analisa laporam keuangan alfa

Upload: ridwansopiansyah

Post on 15-Oct-2015

510 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Analisa Laporan Keuangan

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang MasalahSemakin menjamurnya bisnis waralaba di Indonesia dewasa ini, menunjukkan bahwa banyak masyarakat Indonesia tidak hanya inin menjadi karyawan kantoran biasa dengan upah standar, namun juga mulai gencar melirik bisnis yang dibangun sendiri mulai dari modal kecil hingga modal besar. Mulai bisnis rumahan hingga bisnis skala besar ataupun bisnis online yang sedang marak saat ini, serta tidak ketinggalan untuk beramai-ramai mendirikan usaha yang dapat dibuat waralabanya atau sebaliknya membeli dari usaha yang sudah ternama menjadi terwaralaba.Salah satu usaha waralaba berbentuk swalayan yang sudah ternama adalah Alfamart. Alfamart merupakan milik PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk yang merupakan perusahaan waralaba swalayan yang menjual barang keperluan sehari-hari, yang cukup lengkap dengan harga terjangkau serta tempat yang nyaman dan jaringan alfamart yang luas hampir diseluruh Indonesia.Dari sudut pandang industri usaha dalam bidang minimarket mampu bertahan di tengah-tengah ketidakpastian ekonomi, seperti resesi. Konsumen berupaya menjaga konsumsi dalam memenuhi kebutuhan pokok walaupun di tingkat yang lebih rendah. Dengan demikian tingkat penjualan di gerai-gerai ritel konsumen seperti Alfamart tidak terpengaruh secara drastis.Dalam sebuah perusahaan aspek keuangan merupakan hal terpenting baik perusahaan profit maupun non-profit karena hal tersebut dapat membantu perusahaan dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi atau mencari keuntungan. Aspek keuangan dapat diketahui melalui penilaian kinerja keuangan, yang membantu perusahaan dalam menetapkan dan mengambil keputusan dalam menentukan sikap dan kelangsungan aktifitas perusahaan.Pada hubungannya dengan penilaian kinerja keuangan tidak hanya diperlukan oleh pihak dalam (intern) perusahaan seperti pemilik dan manajer perusahaan. Bagi pihak luar perusahaan (extern) seperti investor maupun kreditor, penilaian kinerja keuangan mampu menunjukkan perkembangan keuangan perusahaan. Sehingga perusahaan dapat menarik investor untuk menaruh modal mereka dalam perusahaan yang dapat membantu aktifitas bisnis perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan.Alfamart atau bisa di sebut PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk telah menjadi salah satu perusahaan ritel terkenal di Indonesia dan juga salah satu perusahaan yang berkontribusi dalam membuka lapangan pekerjaan di Indonesia. Maka dari itu penulis tertarik mengetahui kinerja keuangn PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisa Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari peristiwa dan kejadian yang bersifat keuangan dalam suatu periode tertentu. Pada umumya laporan keuangan terdiri dari neraca, laba rugi, serta laporan perubahan modal, dimana neraca menunjukkan jumlah aktiva, hutang dan modal dalam perusahaan. Laba-Rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan dan biaya yang terjadi selama periode tertentu. Laporan perubahan modal menunjukkan alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan. Sementara, yang dimaksud dengan analisa laporan keuangan adalah suatu alat yang digunakan untuk menganalisa prestasi perusahaan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Dari analisa tersebut dapat diketahui tingkat keberhasilan yang dicapai perusahaan dalam bidang keuangan. Analisa keuangan juga mampu membantu perusahaan dalam mengidentifikasi maslah keuangan yang dialami perusahaan. Analisa laporan keuangan dapat melengkapi informasi keuangan yang telah tersedia pada laporan keuangan.Menurut Munawir (2002:36) Terdapat dua metode yang dalam menganalisa laporan keuangan metode horizontal dan metode vertikal. Metode horizontal membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode, sehingga akan dapat diketahui perkembangannya. Metode analisa vertikal, memperbandingkan anata pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut selama satu periode, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu juga.

2.2 Analisa Rasio KeuanganAnalisa rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individual/ kombinasi dari kedua laporan tersebut. Analisis rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Rasio ini akan lebih bermanfaat terutama apabila rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio yanng digunakan sebagai standar.Dengan menggunakan laporan yang diperbandingkan, termasuk data tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam jumlah rupiah, prosentase serta trendnya, penganalisa menyadari bahwa beberapa rasio secara individu akan membantu dalam menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan suatu perusahaan secara keseluruhan.

