analisa secara kualitatif dan kantitatif kadar kafein dalam kopi bubuk lokal yang beredar di kota...

Upload: hildayanti-mustikasari

Post on 06-Jul-2018

336 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 Analisa Secara Kualitatif Dan Kantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Me…

    1/28

    LAPORAN PENELITIAN MANDIRI

    Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk LokalYang Beredar Di Kota Palembang Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis

    Oleh :

    Ahmad Fatoni, M.Si

    DIBIAYAI OLEH :

    MANDIRI

    LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATSEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI

    PALEMBANG

    Desember 2015

  • 8/17/2019 Analisa Secara Kualitatif Dan Kantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Me…

    2/28

    HALAMAN PENGESAHAN

    LAPORAN HASIL PENELITIAN MANDIRI

    1.Judul penelitian : Analisa Secara Kualitatif dan Kuantitatif Kadar Kafein

    Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang

    Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis.2. Bidang Ilmu Penelitian : Kimia Farmasi

    3. Ketua peneliti

    a. Nama lengkap dan gelar : Ahmad Fatoni, M.Si

     b. Jenis kelamin : Laki-laki

    c. NIP : 197008102000121001

    d. Pangkat / Golongan : Pembina / IV/a

    e. Jabatan fugsional : Lektor Kepala

    f. Fakultas / Jurusan : Farmasi

    4. Jumlah tim peneliti : 0 orang

    5. Lokasi penelitian : Laboratorium kimia STIFI Bhakti Pertiwi

    6. Bila penelitian ini merupakan kerjasama kelembagaan :a. Nama instansi : -

     b. Alamat : -

    7. Waktu penelitian : 4 Bulan

    8. Biaya : MANDIRI

    Palembang, Desember 2015

    Mengetahui,

    Pembantu Ketua I STIFI Bhakti Pertiwi Ketua peneliti,

    Erjon, M.Kes., Apt. Ahmad Fatoni, M.Si

     NIP. 197008102000121001

    Mengetahui,

    Ketua LPPM

    STIFI Bhakti Pertiwi

    Mauizatul Hasanah, MT. NIP. 198108082005012001

  • 8/17/2019 Analisa Secara Kualitatif Dan Kantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Me…

    3/28

    viii

    RINGKASAN DAN SUMMARY

    Analisa Secara Kualitatif dan Kuantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal YangBeredar Di Kota Palembang Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis

     Ahmad Fatoni

    STIFI Bhakti Pertiwi Palembang

    Jln. Ariodillah 3 No. 22 A Palembang

    Analisis kafein yang terkandung dalam kopi bubuk lokal secara kualitatitif dan

    kuantitatif menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Tujuan dari penelitian ini adalah

    untuk mengetahui kadar kafein dalam kopi bubuk lokal yang beredar di beberapa

    swalayan di kota Palembang dengan metode spektrofotometri UV-Vis dan dihubungkandengan SNI 01-3542-2004 serta tinjauan secara teoritis dalam menkonsumsi kafein yang

    terkandung dalam kopi bubuk lokal tersebut ditinjau dari Farmakope Indonesia. Metode

    yang digunakan untuk analisa kafein secara kualitatif adalah kromatografi lapis tipis dan

    untuk analisa secara kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis.

    Hasil dari analisa secara kualitatif sampel 10 merek kopi bubuk lokal dengan

    kode berturut-turut A, B, C, D, E, F, G, H, I, dan J mempunyai nilai Rf antara 0,11

    sampai dengan 0,26. Kadar kafein (per 1 gr kopi bubuk) secara kuantitatif dari mulai

    sampel merek A hingga J berturut-turut adalah 10,993 mg, 11,2505 mg, 12,9965 mg,

    10,1220 mg, 12,2125 mg, 9,5123 mg, 18,9199 mg, 19,0070 mg, 21,4636 mg dan

    16,3938 mg. Jika ditinjau secara teoritis menurut Farmakope Indonesia (1995), maka

    sampel kopi merek A hingga J masih dalam batas wajar atau tidak melebihi dosis

    lazimnya, yaitu 300-600 mg.

  • 8/17/2019 Analisa Secara Kualitatif Dan Kantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Me…

    4/28

    KATA PENGANTAR 

    Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat

    dan hidayahNya maka laporan penelitian Mandiri dengan judul Analisa Secara

    Kualitatif dan Kuantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar

    Di Kota Palembang Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis dapat terselesaikan.

    Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-

     banyaknya kepada :

    1. Bapak Drs. Noprizon, M.Kes., Apt selaku Ketua Yayasan Notari Bhakti Pertiwi

    2. Bapak Ketua STIFI Bhakti Pertiwi Palembang dan stafnya.

    3. Ibu ketua LPPM STIFI Bhakti Pertiwi Palembang

    4. Rekan-rekan dosen di pogram studi S1 dan D3 Farmasi STIFI Bhakti Pertiwi

    Palembang

    Atas bantuannya, baik secara material, moril dan saran dari awal penelitian

    hingga terselesainya laporan ini sehingga dapat berjalan dengan lancar.

    Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

     penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi

    kesempurnaan laporan penelitian ini. Semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi

    kita semua, amin…

    Palembang, Desember 2015

    Penulis

  • 8/17/2019 Analisa Secara Kualitatif Dan Kantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Me…

    5/28

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Kopi merupakan minuman yang banyak digemari masyarakat luas dari berbagai

    kalangan. Saat ini pula, kopi merupakan minuman terbesar kedua yang dikonsumsi

    orang di seluruh dunia, setelah air (Sofiana, 2011). Penikmat Kopi biasanya meminum

    kopi 3-4 kali dalam satu hari (Maramis, dkk., 2013). Kopi memiliki banyak manfaat

     bagi kesehatan jika digunakan dalam batas wajar, seperti mengurangi derita sakit

    kepala, aroma kopi menghilangkan stress, kafein kopi mencegah gigi berlubang,

    melegakan penderita asma, memperkaya antioksidan tubuh, melindungi kulit, mencegah penyakit parkinson, merangsang kerja otak, dan lain-lain (Sofiana, 2011).

    Sekalipun memiliki banyak manfaat, masalah utama dari menkonsumsi kopi

    adalah kadar kafein yang terkandung di dalamnya (Mulato, 2001). Kafein memang

    memiliki efek farmakologis yang bermanfaat secara klinis, seperti menstimulasi

    susunan syaraf pusat, dengan efek menghilangkan rasa letih, lapar dan mengantuk, juga

    meningkatkan daya konsentrasi dan kecepatan reaksi, memperbaiki kerja otak dan

    suasana jiwa, serta memperkuat kontraksi jantung. Namun pada penggunaan kafeinsecara berlebihan dapat menimbulkan debar jantung, gangguan lambung, tangan

    gemetar, gelisah, ingatan berkurang, dan sukar tidur (Tjay dan Rahardja, 2007).

