analisa numerik

46
ANALISA NUMERIK Referensi: 1. Steven C. Chapra, 1988, Raymond P. Canale, Numerical Methods for Engineers , McGraw-Hill. 2. Amrinsyah N & Hasaballah Z, 2001, Metode Numerik dalam Ilmu Rekayasa Sipil, Penerbit ITB, Bandung. 3. Bambang Triatmojo, 1996, Metode Numerik, Beta Offset, Yogyakarta. METODE NUMERIK: Teknik/Metode penyelesaian permasalahan yang diformulasikan secara matematis dengan cara operasi hitungan (aritmatik) dengan proses penghitungan yang berulang-ulang (iteratif). Memerlukan alat bantu komputer 1. Memerlukan pemodelan matematis dari situasi nyata. 2. Penyediaan input dan data yang cukup bagi pemodelan. 3. Pembuatan algoritma dan penulisan program Persoalan yang ada di alam: Lendutan yang terjadi pada pelat lantai. (Struktur) Gaya tekan air pada dinding kolam.(hidroteknik) Kepadatan lalu lintas di suatu titik jalan.(Transportasi) Gaya tekan tanah pada didnding turap.(Geoteknik) SISTEM ANGKA DAN KESALAHAN Dalam keseharian, angka digunakan berdasarkan sistem desimal. Misalnya 369 dapat dinyatakan: 369 =3*100 + 6*10+9*1 = 3*10 2 + 5*10 1 +7*10 0 Angka 10 disebut basis sistem. Setiap angka bulat dapat dinyatakan sebagai suatu polinomial basis 10 dengan koefisien integral antara 0 dan 9. Digunakan notasi: N =(a n a n-1 .... a 0 ) 10 =a n 10 n + a n 10 n-1 + . . . . +a 0 10 0 untuk menyatakan setiap angka bulat dalam basis 10. Komputer membaca angka berdasarkan impuls listrik mati-hidup (on dan off). Pada komputer impuls ini menyatakan angka berdasarkan sistem binari; yaitu sistem berbasis 2 dengan koefisien bilangan bulat 0 atau 1. Suatu bilangan bulat bukan negatif dalam sistem binari adalah: N =(a n a n-1 .... a 0 ) 2 =a n 2 n + a n 2 n-1 + . . . . +a 0 2 0 hal mana koefisien ak adalah 0 atau 1. N merupakan polinomial berbasis 2. Komputer menggunakan unit dasar bit menyimpan data pada memori. Bit adalah singkatan binary digit. Bit ini hanya bisa nyala (on) atau mati (off). Untuk mesin dengan 32 bit, kombinasi biner nyala (1) dan mati (0) disusun sebanyak 32 pada satu baris lokasi memori. Dengan demikian angka 369 dalam sistem binari. Notasi 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 00 0 1 Nyala/ padam o o o o o o o � o � ï¿ ½ ï¿ ½ o o ï¿ ½ Koef. Pangkat 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 43 2 1 Bil. Dasar 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 10 2 9 2 8 2 7 2 6 2 5 2 4 2 3 2 2 2 1 2 0

Upload: aureayansiku

Post on 30-Nov-2015

251 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

Ana2

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISA NUMERIK

ANALISA NUMERIK

Referensi:1. Steven C. Chapra, 1988, Raymond P. Canale, Numerical Methods for Engineers , McGraw-Hill.2. Amrinsyah N & Hasaballah Z, 2001, Metode Numerik dalam Ilmu Rekayasa Sipil, Penerbit ITB, Bandung.3. Bambang Triatmojo, 1996, Metode Numerik, Beta Offset, Yogyakarta.

METODE NUMERIK:Teknik/Metode penyelesaian permasalahan yang diformulasikan secara matematis dengan

cara operasi hitungan (aritmatik) dengan proses penghitungan yang berulang-ulang (iteratif). Memerlukan alat bantu komputer 1. Memerlukan pemodelan matematis dari situasi nyata. 2. Penyediaan input dan data yang cukup bagi pemodelan. 3. Pembuatan algoritma dan penulisan program Persoalan yang ada di alam:

Lendutan yang terjadi pada pelat lantai. (Struktur) Gaya tekan air pada dinding kolam.(hidroteknik) Kepadatan lalu lintas di suatu titik jalan.(Transportasi) Gaya tekan tanah pada didnding turap.(Geoteknik)

SISTEM ANGKA DAN KESALAHAN Dalam keseharian, angka digunakan berdasarkan sistem desimal. Misalnya 369 dapat dinyatakan: 369 =3*100 + 6*10+9*1 = 3*102 + 5*101 +7*100 Angka 10 disebut basis sistem. Setiap angka bulat dapat dinyatakan sebagai suatu polinomial basis 10 dengan koefisien integral antara 0 dan 9.Digunakan notasi: N =(anan-1 .... a0)10=an10n + an10n-1 + . . . . +a0100 untuk menyatakan setiap angka bulat dalam basis 10. Komputer membaca angka berdasarkan impuls listrik mati-hidup (on dan off). Pada komputer impuls ini menyatakan angka berdasarkan sistem binari; yaitu sistem berbasis 2 dengan koefisien bilangan bulat 0 atau 1. Suatu bilangan bulat bukan negatif dalam sistem binari adalah: N =(anan-1 .... a0)2=an2n + an2n-1 + . . . . +a020 hal mana koefisien ak adalah 0 atau 1. N merupakan polinomial berbasis 2. Komputer menggunakan unit dasar bit menyimpan data pada memori. Bit adalah singkatan binary digit. Bit ini hanya bisa nyala (on) atau mati (off). Untuk mesin dengan 32 bit, kombinasi biner nyala (1) dan mati (0) disusun sebanyak 32 pada satu baris lokasi memori. Dengan demikian angka 369 dalam sistem binari.  

Notasi 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1Nyala/padam o o o o o o o � o � � � o o �Koef. Pangkat 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1Bil. Dasar 2 20 20 20 20 20 210 29 28 27 26 25 24 23 22 21 20

369 = 1*28 +0*27+1*26+1*25+1*24+0*23+0*22 +0*21+1*20 =256+0+64+32+16+0+0+0+1 369 = (101110001)2 Konversi bilangan bulat berbasis � kepada berbasis 10 dapat secara langsung dilakukan dengan menggunakan algoritma dengan koefisien: an , an-1 , an-2. . . . ,a2 , a1, ao P(x)= anXn + an-1Xn-1 + . . . . + a2X2 +a1X +a0

Dan suatu bilangan �, maka perhitungan bilangan: bn , bn-1 , bn-2. . . . ,b2 , b1, bo bn = an

bn-1 = an-1+ bn.� bn-2= an-2 +bn-1.� bn-3= an-3+ bn-2.� . . . bo =a0+b1.�

Page 2: ANALISA NUMERIK

dengan demikian bo =p(�) -> hasil akhir  hasil akhir contoh: (1101)2 b3=1 b2=1+1*2=3 b1=0+3*2=6 b0= 1+6*2=13 jadi bilangan (1101)2 =13 contoh (10001)2 b4=1 b3=0+1*2=2 b2=0+2*2=4 b1=0+4*2=8 b0= 1+8*2=17 jadi bilangan (10001)2 =17

Konversi Bilangan Bulat Desimal Ke Sistem Bilangan Biner Ada beberapa metode untuk mengkonversikan dari sistem bilangan desimal ke sistem bilangan biner. Metode yang pertama dan paling banyak digunakan adalah dengan cara membagi nilai 2 dan sisa setiap pembagian merupakan digit biner dari bilangan biner hasil konversi. Metode ini disebut metode sisa (remainder method). Contoh : 45 = ��2 maka : 45 : 2 = 22 + sisa 1 22 : 2 = 11 + sisa 0 11 : 2 = 5 + sisa 1 5 : 2 = 2 + sisa 1 2 : 2 = 1 + sisa 0 1 0 1 1 0 1 maka bilangan desimal 45 dalam sistem bilangan biner bernilai 101101  125 : 2 = 62 + sisa 162 : 2 = 31 + sisa 0 31: 2 = 15 + sisa 1 15: 2 = 7 + sisa 1 7 : 2 = 3 + sisa 1 3: 2 = 1 + sisa 1 Maka bilangan desimal 125 dalam bentuk bilangan biner adalah 1111101.

