analisa tapak 1

26
20 BAB III ANALISA 3. 1 Analisa Tapak 3. 1. 1 Tinjauan Umum Kawasan Kampung Pangumbahan berada di Jl. Cihampelas, kecamatan Bandung Wetan, kelurahan Tamansari. Merupakan daerah permukiman kumuh dengan tingkat kepadatan yang cukup tinggi dan merupakan daerah kantong perkotaan. Karakteristik daerah kantong perkotaan ini adalah sebuah daerah yang terbentuk di belakang daerah komersial (Jl. Cihampelas), daerah ini tidak teratur dan cenderung kumuh. Melihat kondisi tersebut, tapak yang menghadap ke arah Jl. Cihampelas dapat dipotensikan sebagai bagian komersial pada rumah susun. Bagian komersial tersebut diperuntukkan bagi penghuni guna meningkatkan kehidupan ekonominya. Gambar 3. 1 Foto udara (sumber: Google Earth) Keterangan: Daerah fungsi komersial dan jasa Daerah permukiman Daerah bagian komersial pada rumah susun

Upload: ifant

Post on 02-Feb-2016

32 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Analisa Tapak 1

TRANSCRIPT

Page 1: Analisa Tapak 1

20

BAB III

ANALISA

3. 1 Analisa Tapak

3. 1. 1 Tinjauan Umum Kawasan

Kampung Pangumbahan berada di Jl. Cihampelas, kecamatan Bandung Wetan,

kelurahan Tamansari. Merupakan daerah permukiman kumuh dengan tingkat kepadatan

yang cukup tinggi dan merupakan daerah kantong perkotaan. Karakteristik daerah kantong

perkotaan ini adalah sebuah daerah yang terbentuk di belakang daerah komersial (Jl.

Cihampelas), daerah ini tidak teratur dan cenderung kumuh. Melihat kondisi tersebut, tapak

yang menghadap ke arah Jl. Cihampelas dapat dipotensikan sebagai bagian komersial pada

rumah susun. Bagian komersial tersebut diperuntukkan bagi penghuni guna meningkatkan

kehidupan ekonominya.

Gambar 3. 1 Foto udara (sumber: Google Earth)

Keterangan:

� Daerah fungsi komersial dan jasa

� Daerah permukiman

� Daerah bagian komersial pada rumah susun

Page 2: Analisa Tapak 1

21

3. 1. 2 Lokasi Proyek, Pencapaian, Dan Sistem Sirkulasi

Akses memasuki lokasi perancangan dapat dicapai melalui Jl. Cihampelas, Jl. Dr.

Rum, Jl. Wastukencana, dan Jl. Linggawastu. Sedangkan akses antar perkampungan

sendiri dapat dicapai melalui jalan lingkungan berupa gang – gang kecil yang hanya dapat

di akses oleh pejalan kaki dan kendaraan roda dua. Untuk akses lain ke lokasi sendiri dapat

dicapai melalui jembatan Sungai Cikapundung yang membelah kecamatan Tamansari.

Gambar 3. 2 Ilustrasi pencapaian menuju kawasan

Hanya sebagian kecil warga masyarakat yang memiliki kendaraan roda empat. Hal

ini sangat relevan sesuai dengan pendapatan kebanyakan warga masyarakat yang

merupakan golongan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Walaupun ada sebagian

warga yang telah mampu membeli kendaraan roda empat, namun terdapat kendala pada

parkir kendaraan dengan jalan masuk permukiman yang sempit.

Oleh sebab itu pada desain rumah susun disediakan sebuah tempat parkir komunal

untuk menghemat penggunaan lahan, dan dapat mengakomodasi terjadinya perubahan

volume. Sistem sirkulasi dalam rumah susun dimungkinkan untuk askes terhadap

kendaraan roda empat, roda dua, dan pejalan kaki. Sistem sirkulasi di dalam blok hunian

sebdiri menggunakan ramp agar dapat diakses oleh kendaraan roda dua dan gerobak.

Keterangan:

� Kawasan rumah susun

� Unit hunian

� Parkir komunal

� Akses kendaraan menuju

tapak

Gambar 3. 3 Rencana sirkulasi tapak

Page 3: Analisa Tapak 1

22

3. 1. 3 Status Kepemilikan Lahan

Sebagian besar dimiliki oleh beberapa orang tuan tanah, sementara itu sisanya

adalah tanah milik pemerintah dan tanah milik perorangan (per kapling kecil). Pada

kapling – kapling milik para tuan tanah, warga sekitarnya menyewa tanah tersebut dan

mendirikan bangunan sendiri. Pada tanah yang dimiliki pemerintah ditempati oleh para

penduduk secara legal dan terkadang ada yang secara ilegal (squater). Sedangkan pada

tanah perorangan, kapling yang relatif kecil terkadang dibagi – bagi lagi menjadi beberapa

bagian untuk kemudian dibangun rumah tunggal pada masing – masing bagian untuk tiap

anggota keluarga.

Keterangan kepemilikan tanah:

� Tuan tanah 1

� Tuan tanah 2

� Tuan tanah 3

� Tuan tanah 4

� Pemerintah

Gambar 3. 4 Status kepemilikan

lahan (sumber: data kelurahan

Tamansari)

Page 4: Analisa Tapak 1

23

Oleh sebab itu, melihat komposisi kepemilikan pada tanah milik perorangan akan

dilakukan teknik landsharing. Pada tanah milik pemerintah dan milik perorangan akan

dibangun rumah susun tahap pertama. Para tuan tanah menyediakan lahan untuk relokasi

sementara penduduk yang berada di kawasan rumah susun tahap pertama (gambar 1).