    Kafein adalah senyawa alkaloid turunan  xantine (basa Purin) yang secara alami

     banyak terdapat pada kopi. Pada biji kopi kafein yang terkandung berkisar1-2,5%. Pada

    satu cangkir kopi dalam 100 ml mengandung 80-100 mg kafein, tergantung dari

     banyaknya kopi yang digunakan (Tjay dan Rahardja, 2007).

    Kopi bubuk merupakan salah satu kopi yang banyak menjadi pilihan masyarakat, baik yang lanjut usia maupun muda mudi lebih memilih kopi bubuk dibanding kopi

     jenis lain karena rasanya yang khas. Oleh karena itulah banyak warung kopi yang

    menjual kopi bubuk buatan lokal (Maramis dkk, 2013). Dan untuk menjamin mutu dan

    keamanan kopi bubuk yang beredar di pasaran, Badan Standarisasi Nasional (BSN)

    telah menetapkan standar untuk kadar kafein dalam kopi bubuk berkisar 0,45-2 % b/b

    (SNI 01-3542-2004). Sehingga jika ada kopi yang mengandung kadar kafein yang

  • 8/17/2019 Analisa Secara Kualitatif Dan Kantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Me…

    6/28

    2

    tinggi perlu dilakukan dekafeinisasi, untuk menekan aktivitas kafein di dalam tubuh

    (Sofiana, 2011).

    Penetapan kadar kafein dalam beberapa produk minuman dan bukan minuman

    telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan berbagai metode, seperti

     penetapan kadar kafein pada minuman bersoda jenis kola secara KCKT (Levita dkk,

    2004), Wanyika, dkk., (2010) menetapkan kadar kafein pada teh dan kopi instan

     bermerek dengan menggunakan HPLC dan spektrofotometer UV-Vis. Tautua, dkk.,

    (2014) menetapkan kadar kafein pada minuman ringan dan penambah energi dengan

    metode spektrofotometri ultra violet.

    Ling, dkk., (2001) menetapkan kadar kafein pada campuran kopi dengan metode

    HPLC. Gebeyehu dan Bikila, (2015) menetapkan kadar kafein dan anti oksidan padakopi dengan metode UV-Vis. Penetapan kadar kafein pada kopi hitam dengan metode

    spektrofotometri UV-Vis (Aptika, dkk., 2013), Arwangga, dkk., (2016) menetapkan

    kadar kafein pada kopi dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Salihović, dkk.,

    (2014) menetapkan kadar kafein dalam daun teh hijau dan hitam dengan metode UV-

    Vis. Maramis, dkk., (2013) menetapkan kadar kafein pada kopi bubuk dengan

    menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan penetapan kadar kafein pada minuman

     berenergi dengan metode densitometri (Putri, 2013). Dari beberapa metode tersebut,metode spektrofotometri merupakan metode yang relatif cepat, murah, dan mudah

     pengerjaannya dalam menentukan kadar kafein (Alpdogan,dkk., 2002). Berdasarkan

    uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap penetapan kadar 

    kafein pada kopi bubuk lokal yang beredar di kota Palembang dengan metode

    spektrofotometri UV-Vis.

    1.2. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dari penelitian ini adalah :1. Berapa kadar kafein dalam kopi bubuk lokal yang beredar di beberapa swalayan di

    kota Palembang dengan metode spektrofotometri UV-Vis?

    2. Apakah kadar kafein dalam kopi bubuk sesuai dengan SNI 01-3542-2004 yaitu

    0,45-2 % b/b?

    3. Bagaimana perhitungan secara teori dalam menkonsumsi kadar kafein dalam kopi

     bubuk lokal tersebut ditinjau dari Farmakope Indonesia?

  • 8/17/2019 Analisa Secara Kualitatif Dan Kantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Me…

    7/28

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    1.1. Kopi

    Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi

     biji tanaman kopi. Saat ini kopi merupakan komoditas nomor dua paling banyak 

    diperdagangkan setelah minyak bumi, dengan tingkat produksi kopi dunia setidaknya

    mencapai 7 juta ton per tahun. Saat ini pula, kopi merupakan minuman terbesar kedua

    yang dikonsumsi orang di seluruh dunia, setelah air. Finlandia merupakan negara yang

    konsumsi per kapitanya paling tinggi, dengan rata-rata konsumsi per orang sekitar 

    14000 cangkir setiap tahunnya.

    Kata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, yang berarti kekuatan, karena padaawalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi. Istilah ini kemudian

    diadopsi oleh negara-negara lainnya melalui perubahan lafal menjadi cafe (Perancis),

    caffe (Italia), kaffe (Jerman), koffie (Belanda), coffee (Inggris) dan coffea (Latin). Kata

    ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (Sofiana, 2011).

    Dalam penggunaan dalam batas wajar, kopi memiliki beberapa manfaat positif 

     bagi kesehatan, seperti mengurangi derita sakit kepala, aroma kopi menghilangkan

    stress, kafein kopi mencegah gigi berlubang, melegakan penderita asma, memperkayaantioksidan tubuh, melindungi kulit, mencegah penyakit parkinson, mencegah diabetes,

    merangsang kerja otak, dan lain-lain (Sofiana, 2011).

    Kopi bubuk adalah biji kopi yang disangrai (roasted ) kemudian digiling, dengan

    atau tanpa penambahan bahan lain dalam kadar tertentu tanpa mengurangi rasa dan

    aromanya serta tidak membahayakan kesehatan (SNI 01-3542-2004). Kopi mengandung

    kurang lebih 24 zat, yang terpenting adalah kafein, hidrat arang , tannin, zat zat asam,

    zat zat pahit, lemak, dan minyak terbang (Tjay dan Rahardja, 2007).1.2. Kafein

    1.2.1. Struktur Kimia

    Kafein mempunyai nama kimia 1,3,7- trimetil xantin atau 1,3,7- trimetil

    2,6,dioksi purin. Rumus molekulnya C8H10 N4O2 dengan berat molekul 194.19 dan

    mempunyai struktur seperti dalam gambar 1.

  • 8/17/2019 Analisa Secara Kualitatif Dan Kantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Me…

    8/28

    Gambar 1.

    1.2.2. Sifat Fisika Kafein

    Kafein berupa hablu

    tidak berbau, jika dipanask

    dan pada tekanan 1 atm. K

    1.5 bagian air mendidih,

    kloroform dan 600 bagia

    1982, dalam Fitri, 2008).