2.3 Konsep Analisa Laporan Keuangan dengan Rasio KeuanganMenurut Martono (2002: 55-60) pada dasrnya alat rasio keuangan diklasifikasikan menjadi empat (4) kelompok antara lain:2.3.1 Rasio LikuiditasRasio likuiditas adalah alat ukur untuk melihat apakah unit usaha tersebut cukup likuit dalam menjalankan usahanya selama periode mendatang. Rasio ini terdiri atas:1. Current Ratio.Rasio ini menunjukkan sampai dimana hutang-hutang jangka pendek dapat dibayar dari aktiva-aktiva yang dapat dijadikan uang pada waktu yang sama misal, jangka waktu pembayaran hutang-hutang jangka pendek. Secara umum rasio ini bisa dikatakan baik, jika nilainya mencapai 2 atau 200%.

2. Quick Ratio.Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan suatu unit usaha dalam utang-utang jangka pendeknya, tanpa mengutamakan persediaan. Suatu unit usaha dikatakan mampu membayar utang jangka pendeknya, jika nilainya lebih besar dari satu (1) atau lebih dari 100%.

3. Cash Ratio.Rasio ini menunjukkan kemampuan suatu unit usaha dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan uang kas dan surat berharga yang mudah diuangkan.

2.3.2 Rasio AktivitasRasio aktivitas menunjukkan seberapa efektif aset-aset usaha dalam menghasilkan pendapatan. Adapun rasio aktivitas yang sering digunakan yaitu:1. Total Asset Turn Over (TATO)Rasio ini mengukur perputaran dana yang tertanam dalam aktiva selama periode tertentu yang diinvestasikan untuk menghasilkan pendapatan. Selain itu juga dapat mengukur perputaran aset yang dimilki suatu unit usaha.

2. Working Capital Turn Over (WCTO)Rasio ini menunjukkan keefektikan modal kerja, menunjukkan hubungan modal kerja dengan penjualan, serta banyaknya penjualan yang diperoleh suatu unit usaha untuk setiap rupiah modal kerja.

3. Receivable Turn OverRasio ini menunjukkan tingkat perputaran piutang dalam suatu periode tertentu. Semakin tinggi perputarannya berarti semakin cepat pula pengembalian modal yang tertanam dalam piutang yang berbentuk kas.

4. Average Collection PeriodRasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan suatu unit usaha dalam mengumpulkan jumlah piutang setiap jangka waktu tertentu.

2.3.3 Rasio LeverageKreditor jangka panjang maupun jangka pendek akan memperhatikan benar seberapa banyak kegiatan koperasi atau badan usaha lain yang dibiayai utang. Jika koperasi atau badan usaha lain mempunyai utang jangka panjang yang sangat tinggi dalam struktur permodalan koperasi atau badan usaha lain, maka para kreditor akan berfikir bahwa koperasi atu badan usaha lain akan mudah gulung tikar dan tidak akan bisa melunasi utangnya. Demikian dengan pemilik koperasi atau badan usaha lain akan mempertmbangkan beberapa kembalian yang bisa didapat dari komposisi banyak sedikitnya utang dalam struktur permodalan. Rasio ini meliputi:1. Debt to Total asset.Rasio menunjukkan berapa persen aset suatu unit usaha yang diberikan kreditur.

2. Debt to EquityRasio ini mengukur seberapa jauh suatu unit usaha dibiayai oleh pinjaman. Semakin tinggi nilainya berarti semakin besar dana yang dipinjam dari pihak luar.

2.3.4 Rasio ProfitabilitasRasio ini menunjukkan efektivitas menciptakan laba. Laba pada dasarnya menunjukkan seberapa baik koperasi/badan usaha lain dalam membuat keputusan investasi dan pembiayaan. Koprasi/badan usaha harus mampu menyiapkan uang dari laba koperasi/badan usaha lain dalam membayar utang dan membayar deviden dengan mengoptimalkan pemanfatan seluruh asetnya.Adapun rasio ini yang sering digunakan antara lain:1. Net Profit Margin (NPM)Rasio ini mengukur kemampuan suatu unit usaha dalam menghasilkan laba bersih dari setiap penjualan.2. Return On Investment (ROI)Rasio ini mengukur berapa besar tingkat pengembalian atas investasi.3. Gross Profit Margin (GPM)Rasio ini mengukur laba kotor yang dapat dicapai dalam setiap penjualan.

