analisis daur hidup produk (product life cycle) bihun ...digilib.unila.ac.id/54604/3/skripsi tanpa...

84
ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN TAPIOKA DI PROVINSI LAMPUNG (Skripsi) Oleh RIZKY FITRIANINGSIH D FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: dohuong

Post on 29-Apr-2019

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE)

BIHUN TAPIOKA DI PROVINSI LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

RIZKY FITRIANINGSIH D

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

ABSTRAK

ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE)

BIHUN TAPIOKA DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh

Rizky Fitrianingsih D

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui posisi produk bihun tapioka di Provinsi

Lampung dalam daur hidup produk (Product Life Cycle), mengetahui persepsi

produsen terhadap pengembangan usaha bihun tapioka dan motif konsumen dalam

pembelian bihun tapioka. Metode penelitian yang digunakan adalah sensus pada

agroindustri bihun tapioka. Responden penelitian adalah pemilik atau pengelola

agroindustri dan konsumen bihun tapioka. Pengumpulan data pada bulan Februari

sampai April 2018. Metode analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif

dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Agroindustri Sinar

Jaya, Agroindustri Monas Lancar, dan Agroindustri Moro Seneng berada pada Tahap

Pertumbuhan, sedangkan Agroindustri Sinar Harapan dan Agroindustri Bintang Obor

berada pada Tahap Kedewasaan. Pengembangan usaha dipersepsikan sebagai hal

yang penting oleh produsen, namun sulit untuk dilakukan karena strategi pemasaran

yang belum tepat. Motif konsumen dalam pembelian bihun tapioka adalah karena

keterjangkauan harga dan kemudahan mengolah.

Kata kunci : bihun tapioka, motif, persepsi, plc.

Page 3: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

ABSTRACT

THE PRODUCT LIFE CYCLE ANALYSIS OF TAPIOCA VERMICELLI

IN LAMPUNG PROVINCE

By

Rizky Fitrianingsih D

This research aimed to analyze tapioca vermicelli position in Lampung Province in

the product life cycle (PLC), producer’s perception of the tapioca vermicelli business

development and consumer’s motives in buying tapioca vermicelli. This research

used a census method on tapioca vermicelli agroindustry. Respondents were the

owner of agroindustry and the consumers of tapioca vermicelli. Data were collected

in February until April 2018. Data were analyzed by descriptive statistical and

qualitative descriptive analysis. The results showed that the tapioca vermicelli

position in the product life cycle in Sinar Jaya Agroindustry, Monas Lancar

Agroindustry, and Moro Seneng Agroindustry were in the Growth Stage, while Sinar

Harapan Agroindustry and Bintang Obor Agroindustry were in the Maturity Stage.

Business development perceived as an important matter by producers, but it is

difficult to do because the marketing strategy is not right. Consumer’s motives in

buying tapioca vermicelli are due to affordability of prices and ease of processing.

Key words: motive, perception, PLC, tapioca vermicelli.

Page 4: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE)

BIHUN TAPIOKA DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh

RIZKY FITRIANINGSIH D

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 5: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro
Page 6: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro
Page 7: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 28 Februari 1996 dari

pasangan Bapak Samsuddin Dalimunthe, S.Pd. dan Ibu Netti

Hetrawati Harahap. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga

bersaudara. Studi tingkat Taman Kanak-Kanak (TK)

diselesaikan di TK PKK Yosodadi pada tahun 2002, tingkat

Sekolah Dasar (SD) di SDN 4 Metro Timur pada tahun 2008, Madrasah

Tsanawiyah (MTs) di MTs Muhammadiyah Metro pada tahun 2011, dan Sekolah

Menengah Atas (SMA) di SMAN 5 Metro pada tahun 2014. Penulis diterima di

Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2014

melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bumi Nabung Ilir

Kecamatan Bumi Nabung Kabupaten Lampung Tengah selama 40 hari pada bulan

Januari hingga Maret 2017. Selanjutnya, pada Juli 2017 penulis melaksanakan

Praktik Umum (PU) di Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung pada bidang

Ketersediaan dan Kerawanan Pangan selama 40 hari kerja efektif. Selama masa

perkuliahan penulis pernah menjadi Asisten Dosen pada mata kuliah

Pembangunan Pertanian pada Semester Ganjil tahun 2017-2018.

Page 8: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

Kegiatan eksternal penulis selama masa perkuliahan adalah pernah menjadi

surveyor dalam kegiatan survai konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia

periode Juli- Desember 2018, serta aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu

menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (Himaseperta)

Universitas Lampung di bidang IV yaitu bidang kewirausahaan pada periode

tahun 2014 hingga tahun 2018.

Page 9: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

SANWACANA

Bismillahirahmannirrahim,

Alhamdulillahi Rabbil ’Alamin, segala puji bagi Allah SWT atas berkat, rahmat,

hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan dan suri teladan Nabi

Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman

yang terang benderang seperti saat ini. Semoga kita semua mendapatkan

syafaatnya pada yaumil akhir kelak.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Analisis

Daur Hidup Produk (Product Life Cycle) Bihun Tapioka di Provinsi

Lampung” tidak akan terealisasi dengan baik tanpa adanya dukungan, bantuan,

nasihat, saran dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini dengan segala ketulusan hati penulis menyampaikan ucapan

terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., sebagai Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis,

atas arahan, bantuan, dan nasihat yang telah diberikan.

Page 10: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

3. Ibu Dr. Ir. Wuryaningsih Dwi Sayekti, M.S., sebagai Dosen Pembimbing

Pertama sekaligus Pembimbing Akademik atas keikhlasan hati, kesabaran,

nasihat, arahan, motivasi, ilmu yan bermanfaat dan perhatian yang telah

diberikan kepada penulis dari awal hingga akhir perkuliahan dan selama

proses penyelesaian skripsi.

4. Ibu Ani Suryani., S.P., M.Sc., sebagai Dosen Pembimbing Kedua atas

ketulusan hati yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat, kesabaran,

bimbingan, motivasi, arahan, dan saran kepada penulis selama proses

penyelesaian skripsi.

5. Bapak Dr. Ir. Raden Hanung Ismono, M.P., selaku Dosen Pembahas atas

masukan, arahan, nasihat, dan motivasi yang telah diberikan untuk

penyempurnaan skripsi ini.

6. Keluargaku tercinta, Bapak Samsuddin Dalimunthe, S.Pd., dan Mamah Netti

Hetrawati Harahap, serta Abangku Ahmad Suwandi Dalimunthe dan

Kakakku Rahmadani Dalimunthe yang telah memberikan yang terbaik, yang

tanpa kenal lelah untuk selalu memberikan cinta dan kasih sayang,

pengorbanan, dukungan baik moril dan materil yang tiada henti serta do’a

yang tidak terputus untuk tercapainya gelas Sarjana Pertanian ini.

7. Seluruh Dosen dan Karyawan di Jurusan Agribisnis (Mba Ayi, Kak Tunjung,

Mba Iin, Mas Boim, dan Mas Bukhari) atas semua bantuan yang telah

diberikan selama penulis menjadi mahasiswi di Universitas Lampung.

8. Sahabat terbaik, Rosi Triafni Nurhayati yang telah memberikan saran,

semangat berjuang, bantuan dan dukungan kepada penulis selama ini.

Page 11: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

9. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2014, Kelas D, Yances, Syen,

Yohana,, Oci, Kiki Marliani, Cindi, Dwi, Ara, Novia, Yols, Vidya, Yudi,

Matski, Hafia, Intan, Devira, Ine, Inggit, Kayesh, Gesti, Shelma, Uuk, Sintia,

Selvi, Vanda,, Alvita, Ayu, Deta, Sita, Rosita Septi, Siska, Yani, Othi, Cece,

Adek, Aurora, Faakhira, Surveyor BI dan teman-teman lain yang tidak bisa

disebutkan satu per satu, terimakasih atas waktu, bantuan, dan kebersamaan

yang diberikan kepada penulis selama ini.

10. Atu dan kiyai Agribisnis 2011, 2012, 2013 serta adinda Agribisnis 2015 atas

dukungan dan bantuan kepada penulis.

11. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

per satu yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian atas segala yang telah diberikan

kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan,

akan tetapi semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi

banyak pihak di masa yang akan datang.

Bandar Lampung, Oktober 2018

Penulis,

Rizky Fitrianingsih D

Page 12: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii

I. PENDAHULUAN ........................................................................................... A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ....................... A. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 8

1. Agroindustri ............................................................................................ 8

2. Bihun Tapioka ...................................................................................... 11

3. Daur Hidup Produk (Product Life Cycle) ............................................. 13

1) Tahap Perkenalan ............................................................................. 18

2) Tahap Pertumbuhan ......................................................................... 20

3) Tahap Kedewasaan .......................................................................... 22

4) Tahap Penurunan ............................................................................. 24

4. Persepsi ................................................................................................. 25

5. Pengembangan Usaha .......................................................................... 27

6. Motif Pembelian Konsumen ................................................................ 28

7. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 31

B. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 35

III. METODE PENELITIAN .................................................................

A. Metode, Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 38

B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional .................................................. 39

C. Responden, Jenis dan Metode Pengumpulan Data .................................. 43

D. Metode Analisis Data ............................................................................... 43

1. Analisis Daur Hidup Produk Bihun Tapioka ........................................ 43

2. Persepsi produsen terhadap pengembangan usaha ............................... 46

3. Motif konsumen dalam pembelian bihun tapioka ................................ 47

Page 13: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................

A. Keadaan Umum Kota Metro .......................................................... 48

B. Keadaan Umum Kecamatan Metro Utara ....................................... 50

C. Keadaan Kecamatan Metro Timur .................................................. 50

D. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Timur ................................. 51

E. Keadaan Umum Kecamatan Sekampung ........................................ 51

F. Keadaan umum Kecamatan Rumbia ............................................... 52

G. Gambaran Umum Agroindustri Bihun Tapioka di Kota Metro dan

Kabupaten Lampung Timur ............................................................ 52

H. Gambaran Umum Konsumen Bihun ............................................... 61

V. HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................

A. Karakteristik Responden ................................................................ 63

1. Karakteristik Responden Produsen Bihun Tapioka................... 63

2. Karakteristik Responden Konsumen Bihun Tapioka ................ 65

B. Posisi Produk Bihun Tapioka di Provinsi Lampung dalam

Daur Hidup Produk (Product Life Cycle) ....................................... 69

1. Metode Polli and Cook ............................................................ 69

C. Persepsi Produsen terhadap Pengembangan Usaha Agroindustri

Bihun Tapioka ................................................................................. 75

1. Pentingnya pengembangan usaha .............................................. 78

2. Jumlah produk ........................................................................... 78

3. Pengembangan pasar ................................................................. 79

4. Omzet usaha .............................................................................. 79

5. Kelangsungan usaha .................................................................. 80

6. Persepsi produsen terhadap pengembangan usaha agroindustri

bihun tapioka ............................................................................. 80

D. Motif Konsumen dalam Pembelian Produk Bihun Tapioka ........... 81

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................

A. Kesimpulan ...................................................................................... 85

B. Saran ................................................................................................ 85

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... ........ 87

LAMPIRAN .............................................................................................. ........ 90

Page 14: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

i

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah agroindustri ubi kayu di Provinsi Lampung ........................... 2

2. Lokasi agroindustri bihun tapioka di Kota Metro ............................... 4

3. Karakteristik Daur Hidup Produk (Product Life Cycle) ..................... 17

4. Penelitian terdahulu ............................................................................ 32

5. Klasifikasi penilaian persepsi.............................................................. 47

6. Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut

Kecamatan di Kota Metro tahun 2016 ................................................ 49

7. Karakteristik agroindustri bihun tapioka. ........................................... 53

8. Pembagian jam kerja tenaga kerja agroindustri bihun tapioka ........... 58

9. Karakteristik responden produsen bihun tapioka ................................ 63

10. Distribusi responden bihun tapioka menurut umur ............................. 65

11. Distribusi responden bihun tapioka menurut tempat tinggal .............. 66

12. Distribusi responden bihun tapioka menurut pendidikan terakhir ...... 67

13. Distribusi responden bihun tapioka menurut pekerjaan ...................... 67

14. Distribusi responden bihun tapioka menurut jumlah anggota

keluarga .............................................................................................. 68

15. Hasil perhitungan dengan rumus Polli and Cook Agroindustri Bihun

Tapioka .............................................................................................. 69

16. Persepsi produsen terhadap pengembangan usaha agroindustri

bihun tapioka dengan skala likert........................................................ 76

Page 15: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

17. Klasifikasi kelas persepsi produsen terhadap pengembangan usaha

agroindustri bihun tapioka .................................................................. 77

18. Hasil analisis persentase mengenai motif konsumen dalam

pembelian bihun tapioka ..................................................................... 82

19. Identitas produsen bihun tapioka ........................................................ 91

20. Data penjualan produk bihun tapioka dalam kurun waktu 5 tahun (kg) 92

21. Perhitungan daur hidup produk bihun tapioka menggunakan rumus

Polli and Cook Agroindustri Sinar Jaya .............................................. 92

22. Perhitungan daur hidup produk bihun tapioka menggunakan rumus

Polli and Cook Agroindustri Sinar Harapan ....................................... 93

23. Perhitungan daur hidup produk bihun tapioka menggunakan rumus

Polli and Cook Agroindustri Monas Lancar ....................................... 94