    1.2.3. Sifat Kimia Kafei

    Kafein merupakan b

    asam mineral segera terhid

    dengan adanya asam orga

     bentuk campuran ini sering1.2.4. Mekanisme Kerja

    Mekanisme kerja ka

    Aktivitas sel saraf dipen

    nukleotida yang berfungs

    tersebut. Senyawa kafein

    memperlambat aktivitas s

    Kafein mengikat senyawmeningkat dan menyebabk

    akan menaikkan detak ja

    darah ke otot-otot, dan m

    1973).

    1.2.5. Farmakodinamik 

    Kafein mempunyai

    merangsang susunan saraf

    truktur kimia kafein (Depkes, 1995)

     

     bentuk jarum halus, mengkilat, tidak ber

    an akan menyumblin tanpa penguraian pada

    afein akan larut dalam 50 bagian air, 6 bagia

    5 bagian alkohol, 25 bagian alkohol suhu

    eter. Berat molekul 194, 19 g/mol (Wils

     

    asa lemah, tidak berbentuk garam yang st

    rolisa dalam air. Kelarutan kafein dalam air

    ik seperti benzoat, salisilat, sinamat atau s

    ditemui dalam sediaan farmasi (Clarke, 197 

    fein pada sel saraf berkontribusi pada efek

    aruhi oleh senyawa adenosin. Adenosin

    mengurangi aktivitas sel saraf saat men

     juga menempel pada reseptor yang sa

    l saraf sebaliknya menghalangi adenosin

    a adenosin di otak, sehingga dampaknyan hormon efinefrin atau adrenalin disebar.

    tung, meninggikan tekanan darah, mena

    engeluarkan glukosa dari hati (Kuschings

    efek relaksasi otot polos , terutama otot

    usat, otot jantung, dan meningkatkan diures

    4

     

    arna, rasa pahit,

      suhu 178-180oC

      n air suhu 80oC,

      60oC, 6 bagian

      n dan Gisvold,

     

    abil dan dengan

      akan meningkat

      itrat. Karena itu

      ). 

    kafein tersebut.

      adalah senyawa

      empel pada sel

      a tetapi tidak 

      ntuk berfungsi.

      aktivitas otak   ormon tersebut

      bah penyaluran

      y dan Lullman,

      polos bronchus,

      is. Pada jantung,

  • 8/17/2019 Analisa Secara Kualitatif Dan Kantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Me…

    9/28

    5

    kadar rendah kafein dalam plasma akan menurunkan denyut jantung, sebaliknya kadar 

    kafein yang lebih tinggi menyebabkan tachicardi, bahkan pada individu yang sensitif 

    mungkin menyebabkan aritmia yang berdampak kepada kontraksi ventrikel yang

     premature. Pada pembuluh darah, kafein menyebabkan dilatasi pembuluh darah

    termasuk pembuluh darah koroner dan pulmonal, karena efek langsung pada otot

     pembuluh darah. Sirkulasi Otak, Resistensi pembuluh darah otak naik disertai

     pengurangan aliran darah dan PO 2 di otak, ini diduga merupakan refleksi adanya

     blokade adenosine oleh Xantin (Katzung,1995).

    Pada sistem kardiovaskular, kafein memiliki efek kronotropik (frekuensi kontraksi

     jantung) dan inotropik (kekuatan kontraksi jantung) positif pada jantung, pada

    konsentrasi rendah terjadi peningkatan rilis katekolamin yang disebabkan penghambatan reseptor adenosin prasinap sehingga konsumsi minuman yang

    mengandung kafein biasanya dapat meningkatkan ketahanan vaskular perifer dan

    tekanan darah. Kafein dapat menstimulasi pusat vasomotor dan stimulasi langsung

    miokard, sehingga akan menyebabkan kenaikan tekanan darah (Tan dan Kirana, 1984).

    1.2.6. Farmakokinetik 

    Kafein cepat diabsorbsi setelah pemberian oral, rektal atau parenteral. Sediaan

     bentuk cair atau tablet tidak bersalut akan diabsorpsi secara cepat dan lengkap. Kafeindidistribusikan keseluruh tubuh, melewati plasenta dan masuk ke air susu ibu. Volume

    distribusi kafein adalah antara 400 dan 600 ml/kg eliminasi kafein terutama melalui

    metabolisme dalam hati. Sebagian dieksresikan bersama urin dalam bentuk utuh. Kafein

    didalam plasma akan mencapai konsentrasi maksimum pada waktu 1 jam dan waktu

     paruh plasma kofein antara 3-7 jam, nilai ini akan menjadi 2 kali lipat pada wanita

    hamil tua dan wanita yang menggunakan pil kontrasepsi jangka panjang. Pada penderita

    sirosis hati ( pembentukan jaringan ikat di jaringan hati ) atau udem paru akut,kecepatan eliminasi berlangsung lambat sekitar 60 jam, dan untuk bayi premature waktu

     paruhnya 50 jam (Katzung, 1995; Tan dan Kirana, 1984).

    1.3. Proses Ekstraksi

    Ekstraksi adalah suatu cara untuk memisahkan campuran beberapa zat kimia

    menjadi komponen-komponen yang terpisah. Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan

    dengan dua cara, yaitu dengan pelarut air dan dengan pelarut organik. Untuk melakukan

     proses ekstraksi secara sempurna, pemilihan pelarut harus selektif dan terbaik untuk 

  • 8/17/2019 Analisa Secara Kualitatif Dan Kantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Me…

    10/28

    6

     bahan yang akan diekstraksi, dan pelarut tersebut harus terpisah dengan cepat setelah

     pengocokan.

    Pemilihan pelarut untuk ekstraksi dilakukan berdasarkan kepolaran zat, untuk zat-

    zat yang polar hanya larut dalam pelarut polar dan zat-zat non polar hanya larut dalam

     pelarut non polar. Bahan- bahan organik tidak selalu larut dalam air, oleh karena itu

    dapat dipisahkan menggunakan corong pemisah (Djamal, 2010).

    1.4. Spektrofotometri UV-Vis

    1.4.1. Teori Spektrofotometri UV

    Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada besarnya nilai

    absorbsi suatu zat terhadap radiasi sinar elektromagnetik. Prinsip kerja spektrofotometri

    adalah dengan menggunakan spektrofotometer yang pada umumnya terdiri dari unsur-unsur seperti sumber cahaya, monokromator, sel untuk tempat zat yang diperiksa,

    dektektor, penguat arus, dan alat pencatat.

    Pengukuran serapan dapat dilakukan pada daerah ultraviolet ( panjang gelombang

    190 nm – 350 nm) atau pada daerah cahaya tampak yaitu pada panjang gelombang

    350 nm – 780 nm. Penggunaan spektrofotometri ultraviolet dan sinar tampak pada

    senyawa organik umumnya berdasarkan transisi n – atau – * dan memerlukan

    adanya gugus kromofor di dalam molekul (Day dan Underwood, 1999).Menurut Dachriyanus (2004) dinyatakan bahwa spektrofotometri UV-Vis adalah

     pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang

    diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang

    cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih

    tinggi.

