analisis bentuk tidak baku pada karangan narasi

20

Click here to load reader

Upload: domien

Post on 16-Dec-2016

244 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS BENTUK TIDAK BAKU PADA KARANGAN NARASI

i

ANALISIS BENTUK TIDAK BAKU PADA KARANGAN NARASI

SISWAKELAS VII B SMP NEGERI 1 SAMBIREJO SRAGEN

TAHUN AJARAN 2012/2013

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata 1

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun Oleh:

EKO YULI SETYOWATI

A 310 090 048

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

Page 2: ANALISIS BENTUK TIDAK BAKU PADA KARANGAN NARASI

ii

Page 3: ANALISIS BENTUK TIDAK BAKU PADA KARANGAN NARASI

iii

ANALISIS BENTUK TIDAK BAKU PADA KARANGAN NARASI

SISWAKELAS VII B SMP NEGERI 1 SAMBIREJO SRAGEN

TAHUN AJARAN 2012/2013

ABSTRAK

Eko Yuli Setyowati, A310090048, Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra

Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013.

Bahasa baku merupakan bahasa yang mempunyai nilai komunikatif yang

paling tinggi, yang digunakan dalam kepentingan nasional, dalam situasi resmi atau

dalam lingkungan resmi dan pergaulan sopan yang terikat oleh tulisan baku, ejaan

baku, kosakata baku, tata bahasa baku, serta lafal baku. Peneliti melakukan

penelitian terhadap karangan narasi siswa untuk mengkaji lebih dalam bentuk kata

tidak baku pada karangan narasi siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Sambirejo.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Untuk mengetahui

bentuk kata tidak baku pada karangan narasi siswa kelas VII B SMP. 2) Untuk

mengetahui penyebab ketidakbakuan terhadap makna kalimat dalam karangan

narasi siswa kelas VII B SMP. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dengan

teknik catat dan wawancara. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode padan. Hasil penelitian menunjukkan : 1) bentuk ketidakbakuan

kata karena kesalahan pada bentuk kata sebanyak 37, bentuk ketidakbakuan karena

pemilihan kata yang tidak baku sebanyak 15, bentuk ketidakbakuan karena

ketidaklogisan kata dalam kalimat sebanyak 3, bentuk ketidakbakuan karena

penggunaan ejaan yang tidak tepat sebanyak 40, 2) penyebab ketidakbakuan

terhadap makna kalimat dalam karangan narasi siswa yang disebabkan oleh

kurangnya pemahaman siswa terhadap baku atau tidak bakunya kata dalam kalimat,

kurangnya pemahaman siswa terhadap tata bahasa Indonesia yang benar khususnya

pada bidang morfologi, kesalahan pada EYD (Ejaan Yang Disempurnakan), siswa

masih terpengaruh bahasa Jawa yang membuat kata tersebut menjadi tidak baku.

Hal itu terbukti bahwa banyaknya kesalahan yang dibuat siswa pada saat mengarang

narasi. Yang menyebabkan kata menjadi tidak baku.

Kata kunci : bentuk tidak baku, penyebab, karangan narasi.

Page 4: ANALISIS BENTUK TIDAK BAKU PADA KARANGAN NARASI

1

A. PENDAHULUAN

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

siswa dalam berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun

tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia

Indonesia (BSNP, dalam Sufanti, 2010:12). Komponen kemampuan berbahasa

dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia berupa aktivitas mendengarkan, berbicara,

membaca, dan menulis. Dalam komponen tersebut sangat fleksibel, tetapi yang

menjadi fokus dalam pembelajaran tersebut adalah ketrampilan berbahasa untuk

berkomunikasi. Dalam hal ini yakni kegiatan menulis yang merupakan suatu

bentuk kompetensi berbahasa selain kompetensi mendengarkan, berbicara dan

membaca.

Mengarang merupakan suatu kegiatan mengungkapkan yang disampaikan

melalui bahasa tulis dengan tujuan untuk dipahami pembaca. Mengarang adalah

kegiatan merangkai kata-kata yang disusun berdasarkan tema yang sudah

ditentukan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Kegiatan

mengarang tidak akan terlepas dari konsep dasar sintaksis. Salah satu bidang ilmu

bahasa sintaksis. Sintaksis merupakan tata bahasa yang membahas hubungan antar

kata dalam tuturan. Salah satu satuan tuturan adalah kalimat. Kalimat adalah

satuan yang merupakan suatu keselurahan yang memiliki intonasi tertentu

sehingga pemarkah keseluruhan itu. Sintaksis dengan antar kata saling

berhubungan dalam kalimat. Menurut Keraf (2003,136) Narasi merupakan suatu

bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada

pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Narasi bertujuan untuk memberikan

informasi kepada pembaca dan menyampaikan suatu amanat kepada pembaca.