24. Perhitungan daur hidup produk bihun tapioka menggunakan rumus

Polli and Cook Agroindustri Bintang Obor ........................................ 95

25. Perhitungan daur hidup produk bihun tapioka menggunakan rumus

Polli and Cook Agroindustri Moro Seneng......................................... 96

26. Persepsi produsen terhadap pengembangan usaha agroindustri

bihun tapioka dengan skala likert........................................................ 97

27. Identitas konsumen bihun tapioka di Kota Metro, Sekampung, Rumbia 98

28. Motif konsumen dalam pembelian produk bihun tapioka .................. 101

29. Perbandingan antara bihun tapioka dengan bihun yang lain............... 111

Page 16: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

i

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro ...................... . 12

2. Tahap daur hidup produk (product life cycle) .................................... . 13

3. Alternatif pola daur hidup produk ...................................................... . 15

4. Kerangka pemikiran analisis analisis daur hidup produk (product

life cycle) bihun tapioka di Provinsi Lampung .................................. . 37

5. Struktur Organisasi Agroindustri Sinar Jaya ..................................... . 55

6. Struktur Organisasi Agroindustri Sinar Harapan ............................... . 55

7. Struktur Organisasi Agroindustri Monas Lancar ............................... . 55

8. Struktur Organisasi Agroindustri Bintang Obor ................................ . 56

9. Struktur Organisasi Agroindustri Moro Seneng ................................ . 56

10. Tempat penyimpanan tepung tapioka ................................................ . 57

11. Tempat untuk mengaduk tepung tapioka ........................................... . 57

12. Tempat untuk mengepres tepung tapioka .......................................... . 58

13. Tempat memadatkan tepung aci ........................................................ . 58

14. Tempat pengukusan ........................................................................... . 58

15. Tempat pengepinan bihun tapioka ..................................................... . 59

16. Tempat penjemuran bihun tapioka ..................................................... . 59

17. Tempat pengemasan bihun tapioka .................................................... . 60

Page 17: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

18. Tempat penyimpanan bihun tapioka .................................................. . 60

19. Kurva posisi produk bihun tapioka pada Agroindustri Sinar Jaya..... . 71

20. Kurva posisi produk bihun tapioka pada Agroindustri Sinar Harapan 72

21. Kurva posisi produk bihun tapioka pada Agroindustri Monas Lancar 73

22. Kurva posisi produk bihun tapioka pada Agroindustri Bintang Obor . 74

23. Kurva posisi produk bihun tapioka pada Agroindustri Moro Seneng . 75

Page 18: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.

Ketergantungan pada beras seperti yang terjadi saat ini, sangat tidak

menguntungkan bagi kelangsungan ketahanan pangan nasional karena jumlah

penduduk Indonesia sangat besar dengan cakupan geografis yang luas dan

tersebar. Kebutuhan beras yang tinggi membuat Indonesia melakukan impor

beras dari negara lain. Oleh karena itu, pemerintah dalam mewujudkan

ketahanan pangan nasional perlu melakukan program diversifikasi pangan

sumber karbohidrat selain beras.

Diversifikasi pangan merupakan upaya untuk menganekaragamkan pola

konsumsi pangan masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu gizi makanan

yang dikonsumsi yang pada akhirnya akan meningkatkan status gizi

penduduk (Almatsier, 2001). Program diversifikasi pangan ini salah satu

upaya pemerintah yang sangat strategis yang dapat mengurangi

ketergantungan terhadap beras. Pengganti beras tersebut harus bersumber

dari komoditas lokal bernutrisi dan aman untuk dikonsumsi. Salah satu bahan

Page 19: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

2

pangan yang dapat menggantikan beras adalah kelompok umbi-umbian yaitu

ubi kayu (Kementerian Pertanian, 2016).

Ubi kayu merupakan salah satu bahan pangan pengganti beras yang cukup

penting peranannya dalam menopang ketahanan pangan suatu wilayah.

Provinsi Lampung sebagai sentra penghasil ubi kayu dengan rata-rata

produksi mencapai 7,74 juta ton di urutan pertama (Badan Pusat Statistik,

2017). Banyaknya ubi kayu yang ada di Provinsi Lampung memunculkan

berbagai macam jenis agroindustri yang berbahan dasar ubi kayu. Jumlah

agroindustri ubi kayu di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah agroindustri ubi kayu di Provinsi Lampung.

No. Kabupaten/Kota

Jumlah

agroindustri ubi

kayu (unit)

Jumlah

agroindustri

ubi kayu (%)

1 Lampung Barat 0 0,00

2 Tanggamus 0 0,00

3 Lampung Selatan 1 0,81

4 Lampung Timur 70 56,91

5 Lampung Tengah 6 4,88

6 Lampung Utara 0 0,00

7 Way Kanan 11 8,94

8 Tulang Bawang 21 17,07

9 Pesawaran 2 1,63

10 Pringsewu 0 0,00

11 Mesuji 0 0,00

12 Tulang Bawang Barat 0 0,00

13 Pesisir Barat 0 0,00

14 Bandar Lampung 0 0,00

15 Metro 12 9,76

Lampung 123 100,00

Sumber : Dinas Perindustrian Provinsi Lampung, 2017.

Agroindustri adalah salah satu konsep pendekatan pembangunan pertanian

yang merupakan bagian dari 6 (enam) subsistem agribisnis yang disepakati

selama ini yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan,

Page 20: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

3

usahatani, pengolahan hasil pertanian, sarana pembiayaan dan pemasaran

(Soekartawi, 2000). Agroindustri ubi kayu berperan penting dalam

mewujudkan program diversifikasi pangan.

Data pada Tabel 1 menunjukkan jumlah agroindustri (pengolahan hasil

pertanian) ubi kayu di Provinsi Lampung sebanyak 123 unit. Ubi kayu dapat

dijadikan berbagai macam olahan makanan, salah satu olahan ubi kayu adalah

bihun tapioka. Bihun tapioka merupakan bihun atau mi yang terbuat dari

bahan dasar ubi kayu. Olahan ubi kayu banyak dikenal oleh masyarakat,

sehingga menjadikan olahan tersebut sebagai pilihan keberagaman pangan

yang belum terlihat keberhasilannya. Salah satu daerah di Provinsi Lampung

yang terdapat produsen pengolahan tepung tapioka menjadi bihun tapioka

adalah Kota Metro dan Kabupaten Lampung Timur.

Kota Metro dan Kabupaten Lampung Timur merupakan daerah di Provinsi

Lampung yang terdapat agroindustri ubi kayu yang diolah menjadi bihun

tapioka. Kota Metro terdapat dua kecamatan yang mempunyai produsen

bihun tapioka, yaitu Kecamatan Metro Timur dan Kecamatan Metro Utara.

Lokasi agroindustri bihun tapioka di Kota Metro dapat dilihat pada Tabel 2.

Kabupaten Lampung Timur yang terdapat produsen bihun tapioka yaitu

daerah di Kecamatan Pekalongan.

Agroindustri bihun tapioka di Kota Metro dan Kabupaten Lampung Timur

sudah berdiri sejak lama, namun permintaan bihun tapioka oleh konsumen

tidak mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan

produsen tentang pentingnya bihun tapioka sebagai salah satu upaya

Page 21: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

4

diversifikasi pangan. Jadi, bihun tapioka hanya dikenal di daerah-daerah

terbatas saja seperti di Kabupaten Lampung Timur dan di Kabupaten

Lampung Tengah (Bazai, 2017).

Tabel 2. Lokasi agroindustri bihun tapioka di Kota Metro

No Nama

Agroindustri Tahun Merek produk Lokasi agroindustri

1 Monas Jaya 1988 Cap Monas

Lancar

Jalan Abri 34, Iring Mulyo

Metro Timur

2 Sinar Jaya 1984 Cap Bulan Banjar Sari, Metro Utara

3 Bintang Obor 1976 Cap Motor Jalan Bedeng, Karang

Rejo, Metro Utara

4 Sinar Harapan 1985 Cap Dua

Jangkar

Jalan Dewi Sartika, Banjar

Sari, Metro Utara

Sumber : Rahmatullah, 2015.

Berdasarkan hasil penelitian Sayekti, Prasmatiwi, dan Adawiyah (2007)

produsen bihun tapioka di Kota Metro masih pasif dalam melakukan strategi

pemasaran. Produsen bihun tapioka hanya memperhatikan pada masalah

produksi sedangkan aspek pasar belum diperhatikan. Jumlah produksi bihun

tapioka tergantung dari permintaan distributor sehingga pemasaran bihun

tapioka lebih banyak dilakukan oleh distributor. Hasil penelitian ini selaras

dengan hasil penelitian Bazai (2017) yaitu pada proses pendistribusian bihun

tapioka di Kota Metro kepada konsumen hanya dilakukan oleh distributor,

sedangkan produsen bihun tapioka hanya menjual bihun tapioka di pabrik

saja.

Hasil penelitian Sayekti et al. (2007) rata-rata jumlah konsumsi bihun tapioka

di Kota Metro oleh konsumen rumah tangga adalah sebanyak 733,87 gram

per rumah tangga per bulan dengan frekuensi pembelian 1-2 kali per bulan.

Page 22: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

5

Berdasarkan hasil penelitian Vidyaningrum, Sayekti, dan Adawiyah (2016)

rata-rata konsumsi bihun tapioka oleh rumah tangga di Kecamatan

Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur yaitu sebanyak 1.300 gram per

rumah tangga per bulan dengan frekuensi pembelian 2 kali per bulan. Data

tersebut menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi bihun tapioka mengalami

peningkatan walaupun peningkatan konsumsi tersebut hanya terdapat pada

daerah yang memiliki agroindustri bihun tapioka.

Permasalahan pada agroindustri bihun tapioka adalah produsen bihun tapioka

yang tidak melakukan pengembangan ide, inovasi dan kreativitas pada

produk bihun tapioka yang diproduksinya. Selain itu, produsen kurang

mampu untuk membuat suatu strategi pemasaran yang sesuai untuk produk

bihun tapioka. Oleh karena itu, bihun tapioka hanya dikenal oleh masyarakat

di daerah-daerah tertentu saja.

Produsen bihun tapioka di Kota Metro dan Kabupaten Lampung Timur perlu

memperhatikan langkah-langkah strategi pemasaran sesuai tahapan produk

bihun tapioka agar tujuan agroindustri tercapai. Pencapaian laba meningkat,

serta mempertahankan kelangsungan hidup agroindustri bihun tapioka,

sehingga volume penjualan produk bihun tapioka dapat berkembang ke luar

daerah Kota Metro dan Kabupaten Lampung Timur.

Kota Metro dan Kabupaten Lampung Timur dipilih sebagai tempat penelitian

karena pada daerah tersebut terdapat usaha pengolahan (agroindustri) ubi

kayu menjadi bihun tapioka. Produsen bihun tapioka yang pasif dalam

melakukan pemasaran produk, perlu mengetahui posisi produk bihun tapioka

Page 23: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

6

dalam mengembangkan produk bihun tapioka. Hal ini dilakukan agar

agroindustri bihun tapioka dapat dikembangkan dan dikenal oleh masyarakat

luas. Kotler (2000) menyatakan bahwa setiap tahap siklus hidup produk

(Product Life Cycle) memerlukan strategi pemasaran yang berbeda. Pada

daur hidup produk (Product Life Cycle) terdapat 4 (empat) tahapan yaitu

tahapan pengenalan, tahapan pengembangan, tahapan kedewasaan dan

tahapan penurunan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai

“Analisis Daur Hidup Produk (Product Life Cycle) Bihun Tapioka di Provinsi

Lampung”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, beberapa permasalahan yang

ingin dikaji dalam penelitian ini :

(1) Bagaimana posisi produk bihun tapioka di Provinsi Lampung dalam daur

hidup produk (Product Life Cycle)?

(2) Bagaimana persepsi produsen terhadap pengembangan usaha agroindustri

bihun tapioka di Provinsi Lampung?

(3) Bagaimana motif konsumen dalam pembelian produk bihun tapioka ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah :

(1) Mengetahui posisi produk bihun tapioka di Provinsi Lampung dalam daur

hidup produk (Product Life Cycle).

Page 24: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

7

(2) Mengetahui persepsi produsen terhadap pengembangan usaha agroindustri

bihun tapioka di Provinsi Lampung.

(3) Mengetahui motif konsumen dalam pembelian produk bihun tapioka.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :

(1) Bagi produsen, penelitian ini sebagai informasi bagi pelaku agroindustri

bihun tapioka dalam menjalankan kegiatan usahanya.

(2) Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

membuat kebijakan mengenai program penganekaragaman pangan.

(3) Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk melakukan

penelitian sejenis.

Page 25: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Agroindustri

Soekartawi (2000) menyatakan bahwa agroindustri adalah bagian atau

subsistem dari sistem agribisnis yang memproses atau mengolah dan

mentransformasikan produk mentah hasil pertanian menjadi barang setengah

jadi atau barang jadi, yang dapat langsung dikonsumsi atau digunakan dalam

proses produksi. Agroindustri merupakan industri bahan baku dari produk

pertanian.

