed Bawa Bello & Salihu Aliyu Modibbo. (2015). Expenditure And Internally Generated Revenue Relationship : An Analysis Government State, Nigeria. Journal Of Arts, Science & Commere. Vol.3 No.1 PP 67-77

Abdullah, S., & A. Halim, (2013). Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan

Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah: Studi Kasus

Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali. Simposium Nasional Akuntansi VI, 1140-1159.

Adriani & Yasa. (2015). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan

terhadap Tingkat Pengangguran melalui Belanja Tidak Langsung pada

Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. E-Jurnal EP Unud. Vol. 4 No. 11 : 1328-1356

Aprizay, Yudi Satrya., Darwanis., Muhammad Arfan. (2014). Pengaruh Pendapatan Asli

Daerah, Dana Perimbangan dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran terhadap

Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. Jurnal

Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala. Vol.3, No.1 : 140-149

Basri, Syafril. (2013). Pengaruh Output Daerah Penerimaan Transfer dan Desentralisasi

Fiskal terhadap Penerimaan Asli Daerah Kota Pekanbaru. Jurnal Sosial Ekonomi

Pembangunan. Vol.3, No.8 : 165-178.

Capkova, S., Ing, D., & Roncakova, L. (2014). Fiscal Equalization and Regional

Growth, I (February), 376-385.

Christopher, Russell Olukayade et al. (2018).

Page 60: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

57

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Determinants of Equity Price in the Stock Markets. International Research Journal of

Finance and Economics ISSN 1450-2887Issue 30 (2018). Euro journal Publishing,

Inc.

Dewi, Siska Puspita & Suyanto. (2014). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan

Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Modal

pada Provinsi Jawa Tengah. Potensio. Vol. 20 No. 2 : 78-100.

Hali, Muhammad Syafrudin. (2016). Potensi Pajak dan Retribusi Daerah Kota Kendari.

Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan Vol.1 No.1 : 65-81.

Halim, Abdul. (2017). Akuntansi Sektor Publik Akuntansi keuangan daerah, Edisi Revisi,

Jakarta, Salemba Empat.

Halim, Abdul & Muhammad Syam Kusufi. (2012). Akuntansi Sektor Publik. Jakarta

:Penerbit Salemba Empat.

Idris, Irlan Fery. (2016). Potential Increase In Revenue Collection BPHTB Tax District

Musi Banyuasin. European Journal Of Accounting, Auditing And Finance

Research. Vol.4 No.1 PP 28-42.

Jaya, Jeckly Dharma dan Eka Ardhani Sisdyani. (2014). Pengaruh Pendapatan Asli

Daerah, Dana Alokasi Umum dan Belanja Modal pada Kelengkapan

Pengungkapan Informasi Keuangan Daerah melalui Situs Resmi Pemerintah

Provinsi di Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol. 9, No.2 :

285-303.

Kainde, Christian. (2013). Analisis Varians dan Pertumbuhan Belanja Daerah pada

Pemerintah Kota Bitung. Jurnal EMBA. Vol. 1, No. 3 : 393-400.

Mahmudi. (2009). Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Erlangga.

Mamuka, Veronika & Inggriani Elim. (2015). Analisis Dana Transfer pada Pemerintah

Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud. Jurnal EMBA. Vol.2, No.1 : 646-655.

Mangowal, Jessy Christine. (2015). Pendapatan Daerah Pengaruhnya Terhadap Belanja

Modal pada Pemerintah Propinsi Sulawesi Utara. Manado: Jurnal EMBA. Vol. 1,

No. 4: 1386-1396.

Mardiasmo, (2016), Akuntansi Sektor Publik, Yogyakarta: Andi.

Mardiasmo. (2014). Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah, Andi, Yogyakarta.

Nasution, Abdillah Arif. (2015). The Effect Of Fiscal Potential And Needs On Regional

Bottom Aid Model (BDB) In Nort Sumatera Province. European Journal Of

Accounting Auditing And Finance Research. Vol.3 No.2 PP 70-86.

Olubukunola, Olusola. (2011). Boosting Internally Generated Revenue Of Local

Governments In Ogun State, Nigeria. Vol.8 No.1 336-348.

Panji, I Putu Barat & I Gusti Bagus Indrajaya. (2016). Pengaruh Dana Perimbangan

terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Kemiskinan di Provinsi Bali.

E-Jurnal EP Unud. Vol.5 No.3 : 316-337.

Rahmawati, Luluk Atika & Bambang Suryono. (2015). Flypaper Effect Dana Alokasi

Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah. Jurnal Ilmu dan

Riset Akuntansi. Vol.4, No.9: 1-20.

Rinaldi, Udin. (2012). Kemandirian Keuangan dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah.

Jurnal EKSOS, 8(2), h:105-113.

Sa’diyah, Halimatus & Yetty Tri Putri. (2015). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah

terhadap Kinerja Manajerial Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara. Jurnal

Akuntansi. Vol.4 No.1. pp, 44-53.

Samad, R. Putra & Rita Yani Iyan. (2013). Analisis Potensi Pendapatan Asli Daerah dan

Page 61: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

58

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Dana Perimbangan Kabupaten Rokan Hilir. Jurnal Sosial Ekonomi

Pembangunan.Vol.3 No.8: 103-122.

Santoso, Imam & I Wayan Suparta. (2015). Flypaper Effect pada Pengelolaan Keuangan

Daerah di Provinsi Lampung. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol.4 No.2 : 135-165.

Simanjuntak, Lestari LF., Ahmad Subeki., Ika Sasti Ferina & Hasni Yusrianty. (2013).

Analysis Of Flypaper Effect In General Allocation Fund And Regional Income To

Regional Expenditure Of Districts And Cities In South Sumatera. Four A Annual

Conference.

Santoso & Rahayu. (2015). Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Faktor-Faktor

yang Mempengaruhinya dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten

Kediri. Dinamika Pembangunan, 2(1).

Sari, Rosi Puspita & I Gusti Bagus Indrajaya. (2014). Pengaruh Dana Perimbangan dan

Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah Kabupaten Badung

Page 62: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

59

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

PERSEPSI KARYAWAN TENTANG PERAN AUDITOR INTERNAL SEBAGAI

PENGAWAS, KONSULTAN DAN KATALISATOR DALAM

PENCAPAIAN TUJUAN PERUSAHAAN

Siti Cahyaningrum Setyorina1

Ardiani Ika Sulistyawati 2

Fakultas Ekonomi Universitas Semarang

[email protected]

Diterima: November 2018. Disetujui: Desember 2018. Dipublikasikan: Januari 2019

ABSTRACT

This research is a quantitative descriptive research done in Nasmoco Karangjati Motor. This study

aims to know how the role of the internal auditor Nasmoco Karangjati Motor as a supervisor, consultant

and catalyst in achieving the goal of the company as perceived by employees. Data collection methods were

used interviews and questionnaires. This method is tested to 72 employees of PT. Nasmoco Karangjati

Motor. Test questionnaire method used validity test with using Person product moment correlation and

reliability test using Cronbach’s Alpha method. Data analysis is using descriptive statistics.

Based on the survey results revealed that (1) the employees' perception of the role of internal auditors

as a supervisor in achieving goal of the company have the results of the calculation of the frequency

distribution tendency with quite well category and based on analysis data the role as superintendent that

was first ranked with a total score of 1,585 (33.93%). (2) the employee’s perception of the role of the

internal auditor as a consultant in achieving the company's goal to have the results of the calculation of the

frequency distribution tendency with good enough category and based on data analysis role as a consultant

that was second ranked with a total score of 1,552 (33.22%). (3) the employees' perception of the role of

internal auditors as a catalyst in achieving the company's goal to have the results of the calculation of the

frequency distribution tendency with good enough category and based on analysis of data catalytic role

that was third ranked with a total score of 1,352 (30.92%).

Keywords : Role of Internal Auditor, Watchdog, Consultant, and Catalyst

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang dilakukan di PT. Nasmoco Karangjati

Motor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran auditor internal Nasmoco Karangjati

Motor sebagai pengawas, konsultan dan katalisator dalam pencapaian tujuan perusahaan menurut persepsi

karyawan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan kuesioner. Metode tersebut

diujikan kepada karyawan PT Nasmoco Karangjati Motor sebanyak 72 karyawan. Uji metode kuesioner

menggunakan uji validitas dengan menggunakan metode korelasi product moment pearson dan uji

reliabilitas dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha. Analisis data menggunakan statistik

deskriptif.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa (1) persepsi karyawan tentang peran auditor internal

sebagai pengawas dalam pencapaian tujuan perusahaan memiliki hasil perhitungan distribusi

kecenderungan frekuensi dengan kategori cukup baik dan berdasarkan analisis data peran sebagai

pengawas menduduki peringkat I yaitu dengan total skor 1.585 (33,93%). (2) persepsi karyawan tentang

peran auditor internal sebagai konsultan dalam pencapaian tujuan perusahaan memiliki hasil perhitungan

distribusi kecenderungan frekuensi dengan kategori cukup baik dan berdasarkan analisis data peran sebagai

konsultan menduduki peringkat II yaitu dengan total skor 1.552 (33,22%). (3) persepsi karyawan tentang

peran auditor internal sebagai katalisator dalam pencapaian tujuan perusahaan memiliki hasil perhitungan

distribusi kecenderungan frekuensi dengan kategori cukup baik dan berdasarkan analisis data peran sebagai

katalisator menduduki peringkat III yaitu dengan total skor 1.352 (30,92%).

Kata Kunci: Peran Auditor Internal, Pengawas, Konsultan, Katalisator

Page 63: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

60

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

PENDAHULUAN

Dewasa ini perkembangan dunia bisnis dan ekonomi sudah berkembang semakin

pesat. Tantangan yang dihadapi oleh para pelaku bisnis pun semakin beragam, mulai dari

munculnya perusahaan-perusahaan pesaing, perusahaan - perusahaan asing dan

kebutuhan konsumen yang kompleks menyebabkan persaingan semakin ketat di dunia

bisnis. Perusahaan akan menerapkan berbagai kebijakan, efektivitas, efisiensi dan

pengendalian internal yang baik agar dapat bertahan dan diharapkan mampu

memenangkan persaingan bisnis. Seiring dengan berkembangnya perusahaan, maka

kegiatan dan masalah yang dihadapi perusahaan akan lebih beragam sehingga terasa sulit

bagi pihak manajemen untuk mengadakan pengawasan langsung terhadap seluruh

operasi perusahaan. Namun, diperlukan pengawasan langsung terhadap seluruh operasi

perusahaan secara efektif. Pihak manajemen dapat membentuk suatu departemen audit

internal yang diberi wewenang untuk melakukan pengawasan dan penilaian terhadap

pengendalian internal perusahaan.

Berbagai kebijakan dan strategi harus diterapkan dan ditingkatkan. Kebijakan yang

ditempuh manajemen antara lain meningkatkan pengawasan dalam perusahaan. Dalam

perusahaan, pelaksanaan pengawasan dapat dilaksanakan secara langsung oleh

pemiliknya sendiri dan dapat pula melalui sistem internal kontrol. Untuk menjaga agar

sistem internal kontrol ini benar-benar dapat dilaksanakan, sangat diperlukan adanya

bagian yang berfungsi melaksanakan tugas internal audit. Pelaku yang menjalankan

fungsi ini disebut dengan auditor internal. Fungsi ini merupakan upaya tindakan

pencegahan, penemuan penyimpangan-penyimpangan (fraud) melalui pembinaan dan

pemantauan internal kontrol secara terus-menerus. Fungsi ini harus membuat suatu

program yang sistematis dengan mengadakan observasi langsung, pemeriksaan dan

penilaian atas pelaksanaan kebijakan pimpinan serta pengawasan sistem informasi

akuntansi dan keuangan lainnya (Suroso).

Audit internal merupakan suatu aktivitas konsultasi yang dikelola secara independen

dan objektif, yang dirancang sebagai penambah nilai untuk meningkatkan kegiatan

operasional perusahaan. Secara efektif, auditor internal menyediakan informasi yang

dibutuhkan manajer dalam melaksanakan tanggung jawab. Penilaian secara independen

dilakukan auditor internal pada suatu perusahaan untuk menilai kegiatan operasional

Page 64: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

61

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta efektivitas dan efisiensi

dari kinerja perusahaan (Sawyer, 2005).

Awalnya auditor internal lebih berperan sebagai pengawas atau mata dan telinga

manajemen karena manajemen membutuhkan kepastian terkait dengan pelaksanaan

kebijakan yang telah ditetapkan untuk menghindari tindakan yang menyimpang

(Tampubolon, 2005). Seiring dengan berjalannya waktu, fokus utama audit internal

mengalami pergeseran menjadi konsultan untuk perusahaan atau kliennya, yaitu

membantusatuan kerja operasional mengelola risiko dengan mengidentifikasi

masalah-masalah dan memberikan saran untuk tindakan perbaikan yang dapat

memberikan tambahan nilai sebagai amunisi memperkuat organisasi. Bahkan untuk masa

yangakan datang diprediksikan peran auditor internal akan menjadi katalisator yang di

mana akan ikut serta dalam penentuan tujuan dari suatu perusahaan atau organisasi

(Tampubolon, 2005).

Penelitian ini mengacu pada penelitian Priantinah dan Adhisty (2012)

menyimpulkan peran yang dijalankan auditor internal perusahaan masih menganut

paradigma lama yang sebenarnya saran dan rekomendasi yang diberikan peran ini hanya

bersifat jangka pendek dalam membantu perusahaan untuk mencapai tujuan. Tindakan

selayaknya polisi yang dijalani auditor internal sebagai pengawas dapat membuat

karyawan merasa tidak nyaman dan membuat karyawan kurang menyukai kehadirannya

sehingga kinerja yang mereka kurang maksimal. Selain itu tindakkan selayaknya polisi

membuat karyawan menganggap auditor internal adalah lawan mereka.

Penelitian Tjahyono (2012) meneliti peran audit internal di Universitas Sanata

Dharma. Hasil penelitian menyatakan bahwa peran auditor internal sebagai konsultan

merupakan peran yang paling dominan sedangkan peran yang terendah yaitu peran

auditor internal sebagai pengawas. Putri dan Waluyo (2013) melakukan penelitian di RS

PKU Muhammadiyah Yogyakarta hasil penelitian menunjukkan persepsi karyawan

tentang peran auditor internal sebagai katalisator menduduki peringkat I.

Frastika (2013) meneliti tentang Peranan Auditor Internal pada PT. Mitra Bisnis

Keluarga Ventura Cabang Weleri Kendal Jawa Tengah,berdasarkan hasil penelitian dan

analisis data, diketahui bahwa persepsi karyawan tentang peranan auditor internal sebagai

pengawas dinyatakan baik dengan presentase sebesar 73.3 % dan menduduki peringkat I.

Page 65: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

62

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana para karyawanmelihat jabatan

auditor internal PT Nasmoco Karangjati Motor dan apa perandari pekerjaan auditor

internal dalam membantu pencapaian tujuan perusahaanselama ini.

KAJIAN TEORI

a. Audit Internal

Menurut Agoes (2012) Internal audit (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaan yang

dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, terhadap laporan keuangan dan catatan

akuntansi perusahaan maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah

ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari

ikatan profesi yang berlaku. Peraturan pemerintah misalnya peraturan di bidang

perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan, perindustrian, investasi, dan

lain-lain

Menurut IIA (Institute of Internal auditor) yang dikutip oleh Boynton (2002) auditing

internal adalah aktivitas pemberian keyakinan serta konsultasi yang independen dan

objektif, yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi organisasi. Dari

pengertian-pengertian internal auditing di atas, dapat disimpulkan bahwa audit internal

merupakan pemeriksaan kembali kegiatan operasi perusahaan secara independen untuk

menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan guna mencapai

tujuannya serta meningkatkan efektivitas proses manajemen risiko, pengendalian dan

pengelolaan.

b. Peran Auditor Internal dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan

Dewasa ini peran auditor internal dirasakan semakin penting oleh organisasi

perusahaan. Kebutuhan akan auditor internal terutama timbul karena

perusahaan-perusahaan yang berkembang dengan hebatnya. Oleh karena itu, menjadi

sangat penting bagi suatu perusahaan untuk mempunyai tim spesialis yang menelaah

prosedur-prosedur dan operasi dari berbagai unit dan melaporkan ketidaktaatan suatu

tindakan, inefisiensi, dan tidak adanya kendali jelas bahwa tugas itu tidak dapat dibebani

pada auditor eksternal yang tujuan utamanya adalah menilai apakah laporan keuangan

mencerminkan secara wajar hasil-hasil usaha serta kondisi keuangan usaha suatu

perusahaan. Karena itu audit internal telah menjadi suatu pemberian jasa yang tidak

hanya memiliki keahlian akuntansi tetapi juga keahlian dalam perilaku organisasi atau

Page 66: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

63

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

perusahaan dan bidang-bidang fungsional lainnya. Peran Auditor Internal menurut

Simbolon (2010) sebagai berikut:

Tabel 1

Peran Auditor Internal

Uraian

Peran Auditor Internal

Paradigma Lama Paradigma Baru

Peran Pengawas Konsultan dan Katalisator

Pendekatan Detektif (mendeteksi terjadinya suatu

masalah)

Prefentif (mencegah masalah)

Sikap Seperti layaknya seorang polisi Sebagai mitra bagi perusahaan

Ketaatan/kepatuhan Semua policy/kebijakan Hanya policy yang relevan

Fokus Kelemahan/penyimpangan Penyelesaian yang konstruktif

Audit Financial/compliance audit Financial, compliance, operational

audit, quality assurance

Dampak yang diberikan Jangka pendek Jangka menengah dan jangka panjang

Sumber: Simbolon (2010)

c. Persepsi

Menurut Kreitner dan Kinicki (2003), persepsi adalah proses kognitif yang

memungkinkan kita dapat menafsirkan dan memahami lingkungan di sekitar kita.

Penafsiran tersebut merupakan pandangan kita tentang lingkungan atau tempat di mana

kita berada. Menurut Matlin dan Solso dalam Suharnan (2005, Pprsepsi adalah suatu

proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki (yang disimpan di dalam ingatan)

untuk mendeteksi atau memperoleh dan menginterpretasi stimulus (rangsangan) yang

diterima oleh alat indera seperti mata, telinga dan hidung.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Data Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini melalui pendekatan studi kasus.

Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh secara langsung melalui

wawancara pengisian kuesioner Persepsi Karyawan tentang Peran Auditor Internal

Page 67: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

64

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Sebagai Pengawas, Konsultan Dan Katalisator Dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan

pada PT Nasmoco Karangjati Motor.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Populasi yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah karyawan yang bekerja di PT Nasmoco Karangjati

Motor. Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak PT Nasmoco Karangjati Motor,

jumlah seluruh karyawan PT Nasmoco Karangjati Motor berjumlah 80 orang. Mengenai

penentuan sampel, Suharsini (2005) menyatakan bahwa dalam penentuan jumlah sampel,

jika subjek yang diteliti kurang dari 100, maka dipergunakan semua subjek sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Populasi yang berjumlah 80 orang

karyawan PT Nasmoco Karangjati Motorsebagai sampel.

Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Wawancara

Mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lisan kepada pihak-pihak yang

berhubungan dan mengetahui keberadaan auditor internal PT Nasmoco Karangjati Motor

untuk mendapatkan informasi tambahan mengenai kerja dan kegiatan dari auditor

internal.

b. Kuesioner

Menyebarkan daftar pernyataan yang diajukan secara tertulis beserta pilihan yang

telah tersedia. Responden yang dalam hal ini adalah karyawan PT Nasmoco Karangjati

Motor diminta untuk memilih salah satu jawaban yang terdapat dalam kuesioner sesuai

dengan apa yang dialami. Pengukuran pernyataan peneliti dalam kuesioner menggunakan

Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang mengenai fenomena sosial. (Sugiyono, 2008).

Pernyataan peneliti dan jawaban responden dikemukakan secara tertulis melalui

kuesioner dengan Skala Likert yang dimodifikasi, seperti sebagai berikut:

Page 68: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

65

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Tabel 2

Skor penilaian Kuesioner

Jawaban Skor Penilaian

Sangat setuju 4

Setuju 3

Tidak setuju 2

Sangat tidak setuju 1

Sumber: Sugiyono (2008)

Untuk mengurangi kecenderungan responden menjawab ragu-ragu/netral, maka

pada penelitian ini pilihan jawaban ragu-ragu/netral tidak disajikan sebagai alternatif

jawaban bagi responden.

Metode Analisis Data

a. Pengujian Instrumen Penelitian

1) Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengukur akurasi suatu instrumen pengukuran.

Instrumen tersebut dapat mengukur konstrak sesuai dengan yang diharapkan (Indriantoro

dan Supomo, 1999). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode korelasi product moment pearson dari Karl Pearson, dengan

rumus:

r = nΣxy – (Σx) (Σy)

. √{nΣx² – (Σx)²}{nΣy2 – (Σy)2}

Dimana :

n = Banyaknya Pasangan data X dan Y

Σx = Total Jumlah dari Variabel X

Σy = Total Jumlah dari Variabel Y

Σx2= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel X

Σy2= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel Y

Σxy= Hasil Perkalian dari Total Jumlah Variabel X dan Variabel Y

Page 69: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

66

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Penelitian ini menggunakan metode korelasi product moment pearson dengan

bantuan software SPSS dan hasilnya dibandingkan dengan r tabel. Jika r hitung > r tabel

maka pertanyaan valid. Skor tiap butir pernyataan per variabel dimasukkan disertai

dengan jumlah skor tiap butir pernyataan. Kuesioner yang disebarkan untuk uji validitas

dalam penelitian ini sebanyak 80 kuesioner. Uji coba validitas instrumen yang dilakukan

adalah menggunakan program IBM SPSS versi 21. Dilakukan dengan membandingkan

nilai r hitungdengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n –2. Dalam penelitian ini n =

72 maka (df) = 70, tingkat signifikansi 5%, sehingga pada tabel diperolehangka r tabel =

0,2319.

2) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas diukur melalui pendekatan relia-bilitas konsistensi internal (internal

consistency reliability). Dilakukan untuk melihat konsistensi diantara butir-butir

pertanyaan atau pernyataan dalam suatu instrumen. Tingkat keterkaitan antar butir

pertanyaan atau pernyataan dalam suatu instrument untuk mengukur konstrak tertentu

menunjukkan tingkat reliabilitas konsisten internal instrument yang bersangkutan

(Indriantoro dan Supomo, 1999). Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk

mengukur konsistensi internal yaitu Cronbach’s alpha yang tolak ukur atau patokan yang

digunakan untuk menafsirkan korelasi antara skala yang dibuat dengan semua skala

variabel yang ada, dengan rumus sebagai berikut :

r11 = Reliabilitas instrument

K = Banyaknya butir pertanyaan / pernyataan

∑σt2 = Jumlah varians butir

σt2 = Varianstotal

Page 70: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

67

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

b. Analisis Statistik Deskriptif

Teknik analisis data yang digunakan untuk jenis penelitian deskriptif ini adalah

teknik analisis statistik desktiptif. Statistik deskriptif bisa didefinisikan sebagai proses

pengumpulan, penyajian, dan meringkas berbagai karakteristik dari data dalam upaya

untuk menggambarkan data tersebut secara memadai dan merupakan teknik yang

digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan dari

permasalahan yang terjadi (Singgih, 2003).

1) Pengumpulan dan Penyajian Data

Data dikumpulkan dan diorganisasikan dengan kriteria tertentu dan disajikan dalam

bentuk table atau grafik. Data ditampilkan menggunakan table kontingensi dan tabel

distribusi frekuensi. Tabel kontingensi digunakan jika data berbentuk kualitatif.

Distribusi Frekuensi menyusun dan mengatur data kuantitatif yang masih mentah ke

dalam beberapa kelas data yang sama, sehingga setiap kelas bisa menggambarkan

karakeristik data yang sama. Proses pembuatan distribusi Frekuensi:

a) Menentukan Jumlah Kelas. H.A. Sturges mengajukan sebuah rumus menentukan

jumlah kelasdari sekelompok data:

K=1+3,3 log n

b) Menentukan Kelas Interval. Setelah jumlah kelas ditetapkan, selanjutnya mengisi

interval tiap kelas dengan rumus:

c) Panjang Kelas: panjang kelas didapat dari range dibagi dengan jumlah kelas.

2) Karakteristik Data

Central Tendency, yaitu yang berupa Mean, Median, atau Modus. Dipersion yang

berupa range, varians dan standar deviasi.

3) Kecenderungan Variabel

Deskripsi selanjutnya adalah melakukan pengkategorian skor masing-masing

variabel. Dari skor tersebut kemudian dibagi dalam 3 kategori. Pengkategorian

dilaksanakan berdasarkan mean dan standar deviasi ideal. Adapun menurut Anas (2006:

176) ketiga kategori tersebut:

Page 71: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

68

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Baik = M + 1SD < x

Cukup baik = M - 1SD ≤ x ≤ M + 1SD

Kurang baik = x < M - 1SD

M = 1/2 (skor tertinggi + skor terendah)

SD = 1/6 (skor tertinggi - skor terendah)

4) Hasil Angket

Deskripsi selanjutnya adalah menghitung hasil nilai masing-masing variabel. Dari

nilai tersebut kemudian dibagi dalam 4 persentase: sangat setuju, setuju, tidak setuju dan

sangat tidak setuju.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kuesioner yang telah dibagikan kepada rseponden berjumlah 80 dan dikembalikan

sebanyak 72. Kuesioner yang tidak diisi oleh responden sebanyak 8, yang berarti tingkat

pengembalian kuesioner sebesar 90 persen. Tujuh puluh dua kuesioner yang telah

kembali dapat diolah. Pengolahan data statistik menggunakan program SPSS 21.0 for

windows. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh indikator pada variabel

pengukuran dalam penelitian ini adalah valid karena nilai r hitung lebih besar dari r tabel

untuk degree of freedom (df) = n –2. Dalam penelitian ini n = 72 maka (df) = 70,

tingkatsignifikansi 5%, sehingga pada tabel diperoleh angka r tabel = 0,2391.

Tabel 3.

Hasil Uji Validitas InstrumenPeran Auditor Internal sebagai Pengawas dalam

Pencapaian Tujuan Perusahaan Pernyataan r hitung r tabel Keterangan

P1 0,391 0,2319 valid

P2 0,255 0,2319 valid

P3 0,389 0,2319 valid

P4 0,509 0,2319 valid

P5 0,559 0,2319 valid

P6 0,698 0,2319 valid

P7 0,561 0,2319 valid

P8 0,605* 0,2319 valid

Sumber: Data primer yang diolah, 2016

Page 72: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

69

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Tabel 4.

Hasil Uji Validitas InstrumenPeran Auditor Internal sebagai Konsultan dalam

Pencapaian Tujuan Perusahaan

Sumber: Data primer yang diolah, 2016

Tabel 5.

Hasil Uji Validitas InstrumenPeran Auditor Internal sebagai Konsultan dalam

Pencapaian Tujuan Perusahaan

Pernyataan r hitung r tabel Keterangan

Kt1 0,524 0,2319 valid

Kt2 0,522 0,2319 valid

Ktt3 0,441 0,2319 valid

Kt4 0,505 0,2319 valid

Kt5 0,432 0,2319 valid

Kt6 0,589 0,2319 valid

Kt7 0,465 0,2319 valid

Kt8 0,526 0,2319 valid

Sumber: Data primer yang diolah, 2016

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha yang

menunjukkanbahwa semua variabel mempunyai koefisien Alpha yang lebih besar dari

0,6 sehingga dapat di-katakan semua konsep pengukur variabel-variabel yang digunakan

Pernyataan r hitung r tabel Keterangan

K1 0,427 0,2319 valid

K2 0,452 0,2319 valid

K3 0,524 0,2319 valid

K4 0,495 0,2319 valid

K5 0,643 0,2319 valid

K6 0,553 0,2319 valid

K7 0,517 0,2319 valid

K8 0,461 0,2319 valid

Page 73: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

70

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

dalam penelitian ini adalah reliabel dan layak digunakan sebagai alat ukur dalam

pengujian statistik.

Tabel 6.

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Instrumen Cronbach’s

alpha

Kriteria Kesimpulan

Peran auditor internal sebagai pengawas dalam

pencapaian tujuan perusahaan

0,738 0,60 Reliabel

Peran auditor internal sebagai konsultan dalam

pencapaian tujuan perusahaan

0,742 0,60 Reliabel

Peran auditor internal sebagai katalisator dalam

pencapaian tujuan perusahaan

0,737 0,60 Reliabel

Analisis Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif ini dilakukan untuk mengetahui dan mendeskripsikan suatu

gambaran data dengan melihat tingkat frekuensi jawaban responden dari

pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner. Analisis deskriptif ini akan dibagi menjadi 3

golongan yaitu analisis deskriptif peran auditor internal sebagai pengawas, analisis

deskriptif peran auditor internal sebagai konsultan, analisis deskriptif peran auditor

internal sebagai katalisator. Atas pembagian ketiga golongan tersebut maka akan terlihat

bahwa peran auditor internal dapat dinyatakan sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat

tidak setuju.

Tabel 7

Deskriptif Statistik Peran Auditor Internal Sebagai Pengawas

Pertanyaan N Minimum Maximum Sum Mean Std.

Deviation

P1 72 1,0 4,0 220,0 3,06 ,6255

P2 72 1,0 4,0 205,0 2,85 ,8502

P3 72 1,0 4,0 204,0 2,83 ,8881

P4 72 1,0 4,0 195,0 2,71 ,8791

P5 72 1,0 4,0 201,0 2,80 ,9485

P6 72 1,0 4,0 196,0 2,72 1,0101

P7 72 1,0 4,0 186,0 2,58 ,9750

Page 74: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

71

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

P8 72 1,0 4,0 199,0 2,76 ,8959

TOTAL 72 15,0 32,0 1606,0 22,31 3,5550

Valid N

(listwise) 72

Sumber : Output SPSS Descriptive Statistics

Berdasarkan tabel 7 dari 8 (delapan) pertanyaan terdapat nilai rata-rata tertinggi

sebesar 3,06 dengan jumlah total 220 yang terdapat pada pertanyaan nomor 1 (satu) yang

berbunyi : “Auditor Internal sebagai “kaki tangan” manajemen”. Jika dilihat dari rentang

kriteria penilaian maka dapat diketahui bahwa pada pertanyaan ini responden

menyatakan setuju. Pertanyaan yang memiliki nilai rat-rata terendah sebesar 2,58 dengan

jumlah total 186 yang berbunyi : “Auditor Internal melakukan penghitungan fisik

terhadap uang kas”.Jika dilihat dari rentang kriteria penilaian maka dapat diketahui

bahwa pada pertanyaan nomor 7 (tujuh) responden menyatakan setuju.

Tabel 8.

Deskriptif Statistik Peran Auditor Internal Sebagai Konsultan

Sumber : Output SPSS Descriptive Statistics

Pertanyaan N Minimum Maximum Sum Mean Std.