Setelah rumah susun tahap pertama selesai akan ditempati penduduk asal dan menjadi

tempat relokasi sementara bagi pembangunan rumah susun tahap kedua (rumah susun di

atas tanah milik pemilik tanah) (gambar 2).

Gambar 3. 5 Rencana pembangunan tahap 1

Keterangan:

� Kawasan rumah susun

� Sungai Cikapundung

� Blok hunian tahap1

� Blok hunian tahap2

� Tempat relokasi

sementara penghuni

Gambar 3. 6 Rencana pembangunan tahap 2

Gambar 3. 6 Rencana pembangunan tahap 2

Page 5: Analisa Tapak 1

24

3. 1. 4 Topografi

Kondisi topografi eksisting dapat dikatakan relatif landai, dengan kemiringan rata –

rata berkisar antara 2% - 10%. Puncak kemiringan dari Jalan Cihampelas menuju ke arah

Sungai Cikapundung. Kondisi hidrologi kawasan dan sekitarnya dicirikan dengan adanya

Sungai Cikapundung sebagai saluran primer dan sungai – sungai kecil di daerah sekitar

kawasan yang mengalir ke Sungai Cikapundung sebagai aliran sekunder. Ditemukan

manfaat dari aliran Sungai Cikapundung dan sungai – sungai kecil yang bermuara di

Sungai Cikapundung tidak lebih sebagai saluran pembuangan air limbah rumah tangga dan

sampah.

Pada desain rumah susun, dengan kemiringan dan arah kemiringan menuju ke

Sungai Cikapundung, maka dapat dipotensikan dalam hal utilitas bangunan (drainase)

menggunakan arah gravitasi menuju Sungai Cikapundung.

Gambar 3. 7 Remiringan kawasan

Keterangan:

: Kawasan rumah susun

: Sungai cikapundung

: Kemiringan tapak dan rencana arah drainase tapak

Page 6: Analisa Tapak 1

25

3. 1. 5 Vegetasi Eksisting

Berupa tanaman perdu dan beberapa buah pohon peneduh disepanjang jalan

Cihampelas dan di dalam kawasan permukiman. Frekuensinya masih minim jika

dibandingkan dengan luas kawasan. Hal tersebut menyebabkan temperatur udara mikro di

dalam kawasan menjadi relatif panas. Namun pada gang – gang kecil di dalam kawasan

cenderung teduh karena dinaungi oleh bayangan rumah. Jarak antara rumah yang satu

dengan yang lainnya tidak berjauhan dan cenderung berdempet, sehingga para pejalan kaki

cukup nyaman berjalan di gang walaupun tanpa adanya pohon peneduh.

Gambar 3. 8 Kondisi vegetasi eksisting kawasan

Oleh sebab itu, pada desain rumah susun akan disediakan ruang – ruang terbuka

hijau sebagai penghubung antar blok – satu dengan lainnya dan kawasan rumah susun

dengan kawasan sekitarnya. Dengan adanya jalur terbuka hijau tersebut dapat menjadi

shelter bagi para pejalan kaki.

Keterangan:

� Kawasan rumah susun

� Sungai Cikapundung

� Blok hunian

� Rencana ruang terbuka

hijau

Gambar 3. 9 Rencana tata ruang hijau kawasan

Page 7: Analisa Tapak 1

26

3. 1. 6 Arah Pergerakan Matahari dan Panorama

Untuk kenyamanan termal, desain rumah susun memiliki orientasi barat daya –

timur laut dengan massa bangunan diagonal bersudut. Hal tersebut dimaksudkan untuk

memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan alami. Sedangkan untuk orientasi sendiri

untuk fasade bangunan yang menghadap arah barat daya dapat dipotensikan sebagai space

iklan karena menghadap koridor komersial dan jasa Jl. Cihampelas. Untuk fasade yang

menghadap timur laut akan mendapatkan view ke arah sungai Cikapundung yang

diasumsikan telah mengalami revitalisasi kawasan lembah Sungai Cikapundung sesuai

dengan RTRW kota Bandung tahun 2013.

Gambar 3. 10 Rencana orientasi massa bangunan Keterangan:

� Kawasan rumah susun

� Sungai Cikapundung

� Rencana blok hunian

� Fasade bangunan (arah timur laut) menghadap ke arah Sungai Cikapundung (view)

Page 8: Analisa Tapak 1

27

3. 2 Analisa Kegiatan / Fungsional

Pola Aktivitas

1) Unit Hunian

Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan beberapa pola aktivitas pada eksisting

seperti pada tabel berikut ini. Didapati ada beberapa fungsi ruang yang tidak terpakai pada

waktu – waktu tertentu, sehingga dapat digabungkan dengan fungsi lain.

