analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

75
ANALISIS EKONOMI DAN DAYA DUKUNG PENGEMBANGAN EKOWISATA PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA GENYAS KATALINGA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: vantruc

Post on 19-Dec-2016

238 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

i

ANALISIS EKONOMI DAN DAYA DUKUNG

PENGEMBANGAN EKOWISATA PULAU PARI

KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

GENYAS KATALINGA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata
Page 3: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Ekonomi

dan Daya Dukung Pengembangan Ekowisata Pulau Pari Kepulauan Seribu,

Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini

saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian

Bogor.

Bogor, November 2013

Genyas Katalinga

NIM H44090123

Page 4: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

iv

ABSTRAK

GENYAS KATALINGA. Analisis Ekonomi dan Daya Dukung Pengembangan

Ekowisata Pulau Pari Kepulauan Seribu, Jakarta. Dibimbing oleh METI

EKAYANI dan NUVA.

Pulau Pari yang dikenal sebagai kawasan penelitian dan konservasi terumbu

karang oleh P2O LIPI, saat ini dikembangkan juga sebagai kawasan wisata alam.

Hal ini salah satunya bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat

lokal yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Nelayan di Pulau Pari saat

ini mengalami permasalahan penurunan hasil tangkapan ikan akibat overfishing.

Oleh karena itu, sektor pariwisata diharapkan dapat berkontribusi terhadap

penghasilan masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk menghitung daya dukung

kawasan Pulau Pari untuk aktivitas wisata pantai dan snorkling, mengestimasi

nilai ekonomi wisata di Pulau Pari, serta menghitung besarnya kontribusi sektor

pariwisata terhadap penghasilan masyarakat. Hasil perhitungan di lokasi

penelitian menunjukkan Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) dan daya dukung

kawasan berada pada kategori sesuai. Nilai ekonomi wisata di Pulau Pari yang

diestimasi menggunakan motode biaya perjalanan menunjukkan hasil sebesar Rp

152.627.300.000,00/tahun. Keberadaan sektor pariwisata di Pulau Pari juga

memberikan kontribusi sebesar 70,12 persen terhadap penghasilan masyarakat

lokal. Besarnya nilai ekonomi dan kontribusi pariwisata terhadap penghasilan

masyarakat secara tidak langsung menunjukkan bahwa keberadaan sektor

pariwisata di Pulau Pari memiliki nilai penting baik bagi masyarakat maupun

lingkungan. Dengan demikian, aktivitas wisata di Pulau Pari perlu terus

dikembangkan secara lestari, salah satunya dengan batasan daya dukung kawasan.

Kata kunci: Pulau Pari, daya dukung kawasan, nilai ekonomi wisata, kontribusi

sektor pariwisata, wisata berkelanjutan

Page 5: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

v

ABSTRACT

GENYAS KATALINGA. The Economic and Carrying Capacity Analysis of

Ecotourism Development in Pari Island Kepulauan Seribu, Jakarta. Supervised

by METI EKAYANI and NUVA.

Pari Island wich is known as research and conservation area of coral reefs

by P2O LIPI, now also developed as a natural tourism area. One of the purposes

of tourism development in Pari Island is to increase local economy. Most of the

local people in Pari Island work in fisheries sector which now face a fish stock

depletion due to the overfishing problem. Thus the tourism sector is expected to

contribute to the local community income. This study was conducted to calculate

the carrying capacity of Pari Island for beach and snorkeling activities,

estimating the economic value of tourism in Pari Island, and the contribution of

the tourism sector to local community income. Based on calculation, the value of

tourism suitability index and carrying capacity of the location are in the category

suitable. The economic value of tourism in Pari Island are estimated using

individual travel cost method and show the results Rp 152.627.300.000,00/year.

The existence of the tourism sector in Pari Island also contributed 70,12 percent

to local community income. The number of economic value and tourism

contribution to the local community income are indirectly indicate that tourism

sector in Pari Island is important for society and the environment. Thus, tourist

activity in Pari Island can be developed with limit of environmental carrying

capacity.

Keywords: Pari Island, the environmental carrying capacity, the economic value

of tourism, tourism contribution, sustainable tourism

Page 6: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

vi

Page 7: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

vii

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

ANALISIS EKONOMI DAN DAYA DUKUNG

PENGEMBANGAN EKOWISATA PULAU PARI

KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

GENYAS KATALINGA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 8: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

viii

Page 9: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

ix

Judul Skripsi: Analisis Ekonomi dan Daya Dukung Pengembangan Ekowisata

Pulau Pari Kepulauan Seribu, Jakarta

Nama : Genyas Katalinga

NIM : H44090123

Disetujui oleh

Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc

Pembimbing I

Nuva, S.P, M.Sc

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 10: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

x

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat

dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan. Shalawat dan salam juga penulis sampaikan kepada Nabi

Muhammad SAW beserta para pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi yang berjudul “Analisis Ekonomi dan Daya Dukung Pengembangan

Ekowisata Pulau Pari Kepulauan Seribu, Jakarta” ini disusun sebagai suatu syarat

menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini dilatarbelakangi oleh berkembangnya Pulau

Pari sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Kepulauan Seribu. Penelitian ini

memberikan gambaran mengenai daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata

snorkling dan wisata pantai di Pulau Pari Kepulauan Seribu, Jakarta, estimasi nilai

ekonomi wisata Pulau Pari dengan menggunakan biaya perjalanan, serta

kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Meti Ekayani S.Hut,

M.Sc dan Ibu Nuva S.P, M.Sc selaku pembimbing, serta semua pihak yang telah

membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga

penulis sampaikan kepada ayah, ibu, keluarga, dan para sahabat atas segala do’a,

dukungan, dan kasih sayangnya. Penulis menyadari masih terdapat banyak

kekurangan dari skripsi ini sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Bogor, November 2013

Genyas Katalinga

Page 11: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

viii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL.......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xi

I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang................................................................................. 1

1.2 Perumusan Masalah......................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian............................................................................. 5

1.4 Manfaat Penelitian........................................................................... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian................................................................ 5

II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 6

2.1 Pariwisata......................................................................................... 6

2.2 Ekowisata......................................................................................... 7

2.3 Pengembangan Wisata Pesisir Berkelanjutan.................................. 7

2.4 Nilai Ekonomi Wisata...................................................................... 8

2.5 Penelitian Terdahulu........................................................................ 9

III. KERANGKA PEMIKIRAN................................................................... 12

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis........................................................... 12

3.1.1 Individual Travel Cost Method (ITCM)................................. 12

3.1.2 Daya Dukung Kawasan Wisata.............................................. 14

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional..................................................... 15

IV. METODE PENELITIAN........................................................................ 17

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................... 17

4.2 Jenis dan Sumber Data..................................................................... 18

4.3 Metode Penentuan Sampel............................................................... 18

4.4 Metode Analisis Data....................................................................... 19

4.4.1 Analisis Kesesuaian Wisata Bahari........................................ 20

4.4.2 Analisis Daya Dukung Kawasan............................................ 22

4.4.3 Estimasi Nilai Ekonomi Wisata............................................. 24

4.4.4 Analisis Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Penghasilan

Masyarakat.............................................................................. 25

Page 12: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

ix

V. GAMBARAN UMUM............................................................................ 27

5.1 Gambaran Umum Pulau Pari........................................................... 27

5.2 Kondisi Demografi Pulau Pari......................................................... 27

5.3 Karakteristik Responden Masyarakat Pulau Pari............................. 28

5.4 Sarana dan Prasarana........................................................................ 30

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 31

6.1 Karakteristik Wisata di Pulau Pari................................................... 31

6.2 Karakteristik Responden Wisatawan di Pulau Pari.......................... 31

6.3 Persepsi Wisatawan terhadap Objek Wisata Pulau Pari................... 33

6.4 Indeks Kesesuaian Wisata di Pulau Pari.......................................... 35

6.5 Daya Dukung Kawasan untuk Aktivitas Wisata di Pulau Pari........ 39

6.6 Nilai Ekonomi Wisata di Pulau Pari................................................ 40

6.7 Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Penghasilan Masyarakat..... 44

VII. SIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 47

7.1 Simpulan.......................................................................................... 47

7.2 Saran................................................................................................. 47

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 49

LAMPIRAN................................................................................................... 52

RIWAYAT HIDUP........................................................................................ 61

Page 13: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

x

DAFTAR TABEL

1 Jumlah wisatawan di Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu

tahun 2007 – 2011................................................................................ 1

2 Perbandingan kunjungan wisatawan ke Kepulauan Seribu Tahun

2011 dan 2012...................................................................................... 2

3 Penelitian terdahulu.............................................................................. 9

4 Keterkaitan tujuan penelitian, komponen data, sumber data, dan

metode analisis data.............................................................................. 19

5 Matriks kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata snorkling dan wisata

pantai..................................................................................................... 21

6 Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt).............. 23

7 Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata............ 23

8 Kondisi demografi Pulau Pari............................................................... 28

9 Karakteristik responden masyarakat Pulau Pari................................... 29

10 Sarana/prasarana di Pulau Pari............................................................. 30

11 Karakteristik responden wisatawan di Pulau Pari................................ 32

12 Persepsi responden wisatawan terhadap lokasi wisata di Pulau Pari... 34

13 Matriks kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata snorkling di Pulau

Pari........................................................................................................ 36

14 Matriks kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata pantai di Pantai

Pasir Perawan........................................................................................ 37

15 Indeks kesesuaian wisata untuk aktivitas wisata snorkling dan wisata

pantai di Pulau Pari............................................................................... 38

16 Daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata di Pulau Pari................. 39

17 Hasil regresi linear kunjungan wisata ke Pulau Pari dengan

individual travel cost method................................................................ 42

18 Kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat di

Pulau Pari.............................................................................................. 45

19 Kontribusi penghasilan masyarakat penyedia fasilitas penunjang

wisata terhadap lingkungan di Pulau Pari............................................. 46

x

Page 14: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

xi

DAFTAR GAMBAR

1 Surplus konsumen...................................................................................... 13

2 Bagan alir kerangka pemikiran.................................................................. 16

3 Peta kawasan Pulau Pari............................................................................ 17

4 Peta keseuaian lahan untuk aktivitas wisata di Pulau Pari........................ 38

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data responden wisatawan di Pulau Pari .................................................. 53

2 Hasil analisis regresi linear berganda........................................................ 54

3 Data responden masyarakat Pulau Pari..................................................... 56

4 Perhitungan besarnya kontribusi penghasilan masyarakat penyedia

fasilitas penunjang wisata terhadap lingkungan........................................ 57

5 Foto kawasan wisata Pulau Pari................................................................ 58

Page 15: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang hampir 70 persen wilayahnya

merupakan perairan. Lebih kurang terdapat 13.466 pulau memiliki kekayaan

sumber daya alam dan keanekaragaman hayati (Badan Koordinasi Kehumasan

Pemerintah, 2012). Hal tersebut merupakan potensi besar bagi Indonesia yang

dapat dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian, salah satunya adalah

potensi wisata. Keanekaragaman sumber daya alam, flora dan fauna, budaya, dan

peninggalan-peninggalan sejarah Indonesia, merupakan daya tarik dalam

pengembangan wisata Indonesia.

Wilayah Indonesia yang sebagian besar perairan tersebut, merupakan aset

bagi pengembangan wisata bahari. Taman laut nasional seperti Bunaken, Banda

Neira, Kepulauan Togean, Teluk Cendrawasih, dan Kepulauan Seribu sudah

dikenal secara internasional. Berbagai kegiatan bahari pun terus berkembang,

diantaranya adalah renang, permainan pantai, memancing, makan, sunbathing,

skimboarding, sightseeing, snorkeling, diving, surfing, dan para-sailing. Selain

itu, wisata minat khusus seperti wisata mangrove, menikmati keindahan terumbu

karang, dan mengunjungi pulau-pulau kecil di tengah laut menjadi kegiatan yang

juga diminati wisatawan (Wisata Edukasi Bahari, 2011).

Wilayah kepulauan Indonesia yang sudah dikembangkan sebagai objek

wisata salah satunya adalah Kepulauan Seribu di Jakarta. Kunjungan wisatawan

ke Kepulauan Seribu secara umum terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Tabel 1 adalah data kunjungan wisatawan Kepulauan Seribu tahun 2007-2011.

Tabel 1 Jumlah wisatawan di Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu tahun

2007 – 2011

Wisatawan Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Mancanegara 19.223 3.009 3.316 4.786 6.692

Nusantara 111.355 129.734 137.910 226.234 552.306

Total 130.578 132.743 141.226 231.020 558.998

Sumber: BPS Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, 2012

Kunjungan wisatawan ke Kepulauan Seribu banyak didominasi untuk

daerah tujuan pulau penduduk dan pulau resort. Pulau penduduk adalah pulau-

Page 16: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

2

pulau yang dijadikan sebagai pusat pemerintahan dan perumahan penduduk yang

pengelolaannya dapat dilakukan untuk pemanfaatan kawasan dan potensi dalam

bentuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan wisata alam/bahari. Sementara itu,

pulau resort adalah pulau-pulau yang dijadikan sebagai pusat rekreasi dan

kunjungan wisata yang sebagian besar tidak berpenduduk dan hanya dihuni oleh

pemilik dan pengelola resort tersebut.

Tren yang terjadi saat ini, kunjungan ke pulau penduduk lebih diminati

dibandingkan dengan pulau resort. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada tahun

2011 sampai 2012, kunjungan wisatawan ke Kepulauan Seribu untuk kategori

pulau penduduk mengalami peningkatan jumlah kunjungan, sedangkan untuk

kategori pulau resort mengalami penurunan jumlah kunjungan. Perubahan tren

kunjungan ini terjadi karena wisata ke pulau-pulau penduduk relatif lebih murah

dan mudah dilakukan dibandingkan dengan pulau-pulau resort yang bersifat lebih

eksklusif. Jumlah transportasi untuk tujuan pulau-pulau penduduk pun lebih

banyak dan tersedia setiap hari.

Tabel 2 Perbandingan kunjungan wisatawan ke Kepulauan Seribu Tahun 2011

dan 2012

No Objek

Wisman Wisnus Total

2011

(orang)

2012

(orang)

2011

(orang)

2012

(orang)

Jumlah

2011

(orang)

Jumlah

2011

(orang)

Perubahan

Nilai %

I. PULAU PENDUDUK

1 Pulau Pramuka 1.214 1.781 50.279 57.855 51.493 59.636 8.143 15,81

2 Pulau Tidung 858 1.784 214.712 217.948 215.570 219.732 4.162 1,93

3 Pulau Untung Jawa 79 55 214.738 275.943 214.817 275.998 61.181 28,48

4 Pulau Harapan 127 33 8.098 17.105 8.225 17.138 8.913 108,36

5 Pulau Kelapa 25 - 1.190 4.789 1.215 4.789 3.574 294,16

6 Pulau Pari/ Lancang 16 112 9.366 36.120 9.382 36.232 26.850 286,19

JUMLAH 2.319 3.765 498.383 609.760 500.702 613.525 112.823 22,53

II. PULAU RESORT

1 Pulau Ayer 495 94 15.732 12.045 16.227 12.139 (4.088) (25,19)

2 Pulau Bidadari 199 - 28.566 25.041 28.765 25.041 (3.724) (12,95)

3 Pulau Kotok Tengah 1.064 858 901 600 1.965 1.458 (507) (25,80)

4 Pulau Sepa 1.368 750 3.810 1.719 5.178 2.469 (2.709) (52,32)

5 Pulau Putri 1.024 1.370 4.475 963 5.499 2.233 (3.266) (59,39)

6 Pulau Macan 223 1.585 439 1.209 662 2.794 2.132 322,05

JUMLAH 4.373 4.657 53.923 41.477 58.296 46.134 (12.162) (20,86)

TOTAL 6.692 8.422 552.306 651.237 558.998 659.659 100.661 18,01

Sumber : Sudin Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Adm. Kepulauan Seribu, 2013

Salah satu pulau penduduk yang mulai dilirik oleh wisatawan adalah Pulau

Pari. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan

nusantara (wisnus) ke Pulau Pari/Lancang (Kelurahan Pulau Pari) pada tahun

2011 sampai 2012 mengalami peningkatan sebanyak 26.850 orang atau setara

dengan 286,19 persen. Peningkatan jumlah kunjungan Pulau Pari yang cukup

Page 17: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

3

besar pada tahun 2012 dikarenakan masyarakat Pulau Pari mulai menawarkan

objek wisata unggulan Pulau Pari, yaitu Pantai Pasir Perawan.

Keindahan Pulau Pari dengan kekayaan sumber daya alamnya merupakan

potensi wisata yang saat ini sudah mulai dikembangkan, terlebih setelah Pantai

Pasir Perawan menjadi icon Pulau Pari. Selain menjadi tujuan wisata, Pulau Pari

juga dikenal sebagai tempat penelitian dan konservasi terumbu karang oleh

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau

Kecil, 2012).

