analisis efisiensi sistem moneter bebas bunga: studi kasus di indonesia dan malaysia periode...

60
Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Dunia telah mengalami polarisasi dari dua kekuatan sistem ekonomi, ditandai dengan adanya dua negara adidaya sebagai representasi dari kedua sistem ekonomi tersebut. Amerika dan sekutu Eropa Baratnya merupakan bagian kekuatan dari sistem ekonomi kapitalis, sedangkan sistem ekonomi sosialis diwakili oleh Rusia dan Eropa Timur, Cina, serta Indocina seperti Vietnam dan Kamboja. Dalam perjalanannya, kedua sistem ekonomi tersebut gagal dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat dunia akibat dampak sistem yang dikembangkannya. Karena kegagalan tersebut, maka para pendukung kedua sistem ekonomi tersebut melakukan modifikasi terhadap kedua sistem ekonomi tersebut. 1

Upload: contoh-makalah-skripsi-dan-tesis

Post on 28-Jul-2015

199 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga: Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction ModelBaca selengkapnya di http://www.contohmakalah77.com

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia telah mengalami polarisasi dari dua kekuatan sistem ekonomi,

ditandai dengan adanya dua negara adidaya sebagai representasi dari kedua sistem

ekonomi tersebut. Amerika dan sekutu Eropa Baratnya merupakan bagian

kekuatan dari sistem ekonomi kapitalis, sedangkan sistem ekonomi sosialis

diwakili oleh Rusia dan Eropa Timur, Cina, serta Indocina seperti Vietnam dan

Kamboja. Dalam perjalanannya, kedua sistem ekonomi tersebut gagal dalam

menciptakan kesejahteraan masyarakat dunia akibat dampak sistem yang

dikembangkannya. Karena kegagalan tersebut, maka para pendukung kedua

sistem ekonomi tersebut melakukan modifikasi terhadap kedua sistem ekonomi

tersebut. Sistem ekonomi kapitalis dimodifikasi menjadi sistem ekonomi yang

selain menampilkan bentuk aslinya yaitu mengutamakan kebebasan individu

dalam kepemilikan faktor-faktor produksi, juga telah memasukkan variabel asas

distribusi keadilan ke dalam sistem ekonominya. Sedangkan sistem ekonomi

sosialis dimodifikasi menjadi Neososialis dengan kecenderungan kearah

mekanisme pasar.

1

Page 2: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

Meskipun modifikasi dari kedua sistem telah dilakukan, kedua sistem

ekonomi yang lebih baru tersebut belum mampu untuk mencari solusi dari krisis

dan problematika dunia seperti inflasi, krisis moneter internasional, problematika

utang negara berkembang, dan lain-lain. Sehingga muncullah pemikiran-

pemikiran kritis dari berbagai kalangan untuk menemukan sistem ekonomi dunia

yang dapat menyejahterakan masyarakat atas dasar keadilan dan persamaan hak.

Dan diantara pemikiran-pemikiran tersebut yang mendapat banyak perhatian oleh

berbagai kalangan adalah sistem ekonomi Islam.

Ilmu ekonomi moneter Islam sebagai salah satu cabang dari ilmu ekonomi

Islam memandang bahwa keberlangsungan persoalan dan dalamnya krisis

moneter internasional pada dasarnya karena ada sesuatu yang salah. Menurut

Umer Chapra, kesalahan yang umumnya dilakukan yaitu bahwa akar

permasalahannya hanya dicari pada symptom (gejala), seperti ketidakseimbangan

anggaran, ekspansi moneter yang berlebihan, neraca pembayaran yang begitu

besar, naiknya kecenderungan proteksionis, tidak memadainya bantuan asing, dan

kerjasama internasional yang tidak mencukupi. Akibatnya, penyembuhan hanya

bersifat sementara dan beberapa saat kemudian, krisis muncul kembali, bahkan

lebih mendalam dan serius.

Diduga permasalahan mendasar dari krisis moneter internasional adalah

karena penerapan tingkat bunga yang ternyata gagal berfungsi sebagai alat

indirect screening mechanism. Berbagai literatur yang ditulis oleh para ekonom

seperti Muslehuddin (1974), Qureshi (1979), Kahf (dalam Khurshid, 1981),

Siddiqi (1981), Chapra (1985 dan 1986), Maurice Allais (1993), Mills dan Presley

2

Page 3: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

(1997), dan Choudry dan Mirakhor (1997) tidak menyetujui perekonomian yang

bertumpu pada interest rate karena akan terjadi misalokasi sumber daya yang

pada gilirannya cenderung akan mengakibatkan ketidakstabilan ekonomi. Enzler

Conrad dan Johnson (dalam Chapra, 1996) menemukan bukti kuat bahwa di AS

telah terjadi misalokasi dana modal di antara sektor-sektor ekonomi dan jenis

modal. Dengan terjadinya misalokasi dana yang disebabkan oleh suku bunga

berpengaruh terhadap pencapaian tujuan-tujuan ekonomi dari suatu negara, yaitu

pemenuhan kebutuhan pokok, pertumbuhan ekonomi yang optimum, pemerataan

distribusi pendapatan, dan stabilitas ekonomi.

Manajemen moneter yang berdasarkan bunga berpengaruh terhadap

pemenuhan kebutuhan pokok dan pemerataan distribusi pendapatan karena

penyaluran pinjaman dengan bunga tertentu ditetapkan berdasarkan kemampuan

peminjam memberikan jaminan kredit guna meng-cover pinjaman yang diberikan

dan kecukupan cash flow untuk memenuhi kewajiban tersebut. Dikarenakan hal

tersebut, maka dana akan mengalir cenderung pada golongan kaya yang umumnya

mampu memenuhi syarat jaminan tersebut. Namun, golongan kaya umumnya

memanfaatkan dana tersebut tidak hanya untuk investasi yang produktif, tetapi

juga untuk conspicuous consumption (konsumsi barang lux, barang yang hanya

untuk simbol status dan pengeluaran yang tidak bermanfaat) dan spekulasi. Hal ini

mengakibatkan cepatnya ekspansi money demand untuk keperluan yang non-

produktif dan pengeluaran-pengeluaran yang tidak bermanfaat, yang pada

gilirannya memperkecil ketersediaan dana untuk pemenuhan kebutuhan pokok

dan pembangunan. Keadaan ini akan membuat golongan miskin semakin sulit

3

Page 4: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

memenuhi kebutuhan pokok karena sulitnya golongan ini memenuhi syarat

tersebut di atas dan terlebih lagi dengan semakin berkurangnya dana untuk

kebutuhan pokok tersebut. Penyaluran pinjaman yang sedemikian rupa

mengakibatkan semakin tidak meratanya distribusi pendapatan dan kekayaan.1

Selanjutnya, dari sisi pertumbuhan ekonomi, meningkatnya pola conspicuous

consumption ini akan menyebabkan masyarakat mengurangi tingkat tabungannya,

sehingga akan meningkatkan suku bunga, menurunkan kwalitas maupun kuantitas

investasi, yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi

dan kesempatan kerja.

Selain itu, manajemen moneter berbasis bunga juga akan mengakibatkan

tingginya ketidakpastian pada pasar keuangan dan selanjutnya akan berpengaruh

terhadap pencapain stabilitas dalam perekonomian. Sebagaimana dinyatakan oleh

Milton Friedman dan L.A. Iacocoa. Milton Friedman mengatakan bahwa faktor

penyebab perekonomian AS begitu sukar diperkirakan adalah karena perilaku

suku bunga yang sama-sama tidak bisa diperkirakan. Mr. Iacocoa, pemimpin

perusahaan Chrysler Corporation, mengamati bahwa suku bunga telah menjadi

sedemikian mudah berubah sehingga tak seorang pun dapat melakukan

perencanaan untuk masa depan.

