analisa penentuan lokasi lbb di sekitar sma komplek surabaya

29
“ANALISA PENENTUAN LOKASI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR DI SEKITAR SMA KOMPLEK SURABAYA” Dosen Pembimbing: Ema Umilia, ST., MT. Disusun Oleh: 1. Alifiana Hafidian R. NRP. 3609 100 012 2. Sisca Henlita NRP. 3609 100 013 3. Hesti Martadwiprani NRP. 3609 100 014 4. Ainun Dita Febriyanti NRP. 3609 100 019 5. M. Emil Widya Pradana NRP. 3609 100 021 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2012

Upload: a-dita-febriyanti

Post on 30-Jun-2015

5.471 views

Category:

Education


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

“ANALISA PENENTUAN LOKASI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR DI SEKITAR SMA

KOMPLEK SURABAYA”

Dosen Pembimbing:

Ema Umilia, ST., MT.

Disusun Oleh:

1. Alifiana Hafidian R. NRP. 3609 100 012

2. Sisca Henlita NRP. 3609 100 013

3. Hesti Martadwiprani NRP. 3609 100 014

4. Ainun Dita Febriyanti NRP. 3609 100 019

5. M. Emil Widya Pradana NRP. 3609 100 021

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2012

Page 2: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

1

1.1 Latar Belakang

Setiap kegiatan baik ekonomi maupun sosial memerlukan ruang untuk mewadahi

aktivitasnya. Dengan tersedianya ruang tersebut, semua kegiatan yang ada akan

terlaksana dengan baik. Dalam pelaksanaan sebuah kegiatan, masing-masing dari

kegiatan tersebut memiliki ciri khas tersendiri yang pada akhirnya membutuhkan suatu

kriteria dalam pemilihan lokasinya. Pemilihan lokasi merupakan hal penting bagi suatu

kegiatan karena dengan pemilihan lokasi yang tepat, maka suatu kegiatan akan

terlaksana dengan baik. Misalnya saja, suatu kegiatan industri tidak akan terlaksana

dengan baik jika pemilihan lokasi kegiatannya kurang tepat karena adanya kegiatan

industri tersebut dipengaruhi oleh lokasi kegiatan yang lainnya.

Pemilihan lokasi berhubungan erat dengan adanya teori lokasi. Menurut Tarigan

(2005), teori lokasi sendiri dapat didefinisikan sebagai ilmu yang menyelidiki tata ruang

(spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari

sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap

keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Dengan

kata lain, teori lokasi yang ada menjadi acuan dalam pemilihan lokasi. Ketepatan dalam

pemilihan lokasi juga akan mempengaruhi hasil yang diperoleh oleh suatu kegiatan,

miisalnya saja dalam hal keuntungan yang diperoleh dari suatu proses produksi.

Salah satu kegiatan yang dapat dijadikan sebagai contoh dalam penentuan lokasi

adalah penentuan sarana pendidikan yang dikomersilkan (Lembaga Bimbingan

Belajar/LBB). Seperti yang kita ketahui, seiring dengan perkembangan jaman terdapat

beberapa sarana pendidikan (Lembaga Bimbingan Belajar/LBB) yang letaknya

berdekatan dengan Lembaga Bimbingan Belajar /LBB lainnya atau dengan kata lain

terjadi suatu fenomena aglomerasi di pusat kawasan pendidikan, dimana letak tersebut

memiliki kriteria tersendiri dalam penentuan lokasi Lembaga Bimbingan Belajar. Oleh

karena itu diperlukan suatu analisa kriteria dalam penentuan lokasi sarana pendidikan

tersebut guna mengetahui faktor yang paling berpengaruh dalam penentuan lokasi

sarana pendidikan tersebut.

Page 3: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

2

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diangkat dalam

penulisan makalah ini diantaranya:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemilihan lokasi Lembaga Bimbingan

Belajar di sekitar SMA Komplek Surabaya?

2. Bagaimana kesesuaian faktor-faktor pemilihan lokasi tersebut terhadap kondisi

faktual yang ada?

3. Seberapa besar pengaruh analisa lokasi terhadap penentuan lokasi Lembaga

Bimbingan Belajar di sekitar SMA Komplek Surabaya yang notabene merupakan

kawasan aglomerasi pendidikan?

1.3 Tujuan dan Sasaran

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah

a. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi sarana

pendidikan Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) di sekitar SMA Komplek Surabaya.

b. Mengetahui pendekatan baik secara teoritis dan empiris dalam penentuan lokasi

sarana pendidikan Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) di sekitar SMA Komplek

Surabaya.

Sedangkan sasaran dari penulisan makalah ini adalah:

a. Mengidentifikasi faktor yang menjadi pertimbangan dalam menentukan lokasi sarana

pendidikan Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) di sekitar SMA Komplek Surabaya

berdasarkan studi teoritis dan empiris.

b. Menganalisa faktor penentu lokasi yang menjadi faktor utama dan faktor pendukung

sarana pendidikan Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) di sekitar SMA Komplek

Surabaya.

1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah dalam analisa lokasi yang kami lakukan ini terbatas pada

ruang lingkup kawasan sarana pendidikan yang berlokasi di sekitar SMA Komplek

Surabaya, Jawa Timur.

1.4.2 Ruang Lingkup Pembahasan

Pembahasan ini lebih terfokus pada analisa penentuan lokasi yang sangat

menentukan pertumbuhan dari aglomerasi kawasan sarana pendidikan tersebut.