Aktivitas Ruang

Tamu

Ruang

Tidur

Ruang

Makan

Dapur

Kamar

Mandi

Teras Ruang

Bersama

Terima tamu jarang

Bersantai Sering dan di atas 2 jam

Makan Sering (dibawah 1 jam)

Belajar

Tidur

Berusaha

Mandi

Memasak

Mencuci

Menjemur

Tabel 3. 1 Pola aktivitas penghuni (sumber: studi banding)

Berdasarkan waktu penggunaan ruangan:

waktu Ruang

Tamu

Ruang

Tidur

Ruang

Makan

Dapur

Kamar

Mandi

Teras

Ruang

Bersama

05.00-11.00 sering jarang

11.00-15.00

15.00-21.00

21.00-24.00

00.00-05.00

Tabel 3. 2 Penggunaan ruang berdasarkan waktu (sumber: studi banding)

Page 9: Analisa Tapak 1

28

2) Blok Hunian

Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan beberapa pola aktivitas yang dilakukan

pada ruang – ruang eksisting:

Aktivitas Gang MCK

Umum

Dapur Tangga Parkir

Mengobrol

Bermain

Menyimpan motor

Membuang sampah

Kegiatan jual beli

MCK

Memasak

Menjemur

Tabel 3. 3 Pola aktivitas dalam ruangan (sumber: studi banding)

Aktivitas Gang MCK

Umum

Dapur Tangga Parkir

05.00-11.00

11.00-15.00

15.00-21.00

21.00-24.00

00.00-05.00

Tabel 3. 4 Penggunaan ruang berdasarkan waktu (sumber: studi banding)

Melalui hasil analisa kegiatan pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa rumah

bukan hanyalah dibatasi oleh tembok depan ruang tamu, melainkan diperluas secara

imajiner sampai ke area sirkulasi. Sirkulasi juga merupakan perluasan dari area rumah

secara imajiner dan pusat interaksi dan aktivitas warga masyarakat sekitarnya,. Oleh sebab

itu, pada desain rumah susun area sirkulasi akan diperluas menjadi kurang lebih 15% dari

luas bangunan, agar mempertahankan kenyamanan berinteraksi.

Page 10: Analisa Tapak 1

29

3) Lingkungan Hunian

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas warga yang dilakukan sehari – hari diluar

wilayah hunian mereka, didapatkan beberapa pola aktivitas sebagai berikut:

Ruang

Aktivitas

05.00-

08.00

08.00-

12.00

12.00-

15.00

15.00-

18.00

18.00-

20.00

20.00-

22.00

22.00-

00.00

Gardu

Sekolah

Mesjid

Puskesmas

RSG

Pasar

Koperasi

Kantor

Lapangan

Ruang terbuka

Parkir

Tabel 3. 5 Aktivitas sehari – hari di sekitar kawasan (sumber: studi banding)

3. 3 Analisa Penghuni

3. 3. 1 Kependudukan Warga Kampung Pangumbahan

Kampung Pangumbahan merupakan bagian dari daerah Tamansari yang terletak di

RW 17. Luas total lahan +/- 8 ha dihuni oleh 1.298 jiwa dari 230 kepala keluarga.

Kepadatan penduduk mencapai 162 jiwa / ha dengan jumlah anggota per keluarga

mencapai 5 – 6 orang.

3. 3. 2 Pendidikan

Sosialisasi mengenai cara hidup baru di rumah susun yang telah dilakukan

pemerintah mendapat apresiasi dari sebagian besar warga masyarakat. Sebagian besar dari

mereka telah menempuh jalur pendidikan wajib 9 tahun. Data yang lebih terperinci

mengenai jalur pendidikan yang ditempuh masyarakat dengan sampel 799 jiwa adalah

sebagai berikut:

Page 11: Analisa Tapak 1

30

Jalur pendidikan Sedang (jiwa) Tamat (jiwa) Tidak Tamat (jiwa)

SD 93 94 1

SMP 38 91 1

SMA 50 225 2

Jumlah (jiwa)

D1 5

D3 30

S1 68

Belum sekolah 86

Tidak sekolah 15

Tabel 3. 6 Latar belakang pendidikan penduduk kawasan (sumber: data kependudukan

kelurahan Tamansari; April 2007)

Fasilitas pendidikan yang tersedia di sekitar kawasan cukup memadai. Terdapat 2

buah Taman Kanak – kanak (TK Yakeswa dan TK Baptis), dan 3 buah Sekolah Dasar yang

dapat dicapai dengan berjalan kaki dari kampung Pangumbahan, (SD Yakeswa, SD

Linggawastu, dan SD Baptis). Untuk SMP dan SMA terdapat beberapa sekolah yaitu SMP

40, SMA 2, SMA Pasundan 2, SMA Pasundan 8, SMK 1 dan SMK Putra Padjadjaran.

Sedangkan untuk fasilitas pendidikan tinggi terdapat ITB, UNISBA, UNPAS, dan STDI.

Oleh sebab itu tidak diperlukan fasilitas umum pendidikan di dalam kawasan,

karena telah tersedia dan cukup lengkap di sekitar kawasan, mulai dari pendidikan dasar

hingga pendidikan tinggi.

3. 3. 3 Interaksi Sosial

Interaksi sosial antar warga biasanya terletak di daerah sirkulasi, depan rumah

(teras), ruang terbuka, dan mesjid. Anak – anak bermain di gang bersama (karena

keterbatasan lahan kosong) dengan gerobak, sepeda, sepeda motor, dan pejalan kaki.. Di

depan rumah kebanyakan warga biasanya terdapat dinding setinggi +/- 50cm dan setebal

+/- 30cm yang berfungsi selain untuk pembatas wilayah rumah, juga sebagai tempat duduk

– duduk untuk berinteraksi dengan tetangganya.