Penduduk Pulau Pari yang mayoritas bermatapencaharian sebagai nelayan

saat ini juga turut berkontribusi di sektor pariwisata melalui usaha pelayanan jasa

wisata dan penginapan. Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Pari

untuk aktivitas wisata bahari diduga dapat memberikan dampak positif bagi

penghasilan masyarakat dan juga dampak negatif terhadap sumber daya alam dan

lingkungan (SDAL) karena peningkatan jumlah kunjungan dapat berpotensi

melebihi daya dukung kawasan jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu,

perlu dilakukan kajian mengenai daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata

bahari di Pulau Pari, mengestimasi besarnya nilai ekonomi wisata di Pulau Pari,

serta besarnya kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat

Pulau Pari. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini penting untuk dilakukan.

1.2 Perumusan Masalah

Pulau Pari merupakan salah satu pulau di Kepulauan Seribu yang sebagian

besar penduduknya berprofesi sebagai nelayan. Bagi masyarakat Pulau Pari,

sektor perikanan menjadi salah satu usaha yang menunjang perekonomian

masyarakat. Kondisi saat ini, usaha perikanan dan budidaya rumput laut yang

menjadi mata pencaharian utama masyarakat Pulau Pari sudah mengalami

penurunan (Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, 2012). Usaha budidaya

rumput laut sendiri bahkan sudah tidak ada karena penurunan kualitas perairan

dan penyakit ice ice yang menyerang rumput laut di Pulau Pari, sehingga sebagian

produk tidak dapat dipanen dan mengakibatkan masyarakat yang memiliki usaha

budidaya rumput laut mengalami kerugian (Amiluddin NM, 2007). Sementara itu,

Page 18: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

4

penurunan usaha perikanan terjadi karena adanya overfishing (Terumbu Karang

Jakarta, 2009).

Di sisi lain, Pulau Pari memiliki potensi wisata yang besar. Karakteristik

perairan dan pantai di Pulau Pari berpotensi untuk dijadikan sebagai objek wisata.

Oleh karena itu, pada tahun 2012 masyarakat Pulau Pari secara inisiatif membuka

kawasan Pulau Pari sebagai salah satu objek wisata di Kepulauan Seribu.

Sebelumnya, Pulau Pari hanya difungsikan sebagai pemukiman penduduk dan

kawasan penelitian dan konservasi terumbu karang oleh Pusat Penelitian

Oseanografi (P20) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Walaupun baru berjalan satu tahun, lonjakan pengunjung yang datang ke

Pulau Pari sangat tinggi. Hal ini dikhawatirkan berpotensi over carrying capacity

dan membahayakan fungsinya sebagai kawasan penelitian dan konservasi

terumbu karang, mengingat wisata di Pulau Pari yang masih bersifat open access.

Jenis wisata yang bersifat open access pada umumnya lebih banyak menimbulkan

dampak negatif seperti terjadinya degradasi sumber daya alam dan lingkungan.

Berdasarkan survey awal penelitian, pengelolaan wisata di Pulau Pari yang

dilakukan oleh pengelola objek wisata dan Forum Peduli Pesisir (FORSIR)

sebagai organisasi masyarakat, saat ini belum menerapkan konsep wisata

berwawasan lingkungan, seperti menerapkan konsep daya dukung kawasan.

Secara ekonomi, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Pari

diduga dapat membantu perekonomian masyarakat yang mengalami penurunan

potensi perikanan. Sektor pariwisata di Pulau Pari menjadi alternatif penghasilan

masyarakat selain penghasilan dari pekerjaan utamanya sebagai nelayan. Oleh

karena itu, perlu dikembangkan wisata yang tidak merusak lingkungan, yaitu

wisata yang tidak melebihi daya dukung kawasan dan dapat memberikan manfaat

ekonomi bagi masyarakat setempat. Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan

permasalahan yang akan dikaji, adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata bahari di Pulau

Pari?

2. Berapa besar nilai ekonomi wisata di Pulau Pari?

3. Berapa besar kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat

di Pulau Pari?

Page 19: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

5

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan umum dari penelitian adalah

mengetahui potensi ekowisata di Pulau Pari. Sedangkan, tujuan khusus penelitian

adalah :

1. Menghitung daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata bahari di Pulau

Pari.

2. Mengestimasi nilai ekonomi wisata di Pulau Pari.

3. Menghitung besarnya kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan

masyarakat di Pulau Pari.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam melakukan

perencanaan, pembangunan, dan pengembangan ekowisata di Pulau Pari.

2. Menjadi salah satu masukan bagi pengelola untuk pengembangan ekowisata

di Pulau Pari.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini meliputi pengukuran daya dukung untuk aktivitas wisata

bahari yang dilihat dari aspek fisik, nilai ekonomi wisata, dan dampak ekonomi.

Dampak ekonomi dibatasi hanya dari aspek kontribusi sektor pariwisata terhadap

penghasilan masyarakat di Pulau Pari Kepulauan Seribu. Perhitungan daya

dukung kawasan dibatasi hanya pada aktivitas wisata snorkling dan wisata pantai.

Penentuan responden pengunjung adalah mereka yang datang untuk tujuan wisata,

baik berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Biaya perjalanan pengunjung

yang berasal dari luar negeri dihitung dari tempat di mana pengunjung tersebut

menetap di Indonesia.

Page 20: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata

Pariwisata adalah segala hal yang berhubungan dengan perjalanan untuk

rekreasi, pelancongan, dan hiburan, yang dilakukan dengan sukarela dan bersifat

sementara serta didukung oleh berbagai fasilitas dan layanan yang disediakan oleh

masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah (KBBI 2012, UU No.

10 Tahun 2009). Kepariwisataan diselenggarakan dengan prinsip menjunjung

tinggi norma agama dan nilai budaya, HAM, memberikan manfaat bagi rakyat,

serta menjamin keterpaduan antarsektor.

Menurut Spillane (1991), ada enam jenis pariwisata, yaitu pariwisata untuk

menikmati perjalanan, pariwisata untuk rekreasi, pariwisata untuk kebudayaan,

pariwisata untuk olahraga, pariwisata untuk urusan dagang besar, dan pariwisata

untuk konservasi. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism)

adalah jenis pariwisata yang dilakukan oleh orang yang meninggalkan tempat

tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar yang baru, menikmati keindahan

alam, untuk menikmati hikayat rakyat suatu daerah, untuk menikmati hiburan dan

sebagainya. Pariwisata untuk rekreasi (recreation sites) adalah jenis pariwisata

yang dilakukan oleh orang yang menghendaki pemanfaatan hari-hari libur untuk

istirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohani, yang akan

menyegarkan keletihan dan kelelahan. Pariwisata untuk kebudayaan (cultural

tourism) merupakan jenis pariwisata yang ditandai dengan adanya rangkaian

motivasi seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, untuk

mempelajari adat istiadat, cara hidup masyarakat negara lain, dan sebagainya.

Jenis pariwisata untuk olahraga (sport tourism) bertujuan untuk tujuan olahraga

serta ditujukan bagi mereka yang ingin mempraktikkannya sendiri. Pariwisata

untuk urusan dagang besar (business tourism) adalah jenis pariwisata di mana

unsur yang ditekankan adalah kesempatan yang digunakan oleh pelaku perjalanan

yang menggunakan waktu-waktu bebasnya untuk menikmati dirinya sebagai

wisatawan dengan mengunjungi berbagai obyek wisata, sedangkan pariwisata

untuk konservasi adalah jenis pariwisata yang dilakukan oleh seseorang dengan

tujuan untuk kegiatan dalam hal pelestarian alam.

Page 21: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

7

2.2 Ekowisata

Ekowisata adalah perjalanan yang bertanggung jawab ke tempat-tempat

yang alami dengan menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan

kesejahteraan penduduk setempat (TIES, 1990). Ekowisata yang dimaksud dalam

kriteria ini adalah ecological tourism, yaitu suatu model pengembangan pariwisata

yang bertanggung jawab ke daerah yang masih alami atau daerah-daerah yang

dikelola secara kaidah alam untuk menikmati dan menghargai alam dan segala

bentuk budaya yang menyertainya yang mendukung konservasi, melibatkan unsur

pendidikan dan pemahaman, memiliki dampak yang rendah dan keterlibatan aktif

sosio ekonomi masyarakat setempat (Direktorat Jenderal Pengendalian Kerusakan

Keanekaragaman Hayati, 2001). Prinsip dan kriteria ekowisata harus memiliki

kepedulian, tangung jawab, dan komitmen dalam pelestarian alam dan budaya

dalam pengembangannya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selain

itu, dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, dengan terbukanya

kesempatan kerja melalui pemberdayaan masyarakat (Direktorat Jenderal

Departemen Pariwisata, Seni dan Budaya, 1999).

2.3 Pengembangan Wisata Pesisir Berkelanjutan

Wisata perairan dapat dibagi menjadi dua bagian (Hall, 2001) yaitu wisata

pesisir dan wisata bahari. Wisata pesisir meliputi kegiatan leisure dan aktivitas

yang dilakukan di perairan lepas pantai, seperti berperahu, memancing, snorkling,

dan menyelam, sedangkan wisata bahari lebih mengarah pada perairan laut,

seperti memancing di laut dan berlayar dengan kapal pesiar. Pengembangan

kawasan wisata merupakan alternatif yang diharapkan mampu mendorong baik

potensi ekonomi maupun upaya pelestarian. Pengembangan kawasan wisata

dilakukan dengan menata kembali berbagai potensi dan kekayaan alam dan hayati

secara terpadu. Pada tahap berikutnya dikembangkan model pengelolaan kawasan

wisata yang berorientasi pelestarian lingkungan (Ramly, 2007 dalam Kurnianto,

2008).

Gunawan, et al (2000) dalam Kurnianto (2008) juga menyatakan bahwa

pengembangan industri pariwisata berkelanjutan berarti mengitegrasikan

pertimbangan ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan ke dalam proses

Page 22: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

8

pengambilan keputusan pengelolaan/manajeman di seluruh komponen industri

pariwisata. Untuk itu perlu dilakukan program-program sebagai berikut; (1)

pengembangan sistem manajemen pariwisata berkelanjutan, (2) pengelolaan dan

konservasi sumber daya alam, (3) minimisasi dan pengelolaan limbah, (4)

perencanaan dan pengelolaan tata guna lahan, (5) pelestarian sumber daya alam

dan warisan budaya, serta (6) pengembangan sistem dan mekanisme keamanan

dan keselamatan. Beberapa kegiatan yang dapat dikembangkan untuk kategori

wisata pesisir menurut Yulianda, 2007 adalah rekreasi pantai, berenang,

berjemur, olahraga pantai, berperahu, memancing, wisata mangrove, wisata

selam, dan wisata snorkling.

2.4 Nilai Ekonomi Wisata

Nilai (value) merupakan persepsi seseorang yang menunjukkan harga yang

diberikan oleh seseorang terhadap sesuatu pada suatu tempat dan waktu tertentu.

Pada kenyataannya, tidak semua barang mempunyai nilai pasar, yaitu tidak

dinyatakan dalam satuan mata uang (harga). Oleh karena itu, untuk barang-barang

yang tidak memiliki nilai pasar dilakukan penilaian ekonomi. Barang-barang

tersebut merupakan barang-barang yang dihasilkan sumber daya alam dan

lingkungan, seperti suatu objek wisata (Adrianto, 2006).

Penilaian ekonomi suatu sumber daya alam dan jasa lingkungan sangat

diperlukan. Salah satu jasa lingkungan adalah wisata alam. Kegiatan wisata alam

merupakan suatu kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang tidak

mengekstrak sumber daya alam, tetapi hanya memanfaatkan keindahan alamnya.

Penilaian ekonomi wisata perlu dilakukan untuk memberikan nilai yang

sebenarnya terhadap lingkungan sebagai pemberi jasa. Dengan mengetahui

besarnya nilai ekonomi wisata, maka ada dasar untuk memelihara lingkungan

tersebut agar tetap lestari, karena lingkungan tersebut memiliki nilai yang tinggi.

Penilaian ekonomi berdasarkan preferensi dibedakan menjadi dua, yaitu

revealed preferences dan direct preferences yang menggunakan pendekatan

secara langsung, salah satunya dengan willingness to pay. Penilaian ekonomi

untuk aktivitas wisata dilakukan dengan menggunakan revealed preferences.

Teknik yang digunakan untuk penilaian wisata ini adalah dengan travel cost

Page 23: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

9

method yang diperoleh dengan mengetahui pola pengeluaran konsumen untuk

mengunjungi suatu objek wisata. Nilai ekonomi wisata dihitung menggunakan

surplus konsumen yang diestimasi menggunakan preferensi individual dengan

metode biaya perjalanan. (Freeman III, 2003 dalam Mendes I, Proenca I, 2005).

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian untuk menghitung daya dukung ekowisata, estimasi nilai

ekonomi wisata menggunakan travel cost method, dan kontribusi sektor

pariwisata terhadap penghasilan masyarakat telah banyak dilakukan oleh para

peneliti sebelumnya. Penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Penelitian terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Ketjulan

(2010)

Analisis

Kesesuaian dan

Daya Dukung

Ekowisata Bahari

di Pulau Hari

Kecamatan Laonti

Kabupaten Konawe

Selatan Provinsi

Sulawesi Tenggara

Penelitian ini menggunakan rumus daya

dukung kawasan untuk mengetahui

jumlah maksimum wisatawan yang dapat

ditampung oleh kawasan wisata secara

lestari, serta menggunakan metode biaya

perjalanan untuk mengetahui nilai

ekonomi wisata. Berdasarkan hasil

penelitian, hasil analisis IKW

menunjukkan bahwa Pulau Hari tergolong

sesuai untuk kegiatan wisata selam dan

snorkling, dengan luas area yang dapat

digunakan 11,82 ha untuk wisata selam

dengan daya tampung wisata 472

orang/trip dan 12,82 ha untuk wisata

snorkling dengan jumlah wisatawan 513

orang/trip. Nilai ekonomi wisata sesuai

daya dukung kawasan Pulau Hari adalah

sebesar Rp 236.979.180,00 per tahun.

2. Baksir A

(2010)

Pengelolaan Pulau-

Pulau Kecil untuk

Pemanfaatan

Ekowisata

Berkelanjutan di

Kecamatan Morotai

Selatan dan

Morotai Selatan

Barat, Kabupaten

Pulau Morotai

Provinsi Maluku

Utara

Daya dukung KP2K MS2B untuk

ekowisata sangat ditentukan oleh luas area

yang dapat dimanfaatkan. Kondisi

kualitas lingkungan saat ini berada dalam

keadaan sedang-baik. Wisata rekreasi

yang mempunyai panjang pantai 58.809

meter, memiliki daya dukung 2.353

orang/hari. Kawasan yang dimanfaatkan

untuk wisata snorkling yaitu 226,9 ha,

memiliki daya dukung 7.624 orang/hari.

Sementara, untuk wisata selam dengan

luas pemanfaatan 1.248 ha, memiliki daya

dukung 39.942 orang/hari, dan wisata

lamun yang memiliki luas kawasan102 ha,

memiliki daya dukung 4.733 orang/hari.

Perhitungan total manfaat nilai wisata

Page 24: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

10

KP2K MS3B dilakukang dengan

menghitung konsumen surplus yang

diperoleh dengan membagi total jumlah

kunjungan wisata dengan nilai regresi

biaya perjalanan. Berdasarkan hasil

penelitian diperoleh konsumen surplus

sebesar 2.614, sehingga dengan tingkat

kunjungan sebesar 26.455 orang/tahun,

maka nilai ekonomi wisata diperoleh

sebesar 69.153.370,00.

3. Mendes I dan

I.Proenca

(2005)

Estimating the

Recreation Value of

Ecosystems by

Using A Travel

Cost Method

Approach

Penelitian ini menghitung willingness to

pay rata-rata pengunjung ke PGNP saat

wisatawan menggunakan ekosistem taman

sebagai modal alam untuk menghasilkan

arus jasa rekreasi di luar ruangan. Definisi

teori tersebut berasal dari aplikasi empiris

di mana individual TCM didasarkan pada

model data yang digunakan untuk

memperkirakan fungsi permintaan PGNP

dan ukuran surplus konsumen.

Satu hari rekreasi di PGNP diperoleh nilai

124€ untuk rata-rata sampel pengunjung,

dan 593€ per masing-masing rata-rata

lima hari kunjungan. Jika rata-rata

pengunjung akan terus mengunjungi

taman selama 50 tahun lebih, nilai total

rekreasi setiap hari kunjungan akan

menjadi 3.874€ dan 17.896€ untuk

masing-masing rata-rata lima hari lama

kunjungan.

4. Sobari, et al

(2006)

Analisis Nilai

Ekonomi Taman

Wisata Alam Laut

Pulau Weh di Kota

Sabang

Perhitungan nilai ekonomi TWA Laut

Pulau Weh dilakukan dengan

menggunakan pendekatan Individual

Travel Cost Method (ITCM) karena lebih

akurat dibandingkan dengan

menggunakan Zonal Travel Cost Method

(ZTCM). Berdasarkan hasil perhitungan,

nilai ekonomi wisata TWA Pulau Weh

sebesar Rp 30.902.587.657,26.