Selain itu, kami juga akan melakukan komparasi antara faktor pemilihan lokasi

sarana pendidikan Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) di sekitar SMA Komplek

Page 4: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

3

Surabaya dengan beberapa literatur teori penentuan lokasi sehingga akan terlihat

adanya relevansi teori yang menggambarkan kondisi ideal dengan kenyataan di

lapangan.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan makalah ini meliputi:

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang pemilihan lokasi sarana pendidikan yang akan

diamati, rumusan masalah, tujuan dan sasaran dari penulisan makalah ini, ruang lingkup

pembahasan makalah yang menyangkut lokasi sarana pendidikan, serta sistematika

penulisan dalam membuat makalah.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi tentang teori-teori lokasi yang berhubungan dengan pemilihan lokasi

fasilitas umum berupa sarana pendidikan yang kemudian mensintesakan hasil temuan

empiris pada kawasan kawasan sarana pendidikan Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) di

sekitar SMA Komplek Surabaya dengan teori mengenai fasilitas umum berupa sarana

pendidikan..

Bab III Gambaran Umum

Bab ini berisi mengenai gambaran umum wilayah studi yakni kawasan kawasan

sarana pendidikan Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) di sekitar SMA Komplek Surabaya

Bab IV Analisa

Bab ini berisi tentang analisa lokasi berdasarkan hasil pengamatan dan teori-teori

yang terkait dengan pemilihan lokasi.

Bab V Penutup

Bab ini berisi kesimpulan yang memadukan antara tujuan yang diinginkan dengan

hasil analisa. Dari hasil analisa tersebut dapat juga didapat rekomendasi sebagai

pandangan kedepan dalam pengelolaan kawasan pendidikan komersil berupa Lembaga

Bimbingan Belajar.

Page 5: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

4

2.1 Lembaga Bimbingan Belajar (LBB)

Lembaga bimbingan belajar adalah salah satu lembaga non formal dalam bidang

pendidikan. Lembaga ini merupakan milik non pemerintah atau swasta, dimana segala

biaya keperluan yang dibutuhkan dalam pendidikan tersebut dibiayai oleh swasta tanpa

bantuan dari pemerintah. Mayoritas, lembaga non formal bersifat komersil. Begitu juga

dengan lembaga bimbingan belajar yang dapat dikategorikan sebagai pendidikan non

formal, maka harga di sebuah lembaga bimbingan belajar sangat mahal namun

sebanding dengan kualitas yang diperoleh. Kualitas pendidikan yang diberikan lembaga

bimbingan belajar jelas berbeda dengan pendidikan yang ada di sekolah. Pendidikan di

lembaga bimbingan belajar jauh lebih baik, dan mengena pada poin materi yang akan

kita kuasai.

Menurut Kementrian Pendidikan Nasional Balai Pengembangan Pendidikan

Nonformal dan Informal (BP-PNFI) Regional IV Kota Surabaya, menjelaskan bahwa

terdapat beberapa persyaratan dalam proses pendirian lembaga pendidikan non formal.

Adapun persyaratan tersebut diantaranya sebagai berikut :

1. Terdapat Dewan Pembina, minimal 1 orang

2. Dewan Pengawas, minimal 1 orang

3. Terdapat pengurus harian yang terdiri dari ketua, bendahara dan sekretaris

4. Photo Copy KTP semua anggota Yayasan/LBB bersangkutan

5. Surat Domisili Lembaga dari pemerintah terkait

6. Bukti poin 1-5 ini dibawa ke Notaris

2.2 Teori Central Place

Teori central place dikemukakan pertama kali oleh Walter Christaller pada tahun

1933 dalam buku Central Place In Southern Germany. Dalam buku ini, Christaller

mencoba menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan

distribusinya di dalam satu wilayah. Tempat pusat (central place) merupakan suatu

tempat dimana produsen cenderung mengelompok di lokasi tersebut untuk menyediakan

barang dan jasa bagi populasi di sekitarnya. Menurut Christaller, teori central place

adalah sebagai berikut:

“Central place theory is a geographical theory that seeks to explain the

Page 6: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

5

number, size and location of human settlement in an urban system.”

Pandangan Christaller tersebut memiliki penjelasan bahwa suatu pusat aktivitas

yang melayani berbagai kebutuhan penduduk harus terletak pada suatu lokasi yang

sentral, yaitu suatu tempat/wilayah/kawasan yang memungkinkan partisipasi manusia

dalam jumlah yang maksimum, baik yang terlibat dalam aktivitas pelayanan ataupun

yang menjadi konsumen. Asumsi-asumsi yang dikemukakan dalam teori Christaller

antara lain:

a. Suatu lokasi yang memiliki permukaan datar yang seragam.

b. Lokasi tersebut memiliki jumlah penduduk yang merata dan memiliki daya beli yang

sama.

c. Lokasi tersebut mempunyai kesempatan transport dan komunikasi yang

merata/gerakan ke segala arah (isotropic surface).

d. Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimisasi jarak/biaya.

Tempat sentral tersebut digambarkan dengan adanya suatu titik simpul dari suatu

bentuk heksagonal. Wilayah yang berbentuk heksagonal tersebut merupakan daerah

yang penduduknya mampu terlayani oleh adanya tempat sentral tersebut. Adapun

tahap-tahap terjadinya model central place heksagonal yang dikembangkan Christaller

adalah sebagai berikut :

a. Diawali dengan adanya pusat areal perdagangan berupa lingkaran - lingkaran.