Akhadiah (2002:2) mengungkapkan bahwa menulis adalah kegiatan

mengorganisasikan gagasan serta mengungkapkan secara tersurat. Menulis adalah

kegiatan melahirkan pikiran atau gagasan seperti mengarang, membuat surat dan

tulisan. Kegiatan mengarang adalah kegiatan yang dapat menggali kemampuan

Page 5: ANALISIS BENTUK TIDAK BAKU PADA KARANGAN NARASI

2

dalam bidang kebahasaan, menyampaikan kalimat melalui tulisan. Hubungan

antara menulis dan membaca merupakan hubungan yang sangat erat. Bila kita

ingin menuliskan sesuatu maka pada prisipnya kita ingin agar tulisan tersebut

dibaca oleh orang lain.

SMP Negeri 1 Sambirejo menjadi objek peneliti untuk melakukan penelitian

mengenai bentuk kalimat tidak baku pada karangan siswa, berdasarkan hasil

wawancara peneliti dengan salah satu guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1

Sambirejo, Ibu Sri Lestari beliau mengatakan bahwa kemampuan siswa dalam

menulis karangan masih kurang. Ada beberapa siswa yang belum bisa memahami

jenis-jenis karangan sehingga ketika siswa diminta untuk menuliskan karangan

narasi, deskripsi, argumentasi, dan eskposisi masih banyak siswa yang

kebingungan untuk membuat karangan tersebut. Sebagian besar siswa dalam

menuliskan karangan masih ada beberapa kesalahan dalam ejaan, pemilihan kata

dan penggunaan kata baku yang kurang tepat.

Hasil penelitian Widyaningsih (2009) ini, menunjukkan bahwa kesalahan

pemakaian bahasa Indonesia dalam karangan siswa kelas X SMA 2 Sukoharjo

yang meliputi bidang ejaan (penulisan huruf kapital, penulisan kata turunan,

penulisan kata ulang, penulisan gabungan kata, penulisan kata ganti, penulisan

kata depan, partikel dan penulisan akronim/ singkatan) selain itu, kesalahan juga

terdapat pada penggunaan kata baku yang tidak tepat. Kesalahan yang dibuat oleh

siswa sebagian besar terletak pada kesalahan penggunaan huruf kapital, tanda titik,

tanda koma, kata depan, penulisan singkatan/ akronim dengan penggunaan kata

yang tidak baku. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sma meneliti

bentuk ketidakbakuan pada karangan siswa. Perbedaannya dengan penelitian ini

adalah Widyaningsih menitikberatkan penelitiannya pada kesalahan ejaan dan

ketidakbakuan kata pada karangan siswa, yang disebabkan oleh bidang ejaan dan

jenis karangannya.

Page 6: ANALISIS BENTUK TIDAK BAKU PADA KARANGAN NARASI

3

Hasil penelitian yang dilakukan Khanna (2008), menemukan penggunaan

kalimat mubazir dan bentuk tidak baku pada kata kapula, kemubaziran dua kata/

lebih yang bersinonim, kemubaziran kata berlebihan dan penggunaan kata banyak

dan kata ulang. Untuk bentuk tidak baku yang sering digunakan siswa pada saat

mengarang adalah bentuk ketidakbakuan karena fonem /i/ dan ketidakbakuan

konsonan. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah Nia menitikberatkan

penelitiannya pada kemubaziran dan bentuk tidak baku pada karangan narasi

siswa, yang disebabkan oleh penggunaan fonem /i/ dan penggunaan konsonan,

sedangkan pada penelitian ini hanya menitikberatkan pada bentuk kalimat tidak

baku pada karangan siswa.

Hasil penelitian Agustianti (2009) menunjukan bahwa keaktifan siswa dalam

proses pembelajaran selalu meningkat pada setiap siklusnya. Nilai yang diperoleh

siswa selalu mengalami peningkatan yang signifikan. Dalam penelitian ini

agustianti menitikberatkan pada kemampuan siswa dalam mengembangkan

karangan narasi dan struktur narasi yang meliputi struktur pembuatan, latar, alur,

sudut pandang dan penokohan pada siswa kelas X SMK Muhammadiya 2

Surakarta. Persamaan dengan penelitian in adalah sama-sama meneliti karangan

narasi siswa. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah Agustianti

menitikberatkan pada kemampuan siswa dalam mengembangkan karangan narasi

dan melihat struktur narasi, tetapi pada penelitian ini menitikberatkan bentuk

kalimat tidak baku pada karangan narasi siswa SMP.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

terhadap bentuk tidak baku pada karangan narasi siswa kelas VII B SMP Negeri

Sambirejo Tahun Ajaran 2012/2013, karena sepengetahuan penulis masih banyak

ditemukan kesalahan-kesalahan dalam bentuk kata yang tidak baku pada karangan

siswa dan penulis ingin mengetahui penyebab yang timbul dari ketidakbakuan

terhadap makna kalimat pada karangan narasi siswa.

