analisis biaya-manfaat perusahaan pengelola … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih...

100
ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DAN SKENARIO PENGELOLAAN YANG EFEKTIF SHARA SANTA YOLENE LUMBANTOBING DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: vokhanh

Post on 09-Mar-2019

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DAN SKENARIO PENGELOLAAN YANG EFEKTIF

SHARA SANTA YOLENE LUMBANTOBING

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

Page 2: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi
Page 3: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Biaya-

Manfaat Perusahaan Pengelola Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan

Skenario Pengelolaan yang Efektif adalah benar karya penulis dengan arahan dari

komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini

penulis melimpahkan hak cipta dari karya tulis penulis kepada Institut Pertanian

Bogor.

Bogor, Juli 2014

Shara Santa Yolene Lumbantobing NIM H44100029

Page 4: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

ABSTRAK

SHARA SANTA YOLENE LUMBANTOBING. Analisis Biaya dan Manfaat Perusahaan Pengelola Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan Skenario Pengelolaan yang Efektif. Dibimbing oleh AKHMAD FAUZI dan KASTANA SAPANLI.

Penundaan penanganan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) akibat besarnya biaya yang harus dikeluarkan, melahirkan industri jasa pengolahan dan pemanfaatan limbah B3. Jumlah industri jasa pengolahan dan pemanfaatan limbah B3 ini tergolong kecil di Indonesia, sehingga penelitian ini berusaha untuk mengetahui lebih jauh bagaimana kelayakan usaha jasa pengolahan dan pemanfaatan limbah B3 melalui analisis biaya dan manfaat dan seberapa jauh usaha ini akan bertahan apabila terjadi perubahan seperti perubahan skala ekonomi, sehingga dapat diketahui apakah usaha ini dapat terus dikembangkan. Berdasarkan analisis biaya manfaat, keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan dalam jangka waktu yang telah direncanakan akan bernilai positif dengan tingkat pengembalian yang cukup besar (Net B/C=3 dan IRR=17%) dengan NPV sebesar Rp 110 997 445 852 dan pengembalian investasi (pay back period) pada tahun ke 8. Usaha ini menjadi tidak layak ketika terjadi penurunan input lebih dari 30%. Hadirnya perusahaan pengolah dan pemanfaat limbah B3 menjadi alternatif pemecahan masalah penanganan limbah B3. Keputusan penanganan limbah apakah dengan menyerahkan ke perusahaan pengolah atau dengan menangani sendiri dapat dipertimbangkan dengan pendekatan efektifitas biaya. Dalam kondisi anggaran terbatas, penanganan fly ash apabila dikelola secara mandiri untuk dimanfaatkan menjadi paving block akan lebih efektif dibandingkan jika mengelola secara mandiri karena dari segi biaya pengolahan limbah secara mandiri lebih besar 2,14 kali dibandingkan apabila diserahkan ke pihak ketiga. Apabila berada pada kondisi anggaran tak terbatas, maka mengelola secara mandiri akan menguntungkan karena ada manfaat yang diterima dari penjualan paving block. Rasio biaya penanganan sludge IPAL kertas apabila menyerahkan ke pihak ketiga akan 8.85 kali lebih besar jika dibandingkan menangani sendiri yang artinya, akan lebih efektif jika sludge diolah sendiri dengan memanfaatkannya menjadi low grade paper. Apabila jumlah limbah solvent kurang dari 60 liter maka rasio biaya apabila mengolah sendiri dengan investasi alat penjernih akan 1.022 kali lebih besar jika dibandingkan jika menyerahkan ke pihak ketiga. Sedangkan apabila solvent lebih dari 60 liter, rasio biaya apabila menyerahkan ke pihak ketiga akan 3.26 kali lebih besar jika dibandingkan menangani secara mandiri. Limbah medis akan lebih efektif diserahkan ke pihak ketiga jika limbah berjumlah 1-1177 kg/ hari dan 1281-4007 kg/hari, sedangkan limbah dengan jumlah 1178-1280 kg/ hari dan lebih dari 4007 kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi incinerator. Kata kunci : efektivitas biaya, fly ash, limbah medis, pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), sludge, solvent.

Page 5: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

ABSTRACT

SHARA SANTA YOLENE LUMBANTOBING. Cost-Benfit Analysis of Hazardous Wastes Management Companies and The Effective Wastes Management Scenario. Supervised by AKHMAD FAUZI and KASTANA SAPANLI.

The deferment of hazardous wastes management caused by its huge costs become an opportunity for the growth of hazardous wastes utilization and processing services industry. The number of this industry is quite small in Indonesia, therefore this research is trying to know further about the economic feasibility of these wastes management services activities by using benefit and cost analysis, and evaluating its response by changing the possiblity on quantity of wastes changes. It is obtained that these activities would be returned in the 8th year since it is started, with the number of NPV to be Rp 110 997 445 852, IRR to be 17% and Net B/C to be 3 by benefit and cost analysis, so it is feasible to be developed further. It needs to be considered when there is a decrease in number of entry wastes which are more than 30%. The existance of this industry become an alternatif to solve hazardous management problems. By using cost effectiveness analysis, it can be decided which one is the best sollution, wheter wastes should be handled autunomusly/being utilized or by using these services. In limited budgeting condition of fly ash wastes management, handled by these services is more effective because when it is utilized to be paving block its cost is 2,14 times bigger, but in unlimited budgetting condition, utilizing those to be paving block is profitable. Cost ratio for paper sludges which are handled by these services is 8.85 bigger than handled autonomously by utilized to be low grade paper. Handling the number of solvent wastes which are less than 60 liters/day by these services is more effective than investing an purifier machine because its investing cost is 1.022 times bigger, but when it is more than 60 liters/days, the cost ratio for handled by these services is 3,26 times bigger. It is costly more effective to use these services for about 1-1177 kg/day and 1281-4007 kg/day while investing an incinerator is cheaper for 1178-1280kg/day and for more than 4007 kg/day medical wastes management.

Keywords: cost effectiveness, fly ash, hazardous wastes management, medical waste, paper sludge treatment, solvent,

Page 6: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DAN SKENARIO PENGELOLAAN YANG EFEKTIF

SHARA SANTA YOLENE LUMBANTOBING

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

Page 7: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

Judul Skripsi : Analisis Biaya-Manfaat Perusahaan Pengelola Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan Skenario Pengelolaan yang Efektif

Nama : Shara Santa Yolene Lumbantobing NIM : H44100029

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi,M.Sc Pembimbing I

Diketahui oleh

Kastana Sapanli, S.Pi, M.Si Pembimbing II

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi
Page 9: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala

rahmat dan hikmat yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

berjudul Analisis Biaya dan Manfaat Perusahaan Pengelola Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun (B3) dan Skenario Pengelolaan yang Efektif.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari

dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc dan Pak Kastana Sapanli,S.Pi,

M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu,

tenaga, dukungan dan ilmu dengan penuh kesabaran dan perhatian sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Ujang Sehabudin sebagai dosen penguji utama, dan Ibu Asti

Istiqomah, S.P, M.Si sebagai dosen penguji perwakilan departemen.

3. Among (Emile Lumbantobing, S.H) dan Inong (Osda Situmorang, S.Pd) ,

Ayu Melinda Tobing, Julio Tobing, Jules Tobing, dan Jordy Tobing, atas

motivasi, dukungan, doa, dan semangat yang selalu diberikan tiada henti

kepada penulis.

4. Paktua (S.Sihotang) dan Maktua (Arta Situmorang) atas dukungan, doa,

serta perannya menjadi orangtua penulis selama menempuh studi di IPB ini,

dan kepada abang-abang sepupu Erik Sihotang, Franky sihotang, dan Kevin

Sihotang, serta keluarga besar Op. Prima Situmorang yang telah

mengajarkan serta membagikan ilmu dan pengalaman yang sangat

memotivasi penulis.

5. PT. X, Pak Ipeh, Bu Susi, dan Bu Eli yang telah bersedia memberi

kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian, serta informasi dan

kerjasamanya.

6. Yayasan Karya Salemba Empat, sebagai donatur beasiswa selama 2012-

2014, serta bantuan biaya skripsi.

7. Teman-teman sebimbingan (Daeng Tidar, Amalia R, Amalia E, Bayu, Gita,

Cahyono, Raisa), sahabat penulis : Entin, Shiraz, Rival, Viola, Anggrek,

Page 10: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

Andreas, Rahmat, Ebes, Tasya, Try, Friska, Dian, Lasria, Fikry, Javit, Lina,

Taufiq, Adi, Nana Uswatun, Ayu Amalia, Dea, Fibrianis, Tika, Dila, dan

teman-teman seperjuangan ESL 47 yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

8. Bang Tutur, Bang Immanuel Sibarani, Bang Freedmay, Poltak Marpaung,

Bang Charly, Bang Gunawan dan Kak Artha, Santa Maria, Naniek, Vina,

Olga, Anastasya, Richardo, Mansur dan Goklas, Kak Aldha, Bang Jastri,

Aptyan, Saefihim, Aci, Kiky, dan Radi.

9. Sahabat-sahabat di Keluarga PARTARU : Kak Tiur, kak Ocy, Bang Agung,

Bang Sintong, Bang Riko, Kak Rina, Kak Eva, Kak Sry Bonasi, Kak Vivin,

Kak Rya, Kak Getha, Kak Ratna, Kak Saima, Bang Noldy, Bang Jaya, Bang

Jise, Bang Murdhanai, dan Bang May, Loly, Artha, Yenni, Afriany, Efris,

Dian, Jelita, Badia, Henry, Haposan, Evelyn, Pesta, David, Goklas, Erig,

Lasmaria, Hotsetia, April, Erwin, Rijen, Tomy, dan Valentino, Wahyu,

Ribkha, Averin, Naomi, Winda, Yemima, dan Aisyah yang selalu memberi

dukungan dan motivasi.

10. Teman-teman di IAAS LC IPB khususnya departemen STD : Utari, Dickky,

Kiki, Iqbal, Lusi, Yosephine, Niken, Tachur, PP/Remaja GKPI Tarutung,

Komisi Pelayanan Anak, dan PMK IPB.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam membantu

proses persiapan hingga selesai penyusunan skripsi ini. Semoga Tuhan

membalas kebaikan yang telah diberikan.

Bogor, Juli 2014

Shara Santa Yolene Lumbantobing

Page 11: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL.................................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................viii

I. PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1

1.2 Perumusan Masalah...............................................................................4

1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................6

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian......................................................................7

II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................8

2.1 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.................................................8

2.2 Landasan Hukum yang Mengatur Pengelolaan Limbah......................13

2.3 Pendekatan Ekonomi (Economic Approach) dalam Lingkungan........14

2.4 Analisis Biaya dan Manfaat Proyek.....................................................20

2.5 Alternatif Pemilihan Keputusan Pengelolaan Sumberdaya dan

Lingkungan.................................................................................................21

III. KERANGKA PEMIKIRAN............................................................................23

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis...............................................................23

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional........................................................26

IV. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................28

4.1 Metode Pemilihan Lokasi Penelitian dan Waktu.................................28

4.2 Jenis dan Sumber Data ....................................................................28

4.3 Metode Analisis data............................................................................28

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN..............................................33

5.1 Gambaran Umum PT. X......................................................................33

5.2 Visi Misi PT.X ................................................................................34

5.3 Keragaan Pengelolaan Limbah B3 di PT.X.........................................35

VI. KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN

LIMBAH B3 PT.X.................................................................................................40

6.1 Aspek Pasar..........................................................................................40

Page 12: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

6.2 Aspek Teknis........................................................................................44

6.3 Aspek Hukum.......................................................................................49

6.4 Aspek Sosial dan Lingkungan ........................................................52

6.5 Aspek Finansial....................................................................................48

6.6 Analisis Switching value ....................................................................57

6.7 Pertimbangan dalam Pengembangan Usaha Pengelolaan dan

Pemanfaatan B3.........................................................................................57 VII. SKENARIO PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA

DAN BERACUN YANG EFEKTIF.....................................................................60

7.1 Pertimbangan dalam Pengelolaan Limbah Batu Bara ....................60

7.2 Pertimbangan dalam Pengelolaan Limbah Sludge IPAL Kertas ........65

7.3 Pertimbangan dalam Pengolahan Solvent ............................................70

7.4 Pertimbangan dalam Pengolahan Limbah Medis ................................72

VIII. SIMPULAN DAN SARAN..........................................................................77

8.1 Simpulan ............................................................................................77

8.2 Saran.....................................................................................................78

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................80

LAMPIRAN ..........................................................................................................84

RIWAYAT HIDUP................................................................................................86

Page 13: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

DAFTAR TABEL Tabel 1 Jenis industri dan limbahnya.................................................................9

Tabel 2 Komponen Biya...................................................................................29

Tabel 3 Alternatif-alternatif pengelolaan limbah B3........................................31

Tabel 4 Matriks perbandingan alternatif-alternatif pengelolaan Limbah

B3 dengan Cost effectiveness Analysis ..............................................32

Tabel 5 Jenis-jenis limbah yang diolah oleh PT.X..........................................36

Tabel 6 Komposisi penggunaan limbah untuk paving block ...........................38

Tabel 7 Komposisi bahan baku untuk pembuatan low grade paper ................39

Tabel 8 Investasi Lahan PT. X .........................................................................44

Tabel 9 Investasi Pengolahan Limbah B3 PT. X .............................................45

Tabel 10 Investasi alat pemanfaatan limbah menjadi paving block PT. X ........46

Tabel 11 Investasi alat pemanfaatan limbah menjadi low grade paper

PT.X ...................................................................................................46

Tabel 12 Biaya investasi pengolahan dan pemanfaatan limbah B3 PT.X .........49

Tabel 13 Biaya tetap pengolahan dan pemanfaatan limbah B3 PT.X ...............50

Tabel 14 Biaya operasional pengolahan dan pemanfaatan limbah B3 PT.X .....50

Tabel 15 Hasil kriteria investasi pengolahan dan pemanfaatan limbah B3

PT.X ....................................................................................................53

Tabel 16 Perubahan kriteria kelayakan ketika terjadi perubahan input.........

Tabel 17 Biaya pengelolaan limbah fly ash oleh pihak ketiga ...........................55

Tabel 18 Biaya investasi pemanfaatan limbah batu bara (fly ash) menjadi

paving block ........................................................................................56

Tabel 19 Biaya operasional pemanfaatan limbah batu bara (fly ash)

menjadi paving block ..........................................................................57

Tabel 20 Biaya pemanfaatan limbah batu bara (fly ash) menjadi paving

block berdasarkan jumlah limbah yang dihasilkan .............................58

Tabel 21 Biaya pengelolaan limbah sludge IPAL kertas oleh pihak ketiga .....59

Tabel 22 Biaya investasi pemanfaatan limbah sludge IPAL kertas

menjadi low grade paper ....................................................................60

Tabel 23 Biaya operasional pemanfaatan limbah sludge IPAL kertas

menjadi low grade paper ....................................................................61

Page 14: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

Tabel 24 Biaya pemanfaatan sludge IPAL kertas menjadi low grade paper

berdasarkan jumlah limbah yang dihasilkan........................................62

Tabel 25 Biaya pengolahan solvent oleh pihak ketiga .......................................62

Tabel 26 Biaya investasi pengolahan solvent .....................................................63

Tabel 27 Jumlah limbah medis yang dihasilkan berdasarkan jumlah kamar

RS .......................................................................................................64

Tabel 28 Biaya pengolahan limbah medis oleh pihak ketiga .............................64

Tabel 29 Tipe incinerator berdasarkan jumlah limbah medis ............................65

Tabel 30 Investasi untuk limbah <160 ...............................................................65

Tabel 31 Investasi untuk limbah 160-800 kg .....................................................65

Tabel 32 Investasi untuk limbah 800-1280 kg .................................................66

Tabel 33 Investasi untuk limbah >1280 kg ......................................................66

Tabel 34 Perbandingan biaya pengolahan limbah medis .................................66

Tabel 35 Keputusan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun .........67

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 World greenhouse gas emissions by sector ......................................10

Gambar 2 Kurva Marginal Abatement Cost .....................................................12

Gambar 3 Teknik pelaksanaan produksi bersih ................................................16

Gambar 4 Hubungan antara penambahan fly ash terhadap kuat tekan

paving block ......................................................................................37

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi Penelitian.....................................................................85

Lampiran 2 Arus biaya-manfaat pengolahan dan pemanfaatan B3......................86

Lampiran 3 Analisis switching value : pengaruh perubahan jumlah limbah yang masuk terhadap aktivitas dan pemanfaatan B3................................................................................88

Page 15: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan produksi selain menghasilkan produk utama juga dapat

menghasilkan produk sampingan (by-product) yang tidak diinginkan. Produk

sampingan ini dikenal dengan limbah, yang dapat berwujud padat, cair, maupun

gas. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan produksi bersifat organik dan

anorganik. Limbah anorganik dapat didegradasi oleh mikroorganisme menjadi

bahan yang mudah menyatu kembali dengan alam, sedangkan limbah anorganik

adalah limbah yang tidak dapat didegradasi oleh mikroorganisme yang jika tidak

diolah atau ditangani akan terakumulasi sehingga menimbulkan masalah, baik

bagi lingkungan maupun masyarakat sekitar. Limbah yang tidak berbahaya dapat

ditunda penanganannya (misalnya ditimbun atau disimpan) meski dapat

menyebabkan polusi dan gangguan kesehatan. Berbeda halnya dengan limbah

bahan berbahaya dan beracun (B3). Limbah yang dikatakan sebagai B3 adalah

bahan yang jumlahnya relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak sumberdaya

dan lingkungan hidup. Limbah B3 ini dihasilkan dari pabrik maupun industri

karena banyak digunakan sebagai bahan baku dan dalam kegiatan penunjang

industri. B3 ini cukup mengkhawatirkan karena kriterianya yang mudah terbakar,

mudah meledak, korosif, bersifat sebagai oksidator dan reduktor yang kuat, serta

mudah membusuk, sehingga penanganannya tidak dapat ditunda

(PP No. 19 tahun 1994).

Produksi limbah B3 cenderung meningkat dari tahun ke tahun seiring

dengan pertumbuhan sektor industri. Timbulan limbah B3 pada tahun 2012 yang

telah dihasilkan dan dikelola dari kegiatan industri pada sektor manufaktur dan

jasa, agroindustri, pertambangan dan gas bumi adalah 65 970 612, 24 ton dan

akan meningkat di tahun-tahun mendatang. Semenjak ditetapkannya Master Plan

Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3I), dimana proyeksi Indonesia

akan menjadi tujuh besar raksasa ekonomi dunia pada tahun 2050 dengan rata-

rata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,3% hingga 8,0%, selain

memberikan dampak positif bagi pembangunan dan kesejahteraan rakyat, juga

Page 16: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

2

berdampak negatif pada timbulan limbah B3.1

Sifat berbahaya pada limbah B3 ini berdampak negatif bagi

keberlangsungan lingkungan hidup maupun masyarakat sekitar. Berdasarkan

penelitian di Amerika Serikat pada 1980 kematian akibat pencemaran udara

(dimana sumber pencemaran udara akibat industri, pembakaran, dan limbah padat

sebesar 61,8%) mencapai 51.000 orang dan pada tahun 2000an kematian akibat

pencemaran udara akan mencapai 57.000 orang per tahunnya dengan total

kerugian materi mencapai 12-16 juta US dollar per tahun. Menurut Bank Dunia,

pada 1990 saja, kerugian ekonomi akibat pencemaran lingkungan hidup baik

karena pencemaran udara dan air mencapai 500 juta US dollar, sehingga bisa

meningkat 2-3 kali lipat dalam 20 tahun terakhir. Sedangkan penyakit yang

diakibatkan oleh pencemaran berbagai zat kimia yang termasuk dalam kategori

limbah B3 seperti kanker, katarak, gangguan darah, dan kolestrol

Peningkatan limbah B3 ini adalah

implikasi dari peningkatan pertumbuhan sektor industri dan perekonomian,

karena pertumbuhan industri berbanding lurus dengan penggunaan bahan baku,

yang artinya juga berbanding lurus dengan peningkatan jumlah B3, karena

menurut EPA (Environmental Protection Agency) limbah yang dihasilkan dari

aktivitas industri sebanyak 10-15% adalah limbah yang berbahaya (Polprasert dan

Liyanage, 1996).

2

Perhatian pada masalah kerusakan lingkungan dan sumberdaya alam

khususnya akibat limbah dan pencemaran tersebut menuntut para pelaku usaha

untuk mengambil keputusan yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan

jangka pendek semata, namun juga pada keberlanjutan di masa mendatang, bukan

saja dari sisi profit (keuntungan), tetapi juga people (manusia) dan planet (bumi)

atau yang dikenal dengan triple bottom line

.

3

1 Kementerian Lingkungan Hidup, 2013 : Bimbingan Teknis (Bintek) Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Batam, pada tanggal 18-20 Juni 2013- See more at : http://www.menlh.go.id/bimbingan-teknis-pengelolaan-limbah-b3/#sthash.KvMsizZC.dpuf 2 Pencemaran udara selain akibat oleh aktivitas industri juga disebakan oleh sampah dan kebakaran hutan. Sedangkan pencemaran air selain karena pembuangan limbah termasuk limbah B3, juga terjadi akibat erosi dan pendangkalan sungai dan danau (Keraf, A. Sony. 2010. Krisis dan Bencana Lingkungan Hidup Global. Hal 38-40 dan hal.67. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.) 3 Dipopulerkan oleh John Elkington, 1997 dalam “Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line Of 21st Century Business” dalam Yusuf Wibisono. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR –Corporate Social Responsibility. Fascho Publishing, Gresik.

. Perusahaan sebagai pelaku ekonomi

berorientasi pada peningkatan profit yang maksimal sebagai bentuk tanggung

Page 17: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

3

jawab atas tuntutan para stakeholder. Tetapi di satu sisi para pelaku usaha juga

harus memperhatikan orang-orang yang ada disekitarnya, baik itu sumberdaya

manusianya maupun masyarakat yang ada disekitarnya, serta menjaga kelestarian

lingkungan karena keberlanjutan sistem di sekitar perusahaan juga adalah

merupakan keberlanjutan bagi perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu limbah yang

dihasilkan dari aktivitas usaha pun harus ditangani agar tidak mengganggu

keseimbangan sistem.

Untuk mengatasi masalah-masalah yang diakibatkan oleh limbah B3 ini,

diperlukan serangkaian tindakan penanganan limbah mulai dari pengangkutan,

pengolahan, maupun pemanfaatan. Namun, pengelolaan limbah B3 ini masih

sering diabaikan karena terkendala pada biaya-biaya investasi yang besar.

Pembangunan sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan penggunaan

incinerator sebagai pemusnah limbah misalnya, selain membutuhkan lahan yang

luas, juga membutuhkan teknologi yang canggih. Biaya-biaya investasi ini

memiliki resiko pengembalian yang tidak pasti. Tidak hanya biaya investasi, biaya

operasional pengelolaan limbah juga cukup besar karena tingginya biaya

transaksi (pengurusan ijin), uji laboratorium apakah limbah dapat dilepas ke

lingkungan, biaya maintanance (perawatan), serta pengontrolan kadar limbah.

Laporan “The Cost of Clean Wastes” oleh Department of the Interior U.S 10

Januari 1968 menjelaskan bahwa pengeluaran-pengeluaran seperti biaya investasi

dan operasional per satuan limbahnya untuk mengolah limbah- limbah industri

hingga berada pada level secondary treatment saja berkisar 2,6-4,6 milliar US

dollar selama 1969-1973 (meliputi 1,8-3,6 milliar US dollar untuk pengerjaan

pengelolaan limbah yang baru, dan 0,8-10 milliar US dollar untuk mengganti

peralatan). Sedangkan untuk biaya pengelolaan dan operasi membutuhkan 3,0-4,4

milliar US dollar, dan akan meningkat pada tahun-tahun mendatang (Nemerow

dan Dasgupta, 1991). Data yang ditunjukkan tersebut menggambarkan besarnya

biaya yang dikeluarkan, baik untuk investasi modal maupun biaya operasional

untuk mengelola permasalahan limbah.

Pengelolaan limbah B3 sebenarnya tidak hanya membebani perusahaan

atas biaya-biaya yang dikeluarkan. Jika ditangani secara tepat, pengolahan limbah

justru akan memberikan manfaat bagi perusahaan itu sendiri maupun masyarakat.

Page 18: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

4

Beberapa limbah dapat dimanfaatkan kembali sehingga menjadi bernilai tambah

apakah dengan penggunaan kembali (reused) ataupun dimanfatkan menjadi bahan

baku pembuatan produk baru (recycling). Selain itu, penanganan limbah dapat

meningkatkan efisiensi sumberdaya dan input sehingga dapat menghemat biaya-

biaya atau meningkatkan penerimaan bersih bagi perusahaan. Tindakan-tindakan

ini juga mencegah terjadinya eksternalitas negatif, sehingga dapat menghindari

biaya sosial seperti biaya penanggulangan bencana dan kerusakan serta biaya

sengketa akibat pencemaran. Namun seperti yang dijelaskan sebelumnya, masalah

penanganan limbah ini sering terkendala pada biaya-biaya.

