analisis ekonomi kelembagaan pemasaran cpo produksi p.t ... · seksi logistik dan transportasi...

112
ANALISIS EKONOMI KELEMBAGAAN PEMASARAN CPO PRODUKSI P.T. PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) (Kasus Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN Jakarta) OLEH HENGKY GAMES JS H14053064 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Upload: vuongkien

Post on 10-Mar-2019

274 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

ANALISIS EKONOMI KELEMBAGAAN PEMASARAN CPO

PRODUKSI P.T. PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN)

(Kasus Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN Jakarta)

OLEH

HENGKY GAMES JS

H14053064

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 2: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

RINGKASAN

HENGKY GAMES JONATAN SIAHAAN. Analisis Ekonomi Kelembagaan

Pemasaran CPO Produksi P.T. Perkebunan Nusantara (PTPN), Kasus Kantor

Pemasaran Bersama (KPB) Jakarta. (dibimbing oleh WIWIEK RINDAYATI).

Di zaman globalisasi, pembangunan ekonomi jangka panjang tidak selalu

harus diarahkan pada sektor industri, tetapi dapat juga diarahkan pada sektor lain,

seperti sektor pertanian. Salah satu sub sektor pertanian tersebut adalah

perkebunan. Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit (CPO)

merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber

penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Di Indonesia sendiri terdapat 3 jenis

pengusahaan perkebunan kelapa sawit yang nantinya diolah menjadi CPO, yaitu

perkebunan rakyat, swasta dan negara (PTPN). Dalam pemasaran CPO, PTPN

seluruh Indonesia yang terdiri dari PTPN I hingga PTPN XIV melakukan

penjualan melalui suatu lembaga pemasaran gabungan yang bernama Kantor

Pemasaran Bersama (KPB) PTPN yang berpusat di Jakarta. KPB PTPN berfungsi

sebagai pelaksana teknis pemasaran komoditi perkebunan (termasuk CPO) hasil

produksi P.T. Perkebunan Nusantara (PTPN).

Pembentukan Kantor Pemasaran Bersama (KPB) ini diharapkan dapat

meningkatkan efisiensi dalam kegiatan penjualan, promosi, dan pengangkutan.

Keberadaan Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN diharapkan dapat

menggabungkan kekuatan dari seluruh perkebunan besar negara yang ada

sehingga memudahkan melakukan penetrasi pasar, memperluas pasar serta

memperkuat posisi tawar produsen dalam negosiasi.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa keberadaan Kantor Pemasaran

Bersama (KPB) PTPN Jakarta ini terkait dengan bagaimana struktur kelembagaan

dan saluran tataniaga pemasarannya, bagaimana fungsi (fungsi pertukaran, fungsi

fisik dan fungsi fasilitas) dan kinerjanya, bagaimana struktur pasar yang terbentuk

(monopoli, persaingan sempurna, dll) dan perilakunya (praktek jual beli, sistem

pembayaran, dll), bagaimana analisis fleksibilitas transmisi harga serta analisis

keterpaduan pasarnya terhadap pasar internasional (luar negeri) yang pada

akhirnya menunjukkan seberapa efisien kinerja Kantor Pemasaran Bersama

(KPB) P.T. Perkebunan Nusantara (PTPN) Jakarta ini.

Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dan dilakukan di

Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN yang terletak di Jalan Taman Cut

Mutiah nomor 11, Menteng, Jakarta Pusat 10330. Jenis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dan

sekunder yang diperoleh dari hasil survei akan diestimasi melalui metode analisis

deskriptif secara kualitatif dan kuantitatif melalui pendekatan studi kasus. Analisis

kualitatif yang digunakan antara lain analisis lembaga dan saluran tataniaga

pemasaran (dalam hal ini adalah KPB), analisis fungsi – fungsi tataniaga, analisis

stuktur pasar dan perilaku pasar. Sedangkan analisis kuantitatif yang akan

Page 3: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

digunakan antara lain adalah analisis fleksibilitas transmisi harga dan analisis

keterpaduan pasar (Indeks of Market Connection) dengan menggunakan data

harga CPO time series.

Dari hasil analisis di atas maka diperoleh hasil bahwa fungsi-fungsi

tataniaga yang dilaksanakan cukup merata pada setiap lembaga tataniaga, dengan

kegiatan tataniaga yang menyebar pada masing-masing lembaga tataniaga. Hal ini

dapat dilihat dari beragamnya fungsi-fungsi tataniaga karena semakin banyak

fungsi-fungsi yang dilaksanakan oleh sebuah lembaga tataniaga maka biaya yang

dikeluarkan semakin besar. Di samping itu, pola saluran yang terbentuk yaitu

Produsen (PTPN) KPB PTPN Pembeli (Processor) juga menjadi salah

satu indikator. Struktur dan perilaku pasar yang dihadapi tidak membuat pelaku-

pelaku pasar melakukan suatu upaya rekayasa untuk mempengaruhi harga pasar.

Struktur pasar pada setiap tingkat lembaga tataniaga terlihat cukup beragam dan

secara umum struktur pasar yang terbentuk pada sistem tataniaga CPO cenderung

mendekati kepada struktur pasar persaingan sempurna. Selain itu, volume

penjualan pada setiap transaksi saluran tataniaga CPO dimana volume penjualan

CPO yang dilakukan relatif cukup besar.

Sedangkan melalui analisis fleksibilitas transmisi harga diperoleh angka

fleksibilitas sebesar 1,0024 yang menunjukkan perubahan harga pada tingkat

konsumen sebesar 1 persen, maka akan mengakibatkan perubahan harga di tingkat

produsen PTPN (KPB) sebesar 1,0024 persen, ceteris paribus, baik dalam

keadaan harga naik maupun harga turun. Perubahan harga CPO pada tingkat

produsen PTPN (KPB) terjadi secara proporsional dengan perubahan harga CPO

yang terjadi pada tingkat konsumen.

Dari hasil analisis keterpaduan pasar (IMC) antara KPB PTPN Jakarta

dengan pasar MDEX Malaysia dan pasar fisik Rotterdam diperoleh IMC sebesar

1,7326 dan 2,0038 (IMC > 1) sehingga tidak terjadi keterpaduan pasar jangka

panjang namun terjadi keterpaduan pasar jangka pendek, dimana perubahan harga

CPO di tingkat pasar acuan baik di MDEX Malaysia maupun di pasar fisik

Rotterdam tidak memiliki pengaruh dominan terhadap pembentukan harga CPO di

tingkat pasar pengikut dalam jangka panjang melainkan lebih dipengaruhi oleh

kondisi dan faktor di pasar pengikut itu sendiri. Berdasarkan hasil penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa KPB PTPN Jakarta telah menjalankan tugas dan

fungsinya dengan baik dan efisien.

Berdasarkan hasil penelitian ini pula dapat dirumuskan strategi kebijakan

bagi pemerintah untuk berani untuk menjadikan pasar CPO Indonesia sebagai

pasar acuan internasional sehingga harga CPO Indonesia dapat menjadi harga

acuan mengingat Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia seperti

yang sedang diusahakan saat ini melalui pendirian BBJ (Bursa Berjangka Jakarta).

Selain itu, dapat disarankan juga agar perlu dilakukan penelitian tambahan terkait

dengan marjin tataniaga, bagian harga yang diterima petani (farmer’s share), rasio

keuntungan dan biaya (benefit-cost ratio) serta perbandingannya secara relatif

terhadap pihak swasta untuk lebih mengetahui lebih dalam lagi efisiensi dari KPB

PTPN Jakarta.

Page 4: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

ANALISIS EKONOMI KELEMBAGAAN PEMASARAN CPO

PRODUKSI P.T. PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN)

(Kasus Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN Jakarta)

Oleh

HENGKY GAMES JS

H14053064

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 5: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

Judul Skripsi : Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran

CPO Produksi P.T. Perkebunan Nusantara

(PTPN), Kasus Kantor Pemasaran Bersama

(KPB) PTPN Jakarta

Nama Mahasiswa : Hengky Games Jonatan Siahaan

Nomor Registrasi Pokok : H14053064

Menyetujui,

Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Wiwiek Rindayati

NIP. 19620816 198701 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Dedi Budiman Hakim

NIP. 19641022 198903 1 003

Tanggal Kelulusan :

Page 6: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Februari 2010

Hengky Games JS

H14053064

Page 7: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 10 September 1987. Penulis

adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak E. Siahaan dan Ibu

D. Simanungkalit, S.Pd.

Penulis memulai pendidikan di TK Xaverius I Jambi pada tahun 1992 dan

lulus pada tahun 1993. Penulis melanjutkan pendidikan dasar di SD Xaverius I

Jambi pada tahun 1993 dan lulus pada tahun 1999. Penulis kemudian melanjutkan

pendidikan menengah pertama di SLTP Xaverius I Jambi pada tahun 1999 dan

lulus pada tahun 2002. Kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan

pendidikan sekolah menengah atas di SMU Negeri 2 Jambi dan lulus pada tahun

2005. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui

jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis merupakan mahasiswa

angkatan pertama yang diterima IPB dengan program baru IPB, yaitu program

kurikulum mayor-minor. Sesuai dengan sistem mayor-minor bahwa pada tahun

pertama penulis belum memiliki jurusan. Pada tahun kedua, penulis baru diterima

sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi dengan mayor Ilmu Ekonomi dan

minor Ekonomi Pertanian, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi dan

kepanitiaan. Penulis menjadi anggota Keluarga Mahasiswa Katolik IPB (2005-

2009) dan anggota Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi Studi

Pembangunan (HIPOTESA). Penulis juga aktif di berbagai kepanitiaaan, yaitu

seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and

Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta seksi publikasi dan dokumentasi

(PDD) dalam acara Natal Civitas Akademika (NATAL CIVA) IPB tahun 2008.

Penulis juga aktif sebagai staf pengajar ekonomi dalam Asoy Club HIPOTESA

tahun 2007.

Page 8: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul

skripsi ini adalah ”Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi

P.T. Perkebunan Nusantara (PTPN), Kasus Kantor Pemasaran Bersama

(KPB) Jakarta”. Ekonomi Kelembagaan Pemasaran adalah topik yang sangat

menarik karena merupakan hal baru bagi penulis karena tidak dipelajari secara

spesifik di dalam perkuliahan.

Penelitian ini penting dilakukan mengingat Kantor Pemasaran Bersama

(KPB) PTPN Jakarta merupakan lembaga pemasaran CPO produksi PTPN seluruh

Indonesia yang menjadi salah satu produsen terbesar CPO nasional. Oleh karena

itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur kelembagaan, saluran

tataniaga, struktur pasar, fungsi-fungsi pemasaran, perilaku pemasaran serta

keragaan pasar terkait dengan efisiensi pemasarannya. Disamping hal tersebut,

skripsi ini juga merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana pada

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan dalam

penyusunan skripsi ini. Keterbatasan penulis dan berbagai kendala yang dihadapi

merupakan penyebab tidak sempurnanya skripsi ini. Harapan penulis, semoga

hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Bogor, Februari 2010

Hengky Games JS

H14053064

Page 9: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

ii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan pertama kali kepada Tuhan Yang Maha

Esa atas berkat, rahmat, anugerah, dan penyertaan-Nya kepada penulis. Berbagai

jalan yang panjang penulis hadapi dalam penyelesaian skripsi ini. Tetapi karena

kasih dan rancangan-Nya yang selalu indah, penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dari berbagai pihak. Untuk

itu, pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orangtuaku tercinta, Bapak E. Siahaan dan Ibu D. Simanungkalit,

S.Pd atas segala doa, dukungan, perhatian, dan nasehatnya yang tiada

hentinya diberikan kepada penulis. Doa dan dukungan Papa dan Mama

selama penyelesaian skripsi ini sangat berarti bagi penulis. Semoga dengan

tulisan ini dapat memberikan kebanggaan bagi Papa dan Mama.

2. Adikku tercinta, Heber Rifandi Siahaan yang telah memberikan dukungan,

semangat dan doa selama penulis melakukan perkuliahan sampai penulis

menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah memberikan masukan, arahan dan selalu menyediakan waktu bagi

penulis.

4. Idqan Fahmi, M.Ec selaku Dosen Penguji Utama yang telah memberikan

banyak masukan dan saran kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini.

5. Dr. Muhammad Findi selaku Dosen Penguji Komisi Pendidikan yang telah

memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis untuk perbaikan

skripsi ini.

6. Dr. Sri Mulatsih, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik atas

bimbingan dan masukan yang berharga selama penulis melakukan

perkuliahan.

7. Seluruh Pimpinan, staf dan karyawan Kantor Pemasaran Bersama (KPB)

PTPN Jakarta, Pak Tobing selaku Kepala Bagian Analisis Informasi Pasar

(AIP), Ibu Mujiwati selaku Kepala Urusan Informasi Pasar, Pak Tri selaku

Page 10: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

iii

Kepala Urusan Analisa Pasar Sawit serta Ibu Emmy dan Pak Hendy selaku

staf AIP atas pengetahuan dan bimbingannya selama penulis melakukan

magang dan penelitian di KPB PTPN Jakarta.

8. Seluruh dosen, staf pengajar, dan staf Tata Usaha Departemen Ilmu

Ekonomi yang telah memberikan pengetahuan dan bantuan selama penulis

melakukan perkuliahan di IPB.

9. Prof. Dr. E. K. S. Harini atas doa, bimbingan, dan dukungannya selama

penulis melakukan perkuliahan di IPB.

10. Pembina dan pengurus Yayasan Bhumiksara serta teman-teman penerima

beasiswa Bhumiksara atas dukungan dan bantuannya selama penulis

melakukan perkuliahan di IPB.

11. Agus Naufal, Rian Novati Sandi dan Septi Khairunnisa yang menjadi

rekan satu bimbingan dan telah memberikan semangat dan dukungan bagi

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Semua anak-anak Ilmu Ekonomi 42, Fakultas Ekonomi dan Manajemen

IPB atas kebersamaan dan pengalaman berharga sehingga penulis

termotivasi dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga kita semua dapat

menjadi orang-orang sukses.

13. Semua teman-teman di KEMAKI, HIMAJA, panitia Natal CIVA IPB

2008 dan teman-teman di IPB yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,

terima kasih untuk semuanya. Saya bersyukur memiliki keluarga seperti

kalian.

14. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran proses penyusunan

skripsi ini. Terima kasih banyak, semoga Tuhan memberkati anda semua.

Bogor, Februari 2010

Hengky Games JS

H14053064

Page 11: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

iv

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... viii

I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ....................................................................... 4

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7

1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8

1.5. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN.................. 10

2.1. Tinjauan Teoritis Kelembagaan .................................................... 10

2.2. Konsep Pemasaran ........................................................................ 16

2.3. Pendekatan Analisis Pemasaran .................................................... 17

2.4. Kinerja Kelembagaan Pemasaran ................................................. 19

2.5. Analisis Efisiensi Sistem Pemasaran ............................................ 21

2.6. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 24

2.7. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 30

III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 31

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 31

3.2. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 31

3.3. Metode Pengumpulan Data dan Pengambilan Contoh.................. 32

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ......................................... 32

3.4.1. Metode Analisis Data .............................................................. 33

3.4.2.1. Analisis Lembaga dan Saluran Tataniaga Pemasaran ... 33

3.4.2.2. Analisis Fungsi-Fungsi Tataniaga ................................. 33

3.4.2.3. Analisis Struktur Pasar .................................................. 34

3.4.2.4. Analisis Perilaku Pasar .................................................. 34

Page 12: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

v

3.4.2.5. Analisis Fleksibilitas Transmisi Harga ......................... 35

3.4.2.6. Analisis Indeks Keterpaduan Pasar ............................... 36

3.4.2.7. Pengujian Hipotesis ....................................................... 38

IV. GAMBARAN UMUM KPB PTPN JAKARTA .................................... 40

4.1. Sejarah dan Perkembangan KPB PTPN ........................................ 40

4.1.1. Periodisasi Sejarah dan Perkembangan KPB PTPN ............... 40

4.2. Organisasi KPB PTPN Jakarta ...................................................... 44

4.2.1. Landasan Pembetukan Organisasi........................................... 45

4.2.1. Lokasi KPB PTPN Jakarta ...................................................... 46

4.2.3. Usaha Pemasaran KPB PTPN Jakarta .................................... 49

4.2.4. Struktur Organisasi KPB PTPN Jakarta .................................. 49

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 53

5.1. Analisis Lembaga dan Saluran Tataniaga CPO KPB PTPN ......... 53

5.1.1. Analisis Struktur Kelembagaan............................................... 53

5.1.2. Analisis Saluran Tataniaga CPO KPB PTPN ......................... 59

5.2. Analisis Fungsi-Fungsi Tataniaga ................................................. 61

5.3. Analisis Struktur Pasar CPO ......................................................... 67

5.4. Analisis Perilaku Pasar .................................................................. 70

5.4.1. Praktek Penjualan dan Pembelian ........................................... 70

5.4.2. Sistem Penentuan Harga ......................................................... 73

5.4.3. Sistem Pembayaran ................................................................. 74

5.5. Keragaan Pasar .............................................................................. 75

5.5.1. Fleksibilitas Transmisi Harga ................................................. 76

5.5.2. Keterpaduan Pasar ................................................................... 78

VI. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 84

6.1. Kesimpulan ................................................................................... 84

6.2. Saran .............................................................................................. 86

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 87

LAMPIRAN ........................................................................................................ 90

Page 13: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

vi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1994-2008 ......... 2

2. Produksi dan Produktivitas CPO di Indonesia Tahun 2004-2007 ............ 3

3. Ringkasan Definisi Kelembagaan dari Berbagai Sudut Pandang ............. 12

4. Data Karyawan Menurut Pendidikan Formal ........................................... 50

5. Data Karyawan Menurut Kelompok Usia ................................................. 51

6. Data Karyawan Menurut Golongan .......................................................... 52

7. Kriteria Uji ................................................................................................ 55

8. Persyaratan Peserta Tender KPB PTPN Jakarta ....................................... 58

9. Fungsi – Fungsi Tataniaga ........................................................................ 61

10. Koefisien Regresi dan Fleksibilitas Transmisi Harga antara Harga

di Tingkat Konsumen (PR) dan Harga di Tingkat Produsen (PF) ............ 76

11. Koefisien Regresi Keterpaduan Pasar antara Pasar CPO di KPB PTPN

dengan Pasar CPO Internasional di MDEX Malaysia .............................. 79

12. Koefisien Regresi Keterpaduan Pasar antara Pasar CPO di KPB PTPN

dengan Pasar CPO Internasional di Pasar Fisik Rotterdam ...................... 80

Page 14: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Saluran Pemasaran CPO Indonesia ........................................................... 6

2. Konsep Pemasaran .................................................................................... 17

3. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 30

4. Saluran Tataniaga CPO Hasil Produksi PTPN ......................................... 59

Page 15: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Harga CPO Fob MDEX Malaysia Tahun 2004-2009 ........................ 91

2. Data Harga CPO Cif Rotterdam Tahun 2004-2009 .................................... 91

3. Data Harga CPO di Tingkat Produsen (Pf) dan Konsumen (Pr)

Tahun 2007-2009 ........................................................................................ 92

4. Data Harga CPO Lokal yang terjual di KPB PTPN Jakarta

Tahun 2004-2009 ........................................................................................ 93

5. Data Kurs Rp/USD Bank Indonesia Tahun 2004-2009 .............................. 94

6. Tampilan Hasil Olahan Eviews 6.1 Fleksibilitas Transmisi Harga............ 95

7. Perhitungan Analisis Fleksibilitas Transmisi Harga................................... 95

8. Tampilan Hasil Olahan Eviews 6.1 dari Data Harga MDEX Malaysia...... 96

9. Tampilan Hasil Olahan Eviews 6.1 dari Data Harga Bursa Rotterdam...... 96

10. Struktur Organisasi KPB PTPN .................................................................. 97

Page 16: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di zaman globalisasi, pembangunan ekonomi jangka panjang tidak selalu

harus diarahkan pada sektor industri, tetapi dapat juga diarahkan pada sektor lain,

seperti sektor pertanian. Salah satu konsepnya adalah agribisnis yang berorientasi

ekspor yaitu sebagai salah satu penopang pembangunan nasional. Pengembangan

agribisnis merupakan upaya pemerintah untuk masuk ke sektor industri tanpa

memerlukan transformasi tenaga kerja yang crusial dari sektor pertanian ke sektor

agroindustri. Transisi ini semakin penting karena kegiatan agribisnis dapat

menyerap sebagian tenaga kerja di sektor pertanian tanpa memerlukan pelatihan

yang sifatnya khusus (Pahan, 2008).

Salah satu subsektor pertanian yang memiliki peranan penting dalam

perekonomian Indonesia khususnya dari sektor non migas adalah perkebunan.

Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit (CPO = Crude Palm Oil)

dan inti sawit (PK = Palm Kernel) merupakan salah satu primadona tanaman

perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia

karena menjadi salah satu sumber minyak nabati dan dapat digunakan sebagai

bahan bakar alternatif (biofuel). Peluang untuk pengembangan agribisnis kelapa

sawit masih cukup terbuka bagi Indonesia, terutama karena didukung ketersediaan

sumber daya lahan, tenaga kerja, teknologi, dan para ahli.

Saat ini, di Indonesia, perkebunan kelapa sawit dikelola oleh tiga jenis

pengusahaan, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Swasta (PBS),

Page 17: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

2

dan Perkebunan Besar Negara (PBN). Pengelolaan perkebunan kelapa sawit di

Indonesia saat ini masih didominasi oleh pihak swasta dikarenakan kepemilikan

modal investasi yang besar sehingga mampu mengembangkan potensi perkebunan

kelapa sawit yang dimilikinya. Namun secara umum, dari tahun ke tahun, terjadi

peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit dari masing-masing pengusahaan.

Perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 1. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1994 – 2008

Tahun Luas Areal (Ha)

P. Rakyat (PR) P. Negara (PBN) P. Swasta (PBS) Total

1994 572.544 386.309 845.296 1.804.149

1995 658.536 404.732 961.718 2.024.986

1996 738.887 426.804 1.083.823 2.249.514

1997 813.175 517.064 1.592.057 2.922.296

1998 890.506 556.641 2.113.050 3.560.197

1999 1.041.046 576.999 2.283.757 3.901.802

2000 1.166.758 588.125 2.403.194 4.158.077

2001 1.561.031 609.947 2.542.457 4.713.435

2002 1.808.424 631.566 2.627.068 5.067.058

2003 1.854.394 662.803 2.766.360 5.283.557

2004 2.220.338 605.865 2.458.520 5.284.723

2005 2.356.895 529.854 2.567.068 5.453.817

2006 2.549.572 687.428 3.357.914 6.594.914

2007* 2.565.135 687.847 3.358.632 6.611.614

2008** 2.565.172 687.847 3.358.792 6.611.811 Sumber: Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan, 2007.

Keterangan : (*) Angka Sementara

(**) Angka Estimasi

Sementara itu, produksi CPO (Crude Palm Oil) Indonesia dari tahun 2004

hingga tahun 2007 mengalami peningkatan yang signifikan. Besarnya

peningkatan produksi CPO dikarenakan para pengusaha melakukan peningkatan

terhadap luas areal penanaman kelapa sawit. Produksi CPO Indonesia hingga

tahun 2007 sebesar 17,37 juta ton dengan kontribusi terbesar oleh perkebunan

Page 18: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

3

milik swasta sebesar 9,25 juta ton. Produksi CPO yang diusahakan oleh negara

mempunyai kontribusi yang paling rendah dengan produksi 2,31 juta ton.

