analisis efisiensi tataniaga daging sapi di dki jakarta

212
ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA (STUDI KASUS : PD. DHARMA JAYA) SKRIPSI KHOIRIYYAH 1111092000058 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/ 1439 H

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI

DI DKI JAKARTA

(STUDI KASUS : PD. DHARMA JAYA)

SKRIPSI

KHOIRIYYAH

1111092000058

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/ 1439 H

Page 2: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

STUDI KASUS : PD. DHARMA JAYA

Khoiriyyah

1111092000058

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada

Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/ 1439 H

Page 3: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA
Page 4: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA
Page 5: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Khoiriyyah

Tempat / Tgl Lahir : Jakarta, 16 November 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Sekarang : Jl. KH. Zaini no 30 RT 007/ RW

017, kampung sumur, Klender,

Duren Sawit, Jakarta Timur,

Indonesia, 13740

HP : 0838 7527 8692

Alamat Email : [email protected]

1999 – 2005 : SD Negeri 16 Duren Sawit

2005 – 2008 : SMP Negeri 255 Jakarta timur

2008 - 2011 : SMA negeri 91 Jakarta timur

2011 – 2018 : S1 UIN Syarif Hidayatullah JakartaFakultas Sains dan

Teknologi, Jurusan Agribisnis

1. 2010 – 2011 : Wakil Pemimpin Redaksi Majalah CORONA 91Jakarta

2. 2011 – 2012 : Anggota Jaringan Sahabat Korban (JSK)

3. 2013 – 2014 : Kepala Departemen Kemahasiswaan Dewan Mahasiswa

(DEMA) Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2013/2014

4. 2014 : Wakil Ketua Dewan Ekskutif Mahasiswa (DEMA)

Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah

Riwayat Pendidikan

Data Diri

Pengalaman Organisasi

Page 6: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

Jakarta

5. 2012 – 2013 : Kepala Sponsorship Majalah Ilalang Agribisnis UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

6. 2012 – 2013 : Kepala Departemen Kaderisasi Saman Agribisnis UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

7. 2012 : Announcer Radio Online UIN Jakarta

8. 2014 – 2016 : Staff Ahli Komunikasi Publik dan Pers Ikatan Senat

Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI)

1. 2012 : 25 Finalis terbaik Wirausaha Muda MAPAN Kota

Jakarta oleh Partai Amanat Nasional (PAN)

2. 2014 : 10 Finalis terbaik Lomba Baca Puisi Depok, oleh

Walikota Depok

Penghargaan yang Pernah di Raih

Page 7: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

RINGKASAN

Khoiriyyah. Analisis Efisiensi Tataniaga Daging Sapi di DKI Jakarta: Dengan

bimbingan Nunuk Adiarni dan Junaidi.

Tataniaga (marketing) dari perspektif makro merupakan kegiatan dalam

mengalirkan produk mulai dari petani (produsen primer) sampai ke konsumen

akhir. Berdasarkan rencana strategis Kementerian Pertanian periode 2015-2019,

bahwa salah satu sasaran pertama yang ingin dicapai adalah peningkatan produksi

daging sapi. Hal ini menjadikan daging sapi sebagai salah satu komoditas strategis

nasional. Konsumsi daging sapi nasional mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun, tetapi diikuti dengan harga daging sapi nasional. Salah satu faktor yang

mempengaruhi adalah sistem tataniaga (jalur distribusi) yang panjang. DKI

Jakarta sebagai ibukota memiliki tingkat konsumsi daging sapi terbesar di

Indonesia. Berdasarkan informasi dari Direktorat Jendral Peternakan dan

Kesehatan Hewan, Provinsi DKI Jakarta membutuhkan pasokan sapi rata-rata per

bulan mencapai 60.000 ekor sapi, menjadikan DKI Jakarta sebagai daerah

konsumen daging sapi terbesar di tanah air. Sebanyak 70% daging sapi impor

dialokasikan untuk daerah DKI Jakarta. PD. Dharma Jaya sebagai Badan Usaha

Milik Daerah (BUMD) milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bergerak di bidang

penampungan ternak potong, pendistribusian dan pemasaran daging bertugas

menjaga pasokan dan mengendalikan harga daging sapi di DKI Jakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi saluran dalam

sistem tataniaga daging sapi di DKI Jakarta (2) Mengidentifikasi peran dan fungsi

PD. Dharma Jaya terhadap tataniaga daging sapi di DKI Jakarta (3) Mengetahui

fungsi-fungsi yang dijalankan lembaga-lembaga tataniaga daging sapi di DKI

Jakarta (4) Menganalisis efisiensi tataniaga daging sapi di DKI Jakarta diukur dari

margin tataniaga, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya pada

masing-masing saluran tataniaga. Penelitian dilaksanakan selama bulan Desember

2017 - April 2018.

Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Peran dan

Fungsi perusahaan, Saluran tataniaga dan fungsi-fungsi tataniaga daging sapi

diuraikan secara deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan

untuk melihat efisiensi tataniaga dengan pendekatan analisis margin tataniaga,

farmer share’s, dan rasio keuntungan terhadap biaya.

Hasil penelitian diperoleh Sistem tataniaga daging sapi di DKI Jakarta

terdiri dari 9 buah saluran tataniaga yaitu: Saluran tataniaga 1: Dharma Jaya-

Konsumen; saluran tataniaga 2: Dharma Jaya-Pasar Jaya-Konsumen; saluran

tataniaga 3: Dharma Jaya-distributor-konsumen; saluran tataniaga 4: Dharma

Jaya-distributor-subdistributor-konsumen; saluran tataniaga 5: Dharma Jaya-

subdistributor-konsumen; saluran tataniaga 6: Dharma Jaya-HORECA; saluran

tataniaga 7: Dharma Jaya-distributor-HORECA; saluran tataniaga 8: Dharma

Jaya-distributor-subdistributor-HORECA; dan saluran tataniaga 9: Dharma Jaya-

subdistributor-HORECA. Peran yang dilakukan PD. Dharma Jaya terhadap

tataniaga daging sapi di DKI Jakarta adalah : (1) Pelaksana perdagangan industri

Page 8: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

daging dan ternak DKI Jakarta (2) Penyedia pasokan daging dan ternak untuk

wilayah DKI Jakarta (3) Pengelola alat produksi dan usaha daging ternak serta

hasil ikutannya (4) Pemberi informasi harga daging DKI Jakarta. Fungsi tataniaga

yang dijalankan tiap lembaga tataniaga yaitu (1) Peternak Lokal, yang

menjalankan Fungsi Penjualan, Pengangkutan, Penanggungan risiko; (2) Peternak

Luar Negeri, dengan Fungsi Penjualan, Pengangkutan, Penanggungan risiko; (3)

PD. Dharma Jaya yang menjalankan semua fungsi tataniaga yakni Fungsi

Pertukaran dengan aktivitas Penjualan dan Pembelian, Fungsi Fisik dengan

aktivitas penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan, serta Fungsi Fasilitas

diantaranya standarisasi, pembiayaan, penanggungan risiko dan informasi pasar;

(4) PD. Pasar Jaya, yang melaksanakan semua fungsi seperti PD Dharma Jaya

kecuali akivitas Pengolahan dan Pembiayaan; (5) Distributor, yang menjalankan

Fungsi Pertukaran dengan aktivitas Penjualan dan Pembelian, Fungsi Fisik dengan

aktivitas penyimpanan dan pengangkutan, serta penanggungan risiko pada Fungsi

Fasilitas; (6) Subdistributor, yang menjalankan fungsi dan aktivitas yang sama

dengan Distributor tapi juga menjalankan aktivitas pembiayaan pada fungsi

Fasilitas.

Berdasarkan perhitungan efisiensi tataniaga untuk komoditas daging sapi,

bahwa saluran yang memiliki nilai margin terkecil adalah saluran tataniaga 6

untuk konsumen grosir dan saluran tataniaga 1 untuk konsumen individu, kecuali

daging sapi bagian paha belakang, yang paling kecil margin tataniaganya adalah

saluran tataniaga 2. Berdasarkan Farmer’s Share yang diterima peternak berkisar

71,43 – 91,76 %. Farmer’s Share yang tertinggi terdapat pada saluran 2 bagian

paha belakang yaitu sebesar 91,76%., saluran ini adalah saluran program pangan

murah bersubsidi pemerintah provinsi DKI Jakarta. Rasio keuntungan terhadap

biaya tertinggi terdapat pada saluran tataniaga 5 bagian iga sapi yaitu sebesar

4,67. Saluran tataniaga yang paling efisien adalah saluran tataniaga 2 pada bagian

paha belakang, karena memiliki margin tataniaga paling kecil, dan farmer’s share

yang tertinggi dibandingkan pada saluran tataniaga yang lainnya, meskipun rasio

keuntungan terhadap biayanya bukan yang tertinggi.

Kata Kunci : Tataniaga, daging sapi, efisiensi, margin tataniaga.

Page 9: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, Puji Syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkah dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis

Efisiensi Tataniaga Daging Sapi di DKI Jakarta”. Penulisan skripsi ini disusun

sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi

Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Selama proses penyelesaian skripsi ini penulis memperoleh bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi yang telah

mengesahkan karya tulis ini sebagai skripsi.

2. Dr.Ir. Edmon Daris, MS selaku ketua Program Studi Agribisnis yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu pengetahuan.

3. Dr. Iwan Aminuddin, M.Si Sekretaris Program Studi Agribisnis yang telah

membantu kelancaran pembuatan skripsi ini.

4. Kedua dosen pembimbing, Dr. Nunuk Adiarni, MM dan Ir. Junaidi, M.si

yang telah mencurahkan tenaga, waktu, energi, pikirannya, serta memberikan

ilmunya secara tulus demi terselesainya skripsi ini.

Page 10: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

5. Ibu Dr Ir. Elpawati, MP Selaku dosen pembimbing akademik yang selalu

memberikan motivasi selama perkuliahan.

6. Dr. Iwan Aminuddin, M.Si dan Ir. Armaeni Dwi Humaerah, M.Si, kedua

dosen penguji sidang skripsi saya, terima kasih atas arahan dan bimbingannya

untuk perbaikan skripsi ini.

7. Para dosen Program Studi Agribisnis yang telah memberikan ilmu kepada

penulis hingga mendapatkan gelar Sarjana Pertanian.

8. Ibu, Fauziah Haedrah atas semua pengorbanan, doa yang tidak pernah putus,

kasih sayang, dukungan dan dorongan yang selalu tulus menjadi sumber

semangat dan hidup penulis. Semoga aih mampu dan mendapat kesempatan

membahagiakan dan membanggakan ibu.

9. Rahmah Amalya, M. Husein, Rahmat Sholeh, Choirul Arifin, kakak-kakak

dan adik, tim terhebat yang penulis miliki, partner pendukung terbaik, terima

kasih atas doa dan bantuan yang sudah membantu penulis menyelesaikan

skripsi ini.

10. M. Ario Nugroho, Ibrahim Fadli, Luthvia Hidayani, Bhisma Satria

Pamungkas, Fithriyyah, Ahmad Jazilil Mustopa, Nur Ikhsan Ramdhani

Yusuf, Reny Eka Handayanti, Mentari Argarini, Yulisa Baisela, Nurul Fajria

Elhawa, Noval Abdillah terimakasih atas dukungan dan doa kalian, telah

menjadi partner dalam proses penulis. Semoga kebaikan kalian dibalas oleh

Nya dan semoga kita semua sukses di masa depan. Aamiin

11. Bella Handayanti dan Dwina Elmira, teman bertahan hidup, teman kost

penulis dan semua perjuangan selama dikampus, dan yang selalu siap sedia

Page 11: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

membantu dan menampung penulis dalam proses menyelesaikan skripsi,

terima kasih dan semangat untuk hidup yang lebih baik.

12. Ibu Marina Ratna Dwi Kusumajati, Selaku Direktur Utama PD. Dharma Jaya,

atas pemberian izin penulis melakukan penelitian di Dharma Jaya, dan untuk

bimbingan khusus yang sudah diberikan kepada penulis di awal penelitian,

telah membantu dan membentuk pemahaman pola pikir penulis mengenai

tataniaga daging sapi di DKI Jakarta.

13. Bapak Suminta, Manajer Pemasaran PD. Dharma Jaya, Bapak Juned, Kepala

Penelitian dan Pengembangan PD. Dharma Jaya atas dukungan, bantuan

informasi, waktu dan kesediannya membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini

14. Para pejuang skripsi, keluarga besar AGRIBISNIS 2011 yang telah

membantu penulis selama perkuliahan. Terima kasih untuk semua cerita yang

telah dibagi dan sejarah-sejarah yang sudah dibentuk bersama.

15. Teman perjuangan DEMA FST, keluarga HMJ Agribisnis, HIMSI, HIMTI,

HIMBIO, HIMAFI, HIMKA dan HIMATIKA 2013/2014, terima kasih telah

menjadi keluarga di kampus dan bersama-sama membuat sejarah yang akan

menjadi kenangan berharga kita semua, terima kasih.

16. Senior-senior Agribisnis angkatan 2009-2010 dan junior-junior dari angkatan

2012-2017 atas doa dan dukungannya.

17. Semua pihak yang telah membantu yang belum disebutkan tanpa mengurangi

rasa hormat. Terima kasih banyak.

Page 12: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

Penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya bila terdapat

kesalahan dalam penulisan nama dan gelar pada pihak-pihak yang tersebut.

Akhirnya hanya kepada Allah semua itu diserahkan, semoga amal baik kita

diterima oleh Allah SWT, Amin

Jakarta, Juni 2018

Khoiriyyah

Page 13: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

xiii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xvii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 8

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 8

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 9

1.5 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 11

2.1 Konsep Tataniaga ........................................................................... 11

2.2 Sistem Tataniaga ............................................................................ 13

2.3 Saluran Tataniaga ........................................................................... 16

2.4 Lembaga Tataniaga ........................................................................ 19

2.5 Fungsi-Fungsi Tataniaga ................................................................ 20

2.6 Efisiensi Tataniaga ......................................................................... 22

2.6.1 Margin Tataniaga ........................................................................ 24

2.6.2 Farmer’s Share ........................................................................... 28

2.6.3 Rasio Keuntungan Terhadap Biaya ............................................ 29

2.7 Daging Sapi .................................................................................... 29

2.8 Konsep Peran ................................................................................. 34

2.9 Badan Usaha Milik Daerah ............................................................ 36

2.10 Peraturan Daerah Tentang PD. Dharma Jaya .............................. 36

2.11 Penelitian Terdahulu .................................................................... 42

2.12 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 49

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 49

3.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................... 49

3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 50

3.4 Metode Penentuan Responden ....................................................... 50

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data .......................................... 51

3.5.1 Analisis Peran dan Fungsi .................................................... 51

3.5.2 Analisis Saluran Tataniaga .................................................. 52

3.5.3 Analisis Fungsi Tataniaga .................................................... 52

Page 14: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

xiv

3.5.4 Analisis Margin Tataniaga ................................................... 52

3.5.5 Analisis Farmer’s Share ...................................................... 54

3.5.6 Analisis Rasio Keuntungan Terhadap Biaya ....................... 54

3.6 Definisi Operasional ...................................................................... 55

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN ........................................... 58

4.1 Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta ...................................... 58

4.1.1 Geografis Provinsi DKI Jakarta ........................................... 58

4.1.2 Jumlah Penduduk DKI Jakarta ............................................ 59

4.2 Gambaran Umum PD. Dharma Jaya ........................................... 61

4.2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ............................... 61

4.2.2 Lokasi Perusahaan ............................................................... 64

4.2.3 Bidang Usaha Perusahaan .................................................... 65

4.2.4 Struktur Organisasi Perusahaan ........................................... 69

4.2.5 Fasilitas Perusahaan ............................................................. 70

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 73

5.1 Analisis Tataniaga Daging Sapi DKI Jakarta .............................. 73

5.1.1 Sistem Tataniaga Daging Sapi DKI Jakarta ...................... 73

5.1.2 Analisis Saluran Tataniaga Daging Sapi ........................... 76

5.1.3 Saluran Tataniaga 1 ........................................................... 79

5.1.4 Saluran Tataniaga 2 ........................................................... 80

5.1.5 Saluran Tataniaga 3 ........................................................... 80

5.1.6 Saluran Tataniaga 4 ........................................................... 81

5.1.7 Saluran Tataniaga 5 ........................................................... 81

5.1.8 Saluran Tataniaga 6 ........................................................... 82

5.1.9 Saluran Tataniaga 7 ........................................................... 82

5.1.10 Saluran Tataniaga 8 ......................................................... 83

5.1.11 Saluran Tataniaga 9 ......................................................... 83

5.2 Analisis Peran dan Fungsi PD. Dharma Jaya sebagai Badan

Usaha Milik Daerah ..................................................................... 84

5.3 Analisis Fungsi-Fungsi Tataniaga Daging Sapi DKI Jakarta ...... 93

5.3.1 Fungsi Pertukaran .............................................................. 95

5.3.1.1 Peternak Luar Negeri ............................................ 95

5.3.1.2 PD. Dharma Jaya ................................................... 95

5.3.1.3 PD. Pasar Jaya ....................................................... 99

5.3.1.4 Distributor ............................................................. 101

5.3.1.5 Subdistributor ........................................................ 102

5.3.2 Fungsi Fisik ....................................................................... 102

5.3.2.1 Peternak Luar Negeri ............................................ 102

Page 15: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

xv

5.3.2.2 PD. Dharma Jaya ................................................... 102

5.3.2.3 PD. Pasar Jaya ....................................................... 104

5.3.2.4 Distributor ............................................................. 104

5.3.2.5 Subdistributor ........................................................ 104

5.3.3 Fungsi Fasilitas .................................................................. 105

5.3.3.1 Peternak Luar Negeri ............................................ 105

5.3.3.2 PD. Dharma Jaya ................................................... 105

5.3.3.3 PD. Pasar Jaya ....................................................... 107

5.3.3.4 Distributor ............................................................. 108

5.3.3.5 Subdistributor ........................................................ 108

5.4 Analisis Efisiensi Tataniaga Daging Sapi Berdasarkan Margin

Tataniaga, Farmer’s Share dan Rasio Keuntungan Terhadap

Biaya ............................................................................................. 109

5.4.1 Analisis Margin Tataniaga ................................................ 109

5.4.1.1 Analisis Margin Tataniaga Saluran Tataniaga 1 ... 112

5.4.1.2 Analisis Margin Tataniaga Saluran Tataniaga 2 ... 115

5.4.1.3 Analisis Margin Tataniaga Saluran Tataniaga 3 ... 118

5.4.1.4 Analisis Margin Tataniaga Saluran Tataniaga 4 ... 121

5.4.1.5 Analisis Margin Tataniaga Saluran Tataniaga 5 ... 126

5.4.1.6 Analisis Margin Tataniaga Saluran Tataniaga 6 ... 129

5.4.1.7 Analisis Margin Tataniaga Saluran Tataniaga 7 ... 132

5.4.1.8 Analisis Margin Tataniaga Saluran Tataniaga 8 ... 135

5.4.1.9 Analisis Margin Tataniaga Saluran Tataniaga 9 ... 139

5.4.2 Analisis Farmer’s Share Daging Sapi ............................... 142

5.4.3 Analisis Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Daging Sapi 145

5.4.4 Efisiensi Tataniaga ............................................................ 147

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 150

6.1 Kesimpulan .................................................................................. 150

6.2 Saran ............................................................................................ 152

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 153

Page 16: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

xvi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Konsumsi Daging Sapi Nasional 2010-2017 ................................................ 4

2. Produksi Daging Sapi, Impor Daging Sapi dan Harga Daging Sapi Nasional 5

3. Tabel Perbandingan Harga Berbagai Bagian Daging Sapi Impor di Tingkat

Produsen dan Konsumen .............................................................................. 6

4. Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi Menurut Kabupaten/

Kota 2015 ...................................................................................................... 59

5. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Menurut Kabupaten/Kota 2015-2016 .......... 60

6. Fungsi-Fungsi Lembaga Tataniaga Daging Sapi di DKI Jakarta .................. 95

7. Margin Tataniaga Daging Sapi setiap Bagian Daging Sapi pada Masing-

Masing Saluran ............................................................................................... 111

8. Farmer’s Share setiap bagian daging sapi pada masing-masing saluran

tataniaga ......................................................................................................... 144

9. Rasio Keuntungan Terhadap Biaya pada Lembaga Tataniaga Setiap Bagian

Daging Sapi ................................................................................................... 145

Page 17: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

xvii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Grafik Kandungan Protein Berbagai Jenis Daging ..................................... 3

2. Contoh Tingkat Saluran Tataniaga yang Berbeda-beda ............................. 18

3. Bagian-Bagian Daging Sapi ........................................................................ 32

4. Kerangka Pemikiran Analisis Efisiensi Tataniaga Daging Sapi di DKI Jakarta 46

5. Kerangka Operasional Analisis Efisiensi Tataniaga Daging Sapi di DKI

Jakarta ......................................................................................................... 48

6. Peta Wilayah DKI Jakarta ........................................................................... 58

7. Jumlah Komuter DKI Jakarta ..................................................................... 61

8. Peta Lokasi Perusahaan Daerah Dharma Jaya ............................................ 65

9. Susunan Organisasi PD. Dharma Jaya ........................................................ 70

10. Sistem Tataniaga Daging Sapi di DKI Jakarta ........................................... 75

11. Saluran Tataniaga Daging Sapi di DKI Jakarta .......................................... 78

Page 18: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Instrumen Penelitian ................................................................................... 157

2. Daftar Pertanyaan Wawancara untuk bidang penelitian dan pengembangan

PD. Dharma Jaya ......................................................................................... 158

3. Daftar Pertanyaan Wawancara untuk divisi perdagangan PD. Dharma

Jaya .............................................................................................................. 160

4. Daftar Pertanyaan Wawancara untuk PD. Pasar Jaya .................................. 163

5. Kuisioner Distributor ................................................................................... 165

6. Daftar Distributor ......................................................................................... 169

7. Kuisioner Subdistributor ............................................................................. 170

8. Daftar Subdistributor ................................................................................... 173

9. Daftar HORECA ......................................................................................... 174

10. Rincian Margin Tataniaga Daging Sapi ...................................................... 175

11. Rincian Farmer’s Share .............................................................................. 181

12. Rincian Rasio Keuntungan Terhadap Biaya ............................................... 184

13. Rincian Biaya Tataniaga Distributor .......................................................... 187

14. Rincian Biaya Tataniaga Subdistributor ..................................................... 188

15. Rincian Biaya Tataniaga PD. Dharma Jaya ................................................ 189

16. Daftar Nama – Nama Pasar PD. Pasar Jaya ................................................ 193

Page 19: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tataniaga (marketing) dari perspektif makro merupakan kegiatan dalam

mengalirkan produk mulai dari petani (produsen primer) sampai ke konsumen

akhir. Dalam aktivitas mengalirnya produk sampai ke tangan konsumen akhir,

banyak kegiatan produktif yang terjadi dalam upaya menciptakan atau menambah

nilai guna (bentuk, tempat, waktu, dan kepemilikan) dengan tujuan memenuhi

kepuasan konsumen akhir (Asmarantaka, 2012: 1). Tataniaga dapat dikatakan

efisien apabila mampu menyampaikan hasil produksi kepada konsumen dengan

biaya rendah dan mampu mengadakan pembagian keuntungan yang adil dari

keseluruhan harga yang dibayar konsumen kepada semua pihak yang ikut serta

dalam kegiatan produksi dan tataniaga (Rahardi, 2000 : 56).

Dari pendekatan sistem agribisnis, tataniaga agribisnis merupakan salah

satu sub-sistem dari sistem tersebut. Sistem agribisnis terdiri dari sub-sistem:

sarana produksi pertanian (sub sistem input), usaha tani (on farm), tataniaga dan

pengolahan hasil pertanian, serta sub-sistem penunjang (penelitian, penyuluhan,

pembiayaan/kredit, intelejen pemasaran atau informasi pemasaran, kebijakan

pemasaran). Dengan demikian sistem tataniaga juga menjadi faktor penentu dalam

efisiensi dan efektivitas dari sistem agribisnis (Asmarantaka, 2012: 9)

Dari aspek ekonomi, tataniaga merupakan sistem yang terdiri dari sub-sub

sistem fungsi-fungsi tataniaga. Fungsi-fungsi ini merupakan aktivitas bisnis atau

Page 20: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

2

kegiatan produktif dalam mengalirnya produk atau jasa pertanian dari petani

produsen sampai konsumen akhir (Asmarantaka, 2012: 4).

Bila sistem tataniaga berjalan baik dan efisien, maka semua pihak/lembaga

yang terlibat akan diuntungkan. Terdapat berbagai pelaku ekonomi yang terlibat

secara langsung maupun tidak langsung dalam proses tataniaga, keterlibatan ini

dilakukan dengan melaksanakan fungsi-fungsi tataniaga.

Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006: 26), lembaga tataniaga adalah

badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi tataniaga dengan mana

barang-barang bergerak dari pihak produsen sampai pihak konsumen. Dapat

dikatakan bahwa semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan fungsi tataniaga

adalah termasuk dalam bagian lembaga tataniaga, baik itu bentuknya kelompok

ataupun perorangan.

Secara teoritis dapat dikatakan, bahwa semakin pendek rantai tataniaga

suatu barang hasil pertanian maka, biaya tataniaga semakin rendah. Margin

tataniaga juga semakin rendah, serta harga yang harus dibayarkan konsumen

semakin rendah dan harga yang diterima produsen semakin tinggi (Daniel, 2002:

152).

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan total jumlah penduduk

260.580.739 jiwa dan berada pada peringkat empat Negara-negara dengan

penduduk terbanyak berdasarkan data dari CIA World Factbook, 2017. Tingginya

angka jumlah penduduk tersebut merupakan tantangan bagi seluruh stakeholder

negara untuk memenuhi ketersediaan pangan dan kecukupan gizi. Peternakan

merupakan salah satu subsektor yang berada pada sektor pertanian, yang turut

Page 21: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

3

menjaga ketersediaan pangan dan kecukupan gizi bagi masyarakat Indonesia,

khususnya dalam penyediaan kebutuhan akan protein hewani. Hal ini menjadikan

produksi subsektor peternakan berpengaruh dalam mensukseskan ketahanan

pangan.

Berdasarkan rencana strategis Kementerian Pertanian periode 2015-2019,

disebutkan bahwa sasaran pertama yang ingin dicapai adalah swasembada padi,

jagung dan kedelai, serta peningkatan produksi daging sapi dan gula. Hal ini

menjadikan daging sapi sebagai salah satu komoditas strategis nasional.

Komoditi ini turut menjaga ketersediaan pangan nasional dan ketercukupan gizi

masyarakat, terutama penyediaan kebutuhan protein hewani.

27 26

2220

24

20

0

5

10

15

20

25

30

Kandungan Protein Berbagai Jenis Daging

Kandungan Protein

Macam-Macam Daging

(100 gram)

Gambar 1. Grafik Kandungan Protein Berbagai Jenis Daging

Sumber : USDA National Nutrient Database

Daging sapi merupakan daging kedua yang memiliki protein tinggi setelah

daging ayam. Daging sapi memiliki kandungan protein sebesar 26 gram dalam

Page 22: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

4

100 gram daging. Tingginya protein yang terkandung dalam daging sapi membuat

konsumen meningkatkan konsumsinya akan daging sapi. Akan tetapi produksi

daging sapi dalam negeri saat ini belum mampu menyeimbangkan peningkatan

angka konsumsi daging sapi masyarakat.

Konsumsi daging sapi nasional di tahun 2017 mengalami peningkatan dari

tahun sebelumnya. Konsumsi daging sapi di tahun 2016 adalah 0,417

kg/kapita/tahun, meningkat 13% sehingga di tahun 2017, angka konsumsi daging

sapi meningkat menjadi 0,469 kg/kapita/tahun. Pada setiap tahun pun konsumsi

daging sapi selalu mengalami peningkatan.

Tabel 1 Konsumsi Daging Sapi Nasional 2010-2017

NO Tahun

Konsumsi

(kg/kapita/tahun)

1 2010 0,365

2 2011 0,417

3 2012 0,365

4 2013 0,261

5 2014 0,261

6 2015 0,425

7 2016 0,417

8 2017 0,469

Sumber : www.pertanian.go.id

Meningkatnya konsumsi daging sapi tidak diiringi dengan peningkatan

produksi sapi potong dalam negeri. Berdasarkan data dari Dirjen Tanaman Pangan

Kementerian Pertanian, produksi sapi dalam negeri terhitung masih rendah,

kurangnya pasokan daging sapi dipenuhi oleh impor daging sapi. Produksi daging

sapi dalam negeri dan impor daging sapi bersifat fluktuatif, kadang naik dan

Page 23: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

5

turun, impor daging sapi akan turun ketika angka produksi dalam negeri sedang

tinggi.

Tahun 2015, produksi dalam negeri mengalami peningkatan, sebesar

506,66 ton, impor daging pun hanya 35,16 ton saja. Akan tetapi pada tahun-tahun

sebelumnya produksi daging sapi nasional beberapa kali mengalami penurunan

dan tentu angka impor daging sapi meningkat. Setiap tahunnya Indonesia masih

melakukan impor daging sapi untuk memenuhi konsumsi daging sapi nasional.

Tabel 2. Produksi Daging Sapi, Impor Daging Sapi dan Harga Daging Sapi

Nasional

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Produksi Daging

(Ton) 436,50 485,33 508,91 504,82 497,67 506,66

Impor Daging

Sapi

(Ton)

90,51 65,02 39,03 47,69 76,89 35,16

Harga Daging

sapi

(Rp/Kg)

66.329 69.725 76.925 90.402 99.324 102.100

Sumber : Dirjen Tanaman Pangan Kemenetrian Pertanian, 2015.

Berdasarkan data dari tabel di atas, harga daging sapi nasional dari tahun

ke tahun selalu mengalami peningkatan. Tahun 2010, harga daging sapi per

kilogram hanya Rp. 66.329, dan terus mengalami peningkatan hingga tahun 2014

menjadi Rp. 99.324. Peningkatan tertinggi adalah dari tahun 2012 ke tahun

2013, sebesar Rp.13.477 atau sebesar 17,5% kenaikan.

Harga daging sapi terus mengalami kenaikan yang disebabkan oleh

beberapa faktor. Arianita (2014) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa harga

daging sapi di Indonesia dipengaruhi oleh sistem tataniaga (jalur distribusi) yang

panjang, dan terdapat tiga variabel yang berpengaruh terhadap harga daging sapi,

Page 24: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

6

yaitu harga daging sapi pada periode sebelumnya, hari raya dan impor daging

sapi.

Penyediaan daging sapi melalui serangkaian jalur distribusi yang

membentuk pola saluran tataniaga mulai dari tingkat produsen, yaitu peternak sapi

potong dalam dan luar negeri hingga sampai di tingkat konsumen. Terdapat pihak-

pihak yang berperan dalam jalur distribusi tersebut, antara lain importir, peternak,

pengumpul, agen atau distributor dan RPH.

Tabel 3. Tabel Perbandingan Harga Berbagai Bagian Daging Sapi impor di

Tingkat Produsen dan Konsumen

Harga Berbagai Bagian Daging Sapi Impor (Rp)

Paha

Belakang

Paha

Depan

Hati

Sapi

Sengkel

(semur)

Bahan 90/95

CL (sop)

Iga Sapi

Produsen 78.000 66.000 35.000 72.500 68.000 65.000

Konsumen 95.000 90.000 49.000 90.000 85.000 95.000

Sumber : PD. Dharma Jaya, 2017 (diolah)

Berdasarkan rincian perbandingan harga berbagai bagian daging sapi

impor di tingkat produsen dan konsumen yang disebutkan di tabel 3, dapat dilihat

kesenjangan harga yang cukup jauh. Harga yang diterima konsumen cukup jauh

dibandingkan harga di tingkat produsen.

DKI Jakarta sebagai ibukota memiliki tingkat konsumsi daging sapi

terbesar di Indonesia. Berdasarkan informasi dari Direktorat Jendral Peternakan

dan Kesehatan Hewan, Provinsi DKI Jakarta membutuhkan pasokan sapi rata-rata

per bulan mencapai 60.000 ekor sapi. Tingginya kebutuhan sapi tersebut

menjadikan DKI Jakarta sebagai daerah konsumen daging sapi terbesar di tanah

air, sebanyak 70% daging sapi impor dialokasikan untuk daerah DKI Jakarta. PD.

Dharma Jaya sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemerintah

Page 25: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

7

Provinsi DKI Jakarta bergerak di bidang penampungan ternak potong,

pengelolaan rumah potong hewan dan ternak, penyediaan tempat penyimpanan

daging, pendistribusian dan pemasaran daging.

Berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor

890 tahun 1997, PD Dharma Jaya ditetapkan sebagai Perusahaan Daerah Khusus

Ibukota Jakarta yang bergerak di bidang jasa pemotongan ternak serta usaha

pengadaan dan penyaluran daging. PD. Dharma Jaya menjalankan perannya

sebagai BUMD DKI Jakarta dengan menunjang kebijakan umum Pemerintah

Daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya

konsumen daging dan petani ternak di DKI Jakarta. Pemerintahan Provinsi DKI

Jakarta mensinergikan tiga BUMD DKI Jakarta di bidang pangan untuk bersama-

sama mengendalikan harga dan pasokan pangan DKI Jakarta, yaitu PD. Pasar

Jaya, PD. Dharma Jaya dan PT. Food Station Tjipinang Jaya. Februari 2017

pemerintah provinsi DKI Jakarta menjalankan program pangan murah yang

ditujukan untuk pemilik Kartu Jakarta Pintar (KJP), pekerja Penanganan

Prasarana dan Sarana Umum (PPSU), Pekerja Harian Lepas (PHL), dan penghuni

rumah susun Pemda. Program ini berdasarkan peraturan gubernur nomor 208

tahun 2016 tentang Penyediaan pangan dengan harga murah bagi masyarakat

tertentu. PD. Dharma Jaya mendapatkan tugas menyediakan daging sapi

bersubsidi dan didistribusikan ke 73 outlet PD. Pasar Jaya yang tersebar di 5

kotamadya DKI Jakarta.

Menjadi penting dalam aspek tataniaga, keterjaminan pasokan dan

keterjangkauan harga pada perdagangan daging sapi karena tujuan utama efisiensi

Page 26: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

8

tataniaga adalah selisih harga yang sekecil mungkin antara konsumen akhir

dengan produsen pada perdagangan daging sapi di DKI Jakarta, maka penelitian

ini mengangkat topik efisiensi tataniaga daging sapi di DKI Jakarta. Penelitian ini

dilaksanakan di PD. Dharma Jaya karena kurang lebih 30% pasokan daging sapi

di DKI Jakarta dipenuhi oleh BUMD ini, dan tentu fungsi controlling

dilaksanakan perusahaan daerah ini terhadap tataniaga daging sapi di Jakarta.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan beberapa hal yang telah dipaparkan pada latar belakang, maka dapat

dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana saluran dalam sistem tataniaga daging sapi di DKI Jakarta?

2. Bagaimana peran dan fungsi PD. Dharma Jaya sebagai BUMD pangan

terhadap tataniaga daging sapi di DKI Jakarta?

3. Bagaimana fungsi tataniaga lembaga-lembaga tataniaga daging sapi di

DKI Jakarta?

4. Bagaimana efisiensi tataniaga daging sapi di DKI Jakarta diukur dari

margin tataniaga, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya

pada masing-masing saluran tataniaga?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah tersebut didapatkan tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi saluran dalam sistem tataniaga daging sapi di DKI

Jakarta

2. Mengidentifikasi peran dan fungsi PD. Dharma Jaya sebagai BUMD

pangan terhadap tataniaga daging sapi di DKI Jakarta

Page 27: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

9

3. Mengetahui fungsi tataniaga yang dijalankan lembaga-lembaga tataniaga

daging sapi di DKI Jakarta

4. Menganalisis efisiensi tataniaga daging sapi di DKI Jakarta diukur dari

margin tataniaga, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya

pada masing-masing saluran tataniaga

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi PD. Dharma Jaya dalam menjalankan

tataniaga daging sapi di DKI Jakarta

2. Sebagai bahan informasi pihak/lembaga yang berkaitan dengan daging

sapi serta persoalan-persoalan yang dihadapi dalam tataniaga daging sapi

DKI Jakarta dan upaya-upaya menyelesaikannya.

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

bagi perbendaharaan penelitian lainnya, khususnya yang berkaitan erat

dengan masalah tataniaga daging sapi di DKI Jakarta.

1.5 Ruang Lingkup

1. Penelitian ini merupakan analisis efisiensi tataniaga daging sapi di DKI

Jakarta, dengan saluran tataniaga yang dimulai dari PD. Dharma Jaya

sebagai produsen, yang merupakan BUMD milik Pemerintahan Provinsi

DKI Jakarta yang bergerak di bidang penampungan ternak potong,

pengelolaan rumah potong hewan, penyediaan tempat penyimpanan

daging, pendistribusian dan pemasaran daging.

Page 28: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

10

2. Responden dalam penelitian ini adalah produsen dan pedagang. Produsen

adalah PD. Dharma Jaya dan pedagang yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah PD. Pasar Jaya, distributor dan subdistributor. Data mengenai

peternak lokal dan peternak luar negeri didapatkan dari PD. Dharma Jaya.

3. Harga yang dijadikan acuan merupakan harga yang berlaku pada saat

penelitian.

4. Analisis saluran tataniaga menggunakan indikator ukuran efisiensi

operasional (teknis) yaitu analisis margin tataniaga, analisis Farmer’s

Share, serta analisis rasio keuntungan terhadap biaya.

5. Analisis saluran tataniaga, margin, farmer’s share dan rasio keuntungan

terhadap biaya dalam penelitian ini mengukur dari daging sapi impor.

Page 29: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Tataniaga

Tataniaga atau pemasaran dari perspektif makro merupakan aktivitas atau

kegiatan dalam mengalirkan produk mulai dari petani sampai ke konsumen akhir.

Dalam aktivitas mengalirnya produk sampai ke tangan konsumen akhir, banyak

kegiatan produktif yang terjadi dalam upaya menciptakan atau menambah nilai

guna (bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan) dengan tujuan memenuhi kepuasan

konsumen akhir (Asmarantaka, 2012: 3).

Tataniaga (pemasaran) dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu dari aspek ilmu

ekonomi dan aspek ilmu manajemen, dalam penelitian analisis tataniaga daging

sapi ini, akan menggunakan tataniaga dari aspek ekonomi. Secara ringkas

pengertian tataniaga dari aspek ilmu ekonomi adalah :

(1) Tataniaga produk agribisnis merupakan keragaan dari semua aktivitas bisnis

dalam mengalirkan produk dan jasa dari petani produsen (usahatani) sampai

ke tangan konsumen akhir. Tataniaga menjembatani jarak antara petani

produsen dengan konsumen akhir. Tataniaga agribisnis kompleks dan mahal.

Hal ini dikarenakan melibatkan ratusan juta rumah tangga konsumen,

pedagang, pengolah dan petani (Kohl dan Uhl, 2002 dalam Asmarantaka,

2012: 6). Selain itu, Kohl dan Uhl menyatakan bahwa definisi tataniaga

(marketing) merupakan suatu proses yang memiliki dua karakteristik dasar

yaitu: (a) tataniaga merupakan suatu proses dari satu pergerakan, serangkaian

Page 30: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

12

atau tahapan aktivitas dan peristiwa dari fungsi-fungsi yang juga akan

melibatkan beberapa tempat, (b) bentuk koordinasi yang diperlukan dari

serangkaian (tahapan) aktivitas atau dalam pergerakan mengalirnya produk

dan jasa dari tangan produsen primer hingga ke tangan konsumen akhir.

(2) Tataniaga pertanian merupakan serangkaian fungsi yang diperlukan dalam

menggerakan input atau produk dari tingkat produksi primer hingga konsumen

akhir. Dengan demikian, tataniaga pertanian merupakan suatu sistem yang

terdiri dari sub-sub sistem dari fungsi-fungsi tataniaga (fungsi pertukaran,

fungsi fisik dan fungsi fasilitas).

(3) Rangkaian fungsi-fungsi tersebut merupakan aktivitas bisnis dan merupakan

kegiatan yang produktif karena proses meningkatkan atau menciptakan nilai.

