analisa integrasi pasar dan transmisi harga

Upload: ibrahim-ajie

Post on 06-Jul-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    1/139

     

    UNIVERSITAS INDONESIA

    ANALISA INTEGRASI PASAR DAN TRANSMISI HARGA

    BERAS PETANI-KONSUMEN DI INDONESIA

    TESIS

    FIRDAUSSY YUSTININGSIH

    1006741513

    FAKULTAS EKONOMI

    PROGRAM STUDI MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK

    JAKARTA

    DESEMBER 2012

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    2/139

     

    UNIVERSITAS INDONESIA

    ANALISA INTEGRASI PASAR DAN TRANSMISI HARGA

    BERAS PETANI-KONSUMEN DI INDONESIA

    TESIS

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Magister Ekonomi

    FIRDAUSSY YUSTININGSIH

    1006741513 

    FAKULTAS EKONOMI

    PROGRAM STUDI MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK

    KEKHUSUSAN EKONOMI PERSAINGAN USAHAJAKARTA

    DESEMBER 2012 

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    3/139

      ii

    SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwatesis ini saya susun tanpa tindakan plagiarism sesuai dengan peraturan yang

     berlaku di Universitas Indonesia.

    Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan Plagiarisme, saya akan

     bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh

    Universitas Indonesia kepada saya.

    Jakarta, 28 Desember 2012

    (Firdaussy Yustiningsih)

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    4/139

      iii

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

    Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri,

    dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

    telah saya nyatakan dengan benar.

    Nama : Firdaussy Yustiningsih

    NPM : 1006741513

    Tanda Tangan :

    Tanggal : Desember 2012

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    5/139

      iv

    HALAMAN PENGESAHAN

    Tesis ini diajukan oleh : Nama : Firdaussy Yustiningsih NPM : 1006741513

    Program Studi : Magister Perencanaan Dan Kebijakan Publik

    Judul Tesis : Analisa Integrasi Pasar dan Transmisi Harga Beras

    Petani-Konsumen di Indonesia

    Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

    sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

    Magister Ekonomi pada Program Studi Magister Perencanaan DanKebijakan Publik, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

    DEWAN PENGUJI

    Pembimbing : Dr. Ir. Widyono Soetjipto M.Sc ( )

    Penguji : Iman Rozani S.E., M.Sc ( )

    Penguji : Dr. Aris Yunanto S.TP., M.S.E ( )

    Ditetapkan di : Jakarta

    Tanggal : Desember 2012

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    6/139

      v

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-

     Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam

    rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Ekonomi

    Program Studi Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik pada Fakultas

    Ekonomi Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan

     bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan

    tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu,

    saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

    (1) Bapak Dr. Widyono Soetjipto, selaku dosen pembimbing yang telah

    menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam

     penyusunan tesis ini;

    (2) Bapak Iman Rozani S.E., M.Sc dan Bapak Dr. Aris Yunanto, selaku dosen

     penguji tesis, yang telah memberikan masukan terhadap isi tesis ini;

    (3) Bapak Dr. Riyanto, selaku narasumber, yang telah memberikan masukan dan

     bantuan terkait model ekonometri yang digunakan dalam tesis ini;

    (4) Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia (KPPU), yang telah

    menyediakan dana beasiswa untuk menempuh studi S-2 pada Program Studi

    Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik di Fakultas Ekonomi

    Universitas Indonesia;

    (5) Bapak Mulangin dari BPS dan Bapak Eri dari PT. Food Station Cipinang,

    yang telah mendukung perolehan data dalam tesis ini;

    (6) 

    Bapak Taufik Ariyanto, selaku Kepala Biro Pengkajian, atas ide, arahan, danmasukannya selama penulisan tesis ini;

    (7) 

    Suami, orang tua, dan keluarga tercinta, atas doa, dukungan, dan

     bantuannyanya selama penulisan tesis ini;

    (8) Mas Daniel, Mba Riris, Mba Nuring, Mba Indar, Mba Noor, dan rekan-rekan

    KPPU yang telah banyak membantu selama masa perkuliahan dan

     penyusunan tesis ini

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    7/139

      vi

    (9) Liasari, Wiwit, Vidi, Mba Febby, Mba Endang, Mba Metty, Mba Ita, Mba

    Leni, Mba Indi, Mba Ance, dan seluruh rekan-rekan MPKP FEUI Angkatan

    XXIII Sore yang telah menjadi teman dan sahabat seperjuangan selama masa

     perkuliahan ini.

    Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua

     pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi

     pengembangan ilmu pengetahuan.

    Jakarta, Desember 2012

    Penulis

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    8/139

      vii

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

    TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

     bawah ini:

     Nama : Firdaussy Yustiningsih

     NPM : 1006741513

    Kekhususan : Ekonomi Persaingan Usaha

    Program Studi : Magister Perencanaan Dan Kebijakan Publik

    Fakultas : Ekonomi

    Jenis Karya : Tesis

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

    Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif ( Non-exclusive Royalty-

     Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

    Analisa Integrasi Pasar dan Transmisi Harga Beras Petani-Konsumen

    di Indonesia

     beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

     Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,

    mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

    merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan

    nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. 

    Dibuat di : Jakarta

    Pada Tanggal : ___ Desember 2012

    Yang menyatakan

    (Firdaussy Yustiningsih)

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    9/139

      viii  Universitas Indonesia 

    ABSTRAK

     Nama : Firdaussy Yustiningsih

    Program Studi : Magister Perencanaan Dan Kebijakan Publik

    Judul Tesis : Analisa Integrasi Pasar dan Transmisi Harga Beras Petani-Konsumen di Indonesia

    Tesis ini dilatarbelakangi oleh fenomena disparitas harga beras Indonesia yang

    semakin melebar antara level petani dengan level konsumen, sejak tahun 1998.Padahal, sebagai komoditas yang strategis, kebijakan perberasan seharusnya

    mampu menjamin harga beras yang tinggi di level petani namun tetap terjangkau

    di level konsumen.

    Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk melakukan analisis pergerakan harga gabahkering panen (GKP) di level petani dengan harga beras di level konsumen, dengan

    menggunakan pendekatan teori  Asymmetric Price Transmission, dan (2)menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat integrasi pasar dan

    transmisi harga beras petani – konsumen, yang dikaitkan dengan kondisi struktur

    dan perilaku pedagang perantara beras di Indonesia.

    Model yang digunakan dalam analisa adalah model error correction (ECM), yangdiestimasi dari pergerakan data harga GKP di level petani dengan harga beras di

    level konsumen. Data yang digunakan adalah data sekunder bulanan dengan

    rentang waktu (time series) dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2011.

    Hasil pendugaan model menunjukkan bahwa dalam jangka pendek transmisiharga GKP petani terhadap harga beras konsumen bersifat simetris, sementara

    dalam jangka panjang bersifat asimetris. Fenomena transmisi harga tidak simetris pada jangka panjang disebabkan oleh dua hal, yaitu (1) penyalahgunaan market

     power  oleh pedagang perantara, dan (2) kebijakan Pemerintah.

    Pedagang perantara mendapatkan market power  dari kondisi struktur pasar yang

     bersifat oligopolistik, dimana jumlah pedagang perantara relatif lebih sedikitdibandingkan dengan jumlah petani dan konsumen. Hal ini menyebabkan

     pedagang perantara memiliki posisi tawar yang lebih tinggi, sehinggamemudahkan pedagang perantara untuk mengendalikan harga.

    Dalam hal kebijakan Pemerintah, berbagai kebijakan perberasan dirancang untuk

    mengintervensi harga di level petani agar berada di atas level harga Pemerintah,

    sementara harga di level konsumen diserahkan kepada mekanisme pasar. Hal inimenimbulkan persepsi pedagang perantara bahwa penurunan harga GKP petani

    hanya bersifat sementara, sehingga pedagang perantara tidak segera bereaksi

    terhadap penurunan harga GKP petani.