Oleh sebab itu pada desain rumah susun akan direncanakan penyediaan teras rumah

dan dipertahankan sistem sirkulasi sebagai pusat interaksi sehingga diperlebar agar dapat

menampung aktivitas – aktivitas warga

Page 12: Analisa Tapak 1

31

Gambar 3. 11 Rencana awal unit hunian

3. 3. 4 Kondisi ekonomi

Sebagian besar penduduk kampung Pangumbahan merupakan pegawai swasta,

sebagian lagi adalah pegawai wiraswasta, buruh, dan pegawai negeri sipil. Data lebih

terperinci dengan sampel 407 jiwa adalah sebagai berikut:

Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)

PNS / TNI / purn.TNI 18

Swasta 144

Wirausaha 72

Buruh 23

Pedagang 22

Tidak bekerja 112

pensiunan 16

Tabel 3. 7 Data mata pencaharian penduduk kawasan (sumber: data kependudukan kelurahan

Tamansari; April 2007)

Jumlah Penghasilan (rupiah) Jumlah (persen)

0 – 1.000.000 36

1.000.000 – 2.500.000 38,5

> 2.500.000 25,5

Teras Teras

Sirkulasi

Page 13: Analisa Tapak 1

32

Oleh sebab itu untuk meningkatkan pendapatan ekonomi penghuni, maka pada

desain rumah susun direncanakan adanya fungsi penambah ekonomi keluarga berupa

fungsi komersial di dalam kawasan. Fungsi komersial sekunder untuk melayani kawasan

rumah susun dan permukiman sekitarnya.

Keterangan:

� Kawasan rumah susun

� Sungai Cikapundung

� Blok hunian

� Fungsi komersil

3. 4 Analisa Ruang Dan Bentuk

3. 4. 1 Analisa Ruang

Berdasarkan hasil analisa kegiatan pada masyarakat berpenghasilan rendah, dapat

disimpulkan bahwa kegiatan sebagian besar berada di luar rumah. Sedangkan kegiatan di

dalam rumah sendiri lebih terkonsentrasi pada inti rumah dan dapur. Tidak ada penempatan

ruang yang khusus sesuai dengan fungsinya tertentu. Ruang menjadi fleksibel, karena tidak

hanya mewadahi 1 atau 2 fungsi saja, bahkan dapat terjadi beberapa fungsi terjadi secara

bersamaan di dalam 1 ruang.

Oleh sebab itu diperlukan sebuah layout ruangan yang fleksibel untuk mewadahi

setiap fungsi yang terjadi dan tidak tentu. Pada desain rumah susun, terutama pada hunian

bertipe kecil akan disediakan layout hunian yang kosong, tanpa pembatas permanen,

kecuali pada kamar mandi dan dapur. Dengan layout hunian seperti itu, penghuni dapat

dengan bebas mengatur dan merubah layout ruangannya sesuai dengan kebutuhannya.

Gambar 3. 12 Rencana pendistribusian

fungsi komersil di dalam kawasan

Page 14: Analisa Tapak 1

33

Gambar 3. 14 Rencana layout ruang hunian bertipe kecil

Hierarki Ruang

Secara kawasan, rumah susun yang akan di desain dibagi menjadi beberapa

kelompok (cluster) hunian dengan taman sebagai penghubung bagi setiap kelompok

hunian. Taman tersebut selain menjadi penghubung setiap unit hunian juga menjadi area

semi publik. Jalur sirkulasi dan ruang terbuka bersama dapat diakses oleh masyratakat

umum.

a) Lingkungan

Pada hubungan antar blok hunian, sirkulasi didesain sebagai ruang terbuka semi

publik (taman). Jalur utama menuju blok hunian, fasum dan fasos, parkir komunal dan

lapangan bersama berupa pedestrian yang bersifat publik.

Kelompok Hunian

Taman Pedestrian

Fasum Dan fasos

Lapangan Parkir

komunal

Publik Privat

Kelompok Hunian

Parkir komunal

Kelompok Hunian

Taman

Kelompok Hunian

Page 15: Analisa Tapak 1

34

b) Blok Hunian

Di dalam blok hunian, gang (selasar) menjadi jalur sirkulasi antar unit hunian,

sedangkan tangga menjadi sirkulasi vertikal antar lantai bangunan. Teras menjadi zona

semi publik bagi setiap unit hunian.

c) Unit Hunian

Ruang jemur, ruang tidur, MCK dan dapur menjadi zona privat bagi penghuni.

Ruang utama menjadi zona semi privat untuk mewadahi aktivitas penghuni. Teras menjadi

zona semi publik yang juga dapat berfungsi sebagai area penerima tamu.

3. 4. 2 Analisa Bentuk

Kampung merupakan kawasan permukiman dengan hubungan interaksi sosial antar

penduduknya dekat. Hubungan kekerabatan antar tetangga sangat dekat, hal tersebut

didukung oleh hunian mereka yang berdekatan. Oleh karena itu, pada desain rumah susun,

karakteristik kampung ini akan semaksimal mungkin dipertahankan.