5. Kaharuddin A

(2003)

Kontribusi

Subsektor

Pariwisata Bahari

terhadap

Kesempatan Kerja

dan Tingkat

Penghasilan

Keluarga Nelayan

di Pantai Tanjung

Bayan Keluarahan

Tanjung Merdeka,

Kota Makassar

Kontribusi penghasilan subsektor

pariwisata bahari dihitung dengan cara

membandingkan penghasilan usaha dari

usaha pariwisata terhadap pendpaatan

total keluarga. Berdasarkan hasil analisis,

usaha perikanan masih memberikan

kontribusi terbesar terhadap total

penghasilan keluarga nelayan-pariwisata,

yaitu sebesar 57,74%. Kontribusi usaha

pariwisata terhadap penghasilan keluarga

diperoleh sebesar 37,64%.

Page 25: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

11

Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulu.

Perbedaan tersebut adalah penelitian ini dilakukan pada lokasi yang sebelumnya

bukan diperuntukkan bagi kegiatan wisata melainkan untuk perumahan dan

tempat penelitian dan konservasi terumbu karang oleh P2O LIPI. Oleh karena itu

diperlukan suatu analisis untuk menghitung daya dukung lingkungan,

mengestimasi nilai ekonomi dari kegiatan wisata tersebut, serta dampaknya bagi

masyarakat setempat, sehingga ada dasar untuk melakukan pengembangan wisata

dan untuk tidak menghentikan kegiatan wisata ke lokasi penelitian.

Page 26: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

12

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri dari teori Indivual

Travel Cost Method (ITCM) dan daya dukung kawasan wisata.

3.1.1 Individual Travel Cost Method (ITCM)

Biaya perjalanan digunakan untuk menilai manfaat yang diterima dari

penggunaan barang dan jasa lingkungan, terutama dalam menilai fasilitas rekreasi.

Biaya perjalanan ini dapat dipakai sebagai pengganti nilai pasar dari suatu

lingkungan (Adrianto et al, 2004). Jumlah biaya perjalanan ini adalah biaya

pulang pergi ditambah dengan nilai uang yang dihabiskan untuk perjalanan dari

rekreasi tersebut.

Nilai tempat wisata, menyangkut waktu dan biaya yang dikorbankan oleh

para wisatawan dalam menuju dan meninggalkan tempat wisata tersebut. Semakin

jauh jarak wisatawan ke tempat wisata, akan semakin rendah permintaannya

terhadap tempat wisata tersebut. Para wisatawan yang lebih dekat dengan lokasi

wisata tentu akan lebih sering berkunjung ke tempat wisata tersebut dengan

adanya biaya yang lebih murah yang tercermin pada biaya perjalanan yang

dikeluarkannya. Dengan begitu, wisatawan yang berasal dari tempat yang jauh

dengan biaya perjalanan yang besar akan mendapatkan surplus konsumen yang

rendah, begitu pun sebaliknya (Igunawati, 2010).

Fungsi permintaan yang dibangun dalam Travel Cost Method (TCM)

memerlukan asumsi dasar agar penilaian tersebut tidak bias. Menurut Grigalunas

dan Congar (1995) dalam Adrianto et al. (2004), pendekatan TCM didasarkan

pada dua asumsi penting, yaitu pengunjung menempuh perjalanan dengan satu

tujuan dan pengunjung tidak mendapat manfaat tertentu selama perjalanan,

kecuali manfaat ketika sampai di lokasi yang dituju. Pendekatan TCM dalam

kaitannya dengan pengelolaan wilayah pesisir dapat digunakan dalam beberapa

konteks kebijakan seperti manfaat ekonomi apa yang dihasilkan dari pengingkatan

kualitas lingkungan dari pembangunan lokasi baru dan seberapa besar biaya

Page 27: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

13

ekonomi yang timbul akibat penutupan sebuah lokasi pantai dari kegiatan

pariwisata akibat berubahnya kualitas lingkungan.

Secara umum ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan

nilai ekonomi berdasarkan TCM (Fauzi, 2006), teknik tersebut adalah:

1. Pendekatan sederhana melalui zonasi

2. Pendekatan Individual Travel Cost Method (ITCM) dengan menggunakan

data sebagian besar dari survei.

Penentuan fungsi permintaan untuk kunjungan ke suatu tempat wisata

dengan pendekatan individual TCM menggunakan teknik ekonometrik. Secara

sederhana fungsi permintaan di atas dapat ditulis sebagai berikut (Fauzi, 2006):

Vij = f( Cij, Tij, Qij, Sij, Mi )

di mana:

Vij : jumlah kunjungan oleh individu i ke tempat j

Cij :biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi

lokasi j

Tij :biaya waktu yang diperlukan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j

Qij :persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dari tempat yang

dikunjungi

Sij :karakteristik substitusi yang mungkin ada di tempat lain

Mi :pendapatan individu i

Nilai ekonomi wisata diestimasi melaui surplus konsumen seperti yang

ditampilkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Surplus konsumen

Page 28: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

14

Surplus konsumen dapat diketahui dengan menghitung luas daerah di bawah

kurva permintaan. Sehingga, berdasarkan hal tersebut, maka persamaan surplus

konsumen (CS) diperoleh segabai berikut:

Dengan demikian, nilai ekonomi wisata di Pulau Pari dapat diketahui

dengan mengalikan surplus konsumen dengan jumlah kunjungan selama satu

tahun terakhir.

3.1.2 Daya Dukung Kawasan Wisata

Daya dukung kawasan suatu objek wisata merupakan salah satu hal yang

perlu diperhatikan dalam pengembangan objek wisata. Daya dukung kawasan ini

perlu dikembangkan untuk mengurangi dampak-dampak degradasi lingkungan,

sehingga kawasan wisata tersebut dapat tetap terjaga kelestariannya.

Menurut Knudson (1980), hal-hal yang mempengaruhi daya dukung suatu

kawasan rekreasi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1. Karakteristik sumberdaya alam, seperti geologi dan tanah, topografi,

vegetasi, hewan, iklim dan air.

2. Karakteristik pengelolaan, seperti kebijakan dan metode pengelolaan.

3. Karakteristik pengunjung, seperti psikologi, peralatan, perilaku sosial dan

pola penggunaan.

Wearing dan Neil (1999) menyatakan bahwa dalam kaitannya dengan

kegiatan wisata, daya dukung lingkungan mempunyai tiga elemen yang harus

diperhatikan, yaitu elemen ekologis yang terkait dengan lingkungan alamiah

destinasi wisata; sosiokultural, terkait dengan dampak wisata terhadap masyarakat

dan budayanya; serta fasilitas yang terkait dengan kebutuhan wisatawan. Batasan

daya dukung untuk jumlah wisatawan merupakan jumlah individu yang dapat

didukung oleh satuan luas sumber daya dan lingkungan dalam keadaan sejahtera.

Daya tampung dan pengembangan fasilitas sebaiknya menperhatikan daya dukung

sebagai batas pemanfaatan. Daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata

dirumuskan sebagai berikut (Yulianda, 2007):

DDK =

Page 29: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

15

keterangan:

DDK : Daya Dukung Kawasan

K : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area

Lp : Luas area/panjang area yang dapat dimanfaatkan

Lt : Unit area untuk kategori tertentu

Wt : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu

hari

WP : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Pulau Pari memiliki panorama alam dan bawah laut yang sangat indah.

Kondisi perairan yang bersih dan berpasir putih dengan kemiringan pantai yang

landai sangat mendukung bagi kegiatan wisata snorkling dan wisata pantai.

Keberadaan Pantai Pasir Perawan yang saat ini menjadi wisata unggulan Pulau

Pari merupakan salah satu daya tarik bagi wisatawan. Hal ini mengakibatkan

jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pulau Pari semakin meningkat.

Seiring dengan meningkatnya jumlah kunjungan ke Pulau Pari, semakin

banyak pula penawaran jasa wisata ke Pulau Pari. Selain itu, para penduduk juga

turut menawarkan pelayanan jasa wisata. Berdasarkan hal tersebut, aktivitas

wisata di Pulau Pari diduga memberikan manfaat ekonomi bagi operator wisata

dan juga masyarakat, namun peningkatan jumlah kunjungan ke Pulau Pari dalam

jangka panjang juga dapat berpotensi melebihi daya dukung kawasan di wilayah

tersebut.

Kondisi pengelolaan wisata di Pulau Pari saat ini belum menerapkan konsep

wisata berwawasan lingkungan, seperti pengaturan jumlah pengunjung/jumlah trip

yang disesuaikan dengan daya dukung kawasan. Hal ini perlu menjadi perhatian,

mengingat Pulau Pari yang juga merupakan tempat penelitian dan konservasi

terumbu karang. Oleh karena itu, Pulau Pari harus tetap terjaga kelestariannya.

Lokasi wisata di Pulau Pari dianalisis dengan menggunakan Indeks

Kesesuaian Wisata (IKW) untuk aktivitas wisata snorkling dan wisata pantai yang

kemudian dihitung daya dukungnya. Berdasarkan aktivitas wisata tersebut

kemudian dilakukan estimasi nilai ekonomi wisata menggunakan metode biaya

Page 30: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

16

perjalanan. Dampak ekonomi dari aktivitas wisata di Pulau Pari dilihat dari

kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat. Dengan

menganalisis dari ketiga aspek tersebut, diharapkan dapat melihat potensi

ekowisata di Pulau Pari dengan pola pengembangan wisata yang baik, sehingga

dapat menjadi suatu masukan bagi pengelola objek wisata di Pulau Pari agar

pengembangan wisata di Pulau Pari dapat berkelanjutan. Diagram alir kerangka

pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Bagan alir kerangka pemikiran

Potensi Wisata

Potensi Over Carrying Cappacity

Analisis Indeks Kesesuaian Wilayah

Tidak Sesuai Sesuai

Pengembangan Kawasan Pulau Pari sebagai

Daerah Tujuan Wisata (DTW) di

Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

Peningkatan Jumlah Kunjungan

Potensi Ekonomi

Nilai Ekonomi

Wisata

Dampak

Wisata

Kontribusi

Sektor

Pariwisata

terhadap

Penghasilan

Masyarakat

Daya Dukung

Kawasan terhadap

Aktivitas Wisata

Pengembangan Wisata

Pulau Pari yang tidak

melebihi carrying

cappacity

Pengembangan Wisata

Pulau Pari yang tidak

melebihi daya dukung

kawasan dan dapat

memberikan manfaat

ekonomi bagi masyarakat

setempat

Page 31: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

17

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pulau Pari, Kelurahan Pulau Pari, Kecamatan

Pulau Seribu Selatan, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Jakarta.

Pengambilan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dan dilatarbelakangi

oleh kondisi Pulau Pari yang merupakan kawasan penelitian dan konservasi

terumbu karang, saat ini dikembangkan juga sebagai kawasan wisata untuk

membantu perekonomian masyarakat yang mengalami penurunan sektor

perikanan. Pulau Pari sebagai salah satu bentuk wisata alam termasuk rentan

terhadap over carrying capacity, terlebih pengelolaan wisata di Pulau Pari belum

menerapkan konsep daya dukung kawasan. Selain itu penilaian ekonomi wisata di

Pulau Pari juga belum dilakukan. Oleh karena itu, pengambilan lokasi penelitian

dilakukan di Pulau Pari. Pengambilan data dilakukan di empat lokasi wisata yang

terdiri dari satu lokasi wisata pantai, yaitu Pantai Pasir Perawan, dan tiga lokasi

wisata snorkling, yaitu Area Perlindungan Laut (APL), Bintang Rama, dan

Dermaga. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan April sampai Mei 2013.

Sumber : PKSPL, 2013 Keterangan : □ Lokasi penelitian

Gambar 3. Peta kawasan Pulau Pari

Page 32: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

18

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden

yang terdiri dari wisatawan dan masyarakat melalui kuesioner (survey), serta

diskusi mendalam dengan key person yaitu pengelola objek wisata Pulau Pari,

ketua Forum Peduli Pesisir (FORSIR), Ketua RW 04 Pulau Pari, petugas

Kelurahan Pulau Pari, staf LIPI Pulau Pari, dan staf Suku Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kepulauan Seribu. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi

terkait yaitu FORSIR Pulau Pari, Kelurahan Pulau Pari, Suku Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan Kepulauan Seribu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Pulau Pari, dan studi pustaka.

4.3 Metode Penentuan Sampel

Pengambilan sampel pengunjung dalam penelitian ini dilakukan

menggunakan teknik non probability sampling. Teknik non probability sampling

yaitu pemilihan sampel secara tidak acak, sehingga setiap unsur atau anggota

populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.

Responden dalam penelitian ini terdiri dari wisatawan lokal dan asing,

masyarakat, dan key person. Banyaknya sampel wisatawan yang dijadikan

responden dalam periode waktu penelitian yaitu selama satu bulan adalah

sejumlah 76 orang. Penentuan responden wisatawan ini dilakukan secara

purposive berdasarkan pertimbangan–pertimbangan tertentu, yaitu keterwakilan

dari aspek demografi, cara kedatangan, tujuan wisata, dan atraksi wisata.

Penentuan responden masyarakat juga dilakukan secara purposive, di mana

pengambilan sampel dilakukan secara sengaja atas dasar pertimbangan peneliti,

yaitu masyarakat lokal yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung

dalam kegiatan di sektor pariwisata. Responden masyarakat dipilih sebanyak 30

orang, di mana jumlah tersebut diasumsikan sudah dapat mewakili jumlah

keseluruhan. Selain pengunjung dan masyarakat, dilakukan pula diskusi

mendalam kepada 6 orang key person yaitu pengelola objek wisata Pulau Pari,

ketua FORSIR, Ketua RW 04 Pulau Pari, petugas Kelurahan Pulau Pari, staf LIPI

Pulau Pari, dan staf Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Seribu.

Page 33: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

19

4.4. Metode Analisis Data

Tahap analisis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik-

teknik analisis yang sudah ada, sehingga dapat menghasilkan output yang sesuai

harapan. Keterkaitan tujuan penelitian, jenis data, variabel yang akan diukur, dan

metode analisis data disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4 Keterkaitan tujuan penelitian, komponen data, sumber data, dan metode

analisis data

No. Tujuan

Penelitian Komponen Data Sumber Data

Metode

Analisis Data

1 Menghitung

daya dukung

kawasan untuk

aktivitas wisata

bahari di Pulau

Pari

- Komponen biofisik

berupa kedalaman

perairan, tutupan

komunitas karang, jenis

pertumbuhan terumbu

karang (life form), jenis

ikan karang, kecepatan

arus, kecerahan perairan,

kedalaman terumbu

karang, dan lebar

hamparan datar karang.

- Luas area yang

dimanfaatkan untuk

aktivitas wisata

Data primer melalui

pengukuran langsung

dan wawancara kepada

pengelola objek wisata di

Pulau Pari.

Data sekunder berupa

luas area yang

dimanfaatkan untuk

aktivitas wisata diperoleh

dari FORSIR.

Analisis

kesesuaian

wisata dan

analisis daya

dukung kawasan

menggunakan

benefit transer

dari Yulanda

(2007) dengan

penyesuaian

dalam hal nilai

parameter yang

diukur secara

langsung

2 Mengestimasi

nilai ekonomi

wisata di Pulau

Pari

- Banyaknya kunjungan

yang dilakukan

- Biaya perjalanan

- Karakteristik wisatawan

- Jumlah wisatawan ke

Pulau Pari pada satu

tahun terakhir

Data primer diperoleh

dari hasil wawancara

dengan wisatawan.

Data sekunder berupa

data jumlah wisatawan

diperoleh dari Suku

Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kepulauan

Seribu.

Metode biaya

perjalanan

3 Menghitung

besarnya

kontribusi

sektor

pariwisata

terhadap

penghasilan

masyarakat di

Pulau Pari

- Data mata pencaharian

masyarakat di Pulau Pari

- Data penghasilan

masyarakat yang bekerja

di sektor pariwisata dan

non-pariwisata

Data primer diperoleh

dari hasil wawancara

dengan masyarakat serta

wawancara mendalam

dengan stakeholder

terkait.

Data sekunder berupa

data mata pencaharian

dan penghasilan

masyarakat diperoleh

dari beberapa instansi

terkait yaitu data

FORSIR, Kelurahan

Pulau Pari dan Suku

Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kepulauan

Seribu.

Analisis

kontribusi

sektor

pariwisata

terhadap

penghasilan

masyarakat

Page 34: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

20

4.4.1 Analisis Kesesuaian Wisata Bahari

Pengembangan objek wisata yang baik haruslah disesuaikan dengan kondisi

sumberdaya yang ada di lapangan. Kesesuaian wisata merupakan kriteria

sumberdaya dan lingkungan terhadap kebutuhan akan pengembangan ekowisata

(Yulianda, 2007). Kategori kesesuaian wisata bahari untuk aktivitas wisata di

Pulau Pari dilakukan untuk kategori wisata pantai dan wisata snorkling, sesuai

dengan karakteristik wisata yang dominan di Pulau Pari.