Setiap lingkaran tersebut memiliki pusat dan menggambarkan threshold (ambang

batas) dari komoditas tersebut.

b. Lingkaran-lingkaran berupa range (prinsip jangkauan) dari komoditas tersebut yang

lingkarannya boleh terjadi tumpang tindih.

c. Range yang tumpang tindih dibagi antara kedua pusat yang berdekatan sehingga

terbentuk areal yang heksagonal yang menutupi seluruh daratan yang tidak lagi

tumpang tindih.

d. Orde I lebar heksagonalnya 3 kali heksagonal orde II. Orde II lebar heksagonalnya

adalah 3 kali heksagonal orde III, dan seterusnya. Heksagonal yang sama besarnya

tidak saling tumpang tindih, tetapi antara heksagonal yang tidak sama besarnya akan

terjadi tumpang - tindih. Pusat dari hierarki yang lebih rendah berada pada sudut dari

hierarki yang lebih tinggi sehingga pusat yang lebih rendah berada pada pengaruh

dari tiga hierarki yang lebih tinggi darinya.

Page 7: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

6

Gambar 2.1

Tahap-tahap Terbentuknya Model Central Place

Pada dasarnya, teori central place ini mengacu pada prinsip jangkauan (range) dan

ambang batas (threshold). Dari komponen range dan threshold maka lahir prinsip

optimalisasi pasar (market optimizing principle). Prinsip ini antara lain menyebutkan

bahwa dengan memenuhi asumsi di atas, dalam suatu wilayah akan terbentuk wilayah

tempat pusat (central place). Pusat tersebut menyajikan kebutuhan barang dan jasa bagi

penduduk sekitarnya. Apabila sebuah pusat dalam range dan threshold yang

membentuk lingkaran, bertemu dengan pusat yang lain yang juga memiliki range dan

threshold tertentu, maka akan terjadi daerah yang bertampalan. Penduduk yang

bertempat tinggal di daerah yang bertampalan akan memiliki kesempatan yang relatif

sama untuk pergi ke kedua pusat pasar itu.

Keberadaan setiap tempat sentral memiliki pengaruh yang berbeda sesuai dengan

besar kecilnya suatu wilayah sehingga terjadi hirarki. Selain berdasarkan besar-kecilnya

pengaruh pusat kegiatan, Christaller juga membagi central place berdasarkan jenisnya

yaitu sebagai berikut :

a. Tempat sentral yang berhierarki 3 (K = 3)

Merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang senantiasa menyediakan

barang-barang bagi daerah sekitarnya atau disebut juga sebagai kasus pasar

optimal.

Gambar 2.2

Hirarki Tempat Sentral 3

Page 8: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

7

b. Tempat sentral yang berhierarki 4 (K = 4)

Merupakan situasi lalu lintas yang optimum yakni daerah tersebut dan daerah

sekitarnya yang terpengaruh oleh tempat sentral senantiasa memberikan

kemungkinan jalur lalu lintas yang paling efisien.

Gambar 2.3

Hirarki Tempat Sentral 4

c. Tempat sentral yang berhierarki 7 (K = 7)

Merupakan situasi administratif yang optimum yang mana tempat sentral ini

mempengaruhi seluruh bagian wilayah-wilayah tetangganya.

Gambar 2.5

Hirarki Tempat Sentral 7

Dari ketiga jenis model central place tersebut, maka model yang sesuai untuk

diterapkan dalam menentukan lokasi fasilitas umum adalah tempat sentral yang

berhierarki 3 (K = 3). Hal tersebut dikarenakan K = 3 sering disebut sebagai Kasus

Pasar Optimal yang memiliki pengaruh 1/3 bagian dari wilayah tetangga di sekitarnya

yang berbentuk heksagonal, selain mempengaruhi wilayahnya itu sendiri.

Page 9: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

8

2.3 Fenomena Aglomerasi

Aglomerasi merupakan gabungan, kumpulan dua atau lebih pusat kegiatan, serta

tempat pengelompokan berbagai macam kegiatan dalam satu lokasi atau kawasan

tertentu. Berkumpulnya berbagai kegiatan ini akan menimbulkan penghematan ekstern

karena adanya penggunaan fasilitas sejenis dan hubungan antar kegiatan yang terkait.

Terdapat beberapa keuntungan dalam menempatkan lokasi kegiatan pada tempat

konsentrasi (aglomerasi), yaitu sebagai berikut:

2.3.1 Keuntungan Economic of Agglomeration/localization

Keuntungan karena di tempat/lokasi tersebut terhadap berbagai keperluan

dan fasilitas yang dapat digunakan oleh perusahaan. Pusat konsentrasi sekaligus

pusat kegiatan ini pada intinya memberikan kemudahan dekat dengan pasar, yang

tujuannya lebih mudah mendapatkan konsumen.

Localization economies merupakan external economies yang terjadi antar

perusahaan yang bergerak dalam bidang yang sama. Penghematan yang mungkin

terjadi karena faktor luar dan dinikmati oleh semua kegiatan yang ada di

kota/kawasan tersebut.

Berkonsentrasinya kegiatan karena adanya perpindahan satu atau lebih

kegiatan ke titik yang sama, dengan mensubstitusi biaya pengangkutan dengan

biaya produksi lainnya. Berlaku gejala forward linkage dan backward linkage, yaitu:

● Forward linkage = efek permintaan = kaitan ke depan

● Backward linkage = efek penawaran = kaitan ke belakang

2.3.2 Keuntungan Urbanization Economies

Penghematan yang timbul antar kegiatan yang memiliki kegiatan yang sama

dan berlokasi berdekatan. Biasanya terjadi di daerah perkotaan daripada di luar

kota. Dipengaruhi oleh infrastruktur perkotaan yang berkembang pesat, seperti

jaringan jalan, telekomunikasi, pertokoan, lembaga pendidikan, pelatihan,

penelitian, dll. Urbanization economies biasanya mengikuti gejala localization

economies.