KESALAHAN (ERROR) Sumber Kesalahan:

Bawaan data, Pembulatan (rounding), dan Pemotongan (chopping)

Bawaan data Kekeliruan dalam memberikan data Kesalahan dalam asumsi terhadap data

Pembulatan (rounding) Penentuan jumlah angka di belakang koma Misal bilangan 0.6123467 -> sebanyak 7 digit Menjadi 0.612347 -> 6 digit karena pembatasan alokasi digit bilangan Angka signifikan 1. Merupakan angka 1 s/d 9. 2. Angka 0 dibelakang koma sebelum ada angka 1 s/d 9 di abaikan

Contoh 0.0005813 ada 4 angka signifikan 0.700124 ada 6 angka signifikan

Page 3: ANALISA NUMERIK

Pemotongan (chopping) Pada angka pecahan nilai diambil sebagai angka pecahan yang dinormalisir (mis. 543.8 menjadi 0.5438(103)

Contoh: pemotongan : X=2/3; maka jika x=0.67 merupakan pembulatan, jika x=0.66 merupakan pemotongan.

Kesalahan Mutlak: Kesalahan mutlak dari suatu angka, pengukuran, atau perhitungan adalah perbedaan numerik nilai sesungguhnya terhadap nilaii pendekatan yang diberikan, atau yang diperoleh dari hasil perhitungan atau pengukuran.Kesalahan(Error)= Nilai Eksak - Nilai Perkiraan

Ee=P - P* Dimana Ee : Kesalahan Absolut P : Nilai eksak P* : Nilai Perkiraan

Kesalahan Relatif: Kesalahan relatif adalah kesalahan mutlak dibagi terhadap nilai eksak

ξe= Ee/P atau ξe= (P - P*)/P Dimana ξe : Kesalahan relatif terhadap nilai eksak Ee : Kesalahan Absolut P : Nilai eksak P*: Nilai Perkiraan Prosentase Kesalahan Prosentase kesalahan adalah 100 kali kesalahan relatif. ξa=(/p*)100%dimana:  ξ:kesalahan terhadap nilai perkiraan terbaik P*: nilai perkiraan terbaik Dalam operasi numerik: ξa=((P*n+1-P*n)/(P*n+1))100%P*n: nilai perkiraan pada iterasi ke - n P*n+1: nilai perkiraan pada iterasi ke - n+1 Kecermatan dari suatu pengukuran atau hasil perhitungan dengan angka signifikan dari bilangan. Misalnya-pengukuran diameter 32 mm tulangan -pengukuran 1.60 km jalan tulangan baja diukur pada nilai terdekat pada satuan mm. Kesalahan mutlak dari pengukuran diameter tulangan baja 0.05 mm. pengukuran 1.60 km jalan diukur terhadap nilai terdekat cm, dengan kesalahan mutlak 0.5 cm kesalahan relatif yang terjadi: pada baja tulangan pada jalan = Latihan Konversikan bilangan biner di bawah ke dalam desimal (111000011)2 (11010011)2 (10000011)2

AKAR PERSAMAAN (ROOT FINDING) Referensi:- Steven C. Chapra, 1988, Raymond P. Canale, Numerical Methods for Engineers ,  McGraw-Hill.- Amrinsyah N & Hasaballah Z, 2001, Metode Numerik dalam Ilmu Rekayasa Sipil, Penerbit ITB, Bandung.- Bambang Triatmojo, 1996, Metode Numerik, Beta Offset, Yogyakarta.

Definisi Akar :Suatu akar dari persamaan f(x)=0 adalah suatu nilai dari x yang bilamana nilai tersebut

Page 4: ANALISA NUMERIK

dimasukkan dalam persamaan memberikan identitas 0=0 (nilai x memberikan hasil nol pada fungsi F(x)).

Penentuan Akar:- f(x)=0 mempunyai paling sedikit satu akar dalam interval a=x= b jika:- f(x) kontinyu pada [a,b].- f(a).f(b)<0, yaitu f(x) berubah tanda pada [a,b].

Gambar 1. Tinjauan Interval [a,b] dalam Penentuan Akar Fungsi F(X)

METODE BISECTION Tahap pertama proses adalah menetapkan nilai sembarang a dan b sebagai batas segmen nilai fungsi yang dicari. Batasan a dan b memberikan harga bagi fungsi f(x) untuk x = a dan x = b. Langkah selanjutnya adalah memeriksa apakah f(a).f(b) < 0. Apabila terpenuhi syarat tersebut, berarti terdapat akar fungsi dalam segmen tinjauan. Jika tidak demikian, kembali harus ditetapkan nilai a dan b sedemikian rupa sehingga terpenuhi ketentuan perkalian f(a) x f(b) < 0.Dengan rumusan m = (a+b)/2, diperiksa apakah nilai mutlak f(m) < 10-6 (batas simpangan kesalahan). Jika benar, nilai x = m adalah solusi yang dicari. Jika tidak terpenuhi, ditetapkan batasan baru dengan mengganti nilai b = m apabila f(a)*f(m) < 0, dan mengganti a = m bila f(a) x f(m) > 0; proses menemukan m baru dilakukan seperti prosedur yang telah dijelaskan.

Gambar 2. Penentuan nilai tengah m interval metode Bisection

Algoritma program untuk metode Bisection:1. Tentukan a, b, toleransi, dan jumlah iterasi maksimum.2. Periksa apakah f(a).f(b) > 0; jika ya, keluar dari progam karena pada selang yang

diberikan tidak terdapat akar persamaan.3. Hitung nilai m = (a+b)/2.4. Jika nilai mutlak (b-a) < toleransi, tuliskan m sebagai hasil perhitungan, dan akhiri

program; jika tidak, lanjutkan ke langkah berikutnya.5. Jikajumlah iterasi > iterasi maksimum, akhiri program.6. Jika f(a) x f(m) < 0, maka b = m; jika tidak, a = m.7. Kembali ke langkah (c).  

Contoh:Persamaan, f(x) = xx-5. cari akarnya: 

Page 5: ANALISA NUMERIK

a f(a) m f(m) b F(b)2 -1 3 22

2.5 4.88212 -1 2.5 4.8821

2.25 1.20032 -1 2.25 1.2003

2.125 -0.03822.125 -0.0382 2.25 1.2003

 Kelebihan:

Konvergen Mudah untuk dibuat program Tingkat kesalahan kecil

Kekurangan: Konvergensi bersifat linier Menghasilkan satu akar saja dalam perhitungan Lambat dalam proses perhitungan.

METODE REGULA FALSI atau INTERPOLASI LINIERalgoritmanya sama seperti metode Bisection, kecuali mengganti penentuan m dengan rumusan :

Gambar 4. Penentuan nilai m dari perpotongan garis lurus melalui dua titik.

Proses dengan cara ini memberikan perhitungan yang lebih cepat dibandingkan dengan metode Bisection. Pada algoritma, proses memang dihentikan jika dicapai nilai mutlak f(m)<10-6.Algoritma:a). Tentukan a, b, toleransi, dan jumlah iterasi maksimum.b). Periksa apakah f(a) x f(b) > 0; jika ya, keluar dari progam karena pada selang yang diberikan tidak terdapat akar persamaan.c). Hitung nilai :

 d). Jika nilai mutlak (m-a) < toleransi, tuliskan m sebagai hasil perhitungan, dan akhiri program; jika tidak, lanjutkan ke langkah berikutnya.Contoh : cari akar persamaan f (x) = x3-x2 -1Dengan nilai awal =0 dan b=2a f(a) m f(m) b F(b)

a f(a) m   f(m) b  F(b)

0 -1       2  3

    0.5  -1.125    

0.5 -1.125       2 3

Page 6: ANALISA NUMERIK

    0.90909091 -1.07513148    

0.909 -1.07513148     2 3

    1.19690265 -0.717921989    

1.197  -0.717921989     2  3

    1.35197886 -0.356636546    

1.352 -0.356636546     2 3

    1.42082993 -0.150446331    

1.352 -0.356636546     2 3

    1.42082993 -0.150446331    

Gambar 6. Kurva hasil perhitungan dengan Regula Falsi.METODE NEWTON-RAPHSONMetode yang lebih baik dalam memilih g'(x) adalah dengan membuat garis singgung dari f(x) untuk nilai x yang dipilih, dan dengan menggunakan besaran x dari perpotongan garis singgung terhadap absis sehingga diperoleh nilai x baru. Metode ini diperlihatkan pada gambar berikut.