Agroindustri dapat diartikan dua hal, yaitu pertama, agroindustri merupakan

industri yang usaha utamanya dari produk pertanian. Studi agroindustri pada

konteks ini adalah menekankan pada food processing management dalam

suatu perusahaan produk olahan yang bahan bakunya adalah produk

pertanian. Kedua, agroindustri merupakan suatu tahapan pembangunan

sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian, tetapi sebelum tahapan

pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan industri (Soekartawi,

2000).

Page 26: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

9

Menurut Zakaria (2007) agroindustri adalah suatu kegiatan atau usaha yang

mengolah bahan baku yang berasal dari tanaman atau hewan melalui proses

transformasi dengan perlakuan fisik dan kimia, penyimpanan, serta distribusi.

Ciri penting dari agroindustri adalah kegiatannya tidak tergantung musim,

membutuhkan manajemen usaha yang moderen, pencapaian skala usaha yang

optimal dan efisien, serta mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.

Agroindustri diharapkan dapat meningkatkan daya saing di bidang industri

terutama pada produk-produk yang menjadi komoditas unggulan. Hal ini

disebabkan oleh karakteristik dari agroindustri yang memiliki kelebihan

dibandingkan dengan industri lainnya, antara lain: (a) memiliki keterkaitan

yang kuat baik dari industri hulunya sampai ke industri hilirnya, (b)

menggunakan sumberdaya alam yang ada (lokal) dan dapat diperbaharui, (c)

mampu memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif, baik di pasar

internasional maupun di pasar domestik, (d) dapat menampung tenaga kerja

dalam jumlah besar, (e) produk agroindustri pada umumnya bersifat cukup

elastis sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang berdampak

semakin luasnya pasar khususnya pasar domestik (Bantacut, 2002).

Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan

menjadi :

a) Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja

kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat

terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan produsen atau

pemilik industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota

Page 27: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

10

keluarganya. Misalnya industri anyaman, industri kerajinan, industri

tempe atau tahu, dan industri makanan ringan.

b) Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5

sampai 19 orang. Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif

kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau massih ada

hubungan saudara. Misalnya industri genteng, industri batu bata, dan

industri rotan.

c) Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20

sampai 99 orang. Ciri industri sedang memiliki modal yang cukup besar,

tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan

memiliki kemampuan manajerial tertentu. Misalnya industri konveksi,

industri bordir, industri makanan, dan industri keramik.

d) Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100

orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun

secara kolektif dalam bentuk pemilihan saham, tenaga kerja harus

memiliki keterampilan khusus. Misalnya industri tekstil, industri mobil,

industri besi baja, dan industri pesawat terbang (Bank Indonesia, 2010).

Agroindustri bihun tapioka merupakan salah satu agroindustri skala kecil

dengan jumlah tenaga kerja yang sedikit dan berasal dari lingkungan sekitar

serta jumlah modal yang relatif terbatas. Tidak hanya itu, peralatan yang

digunakan pada agroindustri bihun tapioka ini masih terbilang tradisional dan

standar, hanya beberapa peralatan pada agroindustri tertentu yang sudah

terbilang moderen. Agroindustri bihun tapioka terdapat tiga kegiatan utama

yaitu kegiatan pengadaan bahan baku, kegiatan pengolahan, dan kegiatan

Page 28: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

11

pemasaran. Ketiga kegiatan tersebut akan menjadi lebih efektif bila adanya

peran jasa layanan pendukung.

2. Bihun Tapioka

Menurut Astawan (2008) bihun berasal dari bahasa Cina, yang artinya tepung

beras (bie = beras, hun = tepung). Bihun tidak hanya dikenal di Indonesia,

tetapi juga di negara-negara lain yang dikenal dengan berbagai sebutan

seperti bihon, bijon, bifun, mehon, dan vermicelli. Bihun merupakan salah

satu jenis makanan yang termasuk dalam jenis mi. Bahan baku umum dalam

pembuatan bihun yang digunakan adalah tepung terigu, tepung tapioka, air,

garam, soda abu dan minyak goreng.

Bihun sebagai makanan alternatif pengganti beras meskipun tidak selaku mi,

bihun masih termasuk diminati. Selama ini pemanfaatan bihun masih terbatas

pada makanan jajanan, seperti bakso, soto, ketoprak, gado-gado, bihun

goreng, serta sebagai bahan pengisi pada lumpia, buras, tahu isi, dan lain-

lainnya.

Proses pembuatan bihun dapat dilakukan secara sederhana dan tidak sulit.

Proses yang dilaksanakan dari tepung hingga menjadi bihun melalui tahap

pembersihan dengan cara pembersihan tepung, pengadukan tepung menjadi

bubur, pengepresan, pemasakan tahap pertama, pencetakkan bihun,

pemasakan tahap kedua, penjemuran, dan pengemasan. Bahan yang

digunakan adalah tepung tapioka atau dapat diganti beras dan jagung, air, dan

sodium bisulfit. Peralatan yang digunakan adalah penggiling pengayak atau

Page 29: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

12

penyaring tepung, wadah perendam, filter press, screw extruder, pengukus

(dandang), pengering (Astawan, 2008).

Bihun tapioka merupakan salah satu olahan dari ubi kayu. Menurut

Rahmatullah (2015) tahap pembuatan singkong menjadi bihun tapioka

dijelaskan pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro.

Ubi Kayu

Tepung Tapioka

Penggilingan 1

Pengukusan 1 (±3 jam)

Penggilingan 2

Pengepresan/cetak

Pengukusan 2 (± 2 jam)

Persiapan jemur

Penjemuran (±6 jam)

Pengemasan

Page 30: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

13

3. Daur Hidup Produk (Product Life Cycle)

Daur hidup produk (Product Life Cycle) merupakan perjalanan dari penjualan

dan keuntungan produk selama masa hidupnya (Kotler, 2000). Setiap produk

yang diciptakan dan dipasarkan pasti akan mengalami tahap daur hidup dan

selalu memiliki masa hidup yang berbeda-beda. Masa hidup suatu produk

mulai saat dikeluarkan oleh agroindustri ke masyarakat luar sampai dengan

menjadi tidak disenanginya produk tersebut merupakan daur kehidupan

produk. Daur hidup produk (Product Life Cycle) atau PLC untuk selanjutnya

ketiga istilah itu digunakan secara bergantian. Gambar daur hidup produk

(product life cycle) disajikan pada Gambar 2.

Unit Penjualan

dan Laba

Penjualan

(+)

Laba

0

(-)

Waktu

Perkenalan Pertumbuhan Kedewasaan Penurunan

Gambar 2. Tahap daur hidup produk (product life cycle)

Sumber : Tjiptono, 2015.

Page 31: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

14

Konsep daur hidup produk cenderung lebih berguna untuk perencanaan

strategik dan aktivitas-aktivitas pengendalian dibandingkan peyusunan

ramalan/proyeksi jangka pendek dan program pemasaran. Konsep daur hidup

produk sangat baik digunakan untuk menginterpretasikan dinamika produk

dan pasar. Konsep daur hidup produk dipandang sulit diterapkan. Hal ini

disebabkan dengan ketidakmampuan para pemasar untuk memastikan secara

akurat dalam tahap mana persisnya sebuah produk berada pada periode

tertentu. Kelemahan lainnya, yaitu kurang dapat digunakan sebagai alat

prediksi karena sejarah penjualan menunjukkan pola yang beragam, dan

tahap-tahapnya itu berbeda durasinya. Selain itu, agroindustri juga menemui

kesulitan untuk mengetahui ditahap apa suatu produk sedang berkembang.

Masalah lainnya disebabkan oleh pola daur hidup yang bervariasi yaitu ada

sekitar 11 pola daur hidup yang disajikan pada Gambar 3 (Tjiptono, 2015).

Umur suatu produk tergantung dari strategi yang dijalankan oleh agroindustri.

Walaupun umur produk ada yang sangat singkat dan tidak sedikit juga produk

yang memiliki umur yang relatif panjang. Kehidupan suatu produk biasanya

di ukur dari tingkat penjualan dan laba yang diraih oleh produk tersebut.

Maka, melalui identifikasi posisi agroindustri dalam daur hidup produk,

berbagai sasaran pokok, keputusan, masalah dan transisi organisasional yang

dibutuhkan untuk masa depan dapat di antisipasi. Dengan demikian,

produsen dapat merencanakan setiap perubahan yang dipandang perlu (dan

tidak bersikap pasif) untuk merespon kondisi-kondisi yang telah dapat

diprediksi sebelumnya.

Page 32: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

15

Unit Unit Unit

Penjualan Penjualan Penjualan

C

A B

D

Waktu Waktu Waktu

Unit Unit Unit

Penjualan Penjualan Penjualan

E G

F H

Waktu Waktu Waktu

Unit Unit Unit

Penjualan Penjualan Penjualan

J

I K

Waktu Waktu Waktu

Keterangan : A = Cycle-recycle

B = Cycle-half cycle

C = Increasing sales

D = Decreasing sales

E = High plateau

F = Low pleteau

G = Stable maturity

H = Growth maturity

I = Innovative maturity

J = Growth-decline-pleteau

K = Rapid penetration

Gambar 3. Alternatif pola daur hidup produk.

Sumber : Tjiptono, 2015.

Page 33: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

16

Daur hidup produk sebagai usaha untuk mengetahui tahap-tahap khusus

tertentu selama masa hidup suatu produk. Pada tahap-tahap tersebut

terkandung peluang-peluang dan juga persoalan khusus sehubungan dengan

strategi pemasaran serta keuntungan yang ingin diperoleh. Agroindustri atau

produsen dapat menentukan rencana pemasaran yang lebih baik dengan

mengetahui dimana produk sedang berada atau kemana produk sedang

mengarah. Strategi penetapan posisi dan diferensiasi agroindustri harus

berubah karena produk, pasar, dan pesaing berubah sepanjang daur hidup

produk. Menurut Kotler (2000), produk memiliki siklus hidup berarti

menegaskan empat hal :

(1) Produk memiliki umur yang terbatas.

(2) Penjualan produk melalui berbagai tahap yang berbeda dan setiap tahap

memberi tantangan yang berbeda kepada produsen.

(3) Laba naik dan turun pada berbagai tahap yang berbeda selama daur hidup

produk.

(4) Produk memerlukan strategi pemasaran, keuangan, produksi, personalia

maupun pembelian pada setiap tahap dalam daur hidup produk.

Tahap daur hidup produk memiliki strategi pemasaran yang berbeda, agar

tujuan dan sasaran agroindustri di bidang pemasaran dapat dicapai. Strategi

pemasaran suatu produk seharusnya disesuaikan dengan kondisi masing-

masing tahap daur hidup produk. Daur hidup produk (Product Life Cycle)

memiliki 4 (empat) tahap yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda

yang disajikan pada Tabel 3.

Page 34: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

17

Tabel 3. Karakteristik Daur Hidup Produk (Product Life Cycle).

Karakteristik Tahap Perkenalan Tahap Pertumbuhan Tahap Kedewasaan Tahap Penurunan

Penjualan Penjualan rendah Penjualan meningkat

dengan cepat

Puncak penjualan Penjualan menurun

Biaya Biaya per pelanggan yang

tinggi

Biaya rata-rata per

pelanggan

Biaya per pelanggan yang

rendah

Biaya per pelanggan yang

rendah

Laba Negatif Laba meningkat Laba tinggi Laba menurun

Pelanggan Inovator Pemakai awal Mayoritas tengah Pemakai terlambat

Tujuan Pemasaran Menciptakan kesadaran dan

keinginan mencoba produk

Memaksimumkan pangsa

pasar

Memaksimumkan laba

sambil mempertahankan

pangsa pasar

Mengurangi pengeluaran dan

melakukan pemerataan merk

Strategi Produk Menawarkan produk dasar Menawarkan perluasan

produk, pelayanan,

jaminan

Diversifikasi produk dan

model

Melepaskan jenis produk yang

lemah

Strategi Harga Memberikan biaya tambahan Harga untuk menembus

pasar

Harga yang sama atau lebih

baik dari pesaing

Menurunkan harga

Strategi Distribusi Membangun distribusi yang

selektif

Membangun distribusi

yang intensif

Membangun lebih banyak

distribusi yang intensif

Bersikap selektif, melepas

toko yang tidak

menguntungkan

Strategi Pengiklanan Membangun kesadaran

produk diantara pemakai

awal dan penyalur

Membangun kesadaran

dan minat di pasar masal

Menekankan perbedaan dan

manfaat merk

Mengurangi produk sampai

tingkat yang diperlukan untuk

mempertahankan pemakai

setia

Strategi Promosi

Penjualan

Menggunakan banyak

promosi penjualan untuk

menarik konsumen

Mengurangi pengambilan

keuntungan dari besarnya

permintaan konsumen

Meningkatkan untuk

mendorong peralihan merk

Mengurangi sampai tingkat

minimum

Sumber : Kotler, 2000.

17

Page 35: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

18

1) Tahap Perkenalan

Tahap pertama dalam daur hidup produk adalah tahap perkenalan. Ciri-

ciri umum dalam tahap ini adalah produk belum dikenal oleh konsumen

sehingga membutuhkan biaya besar untuk perancangan, pengujian,

produksi, dan peluncurannya. Penjualan yang masih rendah, persaingan

yang masih relatif kecil, tingkat kegagalan relatif tinggi (Tjiptono, 2015).

Kebanyakan pasar sasaran belum mengetahui dan belum familiar dengan

produk baru yang bersangkutan. Ketersediaan produk masih sangat

terbatas lingkupnya, volume penjualan biasanya rendah dan

pertumbuhannya lambat serta biaya promosi dan pemasaran sangat tinggi.