Analisis kesesuaian wisata pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) untuk aktivitas wisata pantai dan

wisata snorkling. Dalam menentukan IKW diperlukan beberapa parameter

kesesuaian yang dijadikan sebagai suatu dasar perhitungan. Penelitian ini

menggunakan metode benefit transfer, yaitu menggunakan hasil penelitian

Fredinan Yulianda tahun 2007 mengenai Ekowisata Bahari sebagai Alternatif

Pemanfaatan Sumber Daya Pesisir Berbasis Konservasi. Hasil penelitian ini

digunakan sebagai suatu acuan dasar dalam menentukan daya dukung kawasan

dan indeks kesesuaian wisata yang disajikan dalam matriks kesesuaian lahan.

Parameter yang digunakan terdiri dari kecerahan perairan, tutupan komunitas

karang, jenis life form, jenis ikan karang, kecepatan arus, kedalaman terumbu

karang, lebar hamparan datar karang, tipe pantai, lebar pantai, material dasar

perairan, kemiringan pantai, penutupan lahan pantai, biota berbahaya, dan

ketersediaan air tawar. Parameter-parameter tersebut diukur secara langsung di

lapangan dengan menggunakan bantuan alat berupa secchi disk untuk mengukur

kecerahan perairan, data tutupan komunitas karang, jenis life form, dan jenis ikan

karang menggunakan transek kuadrat, kecepatan arus menggunakan floating

object dan stopwatch, serta kedalaman perairan menggunakan tali meteran.

Pada penelitian ini digunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan

melakukan pembobotan, skoring, dan penentuan peringkat pada setiap kategori

yang dinilai dengan memperhatikan kesesuaian lahan yang dikembangkan sebagai

kawasan wisata. Perhitungan analisis kesesuaian wisata dilakukan berdasarkan

hasil perkalian bobot dan skor untuk setiap parameter sebagaimana yang

ditampilkan pada Tabel 5. Hasil perhitungan tersebut kemudian dikategorikan

dengan klasifikasi yang terdiri dari empat kelas kesesuaian, yaitu:

Page 35: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

21

S1 (sangat sesuai) : IKW 83-100 %

S2 (sesuai) : IKW 50 - <83 %

S3 (sesuai bersyarat) : IKW 17 - <50 %

TS (tidak sesuai) : IKW <17 %

Tabel 5 Matriks kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata snorkling dan wisata

pantai

Parameter

Bo

bo

t Kategori dan Skor

S1

Sk

or

S2

Sk

or

S3

Sk

or

TS

Sk

or

Wisata Snorkling

Kecerahan perairan

(%)

5 100 3 80-<100 2 20-<80 1 <20 0

Tutupan komunitas

karang (%)

5 >75 3 >50-75 2 25-50 1 <25 0

Jenis life form 3 >12 3 <7-12 2 4-7 1 <4 0

Jenis ikan karang 3 >50 3 30-50 2 10-<30 1 <10 0

Kecepatan arus

(cm/dt)

1 0-15 3 >15-30 2 >30-50 1 >50 0

Kedalaman terumbu

karang (m)

1 1-3 3 >3-6 2 >6-10 1 >10

<1

0

Lebar hamparan datar karang (m)

1 >500 3 >100-500 2 20-100 1 <20 0

Parameter

Bo

bo

t

Kategori dan Skor

S1

Sk

or

S2

Sk

or

S3

Sk

or

TS

Sk

or

Wisata Pantai

Kedalaman perairan

(m)

5 0-3 3 >3-6 2 >6-10 1 >10 0

Tipe pantai 5 Pasir putih

3 Pasir putih,

sedikit

karang

2 Pasir hitam, berkarang,

sedikit terjal

1 Lumpur, berbatu,

terjal

0

Lebar pantai (m) 5 >15 3 10-15 2 3-<10 1 <3 0

Material dasar perairan

3 Pasir 3 Karang berpasir

2 Pasir berlumpur

1 Lumpur 0

Kecepatan arus (m/s) 3 0-0,17 3 0,17-0,34 2 0,34-0,51 1 >0,51 0

Kemiringan pantai (0) 3 <10 3 10-25 2 >25-45 >45

Kecerahan perairan

(%)

1 80-100 3 50-<80 2 20-<50 1 <20 0

Penutupan lahan pantai

1 Kelapa, lahan

terbuka

3 Semak belukar

rendah,

savana

2 Belukar tinggi

1 Hutan bakau,

pemukima

n, pelabuhan

0

Biota berbahaya 1 Tidak

ada

3 Bulu babi 2 Bulu babi,

ikan pari

1 Bulu babi,

ikan pari, lepu, hiu

0

Ketersediaan air tawar

(km)

1 <0,5 3 >0,5-1 2 >1-2 1 >2 0

Sumber : Yulianda, 2007

Keterangan : Ni maks wisata snorkling : 57, Ni maks wisata pantai : 84

Page 36: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

22

Jika suatu lokasi memiliki nilai IKW yang berada pada kategori sesuai

(sesuai bersyarat, sesuai, sangat sesuai), maka selanjutnya harus dilakukan

perhitungan daya dukung kawasan. Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) untuk

aktivitas wisata pantai dan wisata snorkling tersebut dapat dirumuskan sebagai

berikut (Yulianda, 2007):

IKW = ∑ (Ni/Nmaks) x 100% .............................................(1)

dimana:

IKW = Indeks Kesesuaian Wisata

Ni = Nilai bobot untuk setiap faktor berpengaruh

Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata

Sebagai contoh perhitungan untuk wisata snorkling, misal diketahui suatu

kawasan perairan mempunyai kecerahan perairan sebesar 75%. Maka, dapat

dilihat pada matriks kesesuaian bahwa parameter tersebut berada pada kategori S2

yang memiliki nilai skor 2. Dengan demikian, maka Ni untuk parameter

kecerahan perairan dapat dihitung dengan mengalikan bobot dan skornya, yaitu

5x2, sehingga diperoleh nilai Ni sebesar 10. Perhitungan Ni untuk parameter

lainnya dilakukan dengan hal yang sama, sedangkan Nmaks untuk kedua kategori

wisata tersebut, yaitu wisata snorkling dan wisata pantai, diperoleh dari hasil

perkalian antara bobot dan skor tertinggi pada setiap parameter (Skor S1) yang

ditunjukkan dengan skor bernilai 3.

4.4.2 Analisis Daya Dukung Kawasan

Daya dukung ekowisata dihitung dengan menggunakan konsep daya dukung

kawasan. Daya dukung kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum pengunjung

yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu

tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Adapun rumus

yang digunakan untuk menentukan daya dukung kawasan wisata, mengacu pada

formulasi rumus dari Yulianda (2007) yaitu :

DDK =

..................................................................................(2)

di mana:

DDK : Daya Dukung Kawasan

K : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area

Page 37: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

23

Lp : Luas area/panjang area yang dapat dimanfaatkan

Lt : Unit area untuk kategori tertentu

Wt : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu

hari

Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu

Potensi ekologis pengunjung merupakan jumlah maksimum wisatawan yang

dapat diterima dalam satu satuan unit area. Luas suatu area yang digunakan untuk

kegiatan wisata harus mempertimbangkan kemampuan alam dalam mentolerir

jumlah pengunjung agar sumberdaya tetap tejaga (Ketjulan, 2010). Potensi

ekologis pengunjung dan luas area untuk setiap jenis kegiatan wisata bahari

ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6 Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) Jenis Kegitan ∑ pengunjung

(K)

Unit area

(Lt)

Keterangan

Selam 2 2000 m2 Setiap 2 orang dalam 200 m x 10 m

Snorkling 1 500 m2 Setiap 1 orang dalam 100 m x 5 m

Wisata lamun 1 500 m2 Setip 1 orang dalam 100 m x 5 m

Wisata mangrove 1 50 m Dihitung panjang track, setiap 1

orang sepanjang 50 m

Rekreasi pantai 1 50 m 1 orang setiap 50 m panjang pantai

Wisata olahraga 1 50 m 1 orang setiap 50 m panjang pantai

Sumber: Yulianda, 2007

Menurut Yulianda (2007), waktu kegiatan pengunjung (Wp) dihitung

berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan

kegiatan wisata. Waktu pengunjung diperhitungkan dengan waktu yang

disediakan untuk kawasan (Wt). Waktu kawasan adalah lama waktu areal dibuka

dalam satu hari dan rata-rata waktu kerja sekitar 8 jam (Tabel 7).

Tabel 7 Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata

No. Kegiatan

Waktu yang

Dibutuhkan

(Wp) – jam

Total Waktu 1 Hari

(Wt) – jam

1. Selam 2 8

2. Snorkling 3 6

3. Berenang 2 4

4. Berperahu 1 8

5. Berjemur 2 4

6. Rekreasi Pantai 3 6

7. Olahraga Air 2 4

8. Memancing 3 6

9. Wisata Mangrove 2 8

10. Wisata Lamun dan Ekositem Lainnya 2 4

11. Wisata Satwa 2 4

Sumber: Yulianda (2007)

Page 38: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

24

4.4.3 Estimasi Nilai Ekonomi Wisata

Nilai ekonomi wisata dihitung dengan pendekatan permintaan wisata

berdasarkan nilai surplus konsumen dengan menggunakan teknik valuasi non

market, dalam hal ini Individual Travel Cost Method (ITCM). ITCM digunakan

untuk menganalisis fungsi permintaan wisata. Rumus ITCM menurut Fauzi

(2006) adalah sebagai berikut: Vij = f( Cij, Tij, Qij, Sij, Mi )..................................(1)

di mana:

Vij :jumlah kunjungan oleh individu i ke tempat j

Cij :biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi

lokasi j

Tij :biaya waktu yang diperlukan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j

Qij :persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dari tempat yang

dikunjungi

Sij :karakteristik substitusi yang mungkin ada di tempat lain, dan Mi adalah

penghasilan (income) dari individu i.

Mi :pendapatan individu i

Perhitungan nilai ekonomi wisata dilakukan dengan beberapa langkah,

yaitu:

a. Menentukan fungsi persamaan jumlah kunjungan yang dirumuskan sebagai

berikut:

V = β0 + β1x1 + β2x2 + β3x3 + β4x4 + β5x5 + β6x6 + β7x7 + β8x8 + β9x9............(2)

di mana, V adalah jumlah kunjungan ke objek wisata Pulau Pari , β0 adalah

konstanta, X1,2,3,...,9 adalah variabel-variabel yang mempengaruhi persamaan

yang terdiri dari variabel biaya perjalanan, pendapatan pengunjung, jumlah

tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, jarak tempuh, lama perjalanan,

umur pengunjung, lama mengetahui keberadaan objek wisata Pulau Pari,

dan lama kunjungan, sedangkan β0- β9 adalah koefisien regresi.

b. Menyederhanakan model persamaan (1) ke dalam bentuk dasarnya yaitu

V = β0 + β1x1. Sesuai dengan prinsip ekonomi, cateris paribus, maka

persamaan (1) disederhanakan dengan membuat variabel lain menjadi

konstanta, dengan memasukkan rataan dari masing-masing variabel,

sehingga diperoleh persamaan:

Page 39: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

25

V = β0 + β1x1 + α...................................................................(3)

di mana α adalah hasil penjumlahan dari setiap koefisien regresi dengan

rataan dari masing-masing variabel, yaitu β2xx2, β3 x3, ..., β9 x9.

c. Persamaan (3) menghasilkan dua buah konstanta, yaitu β0 dan α. Kedua

konstanta ini dapat dijumlahkan menjadi β, menghasilkan bentuk persamaan

V = β + β1x1. .......................................................................(4a)

Variabel X1 pada persamaan tersebut menunjukkan variabel biaya

perjalanan (TC), sehingga persamaan (4a) dapat ditulis pula sebagai berikut:

V = β + β1TC. .....................................................................(4b)

d. Selanjutnya, persamaan (4b) diubah ke dalam bentuk persamaan TC

menjadi:

TC =

.............................................................................(5)

e. Nilai ekonomi wisata diestimasi melaui surplus konsumen. Surplus

konsumen dapat diketahui melalui persamaan berikut:

Persamaan tersebut merupakan hasil substitusi dari persamaan 5, dimana TC

rata-rata diperoleh saat V rata-rata, sedangkan TCmax diperoleh saat V = 0.

f. Berdasarkan persamaan (6), nilai ekonomi wisata di Pulau Pari dapat

diketahui dengan mengalikan surplus konsumen dengan jumlah kunjungan

selama satu tahun terakhir, sehingga diperoleh:

Nilai ekonomi wisata = CS x jumlah kunjungan satu tahun terakhir......(7)

4.4.4 Analisis Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Penghasilan Masyarakat

Penghasilan merupakan gaji seseorang yang diterima dalam satu bulan.

Penghasilan seseorang dapat berasal dari berbagai macam bidang pekerjaan.

Sumber penghasilan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu

penghasilan yang berasal dari usaha di sektor non-pariwisata dan penghasilan dari

usaha di sektor pariwisata. Analisis terhadap penghasilan masyarakat diperlukan

untuk mengetahui dampak ekonomi dari kegiatan wisata di Pulau Pari yang dilihat

dari aspek kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat dengan

.....................................................(6)

Page 40: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

26

pendekatan penghasilan rumah tangga. Penghasilan masyarakat tersebut

dirumuskan sebagai berikut:

Y = Y1 + Y2..........................................................................(1)

di mana:

Y : total penghasilan rumah tangga (Rp/bulan)

Y1 : penghasilan rumah tangga dari sektor non-pariwisata (Rp/bulan)

Y2 : penghasilan rumah tangga dari sektor pariwisata (Rp/bulan)

Perhitungan kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan rumah tangga

dirumuskan sebagai berikut:

K = (Y2 / Y) x 100%...........................................................(2)

di mana:

K : kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat (Rp/bulan)

Y2 : penghasilan rumah tangga dari sektor pariwisata (Rp/bulan)

Y : total penghasilan rumah tangga (Rp/bulan)

Dari hasil perhitungan akan dilihat tipologi usaha berasarkan tingkat

penghasilannya sesuai dengan kriteria menurut Soehadji (1995) dalam Soetanto

(2002) yaitu sebagai berikut:

kontribusi penghasilan < 30% : usaha sambilan

kontribusi penghasilan < 30-70% : usaha sampingan

kontribusi penghasilan < 70-100% : usaha utama

Page 41: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

27

V. GAMBARAN UMUM

5.1 Gambaran Umum Pulau Pari

Pulau Pari berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 4 Tahun

2001 tentang Pembentukan Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan

Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu adalah

salah satu pulau di Gugusan Pulau Pari yang terletak di Kelurahan Pulau Pari,

Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Secara astronomis, letak Pulau Pari berada

pada 050

46’ 15”- 050

59’ 30” LS dan 1060

57’ 40” - 1060

34’ 22” BT. Secara

administrasi, Pulau Pari yang memiliki luas wilayah sebesar 41,32 ha ini terdiri

dari 4 RT dan 1 RW, yaitu RW 04.

Berdasarkan Perda Provinsi DKI Jakarta No. 6 Tahun 1999 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DKI Jakarta, Pulau Pari difungsikan untuk

perumahan, walaupun pengembangan Pulau Pari saat ini lebih mengarah pada

wisata. Hal ini terjadi karena usaha perikanan dan budidaya rumput laut yang

menjadi mata pencaharian utama masyarakat Pulau Pari sudah mengalami

penurunan (Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, 2012).

5.2 Kondisi Demografi Pulau Pari

Kondisi demografi masyarakat Pulau Pari merupakan persoalan dan

keadaan yang menggambarkan perubahan penduduk Pulau Pari. Komponen-

komponen yang berhubungan dengan perubahan tersebut diantaranya adalah

kelahiran, kematian, dan migrasi, sehingga menghasilkan komposisi penduduk

menurut umur dan jenis kelamin.

Data statistik Kelurahan Pulau Pari (2013), mencatat jumlah penduduk

Pulau Pari adalah 940 jiwa yang terdiri dari 477 orang laki-laki dan 463 orang

perempuan. Jumlah ini menunjukkan proporsi penduduk berjenis kelamin laki-

laki dan perempuan yang hampir seimbang. Adapun jumlah kepala keluarga (KK)

di Pulau Pari adalah sebanyak 265 KK. Berdasarkan data tersebut, maka

kepadatan penduduk di Pulau Pari adalah sebesar 23 penduduk/hektar. Tabel 8

menunjukkan kondisi demografi Pulau Pari.