Gambar 7. Garis singgung f(xk) memotong di xk+i.Dari diagram ini terlihat tangensial (garis singgung) f(x) adalah :

atau sehingga    dimana k=0, 1, 2, 3, …

Metode ini dikenal dengan METODE NEWTON-RAPHSON dan merupakan salah satu cara yang paling dikenal dalam metode penyelesaian fungsi f(x) = 0. Keuntungan cara ini adalah sifat

Page 7: ANALISA NUMERIK

konvergensi kuadratik dalam proses iterasi, karena terjadinya koreksi digit ganda di setiap proses. Algoritma program untuk metode Newton-Raphson:1. Tentukan Xo, toleransi, dan jumlah iterasi maksimum.2. Hitung Xbaru = x - f'(x0)/f(X0).3. Jika nilai mutlak (Xbaru - X0) < toleransi, diperoleh tulisan xbaru sebagai hasil perhitungan;4. jika tidak, lanjutkan ke langkah berikutnya.5. Jika jumlah iterasi > iterasi maksimum, akhiri program.6. X = Xbaru, dan kembali ke langkah (b).Kekurangan metode ini adalah :- Harus mencari f(x), dan nilainya mungkin 0.- Tidaklah sederhana melacak proses untuk konvergen.- Dalam perhitungan ada kemungkinan besar proses memberikan hasil divergen, kecuali nilai perkiraan awal x cukup tepat.Contohf(x) = x3 - 3x - 20, maka f1(x) = 3x2- 3Dengan demikian x k+1 = xk - (x3

k - 3xk - 20) / (3x2k - 3).

Perkiraan awal xo = 5Maka: f(5)=53-3.(5)-20 =90f'(5)=3(5)2-3 =72xbaru=5-(90/72)=3.75

iterasi Xk Xk+1 f(xk) f'(xk)  F(xk+1)

1 5 3.75 90 72 21.484375

2 3.75 3.201754 21.48438 39.1875 3.216661132

3 3.201754 3.085854 3.216661 27.75369344 0.127469447

4 3.085854 3.080868 0.127469 25.5674865 0.000229985

5 3.080868 3.080859 0.00023 25.47525192 7.53268E-10METODE SECANTMerupakan perbaikan dari kekurangan yang dimiliki oleh metode newton, yaitu nilai turunan f'(x) didekati dengan beda hingga (∆)

gambar 9. Penentuan nilai turunan fungsi dengan metode Secant. Dimana 

Sehingga dalam persamaan Newton-Rhapson menjadi:

Algoritma program untuk metode Secant:1. Tentukan X0, X1 , toleransi, dan jumlah iterasi maksimum.2. Hitung Xbaru

= X1 - f(X1)( X1- X0)/f(X1 - X0).3. Jika nilai mutlak (Xbaru - X1) < toleransi, diperoleh tulisan xbaru sebagai hasil perhitungan;

Page 8: ANALISA NUMERIK

4. jika tidak, lanjutkan ke langkah berikutnya.5. Jika jumlah iterasi > iterasi maksimum, akhiri program.6. X = Xbaru, dan kembali ke langkah (b).Contoh:f(x) = x3 - 3x - 20, Perkiraan awalX1=6 ' f(6)=178 X2 = 2 ' f(2)=-18

iterasi pertama:x3= x3=178-6 =2.3673469iterasi kedua:X2 = 2 ' f(2)=-18x3=2.3673469' f(2.3673469)= -13.83464426x4= 2.3673469--13.83464426 =3.587438053 

iterasi

X1 X2 X3 f(x1) f'(x2)  F(x3)

1 6 2 2.367346900

178 -18 -13.83464426

2 2 2.367346900

3.587438053

-18 -13.83464426

15.40697963

3 2.367346900

3.587438053

2.944590049

-13.83464426

15.40697963

-3.302376572

4 3.587438053

2.944590049

3.058058742

15.40697963

-3.302376572

-0.576057128

5 2.944590049

3.058058742

3.082034087

-3.302376572

-0.576057128

0.029936467

5 3.058058742

3.082034087

3.080849690

-0.576057128

 0.029936467

-0.000248906

5 3.082034087

3.080849690

3.080859456

 0.029936467

-0.000248906

-1.06044E-07

METODE ITERASImerupakan Metode perkiraan awal untuk satu variabel. Dalamhal ini fnngsi f(x) ditulis sebagai: f(x) = x - g(x) = 0, sehingga λ= g(λ), kemudian Xk+1 = g(Xk), k= 0,1,2,... Untuk mendapatkan akar persamaan x3 - 3x - 20 = 0, langkah pertama yang dilakukan adalah mengubah persamaan dalam bentuk f(x) = x - g(x). Perubahan ini dapat dilakukan melalui empat cara:(i). x-(3x+20)1/3 =0 (ii).x-(x3 -20)/3 =0 (iii).x-20/(x2 -3) =0 (iv).x-(3+20/x)1/2 =0 Dengan menggunakan bentuk pertama dapat dinyatakan rumusan :Xk+i=(3xk +20)1/3 , k= 0,1,2,.... dan dengan perkiraan awal xo = 5, diperoleh

Page 9: ANALISA NUMERIK

x0 =5X1 =(3*5+20)1/3 =3.2771X2 = (3 * 3.2771 + 20)1/3 = 3.1008X3 =3.0830X4 =3.0811 ; x6 =3.0809Xs = 3.0809 ; X7 = 3.0809

gambar 10. Geometri f(x) = x - g(x) = 0

Terlihat mudah mendapatkan akar persamaan dengan proses tersebut, bila dipahami benar perilaku fungsi. Jika diamati tiga cara penulisan f(x) sebagai x - g(x):(ii). x-(x3 -20)/3 =0 (iii). x-20/(x2 -3) =0 (iv). x - (3 + 20/x)1/2= 0, dan menggunakan perkiraan awal X0 = 5, maka seri besaran Xk, k = 0, 1, 2, ..., memberikan hasil seperti tercantum dalam Tabel

k Cara ii Cara iii Cara iV0 5 5 51 35 0.9091 2.64582 14285 -9.2015 3.24953 (tidak banyak manfaatnya untuk dilanjutkan)3.02574 3.15 3.07436 3.08317 3.08018 3.08119 3.0808

Dari contoh hitungan dapat dilihat bahwa cara iterasi tidak selalu dapat digunakan. Guna mengetahui pada awal proses bahwa metode ini dapat dipakai, perlu diperiksa bentuk fungsi. Sajian grafik bentuk fungsi cara ii - iv adalah seperti pada Gambar berikut

Gambar 11. Sajian fungsi y = g(x) cara (iii) dan (iv)

Dengan meneliti grafik tampak bahwa bagi cara ii dan iii, garis singgung y = g(x) lebih tajam

Page 10: ANALISA NUMERIK

daripada garis singgung y = x dekat nilai akar; sedangkan pada cara i dan cara iv, garis singgung y = g(x) tidaklah setajam garis singgung y = x dekat nilai x = 3. ini berarti nilai absolut g'(x) < 1 di dekat nilai akar. Dengan demikian, konvergensi dari solusi metode iterasi dapat dilacak dari perilaku turunan pertama fungsi. Perhatikan gambar berikut. Turunan fungsi g(x) berada pada nilai 0 < g'(x) < 1 untuk jaminan hasil iterasi konvergen.