    Spektrofotometri UV-Vis pada umumnya digunakan untuk:

    1. Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonjugasi dan ausokromdari senyawa organik.

    2. Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang gelombang

    maksimum suatu senyawa.

    3. Mampu menganalisa senyawa organik secara kuantitatif dengan menggunakan

    hukum Lambert-Beer.

    1.4.2. Penggunaan Spektrofotometri UV-Vis

     Analisa Kualitatif 

  • 8/17/2019 Analisa Secara Kualitatif Dan Kantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Me…

    11/28

    7

    Analisa kualitatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis hanya dipakai untuk 

    data sekunder atau data pendukung. Pada analisa kualitatif dengan metode kualitatif 

    dengan metode spektrofotometri UV-Vis yang dapat ditentukan ada dua yaitu :

     pemeriksaa kemurnian spektrum UV-Vis dan penentuan panjang gelombang

    maksimum.

     Analisa Kuantitatif 

    Analisa kuantitatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis dapat digolongkan

    atas tiga macam pelaksanan pekerjaan yaitu : analisa kuantitatif zat tunggal, analisa

    kuantitatif campuran dua macam zat (analisi dua komponen), dan analisa kuantitatif 

    campuran tiga macam zat atau lebih (analisis multi komponen).

    Analisa kuantitatif zat tunggal dilakukan pengukuran harga A pada panjanggelombang maksimum atau dilakukan pengukuran %T pada panjang gelombang

    minimum, karena perubahan absorbanuntuk setiap satuan konsentrasi adalah paling

     besar pada panjang gelombang maksimum, sehingga diperoleh kepekaan analisis yang

    maksimal, selain itu pita serapan di sekitar panjang gelombang maksimum datar dan

     pengukuran ulang dengan kesalahan yang kecil dengan demikian akan memenuhi

    hukum Lambert-Beer.

  • 8/17/2019 Analisa Secara Kualitatif Dan Kantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Me…

    12/28

    8

    BAB III

    TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

    3.1.Tujuan Penelitian

    1. Mengetahui kadar kafein dalam kopi bubuk lokal yang beredar di beberapa

    swalayan di kota Palembang dengan metode spektrofotometri UV-Vis dan

    dihubungkan dengan SNI 01-3542-2004.

    2. Tinjauan secara teoritis dalam menkonsumsi kafein yang terkandung dalam kopi

     bubuk lokal tersebut ditinjau dari Farmakope Indonesia.

    3.2. Manfaat Penelitian

    1. Bagi peneliti mendapatkan pengalaman dan pembelajaran tentang cara

    menganalisis kadar kafein dalam kopi bubuk lokal yang dijual di kota Palembang

    secara spektrofotometri UV-Vis

    2. Dapat menjadi salah satu rujukan bagi penelitian selanjutnya.

  • 8/17/2019 Analisa Secara Kualitatif Dan Kantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Me…

    13/28

    9

    BAB IV

    METODOLOGI PENELITIAN

    4.1.Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di

    Laboratorium Penelitian STIFI Bhakti Pertiwi Palembang.

    4.2.Alat dan Bahan

    4.2.1. Alat

    Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah spektrofotometer UV-Vis

    Mini Shimadzu 1240, alat destilasi, neraca analitik, chamber, lampu UV 254, beker 

    gelas, labu ukur, corong pisah, corong gelas, pipet volumetri, lampu Bunsen dan peralatan pendukung lainnya.

    4.2.2. Bahan

    Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kafein baku standar,

    kloroform (CHCl3), aquadestilasi, natrium karbonat (Na2CO3), dan kopi bubuk A, B, C,

    D, E, F, G, H, I, dan J.

    4.3. Metodologi Penelitian

    4.3.1. Pengambilan Sampel

    Sampel penelitian adalah seluruh kopi bubuk produksi lokal yang beredar di

     beberapa swalayan di kota Palembang, yaitu di Diamond PTC, Lotte Mart, dan JM.

    Sampel yang digunakan sebanyak sepuluh sampel. Pengambilan dan pengumpulan

    sampel ini dilakukan dengan teknik total sampling. Menurut Sugiyono (2007) total

    sampling adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan

    sebagai sampel. Jika sampel yang ditemukan memiliki merk yang sama, maka diambil

    satu macam yang mewakili.4.3.2. Penyiapan Larutan Baku Standar

    Sejumlah 20 mg standar kafein ditimbang seksama, dimasukkan ke dalam labu

    ukur 100 ml, dilarutkan dengan aquades lalu dicukupkan sampai tanda batas dengan

    aquades dan dikocok homogen, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 200

     ppm, larutan ini disebut larutan induk baku standar.

    4.3.3. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum

  • 8/17/2019 Analisa Secara Kualitatif Dan Kantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Me…

    14/28

    10

    Penentuan panjang gelombang serapan maksimum dilakukan dengan cara

    memipet 10 ml larutan induk baku standar ke dalam labu ukur 100 ml, lalu dilarutkan

    dengan aquades sampai tanda batas, sehingga diperoleh larutan baku 20 ppm. Kemudian

    diukur serapannya pada panjang gelombang antara 270-300 nm.

    4.3.4. Penentuan Kurva Kalibrasi

    Kurva kalibrasi dilakukan dengan membuat serangkaian larutan baku standar 

    dengan konsentrasi 0, 10, 20, 30 dan 40 ppm. Dengan cara dipipet masing-masing

    sejumlah 0, 5, 10, 15 dan 20 ml ke dalam labu ukur 100 ml, lalu dilarutkan dengan

    aquades sampai tanda batas. Kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang

    serapan maksimum dan sebagai blangko digunakan aquades.

    4.3.5. Preparasi Sampel (Alpdogan,dkk., 2002 dan Fitri, 2008)

    Sejumlah 2 gram sampel kopi dimasukkan ke dalam beker gelas dan dilarutkan

    dengan aquades mendidih sebanyak 100 ml, disaring, lalu filtrat ditambah 2 gram

     Na2CO3, lalu dipanaskan sampai setengah campuran, didinginkan, dan dimasukkan ke

    dalam corong pisah, dan diekstraksi dengan kloroform berturut–turut sebanyak 25 ml

    sebanyak empat kali, lalu filtrat ditampung dalam erlenmeyer. Kemudian pelarut

    kloroform diuapkan dengan alat destilasi sehingga didapat ekstrak kafein. Ekstrak 

    kafein yang dihasilkan selanjutnya dimasukan ke dalam labu ukur 100 ml dandilarutkan dengan aquades sampai tanda batas. Kemudian dilakukan pengenceran

    dengan cara dipipet 2 ml larutan tersebut ke dalam labu ukur 50 ml dan dilarutkan

    dengan aquades sampai tanda batas.

