analisis dampak pembanguna rusunawa terhadap penurunan tingkat perumahan kumuh di kota makassar

5
LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini perkembangan pembangunan di kota-kota besar semakin maju pesat, akibatnya pertumbuhan bergerak ke arah horizontal. Penurunan kualitas lingkungan saat ini salah satunya diakibatkan dari terkikisnya lahan hijau oleh pembangunan perkotaan yang tidak memperhatikan dampak lingkungan, pembangunan saat ini lebih berorientasi pada fungsi-fungsi yang bersifat komersial. Pertumbuhan penduduk yang bertambah dengan cepat berbanding lurus dengan kebutuhan lahan untuk perumahan di wilayah-wilayah perkotaan. Proses pertumbuhan yang cepat di kota-kota ini disebabkan oleh tarikan kegiatan dan fungsi kota sebagi pusat perintahan, pusat perdagangan, pusat industri dan fungsi-fungsi lainnya seperti perbankan, pendidikan dan sebagainya. Di samping itu, wilayah kota sendiri terjadi penyempitan lahan dimana lahan pemukiman penduduk akan semakin mengecil akibat dari pembagian lahan karena jumlah keluarga bertambah, dengan demikian daya dukung lahan di kota semakin kecil untuk menampung pertambahan penduduk, baik oleh pertumbuhan penduduk di kota itu sendiri maupun karena adanya urbanisasi. Para urban ini biasanya berasal dari masyarakat yang memiliki kesulitan ekonomi (terkait perkerjaan) maka kebanyakan perkampungan kota terdiri dari masyarakat dari kalangan ekonomi lemah. Dengan keterbatasan ini sehingga tidak memiliki kemampuan untuk membangun rumah tinggal sebagai tempat hunian yang layak yang pada akhirnya menciptakan berbagai solusi untuk mensiasatinya. Salah satunya terciptanya 1

Upload: zulkiflisalam

Post on 27-Jul-2015

623 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: aNALISIs DaMpaK PeMbanguna Rusunawa Terhadap PeNurunan TiNgkat PeruMahan Kumuh Di Kota Makassar

LATAR BELAKANG MASALAH

Dewasa ini perkembangan pembangunan di kota-kota besar semakin maju pesat,

akibatnya pertumbuhan bergerak ke arah horizontal. Penurunan kualitas lingkungan saat ini

salah satunya diakibatkan dari terkikisnya lahan hijau oleh pembangunan perkotaan yang

tidak memperhatikan dampak lingkungan, pembangunan saat ini lebih berorientasi pada

fungsi-fungsi yang bersifat komersial. Pertumbuhan penduduk yang bertambah dengan

cepat berbanding lurus dengan kebutuhan lahan untuk perumahan di wilayah-wilayah

perkotaan. Proses pertumbuhan yang cepat di kota-kota ini disebabkan oleh tarikan

kegiatan dan fungsi kota sebagi pusat perintahan, pusat perdagangan, pusat industri dan

fungsi-fungsi lainnya seperti perbankan, pendidikan dan sebagainya. Di samping itu, wilayah

kota sendiri terjadi penyempitan lahan dimana lahan pemukiman penduduk akan semakin

mengecil akibat dari pembagian lahan karena jumlah keluarga bertambah, dengan demikian

daya dukung lahan di kota semakin kecil untuk menampung pertambahan penduduk, baik

oleh pertumbuhan penduduk di kota itu sendiri maupun karena adanya urbanisasi.

Para urban ini biasanya berasal dari masyarakat yang memiliki kesulitan ekonomi

(terkait perkerjaan) maka kebanyakan perkampungan kota terdiri dari masyarakat dari

kalangan ekonomi lemah. Dengan keterbatasan ini sehingga tidak memiliki kemampuan

untuk membangun rumah tinggal sebagai tempat hunian yang layak yang pada akhirnya

menciptakan berbagai solusi untuk mensiasatinya. Salah satunya terciptanya perkampungan

urban, baik itu berupa rumah sendiri maupun rumah kontrak.

Pada dasarnya rumah merupakan hak dasar rakyat dan dijamin oleh UUD 1945,

Undang-Undang No.4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, dan Undang-

Undang No 39 tentang Hak Asasi Manusia. Pemerintah melalui Rencana Pembangunan

Jangka Menengah tahun 2004 - 2009 antara lain mengamanatkan pembangunan rumah

baru layak huni tebesar 1.350.000 unit, yang terdiri dari 1.265.000 unit rumah sederhana

tidak bersusun, 60.000 unit rumah susun sewa (rusunawa) dan 25.000 unit rumah susun

sewa milik (rusunami). Khususnya pembangunan rusunawa dan rusunami, pemerintah telah

mencanangkan Program Percepatan Pembangunan 1.000 Menara Rusuna di Kawasan

Perkotaan. Terdapat 10 kota besar yang dianggap perlu segera membangun rumah susun.

Ke-10 kota itu Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), Kartamantul

(Yogyakarta, Sleman, Bantul), Semarang dan sekitarnya, Surabaya dan sekitarnya, Makassar

1

Page 2: aNALISIs DaMpaK PeMbanguna Rusunawa Terhadap PeNurunan TiNgkat PeruMahan Kumuh Di Kota Makassar

dan sekitarnya, Banjarmasin dan sekitarnya, Medan dan sekitarnya, Batam dan sekitarnya,

Palembang dan sekitarnya.