Gambar 12. Turunan fungsi g'(x) < 1 = y' = 1.Algoritma program dengan metode Iterasia). Tentukan X0, toleransi, dan jumlah iterasi maksimum.b). Hitung Xbaru= g(X0).c). Jika nilai mutlak (Xbaru - X0) < toleransi, diperoleh tulisan xbaru sebagai hasil perhitungan;jika tidak, lanjutkan ke langkah berikutnya.d). Jika jumlah iterasi > iterasi maksimum, akhiri program.e). X0 = Xbaru, dan kembali ke langkah (b). Contoh penerapan dalam bidang teknik sipil1. Frekuensi alami dan getaran balok uniform yang terjepit pada salah satu ujungnya dan bebas pada ujungnya yang lain dapat dicari dan persamaan berikut:cos(ßl).cosh(ßl)+1=0 ß= ρω2/El

l=panjang elemen balok = 1 meter ρ= berat jenis elemen balok = 2.4 x 104 ω= frekuensi pribadi balok (sec-1)El = kekakuan lentur balok= 2.5 x 106Tetapkan nilai ß dari persamaan dengan l=1 meter,Sehingga: cos(ß).cosh(ß)+1=0 kemudian ganti ß dengan variabel bebas x Sehingga: cos(x).cosh(x)+1=0 sebagai persamaan umum yang akan dicari akarnya.dan seterusnya CURVE FITTING (PENCOCOKAN KURVA)

Referensi: 1. Steven C. Chapra, 1988, Raymond P. Canale, Numerical Methods for Engineers , McGraw-Hill.2. Amrinsyah N & Hasaballah Z, 2001, Metode Numerik dalam Ilmu Rekayasa Sipil, Penerbit ITB, Bandung. 3. Bambang Triatmojo, 1996, Metode Numerik, Beta Offset, Yogyakarta.

Problem:Data dijumpai dalam bentuk sekumpulan nilai (berupa angka dalam tabel).Kita perlu :- Mencari bentuk kurva yang dapat mewakili data diskret tersebut, - Mencari nilai data pada titik-titik diantara nilai-nilai yang diketahui.Metode ini dikenal sebagai Curve Fitting (pencocokan Kurva)Dua metode pendekatan yang didasarkan pada jumlah kesalahan yang terjadi pada data.- Regresi kuadrat terkecil ( least square method): Apabila data menunjukkan kesalahan cukup

Page 11: ANALISA NUMERIK

besar - Interpolasi : Apabila data yang diketahui cukup benar ANALISIS REGRESIProses penentuan suatu fungsi dekatan menggambarkan kecenderungan data dengan simpangan nunimum antara nilai fungsi dengan data, disebut regresi.Contoh. Dalam percobaan benda uji tulangan baja untuk mendapatkan hubungan antara besaran gaya dan perpindahan, sehubungan dengan penentuaan sifat bahan, diperoleh data sebagai berikut.

Pengamatan

gaya aksial [ton]

perpanjangan [mm]

7.710.018.523.928.5

 2.43.47.011.119.6

Jika absis - x menyatakan perpanjangan dan ordinal , - y sebagai besaran gaya aksial, maka persamaan y = aebx dapat merupakan fungsi kurva untuk menyatakan hubungan x dan y. Konstanta a dan b dapat ditentukan sehingga analisis kurva bagi hasil benda uji dapat diuji ketelitiannya sebagai rumusan pendekatan hubungan antara gaya dan perpanjangan.  REGRESI KUADRAT TERKECIL (LEAST SQUARES METHOD)

Gambar 1. Analisis kurva data pengamatan.

Metode ini berasumsi bahwa kurva terbaik yang dihasilkan adalah kurva yang mempunyai jumlah total kuadrat kesalahan minimum (least square error) dari data. Misal data :(x1,y1), (x2,y2) , ..., (xn,yn), dimana adalah variable bebas dan adalah variable terikat. pencocokan Kurva mempunyai deviasi (error) e dari setiap titik data e1=y1-f(x1), e2=y2-f(x2), ..., en=yn-f(xn). Menurut metode ini, kurva terbaik mempunyai karakteristik:

∏= (e1)2+(e2)2+…+(en)2=

minimum

dimana f(x) merupakan suatu polinomial pendekatan:Y= a0 + a1.x +a2.x2 + ... + an.xn Dimana: n: derajat dari polinomial yang dipergunakanmaka bila:f(x)=a+ a1.x  merupakan bentuk linierf(x)= a0 + a1.x +a2.x2 merupakan bentuk kurva derajat duaf(x)= a0 + a1.x +a2.x2+a3.x3 merupakan bentuk kurva derajat tigaKOEFISIEN KORELASI Untuk mengetahui derajat kesesuaian dari persamaan yang didapat,dihitung nilai koefisien korelasi yang berbentuk:

dimana

Page 12: ANALISA NUMERIK

r: koefisien korelasi 

        Untuk perkiraan yang sempurna nilai r = 1. Apabila r = 0 perkiraan suatu fungsi sangat jelek. Koefisien korelasi ini juga dapat digunakan untuk memilih suatu persamaan dari beberapa alternatif yang ada, terutama di dalam regresi garis tidak lurus.  REGRESI LINIERMetode ini memakai Suatu garis lurusy=a+ b.xUntuk menentukan harga pendekatan terhadap sekumpulan data: (x1,y1), (x2,y2) , ..., (xn,yn) dimana n Mempunyai kuadrat kesalahan:

∏=

dimana a dan b adalah koefisien yang tidak diketahui, sedangkan semua dan sudah ada. Untuk memperoleh kesalahan kuadrat terkecil maka koefisien a dan b harus menghasilkan turunan pertama NOL.

   

(I)  dari persamaan sebelah kiri maka akan dihasilkan :

(III)

(II) (IV)

Selanjutnya dari (III):n.a + ∑ xi b = ∑ yia = 1/n (∑ yi - ∑ xi b)atau

 selanjutnya a dan b dapat ditentukan dengan cara substitusi dari persamaan (IV):

contoh. Sebuah studi yang dilakukan untuk menentukan lebar jalur yang aman untuk pengendara sepeda serta jaraknya dari lalu-lintas kendaraan umum. Data yang dikumpulkan dari sebelas jalan adalah :

Lebar jalur sepeda x(ft)

Jarak dari lalu-lintas

5 4

10 8

7 5

7.5 8

7 6

6 6

10 10

9 10

Page 13: ANALISA NUMERIK

5.54 5

15 7

Pertanyaan:Gambarkan kurva dari data dan dari hasil persamaan regresi linear dalam satu grafik. Jika jarak minimum jalur sepeda dari lalu-lintas umum adalah 6 ft, berapakah lebar jalur sepeda yang aman.

NO X Y X.Y X2

1 5 4 20 25

2 10 8 80 100

3 7 5 35 49

4 7.5 8 60 56.25

5 7 6 42 49

6 6 6 36 36

7 10 10 100 100

8 9 10 90 81

9 5.54 5 27.7 30.6916

10 15 7 105 225

jumlah 82.04 69 595.7 751.9416

b=296.24/788.8544= 0.3755

a= =6.9-0.3755x8.204=3.819398persamaan garis:y= 3.819398+ 0.3755Xuntuk y=6 ft maka x=5.807195739

gambar 01. kurva hasil regresi LINIERISASI KURVA TIDAK LINIER

Page 14: ANALISA NUMERIK

Data tidak cocok untuk linier Garis Lengkung lebih cocok  Untuk itu perlu dilakukan pendekatan, Yaitu dengan dua cara: FUNGSI EKSPONENSIALDiberikan dalam bentuk:Y= a.ebx dimana a dan b adalah konstanta, Persamaan tersebut menjadiLn y = ln a + ln e . b.x ; karena ln e= 1, maka:Ln y = ln a + b.x

PERSAMAAN BERPANGKATDiberikan dalam bentuk:Y= a.xb Dimana a dan b adalah konstanta Persamaan tersebut menjadi

Log y = log a + b. log x

ALGORITMA:

Transformasi Ln1. Persamaan yang dicari Y= a.ebx

2. Transformasi dengan Ln: Ln y = ln a + b. x 3. Dilakukan transformasi :   p= ln y A= ln a   q=x B= b4. Persamaan sementara diubah menjadi: p= A + B .q5. nilai A dan B dicari dengan menggunakan rumus regresi linier biasa6. setelah A dan B ketemu persamaan dikembalikan lagi ke : Y= a.ebx

Transformasi Log1. Persamaan yang dicari Y= a.xb

2. Transformasi dengan Log: Log y = log a + b.log x 3. Dilakukan transformasi :     p= log y A= log a     q=log x B= b4. Persamaan sementara diubah menjadi: p= A + B .q5. nilai A dan B dicari dengan menggunakan rumus regresi linier biasa6. setelah A dan B ketemu persamaan dikembalikan lagi ke : Y= a.xb