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 Profil Perusahaan PT. Sumber Alfaria Trijaya, TbkPT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk didirikan pada tahun 1989 oleh Djoko Susanto dan keluarga PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk (Alfamart/Perseroan), mengawali usahanya di bidang perdagangan dan distribusi, kemudian pada tahun 1999 mulai memasuki sektor minimarket. Ekspansi secara ekponensial dimuai Perseroan pada tahun 2002 dengan mengakusisi 141 gerai AlfaMinimart dan membawa nama baru yaitu Alfamart.Saat ini alfamart merupakan salah satu yang terdepan dalam usaha ritel dengan melayani lebih dari 2,1 juta pelanggan setiap hari di hampir 6000 gerai yang tersebar hampir di seluruh Indonesia. Alfamart menyediakan barang-barang kebutuhan pokok dengan harga yang terjangkau, tempat belanja yang nyaman serta lokasi yang stategis dekat dengan konsumen. Didukung lebih dari 60.000 karyawan menjadikan Alfamart salah satu pembuka lapangan kerja terbesari di Indonesia.Alfamart adaah gerai komunitas karenanya Alfamart selalu berpartisipasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) yang terbagi menjadi Alfamart Care yang membantu masyarakat melalui kegiatan-kegiatan sosial. Alfamart Smart mendukung bidang pendidikan, Alfamart Sport mensposori kegiatan olahraga, Alfamart Clean anda Green mewujudkan lingkungan yang sehat, Alfamart SMEs membantu pengusaha-pengusaha kecil dan menengah yang ada di sekitar gerai-gerai Alfamart serta Alfamart Vaganza yang secara aktif ikut terlibat dalam mengembangkan seni dan dan budaya.

3.2 Perhitungan RatioNoRatioPeriode

20102011

I. Ratio Likwiditas

1Current ratio78%83,3%

2Acid test ratio24,5%31,6%

3Cash ratio15,7%18,9%

4Perputaran piutang57,1 x41,1 x

5Periode rata-rata pengumpulan piutang6,3 hari8,8 hari

6Perputaran persediaan9 x10,9 x

7Periode rata-rata persediaan tersimpan digudang40 hari33 hari

8Perputaran modal kerja23 x35,2 x

II. Ratio Solvabilitas

1Ratio modal dengan aktiva25,5%29,1%

2Ratio modal dengan aktiva tetap51,7%60%

3Ratio aktiva tetap dengan hutang jangka panjang521,5%535%

4Nilai buku saham prioritas

5Nilai buku saham biasa

6Ratio hutang jangka panjang dengan modal sendiri37,1%31,1%

7Rasio hutang dengan modal sendiri292,9%243,4%

8Rasio hutang dengan aktiva74,5%70,9%

III. Ratio Rentabilitas

1Rasio laba usaha dengan aktiva usaha8,2%9,9%

2Perputaran aktiva usaha3,3 x3,6 x

3Gross margin ratio15,3%15,5%

4Operating margin ratio2,5%2,7%

5Net margin ratio2,6%2,1%

6Operating Ratio98,3%98%

7Rate of ROI6,8%8,2%

8Net rate of ROI6,6%7,2%

9Rentabilitas modal sendiri23,6%24,7%

10Laba per lembar saham biasa

1.8 Analisis RatioBerikut ini perhitungan analisis ratio yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa dan mengintrepretasikan data dari Neraca dan Laporan Rugi Laba PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. Tahun 2010 dan 2011 :3.10.1 Ratio Likwiditasa. Current RatioCurrent ratiomerupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar dikalikan 100%. Rasio ini merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

Hasil Perhitungan Current Ratio(dalam jutaan rupiah)PeriodeAktiva Lancar(dalam rupiah)Hutang Lancar(dalam rupiah)Hasil

20102.165.078

2.775.514

78%

20112.582.053

3.099.699

83,3%

Dari tabel diatas, nilai current ratio sebesar 78% untuk tahun 2010 dan sebesar 83,3% untuk tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2010 setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 0,78 sedangkan pada tahun 2011 setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 0,833.b. Acid Test RatioRatio ini sering juga disebut sebagai Quick ratio yaitu perbandingan antara kas ditambah piutang dengan hutang lancar. Ratio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan.Hasil Perhitungan Acid Test Ratio(dalam jutaan rupiah)PeriodeKas+piutang(dalam rupiah)Hutang Lancar(dalam rupiah)Hasil

2010681.305

2.775.514

24,5%

2011978.435

3.099.699

31,6%

Dari tabel diatas, nilai acid test ratio (kemampuan perusahaan dengan kas ditambah piutang untuk memenuhi kewajiban jangka pendek) sebesar 24,5% untuk tahun 2010 dan sebesar 31,6% untuk tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2010 setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh kas+piutang sebesar Rp 0,245 sedangkan pada tahun 2011 setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh kas+piutang sebesar Rp 0,316.