    4.3.6. Identifikasi Kafein Hasil Ekstraksi (Budiman, dkk., 2015)

    Diambil cuplikan kafein sampel dan kafein baku standar dalam pelarut kloroform.

    Ditotolkan pada plat GF254, dimasukan ke dalam chamber yang telah dijenuhkan dengan

    fase gerak kloroform-etanol (99:1). Kemudian kromatogram dilihat di bawah lampuultraviolet pada panjang gelombang 254 nm.

    4.3.7. Penetapan Kadar Kafein (Fitri, 2008)

    Larutan sampel akan diukur serapannya pada panjang gelombang serapan

    maksimum, kemudian serapan dicatat. Konsentrasi kafein akan ditentukan berdasarkan

     persamaan regresi dari kurva kalibrasi standar.

    Kadar kafein dalam sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :

    Kadar kafein (mg/g) =

      (   /   ) ( )

    ( )

  • 8/17/2019 Analisa Secara Kualitatif Dan Kantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Me…

    15/28

    11

    BAB V

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1.Hasil

    5.1.1. Identifikasi Kafein Hasil Ekstraksi

    Identifikasi kafein hasil ekstraksi dari kopi bubuk dilakukan dengan

    membandingkan dengan kafein baku standar dengan cara kromatografi lapis tipis

    (KLT). Pengembang yang digunakan adalah kloroform : etanol (v/v : 99:1), jarak 

     pengembangan 4,5 cm. Terlihat hasil noda kafein hasil ekstraksi pada kopi bubuk 

    sejajar dengan baku pembanding dengan nilai Rf seperti terlihat pada tabel 1 dan

    gambar pada lampiran 1.Tabel 1. Nilai Rf kafein pada berbagai sampel kopi bubuk 

    Sampel Rf Sampel Rf Kafein Baku Standar  

    A 0,26

    0,25B 0,25

    C 0,25

    D 0,170,17E 0,19

    F 0,17

    G 0,13

    0,11H 0,13

    I 0,11

    J 0,13 0,11

    5.1.2. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum

    Penentuan panjang gelombang serapan maksimum dari kafein dilakukan dengan

    menggunakan larutan standar kafein pada konsentrasi 20 ppm dan diukur absorbansinya

     pada panjang gelombang antara 270-300 nm, dan hasil pengukuran ini diperoleh

     panjang gelombang maksimum pada 285 nm dengan nilai absorbansi 0,355 seperti

    terlihat pada gambar 2 dan tabel 2.

  • 8/17/2019 Analisa Secara Kualitatif Dan Kantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Me…

    16/28

    12

    Gambar 2. Kurva absorbansi larutan kafein baku standar 

    Tabel 2. Data absorbansi dari kurva serapan maksimum

    5.1.3. Penentuan Kurva Kalibrasi dan Persamaan Garis Regresi

    Penentuan linieritas kurva kalibrasi kafein baku standar dengan pelarut aquades

    dilakukan pada konsentrasi 0, 10, 20, 30, dan 40 ppm dan diukur pada panjang

    gelombang maksimum 285 nm. Aquades digunakan sebagai blangko dan didapat hasil

    seperti terlihat pada tabel 3.

    Setelah diperoleh hasil pengukuran absorbansi untuk larutan standar kafein

    maka absorbansi dialurkan terhadap konsentrasi (ppm) larutan standar kafein untuk 

    mendapatkan kurva kalibrasi berupa garis linier dan didapat persamaan regresi seperti

    gambar 3.

  • 8/17/2019 Analisa Secara Kualitatif Dan Kantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Me…

    17/28

    13

    Tabel 3. Absorbansi larutan standar kafein berbagai konsentrasi pada panjang

    gelombang 285 nm

    Konsentrasi Kafein (ppm) Absorbansi

    0,0 0,000

    10,0 0,193

    20,0 0,352

    30,0 0,480

    40,0 0,574

    Gambar 3. Kurva kalibrasi larutan kafein baku standar 

    Dari hasil pembuatan kurva kalibrasi kafein baku standar seperti dalam gambar 3

    diperoleh hubungan yang linier antara konsentrasi dan serapan dengan koefisien

    korelasi (r) = 0,991 dan persamaan garis regresi Y = 0,01435X + 0,0328.

    5.1.4.Penetapan Kadar Kafein pada Kopi Bubuk 

    Data hasil pengukuran absorbansi dan hasil perhitungan kadar kafein pada 10

    sampel kopi bubuk dapat dilihat pada tabel 4.

    y = 0,01435x + 0,0328

    R² = 0,991

    0

    0,1

    0,2

    0,3

    0,4

    0,5

    0,6

    0,7

    0 10 20 30 40 50

          A      b     s     o     r      b     a     n

    Konsentrasi

  • 8/17/2019 Analisa Secara Kualitatif Dan Kantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Me…

    18/28

    14

    Tabel 4. Absorbansi dan kadar kafein pada berbagai sampel kopi bubuk 

     No Sampel

    Absorbansi

    (Y)

    Konsentrasi

    (X) (ppm)

    Kadar Kafein pada

    Kopi Bubuk dalam 1 g *mg % b/b

    1 A 0,159 8,7944 10,9930 1,10

    2 B 0,162 9,0004 11,2505 1,13

    3 C 0,182 12,9965 12,9965 1,30

    4 D 0,149 8,0976 10,1220 1,01

    5 E 0,173 9,7700 12,2125 1,22

    6 F 0,142 7,6098 9,5123 0,957 G 0,250 15,1359 18,9199 1,89

    8 H 0,251 15,2056 19,0070 1,90

    9 I 0,278 17,1709 21,4636 2,15

    10 J 0,221 13,1150 16,3938 1,64

    *perhitungan kadar ada di lampiran 3

    5.2. Pembahasan

    5.2.1. Ekstraksi Sampel

    Pemisahan kafein dari kopi bubuk dilakukan dengan metode ekstraksi. Proses

    ekstraksi, pertama dilakukan penyeduhan dengan air mendidih sebanyak 100 ml, karena

    menurut Wilson & Gisvold (1982) dalam Fitri, 2008), kafein larut dalam 1,5 bagian air 

    mendidih. Diharapkan kafein yang terlarut dapat mencapai jumlah optimum. Hasilnya

    kemudian dilakukan penyaringan, filtrat kemudian ditambahkan Na2CO3, penggunaan

     Na2CO3 untuk mengikat tanin yang terlarut. Setelah itu dipekatkan dengan cara

    dipanaskan sampai setengahnya dan didinginkan.Langkah selanjutnya dilakukan ekstraksi dengan menggunakan 25 ml pelarut

    kloroform sebanyak empat kali dalam corong pisah, pemilihan pelarut kloroform karena

    kafein mudah larut dalam kloroform (Depkes, 1995), dan menurut Wilson dan Gisvold