Page 15: ANALISA NUMERIK

contoh : suatu test pembebanan

 

Pengamatan gaya aksial [ton]

Pengamatan perpanjangan [mm]

7.710.018.523.928.5

2.43.47.011.119.6

Maka:

NO X Y Q=X P=ln(y) Q2 PxQ

1 7.7 2.4 7.7 0.875469 59.29 6.7411113

2 10 3.4 10 1.223775 100 12.23775

3 18.5 7 18.5 1.94591 342.25 35.999335

4 23.9 11.1 23.9 2.406945 571.21 57.5259855

5 28.5 19.6 28.5 2.97553 812.25 84.802605

jumlah  88.6  9.427629  1885  197.306787

rerata 17.72 1.8855258    

 

B==(986.533934-835.2879294)/( 9425-7849.96)= 151.2460046/1575.04=0.09602677

A= Persamaan yang dicari adalahb=B=0.09602677karena: A=ln(a)--> maka 0.183931416=ln(a) a=1.20193sehingga persamaan:Y= a.ebx -->  Y=1.20193.e 0.09602677.x

Gambar Fungsi linear pada skala logaritma.

x Ydata Y hitungan

0.0   1.201934

7.7 2.4 2.517681

10.0 3.4 3.139928

18.5 7.0 7.102364

23.9 11.1 11.929000

Page 16: ANALISA NUMERIK

28.5 19.6 18.554190

 

Gambar. Data dan fungsi eksponensial pada skala linear

Jika persoalan di atas dijadikan transformasi dengan logaritma: 1. buat tabel untuk melakukan perhitungan komponen-komponennya. 

NO X Y Q=log(X) P=log(Y) Q2 PxQ

2. B= , setelah B diketemukan masukkan dalam persamaan

3. sehingga , 4. B=b5. karena A=log(a), maka nilai a dapat dicari.6. Kemudian masukkan dalam persamaan Y= a.xb

 REGRESI POLINOMIALPersamaan polinomial order n adalah:Y= a0 + a1.x +a2.x2 + ... + an.xn

Mempunyai kuadrat kesalahan:

.

.

persamaan tersebut dapat ditulis dalam bentuk:

Page 17: ANALISA NUMERIK

kemudian selesaikan persamaan linier diatas untuk mendapatkan a0, a1, a2, ..., an.

contoh misal untuk polinomial orde 2 :maka persamaan kurva yang dicari akan menjadi seperti dibawah iniy=a+b.x+c.x2

Mempunyai kuadrat kesalahan:

turunan pertama dari masing-masing koefisien :

sehingga menjadi persamaan linier dibawah ini

koefisien a, b, dan c dapat dicari dengan menyelesaikan persamaan linier di bawah ini (karena matrik berbentuk simetris, maka penggunaan dekomposisi matrik cholesky sangat membantu).

setelah nilai a, b dan c diketahui, masukkan dalam persamaan:   y=a+b.x+c.x2

INTERPOLASI Referensi:- Steven C. Chapra, 1988, Raymond P. Canale, Numerical Methods for Engineers ,  McGraw-Hill.- Amrinsyah N & Hasaballah Z, 2001, Metode Numerik dalam Ilmu Rekayasa Sipil, Penerbit ITB, Bandung.- Bambang Triatmojo, 1996, Metode Numerik, Beta Offset, Yogyakarta.PENDAHULUAN

Page 18: ANALISA NUMERIK

Untuk memperkirakan nilai (tengah) di antara titik-titik dari satu set nilai yang sudah diketahui. Dalam arti yang lebih luas, interpolasi merupakan upaya mendefinisikan suatu fungsi dekatan suatu fungsi analitik yang tidak diketahui atau pengganti fungsi rumit yang tak mungkin diperoleh persamaan analitiknya.

Apabila y = f(x) adalah suatu fungsi dengan nilai-nilai:

y0 untuk x0

y1   x1

y2   x2

:    :

yn   xn

dan jika ф(x) adalah fungsi sederhana sembarang sedemikian rupa sehingga untuk variabel X0 ,X1..... Xn memberikan nilai yang sama dengan f(x), maka bila

f(x) digantikan oleh ф(x) pada interval yang diketahui, hal ini disebut proses interpolasi dan fungsi ф(x) adalah rumusan interpolasi bagi fungsi.Gambar 01. posisi titik-titik data dalam (x,y)

Polinomial orde pertama Polinomial orde kedua  Polinomial orde ketigaGambar 02.  Polinomial Interpolasi INTERPOLASI LINIER ide dasar dari interpolasi linier: pada saat data dalam bentuk tabel tidak begitu bervariasi, sehingga memungkinkan untuk dilakukan pendekatan dengan menggunakan sebuah garis lurus di antara dua titik yang berdekatan.

Gambar 03. Interpolasi Linear

Pada gambar, dua titik [x0, f(x0)] dan [x1, f(x1)] dihubungkan oleh sebuah garis lurus. Nilai X antara x0 dan x1 dapat ditentukan Dari keadaan dua segitiga sebangun ABC dan ADE seperti tampak dalam gambar di atas, terdapat hubungan berikut.

atau

sehingga

Persamaan di atas adalah rumus interpolasi linier, yang merupakan bentuk interpolasi polinomial

Page 19: ANALISA NUMERIK

order satu. Suku [f(x1)-f(x0)]/(x1-X0) adalah kemiringan garis yang mcnghubungkan dua titik data dan merupakan perkiraan beda hingga dari turunan pertama. Semakin kecil interval antara titik data, hasil perkiraan akan semakin baik.Contoh.Jarak yang dibutuhkan sebuah kendaraan untuk berhenti adalah fungsi kecepatan. Data percobaan berikut ini menunjukkan hubungan antara kecepatan dan jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan kendaraan.

Kecepatan (mil/jam) 10 20 30 40 50 60  70

Jarak henti (feet) 12 21  46 65 90 111 148

Perkirakan jarak henti yang dibutuhkan bagi sebuah kenderaan yang melaju dengan kecepatan 45 mil/jam. Jawab.maka untuk mencari nilai x=45 maka,

= feetINTERPOLASI KUADRATUntuk memperbaiki kekurangan dari interpolasi linier (karena kurva tersebut didekati dengan garis lurus). Misal tiga titik yang berdekatan x0, x1, dan x2 , maka nilai f (x) dapat didekati dengan:f2(x)=b0 + b1(x-x0) + b2(x-x0)(x-x1)Sehingga: b0 dapat dihitung dengan memasukkan nilai x=x0

f(x0)=b0 + b1(x-x0) + b2(x-x0)(x-x1)f(x0)=b0 + b1(x-x) + b2(x-x)(x-x1)

b0= f(x0)b1 dapat dihitung dengan memasukkan nilai x=x1

f(x1)= f(x0) + b1(x1-x0) + b2(x-x0)(x1-x1)f(x1)= f(x0) + b1(x1-x0)

b2 dapat dihitung dengan memasukkan nilai x=x2

sehingga didapat :

contoh: Ulangi persoalan di atas dengan interpolasi kuadrat 

Kecepatan (mil/jam) 10 20 30 40 50 60  70

Jarak henti (feet) 12 21  46 65 90 111 148

jawab.

b0= f(x0)=65 ;

Page 20: ANALISA NUMERIK

f2(45)=65 + 2.5(45-40) + (-0.04)(45-40)(45-50)f2(45)=65+12.5+0.1=77.6 feetBENTUK UMUM POLINOMIAL INTERPOLASI NEWTONBentuk umum polinomial derajat n adalah:Fn(x)= b0 + b1(x-x0) + … + bn(x-x0)(x-x1) …(x-xn-1)

Dimana :b0= f(x0)b1= f[x1 , x0]b2= f[x2, x1 , x0]:bn= f[xn, xn-1 ,…, x0]

bila ditinjau dari fungsi diferensi terbagi hingga yang pertama :

Untuk orde yang kedua:secara grafis:

Contoh Soal:Ulangi persoalan di atas dengan interpolasi newton gunakan 4 data terakhir

  x0 x1 X2 X3

Kecepatan (mil/jam) 40 50 60  70

  y0 y1 y2 y3

Jarak henti (feet) 65 90 111 148

jawab.