c. Cash RatioCash Ratiomerupakan perbandingan antara kas dengan hutang lancar dikalikan 100%. Rasio ini merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.Hasil Perhitungan Cash Ratio(dalam jutaan rupiah)PeriodeKas+piutang(dalam rupiah)Hutang Lancar(dalam rupiah)Hasil

2010434.817

2.775.514

15,7%

2011585.028

3.099.699

18,9%

Dari tabel diatas, nilai Kas Ratio (kemampuan perusahaan dengan kas untuk memenuhi kewajiban jangka pendek) sebesar 15,7% untuk tahun 2010 dan sebesar 18,9% untuk tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2010 setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh kas sebesar Rp 0,157 sedangkan pada tahun 2011 setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh kas sebesar Rp 0,189.

d. Periode Penerimaan PiutangPeriode penerimaan piutang digunakan untuk menghitung waktu atau hari rata-rata dana tertanam dalam piutang.Hasil Perhitungan Perputaran Piutang(dalam jutaan rupiah)PeriodePenjualan(dalam rupiah)Rata-rata piutang(dalam rupiah)Hasil

201014.063.557

246.488

57,1 x

201118.227.044443.19241,1 x

Hasil Perhitungan Periode Rata-rata Pengumpulan Piutang(dalam jutaan rupiah)Periode

Julah hari dalam setahunPerputaran piutang (%)Hasil

201036057,1

6,3hari

201136041,18,8 hari

Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa periode penerimaan piutang tahun 2010 lebih baik daripada tahun 2011. Dimana periode penerimaan piutang tahun 2010 adalah 6,3 hari sedangkan pada tahun 2011 adalah 8,8 hari. Dari uraian diatas mempunyai arti bahwa pada tahun 2010 perusahaan akan menerima penerimaan piutang dalam waktu 6,3 hari dengan trun over antara penjualan dengan piutang rata-rata adalah kira-kira 57,1 x dan pada tahun 2011 perusahaan akan menerima penerimaan piutang dalam waktu 8,8 hari dengan trun over antara penjualan dengan piutang rata-rata adalah kira-kira 41,1 x.

e. Perputaran PersediaanPerputaran persediaan merupakan perbandingan antara harga pokok barang yang dijual dengan rata-rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan.Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali jumlah persediaan dagangan diganti dalam satu tahun. Untuk mengetahui rata-rata persediaan tersimpan dalam gudang dapat ditentukan dengan membagi jumlah hari-hari dalam 1 tahun dengan trun over dari persediaan tersebut.Hasil Perhitungan Perputaran Persediaan(dalam jutaan rupiah)PeriodeHarga Pokok(dalam rupiah)Rata-rata persediaan(dalam rupiah)Hasil

201011.918.0511.328.986

9 x

201115.406.1181.413.88510,9 x

Hasil Perhitungan Periode Rata-rata Persediaan Tersimpan Digudang(dalam jutaan rupiah)PeriodeJumlah hari dalam setahunPerputaran PersediaanHasil

20103609 x

40 hari

201136010,9 x33 hari

Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa perputaran persediaan tahun 2011 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010. Hal ini dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 persediaan berada digudang rata-rata selama 40 hari dengan perputaran persediaan kitra-kira 9 x, sedangkan pada tahun 2011 persediaan berada digudang rata-rata selama 33 hari dengan perputaran persediaan kira-kira 10,9 x.

f.Perputaran Modal KerjaRatio ini menunjukan hubungan antara penjualan dengan modal kerja dan menunjukan banyaknya penjulan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja.Hasil Perhitungan Perputaran Modal Kerja(dalam jutaan rupiah)PeriodePenjulan(dalam rupiah)Modal Kerja(dalam rupiah)Hasil

201014.063.557(610.436)

23 x

201118.227.044(517.646)35,2 x

Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa perputaran persediaan tahun 2011 mengalami lebih baik dibandingkan tahun 2010. Hal ini dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 perputaran modal kerja sebesar 23 x hal ini menunjukan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan sebesar Rp 23 untuk tiap Rp 1 modal kerja, sedangkan pada tahun 2011 perputaran modal kerja sebesar 35,2 x hal ini menunjukan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan sebesar Rp 35,2 untuk tiap Rp 1 modal kerja.