    Kata kunci :

    Integrasi pasar, transmisi harga vertikal, rantai pemasaran beras, market power ,Indonesia

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    10/139

      ix  Universitas Indonesia 

    ABSTRACT

     Name : Firdaussy Yustiningsih

    Study Program : Master of Planning and Public Policy

    Title : Analysis of Market Integration and Price Transmission onFarm - Retail Rice Price in Indonesia

    The background of this thesis is due to the price disparity between the farm level

    and the consumer retail in rice sectors in Indonesia. The anomaly is the pricedisparity has widened after the liberalization of the rice market in 1998. As a

    strategic commodity in Indonesia, the government should develop a policy that

    can guarantee the price of rice is high at the farmers level and remain affordable at

    the consumer level.

    The goal of this research is (1) to analyze the price transmission between the farm

    level and the consumer level in rice sector, by using the  Asymmetric PriceTransmission  approach, and (2) to explain the factors that affect the level of

    market integration and rice price transmission between the farm level and the

    consumers level, which associated with the condition of the structure and behavior

    of Indonesian rice middle man.

    The model used in the analysis is the error correction model (ECM), which is

    estimated from the movements of rice price in the farm level with the consumer

    level. The data used are monthly price in each level from 2000 to 2011.

    Based on the model, the price transmission from the farm level to the consumerlevel is symmetric in the short term. Meanwhile in the long term, the price

    transmission is asymmetric. It means that the price transmission is caused by thelong term factors, such as abuse of market power by the middle man and the

    government policy.

    Middle man get their market power from the market structure of the middle man

    level which lead to oligopolistic market, where the number of middlemen arerelatively few compared to the number of farmers and consumers. This causes the

    middle man has a higher bargaining position, so they can easily control the prices.

    In terms of policy, the Indonesian government prefer to give more protection to

    farmer than to consumer. In the farm level, government made the Government

    Purchase Price Policy which aims to ensure that the farmer always get a better

     price (high price) by selling their rice. While, prices at the consumer level left tothe market mechanism. This gives the perception in the middle man level that the

    falling price in the farm level only temporary, because the government will

    immediately intervene the market. This makes the middle man not immediately

    react for the falling prices in the farm level. On the other hand, the middle man

     believe that the rising price in the farm level is permanent, so they will increase

    the rice price in the consumers level immediately.

    Keywords :

     Market integration, vertical price transmission, marketing chain of rice, market

     power , Indonesia

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    11/139

      x  Universitas Indonesia 

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ……………………………………………….……. i

    SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ……………………. iiHALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS …………..………….... iii

    HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………… iv

    KATA PENGANTAR …………………………………………………… v

    HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……….. viiABSTRAK ……………………………………………………………….. viii

    DAFTAR ISI …………………………………………………………….. x

    DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. xii

    DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. xiii

    1.  PENDAHULUAN …………………………………………………... 1

    1.1. 

    Latar Belakang …………………………………………………. 11.2.

     

    Perumusan Masalah Penelitian ……………………………….. 5

    1.3.  Tujuan Penelitian ……………………………………………… 5

    1.4.  Manfaat Penelitian …………………………………………….. 61.5.

     

    Hipotesa ………………………………………………………... 6

    1.6.  Metodologi Penelitian …………………………………………. 6

    1.6.1.  Data-Data yang Digunakan ……………………………. 6

    1.6.2.  Metode Analisis ………………………………………… 7

    1.6.3.  Ruang Lingkup Penelitian …………………………….. 8

    1.7.  Sistematika Penelitian …………………………………………. 8

    1.8.  Kerangka Penelitian ………………………………….…………. 9

    2.  TINJAUAN LITERATUR …………………………………………. 12

    2.1.  Teori Integrasi Pasar dan Transmisi Harga …………………… 12

    2.2.   Asymmetric Vertical Price Transmission ………………………. 162.3.

     

    Penyebab Asymmetric Vertical Price Transmission …………… 21

    2.3.1.   Market Power  dan Struktur Pasar Persaingan Tidak

    Sempurna ………………………………………………. 22

    2.3.2.   Adjustment Cost atau Menu Cost  ………………………. 26

    2.3.3.   Return to Scale dalam Produksi ………………………... 28

    2.3.4.  Karakteristik Produk …………………………………… 29

    2.3.5.  Kebijakan Pemerintah …………………………………. 30

    2.4. 