Permintaan dalam tahap perkenalan datang dari core market, yaitu

konsumen yang mempunyai dana berlebih dan mencari produk yang

benar-benar di inginkannya. Laba masih sangat rendah bahkan merugi

dikarenakan besarnya biaya pemasaran terutama promosi sementara

penjualan masih rendah. Biaya promosi menjadi tinggi dikarenakan

untuk menginformasikan konsumen akhir tentang keberadaan produk

serta untuk menarik minat distributor.

Menurut Kotler (2000), strategi pemasaran yang umum pada tahap

perkenalan adalah mengkombinasikan penetapan harga dan kegiatan

promosi, strategi ini ada empat bentuk antara lain :

(a) Strategi Peluncuran Cepat (Rapid-Skimming-Strategy)

Peluncuran produk dilakukan dengan menetapkan harga tinggi dan

level promosi yang tinggi. Penetapan harga yang tinggi artinya agar

Page 36: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

19

bisa diperoleh laba kotor yang tinggi per unit produk. Promosi yang

tinggi artinya untuk menyakinkan konsumen tentang nilai produk

meskipun harga produk itu sendiri juga tinggi. Promosi ini untuk

mempercepat laju penetrasi pasar. Syarat-syarat keberhasilan strategi

ini yaitu sebagian besar pasar potensial belum menyadari kehadiran

produk ini, mereka yang hendak membeli mampu membayar dengan

harga berapapun, dan agroindustri menghadapi pesaing potensial dan

ingin membangun preferensi atas mereknya.

(b) Strategi Peluncuran Lambat (Slow-Skimming-Strategy)

Peluncuran produk baru dengan penetapan strategi harga tinggi dan

sedikit promosi. Strategi harga tinggi agar diperoleh laba kotor yang

tinggi, sedangkan promosi yang sedikit dilakukan agar biaya

pemasaran tidak terlalu besar. Strategi ini berhasil apabila luas pasar

terbatas, sebagian besar pasar menyadari kehadiran produk ini,

pembeli bersedia membeli harga yang tinggi serta persaingan

potensial tidak tampak.

(c) Strategi Penetrasi Cepat (Rapid-Penetration-Strategy)

Strategi penetrasi dilakukan dengan menetapkan harga yang rendah

dan promosi yang besar-besaran. Strategi ini ditujukan agar

menghasilkan penetrasi atau penerobosan pasar yang cepat. Strategi

ini dapat berhasil apabila ukuran pasar sangat luas, pasar tidak

menyadari kehadiran produk, kebanyakan pembeli sangat peka

terhadap harga, ada indikasi persaingan yang hebat di pasar, dan harga

Page 37: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

20

pokok produksi cenderung menurun mengikuti peningkatan skala

produksi.

(d) Strategi Penetrasi Lambat (Slow-Penetration-Strategy)

Peluncuran produk dilakukan dengan penentuan harga rendah dan

promosi rendah. Strategi ini dilakukan dengan analisis yang

mendasari keyakinan bahwa harga sangat peka bagi konsumen

sedangkan promosi kurang berpengaruh dalam merubah situasi pasar.

Strategi ini dapat berhasil apabila pasar sangat luas, pasar sangat

menyadari kehadian produk, pasar sangat peka terhadap harga, serta

hanya sedikit persaingan potensial.

2) Tahap Pertumbuhan

Dalam tahap pertumbuhan, produk mulai dikenal konsumen. Produk

tersebut telah dicoba dan masalah-masalah yang muncul pada tahap

perkenalan sudah diatasi (Kotler, 2000). Permintaan dalam tahap ini

sudah sangat meningkat dan masyarakat sudah mengenal barang yang

bersangkutan, maka promosi yang dilakukan oleh agroindustri tidak

seperti dalam tahap perkenalan. Konsumen mulai menyadari manfaat dan

menyukai produk sehingga volume penjualan mulai meningkat pesat dan

para pesaing mulai memasuki pasar yang sama.

Agroindustri menetapkan strategi perluasan pasaran maka dimungkinkan

akan semakin kuat posisinya dalam persaingan, namun agroindustri harus

mengeluarkan biaya yang cukup besar. Pada tahap pertumbuhan

agroindustri sedang berada dalam posisi trade off yaitu harus memilih

Page 38: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

21

apakah ingin memperoleh bagian pasar yang tinggi atau keuntungan yang

besar.

Menurut Tjiptono (2015) tahap pertumbuhan dalam daur hidup produk

biasanya berlangsung relatif singkat. Perubahan teknologi dan

fragmentasi pasar bahkan berkontribusi pada semakin singkatnya tahap

pertumbuhan pada sejumlah agroindustri. Tujuan strategik agroindustri

dalam pasar berkembang dapat dikelompokkan menjadi dua kategori.

Pertama, tujuan strategik bagi pemimpin pasar (biasanya pionir pasar

dalam tahap awal pasar berkembang) adalah mempertahankan pangsa

pasar. Fokusnya adalah mempertahankan pembelian ulang dari konsumen

saat ini, serta berusaha meraih porsi penjualan dalam jumlah besar dari

para pelanggan baru yang membeli produk pertama kali. Kedua, tujuan

strategik bagi penantang pasar (mereka yang masuk belakangan) adalah

menumbuhkan pangsa pasar, baik dengan merebut pelanggan pemimpin

pasar, meraih pangsa pasar pelanggan baru lebih besar dibandingkan

pasar, maupun kedua cara tersebut.

Strategi pemasaran pada tahap pertumbuhan antara lain :

(a) Agroindustri meningkatkan kualitas produk serta menambahkan

keistimewaan produk baru dan gaya yang lebih baik.

(b) Agroindustri menambahkan model-model baru dan produk-produk

penyerta (yaitu, produk-produk dengan berbagai ukuran, rasa dan

sebagainya yang melindungi produk utama).

(c) Agroindustri memasuki segmen pasar baru.

Page 39: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

22

(d) Agroindustri meningkatkan cakupan distribusinya dan memasuki

saluran distribusi baru.

(e) Agroindustri beralih dari iklan yang membuat orang menyadari

produk ke iklan yang membuat orang memilih produk.

(f) Agroindustri menurunkan harga untuk menarik pembeli yang sensitif

terhadap harga di lapisan berikutnya.

3) Tahap Kedewasaan

Pada tahap kedewasaan penjualan mencapai titik tertinggi atau puncak,

pertumbuhan pasar mulai melambat dan cenderung menurun serta

persaingan di pasar juga meningkat (Tjiptono, 2015). Jadi, banyaknya

jumlah pesaing dalam agroindustri menyebabkan persaingan harga tak

terkalahkan dan sat per satu para pesaing yang lemah mulai tersingkir.

Menurut Kotler (2000) tahap kedewasaan dibagi dalam tiga fase. Fase

pertama yaitu kedewasaan tumbuh, tingkat pertumbuhan penjualan mulai

turun, tidak ada saluran distribusi baru yang dapat diisi, dan beberapa

pembeli yang terlambat masih memasuki pasar. Fase kedua yaitu

kedewasaan stabil, penjualan menjadi datar dalam basis per kapita karena

kejenuhan pasar, sebagian besar konsumen potensial telah mencoba

produk itu, dan penjualan masa depan ditentukan oleh pertumbuhan

populasi dan permintaan pengganti. Fase ketiga yaitu kedewasaan

menurun, tingkat penjualan absolut mulai menurun, pelanggan mulai

beralih ke produk itu, dan pelanggan beralih ke produk substitusinya.

Page 40: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

23

Strategi pemasaran pada tahap kedewaasaan yang dapat dilakukan antara

lain :

(a) Modifikasi pasar, dimana agroindustri dapat mencoba memperluas

pasar untuk mereknya yang mapan dengan mengatur dua faktor yang

membentuk volume penjualan, yaitu jumlah pemakai merek dan

tingkat pemakaian per pemakai. Agroindustri dapat mencoba

memperluas jumlah pemakai merek dengan tiga cara yaitu :

1) Mengubah orang yang bukan pemakai

2) Memasuki segmen pasar baru

3) Memenangkan pelanggan pesaing

Volume pemakaian dapat juga ditingkatkan dengan menyakinkan

pemakai merek sekarang untuk meningkatkan pemakaian tahunan

merek tersebut.

(b) Modifikasi produk, dimana agroindustri dapat mendorong penjualan

dengan memodifikasi karakteristik produk antara lain melalui :

1) Peningkatan kualitas, yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja

fungsional produk seperti daya tahan, keandalan, kecepatan, rasa,

dan lain-lain.

2) Peningkatan keistimewaan, yang bertujuan untuk menambah

keistimewaan baru seperti ukuran, berat, bahan tambahan,

aksesoris, keanekaragaman, keamanan atau kenyamanan produk

akan semakin meluas.

3) Peningkatan gaya, yang bertujuan meningkatkan daya tarik estetis

suatu produk agar lebih menarik perhatian konsumen.

Page 41: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

24

(c) Modifikasi bauran pemasaran, dimana agroindustri dapat mencoba

mendorong penjualan dengan memodifikasi berbagai elemen bauran

pemasaran yaitu memberikan potongan harga, membuka saluran

distribusi yang lebih luas, menambah pengeluaran untuk iklan,

meningkatkan promosi penjualan, serta meningkatkan pelayanan.

4) Tahap Penurunan

Dalam tahap penurunan penjualan mengalami penurunan karena produk

tersebut sampai pada titik kejenuhan. Penurunan volume penjualan

disebabkan dari perubahan selera konsumen, produk substitusi mulai

diterima konsumen, atau perubahan teknologi (Tjiptono, 2015).

Penurunan penjualan bisa berangsur-angsur menurun, bisa pula sangat

cepat. Hal ini terjadi karena masuknya produk baru yang menggantikan

produk lama. Persaingan harga dari produk yang hampir mati semakin

lebih ketat, akan tetapi agroindustri yang memiliki merek yang kuat dapat

tetap mempertahankan perolehan labanya sampai benar-benar produk

tersebut keluar dari pasar. Agroindustri ini berarti telah berhasil

membedakan produknya dengan produk sejenis yang dihasilkan

agroindustri lain.

Pada tahap ini konsumen akan meninggalkan dan tidak lagi mau

menggunakan produk tersebut. Kondisi pengusaha harus sudah

mengantisipasi dan menyiapkan produk pengganti yang diharapkan akan

menggantikan posisi produk yang sudah akan mati. Produk atau

Page 42: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

25

agroindustri yang tidak sanggup bertahan akan keluar dari area

persaingan.

Strategi pemasaran yang dilakukan agroindustri antara lain :

(a) Mengidentifikasi produk lemah.

(b) Menentukan strategi pemasaran yang harus segera dilakukan.

(c) Keputusan penghentian.

4. Persepsi

Persepsi merupakan proses diterimanya rangsangan melalui pancaindra yang

didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan,

dan mengahayati tentang hal yang diamati, baik yang ada di luar maupun

dalam diri individu (Sunaryo, 2004). Dengan demikian, persepsi sebagai

proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan kesan indra

mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungannya.

Menurut Kotler (2000) persepsi adalah proses di mana kita memilih,

mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk gambaran dunia yang

berarti. Persepsi berkaitan dengan cara pandang seseorang, dimana setiap

orang memandang suatu hal dari rangsangan yang sama tetapi dapat

membentuk persepsi yang berbeda serta proses yang dirasakan seseorang

dalam memilih.

Rakhmat (2001) mengungkapkan bahwa persepsi adalah pengalaman belajar

tentang objek peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi juga bentuk

Page 43: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

26

komunikasi interpersonal yaitu komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang.

Oleh karena itu, persepsi akan mempengaruhi seseorang dalam berpikir,

bertidak dan berkomunikasi dengan pihak lain.

Persepsi terdapat dua faktor yang mempengaruhi proses pembentukan

persepsi yaitu faktor struktural dan faktor fungsional. Faktor struktural

berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkannya pada

sistem syaraf individu. Faktor fungsional umumnya obyek-obyek yang

memenuhi tujuan individu dan berasal dari kebutuhan, pengalaman masa,

lalu, kesiapan mental, suasana emosional, latar belakang budaya dan lain

sebagainya (karakteristik individu). Karakteristik seseorang yang

memberikan respons pada sebuah stimuli menentukan persepsi. Persepsi ini

sifatnya subyektif, karena tergantung individu yang melakukan persepsi.

Persepsi setiap individu dengan individu lainnya berbeda terhadap suatu

obyek yang sama.

Persepsi produsen terhadap pengembangan usaha merupakan pendapat

produsen tentang pengembangan usaha bihun tapioka. Hal tersebut meliputi

seberapa penting pengembangan produk tersebut dilakukan, serta bagaimana

pendapat produsen mengenai keuntungan dan kerugian apabila

pengembangan produk ini diberlakukan. Selain itu, bagaimana harapan dari

produsen terhadap pengembangan produk bihun tapioka.

Page 44: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

27

5. Pengembangan Usaha

Menurut Anoraga (2007) pengembangan usaha merupakan tanggung jawab

dari setiap produsen atau pengusaha yang membutuhkan pandangan kedepan,

motivasi, dan kreativitas. Jika hal tersebut dapat dilakukan oleh produsen

atau pengusaha, maka bersarlah harapan untuk dapat menjadikan usaha yang

semula kecil menjadi skala menengah bahkan menjadi sebuah skala besar.