Atas dasar pertimbangan biaya-biaya penanganan limbah B3 tersebut,

perlakuan pada limbah B3 memerlukan keputusan-keputusan penanganan pada B3

agar alokasi penggunaan sumberdaya-sumberdaya yang sifatnya terbatas dapat

mencapai tujuan dengan tepat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

keputusan, biaya, dan manfaat dari pengelolaan limbah. Penelitian ini berfokus

pada pendekatan ekonomi dari pengolahan dan pemanfaatan limbah B3, yaitu

pada keuntungan ekonomis jika melakukan serangkaian tindakan tersebut.

Pendekatan ekonomis ini diharapkan dapat menjadi insentif bagi para pelaku

usaha untuk mempertanggungjawabkan limbah dan lingkungannya secara

sukarela tanpa adanya paksaan.

1.2 Perumusan Masalah

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, sifat dan karakteristik B3, dampak

eksternalitas negatif yang dapat ditimbulkan, dan kemungkinan peningkatan

jumlahnya di masa-masa mendatang menyebabkan perlunya dilakukan

penanganan secara tepat dan sesegera mungkin. Namun, penanganan limbah B3

masih sering diabaikan karena terkendala pada biaya, seperti biaya investasi dan

operasional. Selain itu, perusahaan sebagai unit yang berorientasi pada

keuntungan, tentu perlu memperhatikan segala aktivitasnya agar tidak

meningkatkan pengeluaran (termasuk pengelolaaan limbah) yang memberatkan

perusahaan, tetapi justru mengharapkan meningkatkan benefit bagi perusahaan,

khususnya secara finansial.

Page 19: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

5

Adanya berbagai keterbatasan dalam pengelolaan limbah khususnya B3,

menjadikan peluang tumbuhnya industri yang bergerak di bidang pengelolaan B3.

Pengelola inilah yang akan melakukan serangkaian perlakuan terhadap limbah,

mulai dari pengangkutan, pengolahan, hingga pemanfaatan B3. Perusahaan

pengelola B3 memperoleh bayaran atas jasa pengolahan limbah dari para

pelanggan yakni perusahaan-perusahaan penghasil limbah B3, dan jika limbah-

limbah tersebut dimanfaatkan kembali akan ada penerimaan tambahan yang lebih

besar dari sekedar mengangkut dan mengolah B3. Kehadiran industri pengelola

B3 ini tidak hanya menguntungkan bagi pemerintah maupun perusahaan-

perusahaan penghasil limbah karena membantu mengatasi permasalahan B3 yang

menjadi selama ini menjadi beban, tetapi juga bagi pengelola limbah itu sendiri

karena adanya keuntungan dari pembayaran atas jasa-jasa pengelolaan limbah B3

tersebut. Jumlah industri pengelola limbah B3 masih tergolong baru dan sedikit di

Indonesia, sehinga perlu dilakukan penelitian lebih jauh tentang usaha dan

peluang pengelolaan B3 ini serta aliran biaya dan manfaatnya, sehingga dapat

menjadi pertimbangan baik bagi industri pengelola limbah B3 maupun pemerintah

untuk mendorong tumbuhnya industri pengelolaan limbah B3 di Indonesia.

Kehadiran industri pengelola B3 menjadi alternatif dalam pengelolaan B3

selain dengan mengelola secara mandiri. Jika B3 diolah dan/atau dimanfaatkan

secara mandiri (baik untuk dimanfaatkan menjadi bahan baku produk turunan,

digunakan kembali, maupun untuk menghasilkan produk baru) maka selain

mengurangi dampak negatif limbah yang sifatnya berbahaya dan merugikan,

pengelolaan B3 ini juga dapat memberikan tambahan penerimaan bagi perusahaan.

Tetapi, alternatif ini akan membutuhkan biaya-biaya investasi dan operasional

yang mungkin saja melebihi biaya yang dikeluarkan jika B3 diserahkan ke pihak

ketiga. Sebaliknya, jika B3 diserahkan ke pihak ketiga, manfaat yang seharusnya

bisa diterima dari pemanfaatan limbah menjadi hilang karena pengelolaannya

diserahkan ke pihak ketiga.

Setiap alternatif pengelolaan limbah B3 tersebut memiliki kelemahan dan

keunggulan masing-masing. Untuk itu, perlu juga dilakukan penelitian efektivitas

biaya dalam penilaian skenario pengelolaan limbah B3 yang efektif. Penelitian ini

Page 20: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

6

dilakukan di PT. X, salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang

pengangkutan, pengolahan, dan pemanfaatan limbah B3.

Penelitian ini diharapkan mampu menjawab permasalahan-permasalahan

diatas yang tertuang dalam rumusan masalah berikut ini :

1. Dengan pendekatan analisis biaya-manfaat, bagaimana kelayakan usaha

pengolahan dan pemanfaatan limbah B3 oleh PT. X?

2. Bagaimana efektifitas pemilihan keputusan dalam skenario pengelolaan

limbah B3; apakah mengelola secara mandiri atau dengan menyerahkan ke

pihak ketiga?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Melakukan penilaian atas kelayakan usaha pengolahan dan pemanfaatan

limbah B3 oleh PT. X dengan analisis biaya dan manfaat.

2. Menilai efektivitas pemilihan keputusan dalam skenario pengelolaan

limbah B3; apakah dengan mengelola secara mandiri atau dengan

menyerahkan ke pihak ketiga.

1.4 Manfaat Penelitian

1 Dengan dilakukannya penelitian mengenai analisis biaya dan manfaat

ekonomi pengolahan dan pemanfaatan limbah B3 oleh PT. X ini

diharapkan dapat menjadi masukan bagi perusahaan dalam mengambil

keputusan dan tindakan dalam keberlanjutan usaha ini.

2 Sebagai bahan referensi bagi perusahan-perusahaan lainnya, khususnya

perusahaan yang menghasilkan limbah B3 untuk mengambil keputusan

dalam mengelola limbahnya, apakah mengelola secara mandiri atau

dengan menyerahkan ke perusahaan pengelola B3.

3 Bagi pemerintah, sebagai referensi dalam membuat kebijakan khususnya

kebijakan mengenai pengolahan limbah B3 bagi perusahaan/industri dalam

sehingga memberikan insentif bagi perusahaan penghasil limbah B3 untuk

mengelola limbahnya.

Page 21: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

7

4 Bagi penulis penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

dalam analisis kebijakan ekonomi dan lingkungan dan menerapkan

pembelajaran selama di bangku kuliah di kehidupan nyata.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini terbatas pada empat jenis pengelolaan limbah B3 yaitu

pemanfaatan limbah pembakaran batu bara (fly ash) menjadi paving block, limbah

sludge IPAL kertas menjadi low grade paper, pengolahan limbah solvent dan

limbah medis. Pengelolaan limbah lain diluar ini tidak menjadi cakupan penelitian

penulis. Selain itu keputusan pengelolaan limbah B3 didasarkan pada pendekatan

biaya, sehingga faktor-faktor lain yang menjadi pertimbangan perusahan dalam

mengelola limbah B3 ini juga tidak dibahas dalam penelitian ini.

Page 22: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Limbah yang mengandung bahan yang memiliki sifat racun dan berbahaya

di sebut dengan limbah B3. Menurut PP No. 19 tahun 1994 karakteristik limbah

yang tergolong dalam limbah bahan berbahaya dan beracun yang disingkat

dengan limbah B3 adalah mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif,

beracun, menyebabkan infeksi, korosif, bersifat sebagai oksidator dan reduktor

yang kuat, serta mudah membusuk. Limbah ini pada umumnya dihasilkan dari

aktivitas pabrik dan industri. Menurut EPA (US Environmental Protection

Agency), dari limbah-limbah yang dihasilkan oleh aktivitas industri sebanyak 10-

15% adalah limbah yang berbahaya (Polprasert dan Liyanage, 1996). Meskipun

limbah B3 hanya sebagian kecil dari jumlah limbah, tapi berpotensi lebih besar

untuk membahayakan manusia, sehingga penanganannya tidak dapat ditunda.

2.1.1 Klasifikasi Limbah dan karakteristiknya.

Berdasarkan nilai ekonominya, limbah dibagi menjadi limbah yang

bernilai ekonomis dan yang tidak bernilai ekonomis. Limbah yang bernilai

ekonomis akan memiliki nilai tambah jika diolah kembali, sedangkan limbah non

ekonomis adalah limbah yang tidak akan memberi nilai tambah meskipun telah

diproses.Sementara itu, berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat digolongkan

menjadi tiga, yaitu limbah padat, cair, dan gas (Kristanto, 2004).

2.1.1.1 Limbah Cair

Pada dasarnya, limbah air tidak memberi efek pencemaran sepanjang

kandungannya tidak membahayakan. Persoalan penting dalam pengelolaan ini

adalah bagaimana agar bagaimana mengolah limbah sebelum dibuang dan kemana

dibuangnya (Ginting, 2007).

Limbah cair dihasilkan dari proses pengolahan karena menggunkan air

sebagai bahan baku produksinya, dari bahan baku yang mengandung air, maupun

air ikutan seperti proses pencucian, pendinginan mesin, maupun pengecoran.

Sehingga air ini harus dibuang dalam volume yang cukup besar. Air buangan ini

membawa sejumlah padatan dan partikel baik yang terlarut maupun mengendap,

sehingga membuat air menjadi terkontamnasi oleh B3. Jenis industri yang

Page 23: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

9

menghasilkan limbah cair di antaranya adalah industri pulp dan rayon, pengolahan

crumb rubber, besi dan baja, kertas, minyak goreng, tekstil, elektroplating,

plywood dan lain lain. (Kristanto, 2004).

Karena limbah cair berpotensi merugikan makhluk hidup dan lingkungan,

permasalahan pencemaran air akibat limbah cair harus ditanggulangi dan para

penanggung jawab usaha yang melakukan pencemaran wajib melakukan

pemulihan. Jika pencemaran ini dibiarkan, maka akan dikenakan ancaman pidana

(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air).

2.1.1.2 Limbah Gas dan Partikel

Limbah gas dan partikel adalah limbah yang dibuang ke udara, yang

terbawa angin sehingga memperluas jangkauan pemaparannya. Bahan-bahan

tersebut bercampur dengan udara basah sehingga massa partikel bertambah dan

pada malam hari turun ke tanah bersama-sam embun. Ketika bahan-bahan ini

dilepas, maka terjadi penambahan unsur gas udara yang melapaui batasnya

sehingga kualitasnya menurun. Limbah yang terjadi dapat disebabakan oleh reaksi

kimia, kebocoran gas, maupun penghancuran bahan. Jenis industri yang menjadi

sumber pencemaran udara adalah industri besi dan baja, semen, kendaraan

bermotor, pupuk, aluminium, pembangkit tenaga listrik, kertas, kilang minyak,

dan pertambangan. Beberapa jenis industri yang menghasilkan limbah gas dan

partikel dapat dilihat pada Tabel 1 (Kristanto,2004).

Tabel 1 Jenis industri dan limbahnya No Jenis Industri Jenis Limbah 1. Industri Pupuk Uap asam, NH3, bau

partikel 2. Industri Pangan (ikan, daging, bir,

minyak) Hidrokarbon, bau, partikel, CO, H2S, dan Uap Asam

3. Industri pertambangan (mineral), semen, aspal, kapur, batu bara, karbida, serat gelas

NOx, SOx, CO, hidrokarbon, bau, partikel

4. Industri metalurgi (tembaga, baja, seng, timah hitam, aluminium)

NOx, SOx, CO, hidrokarbon, H2S, klor, bau, dan partikel

5. Industri kimia (sulfat, serat rayon, PVC, amonia, cat dan lain-lain)

CO, hidrokarbon, NH3, bau, dan partikel

6. Industri pulp SOx, CO, NH3, H2S, dan bau

Sumber: Kristanto (2004)

Page 24: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

10

Beberapa senyawa yang dihasilkan dari kegiatan industri di atas

bertanggung jawab pada pemanasan global, yaitu karbondioksida (CO2), metana

(CH4), dan Nitrousoksida (N2). Akumulasi senyawa-senyawa ini mengakibatkan

penebalan gas di permukaan bumi, sehingga mengakibatkan peningkatan suhu di

bumi dan menyebabkan kekacauan iklim di permukaan bumi. Pada gambar di

bawah ini, dijelaskan bahwa kontribusi limbah industri, proses industri, dan

limbah mencapai 17,4% terhadap pemanasan global.

Gambar 1 World greenhouse gas emissions by sector.4

4 World Greenhouse Gas Emissions by Sector. Diunduh di : http://maps.gri da.no/go/grap

hic/world- greenhouse- gas-emission s-by-sector2, pada 12 Februari 2014

Dampak pencemaran lingkungan sebenarnya tidak semata-mata

disebabkan oleh aktivitas industri dan teknologi, namun juga faktor lain yang

menunjang kegiatan produksi tersebut seperti faktor penyedia listrik, yang

merupakan salah satu faktor penyerap terbesar pemakaian bahan bakar fosil

seperti batu bara dan minyak bumi. Dari bentuk-bentuk pencemar udara, sekitar

75%-nya adalah berasal dari pemakaian bahan bakar fosil (Wardhana,1995).

Page 25: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

11

2.1.1.3 Limbah Padat

Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa potongan kayu,

serpihan logam, lumpur, kerak kotoran, kertas, serta debu yang sukar dihindari

karena sifat alami bahan baku tersebut yang tidak dapat diolah seratus persen

menjadi produk jadi. Sumber-sumber limbah padat adalah pabrik plywood yang

menghasilkan limbah kayu, abu pembakaran dari ruang boiler, lumpur dari

treatment pulp dan rayon, serta kemasan-kemasan pembungkus. (Ginting, 2007).

Menurut Kristanto (2004), secara garis besar limbah padat dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

• Limbah padat yang mudah terbakar

• Limbah padat yang sukar terbakar

• Limbah padat yang mudah membusuk

• Debu

• Lumpur

• Limbah yang dapat didaur ulang

Sedangkan berdasarkan klasifikasi limbah padat serta akibat-akibat yang

ditimbulkannya dibedakan menjadi :

• Limbah padat yang dapat ditimbun tanpa membahayakan

• Limbah padat yang dapat ditimbun tetapi membahayakan

• Limbah padat yang tidak dapat ditimbun

2.1.2 Biaya Pengendalian dan Penanggulangan Pencemaran

Untuk proyek-proyek yang menyangkut pengolahan dan pemanfaatan

limbah, terdapat biaya pengendalian dan penanggulangan pecemaran. Oleh karena

pencemaran merupakan fenomena yang akan tetap ada sebagai akibat aktivitas

ekonomi, maka dari prinsip ekonomi sumberdaya jalan terbaik adalah bagaimana

mengendalikan pencemaran ke tingkat yang paling efisien. Efisien yang dimaksud

adalah Pareto improvement yang mengharuskan tidak ada pihak yang

memperoleh keuntungan dari pencemaran tersebut (Fauzi, 2006).

Biaya penanggulangan pencemaran merupakan biaya-biaya untuk

mengurangi volume limbah yang dibuang kedalam lingkungan, atau untuk

memperkecil konsentrasi ambien. Biaya kegiatan pengolahan limbah dan

Page 26: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

12

manajemennya disebut dengan biaya penanggulangan limbah (abatement cost).

Hubungan antara volume limbah dengan biaya dijelaskan pada Gambar 2.

Pada Gambar 2 dijelaskan bahwa sumbu horisontal menunjukkan volume

limbah yang dibuang dan sumbu vertikal menunjukkan besarnya biaya yang

dikeluarkan untuk menanggulangi dampak pencemaran. Pada sumbu horisontal

kurva biaya dimulai dari tingkat emisi yang tidak terkendalikan yaitu sebelum

adanya upaya penanggulangan pencemaran sama sekali. Itu sebabnya kurva

miring dari kanan bawah ke kiri atas,yang menggambarkan peningkatan biaya

marjinal penanggulangan biaya pencemaran. Pada titik F pada BPM0 dengan

biaya pencemaran setinggi OB0 volume limbah yang dibuang sebanyak OE0 dan

dengan biaya penanggulangan yang lebih rendah dari OB1 volume limbah yang

terbuang menjadi OE1. Tinggi rendahnya biaya dipengaruhi oleh jenis limbah

yang terbuang, teknologi, dan kemampuan manajerial. Misalnya untuk

menanggulangi pencemaran hingga berada pada tingkat E1 memerlukan biaya

yang lebih tinggi yaitu setinggi E1 H atau OB11 pada kurva BPM1 (Suparmoko,

2000).

Menurut Kristanto 2004, biaya pengendalian dan penanggulangan

pencemaran terdiri dari:

• Biaya pengadaan lokasi

• Biaya pengadaan peralatan

• Biaya tenaga listrik dan tenaga kerja

Page 27: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

13

• Biaya bahan penolong (bahan kimia, bakteri, dan lain-lain)

• Biaya pemeliharaan

• Biaya instalasi, bangunan, dan transportasi.

2.2 Landasan Hukum yang Mengatur Pengelolaan Limbah B3

Pelaksanaan pengelolaan limbah B3 harus dilakukan sesuai dengan dasar

peraturan yang berlaku. Berikut ini adalah peraturan-peraturan yang mengatur

pengelolaan B3 :

1. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup, rancangan peraturan pemerintah

mengenai Limbah B3, Pengelolaan Limbah B3, dan Dumping B3

dilakukan berdasarkan UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu:

a. PP tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun seperti yang

diamanatkan dalam Pasal 58 ayat (2) UU 32/2009.

b. PP tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

seperti yang diamanatkan dalam Pasal 59 ayat (7) UU 32/2009.

c. PP Dumping Limbah seperti yang diamanatkan dalam Pasal 60

ayat (3) UU 32/20095

2. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah

Bahan Berbahaya dan Beracun:

.

- Pasal 47 ayat (1) menjelaskan bahwa pengawasan pengelolaan

limbah B3 dilakukan oleh Menteri dan pelaksanaannya diserahkan

pada insatansi yang bertanggunga jawab (Bapedal).

- Pasal 47 ayat (2) menjelaskan bahwa pengawasan di ayat (1)

meliputi pemantauan terhadap penataan persyaratan serta ketentuan

teknis dan administratif oleh penghasil, pemanfaat, pengumpul,

pengangkut, pengolah dan penimbun limbah B3.

- Pasal 47 ayat (3) dan (4) menjelaskan bahwa tata laksana

ditetapkan oleh Bapedal dan pengawas bertanggung jawab pada

Kepala Daerahtingkat I dan/atau Tingkat II.

5See more at: http://www.menlh.go.id/rancangan-peraturan-pemerintah-rpp-tentang-pengelolaan-bahan-berbahaya-dan-beracun-b3-limbah-b3-dan-dumping-limbah-b3/#sthash.zg4RZhPt.dpuf

Page 28: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

14

3. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor:

Kep-01/Bapeda/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis

Penyimpanan dan pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

4. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor:

Kep-02/Bapeda/09/1995 tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan

Beracun.

5. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor:

Kep-03/Bapeda/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis

Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

1204/MENKES/SK/X/2004 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit.

7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.18 Tahun 2009 tentang

Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.18 Tahun 1999 tentang

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

9. Keputusan Bapedal No.03 Tahun 1995, tentang Standar Emisi Buangan

Incinerator.

10. Peraturan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Tahun 2007

tentang Jenis-jenis Bahan Berbahaya dan Beracun.

2.3 Pendekatan Ekonomi (Economic Approach) dalam Penataan dalam Hukum Lingkungan

Menurut Husin 2009, pendekatan ekonomis adalah suatu pendekatan yang

menekankan kepada keuntungan ekonomis yang akan diperoleh oleh pemilik

kegiatan bila memenuhi persyaratan lingkungan. Pendekatan ini adalah faktor

perangsang, karena pemilik kegiatan akan :

a. terhindar dari biaya penalti

b. terhindar dari biaya ganti rugi yang mungkin harus ditanggungnya di masa

yang akan datang; dan

c. menghemat pengeluaran karena menggunakan praktik efisiensi biaya yang

bersahabat dengan lingkungan.

Page 29: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

15

Instrumen-instrumen pendekatan ekonomi adalah sebagai berikut:

2.3.1 Insentif ekonomi

Dari sudut pandang ekonomi, instrumen ini sangat efektif dalam mencapai

penataan. Insentif ekonomi dapat berupa pembebasan pajak, subsidi, dan

sebagainya, atau sebaliknya berupa pungutan bagi pelaku yang tidak taat. (Husin,

2009). Penetapan pajak adalah salah satu instrumen yang dilakukan pemerintah

untuk mendorong perilaku ekonomi swasta dalam meperbaiki kualitas lingkungan

sehingga menghemat biaya pencegahan dan pengawasan. Penetapan pajak atau

yang dikenal dengan istilah polluter pays-principle ini (PPP) pertama kali

diperkenalkan pada 1970an, yang mengharuskan para polluter menanggung biaya-

biaya pengurangan pencemaran seperti biaya pengadaan teknologi dan

infrastruktur pengendali pencemaran (Luken, 2009). Sedangkan subsidi

merupakan otoritas publik membayar sejumlah uang sebagai imbalan upaya

pengurangan emisi oleh polluter (Field, 1994). Insentif ekonomi merupakan

instrumen yang lebih efektif dari segi biaya jika dibandingkan dengan kebijakan

command and control (CAC) karena mengurangi biaya sosial (Blackman, 2009).

Blackman juga menjelaskan bahwa menurut Panayatou (1993), insentif ekonomi

lebih menguntungkan dibandingkan dengan CAC di negara-negara berkembang

karena dapat merasakan manfaat dengan biaya paling kecil, yang menjadi vital

bagi negara-negara berkembang yang memiliki keterbatasan sumberdaya.

2.3.2 Produksi Bersih (Cleaner Production)

Produksi bersih atau cleaner production (CP) pertama kali diperkenalkan

oleh UNEP (United Nations environment Programme) pada 1994. Produksi

bersih adalah usaha perlindungan lingkungan terintegrasi yang kontinu mulai dari

strategi proses, produk dan jasa, peningkatan efisiensi, dan pengurangan resiko

pada manusia dan lingkungan. CP adalah “win-win sollution” bagi perusahaan

untuk mengurangi biaya operasional dan melaksanakan tanggung jawab

lingkungan seperti minimisasi penggunaan energi, air, dan material, serta

penanganan masalah limbah dan pencemaran (Berkel, 2010).

Page 30: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

16

Di Indonesia produksi bersih diperkenalkan oleh Bappedal. Produksi

bersih ini merupakan upaya preventif secara terus menerus pada proses produksi

dengan prinsip peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan bahan baku,

energi, dan sumberdaya lainnya. Produksi bersih tidak harus pemanfaatan semua

sisa produksi hingga limbah mencapai nol, karena tidak ada sistem yang 100%

efisien. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup, teknik-teknik pelaksanaan

produksi bersih dapat dilakukan dengan berbagi cara, seperti yang di tunjukkkan

pada Gambar 2 :

Gambar 2 Teknik pelaksanaan produksi bersih

Penerapan produksi ini akan memberikan keuntungan, berupa :

a. Penggunaan sumberdaya alam secara lebih efektif dan efisien, sehingga

lebih menghemat biaya

b. Mengurangi dan mencegah terbentuknya bahan pencemar

c. Mencegah berpindahnya pencemar dari satu media ke media lain

d. Mengurangi terjadinya resiko terhadap kesehatan dan lingkungan

e. Mendorong dikembangkannnya teknologi pengurangan limbah pada

sumbernya

f. Mengurangi biaya penataan hukum

g. Terhindar dari biaya pembersihan lingkungan (clean-up)

h. Produk dapat bersaing di pasar internasional

i. Bersifat fleksibel dan sukarela

Page 31: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

17

Penggunaan kembali limbah B3 baik yang digunakan oleh penghasil

limbah baik untuk dijadikan produk baru, maupun digunakan untuk kegiatan

produksi yang sama, adalah satu bentuk dari produksi bersih, yang selain

meningkatkan efisensi penggunaan sumberdaya dan input, juga mengurangi

limbah termasuk limbah B3 serta menjadi nilai tambah bagi perusahaan6

2.3.3 Tradeable Permits

.

Pemanfaatan limbah B3 seperti pemanfaatan fly ash menjadi paving block

dan limbah sludge menjadi low grade paper adalah salah satu bentuk penerapan

produksi bersih yang memberikan nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.

Tradeable Permits adalah bentuk instrumen yang memungkinkan pelaku

usaha yang telah lebih baik dari persyaratan lingkungan yang harus dicapai, dapat

membeli ijin pencemar dari industri lain, sehingga dapat menaikkan produksinya

keuntungan ekonomis yang lebih besar karena kepatuhannya. Mekanisme ini

dilakukan dengan penetapan jenis kegiatan dan alokasi ijin oleh pemerintah, lalu

pelaksanaan penukaran diserahkan pada pasar (Husin,2009).