3.10.2 Ratio Solvabilitasa. Ratio Modal Kerja dengan AktivaRatio ini merupakan perbandingan antara modal sendiri dengan total aktiva, yang menunjukan pentingnya dari sumber modal pinjaman dan tingkat keamanan yang dimiliki oleh kreditor.Hasil Perhitungan Ratio Modal Kerja dengan Aktiva(dalam jutaan rupiah)PeriodeModal Sendiri(dalam rupiah)Total Aktiva(dalam rupiah)Hasil

20101.085.1064.262.929

25,5%

20111.460.4805.014.93229,1%

Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwaRatio modal kerja dengan aktiva pada tahun 2010 lebih baik dibandingkan tahun 2011, Hal ini dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 sebesar 25,5% menunjukan jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan sebesar 74,5%. Sedangkan pada tahun 2011 sebesar 29,1% menunjukan jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan hanya sebesar 70,9%.

b. Ratio Modal dengan Aktiva TetapRatio antara hak pemilik atau modal sendiri dengan aktiva tetap ini ditentukan atau dihitung dengan cara membagi total hak pemilik-pemilik perusahaan dengan nilai buku dari aktiva tetap yang dimiliki perusahaan.Hasil Perhitungan Ratio Modal dengan Aktiva Tetap(dalam jutaan rupiah)PeriodeModal Sendiri(dalam rupiah)Aktiva Tetap(dalam rupiah)Hasil

20101.085.1062.097.851

51,7%

20111.460.4802.432.87960%

Hasil perhitungan diatas menujukan bahwa ratio modal dengan aktiva tetap tahun 2010 sebesar 51,7% lebih baik dibandingkan pada tahun 2011 sebesar 60%. Ini berarti bahwa sebagian aktiva tetapnya dibiayai dengan modal pinjaman jangka pendek atau jangka panjang sebesar 51,7% sedang aktiva lancar seluruhnya dibiayai dengan modal pinjaman. Sedangkan pada tahun 2011 sebagian aktiva tetapnya dibiayai dengan modal pinjaman jangka pendek atau jangka panjang sebesar 60% sedang aktiva lancar seluruhnya dibiayai dengan modal pinjaman.

c. Ratio Aktiva tetap dengan hutang jangka panjangRatio ini diperoleh dengan membagi total aktiva tetap dengan total hutang jangka panjang, ratio ini merupakan suatu ratio yang merupakan ukuran tentang tingkat keamanan yang dimiliki oleh kreditor jangka panjang. Disamping itu juga menentukan kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman baru dengan jaminan aktiva tetap.Hasil Perhitungan Ratio Aktiva Tetap dengan Hutang Jangka Panjang(dalam jutaan rupiah)PeriodeAktiva Tetap(dalam rupiah)Hutang jangka Panjang(dalam rupiah)Hasil

20102.097.851

402.309

521,5%

20112.432.879454.753535%

Hasil perhitungan diatas menujukan bahwa ratio aktiva tetap dengan hutang jangka panjang menunjukan bahwa pada tahun 2011 lebih baik dari pada tahun 2010, hal ini dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 hanya sebesar 521,5% lebih kecil dibandingkan pada tahun 2011 sebesar 535% ini berarti bahwa pada tahun 2011 semakin besar jaminan dan kreditor jangka panjang semakin aman atau terjamin dan semakin besar kemampuan perusahaan untuk mencari pinjaman.d. Ratio Hutang Jangka Panjang Dengan Modal SendiriRatio ini diperoleh dengan membagi total hutang jangka panjang dengan modal sendiri, ratio ini merupakan suatu ratio yang merupakan ukuran tentang tingkat keamanan yang dimiliki oleh kreditor jangka panjang.Hasil Perhitungan Ratio Hutang Jangka Panjang dengan Modal Sendiri(dalam jutaan rupiah)PeriodeHutang Jangka Panjang(dalam rupiah)Modal Sendiri(dalam rupiah)Hasil

2010402.309

1.085.106

37,1%

2011454.7531.460.48031,1%

Hasil perhitungan diatas menujukan bahwa ratio hutang jangka panjang dengan modal sendiri pada tahun 2010 adalah sebesar 37,1% sedangkan pada tahun 2011 sebesar 31,1%. Ini berarti bahwa setiap Rp 1 hutang jangka panjang dijamin oleh modal sendiri sebesar Rp 0,371 pada tahun 2010, sedangkan pada tahun 2011 hanya sebesar Rp 0,311.