Tingginya tingkat perubahan pada suku bunga menginjeksikan

ketidakpastian yang besar dalam pasar investasi sehingga mendorong borrower

dan lender mengalihkan tujuan pasar mereka, dari tujuan pasar utang jangka

panjang kepada pasar utang jangka pendek yang berbau spekulasi, sehingga secara

1 Mulya E. Sregar, “Manajemen Moneter Alternatif dan Penerapannya di Indonesia,” Bulletin

Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia, Vol. 2, No. 3 Desember 1999.

4

Page 5: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

fundamental mengubah keputusan-keputusan investasi para pelaku bisnis. Di

mana pelaku bisnis lebih senang mengambil keuntungan pada pasar-pasar

komoditi, saham, valuta asing, dan keuangan. Kondisi seperti ini akan membuat

pasar-pasar tersebut semakin aktif dan memanas yang merupakan salah satu

penyebab ketidakstabilan ekonomi dunia saat ini.

Berdasarkan survey yang dilaksanakan oleh Bank for International

Settlement (BIS), total turnover perdagangan valuta asing mencapai $1, 230 miliar

per hari kerja pada bulan April 1995, yang berbeda jauh dibandingkan pada bulan

April 1989 yang masih $620 miliar per hari kerja. Allais (1993) juga menemukan

bahwa speculative cash flow dari negara-negara G-7 adalah 34 kali dibandingkan

flows untuk transaksi perdagangan barang maupun jasa. Akhirnya, dapat

disimpulkan bahwa manajemen moneter berbasis bunga mengakibatkan

ketidakstabilan bagi perekonomian secara keseluruhan karena efeknya yang

positif terhadap peningkatan kegiatan-kegiatan yang non-produktif dan

spekulatif.2 Sebagaimana dinyatakan oleh Maurice Allais (1993) yang merupakan

pemenang nobel pada tahun 1988 berpendapat sebagai berikut:

Be it speculation on currencies or speculation on stocks and shares, the world has

become one big casino with gaming labels distributed along every latitude and

longitude. The game and the bids, in which millions of players take part, never

cease. The American quotations are followed by those from Tokyo and Hongkong,

from London, Frankfurt and Paris. Everywhere speculation is supported by credit

since one can buy without paying and selling without owning.

2 Ibid. hal. 95-96.

5

Page 6: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

Suku bunga, baik yang tinggi maupun yang rendah, implikasinya buruk

terhadap kesehatan perekonomian. Suku bunga yang tinggi akan merugikan

pengusaha dan dalam perekonomian kapitalis suku bunga merupakan penghambat

utama investasi dan formasi modal. Akibat dari tingkat bunga yang tinggi tersebut

antara lain menurunkan tingkat produktivitas, kesempatan kerja, dan laju

pertumbuhan ekonomi. Tingkat suku bunga yang rendah juga sama jeleknya.

Kalau tingkat suku bunga yang tinggi akan merugikan pengusaha, maka tingkat

suku bunga yang rendah akan merugikan penabung terutama penabung kecil yang

menginvestasikan dana pada instrumen berbasis bunga. Tingkat bunga yang

rendah akan merangsang pinjaman untuk tujuan-tujuan konsumsi, baik sektor

publik maupun swasta. Karena itu, akan meningkatkan tekanan inflasioner. Selain

itu, tingkat bunga yang rendah akan mendorong investasi-investasi yang tidak

produktif dan meningkatkan spekulasi pada bursa dan pasar komoditas. Suku

bunga yang rendah juga akan mendorong kegiatan investasi yang terlalu

menghemat tenaga kerja sehingga akan menimbulkan pengangguran. Karena itu,

dengan menimbulkan distorsi pada harga modal, tingkat bunga yang rendah telah

merangsang konsumsi yang bersifat inflasioner, mengurangi rasio tabungan kotor,

menurunkan kualitas investasi, dan menciptakan kelangkaan modal. Ekuilibrium

yang diidam-idamkan di mana suku bunga tidak terlalu tinggi dan juga tidak

terlalu rendah, hanyalah impian para teoretikus. Karena itu, menurut Umer

Chapra, obat terbaik bukanlah sekadar mereduksi suku bunga saja karena hal ini

tidak akan menghilangkan ketidakpastian masa depan, mengingat adanya defisit

anggaran yang tinggi di beberapa negara industri utama

6

Page 7: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

Dalam sebuah perekonomian Islam yang bebas bunga, kegiatan-kegiatan

ekonomi yang bersifat non-produktif seperti spekulasi kurang begitu berarti

karena diharamkannya penggunaan instrumen bunga dalam aktivitas

perekonomian. Sehingga dalam ekonomi Islam, permintaan akan dana untuk

investasi merupakan bagian dari permintaan transaksi total dan akan bergantung

pada kondisi perekonomian dan laju keuntungan yang diharapkan yang tidak

ditentukan di depan. Mengingat harapan terhadap keuntungan tidak mengalami

fluktuasi harian atau mingguan seperti suku bunga, maka permintaan agregat

kebutuhan transaksi cenderung relatif lebih stabil. Sehingga kecepatan peredaran

uang dapat diperkirakan perilakunya secara lebih baik.

Karena itu, variabel yang dipakai dalam suatu kebijakan moneter dalam

sebuah perekonomian Islam adalah cadangan uang (stock of money) daripada suku

bunga. Tujuan dari kebijakan moneter Islam adalah menjamin bahwa ekspansi

moneter ridak bersifat “kurang atau berlebihan”, tetapi cukup untuk sepenuhnya

mengeksploitasi kapasitas perekonomian agar dapat mensuplai barang dan jasa

bagi kesejahteraan yang berbasis luas. Laju pertumbuhan yang dituju harus

bersifat berkesinambungan, realistis, serta mencakup jangka menengah dan

panjang, dan tidak kurang realistis dan sukar diperkirakan.3

Dengan tidak adanya suku bunga, uang beredar dapat diatur oleh bank

sentral menurut kebutuhan sektor riil perekonomian dan sasaran-sasaran

masyarakat muslim. Pertumbuhan dalam M dapat diatur untuk merealisasikan

sasaran kesejahteraan berbasis luas dengan suatu laju pertumbuhan yang optimal,

tetapi realistis dalam konteks stabilitas harga. Target dalam M ini akan dapat

3 Umer Chapra, Sistem Moneter Islam, Gema Insani Press, Jakarta, 2000.

7

Page 8: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

dicapai dengan menghasilkan pertumbuhan yang diinginkan dalam high-powered

money melalui suatu kombinasi defisit fiskal dan pinjaman mudharabah oleh bank

sentral kepada lembaga-lembaga finansial.

Jadi, dengan dihapuskannya instrumen bunga dalam manajemen moneter

akan mengurangi salah satu sumber utama ketidakpastian dalam perekonomian.

Karena bunga adalah akar dari ketidakpastian dan ketidakpastian adalah sumber

utama inefisiensi ekonomi dan terutama akan menyulitkan dalam melakukan

forecasting.

Secara sederhana, keuntungan dari manajemen moneter bebas bunga antara

lain:

a. Manajemen moneter bebas bunga akan membantu pertumbuhan yang

lebih sehat dalam uang beredar.

b. Manajemen moneter bebas bunga akan meminimalkan permintaan

uang untuk keperluan yang tidak esensial dan mubazir serta pembiayaan bagi

proyek-proyek yang meragukan dan sia-sia.

c. Manajemen moneter bebas bunga akan menimbulkan peningkatan

dalam aliran pembiayaan bagi tujuan-tujuan produktif disamping distribusinya

yang luas di kalangan sejumlah pelaku binis dan memperbaiki alokasi di antara

berbagai sektor ekonomi.

d. Instabilitas yang ditimbulkan oleh perubahan-perubahan dalam suku

bunga dan fluktuasi dalam pengeluaran agregat, akan dapat dikurangi secara

substansial.