Page 10: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

9

Sarana pendidikan yang ada di kota Surabaya sangat penting keberadaannya.

Berbagai kelengkapan fasilitas dari sarana pendidikan tersebut pada akhirnya dapat

membantu mewujudkan kualitas pendidikan yang baik. Salah satu kawasan sarana

pendidikan yang ada di Kota Surabaya yakni kawasan sarana pendidikan komersil berupa

Lembaga Bimbingan Belajar yang terletak di sekitar SMA Komplek, Surabaya Pusat. Pada

awal perkembangannya, Lembaga Bimbingan Belajar yang ada di sekitar SMA Komplek

yakni SMA Negeri 1, 2, 5, dan 9 Surabaya hanya terdapat beberapa Lembaga Bimbingan

Belajar yaitu Lembaga Bimbingan Sony Sugema College (SSC). Seiring dengan berjalannya

waktu LBB yang ada di sekitar SMA Komplek ini semakin bertambah mengingat kawasan ini

sangat ideal sebagai pusat kegiatan pendidikan di Surabaya Pusat karena letaknya yang

strategis.

Secara administratif, kawasan ini terletak di Kelurahan Ketabang, Kecamatan

Genteng, dengan luas wilayah sebesar 180 Ha. Adapun batas wilayah studi dapat dilihat

pada Peta 3.1

Sebelah Utara : Jl. Ambengan

Sebelah Selatan: Jl. Walikota Mustajab

Sebelah Barat : Jl. Jaksa Agung Suprapto

Sebelah Timur : Jl. Kusuma Bangsa dan Jl. Anggrek

Page 11: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

10

Peta 3.1

Batas Wilayah Studi

Page 12: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

11

Terdapat enam Lembaga Bimbingan Belajar yang berada di sekitar SMA komplek,

yaitu Nurul Fikri, SSC, Neutron Yogyakarta, Ganesha Operation, Primagama, dan Quantum

Excelencia. Dalam studi ini, tidak semua LBB menjadi objek penelitian, dua diantaranya

yakni LBB Primaga dan Quantum Excelencia tidak dapat digali lebih dalam mengenai profil

lembaga bimbingan belajar tersebut dikarenakan adanya kendala dalam melakukan

wawancara dengan stakeholder terkait, Untuk lebih jelasnya mengenai profil singkat dari

keempat LBB dapat dilihat dalam penjelasan di bawah ini.

3.1 Sony Sugema College (SSC)

Sony Sugema College mulai berdiri pada tahun 1990 dengan kantor pusat di Kota

Bandung. Pendirian LBB SSC ini di Kota Bandung ini mewakili wilayah Barat yakni

Jakarta, Bogor, Tangerang, dsb. Pada tahun 1993, SSC membuka cabang di wilayah

Surabaya dengan kantor pusatnya di Jalan Kaca Piring No 46. Di Surabaya sendiri, LBB

SSC membuka cabang sebanyak 8 unit yang tersebar di seluruh wilayah Surabaya dan

salah satunya terletak di wilayah Rungkut dan Sidosermo

Sebelum dibangun LBB SSC, lahan yang ada di Jalan Kaca Piring ini berupa

bangunan tua berupa rumah jaman dahulu kala yang tidak ditempati, kemudian untuk

‘menghidupkan’ kembali lahan ini dibangun LBB SCC. Dalam proses mendirikan

bangunan, LBB ini tergolong legal karena telah mendapatkan Ijin Mendirikan Bangunan

(IMB) dari Pemerintah Kota Surabaya.

Pada umumnya, pihak pengelola LBB SSC memilih untuk mendirikan di Jalan Kaca

Piring dikarenakan letaknya yang mendekati konsumen yakni siswa/siswi dari SMA

Komplek Surabaya serta lokasinya yang mudah dijangkau dengan segala moda

transportasi. Hal ini tentunya sangat menguntungkan bagi pihak LBB sendiri. Mayoritas

Gambar 3.1 LBB SCC di Jl. Kaca Piring 46 Surabaya

Sumber: Survey Primer, 2012

Page 13: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

12

yang kursus di LBB SSC adalah mereka yang berasal dari SMA Komplek (SMA Negeri

1, 2, 5, dan 9 Surabaya), sedangkan untuk program intensif belajar menjelang SNMPTN

kebanyakn berasal dari siswa/siswi luar kota.

Masalah yang dihadapi LBB SSC ini diantaranya adalah:

a. Adanya persaingan antar LBB sehingga secara tidak langsung ‘memaksa’ pihak

LBB SCC untuk memunculkan sesuatu yang unik

b. Adanya permukiman di sekitar LBB yang kadang menyebabkan suasana

berisik/gaduh karena adanya anak-anak kecil yang suka berkeliaran di area sekitar

LBB.

c. Area parkir yang tempatnya terbatas dan kurang tertata

Untuk mengatasi hal tersebut, pihak LBB SSC mengatasi dengan cara mendirikan

kafe jenius untuk tempat nongkrong para siswa, sehingga mereka tidak dilanda rasa

bosan serta adanya security untuk mengatasi permasalahan parkir

3.2 Ganesha Operation (GO)

Ganesha Operation pertama berdiri pada tanggal 1 Mei 1984 di Kota Bandung,

kemudian sekitar tahun 2004 didirikan di Surabaya yakni di Jalan BKR Pelajar/Jimerto

35. Selang dua tahun, Ganesha Operation mendirikan kantor cabang pendukung di

wilayah Surabaya yang lain.