Page 7: ANALISIS BENTUK TIDAK BAKU PADA KARANGAN NARASI

4

B. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah jenis pendekatan

kualitatif, dan strategi penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif

deskriptif. Data deskriptif adalah sebuah pengumpulan data yang berupa kata-kata,

frasa, kalimat, atau gambaran sesuatu, dan hasilnya tidak berupa angka-angka atau

koefisien tentang hubungan antar variabel (Moleong, 2004:3).

Objek dalam penelitian ini adalah karangan siswa yang berupa bentuk kata

tidak baku. Subjek dalam penelitian ini adalah karangan narasi karya siswa kelas

VII B SMP N 1 Sambirejo. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa

kalimat yang terdapat pada karangan narasi siswa kelas VII B SMP N 1

Sambirejo yang mengandung kata tidak baku. Sumber data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah dokumen. Dokumen adalah bahan tertulis yang

bergayutan dengan peristiwa atau aktivitas tertentu (Sutopo, 2002:54). Dokumen

yang digunakan wacana sebagai sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari

karangan narasi siswa kelas VII B SMP N 1 Sambirejo. Metode pengumpulan

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dengan teknik

catat dan wawancara. Metode simak yaitu metode yang dilakukan dengan cara

dalam pelaksanaan penyimakan penggunaan bahasa pada karangan narasi yang

merupakan bahasa tulis, sehingga teknik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik catat (Mahsun, 2007:86-87). Yaitu pencatatan data yang berkaitan

dengan objek penelitian. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode padan. Menyimpulkan dari penjelasan Mahsun (2007:117-120)

metode padan adalah metode atau upaya menemukan kaidah dalam tahap analisi

alat penentunya adalah bahasa itu sendiri baik dari luar bahasa atau dalam bahasa

itu sendiri. Dalam penelitian ini yang akan dianalisis adalah kalimat pada

karangan narasi siswa. Dalam tahap ini dikumpulkan karangan narasi siswa, dan

diidentifikasi tentang bentuk ketidakbakuan yang terdapat dalam karangan narasi

Page 8: ANALISIS BENTUK TIDAK BAKU PADA KARANGAN NARASI

5

siswa. Untuk menggali data siswa dan guru peneliti menggunakan teknik

wawancara.

Wawancara atau interview merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk

mendapatkan informasi dari responden (siswa, orang yang diwawancarai) dengan

melakukan tanya jawab sepihak. Artinya dalam kegiatan wawancara itu

pertanyaan hanya berasal dari pihak pewawancara, sedang responden yang

menjawab pertanyaan-pertanyaan saja.

Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

teknik triangulasi teori. Teknik trianggulasi teori yang digunakan dalam penelitian

ini karena hanya trianggulasi yang sesuai dengan penelitian ini. Sejalan dengan itu

(Sutopo, 2002:82) mengemukakan bahwa trianggulasi ini dilakukan oleh peneliti

dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas

permasalahan yang dikaji. Berdasarkan beberapa perspektif tersebut akan

diperoleh pandangan yang lebih lengkap, tidak hanya sepihak sehingga bisa

dianalisis dan ditarik simpulan yang lebih utuh dan menyeluruh karena setiap

pandangan teori selalu memiliki kekhususan cara pandang, maka dengan

menggunakan beberapa perspektif teori akan menghasilkan simpulan yang

multidimensi.

C. Hasil dan Pembahasan

1. Kesalahan pada karangan narasi siswa SMP kelas VII B.

a. Kesalahan Pada Bentuk Kata

Dalam bahasa Indonesia ada tiga unsur pembentuk kata, yaitu imbuhan,

perulangan, dan pemajemukan. Perubahan bentuk kata dapat mempengaruhi

makna suatu kata. Ketidaktepatan dalam pembentukan kata mengakibatkan

kalimat itu tidak efektif, dan bahkan tidak komunikatif. Berikut akan

dijelaskan kesalahan pada bentuk kata.

1) Tiba-tiba saya dibangunin oleh ibuku. (Kra 1 prg 1 kelas VIIB SMP)

Page 9: ANALISIS BENTUK TIDAK BAKU PADA KARANGAN NARASI

6

Data pada (1.1) dibangunin seharusnya adalah dibangunkan.