8

Page 9: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

Dengan demikian, manajemen moneter bebas bunga akan menciptakan

suatu tingkat pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang akan

menimbulkan suatu dimensi yang sehat dalam perekonomian dengan keterkaitan

yang kuat antara sektor moneter dan riil.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian superioritas sistem

moneter bebas bunga layak untuk diteliti. Untuk itu penulis akan melakukan

penelitian secara empiris di Indonesia dan Malaysia. Indonesia dan Malaysia

menurut penulis mampu mewakili aktivitas perekonomian dari kedua sistem

moneter, yaitu sistem moneter konvensional dan sistem moneter bebas bunga.

Periode yang dipilih adalah tahun 1980-2000 dengan alasan ketersediaan data dan

rentang waktu yang cukup panjang untuk meneliti efisiensi dalam sistem moneter

bebas bunga. Sehingga judul yang diambil penulis dalam penelitian ini adalah:

“Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:

Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan

Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model”

1.2 Identifikasi Masalah

Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa penelitian ini akan

menganalisis secara empiris superioritas sistem moneter yang bebas bunga dalam

menciptakan stabilitas perekonomian di Indonesia dan Malaysia periode 1980-

2000, dan permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimana perbandingan

efisiensi antara sistem moneter bebas bunga dan sistem moneter konvensional di

Indonesia dan Malaysia periode 1980-2000?

9

Page 10: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk

menyajikan secara empiris perbandingan efisiensi antara sistem moneter

konvensional dengan sistem moneter bebas bunga.

1.4 Kerangka Pemikiran

1.4.1 Definisi Efisiensi

Penulis mendefinisikan efisiensi dengan menghubungkannya kepada tiga

hal, yaitu:

1. Stabilitas velocity of money (Thornton, 1983, Darrat, 1988, Hassan dan

Aldayel, 1998).

Tujuan pokok dari kebijakan moneter di beberapa negara adalah pencapaian

stabilitas harga dan atau GDP riil yang tinggi. Hal ini hanya bisa dicapai hanya

jika V stabil sepanjang waktu. Dengan adanya stabilitas pada velocity of

money, maka otoritas moneter dapat menggunakan money supply untuk

mengontrol kegiatan perekonomian secara keseluruhan dan begitu pun juga

tingkat pertumbuhan GDP (Blanchard dan Fisher, 1989). Instabilitas pada

velocity of money akan melemahkan keterkaitan antara money stock (Ms) dan

pendapatan nominal (Y), dan selanjutnya akan mempengaruhi kinerja

perekonomian secara keseluruhan dan instabilitas pada sektor keuangan.

Bahkan, kekeliruan dalam meramalkan velocity of money dapat menyebabkan

10

Page 11: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

kebijakan moneter menjadi keliru, siklus inflasi yang sangat tinggi dan atau

tingkat pengangguran yang tinggi.

2. Kemampuan mengontrol agregat moneter (Havrilesky dan Boorman,

1980, Mc Callum, 1989).

Pendekatan konvensional secara umum mengasumsikan bahwa otoriras

moneter mengontrol agregat moneter melalui monetary base (MB). Hal ini

disebabkan karena sudah menjadi kebiasaan umum bahwa kemampuan

mengontrol agregat moneter diukur dengan menggunakan tingkat korelasi

secara statistik antara agregat moneter dengan monetary base.

3. Keterkaitan antara agregat moneter dan tujuan utama dari kebijakan

moneter (Zaki, 1995, Darrat, 2000).

Tujuan utama dari kebijakan moneter diasumsikan adalah untuk menciptakan

stabilitas harga. Hal ini didasarkan pada teori bahwa pada jangka panjang,

antara inflasi dan tingkat pertumbuhan uang memiliki korelasi yang kuat.

1.4.2 Definisi Interest-Free Money Stock dan Interest Money Stock

Dalam membedakan mana yang termasuk interest-free money stock dan

interest money stock, penulis melakukan pendekatan definisi uang dari perspektif

teori moneter.

Secara teori uang ada yang didefinisikan sebagai narrow money (uang

dalam arti sempit) dan juga Quasi-Money. Narrow money atau M1 terdiri dari

uang kartal (currency) ditambah simpanan dalam bentuk rekening koran (demand

deposit).

11

Page 12: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

M1 = C + DD

di mana:

C adalah currency (uang kartal)

DD adalah demand deposit (uang giral)

Uang kartal (uang kertas dan uang logam) adalah uang yang benar-benar

merupakan daya beli yang langsung digunakan (dibelanjakan). Kemudian, yang

perlu diperjelas lagi adalah kategori yang termasuk dalam demand deposit.

Demand deposit atau uang giral hanya mencakup saldo rekening koran/giro milik

masyarakat umum yang disimpan di bank dan yang dimaksud saldo di sini adalah

uang milik masyarakat yang masih ada di bank dan belum digunakan pemiliknya

untuk membayar atau berbelanja.

Selanjutnya, Quasi-money, dalam hal ini penulis menyebutnya sebagai QM

yang terdiri dari time deposit dan saving deposit.

QM = TD + SD

di mana:

TD adalah time deposit (deposito berjangka)

SD adalah saving deposit (saldo tabungan)

Masyarakat menempatkan uangnya dalam bentuk time deposit atau saving deposit

karena simpanan ini memberikan bunga.

Dari definisi di atas, maka penulis mengikuti pendapat Ali F. Darrat,

Professor Economics and Finance Louisiana Technology University, USA, bahwa

elemen-elemen dalam M1 belum mengandung unsur-unsur bunga. Sehingga

12

Page 13: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

penulis menganggap bahwa M1 merupakan proksi yang paling tepat dari interest-

free money stock. Sedangkan proksi untuk interest money stock adalah Quasi-

money karena elemen-elemen Quasi-money mengandung unsur bunga di

dalamnya.

1.4.3 Teori Kuantitas Uang Klasik

Teori kuantitas uang adalah teori yang menjelaskan bagaimana nilai

nominal pendapatan agregat ditentukan. Oleh sebab itu, teori kuantitas uang juga

menjelaskan seberapa besar uang yang harus dipegang dengan jumlah pendapatan

agregat yang tetap. Hal terpenting dari teori ini adalah bahwa tingkat bunga tidak

memiliki pengaruh terhadap permintaan akan uang.

Teori ini pada awalnya diperuntukkan untuk menerangkan peranan uang

dalam perekonomian. Dengan sederhana Irving Fisher merumuskan teori

kuantitas uang sebagai berikut:

M V = P T

di mana :

M = total money stock

V = velocity of circulation

P = tingkat harga

T = total volume transaksi

Persamaan di atas secara sederhana menegaskan bahwa total uang yang

dikeluarkan atau dibelanjakan sama dengan nilai moneter dari semua barang dan

jasa yang diperdagangkan. Selain itu, persamaan kuantitas di atas dapat juga

13

Page 14: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

diartikan menjadi sebuah teori yang berbunyi bahwa perubahan kuantitas uang

akan mempengaruhi tingkat harga dengan menganggap bahwa velocity of money

dan total volume transaksi konstan.

Selanjutnya, variabel T pada persamaan di atas dapat diganti dengan Y

karena nilai nominal dari total volume transaksi sulit diukur dan dengan

mengasumsikan bahwa nilai T proporsional terhadap Y. Sehingga persamaan

diatas menjadi :

M V = P Y

Dalam teori kuantitas uang ini, Irving Fisher mengasumsikan bahwa

permintaan akan uang adalah murni merupakan fungsi dari pendapatan, dan

tingkat bunga tidak mempengaruhinya. Selanjutnya, karena ekonom-ekonom

aliran Klasik termasuk Irving Fisher menganggap bahwa upah dan harga sangat

fleksibel, maka mereka percaya bahwa tingkat output agregat Y yang diproduksi

dalam perekonomian akan tetap pada kondisi full employment, sehingga Y bisa

dianggap konstan dalam jangka pendek. Dengan demikian, perubahan stok uang

akan mempengaruhi tingkat output.