Page 42: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

28

Tabel 8 Kondisi demografi Pulau Pari A. Jumlah penduduk Pulau Pari

RW RT KK

Jumlah Dewasa Anak-Anak Jumlah

Total L P L P L P L P

04 01 58 6 64 91 72 36 32 127 104 231

02 63 5 68 79 85 41 43 120 128 248

03 65 3 68 71 67 44 49 115 116 231

04 63 2 65 76 69 39 46 115 115 230

Jumlah 249 16 265 317 293 160 170 477 463 940

B. Mobilitas penduduk Pulau Pari

RW RT Lahir Datang Mati Pindah

Keterangan L P L P L P L P

04 01 - 1 - - - - - -

02 - 1 - - - - - -

03 - - - - - - -

04 1 - - - - - - -

Jumlah 1 2 0 0 0 0 0 0

Sumber : Kelurahan Pulau Pari, 2013

5.3 Karakteristik Responden Masyarakat Pulau Pari

Karakteristik responden masyarakat diperlukan untuk melihat kondisi sosial

ekonomi masyarakat di Pulau Pari. Untuk itu, diperlukan data dari 30 orang

responden masyarakat dengan karaktersitik sebagaimana tersaji pada Tabel 9.

Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk merupakan

penduduk asli yang berusia produktif, yaitu antara 35-39 tahun. Para pendatang

pada umumnya berasal dari daerah Tangerang dan sekitarnya, yang menetap di

Pulau Pari dengan alasan untuk bekerja dan ikut suami/istri. Kondisi sosial

ekonomi masyarakat lainnya digambarkan dari tingkat pendidikan masyarakat, di

mana sebagian besar responden masyarakat Pulau Pari mengenyam pendidikan

hingga jenjang SLTA. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat

sudah memahami pentingnya pendidikan, walaupun tidak banyak yang

melanjutkan hingga ke jenjang perguruan tinggi. Kondisi tersebut dapat

dimengerti karena faktor jarak dan keterbatasan biaya.

Page 43: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

29

Pulau Pari yang memiliki karakteristik perairan yang baik membuat

sebagian besar penduduknya bekerja sebagai nelayan. Namun, keberadaan objek

wisata di Pulau Pari membuka peluang kepada masyarakat untuk memiliki mata

pencaharian alternatif di sektor pariwisata melalui penyediaan jasa dan fasilitas

wisata. Mata pencaharian alternatif di sektor pariwisata tersebut menjadi salah

satu penunjang perekonomian masyarakat Pulau Pari. Hal ini terbukti dengan

jumlah responden masyarakat yang sebanyak 70 persen bekerja pada sektor

pariwisata.

Tabel 9 Karakteristik responden masyarakat Pulau Pari No. Karakteristik Jumlah Persentase (%)

1. Struktur Usia 20-24 4 13,33

25-29 4 13,33

30-34 4 13,33

35-39 13 43,33

40-44 2 6,67

45-49 1 3,33

50-54 1 3,33

55-59 0 0,00

60-64 1 3,33

Jumlah 30 100,00

2. Status Kependudukan

Penduduk asli 25 83,33

Pendatang 5 16,67

Jumlah 30 100,00

3. Tingkat Pendidikan

Tidak tamat SD 2 6,67

Tamat SD 10 33,33

Tamat SLTP 4 13,33

Tamat SLTA 13 43,33

Perguruan Tinggi 1 3,33

Jumlah 30 100,00

4. Mata Pencaharian

- Wisata

Nelayan + wisata 18 60,00

Pemandu wisata 3 10,00

Jumlah 21 70,00

- Non-Wisata

Pegawai swasta 2 6,67

Buruh 1 3,33

IRT 5 16,67

Lainnya 1 3,33

Jumlah 9 30,00

Jumlah 30 100,00

Sumber: Data Primer Diolah, 2013

Page 44: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

30

5.4 Sarana dan Prasarana

Demi menunjang kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat di Pulau Pari,

pemerintah setempat berupaya untuk meningkatkan penyediaan sarana dan

prasarana yang ada di Kelurahan Pulau Pari. Sarana dan prasarana yang terdapat

di Pulau Pari dapat dikelompokkan ke dalam sarana dan prasarana sektor wisata

dan non-wisata, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 10.

Tabel 10 Sarana/prasarana di Pulau Pari No. Sarana/prasarana Jumlah Rincian

A. Wisata

Homestay 80 buah

Kapal snorkling 30 buah

Alat snorkling 17 penyewaan

Kamera underwater 7 penyewaan

Sepeda 11 penyewaan

Banana boat 2 buah

B. Non-wisata

1. Pendidikan

TK/ PAUD 2 buah TK Al-Hijrah II dan PAUD Assyakur

SD/ MD 2 buah SD 1 Pagi dan Madrasah Diniyah Nurul

Ulul Pulau Pari

SLTP 1 buah SMP Satu Atap 01

2. Keagamaan

Mesjid 1 buah Mesjid Al-Ikhlas

Musholla 2 buah Musholla Bahlul Ulum

Musholla Itihad

3. Kesehatan

Puskesmas P.Pari 1 buah

Sumber: A. FORSIR, 2013

B. Kelurahan Pulau Pari, 2013

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa sarana/prasarana wisata di Pulau Pari

cukup beragam. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki keterlibatan

yang cukup tinggi di sektor pariwisata. Sarana dan prasarana pendidikan di Pulau

Pari hanya terdapat sampai jenjang SLTP, sedangkan jenjang pendidikan SLTA

terdapat di Pulau Pramuka, sehingga masyarakat yang melanjutkan pendidikan ke

jenjang SLTA harus menetap di Pulau Pramuka. Sarana/prasarana keagamaan

yang di Pulau Pari adalah sarana keagamaan bagi umat Islam. Hal ini karena 100

persen penduduk Pulau Pari beragama Islam (Kelurahan Pulau Pari, 2013). Selain

di bidang pendidikan dan keagamaan, terdapat juga sarana/prasarana di bidang

kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan sebuah Puskesmas di Pulau Pari.

Kondisi ini sangat membantu warga dalam memperoleh pelayanan kesehatan

yang baik.

Page 45: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

31

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Wisata di Pulau Pari

Pulau Pari memiliki karakteristik kawasan yang berpotensi sebagai tempat

wisata. Oleh karena itu, tidak heran jika saat ini Pulau Pari mulai banyak

dikunjungi wisatawan, terlebih setelah dibukanya Pantai Pasir Perawan.

Pantai Pasir Perawan merupakan objek wisata pantai yang ada di Pulau Pari

yang semula merupakan pantai yang penuh dengan semak belukar. Sekitar akhir

tahun 2012, masyarakat secara inisiatif membersihkan lahan tersebut dan

menatanya sehingga terdapat akses menuju sebuah pantai yang bersih dan berpasir

putih yang saat ini dikenal dengan nama Pantai Pasir Perawan. Pantai Pasir

Perawan dikelola secara swadaya oleh masyarakat Pulau Pari dengan bantuan

Forum Peduli Pesisir (FORSIR) sebagai organisasi masyarakat yang mendukung

pengembangan objek wisata dan kesejahteraan masyarakat Pulau Pari.

Selain pantai, perairan Pulau Pari juga kaya akan keanekaragaman bawah

lautnya. Kondisi sumber daya alam yang mendukung bagi kegiatan wisata di Pulau

Pari tersebut menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Aktivitas wisata yang

dominan diminati oleh para wisatawan di Pulau Pari adalah aktivitas wisata pantai

dan wisata snorkling. Beberapa perairan Pulau Pari yang sering dijadikan lokasi

snorkling adalah Area Perlindungan Laut (APL), Bintang Rama, dan area sekitar

dermaga. Lokasi tersebut termasuk ke dalam zona pemanfaatan kawasan ekowisata

bahari yang ditujukan untuk pengembangan pariwisata alam. Selain itu, lokasi

tersebut juga dinilai memiliki keindahan bawah laut yang baik dan berada pada

daerah yang terlindung dengan kondisi perairan yang cukup tenang.

6.2 Karakteristik Responden Wisatawan di Pulau Pari

Untuk mengetahui karakteristik responden wisatawan diperlukan data dari 76

orang responden wisatawan dengan karakteristik seperti yang disajikan pada Tabel

11.

Page 46: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

32

Tabel 11 Karakteristik responden wisatawan di Pulau Pari No. Karakteristik Jumlah Persentase (%)

1. Daerah Asal

Jakarta 33 43,42

Tangerang 9 11,84

Bekasi 14 18,42

Depok 7 9,21

Bogor 11 14,47

Bandung 2 2,63

Jumlah 76 100,00

2. Umur

15-19 12 15,79

20-24 37 48,68

25-29 16 21,05

30-34 6 7,89

35-39 4 5,26

40-44 1 1,32

Jumlah 76 100,00

3. Pekerjaan

Buruh 6 7,89

IRT 1 1,32

Mahasiswa 23 30,26

Pegawai swasta 30 39,47

Pelajar 9 11,84

PNS 5 6,58

Lainnya 2 2,63

Jumlah 76 100,00

4. Cara Kedatangan

Keluarga 9 11,84

Rombongan 17 22,37

Teman 49 64,47

Sendiri 1 1,32

Jumlah 76 100,00

5. Waktu Berkunjung

Akhir pekan 59 77,63

Hari kerja 7 9,21

Libur sekolah 10 13,16

Jumlah 76 100,00

6. Sumber Informasi

Brosur 1 1,32

Internet 16 21,05

Radio 1 1,32

Teman/ keluarga 58 76,32

Jumlah 76 100,00

7. Tujuan

Bekerja 1 1,32

Berekreasi 70 92,11

Lainnya (survey) 5 6,58

Jumlah 76 100,00

Sumber: Data Primer Diolah, 2013

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa wisatawan yang datang ke

Pulau Pari berasal dari wilayah Jabodetabek dan Bandung dengan jumlah terbesar

berasal dari Jakarta. Kondisi ini sangat memungkinkan, melihat lokasi Jakarta yang

cukup dekat dengan Pulau Pari dan dapat diakses dari luar melalui beberapa

Page 47: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

33

pelabuhan, yaitu Rawa Saban, Tanjung Kait, Tanjung Pasir dan Kali Adem (Muara

Angke). Rute pelayaran dari Kali Adem menggunakan kapal Kerapu dan Lumba-

Lumba, sedangkan tiga pelabuhan lainnya menggunakan rute pelayaran angkutan

tradisional masyarakat. Sebagian besar wisatawan menggunakan rute pelayaran dari

Kali Adem untuk mencapai Pulau Pari. Hal ini disebabkan karena sebagian besar

wisatawan berasal dari Jakarta, dan pelabuahan Kali Adem mempunyai jarak yang

paling dekat dengan Jakarta.

Pulau Pari yang merupakan pulau yang baru dikembangkan sebagai objek

wisata menarik minat kalangan muda untuk berwisata ke tempat ini, ditunjukkan

dengan banyaknya wisatawan berusia muda yaitu antara 20-24 tahun yang sebagian

besar berprofesi sebagai pegawai swasta. Pada umumnya, wisatawan tersebut

datang secara berkelompok, yaitu bersama teman dengan menggunakan jasa agen

wisata. Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan saat berwisata.

Wisatawan tersebut sebagian besar berkunjung pada waktu akhir pekan. Minat

wisatawan untuk datang ke Pulau Pari pada waktu akhir pekan memang

menunjukkan angka yang cukup tinggi, namun, penginapan yang tersedia

jumlahnya terbatas. Oleh karena itu, pengelola jasa wisata membuat kebijakan

dengan membuka hari kunjungan pada waktu hari kerja. Sehingga, selain akhir

pekan, wisatawan juga dapat berkunjung pada hari kerja.

Kondisi Pulau Pari yang nyaman dan tidak terlalu padat menjadi salah satu

alasan wisatawan memilih Pulau Pari sebagai daerah tujuan wisata. Aktivitas yang

dilakukan oleh wisatawan pun bermacam-macam, terdiri dari snorkling, bersepeda,

berperahu, menikmati pantai, memancing, dan belajar.

6.3 Persepsi Wisatawan terhadap Objek Wisata Pulau Pari

Persepsi wisatawan merupakan penilaian wisatawan terhadap berbagai

kondisi yang ada di objek wisata Pulau Pari. Hal ini sangat penting diketahui

sebagai informasi bagi pengelola dalam melakukan pengembangan wisata di Pulau

Pari. Kondisi yang aman, nyaman, dan teratur, dapat menjadi sebuah daya tarik

bagi wisatawan yang telah datang untuk berkunjung kembali ataupun bagi

wisatawan yang belum pernah datang ke Pulau Pari, sehingga memberikan kesan

Page 48: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

34

yang baik atas kunjungannya. Tabel 12 menunjukkan persepsi wisatawan terhadap

objek wisata di Pulau Pari.

Tabel 12 Persepsi responden wisatawan terhadap lokasi wisata di Pulau Pari No Persepsi Jumlah

1.Kebersihan Lokasi Pantai Lokasi Wisata Sepeda Area Pemukiman Penduduk

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Bersih 25 32,89 20 26,32 35 46,05

Cukup bersih 46 60,53 50 65,79 40 52,63

Tidak bersih 5 6,58 6 7,89 1 1,32

Jumlah 76 100,00 76 100,00 76 100,00

2.Keindahan Panorama Alam Pantai Panorama Bawah Laut

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Menarik 76 100 76 100 74 97,37

Tidak

Menarik 0 0 0 0 2 2,63

Jumlah 76 100,00 76 100,00 76 100,00

3.Fasilitas Memadai Tidak Memadai Tidak Tersedia

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Toilet/mushola 68 89,47 8 10,53 0 0,00

Tempat makan/warung 60 78,95 16 21,05 0 0,00

Toko cenderamata 45 59,21 29 38,16 2 2,63

Penginapan 66 86,84 10 13,16 0 0,00

Petunjuk arah 60 78,95 16 21,05 0 0,00

Pelayanan informasi 59 77,63 17 22,37 0 0,00

Rata-rata persentase

78,51

21,05

0,44

Jumlah Persentase (%)

4.Keamanan

Aman 76 100,00

Tidak aman 0 0,00

Jumlah 76 100,00

5.Aksesibilitas

Sangat mudah 21 27,63

Mudah 50 65,79

Sulit 5 6,58

Jumlah 76 100,00

6.Kondisi jalan

Bagus 25 32,89

Cukup bagus 50 65,79

Rusak 1 1,32

Jumlah 76 100,00

Page 49: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

35

Persepsi Jumlah Persentase (%)

7.Keramahan petugas/pengelola objek wisata

Ramah 76 100,00

Tidak ramah 0 0,00

Sangat tidak ramah 0 0,00

Jumlah 76 100,00

8.Tingkat Kepuasan

Puas 71 93,42

Sangat puas 5 6,58

Jumlah 76 100,00

Sumber: Data Primer Diolah, 2013

Tabel 12 menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen pengunjung menyatakan

puas terhadap objek wisata di Pulau Pari. Hal ini tergambar pula dari penilaian

terhadap kebersihan, keindahan, fasilitas, keamanan, aksesibilitas, kondisi jalan,

dan keramahan petugas/pengelola objek wisata yang juga menunjukkan persepsi

yang baik. Tingkat kepuasan responden wisatawan ini juga disebabkan oleh

kondisi SDAL Pulau Pari yang masih asri dan tidak terlalu padat, sehingga

memberikan tingkat kenyamanan yang baik bagi para wisatawan.

6.4 Indeks Kesesuaian Wisata di Pulau Pari

Kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata di Pulau Pari dianalisis dengan

menggunakan Indeks Kesesuaian Wisata (IKW). Penelitian ini menilai dua aktivitas

wisata, yaitu wisata snorkling dan wisata pantai. Kedua aktivitas wisata tersebut

memiliki parameter yang berbeda. Penentuan lokasi untuk aktivitas wisata

snorkling dilakukan pada tiga lokasi yang lazim digunakan untuk aktivitas wisata

snorkling di Pulau Pari, yaitu Area Perlindungan Laut (APL) yang terletak pada

koordinat 5052’8,80” LS 106

036’46,54” BT, Bintang Rama pada koordinat 50

51’5,36”

LS 106035’0,16” BT, dan Dermaga pada koordinat 50

51’37,93” LS 106037’17,19” BT,

sedangkan untuk wisata pantai dilakukan pada satu lokasi penelitian, yaitu Pantai

Pasir Perawan. Untuk menghitung Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) perlu diukur

langsung di lapangan beberapa parameter (Nilai) yang kemudian dicocokkan

dengan matriks kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata pada Tabel 5 untuk

memperoleh bobot dan skor. Matriks kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata ini

diperlukan untuk menghitung indeks kesesuaian wisata sebagaimana ditampilkan

pada Tabel 13.