e. Ratio Antar Hutang Dengan AktivaRatio ini diperoleh dengan membagi total hutang dengan total aktiva, ratio ini merupakan suatu ratio yang merupakan ukuran tentang tingkat keamanan yang dimiliki oleh kreditor jangka panjang.Hasil Perhitungan Ratio Antar Hutang Dengan Aktiva(dalam jutaan rupiah)PeriodeTotal Hutang(dalam rupiah)Total Aktiva(dalam rupiah)Hasil

20103.177.823

4.262.929

74,5%

20113.554.4525.014.93270,9%

Hasil perhitungan diatas menujukan bahwa ratio antar hutang dengan aktiva pada tahun 2010 adalah sebesar 74,5% sedangkan pada tahun 2011 sebesar 70,9%. Ini berarti bahwa setiap Rp 1 total hutang dijamin oleh total aktiva sebesar Rp 0,745 pada tahun 2010, sedangkan pada tahun 2011 hanya sebesar Rp 0,709.

3.10.3 Ratio Rentabilitasa. Ratio Laba Usaha Dengan Aktiva UsahaRatio ini diperoleh dengan membagi laba usaha dengan total aktiva usaha. Ratio ini sangat berguna untuk membandingkan antara dua perusahaan atau lebih yang memiliki struktur permodalan yang berbeda atau untuk membandingkan perusahaan yang sama untuk dua periode yang berbeda. Hasil Perhitungan Ratio Laba Usaha Dengan Aktiva Usaha(dalam jutaan rupiah)PeriodeLaba Usaha(dalam rupiah)Aktiva Usaha(dalam rupiah)Hasil

2010349.523

4.262.929

8,2%

2011497.0605.014.9329,9%

Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa ratio laba usaha dengan aktiva usaha pada tahun 2010 sebesar 8,2% lebih kecil dibandingkan pada tahun 2011 sebesar 9,9%. Ini berarti bahwa pada tahun 2011 lebih baik dari tahun 2010.

b. Perputaran Aktiva UsahaMerupakan ratio antar jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi terhadap jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tersebut. Ratio ini merupakan ukuran tentang sampai berapa jauh aktiva ini telah dipergunakan di dalam kegiatan perusahaan menunjukan berapa kali operating asset berputar dalam suatu periode tertentu.Hasil Perhitungan Perputaran Aktiva Usaha(dalam jutaan rupiah)PeriodePenjualan (dalam rupiah)Aktiva Usaha(dalam rupiah)Hasil

201014.063.557

4.262.929

3,3x

201118.227.0445.014.9323,6x

Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa perputaran aktiva usaha pada tahun 2010 sebesar 3,3x lebih kecil dibandingkan pada tahun 2011 sebesar 3,6%. Ini berarti bahwa pada tahun 2011 lebih efisien dalam menggunakan aktiva dibandingkan tahun 2010.

c. Gross Margin RatioMerupakan ratio antar laba kotor yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama. Ratio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai setiap rupiah penjualan.Hasil Perhitungan Gross Margin Ratio(dalam jutaan rupiah)PeriodeLaba Kotor(dalam rupiah)Penjualan(dalam rupiah)Hasil

20102.145.506

14.063.557

15,3%

20112.820.92618.227.04415,5%

Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa gross margin ratio pada tahun 2010 sebesar 15,3% lebih kecil dibandingkan pada tahun 2011 yaitu sebesar 15,5%. Ini berarti bahwa pada tahun 2011 lebih baik dibandingkan tahun 2010.

d. Operating Margin RatioMerupakan ratio antar laba usaha yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama. Ratio ini menggambarkan laba usaha yang dapat dicapai setiap rupiah penjualan.Hasil Perhitungan Operating Margin Ratio(dalam jutaan rupiah)PeriodeLaba Usaha(dalam rupiah)PenjualanHasil

2010349.523

14.063.557

2,5%

2011497.06018.227.0442,7%

Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa operating margin ratio pada tahun 2010 sebesar 2,5% lebih kecil dibandingkan pada tahun 2011 yaitu sebesar 2,7%. Ini berarti bahwa setiap Rp 1 penjualan akan menghasilkan laba usaha sebsar Rp 0,25 pada tahun 2010 sedangkan pada tahun 2011 lebih besar yaitu sebesar Rp 0,27.

e. Net Margin RatioMerupakan ratio antar laba bersih sesudah pajak yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama. Ratio ini menggambarkan laba bersih sesudah pajak yang dapat dicapai setiap rupiah penjualan.Hasil Perhitungan Net Margin Ratio(dalam jutaan rupiah)PeriodeLaba bersih sesudah pajak(dalam rupiah)PenjualanHasil