Kemudian, dalam versi Marshal dan Pigou dari Universitas Cambridge juga

mengembangkan formulasi yang hampir sama dengan formulasi Irving Fisher (Md

= k PY). Formulasi teori kuantitas uang versi Cambridge adalah :

Md = k P Y

Di mana k = 1/v dan proporsinya konstan. Secara sistematis persamaan

Cambridge di atas hampir sama dengan persamaan Fisher, tapi kita tidak bisa

mengatakan kelompok Cambridge sepaham dengan Fisher bahwa dalam jangka

14

Page 15: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

pendek tingkat bunga tidak memiliki pengaruh terhadap permintaan akan uang

karena persamaan di atas filosofinya sangat berbeda. Ekonom Cambridge

menganggap bahwa dalam jangka pendek, jumlah kekayaan, volume transaksi,

dan pendapatan nasional mempunyai hubungan yang proporsional-konstan satu

sama lain. Ekonom Cambridge mengasumsikan bahwa ceteris paribus,

permintaan akan uang adalah proporsional dengan tingkat pendapatan nasional.

Sebagai pengganti teori Fisher yang menekankan bahwa permintaan akan

uang semata-mata merupakan proporsi konstan dari volume transaksi yang

dipengaruhi oleh faktor-faktor kelembagaan yang konstan, ekonom Cambridge

lebih menekankan faktor-faktor perilaku (pertimbangan untung rugi) yang

menghubungkan antara permintaan akan uang seseorang dengan volume transaksi

yang direncanakannya.

Ekonom Cambridge mengatakan bahwa permintaan akan uang selain

dipengaruhi oleh volume transaksi dan faktor-faktor kelembagaan, juga

dipengaruhi oleh tingkat bunga, besar kekayaan masyarakat, dan ramalan/harapan

(expectation) dari masyarakat mengenai masa depan. Faktor-faktor lain ini seperti

tingkat bunga dan ekspektasi kemungkinan bisa berubah, meskipun dalam jangka

pendek dan akan mempengaruhi permintaan akan uang seseorang, dan dengan

demikian juga mempengaruhi permintaan akan uang dari masyarakat secara

keseluruhan.

Sebagai kesimpulan, baik Fisher maupun ekonom Cambridge sependapat

bahwa permintaan akan uang adalah proporsional terhadap pendapatan. Namun,

terdapat pula perbedaan pada keduanya. Kalau pendekatan Fisher menekankan

15

Page 16: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

pada faktor-faktor teknologi dan mengabaikan pengaruh tingkat bunga terhadap

permintaan akan uang. Sedangkan pendekatan ekonom Cambridge menekankan

pada adanya individual choice dalam memelihara komposisi kekayaan yang

dimiliki karena uang juga difungsikan sebagai alat untuk menyimpan kekayaan

(store of wealth) - apakah akan disimpan dalam bentuk obligasi, saham, atau uang

kas, dan lain-lain. Selain itu, pendekatan ekonom Cambridge juga tidak

mengabaikan faktor tingkat bunga.

1.4.4 Teori Permintaan Uang Keynes

Menurut Keynes permintaan uang didorong oleh 3 (tiga) hal, yaitu :

1. Motif transaksi (Transactionary motive)

Keynes berpendapat bahwa orang memegang uang guna memenuhi dan

melancarkan transaksi-transaksi yang dilakukan, dan permintaan akan uang

dari masyarakat untuk tujuan ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional

dan tingkat bunga. Semakin tinggi pendapatan nasional semakin besar volume

transaksi dan semakin besar pula kebutuhan akan uang untuk memenuhi tujuan

transaksi. Selain itu, Keynes berpendapat pula bahwa permintaan akan uang

untuk tujuan transaksi ini pun tidak merupakan suatu proporsi yang konstan,

tetapi dipengaruhi pula oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Tapi, Keynes

tidak terlalu menekankan faktor bunga pada motif ini.

2. Motif berjaga-jaga (Precautionary motive)

Selain untuk keperluan transaksi, permintaan akan uang bertujuan untuk

memenuhi kemungkinan yang tak terduga atau untuk melakukan pembayaran-

16

Page 17: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

pembayaran yang di luar rencana transaksi normal. Menurut Keynes,

permintaan akan uang untuk tujuan berjaga-jaga ini dipengaruhi oleh faktor-

faktor yang sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan akan

uang untuk transaksi, yaitu terutama dipengaruhi oleh tingkat penghasilan

orang tersebut dan mungkin dipengaruhi pula oleh (meskipun dianggap tidak

kuat pengaruhnya) tingkat bunga.

3. Motif spekulasi (Speculative motive)

Motif dari pemegangan uang ini bertujuan untuk memperoleh “keuntungan”

yang bisa diperoleh seandainya si pemegang uang mampu meramal apa yang

akan terjadi dengan benar. Keynes tidak membicarakan faktor “uncertainty”

dan “expectation” secara umum, tetapi ia membatasi “uncertainty” dan

“expectations” pada satu variabel, yaitu tingkat bunga. Pada motif ketiga inilah

tingkat bunga sebagai opportunity cost ditekankan oleh Keynes, dimana

semakin tinggi tingkat bunga maka semakin rendah permintaan uang untuk

spekulasi, begitu juga sebaliknya.

Hal yang berbeda dinyatakan oleh Keynes sehubungan dengan kesimpulan

dari formula Irving Fisher di atas. Keynes berpendapat bahwa perubahan tingkat

bunga dapat mempengaruhi tingkat harga, meskipun kuantitas uang M masih tetap

sebagai variabel kunci. Dengan kata lain, Keynes menyatakan bahwa selain

kuantitas uang M, tingkat bunga juga bisa mempengaruhi tingkat harga.

Persamaan permintaan akan uang versi Keynes merupakan permintaan akan

saldo riil, dimana permintaan seseorang untuk saldo riil tidak berubah apabila

harga berubah. Permintaan uang untuk saldo riil/ real balances (Md/P) ditentukan

17

Page 18: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

dari besarnya pendapatan riil (Y) serta opportunity cost (i). Secara matematis

formula Keynes untuk permintaan uang dapat dituliskan sebagai berikut:

Selanjutnya, dengan menarik fungsi preferensi likuiditas untuk velocity

PY/M, kita dapat melihat bahwa teori permintaan uang Keynes berdampak bahwa

velocity of money tidaklah konstan tetapi sebaliknya berfluktuasi dengan

pergerakan tingkat bunga. Persamaan preferensi likuiditas dapat ditulis kembali

sebagai berikut:

Dengan mengalikan kedua sisi persamaan di atas dengan Y dan

menganggap bahwa Md dapat diganti dengan M karena pada saat pasar uang

dalam kondisi ekulibrium jumlah uang M yang dipegang oleh masyarakat sama

dengan jumlah permintaan uang Md, maka persamaan untuk velocity of money

menjadi

Dari persamaan di atas diketahui bahwa permintaan uang berhubungan

secara negatif dengan tingkat bunga; ketika i naik, f(i, Y) turun, oleh karena itu

velocity of money juga naik. Dalam perkataan yang lain, kenaikan tingkat bunga

mendorong masyarakat untuk memegang real money balances lebih sedikit pada

tingkat pendapatan yang tetap. Sehingga tingkat perputaran uang menjadi lebih

tinggi. Hal ini secara tidak langsung menyatakan bahwa tingkat bunga memainkan

peranan yang penting untuk mempengaruhi tingkat perputaran uang.

18

Page 19: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

Lebih lanjut, model permintaan uang untuk spekulasi Keynes juga dapat

menjelaskan kenapa perputaran uang berfluktuasi. Apa yang akan terjadi terhadap

permintaan uang apabila tingkat bunga normal berubah? Misalnya, apa yang akan

terjadi jika di masa yang akan datang masyarakat mengharapkan tingkat bunga

normal lebih tinggi daripada tingkat bunga normal sekarang? Karena tingkat

bunga diharapkan lebih tinggi di masa yang akan datang, maka masyarakat

mengharapkan di masa mendatang harga obligasi turun sehingga para pemegang

obligasi akan mengalami capital loss. Dengan demikian, memegang uang akan

menjadi lebih menarik daripada memegang obligasi. Akibatnya, jumlah

permintaan uang naik. Hal ini berarti bahwa f(i, Y) akan naik dan akibatnya

velocity of money turun. Jadi, velocity of money akan berubah apabila ekspektasi

tentang tingkat bunga normal di masa yang akan datang berubah, dan

ketidakstabilan ekspektasi tentang pergerakan tingkat bunga normal di masa yang

akan datang akan menyebabkan velocity of money menjadi tidak stabil pula.