Dibangunin merupakan bentukan kata dasar dari kata bangun, mendapat

imbuhan di-. Dalam tata kalimat morfologi tidak ada akhiran –in dan

imbuhan –in merupakan imbuhan yang tidak baku. Kata dibangunin

lazim digunakan dalam percakapan. Dibangunkan merupakan bentukan

dari imbuhan gabung awalan di-, dan akhiran -kan, dan kata dasar

bangun. Karena pembentukan katanya sudah benar kata dibangunkan

merupakan kata baku. Kata dibangunkan mempunyai arti „dibangkitkan

dari tidur.‟ (KBBI, 2008:95)

2) Pada waktu perjalanan saya tertidur dengan nyenyaknya tak nyangka

saya sudah sampai rumah. (Kra 1 prg 3 kelas VIIB SMP)

Pada data (1.2) kata nyangka seharusnya adalah menyangka.

Kalimat tersebut terpengaruh oleh bahasa Jawa, sehingga kata nyangka

berkata dasar sangka akan lebih tepat apabila diubah strukturnya menjadi

menyangka. Kata menyangka mempunyai arti „menduga atau mengira.‟

(KBBI, 2008:572)

3) Hari libur pun tlah tiba, aku ingin sekali ikut ayah ke Jakarta untuk

berlibur disana. (Kra 3 prg 1 kelas VIIB SMP)

Pada data (1.3) kata tlah seharusnya telah. Bentuk tlah dan telah

merupakan kata bahasa Indonesia. Kata telah lazim digunakan dalam

bahasa tulis. Sedangkan kata tlah lazim digunakan dalam percakapan.

Maka kata yang baku adalah telah yang berarti „sudah (untuk menyatakan

perbuatan atau keadaan).‟ (KBBI, 2008:606)

4) Mereka ngerjain aku dengan mengelempari batu kepadaku. (Kra 2 prg

2 kelas VIIB SMP)

Pada data (1.4) kata mengelempari seharusnya adalah melempari.

Kata mengelempari merupakan bentukan kata dasar lempar yang

mendapat imbuhan men-, sedangkan tata kalimat dalam morfologi tidak

Page 10: ANALISIS BENTUK TIDAK BAKU PADA KARANGAN NARASI

7

ada akhiran –i. Jadi kata mengelempari bukan kata baku dalam bahasa

Indonesia. Melempari merupakan bentuk kata dasar lempar dan mendapat

imbuhan gabung awalan me- dan akhiran –i. Karena bentuk kata

melempari sudah benar, maka melempari merupakan kata baku.

Melempari mempunyai arti „membuang jauh-jauh, melontarkan atau

melantingkan.‟ (KBBI, 2008:417)

5) Ketika pulang aku salah turun lalu kakiku terkena kenalpot. (Kra 4 prg

1 kelas VIIB SMP)

Pada data (1.5) kata kenalpot menjadi tidak baku karena

terpengaruh oleh bahasa Jawa. Kata kenalpot akan lebih tepat apabila

diubah menjadi knalpot yang berarti „bagian motor berbentuk pipa

panjang yang berfungsi meredam bunyi letupan tempat saluran buangan

gas.‟ (KBBI, 2008:373)

b. Kesalahan Karena Pilihan Kata

Kesalahan yang sering terjadi pada kalimat yakni pemilihan kata yang

tidak tepat. Dalam menyusun sehuah kalimat hendaknya diperhatikan

pemilihan kata diantara kata-kata yang bersinonim, yang maknanya sesuai

dengan makna lingkungan kalimat yang kita kehendaki. Berikut pemilihan

kata yang tidak tepat dalam sebuah kalimat.

2) Hari ini aku senang sekali karena semua orang baik sama aku. (Kra 5 prg

1 kelas VIIB SMP)

Pada data (2) kata sama kurang tepat pemakaiannya. Yang tepat

adalah kata kepada. Kata sama lazim digunakan dalam bahasa

percakapan. Kata kepada mempunyai arti „orang yang akan dituju.‟

(KBBI, 2008:567). Berikut kalimat yang efektif.

2.1) Hari ini aku senang sekali karena semua orang baik kepada aku.

3) Sehabis itu mereka memanggilku dan mengajak aku berkenalan. (Kra 5

prg 2 kelas VIIB SMP)

Page 11: ANALISIS BENTUK TIDAK BAKU PADA KARANGAN NARASI

8

Pada data (3) kata sehabis kurang tepat pemakaiannya. Kata yang

tepat adalah setelah. Sebab kata setelah dipakai untuk menerangkan

sesudah (untuk menyatakan perbuatan, atau keadaan). Kata sehabis lazim

digunakan pada bahasa percakapan. Kata setelah mempunyai arti

„sesudah.‟ (KBBI, 2008:272). Berikut kalimat yang efektif.