2010360.454

14.063.557

2,6%

2011375.37418.227.0442,1%

Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa net margin ratio pada tahun 2010 sebesar 2,6% lebih besar dibandingkan pada tahun 2011 yaitu sebesar 2,1%. Ini berarti bahwa setiap Rp 1 penjualan akan menghasilkan laba bersih sesudah pajak sebsar Rp 0,26 pada tahun 2010 sedangkan pada tahun 2011 lebih kecil yaitu sebesar Rp 0,21.

f. Operating RatioMerupakan ratio antar harga pokok ditambah biaya operasi yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama. Ratio ini menggambarkan bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam harga pokok ditambah biaya operasi.Hasil Perhitungan Operating Ratio(dalam jutaan rupiah)PeriodeHPP+biaya Operasi(dalam rupiah)PenjualanHasil

201013.824.266

14.063.557

98%

201117.870.13218.227.04498%

Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa Operating ratio pada 2010 dan 2011 sebesar 98%. Ini berarti bahwa setiap Rp1 penjualan terserap dalam harga pokok dan biaya operasi sebesar Rp 0,98 pada tahun 2010 dan 2011.

g. Rate Of ROISalah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian ratio ini menghubungkan laba bersih sebelum pajak dengan jumlah investasi atau aktiva.Hasil Perhitungan Rate Of ROI(dalam jutaan rupiah)PeriodeLaba Bersih Sebelum Pajak(dalam rupiah)Jumlah Aktiva UsahaHasil

2010290.239

4.262.929

6,8%

2011409.9805.014.9328,2%

Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa Rate Of ROI pada tahun 2011 meningkat yaitu sebesar 8,2% dari tahun 2010 yang hanya sebesar 6,8%. Ini berarti bahwa kemampuan perusahaan meningkat dari tahun 2010 dan 2011 dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.

h. Net Rate Of ROIratio ini adalah perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi perusahaan.Hasil Perhitungan Net Rate Of ROI(dalam jutaan rupiah)PeriodeLaba Bersih Sesudah Pajak(dalam rupiah)Jumlah Aktiva UsahaHasil

2010255.823

4.262.929

6%

2011360.6745.014.9327,2%

Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa Net Rate Of ROI pada tahun 2011 meningkat yaitu sebesar 7,2% dari tahun 2010 yang hanya sebesar 6%. Ini berarti bahwa kemampuan perusahaan meningkat dari tahun 2010 sebesar 6% menjadi 7,2% pada tahun 2011.

i. Rentabilitas Modal SendiriRatio ini merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan perusahaan.Hasil Perhitungan Rentabilitas Modal Sendiri(dalam jutaan rupiah)PeriodeLaba Bersih Sesudah Pajak(dalam rupiah)Modal SendiriHasil

2010255.823

1.085.106

23,6%

2011360.6741.460.48024,7%

Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa rentabilitas modal sendiri pada tahun 2010 sebesar 23,6% sedangkan pada tahun 2011 sebesar 24,7%. Ini berarti bahwa kemampuan perusahaan meningkat dari tahun 2010 23,6% menjadi 24,7%pada 2011 dengan modal sendiri yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan laba bersih sesudah pajak.