Nilai tersebut yaitu nilai guna bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan. Petani

atau peternak dalam proses produksi merubah input-input pertanian menjadi

output produk pertanian (nilai guna bentuk dan kepemilikan). Pedagang

pengumpul, mengumpulkan produk dan mengemas, kemudian menjual (nilai

guna kepemilikan dan tempat). Pabrik penggilingan tepung dan pembuat kue

kemudian menjual kue (nilai guna bentuk, kepemilikan dan tempat). Pabrik

pengolahan, memanfaatkan output dari petani sebagai bahan baku (gandum),

menjadi tepung, dikemas kemudian menjual tepung ke grosir (nilai guna

bentuk dan kepemilikan), grosir ke pedagang eceran (nilai guna tempat dan

waktu) yang akhirnya ke pabrik roti (nilai guna bentuk dan kepemilikan),

kemudian akhirnya ke konsumen (kepuasan). Dari proses tataniaga tersebut,

banyak nilai guna dan nilai tambah yang terjadi dan mempunyai nilai ekonomi

Page 31: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

13

yang tinggi. Komoditi ini „mengalir‟ mulai dari tingkat petani atau peternak

sampai tangan konsumen akhir dalam bentuk produk (Asmarantaka, 2012: 6-

8).

Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006: 2), tataniaga adalah kegiatan yang

bertalian dengan penciptaan atau penambahan kegunaan daripada barang dan jasa,

maka tataniaga termasuk usaha yang produktif. Kegunaan yang diciptakan oleh

kegiatan tataniaga adalah kegunaan tempat, kegunaan waktu dan kegunaan

kepemilikan. Kegunaan waktu berarti bahwa barang-barang mempunyai faedah

setelah terjadi perubahan waktu. Kegunaan tempat berarti barang-barang itu

mempunyai faedah atau kegunaan yang lebih besar karena perubahan tempat.

Kegunaan kepemilikan berarti barang-barang mempunyai kegunaan karena

beralihnya hak milik atas barang.

Berdasarkan uraian di atas, tataniaga dapat didefinisikan sebagai tindakan

atau kegiatan yang berhubungan dengan bergeraknya barang-barang dan jasa dari

produsen sampai konsumen. Dapat disimpulkan bahwa tujuan akhir dari tataniaga

adalah menempatkan barang-barang dan jasa ke tangan konsumen akhir.

2.2. Sistem Tataniaga

Tataniaga merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub-sub sistem fungsi-

fungsi tataniaga yaitu fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas. Fungsi-fungsi ini

merupakan aktvitas bisnis atau kegiatan produktif dalam mengalirnya produk atau

jasa pertanian dari petani produsen sampai konsumen akhir (Asmarantaka, 2012:

4).

Page 32: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

14

Pendekatan analisis tataniaga agribisnis merupakan pendekatan sistem

yang semua aktivitas bisnis megalirkan produk agribisnis mulai dari petani

produsen sampai ke konsumen akhir. Dari pendekatan sistem agribisnis, tataniaga

agribisnis merupakan salah satu sub-sistem dari sistem tersebut. Sistem agribisnis

terdiri dari sub-sistem: sarana produksi pertanian (sub sistem input), usaha tani

(on farm), pemasaran dan pengolahan hasil pertanian, serta sub-sistem penunjang

(penelitian, penyuluhan, pembiayaan/kredit, intelejen pemasaran atau informasi

pemasaran, kebijakan pemasaran). Dengan demikian sistem tataniaga juga

menjadi faktor penentu dalam efisiensi dan efektivitas dari sistem agribisnis

(Asmarantaka, 2012: 9).

Untuk menganalisis sistem tataniaga dapat dilakukan melalui lima

pendekatan (Purcell, 1977:Gonarsyah, 1996/1997: Kohl dan Uhl, 1990 dan 2002)

dalam Sutrisno (2010: 28), yaitu :

1. Pendekatan Fungsi (The Functional Approach): yang terdiri dari

fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (penyimpanan,

pengolahan dan pengangkutan), dan fungsi fasilitas (standarisasi,

pembiayaan, resiko dan informasi pasar).

2. Pendekatan Kelembagaan: yang terdiri dari pedagang, perantara, pedagang

spekulan, pengolah, dan organisasi yang memberikan fasilitas pemasaran.

3. Pendekatan Komoditas: pendekatan ini menekankan kepada apa yang

diperbuat dan bagaimana penanganan terhadap komoditi sepanjang gap

antara petani ”the original poin of production” dengan konsumen akhir.

Page 33: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

15

Dengan demikian pendekatan ini akan menggambarkan agar penanganan

efisien.

4. Pendekatan sistem: pendekatan ini mempunyai arti menekankan kepada

seluruh sistem, efisien dan proses yang berlanjut membentuk suatu sistem.

Dengan demikian pendekatan ini menganalisa keterkaitan yang kontinu di

antara subsistem-subsistem (misalnya subsistem pengumpulan

atau penyediaan bahan baku, pengolahan dan distribusi) yang memberikan

tingkat efisiensi tinggi.

5. Pendekatan Analisa Permintaan dan Harga: titik tolaknya adalah pendekatan

analisis dari kegiatan ekonomi di bidang pemasaran antara petani dan

konsumen. Kegiatan ekonomi di sini adalah berhubungan dengan proses

transformasi komoditas usahatani menjadi bermacam-macam produk yang

diinginkan oleh konsumen. Proses transformasi ini merupakan kegiatan

produktif dalam sistem pemasaran karena menciptakan atau menambahkan

nilai guna produk.

Tuntutan untuk mendeskripsikan tataniaga komoditas pertanian dengan

lebih komprehensif (Dahl dan Hammond, 1977; dan Purcel, 1979 dalam

Wagiono, 2009: 36) bahwa sistem tataniaga merupakan bentuk sistem dan bukan

hanya alur pemindahan produk yang hanya menunjukan panjang pendeknya

saluran pemasaran yang lebih sering dikenal. Sistem tataniaga dideskripsikan

sebagai kumpulan komponen kegiatan ekonomi yang saling terkait dan

terkoordinasi yang dilakukan oleh individu-individu atau lembaga-lembaga yang

ditujukan untuk melaksanakan dan memperlancar proses transaksi antara

Page 34: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

16

produsen dan konsumen melalui peningkatan kegunaan hak milik, kegunaan

tempat, serta kegunaan waktu dan bentuk.

2.3. Saluran Tataniaga

Menurut Kotler (2002: 8), saluran tata niaga adalah serangkaian lembaga

yang melakukan semua fungsi yang digunakan untuk menyalurkan produk dan

status kepemilikannya dari produsen ke konsumen. Produsen memiliki peranan

utama dalam menghasilkan barang-barang dan sering melakukan sebagian

kegiatan pemasaran, sementara itu pedagang menyalurkan komoditas dalam

waktu, tempat, bentuk yang diinginkan konsumen. Hal ini berarti bahwa saluran

tataniaga yang berbeda akan memberikan keuntungan yang berbeda pula kepada

masing-masing lembaga yang terlibat dalam kegiatan tataniaga tersebut.

Saluran tataniaga dari suatu komoditas perlu diketahui untuk menentukan

jalur mana yang lebih efisien dari semua kemungkinan jalur-jalur yang dapat

ditempuh. Selain itu saluran pemasaran dapat mempermudah dalam mencari

besarnya margin yang diterima tiap lembaga yang terlibat.

Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006: 28-29), dalam penyaluran barang-

barang dari pihak produsen ke pihak konusmen terlihat satu sampai beberapa

golongan pedagang perantara. Pedagang perantara ini dikenal sebagai saluran

tataniaga (marketing channel). Tegasnya, saluran tataniaga terdiri dari pedagang

perantara yang membeli dan menjual barang dengan tidak memperdulikan apakah

mereka memiliki barang dagangan atau hanya bertindak sebagai agen dari pemilik

barang.

Page 35: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

17

Panjang atau pendeknya saluran tataniaga yang dilalui oleh suatu komoditi

bergantung pada beberapan faktor, yaitu :

1. Jarak antara produsen dan konsumen. Semakin jauh jarak antara produsen dan

konsumen biasanya makin panjang saluran yang ditempuh oleh komoditi

tersebut.

2. Sifat produk. Produk yang cepat atau mudah rusak harus segera diterima

konsumen, sehingga menghendaki saluran yang pendek dan cepat.

3. Skala produksi. Jika produksi berlangsung dalam ukuran-ukuran kecil maka

jumlah produk yang dihasilkan berukuran kecil, sehingga akan tidak

menguntungkan bila produsen langsung menjual ke pasar. Hal ini berarti

membutuhkan kehadiran pedagang perantara dan saluran yang akan dilalui

komoditi akan cenderung panjang.

4. Posisi keuangan pengusaha. Produsen yang posisi keuangannya kuat

cenderung untuk memperpendek saluran tataniaga karena akan dapat

melakukan fungsi tataniaga lebih banyak dibandingkan dengan pedagang yang

posisi keuangannya lemah. Dengan kata lain, pedagang yang memiliki modal

kuat cenderung memperpendek saluran tataniaga.

Terdapat berbagai pelaku ekonomi yang terlibat secara langsung maupun

tidak langsung dalam proses tataniaga, keterlibatan ini dilakukan dengan

melaksanakan fungsi-fungsi tataniaga.

Jumlah Tingkat Saluran

Saluran tataniaga terdiri dari beberapa tingkatan. Setiap perantara yang

melakukan usaha menyalurkan barang kepada pembeli akhir membentuk

Page 36: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

18

tingkatan saluran. Baik produsen maupun pelanggan akhir melakukan tugas itu,

maka mereka merupakan bagian dari setiap saluran. Kita akan menggunakan

jumlah tingkatan perantara tersebut untuk menggambarkan panjangnya saluran

(Kotler, 2002: 7). Gambar 3 menggambarkan beberapa saluran tataniaga dengan

berbagai macam panjangnya.

Gambar 2. Contoh tingkat saluran tataniaga yang berbeda-beda

Sumber: Kotler, 2002: 8.

a. Saluran-nol-tingkat (disebut pula saluran pemasaran langsung) terdiri dari

seorang produsen yang menjual langsung kepada konsumen. Tiga cara penting

dalam penjualan langsung adalah penjualan dari rumah ke rumah, penjualan

lewat pos, dan penjualan lewat toko perusahaan.

b. Saluran-satu-tingkat mempunyai satu perantara penjualan. Dalam pasar

konsumen, perantara itu sekaligus merupakan pengecer; dalam pasar industri

seringkali ia bertindak sebagai agen penjualan atau makelar.

c. Saluran-dua-tingkat mempunyai dua perantara. Dalam pasar konsumen

mereka merupakan grosir atau pedagang besar dan sekaligus pengecer; dalam

Saluran

nol-tingkat

(P – K)

Saluran

satu-tingkat

(P – R – K)

Saluran

dua-tingkat

(P-G-R-K)

Saluran

tiga-tingkat

(P-G-J-R-K)

Produsen Konsumen

Produsen Konsumen Pengecer

Produsen Konsumen Pengecer Grosir

Produsen Konsumen Pengecer Grosir Pemborong

Page 37: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

19

pasar industri mereka mungkin merupakan sebuah penyalur tunggal dan

penyalur industri.

d. Saluran-tiga-tingkat mempunyai tiga perantara. Misalnya dalam industri

pengalengan daging, seorang pemborong biasanya berada di tengah, antara

grosir dan pengecer. Pemborong membeli dari grosir dan menjual ke pengecer

kecil yang biasanya tidak dilayani oleh pedagang kelas kakap.

Masih ada pula saluran tataniaga yang lebih banyak tingkatannya namun

kurang dipakai. Dari kacamata produsen masalah pengawasan semakin meningkat

sesuai dengan angka tingkatan saluran, walaupun produsen biasanya hanya

berhubungan dengan tingkat saluran yang berdekatan dengannya.

2.4. Lembaga Tataniaga

Kelembagaan tataniaga adalah berbagai organisasi bisnis atau kelompok

bisnis yang melaksanakan atau mengembangkan aktivitas bisnis (fungsi-fungsi

tataniaga). Pendekatan kelembagaan membantu mengerti mengapa terdapat

spesialisasi pedagang perantara dalam sistem tataniaga, mengapa petani dan

konsumen tidak dapat berhadapan pada satu tempat, bagaimana karakter dari

berbagai jenis pedagang perantara, hubungan agen perantara dan juga susunan dan

organisasi dari aktivitas tataniaga dalam produk agribisnis atau industri pangan

(Asmarantaka, 2012: 14).

Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006: 26), lembaga tataniaga adalah

badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi tataniaga dengan mana

barang-barang bergerak dari pihak produsen sampai pihak konsumen. Istilah

lembaga tataniaga ini termasuk golongan produsen, pedagang perantara dan

Page 38: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

20

lembaga pemberi jasa, sehingga dapat dikatakan bahwa semua pihak yang terlibat

dalam pelaksanaan fungsi tataniaga adalah termasuk dalam bagian lembaga

tataniaga, baik itu bentuknya kelompok ataupun perorangan.

Menurut Sudiyono (2001: 23), lembaga tataniaga adalah badan usaha atau

individu yang menyelenggarakan tataniaga, menyalurkan jasa dan komoditi dari

produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha

atau individu lainnya. Lembaga tataniaga ini adalah lembaga yang akan

menjalankan fungsi-fungsi tataniaga serta memenuhi keinginan konsumen

semaksimal mungkin. Aliran produk pertanian dari produsen ke konsumen akhir

disertai peningkatan nilai guna komoditi-komoditi pertanian akan ada apabila

lembaga tataniaga ini menjalankan fungsi-fungsi tataniaganya.

2.5. Fungsi-Fungsi Tataniaga

Pendekatan Fungsi tataniaga merupakan pendekatan studi tataniaga dari

aktivitas-aktivitas bisnis yang terjadi atau perlakuan yang ada pada proses dalam

sistem pemasaran yang akan meningkatkan dan menciptakan nilai guna untuk

memenuhi kebutuhan konsumen ( Asmarantaka, 2012: 12).

Menurut Kohls dan Uhl (2002: 21), fungsi tataniaga dikelompokan

menjadi 3 fungsi utama yaitu :

1. Fungsi pertukaran

Fungsi pertukaran merupakan kegiatan untuk memperlancar pemindahan

hak milik atas barang dan jasa dari penjual kepada pembeli. Adapun fungsi

pertukaran terdiri dari fungsi penjualan dan pembelian. Kegiatan fungsi penjualan

ini diperlukan untuk mencari tempat dan waktu yang tepat untuk melakukan

Page 39: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

21

penjualan barang dan jasa sesuai dengan yang diinginkan konsumen baik dilihat

dari jumlah, bentuk, dan mutunya. Sedangkan kegiatan fungsi pembelian

diperlukan untuk menentukan jenis barang yang akan dibeli yang sesuai dengan

kebutuhan baik untuk dikonsumsi langsung maupun untuk kebutuhan produksi

dengan cara menentukan jenis, jumlah, kualitas, tempat pembelian serta cara

pembelian barang atau jasa yang akan dibeli.

2. Fungsi fisik

Fungsi fisik merupakan seluruh kegiatan yang langsung berhubungan

dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, kegunaan

bentuk, dan kegunaan waktu. Fungsi-fungsi fisik dari tataniaga yaitu fungsi

penyimpanan yang bertujuan agar komoditas selalu tersedia pada saat dibutuhkan,

fungsi pengangkutan yang bertujuan untuk menyediakan barang dan jasa di

daerah konsumen sesuai dengan permintaan, dan fungsi pengolahan yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas barang yang bersangkutan baik dalam

rangka memperkuat daya tahan barang tersebut maupun dalam rangka

peningkatan nilainya.

3. Fungsi fasilitas.

Fungsi fasilitas adalah segala kegiatan yang memperlancar kegiatan

pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri

dari empat fungsi utama, yaitu:

a. Fungsi standarisasi dan grading, dimana standarisasi merupakan suatu ukuran

atau penentuan mutu suatu barang dengan menggunakan berbagai ukuran atau

kriteria tertentu, sedangkan grading adalah tindakan mengklasifikasikan hasil-

Page 40: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

22

hasil pertanian menurut suatu standarisasi yang diinginkan sehingga kelompok

barang yang terkumpul sudah menurut satu ukuran standar;

b. Fungsi pembiayaan adalah penyediaan biaya untuk keperluan selama proses

pemasaran dan juga kegiatan pengelolaan biaya tersebut;

c. Fungsi penanggungan resiko, merupakan penanggungan resiko terhadap

kemungkinan kehilangan selama proses tataniaga akibat resiko fisik maupun

resiko ekonomi atau pasar;

d. Fungsi informasi pasar, fungsi ini meliputi kegiatan pengumpulan informasi

pasar serta menafsirkan data informasi pasar tersebut.

2.6. Efisiensi Tataniaga

Indikator efisiensi tataniaga produk agribisnis dapat dikelompokkan

kedalam dua jenis, yaitu efisiensi operasional dan efisiensi harga. Efisiensi

operasional (teknis) berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas pemasaran yang

dapat meningkatkan atau memaksimalkam rasio input-output tataniaga. Analisis

yang sering digunakan dalam kajian efisiensi operasional adalah analisis margin

tataniaga dan farmer’s share. Efisiensi operasional adalah ukuran frekuensi

produktivitas dari input input tataniaga. Untuk meningkatkan efisiensi atau

keuntungan, dapat dilakukan melalui tiga cara atau kondisi, yaitu (a) menurunnya

biaya, tanpa menurunkan kepuasan konsumen, (b) meningkatkan kepuasan

konsumen tanpa meningkatkan biaya, (c) meningkatkan kepuasan konsumen

dengan adanya peningkatkan biaya, tetapi tambahan nilai output lebih besar

daripada tambahan nilai output. Efisiensi harga menekankan pada kemampuan

sistem tataniaga dalam mengalokasikan sumberdaya dan mengkoordinasikan

Page 41: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

23

seluruh produksi pertanian dan proses tataniaga sehingga efisien yang sesuai

dengan keinginan konsumen (Asmarantaka: 2012, 29-31).

Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006: 100), indeks efisiensi teknis

ataupun efisiensi ekonomis tataniaga, menggunakan rasio pendapatan dan biaya

dihubungkan dengan output yang dicapai. Dalam pengukuran efisiensi ekonomis

maka margin tataniaga sering dipakai sebagai alat ukur; orang menganalisa

margin tataniaga apabila ingin mengetahui efisiensi dari sistem tataniaga

bersangkutan.

Banyak yang beranggapan bahwa terdapat terlampau banyak perantara

yang bersaing pada setiap tindakan dalam proses tataniaga dalam proses tataniaga

adalah pemborosan dan tidak ada gunanya. Mereka beranggapan bahwa jumlah

perantara yang lebih sedikit yang masing masing melakukan usaha secara lebih

luas akan bekerja dengan biaya persatuan lebih rendah, sehingga dengan demikian

mengurangi biaya tataniaga dan memperbesar efisiensi.

Kegiatan tataniaga dikatakan efisien apabila biaya tataniaga dapat ditekan

sehingga keuntungan dapat ditingkatkan, persentase perbedaan harga yang

dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi, tersedianya fasilitas fisik

pemasaran dan adanya kompetisi pasar yang sehat (Soekartawi, 2002: 32).

Efisiensi pemasaran dapat diukur melalui efisiensi berupa persentase harga yang

diterima oleh petani (farmer’s share) terhadap harga kepada konsumen. Farmer’s

share mempunyai hubungan negatif dengan marjin pemasaran yang berarti

tingginya marjin pemasaran akan mengakibatkan kecilnya persentase bagian yang

diterima petani.

Page 42: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

24

2.6.1 Margin tataniaga

Margin tataniaga merupakan perbedaan harga di tingkat petani produsen

dengan harga di tingkat konsumen akhir atau di tingkat retail. Pengertian marjin

adalah pendekatan keseluruhan dari sistem tataniaga produk pertanian, mulai dari

tingkat petani sebagai produsen primer sampai produk tersebut sampai di tangan

konsumen akhir (Asmarantaka: 2012: 91).

Menurut Sudiyono (2001: 30), dalam teori harga dianggap produsen

bertemu langsung dengan konsumen, sehingga harga pasar yang terbentuk

merupakan perpotongan antara kurva penawaran dan kurva permintaan. Realita

tataniaga pertanian sangat jauh dari anggapan ini, sebab komoditi pertanian yang

diproduksi di daerah sentra produksi akan dikonsumsi oleh konsumen akhir

setelah menempuh jarak yang sangat jauh, antar kabupaten, antar propinsi, antar

Negara, bahkan antar benua, baik komoditi pertanian segar maupun olahan.

Dengan demikian sebenarnya jarang sekali produsen melakukan transaksi secara

langsung dengan konsumen akhir. Oleh karena itu digunakan konsep margin

tataniaga.

Asmarantaka (2012: 94-101), menjelaskan konsep margin tataniaga

banyak dipakai untuk menganalisis efisiensi tataniaga, baik efisiensi teknis dan

efisiensi harga. Analisis margin tataniaga dipergunakan untuk menganalisis sistem

tataniaga dari petani produsen sampai di tangan konsumen akhir. Perbedaan

margin setiap sistem dapat disebabkan oleh perbedaan perlakuan atau penanganan

produk sehingga terdapat perbedaan biaya dan kepuasan konsumen akhir. Margin

tataniaga dapat dipergunakan untuk mengkaji sebaran harga yang dibayar

Page 43: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

25

konsumen akhir sampai kepada petani. Dari perspektif mikro atau perusahaan

tertentu, margin tataniaga merupakan selisih harga jual dengan harga beli atau

margin tataniaga merupakan biaya-biaya dan keuntungan dari perusahaan tersebut

akibat adanya aktivitas bisnis yang dilakukan perusahaan.

Ada empat (4) pengertian margin tataniaga. Setiap pengertian mempunyai

keterkaitan satu sama lainnya, yaitu :

1. Perbedaan harga di tingkat petani (Pf) dengan harga di tingkat

konsumen akhir (Pr) yaitu MT = Pr – Pf. Pengertian ini hanya

perbedaan harga tidak membuat perbedaan dengan quantity di pasar;

quantity di petani dengan konsumen harus setara (equivalent), apabila

produk tersebut sampai mengalami proses pengolahan. Pengertian ini

merupakan pengertian statis.

2. Merupakan harga dari kumpulan jasa-jasa tataniaga sebagai akibat

adanya aktivitas produktif atau konsep nilai tambah (value added).

Pengertian ini lebih tepat, karena memberikan pengertian semua proses

bisnis dari alasan tataniaga mulai dari petani produsen primer sampai

ke tangan retailer atau konsumen akhir. Margin tataniaga merupakan

harga dari semua nilai guna, nilai tambah dari aktivitas fungsi

penanganan yang dilakukan oleh perusahaan dalam pemasaran produk

agribisnis.

3. Nilai dari margin tataniaga adalah VMM (Value Marketing Margin) =

(Pr – Pf) x Qr.f dapat dilihat secara agregate (keseluruhan) atau dapat

dilihat dalam perbedaan dua komponen yaitu marketing costs (returns

Page 44: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

26

of factors) atau marketing charges (returns to institutions). Sebagai

balas jasa terhadap input-input pemasaran dapat berupa upah, bunga,

sewa dan keuntungan. Atau dari aspek balas jasa terhadap

kelembagaan pemasaran yaitu pedagang eceran, grosir, pengolah,

pabrikan dan pengumpul (Hammond and Dahl, 1977 dalam

Asmarantaka, 2012: 98).

4. Margin dapat diukur secara absolut dan persentase dari harga yang

dibayar oleh konsumen akhir atau di tingkat eksportir. Secara relatif

(persentase), harga di tingkat konsumen akhir atau eksportir yang

merupakan tujuan akhir sistem pemasaran yang diamati adalah 100%

dan harga di tingkat-tingkat lembaga lainnya dinyatakan dalam

persentase relatif terhadap harga konsumen akhir tersebut. Marjin

tataniaga merupakan harga atau nilai dari kumpulan jasa-jasa

pemasaran yaitu pengumpulan, pengolahan, transportasi dan penjualan

eceran. Margin antar produk berbeda karena fungsi atau jasa tataniaga

yang dilakukan juga berbeda dan kepuasan konsumen juga berbeda.

Sebagai ukuran efisiensi tataniaga beberapa indikator yang dapat dipakai

dan cara penghitungan dari marjin tataniaga total (MT), Margin Tingkat Lembaga

tertentu (i = 1,2, …) yaitu Mi dan bagian penerimaan petani dari harga yang

dibayar konsumen akhir (farmer’s share atau F‟s) dan ratio keuntungan (π)

dengan biaya (c) atau π / c. margin tataniaga disini adalah perspektif makro yaitu

sebaran harga dari tingkat petani sampai di tingkat pedagang eceran (retail).

Page 45: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

27

Rumus yang dapat dipergunakan untuk ukuran efisiensi yang berkaitan

dengan sebaran margin, adalah :

MT : Pr – Pf = Biaya-biaya + π Lembaga = ∑ Mi

F’s = { Pr/Pf} x 100%

Profit / Biaya = π / c

Dimana :

MT = margin total. Mi adalah Marjin di tingkat lembaga ke-i

Pr = harga di tingkat retail (tingkat konsumen akhir)

Pf = harga di tingkat petani produsen

F‟s = persentase bagian yang diterima petani (farmer’s share)

Π lembaga = profit lembaga tataniaga akibat adanya sistem tataniaga

C = cost dari adanya pelaksanaan fungsi-fungsi tataniaga.

Keuntungan dan biaya-biaya tataniaga, sering disebut marketing

cost.

Mi = margin di tingkat tataniaga ke I, dimana I = 1,2,….., n

Mi = Pji – Pbi

Pji = harga penjualan untuk lembaga tataniaga ke-i

Pbi = harga pembelian untuk lembaga tataniaga ke - i

Rendahnya margin tataniaga suatu komoditi belum tentu dapat

mencerminkan efisiensi yang tinggi. Salah satu indikator yang berguna dalam

melihat efisiensi kegiatan tataniaga adalah dengan membandingkan bagian yang

Page 46: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

28

diterima petani (Farmer’s Share) terhadap harga yang dibayar konsumen akhir.

Farmer’s Share merupakan perbandingan harga yang diterima petani dengan

harga yang diterima konsumen akhir. Bagian yang diterima lembaga tataniaga

sering dinyatakan dalam bentuk persentasi.

2.6.2 Farmer’s Share

Asmarantaka (2012: 109) menyatakan bahwa farmer’s share merupakan

perbedaan antara harga di tingkat retail untuk produk pangan dengan margin

tataniaga. Farmer’s share adalah bagian yang diterima oleh petani dari nilai yang

dibayar konsumen akhir. Bagian ini dinyatakan dalam suatu persen (%). Dengan

demikian, farmer’s share juga menyatakan perbandingan antara harga yang

diterima petani dengan harga yang diterima oleh lembaga-lembaga tataniaga

lainnya.

Farmer’s Share merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk

menetukan efisiensi tataniaga yang dilihat dari sisi pendapatan produsen. Kohls

dan Uhls (2002: 26) mendefinisikan farmer’s Share sebagai persentase harga yang

diterima oleh petani sebagai imbalan dari kegiatan usahatani yang dilakukannya

dalam menghasilkan produk.

Farmer’s Share berhubungan negatif dengan marjin tataniaga. Farmer’s

Share dapat dipengaruhi oleh tingkat pengolahan, keawetan produk, ukuran

produk, jumlah produk, dan biaya transportasi (Kohls dan Uhls, 2002: 26). Nilai

farmer’s Share ditentukan oleh rasio harga yang diterima petani/produsen (Pf) dan

harga dibayarkan oleh konsumen (Pr) yang dinyatakan dalam persentase.

Page 47: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

29

Farmer’s Share sering digunakan sebagai indikator dalam mengukur

kinerja suatu sistem tataniaga, tetapi farmer’s share yang tinggi tidak mutlak

menunjukkan bahwa pemasaran berjalan dengan efisien. Hal ini berkaitan dengan

besar kecilnya manfaat yang ditambahkan pada produk (value added) yang

dilakukan lembaga perantara atau pengolahan untuk memenuhi kebutuhan

konsumen. Faktor yang penting diperhatikan adalah bukan besar kecilnya share,

melainkan total penerimaan yang didapat oleh produsen dari hasil penjualan

produk mereka.

2.6.1 Rasio Keuntungan terhadap Biaya

Kriteria lain yang biasanya digunakan dalam menetukan efisiensi tataniaga

dari suatu komoditas ialah rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga. Hal ini

dikarenakan pembanding opportunity cost dari biaya adalah keuntungan. Sistem

tataniaga secara teknis dikatakan efisien apabila rasio terhadap biaya semakin

besar dan nilainya bernilai positif atau lebih besar dari nol (> 0).

Rasio keuntungan terhadap biaya adalah persentase keuntungan tataniaga

terhadap biaya tataniaga yang secara teknis untuk mengetahui tingkat efisiensinya.

2.7. Daging Sapi

Daging adalah sekumpulan sejumlah otot yang melekat pada tulang atau

kerangkanya. Biasanya daging berasal dari hewan ternak yang sudah disembelih,

istilah daging berbeda dengan karkas, daging adalah bagian yang tidak

mengandung tulang sedangkan karkas adalah daging-daging yang belum

dipisahkan dari tulang kerangka. Daging sapi merupakan salah satu sumber bahan

Page 48: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

30

pangan protein hewani, mengandung unsur gizi yang cukup tinggi berupa protein

dan energi.

Daging sebagai sumber protein hewani memiliki nilai hayati (biological

value) yang tinggi, mengandung 19 % protein, 5%lemak, 70% air, 3,5 % zat-zat

non protein dan 2,5% mineral dan bahan-bahan lainnya (Forrest et al. 1992).

Komposisi daging menurut Lawrie (1991) dalam Suhairi (2007) terdiri atas 75%

air, 18% protein, 3,5 % lemak dan 3,5% zat-zat non protein, 9 % lemak dan 1%

abu. Jumlah ini akan berubah bila hewan digemukan yang akan menurunkan

presentasi air dan protein serta meningkatkan presentase lemak (Romans et al.

1994 dalam Suhairia, 2007: 124).

Daging sangat besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein

hewani. Sapi potong sebagai salah satu hewan pemakan rumput sangat berperan

sebagai pengumpul bahan bergizi rendah yang diubah menjadi bahan bergizi

tinggi, kemudian diteruskan kepada manusia dalam bentuk daging. Daging untuk

pemenuhan gizi mulai meningkat dengan adanya istilah “balita” dan terangkatnya

peranan gizi terhadap kualitas generasi penerus. Konsumsi protein hewani yang

rendah pada anak-anak pra sekolah dapat menyebabkan anak-anak yang berbakat

normal menjadi subnormal. Oleh karena itu, protein hewani sangat menunjang

kecerdasan, disamping diperlukan untuk daya tahan tubuh (Sugeng, 2008: 32)

Protein daging lebih mudah dicerna dibanding berasal dari nabati,

sehingga protein sangat baik dibutuhkan untuk proses pertumbuhan,

perkembangan, dan pemeliharaan bagi tubuh. Kebutuhan protein pada anak

balita 2-2,5 gram/kg berat badan sedangkan bagi orang dewasa hanya 1 gram

Page 49: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

31

perkilogram berat badan.Selain mutu proteinnya tinggi, pada daging terdapat

pula kandungan asam amino esensial yang lengkap dan seimbang serta kaya

akan vitamin dan mineral yang diperlukan oleh tubuh.

Sapi merupakan hewan ruminansia yang pada umumnya herbivora atau

pemakan tanaman, sehingga sebagian besar makananya adalah selulose,

hemiselulose, dan bahkan lignin yang semuanya dikategorikan sebagai serat kasar.

Hewan ini disebut juga hewan berlambung jamak atau polygastic animal, karena

lambungnya terdiri atas rumen, retikulum, omasum dan abomasum (Sembiring,

2010: 54).

Pemotongan sapi di setiap negara agak berbeda dari negara yang lain

karena tergantung dari pemakaian/permintaan di negara tersebut. Potongan utama,

atau, adalah potongan-potongan besar pada karkas sapi menjadi sampil, sandung

lamur, lamusir depan, rusuk, has luar, samcan, shortloin, betak daging paha

belakang, pinggul tebal, penutup serta betis depan dan belakang. Potongan utama

kemudian dibagi menjadi sub-primal cuts dan terkadang sub-primal cuts dibagi

lagi menjadi potongan ukuran porsi individual. Berikut rincian jenis potongan

daging sapi (Ikatan minat provesi veteriner, kelompok ternak besar, 2012).

Page 50: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

32

Gambar 3. Bagian-bagian daging sapi

Sumber PD. Dharma Jaya, 2016

a. Sampil

Sampil, dalam bahasa Inggris chuck, didapat dari daging paha atas, bahu dan

punuk. Sampil merupakan daging yang kurang lunak namun penuh rasa

karena kandungan kolagen yang cukup tinggi. Sampil kecil, dalam bahasa

Inggris blade tetapi juga disebut clod, oyster atau oyster blade, merupakan

sampil bagian bahu atas dan bawah yang berbentuk segi empat. Kijen atau

chuck tender berbentuk kerucut yang terlapis kulis luar yang tipis.

b. Sandung lamur

Sandung lamur, dalam bahasa Inggris brisket, adalah potongan dari bagian

dada. Potongan ini agak berlemak. Potongan sandung lamur lainnya adalah

Page 51: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

33

sandung lamur bagian pangkal (brisket naval end) dan sandung lamur bagian

ujung (brisket poin end).

c. Iga

Lamusir depan, atau cube roll, diambil dari bagian punggung, dipotong dari

rusuk keempat hingga rusuk keduabelas. Lamusir termasuk daging yang lunak

karena terdapat butir-butir lemak didalamnya. Iga adalah potongan daging

yang berasal sekitar tulang rusuk, yaitu dari rusuk keenam hingga keduabelas.

d. Shortloin, striploin, sirloin

Shortloin dan striploin adalah potongan daging bagian belakang sapi. Sirloin

adalah bagian daging yang terletak persis di belakang shortloin dan di atasnya

tenderloin atau has dalam. Di Indonesia sirloin juga disebut sebagai has luar.

Otot dari bagian sapi ini masih bekerja cukup keras, namun beban

pekerjaannya tidak seberat sampil, punuk dan betis depan sehingga dagingnya

lumayan lunak.

e. Has dalam

Has dalam, dalam bahasa Inggris tenderloin atau fillet, adalah potongan

daging yang paling empuk dan kandungan lemaknya tidak besar. Lokasi

potongan daging ini di tengah-tengah sirloin. Harga jenis potongan ini adalah

yang paling mahal dibandingkan dengan potongan yang lainnya.

f. Samcan

Samcan atau flank, adalah potongan dari bagian otot perut. Bentuknya panjang

dan datar, dan kurang lunak. Di Prancis daging ini dinamakan bavette.

Page 52: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

34

g. Penutup, tanjung, kelapa, pendasar, gandik

Terhitung dari paha belakang sapi, atau rump, terdapat beberapa potongan

yaitu rump (tanjung), kelapa (knuckle), penutup (inside, topside), silverside,

gandik (eye of round), dan pendasar (outside). Tanjung adalah bagian

pinggang sapi yang dilapisi oleh lemak yang cukup tebal. Daging tanjung

termasuk jenis daging yang lunak. Silverside terdapat di paha belakang bagian

bawah. Dagingnya padat dan tidak banyak mengandung lemak.

h. Sengkel

Sengkel, dari bahasa Belanda schenkel, dalam bahasa Inggris shank atau shin

merupakan daging yang terdapat di bagian atas betis sapi. Potongan daging ini

tidak lunak

Dari bagian-bagian daging sapi tersebut, tidak semua bagian dijual dan

diproduksi dengan jumlah banyak oleh PD. Dharma Jaya. Bagian daging sapi

yang dijual PD. Dharma Jaya dan dibahas dalam penelitian ini adalah bagian yang

banyak diminati dan dibutuhkan masyarakat. Terdapat 6 bagian daging sapi, yaitu

bagian paha belakang (biasa digunakan untuk rendang), bagian paha depan, hati

sapi, sengkel/shank (biasa digunakan untuk semur), bahan 90/95 CL (biasa

digunakan untuk sop), dan iga sapi. Bahan 90/95 CL memiliki pengertian bahwa

daging tersebut 90-95% adalah daging dan 10-5% lainnya adalah lemak.

2.8. Konsep Peran

Berdasarkan pengertian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai

Pustaka, menyebutkan pengertian peran sebagai berikut:

Page 53: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

35

1. Peran adalah pemain yang diandaikan dalam sandiwara maka dia adalah

pemain sandiwara atau pemain utama;

2. Peran adalah bagian yang dimainkan seorang pemain dalam sandiwara,

ia berusaha bermain dengan baik dalam semua peran yang dibebankan

kepadanya;

3. Peran adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.

Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status) terhadap

sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peran (Soeharto 2002; Soekamto

1984: 237). Analisis terhadap perilaku peran dapat dilakukan melalui tiga

pendekatan, yaitu ketentuan, gambaran dan harapan peran.

Ketentuan peran adalah pernyataan formal dan terbuka tentang perilaku

yang harus ditampilkan oleh seseorang dalam membawa perannya. Gambaran

peran adalah tentang perilaku yang secara aktual ditampilkan seseorang dalam

membawakan perannya.

Dari berbagai pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai

peran Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PD. Dharma Jaya dalam

melaksanakan fungsi dan tujuannya, antara lain sebagai pelaksana dan pengelola

kegiatan usaha daging, penyedia pasokan daging sapi, dan menjaga ketahanan

pangan untuk masyarakat. Seperti yang telah dikemukakan oleh Sarjono Sukamto

(1984: 238; dalam Soeharto, 2002) bahwa peran merupakan aspek dinamis dari

kedudukan apabila seseorang melaksanakan hal-hal serta kewajiban sesuai dengan

kedudukannya maka ia telah melakukan sebuah peran.

Page 54: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

36

2.9. Badan Usaha Milik Daerah

Badan usaha milik negara yang dikelola oleh pemerintah daerah disebut

badan usaha milik daerah (BUMD). Perusahaan daerah adalah perusahaan yang

didirikan oleh pemerintah daerah yang modalnya sebagian besar/seluruhnya adalah

milik pemerintah daerah (Manulang, 2013: 57).

BUMD telah dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962

tentang Perusahaan Daerah, yang diperkuat oleh Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah.

Dalam UU No 5 tahun 1962 tentang perusahaan daerah, disebutkan tujuan

Perusahaan Daerah ialah untuk turut serta melaksanakan pembangunan Daerah

khususnya dan pembangunan ekonomi nasional umumnya dalam rangka ekonomi

terpimpin untuk memenuhi kebutuhan rakyat dengan mengutamakan

industrialisasi dan ketenteraman serta kesenangan kerja dalam perusahaan,

menuju masyarakat yang adil dan makmur. Perusahaan Daerah bergerak dalam

lapangan yang sesuai dengan urusan rumah tangganya menurut peraturan-

peraturan yang mengatur pokok-pokok Pemerintahan Daerah. Cabang-cabang

produksi yang penting bagi Daerah dan yang menguasai hajat hidup orang banyak

di Daerah yang bersangkutan diusahakan oleh Perusahaan daerah yang modalnya

untuk seluruhnya merupakan kekayaan Daerah yang dipisahkan.

2.10. Peraturan Daerah Tentang PD. Dharma Jaya

Perusahaan Daerah Dharma Jaya didirikan berdasarkan Surat Keputusan

Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor: Ib.3/2/17/1966 tanggal

24 Desember 1966 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 78 Tahun 1971

Page 55: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

37

pada tanggal 2 Agustus 1971. Kemudian dipertegas dengan Peraturan Daerah

(Perda) Nomor 5 Tahun 1985 dan disempurnakan lagi dengan Perda No. 11 Tahun

2013.

Perda No. 5 Tahun 1985 tentang perusahaan daerah Dharma Jaya Daerah

Khusus Ibukota Jakarta, mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan

pengelolaan usaha penyedia ternak potong, pemotongan ternak, pengangkutan dan

pendistribusian, penyimpanan serta pengolahan daging dan hasil lainnya.

Disebutkan dalam perda No.5 Tahun 1985 pasal 5, yang disempurnakan dalam

perda No. 11 Tahun 2013, tujuan perusahaan daerah Dharma Jaya dalam dua ayat,

adalah sebagai berikut :

(1) Perusahaan daerah bertujuan membantu dan menunjang kebijaksanaan umum

pemerintah daerah dalam rangka ketahanan pangan dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, khusus produk hewani dan petani ternak

(2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perusahaan

daerah melakukan usaha :

a. penyedia dan penampungan ternak potong ;

b. mengelola Rumah Potong Hewan (RPH) dan pemotongan ternak ;

c. penyedia tempat penyimpanan produk hewani ;

d. pendistribusian, pengangkutan dan pemasaran produk hewani serta hasil

ikutannya ;

e. usaha lain yang sesuai dengan tujuan dan usaha perusahaan daerah.