1.4.5 Teori Kuantitas Uang Modern Friedman

Teori permintaan uang Friedman pada dasarnya menggunakan pendekatan

yang kurang lebih sama dengan Keynes dan Ekonom Cambridge, tetapi tidak

menjelaskan secara rinci alasan orang memegang uang. Meskipun demikian,

Friedman membuat teori permintaan aset untuk menunjukkan bahwa permintaan

uang merupakan fungsi dari pendapatan permanen dan expected return on

alternative assets relatif terhadap expected return on money.

19

Page 20: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

di mana:

Md/P = demand for real balances

Yp = permanent income

rm = expected return on money

rb = expected return on bonds

re = expected return on equity (common stocks)

πe = expected inflation rate

Ada dua hal perbedaan yang mendasar antara teori Friedman dengan teori

Keynes. Pertama, Friedman meyakini bahwa perubahan tingkat bunga hanya

memiliki pengaruh yang kecil pada expected return aset-aset yang lain relatif

terhadap uang. Yaitu apabila terjadi kenaikan dalam expected return pada

beberapa aset yang lain selain uang sebagai akibat dari kenaikan tingkat bunga,

maka akan diikuti pula kenaikan dalam expected return on money sehingga

tingkat bunga sebagai faktor pendorong bisa dikatakan relatif konstan

pengaruhnya terhadap permintaan uang. Jadi, dalam hal ini ia berlawanan dengan

Keynes. Ia memandang bahwa tingkat bunga tidak peka terhadap permintaan

uang.

Kedua, Friedman berbeda dari Keynes dalam hal penekanan fungsi

permintaan uang. Menurut Friedman fungsi permintaan uang tidak mengalami

fluktuasi yang tinggi dan oleh karena itu tingkat velositas uang stabil.

20

Page 21: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

Dengan kedua perbedaan di atas Friedman menunjukkan bahwa velositas

dapat diperkirakan karena fungsi permintaan uang yang dapat diprediksi secara

akurat sebagai akibat dari hubungan antara Y dan Yp yang mudah diramalkan.

Sehingga kesimpulan akhir dari teori Friedman ini serupa dengan intisari dari

teori kuantitas sebelumnya bahwa uang adalah faktor utama yang mempengaruhi

aggregate spending.

1.4.6 Pandangan Abdul A’la Maududi Terhadap Bunga 4

1.4.6.1 Teori Piutang Menanggung Risiko

Pelopor teori ini menegaskan bahwa kreditor menanggung risiko karena

meminjamkan modalnya. Ia sendiri menangguhkan keinginannya semata-mata

untuk memenuhi keinginan orang lain. Ia meminjamkan modalnya yang mestinya

dapat mendatangkan keuntungan. Jika pengutang menggunakan modalnya itu

untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, ia harus membayar sewa atas modal yang

dipinjam itu, sama halnya ia membayar sewa terhadap sebuah rumah atau

perabotan maupun kendaraan. Sewa merupakan kompensasi terhadap risiko yang

ditanggung oleh kreditor karena memberi pinjaman dan sekaligus imbalan karena

ia memberikan pinjaman modalnya. Dan apabila peminjam menginvestasikan

modalnya pada usaha-usaha yang dapat memberikan keuntungan, maka tidak

berlebihan dan adil apabila pemberi pinjaman menuntut sebagian dari keuntungan

tersebut.

Marilah kita analisis maksud daripada “risiko”. Memang benar bahwa

pemberi pinjaman menanggung risiko serta mengorbankan sesuatu apabila ia

4 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, PT. Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1996.

21

Page 22: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

meminjamkan modalnya kepada peminjam; tetapi dengan cara apapun, hal ini

tidak memberikan hak kepada pemberi pinjaman untuk mengenakan harga 5 atau

10% pertahun atas risiko atau pengorbanannya. Pemberi pinjaman mempunyai

alasan yang baik untuk menahan jaminan atas harta pengutang atau meminta

garansi terhadap risiko yang ditanggungnya; atau jika ia tidak mau melakukan di

antara pilihan tersebut, ia tidak mau mengambil risiko sama sekali dan menolak

untuk memberikan pinjaman.

Tetapi risiko itu sendiri bukanlah barang komersial yang memunculkan

harga, juga bukan sebagai perabotan atau kendaraan yang memungkinkan

mendatangkan sewa. Pinjaman dapat dikatakan sebagai pengorbanan sepanjang

pinjaman itu tidak dapat dianggap sebagai dagangan karena pinjaman tidak dapat

dianggap sebagai pengorbanan maupun barang dagangan. Jika seseorang

melakukan pengorbanan moral, maka ia harus puas dengan apa yang ia peroleh

secara moral; apabila ia tidak boleh mengatakan sebagai pengorbanan melainkan

harus sebagai suatu bisnis. Dan apabila ia menuntut imbalan ekstra yang melebihi

modal pokok pertahun atau perbulan, ia harus memberikan alasan atas

tindakannya itu dan menjelaskan mengapa ia meminta imbalan semacam itu?

Marilah kita meneliti dua aspek bunga – sebagai imbalan karena menahan

diri atau sebagai bayaran sewa. Apakah bunga merupakan imbalan karena

menahan diri? Sesungguhnya kreditor hanya meminjamkan sejumlah uang yang

berlebih dari yang ia perlukan dan yang tidak digunakan sendiri. Oleh karena itu,

tidak boleh dikatakan sebagai imbalan karena ia tidak menahan diri dari sesuatu

yang memungkinkan dirinya menuntut imbalan.

22

Page 23: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

Apakah bunga itu dikenakan sebagai pembayaran sewa? Sewa itu hanya

dikenakan terhadap barang-barang, seperti rumah, perabotan, alat transportasi dan

sebagainya, yang digunakan habis, rusak dan kehilangan sebagian dari nilainya

selama digunakan. Biaya sewa yang dibayarkan itu layak terhadap barang yang

susut, rusak dan memerlukan biaya perawatan terhadap barang tersebut. Tetapi

barang-barang seperti makanan, emas, perak atau uang tidak dapat dikategorikan

kedalamnya dan oleh karenanya sewa atasnya tidak punya dasar.

Sebagian besar para kreditor mengatakan bahwa ia memberikan kesempatan

kepada peminjam untuk mencari keuntungan dari modalnya sehingga dengan

begitu ia harus memberikan sebagian keuntungannya. Tetapi terhadap pinjaman

konsumsi, alasan ini tidak berlaku karena peminjam biasanya orang miskin yang

mengambil pinjaman untuk mengatasi masa-masa sulit dan tidak ada keuntungan

yang dapat dibagikan.

Di dalam pinjaman produktif, terdapat dua kemungkinan yaitu memperoleh

keuntungan atau menderita kerugian. Jika peminjam menjalankan bisnisnya

mengalami kerugian, bagiamana dan dengan landasan apa kreditor dibenarkan

menarik keuntungan tetap secara bulanan atau tahunan dari peminjam? Dan

apabila keuntungan yang diperoleh sama atau kurang dari besarnya bunga setiap

bulan atau tahun, maka bagaimana kreditor dibenarkan untuk mengambil bagian

sedangkan ia sendiri tidak melakukan apa-apa; sementara peminjam yang bekerja

keras meluangkan waktunya, kemampuan dan modal pribadi, setelah pengorbanan

itu semua, tidak memperoleh apa-apa.