Pengembangan usaha menuntut perencanaan yang matang serta tidak ada

sesuatu yang instan yang dapat membuat ide cemerlang pasti akan sukses

dipasarkan. Kemudian, tidak adanya jaminan bahwa usaha pasti akan sukses

dari beberapa usaha sebelumnya. Sebagian besar usaha mengalami

kegagalan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :

a. Target pasar yang dituju terlampau kecil, sehingga penjualan tidak dapat

menutupi biaya riset dan pengembangan, biaya produksi, dan biaya

pemasaran.

b. Kualitas produk tidak memadai dan bahkan tidak lebih bagus

dibandingkan produk-produk yang sudah ada.

c. Agroindustri tidak memiliki akses ke distributor dan pasar. Contohnya

kalah bersaing dalam mendapatkan tempat dalam rak-rak pajangan pasar

swalayan atau toko pengecer lainnya.

d. Timing tidak tepat, dimana produk baru diluncurkan terlalu cepat, terlalu

lambat, atau bahkan pada saat selera konsumen telah berubah secara

drastis.

Page 45: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

28

6. Motif Pembelian Konsumen

Setiap keputusan pembelian memiliki motif dibaliknya. Motif pembelian

dapat dilihat sebagai kebutuhan yang timbul, rangsangan atau gairah. Motif

sebagai kekuatan yang merangsang tingkah laku yang ditujukan untuk

memuaskan kebutuhan yang timbul. Beberapa keputusan pembelian

dipengaruhi oleh lebih dari satu motif.

Kebutuhan berubah menjadi motif ketika kebutuhan tersebut meningkat

sampai tingkat intensitas yang cukup sehingga mendorong kita bertindak.

Motivasi mempunyai dua arah, kita menentukan satu tujuan di atas tujuan

lainnya, dan intesitas energi yang kita gunakan untuk mengejar tujuan

(Kotler, 2009).

Menurut Kotler (2000) motif merupakan kebutuhan yang cukup untuk

menggerakkan seseorang untuk bertindak. Motif timbul dalam diri seseorang

dalam rangka mencapai suatu tujuan. Motif seorang konsumen dalam

melakukan pembelian suatu produk adalah untuk memuaskan kebutuhan dan

keinginannya yang dapat dibedakan menjadi motif pembelian primer dan

selektif serta motif rasional dan irasional.

Menurut Loudon (2004) motif adalah pernyataan dalam diri yang

menggerakkan kekuatan jasmani dan mengarahkan terhadap tujuan yang

biasanya terletak dilingkungan ekternal. Motif memiliki beberapa penggerak

antara lain :

Page 46: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

29

a. Kondisi Fisiologis (Physiological Condition)

Salah satu sumber penggerak untuk bertindak adalah untuk memenuhi

kebutuhan biologis atau kebutuhan pendukung hidup lainnya. Kebutuhan

yang tidak terpenuhi akan menimbulkan ketegangan, sehingga dorongan

akan terjadi dan menimbulkan energi untuk memuaskan kebutuhan.

b. Aktivitas Kognitif

Aktivitas kognitif yaitu aktifitas manusia berpikir dan bernalar. Berpikir

dan bernalar yaitu berfantasi atau berkhayal sebagai pemicu motif. Hal ini

dapat terjadi apabila konsumen menyadari akan kebutuhan yang belum

terpuaskan.

c. Kondisi Situasional (Situasional Condition)

Kondisi situasional adalah situasi khusus yang dihadapi konsumen yang

dapat memicu dorongan. Hal ini dapat terjadi ketika situasi menarik

perhatian terhadap kondisi psikologis yang ada. Kondisi yang

menggambarkan perhatian terhadap kondisi psikologis yang terjadi seperti

ketika melihat iklan minuman, tiba-tiba membuat seseorang sadar akan

rasa haus.

d. Sifat Rangsangan

Rangsangan yang memiliki cukup sifat akan memiliki potensi untuk

menarik perhatian kepada diri mereka sendiri dengan membangkitkan

keingintahuan seseorang.

Menurut Alma (2007) konsumen memiliki motif-motif pembelian yang

mendorong konsumen untuk melakukan pembelian. Motif pembelian dibagi

menjadi 3 yaitu antara lain :

Page 47: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

30

a. Primary Buying Motive, yaitu motif untuk membeli yang sebenarnya.

b. Selective Buying Motive, yaitu pemilihan terhadap barang berdasarkan

Rational Buying Motive dan Emotional Buying Motive.

a) Motif Rasional atau Motif Kognitif

Pembelian berdasarkan pada motif pembelian rasional umumnya

merupakan hasil dari evaluasi yang obyektif dari informasi yang

tersedia. Konsumen secara seksama memeriksa informasi produk atau

jasa dengan sikap yang secara relatif bebas dari emosi. Konsumen

profesional biasanya termotivasi oleh motif pembelian rasional,

dimana pengiriman tepat waktu, laba finansial, pemasangan yang

kompeten, penghematan waktu, peningkatan laba, dan durabilitas

Kecenderungan motif rasional menunjukkan delapan pengaruh utama

pada perilaku konsumen, yaitu ketepatan, sifat, pengelompokkan,

obyektivitas, otonomi, pencarian, kesesuain dan manfaat (Manning

dan Reece, 2006).

b) Motif Emosional atau Motif Afektif

Motif emosional merupakan motif pembelian konsumen yang

berkaitan dengan kriteria pribadi dan emosi. Konsumen memilih

tujuan menurut kriteria subyektif individu seperti pengungkapan rasa

cinta, kebanggaan, status, preferensi dan keamanan. Kecenderungan

motif emosional menunjukkan delapan pengaruh utama pada perilaku

konsumen, yaitu pengurangan ketegangan, ekspresi diri, pertahanan

diri, menguatkan, penegasan, keanggotaan, pembentukan identitas,

dan model.

Page 48: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

31

c. Patronage Buying Motive (Motif Langganan), yaitu salah satu yang

menyebabkan calon konsumen membeli produk dari satu bisnis tertentu.

Calon konsumen sebelumnya telah mempunyai prioritas kontak langsung

atau tidak langsung dengan bisnis tersebut dan telah menilai kontak

tersebut bermanfaat. Motif langganan sering menjadi latar belakang

pembelian konsumen. Konsumen lebih mengutamakan untuk membeli

pada produsen tertentu. Motif langganan merupakan motif atau

pertimbangan yang menyebabkan konsumen membeli barang-barang pada

suatu toko atau outlet yang dipengaruhi oleh lokasi agroindustri yang

strategis, superior service atau pelayanan yang sangat baik, seleksi harga,

competence of sales representative atau kompetensi dari produsen

(Manning dan Reece, 2006).

7. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mengacu pada hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan

penelitian ini. Kajian penelitian terdahulu diperlukan sebagai bahan referensi

bagi penelitian untuk menjadi pembanding dengan penelitian yang dilakukan

dengan penelitian sebelumnya, untuk mempermudah dalam pengumpulan

data dan metode analisis data yang digunakan dalam pengolahan data.

Kebaruan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian terdahulu yaitu

menganalisis posisi produk bihun tapioka dalam PLC, persepsi produsen

dalam pengembangan usaha agroindustri, dan motif konsumen dalam

pembelian bihun tapioka. Ringkasan beberapa hasil penelitian terdahulu yang

relevan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Page 49: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

32

Tabel 4. Penelitian terdahulu mengenai yang berkaitan dengan analisis daur hidup produk dan bihun tapioka.

No. Nama Peneliti dan

Tahun Judul Penelitian Metode Analisis Data Hasil Penelitian

1. Bazai (2017). Penerapan strategi pemasaran

dan aksesibilitas rumah

tangga terhadap bihun

tapioka di Kota Metro.

Analisis statistik

deskriptif dan analisis

deskriptif kualitatif.

1. Produsen bihun tapioka di Kota Metro cukup paham

terhadap pemasaran, namun penerapannya tidak sesuai

dengan pemahaman yang dimilikinya.

2. Pelaksanaan strategi pemasaran oleh produsen bihun

tapioka di Kota Metro adalah lebih kepada strategi

product dan tidak melakukan strategi promotion.

3. Aksesibilitas konsumen dalam memperoleh bihun tapioka

termasuk dalam kategori “mudah”.

2. Maulani, Dwiastuti

dan Andriani

(2017)

Analisis Penetapan Harga

Produk Obat Herbal Olahan

Jamur Dewa (Agaricus blazei

murril) Pada Cv. Asimas.

1. Metode harga pokok

produksi.

2. Metode Polli and

Cook.

1. Harga Pokok Produksi (HPP) yang digunakan pada CV.

ASIMAS yaitu menggunakan metode variable costing.

2. Berdasarkan analisis siklus hidup produk berdasarkan

perhitungan Polli and Cook, produk Agaric Tea dan

Agaric Pure berada pada tahap perkenalan pada tahun

2010, tahap pertumbuhan pada tahun 2011, dan tahap

penurunan pada tahun 2012.

3. Strategi penetapan harga untuk produk Agaric Tea dan

Agaric Pure berdasarkan siklus hidup produk antara lain:

a. Pada tahap awal, strategi yang digunakan yaitu

Penetration Pricing.

b. Pada produk mapan, strategi yang digunakan yaitu

dengan mempertahankan harga atau menurunkan

harga.

c. Penetapan harga dengan penyesuaian khusus, yaitu

dengan memberikan diskon kuantitas.

32

Page 50: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

33

Lanjutan Tabel 4.

3. Vidyaningrum,

Sayekti, dan

Adawiyah (2016).

Preferensi, pola permintaan dan

faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan

konsumen rumah tangga

terhadap bihun tapioka di

Kecamatan Purbolinggo

Kabupaten Lampung Timur.

Analisis deskriptif

kuantitatif dan analisis

regresi linier berganda.

1. Preferensi konsumen rumah tangga di Kecamatan

Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur terhadap

bihun tapioka berada pada kategori suka. Atribut-

atribut yang diinginkan konsumen bihun tapioka di

Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur

adalah harga murah, rasa enak, aroma tidak apek,

warna putih, tekstur kenyal, dan dapat selalu mudah

untuk diperoleh dipasaran.

2. Rata-rata pembelian bihun tapioka sebanyak 1,36

kg/bulan/rumah tangga dengan frekuensi pembelian

bihun tapioka adalah sebanyak 2 kalo dalam satu

bulan.

3. Permintaan bihun tapioka oleh konsumen rumah

tangga di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten

lampung Timur dipengaruhi oleh harga bihun

tapioka, harga mi, pendapatan, jumlah anggota

keluarga, suku, pendidikan SD dan pendidikan SMA.

4. Putriasih, Sayekti

dan Adawiyah

(2015).

Pola Permintaan dan Loyalitas

Pedagang Soto Terhadap Bihun

Tapioka di kecamatan

Purbolinggo Kabupaten

Lampung Timur.

Analisis deskriptif statistic

dan analisis dekriptif

dengan piramida loyalitas.

1. Pola permintaan bihun tapioka oleh pedagang di

Kecamatan Lampung Timur memiliki frekuensi

pembelian 30 kali dalam waktu sebulan dengan

jumlah pembelian bihun tapioka sebanyak 16-30 kg

per bulan.

2. Tingkat loyalitas pedagang terhadap bihun tapioka

oleh pedagang di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten

Lampung Timur berada pada tingkatan liking the

brand sebanyak 97,92 persen.

33

Page 51: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

34

Lanjutan Tabel 4.

5. Rahmatulloh

(2015).

Analisis kinerja dan lingkungan

agroindustri bihun tapioka di

Kota Metro.

1. Metode analisis

kuantitatif dengan

menggunakan

produktivitas, kapasitas,

dan pendapatan

agroindustri.

2. Metode deskriptif

kualitatif.

1. Kinerja agroindustri bihun tapioka di Kota Metro

secara keseluruhan sudah baik.

2. Identifikasi lingkungan internal dan eksternal

agroindustri bihun tapioka di Kota Metro diperoleh

bahwa :

a. Kekuatan yang dimiliki adalah kebutuhan input

produksi mudah diperoleh, mutu baik, pembagian

tugas organisasi perusahaan jelas, lokasi usaha

strategis, dan system pemasaran yang tertata.

b. Kelemahan yang dimiliki adalah teknologi sulit

ditambah dan pendidikan yang dimiliki tenaga

kerja rendah.

c. Peluang yang dimiliki adalah bihun tapioka

diterima masyarakat khususnya Provinsi

Lampung, adanya teknologi untuk meningkatkan

produktivitas agroindustri, permintaan bihun

tapioka tidak terpengaruh musim dan cuaca.

6. Sayekti et al

(2007).

Kajian Pemasaran Bihun

Tapioka Dalam Rangka

Pengembangannya Sebagai

Pangan Alternatif.

Analisis deskriptif

kualitatif.

1. Pemasaran bihun tapioka belum efisien.

2. Ketersediaan bihun untuk Kota Bandar Lampung dan

Kota Metro baik. Namun, di Kota Bandar Lampung

hanya tersedia bihun berbahan baku beras dan

jagung.

3. Permasalahan dalam pemasaran bihun tapioka adalah

produsen pasif dalam memperluas pasar dan kualitas

produk yang kurang baik.