Sama halnya dengan SSC, pendirian lokasi GO di dekat SMA komplek dikarenakan

untuk mendekati target pasar mereka yaitu pelajar SMA komplek. Dengan mendekati

lokasi sekolah, maka akan mempermudah siswa dalam menjangkau lokasi LBB.

Keuntungan dari letak GO yang berdekatan dengan SMA komplek adalah

Gambar 3.2 LBB GO di Jl. BKR Pelajar/Jimerto 35

Surabaya

Sumber: Survey Primer, 2012

Page 14: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

13

kemudahan siswa SMA komplek untuk menjangkau GO, sehingga dapat menyerap

siswa yang cukup banyak (±1.400 siswa). Bahkan didirikan kantor cabang di jalan yang

sama, hanya terpisah beberapa rumah untuk memenuhi permintaan pasar. Masalah

yang ada terkait lokasi GO diantaranya keterbatasan lahan parkir serta kurangnya kelas

untuk memenuhi permintaan pasar. Untuk mengatasi masalah tersebut, solusi yang

dilakukan pihak LBB GO adalah mendirikan kantor cabang baru yang hanya terpisah

beberapa rumah, sehingga dapat memenuhi permintaan pasar dan membagi kelas

sehingga parkir tidak penuh.

3.3 Nurul Fikri

Lembaga Bimbingan Belajar Nurul Fikri memiliki kantor pusat di Jakarta. Pada

tahun 1999, Nurul Fikri berdiri di Surabaya. Pada awalnya, LBB ini berada di Jalan Nias,

kemudian pada tahun 2004 pindah ke Jalan Slamet No. 1 Surabaya. Nurul Fikri sendiri

tidak mau disebut sebagai Lembaga Bimbingan Belajar melainkan BKP (Bimbingan

Konseling Pendidikan).

Dulunya, bangunan yang digunakan untuk Nurul Fikri berupa rumah yang pada

akhirnya beralih fungsi menjadi sarana pendidikan komersil yakni berupa LBB. LBB ini

tergolong legal karena dalam proses membangunannya telah mendapatkan IMB dari

Pemerintah Kota Surabaya. Siswa yang kursus di Nurul Fikri mayoritas berasal dari SMA

Komplek, sedangkan untuk program intensif kebanyakan dari luar kota.

Pendirian lokasi Nurul Fikri yang memilih dekat dengan SMA komplek dikarenakan

lokasinya yang dekat dengan SMA komplek sehingga banyak membidik para konsumen

yang kursus disana (±500 siswa).dan aksesibilitasnya yang mudah untuk dijangkau. Dari

Gambar 3.3 LBB Nurul Fikri di Jl.Slamet No. 1

Surabaya

Sumber: Survey Primer, 2012

Page 15: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

14

hasil wawancara, pihal dari Nurul Fikri sendiri sampai detik ini belum mengalami kendala

dikarenakan Nurul Fikri memiliki strategi khusus, yakni adanya materi BIP (Bimbingan

Informasi Pendidikan) berupa materi study skill, life skill dan keislaman serta ciri khas

tersendiri dari Nurul Fikri yang memberikan jasa konsultasi pelajaran di luar kelas.

3.4 Neutron Yogyakarta

Neutron Yogyakarta berdiri pertama kali pada tahun 1978 di Kota Jogja. LBB ini

tergolong cukup tua. Pada tahun 2006, Neutron Yogyakarta mendirikan cabang di Kota

Surabaya. Pendirian lokasi Neutron Yogyakarta yang memilih dekat dengan SMA

komplek dikarenakan lokasinya yang dekat dengan SMA komplek dan aksesibilitasnya

yang mudah untuk dijangkau, serta pelayanan yang bagus terhadap siswa (kualitas

kelas yang nyaman dengan fasilitas lengkap serta materi yang diberikan terhadap

siswa).

Letaknya yang dekat dengan SMA Komplek memiliki keuntungan tersendiri bagi

pihak Neutron Yogyakarta, yakni banyak konsumen yang kursus disana (±1.600 siswa).

Sampai saat ini, pihak dari Neutron Yogyakarta tidak mengalami masalah yang cukup

signifikan dikarenakan lokasi Neutron Yogyakarta yang strategis, serta ditunjang dengan

area parkir yang luas dan adanya tim pengatur lalu lintas.

3.5 Potensi Masalah

Berdasarkan profil singkat beberapa LBB di atas, dapat diketahui keuntungan serta

permasalahan yang dialami oleh masing-masing LBB. Secara keseluruhan, keuntungan

dan permasalahan seputar peletakan kawasan LBB di sekitar SMA Komplek, disajikan

Gambar 3.4 LBB Neutron Yogyakarta di Jl. Wijaya

Kusuma No. 51 Surabaya

Sumber: Survey Primer, 2012

Page 16: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

15

ke dalam tabel berikut.