2.3.4 Performance Bond

Bentuk dari instrumen ini adalah adanya uang jaminan yang diserakan

oleh pemilik usaha pada pemerintah, yang akan dikembalikan jika perusahaan

mengeola lingkungan dengan baik. Contohnya adalah dana reklamasi di sektor

kehutanan (Husin, 2009).

2.3.5 Dana Dedikasi Lingkungan

Dana dedikasi lingkungan adalah dana yang harus dibayar oleh pemilik

usaha kepada pemerintah atas jasa lingkungannya, sehingga dapat digunakan

untuk perbaikan/peningkatan mutu lingkungan seperti reboisasi (Husin,2009).

2.3.6 Pendanaan Lingkungan7

Pendanaan lingkungan adalah salah satu bentuk program yang dilakukan

untuk mendorong para pelaku usaha penghasil limbah untuk melakukan

serangkaian tindakan yang bertujuan untuk pengendalaian pencemaran dan

menciptakan liingkungan yang lebih baik. Di Indonesia, bentuk pendanaan

6 Kementerian Lingkungan Hidup. Produksi Bersih. Buletin 7 Kementerian Lingkungan Hidup. Insentif dan Pendanaan Lingkungan. Buletin

Page 32: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

18

lingkungan yang telah ada misalnya pinjaman lunak dan pembebasan bea masuk

alat-alat yang digunakan untuk mengendalikan pencemaran. Upaya-upaya ini

diharpakan dapat mendorong baik usaha kecil, menengah, dan besar untuk

melakukan tindakan-tindakan pencegahan pencemaran.

Pembebasan bea masuk atas impor peralatan dan bahan yang digunakan

untuk mencegah pencemarag lingkungan adalah program kerja sama dengan

Departemen Keuangan cq. Ditjen Bea Cukai untuk membebaskan bea masuk

seperti pengendalian pencemaran limbah cair (aerator, belt press, chemical pump,

chemical tank, return sludge pump, submersible pump, pH control, decanter, air

blower, biocoal, dan screen), pengendalian pencemaran udara (electrostatic

precipitator, continuous electromagnetic).

Program pinjaman lunak lingkungan telah dilakukan oleh Pemerintah

Indonesia melalui Kementerian Negara Lingkungan Hidup bekerja sama dengan

pemerintah Jepang dan Jerman. Bentuk-bentuk pinjaman lunak yang saat ini

ditawarkan adalah JBIC-PAE, IEPC-KfW I, IEPC-KfW II,dan Debt for Nature

Swap.

1. JBIC-PAE (Japan Bank for International Cooperation Pollution Abatement equipment)

Program ini adalah bantuan dari pemerintah Jepang yang memberikan

bantuan pinjaman lunak bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam investasi

bidang pencegahan dan pengendalian pencemaran, serta efisiensi produksi.

Bentuk investasi misalnya IPAL untuk mengolah limbah tekstil, peralatan

produksi bersih utnuk industri tekstil, ataupun peralatan daur ulang limbah.

Bentuk pinjamannya : dana tidak dibatasi, suku bunga pinjaman SBI, masa

pengembalian 3-20 tahun, masa tenggang waktu pembayaran bunga dan pokok 0-

3 tahun.

2 IEPC-KfW I (Industrial Efficiency and Pollution Control-Kreditandstalt fur Wiederaufbau)

Program ini adalah bantuan dari pemerintah Jerman yang memberikan

bantuan pinjaman lunak bagi usaha kecil dan menengah (UKM) nasional yang

memiliki aset kurang dari 8 milyar dalam investasi bidang pencegahan dan

pengendalian pencemaran, efisiensi produksi, serta bantuan teknis. Bentuk

Page 33: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

19

pinjamannya : jumlah maksimum pinjaman 3 milyar, suku bunga pinjaman 9-14%,

masa pengembalian 3-10 tahun, masa tenggang waktu pembayaran bunga dan

pokok 0-3 tahun.

3 IEPC-KfW II (Industrial Efficiency and Pollution Control-Kreditandstalt fur Wiederaufbau tahap II)

Program ini adalah bantuan dari pemerintah Jerman yang memberikan

bantuan pinjaman lunak bagi usaha kecil dan menengah (UKM) nasional yang

memiliki aset kurang dari 10 milyar dalam investasi bidang pencegahan dan

pengendalian pencemaran seperti bahan kimia dan suku cadang , efisiensi

produksi, serta bantuan teknis. Bentuk pinjamannya : jumlah maksimum pinjaman

5 milyar, suku bunga pinjaman tergantung pada bank penyalur masa

pengembalian 3-10 tahun, masa tenggang waktu pembayaran bunga dan pokok 0-

1 tahun.

4 IEPC-KfW II (Industrial Efficiency and Pollution Control-Kreditandstalt fur Wiederaufbau tahap II)

Program ini adalah bantuan dari pemerintah Jerman yang memberikan

bantuan pinjaman lunak bagi usaha kecil dan menengah (UKM) nasional yang

memiliki aset kurang dari 10 milyar dalam investasi bidang pencegahan dan

pengendalian pencemaran seperti bahan kimia dan suku cadang , efisiensi

produksi, serta bantuan teknis. Bentuk pinjamannya : jumlah maksimum pinjaman

5 milyar, suku bunga pinjaman tergantung pada bank penyalur masa

pengembalian 3-10 tahun, masa tenggang waktu pembayaran bunga dan pokok 0-

1 tahun.

5 Debt for Nature Swap.

Program ini adalah bantuan dari pemerintah Jerman yang memberikan

bantuan pinjaman lunak bagi usaha kecil dan mikro dalam investasi bidang

pencegahan dan pengendalian pencemaran seperti bahan kimia dan suku cadang ,

efisiensi produksi, serta bantuan teknis. Bentuk pinjamannya : jumlah maksimum

pinjaman 500 juta dengan sistem bagi hasil, suku bunga pinjaman tergantung pada

bank pelaksana. Masa pengembalian 3-7 tahun, masa tenggang waktu pembayaran

bunga dan pokok 0-1 tahun.

Page 34: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

20

2.4 Analisis Biaya dan Manfaat Proyek

Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang/ biaya-biaya

dengan harapan memperoleh hasil. Analisa proyek baik dari segi biaya maupun

manfaat perlu dilakukan karena pelaksanaan proyek melibatkan pengunaan

sumberdaya yang jumlahnya terbatas, sehingga perlu keputusan pengeloaan yang

tepat sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan di masa mendatang

(Gittinger, 1986). Analisis biaya dan manfaat adalah suatu metode yang

digunakan untuk membandingkan keuntungan dan kerugian ekonomi dari

beberapa alternatif proyek. Untuk menjalankan proyek, perlu mempertimbangkan

beberapa hal karena pelaksanaan proyek melibatkan penggunaan sumberdaya

yang terbatas, dan mungkin dilakukan dalam jangka waktu yang tidak singkat.

Pertimbangan-pertimbangan dalam pelaksanaan proyek adalah :

a) Discounting

Dalam perencanaan proyek, perlu diidentifikasi semua untung dan ruginya

selama masa hidup proyek. Artinya, jika proyek direncanakan eksis untuk jangka

waktu yang cukup lama, maka perlu mempertimbangkan berapa nilai masa kini

jika dihitung di masa depan, atau berapa nilai di masa mendatang jika dinilai di

masa kini. Untuk hal itu, penting menentukan tingkat suku bunga yang digunakan

untuk menghitung. Konsekuensi dengan adanya teknik discounting ini adalah

menurunnya nilai-nilai keuntungan di masa mendatang menjadi berkurang di

masa kini, sehingga meningkatkan perspektif jangka pendek yakni tidak

memberikan banyak insentif bagi para penganalisis untuk emmpertimbangkan

keadilan lintas generasi. (Mitchell et al, 2010)

Agar dapat memanfaatkan discounting, perlu dua persyaratan yaitu semua

variabel memiliki satuan yang sama, dan asumsi bahwa biaya dan manfaat

sekarang lebih tinggi daripada di waktu yang akan datang. (Dixon dan Maynard,

1991) Tingkat diskonto adalah biaya marjinal perusahaan, yaitu ukuran tingkat

kemampuan perusahaan untuk dapat meminjam uang (Gittinger, 1986).

Page 35: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

21

b) Tingkat suku bunga

Pilihan tingkat suku bunga sangat penting, karena tingkat suku bunga yang

rendah akan menurunkan nilai saat ini dari keuntungan di masa depan, dan

sebaliknya jika suku bunga tinggi, maka nilai saat ini menjadi lebih rendah dan

berkurang (Mitchell et al, 2010).

c) Tidak Terukur

Dalam pelaksanaan proyek tidak semua biaya dan mnfaat yang dihasilkan

akibat adanya proyek tersebut dapat dikuantifikasikan, seperti kepuasan dan

kesenangan masyarakat akibat adanya proyek atau keuntungan kesehatan dari

hutan tropis. (Mitchell et al, 2010).

d) Sunk Cost

Sunk cost atau biaya-biaya yang tidak diperhitungkan adalah biaya-biaya

yang dikeluarkan pada waktu yang lampau yang didasarkan pada suatu usulan

investasi baru (Gittinger, 1986). Biaya ini tidak diperhitungkan dalam proyek dan

tidak mempengaruhi pilihan proyek.

2.5 Alternatif Pemilihan Keputusan Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan

Dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan sumberdaya dan

lingkungan, muncul banyak alternatif pilihan yang diakibatkan oleh kondisi,

kebutuhan, nilai, asumsi, dan kriteria. Salah satu cara yang digunakan untuk

membandingkan alternatif-alternatif adalah dengan menganalisis untung dan

ruginya. Analisis ini tidak menghasilkan keunggulan absolut dari pemilihan

alternatif, namun menilai sisi yang paling efisien (Mitchel et al, 2010).

Pengambilan keputusan terhadap alternatif-alternatif pengelolaan limbah

menjadi penting karena menyangkut sumberdaya yang terbatas, yang jika

digunakan untuk kegiatan lain mungkin akan memberikan manfaat dan

pengembalian yang menjadi hilang akibat adanya kegiatan itu. Sehingga berbagai

faktor menjadi bahan pertimbangan untuk memutuskan alternatif mana yang

paling tepat digunakan khususnya dalam masalah pengelolaan limbah. Menurut

Alumur (2007), permasalahan dalam penanganan limbah B3 adalah bagaimana

memastikan keselamatan, efisiensi dan efektifitas biaya, pengangkutan, dan

Page 36: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

22

perawatan. Dari perspektif pelaku usaha, penanganan limbah B3 yang terbaik

adalah dengan pendekatan biaya yang terkecil, sedangkan dari pemerintah adalah

dengan alternatif dengan resiko terkecil.

Untuk menentukan pilihan atas alternatif-alternatif dalam pengeleloaan

limbah, faktor yang paling sering diperhitungkan selain efisiensi dan manfaat,

perlu mempertimbangkan biaya. Bila biaya akibat penggunaan limbah melebihi

keuntungannya, maka penting untuk mempertimbangkan apakah tindakan lebih

murah dan memadai, atau tidak usah menggunakan limbah sama sekali (Mara dan

Cairncross, 1994). Dalam hal pengelolaan limbah, perlu mempertimbangkan

apakah limbah memiliki peluang untuk didaur ulang atau digunakan kembali,

karena dari pertimbangan tersebut dapat diambil keputusan penanganan limbah,

manakah yang paling efektif baik dari segi nilai maupun biaya (Rubinstein, 2012).

Salah satu alat yang digunakan dalam menilai alternatif keputusan

pengelolaan sumberdaya dan lingkungan adalah Cost of Effectiveness Analysis

(CEA). CEA mirip dengan anlasis biaya dan manfaat proyek, namun CEA

digunakan dalam kondisi-kondisi dengan keterbatasan untuk menganalisis output

yang dihasilkan dari berbagai kombinasi input sehingga bisa menghasilkan biaya

terendah atau dengan sejumlah biaya tertentu dapat menghasilkan output terbaik.

Menurut Dixon dan Suherman dalam Haqq (2009), CEA berfokus pada konsep

least cost dalam proyek sosial dan lingkungan, karena pada proyek-proyek

tersebut manfaat dalam mencapai tujuan sulit untuk dinilai. Dengan kata lain,

proyek-proyek yang tidak memberikan manfaat yang dapat dikuantifikasikan

secara moneter –seperti proyek kesehatan, pendidikan, dan lingkungan—dapat

dipertimbangkan dengan prinsip biaya terendah.

Page 37: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

23

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka teoritis berisi tentang teori-teori yang dapat digunakan untuk

membantu perhitungan dan pemecahan masalah. Teori-teori yang mendukung

dalam penelitian ini adalah :

3.1.1 Perhitungan Kelayakan Proyek

Perencanaan dan pelaksanaan proyek melibatkan sumberdaya-sumberdaya

yang jika dimanfaatkan untuk kegiatan lain akan menghasilkan manfaat yang

berbeda yang mungkin diterima, sehingga perlu dilakukan perhitungan kelayakan

agar menghindari pengorbanan sumberdaya yang tidak berguna. Selain itu, proyek

pada umumnya dilaksanakan dalam jangka waktu yang lama, sehingga perlu

dilakukan penilaian agar mengetahui keberlangsungan proyek dimasa kini hingga

di masa mendatang, termasuk dampak perubahan-perubahan di luar proyek

terhadap keberlangsungan proyek. Kriteria pengukuran kelayakan investasi

meliputi Net Present Value (NPV), Rasio Manfaat-Biaya (B/C), Internal Rate

Return (IRR).

1 Net Present Value

Proyek yang efisien adalah proyek yang manfaat yang akan diterima lebih

besar dari pada biaya yang diperlukan. Nilai bersih dikenal juga dengan harga

sekarang bersih, sehingga NPV menentukan nilai sekarang manfaat bersih dengan

mendiskontokan aliran dan biaya kembali padaa awal tahun dasar (Dixon dan

Maynard, 1991) . Rumus perhitungannya adalah :

NPV= ∑ 𝐵𝐵𝐵𝐵−𝐶𝐶𝐵𝐵(1+𝑟𝑟)𝐵𝐵

𝑛𝑛𝐵𝐵=1

atau

NPV= ∑ 𝐵𝐵𝐵𝐵(1+𝑟𝑟)𝐵𝐵

𝑛𝑛𝐵𝐵=1 -∑ 𝐶𝐶𝐵𝐵

(1+𝑟𝑟)𝐵𝐵𝑛𝑛𝐵𝐵=1

dengan :

NPV = nilai bersih sekarang

r = tingkat diskonto dan bunga

n = banyaknya tahun yang terlibat dalam jangka waktu ekonomi

Page 38: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

24

t = tahun yang bertalian dengan kegiatan, yang ditulis dalam bentuk

0,1,2,…,n

Bt = manfaat dalam tahun

Ct =biaya dalam tahun

Proyek akan layak untuk dilaksanakan jika nilai NPV≥0 artinya, nilai

manfaat yang diterima lebih besar dari biaya. Semakin besar NPV nya, maka

proyek semakin baik.

2 Rasio Manfaat-Biaya (B/C)

Rasio manfaat-biaya membandingkan manfaat yang didiskontokan dengan

biaya yang didiskontokan. Bila rasio B/C sama dengan 1, proyek akan

menghasilkan manfaat bersih sebesar nol sepanjang masa proyek, dan bila kurang

dari 1 maka proyek rugi dari perspektif ekonomi. (Dixon dan Maynard, 1991)

B/C = ∑ 𝐵𝐵𝐵𝐵

(1+𝑟𝑟)𝐵𝐵𝑛𝑛𝐵𝐵=1

∑ 𝐶𝐶𝐵𝐵(1+𝑟𝑟)𝐵𝐵

𝑛𝑛𝐵𝐵=1

dengan :

B/C = rasio manfaat-biaya

r = tingkat diskonto dan bunga

n = banyaknya tahun yang terlibat dalam jangka waktu ekonomi

t = tahun yang bertalian dengan kegiatan, yang ditulis dalam bentuk

0,1,2,…,n

Bt = manfaat dalam tahun

Ct =biaya dalam tahun

3 Internal Rate Return (IRR)

Tingkat hasil Intern (IRR) didefinisikan sebagai tingkat hasil investasi

yang menyamakan nilai sekarang manfaat dan biaya. Persamaan IRR ditunjukkan

dengan :

IRR= ∑ 𝐵𝐵𝐵𝐵+𝐶𝐶𝐵𝐵(1+𝑟𝑟)𝐵𝐵

𝑛𝑛𝐵𝐵=1 = 0

atau

IRR= ∑ 𝐵𝐵𝐵𝐵(1+𝑟𝑟)𝐵𝐵

𝑛𝑛𝐵𝐵=1 = ∑ 𝐶𝐶𝐵𝐵

(1+𝑟𝑟)𝐵𝐵𝑛𝑛𝐵𝐵=1

Page 39: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

25

dengan :

IRR = nilai bersih sekarang

r = tingkat diskonto dan bunga

n = banyaknya tahun yang terlibat dlam cakrawala waktu ekonomi

t = tahun yang bertalian dengan kegiatan, yang ditulis dalam bentuk

0,1,2,…,n

Bt = manfaat dalam tahun

Ct =biaya dalam tahun

IRR adalah tingkat diskonto yang menghasilkan nilai sekarang bersih

suatu proyek sama dengan nol. Apabila IRR yang dihitung 15 persen dan biaya

dana 10 % (IRR > r) maka proyek layak dijalankan, dan sebaliknya. IRR semata-

mata menemukan nilai r yang memenuhi persyaratan nilai bersih sekarang sama

dengan nol (Dixon dan Maynard, 1991).

4 Payback Period

Payback period adalah analisa yang digunakan untuk mengetahui kapan

investasi akan kembali. Karena pengelolaan dan pemanfaatan limbah melibatkan

biaya-biaya yang cukup besar khususnya pada biaya investasi, perlu dikaji

kapankah proyek pengelolaan dan pemanfaatan limbah tersebut akan memberikan

manfaat yang dapat mentupi semua biaya investasinya. Proyek yang memilki nilai

payback period yang kecil maka akan semakin cepat pengembaliannya. Rumus

perhitungannya adalah :

PP = 𝐼𝐼𝐴𝐴𝐴𝐴

dengan :

PP = Payback Period

I = Biaya Investasi

Ab = manfaat bersih yang diperoleh setiap tahunnya.

Page 40: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

26

5 Analisis Switching Value

Dalam melaksanakan proyek, sering terjadi hal-hal yang berada di luar

perkiraan, sehingga dapat mengancam keberlangsungan proyek. Hal-hal yang

dapat mempengaruhi jalannya suatu proyek adalah ketidak akuratan identifikasi

biaya-biaya, perkiraan yang terlalu jauh (over estimate), serta banyaknya asumsi

yang digunakan saat perencanaan proyek seperti jumlah output konstan, harga

tidak berubah, suku bunga konstan, dan lain sebagainya. Untuk mencegah

terjadinya kegagalan proyek akibat faktor-faktor tersebut, perlu menganalisis

tingkat switching value proyek. Metode yang paling sederhana dalam switching

value adalah mengganti salah satu nilai parameter dan membiarkan yang lainnya

tetap. Parameter-parameter yang diubah misalnya, kenaikan suku bunga, atau

kenaikan biaya produksi (Gittingger, 1986).

3.1.2 Cost of Effectiveness Analysis (CEA)

CEA pada dasarnya memiliki kemiripan dengan Analisis Biaya dan

Manfaat (ABM). CEA pada dasarnya digunakan untuk menilai program kesehatan,

yaitu mengevaluasi bagaimana manfaat yang diperoleh dari program klinis sesuai

dengan biaya-biayanya, sehingga dapat ditentukan pilihan program yang paling

efektif (Cantor dan Ganiats, 1999). Dalam metode ABM, manfaat dari pengolahan

dan pemanfaatan limbah diidentifikasi sehingga dapat diketahui total jumlah

manfaatnya. Manfaat yang diperolah baik secara finansial maupun non finansial

dinyatakan sebagai output. Sama halnya dengan perhitungan biaya. Biaya-biaya

dari pengolahan dan pemanfaatan limbah diidentifikasi untuk mengetahui berapa

jumlah total biaya. Dalam perhitungan dengan CEA, manfaat-manfaat yang

diperoleh akibat proyek tidak terkuantifikasi, sehingga pertimbangan dalam

pemilihan keputusan adalah total biaya terkecil dari biaya-biaya yang dikeluarkan

untuk proyek tersebut.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Dampak kerusakan sumberdaya dan lingkungan serta gangguan kesehatan

manusia yang diakibatkan oleh limbah khususnya B3 mengharuskan perlunya

penanganan limbah B3 sesuai dengan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan.

Namun pengelolaan masalah limbah masih sering diabaikan karena tingginya

Page 41: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

27

biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk mengolah limbah, sementara di sisi lain

biaya-biaya tersebut dapat digunakan untuk kegiatan lain yang menghasilkan

penerimaan (opportunity cost) yang terpaksa dikorbankan jika dialokasikan untuk

pengolahan limbah. Selain itu, biaya-biaya investasi yang dikeluarkan untuk

pengolahan dan pemanfaatan limbah cukup besar sementara resiko pengembalian

di masa depan tidak pasti. Padahal jika limbah ditangani secara tepat, maka akan

menguntungkan bagi perusahaan. Alasan inilah yang mendorong bertumbuhnya

industri penanganan limbah seperti B3. Pemikiran inilah yang memulai perlunya

dilakukan penelitian ini. Penelitian ini dilakukan di PT. X karena perusahaan ini

bergerak sebagi pengangkut dan pengolah limbah, yang artinya ada aliran manfaat

yang diperoleh akibat pengelolaan limbah yaitu satuan rupiah yang harus

dibayarkan oleh perusahaan penghasil limbah ke PT. X untuk menangani setiap

satuan ukuran limbahnya, serta aliran biaya berupa investasi dan operasional. Atas

pertimbangan biaya-biaya yang dikeluarkan ini, perlu dilakukan analisis biaya dan

manfaat untuk mengetahui pada saat kapan perusahaan menerima pengembalian

atas biaya yang dikeluarkan. PT. X juga memanfaaatkan limbah yang diperoleh

dari limbah perusahaan lain, sehingga memberikan nilai tambah ekonomis

perusahaan. Jika memang usaha pengelolaan ini layak dikembangkan, maka

keberadaan industri ini perlu didorong agar berkembang di Indonesia sehingga

dapat mengatasi permasalahan-permasalahan dalam pengelolaan B3.

Meskipun penanganan dan pemanfaatan limbah dapat memberikan

manfaat bagi perusahaan, masih banyak perusahaan yang tidak mengolah

limbahnya, sehingga membutuhkan pihak ketiga (dalam kasus ini adalah PT. X)

untuk mengolah limbahnya. Hal itu berarti ada manfaat yang seharusnya diterima

oleh perusahaan jika limbah dimanfaatkan kembali, namun menjadi hilang karena

ditangani oleh pihak ketiga. Berdasarkan pemikiran ini, perlu dilakukan penilaian-

penilaian terhadap alternatif-alternatif pengolahan dan pemanfaatan limbah,

sehingga dapat diketahui alternatif mana yang paling efektif bagi perusahaan-

perusahaan yang menghasilkan limbah. Secara grafis, alur pemikiran dalam

penelitian ditampilkan pada Lampiran 1.

Page 42: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

28

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Metode Pemilihan Lokasi Penelitian dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di PT. X yang berlokasi di Karawang, Provinsi

Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive),

dengan dasar pertimbangan bahwa perusahaan tersebut adalah perusahaan

pengumpul limbah B3 yang tidak hanya mengolah limbah namun juga

memanfaatkan limbah menjadi produk yang bernilai ekonomis. Selain itu

perusahaan berlokasi di tengah pusat kegiatan industri sehingga aktivitas

pengolahan limbah berlangsung secara kontinu karena sumber limbah yang

dikumpulkan berasal dari perusahaan-perusahaan yang berada di sekitar kawasan

industri dimana PT. X berada. Pengambilan data dimulai pada pertengahan

Desember 2013 hingga Maret 2014.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer

dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait

berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disiapkan, serta pengamatan langsung di

lapangan. Data sekunder diperoleh dari perusahaan seperti laporan harian dan

mingguan, tulisan-tulisan, dan literatur yang berkaitan dengan pengolahan limbah

B3, serta referensi penelitian-penelitian terdahulu yang dapat digunakan sebagai

rujukan.

4.3 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan dua cara yaitu secara

kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif diolah dan disajikan dalam bentuk table,

gambar, atau bentuk representatif lainnya, sedangkan data kualitatif dipaparkan

dalam bentuk uraian deskriptif guna mendukung data kuantitatif. Analisis

kualitatif digunakan untuk permasalahan bentuk-bentuk pengolahan dan

pemanfaatan limbah B3 oleh PT. X. Penjelasan deskriptif ini meliputi bentuk-

bentuk pengolahan serta data-data yang menyangkut hasil pengolahan limbah B3,

sedangkan analisa kuantitatif digunakan untuk menjawab permasalahan pertama

yaitu perhitungan analisis biaya dan manfaat pengolahan limbah B3. Untuk

permasalahan kedua atau analisis efektifitas pemilihan keputusan dalam

Page 43: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

29

pengelolaan limbah; apakah dengan pemanfaataan kembali oleh perusahaan

dibandingkan dengan menyerahkan ke perusahaan pengumpul dengan analisis

kualitatif yang didukung dengan analisa kuantitatif.