34

Page 52: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

35

B. Kerangka Pemikiran

Diversifikasi pangan merupakan salah satu upaya untuk mengatasi masalah

ketergantungan pada beras. Diversifikasi pangan sebagai upaya untuk

menyediakan dan mengkonsumsi pangan dengan menu yang beraneka-ragam

dan bervariasi dengan prinsip gizi seimbang yang mengalihkan ke makanan

yang berasal dari non beras (seperti ubi kayu). Diversifikasi pangan saat ini

difokuskan pada pemanfaatan sumberdaya lokal sebagai sumber pangan.

Salah satu upaya dalam usaha proses percepatan program diversifikasi pangan

adalah agroindustri. Agroindustri bihun tapioka di Provinsi Lampung adalah

agroindustri rumah tangga yang mengolah tepung tapioka menjadi bihun

tapioka. Penelitian ini akan fokus dalam membahas dimana posisi produk

bihun tapioka yang ada, persepsi produsen terhadap pengembangan usaha

agroindustri bihun tapioka, dan motif konsumen dalam pembelian bihun

tapioka.

Posisi produk bihun tapioka dilihat dari analisis daur hidup produk (product

life cycle). Analisis daur hidup produk dibagi menjadi empat tahap yang

memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pertama tahap pengenalan,

dimana produk belum dikenal, penjualan yang masih rendah, dan

membutuhkan biaya yang besar. Kedua tahap pertumbuhan, dimana produk

sudah dikenal, peningkatan laba yang besar. Ketiga tahap kedewasaan,

puncak penjualan, persaingan meningkat. Keempat tahap penurunan,

penjualan produk mengalami penurunan dalam tahap ini. Apabila sudah

Page 53: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

36

diketahui posisi produk bihun tapioka melalui analisis daur hidup produk,

selanjutnya akan dianalisis bagaimana persepsi produsen terhadap

pengembangan usaha agroindustri bihun tapioka dan apakah motif konsumen

dalam pembelian bihun tapioka.

Permasalahan dalam produk bihun tapioka di Provinsi Lampung adalah

produsen bihun tapioka yang masih pasif dalam melakukan pemasaran

produk bihun tapioka. Hal ini menyebabkan bihun tapioka hanya dikenal

oleh masyarakat di daerah-daerah tertentu saja. Oleh karena itu, perlu

dianalisis posisi produk bihun tapioka dalam daur hidup produk agar dapat

mengembangkan usaha agroindustri bihun tapioka tersebut. Kerangka

berpikir daur hidup produk (product life cycle) bihun tapioka di Provinsi

Lampung dapat dilihat pada Gambar 4.

Page 54: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

37

Gambar 4. Kerangka pemikiran analisis daur hidup produk (product life cycle)

bihun tapioka di Provinsi Lampung.

Diversifikasi Pangan

Lokal

Agroindustri Bihun Tapioka

di Provinsi Lampung

Pengadaan

bahan baku

Kegiatan Pengolahan Kegiatan Pemasaran

Analisis Daur Hidup Produk

(Product Life Cycle)

Posisi Produk Bihun

Tapioka

Tahap Pengenalan Tahap Pertumbuhan Tahap Kedewasaan Tahap Penurunan

Periode

pertumbuhan

penjualan

yang lambat.

Periode

penerimaan pasar yang cepat dan

peningkatan laba

yang besar.

Periode

penurunan

pertumbuhan

penjualan atau

puncak

penjualan.

Periode saat

penjualan

menunjukkan

penurunan

dan laba yang

menipis.

Persepsi produsen terhadap pengembangan

usaha agroindustri bihun tapioka.

Jasa Layanan Pendukung

Konsumen

Motif

Pembelian

Page 55: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

38

III. METODE PENELITIAN

A. Metode, Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode sensus pada agroindustri

bihun tapioka di Provinsi Lampung. Metode sensus merupakan teknik

penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel

(Sugiyono, 2008).

Penelitian dilakukan di agroindustri bihun tapioka yang berada di daerah

Provinsi Lampung yaitu di Kota Metro, Kecamatan Metro Timur dan Metro

Utara dan agroindustri bihun tapioka yang berada di Kabupaten Lampung

Timur, Kecamatan Pekalongan, sehingga ada 5 agroindustri bihun tapioka.

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

pertimbangan bahwa Kota Metro dan Kabupaten Lampung Timur merupakan

sentra penghasil bihun tapioka. Waktu pengumpulan data dilakukan pada

bulan Februari sampai April 2018.

Page 56: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

39

B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian dan

petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh data yang

akan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian dan yang berhubungan dengan

penelitian.

Diversifikasi pangan merupakan program pemerintah untuk mendukung

tercapainya ketahanan pangan dengan penganekaragaman jenis pangan

dengan mengutamakan sumberdaya lokal daerah setempat, salah satu upaya

dalam usaha proses percepatan program diversifikasi pangan adalah

agroindustri pangan lokal seperti agroindustri bihun tapioka.

Agroindustri merupakan bagian dari sistem agribisnis yang memanfaatkan

dan mempunyai kaitan langsung dengan produksi pertanian yang akan diubah

atau ditransformasikan secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga

menjadi barang jadi atau setengah jadi yang memiliki nilai tambah lebih

tinggi. Agroindustri bihun tapioka merupakan usaha pengolahan yang

menggunakan ubi kayu sebagai bahan bakunya untuk menghasilkan bihun

tapioka.

Bihun tapioka merupakan bahan makanan sejenis mi yang berbahan dasar

pati ubi kayu atau tepung tapioka.

Daur hidup produk merupakan umur atau masa hidup suatu produk mulai saat

dikeluarkan oleh agroindustri ke masyarakat luar sampai dengan menjadi

Page 57: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

40

tidak disenanginya produk tersebut. Daur hidup produk terdiri dari tahap

perkenalan, tahap pertumbuhan, tahap kedewasaan, dan tahap penurunan.

Diukur dengan metode Polli and Cook.

Penjualan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh produsen untuk

memperoleh keuntungan atau laba dari produk bihun tapioka.

Biaya merupakan jumlah uang yang harus dikeluarkan oleh konsumen dalam

memperoleh bihun tapioka. Variabel ini diukur dalam rupiah/kg (Rp/kg).

Laba merupakan keuntungan yang diperoleh dari selisih lebih antara harga

penjualan bihun tapioka yang lebih besar dan harga pembelian atau biaya

produksi bihun tapioka.

Pelanggan merupakan orang yang membeli atau menggunakan produk bihun

tapioka.

Tujuan pemasaran merupakan rencana yang cermat mengenai kegiatan

produksi agroindustri bihun tapioka untuk mencapai tujuan meningkatkan

pendapatan.

Strategi produk merupakan cara yang dilakukan oleh produsen dalam

menghasilkan bihun tapioka yang akan ditawarkan kepada konsumen untuk

mendapatkan perhatian, permintaan, atau konsumsi yang dapat memenuhi

keinginan atau kebutuhan konsumen.

Page 58: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

41

Strategi harga merupakan cara yang dilakukan produsen dalam menetapkan

harga serta seberapa besar harga yang ditawarkan oleh pihak agroindustri

bihun tapioka.

Strategi distribusi merupakan cara yang dilakukan produsen dalam kegiatan

penyaluran hasil produksi bihun tapioka dari produsen ke konsumen.

Strategi pengiklanan merupakan cara yang dilakukan oleh produsen dalam

menarik konsumen untuk membeli produk bihun tapioka dengan

menggunakan media massa.

Strategi promosi penjualan merupakan cara yang dilakukan oleh produsen

dalam menarik konsumen untuk membeli produk bihun tapioka dengan cara

memberi tawaran-tawaran yang diminati oleh konsumen.

Persepsi merupakan proses pemahaman ataupun pemberian tanggapan makna

atas suatu informasi.

Persepsi produsen terhadap pengembangan usaha agroindustri bihun tapioka

merupakan pendapat atau pandangan produsen mengenai pentingnya

pengembangan usaha, rencana pengembangan, dan pengetahuan tentang

pengembangan usaha produk bihun tapioka yang diukur berdasarkan skala

ordinal.

Pentingnya pengembangan merupakan penilaian produsen bihun tapioka

dalam menjamin kesinambungan usaha agroindustri bihun tapioka serta dapat

menambah omzet dan kelangsungan usaha. Variabel ini akan diukur dengan

Page 59: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

42

menggunakan skala likert dengan skor 1 untuk “sangat tidak penting”, skor 2

“tidak penting”, skor 3 “netral”, skor 4 “penting”, dan skor 5 “sangat

penting”.

Rencana pengembangan merupakan suatu hal yang akan dilakukan atau

keinginan produsen dalam mengembangkan usahanya dalam waktu

mendatang. Variabel ini akan diukur dengan menggunakan skala likert

dengan skor 1 untuk “sangat tidak sesuai”, skor 2 “tidak sesuai”, skor 3

“netral”, skor 4 “sesuai”, dan skor 5 “sangat sesuai”.

Pengetahuan tentang pengembangan usaha merupakan pemahaman produsen

tentang cara untuk menambah omzet dan kelangsungan usaha

agroindustrinya. Variabel ini akan diukur dengan menggunakan skala likert

dengan skor 1 untuk “sangat tidak tahu”, skor 2 “tidak tahu”, skor 3 “netral”,

skor 4 “tahu”, dan skor 5 “sangat tahu”.

Motif pembelian konsumen merupakan suatu kebutuhan dan alasan

konsumen yang mengarah pasa suatu tindakan untuk memperoleh atau

membeli produk bihun tapioka. Motif diukur menggunakan variabel motif

rasional (motif yang berdasarkan alasan atau penilaian dari proses berpikir),

motif emosional (motif yang bedasarkan pada perasaan dan hasrat), dan motif

langganan.

Page 60: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

43

C. Responden, Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Responden pada penelitian yaitu pemilik atau pengelola agroindustri bihun

tapioka serta konsumen yang membeli bihun tapioka. Data yang digunakan

dalam penelitian ini terdiri dari dua data yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer merupakan data yang diperoleh melalui wawancara langsung

menggunakan kuesioner dengan pihak agroindustri bihun tapioka terkait

posisi produk bihun tapioka dalam daur hidup produk, persepsi produsen

terhadap pengembangan usaha agroindustri, dan wawancara langsung dengan

konsumen yang membeli bihun dipasar terkait motif pembelian. Data

sekunder merupakan data yang diperoleh berdasarkan literature-literatur yang

berhubungan dengan penelitian dan data dari instansi terkait seperti Badan

Pusat Statistik, Dinas Perindustrian, dan Dinas Ketahanan Pangan.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Analisis daur hidup produk bihun tapioka

Analisis daur hidup produk ini digunakan untuk menentukan posisi produk

bihun tapioka berada. Analisis daur hidup produk dianalisis menggunakan

metode Polli and Cook dan analisis karakteristrik daur hidup produk

(Product Life Cycle) (Kotler, 2000). Namun, metode dalam penelitian ini

menggunakan metode Polli and Cook.

Page 61: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

44

Data yang digunakan dalam metode Polli and Cook yaitu berupa data

penjualan dan data harga per produk per tahun. Daur hidup produk bihun

tapioka dapat diidentifikasi dengan menggunakan metode Polli and Cook,

yaitu dengan menetapkan persentase perubahan penjualan sebagai sebuah

distribusi normal dengan rata-rata nol. Metode Polli and Cook

menggunakan suatu rumusan untuk menentukan daur hidup produk yang

berdasarkan penjualan riil. Langkah-langkah perhitungan menurut Polli

and Cook yaitu sebagai berikut :

(1) Mengurutkan besarnya penjualan pertahun.

(2) Menghitung persentase perubahan setiap tahun kemudian hitung

total dari persentase penjualan yang merupakan nilai harapan

(expected value) untuk χ, χ adalah persentase perubahan penjualan

pertahun. Untuk melihat persentase tingkat pertumbuhan penjualan

dari tahun ke tahun (χ) digunakan perhitungan sebagai berikut :

(3) Menghitung total rata-rata persentase perubahan penjualan atau χ

sehingga diperoleh besarnya nilai µ. Kemudian nilai χ dikurangkan

dengan µ setiap periode pengamatan. Perhitungan statistik yang

sederhana untuk mencari nilai rata-rata (µ) dari persentase

kenaikan penjualan.

µ ∑ χ

Page 62: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

45

Keterangan :

µ = rata-rata dari persentase perubahan penjualan

χ = persentase perubahan penjualan per tahun

n = banyaknya tahun yang diteliti

(4) Perhitungan pada langkah ke-3 dikuadratkan dan dihitung nilai

totalnya setelah itu dapat dilihat standar deviasinya (σ²).

² χ ²

σ²

∑ χ ²

√∑ χ ²

(5) Mencari nilai µ + 0,5 σ sehingga didapatkan untuk z dan µ - 0,5 σ

untuk mendapatkan titik y.