Tujuan perusahaan daerah Dharma Jaya dijelaskan lebih lengkap dalam

peraturan gubernur provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 66 Tahun 2008

Page 56: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

38

tentang organisasi dan tatakerja perusahaan daerah Dharma Jaya, disebutkan

dalam pasal 4 bahwa tujuan perusahaan daerah Dharma Jaya adalah membantu

dan menunjang kebijakan umum pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat khususnya konsumen daging/petani ternak,

menciptakan lapangan kerja, mengelola alat produksi dan fasilitas lainnya dengan

memperhatikan prinsip-prinsip perusahaan yang hasilnya mampu mendapatkan

keuntungan yang sebagian digunakan untuk sumber pendapatan asli daerah dan

pengembangan perusahaan serta sebagai pelaku perekonomian daerah.

Usaha yang dilaksanakan oleh PD. Dharma Jaya disebutkan dalam Pergub

Provinsi DKI Jakarta No. 66 Tahun 2008 pasal 6, meliputi :

a. perdagangan ternak dan daging termasuk hasil ikutannya serta produk

yang berhubungan dengan daging dan ternak;

b. pengadaan daging dan ternak untuk menjamin ketahanan pangan

khususnya pada hari-hari besar di Provinsi DKI Jakarta;

c. pemasaran dan distribusi daging dan ternak serta hasil ikutannya;

d. mengelola RPH dan tempat penampungan ternak;

e. mengelola tempat penyimpanan/gudang dingin daging;

f. mengelola penggemukan sapi; dan

g. mengelola usaha sah lainnya yang ditetapkan Gubernur Provinsi DKI

Jakarta

Berikutnya, dalam pasal 2 Pergub Provinsi DKI Jakarta NO. 66 Tahun

2008, disebutkan perusahaan daerah Dharma Jaya dikelola dan diurus berdasarkan

asas:

Page 57: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

39

a. efisiensi;

b. efektivitas;

c. produktivitas;

d. akuntabilitas;

e. kepentingan umum;

f. berwawasan lingkungan; dan

g. kepedulian sosial

Makna asas sebagaimana dimaksud pada ayat pertama pasal ini adalah

sebagai berikut:

a. efisiensi adalah penggunaan sumber daya untuk penggunaan biaya dan

beban terpenting perusahaan dengan memperhatikan prinsip terukur,

terkendali, rasional, wajar, rasional, sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan direksi;

b. efektivitas adalah pelaksanaan operasional perusahaan dengan

menggunakan sumber daya dan dana dengan memperhatikan prinsip

berdaya guna dan berhasil guna baik dilihat dari peraturan maupun

target yang telah ditetapkan direksi;

c. produktivitas adalah prinsip pengelolaan perusahaan dengan

membandingkan antara masukan (input) dan keluaran (output) serta

mempertahankan aspek kualitas hasil dan layanan;

d. akuntabilitas adalah prinsip pelaksanaan pengelolaan perusahaan yang

dapat dipertanggungjawabkan baik secara administratif maupun secara

keuangan;

Page 58: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

40

e. kepentingan umum adalah merupakan penyediaan sarana, prasarana,

layanan dan produk guna memenuhi kebutuhan masyarakat umum

dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat banyak;

f. berwawasan lingkungan adalah pengelolaan alat produksi barang dan

jasa dengan senantiasa memperhatikan dampak lingkungan yang

tertumpu kepada pencegahan, pengendalian dan pengelolaan dampak

lingkungan;

g. tanggung jawab sosial adalah kegiatan yang terkait kepada tanggung

jawab sosial melalui kepedulian untuk peka terhadap lingkungan

dengan menyisihkan sebagian dari keuntungan perusahaan untuk

kegiatan sosial sesuai dengan kebijakan pemerintah provinsi;

h. orientasi laba adalah merupakan kegiatan usaha yang bertujuan untuk

membentuk laba/keuntungan perusahaan yang digunakan untuk

kesejahteraan pegawai, sumber pendapatan asli daerah dan

pengembangan usaha perusahaan.

Perusahaan daerah Dharma Jaya berjalan dengan struktur organisasi yang

diatur dalam Pergub provinsi DKI Jakarta No. 66 Tahun 2008 pasal 7, yaitu terdiri

dari:

a. badan pengawas;

b. direksi terdiri:

1. direktur utama;

2. direktur usaha;

3. direktur administrasi dan keuangan.

Page 59: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

41

c. unsur staf, terdiri dari:

1. satuan pengawas intern;

2. bidang penelitian dan pengembangan;

3. bidang umum;

4. bidang keuangan.

d. unsur pelaksana, terdiri dari:

1. divisi jasa RPH;

2. divisi penggemukan sapi;

3. divisi produksi;

4. divisi pemasaran.

Berdasarkan peraturan daerah No.5 Tahun 1985, dijelaskan bahwa dengan

ditetapkannya perusahaan daerah Dharma Jaya ditetapkan sebagai salah satu

perangkat pemerintahan daerah yang melaksanakan kegiatan usaha penyediaan

ternak potong, pemotongan ternak, pengangkutan dan distribusi daging di wilayah

Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Dengan demikian perusahaan daerah Dharma

Jaya merupakan satu-satunya lembaga yang mempunyai kewenangan dalam

pengelolaan tempat penampungan ternak potong dan Rumah Potong Hewan

(RPH) serta pengangkutan daging. Di samping itu perusahaan daerah Dharma

Jaya berperan dalam pengendalian harga, sehingga stabilisasi harga ternak dan

daging dapat dikendalikan. Dalam pasal 7 perda No.5 Tahun 1985, bahwa dalam

mengembangkan usahanya, perusahaan daerah dapat melakukan kerjasama

dengan Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah lain, koperasi dan

atau pihak ketiga.

Page 60: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

42

Berjalannya kegiatan usaha dan organisasi perusahaan daerah Dharma

Jaya sepenuhnya dipertanggungjawabkan kepada gubernur provinsi Daerah

Khusus Ibukota Jakarta. Dijelaskan dalam Pergub Provinsi DKI Jakarta No. 66

Tahun 2008 pasal 39, yaitu laporan perhitungan hasil usaha dan kegiatan

perusahaan daerah Dharma Jaya disampaikan secara berkala oleh Direksi kepada

Gubernur Kepala Daerah melalui Badan Pengawas. Untuk tiap tahun buku oleh

Direksi disampaikan perhitungan hasil usaha Perusahaan Daerah Dharma Jaya

terdiri dari neraca dan perhitungan laba rugi kepada Gubernur Kepala Daerah

melalui Badan Pengawas selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sesudah tahun buku.

2.11. Penelitian Terdahulu

Sari Apriliani (2015) melaksanakan penelitian Analisis Tataniaga Jagung

di Kabupaten Bulukumba. Tujuan penelitian untuk mengetahui saluran pemasaran

jagung, margin pemasaran jagung pada masing-masing saluran pemasaran,

kemudian menganalisis tingkat efisien pemasaran jagung di Kabupaten

Bulukumba. Penelitian dilakukan pada bulan April 2015 dengan metode

penentuan daerah dilakukan secara purposive sampling. Pengambilan sampel

dilakukan secara Simple Random Sampling dengan sampel petani sebanyak 75

sampel. Untuk lembaga tata niaga yang terlibat ditentukan dengan metode

penelusuran dimana 5 sampel pedagang pengumpul dan 3 sampel pedagang besar.

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk menganalisis

harga jual petani dan harga beli pedagang perantara, analisis margin tata niaga,

dan analisis efisiensi tata niaga.

Page 61: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

43

Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat dua saluran tata niaga

di daerah penelitian, yaitu : petani-pedagang pengumpul-pedagang besar dan

petani-pedagang besar. Pada saluran I margin pemasaran yang diperoleh sebesar

Rp 446,00/kg sedangkan margin pemasaran yang diperoleh pada saluran II

sebesar Rp 166,00/kg. Saluran tata niaga di daerah penelitian tidak efisien dimana

nilai e yang diperoleh sebesar 0,87 dan 0,93 (e < 1).

Lusiana Agustina (2008), meneliti Analisis Tataniaga dan Keterpaduan

Pasar Kubis (Studi Kasus Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten

Bandung, Provinsi Jawa Barat). Dalam Penelitian ini diketahui terdapat tiga

saluran tataniaga kubis di Desa Cimenyan yaitu: (1) Petani Pedagang Pengumpul I

Grosir Pengecer Konsumen, (2) Petani pedagang pengumpul II Grosir Pengecer

Konsumen dan (3) Petani Grosir Pengecer Konsumen. Saluran dua dibagi menjadi

dua bagian, pertama pemasaran di daerah produksi (lokal) dan kedua pemasaran

di luar daerah produksi. Struktur pasar yang dihadapi petani kubis dan pedagang

pengumpul I yaitu oligopsoni. Pedagang pengumpul II, grosir dan pengecer

menghadapi pasar oligopoli. Prilaku pasar diidentifikasi dengan mengamati

kegiatan tataniaga dalam proses pembelian dan penjualan, sistem penentuan

harga, sistem pembayaran dan kerjasama antar lembaga tataniaga kubis di Desa

Cimenyan.

Alternatif saluran tataniaga yang memberikan keuntungan paling besar

bagi petani dibandingkan dengan saluran lainnya berdasarkan nilai total margin,

farmer’s share, rasio keuntungan terhadap biaya adalah saluran tiga dengan nilai

total margin sebesar Rp 1.681,87, farmer’s share terbesar yaitu 55,81 persen,

Page 62: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

44

rasio keuntungan terhadap biaya terbesar yaitu 2,28. Analisis keterpaduan pasar

antara pasar produsen - pasar Induk Caringin dan pasar produsen - pasar Induk

Kramat Jati menunjukkan bahwa pada kedua analisis tersebut memiliki

keterpaduan jangka pendek dengan nilai IMC masing-masing < 1 yaitu 0,920 dan

0,228. Nilai koefisien b2 pada masing-masing analisis < 1 yaitu 0,459 dan 0,674.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada keterpaduan jangka panjang antara kedua

pola tersebut. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur pasar

yang terjadi dalam tataniaga kubis ini adalah tidak bersaing sempurna.

Hariry Anwar (2015), melakukan penelitian Analisis Tataniaga Ubi Jalar

di Desa Purwasari Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Dalam penelitian ini,

diketahui bahwa terdapat lima lembaga dalam sistem tataniaga ubi jalar di Desa

Purwasari, yaitu petani selaku produsen ubi jalar, pedagang pengumpul tingkat

pertama, pedagang pengumpul tingkat kedua, pedagang grosir, dan pedagang

pengecer. Setiap lembaga tataniaga melakukan fungsi tataniaga yang berbeda-

beda. Saluran tataniaga yang terbentuk dalam sistem tataniaga ubi jalar ada tiga

saluran, yaitu Saluran tataniaga 1 (petani-pedagang pengumpul tingkat 1-pabrik

tepung); Saluran tataniaga 2 (petani-pedagang pengumpul tingkat 1-pedagang

pengumpul tingkat 2-pedagang grosir-pedagang pengecer–konsumen); dan

Saluran tataniaga 3 (petani-pedagang pengumpul tingkat 1–pedagang pengumpul

tingkat 2-pedagang grosir-konsumen). Struktur pasar pada petani dan pedagang

grosir cenderung mendekati pasar persaingan sempurna, sedangkan pedagang

pengumpul tingkat pertama, pedagang pengumpul tingkat kedua, dan pedagang

pengecer cenderung mendekati pasar oligopoly.

Page 63: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

45

2.12. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dilaksanakan di DKI Jakarta, dengan mengumpulkan

informasi dari PD. Dharma Jaya dan penelusuran rantai tataniaga di mulai dari

PD. Dharma Jaya, sebagai titik awal tataniaga daging sapi di DKI Jakarta,

selanjutnya ke PD. Pasar Jaya, Distributor swasta daging sapi dan subdistributor

daging sapi (Lampiran 6 dan 8).

Penelitian dimulai dengan menguraikan secara kualitatif peran dan fungsi

PD. Dharma Jaya dalam menjalankan perusahaan daerah yang menangani

perdagangan daging sapi di DKI Jakarta. Selanjutnya dilakukan analisis sistem

tataniaga daging sapi yaitu dengan analisis kualitatif deskriptif saluran tataniaga

dan fungsi lembaga-lembaga tataniaga, serta analisis kuantitatif margin tataniaga,

farmer’s share, serta rasio keuntungan dan biaya.

Melihat hasil dari analisis tersebut, akan dapat diketahui apakah tataniaga

daging sapi tersebut sudah efisien atau belum. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada Gambar 4 tentang kerangka pemikiran tataniaga daging sapi di DKI Jakarta.

Page 64: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

46

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Analisis Efisiensi Tataniaga Daging Sapi di

DKI Jakarta

Konsumsi daging sapi DKI Jakarta

Sistem tataniaga daging sapi di DKI Jakarta

Peran dan fungsi PD. Dharma Jaya dalam tataniaga daging sapi

di DKI Jakarta

Uraian Deskriptif Kualitatif:

1. Saluran tataniaga

2. Fungsi-fungsi tataniaga

Analisis Kuantitatif:

1. Margin Tataniaga

2. Farmer’s Share

3. Rasio Keuntungan terhadap Biaya

Tingkat efisiensi tataniaga daging sapi DKI Jakarta

Rekomendasi alternatif saluran tataniaga yang

efisien

Page 65: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

47

Pasokan Dharma Jaya

C

Distributor PD. Pasar Jaya

Konsumen Perseorangan

Subdistributor

Hotel, Restaurant, dan Catering

Peran dan Fungsi PD. Dharma Jaya

?

Pemprov

DKI JKT

Analisis deskriptif pasokan

daging sapi DKI JKT

Kebutuhan daging sapi di

DKI JKT

Sumber dan jumlah

pasokan daging sapi di

DKI JKT

Page 66: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

48

Gambar 5. Kerangka Operasional Analisis Efisiensi Tataniaga Daging Sapi

di DKI Jakarta

Saluran

Tataniaga

Fungsi – fungsi tataniaga

C

?

Limbong &

Sitorus

Margin Rasio Keuntungan

Terhadap Biaya

Efisiensi tataniaga daging

sapi di DKI Jakarta

Rekomendasi tataniaga daging

sapi di DKI Jakarta

Farmer’s

Share

Page 67: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

49

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PD. Dharma Jaya, BUMD Milik Pemerintahan

Provinsi DKI Jakarta, yang bergerak di bidang penampungan ternak potong,

pengelolaan rumah potong hewan, penyediaan tempat penyimpanan daging,

pendistribusian dan pemasaran daging. Lokasi tersebut diambil secara sengaja

(purposive), atas dasar DKI Jakarta adalah daerah konsumen daging sapi terbesar

di Indonesia, sebesar 70% konsumsi daging sapi terpusat di Kota Jakarta, dan PD.

Dharma Jaya adalah BUMD yang bergerak di industri daging sapi DKI Jakarta

Penelitian dan pengumpulan data di laksanakan pada bulan Desember 2017-April

2018.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer didapat melalui pembagian daftar pertanyaan yang telah

disiapkan dengan teknik wawancara langsung kepada setiap lembaga yang

terlibat dalam tataniaga daging sapi DKI Jakarta, yang dimulai dari PD. Dharma

Jaya, PD. Pasar Jaya, Distributor, dan Subdistributor.

Data sekunder diperoleh melalui catatan dan laporan di PD. Dharma Jaya,

informasi-informasi yang dimiliki oleh lembaga-lembaga tataniaga, instansi

terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian, Direktorat Jenderal

Peternakan, dan studi literatur terkait.

Page 68: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

50

3.3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tiga metode utama,

yaitu wawancara, identifikasi langsung dan studi kepustakaan.

1. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam topik

penelitian, PD. Dharma Jaya, PD. Pasar Jaya, distributor, dan subdistributor.

Wawancara disertai dengan kuisioner yang telah disediakan untuk keperluan dan

tujuan dari penelitian.

2. Observasi

Observasi dilakukan dengan melakukan proses pengamatan langsung dan

verifikasi terhadap kondisi yang ada di lapangan. Proses Observasi dilakukan

untuk mengetahui mekanisme pemasaran, termasuk saluran tataniaga hingga

konsumen akhir.

3. Studi Kepustakaan

Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan informasi yang akan

diperoleh dari bahan pustaka, hasil penelitian terdahulu, maupun dokumen dari

instansi terkait.

3.4. Metode Penentuan Responden

Responden dalam penelitian ini adalah produsen dan pedagang. Pemilihan

responden produsen daging sapi dalam penelitian ini dilakukan dengan sengaja

(purposive). Responden produsen adalah PD. Dharma Jaya yang merupakan

BUMD Pemprov DKI Jakarta yang bergerak di bidang penampungan ternak

Page 69: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

51

potong, pengelolaan rumah potong hewan, penyediaan tempat penyimpanan

daging, pendistribusian dan pemasaran daging

Penentuan responden pedagang dilakukan dengan menggunakan teknik

snowball sampling. Pedagang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah PD.

Pasar Jaya, distributor dan subdistributor. Melalui metode snowball sampling

dilakukan penelusuran terhadap saluran tataniaga mulai dari PD. Dharma Jaya

sampai ke subdistributor. Penentuan responden diambil berdasarkan informasi

dari responden sebelumnya, sehingga jalur tataniaga tidak terputus.

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Peran dan Fungsi perusahaan, Saluran tataniaga dan fungsi-fungsi tataniaga

daging sapi diuraikan secara deskriptif kualitatif. Sedangkan untuk analisis

deskriptif kuantitatif dilakukan untuk melihat efisiensi tataniaga dengan

pendekatan analisis margin tataniaga, farmer’s share, dan rasio keuntungan

terhadap biaya.

3.5.1. Analisis Peran dan Fungsi

Analisis dilakukan secara kualitatif. Analisis ini digunakan untuk

mengetahui peran dan fungsi PD. Dharma Jaya pada tataniaga daging sapi di DKI

Jakarta. Analisis ini mengacu pada peraturan daerah Provinsi DKI Jakarta

mengenai ketetapan dan tata kerja lembaga pada Badan Usaha milik Daerah

(BUMD) milik pemerintahan provinsi DKI Jakarta, lalu disesuaikan dengan

kondisi di lapangan.

Page 70: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

52

3.5.2. Analisis Saluran Tataniaga

Analisis dilakukan secara kualitatif. Analisis ini digunakan untuk

mengetahui saluran tataniaga yang dilalui oleh komoditas daging sapi dari

produsen sampai ke konsumen. Dari analisis saluran tataniaga ini dapat diketahui

berapa banyak jumlah lembaga tataniaga yang terlibat dalam tataniaga daging sapi

tersebut. Selain itu juga dapat diketahui pola saluran tataniaga yang terjadi

berdasarkan pelaku tataniaga yang terlibat dalam penyaluran daging sapi tersebut.

Perbedaan saluran tataniaga yang dilalui oleh suatu jenis barang akan berpengaruh

pada pembagian pendapatan yang diterima oleh masing-masing lembaga tataniaga

yang terlibat didalamnya.

3.5.3. Analisis Fungsi Tataniaga

Analisis fungsi tataniaga pada pelaku dalam sistem tataniaga daging sapi

dilakukan untuk mengetahui fungsi-fungsi atau kegiatan yang dilakukan oleh

setiap lembaga tataniaga yang terlibat serta mengetahui kebutuhan biaya dan

fasilitas yang dibutuhkan. Fungsi-fungsi tataniaga tersebut terdiri dari fungsi

pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (penyimpanan, pengolahan dan

pengangkutan) serta fungsi fasilitas (standarisasi dan grading, penanggungan

resiko, pembayaran dan informasi pasar). Analisis dari fungsi tataniaga dapat

digunakan untuk mengevaluasi biaya tataniaga. Untuk lebih lanjut, dari analisis

ini dapat dihitung besarnya marjin tataniaga.

3.5.4. Analisis Margin Tataniaga

Margin Tataniaga merupakan perbedaan harga di tingkat peternak dengan

harga di tingkat konsumen akhir. Margin ini adalah pendekatan keseluruhan dari

Page 71: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

53

sistem tataniaga, mulai dari tingkat petani sebagai produsen primer sampai produk

sampai di tangan konsumen akhir. Oleh karena itu sering dikatakan marjin

pemasaran total (MT). Pengertian marjin juga sering digunakan untuk marjin di

tingkat lembaga pemasaran (Mi). yaitu merupakan selisih harga jual di tingkat

lembaga ke-i dengan haga beli. Dengan demikian MT = jumlah dari Mi (1, 2, …,

n adalah lembaga tataniaga) ( Asmarantaka, 2012 : 91)

Rumus matematika yang menunjukan nilai margin tataniaga total yang

melingkupi fungsi-fungsi, biaya-biaya, kelembagaan yang terlibat, dan

keseluruhan sistem mulai dari petani (Primary Supply) sampai ke konsumen akhir

(primary demand) adalah sebagai berikut :

mji = Psi – Pbi ................... (1)

mji = Bti + πi .................... (2)

Dengan demikian :

πi = mji - Bti .................... (3)

jadi besarnya total margin pemasaran adalah:

Mij = Σ mji, i = 1,2,3,........n

Dimana : mji = Margin tataniaga pada lembaga ke-i (Rp/kg)

Psi = Harga penjualan lembaga tataniaga ke-i (Rp/kg)

Pbi = Harga pembelian lembaga tataniaga ke-i (Rp/kg)

Bti = Biaya tataniaga lembaga tataniaga ke-i (Rp/kg)

Πi = Keuntungan lembaga tataniaga ke-i (Rp/kg)

Mij = Total margin tataniaga (Rp/kg)

Page 72: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

54

3.5.5. Analisis Farmer’s Share

Farmer’s share digunakan untuk membandingkan harga yang dibayar

konsumen terhadap harga produk yang diterima oleh petani (Limbong dan

Sitorus, 1997). Penyebaran marjin tataniaga dilihat berdasarkan bagian (share)

yang diperoleh masing-masing lembaga tataniaga. Farmer’s share mempunyai

hubungan negatif dengan margin tataniaga sehingga semakin tinggi marjin

tataniaga, maka bagian yang akan diperoleh petani semakin rendah.

Nilai farmer’s share ditentukan berdasarkan rasio harga yang diterima

petani (Pf) dengan harga yang diterima konsumen akhir (Pk) dan dinyatakan

dalam bentuk persentase. Farmer’s Share (Fs) didapatkan dari hasil bagi antara Pf

dan Pk, dimana Pf adalah harga di tingkat petani, Pk adalah harga yang dibayar

oleh konsumen akhir. Berikut merupakan rumus untuk menghitung Farmer’s

Share :

FS = Pf / Pk x 100%

Dimana : FS = Farmer’s share (persentase)

Pf = Harga di tingkat peternak (Rp/kg)

Pk = Harga beli konsumen (Rp/kg)

3.5.6. Analisis Rasio Keuntungan terhadap Biaya

Return Cost Ratio atau imbangan penerimaan terhadap biaya adalah

persentase perbandingan antara total keuntungan tataniaga terhadap total biaya

yang dikeluarkan dalam satu proses tataniaga pertanian, yang secara teknis untuk

mengetahui tingkat efisiensinya. Apabila R/C > 1 maka tataniaga yang dilakukan

efisien. Sebaliknya, apabila R/C < 1 maka tataniaga tersebut tidak efisien.

Page 73: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

55

Penyebaran rasio keuntungan biaya pada masing-masing lembaga tataniaga dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Rasio Keuntungan Biaya = Li/Ci

Dimana :

Li = keuntungan lembaga tataniaga ke-i

Ci = Biaya tataniaga pada tingkat lembaga ke-i

3.6. Definisi Operasional

Untuk menjelaskan pengertian mengenai istilah-istilah yang digunakan

dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Produsen adalah PD Dharma Jaya yang menjadi titik awal tataniaga daging

sapi di DKI Jakarta

2. Rumah Potong Hewan (RPH) adalah tempat untuk melakukan pengkarkasan

sapi.

3. Distributor adalah pelaku industri daging sapi, yang melakukan pembelian

daging sapi dari PD. Dharma Jaya minimal 1 ton daging sapi. Distributor

adalah salah satu lembaga yang ada dalam tataniaga daging sapi.

4. Subdistributor, merupakan pelaku industri daging sapi, yang melakukan

pembelian daging sapi dari PD. Dharma Jaya dengan jumlah kurang dari 1 ton

daging sapi hingga 100 kg. Subdistributor juga melakukan pembelian daging

sapi dari distributor. Subistributor adalah salah satu lembaga yang ada dalam

tataniaga daging sapi.

5. Harga jual peternak (Rp/Kg) adalah harga rata-rata produk (per kilogram)

yang diterima produsen (PD. Dharma Jaya).

Page 74: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

56

6. Harga beli pedagang (Rp/Kg) adalah harga rata-rata produk perkilogram yang

dibeli dari peternak atau dari lembaga tataniaga sebelumnya.

7. Harga jual pedagang (Rp/Kg) adalah harga rata-rata produk per kilogram yang

dijual lembaga tataniaga ke lembaga tataniaga lainnya atau kepada konsumen

akhir.

8. Marjin tataniaga adalah perbedaan harga daging sapi yang dibayarkan oleh

konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen (Rp/kg bobot karkas).

9. Farmer’s share adalah bagian yang diterima oleh peternak dari harga yang

dibayarkan konsumen (%).

10. Biaya tataniaga adalah seluruh jenis biaya yang dikeluarkan oleh lembaga

tataniaga dalam rangka penyaluran atau pelaksanaan fungsi tataniaga daging

sapi dari produsen sampai ke konsumen (Rp/kg daging sapi).

11. Keuntungan tataniaga (Rp/Kg) adalah selisih antara biaya jual dengan biaya-

biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan tataniaga daging sapi.

Adapun instrumen penelitian dapat dilihat pada :

1. Lampiran 1, instrumen penelitian

2. Lampiran 2, daftar pertanyaan wawancara dengan bidang penelitian dan

pengembangan PD. Dharma Jaya

3. Lampiran 3, daftar pertanyaan wawancara dengan divisi perdagangan PD.

Dharma Jaya

4. Lampiran 4, daftar pertanyaan wawancara dengan PD. Dharma Jaya

5. Lampiran 5, kuisioner untuk distributor

6. Lampiran 6, daftar distributor

Page 75: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

57

7. Lampiran 7, kuisioner untuk subdistributor

8. Lampiran 8, daftar subdistributor

Page 76: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

58

BAB IV

GAMBARAN UMUM PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

4.1.1. Geografis Provinsi DKI Jakarta

Secara Astronomis, DKI Jakarta terletak pada posisi 6°12' Lintang Selatan

dan 106°48' Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK

Gubernur Nomor Provinsi DKI Jakarta Nomor 171 Tahun 2007, adalah berupa

daratan seluas 662,33 km2 dan berupa lautan seluas 6.977,5 km

2. Wilayah DKI

memiliki tidak kurang dari 110 buah pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu.

Wilayah administrasi Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah

kabupaten/kota dan satu Kabupaten Administratif, yaitu: Kotamadya Jakarta

Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Utara masing-

masing dengan luas daratan seluas 141,27 km2, 188,03 km

2, 48,13 km

2, 129,54

km2 dan 146,66 km

2 serta Kabupaten Kepulauan Seribu (8,70 km

2).

Gambar 6. Peta Wilayah DKI Jakarta

Sumber : Jakarta Dalam Angka 2016, BPS

Page 77: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

59

Tabel 4. Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi menurut

Kabupaten/Kota, 2015

NO Kabupaten/Kota Luas (Km2)

Jumlah

Kecamatan Kelurahan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Kepulauan Seribu

Jakarta Selatan

Jakarta Timur

Jakarta Pusat

Jakarta Barat

Jakarta Utara

8,70

141,27

188,03

48,13

129,54

146,66

2

10

10

8

8

6

6

65

65

44

56

31

DKI Jakarta 662,33 44 267

Sumber : Surat Keputusan Gubernur Provinisi DKI Jakarta No. 171 Tahun 2007

4.1.2. Jumlah Penduduk DKI Jakarta

Jumlah penduduk DKI Jakarta tahun 2016 berdasarkan proyeksi penduduk

hasil Sensus Penduduk 2010 sebesar 10.277.628 jiwa dengan laju pertumbuhan

penduduk per tahun sebesar 1,07 persen. Kepadatan penduduk DKI Jakarta tahun

2016 adalah 15.517,38 jiwa setiap 1 km2. Kota Jakarta Barat memiliki kepadatan

penduduk tertinggi di Provinsi DKI Jakarta yaitu sebesar 19.268,20 jiwa/km2

sebagaimana tercantum pada tabel 5.

Page 78: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

60

Tabel 5. Jumlah Penduduk DKI Jakarta menurut Kabupaten/Kota, 2015-2016

NO Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (ribu)

2015 2016

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Kepulauan Seribu

Jakarta Selatan

Jakarta Timur

Jakarta Pusat

Jakarta Barat

Jakarta Utara

23.340

2.185.711

2.843.816

914.182

2.463.560

1.747.315

23.616

2.206.732

2.868.910

917.754

2.496.002

1.764.614

DKI Jakarta 10.177.924 10.277.628

Sumber : Jakarta Dalam Angka, BPS DKI Jakarta Tahun 2017

Penduduk DKI Jakarta bukan hanya yang menetap di Kota Jakarta, namun

ada juga yang berpindah, atau biasa disebut komuter. Komuter (berasal

dari bahasa Inggris Commuter; dalam bahasa Indonesia juga

disebut penglaju atau penglajo) adalah seseorang yang bepergian ke

suatu kota untuk bekerja dan kembali ke kota tempat tinggalnya setiap hari,

biasanya dari tempat tinggal yang cukup jauh dari tempat bekerjanya. Berdasarkan

data Badan Pusat Statistik (2016), pada siang hari penduduk Jakarta diperkirakan

sebanyak 11,2 juta jiwa. Sedangkan pada malam ada sekitar 10 juta orang

penduduk, artinya ada 1,2 juta jiwa yang bolak balik masuk dan keluar Jakarta

setiap harinya.

Page 79: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

61

Gambar 7. Jumlah Komuter DKI Jakarta

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016

DKI Jakarta dengan jumlah penduduk yang terbilang padat dan jumlah

komuter yang besar, menjadikan kota ini menjadi kota dengan jumlah konsumen

pangan yang besar. Salah satunya adalah daging sapi, jumlah penduduk yang

disebutkan di atas adalah calon konsumen daging sapi di DKI Jakarta.

4.2. Gambaran Umum PD. Dharma Jaya

4.2.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Perusahaan Daerah Dharma Jaya merupakan Badan Usaha Milik Daerah

(BUMD) milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. PD. Dharma Jaya

bergerak di bidang penampungan ternak potong, pengelolaan rumah potong

Page 80: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

62

hewan dan ternak, penyediaan tempat penyimpanan daging, pendistribusian dan

pemasaran daging.

Perusahaan Daerah Dharma Jaya didirikan berdasarkan Surat Keputusan

Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor: Ib.3/2/17/1966 tanggal

24 Desember 1966, yang disahkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 78

Tahun 1971 pada tanggal 2 Agustus 1971. Keputusan ini kemudian dipertegas

kembali dengan Peraturan Daerah (Perda) Khusus Ibukota Jakarta Nomor 5 Tahun

1985 yang dimuat dalam lembaran Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 74

Tahun 1985 yang berisi tentang tempat kedudukan, wilayah kerja, tujuan dan

tempat usaha PD. Dharma Jaya. Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor

5 Tahun 1985 disempurnakan kembali dengan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun

2013.

Pada awal pendiriannya, PD. Dharma Jaya merupakan penggabungan dari

3 unsur terkait yaitu :

1. Jawatan Kehewanan DKI Jakarta yang mengelola Rumah Pemotongan

Hewan (RPH) di DKI Jakarta.

2. PN Perhewani Unit Yojana yang bergerak dalam pengelolaan pabrik

corned beef, pabrik kaleng, kamar pendingin, pabrik es, percetakan,

pergudangan, dan perbengkelan.

3. PKD Jaya Niaga dan Niaga Jaya yang mengelola peternakan sapi,

perkebunan dan pergudangan.

Page 81: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

63

Landasan pola pemikiran penggabungan tiga unit usaha tersebut adalah :

1. Meningkatkan efisiensi dan manfaat RPH sebagai sumber keuangan

Pemerintah Daerah DKI Jakarta.

2. Meningkatkan mutu pelayanan umum dengan semakin pesatnya

perkembangan kota Jakarta.

3. Pengelolaan usaha berkaitan dengan produk kehewanan dalam bentuk

perusahaan agar berkembang lebih baik sesuai kebutuhan DKI Jakarta.

Dalam perjalanannya beberapa kegiatan usaha yang tidak efisien

dilikuidasi sehingga kegiatan usaha yang dikelola PD. Dharma Jaya saat ini

adalah:

1. Perdagangan Ternak dan Daging, di Jl. Penggilingan, Cakung, Jakarta

Timur

2. RPH Sapi/Kerbau di Jl. Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur

3. RPH Babi di Jl. Peternakan II, Kapuk, Jakarta Barat

4. RPH Kambing/Domba di Jl. Palad, Pulogadung, Jakarta Timur

5. Jasa Cold Storage di Jl. Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur dan Jl.

Palad, Pulogadung, Jakarta Timur

6. Penggemukan Sapi di Desa Sukawana, Serang, Propinsi Banten

Semenjak awal pendirian sampai dengan tahun 2001, fokus utama

kegiatan usaha PD. Dharma Jaya adalah jasa Rumah Potong Hewan (RPH).

Namun seiring dengan perkembangan iklim usaha, PD. Dharma Jaya merubah

visinya dengan menjadikan sektor perdagangan sebagai bisnis inti (core business),

sedangkan jasa RPH menjadi bisnis penunjang (core competency).

Page 82: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

64

Perusahaan Daerah Dharma Jaya menjalankan kegiatan usaha dengan visi

misi sebagai berikut :

Visi : Menjadi pemasok dan pemasar terkemuka serta sebagai pemimpin pasar

dalam perdagangan dan industri daging di DKI Jakarta.

Misi : Membantu dan menunjang kebijaksanaan umum Pemerintah Daerah

dalam rangka ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, khususnya produk hewani dan petani ternak.

Dengan pengalaman lebih dari 50 tahun, didukung dengan peralatan

produksi line system dan fasilitas yang memadai PD. Dharma Jaya berupaya

memberikan pelayanan terbaik dalam penyediaan ternak potong dan daging

dengan harga terjangkau serta kualitas daging yang aman, sehat, utuh dan halal.

Perusahaan daerah ini menggunakan moto kualitas daging ASUH (Aman, Sehat,

Utuh dan Halal).

4.2.2. Lokasi Perusahaan

Perusahaan Daerah Dharma Jaya berlokasi di Jalan Penggilingan Raya No.

25, RT. 07 RW 08, Kelurahan Penggilingan, Kecamatan Cakung, Kota Jakarta

Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Kompleks PD. Dharma Jaya seluas 12 ha,

dengan fasilitas-fasilitas yang mendukung kegiatan industri perdagangan daging

sapi. Lokasi 12 ha ini terdiri dari gedung kantor, toko daging, area cold storage,

kandang-kandang sapi, Rumah Potong Hewan (RPH), sarana pengelolaan limbah,

area budidaya rumput gajah, dan kantor dinas peternakan.

Page 83: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

65

Gambar 8. Peta Lokasi Perusahaan Daerah Dharma Jaya

Sumber : www.dharmajaya.co.id

4.2.3. Bidang Usaha Perusahaan

Perusahaan daerah Dharma Jaya melaksanakan tugas dan fungsinya dalam

industri perdagangan daging dengan menjalankan sejumlah bidang usaha, yaitu,

perdagangan daging ternak potong, penggemukan sapi potong, jasa penampungan

ternak potong, pengelolaan Rumah Potong Hewan (RPH), pengelolaan angkutan

daging, jasa gudang dingin (cold storage), dan perdagangan kompos. Penjelasan

setiap bidang usaha yang dijalankan oleh PD. Dharma Jaya adalah sebagai

berikut:

1. Perdagangan Daging Ternak Potong

PD. Dharma Jaya menjalankan peran dan fungsinya sebagai pelaksana

perdagangan daging sapi di DKI Jakarta dengan menjalankan bidang usaha

perdagangan daging ternak potong. Daging yang dihasilkan PD. Dharma Jaya

Page 84: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

66

melalui proses produksi yang higienis. PD. Dharma Jaya memberikan jaminan

pada konsumen untuk memperoleh daging yang bermutu (baik lokal maupun

impor) serta dijamin kehalalannya dengan sertifikasi MUI dan daging yang dijual

pun bukanlah daging ilegal.

Mendukung kegiatan perdagangan daging sapi, PD. Dharma Jaya memiliki

toko daging sapi di lokasi kantor PD. Dharma Jaya Cakung, Jakarta Timur. Toko

daging ini menyediakan daging sapi dan ayam beku serta produk olahan yang

halal dan berkualitas.

2. Penggemukan Sapi Potong

Bidang usaha penggemukan Sapi potong PD. Dharma Jaya terletak di

Desa Sukawana, Kecamatan Curug, Serang, Provinsi Banten. Penggemukan sapi

potong ini dibangun pada tahun 1996 dengan luas lahan ± 12 Ha dan dilengkap

dengan fasilitas sebagai berikut :

Kandang Penggemukan = 1.200 ekor (1 modul)

Gudang Pakan = 50 ton

Kandang Terbuka = 600 ekor

Listrik = 66 KVA

Traktor, Mixer, Deepwell = masing-masing 1 unit

Tower Air = kapasitas 5.000 liter

Ground Tank = kapasitas 530 m3

Genset = 100 KVA

Page 85: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

67

3. Jasa Penampungan Ternak Potong

PD. Dharma Jaya menyediakan jasa penampungan ternak potong, untuk

ternak sapi potong dan ayam potong. Jasa penampungan ternak potong ini berbeda

dengan jasa rumah potong hewan, pada jasa ini sapi potong bisa digemukkan

terlebih dahulu sebelum dipotong. Jasa penampungan ternak potong menjadi

tempat hewan sebelum di potong di Rumah Potong Hewan (RPH) atau sebelum

dijual, ayam potong dan sapi potong ditampung terlebih dahulu di kandang PD.

Dharma Jaya sebelum masuk ke Rumah Potong Hewan (RPH)

4. Pengelolaan Rumah Potong Hewan (RPH)

PD. Dharma Jaya menyediakan layanan pemotongan secara Line System

Kelas A standar international, lengkap dengan sarana kandang penampungan

ternak, pasar ternak, industri daging, gudang dingin, sarana angkutan daging dan

fasilitas lainnya.

Berikut adalah Rumah Potong Hewan (RPH) yang dikelola PD. Dharma

Jaya beserta lokasi RPH:

1. RPH Sapi/Kerbau Cakung di Jl. Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur

2. RPH Babi Kapuk di Jl. Peternakan II, Kapuk, Jakarta Barat

3. RPH Kambing /Domba di Jl. Palad, Pulogadung, Jakarta Timur

4. Tempat Penampungan Ayam (TpnA) dan Tempat Pemotongan Ayam

(TPA) di Jl. Palad, Pulogadung, Jakarta Timur

5. Jasa Sewa Kandang di Jl. Raya Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur

Page 86: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

68

5. Pengelolaan Angkutan Daging

PD. Dharma Jaya memiliki armada untuk distribusi pengangkutan daging

dari PD. Dharma Jaya ke konsumen berupa 15 mobil pengangkut daging milik

Dharma Jaya dan 50 mobil pengangkut daging yang masih digunakan dengan

sewa dari pihak lain.

Mobil pengangkut daging ini berupa mobil box yang boxnya berupa coller

pendingin untuk menyimpan daging. Mobil ini menjadi alat transportasi

pendistribusian daging ternak dari PD. Dharma ke semua konsumen, baik Horeca

maupun ke Pasar Jaya.

6. Jasa Gudang Dingin (Cold Storage)

Gudang dingin milik PD. Dharma Jaya terdapat di dua lokasi, yaitu:

1. Jl. Penggilingan, Cakung Jakarta Timur

2. Jl. Palad, Pulogadung, Jakarta Timur

7. Perdagangan Kompos

PD. Dharma Jaya bekerja sama dengan BBTP dalam pengelolaan limbah

padat dan limbah cair,. Pengolahan limbah cair mampu menghasilkan gas methan

280 m3, yang dapat digunakan sebagai bahan bakar genset listrik, yang mampu

mereduksi biaya listrik.