4.3.1 Analisis Biaya dan Manfaat Proyek Pengolahan dan Pemanfaatan Limbah Sebelum mengetahui biaya dan manfaat yang diperoleh dari kegiatan

pengolahan dan pemanfaatan limbah B3, perlu diketahui terlebih dahulu bentuk

dan deskripsi aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan sehingga dapat diketahui

input, pemrosesan, serta outputnya. Aktivitas yang perlu diketahui adalah

transportasi/ pengangkutan limbah, bentuk-bentuk pengolahan limbah, serta

keputusan akhir atas limbah, apakah diolah, diserahkan ke pihak yang memiliki

wewenang atau dimanfaatkan kembali. Identifikasi rangkaian aktivitas ini

dilakukan dengan analisis deskriptif (kualitatif).

Setelah mengetahui rangkaian aktivitas pengolahan limbah, maka dapat

diketahui komponen-komponen input yang dibutuhkan untuk memproses limbah.

Dari komponen-komponen input yang telah diidentifikasi, selanjutnya dapat

diketahui biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan akan input ini.

Selain dari komponen input, biaya juga diperoleh dari pengeluaran atas alat

maupun media yang digunakan dalam proses pengolahan. Komponen biaya dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Komponen biaya No Komponen Biaya Satuan 1 Biaya Investasi :

- Bangunan - Lahan - Alat transportasi - Alat/mesin

m2 m2 unit unit

2 Biaya Tetap : - Biaya Tenaga Kerja - Abodemen Listrik - Pajak - Cicilan Pinjaman per Periode - Biaya Maintanance

Rp/orang Rp/kwh Rp Rp/periode Rp/Periode

3 Biaya Variabel : - Bahan tambahan dalam mengolah limbah - BBM - Listrik - Air - Tenaga Kerja

Rp/unit Rp/ltr Rp/kwh Rp/kwh Rp/orang

Page 44: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

30

Setelah mengidentifikasi biaya-biaya yang dikeluarkan, maka langkah

selanjutnya adalah mengidentifikasi manfaat. Manfaat dapat diestimasi dari

penerimaan hasil penjualan output dan penjualan jasa yang diperoleh sebagai

akibat adanya pengolahan limbah.

Adapun asumsi yang digunakan dalam analisis biaya dan manfaat adalah

sebagai berikut :

1. Tahun dasar untuk menilai proyek adalah tahun 2014 karena penelitian

dilakukan pada tahun ini, sehingga biaya dan manfaat semenjak 2010

hingga 2013 akan di-compounding, dan biaya dan manfaat 2014 hingga

tahun 2028 akan di-discounting

2. Proyek diasumsikan selama 20 tahun, karena didasarkan pada ketahanan

plant dan incinerator

3. Sumber pendanaan berasal dari bank, sehingga suku bunga yang

digunakan adalah suku bunga bank BUMN pada tahun 2014 yaitu sebesar

10,5%

4. Penerimaan dari jumlah limbah yang masuk telah dirata-ratakan

berdasarkan kapasitas alat/mesin, sehingga diasumsikan nilainya konstan

setiap tahun

5. Biaya operasional juga telah dirata-ratakan sehingga diasumsikan nilainya

konstan setiap bulan/ setiap periode

6. Jumlah hari kerja adalah 26 hari

7. Upah tenaga kerja berdasarkan Upah Minimum Kabupaten (UMK)

Karawang yaitu sebesar Rp 2 447 450/orang

Jika komponen biaya dan manfaat telah dianalisis dan dihitung, maka

dapat diketahui bagaimana kelanjutan proyek, apakah layak atau tidak untuk tetap

dilanjutkan. Penentuan kriteria kelayakan adalah sebagai berikut :

• Jika NPV > 0, maka proyek layak karena memberikan pengembalian yang

positif

• Jika Net B/C > 1, maka proyek layak karena memberikan manfaat bersih

yang lebih besar dari pada biaya

• Jika IRR > suku bunga pinjaman, maka proyek layak dilanjutkan

Page 45: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

31

Hal yang perlu dianalisis selanjutnya adalah analisis switching value, yaitu

melihat bagaimana keberlangsungan kegiatan produksi jika terjadi perubahan-

perubahan di lingkungan perusahaan seperti jumlah limbah yang masuk.

4.3.2 Pengambilan Keputusan Alternatif-alternatif Pengolahan Limbah

Untuk mengambil keputusan pengolahan limbah maka perlu diciptakan

skenario keputusan pengolahan limbah, yaitu: apakah limbah B3 diolah dan

dimanfaatkan secara mandiri atau diserahkan ke pengumpul limbah/pihak ketiga.

Untuk melihat keputusan terbaik, maka perlu dianalisis baik manfaat maupun

biaya yang akan dihasilkan dari setiap alternatif. Hal yang perlu diperhatikan,

setiap alternatif memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing, sehigga

dengan analisis ini, diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan

keputusan pengolahan limbah. Pendekatan ini dilakukan dengan metode Cost

Effectiveness Analysis (CEA).

Untuk memudahkan penyusunan alternatif, perlu dibatasi jenis-jenis

limbah dan pengolahannya terlebih dahulu. Pengelompokan limbah dan bentuk

pengolahannya yang akan diteliti adalah :

1. Pengelolaan limbah abu batu bara (fly ash, bottom ash, sand foundry)

2. Pengolahan limbah kertas (sludge IPAL)

3. Pengolahan limbah solvent

4. Pemusnahan limbah medis dengan incinerator

Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi bentuk-bentuk pengelolaan

limbah tersebut, yang digambarkan pada Tabel 3

Tabel 3 Alternatif-alternatif pengelolaan limbah B3

No Jenis Limbah Alternatif Pengelolaan A Alternatif Pengelolan B 1 Limbah abu batu bara

(fly ash ) Diserahkan ke pihak ketiga ( ke PT. X)

dimanfaatkan kembali menjadi paving block

2 Limbah sludge IPAL kertas

Diserahkan ke pihak ketiga ( ke PT. X)

dimanfaatkan menjadi low grade paper

3. Limbah solvent

Diserahkan ke pihak ketiga ( ke PT. X)

Mengelola sendiri dengan investasi alat penjernih

4. Limbah medis Diserahkan ke pihak ketiga ( ke PT. X)

Mengelola sendiri dengan investasi incinerator

Page 46: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

32

Setelah identifikasi alternatif-alternatif pengelolaan limbah di atas, maka

perlu diidentifikasi biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk setiap proyek

(termasuk manfaat bagi limbah-limbah yang dapat dimanfaatkan kembali). Biaya-

biaya yang diidentifikasi disusun dalam matriks sehingga dapat dipilih proyek

yang paling efektif dari segi biaya. Matriks penilaian skenario pengelolaan

limbahnya digambarkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Matriks Perbandingan Alternatif-alternatif pengelolaan Limbah B3 dengan Cost Effectiveness Analysis

No Jenis Limbah Alternatif Pengelolaan A

Alternatif Pengelolaan B Keputusan

1 Pemanfaatan limbah abu batu bara (fly ash, bottom ash, sand foundry)

Biaya 1-A Biaya 1-B

2 Pemanfaatan limbah kertas Biaya 2-A Biaya 2-B 3. Pengolahan limbah solvent Biaya 3-A Biaya 3-B 4. Pemusnahan limbah medis

dengan incinerator Biaya 4-A Biaya 4-B

Apabila matriks skenario pengelolaan keempat jenis limbah telah disusun,

maka dapat diperoleh gambaran perbandingan biaya, sehingga dapat dilakukan

pengambilan keputusan pengelolaan limbah B3. Penentuan keputusan berdasarkan

biaya efektif adalah dengan rasio biaya yang dikeluarkan terhadap satuan limbah

yang ditangani. Rasio yang terkecil akan menjadi alternatif yang paling efektif.

Perhitungan rasio berdasarkan Boardman et al (2006) adalah sebagai berikut:

𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 =𝐶𝐶𝐶𝐶 − 𝐶𝐶𝐶𝐶Ei − Ej

dengan :

- C= biaya (cost)

- E= effectiveness (number of wastes handled)

Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bentuk pengelolaan limbah B3

tersebut adalah skenario yang ditawarkan dalam penelitian hanya berdasarkan

penilaian biaya yang paling efektif, sementara banyak faktor-faktor yang

mempengaruhi pengambilan keputusan pengelolaan limbah B3 tersebut. Selain itu,

setiap bentuk pengelolaan limbah memiliki kelemahan dan keunggulan masing-

masing, sehingga hasil penelitian efektivitas biaya ini hanya menjadi salah satu

alat pertimbangan dalam keputusan pengelolaan limbah B3.

Page 47: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

33

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum PT. X

PT. X berlokasi di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. PT. X memiliki dua

unit usaha yang terpisah, yaitu pemasaran atau kantor dan unit produksi. Unit

pemasaran menyangkut urusan pemasaran produk dan jasa sera urusan

administrasi. Unit produksi sendiri terdiri dari laboratorium untuk menunjang

kontrol proses pengolahan dan analisa limbah B3 dan tiga plant yaitu batako, low

grade paper, dan pabrik untuk pemusnahan dan pengolahan limbah B3.

PT. X berdiri berlokasi di kawasan industri sehingga menguntungkan baik

bagi PT. X maupun perusahaan-perusahaan pelanggan, karena bagi PT. X hal ini

menjadi pemasukan bagi PT. X, sedangkan bagi perusahaan-perusahaan

pelanggan, hal ini menghemat biaya transportasi karena dekat dengan PT. X. Unit

produksi tidak terlalu dekat dengan pemukiman penduduk, sehingga tidak

mengganggu masyarakat (akibat bau dan kebisingan pengolahan limbah).

PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengangkutan,

pengolahan, pemanfaatan, dan pemusnahan limbah, khususnya limbah bahan

berbahaya dan beracun (B3). PT. X berdiri sejak tahun 2008, dan telah memiliki

ijin resmi dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup untuk beroperasi,

termasuk pengangkutan, pengolahan dan pemanfaatan B3. PT. X berdiri untuk

membantu kalangan industri dan pemerintah dalam upaya mengelola lingkungan

yang lebih baik. Jasa yang disediakan meliputi :

1. Pengangkutan limbah B3.

2. Penyimpanan dan pengumpulan limbah B3.

3. Pemanfaatan limbah B3 padat.

4. Pengolahan limbah B3 cair.

5. Pengolahan limbah B3 cair dengan sistem distilasi.

6. Pemusnahan produk offspec atau kadaluarsa.

7. Pemusnahan limbah dengan sitem incinerator.

8. Pembersihan dan pengurasan IPAL dan tangki.

Page 48: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

34

Pada awalnya, PT. X hanya bergerak di bidang jasa pengangkutan limbah.

Kemudian setelah mendapat ijin resmi dari Kementerian Lingkungan Hidup pada

tahun 2011, PT. X telah mengolah dan memanfaatkan limbah dari perusahaan-

perusahaan pelanggan baik dari sekitar perusahaan di dalam provinsi maupun luar

provinsi. Selanjutnya pada tahun 2012, Kementerian Lingkungan Hidup telah

mengijinkan PT. X untuk mengoperasikan incinerator tipe reciprocating grate

state incinerator untuk menghancurkan/ membakar limbah-limbah B3. Limbah

yang diolah terdiri dari waste waster treatment sludge, paper sludge, paint sludge,

silica sludge, resin, spin earth, thinner bekas, grease, polimer bekas, minyak

kotor, oil sludge, oli bekas, coolant, slope oil, oil filter, buffing dust, scrap/

timming shaving, carbon active, saw dust terkontaminasi B3, majun yang

terkontaminasi B3, tinta bekas, limbah medis, contaminated material, solvent,

drilling mud, limbah karbit, dye waste, larutan bekas pickling, larutan bekas

elektroplating, limbah B3 cair dari laboratorium, contaminated liquid waste, dan

larutan asam/ alkali bekas. Sedangkan limbah yang dimanfaatkan meliputi fly

ash/bottom ash, casting/foundry, sludge dan limbah batako karbit menjadi paving

block/ batako, dan sludge IPAL industri kertas untuk bahan baku low grade paper.

Sedangkan limbah-limbah solvent diolah dengan sistem distilasi sampai jernih

untuk dimanfaatkan kembali.

Hingga saat ini, usaha PT. X berkembang hingga menerima layanan jasa

pengangkutan dan pengolahan limbah dari berbagai daerah hingga luar pulau jawa.

Dengan lebih dari 200 armada pengangkutan yang mendukung operasi usaha ini,

PT. X juga memperluas usahanya ke bidang jasa logistic dan ekspedisi.

5.2 Visi Misi PT. X

PT. X berdiri untuk membantu kalangan industri dan pemerintah dalam

upaya mengelola lingkungan yang lebih baik, khususnya di bidang pengolahan

limbah B3. PT. X berharap dapat memberikan sumbangsih yang terbaik buat

bangsa dan Negara Indonesia.Adapun visi dan misi PT. X adalah:

• Membuka lapangan pekerjaan dengan sistem padat karya.

• Memberikan bantuan untuk anak yatim dan memberikan beasiswa untuk

anak yang kurang mampu.

Page 49: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

35

• Mensukseskan program pemerintah yang melalui Kementerian

Lingkungan Hidup yaitu 3R (Reuse, Reduce dan Recycle)

5.3 Keragaan Pengelolaan Limbah B3 di PT. X

PT. X adalah perusahaan yang bergerak khusus di bidang pengolahan dan

pemanfaaatan limbah B3, sehingga penerimaan perusahaan hanya dari jasa

pengangkutan dan pengolahan limbah B3, serta penjualan produk dari

pemanfaatan limbah B3 yakni paving block dan low grade paper. Untuk

membatasi penelitian, bentuk pengolahan limbah yang diteliti adalah pengolahan

limbah dengan incinerator, pengolahan limbah solvent untuk dimanfaatkan

kembali, pemanfaatan limbah menjadi paving block, dan pemanfaatan sludge

limbah kertas menjadi low grade paper.

5.3.1 Pengolahan Limbah dengan Incinerator

Incinerator adalah alat yang digunakan untuk membakar limbah-limbah

seperti limbah B3 padat maupun cair, termasuk limbah medis/rumah sakit,

rejected product material, maupun barang kadaluarsa. Limbah-limbah yang telah

diangkut dicampur dengan memperhatikan sifat dan karakteristik limbah,

sehingga tidak menimbulkan sifat kimia maupun sifat fisika yang berbahaya.

Berbeda dengan limbah medis/klinis, tidak boleh dicampur dengan limbah B3

lainnya. Setelah pencampuran, limbah diumpan ke incinerator melalui chamber

(ruang bakar) pertama melalui pintu feeding double gate. Pengumpulan limbah

awal ke ruang bakar setelah pproses pemanasan incinerator pada ruang bakar

pertama mencapai temeratu paling rendah 700°C, dan pada ruang bakar kedua

maksimal 1.100°C. Selama pengoperasian incinerator, pengendali pencemaran

harus diaktifkan yakni penyaring, sehingga asap hasil pembakaran yang dilepas ke

udara tidak mengandung bahan berbahaya dan beracun. Setelah proses

pembakaran, sisa abu bakar atau residu pembakaran disimpan (dalam waktu

kurang dari 24 jam, lalu diserahkan ke perusahaan yang telah mendapat izin untuk

menangani abu hasil pembakaran. Adapun jenis limbah yang dibakar dengan

incinerator oleh PT. X dijelaskan pada Tabel 5.

Page 50: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

36

Tabel 5 Jenis-jenis limbah yang diolah oleh PT. X

No. Jenis Limbah Karakteristik Umum Keterangan

1. WWT Sludge Toksik atau non toksik

Penimbunan abu sisa pembakaran, sebagai bahan bakar alternatif

2. Paper Sludge Toksik Penimbunan abu sisa pembakaran, sebagai bahan bakar alternatif

3. Paint Sludge Toksik Penimbunan abu sisa pembakaran, sebagai bahan bakar alternatif

4. Silica Gel Iritasi Penimbunan abu sisa pembakaran 5. Resin Toksik Penimbunan abu sisa pembakaran 6. Spent Earth Toksik atau

non toksik Penimbunan abu sisa pembakaran

7. Thinner bekas Mudah terbakar

Sebagai bahan bakar alternatif

8. Grease Toksik 9. Polymer bekas Toksik Tidak boleh mengandung korin

(contoh PVC) 10. Minyak kotor Toksik Sebagai bahan bakar alternatif 11. Oil sludge Toksik Sebagai bahan bakar alternatif 12. Oli bekas Toksik Sebagai bahan bakar alternatif 13. Coolant Iritasi 14. Slope Oil Toksik Sebagai bahan bakar alternatif 15. Oil Filter Toksik Penimbunan abu sisa pembakaran 16. Buffing Dust Toksik Penimbunan abu sisa pembakaran 17. Scrap/Trimming shaving Toksik Penimbunan abu sisa pembakaran 18. Carbon active Toksik Penimbunan abu sisa pembakaran 19. Saw dust terkontaminasi B3 Toksik Sebagai bahan bakar alternatif 20. Majun terkontaminasi B3 Toksik 21. Tinta bekas Toksik 22. Kemasan bekas Toksik Penimbunan abu sisa pembakaran 23. Limbah Medis Penyebab

infeksi Penimbunan abu sisa pembakaran

24. Contaminated material Toksik Penimbunan abu sisa pembakaran 25. Solvent Mudah

terbakar, toksik

Sebagai bahan bakar alternatif

26. Drilling Mud Toksik Penimbunan abu sisa pembakaran Sumber : PT. X (2014)

5.3.2 Pengolahan Limbah Solvent untuk Dimanfaatkan Kembali

Solvent pada umumnya digunakan sebagai bahan pelarut. Limbah solvent

pada umumnya berasal dari kegiatan percetakan. Limbah ini dapat digunakan

kembali setelah melalui proses penjernihan. PT. X menyediakan mesin penjernih

solvent di pabrik, yaitu solvent recovery machine (ETA-RS 10, kapasitas 25

L/jam). Suhu destilasi diatur sesuai titik uap solvent yaitu ±710C. Setelah solvent

dijernihkan, maka solvent ditampung pada wadah penampung seperti jerigen.

Page 51: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

37

Jika para pelanggan hendak mengolah solvent, maka solvent harus di

bawa ke pabrik dan kemudian diolah sendiri oleh pelanggan tetapi didampingi

oleh pengawas. Jadi PT. X hanya memperoleh penerimaan dari penyewaan alat.

Sisa hasil penjernihan solvent kemudian ditampung dalam drum untuk diserahkan

ke pihak ketiga yang telah memiliki izin.

5.3.3 Pemanfaatan Limbah Menjadi Paving Block

Batu bara adalah salah satu bahan bakar yang banyak digunakan oleh

industri saat ini, terutama setelah kenaikan bahan bakar minyak di Indonesia.

Peningkatan penggunaan batu bara ini berakibat pada peningkatan limbah batu

bara yang berupa fly ash/ bottom ash dan sands foundry. Kementerian Lingkungan

Hidup (KLH) dalam Safitri dan Djumari 2009 menyebutkan bahwa dari

pembakaran satu ton batu bara akan menghasilkan 15-17% abu batu bara (fly ash).

Semakin banyak limbah yang dihasilkan, maka akan semakin banyak lahan yang

dibutuhkan untuk penampungan sementara. Hal ini berimplikasi perlunya

penanganan pada limbah batu bara, yang salah satunya adalah pilihan

pemanfaatan limbah menjadi bahan baku pembuatan paving block.

Penggunaan limbah batu bara sebagai bahan baku pembuatan

batako/paving block telah diteliti dan dikembangkan belakangan ini. Penelitian

mengenai pengaruh komposisi fly ash terhadap daya kuat tekan paving block di

tunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4 Hubungan antara penambahan fly ash terhadap kuat tekan paving block (Safitri dan Djumari, 2009)

Page 52: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

38

Penelitian oleh Safitri dan Djumari (2009) mengenai penambahan fly ash

sebanyak 10%, 20%, 30% akan meningkatkan kuat tekan paving block, dan mulai

menurun pada tingkat 40%, 50%, hingga 60%. PT. X memanfaatkan limbah-

limbah hasil pembakaran dengan batu bara seprti fly ash/ bottom ash dan sands

foundry untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan batu bara. Untuk PT. X

sendiri, penggunaan fly ash/bottom ash dalam komposisi paving block sebanyak

35%, dan sisanya terdiri dari altras, semen, sand foundry, dan limbah karbit, yang

ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6 Komposisi penggunaan limbah untuk paving block

No Bahan Komposisi 1 Altras 25% 2 Semen 5% 3 Fly ash/bottom ash 35% 4 Sand foundry 15% 5 Limbah Karbit 20%

Sumber : PT. X (2014)

Bahan-bahan diatas dicampur dengan air dalam mesin mixer, dan setelah

merata, selanjutnya dicetak dengan mesin press menjadi paving block.

Pemanfaatan limbah menjadi paving block ini menjadikan penerimaan ganda bagi

perusahaan, yaitu bayaran atas penanganan limbah batu bara dari pelanggan, serta

penjualan produk batako yang pada umumnya dijual pada pada pengembang.

5.3.4 Pemanfaatan Limbah Menjadi Low Grade Paper

Dalam pengolahan kertas, dihasilkan limbah hasil produksi yang

tercampur dengan senyawa kimia sehingga tidak dapat dilepas begitu saja ke

lingkungan. Limbah cair hasil dari pengolahan kertas dan pulp ini harus disaring

agar airnya dapat dibuang ataupun digunakan kembali, sedangkan endapan hasil

penyaringan yang berupa sludge dipisahkan dari larutannya. Perlakuan pada

sludge ini pada umumnya adalah dengan dibuang pada landfill atau dibakar

dengan incinerator. Limbah sludge juga sudah diteliti agar dapat dimanfaatkan.

Pemanfaatan sludge dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk kompos karena

mengandung unsur hara makro dan mikro, sebagai media tanam, atau sebagai

bahan baku pembuatan kertas dengan kualitas rendah. Pemanfaatan sludge untuk

pembuatan kertas dengan kualitas rendah (low grade paper) ini lah yang

Page 53: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

39

dilakukan oleh PT. X untuk dengan campuran scrap shaving dan trimming

shaving (bubuk kulit) serta karbit untuk diolah menjadi low grade paper.

Komposisi bahan baku untuk pembuatan low grade paper ditunjukkan pada

Tabel 7.

Tabel 7 Komposisi bahan baku untuk pembuatan low grade paper No. Bahan Baku Komposisi Karakteristik Umum 1 Paper sludge dan kemasan

(kertas/karton) bekas 70% +5% sludge dari pabrik

kertas 2 Scrap shaving dan trimming

shaving 2.5% + 2.5% Beberapa bubuk kulit

3 Karbit 20% Dalam bentuk lumpur karbit

Sumber : PT.X (2014)

Bahan-bahan tersebut dicampur terlebih dahulu dan diaduk (mixing)

sampai berbentuk bubur kertas. Bubur kertas kemudian dipompa ke dalam mesin

pencetak kertas, dan setelah lembaran kertas terbentuk, kertas dipotong-potong

dengan ukuran tertentu, dikeringkan dan dipress, dan siap untuk dijual. Low grade

paper biasanya dijual untuk pabrik sepatu untuk digunakan sebagai sol.

Page 54: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

40

VI. KELAYAKAN PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH B3 PT. X

Pelaksanaan proyek tidak hanya menyangkut biaya-biaya, tapi juga aspek-

aspek lain yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang

diperoleh dari penanaman investasi. Seluruh aspek-aspek ini saling berhubungan.

Penilaian kelayakan usaha pengolahan dan pemanfaataan limbah B3 dilakukan

dengan penilaian-penilaian pada aspek pasar, teknis, hukum, sosial-lingkungan,

dan aspek finansial (melalui analisis biaya dan manfaat).

6.1 Aspek Pasar

Dari sudut pandang output, analisa pasar untuk hasil proyek adalah sangat

penting untuk meyakinkan bahwa terdapat suatu permintaan yang efektif pada

suatu harga yang menguntungkan, termasuk kemana produk akan dipasarkan, dan

tingkat harga dan pengaruhnya (Gittingger, 1986). Untuk penilaian aspek pasar

pengelolaan limbah B3 oleh PT.X ini dibagi menjadi dua yakni jasa pengelolaan

limbah dan pemasaran produk hasil pemanfaatan B3.

6.1.1 Jasa Pengelolaan Limbah

Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan pertumbuhan

industri di Indonesia menyebabkan meningkatnya jumlah limbah yang dihasilkan.