Page 50: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

36

Tabel 13 Matriks kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata snorkling di Pulau Pari I. Area Perlindungan Laut (APL)

No Parameter Bobot* Nilai** Skor* Ni Nmaks

A b c a x c a x 3

1 Kecerahan perairan (%) 5 100 3 15 15

2 Tutupan komunitas karang (%) 5 95 3 15 15

3 Jenis life form 3 5 1 3 9

4 Jenis ikan karang 3 12 1 3 9

5 Kecepatan arus (cm/dt) 1 18 2 2 3

6 Kedalaman terumbu karang (m) 1 1-3 3 3 3

7 Lebar hamparan datar karang (m) 1 350 2 2 3

Nb : Skor maksimum setiap parameter = 3

Total 43 57

Indeks Kesesuaian Wisata (%) : ∑ (Ni/ Nmaks) x 100% 75,44

Kategori S2

II. Bintang Rama

No Parameter Bobot* Nilai** Skor* Ni Nmaks

A b c a x c a x 3

1 Kecerahan perairan (%) 5 100 3 15 15

2 Tutupan komunitas karang (%) 5 75,57 3 15 15

3 Jenis life form 3 5 1 3 9

4 Jenis ikan karang 3 15 1 3 9

5 Kecepatan arus (cm/dt) 1 15 3 3 3

6 Kedalaman terumbu karang (m) 1 1-3 3 3 3

7 Lebar hamparan datar karang (m) 1 600 3 3 3

Nb : Skor maksimum setiap parameter = 3

Total 45 57

Indeks Kesesuaian Wisata (%) : ∑ (Ni/ Nmaks) x 100% 78,95

Kategori S2

III. Dermaga

No Parameter Bobot* Nilai** Skor* Ni Nmaks

A b c a x c a x 3

1 Kecerahan perairan (%) 5 80 2 10 15

2 Tutupan komunitas karang (%) 5 90 3 15 15

3 Jenis life form 3 5 1 3 9

4 Jenis ikan karang 3 10 1 3 9

5 Kecepatan arus (cm/dt) 1 20 2 2 3

6 Kedalaman terumbu karang (m) 1 1-3 3 3 3

7 Lebar hamparan datar karang (m) 1 200 2 2 3

Nb : Skor maksimum setiap parameter = 3

Total 38 57

Indeks Kesesuaian Wisata (%) : ∑ (Ni/ Nmaks) x 100% 66,67

Kategori S2

Sumber :

* Bobot dan skor menggunakan matriks kesesuaian lahan pada Tabel 5 (Yulianda, 2007)

** Hasil pengukuran langsung (Data Primer, 2013)

Page 51: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

37

Tabel 13 menunjukkan bahwa ketiga lokasi snorkling masuk ke dalam

kategori S2 yang berarti sesuai untuk digunakan sebagai tempat wisata snorkling.

Indeks kesesuaian wisata terbesar terdapat di Lokasi II, yaitu Bintang Rama. Hal ini

didukung oleh banyaknya jumlah parameter yang berada pada kategori sangat

sesuai, ditandai dengan skor bernilai 3. Selama ini, Bintang Rama memang menjadi

tempat paling favorit untuk melakukan snorkling.

Selain aktivitas wisata snorkling, Pulau Pari juga didominasi oleh aktivitas

wisata pantai. Berbeda halnya dengan Lokasi I, II, dan III, yang berada pada

kategori sesuai, Lokasi IV berada pada kategori sangat sesuai. Lokasi IV, yaitu

Pantai Pasir Perawan merupakan objek wisata pantai, sehingga parameter-

parameter yang terdapat dalam indeks kesesuaiannya berbeda dengan ketiga lokasi

lainnya. Hampir semua parameternya berada pada kategori sangat sesuai, seperti

yang disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Matriks kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata pantai di Pantai Pasir

Perawan No Parameter Bobot* Nilai** Skor* Ni Nmaks

A b c a x c a x 3

1 Kedalaman perairan (m) 5 3 3 15 15

2 Tipe pantai 5 Pasir putih 3 15 15

3 Lebar pantai (m) 5 23,5 3 15 15

4 Material dasar perairan 3 Pasir 3 9 9

5 Kecepatan arus (m/s) 3 0,15 3 9 9

6 Kemiringan pantai (0) 3 15 2 6 9

7 Kecerahan perairan (%) 1 80 3 3 3

8 Penutupan lahan pantai 1 Pandan laut, lahan

terbuka

3 3 3

9 Biota berbahaya 1 Bulu babi 2 2 3

10 Ketersediaan air tawar (km) 1 <0,5 3 3 3

Nb : Skor maksimum setiap parameter = 3

Total 80 84

Indeks Kesesuaian Wisata (%) : ∑ (Ni/ Nmaks) x 100% 95,24

Kategori S1

Sumber : * Yulianda, 2007

** Data Primer, 2013

Pantai Pasir Perawan merupakan lahan terbuka dengan lebar pantai lebih dari

15 meter. Tipe pantainya berpasir putih dengan kecerahan 80 persen dan material

dasar perairan berupa pasir. Kondisi ini sangat cocok digunakan untuk aktivitas

wisata.

Page 52: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

38

Menurut Dahuri et al, 2004, pembangunan berkelanjutan suatu wilayah

kepulauan secara ekologis, salah satunya harus memenuhi persyaratan yaitu

ditempatkan pada lokasi yang secara biofisik “sesuai”. Persyaratan ini dapat dilihat

dari peta kesesuaian lahan. Berdasarkan Tabel 13 dan Tabel 14, maka dapat dilihat

bahwa kriteria kesesuaian tersebut telah terpenuhi. Secara keseluruhan, indeks

kesesuaian wisata untuk aktivitas wisata snorkling dan wisata pantai di Pulau Pari

ditunjukkan pada Tabel 15.

Tabel 15 Indeks kesesuaian wisata untuk aktivitas wisata snorkling dan wisata

pantai di Pulau Pari No Lokasi IKW (%) Kategori Keterangan

1 Area Perlindungan Laut (APL) 75,44 S2 Sesuai

2 Bintang Rama 78,95 S2 Sesuai

3 Dermaga 66,67 S2 Sesuai

4 Pantai Pasir Perawan 95,24 S1 Sangat sesuai

Sumber : Data Primer Diolah, 2013

Peta kesesuaian lahan untuk aktivitas wisata snorkling dan wisata pantai di

empat lokasi penelitian seperti digambarkan pada Gambar 4.

Sumber: PKSPL Diolah, 2013

Gambar 4. Peta keseuaian lahan untuk aktivitas wisata di Pulau Pari

Page 53: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

39

6.5 Daya Dukung Kawasan untuk Aktivitas Wisata di Pulau Pari

Penilaian mengenai daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata di Pulau

Pari dilakukan pada empat lokasi penelitian yang terdiri dari tiga lokasi snorkling

dan satu lokasi pantai. Berdasarkan hasil analisis Indeks Kesesuaian Wisata (IKW),

keempat lokasi tersebut berada pada kategori sesuai, oleh karena itu selanjutnya

harus dilakukan perhitungan daya dukung kawasan. Perhitungan daya dukung ini

diperlukan untuk mengetahui batasan maksimum pengunjung yang dapat

ditampung di lokasi tersebut agar lokasi wisata tetap lestari. Perhitungan daya

dukung kawasan dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu potensi ekologis

pengunjung (K), luas atau panjang area yang dimanfaatkan (Lp), unit area (Lt),

waktu yang disediakan untuk kegiatan wisata (Wt), dan waktu yang dihabiskan

pengunjung untuk melakukan aktivitas wisata (Wp). Daya dukung kawasan untuk

aktivitas wisata di Pulau Pari ditunjukkan pada Tabel 16.

Tabel 16 Daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata di Pulau Pari No Lokasi K* Lp** Lt* Wp* Wt* DDK

a B c d e a x (b/c) x (e/d)

Wisata Snorkling 1 APL 1 3500 m

2 500 m

2 3 jam 6 jam 14 orang/hari

2 Bintang Rama 1 9000 m2 500 m

2 3 jam 6 jam 36 orang/hari

3 Dermaga 1 2000 m2 500 m

2 3 jam 6 jam 8 orang/hari

Wisata Pantai 4 Pantai Pasir

Perawan

1 7500 m 50 m 3 jam 6 jam 300 orang/hari

Sumber : * Yulianda, 2007

** FORSIR, 2013

Potensi ekologis pengunjung untuk aktivitas wisata snorkling adalah 1 orang

dengan unit area 500 m2. Artinya, setiap satu orang dalam 500 m

2. Sedangkan,

untuk aktivitas wisata pantai, potensi ekologis pengunjung adalah 1 orang dengan

unit area 50 m, atau dengan kata lain 1 orang setiap 50 m panjang pantai. Waktu

yang dibutuhkan pengunjung untuk kegiatan snorkling adalah 3 jam dengan total

waktu dalam 1 hari adalah 6 jam. Untuk aktivitas wisata pantai, waktu yang

dibutuhkan pengunjung adalah 3 jam dengan total waktu dalam sehari adalah 6 jam.

Lokasi I memiliki luas area pemanfaatan 3500m2. Dengan luas area

pemanfaatan sebesar ini, daya dukung kawasan Lokasi I adalah 14 orang/hari.

Artinya, dengan total waktu 6 jam yang disediakan kawasan selama satu hari, dan

waktu yang digunakan pengunjung untuk kegiatan snorkling selama 3 jam, maka

Page 54: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

40

jumlah pengunjung yang dapat ditampung pada lokasi tersebut adalah 14 orang

dalam satu hari. Hal ini menjadi dasar perhitungan daya dukung kawasan untuk

aktivitas wisata snorkling. Namun, berdasarkan lamanya waktu penyewaan alat

snorkling yaitu alat selam dasar (ADS), rata-rata pengunjung hanya memanfaatkan

waktu selama 1 jam dari waktu maksimal yang dapat dimanfaatkan untuk aktivitas

wisata snorkling yaitu selama 3 jam, sehingga daya dukung kawasannya dapat lebih

dari 14 orang/hari. Hal ini menunjukkan bahwa dengan total waktu yang

disediakan untuk aktivitas snorkling dalam satu hari yaitu selama 6 jam, di Lokasi I

masih bisa menampung hingga 84 orang dalam waktu yang berbeda, dengan asumsi

setiap orang hanya menggunakan waktu 1 jam untuk snorkling.

Lokasi II dan III masing-masing memiliki luas area pemanfaatan sebesar

9000 m2

dan 2000 m2. Berdasarkan hasil perhitungan, daya dukung kawasan di

Lokasi II adalah 36 orang/hari dan di Lokasi III 8 orang/hari. Seperti halnya Lokasi

I, daya dukung kawasan di Lokasi II dan III juga dapat lebih dari daya dukung

dasar tersebut. Jika diasumsikan setiap pengunjung hanya menggunakan waktunya

selama 1 jam, maka dalam satu hari di Lokasi II masih dapat menampung hingga

216 orang dalam waktu yang berbeda, sedangkan untuk Lokasi III masih dapat

menampung hingga 48 orang dalam waktu yang tidak bersamaan. Daya dukung

kawasan di Lokasi II adalah yang paling besar. Hal ini sesuai dengan luas area

pemanfaatannya yang juga lebih besar dibandingkan dua lokasi lainnya.

Lokasi IV, yaitu Pantai Pasir Perawan yang memiliki area pemanfaatan seluas

7500 m2 memiliki daya dukung kawasan sebesar 300 orang/hari. Artinya, dalam

waktu yang bersamaan, dengan total waktu 6 jam yang disediakan kawasan selama

satu hari, dan waktu yang digunakan pengunjung untuk kegiatan wisata pantai

selama 3 jam, maka jumlah pengunjung yang dapat ditampung pada lokasi tersebut

adalah 300 orang dalam satu hari.

6.6 Nilai Ekonomi Wisata di Pulau Pari

Jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Pari yang semakin meningkat setiap

waktunya, menjadi salah satu hal yang menarik untuk ditetiti untuk dihitung nilai

ekonominya. Jumlah kunjungan wisatawan selama satu tahun terakhir digunakan

sebagai dasar dalam perhitungan ini.

Page 55: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

41

Penelitian dilakukan dengan memasukkan variabel-variabel biaya perjalanan,

pendapatan, jumlah tanggungan, pendidikan, jarak, lama perjalanan, umur, lama

mengetahui objek wisata, dan lama kunjungan sebagai variabel yang

mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan, seperti yang terlampir pada Lampiran

1. Variabel biaya perjalanan merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan

pengunjung untuk mencapai lokasi wisata dan biaya yang dikeluarkan selama

berada di lokasi wisata. Variabel pendapatan merupakan besarnya pendapatan

pengunjung dalan satu bulan. Variabel jumlah tanggungan adalah banyaknya

jumlah tanggungan pengunjung. Variabel pendidikan adalah lamanya pendidikan

(tahun) yang ditempuh oleh pengunjung. Variabel jarak merupakan jarak tempuh

dari lokasi asal pengunjung ke lokasi tujuan wisata. Variabel lama perjalanan

merupakan waktu yang dibutuhkan pengunjung untuk tiba di lokasi tujuan wisata.

Variabel umur menunjukkan umur pengunjung (tahun). Variabel lama mengetahui

menunjukkan sudah berapa lama pengunjung mengetahui keberadaan lokasi wisata,

sedangkan variabel lama kunjungan menunjukkan berapa lama pengunjung tersebut

berada di lokasi wisata. Berdasarkan hasil analisis regresi linear dari data pada

Lampiran 1, maka diperoleh model persamaan sebagai berikut:

Jumlah Kunjungan = 1,113 - 0,0000001187 Biaya Perjalanan - 0,00000003786 Pendapatan + 0,139

Jumlah Tanggungan + 0,032 Pendidikan + 0,000629 Jarak - 0,080 Lama

Perjalanan - 0,017 Umur + 0,026 Lama Mengetahui + 0,108 Lama

Kunjungan

Hasil regresi dari persamaan linear di atas dapat dilihat pada Tabel 17 dan

selengkapya terdapat pada Lampiran 2. Pada hasil perhitungan di Tabel 17, variabel

jumlah tanggungan, pendidikan, jarak, lama mengetahui, dan lama kunjungan

menunjukkan tanda positif (+). Hal ini berarti bahwa secara umum, semakin

meningkat variabel-variabel tersebut maka akan meningkatkan jumlah kunjungan.

Variabel biaya perjalanan, pendapatan, lama perjalanan, dan umur menunjukkan

tanda negatif (-) yang berarti bahwa secara umum, semakin meningkat variabel-

variabel tersebut maka akan menurunkan jumlah kunjungan.

Berdasarkan hasil regresi diperoleh nilai R-Sq sebesar 17,6 persen,

menunjukkan bahwa keragaman jumlah kunjungan wisata ke Pulau Pari hanya

mampu dijelaskan oleh variabel-variabel bebas di dalam model sebanyak 17,6

persen. Sisanya sebesar 82,4 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang

Page 56: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

42

tidak dimasukkan ke dalam model. Variabel-variabel tersebut diperkirakan

mempunyai pengaruh yang kuat terhadap jumlah kunjungan wisata ke Pulau Pari.

Pulau Pari yang merupakan objek wisata alam, khususnya wisata pulau memang

memiliki karakteristik yang berbeda dengan jenis wisata lainnya. Pulau Pari sebagai

salah satu objek wisata pulau sangat dipengaruhi oleh alam. Kondisi alam

diantaranya seperti cuaca, kecepatan angin, dan ketinggian ombak, sangat

mempengaruhi aktivitas kunjungan wisata ke Pulau Pari, karena setiap pengunjung

yang datang ke Pulau Pari diharuskan untuk menyebrang menggunakan kapal, dan

ini sangat dipengaruhi oleh kondisi alam.

Tabel 17 Hasil regresi linear kunjungan wisata ke Pulau Pari dengan individual

travel cost method

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

Collinearity

Statistics

B Std.

Error Beta Tolerance VIF

Constant 1.113 .660 1.687 .096

Biaya

Perjalanan -1.187E-7 .000 -.043 -.310 .757 .638 1.568

Pendapatan -3.786E-8 .000 -.092 -.537 .593 .422 2.369

Jumlah

Tanggungan .139 .092 .262 1.522 .133** .420 2.379

Pendidikan .032 .052 .113 .608 .545 .360 2.779

Jarak .000 .004 -.029 -.162 .872 .399 2.507

Lama

Perjalanan -.080 .088 -.162 -.911 .366 .397 2.521

Umur -.017 .023 -.181 -.767 .446 .223 4.474

Lama

Mengetahui .026 .011 .325 2.355 .022* .654 1.529

Lama

Kunjungan .108 .152 .096 .708 .481 .677 1.478

R-sq = 17,6 persen R-Sq (adj) = 6,4 persen DW = 1,755

Sumber : Data Primer Diolah, 2013

Keterangan :

*) signifikan pada taraf nyata α = 0,05 (5 persen)

**) signifikan pada taraf nyata α = 0,15 (15 persen)

Variabel-variabel yang merupakan kondisi alam seperti cuaca, kecepatan

angin, dan ketinggian ombak tersebut bukan merupakan data time series. Selain itu,

secara konsep variabel-variabel tersebut cenderung homogen di setiap responden,

karena merupakan pendapat seseorang. Contohnya, mengenai kondisi cuaca baik

dan buruk. Pada saat yang sama, jika kondisi cuaca memang buruk, maka semua

orang akan menganggap bahwa cuaca tersebut buruk dan tidak memungkinkan

Page 57: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

43

untuk melakukan aktivitas wisata, misalnya untuk wisata snorkling. Oleh karena

itu, variabel-variabel tersebut tidak dapat dimasukkan ke dalam model persamaan,

namun variabel-variabel tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap jumlah

kunjungan wisata di Pulau Pari.