Pengolahan limbah padat dapat memproduksi kompos yang berkualitas

sebanyak 5-6 ton per hari. Bahan baku yang digunakan adalah kotoran sapi,

rumput sisa pakan dan isi rumen. Menggunakan teknologi dan mesin dari Jerman,

PD. Dharma Jaya menghasilkan kompos yang berkualitas. Kompos yang sudah

siap dipasarkan, terlebih dahulu dikemas dengan baik. Kompos ini dapat

Page 87: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

69

digunakan untuk pupuk produk sayuran dan buah yang akan tumbuh segar dan

baik dengan bantuan kompos PD. Dharma Jaya.

4.2.4. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi perusahaan dan tata kerja perusahaan PD. Dharma Jaya

di atur dan dijelaskan dalam Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta Nomor 66 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan

Daerah Dharma Jaya Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Pengaturan

organisasi melalui peraturan gubernur ini dimaksudkan agar diperoleh ketentuan

yang sama dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan sesuai dengan tuntutan

kebutuhan dunia usaha baik secara regional, nasional maupun bisnis global.

Berikut susunan organisasi PD. Dharma Jaya yang disebutkan dalam Pasal

7 Pergub Provinsi DKI Jakarta NO.66 Tahun 2008 :

a. Badan Pengawas ;

b. Direksi terdiri :

1. Direktur Utama

2. Direktur Usaha

3. Direktur Administrasi dan Keuangan

c. Unsur Staf, terdiri dari :

1. Satuan Pengawas Intern

2. Bidang Penelitian dan Pengembangan

3. Bidang Umum

4. Bidang Keuangan

d. Unsur Pelaksana, terdiri dari :

Page 88: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

70

1. Divisi Jasa RPH

2. Divisi Penggemukan Sapi

3. Divisi Produksi

4. Divisi Pemasaran.

Bagan susunan organisasi PD. Dharma Jaya sebagai berikut :

Gambar 9. Susunan Organisasi PD. Dharma Jaya

4.2.5. Fasilitas Perusahaan

Perusahaan Daerah Dharma Jaya menjalankan kegiatan usaha serta

fungsinya sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) provinsi DKI Jakarta

yang bergerak di bidang penampungan ternak potong, pengelolaan rumah potong

hewan dan ternak, penyediaan tempat penyimpanan daging, pendistribusian dan

Bidang

Penelitian &

Pengembangan

Bidang

Umum

Bidang

Keuangan

Bidang

Jasa/Produksi

Divisi

Perdagangan

Sekretaris

Perusahaan

SPI

Direktur Utama

Direktur

Adm/Keuangan

Direktur Usaha

Page 89: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

71

pemasaran daging. PD. Dharma Jaya didukung oleh berbagai fasilitas dalam

menjalankan kegiatan usaha,, antara lain :

a. Rumah Potong Hewan (RPH) Sapi/Kerbau kapasitas 100 ekor/jam

b. Rumah Potong Hewan (RPH) Babi) kapasitas 125 ekor/jam

c. Rumah Potong Hewan (RPH) Kambing/Domba kapasitas 1.100 ekor/hari

d. Tempat Pemotongan Ayam (TPA) kapasitas 30.000 ekor/hari

e. Tempat Penampungan Ayam (TPnA) kapasitas 30.000 ekor

f. Kandang Ternak Sapi/Kerbau kapasitas 1.200 ekor

g. Penggemukan Sapi (Feedlot) kapasitas 1.200 ekor

h. Gudang Dingin (Cold Storage) kapasitas 850 ton

i. Ruang Pembekuan Daging (Blast Freezer) kapasitas 2,5 ton/hari

j. Pengelolaan Limbah Padat (Kompos) kapasitas 5 ton/hari

k. Pengelolaan Limbah Cair kapasitas 100-300 m3/hari

Tidak hanya didukung dengan fasilitas yang mumpuni, Perusahaan Daerah

Dharma Jaya juga didukung dengan ijin dan sertifikasi dari Majelis Ulama

Indonesia (MUI), Pemprov DKI Jakarta dan Dinas Peternakan, Perikanan dan

Kelautan Provinsi DKI Jakarta, di antaranya :

a. Fatwa MUI tentang penyembelihan secara mekanisme di RPH

Sapi/Kerbau di Cakung, tertanggal 23 Oktober 1976

b. Sertifikasi Halal MUI untuk RPH Sapi/Kerbau Cakung

c. Nomor Kontrol Veteriner (NKV) RPH Sapi/Kerbau

d. Sertifikasi Halal MUI untuk RPH Kambing Pulogadung

e. Sertifikasi Halal MUI untuk RPH Unggas Pulogadung

Page 90: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

72

f. Surat izin tempat penyimpanan/penampungan daging. Dinas Peternakan,

Perikanan dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta.

Page 91: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

73

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Tataniaga Daging Sapi di DKI Jakarta

5.1.1. Sistem Tataniaga Daging Sapi di DKI Jakarta

Tataniaga merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub-sub sistem fungsi-

fungsi tataniaga yaitu fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas. Fungsi-fungsi ini

merupakan aktvitas bisnis atau kegiatan produktif dalam mengalirnya produk atau

jasa pertanian dari petani produsen sampai konsumen akhir (Asmarantaka, 2012:

4).

Sistem tataniaga daging sapi adalah sistem yang mengalirkan daging sapi

dari peternak sampai kepada konsumen akhir. Daging sapi di DKI Jakarta dalam

jangkauan distribusi PD. Dharma Jaya melalui sistem tataniaga, dapat dilihat pada

gambar 9, sistem tataniaga daging sapi di DKI Jakarta.

Sistem Tataniaga daging sapi DKI Jakarta diawali dengan perencanaan

kebutuhan pangan yang dilaksanakan antara dinas peternakan, perikanan dan

kelautan DKI Jakarta dengan PD. Dharma Jaya selaku BUMD ternak DKI Jakarta.

Hasil perencanaan ini ditindaklanjuti menjadi permintaan pasokan yang

bersumber dari lokal dan impor. Sapi lokal didapatkan dari kerjasama antar

pemerintahan provisi DKI Jakarta dan Nusa Tenggara Timur. Peternak lokal di

NTT mengumpulkan sapi ke pengumpul yang dikoordinir oleh pemerintah

provinsi, lalu dikirim menggunakan kapal ternak ke Jakarta.

Page 92: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

74

Selanjutnya yang penulis bahas dalam penelitian ini adalah tataniaga

penjualan daging sapi, Dharma Jaya menjual dalam bentuk daging sapi hanyalah

daging sapi beku yang didapatkan dari impor, dikarenakan pasokan sapi lokal

belum mampu memenuhi kebutuhan daging sapi DKI Jakarta. Sapi hidup lokal

saat ini hanya dialokasikan untuk penjualan sapi hidup oleh Dharma Jaya.

Hasil perencanaan kebutuhan pangan menjadi bahan acuan Dharma Jaya

melakukan impor daging sapi, mengajukan angka permintaan daging sapi ke

peternak di Australia dan New Zealand. Daging sapi yang masuk ke Dharma Jaya

dalam keadaan beku dan diantarkan dengan angkutan yang mampu menjaga

kebekuan daging, agar tetap baik kualitasnya. Setelah itu, daging di simpan dalam

fasilitas Cold Storage yang ada dalam kawasan PD. Dharma Jaya. Selanjutnya

dilakukan pengkarkasan daging yang diterima, dipotong menjadi ukuran 1 kg per

kemasan. Daging ukuran 1 kg dikemas dengan baik dan siap untuk didistribusikan

ke lembaga tataniaga lainnya.

Lembaga tataniaga terkait membentuk saluran tataniaga, daging sapi di

DKI Jakarta memiliki 9 saluran tataniaga yang akan dibahas pada subbab

selanjutnya.

Page 93: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

75

Gambar 10. Sistem Tataniaga Daging Sapi di DKI Jakarta

Perencanaan

Kebutuhan Pangan

Daging Sapi DKI

Jakarta

B to B PD. Dharma

Jaya

Impor

Daging Sapi Penyimpanan

karkas dalam

Cold Storage

Proses pemotongan

sesuai bagian

daging sapi

DAGING SAPI

C

Page 94: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

76

5.1.2 Analisis Saluran Tataniaga Daging Sapi di DKI Jakarta

Saluran tataniaga merupakan serangkaian organisasi yang merupakan

penghubung antara peternak lokal dan peternak impor sebagai produsen dengan

konsumen sebagai penerima produk akhir yang terdiri dari berbagai lembaga

perantara. Saluran tataniaga sangat berpengaruh dalam menentukan margin

tataniaga, biaya pemasaran, dan keuntungan yang diterima setiap lembaga

tataniaga.

Saluran tataniaga daging sapi di DKI Jakarta yang didistribusikan dari PD.

Dharma Jaya sampai ke konsumen melalui beberapa lembaga tataniaga, yaitu

peternak impor, PD. Dharma Jaya, PD. Pasar Jaya, distributor dan subdistributor.

PD. Dharma Jaya untuk memenuhi kebutuhan daging sapi mendapatkan

pasokan daging dari sumber impor, yaitu dari peternak Austalia dan New Zealand.

Pasokan daging sapi impor didapatkan dari dua sumber, yaitu langsung dari

Australia dengan melakukan impor dengan wewenangnya dan dari importir yang

telah bermitra dengan PD. Dharma Jaya. PD. Dharma Jaya mengambil daging

sapi dari importir hanya jika jumlah daging sapi impor yang sudah masuk ke

Dharma Jaya kurang jumlahnya dalam memenuhi permintaan konsumen. Jika

daging sapi yang diimpor langsung cukup, maka Dharma Jaya tidak melakukan

pembelian daging sapi dari importir.

PD. Dharma Jaya adalah perusahaan umum daerah DKI Jakarta yang

bertugas menjaga stok dan harga daging sapi di DKI Jakarta, dalam menjalankan

tugasnya ini, Dharma Jaya mempunyai kewenangan untuk impor daging mandiri,

baik dari Australia atau New Zealand. Hal ini disebutkan dalam kebijakan

Page 95: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

77

pemerintah pada Permendag No.59/M-DAG/PER/8/2016 tentang ketentuan

ekspor dan impor hewan ternak, disebutkan dalam pasal 8 ayat 1, bahwa impor

hewan dan produk hewan sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan

Menteri ini hanya dapat dilakukan oleh perusahaan pemilik API, BUMN dan

BUMD.

Selain itu, PD. Dharma Jaya termasuk dari tiga BUMD DKI Jakarta yang

berada dalam penugasan pemerintah provinsi DKI Jakarta terkait pelayanan

pangan bersubsidi, dengan peraturan gubernur DKI Jakarta nomor 6 tahun 2018

tentang penyediaan dan pendistribusian pangan dengan harga murah bagi

masyarakat tertentu. Dijelaskan dalam peraturan gubernur ini, bahwa pemerintah

daerah menugaskan PD. Dharma Jaya dan PT. Food Station Tjipinang Jaya dalam

penyediaan dan pendistribusian pangan yang bermutu dengan harga yang murah

bagi masyarakat tertentu. Dharma Jaya menyediakan pangan meliputi daging sapi,

ayam, dan ikan. Dalam penyediaan pangan ini, Dharma Jaya sepenuhnya

melakukan impor daging sapi, untuk didistribusikan ke 72 titik penjualan pangan

murah di DKI Jakarta.

Berikut skema saluran tataniaga daging sapi di DKI Jakarta, dapat dilihat

di gambar 11 :

Page 96: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

78

PD. PASAR JAYA (Pergub no 208 Th 2017)

DISTRIBUTOR

HORECA

(Hotel,

Restaurant,

Catering)

SUBDISTRIBUTOR

SUBDISTRIBUTOR

DISTRIBUTOR

DISTRIBUTOR SUBDISTRIBUTOR

SUBDISTRIBUTOR

Konsumen

Perseorangan

PD DHARMA

JAYA

PETERNAK

LUAR NEGERI

(Australia,

New zealand)

Daging Impor

(PERGUB DKI

Jakarta No 6 tahun

2018 )

DISTRIBUTOR

Gambar 11. Saluran Tataniaga Daging Sapi di DKI Jakarta

Page 97: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

79

Maka berdasarkan skema tersebut, saluran tataniaga daging sapi di DKI Jakarta

adalah sebagai berikut :

1. Saluran 1 : Dharma Jaya – Konsumen

2. Saluran 2 : Dharma Jaya – Pasar Jaya - Konsumen

3. Saluran 3 : Dharma Jaya – Distributor - Konsumen

4. Saluran 4 : Dharma Jaya – Distributor – Subdistributor - Konsumen

5. Saluran 5 : Dharma Jaya – Subdistributor - Konsumen

6. Saluran 6 : Dharma Jaya – HORECA

7. Saluran 7 : Dharma Jaya – Distributor - HORECA

8. Saluran 8 : Dharma Jaya – Distributor – Subdistributor - HORECA

9. Saluran 9 : Dharma Jaya – Subdistributor - HORECA

5.1.2. Saluran Tataniaga 1

Saluran tataniaga 1 adalah saluran terpendek, sama dengan saluran 6,

karena konsumen langsung membeli daging sapi ke Dharma Jaya. Pada saluran

tataniaga 1 ini konsumen yang dimaksud adalah konsumen individu. Setiap

masyarakat bisa membeli daging sapi beku langsung ke Dharma Jaya, di DJ

Meatshop yang berada dalam kawasan Dharma Jaya Cakung.

DJ Meatshop menyajikan semua jenis daging dengan ukuran ecer, dalam

kemasan 1 kg, yaitu daging paha belakang, paha depan, hati sapi, bagian sengkel

(shank), bahan 90 dan 95 CL dan iga sapi, beberapa jenis juga disajikan dalam

kemasan setengah kilo, seperti daging giling, daging sop dan daging semur. Selain

daging sapi dan hasil ikutannya, DJ Meatshop juga menyajikan hasil olahan

Page 98: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

80

daging sapi, seperti bakso, sosis, nugget dan lainnya. DJ meatshop buka setiap

hari kerja pada pukul 08.00-16.00.

5.1.3. Saluran Tataniaga 2

Saluran tataniaga 2 adalah kolaborasi dua BUMD DKI Jakarta, dalam

menjalankan visi pemerintah DKI Jakarta di bidang pangan, yaitu untuk

mengendalikan harga dan stok bahan pangan di DKI Jakarta.

Pada saluran ini, jenis daging sapi yang dijual hanya paha belakang dan

bahan 90 95 CL (biasa disebut daging sop). Paha belakang biasa dijual pada

program daging murah bersubsidi, yang dijual setiap hari. Dalam satu hari,

Dharma Jaya setiap pagi mengantarkan daging sapi ke 73 outlet PD. Pasar Jaya,

sebanyak 180 ton daging sapi setiap bulannya didistribusikan ke seluruh

masyarakat DKI Jakarta. Harga daging sapi yang dijual sebesar Rp.35.000,-,

dengan subsidi harga dari pemerintah sebesar Rp.50.000,- per kilogram.

Bagian daging sop (bahan 90 dan 95 CL), PD. Pasar Jaya menjual daging

sapi ke masyarakat DKI Jakarta di 40 titik pasar PD. Pasar Jaya dengan harga

Rp.80.000,- per kilogram.

5.1.4. Saluran Tataniaga 3

Saluran tataniaga 3 memiliki kesamaan dengan saluran tataniaga 2, dari

jumlah lembaga dan panjangnya rantai tataniaga. PD. Dharma Jaya dalam menjual

daging sapi dan hasil ikutannya ke distributor, tentu dengan harga yang lebih

murah dibandingkan dengan harga jual ke konsumen individu ataupun ke

subdistributor. Distributor juga membeli daging sapi dan hasil ikutannya di

Page 99: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

81

Dharma Jaya dalam jumlah yang besar. Jumlah minimal pembelian distributor

adalah sebanyak 1 ton daging sapi dalam 1 kali transaksi.

Konsumen membeli daging sapi dari distributor bisa di kantor distributor

atau di outlet masing-masing distributor yang berlokasi di sekitar tempat

bermukim masyarakat di wilayah DKI Jakarta.

5.1.5. Saluran Tataniaga 4

Saluran tataniaga 4, adalah saluran tataniaga yang terpanjang untuk

konsumen individu. Pada saluran ini semua jenis daging sapi yang dijual PD.

Dharma Jaya juga masuk ke subdistributor. PD. Dharma Jaya menjual daging sapi

kepada distributor dengan kuantitas dan harga yang sama. Kemudian distributor

menjual daging sapi ke subdistributor dengan harga yang lebih murah

dibandingkan harga jual distributor ke konsumen individu. Hal ini dikarenakan

jumlah pembelian subdistributor ke distributor lebih banyak dibandingkan jumlah

pembelian konsumen individu ke distributor.

Subdistributor menjual kepada konsumen langsung dalam ukuran ecer

untuk semua bagian daging sapi. Penjualan dilakukan di toko-toko daging milik

subdistributor yang lokasinya di area sekitar pemukiman masyarakat DKI.

5.1.6. Saluran Tataniaga 5

Saluran tataniaga 5, adalah saluran tataniaga dimana subdistributor

membeli langsung daging sapi ke Dharma Jaya, dengan jumlah di bawah 1 ton

daging sapi, namun di atas 100 kg daging sapi.

Tentu harga yang didapatkan subdistributor juga lebih kecil dibandingkan

jika membelinya ke distributor, tetapi harga jual subdistributor ke konsumen

Page 100: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

82

individu sama dengan daging yang dibeli dari distributor. Pada saluran ini

konsumen bisa membeli daging sapi langsung ke toko daging subdistributor yang

lokasinya tersebar di seluruh wilayah DKI Jakarta.

5.1.7. Saluran Tataniaga 6

Saluran tataniaga 6 adalah saluran tataniaga yang panjang rantai

tataniaganya sama dengan saluran tataniaga 1. Lembaga yang ada dalam saluran

ini adalah Dharma Jaya. Saluran ini adalah saluran terpendek dengan konsumen

grosir, yaitu Hotel, Restoran dan Katering.

Hotel, restoran dan catering pada umumnya membeli daging dengan

jumlah yang lebih banyak dibandingkan konsumen individu, kurang lebih berkisar

antara 10-100 kg daging dalam satu kali transaksi. HORECA bisa membeli daging

sapi langsung ke PD. Dharma Jaya melalui divisi perdagangan yang berkantor di

kawasan PD. Dharma Jaya Cakung, tepatnya di sebelah DJ Meatshop.

5.1.8. Saluran Tataniaga 7

Saluran tataniaga 7 adalah saluran yang rantai tataniaganya sama dengan

saluran tataniaga 3, yang lembaga tataniaganya terdiri dari Dharma Jaya-

Distributor-HORECA. Dharma Jaya memasok jumlah daging sapi ke distributor

dalam jumlah yang besar, yaitu minimal 1 ton dalam satu kali transaksi. Setelah

itu, distributor menjual kembali daging sapi ke konsumen, bukan hanya konsumen

individu, tetapi juga konsumen grosir, yaitu hotel, restoran dan katering.

HORECA membeli daging sapi dari Distributor biasanya langsung datang

ke kantor distributor, baik yang menyewa kantor di kasawan Dharma Jaya

Page 101: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

83

ataupun di luar kawasan Dharma Jaya. HORECA juga bisa memesan daging sapi

melalui telefon dan daging di antar ke alamat HORECA yang bersangkutan.

5.1.9. Saluran Tataniaga 8

Saluran tataniaga 8 adalah saluran yang rantai tataniaganya sama dengan

saluran tataniaga 4, yang lembaga tataniaganya terdiri dari Dharma Jaya-

Distributor-subdistributor-HORECA.

Dharma Jaya memasok jumlah daging sapi ke distributor dalam jumlah

yang besar, yaitu minimal 1 ton dalam satu kali transaksi. Setelah itu, distributor

menjual kembali daging sapi ke subdistributor. Subdistributor membeli daging

sapi dari distributor dengan tanpa jumlah minimal pembelian. Tentu harga yang

didapatkan subdistributor lebih tinggi bila membeli daging sapi dari distributor

dibandingkan langsung membeli ke PD. Dharma Jaya. Akan tetapi subdistributor

kadang membutuh penambahan stok daging sapi dari beberapa distributor.

Subdistributor juga melayani konsumen grosir, yaitu hotel, restoran dan

katering. Biasanya subdistributor lebih banyak melayani rumah makan kecil, atau

industri rumah tangga, seperti pembuatan bakso atau sosis rumahan. HORECA

membeli daging sapi dari subdistributor biasanya langsung datang ke toko toko

daging subdistributor, yang berlokasi di sekitar wilayah pemukiman masyarakat

DKI.

5.1.10. Saluran Tataniaga 9

Saluran tataniaga 9 memiliki rantai tataniaga yang sama dengan saluran

tataniaga 5. Perbedaannya adalah pada konsumennya, yang terdiri dari konsumen

grosir, yaitu hotel, restoran dan katering.

Page 102: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

84

Saluran tataniaga 9, sebenarnya sama dengan rantai tataniaga 8, akan

tetapi di saluran tataniaga ini tidak ada lembaga distributor, subdistributor

membeli langsung daging dari PD. Dharma Jaya.

5.2. Analisis Peran dan Fungsi PD. Dharma Jaya sebagai Badan Usaha

Milik Daerah

Perusahaan daerah adalah perusahaan yang didirikan oleh pemerintah daerah

yang modalnya sebagian besar atau seluruhnya adalah milik pemerintah daerah

(Manullang, 2013). Perusahaan Daerah Dharma Jaya adalah BUMD milik

Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, yang memang didirikan dan

modalnya sebagian besar adalah milik pemerintahan Provinsi DKI Jakarta.

PD Dharma Jaya sebagai BUMD DKI Jakarta dalam bidang industri

perdagangan ternak dan daging, menjalankan beberapa peran penting dalam

perdagangan daging sapi di DKI Jakarta. Peran dan Fungsi Perusahaan disebutkan

dan dijelaskan dalam Perda Nomor 5 Tahun 1985 tentang perusahaan daerah

Dharma Jaya Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Peraturan Gubernur Nomor 66

Tahun 2008 tentang organisasi dan tatakerja Perusahaan Daerah Dharma Jaya.

Perannya antara lain :

1. Pelaksana perdagangan industri daging dan ternak DKI Jakarta

PD. Dharma Jaya menjalankan beberapa fungsi, berdasarkan peraturan

daerah provinsi DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 1985 dan peraturan gubernur Nomor

66 Tahun 2008. Fungsi tersebut adalah:

a. Melaksanakan fungsi perdagangan ternak dan daging termasuk hasil

ikutannya serta produk yang berhubungan dengan daging dan ternak

Page 103: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

85

b. Melaksanakan pemasaran dan distribusi daging dan ternak serta hasil

ikutannya.

Dalam peraturan daerah No.5 Tahun 1985 pasal 5 disebutkan usaha yang

dijalankan oleh PD. Dharma Jaya, diperjelas dalam Peraturan Gubernur No. 66

Tahun 2008 pasal 6, bahwa usaha yang dijalankan oleh PD. Dharma Jaya

meliputi:

a. perdagangan ternak dan daging termasuk hasil ikutannya serta produk

yang berhubungan dengan daging dan ternak;

b. pemasaran dan distribusi daging dan ternak serta hasil ikutannya;

c. mengelola penggemukan sapi; dan

d. mengelola usaha sah lainnya yang ditetapkan Gubernur Provinsi DKI

Jakarta

Berdasarkan beberapa hal yang disebutkan dalam peraturan gubernur

tersebut dan hasil wawancara dengan kepala departemen penelitian dan

pengembangan PD. Dharma Jaya, dapat dilihat bahwa PD. Dharma Jaya memiliki

peran sebagai pelaksana perdagangan industri daging sapi di DKI Jakarta.

Pada poin (a), disebutkan PD. Dharma Jaya menjalankan usaha

perdagangan ternak dan daging termasuk hasil ikutannya. Usaha yang

dimaksudkan pada poin ini adalah PD. Dharma Jaya melaksanakan usaha jual beli

ternak (Sapi, Babi dan Ayam) dalam keadaan hidup dan jual beli daging ternak

yang sudah siap konsumsi.

PD. Dharma Jaya juga menjual hasil ikutan daging, yakni jeroan, babat,

ati, ampela, ginjal, limpa, kepala, kaki, buntut. Penjualan hasil ikutannnya ini

Page 104: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

86

bukan di toko daging yang sudah tersedia di areal kompleks PD. Dharma Jaya.

Konsumennya adalah para pemborong hasil ikutannya yang memang selalu

membeli hasil ikutan daging secara berkala kepada PD. Dharma Jaya.

Pada poin (b) disebutkan PD. Dharma Jaya melaksanakan usaha

pemasaran dan distribusi daging dan ternak. Usaha yang dimaksudkan di sini

adalah pengangkutan daging dan ternak dari daerah pemasok sapi ke PD. Dharma

Jaya dan dari PD. Dharma Jaya kepada konsumen yang ada di wilayah DKI

Jakarta. PD. Dharma Jaya juga menjalankan jasa pengangkutan ternak dan daging

untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Penjualan dan pengangkutan ternak akan

bertambah kuantitasnya ketika mendekati hari raya idul adha.

Pada poin (c) disebutkan PD. Dharma Jaya melaksanakan usaha

penggemukan sapi. Bidang usaha penggemukan Sapi potong PD. Dharma Jaya

terletak di Desa Sukawana, Kecamatan Curug, Serang, Provinsi Banten.

Penggemukan sapi potong ini dibangun pada tahun 1996 dengan luas lahan ± 12

Ha dan dilengkap dengan fasilitas yang memadai, yaitu kandang penggemukan

dengan muatan 1.200 ekor sapi, gudang pakan dengan volume 50 ton, kandang

terbuka dengan muatan 600 ekor sapi, listrik, traktor, mixer, deepwell, tower air,

ground tank dan genset.

Penggemukan sapi ini bukan hanya melaksanakan penggemukan sapi

milik PD. Dharma Jaya, tetapi juga sebagai usaha jasa penggemukan bagi

pengusaha daging dan ternak yang ada di Jakarta. Fasilitas kandang dan

perawatan sapi diberikan oleh PD. Dharma Jaya untuk pengguna yang menitipkan

Page 105: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

87

sapinya untuk digemukkan. Pembayaran dan kesepakatan lainnya diatur kemudian

antara pengguna jasa dengan divisi perdagangan PD. Dharma Jaya.

Pada poin (d), disebutkan bahwa PD. Dharma Jaya mengelola usaha sah

lainnya yang ditetapkan Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Usaha sah lainnya yang

dimaksudkan di sini adalah program-program usaha yang ditugaskan oleh

gubernur yang berhubungan dengan ternak dan daging, yang tujuannya untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Contohnya, penjualan daging sapi untuk

pengguna KJP (Kartu Jakarta Pintar) dengan harga Rp.35.000 per kilogram.

Daging untuk KJP ini didistribusikan oleh PD. Dharma Jaya dalam satu hari ke 73

titik di PD. Pasar Jaya yang tersebar di seluruh wilayah di DKI Jakarta.

2. Penyedia pasokan daging dan ternak untuk wilayah DKI Jakarta

Pada peran ini PD. Dharma Jaya menjalankan beberapa fungsi, fungsi-

fungsi dijalankan berdasarkan pada yang tertulis dalam peraturan daerah provinsi

DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 1985 dan peraturan gubernur Nomor 66 Tahun 2008.

Fungsi tersebut adalah:

a. Membantu dan menunjang kebijaksanaan umum pemerintah dalam rangka

ketahanan pangan.

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khusus produk hewani dan

petani ternak

c. Pemasok dan pengadaan daging maupun ternak untuk menjamin

ketahanan pangan khususnya pada hari-hari besar di provinsi DKI Jakarta.

Pada peraturan daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 1985 pasal 5,

disebutkan bahwa perusahaan daerah Dharma Jaya bertujuan membantu dan

Page 106: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

88

menunjang kebijakan umum pemerintah daerah dalam rangka ketahanan pangan

dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khusus produk hewani dan petani

ternak.

Fungsi (a) dan (b) pada peran ini dijalankan PD. Dharma Jaya berdasarkan

pada apa yang ada di perda tersebut. Realisasi yang dijalankan oleh PD. Dharma

Jaya pada peran ini adalah PD. Dharma Jaya membantu dan menunjang kebijakan

pemerintah daerah dalam rangka ketahanan pangan dengan cara menjaga stok

daging sapi dan mengendalikan harga daging sapi untuk masyarakat DKI Jakarta.

Fungsi meningkatkan kesejahteraan masyarakat terealisasi oleh PD. Dharma Jaya

ketika masyarakat DKI Jakarta sudah bisa mengkonsumsi daging sapi setiap

waktu karena stok yang tersedia, dan ketika masyarakat mampu membeli daging

sapi dengan terjangkau karena harga yang terkendali oleh PD. Dharma Jaya.

Pemerintah provinsi DKI Jakarta menjaga ketahanan pangan dengan

mengkolaborasikan tiga BUMD di bidang pangan, yaitu PD. Dharma Jaya, PT.

Food Station Tjipinang Jaya dan PD. Pasar Jaya. PD. Dharma Jaya bertugas untuk

menjaga kestabilan stok dan harga daging, baik daging sapi maupun daging ayam,

bertugas dalam hal pengadaan dan pengangkutan daging kepada PD. Pasar Jaya.

PT. Food Station bertugas untuk mengendalikan stok dan harga beras, juga

mengadakan telur yang akan dipasarkan oleh PD. Pasar Jaya untuk masyarakat

DKI Jakarta. PD. Pasar Jaya bertugas untuk memasarkan produk yang diadakan

oleh PD. Dharma Jaya dan PT. Food Station. Produk pangan ini akan diteruskan

oleh PD. Pasar Jaya kepada para pedagang di 73 titik pasar di seluruh wilayah

DKI Jakarta, agar mudah diakses oleh masyarakat DKI Jakarta. Produk-produk

Page 107: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

89

pangan ini dikendalikan oleh pemerintah DKI Jakarta karena produk tersebut

memiliki fluktuasi harga dan stok yang cukup tinggi dan merupakan produk

strategis.

Untuk memenuhi kesejahteraan petani ternak, PD. Dharma Jaya

menjalankan fungsi dengan menjadi pasar bagi para peternak lokal untuk menjual

sapi mereka. Saat ini DKI Jakarta sebagai daerah konsumen daging sapi terbesar,

mendapatkan pasokan daging sapi lebih besar dari impor dibandingkan dari lokal.

Sapi lokal juga didapatkan bukan dari daerah sendiri, melainkan dari daerah

daerah pemasok sapi, seperti Jawa Timur, NTT, Bali dan lainnya. PD. Dharma

Jaya saat ini membangun relasi dan kerjasama dengan petani ternak di daerah-

daerah tersebut. Petani ternak memiliki tenaga kerja, lahan, dan ternak, dibantu

peningkatan kualitas oleh PD. Dharma Jaya dengan bantuan edukasi ternak,

menajemen peternakannya. Namun ada kesepakatan agar hasil produksi petani

ternak tersebut dialokasikan untuk pasokan sapi DKI Jakarta. Hal ini bisa menjadi

kepastian pasar untuk petani ternak.

Pada peraturan gubernur nomor 66 Tahun 2008 pasal 6, tertulis bahwa

salah satu usaha yang dilakukan PD. Dharma Jaya adalah pengadaan daging dan

ternak untuk menjamin ketahanan pangan khususnya pada hari-hari besar di

Provinsi DKI Jakarta. Fungsi poin (c) dilaksanakan PD. Dharma Jaya sebagai

tujuan utama BUMD ini, yaitu menjaga stok daging sapi untuk kebutuhan

masyarakat DKI Jakarta.

Page 108: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

90

3. Pengelola alat produksi dan usaha daging ternak serta hasil ikutannya

Pada peran ini PD. Dharma Jaya menjalankan beberapa fungsi, fungsi-

fungsi dijalankan berdasarkan pada yang tertulis dalam peraturan daerah provinsi

DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 1985 dan peraturan gubernur Nomor 66 Tahun 2008.

Fungsi tersebut adalah:

a. Mengelola usaha penyedia ternak potong, pemotongan ternak,

pengangkutan dan pendistribusian, penyimpanan serta pengolahan daging

dan hasil lainnya. Serta sebagai pengelola RPH, penggemukan sapi dan

tempat penampungan ternak.

b. Mengelola alat produksi dan fasilitas lainnya dengan memperhatikan

prinsip-prinsip perusahaan yang hasilnya mampu mendapatkan

keuntungan yang sebagian digunakan untuk sumber pendapatan asli daerah

dan pengembangan perusahaan serta sebagai pelaku perekonomian daerah.

Peraturan gubernur Nomor 66 Tahun 2008 tentang organisasi dan tatakerja

perusahaan daerah Dharma Jaya menyebutkan dalam pasal 6 usaha-usaha yang

dilakukan oleh PD. Dharma Jaya, antara lain perdagangan ternak dan daging,

distribusi daging dan ternak, mengelola Rumah Potong Hewan (RPH) dan tempat

penampungan ternak, mengelola penggemukan sapi dan mengelola usaha sah

lainnya yang ditetapkan Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Fungsi (a) dalam peran

ini dijalankan PD. Dharma Jaya berdasarkan pada pasal di peraturan gubernur

tersebut.

PD. Dharma Jaya mengelola usaha perdagangan, usaha pemotongan serta

distribusi ternak dan daging seperti pada peran No. 1 PD. Dharma Jaya, yaitu

Page 109: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

91

sebagai pelaksana perdagangan industri daging dan ternak DKI Jakarta.

Pengelolaan penyimpanan daging PD. Dharma Jaya menggunakan gudang dingin

(Cold Storage). Gudang dingin yang dikelola mampu menyimpan daging sapi

hingga 850 ton. Gudang dingin ini berbentuk kamar-kamar pendingin yang diisi

oleh daging daging milik PD. Dharma Jaya dan juga milik perseorangan. PD.

Dharma Jaya menyewakan beberapa kamar pendingin untuk para pengusaha

daging yang membutuhkan jasa ini. Kamar pendingin disewa oleh pengguna

dalam keadaan siap untuk menyimpan daging sapi. Pengguna membayar biaya

sewa per bulan kepada PD. Dharma Jaya dan mendapatkan kunci kamar

penyimpanan. Kamar penyimpanan dapat diakses langsung oleh pengguna pada

waktu operasional PD. Dharma Jaya. Gudang dingin ini sudah memiliki surat izin

dari Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta.

Rumah Potong Hewan (RPH) di Dharma Jaya bukan hanya untuk

memotong hewan milik Dharma Jaya, melainkan juga tersedia jasa potong hewan

milik masyarakat dan swasta di PD. Dharma Jaya. Masyarakat yang ingin

memotong ternaknya di RPH bisa menggunakan jasa potong hewan RPH PD.

Dharma Jaya. RPH PD. Dharma Jaya terjamin kebersihan dan perawatannya, serta

dilengkapi dengan sertfikasi halal Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan memiliki

Nomor Kontrol Veteriner (NKV).

Pada peraturan gubernur yang sama, di pasal 4 disebutkan bahwa salah

satu tujuan perusahaan daerah Dharma Jaya adalah mengelola alat produksi dan

fasilitas lainnya dengan memperhatikan prinsip-prinsip perusahaan yang hasilnya

mampu mendapatkan keuntungan yang sebagian digunakan untuk sumber

Page 110: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

92

pendapatan asli daerah dan pengembangan perusahaan serta sebagai pelaku

perekonomian daerah. Fungsi (b) dijalankan berdasarkan peraturan gubernur ini.

PD. Dharma Jaya dalam menjalankan kegiatan perdagangan industri

daging dan ternak didukung dengan alat produksi dan fasilitas lainnya. Fasilitas-

fasilitas tersebut antara lain adalah Rumah Potong Hewan (RPH) sapi, Rumah

Potong Hewan (RPH) babi, Rumah Potong Hewan (RPH) kambing atau domba,

Tempat Pemotongan Ayam (TPA), kandang sapi, penggemukan sapi, gudang

dingin, ruang pembekuan daging, pengelolaan limbah padat, pengelolaan limbah

cair, sertifikasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan surat izin tempat

penyimpanan atau penampungan daging Dinas Peternakan, Perikanan dan

Kelautan Provinsi DKI Jakarta. Semua fasilitas ini digunakan dan diolah oleh PD.

Dharma Jaya untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan dari usaha tersebut

sebagian akan digunakan untuk sumber pendapatan asli daerah dan sebagian

lainnya digunakan untuk mengembangkan perusahaan.

4. Pemberi informasi harga daging DKI Jakarta

PD. Dharma Jaya menjalankan peran dan fungsinya dalam industri

perdagangan daging dan ternak sebagai pemimpin pasar dan juga sebagai pusat

informasi harga daging dan ternak di wilayah Provinsi DKI Jakarta.

PD. Dharma Jaya sebagai Badan Usaha Milik Daerah di bidang industri

perdagangan daging sapi di wilayah DKI Jakarta, menjalankan visi perusahaan

untuk menjadi pemasok dan pemasar terkemuka serta sebagai pemimpin pasar

dalam perdagangan dan industri daging di DKI Jakarta. Dharma Jaya saat ini

sudah memenuhi kebutuhan daging sapi di DKI Jakarta kurang lebih sebanyak

Page 111: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

93

50%. Melihat begitu besarnya kebutuhan daging sapi di DKI Jakarta, maka hal ini

terbilang pencapaian besar. PD. Dharma Jaya terus berupaya dan menjalankan

program guna menjadi pemimpin pasar dalam industri daging sapi di DKI Jakarta.

Hal ini tentu saja juga guna menjalankan tugas perusahaan untuk mengendalikan

stok dan harga daging sapi di DKI Jakarta.

PD. Dharma Jaya juga menjadi tolok ukur dalam penentuan harga daging

sapi di pasar. Meskipun tidak sepenuhnya harga daging di pasar dikendalikan oleh

PD. Dharma Jaya, akan tetapi ada kontrol yang dilakukan pihak Dharma Jaya

kepada pasar jika harga yang bergerak di pasar terlalu tinggi. PD. Dharma Jaya

juga memberikan informasi harga daging sapi kepada masyarakat DKI Jakarta

melalui website resmi PD. Dharma Jaya, yaitu di www.dharmajaya.co.id yang

bisa diakses oleh seluruh rakyat Jakarta setiap waktu. Informasi harga ini diupdate

setiap hari, mengikuti naik turunnya harga daging sapi di pasar.

5.3. Analisis Fungsi Lembaga Tataniaga Daging Sapi DKI Jakarta

Tataniaga merupakan suatu proses daripada pertukaran yang mencakup

serangkaian kegiatan yang tertuju untuk memindahkan barang-barang atau jasa-

jasa dari sektor produksi ke sektor konsumsi. Kegiatan-kegiatan ini disebut fungsi

tataniaga (Hanafiah dan Saefudin, 7: 2006).

Fungsi tataniaga ini bekerja melalui lembaga tataniaga atau struktur

tataniaga. Lembaga tataniaga daging sapi DKI Jakarta dalam penelitian ini

meliputi, badan usaha milik daerah dan pelaku pasar. Produsen daging sapi adalah

peternak lokal dan peternak Australia. PD. Dharma Jaya sebagai badan usaha

milik daerah yang menjalankan peran dan fungsinya untuk mengendalikan stok

Page 112: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

94

dan harga daging sapi di DKI Jakarta. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

untuk daging sapi, dapat diindentifikasi bahwa terdapat 5 lembaga tataniaga

daging sapi di DKI Jakarta, yaitu :

1. Peternak Australia, merupakan produsen daging sapi dari luar negeri, PD.

Dharma Jaya melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan pasokan daging

sapi di DKI Jakarta dari Australia.

2. PD. Dharma Jaya, merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam

bidang industri perdagangan ternak dan daging sapi

3. PD. Pasar Jaya, merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang

bertugas memasarkan dan menyalurkan daging sapi kepada masyarakat DKI

Jakarta.

4. Distributor, merupakan pelaku industri daging sapi, yang melakukan

pembelian daging sapi dari PD. Dharma Jaya minimal 1 ton daging sapi.

Distributor adalah salah satu lembaga yang ada dalam tataniaga daging sapi.

5. Subdistributor, merupakan pelaku industri daging sapi, yang melakukan

pembelian daging sapi dari PD. Dharma Jaya dengan jumlah kurang dari 1 ton

daging sapi hingga 100 kg. Subdistributor juga melakukan pembelian daging

sapi dari distributor. Subdistributor adalah salah satu lembaga yang ada dalam

tataniaga daging sapi.