Deviation

K1 72 1,0 4,0 206,0 2,86 ,7747

K2 72 1,0 4,0 209,0 2,90 ,7901

K3 72 1,0 4,0 201,0 2,80 ,7680

K4 72 1,0 4,0 196,0 2,72 ,9961

K5 72 1,0 4,0 186,0 2,58 ,9154

K6 72 1,0 4,0 189,0 2,63 ,9106

K7 72 1,0 4,0 185,0 2,57 ,8853

K8 72 1,0 4,0 199,0 2,76 ,9713

TOTAL 72 15,0 32,0 1571,0 21,819 3,5814

Valid N

(listwise) 72

Page 75: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

72

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Berdasarkan tabel 8 dari 8 (delapan) pertanyaan terdapat nilai rata-rata tertinggi

sebesar 2,90 dengan jumlah total 209 yang terdapat pada pertanyaan nomor 2 (dua) yang

berbunyi : “Auditor Internal menganalisis semua tindakan karyawan agar tidak

bertentangan dengan kebijakan, standar, prosedur, hukum, dan regulasi yang berlaku”.

Jika dilihat dari rentang kriteria penilaian maka dapat diketahui bahwa pada pertanyaan

ini responden menyatakan setuju. Pertanyaan yang memiliki nilai rat-rata terendah

sebesar 2,57 dengan jumlah total 185 yang berbunyi : “Auditor Internal mengevaluasi

perbaikan aktivitas yang berkesinambungan dan pengadopsian praktek yang sehat dan

efektif”.Jika dilihat dari rentang kriteria penilaian maka dapat diketahui bahwa pada

pertanyaan nomor 7 (tujuh) responden menyatakan setuju.

Tabel 9.

Deskriptif Statistik Peran Auditor Internal Sebagai Katalisator

Sumber : Output SPSS Descriptive Statistics

Berdasarkan tabel 9 dari 8 (delapan) pertanyaan terdapat nilai rata-rata tertinggi

sebesar 2,90 dengan jumlah total 209 yang terdapat pada pertanyaan nomor 1 (satu) yang

berbunyi : “Auditor Internal mengarahkan pelaksanaan kualitas manajemen agar sesuai

Pertanyaan N Minimum Maximum Sum Mean

Std.

Deviation

Kt1 72 1,0 4,0 222,0 3,08 ,8005

Kt2 72 1,0 4,0 202,0 2,81 ,8824

Kt3 72 1,0 4,0 194,0 2,69 ,9589

Kt4 72 1,0 4,0 176,0 2,44 1,0055

Kt5 72 1,0 4,0 186,0 2,58 ,8999

Kt6 72 1,0 4,0 190,0 2,64 ,8443

Kt7 72 1,0 4,0 200,0 2,78 ,9674

Kt8 72 1,0 4,0 188,0 2,61 1,0556

TOTAL 72 15,0 32,0 1558,0 21,639 3,7012

Valid N

(listwise) 72

Page 76: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

73

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

dengan yang direncanakan”. Jika dilihat dari rentang kriteria penilaian maka dapat

diketahui bahwa pada pertanyaan ini responden menyatakan setuju. Pertanyaan yang

memiliki nilai rat-rata terendah sebesar 2,44 dengan jumlah total 176 yang berbunyi :

“Auditor Internal menganalisis masukan dari pihak yang diaudit dan secara positif

memberikan reaksi terhadap masukan tersebut”.Jika dilihat dari rentang kriteria penilaian

maka dapat diketahui bahwa pada pertanyaan nomor 4 (empat) responden menyatakan

setuju.

Distribusi Kecenderungan Frekuensi Variabel

Perhitungan meanideal dan standar deviasi ideal instrumen persepsi karyawan

tentang peran auditor internal sebagai pengawas adalah M = ½ (32 + 15) =26 dan SD =

1/6 (32 – 15) = 21. Dari perhitungan di atas dapat dikategorikan dalam 3 kelas seperti

sebagai berikut:

➢ Baik = M + 1SD < x = 24 < x

➢ Cukup baik = M – 1SD ≤ x ≤ M + 1SD = 16 ≤ x≤ 24

➢ Kurang baik = x < M – 1SD = x < 16

Tabel 10.

Distribusi Kecenderungan Frekuensi Variabel Persepsi Karyawan Tentang Peran Auditor

Internal Sebagai Pengawas dalam PencapaianTujuan Perusahaan

No Interval

Frekuensi

Kategori

Absolut Relatif Kumulatif

1 26 < x 14 17,72% 17,72% Baik

2 21 ≤ x ≤ 26 44 55,70% 73% Cukup Baik

3 x < 21 21 26,585 100% Kurang Baik

Sumber : data primer yang diolah, 2016

Berdasarkan hasil perhitungan distribusi kecenderungan frekuensi variabel dapat

diketahui bahwa persebaran data dari peran ini dikategorikan cukup baik, yang di mana

untukfrekuensi absolut sebesar 44 dan frekuensi relative 55,7 %.

Page 77: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

74

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Tabel 11.

Distribusi Kecenderungan Frekuensi Variabel Persepsi Karyawan Tentang Peran Auditor

Internal Sebagai Konsultan dalam PencapaianTujuan Perusahaan

No Interval

Frekuensi

Kategori

Absolut Relatif Kumulatif

1 26 < x 7 9,09% 9,09% Baik

2 21 ≤ x ≤ 26 34 44,16% 53,25% Cukup Baik

3 x < 21 36 46,75% 100,00% Kurang Baik

Sumber : data primer yang diolah, 2016

Berdasarkan hasil perhitungan distribusi kecenderungan frekuensi variabel dapat

diketahui bahwa persebaran data dari peran ini dikategorikan cukup baik, yang di mana

untuk frekuensi absolut sebesar 34 dan frekuensi relative 44,16%.

Tabel 12.

Distribusi Kecenderungan Frekuensi Variabel Persepsi Karyawan Tentang Peran Auditor

Internal Sebagai Katalisator dalam PencapaianTujuan Perusahaan

No Interval

Frekuensi

Kategori

Absolut Relatif Kumulatif

1 26 < x 5 6,58% 6,58% Baik

2 21 ≤ x ≤ 26 37 48,68% 55,26% Cukup Baik

3 x < 21 34 44,74% 100,00% Kurang Baik

Sumber : data primer yang diolah, 2016

Berdasarkan hasil perhitungan distribusi kecenderungan frekuensi variabel dapat

diketahui bahwa persebaran data dari peran ini dikategorikan cukup baik, yang di mana

untukfrekuensi absolut sebesar 37 dan frekuensi relative 48,68%.

Page 78: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

75

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Tabel 13.

Total Skor dari Persepsi Karyawan Tentang Peran Auditor Internal baik Sebagai

Pengawas, Konsultan,dan Katalisator dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan

Bobot

(1)

Pengawas

(2)

Nilai

(3)

Konsultan

(4)

Nilai

(5)

Katalisator

(6)

Nilai

(7)

SS 4 122 488 103 412 111 444

S 3 263 789 271 813 257 771

TS 2 125 250 133 266 120 240

STS 1 58 58 61 61 80 80

TOTAL 568 1585 568 1552 568 1535

Sumber : data yang diolah, 2016

Keterangan table :

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Kolom Nilai (3): Kolom Bobot (1) x Kolom Pengawas (2)

Kolom Nilai (5): Kolom Bobot (1) x Kolom Konsultan (4)

Kolom Nilai (7): Kolom Bobot (1) x Kolom Katalisator (6)

Hasil dari persepsi karyawan tentang peran auditor internal sebagai pengawas dalam

pencapaian tujuan perusahaan pada tabel 13 , dapat diketahui bahwa 72 responden PT

Nasmoco Karangjati Motor tentang peran auditor internal sebagai pengawas dengan total

568 persepsi dan total nilai 1.585 dari 8 item pernyataan yaitu mulai dari pernyataan P1

sampai dengan pernyataan P8. Responden yang menyatakan sangat setuju adalah 122

responden dengan jumlah nilai 488, responden menyatakan setuju adalah 263 dengan

jumlah nilai 789. Sedangkan 125 responden menyatakan tidak setuju dengan jumlah nilai

250, dan 58 responden menyatakan sangat tidak setuju dengan jumlah nilai 58.

Page 79: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

76

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Hasil dari persepsi karyawan tentang peran auditor internal sebagai konsultan dalam

pencapaian tujuan perusahaan pada tabel 13, dapat diketahui bahwa 72 responden PT

Nasmoco Karangjati Motor tentang peran auditor internal sebagai pengawas dengan total

568 persepsi dan total nilai 1.552 dari 8 item pernyataan yaitu mulai dari pernyataan K1

sampai dengan pernyataan K8. Responden yang menyatakan sangat setuju adalah 103

responden dengan jumlah nilai 412, responden menyatakan setuju adalah 271 dengan

jumlah nilai 813. Sedangkan 133 responden menyatakan tidak setuju dengan jumlah nilai

266, dan 61 responden menyatakan sangat tidak setuju dengan jumlah nilai 61.

Hasil dari persepsi karyawan tentang peran auditor internal sebagai katalisator dalam

pencapaian tujuan perusahaan pada tabel 13, dapat diketahui bahwa 72 responden PT

Nasmoco Karangjati Motor tentang peran auditor internal sebagai pengawas dengan total

568 persepsi dan total nilai 1.535 dari 8 item pernyataan yaitu mulai dari pernyataan Kt1

sampai dengan pernyataan Kt8. Responden yang menyatakan sangat setuju adalah 111

responden dengan jumlah nilai 444, responden menyatakan setuju adalah 257 dengan

jumlah nilai 771. Sedangkan 120 responden menyatakan tidak setuju dengan jumlah nilai

240, dan 80 responden menyatakan sangat tidak setuju dengan jumlah nilai 80.

Tabel 14.

Hasil Pemberian Peringkat pada Persepsi Karyawan Tentang Peran Auditor Internal

dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan

Peran Audit

Internal Total Nilai Presentase Peringkat

Pengawas 1585 33,93% I

Konsultan 1552 33,22% II

Katalisator 1535 32,86% III

Total 4672 100%

Sumber : data yang diolah, 2016

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa persepsi karyawan tentang peran

auditor internal sebagai pengawas dalam pencapaian tujuan perusahaan mempunyai total

presentase tertinggi yaitu 33,93% dari total keseluruhan. Berdasarkan tabel diatas dapat

diketahuiauditor internal sebagai pengawas menduduki peringkat I dengan total skor

Page 80: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

77

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

sebesar 1.585(33,93%). Peran yang dijalankan auditor internal perusahaan masih

menganut paradigma lamayang sebenarnya saran dan rekomendasi yang diberikan peran

ini hanya bersifat jangka pendekdalam membantu perusahaan untuk mencapai tujuan.

Tindakan yang dijalaniauditor internal sebagai pengawas dapat membuat karyawan

merasa tidak nyaman dan membuatkaryawan kurang menyukai kehadirannya sehingga

kinerja yang mereka kurang maksimal. Selain itu tindakkan selayaknya polisi membuat

karyawan menganggap auditor internal adalahlawan mereka. Dengan peran auditor

internal sebagai pengawas juga dianggap karyawan kurangmemberikan kontribusi yang

maksimal dalam membantu pencapaian tujuan perusahaan.

Kemudian diperingkat II adalah persepsi karyawan tentang peran auditor internal

sebagai konsultan dalam pencapaian tujuan perusahaan mempunyai total nilai sebesar

1.552 (33,22%) dari total keseluruhan.Pada kenyataanya karyawan pada PT Nasmoco

Karangjati Motor membutuhkanauditor internal yang tidak hanya berfokus pada

penemuan kecurangan yang terjadi tetapi juga berperan sebagai konsultan internal yang

memberikan masukan dan pemikiran dalammembantu pencapaian tujuan perusahaan

serta dapat menunjang efektivitas pengendalian atas kegiatan-kegiatan yang berjalan di

pada PT Nasmoco Karangjati Motor. Didukung dengan redefinisi yang dikemukakan IAI

pada tahun 1999 tentang peran audit internal menyatakan akanbahwa lebih efektif dalam

pencapaian tujuan perusahaan dan memberi nilai tambah bagi perusahaan jika auditor

internal suatu perusahaan merancang aktivitas konsultasi, yang di manaaktivitas ini

terkait dengan peran auditor internal sebagai konsultan.

Peringkat III adalah persepsi karyawan tentang peran auditor internal sebagai

katalisator dalam pencapaian tujuan perusahaan yang memiliki total nilai sebesar 1.535

(32,86%) dari total keseluruhan.Peran ini merupakan peran yang paling sedikit

diperankan oleh auditor internal pada PT Nasmoco Karangjati Motor. Dalam menerapkan

peran ini secara penuh membutuhkan waktu danproses yang cukup panjang, peran

auditor internal sebagai katalisator dimungkinkan akan ikut serta dalam menentukan

tujuan pada PT Nasmoco Karangjati Motor.

Page 81: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

78

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil perhitungan distribusi kecenderungan frekuensi variabel dapat

diketahui bahwa persebaran data dari peran ini dikategorikan cukup baik, yang di

mana untuk frekuensi absolut sebesar 44 dan frekuensi relative 55,7 %. Berdasarkan

tabel 4.12 dapat diketahui auditor internal sebagai pengawas menduduki peringkat I

dengan total skor sebesar 1.585 (33,93%).

2. Berdasarkan hasil perhitungan distribusi kecenderungan frekuensi variabel dapat

diketahui bahwa persebaran data dari peran ini dikategorikan cukup baik, yang di

mana untuk frekuensi absolut sebesar 34 dan frekuensi relative 44,16%. Berdasarkan

tabel. 4.12 dapat diketahui auditor internal sebagai konsultan menduduki peringkat II

dengan total skor sebesar 1.552 (33,22%).

3. Berdasarkan hasil perhitungan distribusi kecenderungan frekuensi variabel dapat

diketahui bahwa persebaran data dari peran ini dikategorikan cukup baik, yang di

mana untuk frekuensi absolut sebesar 37 dan frekuensi relative 48,68%. Berdasarkan

tabel 4.12 dapat diketahui auditor internal sebagai katalisator menduduki peringkat III

dengan total skor sebesar 1.535 (32,86%).

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat saran-saranyang dapat dijadikan masukan

guna meningkatkan peran dan tanggung jawab auditor internal agar dapat membatu

dalam pencapaian tujuan pada PT Nasmoco Karangjati Motor:

1. Agar pada PT Nasmoco Karangjati Motor dapat terusberkembang dan tujuan

perusahaan yang telah ditetapkan dapat tercapai, diperlukan suatu kerjasama di setiap

bagian atau departemen, terutama Auditor Internal yang dituntut untuk terus

berinteraksi menjalin kerjasama dengan staf perusahaan agar tercipta suatu kerjasama

yang baik seperti diungkapkan dalam tujuan perusahaan yaitu meningkatkan suasana

kerja yang kondusifserta kooperatif untuk mewujudkan kepuasan kerja dan

kesejahteraan karyawan.

2. Auditor Internal pada PT Nasmoco Karangjati Motor diharapkan dapat meningkatkan

perannya sebagai konsultan karena menurut persepsi karyawan dengan perannya

yang sekarang ini sudahdijalankan kurang memberikan kontribusi yang maksimal

dalam pencapaian tujuan perusahaandan membuat karyawan kurang menyukai dan

Page 82: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

79

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

tidak nyaman dengan peran yang dijalankansekarang. Dengan meningkatkan peran

auditor internal sebagai konsultan, akan lebih efektifdalam membantu karyawan dan

memberi nilai tambah bagi perusahaan untuk mencapai tujuanperusahaan.

3. Membimbing manajemen untuk mengenali risikoyang dapat menghambat

pencapaian tujuanperusahaan sebaiknya diterapkan oleh auditor internal pada PT

Nasmoco Karangjati Motor danmembatu dalam menentukan tujuan perusahaan,yang

di mana peran ini terkait dengan peran auditorinternal sebagai katalisator. Akan

tetapi,yang perlu diingat dalam menjalankan peran ini,auditor hanya sebagai

fasilitator atau agen of change, bukan sebagai pihak yang memberikankeputusan

tentang langkah apa yang harus diambilkarena yang berhak memutuskan adalah

manajemen dalam perusahaan.

Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Metode analisis masih menggunakan metode yang sederhana.

2. Belum dilakukan analisis faktor untuk konstruk auditor internal sebagai pengawas,

konsultan, dan katalisator.

3. Definisi auditor internal belum dijelaskan secara rinci, yaitu auditor internal adalah

sebagai watch control audit.

Agenda Penelitian yang Akan Datang

Adapun agenda yang dapat diberikan untuk penelitian mendatang setelah melakukan

analisis atas hasil penelitian yaitu :

1. Penelitian selanjutanya sebaiknya dilakukan analisis faktor untuk konstruk auditor

internal sebagai pengawas, konsultan, dan katalisator.

2. Metode analisis yang digunakan selanjutnya menggunakan anova.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. (2012). Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan

Publik. Jilid 1. Edisi Empat. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Page 83: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

80

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Frastika, Winda. 2013. Persepsi Karyawan Tentang Peranan Auditor Internal pada PT.

Mitra Bisnis Keluarag Ventura Cabang Weleri Kendal Jawa Tengah. Jurnal

Profita. Vol. 1 Nomor 8.

Ikatan Akuntansi Indonesia. (2001). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:

Salemba Empat.

Indriantoro, Nur, Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk

Akuntansi & Manajemen Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Kreitner, Robert dan Angelo Kinicki. (2003). Perilaku organisasi (Organizational

Behaviour). Jakarta: Salemba Empat.

Marzuki. 2005. Metodologi Riset. Yogyakarta: Ekonosia

Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. (1999). Metodologi Penelitian Bisnis untuk

Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Priantinah, Denies dan Adhisty, Megasari Chitra. 2012.Persepsi Karyawan Tentang

Peran Auditor Internal Sebagai Pengawas, Konsultan dan Katalisator dalam

Pencapaian Tujuan Perusahaan (Studi Kasus di Hotel Inna Garuda

Yogyakarta).Jurnal Nominal / Volume I Nomor I, Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Yogyakarta.

Putri, Pandu Wijayanti dan Waluyo, Indarto. 2013. Persepsi Karyawan Terhadap Peran

Auditor Internal Pada RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal Profita. Vol.

1 Nomor 8.

Sawyer, Lawrence B., Mortimer Dittenhofer, James H. Scheiner. (2005). Sawyer’s

Internal Auditing. Buku 1. Edisi 5. Penerjemah Desi Adhariani. Salemba

Empat.Jakarta.

Simbolon, Harry Andrian. (2010).Paradigma Baru Audit Internal. Diambil dari:

http://akuntansibisnis.wordpress.com/feed/, pada tanggal 3 Februari 2012.

Singgih Santoso. 2003. Statistik Diskriptif Konsep dan Aplikasi dengan Microsoft Excel

dan SPSS.Yogyakarta: Andi Offset.

Sugiyono. (2008). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suharnan. (2005). Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi.

Suharsimi Arikunto. (2005). Manajemen Penelitian. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Page 84: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

81

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Supriyanto Ilyas dan Maulana Prima Aryawan. (2007). Pergeseran Paradigma tentang

Fungsi Audit internal Serta Kaitannya dengan Aspek Teknologi Informasi dalam

Organisasi Perguruan Tinggi. JurnalUniversitas Widyatama. Hal. 4-5.

Suroso. (2009). Kedudukan dan Fungsi Audit Internal dalam Perusahaan. Jurnal Ilmiah

Abadi Ilmu.Vol. 2 No.2: Hal. 230.

Tampubolon, Robert. (2005). Risk and System-Based Internal Audit. Jakarta: Elex Media

Komputindo.

Tjahyono, Bernhard. 2012. “Analisis Peran Audit Internal di Perguruan Tinggi

Swasta Studi kasus di Uneversitas Sanata Dharma Yogyakarta”. Jurnal Bisnis &

Ekonomi. Vol. 4 (April). Hal 28-38.

Page 85: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

82

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

ENTREPRENEURIAL BUREAUCRACY: SEBUAH TUNTUTAN MUTLAK

UNTUK MENUTUPCAPACITY GAP APARATUR BIROKRASI DALAM ERA

OTONOMI DAERAH

Rahoyo, S.E., M.Si

Asih Niati, S.E., M.M.

Fakultas Ekonomi Universitas Semarang

Diterima: November 2018. Disetujui: Desember 2018. Dipublikasikan: Januari 2019

Abstract

The estuary of the overall policy of regional autonomy must be to improve the welfare of local and

regional communities in general in all dimensions. For bureaucratic apparatus, on the one hand, it means

that the level of community satisfaction with the various services provided by the bureaucracy as an

extension of the government (read: state / state) that is responsible for managing the welfare of its citizens is

a major measurement of the whole system bureaucracy has indeed carried out its functions and roles

properly or not. In other words, the more local and regional communities are served more satisfactorily, the

core spirit of regional autonomy is increasingly achieved. Conversely, the more people feel disappointed

with the overall performance of bureaucratic services, the spirit of regional autonomy is in fact being

ignored in fact. In that context, especially coupled with the fact that the demands of the community are

increasingly fierce, their awareness of their political, economic and social rights has developed so far

compared to a decade ago that the bureaucracy is required to be able to self-transform to become more

productive, professional , efficient, effective, has a vision that is far ahead, and that is not less important is

community-oriented (customers-oriented). In short, facing the challenges of an increasingly complex and

advanced society life as it is today, also precisely in order to achieve the core spirit of regional autonomy,

entrepreneurial bureaucracy becomes imperative.

Keywords: Entrepreneurial Bureaucracy, Apparatus, Regional Autonomy

Abstrak

Muara dari keseluruhan kebijakan otonomi daerah (the overall policies of regional autonomy)

haruslah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal dan regional secara umum dalam keseluruhan

dimensinya. Bagi aparatur birokrasi, pada satu sisi, itu berarti bahwa tingkat kepuasan masyarakat terhadap

berbagai layanan yang disediakan birokrasi sebagai kepanjangan tangan pemerintah (baca: negara/state)

yang memang bertanggung jawab untuk mengurus kesejahteraan warganya menjadi tolok ukur utama

(major measurement) apakah keseluruhan sistem birokrasi memang telah menjalankan fungsi dan perannya

dengan semestinya atau belum. Dengan kata lain, semakin masyarakat lokal dan regional terlayani dengan

lebih memuaskan, semangat inti (core spirit) otonomi daerah semakin tercapai. Sebaliknya, semakin

masyarakat merasa kecewa dengan keseluruhan kinerja pelayanan birokrasi, roh dari otonomi daerah

tersebut secara faktual sebenarnya sedang terabaikan. Dalam konteks itulah apalagi ditambah dengan

kenyataan bahwa tuntutan-tuntutan masyarakat kini semakin beragaram, kesadaran akan hak politik,

ekonomi dan sosial mereka pun telah berkembang begitu jauh dibanding satu dekade lalu birokrasi dituntut

mampu melakukan transformasi diri (self transformation) untuk menjadi semakin poduktif, profesional,

efisien, efektif, memiliki visi yang jauh ke depan, dan yang tak kalah penting adalah berorientasi pada

masyarakat (customers-oriented). Singkat kata, menghadapi tantangan kehidupan masyarakat yang

semakin kompleks dan maju seperti sekarang ini, juga justru demi tercapainya semangat inti otonomi

daerah,, birokrasi yang berjiwa wirausaha (entrepreneurial bureaucracy) menjadi sesuatu yang imperatif.

Kata kunci: Birokrasi Entrepreneurial, Aparatur, Otonomi Daerah

Page 86: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

83

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Pendahuluan

Apabila terdapat persoalan yang paling banyak dibicarakan khalayak terkait

pengelolaan administrai publik di era otonomi daerah ini, persoalan itu adalah

menyangkut tata-kelola pemerintahan yang baik (good governance). Hal ini bisa

dipahami mengingat berhasil-tidaknya pembangunan yang dilakukan oleh negara, salah

satunya, sangat ditentukan oleh kapasitas sumber daya manusia dan kapasitas

kelembagaan pemerintah (Moeljarto Tjokrowinoto, 2002).

Secara formal, pemerintah Indonesia selama masa Orde Baru sebenarnya telah

beberapa kali melakukan improvement di bidang ini. Medelina K. Hendytio mencatat ,

selama masa Orde Baru berkuasa, telah tiga kali dilakukan reformasi untuk menanggapi

tuntutan tersebut. Reformasi pertama dilakukan pada masa dekade pertama Orde Baru

memegang tampuk pimpinan pemerintahan. Tujuan reformasi birokrasi ketika itu adalah

agar birokrasi menjadi semakin efisien dan efektif sehingga dapat mendukung stabibilas

nasional. Reformasi kedua dilakukan pada awal 1980-an dalam bentuk privatisasi,

deregulasi dan debirokratisasi. Reformasi kala itu lebih ditujukan untuk memotong segala

bentuk praktik penyebab ekonomi biaya tinggi (high cost economy) seperti uang pelicin,

korupsi dan prosedur yang berbelit-belit. Konteks situasi, terutama ekonomi, yang

melatarbelakangi perlunya melakukan reformasi kedua tersebut adalah bahwa ketika itu

negara sedang giat-giatnya melakukan perubahan strategi dari aktivitas industrialisasi

substitusi impor menjadi industrialisasi dengan orientasi ekspor. Birokrasi dituntut untuk

bisa mendukung kebijakan pemerintah di atas. Dan, ekonomi biaya tinggi yang ketika itu

banyak disorot para pengamat, jelas merupakan salah satu penghambat kegiatan ekspor

karena dengan ekonomi biaya tinggi tersebut produk-produk industri dalam negeri

menjadi tidak kompetitif di pasar luar negeri. Sedangkan reformasi ketiga dilakukan awal

tahun 1990-an di mana pemerintah pusat bertekad menciptakan pemerintahan (baca:

birokrasi) yang bersih dan berwibawa. Agenda dan penerapan pengawasaan melekat

(waskat) yang amat populer pada dekade itu merupakan salah satu aplikasi riil dari

reformasi ketiga di atas.

Faktanya, setelah selama satu generasi coba diperbaiki guna memenuhi kualifikasi

birokrasi yang kapabel, akuntabel dan responsif serta adaptif terhadap segala tuntutan

kemajuan dan perkembangan kehidupan masyarakat, aparatur birokrasi kita ternyata

Page 87: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

84

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

tetap saja belum menunjukkan kemajuan yang berarti. Faisal Tamin, mantan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara pada masa Pemerintahan Megawati Soekarnoputri,

mengungkapkan bahwa 60% dari seluruh pegawai negeri sipil di Indonesia tidak

produktif dan tidak profesional. Laporan Bank Dunia 2003 menyebutkan, hampir

separuh dari seluruh pejabat di Indonesia menerima pungli. Angka kemiskinan di

Indonesia tahun 2007 juga masih bertengger pada kisaran 17% lebih. Sementara,

laporan Indonesian Corruption Watch (ICW) mengemukakan bahwa sepanjang Januari

sampai dengan Desember 2004 ditemukan 239 kasus korupsi di berbagai daerah dengan

berbagai aktor dan modus operandinya. Yang paling paradoksal adalah lahirnya

peraturan-peraturan daerah (Perda) yang justru tidak pro-perekonomian

pascapemberlakuan otonomi daerah. Mantan Ketua Kadin (Menteri Koordinator

Kesejahteraan Rakyat Pemerintahan SBY-JK), Aburizal Bakri, mengemukakan, terdapat

1006 Perda yang memberatkan dunia usaha. Di satu sisi kemiskinan masih menjadi

momok menakutkan, tetapi di sisi lain, pemerintah daerah (aparatur birokrasi)

ber-euphoria-berpesta menikmati kebebasan politik dengan semena-mena melahirkan

produk-produk hukum tanpa mempertimbangkan efek ekonomisnya bagi masyarakat. Di

satu sisi, masalah kemandirian finansial merupakan salah satu problem utama yang

dihadapi pemerintah daerah pada era otonomi daerah ini , tetapi di sisi lain, terutama para

elit pemerintahannya, alih-alih berusaha menarik investasi agar kehidupan perekonomian

daerah bisa berkembang dan pendapatan asli daerah (PAD) meningkat, mereka justru

menutup dan menghambat perkembangan dunia usaha dengan melahirkan perda-perda di

atas.

Fakta-fakta di atas menjadi bukti tak terbantahkan bahwa mental pegawai yang

sekaligus feodalistis secara ironis masih mendominasi sikap dan perilaku mereka dalam

sebuah praktik kehidupan negara bangsa (nation-state) yang sudah jauh berkembang.

Semua itu jelas kontraproduktif terhadap semangat otonomi daerah. Padahal, idealnya,

para aparatur birokrasi tersebut haruslah adaptif, responsif bahkan bila perlu proaktif

menanggapi tantangan pesatnya perkembangan kehidupan politik, ekonomi dan sosial

masyarakat yang dilayaninya. Di sinilah letak persoalannya: untuk bisa adaptif, responsif

dan bahkan harus proaktif terhadap kemajuan dan perkembangan kehidupan masyarakat

sebagai konsumennya, para aparatur birokrat tersebut haruslah memiliki jiwa wirausaha

Page 88: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

85

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

(entrepreneurial bureaucracy). Kenyataannya, mental itu masih jauh dari para aparatur

birokrasi kita.

Makalah ini akan berusaha menyoroti pentingnya entrepreneurial bureaucracy

(birokrasi yang berjiwa wirausaha) dalam era otonomi daerah. Pada bagian awal,

makalah ini akan menunjukkan adanya capacity gap yang ada pada birokrasi kita.

Selanjutnya, makalah ini akan berusaha menguraikan bahwa dalam batas-batas tertentu

negara dan atau pemerintahan (baca: organisasi formal birokrasi) tak ubahnya sebuah

perusahaan. Dengan demikian, prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good

corporate governance) demi efektivitas, efisiensi, dan produktivitas sebuah perusahaan

pun pasti bisa diterapkan untuk mencapai efektivitas, efisiensi dan produktivitas

birokrasi. Pada bagian inilah, penulis akan berusaha menguraikan beberapa karakteristik

jiwa wirausaha (entrepreneur spirit) dan secara khusus karakteristik birokrasi yang

berjiwa wirausaha (entrepreneur bureaucracy). Di akhir makalah, penulis mencoba

menghadirkan beberapa tantangan yang sangat potensil dihadapi dalam usaha

mewujudkan entrepreneur bureaucracy di atas.

Capacity Gap

Isu desentralisasi pada dasarnya merupakan fenomena global sebagai tuntutan

masyarakat yang merasakan bahwa pemerintahan yang besar dan perencanaan sentral

tidak mampu memberikan hasil-hasil pembangunan yang diharapkan.

In the 1960s and 1970s, the international community had been a strong supporter of

big government and central planning. When that did not bring the desired developmental

outcomes, ... (I)n the 1990s, territorial decentralisation was promoted as the authentic

path to development.