F[x1,x0]=

F[x2,x1]=

F[x3,x2]=

F[x2,x1,x0]=

F[x3,x2,x1]=

Dalam bentuk tabel

iterasi xi  f(xi) Pertama Kedua Ketiga

0 40 65 2.5 -0.02 0.001666667

1  50 90 2.1  0.03  

Page 21: ANALISA NUMERIK

2  60 111 3.7    

3 70  148      

Maka:b0=65 b1=2.5 b2=-0.02 b3=-0.001666667

f3 (45)=65+2.5x(45-40)+(-0.02)x(45-40)x(45-50)+0.001666667x(45-40)x(45-50)x(45-60) f3 (45)=65+12.5+0.5+0.625f3(45)=78.625 feet INTERPOLASI LAGRANGEHampir sama dengan metode Newton, dapat langsung diturunkan dari metode Newton (misal

kasus untuk orde pertama):

dengan pembagi beda hingga: atau

sehingga:f1(x)= f(x0) + (x-x0).f[x1, x0] menjadi

--> polinomial Lagrange Orde PertamaBentuk umum:

dimana: dimana ∏ berarti hasil perkalian dari: untuk derajat dua:

untuk derajat tiga:

Contoh. Selesaikan untuk kecepatan 45 mil/jam dengan interpolasi Lagrange derajat tiga

  x0 x1 X2 X3

Page 22: ANALISA NUMERIK

Kecepatan (mil/jam) 40 50 60  70

  y0 y1 y2 y3

Jarak henti (feet) 65 90 111 148

f3(45)= 7.8125+84.375-34.6875+9.25=66.75kesimpulan : Interpolasi Lagrange tidak bagus untuk interpolasi dengan (range) selang yang besar

SISTEM PERSAMAAN LINEAR (BAGIAN I)Referensi:- Steven C. Chapra, 1988, Raymond P. Canale, Numerical Methods for Engineers ,  McGraw-Hill.- Amrinsyah N & Hasaballah Z, 2001, Metode Numerik dalam Ilmu Rekayasa Sipil, Penerbit ITB, Bandung.- Bambang Triatmojo, 1996, Metode Numerik, Beta Offset, Yogyakarta.- Suprajitno Munadi, 1990, Perhitungan Matriks dengan Fortran, Andi Offset, Yogyakarta.PENDAHULUANSekumpulan persamaan :f1 (X1, X2, ..., Xn) = 0f2 (X1, X2, ..., Xn) = 0f3 (X1, X2, ..., Xn) = 0..fn(X1, X2, ..., Xn) = 0memerlukan suatu cara untuk menentukan nilai-nilai X1, X2, ..., Xn

Bentuk umum persamaan Aljabar lineara11X1 + a12X2 + ... + a1nXn =b1

a21X1 + a22X2 + ... + a1nXn =b2

.

.

.am1 X1 + am2 X2 + ... + amnXn =bm

dimana:a: koefisien konstanta; X: Variable ;n: jumlah variabel; b: konstanta;

Dalam matrik ditulis:

JENIS MATRIK BUJUR SANGKAR ISTIMEWA

Page 23: ANALISA NUMERIK

Triangular Atas :

Triangular Bawah :

Matrik Identitas :

Matrik Pita:

Matrik diagonal :  OPERASI PADA MATRIK1. PenjumlahanRumus Umum:-  A+B = B+A -  (A+B)+C = A + (B+C)

Contoh:

2. PerkalianRumus Umum:-  (AB)C = A (BC) -  (A+B)C = AC + BC-  A(B+C) = AB + ACContoh:

atau:

Page 24: ANALISA NUMERIK

METODE ELIMINASI GAUSSDasar utamanya adalah menjadikan persamaan linear yang terdiri beberapa bilangan yang tidak diketahui menjadi satu bilangan tak diketahui (dengan membuat suatu matrik triangular atas)Contoh persamaan Linear :

Selanjutnya:

Selanjutnya:

Selanjutnya:

Sehingga dengan mudah bisa disimpulkan:

Ringkasan dari Prosedur Eliminasi Gauss 1. Susun matrik untuk persamaan yang akan diselesaikan.2. Gunakan operasi penjumlahan sederhana antar baris untuk memperoleh matrik triangular atas.3. Tulis kembali baris terbaru dalam persamaan matrik.4. Selesaikan sistim persamaan terbaru dengan cara substitusi mundur.ContohStruktur rangka bidang sebagaimana tergambar dibebani oleh gaya sebesar 1000 kg. Hitunglah gaya dalam batang serta reaksi di perletakan

Gambar 01. Sistem struktur rangka bidang

Page 25: ANALISA NUMERIK

Langkah Penyelesaian:1. Tentukan penomoran elemen batang, titik kumpul, dan reaksi perletakan seperti pada ifigurasi sistem struktur.2. Selesaikan dengan cara kesetimbangan gaya pada titik kumpul, gaya yang bekerja pada setiap titik 1,2, dan 3 dapat digambarkan seperti pada gambar berikut.

Nodal 1:∑Fh = -F1cos(30) + F3cos(60) = 0∑Fv =-F1Sin(30)-F3Sin(60)-1000=0Nodal 3 :∑Fh =-F2-F3cos(60)=0∑Fv =F3sin(60)+V3=0Nodal 2:∑Fh =F1cos(30)+F2+H2=0∑Fv =F1Sin(30)+V2=0 

dalam bentuk matrik menjadi

Dengan: sin (300)=0.5 cos (300)= 0.866 sin (600)=0.866 cos (600)=0.5

Dengan eliminasi gauss maka, melakukan operasi aritmatis antar baris

Langkah 1 : mengubah posisi baris R2 dan R3

 Langkah 2 : melakukan operasi aritmatik dengan pivot [R1, K1]

Langkah 3 : melakukan operasi aritmatik dengan pivot [R2, K2]

Page 26: ANALISA NUMERIK

 Langkah 4 : melakukan operasi aritmatik dengan pivot [R3, K3]

sehingga diperoleh: 

METODE GAUSS-JORDANbila pada eliminasi Gauss persamaan dasar diubah menjadi matriks triangulasi atas dengan me-nol-kan unsur matriks segitiga bawah [A], maka cara eliminasi Gauss-Jordan dilakukan pula pada bagian segitiga atas matriks. Pada akhir eliminasi, yang tinggal hanyalah suku-suku pada diagonal matriks saja. Bentuk akhir matriks gabungan setelah eliminasi dinyatakan 

 Langkah Penyelesaian dengan metode gauss-Jordan:1. Tulis sistem persamaan dalam bentuk Matrik Augmentasi[system] ===> [ A | B ]2. Ubah matrik [ A | B ] ke dalam bentuk:[ A | B ] ===> [ I | C ] dimana I adalah matrik identitas3. ketika langkah ke-dua sudah selesai, tulis matrik [ I | C ] sebagai hasil akhir persamaan.Contoh:

Sistem persamaan Langkah 1 Matrik Hasil Elemen pivot

Page 27: ANALISA NUMERIK

Linear yang akan diselesaikan

 

augmentasi dimana baris 1angka pertama dilingkari sebagai elemen pivot

pivot pertama menjadi matrik berikut 

berikutnya adalah angka 5

Matrik di bawah adalah hasil pivot yang kedua

Operasi pada matrik  

Angka 7 sebagai pivot yang ketiga 

Operasi untuk membuat angka -7 menjadi 1

Di bawah adalah matrik hasil pivot ketiga

Operasi pada matrik

Hasil pivot terakhir adalah sebuah matrik identitas disisi kiri

Matrik hasil operasi Gauss-Jordan

METODE INVERS MATRIK

Matrik Identitas  Merupakan matrik diagonal dimana semua elemen pada diagonal utama adalah 1(satu), sedang elemen selainnya adalah 0(nol).Untuk sembarang matrik bujursangkar [A] diperoleh:[A][ I] = [I] [A] = [A]Jika Perkalian suatu matrik [A] dan [B]:[A][B]=[B][A]=[I]Maka Matrik B adalah Matrik Inversi dari AContoh:

Page 28: ANALISA NUMERIK

maka:

dalam operasi perkalian:([A].[B])-1=[B]-1[A]-1=[I]Misal Matrik A, X dan B, dimana kita hendak mencari nilai X

SISTEM PERSAMAAN LINEAR (BAGIAN II)Referensi:- Steven C. Chapra, 1988, Raymond P. Canale, Numerical Methods for Engineers ,  McGraw-Hill.- Amrinsyah N & Hasaballah Z, 2001, Metode Numerik dalam Ilmu Rekayasa Sipil, Penerbit ITB, Bandung.- Bambang Triatmojo, 1996, Metode Numerik, Beta Offset, Yogyakarta.- Suprajitno Munadi, 1990, Perhitungan Matriks dengan Fortran, Andi Offset, Yogyakarta.