23

Page 24: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

Kalaupun keuntungan yang diperoleh peminjam itu lebih besar dari jumlah

bunga yang harus dibayarkan, tidak dibenarkan baik dengan akal, rasa keadilan,

prinsip-prinsip perdagangan dan ekonomi bahwa pedagang, industrialis, petani

serta faktor-faktor produksi lainnya, yang telah menghabiskan waktu, tenaga,

kemampuan dan sumber lain daripada jasmani dan mentalnya, untuk

mengeluarkan atau menyediakan barang-barang kebutuhan masyarakat, yang

kemungkinan memperoleh keuntungannya tidak tetap, sedangkan kapitalis

memperoleh jaminan bunga yang tetap dan pasti. Besarnya keuntungan bagi

semua agen mengalami naik turun sejalan dengan perubahan harga tetapi bunga

bagi kapitalis tetap saja dan dibayar secara tetap setiap bulan atau setiap tahun

dalam keadaan bagaimanapun.

Tetapi jika kreditor menginginkan modalnya harus diinvestasikan pada

usaha-usaha yang menguntungkan sehingga memungkinkan ia memperoleh

keuntungan, satu-satunya cara yang wajar dan praktis baginya adalah dengan

memasuki suatu partnership, dengan businessman, dan bukannya dengan

meminjamkan modal dengan menarik bunga.

1.4.6.2 Teori Peminjam Memperoleh Keuntungan

Para pelopor pemikiran ini mengatakan bahwa dengan “menunggu” atau

“menahan diri” dalam suatu periode tertentu dan tidak menggunakan modalnya

sendiri untuk memenuhi keinginannya sendiri, kreditor memberikan “waktu”

kepada peminjam untuk menggunakan modalnya untuk memperoleh keuntungan.

“Waktu” itu sendiri mempunyai “harga” yang meningkat sejalan dengan periode

24

Page 25: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

waktu. Jika peminjam tidak diberikan batasan waktu untuk mendapatkan

keuntungan dari penggunaan modal yang dipinjamnya, ia tidak akan mampu

memperoleh keuntungan dan bahkan seluruh bisnisnya bisa hancur karena

kekurangan modal. Masa di mana peminjam menginvestasikan modalnya,

mempunyai “harga” tertentu baginya dan ia akan menggunakannya untuk

memperoleh keuntungan. Maka tidak ada alasan mengapa kreditor tidak boleh

menikmati sebagian dari keuntungan peminjam. Selanjutnya, mereka mengatakan

bahwa kemungkinan naik turunnya keuntungan sejalan dengan naik turunnya

waktu dan tidak ada alasan mengapa kreditor tidak boleh mengenakan harga

(waktu) sesuai lamanya waktu.

Tetapi lagi-lagi pertanyaan bagaimana dan darimana sumbernya kreditor itu

mendapatkan informasi bahwa peminjam itu nyata-nyata memperoleh keuntungan

dan tidak mengalami kerugian dengan investasi modal pinjamannya itu?

Bagaimana ia mengetahui bahwa peminjam itu akan memperoleh keuntungan

yang pasti sehingga dengan begitu ia menetapkan bagian keuntungan tersebut?

Dan bagaimana dapat memperhitungkan bahwa peminjam pasti akan memperoleh

keuntungan yang begitu banyak selama masa modal digunakannya sehingga ia

akan mampu membayar harga tertentu secara pasti setiap bulan atau setiap tahun?

Para pendukung teori bunga ini tidak mampu memberikan jawaban yang masuk

akal terhadap masalah tersebut.

1.4.6.3 Teori Produktivitas Modal

25

Page 26: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

Sebuah pendapat menegaskan “produktivitas modal” sebagai jumlah yang

diwariskan yang memungkinkan kreditor menarik suatu imbalan (dalam bentuk

bunga) dari peminjam atas penggunaan modal tersebut. Pendapat ini memandang

bahwa modal adalah produktif yang dapat diartikan bahwa modal mempunyai

daya untuk menghasilkan barang yang jumlahnya lebih banyak daripada yang

dapat dihasilkan tanpa modal itu, atau bahwa modal mempunyai daya untuk

menghasilkan nilai tambah daripada nilai yang telah ada itu sendiri. Dan bunga

merupakan imbalan atas pelayanan produktif tersebut atas modal kepada

peminjam dalam proses produksi.

Tetapi pertanyaan bahwa produktivitas merupakan kualitas yang melekat

pada modal adalah tidak beralasan karena modal menjadi produktif hanya apabila

digunakan untuk bisnis yang dapat mendatangkan keuntungan oleh seseorang.

Apabila modal digunakan untuk tujuan-tujuan konsumsi, maka modal tidak

mempunyai kualifikasi semacam itu.

Meskipun modal digunakan dalam usaha-usaha yang mendatangkan

keuntungan, tidak perlu kiranya menghasilkan nilai lebih. Sering terjadi, terutama

dalam keadaan ekonomi yang merosot, penanaman modal tidak hanya menipiskan

keuntungan tetapi ternyata melibatkan keuntungan menjadi kerugian.

Jika modal dianggap memiliki produktivitas, produktivitas tersebut

bergantung pada berbagai faktor lain. Penanaman yang dapat mendatangkan

keuntungan banyak bergantung pada tenaga kerja, kemampuan, pandangan yang

jauh dan pengalaman orang yang menggunakannya disamping kestabilan

ekonomi, sosial dan politik suatu negara serta faktor kualitatif lainnya. Apabila

26

Page 27: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

persyaratan tersebut tidak terpenuhi, keuntungan yang diharapkan dari penanaman

modal tersebut berubah menjadi kerugian.

Jika diakui bahwa modal itu memiliki suatu kualitas produktivitas yang

diberikan kepada pemilik modal sebagai bagian keuntungan, tidak ada cara untuk

mengetahui secara tepat dan pasti jumlah yang sebenarnya dari keuntungan yang

dibayarkan setiap bulan atau setiap tahun. Di samping itu, tidak ada metode untuk

menghitung atau memperkirakan keuntungan dari penggunaan modal untuk

jangka waktu sepeuluh atau dua puluh tahun yang akan datang sehingga

memungkinkan untuk dapat menetapkan jangka waktu bunga.

Karena demikian halnya, tidak adil kiranya mengenakan sejumlah bunga

terhadap sejumlah uang yang dipinjamkan di muka untuk jangka waktu sepuluh

atau dua puluh tahun jika besarnya keuntungan actual yang dapat diperoleh di

masa yang akan datang tidak diketahui.

1.4.6.4 Teori Nilai Barang di Masa Mendatang Lebih Rendah dibanding

Nilai Barang di Masa Sekarang

Beberapa ahli ekonomi berpendapat bahwa manusia pada dasarnya lebih

mengutamakan kehendaknya di masa sekarang serta kepuasan sekarang daripada

yang akan datang. Mereka mengatakan bahwa keuntungan pasti masa kini sudah

jelas diutamakan daripada keuntungan di masa yang akan datang. Oleh karena itu,

modal yang dipinjamkan kepada peminjam sekarang memiliki nilai yang lebih

tinggi daripada sejumlah uang yang dikembalikan beberapa tahun kemudian.

Sesungguhnya, bunga merupakan nilai kelebihan yang ditambahkan pada modal

27

Page 28: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

yang dipinjamkan pada masa pembayarannya agar mempunyai nilai yang sama

dengan modal pinjaman semula. Dengan perkataan lain, bunga adalah sama

dengan perbedaan dari sisi psikologis dan bukannya dari sisi ekonomis antara

barang-barang masa kini dengan barang-barang di masa yang akan datang.

Apakah perbandingan antara nilai yang lalu dengan nilai sekarang tersebut benar-

benar sesuai? Dan apakah rumusan itu valid bahwa barang masa lalu yang

semakin tua, nilainya dibanding dengan nilai barang masa kini akan bertambah?