Pada hasil regresi di Tabel 17 dapat dilihat hasil uji t dengan taraf nyata 5

persen dan 15 persen, diperoleh terdapat dua variabel bebas yang berpengaruh

secara signifikan terhadap jumlah kunjungan di Pulau Pari. Variabel lama

mengetahui berpengaruh pada taraf nyata 5 persen dan jumlah tanggungan

berpengaruh pada taraf nyata 15 persen. Koefisien lama mengetahui bernilai positif,

yaitu 0,026. Nilai koefisien ini menunjukkan bahwa setiap penambahan 1 bulan

lama mengetahui objek wisata, diduga akan menambah jumlah kunjungan wisata ke

Pulau Pari Kepulauan Seribu sebesar 0,26, dengan asumsi cateris paribus.

Sedangkan koefisien jumlah tanggungan bernilai 0,139, artinya setiap penambahan

1 orang jumlah tanggungan, diduga akan menambah jumlah kunjungan wisata ke

Pulau Pari, sebesar 1,39, dengan asumsi cateris paribus.

Hasil analisis regresi linear berganda pada Tabel 17 diperoleh nilai VIF

masing-masing variabel kurang dari 10. Hal ini menunjukkan tidak adanya

multikolinearitas dalam model regresi. Uji heteroskedastisitas dilihat dengan

melihat pola penyebaran titik. Hasil regresi menunjukkan titik-titik yang menyebar

di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, artinya output regresi (pada Chart

Lampiran 2) tidak membentuk pola yang jelas. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak

terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi. Uji autokorelasi diketahui dengan

membandingan nilai Durbin-Watson (DW) dengan DW tabel. Nilai DW dari hasil

regresi diperoleh 1,755. Untuk nilai dL dan dU dapat dilihat pada tabel DW untuk

signifikansi 0,05 dengan n (jumlah data)=76 dan k (jumlah variabel independen)=9.

Didapatkan nilai dL adalah 1,3747 dan dU adalah 1,8989, jadi nilai 4-dU=2,1011

dan 4-dL=2,6253. Hal ini berarti nilai DW (1,755) berada pada daerah antara dL

dan dU, maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

Berdasarkan hasil regresi tersebut, dengan memasukkan nilai rata-rata

pendapatan, jumlah tanggungan, pendidikan, jarak, lama perjalanan, umur, lama

mengetahui, dan lama kunjungan, maka dapat diperoleh fungsi :

JK = 1,113 - 0,0000001187 TC + 0,233483

Page 58: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

44

JK = - 0,0000001187 TC + 1,346483

Persamaan di atas lalu ditransformasikan dalam bentuk TC menjadi:

TC =

Biaya perjalanan rata-rata dapat diperoleh ketika jumlah kunjungan rata-rata,

sehingga dengan memasukkan nilai rata-rata jumlah kunjungan, diperoleh

persamaan :

Rata-rata TC =

=

= 2.919.000

Sementara itu, TC maksimum diperoleh saat jumlah kunjungan=0, sehingga

dapat diperoleh nilai TC maksimum sebesar:

TC maks =

= 11.344.000

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka surplus konsumen dapat diketahui

dengan membagi dua hasil perkalian antara jumlah kunjungan rata-rata dengan

selisih TC maksimum dan TC rata-rata, sehingga diperoleh estimasi nilai surplus

konsumen per individu sebesar Rp 4.212.500,00. Dengan demikian, berdasarkan

jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Pari, Kepulauan Seribu pada tahun 2012

yang berjumlah 36.232 kunjungan, maka nilai ekonomi wisata di Pulau Pari adalah

sebesar Rp 152.627.300.000,00/tahun.

6.7 Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Penghasilan Masyarakat

Hidupnya aktivitas wisata di Pulau Pari memberikan dampak positif terhadap

penghasilan masyarakat di Pulau Pari. Pekerjaan utama masyarakat sebagai nelayan

dapat terbantu dengan adanya kegiatan di sektor pariwisata. Keberadaan objek

wisata Pulau Pari mengakibatkan adanya perubahan pada penghasilan masyarakat

setempat. Besaran kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat

diestimasi dari 30 orang responden masyarakat Pulau Pari seperti yang terlampir

pada Lampiran 3. Data tersebut dihitung dengan pendekatan penghasilan rumah

tangga, dan diperoleh hasil yang menunjukan bahwa keterlibatan masyarakat dalam

pekerjaan di sektor pariwisata memberikan kontribusi rata-rata sebesar 70,12 persen

terhadap penghasilannya. Artinya sudah termasuk ke dalam penghasilan utama

Page 59: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

45

berdasarkan kriteria menurut Soehadji (1995) dalam Soetanto (2002). Hasil tersebut

menjunjukkan bahwa sektor pariwisata sangat berperan dalam perekonomian

masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi di lapangan di mana banyak

masyarakat yang memiliki usaha di sektor pariwisata. Kontribusi sektor pariwisata

terhadap penghasilan masyarakat disajikan dalam Tabel 18.

Tabel 18 Kontribusi sektor pariwisata terhadap penghasilan masyarakat di Pulau

Pari

Ju

mla

h

resp

on

den

Rata-rata penghasilan (Rp per bulan) Total

Penghasilan Kontribusi sektor

wisata (%) Non-wisata Wisata

A B c = a + b (b/c) x 100%

30 615.667 1.445.000 2.060.667 70,12

Sumber: Data Primer Diolah, 2013

Perubahan penghasilan karena adanya objek wisata Pulau Pari terjadi pada

setiap tenaga kerja dan unit usaha. Tanpa adanya sektor pariwisata di Pulau Pari,

rata-rata penghasilan masyarakat adalah sebesar Rp 615.667,00 yang diperoleh dari

penghasilan sebagai nelayan, buruh, penjaga sekolah, IRT, dan pegawai swasta.

Jumlah ini hanya sekitar 30 persen dari penghasilan mereka dengan adanya objek

wisata Pulau Pari. Pekerjaan masyarakat pada sektor pariwisata di Pulau Pari terdiri

dari tenaga kerja yaitu sebagai pemandu wisata, dan unit usaha, yaitu penyewaan

homestay, kapal snorkling, alat snorkling, kamera underwater, sepeda, banana

boat, dan catering. Keberlangsungan pengembangan wisata di Pulau Pari

Kepulauan Seribu ini didukung oleh adanya sebuah organisasi pemuda Pulau Pari

yang dinamakan FORSIR (Forum Pesisir). FORSIR merupakan suatu organisasi

masyarakat yang peduli terhadap kesejahteraan masyarakat dan lingkungan Pulau

Pari, khususnya dalam pengembangan objek wisata dan kegiatan sosial masyarakat.

Keterlibatan masyarakat pada sektor pariwisata bukan hanya menguntungkan

bagi perekonomian mereka saja. Namun, dari hasil penghasilan masyarakat yang

terlibat pada setiap pekerjaan di sektor pariwisata ini, mereka turut menyumbang

untuk keberlanjutan wisata di Pulau Pari melalui pungutan yang dikelola oleh

FORSIR, sehingga sektor pariwisata juga turut menyumbang penghasilan daerah

setempat. Berikut ini disajikan besarnya sumbangan masyarakat dari penyediaan

fasilitas penunjang objek wisata di Pulau Pari. Perhitungan besarya kontribusi

Page 60: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

46

penghasilan masyarakat penyedia fasilitas penunjang wisata terhadap lingkungan

Pulau Pari disajikan pada Lampiran 4.

Tabel 19 Kontribusi penghasilan masyarakat penyedia fasilitas penunjang wisata

terhadap lingkungan di Pulau Pari Fasilitas Biaya pungutan/bulan Rata-rata jumlah

penggunaan/bulan

Jumlah

Homestay Rp 15.000,00/rumah 80 Rp 1.200.000,00

Kapal snorkling Rp 10.000,00/minggu/kapal 30 Rp 1.200.000,00

Alat Snorkling

(ADS)

Rp 1.000,00/set yang dipakai 3000 Rp 3.000.000,00

Sepeda Rp 500,00/kepala 2500 Rp 1.250.000,00

Banana Boat Rp 500,00/kepala 500 Rp 250.000,00

Catering Rp 500,00/kepala 3000 Rp 1.500.000,00

Total Penerimaan Rp 8.400.000,00

Sumber: FORSIR, 2013

Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat bahwa dengan rata-rata jumlah

penggunaan fasilitas wisata per bulan seperti yang tertera pada Tabel 19, FORSIR

berpotensi memperoleh penghasilan sebanyak Rp 8.400.000,00 dalam satu bulan.

Dana tersebut merupakan kontribusi penghasilan masyarakat penyedia fasilitas

penunjang wisata terhadap lingkungan di Pulau Pari. Penghasilan ini digunakan

untuk pengembangan infrastruktur dan fasilitas wisata, kebersihan dan perawatan,

pemeliharaan sumber daya alam dan lingkungan, serta pembiayaan kegiatan sosial

masyarakat. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat tidak sekedar

mementingkan perekonomiannya saja, tetapi turut berkontribusi juga terhadap

keberlanjutan lingkungannya.

Page 61: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

47

VII. SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum Pulau Pari memiliki

potensi ekowisata yang baik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Lokasi yang digunakan untuk objek wisata snorkling dan wisata pantai di

Pulau Pari sudah memenuhi kriteria kesesuaian daya dukung kawasan.

Keempat lokasi penelitian berada pada kategori Indeks Kesesuaian Wisata

(IKW) yang sesuai untuk digunakan sebagai lokasi wisata. Daya dukung

kawasan untuk keempat lokasi tersebut adalah sebanyak 14 orang/hari di

lokasi APL, 36 orang/hari di lokasi Bintang Rama, 8 orang/hari di lokasi

Dermaga, dan 300 orang/hari di lokasi Pantai Pasir Perawan.

2. Nilai ekonomi wisata di Pulau Pari untuk tingkat kunjungan sebesar 36.232

pada satu tahun 2012 diperoleh sebesar Rp 152.627.300.000,00/tahun. Hal

ini menunjukkan bahwa Pulau Pari memiliki potensi wisata yang besar.

Kegiatan wisata di Pulau Pari sangat tergantung dengan alam. Oleh karena

itu, untuk menjamin keberlangsungan sumber daya alam dan lingkungan,

serta mempertahankan nilai ekonomi wisata di Pulau Pari, maka kondisi di

Pulau Pari harus tetap terjaga, sehingga konservasi di Pulau Pari sangat

diperlukan karena memberikan nilai ekonomi yang besar.

3. Keberadaan sektor pariwisata di Pulau Pari memberikan kontribusi sebesar

70,12 persen terhadap penghasilan masyarakat. Artinya, penghasilan dari

sektor pariwisata yang semula sebagai penghasilan alternatif karena

menurunnya penghasilan dari sektor perikanan dan budidaya rumput laut,

sekarang sudah menjadi penghasilan utama, sehingga masyarakat sudah

mulai tergantung pada sektor pariwisata.

7.2 Saran

Saran dari penelitian ini adalah:

1. Pengelolaan objek wisata di Pulau Pari Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

harus mulai menerapkan konsep wisata berwawasan lingkungan, yaitu

dengan menerapkan konsep daya dukung kawasan. Pengaturan jumlah trip

Page 62: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

48

untuk aktivitas wisata snorkling harus lebih diperhatikan dan diatur sesuai

dengan konsep daya dukungnya. Begitu pula dengan jumlah pengunjung

yang akan melakukan wisata, khususnya snorkling harus diatur sesuai

dengan daya dukung kawasan.

2. Perlu dilakukan pendataan jumlah kunjungan wisata, per jenis atraksi

wisata, per lokasi, per hari, untuk memastikan bahwa jumlah kunjungan

tidak melebihi daya dukung kawasan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara

memberlakukan tarif tiket masuk kawasan wisata untuk membantu proses

penerapan wisata yang berkelanjutan.

3. Peran kelembagaan (FORSIR, LIPI, pemerintah, dan masyarakat setempat)

perlu diarahkan untuk pembentukan community based ecotourism. FORSIR

yang dibina oleh LIPI dan pemerintah berperan dalam pengaturan trip atas

dasar daya dukung kawasan. LIPI berperan dalam pemberian informasi

kepada masyarakat terkait dengan kelestarian alam. Masyarakat lokal perlu

diberdayakan dalam rencana program konservasi dan pengembangan wisata

di Pulau Pari. Pemerintah berhak untuk mengatur pengembangan wisata di

Pulau Pari yang mendorong pada paket-paket wisata bermuatan lingkungan.

Page 63: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

49

DAFTAR PUSTAKA

Adrianto L, Fahrudin A, Wahyudin Y. 2004. Modul Pengenalan Konsep dan

Metodologi Valuasi Ekonomi SumberdayaPesisir dan Laut. Bogor (ID):

PKSPL IPB.

Adrianto L. 2006. Pengenalan Konsep dan Metodologi Valuasi Ekonomi

Sumberdaya Pesisir dan Laut. Bogor (ID): PKSPL IPB.

Amiluddin NM. 2007. Kajian Pertumbuahan dan Kandungan Karaginan Rumput

Laut Kappaphycus alvarezii yang Terkena Penyakit Ice Ice di Perairan

Pulau Pari Kepulauan Seribu. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana IPB

Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah. 2012. Badan Informasi Geospasial

[internet].[diacu 5 Februari 2013]. Tersedia dari:

http://bakohumas.kominfo.go.id/news.php?id=1000.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Kepulauan Seribu dalam Angka 2012. Jakarta

(ID): BPS Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.

Dahuri R., Rais J, Ginting SP, dan Sitepu MJ. 2004. Pengelolaan Sumberdaya

Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta (ID): PT. Pradnya

Paramita.

Direktorat Jenderal Departemen Pariwisata, Seni dan Budaya. 1999. Garis Besar

Pedoman Pengembangan Ekowisata Indonesia [internet]. [diacu 5 Februari

2013]. Tersedia dari: http://ekowisata.info/pedoman_ekowisata.html.

Direktorat Jenderal Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati. 2001.

Tujuan dan Sasaran Pengembangan Ekowisata [internet]. [diacu 5 Februari

2013]. Tersedia dari: http://ekowisata.info/tujuan_dan_sasaran_ekowisata.

Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil. 2012. Direktori Pulau-Pulau Kecil

Indonesia [internet]. [diacu 18 Mei 2013]. Tersedia dari: http://www.ppk-

kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/public_c/pulau_info/370.

Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakarta (ID):

Gramedia Pustaka Utama.

[FORSIR] Forum Peduli Pesisira. 2013. Data sarana/prasarana wisata di Pulau

Pari. Hasil wawancara langsung dengan petugas FORSIR tanggal 14 Mei

2013.

Page 64: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

50

__________________________b. 2013. Data luas/panjang area yang

dimanfaatkan untuk kegiatan wisata di Pulau Pari. Hasil wawancara

langsung dengan petugas FORSIR tanggal 14 Mei 2013.

_______________________________c. 2013. Data kontribusi penghasilan

masyarakat penyedia fasilitas penunjang wisata terhadap lingkungan di

Pulau Pari. Hasil wawancara langsung dengan petugas FORSIR tanggal 14

Mei 2013.

Hall CM. 2001. Trends in ocean and coastal tourism. Ocean and Coastal

Management Vol. 44, Issues 9-10: 601-618.

Igunawati D. 2010. Analisis Permintaan Objek Wisata Tirta Waduk Cacaban,

Kabupaten Tegal. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

[KBBI] Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2012. Pengertian Pariwisata [internet].

[diacu 22 Februari 2013]. Tersedia dari: http://kbbi.web.id.

Kelurahan Pulau Pari. 2013. Laporan bulanan Kelurahan Pulau Pari Kecamatan

Administrasi Kepulauan Seribu. Jakarta (ID): Kelurahan Pulau Pari.

Ketjulan R. 2010. Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Ekowisata Bahari

Pulau Hari Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe Selatan Provinsi

Sulawesi Tenggara. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana IPB.

Knudson DM. 1980. Outdoor Recreation. London (GB): Mac Millan Publishing

Co, Inc.

Kurnianto IR. 2008. Pengembangan Ekowisata di Kawasan Waduk Cacaban,

Kabupaten Tegal. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Mendes I, Proenca I. 2005. Estimating the Recreation Value of Ecosystems by

Using A Travel Cost Method Approach. Lisbon (PT): Technical University

of Lisbon.

Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta. 2001. Pembentukan Kecamatan

Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan,

Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Nomor 4.

Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta. 1999. Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) Provinsi DKI Jakarta. Nomor 6.

[PKSPL] Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Kelautan. 2013. Peta Pulau Pari.

Bogor (ID): PKSPL IPB.

Page 65: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

51

Soetanto H. 2002. Strategi Optimasi Pemanfaatan Sumberdaya dan Teknologi

Tepat Guna Pertanian untuk Meningkatkan Pendapatan Peternak Sapi

Potong. Malang (ID): Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya.