Limbah-limbah industri pada umumnya merupakan limbah yang berbahaya dan

beracun sehingga harus dikelola sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Selain itu, pengawasan dari pemerintah yang semakin ketat terhadap aktivitas

industri—seperti misalnya PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja

Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup)—mengakibatkan

meningkatnya upaya kesadaran masyarakat industri dalam pengelolaan

lingkungan khususnya mengenai limbah. Masalah pengelolaan limbah juga

terkendala pada biaya-biaya yang harus dikeluarkan dalam pengelolaan limbah

maupun kemampuan teknis sumberdaya manusia, sehingga penanganan B3 ini

menjadi sering ditunda sehingga menyebabkan masalah-masalah pencemaran dan

kerusakan lingkungan, serta kerugian pada masyarakat sekitar pelaku usaha.

Page 55: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

41

Faktor-faktor yang telah dibahas di atas mendorong bertumbuhnya

industri dengan basis jasa pengelolaan limbah. Selain untuk membantu

pemerintah dan pelaku usaha untuk menjaga kelestarian lingkungan, jasa

pengelolaan limbah ini juga menjadi bisnis yang berpeluang besar untuk

dijalankan. Kehadiran industri dengan jasa khusus pengelolaan limbah B3 ini

pertama kali ditandai dengan lahirnya PT.PPLI (Prasadha Pamunah Limbah

Indonesia) pada 1993, yang kini mengubah pandangan bahwa limbah yang

tadinya dianggap tidak berguna justru menjadi prospek bisnis yang menjanjikan. 8

8 Kementerian Lingkungan Hidup. 2007.Hanya Limbah..?? Bulletin Pengelolaan B3 dan Limbah B3 Edisi III/IV/2007. Diterbitkan oleh Kementerian Lingkungan hidup

6.1.1.1 Struktur Pasar Jasa Pengelolaan Limbah B3

Permintaan untuk jasa pengelolaan limbah ini sangat besar mengingat

masih banyak perusahaan yang belum mampu mengelola limbahnya sendiri.

Permintaan akan jasa ini juga akan meningkat seiring dengan peningkatan

aktivitas industri di tahun-tahun mendatang. Selama aktivitas industri masih

berlangsung, maka produksi limbah B3 pun tidak akan pernah berhenti sehingga

permintaan untuk jasa ini akan tetap ada dan bahkan akan mengalami peningkatan

jika memang pertumbuhan industri didorong sebagai respon dari Master Plan

Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3I). Dan jika pengawasan

pemerintah terhadap aktivitas industri semakin ditingkatkan, maka usaha ini

secara tidak langsung akan semakin menguntungkan.

Sementara untuk sisi supply, jumlah industri pengelola limbah B3 masih

sedikit dan terpusat hanya di beberapa daerah di Indonesia. Jika dilihat dari

struktur pasarnya, maka industri pengelolaan jasa B3 ini tergolong dalam pasar

monopolistik. Ciri-ciri struktur pasar monopolistik adalah produk yang dijual

bersifat unik/terdiferensiasi (Nicholson, 2002). Jasa pengelolaan limbah B3 ini

bersifat unik karena yang ditawarkan adalah hanya jasa pengelolaan B3 yang

berbeda dengan yang ditawarkan perusahaaan pengelola B3 lainnya. Selain itu,

jasa pelayanan bergantung pada jenis limbah B3 nya. Hal ini memungkinkan

perusahaan untuk menetapkan harga (price maker), yang memungkinkan

perusahaan memperoleh keuntungan dari aktivitas usaha pengelolaan B3 ini.

Page 56: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

42

Kondisi supply/struktur pasar industri seperti ini menjadikan besarnya

peluang dikembangkannya usaha ini, terlebih karena permintaan datang dari

seluruh penjuru Indonesia bahkan dari luar negeri (hanya saja tidak diperbolehkan

sesuai UU No.32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup). Peluang-peluang inilah yang dilihat dan dimanfaatkan oleh PT. X untuk

bergerak dalam bidang pengelolaan limbah B3.

6.1.1.2 Penetapan Harga Jasa Pengelolaan Limbah B3

Karena sifat produk (jasa) yang ditawarkan oleh industri pengelolaan B3

ini bersifat unik dan jumlah pemainnya sedikit, maka harga yang harus dibayar

oleh pelanggan untuk penanganan B3 ini dapat ditentukan sendiri oleh produsen

agar dapat memperoleh keuntungan yang diharapkan. Karakteristik B3 yang

sifatnya tidak dapat ditunda penanganannya mencirikan sifat permintaan nya yang

inelastis (nilai elastisitas kurang dari 1). Sifat barang yang inelastis adalah ketika

terjadi perubahan harga produk, maka kuantitas permintaannya akan berubah

tidak sebanyak perubahan harga. (Mankiw, 2001). Dengan demikian, meskipun

produsen mengambil keputusan untuk menetapkan/mengubah harga jasa

pengelolaan B3 ini, namun permintaannya tidak sebanyak perubahan harga. Hal

ini menjadi keuntungan bagi perusahaan, karena dengan demikian, pengelola

dapat menetapka harga yang diharapkan mampu memberikan keuntungan.

Adapun harga yang ditetapkan untuk penyimpanan limbah fly ash adalah

Rp.200/kg, limbah sludge IPAL kertas sebesar Rp. 600/kg, limbah solvent sebesar

1500/kg, dan limbah yang akan dimusnahkan dengan incinerator sebesar Rp. 1700

untuk setiap kilogram limbah padat dan Rp. 1500 untuk setiap kilogram limbah

cair.

Ada beberapa hal yang turut mendorong berkembangnya usaha PT. X ini.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, jumlah industri pengelolaah limbah B3

di Indonesia masih sedikit. Semenjak dikeluarkannya izin resmi oleh Kementerian

Lingkungan Hidup, permintaan pada jasa PT. X meningkat dari tahun ke tahun,

karena izin yang dikeluarkan akan meningkatkan kepercayaan pelanggan untuk

memastikan limbah B3 yang diserahkan ke PT. X ditangani dengan baik. Faktor

lokasi juga mendukung berjalannya aktivitas ini. Keberadaannya di Kabupaten

Karawang yang merupakan salah satu sentra industri di Indonesia menjadikan

Page 57: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

43

permintaan yang cukup besar dan akses yang lebih gampang (meskipun

permintaannya tak hanya dari dalam kabupaten tetapi juga bahkan dari luar pulau).

Jasa yang ditawarkan oleh PT. X pun tak hanya untuk mengolah, tetapi juga

mengangkut dan memanfaatkan limbah, sehingga pelanggan dapat memilih

bentuk penanganan yang sesuai untuk jenis dan karakteristik limbah, ditambah

fasilitas pengangkutan jika pelanggan terkendala pada alat transportasi. Jika

bisnis ini dikembangkan dengan skala yang lebih besar maka akan

menguntungkan pebisnis. Berdasarkan aspek pasar, jasa pengelolaan limbah B3

ini layak untuk dijalankan.

6.1.2 Penjualan Poduk Hasil Pemanfaatan Limbah

Selain menyediakan jasa pengolahan limbah B3, PT. X juga memanfaatan

limbah untuk menghasilkan produk yaitu paving block dan low grade paper.

paving block pada umumnya dijual kepada pengembang dengan harga distributor,

yaitu Rp 1500/pcs. Peluang pasar paving block cukup besar karena pembangunan

di sektor properti di Indonesia khususnya di kota-kota besar cenderung meningkat.

Berdasarkan keterangan dari PT. X, setiap hari PT. X mencetak sekitar 3000 pcs

untuk setiap mesin dalam memenuhi permintaan, dan hasil yang diperoleh hanya

dalam waktu 3 tahun dapat digunakan untuk investasi alat transportasi yang

semakin memudahkan proses pemasaran. Pemasaran yang dilakukan oleh PT. X

adalah dengan pemasangan iklan baik dengan promosi ke pelanggan jasa

pengelolaan limbah dan pengembang maupun secara online. Izin resmi yang

dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup atas pemanfaatan limbah untuk

menjadi paving block ini juga meningkatkan permintaan dan kepercayaan pada

kualitas produk meskipun berbahan dasar limbah. Penjualan low grade paper

juga merupakan andalan PT. X, karena permintaan low grade paper ini cukup

tinggi khususnya oleh industri-industri pembuatan sepatu. Produksi low grade

paper mencapai 6 ton kertas per hari per mesin dengan harga sebesar Rp 1000/kg.

Untuk pemasaran, PT. X juga melakukan hal yang sama dengan pemasaran

paving block.

Penjualan produk baik low grade paper maupun paving block selain

didukung oleh harga yang relatif murah dan promosi pemasaran, juga didukung

oleh lokasi perusahaan yang strategis dan kemudahan akses. Selain itu, PT. X juga

Page 58: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

44

menyediakan jasa pengangkutan produk jika pelanggan menginginkannya,

sehingga mendorong penjualan produk. Berdasarkan aspek pasar yang meliputi

harga produk dan permintaan pasar, penjualan produk low grade paper maupun

paving block layak untuk dijalankan.

6.2 Aspek Teknis

Aspek teknis berhubungan dengan input-output proyek; bagaimana secara

teknis mengubah input-input menjadi output, sehingga dapat diidentifikasi

alat/fasilitas yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan. Selain itu,

pertimbangan/penilaian lokasi dimana proyek akan didirikan juga menjadi penting,

karena lokasi mempengaruhi akses, baik akses terhadap penyediaan input maupun

pemasaran output.

6.2.1 Lokasi Usaha

Lokasi usaha PT. X dibagi menjadi dua yaitu unit pemasaran (kantor) dan

unit produksi (plant). Kantor terletak cukup dekat dengan kota Karawang

sehingga dapat dijangkau dengan mudah dan memudahkan kegiatan pemasaran.

Kantor yang digunakan untuk pemasaran adalah bangunan yang disewa setiap

tahunnya. Plant sendiri berlokasi cukup jauh dari kantor, karena plant merupakan

pusat kegiatan pengolahan dan pemanfaatan limbah, sehingga diusahakan sejauh

mungkin dengan aktivitas masyarakat.

Plant merupakan gabungan dari tiga bagian produksi yang terpisah, yaitu

untuk pengolahan limbah (incinerator dan penjernihan solvent), batako 1

(pemanfaatan abu batu bara sebagai bahan baku pembuatan paving block) dan

batako 2 (pemanfaatan sludge sebagai bahan baku low grade paper), Berdasarkan

tinjauan ke lapangan, plant telah memenuhi syarat untuk menyimpan bahan

berbahaya dan beracun sesuai panduan penyimpanan B3 yang diterbitkan oleh

Kementerian Lingkungan Hidup. Meskipun jauh dari lingkungan masyarakat,

akses ke plant cukup mudah dan lancar sehingga mempermudah aktivitas

pengangkutan limbah ke PT. X, pembelian produk, maupun jika sewaktu-waktu

terjadi keadaan darurat. Plant berada di tepi jalan dan sungai, dan untuk

melindungi plant dari luapan air sungai, didirikan tembok yang mengelilingi plant

yang juga berfungsi untuk menghindari kontaminasi B3 yang disimpan di dalam

Page 59: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

45

dengan lingkungan sekitatr ketika terjadi banjir atau kebakaran. Tempat

penyimpanan B3 berada pada lahan bebas, atau tidak ada bangunan lain yang

berada di sekitar plant sehingga tidak menyebabkan efek domino jika terjadi

kebakaran, gempa, ataupun longsor. Tempat B3 berada di bagian terluar dari

keseluruhan plant sehingga akses untuk menjangkau bagian ini tidak sulit.

Pembangunan plant juga mempertimbangkan faktor pencahayaan dan aliran udara

di dalam plant. Pada umumnya, keseluruhan plant memiliki atap yang melindungi

dari hujan, tetapi untuk pencahayaan, bagian pengelolaan limbah memiliki celah

pencahayaan yang lebih sedikit dibandingkan dengan Batako 1 dan Batako 2,

karena bagian ini merupakan tempat penyimpanan limbah B3 baik yang cair

maupun padat. Batako 1 memiliki aliran udara dan cahaya yang cukup luas,

karena fly ash yang masuk ke Batako 1 pada umumnya bersifat panas karena

merupakan sisa dari pembakaran. Faktor-faktor lain yang juga turut diperhatikan

dalam pembangunan plant adalah pintu darurat (terbuat dari baja), lantai yang

kedap air (kecuali Batako 1 tidak memiliki lantai), perlindungan petir, kelistrikan,

rambu dan penandaan, serta sistem kesiagaan dan tanggap darurat. Untuk ukuran

plant, dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Investasi lahan PT. X

No. Bahan Baku yang Disimpan Kapasitas/Luas 1 Sludge kertas untuk mesin kertas (Batako 2) 620 m2 2 Fly Ash/ Bottom ash/ Sands Foundry untuk

pembuatan Paving block (Batako 1) 472 m2

3 Oil sludge (pengelolaan) 828 m2 4. Limbah B3 campuran (pengelolaan) 360 m2 5. Limbah B3 beracun (pengelolaan) 217 m2 6. Limbah B3 cair (pengelolaan) 474 m3 7. Limbah B3 cair untuk Waste Waster Treatment

(pengelolaan) 288 m2

Sumber : PT. X (2014)

6.2.2 Pengolahan Limbah B3

Bentuk pengolahan limbah B3 yang disediakan oleh PT. X sebenarnya ada

tiga, yakni pemusnahan limbah dengan incinerator, pengolahan limbah B3 cair

dengan WWTP (IPAL), dan pengolahan limbah B3 cair dengan cara destilasi

(pengolahan limbah solvent), namun yang menjadi ruang lingkup penelitian ini

adalah pengolahan limbah dengan cara incinerator dan destilasi.

Page 60: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

46

Penggunaan incinerator untuk memusnahkan berbagai macam limbah B3

mengikuti kaidah yang telah ditetapkan. Pada umumnya, jenis limbah yang

dimusnahkan adalah waste waster treatment sludge, paper sludge, paint sludge,

silica sludge, resin, spin earth, thinner bekas, grease, polimer bekas, minyak

kotor, oil sludge, oli bekas, coolant, slope oil, oil filter, buffing dust, scrap/

timming shaving, carbon active, saw dust terkontaminasi B3, majun yang

terkontaminasi B3, tinta bekas, limbah medis, contaminated material, solvent,

drilling mud, limbah karbit, dye waste, larutan bekas pickling, larutan bekas

elektroplating, limbah B3 cair dari laboratorium, contaminated liquid waste, dan

larutan asam/ alkali bekas. Limbah-limbah ini dipisah berdasarkan

karakteristiknya yakni berdasarkan sifat dan karakteristik limbah, sehingga tidak

menimbulkan sifat kimia maupun sifat fisika yang berbahaya, tetapi limbah-

limbah yang dapat dicampur proses pembakarannya seperti kemasan produk,

produk yang telah kadaluarsa, atau produk gagal (rejected product), dapat dibakar

bersam-sama. Sedangkan untuk limbah medis/klinis tidak boleh dicampur dengan

limbah B3 lainnya.

Setelah limbah-limbah dipisahkan, limbah-limbah tersebut kemudian di

masukkan ke dalam incinerator melalui chamber (ruang bakar) pertama melalui

pintu feeding double gate. Pengumpulan limbah awal ke ruang bakar setelah

pproses pemanasan incinerator pada ruang bakar pertama mencapai temperatur

paling rendah 700°C, dan pada ruang bakar kedua maksimal 1.100°C. Selama

proses pembakaran, pengendali pencemaran harus diaktifkan, sehingga asap dari

sisa pembakaran adalah asap yang dapat dilepas ke udara. Dan karena tidak ada

sistem yang 100% efisien, maka proses pembakaran ini pun menghasilkan sisaan

berupa abu, yang harus ditangani secara khusus karena karakteristiknya yang

berbahaya. Abu sisa pembakaran ini disimpan pada wadah sebelum akhirnya di

serahkan ke pihak ke tiga yang memiliki kapasitas dalam penanganan abu ini

dalam waktu tidak lebih dari 24 jam.

Solvent adalah larutan yang digunakan sebagai pelarut, yang umumnya

digunakan untuk tinta (dalam industri percetakan). Karena solvent dapat

digunakan berkali-kali maka solvent dapat di-recycle dengan sistem destilasi,

sehingga diperoleh solvent yang jernih dan dapat digunakan kembali. Untuk me-

Page 61: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

47

recycle sovent dibutuhkan alat yang disebut dengan mesin penjernih solvent.

Ketika perusahaan pelanggan ingin mengolah solvent, tenaga kerjanya haruslah

dari perusahaan pelanggan sendiri, sehingga PT. X hanya menyediakan tenaga

pengawas saja. Solvent yang sudah selesai dijernihkan dimasukkan ke dalam

jerigen/wadah yang juga disediakan oleh pelanggan sendiri, sedangkan abu sisa

penjernihan yang telah dipisahkan diperlakukan sama seperti abu sisa pembakaran,

yakni diserahkan ke pihak ketiga.

Untuk mendukung kegiatan pengolahan limbah-limbah tersebut, alat-alat

yang dibutuhkan dijelaskan pada Tabel 9.

Tabel 9 Investasi Pengolahan Limbah B3 PT. X

No. Nama/Tipe Spesifikasi Umur Teknis Jumlah 1 Incinerator Reciprocating Grate State

Incinerator kapasitas limbah padat 300 kg/jam dan limbah cair 100 liter/jam

10 tahun 1 unit

2 Mesin Penjernih Solvent

solvent recovery machine (ETA-RS 10, kapasitas 25L/jam)

8 tahun 1 unit

Sumber : PT. X (2014)

6.2.3 Pemanfaatan B3

Limbah yang diterima oleh PT. X dapat dimanfaatkan menjadi produk,

sehingga menjadi nilai tambah bagi perusahaan. Limbah-limbah hasil pembakaran

dengan menggunakan batu bara sebagai bahan bakar berupa fly ash, bottom ash,

dan sands foundry dimanfaatkan oleh PT. X menjadi paving block. Saat limbah ini

diterima dari perusahaan pelanggan, limbah ditempatkan pada sejumlah luas

ruang lahan secara terpisah. Kemudian limbah-limbah tersebut dicampur dengan

menggunakan mesin pengaduk (mixer) bersama-sama dengan altras dan semen.

Setelah pencampuran, adonan kemudian dimasukkan ke dalam mesin cetak batako

(mesin press) yang memiliki kapasitas pencetakan 3000-4000 pcs setiap produksi

nya. Setelah paving block dicetak, paving block kemudian dijemur di bawah sinar

matahari, dan jika sudah kering paving block siap dipasarkan. Jika ternyata ada

paving block yang rusak atau gagal dalam proses pembuatannya, paving block

dihancurkan dengan crusher agar dapat digunakan kembali sebagai bahan

campuran baru.

Page 62: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

48

Untuk mengawasi proses produksi ini, dibutuhkan dua orang mekanik

yang bertugas untuk mengawas dan mengambil keputusan-keputusan produksi,

sedangkan untuk pengerjaan paving block dibutuhkan tiga sampai empat orang

tenaga kerja yang dibayar dengan sistem borongan. Untuk mendukung proses

pemanfaatan limbah menjadi paving block, PT. X juga mengeluarkan biaya-biaya

investasi untuk pembelian peralatan seperti pada Tabel 10.

Tabel 10 Investasi alat pemanfaatan limbah batu bara (fly ash) menjadi paving block PT. X

No. Nama/Tipe Umur Teknis Jumlah 1 Mesin press batako 5 tahun 5 unit 2 Crusher 5 tahun 1 unit 3 Mixer 5 tahun 1 unit

Sumber PT. X (2014)

Pemanfaatan limbah sludge menjadi low grade paper dijelaskan sebagai

berikut Limbah-limbah yang dibutuhkan untuk pembuatan low grade paper ini

disimpan pada sejumlah ruang setelah limbah diangkuat dari perusahaan-

perusahaan pelanggan. Kemudian limbah-limbah tersebut seperti sludge, scrap

shaving, trimming shaving, dan karbit dicampur pada bak-bak pencampuran atau

yang disebut dengan kempu sampai berbentuk bubur kertas dan diaduk dengan

mesin pembuburan. Bubur kertas kemudian dipompa ke dalam mesin pencetak

kertas, dan setelah lembaran kertas terbentuk, kertas dipotong-potong dengan

ukuran tertentu, dikeringkan dan dipress, dan siap untuk dijual. Low grade paper

biasanya dijual untuk pabrik sepatu untuk digunakan sebagai sol. Peralatan yang

dibutuhkan untuk pembuatan low grade paper dijelaskan pada Tabel 11.

Tabel 11 Investasi alat pemanfaatan limbah sludge IPAL kertas menjadi low grade paper PT.X

No. Nama/Tipe Umur Teknis (tahun)

Jumlah (unit)

1 Bak Pembuburan (kempu) 1 4 2 Mesin cetak kertas 8 14

Sumber: PT. X (2014)

Page 63: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

49

6.3 Aspek Hukum

Penilaian kelayakan aktivitas pengangkutan, pengolahan, dan pemanfaatan

limbah B3 perlu dinilai dari aspek hukum, karena hal ini bukanlah bidang yang

mudah untuk dijalankan terutama karena karakteristiknya. Aktivitas perlakuan

pada limbah harus sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan agar tidak

merugikan baik masyarakat luar, lingkungan, atau bahkan perusahaan itu

tersendiri. PT. X tidak dapat beroperasi jika tidak mendapat ijin resmi dari

Kementerian Lingkungan Hidup dan untuk mendapatkan ijin, maka segala

aktivitas yang dilakukan harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Perizinan untuk kegiatan pengolahan dan pemanfaaatan B3 dijelaskan pada

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.18 Tahun 2009 tentang Tata

Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Untuk

pembangunan gedung/bangunan tempat penyimpanan bahan berbahaya dan

beracun di PT. X sejalan dengan yang diatur dalam UU No.28 tahun 2002 tentang

bangunan gedung seperti jarak plant yang sejauh mungkin dengan aktivitas

manusia, berada pada daerah bebas banjir sehingga mencegah terjadinya

bercampurnya B3 dengan air dan terbawa keluar lingkungan. PT. X memang

dekat dengan badan air tetapi memiliki perlindungan yang memadai. Selain itu,

PT. X juga memenuhi syarat akses yang dapat dijangkau dengan mudah jika

terjadi keadaan darurat seperti kemudahan pemadaman kebakaran, ambulans, atau

keadaan tanggap darurat. Untuk pengangkutan limbah, telah ditetapkan bahwa

limbah B3 hanya dapat diangkut oleh badan yang telah disetujui oleh Kementerian

Perhubungan yang direkomendasikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup

sehingga PT. X telah memenuhi persyaratan tersebut.

Untuk kegiatan pengolahan limbah B3, sebelum diangkut limbah harus

dipisahkan untuk mencegah reaksi yang kemungkinan terjadi jika bercampur

tanpa memperhatikan sifatnya. Pemisahan limbah berdasarkan karakteristiknya,

pewadahan, pemberian label pada kemasan seperti yang diatur dalam Keputusan

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep-05/BAPEDAL/09/1995

tentang Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun, yang juga mencakup

pencataan segala limbah yang masuk dan keluar dari PT. X pada dokumen neraca

limbah.

Page 64: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

50

Pengoperasian alat yang digunakan baik untuk mengolah seperti

incinerator dan penjernih solvent juga diatur oleh Kementerian Lingkungan Hidup.

Untuk pengolahan limbah dengan menggunakan incinerator, maka hal-hal yang

perlu diperhatikan adalah spesifikasinya yang sesuai dengan karakteristik dan

jumlah limbah yang diolah, memenuhi efisisensi minimal 99,99%, memenuhi

standar efisiensi udara, dan residu wajib dikelola sesuai ketentuan. Untuk

pemanfaatan limbah B3 seperti pemanfaatan limbah menjadi paving block harus

sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor : 03-0348-1989. Selain

itu, setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan

hidup wajib memiliki amdal, sehingga dalam pelaksanaan pengelolaan dan

pemanfaatan B3 oleh PT.X ini pun harus memiliki amdal. Setiap perde tertentu,

segala kegiatan harus dilaporkan dan dilakukan uji kesesuaian dengan standar

lingkungan yang ditetapkan.

6.4 Aspek Sosial dan Lingkungan

6.4.1 Aspek Sosial

Penilaian aspek sosial dari suatu proyek adalah bagimana proyek

berimplikasi sosial secara luas, seperti kesempatan kerja dan kualitas hidup

masyarakat dimana proyek bediri. Keberadaan usaha pengangkutan, pengolahan,

dan pemanfaatan limbah B3 oleh PT. X ini telah memberikan dampak positif dan

berperan penting bagi kehidupan sosial masyarakat yang berada disekitar PT. X.

Keberadaan PT. X sebagai badan usaha yang berorientasi pada profit berarti

menjadi pemasukan bagi pemerintah melalui pajak yang dibayarkan. Hal ini juga

membuka kesempatan kerja bagi masyarakat. Jumlah tenaga kerja yang ada di PT.