    (1982) dalam Fitri, (2008), kafein larut dalam 6 bagian kloroform. Menurut Djajanegara

    (2009) dinyatakan bahwa,kloroform dapat melarutkan senyawa alkaloid. Kafein

    merupakan alkaloid, maka dengan penambahan kloroform akan memudahkan pelarutan

    kafein. Untuk ekstraksi kafein dapat juga digunakan pelarut benzen dan etil asetat,

  • 8/17/2019 Analisa Secara Kualitatif Dan Kantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Me…

    19/28

    15

    namun karena beberapa pertimbangan seperti harga, toksisitas, dan kelarutan, maka

    kloroform lebih aman dan murah untuk digunakan, selain karena memiliki titik didih

    yang rendah (Soraya, 2008).

    Sebanyak 25 ml kloroform dimasukkan ke dalam corong pisah, dikocok, dan

    terjadi dua lapisan, lapisan bawah yang merupakan lapisan kloroform yang mengandung

    kafein dikeluarkan dan ditampung. Larutan kafein diuapkan pelarutnya dengan

    menggunakan alat destilasi vakum langsung sehingga diperoleh ±5 ml dan ditampung di

    dalam vial, diuapkan kembali sampai didapat kristal kafein. Kristal kafein yang

    diperoleh dilarutkan dengan aquades hingga 100 ml untuk digunakan pada penetapan

    kadar dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Larutan 100 ml tersebut, dilakukan

     pengenceran karena terlalu pekat untuk diukur pada alat spektrofotometer UV-Vis, pengenceran dilakukan dengan cara dipipet sebanyak 2 ml ke dalam labu ukur 50 ml,

    lalu ditambahkan air sampai tanda batas, sehingga diperoleh faktor pengenceran 25.

    5.2.2. Identifikasi Kafein Hasil Ekstraksi

    Pada pemeriksaan kemurnian kafein hasil ekstraksi dilakukan dengan cara

    kromatografi lapis tipis (KLT) pada plat silika gel GF254 dengan fase gerak kloroform :

    etanol (v/v = 99 : 1), kemudian dilihat di bawah lampu UV 254 dan dibandingkan

    dengan kafein baku standar. Hasil yang diperoleh menunjukan noda kafein hasilekstraksi sejajar dengan kafein baku standar seperti telihat pada lampiran 1. Namun

    terjadi perbedaan Rf yang didapat dengan Rf pada literatur yaitu 0,65 (Harborne, 1987).

    Menurut Mulja dan Suharman (1995) untuk pengujian kualitatif pada KLT

    dilakukan dengan cara membandingkan dengan baku pembanding dan nilai Rf tidak 

    terlalu penting, hal ini disebabkan daya adsorbsi keaktifan fase diam tidak tentu karena

     pembuatan fase diam dilakukan dengan berbagai macam cara. Selain itu, hal ini dapat

    terjadi karena proses penjenuhan dan penggunaan eluen yang berbeda.5.2.3. Penetapan Kadar Kafein dengan Spektrofotometri UV-Vis

    Pada penelitian ini penetapan kadar kafein pada kopi bubuk dilakukan dengan

    menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Pemilihan metode spektofotometri

    UV-Vis karena metode ini merupakan metode yang relatif cepat, murah, dan mudah

     pengerjaannya (Alpdogan, dkk., 2002).

    Penetapan kadar kafein dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis, terlebih

    dahulu dilakukan penentuan panjang gelombang absorbansi maksimum dari kafein,

  • 8/17/2019 Analisa Secara Kualitatif Dan Kantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Me…

    20/28

    16

    tujuannya untuk mendapatkan panjang gelombang yang memberikan serapan terbesar 

    yang selanjutnya digunakan untuk penentuan kurva kalibrasi dan penetapan kadar 

    kafein pada sampel. Dari pengukuran didapat panjang gelombang yang memberikan

    serapan maksimum pada panjang gelombang 285 nm, hasil yang diperoleh berbeda

    dengan literatur yaitu 273 nm, hal ini mungkin dapat terjadi karena pengaruh matrik dan

     penggunaan alat yang berbeda (Nersyanti, 2006).

    Pada penentuan kurva kalibrasi, pengukuran absorbansi dilakukan pada berbagai

    konsentrasi kafein, yaitu 0, 10, 20, 30, dan 40 ppm, data absorbansi yang diperoleh

    dialurkan terhadap konsentrasi dan didapat persamaan regresi Y = 0,01435X + 0,0328,

    dengan nilai r = 0,991, kriteria penerimaan koefisien korelasi adalah r ≥ 0,95 (Shargel

    dan Andrew, 1988). Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kadar kafein pada sepuluhmerk kopi bubuk lokal dalam 1 gram berturut-turut mempunyai kadar kafein 10,993

    mg, 11,2505 mg, 12,9965 mg, 10,1220 mg, 12,2125 mg, 9,5123 mg, 18,9199 mg,

    19,0070 mg, 21,4636 mg dan 16,3938 mg.

    Jika dibuat dalam % (b/b) maka pada setiap 1 gram kopi bubuk 10 sampel tersebut

    mengandung berturut-turut 1,10%, 1,13%, 1,30%, 1,01%, 1,22%, 0,95%, 1,89%,

    1,90%, 2,15% dan 1,64% kadar kafein. Dari sepuluh sampel kopi bubuk lokal, sembilan

    di antaranya memenuhi syarat SNI 01-3542-2004 yaitu antara 0,45-2 % (b/b),sedangkan satu di antaranya tidak memenuhi karena melebihi dari 2 %, yaitu pada

    sampel I sebesar 2,15%.

    5.2.4. Perhitungan secara teori kadar kafein dalam satu cangkir kopi

    Biasanya seseorang menkonsumsi kopi bubuk dalam satu kali penyajian berkisar 

    ±6 gram dalam satu cangkir, sehingga jika dilihat dari sampel kopi bubuk A, B, C, D, E,

    F, G, H, I dan J yang telah diteliti, dalam satu cangkir terdapat kafein berturut-turut

    65,9580 mg, 67,5030 mg, 77,9790 mg, 60,7320 mg, 73,2750 mg, 57,0738 mg,113,5194, 114,0420 mg, 128,7816 mg, dan 98,3628 mg.