Antar hunian dalam satu blok

Untuk menjaga karakteristik masyarakat kampung dalam hal interaksi sosial, maka

jarak antar tiap unit hunian akan didesain sedekat mungkin. Rongga – rongga antar hunian

akan difungsikan sebagai ruang interaksi antar penghuni. Untuk mengakomodasi semua itu

maka didapat 2 buah alternatif layout antar hunian berdasarkan pola sirkulasi, yaitu:

1. Exterior corridor

� Kelebihan: penghawaaan dan pencahayaan koridor dan unit

baik.

� Kekurangan: sirkulasi lebih boros, pemakaian lahan lebih besar.

Hunian

Teras

Gang

Tangga

R.tidur

R.jemur MCK

Dapur

R.utama

Teras

Gang

Hunian

Teras

Hunian

Teras Hunian

Teras

Tangga

Page 16: Analisa Tapak 1

35

2. Interior corridor

� Kelebihan: pemakaian lahan lebih efisien.

� Kekurangan: sirkulasi lebih boros; penghawaan dan

pencahayaan koridor dan unit kurang baik (gelap).

Gambar 3. 15 Gifu Kitagata Apartment (sumber: http://www.cse/polyu.edu.kk)

Blok hunian

Rumah susun dihuni oleh masyarakat yang

heterogen, baik dalam hal ekonomi, sosial maupun

budayanya. Oleh sebab itu, bentuk blok hunian dalam

rumah susun harus mengakomodasi terjadinya

sosialisasi antar penghuninya baik horizontal atau

vertikal.

Bentuk blok menjadi usulan karena merupakan

sebuah bentuk yang kompak dan berlapis yang

memberikan kemungkinan untuk kepadatan tinggi.

Ruang yang berada di dalam dan di luar sangat jelas berbeda tergantung pada bentuk dan

fungsinya. Ruang dalam blok yang terjadi dapat menjadi sebuah ruang positif yang dapat

dijadikan penghuninya sebagai sarana sosialisasi dan rekreasi

Bentuk seperti ini memberikan kemudahan dan efisien dalam hal sirkulasi.

Memudahkan dalam pengelompokan kegiatan, dan pembentukan ruang menjadi relatif

mudah dan dapat bervariasi.

Page 17: Analisa Tapak 1

36

3. 5 Analisa Struktur Dan Utilitas Bangunan

3. 5. 1 Struktur Bangunan

Secara prinsipiil, rumah susun yang akan didesain harus menggunakan sistem

struktur yang kuat, tahan lama, mudah dan cepat dalam pembangunan, untuk

mengefisienkan beban biaya pembangunan. Efisien dalam hal ini bukan hanya dalam hal

biaya (menghemat penggunaan buruh) tapi juga dalam penggunaan material dan modul

tipe hunian sehingga seminimal mungkin tidak ada material dan ruang yang terbuang. Oleh

sebab itu, rational building system akan dipilih karena produksi yang ekonomis untuk

beton pracetak, pekerjaan yang berulang sehingga hemat penggunaan cetakan. Material

pracetak yang digunakan adalah pada dinding – dinding beton selubung bangunan dan

kolom dengan sistem knock-down atau bongkar pasang. Hal tersebut sesuai dengan modul

– modul pada rumah susun yang berulang antar tiap tipe hunian yang sama.

3. 5. 2 Utilitas Bangunan

a) Air Bersih

Berdasarkan hasil pengamatan, sumber air yang digunakan di daerah kawasan

kampung Pangumbahan adalah sumur gali dan PDAM untuk perumahan, dan sumur artesis

bagi fungsi komersial dan jasa di sekitar koridor jalan Cihampelas. Oleh sebab itu, untuk

menghemat biaya pemasangan, maka di asumsikan pada desain rumah susun menggunakan

sumber air dari PDAM. Air dari PDAM di simpan pada gorund tank sebagai cadangan air,

kemudian dipompa ke atas bangunan (roof tank), dan didistribusikan ke setiap unit dalam

blok bangunan melalui sistem gravitasi.

`

Gambar 3. 16 Rencana utilitas air bersih pada rumah susun

Page 18: Analisa Tapak 1

37

Skema 3. 1 Rencana utilitas air bersih pada rumah susun

b) Air Kotor

Sungai Cikapundung merupakan salah satu jalur utama pembuangan kota. Oleh

sebab itu rumah susun yang akan di desain secara prinsipiil memanfaatkan kedekatan

lokasi, tetapi dengan terlebih dahulu melakukan pengolahan terhadap air buangan tersebut

agar tidak mencemari sungai Cikapundung.

Sumber air limbah rumah tangga berasal dari kamar mandi, tempat cuci, dapur dan

toilet / kakus. Air limbah rumah tangga jika dilihat dari sumbernya dibagi menjadi dua,

yaitu:

� Air limbah rumah tangga yang berasal dari toilet / kakus (black water)

� Air limbah rumah tangga non kakus / mandi dan cuci (grey water)

Skema 3. 3 Rrencana pembuangan grey water pada kawasan rumah susun

PDAM Reservoir bawah Mesin pompa Reservoir atas Unit hunian

Air hujan

Riol lingkungan

Sungai Cikapundung

Sumur resapan

Cadangan hydrant

Tanah

Air cuci Sumur raesapan

Riol lingkungan

Riol kota

Saluran pembuangan kota Bandung: Sungai

Cikapundung

Skema 3. 2 Rencana pembuangan air hujan pada kawasan rumah susun

Page 19: Analisa Tapak 1

38

Skema 3. 4 Rencana pembuangan black water pada kawasan rumah susun

c) Sampah

Berdasarkan hasil pengamatan,

sampah terutama sampah rumah tangga

dikumpulkan dari tiap rumah kemudian

diangkut ke tempat pembuangan sampah

sementara daerah kampung Pangumbahan

yang terletak di Jalan Cihampelas

berdekatan dengan akses masuk ke dalam

perkampungan.