Apabila hasil perhitungan yang berdasarkan rumus di atas, maka dapat

ditemukan tahap daur hidup produk berdasarkan batasan-batasan

sebagai berikut :

(1) Tahap pertumbuhan ditandai apabila jumlah nilai persentase

perubahan penjualan lebih besar dari µ + 0,5 σ

(2) Tahap kedewasaan ditandai apabila jumlah nilai persentase

perubahan penjualan diantara µ - 0,5 σ atau µ + 0,5 σ

(3) Tahap penurunan ditandai apabila jumlah nilai persentase

perubahan penjualan kurang dari µ - 0,5 σ

Page 63: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

46

2. Persepsi produsen terhadap pengembangan usaha

Tujuan kedua dalam penelitian ini adalah mengetahui persepsi produsen

terhadap pengembangan usaha agroindustri bihun tapioka. Analisis data

yang digunakan yaitu analisis statistik deskriptif. Pengukuran persepsi

menggunakan skala ordinal dengan berpedoman pada Likert’s Summated

Rating Scale (LSRS) dimana setiap pilihan jawaban diberi skor. Persepsi

produsen terhadap pengembangan usaha agroindustri bihun tapioka diukur

dengan menggunakan aspek atau variabel yaitu rencana pengembangan,

pentingnya pengembangan, dan pengetahuan tertang pengembangan usaha.

Persepsi produsen terhadap pengembangan usaha agroindustri bihun

tapioka dapat disimpulkan dengan kategorisasi dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

Skala penilaian berkisar 1-5. Rentang skala pada penelitian ini dihitung

sebagai berikut :

Sehingga, diperoleh rentang kelas terhadap persepsi produsen terhadap

pengembangan usaha agroindustri bihun tapioka sebagai berikut :

Page 64: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

47

Tabel 5. Klasifikasi penilaian persepsi

No. Kategori Skala Skor

1 Sangat Rendah (SR) 1 1,00 – 1,80

2 Rendah (R) 2 1,81 – 2,61

3 Sedang ( S) 3 2,62 – 3,42

4 Tinggi (T) 4 3,43 – 4,23

5 Sangat Tinggi (ST) 5 4,24 – 5,04

3. Motif konsumen dalam pembelian produk bihun tapioka.

Tujuan ketiga dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui motif

konsumen dalam pembelian produk bihun tapioka. Analisis data yang

digunakan untuk menjawab tujuan ketiga yaitu analisis deskriptif yang

diukur dengan menggunakan analisis persentase yang didapat dari

kuesioner bagian II mengenai pendapat atau alasan konsumen membeli

dan memilih bihun tapioka.

Page 65: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

48

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Keadaan Umum Kota Metro

Kota Metro merupakan tempat penelitian, yaitu di agroindustri bihun tapioka

di Kecamatan Metro Utara dan Kecamatan Metro Timur serta di pasar

tradisional di Kota Metro. Kota Metro merupakan kota yang terletak pada

bagian tengah Provinsi Lampung. Kota Metro memiliki luas wilayah seluas

61,79 km². Ibu Kota dari Kota Metro adalah Metro Pusat. Kota Metro secara

astronomis terletak diantara 5˚5’ - 5˚10’ Lintang Selatan dan 105˚15’ -

105˚20’ Bujur Timur. Berdasarkan Badan Pusat Statistika Kota Metro

(2017), luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut

kecamatan di Kota Metro dapat dilihat pada Tabel 6.

Secara posisi geografis, Kota Metro berbatasan dengan :

a) Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Timur di sebelah

utara.

b) Kabupaten Lampung Tengah di sebelah barat.

c) Kabupaten Lampung Timur di sebelah timur.

d) Kabupaten Lampung Timur di sebelah selatan (BPS Kota Metro, 2017).

Page 66: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

49

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 25 Tahun 2000 tentang

Pemekaran Kelurahan dan Kecamatan di Kota Metro, wilayah administrasi

pemerintahan Kota Metro dimekarkan menjadi 5 kecamatan dan terbagi

menjadi 22 kelurahan.

Tabel 6. Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut

kecamatan di Kota Metro tahun 2016

Kecamatan Luas Wilayah

Jumlah Penduduk

(jiwa) Kepadatan

Penduduk

(jiwa/km²) km² % Jumlah %

Metro Selatan 14,33 21,00 14.970 9,00 1.045

Metro Barat 11,28 16,00 27.537 17,00 2.441

Metro Timur 11,78 17,00 38.662 24,00 3.282

Metro Pusat 11,71 17,00 50.120 32,00 4.280

Metro Utara 19,64 29,00 26.179 17,00 1.360

Jumlah 68,74 100,00 158.008 100,00 2.272

Sumber : Badan Pusat Statistika Kota Metro , 2017

Pada Tabel 6 terlihat Kecamatan Metro Utara berada di urutan pertama

dengan cakupan wilayah paling luas yaitu 19,64 km². Kepadatan penduduk

di Kota Metro tahun 2016 mencapai 2.338 jiwa/ km², rata-rata jumlah

penduduk perrumah tangga 4 orang. Kepadatan penduduk di 5 (lima)

kecamatan di Kota Metro cukup beragam dengan posisi tertinggi terletak di

Kecamatan Metro Pusat dengan kepadatan sebesar 4.340 jiwa/ km² dan posisi

terendah di Kecamatan Metro Selatan sebesar 1.054 jiwa/ km².

Kota Metro merupakan salah satu daerah di Provinsi Lampung yang terdapat

agroindustri bihun tapioka. Lokasi usaha bihun tapioka di Kota Metro

terdapat di Kecamatan Metro Timur dan Kecamatan Metro Utara.

Page 67: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

50

B. Keadaan Umum Kecamatan Metro Utara

Kecamatan Metro Utara merupakan salah satu lokasi penelitian yaitu pada

dua agroindustri bihun tapioka di Kelurahan Banjarsari dan satu agroindustri

bihun tapioka di Kelurahan Karangrejo. Kecamatan Metro Utara merupakan

pemekaran Kecamatan Bantul berdasarkan Perda Kota Metro No. 25 Tahun

2000 tentang pemekaran kelurahan dan kecamatan di Kota Metro menjadi 5

kecamatan yang meliputi 22 kelurahan. Luas wilayah Kecamatan Metro

Utara adalah 19.64 km². Jumlah penduduk Kecamatan Metro Utara sebesar

27.514 jiwa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 13.908 jiwa adalah penduduk

laki-laki dan selebihnya, yaitu 13.606 jiwa adalah penduduk perempuan.

Dengan demikian sex ratio untuk Kecamatan Metro Utara adalah sebesar

102,22. Hal ini berarti, penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan

dengan penduduk perempuan.

C. Keadaan Kecamatan Metro Timur

Kecamatan Metro Timur merupakan salah satu lokasi penelitian yaitu di

agroindustri bihun tapioka di Kelurahan Iringmulyo. Kecamatan Metro

Timur merupakan pemekaran Kecamatan Metro Raya berdasarkan Perda

Kota Metro No. 25 Tahun 2000 tentang pemekaran kelurahan dan kecamatan

di Kota Metro menjadi 5 kecamatan yang meliputi 22 kelurahan. Luas

wilayah Kecamatan Metro Timur adalah 11,78 km². Kecamatan Metro Timur

terdiri dari 5 kelurahan yaitu Kelurahan Tejosari (3,76 km²), Kelurahan

Tejoagung (1,55 km²), Kelurahan Iringmulyo (1,89 km²), Kelurahan Yosorejo

(1,22 km²), dan Kelurahan Yosodadi (3,36 km²) (BPS Kota Metro, 2017).

Page 68: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

51

D. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Timur

Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu tempat penelitian yang

dilakukan pada agroindustri bihun tapioka di Kecamatan Pekalongan serta di

pasar tradisional di Kecamatan Sekampung. Kabupaten Lampung Timur

merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 50 meter di atas

permukaan laut.

Berdasarkan data BMKG Masgar Lampung, curah hujan tertinggi di

Kabupaten Lampung Timur terjadi di bulan Maret 2016 yaitu mencapai rata-

rata 316,1 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan September

2016 dengan rata-rata 78,1 mm. Kabupaten Lampung Timur terdiri dari

24 wilayah kecamatan dan 264 desa. Pada tahun 2016, jumlah dusun dan

Rukun Tetangga (RT) masing-masing 1.645 dusun dan 6.331 RT (BPS

Kabupaten Lampung Timur, 2017).

E. Keadaan Umum Kecamatan Sekampung

Kecamatan Sekampung merupakan salah satu lokasi penelitian untuk

konsumen pembelian bihun tapioka yaitu di pasar tradisional di Kecamatan

Sekampung. Kecamatan Sekampung merupakan dataran dengan ketinggian

rata-rata 50 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Sekampung pada tahun

2016 memiliki 776 sarana perdagangan. Sarana perdagangan tersebut terdiri

dari tiga pasar, satu kelompok pertokoan, satu minimarket, 606 toko/ warung

kelontong, 19 restoran/ rumah makan, 146 warung/ kedai makan.

Page 69: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

52

F. Keadaan Umum Kecamatan Rumbia

Kecamatan Rumbia merupakan salah satu kecamatan yang dipilih sebagai

lokasi penelitian untuk konsumen pembelian bihun tapioka yaitu di pasar

tradisional di Kecamatan Rumbia. Kecamatan Rumbia terdiri dari 12

desa/kelurahan dengan luas wilayah 58,30 km². Kecamatan Rumbia memiliki

dari satu Pasar Tradisional Daerah Rumbia (BPS Kecamatan Rumbia, 2017).

G. Gambaran Umum Agroindustri Bihun Tapioka di Kota Metro dan

Kabupaten Lampung Timur

Agroindustri bihun tapioka yang dipilih merupakan lima agroindustri bihun

tapioka yang masih aktif melakukan proses produksi. Produk bihun tapioka

pada kelima agroindustri ini cukup diminati oleh masyarakat umum yang

dilihat dari jumlah permintaan pasarnya. Kelima agroindustri bihun tapioka

ini mempunyai beberapa perbedaan dan persamaan karakteristik yang dapat

dilihat pada Tabel 7.

Page 70: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

53

Tabel 7. Karakteristik agroindustri bihun tapioka

No. Uraian Agroindustri Bihun Tapioka

Moro Seneng Sinar Jaya Monas Lancar Sinar Harapan Bintang Obor

1 Tahun berdiri 1979 1984 1988 1993 1994

2 Latar belakang pendirian Adanya aspek yang

bagus dalam usaha

bihun tapioka yang

berasal dari

singkong.

Adanya peluang

bagi usaha bihun

tapioka dilihat dari

produksi singkong

yang berlimpah

serta menjadi

motivasi dua

pengusaha untuk

join dengan

berkontribusi

sebesar 50 persen

per orang.

Adanya peluang

dari pengolahan

tapioka menjadi

bihun tapioka.

Pemilik membangun

usaha ini karena

melihat teman yang

sudah terlebih dahulu

membangun usaha

bihun yang memiliki

penghasilan yang

bagus.

Karena banyak yang

mendirikan pabrik

bihun tapioka.

3 Jumlah modal awal Rp 15.000.000,00 Rp 35.000.000,00 Rp 20.000.000,00 Rp 10.000.000,00 Rp 45.000.000,00

4 Sumber modal awal Milik pribadi Milik pribadi Milik pribadi Milik pribadi Milik pribadi

5 Struktur organisasi Lini Lini Lini Lini Lini

6 Pemakaian alat Tradisional Tradisional Tradisional Tradisional Tradisional

7 Jumlah tenaga kerja 12 25 16 12 14

53

Page 71: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

54

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa agroindustri bihun tapioka didirikan

sudah sejak lama, namun latar belakang pendirian kelima agroindustri terdapat

persamaan yaitu merupakan usaha keluarga. Latar belakang Agroindustri Sinar

Jaya, Sinar Harapan, Monas Lancar, Bintang Obor dan Moro Seneng sama yaitu

dikarenakan peluang potensi singkong yang baik terlihat dari jumlah produksinya

yang banyak, sehingga pemilik membangun usaha pengolahan singkong menjadi

produk bihun tapioka karena cara produksi bihun yang cukup mudah serta

memiliki pangsa pasar yang bagus.

Modal awal kelima agroindustri bihun tapioka merupakan milik pribadi sekitar

Rp 10.000.000,00 – Rp 45.000.000,00, dengan rata-rata pendapatan sekitar

Rp 300.000,00 – Rp 1.400.000,00 perbulan. Sumber modal agroindustri saat ini

didapat dengan meminjam di bank, seluruh agroindustri memanfaatkan jasa bank

untuk permodalan.

Struktur organisasi digunakan oleh kelima agroindustri bihun tapioka agar

pembagian kerja dan tanggung jawab para tenaga kerja lebih jelas dan teratur pada

saat melakukan kegiatan produksi. Dilihat dari struktur organisasinya, struktur

organisasi kelima agroindustri bihun tapioka ini termasuk struktur organisasi lini

dikarenakan sesuai dengan ciri struktur organisasi lini menurut (Hasibuan, 1994).

Ciri struktur organisasi lini tersebut yaitu organisasi relatif kecil, jumlah karyawan

relatif sedikit dan saling mengenal, hubungan atasan dan bawahan masih bersifat

langsung melalui garis wewenang terpendek, serta tingkat spesialisasinya belum

begitu tinggi dan alat-alatnya tidak beraneka ragam. Struktur organisasi pada

Agroindustri Sinar Jaya, Sinar Harapan, Monas Lancar, Bintang Obor dan Moro

Page 72: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

55

Seneng dapat dilihat pada Gambar 5-10.