3.1) Setelah itu mereka memanggilku dan mengajak aku berkenalan.

4) Aku dan adikku diajak jalan-jalan menggunakan sepeda motor. (Kra 7 prg

1 kelas VIIB SMP)

Pada data (4) kata menggunakan kurang tepat pemakaiannya dalam

kalimat tersebut. Yang tepat adalah mengendarai. Mengendarai

mempunyai arti “‟mengemudikan kendaraan,‟ dan pada kalimat tersebut

yang dikemudikan kendaraan sepeda motor. Kata menggunakan

mempunyai arti „memakai, mengambil atau melakukan sesuatu.‟ (KBBI,

2008:271). Berikut kalimat yang efektif.

4.1) Aku dan adikku diajak jalan-jalan mengendarai sepeda motor.

5) Bangunan candi dilihat dari jauh berkesan sangat megah, kokoh, dan

indah karena terbuat dari batu alam asli. (Kra 12 prg 1 kelas VIIB SMP)

Pada data (5) kata berkesan kurang tepat pemakaiannya. Yang tepat

adalah terlihat. Kata terlihat mempunyai arti dapat dilihat, tampak, tiba-

tiba atau tidak sengaja dilihat. Kata berkesan mengandung arti

„meninggalkan bekas, berbekas, atau menimbulkan kesan.‟ (KBBI,

2008:421). Berikut kalimat yang efektif.

5.1) Bangunan candi dilihat dari jauh terlihat sangat megah, kokoh, dan

indah karena terbuat dari batu alam asli.

6) Ternyata di rumah KH. Masrori ada pohon jambu air yang sudah masak.

(Kra 1 prg 1 kelas VIIB SMP)

Page 12: ANALISIS BENTUK TIDAK BAKU PADA KARANGAN NARASI

9

Pada data (6) kata masak kurang tepat pemakaiannya. Yang tepat

adalah matang. Kata masak dan matang merupakan kata bahasa

Indonesia. Kata masak lazim digunakan dalam percakapan. Kata matang

lazim digunakan dalam bahasa tulis. Mata kata yang baku adalah matang

yang berarti „sudah tua dan sudah sampai waktunya untuk dipetik,

dimakan (buah-buahan).‟ (KBBI, 2008:437). Berikut kalimat yang

efektif.

6.1) Ternyata di rumah KH. Masrori ada pohon jambu air yang sudah

matang.

c. Kesalahan Karena Kalimat Yang Tidak Logis

Ketidaklogisan suatu kalimat sangat ditentukan oleh hubungan antara

makna gramatikal kalimat tersebut dengan makna leksikal kata-kata yang

membentuknya. Berikut kalimat-kalimat yang tidak logis.

3) Penjahat kambuhan itu akhirnya berhasil ditangkap polisi. (Kra 19 prg 1

kelas VIIB SMP)

Pada data (3) ketidaklogisan yang terdapat dalam kalimat tersebut

terletak pada pertalian makna penjahat kambuhan itu dengan makna

berhasil ditangkap polisi. Benarkah penjahat kambuhan itu merasa

berhasil setelah ditangkap polisi. Tertangkapnya penjahat tersebut

bukanlah suatu keberhasilan bagi penjahatnya, melainkan suatu

keberhasilan bagi polisi yang memang sudah berusaha menangkapnya.

Kalimat tersebut yang benar adalah.

(3.1) Polisi berhasil menangkap penjahat kambuhan itu.

4) Hari yang paling menegangkan adalah saat semesteran. (Kra 4 prg 1 kelas

VIIB SMP)

Pada data (4) ketidaklogisan kalimat terdapat dalam kalimat pada

pertalian makna leksikal kata semesteran dalam kalimat pasif. Sesuai

Page 13: ANALISIS BENTUK TIDAK BAKU PADA KARANGAN NARASI

10

dengan fungsinya, kata semesteran tersebut mempunyai makna

gramatikal yang melakukan pekerjaan (ujian semester). Padahal kata

semesteran merupakan tengah tahunan. Sebetulnya penulis ingin

memberitahukan bahwa pada saat ujian semesteran sedang berlangung

saat itulah hari-hari yang paling menegangkan. Kalimat tersebut yang

benar adalah.

(4.1)Hari yang paling menegangkan adalah pada saat ujian semesteran.