Apa yang dikemukakan oleh Mark Turner dan Owen Podger di atas merupakan salah

satu faktor eksternal selain demokratisasi, ekonomi pasar, maraknya isu civil society di

seluruh belahan dunia, dsb yang memicu kebijakan desentralisasi pemerintahan di

Indonesia menuju otonomi daerah yang sebenarnya (authentically regional autonomy).

Dari dalam negeri sendiri (faktor internal), perubahan konfigurasi politik

pascatumbangnya pemerintahan Orde Baru, ketidakpuasan daerah atas

kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah pusat selama ini, yang berbuntut pada isu

Page 89: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

86

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

separatisme dan balkanisasi, juga telah mendorong dikeluarkannya UU No 22/1999 yang

kemudian direvisi menjadi UU No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah. Apalagi,

secara geografis, Indonesia yang terdiri dari 13.677 pulau, terbentang hampir mencapai

5.000 kilometer dari timur ke barat dan 1.770 kilometer dari utara ke timur dan dengan

penduduk lebih dari 200 juta jiwa, memang tidak mungkin diurus dengan sistem

pemerintahan terpusat (sentralistik).

Melalui otonomi daerah yang otentik, diasumsikan akan terjadi efisiensi

pemerintahan, pemerataan pembangunan yang lebih fair dan berkeadilan serta

memperhatikan lokalitas, persaingan yang sehat antardaerah regional, dan yang paling

utama mendekatkan pemerintahan kepada rakyat. Muara semua itu adalah semakin

terjaminnya hak-hak politik, ekonomi, dan sosial masyarakat, munculnya partisipasi aktif

masyarakat sebagai warga negara dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan,

dan pada akhirnya terciptanya suatu kondisi masyrakat yang lebih sejahtera.

Secara yuridis-formal, otonomi daerah memang telah mendapatkan pijakannya

dengan lahirnya UU No 22/1999 (pascarevisi menjadi UU No 32/2004) dan dengan

segala dinamikanya. Demikianpun, landasan yuridis formal itu baru memenuhi syarat

perlu (required conditions) dan belum memenuhi syarat cukup (sufficient conditions)

bagi tercapainya semangat awal (initial spirit) desentralisasi dan otonomi daerah. Para

pengamat pada umumnya sepakat bahwa sufficient conditions tersebut terpenuhi ketika

tercipta tatakelola pemerintahan yang baik (good governance). Tatakelola pemerintahan

yang baik selalu menyangkut 3 institusi yang tidak terpisahkan, yakni state (negara),

private sector (sektor swasta), dan society (masyarakat). Yang pantas dicatat, dari ketiga

institusi tersebut, institusi negaralah yang paling memegang peranan penting untuk

terwujudnya good governance yang mencakup partisipasi, penegakan hukum,

transparansi, sikap tanggap (responsiveness), orientasi pada konsensus, kesetaraan,

efektivitas dan efisiensi, akuntabilitas, serta visi strategis.

Dalam soal terakhir inilah telah terjadi jurang pemisah kapasitas (capacity gap)

antara tuntutan masyarakat sebagai konsekuensi logis dari dinamika kehidupan politik,

ekonomi dan sosialnya yang begitu cepat yang menghendaki dimilikinya

kemampuan-kemampuan ideal oleh para kaum birokrat dengan kemampuan riil yang

Page 90: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

87

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

dimiliki para aparatur pemerintahan tersebut sebagai penyelenggara negara yang harus

melayani kepentingan umum (as public servants).

Kondisi seperti itu pantas ditengarai sebagai akibat begitu lamanya birokrasi

terkungkung dalam sebuah sistem politik yang sentralistis selama Orde Baru bercokol

dalam pemerintahan sepanjang lebih dari 30 tahun. Stabilitas politik yang ketika itu

dijadikan sebagai conditio sine qua non berjalannya program-program pembangunan

yang telah dirancang pemerintah pusat, berimplikasi pula pada sistem

hierarikis-komando dalam jajaran birokrasi. Justru karena itu, loyalitas (kepada atasan)

kemudian menjadi kapasitas utama dan bahkan satu-satunya yang harus dimiliki para

aparatur negara (birokrasi). Sejalan dengan itu, kinerja (performance) birokrasi diukur

secara mekanis semata-mata bisa atau tidak melakukan perintah atasan tanpa diberi

keleluasaan untuk mengembangkan kapasitas kreativitasnya guna menangkap dan

mengartikulasikan serta memenuhi tuntutan-tuntutan riil masyarakat. Sejalan dengan itu,

para birokrat pun lantas menjadi elemen negara yang elitis, arogan, feodal, dan bermental

tuan-puan. Karenanya juga tak mengherankan bila kinerja para birokrat hingga saat ini

terasa sangat tidak memuaskan seperti ditulis H. Didik Widitrismiharto berikut ini:

“... (B)irokrasi pemerintah dalam menjalankan fungsi pelayanan publik selalu

berbelit-belit, kaku, arogan, lamban dan malas ... sering melakukan penyimpangan,

pemborosan dan syarat KKN ... tidak efisien, tidak efektif dan tidak profesional”

Entrepreneurial Bureaucracy

Dalam batas-batas tertentu, lembaga formal birokrasi (dengan organisasi, personalia,

mekanisme, prosedur dan tata aturan, dan sarana dan prasarananya) tak ada bedanya

dengan lembaga bisnis. Kalaupun pada akhirnya memang ada perbedaan fundamental

antara lembaga formal birokrasi dengan lembaga bisnis, hal itu adalah sifatnya. Lembaga

bisnis bersifat profit (profit oriented) sedangkan lembaga formal birokrasi jelas

merupakan lembaga nonprofit. Tetapi, prinsip-prinsip dasar pengelolaan kedua lembaga

tersebut pada dasarnya tidak jauh berbeda.

Bila dalam manajemen lembaga profit yang sehat dikenal adanya perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian yang harus dilakukan secara konsisten

dan terukur (measurable), dalam birokrasi pun (seharusnya) ada. Bila dalam lembaga

Page 91: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

88

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

bisnis dikenal prinsip-prinsip efektivitas, efisiensi, produktivitas dan berorientasi pada

pelanggan (customer-oriented), birokrasi pun seharusnya juga demikian. Dan, untuk

mencapai semua itu, lembaga bisnis kini tidak cukup hanya menuntut sense of belonging

dari para karyawannya, tetapi telah melompat jauh menjadi tuntutan adanya sense of

entrepreneurship. Logikanya sangat sederhana: sebagus apa pun visi, misi, target, tujuan,

struktur, prosedur dan aturan telah disusun, tanpa didukung personalia yang kompeten

(memiliki sense of entrepreneurship) semua itu tinggal cita-cita ideal di atas kertas tetapi

tidak pernah menjadi realitas.

Karenanya, dalam kehidupan ekonomi, politik, dan sosial masyarakat yang telah

mengalami dinamika yang demikian jauh saat ini, syarat entrepreneurial para aparatur

birokrasi pun menjadi tuntutan imperatif. Ini berarti pertama-tama harus terjadi

transformasi dan pergeseran mental (mentally transformed-shifted bureaucracy) dari

seorang pegawai menjadi seseorang yang berjiwa wirausaha. Menurut Peggy A. Lambing

dan Charles R. Kuehl dalam bukunya Entrepreneurship sebagaimana dikutip oleh Ir.

Hendro, MM, secara umum seorang wirausahawan memiliki empat unsur pokok yaitu

kemampuan (hubungannya dengan IQ dan skill), keberanian (hubungannya dengan

emotional quotient dan mental), keteguhan hati (hubungannya dengan motivasi diri), dan

kreativitas. Selanjutnya Hendro merinci, kemampuan di situ menunjuk pada

kemampuan dalam membaca peluang, berinovasi, mengelola dan memasarkan (bukan

sekadar menjual!). Keberanian secara spesifik menunjuk pada keberanian mengatasi

ketakutan, mengendalikan risiko, dan keluar dari zona nyaman (comfort zone).

Sedangkan keteguhan hati berarti ulet, pantang menyerah; teguh dalam keyakinan

(determinasi), dan memiliki keyakinan bahwa “Saya juga bisa” (power of mind).

Terakhir, kreativitas menunjuk langsung pada kemampuan berinovasi dan menciptakan

hal-hal baru.

Sedangkan Moeljarto Tjokrowinoto secara khusus menguraikan ciri-ciri birokrasi

yang berjiwa wirausaha sebagai berikut: (i) bersifat sensitif dan responsif terhadap

peluang dan tantangan baru yang timbul di dalam pasar, khususnya sebagai akibat proses

globalisasi, liberalisasi, dan regionalisasi perdagangan; (ii) mampu melepaskan diri dari

rutinitas kerja yang terkait dengan fungsi instrumental birokrasi dan berani serta mampu

melakukan terobosan (breakthrough) melalui pemikiran yang kreatif dan inovatif dalam

Page 92: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

89

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

rangka mengatasi sifat-sifat inertia birokrasi; (iii) mempunyai wawasan jauh ke depan

(futuristik) dan melihat sesuatu persoalan dalam kaitannya dengan variabel-variabel yang

lain (sistemik); (iv) jeli terhadap adanya sumber-sumber potensial baik yang berasal dari

dalam negeri maupun luar negeri; (v) mempunyai kemampuan untuk mengombinasikan

berbagai sumber menjadi resource mix yang mempunyai efek sinergis dan

berproduktivitas tinggi; (vi) mempunyai kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya

secara optimal, dan menggeser pemanfaat sumber dari kegiatan yang berproduktivitas

rendah menuju kepada kegiatan yang berproduktivitas tinggi.

Bisa ditambahkan pada karakteristik-karakteristik di atas, seorang entrepreneurial

bureaucrat (birokrat yang berjiwa kewirausahaan) adalah seorang aparatur birokrasi yang

tidak pernah merasa puas dengan kondisi dan pencapaian yang sudah ada serta memilki

dorongan yang kuat untuk mencapai prestasi (need for achievement). Selain itu, seorang

entrepreneurial bureaucrat juga haruslah orang yang berprinsip bahwa kepuasan

konsumen (dalam hal ini berarti masyarakat yang dilayani) berada di atas segalanya.

Dalam hal terakhir inilah seorang birokrat—terutama sekali bagi para birokrat yang

berhubungan langsung dengan masyarakat—sekali waktu perlu dan berani “melanggar

prosedur” bila prosedur tersebut justru menghambat efektivitas pelayanannya, tentu

dalam batas-batas yang bisa dipertanggungjawabkan dan terukur, yakni dengan koridor

dan parameter kepuasan masyarakat tadi. Dengan sendirinya, seorang birokrat yang

hanya mencari aman, mengejar kepentingan diri sendiri dan keluarganya,

mekanistis-prosedural, dan apriori atau tidak responsif pada perubahan tidak cocok lagi

menjadi birokrat dalam era yang telah sangat berubah ini.

Kiranya hanya dengan cara itulah capacity gap sebagaimana telah diuraikan di atas

akan tertutupi atau minimal terjembatani.

Beberapa Tantangan

Entrepreneurial bureaucracy merupakan sebuah cita-cita ideal yang dalam

implementasinya tidak akan semudah membalik telapak tangan. Apalagi, birokrasi

merupakan mesin pemerintahan yang amat besar dengan budayanya yang telah berurat

berakar puluhan tahun. Persis dari sinilah tantangan internal pertama muncul. Mengubah

budaya sebuah organisasi yang demikian besar apalagi bila budaya tersebut selama ini

Page 93: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

90

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

dirasakan membuat mereka aman dan nyaman membutuhkan waktu yang amat panjang,

pun harus dilakukan dengan terencana dan konsisten. Ini jelas merupakan sebuah

tantangan yang tidak mudah. Tantangan internal lain adalah sistem keseluruhan birokrasi

itu sendiri. Patut direnungkan, sering kali orang tidak bisa bekerja secara produktif bukan

karena ia memang tidak produktif, melainkan karena sistemnyalah yang membuat ia

tidak produktif. Sebagai contoh, kita bisa menunjuk sistem reward dan punishment yang

tidak secara tegas, jelas, dan konsisten diterapkan pada birokrasi kita. Idealnya, sistem

harus memungkinkan orang-orang yang memang berprestasi bisa mencapai prestasi

setinggi-tingginya sedangkan orang-orang yang tidak kapabel secara alamiah akan

tersingkir. Kita tidak menemuinya dalam sistem birokrasi kita. Dalam sebuah diskusi,

seorang pegawai negeri di sebuah pemerintahan daerah bahkan sempat melontarkan

olok-olok bahwa sistem yang berlaku pada birokrasi kita menyamaratakan saja antara

pegawai yang pintar dan pegawai yang bodoh. Hal tersebut menjadi salah satu bukti

bahwa sistem yang ada pada birokrasi kita tidak pro-produktivitas, efektivitas, dan

efisiensi.

Sedangkan tantangan dari pihak luar (eksternal) salah satunya adalah justru dari para

politikus. Terlampau sering terdengar bahwa para politikus sangat suka menggunakan

birokrasi sebagai sapi perah. Kasus dana Departemen Kelautan dan Perikanan yang

menjebloskan Ruchmin Dahuri ke dalam penjara dan aliran dana Bank Indonesia yang

belakangan diributkan merupakan contoh terang benderang mengenai hal itu. Tantangan

eksternal lain adalah justru sikap masyarakat yang telah apatis terhadap kinerja birokrasi.

Sebenarnya, kontrol masyarakat atas kinerja birokrasi sangat diperlukan sebagai

feedback dan bahan evaluasi para aparatur birokrasi. Semakin rakyat bisa dan mau

bersikap kritis terhadap birokrasi, semakin birokrasi memperoleh daya dorong untuk

mengakselerasi proses reformasi dirinya. Tetapi, ketika kontrol publik menghilang

karena berbagai hal salah satunya karena sikap apatis tadi sebetulnya birokrasi sedang

kehilangan “sparing partner”-nya yang sangat potensial.

Penutup

Page 94: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

91

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Menutup capacity gap antara kapasitas ideal yang dituntut masyarakat dalam era

otonomi daerah dewasa ini dengan kapasitas riil yang saat ini ada pada para aparatur

birokrasi kita melalui pembentukan birokrasi yang berjiwa wirausaha (entrepreneur

bureucracy) merupakan sebuah agenda amat besar. Berbagai tantangan menghadang di

sana seperti telah diuraikan di atas. Namun, sebesar apa pun tantangan yang dihadapi

serta seberat apa pun usaha yang harus dijalani, menutup capacity gap tersebut

merupakan keharusan bila kita konsisten mengenai semangat inti yang sekaligus harus

menjadi muara dari digulirkannya otonomi daerah.

Untuk itu, beberapa langkah strategis di bawah ini barangkali bermanfaat dan

mendesak untuk segera dilakukan.

Pertama, bagaimanapun pembentukan birokrasi yang berjiwa wirausaha merupakan

sebuah agenda raksasa. Dalam sudut pandang inilah diperlukan sebuah blue print yang

antara lain berisi mengenai wajah ideal birokrasi kita di masa depan. Pokok kedua yang

mesti terumuskan dalam blue print di atas adalah menyangkut sistem secara keseluruhan.

Seperti telah diuraikan di atas, kita pantas curiga bahwa sistem yang ada saat ini sangat

mungkin mengandung kelemahan di sana-sini yang memang memungkinkan aparatur

birokrasi bekerja tidak efisien, tidak efektif, malas, berbelit, dst. Terhadap

kekurangan-kekurangan sistem yang demikian itu, pantas dirumuskan dan diganti dengan

sistem yang lebih kondusif bagi pencapaian prestasi, dihargainya kreativitas individu,

menjamin kejelasan antara apa yang dilakukan dengan apa yang akan diperoleh, dsb. Di

sana harus dirumuskan dengan jelas kriteria-kriteria apa yang harus dimiliki para aparatur

birokrasi untuk menjawab tantangan perubahan yang telah bergulir sedemikian cepat.

Blue print juga harus memuat strategi, taktik dan langkah-langkah yang jelas dan

operasional, terukur dan memuat time line yang tegas. Strategi implementasi dan evaluasi

dari masing-masing tahap juga harus dirumuskan dengan jelas. Segala kebijakan

perbaikan sistem dan personalia akan selalu memunculkan apa yang disebut the winner

(pihak-pihak yang diuntungkan) dan the losser (pihak-pihak yang dirugikan). Justru

karena itu, blue print juga harus merumuskan langkah-langkah antisipatif untuk

menghindari gejolak yang tidak perlu terutama justru terhadap para losser.

Kedua, terkait tantangan yang dihadapi dalam pembentukan entrepreneurial

bureucracy. Untuk tantangan internal, para elit birokrasi harus senantiasa mendorong dan

Page 95: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

92

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

memberikan teladan para aparatur birokrat untuk mampu mengubah mindset yang selama

ini telah kadung mereka yakini. Birokrat bukan lagi majikan masyarakat melainkan

penyedia layanan bagi masyarakat (pelayan publik) dengan segala konsekuensi ikutannya

(following consequences). Hanya dengan perubahan mindset lah cita-cita membentuk

birokrasi yang kapabel, akuntabel, efektif, efisien, dan luwes; yang dinamis, trengginas,

dan responsif mendapatkan titik terangnya. Sedangkan secara eksternal, patut dicamkan

dan dilakukan secara konsisten bahwa semua pihak di luar birokrasi (terutama para

politikus) tidak boleh lagi memiliki vested interest yang terbukti hanya akan membuat

birokrasi kita mandul. Dengan kata lain, semua pihak harus berani memberikan otonomi

otentik kepada birokrasi untuk benar-benar hanya melayani kepentingan publik.

Ketiga, sebagai rekan seperjalan dalam perubahan (partner in changes), masyarakat

harus diberdayakan untuk mau, berani dan bisa melakukan kontrol objektif atas kinerja

birokrasi. Tanpa kondisi yang demikian, birokrasi sebenarnya telah kehilangan satu

kakinya untuk menuju perubahan. Dalam hal ini, mengingat sikap masyarakat yang telah

telanjur apatis, memang perlu diambil langkah-langkah strategis untuk kembali

mengambil hati masyarakat.

Kiranya hanya dengan langkah-langkah riil dan konsekuen seperti itulah otonomi

daerah akan sampai pada tujuan semula: kesejahteraan rakyat. Satu yang bisa dijanjikan,

ketika birokrasi benar-benar mampu memenuhi kebutuhan masyarakat untuk menggapai

kesejahteraannya, pada saat itulah masyrakat akan kembali menaruh trust pada birokrasi;

sesuatu yang selama ini telah memudar bahkan hilang!.

Daftar Pustaka

Bank Dunia, 2008, Pertanian untuk Pembangunan (Laporan Pembangunan Dunia)

(terj. oleh Dono Sunardi dan Stefanus Rahoyo), akan terbit.

Hendro, 2005, How to Become A Smart Entrepreneur And to Start A New Business,

Yogyakarta: Penerbit Andi.

Suwondo, Kutut, 2005, Otonomi Daerah dan Perkembangan Civil Society di Aras

Lokal, Salatiga: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Kristen Satya Wacana.

Turner, Mark, dan Owen Podger, 2003, Decentralisation in Indonesia: Redesigning

the State, Australia: Asia Pacifik Press, ANU

Page 96: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

93

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Yuwono, Teguh (ed), 2001, Manajemen Otonomi Daerah: Membangun Daerah

Berdasarkan Paradigma Baru, Semarang: CLOGAPSS Diponegoro University.

---------------------- 2001, Public Sector Management: Indonesian Experience,

Semarang: CLOGAPSS: Diponegoro University.

Jurnal:

1. Analisis CSIS, Tahun XXVII/1998, No 1

Tahun XXIX/2000 No 1

Tahun XXXI/2002, No 2 dan No 4

2. Hukum dan Pembangunan, Januari – Maret 2000, Nomor 1 Tahun XXX

3. Kritis, Vol. XII No 3, Maret 2000

4. Yustika, Volume 9 Nomor 1 Juli 2006

Koran dan Majalah

Harian Kompas, 26 April 2006 dan 6 September 2001

Harian Suara Merdeka, 22 Juli 2002

Manajemen, Mei 2001

Pilars, No 24 Thn VII, 14 – 20 Juni 2004

Makalah:

Rahoyo, Stefanus, Pendekatan Holistik (Holistic Approach) sebagai Upaya Efektif

Pengentasan Kemiskinan, 2007

Susilo, Gideon Tri Budi dan Proyo Hariadi, Analisis Kinerja Keuangan Daerah

Sebelum dan Sesudah Otonomi (Studi Empiris di Provinsi Jawa Tengah), 2007

Laporan Indonesian Corruption Watch (ICW), 2004.

Page 97: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

94

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

ANALISIS PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PENGAWASAN,

MOTIVASI INTRINSIK DAN MOTIVASI EKSTRINSIK

TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI KARYAWAN TEKNISI

MESIN EDC BCA PADA PT LANG JAYA MAKMUR BERSAMA

Defi Kris Astuti

Susanto

Fakultas Ekonomi Universitas Semarang

Diterima: November 2018. Disetujui: Desember 2018. Dipublikasikan: Januari 2019

ABSTRACT

This study is analyzes the factor that influence the organizational commitmen of technician This is a

study to analyze the factors that influence the organizational commitment of employees in a company.

Object of this research is PT Lang Jaya Makmur Semarang, By making the entire population of which 30

employees of the technician EDC BCA as a sample in the study.

From the results of hypothesis testing by t test found that the results of the t culture of the

organization amounted to 2, 493> t table of 2, 055 means that the organizational culture influence on

organizational commitment of employees, whereas the t supervision - 0, 973 <2, 055 means that control has

no effect organizational commitment, t for intrinsic motivation by 2, 288> 2, 055 means the intrinsic

motivation influence on organizational commitment, and t for extrinsic motivation 3, 038> 2, 055 means

extrinsic motivation also affects the employees' organizational commitment.

Keywords: Organizational Culture, Supervision, Intrinsic Motivation, Extrinsic Motivation,

Organizational Commitment

ABSTRAK

Ini adalah penelitian yang dilakukan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen

organisasi karyawan pada sebuah perusahaan. Obyek penelitian ini adalah PT Lang Jaya Makmur

Semarang, perusahaan yang bergerak di bidang jasa, dengan menjadikan seluruh populasi yaitu 30 orang

karyawan bagian teknisi mesin EDC BCA sebagai sampel dalam penelitian.

Dari hasil uji hipotesis dengan uji t ditemukan kalau hasil t hitung budaya organisasi sebesar 2, 493 >

t tabel sebesar 2, 055 artinya budaya organisasi berpengaruh terhadap komitmen organisasi karyawan,

sedangkan t hitung pengawasan – 0, 973 < 2, 055 artinya pengawasan tidak berpengaruh terhadap

komitmen organisasi, t hitung untuk motivasi intrinsik sebesar 2, 288 > 2, 055 artinya motivasi intrinsik

berpengaruh terhadap komitmen organisasi, dan t hitung untuk motivasi ekstrinsik 3, 038 > 2, 055 artinya

motivasi ekstrinsik juga berpengaruh terhadap komitmen organisasi karyawan.

Kata kunci: Budaya Organisasi, Pengawasan, Motivasi Intrinsik, Motivasi Ekstrinsik, Komitmen

Organisasi.

Page 98: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

95

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

PENDAHULUAN

Sumber daya manusia merupakan salah satu kunci penentu keberhasilan perusahaan.

Menurut Handoko (2008) sumber daya terpenting suatu organisasi adalah sumber daya

manusia, orang-orang yang memberikan tenaga, bakat, kreativitas dan usaha mereka

kepada organisasi. Dengan tenaga, bakat, kreativitas dan usaha merekalah

rencana-rencana yang ditetapkan perusahaan dapat tercapai. Karena itulah kenapa

sumber daya manusia disebut sebagai salah satu kunci keberhasilan perusahaan.

Begitu pentingnya sumber daya manusia bagi perusahaan maka penting bagi

perusahaan untuk bisa memenejemen sumber daya manusia dengan baik. Begitu pula

yang harus dilakukan oleh PT LJMB (PT Lang Jaya Makmur Bersama).

PT LJMB menjalin kerja sama dengan PT Bank Central Asia untuk penyediaan

tenaga alih daya untuk mengisi beberapa posisi pekerjaan di Bank Central Asia Tbk

Semarang. Salah satunya adalah Teknisi mesin EDC (Electronic Data Capture) BCA

(Bank Central Asia) yang bekerja untuk melayani pelanggan BCA yang menggunakan

mesin EDC demi menunjang kegiatan usaha mereka.

Grafik 1

Perbandingan Jumlah Keluhan Mesin EDC BCA dan Penanganan Sesuai Standar

Waktu Perusahaan

SLA :

StandarLevelAgreementolehPTLJMB

Data source : PT Lang Jaya Makmur Bersama

Page 99: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

96

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Dari Grafik 1 tentang perbandingan antara jumlah keluhan dengan penanganan

keluhan sesuai dengan standar waktu yang ditetapkan perusahaan menunjukkan bahwa

jumlah keluhan yang diterima oleh PT Lang Jaya Makmur Bersama tidak mampu

ditangani secara maksimal berdasarkan standar waktu yang ditetapkan perusahaan, jika

dilihat dari bulan januari sampai dengan desember jumlah keluhan mengalami fluktuasi,

pada saat jumlah keluhan mengalami penurunan, tetap saja penanganannya tidak mampu

diselesaikan sesuai dengan standar waktu perusahaan. Data tersebut jelas menunjukkan

bahwa penanganan keluhan belum dapat diselesaikan secara efektif dan efisien oleh para

karyawan teknisi mesin EDC BCA.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Indah Sri Kumala Dewi (2015) yang

meneliti tentang pengaruh budaya organisasi, pengawasan, terhadap kinerja melalui

komitmen karyawan, menunjukkan ada pengaruh langsung signifikan dan positif dari

komitmen terhadap kinerja karyawan. Artinya adanya peningkatan komitmen dapat

meningkatkan kinerja karyawan, begitu sebaliknya.

Komitmen organisasi menurut Luthan dalam Sutrisno (2010) yang dikutip pada

penelitian Indah Sri kumala Dewi (2015) adalah Organization commitment is most often

defined as : 1) a strong desire to remain a member of particular organization, 2) a

willingness to exert high levels of effort on behalf of the organization, and 3) a definite

belief in, and accepteance of the values and goals of the organization. Komitmen

organisasi adalah: 1) keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi atau

masyarakat, 2) kemauan yang besar untuk berusaha bagi organisasi, 3) kepercayaan dan

penerimaan terhadap nilai dan tujuan organisasi.

Menurut hasil penelitian Indah Sri Kumala Dewi (2015) budaya organisasi dan

pengawasan merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan melalui komitmen

karyawan.

Menurut hasil penelitian Leindra Dirianzani, et. al (2014) ada pengaruh dari motivasi

intrinsik dan ekstrinsik terhadap kinerja karyawan borongan pada Perusahaan Rokok Adi

Bungsu Malang dengan komitmen organisasi sebagai mediasi.

Maka berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya judul

yang diambil untuk penelitian ini adalah “Analisis Pengaruh Budaya Organisasi,

Pengawasan, Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik Terhadap Komitmen Organisasi

Karyawan Teknisi Mesin EDC BCA PT Lang Jaya Makmur Bersama”.

Page 100: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

97

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

TINJAUAN PUSTAKA

Komitmen Organisasi

Komitmen didefinisikan oleh Stephen P. Robbins (2012) sebagai suatu keadaan

dimana seseorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan

tujuan-tujuannya, dan mengharapkan untuk mempertahankan keanggotaan dalam

organisasi. Dengan demikian, keterlibatan pekerjaan yang tinggi berarti memihak pada

pekerjaan tertentu seseorang, sementara komitmen organisasional yang tinggi berarti

memihak pada organisasi yang mempekerjakan seseorang.

Merujuk pada pendapat Mowday dan Sopiah (2008) dalam penelitian Indah Sri

Kumala Dewi (2015)Indikator dari Komitmen Organisasi yaitu:

1. Keinginan untuk bekerja keras dan terlibat dalam organisasi

2. Penerimaan terhadap tujuan organisasi

3. Hasrat untuk bertahan menjadi bagian dari organisasi

Tiga dimensi terpisah komitmen organisasional (dalam Stephen P. Robbins, 2012)

adalah:

1. Komitmen afektif (affective commitment) perasaan emosional untuk organisasi

dan keyakinan dalam nilai-nilainya. Ini berarti, komitmen afektif berkaitan

dengan keterikatan emosional karyawan, identifikasi karyawan pada, dan

keterlibatan karyawan pada organisasi. Dengan demikian, karyawan yang

memiliki komitmen afektif yang kuat akan terus bekerja dalam organisasi karena

mereka memang ingin melakukan hal tersebut.

2. Komitmen berkelanjutan (continuance commitment) nilai ekonomi yang dirasa

dari bertahan dalam suatu organisasi bila dibandingkan dengan meninggalkan

organisasi tersebut.

Komitmen normatif ( normative commitment) kewajiban bertahan dalam organisasi

untuk alasan-alasan moral atau etis.

Budaya Organisasi

Phiti Sithi dalam tulisannya How to Build a Corporation Culture (dalam Pabundu

Tika, 2010), Organizational Culture is a set of basic assumptions and beliefs that are

shared by members of an organization, being developed as they learn to cope with

problems of external adaption and internal integration. Budaya organisasi adalah

seperangkat asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota-anggota organisasi,

Page 101: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

98

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

kemudian dikembangkan dan diwariskan guna mengatasi masalah-masalah adaptasi

eksternal dan masalah integrasi internal.

Beberapa indikator Budaya Organisasi berdasarkan penelitian Indah Sri Kumala Dewi

(2015) yaitu:

1. Integritas, dengan perilaku utama: jujur dan berkomitmen

2. Sinergi, dengan perilaku utama: bekerja sama, saling menghargai, dan

mendukung serta berpikir positif

3. Fokus pada pelanggan, dengan perilaku utama: peduli, proaktif, cepat tanggap,

tulus ikhlas dan berorientasi pada solusi terbaik

4. Profesionalisme, dengan perilaku utama: kompeten dan bertanggung jawab,

bekerja cerdas efektif dan efisien.

5. Unggul, dengan perilaku utama: kreatif, inovatif dan bernilai tambah serta

memberikan hasil terbaik.

Pengawasan

Pengawasan menurut Saydam dalam Kadarisman (2012) dikutip pada penelitian

Indah Sri Kumala Dewi (2015) pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

mengendalikan pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan, agar proses pekerjaan itu sesuai

dengan hasil yang diinginkan.