Page 113: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

95

Tabel 6. Fungsi-Fungsi Lembaga Tataniaga Daging Sapi di DKI Jakarta

Fungsi Aktivitas

Lembaga Tataniaga

Peternak

Luar

Negeri

PD.

Dharma

Jaya

PD.

Pasar

Jaya

Distributor Subdis

Pertukaran Penjualan √ √ √ √ √

Pembelian - √ √ √ √

Fisik Penyimpanan - √ √ √ √

Pengangkutan √ √ √ √ √

Pengolahan - √ - - -

Fasilitas Standarisasi - √ √ - -

Pembiayaan - √ - √ √

Penanggungan

risiko √ √ √ √ √

Informasi

pasar - √ √ - -

5.3.1. Fungsi Pertukaran

5.3.1.1. Peternak Luar Negeri

Produsen daging sapi impor yang memenuhi kebutuhan daging sapi di

DKI Jakarta adalah dari Negara Australia dan New Zealand. Aktivitas penjualan

yang dilakukan peternak luar negeri kepada PD. Dharma Jaya dilakukan setiap

triwulan sebanyak 1.500 ton per triwulan. Sistem pembayaran PD. Dharma Jaya

kepada peternak luar negeri adalah dengan sistem transfer 100% harga daging

sapi. Setelah dilakukan pembayaran, daging sapi bisa di kirim ke Indonesia.

5.3.1.2. PD. Dharma Jaya

Aktivitas pembelian dilakukan PD. Dharma Jaya dari peternak lokal

maupun impor dari Australia dan New Zealand. PD. Dharma Jaya membangun

kerjasama dengan Dinas peternakan dan kesehatan hewan Provinsi NTT untuk

memberdayakan peternak lokal NTT. Tahun 2017, PD. Dharma membawa misi

Page 114: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

96

mensejahterakan petani ternak di NTT. Dharma Jaya mencoba membangun gairah

beternak peternak lokal NTT dengan memberikan harga sapi hidup di NTT

sebesar Rp. 33.500/kg timbang hidup, angka ini meningkat dibandingkan dengan

harga sapi hidup sebelumnya yang hanya Rp. 30.000/kg. Pembayaran transaksi

pembelian sapi hidup NTT secara transfer kepada pengumpul di bawah koordinasi

dengan Dinas Peternakan dan kesehatan hewan NTT. Dengan harga

Rp.33.500/kg, PD. Dharma Jaya mendapatkan sapi dengan kualitas yang baik, dan

tentunya proses peternakan di NTT sudah dengan binaan dari Dinas Peternakan

Provinsi NTT yang menjalin kerjasama dengan PD. Dhama Jaya.

Dinas Peternakan NTT mampu mengirim 500 ekor sapi setiap dua minggu

sekali ke Jakarta menggunakan kapal ternak yang dioperasikan oleh PELNI (PT.

Pelayaran Nasional Indonesia). Program kapal ternak tol laut ini adalah program

pemerintah pusat Kementerian Pertanian RI untuk memangkas biaya angkut

hewan ternak sapi dari NTT ke Jakarta. Biaya angkut sapi awalnya sebesar Rp.

1.500.000 per ekor sapi, menjadi hanya Rp. 310.000 per ekor sapi setelah

mendapatkan subsidi dari pemerintah pusat. Sapi-sapi tersebut dikumpulkan dari

para peternak lokal NTT. PD. Dharma Jaya sendiri mendapatkan 100-200 ekor

sapi dari jumlah yang terkumpul tersebut, sisanya untuk RPH dan distributor lain

di DKI Jakarta. Jenis sapi dari NTT adalah jenis sapi bali kupang, dengan berat

badan sapi rata-rata 240-250 kg.

Sapi lokal hanya untuk memenuhi kebutuhan sapi hidup di DKI Jakarta.

Untuk memenuhi permintaan daging sapi DKI Jakarta. PD. Dharma Jaya

mengambil kebijakan untuk impor daging sapi dari Australia dan New Zealand

Page 115: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

97

untuk menjaga stok dan memenuhi kebutuhan daging sapi DKI Jakarta.

Pembelian daging sapi impor dari luar negeri sudah dalam bentuk daging sapi

beku. PD. Dharma Jaya mendapatkan izin untuk impor dari Kementerian

Pertanian dengan kuota 1.500 ton per triwulan. Sistem pembayaran untuk daging

sapi impor adalah dengan transaksi tunai transfer. Jika impor daging sapi

mengalami keterlambatan, PD. Dharma Jaya membeli daging sapi melalui

importir. Jumlahnya antara 30-35 ton dalam satu bulan, dan sistem

pembayarannya tunai transfer. Pembelian ke importir sifatnya kondisional,

dilakukan pembelian jika stok mengalami kekurangan atau impor daging Dharma

Jaya mengalami keterlambatan.

PD. Dharma Jaya melakukan aktivitas penjualan sebagaimana fungsi

perusahaan yang disebutkan dan dijelaskan dalam Perda Nomor 5 Tahun 1985

tentang perusahaan daerah Dharma Jaya Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan

Peraturan Gubernur Nomor 66 Tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja

Perusahaan Daerah Dharma Jaya, yaitu sebagai pelaksana perdagangan industri

daging dan ternak DKI Jakarta. Aktivitas penjualan daging sapi oleh Dharma Jaya

dilakukan setiap hari. Penjualan ditujukan untuk beberapa konsumen, yaitu

kepada konsumen langsung di toko daging Dharma Jaya, konsumen besar berupa

hotel, restoran dan katering, untuk distributor, subdistributor dan kepada PD.

Pasar Jaya untuk dipasarkan kembali ke konsumen perseorangan.

DJ Meatshop merupakan toko daging yang dikembangkan oleh PD.

Dharma Jaya. Berlokasi di Jl. Raya Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur. Toko

Daging ini dapat diakses oleh siapa saja warga Jakarta yang ingin membeli daging

Page 116: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

98

sapi serta hasil ikutannya. Sistem pembayaran secara tunai di toko dagingnya

secara langsung. DJ Meatshop pada bulan April 2017 telah mengembangkan

penjualan dengan sistem online di www.belidaging-dj.com. Kosumen bisa

membeli daging sapi dari Dharma Jaya melalui website dan daging akan

dikirimkan dengan DJ Box Motor Mobile. Saat ini penjualan daging sapi di DJ

Meatshop lebih besar di toko daging dibandingkan dengan yang sistem online,

dikarenakan sistem online baru berjalan selama 9 bulan.

PD. Dharma Jaya juga melayani kebutuhan daging untuk horeca di daerah

Jakarta. Permintaan daging sapi untuk Horeca adalah daging sapi impor dan hasil

ikutannya. Terdapat 7 horeca yang mendapatkan pasokan daging sapi dari PD.

Dharma Jaya. Sistem pembayaran untuk horeca ada tiga jenis pembayaran, yaitu

secara tunai, transfer dan kredit dengan jangka waktu pembayaran dua minggu.

Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta mensinergikan tiga BUMD DKI

Jakarta di bidang pangan untuk bersama-sama mengendalikan harga dan pasokan

pangan DKI Jakarta, yaitu PD. Pasar Jaya, PD. Dharma Jaya dan PT. Food Station

Tjipinang Jaya. PD. Pasar Jaya bertugas memasarkan bahan pangan berupa daging

sapi dan daging ayam dari PD. Dharma Jaya, lalu beras, telur dan minyak goreng

dari Food Station Tjipinang Jaya, untuk dipasarkan kepada masyarakat DKI

Jakarta.

Februari 2017 pemerintah provinsi DKI Jakarta menjalankan program

pangan murah yang ditujukan untuk pemilik Kartu Jakarta Pintar (KJP), pekerja

Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU), Pekerja Harian Lepas (PHL),

dan penghuni rumah susun Pemda. Program ini berdasarkan peraturan gubernur

Page 117: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

99

nomor 208 tahun 2016 tentang penyediaan pangan dengan harga murah bagi

masyarakat tertentu.

PD. Dharma Jaya mendapatkan tugas menyediakan daging sapi bersubsidi

dan mendistribusikannya. Pemerintah provinsi DKI Jakarta memberikan subsidi

untuk daging sapi sebesar Rp.50.000 per kilogram, sehingga harga daging sapi

yang diterima masyarakat untuk program ini sebesar Rp. 35.000 per kilogram.

Daging sapi yang disediakan untuk program pangan murah ini adalah daging sapi

impor dari Australia dan New Zealand. Pada program pangan murah ini, PD.

Dharma Jaya bekerja sama dengan PD. Pasar Jaya untuk mendistribusikan daging

sapi. Penerima daging sapi pada program ini bisa mendapatkan daging sapi di DJ

Meatshop Cakung, RPH Pulogadung, DJ Box Motor Mobile dan di 73 outlet PD.

Pasar Jaya. Sebanyak 180 ton daging sapi setiap bulannya didistribusikan ke

seluruh wilayah di DKI Jakarta.

Aktivitas penjualan Dharma Jaya juga menjual daging sapi kepada

distributor dan subdistributor. Distributor mendapatkan harga yang lebih murah

dibandingkan dengan harga daging sapi untuk end user dan subdistributor.

Harganya bisa lebih murah 2.000-3.000 per kilogram. Kelas distributor adalah jika

pembelian dengan volume di atas 1.000 kg, kelas subdistributor pembelian dengan

volume di antara 100 kg sampai 900 kg.

5.3.1.3. PD. Pasar Jaya

Perusahaan Daerah Pasar Jaya juga merupakan Badan Usaha Milik Daerah

(BUMD) Pemerintahan provinsi DKI Jakarta yang bergerak di bidang pangan.

Page 118: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

100

Pasar Jaya berfungsi untuk memasarkan bahan pangan dalam program pangan

murah pemerintah provinsi DKI Jakarta untuk sampai kepada masyarakat Jakarta.

Fungsi pertukaran yang dilakukan PD. Pasar Jaya adalah aktivitas

pembelian dan penjualan. Aktivitas pembelian daging sapi oleh PD. Pasar Jaya

adalah dari PD. Dharma Jaya untuk kebutuhan program pangan murah, pembelian

daging sapi dilakukan setiap hari, jumlahnya berkisar antara 2-4 ton per hari

daging sapi beku. Jenis dagingnya adalah paha belakang sebesar satu kilogram

dan sudah dikemas oleh PD. Dharma Jaya. Sistem pembayaran pembelian daging

sapi ini secara TOP (Term of Payment) pembayaran tiga minggu sekali setelah

faktur pembelian diterima. Harga daging sapi dari Dharma Jaya sebesar Rp.

82.500 per kilogram. Akan tetapi mendapatkan subsidi harga dari pemerintah

sebesar Rp. 50.000 per kilogram.

Daging sapi yang diterima dari Dharma Jaya langsung diteruskan untuk

dijual kepada penerima program pangan murah dengan harga Rp. 35.000 per

kilogram. Masyarakat DKI Jakarta yang menjadi penerima program pangan

murah ini adalah : (1) pemilik Kartu Jakarta Pintar (KJP), (2) pekerja Penanganan

Prasarana dan Sarana Umum (PPSU), (3) Pekerja Harian Lepas (PHL), dan (4)

penghuni rumah susun Pemda.

Penjualan dilakukan di 73 outlet PD. Pasar Jaya dan mudah diakses oleh

masyarakat Jakarta. Sebagaimana terlampir (Lampiran 16) Pasar outlet PD. Pasar

Jaya terbanyak terdapat di Kotamadya Jakarta Timur, yaitu sebanyak 16 titik

pasar. Selanjutnya Kotamadya Jakarta Pusat sebanyak 14 titik pasar, Kotamadya

Jakarta Utara sebanyak 11 titik pasar, Kotamadya Jakarta Selatan sebanyak 11

Page 119: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

101

titik pasar, Jakarta Barat sebanyak 11 titik pasar dan terdapat 8 titik pasar besar

yang tersebar di lima kotamadya tersebut. Setiap harinya kurang lebih 2.500 kg

daging sapi di distribusikan untuk setiap pasar sama rata untuk setiap pasar,

kotamadya yang menyerap jumlah daging terbanyak adalah yang memiliki titik

pasar terbanyak, yaitu Jakarta Timur.

PD. Pasar Jaya juga melakukan aktivitas penjualan di Festival Jakarta

Great Sale (FJGS) yang dilaksanakan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta yang

digelar setiap tahun dalam rangka memperingati hari ulang tahun DKI Jakarta.

FJGS tahun 2017 dilaksanakan dari tanggal 2 Juni hingga 12 Juli dan

dilaksanakan di outlet-outlet PD. Pasar Jaya. Daging sapi yang dijual pada

kegiatan ini adalah jenis daging sop dengan harga 80.000 per kilogram dan bisa

dibeli oleh siapa saja warga DKI Jakarta.

5.3.1.4. Distributor

Fungsi pertukaran yang dilakukan distributor adalah aktivitas pembelian

dan penjualan. Distributor melakukan pembelian daging sapi dari PD. Dharma

Jaya secara berkala. Dalam sekali pembelian, minimal jumlah pembelian adalah 1

ton daging sapi. Dalam satu bulan, distributor bisa membeli daging sapi hingga

500 ton dari PD. Dharma Jaya. Distributor menjual daging sapi kepada konsumen

perseorangan, horeca dan industri. Penjualan dilakukan distributor ke seluruh

daerah, bukan hanya di DKI Jakarta. Kegiatan penjualan dilakukan di kantor

distributor yang terletak dalam kawasan PD. Dharma Jaya Pulogebang.

Distributor menyewa kantor dan gudang pendingin (cold storage) kepada PD.

Dharma Jaya.

Page 120: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

102

5.3.1.5. Subdistributor

Fungsi pertukaran yang dilakukan subdistributor meliputi aktivitas

pembelian dan penjualan. Subdistributor melakukan aktivitas pembelian ke

distributor dan juga langsung ke PD. Dharma Jaya. Pembelian ke PD. Dharma

Jaya harus dalam jumlah minimal 100 kg hingga 900 kg, tidak lebih dari 1 ton

daging sapi beku. Pembelian ke distributor bisa dalam jumlah yang lebih kecil,

akan tetapi harga yang didapatkan lebih mahal. PD. Dharma Jaya dapat memasok

daging sapi hingga 100 ton dalam satu bulan ke beberapa subdistributor.

Subdistributor melakukan aktivitas penjualan ada yang di dalam kawasan PD.

Dharma Jaya, dan ada juga yang di toko daging retail. Konsumennya adalah

konsumen perseorangan dan horeca. Penjualan dilakukan tidak terbatas hanya di

DKI Jakarta.

5.3.2. Fungsi Fisik

5.3.2.1. Peternak Luar Negeri

Fungsi fisik yang dilakukan oleh peternak luar negeri adalah aktivitas

pengangkutan. Biaya yang dibayarkan oleh PD. Dharma Jaya untuk pembelian

daging sapi, sudah termasuk biaya pengiriman. Jadi, pengangkutan daging frozen

dari Negara asal menuju Indonesia sepenuhnya adalah tanggung jawab peternak

Negara asal.

5.3.2.2. PD. Dharma Jaya

Fungsi fisik yang pertama yang dilakukan PD. Dharma Jaya adalah

aktivitas penyimpanan daging sapi. Dharma Jaya memilih ruang-ruang

penyimpanan daging sebanyak 16 ruangan, 7 di antaranya digunakan untuk

Page 121: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

103

kebutuhan perusahaan sendiri, 9 lainnya di sewakan untuk pengusaha daging atau

pedagang hewan ternak. Ruang penyimpanan daging ini memiliki kapasatias

mencapai 25-35 ton daging.

PD. Dharma Jaya juga melakukan aktivitas pengangkutan daging sapi,

untuk didistribusikan ke berbagai titik pemasaran program daging sapi pangan

murah, ke konsumen langsung atau untuk horeca.

Pembelian daging ke DJ meatshop sistem online, Dharma Jaya

menyediakan DJ Box Motor Mobile yang siap mengantarkan daging sapi

langsung ke rumah tangga. Sedangkan untuk mengantarkan daging sapi ke Pasar

Jaya, rumah susun atau ke horeca menggunakan mobil box pengangkut daging.

PD. Dharma Jaya memiliki armada untuk distribusi pengangkutan daging

dari sebanyak 15 mobil pengangkut daging milik Dharma Jaya dan 50 mobil

pengangkut daging yang masih digunakan dengan sewa dari pihak lain. Mobil

pengangkut daging ini berupa mobil box, yang boxnya adalah coller pendingin

untuk menyimpan daging.

Aktivitas Pengolahan yang dilakukan DP. Dharma Jaya adalah

pemotongan daging dan pengemasan daging sapi. Untuk penjualan daging sapi,

PD. Dharma Jaya melakukan pemotongan daging dari bentuk potongan besar atau

wolf cut. Dilakukan pemotongan menjadi per kilogram per item daging sapi.

Setelah pemotongan daging menjadi ukuran 1 kilogram, daging dikemas

menggunakan plastik, setelah itu daging dibekukan dan disimpan diruangan

penyimpanan daging untuk menjaga kualitas daging hingga sampai di tangan

konsumen.

Page 122: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

104

5.3.2.3. PD. Pasar Jaya

Fungsi fisik yang dilakukan PD. Pasar Jaya adalah aktivitas pengangkutan

dan penyimpanan. Daging sapi yang diangkut oleh PD. Dharma Jaya dibawa ke

lokasi penyimpanan daging di gudang agro, pasar induk kramat jati. Setelah itu

daging disimpan di gudang agro dengan suhu yang dijaga agar daging selalu

dalam keadaan beku. Kapasitas penyimpanannya sebanyak 20 ton daging. Daging

sapi ini kemudian didistribusikan ke 73 outlet pasar jaya menggunakan jasa

pengangkutan PD. Pasar Jaya setiap harinya.

5.3.2.4. Distributor

Distributor menjalankan fungsi fisik yaitu aktivitas penyimpanan dan

pengangkutan. Penyimpanan dilakukan di gudang dingin (cold storage) yang ada

di kawasan PD. Dharma Jaya. Fasilitas ini mampu menyimpan daging beku antara

25-30 ton daging. Beberapa distributor memiliki unit pengangkutan untuk

menjalankan fungsi pengangkutan, yang bertujuan untuk mendistribusikan daging

sapi kepada konsumen besar, baik horeca ataupun industri olahan daging sapi.

5.3.2.5. Subdistributor

Fungsi fisik yang dilakukan adalah penyimpanan dan pengangkutan.

Subdistributor memiliki fasilitas cold storage yang bisa menyimpan daging beku

sebanyak 15-20 ton daging. Ada juga subdistributor yang menyewa kantor dan

gudang dingin PD. Dharma Jaya yang memiliki kapasitas penyimpanan 25-30 ton

daging sapi beku. Aktivitas pengangkutan yang dilakukan adalah untuk

mengantarkan daging sapi kepada konsumen horeca, sebagian subdistributor

Page 123: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

105

mengangkut daging sapi beku dari PD. Dharma Jaya ke toko dagingnya

menggunakan angkutan pribadi milik toko.

5.3.3. Fungsi Fasilitas

5.3.3.1. Peternak Luar Negeri

Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh peternak luar negeri adalah aktivitas

penanggungan risiko. Penanggungan risiko yang dilakukan peternak Negara asal

adalah jika ada risiko kapal tenggelam ketika pengiriman, perhitungan

penggantiannya ditanggung kedua belah pihak, yaitu Dharma Jaya dan pihak

peternak Negara asal. Seperti penanggungan risiko dengan peternak lokal, PD

Dharma Jaya menghitung angka kemungkinan risiko ini ke dalam harga pokok

produksi daging sapi.

5.3.3.2. PD. Dharma Jaya

Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh PD. Dharma Jaya adalah standarisasi,

pembiayaan, penanggungan resiko dan sebagai informasi pasar daging sapi DKI

Jakarta. Standarisasi daging sapi yang dilakukan oleh PD. Dharma Jaya adalah

dengan menerima daging sapi impor hanya yang telah melalui proses pengecekan

oleh tim verteriner dari dinas peternakan dan kesehatan hewan DKI Jakarta.

Daging yg sudah lolos pengecekan, baru diolah menjadi ukuran eceran untuk

setiap bagian daging sapi.

Pembiayaan yang dilakukan Dharma Jaya dalam produksi daging sapi

yaitu biaya tetap, biaya variabel dan biaya risiko. Biaya tetap antara lain untuk

biaya plastik kemasan, benang jahit karung, mata gergaji, karung kemasan, ruang

pendingin, tenaga lepas 8 orang untuk tenaga produksi. Biaya variabel yang

Page 124: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

106

dikeluarkan adalah untuk biaya operasional pemasaran, biaya pengiriman, biaya

bongkar muat dan biaya diskon. Biaya risiko yang dikeluarkan adalah biaya jika

terjadi kerusakan dan biaya susut, persentase hitungan biaya susut daging

disesuaikan berdasarkan bagian daging sapi. Setiap biaya yang digunakan dalam

kegiatan tataniaga dihitung untuk setiap bagian daging sapi untuk dimasukan

dalam Harga Pokok Produksi (HPP).

Fungsi Fasilitas ketiga yaitu penanggungan risiko. Jika daging sapi atau

sapi hidup yang dikirim dari NTT ke PD. Dharma Jaya mengalami tenggelam

kapal dalam perjalanan, maka untuk menanggung risiko akan ditanggung oleh

kedua belah pihak, PD. Dharma Jaya dan Peternak di NTT 50 : 50. Daging sapi

impor dari Australia dan New Zealand tidak pernah mengalami kebusukan karena

dikirim menggunakan kontainer pendingin yang dijaga suhunya. Jika terjadi

tenggelam kapal saat pengiriman, maka resiko juga di tanggung oleh kedua belah

pihak.

Pendistribusian daging sapi dari PD. Dharma Jaya ke konsumen juga tidak

pernah mengalami kebusukan daging, kemungkinan daging busuk sangat kecil.

Hal ini dikarenakan pendistribusian daging sapi menggunakan kontainer dan

mobil pendingin yang mampu menjaga suhu daging untuk tetap beku, dan

memang daging sapi PD. Dharma Jaya tidak pernah mengalami penumpukan, jadi

daging sapi cepat terjual dari Dharma Jaya ke konsumen.

PD. Dharma Jaya juga menjadi salah satu sumber informasi pasar harga

daging sapi di DKI Jakarta. PD. Dharma Jaya memberikan informasi harga

daging sapi kepada masyarakat DKI Jakarta melalui website resmi PD. Dharma

Page 125: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

107

Jaya, yaitu di www.dharmajaya.co.id yang bisa diakses oleh seluruh rakyat

Jakarta setiap waktu. Informasi harga ini diupdate setiap hari, mengikuti naik

turunnya harga daging sapi di pasar.

PD. Dharma Jaya juga menjadi tolok ukur dalam penentuan harga daging

sapi di pasar. Meskipun tidak sepenuhnya harga daging di pasar dikendalikan oleh

PD. Dharma Jaya, akan tetapi ada kontrol yang dilakukan pihak Dharma Jaya

kepada pasar jika harga yang bergerak di pasar terlalu tinggi.

5.3.3.3. PD. Pasar Jaya

Fungsi Fasilitas PD. Pasar Jaya meliputi penanggungan risiko, standarisasi

daging sapi yang dipasarkan dan sebagai informasi pasar. Penanggungan risiko

yang dilakukan hanya jika ada kerusakan dalam kemasan daging sapi, Pasar Jaya

akan melakukan pengemasan ulang. Untuk kualitas daging sapi selama kegiatan

program pangan murah berjalan, tidak pernah ada kerusakan produk dikarenakan

selama proses distribusi, suhu dan keadaan daging sapi sudah dijaga dengan baik.

Standarisasi daging sapi Pasar Jaya dilihat dari harga yang memenuhi

standar dan mutu daging sapi. Harga daging sapi untuk program pangan murah

yang dijual oleh PD. Pasar Jaya berdasarkan peraturan gubernur nomor 208 tahun

2016 Tentang Penyediaan pangan dengan harga murah bagi masyarakat tertentu,

adalah Rp. 35.000 per kilogram. Oleh karena itu, harga daging dari PD. Dharma

Jaya harus di angka Rp. 32.500, Rp. 2.500 dialokasikan untuk biaya tataniaga

Pasar Jaya. Daging sapi yang memenuhi standar mutu Pasar Jaya adalah daging

sapi yang warnanya masih merah segar, tidak bebau dan tidak berbunga es. Ketiga

Page 126: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

108

kriteria ini menandakan segarnya daging sapi walaupun daging itu dalam keadaan

beku.

Fungsi Fasilitas terakhir PD. Pasar Jaya adalah sebagai informasi harga

pasar di DKI Jakarta. Pasar jaya memberikan informasi harga untuk seluruh

pangan di DKI Jakarta, salah satunya adalah daging sapi. Informasi diberikan

melalui situs info pangan Jakarta (http://infopangan.jakarta.go.id/). Dalam situs

ini, diberikan info harga pangan setiap harinya, informasi lokasi pasar seluruh

DKI Jakarta, laporan inflasi daerah provinsi DKI Jakarta per bulan dan informasi

pasar lainnya.

5.3.3.4. Distributor

Fungsi Fasilitas yang dilakukan distributor adalah pembiayaan dan

penanggungan risiko. Pembiayaan yang dilakukan oleh distributor adalah biaya

tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dalam kegiatan tataniaga distributor adalah

biaya sewa ruang pendingin dan biaya tenaga kerja sebanyak 7 orang. Biaya

variabel yang digunakan adalah untuk biaya operasional pemasaran dan biaya

bongkar muat. Perhitungan jumlah biaya yang digunakan dalam kegiatan

tataniaga, dimasukan ke dalam harga pokok produksi (HPP).

Penanggungan risiko yang dilakukan distributor adalah jika ada sisa

daging sapi yang sudah terlalu lama, selebihnya tidak banyak risiko dalam

perdagangan daging sapi oleh distributor.

5.3.3.5. Subdistributor

Pembiayaan yang dilakukan oleh subdistributor adalah biaya tetap dan

biaya variabel. Biaya tetap dalam kegiatan tataniaga subdistributor adalah biaya

Page 127: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

109

sewa ruang pendingin dan biaya tenaga kerja sebanyak 3 orang. Biaya variabel

yang digunakan adalah untuk biaya bongkar muat. Perhitungan jumlah biaya

yang digunakan dalam kegiatan tataniaga, dimasukan ke dalam harga pokok

produksi (HPP). Penanggungan risiko yang dilakukan subdistributor adalah jika

ada sisa daging sapi yang sudah terlalu lama, selebihnya tidak banyak risiko

dalam perdagangan daging sapi oleh subdistributor.

5.4. Analisis Efisiensi Tataniaga Daging Sapi berdasarkan Margin

Tataniaga, Farmer’s Share dan Rasio Keuntungan Terhadap Biaya

5.4.1. Analisis Margin Tataniaga Daging Sapi

Analisis margin tataniaga merupakan salah satu indikator untuk

menentukan efisiensi operasional pemasaran suatu komoditas. Margin tataniaga

merupakan perbedaan harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat

konsumen akhir atau di tingkat retail. Pengertian marjin adalah pendekatan

keseluruhan dari sistem tataniaga produk pertanian, mulai dari tingkat petani

sebagai produsen primer sampai produk tersebut sampai di tangan konsumen

akhir (Asmarantaka: 2012: 91).

Margin tataniaga meliputi seluruh biaya tataniaga yang dikeluarkan dan

keuntungan yang diambil oleh lembaga tataniaga selama proses penyaluran

komoditas dari satu lembaga tataniaga ke lembaga tataniaga lainnya. Dalam

penelitian ini, margin tataniaga dihitung dari 9 saluran tataniaga daging sapi.

Penghitungan margin meliputi biaya tataniaga dan keuntungan lembaga yang

terlibat. Besarnya margin tataniaga pada 9 saluran tataniaga daging sapi bisa

dilihat pada lampiran 10.

Page 128: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

110

Daging sapi yang didistribusikan melalui PD. Dharma Jaya meliputi enam

bagian daging sapi, yaitu bagian paha belakang, paha depan, hati, shank (semur),

90/95 CL (sop), short ribe (iga). Harga daging sapi yang diterima PD. Dharma

Jaya dari peternak luar negeri (New Zealand dan Australia) untuk setiap bagian

daging sapi berbeda, paha belakang seharga Rp. 78.000/kg, paha depan seharga

Rp. 66.000/kg, hati seharga 35.000/kg, shank (semur) seharga Rp.72.500/kg,

90/95 CL (sop) seharga Rp.68.000/kg dan short ribe (iga) seharga Rp. 65.000/kg.

besarnya biaya yg dikeluarkan dan keuntungan yang didapatkan untuk setiap

bagian daging sapi berbeda.

Lembaga tataniaga lainnya membeli daging sapi dari PD. Dharma Jaya

untuk selanjutnya didistribusikan kepada konsumen, baik konsumen individu atau

HORECA (hotel, restoran dan catering). Margin tataniaga tiap bagian daging sapi

dapat dilihat di lampiran 10. Rincian margin, biaya dan keuntungan pada lampiran

10 menunjukan bahwa setiap saluran memiliki margin yang berbeda dan biaya

yang digunakan dalam tataniaga pun berbeda di setiap saluran tataniaga daging

sapi. Antara jenis daging sapi pun membutuhkan biaya tataniaga yang berbeda di

setiap jenisnya. Pada penelitian ini, peneliti melakukan wawancara di titik

pertama yaitu PD. Dharma Jaya. Peneliti tidak melakukan wawancara kepada

peternak luar negeri dikarenakan jarak yang tidak memungkinkan. Oleh karena

itu, data pertama yang digunakan adalah harga jual peternak luar negeri kepada

PD. Dharma Jaya, tanpa biaya tataniaga dan keuntungan peternak luar negeri. Hal

ini ada pada setiap saluran tataniaga bagian-bagian daging sapi.

Page 129: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

111

Biaya tataniaga yang dikeluarkan PD. Dharma Jaya yaitu, biaya tetap,

biaya operasional dan biaya resiko. Biaya tetap yang dikeluarkan adalah untuk

pembelian plastik kemasan, benang jahit karung, mata gergaji, karung kemasan,

cold storage dan untuk upah tenaga lepas sebanyak delapan orang. Biaya variabel

yang digunakan untuk biaya operasional pemasaran, biaya pengiriman, biaya

bongkar muat dan biaya. Biaya resiko yang dihitung dalam kegiatan tataniaga PD.

Dharma Jaya meliputi biaya susut dan biaya jika ada kehilangan daging atau ada

yang rusak. Sedangkan PD. Pasar Jaya mengeluarkan biaya tataniaga hanya untuk

biaya angkutan.

Lembaga tataniaga selanjutnya adalah distributor, biaya tataniaga yang

dikeluarkan terdiri dari penyimpanan cold storage, biaya bongkar muat, biaya

operasional pemasaran dan biaya tenaga kerja sebanyak 6 orang. Selanjutnya

lembaga tataniaga terakhir adalah subdistributor, biaya tataniaga yang dikeluarkan

yaitu biaya penyimpanan cold storage, biaya bongkar muat dan biaya pekerja

sebanyak 3 orang.

Tabel 7. Margin Tataniaga Daging sapi setiap bagian daging sapi pada masing

masing saluran

NO SALURAN

MARGIN TATANIAGA

Paha

Belakang

Paha

Depan

Hati

Sapi

Sengkel/Shank Bahan

90/95 CL

Iga Sapi

1 Saluran 1 11.000 19.000 10.000 10.500 9.000 20.000

2 Saluran 2 7.000 12.000

3 Saluran 3 12.000 22.000 12.000 12.500 12.000 24.000

4 Saluran 4 14.000 24.000 14.000 14.500 14.000 27.000

5 Saluran 5 14.000 24.000 14.000 14.500 14.000 27.000

6 Saluran 6 8.500 17.000 9.000 9.000 8.000 16.000

7 Saluran 7 10.500 19.000 11.000 11.000 10.000 22.000

8 Saluran 8 12.000 22.000 13.000 13.000 12.000 26.000

9 Saluran 9 12.000 22.000 13.000 13.000 12.000 26.000

Page 130: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

112

5.4.1.1. Analisis Margin Tataniaga Saluran Tataniaga 1

Saluran tataniaga 1 merupakan saluran tataniaga terpendek, yaitu daging

dari peternak luar negeri yang masuk ke PD. Dharma Jaya langsung dijual ke

konsumen individu. Saluran tataniaga ini adalah saluran tataniaga dengan margin

terkecil pada setiap bagian daging sapi, kecuali pada bagian paha belakang.

Bagian paha belakang, margin terkecilnya ada pada saluran kedua, hal ini

dikarenakan saluran kedua pada bagian tersebut adalah program pangan murah

pemerintah daerah DKI Jakarta. Pemprov DKI Jakarta memberikan subsidi harga

sebesar Rp.50.000 per kilogram pada daging paha belakang di saluran kedua

tataniaga daging sapi. Pada bagian paha belakang, margin tataniaga saluran 1

sebesar Rp. 11.000.

Pada saluran ini PD. Dharma Jaya menjual langsung daging sapi kepada

konsumen perseorangan. Daging sapi dari New Zealand dan Australia masuk ke

PD. Dharma Jaya dan dilakukan pemotongan hingga menjadi ukuran 1 kilogram,

setelah itu dikemas dan dijual di DJ Meatshop. Semua bagian daging sapi ada

dalam ukuran 1 kilogram di DJ Meatshop.

Berikut perhitungan margin tataniaga, biaya tataniaga dan keuntungan

yang didapatkan tiap lembaga di setiap bagian daging sapi yang dijual.

a. Paha Belakang

Dharma Jaya membeli daging sapi bagian paha belakang dengan harga

Rp.78.000 per kilogram, dan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp. 4.481.

Biaya tataniaga tersebut meliputi untuk biaya produksi (plastik kemasan, benang

jahit karung, mata gergaji, karung kemasan 25 kg), biaya ruang pendingin, tenaga

Page 131: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

113

lepas untuk produksi sebanyak 8 orang, biaya operasional pemasaran, biaya sewa

mobil dan biaya bongkar muat, biaya penanggungan risiko (risiko susut dan risiko

kehilangan). Rincian biaya tataniaga paha belakang pada saluran tataniaga 1

terdapat dilampiran (lampiran 10). Daging sapi bagian paha belakang dijual ke

konsumen perseorangan dengan harga jual Rp.89.000,-. Keuntungan yang

didapatkan Dharma Jaya sebesar Rp.6.519,- . Margin tataniaga saluran 1 daging

bagian paha belakang sapi sebesar Rp 11.000,- .

b. Paha Depan

Bagian daging sapi paha depan, Dharma Jaya membeli dengan harga Rp.

66.000,-. Biaya tataniaga yang dikeluarkan untuk daging sapi bagian paha depan

sebesar Rp. 7.743,-. Biaya tataniaga tersebut digunakan untuk hal yang sama

dengan yang digunakan pada daging sapi bagian paha belakang. Perbedaan angka

biaya tataniaga dikarenakan perbedaan perhitungan risiko susut daging. Daging

sapi paha belakang susut hanya 0,5%, sedangkan paha depan sebesar 5%

(lampiran 10). Daging sapi bagian paha depan dijual ke konsumen perorangan

seharga Rp. 85.000,-. Keuntungan yang didapatkan Dharma Jaya pada penjualan

bagian ini sebesar Rp. 11.257,- per kilogram. Margin tataniaga paha depan di

saluran 1 sebesar Rp. 19.000,-

c. Hati

Bagian daging sapi ketiga adalah hati sapi. Harga beli hati oleh Dharma

Jaya Rp.35.000 per kilogram. Biaya tataniaga yang dikeluarkan Rp. 4.692,-.

Perbedaan rincian biaya tataniaga bagian hati adalah tidak adanya biaya diskon

dan biaya susut sebesar 5%. Bagian hati sapi dijual kepada konsumen

Page 132: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

114

perseorangan seharga Rp. 45.000,-. Keuntungan yang didapatkan dari penjualan

hati sapi sebesar Rp. 5.308,-. Margin tataniaga hati sapi di saluran tataniaga 1

sebesar Rp. 10.000,-.

d. Sengkel (shank)

Bagian sengkel (shank) adalah bagian daging sapi yang biasa digunakan

untuk semur. Sengkel masuk ke Dharma Jaya dengan harga jual Rp.72.500,-.

Biaya tataniaga yang digunakan sebesar Rp. 4.867. Rincian biaya tataniaga bagian

sengkel sama dengan bagian hati, perbedaannya ada pada persentase susut daging,

besarnya persentase susut sengkel adalah 3%. Dharma Jaya menjual bagian

sengkel dengan harga Rp. 83.000,-. Keuntungan yang didapatkan dari harga jual

tersebut sebesar Rp. 5.633, sehingga margin pada bagian sengkel di saluran

tataniaga 1 adalah Rp. 10.500,-.

e. Bahan 90 dan 95 CL

Bagian daging sapi selanjutnya adalah bahan 90 dan 95 CL, bagian daging

sapi ini yang pada umumnya digunakan untuk sop. Harga jual peternak luar negeri

adalah Rp. 68.000,- ke Dharma Jaya. Biaya tataniaga yang digunakan dalam

pengolahan daging sapi bagian ini sebesar Rp. 3.622,-. Biaya biaya yang

digunakan sama dengan bagian daging sapi lainnya, susut dagingnya sebesar 1%.

Dharma Jaya menjual daging bahan 90 dan 95 CL ini seharga Rp.77.000,-, dengan

keuntungan yang didapatkan sebesar Rp.5.378,-, maka margin tataniaganya

adalah Rp. 9.000,-.

Page 133: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

115

f. Iga

Bagian daging sapi terakhir yang dijual oleh Dharma Jaya adalah iga sapi.

Bagian ini adalah bagian yang memberikan keuntungan paling besar dalam

penjualannya. Hal ini dikarenakan, iga sapi yang jumlahnya tidak banyak, namun

peminatnya selalu tinggi. Dharma Jaya membeli iga sapi dengan harga Rp.

65.000,-. Biaya tataniaga yang digunakan adalah Rp. 3.592. Biaya-biaya yang

digunakan masih sama dengan bagian daging sapi lainnya, susut dagingnya

sebesar 1% dari harga beli iga sapi. Harga jual Iga sapi kepada konsumen

perseorangan adalah Rp.85.000,-, dengan begitu Dharma Jaya mendapatkan

keuntungan Rp. 16.408 setiap penjualan 1 kilogram iga sapi. Margin tataniaga

bagian iga sapi adalah Rp.20.000,-, Iga sapi adalah bagian daging sapi dengan

margin paling tinggi dalam saluran 1 daging sapi.

5.4.1.2. Analisis Margin Tataniaga Saluran Tataniaga 2

Saluran tataniaga 2 adalah saluran tataniaga yang melalui PD. Pasar jaya

sebelum sampai ke konsumen. PD. Dharma Jaya memasok daging sapi ke PD.

Pasar Jaya sebagaimana kolaborasi antar Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

pemerintah provinsi DKI Jakarta. Saluran tataniaga 2 hanya ada di dua bagian

daging sapi, dikarenakan PD. Pasar Jaya hanya menjual dua bagian daging sapi

ini, yaitu paha belakang dan bahan 90 dan 95 CL. Paha belakang dijual dalam

program pangan murah bersubsidi pemerintah provinsi DKI Jakarta, sedangkan

bahan 90 dan 95 CL dijual dalam kegiatan Festival Jakarta Great Sale (FJGS),

jika ada operasi pasar pun, hanya dua bagian daging sapi ini yang didistribusikan

oleh PD. Pasar Jaya.

Page 134: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

116

Pada saluran ini, daging sapi yang masuk dari New Zealand dan Australia

ke PD. Dharma Jaya didistribusikan ke 72 titik pasar dibawah PD. Pasar Jaya.

Setelah itu pasar-pasar ini menjual kepada konsumen perseorangan di seluruh

wilayah DKI Jakarta. Sedangkan untuk kegiatan Festival Jakarta Great Sale

(FJGS), daging sapi didistribusikan oleh Dharma Jaya ke 40 lokasi outlet PD.

Pasar Jaya. Lokasi-lokasi outlet ini ada di 5 kotamadya DKI Jakarta, agar

distribusi pangan murah sampai ke seluruh masyarakat Jakarta.