5)Sepedaku yang melaju kencang itu tidak dapat dikendalikan karena

jalan yang licin karena hujan. (Kra18 prg 2 kelas VIIB SMP)

Pada data (5) ketidaklogisan terdapat pada pertalian antara makna

dan fungsi kata karena jalan yang licin karena hujan. Dilihat dari makna

leksikalnya, maka hujan lah yang menyebabkan jalan licin, dan jalan licin

menyebabkan jatuh. Bukan jalan yang licin karena hujan. Sebetulnya

penulis ingin memberitahukan bahwa dia jatuh karena hujan dan jalannya

yang licin. Maka dari itu kalimat tersebut yang benar adalah.

(5.1)Sepadaku yang melaju kencang itu tidak dapat dikendalikan karena

hujan dan jalan yang licin.

d. Kesalahan Karena Penggunaan Ejaan Yang Tidak Tepat.

Ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan bahasa

yang disempurnakan (EYD). EYD mengatur penggunaan huruf, penulisan

kata (dasar, berimbuhan, gabungan, ulang, suku kata, kata depan dan

serapan), penulisan partikel, penulisan angka, penulisan unsur serapan,

sampai pada tanda baca. Berikut penggunaan ejaan yang tidak tepat pada

penulisan kata.

(4.1) Ternyata dirumah KH. Masrori ada pohon jambu air.

(Kra 1 prg 1 kelas VIIB SMP)

Pada data (4.1) penulisan kata dirumah tidak baku. Penulisan

kata yang baku adalah di rumah. Di pada kata di rumah merupakan kata

Page 14: ANALISIS BENTUK TIDAK BAKU PADA KARANGAN NARASI

11

depan yang menyatakan tempat dan penulisannya harus dipisah dari kata

yang mengikutinya.

(4.2) Bagiku pergi ziarah ke makan sunan muria adalah suatu

kebahagiaan.

(Kra 1 prg 2 kelas VIIB SMP)

Pada data (4.2) penulisan nama orang sunan muria tidak baku.

Penulisan yang baku adalah Sunan Muria. Sunan Muria merupakan nama

orang seharusnya penulisannya menggunakan huruf kapital pada huruf

pertama unsur nama orang.

Pada data (4.1), (4.2), (4.3) dan (4.4) dapat disimpulkan bahwa

pemahaman siswa tentang EYD masih sangat kurang. Terbukti terjadi

kesalahan penggunaan EYD yang tidak tepat pada karangan narasi siswa.

2. Penyebab Ketidakbakuan Terhadap Makna Kalimat Dalam Karangan

Siswa.

a) Dari kebanyakan siswa masih banyak yang belum memehami

sepenuhnya tentang baku dan tidak bakunya suatu kata.

(1.1) Disana saya membeli assesoris gelang dan kalung.

(Kra11 prg 1 kelas VIIB SMP)

Pada data (1.1) kata assesoris menjadi tidak baku

karena terpengaruh bahasa Jawa. Kata yang benar adalah

aksesori. Aksesori merupakan kata serapan dari kata

accessory (Inggris), penyerapannya dengan mengganti huruf

konsonan c yang pertama dengan huruf k, huruf konsana c

yang kedua dengan huruf s. Menyederhanakan gugus huruf

konsonan ss menjadi s, dan mengganti huruf konsonan y

Page 15: ANALISIS BENTUK TIDAK BAKU PADA KARANGAN NARASI

12

dengan huru vokal i. Sehingga terbentuklah kata aksesori

yang mempunyai arti “ barang tambahan/ alat ekstra.” (KBBI)

(1.2) Sekitar pukul 03.00 WIB saya bangun tidur, dan merapikan

tempat tidur serta melaksanakan sholat subuh dan segera

mandi.

(Kra 16 prg 1 kelas VIIB SMP)

Pada data (1.2) kata sholat merupakan kata tidak baku.

Yang baku adalah salat. Kata salat merupakan serapan dari

bahasa Arab yang penulisannya dengan huruf latin menjadi

shalat. Penyerapannya dengan cara menyederhanakan

gabungan huruf konsonan sh menjadi s sehingga terbentuklah

kata salat. Karena ejaannya sudah benar kata salat merupakan

kata baku yang mengandung arti “ sembahyang menurut

Islam.” (KBBI)

b) Kurangnya pemahaman siswa tentang tata bahasa Indonesia yang

benar, khususnya pada bidang morfologi. Hal tersebut ditandai

dengan penggunaan afiks yang tidak baku pada data.

(1.1) Pada saat aku digoncengin temanku tiba-tiba temanku yang satu

kehilangan jalan.