Produktivitas CPO jika dilihat dari tahun 2004 hingga tahun 2007 menurut

pengusahaan, perkebunan rakyat mempunyai produktivitas 1,80 ton per hektar,

sedangkan perkebunan negara mempunyai produktivitas 3,03 ton per hektar dan

perkebunan swasta sebesar 2,05 ton per hektar. Dengan demikian rata-rata

produktivitas kelapa sawit Indonesia adalah sebesar 2,37 ton per hektar maka

dapat disimpulkan perkebunan milik negara mempunyai produktivitas tertinggi

selanjutnya diikuti perkebunan swasta dan perkebunan rakyat dengan

produktivitas terkecil. Perkebunan milik negara memiliki produktivitas tertinggi

dikarenakan jenis tanaman yang diusahakan merupakan klon-klon, selain itu

penguasaan budidaya juga baik. Kondisi yang berbeda ditemukan pada

perkebunan milik rakyat, dimana penggunaan teknik budidaya tanaman kelapa

sawit belum dilakukan dengan bibit yang berkualitas dan penggunaan teknologi

yang masih bersifat sederhana.

Tabel 2. Produksi dan Produktivitas CPO di Indonesia Tahun 2004 - 2007

Tahun

Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

PR PBN PBS Jumlah PR PBN PBS Rata

2004 4.475.000 2.096.000 6.395.000 12.966.000 1,52 2,67 2,18 2,04

2005 5.149.000 2.295.000 7.176.000 14.620.000 1,90 2,73 2,30 2,17

2006 5.783.088 2.313.729 9.254.031 17.350.848 2,26 3,36 2,75 2,63

2007* 5.805.125 2.313.976 9.254.101 17.373.202 1,52 3,36 2,75 2,62

Rata 5.303.053 2.254.676 8.019.783 15.577.513 1,80 3,03 2,50 2,37

Sumber: Ditjen Perkebunan, 2007.

Ket : (*) angka sementara

Page 19: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

4

Hingga saat ini kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan

yang mampu memberikan kontribusi nyata terhadap pendapatan negara dan

pendapatan masyarakat petani kelapa sawit serta mampu mengurangi tingkat

pengangguran dan kemiskinan di Indonesia. Pengolahan kelapa sawit di Indonesia

sampai saat ini masih didominasi oleh produksi CPO dikarenakan permintaan

masyarakat domestik dan internasional meningkat untuk penggunaan bahan baku

dari bahan pangan seperti minyak goreng dan bahan bakar alternatif nabati yaitu

biofuel.

1.2 Rumusan Permasalahan

Produksi minyak kelapa sawit (CPO) Indonesia dihasilkan oleh

Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar

Swasta (PBS). Perkebunan Besar Negara (PBN) di Indonesia tergabung dalam

P.T. Perkebunan Nusantara (PTPN) yang memiliki status sebagai Badan Usaha

Milik Negara (BUMN). P.T. Perkebunan Nusantara ini terdiri dari P.T.

Perkebunan Nusantara I-XIV dimana sebagian besar di antaranya mengusahakan

komoditi kelapa sawit yang nantinya diolah menjadi minyak kelapa sawit (CPO).

Dalam pemasaran produk perkebunannya, baik pemasaran CPO lokal maupun

ekspor, P.T. Perkebunan Nusantara I-XIV membentuk suatu lembaga yang

dikenal dengan nama Kantor Pemasaran Bersama (KPB) yang kantor pusatnya

berlokasi di Jalan Taman Cut Mutiah nomor 11, Jakarta Pusat.

Kantor Pemasaran Bersama (KPB) P.T. Perkebunan Nusantara (PTPN)

berfungsi sebagai pelaksana teknis pemasaran komoditi perkebunan (termasuk

CPO) hasil produksi P.T. Perkebunan Nusantara (PTPN) dimana dalam

Page 20: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

5

pelaksanaannya masih harus bersaing dengan perusahaan-perusahaan penghasil

CPO lainnya baik dari dalam maupun luar negeri. Penetapan strategi pemasaran

yang tepat perlu dilakukan untuk mempertahankan pangsa pasar yang ada maupun

meningkatkan pangsa pasar tersebut karena kegiatan pemasaran merupakan ujung

tombak keberhasilan dan kesuksesan suatu perusahaan. Berhasil atau tidaknya

kegiatan pemasaran sangat ditentukan oleh strategi pemasaran yang dijalankan

dengan sebelumnya menganalisa posisi produk pada perusahaan tersebut

dibandingkan perusahaan pesaingnya. Pelaksanaan strategi yang tepat dalam suatu

kegiatan pemasaran akan membawa perusahaan pada posisi persaingan yang

semakin kuat.

Pembentukan Kantor Pemasaran Bersama (KPB) ini diharapkan dapat

meningkatkan efisiensi dalam kegiatan penjualan, promosi, dan pengangkutan.

Keberadaan Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN diharapkan dapat

menggabungkan kekuatan dari seluruh perkebunan besar negara yang ada,

sehingga memudahkan melakukan penetrasi pasar, memperluas pasar serta

memperkuat posisi tawar produsen dalam negosiasi. Oleh sebab itu sesuai

kebijakan yang ada maka P.T. Perkebunan Nusantara (PTPN) seluruh Indonesia

akan memasarkan hasil komoditi perkebunannya khususnya minyak kelapa sawit

(CPO) melalui Kantor Pemasaran Bersama (KPB). Sementara itu, setiap

perusahaan perkebunan swasta bebas melakukan penjualan produknya sendiri-

sendiri tanpa melalui Kantor Pemasaran Bersama (KPB). Saluran distribusi

perusahaan perekebunan swasta menjadi lebih pendek dan kesepakatan harga

ditetapkan melalui mekanisme pasar dengan mengacu pada harga CPO

Page 21: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

6

internasional di bursa berjangka Kuala Lumpur (MDEX). Berikut saluran

tataniaga pemasaran CPO di Indonesia baik CPO hasil produksi perusahaan

swasta maupun PTPN yang melalui Kantor Pemasaran Bersama P.T. Perkebunan

Nusantara (KPB PTPN).

Keterangan: Saluran pemasaran PBN/PTPN

Saluran pemasaran perusahaan swasta

Gambar 1. Saluran Pemasaran CPO Indonesia

Sumber: Pahan, 2008.

Namun, keberadaan Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN Jakarta ini

masih perlu untuk dianalisa lagi tujuan sebenarnya dari kebijakan

pembentukannya, bagaimana struktur kelembagaan dan saluran tataniaga

pemasarannya, bagaimana fungsi (fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi

Kantor Pemasaran Bersama

PBN/PTPN Perusahaan Swasta

Importir Luar Negeri

Broker

Badan

Pemasaran Luar

Negeri

Konsumen

Dalam Negeri

Konsumen Luar

Negeri

Page 22: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

7

fasilitas) dan kinerjanya, bagaimana struktur pasar yang terbentuk (monopoli,

persaingan sempurna, dll) dan perilakunya (praktek jual beli, sistem pembayaran,

dll), bagaimana analisis fleksibilitas transmisi harga serta analisis keterpaduan

pasarnya terhadap pasar internasional (luar negeri) yang pada akhirnya

menunjukkan seberapa efisien kinerja Kantor Pemasaran Bersama (KPB) P.T.

Perkebunan Nusantara (PTPN) Jakarta ini.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka permasalahan yang menjadi fokus

pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana struktur kelembagaan dan saluran pemasaran CPO hasil

produksi P.T. Perkebunan Nusantara (PTPN) melalui KPB PTPN Jakarta?

2. Bagaimana fungsi-fungsi tataniaga, struktur pasar dan perilaku pemasaran

CPO melalui KPB PTPN Jakarta?

3. Bagaimana fleksibilitas transmisi harga CPO dan keterpaduan pasar CPO

melalui KPB PTPN Jakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah :

1. Menganalisis struktur kelembagaan dan saluran pemasaran CPO hasil

produksi P.T. Perkebunan Nusantara (PTPN) melalui KPB PTPN Jakarta.

2. Menganalisis fungsi-fungsi tataniaga, struktur pasar dan perilaku

pemasaran CPO melalui KPB PTPN Jakarta.

3. Menganalisis fleksibilitas transmisi harga CPO dan keterpaduan pasar

CPO melalui KPB PTPN Jakarta

Page 23: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

8

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini, selain dapat dipergunakan untuk kepentingan

penulis sendiri, tetapi juga dapat dipergunakan oleh pihak lain yang terkait

khususnya pemerintah dimana penelitian ini dapat digunakan dan dijadikan dasar

pertimbangan, evaluasi, dan arah kebijakan tataniaga pemasaran produk-produk

pertanian khususnya CPO (Crude Palm Oil) di Indonesia.

Bagi penulis, penelitian ini dapat digunakan sebagai proses pembelajaran

yang dapat memberikan pengetahuan dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

pribadi maupun orang lain. Sedangkan bagi pihak lain yang berkepentingan

penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan

untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Mengacu pada latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan penelitian

yang sudah diuraikan sebelumnya, maka ruang lingkup penelitian ini difokuskan

untuk menganalisis sistem kelembagaan tataniaga CPO hasil produksi PTPN

melalui Kantor Pemasaran Bersama (KPB) Jakarta sehingga dapat diketahui

efisiensi sistem tataniaga CPO hasil produksi PTPN melalui Kantor Pemasaran

Bersama (KPB). Penelitian ini hanya dibatasi pada CPO hasil produksi P.T.

Perkebunan Nusantara (PTPN) yang dipasarkan melalui Kantor Pemasaran

Bersama (KPB) Jakarta.

Permasalahan-permasalahan tersebut akan dikaji dengan analisis deskriptif

baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif yang digunakan

antara lain analisis lembaga dan saluran tataniaga pemasaran (dalam hal ini adalah

Page 24: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

9

KPB), analisis fungsi dan kinerja kelembagaan KPB, analisis stuktur pasar CPO

dan perilaku pasar CPO di KPB. Sedangkan analisis kuantitatif yang akan

digunakan antara lain adalah analisis fleksibilitas transmisi harga dan analisis

keterpaduan pasar.

Page 25: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Teoritis Kelembagaan

Menurut Mubyarto (1989), lembaga (institution) adalah organisasi atau

kaidah-kaidah, baik formal maupun informal, yang mengatur perilaku dan

tindakan anggota masyarakat tertentu, baik dalam kegiatan rutin sehari-hari

maupun dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu. Lembaga-lembaga

dalam masyarakat ada yang berasal dari adat kebiasaan yang turun-temurun, tetapi

ada pula yang baru diciptakan, baik dari dalam maupun mengadopsi dari luar

masyarakat tersebut.

Kelembagaan dapat diartikan sebagai organisasi atau sebagai aturan main.

Kelembagaan ditinjau dari sudut organisasi merupakan sistem organisasi dan

kontrol terhadap sumber daya. Kelembagaan sebagai organisasi biasanya

menunjuk pada lembaga-lembaga formal. Dari sudut pandang ekonomi, lembaga

dalam artian organisasi biasanya menggambarkan aktivitas ekonomi yang

dikoordinasikan bukan oleh mekanisme pasar tetapi melalui mekanisme

administrasi atau komando. Pasar dapat menjadi batas eksternal dari suatu

organisasi, akan tetap secara internal aktivitas ekonomi dikoordinasikan secara

administratif (Pakpahan, 1990a).

Campbell dan Clevenger (1975) menyatakan bahwa ekonomi

kelembagaan memfokuskan pada transaksi dan sistem transaksi. Kelembagaan

merupakan mekanisme organisasi suatu kelompok masyarakat. Menurut

Commons (1934), dalam Campbell dan Clevenger (1975), kelembagaan

Page 26: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

11

didefinisikan sebagai aksi kolektif dalam mengontrol aksi individu. Konsep aksi

kolektif ini memiliki arti kontrol terhadap aktivitas individu yang terorganisir.

Kelembagaan sebagai aturan main dapat diartikan sebagai himpunan

aturan mengenai tata hubungan antar orang-orang, dimana ditentukan oleh hak-

hak mereka, perlindungan atas hak-haknya, hak-hak istimewa dan tanggung

jawabnya (Schmid, 1987). Dari sudut pandang individu, kelembagaan merupakan

himpunan kesempatan bagi individu dalam membuat keputusan dan

melaksanakan aktivitasnya.

Kelembagaan dicirikan oleh tiga hal, yaitu: hak-hak kepemilikan, baik

berupa hak atas benda materi maupun bukan materi, batas-batas juridiksi dan

aturan representasi (Pakpahan, 1989). Perubahan kelembagaan dicirikan oleh

perubahan satu atau lebih dari unsur-unsur kelembagaan tersebut. Batas juridiksi

menentukan siapa dan apa yang tercakup dalam kelembagaan suatu masyarakat.

Konsep batas juridiksi dapat berarti batas wilayah kekuasaan dan/atau batas

otoritas yang dimiliki oleh suatu kelembagaan. Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kinerja kelembagaan apabila terjadi perubahan batas juridiksi

antara lain: perasaan sebagai satu masyarakat, eksternalitas, homogenitas, dan

skala ekonomi. Perasaan sebagai satu masyarakat menentukan siapa yang

termasuk kita dan siapa yang termasuk mereka. Hal ini erat kaitannya dengan

konsep jarak sosial yang akan menentukan kadar komitmen yang dimiliki oleh

suatu masyarakat terhadap suatu kebijaksanaan (Pakpahan, 1990a).

Satuan analisis dalam mempelajari institusi adalah transaksi yang

mencakup transaksi melalui mekanisme pasar, administrasi atau hibah. Dalam

Page 27: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

12

setiap transaksi selalu terjadi transfer sesuatu yang dapat berupa manfaat, biaya,

informasi, hak-hak istimewa, kewajiban dan lain-lain. Perhitungan siapa yang

memperoleh apa dan berapa banyak ditentukan oleh batas juridiksi karena batas

inilah yang menentukan apakah sesuatu itu internal atau eksternal bagi pihak-

pihak yang bertransaksi. Perubahan batas juridiksi akan mengubah struktur

eksternalitas yang pada akhirnya mengubah siapa yang menanggung apa.

Tabel 3. Ringkasan Definisi Kelembagaan dari Berbagai Sudut Pandang

Sudut Pandang Definisi Kelembagaan

Organisasi Biasanya menunjuk pada lembaga-lembaga formal. Dari sudut

pandang ekonomi, lembaga biasanya menggambarkan aktivitas

ekonomi yang dikoordinasikan bukan oleh mekanisme pasar

tetapi melalui mekanisme administrasi atau komando. Pasar dapat

menjadi batas eksternal dari suatu organisasi, akan tetapi secara

internal aktivitas ekonomi dikoordinasikan secara administratif

(Pakpahan, 1990a).

Fungsi Kelembagaan dicirikan oleh tiga hal, yaitu: hak-hak kepemilikan,

batas juridiksi, dan aturan representasi. Hak kepemilikan

menerangkan hak atas benda materi maupun bukan materi. Batas

juridiksi menentukan siapa dan apa yang tercakup dalam

kelembagaan. Sedangkan aturan representasi mengatur

permasalahan siapa yang berhak berpartisipasi terhadap apa

dalam proses pengambilan keputusan (Pakpahan, 1989).

Aturan main Himpunan aturan mengenai tatahubungan antarorang - orang,

dimana ditentukan oleh hak-hak mereka, perlindungan atas hak-

haknya, hak-hak istimewa dan tanggung jawabnya (Schmid,

1987).

Individu Himpunan kesempatan bagi individu dalam membuat keputusan

dan melaksanakan aktivitasnya (Schmid, 1987).

Page 28: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

13

Homogenitas preferensi dan kepekaan politik ekonomi terhadap perbedaan

preferensi merupakan hal yang penting dalam penentuan batas juridiksi. Konsep

ini penting dalam menentukan batas juridiksi untuk merefleksikan permintaan

terhadap barang dan jasa. Apabila barang dan jasa harus dikonsumsi secara

kolektif, maka isu batas juridiksi menjadi penting dalam merefleksikan preferensi

konsumen dalam aturan pengambilan keputusan. Dalam hal ini permasalahannya

menjadi preferensi yang memutuskan. Homogenitas preferensi dan distribusi

individu masyarakat yang memiliki preferensi yang berbeda akan mempengaruhi

jawaban atas pertanyaan siapa yang memutuskan.

Konsep skala ekonomi memegang peranan penting dalam menelaah

permasalahan batas juridiksi. Dalam pengertian ekonomi, skala ekonomi

menunjuk suatu situasi dimana biaya per satuan terus menurun apabila output

ditingkatkan (decreasing return to scale). Batas juridiksi yang sesuai akan

menghasilkan biaya per satuan yang lebih rendah dibanding dengan alternatif

batas juridiksi yang lainnya.

Konsep property right muncul dari konsep hak dan kewajiban yang

didefinisikan atau diatur oleh hukum, adat dan tradisi atau konsensus yang

mengatur hubungan antar anggota masyarakat dalam hal ini kepentingannya

terhadap sumber daya, situasi dan kondisi. Dalam bentuk formal, property right

merupakan produk dari sistem hukum formal. Dalam bentuk lain, property right

merupakan produk dari tradisi atau adat kebiasaan dalam suatu masyarakat. Oleh

karena itu tidak seorang pun yang dapat menyatakan hak milik tanpa pengesahan

dari masyarakat dimana dia berada. Implikasi dari hal ini adalah: (1) hak

Page 29: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

14

seseorang adalah kewajiban orang lain, dan (2) hak seperti dicerminkan oleh

kepemilikan adalah sumber kekuatan untuk akses dan kontrol terhadap hak

miliknya. Hak tersebut dapat diperoleh melalui berbagai cara seperti melalui

pembelian, apabila barang dan jasa dimaksud boleh diperjualbelikan, melalui

pemberian atau hadiah dan melalui pengaturan administrasi, seperti halnya

pemerintah memberikan subsidi terhadap sekelompok masyarakat tertentu.

Kepemilikan menguraikan hubungan orang dengan orang terhadap

sesuatu. Hal inilah yang merupakan instrumen masyarakat dalam mengendalikan

hubungan dengan orang tehadap sesuatu dan mengatur siapa memperoleh apa

melalui penggunaan dengan persetujuan bersama. Kepemilikan merupakan bagian

integral dari sistem sosial-ekonomi. Perubahan dalam sistem ekonomi dapat

merubah kepemilikan dan perubahan dalam konsep kepemilikan yang diterima

masyarakat juga dapat merubah kinerja ekonomi. Memiliki hak milik artinya

memiliki kekuasaan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan

penggunaan sumber daya dan menciptakan biaya bagi orang lain apabila ia

menginginkan sumber daya yang dimiliki tersebut (Pakpahan, 1991b).

Setiap bentuk aturan representasi harus berhadapan dengan dua jenis

biaya, yaitu biaya pengambilan keputusan sebagai akibat partisipasi dan biaya

eksternal yang ditanggung oleh seseorang atau suatu lembaga sebagai akibat

keputusan orang lain atau lembaga lain. Biaya representasi yang tinggi, baik

dalam artian nilai uang maupun bukan uang, akan menentukan apakah output

akan dihasilkan atau tidak. Jenis output apa yang dihasilkan oleh masyarakat juga

ditentukan oleh aturan representasi dari kepentingan masyarakat.

Page 30: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

15

Sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi dan kelembagaan

merupakan faktor-faktor penggerak dalam pembangunan dan merupakan syarat

kecukupan untuk mencapai keragaan pembangunan yang dikehendaki. Apabila

satu atau lebih dari faktor-faktor tersebut tidak tersedia atau tidak sesuai dengan

persyaratan yang diperlukan, maka tujuan untuk mencapai keragaan tertentu yang

dikehendaki tidak akan dapat dicapai (Pakpahan, 1989).

Kontribusi utama kelembagaan dalam proses pembangunan adalah

mengkoordinasikan para pemilik faktor produksi (tenaga kerja, kapital,

manajemen, dan lain-lain) ke dalam proses transformasi faktor produksi menjadi

output. Pada saat yang bersamaan juga mengkoordinasikan distribusi output

kepada para pemilik faktor produksi. Pemilik faktor produksi tersebut dapat

berupa individu, organisasi, pemerintah dan lain-lain bergantung pada satuan

analisis yang digunakan. Kemampuan suatu kelembagaan mengkoordinasikan,

mengendalikan atau mengontrol ketergantungan antar pihak-pihak yang terlibat

sangat ditentukan oleh kemampuan intuisi tersebut mengendalikan sumber

ketergantungan tersebut yang merupakan karakteristik dari komoditi yang

dianalisis, misalnya biaya eksklusi (exclusion cost), joint impact, biaya transaksi

(transaction cost), risiko (risk), dan ketidakpastian (uncertainty) (Pakpahan,

1990a).

Veblen dalam Djojohadikusumo (1991) menekankan bahwa perilaku

manusia di bidang ekonomi dipengaruhi oleh iklim keadaan sekitar, pada tahap

tertentu dan di zaman tertentu. Iklim keadaan yang dimaksud mempengaruhi

kompleks citarasa dan pikiran, naluri dan nalar, persepsi dan perspektif di sekitar

Page 31: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

16

permasalahan ekonomi. Veblen mengkombinasikan teori pertentangan di antara

ketidakselarasan kepentingan. Pilihan orang-orang ditentukan oleh budaya

lingkungan dan kekuatan kebiasaan setempat.

2.2 Konsep Pemasaran

Menurut Kotler (1997), pemasaran adalah suatu proses sosial dan

manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang

mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan

mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Manajemen pemasaran

adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi,

serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang

memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi.

Evans dan Berman (1995) menyatakan bahwa konsep pemasaran adalah

suatu antisipasi, manajemen, dan pemenuhan kebutuhan melalui suatu proses

perubahan pada produk, jasa, organisasi, sumber daya manusia, tempat, dan

gagasan. Di dalamnya terdapat tiga elemen penting untuk kesuksesan suatu

produk atau jasa yang dipasarkan, yaitu pemasaran yang berorientasi kepada

konsumen, pemasaran yang berorientasi pada keuntungan atau bukan mencari

keuntungan, dan memfokuskan kegiatan bisnis secara integrasi. Konsep

pemasaran berpangkal tolak dari pasar yang ditetapkan dengan baik, berfokus

pada kebutuhan pelanggan, mengkoordinasikan semua kegiatan pemasaran yang

mempengaruhi pelanggan dan menghasilkan laba dengan menciptakan kepuasan

pelanggan. Menurut konsep pemasaran, perusahaan memproduksi apa yang

diinginkan pelanggan dan dengan cara ini perusahaan dapat memuaskan

Page 32: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

17

pelanggan dan menghasilkan keuntungan. Konsep pemasaran mengambil

perspektif dari luar dan dalam seperti terlihat dalam gambar berikut ini.

Gambar 2. Konsep Pemasaran

Sumber: Kotler dan Amstrong, 1995.

2.3 Pendekatan Analisis Pemasaran

Purcell (1979) mengemukakan bahwa ada empat pendekatan yang dapat

digunakan untuk mempelajari dan menganalisis masalah pemasaran, yaitu:

1. Pendekatan komoditi yang diperdagangkan (the commodity approach)

2. Pendekatan kelembagaan (the institutional approach)

3. Pendekatan fungsional (the functional approach)

4. Pendekatan sistem (the system approach)

Pendekatan komoditi difokuskan pada apa yang dilakukan terhadap suatu

komoditi setelah meninggalkan titik produksi. Pendekatan ini mengikuti

pergerakan komoditi mulai dari produsen sampai ke konsumen, dianalisis dengan

menggambarkan apa yang dilakukan dan bagaimana komoditi dapat ditangani

lebih efisien. Kesederhanaan dari pendekatan ini merupakan keunggulan

utamanya. Fokus pada komoditi menyederhanakan kompleksitas dari situasi dan

memperjelas gambaran yang pasti terhadap apa yang terjadi. Masalah yang

berhubungan dengan kerusakan fisik komoditi, kesalahan penanganan

(mishandling), lemahnya kontrol kualitas, penanganan yang tidak perlu, dan

Pasar Kebutuhan

pelanggan

Pemasaran

Terpadu

Laba melalui

Kepuasan

Pelanggan

Page 33: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

18

tingginya biaya transportasi dapat diamati melalui jaringan pemasaran suatu

komoditi. Meskipun demikian, pendekatan ini juga mempunyai kelemahan.