    Jika ditinjau dari Farmakope Indonesia (1995) jika mengkonsumsi kopi 3-4 kali

    sehari, maka kopi bubuk lokal yang telah diteliti mempunyai kadar kafein yang masih

    dalam batas wajar atau tidak melebihi dosis lazimnya, yaitu 300-600 mg (perhitungan

     pada lampiran 4).

  • 8/17/2019 Analisa Secara Kualitatif Dan Kantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Me…

    21/28

    17

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    1. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kadar kafein dalam 1 gram pada sampel

    kopi bubuk lokal merek A, B, C, D, E, F, G, H, I, dan J berturut-turut sebesar 

    10,993 mg, 11,2505 mg, 12,9965 mg, 10,1220 mg, 12,2125 mg, 9,5123 mg,

    18,9199 mg, 19,0070 mg, 21,4636 mg, dan 16,3938 mg atau jika dibuat dalam

     persen (b/b) maka setiap 1 gram kopi bubuk lokal mengandung kadar kafein

     berturut-turut 1,10%, 1,13%, 1,30%, 1,01%, 1,22%, 0,95%, 1,89%, 1,90%,

    2,15%, dan 1,64%.2. Dari sepuluh sampel kopi bubuk lokal, sembilan di antaranya memenuhi syarat

    SNI 01-3542-2004 yaitu dengan kadar kafein antara 0,45-2 % b/b, sedangkan

    satu di antaranya tidak memenuhi karena melebihi dari 2 %, yaitu sebesar 

    2,15%.

    3. Secara teori, kadar kafein dalam satu cangkir kopi bubuk lokal (per 6 gram /

    sekali sajian) A, B, C, D, E, F, G, H, I, dan J berturut-turut adalah 65,9580 mg,

    67,5030 mg, 77,9790 mg, 60,7320 mg, 73,2750 mg, 57,0738 mg, 113,5194,114,0420 mg, 128,7816 mg, dan 98,3628 mg. Jika menkonsumsi kopi bubuk 

    tersebut sebanyak 3-4 kali sajian dalam satu hari maka kadar kafein masih

    masuk dosis lazim ditinjau dari Farmakope Indonesia, yaitu 300-600 mg.

    5.2. Saran

    1. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan penetapan kadar pada beberapa

    sampel tersebut dengan metode yang lain, seperti metode HPLC, Densitometri,

    dan lain-lain.2. Untuk penelitian selanjutnya juga dapat ditentukan kadar kafein pada minuman

    atau makanan yang mengandung kafein, seperti teh dan coklat.

  • 8/17/2019 Analisa Secara Kualitatif Dan Kantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Me…

    22/28

    18

    DAFTAR PUSTAKA

    Alpdogan, G., Karabina, K., Sungur, S. 2002. Derivative SpectrofotometricDetermination of Caffeine In Some Beverages. Turkish Journal of Chemistry,

    Vol. 26 : 295-302.

    Aptika, N.M.D., Tunas, I.K dan Sutema, I.A.M.P., 2015, Analisis Kadar Kafein padaKopi Hitam di Bukian Gianyar Menggunakan Spektrofotometer UV-VisChemistry Laboratory, Vol. 2 No. 1 : 30-37.

    Budiman, H., Rahmawati, F. Dan Sanjaya, F., 2015, Isolasi dan Identidikasi AlkaloidPada biji Kopi Robusta (Coffea robusta Lindl. Ex De Will ) dengan CaraKromatografi Lapis Tipis, www.ejournal.stikesmukla.ac.id/index.php/cerata/article/.../7 (diakses 15 Desember 

    2015)

    Clarke, E. G. C. 1971.  Isolation and Identification of Drugs. London : ThePharmaceutical Press.

    Dachriyanus. 2004. Analisa Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Andalas UniversityPress, Padang.

    Day, R.A and Underwood, A.L. 1999.  Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi VI. Erlangga.Jakarta.

    Djajanegara, I., 2009. Pemakaian Sel HeLa dalam Uji Sitotoksisitas Fraksi Kloroform

    dan Etanol Ekstrak Daun Annona squamosal.  Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 7(1), 7-11.

    Departemen Kesehatan, Dirjen POM. 1995.  Farmakope Indonesia (Edisi IV). Jakarta :Departemen Kesehatan RI.

    Djamal, R. 2010.  Prinsip-prinsip Dasar Isolasi dan Identifikasi. Padang : UniversitasBaiturrahmah.

    Fitri, N. S. 2008. Pengaruh Berat dan Waktu Penyeduhan terhadap Kadar Kafein dari

     Bubuk Teh. Skripsi. Universitas Sumatera Utara (tidak dipublikasikan).

    Gebeyehu, B.T., and, Bikila, S.L.B., 2015, Determination of Caffeine Content andAntioxidant Activity of Coffee,  American Journal of Applied Chemistry Vol.3(2): 69-76.

    Harborne, J. B. 1983. Metode Fitokimia (Terbitan kedua). Bandung : Penerbit ITB.

    Katzung, B. G. 1995. Farmakologi Dasar dan Terapi (Edisi VI ). Jakarta : EGC.

    Kuschinsky, G., Lullman, H. 1973. Textbook of Pharmacology. London : Academic

    Press.

  • 8/17/2019 Analisa Secara Kualitatif Dan Kantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Me…

    23/28

    19

    Levita, J., Mutakin, Hasanah, U. 2004. Identifikasi Kadar Kafein dalam BeberapaProduk Minuman Ringan Bersoda Jenis Kola Kemasan Kaleng yang Beredar diJatinangor dengan Metode Kromatografi Cair Kerja Tinggi (KCKT).  Majalah

     Ilmiah Farmasi Farmaka, Vol. 2 : 53-57.

    Ling, L.S., Daud, N.I.N and Hassan, O., 2001, Determination Of Coffee Content InCoffee Mixtures, Malaysian Journal of Analytical Sciences, Vol. 7, No.2 : 327-332

    Maramis, R. K., Citraningtyas, G., Wehantouw F. 2013. Analisis Kafein dalam KopiBubuk di Kota Manado Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis.  Pharmacon

     Jurnal Ilmiah Farmasi, Vol 2, No.4 : 122-128.

    Mulato, S. 2001. Pelarutan Kafein Biji Robusta dengan Kolom Tetap menggunakan Pelarut Air . Jakarta : Pelita Perkebunan.

    Mulja, M. Dan Suharman. 1995. Analisis Intrumental . Surabaya : Airlangga UniversityPress

     Nersyanti. F. 2006. Spektrofotometri Derivatif Ultraviolet untuk Penentuan Kadar  Kafein dalam Minuman Suplemen dan Ekstrak teh. (Skripsi). Bogor : IPB (tidak dipublikasikan)

    Putri, D. 2013.  Analisis Kadar Kofein dalam Sediaan Minuman Berenergi dengan

     Metode TLC-Scanner (Densitometri). Skripsi. Palembang : STIFI Bhakti Pertiwi(tidak dipublikasikan).