(Kra 8 prg 1 kelas VIIB SMP)

Pada data (1.1) kata digoncengin kurang tepat

pemakaiannya. Kata tersebut terpengaruh oleh struktur bahasa

Jawa, sehingga kata digoncengin menjadi tidak baku. Kata

digoncengin lazim digunakan dalam percakapan. Kata yang baku

adalah berboncengan. Kata berboncengan mempunyai arti “ naik

satu kendaraan bersama-sama yang satu membonceng yang lain

(dengan sepeda, sepeda motor).” (KBBI)

(1.2) Sampai di sana keluargaku disediai makanan dan buah-buahan.

(Kra 16 prg 2 kelas VIIB SMP)

Page 16: ANALISIS BENTUK TIDAK BAKU PADA KARANGAN NARASI

13

Pada data (1.2) kata disediai kurang tepat

pemakaiannya. Yang tepat adalah disediakan. Tata kalimat

dalam morfologi tidak ada akhiran –i. Kata disediakan

merupakan bentukan dari kata dasar sedia mendapat imbuhan di-

dan akhiran –kan. Karena pembentukan katanya sudah benar

kata disediakan merupakan kata baku yang mempunyai arti “

sudah disediakan.” (KBBI)

c) Siswa kurang cermat dalam memilih bentuk kata pada saat

mengarang, sehingga banyak kata yang yang tidak sesuai dengan

Ejaan Yang Disempurkan (EYD).

(1.1) Hidup sehat diawali dari lingkungan yang sehat, karena pernah

merasa sakit ahirnya aku selalu ingat semboyan “ Lebih baik

mencegah daripada mengobati”.

(Kra 10 prg 5 kelas VIIB SMP)

Pada data (1.2) kata ahirnya seharusnya akhirnya.

Bentuk ahirnya lazim digunakan dalam bahasa lisan atau

percakapan. Maka kata yang baku adalah akhirnya yang berarti “

kesudahannya.” (KBBI)

(1.2) Hari libur pu tlah tiba, aku ingin sekali ikut Ayah ke Jakarta

untuk berlibur disana.

(Kra 4 prg 2 kelas VIIB SMP)

Pada data (1.2) kata tlah seharusnya telah. Bentuk tlah

dan telah merupakan kata bahasa Indonesia. Kata telah lazim

digunakan dalam bahasa tulis. Sedangkan kata tlah lazim

digunakan dalam percakapan. Maka kata yang baku adalah

telah yang berarti “sudah (untuk menyatakan perbuatan atau

keadaan).” (KBBI)

Page 17: ANALISIS BENTUK TIDAK BAKU PADA KARANGAN NARASI

14

d) Banyak siswa yang masih terpengaruh oleh bahasa Jawa pada saat

mengarang.

(1.1) Tiba-tiba aku di srempet sepeda motor dan teman-teman

langsung menolongku.

(Kra6 prg 2 kelas VIIB SMP)

Pada data (1.1) kata srempet kurang tepat

pemakaiannya. Kata srempet menjadi tidak baku karena

terpengaruh oleh bahasa Jawa. Kata srempet akan lebih tepat

bila diubah menjadi serempet yang berarti “mengenai atau

menyentuh sedikit pada bidang yang agak memanjang; hampir

sekali mengenai.” (KBBI)

(1.2) Sesudah bangun, tangan saya sudah di blebet.

(Kra 13prg 4 kelas VIIB SMP)

Pada data (1.2) kata blebet kurang tepat pemakainnya.

Kata blebet menjadi tidak baku karena terpengaruh oleh bahasa

Jawa. Kata blebet akan lebih tepat apabila diubah menjadi balut

yang berarti “pengikat atau pembebat luka; barut;

pembungkus.” (KBBI)

Peneliti juga melakukan wawancara terhadap guru Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia, berkaitan tentang pemahaman siswa terhadap

ketidakbakuan kata. Hasil wawancara tersebut sebagai berikut.

Guru berpendapat bahwa “ Memang pada kenyataannya masih banyak

siswa yang belum paham betul tentang kebakuan suatu kata. Yang disebabkan

oleh beberapa faktor. Antara lain : banyak siswa yang berlatarbelakang

orang Jawa, jadi masih banyak siswa yang mencampuradukan antara bahasa

Jawa dengan bahasa Indonesia sehingga membuat kata tersebut tidak baku

dan kurang cermatnya siswa dalam memilih kata yang tepat. Sebenarnya saya

sebagai guru sudah berusaha untuk menghilangkan kebiasaan-kebiasaan

Page 18: ANALISIS BENTUK TIDAK BAKU PADA KARANGAN NARASI

15

yang dilakukan oleh siswa tersebut yang menyebabkan suatu kata yang tidak

baku, tetapi apa boleh buat kalau siswanya masih mengulang kesalahan-

kesalahan tersebut. ” (Tanggal 03 April 2013)

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, terdapat perbedaan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh

Agustianti (2009), hasil penelitiannya menunjukan bahwa kemampuan siswa

dalam mengembangkan karangan narasi berdasarkan pengalaman pribadi

dapat meningkatkan keaktifan siswa pada setiap siklusnya dan kemampuan

siswa dalam mengembangkan karangan narasi dan struktur narasi. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh peneliti menemukan bahwa kemampuan siswa

dalam mengarang narasi sudah baik, tetapi masih terdapat kesalahan yang

sering dibuat oleh siswa pada saat mengarang adalah bentuk ketidakbakuan

kata. Persamaannya dengan penelitian ini adalah Aguntianti (2009) dan

peneliti sama-sama mengkaji karangan narasi siswa. Perbedaannya peneliti

menemukan kesalahan-kesalahan ketidakbakuan kata, Agustianti (2009)

menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mengembangkan karangan

narasi dengan melihat struktur narasinya.

Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan

Khanna (2008) yaitu sama-sama meneliti ketidakbakuan karangan narasi

siswa. Perbedaannya penelitian yang dilakukan oleh peneliti menemukan

bahwa ada sebanyak 50 kesalahan ketidakbakuan kata dan penyebab-

penyebab yang membuat siswa melakukan kesalahan-kesalahan tersebut.

Penelitian Khanna (2008) menemukan penggunaan kalimat mubazir dan

bentuk tidak baku pada kata kapula, kemubaziran dua kata/ lebih yang

bersinonim, kemubaziran kata berlebihan dan penggunaan kata banyak dan

kata ulang. Untuk bentuk tidak baku yang sering digunakan siswa pada saat

mengarang adalah bentuk ketidakbakuan karena fonem /i/ dan ketidakbakuan

konsonan.

Page 19: ANALISIS BENTUK TIDAK BAKU PADA KARANGAN NARASI

16

Penelitian ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Widyaningsih (2009) yakni sama-sama meneliti ketidakbakuan pada karangan

siswa. Perbedaannya adalah Widyaningsih (2009) tidak hanya meneliti

ketidakbakuan saja melainkan meneliti kesalahan ejaan yang meliputi,

penulisan huruf kapital, penulisan kata turunan, penulisan kata ulang,

penulisan gabungan kata, penulisan kata ganti, penulisan kata depan, partikel

dan penulisan akronim/ singkatan. Sedangkan dalam penelitian ini peneliti

menemukan ada sebanyak 50 kesalahan ketidakbakuan kata dan penyebab-

penyebab yang membuat siswa melakukan kesalahan-kesalahan tersebut.

D. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan cara

menganalisis karangan narasi siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Sambirejo Tahun

Ajaran 2012/2013, dapat disimpilkan bahwa.

Pertama, peneliti menemukan sebanyak 32 ketidakbakuan kata karena

kesalahan bentuk kata, sebanyak 14 kesalahan kata karena pemilihan kata yang

tidak baku, 3 kesalahan karena ketidaklogisan kata dalam kalimat. Kesalahan yang

sering muncul dalam karangan narasi siswa kelas VII B yakni terletak pada

kesalahan bentuk kata yang tidak baku.

Kedua, peneliti menemukan penyebab ketidakbakuan terhadap makna kalimat

dalam karangan narasi siswa yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman siswa

terhadap baku atau tidak bakunya kata dalam kalimat, kurangnya pemahaman

siswa terhadap tata bahasa Indonesia yang benar khususnya pada bidang

morfologi, kesalahan pada EYD (Ejaan Yang Disempurnakan), siswa masih

terpengaruh bahasa Jawa yang membuat kata tersebut menjadi tidak baku.

Page 20: ANALISIS BENTUK TIDAK BAKU PADA KARANGAN NARASI

17

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti, dkk. 2002. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.

Jakarta: Gelora Aksara Pratama.

Agustianti, Rostika. 2009. Kemampuan Mengembangkan Karangan Narasi

Berdasarkan Pengalaman Pribadi oleh Siswa Kelas X SMK Muhammadiyah

2 Surakarta. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Keraf. Gorsy. 2003. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Moleong, J. Lexy. 2004. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Nia, Manti Khanna. 2008. Kemubaziran dan Bentuk Tidak Baku pada Karangan

Narasi Siswa Kelas X3 SMA Islam Ta‟Allumul Huda Bumiayu Tahun

Ajaran 2007/2008. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sufanti, Main. 2010. Strategi Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Surakarta:

Yuma Pusataka.

Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya dalam

Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Widyaningsih, Emi. 2009. Kesalahan Ejaan dan Ketidakbakuan Kata pada Karangan

Argumentasi Siswa Kelas X SMA N 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran

2008/2009. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.