Perhatian yang difokuskan pada komoditi membatasi perhatian mengenai dimensi

perilaku dari aktivitas-aktivitas dalam sistem pemasaran. Pendekatan ini juga

sedikit atau tidak memberikan perhatian pada konsep koordinasi antar tahap

pemasaran dan pentingnya beberapa koordinasi untuk efisiensi sistem pemasaran

total.

Pada pendekatan kelembagaan, perhatian difokuskan pada penanganan

komoditi dan penyediaan jasa-jasa pemasaran. Kelembagaan merupakan dasar

perilaku pengambilan keputusan dan merupakan pusat perubahan. Tidak akan ada

perubahan dan penyesuaian tanpa aksi dari kelembagaan. Tetapi penekanan pada

institusi saja tidak cukup. Pada analisis akhir akan ada interaksi kelembagaan

sepanjang jaringan pemasaran dari produsen ke konsumen yang menentukan

tingkat koordinasi dan efisiensi sistem total yang dicapai. Untuk mencapai

efisiensi dalam pemasaran perlu memperluas fokus perhatian pada aksi dan

interaksi antar tahap pemasaran tersebut. Melalui pendekatan ini, permasalahan

penelitian dapat dipahami dengan menganalisis kegiatan lembaga-lembaga

perantara, misalnya aktivitas pedagang desa dalam memperoleh modal, risiko-

risiko yang dihadapi, tingkat keuntungan dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi.

Efisiensi pada sejumlah fungsi ekonomi yang dilakukan adalah penting.

Berkaitan dengan bagaimana sistem pemasaran diorganisir, fungsi-fungsi

ekonomi yang berkaitan dengan kegunaan bentuk, waktu dan tempat harus

dilakukan. Pendekatan fungsional menyediakan kerangka pemikiran untuk suatu

Page 34: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

19

pendekatan yang lebih luas untuk mempelajari pemasaran. Kohls (1972)

menambahkan bahwa dalam mempelajari pemasaran suatu komoditi dapat

dianalisis berdasarkan fungsi-fungsi pemasarannya, yaitu:

1. Fungsi pertukaran (exchange function), terdiri dari pembelian dan

penjualan.

2. Fungsi fisik (physical function), terdiri dari pengangkutan dan

penyimpanan.

3. Fungsi fasilitas (facility function), standardisasi dan grading, pembiayaan,

penanggungan risiko, dan informasi pasar.

Pendekatan fungsional berkembang karena pendekatan ini menawarkan

satu keunggulan dalam mempelajari dan menganalisis pemasaran, yaitu

memfokuskan pada spesialisasi. Meskipun demikian, perhatian yang difokuskan

pada spesialisasi menjadi kelemahan dari pendekatan ini. Jika pendekatan

digunakan terlalu jauh, spesialisasi dapat memperlakukan fungsi tertentu seolah-

olah fungsi tersebut tidak tergantung satu sama lain dengan fungsi lainnya yang

secara teknis berhubungan.

Suatu pendekatan sistem pemasaran dapat dimulai dari yang sederhana

sampai kompleks. Dimana persepsi dan orientasi merupakan hal yang penting,

pendekatan sistem tidak membutuhkan perhatian yang lebih kompleks dibanding

perhatian terhadap sistem total dan kesadaran akan pentingnya koordinasi antar

tahap untuk efisiensi sistem total.

2.4 Kinerja Kelembagaan Pemasaran

Kelembagaan dipandang penting mengingat kelembagaan inilah yang

mendasari keputusan untuk produksi, investasi dan kegiatan ekonomi lainnya

yang dibuat oleh seorang individu atau sebuah organisasi dalam konteks sosial

Page 35: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

20

atau interaksi dengan pihak lain. Perubahan dalam kelembagaan akan merubah

gugus kesempatan yang dihadapi para pelaku ekonomi sehingga keragaan

ekonomi seperti produksi, kesempatan kerja, kemiskinan, kerusakan lingkungan,

distribusi pendapatan, dan lain-lain dapat berubah (Pakpahan, 1991b).

Jiwa analisis kelembagaan adalah ketergantungan antarpihak terhadap

sesuatu, kondisi atau situasi dengan menggunakan transaksi sebagai aktivitas

ekonomi. Kelembagaan pemasaran menguraikan bentuk-bentuk aturan main,

fungsi pihak-pihak yang terlibat dan sistem pemberian penghargaan (merit

system). Aturan main disusun berdasarkan bentuk-bentuk ketergantungan antar

pihak yang terlibat. Dalam aturan main ini juga akan diuraikan fungsi masing-

masing pihak dalam kelembagaan tersebut. Sedangkan fungsi dari masing-masing

pihak yang terlibat mencerminkan gambaran kerja (tugas dan tanggung jawab)

tiap pihak. Pemberian penghargaan diberikan kepada masing-masing pihak

berdasarkan apa yang telah dilakukannya (jasa) pada kelembagaan pemasaran.

Hal-hal yang terkait dengan kelembagaan pemasaran ini dibentuk berdasarkan

kesepakatan kedua belah pihak yang melakukan transaksi. Sedangkan besarnya

manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing pihak

akan tergantung pada kekuatan posisi tawar antara pihak yang satu dengan pihak

yang lain.

Peserta yang terlibat dalam kelembagaan pemasaran ini ditentukan oleh

aturan representasi. Setiap bentuk aturan representasi harus berhadapan dengan

dua jenis biaya, yaitu biaya pengambilan keputusan sebagai akibat partisipasi dan

biaya eksternal yang ditanggung oleh seseorang atau lembaga sebagai akibat

Page 36: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

21

keputusan orang lain atau lembaga lain. Biaya representasi yang tinggi baik dalam

artian nilai uang atau bukan uang, akan menentukan apakah output akan

dihasilkan atau tidak. Jenis output apa yang dihasilkan oleh masyarakat juga

ditentukan oleh aturan representasi dari kepentingan masyarakat.

Setiap transaksi (transaction relationship) memasukkan tiga komponen

ekonomi dasar, yaitu: alokasi nilai atau distribusi pendapatan dari perdagangan,

alokasi ketidakpastian dan hal yang berhubungan dengan resiko keuangan, dan

alokasi property right untuk memutuskan masuk dalam kelembagaan. Ketiga

komponen ini saling mempengaruhi satu sama lain. Misalnya pada kontrak

dengan harga tertentu (fixed price contract), menghilangkan risiko ketidakpastian

harga nominal tetapi di sisi lain dapat menghasilkan risiko finansial jika harga

pasar relatif berubah. Kontrak ini juga dapat mempengaruhi insentif dari masing-

masing pihak dan cara mereka dalam mengambil keputusan, khususnya berkaitan

dengan kualitas produk (Syukuta dan Cook, 2001).

Salah satu pendekatan yang dikembangkan oleh ekonomi kelembagaan

adalah bahwa kelembagaan memandang perilaku sebagai bagian dari rangkaian

Struktur-Perilaku-Kinerja (Structure-Conduct-Performance). Struktur dianggap

akan menentukan pola perilaku dan pola perilaku akan mempengaruhi kinerja

serta pada akhirnya kinerja akan mempengaruhi kondisi struktur kelembagaan

ekonomi yang bersangkutan (Schmid, 1987).

2.5 Analisis Efisiensi Sistem Pemasaran

Pemasaran adalah semua usaha yang mencakup kegiatan arus barang dan

jasa, mulai dari titik produksi sampai ke tangan konsumen akhir. Kegiatan

distribusi adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperanan menghubungkan

Page 37: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

22

kepentingan produsen dengan konsumen, baik untuk produksi primer, setengah

jadi maupun produk jadi. Melalui kegiatan tersebut produsen memperoleh

imbalan sesuai dengan volume dan harga produk per unit yang berlaku pada saat

terjadinya transaksi. Hasil pemasaran tersebut diharapkan dapat memberikan

keuntungan yang proporsional bagi petani atau produsen komoditas yang

bersangkutan sesuai dengan biaya, risiko dan pengorbanan yang sudah

dikeluarkan. Di lain pihak, para pelaku pemasaran diharapkan memperoleh

imbalan jasa pemasaran proporsional dengan pelayanan dan risiko yang

ditanggungnya (Dillon, 1998).

Tujuan dari penelitian pasar adalah untuk mengetahui siapa menginginkan

apa, mengapa dia menginginkan produk tersebut, pada harga berapa dia

menawarkan, dalam bentuk apa (standar kualitas) produk tersebut diinginkan,

dimana barang tersebut sebaiknya diperoleh atau dibeli, dan berapa banyak jumlah

barang yang diinginkan. Penelitian pasar juga harus menjawab pertanyaan tentang

bagaimana administrasi dan transportasi (termasuk asuransi) seharusnya atau

dapat diatur. Sebuah perusahaan yang ingin memasarkan produknya seharusnya

juga dapat memberikan informasi dari pihaknya sendiri kepada klien potensialnya.

Dalam pertukaran informasi ini, baik penjual dan pembeli sebenarnya

membutuhkan tipe informasi yang sama. Tetapi dalam pasar terbuka, penjual

tidak akan bersedia menginformasikan biaya produksi dan efisiensi (keuntungan)

yang diperoleh perusahaannya, sedangkan pembeli tidak akan bersedia

menunjukkan harga jual berikutnya dan rahasia dagangnya. Hubungan bisnis yang

baik dan kepercayaan yang saling menguntungkan antara penjual dan pembeli

Page 38: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

23

menentukan seberapa besar penjual bersedia menurunkan harga penawaran dan

seberapa tinggi pembeli bersedia menaikkan tawarannya. Pemahaman yang baik

antara penjual dan pembeli merupakan satu faktor penentu harga dalam suatu

transaksi (Wassink dan Wiselius, 1980).

Analisis efisiensi sistem pemasaran juga dapat dilihat dari bentuk

kelembagaan pasar yang dipilih. Salah satunya adalah kelembagaan pemasaran

dengan sistem patron-klien. Menurut Scott (1993), hubungan patron-klien adalah

sebuah pertukaran hubungan antara dua peran yang dapat dinyatakan sebagai

kasus khusus ikatan antara dua orang yang terutama melibatkan persahabatan

instrumental, dimana seseorang dengan status sosial-ekonomi yang lebih tinggi

(patron) menggunakan pengaruhnya dan/atau keuntungan-keuntungan untuk

seseorang yang status sosial-ekonominya lebih rendah (klien). Selanjutnya, klien

akan menawarkan dukungan umum dan bantuan, termasuk jasa pribadi kepada

patron. Jaringan patron-klien ini berfungsi untuk menyatukan individu-individu

yang tidak mempunyai hubungan keluarga. Sedangkan barang dan jasa yang

dipertukarkan oleh patron dan klien mencerminkan kebutuhan yang timbul serta

sumber daya masing-masing.

Dalam hubungan ini juga dilihat apakah hubungan ketergantungan yang

terjalin oleh klien dilihat lebih bersifat kolaboratif dan sah atau terutama lebih

bersifat eksploratif. Klien akan membandingkan antara jasa yang diterimanya

dengan yang diberikan kepada patron. Makin besar nilai yang diterima dari patron

dibanding biaya yang harus ia kembalikan, maka makin besar kemungkinannya ia

melihat hubungan ini sebagai ikatan yang sah dan kolaboratif (saling

Page 39: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

24

menguntungkan). Tujuan utama dari suatu transaksi adalah mencari untung

sehingga ada kecenderungan untuk berusaha membeli semurah-murahnya dan

berusaha menjual semahal-mahalnya. Kecenderungan untuk memperoleh

keuntungan yang sebesar-besarnya inilah yang membedakan praktek dan cara

berpikir pedagang perantara dan produsen (Mubyarto, 1987 dalam Sukmadinata,

1995).

Sebagaimana halnya kegiatan ekonomi, pemasaran juga mensyaratkan

efisiensi, yaitu pengorbanan yang sekecil mungkin dari berbagai sumber ekonomi

sehingga dapat memberikan kepuasan maksimal terhadap barang dan jasa yang

diminta konsumen (Saefudin, 1983 dalam Tumbel, 1996). Pemasaran yang efisien

dicirikan oleh tercapainya kepuasan bagi semua pihak, yaitu: produsen, lembaga

pemasaran, dan konsumen. Efisiensi dalam pemasaran akan mengurangi biaya-

biaya pemasaran dan memperkecil margin pemasaran. Menurut Kohls (1972),

margin pemasaran adalah perbedaan harga yang diterima produsen dibandingkan

dengan harga yang dibayar konsumen akhir. Efisiensi sistem pemasaran dapat

dilihat dari distribusi margin pemasaran yang merata antar tiap-tiap pelaku

pemasaran.

2.6 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Arief Hariadi (2001) yang berjudul

Kajian metode penjualan Kelapa Sawit di Divisi Penjualan Kelapa Sawit Kantor

Pemasaran Bersama (KPB) PT Perkebunan Nusantara Jakarta dengan

menitikberatkan pada faktor-faktor yang dipertimbangkan pada penjualan minyak

kelapa sawit di Kantor Pemasaran Bersama (KPB) dan kemungkinan-

Page 40: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

25

kemungkinan alternatif metode penjualan yang lain yang dapat diterapkan di

Kantor Pemasaran Bersama (KPB).

Menurut penelitian ini, hal-hal yang mempengaruhi fluktuasi harga pada

penjualan minyak kelapa sawit terutama mempertimbangkan harga, supply-

demand, kondisi politik dan keamanan, serta perubahan teknologi yang

berlangsung. Derivatif lain yang juga dipertimbangkan berkaitan dengan kondisi

di atas adalah kurs, substitusi, produksi, kebijaksanaan atau peraturan pemerintah,

dan cadangan minyak kelapa sawit. Dari penelitian selain teridentifikasi faktor-

faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi nilai penjualan CPO, dan untuk

mengantisipasi faktor-faktor tersebut pihak KPB khususnya divisi penjualan

kelapa sawit menggunakan mekanisme penjualan dengan tender, penjualan bebas

dan long term kontrak. Alternatif lain dari metode penjualan yang ada tersebut

yaitu bursa berjangka dan e-commerce belum dapat diadakan.

Penelitian lain dilakukan oleh Yarnis Alisyahbana (2001) dengan judul

Analisis Proses Tender Minyak Sawit (CPO) di Kantor Pemasaran Bersama

(KPB) PT Perkebunan Nusantara Jakarta yang menitikberatkan pada

menganalisis sistem tender CPO yang dilaksanakan oleh KPB Jakarta, keterkaitan

antara fluktuasi harga CPO dalam tender dengan faktor-faktor yang

mempengaruhinya, keterkaitan antara volume tender dengan faktor-faktor yang

mempengaruhinya, dan memberikan alternatif kebijakan pemasaran CPO di KPB

Jakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tender CPO domestik dilaksanakan

setiap hari Selasa pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai, dihadiri oleh Direktur

Page 41: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

26

Pelaksana KPB dan Staf PT Perkebunan Nusantara, peserta tender, serta peninjau

atas izin panitia tender. Bentuk pasar tender di KPB adalah tender atau lelang

Inggris, dimana penawaran oleh peserta tender terhadap produk CPO akan

meningkatkan harga patokan (price idea) sampai tercapainya harga tertinggi.

Analisis kualitatif menunjukkan bahwa sebagian besar peserta tender telah merasa

puas terhadap pelaksanaan tender yang ada. Para peserta tender juga

mengharapkan antara lain: pengurusan faktur pajak setelah transaksi mohon

dipercepat; tender diharapkan dapat dilakukan dua kali seminggu; serta informasi

tender mohon lebih dipercepat. Sruktur pasar pada pelaksanaan tender cenderung

mendekati pasar bersaing (kompetitif). Hal ini dicirikan dengan terdapatnya

penjual dan banyak pembeli dengan produk yang standar, adanya informasi antara

penjual dan pembeli, setiap pembeli dan penjual adalah penerima harga dan

produk yang dijual mempunyai kualitas yang seragam.

Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa secara umum pelaksanaan

dan sistem tender di KPB Jakarta sudah dilakukan dengan baik dan transparan,

mulai dari pengumuman produk CPO yang akan ditenderkan sampai dengan

penentuan pemenang tender. Hasil analisis regresi menggunakan minitab for

windows dengan menggunakan harga tender sebagai variabel dependen dan

variabel harga internasional, harga domestik, kurs mata uang rupiah terhadap

dollar, supply, demand, jumlah peserta, harga tender bulan sebelumnya dan ekspor

Indonesia sebagai variabel independen menunjukkan nilai R-square 99,2 % dan

nilai R-square (adj) 98,6 %, yang berarti bahwa 98,6 % variasi dalam variabel

dependen (Y) dapat dijelaskan oleh variasi dalam variabel independen (X) yang

Page 42: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

27

dimasukkan dalam model pada persamaan regresi harga tender. Variabel

independen harga domestik, demand jumlah peserta tender dan harga trender pada

bulan sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap harga tender.

Hasil analisis regresi dengan menggunakan volume tender sebagai variabel

dependen dan harga tender bulan sebelumnya, jumlah CPO yang ditawarkan,

harga internasional, kurs mata uang rupiah terhadap dollar dan dummy sifat

musiman (seasonality) sebagai variabel independen menunjukkan nilai R-square

67,6 % dan nilai R-square (adj) 58,6 %. Variabel independen jumlah yang

ditawarkan berpengaruh secara signifikan terhadap volume tender. Untuk

meningkatkan daya saing KPB Jakarta dalam memasarkan CPO melalui tender,

disarankan agar KPB Jakarta melakukan pendataan kembali processor yang ada di

Indonesia, processor yang terdaftar di KPB dan processor yang mengikuti tender;

mempercepat informasi mengenai pelaksanaan tender kepada para peserta; serta

meningkatkan kualitas CPO yang ditawarkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Cicilia Nancy (1988) dengan judul Usaha

untuk Meningkatkan Daya Saing Karet Alam Indonesia di Pasar Internasional

melalui Efisiensi Pemasaran yang melakukan analisis fleksibilitas transmisi harga

terhadap karet alam mendapatkan hasil bahwa sistem pemasaran petani peserta

proyek yang menghasilkan sleb giling (Bokar = Bahan olah karet rakyat) adalah

yang paling efisien dimana nilai fleksibilitas transmisi harga antara petani dan

pedagang lebih besar dari satu. Hal ini berarti bila harga di tingkat pedagang

berubah 1 persen, maka harga di tingkat petani akan berubah lebih dari 1 persen,

ceteris paribus. Hal ini antara lain disebabkan terjadinya persaingan yang efektif

Page 43: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

28

pada tingkat pedagang dalam mendapatkan bokar dari petani proyek. Di samping

itu, petani proyek sendiri berada pada posisi tawar menawar yang lebih kuat,

karena telah mempunyai standar KKK dan harga bokar serta hanya menjual

produknya kepada pedagang yang memberikan harga tertinggi.

Penelitian juga dilakukan oleh Fadhilah Wulandari (2008) yang berjudul

Efisiensi Sistem Tataniaga Sayuran untuk Pasar Tradisional dan Pasar Modern

melalui Sub Terminal Agribisnis Cigombong Kabupaten Cianjur – Jawa Barat

yang menggunakan analisis keterpaduan pasar (IMC = Indeks of Market

Connection) mendapatkan hasil pada pasar tradisional untuk sayuran brokoli

dimana untuk IMC lebih besar dari satu yaitu sebesar 2,07 sehingga tidak terjadi

keterpaduan pasar jangka panjang antara pasar pengikut dan pasar acuan serta

untuk koefisien b2 sebesar 0,52 yang artinya terjadi keterpaduan pasar jangka

pendek, dikarenakan nilai b2 kurang dari satu.

Selain itu juga untuk sayuran bawang daun didapat nilai perhitungan

IMC sebesar 1,52 dan nilai b2 sebesar 1,11 dimana keduanya lebih besar dari satu

yang artinya antara pasar acuan dan pasar pengikut tidak terjadi keterpaduan pasar

jangka panjang maupun keterpaduan pasar jangka pendek. Sedangkan pada pasar

modern untuk sayuran brokoli didapat IMC sebesar 0,03 yang artinya terjadi

keterpaduan pasar jangka panjang dan koefisien b2 sebesar 1,36 yang artinya tidak

terjadi keterpaduan pasar jangka pendek. Oleh karena itu penelitian ini

menyimpulkan bahwa pola sayuran yang paling efisien adalah pola saluran 1 dari

pasar modern sebab pola saluran yang terbentuk pendek dan terjadi keterpaduan

pasar jangka panjang.

Page 44: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

29

Penelitian lain yang cukup terkait dilakukan oleh Reni Kustiari (2007)

dalam disertasi yang berjudul Analisis Ekonomi tentang Posisi dan Prospek Kopi

Indonesia di Pasar Internasional yang menggunakan analisis kekuatan pasar

dengan menggunakan model Pricing To Market (PTM) untuk menguji apakah

negara pengekspor menerapkan diskriminasi harga terhadap mitra dagangnya,

model pemimpin harga melalui model triopoli serta analisis integrasi harga

dengan uji kointegrasi untuk melihat keterpaduan dan keterkaitan harga kopi biji

antara pasar domestik dan pasar dunia. Dari hasil analisis model PTM harga FOB

Indonesia menunjukkan bahwa koefisien nilai tukar bertanda negatif dan tidak

berpengaruh nyata secara statistik dimana Indonesia tidak melakukan praktek

diskriminasi harga antar pasar tujuan ekspor, begitu pula dengan Jerman. Berbeda

dengan Amerika Serikat yang diketahui melakukan diskriminasi harga.

Dari model pemimpin harga didapat fleksibilitas harga sebesar 0,4 yang

menunjukkan bahwa peningkatan permintaan Uni Eropa sebesar 1 persen akan

meningkatkan harga kopi dunia sebesar 0,4 persen. Sedangkan untuk keterpaduan

pasar diperoleh bahwa pasar kopi robusta Indonesia terintegrasi dengan pasar

dunia dalam jangka panjang, sementara signal harga ditransmisikan dalam jangka

pendek. Dengan kata lain, harga kopi robusta di tingkat petani Indonesia sangat

dipengaruhi oleh tingkat harga di pasar Internasional.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa Brasilia sebagai

pengekspor utama kopi dapat melakukan kekuatan jual di pasar kopi dunia.

Demikian pula, Uni Eropa yang merupakan pengimpor utama berkemampuan

melakukan kekuatan pasar.

Page 45: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

30

2.7 Kerangka Pemikiran

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian Analisis Ekonomi Kelembagaan

Pemasaran CPO Produksi PT Perkebunan Nusantara (PTPN), Kasus Kantor

Pemasaran Bersama (KPB) PTPN Jakarta

Produksi CPO PTPN

Pemasaran CPO PTPN

Kantor Pemasaran Bersama (KPB)

PTPN Jakarta

Metode Analisis Deskriptif

Analisis Kuantitatif

1. Analisis Fleksibilitas Transmisi

Harga

2. Analisis Keterpaduan Pasar

(Indeks of Market Connection)

Analisis Kualitatif

1. Analisis Lembaga dan Saluran

Tataniaga Pemasaran

2. Analisis Fungsi – Fungsi

Tataniaga

3. Analisis Struktur Pasar

4. Analisis Perilaku Pemasaran

Efisiensi Tataniaga Pemasaran CPO

Melalui Kantor Pemasaran Bersama

(KPB) Jakarta

Page 46: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN

yang terletak di Jalan Taman Cut Mutiah nomor 11, Menteng, Jakarta Pusat

10330. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive), berdasarkan

pertimbangan:

1. Lokasi tersebut merupakan kantor pusat dari Kantor Pemasaran Bersama

(KPB) PTPN dimana setiap PTPN memasarkan CPO hasil produksinya

dengan pertimbangan adanya ketersediaan data dan informasi yang

dibutuhkan dalam penelitian.