Yang menjadi pertanyaan di sini adalah apakah sifat manusia sungguh-

sungguh menganggap kehendak masa sekarang lebih penting dan berharga

daripada keinginan-keinginannya di masa yang akan datang? Jika demikian, lalu

mengapa banyak orang tidak membelanjakan seluruh pendapatannya sekarang

tetapi senang menyimpan pendapatannya itu untuk keperluan di masa yang akan

datang? Kita akan banyak menjumpai orang yang menahan keinginannya masa

kini demi untuk keinginan masa depan yang merupakan peristiwa yang tidak

dapat dilihat dan diprediksi. Segala usaha manusia kini diarahkan untuk masa

depan yang lebih baik, sehingga kemungkinan kehidupan manusia di masa yang

akan datang lebih bahagia dan sejahtera. Sangat sulit bagi kita untuk menemukan

orang yang secara suka rela menciptakan hari ini yang lebih bahagia dan sejahtera

dengan mengorbankan kebahagiaan dan kesejahteraannya di masa depan.

1.5 Hipotesis

28

Page 29: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

Hipotesis yang dikemukakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah

perekonomian akan lebih efisien apabila sistem moneter yang berbasis bunga

dihilangkan.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah melalui data sekunder

dengan jenis data time series. Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini

berasal dari :

International Financial Statistic-IMF

Referensi studi kepustakaan melalui jurnal, artikel, makalah, dan bahan-bahan

lain yang diperoleh dari. Ali F. Darrat Ph.D, Sohrab Abizadeh Ph.D., Mulya

E. Siregar, Ph.D., perpustakaan UNPAD, perpustakaan UNPAR, perpustakaan

IESP UI, Perpustakaan Forum Studi Islam (FSI) UI, koleksi buku Kajian

Ekonomi Islam (KEI) UI, perpustakaan Bank Indonesia Jakarta dan Bandung,

internet, serta sumber-sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

1.6.2 Spesifikasi Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Interest-free money (MNI),

Interest-bearing money (MI), Consumer Price Index (CPI), Gross Domestic

Products (GDP) dan Monetary Base (MB) di Indonesia dan Malaysia. Periode

penelitian yang dipilih adalah tahun 1980-2000. Pemilihan periode ini didasarkan

pada ketersediaan data dan sekaligus untuk melihat pengaruh penerapan dual

29

Page 30: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

banking system terhadap analisis yang akan dilakukan. Secara spesifik masing-

masing data tersebut adalah:

Data Interest-free Money Stock (MNI)

Data interest-free money adalah data jumlah M1 yang terdiri dari currency

(uang kartal) dan demand deposit (rekening koran). Data yang digunakan

didapat dari International Financial Statistic-IMF.

Data Interest Money Stock (MI)

Data interest money stock adalah data jumlah Quasi-money yang terdiri dari

time deposits dan saving deposits. Data yang digunakan didapat dari

International Financial Statistic-IMF.

Data Indeks Harga Konsumen (IHK)

Data Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI) yang

digunakan didapat dari International Financial Statistic-IMF.

Data Monetary Base (MB)

Data monetary base terdiri dari data currency dan bank reserves. Data yang

digunakan didapat dari International Financial Statistic-IMF.

Data Gross Domestic Product (GDP)

Data GDP yang digunakan didapat dari International Financial Statistic-IMF.

1.6.3 Metode Analisis

Penelitian pada skripsi ini menggunakan analisis deskriptif dan kuantitatif.

Analisis deskriptif disusun berdasarkan data sekunder, jurnal, artikel, dan hasil-

hasil penelitian yang berhubungan dengan permasalahan. Sedangkan untuk

30

Page 31: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

analisis kuantitatif penulis menggunakan alat bantu ekonometrika yaitu Eviews

software dan Excell software. Pendekatan yang digunakan dalam analisis ini

adalah pendekatan kointegrasi dan model dinamis (error-correction model).

Pendekatan kointegrasi akan mengestimasi kedekatan hubungan antar

variabel dalam jangka panjang sementara model dinamis digunakan untuk

menguji spesifikasi model dan pergerakan antar variabel dalam jangka pendek.

Data yang digunakan adalah data periode tahunan dengan estimasi model

menggunakan Ordinary Least Square (OLS).

1.6.3.1 Model Ekonometrik

Dalam membentuk model-model ekonometriknya, digunakan fungsi

logaritma untuk menunjukkan adanya parameter yang linier sehingga dari model

tersebut tercermin perubahan relatif dari setiap variabel eksogen terhadap

perubahan relatif dari variabel endogen atau mencerminkan nilai elastisitasnya.

Berdasarkan hal-hal yang diuraikan dalam kerangka pemikiran maka

persamaan yang akan diestimasi dengan pendekatan kointegrasi dan error-

correction model (ECM) adalah:

1. Model ekonometrik untuk mengestimasi kemampuan kontrol otoritas

moneter

Sistem Moneter Konvensional

log QM = C(1,1) * log QM(-1) + C(1,2) * log QM(-2) + C(1,3) * log MB(-1)

+ C(1,4) * log MB(-2) + C(1,5)

31

Page 32: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

log MB = C(2,1) * log QM(-1) + C(2,2) * log QM(-2) + C(2,3) * log MB(-1)

+ C(2,4) * log MB(-2) + C(2,5)

Sistem Moneter Bebas Bunga

log M1 = C(1,1) * log M1(-1) + C(1,2) * log M1(-2) + C(1,3) * log MB(-1) +

C(1,4) * log MB(-2) + C(1,5)

log MB = C(2,1) * log M1(-1) + C(2,2) * log M1(-2) + C(2,3) * log MB(-1) +

C(2,4) * log MB(-2) + C(2,5)

2. Model ekonometrik untuk mengestimasi keterkaitan antara agregat

moneter dengan tingkat harga (CPI)

Sistem Moneter Konvensional

log CPI = C(1,1) * log CPI(-1) + C(1,2) * log QM(-1) + C(1,3)

log QM = C(2,1) * log CPI(-1) + C(2,2) * log QM(-1) + C(2,3)

Sistem Moneter Bebas Bunga

log CPI = C(1,1) * log CPI(-1) + C(1,2) * log CPI(-2) + C(1,3) * log CPI(-3) +

C(1,4) * log CPI(-4) + C(1,5) * log M1(-1) + C(1,6) * log M1(-2) + C(1,7) * log

M1(-3) + C(1,8) * log M1(-4) + C(1,9)

log M1 = C(2,1) * log CPI(-1) + C(2,2) * log CPI(-2) + C(2,3) * log CPI(-3) +

C(2,4) * log CPI(-4) + C(2,5) * log M1(-1) + C(2,6) * log M1(-2) + C(2,7) *

log M1(-3) + C(2,8) * log M1(-4) + C(2,9)

di mana:

QM = interest-based money stock

M1 = interest-free money stock

CPI = consumer price index

MB = monetary base

32

Page 33: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

1.6.3.2 Pengujian Statistik

Untuk melihat validitas model yang digunakan serta akurasi hasil estimasi

model, maka dilakukan beberapa pengujian statistik, antara lain ;

1.6.3.2.1 Uji Unit Root

Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui adanya anggapan stasionaritas

pada persamaan yang sedang diestimasi. Data yang stasioner adalah data yang

menunjukkan Mean, Variance dan Autocovariance (pada variasi lag) tetap sama

pada waktu kapan saja data itu dibentuk atau dipakai. Artinya dengan data yang

stasioner, model time series dapat dikatakan lebih stabil.

Pengujian stasioneritas ini penting karena jika ternyata data time-series yang

diteliti bersifat non-stasioner seperti kebanyakan data ekonomi, maka hasil regresi

yang berkaitan dengan data time-series ini akan mengandung R2 yang relatif

tinggi dan Durbin-Watson stat yang rendah seperti yang dibuktikan oleh Granger

dan Newbold (1974, 1977). Dengan perkataan lain, kita menghadapi masalah apa

yang disebut spurious regression seperti yang dikemukakan oleh Phillips (1986).