    Penelitian Terdahulu …………………………………………… 313.  GAMBARAN PERBERASAN INDONESIA ……………………... 35

    3.1.  Gap Antara Pola Produksi dan Konsumsi Beras ……………… 363.2.

     

    Gambaran Distribusi Beras di Indonesia ……………………… 39

    3.3.  Kebijakan Perberasan Indonesia ……………………………..... 44

    3.3.1.  Kebijakan Produksi …………………………………….. 46

    3.3.2.  Kebijakan Harga ………………………………………... 49

    3.3.3.  Kebijakan Impor ……………………………………….. 53

    3.3.4.  Kebijakan Distribusi ……………………………………. 55

    3.4.  Kebijakan Pemerintah dan Perkembangan Harga …………..... 59

    3.5.  Kebijakan Pemerintah dan Peningkatan Produksi …….……… 61

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    12/139

      xi  Universitas Indonesia 

    4.  METODOLOGI PENELITIAN …………………………………… 65

    4.1.  Cakupan Penelitian ……………………………………………. 65

    4.2.  Metode Analisis ………………………………………………... 68

    4.3. 

    Tahapan Pengujian …………………………………………….. 704.3.1.  Tes Stasioner …………………………………………… 70

    4.3.2. 

    Tes Kointegrasi …………………………………………. 72

    4.3.3.  Tes Kausalitas …………………………………………... 74

    4.3.4.  Model Simetris Error Correction Model (ECM) ………. 764.3.5.

     

    Tes Asimetri ……………………………………………. 77

    4.4.  Keterbatasan Penelitian ………………………………………... 80

    5.  HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………... 82

    5.1.  Analisa Data Deskriptif ………………………………………… 82

    5.2.  Analisa Time Series …………………………………………….. 86

    5.2.1.  Uji Stasioner ……………………………………………. 86

    5.2.2. 

    Uji Kointegrasi ………………………………………….. 905.3.

     

    Estimasi Model Asimetris ……………………………………… 91

    5.3.1.  Uji Kausalitas …………………………………………… 91

    5.3.2.  Uji Model Simetris ……………………………………… 935.3.3.

     

    Uji Model Asimetris ……………………………………. 95

    5.4.  Analisa Faktor Penyebab Transmisi Harga Asimetris ………… 107

    5.4.1.  Biaya Penyesuaian ……………………………………… 107

    5.4.2.  Kebijakan Pemerintah dan Perilaku Pedagang Perantara. 108

    5.4.3.   Market Power dan Struktur Pasar ……………………… 111

    6.  KESIMPULAN DAN REKOMENDASI …………………………... 116

    6.1.  Kesimpulan ……………………………………………………... 116

    6.2. 

    Rekomendasi ……………………………………………………. 117

    DAFTAR REFERENSI …………………………………..……………... 120 

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    13/139

      xii  Universitas Indonesia 

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1. Perbandingan Harga Beras Petani-Konsumen ……………. 2