Tabel 3.1

Matriks Keuntungan dan Masalah Peletakan Kawasan LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

NO. NAMA LBB ALASAN KEUNTUNGAN MASALAH

1 SSC

Dekat dengan SMA

Komplek

Lokasi mudah

dijangkau oleh

pelajar SMA

Komplek

● Persaingan dengan

LBB lain di sekitar

● Berdekatan dengan

area permukiman

● Area parkir

2 GO

Dekat dengan SMA

Komplek

● Lokasi mudah

dijangkau oleh

pelajar SMA

Komplek

● Kantor cabang

yang letaknya

berseberangan

● Area parkir

● Kekurangan ruang

kelas

3 NURUL FIKRI

Dekat dengan SMA

Komplek

Lokasi mudah

dijangkau oleh

pelajar SMA

Komplek

-

4 NEUTRON

YOGYAKARTA

Dekat dengan SMA

Komplek

Lokasi mudah

dijangkau oleh

pelajar SMA

Komplek

-

5 PRIMAGAMA

Dekat dengan SMA

Komplek

Lokasi mudah

dijangkau oleh

pelajar SMA

Komplek

-

6 QUANTUM

EXCELENCIA

Dekat dengan SMA

Komplek

Lokasi mudah

dijangkau oleh

pelajar SMA

Komplek

Hanya ada satu cabang

LBB, sehingga butuh

publikasi yang lebih

untuk menarik konsumen

Sumber: Survey Primer, 2012

Pada umumnya peserta didik LBB disini merupakan siswa-siswi dari SMA Komplek

itu sendiri, khususnya untuk program bimbingan belajar reguler. Sementara peserta didik

yang berasal dari luar kota mayoritas lebih memilih untuk mengikuti program belajar

intensif. Berdasarkan matriks juga terlihat bahwa sebagian besar LBB tersebut memilih

untuk mendirikan lokasi di sekitar SMA Komplek karena letaknya yang berdekatan

Page 17: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

16

dengan SMA Komplek sehingga memudahkan untuk membidik konsumen. Untuk

persebaran LBB yang berada di sekitar SMA Komplek ini dapat dilihat pada Peta 3.2.

Peta 3.2 Lokasi Persebaran LBB SMA Komplek

NEUTRON YOGYAKARTA GANESHA OPERATION

SSC

NURUL FIKRI

QUANTUM EXCELENCIA

PRIMAGAMA

Page 18: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

17

Jika dilihat dari lokasinya terhadap fungsi bangunan sekitar, kawasan LBB ini

secara umum berada di kawasan permukiman. Namun apabila ditinjau lebih luas lagi,

kawasan LBB ini juga dekat dengan area fasilitas umum, terutama sekolah (SMA

Komplek) yang berada di timur laut. Sementara fasilitas umum yang dominan lainnya

adalah perkantoran, berupa Kantor Pemkot Surabaya yang berada di barat daya. Fungsi

kegiatan terdekat lainnya adalah kawasan perdagangan jasa berupa Mall Grand City di

sebelah tenggara. Untuk visualisasi lebih jelas mengenai fungsi kegiatan di sekitar

kawasan SMA Komplek, dapat dilihat pada Peta 3.3

Page 19: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

18

Peta 3.3

Peta Fungsi Kegiatan Kawasan SMA Komplek Surabaya

SMAN 1,2,5, dan 9

KANTOR PEMKOT

MALL GRAND CITY

Page 20: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

19

4.1 Analisa Skoring

Metode analisa kuantitatif menggunakan prosedur yang terukur dan sistematis yang

didukung oleh data-data numerik. Analisis kuantitatif pada penelitian ini menggunakan

analisa skoring dimana analisa ini merupakan analisa yang memberikan nilai bobot atau

skor dari setiap gatra dan nilai masing-masing gatra dihitung dengan memberi nilai

tertentu (0 – 100 atau 0 – 1000). Metode ini mirip dengan metode konsensus tetapi

penetapan nilai dilakukan oleh perseorangan secara independen (tanpa konsensus)

dimana nilai dari para responden perseorangan diproses secara matematik atau statistik.

Pada penelitian ini untuk menganalisa hasil kuisoner menggunakan skor sebagai berikut:

● Nilai 4 untuk penilaian faktor lokasi yang dianggap sangat penting/paling

dipertimbangkan dalam penentuan lokasi LBB di sekitar SMA Komplek

● Nilai 3 untuk penilaian faktor lokasi yang dianggap penting/dipertimbangkan dalam

penentuan lokasi LBB di sekitar SMA Komplek

● Nilai 2 untuk penilaian faktor lokasi yang dianggap cukup penting/cukup

dipertimbangkan dalam penentuan lokasi LBB di sekitar SMA Komplek

● Nilai 1 untuk penilaian faktor lokasi yang dianggap tidak penting/tidak

dipertimbangkan dalam penentuan lokasi LBB di sekitar SMA Komplek

Berikut adalah perhitungan hasil kuisioner (lihat pada lampiran) yang diperoleh dari

pendapat 26 responden yang terdiri dari 6 responden pihak pengelola lembaga

bimbingan belajar dan 20 responden siswa/siswi yang kursus di lembaga bimbingan

belajar tersebut. Untuk kuisioner yang ditujukan bagi pihak siswa/siswi, kami

memberikan 3 pilihan mengenai faktor penentu lokasi lembaga bimbingan belajar,

sehingga dalam menghitung hasilnya diperoleh dari jumlah responden yang memilih

salah satu faktor tersebut. Adapun tabel skoring dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Tabel

4.2 di bawah ini.