Merujuk pada pendapat Silalahi (2000) yang ada dalam penelitian Indah Sri Kumala

Dewi, et.al (2015) ada beberapa indikator dari pengawasan yaitu: orientasi rencana (plans

oriented), orientasi hasil (result oriented), cepat dan orientasi pengecualian (prompt and

exception oriented), menyeluruh (multi dimensional) system control, akurat, realistik,

adil dan obyektif, dapat dimengerti, tepat waktu, dapat diterima, efektif biaya, dan

longgar (flexible). Dalam penelitian ini digunakan beberapa indikator yaitu :

1. Orientasi rencana (plans oriented)

2. Orientasi hasil (result oriented)

3. Menyeluruh (multidimensional) system control

4. Tepat waktu

Page 102: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

99

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik

Teori untuk menjelaskan motivasi intrinsik dan ekstrinsik yang digunakan

adalah teori dua faktor dari Fredrick Herzberg (dalam Stephen P. Robbins, 2012). Dari

hasil penelitian yang dilakukan Herzberg diketahui menghasilkan sebuah hasil

pembagian motivasi menjadi dua yaitu : Motivasi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor

intrinsik yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yaitu: kemajuan,

pengakuan, tanggung jawab, dan pencapaian, dan Motivasi yang disebabkan oleh

faktor-faktor ekstrinsik yaitu faktor yang berasal dari luar diri seseorang yaitu :

pengawasan, imbalan kerja, kebijaksanaan perusahaan, dan kondisi-kondisi kerja,

hubungan dengan individu lain, dan keselamatan kerja.

Penelitian Terdahulu

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ida Ayu Brahmasari (2008) menyatakan

bahwa Budaya Organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen

karyawan. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hasil penelitian Indah Sri Kumala

Dewi, et. al (2015) hasil penelitian ini menunjukkan bahwa budaya organisasi memiliki

pengaruh langsung signifikan dan positif terhadap komitmen. Artinya semakin kuat

budaya organisasi ada dalam diri karyawan akan semakin kuat pula komitmen organisasi

karyawan pada perusahaan.

Menurut hasil penelitian yang sama dari Indah Sri Kumala Dewi, et.al (2015)

menunjukkan hasil bahwa selain budaya organisasi ada juga pengawasan, yang

berpengaruh tidak signifikan dan negatif terhadap komitmen. Tetapi ada hasil penelitian

lain dari Erma Purwanti (2015) yang meneliti pengawasan sebagai bagian dari faktor

kepuasan kerja memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap komitmen

organisasi.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Ida Ayu Brahmasari (2008) yang

menyatakan bahwa ada pengaruh langsung positif dan signifikan motivasi kerja terhadap

komitmen dimana indikator yang diteliti pada penelitian tersebut adalah Kebutuhan

untuk berinteraksi sosial, harapan karyawan untuk pengembangan kariernya, serta gaji

atau upah. Hasil penelitian lain dari Leindra Dirianzani, et.al (2014) menyatakan

komitmen organisasi dipengaruhi oleh motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

Page 103: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

100

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Kerangkan Pemikiran Teoritis

Gambar 1

Kerangka Pemikiran Teoritis

H1

H2

H3

H4

H1 : Budaya Organisasi Berpengaruh Terhadap Komitmen Organisasi Karyawan

H2 : Pengawasan Berpengaruh Terhadap Komitmen Organisasi Karyawan

H3 : Motivasi Intrinsik Berpengaruh Terhadap Komitmen Organisasi Karyawan

H4 : Motivasi Ekstrinsik Berpengaruh Terhadap Komitmen Organisasi Karyawan

METODOLOGI PENELITIAN

Populasi dan Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Teknisi Mesin EDC

(Electronic data capture) BCA (Bank Central Asia) yang berjumlah 30 orang karyawan.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sample jenuh atau

sering disebut sensus, dimana teknik penentuan sampel menggunakan seluruh populasi.

Hal ini dilakukan karena jumlah populasi relatif kecil sehingga diputuskan untuk

menggunakan seluruh populasi sebagai sampel dalam penelitian yaitu sejumlah 30 orang

(Sugiyono, 2009).

Budaya Organisasi (X3)

(

(X1 )

Pengawasan (X2)

Motivasi intrinsik (X3)

Komitmen Organisasi

(Y)

Motivasi ektrinsik (X4)

Page 104: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

101

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Jenis dan Sumber Data

Data primer adalah data yang diperoleh dari jawaban responden yang menjadi

anggota dari obyek penelitian (Karyawan teknisi mesin EDC BCA PT LJMB Semarang).

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak ketiga berupa data pencapaian

target penanganan keluhan mesin EDC BCA oleh karyawan teknisi mesin EDC BCA

selama periode bulan Januari sampai dengan Desember 2015.

Metode Pengumpulan Data

Melalui wawancara, observasi, kepustakaan, dan kuesioner secara personal. Dimana

kuesioner menggunakan skala interval Bipolar Adjective dengan rentang skala nilai satu

sampai tujuh, dengan memberikan hanya dua kategori ekstrim, misalnya

mengembangkan pernyataan yang menghasilkan jawaban sangat tidak setuju-sangat

setuju dalam berbagai rentang nilai (Augusty Ferdinand, 2013).

1 2 3 4 5 6 7

STS SS

STS : Sangat Tidak Setuju

SS : Sangat Setuju

Metode Analisis

Regresi Linier Berganda

Spesifikasi modelnya dapat disajikan sebagai berikut:

Y = β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + e ................................................................................................ (1)

Dimana β adalah koefisien regresi yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh

variabel idependen terhadap variabel dependen.

Dimana :

Y : Komitmen Organisasi

β1 : Koefisien regresi dari variabel X1, Budaya Organisasi

β2 : Koefisien regresi dari variabel X2, Pengawasan

β3 : Koefisien regresi dari variabel X3, Motivasi Intrinsik

β4 : Koefisien regresi dari variabel X3, Motivasi Ekstrinsik

X1 : Variabel Budaya organisasi

X2 : Variabel Pengawasan

Page 105: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

102

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

X3 : Variabel Motivasi Intrinsik

X4 : Variabel Motivasi Ekstrinsik

Uji Koefisien Determinasi atau Uji Adjusted R2

Pengujian untuk koefisien determinasi atau uji Adjustes R2 dilakukan untuk

mengetahui kemampuan menjelaskan variabel X terhadap variabel Y. Jadi semakin besar

nilainya berarti pengaruhnya semakin besar dan sebaliknya.

Uji Hipotesis (Uji t)

Uji t ini digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel bebas

terhadap variabel terikat. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:

1) Perumusan hipotesis

H0 : β < 0 (tidak ada pengaruh antara variabel budaya organisasi, pengawasan,

motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik terhadap komitmen organisasi

karyawan)

Ha : β > 0 (ada pengaruh antara variabel budaya organisasi, pengawasan,

motivasi intrinsik, dan motivasi ekstrinsik terhadap komitmen organisasi

karyawan).

2) Adapun dasar pengambilan keputusan adalah:

Ho diterima atau Ha ditolak jika t hitung < t tabel dengan α = 5%

Ho ditolak atau terima Ha jika t hitung > t tabel dengan α = 5%

Dengan probabilitas, jika probabilitas > 0, 05 mak Ho diterima Ha ditolak, jika

probabilitas < 0, 05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi

berganda dengan menggunakan bantuan program SPSS. Berikut ini adalah hasilnya:

Tabel 1. Analisis Regresi (Uji t)

Coefficientsa

Page 106: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

103

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) ,672 1,026 ,655 ,518

Budaya_Org ,242 ,097 ,356 2,493 ,020

Pengawasan -,128 ,131 -,187 -,973 ,340

Motiv_In ,241 ,105 ,368 2,288 ,031

Motiv_Ek ,228 ,075 ,500 3,038 ,006

a. Dependent Variable: Komit_org

Sumber : Data Primer yang Diolah

Persamaan Regresi

Y = 0, 356 X1 – 0, 187 X2 + 0, 368 X3 + 0,500 X4

Dimana:

Y : Komitmen Organisasi

X1 : Budaya Organisasi

X2 : Pengawasan

X3 : Motivasi Intrinsik

X4 : Motivasi Ekstrinsik

Pengujian Hipotesis

a. Uji Hipotesis Budaya Organisasi Terhadap Komitmen Organisasi

Page 107: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

104

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung untuk X1, t hitung lebih besar daripada

nilai t tabel yaitu 2,493 > 2,055. Nilai signifikansi t (0,020) kurang dari 5 %

menandakan Ha diterima, artinya secara parsial variabel budaya organisasi (X1)

berpengaruh terhadap komitmen organisasi karyawan.

b. Uji Hipotesis Pengawasan Terhadap Komitmen Organisasi

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung untuk X2, nilai t hitung lebih besar

daripada nilai t tabel yaitu -0,973 < 2,055. Nilai signifikansi t (0,340) lebih dari 5 %

menandakan Ho diterima, artinya secara parsial variabel pengawasan (X2) tidak

berpengaruh terhadap komitmen organisasi karyawan.

c. Uji Hipotesis Motivasi Intrinsik Terhadap Komitmen Organisasi

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung untuk X3 , nilai t hitung lebih besar

daripada nilai t tabel yaitu 2,288 > 2,055. Nilai signifikansi t (0,031) lebih dari 5 %

menandakan Ha diterima, artinya secara parsial variabel motivasi intrinsik (X3)

berpengaruh terhadap komitmen organisasi karyawan.

d. Uji Hipotesis Motivasi Ekstrinsik Terhadap Komitmen Organisasi

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung untuk X4 , nilai t hitung lebih besar

daripada nilai t tabel yaitu 3,038 > 2,055. Nilai signifikansi t (0,006) lebih dari 5 %

menandakan Ha diterima, artinya secara parsial variabel motivasi ekstrinsik (X4)

berpengaruh terhadap komitmen organisasi karyawan.

Hasil Pengujian Koefisien Determinasi

Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar

variabel independen menjelaskan variabel dependen, dimana ditunjukkan dengan nilai

Adjust R Square, dan juga sebaliknya. Maka berikut hasil pengujian yang dibantu dengan

program SPSS :

Tabel 2

Uji Koefisien Determinasi

Page 108: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

105

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Model Summary

Mod

el R

R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

R Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 ,877a ,770 ,733 ,537 ,770 20,903 4 25 ,000

a. Predictors: (Constant), Motiv_Ek, Budaya_Org, Motiv_In, Pengawasan

Berdasarkan tabel 2 hasil perhitungan uji koefisien determinasi dapat diketahui

nilai koefisien determinasi (Adjust R2 ) sebesar 0, 733 atau 73, 3% ini artinya bahwa

terdapat hubungan kuat antara variabel independen yaitu budaya organisasi, (X1),

pengawasan (X2), motivasi intrinsik (X3), dan motivasi ekstrinsik (X4) dengan variabel

dependen komitmen organisasi (Y) sedangkan sisanya sebesar 26,7 % dijelaskan oleh

variabel – variabel lain.

Pembahasan

a. Uji Hipotesis Budaya Organisasi Terhadap Komitmen Organisasi

Dari hasil uji t menunjukkan t hitung 2,493> 2, 005 (dari t tabel) artinya Ha diterima

pada tingkatan signifikansi 0, 020 secara parsial variabel budaya organisasi (X1)

berpengaruh terhadap komitmen organisasi karyawan. Artinya bahwa budaya organisasi

yang diterapkan perusahaan akan berpengaruh pada komitmen kerja para karyawan yang

terlibat dalam perusahaan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Richie (2000) dalam

jurnal (Ida Ayu Brahmasari, 2008). Selain itu juga mendukung pendapat Rashid et al.

(2003) masih dalam jurnal yang sama (Ida Ayu Brahmasari, 2008).

b. Uji Hipotesis Pengawasan Terhadap Komitmen Organisasi

Hasil t hitung sebesar – 0, 973 < t tabel 2, 055, dengan nilai signifikansi 0,340 > 0, 05

maka Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel

pengawasan (X2) tidak berpengaruh terhadap komitmen organisasi karyawan teknisi

mesin EDC BCA.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Steers dan

Porter (dalam jurnal Indah Sri Kumala Dewi, 2015), menurut Steers dan Porter dalam

Sopiah (2008) mengemukakan bahwa pengawasan termasuk salah satu faktor organisasi

Page 109: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

106

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

yang mempengaruhi komitmen yang dapat membentuk dan memunculkan tanggung

jawab.

c. Uji Hipotesis Motivasi Intrinsik Terhadap Komitmen Organisasi

Hasil t hitung sebesar 2, 288 > t tabel sebesar 2, 031 dan signifikansi 0, 031 < 0, 05

maka Ho ditolak dan Ha diterima, secara parsial variabel motivasi intrinsik (X3)

berpengaruh terhadap komitmen organisasi karyawan teknisi mesin EDC BCA.

Hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Champoux (2006)

dalam jurnal penelitian (Ida Ayu Brahmasari, 2008) bahwa dampak intrinsik (seperti

aktualisasi diri, pekerjaan yang menantang, dll) motivasi dapat meningkatkan

kepemihakan, keterlibatan dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan, serta nilai-nilai

organisasi.

d. Uji Hipotesis Motivasi Ekstrinsik Terhadap Komitmen Organisasi

Hasil t hitung sebesar 3, 038 > dari t tabel 2, 055 dan signifikansi 0, 006 < 0, 05 maka

Ho ditolak dan Ha diterima, secara parsial variabel motivasi ekstrinsik (X4) berpengaruh

terhadap komitmen organisasi karyawan teknisi mesin EDC BCA.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Herzberg (dalam Stephen P. Robbins, 2012)

yang menyebutkan faktor-faktor pemeliharaan seperti pengawasan, gaji/upah, keamanan

kerja, hubungan dengan rekan kerja, kondisi lingkungan kerja merupakan faktor

pemeliharaan, artinya perusahaan bisa mempertahankan karyawan dengan pemenuhan

faktor-faktor tersebut. Seperti pendapat Hasibuan (2003) yang menyatakan bahwa

faktor-faktor pemeliharaan perlu mendapat perhatian yang wajar dari pimpinan, agar

kepuasan dan kegairahan bekerja bawahan dapat ditingkatkan.

PENUTUP

Kesimpulan

a) Variabel bebas yaitu budaya organisasi (X1) secara parsial berpengaruh terhadap

komitmen organisasi karyawan. Semakin baik budaya organisasi dianut dan

diterapkan oleh semua karyawan maka, akan semakin baik pula komitmen kerja para

karyawan tersebut pada perusahaan.

b) Variabel bebas yaitu pengawasan (X2) secara parsial tidak berpengaruh terhadap

komitmen organisasi karyawan. Ada atau tidak, ketat atau tidaknya sebuah sistem

Page 110: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

107

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

pengawasan yang diterapkan perusahaan tidak selalu memiliki pengaruh terhadap

komitmen kerja karyawan pada perusahaan.

c) Variabel bebas yaitu motivasi intrinsik (X3), secara parsial berpengaruh terhadap

komitmen organisasi karyawan. Semakin kuat motivasi intrinsik yang dimiliki oleh

karyawan, akan membuat komitmen kerja karyawan tersebut pada perusahaan juga

semakin kuat/baik.

d) Variabel bebas yaitu motivasi ekstrinsik (X4) secara parsial berpengaruh terhadap

komitmen organisasi karyawan. Semakin kuat motivasi ekstrinsik yang dimilki oleh

karyawan, akan membuat komitmen kerja karyawan tersebut pada perusahaan juga

semakin kuat/baik.

Saran

a. Budaya Organisasi

Perusahaan harus melakukan beberapa hal seperti : Membuat acara-acara rutinitas,

dengan acara rutinitas diharapkan bisa menunbuhkan rasa kebersamaan diantara para

karyawan dalam perusahaan, dan memberi contoh dan teladan yang baik dari atasan

kepada semua bawahannya dengan menjadi figure teladan yang baik.

b. Pengawasan

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawasan tidak berpengaruh terhadap

komitmen kerja karyawan pada perusahaan, yang perlu diperhatikan adalah dengan

memunculkan sikap kerja penuh inisiatif dan bertanggung jawab pada diri para karyawan

terhadap pekerjaannya.

c. Motivasi intrinsik

Untuk membantu para karyawan memunculkan dan memperkuat motivasi intrinsik

dalam diri karyawan. Misalnya pengadaan seminar kisah-kisah sukses, dan memberi

kepercayaan kepada karyawan untuk menangani pekerjaan yang menantang.

d. Motivasi Ekstrinsik

Perusahaan harus memperhatikan motivasi ekstrinsik karyawan secara wajar,

pemberian asuransi sesuai anjuran pemerintah, serta tetap memberi kontrol secara wajar,

akan membantu perusahaan mempertahankan karyawan.

Page 111: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

108

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Ida Brahmasari. 2008. “Pengaruh Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja

Terhadap Komitmen Karyawan dan Kinerja Perusahaan Pada PT

DupontAgricultural Product Indonesia”. Jurnal Ilmu Ekonomi dan

Manajemen. Vol.5, No.1.

Champoux, J.E. 2006. Organizational Behavior : Third Edition. USA : Thomson

South-Western.

Dirianzani, Leindra et. al. 2014. “Analisis Pengaruh Motivasi Intrinsik dan Ektrinsik

Terhadap Kinerja Karyawan Borongan Dengan Komitmen Organisasi

Sebagai Mediasi Pada Perusahaan Rokok Adi Bungsu Malang”. Jurnal

Teknis Industri Universitas Brawijaya. Vol.2, No.5.

Ferdinand, Augusty. 2013. Metode Penelitian: Manajemen. Badan Penerbit

Universitas Diponegoro, Semarang.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS

21. Badan Penerbit Universitas Diponegoro : Semarang.

Hani, T. Handoko. 2011. Manajemen Edisi 2. BPFE : Yogyakarta.

Hasibuan, Malayu S.P. 2003. Organisasi dan Motivasi. Jakarta:PT Bumi Aksara.

Kadarisman. 2012. Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia. Rajawali Pers

: Depok.

Kreitner, Robert dan Kinicki Angelo. 2005. Perilaku Organisasi, Edisi 5. Salemba

Empat : Jakarta.

Nawawi, H. Hadari. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang

Kompetitif. Gajah mada University Press.

Papundu, Moh. Tika. 2010. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan.

PT Bumi Aksara : Jakarta.

Purwanti, Erma dan Tri Seno Anjarnarko. 2015. “Pengaruh Faktor-Faktor

Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasi Karyawan Bagian

Administrasi Pada PT Perkebunan Nusantara X (PERSERO) Unit

Usaha PT Toelangan-Sidoarjo”. Jurnal Ekonomi Bisnis. Vol.7, No.1.

Rashid M. A. A, Sambasivan, M. and Johari, J. 2003. “The Influence Of Corporate

Culture and Organizational Commitment on Performance”. Journal of

Management Development. 22(8) : 708- 728.

Page 112: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

109

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Ritchie, M. 2000. Organizational Culture : An Examnination of Its Effect on the

Internalization Process and Member Performance. Southern Business

Review. 1-13.

Robbins, P. Stephen dan Timothy A. Judje. 2012. Perilaku Organisasi:Organizational

Behavior. Salemba Empat : Jakarta.

Silalahi, Ulber. 2002. Pemahaman Praktis Asas-Asas Manajemen. Mandar Maju :

Bandung.

Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional. Andi : Yogyakarta

Sri, Indah Kumala Dewi, et. al. 2015. “Pengaruh Budaya Organisasi dan

Pengawasan Terhadap Kinerja Melalui Komitmen Karyawan Frontliner

PT BANK RIAU KEPRI”. Jurnal Tepak Manajemen Bisnis. Vol. VII,

No. 2.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R dan D. CV

ALFABETA : Bandung.

Sutrisno, Edy. 2010. Budaya Organisasi. Kencana Prenada Media Group : Jakarta.

Yuniarsih, Tjuju dan Suwatno. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia: Teori,

Aplikasi, dan Isu Penelitian. CV ALFABETA : Bandung.

Page 113: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

110

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

PERFORMANCE OF ISLAMIC BASED SCHOOL TEACHERS IN

TEMBALANG SUB-DISTRICT, SEMARANG CITY AFFECTED BY

INTELLECTUAL INTELLIGENCE AND SPIRITUAL INTELLIGENCE

Anis Turmudhi

Lecturer STIE AKA Semarang

Diterima: November 2018. Disetujui: Desember 2018. Dipublikasikan: Januari 2019

Abstract

This Research has a background from several teacher education qualifications that are not yet in

accordance with the teacher's education qualifications that should be a teacher. The focus of the problem in

this research is the influence of intellectual intelligence and spiritual intelligence on teacher performance

partially and simultaneously. So the purpose of this research is to analyze and explain the influence of two

intelligence variables partially and simultaneously on the performance of Islamic based elementary school

teachers in Tembalang District, Semarang City.

This research method uses quantitative analysis. The number of samples is 87 people, so the data

collection uses total sampling technique. Data collection techniques with questionnaires, and data were

tested using multiple regression analysis.

The results of the study were intellectual intelligence that had a positive but not significant effect on

teacher performance. Spiritual intelligence has a positive and significant effect on teacher performance. As

well as intellectual intelligence and spiritual intelligence together have a positive and significant effect on

the performance of Islamic based elementary school teachers in Tembalang District, Semarang City. The

limitations in this study are that there is little time and minimal funding.

Keywords: intellectual intelligence, spiritual intelligence, and teacher performance

Introduction

Many people say that Islamic education in Indonesia is as old as the growth and

development of Muslims in the archipelago. Before the 90s, Islamic Education

Institutions were represented by Islamic boarding schools and madrasas. After the reform

era in the late 90s, Islamic Education Institutions began to develop with the concept of an

Integrated Islamic School.

Functionally, the three educational institutions (Islamic boarding schools, madrasas

and integrated Islamic schools) are expected to be a forum for galvanizing the mental,

moral and spiritual of the younger generation, who are prepared to be useful human

beings for religion, religion and nation. While substantially the three Islamic educational

institutions have a very strategic role, namely the call of the spiritual soul of a cleric,

cleric or teacher, which is not solely based on material motives, but as a dedication to

Allah SWT. This is in line with the goal of Islamic education revealed by Al-Ghozali,

which is to get closer to Allah, not solely for rank or dignity (Ihsan: 2008)

Page 114: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

111

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Integrated Islamic Schools began to emerge and develop after the reform era in the

late 90s. Integrated Islamic Schools emerged as an alternative solution to the restlessness

of some Muslim communities who wanted an Islamic education institution that was

committed to practicing Islamic values in its system, aimed at having balanced

competencies between kauniyah and qauliyah, between fikriyah, ruhiyyah and

jasadiyyah, so able to give birth to a young generation of knowledge, knowledgeable and

useful for the people, nation and state of Indonesia. This Integrated Islamic School has the

aim of creating students who possess Intellegen Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ)

and high Spiritual Intelligence (Spiritual Quotient / SQ) and good work ability (ihsan). To

realize the goal so that students have 3 (three) such intelligence, then an ustadz or teacher

must also have these three intelligences. Education will be easily delivered to students, if

students are given examples of exemplary by their teacher.

Based on Republic of Indonesia Law Number 14 of 2005 concerning Teachers and

Lecturers, "Teachers are professional educators with the main task of educating, teaching,

guiding, directing, training, evaluating and evaluating students, in early childhood

education, formal education, education basic, and secondary education ". The teacher is

the most important component of implementing education to develop student resources.

According to Ho Chi Minh (t.t.) in Surya (2013), without a teacher, education will not

exist, and if education does not exist, there will be no economic and social development.

Teachers are adults who have an advantage over other adult humans. The advantages

in question are:

1. The teacher has been educated and prepared specifically in the field of education.

2. The teacher controls a number of knowledge and skills along with learning

methodologies that can be used as a stimulus for the child's development process

(Dervish: 2006).

So the teacher is the subject that has been prepared in the field of education with mastery

of knowledge and skills. The provision is used by the teacher to provide education,

teaching, training, mentoring, direction, evaluation to evaluation actions on the subject of

education.

Not a few teachers lose their exemplary souls as educators. The exemplary soul as an

educator begins to diminish and even fades. So that the teacher's motto is "digugu and

imitated" has begun to disappear among the people. Likewise, there are still many

Page 115: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

112

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

teachers who do not upgrade themselves as educators with a lack of following

developments in science and technology, so that the learning process does not keep up

with the development of globalization. In addition, the reality is that teachers are only

oriented towards grades in report cards or diplomas, rather than being oriented towards

the work of students. This is also conveyed by Masaong (2012), that the teacher

assessment system for students has not been oriented to authentic assessment (student

performance).

Examples of these two cases are related to teacher performance variables, so the

teacher is still lacking in fulfilling the competence of a teacher. Especially in the

dimensions of pedagogic competence with indicators of the ability to utilize information

and communication technology for the benefit of learning. And on the dimensions of

personality competence with indicators of the teacher's ability to present himself as

someone who can be a role model for students and society.

To realize the national education goals, it takes teachers (teachers) who can carry out

their duties and obligations according to the Law of the Republic of Indonesia No.20 of

2003, education providers in Indonesia are a national education system that is

systematically regulated national education functions to develop abilities and forms of

character and a dignified nation of civilization in order to educate the life of the nation,

aiming at the development of potential students to become human beings who believe and

fear God Almighty, have noble character, knowledge, skillful, creative, independent and

become democratic and responsible citizens.

Based on the problems of the teacher in the field of education and mandate of the

Law, all of which the researchers have described in the background above, it is necessary

to study in the form of research for teachers, especially for teachers in Islamic-based

elementary schools in the City of Semarang. The researcher conducted a study entitled

"The Work of Islamic Based Primary School Teachers in Tembalang District, Semarang

City Affected by Intellectual Intelligence and Spiritual Intelligence".

Problem Formulation

Based on the background and problems mentioned above, several research questions

can be formulated as follows

1. How does the influence of intellectual intelligence on the performance of

Islamic-based elementary school teachers in Tembalang District, Semarang City?

Page 116: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

113

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

2. What is the influence of spiritual intelligence on the performance of Islamic based

elementary school teachers in Tembalang District, Semarang City?

3. What is the influence of intellectual intelligence and spiritual intelligence together on

the performance of Islamic-based elementary school teachers in Tembalang City,

Semarang?

STUDY OF THEORY

Intellectual Intelligence

Andrew Crider said that intelligence is like electricity, easy to measure but almost

impossible to define (Crider et al. In Azwar: 2008). Whereas H. H. Goddard defines

intelligence as the level of ability of one's experience to solve problems that are directly

faced and to anticipate future problems (Goddard in Azwar: 2008).

According to David Weehsler, intelligence is the ability to act in a direction, think

rationally and deal with its environment effectively (Weehsler in Azwar: 2008). So that in

broad outline it can be concluded that intelligence is a mental ability that involves the

process of thinking rationally. Therefore intelligence cannot be observed directly, but

must be inferred from various concrete actions which are manifestations of the process of

rational thinking.

Wiramiharja has conducted research on intelligence and willingness to work

performance. He examined intelligence by using intelligence tests taken from intelligence

tests, (Lauster in Wiramiharja: 2009), while measuring the amount of willingness using

the Pauli test tool (Pauli in Wiramiharja: 2009). Specifically concerning the amount of

addition, he mentions three dimensions of intellectual intelligence that concern the three

cognitive domains. The three dimensions are: (Wiramiharja: 2009).

a. The ability of figures is an understanding and reason in the field of form.

b. Verbal ability is an understanding and reason in the field of language.

c. Numerical abilities, namely understanding and reasoning in the field of numerical or

related to ordinary numbers.

More specifically, the manifestations of indicators of intellectual behavior are: ease

in using numbers, efficiency in language, speed in observation, ease of remembering,

ease of understanding relationships, and imagination

Page 117: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

114

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Spiritual Intelligence

Zohar and Marshall provide the definition of spiritual intelligence which is the innate

internal ability of the brain and human soul whose deepest source is the core of the

universe itself, which allows the brain to find and use meaning in solving problems

(Zohar and Marshall in Bowo: 2009)

The dimensions of people who have spiritual intelligence based on the theories of

Zohar and Marshall and Sinetar are: (Bowo: 2009)

a. Having Self Awareness

There is a high level of awareness and depth so that you can be aware of the various

situations that come and respond to them.

b. Having a vision

Yaitu memiliki pemahaman tentang tujuan hidup dan memiliki kualitas hidup yang

diilhami oleh visi dan niali-nilai.

c. Be Flexible

Able to adjust spontaneously and actively to achieve good results, have a pragmatic

(appropriate), and efficient view of reality.

d. Holistic Views

Seeing that yourself and others are interrelated and can see the interrelationships

between things. Can view a larger life so that it is able to face and utilize, transcend

misery and pain, and view it as a vision and look for the meaning behind it.

e. Make changes

Making changes that are open to differences, has the ease of working against

conventions and status quo and also being a free person.

f. Source of inspiration

That is being able to be a source of inspiration for others and have fresh ideas.

g. Self reflection

Have a tendency which is fundamental and basic

Teacher Performance

In terms of terminology, performance is the implementation of work tasks at a certain

time and a process to achieve work results (Westra in Susanto: 2013). Performance

according to the Ministry of National Education, that the performance of an employee is

related to performance, work results and achievements that are shown at a certain time

(Susanto: 2013). The goal is to meet the work goals of employees who will later

Page 118: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

115

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

contribute to the organization's goals. Teacher performance is the ability and effort of the

teacher to carry out the best learning tasks in planning teaching programs, implementing

learning activities and evaluating learning outcomes (Permendiknas No. 41 of 2007).

Based on the Regulation of the Minister of National Education of the Republic of

Indonesia Number 41 of 2007, concerning Process Standards for Primary and Secondary

Education Units. Article 1 Paragraph (1) states that: Standard processes for primary and

secondary education units include planning the learning process, implementing the

learning process, evaluating learning outcomes, and monitoring the learning process.

Based on the above parameters, the following framework can be drawn up:

RESEARCH METHODS

Population and Samples

The population in the study were Islamic based elementary school teachers in

Tembalang District, Semarang City under the Semarang City Education Service. Efforts

to obtain the data in question were carried out by interviews and using questionnaires as

instruments. Primary data in this study in the form of respondents' answers to the

questionnaire given. While supporting data or secondary data in the form of teacher age,

gender, class, length of work obtained from Islamic based elementary schools in

Tembalang District, Semarang City.

Intellectual Intelligence (X1)

1. Ability of figures

2. Verbal ability

3. Numerical ability

Performance (Y)

1. Plan for

implementing

learning

2. Implementation

of learning

3. Evaluation

Spiritual Intelligence (X2)

1. Having a Vision

2. Be flexible

3. Make changes

H1

H2

H3

Page 119: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

116

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Variable Description Analysis

The variable description is a statistical calculation of the variables of intellectual

intelligence, spiritual intelligence and teacher performance, including the total mean

value, and the minimum value and the maximum value using the SPSS 16.0 for windows

program.