 ([A].[X])=[B] dengan menambahkan unsur invers [A]-1 maka:[A]-1.([A].[X])= [A]-1.[B][I].[X]= [A]-1.[B] [X]= [A]-1.[B] --> sehingga nilai [X]dapat dicariuntuk memperoleh matrik invers [A]-1 unsur [A] disandingkan dengan unsur matrik identitas [I]

dengan eliminasi Gauss-Jordan unsur matrik diubah menjadi

 unsur elemen matrik invers [A]-1

Page 29: ANALISA NUMERIK

Contoh:Tentukan hasil dari persamaan di bawah ini:

solusi: Unsur matrik [A] disandingkan dengan matrik [I] dalam satu larik

Menghasilkan:

Menghasilkan:

Menghasilkan:

Menghasilkan:

unsur diagonal dijadikan satu satuan menjadi:

sehingga invers matrik [A]-1 adalah:

chek: [A]. [A]-1=[I]

atau [A]-1.[A] =[I]

Page 30: ANALISA NUMERIK

Algoritma penyelesaian perhitungan invers matriks dengan eliminasi Gauss-Jordan dengan proses pivoting:1. Masukkan nilai matriks [A].2. Bentuk matriks gabungan [G] yang merupakan gabungan matriks [A] dan [I], [I] adalah matriks identitas.3. Lakukan eliminasi untuk me-nol-kan bagian segitiga bawah dan segitiga atas matriks. Untuk setiap langkah eliminasi lakukan lebih daffluu proses pivoting untuk mencari persamaan pivot.4. Lakukan normalisasi sehingga semua elemen diagonal matriks sama dengan 1 (satu).DETERMINANDefinisiMisalkan A adalah matriks bujur sangkar. Fungsi determinan dinyatakan oleh Det(A), dan didefinisikan sebagai jumlah semua hasil kali elementer bertanda dari A. Jumlah det(A) disebut sebagai determinan A, Det(A) atau |A|Contoh.

Aturan SarusAturan ini hanya berlaku untuk matriks berukuran 3x3 saja

Teorema 1Jika A adalah sebarang matriks bujur sangkar yang mengandung sebaris bilangan nol, maka |A| = 0Contoh. dengan elemen pada baris ke 3 semuanya nol, maka :

Jika A = , maka = == 4.4.0 + (-3).(-1).0 + 2.1.0 - 2.4.0 - 4(-1).0 - (-3).1.0 = 0Teorema 2Jika A adalah matriks segitiga, baik matriks segitiga atas maupun bawah berukuran nxn, Maka, determinannya adalah hasil kali semua elemen diagonalnya.

Diketahui A = yang merupakan matriks segitiga bawah.

= = 2.(-1).4 + 0.0.0 + 0.2.(-3) - 0.(-1).0 - 2.0.(-3) - 0.2.4 = -8 + 0 + 0 - 0 - 0 - 0 = -8A adalah matriks segitiga atas sedangkan B adalah matriks segitiga bawah.

 

Page 31: ANALISA NUMERIK

Teorema 3

 Teorema 4Jika A adalah matriks bujur sangkar, maka A dapat diinverskan jika dan hanya jika det(A) 0Sifat-Sifat Fungsi Determinan1. det(A) = det (At )2. det(k A) = kn det(A)3. det(A+B) ≠ det(A) + det(B)4. det(AB) = det(A) det(B)

SISTEM PERSAMAAN LINEAR (BAGIAN III)Referensi:- Steven C. Chapra, 1988, Raymond P. Canale, Numerical Methods for Engineers ,  McGraw-Hill.- Amrinsyah N & Hasaballah Z, 2001, Metode Numerik dalam Ilmu Rekayasa Sipil, Penerbit ITB, Bandung.- Bambang Triatmojo, 1996, Metode Numerik, Beta Offset, Yogyakarta.- Suprajitno Munadi, 1990, Perhitungan Matriks dengan Fortran, Andi Offset, Yogyakarta.METODE CRAMERDefinisiJika Ax = b adalah sistem yang terdiri dari n persamaan linear dengan n bilangan tak diketahui sehingga det (A) ? 0, maka sistem tersebut mempunyai pemecahan yang tunggal. Pemecahan ini adalah:

, , , dimana Aj adalah matriks yang didapatkan dengan menggantikan elemen-elemen dari kolom ke-j dari A dengan elemen-elemen dari vektor b, yaitu

 contoh: misal suatu persamaan

Maka determinannya adalah 

Untuk mencari X dibuat bentuk determinan dengan sisi kiri dan sisi kanan persamaan di tambah kolom yang berisi selain kolom yang mengandung unsur X, sehingga menjadi :

Page 32: ANALISA NUMERIK

maka:

sehingga Untuk mencari unsur yang lain (Y dan Z), maka:

ALGORITMA 1. Algoritma penyelesaian persamaan linear simultan dengan aturan Cramer:2. Masukkan nilai matriks [A] dan {b}.3. Hitung determinan matriks [A].4. Untuk i = 1 sampai n (jumlah persamaan) lakukan perhitungan sebagai berikut Bentuk matriks [Aj], yaitu matriks [A] yang kolom ke-i, gantikan dengan matriks {b}.5. Hitung determinan matriks [Aj].6. Hitung Xi = |Aj| / |A|METODE ITERASIITERASI JACOBIIterasi Jacobi menggunakan rumusan rekursif untuk menghitung nilai pendekatan solusi persamaan. Proses iterasi dilakukan sampai dicapai suatu nilai yang konvergen dengan toleransi yang diberikan. Contoh:a11X1+a12X2+a13X3=b1

a21X1+a22X2+a23X3=b1

a31X1+a32X2+a33X3=b1

Persamaan ini dapat dinyatakan dalam bentuk berikut:

dengan syarat a11, a22, a33 tidak sama dengan nol, apabila ditetapkan nilai awal x1, x2, x3 sebagai

maka untuk mendapatkan pendekatan pertama dilakukan proses 

Pendekatan kedua dengan nilai , mendapatkan koreksi perhitungan dari iterasi

Page 33: ANALISA NUMERIK

Untuk iterasi ke-I, perhitungan secara umum dinyatakan sebagai

Penetapan nilai variabel menurut proses ini disebut Iterasi Jacobi. Dengan nilai awal sembarang

, ada kemungkinan konvergensi tercapai secara lambat, sehingga perlu ditetapkan syarat terjadinya konvergensi dalam perhitungan iterasi, yaitu :maksimum

Algoritma penyelesaian persamaan simultan dengan iterasi Jacobi:1. Masukkan nilai matriks [A] dan (b) yang membentuk persamaan simultan linear, serta toleransi perhitungan.2. Inisialisasi nilai x(0).3. Hitung harga x(1) dengan rumusan iterasi Jacobi.4. Periksa basil perhitungan; jika telah memenuhi toleransi yang diberikan cetak, nilai x(1) sebagai hasil akhir perhitungan dan hentikan program. Jika tidak, lanjutkan ke langkah berikutnya.5. Gantikan nilai x(0) dengan x(1), dan ulangi langkah (3).Contoh.Selesaikan sistem persamaan berikut dengan metode iterasi Jacobi. 3x+ y- z =5 4x+7y-3z=20 2x-2y+5z=10Sistem persamaan dapat ditulis dalam bentuk:

, , Langkah 1. dimasukkan nilai x=0, y=0, z=0,Maka: X(1)=(5-0+0)/3=1.66667, Y(1)=(20-0+0)/7=2.857714, Z(1)=(10-0+0)/5=2

Langkah 2. dimasukkan nilai x=1.66667, y= 2.857714, z= 2,Maka:X(2)=(5-2.857714+2)/3=1.38095, Y(2)=(20-+3x2)/7=2.76190, Z(2)=(10-2x1.66667+2x2.857714)/5=2.47619, Dalam bentuk tabel. 