2. Lokasi penelitian yang masih bisa dijangkau oleh peneliti untuk

memperoleh data dan informasi karena keterbatasan pada waktu, tenaga,

dan biaya.

Sedangkan waktu penelitian antara bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2009.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer dikumpulkan dengan survey. Survey merupakan suatu

teknik penelitian, yang mana informasi dari suatu responden dikumpulkan,

biasanya dengan menggunakan kuesioner atau wawancara (Juanda, 2007).

Sumber data primer utama dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan

wawancara dengan panduan kuesioner yang merupakan pertanyaan terbuka.

Kuesioner dengan pertanyaan terbuka dimaksudkan untuk mengetahui uraian

pendapat yang panjang lebar dari responden. Wawancara akan dilakukan dengan

Page 47: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

32

pimpinan dan staf KPB Jakarta, staf pemasaran PTPN serta peserta tender

(pembeli). Data sekunder diperoleh dari informasi historis di KPB Jakarta,

instansi terkait seperti Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian,

Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Bank Indonesia, Badan Pusat

Statistik, dan PTPN I - XIV.

3.3 Metode Pengumpulan Data dan Pengambilan Contoh

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara: (1) Studi kepustakaan

(eksplorasi), terutama kelembagaan pemasaran CPO khususnya KPB; (2)

Pengamatan langsung dengan mempelajari berbagai dokumen, proses tender di

KPB dan informasi historis yang ada; (3) Membuat daftar pertanyaan (kuesioner)

dan wawancara terhadap pimpinan dan staf KPB Jakarta, staf pemasaran PT

Perkebunan Nusantara (PTPN) serta peserta tender.

Pengambilan contoh (sampling) adalah suatu prosedur yang hanya

mengamati sebagian objek pengamatan. Sampling dilakukan dengan teknik

penarikan contoh tanpa peluang (non-probability sampling) yaitu prosedur

penarikan contoh yang tidak memungkinkan kita menghitung peluang terpilihnya

anggota tertentu populasi ke dalam contoh.

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data primer dan sekunder yang diperoleh dari hasil survei dianalisis

melalui metode analisis deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan dengan

melakukan analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif yang

digunakan antara lain analisis lembaga dan saluran tataniaga pemasaran (dalam

hal ini adalah KPB), analisis fungsi – fungsi tataniaga, analisis stuktur pasar dan

Page 48: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

33

perilaku pasar. Sedangkan analisis kuantitatif yang akan digunakan antara lain

adalah analisis fleksibilitas transmisi harga dan analisis keterpaduan pasar (Indeks

of Market Connection) dengan menggunakan data harga CPO time series.

Pengolahan data akan dibantu oleh program Microsoft Excel 2007 dan software

Eviews 6.1 yang disajikan dalam bentuk tabulasi dan keterangan penjelas.

3.4.1 Metode Analisis Data

3.4.1.1 Analisis Lembaga dan Saluran Tataniaga Pemasaran

Analisis lembaga adalah melakukan identifikasi struktur kelembagaan

dimana didalamnya dapat dijelaskan batas juridiksi, hak-hak kepemilikan dan

aturan representasi. Batas juridiksi menjelaskan pihak yang terlibat secara

langsung maupun tidak langsung sebagai pelaku dalam kelembagaan tersebut

secara individu maupun organisasi atau perusahaan. Hak-hak kepemilikan

menjelaskan hak dan kewajiban PTPN, KPB PTPN dan pembeli atau processor.

Aturan representasi menjelaskan keterlibatan pihak-pihak dalam regulasi dan

aturan-aturan yang mendasari kelembagaan ini. Analisis saluran tataniaga

pemasaran akan menjelaskan gambaran umum sistem pemasaran serta saluran

tataniaga pemasaran dari PTPN selaku produsen CPO hingga ke konsumennya

yang terdiri dari perusahaan pengolah CPO (processor). Hal ini juga akan

menjelaskan fungsi dan tujuan dibentuknya Kantor Pemasaran Bersama (KPB).

3.4.1.2 Analisis Fungsi – Fungsi Tataniaga

Analisis fungsi - fungsi tataniaga menggambarkan kegiatan-kegiatan dari

masing pihak dalam saluran tataniaga pemasaran CPO produksi PTPN dimulai

dari produsen (PTPN), lembaga pemasaran (KPB PTPN Jakarta) sampai ke

Page 49: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

34

konsumen (pembeli atau processor). Kegiatan-kegiatan tersebut disebut dengan

fungsi-fungsi tataniaga dimana setiap tataniaga yang terlibat dalam penyaluran

CPO dari PTPN hingga ke konsumen melakukan berbagai fungsi tataniaga secara

umum yang dikelompokkan dalam tiga fungsi utama, yaitu fungsi pertukaran,

fungsi fisik dan fungsi fasilitas.

3.4.1.3 Analisis Struktur Pasar

Metode analisis ini diperlukan untuk mengetahui apakah struktur pasar

yang terbentuk cenderung mendekati pasar persaingan sempurna atau pasar

persaingan tidak sempurna. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat komponen

yang mengarahkan pasar ke suatu struktur pasar tertentu contohnya seperti

semakin banyak penjual dan pembeli, maka struktur pasar tersebut mendekati

kesempurnaan dalam persaingan. Kesepakatan antarsesama pelaku pemasaran

menimbulkan struktur pasar yang cenderung tidak bersaing sempurna.

Mengetahui struktur pasar komoditas CPO yang dipasarkan melalui Kantor

Pemasaran Bersama (KPB) dapat dilihat mudah tidaknya memasuki pasar,

differensiasi produk, dan informasi pasar.

3.4.1.4 Analisis Perilaku Pasar

Perilaku pasar dapat dianalisis dengan mengamati praktek penjualan dan

pembelian yang dilakukan oleh para pelaku pasar melalui sistem penentuan harga

serta sistem pembayarannya. Pelaku pasar yaitu produsen (PTPN), konsumen

(processor) dan lembaga pemasaran (KPB) menyesuaikan diri terhadap situasi

penjualan dan pembelian yang terjadi.

Page 50: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

35

3.4.1.5 Analisis Fleksibilitas Transmisi Harga

Menurut George dan King (1972), elastisitas transmisi harga adalah rasio

perubahan harga relatif pada tingkat petani atau produsen terhadap perubahan

harga relatif pada tingkat pengecer atau konsumen. Elastisitas harga berarti

perubahan jumlah yang diminta (Q) akibat adanya perubahan harga (P). Menurut

Brandt dan French (1981), kebalikan dari elastisitas harga adalah fleksibilitas

harga, yaitu rasio perubahan harga akibat perubahan jumlah yang diminta.

Menurut George dan King (1972), diketahui bahwa harga tingkat petani

atau produsen merupakan fungsi linier dari harga tingkat pengecer atau konsumen

sehingga didapat persamaan melalui analisis regresi linier sederhana:

Pf = a + b Pr .......................... (1)

Konsep fleksibilitas transmisi harga dalam hal ini dapat dijadikan sebagai

ukuran efisiensi pemasaran. Secara sederhana konsep fleksibilitas transmisi harga

dapat dituliskan dalam bentuk persamaan matematis sebagai berikut (George dan

King dalam Nancy, 1988):

1

𝜂 = b

PrPf

........................... (2)

dimana: 1/𝜂 = Fleksibilitas transmisi harga

b = Koefisien regresi linier antara Pf dan Pr

Pf = Harga CPO di tingkat produsen PTPN (Rp/Kg)

Pr = Harga CPO di tingkat konsumen (Rp/Kg)

Dari bentuk persamaan ini dapat dilihat bahwa konsep ini mengukur

seberapa jauh perubahan harga yang terjadi di tingkat konsumen akan

ditransmisikan ke tingkat produsen, baik dalam kasus harga naik maupun harga

Page 51: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

36

turun. Nilai fleksibilitas transmisi harga yang mendekati satu (1) menunjukkan

kelembagaan tataniaga mentransmisikan harga secara baik sehingga kelembagaan

tersebut dapat dikatakan efisien.

3.4.1.6 Analisis Indeks Keterpaduan Pasar

Keterpaduan pasar adalah sampai seberapa jauh pembentukan harga suatu

komoditas pada suatu tingkat lembaga tataniaga atau pasar dipengaruhi oleh

tingkat lembaga tataniaga atau pasar lainnya. Untuk mengetahui tingkat

keterpaduan pasar CPO antara tingkat atau level lembaga tataniaga ke-i dengan

tingkat lembaga tataniaga lainnya, dianalisis secara statistik menggunakan model

Indeks of Market Connection (IMC) dengan pendekatan model Autoregressive

Distribution Lag, yang dikembangkan oleh Ravallion (1986) yang kemudian

dikembangkan lebih lanjut oleh Heytens (1986) dalam Arifianto (2007). Analisis

indeks keterpaduan pasar digunakan untuk melihat efisiensi harga tataniaga CPO.

Model ekonometrika Autoregressive Distribution Lag diduga dengan

menggunakan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square/OLS),

sebagai berikut:

Pit = b1Pit−1 + b2 Pjt − Pjt−1 + b3Pjt−1 + et ............. (3)

Dimana: Pit = Harga CPO di pasar pengikut bulan ke-t (Rp/kg)

Pit-1 = Lag harga CPO di pasar pengikut pada bulan ke-t (Rp/kg)

Pjt = Harga CPO di pasar acuan pada bulan ke-t (Rp/kg)

Pjt-1 = Lag harga CPO di pasar acuan pada bulan ke-t (Rp/kg)

bi = Parameter estimasi (bi = 1,2,3)

et = Random error

i = Pasar pengikut

j = Pasar acuan

Page 52: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

37

Koefisien b2 mengukur bagaimana perubahan harga di pasar acuan

diteruskan terhadap harga di pasar pengikut. Jika b2 = 1, maka perubahan harga

yang terjadi adalah netral dan proporsi jika dihitung dalam persentase. Jika b2

lebih besar dari 1, maka perubahan yang terjadi di pasar acuan akan berpengaruh

terhadap harga di tingkat pasar pengikut. Jika di tingkat pasar acuan sama pada

setiap bulannya (b2 = 0), maka koefisien b2 tidak berpengaruh dan dapat

dikeluarkan dari persamaan. Dengan demikian harga di pasar pengikut hanya

dipengaruhi harga di pasar acuan, dengan koefisien b1 dan b3. Jika kedua

koefisien telah diketahui, maka dapat diperoleh indeks keterpaduan pasar (IMC)

yang dihitung sebagai berikut:

IMC = b1

b3 ........................................ (4)

Jika IMC < 1, maka terjadi keterpaduan pasar yang relatif tinggi antara

harga di tingkat pasar pengikut dengan pasar acuan. Artinya harga yang terjadi di

pasar acuan merupakan faktor utama (dominan) yang mempengaruhi harga yang

terjadi di tingkat pasar pengikut. Hal ini menunjukkan bahwa kedua pasar

terhubung dengan baik karena informasi permintaan dan penawaran di pasar

acuan diteruskan ke pasar pengikut serta mempengaruhi harga yang terjadi di

pasar pengikut.

Hipotesis keterpaduan pasar jangka panjang yang kuat diterima, apabila

nilai IMC = 0 dan b1 = 0, maka harga di tingkat pengecer atau pasar pengikut pada

bulan sebelumnya tidak berpengaruh terhadap yang diterima di pasar pengikut

sekarang. Jika IMC > 1, maka menunjukkan bahwa kondisi atau faktor di pasar

pengikut memiliki pengaruh yang dominan terhadap pembentukan harga di pasar

Page 53: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

38

pengikut atau dengan kata lain terjadinya perubahan harga di tingkat pasar acuan

tidak memiliki pengaruh dominan terhadap pembentukan harga CPO di tingkat

pasar pengikut. Keterpaduan pasar jangka pendek secara sempurna akan terjadi

apabila b2 = 1, artinya perubahan harga pasar acuan akan sepenuhnya diteruskan

ke pasar pengikut. Dengan kata lain, semakin mendekati satu pada nilai koefisien

korelasi (b2), maka derajat asosiasinya semakin tinggi.

3.4.1.7 Pengujian Hipotesis

Mengetahui apakah secara statistik peubah bebas (independent variable)

yang dipilih berpengaruh nyata atau tidak terhadap peubah tak bebas (dependent

variable), digunakan uji statistik t dan uji statistik F. Uji t digunakan untuk

menguji koefisien regresi dari masing-masing peubah sehingga dapat diketahui

apakah peubah ke-j berpengaruh nyata terhadap peubah tak bebasnya. Sedangkan

uji F digunakan untuk mengetahui koefisien regresi secara serentak apakah

peubah-peubah bebas secara bersama-sama menjelaskan variasi peubah tak

bebasnya. Pengujian hipotesis atas masing-masing koefisien regresi dilakukan

dengan uji t-student dengan hipotesis sebagai berikut:

1) Keterpaduan Pasar Jangka Pendek

Hipotesis:

H0 : b2 = 1

H1 : b2 ≠ 1

Selanjutnya hipotesis ini (H0 : b2 = 1) digunakan untuk menganalisis keterpaduan

pasar jangka pendek dengan uji statistik sebagai berikut:

t – hitung = b2−1

𝑆𝐸 b2

Page 54: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

39

Apabila t-hitung < t-tabel, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak secara

statistik. Artinya, kedua pasar terpadu dalam jangka pendek. Sebaliknya jika t-

hitung > t-tabel, maka hipotesis alternatif diterima secara statistik. Artinya kedua

pasar tidak terpadu dalam jangka pendek.

2) Keterpaduan Pasar Jangka Panjang

Hipotesis:

H0 : b1/b3 = 0

H1 : b1/b3 ≠ 0

Nilai b1/b3 = 0 terjadi apabila b1 = 0, sehingga hipotesis di atas dapat dituliskan

sebagai berikut:

H0 : b1 = 0

H1 : b1 ≠ 0

Selanjutnya hipotesis ini (H0 : b1 = 0) digunakan untuk menganalisis keterpaduan

pasar jangka panjang dengan uji statistik sebagai berikut:

t – hitung = b1−0

𝑆𝐸 b1

Apabila t-hitung < t-tabel, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak secara statistik.

Artinya, kedua pasar terpadu dalam jangka panjang. Sebaliknya jika t-hitung > t-

tabel, maka hipotesis alternatif diterima secara statistik. Artinya kedua pasar tidak

terpadu dalam jangka panjang.

Page 55: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

IV. GAMBARAN UMUM KANTOR PEMASARAN BERSAMA (KPB)

PTPN JAKARTA

4.1 Sejarah dan Perkembangan KPB PTPN

Sejarah pengelolaan perkebunan dan pemasaran hasil-hasilnya sebenarnya

telah dimulai sejak masa penjajahan Belanda dimana masuknya VOC (Verenigdee

Oost Indische Compagnie) dengan sistem tanam paksa (cultuur stelsel) sehingga

sistem usaha kebun rakyat menjadi sumber eksploitasi komoditi perdagangan

untuk pasaran Eropa yang berlanjut hingga masa pemerintahan Hindia Belanda.

Sejarah pengelolaan pemasaran hasil (khususnya CPO) perusahaan perkebunan

milik negara (BUMN) dan berdirinya Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN

dimulai sejak pengambil-alihan atau nasionalisasi perusahaan perkebunan milik

Belanda pada tahun 1957 yang disahkan oleh presiden Soekarno melalui UU

Nomor 86 tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik

Belanda.

4.1.1 Periodisasi Sejarah dan Perkembangan KPB PTPN

Tahun 1958 – 1961

Pada rentang tahun 1958 sampai dengan 1961 terdapat 2 (dua) Perusahaan

Perkebunan Negara (PPN) yang melaksanakan fungsi pemasaran secara sendiri

oleh masing-masing Badan Pimpinan Umum Perusahaan Perkebunan Negara

(BPU-PPN), kedua PPN tersebut adalah:

PPN Lama yang merupakan perusahaan perkebunan yang diambil alih

oleh pemerintah Republik Indonesia dari perusahaan perkebunan milik

pemerintah Belanda.

Page 56: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

41

PPN Baru adalah perusahaan perkebunan hasil nasionalisasi oleh

pemerintah Republik Indonesia terhadap perusahaan perkebunan swasta

milik Belanda.

Tahun 1961 – 1963

Seiring dengan tumbuh kembangnya Perusahaan Perkebunan Negara, maka pada

periode ini dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Perkebunan Negara

(BPU-PPN) yang memiliki fungsi sebagai pengelola seluruh perusahaan

perkebunan yang telah diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia dalam hal

ini PPN Lama dan PPN Baru beserta kebun-kebun yang dimiliki. Sebagai

konsekuensi dari hal tersebut maka pemasaran komoditas hasil perkebunan

dilaksanakan oleh direksi BPU-PPN beserta kantor-kantor yang dimiliki di

beberapa wilayah di Indonesia.

Tahun 1963 – 1968

Pemerintah Republik Indonesia membagi BPU-PPN menjadi 5 (lima) badan

hukum. Hal ini dilakukan demi tercapainya peningkatan efektifitas dan efisiensi

pada bidang produksi komoditas hasil perkebunan. Pada periode ini fungsi

pemasaran dilakukan oleh masing-masing BPU-PPN yang terdiri dari: BPU-PPN

Karet, BPU-PPN Aneka Tanaman, BPU-PPN Gula, BPU-PPN Tembakau, dan

BPU-PPN Serat.

Tahun 1968 – 1990

Pada periode ini pemerintah Republik Indonesia membubarkan seluruh BPU-PPN

dan membentuk 28 Perusahaan Negara Perkebunan (PNP). Berlandaskan

Peraturan Pemerintah (PP) No. 3 tahun 1983 dilakukan pembenahan status

Page 57: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

42

perusahaan secara bertahap dari Perusahaan Negara (PN) menjadi Perseroan

Terbatas (PT) maka pada saat itulah Perusahaan Perkebunan Negara (PNP)

berubah menjadi Perseroan Terbatas Perkebunan (PTP). Dalam rangka mencegah

timbulnya persaingan harga diantara PTP yang ada, pada saat itu dibentuklah

Kantor Pemasaran Bersama (KPB) dengan tujuan mengelola pemasaran

komoditas hasil perkebunan yang dihasilkan oleh kelompok PTP yang berada

dalam 1 (satu) wilayah ditambah dengan Asosiasi Pemasaran Bersama

Perkebunan (APBP). Pembagian kantor pemasaran bersama PTP dan kantor

administrasi hasil gula berdasarkan wilayah regional tersebut adalah sebagai

berikut:

1. KPB PTP I – PTP IX di Medan

2. KPB PTP X, XI, XII, XIII dan XVIII di Jakarta

3. KPB PTP XIX, XXIII, XXVI, XXVII, dan XXIX di Surabaya

4. KAH Gula PTP XIV, XV – XVI, XVII, XX, XXI, XXII dan XXIV – XXV

Tahun 1990

Bertepatan dengan tanggal 26 Februari 1990 berdasarkan kesepakatan bersama

Direksi PNP/PTP I - XXIX tanggal 26 Februari 1990 yang kemudian disetujui

oleh Menteri Pertanian melalui Surat Keputusan Nomor: 166/Kpts/OT.210/3/1990

tanggal 8 Maret 1990 tentang Persetujuan Pembentukan Kantor Pemasaran

Bersama (KPB) PTPN dimana KPB Jakarta, KPB Surabaya, KPB Medan, Kantor

Administrasi Hasil Gula (KAH Gula) ditambah Asosiasi Pemasaran Bersama

Perkebunan (APBP) dilebur menjadi satu menjadi KPB PT Perkebunan yang

terpusat di Jakarta. Tujuan pembentukan KPB terpusat pada tahun 1990 ini adalah

Page 58: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

43

untuk dapat lebih meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegiatan pemasaran PTP

secara terpadu sehingga dapat menciptakan daya tawar yang mantap untuk

menghadapi pembeli maupun para spekulan. Tugas KPB PTPN berdasarkan

kesepakatan bersama Direksi PN/PT Perkebunan I – XXIX tanggal 26 Februari

1990 adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan kebijakan pemasaran.

2. Mengelola seluruh persediaan produksi siap jual.

3. Mengumpulkan informasi, menganalisa dan melakukan pengembangan

pasar.

4. Melakukan transaksi penjualan baik langsung maupun melalui kerjasama

dengan perwakilan KPB di luar negeri.

5. Menyelesaikan dan melaksanakan pembayaran klaim.

6. Mengkaji dan mengevaluasi antara lain:

- Data produksi dan konsumsi komoditas perkebunan dan saingannya di

dalam maupun luar negeri.

- Informasi harga dalam dan luar negeri serta situasi perkembangan pasar.

7. Mengadakan promosi.

8. Mengadakan pelayanan dan sarana teknis.

9. Melakukan hal-hal lain yang menunjang aktivitas dan pengembangan

pemasaran.

Tujuan pembentukan KPB:

1. Memperkuat bargaining power PTP terhadap pembeli.

2. Memperkuat daya saing pasar.

Page 59: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

44

3. Meningkatkan bonafiditas PTP di pasaran internasional.

4. PTP akan lebih sanggup menghadapi usaha kerjasama internasional.

5. Strategi pemasaran dapat dilakukan secara lebih terarah.

6. Mempermudah PTP memasuki berbagai sistem perdagangan

internasional.

7. Mempermudah kerjasama berbagai industri hilir.

8. Mendayagunakan seoptimal mungkin sumberdaya manusia

pemasaran yang ada.

9. Mempermudah penanganan dalam meningkatkan efisiensi dan

efektivitas usaha-usahanya sesuai dengan kebijakan pemerintah

mengenai BUMN.

10. Keterpaduan atas produksi dengan pemasaran secara nasional dan

menyeluruh dapat ditingkatkan.

11. Menekan biaya-biaya pemasaran yang harus dipikul oleh PTP.

Saat ini KPB PTPN menangani pemasaran/penjualan produk-produk PTPN yaitu

molasses/tetes, kopi, kakao, karet, teh, dan Crude Palm Oil (CPO).

4.2 Organisasi KPB PTPN Jakarta

Kantor Pemasaran Bersama PT Perkebunan Nusantara dibentuk

berdasarkan Kesepakatan Bersama Direksi PN/PT Perkebunan I – XXIX pada

tanggal 26 Februari 1990. Pembentukan KPB PTPN telah disetujui oleh Menteri

Pertanian (sebagai Kuasa Pemegang Saham) dengan Surat Keputusan No:

166/KPTS/OT.210/3/1990 tanggal 8 Maret 1990. Dalam melaksanakan tugasnya

KPB PTPN Jakarta memiliki jaringan kantor cabang yang merupakan salah satu

Page 60: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

45

elemen penting dalam mewujudkan tujuan organisasi untuk menjadi yang

terdepan dalam meningkatkan layanan kepuasan pelanggan. Dengan dukungan

jaringan kantor cabang, KPB PTPN diharapkan dapat menawarkan akses layanan

yang mudah serta layanan terbaik kepada para pelanggan. Sampai dengan

pertengahan 2009, KPB PTPN telah mengelola jaringan layanan yang meliputi 2

kantor cabang yang terletak di lokasi strategis pada kota-kota utama di Indonesia

yaitu; Kantor KPB PTPN cabang Surabaya di Jalan Veteran No. 37 Surabaya

60175 dan KPB PTPN cabang Medan di Jalan Balai Kota No. 8 Medan 20111.