The measurement scale used to measure questionnaire indicators uses a rating scale,

which uses 4 (four) categories of details as follows :

Score 4 (SA) : Strongly Agree

Score 3 (A) : Agree

Score 2 (DA) : Disagree

Score 1 (SDA) : Strongly Disagree

Test Validity

Testing is done using Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy

(KMO-MSA), then an indicator is said to be valid if the value of KMO ≥ 0.5. Then these

indicators can be used for further analysis

Reliability Test

The test tool used is the Cronbach alpha coefficient provided that if Cronbach's alpha

coefficient is > 0.7, then a variable / construct used is declared reliable (Ghozali: 2009)

Model Testing

a. Multiple Regression Analysis

Regression analysis is measuring strength and showing the direction of influence

between independent variables on the dependent variable (Ghozali: 2009). The

equations used are:

Y = a + β1X1 + β2X2 + e

Where :

Y = Teacher performance

a = constant

β1-2 = independent variable regression coefficient

X1, X2, = Intellectual Intelligence and Spiritual Intelligence

e = Standard error

Page 120: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

117

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

b. Test t

The t test (partial test) is used to determine whether in the regression model the

independent variable partially (each variable) has a significant effect on the

dependent variable. This t test is required as follows :

- Ho = accepted if probability significance ≥ 0.05

- Ha = accepted if probability probability < 0.05

c. Test F

This test is carried out using Analysis of Variance (ANOVA). The test is

formulated as follows :

• Ho : b1, b2, = 0, meaning that the independent variables simultaneously do

not significantly influence the dependent variable.

• Ha : b1, b2,> 0, meaning that the independent variables simultaneously have

a positive and significant effect on the dependent variable.

Based on the formula above and with an alpha level of 5%, the conclusions /

decisions that can be made are: if the probability significancy is <0.05 then, Ha

is accepted and Ho is rejected, and vice versa. This means that there is a

significant influence between the independent variables on the dependent

variable.

d. Determination Coefficient Test

The coefficient of determination is to measure how far the ability of the model to

explain the variation of independent variables on the dependent variable. The

small value of the coefficient of determination means that the ability of

independent variables to explain variations in the dependent variable is very

limited. A value close to one means that the independent variables provide almost

all the information needed to predict variations in the dependent variable (Gozali:

2009).

e. Test the Hypothesis

This test is conducted to determine the effect of independent variables

individually / partially on the dependent variable, the test is carried out by t test.

Page 121: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

118

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

ANALYSIS RESULTS

Test Validity

The sample is said to be sufficient if the Kaiser-Mayor-Olkin (KMO) coefficient is

greater than 0.5; and the indicator is said to be valid if the component matrix coefficient is

greater than 0.4. In this study the requirements have been fulfilled. While testing the

validity of indicators in this study that all indicators contained in the variables of

intellectual intelligence, spiritual intelligence and teacher performance have a matrix

coefficient greater than 0.4. The results of this test can be described that all indicators

contained in each of these variables are valid

Test Reliability

Test Reliability Indicators

No Coefficient Alpha Cronbach Hasil Keterangan

1

2

3

Variable Intellectual Intelligence

Variable Spiritual Intelligence

Teacher Performance Variables

0,913

0,953

0,917

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Based on the table above, it can be seen that Alpha Cronbach's coefficient of

intellectual intelligence, spiritual intelligence and teacher performance, all of them

are ≥ 0.7. These results can be described that the sample in this study is reliable

Multiple Regression Analysis

The results of the analysis, obtained regression coefficient of intellectual intelligence

variable (β1) of 0.059; The regression coefficient of spiritual intelligence variable

(β2) is 0.826; then the multiple regression equation is :

Y = β1X1 + β2X2 + e

= 0,059 X1 + 0,826 X2

Can be explained that :

a. Variables of intellectual intelligence have a positive effect on the performance of

Islamic based elementary school teachers in Tembalang District, Semarang City

b. Variables of spiritual intelligence have a positive effect on the performance of

Islamic-based elementary school teachers in Tembalang District, Semarang City

Test F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Page 122: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

119

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

1 Regression 1918.169 2 959.085 130.305 .000a

Residual 618.268 84 7.360

Total 2536.437 86

a. Predictors: (Constant), Spiritual Intelligence,

Intelektual Intelligence

b. Dependent Variable: Teacher Performance

Regression equation has F count> F table (130.305> 3.10) and significance F ≤ 0.05.

These results can be described that the variables of intellectual intelligence and

spiritual intelligence jointly influence the performance of Islamic based elementary

school teachers in Tembalang District, Semarang City.

Determination Coefficient Test

Determination Coefficient Test

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .870a .756 .750 2.71299

a. Predictors: (Constant), Spiritual Intelligence, Intelektual Intelligence

Source: primary data processed in 2018

Regression equation has an adjusted R square of 0.750. These results can be

described that intellectual intelligence and spiritual intelligence are jointly able to

influence variations in variable changes in the performance of Islamic based

elementary school teachers in Tembalang City, Semarang District, up to 75%. The

remaining 25% of the performance of Islamic-based elementary school teachers in

Tembalang District, Semarang City is influenced by other variables not included in

this study.

Test of Hypotheses

Page 123: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

120

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

The hypothesis test in this study uses the t test, if the significance of t is smaller than

5%, the independent variables partially have a positive and significant effect on the

dependent variable. Based on data processing, the following results are obtained :

a. The significance of the t variable of intellectual intelligence on teacher

performance is 0.455. This number is greater than 0.05, so it can be described that

the hypothesis is rejected. This means that intellectual intelligence variables have

a positive but not significant effect on the performance of Islamic based

elementary school teachers in Tembalang District, Semarang City.

b. The significance of the variable of spiritual intelligence on teacher performance

is 0,000. This number is less than 0.05, so it can be described that the hypothesis

is accepted. This means that the variable spiritual intelligence has a positive and

significant effect on the performance of Islamic based elementary school teachers

in Tembalang District, Semarang City.

Discussion

Based on the processing of the data above, discussion can be carried out as

follows :

a. Effect of intellectual intelligence on teacher performance

The regression coefficient of intellectual intelligence variables on teacher

performance is 0.059 with a significance level of 0.455. The results of this study

indicate that intellectual intelligence has a positive but not significant effect on

teacher performance. This means that the higher the level of intellectual

intelligence of a teacher the effect is not significant on the performance of

Islamic-based elementary school teachers in Tembalang District, Semarang City.

b. Effect of spiritual intelligence on teacher performance

The regression coefficient of spiritual intelligence variables on teacher

performance is 0.826 with a significance level of 0.000. The results of this study

indicate that spiritual intelligence has a positive and significant effect on teacher

performance. This means that the better the level of spiritual intelligence of a

teacher the better the performance of Islamic-based elementary school teachers in

Tembalang District, Semarang City.

Page 124: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

121

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

c. Effect of Intellectual Intelligence and Spiritual Intelligence together on

Performance

The results of the F test conducted in this study indicate that the regression

equation has F count> F table (130.305> 3.10) and significance F ≤ 0.05. It can

be described that the variables of intellectual intelligence, emotional intelligence

and spiritual intelligence jointly influence the performance of Islamic based

elementary school teachers in Tembalang District, Semarang City.

CONCLUSIONS AND RECOMMENDATIONS

Conclusion

Based on the results of data analysis, it can be concluded as follows :

a. There is an influence of intellectual intelligence on the performance of

Islamic-based elementary school teachers in Tembalang District, Semarang City

but not in accordance with the reality in the field.

b. There is influence and in accordance with the reality in the field between spiritual

intelligence towards the performance of Islamic-based elementary school

teachers in Tembalang District, Semarang City.

c. There is influence and in accordance with the reality in the field between

intellectual intelligence and spiritual intelligence together towards the

performance of Islamic-based elementary school teachers in Tembalang District,

Semarang City.

Suggestions

a. To the Management of the Foundation that oversees the school, and the Principal,

if a comparative study can be held to the place of the school that has exemplary

and outstanding teachers.

b. The Principal can always send his teacher to attend the motivational workshop

and seminar.

c. The Foundation Management and School Leaders must regularly schedule

religious studies.

d. In an effort to form students who can master intellectual intelligence and spiritual

intelligence, the teacher must give an example first in mastering 2 (two) of these

Page 125: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

122

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

intelligences. By practicing these two intelligences, the teacher's performance

will automatically increase. Therefore the researcher suggested that the

Education Office and Management of the Foundation overshadow the school, so

that they could issue a policy on the assessment of the implementation of these

two intelligences by teachers in elementary schools, especially Islamic based

ones.

Limitations of Research and Recommendations

In this study, researchers have limited time and limitations in financing. Which can

be recommended in this study, can still be further investigated about other variables

that can affect teacher performance, because the two variables in this study can affect

together only by 75%.

REFERENCE

Agustian, Ary Ginanjar. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan

Spiritual The ESQ Way 165 1 Ikhsan Rukun Iman dan 5 Rukun Islam,

Cetakanke-33, Jakarta, Arga Wijaya Persada, 2006.

Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), Edisi Revisi VII,

Jakarta, Rineka Cipta, 2006

Armstrong, Michael. Managing People, Jakarta, Bhuana Ilmu Populer, 2003

Azwar, Saifuddin, Drs, MA. Pengantar Psikologi Intelegensi, Cetakan ke-VI

Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008.

Efendi, Agus, Revolusi Kecerdasan Abad 21, Bandung, Alfabeta, 2009

Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Semarang,

Universitas Diponegoro, 2005

Goleman, D, Kecerdasan Emosi : Mengapa Emotional Intelligance Lebih Tinggi Dari

pada IQ, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2000.

Hendriani, Susi, dan Garnasih, Raden Lestari. Pengaruh Kecerdasan Intelektual dan

Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Guru SMA N 8 Pekanbaru, Riau,

Universitas Riau, 2013.

Indrianti, Wahyu, Dra, M.Si, dkk. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan

Berkembang (terjemahan), cetakan ke-VI, Jakarta, Erlangga, 2009

Mulyasa, H.E, Prof, Dr, M.Pd. Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru, Cetakan

kedua, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2013

Paisal dan Anggraini, Susi. Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual

Terhadap Kinerja Karyawan Pada LBPP-LIA Palembang, Palembang,

Poleteknik Negeri Sriwijaya, 2010.

Page 126: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

123

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar

Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, Jakarta, Pustaka Karya, 2007

Purwanto, Edy, Dr, M.Si. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Yogyakarta, Pustaka

Pelajar, 2016

Rahmasari, Lisda. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan

Spiritual Terhadap Kinerja Tulungagung, Tulungagung, STIKIP PGRI, 2015.

Sholiha, Milatus, dkk. Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual

Terhadap Kinerja Guru SMP An-Nur Bululawang – Malang, Malang, Universitas

Islam Malang, 2017

Sugiyono, Prof, Dr. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R & D,) Cetakan ke-11, Bandung, Alfabeta, 2015

Sutomo, Y. Strategi Peningkatan Kinerja Pegawai, Semarang, Amindo, 2014.

Suyatno. Revolusi Organisasi Dengan Memberdayakan Kecerdasan Spiritual,

Yogyakarta, Andi Offset, 2006

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen,

Jakarta, Pustaka Karya, 2006

Yudistiro, Indra Agung, Pengaruh Kecerdasan Emosional, Lingkungan Kerja, dan

Disiplin Terhadap Kinerja Guru Dengan Komitmen Organisasi Sebagai

Moderasi, Surakarta, Universitas Slamet Riyadi, 2015.

Zohar, Danah dan Marshall, Ian. Spiritual Intelligence The Ultimate Intelligence,

Great Britain, Bloomsberry, 2000

Page 127: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

124

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

PENGARUH KEPEMIMPINAN, KOMPENSASI FINANSIAL DAN

KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP KINERJA PEGAWAI

DENGAN DISIPLIN KERJA SEBAGAI MEDIASI

(STUDI PADA KANTOR BKKBN PROVINSI JAWA TENGAH)

SOEGIHARTONO

Fakultas Ekonomi Universitas Semarang

Diterima: November 2018. Disetujui: Desember 2018. Dipublikasikan: Januari 2019

ABSTRACT

This research was conducted at the Office of the Central Java Province BKKBN and aims to test and

analyze whether there is influence of leadership, financial compensation and organizational commitment to

the performance of employees with work discipline as mediation. The sample in this study is all employees

of BKKBN Office of Central Java Province with the number of 115 employees who made as

respondents.The sampling technique in this study used a saturated sample or census method. And the

method of data analysis used in this research is path analysis.The result of analysis shows that leadership

has positive and significant effect to employee performance, financial compensation has positive and

significant effect to employee performance, organizational commitment has positive and significant effect

to employee performance, leadership has positive and significant effect to work discipline, financial

compensation has positive and significant influence on work discipline, organizational commitment have a

positive and significant effect on work discipline, work discipline has positive and significant effect to

employee performance, leadership has positive and significant effect to employee performance with work

discipline mediation and organizational commitment have positive and significant influence to employee

performance with work discipline mediation.

Keywords: leadership, financial compensation, organizational commitment, work discipline and employee

performance.

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan pada Kantor BKKBN Provinsi Jawa Tengah dan bertujuan untuk menguji dan

menganalisis apakah terdapat pengaruh kepemimpinan, kompensasi finansial dan komitmen organisasi

terhadap kinerja karyawan dengan mediasi disiplin kerja. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh

pegawai Kantor BKKBN Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah 115 karyawan yang dijadikan responden.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh atau metode sensus. Dan

metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur. Hasil analisis menunjukkan

bahwa kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, kompensasi finansial

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, komitmen organisasi berpengaruh positif

dan signifikan terhadap karyawan kinerja, kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

disiplin kerja, kompensasi finansial berpengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin kerja, komitmen

organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin kerja, disiplin kerja berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja karyawan, kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin

kerja. pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan dengan mediasi disiplin kerja dan komitmen

organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dengan mediasi disiplin kerja.

Kata kunci: kepemimpinan, kompensasi finansial, komitmen organisasi, disiplin kerja dan kinerja

karyawan

Page 128: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

125

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Pendahuluan

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (disingkat BKKBN)

adalah Lembaga Pemerintah Nonkementerian yang berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada Presiden melalui Menteri Kesehatan. BKKBN mempunyai tugas

melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengendalian penduduk dan

penyelenggaraan keluarga berencana. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional Provinsi Jawa Tengah (BKKBN Jateng), merupakan Lembaga Pemerintah Non

Departemen Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang

kependudukan dan keluarga berencana di provinsi jateng. Yang memiliki fungsi antara

lain untuk fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah, swasta, LSOM

dan masyarakat dibidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. dan juga

penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum dibidang perencanaan

umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, persandian, keuangan,

kearsipan, hukum, perlengkapan dan rumah tangga.Agar organisasi dapat mencapai suatu

tujuannya, diperlukan disiplin kerja pegawai yang baik.

Dalam hal ini, terdapat masalah yang terjadi dalam organisasi tentang disiplin kerja

pegawai. Berdasarkan data absensi, berikut data mengenai tingkat absensipegawai kantor

BKKBN Provinsi Jawa Tengah:

Tabel 1.

Rekapitulasi Absensi PegawaiKantor BKKBN Provinsi Jawa Tengah

Periode Tahun 2016

Bulan

Jumlah Jumlah

Efektivitas

Bekerja

Tingkat

Absensi

(Orang)

Karyawan

(Orang)

Januari 125 2500 94

Februari 124 2480 127

Maret 122 2562 111

April 120 2520 81

Mei 120 2400 82

Juni 117 2691 78

Juli 114 1824 50

Page 129: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

126

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Agustus 116 2668 63

September 116 2436 141

Oktober 115 2415 111

November 114 2508 66

Desember 114 2280 174

Sumber : Kantor BKKBN Provinsi Jawa Tengah Bagian Kepegawaian tahun 2016

Dari tabel 1. diatas menunjukan tingkat absensi pegawai kantor BKKBN Provinsi

Jawa Tengah pada periode Januari 2016 sampai dengan Desember 2016 berfluktuasi.

Dapat dilihat dari absensi karyawan pada bulan Januari yang mencapai 3,76%, Februari

5,12%, Maret 4,33%, April 3,21%, Mei 3,42%, Juni 2,90%, Juli 2,74%, Agustus 2,36%,

September 5,79%, Oktober 4,60%, November 2,63%dan Desember 7,63%. Dari tabel

tersebut terlihat tingkat absensi paling besar terjadi pada bulan Desember.

Pada dasarnya yang menjadi ukuran baik dan buruknya kinerja pegawai kantor

BKKBN Provinsi Jawa Tengah adalah tercapainya target organisasi. Namun pada

faktanya ada indikator yang tidak mencapai target kinerja. Dapat ditunjukan dalam tabel

berikut:

Tabel 2.

Pencapaian Kinerja Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan

Keluarga (KKBPK) Periode Tahun 2016

NO INDIKATOR KONTRAK KINERJA SASARAN

2016 CAPAIAN

2016 %

SASARAN STRATEGIS

1 Angka Prevalensi Penggunaan Kontrasepsi (CPR) 63,8 61,26 96,02

2 Persentase Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi

(unmetneed) 15,66 9,5 60,66

3 Presentase Peserta KB Baru MKJP 38,8 28,01 72,19

4 Presentase Peserta KB Aktif MKJP 25,8 27,63 107,09

SASARAN PROGRAM

1 Persentase Kesertaan KB Pria (PA) MOP dan Kondom 36,2 5,90 16,30

2 Indeks pengetahuan remaja tentang KRR 53,9 51,20 94,99

3 Persentase sasaran yang mendapatkan promosi dan konseling

Kesehatan Reproduksi 10 9.56% 95,6

4 Persentase masyarakat yang mengetahui isu kependudukan 44 35,90 81,59

Page 130: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

127

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Tabel 3.

Data Pra SurveyKantor BKKBN Provinsi Jawa Tengah

NO ALASAN F %

1 Kurangnya kedisiplinan

pegawai 8 26.7

2 Kurangnya perhatian dari

pimpinan 6 20

3 Lingkungan kerja yang

kurang kondusif 2 6,7

4 Dampak tunjangan kinerja

terhadap pekerjaan 7 23.3

5 Minimnya tegur, salam, sapa 1 3,3

6 Kurangnya efektifitas

bekerja 6 20

TOTAL 30 100

Berdasarkan tabel 3. diatas menunjukan hasil pra kuesioner mengenai hal-hal yang

perlu diperhatikan di Kantor BKKBN Provinsi Jawa Tengah. Dapat dilihat dari hasil pra

kuesioner pada alasan kurangnya kedisiplinan pegawai sebesar 26,7% yang dapat

diartikan bahwa disiplin kerja pegawai pada Kantor BKKBN Provinsi Jawa Tengah

masih rendah. Selain itu pada alasan kurangnya perhatian dari pimpinan sebesar 20%,

yang dapat diartikan bahwa kepemimpinan pada Kantor BKKBN Provinsi Jawa Tengah

masih ada yang harus dibenahi. Pada alasan dampak tunjangan kinerja terhadap

pekerjaan sebesar 23,3% yang dapat diartikan bahwa kompensasi finansial sangat

berperan penting dalam tercapainya target organisasi, tetapi pada faktanya ada indikator

yang tidak mencapai target sasaran. Pada alasan kurangnya efektifitas bekerja sebesar

20%, yang dapat diartikan bahwa komitmen organisasional pegawai pada Kantor

BKKBN Provinsi Jawa Tengah masih rendah.

Didukung oleh hasil wawancara terhadap seorang staff bagian kepegawaian di kantor

BKKBN Provinsi Jawa Tengah, dimana seorang staff mengatakan bahwa jam kerja di

kantor BKKBN Provinsi Jawa Tengah pada hari Senin sampai Kamis dimulai dari pukul

07.30 – 16.00 dan hari Jum’at dimulai dari pukul 07.30 – 13.30, tetapi karena minimnya

teguran dari pimpinan sehingga banyak pegawai yang datang terlambat dan banyak juga

pegawai yang pulang lebih cepat dari jam kerja yang sudah ditentukan. Kemudian di

kantor BKKBN Provinsi Jawa Tengah banyak ditemukan pegawai yang tidak terlalu

memperhatikan standar operasional prosedur (SOP) dalam bekerja seperti tidak memakai

Page 131: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

128

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

sepatu dan lebih memilih memakai sandal jepit pada saat jam kerja. Dan didalam waktu

efektif kerja, sering digunakan untuk istirahat.

Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai?

2. Apakah terdapat pengaruh kompensasi finansial terhadap kinerja pegawai?

3. Apakah terdapat pengaruh komitmen organisasional terhadap kinerja pegawai?

4. Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin kerja?

5. Apakah terdapat pengaruh kompensasi finansial terhadap disiplin kerja?

6. Apakah terdapat pengaruh komitmen organisasional terhadap disiplin kerja?

7. Apakah terdapat pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja pegawai?

8. Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai dengan disiplin

kerja sebagai mediasi?

9. Apakah terdapat pengaruh komitmen organisasional terhadap kinerja pegawai dengan

disiplin kerja sebagai mediasi?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahuipengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai.

2. Untuk mengetahuipengaruh kompensasi finansial terhadap kinerja pegawai.

3. Untuk mengetahuipengaruh komitmen organisasional terhadap kinerja pegawai.

4. Untuk mengetahuipengaruh kepemimpinan terhadap disiplin kerja.

5. Untuk mengetahuipengaruh kompensasi finansial terhadap disiplin kerja.

6. Untuk mengetahuipengaruh komitmen organisasional terhadap disiplin kerja.

7. Untuk mengetahuipengaruh disiplin kerja terhadap kinerja pegawai.

8. Untuk mengetahuipengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai dengan disiplin

kerja sebagai mediasi.

9. Untuk mengetahuipengaruh komitmen organisasional terhadap kinerja pegawai

dengan disiplin kerja sebagai mediasi.

Page 132: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

129

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Landasan Teori

Kinerja Pegawai

Menurut Henry Simamora mengemukakan pendapatnya mengenai kinerja pegawai

dalam bukunya: Manajemen Sumber Daya Manusia (1995:325), sebagi berikut: “Kinerja

pegawai adalah tingkat dimana para karyawan/pegawai mencapai

persyaratan-persyaratan pekerjaan”.

Hasibuan (2012:94) kinerja pegawai merupakan suatu hasil kerja yang dicapai

seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya, yang didasarkan

atas kecakapan pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Selain itu, menurut Sunyoto

(2012:18) menyatakan bahwa kinerja pegawai adalah sesuatu hasil kerja yang dicapai

seseorang dalam melaksanakan menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

Simmamora(2004:314) menyatakan,kinerja dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor

sebagai berikut:

a. Faktor individual yang terdiri darikemampuan dan faktor demografi.

b. Faktor psikologis yang terdiri dari sikap, motivasi, persepsi, personality dan

pembelajaran.

c. Faktor organisasi yang terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, penghargaan,

strukturdan job design.

Menurut Gibson (2003), ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap kinerja, yaitu

sebagai berikut:

a. Faktor individu, meliputi kemampuan, keterampilan, latar belakang keluarga

pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang.

b. Faktor psikologis, meliputi persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi, lingkungan

kerja, komitmen dan kepuasan kerja.

c. Faktor Organisasi, meliputi stuktur organisasi,desain, pekerjaan, kepemimpinan dan

sistem penghargaan (reward system).

Siagian (2002) menyatakan bahwa, kinerja pegawai dipengaruhi beberapa faktor,

yaitu: kompensasi, lingkungan kerja, budaya organisasi, kepemimpinan, motivasi kerja,

disiplin kerja, kepuasan kerja, komunikasi dan faktor faktor lainnya.

Page 133: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

130

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Disiplin Kerja

Menurut Mangkunegara (2013:129) disiplin kerja diartikan sebagai pelaksanaan

manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi. Kadang-kadang, perilaku

pekerja dalam organisasi menjadi sangat mengganggu sehingga berdampak dengan

kinerja yang menurun. Disiplin kerja yang baik dan berkualitas merupakan kunci utama

keberhasilan suatu organisasi/instansi dimana apabila hal tersebut diterapkan dengan baik

dan benar maka keinginan dan tujuan suatu organiasi/instansi dapat terwujud (Shelviana,

2015).

Pengertian disiplin kerja merupakan salah satu fungsi operatif yang terpenting dan

tidak dapat diabaikan karena sebagai bagian dari fungsi pemeliharaan karyawan, dan

bilamana semakin baik disiplin kerja karyawan, makin tinggi prestasi kerja yang dapat

dicapainya. Untuk memperjelas hal ini, disiplin kerja memiliki sejumlah indikator

(Muchadarsyah Sinungan, 1995) yakni:

1. Absensi; yakni pendataan kehadiran pegawai yang sekaligus merupakan alat

untuk melihat sejauh mana pegawai itu mematuhi peraturan yang berlaku dalam

perusahaan.

2. Sikap dan Perilaku; yakni tingkat penyesuaian diri seorang pegawai dalam

melaksanakan semua tugas-tugas dari atasannya.

3. Tanggung Jawab; yakni hasil atau konsekuensi seorang pegawai atas tugas-tugas

yang diserahkan kepadanya.

a. Kepemimpinan

Menurut Moejiono (2002) pengertian kepemimpinan adalah kemampuan dalam

memberikan pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki beberapa kualitas

tertentu yang membuatnya berbeda dengan pengikutnya. Kepemimpinan merupakan

suatu ilmu yang mengkaji secara komprehensif tentang bagaimana mengarahkan,

mempengaruhi, dan mengawasi orang lain untuk mengerjakan tugas sesuai perintah yang

direncanakan (Fahmi, 2016:105). Keberhasilan seseorang pemimpin tergantung kepada

kemampuan untuk mempengaruhi. Dengan kata lain kepemimpinan diartikan sebagai

kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, melalui komunikasi yang

langsung maupun tidak langsung dengan maksud menggerakkan orang-orang tersebut

Page 134: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

131

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

agar dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti kehendak

pemimpin itu (Nugraheni dkk, 2016).

b. Kompensasi Finansial

Menurut Sastrohadiwiryo (2003:181) kompensasi finansial adalah Imbalan jasa atau

balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada para tenaga kerja karena tenaga kerja

tersebut telah memberikan sumbangan tenaga dan pikiran demi kemajuan perusahaan

guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Sunyoto (2012:31) bahwa

kompensasi finansial adalah sesuatu yang diterima oleh karyawan dalam bentuk seperti

gaji, upah, bonus, premi, tunjangan hari raya, tunjangan hari tua, pengobatan atau

jaminan kesehatan, asuransi dan lain-lain yang sejenis yang dibayarkan oleh organisasi.

Hasibuan (dalam Agung, 2013) menyatakan bahwa kepentingan organisasi dengan

pemberian kompensasi yaitu untuk mendapatkan imbalan prestasi kerja yang lebih besar

dari pegawai. Sedangkan kepentingan pegawai atas kompensasi yang diterima yaitu

dapat memenuhi kebutuhan dan keinginanya dan menjadi keamanan ekonomi rumah

tangganya.

c. Komitmen Organisasional

Pengertian tentang komitmen organisasi oleh Alwi (2001) dijelaskan bahwa

komitmen diartikan sebagai sikap karyawan untuk tetap berada dalam organisasi dan

terlibat dalam upaya-upaya mencapai misi, nilai-nilai dan tujuan perusahaan. Lebih lanjut

dijelaskan komitmen adalah bentuk loyalitas yang lebih konkrit yang dapat dilihat dari

sejauh mana karyawan mencurahkan perhatian, gagasan, dan tanggung jawabnya dalam

upaya mencapai tujuan perusahaan. Komitmen organisasi adalah suatu keadaan dimana

seseorang pegawai memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginannya

untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut (Shobirin dkk,

2016).Komitmen terhadap organisasi artinya lebih dari sekedar keanggotaan formal,

karena meliputi sikap menyukai organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan tingkat

upaya yang lebih tinggi bagi kepentingan organisasinya demi pencapaian tujuan.

Berdasarkan definisi ini, dalam komitmen organisasi tercakup unsur loyalitas terhadap

organisasi, keterlibatan dalam pekerjaan, dan identifikasi terhadap nilai-nilai dan tujuan

organisasi (Triyaningsih, 2014).

Page 135: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

132

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian pada Kantor BKKBN Provinsi

Jawa Tengah. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai pada Kantor BKKBN

Provinsi Jawa Tengah sebanyak 115 pegawai.Dataini didapatkan berdasarkan data dari

Kantor BKKBN Provinsi Jawa Tengah.

Dalam penelitian ini, karena jumlah populasinya sedikit (terbatas) sehingga tidak

memungkinkan untuk menggunakan sampel, sehingga peneliti mengambil jumlah

sampel sama dengan jumlah populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh

pegawai Badan Kependudukandan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jawa Tengah

sebanyak 115 orang pegawai.

Skala yang digunakan dalam penyusunan kuesioner atau angket ini adalah skala

interval:

1 = Sangat Tidak Setuju

2 = Tidak Setuju

3 = Netral

4 = Setuju

5 = Sangat Setuju

Skala LIKERT dikatakan ordinal bila pernyataan Sangat Setuju mempunyai tingkat

atau preferensi yang “lebih tinggi” dari Setuju, dan “lebih tinggi” dari “Netral” (Ghozali,

2013:146). Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis jalur (path

analysis).

Gambar 1.Model Penelitian

Kepemimpinan

(X1)

Kepemimpinan

Finansial(X2)

Komitmen

Organisasional(X3)

Disiplin Kerja

(Z)

Kinerja Pegawai

(Y)

H1 (+)

H2 (+)

H3 (+)

H4 (+)

H5 (+)

H7 (+)

H6 (+)

H8 (+) H9 (+)

Page 136: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

133

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Hasil dan Pembahasan

Uji Validitas dan Reliabilitas

Tabel 4.

Hasil Uji Validitas dan Reabilitas

Indikator Cronbach

Alpha

Ket.

Kinerja Pegawai 0,749 Valid dan Reliabel

Disiplin Kerja 0,797 Valid dan Reliabel

Kepemimpinan 0,821 Valid dan Reliabel

Kompensasi Finansial 0,807 Valid dan Reliabel

Komitmen Organisaional 0,757 Valid dan Reliabel

Sumber: Data primer yang diolah, 2017.

Suatu konstruk atau variabel dikatakan valid dan reliable jika memberikan nilai

Cronbach Alpha lebih besar dari 0,70 (Ghozali, 2013:47). Berdasarkan pada tabel 4.

Terlihat hasil uji validitas dan reliabilitas menunjukkan koefisien Cronbach’s Alpha pada

variable kinerja pegawai sebesar 0,749. Hal ini menunjukkan bahwa variable tersebut

valid dan reliabel, dilihat dari koefisien Cronbach’s Alpha yang nilainya lebih dari0,70

(0,749 > 0,70). Koefisien Cronbach’s Alpha pada variabel disiplin kerja sebesar 0,797.

Hal ini menunjukkan bahwa variable tersebut valid dan reliabel, dilihat dari koefisien

Cronbach’s Alpha yang nilainya lebih dari 0,70 (0,797 >0,70). Koefisien Cronbach’s

Alpha pada variable kepemimpinan sebesar 0,821.Hal ini menunjukkan bahwa variable

tersebut valid dan reliabel, dilihat dari koefisien Cronbach’s Alpha yang nilainya lebih

dari 0,70 (0,821 >0,70). Koefisien Cronbach’s Alpha pada variabel kompensasi finansial

sebesar 0,807. Hal ini menunjukkan bahwa variable tersebut valid dan reliabel, dilihat

dari koefisien Cronbach’s Alpha yang nilainya lebih dari 0,70 (0,807 > 0,70). Koefisien

Cronbach’s Alpha pada variabel komitmen organisasional sebesar 0,757. Hal ini

menunjukkan bahwa variable tersebut valid dan reliabel, dilihat dari koefisien

Cronbach’s Alpha yang nilainya lebih dari 0,70 (0,757 > 0,70).