Berikut perhitungan margin tataniaga, biaya tataniaga dan keuntungan

yang didapatkan tiap lembaga di setiap bagian daging sapi yang dijual.

a. Paha Belakang

Saluran tataniaga 2 bagian daging sapi paha belakang, merupakan saluran

tataniaga dengan margin tataniaga terkecil. Hal ini sesuai dengan tujuan

dijalankannya program pangan murah, yaitu untuk memberikan pangan

berkualitas dengan harga yang murah. Pada saluran tataniaga dengan bagian ini,

margin tataniaga sebesar Rp.7.000,-. Margin tataniaga menjadi kecil dikarenakan

saluran ini dibuat untuk meningkatkan konsumsi daging sapi di masyarakat DKI

Jakarta. Harga jual daging sapi peternak luar negeri adalah Rp.78.000. Dharma

Jaya menggunakan biaya tataniaga sebesar Rp. 3.372, yaitu biaya produksi

(plastik kemasan, benang jahit karung, mata gergaji, karung kemasan 25 kg),

biaya ruang pendingin, tenaga lepas untuk produksi sebanyak 8 orang, biaya

operasional pemasaran, biaya sewa mobil dan biaya bongkar muat, biaya

penanggungan risiko (risiko susut sebesar 1% dan risiko kehilangan) rincian biaya

Page 135: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

117

tataniaga paha belakang pada saluran tataniaga 2 terdapat di lampiran (lampiran

10 ).

Dharma Jaya menjual daging sapi ke PD. Pasar Jaya dengan harga

Rp.82.500, akan tetapi setiap kilogram daging sapi mendapatkan subsidi dari

pemerintah sebesar Rp. 50.000,-, sehingga harga yang masuk ke PD. Dharma Jaya

adalah Rp.32.500,- per kilogram daging sapi paha belakang, dan Dharma Jaya

sudah mendapatkan keuntungan sebesar Rp.1.128,-. Setelah itu, PD. Pasar Jaya

menggunakan biaya tataniaga hanya Rp.40, untuk biaya pengangkutan. PD. Pasar

Jaya langsung menjual daging sapi kepada konsumen, tanpa melakukan fungsi

fisik yang membutuhkan biaya tataniaga selain pengangkutan. PD. Pasar Jaya

menjual daging sapi ke konsumen sehaga Rp.35.000,- per kilogram. Daging sapi

program pangan murah bersubsidi ini dialokasikan untuk (1) pemilik Kartu

Jakarta Pintar (KJP), (2) pekerja Penanganan Prasarana dan Sarana Umum

(PPSU), (3) Pekerja Harian Lepas (PHL), dan (4) penghuni rumah susun Pemda,

penjualan dilakukan di 73 outlet PD. Pasar Jaya dan mudah diakses oleh

masyarakat DKI Jakarta.

b. Bahan 90 dan 95 CL

PD. Pasar Jaya dalam kegiatan Festival Jakarta Great Sale (FJGS) menjual

daging sapi jenis bahan 90 dan 95 CL, yaitu daging sapi yang biasa digunakan

untuk sop. PD. Dharma Jaya membeli daging sapi jenis ini dengan harga

Rp.68.000,-, kemudian menggunakan biaya tataniaga sebesar Rp.3.372,-. Biaya-

biaya tataniaga daging jenis ini yang digunakan PD. Dharma Jaya sama dengan

yang digunakan di bagian paha belakang. Dharma Jaya menjual daging bahan 90

Page 136: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

118

dan 95 CL ini seharga Rp.75.000,- ke Pasar Jaya, dalam keadaan siap jual ke

konsumen. PD. Dharma Jaya sudah mendapatkan keuntungan sebesar Rp.3.628,-

per kilogram daging. Pasar Jaya hanya mengeluarkan biaya sebesar Rp.40,- untuk

pengangkutan daging dari Dharma Jaya ke outlet penjualan FJGS, kemudian

menjual daging ke konsumen seharga Rp.80.000,-. Keuntungan yang didapatkan

Pasar Jaya sebesar Rp. 4.960,- per kilogram daging sapi, maka margin tataniaga

pada bagian daging ini di saluran tataniaga 2 adalah sebesar Rp. 12.000,-.

5.4.1.3. Analisis Margin Tataniaga Saluran Tataniaga 3

Saluran tataniaga 3 panjangnya sama dengan saluran tataniaga 2, akan

tetapi pada saluran tataniaga ini posisi Pasar Jaya digantikan dengan distributor.

Pada saluran tataniaga 3, daging sapi yang masuk ke Dharma Jaya, dijual ke

distributor, yang kemudian dijual ke konsumen perseorangan. Biaya tataniaga

yang digunakan PD. Dharma Jaya pada setiap bagian daging sapi sama dengan

biaya tataniaga yang digunakan di saluran tataniaga 1 dan 2. Harga jual dari

Dharma Jaya ke distributor lebih murah dibandingkan harga jual ke konsumen

perseorangan. Hal ini dikarenakan jumlah pembelian distributor lebih banyak

dibandingkan konsumen perseorangan. Distributor membeli daging ke Dharma

Jaya dengan jumlah minimal 1 ton.

Berikut perhitungan margin tataniaga, biaya tataniaga dan keuntungan

yang didapatkan tiap lembaga di setiap bagian daging sapi yang dijual.

a. Paha Belakang

Dharma Jaya membeli daging sapi bagian paha belakang dengan harga

Rp.78.000 per kilogram, dan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp.3.372,

Page 137: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

119

kemudian menjualnya ke distributor seharga Rp. 84.500. Keuntungan yang

didapatkan Dharma Jaya sebesar Rp.3.128,- dan marginnya sebesar Rp.6.500,-.

Distributor menggunakan biaya tataniaga sebesar Rp.1.763,-, biaya tersebut

adalah untuk biaya penyimpanan (cold storage), biaya tenaga kerja sebanyak 7

orang, biaya operasional pemasaran dan biaya bongkar muat. Distributor menjual

daging paha belakang ke konsumen dengan harga Rp. 90.000 dan keuntungan

yang didapatkan sebesar Rp.3.737 per kilogram daging. Maka margin total saluran

tataniaga 3 bagian daging paha belakang adalah Rp.12.000,-

b. Paha Depan

Bagian daging sapi paha depan, Dharma Jaya membeli dengan harga Rp.

66.000,-. Biaya tataniaga yang dikeluarkan untuk daging sapi bagian paha depan

sebesar Rp. 6.242,-, kemudian dijual ke distributor seharga Rp. 80.000,-.

Keuntungan yang didapatkan Dharma Jaya ini sebesar Rp. 7.758,- per kilogram,

maka margin tataniaganya adalah Rp. 14.000,-. Setelah itu distributor

menggunakan biaya tataniaga sebesar Rp.1.763, dan dijual kepada konsumen

dengan harga Rp.88.000,-. Keuntungan yang didapatkan distributor adalah Rp.

6.237,-, maka margin total saluran 3 paha depan adalah Rp.22.000,-.

c. Hati

Harga beli hati oleh Dharma Jaya Rp.35.000 per kilogram. Biaya tataniaga

yang dikeluarkan Rp. 4.692,-, kemudian dijual kepada distributor seharga Rp.

42.000,-. Keuntungan yang didapatkan Dharma Jaya dari penjualan hati sapi ke

distributor sebesar Rp. 2.308,- per kilogram, dan marginnya adalah Rp.7.000,-.

Distributor menjual hati sapi ke konsumen dengan harga Rp.47.000,-. Jumlah

Page 138: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

120

biaya yang digunakan untuk hati sapi oleh distributor adalah Rp.1.763, dan

keuntungan yang didapatkan adalah Rp.3.237,-, sehingga margin total saluran 3

hati sapi sebesar Rp.12.000,-.

d. Sengkel (Shank)

Bagian sengkel dibeli Dharma Jaya dengan harga beli Rp.72.500,-, dan

biaya tataniaga yang digunakan sebesar Rp. 4.867. Dharma Jaya menjual bagian

sengkel ke distributor dengan harga Rp. 79.500,-. Keuntungan yang didapatkan

dari harga jual tersebut sebesar Rp. 2.133. maka marginnya adalah Rp.7.000,-.

Distributor menjual kembali sengkel ke konsumen perseorangan dengan harga

Rp.85.000,-, dengan biaya yang digunakan sebesar Rp.1.763,- dan keuntungan

yang didapatkan distributor pada bagian sengkel ini sebesar Rp.3.737,-, sehingga

margin total bagian sengkel pada saluran tataniaga 3 adalah Rp.12.500,-.

e. Bahan 90 dan 95 CL

Harga jual peternak luar negeri untuk bahan 90 dan 95 CL adalah Rp.

68.000,- ke Dharma Jaya. Biaya tataniaga yang digunakan dalam pengolahan

daging sapi bagian ini sebesar Rp. 3.622,-. Dharma Jaya menjual daging bahan 90

dan 95 CL ini seharga Rp.74.000,- ke distributor, dengan keuntungan yang

didapatkan sebesar Rp.2.378,-, dan maka marginnya adalah Rp.6.000,-, kemudian

distributor menjual kembali ke konsumen dengan harga Rp.80.000, biaya

tataniaga yang digunakan distributor adalah Rp. 1.763, dan keuntungan yang

didapatkan sebesar Rp.4.237,-. Margin total bahan 90 dan 95 CL pada saluran 3

ini adalah sebesar Rp.12.000, sama dengan saluran 2 pada bagian daging yang

sama, bagain yang biasa digunakan untuk sop.

Page 139: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

121

f. Iga

Bagian iga dibeli oleh Dharma Jaya dari peternak luar negeri dengan harga

Rp. 65.000,-. Biaya tataniaga yang digunakan adalah Rp. 3.592, dan dijual kepada

distributor dengan harga Rp.78.000,-, lebih murah Rp7.000,- dibandingnkan

dengan harga jual ke konsumen langsung. Hal ini dikarernakan distributor

membeli dengan jumlah besar. Keuntungan yang diterima Dharma Jaya sebesar

Rp. 9.408 dan margin tataniaganya adalah Rp.13.000,-, kemudian distributor

menjual iga ke konsumen dengan harga Rp.89.000,-, dengan biaya tataniaga

Rp.1.763 dan keuntungan yang didapatkan adalah 9.237,-, dari seluruh bagian

daging sapi, iga adalah bagian dengan keuntungan paling besar yang didapatkan

distributor, sehingga margin total iga sapi pada saluran 3 sebesar Rp.24.000,-.

5.4.1.4. Analisis Margin Tataniaga Saluran Tataniaga 4

Saluran tataniaga 4 adalah saluran tataniaga terpanjang, dengan 3 lembaga

tataniaga yang terlibat, yaitu Dharma Jaya, Distributor dan subdistributor. Rantai

tataniaga pada saluran ini menyebabkan total margin tataniaganya pun terbesar

dari ketiga saluran tataniaga yang ada. Hal ini terjadi karena semakin banyak

lembaga tataniaga yang terlibat dalam upaya menyalurkan daging sapi ke

konsumen. Sehingga semakin banyak biaya yang harus dikeluarkan dan

keuntungan yang diambil untuk mengimbangi biaya yang dikeluarkan oleh setiap

lembaga tataniaga yang terlibat.

Namun, total margin tataniaga 4 sama dengan margin total saluran

tataniaga 5, dikarenakan daging sapi sama-sama dijual ke konsumen dari

subdistributor. Subdistributor mendapatkan pasokan daging sapi dari 2 sumber,

Page 140: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

122

yaitu dari distributor dan dari Dharma Jaya langsung. Subdistributor dapat

membeli daging sapi dari Dharma Jaya dengan jumlah minimal 100 kg dan

dibawah 1 ton dalam sekali pembelian. Jika subdistributor membeli daging sapi

dari distributor, tidak ada minimal pembelian, oleh karena itu distributor masih

membeli daging dari distributor meskipun hargnya lebih mahal selisih Rp.1.000-

Rp.3.000,- setiap kilogramnya dibandingkan jika membeli langsung dari Dharma

Jaya.

Berikut perhitungan margin tataniaga, biaya tataniaga dan keuntungan

yang didapatkan tiap lembaga di setiap bagian daging sapi yang dijual.

a. Paha Belakang

Dharma Jaya membeli daging sapi bagian paha belakang dengan harga

Rp.78.000 per kilogram, dan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp.3.372,

kemudian menjualnya ke distributor seharga Rp. 84.500. Keuntungan yang

didapatkan Dharma Jaya sebesar Rp.3.128,- dan marginnya sebesar Rp.6.500,-.

Distributor menggunakan biaya tataniaga sebesar Rp.1.763,-. Biaya tersebut

adalah untuk biaya penyimpanan (cold storage), biaya tenaga kerja, biaya

operasional pemasaran dan biaya bongkar muat.

Distributor menjual daging paha belakang ke subdistributor dengan harga

Rp. 88.500 dan keuntungan yang didapatkan sebesar Rp.2.237 per kilogram

daging. Harga jual yang diberikan distributor ke subdistributor lebih murah

dibandingkan dengan harga jual ke konsumen perseorangan, karena subdistributor

biasa membeli dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan konsumen

perseorangan. Subdistributor menjual paha belakang ke konsumen langsung

Page 141: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

123

dengan harga Rp.92.000,-, dengan biaya tataniaga sebesar Rp.1.167, biaya ini

adalah untuk biaya penyimpanan (cold storage), biaya tenaga kerja 3 orang dan

biaya bongkar muat. Keutungan yang didapatkan subdistributor sebesar

Rp.2.333,-, sehingga total margin saluran 4 bagian paha belakang adalah

Rp.14.000,-.

b. Paha Depan

Bagian daging sapi paha depan, Dharma Jaya membeli dengan harga Rp.

66.000,-. Biaya tataniaga yang dikeluarkan untuk daging sapi bagian paha depan

sebesar Rp. 6.242,-, kemudian dijual ke distributor seharga Rp. 80.000,-.

Keuntungan yang didapatkan Dharma Jaya ini sebesar Rp. 7.758,- per kilogram,

maka margin tataniaganya adalah Rp. 14.000,-. Setelah itu distributor

menggunakan biaya tataniaga sebesar Rp.1.763, dan dijual ke subdistributor

Rp.85.000,-, sehingga keuntungan yang didapatkan distributor sebesar Rp.3.237,-.

Subdistributor menjual paha depan ke konsumen individu dengan harga

Rp.89.000,-. Biaya tataniaga subdistributor sebesar Rp.1.167,-, keuntungan yang

didapatkan Rp.3.833,- dan marginnya adalah Rp.5.000,-, sehingga margin total

saluran 4 bagian paha depan sebesar Rp. 24.000,-

c. Hati

Harga beli hati sapi oleh Dharma Jaya Rp.35.000 per kilogram. Biaya

tataniaga yang dikeluarkan Rp. 4.692,-, kemudian dijual kepada distributor

seharga Rp. 42.000,-. Keuntungan yang didapatkan Dharma Jaya dari penjualan

hati sapi ke distributor sebesar Rp. 2.308,- per kilogram, dan marginnya adalah

Rp.7.000,-. Distributor menjual hati sapi ke subdistributor dengan harga

Page 142: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

124

Rp.46.000,-, jumlah biaya yang digunakan untuk hati sapi oleh distributor adalah

Rp.1.763, dan keuntungan yang didapatkan adalah Rp.2.237,-. Selanjutnya dijual

kembali oleh subdistributor dengan harga Rp.49.000,-, biaya yang digunakan

sebesar Rp.1.167 dan keuntungan yang didapatkan lembaga ketiga ini adalah

Rp.1.833,-, sehingga total margin tataniaga saluran 4 bagian hati sapi adalah

sebesar Rp.14.000,-.

d. Sengkel (Shank)

Bagian sengkel (shank) dibeli Dharma Jaya dengan harga beli Rp.72.500,-,

dan biaya tataniaga yang digunakan sebesar Rp. 4.867, Dharma Jaya menjual

bagian sengkel ke distributor dengan harga Rp. 79.500,-. Keuntungan yang

didapatkan dari harga jual tersebut sebesar Rp. 2.133, sehingga marginnya adalah

Rp.7.000,-. Distributor menjual kembali sengkel ke subdistributor dengan harga

Rp.83.500,-, dengan biaya yang digunakan sebesar Rp.1.763,- dan keuntungan

yang didapatkan distributor pada bagian sengkel ini sebesar Rp.2.237,-.

Subdistributor kemudian menjual ke konsumen dengan harga Rp.87.000,-, dengan

biaya tataniaga sebesar Rp.1.167 dan keuntungan yang didapatkan adalah

RP.2.333,-, sehingga margin total bagian sengkel pada saluran tataniaga 4 adalah

Rp.14.500,-.

e. Bahan 90 dan 95 CL

Daging sapi bahan 90 dan 95 CL masuk ke Dharma Jaya dengan harga Rp.

68.000,-. Biaya tataniaga yang digunakan dalam pengolahan daging sapi bagian

ini sebesar Rp. 3.622,-. Dharma Jaya menjual daging bahan 90 dan 95 CL ini

seharga Rp.74.000,- ke distributor, dengan keuntungan yang didapatkan sebesar

Page 143: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

125

Rp.2.378,-, dan marginnya adalah Rp.6.000,-. Distributor menjual kembali ke

subdistributor dengan harga Rp.78.000, biaya tataniaga yang digunakan

distributor adalah Rp. 1.763, dan keuntungan yang didapatkan sebesar Rp.2.237,-.

Subdistributor menjual kembali ke konsumen seharga Rp.82.000,-, dengan biaya

tataniaga Rp.1.167,- dan keuntungan yang didapatkan sebesar Rp.2.833,-,

sehingga margin total bahan 90 dan 95 CL pada saluran 4 ini adalah sebesar

Rp.14.000.

f. Iga

Bagian iga dibeli oleh Dharma Jaya dari peternak luar negeri dengan harga

Rp. 65.000,-. Biaya tataniaga yang digunakan adalah Rp. 3.592, dan dijual kepada

distributor dengan harga Rp.78.000,-, lebih murah Rp7.000,- dibandingnkan

dengan harga jual ke konsumen langsung, karena distributor membeli dengan

jumkah besar. Keuntungan yang diterima Dharma Jaya sebesar Rp. 9.408 dan

margin tataniaganya adalah Rp.13.000,-.

Distributor menjual iga ke subdistributor dengan harga Rp.87.000,-,

dengan biaya tataniaga Rp.1.763 dan keuntungan yang didapatkan adalah 7.237,-,

dari seluruh bagian daging sapi. Iga adalah bagian dengan keuntugan paling besar

yang didapatkan distributor. Subdistributor kemudian menjual ke konsumen

dengan harga Rp.92.000,-, dengan biaya tataniaga sama dengan bagian lainnya,

yaitu sebesar Rp.1.167 dan keuntungan yang didapatkan subdistributor pada

bagian iga sapi sebesar Rp.3.833,-, sehingga margin total iga sapi pada saluran 4

sebesar Rp.27.000,-.

Page 144: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

126

5.4.1.5. Analisis Margin Tataniaga Saluran Tataniaga 5

Saluran tataniaga 5 adalah saluran tataniaga terakhir untuk konsumen

perseorangan. Rantai tataniaga saluran 5 lebih pendek dibandingkan dengan

saluran tataniaga 4, akan tetapi margin tataniaga kedua saluran tataniaga ini

jumlahnya sama. Pada saluran tataniaga ini, subdistributor membeli langsung

daging sapi ke Dharma Jaya dengan jumlah kurang dari 1 ton dan jumlah minimal

100 kg dalam satu kali pembelian, dan harga yang didapatkan lebih murah

dibandingkan jika membeli dari distributor. Akan tetapi, subdistributor menjual ke

konsumen dengan harga jual yang sama dengan daging yang dibeli dari

distributor. Oleh karena itu, pada saluran tataniaga ini, margin tata niaganya sama

dengan saluran tataniaga 4, namun keuntungan yang didapatkan subdistributor

lebih tinggi dibandingkan pada saluran tataniaga 4.

Berikut perhitungan margin tataniaga, biaya tataniaga dan keuntungan

yang didapatkan tiap lembaga di setiap bagian daging sapi yang dijual.

a. Paha Belakang

Dharma Jaya membeli daging sapi bagian paha belakang dengan harga

Rp.78.000 per kilogram, dan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp.3.372,

kemudian menjualnya ke subdistributor seharga Rp. 85.500. Keuntungan yang

didapatkan Dharma Jaya sebesar Rp.4.128,- dan marginnya sebesar Rp.7.500,-.

Subdistributor menggunakan biaya tataniaga sebesar Rp.1.167,-. Subdistributor

menjual daging paha belakang ke konsumen dengan harga Rp. 92.000 dan

keuntungan yang didapatkan sebesar Rp.5.333 per kilogram daging, sehingga

margin total saluran tataniaga 5 bagian daging paha belakang adalah Rp.14.000,-.

Page 145: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

127

b. Paha Depan

Bagian daging sapi paha depan, Dharma Jaya membeli dengan harga Rp.

66.000,-. Biaya tataniaga yang dikeluarkan untuk daging sapi bagian paha depan

sebesar Rp. 6.242,-, yang kemudian dijual ke subdistributor seharga Rp.82.000,-.

Keuntungan yang didapatkan Dharma Jaya ini sebesar Rp. 7.758,- per kilogram,

maka margin tataniaganya adalah Rp. 16.000,-. Setelah itu subdistributor

menggunakan biaya tataniaga sebesar Rp.1.167, dan dijual kepada konsumen

dengan harga Rp.90.000,-. Keuntungan yang didapatkan subdistributor adalah Rp.

6.833,-, sehingga margin total saluran 5 paha depan adalah Rp.24.000.

c. Hati

Harga beli hati oleh Dharma Jaya Rp.35.000 per kilogram. Biaya tataniaga

yang dikeluarkan Rp. 4.692,-, dan dijual kepada subdistributor seharga Rp.

43.500,-. Keuntungan yang didapatkan Dharma Jaya dari penjualan hati sapi ke

distributor sebesar Rp. 3.808,- per kilogram, dan marginnya adalah Rp.8.500,-.

Kemudian subdistributor menjual hati sapi ke konsumen dengan harga

Rp.49.000,-, jumlah biaya yang digunakan untuk hati sapi oleh subdistributor

adalah Rp.1.167, dan keuntungan yang didapatkan adalah Rp.4.333,-, sehingga

margin total saluran 5 hati sapi sebesar Rp.14.000,-.

d. Sengkel (Shank)

Dharma Jaya membeli bagian sengkel (shank) dengan harga beli

Rp.72.500,-, dan biaya tataniaga yang digunakan sebesar Rp. 4.867. Selanjutnya

Dharma Jaya menjual bagian sengkel ke subdistributor dengan harga Rp. 81.000,-.

Keuntungan yang didapatkan dari harga jual tersebut sebesar Rp. 3.633. maka

Page 146: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

128

marginnya adalah Rp.8.500,-. Subdistributor menjual kembali sengkel ke

konsumen perseorangan dengan harga Rp.87.000,-, dengan biaya yang digunakan

sebesar Rp.1.167,- dan keuntungan yang didapatkan distributor pada bagian

sengkel ini sebesar Rp.4.833,-, sehingga margin total bagian sengkel pada saluran

tataniaga 5 adalah Rp.14.500,-.

e. Bahan 90 dan 95 CL

Harga jual peternak luar negeri adalah Rp. 68.000,- ke Dharma Jaya. Biaya

tataniaga yang digunakan dalam pengolahan daging sapi bagian ini sebesar Rp.

3.622,-. Dharma Jaya menjual daging bahan 90 dan 95 CL ini seharga Rp.75.000,-

ke subdistributor, dengan keuntungan yang didapatkan sebesar Rp.3.378,-, dan

marginnya adalah Rp.7.000,-.

Subdistributor menjual kembali ke konsumen dengan harga Rp.82.000,

biaya tataniaga yang digunakan distributor adalah Rp. 1.167, dan keuntungan

yang didapatkan sebesar Rp.5.833,-. Sehingga margin total bahan 90 dan 95 CL

pada saluran 5 ini adalah sebesar Rp.14.000.

f. Iga

Bagian iga dibeli oleh Dharma Jaya dari peternak luar negeri dengan harga

Rp. 65.000,-. Biaya tataniaga yang digunakan adalah Rp. 3.592, dan dijual kepada

subdistributor dengan harga Rp.80.000,-. Keuntungan yang diterima Dharma Jaya

sebesar Rp.11.408 dan margin tataniaganya adalah Rp.15.000,-. Subdistributor

menjual iga ke konsumen dengan harga Rp.92.000,-, dengan biaya tataniaga

Rp.1.167 dan keuntungan yang didapatkan adalah 10.833,-, pada saluran 5 ini

subdistributor mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan pada

Page 147: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

129

saluran 4. Hal ini dikarenakan subdistributor mendapatkan harga yang lebih

murah daripada membeli dari distributor. Sehingga margin total iga sapi pada

saluran 5 sebesar Rp.27.000,-.

5.4.1.6. Analisis Margin Tataniaga Saluran Tataniaga 6

Saluran tataniaga 6 memiliki kesamaan jumlah lembaga dan panjang

rantainya dengan saluran tataniaga 1. Perbedaannya adalah konsumennya, saluran

1 konsumennya adalah individu dan eceran, sedangkan saluran 6 sampai saluran 9

konsumennya adalah hotel, restoran dan catering atau pembeli grosir. Pada 4

saluran ini, Dharma Jaya menjual setiap bagian daging sapi kelembagaan

tataniaga selanjutnya dengan harga yang lebih murah, dikarenakan jumlah

pembelian HORECA lebih banyak dibandingkan konsumen individu. Pada

umumnya, HORECA membeli daging sapi hingga 100 kg dalam satu kali

transaksi.

Saluran 6 adalah saluran dengan konsumen HORECA yang rantai

tataniaganya terpendek, yaitu daging dari peternak luar negeri yang masuk ke PD.

Dharma Jaya langsung dijual ke HORECA. Saluran tataniaga ini adalah saluran

tataniaga dengan margin terkecil pada setiap bagian daging sapi, kecuali pada

bagian paha belakang. Bagian paha belakang, margin terkecilnya ada pada saluran

kedua, karena pada bagian tersebut adalah program pangan murah bersubsidi

pemerintah daerah DKI Jakarta. Pada bagian paha belakang, margin tataniaga

saluran 2 sebesar Rp.7.000,-.

Pada saluran ini PD. Dharma Jaya menjual langsung daging sapi kepada

HORECA. Pembelian daging sapi untuk HORECA melalui divisi pemasaran yang

Page 148: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

130

lokasi kantornya di kawasan PD. Dharma Jaya Cakung, bersebelahan dengan DJ

Meatshop.

Berikut perhitungan margin tataniaga, biaya tataniaga dan keuntungan

yang didapatkan tiap lembaga di setiap bagian daging sapi yang dijual.

a. Paha Belakang

Dharma Jaya membeli daging sapi bagian paha belakang dengan harga

Rp.78.000 per kilogram, dan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp.3.372.

Biaya rincian biaya tataniaga yang digunakan PD. Dharma Jaya sama dengan

rincian biaya tataniaga daging bagian paha belakang di saluran yang lain. Daging

sapi bagian paha belakang dijual ke HORECA dengan harga jual Rp.86.500,-.

Keuntungan yang didapatkan Dharma Jaya sebesar Rp.5.128,- . Margin tataniaga

saluran 6 daging bagian paha belakang sapi sebesar Rp 8.500,- .

b. Paha Depan

Bagian daging sapi paha depan, Dharma Jaya membeli dengan harga Rp.

66.000,-. Biaya tataniaga yang dikeluarkan untuk daging sapi bagian paha depan

sebesar Rp. 6.242,-. Daging sapi bagian paha depan dijual ke HORECA seharga

Rp. 83.000,-. Keuntungan yang didapatkan Dharma Jaya pada penjualan bagian

ini sebesar Rp. 10.758,- per kilogram. Margin tataniaga paha depan di saluran 1

sebesar Rp. 17.000,-.

c. Hati

Harga beli hati oleh Dharma Jaya Rp.35.000 per kilogram. Biaya tataniaga

yang dikeluarkan Rp. 4.692,-. Bagian hati sapi dijual kepada HORECA seharga

Page 149: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

131

Rp. 44.000,-. Keuntungan yang didapatkan dari penjualan hati sapi sebesar Rp.

4.308,-. Margin tataniaga hati sapi di saluran tataniaga 1 sebesar Rp. 9.000,-.

d. Sengkel (Shank)

Bagian sengkel (shank) adalah bagian daging sapi yang biasa digunakan

untuk semur, sengkel masuk ke Dharma Jaya dengan harga jual Rp.72.500,-.

Biaya tataniaga yang digunakan sebesar Rp. 4.867,-. Dharma Jaya menjual

bagian sengkel ke HORECA dengan harga Rp. 81.500,-. Keuntungan yang

didapatkan dari harga jual tersebut sebesar Rp4.133,-. sehingga margin pada

bagian sengkel di saluran tataniaga 6 adalah Rp. 9.000,-.

e. Bahan 90 dan 95 CL

Harga jual peternak luar negeri adalah Rp. 68.000,- ke Dharma Jaya. Biaya

tataniaga yang digunakan dalam pengolahan daging sapi bagian ini sebesar Rp.

3.622,-. Dharma Jaya menjual daging bahan 90 dan 95 CL ini ke HORECA

seharga Rp.74.000,-, dengan keuntungan yang didapatkan sebesar Rp.4.378,-,

sehingga margin tataniaganya adalah Rp. 8.000,-.

f. Iga

Dharma Jaya membeli iga sapi dengan harga Rp. 65.000,-. Biaya tataniaga

yang digunakan adalah Rp. 3.592. Harga jual Iga sapi kepada konsumen

HORECA adalah Rp.81.000,-, dengan begitu Dharma Jaya mendapatkan

keuntungan Rp. 12.408 setiap penjualan 1 kilogram iga sapi. Margin tataniaga

bagian iga sapi adalah Rp.16.000,-, saluran 6 iga sapi adalah saluran dengan

margin tataniaga paling kecil.

Page 150: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

132

5.4.1.7. Analisis Margin Tataniaga Saluran Tataniaga 7

Saluran tataniaga 7 memiliki kesamaan rantai tataniaga dengan saluran

tataniaga 3. Perbedaannya adalah konsumennya, saluran 3 konsumennya adalah

individu dan eceran, sedangkan saluran 7 konsumennya adalah hotel, restoran dan

catering atau pembeli grosir.

Berikut perhitungan margin tataniaga, biaya tataniaga dan keuntungan

yang didapatkan tiap lembaga di setiap bagian daging sapi yang dijual.

a. Paha Belakang

Dharma Jaya membeli daging sapi bagian paha belakang dengan harga

Rp.78.000 per kilogram, dan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp.3.372,

kemudian menjualnya ke distributor seharga Rp. 84.500. Keuntungan yang

didapatkan Dharma Jaya sebesar Rp.3.128,- dan marginnya sebesar Rp.6.500,-.

Distributor menggunakan biaya tataniaga sebesar Rp.1.763,-, biaya tersebut

adalah untuk biaya penyimpanan (cold storage), biaya tenaga kerja sebanyak 7

orang, biaya operasional pemasaran dan biaya bongkar muat. Distributor menjual

daging paha belakang ke HORECA dengan harga Rp. 88.500 dan keuntungan

yang didapatkan sebesar Rp.2.237 per kilogram daging. Harga jualnya lebih

murah Rp.1.500,- dibandingkan jika dijual ke konsumen individu. Sehingga

margin total saluran tataniaga 7 bagian daging paha belakang adalah Rp.10.500,-.

b. Paha Depan

Bagian daging sapi paha depan, Dharma Jaya membeli dengan harga Rp.

66.000,-. Biaya tataniaga yang dikeluarkan untuk daging sapi bagian paha depan

sebesar Rp. 6.242,-, kemudian dijual ke distributor seharga Rp. 80.000,-.

Page 151: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

133

Keuntungan yang didapatkan Dharma Jaya ini sebesar Rp. 7.758,- per kilogram,

maka margin tataniaganya adalah Rp. 14.000,-. Setelah itu distributor

menggunakan biaya tataniaga sebesar Rp.1.763, dan dijual kepada HORECA

dengan harga Rp.85.000,-. Keuntungan yang didapatkan distributor adalah Rp.

3.237,-. Sehingga margin total saluran 7 paha depan adalah Rp.19.000,-.

c. Hati

Harga beli hati oleh Dharma Jaya Rp.35.000 per kilogram. Biaya tataniaga

yang dikeluarkan Rp. 4.692,-, kemudian dijual kepada distributor seharga Rp.

42.000,-. Keuntungan yang didapatkan Dharma Jaya dari penjualan hati sapi ke

distributor sebesar Rp. 2.308,- per kilogram, dan marginnya adalah Rp.7.000,-.

Distributor menjual hati sapi ke konsumen dengan harga Rp.46.000,-, jumlah

biaya yang digunakan untuk hati sapi oleh distributor adalah Rp.1.763, dan

keuntungan yang didapatkan adalah Rp.2.237,-. Sehingga margin total saluran 7

hati sapi sebesar Rp.11.000,-. Lebih kecil Rp.1.000,- dibandingkan saluran

tataniaga 3, yang konsumennya adalah konsumen individu.

d. Sengkel (Shank)

Dharma Jaya membeli daging sapi bagian sengkel dengan harga beli

Rp.72.500,-, dan biaya tataniaga yang digunakan sebesar Rp. 4.867, Dharma Jaya

menjual bagian sengkel ke distributor dengan harga Rp. 79.500,-. Keuntungan

yang didapatkan dari harga jual tersebut sebesar Rp. 2.133. maka marginnya

adalah Rp.7.000,-. Distributor menjual kembali sengkel ke HORECA dengan

harga Rp.83.500,-, dengan biaya yang digunakan sebesar Rp.1.763,- dan

keuntungan yang didapatkan distributor pada bagian sengkel ini sebesar

Page 152: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

134

Rp.2.737,-, sehingga margin total bagian sengkel pada saluran tataniaga 7 adalah

Rp.11.000,-.

e. Bahan 90 dan 95 CL

Harga jual peternak luar negeri adalah Rp. 68.000,- ke Dharma Jaya. Biaya

tataniaga yang digunakan dalam pengolahan daging sapi bagian ini sebesar Rp.

3.622,-. Dharma Jaya menjual daging bahan 90 dan 95 CL ini seharga Rp.74.000,-

ke distributor, dengan keuntungan yang didapatkan sebesar Rp.2.378,-, dan

margin Rp.6.000,-.

Distributor menjual kembali kepada HORECA dengan harga Rp.78.000,

biaya tataniaga yang digunakan distributor adalah Rp. 1.763, dan keuntungan

yang didapatkan sebesar Rp.2.237,-, sehingga margin total bahan 90 dan 95 CL

pada saluran 7 ini adalah sebesar Rp.10.000.

f. Iga

Dharma Jaya membeli bagian iga sapi dari peternak luar negeri dengan

harga Rp. 65.000,-. Biaya tataniaga yang digunakan adalah Rp. 3.592, dan dijual

kepada distributor dengan harga Rp.78.000,-, lebih murah Rp7.000,-

dibandingnkan dengan harga jual ke konsumen langsung, hal ini dikarenakan

distributor membeli dengan jumlah besar. Keuntungan yang diterima Dharma

Jaya sebesar Rp. 9.408 dan margin tataniaganya adalah Rp.13.000,-. Kemudian

distributor menjual iga ke HORECA dengan harga Rp.87.000,-, dengan biaya

tataniaga Rp.1.763 dan keuntungan yang didapatkan adalah 7.237,-, sehingga

margin total iga sapi pada saluran 7 sebesar Rp.22.000,-.

Page 153: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

135

5.4.1.8. Analisis Margin Tataniaga Saluran Tataniaga 8

Saluran tataniaga 8 memiliki kesamaan rantai tataniaga dengan saluran

tataniaga 4. Perbedaannya adalah konsumennya, saluran 4 konsumennya adalah

individu dan eceran, sedangkan saluran 8 konsumennya adalah hotel, restoran dan

catering atau pembeli grosir.

Saluran tataniaga 8 adalah saluran tataniaga terpanjang untuk konsumen

grosir, komponennya sama dengan saluran tataniaga 4, yaitu dengan 3 lembaga

tataniaga yang terlibat, yaitu Dharma Jaya, Distributor dan subdistributor. Margin

tataniaga 8 sama dengan margin total saluran tataniaga 9, dikarenakan daging sapi

sama sama dijual ke HORECA dari subdistributor. Subdistributor mendapatkan

pasokan daging sapi dari 2 sumber, yaitu dari distributor dan dari Dharma Jaya

langsung. Subdistributor dapat membeli daging sapi dari Dharma Jaya dengan

jumlah minimal 100 kg dan dibawah 1 ton dalam sekali pembelian. Jika

subdistributor membeli daging sapi dari distributor, tidak ada minimal pembelian,

oleh karena itu subdistributor masih membeli daging dari distributor meskipun

hargnya lebih mahal selisih Rp.1.000-Rp.3.000,- setiap kilogramnya dibandingkan

jika membeli langsung dari Dharma Jaya.

Berikut perhitungan margin tataniaga, biaya tataniaga dan keuntungan

yang didapatkan tiap lembaga di setiap bagian daging sapi yang dijual.

a. Paha Belakang

Dharma Jaya membeli daging sapi bagian paha belakang dengan harga

Rp.78.000 per kilogram, dan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp.3.372,

kemudian menjualnya ke distributor seharga Rp. 84.500. Keuntungan yang

Page 154: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

136

didapatkan Dharma Jaya sebesar Rp.3.128,- dan marginnya sebesar Rp.6.500,-.

Distributor menggunakan biaya tataniaga sebesar Rp.1.763,-. Distributor menjual

daging paha belakang ke subdistributor dengan harga Rp. 88.500 dan keuntungan

yang didapatkan sebesar Rp.2.237 per kilogram daging. Harga jual yang diberikan

distributor ke subdistributor sama dengan harga yang diberikan distributor ke

HORECA, dikarenakan jumlah pembelian subdistributor dan HORECA kepada

distributor tidak jauh berbeda. Subdistributor menjual paha belakang ke HORECA

dengan harga Rp.90.000,-, dengan biaya tataniaga sebesar Rp.1.167,-. Keutungan

yang didapatkan subdistributor hanya Rp.333,-, jumlahnya kecil karena memang

harganya sudah tinggi ketika pembelian di distributor, namun bisa dikendalikan

dengan pasokan daging sapi yang dibeli langsung dari Dharma Jaya. Total margin

saluran 8 bagian paha belakang adalah Rp.12.000,-.

b. Paha Depan

Bagian daging sapi paha depan, Dharma Jaya membeli dengan harga Rp.

66.000,-. Biaya tataniaga yang dikeluarkan untuk daging sapi bagian paha depan

sebesar Rp. 6.242,-. Kemudian dijual ke distributor seharga Rp. 80.000,-.

Keuntungan yang didapatkan Dharma Jaya ini sebesar Rp. 7.758,- per kilogram,

maka margin tataniaganya adalah Rp. 14.000,-. Setelah itu distributor

menggunakan biaya tataniaga sebesar Rp.1.763, dan dijual ke subdistributor

Rp.85.000,-, sehingga keuntungan yang didapatkan distributor sebesar Rp.3.237,-.

Subdistributor menjual paha depan ke HORECA dengan harga Rp.88.000,-. Biaya

tataniaga subdistributor sebesar Rp.1.167,-, keuntungan yang didapatkan

Page 155: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

137

Rp.4.833,- dan marginnya adalah Rp.6.000,-sehingga margin total saluran 8

bagian paha depan sebesar Rp. 22.000,-

c. Hati

Harga beli hati oleh Dharma Jaya Rp.35.000 per kilogram. Biaya tataniaga

yang dikeluarkan Rp. 4.692,-, kemudian dijual kepada distributor seharga Rp.

42.000,-. Keuntungan yang didapatkan Dharma Jaya dari penjualan hati sapi ke

distributor sebesar Rp. 2.308,- per kilogram, dan marginnya adalah Rp.7.000,-.

Distributor menjual hati sapi ke subdistributor dengan harga Rp.46.000,-, jumlah

biaya yang digunakan untuk hati sapi oleh distributor adalah Rp.1.763, dan

keuntungan yang didapatkan adalah Rp.2.237,-. Selanjutnya dijual kembali oleh

subdistributor dengan harga Rp.48.000,- ke HORECA, biaya yang digunakan

sebesar Rp.1.167 dan keuntungan yang didapatkan lembaga ketiga ini adalah

Rp833,-. Sehingga total margin tataniaga saluran 8 bagian hati sapi adalah sebesar

Rp.13.000,-.

d. Sengkel (Shank)

Bagian sengkel (shank) dibeli Dharma Jaya dengan harga beli Rp.72.500,-,

dan biaya tataniaga yang digunakan sebesar Rp. 4.867, Dharma Jaya menjual

bagian sengkel ke distributor dengan harga Rp. 79.500,-. Keuntungan yang

didapatkan dari harga jual tersebut sebesar Rp. 2.133. maka marginnya adalah

Rp.7.000,-. Distributor menjual kembali sengkel ke subdistributor dengan harga

Rp.83.500,-, dengan biaya yang digunakan sebesar Rp.1.763,- dan keuntungan

yang didapatkan distributor pada bagian sengkel ini sebesar Rp.2.237,-.