Selain itu baru-baru ini KPB PTPN menambah 1 (satu) kantor cabang lagi guna

melayani para pelanggan di luar negeri khususnya di kawasan timur tengah yang

tepatnya terletak di kota Dubai, Uni Emirat Arab. Namun kantor cabang yang

berada di Dubai ini hanya mengurusi pemasaran komoditas khususnya teh

mengingat para pelanggan di kawasan tersebut memiliki permintaan yang cukup

tinggi untuk komoditas teh sehingga menjadi pasar yang cukup menjanjikan bagi

pemasaran teh KPB PTPN.

4.2.1 Landasan Pembentukan Organisasi

1. Kesepakatan Bersama Direksi PN/PT Perkebunan I – XXIX tanggal 26

Februari 1990 jo. Surat Direktur Utama PTPN I – XIV No.05/BMD –

PTPN/KPTS/1997 tanggal 22 Desember 1997 tentang Kesepakatan

Mengenai Penyesuaian Nama Kantor Pemasaran Bersama PTPN I – XIV.

2. Surat Keputusan Badan Musyawarah Direksi PT Perkebunan Nusantara I

– XIV No. 15/BMD – PTPN/Kpts/XII/2001 tentang Perubahan atau

Penyempurnaan Struktur Organisasi Kantor Pemasaran Bersama PT

Perkebunan Nusantara I – XIV.

Page 61: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

46

3. Surat Keputusan Badan Musyawarah Direksi PT Perkebunan Nusantara

No. 004/BMD – PTPN/Kpts/VII/2004 tanggal 13 Juli 2004 tentang

Direktur Pelaksana Kantor Pemasaran Bersama PTPN I – XIV.

4. Surat Keputusan BMD – PTPN No. 14/BMD – PTPN/Kpts/1998 tanggal 8

Juli 1998 tentang Mekanisme Hubungan Kerja antara BMD – PTPN,

Dewan Pengawas dan Kantor Pemasaran Bersama PTPN I – XIV.

4.2.2 Lokasi KPB PTPN Jakarta

Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PT Perkebunan Nusantara Jakarta

beralamat di Jalan Taman Cut Mutiah No. 11, Jakarta Pusat 10330. KPB PTPN

dibentuk sebagai badan pemasaran terpusat PTPN yang ada di Indonesia, yaitu:

1. PT Perkebunan Nusantara I (Persero) yang terletak di Jl. Kebun Baru No.

85, Langsa, Aceh Timur, NAD 24551, Indonesia yang mengusahakan

komoditi kelapa sawit, karet, dan kakao.

Telp. 0641-21701, Fax. 0641-21700 (www.ptpn1.com).

2. PT Perkebunan Nusantara II (Persero) yang terletak di Jl. Tanjung

Morawa KM 15, Po.Box 104 Medan 20362, Tanjung Morawa, Sumatera

Utara, Indonesia yang mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet, kakao,

dan tanaman semusim tebu dan tembakau.

Telp. 061-7940055, Fax. 061-7940233.

3. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) yang terletak di Jl. Sei Batanghari,

Medan 20122, Sumatera Utara, Indonesia yang mengusahakan komoditas

kelapa sawit, karet, dan kakao

Telp. 061-4154666, Fax. 061-4573117 (www.ptpn3.co.id).

Page 62: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

47

4. PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) yang terletak di Jl. Letjend

Suprapto No. 2, Medan, Sumatera Utara, Indonesia yang mengusahakan

komoditi kelapa sawit, kakao, dan teh.

Telp. 061-4154666, Fax. 061-4573117 (www.ptpn4.co.id).

5. PT Perkebunan Nusantara V (Persero) yang terletak di Jl. Rambutan No.

43, Pekanbaru, Riau 28294, Indonesia yang mengusahakan komoditi

kelapa sawit, karet, dan kakao.

Telp. 0761-66565,Fax. 0761-66558 (www.ptpn5.com).

6. PT Perkebunan Nusantara VI (Persero) yang terletak di Jl. Zainir Haviz

No. 1, Jambi 36128, Indonesia yang mengusahakan kelapa sawit, karet,

teh, dan kakao.

Telp. 0741-445603, Fax. 0741-445500 (www.ptpn6.co.id).

7. PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) yang terletak di Jl. Teuku Umar

No.300, Kedaton, Bandar Lampung 35141, Indonesia yang mengusahakan

komoditi kelapa sawit, karet, teh, kakao, tebu, dan hortikultura.

Telp. 0721-702233, Fax. 0721-702775 (www.ptpn7.co.id).

8. PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) yang terletak di Jl. Sindangsirna

No. 4, Bandung 40152, Jawa Barat, Indonesia yang mengusahakan

komoditi kelapa sawit, teh, karet, kina, dan kakao.

Telp. 022-2038966, Fax. 022-2031455 (www.ptpn8.com).

9. PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) yang terletak di Jl. Mugas Dalam

(Atas), Semarang 50243, Indonesia yang mengusahakan komoditi teh,

karet, kopi, kakao, dan tebu.

Page 63: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

48

Telp. 024-8414635, Fax. 024-8448276 (www.ptpnix.co.id).

10. PT Perkebunan Nusantara X (Persero) yang terletak di Jl. Jembatan Merah

No. 3-5, Surabaya 60175, Jawa Timur, Indonesia yang mengusahakan

komoditi tebu, tembakau, dan tanaman serat.

Telp. 031-3523143, Fax. 031-3523167 (www.ptpn10.com).

11. PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) yang terletak di Jl. Merak No. 1,

Surabaya 60175, Jawa Timur, Indonesia yang mengusahakan komoditi

tebu. Telp. 6231-3524596, Fax. 6231-3532525 (www.ptpn-11.com).

12. PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) yang terletak di Jl. Rajawali 44,

Surabaya 60175, Jawa Timur, Indonesia yang mengusahakan komoditi

kopi, kakao, karet, teh, dan hortikultura.

Telp. 031-3524893, Fax. 031-3534389 (www.ptpn12.com).

13. PT Perkebunan Nusantara XIII (Persero) yang terletak di Jl. Sultan

Abdurrachman No. 11, Pontianak 78116, Kalimantan Barat, Indonesia

yang mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet, dan tebu.

Telp. 0561-749367, Fax. 0561-766026 (www.ptpn13.com).

14. PT Perkebunan Nusantara XIV (Persero) yang terletak di Jl. Urip

Sumohardjo Km. 4, PO BOX 1006, Makassar 90232, Sulawesi Selatan,

Indonesia yang mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet, kakao, kelapa

hibrida, kelapa nias, pala, kopi, dan tebu.

Telp. 0411-444610, Fax. 0411-444810 (www.ptpnxiv.com).

Page 64: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

49

4.2.3 Usaha Pemasaran KPB PTPN Jakarta

Beberapa usaha pemasaran yang dijalankan oleh KPB PTPN Jakarta

diantaranya:

1. Jakarta Tea Auction, setiap hari Rabu pukul 10.00 WIB.

2. Tender CPO lokal, setiap hari Senin - Jumat pukul 15.00 WIB.

3. Tender CPO ekspor, setiap bulan sekali pada minggu pertama.

4. Tender karet, setiap hari Selasa pukul 14.30 WIB.

5. Tender molasses/tetes, awal musim giling (April - Oktober).

Selain melakukan pemasaran keempat komoditi di atas, KPB PTPN juga

melaksanakan fungsi market intelligence dalam upaya mencari dan

menyampaikan informasi pasar bagi PTPN produsen komoditi lain yaitu gula,

kopi, kakao, minyak goreng, stearin, fatty acid, palm kernel, palm kernel oil, dan

palm kernel meal.

4.2.4 Struktur Organisasi KPB PTPN

KPB PTPN dipimpin oleh seorang Direktur Pelaksana (Managing

Director) setingkat Direktur Utama. Direktur Pelaksana dalam pelaksanaan tugas

sehari-harinya dibantu oleh Wakil Direktur Pelaksana dan delapan kepala bagian

yaitu Kepala Bagian SDM dan Umum; Kepala Bagian Pembiayaan; Kepala

Bagian Pemasaran Teh, Kopi, dan Kakao; Kepala Bagian Pemasaran Minyak

Sawit; Kepala Bagian Pemasaran Gula Pasir dan Tetes; Kepala Bagian Pemasaran

Karet; Kepala Bagian Analisa dan Informasi Pasar; Kepala Bagian Satuan

Pengawas Internal (SPI) serta masing-masing satu orang Kepala Kantor Cabang

Medan dan Surabaya setingkat kepala bagian. Masing-masing kepala bagian dan

Page 65: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

50

pejabat setingkat kepala bagian membawahi kepala urusan. Adapun struktur

organisasi KPB PTPN secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9.

Sebagai organisasi pemasaran, per 19 Agustus 2009, KPB PTPN memiliki

tenaga kerja sebanyak 204 orang dengan berbagai keahlian dan pengalaman yang

tersebar di kantor pusat Jakarta dan dua kantor cabang: Surabaya dan Medan.

Berdasarkan tabel di bawah ini terlihat bahwa jumlah karyawan KPB PTPN

Jakarta terdiri dari 128 orang, KPB Medan terdiri dari 53 orang dan KPB

Surabaya terdiri dari 23 orang dengan tingkat pendidikan masing-masing strata-2,

strata-1, sarjana muda dan diploma dan lain-lain (SLTA, SLTP, SD/SR).

Tabel 4. Data Karyawan Menurut Pendidikan Formal

No.urut Pendidikan Formal Jakarta Medan Surabaya Jumlah

1 S3 (Doktor) 0 0 0 0

2 S2 (Magister) 10 1 0 11

3 S1 (Sarjana) 46 15 12 73

4 Sarjana Muda 9 3 0 12

5 SLTA 46 27 8 81

6 SLTP 9 3 1 13

7 SD/SR 8 4 2 14

Jumlah 128 53 23 204

Sumber: KPB PTPN Jakarta, 2009.

Jika kita melihat tabel di atas maka jumlah karyawan lulusan SLTA atau SMA

merupakan jumlah yang terbanyak di masing- masing kantor pemasaran kecuali di

kantor cabang Surabaya yang berjumlah 8 orang dari total 23 orang. Oleh karena

itu, dapat dikatakan bahwa diperlukan peningkatan kualitas karyawan dengan

menjaring karyawan-karyawan baru yang minimal lulusan S1 (Sarjana) yang

Page 66: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

51

kemampuannya dapat lebih dibutuhkan dan diandalkan oleh Kantor Pemasaran

Bersama (KPB) dan manajemen kantor pemasaran masing-masing.

Berdasarkan kelompok usia maka data karyawan KPB PTPN dapat dilihat

melalui tabel berikut ini.

Tabel 5. Data Karyawan Menurut Kelompok Usia

No.urut Kelompok Usia Jakarta Medan Surabaya Jumlah

1 Di atas umur 60 0 0 1 1

2 56 s/d 60 tahun 5 2 2 9

3 51 s/d 55 tahun 29 9 3 41

4 46 s/d 50 tahun 41 13 8 62

5 41 s/d 45 tahun 21 12 6 39

6 36 s/d 40 tahun 10 4 1 15

7 31 s/d 35 tahun 10 9 1 20

8 26 s/d 30 tahun 8 4 1 13

9 20 s/d 25 tahun 4 0 0 4

Jumlah 128 53 23 204

Sumber: KPB PTPN Jakarta, 2009.

Jika kita melihat tabel di atas maka jumlah karyawan dengan kelompok usia di

bawah 25 tahun hanya berjumlah 4 orang yang hanya terdapat di Kantor

Pemasaran Bersama (KPB) PTPN Jakarta tapi untuk kelompok usia tersebut tidak

ada di kantor cabang Medan dan Surabaya. Hal ini menjelaskan bahwa karyawan-

karyawan yang bekerja di Kantor Pemasaran Bersama merupakan orang-orang

yang sudah cukup matang dan berpengalaman dalam bidang pekerjaan yang

mereka geluti yang membutuhkan loyalitas dan kerja sama. Sedangkan

berdasarkan pembagian golongan maka data karyawan KPB PTPN dapat dilihat

melalui tabel berikut ini.

Page 67: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

52

Tabel 6. Data Karyawan Menurut Golongan

No.urut Golongan Jakarta Medan Surabaya Jumlah

1 Dir.PEL (Direktur Pelaksana) 0 0 0 0

2 Wk.D.P (Wakil Direktur Pelaksana) 1 0 0 1

3 IV D (Pembina Utama) 3 0 1 4

4 IV C (Pembina Madya) 2 0 0 2

5 IV B (Penata Utama) 5 1 1 7

6 IV A (Penata Madya) 10 3 3 16

7 III D (Pengatur Utama) 16 1 3 20

8 III C (Pengatur Madya) 14 3 3 20

9 III B (Pengatur Muda) 9 6 1 16

10 III A (Pengatur Pratama) 3 2 1 6

11 II D (Penyelia Utama) 7 5 1 13

12 II C (Penyelia Madya) 7 6 0 13

13 II B (Penyelia Muda) 5 3 3 11

14 II A (Penyelia Pratama) 9 5 2 16

15 I D (Juru Muda) 2 3 1 6

16 I C (Jura Pratama) 1 0 0 1

17 I B (Pelaksana Muda) 4 2 0 6

18 I A (Pelaksana Pratama) 3 6 0 9

19 Hon (Honorer) 23 7 2 32

Jumlah 124 53 22 199

Sumber: KPB PTPN Jakarta, 2009.

Sejak tahun 2007 hingga saat ini, KPB PTPN Jakarta dipimpin oleh seorang

Direktur Pelaksana yang merupakan Pelaksana Harian (PLH) yang sebelumnya

menjabat sebagai Wakil Direktur Pelaksana KPB PTPN. Hal ini disebabkan

karena Direktur Pelaksana sebelumnya dipindahtugaskan menjadi Direktur Utama

PTPN XII pada tahun 2006.

Page 68: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Lembaga dan Saluran Tataniaga CPO KPB PTPN

Kantor Pemasaran Bersama PT Perkebunan Nusantara (“Perusahaan”)

dibentuk berdasarkan Kesepakatan Bersama Direksi PN/PT Perkebunan I – XXIX

pada tanggal 26 Februari 1990. Pembentukan KPB PTPN telah disetujui oleh

Menteri Pertanian (sebagai Kuasa Pemegang Saham) dengan Surat Keputusan No:

166/KPTS/OT.210/3/1990 tanggal 8 Maret 1990. KPB PTPN bukan merupakan

suatu badan hukum namun merupakan suatu badan terpisah (entitas) yang

mengelola sejumlah dana yang berasal dari PTPN I – PTPN XIV. KPB PTPN

mempunyai kantor pusat yang berkedudukan di Jakarta dan dua kantor cabang

masing-masing di Surabaya dan Medan serta baru-baru ini menambah kantor

cabang baru di Dubai (UEA) yang dikhususkan untuk menangani pemasaran

komoditi teh PTPN.

5.1.1 Analisis Struktur Kelembagaan

Batas Juridiksi

Dalam kelembagaan tataniaga CPO, banyak pihak yang terlibat secara

langsung maupun tidak langsung sebagai pelaku dalam kelembagaan tersebut

secara individu maupun organisasi atau perusahaan. Pelaku langsung adalah PT

Perkebunan Nusantara (PTPN) dan KPB PTPN yang mewakilinya serta para

processor atau perusahaan pembeli CPO. Sedangkan pihak-pihak sebagai pelaku

tidak langsung adalah pasar fisik Rotterdam, Bursa Berjangka Malaysia (MDEX),

Kantor Berita Dunia (Reuters, Oil World, Market Journal, dll), asosiasi kelapa

sawit (GAPKI, GAPKINDO, Kadin, dll) dan pemerintah serta aparatnya

Page 69: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

54

(Kementerian Negara BUMN, dll). Pelaku langsung dari kelembagaan ini

membuat kesepakatan yang digunakan sebagai acuan dalam transaksi CPO.

Sementara pelaku tidak langsung banyak menentukan dalam perumusan

kesepakatan tersebut terutama yang menyangkut hak dan kewajiban yang harus

dipenuhi oleh pelaku langsung kelembagaan ini.

Organisasi atau lembaga pemasaran dalam hal ini KPB PTPN merupakan

bagian dari PTPN sebagai penjual, tidak bertindak sebagai lembaga tataniaga

yang mencari keuntungan dari transaksi CPO. Dengan demikian preferensi KPB

PTPN sama dengan PT Perkebunan Nusantara yakni mendapatkan harga jual CPO

yang setinggi-tingginya. Perilaku PTPN yang menyimpang dari kesepakatan atau

aturan yang telah ditentukan dalam transaksi memiliki dampak besar terhadap

kelangsungan kelembagaan ini. Heterogenitas PTPN telah dieliminir melalui

penentuan harga CPO berdasarkan “Price Idea” di KPB PTPN sehingga yang

dipertimbangkan adalah homogenitas preferensi perilaku transaksi terutama PTPN

yang tergabung dalam KPB PTPN.

Pemasaran CPO secara terorganisir seperti halnya melalui kelembagaan

KPB PTPN mensyaratkan adanya pembakuan mutu. Adanya PTPN yang

menghasilkan CPO yang mutunya lebih rendah dari PTPN lain akan merugikan

karena menurunkan harga CPO secara keseluruhan. Oleh karena itu kejelasan

mengenai hak dan kewajiban dari setiap pelaku transaksi serta usaha

penegakannya merupakan syarat keberlangsungan pola tataniaga terorganisir

seperti halnya melalui KPB PTPN.

Page 70: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

55

Hak-hak Kepemilikan

Berikut diuraikan hak dan kewajiban dari pelaku langsung transaksi CPO

melalui kelembagaan KPB PTPN yakni meliputi hak dan kewajiban PTPN, KPB

PTPN dan pembeli atau processor. Hak dan kewajiban PTPN meliputi hal-hal

sebagai berikut:

1. Menghasilkan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dari perkebunan

yang ada yang nantinya diolah menjadi minyak kelapa sawit.

2. Menghasilkan minyak sawit dalam bentuk CPO dan sisanya dalam bentuk

Crude Stearin, RBD Olein, Palm Kernel Oil, Palm Kernel Fatty Acid, dll.

3. Menghasilkan CPO yang sesuai dengan kualitas yang terstandar.

Kode HS : 151110000

Nama Komoditi : Minyak kelapa sawit mentah (CPO)

Kode Standar Mutu : SNI.01-2901-2006

Tahun : 2006

Tabel 7. Kriteria uji

Sumber: KPB PTPN, 2009.

4. Pengendalian mutu yang dilakukan dengan sangat ketat mulai dari

pemanenan di kebun, kemudian diangkut ke pabrik dan langsung diproses

pada hari yang sama.

No Test Kriteria Satuan Persyaratan

A Warna _ Jingga kemerah-

merahan

B Kadar air dan kotoran %, fraksi masa 0,5 (maks.)

C Asam lemak bebas

(sebagai asam pelmitat)

%, fraksi masa 5 (maks.)

D Bilangan yodium g yodium/100g 50 - 55

Page 71: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

56

5. Menyimpan CPO di gudang-gudang penyimpanan atau tangki timbun

yang dilengkapi dengan steamer (pemanas) dengan temperatur 500 C – 550

C untuk menjaga kualitas CPO.

Sementara itu sesuai dengan pokok kebijakan dan strategi pemasaran PTPN, hak

dan kewajiban KPB PTPN sebagai organisasi pemasaran CPO produksi PTPN

adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan kebijakan pemasaran.

2. Melaksanakan tender atau memasarkan CPO produksi PTPN.

3. Mengelola seluruh persediaan produksi siap jual.

4. Mengumpulkan informasi, menganalisa dan melakukan pengembangan

pasar.

5. Melakukan transaksi penjualan baik langsung maupun melalui kerjasama

dengan perwakilan KPB di luar negeri.

6. Menyelesaikan dan melaksanakan pembayaran klaim.

7. Sebagai unit market intelligence, menyampaikan informasi beserta analisa

pasar, dan melakukan riset pasar bagi PTPN.

8. Mengembangkan database pemasaran dan sistem jaringan komputer untuk

menyebarluaskan informasi pasar yang diperlukan PTPN.

9. Mengkaji dan mengevaluasi antara lain:

- Data produksi dan konsumsi komoditas perkebunan dan saingannya di

dalam maupun luar negeri.

- Informasi harga dalam dan luar negeri serta situasi perkembangan pasar.

Page 72: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

57

10. Mengadakan promosi dalam bentuk pameran atau mengikuti misi dagang

di dalam dan di luar negeri baik atas nama PTPN maupun atas permintaan

PTPN tertentu.

11. Sebagai unit pelayanan, melaksanakan pengapalan komoditi, pergudangan,

dan penyelesaian dokumen-dokumen yang menyangkut pengapalan,

perbankan, dan lain-lain.

12. Mengadakan pelayanan dan sarana teknis (jadwal tender, tempat

pelaksanaan tender, syarat-syarat peserta tender, dll)

13. Melakukan hal-hal dan tugas-tugas lain yang ditetapkan oleh BMD-PTPN

untuk menunjang aktivitas dan pengembangan pemasaran yang dilakukan

oleh PTPN.

Pembeli yang terdaftar sebagai peserta tender baik perusahaan atau utusan

langsung dari perusahaan memiliki hak dan kewajiban sebagai berikut:

1. Hadir pada acara tender

2. Mengajukan harga penawaran pembelian CPO yang diminati.

3. Berhak mendapatkan CPO bagi pembeli yang mengajukan harga

penawaran tertinggi dan berada di atas “Price Idea” yang ditetapkan KPB

PTPN. Bila ada pembeli yang menetapkan harga penawaran tertinggi yang

sama dan di atas “Price Idea” maka CPO yang terjual dibagi antar pembeli

sama rata.

4. Membayar uang pembelian CPO dengan transfer melalui bank ke rekening

yang bersangkutan setelah terjadi kesepakatan.

Page 73: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

58

Sebelum terdaftar sebagai peserta tender CPO di KPB PTPN setiap processor

yang ingin membeli CPO produksi PTPN ini harus memenuhi persyaratan tertentu

seperti yang ditampilkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 8. Persyaratan Peserta Tender KPB PTPN Jakarta

No Dokumen yang dibutuhkan Lokal Ekspor

1 Profil Perusahaan Ya Ya

2 Akte Pendirian Perusahaan Ya Ya

3 Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Ya Ya

4 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Ya Ya

5 Perusahaan Kena Pajak Ya Ya

6 Izin Industri Dari DEPPERINDAG Ya Ya

7 Referensi Bank Ya

8 Lisensi dari Perusahaan Induk Ya

9 Surat Rekomendasi Dari Kedutaan Indonesia

Setempat

Ya

Sumber: KPB PTPN, 2009.

Aturan Representasi

Aturan yang digunakan dalam kelembagaan ini lebih banyak atas dasar

penetapan dari Badan Musyawarah Direksi PT Perkebunan Nusantara (BMD-

PTPN), Dewan Pengawas dan KPB PTPN khususnya yang menyangkut

pelaksanaan teknis tender termasuk penentuan harga ancar-ancar atau “Price

Idea”. Keterlibatan pemerintah juga cukup besar mengenai regulasi yang akan

ditetapkan mengingat KPB PTPN merupakan salah satu lembaga pemasaran

komoditi perkebunan milik pemerintah. Keterlibatan PTPN sebagai produsen

dalam proses pengambilan keputusan juga sudah cukup jelas mengingat adanya

keterlibatan para pimpinan PTPN dalam Badan Musyawarah Direksi PT

Perkebunan Nusantara (BMD-PTPN). BMD PTPN beranggotakan para Direktur

Utama PT Perkebunan Nusantara.