Page 21: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

20

Tabel 4.1

Hasil Skoring Analisa Penentuan Lokasi LBB dari Pihak Pengelola LBB

Sumber: Hasil Analisa, 2012

Tabel 4.2

Hasil Skoring Analisa Penentuan Lokasi LBB dari Siswa/Siswi yang Kursus

Faktor

Penentuan

Lokasi LBB

Responden

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Aksesibilitas √ √ √ 3

Kedekatan

dengan

Sekolah

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 16

Kedekatan

dengan

Rumah

√ 1

Sumber: Hasil Analisa, 2012

Faktor

Penentuan

Lokasi LBB

Responden

Total SSC GO Primagama Nurul Fikri Quantum

Excelencia

Neutron

Yogyakarta

Sarana dan

Prasarana 3 2 3 3 2 4 17

Aksesibilitas 4 4 3 4 3 4 22

Kedekatan

dengan Sekolah 4 4 4 4 3 4 23

Ketersediaan

Lahan 2 3 2 1 3 2 13

Kebijakan 1 1 1 2 1 2 8

Page 22: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

21

Berdasarkan hasil kuisoner yang dilakukan pada pihak pengelola LBB dengan jumlah

responden sebanyak 6 orang dan pihak siswa/siswi yang kursus di LBB sebanyak 20

orang, maka dapat disimpulkan faktor-faktor yang paling dipertimbangkan dalam pemilihan

lokasi LBB di sekitar SMA komplek berdasarkan hasil skoring, yakni sebagai berikut:

a. Untuk hasil skoring dari pihak pengelola LBB:

1. Kedekatan dengan sekolah menjadi elemen paling dipertimbangkan dalam

pemilihan lokasi LBB di sekitar SMA komplek dengan jumlah total 23.

2. Aksesibilitas berada pada urutan kedua dalam pemilihan lokasi LBB di sekitar

SMA komplek dengan jumlah total 22.

3. Sarana dan prasarana termasuk dalam elemen yang dipertimbangkan dalam

pemilihan lokasi LBB di sekitar SMA komplek dengan jumlah total 17

4. Ketersediaan lahan berada di urutan dalam pemilihan lokasi LBB di sekitar SMA

komplek dengan jumlah total 13.

5. Faktor kebijakan berada pada urutan terakhir dalam pemilihan lokasi LBB di

sekitar SMA komplek yang memiliki total nilai 8 poin saja.

b. Untuk hasil skoring dari pihak siswa/siswi yang kursus di LBB:

1. Kedekatan dengan sekolah menjadi elemen paling dipertimbangkan dalam

pemilihan lokasi LBB di sekitar SMA komplek dengan jumlah responden

sebanyak 17 orang.

2. Aksesibilitas menjadi urutan kedua dalam pemilihan lokasi LBB di sekitar SMA

komplek dengan jumlah responden sebanyak 3 orang.

Berdasarkan perhitungan hasil kuisioner, ternyata tidak semua faktor dipilih oleh para

pihak pengelola LBB dan siswa/siswi yang kursus di LBB. Dari faktor yang ada, yang

menjadi faktor yang paling dipertimbangkan adalah faktor kedekatan dengan sekolah dan

faktor aksesibilitas. Selain kedua faktor tersebut, terdapat beberapa faktor yang menjadi

bahan pertimbangan dalam pemilihan lokasi LBB di sekitar SMA komplek yakni faktor

ketersediaan lahan, sarana dan prasarana, dan faktor kebijakan.

4.2 Kesesuaian Faktor dengan Teori Lokasi dan Kondisi Eksisting

Berdasarkan perhitungan, prioritas faktor yang paling dipertimbangkan dalam

pemilihan lokasi LBB di sekitar SMA komplek adalah faktor kedekatan dengan sekolah,

faktor aksesibiltas, ketersediaan sarana dan prasarana, ketersediaan lahan serta faktor

kebijakan. Maka berdasarkan faktor tersebut akan dianalisa apakah sudah sesuai atau

belum dengan teori lokasi fasilitas umum dan kondisi faktualnya. Untuk lebih jelasnya akan

dijelaskan berikut ini:

Page 23: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

22

a. Kedekatan terhadap sekolah

Adanya SMA Komplek yang terdiri dari SMA 1, SMA 2, SMA 5, dan SMA 9

Surabaya menjadikan kawasan studi sebagai salah satu titik pusat kegiatan

pendidikan di Kota Surabaya. Hal ini menyebabkan stakeholder LBB untuk memilih

mendirikan LBB di kawasan tersebut. Keadaan ini sesuai dengan prinsip teori

Christaller yang menyebutkan bahwa distributor mendekati titik pusat kegiatan, dalam

hal ini pusat kegiatan pendidikan sebagai pasar mereka.

b. Kemudahan aksesibilitas

Berdasarkan survey primer, aksesibilitas merupakan salah satu faktor penting

yang diperhatikan oleh stakeholder. Keadaan ini menunjukkan bahwa teori Christaller

berlaku karena dengan adanya kedekatan, maka dapat dipastikan lokasi mudah

dijangkau.

c. Pelayanan terhadap daerah sekitarnya

Di dalam teori Christaller terdapat prinsip threshold, yakni seberapa luas pasar

yang dapat dijangkau. Berdasarkan kondisi eksisting, selain kegiatan pendidikan juga

terdapat kegiatan permukiman, sehingga dengan adanya LBB di kawasan tersebut

diharapkan dapat melayani masyarakat sekitar.

d. Aglomerasi

Fenomena aglomerasi yang terjadi di kawasan pendidikan dalam hal ini Lembaga

Bimbingan Belajar yang terletak di sekitar SMA Komplek dapat dijelaskan pada Peta

4.1.