Subdistributor menjual ke HORECA dengan harga Rp.85.500,-, dengan biaya

Page 156: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

138

tataniaga sebesar Rp.1.167 dan keuntungan yang didapatkan adalah RP.1.333,-,

sehingga margin total bagian sengkel pada saluran tataniaga 8 adalah Rp.13.000,-.

e. Bahan 90 dan 95 CL

Daging sapi bahan 90 dan 95 CL masuk ke Dharma Jaya dengan harga

Rp. 68.000,-. Biaya tataniaga yang digunakan dalam pengolahan daging sapi

bagian ini sebesar Rp. 3.622,-. Dharma Jaya menjual daging bahan 90 dan 95 CL

ini seharga Rp.74.000,- ke distributor, dengan keuntungan yang didapatkan

sebesar Rp.2.378,-, dan maka marginnya adalah Rp.6.000,-. Distributor menjual

kembali ke subdistributor dengan harga Rp.78.000, biaya tataniaga yang

digunakan distributor adalah Rp. 1.763, dan keuntungan yang didapatkan sebesar

Rp.2.237,-. Subdistributor menjual kembali ke HORECA seharga Rp.80.000,-,

dengan biaya tataniaga Rp.1.167,- dan keuntungan yang didapatkan sebesar

Rp.833, sehingga margin total bahan 90 dan 95 CL pada saluran 8 ini adalah

sebesar Rp.12.000.

f. Iga

Dharma Jaya membeli iga sapi dari peternak luar negeri dengan harga Rp.

65.000,-. Biaya tataniaga yang digunakan adalah Rp. 3.592, dan dijual kepada

distributor dengan harga Rp.78.000,-. Keuntungan yang diterima Dharma Jaya

sebesar Rp. 9.408 dan margin tataniaganya adalah Rp.13.000,-. Distributor

menjual iga ke subdistributor dengan harga Rp.87.000,-, dengan biaya tataniaga

Rp.1.763 dan keuntungan yang didapatkan adalah 7.237,-. Subdistributor menjual

ke HORECA dengan harga Rp.91.000,-, dengan biaya tataniaga sama dengan

bagian lainnya, yaitu sebesar Rp.1.167 dan keuntungan yang didapatkan

Page 157: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

139

subdistributor pada bagian iga sapi sebesar Rp.2.833, sehingga margin total iga

sapi pada saluran 8 sebesar Rp.26.000,-.

5.4.1.9. Analisis Margin Tataniaga Saluran Tataniaga 9

Saluran tataniaga 9 memiliki kesamaan rantai tataniaga dengan saluran

tataniaga 5. Perbedaannya adalah konsumennya, saluran 5 konsumennya adalah

individu dan eceran, sedangkan saluran 9 konsumennya adalah hotel, restoran dan

katering atau pembeli grosir.

Saluran tataniaga 9 adalah saluran tataniaga terakhir untuk konsumen

HORECA. Rantai tataniaga saluran 9 lebih pendek dibandingkan dengan saluran

tataniaga 8, akan tetapi margin tataniaga kedua saluran tataniaga ini jumlahnya

sama. Pada saluran tataniaga ini, subdistributor membeli langsung daging sapi ke

Dharma Jaya dengan jumlah kurang dari 1 ton dan jumlah minimal 100 kg dalam

satu kali pembelian, dan harga yang didapatkan lebih murah dibandingkan jika

membeli dari distributor. Akan tetapi, subdistributor menjual ke HORECA

dengan harga jual yang sama dengan daging yang dibeli dari distributor. Oleh

karena itu, pada saluran tataniaga ini, margin tataniaganya sama dengan saluran

tataniaga 8, namun keuntungan yang didapatkan subdistributor lebih tinggi

dibandingkan pada saluran tataniaga 8.

Berikut perhitungan margin tataniaga, biaya tataniaga dan keuntungan

yang didapatkan tiap lembaga di setiap bagian daging sapi yang dijual.

a. Paha Belakang

Dharma Jaya membeli daging sapi bagian paha belakang dengan harga

Rp.78.000 per kilogram, dan mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp.3.372,

Page 158: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

140

kemudian menjualnya ke subdistributor seharga Rp. 85.500. Keuntungan yang

didapatkan Dharma Jaya sebesar Rp.4.128,- dan marginnya sebesar Rp.7.500,-.

Subdistributor menggunakan biaya tataniaga sebesar Rp.1.167,-. Subdistributor

menjual daging paha belakang ke HORECA dengan harga Rp. 90.000 dan

keuntungan yang didapatkan sebesar Rp.3.333 per kilogram daging, sehingga

margin total saluran tataniaga 9 bagian daging paha belakang adalah Rp.12.000,-

b. Paha Depan

Bagian daging sapi paha depan, Dharma Jaya membeli dengan harga Rp.

66.000,-. Biaya tataniaga yang dikeluarkan untuk daging sapi bagian paha depan

sebesar Rp. 6.242,-. Kemudian dijual ke subdistributor seharga Rp.82.000,-.

Keuntungan yang didapatkan Dharma Jaya ini sebesar Rp. 7.758,- per kilogram,

maka margin tataniaganya adalah Rp. 16.000,-. Setelah itu subdistributor

menggunakan biaya tataniaga sebesar Rp.1.167, dan dijual kepada HORECA

dengan harga Rp.88.000,-. Keuntungan yang didapatkan subdistributor adalah Rp.

4.833,-, sehingga margin total saluran 9 paha depan adalah Rp.22.000.

c. Hati

Harga beli hati oleh Dharma Jaya Rp.35.000 per kilogram. Biaya tataniaga

yang dikeluarkan Rp. 4.692,-, kemudian dijual kepada subdistributor seharga Rp.

43.000,-. Keuntungan yang didapatkan Dharma Jaya dari penjualan hati sapi ke

distributor sebesar Rp. 3.308,- per kilogram, dan marginnya adalah Rp.8.000,-.

Kemudian subdistributor menjual hati sapi ke HORECA dengan harga

Rp.48.000,-, jumlah biaya yang digunakan untuk hati sapi oleh subdistributor

Page 159: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

141

adalah Rp.1.167, dan keuntungan yang didapatkan adalah Rp.3.833,-, sehingga

margin total saluran 9 hati sapi sebesar Rp.13.000,-.

d. Sengkel (Shank)

Dharma Jaya membeli bagian sengkel (shank) dengan harga beli

Rp.72.500,-, dan biaya tataniaga yang digunakan sebesar Rp. 4.867. Selanjutnya

Dharma Jaya menjual bagian sengkel ke subdistributor dengan harga Rp. 81.000,-.

Keuntungan yang didapatkan dari harga jual tersebut sebesar Rp. 3.633, sehingga

marginnya adalah Rp.8.500,-. Subdistributor menjual kembali sengkel ke

HORECA dengan harga Rp.85.500,-, dengan biaya yang digunakan sebesar

Rp.1.167,- dan keuntungan yang didapatkan distributor pada bagian sengkel ini

sebesar Rp.3.333,-, sehingga margin total bagian sengkel pada saluran tataniaga 9

adalah Rp.13.000,-.

e. Bahan 90 dan 95 CL

Harga jual peternak luar negeri bahan 90 dan 95 CL adalah Rp. 68.000,-

ke Dharma Jaya. Biaya tataniaga yang digunakan dalam pengolahan daging sapi

bagian ini sebesar Rp. 3.622,-. Dharma Jaya menjual daging bahan 90 dan 95 CL

ini seharga Rp.75.000,- ke subdistributor, dengan keuntungan yang didapatkan

sebesar Rp.3.378,-, dan maka marginnya adalah Rp.7.000,-. Subdistributor

menjual kembali ke konsumen dengan harga Rp.80.000, biaya tataniaga yang

digunakan distributor adalah Rp. 1.167, dan keuntungan yang didapatkan sebesar

Rp.3.833,-, sehingga margin total bahan 90 dan 95 CL pada saluran 9 ini adalah

sebesar Rp.12.000.

Page 160: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

142

f. Iga

Bagian iga dibeli oleh Dharma Jaya dari peternak luar negeri dengan harga

Rp. 65.000,-. Biaya tataniaga yang digunakan adalah Rp. 3.592, dan dijual kepada

subdistributor dengan harga Rp.80.000,-. Keuntungan yang diterima Dharma Jaya

sebesar Rp.11.408 dan margin tataniaganya adalah Rp.15.000,-. Kemudian

subdistributor menjual iga ke HORECA dengan harga Rp.91.000,-, dengan biaya

tataniaga Rp.1.167 dan keuntungan yang didapatkan adalah 9.833,-. Pada saluran

9 ini subdistributor mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan pada

saluran 4, karena subdistributor mendapatkan harga yang lebih murah daripada

membeli dari distributor, sehingga margin total iga sapi pada saluran 9 sebesar

Rp.26.000,-.

Berdasarkan identifikasi saluran tataniaga yang terdapat di DKI Jakarta

yang melalui PD. Dharma Jaya, bahwa saluran yang memiliki nilai margin

terkecil adalah saluran tataniaga 6 untuk konsumen grosir dan saluran tataniaga 1

untuk konsumen individu, kecuali bagian paha belakang, yang paling kecil margin

tataniaganya adalah saluran tataniaga 2, karena saluran 2 bagian paha belakang

adalah program pangan murah bersubsidi pemerintah provinsi DKI Jakarta.

5.4.2. Analisis Farmer’s Share Daging Sapi

Farmer’s Share merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk

menentukan efisiensi tataniaga yang dilihat dari sisi pendapatan produsen.

Farmer’s share merupakan perbedaan antara harga di tingkat retail untuk produk

pangan dengan margin tataniaga. Farmer’s share adalah bagian yang diterima

oleh petani dari nilai yang dibayar konsumen akhir. Bagian ini dinyatakan dalam

Page 161: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

143

suatu persen (%). Dengan demikian, farmer’s share juga menyatakan

perbandingan antara harga yang diterima petani dengan harga yang diterima oleh

lembaga-lembaga tataniaga lainnya (Asmarantaka, 2012: 109).

Hasil analisis farmer’s share menunjukan bahwa bagian terbesar yang

diterima oleh peternak terdapat pada saluran tataniaga 6 pada setiap bagian daging

sapi, kecuali pada bagian paha belakang, farmer’s share terdapat pada saluran

tataniaga 2, dikarenakan saluran tataniaga 2 pada paha belakang merupakan

saluran tataniaga kolaborasi Dharma Jaya dengan Pasar Jaya pada program

pangan murah bersubsidi pemerintah provinsi DKI Jakarta. Sedangkan bagian

terkecil yang diterima peternak adalah pada saluran tataniaga 4 dan 5 di setiap

bagian daging sapi. Pada analisis farmer’s share ini tidak dapat diidentifikasi

saluran tataniaga yang paling menguntungan bagi peternak karena harga jual

peternak setiap saluran tataniaga sama di setiap bagian daging sapi.

Rekapitulasi hasil analisis margin farmer’s share pada setiap bagian

daging sapi di setiap saluran tataniaga daging sapi di DKI Jakarta berdasarkan

harga yang terjadi di tingkat peternak dan harga yang berlaku di tingkat konsumen

dapat dilihat pada Tabel 7.

Page 162: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

144

Tabel 8. Farmer's Share setiap bagian daging sapi pada masing masing saluran

tataniaga

NO SALURAN

FARMER’S SHARE

Paha

Belakang

Paha

Depan

Hati

Sapi

Sengkel/Shank Bahan

90/95 CL

Iga Sapi

1 Saluran 1 87.64% 77.65% 77.78% 87.35% 88.31% 76.47%

2 Saluran 2 91.76% 85.00%

3 Saluran 3 86.67% 75.00% 74.47% 85.29% 85.00% 73.03%

4 Saluran 4 84.78% 74.16% 71.43% 83.33% 82.93% 70.65%

5 Saluran 5 84.78% 73.33% 71.43% 83.33% 82.93% 70.65%

6 Saluran 6 90.17% 79.52% 79.55% 88.96% 89.47% 80.25%

7 Saluran 7 88.14% 77.65% 76.09% 86.83% 87.18% 74.71%

8 Saluran 8 86.67% 75.00% 72.92% 84.80% 85.00% 71.43%

9 Saluran 9 86.67% 75.00% 72.92% 84.80% 85.00% 71.43%

Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui margin tataniaga terkecil terjadi pada

saluran tataniaga 6 dan saluran tataniaga 1, kecuali pada bagian paha belakang,

margin tataniaga terkecil terjadi pada saluran tataniaga 2, yang merupakan

program pangan murah bersubsidi pemerintah provinsi DKI Jakarta. Selanjutnya

saluran tataniaga terbesar adalah saluran tataniaga 4 dan saluran tataniaga 5 di

setiap bagian daging sapi. Perbedaan marjin tataniaga pada setiap saluran

tataniaga dipengaruhi oleh panjang atau pendeknya rantai tataniaga yang terjadi.

Semakin panjang rantai tataniaganya, maka marjin tataniaga pada saluran

tataniaga tersebut semakin besar. Hal ini terjadi karena semakin panjang rantai

tataniaga maka semakin banyak lembaga tataniaga yang terlibat.

Berdasarkan hasil analisa margin tataniaga dan Farmer’s share di atas,

dapat disimpulkan bahwa saluran tataniaga yang relatif lebih efisien adalah

saluran tataniaga 1 dan 6 karena memiliki margin tataniaga terkecil, dan farmer’s

share terbesar, kecuali pada bagian daging paha belakang, yaitu yang efisien di

saluran tataniaga 2, karena merupakan program pangan murah Pemprov DKI

Page 163: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

145

Jakarta. Sementara saluran tataniaga 4 dan 5 merupakan saluran tataniaga yang

relatif kurang efisien karena memiliki marjin tataniaga terbesar dan farmer’s

share terkecil.

5.4.3. Analisis Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Daging Sapi

Indikator lain untuk menentukan efisiensi operasional tataniaga suatu

komoditas adalah dengan menghitung rasio keuntungan terhadap biaya. Rasio

keuntungan terhadap biaya tataniaga menunjukkan nilai dari keuntungan yang

diterima dibandingkan dengan biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh setiap

lembaga tataniaga. Rasio keuntungan terhadap biaya adalah persentase

keuntungan tataniaga terhadap biaya tataniaga yang secara teknis untuk

mengetahui tingkat efisiensinya.

Rekapitulasi rasio keuntungan terhadap biaya pada masing-masing

lembaga tataniaga daging sapi di DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 9. Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pada Lembaga tataniaga setiap bagian

daging sapi.

NO SALURAN

Rasio Keuntungan Terhadap Biaya

Paha

Belakang

Paha

Depan

Hati

Sapi

Sengkel/Shank Bahan

90/95

CL

Iga

Sapi

1 Saluran 1 1.45 1.45 1.13 1.16 1.48 4.57

2 Saluran 2 1.05 2.52

3 Saluran 3 1.34 1.75 0.86 0.89 1.23 3.48

4 Saluran 4 1.22 1.26 0.84 0.86 1.14 3.14

5 Saluran 5 2.08 2.24 1.39 1.40 1.92 4.67

6 Saluran 6 1.52 1.72 0.92 0.85 1.21 3.45

7 Saluran 7 1.04 1.37 0.70 0.66 0.86 3.11

8 Saluran 8 0.90 1.40 0.71 0.67 0.83 2.99

9 Saluran 9 1.64 1.97 1.22 1.15 1.51 4.46

Setiap saluran pada setiap bagian daging sapi memiliki rasio keuntungan

terhadap biaya yang berbeda-beda. Secara teknis, untuk mengetahui tingkat

Page 164: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

146

efisiensinya. Apabila R/C > 1 maka tataniaga yang dilakukan efisien. Sebaliknya,

apabila R/C < 1 maka tataniaga tersebut tidak efisien. Angka yang didapatkan

pada kolom rasio terhadap biaya menunjukan bahwa setiap satu rupiah biaya

tataniaga yang dikeluarkan setiap lembaga akan memberikan keuntungan sebesar

angka rasio tersebut dalam rupiah.

Berdasarkan Tabel 8, rasio keuntungan terhadap biaya pada saluran

tataniaga 5 adalah yang paling besar dibandingkan dengan saluran lainnya di

setiap bagian daging sapi, kecuali pada bagian bahan 90 dan 95 CL, rasio

keuntungan terhadap biayanya paling besar di saluran 2. Saluran 5 adalah saluran

yang terdiri dari Dharma Jaya dan subdistributor saja, dan dijual ke konsumen

individu, pada saluran 5 ini memang lembaga tataniaga mendapatkan keuntungan

yang cukup besar di banding saluran lainnya. Sedangkan rasio keuntungan

terhadap biaya yang terkecil ada pada saluran 8, yaitu saluran yang terdiri dari

Dharma Jaya, distributor dan subdistributor dan dijual secara grosir ke HORECA,

yang memang pada saluran ini keuntungan yang didapatkan setiap lembaga tidak

besar.

Berdasarkan hasil analisis rasio keuntungan terhadap biaya, hampir

seluruh saluran tataniaga efisien, akan tetapi tergantung pada jenis bagian daging

sapinya. Terdapat beberapa bagian daging, hasilnya sangat efisien, dan ada yang

tidak. Pada bagian hati sapi dan sengkel, semua saluran kecuali saluran 1, 5 dan 9,

hasilnya <1, yang artinya saluran tersebut tidak efisien. Pada bagian paha

belakang, hanya saluran 8 yang hasilnya <1, yaitu sebesar 0,90, pada bagian

bahan 90 dan 95 CL, saluran 7 dan 8 hasilnya <1, yaitu sebesar 0,83 dan 0,86.

Page 165: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

147

Sedangkan pada bagian paha depan dan iga sapi, semua saluran hasilnya >1, yang

artinya semua saluran efisien, terutama pada bagian iga sapi, hasilnya adalah yang

terbesar dibandingkan dengan bagian daging sapi lainnya.

5.4.4. Efisiensi Tataniaga

Efisiensi tataniaga didefinisikan sebagai suatu kegiatan perubahan yang

dapat meminimalkan biaya input tanpa harus mengurangi kepuasan konsumen

dengan output barang dan jasa. Biaya tataniaga merupakan tingkat efisiensi

tataniaga yang terjadi. Analisis efisiensi tataniaga mencakup analisis marjin

tataniaga, farmer’s share serta analisis rasio keuntungan terhadap biaya. Efisiensi

tataniaga dapat juga diketahui melalui penyebaran margin pada tiap saluran

tataniaga. Berdasarkan identifikasi saluran tataniaga yang terdapat di DKI Jakarta

yang melalui PD. Dharma Jaya, bahwa saluran yang memiliki nilai margin

terkecil adalah saluran tataniaga 6 untuk konsumen grosir dan saluran tataniaga 1

untuk konsumen individu, kecuali bagian paha belakang, yang paling kecil margin

tataniaganya adalah saluran tataniaga 2, karena saluran 2 bagian paha belakang

adalah program pangan murah bersubsidi pemerintah provinsi DKI Jakarta.

Farmer’s Share dan rasio keuntungan terhadap biaya dapat dijadikan

indikator efisiensi tataniaga. Berdasarkan Farmer’s Share yang diterima peternak

berkisar 71,43 – 91,76 %. Farmer’s Share yang tertinggi terdapat pada saluran 2

bagian paha belakang yaitu sebesar 91,76%., saluran ini adalah saluran program

pangan murah bersubsidi pemerintah provinsi DKI Jakarta. Rasio keuntungan

terhadap biaya tertinggi terdapat pada saluran tataniaga 5 bagian iga sapi yaitu

sebesar 4,67.

Page 166: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

148

Berdasarkan perhitungan efisiensi tataniaga untuk komoditas daging sapi

di DKI Jakarta yang tataniaganya melewati PD. Dharma Jaya, saluran tataniaga

yang paling efisien adalah saluran tataniaga 2 pada bagian paha belakang, karena

memiliki margin tataniaga paling kecil, dan farmer’s share yang tertinggi

dibandingkan pada saluran tataniaga yang lainnya, meskipun rasio keuntungan

terhadap biayanya bukan yang tertinggi. Hal ini menunjukan bahwa peran dan

fungsi pemerintah DKI Jakarta sangat penting dalam mengendalikan pangan di

DKI Jakarta melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang bergerak di

bidang pangan. Program pangan murah bersubsidi DKI Jakarta sudah efisien

tataniaganya untuk komoditas daging sapi.

Selanjutnya, saluran tataniaga yang efisien berikutnya adalah saluran

tataniaga 1 dan saluran tataniaga 6, yang hampir di setiap bagian daging sapi,

memiliki margin tataniaga yang kecil, farmer’s share yang tinggi dan rasio

keuntungan terhadap biayanya juga terbilang tinggi. Kedua saluran ini adalah

saluran yang konsumen bisa membeli langsung daging sapi ke PD. Dharma Jaya.

Menurut Asmarantaka (2012: 37), efisiensi tataniaga dapat dianalisis

melalui efisiensi operasional dan efisiensi harga. Analisis yang sering dilakukan

dalam kajian efisiensi operasional adalah analisis marjin pemasaran, farmer share,

dan analisis fungsi tataniaga.

Berdasarkan teori tersebut, margin tataniaga dan farmer’s share adalah

yang menjadi ukuran untuk menentukan efisiensi tataniaga. Saluran tataniaga

yang paling efisien adalah saluran tataniaga 2 pada bagian paha belakang, karena

memiliki margin tataniaga paling kecil, dan farmer’s share yang tertinggi

Page 167: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

149

dibandingkan pada saluran tataniaga yang lainnya, meskipun rasio keuntungan

terhadap biayanya bukan yang tertinggi. Saluran tataniaga yang efisien berikutnya

adalah saluran tataniaga 1 dan saluran tataniaga 6, yang hampir di setiap bagian

daging sapi, memiliki margin tataniaga yang kecil, farmer’s share yang tinggi dan

rasio keuntungan terhadap biayanya juga terbilang tinggi. Kedua saluran ini

adalah saluran yang konsumen bisa membeli langsung daging sapi ke PD. Dharma

Jaya.

Page 168: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

150

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap tataniaga daging

sapi di DKI Jakarta yang melalui PD. Dharma Jaya maka diperoleh kesimpulan:

a. Sistem tataniaga daging sapi di DKI Jakarta terdiri dari 9 buah saluran

tataniaga yaitu: Saluran tataniaga 1: Dharma Jaya-Konsumen; saluran

tataniaga 2: Dharma Jaya-Pasar Jaya-Konsumen; saluran tataniaga 3: Dharma

Jaya-distributor-konsumen; saluran tataniaga 4: Dharma Jaya-distributor-

subdistributor-konsumen; saluran tataniaga 5: Dharma Jaya-subdistributor-

konsumen; saluran tataniaga 6: Dharma Jaya-HORECA; saluran tataniaga 7:

Dharma Jaya-distributor-HORECA; saluran tataniaga 8: Dharma Jaya-

distributor-subdistributor-HORECA; dan saluran tataniaga 9: Dharma Jaya-

subdistributor-HORECA.

b. Peran dan fungsi yang dilakukan PD. Dharma Jaya terhadap tataniaga daging

sapi di DKI Jakarta adalah : (1) Pelaksana perdagangan industri daging dan

ternak DKI Jakarta, dengan menjalankan Fungsi perdagangan, pemasaran dan

distribusi ternak dan daging serta hasil ikutannya; (2) Penyedia pasokan

daging dan ternak untuk wilayah DKI Jakarta, dengan Fungsi Penunjang dan

membantu kebijaksanaan umum pemerintah dalam ketahanan pangan,

Peningkatan kesejahteraan masyarakat, khusus produk hewani dan petani

ternak, serta Pemasok dan pengadaan daging maupun ternak untuk menjamin

Page 169: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

151

ketahanan pangan; (3) Pengelola alat produksi dan usaha daging ternak serta

hasil ikutannya, dengan menjalankan Fungsi Pengelolaan usaha penyedia dan

pemotongan ternak, pengangkutan, pendistribusian, penyimpanan hingga

pengolahan daging, dan Pengelolaan alat produksi dan fasilitas lainnya; (4)

Pemberi informasi harga daging DKI Jakarta, dengan menjalankan Fungsi

sebagai pemimpin pasar dan juga sebagai pusat informasi harga daging dan

ternak di wilayah Provinsi DKI Jakarta.

c. Fungsi tataniaga yang dijalankan tiap lembaga tataniaga yaitu (1) Peternak

Luar Negeri, dengan Fungsi Penjualan, Pengangkutan, Penanggungan risiko;

(3) PD. Dharma Jaya yang menjalankan semua fungsi tataniaga yakni Fungsi

Pertukaran dengan aktivitas Penjualan dan Pembelian, Fungsi Fisik dengan

aktivitas penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan, serta Fungsi Fasilitas

di antaranya standarisasi, pembiayaan, penanggungan risiko dan informasi

pasar; (4) PD. Pasar Jaya, yang melaksanakan semua fungsi seperti PD

Dharma Jaya kecuali akivitas Pengolahan dan Pembiayaan; (5) Distributor,

yang menjalankan Fungsi Pertukaran dengan aktivitas Penjualan dan

Pembelian, Fungsi Fisik dengan aktivitas penyimpanan dan pengangkutan,

serta penanggungan risiko pada Fungsi Fasilitas; (6) Subdistributor, yang

menjalankan fungsi dan aktivitas yang sama dengan Distributor tapi juga

menjalankan aktivitas pembiayaan pada fungsi Fasilitas

d. Berdasarkan perhitungan efisiensi tataniaga untuk komoditas daging sapi,

bahwa saluran yang memiliki nilai margin terkecil adalah saluran tataniaga 6

untuk konsumen grosir dan saluran tataniaga 1 untuk konsumen individu,

Page 170: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

152

kecuali daging sapi bagian paha belakang, yang paling kecil margin

tataniaganya adalah saluran tataniaga 2. Berdasarkan Farmer’s Share yang

diterima peternak berkisar 71,43 – 91,76 %. Farmer’s Share yang tertinggi

terdapat pada saluran 2 bagian paha belakang yaitu sebesar 91,76%., saluran

ini adalah saluran program pangan murah bersubsidi pemerintah provinsi DKI

Jakarta. Rasio keuntungan terhadap biaya tertinggi terdapat pada saluran

tataniaga 5 bagian iga sapi yaitu sebesar 4,67. Saluran tataniaga yang paling

efisien adalah saluran tataniaga 2 pada bagian paha belakang, karena

memiliki margin tataniaga paling kecil, dan farmer’s share yang tertinggi

dibandingkan pada saluran tataniaga yang lainnya, meskipun rasio

keuntungan terhadap biayanya bukan yang tertinggi.

6.2. Saran

PD. Dharma Jaya sebaiknya menambah jumlah toko-toko daging

DJ Meatshop, dengan membuka toko daging baru di wilayah pemukiman

yang tersebar di lima kotamadya DKI Jakarta. Hal ini untuk memudahkan

konsumen mengakses daging sapi langsung dari PD. Dharma Jaya. Dapat

juga Dharma Jaya bekerja sama dengan Toko ketahanan pangan Toko

Tani Kementerian Pertanian Republik Indonesia untuk memperbanyak

jumlah toko daging sapi.

Page 171: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

153

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Lusiana. 2008. Analisis Tataniaga & Keterpaduan Pasar Kubis (Studi

Kasus Desa Cimenyan, Kec Cimenyan, Kab Bandung, Prov Jawa Barat)

[skripsi]. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Apriliani, Sari. 2015. Analisis Tataniaga Jagung di Kabupaten Bulukumba

[skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Anwar, Hariry. 2015. Analisis Tataniaga Ubi Jalar di Desa Purwasari

Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor [skripsi]. Fakultas Sains dan

Teknologi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Arianita, Peni. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Daging

Sapi di Indonesia [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut

Pertanian Bogor.

Asmarantaka, Ratna W. 2012. Pemasaran Agribisnis (Agrimarketing).

Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistik Nasional. Jakarta Dalam Angka 2016. Badan Pusat

Statistik. Jakarta.

[BPS] Badan Pusat Statistik Nasional. Jakarta Dalam Angka 2017. Badan Pusat

Statistik. Jakarta.

CIA World Factbook, 2017. United Nations Analytical Report for the 2004

revision of World Population Prospects. [online]. www.cia.gov/library.

Diakses pada tanggal 23 Mei 2017.

Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Dharma Jaya. 2016. Bagian-Bagian Daging Sapi. PD. Dharma Jaya. Jakarta.

Dharma Jaya. 2017. Peta Lokasi Perusahaan Daerah Dharma Jaya. Jakarta.

[online]. www.dharmajaya.co.id. Diakses pada tanggal 10 April 2017.

Dirjen Tanaman Pangan Kemenetrian Pertanian, 2015. Produksi Daging Sapi,

Impor Daging Sapi dan Harga Daging Sapi Nasional. Kementerian

Pertanian. Jakarta.

Page 172: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

154

Forrest et al. 1992. Analisis Mikrobiologi Pangan. [online]. Id.shvoong.com.

diakses pada tanggal 9 Februari 2017.

Gultom, H. 1996. Tataniaga Pertanian. Universitas Sumatera Utara Press.

Medan.

Hanafie, Rita, 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penerbit ANDI. Yogyakarta.

Hanafiah AM dan Saefuddin AM. 2006. Tataniaga Hasil Perikanan. Jakarta:

Universitas Indonesia Press.

Ikatan Minat Profesi Veteriner, Kelompok Ternak Besar. 2012. Rincian Jenis

Potongan Daging Sapi. Jakarta.

Kohls RL, Uhl JN. 2002. Marketing of Agricultural Products Six Edition.

Macmilian Publishing Company. New York.

Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium, Prehallindo. Jakarta.

Kementerian Pertanian Republik Indonesia, 2017. Konsumsi Daging Sapi

Nasional 2010-2015. [online] www.pertanian.go.id. Diakses pada 10

Februari 2017.

Limbong dan Sitorus. 1997. Pengantar Tataniaga Pertanian. Jurusan Ilmu – ilmu

Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Bogor

Manulang, Martin Max R, 2013. Tinjauan Yuridis Terhadap Privatisasi BUMD

Melalui Mekanisme Initial Public Offering (IPO). Universitas Sumatera

Utara. Medan.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. 1985. Peraturan Daerah No.5 Tahun 1985

Tentang Perusahaan Daerah Dharma Jaya Daerah Khusus Ibukota

Jakarta. Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 1985.

Jakarta

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. 2008. Peraturan Gubernur Provinsi DKI

Jakarta No. 66 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tatakerja

Perusahaan Daerah Dharma Jaya. Gubernur Provinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta Tahun 2008. Jakarta

Rahardi. 2000. Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Republik Indonesia. 1962. Undang-Undang No. 5 Tahun 1962 Tentang

Perusahaan Daerah. Sekretaris Negara Tahun 1962. Jakarta.

Page 173: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

155

Republik Indonesia. 2015. Rencana strategis Kementerian Pertanian periode

2015-2019. Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Jakarta.

Romans et al. 1994. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian.

Liberty. Yogyakarta.

Soekartawi, 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Pertanian Teori dan

Aplikasinya. Rajawali. Jakarta.

Sudiyono A. 2001. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang

Press. Malang.

Sugeng B. 2008. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Depok.

Suhairia. 2007. Pemanasan Berulan Terhadap Kandungan Gizi “SIE ROUBOH”

Makanan Tradisional Aceh. IPB Press. Bogor.

Sutrisno, Agus. 2010. Rancangan Pengukuran Kinerja Dengan Pendekatan

Balanced Scorecard di PT Bumitama Gunajaya Agro [Tesis]. Sekolah

Pascasarjana Manajemen dan Bisnis. Institut Pertanian Bogor.

United States Department of Agriculture National Nutrient Database. 2017.

Agricultural Research Service. USA

Wagiono K. 2009. Daya saing dan Sistem Pemasaran Manggis Indonesia.

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Page 174: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

LAMPIRAN

Page 175: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

157

Lampiran 1. Instrumen Penelitian

NO Yang di

Teliti Variabel Deskripsi

Instrumen

Penelitian

W K O

1

Peran dan

Fungsi PD.

Dharma Jaya

a. Pelaksana

perdagangan

Identifikasi praktek

kesesuaian dengan perda

dan pergub serta konsep

tataniaga

√ √

b.Penyedia

pasokan √ √

c. Pengelola usaha √ √

d.Informasi harga √ √

2 Saluran

Tataniaga

a. peta saluran

tataniaga

b. lembaga yang

terlibat

peta saluran tataniaga dari

PD. Dharma Jaya hingga

sampai ke konsumen

melalui berapa saluran

√ √

√ √

c. Jumlah pasokan Jumlah pasokan daging

dari satu lembaga ke

lambaga lainnya

d. Harga daging Harga daging dari satu

lembaga ke lembaga

lainnya

3 Fungsi

Tataniaga

Fungsi tataniaga

tiap lembaga

- Fungsi

pertukaran

- Fungsi fisik

- Fungsi fasilitas

Lembaga :

a. PD. Dharma Jaya

b. PD. Pasar Jaya

c. Distributor

d. Subdistributor

Keterangan :

W : Wawancara

K : Kuisioner

O : Observasi

Page 176: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

158

Lampiran 2. Daftar Pertanyaan Wawancara dengan bidang penelitian dan

pengembangan PD. Dharma Jaya

1. Dalam perda No.5 tahun 1985, pasal 5, disebutkan bahwa PD. Dharma Jaya bertujuan

membantu dan menunjang kebijaksanaan umum pemerintah daerah dalam rangka

ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khusus produk

hewani dan petani ternak.

1.1 Apakah yang dimaksud disini adalah kebijakan atau kebijaksanaan?

1.2 Peran apa yang dilaksanakan PD. Dharma Jaya untuk melaksakan tujuan tersebut?

1.3 Apakah yang dimaksud dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khusus

produk hewani dan petani ternak?

1.4 Bagaimana Dharma Jaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat tersebut?

2. Dalam pergub no. 66 Tahun 2008, tertulis usaha yang dilaksanakan PD. Dharma Jaya,

perdagangan ternak dan daging, pemasaran dan distribusi daging dan ternak.

2.1 Apakah perbedaan dari perdagangan dan pemasaran serta distribusi dalam

pergub tersebut?

3. Tersebut dalam pergub tersebut, PD. Dharma Jaya melaksanakan perdagangan ternak

dan daging termasuk hasil ikutannya. Apakah yang dimaksud dengan hasil ikutannya

disini?

4. Tertulis dalam perda No. 11 Tahun 2013, pasal 5, bahwa Dharma Jaya melakukan

usaha pendistribusian, pengangkutan dan pemasaran produk hewani. Apakah

perbedaan dari pendistribusian, pengangkutan dan pemasaran?

5. Kegiatan usaha apa saja yang dikelola PD. Dharma Jaya?

6. Adakah rencana strategi perusahaan untuk menjalankan tugas dan fungsi perusahaan

sebagai pengelola usaha dan fasilitas dalam industry daging, serta dalam memenuhi

pasokan daging sapi di DKI Jakarta?

6.1 Jika ada, seperti apa rencana strategi tersebut?

6.2 Bagaimana penyusunan rencana strategi tersebut?

7. Disebutkan dalam Perda No.11 Tahun 2013, Dharma Jaya sebagai penyedia ternak

potong dan dikuatkan oleh pergub, bahwa Dharma Jaya melaksanakan pengadaan

daging dan ternak.

7.1 Bagaimana Dharma Jaya sebagai pelaksana pengadaan daging sapi?

Page 177: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

159

Lampiran 2 (Lanjutan)

8. Pada Perda, tertulis usaha yang dilakukan PD. Dharma Jaya, (a) penampungan ternak

potong, (b) mengelola RPH dan pemotongan ternak

8.1 Apakah ada perbedaan antara penampungan ternak dengan RPH?

8.2 Rumah potong hewan dengan pemotongan ternak apakah berbeda?

9. Bagaimana pengelolaan RPH di Dharma Jaya?

10. Tertulis juga dalam Pergub, bahwa PD. Dharma Jaya mengelola penggemukan sapi,

apa perbedaan dari penampungan sapi, penggemukan sapi dan pemotongan sapi di

sini?

11. Bagaimana pengelolaan penggemukan sapi di PD. Dharma Jaya?

12. Dalam Perda dan Pergub, PD. Dharma Jaya mengelola tempat penyimpanan/gudang

dingin daging. Seperti apa fasilitas tersebut dan bagaimana pengelolaannya?

13. Dalam Perda dan Pergub, PD. Dharma Jaya melaksanakan usaha lain yang sesuai

dengan tujuan dan usaha perusahaan. Usaha apa saja kah yang dimaksud?

14. Visi Dharma Jaya adalah menjadi pemasar terkemuka serta sebagai pemimpin pasar

dalam perdagangan dan industri daging di Jakarta.

14.1 Apa yang dimaksud dengan pemasar terkemuka?

14.2 Dan bagaimana Dharma Jaya selama ini menjalankan usaha sehingga bisa

menjadi pemasar terkemuka?

15. Apa perbedaan antara pemasar terkemuka dengan pemimpin pasar yang dimaksud

dalam visi ini?

16. Apakah PD. Dharma Jaya menjadi pusat informasi harga daging sapi di DKI

Jakarta? Seperti apa penentuan harga daging sapi?

Page 178: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

160

Lampiran 3. Daftar Pertanyaan Wawancara dengan divisi perdagangan PD. Dharma

Jaya

A. Saluran Tataniaga

1. Bagaimana rantai tataniaga daging sapi dari PD. Dharma Jaya sampai kepada

konsumen?

2. Dari mana sajakah PD. Dharma Jaya mendapatkan pasokan daging sapi?

NO Jenis Sumber Jumlah (kg) Harga/kg (Rp)

1 Sapi lokal

1.

2.

3.

2 Sapi penggemukan

1.

2.

3.

3 Daging impor

1.

2.

3.

3. Berapakah frekuensi penerimaan daging sapi ke PD. Dharma Jaya?

4. PD. Dharma Jaya melakukan penjualan daging sapi kemana saja?

NO Lembaga Harga Jual/Kg (RP) Jumlah (Kg) Sistem pembayaran

5. Berapakah frekuensi pengeluaran daging sapi dari PD. Dharma Jaya?

Page 179: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

161

Lampiran 3 (Lanjutan)

B. Fungsi-Fungsi Tataniaga

1. Pemasok daging sapi untuk PD. Dharma Jaya apakah melakukan aktivitas

penjualan daging sapi hanya kepada pihak PD, Dharma Jaya? Adakah

kemitraan atau bagaimana bentuk perjanjian jual belinya? (peternak local dan

importir)

2. Biaya apa saja yang ditanggung oleh pihak pemasok daging sapi? (peternak

local dan importir)

3. Adakah penanggungan resiko oleh pihak pemasok daging sapi? (peternak local

dan importir)

4. Apakah pemasok melakukan pengemasan produk? (peternak lokal dan

importir)

5. Bagaimana kesepakatan atau penentuan harga daging sapi antara pemasok

dengan pihak PD. Dharma Jaya? (peternak local dan importir)

6. Kegiatan apa saja yang dilakukan di PD. Dharma Jaya?

a. Pemeliharaan f. Penyortiran

b. Pemotongan g. Penanggungan resiko

c. Pengarkasan h. Pengemasan

d. Penyimpanan i. Pengangkutan

e. Pembelian j. Penjualan

7. Berapakah besar biaya yang dikeluarkan di PD. Dharma Jaya?

Biaya :

- Pengangkutan

- Tenaga kerja

- Pemotongan

- Penyimpanan

- Penyusutan

- Sortasi

- Lain-lain ………….

8. Seperti apa sistem penyimpanan yang dilakukan PD. Dharma Jaya?

a. Jumlah yang disimpan ……………………

b. Lama penyimpanan ………………………

Page 180: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

162

Lampiran 3 (Lanjutan)

c. Cara penyimpanan ………………………..

d. Lokasi penyimpanan ………………………

9. Apakah PD. Dharma Jaya bertanggung jawab dalam pengangkutan daging sapi

untuk semua konsumen?

10. Apakah PD. Dharma Jaya melakukan pengemasan produk? Seperti apa

pengemasannya?

11. Penanggungan resiko apa saja yang menjadi tanggung jawab PD. Dharma

Jaya?