Page 74: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

59

5.1.2 Analisis Saluran Tataniaga CPO KPB PTPN

Saluran tataniaga merupakan serangkaian lembaga-lembaga tataniaga yang

mengambil alih hak atau membantu dalam pengalihan hak atas komoditi selama

komoditi tersebut berpindah dari produsen ke konsumen. Sebuah saluran tataniaga

melaksanakan tugas memindahkan komoditi dari tangan produsen ke tangan

konsumen. Hal ini bertujuan untuk mengatasi kesenjangan waktu, tempat dan

kepemilikan yang memisahkan komoditi dari orang-orang yang membutuhkan

atau menginginkannya.

Kantor Pemasaran Bersama PT Perkebunan Nusantara (KPB PTPN)

dibentuk sebagai badan pemasaran terpusat PTPN yang ada di Indonesia. KPB

PTPN dibentuk dengan tujuan utama adalah untuk menyelenggarakan pemasaran

hasil produksi PTPN dengan berpegang pada prinsip ekonomi dan tugas-tugas

BUMN agar PTPN mendapat manfaat yang sebesar-besarnya. Selain itu KPB

PTPN memiliki tugas-tugas pokok yang harus dilaksanakan sesuai peran dan

fungsinya. Tahapan saluran tataniaga CPO adalah penjualan CPO hasil produksi

PTPN oleh KPB PTPN kepada pembeli yang merupakan processor yang nantinya

akan mengolah CPO tersebut menjadi produk-produk jadi yang dapat dinikmati

langsung oleh masyarakat. Terdapat 2 pola saluran tataniaga untuk CPO yaitu

saluran tataniaga CPO lokal dan ekspor yaitu:

Saluran CPO lokal: Produsen (PTPN) KPB PTPN Pembeli (Processor).

Saluran CPO ekspor: Produsen (PTPN) KPB PTPN Broker/Badan

Pemasaran Luar Negeri/Konsumen Luar Negeri.

Gambar 4. Saluran Tataniaga CPO Hasil Produksi PTPN

Page 75: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

60

Pola saluran tataniaga CPO hasil produksi PTPN sangat sederhana, baik

untuk pemasaran CPO lokal maupun ekspor. Hal ini disebabkan karena pelaku

tataniaga yang terlibat hanya sedikit, diantaranya PTPN sebagai produsen yang

menghasilkan CPO, kemudian menjual atau memasarkannya melalui KPB PTPN,

yang kemudian menjualnya ke pembeli/konsumen (processor), broker maupun

badan pemasaran luar negeri. Pola saluran tataniaga CPO ini secara fisik saling

berkaitan dan bekerjasama dalam sistem tataniaga yang terorganisir dan

terintegrasi dengan tujuan saling menguntungkan.

Saluran tataniaga pemasaran CPO di Indonesia baik CPO hasil produksi

perusahaan swasta maupun PTPN yang melalui Kantor Pemasaran Bersama PT

Perkebunan Nusantara (KPB PTPN) dapat dilihat pada Tabel 1. Dengan melihat

saluran tataniaga pemasaran di atas maka kita dapat menyimpulkan bahwa

keberadaan KPB PTPN sebagai ujung tombak pemasaran komoditi perkebunan

PTPN, khususnya CPO. Pada dasarnya, pembentukan KPB PTPN tidaklah

memperpanjang rantai tataniaga pemasaran karena KPB PTPN sendiri merupakan

suatu bentuk organisasi gabungan (grup) PTPN (PTPN I – PTPN XIV) yang

mengorganisir dan mengatur pemasaran CPO PTPN.

Para peserta tender CPO lokal adalah para penjual, para pembeli dan

peninjau, dimana dalam hal ini KPB PTPN bertindak dan untuk atas nama penjual

atau produsen CPO mewakili PTPN sedangkan pembeli terdiri dari para processor

industri pengolahan CPO yang telah terdaftar sebagai pembeli aktif di KPB

PTPN. Begitu pula dengan peserta tender CPO ekspor yang merupakan para

Page 76: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

61

penjual atau para pembeli yang telah memenuhi syarat sebagai rekanan terdaftar

di KPB PTPN.

5.2 Analisis Fungsi – Fungsi Tataniaga

Pada tataniaga terdapat kegiatan yang berhubungan dengan penyampaian

produk dari produsen (PTPN) sampai ke konsumen (pembeli), termasuk juga

kegiatan menghasilkan perubahan bentuk dari produk tersebut yang dilakukan

untuk mempermudah penyaluran dan memberikan kepuasan kepada konsumen

dengan mengusahakan agar konsumen memperoleh barang yang diinginkan pada

tempat, waktu, bentuk, dan harga yang tepat. Kegiatan-kegiatan tersebut disebut

dengan fungsi-fungsi tataniaga dimana setiap tataniaga yang terlibat dalam

penyaluran CPO dari PTPN hingga ke konsumen melakukan berbagai fungsi

tataniaga secara umum yang dikelompokkan dalam tiga fungsi utama, yaitu fungsi

pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas.

Tabel 9. Fungsi-Fungsi Tataniaga

Fungsi Tataniaga

Lembaga Tataniaga

Produsen (PTPN) KPB PTPN Konsumen (Pembeli)

Pertukaran

a. Pembelian - - +

b. Penjualan - + #

Fisik

a. Pengolahan + - +

b. Pengemasan + - -

c. Penyimpanan + - +

d. Pengangkutan # - #

Fasilitas

a. Sortasi + - -

b. Grading + - -

c. Pembiayaan + - +

d. Penanggung Resiko + + +

e. Informasi Pasar # + +

Sumber: KPB PTPN Jakarta, 2009, (hasil olahan).

Keterangan : ( - ) kegiatan tidak dilakukan

( + ) kegiatan dilakukan

( # ) kegiatan kadang-kadang dilakukan

Page 77: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

62

Tabel 9. menjelaskan keseluruhan fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan

oleh lembaga tataniaga yang terlibat dalam penyampaian komoditi CPO dari

produsen (PTPN) hingga ke konsumen (pembeli). Setiap lembaga tataniaga akan

melakukan fungsi-fungsi tataniaga dengan baik dan efisien sehingga dapat

menekan biaya tataniaga.

Fungsi pertukaran menjelaskan terjadinya pemindahan hak kepemilikan

atas barang dari penjual kepada pembeli dalam proses jual beli melalui transaksi.

Dalam fungsi pertukaran pihak produsen (PTPN) tidak memiliki peran yang

signifikan karena fungsi penjualan dilakukan oleh pihak KPB PTPN yang

mewakili pihak produsen (PTPN). Sedangkan untuk pihak pembeli (processor)

melakukan fungsi pembelian dan kadang-kadang dapat pula melakukan kegiatan

penjualan khususnya bagi perusahaan yang memang berperan menjual kembali

CPO tersebut ke pembeli selanjutnya. Untuk CPO, transaksi pembelian dan

penawaran harga dilakukan langsung pihak pembeli atau utusan khusus

perusahaan pembeli.

Fungsi fisik merupakan fungsi tataniaga yang dimaksudkan untuk

memberikan kepuasan kepada konsumen sesuai bentuk, waktu dan tempat, yang

diinginkan konsumen (pembeli) melalui pengolahan, pengemasan, penyimpanan,

serta pengangkutan. Fungsi pengolahan dilakukan oleh pihak produsen (PTPN)

dimana proses ini dilakukan di pabrik pengolahan kelapa sawit yang dimiliki oleh

masing-masing PTPN. Kelapa sawit yang telah layak panen dipanen dalam bentuk

dan ukuran Tandan Buah Segar (TBS). TBS inilah yang nantinya diproses di

pabrik pengolahan untuk menghasilkan CPO. Setelah CPO diterima, pihak

Page 78: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

63

pembeli (processor) juga akan mengolah CPO tersebut menjadi produk-produk

jadi seperti minyak goreng, sabun, margarin, kosmetik, dan lain-lain. Pihak KPB

PTPN sendiri tidak memiliki peran dalam fungsi pengolahan mengingat fungsinya

sebagai organisasi atau lembaga pemasaran.

Pengemasan menjadi tanggungjawab penuh para produsen (PTPN) namun

untuk CPO yang merupakan minyak kelapa sawit mentah tidak diperlukan adanya

pengemasan khusus dimana yang dibutuhkan hanyalah tangki yang digunakan

untuk mengangkut dan menyimpan guna mempertahankan kualitas CPO tetap

terjaga. Untuk penyimpanan, setelah produsen (PTPN) mengolah TBS menjadi

CPO, maka CPO disimpan di dalam tangki timbun penyimpanan atau gudang

penyimpanan dimana terdapat steamer (pemanas) dengan temperatur 500 – 55

0 C

untuk menjaga dan mempertahankan kualitas CPO sebelum diangkut dan

diserahkan kepada pembeli. Pihak pembeli (processor) pun juga menjalankan

fungsi penyimpanan dengan memiliki tangki penyimpanan setelah CPO diterima

pihak pembeli karena CPO yang diperjualbelikan berukuran ratusan bahkan

ribuan ton sehingga tidak dapat diolah sekaligus dan saat itu juga.

Untuk pengangkutan, pihak produsen (PTPN) maupun pembeli dapat

bertanggungjawab dalam hal penyediaan izin, dokumen, surat-surat, kontrak, alat

angkut yang berupa truk, kereta api atau kapal pengangkut, dll. Hal ini tergantung

kontrak penjualan yang telah disepakati dan disetujui oleh kedua belah pihak.

Bentuk kontrak pengangkutannya sendiri dapat berupa FOB (Freight On Board)

atau Franco atau CIF (Cost Insurance Freight). FOB adalah transaksi

pengangkutan melalui pelabuhan dimana penjual bertanggungjawab

Page 79: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

64

mengantarkan barang hingga ke pelabuhan yang telah disepakati. Sedangkan

untuk franco ada yang berupa franco gudang pembeli dan franco pabrik penjual.

Untuk franco gudang pembeli maka CPO harus diantarkan oleh penjual dalam hal

ini PTPN sampai ke gudang pembeli. Penjual juga bertanggungjawab atas biaya,

risiko, serta dokumen-dokumen yang diperlukan. Sementara untuk franco pabrik

penjual maka pembeli sendiri yang mengambil CPO ke pabrik atau gudang PTPN.

Sedangkan CIF adalah untuk aktivitas ekspor, dimana seperti FOB tetapi

biaya selama pengangkutan menjadi tanggungjawab pembeli termasuk seluruh

dokumen (izin, dll) termasuk asuransi. Namun pada saat ini CIF sudah jarang

digunakan dimana pembeli lebih memilih untuk menyiapkan kapal pengangkut

sendiri. Sedangkan untuk CPO lokal umumnya beban pengangkutan dibebankan

kepada pembeli dimana pembeli dapat mengambil CPOnya sendiri atau

menggunakan jasa transportasi sewaan untuk mengangkut CPO dari gudang

penyimpanan atau tangki penyimpanan milik PTPN (franco pabrik/gudang

penjual).

Fungsi fasilitas disebut juga fungsi pelancar yang merupakan kegiatan-

kegiatan memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi dan arus komoditi antar

produsen dengan konsumen yang meliputi sortasi, grading, dan standardisasi,

pembiayaan, penanggungan risiko dan informasi pasar. Sortasi adalah tindakan

memilih suatu komoditi berdasarkan tingkat kerusakan dan kematangan,

sedangkan grading adalah tindakan mengklasifikasikan hasil-hasil pertanian

menurut standardisasi yang diinginkan sehingga terkumpul menurut suatu ukuran

standar. Sortasi dan grading secara pasti dilakukan oleh pihak produsen (PTPN)

Page 80: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

65

dimana terdapat standardisasi berdasarkan warna, asam lemak bebas, kadar air

dan kotoran serta bilangan yodium. Secara umum hanya terdapat 1 jenis grade

untuk CPO hasil produksi PTPN yang dipasarkan melalui KPB PTPN yaitu sesuai

standar SNI.01-2901-2006 yang nantinya akan dijual kepada pembeli (processor).

KPB PTPN dan pembeli sendiri tidak perlu lagi melakukan sortasi dan grading

termasuk mempertanyakan kualitas CPO yang diproduksi PTPN mengingat sudah

sesuai dengan standar nasional.

Dalam hal pembiayaan, pihak produsen (PTPN) dan KPB PTPN memiliki

peran masing-masing dimana sumber dana anggaran pembiayaan KPB PTPN

berasal dari PTPN I – PTPN XIV yang besarnya didasarkan pada perbandingan

rencana penjualan. Biaya operasi dan biaya pegawai KPB PTPN dialokasikan

pada PTPN I – PTPN XIV berdasarkan perbandingan nilai rencana penjualan

yang dilakukan KPB PTPN.

Risiko yang ditanggung oleh lembaga tataniaga CPO dapat berupa risiko

fisik, risiko organisasi, serta risiko pasar. Risiko fisik antara lain adalah

kerusakan, pencurian dan penyusutan. Risiko fisik sangat rentan terjadi pada

pihak produsen (PTPN). CPO yang disimpan dapat menjadi rusak bila tidak

segera dipasarkan sehingga menurunkan standar kualitasnya. Pengaruh iklim,

cuaca (kelembaban,dll) serta proses pengolahan yang tidak baik dapat

mempengaruhi CPO yang akan dihasilkan. Meningkatnya harga jual CPO sendiri

dapat merangsang oknum-oknum tertentu untuk mencuri TBS dari perkebunan.

Nilai alat-alat yang digunakan pun akan mengalami penyusutan setiap tahunnya

dan dapat mempengaruhi proses pengolahan TBS menjadi CPO.

Page 81: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

66

Risiko organisasi dapat terjadi pada pihak produsen (PTPN) maupun pada

pihak KPB PTPN. Hal ini terkait dengan adanya oknum-oknum tertentu yang

dapat memanfaatkan kesempatan yang ada untuk memperkaya diri atau kelompok

tertentu. Untuk itu diperlukan adanya sistem pengawasan internal dan kegiatan

audit yang dilakukan pihak internal maupun lembaga independen. Selain risiko di

yang disebutkan di atas, risiko pasar merupakan risiko yang paling signifikan

mempengaruhi kondisi kegiatan tataniaga CPO mengingat harga penjualan CPO

sangat dipengaruhi oleh harga CPO internasional, harga minyak nabati lainnya

(substitusi), kurs/nilai tukar, krisis ekonomi, dll. Selain itu terdapat pula risiko-

risiko seperti risiko pengangkutan (kecelakaan mobil/kapal pengangkut,

pencurian, dll) dan risiko pembayaran (adanya keterlambatan pelunasan sisa

pembayaran yang dilakukan pihak pembeli).

Informasi pasar sangat diperlukan oleh semua pihak yang terlibat dalam

tataniaga CPO. Hal ini sangat berkaitan dengan situasi dan kondisi pasar, lokasi,

mutu, waktu, perluasan pasar, penelitian terhadap produk, serta harga pasar.

Dengan penguasaan terhadap informasi pasar maka kita dapat mengetahui sejauh

mana posisi nilai komoditas tersebut di pasar dunia. Saat ini semua pihak dapat

memperoleh informasi dengan berbagai cara antara lain melalui internet,

pertukaran informasi dengan pihak lain atau lembaga tataniaga lain, buletin,

majalah, dll. Informasi pasar khususnya mengenai harga internasional akan sangat

berguna bagi penentuan harga produk tersebut di dalam negeri khususnya di KPB

PTPN. Informasi harga ini akan menentukan harga yang akan ditawarkan pihak

KPB PTPN maupun pihak pembeli mengingat pembentukan harga tender di KPB

Page 82: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

67

PTPN berpatokan terhadap harga internasional (MDEX Malaysia, pasar fisik

Rotterdam).

5.3 Analisis Struktur Pasar CPO

Dalam banyak penelitian mengenai tataniaga CPO disebutkan bahwa

struktur pasar CPO cenderung mendekati bentuk pasar bersaing (competitive

market), dimana dalam satu wilayah pasar terdapat banyak penjual dan banyak

pembeli. KPB PTPN sendiri menjual sebagian besar produk CPOnya kepada

pabrikan dalam negeri untuk mengutamakan memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Sisanya baru diekspor ke negara-negara seperti: Uni Eropa, India, China,

Malaysia, Singapura, dlll. Mengingat sasaran utama penjualan CPO PTPN adalah

konsumen dalam negeri maka penelitian ini akan lebih difokuskan untuk

membahas pemasaran CPO lokal dibanding CPO ekspor.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur pasar pada pelaksanaan

tender CPO domestik (lokal) dilaksanakan setiap hari senin hingga jumat pada

pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai. Pelaksanaan tender dihadiri oleh panitia

tender (pihak KPB PTPN) yang terdiri dari Kepala Bagian Penjualan Sawit,

Kepala Bagian Analisa dan Informasi Pasar (AIP), Kepala Urusan Penjualan

Sawit, Kepala Urusan Pengapalan Sawit, Kepala Urusan Analisa Sawit serta para

peserta tender (processor). Namun peserta tender biasanya hanya diwakili oleh

utusan perusahaan misalnya karyawan perusahaan, dll mengingat letak perusahaan

yang tidak semuanya berada di Jakarta atau berada jauh dari kantor KPB PTPN.

Bentuk pemasaran CPO di KPB PTPN adalah tender, dimana diawali

dengan penawaran jumlah CPO oleh KPB PTPN berdasarkan PTPN yang ada lalu

Page 83: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

68

para peserta tender (processor) yang berminat akan melakukan penawaran harga

sesuai dengan informasi yang mereka miliki hingga tercapainya harga tertinggi.

KPB PTPN akan menerima penawaran harga tertinggi tersebut bila berada di atas

harga ancar-ancar (Price Idea) yang telah ditetapkan di awal tender oleh KPB

PTPN atau minimal sama dengan harga ancar-ancar (Price Idea) tersebut. Dengan

begitu dapat dikatakan bahwa CPO telah terjual kepada pembeli tersebut. Sekedar

mengingatkan bahwa tidak semua PTPN (PTPN I – PTPN XIV) merupakan

penghasil CPO. PTPN yang menghasilkan CPO antara lain PTPN I - PTPN VIII,

PTPN XIII dan PTPN XIV. Oleh sebab itu ada 10 (sepuluh) produsen CPO yang

ada di KPB PTPN. Selain itu pembeli untuk CPO lokal yang terdaftar di KPB

PTPN berjumlah sekitar 50 perusahaan dengan pelanggan utama seperti: Astra

Agro Lestari, Musim Mas, Multi Nabati Asahan, PT Bukit Kapur Reksa, Permata

Hijau Sawit, SMART Tbk, Wilmar Nabati Indonesia, Nagamas Palmoil Lestari,

Bina Karya Prima, Darmex Oil & Fats, Pelita Agung Agrindustri, Inti Benua

Perkasatama, Sinar Alam Permai, Palm Mas Asri, Tunas Baru Lampung, Pacific

Palmindo Industri, Indokarya Internusa, dll. Sedangkan pelanggan utama untuk

CPO ekspor antara lain Uni Eropa (Wilmar, ISISA, Safic Alcan), India (Protea),

China (Wilmar), Malaysia, Singapura (Gladale Ltd, Wilmar), dll.

Sementara itu, produk CPO yang digunakan sejenis (homogen) yang

memiliki kualitas seragam dan telah terstandar di seluruh Indonesia (SNI) seperti

yang telah tersaji seperti di Tabel 7. Selain itu, informasi beredar secara sempurna

dimana pergerakan harga CPO selalu dipantau setiap saat (Real Time) baik oleh

pihak KPB PTPN maupun oleh pihak pembeli. KPB sendiri mendapatkan

Page 84: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

69

informasi secara real time dan periodik. Pengumpulan informasi pasar ini

dilakukan oleh Urusan Informasi Pasar dengan cara:

1. Berlangganan, yaitu:

Online / real time (sumber: kantor berita dunia Reuters, Dow Jones

Newswires)

On line / periodik (sumber: Oil World)

Cetakan (sumber: Oil World, buletin komoditi, majalah, koran,dll)

2. Pemberian cuma-cuma dari lembaga terkait (buletin, majalah, dll)

3. Pencarian data cuma-cuma via internet (data, berita, artikel, dll) yang

bersumber dari: Bursa Berjangka Malaysia (MDEX), pasar fisik

Rotterdam, Market Journal, perbankan (menyangkut pergerakan kurs/nilai

tukar mata uang), dll.

Selain itu produsen (PTPN) dapat dengan mudah memperoleh informasi dari

produsen lainnya, begitu pula dengan para pembelinya. Oleh sebab itu setiap

pembeli dan penjual (PTPN) adalah penerima harga dimana pergerakan harga

sangat bergantung pada harga CPO internasional (MDEX Malaysia dan pasar fisik

Rotterdam), kurs/nilai tukar rupiah, serta harga-harga minyak nabati dunia sebagai

substitusinya (pasar minyak kedelai USA/CBOT, Argentina/GBRA,

Brazil/SYBV, India/NBTI, China/DCE, pasar minyak kelapa Filipina, dll). Di

samping itu KPB PTPN juga menerima produsen CPO lain yang ingin bergabung

untuk menjual produknya melalui tender di KPB PTPN.

Dari penjelasan di atas, maka dapat saya simpulkan bahwa struktur pasar

pada pelaksanaan tender CPO lokal di Kantor Pemasaran Bersama PT Perkebunan

Nusantara (KPB PTPN) mengarah ke bentuk pasar bersaing (competitive market).

Page 85: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

70

Begitu pula dengan pelaksanaan tender untuk CPO ekspor yang dilaksanakan

sebulan sekali pada minggu pertama.

5.4 Analisis Perilaku Pasar

Perilaku pasar merupakan tingkah laku lembaga tataniaga dalam struktur

pasar tertentu, sehingga struktur pasar yang terbentuk sangat mempengaruhi

perilaku lembaga tataniaga yang terlibat termasuk pihak-pihak di dalamnya.

Analisis perilaku pasar dapat diketahui dengan mengamati praktek penjualan dan

pembelian yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga termasuk

pihak-pihak yang terlibat, sistem penentuan harga, sistem pembayaran, dan

kerjasama diantara masing-masing pihak.

5.4.1 Praktek Penjualan dan Pembelian

Para produsen dalam hal ini PTPN melakukan penjualan CPO melalui

KPB PTPN yang dikemas dalam tanki-tanki penyimpanan dan diangkut dengan

menggunakan truk, kereta api ataupun kapal laut melalui pelabuhan tertentu.

Volume penjualan dan pembelian CPO dalam transaksi di KPB PTPN dapat

mencapai 2 juta ton per tahun, dimana pada tahun 2008 lalu tercatat sebanyak

1.865.520 ton. Hal ini didukung oleh transaksi penjualan dan pembelian CPO di

KPB PTPN yang dilaksanakan setiap hari senin hingga jumat pada pukul 15.00

WIB melalui proses tender (lelang/auction) sehingga PTPN selaku produsen CPO

dapat menjual produknya dalam kuantitas (jumlah) yang lebih besar dan lebih

sering. Pelaksanaan tender dihadiri oleh panitia tender (pihak KPB PTPN) yang

terdiri dari Kepala Bagian Penjualan Sawit, Kepala Bagian Analisa dan Informasi

Page 86: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

71

Pasar (AIP), Kepala Urusan Penjualan Sawit, Kepala Urusan Pengapalan Sawit,

Kepala Urusan Analisa Sawit serta para peserta tender (processor).

Berikut akan dijelaskan tata cara atau prosedur tender CPO lokal.

1. Volume yang akan ditender disusun berdasarkan kondisi penyerahan CIF atau

FOB (FOB Pelabuhan Muat)/Franco pabrik pembeli/penjual dengan mutu

sesuai standar mutu yang berlaku serta bulan penyerahan/pengapalannya

ditetapkan di dalam formulir tender.