IterasiX Y Z X' Y' Z' Pros(x) Pros(y) Pros(z)

1 0.000000 0.000000 0.000000 1.666667 2.857143 2.000000      

2 1.666667 2.857143 2.000000 1.380952 2.761905 2.476190 20.69% 3.45% 19.23%

3 1.380952 2.761905 2.476190 1.571429 3.129252 2.552381 12.12% 11.74% 2.99%

4 1.571429 3.129252 2.552381 1.474376 3.053061 2.623129 6.58% 2.50% 2.70%

Page 34: ANALISA NUMERIK

5 1.474376 3.053061 2.623129 1.523356 3.138840 2.631474 3.22% 2.73% 0.32%

6 1.523356 3.138840 2.631474 1.497545 3.114428 2.646194 1.72% 0.78% 0.56%

7 1.497545 3.114428 2.646194 1.510588 3.135486 2.646753 0.86% 0.67% 0.02%

8 1.510588 3.135486 2.646753 1.503756 3.128272 2.649959 0.45% 0.23% 0.12%

9 1.503756 3.128272 2.649959 1.507229 3.133551 2.649807 0.23% 0.17% 0.01%

10  1.507229 3.133551 2.649807 1.505419 3.131501 2.650529 0.12% 0.07% 0.03%

Maka X= 1.505419, Y= 3.131501, Z= 2.650529ITERASI GAUSS-SEIDELIterasi Gauss-Seidel sebagai cara penyelesaian persamaan linear simultan tidak jauh berbeda dengan iterasi Jacobi. Pada iterasi Gauss-Seidel, nilai hasil perhitungan pada baris awal langsung digunakan untuk perhitungan nilai selanjutnya di dalam iterasi. Dengan metode ini konvergensi akan tercapai lebih cepat. Bentuk iteratif persamaan iterasi adalah sebagai berikut:

 MATRIK DEKOMPOSISI METODE DEKOMPOSISI LUJika suatu matrik [A] bukan singular (determinan bukan nol), maka matrik tersebut dapat diuraikan menjadi: matrik triangular [L] dan [U]

Dimana  [L] merupakan matrik triangular bawah, dan [U] : matrik triangular atas.Sehingga [A]= [L]. [U]Bila persamaan linear:  [A]{x} ={b), maka mengisikan matriks [A] dengan [L] [U] menghasilkan[L][U]{x} ={b} Beiaiti terdapat dua sistem:[L] {z} = {b} untuk mencari {z}, dan(U] {x} = {z} untuk memperoleh {x}.Matriks [U] sama dengan matriks triangulasi yang diperoleh dari metode Gauss. Algoritma proses dekomposisi LU:a). Mendapatkan matriks [L] dan [U].b). Menyelesaikan [L]{z) = {b}.c). Menyelesaikan [U]{x} = {z}Sebagai contoh, ditinjau proses dekomposisi LU untuk menyelesaikan persamaan 5X1 - 2X2 +3X3 =5X1 +4X2 -2X3 =93X1 +2X2 -5X3 =8

Dalam bentuk matriks : untuk proses dekomposisi menggunakan:

Page 35: ANALISA NUMERIK

Proses membentuk matrik [U] secara simultan diikuti dengan pembentukan matrik [L] pengali mik=aik/akk

menjadi

menjadi

maka dan

 penyelesaian persamaan:a) [L}.{z}={b}

menghasilkan  b) [U}.{x}={z}

menghasilkan  METODE THOMASAlgoritma Thomas sangat cocok untuk menyelesaikan persamaan linier simultan yang dapat dibentuk menjadi matriks tridiagonal. Persamaan semacam ini banyak dijumpai dalam perhitungan numerik persamaan differensial parsiil dengan metoda beda berhingga ataupun elemen berhingga. Algoritma proses dekomposisi Thomas:a). Mendapatkan matriks [L] dan [U].b). Menyelesaikan [L]{Y) = {b}.c). Menyelesaikan [U]{x} = {z}Misalkan persamaan matriks sebagai berikut:[A].{X}={B}

Matriks yang paling kiri hanya mempunyai harga ditiga diagonal, sedangkan elemen-elemen di luar itu bernilai nol. Vektor kolom X(X1, X2, X3, X4) diketahui. Penyelesaian persamaan linier simultan dapat dilakukan dengan cara men-dekomposisi matriks tridiagonal A menjadi:

Page 36: ANALISA NUMERIK

A = LU Apabila kedua matriks diruas kanan persamaan dikalikan, akan didapat:

a11=L11a12=L11xU12

a21=L21a22= L21.U12+L22a23= L22.U23

a32= L32a33= L32.U23+L33a34= L33.U34

a43= L43a44= L44.U34+L44

atau

L11= a11U12= a12/L11

L21=a21L22= a22-L21.U12U23= a23 /L22

L32=a32 L33=a33 -L32.U23U34=a34/L33

L43=a43 L44=a44- L43.xU34

dalam bentuk umumLij=A11

Lij=Aji , untuk i=2,n; j=1,n-1Lii=Aii-Lijx Uji , untuk i=2,n; j=i-1,n-1Uij=Aij/Lii , untuk i=1, n-1; j=i+1,nJadi elemen-elemen dari matrik L dan U dapat dihitung dari persamaan dengan cara rekursi. Untuk menyelesaikan persamaan terlebih dahulu didefinisikan vektor kolom.

yang memenuhi persyaratan L.Y=B --> 

akan didapatL11 Y1=b1 L21 .Y1+L22.Y2=b2L32 .Y2+L33.Y3=b3L43 .Y3+L44.Y4=b4 atau L11 Y1=b1atau Y2=(b2 - L21 .Y1)/ L22.atau Y3=(b3 - L32 .Y2)/ L33.atau Y4=(b2 - L43 .Y3)/ L44.Dalam bentuk umum ditulisY1=b1/L11Yi=(bi-Lij.Yj)/Lii untuk y i=2,n; j=i-1,n-1

Karena B=L.YA.X=B=L.YL.U.X=L.YU.X=YArtinya bilangan yang dicari X(X1, X2, X3, dan X4) dalam persamaan dengan matrik tridiagonal dapat diselesaikan secara bertahap=

Page 37: ANALISA NUMERIK

dalam bentuk umumXn=YnXi=Yi-Uij.Xj untuk i=n-1,1; j=i+1,2METODE CHOLESKYDalam ilmu rekayasa, persamaan linear simultan yang diperoleh dari rumusan matematika berdasarkan teori elastis umumnya mempunyai unsur koefisien variabel yang simetris. Persamaan linear simultan itu dapat dinyatakan sebagai

atau [A]{X}={B}Matriks [A] disebut matriks simetri apabila di luar unsur diagonal, unsur matriks baris sama dengan unsur matriks kolom pada indeks baris dan kolom yang sama. Dengan demikiau unsur matriks simetri dirumuskan sebagai aij =aji;i? j;i= 1,2,3,...n; J= 1,2,3,...n.Matriks simetri dapat dinyatakan dalam produk matriks triangulasi bawah dengan matrik triangulasi atas, dengan kedua matriks satu sama lain adalah matriks transpose. Faktorisasi matrik [A]=[U]T[U]

hubungan unsur aij dan uij pada baris pertamaa11=(u11)2; a12=(u11.u12); a13=(u11.u13);;…; a1n=(u11.u1n)nyatakan unsur u1j dalam aij.

u11= ; u12= a12 / ; u13=a13/ ;;…; u1n =a1n / baris keduaa22=(u12)2+=(u22)2 ; a23=(u12.u13)+(u22.u23); nyatakan unsur u2j dalam aij.

Page 38: ANALISA NUMERIK

U22= ,  U23= (a23-(u12.u13))/u22=

U2n= (a2n-(u12.u1n))/u22= Baris ketiga:a33=(u12)2+(u23)2 +(u33)2; …a3n=(u13.u1n)+(u23.u23) +(u33.u3n)nyatakan unsur u3j dalam aij.

u33= =

u3n= dengan nilai uij didapat dari perhitungan sebelumnyaSecara umum :

uij=0 (i>j)

contoh:

Tentukan matrik solusi 

Page 39: ANALISA NUMERIK