Spillane JJ. 1991. Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta

(ID): Kanisius.

Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Adm. Kepulauan Seribu.

2013. Perbandingan Kunjungan Wisatawan ke Kepulauan Seribu Tahun

2012 dan 2011. Jakarta (ID): Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kabupaten Adm. Kepulauan Seribu.

Terumbu Karang Jakarta. 2009. Pengamatan Jangka Panjang Terumbu Karang

Kepulauan Seribu (2003-2007). Jakarta (ID): Yayasan Terumbu Karang

Indonesia.

[TIES] The International Ecotourism Society. 1990. What is Ecotourism

[internet]. [diacu 4Februari 2013]. Tersedia dari:

http://www.ecotourism.org/what-is-ecotourism.

Undang-Undang Republik Indonesia. 2009. Kepariwisataan. Nomor 10.

Wearing S, Neil J. 1999. Ecotourism: Impact, Potential and Possibilities. Great

Britain (GB): Butterworth and Heinemann.

Wisata Edukasi Bahari. 2011. Wisata Bahari di Indonesia [internet]. [diacu 18

Februari 2013]. Tersedia dari: http://wisata-edukasi-

bahari.com/index.php?option=com_content&view=article&id=111:widuric.

Yulianda F. 2007. Ekowisata Bahari sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumber

Daya Pesisir Berbasis Konservasi. Bogor (ID): FPIK IPB.

Page 66: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

52

LAMPIRAN

Page 67: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

53

Lampiran 1 Data responden wisatawan Pulau Pari

No.

y x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9

JK TC INC TANGGUNGAN EDU JARAK LPJ UMUR LM LK

1 1 403.500 700.000 0 15 42 2 23 3 2

2 1 1.600.000 3.000.000 0 16 61 2 25 24 3

3 1 420.000 1.500.000 0 16 53 2 25 6 2

4 1 500.000 2.600.000 0 16 88 4 23 6 2

5 1 600.000 700.000 0 16 67 5 22 12 2

6 1 378.500 850.000 0 17 88 4 26 3 2

7 1 540.000 800.000 0 16 88 2 23 12 2

8 1 450.000 2.500.000 0 16 56 2 23 6 2

9 1 600.000 1.000.000 0 16 88 5 22 1 2

10 1 660.000 3.200.000 0 16 65 4 24 4 2

11 1 412.000 2.100.000 0 15 88 4 27 3 2

12 1 550.000 2.200.000 0 15 45 2 22 1 2

13 1 364.000 3.000.000 3 16 62 2 29 5 2

14 1 350.000 3.000.000 2 16 45 2 35 2 2

15 1 360.000 3.500.000 2 16 45 2 37 12 2

16 1 390.000 1.750.000 0 15 61 2 24 1 2

17 1 464.000 3.000.000 3 19 55 3 43 5 2

18 1 290.000 800.000 0 14 62 3 20 1 2

19 1 330.000 750.000 0 13 54 2 19 3 2

20 2 845.000 1.000.000 0 13 42 2 21 2 2

21 1 710.000 850.000 0 14 61 2 25 5 2

22 1 350.000 1.655.000 0 15 45 3 21 2 2

23 1 430.000 1.800.000 0 16 64 3 24 4 2

24 1 308.000 1.200.000 2 15 42 2 29 1 2

25 1 377.000 3.000.000 3 12 62 2 23 4 2

26 1 430.000 1.000.000 0 15 88 4 21 6 2

27 1 350.000 1.800.000 0 16 42 3 25 6 2

28 1 930.000 5.000.000 0 15 167 5 23 1 3

29 1 552.500 900.000 0 16 88 4 21 2 2

30 2 348.500 1.500.000 0 16 43 2 23 2 2

31 1 488.500 4.500.000 0 18 42 2 30 3 3

32 1 340.000 500.000 0 12 42 2 17 2 2

33 1 380.000 850.000 0 15 42 2 22 1 2

34 1 217.500 700.000 0 13 88 5 17 1 1

35 1 370.000 750.000 0 14 61 3 20 2 2

36 1 600.000 2.300.000 3 16 54 2 25 1 2

37 2 510.000 1.000.000 3 14 54 2 28 10 1

38 1 550.000 4.000.000 0 18 65 3 30 24 2

39 1 680.000 2.200.000 0 14 62 4 20 2 2

40 1 500.000 2.200.000 0 12 42 4 28 1 2

41 1 600.000 3.000.000 0 16 61 4 33 8 2

42 1 650.000 5.000.000 1 18 61 3 31 30 1

43 1 336.500 500.000 0 12 55 2 17 3 3

44 1 395.000 700.000 0 12 55 2 17 6 3

45 1 585.000 5.000.000 0 16 42 2 23 12 2

46 1 653.500 2.000.000 0 16 45 2 24 3 2

47 4 500.000 5.000.000 3 19 42 2 37 36 2

48 1 450.000 1.200.000 2 14 55 3 21 1 1

49 1 650.000 750.000 0 15 167 5 21 2 2

50 1 550.000 2.500.000 0 16 42 2 23 1 2

51 2 650.000 2.000.000 0 16 65 2 23 1 3

52 3 451.500 800.000 0 13 62 2 20 3 2

53 2 306.000 4.000.000 2 18 42 2 30 3 1

Page 68: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

54

54 1 380.000 500.000 0 12 42 2 16 1 2

55 1 400.000 2.300.000 1 16 65 3 25 12 1

56 1 430.000 850.000 0 16 88 5 22 5 2

57 1 453.500 3.000.000 2 16 55 2 35 3 2

58 2 380.000 850.000 0 14 42 2 20 5 2

59 1 273.500 2.500.000 2 16 42 2 28 2 1

60 1 360.000 2.100.000 0 16 61 2 25 2 2

61 1 520.000 1.000.000 1 15 42 2 28 1 3

62 1 380.000 800.000 0 16 42 2 22 2 2

63 1 520.000 2.300.000 1 16 88 5 29 3 2

64 1 340.000 500.000 0 12 42 2 17 6 2

65 2 480.000 1.500.000 0 16 42 2 24 2 2

66 1 430.000 1.000.000 0 13 42 3 20 3 2

67 1 360.000 800.000 0 14 45 2 20 1 2

68 2 380.000 500.000 0 13 45 2 18 2 2

69 1 350.000 450.000 0 11 61 3 16 1 2

70 2 350.000 500.000 0 12 42 2 18 2 3

71 1 203.500 850.000 0 12 61 3 18 1 1

72 1 360.000 400.000 0 11 88 5 17 3 2

73 1 370.000 700.000 0 14 42 2 20 2 2

74 1 600.000 800.000 0 15 42 2 22 1 2

75 1 383.500 750.000 0 16 42 2 23 1 2

76 2 680.000 3.000.000 2 18 65 3 31 2 2

Ra

ta-

ra

ta 1 474.875 1.790.197 1 15 60 3 24 5 2

Keterangan:

JK : Jumlah kunjungan

TC : Biaya perjalanan

INC : Pendapatan

EDU : Pendidikan

LPJ : Lama perjalanan

LM : Lama mengetahui

Lampiran 2 Hasil analisis regresi linear berganda

Regression Variables Entered/Removed

b

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 Lama Kunjungan, Pendapatan, Jarak, Lama Mengetahui, Jumlah Tanggungan, Biaya Perjalanan, Pendidikan, Lama Perjalanan, Umur

a

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Jumlah Kunjungan

Model Summary

b

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .420a .176 .064 .50005 1.755

a. Predictors: (Constant), Lama Kunjungan, Pendapatan, Jarak, Lama Mengetahui, Jumlah Tanggungan, Biaya Perjalanan, Pendidikan, Lama Perjalanan, Umur

b. Dependent Variable: Jumlah Kunjungan

Page 69: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

55

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.536 9 .393 1.571 .142a

Residual 16.503 66 .250

Total 20.039 75

a. Predictors: (Constant), Lama Kunjungan, Pendapatan, Jarak, Lama Mengetahui, Jumlah Tanggungan, Biaya Perjalanan, Pendidikan, Lama Perjalanan, Umur

b. Dependent Variable: Jumlah Kunjungan

Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.113 .660 1.687 .096

Biaya Perjalanan -1.187E-7 .000 -.043 -.310 .757 .638 1.568

Pendapatan -3.786E-8 .000 -.092 -.537 .593 .422 2.369

Jumlah Tanggungan

.139 .092 .262 1.522 .133 .420 2.379

Pendidikan .032 .052 .113 .608 .545 .360 2.779

Jarak .000 .004 -.029 -.162 .872 .399 2.507

Lama Perjalanan -.080 .088 -.162 -.911 .366 .397 2.521

Umur -.017 .023 -.181 -.767 .446 .223 4.474

Lama Mengetahui .026 .011 .325 2.355 .022 .654 1.529

Lama Kunjungan .108 .152 .096 .708 .481 .677 1.478

a. Dependent Variable: Jumlah Kunjungan

Page 70: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

56

Lampiran 3 Data responden masyarakat Pulau Pari R

esp

on

den

Jen

is K

ela

min

Um

ur

(ta

hu

n)

Pen

did

ika

n

(ta

hu

n)

Sta

tus

Perk

aw

ina

n

Ju

mla

h

an

ggo

ta

kelu

arga

Ju

mla

h

tan

gg

un

ga

n

Ala

ma

t (R

T)

Pekerjaan

utama

Penghasilan

Jumlah Non-

wisata Wisata

1 1 45 0 1 4 2 1 Penjaga sekolah 350.000 1.650.000 2.000.000

2 1 38 6 1 4 3 3 Nelayan 500.000 500.000 1.000.000

3 1 35 12 1 4 3 2 Guide - 2.700.000 2.700.000

4 1 38 12 1 5 4 2 Nelayan 1.500.000 900.000 2.400.000

5 0 32 12 0 9 8 4 Buruh 1.650.000 - 1.650.000

6 1 40 12 1 4 4 3 Nelayan 600.000 1.100.000 1.700.000

7 1 29 9 1 3 3 3 Nelayan 400.000 1.300.000 1.700.000

8 1 37 6 1 5 5 2 Nelayan 1.000.000 600.000 1.600.000

9 1 21 12 1 3 2 4 Guide 420.000 1.000.000 1.420.000

10 1 28 9 1 3 1 2 Pegawai swasta 700.000 - 700.000

11 1 41 6 1 4 4 4 Nelayan 600.000 1.400.000 2.000.000

12 1 39 6 1 4 7 4 Nelayan 500.000 1.200.000 1.700.000

13 0 35 6 1 5 5 3 IRT 1.000.000 2.500.000 3.500.000

14 1 50 6 1 4 3 3 Nelayan 700.000 1.500.000 2.200.000

15 1 35 6 1 4 3 3 Nelayan 800.000 2.000.000 2.800.000

16 1 29 12 1 2 1 3 Nelayan 1.000.000 600.000 1.600.000

17 1 60 5 1 4 3 2 Nelayan 500.000 1.500.000 2.000.000

18 0 23 6 1 5 3 2 IRT - 2.000.000 2.000.000

19 1 38 6 1 6 5 3 Nelayan 1.500.000 3.500.000 5.000.000

20 1 39 9 1 4 3 3 Nelayan 1.000.000 2.200.000 3.200.000

21 1 33 12 1 5 4 4 Nelayan 600.000 1.500.000 2.100.000

22 1 30 12 1 4 3 3 Nelayan 500.000 1.500.000 2.000.000

23 1 33 6 1 5 2 4 Nelayan 500.000 1.300.000 1.800.000

24 0 21 12 1 3 1 4 IRT 750.000 1.300.000 2.050.000

25 0 39 12 1 3 2 4 IRT - 1.500.000 1.500.000

26 1 39 9 1 3 2 4 Nelayan 300.000 1.200.000 1.500.000

27 1 27 14 1 4 3 2 Pegawai swasta - 1.500.000 1.500.000

28 1 23 12 0 - - 4 Guide - 2.100.000 2.100.000

29 1 38 12 1 4 3 3 Nelayan 500.000 1.500.000 2.000.000

30 0 38 12 1 3 1 4 IRT 600.000 1.800.000 2.400.000

Rata-Rata: 615.667 1.445.000 2.060.667

Keterangan :

Jenis kelamin : 0 = Perempuan ; 1 = Laki-laki

Status perkawinan : 0 = Belum menikah ; 1 = Menikah

Page 71: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

57

Lampiran 4 Perhitungan besarnya kontribusi penghasilan masyarakat penyedia

fasilitas penunjang wisata terhadap lingkungan

1. Homestay

a. Jumlah homestay di Pulau Pari = 80 rumah

b. Pungutan FORSIR per bulan = Rp 15.000,00/rumah/bulan

c. Penghasilan FORSIR dari penyedia homestay

= 80 x Rp 15.000,00 = Rp 1.200.000,00

2. Kapal Snorkling

a. Jumlah kapal snorkling di Pulau Pari = 30 kapal

b. Pungutan FORSIR per bulan = Rp 10.000,00/kapal/minggu

c. Penghasilan FORSIR dari penyedia kapal snorkling

= 30 x Rp 10.000,00 x 4 = Rp 1.200.000,00

3. Alat snorkling (ADS)

a. Rata-rata penggunaan alat snorkling per bulan = 3000 set

b. Pungutan FORSIR per bulan = Rp 1.000,00/set yang dipakai

c. Penghasilan FORSIR dari penyedia alat snorkling (ADS)

= 3000 x Rp 1.000,00 = Rp 3.000.000,00

4. Sepeda

a. Rata-rata jumlah pengguna sepeda per bulan = 2500 orang

b. Pungutan FORSIR per bulan = Rp 500,00/kepala

c. Penghasilan FORSIR dari penyedia sepeda

= 2500 x Rp 500,00 = Rp 1.250.000,00

5. Banana Boat

a. Rata-rata jumlah pengguna banana boat per bulan = 500 orang

b. Pungutan FORSIR per bulan = Rp 500,00/kepala

c. Penghasilan FORSIR dari penyedia banana boat

= 500 x Rp 500,00 = Rp 250.000,00

Page 72: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

58

6. Catering

a. Rata-rata jumlah pemesan catering per bulan = 3000 orang

b. Pungutan FORSIR per bulan = Rp 500,00/kepala

c. Penghasilan FORSIR dari penyedia catering

= 3000 x Rp 500,00 = Rp 1.500.000,00

Total dana lingkungan FORSIR/bulan

= Penghasilan FORSIR dari penyedia homestay + kapal snorkling + alat

snorkling + sepeda + banana boat + catering

= Rp 1.200.000,00 + Rp 1.200.000,00 + Rp 3.000.000,00 + Rp 1.250.000,00 +

Rp 500.000,00 + Rp 1.500.000,00

= Rp 8.400.000,00

Jadi, kontribusi penghasilan masyarakat penyedia fasilitas penunjang wisata

terhadap lingkungan di Pulau Pari adalah sebesar Rp 8.400.000,00/bulan.

Lampiran 5 Foto kawasan wisata Pulau Pari

A. Pantai Pasir Perawan

Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti

Jalan masuk Pantai Pasir Perawan

Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti

Fasilitas tempat duduk

Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti

Fasilitas tempat makan

Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti

Fasilitas kios/warung

Page 73: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

59

B. Panorama alam di objek wisata Pulau Pari

C. Aktivitas wisatawan di Pulau Pari

Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti

Panorama alam Pantai Pasir Perawan

Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti

Panorama alam bawah laut APL

Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti

Panorama alam bawah laut Bintang Rama

Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti

Panorama alam bawah laut Dermaga

Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti

Wisata pantai 1

Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti

Wisata pantai 2

Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti

Snorkling 1

Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti

Snorkling 2

Page 74: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

60

D. Fasilitas penginapan di Pulau Pari

E. Kondisi lingkungan Pulau Pari

Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti

Sampan

Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti

Banana boat

Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti

Penginapan LIPI Pulau Pari

Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti

Homestay penduduk

Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti

Dermaga Pulau Pari

Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti

Jalan menuju pemukiman penduduk

Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti

Papan petunjuk arah

Sumber: Katalinga G, 2013. Dok. Pribadi Peneliti

Angkutan transportasi Pulau Pari

Page 75: analisis ekonomi dan daya dukung pengembangan ekowisata

61

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 3 Maret 1991. Penulis

merupakan putri pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Ano Karsana dan

Ibu Eulis Hendrayani Saputra. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar

di SD Negeri Baros 1 Cimahi pada tahun 2003. Pendidikan Sekolah Menengah

Pertama diselesaikan pada tahun 2006 di SMP Negeri 1 Cimahi dan pendidikan

Sekolah Menengah Atas diselesaikan pada tahun 2009 di SMA Laboratorium

Percontohan UPI Bandung. Pada tahun 2009, penulis diterima di Institut Pertanian

Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan

Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa

Gentra Kaheman dan menjabat sebagai pengurus divisi Profesi dan Keahlian

periode 2011/2012. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis mendapatkan

beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) pada tahun 2009-2013.