BAB IVPENUTUP4.1 KesimpulanBerdasarkan hasil analisis diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan:1. Kondisi laporan keuangan setelah ditinjau dengan analisis perbandingan menunjukkan bahwa total aktiva perusahaan mengalami peningkatan sebesar Rp 752.003.000.000 atau sekitar 18% dari tahun 2010 sebesar Rp 4.262.929.000.000 menjadi Rp5.014.932.000.000 pada tahun 2011. Total kewajiban perusahaan mengalami peningkatan sebesar Rp 376.629.000.000 atau sekitar 12% dari tahun 2010 sebesar Rp3.177.823.000.000 menjadi Rp3.554.452.000.000 pada tahun 2011. Total modal perusahaan mengalami peningkatan sebesar Rp 375.374.000.000 atau sekitar 35% dari tahun 2010 sebesar Rp 1.085.106.000.000 menjadi Rp 1.460.480.000.000 pada tahun 2011. 2. Posisi keuangan jangka pendek menunjukan perkembangan yang menguntungkan walaupun hutang jangka pendek naik sebesar 112%, namun kenaikan itu telah diimbangi dengan kenaikan aktiva lancar sebesar 119% dengan tingkatan yan lebih besar. Kenaikan penjualan sebesar 130% diimbangi dengan kenaikan piutang usaha pihak ketiga dan lain-lain masing-masing sebesar 161% dan 196%, sedangkan piutang usaha pihak berelasi turun sebesar 54%. Hal ini menunjukan bahwa bagian penagihan bekerja kurang efektif. Kenaikan persediaan sebesar 106% menunjukan perkembangan yang menguntungkan, karena kenaikan persediaan tersebut telah diimbangi dengan kenaikan penjualan sebesar 130%.3. Kondisi laporan keuangan setelah ditinjau dengan analisis common size menunjukkan bahwa perbandingan semua pos-pos dalam neraca dan laba rugi dengan total perusahaan mengalami peningkatan yaitu kas dan setara kas sebesar 12% pada tahun 2011 dibandingkan pada tahun 2010 sebesar 10% akan terserap dalam total asset, persediaan mengalami penurunan sebesar 28% pada tahun 2011 dibandingkan pada tahun 2010 sebesar 31% akan terserap dalam total asset. Total asset lancar pada tahun 2010 dan 2011 stabil yaitu 51%, total asset tidak lancar tidak mengalami perubahan yaitu sebesar 49% akan terserap dalam total assets. Total liabilities pada tahun 2010 sebesar 75% dan 2011 sebesar 71% , total ekuitas 25% pada tahun 2010 dan 29% pada tahun 2011 akan terserap dalam total liabilities dan ekuitas.4. Kondisi laporan keuangan setelah ditinjau dengan analisis rasio menunjukkan bahwa dari segi faktor likuiditas tahun 2011 lebih baik daripada likuiditas tahun 2010 karena rasio lancar tahun 2011 sebesar 83,3% yang berarti bahwa setiap Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 0,833 aktiva lancar sedangkan pada tahun 2010 sebesar 78% atau setiap Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 0,78 aktiva lancar, artinya perusahaan layak untuk diberi ktredit jangka pendek. Ditinjau dari faktor profitabilitas maka tahun 2011 lebih baik dibanding dengan tahun 2010. Hal ini disebabkan ratio laba usaha dengan aktiva tahun 2011 sebesar 9,9% sedangkan pada tahun 2010 hanya sebesar 8,2% dan perhitungan ROI menunjukan pada tahun 2011 lebih baik yaitu 8,2% lebih besar dari tahun 2010 yang hanya 6,8%, artinya perusahaan layak untuk mendapat investasi dari para investor. Ditinjau dari faktor solvabilitas maka pada tahun 2010 lebih solvabel daripada tahun 2011 karena solvabilitas tahun 2010dari ratio modal dengan aktiva adalah sebesar 25,5% sedangkan pada tahun 2011 sebesar 29,1%. Sedangkan pada perhitungan ratio antar hutang dengan aktiva menunjukan pada tahun 2011 lebih baik dari tahun 2010, karena tahun 2011 sebesar 70,9% sedangkan tahun 2010 sebesar 74,5% artinya perusahaan layak untuk diberi kredit jangka panjang.

4.2 SaranBerdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk.tahun 2010& 2011, penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:1. Perusahaan disarankan untuk memerhatikan fluktuasi pada setiap pos laporan keuangan karena meskipun dalam analisis perbandingan terjadi fluktuasi yang positif dari masing-masing pos, hal ini tidak menjadi jaminan bahwa tingkat likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas menjadi lebih baik dari sebelumnya.2. Perusahaan disarankan untuk mengurangi pinjaman baik secara jangka pendek maupun jangka panjang untuk meningkatkan tingkat likuiditas dan solvabilitas.3. Perusahaan disarankan untuk melakukan efisiensi biaya terutama beban pokok penjualan agar perusahaan memperoleh laba yang maksimal.4. Perusahaan disarankan untuk menambah modal dengan menarik investor sehingga pembiayaan penambahan aktiva dapat dibiayai oleh modal perusahaan.

DAFTAR PUSTAKAwww.idx.co.idMunawir. S Drs. Akuntan, 2002, Analisa Laporan Keuangan Edisi Keempat, Yogyakarta; Libertyhttp://ymoentarib.wordpress.com/2013/01/02/lingkungan-pemasaran-segmentasi-dan-merek-pt-sumber-alfaria-trijaya-tbk-alfamart/http://valentinaolivia.blogspot.com/2013/04/analisis-minimarket-alfamart-dengan.htmlhttps://www.google.com/#q=analisa+SWOT+PT+SUMBER+ALFARIA+TRIJAYA+TBKhttp://indomaret.co.id/profil-perusahaan/http://aryo-bony-anggoro.mhs.narotama.ac.id/2012/03/23/manajemen-strategic/

30