12. Adakah sistem standarisasi di PD. Dharma Jaya? Jika ada, seperti apa?

13. Bagaimana PD. Dharma Jaya dalam penentuan harga daging sapi?

14. Apakah PD. Dharma Jaya menjadi pusat informasi harga dan penentu harga

daging sapi di Jakarta? Jika iya, bagaimana sistemnya?

15. Apa saja hambatan dalam menjalankan kegiatan penjualan dan pemenuhan

pasokan daging sapi di DKI Jakarta?

Page 181: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

163

Lampiran 4. Daftar Pertanyaan Wawancara dengan PD. Pasar Jaya

1. PD. Pasar Jaya mendapatkan pasokan daging sapi dari PD. Dharma Jaya dengan tipe

daging apa saja, dengan harga berapa dan berapa jumlahnya?

NO Jenis Daging

Sapi

Harga daging/Kg (Rp) Jumlah (kg)

2. Berapakah frekuensi penerimaan daging sapi dari PD. Dharma Jaya ke PD. Pasar Jaya?

3. PD. Pasar Jaya mendistribusikan daging sapi kemana saja?

NO Lembaga Harga daging/Kg

(Rp)

Jumlah (kg) Sistem Pembayaran

4. Berapakah frekuensi pengeluaran daging sapi dari PD. Pasar Jaya kepada pedagang

pengecer?

5. Adakah perjanjian atau ketentuan dari PD. Pasar Jaya kepada pedagang pengecer yang

menerima distribusi daging sapi dari PD. Dharma Jaya?

Page 182: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

164

Lampiran 4 (Lanjutan)

Wawancara dengan PD. Pasar Jaya

1. Kegiatan apa saja yang dilakukan di PD. Pasar Jaya?

a. Pembelian

b. Pemotongan

c. Penyimpanan

d. Pengemasan

e. Pengangkutan

f. Penanggungan resiko

g. Penjualan

2. Berapakah besar biaya yang dikeluarkan di PD. Pasar Jaya?

Biaya :

a. Pengangkutan

b. Tenaga kerja

c. Penyimpanan

d. Penyusutan

e. Sortasi

f. Lain-lain ………….

3. Seperti apa sistem penyimpanan yang dilakukan PD. Pasar Jaya?

a. Jumlah yang disimpan ……………………

b. Lama penyimpanan ………………………

c. Cara penyimpanan ………………………..

d. Lokasi penyimpanan ………………………

4. Apakah PD. Pasar Jaya melakukan pengemasan produk? Seperti apa pengemasannya?

5. Penanggungan resiko apa saja yang menjadi tanggung jawab PD. Pasar Jaya?

6. Adakah sistem standarisasi di PD. Pasar Jaya? Jika ada, seperti apa?

7. Bagaimana PD. Pasar Jaya dalam penentuan harga daging sapi?

8. Apakah PD. Pasar Jaya menjadi pusat informasi ?

9. Apa saja hambatan dalam menjalankan kegiatan penjualan dan pemenuhan pasokan daging

sapi di DKI Jakarta?

Page 183: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

165

Lampiran 5. Kuisioner Distributor

KUESIONER PENELITIAN

Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian dalam rangka penulisan skripsi program

sarjana yang dilakukan oleh :

Nama/NIM : Khoiriyyah/1111092000058

Jurusan/Fakultas : Agribisnis/Sains dan Teknologi

Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Peneliti mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner ini

secara lengkap dan benar agar informasi ilmiah yang disajikan dapat

dipertanggungjawabkan dan tercapai hasil yang diinginkan. Informasi yang diterima dari

kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis dan tidak

ada jawaban yang salah dalam pengisian kuesioner ini.

Kuesioner ini akan diisi oleh Distributor

A. Saluran Tataniaga

1. Distributor ini mendapatkan pasokan daging sapi dari PD. Dharma Jaya dengan tipe

daging apa saja, dengan harga berapa dan jumlah berapa?

NO Jenis Daging Sapi Harga daging/Kg (Rp) Jumlah (kg)

1. Dalam satu bulan, berapa kali penerimaan daging sapi dari PD. Dharma Jaya?

.....…………………………………………………………………………......

…………………………………………………………………………………

2. Bentuk kerjasama apa antara distributor ini dengan PD. Pasar Jaya dalam perdagangan

daging sapi?

.....………………………………………………………..................................

…………………………………………………………………………………

Page 184: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

166

Lampiran 5 (Lanjutan)

3. Bagaimana sistem pembayaran kepada PD. Dharma Jaya dalam perdagangan daging

sapi …………………………………………………………...............

…………………………………………………………………………………

4. Penjualan/ distribusi daging sapi dilakukan kemana saja?

NO Lembaga Harga daging/Kg (Rp) Jumlah (kg) Sistem Pembayaran

5. Dalam satu bulan, berapa kali pengeluaran daging sapi dari distributor kepada

subdistributor?

.....………………………………………………………………..………………………

…………………………………………………………………..

6. Adakah perjanjian dari distributor kepada subdistributor yang menerima distribusi

daging sapi dari PD. Dharma Jaya?

a. Ya b. Tidak

Jika ada, seperti apa perjanjiannya?

.....……………………………………………….………………………………………

…………………………………………………...............................

Page 185: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

167

Lampiran 5 (Lanjutan)

B. Fungsi-Fungsi Tataniaga

Petunjuk Pengisian : Berikan tanda silang (X) pada jawaban pilihan Bapak/Ibu, setelah itu isi

penjelasan pilihan jawaban di kolom isian

7. Kegiatan apa saja yang dilakukan?

a. Pembelian e. Pengangkutan

b. Pemotongan f. Penanggungan resiko

c. Penyimpanan g. Penjualan

d. Pengemasan h. Lainnya……………………………….

8. Berapakah besar biaya yang dikeluarkan?

Biaya :

a. Pengangkutan : …………………………………………………

b. Tenaga kerja : …………………………………………………

c. Penyimpanan : …………………………………………………

d. Penyusutan : …………………………………………………

e. Sortasi : …………………………………………………

f. Lain-lain ………………………………………………….

9. Seperti apa sistem penyimpanan yang dilakukan?

a. Jumlah yang disimpan ……………………

b. Lama penyimpanan ………………………

c. Cara penyimpanan ………………………..

d. Lokasi penyimpanan ………………………

10. Apakah melakukan pengemasan produk?

a. Ya b. Tidak

Seperti apa pengemasannya? ..........................................................................

………………………………………………………………………………….

11. Apakah Jaya menanggung resiko selama proses perdagangan daging sapi hingga sampai

ke tangan konsumen?

a. Ya b. Tidak

12. Penanggungan resiko apa saja yang menjadi tanggung jawab

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

Page 186: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

168

Lampiran 5 (Lanjutan)

13. Apakah ada sistem standarisasi dalam perdagangan daging sapi?

a. Ya b. Tidak

Jika ada, seperti apa? ...................................................................................

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

14. Apakah menjadi pusat informasi harga?

a. Ya b. Tidak

Jika ada, seperti apa pusat informasi harganya ? .......................................

…………………………………………………………………………………

Page 187: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

169

Lampiran 6. Daftar Distributor

BUMD 1. PD. Pasar Jaya

Distributor 2. PT. Argamakmur P S

3. CV. Penta Beef

4. Indo Segar Lombok

5. CV. Prima Jaya

6. PT. Fajar Jaya A

7. PT. Puri Pangan

8. PT. Indodairy

9. Gastronomi Indonesia

10. PT. Lentera Dunia

11. PT. Melindo Tiara A

12. PT. Harsa Duta M

13. PT. Quantum Food I

14. PT. Sahani

Page 188: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

170

Lampiran 7. Kuisioner Subdistributor

KUESIONER PENELITIAN

Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian dalam rangka penulisan skripsi program

sarjana yang dilakukan oleh :

Nama/NIM : Khoiriyyah/1111092000058

Jurusan/Fakultas : Agribisnis/Sains dan Teknologi

Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Peneliti mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner ini

secara lengkap dan benar agar informasi ilmiah yang disajikan dapat

dipertanggungjawabkan dan tercapai hasil yang diinginkan. Informasi yang diterima dari

kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis dan tidak

ada jawaban yang salah dalam pengisian kuesioner ini.

Kuesioner ini akan diisi oleh Subdistributor

A. Saluran Tataniaga

1. Subdistributor ini mendapatkan pasokan daging sapi dari PD. Dharma Jaya dengan tipe

daging apa saja, dengan harga berapa dan jumlah berapa?

NO Jenis Daging Sapi Harga daging/Kg (Rp) Jumlah (kg)

2. Dalam satu bulan, berapa kali penerimaan daging sapi dari PD. Dharma Jaya?

.....…………………………………………………………………………......……………

……………………………………………………………………

Page 189: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

171

Lampiran 7 (Lanjutan)

3. Bentuk kerjasama apa antara subdistributor ini dengan PD. Pasar Jaya dalam perdagangan

daging sapi?

.....………………………………………………………..................................

…………………………………………………………………………………

4. Bagaimana sistem pembayaran kepada PD. Dharma Jaya dalam perdagangan daging sapi

…………………………………………………………...................................

…………………………………………………………………………………

5. Penjualan/ distribusi daging sapi dilakukan kemana saja?

NO Lembaga Harga daging/Kg (Rp) Jumlah (kg) Sistem Pembayaran

B. Fungsi-Fungsi Tataniaga

Petunjuk Pengisian : Berikan tanda silang (X) pada jawaban pilihan Bapak/Ibu, setelah itu isi

penjelasan pilihan jawaban di kolom isian

1. Kegiatan apa saja yang dilakukan?

a. Pembelian e. Pengangkutan

b. Pemotongan f. Penanggungan resiko

c. Penyimpanan g. Penjualan

d. Pengemasan h. Lainnya……………………………….

2. Berapakah besar biaya yang dikeluarkan?

Biaya :

a. Pengangkutan : …………………………………………………

b. Tenaga kerja : …………………………………………………

c. Penyimpanan : …………………………………………………

d. Penyusutan : …………………………………………………

e. Sortasi : …………………………………………………

f. Lain-lain ………………………………………………….

Page 190: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

172

Lampiran 7 (Lanjutan)

3. Seperti apa sistem penyimpanan yang dilakukan?

a. Jumlah yang disimpan ……………………

b. Lama penyimpanan ………………………

c. Cara penyimpanan ………………………..

d. Lokasi penyimpanan ………………………

4. Apakah melakukan pengemasan produk?

a. Ya b. Tidak

Seperti apa pengemasannya? ..........................................................................

………………………………………………………………………………….

5. Apakah Jaya menanggung resiko selama proses perdagangan daging sapi hingga sampai ke

tangan konsumen?

a. Ya b. Tidak

2. Penanggungan resiko apa saja yang menjadi tanggung jawab

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

3. Apakah ada sistem standarisasi dalam perdagangan daging sapi?

a. Ya b. Tidak

Jika ada, seperti apa? ...................................................................................

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

4. Apakah menjadi pusat informasi harga?

a. Ya b. Tidak

Jika ada, seperti apa pusat informasi harganya ? .......................................

…………………………………………………………………………………

Page 191: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

173

Lampiran 8. Daftar Subdistributor

Subdistributor 1. CV. Heifer Farm Shop

2. PPT. Solena

3. Sinar Beef

4. Harsa Duta

5. Ade Meat

6. UD Jaya

Page 192: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

174

Lampiran 9. Daftar HORECA

HORECA 1. Limo Resto Sunter Mall

2. PT. Valentina Cita Boga

3. Tawang Mangy Resto

4. Sate Padang Murni

5. Grand Hotel Cempaka

6. Ayu Krisna Catering

7. Catering Bersih Halal

Page 193: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

175

Lampiran 10. Rincian Margin Tataniaga Daging Sapi

Bagian Paha Belakang LEMBAGA

TATANIAGA URAIAN

SALURAN

1

SALURAN

2

SALURAN

3

SALURAN

4

SALURAN

5

SALURAN

6

SALURAN

7

SALURAN

8

SALURAN

9

Harga harga harga harga harga harga harga harga harga

LN HARGA JUAL 78000 78000 78000 78000 78000 78000 78000 78000 78000

DJ HARGA BELI 78000 78000 78000 78000 78000 78000 78000 78000 78000

BIAYA 4481 3372 3372 3372 3372 3372 3372 3372 3372

KEUNTUNGAN 6519 1128 3128 3128 4128 5128 3128 3128 4128

HARGA JUAL 89000 82500 84500 84500 85500 86500 84500 84500 85500

MARGIN 11000 4500 6500 6500 7500 8500 6500 6500 7500

PJ HARGA BELI 82500

BIAYA 40

KEUNTUNGAN 2460

*SUBSIDI

PEMERINTAH 50.000 HARGA JUAL 85000

MARGIN 2500

DISTRIBUTOR HARGA BELI 84500 84500 84500 84500

BIAYA 1763 1763 1763 1763

KEUNTUNGAN 3737 2237 2237 2237

HARGA JUAL 90000 88500 88500 88500

MARGIN 5500 4000 4000 4000

SUBDISTRIBUTOR HARGA BELI 88500 85500 88500 85500

BIAYA 1167 1167 1167 1167

KEUNTUNGAN 2333 5333 333 3333

HARGA JUAL 92000 92000 90000 90000

MARGIN 3500 6500 1500 4500

TOTAL BIAYA (RP/KG) 4481 3412 5135 6302 4539 3372 5135 6302 4539

TOTAL KEUNTUNGAN (RP/KG) 6519 3588 6865 7698 9461 5128 5365 5698 7461

TOTAL MARGIN TATANIAGA (RP/KG) 11000 7000 12000 14000 14000 8500 10500 12000 12000

KONSUMEN PERSEORANGAN HORECA

Page 194: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

176

Lampiran 10 (Lanjutan)

Margin tataniaga bagian paha depan daging sapi

LEMBAGA TATANIAGA URAIAN

SALURAN

1

SALURAN

3

SALURAN

4

SALURAN

5

SALURAN

6

SALURAN

7

SALURAN

8

SALURAN

9

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

LN HARGA JUAL 66000 66000 66000 66000 66000 66000 66000 66000

DJ

HARGA BELI 66000 66000 66000 66000 66000 66000 66000 66000

BIAYA 7743 6242 6242 6242 6242 6242 6242 6242

KEUNTUNGAN 11257 7758 7758 9758 10758 7758 7758 9758

HARGA JUAL 85000 80000 80000 82000 83000 80000 80000 82000

MARGIN 19000 14000 14000 16000 17000 14000 14000 16000

PJ

HARGA BELI

BIAYA

KEUNTUNGAN

HARGA JUAL

MARGIN

DISTRIBUTOR

HARGA BELI 80000 80000 80000 80000

BIAYA 1763 1763 1763 1763

KEUNTUNGAN 6237 3237 3237 3237

HARGA JUAL 88000 85000 85000 85000

MARGIN 8000 5000 5000 5000

SUBDISTRIBUTOR

HARGA BELI 85000 82000 85000 82000

BIAYA 1167 1167 1167 1167

KEUNTUNGAN 3833 6833 1833 4833

HARGA JUAL 90000 90000 88000 88000

MARGIN 5000 8000 3000 6000

TOTAL BIAYA (RP/KG) 7743 8005 9172 7409 6242 8005 9172 7409

TOTAL KEUNTUNGAN (RP/KG) 11257 13995 14828 16591 10758 10995 12828 14591

TOTAL MARGIN TATANIAGA (RP/KG) 19000 22000 24000 24000 17000 19000 22000 22000

KONSUMEN PERSEORANGAN HORECA

Page 195: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

177

Lampiran 10 (Lanjutan)

Margin tataniaga bagian hati sapi

LEMBAGA TATANIAGA URAIAN

SALURAN

1

SALURAN

3

SALURAN

4

SALURAN

5

SALURAN

6

SALURAN

7

SALURAN

8

SALURAN

9

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

LN HARGA JUAL 35000 35000 35000 35000 35000 35000 35000 35000

DJ HARGA BELI 35000 35000 35000 35000 35000 35000 35000 35000

BIAYA 4692 4692 4692 4692 4692 4692 4692 4692

KEUNTUNGAN 5308 2308 2308 3808 4308 2308 2308 3308

HARGA JUAL 45000 42000 42000 43500 44000 42000 42000 43000

MARGIN 10000 7000 7000 8500 9000 7000 7000 8000

PJ HARGA BELI

BIAYA

KEUNTUNGAN

HARGA JUAL

MARGIN

DISTRIBUTOR HARGA BELI 42000 42000 42000 42000

BIAYA 1763 1763 1763 1763

KEUNTUNGAN 3237 2237 2237 2237

HARGA JUAL 47000 46000 46000 46000

MARGIN 5000 4000 4000 4000

SUBDISTRIBUTOR HARGA BELI 46000 43500 46000 43000

BIAYA 1167 1167 1167 1167

KEUNTUNGAN 1833 4333 833 3833

HARGA JUAL 49000 49000 48000 48000

MARGIN 3000 5500 2000 5000

TOTAL BIAYA (RP/KG) 4692 6455 7622 5859 4692 6455 7622 5859

TOTAL KEUNTUNGAN (RP/KG) 5308 5545 6378 8141 4308 4545 5378 7141

TOTAL MARGIN TATANIAGA (RP/KG) 10000 12000 14000 14000 9000 11000 13000 13000

KONSUMEN PERSEORANGAN HORECA

Page 196: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

178

Lampiran 10 (Lanjutan)

Margin tataniaga bagian sengkel/shank sapi (semur)

LEMBAGA TATANIAGA URAIAN

SALURAN

1

SALURAN

3

SALURAN

4

SALURAN

5

SALURAN

6

SALURAN

7

SALURAN

8

SALURAN

9

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

LN HARGA JUAL 72500 72500 72500 72500 72500 72500 72500 72500

DJ HARGA BELI 72500 72500 72500 72500 72500 72500 72500 72500

BIAYA 4867 4867 4867 4867 4867 4867 4867 4867

KEUNTUNGAN 5633 2133 2133 3633 4133 2133 2133 3633

HARGA JUAL 83000 79500 79500 81000 81500 79500 79500 81000

MARGIN 10500 7000 7000 8500 9000 7000 7000 8500

PJ HARGA BELI

BIAYA

KEUNTUNGAN

HARGA JUAL

MARGIN

DISTRIBUTOR HARGA BELI 79500 79500 79500 79500

BIAYA 1763 1763 1763 1763

KEUNTUNGAN 3737 2237 2237 1737

HARGA JUAL 85000 83500 83500 83000

MARGIN 5500 4000 4000 3500

SUBDISTRIBUTOR HARGA BELI 83500 81000 83000 81000

BIAYA 1167 1167 1167 1167

KEUNTUNGAN 2333 4833 1333 3333

HARGA JUAL 87000 87000 85500 85500

MARGIN 3500 6000 2500 4500

TOTAL BIAYA (RP/KG) 4867 6630 7797 6034 4867 6630 7797 6034

TOTAL KEUNTUNGAN (RP/KG) 5633 5870 6703 8466 4133 4370 5203 6966

TOTAL MARGIN TATANIAGA (RP/KG) 10500 12500 14500 14500 9000 11000 13000 13000

KONSUMEN PERSEORANGAN HORECA

Page 197: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

179

Lampiran 10 (Lanjutan)

Margin tataniaga daging bahan 90 dan 95 CL (Sop)

LEMBAGA TATANIAGA URAIAN

SALURAN

1

SALURAN

2

SALURAN

3

SALURAN

4

SALURAN

5

SALURAN

6

SALURAN

7

SALURAN

8

SALURAN

9

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

LN HARGA JUAL 68000 68000 68000 68000 68000 68000 68000 68000 68000

DJ HARGA BELI 68000 68000 68000 68000 68000 68000 68000 68000 68000

BIAYA 3622 3372 3622 3622 3622 3622 3622 3622 3622

KEUNTUNGAN 5378 3628 2378 2378 3378 4378 2378 2378 3378

HARGA JUAL 77000 75000 74000 74000 75000 76000 74000 74000 75000

MARGIN 9000 7000 6000 6000 7000 8000 6000 6000 7000

PJ HARGA BELI 75000

BIAYA 40

KEUNTUNGAN 4960

HARGA JUAL 80000

MARGIN 5000

DISTRIBUTOR HARGA BELI 74000 74000 74000 74000

BIAYA 1763 1763 1763 1763

KEUNTUNGAN 4237 2237 2237 2237

HARGA JUAL 80000 78000 78000 78000

MARGIN 6000 4000 4000 4000

SUBDISTRIBUTOR HARGA BELI 78000 75000 78000 75000

BIAYA 1167 1167 1167 1167

KEUNTUNGAN 2833 5833 833 3833

HARGA JUAL 82000 82000 80000 80000

MARGIN 4000 7000 2000 5000

TOTAL BIAYA (RP/KG) 3622 3412 5385 6552 4789 3622 5385 6552 4789

TOTAL KEUNTUNGAN (RP/KG) 5378 8588 6615 7448 9211 4378 4615 5448 7211

TOTAL MARGIN TATANIAGA (RP/KG) 9000 12000 12000 14000 14000 8000 10000 12000 12000

KONSUMEN PERSEORANGAN HORECA

Page 198: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

180

Lampiran 10 (Lanjutan)

Margin tataniaga bagian iga sapi

LEMBAGA TATANIAGA URAIAN

SALURAN

1

SALURAN

3

SALURAN

4

SALURAN

5

SALURAN

6

SALURAN

7

SALURAN

8

SALURAN

9

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

LN HARGA JUAL 65000 65000 65000 65000 65000 65000 65000 65000

DJ HARGA BELI 65000 65000 65000 65000 65000 65000 65000 65000

BIAYA 3592 3592 3592 3592 3592 3592 3592 3592

KEUNTUNGAN 16408 9408 9408 11408 12408 9408 9408 11408

HARGA JUAL 85000 78000 78000 80000 81000 78000 78000 80000

MARGIN 20000 13000 13000 15000 16000 13000 13000 15000

PJ HARGA BELI

BIAYA

KEUNTUNGAN

HARGA JUAL

MARGIN

DISTRIBUTOR HARGA BELI 78000 78000 78000 78000

BIAYA 1763 1763 1763 1763

KEUNTUNGAN 9237 7237 7237 7237

HARGA JUAL 89000 87000 87000 87000

MARGIN 11000 9000 9000 9000

SUBDISTRIBUTOR HARGA BELI 87000 80000 87000 80000

BIAYA 1167 1167 1167 1167

KEUNTUNGAN 3833 10833 2833 9833

HARGA JUAL 92000 92000 91000 91000

MARGIN 5000 12000 4000 11000

TOTAL BIAYA (RP/KG) 3592 5355 6522 4759 3592 5355 6522 4759

TOTAL KEUNTUNGAN (RP/KG) 16408 18645 20478 22241 12408 16645 19478 21241

TOTAL MARGIN TATANIAGA (RP/KG) 20000 24000 27000 27000 16000 22000 26000 26000

KONSUMEN PERSEORANGAN HORECA

Page 199: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

181

Lampiran 11. Rincian Farmer’s Share

a. Farmer's Share daging sapi bagian paha belakang

Saluran Tataniaga Harga di tingkat

produsen (Rp/Kg)

Harga di Tingkat

Konsumen (Rp/Kg)

Margin

tataniaga

Farmer's

Share

saluran tataniaga 1 78000 89000 11000 87.64%

saluran tataniaga 2 78000 85000 7000 91.76%

saluran tataniaga 3 78000 90000 12000 86.67%

saluran tataniaga 4 78000 92000 14000 84.78%

saluran tataniaga 5 78000 92000 14000 84.78%

saluran tataniaga 6 78000 86500 8500 90.17%

saluran tataniaga 7 78000 88500 10500 88.14%

saluran tataniaga 8 78000 90000 12000 86.67%

saluran tataniaga 9 78000 90000 12000 86.67%

b. Farmer's Share daging sapi bagian paha depan

Saluran Tataniaga Harga di tingkat

produsen (Rp/Kg)

Harga di Tingkat

Konsumen (Rp/Kg)

Margin

tataniaga

Farmer's

Share

saluran tataniaga 1 66000 85000 19000 77.65%

saluran tataniaga 2

saluran tataniaga 3 66000 88000 22000 75.00%

saluran tataniaga 4 66000 89000 23000 74.16%

saluran tataniaga 5 66000 90000 24000 73.33%

saluran tataniaga 6 66000 83000 17000 79.52%

saluran tataniaga 7 66000 85000 19000 77.65%

saluran tataniaga 8 66000 88000 22000 75.00%

saluran tataniaga 9 66000 88000 22000 75.00%

Page 200: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

182

Lampiran 11 (Lanjutan)

c. Farmer's Share hati sapi

Saluran Tataniaga Harga di tingkat

produsen (Rp/Kg)

Harga di Tingkat

Konsumen (Rp/Kg)

Margin

tataniaga

Farmer's

Share

saluran tataniaga 1 35000 45000 10000 77.78%

saluran tataniaga 2

saluran tataniaga 3 35000 47000 12000 74.47%

saluran tataniaga 4 35000 49000 14000 71.43%

saluran tataniaga 5 35000 49000 14000 71.43%

saluran tataniaga 6 35000 44000 9000 79.55%

saluran tataniaga 7 35000 46000 11000 76.09%

saluran tataniaga 8 35000 48000 13000 72.92%

saluran tataniaga 9 35000 48000 13000 72.92%

d. Farmer's Share daging sapi bagian sengkel (shank)

Saluran

Tataniaga

Harga di tingkat

produsen (Rp/Kg)

Harga di Tingkat

Konsumen (Rp/Kg)

Margin

tataniaga

Farmer's

Share

saluran tataniaga 1 72500 83000 10500 87.35%

saluran tataniaga 2

saluran tataniaga 3 72500 85000 12500 85.29%

saluran tataniaga 4 72500 87000 14500 83.33%

saluran tataniaga 5 72500 87000 14500 83.33%

saluran tataniaga 6 72500 81500 9000 88.96%

saluran tataniaga 7 72500 83500 11000 86.83%

saluran tataniaga 8 72500 85500 13000 84.80%

saluran tataniaga 9 72500 85500 13000 84.80%

Page 201: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

183

Lampiran 11 (Lanjutan)

e. Farmer's Share daging sapi bahan 90 dan 95 CL

Saluran

Tataniaga

Harga di tingkat

produsen (Rp/Kg)

Harga di Tingkat

Konsumen (Rp/Kg)

Margin

tataniaga

Farmer's

Share

saluran tataniaga 1 68000 77000 9000 88.31%

saluran tataniaga 2 68000 80000 12000 85.00%

saluran tataniaga 3 68000 80000 12000 85.00%

saluran tataniaga 4 68000 82000 14000 82.93%

saluran tataniaga 5 68000 82000 14000 82.93%

saluran tataniaga 6 68000 76000 8000 89.47%

saluran tataniaga 7 68000 78000 10000 87.18%

saluran tataniaga 8 68000 80000 12000 85.00%

saluran tataniaga 9 68000 80000 12000 85.00%

f. Farmer's Share daging sapi bagian iga

Saluran

Tataniaga

Harga di tingkat

produsen (Rp/Kg)

Harga di Tingkat

Konsumen (Rp/Kg)

Margin

Tataniaga

Farmer's

Share

saluran tataniaga 1 65000 85000 20000 76.47%

saluran tataniaga 2

saluran tataniaga 3 65000 89000 24000 73.03%

saluran tataniaga 4 65000 92000 27000 70.65%

saluran tataniaga 5 65000 92000 27000 70.65%

saluran tataniaga 6 65000 81000 16000 80.25%

saluran tataniaga 7 65000 87000 22000 74.71%

saluran tataniaga 8 65000 91000 26000 71.43%

saluran tataniaga 9 65000 91000 26000 71.43%

Page 202: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

184

Lampiran 12. Rincian Rasio Keuntungan Terhadap Biaya

a. Paha belakang

Saluran Pemasaran Keuntungan

Tataniaga (Rp/Kg)

Biaya Tataniaga

(Rp/Kg)

Ratio Keuntungan

Terhadap Biaya

Saluran Pemasaran 1 6519 4481 1.45

Saluran Pemasaran 2 3588 3412 1.05

Saluran Pemasaran 3 6865 5135 1.34

Saluran Pemasaran 4 7698 6302 1.22

Saluran Pemasaran 5 9461 4539 2.08

Saluran Pemasaran 6 5128 3372 1.52

Saluran Pemasaran 7 5365 5135 1.04

Saluran Pemasaran 8 5698 6302 0.90

Saluran Pemasaran 9 7461 4539 1.64

b. Paha depan

Saluran Pemasaran Keuntungan

Tataniaga (Rp/Kg)

Biaya Tataniaga

(Rp/Kg)

Ratio Keuntungan

Terhadap Biaya

Saluran Pemasaran 1 11257 7743 1.45

Saluran Pemasaran 2

Saluran Pemasaran 3 13995 8005 1.75

Saluran Pemasaran 4 12828 10172 1.26

Saluran Pemasaran 5 16591 7409 2.24

Saluran Pemasaran 6 10758 6242 1.72

Saluran Pemasaran 7 10995 8005 1.37

Saluran Pemasaran 8 12828 9172 1.40

Saluran Pemasaran 9 14591 7409 1.97

Page 203: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

185

Lampiran 12 (Lanjutan)

c. Hati

Saluran Pemasaran Keuntungan

Tataniaga (Rp/Kg)

Biaya Tataniaga

(Rp/Kg)

Ratio Keuntungan

Terhadap Biaya

Saluran Pemasaran 1 5308 4692 1.13

Saluran Pemasaran 2

Saluran Pemasaran 3 5545 6455 0.86

Saluran Pemasaran 4 6378 7622 0.84

Saluran Pemasaran 5 8141 5859 1.39

Saluran Pemasaran 6 4308 4692 0.92

Saluran Pemasaran 7 4545 6455 0.70

Saluran Pemasaran 8 5378 7622 0.71

Saluran Pemasaran 9 7141 5859 1.22

d. Sengkel (Shank)

Saluran Pemasaran Keuntungan

Tataniaga (Rp/Kg)

Biaya Tataniaga

(Rp/Kg)

Ratio Keuntungan

Terhadap Biaya

Saluran Pemasaran 1 5633 4867 1.16

Saluran Pemasaran 2

Saluran Pemasaran 3 5870 6630 0.89

Saluran Pemasaran 4 6703 7797 0.86

Saluran Pemasaran 5 8466 6034 1.40

Saluran Pemasaran 6 4133 4867 0.85

Saluran Pemasaran 7 4370 6630 0.66

Saluran Pemasaran 8 5203 7797 0.67

Saluran Pemasaran 9 6966 6034 1.15

Page 204: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

186

Lampiran 12 (Lanjutan)

e. Bahan 90 dan 95 CL

Saluran Pemasaran Keuntungan

Tataniaga (Rp/Kg)

Biaya Tataniaga

(Rp/Kg)

Ratio Keuntungan

Terhadap Biaya

Saluran Pemasaran 1 5378 3622 1.48

Saluran Pemasaran 2 8588 3412 2.52

Saluran Pemasaran 3 6615 5385 1.23

Saluran Pemasaran 4 7448 6552 1.14

Saluran Pemasaran 5 9211 4789 1.92

Saluran Pemasaran 6 4378 3622 1.21

Saluran Pemasaran 7 4615 5385 0.86

Saluran Pemasaran 8 5448 6552 0.83

Saluran Pemasaran 9 7211 4789 1.51

f. Iga Sapi

Saluran Pemasaran Keuntungan

Tataniaga (Rp/Kg)

Biaya Tataniaga

(Rp/Kg)

Ratio Keuntungan

Terhadap Biaya

Saluran Pemasaran 1 16408 3592 4.57

Saluran Pemasaran 2

Saluran Pemasaran 3 18645 5355 3.48

Saluran Pemasaran 4 20478 6522 3.14

Saluran Pemasaran 5 22241 4759 4.67

Saluran Pemasaran 6 12408 3592 3.45

Saluran Pemasaran 7 16645 5355 3.11

Saluran Pemasaran 8 19478 6522 2.99

Saluran Pemasaran 9 21241 4759 4.46

Page 205: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

187

Lampiran 13. Rincian Biaya Tataniaga Distributor

No Biaya Tetap

Rp Uraian

1 Cold Storage Rp 17.000.000 x 1 bln/25.000 kg 680.00

2

Tenaga kerja 7 orang x

Rp2.500.000,00/bln/15/2000 kg 583.33

Sub Jumlah 1,263.33

No Biaya Variable

Uraian Jumlah Rp

1 Biaya operasional pemasaran 400.00

2 Bongkar muat (Rp 200.000/2000 kg ) 100.00

500.00

Total biaya tataniaga = 1,763.33

Page 206: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

188

Lampiran 14. Rincian Biaya Tataniaga Subdistributor

No Biaya Tetap

Jumlah Rp Uraian

1 Cold Storage Rp 10.000.000 x 1 bln/15.000 kg 666.67

2 Tenaga kerja 3 orang x Rp2.500.000,00/bln/15/2000 kg 400.00

Sub Jumlah 1,066.67

No Biaya Variable

Jumlah Rp Uraian

1 Bongkar muat (Rp 100.000/1000 kg ) 100.00

total biaya tataniaga 1,166.67

Page 207: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

189

Lampiran 15. Rincian Biaya Tataniaga PD. Dharma Jaya

PAHA DEPAN

PAHA DEPAN distributor

Asumsi

Asumsi

1 Bahan Baku 66,000.00

1 Bahan Baku 66,000.00

2 Susut produksi 5.00

2 Susut produksi 5.00

3 Bunga bank

3 Bunga bank

4 Sewa mobil 1,250,000.00

4 Sewa mobil 1,250,000.00

No Biaya Tetap

No Biaya Tetap Bulan Mei 2017

Uraian Jumlah Rp

Uraian Jumlah Rp

1 Plastik kemasan 1 kg @ Rp 468 468.00

1 Plastik kemasan 1 kg @ Rp 468 468.00

2 Benang jahit karung Rp 11.000/3.000 kg ( 120 karung) 3.67

2 Benang jahit karung Rp 11.000/3.000 kg ( 120 karung) 3.67

3 Mata gergaji Rp 255.000/pcs/2000 kg 127.50

3 Mata gergaji Rp 255.000/pcs/2000 kg 127.50

4 Karung kemasan 25 kg @ Rp 1.800,00 72.00

4 Karung kemasan 25 kg @ Rp 1.800,00 72.00

5 Cold Storage Rp 17.000.000 x 1 bln/25.000 kg 680.00

5 Cold Storage Rp 17.000.000 x 1 bln/25.000 kg 680.00

6

Tenaga lepas 8 orang x Rp 3.355.000,00/bln/26/2000

kg 516.15

6 Tenaga lepas 8 orang x Rp 3.355.000,00/bln/26/2000 kg 516.15

( Tnaga Produksi )

( Tnaga Produksi )

Sub Jumlah 1,867.32

Sub Jumlah 1,867.32

Page 208: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

190

Lampiran 15 (Lanjutan)

Biaya Variable

Biaya Variable

No Uraian Jumlah Rp

No Uraian Jumlah Rp

1 Biaya operasional pemasaran 250.00

1 Biaya operasional pemasaran 250.00

2 Biaya pengiriman (Rp 1.250.000/2.000 kg 625.00

2 Biaya pengiriman (Rp 1.250.000/2.000 kg 625.00

3 Bongkar muat (Rp 200.000/2000 kg ) 100.00

3 Bongkar muat (Rp 200.000/2000 kg ) 100.00

4 Biaya discount 1,500.00

Sub Jumlah 975.00

Sub Jumlah 2,475.00

Biaya Resiko

Biaya Resiko

No Uraian Jumlah Rp

No Uraian Jumlah Rp

1 Biaya susut Rp 66.000 x 5 % 3,300.00

1 Biaya susut Rp 66.000 x 5 % 3,300.00

2 Rusak/hilang 100.00

2 Rusak/hilang 100.00

Sub Jumlah 3,400.00

Sub Jumlah 3,400.00

Total biaya produksi/kg 7,742.32

Total biaya produksi/kg 6,242.32

Harga beli bahan Baku 66,000.00

Harga beli bahan Baku 66,000.00

HPP 73,742.32

HPP 72,242.32

Keuntungan 11,257.68

Keuntungan 7,757.68

Harga jual 85,000.00

Harga jual 80,000.00

Page 209: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

191

Lampiran 15 (Lanjutan)

BAHAN 90 DAN 95 CL

Asumsi

1 Bahan Baku

68,000.00

2 Susut produksi

1.00

3 Bunga bank

4 Sewa mobil 1,250,000.00

No Biaya Tetap Bulan Mei 2017

Uraian Jumlah Rp

1 Plastik kemasan 1 kg @ Rp 468

468.00

2 Benang jahit karung Rp 11.000/3.000 kg ( 120 karung)

3.67

3 Mata gergaji Rp 255.000/pcs/2000 kg

127.50

4 Karung kemasan 25 kg @ Rp 1.800,00

72.00

5 Cold Storage Rp 17.000.000 x 1 bln/25.000 kg

680.00

6 Tenaga lepas 8 orang x Rp 3.355.000,00/bln/26/2000 kg

516.15

( Tenaga Produksi )

Sub Jumlah

1,867.32

Page 210: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

192

Lampiran 15 (Lanjutan)

Biaya Variable

No Uraian Jumlah Rp

1 Biaya operasional pemasaran 250.00

2 Biaya pengiriman (Rp 1.250.000/2.000 kg 625.00

3 Bongkar muat (Rp 200.000/2000 kg ) 100.00

4 Biaya pemasaran

Sub Jumlah 725.00

Biaya Resiko

No Uraian Jumlah Rp

1 Biaya susut Rp 68.000 x 1 %

680.00

2 Rusak/hilang 100.00

Sub Jumlah 780.00

Total biaya produksi/kg 3,372.32

Harga beli bahan Baku 68,000.00

HPP 71,372.32

Keuntungan 3,627.68

Harga jual 75,000.00

Page 211: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

193

Lampiran 16. Daftar Nama – Nama Pasar PD. Pasar Jaya

NO NAMA PASAR

Pasar Besar

1. Pasar Glodok

2. Pasar Jatinegara

3. Pasar Kebayoran Lama

4. Pasar Kramat Jati

5. Pasar Minggu

6. Pasar Perumnas Klender

7. Pasar Tanah Abang Blok G

8. Pasar Tomang Barat

Jakarta Pusat

1. Pasar Bendungan Hilir

2. Pasar Cempaka Putih

3. Pasar Cideng Thomas

4. Pasar Cikini Amplun

5. Pasar Gembrong

6. Pasar Jati Rawa Sari

7. Pasar Johar Baru

8. Pasar Palmerah

9. Pasar Nangka Bungur

10. Pasar Paseban

11. Pasar Petojo Ilir

12. Pasar Serdang

13. Pasar Sumur Batu

14. Pasar Timbul Kartini

Pasar Jakarta Utara

1. Pasar Anyar Bahari

2. Pasar Kelapa Gading

3. Pasar Lontar

4. Pasar Muara Angke

5. Pasar Pademangan Barat

6. Pasar Pademangan Timur

7. Pasar Sindang

8. Pasar Sukapura

9. Pasar Sunter Podomoro

10. Pasar Teluk Gong

11. Pasar Waru

Jakarta Timur

1. Pasar Cibubur

2. Pasar Cijantung

3. Pasar Cipinang Muara

4. Pasar Ciplak

5. Pasar Ciracas

6. Pasar Enjo

7. Pasar Jambul

8. Pasar Kampung Ambon

9. Pasar Klender SS

10. Pasar Pal Meriam

11. Pasar Pondok Bambu

12. Pasar Pramuka

13. Pasar Pulogadung

14. Pasar Rawa Bening

15. Pasar Sunan Giri

Page 212: ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA DAGING SAPI DI DKI JAKARTA

194

16. Pasar Ujung Menteng

Jakarta Selatan

1. Pasar Bukit Duri Putaran

2. Pasar Cipete Fatmawati

3. Pasar Lenteng Agung

4. Pasar Mampang Prapatan

5. Pasar Manggis

6. Pasar Pondok Labu

7. Pasar Radio Dalam

8. Pasar Rumput

9. Pasar Shanta

10. Pasar Tebet Barat

11. Pasar Tebet Timur

Jakarta Barat

1. Pasar Asem Reges

2. Pasar Bojong Indah

3. Pasar Cengkareng

4. Pasar Ganefo

5. Pasar Grogol

6. Pasar Jelambar Polri

7. Pasar Jembatan Besi

8. Pasar Jembatan Lima

9. Pasar Kalideres

10. Pasar Kedoya

11. Pasar Pecah Kulit

Pasar Jaya Mart Cikini

Terminal Pulo Gadung