    Salihović, M., Šapčanin, A., Pazalja, M., Alispahić, A., Dedić, A and Ramić, E., 2014,Determination of Caffeine in Different Comercialy Available Green and Black 

    Teas, Bulletin of the Chemists and Technologists of Bosnia and Herzegovina Vo.43 : 1-4

    Shargel, L., dan Andrew, B. C. Y. 1998. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan(Edisi II). Surabaya : Airlangga University Press

    Sofiana, N. 2011. 1001 Fakta Tentang Kopi. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.

    Soraya, N. 2008.  Isolasi Kafein dari Limbah Teh Hitam CTC Jenis Powdery secara Ekstraksi. Skripsi. Bogor : IPB (tidak dipublikasikan)

    Sugiyono. 2007. Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.

    Standar Nasional Indonesia. 2004. Biji Kopi. SNI 01-3542-2004

    Tan, H.T.dan Kirana R. 1984. Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaannya dan Efek 

    Sampingnya ( Edisi IV ). Jakarta : Pangeran Jayakarta.

  • 8/17/2019 Analisa Secara Kualitatif Dan Kantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Me…

    24/28

    20

    Tautua, A., Martin, W.B. and Diepreye, E.R.E., 2014, Ultra-violet SpectrophotometricDetermination of Caffeine in Soft and Energy Drinks Available in Yenagoa,

     Nigeria, Advance Journal of Food Science and Technology 6(2): 155-158

    Tjay, T.H dan Rahardja, K. 2007. Obat-obat penting, khasiat, penggunaan, dan efek-efek sampingnya (edisi IV). Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

    Wanyika, H.N., Gatebe, E.G., Gitu, L.M.,, Ngumba, E.K. and Maritim, C.W., 2010,Determination of caffeine content of tea and instant coffee brands found in theKenyan market,  African Journal of Food Science Vol. 4(6) : 353 – 358.

  • 8/17/2019 Analisa Secara Kualitatif Dan Kantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Me…

    25/28

    21

    Lampiran 1. Bercak noda kafein pada sampel kopi bubuk dan Kafein Baku

    Standar

    Gambar 1. Hasil Uji Kualitatif kadar kafein pada berbagai sampel kopi bubuk dan

    kafein standar dengan KLT di bawah lampu UV-254

  • 8/17/2019 Analisa Secara Kualitatif Dan Kantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Me…

    26/28

    22

    Lampiran 2. Data Absorbansi Larutan Kafein pada berbagai Sampel Kopi Bubuk 

    pada Panjang Gelombang 285 nm

    Tabel 1. Data absorbansi larutan kafein pada berbagai sampel kopi bubuk pada panjang

    gelombang 285 nm

     No Sampel Absorbansi Absorbansi Rata-rata (Y)

    1 A

    0,157

    0,1590,160

    0,160

    2 B

    0,161

    0,1620,161

    0,164

    3 C

    0,180

    0,1820,184

    0,183

    4 D

    0,148

    0.1490,150

    0,148

    5 E

    0,175

    0,1730,173

    0,170

    6 F

    0,140

    0,1420,144

    0,144

    7 G

    0,251

    0,2500,251

    0,249

    8 H

    0,251

    0,2510,251

    0,251

    9 I

    0,277

    0,2780,281

    0,275

    10 J

    0,222

    0,2210,222

    0,219

  • 8/17/2019 Analisa Secara Kualitatif Dan Kantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Me…

    27/28

    23

    Lampiran 3. Perhitungan kadar kafein pada 10 sampel kopi bubuk 

    Persamaan regresi : Y = 0,01435X + 0,0328

    Dimana : Y = nilai absorbansi rata-rata

    X = konsentrasi

    Sampel A

    Diketahui Y = 0,159

    Maka X =  , ,

    ,= 8,7944 ppm = 8,7944 mg/L

    Kadar (b/b) =( )

    =, ,

    =  ,

    = 10,993 mg/ g

    % kafein dalam 1 gram kopi =  ,

    x 100% = 1,10% (b/b)

    Dengan menggunakan perhitungan diatas maka untuk sampel B hingga J diperoleh

    seperti dalam tabel 3.

    Tabel 3. Nilai absorbansi dan kadar kafein pada berbagai sampel kopi bubuk 

     No SampelAbsorbansi

    (Y)

    Konsentrasi

    (X) (ppm)

    Kadar Kafein pada

    Kopi Bubuk dalam 1 g

    mg % b/b

    1 A 0,159 8,7944 10,9930 1,10

    2 B 0,162 9,0004 11,2505 1,13

    3 C 0,182 12,9965 12,9965 1,30

    4 D 0,149 8,0976 10,1220 1,01

    5 E 0,173 9,7700 12,2125 1,22

    6 F 0,142 7,6098 9,5123 0,95

    7 G 0,250 15,1359 18,9199 1,89

    8 H 0,251 15,2056 19,0070 1,90

    9 I 0,278 17,1709 21,4636 2,15

    10 J 0,221 13,1150 16,3938 1,64

  • 8/17/2019 Analisa Secara Kualitatif Dan Kantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Me…

    28/28

    Lampiran 4. Perhitungan secara teori kadar kafein dalam satu cangkir kopi

    Jika dalam satu cangkir terdapat kopi bubuk berkisar ±6 gram dalam satu kali

    sajian, maka jumlah konsumsi kopi dalam satu hari adalah 3-4 kali sajian dan

     perhitungan dihitung sebanyak 4 kali sajian.

    Sampel A

    Kadar kafein dalam satu cangkir = Kadar kafein (mg/g) x 6 g

    = 10,993 mg/g x 6 g = 65,9580 mg

    Kadar kafein dalam satu hari = 65,9580 mg x 4 = 263,832 mg

    Dengan menggunakan perhitungan diatas maka untuk sampel B hingga J

    diperoleh seperti dalam tabel 4.

    Tabel 4. Perhitungan teoritis kadar kafein dalam 4 kali penyajian/hari.

     No. Kode sampel Kadar kafein dalam 1 kali

     penyajian @ 6 gram kopi

     bubuk (mg)

    Kadar kafein dalam 4 kali

     penyajian (mg)/hari.

    1 A 65,9580 263,832

    2 B 67,5030 270,012

    3 C 77,9790 311,916

    4 D 60,7320 242,928

    5 E 73,2750 293,100

    6 F 57,0738 228,295

    7 G 113,5194 454,078

    8 H 114,0420 456,168

    9 I 128,7816 515,126

    10 J 98,3628 393,451