Oleh sebab itu dalam rumah susun yang akan di didesain disediakan tempat

pembuangan sampah sementara di dalam kawasan kampung Pangumbahan agar tidak

merusak kebersihan lingkungan jalan Cihampelas dan citra kawasan kampung

Pangumbahan.

Air tinja Septic tank Sumur resapan

Diendapkan

Gambar 3. 18 TPS eksisting kawasan

Gambar 3. 17 Rencana pembuangan black water pada kawasan rumah susun

Page 20: Analisa Tapak 1

39

Skema 3. 4 Rencana pembungan sampah kawasan rumah susun

3. 6 Kebutuhan Ruang

Berdasarkan hasil analisa kegiatan penghuni, maka kebutuhan akan ruang secara

umum dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

a) Unit Hunian

Menurut RDTRK Cibeunying tahun 2010, perkiraan penyebaran penduduk di

kawasan Tamansari – Cihampelas pada tahun 2010 adalah sebagai berikut:

Kelurahan Luas (ha) Jumlah penduduk (jiwa) Kepadatan penduduk (jiwa)

Tamansari 101 30.300 300

Cipaganti 69 13.800 200

Lebak Siliwangi 20 6.300 315

Tamansari berada di kawasan zona 1 unit lingkungan 09, berdasarkan RDTRK Cibeunying

tahun 2010 memiliki rencana peraturan pelaksanaan pembangunan sebagai berikut:

Zona Unit

Lingkungan

Luas

(ha)

Fungsi

Dominan

KDB

rencana

KLB

rencana

Lantai

bangunan

Tinggi

Bangunan (m)

1 09 59 Perumahan 40 1,6 13 32

18 110,096 Fasum 30 0,6 3 16

19 41,95 Perumahan 30 0,5 3 12

20 26,88 perdagangan 50 0,7 3 12

Sampah per unit hunian

Shaft sampah

Bak sampah bangunan

TPS lingkungan

TPA kota Bandung

Tabel 3. 9 Perkiraan penyebaran penduduk Tamansari – Cihampelas tahun 2010

(sumber: RDTRK Cibeunying 2010)

Tabel 3. 10 Rencana peraturan pelaksanaan pembangunan Tamansari – Cihampelas tahun 2010

(sumber: RDTRK Cibeunying 2010)

Page 21: Analisa Tapak 1

40

Jumlah penduduk di RW 17 pada tahun 2007 mencapai 1298 jiwa, dengan luas lahan +/-

8ha. Berdasarkan tabel di atas, perkiraan jumlah penduduk RW 17 pada tahun 2010

mencapai 2400. Dengan asumsi 1 unit rumah untuk 5 orang, maka diperlukan 480 unit

rumah. Sedangkan, pada kawasan yang akan didesain seluas +/- 2,7ha (bagian dari RW 17)

diperlukan 162 unit rumah (berdasarkan rencana peraturan pelaksanaan pembangunan

Tamansari – Cihampelas tahun 2010), yang mencakup penghuni asal dan pendatang.

Dengan asumsi bahwa perbandingan tipe besar : tipe sedang : tipe kecil = 1 : 3 : 6, maka

jumlah unit hunian yang dibutuhkan adalah 16 tipe besar, 49tipe sedang, dan 97 tipe

kecil.

Dalam mewadahi setiap aktivitas penghuni di dalam unit hunian, dibutuhkan ruang

– ruang yang meliputi:

� Ruang multifungsi yang fleksibel, untuk aktivitas tidur, ibadah, makan, belajar,

bekerja, bercengkerama, setrika, istirahat, terima tamu keluarga, dan lain – lain.

� Ruang dapur, untuk aktivitas menyiapkan bahan masakan, mencuci bahan masakan

mentah, memasak, menyiapkan masakan matang, mencuci alat makan.

� Ruang tidur, untuk aktivitas beristirahat dan tidur

� Ruang jemur, untuk aktivitas menjemur pakaian dan alat tidur. Dibagi menjadi 2, yaitu:

• Ruang jemur privat, yaitu ruang jemur yang terdapat di setiap unit hunian tipe

menengah dan besar.

• Ruang jemur bersama, yaitu ruang jemur yang digunakan secara komunal oleh unit

hunian bertipe kecil (dimaksudkan untuk efektivitas unit hunian tipe kecil).

� Ruang mandi, cuci, dan kakus (MCK), untuk aktivitas mandi, mencuci pakaian,

mencuci alat masak dan kakus.

� Teras yang fleksibel, terutama diperuntukkan untuk kegiatan berinteraksi sosial antar

tetangga di dalam rumah susun, agar karakteristik kampung tetap terjaga. Selain itu

juga sebagai pembatas teritorial antar unit hunian.