Page 137: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

134

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa untuk indikator-indikator dari seluruh poin

dan total pertanyaan dari lingkungan kerja, kepemimpinan dan kedisiplinan karyawan

bahwa Cronbach Alpha lebih besar dari nilai Cronbach Alpha yang ditentukanya itu lebih

besar (>0,70). Dapat disimpulkan bahwa keseluruhan variable tersebut adalah reliabel.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Oleh

karena itu diperlukan analisis uji statistik yaitu uji glejser yaitu dengan meregres nilai

absolute residual terhadap variable independen (Ghozali, 2013:143).

Tabel 5.

Hasil Uji Heteroskedastisitas Kinerja Pegawai dengan Uji Glejser

Coefficientsa

Model t Sig.

1

(Constant) .908 .366

Disiplin Kerja -1.457 .148

Kepemimpinan -1.340 .183

Kompensasi Finansial 1.405 .163

Komitmen Organisasional 1.824 .071

a. Dependent Variable: Glejser_Kinerja_Pegawai

Sumber: Data primer yang diolah, 2017.

Berdasarkan tabel 5. diatas, bahwa nilai signifikansi variabel disiplin kerja sebesar

0,148. Variabel kepemimpinan sebesar 0,183. Variabel kompensasi finansial sebesar

0,163 dan variabel komitmen organisasional sebesar 0,073 yang semuanya lebih dari 0,05

(0,148 > 0,05), (0,183 > 0,05), (0,163 > 0,05) dan (0,073 > 0,05). Maka hasil yang

diperoleh dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas.

Tabel 6.

Hasil Uji Heteroskedastisitas Disiplin Kerja dengan Uji Glejser

Coefficientsa

Model t Sig.

1

(Constant) -.567 .572

Kepemimpinan .683 .496

Kompensasi Finansial 1.706 .091

Komitmen Organisasional -1.126 .263

a. Dependent Variable: Glejser_Disiplin_Kerja

Sumber: Data primer yang diolah, 2017.

Berdasarkan tabel 6. diatas, bahwa nilai signifikansi variabel kepemimpinan sebesar

0,496. Variabel kompensasi finansial sebesar 0,091 dan variabel komitmen

organisasional sebesar 0,263 yang semuanya lebih dari 0,05 (0,496>0,05), (0,091 > 0,05)

Page 138: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

135

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

dan (0,263 > 0,05). Maka hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa model regresi

tidak terdapat heteroskedastisitas.

Tabel7.

Hasil Uji Analisis Jalur

Persamaan Regresi 1

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) .686 .836 .821 .414

Disiplin Kerja .189 .084 .238 2.256 .026

Kepemimpinan .202 .084 .257 2.422 .017

Kompensasi Finansial .161 .068 .226 2.377 .019

Komitmen Organisasional .180 .088 .208 2.060 .042

a. Dependent Variable: Kinerja Pegawai

Sumber: Data primer yang diolah, 2017

Berdasarkan tabel 7.dapat diketahui bahwa hasil matematis regresi linear berganda

dari persamaan regresi 1 (satu) adalah sebagai berikut:

Y = 0,686 + 0,189 Z + 0,202 X1 + 0,161 X2 + 0,180 X3 + ε. (1)

Dari tabel7. diatas menunjukkan bahwa keempat variabel independent yaitu disiplin

kerja, kepemimpinan, kompensasi finansial dan komitmen organisasional yang

dimasukkan ke dalam model regresi memiliki nilai signifikansi masing-masing yaitu

disiplin kerjasebesar 0,026 kepemimpinan 0,017 kompensasi finansial 0,019 komitmen

organisasional 0,042.

Tabel 8.

Hasil Uji Analisis Jalur

Persamaan Regresi 2

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) .546 .974 .561 .576

Kepemimpinan .462 .086 .468 5.346 .000

Kompensasi Finansial .174 .077 .195 2.255 .026

Komitmen Organisasional .301 .098 .277 3.079 .003

a. Dependent Variable: Disiplin Kerja

Sumber: Data primer yang diolah, 2017

Page 139: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

136

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Berdasarkan tabel 8.dapat diketahui bahwa hasil matematis regresi linear berganda

dari persamaan regresi 2 (dua) adalah sebagai berikut:

Z = 0,546 + 0,462 X1 + 0,174 X2 + 0,301 X3 + ε. (2)

Dari tabel 8. Diatas menunjukkan bahwa ketiga variabel independent yaitu

kepemimpinan, kompensasi finansial dan komitmen organisasional yang dimasukkan

kedalam model regresi memiliki nilai signifikansi masing-masing yaitu kepemimpinan

0,000 kompensasi finansial 0,026 komitmen organisasional 0,003.

Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa Kepemimpinan dapat berpengaruh langsung

terhadap Kinerja Pegawai dan dapat juga berpengaruh tidak langsung yaitu dari

Kepemimpinan ke Disiplin Kerja (sebagai variabel mediasi) lalu ke Kinerja Pegawai.

Besarnya pengaruh langsung adalah sebesar 0,202 sedangkan besarnya pengaruh tidak

langsung harus dihitung dengan mengalikan koefisen tidak langsungnya yaitu P4 x P7

(0,462 x 0,189) = 0,087. Sedangkan total pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja

Pegawai yang dimediasi oleh Disiplin Kerja yaitu P1 + (P4 x P7) adalah sebagai berikut

0,202 + (0,462 x 0,189) = 0,289.

Dari hasil analisis jalur juga menunjukkan bahwa Komitmen Organisasional dapat

berpengaruh langsung terhadap Kinerja Pegawai dan dapat juga berpengaruh tidak

langsung yaitu dari Komitmen Organisasional ke Disiplin Kerja (sebagai variabel

mediasi) lalu ke Kinerja Pegawai. Besarnya pengaruh langsung adalah sebesar 0,180

sedangkan besarnya pengaruh tidak langsung harus dihitung dengan mengalikan koefisen

tidak langsungnya yaitu P6 x P7 (0,301 x 0,189) = 0,057. Sedangkan total pengaruh

Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai yang dimediasi oleh Disiplin Kerja yaitu P3 +

(P6 x P7) adalah sebagai berikut 0,180 + (0,301 x 0,189) = 0,237.

Pengaruh mediasi yang ditunjukkan oleh perkalian koefisien (P4 x P7) dan (P6 x P7)

yaitu sebesar 0,087 dan 0,057. Signifikan atau tidak, diuji dengan Sobel test sebagai

berikut:

Sab =

=

= 0,04269.

Page 140: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

137

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

thitung =

=

= 2,0454.

Sab =

=

= 0,03241.

thitung =

=

= 1,7553.

Berdasarkan hasil Sobel test diatas, dapat diambil kesimpulan yaitu:

1. Untuk variabel Kepemimpinan, mendapat nilai thitung sebesar 2,0454 lebih besar dari

ttabel dengan tingkat signifikansi 0,05 yaitu sebesar 1,6591, maka dapat disimpulkan

bahwa koefisien mediasi 0,087 signifikan yang berarti ada pengaruh mediasi. Maka

dapat disimpulkan bahwa Disiplin Kerja mampu memediasi hubungan antara

Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai.

2. Untuk variabel Komitmen Organisasional, mendapat nilai thitung sebesar 1,7553

lebih besar dari ttabel dengan tingkat signifikansi 0,05 yaitu sebesar 1,6591, maka

dapat disimpulkan bahwa koefisien mediasi 0,057 signifikan yang berarti ada

pengaruh mediasi. Maka dapat disimpulkan bahwa Disiplin Kerja mampu

memediasi hubungan antara Komitmen Organisasional dengan Kinerja Pegawai.

Pembahasan Hasil Penelitian

a. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai

Hasil regresi variabel Kepemimpinan diperoleh nilai t sebesar dengan 2,422 dengan

signifikansi 0,017 yang menunjukkan lebih kecil dari 0,05. Karena nilai signifikansi

pengujian lebih kecil dari 0,05 (0,017 < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada

Page 141: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

138

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel Kepemimpinan terhadap Kinerja

Pegawai. Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa besarnya tingkat Kepemimpinan

pada objek penelitian mempengaruhi Kinerja Pegawai. Oleh karena itu, maka H1 dalam

penelitian ini dapat diterima. Dengan kata lain semakin baik tingkat kepemimpinan

seorang pemimpin, maka akan semakin tinggi pula kinerja dari para pegawai yang

dipimpin.

Hasil penelitian ini sesuai dengan studi terdahulu yang dilakukan oleh Fauzan

(2017) yang menyatakan bahwa Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan

terahadap Kinerja Pegawai. Dalam hal ini, pemimpin dapat mempengaruhi perilaku

bawahan, agar mau bekerjasama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan

organisasi. Perilaku dan sifat kepemimpinan akan menjadi pedoman bagi bawahannya,

bagaimana seorang pemimpin menjadi teladan bagi bawahannya. Sifat dan perilaku

tersebut menjadikan bawahan loyal terhadap organisasi dan sebaliknya.

b. Pengaruh Kompensasi Finansial Terhadap Kinerja Pegawai

Hasil regresi variabel Kompensasi Finansial diperoleh nilai t sebesar dengan 2,377

dengan signifikansi 0,019 yang menunjukkan lebih kecil dari 0,05. Karena nilai

signifikansi pengujian lebih kecil dari 0,05 (0,019 < 0,05) maka dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel Kompensasi Finansial

terhadap Kinerja Pegawai. Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa besarnya tingkat

Kompensasi Finansial pada objek penelitian mempengaruhi Kinerja Pegawai. Oleh

karena itu, maka H2 dalam penelitian ini dapat diterima. Kantor BKKBN Prov. Jawa

Tengah dalam pemberian kompensasi finansial terhadap pegawai yang berupa gaji

pokok, bonus, insentif, penghargaan terhadap hasil kerja, asunsansi dan

tunjangan-tunjangan, hal ini yang menjadikan suatu motivasi kuat bagi para pegawai

dalam melaksanakan suatu pekerjaan dengan maksimal.

Ardi dan Sukmasari (2016) menjelaskan bahwa Pemberian kompensasi berupa

finansial merupakan kebutuhan primer, karena finansial yang diterima oleh pegawai

dapat menunjang kelangsungan hidupnya, oleh karena itu kebutuhan akan memperoleh

kompensasi berupa finansial merupakan faktor pendorong yang kuat bagi pegawai

untuk bekerja. Sehingga pemberian kompensasi memiliki hubungan timbal balik, antara

pegawai dengan organisasi. Pegawai sangat mengharapkan kompensasi yang diberikan

Page 142: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

139

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

dari organisasi sesuai dengan pengorbanan yang dilakukannya, dan organisasi

mengharapkan tersedianya pegawai yang cakap dan memenuhi syarat untuk suksesnya

tujuan yang telah ditetapkan. Jika organisasi memperhatikan pemberian kompensasi

finansial yang mencukupi kepada pegawainya, maka pegawai akan menunjukkan

kepuasan kerja yang baik, yang pada akhirnya dapat mencapai tujuan organisasi. Hasil

penelitian ini sesuai dengan studi terdahulu yang dilakukan oleh Musyafi’ dkk (2016)

yang menyatakan bahwa Kompensasi Finansial berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Kinerja Pegawai.

c. Pengaruh Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja Pegawai

Hasil regresi variabel Komitmen Organisasional diperoleh nilai t sebesar dengan

2,060 dengan signifikansi 0,042 yang menunjukkan lebih kecil dari 0,05. Karena nilai

signifikansi pengujian lebih kecil dari 0,05 (0,042 < 0,05) maka dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel Komitmen Organisasional

terhadap Kinerja Pegawai. Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa besarnya tingkat

Komitmen Organisasional di objek penelitian mempengaruhi Kinerja Pegawai. Oleh

karena itu, maka H3 dalam penelitian ini dapat diterima. Dengan kata lain semakin

tinggi tingkat Komitmen Organisasional para pegawai, maka akan semakin tinggi pula

tingkat kinerjanya.

Triyaningsih (2014) menjelaskan bahwa komitmen terhadap organisasi artinya

lebih dari sekedar keanggotaan formal, karena meliputi sikap menyukai organisasi dan

kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang lebih tinggi bagi kepentingan

organisasinya demi pencapaian tujuan. Berdasarkan definisi ini, dalam komitmen

organisasi tercakup unsur loyalitas terhadap organisasi, keterlibatan dalam pekerjaan,

dan identifikasi terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.Selain itu, apabila didalam

suatu organisasi mempertimbangkan aspek komitmen organisasional yang tinggi untuk

para pegawai, maka akan berpengaruh pada peningkatan kinerja. Hasil penelitian ini

konsisten sesuai dengan penelitian yang dilakukan Septiani dkk (2016), yaitu komitmen

organisasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai.

Page 143: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

140

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

d. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja

Hasil regresi variabel Kepemimpinan diperoleh nilai t sebesar dengan 5,346 dengan

signifikansi 0,000 yang menunjukkan lebih kecil dari 0,05. Karena nilai signifikansi

pengujian lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada

pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel Kepemimpinan terhadap tingkat

Disiplin Kerja. Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa besarnya tingkat

Kepemimpinan pada objek penelitian mempengaruhi Disiplin Kerja para pegawai. Oleh

karena itu, maka H4 dalam penelitian ini dapat diterima. Dengan kata lain semakin baik

tingkat kepemimpinan seorang pemimpin, maka akan semakin tinggi pula tingkat

disiplin kerja dari para pegawai yang dipimpin.

Salutondok dan Soegoto (2015) mengungkapkan, organisasi bukan saja

mengharapkan pegawai yang mampu, cakap dan terampil, tetapi yang terpenting mereka

mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang maksimal.

Kemampuan dan kecakapan pegawai tidak berarti bagi organisasi jika mereka tidak

bekerja dengan baik. Selain itu, apabila didalam suatu organisasi mempertimbangkan

aspek kepemimpinan yang baik, maka akan berpengaruh pada tingkat disiplin kerja para

pegawai. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nugraheni dkk

(2016), yaitu kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin kerja

pegawai.

e. Pengaruh Kompensasi Finansial Terhadap Disiplin Kerja

Hasil regresi variabel Kompensasi Finansial diperoleh nilai t sebesar dengan

2,255 dengan signifikansi 0,026 yang menunjukkan lebih kecil dari 0,05. Karena nilai

signifikansi pengujian lebih kecil dari 0,05 (0,026 < 0,05) maka dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel Kompensasi Finansial

terhadap Disiplin Kerja. Hasil penelitian regresi tersebut menunjukkan bahwa besarnya

tingkat Kompensasi Finansial pada objek penelitian mempengaruhi tingkat Disiplin

Kerja dari para pegawai. Oleh karena itu, H5 dalam penelitian ini dapat diterima.

Sunyoto (2012:30) menjelaskan, ketidakpuasan para karyawan/pegawai tehadap

kompensasi yang diterima dari organisasi dimana mereka bekerja akan menimbulkan

dampak yang tidak baik jika tidak secara cepat diatasi atau diselesaikan. Dampak yang

tidak baik itu antara lain karyawan banyak keluhan yang negatif, produktivitas kerja

Page 144: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

141

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

menurun, tingkat kemangkiran tinggi, pemogokan kerja dan lain sebagainya. Sehingga

pemberian kompensasi berperan penting dengan kaitannya dalam disiplin kerja para

karyawan/pegawai. Hasil penelitian ini sesuai dengan studi terdahulu yang dilakukan

oleh Nugraheni dkk (2016) yang menyatakan bahwa Kompensasi Finansial berpengaruh

positif dan signifikan terhadap Disiplin Kerja.

f. Pengaruh Komitmen Organisasional Terhadap Disiplin Kerja

Hasil regresi variabel Komitmen Organisasional diperoleh nilai t sebesar dengan

3,079 dengan signifikansi 0,003 yang menunjukkan lebih kecil dari 0,05. Karena nilai

signifikansi pengujian lebih kecil dari 0,05 (0,003 < 0,05) maka dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel Komitmen Organisasional

terhadap Disiplin Kerja. Hasil penelitian regresi tersebut menunjukkan bahwa besarnya

tingkat Komitmen Organisasional di objek penelitian mempengaruhi tingkat Disiplin

Kerja para pegawai. Maka H6 dalam penelitian ini dapat diterima. Dengan kata lain

semakin tinggi tingkat Komitmen Organisasional para pegawai, maka akan semakin

tinggi pula tingkat disiplin kerja para pegawai tersebut.

Komitmen organisasi mengandung pengertian sebagai suatu hal yang lebih baik

dari sekedar kesetiaan yang pasif melainkan menyiratkan hubungan pegawai dengan

perusahaan secara aktif. Karena pegawai yang menunjukkan komitmen tinggi memiliki

keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggung jawab yang lebih dalam menyokong

kesejahteraan dan keberhasilan organisasinya. Hasil penelitian ini sesuai dengan studi

terdahulu yang dilakukan oleh Ekowati dan Widajanti (2013) yang menyatakan bahwa

Komitmen Organisasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap Disiplin Kerja.

g. Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai

Hasil regresi variabel Disiplin Kerja diperoleh nilai t sebesar dengan 2,256 dengan

signifikansi 0,026 yang menunjukkan lebih kecil dari 0,05. Karena nilai signifikansi

pengujian lebih kecil dari 0,05 (0,026 < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada

pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel Disiplin Kerja terhadap Kinerja

Pegawai. Hasil penelitian regresi tersebut menunjukkan bahwa besarnya tingkat Disiplin

Kerja di objek penelitian mempengaruhi tingkat Kinerja Pegawai. Maka H7 dalam

Page 145: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

142

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

penelitian ini dapat diterima. Dengan kata lain semakin tinggi tingkatdisiplin kerja para

pegawai, maka akan semakin tinggi pula tingkat kinerja pegawai tersebut.

Shelviana (2015) menjelaskan bahwa disiplin sangat penting untuk pertumbuhan

organisasi. Disiplin digunakan terutama untuk memotivasi pegawai agar dapat

mendisiplinkan diri. Sebagaimana kemampuan yang dimiliki manusia atau pegawai,

namun jika tidak diimbangi dengan pemahaman terhadap disiplin kerja yang tinggi,

maka tugas dan pekerjaannya yang dilaksanakan tidak akan menghasilkan kinerja yang

baik, bahkan mungkin akan dapat menimbulkan kegagalan dalam tercapainya tujuan

dalam organisasi. Karena, disiplin kerja yang baik dan berkualitas merupakan kunci

utama keberhasilan suatu organisasi dimana apabila hal tersebut diterapkan dengan baik

dan benar maka keinginan dan tujuan suatu organiasi dapat terwujud. Hasil penelitian

ini sesuai dengan studi terdahulu yang dilakukan oleh Septiani dkk (2016) yang

menyatakan bahwa Disiplin Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja

Pegawai.

h. PengaruhKepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai dengan Disiplin Kerja

Sebagai Mediasi

Berdasarkan hasil dari uji Sobel test dapat diketahui bahwa t hitung lebih besar dari

t tabel dengan tingkat signifikansi 0,05 yaitu sebesar 1,6591 (2,0454>1,6591) maka H08

ditolak dan Ha8 diterima, artinya Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja pegawai dengan disiplin kerja sebagai mediasi. Maka H8 dalam

penelitian ini dapat diterima. Dari hasil perbandingan antara pengaruh langsung dan

tidak langsung, dimana pengaruh langsung lebih besar yaitu 0,202 daripada pengaruh

tidak langsung sebesar 0,087 (0,202 > 0,087). Maka keberadaan disiplin kerja sebagai

variabel mediasi hanya memperkecil pengaruh langsung antara Kepemimpinan terhadap

Kinerja Pegawai.

Santoso (2013) mengungkapkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan

membina dan membimbing dalam menggerakkan dan mengarahkan bawahan kearah

pencapaian tujuan organisasi melalui bersifat paksaan atau persuasif, dengan kata lain

yaitu kemampuan untuk mempengaruhi (membujuk) orang-orang lain untuk mencapai

tujuan dengan antusias dan mengubah sesuatu yang potensial menjadi kenyataan.

Kemampuan seorang pemimpin dengan kepemimpinannya harus mampu memberikan

Page 146: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

143

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

atau menciptakan disiplin kerja yang lebih tinggi bagi setiap bawahannya agar kinerja

dapat lebih tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang

dilakukan Santoso (2013), yaitu kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja pegawai dengan disiplin kerja sebagai mediasi.

i. PengaruhKomitmen Organisasional Terhadap Kinerja Pegawai dengan

Disiplin Kerja Sebagai Mediasi

Berdasarkan hasil dari uji Sobel test dapat diketahui bahwa t hitung lebih besar dari

t tabel dengan tingkat signifikansi 0,05 yaitu sebesar 1,6591 (1,7553>1,6591) maka H09

ditolak dan Ha9 diterima, artinya Komitmen Organisasional berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja pegawai dengan disiplin kerja sebagai mediasi. Maka H9

dalam penelitian ini dapat diterima. Dari hasil perbandingan antara pengaruh langsung

dan tidak langsung, dimana pengaruh langsung lebih besar yaitu 0,180 daripada

pengaruh tidak langsung sebesar 0,057 (0,180 > 0,057). Maka keberadaan disiplin kerja

sebagai variabel mediasi hanya memperkecil pengaruh langsung antara Komitmen

Organisasional terhadap Kinerja Pegawai.

Prihantoro (2012) mengungkapkan bahwa kinerja pegawai dipengaruhi oleh

komitmen organisasional. Pegawai yang mempunyai keterlibatan tinggi dalam bekerja

tidak mempunyai keinginan untuk keluar dari perusahaan dan dalam hal ini merupakan

modal dasar untuk mendorong produktivitas yang tinggi. Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Nurbiyati dan Wibisono (2014), yaitu

komitmen organisasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai

dengan disiplin kerja sebagai mediasi.

Kesimpulan

1. Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai.

2. Kompensasi Finansial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai.

3. Komitmen organisasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

pegawai.

4. Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin kerja.

5. Kompensasi finansial berpengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin kerja.

Page 147: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

144

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

6. Komitmen organisasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin

kerja.

7. Disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai.

8. Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai dengan

disiplin kerja sebagai mediasi. Tetapi keberadaan disiplin kerja sebagai variabel

mediasi hanya memperkecil pengaruh langsung antara kepemimpinan terhadap

kinerja pegawai.

9. Komitmen organisasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

pegawai dengan disiplin kerja sebagai mediasi. Tetapi keberadaan disiplin kerja

sebagai variabel mediasi hanya memperkecil pengaruh langsung antara komitmen

organisasional terhadap kinerja pegawai.

10. Berdasarkan koefisien determinasi (adj R2) dari variabel dependen kinerja pegawai,

dapat diketahui bahwa koefisien determinasi menunjukkan nilai Adjusted R2 sebesar

0,735. Hal ini berarti bahwa variabel kinerja pegawai mampu dijelaskan oleh

variabel yang terdiri dari disiplin kerja, kepemimpinan, kompensasi finansial dan

komitmen organisasional sebesar 73,5% sedangkan sisanya 26,5% dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain diluar variabel yang diteliti.

11. Berdasarkan koefisien determinasi (adj R2) dari variabel dependen disiplin kerja,

dapat diketahui bahwa koefisien determinasi menunjukkan nilai Adjusted R2

sebesar 0,771. Hal ini berarti bahwa variabel disiplin kerja dapat dijelaskan oleh

variabel yang terdiri dari kepemimpinan, kompensasi finansial dan komitmen

organisasional sebesar 77,1% sedangkan sisanya 22,9% dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain diluar variabel yang diteliti.

Saran

1. Penelitian selanjutnya dalam mengangkat tema tidak hanya berupa wawancara, juga

dapat dikembangkan dengan dokumentasi, studi pustaka atau dengan kuesioner,

serta objek diluar penelitian ini.

2. Nilai Adjusted R Square untuk model dalam penelitian ini hanya sebesar 73,5 %

dan 77,1%. Berdasarkan hal tersebut, penelitian selanjutnyadiharapkan dapat

mempertimbangkan untuk menggunakan variabel lain seperti motivasi, lingkungan

kerja, sosialisasi dan budaya organisasi. Supaya lebih sesuai untuk menjelaskan dan

memediasi variabel kinerja pegawai.

Page 148: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

145

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Wahyu (2013), Pengaruh Lingkungan Kerja, Kompensasi, Dan Komitmen

Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan di RS “X”. JRSMI, Vol. 4, No. 1.

Alwi, Syafaruddin (2001), Manajemen Sumber Daya Manusia, Strategi Keunggulan

Kompetitif, BPFE UGM, Yogyakarta.

Ardi, Rudi Prasetyo dan Sukmasari, Ninik (2016) Pengaruh Disiplin Kerja, Promosi

Jabatan dan Kompensasi Terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Kebudayaan

Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Rembang, Jurnal EBBANK, Vol. 7,

No. 2, Hal. 105-110.

Ekowati, Cicilia dan Widajanti, Erni (2013), Pengaruh Keterampilan Pimpinan,

Komitmen Organisasi dan Moral Kerja Terhadap Kedisiplinan Pegawai Di Kantor

Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang Surakarta, Jurnal Manajemen

Sumberdaya Manusia, Vol. 7, No. 1, Hal. 36–44.

Fahmi, Irham (2016), Pengantar Manajemen Sumber Daya Manusia Konsep dan

Kinerja, Jakarta: Mitra Wacana Media.

Fauzan, Muhammad (2017), Pengaruh Stress Dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja

Perawat Di Rumah Sakit Umum DaerahPematangsiantar, Jurnal Wawasan

Manajemen, Vol. 5, No. 1.

Ghozali, Imam (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS 19.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gibson, J.L. (2003),Struktur Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Erlangga 5.

Hasibuan S, P, Malayu (2012), Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi,

Jakarta: PT Bumi Aksara.

Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu (2013), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta:

Rineka Cipta.

Moejiono, Imam (2002), Kepemimpinan Dan Keorganisasian, Yogyakarta: UII Press.

Musyafi’, Roihatul. Utami, Hamidah, Nayati dan Mayowan, Yuniadi (2016), Pengaruh

Kompensasi Finansial Dan Non Finansial Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada

Karyawan PT PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Malang), Jurnal

Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 39 No. 2.

Nugraheni, Agnes Nana. Leonardo Budi H dan Warso, Mukeri (2016), Pengaruh

Kepemimpinan, Kompensasi Finansial Dan Komitmen Terhadap Kedisiplinan

Kerja Karyawan Grill On Resto Semarang, Journal Of Management, Vol. 2, No. 2.

Nurbiyati, Titik dan Wibisono, Kunto (2014), Analisis Pengaruh Komitmen Afektif,

Kontinyu Dan Normatif Terhadap Kinerja Dengan Disiplin Kerja Sebagai Variabel

Intervening (pada Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta), Jurnal

Kajian Bisnis, Vol. 22, No. 1, hal. 21-37.

Sastrohadiwiryo, Siswanto (2003), Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Pendekatan

Administrasi dan Operasional, Jakarta: Bumi Aksara.

Page 149: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

146

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Salutondok, Yohanis dan Soegoto, Agus Supandi (2015), Pengaruh Kepemimpinan,

Motivasi, Kondisi Kerja dan Disiplin Terhadap Kinerja Pegawai Di Kantor

Sekretariat DPRD Kota Sorong, Jurnal EMBA, Vol. 3, No. 3, Hal. 849-862.

Santoso, Joko (2013), Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai Dengan

Disiplin Kerja Sebagai Variabel Intervening (Pada Kantor Wilayah Kementerian

Agama Provinsi Kalimantan Tengah), Universitas Terbuka Jakarta,

TAPM–Dipublikasikan.

Septiani, Maulya. Sunuharyo, Bambang Swasto dan Prasetya, Arik (2016), Pengaruh

Komitmen Organisasional Terhadap Disiplin Kerja dan Kinerja Karyawan (Studi

Pada Karyawan AJB Bumiputera 1912 Cabang Celaket Malang), Jurnal

Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 40, No. 2.

Shelviana, Sherly (2015), Hubungan Disiplin Kerja Dengan Kinerja Pegawai Negeri

Sipil (PNS) Di Kecamatan Samarinda Ulu Kota Samarinda, eJournal Ilmu

Administrasi Negara, Vol. 3, No. 4, Hal. 1912-1926.

Shobirin, Muhamad. Minarsih, Maria M. dan Fathoni, Azis (2016), Analisis Pengaruh

Kepemimpinan, Komitmen Organisasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Keinginan

Pindah Kerja Karyawan PT. Bank BTPN Mitra Usaha Rakyat Area Semarang1,

Journal of Management, Vol. 2, No. 2.

Siagian, S. P. (2002), Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Simamora, Henry (1995), Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama.

Yogyakarta: STIE YKPN

Simamora, Henry (2004),Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Ketiga. Yogyakarta:

STIE YKPN.

Sinungan, Muchdarsyah (1995), Produktivitas Apa dan Bagaimana, Jakarta: Bumi

Aksara.

Sunyoto, Danang (2012), Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama,

Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service).

Triyaningsih, S, L, (2014), Analisis Pengaruh Disiplin Kerja, Motivasi Kerja Dan

Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Universitas Slamet Riyadi

Surakarta, Informatika, Vol. 1, No. 2.

Page 150: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

147

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

PENGARUH AUDITOR SPESIALISASI INDUSTRI DAN REDFLAGS

TERHADAP KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN PUBLIK

DI BIDANG KEUANGAN

Titi Purbo Sari, SE., M.Si.1

Linda Novasari, SE., MM.2

Fakultas Ekonomi, Program Studi Akuntansi, Universitas Semarang

[email protected]

Diterima: November 2018. Disetujui: Desember 2018. Dipublikasikan: Januari 2019

ABSTRACT

Accounting cases that occurred in Indonesia have reached a very alarming level, thus giving effect on

the decrease of trust to integrity and earnings quality from financial report. Therefore, the scandal makes

discourse in this research to know how to detect deviations of financial statement presentation through the

use of services auditor industry specialization and identify warning signs as redflags. So with the role of

auditor industry specialization and redflags can contribute to the quality of the relevant and good

earnings. The sample of this research consists of 121 public companies in the field of finance and listed in

Indonesia Stock Exchange in 2014 - 2015. Measurement of influence of auditor industry specialization

using Craswell method and measurement on redflags factor using financial ratios F-Score Model, while

the earnings quality in this research proxied to the absolute level of discretionary accruals. This research

uses multiple regression technique to analyze data. The results showed that simultaneously auditor

industry specialization and redflags have a significant effect to earnings quality. However, if tested

partially, auditors industry specialization do not significantly influence the quality of earnings while

redflags have a significant effect on the quality of financial statements. This is because the financial

management of each company is under strict supervision by Bank Indonesia, so that the auditor industry

specialization has little role in creating good profit quality.