2. Pembeli peserta tender menyampaikan penawaran melalui fax/surat yang

dimasukkan kedalam kotak yang telah disediakan di Kantor Pemasaran

Bersama PTPN selambat-lambatnya pada jam 14.00 atau 15.00 WIB (sesuai

undangan) pada hari dan tanggal tender (penawaran melalui fax ditangani oleh

petugas khusus).

3. Harga penawaran diajukan dalam Rp/Kg termasuk PPN (dalam bulatan

Rupiah).

4. Pembeli peserta tender menyampaikan harga penawaran dengan jumlah per lot

sesuai yang ditawarkan dan berdasarkan kondisi penyerahan.

5. Penawaran dengan harga tertinggi yang mencapai atau melebihi price idea

dinyatakan sebagai pemenang tender.

6. Bila terdapat dua pembeli atau lebih dengan harga penawaran yang sama

untuk volume dan lot serta kondisi penyerahan yang sama, maka volume

tersebut dibagi secara proporsional.

7. Bila harga penawaran dari peserta tender tidak mencapai price idea, maka

ditawarkan kembali kepada penawar tertinggi pertama, apabila penawar

Page 87: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

72

tertinggi pertama tidak bersedia atau tidak hadir, maka ditawarkan kepada

penawar tertinggi kedua. Apabila penawar tertinggi kedua juga tidak bersedia

atau tidak hadir, maka barang ditawarkan kepada peserta tender lainnya pada

saat pelaksanaan tender, dan apabila peserta tender lainnya tidak bersedia

maka barang ditarik dari tender (withdrawn).

Sedangkan tata cara atau prosedur tender CPO ekspor adalah sebagai berikut.

1. Bagian Jasa Penjualan Minyak Sawit menawarkan minyak sawit kepada Calon

Pembeli.

2. Calon Pembeli menerima penawaran dan mengirimkan tawaran melalui

faksimili atau dimasukkan ke dalam kotak tertutup.

3. Panitia Tender CPO Ekspor membuka penawaran, penawaran sesuai dengan

price idea atau harga tertinggi yang terjadi.

4. Panitia Tender CPO Ekspor melakukan counter kepada Calon Pembeli

tertinggi.

5. Calon Pembeli revisi tawaran sesuai price idea atau harga tertinggi yang

terjadi.

6. Apabila pembeli tidak bersedia maka CPO ditarik dari tender. Panitia Tender

CPO Ekspor Withdrawn.

Sistem transaksi penjualan dan pembelian CPO ini dapat dikatakan

merupakan sistem jual beli bebas dan sistem kepercayaan, berlangganan dimana

para pelaku tataniaga sudah bekerja sama cukup lama sehingga terjalin

kepercayaan satu sama lain antar pelaku kegiatan tataniaga. Selain itu, para

Page 88: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

73

pembeli dapat dengan bebas memilih CPO hasil produksi PTPN mana yang ingin

dibeli dan dapat ditawar dengan harga yang telah mereka perkirakan sendiri.

5.4.2 Sistem Penentuan Harga

Sistem penentuan harga jual beli dalam tataniaga komoditi CPO terbentuk

melalui sistem lelang di dalam tender di KPB PTPN. Dalam tender ini, pembeli

dengan penawar harga tertinggi memiliki peluang terbesar untuk mendapatkan

CPO. Sebenarnya, sebelum tender dilaksanakan di KPB PTPN, Bagian AIP

(Analisis dan Informasi Pasar), Bagian Penjualan Sawit, beserta staf-staf internal,

dll melakukan rapat internal (15 – 30 menit sebelum tender) guna menentukan

harga ancar-ancar atau biasa disebut “Price Idea”. “Price Idea” berlaku untuk

FOB Belawan/Dumai sedangkan bila di luar Belawan dan Dumai maka “Price

Idea” akan dikurangi nilai pengurang sebagai biaya angkut (asuransi, dll) bagi

pembeli sehingga harganya berada di bawah “Price Idea” misalnya FOB Siak,

Franco PKS Bunut, dll. Besarnya “Price Idea” sangat dipengaruhi oleh harga

CPO di tingkat internasional (Bursa Berjangka Malaysia/MDEX, pasar fisik

Rotterdam) serta nilai tukar mata uang rupiah (kurs) sehingga besarnya selalu

berubah-ubah sesuai situasi dan kondisi pasar. Sistem ini dapat dikatakan sebagai

sistem penentuan harga secara sepihak dimana dapat dikatakan bahwa harga

terendah (nilai minimal) dari suatu produk telah ditentukan oleh pihak lembaga

pemasaran.

“Price Idea” menjadi harga patokan (counter price) bagi KPB PTPN

untuk melepas CPO kepada para pembeli yang menawar. Namun, besarnya “Price

Idea” ini masih dirahasiakan sampai semua harga yang ditawarkan oleh para

Page 89: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

74

pembeli lebih rendah daripada “Price Idea” maka pihak KPB PTPN akan

melakukan counter dengan “Price Idea” tadi. Disinilah terjadi sistem tawar

menawar dimana harga yang terbentuk merupakan hasil kesepakatan kedua belah

pihak. Harga yang telah disepakati tergantung pada kekuatan permintaan dan

penawaran yang terjadi di pasar. Bila para pembeli tetap bertahan untuk tidak

menaikkan harga penawarannya tadi maka CPO ditarik kembali oleh pihak KPB

PTPN atau CPO tidak terjual (withdrawn) sehingga CPO dapat kembali

ditawarkan KPB PTPN di tender berikutnya. Sedangkan jika harga yang

ditawarkan pembeli minimal sama atau lebih tinggi dari “Price Idea” maka CPO

terjual kepada penawar tersebut.

5.4.3 Sistem Pembayaran

Sistem pembayaran CPO untuk tender di KPB PTPN pada umumnya

berupa sistem pembayaran transfer melalui bank dalam jangka waktu 14 hari

setelah kontrak tender disetujui dan ditandatangani oleh pihak pembeli dan pihak

KPB PTPN. Dalam jangka waktu tersebut pembayaran terhadap CPO yang dibeli

harus sudah lunas sehingga dapat diterbitkan kontrak penjualan (sales contract)

dalam bentuk in-voice sementara untuk pembeli. Bila dalam jangka waktu ini

pembeli tidak melunasi pembayarannya maka akan dikenakan denda. Dan bila

masih belum membayar (termasuk denda) juga maka pembeli akan dinon-aktifkan

sementara dari keanggotaan sebagai pembeli di KPB PTPN sehingga tidak dapat

mengikuti tender untuk waktu yang tidak ditentukan hingga pembeli

menyelesaikan masalah pembayaran tadi. Namun bila pembayaran telah dilunasi

maka dalam jangka waktu 14 hari berikutnya CPO harus diserahkan kepada

Page 90: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

75

pembeli dimana akan dibuat D/O (Delivery Order) yang diterbitkan oleh KPB

PTPN untuk pembeli agar pembeli dapat mengambil CPO tersebut.

Sebelum diangkut, CPO ditimbang terlebih dahulu untuk memastikan

jumlah berat CPOnya sesuai dengan kontrak. Jumlah CPO yang ditimbang

terkadang tidak sesuai (terdapat kelebihan/kekurangan) dengan yang tertera di

kontrak maka diterbitkanlah in-voice tetap. Bila terjadi kelebihan atau kekurangan

pada jumlah CPO tadi maka akan disesuaikan pada kontrak berikutnya (transaksi

jual beli berikutnya). Sistem pembayaran transfer melalui bank ini berlangsung

tergantung pada tingkat kepercayaan dan perjanjian antara kedua belah pihak

dimana pembayaran harus lunas yang dilakukan di muka dengan transfer melalui

bank (cth: Bank Mandiri) ke rekening PTPN yang bersangkutan dalam jangka

waktu 14 hari. Setelah uang transfer masuk ke rekening milik PTPN yang

bersangkutan dan telah dipastikan lewat bank serta surat tanda bukti pembayaran

melalui bank maka CPO dapat diantar atau dijemput sesuai dengan kesepakatan

pengangkutan yang terjadi antara kedua belah pihak.

5.5 Keragaan Pasar

Keragaan pasar merupakan akibat dari struktur dan perilaku pasar yang

terbentuk dalam kegiatan tataniaga yang ditunjukkan dengan harga, biaya, dan

volume produksi. Deskripsi dari keragaan pasar dapat dilihat dari indikator: (1)

harga dan penyebarannya di tingkat produsen dan konsumen; dan (2) marjin dan

penyebarannya pada setiap pelaku pemasaran. Keragaan pasar CPO dianalisis

dengan menggunakan analisis fleksibilitas transmisi harga dan analisis

keterpaduan pasar (Indeks of Market Connection).

Page 91: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

76

5.5.1 Fleksibilitas Transmisi Harga

Tujuan analisis fleksibilitas transmisi harga dalam penelitian ini adalah

untuk melihat pengaruh perubahan relatif harga pada tingkat harga penjualan di

tingkat konsumen terhadap perubahan relatif harga di tingkat PTPN yang dijual

oleh KPB PTPN (“Price Idea”). Analisis ini dilakukan terhadap data antara tahun

2007 hingga tahun 2009 (tepatnya sampai dengan Juni 2009). Data harga ini

selalu mengalami perubahan setiap harinya karena pelaksanaan tender di KPB

PTPN yang dilaksanakan setiap hari antara hari senin hingga jumat (5 kali

seminggu) apalagi mengingat harga CPO yang selalu berfluktuatif tergantung

pada situasi dan kondisi pasar. Hasil analisis disajikan pada tabel berikut.

Tabel 10. Koefisien Regresi dan Fleksibilitas Transmisi Harga antara Harga di

Tingkat Konsumen (PR) dan Harga di Tingkat Produsen PTPN (PF)

Variabel Koefisien Dugaan SE

Koefisien t-statistic Probabilitas

Konstanta 4,1368 0,0015 0,3605 0,7211

PR 1,0017 11,4724 654,6566 0,0000*

R—Sq = 99,9935 % 1/𝜂 = 1,0024

R—Sq (adj) = 99,9932 %

F—Statistic = 428575,2 Prob. (F stat) = 0,0000

Sumber: KPB PTPN Jakarta, 2009, (Hasil Olahan).

Keterangan: *) nyata pada taraf 5 persen

Tabel tersebut menunjukkan bahwa fleksibilitas transmisi harga antara

tingkat harga di tingkat konsumen dengan harga di tingkat produsen PTPN atau

KPB (Price Idea) kelembagaan KPB lebih besar dari satu. Hal ini berarti apabila

terjadi perubahan harga pada tingkat konsumen sebesar 1 persen, maka akan

mengakibatkan perubahan harga di tingkat produsen PTPN (KPB) lebih besar dari

1 persen, ceteris paribus. Secara lebih spesifik ini berarti bahwa pada

kelembagaan lelang, jika terjadi perubahan harga pada tingkat konsumen sebesar

1 persen akan mengakibatkan perubahan harga pada tingkat PTPN sebesar 1,0024

Page 92: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

77

persen, baik dalam keadaan harga naik maupun harga turun. Hal ini berarti bahwa

perubahan harga CPO pada tingkat produsen PTPN (KPB) terjadi secara

proporsional dengan perubahan harga CPO yang terjadi pada tingkat konsumen.

Apabila dilihat maka tingginya fleksibilitas transmisi harga pada

kelembagaan lelang KPB merupakan refleksi dari relatif kecilnya hambatan

komunikasi dan informasi karena processor atau konsumen langsung berhadapan

dengan produsen PTPN yang diwakili oleh KPB. Harga terbentuk secara

kompetitif karena adanya persaingan yang ketat dan efektif pada tingkat pembeli

atau konsumen dalam usahanya mendapatkan CPO yang ditransaksikan. Di

samping itu, produsen PTPN (KPB) sendiri berada pada posisi tawar-menawar

yang lebih kuat karena telah mempunyai standar CPO dan harga CPO serta hanya

menjual CPOnya kepada pembeli atau konsumen yang memberikan harga

tertinggi.

Fleksibilitas transmisi harga dalam suatu analisis tataniaga bisa menjadi

cerminan adanya perbedaan pandangan antara produsen di suatu pihak yang

menginginkan harga tinggi, dan pembeli di pihak lain yang menginginkan harga

yang rendah dengan keuntungan yang sebesar-besarnya. Oleh karena itu

kelembagaan yang efisien harus dapat mengakomodasikan sebesar-besarnya dua

kepentingan yang berbeda tadi dimana kelembagaan tataniaga tersebut harus

mampu menyampaikan barang-barang yang diproduksi dari produsen hingga ke

konsumen dengan biaya yang serendah mungkin dan mampu memberikan

kepuasan maksimal kepada konsumen.

Page 93: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

78

5.5.2 Keterpaduan Pasar

Keterpaduan pasar menunjukkan seberapa besar pembentukan harga pada

suatu pasar atau tingkat lembaga tataniaga tertentu mempengaruhi harga pada

suatu pasar lain atau tingkat lembaga tataniaga lain, serta melihat seberapa efisien

sistem pasar bekerja sehingga membentuk pasar yang terintegrasi atau terpadu

secara sempurna. Kekuatan pembentukan harga secara ekonomi akan berbeda

antara satu tingkat pasar dengan tingkat pasar lainnya. Hal tersebut menunjukkan

bahwa setiap pasar memiliki kurva penawaran dan permintaan yang berbeda. IMC

menggambarkan secara dinamis tingkat integrasi pasar jangka pendek antara pasar

pengikut dan pasar acuannya. Selain itu IMC juga menunjukkan tingkat efisiensi

pembentukan harga CPO di tingkat produsen PTPN, apakah dominan dipengaruhi

oleh harga CPO di pasar acuan dalam hal ini harga CPO di pasar CPO

internasional di Bursa Berjangka Malaysia (MDEX) dan harga di pasar CPO

internasional di pasar fisik Rotterdam atau dominan dipengaruhi oleh kondisi atau

faktor-faktor lokal.

Analisis keterpaduan pasar komoditi CPO adalah melihat keterpaduan

pasar CPO domestik khususnya di KPB PTPN dengan pasar CPO internasional di

Bursa Berjangka Malaysia (MDEX). Selain itu juga digunakan untuk melihat

keterpaduan pasar CPO domestik di KPB PTPN dengan pasar CPO internasional

di pasar fisik Rotterdam. Analisis indeks keterpaduan pasar antara pasar CPO di

KPB PTPN dengan pasar CPO di MDEX (Bursa Berjangka Malaysia) disajikan

dalam tabel berikut ini.

Page 94: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

79

Tabel 11. Koefisien Regresi Keterpaduan Pasar antara Pasar CPO di KPB PTPN

dengan Pasar CPO Internasional di MDEX (Bursa Berjangka Malaysia)

Variabel Koefisien Dugaan SE

Koefisien t-

statistic Probabilitas

Konstanta 307,6324 104,8402 2,9342 0,0047*

Pit-1 (b1) 0,6080 0,0912 6,6653 0,0000*

Pjt — Pjt-1 (b2) 0,8760 0,0691 12,6687 0,0000*

Pjt-1 (b3) 0,3509 0,0862 4,0702 0,0001*

R—Sq = 98,2352 % IMC = 1,7326

R—Sq (adj) = 98,1484 %

F — Hitung = 1131,799 Prob. (F stat) = 0,0000

Sumber: KPB PTPN Jakarta, 2009, (Hasil Olahan).

Keterangan: *) nyata pada taraf 5 persen

Keterpaduan pasar diperoleh dari nilai b2 (untuk menentukan keterpaduan

pasar jangka pendek) dan nilai IMC (Indeks of Market Connection) untuk

menentukan keterpaduan pasar jangka panjang, yaitu nilai yang diperoleh dari

hasil pembagian antara nilai koefisien variabel Pit-1 (variabel lag harga di pasar

pengikut) dengan nilai koefisien variabel Pjt-1 (variabel lag harga di pasar acuan).

Dari tabel di atas terlihat antara pasar CPO di KPB PTPN dengan pasar CPO

Internasional di MDEX Malaysia diperoleh nilai IMC sebesar 1,7326, yaitu nilai

IMC lebih besar dari satu, artinya tidak terjadi keterpaduan pasar jangka panjang

antara pasar pengikut dan pasar acuan dikarenakan t-hitung (6,66) > t-tabel (1,67),

maka hipotesis alternatif (H1) diterima secara statistik (tolak H0) sehingga artinya

kedua pasar tidak terpadu dalam jangka panjang. Hal ini juga menunjukkan bahwa

kondisi atau faktor di pasar pengikut memiliki pengaruh yang dominan terhadap

pembentukan harga di pasar pengikut atau dengan kata lain terjadinya perubahan

harga CPO di tingkat pasar acuan (MDEX Malaysia) tidak memiliki pengaruh

dominan terhadap pembentukan harga CPO di tingkat pasar pengikut dalam

jangka panjang.

Page 95: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

80

Berdasarkan tabel di atas juga diperoleh koefisien b2 sebesar 0,8760 yang

artinya terjadi keterpaduan pasar jangka pendek, dikarenakan t-hitung (-1,79) < t-

tabel (1,67), maka hipotesis nol (H0) tidak dapat ditolak secara statistik sehingga

kedua pasar terpadu dalam jangka pendek. Keterpaduan pasar jangka pendek ini

terlihat dari b2 yang semakin mendekati satu (b2 = 0,8760) dimana derajat

asosiasinya semakin tinggi yang menunjukkan perubahan harga pasar acuan akan

sebagian besar diteruskan ke pasar pengikut.

Sebenarnya tingginya keterpaduan (integrasi) pasar jangka pendek ini

disebabkan oleh informasi pasar yang bersifat simetris yang menggambarkan

perubahan harga pada suatu pasar atau suatu tingkat lembaga tataniaga dapat

ditransmisikan dengan cepat ke pasar lain atau tingkat lembaga tataniaga lainnya.

Hal ini juga berarti bahwa lancarnya arus informasi antara pasar acuan dan pasar

pengikut baik antara produsen maupun konsumen. Selain itu juga volume CPO

dalam setiap transaksi tender di KPB PTPN Jakarta juga relatif besar.

Analisis indeks keterpaduan pasar antara pasar CPO di KPB PTPN dengan

pasar CPO di Pasar Fisik Rotterdam disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 12. Koefisien Regresi Keterpaduan Pasar antara Pasar CPO di KPB PTPN

dengan Pasar CPO Internasional di Pasar Fisik Rotterdam

Variabel Koefisien Dugaan SE

Koefisien t-

statistic Probabilitas

Konstanta 259,5784 100,3794 2,5859 0,0121*

Pit-1 (b1) 0,6246 0,0945 6,6103 0,0000*

Pjt — Pjt-1 (b2) 0,8278 0,0676 12,2414 0,0000*

Pjt-1 (b3) 0,3117 0,0839 3,7129 0,0004*

R—Sq = 98,2659 % IMC = 2,0038

R—Sq (adj) = 98,1807 %

F—Hitung = 1152,258 Prob. (Fstat) = 0,0000

Sumber: KPB PTPN Jakarta, 2009, (Hasil Olahan).

Keterangan: *) nyata pada taraf 5 persen

Page 96: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

81

Dari tabel tersebut terlihat antara pasar CPO di KPB PTPN dengan pasar CPO

Internasional di Pasar Fisik Rotterdam diperoleh nilai IMC sebesar 2,0038, yaitu

nilai IMC lebih besar dari satu, artinya tidak terjadi keterpaduan pasar jangka

panjang antara pasar pengikut dan pasar acuan dikarenakan t-hitung (6,60) > t-

tabel (1,67), maka hipotesis alternatif (H1) diterima secara statistik sehingga

artinya kedua pasar tidak terpadu dalam jangka panjang. Hal ini juga

menunjukkan bahwa kondisi atau faktor di pasar pengikut memiliki pengaruh

yang dominan terhadap pembentukan harga di pasar pengikut atau dengan kata

lain terjadinya perubahan harga CPO di tingkat pasar acuan (Pasar Fisik

Rotterdam) tidak memiliki pengaruh dominan terhadap pembentukan harga CPO

di tingkat pasar pengikut dalam jangka panjang.

Berdasarkan tabel di atas juga diperoleh koefisien b2 sebesar 0,8278 yang

artinya terjadi keterpaduan pasar jangka pendek, dikarenakan t-hitung (-2,54) < t-

tabel (1,67), maka hipotesis nol (H0) tidak dapat ditolak secara statistik sehingga

kedua pasar terpadu dalam jangka pendek. Keterpaduan pasar jangka pendek ini

terlihat dari b2 yang semakin mendekati satu (b2 = 0,8278) dimana derajat

asosiasinya semakin tinggi yang menunjukkan perubahan harga pasar acuan akan

sebagian besar diteruskan ke pasar pengikut. Sama seperti penjelasan sebelumnya,

sebenarnya tingginya keterpaduan (integrasi) pasar jangka pendek ini disebabkan

oleh informasi pasar yang bersifat simetris yang menggambarkan perubahan harga

pada suatu pasar atau suatu tingkat lembaga tataniaga dapat ditransmisikan

dengan cepat ke pasar lain atau tingkat lembaga tataniaga lainnya. Hal ini juga

berarti bahwa lancarnya arus informasi antara pasar acuan dan pasar pengikut baik

Page 97: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

82

antara produsen maupun konsumen. Tersedianya layanan internet yang membantu

produsen dan konsumen sehingga mereka dapat mengakses informasi dan

bertukar informasi secara lokal, nasional hingga global (mendunia). Selain itu

juga volume CPO dalam setiap transaksi tender di KPB PTPN Jakarta juga relatif

besar.

Dari hasil analisis di atas baik untuk Bursa Berjangka Malaysia (MDEX)

maupun pasar fisik Rotterdam diperoleh diperoleh bahwa terjadi keterpaduan

pasar jangka pendek namun tidak terjadi keterpaduan pasar jangka panjang. Hal

ini sedikit berbeda dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Reni Kustiari

dimana untuk pasar kopi terdapat keterpaduan pasar jangka panjang dimana harga

kopi robusta Indonesia sangat dipengaruhi (dominan) oleh tingkat harga di pasar

internasional. Hal ini didukung pula oleh Surat Direktur Jenderal Pajak tanggal 11

Juni 2001 bahwa atas ekspor kopi dikenakan PPN dengan tarif 0 persen dan

pajak masukan yang telah dibayar dapat diminta kembali.

Sedangkan untuk pemasaran CPO produksi PTPN yang dilakukan melalui

KPB PTPN Jakarta lebih diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri

dibandingkan untuk pasar ekspor. Hal ini dapat terlihat dari tender untuk CPO

lokal yang diadakan di KPB PTPN Jakarta yang mencapai 5 kali dalam seminggu

(Senin hingga Jumat) sedangkan untuk CPO ekspor hanya 1 kali dalam sebulan.

Apalagi untuk CPO masih dikenakan biaya PPN (Pajak Pertambahan Nilai)

sebesar 10 persen dan untuk ekspor masih dikenakan pula pajak ekspor. Hal ini

juga menunjukkan bahwa kondisi atau faktor di pasar pengikut memiliki pengaruh

yang dominan terhadap pembentukan harga di pasar pengikut atau dengan kata

Page 98: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

83

lain terjadinya perubahan harga CPO di tingkat pasar acuan (MDEX Malaysia dan

pasar fisik Rotterdam) tidak memiliki pengaruh dominan terhadap pembentukan

harga CPO di tingkat pasar pengikut dalam jangka panjang.