Berdasarkan kualitas ruang, terdapat perbedaan antara unit hunian untuk MBR dan

masyarakat berpenghasilan menengah – atas untuk setiap unit yang sama. Unit hunian

untuk MBR lebih berkonsentrasi pada kebutuhan jumlah orang yang dapat menghuni unit

tersebut, sehingga lay out ruangan harus fleksibel, tanpa dinding pembatas, di mana ruang

bersama sewaktu – waktu dapat berubah fungsi menjadi ruang makan atau ruang tidur.

Sementara unit hunian untuk masyarakat berpenghasilan menengah – tinggi lebih

berkonsentrasi pada kualitas ruang, semenjak jumlah orang yang akan menghuni unit tidak

Page 22: Analisa Tapak 1

41

terlalu menjadi masalah utama. Dinding – dinding ruangan lebih bersifat fixed, sehingga

didapat pembatas teritorial di dalam unit.

Unit hunian yang direncanakan untuk tipe kecil, sedang dan besar adalah tipe 21,

36, dan 54 berdasarkan asumsi ruang minimum yang dibutuhkan tiap orang adalah 4m2,

jumlah orang yang akan menghuni unit hunian, dan jenis kegiatan yang akan diwadahi.

Terdapat perbedaan antara tipe untuk MBR dan masyarakat berpenghasilan menengah –

tinggi. Pada tipe hunian MBR dengan tinggi langit langit yang dinaikan memungkinkan

untuk dibuatnya lantai mezzanine, semenjak lay out ruangan tanpa dinding yang fixed

sehingga memungkinkan pada tipe 21 tumbuh menjadi maksimal tipe 36. Untuk besaran

dan kebutuhan pada tiap – tiap unit hunian dapat dilihat pada tabel 3. 11 Rencana program

ruang unit hunian halaman 43.

b) Fasilitas Lingkungan

Dalam mewadahi setiap aktivitas penghuni antar blok hunian di dalam kawasan

rumah susun, maka dibutuhkan ruang – ruang yang meliputi:

� Taman, sebagai ruang terbuka hijau, daerah resapan, buffer terhadap debu, panas, dan

bising, serta shelter bagi pejalan kaki. Area ini bersifat semi publik yang dapat

digunakan oleh penghuni untuk kegiatan rekreasi dan sarana sosialisasi. Untuk besaran

ruang dapat dilihat pada tabel 3. 12 Rencana program ruang fasilitas lingkungan

halaman 44.

� Lapangan, berupa lapangan voli sebagai ruang terbuka publik yang diperuntukkan

sebagai tempat bermain, dan olah raga yang berfungsi untuk mewadahi aktivitas yang

bersifat rekreatif dan sportif. Untuk besaran ruang dapat dilihat pada tabel 3. 12

Rencana program ruang fasilitas lingkungan halaman 44.

� Sarana ibadah, untuk mewadahi aktivitas yang bersifat religius dan sosial. Dibagi

menjadi 2, yaitu:

• Mesjid yang bersifat publik untuk mewadahi aktivitas religius dan sosial di dalam

kawasan dan sekitarnya. Juga untuk fungsi tambahan pendidikan, seperti TKA dan

TPA.

• Mushola yang bersifat semi publik untuk mewadahi aktivitas religius di dalam

setiap blok hunian.

Untuk besaran ruang dapat dilihat pada tabel 3. 12 Rencana program ruang fasilitas

lingkungan halaman 44.

Page 23: Analisa Tapak 1

42

� Pos keamanan, untuk mewadahi aktivitas perlindungan keamanan. Dibagi menjadi 2,

yaitu:

• Pos keamanan blok, terletak di dalam setiap blok hunian.

• Pos keamanan lingkungan, terletak di beberapa titik di dalam kawasan rumah

susun.

Untuk besaran ruang dapat dilihat pada tabel 3. 12 Rencana program ruang fasilitas

lingkungan halaman 44.

� Puskesmas yang bersifat publik untuk mewadahi aktivitas pengobatan penghuni di

kawasan rumah susun dan sekitarnya. Untuk besaran ruang dapat dilihat pada tabel 3.

12 Rencana program ruang fasilitas lingkungan halaman 44.

� Kantor RW, untuk mewadahi aktivitas yang berhubungan dengan kemasyarakatan

penghuni di kawasan rumah susun. Untuk besaran ruang dapat dilihat pada tabel 3. 12

Rencana program ruang fasilitas lingkungan halaman 44.

� Kantor pengelola, untuk mewadahi aktivitas pengelolaan rumah susun baik dari segi

fisik atau pun non fisik, administrasi dan perawatan rumah susun. Untuk besaran ruang

dapat dilihat pada tabel 3. 12 Rencana program ruang fasilitas lingkungan halaman 44.

� Ruang serba guna, untuk mewadahi aktivitas yang bersifat komunal, baik untuk

kegiatan pendidikan, sosial, rekreatif ataupun religius. Untuk besaran ruang dapat

dilihat pada tabel 3. 12 Rencana program ruang fasilitas lingkungan halaman 44.

� Fasilitas komersial, untuk mewadahi aktivitas yang bersifat komersial dan jasa, yang

penggunanya diutamakan bagi penghuni. Dibagi menjadi 3, yaitu:

• Fasilitas komersil primer (menghadap ke arah jalan Cihampelas)

• Fasilitas komersil sekunder (menghadap ke arah jalan Linggawastu), difungsikan

untuk melayani kebutuhan dalam kawasan rumah susun dan kawasan permukiman

sekitar kawasan rumah susun.