X adalah sebanyak 335 orang (dengan jumlah tenaga kerja yang khusus pada

pengelolaan limbah 160 orang, sisanya pada pengangkutan dan ekspedisi). Itu

artinya, aktivitas usaha PT. X berdampak pada peningkatan kesejahteraan

masyarakat sekitar, terutama karena sebagian besar pekerja adalah masyarakat

sekitar yang tidak terdidik. Selain itu, PT. X juga melakukan bentuk kepedulian

bagi kegiatan sosial bagi masyarakat sekitar seperti peningkatan kualitas tempat

ibadah, beasiswa, dan perbaikan jalan melalui pemberian paving block.

Page 65: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

51

6.4.2 Aspek Lingkungan

Selain menjadi bisnis yang memberikan keuntungan bagi para manajemen

dan pemilik usaha, bentuk pengelolaan limbah B3 ini juga berperan dalam

perbaikan kualitas lingkungan karena membantu pemerintah dan masyarakat

pelaku bisnis untuk mengelola limbahnya, sehingga dapat mencegah kerusakan

lingkungan atau kerugian jika limbah tidak diolah. Keberadaan industri seperti ini

juga membantu mengatasi permasalahan lahan yang terbatas jika digunakan untuk

mendumping limbah-limbah (seperti fly ash) yang jumlahnya semakin meningkat

dari tahun ke tahun.

Pemanfaatan B3 menjadi produk baru adalah salah bentuk teknik produksi

bersih yang juga memberikan manfaat karena dengan demikian, maka dapat

meningkatkan penggunaan sumberdaya yang efisien, mengurangi resiko dan

dampak pencemaran (sludge akan lebih “ramah lingkungan” jika dimanfaatkan

menjadi kertas dibandingkan harus dibakar dengan incinerator misalnya) selain

memberikan keuntungan ekonomi. Selain itu, pemanfaatan B3 adalah salah satu

bentuk kegiatan yang efisien karena hampir seluruhnya dapat dimanfaatkan,

berbeda dengan pengelolaan sebatas pengolahan saja yang menyisakan residu

( yang masih bersifat berbahaya dan beracun).

Meskipun demikian, pengelolaan B3 bisa saja justru berdampak negatif

jika pelaksanaan pengelolaannya tidak memperhatikan kaida-kaidah yang telah

ditetapkan. Jika limbah tidak ditangani dengan tepat misalnya, bisa saja aktivitas

ini justru membahayakan karena kuantitasnya yang besar dan jenisnya yang

beragam, sehingga jika bercampur dan bereaksi akan meningkatkan resiko B3

yang lebih besar. Hal yang perlu diperhatikan adalah masalah alokasi sumberdaya

dan keputusan kapan limbah harus masuk dan keluar, pembatasan jumlah

timbunan B3, kapasitas dan daya tampung alat pengolah limbah, tidak hanya

berfokus pada keuntungan/ profit saja agar keberlangsungan usaha dan

keberlanjutan ditiga aspek tersebut (profit, people, dan planet) dapat dicapai.

Page 66: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

52

6.5 Aspek Finansial

Aspek finansial merupakan penilaian kelayakan usaha apakah secara biaya

dan manfaat akan menguntungkan selama umur proyek. Selai itu, aspek finansial

juga menilai kapan proyek akan mengembalikan biaya investasi yang telah

dikeluarkan, dan sampai seberapa jauh proyek dapat memberikan keuntungan jika

terjadi perubahan-perubahan pada proses produksi.

6.5.1 Komponen Biaya

Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh PT. X mencakup biaya investasi dan

biaya operasional, dimana biaya operasional dibagi menjadi biaya tetap dan biaya

variabel.

6.5.1.1 Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan peralatan

maupun lahan untuk mendukung kegiatan produksi. Biaya investasi meliputi

investasi lahan, bangunan, laboratorium, pembelian alat/mesin dan kendaraan.

Selain itu, karena kegiatan yang berkaitan dengan limbah harus memenuhi syarat

kesehatan dan keselamatan kerja (K3), PT. X juga mengeluarkan biaya-biaya

untuk perlengkapan keselamatan (safety tools) seperti rompi, helm, sepatu boots,

masker, dan kacamata pelindung. Biaya-biaya investasi diperlihatkan pada

Tabel 12.

Tabel 12 Biaya investasi pengolahan dan pemanfaatan limbah B3 PT. X

No Komponen Harga Satuan (Rp) Jumlah Total (Rp) Umur teknis 1 Lahan dan

bangunan 2 150 000 3.259 m2 7 000 000 000 20 tahun

2 Laboratorium 2 unit 135 000 000 10 tahun 3 Incinerator 7 800 000 000 1 unit 7 800 000 000 20 tahun 4. Mesin penjernih

solvent 150 000 000 1 unit 150 000 000 15 tahun

5. Mesin press batako

35 000 000 5 unit 175 000 000 5 tahun

6. Mixer 5 500 000 1 unit 9 000 000 5 tahun 7. Crusher 9 000 000 1 unit 9 000 000 5 tahun 8. Mesin cetak

kertas 225 000 000 14 unit 3 150 000 000 8 tahun

9. Alat berat 1 500 000 000 1 unit 1 500 000 000 20 tahun 10. Alat transportasi

(Colt Diesel) 250 000 000 175 unit 43 750 000 000 20 tahun

11. Bak kempu 2 000 000 4 unit 8 000 000 1 tahun 12. safety tools dan

perlengkapan lain 8 950 000 1 set 8 950 000 1 tahun

Sumber: PT. X (2014)

Page 67: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

53

6.5.1.2 Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha, yang

dikeluarkan secara berkala, bersifat tetap, dan tidak dipengaruhi oleh jumlah

produksi yang dihasilkan.Untuk kegiatan pengolahan limbah dan pemanfaatan

menjadi produk, biaya tetap meliputi tenaga kerja/karyawan tetap, pajak, cicilan

hutang, sewa kantor pemasaran, dan biaya maintanance. Biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk keperluan operasional yang bersifat tetap ini dijelaskan pada

Tabel 13.

Tabel 13 Biaya tetap pengolahan dan pemanfaatan limbah B3 PT. X No Komponen Harga Satuan (Rp) Jumlah Total (Rp) 1. Upah karyawan tetap 2 447 450 250 orang 611 862 500 2. Sewa Kantor Pemasaran 115 000 000 1 tahun 115 000 000 3. Cicilan Hutang 3 650 162 899 1 tahun 3 650 162 899 4. Biaya maintanance:

a. incinerator b.mesin penjernih solvent c. pencetak kertas d. mesin press batako

200 000 000

11 350 000 10 000 000

800 000

1 x 1 tahun 1 x 1 tahun 1 x 1 tahun 1 x 3 bulan

200 000 000

11 350 000 10 000 000 3 200 000

Sumber: PT. X (2014)

6.5.1.3 Biaya Operasional

Biaya operasional adalah biaya yang berubah-ubah karena dipengaruhi

oleh jumlah produksi yang dihasilkan, Untuk pengolahan limbah dengan

incinerator, biaya operasional ini meliputi pemakaian listrik serta pemakaian solar

sebagai bahan bakar incinerator. Untuk pembuatan paving block, biaya

operasionalnya meliputi altras, semen, tenaga kerja dengan sistem borongan,

sedangkan biaya operasional pembuatan produk low grade paper adalah biaya

upah karyawan pencetak kertas.Biaya-biaya tersebut ditampilkan pada Tabel 14.

Tabel 14 Biaya operasional pengolahan dan pemanfaatan limbah B3 PT. X No Komponen Harga Satuan (Rp) Jumlah per tahun Total (Rp) 1. Listrik untuk Plant 5 337 500/bulan 12 bulan 64 050 000 2. Listrik untuk kantor

pemasaran 3 837 885/bulan 12 bulan 46 054 620

Pengolahan Limbah dengan Incinerator 3. Solar 6500/liter 1.123.200 liter 7 300 800 000

Pemanfaatan Limbah Batu Bara (fly ash) menjadi Paving Block 4. Semen 60 000/sak 93600 sak 5 616 000 000 5. Altras 800 000/7m3 15.288 m3 Rp1.248.000.000 6. Karyawan Borongan 175/pcs 4.680.000 pcs 819 000 000

Pemanfaatan Limbah sludge menjadi Low grade paper 7. Karyawan 2 000 000/orang/bulan 6 orang 144 000 000

Sumber : PT. X (2014)

Page 68: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

54

6.5.2 Komponen Manfaat

Komponen arus penerimaan (inflow) yang diperoleh adalah merupakan

penjumlahan manfaat-manfaat yang diterima oleh PT. X. Manfaat-manfaat

tersebut adalah dengan biaya pemusnahan produk dengan incinerator, pembayaran

jasa untuk penyimpanan limbah fly ash/bottom ash, dan sands foundry,

pembayaran jasa penyimpanan limbah sludge dan karbit, pengolahan limbah

solvent, penjualan produk paving block, dan penjualan produk low grade paper.

6.5.2.1 Pemusnahan produk dengan incinerator

Setiap limbah yang diangkut untuk dimusnahkan dengan incinerator

dibayar dengan harga Rp 1700/kg limbah padat dengan jumlah limbah yang

masuk sebanyak 3600 kg, dan Rp 1500/liter limbah cair dengan jumlah limbah

cair sebanyak 1200 liter per harinya. Sehingga total penerimaan dari pemusnahan

produk dengan incinerator adalah jumlah limbah yang masuk dikalikan dengan

harga jasanya. Total penerimaan dari pengolahan limbah cair dan padat ini adalah

sebesar Rp 7 920 000 per harinya, atau sebesar Rp 2 471 040 000 setiap tahunnya.

6.5.2.2 Jasa penyimpanan limbah fly ash/bottom ash dan sands foundry

Setiap limbah fly ash/bottom ash, dan sands foundry yang diangkut

dibayar dengan harga Rp 200/kg. Sehingga total penerimaan dari pemusnahan

produk dengan penyimpanan fly ash/bottom ash adalah jumlah limbah yang

masuk setiap harinya sebanyak 210 ton, dikalikan dengan harga jasanya yaitu

sebesar Rp 13 104 000 000 pertahunnya.

6.5.2.3 Penyimpanan limbah sludge IPAL kertas, scrap shaving, trimming shaving,dan karbit Setiap limbah sludge dan karbit yang diangkut dan disimpan dibayar

dengan harga Rp 600/kg. Sehingga total penerimaan dari penyimpanan sludge

dan karbit adalah jumlah limbah yang masuk yaitu berkisar 75 ton per hari

dikalikan dengan harga jasanya, yakni sebesar Rp 45 000 000 setiap harinya, atau

Rp 14 040 000 000 setiap tahunnya.

Page 69: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

55

6.5.2.4 Pengolahan limbah solvent

Setiap limbah solvent yang diolah dengan mesin destilasi/penjernih

dibayar dengan harga Rp 1500/L. Setiap harinya, jumlah limbah yang masuk

untuk diolah dengan mesin penjernih adalah 200 L. Sehingga total penerimaan

pengolahan limbah solvent adalah jumlah limbah yang masuk dikalikan dengan

harga jasanya yaitu Rp 300 000 per harinya, atau sebesar Rp 93 600 000 per

tahun.

6.5.2.5 Penjualan produk paving block

Limbah fly ash/bottom ash dan sands foundry yang diangkut oleh PT. X

dari perusahaan-perusahaan pelanggan adalah menjadi milik PT. X dan PT. X

berhak melakukan serangkaian tindakan atas limbah tersebut, termasuk

pemanfaatan menjadi paving block. Hal ini menguntungkan bagi PT. X karena

selain menerima pembayaran atas jasa pengangkutan, limbah juga dapat

dimanfaatkan. Artinya, dapat menghemat bahan baku seperti pasir/altras, jika

pembuatan paving block dibuat tanpa limbah-limbah tersebut. Paving block dijual

dengan harga maksimal Rp 1500/pcs. Total produksi paving block dalam sehari

mencapai 30 000 pcs setiap harinya. Sehingga total penerimaan dari penjualan

paving block adalah sebesar Rp 45 000 000 setiap harinya, atau sebesar

Rp14.040.000.000 setiap tahunnya

6.5.2.6 Penjualan produk low grade paper

Sama halnya dengan limbah fly ash/bottom ash, PT. X juga

memanfaatkan limbah sludge IPAL untuk dijadikan kertas, sehingga menjadi

tambahan pemasukan bagi perusahaan. Low grade paper dijual dengan harga Rp

500/kg, dan hari mampu menghasilkan 33 ton kertas. Sehingga total penerimaan

dari penjualan low grade paper adalah Rp 33 000 000 per harinya atau Rp10 296

000 000 setiap tahunnya.

Berdasarkan identifikasi komponen-komponen manfaat pengolahan dan

pemanfaatan B3 oleh PT X, maka diperolehlah penerimaan total PT. X sbesar Rp

54 044 640 000 setiap tahunnya.

Page 70: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

56

6.5.3 Arus Biaya-Manfaat

Arus biaya manfaat diperlukan untuk mengetahui seberapa layak investasi

usaha pengolahan dan pemanfaatan limbah B3 ini. Karena proyek ini dinilai pada

2014 sementara sudah mulai berjalan pada 2008, maka penilaian analisis finansial

ini bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana kelayakan investasi dalam empat

tahun terakhir dan bagaimana perkembangannya untuk beberapa tahun ke depan.

Berdasarkan hasil pengolahan data perhitungan kelayakan investasi selama 20

tahun yang terlampir pada Lampiran 1, maka didapatkan hasil pada Tabel 15.

Tabel 15 Hasil kriteria investasi pengolahan dan pemanfaatan limbah B3 PT. X

No. Kriteria Hasil 1. Net Present Value Rp 110 997 445 852 2. Net Benefit Cost Ratio 3 3. Internal Rate of Return 17% 4. Payback Period 8

Sumber : Hasil Analisis Data (2014)

Berdasarkan tabel di atas, dengan pertimbangan suku bunga 10,5%

diperoleh nilai NPV sebesar Rp 110 997 445 852 yang artinya proyek layak

dijalankan, karena nilai NPV yang positif menjelaskan bahwa proyek akan

memberikan pengembalian bersih positif Rp 110 997 445 852 selama jangka

waktu proyek.

Nilai Net B/C sebesar 3 menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang

dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 3. Artinya dengan

kriteria Net B/C, proyek ini layak untuk dilanjutkan.

Nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 17%. karena IRR lebih besar dari

discout rate yang ditetapkan (10,5%), maka proyek dinilai layak, karena IRR

mencerminkan kemampuan usaha untuk memberikan pengembalian modal. Jika

IRR lebih besar dari discout rate, artinya IRR akan membuat nilai NPV yang

lebih besar dari nol, atau berati proyek akan memberikan manfaat bersih positif

selama masa pelaksanaan proyek.

Investasi usaha pengelolaan dan pemanfaatan limbah B3 oleh PT. X akan

kembali pada tahun yang dicerminkan dari nilai pay back periode sebesar 8, atau

akan memberikan pengembalian atas biaya-biaya investasi pada tahun ke delapan.

Page 71: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

57

Sehingga, berdasarkan keempat kriteria penilaian tersebut, pengelolaan dan

pemanfaatan limbah B3 oleh PT. X layak untuk tetap dijalankan.

6.6 Analisis Switching Value

Analisis switching value digunakan untuk mengetahui bagaimana

keberlanjutan proyek ketika ada perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan

proyek yang mempengaruhi masa depan proyek. Dalam penilaian kelayakan

usaha pengolahan dan pemanfaatan B3 ini, skenario yang diberlakukan adalah

perubahan jumlah B3 yang masuk ke perusahaan. Hal ini tidak saja

mempengaruhi jumlah penerimaan dari pengolahan limbah, tapi juga jumlah

produk hasil pemanfaatan yang bisa dijual, karena jumlah limbah yang masuk

akan mempengaruhi pemanfaatannya. Dengan menggunakan analisis switching

value (hasil perhitungan pada Lampiran 2), usaha pengolahan dan pemanfaatan

B3 ini akan hanya akan layak jika penurunan jumlah input/ masukan limbah B3

tidak kurang dari 30%. Dengan kata lain jumlah masukan limbah haruslah

minimal sama dengan 70% dari kapasitas alat pengolah, karena jika jumlah

limbah kurang dari itu, usaha ini menjadi tidak layak dijalankan, baik dari sisi

penilaian NPV yang tidak lebih dari satu, dan nilai IRR yang tidak lebih dari

10,5%, seperti yang dijelaskan pada Tabel 16.

Tabel 16 Perubahan kriteria kelayakan ketika terjadi penurunan jumlah masukan B3

No. Perubahan Penurunan Jumlah

B3

Kriteria Kelayakan NPV (Rp)

Net B/C IRR (IRR)

1. 25% Rp50.358.807.116 2 12% 2. 30% Rp36.732.426.077 2 11% 3. 35% Rp23.106.045.038 1 10%

Hasil Analisis Data (2014)

Page 72: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

58

6.7 Pertimbangan dalam Pengembangan Usaha Pengelolaan dan Pemanfaatan B3

Kehadiran perusahaan-perusahaan yang mengolah dan memanfaatkan B3

membantu mengatasi permasalahan penanganan B3 yang selama ini menjadi

beban, baik bagi pemerintah maupun para pelaku usaha. Berdasarkan penilaian

dari berbagai aspek di atas, usaha pengelolaan dan pemanfaatan B3 seperti ini

layak untuk dikembangkan, apakah itu oleh PT.X sendiri maupun oleh pelaku

usaha lainnya, mengingat jumlah usaha ini masih kecil sementara peluang

pasarnya besar dan keuntungan ekonomisnya cukup besar disamping untuk

membantu masalah lingkungan akibat B3 tersebut. Tetapi ada beberapa hal yang

menjadi perhatian jika akan mengembangkan usaha dengan basis jasa pengelolaan

B3 ini. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.

1. Biaya-biaya yang diperhitungkan dalam perencanaan proyek ini adalah

biaya-biaya yang berkaitan secara langsung, sehingga ada biaya-biaya yang

tidak dipertimbangkan seperti biaya-biaya yang dikeluarkan sebelum proyek

dijalankan. Biaya-biaya yang dikeluarkan di awal pelaksanaan proyek

misalnya adalah biaya memperoleh izin dan rekomendasi pengelolaan B3

yang dibebankan ke pemohon izin, meliputi biaya studi kelayakan teknis

untuk proses perizinan. Perijinan agar pengolahan dan pemanfaatan proyek

bisa saja memakan waktu yang lama dan biaya yang besar karena selain

masalah administrasi, setiap aktivitas usaha harus sesuai dengan syarat-

syarat yang ditetapkan seperti penilaian analisis dampak lingkungan (amdal),

uji coba hasil pengolahan dan pemanfaatan, serta kontrol hasil pengolahan

dan pemanfaatan secara berkala.Perizinan untuk usaha ini dijelaskan pada

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.18 Tahun 2009 tentang

Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

2. Masalah penanganan limbah B3 ini adalah masalah yang serius karena

karakteristiknya yang berbahaya dan beracun, sehingga dibutuhkan

pengetahuan dan keterampilan teknis masalah B3, dan ketaatan pada

prosedur/hukum yang ditetetapkan. Hal penting yang perlu diperhatikan

adalah masalah alokasi sumberdaya dan keputusan kapan limbah harus

masuk dan keluar, pembatasan jumlah timbunan B3, kapasitas dan daya

Page 73: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

59

tampung alat pengolah limbah, sehingga tidak hanya berfokus pada

keuntungan/ profit saja.

3. Dengan perhitungan analisis switching value, usaha ini hanya akan

menguntungkan pada skala ekonomis dimana jumlah limbah yang dikelola

minimal sama dengan 70% dari kapasitas alat pengolah karena apabila

jumlah limbah B3 kurang dari itu, usaha ini menjadi tidak layak dijalankan.

4. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada aspek pasar, karakteristik

produk jasa pengolahan dan pemanfaatan B3 yang unik ini menjelaskan

bahwa industri berbasis jasa pengolahan dan pemanfaatan B3 ini bersifat

monopolistik. Perusahaan dapat menentukan harga sendiri (price maker)

yang diharapkan untuk memberikan keuntungan, sehingga hal ini menjadi

insentif dikembangkannya usaha ini. Namun dalam jangka panjang, hal ini

akan menjadi insentif masuknya perusahaan-perusahan baru dalam industri

ini sehingga jika jumlah perusahaan yang masuk kedalam industri

bertambah, hal ini akan menggeser permintaan pada suatu perusahaan

pengolah jasa tertentu, sehingga labanya akan berkurang bahkan akan

mencapai ekuilibrium sama dengan nol.

Page 74: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

60

VII. SKENARIO PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN YANG EFEKTIF

7.1 Pertimbangan dalam Pengelolaan Limbah Batu Bara (fly ash)

Peningkatan penggunaan jumlah batu bara sebagai bahan bakar tentu akan

mengakibatkan peningkatan jumlah sisa/limbah pembakaran yang biasa disebut

dengan fly ash. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Pada tahun 2010 di Provinsi

jawa Barat saja, penggunaan batu bara sebagai bahan bakar mencapai 1 140 984

266 kg dan meningkat terutama sejak kenaikan BBM pada 2013. Dan seperti yang

dijelaskan sebelumnya, menurut Kementerian Lingkungan Hidup, setiap

pembakaran 1 ton batu bara akan menghasilkan sebanyak 15-17% abu batu bara

(fly ash). Itu artinya, dari pembakaran 1 140 984 266 kg batu bara maka akan

menghasilkan sekitar 182 557,5 ton abu batu bara untuk provinsi Jawa Barat saja.

Jika abu batu bara ini didumping di landfill maka, membutuhkan luas lahan yang

sangat besar. Oleh sebab itu diperlukan tindakan untuk mengatasi permasalahan

ini. Alternatif pemecahan permasalahan limbah batu bara ini adalah apakah

dengan menyerahkan ke pihak ke tiga, atau dengan memanfaatkan limbah ini

sehingga memberikan nilai tambah.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari PT. X, setiap perusahaan harus

menyerahkan limbah batu bara minimal 10 ton setiap harinya. Sehingga untuk

membatasi penelitian ini, setiap perusahaan diasumsikan memiliki limbah

setidaknya 10 ton per hari.

7.1.1 Perhitungan Ekonomi Jika Menyerahkan ke Pihak Ketiga

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari PT. X (PT. X dalam hal ini

adalah sebagai pihak ketiga), biaya yang harus dibayarkan oleh pelanggan (tipping

fee) untuk menangani abu batu bara adalah Rp 200/kg. Jika limbah yang

dihasilkan adalah sebesar 10 ton setiap harinya, maka biaya total pengolahan

limbah ini dijelaskan pada Tabel 17.

Tabel 17 Biaya pengelolaan limbah fly ash oleh pihak ketiga

Alternatif Pengangkutan

Tipping Fee per kg/ material Material Total Cost

Jasa Pihak ketiga Rp 200/kg 10 ton Rp 2.000.000 Sumber : Hasil Analsisis Data (2014)

Page 75: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

61

7.1.2 Perhitungan Ekonomi Jika Memanfaatkan Limbah Menjadi Paving Block Jika limbah batu bara dimanfaatkan untuk menjadi paving block, maka

keuntungan yang diperoleh adalah biaya pengangkutan ke pihak ketiga yang dapat

dihemat, serta penjualan produk. Tetapi yang menjadi pertimbangan adalah

adanya biaya investasi dan operasional untuk proses pembuatan paving block.

Informasi mengenai biaya-biaya dan jumlah pemasukan berikut ini diperoleh dari

PT. X.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, setiap perusahaan pelanggan rata-rata

menghasilkan limbah fly ash sebanyak 10 ton per hari. Jika 10 ton limbah ini

dimanfaatkan untuk paving block, maka akan dihasilkan sebanyak 2900 pcs

paving block. Itu artinya membutuhkan sebuah mesin press batako tahun dengan

kapasitas 3000 pcs per mesinnya. Biaya investasi untuk memanfaatkan limbah

batu bara (fly ash) menjadi paving block dijelaskan pada Tabel 18.

Tabel 18 Biaya investasi pemanfaatan limbah batu bara (fly ash) menjadi paving block

No.

Komponen Investasi Jumlah

Umur Teknis (tahun)

Harga Satuan (Rp)

Biaya Investasi Total (Rp)

Biaya Investasi

Total Harian (Rp)

1. Lahan dan bangunan 472m2 20 2 150 000 1 013 807 917 162 469

2. Mesin Press*) 1 5 35 000 000 35 000 000 22 436

3. Crusher*) 1 5 9 000 000 9 000 000 5 769 4. Mixer*) 1 5 5 500 000 5 500 000 3 526 5. Safety tools

(helmet, boots,dll)

1 set 1 1 950 000 1 950 000 6 250

6. Peralatan lain (sekop, ember, cangkul,

1set 1 575 000 575 000 1 843

Total Biaya Investasi 202 293 *) Umur teknis 5 tahun Sumber : Hasil Analisis Data (2014)

Page 76: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

62

Biaya Operasional :

1. Tenaga kerja mekanik adalah tenaga kerja yang mengawasi kegiatan agar

berjalan sesuai dengan prosedur dan kaidah-kaidah keselamatan dan

kesehatan kerja (K3), melakukan transaksi, dan mengambil keputusan. Upah

tenaga kerja berdasarkan UMK Kabupaten karawang adalah Rp 2 447 450

sehingga biaya upah harian adalah Rp 188 265,38.