Page 24: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

23

Peta 4.1

Kedekatan Lembaga Bimbingan Belajar di Sekitar SMA Komplek

Keterangan:

Berdasarkan peta di atas terlihat bahwa tanda lingkaran hijau menunjukkan letak

dari Lembaga Bimbingan Belajar dimana letaknya tersebut hampir berdekatan satu

sama lain. Dari sini dapat terlihat adanya suatu pengelompokan aglomerasi yang

memberikan keuntungan bagi suatu kegiatan tersebut, dalam hal ini keuntungan

localization. Pengelompokan kegiatan aglomerasi LBB menciptakan suatu kesan atau

citra bagi kawasan studi sebagai pusat kegiatan LBB di Surabaya. Dengan adanya

pencitraan ini, maka penduduk dalam hal ini siswa/siswi akan semakin tertarik untuk

menjadi konsumen LBB tersebut. Pada dasarnya LBB yang berada di daerah studi

dapat berubah dari yang berskala lokal menjadi skala kota, sehingga terjadi

Letak Lembaga Bimbingan Belajar

Page 25: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

24

penghematan biaya dalam memenuhi kebutuhan fasilitas pendidikan Kota Surabaya.

Selain itu, adanya urban aglomerasi yang merupakan pengaruh yang ditimbulkan

oleh berdirinya sarana pendidikan dengan posisi Kota Surabaya secara regional.

Dengan kelengkapan fasilitas perkotaan yang telah dimiliki oleh Kota Surabaya,

secara tidak langsung menjadikan Kota Surabaya sebagai pertimbangan untuk

mendirikan sarana pendidikan. Jumlah penduduk di Kota Surabaya sendiri juga

banyak terutama usia sekolah. Permintaan yang tinggi terhadap sarana pendidikan

yang lengkap dan bermutu membuat persaingan yang sehat untuk mewujudkan

sebuah sarana pendidikan yang baik. Infrastruktur yang tersedia hendaknya

dimanfaatkan untuk menunjang berdirinya sarana pendidikan yang lengkap

fasilitasnya. Adanya aglomerasi kawasan sarana pendidikan di sekitar SMA Komplek

ini pada nantinya banyak membantu Pemerintah untuk mengawasi dan memantau

perkembangan pendidikan di Kota Surabaya serat pengendalian mutu pendidikan di

kota Surabaya.

Page 26: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

25

Dari hasil penemuan kelompok kami di lapangan, melalui proses wawancara dan

studi literatur, ternyata faktor pemilihan lokasi LBB di sekitar SMA kompleks sesuai dengan

teori lokasi Christaller. Hal ini dapat dilihat dari ketiga faktor yang telah ada yakni kedekatan

dengan sekolah, kemudahan aksesibilitas, dan pelayanan terhadap daerah sekitar.

Faktor-faktor lain seperti kebijakan dan ketersediaan lahan kurang mempengaruhi

dalam pendirian lokasi LBB di sekitar SMA komplek dari sudut pandang para stakeholder,

sedangkan faktor ketersediaan sarana dan prasarana memiliki pengaruh namun tidak

signifikan dari sudut pandang stakeholder dan Christaller.

Page 27: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

26

Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Persyaratan dan Proses Pendirian Lembaga

Pendidikan Nonformal. Diunduh dari www.bppnfi-reg4.net pada tanggal 20 Mei 2012

pukul 20:35

Tarigan, Robinson. 2003. Ekonomi Regional. Bumi Aksara. Jakarta.

Page 28: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

27

KUISIONER PIHAK PENGELOLA LBB

Profil Lembaga Bimbingan Belajar

1. Nama LBB : ……………………………………………………………………………

2. Alamat : ……………………………………………………………………………

3. No Telp : ……………………………………………………………………………

4. Sejarah Berdirinya LBB : ………………………………………………………………………

5. Asal Murid : ……………………………………………………………………………

Profil Responden

1. Nama : ……………………………………………………………………………

2. Jabatan : ……………………………………………………………………………

Pertanyaan Wawancara

1. Apa keuntungan lokasi LBB di sekitar area SMA komplek?

………………………………………………………………………………………………………

2. Apa saja permasalahan yang dihadapi terkait lokasi LBB di sekitar area SMA komplek?

………………………………………………………………………………………………………

3. Bagaimana penanganan akan permasalahan yang selama ini dihadapi pihak LBB terkait

lokasinya di sekitar area SMA komplek?

………………………………………………………………………………………………………

Faktor Pemilihan Lokasi LBB

No. Faktor Penentuan

Lokasi LBB

Penilaian

SP P CP TP

1 Sarana dan

Prasarana

2 Aksesibilitas

3 Kedekatan dengan

Sekolah

4 Ketersediaan Lahan

5 Kebijakan Pemerintah

Keterangan:

SP : Sangat Penting

P : Penting

CP : Cukup Penting

TP : Tidak Penting

Page 29: Analisa Penentuan Lokasi LBB di Sekitar SMA Komplek Surabaya

28

KUISIONER SISWA

Asal Sekolah:

Kelas:

1. Dimanakah lokasi tempat tinggal anda?

Surabaya Pusat

Surabaya Barat

Surabaya Timur

Surabaya Selatan

Surabaya Utara

2. Mengapa memilih lokasi LBB disekitar area SMA komplek?

Dekat dengan rumah

Dekat dengan sekolah

Mudah dicapai menggunakan transportasi publik (angkot, bus, dll)

3. Jenis transportasi apakah yang sering anda gunakan untuk bersekolah atau bimbel

Kendaraan pribadi (sepeda motor, mobil)

Kendaraan umum (angkot, bus)

Jalan kaki