• Fasilitas komersil tersier, merupakan fasilitas komersil yang menyatu dengan unit

hunian, sebagai contoh adalah warung – warung yang menyatu dengan rumah

tinggal di gang – gang kecil di perkampungan. Difungsikan untuk melayani

kebutuhan antar unit hunian, dengan jangkauan pelayanan +/- 1 RT.

c) Sarana Sirkulasi

Dalam memberikan dukungan bagi setiap aktivitas penghuni antar blok hunian di

dalam kawasan rumah susun ataupun kendaraan penghuni , maka dibutuhkan ruang –

ruang yang meliputi:

Page 24: Analisa Tapak 1

43

� Selasar, berfungsi sebagai ruang sirkulasi yang menghubungkan antara satuan unit

hunian ke tangga ataupun antar unit hunian. Untuk mempertahankan karakteristik

kampung, selasar diperlebar dengan fungsi tambahan sebagai ruang interaksi sosial

antar penghuni rumah susun.

� Tangga, berfungsi sebagai sarana sirkulasi vertikal yang memudahkan penghuni

berpindah dari satu lantai ke lantai lainnya dengan berjalan kaki.

� Tangga darurat, berfungsi sebagai sarana penyelamatan diri apabila terjadi bencana,

seperti kebakaran dan gempa.

� Ramp, berfungsi sebagai sarana sirkulasi vertikal untuk kendaraan roda dua, gerobak

dan pengguna kursi roda.

� Jalan lingkungan, berfungsi sebagai sarana sirkulasi horizontal, baik bagi pejalan kaki

ataupun kendaraan dalam menghubungkan antar blok hunian ataupun antara blok

hunian dan permukiman sekitar rumah susun.

3. 6. 1 Program Ruang

a) Unit Hunian

Unit hunian dalam rumah susun yang akan di desain dibagi menjadi 3 jenis unit

hunian, yaitu tipe hunian kecil, menengah, dan tipe hunian besar. Dengan asumsi ruang

minimum yang dibutuhkan tiap orang adalah 4m2, maka besaran tiap unit yang

direncanakan adalah T-21, T-36, T-54 dengan perbandingan tiap unit hunian adalah 6:3:1

Tiap hunian mempunyai kesempatan tumbuh (konsep rumah tumbuh), sebagai contoh, unit

tipe 21 dapat tumbuh maksimal menjadi tipe 42.

Jenis Ruang Jumlah Ukuran kapasitas

T-27

� R. Utama

� R. Tidur

� Dapur

� MCK

� Teras

1 buah

1 buah

1 buah

1 buah

1 buah

21m2

4m x 3m

2m x3m

1,5m x 1,5m

1,5m x 1,5m

3m x 1,5m

4 – 5 orang

Page 25: Analisa Tapak 1

44

T-36

� R. Tidur

� R. Utama

� Dapur

� R. Jemur

� MCK

� Teras

2 buah

1 buah

1 buah

1 buah

1 buah

1 buah

36m2

2,5m x 2,25m

3m x 3,5m

1,5m x 1,5m

1,5m x 1,5m

1,5m x 1,5m

1,5m x 3m

> 5 orang

Jenis Ruang Jumlah Ukuran kapasitas

T-54

� R. Tidur

� R. Utama

� Dapur

� R. Jemur

� MCK

� Teras

3 buah

1 buah

1 buah

1 buah

1 buah

1 buah

54m2

3m x 2,5m

3m x 6m

1,5m x 1,5m

1,5m x 1,5m

1,5m x 1,5m

1,5m x 3m

> 5 orang

Tabel 3. 11 Rencana program ruang unit hunian

b) Fasilitas Lingkungan

Jenis Ruang Standar Ukuran (m2)

Kantor RW

Pos keamanan

Kantor pengelola

Ruang Serba Guna 0,12m2 / jiwa (berdasarkan studi banding) 90

Lapangan voli 72 m2 2 x 72 = 144

Taman hijau 0,5 m2 / jiwa 300

Ruang usaha (di lantai 1) 5m2 / kios

Tabel 3. 12 Rencana program ruang fasilitas lingkungan

c) Sarana Sirkulasi

Jenis Ruang Standar Jumlah Luas (m2)

Luas total

sirkulasi

15% x luas total lahan 300

Parkir mobil 12,5m2 / mobil

Parkir paralel jalur 2 arah : 2,5m x 5,5m

Lebar jalan 6m

Parkir miring 45o: 2,4m x 5,5m

Lebar jalan 3m

78 975

Page 26: Analisa Tapak 1

45

Parkir motor 2m2 / motor ukuran 1m x 2m

Lebar jalan 2,4m

Ukuran parkir : 0,9m x 1m

168 336

Gerobak Ukuran penyimpanan 2m x 1m 60 120

Selasar Lebar 1,6m

Jenis Ruang Standar Jumlah Luas (m2)

Tangga Lebar min untuk 1 orang: 80 cm

Tanjakan min. 115 mm

Injakan min. 250 mm

Jalan

lingkungan

Lebar badan jalan min. 3,5m

Lebar perkerasan min. 6m

Jalan

lingkungan

Dibuat kantong parkir

Saluran air hujan

Lebar jalan min. 1,2m lebar

Bahu jalan min. 0,25m

Tabel 3. 13 Rencana program ruang sarana sirkulasi