2. Buruh bertugas untuk produksi paving block mulai dari pencampuran bahan,

pencetakan, penjemuran, hingga pengangkutan ke alat angkut. Upah yang

dibayarkan adalah Rp 175/pcs, dengan asumsi jumlah paving block yang

dihasilkan adalah sebanyak 2900 pcs per per hari, maka upah harian adalah

Rp 507 500/borongan setiap harinya.

3. Altras digunakan sebagai bahan campuran paving block. Komposisi altras

yang digunakan oleh PT. X adalah sebesar 25%, namun karena satu

perusahaan biasanya hanya menghasilkan 1 jenis limbah batu bara saja,

untuk memenuhi komposisi paving block, kebutuhan altras mencapai 60%,

yaitu sekitar 17,4 ton atau 12,42 kubik. sehingga kebutuhan altras setiap

harinya sebesar Rp 1 600 000.

4. Semen digunakan sebagai bahan campuran paving block dengan komposisi

semen adalah sebesar 5%, sehingga setiap produksi membutuhkan semen

sebanyak 29 sak, dengan harga 1 sak semen adalah Rp 60 000, sehingga

biaya semen per hariannya adalah 1 740 000.

5. Biaya maintanance berupa penggulungan mesin press 1x dalam tiga bulan

yaitu sebesar Rp 800 000 sehingga biaya rataan adalah Rp 10 256,41/hari.

Biaya-biaya operasional pemanfaatan limbah menjadi paving block

dijelaskan pada Tabel 19.

Page 77: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

63

Tabel 19 Biaya operasional pemanfaatan limbah menjadi paving block No Komponen Jumlah/

bulan) Biaya

Satuan (Rp) Biaya Variabel Total (Rp)

Biaya Variabel Total Harian (Rp)

1. Tenaga kerja mekanik (UMK)

2 orang 2 447 450 4 894 900/bulan 188 265

2. Buruh borongan 175/pcs 507 500/hari 507 500 3. Listrik

(operasional mesin)

800 000 800 000/bulan 30 769

4. Altras 12,42m3 800 000/7m3 1 600 000/hari 1 600 000 5. Semen (50kg) 29 sak 60 000 1 740 000/hari 1 740 000 6. Biaya

maintenance 1x3 bulan 800 000 800 000/3 bulan

10 256 Total Biaya Operasional 4 076 791

Sumber : Hasil Analsis Data (2014)

Berdasarkan identifikasi biaya-biaya tersebut maka diperoleh total biaya

(investasi dan operasional) yang harus dikeluarkan setiap harinya untuk

menangani limbah batu bara adalah sebesar Rp 4 279 084 .

7.1.3 Efektivitas Biaya Kedua Alternatif Penanganan Limbah Fly Ash

Setelah kedua alternatif pengelolaan limbah fly ash diidentifikasi dan

dirumuskan, maka selanjutnya adalah memutuskan alternatif mana yang akan

dipilih dengan kriteria biaya efektif. Cost (biaya) menunjukkan jumlah biaya yang

dikeluarkan untuk menangani fly ash, sedangkan effectiveness (efektivitas)

menyatakan jumlah fly ash yang ditangani (wastes handled). Karena jumlah

limbah yang dihasilkan sama namun biaya berbeda, maka pendekatan yang

dilakukan adalah dengan menggunakan cost-effectiveness ratio with fixed

effectiveness. Sehingga, apabila kedua alternatif penanganan limbah fly ash

dibandingkan (alternatif A adalah apabila limbah diserahkan ke pihak ke tiga dan

alternatif B adalah apabila limbah ditangani secara mandiri), maka hasilnya

terlihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Cost-Effectiveness with Fixed (Identical) Effectiveness for Fly ash Treatment

Cost and Effectiveness Alternatives A B

Cost measure Rp 2 000 000 Rp 4 279 084 Effectiveness measure (number of wastes handled)

10 tons 10 tons

CE ratio (cost per wastes handled) Rp 200/kg Rp 427,91/kg EC ratio (wastes handled per thousand rupiah)

5 kg 2, 3 kg

Sumber : Hasil Analisis Data (2014)

Page 78: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

64

Berdasarkan Tabel 20, perbandingan Alternatif A terhadap B adalah sebagai

berikut: 𝐶𝐶𝐶𝐶 𝑟𝑟𝑟𝑟𝐵𝐵𝐶𝐶𝑟𝑟 𝐴𝐴𝐶𝐶𝐶𝐶 𝑟𝑟𝑟𝑟𝐵𝐵𝐶𝐶𝑟𝑟 𝐵𝐵

= Rp 1500 /𝑙𝑙𝐵𝐵𝑟𝑟 Rp 1533 /𝑙𝑙𝐵𝐵𝑟𝑟

= 1 : 2.14

Dengan demikian, biaya yang dikeluarkan untuk menangani per satuan

kilogram limbah fly ash akan lebih besar jika ditangani secara mandiri

dibandingkan jika diserahkan ke pihak ketiga (alternatif A), karena dari segi biaya,

alternatif B lebih besar 2,14 kali dibandingkan alternatif A. Apabila anggaran

biaya menjadi satu-satunya pertimbangan keputusan pengolahan limbah fly ash,

maka penanganan oleh pihak ke tiga akan lebih efektif dibandingkan jika

mengelola secara mandiri, karena setiap seribu rupiah biaya yang dikeluarkan

akan menangani jumlah limbah yang lebih banyak. Dengan demikian alternatif A

lebih efektif secara biaya dibandingkan dengan alternatif B. Pemilihan keputusan

berdasarkan biaya ini akan tepat pada kondisi dimana ketersediaan anggaran

dalam penanganan limbah fly ash terbatas.

Apabila berada pada kondisi anggaran tak terbatas, maka alternatif B akan

lebih menguntungkan, sebab meskipun biaya persatuan limbah lebih besar, namun

karena pada alternatif B limbah fly ash dimanfaatkan menjadi paving block maka

akan ada manfaat yang diterima jika memilih alternatif tersebut. Manfaat yang

diperoleh adalah penjualan jumlah paving block yang dihasilkan yaitu sebanyak

2900 pcs dikalikan dengan harga yaitu Rp 1500/pcs (harga maksimal yang

disarankan ditingkat distributor). Total manfaat yang diperoleh adalah sebesar Rp

4 350 000 per hari. Sehingga manfaat bersih (selisih biaya dan manfaat) jika

mengolah limbah batu bara adalah Rp 70 916 artinya jika limbah batu bara dijual

dengan harga Rp 1500/pcs, pemanfaatan limbah batu bara menjadi paving block

akan menguntungkan.

Setiap perusahaan menghasilkan limbah dalam jumlah yang berbeda, maka

apabila memutuskan untuk memanfaatkan fly ash agar memperoleh keuntungan

dari hasil penjualan produk, maka perlu diketahui sampai titik mana penggunaan

input limbah batu bara akan memberikan pengembalian yang positif.

Page 79: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

65

Dengan menggunakan analisis switching value pada jumlah input

diperoleh bahwa pemanfaatan limbah batu bara akan memberikan pengembalian

yang positif hanya jika jumlah input limbah batu bara lebih dari sepuluh ton, yang

dijelasakan pada Tabel 21.

Tabel 21 Biaya pemanfaatan limbah batu bara (fly ash) menjadi paving block berdasarkan jumlah limbah yang lihasilkan

Jumlah Limbah (ton)

Produksi Paving block (pcs)

Total Penerimaan (Rp)

Total Biaya (Rp)

Keuntungan (Rp)

9 2320 3 480 000 3 920 069 (5 069) 10 2900 4 350 000 4 279 084 70 916 20 5510 8 700 000 8 149 020 550 980 30 5800 13 050 000 12 018 956 1 031 044

Sumber: Hasil Analisis Data (2014)

Pertimbangan lainnya:

1. Untuk memanfaatkan limbah B3, maka harus mendapatkan izin dari

Kementerian Lingkungan Hidup. Izin pemanfaatan ini mencakup panduan

teknis pengelolaan dan pemanfaatan limbah, analisis mengenai dampak

lingkungan, serta uji kelayakan produk agar sesuai dengan SNI. Karena fly

ash mengandung bahan berbahaya dan beracun yang berupa kimia, perlu

diuji terlebih dahulu kandungan senyawa kimia, sehingga berpengaruh

pada sifat dan karakter paving block atau jenis semen yang digunakan

sebagai bahan pencampur.

2. Pertimbangan (1) dan (2) mungkin akan berimplikasi pada bertambahnya

biaya-biaya yang harus dikeluarkan pada awal pelaksanaan proyek.

3. Pemanfaatan fly ash juga berggantung pada kelas fly ash, karena

peruntukan fly ash bisa berbeda jika kelas/penggolongan fly ash berbeda,

sehingga perlu mengetahui jenis fly ash yang dihasilkan dan peruntukan

yang diharapkan dari pemanfaatan fly ash tersebut.

7.2 Pertimbangan dalam Pengelolaan Limbah Sludge IPAL Kertas

Industri pulp dan kertas adalah salah satu industri yang berkembang di

Indonesia dan menjadi komoditas unggulan ekspor Indonesia. Selain

menghasilkan produk utama, kegiatan ini juga menghasilkan limbah sludge yang

dihasilkan dari endapan hasil pengolahan air limbah IPAL. Satu industri pulp dan

kertas dapat meproduki sludge berkisar 30-40 ton setiap harinya, sementara yang

Page 80: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

66

dimanfaatkan hanya berkisar 12 ton (Aritonang dalam Komaryati et al, 2009).

Itu artinya ada sekitar 18-28 ton limbah sludge yang belum dimanfaatkan. Jika

limbah ini dibakar maka harus dibakar dengan incinerator (yang berarti

membutuhkan biaya investasi yang tinggi), karena jika dibakar dengan cara biasa

akan menyebabkan pencemaran udara. Sedangkan bentuk lain adalah dengan

dumping, namun juga beresiko karena limbah sludge umumnya berbau sehingga

mengganggu kehidupan sosial di sekitar perusahaan. Selain itu, jumlah luas lahan

yang dibutuhkanpun akan sangat besar. Limbah sludge ini menjadi beban bagi

perusahaan terutama karena karakteristiknya yang merupakan B3 karena

mengandung logam berat dan sianida, sehingga harus segera ditangani sesuai

dengan peraturan yang ditetapkan. Pilihan penanganan limbah B3 ini adalah

bagaimana jika diserahkan ke pihak ketiga atau dimanfaatkan oleh para

perusahaan penghasil limbah untuk pembuatan low grade paper.

7.2.1 Perhitungan Ekonomi Jika menyerahkan ke Pihak Ketiga

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari PT. X (PT. X dalam hal ini

adalah sebagai pihak ketiga), biaya yang harus dibayarkan oleh pelanggan untuk

menangani limbah sludge IPAL kertas (tipping fee) adalah Rp 600/kg. Jika

diasumsikan limbah yang dihasilkan setiap perusahaan adalah 23 ton per harinya,

maka biaya pengolahan limbah ditampilkan pada Tabel 22.

Tabel 22 Biaya pengelolaan limbah sludge IPAL kertas oleh pihak ketiga

Sumber : Hasil Analsisis Data (2014)

7.2.2 Perhitungan Ekonomi Jika Memanfaatkan Limbah Menjadi Low Grade Paper Sama halnya dengan pemanfaatan limbah batu bara, jika limbah sludge

dimanfaatkan untuk menjadi low grade paper, maka keuntungan yang diperoleh

adalah biaya pengangkutan ke pihak ketiga yang dapat dihemat, serta penjualan

produk. Low grade paper ini sendiri dapat dijual untuk berbagai kegunaan, seperti

pembuatan sol sepatu dan kemasan kardus (packaging). Tetapi konsekuensinya

adalah adanya biaya investasi dan operasional untuk proses pembuatan low grade

Alternatif Pengangkutan

Tipping Fee per kg/ material

Material Total Cost

Jasa Pihak ketiga Rp 600/kg 18 ton Rp 10 800 000

Page 81: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

67

paper. Jika setiap industri pulp dan kertas menghasilkan rata-rata limbah sludge

sebanyak 18 ton perhari (dari jumlah sludge yang belum dimanfaatkan) maka

akan menghasilkan low grade paper sebanyak 5,4 ton perhari, karena untuk

mengubah sludge menjadi low grade paper kandungan airnya hanya sampai 30%.

Itu artinya ada pengurangan berat sludge ke kertas hingga 70%. Jumlah mesin

kertas yang dibutuhkan adalah minimal empat unit karena kapasitas sebuah mesin

cetak adalah 6 ton (dengan umur teknis 8 tahun). Biaya-biaya dan jumlah

pemasukan pada Tabel 23 ini diperoleh dari PT. X.

Tabel 23 Biaya investasi pemanfaatan limbah sludge IPAL kertas menjadi low grade paper

No

Komponen Investasi

Jumlah Umur Teknis

(teknis)

Harga Satuan (Rp)

Biaya Investasi Total (Rp)

Biaya Investasi

Harian (Rp) 1. Lahan dan

bangunan 620m2 20 2 150 000 1 333 000 000 213 621,8

2. Bak Pembuburan

4 unit 1 500 000 2 000 000 10 416,6

4. Mesin cetak dan potong kertas

4 unit 8 550 000 000 550 000 000 220 352,5

5. Safety tools (helm, boots,dll)

1 set 1 1 950 000 1 950 000 6 250

6. Peralatan lain (ember, gayung)

1 set 1 575 000 575 000 1 843

Total Biaya Investasi Rp 592 708 Sumber : Hasil Analisis Data (2014)

Biaya Operasional :

1. Jumlah tenaga kerja yang membantu proses produksi pemanfaatan limbah

sludge menjadi low grade paper adalah sebanyak enam orang dengan upah

sebesar Rp 2 000 000 per orang setiap bulannya. Keenam tenaga kerja ini

bertanggung jawab pada pengawas yang berjumlah dua orang dengan upah

tenaga kerja berdasarkan UMK Kabupaten Karawang Rp 2 447 450. Total

biaya tenaga kerja adalah sebesar Rp 16 894 900 perbulan atau Rp 838 068,

769 perhari.

2. Biaya maintanance berupa penggulungan mesin sebesar Rp 10 000

000/mesin dalam setahun.

3. Kebutuhan listrik untuk kegiatan ini adalah sebesar Rp 1 000 000/bulan.

Biaya operasional pemanfaatan limbah sludge IPAL kertas menjadi low grade

paper dijelaskan pada Tabel 24.

Page 82: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

68

Tabel 24 Biaya operasional pemanfaatan limbah sludge IPAL kertas menjadi low grade paper

No Komponen Jumlah (perbulan)

Biaya Satuan (Rp)

Total Biaya Operasional

(Rp)

Biaya Operasional Harian (Rp)

1. Tenaga kerja Pengawas

2 orang 2 447 450 4 894 900 376 530,769

2. Tenaga kerja 6 orang 2 000 000 12 000 000 461 538 3. Listrik

(operasional) 1 bulan 1 000 000 1 000 000 38 462

6. Biaya maintenance

1tahun 10 000 000 40 000 000 128 205 Total Biaya Operasional 628 205 Sumber : Hasil Analisis Data (2014)

Berdasarkan identifikasi biaya-biaya di tersebut, diperoleh total biaya

(penjumlahan dari biaya investasi dan operasional) yang harus dikeluarkan setiap

harinya adalah sebesar Rp1 220 913.

7.2.3 Efektivitas Biaya Kedua Alternatif Penanganan Limbah Sludge IPAL Kertas Sama halnya dengan penanganan limbah fly ash, setelah kedua alternatif

pengelolaan limbah sludge diidentifikasi dan dirumuskan, maka selanjutnya

adalah memuskan alternatif mana yang akan dipilih dengan kriteria biaya efektif.

Cost (biaya) menunjukkan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menangani

sludge, sedangkan effectiveness (efektivitas) menyatakan jumlah sludge yang

ditangani. Karena jumlah limbah yang dihasilkan sama namun biaya berbeda,

maka pendekatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan cost-effectiveness

ratio with fixed effectivenes. Sehingga, apabila kedua alternatif penanganan

limbah sludge dibandingkan (alternatif A adalah apabila limbah diserahkan ke

pihak ke tiga dan alternatif B adalah apabila limbah ditangani secara mandiri),

maka hasilnya terlihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Cost-Effectiveness with Fixed (Identical) Effectiveness for Sludge Treatment

Cost and Effectiveness Alternatives A B

Cost measure Rp 13 800 000 Rp 1 220 913 Effectiveness measure (number of wastes handled)

18 tons 18 tons

CE ratio (cost per wastes handled) Rp 600/kg Rp 67,8/kg EC ratio (wastes handled per thousand rupiah)

1,6 kg 14, 7 kg

Sumber : Hasil Analisis Data (2014)

Page 83: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

69

Berdasarkan Tabel 25, perbandingan Alternatif A terhadap B adalah sebagai

berikut: 𝐶𝐶𝐶𝐶 𝑟𝑟𝑟𝑟𝐵𝐵𝐶𝐶𝑟𝑟 𝐴𝐴𝐶𝐶𝐶𝐶 𝑟𝑟𝑟𝑟𝐵𝐵𝐶𝐶𝑟𝑟 𝐵𝐵

= Rp 600 /𝑘𝑘𝑘𝑘 Rp 67,8/𝑘𝑘𝑘𝑘

= 8.85 : 1

Dengan demikian, rasio efektivitas-biaya yang dikeluarkan untuk menangani per

satuan kilogram limbah sludge dengan alternatif A akan lebih besar jika

dibandingkan dengan alternatif B, karena rasio biaya apabila menyerahkan ke

pihak ketiga akan 8.85 kali lebih besar jika dibandingkan menangani sendiri.

Artinya, akan lebih efektif jika sludge diolah sendiri dengan memanfaatkannya

menjadi low grade paper. Dengan demikian alternatif B lebih efektif secara biaya

dibandingkan dengan alternatif A.

Karena pada alternatif B limbah sludge dimanfaatkan menjadi low grade

paper maka akan ada manfaat yang diterima jika memilih alternatif tersebut.

Manfaat yang diperoleh adalah penjualan jumlah low grade paper yang

dihasilkan yaitu sebanyak 5.4 ton dikalikan dengan harga yaitu Rp 1000/kg

(harga maksimal yang disarankan ditingkat distributor). Total penerimaan yang

diperoleh adalah sebesar Rp 5 400 000 per hari. Sehingga manfaat bersih (selisih

biaya dan manfaat) jika mengolah limbah sludge adalah Rp 4 179 087, artinya jika

pemanfaatan limbah sludge menjadi low grade paper akan menguntungkan.

Jika mengharapkan manfaat dari penjualan low grade paper dari

pemanfaatan sludge menjadi low grade paper, maka perlu mengetahui jumlah

limbah yang akan memberikan keuntungan positif apabila dimanfaatkan karena

setiap industri kertas pada kenyataanya menghasilkan limbah sludge dalam jumlah

yang berbeda-beda, bergantung pada jumlah produksi dan skala usaha setiap

perusahaan. Berdasarkan perhitungan pada Tabel 26, pemanfaatan limbah ini

hanya akan bernilai positif jika limbah sludge yang dihasilkan minimal 2 ton

limbah setiap harinya.

Page 84: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

70

Tabel 26 Biaya pemanfaatan limbah sludge IPAL kertas menjadi low grade paper berdasarkan jumlah limbah yang dihasilkan

Jumlah Limbah Sludge yang dihasilkan (ton)

Produksi Low Grade Paper (ton)

Total Penerimaan

(Rp)

Total Biaya (Rp)

Keuntungan (Rp)

2 0,6 600000 854 327 (254 327) 4 1,2 1 200 000 854 327 45 673

10 3,33 3 300 000 976 522 2 323 478 18 5,4 5 400 000 1 220 913 4 179 087 20 6,6 6 600 000 1 220 913 5 379 087

Sumber: Hasil Analsis Data (2014)

7.3 Pertimbangan dalam Pengolahan Solvent

Pertimbangan dalam pengolahan solvent adalah dengan menggunakan jasa

pihak ketiga (berupa pembayaran atas pemakaian mesin penjernih) atau dengan

investasi pembelian alat penjernih solvent. Kedua alternatif ini sama-sama

membutuhkan seorang tenaga kerja, karena jika melibatkan pihak ketiga jasa yang

disediakan hanyalah pemakaian alat, sementara proses pengolahannya itu sendiri

dilakukan oleh pelanggan, sedangkan jika investasi alat sendiri, perlu seorang

tenaga kerja untuk mengawasi atau pelaksana pengolahan solvent ini, sehingga

diasumsikan biaya tenaga kerja sama dan tidak perlu dipertimbangkan.

Perbedaannya adalah, jika melibatkan pihak ketiga, residu hasil olahan (abu B3)

adalah menjadi tanggung jawab pihak ketiga. Tetapi jika memutuskan untuk

mengolah sendiri dengan investasi mesin, maka abu menjadi tanggung jawab

pemilik, dan harus diserahkan ke badan yang berwewenang dalam mengolah

sisaan ini. Karena kapasitas maksimum pengolahan solvent ini adalah 200 liter

setiap harinya, maka diasumsikan jumlah limbah yang ditangani adalah 200 liter.

Biaya jika menggunakan jasa pihak ke tiga ditunjukkan pada Tabel 27.

Tabel 27 Biaya pengolahan solvent oleh pihak ketiga

Pengolahan Tipping Fee per kg/ material Material Total Cost Menggunakan jasa pihak ketiga

Rp 1500/liter 200 liter Rp 300 000

Sumber: Hasil Analisis data (2014)

Sedangkan jika memutuskan untuk mengolah sendiri yaitu dengan

investasi mesin penjernih (umur teknis sekitar 15 tahun), maka biaya-biaya yang

dikeluarkan ditampilkan pada Tabel 28.

Page 85: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

71

Tabel 28 Biaya investasi pengolahan solvent

Apabila kedua alternatif penanganan limbah solvent dibandingkan

(alternatif A adalah apabila limbah diserahkan ke pihak ke tiga dan alternatif B

adalah apabila limbah ditangani secara mandiri), maka hasilnya terlihat pada

Tabel 29.

Tabel 29. Cost-Effectiveness with Fixed (Identical) Effectiveness for Solvent Treatment

Cost and Effectiveness Alternatives A B

Cost measure Rp 300 000 Rp 91 975 Effectiveness measure (number of wastes handled)

200 liters 200 liters

CE ratio (cost per wastes handled) Rp. 1500/liter Rp 459,875/liter EC ratio (wastes handled per thousand rupiah)

0,6 liters 2,17 liters

Sumber : Hasil Analisis Data (2014)

Berdasarkan rasio biaya efektivitas biaya pada Table, perbandingan Alternatif A

terhadap B adalah sebagai berikut: 𝐶𝐶𝐶𝐶 𝑟𝑟𝑟𝑟𝐵𝐵𝐶𝐶𝑟𝑟 𝐴𝐴𝐶𝐶𝐶𝐶 𝑟𝑟𝑟𝑟𝐵𝐵𝐶𝐶𝑟𝑟 𝐵𝐵

= Rp 1500 /𝑙𝑙𝐵𝐵𝑟𝑟 Rp 1533 /𝑙𝑙𝐵𝐵𝑟𝑟

= 3.26 : 1

Berdasarkan perbadingan tersebut, dapat disimpulkan bahwa alternatif B lebih

efektif dibandingkan alternatif A (dengan asumsi jumlah limbah sebesar 200

liter/hari) karena biaya /liter pengolahan solvent akan lebih kecil jika investasi alat

dibandingkan jika diserahkan ke pihak ketiga. Rasio biaya apabila menyerahkan

ke pihak ketiga akan 3.26 kali lebih besar jika dibandingkan menangani sendiri.

No Komponen Jumlah Biaya Satuan (Rp)

Total Biaya Harian (Rp)

1. Lahan dan bangunan 12 m2 2 150 000 4 134, 62 2. Mesin Penjernih 1 unit 150 000 000 32 051,282 3. Listrik

(operasional mesin) 1 bulan 500 000 19 230,769

4. Biaya maintanance (per tahun)

1 tahun 11 350 000

36 378,205

Total Biaya Rp 91 975

Page 86: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

72

Karena jumlah limbah solvent yang dihasilkan oleh setiap perusahaan mungkin

saja berbeda, maka perlu diperhatikan alternatif mana yang efektif berdasarkan

tingkatan jumlah limbah solvent setiap harinya. Berdasarkan Tabel 30, apabila

jumlah limbah kurang dari 60 liter, maka cost ratio lebih kecil jika meilih

alternatif A dibandingkan dengan alternatif B.

Tabel 30. Cost-effectiveness with fixed (identical) effectiveness for Solvent treatment less than 60 liters.