Rusunawa ini didasarkan pada masih luasnya permukiman kumuh di perkotaan dan

metropolitan, terbatas/tingginya harga lahan, backlog penyediaan hinian layak, dukungan

peremajaan kota (urban renewal) dan pencapaian target sesuai RPJMN 2004-2009 dan

MDGs, Renstra PU, serta Rencana Kerja Program Tahunan (RKP). Agoes Widjanarko

menjelaskan, konsep pendekatan perbaikan kawasan kumuh dan peningkatan kualitas

permukiman yang digunakan terdiri dari konsep model pencegahan (preventif) dan

penanggulangan (kuratif).

Kota Makassar Merupakan salah satu dari daerah yang mendapatkan program

percepatan Pembangunan 1000 Menara , Hal ini disebabkan karena di Kota Makassar

terdapat Sebanyak 62.096 rumah tangga miskin (RTM) tinggal di kawasan kumuh yang

tersebar di enam kecamatan di Kota Makassar. "Kota Makassar memiliki kawasan kumuh di

enam kecamatan dari 14 kecamatan yang ada, dengan luas mencapai 540,78 hektare (ha),"

kata Asisten II Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar, Burhanuddin di Makassar, Senin 12/9.

Burhanuddin mengatakan, warga yang tinggal di kawasan kumuh itu diantaranya di

Kecamatan Mariso, Ujung Tanah, Bontoala, Tallo, dan Antang itu kurang memperoleh

fasilitas air bersih, rumah layak huni dan sarana lingkungan yang memadai.

Sarana lingkungan itu misalnya jalan lingkungan dan akses transportasi, sehingga rawan

menimbulkan kebakaran, sementara jika terjadi kebakaran, sulit dipadamkan karena tidak

ada akses jalan yang memadai untuk dilalui mobil pemadam kebakaran. Lebih jauh

dikatakan Burhanuddin, permasalahan yang kompleks di lokasi kawasan kumuh itu, karena

dapat memicu tingkat kriminalitas dan keterasingan budaya. Disisi lain, kondisi lokasi kumuh

di Makassar diperparah dengan terus bertambahnya urban dari daerah tetangga.

Adanya pemukiman kumuh yang menjadi salah satu permasalahan Pemkot Makassar,

lanjutnya, karena keterbatasan lahan , sehingga sangat sulit memperoleh status kepemilikan

tanah, karena harganya mahal. "Akhirnya, sejumlah warga melakukan penyerobotan tanah

dan memanfaatkan area publik seperti bahu jalan, ruang terbuka dan pinggiran kanal

sebagai tempat tinggal dengan bangunan rumah seadanya," katanya. Berkaitan dengan hal

tersebut, Pemkot Makassar saat ini sedang manata 26 titik kawasan kumuh di kota yang

berjulukan "Anging Mammiri" ini dengan menyiapkan rumah susun sewa (rusunawa), rumah

susun milik (rusunami), pemberian keterampilan dan bantuan modal pada rtm melalui

2

Page 3: aNALISIs DaMpaK PeMbanguna Rusunawa Terhadap PeNurunan TiNgkat PeruMahan Kumuh Di Kota Makassar

penyaluran dana bergulir serta menyediakan infrastruktur dan ulititas di kawasan kumuh.

Sejak 2008, rusunawa yang sudah ditempati ratusan RTM adalah Rusunawa di Kelurahan

Lette, Kecamatan Mariso dan Rusunawa di Kawasan Daya yang mayoritas warganya adalah

buruh pabrik di Kawasan Industri Makassar (Kima). Sementara itu, salah seorang penghuni

Rusunawa di Kelurahan Lette, Darwis mengatakan, merasa lebih nyaman tinggal di tinggal di

Rusunami dengan membayar Rp75 ribu per bulan daripada tinggal di bekas rumahnya di

pinggir pantai dekat Kawasan Tanjung Bunga, Makassar. "Dulu rumah kontrakan kami hanya

terbuat dari tripleks dan kayu yang sudah lapuk dan sengnya sudah bocor, sehingga pada

musim hujan kami hidup tidak tenang, apalagi angin bertiup kencang dan biasanya

merobohkan rumah di pinggir pantai," ujarnya.

Rusunawa yang didirikan di Kelurahan Lette,

Kecamatan Mariso, tersebut dibangun sejak setahun lalu,

setelah sebelumnya diadakan penimbunan lahan di tahun

2005. Sebelum ditimbun, lahan tersebut berupa rawa

tempat para nelayan (salah satu profesi mayoritas di

daerah tersebut) biasa mencari kerang untuk kemudian dijual di pinggir Jalan Metro Tanjung

Bunga. Sebelumnya, pemerintah telah membangun -- rencananya 14 blok -- rusunawa di

daerah Kawasan Industri Makassar (Kima), Kecamatan Biringkanaya, meskipun sempat

menuai protes masyarakat dengan dalih

mengurangi penghasilan pengusaha rumah

kost di daerah itu. Untuk Kelurahan Lette,

biaya pembangunan rusunawa memerlukan

anggaran sebesar Rp21 Miliar. Anggaran ini

diperoleh dari dana hibah Asian

Development Bank (ADB). Menurut warga,

rusunawa tersebut diperuntukkan bagi

warga miskin (tidak punya rumah atau

masih ngontrak) yang tinggal di Kelurahan

Lette sebagai daerah dengan jatah terbanyak, Pannambungan, dan Mariso (sebagian kecil).

Menurut Victor Sampebulu, fasilitataor ADB, akan dibangun tiga jenis rusunawa di

Kecamatan Mariso. Masing-masing untuk pedagang kaki lima (PKL), nelayan, dan kalangan

menengah.

3