Page 99: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Suatu sistem tataniaga dapat dikatakan efisien apabila sistem tataniaga

tersebut dapat memberikan kepuasan bagi semua pihak yang terlibat, yaitu

produsen, konsumen, dan lembaga-lembaga tataniaga lainnya. KPB PTPN Jakarta

selaku lembaga pemasaran produk-produk perkebunan milik negara termasuk

CPO menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik dan efisien sebagai lembaga

tataniaga CPO. Hal ini dapat terlihat dari indikator - indikator yang dapat

digunakan untuk mengukur efisiensi tataniaga antara lain:

1. Kemerataan fungsi-fungsi tataniaga yang dilaksanakan oleh setiap lembaga

tataniaga yang terlibat. Fungsi-fungsi tataniaga yang dilaksanakan cukup

merata pada setiap lembaga tataniaga, dengan kegiatan tataniaga yang

menyebar pada masing-masing lembaga tataniaga. Hal ini dapat dilihat dari

beragamnya fungsi-fungsi tataniaga karena semakin banyak fungsi-fungsi

yang dilaksanakan oleh sebuah lembaga tataniaga maka biaya yang

dikeluarkan semakin besar.

2. Pola saluran pemasaran yang terbentuk yaitu Produsen (PTPN) KPB

PTPN Pembeli (Processor).

3. Volume penjualan pada setiap transaksi saluran tataniaga CPO dimana volume

penjualan CPO yang dilakukan relatif cukup besar.

4. Struktur dan perilaku pasar yang dihadapi tidak membuat pelaku-pelaku pasar

melakukan suatu upaya rekayasa untuk mempengaruhi harga pasar. Struktur

pasar pada setiap tingkat lembaga tataniaga terlihat cukup beragam dan secara

Page 100: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

85

umum struktur pasar yang terbentuk pada sistem tataniaga CPO cenderung

mendekati kepada struktur pasar bersaing (competitive market).

5. Keragaan pasar yang diukur dari:

a. Analisis fleksibilitas transmisi harga, dimana didapat tingkat fleksibilitas

transmisi harga CPO KPB PTPN Jakarta sebesar 1,0024 yang

menunjukkan perubahan harga pada tingkat konsumen sebesar 1 persen,

maka akan mengakibatkan perubahan harga di tingkat produsen PTPN

(KPB) sebesar 1,0024 persen, ceteris paribus, baik dalam keadaan harga

naik maupun harga turun. Perubahan harga CPO pada tingkat produsen

PTPN (KPB) terjadi secara proporsional dengan perubahan harga CPO

yang terjadi pada tingkat konsumen.

b. Analisis keterpaduan pasar (IMC), dimana untuk keterpaduan pasar di

KPB PTPN Jakarta dengan pasar MDEX Malaysia didapat IMC sebesar

1,7326 sehingga tidak terjadi keterpaduan pasar jangka panjang antara

pasar pengikut dan pasar acuan dikarenakan t-hitung > t-tabel (tolak H0)

dan diperoleh koefisien b2 sebesar 0,8760 yang artinya terjadi keterpaduan

pasar jangka pendek, dikarenakan t-hitung < t-tabel, maka H0 tidak dapat

ditolak secara statistik sehingga kedua pasar terpadu dalam jangka pendek.

Sedangkan untuk keterpaduan pasar di KPB PTPN Jakarta dengan pasar

fisik Rotterdam didapat IMC sebesar 2,0038 sehingga tidak terjadi

keterpaduan pasar jangka panjang antara pasar pengikut dan pasar acuan

dikarenakan t-hitung > t-tabel (tolak H0) dan diperoleh koefisien b2 sebesar

0,8278 yang artinya terjadi keterpaduan pasar jangka pendek.

Page 101: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

86

6.2 Saran

Saran penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Perlu dilakukan penelitian tambahan terhadap kelembagaan pemasaran

KPB PTPN Jakarta terkait marjin tataniaga, bagian harga yang diterima

petani (farmer’s share), rasio keuntungan dan biaya serta perbandingannya

secara relatif terhadap pihak swasta untuk lebih mengetahui lebih dalam

lagi efisiensi dari KPB PTPN Jakarta.

2. Pemerintah harus berani untuk menjadikan pasar CPO Indonesia sebagai

pasar acuan internasional sehingga harga CPO Indonesia dapat menjadi

acuan mengingat Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia

seperti yang sedang diusahakan saat ini melalui BBJ (Bursa Berjangka

Jakarta).

3. Fungsi tataniaga KPB PTPN Jakarta harus memiliki batas-batas yang lebih

jelas dalam menjalankan fungsi-fungsinya sehingga tidak mencampuri

urusan produksi, pengangkutan, dll.

4. Melakukan pendataan kembali para processor (peserta tender) yang ada

dan promosi untuk menarik minat para processor baru agar mau menjadi

peserta tender KPB PTPN Jakarta.

5. Meningkatkan kuantitas dan kualitas (mutu) CPO yang ditenderkan

sehingga para processor lebih banyak yang tertarik untuk ikut memberikan

penawaran.

6. Memanfaatkan kantor cabang KPB PTPN di Medan dan Surabaya untuk

melaksanakan tender produk perkebunan termasuk CPO agar dapat

mengakomodasi para processor yang berasal dari daerah.

7. Mengembangkan teknologi informasi dalam hal penambahan aplikasi agar

dapat mempermudah kinerja operasional seperti mengembangkan tender

online (e-tender) serta penyediaan informasi yang akurat dan up to date.

8. Mengembangkan industri hilir pengolahan produk kelapa sawit atau yang

juga dikenal dengan produk turunan (derivative product) agar

meningkatkan nilai tambah dari kelapa sawit dan CPO itu sendiri.

Page 102: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

DAFTAR PUSTAKA

Alisyahbana, Y. 2001. Analisis Proses Tender Minyak Sawit (CPO) Di Kantor

Pemasaran Bersama (KPB) PT Perkebunan Nusantara Jakarta [tesis].

Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Arifianto, W. Y. 2007. Analisis Marjin Tataniaga dan Keterpaduan Pasar Daging

Domba di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat (Kasus Pasar Ternak

Regional Pakowon Bojong Cideres, Pasar Kadipaten, dan Pasar

Cigasong) [skripsi]. Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis,

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Brandt, J. A and B. C. French. 1981. An Analysis of Economic Relationship and

Projected Adjustment in the US. Processing Tomato Industry. Giannini

Foundation Research Report No. 331. Division of Agricultural Sciences.

University of California.

Campbell, G. R and T. S. Clevenger. 1975. An Institutional Approach to Vertical

Coordination in Agriculture. Department of Agricultural Economics,

University of Wisconsin, Madison.

Dillon, H. S. 1998. Manajemen Distribusi Produk-Produk Agroindustri. Makalah

disajikan dalam NET Seminar: Sistem Distribusi Barang di Indonesia.

Forum Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,

Surabaya.

Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun). 2007. Statistik Perkebunan

Indonesia: Kelapa Sawit, 1994-2008. Departemen Pertanian, Jakarta.

Djojohadikusumo, S. 1991. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Buku I Dasar

Teori dalam Ekonomi. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Evans, J. R and Berman, B. 1995. Principles of Marketing. Edisi ke-3. Prentice-

Hall International, New Jersey.

George, P. S and G. A. King. 1972. Consumer Demand for Food Commodities in

the United States with Projections for 1980. Giannini Foundations

Monograph No. 39. University of California.

Hariadi, A. 2001. Kajian metode penjualan Kelapa Sawit di Divisi Penjualan

Kelapa Sawit Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PT Perkebunan

Nusantara Jakarta [tesis]. Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

http://ditjenbun.deptan.go.id

Page 103: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

88

Juanda, B. 2007. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. IPB Press, Bogor.

Kohls, R. L. 1972. Marketing of Agricultural Products. Fourth Edition. The

McMillan Company, New York.

Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi,

dan Kontrol. Penerbit Prenhallindo, Jakarta.

Kotler, P. dan G. Amstrong. 1995. Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi ke-6 Jilid 1.

Intermedia, Jakarta.

Mubyarto. 1987. Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan. Cetakan ke-2.

Penerbit Sinar Harapan, Jakarta.

________. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi ke-4. LP3ES, Jakarta.

Nancy, C. 1988. Usaha untuk Meningkatkan Daya Saing Karet Alam Indonesia di

Pasar Internasional melalui Efisiensi Pemasaran [tesis]. Program

Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Cetakan ke-4. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Pakpahan, A. 1989. Perspektif Ekonomi Institusi dalam Pengelolaan Sumber

Daya Alam. Ekonomi dan Keuangan Indonesia, 37(4): 445-464.

___________. 1990a. Permasalahan dan Landasan Konseptual dalam Rekayasa

Institusi (Koperasi). Makalah disampaikan pada Seminar Pengkajian

Makalah Perkoperasian Nasional, 23 Oktober 1990. Badan Penelitian dan

Pengembangan, Departemen Koperasi dan Pusat Penelitian Sosial

Ekonomi, Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pertanian,

Bogor.

___________. 1991b. Penanggulangan Kemiskinan: Prinsip Dasar, Metodologi

dan Upaya Penanggulangannya. Prosiding Seminar dan Lokakarya

Nasional (Semiloka Nasional) Penanggulangan Kemiskinan. 20-24 Mei

1991. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Purcell, W. D. 1979. Agricultural Marketing: Systems, Coordination, Cash and

Future Price. A Prentice-Hall Company, Reston.

Schmid, A. A. 1987. Property, Power and Public Choice: An Inquiry into Law

and Economics. Second Edition. Preager, New York.

Scott, J. S. 1993. Perlawanan Kaum Tani. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Sukmadinata, T. 1995. Kajian Kelembagaan Transaksi dalam Pemasaran Hasil

Usaha Penangkapan Ikan di Jawa Timur. Disertasi Doktor. Program

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Page 104: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

89

Syukuta, M. and M. L. Cook. 2001. A New Institutional Economics Approach to

Contrast and Cooperatives. Working Paper No. 01-04. Contracting and

Organizations Research Initiative, University of Missouri, Missouri.

Tumbel, T. M. 1996. Analisis Pemasaran Kopra pada Tingkat Pedagang

Pengumpul di Kabupaten Minahasa Propinsi Sulawesi Utara. Tesis

Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Wassink, J. T. And S. I. Wiselius. 1980. Aspects of Marketing of Tropical Timber:

A Practical Guide. Department of Agricultural Research of The Royal

Tropical Institute Amsterdam, Amsterdam.

Page 105: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

LAMPIRAN

Page 106: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

91

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Harga CPO Fob MDEX Malaysia (2004-2009)

Bulan

Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Januari 454 335 387 542 988 519

Februari 500 368 407 552 1.118 520

Maret 488 384 396 567 1.159 531

April 479 376 412 630 1.088 656

Mei 407 371 405 700 1.098 741

Juni 400 371 415 711 1.100 684

Juli 372 367 462 738 1.032

Agustus 398 364 436 708 795

September 369 388 430 738 669

Oktober 377 383 467 803 478

November 373 370 539 882 432

Desember 366 377 568 888 445

Sumber: KPB PTPN Jakarta, 2009.

Lampiran 2. Data Harga CPO Cif Rotterdam (2004-2009)

Bulan

Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Januari 497 400 418 594 1.051 557

Februari 531 401 438 603 1.159 568

Maret 547 429 436 617 1.235 597

April 537 427 436 707 1.169 703

Mei 511 417 435 772 1.203 794

Juni 437 419 430 803 1.209 723

Juli 426 415 471 813 1.184

Agustus 432 407 510 840 831

September 435 421 497 836 766

Oktober 427 441 508 879 553

November 432 441 541 943 484

Desember 422 428 565 950 494

Sumber: KPB PTPN Jakarta, 2009.

Page 107: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

92

Lampiran 3. Data Harga CPO di Tingkat Produsen (Pf) dan Konsumen (Pr)

(2007-2009)

Bulan Pf (Rp/Kg) Pr (Rp/Kg) Q yg ditawarkan (Ton) Q yg terjual (Ton)

Januari 5295 5305 33.500 21.000

Februari 5335 5344 27.250 21.000

Maret 5596 5611 35.000 21.000

April 6443 6493 31.500 21.000

Mei 6820 6842 23.500 21.000

Juni 6939 6979 49.000 21.000

Juli 7084 7100 58.250 21.000

Agustus 7298 7308 123.000 21.000

September 7219 7244 150.000 21.000

Oktober 7445 7448 147.500 21.000

November 8067 8083 132.500 21.000

Desember 7858 7872 69.500 21.000

Januari 9199 9233 68.000 21.000

Februari 9940 9965 98.000 21.000

Maret 9682 9707 133.500 21.000

April 9288 9332 118.250 21.000

Mei 9958 9967 167.000 21.000

Juni 9497 9509 236.750 21.000

Juli 8740 8755 198.250 21.000

Agustus 6923 6959 154.500 21.000

September 6003 6013 234.000 21.000

Oktober 4565 4577 175.000 21.000

November 5156 5166 184.500 21.000

Desember 5343 5347 98.000 21.000

Januari 6243 6249

Februari 6902 6919

Maret 7199 7209

April 8211 8220

Mei 8507 8510

Juni 7561 7561

Rata/Total 6428 6433 2.746.250 1.678.750

Sumber: KPB PTPN Jakarta, 2009.

Page 108: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

93

Lampiran 4. Data Harga CPO Lokal yang terjual di KPB PTPN Jakarta

(2004-2009)

Bulan Harga CPO lokal

(Rp/Kg)

Januari 4.096

Februari 4.410

Maret 4.723

April 4.760

Mei 4.690

Juni 4.057

Juli 3.731

Agustus 3.802

September 3.880

Oktober 3.725

November 3.680

Desember 3.613

Januari 3.366

Februari 3.225

Maret 3.782

April 3.863

Mei 3.784

Juni 3.749

Juli 3.855

Agustus 3.848

September 4.006

Oktober 4.084

November 3.869

Desember 3.679

Januari 3.696

Februari 3.857

Maret 3.772

April 3.713

Mei 3.806

Juni 3.917

Juli 4.013

Agustus 4.362

September 4.191

Bulan Harga CPO lokal

(Rp/Kg)

Oktober 4.179

November 5.031

Desember 5.124

Januari 5.305

Februari 5.344

Maret 5.611

April 6.493

Mei 6.842

Juni 6.979

Juli 7.100

Agustus 7.308

September 7.244

Oktober 7.448

November 8.083

Desember 7.872

Januari 9.233

Februari 9.965

Maret 9.707

April 9.332

Mei 9.967

Juni 9.509

Juli 8.755

Agustus 6.959

September 5.984

Oktober 4.577

November 5.166

Desember 5.347

Januari 6.249

Februari 6.919

Maret 7.209

April 8.220

Mei 8.510

Juni 7.561

Sumber: KPB PTPN Jakarta, 2009.

Page 109: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

94

Lampiran 5. Data Kurs Rp/USD (2004-2009)

Bulan Kurs Jual Kurs Beli

Januari 8894.95 7894.95

Februari 8925.17 7925.17

Maret 9068.82 8068.82

April 9108.25 8108.25

Mei 9465.32 8465.32

Juni 9882.38 8882.38

Juli 9536.86 8536.86

Agustus 9735.43 8735.43

September 9682.60 8682.60

Oktober 9596.24 8596.24

November 9531.47 8531.47

Desember 9723.10 8723.10

Januari 9744.90 8744.90

Februari 9744.94 8744.94

Maret 9870.52 8870.52

April 10039.35 9039.35

Mei 9979.80 8979.80

Juni 10116.45 9116.45

Juli 10299.29 9299.29

Agustus 10486.18 9486.18

September 10732.57 9732.57

Oktober 10593.38 9593.38

November 10540.71 9540.71

Desember 10357.32 9357.32

Januari 9972.38 8972.38

Februari 9753.15 8753.15

Maret 9671.57 8671.57

April 9436.94 8436.94

Mei 9484.86 8484.86

Juni 9412.50 8412.50

Juli 9625.48 8625.48

Agustus 9594.25 8594.25

September 9643.33 8643.33

Oktober 9687.18 8687.18

Bulan Kurs Jual Kurs Beli

November 9634.59 8634.59

Desember 9586.80 8586.80

Januari 9567.96 8567.96

Februari 9567.80 8567.80

Maret 9663.95 8663.95

April 9597.55 8597.55

Mei 9344.33 8344.33

Juni 9483.65 8483.65

Juli 9567.14 8567.14

Agustus 9866.68 8866.68

September 9809.90 8809.90

Oktober 9607.06 8607.06

November 9764.27 8764.27

Desember 9833.60 8833.60

Januari 9906.35 8906.35

Februari 9681.15 8681.15

Maret 9684.94 8684.94

April 9708.64 8708.64

Mei 9790.80 8790.80

Juni 9795.71 8795.71

Juli 9663.45 8663.45

Agustus 9649.25 8649.25

September 9840.65 8840.65

Oktober 10548.35 9548.35

November 12211.15 11211.15

Desember 11824.84 10824.84

Januari 11667.21 10667.21

Februari 12352.75 11352.75

Maret 12349.55 11349.55

April 11525.10 10525.10

Mei 10892.65 9892.65

Juni 10706.64 9706.64

Juli 10611.33 9611.33

Sumber: Bank Indonesia, 2009.

Page 110: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

95

Lampiran 6. Tampilan Hasil Olahan Eviews 6.1 Fleksibilitas Transmisi

Harga Dependent Variable: PF

Method: Least Squares

Date: 10/10/09 Time: 13:51

Sample: 2007M01 2009M06

Included observations: 30 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PR 1.001756 0.001530 654.6566 0.0000

C 4.136829 11.47245 0.360588 0.7211 R-squared 0.999935 Mean dependent var 7360.900

Adjusted R-squared 0.999932 S.D. dependent var 1537.800 S.E. of regression 12.64944 Akaike info criterion 7.977443 Sum squared resid 4480.230 Schwarz criterion 8.070856 Log likelihood -117.6616 Hannan-Quinn criter. 8.007326 F-statistic 428575.2 Durbin-Watson stat 1.651660 Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 7. Perhitungan Analisis Fleksibilitas Transmisi Harga

1

𝜂 = b

PrPf

1

𝜂 = 1,0017 6433

6428

1

𝜂 = 1,0024

Page 111: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

96

Lampiran 8. Tampilan Hasil Olahan Eviews 6.1 dari Data Harga MDEX

Malaysia Dependent Variable: PIT

Method: Least Squares

Date: 10/06/09 Time: 22:47

Sample (adjusted): 2 66

Included observations: 65 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 307.6324 104.8402 2.934298 0.0047

PIT_1 0.608011 0.091219 6.665363 0.0000

PJ_PJT_1 0.876044 0.069150 12.66879 0.0000

PJT_1 0.350917 0.086216 4.070225 0.0001 R-squared 0.982352 Mean dependent var 5548.308

Adjusted R-squared 0.981484 S.D. dependent var 2007.335

S.E. of regression 273.1480 Akaike info criterion 14.11747

Sum squared resid 4551200. Schwarz criterion 14.25128

Log likelihood -454.8177 Hannan-Quinn criter. 14.17026

F-statistic 1131.799 Durbin-Watson stat 1.774423

Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 9. Tampilan Hasil Olahan Eviews 6.1 dari Data Harga Bursa

Rotterdam Dependent Variable: PIT

Method: Least Squares

Date: 10/06/09 Time: 22:58

Sample (adjusted): 2 66

Included observations: 65 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 259.5784 100.3794 2.585973 0.0121

PIT_1 0.624688 0.094502 6.610332 0.0000

PJ_PJT_1 0.827881 0.067629 12.24147 0.0000

PJT_1 0.311783 0.083972 3.712927 0.0004 R-squared 0.982659 Mean dependent var 5548.308

Adjusted R-squared 0.981807 S.D. dependent var 2007.335

S.E. of regression 270.7547 Akaike info criterion 14.09987

Sum squared resid 4471793. Schwarz criterion 14.23368

Log likelihood -454.2457 Hannan-Quinn criter. 14.15266

F-statistic 1152.258 Durbin-Watson stat 1.839707

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 112: Analisis Ekonomi Kelembagaan Pemasaran CPO Produksi P.T ... · seksi logistik dan transportasi (Logstran), dalam acara HIPOTESA Exhibition and Revolution 2007 (HIPOTEX-R 2007) serta

Lampiran 10. Struktur Organisasi KPB PTPN

Sumber: KPB PTPN, 2007.

Direktur Pelaksana (Managing Director)

Wakil Direktur Pelaksana (Vice of Managing Director)

BMD PTPN

Dewan Pengawas

(Board of Supervisor)

Sekretaris

Dewan

Pengawas

(Board of

Supervisor’s

Secretary)

Urusan

Pengawasan

Finansial

(Finance Audit

Section)

Urusan Pengawasan

Operasional

(Operational

Audit Section)

Bagian Pembiayaan

(Department of

Purchasing)

Urusan Keuangan

(Finance Section)

Urusan Personalia

/ PDE (Human

Resource & EDP

Section)

Bagian SDM &

Umum

(Department of

Market HR &

General Affair)

Urusan Akuntansi

(Accounting Section)

Bagian SPI

(Department of

Internal Auditor)

Urusan

Pengembangan

SDM (HRD

Section)

Urusan RT / SP (General

Affair Section)

Urusan

Sekretariat &

Hukum

(Secretary &

Legal Section)

Urusan Analisa Pasar

Makanan & Minuman (F

& B Market Analysis

Section)

Urusan Analisa Pasar Minyak Sawit (CPO

Maket Analysis Section)

Urusan Analisa Pasar

Karet & Produk Karet

(Rubber & Downstream

Product Maket

&Analysis Section)

Urusan Informasi Pasar &

Promosi (Market

Information & Promotion

Section)

Bagian Analisa &

Informasi Pasar

(Department of

Market Analysis

& Information)

Bagian

Pemasaran

Minyak Sawit

(Marketing

Department of

CPO)

Urusan

Pemasaran Kopi

& Kakao (Coffee

& Cocoa

Marketing

Section)

Urusan Pengendalian

Mutu (Quality

Control System)

Urusan

Pengapalan &

Pergudangan

(Shipment &

Storage Section)

Urusan

Pemasaran Teh

(Tea Marketing

Section)

Urusan Pemasran

Karet Wilayah

Jawa (Rubber

Marketing Section

– Java Region)

Urusan Pemasaran

Karet Wilayah

Luar Jawa

(Rubber

Marketing Section

– Outside Java

Region)

Bagian Pemasaran

Teh, Kopi &

Kakao (Marketing

Department of

Tea, Coffe &

Cocoa)

Bagian

Pemasaran Karet

(Marketing

Department of

Rubber)

Urusan Verifikasi

Rampung Tetes

(Finished Molases

Verification

Section)

Urusan Pemasaran

Tetes (Molases

Marketing Section)

Urusan Pemasaran

Gula Pasir (White

Sugar Marketing

Section)

Bagian Pemasaran

Gula Pasir & Tetes

(Marketing

Department of

Sugar & Molases)

Urusan

Pemasaran

Minyak Sawit

Lokal (CPO –

Local Marketing

Section)

Urusan

Pemasaran

Minyak Sawit

Ekspor (CPO –

Export

Marketing

Section)

Urusan Pengapalan

(Shipment

Section)

Urusan Tata Usaha (General Affair Section)

Kantor Cabang Medan (Medan Branch Office)

Urusan Karet / Lateks (Rubber / Lateks Section)

Urusan Sawit / Nyiur (Palm Oil / Coconut Section)

Urusan Teh / Kakao (Tea / Cacao Section) Urusan Gula & Tetes (Sugar & Molases Section)

Urusan Teh / Kakao (Tea / Cocoa Section)

Urusan Karet / Kopi (Rubber / Coffee Section)

Urusan Tata Usaha (General Affair Section)

Kantor Cabang Surabaya (Surabaya Branch Office)

Makassar

Jambi

Pekanbaru

Kantor Administrasi Penjualan (Sales Administration Office)

Bandar Lampung

Bandung

Semarang

Pontianak

97