Cost and Effectiveness Alternatives A B

Cost measure Rp 90 000 Rp 91 975 Effectiveness measure (number of wastes handled)

60 liters 60 liters

CE ratio (cost per wastes handled) Rp 1500/liter Rp 1 533/liter EC ratio (wastes handled per thousand rupiah)

0,66 liters 0, 65 liters

Sumber : Hasil Analisis Data (2014)

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 30 , perbandingan Alternatif A

terhadap B adalah sebagai berikut : 𝐶𝐶𝐶𝐶 𝑟𝑟𝑟𝑟𝐵𝐵𝐶𝐶𝑟𝑟 𝐴𝐴𝐶𝐶𝐶𝐶 𝑟𝑟𝑟𝑟𝐵𝐵𝐶𝐶𝑟𝑟 𝐵𝐵

= Rp 1500 /𝑙𝑙𝐵𝐵𝑟𝑟 Rp 1533 /𝑙𝑙𝐵𝐵𝑟𝑟

= 1 : 1.022

Dengan perbandingan tersebut, rasio biaya apabila mengolah sendiri dengan

investasi alat penjernih akan 1.022 kali lebih besar jika dibandingkan jika

menyerahkan ke pihak ketiga. Dengan demikian, apabila jumlah limbah solvent

kurang dari 60 liter maka alternatif A lebih efektif dibandingkan alternatif B, dan

sebaliknya apabila jumlah limbahnya lebih dari itu, maka alternatif B lebih efektif

dibandingkan alternatif A.

7.4 Pertimbangan dalam Penanganan Limbah Medis

Limbah Medis adalah merupakan limbah B3 juga, terutama karena sifatnya

yang kimiawi, sehingga jika dibuang begitu saja akan membahayakan

keselamatan makhluk hidup dan lingkungan. Oleh karena itu, limbah ini harus

ditangani segera. Limbah medis terbagi menjadi dua yaitu limbah cair dan padat.

Limbah padat seperti obat-obatan, pembalut, botol infus dan suntik masih sering

dibuang begitu saja sehingga bercampur dengan sampah-sampah di TPA. Padahal

limbah ini harus ditangani secara khusus agar tidak bercampur dan justru

Page 87: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

73

menyebarkan patogen ke lingkungan. Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh

Kementerian Kesehatan pada 100 RS, setiap limbah yang dihasilkan mencapai 3,2

kg/tempat tidur/hari9

Jumlah Kamar Tidur (kamar)

. Limbah medis ini dapat diserahkan ke pihak ketiga jika

terkendala dalam pengadaan alat incinerator. Sehingga alternatif penangan limbah

medis ini adalah apakah dengan membangun fasilitas incinerator, atau dengan

menyerahkan ke pihak ketiga.

Jika diklasifikasikan, jumlah limbah yang dihasilkan setiap RS berdasarkan

kamar tidur setiap harinya adalah seperti pada Tabel 31.

Tabel 31 Jumlah limbah medis yang dihasilkan berdasarkan jumlah kamar RS

Jumlah Limbah Padat (kg) <50 >160

50-250 160-800 250-400 800-1.280

>400 >1.280 Sumber : Hasil Analisis Data (2014)

Sehingga jika diserahkan ke pihak ketiga maka biaya pengelolaan limbah medis

setiap harinya dijelaskan pada Tabel 32.

Tabel 32 Biaya pengolahan limbah medis oleh pihak ketiga

Alternatif Pengangkutan

Tipping Fee per kg/ material Material (kg) Biaya Total (Rp)

Jasa Pihak ketiga Rp 1700/kg

<160 < 272 000 160-800 272 000- 1 360 000

800-1.280 1 360 000 – 2 176 000 >1.280 >2 176 000

Sumber : Hasil Analisis Data (2014)

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 1204 Tahun

2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, cara dan teknologi

pengolahan dan pemusnahan limbah medis padat disesuaikan dengan kemampuan

rumah sakit dan jenis limbah padat yang dihasilkan (Ersa, 2012).

Dengan demikian setiap rumah sakit dapat memilih cara menangani limbah

padatnya sesuai dengan kapasitas masing-masing rumah sakit. Jika rumah sakit

memilih untuk menangani limbahnya sendiri, maka diperlukan alat penghangus

9 Penangan dan Pengolahan Limbah Rumah Sakit. Di unduh melalui http://shantybio.transdigit.com/?Biology_Dasar_Pengolahan_Limbah:Penanganan_dan_Pengolahan_Limbah_Rumah_Sakit, Kamis, 03 April 2014, pukul 10:15

Page 88: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

74

limbah atau yang dikenal dengan incinerator. Jika memilih untuk investasi

incinerator, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : suhu minimal

1100 C, memiliki pengendali pencemaran, memiliki sejumlah luas lahan dan

bangunan untuk mencegah incinerator dari panas dan hujan. Emisi gas buang

yang dihasilkan dari proses insinerasi pun harus memenuhi syarat Kep

03/Bapedal/9/1995 atau Kep.13 MENLH/1995 10

Jumlah Kamar Tidur (kamar)

Karena incinerator dirancang khusus berdasarkan jenis dan jumlah limbah,

maka tipe yang berbeda memiliki kapasitas yang berbeda pula dan harga yang

juga berbeda. Oleh sebab itu, perlu diklasifikasikan terlebih dahulu jumlah limbah

yang dihasilkan oleh masing-masing RS setiap harinya, seperti yang dijelaskan

pada Tabel 33.

Tabel 33 Tipe incinerator berdasarkan jumlah limbah medis Jumlah Limbah

(kg) Tipe Incinerator Harga Incinerator *)

(Rp) <50 <160 02 205 992 000

50-250 160-800 05 459 840 000 250-400 800-.280 10 642 734 400

>400 >1.280 20 1 102 171 200 *) Harga Incinerator diperoleh dari wawancara dengan salah satu perusahaan supplier incinerator Sumber: Hasil Analisis Data (2014)

Keputusan mengelola sendiri limbah medis dengan investasi isinerator

(asumsi umur teknis incinerator adalah 20-25 tahun) maka biaya yang akan

dikeluarkan untuk pemusnahan limbah ini dijelaskan sebagai berikut.

Tabel 34 Investasi untuk limbah <160 kg

No Komponen Jumlah Biaya Satuan (Rp)

Biaya Total (Rp)

Total Biaya Harian (Rp)

1. Lahan dan bangunan 50 m2 2 150 000 107 500 000 17 228

2. Incinerator Tipe 02 1 unit 220 592 400 220 592 400 35 351,346

4. Kebutuhan solar sebagai bahan bakar 12 ltr/jam 8 000 768 000 768 000

5. Tenaga kerja pengawas 3 orang 2 447 450 7 342 350 282 398,077

Total Biaya Operasional 1 102 977 Sumber: Hasil Analisis Data (2014)

10Pedoman Pengelolaan bahan berbahaya dan Beracun dengan Incinerator. Badan Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Surabaya. http://lh.surabaya.go.id/weblh/?c=main&m=detail&id=52

Page 89: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

75

Tabel 35 Investasi untuk limbah 160-800 kg

No Komponen Jumlah Biaya Satuan (Rp)

Biaya Total (Rp)

Biaya Total harian (Rp)

1.

Lahan dan bangunan 50 2 150

000/m2 107 500 000 17 228

2. Incinerator Tipe 05 1 unit 459 840 000/

unit 459 840 000 73 692,3077

4. Kebutuhan solar sebagai bahan bakar

20 ltr/jam 8 000/ltr 1 280 000 1 280 000

5. Tenaga kerja pengawas 3 orang 2 447

450/orang 7 342 350 282 398,077

Total Biaya Operasional 1 653 318 Sumber: Hasil Analisis Data (2014)

Tabel 36 Investasi untuk limbah 800-1280 kg

No Komponen Jumlah Biaya Satuan (Rp)

Biaya Total (Rp)

Biaya Total Harian (Rp)

1. Lahan dan bangunan 50 2 150 000/

m2 107 500 000 17 228

2. Incinerator Tipe 10 1 unit 642 734 400/

unit 642 734 400 103 002,308

4. Kebutuhan solar sebagai bahan bakar

25 ltr/jam 8 000/ltr 1 600 000 1 600 000

5. Tenaga kerja pengawas 3 orang 2 447 450/

orang 7 342 350 282 398,077

Total Biaya Operasional 2 002 628 Sumber: Hasil Analisis Data (2014)

Tabel 37 Investasi untuk limbah >1280 kg

No Komponen Jumlah Biaya Satuan (Rp)

Biaya Total (Rp)

Biaya Total Harian (Rp)

1. Lahan dan bangunan 50 2 150 000 107 500 000 17 228

2. Incinerator Tipe 20 1 unit 1 102 171 200 1 102 171 200 4 592 380

4. Kebutuhan solar sebagai bahan bakar

30 ltr/jam 8 000 1 920 000 1 920 000

5. Tenaga kerja pengawas 3 orang 2 447 450 7 342 350 282 398,077

Total Biaya Operasional 6 812 006 Sumber: Hasil Analisis Data (2014)

Page 90: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

76

Jika biaya investasi pengolahan limbah medis dibandingkan dengan biaya

penyerahan limbah jika diolah oleh pihak ketiga, maka hasilnya adalah seperti

pada Tabel 38.

Tabel 38 Cost-effectiveness with fixed (identical) effectiveness for medical wastes treatment

Effetiveness (kg of medical

wastes handled)

Alternatif A Alternatif B

Cost C/E ratio Cost maximal C/E ratio

<160 < 272 000 1 700 1 102 977 6 893,61 160-800 272 000- 1 360 000 1 700 1 653 318 2 066, 65

800-1178 1 360 000-2 002 628 1 700 2 002 628 2 503, 29 1178-1280 2 004 300 – 2 176 000 1 700 2 002 628 1 700 1281-4007 2 177 700- 6 811 900 1 700 6 812 006 5 371,73

>4008 >6 813 600 1 700 6 812 006 1700 Sumber: Hasil Analisis Data (2014)

Berdasarkan tabel di atas, jika membandingkan kedua biaya alternatif

pengolahan limbah medis, rasio efektivitas biaya akan lebih kecil jika diserahkan

ke pihak ketiga (alternatif A) ketika jumlah limbah sebanyak 1-1178 kg dan

berada diantara selang 1281-4007 kg. Sedangkan apabila jumlah limbah medis

berada diantara selang 1178-1280 kg dan lebih dari 4008 kg, maka alternatif B

(pengolahan limbah secara mandiri dengan investasi incinerator) akan lebih

efektif jika dibandingkan dengan penyerahan ke pihak ketiga karena rasio

efektivitas biaya maksimalnya lebih kecil dibandingkan dengan alternatif A.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan limbah

medis dengan incinerator. Pembakaran tidak akan menghanguskan material

hingga 100%. Biasanya hasil pembakaran akan menyisakan abu 2% hingga 5%

dari total pembakaran. Abu ini bersifat berbahaya dan beracun, sehingga harus

diserahkan ke pengelola yang telah dipercaya. Konsekuensinya adalah adanya

biaya tambahan yang akan dikeluarkan jika menyerahkan abu ke pihak lain.

Selain itu, incinerator membutuhkan perawatan secara periodik, sehingga ada

biaya-biaya tambahan yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk

mengolah sendiri limbah medis tersebut.

Page 91: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

77

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Hadirnya perusahaan pengolah dan pemanfaat limbah B3 menunjukkan

bahwa limbah B3 dapat bernilai ekonomi baik itu dari segi pembayaran jasa

atas pengolahan maupun penjualan produk hasil pemanfaatan B3, serta

membantu pemerintah dan penghasil limbah dalam mengatasi permasalahan

pengelolaan B3 nya. Berdasarkan aspek-aspek penilaian seperti aspek pasar,

sosial-ekonomi, hukum, teknis, perusahaan-perusahaan seperti ini layak

dikembangkan. Dan berdasarkan aspek finasial, keuntungan yang diperoleh

oleh perusahaan dalam jangka waktu yang telah direncanakan akan bernilai

positif dengan tingkat pengembalian yang cukup besar (Net B/C=3) dengan

NPV sebesar Rp 118 490 712 312 dan IRR sebesar 17% dan pengembalian

investasi (pay back period) pada tahun ke 8. Hal yang perlu

dipertimbangkan dalam perencanaan pengelolaan B3 ini adalah skala

ekonominya, yakni ketika terjadinya perubahan jumlah masukan limbah B3

dimana jumlah masukan limbah tidak mencapai 70% dari kapasitas alat

pengolah limbah, kondisi tersebut mengakibatkan usaha ini menjadi tidak

layak untuk dijalankan.

2. Dalam kondisi anggaran terbatas, penanganan fly ash oleh pihak ketiga

akan lebih efektif dibandingkan jika mengelola secara mandiri karena dari

segi biayasedangkan apabila berada pada kondisi anggaran tak terbatas,

maka memanfaatkan fly ash menjadi paving block akan lebih

menguntungkan. Limbah sludge akan lebih efektif apabila dimanfaatkan

menjadi low grade paper dibandingkan apabila diserahkan ke perusahaan

pengolah B3. Apabila jumlah limbah solvent kurang dari 60 liter lebih

efektif jika diserahkan ke pihak ketiga sebaliknya, apabila solvent lebih

dari 60 liter, rasio biaya apabila menyerahkan ke pihak ketiga akan 3.26

kali lebih besar jika dibandingkan menangani sendiri. Limbah medis akan

lebih efektif diserahkan ke pihak ketiga jika limbah berjumlah 1-1177 kg/

hari dan 1281-4007 kg/hari, sedangkan limbah dengan jumlah 1178-1280

kg/ hari dan lebih dari 4007 kg/hari akan lebih efektif jika mengolah

sendiri dengan investasi incinerator.

Page 92: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

78

Saran

1. Usaha pengolahan dan pemanfaatan limbah B3 ini selain membantu

mengatasi permasalahan limbah B3 ternyata memberikan keuntungan dan

pengembalian yang besar bagi pelaku usaha, sehingga jasa pengolahan dan

pemanfaatan B3 layak jika terus dikembangkan dan bahkan untuk skala

yang lebih besar mengingat jumlahnya di Indonesia masih sedikit,

sementara permintaan cukup besar. Namun yang perlu diperhatikan adalah

skala usahanya karena jika ukuran masukan limbah kecil, pengeluaran atas

biaya-biaya tidak dapat ditutupi oleh penerimaan, baik dari pengolahan

maupun penjualan produk hasil pemanfaatan.

2. Bagi PT.X, usaha pengelolaan limbah B3 ini memang menguntungkan secar

finansial bagi perusahaan dan layak untuk dikembangkan lebih jauh, namun

perlu untuk tetap memperhatikan bagaimana agar limbah B3 ditangani

dengan tepat dan sesuai kaidah-kaidah yang berlaku sehingga tidak

merugikan lingkungan sekitar dan bahkan perusahaan sendiri nantinya

sehingga aktivitas pengelolaan B3 ini dapat bertahan lama.

3. Bagi para pelaku usaha yang menghasilkan limbah B3 dapat

mempertimbangkan keputusan terbaiknya, apakah dengan mengelola sendiri

atau menyerahkan ke pihak ketiga untuk mengolah limbah B3nya sehingga

permasalahan limbah B3 tidak menjadi beban lagi bagi perusahaan, apalagi

saat ini telah ada berbagai bentuk pendanaan lingkungan di Indonesia

sehingga usaha pengendalian pencemaran limbah tidak lagi memberatkan.

4. Pendekatan pemilihan keputusan terbaik penanganan masalah limbah B3

dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan cost effectiveness analysis

atau dengan biaya terkecil, namun ada pertimbangan-pertimbangan lain

diluar biaya yang menjadi dasar pengambilan keputusan pengolahan limbah

B3. Sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai keputusan

pengolahan limbah B3 ini, seperti faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan/ mengapa menyerahkan ke pihak ketiga, serta persepsi dan

pengetahuan perusahaan tentang pengolahan dan pemanfaatan limbah B3

5. Aktivitas usaha pengolahan dan pemanfaatan limbah B3 seperti ini adalah

salah satu pengelolaan limbah B3 sehingga pemerintah sebaiknya

Page 93: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

79

mendorong pengelolaan B3 apakah dengan mekanisme insentif ekonomi

seperti subsidi maupun penetapan tarif pajak sehingga mendorong industri

ini berkembang di Indonesia. Selain itu, resiko aktivitas industri ini cukup

besar mengingat karakteristik B3 itu sendiri, sehingga program asuransi

lingkungan sebaiknya dikembangkan lebih jauh agar aktivitas-aktivitas

pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan ini dapat berkembang tanpa

adanya rasa kekahwatiran akan biaya recovery ketika terjadinya kecelakaan

akibat aktivitas usaha ini.

Page 94: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

80

DAFTAR PUSTAKA Alumur, Sibel dan Bahar Y. K. 2007. A new Model for the hazardous waste

location-routing problem. Jurnal. Elsevier : Computer and Operating Research 34 (2007) 1406-1423.

Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Industri Besar dan sedang Jawa Barat 2010. Buku 1 hal. 43-52. Penerbit : Badan Pusat Statistik.

Berkel, Rene Van. 2010. Evolution and diversification of National Cleaner Production Centres (NCPCs). Jurnal. Elsevier : Journal of Environmental Management 91 (2010) 1556-1565.

Blackman, Allen. 2009. Colombia’s discharge fee program : Incentives for polluters or regulators? Jurnal. Elsevier : Journal of Environmental Management 90 (2009) 101-119.

Boardman E.Anthony, Greenberg H. David, Vining R.Aidan, Weimer L. David. 2006. Cost-Benefit Analysis. Third Edition. New Jersey: Pearson Education Inc.

Cantor, Scott. B dan Ganiats, T.G. 1999. Incremental cost effectiveness analysis : the optimal strategy depends on the strategy set. Jurnal. Elsevier : J Clin Epidemiol Vol. 52, No.6, pp. 517-522.

Dixon, J.A dan Maynard M. H. 1991. Teknik Penilaian Ekonomi Terhadap Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 2014. Upah Minimum Sektoral Provinsi dan Kabupaten/Kota se Indonesia tahun 2011 s.d 2014. Penerbit : Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Ersa, Nanda Savira.2012.Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Rumah sakit. Skripsi. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Fauzi, A. 2006. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Field, B.C. 1994. Environmental Economics : An Introductory. Singapore: McGraw-Hill, Inc.

Ginting, Perdana. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Bandung: Yrama Widya.

Gittingger, J. Price. 2008. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Hamid, H dan B. Pramudyanto. 2007. Pengawasan Industri dalam Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Jakarta : Penerbit Granit.

Haqq, Kamila. 2009. Analisis Efektivitas Biaya dan Penilaian Masyarakat Terhadap Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Telogorejo Semarang. Skripsi. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Husin, Sukanda. 2009. Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta.: Penerbit Sinar Grafika.

Page 95: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

81

Kementerian Lingkungan Hidup, 2013 : Bimbingan Teknis (Bintek) Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Batam, pada tanggal 18-20 Juni 2013- See more at : http://www.menlh.go.id/bimbingan-teknis-pengelolaan-limbah-b3/#sthash.KvMsizZC.dpuf dan http://www.menlh.go.id/rancangan-peraturan-pemerintah-rpp-tentang-pengelolaan-bahan-berbahaya-dan-beracun-b3-limbah-b3-dan-dumping-limbah-b3/#sthash.zg4RZhPt.dpuf. Diakses pada : 11 Februari 2014.

Kementerian Lingkungan Hidup. Insentif dan Pendanaan Lingkungan. Buletin. Kementerian Lingkungan Hidup. Produksi Bersih. Buletin

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep-01/Bapeda/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep-01/Bapeda/09/1995 tentang Tata Cara dan Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep-02/Bapeda/09/1995 tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep-03/Bapeda/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Keraf, A. Sony. 2010. Krisis dan Bencana Lingkungan Hidup Global. Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Komarayati S, Gusmailina, Saepuloh. 2009. Prospek dan Kualitas Pupuk Organik dari Limbah Padat Industri Pulp dan Kertas. Jurnal.

Kristanto, Philip. 2004. Ekologi Industri. Yogyakarta : Penerbit Andi. Luken, Ralph. A. 2009. Equivocating on the polluter-pays principle: The

consequence for Pakistan. Jurnal. Elsevier : Jurnal of Environmental Management 90 (2009) 3479-3484

Mara, D dan S. Cairncross.1994. Pemanfaatan Air Limbah dan Eksreta. Bandung : Penerbit ITB

Mankiw, N. Gregory. 2000. Pengantar Ekonomi. Jakarta : Penerbit Erlangga Mitchell.B, B. Setiawan, D.H. Rahmi. 2010. Pengelolaan Sumberdaya dan

Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Nemerow, L. Nelson dan Dasgupta Avijit. 1991. Industrial and Hazardous Waste

Treatment. New York :Wiley & Sons, Incorporated. Nicholson, Walter. 2002. Mikroekonomi Intermediate. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Page 96: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

82

Pedoman Pengelolaan bahan berbahaya dan Beracun dengan Incinerator. Badan Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Surabaya. http://lh.surabaya.go.id/weblh/?c=main&m=detail&id=52. Kamis, 03 April 2014, pukul 12:35.

Penangan dan Pengolahan Limbah Rumah Sakit. Di unduh melalui http://shantybio.transdigit.com/?Biology_Dasar_Pengolahan_Limbah:Penanganan_dan_Pengolahan_Limbah_Rumah_Sakit. Kamis, 03 April 2014, pukul 10:15.

Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Tahun 2007 Tentang Jenis-jenis Bahan Berbahaya dan Beracun.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.18 Tahun 2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.30 Tahun 2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun serta pengawasan Pemulihan akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun oleh Pemerintah Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285).

Phillips, Ceri dan Thompson, Guy. 2001. What is Cost-effectiveness? Jurnal. Volume 1 No. 3. Hayward Medical Communications, Hayward Group plc.( www.evidence-based-medicine.co.uk)

Polprasert, Chongrak dan L.R.J Liyanage. 1996. Hazardous wate generation and processing.Jurnal. Elsevier: Resources, Conservation and Recycling 16 (1996) 213-226.

Rubinstein, Lynn. 2012. Moving towards Zero Waste & Cost Savings – A Roadmap for Builders & Contractors for Construction & Demolition Projects. Northeast Recycling Council, Inc. With funding from the U.S. Environmental Protection Agency.

Safitri E dan Djumari. 2009. Kajian Teknis dan Ekonomis Pemanfaatan Limbah Batu Bara (Fly Ash) pada Produksi Paving Block. Jurnal. Media Teknik Sipil, Volume IX, Januari 2009.

Saltelli, A., Ratto,M., Andreas, T., Compolongo, F., Cariboni,J., Gatelli, D., Saisana, M.,Tarantola, S. 2008. Global Sensitivity Analysis: The Primer. Wiley Online Library.

Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor : 03-0348-1989. Suparmoko, M dan Suparmoko Maria. Ekonomika Lingkungan. Yogyakarta :

Penerbit BPFE.

Page 97: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

83

Tim Pengajar MK. Ekonomi Lingkungan. 2010. Ekonomi Lingkungan. Modul Kuliah. Departemen ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.

Wardhana, W.A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Tabel 13, Bab IV Hal 59. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Wibisono, Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR –Corporate Social Responsibility. Gresik : Fascho Publishing

World green house emissions by sector (http://maps.grida.no/go/graphic/world-greenhouse-gas-emissions-by-sector2). Diakses pada : 12 Februari 2014

Zero Waste New Zealand Trust. 2001. The End of Waste. Zero Waste by 2020 (www.zerowaste.co.nz).

Page 98: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

84

LAMPIRAN

Page 99: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

85

Dokumentasi Penelitian

Gambar 1 Insinerator PT.X dan Perlengkapan laboratorium untuk menhuji limbah

Gambar 2. Fly Ash. Mesin Cetak Paving Block, dan Paving Block

Gambar 3. Sludge, Mesin Cetak Kertas, dan Low grade paper

Page 100: ANALISIS BIAYA-MANFAAT PERUSAHAAN PENGELOLA … · limbah dengan jumlah 11781280 kg/ hari dan lebih dari 4007- kg/hari akan lebih efektif jika mengolah sendiri dengan investasi

86

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tarutung pada tanggal 12 Juli 1992 dari pasangan

Emile Lumbantobing dan Osda Situmorang. Penulis adalah putri pertama dari

lima bersaudara. Penulis lulus dari SMA N.1 Tarutung pada tahun 2010 dan

diterima di Institut Pertanian Bogor, Departemen Ekonomi Sumberdaya dan

Lingkungan melalui jalur USMI.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum mata

kuliah Ekonomi Umum tahun ajaran 2011/2012, 2012/2013, dan 2013/2014.

Penulis juga aktif di berbagai organisasi baik di dalam maupun luar kampus

seperti sekretaris pada Departemen Science and Technology IAAS LC IPB, ketua

organisasi mahasiswa asal daerah PARTARU, Komisi Pelayanan Anak PMK IPB,

dan DPM FEM IPB. Penulis juga menerima beasiswa BBM pada 2011/2012 dan

Karya Salemba Empat 2012/2013-2013/2014. Pada Juni-Agustus 2014, Penulis

berkesempatan mengikuti program Kuliah Kerja Praktek (KKP) bekerjasama

dengan PT.Arutmin Kintap Coal Mine, di desa Sungai Cuka, Kalimantan Selatan.