Gambar 5. Struktur organisasi Agroindustri Sinar Jaya

Gambar 6. Struktur organisasi Agroindustri Sinar Harapan

Gambar 7. Struktur organisasi Agroindustri Monas Lancar

Pemilik

Erike Levani R

Pengelola

Simking

Tenaga kerja

18 laki-laki

Tenaga kerja

7 perempuan

Pemilik

Ajen

Tenaga kerja

7 perempuan

Tenaga kerja

5 laki-laki

Pemilik

Sartik

Tenaga kerja

10 perempuan

Tenaga kerja

6 laki-laki

Page 73: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

56

Gambar 8. Struktur organisasi Agroindustri Bintang Obor

Gambar 9. Struktur organisasi Agroindustri Moro Seneng

Pemilik

Hermanjuntak

Tenaga kerja

12 perempuan

Tenaga kerja

6 laki-laki

Pemilik

Hi Darmawaan

Pengelola

Yudi

Tenaga kerja

4 laki-laki

Tenaga kerja

8 perempuan

Page 74: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

57

Proses produksi bihun tapioka pada kelima agroindustri yang dilakukan sebagai

berikut :

Proses produksi bihun tapioka yaitu sebagai berikut :

1) Tepung tapioka dibersihkan dengan cara diayak agar tepung terpisah dari

kotoran yang terbawa, serta agar tepung yang masih tergumpal menjadi halus.

Gambar 10. Tempat penyimpanan tepung tapioka

2) Tepung tapioka dicampur dengan air dan diaduk agar menjadi seperti bubur,

kemudian bubur tersebut dipress agar kandungan air kurang lebih dari 40

yang disebut cake. Lama pencampuran air dan pengepresan kurang lebih

dari 1 jam.

Gambar 11. Tempat untuk mengaduk tepung tapioka

Page 75: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

58

Gambar 12. Tempat untuk mengepres tepung tapioka

3) Cake hasil pengepresan diaduk-aduk menjadi lebih halus menggunakan mesin

screw extruder sehingga menjadi pelet.

Gambar 13. Tempat memadatkan tepung aci

4) Pellet dikukus dengan menggunakan suhu 100˚C selama kurang lebih satu

jam sehingga menjadi pelet masak.

Gambar 14. Tempat pengukusan

Page 76: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

59

5) Pelet yang telah masak tersebut digiling lagi dengan screw extruder. Lubang

pengeluaran pada extruder terdiri dari lubang-lubang kecil dimana bahan

keluar dari extruder yaitu berupa benang yang disebut bihun basah.

6) Bihun basah dipotong dalam ukuran tertentu, selanjutnya akan dikukus

kembali dalam suhu diatas 100˚C selama 45 menit.

Gambar 15. Tempat pengepinan bihun tapioka

7) Setelah pengukusan kedua selesai, maka bihun dikeringkan dengan oven

pengering atau dengan cara dijemur selama 7-8 jam.

Gambar 16. Tempat penjemuran bihun tapioka

Page 77: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

60

8) Bihun tapioka yang sudah kering siap untuk dikemas.

Gambar 17. Pengemasan bihun tapioka

Gambar 18. Tempat penyimpanan bihun tapioka

Page 78: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

61

Pembagian tugas tenaga kerja kelima agroindustri sa ma yaitu dibagi sesuai jenis

kelamin. Jam kerja tenaga kerja pada kelima agroindustri antara tenaga kerja laki-

laki dan perempuan berbeda-beda disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Pembagian jam kerja tenaga kerja agroindustri bihun tapioka

Waktu Jenis Pekerjaan Keterangan

L P

03.30 - 05.30 WIB Pengucekan √

06.30 - 08.00 WIB Mengaduk tepung aci √

08.15 - 09.15 WIB Memadatkan tepung aci √

09.15 - 10.30 WIB Membentuk tepung aci menjadi bihun

tapioka √

10.35 - 11.40 WIB Memotong-motong bihun tapioka √

11.45 - 15.30 WIB Mengoven dan menjemur bihun tapioka √

07.30 - 11.45 WIB Pengemasan bihun tapioka √

13.00 - 17.45 WIB Pengemasan bihun tapioka √

19.45 - 21.45 WIB Pengepinan √

Tenaga kerja laki-laki mempunyai tugas mengaduk tepung aci, memadatkan

tepung aci, membentuk tepung aci menjadi bihun tapioka, memotong-motong

bihun tapioka, mengoven, dan menjemur bihun tapioka, sedangkan tenaga kerja

perempuan bertugas dalam pengucekan, pengepinan, dan pengemasan. Proses

produksi bihun tapioka pada kelima agroindustri ini dilakukan setiap hari.

Pembayaran upah tenaga kerja dilakukan secara borongan.

Bangunan pabrik yang dipakai untuk proses produksi bihun tapioka kelima

agroindustri merupakan bangunan milik pribadi. Setiap agroindustri mempunyai

tempat penyimpanan bihun tapioka.

H. Gambaran Umum Konsumen Bihun

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama pengumpulan data

konsumen diketahui bahwa konsumen berjenis kelamin perempuan lebih

Page 79: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

62

besar daripada laki-laki. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar yang

melakukan aktivitas ataupun kegiatan belanja bihun tapioka adalah

perempuan. Hasil penelitian mendapatkan bahwa konsumen bihun adalah ibu

rumah tangga, pedagang atau penjual bakso, gorengan, soto dan catering.

Hasil pengamatan yang telah dilakukan mendapatkan bahwa tidak semua

orang yang datang ke toko yang menjual bihun tapioka di pasar membeli

bihun. Berdasarkan pengamatan diperkirakan dari sepuluh orang yang

mengunjungi toko hanya satu atau dua yang membeli bihun. Hal tersebut

menunjukkan bahwa konsumen bihun masih dalam jumlah yang kecil

dibandingkan dengan pengunjung toko. Kenyataan tersebut mengindikasikan

bahwa pasar bihun tapioka masih terbuka.

Page 80: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

85

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Posisi produk bihun tapioka dalam daur hidup produk (Product Life

Cycle) pada Agroindustri Sinar Jaya, Agroindustri Monas Lancar, dan

Agroindustri Moro Seneng berada pada Tahap Pertumbuhan, sedangkan

Agroindustri Sinar Harapan dan Agroindustri Bintang Obor berada pada

Tahap Kedewasaan.

2) Produsen memiliki persepsi bahwa pengembangan usaha agroindustri itu

penting namun sulit dilakukan karena belum membuat strategi pemasaran

yang tepat.

3) Motif konsumen dalam pembelian bihun tapioka adalah karena

keterjangkauan harga dan kemudahan mengolah.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian disarankan :

1) Agroindustri yang berada pada tahap pertumbuhan sebaiknya melakukan

perluasan produk agar dapat mempertahankan penjualan dan agroindustri

yang berada pada tahap kedewasaan sebaiknya mempertahankan strategi

yang telah dilakukan dan memperluas wilayah pemasaran.

Page 81: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

86

2) Pemerintah sebaiknya memberikan perhatian terhadap agroindustri bihun

tapioka sepert modal, mengadakan kegiatan pangan lokal agar produsen

dapat memperluas produk bihun tapioka dimana produk bihun tapioka

belum terdapat secara menyeluruh di Provinsi Lampung.

3) Bagi peneliti lain, disarankan untuk melakukan penelitian sejenis

menggunakan alat ukut yang berbeda yaitu analisis karakteristik Daur

Hidup Produk (Product Life Cycle) menurut Teori Kotler (2000).

Page 82: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

87

DAFTAR PUSTAKA

Alma, B. 2007. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Edisi Revisi. CV

Alfabeta. Bandung.

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Anoraga, P. 2007. Pengantar Bisnis Pengelolaan Bisnis dalam Era Globalisasi.

PT Rineka Cipta. Jakarta.

Astawan, M. 2008. Pembuatan Mie Bihun. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Assauri, S. 2015. Manajemen Pemasaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Bazai, F.I. 2017. Penerapan strategi pemasaran dan aksesibilitas rumah tangga

terhadap bihun tapioka di Kota Metro. Skripsi. Agribisnis. Fakultas

Petanian. Universitas Lampung.

Bank Indonesia. 2010. Kajian Akademik Pemeringkat Kredit bagi Usaha Mikro

Kecil dan Menengah di Indonesia. http;//www.bi.go.id/. Diakses pada

tanggal 23 Januari 2018.

Bantacut, T. 2002. Laporan Akhir Studi Kelayakan Penetapan, Perancangan

dan Pendidikan serta Pengembangan Agroindustri Komoditas Unggulan

Kabupaten Ngada. Kerjasama Tim Agroindustri Fakultas Teknologi

Industri Pertanian IPB Bogor dan Disperindag Kabupaten Ngada NTT.

Bogor.

Hasibuan, M. 1994. Manajemen Sumber Daya Manusia, Dasar dan Kunci

Keberhasilan. CV Haji Masagung. Jakarta.

BPS Kota Metro. 2017. Kota Metro dalam Angkat Tahun 2017. BPS Kota

Metro. Indonesia.

BPS Kabupaten Lampung Timur. 2017. Lampung Timur dalam Angka Tahun

2017. BPS Kabupaten Lampung Timur. Indonesia

BPS Kecamatan Rumbia. 2017. Rumbia dalam Angka Tahun 2017. BPS

Kecamatan Rumbia. Indonesia.

Page 83: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

88

BPS Provinsi Lampung. 2017. Lampung dalam Angka Tahun 2017. BPS

Provinsi Lampung. Indonesia.

Cindy dan Devie. 2013. Analisis hubungan antara size, product life cycle, dan

market position dengan penggunaan balanced scorecard pada sektor

industri manufaktur. Business Accounting Review. Vol. 1. Hlm 1-10.

Dinas Perindustrian Provinsi Lampung. 2017. Jumlah agroindustri ubi kayu di

Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

Dwiyana, Putra. 2016. Analisis perbandingan strategi bauran pemasaran

smartphone blackberry berdasarkan siklus hidup produk. E-Proceeding of

Management. Vol. 3 No. 1 April 2016 No. ISSN 2355-9357. Hlm 563-

570.

Kementerian Pertanian. 2016. Outlook Komoditas Petanian Tanaman Pangan..

http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/publikasi /outlook. Diakses pada

tanggal 23 Oktober 2017.

Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium 1. PT Ikrar

Mandiriabadi. Jakarta.

Kotler, P. 2009. Manajemen Pemasaran Edisi 13. Erlangga. Jakarta.

Lindaan, M.P., V.V. Rantung., M.Y. Memah. 2016. Persepsi Masyarakat

terhadap Pengembangan Industri Rumah Panggung di Desa Tombasian

Kecamatan Kawangkoan Barat Kabupaten Minahasa. Agri-Sosio Ekonomi

Unstrat. Vol. 12 No. 2A Agustus 2016 ISSN 1907 - 4298. Hlm 349-362.

Maulani, R., R. Dwiastuti., D. R. Andriani. 2017. Analisis Penetapan Harga

Produk Obat Herbal Olahan Jamur Dewa (Agaricus blazei Murril) pada

CV. Asimas. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (JEPA). Vol. 1

No. 2 Desember 2017 ISSN 2598-8174. Hlm 94-107.

Polli, Rolando dan Victor Cook. 1996. Validity of the Product Live Cycle. The

Journal of Business. The University of Chicago Press. Vol. 42 No. 4.

Hlm. 385-400.

Putriasih, N.W., W.D. Sayekti., R. Adawiyah. 2015. Pola permintaan dan

loyalitas pedagang soto terhadap bihun tapioka di Kecamatan Purbolinggo

Kabupaten Lampung Timur. JIIA. Agribisnis. Fakultas Pertanian.

Universitas Lampung. Vol 3 No. 4.

Rahmatulloh, A. 2015. Analisis kinerja dan lingkungan agroindustri bihun

tapioka di Kota Metro. Skripsi. Agribisnis. Fakultas Petanian.

Universitas Lampung.

Rakhmat, J. 2001. Psikologi Komunikasi. Rosdakarya Group. Bandung.

Page 84: ANALISIS DAUR HIDUP PRODUK (PRODUCT LIFE CYCLE) BIHUN ...digilib.unila.ac.id/54604/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Diagram alir pembuatan bihun tapioka di Kota Metro

89

Sayekti, W.D., F.E. Prasmatiwi., dan R. Adawiyah. 2007. Kajian pemasaran

bihun tapioka dalam rangka pengembangannya sebagai pangan alternatif.

Prosiding Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Mendukung

Hari Pangan Sedunia 2007. Bandar Lampung, 25-26 Oktober 2007. Hlm

356-368.

Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk keperawatan. Kedokteran EGC. Jakarta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Bandung.

Tjiptono, F. 2015. Strategi Pemasaran Edisi Keempat. CV Andi Offset.

Yogyakarta.

Umar, Z.A. 2010. Analisis Daur Hidup (Product Life Cycle) Produk Ikan Tuna

Olahan. Jurnal Inovasi. Vol. 7 No. 3 September 2010 ISSN 1693-9034.

Hlm 1-8.

Vidyaningrum, A., W.D. Sayekti., R. Adawiyah. 2016. Referensi dan permintaan

konsumen rumah tangga terhadap bihun tapioka di Kecamatan

Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. JIIA. Agribisnis. Fakultas

Pertanian. Universitas Lampung. Vol. 4 No. 2.

Zakaria, W.A. 2007. Analisis Nilai Tambah dan Kelayakan Finansial

Agroindustri Tahu dan Tempe di Kota Metro. Jurnal Sosio Ekonometrika.

Vol. 13 No. 1 Juni 2007. Bandar Lampung.