Untuk mengetahui adanya unit root dilakukan pengujian Augmented Dickey-

Fuller (ADF test) dan Philips-Perron (PP test), yaitu;

(ADF test)

∆Yt = α + βYt-1 + μt (PP test)

H0 : ρ = 0 (terdapat unit roots, variabel Y tidak stasioner)

33

Page 34: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

H1 : ρ # 0 (tidak terdapat unit roots, variabel Y stasioner)

1.6.3.2.2 Uji Kelayakan Lag

Uji kelayakan lag yang digunakan adalah dengan menggunakan Akaike Info

Criterion. Untuk mengetahui lag yang dipakai sesuai atau tidak, harus dilihat

dengan cara meregresi variabel tersebut dengan variabel yang memakai lag. Lag

yang dipakai dimulai dari lag 1, kemudian dilihat hasilnya. Untuk seterusnya

variabel tersebut diregres dengan menggunakan lag 1, lag 2 dan seterusnya. Hasil

dari regresi tersebut lalu kita bandingkan angka Akaike info Criterionnya,

semakin kecil angka Akaike Info Criterion maka lag yang digunakan semakin

baik.

1.6.3.2.3 Uji Kointegrasi

Uji kointegrasi bertujuan untuk menguji hubungan jangka panjang diantara

variabel-variabel yang tidak stasioner. Hubungan ekuilibrium diantara variabel-

variabel yang tidak stasioner menandakan bahwa stochastic trends dari variabel-

variabel tersebut saling terkait. Hubungan ekuilibrium di sini berarti bahwa

variabel-variabel tersebut tidak dapat bergerak secara bebas. Keterkaitan diantara

stochastic trends ini menyatakan bahwa variabel-variabel tersebut terkointegrasi.

Pengujian kointegrasi dilakukan dengan menggunakan metode uji kointegrasi

Johansen.

Tahap pertama dari uji kointegrasi ini adalah menetapkan lag yang layak

kointegrasi agar dapat diterapkan dengan tepat. Hasil uji kointegrasi akan

34

Page 35: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

bervariasi pada setiap lag yang berbeda, sehingga kelayakan lag harus ditentukan

secara hati-hati. Lalu langkah selanjutnya adalah dengan mengestimasi model dan

menentukan tingkat L-trace yang didapat. Terdapat dua hipotesis dalam uji ini,

yaitu:

H0 : r = 0, artinya tidak terdapat kointegrasi

H1 : r > 0, artinya terdapat setidaknya satu kointegrasi atau lebih

Hasil L-trace yang didapat lalu dibandingkan dengan nilai kritis pada tabel

Johansen dan Juselius (1990). Pada tingkat level signifikan tertentu angka L-trace

yang kita dapat jika lebih besar dari nilai kritis maka artinya H0 ditolak sehingga

artinya terdapat kointegrasi setidaknya satu atau lebih. Dan jika H0 diterima maka

artinya tidak terdapat kointegrasi pada persamaan tersebut.

1.6.3.2.4 Uji Koefisien Determinasi

Digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan dari model yang dipakai.

Koefisien determinasi (R2) yaitu angka yang menunjukkan besarnya kemampuan

varians atau penyebaran dari variabel-variabel bebas yang menerangkan variabel

tidak bebas atau angka yang menunjukkan seberapa besar variasi variabel tak

bebas ditentukan oleh variasi variabel bebasnya. Besarnya nialai R2 adalah 0 < R2

< 1, dimana semakin mendekati 1 (satu) berarti model tersebut dikatakan baik

karena semakin dekat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tak

bebasnya. Dengan kata lain bila nilai R2 semakin mendekati 1 berarti variasi

variabel tak bebas hampir sepenuhnya dipengaruhi variabel tak bebas yang ada

dalam model.

35

Page 36: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

1.6.3.2.5 Uji t-statistik

Pengujian t-statistik digunakan untuk menguji pengaruh parsial dari variabel

bebas terhadap variabel tidak bebasnya. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis:

H0 : variabel bebas tidak mempengaruhi variabel tidak bebasnya

H1 : variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebasnya

Dengan menguji dua arah dalam tingkat signifikansi = α, dan derajat

kebebasan (degree of freedom, df) = n - k (n = jumlah observasi dan k = jumlah

variabel yang diguakan), maka hasil pengujian akan menunjukkan:

H0 : diterima bila |t-stat| < t-tabel

H1 : diterima bila |t-stat| > t-tabel

1.6.3.2.6 Uji F-statistik

Pengujian F-statistik digunakan untuk menguji signifikansi dari semua

variabel bebas sebagai suatu kesatuan, atau mengukur pengaruh variabel bebas

secara bersama-sama. Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : semua variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap

variabel bebasnya.

H1 : semua variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel

bebasnya.

Apabila nilai F-hitung > F-tabel, berarti H0 ditolak, sehingga variabel

bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel tidak bebasnya.

36

Page 37: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

Apabila nilai F-hitung < F-tabel, berarti Ho diterima, sehingga variabel

bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel tidak

bebasnya.

1.6.3.3 Pengujian Masalah Otokorelasi

Otokorelasi atau korelasi serial adalah suatu keadaan di mana kesalahan

pengganggu dalam periode tertentu, katakan єt berkorelasi dengan kesalahan

pengganggu dari periode lainnya katakan єs. Jadi kesalahan pengganggu tidak

bebas, satu sama lain berkorelasi, saling berhubungan.

Ada beberapa hal yang menyebabkan munculnya otokorelasi, antara lain :

1. Kelembaman (Inertia).

2. Terjadi bias dalam spesifikasi karena beberapa variabel penting tak

tercakup.

3. Terjadi bias dalam spesifikasi karena bentuk fungsi yang dipergunakan

tidak tepat.

4. Fenomena sarang labah-labah (Cobweb Phenomena).

5. Beda kala (Time lags).

6. Adanya manipulasi data (Manipulation of data).

Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya otokoralasi adalah uji

Durbin-Watson. Adapun hipotesis yang digunakan dalam uji Durbin-Watson

adalah :

H0 : tidak terdapat otokorelasi positif

H1 : tidak terdapat otokorelasi negatif

37

Page 38: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

Secara spesifik, untuk uji Durbin-Watson, terdapat lima himpunan daerah

untuk nilai d, yaitu:

Daerah Daerah Tidak Daerah Daerah

kritis ketidak- menolak ketidak- kritis

pastian H0 pastian

(inconclusive) (inconclusive)

Tolak Tidak ada Tolak

H0 otokorelasi H0

0 dL dU 2 (4 – dU) (4 - dL)

Jika d lebih kecil daripada dL atau lebih besar daripada (4 – dL), maka

hipotesis nol ditolak, dengan pilihan pada alternatif yang berarti terdapat

otokorelasi.

Jika d terletak antara dU dan (4 – dU), maka hipotesis nol diterima, yang

berarti tidak ada otokorelasi.

Namun, jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4 – dU) dan (4 – dL),

maka uji Durbin-Watson tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti

(inconclusive). Untuk nilai-nilai ini, tidak dapat (pada suatu tingkat signifikansi

tertentu) disimpulkan adanya otokorelasi di antara faktor-faktor gangguan.

Untuk menyelesaikan otokorelasi bergantung pada tingkat saling

ketergantungan alami antara berbagai gangguan Ut. Tetapi karena Ut tidak dapat

diobservasi, maka ada beberapa mekanisme yang biasa digunakan untuk

menyelesaikan otokorelasi. Mekanisme yang sering dipakai adalah Markov First

Order Autoregressive Scheme atau AR(1). Dengan kata lain, jika nilai U dalam

38

Page 39: Analisis Efisiensi Sistem Moneter Bebas Bunga:  Studi Kasus di Indonesia dan Malaysia Periode 1980-2000 dengan Menggunakan Pendekatan Kointegrasi dan Error - Correction Model

Bab IPendahuluan

setiap periode tertentu bergantung nilainya sendiri pada periode sebelumnya,

maka dikatakan bahwa U mengikuti suatu skema autoregresif berderajat satu

(First Order Markov Scheme) yaitu: Ut = f(Ut-1).

39