Keywords: Auditor industry specialization, Red Flags, Earnings Quality, Financial Industry

ABSTRAK

Kasus akuntansi yang terjadi di Indonesia telah mencapai tingkat yang sangat

memprihatinkan, sehingga memberikan efek pada menurunnya kepercayaan terhadap integritas dan

earnings quality dari laporan keuangan.Oleh karena itu, skandal tersebut menjadikan wacana dalam

penelitian ini untuk mengetahui cara mendeteksi penyimpangan penyajian laporan keuangan melalui

penggunaan jasa auditor spesialisasi industri dan mengidentifikasi tanda – tanda peringatan sebagai

redflags. Sehingga dengan adanya peranan auditor spesialisasi industri dan redflags dapat memberikan

kontribusi terhadap kualitas laba yang relevan dan baik. Sampel penelitian ini terdiri dari 121 perusahaan

publik di bidang keuangan dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014 – 2015.

Pengukuran pengaruh auditor spesialisasi industri menggunakan metode Craswell dan pengukuran pada

faktor redflags menggunakan rasio keuangan F-Score Model, sedangkan kualitas laba dalam penelitian ini

diproksikan dengan tingkat absolut akrual diskresioner. Penelitian ini menggunakan tehnik regresi

berganda untuk menganalisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan auditor

spesialisasi industri dan redflags berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Namun apabila diuji

secara parsial, auditor spesialisasi industri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laba

sedangkan redflags berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Hal ini disebabkan karena

manajemen keuangan setiap perusahaan berada dalam pengawasan yang ketat oleh Bank Indonesia,

sehingga adanya auditor spesialisasi industri kurang berperan dalam menciptakan kualitas laba yang

baik.

Kata kunci : Auditor spesialisasi industri, Red Flags, Kualitas Laba, Industri Keuangan

Page 151: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

148

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

PENDAHULUAN

Kasus kecurangan pelaporan keuangan di Indonesia sendiri juga terjadi pada

perusahaan besar berskala nasional, seperti PT. Telkom, PT. Kimia Farma, PT. Semen

Gresik, Bank Syariah Mandiri dan Bank Lippo. Kasus akuntansi tersebut memberikan

bukti tentang kegagalan audit yang memberikan efek pada menurunnya kepercayaan

terhadap integritas dan earnings quality dari laporan keuangan.

Kualitas informasi keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan sering

diasosiasikan sebagai kualitas laba. Konsep kualitas laba tidak dapat diamati sebab

kualitas laba tidak memiliki definisi dalam literatur, sehingga dalam beberapa

penelitian diproksikan dengan tingkat absolut akrual diskresioner (Discretionary

Accruals). Oleh sebab itu, akrual diskresioner menjadi media untuk pengukuran

manajemen laba. Dechow, et al. (2011) telah menggunakan pendekatan baru untuk

menguji dan mendeteksi manajemen laba dengan menggabungkan pembalikan akrual.

Pendekatan ini menghasilkan solusi untuk meningkatkan daya pengujian dan

mengurangi misspecification dalam pengukuran manajemen laba melalui kerangka

kerja yang fleksibel.

Pengungkapan pelaporan keuangan yang disajikan secara wajar dan bersih dari

kecurangan dilakukan oleh pihak yang berkompeten, yaitu auditor. Setiap auditor

memiliki kemampuan yang berbeda dalam mendeteksi kecurangan yang disebabkan

karena beberapa faktor, misalnya tingkat pengalaman auditor yang berbeda, sikap

skeptis yang berbeda dan situasi yang harus dihadapi auditor dalam bekerja.

Pengalaman juga akan mempengaruhi sensitivitas auditor terhadap gejala-gejala

(symptoms) kecurangan. Auditor yang berpengalaman akan memiliki pengetahuan

tentang kekeliruan dan kecurangan yang lebih banyak dibandingkan dengan auditor

yang tidak berpengalaman (Sucipto, 2007).

Skanda – skandal akuntansi nasional tersebut dapat dijadikan sebagai pengalaman

dan pelajaran yang bermanfaat dalam mengidentifikasi tanda – tanda peringatan

akuntansi sebagai red flags dengan mendeteksi potensi masalah awalnya. Petunjuk

adanya indikasi kecurangan umumnya ditunjukkan dengan munculnya gejala-gejala

Page 152: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

149

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

(symptoms) yang tercermin melalui timbulnya karakteristik tertentu atau yang biasa

dikenal dengan red flags (fraud indicators), baik yang merupakan kondisi atau

keadaan lingkungan maupun perilaku seseorang (Anggriawan, 2014).

Timbulnya red flags tidak selalu menjadi indikasi adanya kecurangan, namun red

flags ini biasanya muncul di setiap kasus kecurangan yang terjadi. Pemahaman dan

analisis lebih lanjut terhadap red flags tersebut dapat membantu langkah selanjutnya

untuk memperoleh bukti awal atau mendeteksi adanya kecurangan.

Berdasarkan pada pemikiran tersebut di atas, agar catatan akuntansi dan informasi

keuangan yang disajikan bebas dari kekeliruan (unintentional misstatements) maupun

kecurangan, maka penelitian ini mengembangkan dan menguji kembali secara ilmiah

suatu relevansi antara pengaruh auditor spesialisasi industri dan red flags terhadap

kualitas laba (earnings quality) pada perusahaan publik di bidang keuangan.

Tujuan penelitian untuk mendapatkan bukti empiris mengenai :

1. Pengelompokkan auditor spesialisasi industri dengan auditor non-spesialisasi

industri dan perusahaan publik keuangan yang terindikasi red flags.

2. Pengaruh auditor spesialisasi industri dan red flags dalam memberikan kontribusi

terhadap kualitas laba yang relevan dan baik.

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori Keagenan (Agency Theory) yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling

(1976) mendefinisikan hubungan keagenan merupakan suatu kontrak antara dua

pihak yang memuat pendelegasian pekerjaan dan wewenang oleh pihak pertama

(sebagai principal/ leader) kepada pihak kedua (sebagai agent/ subordinate) agar pihak

kedua bersedia melakukan pekerjaan tersebut untuk kepentingan pihak pertama.

Kepentingan pihak pertama selaku pihak pemegang saham dan stakeholder umumnya

bertentangan dengan pihak kedua, sebab pihak pertama sebagai pengguna informasi

(user) memperoleh informasi yang asimetris dari pihak kedua sebagai penyedia

informasi (prepaper) yang menimbulkan adanya ketidakpastian (Deegan, 2007).

Page 153: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

150

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Hal ini menyebabkan pihak agent yang terkait langsung dengan transaksi bisnis

cenderung untuk melakukan perilaku yang tidak semestinya (disfunctional behaviour),

antara lain dengan memanipulasi data dalam laporan keuangan agar dapat menyajikan

laba sesuai harapan pihak principal, sehingga prediksi laba tersebut tidak

menggambarkan kondisi perusahaan yang sebenarnya (Scott, 2009).

Kompetensi auditor dapat mengurangi tingkat manajemen laba suatu perusahaan,

dan pengguna informasi laporan keuangan akan lebih mempercayai informasi yang

disajikan, sehingga dapat mengurangi informasi asimetri antara pihak manajemen

dengan pihak stakeholders. Jadi, teori keagenan menjelaskan mengenai kedudukan

auditor sebagai pihak ketiga yang menjembatani antara principal dan agent untuk

memahami konflik kepentingan yang muncul.

Financial Shenanigans

Financial Shenanigans diperkenalkan oleh Schilit sebagai suatu tindakan

penggunaan akuntansi kreatif atau kelalaian dengan tujuan untuk menyembunyikan

atau memanipulasi kinerja keuangan atau kondisi keuangan suatu entitas dengan

mengelola laba melalui penambahan laba di tahun berjalan atau menggeser laba

tahun berjalan ke periode berikutnya. Shenanigans cenderung berada pada perusahaan

yang tidak melakukan check and balances dalam manajemen senior dan auditor gagal

dalam mendeteksi red flags, namun perusahaan cenderung berusaha meyakinkan

investor untuk mempercayai kondisi keuangan perusahaan yang terlihat stabil (Schilit

dan Perler, 2010).

Tindakan manipulasi laba yang digunakan oleh manajemen perusahaan sebagai

gimmick akuntansi bertujuan untuk memberikan hasil yang sesuai dengan harapan

agar menaikkan harga saham dan kompensasi eksekutif menjadi lebih tinggi. Jadi

dalam teori financial shenanigans, auditor di tuntut waspada kemungkinan adanya

red flags yang bertujuan untuk menyembunyikan atau memanipulasi posisi keuangan,

kondisi keuangan dan arus kas perusahaan.

Auditor Spesialisasi Industri

Auditor melakukan general audit (opinion audit) sebagai pelaksanaan tugas audit

yang dilakukan secara independen dan obyektif. Namun, meskipun demikian dalam

Page 154: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

151

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

mendeteksi kecurangan bukan sepenuhnya tanggung jawab dari auditor, melainkan

tanggung jawab manajemen perusahaan untuk mencegah timbulnya fraud dalam

manipulasi laporan keuangan.

Auditor yang berpengalaman akan memiliki pengetahuan tentang kekeliruan dan

kecurangan yang lebih banyak dibandingkan dengan auditor yang tidak berpengalaman

(Sucipto, 2007). Beberapa penelitian menggunakan metode Craswell untuk

mengidentifikasi auditor spesialisasi industri, sebab metode ini memiliki hasil sensitif

terhadap perubahan market share untuk mengidentifikasi auditor spesialisasi industri

(Sonnier dan Carson, 2009).

Beberapa penelitian menggunakan metode ini untuk mengidentifikasi auditor

spesialisasi industri, sebab metode ini memiliki hasil sensitif terhadap perubahan market

share untuk mengidentifikasi auditor spesialisasi industri (Sonnier dan Carson, 2009).

Perhitungan metode Craswell didasarkan pada :

a. Total pendapatan klien yang diaudit dalam satu tahun dengan ketentuan auditor

spesialisasi industri memiliki persentase total pendapatan klien lebih dari 15%.

b. Persentase jumlah klien yang diaudit dalam satu tahun dengan ketentuan auditor

spesialisasi industri memiliki persentase jumlah klien lebih dari 15%.

Redflags

Petunjuk adanya indikasi kecurangan umumnya ditunjukkan dengan munculnya

gejala-gejala (symptoms) yang tercermin melalui timbulnya karakteristik tertentu atau

yang biasa dikenal dengan red flags (fraud indicators), baik yang merupakan kondisi

atau keadaan lingkungan maupun perilaku seseorang (Anggriawan, 2014). Timbulnya

red flags tidak selalu menjadi indikasi adanya kecurangan, namun red flags ini biasanya

muncul di setiap kasus kecurangan yang terjadi.

Pemahaman dan analisis lebih lanjut terhadap red flags tersebut dapat membantu

langkah selanjutnya untuk memperoleh bukti awal atau mendeteksi adanya kecurangan.

Penelitian ini menggunakan Fraud Score Model atau lebih dikenal dengan F – Score

Model sebagai langkah awal dalam mendeteksi kemungkinan adanya manipulasi

pelaporan keuangan.

Page 155: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

152

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Model ini telah digunakan oleh Dechow, Ge, Larson dan Sloan (2007) untuk

mengidentifikasi masalah di akrual, piutang, persediaan, penjualan tunai, pendapatan

dan penerbitan saham. Apabila indeks F – Score > 1, maka ada indikasi dalam

perusahaan terdapat redflags, yang artinya perusahaan memiliki masalah dalam

pelaporan keuangan.

Kualitas Laba

Dalam konsensus di Harvard Business School terdapat perbedaan pendapat yang

mendalam mengenai definisi dan pengukuran konsep kualitas laba yang menyebabkan

terdapat beberapa definisi yang saling tumpang tindih. Dichev, Graham dan Rajgopal

(2012) berpendapat bahwa klasifikasi dari kualitas laba adalah laba yang

berkesinambungan, berulang, konsisten, bebas dari item yang membuat laba menjadi

tidak berkelanjutan, mampu memprediksi laba di masa depan dan didukung dengan

arus kas yang sebenarnya.

Kualitas laba pada umumnya diproksikan dengan tingkat absolut akrual

diskresioner (Discretionary Accruals) yang merupakan komponen akrual dalam

kebijakan manajemen untuk melakukan intervensi dalam proses pelaporan keuangan.

Dengan asumsi semakin besar nilai akrual diskresioner maka semakin besar pula

manajemen laba, yang berarti semakin buruk kualitas laba.

Manajemen laba yang sah adalah yang bertindak secara konsisten dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum (GAAP), namun manajemen laba menjadi tidak sah

apabila telah melibatkan manipulasi laba dengan tujuan untuk meningkatkan

pendapatan yang diharapkan.

Hipotesis Penelitian

Fraud dapat diantisipasi melalui red flags sebagai alarm/ sinyal adanya indikasi

terjadinya kecurangan dalam perusahaan yang potensial terjadi. Meski demikian,

tanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan bukan sepenuhnya bagian dari auditor

(eksternal) melainkan tanggung jawab manajemen perusahaan untuk mendeteksi dan

mencegah fraud melalui pelaksanaan prosedur pengendalian internal. Maka untuk

mendeteksi prakondisi yang memungkinkan perusahaan untuk terlibat dalam

Page 156: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

153

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

manipulasi terkait dengan variabel laporan keuangan Dechow, et al. (2007) merancang

suatu model dengan menggunakan data akuntansi. Berdasarkan uraian diatas, maka

dapat diajukan hipotesis 1 yang dirumuskan sebagai berikut :

H1 : Auditor spesialisasi industri berpengaruh positif terhadap kualitas laba dalam

pelaporan keuangan.

Keberadaan auditor yang kompeten juga dapat mengurangi tingkat manajemen laba

suatu perusahaan dan pengguna informasi laporan keuangan akan lebih mempercayai

informasi yang disajikan. Namun, penggunaaan jasa auditor yang berpengalaman akan

memiliki pengetahuan tentang kekeliruan dan kecurangan yang lebih banyak

dibandingkan dengan auditor yang tidak berpengalaman (Sucipto, 2007). Perhitungan

metode Craswell mengidentifikasi auditor spesialisasi industri berdasarkan pada

perubahan market share. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diajukan hipotesis 2

yang dirumuskan sebagai berikut:

H2 : Redflags dapat berpengaruh negatif terhadap kualitas laba dalam pelaporan

keuangan.

METODE PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini meliputi semua perusahaan publik yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2014 - 2015. Perusahan publik yang

digunakan sebagai obyek penelitian memiliki aktivitas operasional di bidang keuangan

(perbankan, lembaga pembiayaan, perusahaan efek, perusahaan asuransi, dan

perusahaan jasa investasi).

Hal yang mendasari pemilihan obyek penelitian pada perusahaan publik di bidang

keuangan adalah karena industri keuangan memiliki karakteristik khusus. Industri

keuangan dipengaruhi oleh regulasi dari pemerintah karena memiliki tingkat rasio

leverage lebih tinggi dibanding dengan industri non-keuangan, sehingga likuiditas dan

tingkat kecukupan modal diatur secara ketat oleh Bank Indonesia.

Page 157: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

154

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Data yang dikumpulkan adalah daftar perusahaan yang terdaftar dan

mempublikasikan pelaporan laporan keuangan tahunan (annual report) di Bursa Efek

Indonesia. Data-data tersebut dapat diperoleha melalui situs BEI yaitu www.idx.co.id

Pemilihan dan Pengukuran Variabel

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor

spesialisasi industri dan red flags. Perhitungan terhadap identifikasi auditor spesialis

industri dalam penelitian ini menggunakan metode Craswell. Metode ini dipilih karena

memiliki hasil sensitif terhadap perubahan market share untuk mengidentifikasi auditor

spesialisasi industri. Perhitungan metode Craswell didasarkan pada :

a. Total pendapatan klien yang diaudit dalam satu tahun dengan ketentuan auditor

spesialisasi industri memiliki persentase total pendapatan klien lebih dari 15%.

b. Persentase jumlah klien yang diaudit dalam satu tahun dengan ketentuan auditor

spesialisasi industri memiliki persentase jumlah klien lebih dari 15%.

Auditor yang akan di ukur dalam penelitian ini adalah KAP yang telah

melakukan proses audit Laporan Keuangan perusahaan go public di bidang

keuangan pada tahun 2014 – 2015 adalah sebanyak 28 KAP.

Pengukuran terhadap variabel redflags menggunakan rasio keuangan berdasarkan

F-Score Model (Dechow et al, 2007) untuk mengidentifikasi masalah dalam pelaporan

keuangan. Berikut rasio keuangan yang digunakan dalam mendeteksi red flags:

F-Score = -6.753 + 0.773 TACC + 3.201 CIR + 2.465 CII + 0.108 CIS - 0.995 CIE

Jika F – Score > 1 mengindikasikan adanya kemungkinan masalah di akrual,

piutang, persediaan, dan penjualan tunai. Sebaliknya, jika F – Score < 1 maka

perusahaan tersebut diindikasikan tidak ada masalah dalam laporan keuangannya.

Page 158: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

155

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Tabel 1

Rasio Keuangan F - Score

Proksi F – Score Model Perhitungan

TACC (Total Accrual) NIit - 1 - CFO it

CIR (Change in Receivable) Δ Receivable / Average total Assets

CII (Change in Inventory) Δ Inventory / Average total Assets

CIS (Change in Cash Sales) [(Δ Sales / Sales (t)) – (Δ Receivable / Receivable (t))]

CIE (Change in Earnings) [(Earnings (t) / Average total Assets (t)) – (Earnings (t-1) /Average

total assets (t-1))]

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas laba yang diproksikan

dengan akrual diskresioner. Pengukuran akrual diskresioner yang digunakan adalah

versi cross-sectional dari model Modified Jones yang relatif terbaik dalam menganalisis

akrual normal perusahaan terhadap perubahan dalam penjualan dan nilai aktiva tetap

perusahaan. Semakin tinggi tingkat akrual diskresioner maka semakin besar manajemen

laba, yang berarti semakin buruk kualitas laba. Adapun langkah-langkahnya adalah

sebagai berikut:

1. Menghitung Total Akrual.

TACCi1 = NIit - 1 - CFO it ............................................................................................................................ (1)

2. Menghitung nilai accruals yang diestimasi menggunakan persamaan regresi.

TACCit/TAit-1= 1(1/TAit-1)+ 2(REVit /TAit–1) + (PPE it/TA it -1) + it ... (2)

3. Menghitung tingkat akrual yang normal (Non-Discreationary Accrual) dengan

menggunakan koefesien regresi di atas.

NDACit= 0(1/TAit-1)+ 1[(REVit-ARit)/TAit–1] + 2(PPE it/TA it - 1) + it (3)

4. Menentukan Discreationary Accrual dengan menggabungkan persamaan (2) dan

(3):

DACit = TACCit/TA it - 1 - NDACit

Page 159: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

156

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Dimana :

TACCit = total akrual perusahaan i untuk tahun t.

NI it = laba bersih sebelum pajak perusahaan i untuk tahun t.

CFO it = cash flow perusahaan i untuk tahun t.

TAit-1 = total aset perusahaan i untuk tahun t-1.

DACit = discretionary accrual perusahaan i untuk tahun t.

NDACit = non-discretionary accrual perusahaan i untuk tahun t.

REVit = Perubahan pendapatan perusahaan i untuk tahun t dikurangi pendapatan

untuk tahun t-1

ARit = Perubahan piutang bersih perusahaan i untuk tahun t dikurangi piutang

untuk tahun t-1

PPE it = nilai aktiva tetap perusahaan i pada tahun t.

it = residual perusahaan i pada tahun t.

Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :

a. Total aset perusahaan (LTA) adalah nilai logaritma dari total aset dan mewakili

untuk ukuran perusahaan.

b. Tingkat leverage perusahaan (LVGI) adalah rasio total utang terhadap total aset.

Tingkat leverage menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar

semua kewajiban jangka panjang maupun jangka pendek.

Teknik dan Langkah Analisis

Model penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda yang bertujuan untuk

memprediksi perubahan hubungan beberapa variabel independen dan variabel

dependen, serta melakukan uji asumsi klasik dengan uji normalitas, autokorelasi,

Page 160: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

157

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

heteroskedasititas, dan multikolinearitas. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah

95%.

Adapun persamaan regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah sebagai

berikut :

Abs(DACit) = α0+ α1SP_1it+ α2Sp_2it+ α3FM.it+ α4LTAit+ α5LVGIt+αit

Keterangan :

Abs (DACit) = nilai absolut dari DAC perusahaan i pada waktu t.

SP_1it = auditor spesialisasi industri berdasarkan jumlah klien i pada waktu t.

SP_2it = auditor spesialisasi industri berdasarkan pendapatan klien i pada

waktu t.

FMit = redflags (F – Score Model) perusahaan i pada waktu t.

LTAit = log dari total aset sebagai ukuran perusahaan i pada waktu t.

LVGIit = rasio utang jangka panjang terhadap aktiva perusahaan i pada waktu t.

= error.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Statistik Deskriptif

Dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling method dengan kriteria dan

karakteristik yang telah ditentukan dengan jangka waktu penelitian yang diamati

selama dua tahun yaitu 2014 dan 2015. Jumlah sampel perusahaan yang digunakan

adalah 121 emiten. Pada Tabel 2 disajikan statistik deskriptif untuk variabel-variabel

yang diteliti .

Page 161: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

158

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Tabel 2.

Statisti Deskriptif

Mean Min Max Std Dev N

Log_DAC

SPEC_1

SPEC_2

F_Score

LTA

LVGI

-1.3442

0.0875

0.1387

-6.4716

12.7315

0.6043

-3.1537

0.0108

-0.0046

-8.1173

10.7101

0.0071

-0.5815

0.2258

0.6104

-4.7949

14.9591

0.9479

0.4569

0.0757

0.2129

0.4244

0.9444

0.2868

121

121

121

121

121

121

Variabel akrual diskresioner mempunyai nilai terendah sebesar -3,1537 terjadi

pada Bank Bukopin Tbk. pada tahun 2015, yang berarti memiliki kualitas laba yang

baik. Sedangkan, perusahaan yang memiliki akrual diskresioner tertinggi pada PT.

Panin Sekuritas Tbk. sebesar -0,5815 pada tahun 2014 yang artinya memiliki kualitas

laba yang buruk.

Variabel auditor spesialisasi industri (X1) yang berdasarkan jumlah klien

mempunyai nilai terendah sebesar 0,0108 artinya perusahaan yang tidak diaudit oleh

auditor spesialisasi industri sebanyak 9 emiten dan semuanya pada tahun 2015. Nilai

tertingginya sebesar 0,2258 terdapat pada 15 emiten di tahun 2015. Data untuk auditor

X1 diperoleh bahwa terdapat 28 perusahaan atau 23% menggunakan jasa auditor

spesialisasi industri.

Tabel 3.

Hasil Distribusi Frekuensi Auditor Spesialisasi Industri

Berdasarkan Jumlah Klien

PERUSAHAAN PERSENTASE

SPESIALISASI INDUSTRI

NON-SPESIALISASI INDUSTRI

28

93

23%

77%

121 100%

Page 162: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

159

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Variabel auditor spesialisasi industri (X2) yang berdasarkan pendapatan klien

mempunyai nilai terendah sebesar -0,0046 sebanyak 2 emiten di tahun 2015 yaitu Bank

Jtrust Indonesia Tbk dan PT. Victoria Insurance Tbk. Nilai tertingginya sebesar 0,6104

terdapat pada 15 emiten di tahun 2015 yaitu perusahaan yang diaudit spesialisasi

industri karena memiliki persentase pendapatan klien setahun lebih dari 15%. Data

untuk auditor X2 diperoleh bahwa terdapat 35 perusahaan atau 29% menggunakan jasa

auditor spesialisasi industri

Tabel 4.

Hasil Distribusi Frekuensi Auditor Spesialisasi Industri

Berdasarkan Pendapatan Klien

PERUSAHAAN PERSENTASE

SPESIALISASI INDUSTRI

NON-SPESIALISASI INDUSTRI

35

86

29%

71%

121 100%

Variabel redflags (X3) yang menggunakan F – Score mempunyai nilai terendah

sebesar -8,1173 pada PT. Lippo Securities Tbk. dan nilai tertingginya sebesar -4,7949

pada PT. MNC Kapital Tbk. Namun nilai terendah dan tertinggi yang dihasilkan

F–Score < 1, maka perusahaan tersebut diindikasikan tidak memiliki masalah dalam

laporan keuangannya.

Variable kontrol LTA mewakili untuk ukuran perusahaan mempunyai nilai

terendah sebesar -10,7101 adalah PT. Danasupra Erapacific Tbk dan nilai tertinggi

sebesar 14,9591 pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Variable kontrol LVGI yang mendeskripsikan kemampuan perusahaan dalam

membayar semua kewajiban menunjukan memiliki nilai terendah sebesar 0,0071 yaitu

PT. Lippo Securities Tbk. Sedangkan, nilai tertinggi sebesar 0,9479 dimiliki oleh PT.

Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk.

Page 163: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

160

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas

Hasil uji normalitas yang berdasarkan dengan Kolmogorov-Smirnov Test nampak

pada tabel 2 bahwa residual data setelah transformasi data telah terdistrubusi normal

karena memiliki nilai signifikansi > 0,05.

Tabel 5.

Uji Normalitas

Unstandardized

Residual

N 121

Normal Parametersa Mean 0.000

Std. Deviation 0.411

Most Extreme Differences Absolute 0.104

Positive 0.079

Negative -0.104

Kolmogorov-Smirnov Z 1.139

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.149

Gambar 1.

Normal Probability Plot

Page 164: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

161

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Berdasarkan pada gambar grafik di atas terlihat pada titik-titik penyebaran di sekitar

garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, maka model

regresi ini layak dipakai untuk memprediksikan akrual diskresioner.

2) Uji Multikolinearitas

Hasil pengujian multikolinearitas ditunjukan pada tabel 6 berikut :

Tabel 6.

Uji Multikolinearitas

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

SPEC_1 0.230 4.343

SPEC_2 0.221 4.529

REDFLAGS 0.975 1.025

LTA 0.596 1.678

LVGI 0.573 1.746

Pada hasil uji multikolinearitas terlihat semua nilai VIF antar variabel independen <

10 dan nilai tolerance > 0,1. Hal ini menunjukkan tidak terjadi gejala

multikolinearitas pada penelitian ini.

3) Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas melalui uji Glejser dilakukan dengan cara meregresikan

antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya.

Page 165: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

162

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Tabel 7.

Uji Glejser

Model t Sig.

1 (Constant) 1.927 0.056

SPEC_1 0.512 0.610

SPEC_2 0.802 0.424

F_Score 0.840 0.402

LTA -1.132 0.260

LVGI -0.003 0.998

Maka dapat diketahui bahwa nilai signifikansi masing-masing variabel independen

> (0,05) yang berarti bahwa tidak terjadi masalah heterokedastisitas pada model

regresi yang digunakan dalam penelitian ini.

Gambar 2.

Scatterplot

Page 166: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

163

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Menurut gambar scartterplot di atas menunjukan adanya titik-titik penyebaran

secara acak dan tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas. Penyebarannya

pun nampak berada di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y. Maka hal ini

menunjukan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada penelitian ini.

4) Uji Autokorelasi

Hasil pengujian autokorelasi dengan menggunakan model Durbin Watson (DW)

ditunjukan pada tabel 8 berikut :

Tabel 8.

Uji Autokorelasi

R R2 Adjusted

R2

Std.

Error Durbin-Watson

0.466a 0.217 0.183 0.41297 1.876

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel diatas nilai dW diketahui sebesar 1,876

dengan nilai dU sebesar 1,802 dan nilai 4-dU adalah 2,198. Maka dapat

disimpulkan apabila dU< dW<4-dU artinya tidak terdapat autokorelasi.

Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis

Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai signifikan adalah 0,000 dan dengan

menentukan tingkat kesalahan 5% derajat kebebasan df1 = 5 dan df2 = 115 maka

diperoleh dari tabel Ftabel = 2,29. Oleh karena Fhitung > Ftabel dan nilai signifikasi lebih

kecil dari taraf signifikansi 0,05 Maka dapat disimpulkan bahwa variabel auditor

spesialisasi industri dan redflags secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

variabel kualitas laba.

Page 167: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

164

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Tabel 9.

Uji F

Model Sum of Squares df F Sig.

1 Regression 5.439 5 6.379 0.000a

Residual 19.613 115

Total 25.052 120

Tabel 10.

Uji Koefesien Determinasi

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 0.466a 0.217 0.183 0.41297 1.876

Hasil regresi pada tabel 10 diatas dapat diketahui bahwa nilai R2 sebesar 0,217 atau

21,7%. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel auditor spesialisasi industri dan

variabel redflags dalam penelitian ini hanya mampu menjelaskan variabel kualitas laba

sebanyak 21,7%, sedangkan sisanya 78,3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

dimasukkan dalam penelitian ini.

Tabel 11.

Hasil Analisis

Model

Unstandardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error

1 (Constant) 1.103 0.855 1.290 0.200

SPEC_1 -1.054 1.037 -1.884 0.062

SPEC_2 0.193 0.377 0.513 0.609

F_Score 0.367 0.090 4.081 0.000

LTA 0.021 0.052 0.413 0.680

LVGI -0.331 0.174 -1.905 0.059

Page 168: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

165

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Berdasarkan pada tabel 9 maka diperoleh persamaan regresi berganda sebagai

berikut:

Abs(DACit)=1,103-1,054SPEC_1it+0,193SPEC_2it+0,367FM1.it+0,021LTAit-

0.331LVGIit

Hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial dapat

dijelaskan sebagai berikut :

Pengaruh Auditor Spesialisasi Industri terhadap Kualitas Laba

Auditor spesialisasi industri berdasarkan jumlah klien (SPEC_1) memiliki tingkat

signifikan sebesar 0,062 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 (5%) dan memiliki thitung

(-1,884) lebih kecil dari ttabel (1,982). Apabila variabel auditor spesialisasi industri ke - 1

naik satu satuan dengan asumsi variabel yang lain konstan, sehingga nilai akrual

diskresioner menjadi 0,0490. Hubungan akrual diskresioner dengan kualitas laba adalah

berbanding terbalik, sehingga variabel auditor spesialisasi industri ke - 1 berpengaruh

negatif terhadap kualitas laba.

Sedangkan, auditor spesialisasi industri berdasarkan pendapatan klien (SPEC_2)

memiliki tingkat signifikan sebesar 0,609 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 (5%)

dan memiliki thitung yaitu 0,513 lebih kecil dari ttabel (1,982). Apabila variabel auditor

spesialisasi industri ke - 2 naik satu satuan dengan asumsi variabel yang lain konstan,

sehingga nilai akrual diskresioner menjadi 1,2960. Hubungan akrual diskresioner

dengan kualitas laba adalah berbanding terbalik, sehingga variabel auditor spesialisasi

industri ke - 2 berpengaruh negatif terhadap kualitas laba.

Maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis

yang telah dibuat (H1) yaitu auditor spesialiasasi industri tidak berpengaruh terhadap

kualitas laba. Dengan demikian hipotesis pertama (H1) ditolak. Hasil penelitian ini

berbeda dengan hasil penelitian Viva dan Tarmizi (2012) dengan menggunakan F –

Score Model menentukan keberadaan KAP yang kompeten mampu menurunkan risiko

terjadinya kecurangan dalam pelaporan keuangan.

Page 169: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

166

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Pengaruh Redflags terhadap Kualitas Laba

Variable redflags (F_Score) memiliki tingkat signifikan sebesar 0,000 lebih kecil

dari taraf signifikansi 0,05 (5%) dan memiliki thitung yaitu 4,081 lebih besar dari ttabel

(1,982). Hal ini menunjukan bahwa redflags berpengaruh signifikan terhadap kualitas

laba. Apabila variabel redflags naik satu satuan maka nilai akrual diskresioner

meningkat sebesar 0,062 dengan asumsi variabel yang lain konstan, sehingga nilai

akrual diskresioner menjadi 1,470. Hubungan akrual diskresioner dengan kualitas laba

adalah berbanding terbalik, sehingga redflags berpengaruh negatif terhadap kualitas

laba. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang

telah dibuat (H2) bahwa redflags berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kualitas

laba, sehinggadengan demikian hipotesis kedua (H2) diterima.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Moyes, et al. (2009) yang

menggunakan indikator – indikator redflags untuk mendeteksi kecurangan dalam

akuntansi keuangan, namun berbeda pendapat dengan penelitian Guan, et al. (2008)

yang bahwa analisa rasio keuangan tidak efektif dalam mendeteksi penyimpangan

dalam laporan keuangan.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan

sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini peranan auditor

spesialisasi industri tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba indikator

redflags berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba pada perusahaan di sektor

keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2014 – 2015.

Hal ini nampak pada indikator redflags pada semua sampel penelitian saat

penghitungan F-Score yang menunjukkan nilai < 1 yang berarti tidak memiliki masalah

dalam laporan keuangannya. Manajemen keuangan setiap perusahaan di bidang

keuangan berada dalam pengawasan yang ketat oleh pihak Bank Indonesia, sehingga

adanya auditor spesialisasi industri kurang berperan dalam menciptakan kualitas laba

yang relevan dan baik.

Page 170: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

167

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Saran dan Keterbatasan

Berdasarkan kesimpulan yang telah diberikan, peneliti dapat memberikan saran –

saran sebagai berikut :

1. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel independen yang berbeda

dengan memasukan faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi kualitas laba.

2. Variabel dependen yang mempengaruhi kualitas laba selain DAC dapat dimasukan

dalam penelitian.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain :

1) Pengukuran auditor spesialisasi industri selain menggunakan metode Craswell

berdasarkan jumlah klien dan total aset perusahaan, dapat juga menggunakan

pendekatan Market Share.

2) Pengukuran redflags selain menggunakan rasio keuangan F – Score milik Dechow

dapat menggunakan rasio keuangan lainnya.

3) Subyektivitas peneliti mempengaruhi dalam memahami laporan keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Anggriawan. 2014. “Pengaruh Pengalaman Kerja, Skeptisme Profesional

dan Tekanan Waktu terhadap Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Fraud

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DIY).” Jurnal Nominal Vol. III, 2

Dechow, Ge, W., Larson, C., R.G.Sloan. 2007. “Predicting Material Accounting

Misstatements.” Comporary Accounting Research Vol. 28 No.1, 17-82

Dechow, Hutton, J.H. Kim, dan R.G.Sloan. 2011. “Detecting Earnings Management : A

New Approach.” Journal of Accounting and Economics, 50

Deegan. 2007. “Financial Accounting Theory:2nd Edition.” Mc-Graw Hill.

Australia

Dichev, Graham, C.R.Harvey dan S.Rajgopal. 2012. “Earnings Quality: Evidence

from The Field.” Working Paper. Goizueta Business School, Emory University

Page 171: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

168

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Guan., K.A.Kaminski dan Wetzel. 2008. “Can Investors Detect Fraud Using Financial

Statements: An Exploratory Study.” Managerial Auditing Journal, 19(1).

Emerald Group Publishing Limited

Moyes, G.D., Shao, dan M. Newsome. 2009. “Analyzing The Effectiviness of Red

Flags to Detect Fraudulent Financial Reporting.” Journal of Business and

Economics, 9

Santoso, S.,2001. “SPSS Statistik Parametrik : Edisi ke Dua.” Gramedia. Jakarta.

Schilit, H.M. dan Perler. 2010. “Financial Shenanigans Third Edition: How to Detect

Accounting Gimick and Fraud in Financial Reports.” New York: McGraw-Hill,

Inc.

Scott, W. 2009. “Financial Accounting Theory : 3rd Edition.” Canada. Prentice Hall.

Sonnier, B.M, Carson, K.D, dan Carson, P.P. 2009. “An Examination of The Impact of

Firm Size and Age on Managerial Disclosure of Intellectual Capital by

High-Tech Companies.” Journal of Business Strategies

Sucipto. 2007. “Penilaian Kinerja Keuangan.” Jurnal Akuntansi Universitas Sumatra

Utara. Medan

Viva, Y. dan Tarmizi A., 2012. ”Analisis Prediksi Potensi Risiko Fraudulent Financial

Statement melalui Fraud Score Model.” Jurnal of Accounting Vol. 1. Universitas

Diponegoro

Yamin, S. dan Kurniawan, H. 2013. “SPSS Complete Tehnik Analisis Statistik

Terlengkap dengan Software SPSS : Edisi 2.” Salemba Infotek. Jakarta

Page 172: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

169

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

PENGARUH PENGALAMAN DAN DORONGAN KELUARGA TERHADAP

MOTIVASI BERWIRAUSAHA MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI

UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE TUBAN

Mario Fahmi Syahrial

Program Studi Pendidkan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas PGRI Ronggolawe Tuban

[email protected]

Diterima: November 2018. Disetujui: Desember 2018. Dipublikasikan: Januari 2019

ABSTRACT

The ability to become an entrepreneur requires experience and flying hours. Entrepreneurial skills in

higher education can be honed by participating in Job Training or Job Practices. The experience of

education and learning obtained from various environments, both in the school, family, community and

nature environment is able to provide experience about entrepreneurship. Experience was gained from an

environment that became an entrepreneurial center. This is the same as families or parents who become

entrepreneurs or not become entrepreneurs will provide experience to their children. The method used in

this study was quantitative research and research locations at the University of PGRI Ronggolawe Tuban

Economic education study program. The total population of 136 students of Economic education in the

class of 2014 and 57 students became samples. This study uses a propotional random sampling technique.

The results showed that the experience of entrepreneurship and family motivation had an influence

on motivation for students of economic education at the University of PGRI Ronggolawe Tuban,

Experience of Entrepreneurship and Family Encouragement together had an effect on Entrepreneurial

Motivation, There were other factors (variables) which were not included in this model influence on

motivation for entrepreneurship.

Keywords: entrepreneurial experience, family drive, entrepreneurial motivation

ABSTRAK

Kemampuan untuk menjadi wirausaha membutuhkan pengalaman dan jam terbang. Kemampuan

wirausaha di perguruan tinggi dapat diasah dengan mengikuti Job Training atau Praktik Kerja. Pengalaman

pendidikan dan pembelajaran yang diperoleh dari berbagai lingkungan, baik di lingkungan sekolah,

keluarga, masyarakat dan alam mampu memberikan pengalaman tentang wirausaha. Pengalaman didapat

dari lingkungan yang menjadi sentra wirausaha. Hal ini sama dengan keluarga atau orang tua yang

menjadi wirausaha atau tidak menjadi wirausaha akan memberikan pengalaman kepada anaknya. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan lokasi penelitian di Universitas PGRI

Ronggolawe Tuban program studi pendidikan Ekonomi. Jumlah populasi 136 mahasiswa pendidikan

Ekonomi angkatan 2014 dan 57 mahasiswa menjadi sempel. Penelitian ini menggunakan teknik

propotional random sampling.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Pengalaman berwirausaha dan dorongan keluarga memberikan

pengaruh terhadap motivasi bagi mahasiswa pendidikan ekonomi Universitas PGRI Ronggolawe Tuban,

Pengalaman Berwirausaha dan Dorongan Keluarga secara bersama-sama berpengaruh terhadap Motivasi

Berwirausaha, Terdapat faktor (variabel) lain yang tidak masuk dalam model ini yang memberi pengaruh

terhadap motivasi untuk berwirausaha.

Kata kunci: pengalaman berwirausaha,dorongan keluarga, motivasi berwirausaha

Page 173: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

170

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

PENDAHULUAN

Dunia entrepreneur (wirausaha) bagi negara maju sangatlah penting. Semakin maju

suatu negara semakin banyak orang yang terdidik dan banyak juga orang yang

mengganggur. Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan haruslah sudah memulai

mendorong budaya berwirausaha bagi mahasisiwa. Perguruan tinggi juga diharapkan

mampu menciptakan wirausaha-wirausaha yang handal, sehingga mampu memberi

stimulus khususnya bagi mahasiswa untuk berwirausaha. Mahasiswa sebagai komponen

penting bagi masyarakat, diharapkan mampu, memberi harapan untuk dapat membuka

lapangan pekerjaan, dengan menumbuhkan motivasi untuk menjadi wirausaha.

Perkembangan dunia kewirausahaan di Indonesia masih sangat kurang yaitu

dibawah 2%. Sebagai pembanding, kewirausahaan di Amerika Serikat tercatat mencapai

11% dari total penduduknya, Singapura sebanyak 7%, dan Malaysia sebanyak 5%.

Perkembangan dunia kewirausahaan di Indonesia sangatlah lambat, hal ini dikarenakan

oleh pandangan dan kepercayaan secara turun-menurun, bahwa ketika seseorang telah

melanjutkan studi di perguruan tinggi maka harus menjadi pegawai negeri sipil atau

aperatur sipil negara.

Pendidikan kewirausahaan yang diajarkan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi

belumlah maksimal. Pendidikan kewirausahaan adalaha salah satu faktor utama untuk

menumbuhkan dan mengembangkan hasrat, jiwa dan perilaku berwirausaha di kalangan

generasi muda Sehubungan dengan pengaruh pendidikan kewirausahaan, maka

diperlukan adanya pemahaman tentang bagaimana mendorong dan mengembangkan

lahirnya wirausaha-wirausaha muda yang potensial, walaupun masih diusia sekolah.

Terlahirnya wirausaha muda potensial diharapkan mampu menjawab tantangan

untuk menjadi pencipta dan pembuka lapangan kerja. Kemampuan untuk menjadi

wirausaha membutuhkan pengalaman dan jam terbang. Kemampuan wirausaha di

perguruan tinggi dapat diasah dengan mengikuti Job Training atau Praktik Kerja. Job

training dan praktik kerja sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk meningkatakan

kemampuan wirausaha dan juga untuk menentukan jenis usaha yang akan dilakukan.

Pengalaman berwirausaha juga didapat dari pengalaman orang lain dalam bidang yang

diinginkan. Pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain yang telah berhasil dan

sukses dalam wirausaha, dapat dijadikan pedoman atau guru agar terhindar dari

kegagalan dalam menjalankan usahanya.

Page 174: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

171

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Guna mendorong terlahirnya wirausaha muda potensial, selain dorongan dari

lingkungan akademis juga diperlukan dorongan berbentuk motivasi yang kuat untuk

maju dari pihak keluarga merupakan modal awal untuk menjadi wirausaha (Kasmir,

2007:5).

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam proses sosialisasi dan

internalisasi dalam proses pembentukan sikap,perilaku, karakter, dan mental. Proses

interaksi didalam keluarga, seorang anak bukan hanya mengidentifikasi diri dengan

orang tuanya dan anggota keluarga, melainkan juga mengidentifikasi kehidupan

didalam masyarakat dan alam sekitar.

Pengalaman pendidikan dan pembelajaran yang diperoleh dari berbagai lingkungan,

baik di lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan alam mampu memberikan

pengalaman tentang wirausaha. Pengalaman didapat dari lingkungan yang menjadi

sentra wirausaha. Hal ini sama dengan keluarga atau orang tua yang menjadi

wirausaha atau tidak menjadi wirausaha akan memberikan pengalaman kepada

anaknya.

Motivasi untuk berwirausaha tidak cukup hanya dibekali dengan pengetahuan,

pengalaman atau pendidikan kewirausahaan, melainkan dibutuhkan bekal ketrampilan

mengenai bidang yang akan dijadikan usaha atau fokus bidang usaha. Dorongan pihak

keluarga mereka dapat dijadikan dorongan dan motivasi sebagai faktor pendorong

utama untuk menumbuhkan motivasi berwirausaha.

Dorongan keluarga atau orang tua sangatlah penting dalam menumbuhkan motivasi

berwirausaha pada mahasiswa. Pendidikan kewirausahaan dapat dimulai seja dini dalam

lingkungan keluarga. Memiliki seorang orang tua yang berwirausaha dapat memberikan

contoh kepada anak untuk menjadi wirausahawan.

Adanya pengalaman berwirausaha dan dorongan keluarga, diharapkan akan

berpengaruh positif terhadap motivasi berwirausaha mahasiswa secara keseluruhan,

maka akan dilaksanakan penelitian dengan judul; pengaruh pengalaman dan dorongan

keluarga terhadap motivasi berwirausaha mahasiswa pendidikan ekonomi Universitas

PGRI Ronggolawe Tuban.

Page 175: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

172

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

KAJIAN PUSTAKA

Kewirausahaan

Kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam hal menciptakan kegiatan

usaha”. Kemampuan menciptakan memerlukan adanya kreatifitas dan inovasi yang

terus menerus untuk menemukan sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya

(Kasmir, 2011: 21). Menurut Suryana (2013:2), Kewirausahaan merupakan suatu

disiplin ilmu yang memepelajari tentang nilai, kemampuan (ability), dan perilaku

seseorang dalam menghadapi tantangan hidup dan cara memperoleh peluang dengan

berbagai resiko yang mungkin dihadapinya.

Pengalaman Berwirausaha

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Kompetensi hanya dapat dicapai dalam

jangka panjang (Kristanto, 2009: 18) mengatakan bahwa “pengalaman dalam

menjalankan usaha yang telah didapatkan merupakan salah satu kunci keberhasilan

dalam menjalankan bisnis, terutama jika bisnis baru yang akan dijalankan ini

berhubungan dengan pengalaman bisnis yang sebelumnya”.

Motivasi Berwirausaha

Motivasi pada dasarnya adalah penerimaan suatu hubungan antara diri sendiri

dengan sesuatu di luar pribadi sehingga kedudukan motivasi tidaklah stabil karena

dalam kondisi-kondisi tertentu, motivasi dapat berubah-rubah, tergantung faktor-faktor

yang mempengaruhinya.Motivasi bertalian erat dengan perhatian, maka faktor-faktor

tersebut adalah pembawaan, suasana hati atau perasaan, keadaan lingkungan,

perangsang dan kemauan (Nurwakhid,23: 1995).

(Venesaar et al :2006:104) menjelaskan bahwa motivasi seseorang menjadi

wirausaha dibagi dalam tiga dimensi, yaitu Ambition for freedom (aktivitas lebih bebas,

memiliki usaha sendiri, menjadi lebih dihormati, terdepan dalam menerapkan ide

baru, mengembangkan hobi dalam bisnis) , Self-realisation (Memperoleh posisi yang

lebih baik di masyarakat, Merasakan tantangan, Memotivasi dan memimpin orang lain,

Melanjutkan tradisi keluarga, Mengimplementasikan ide atau berinovasi, Mengikuti

orang lain), Pushing factors (Kehilangan pekerjaan, Memperoleh pendapatan yang lebih

baik, Tidak puas dengan pekerjaan).

Page 176: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

173

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Dorongan Keluarga

Dorongan berbentuk motivasi yang kuat untuk maju dari pihak keluarga merupakan

modal awal untuk menjadi wirausaha”. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan

utama bagi anak yang memberikan sumbangan bagi perkembangan dan pertumbuhan

mental maupun fisik dalam kehidupannya(Kasmir: 2011:5). Dorongan keluarga

merupakan suatu bantuan yang diberikan anggota keluarga seperti orang tua, kakak

maupun adik berupa pandangan, pendapat, nasehat, penghargaan, informasi dan

material yang menyebabkan efek tindakan atau emosional yang menguntungkan bagi

individu dalam membantu individu membuat keputusan

Lingkungan keluarga adalah salah satu faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi motivasi seseorang untuk berwirausaha. Adapun faktor-faktor yang

terkandung dalam keluarga menurut Slameto (22:2003) lingkungan keluarga terdiri dari

Cara orang tua mendidik, Relasi antar anggota keluarga, Suasana rumah, Keadaan

ekonomi keluarga, Pengertian Orang Tua, dan Latar Belakang Kebudayaan.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori

melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis

data dengan prosedur statistik .Penelitian ini menggunakan pedoman wawancara dan

data angket.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai bulan Agustus 2018 di Universitas

PGRI Ronggolawe Tuban program studi pendidikan Ekonomi .

Populasi dan Sempel

Populasi dalam penelitian ini merupakan mahasiswa pendidikan ekonomi angkatan

2014 yaitu sebanyak 136 orang. Penentuan jumlah sampel menurut Slovin ( Sujarweni,

2014: 14), dari jumlah populasi 136 mahasiswa adalah 57 mahasiswa menjadi sempel.

Penelitian ini menggunakan teknik propotional random sampling.

Page 177: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

174

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

HASIL PENELITIAN

Pengujian Hipotesis

1. Pengaruh Pengalaman terhadap motivasi berwirausaha

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah Pengalaman Berwirausaha (X1)

berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap Minat Berwirausaha (Y), pengujian

menggunakan tingkat signifikasi 0,05 dan 2 sisi.

Tabel 1

Uji -t variabel X1 terhadap Y

a. Dependent variable motivasi berwirausaha.

Sumber: Data diolah SPSS v.22

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai t hitung > t tabel (14,571>2,004) dan

signifikansi < 0,05 (0,000 < 0,05), maka Ho ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

Pengalaman Berwirausaha berpengaruh terhadap Minat Berwirausaha.

2. Pengaruh dorongan keluarga terhadap motivasi berwirausaha

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah Dukungan Keluarga (X2) berpengaruh

secara signifikan atau tidak terhadap Minat Berwirausaha(Y), pengujian menggunakan

tingkat signifikasi 0,05 dan 2 sisi.

Tabel 2

Uji -t variabel X2 terhadap Y

a. Dependent Variabe: Motivasi Berwirausaha

Sumber: data diolah SPSS v.22

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai t hitung > t tabel (9,710>2,004) dan

signifikansi < 0,05 (0,000 < 0,05), maka Ho ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

dorongan Keluarga berpengaruh terhadap Minat Berwirausaha.

Page 178: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

175

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

3. Pengaruh Pengalaman Berwirausaha dan Dorongan Keluarga terhadap

motivasi Berwirausaha.

Uji t digunakan untuk mengetahui secara parsial Pengalaman Berwirausaha dan

Dukungan Keluarga berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap Minat

Berwirausaha. Pengujian menggunakan tingkat signifikasi 0,05 dan 2 sisi. Berikut kami

sajikan tabel 2hasil analisi uji t variabel X1 (Pengalaman Berwirausaha) dan X2

(Dorongan Keluarga) terhadap variabel Y (Motivasi Berwirausaha).

Tabel 3

Uji –t variabel X1 dan X2 terhadap Y

a. Dependent Variable: Motivasi Berwirausaha

Sumber : Data diolah SPSS v.22

Dari tabel diatas dapat disimpulkan t hitung > t tabel (7,335>2,005) dan signifikansi

< 0,05 (0,000 < 0,05), maka Ho ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Pengalaman

Berwirausaha berpengaruh terhadap Motivasi Berwirausaha dan nilai t hitung > -t

tabel (2,490>1,996) dan signifikansi < 0,05 (0,016< 0,05), maka Ho ditolak. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa Dorongan Keluarga berpengaruh terhadap Motivasi Berwirausaha.

4. Signifikansi pengaruh Pengalaman Berwirausaha dan Dorongan Keluarga

Terhadap Motivasi Berwirausaha Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas

PGRI Ronggolawe Tuban

Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05. Berikut tabel 4 hasil analisi uji F

(anova) pengaruh variabel X1 (Pengalaman Berwirausaha) dan X2 (Dorongan

Keluarga) terhadap variabel Y (Motivasi Berwirausaha).

Page 179: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

176

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Tabel 4.

Uji F Anova

Dari tabel diatas bahwa F hitung > F table (119,296> 3,168) dan signifikansi <

0,05 (0,000 < 0,05), maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa Pengalaman

Berwirausaha dan Dorongan Keluarga secara bersama-sama berpengaruh terhadap

Motivasi Berwirausaha.

5. Uji regresi secara parsial

a. Regresi Linier Parsial antara Variabel X1 terhadap Y

Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel.Berikut ini adalah

hasil analisis pengujian hipotesisyaitu adanya pengaruh Pengalaman Berwirausaha(X1)

terhadap Motivasi Berwirausaha(Y)

Tabel 5.

Model Summary variabel X1 terhadap variabel Y

Angka R didapat 0,793, artinya korelasi antara variable “Pengalaman

Berwirausaha” dengan “Motivasi Berwirausaha” sebesar 0,891. hal ini berarti terjadi

hubungan yang erat/ kuat karena nilai R mendekati nilai 1.

R Square (R2) atau kuadrat R nilainya sebesar 0,794, artinya persentase sumbangan

pengaruh variable “Pengalaman Berwirausaha” terhadap “Motivasi Berwirausaha”

sebesar 79,4%, sedangkan sisanya sebesar 20,6% dipengaruhi oleh variable lain yang

tidak dimasukkan dalam model ini.

Page 180: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

177

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Tabel 6.

Coefficients variabel X1 terhadap variabel Y

Nilai konstanta (a) adalah 17,779; artinya, jika Pengalaman Berwirausahabernilai 0

(nol), maka Motivasi Berwirausaha bernilai positif (naik), yaitu 17,779 dan Nilai

koefisien regresi variabel Pengalaman Berwirausaha(b) bernilai positif, yaitu 0,664; ini

dapat diartikan bahwa setiap kenaikan Pengalaman Berwirausahasebesar 1, maka

Motivasi Berwirausaha juga meningkat sebesar 0,664.

Tabel 7.

Koefisiensi Determinan

Dari tabel diaats dapat dihitung persentase sumbangan pengaruh variable

Pengalaman Berwirausaha terhadap Motivasi Berwirausaha” sebesar 79,4%, sedangkan

sisanya sebesar 37,1% dipengaruhi oleh variable lain yang tidak dimasukkan dalam

model ini.

b. Regresi Linier Parsial antara Variabel X2 terhadap Y

Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel.Berikut ini adalah

hasil analisis pengujian hipotesisyaitu adanya pengaruh Dorongan Keluarga(X2)

terhadap Motivasi Berwirausaha(Y)

Page 181: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

178

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Tabel 8.

Model Summary variabel X2 terhadap variabel Y

Angka R didapat 0,795, artinya korelasi antara variable “Dorongan Keluarga”

dengan “Motivasi Berwirausaha” sebesar 0,795. hal ini berarti terjadi hubungan

yangcukup erat/ cukup kuat karena nilai R mendekati nilai 1.

R nilainya sebesar 0,632, artinya persentase sumbangan pengaruh variable

“Dorongan Keluarga” terhadap“Motivasi Berwirausaha” sebesar 63,2%, sedangkan

sisanya sebesar 36,8% dipengaruhi oleh variable lain yang tidak dimasukkan dalam

model ini.

Tabel 9.

Coefficients variabel X2 terhadap variabel Y

Nilai konstanta (a) adalah 19,374; artinya, jika Dorongan Keluargabernilai 0 (nol),

maka Motivasi Berwirausahabernilai positif (naik), yaitu 19,374 dan Nilai koefisien

regresi variabel Dorongan Keluarga (b) bernilai positif, yaitu 0,637; ini dapat diartikan

bahwa setiap kenaikan Dorongan Keluarga sebesar 1, maka Motivasi Berwirausahajuga

meningkat sebesar 0,637.

Tabel 10.

Koefisiensi Determinan

Page 182: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

179

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Dari hasil perhitungan persentase sumbangan pengaruh variable Dorongan

Keluarga terhadap Motivasi Berwirausaha sebesar 63,2%, sedangkan sisanya sebesar

36,8% dipengaruhi oleh variable lain yang tidak dimasukkan dalam model ini.

6. Uji regresi secara simultan

Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel. Berikut ini adalah

hasil analisis pengujian hipotesis yaitu adanya pengaruh Pengalaman Berwirausaha(X1)

dan Dorongan Keluarga(X2) terhadap Motivasi Berwirausaha(Y)

Tabel 11.

Model Summary variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y

Dari tabel diatas diketahui variable X dan Y. Angka R didapat 0,903, artinya

korelasi antara variable Pengalaman Berwirausaha(X1) dan Dorongan Keluarga(X2)

dengan Motivasi Berwirausaha(Y) sebesar 0,903. hal ini berarti terjadi hubungan yang

erat/ kuat karena nilai R mendekati nilai 1 dan R Square (R2) atau kuadrat R nilainya

sebesar 0,815, artinya persentase sumbangan pengaruh variable Pengalaman

Berwirausaha(X1) dan Dorongan Keluarga(X2) terhadap Motivasi Berwirausaha(Y)

sebesar 81,5%%, sedangkan sisanya sebesar 18,5% dipengaruhi oleh variable lain yang

tidak dimasukkan dalam model ini.

Tabel 12.

Coefficients variabel X1dan X2 terhadap variabel Y

Page 183: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

180

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Dari tabel diatas dapat diketahui nilai konstanta (a) adalah 15,276; artinya, jika

Pengalaman Berwirausaha dan Dorongan Keluarga bernilai 0 (nol), maka Motivasi

Berwirausahabernilai positif (naik), yaitu 15,276.

Nilai koefisien regresi variabel Pengalaman Berwirausaha(b1) bernilai positif, yaitu

0,523; ini dapat diartikan bahwa setiap kenaikan Pengalaman Berwirausaha sebesar 1,

maka Motivasi Berwirausahajuga meningkat sebesar 0,523.

Nilai koefisien regresi variabel Dorongan Keluarga (b2) bernilai positif, yaitu

0,191; ini dapat diartikan bahwa setiap kenaikan Dorongan Keluarga sebesar 1, maka

Motivasi Berwirausahajuga meningkat sebesar 0,191.

Tabel 13.

Koefisiensi Determinan

Tabel diatas dapat diketahui bahwakoefisien determinasi (r2) yang dinyatakan

dalam persentase. hasil perhitungan dapat disimpulkan persentase sumbangan pengaruh

variable “Pengalaman Berwirausaha(X1) dan Dorongan Keluarga(X2) terhadap variabel

Y (Motivasi Berwirausaha)” sebesar 81,5%, sedangkan sisanya sebesar 18,5%

dipengaruhi oleh variable lain yang tidak dimasukkan dalam model ini.

PEMBAHASAN

Pengalaman dan dorongan keluarga memberikan motivasi untuk berwirausaha bagi

mahasiswa pendidikan ekonomi Universitas PGRI Ronggolawe Tuban. Hal ini dilihat

dari hasil penelitian dimana dari hasil uji t diketahui bahwa pengalaman berwirausaha

dan dorongan keluarga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap motivasi

berwirausaha. Pengalaman berwirausaha berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa

mahasiswa termotivasi berwirausaha karena pengalaman pernah menjadi pelayan toko,

kasir, dan marketing. Pengalaman dalam menjalankan usaha yang telah didapatkan

merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam menjalankan bisnis, terutama jika bisnis

baru yang akan dijalankan ini berhubungan dengan pengalaman bisnis yang

sebelumnya. Dorongan keluarga berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa

mahasiswa termotivasi untuk berwirausaha karena ingin meneruskan usaha keluarga,

Page 184: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

181

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

adanya keinginan untuk mengembangkan diri. Hal ini dilatarbelakangi Dorongan

keluarga yang bersifat dan berupa pandangan, pendapat, nasehat,penghargaan, informasi

dan material yang menyebabkan efek tindakan atau emosional yang menguntungkan

bagi individu dalam membantu individu membuat keputusan

Pengalaman dan dorongan keluarga memberikan motivasi untuk berwirausaha

bagi mahasiswa pendidikan ekonomi Universitas PGRI Ronggolawe Tuban.

Berdasarkan Hasil uji F Anova dapat diketahui bahwa Pengalaman Berwirausaha dan

Dorongan Keluarga secara bersama-sama berpengaruh terhadap Motivasi Berwirausaha.

Hasil Uji regresi secara parsial dan Hasil uji regresi simultan menunjukan bahwa

Pengalaman Berwirausaha dan dorongan keluarga memberikan pengaruh terhadap

Motivasi Berwirausaha dan ada pengaruh faktor (variabel) tidak dimasukkan dalam

model ini. Berdasarkan hasil wawancara Faktor (variabel) lain tersebut adalah

pengaruh teman sepermainan dan lingkungan masyarakat.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa;

1. Pengalaman berwirausaha dan dorongan keluarga memberikan pengaruh terhadap

motivasi bagi mahasiswa pendidikan ekonomi Universitas PGRI Ronggolawe

Tuban.

2. Pengalaman Berwirausaha dan Dorongan Keluarga secara bersama-sama

berpengaruh terhadap Motivasi Berwirausaha.

3. Terdapat faktor (variabel) lain yang tidak masuk dalam model ini yang memberi

pengaruh terhadap motivasi untuk berwirausaha, faktor (variabel) tersebut adalah

teman sepermainan dan lingkungan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Kasmir. 2011. Kewirausahaan. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada

Kristanto, Heru HC. 2009. Kewirausahaan (Entrepreneurship) Pendekatan Manajemen

dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Page 185: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BEPENGARUH TERHADAP

182

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 1 Januari 2019

ISSN : 1412-5331

Nurwakhid. 1995. Usaha Pengembangan Motivasi Murid SMK Terhadap

Kewirausahaan di Kota Semarang (Laporan Penelitian). Semarang: IKIP

Semarang.

Riyanti, Benedicta Prihatin Dwi. 2003. Kewirausahaan Dari Sudut Pandang Psikologi

Kepribadian. Jakarta: PT. Grasindo.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan

R & D. Bandung: Alfabeta

Suryana. 2013. Kewirausahaan Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: SALEMBA

EMPAT

Venesaar, Ene. (2006). Students Attitudes and Intentions toward Entrepreneurship at

Tallinn University of Technology. TUTWPE Working Papers. (154), 97-11.