    Gambar 1.2. Kerangka Penelitian ………………………………………… 10

    Gambar 2.1. Transmisi Harga Tidak Simetris Dari Sisi Kecepatan dan

    Besaran ……………………………………………………... 17

    Gambar 2.2. Transmisi Harga Tidak Simetris Positif dan Negatif ……... 20

    Gambar 3.1. Pola Produksi dan Konsumsi Beras di Indonesia …………. 38

    Gambar 3.2. Rantai Pemasaran Beras di Indonesia ……………………... 42

    Gambar 3.3. Rantai Distribusi Beras di Pulau Jawa …………………….. 44

    Gambar 3.4. Kurva Pembentukan Harga Dasar Gabah …………………. 51

    Gambar 3.5. Kurva Pembelian Harga Dasar Pembelian Pemerintah …… 52

    Gambar 3.6. Interaksi Pergerakkan Harga Beras dan Kebijakan Perberasan

    Indonesia ……………………………………………………. 60

    Gambar 3.7. Pertumbuhan Luas Areal Tanam Padi di Indonesia ………. 62

    Gambar 3.8. Pertumbuhan Produktivitas Lahan Padi di Indonesia …….. 63

    Gambar 3.9. Pertumbuhan Produksi Padi di Indonesia …………………. 63

    Gambar 4.1. Tahapan Analisa ………………………………………….... 80

    Gambar 5.1. Pergerakan Harga GKP Petani dan Harga Beras Eceran

    Konsumen Periode 2000 – 2011 …………………………… 82

    Gambar 5.2. Kondisi Supply-Demand saat ECT 

    +

     ................................... 104

    Gambar 5.3. Kondisi Supply-Demand saat ECT - ................................... 105

    Gambar 5.4. Struktur Pasar Gabah dan Beras di Setiap Level Pemasaran. 114

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    14/139

      xiii  Universitas Indonesia 

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1. Perbandingan Jumlah Produksi dan Konsumsi Beras Indonesia... 37

    Tabel 3.2. Program Peningkatan Produksi Padi Pemerintah Periode

    1959 – 2007 ……………………………………………………. 47

    Tabel 5.1. Uji Stasioneritas Data Harga GKP Petani pada level dengan ADF Test  ……………………………………………………..... 86

    Tabel 5.2. Uji Stasioneritas Data Harga GKP Petani pada level dengan

    PP Test  ……………………………………………………….... 87

    Tabel 5.3. Uji Stasioneritas Data Harga GKP Petani pada first difference 

    dengan ADF Test  …………………………………………….... 88

    Tabel 5.4. Uji Stasioneritas Data Harga GKP Petani pada first difference 

    dengan PP Test  ………………………………………………... 88

    Tabel 5.5. Uji Stasioneritas Data Harga Beras Konsumen pada level 

    dengan ADF Test  ………………………………….…………… 88

    Tabel 5.6. Uji Stasioneritas Data Harga Beras Konsumen pada level 

    dengan PP Test  ……………………………………………….... 89

    Tabel 5.7. Uji Stasioneritas Data Harga Beras Konsumen pada first

    difference dengan ADF Test  …………………………………… 89

    Tabel 5.8. Uji Stasioneritas Data Harga Beras Konsumen pada first  

    difference dengan PP Test  ……………………………………... 89

    Tabel 5.9. Hasil Uji Kointegrasi pada data Harga GKP Petani dan Harga

    Beras Konsumen ……………………………………………..... 91

    Tabel 5.10. Hasil Uji Kausalitas dengan Metode Granger Test  …………… 92

    Tabel 5.11. Hasil Estimasi Model Simetris ………………………………… 93

    Tabel 5.12. Hasil Estimasi Model Asimetris Sederhana dengan Metode

    Granger-Lee ……………………………………………………. 95

    Tabel 5.13. Hasil Pengujian Koefisien Model Asimetris Sederhana ……... 96

    Tabel 5.14. Hasil Estimasi Model Asimetris Kompleks dengan Metode

    Von Cramon-Taubadel dan Loy ………………….…………… 99

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    15/139

      xiv  Universitas Indonesia 

    Tabel 5.15. Hasil Pengujian Koefisien Variabel Harga GKP Petani Periode t  

     pada Model Asimetris Kompleks ……………………………... 100

    Tabel 5.16. Hasil Pengujian Koefisien Variabel Harga GKP Petani Periode t-1 

     pada Model Asimetris Kompleks ……………………………... 101

    Tabel 5.17. Hasil Pengujian Koefisien Variabel Harga Beras Konsumen pada

    Periode t-1 pada Model Asimetris Kompleks …….…………… 101

    Tabel 5.18. Hasil Pengujian Koefisien Transmisi Harga Jangka Panjang

     pada Model Asimetris Kompleks ……………………………… 102

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    16/139

      1  Universitas Indonesia 

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1.  Latar Belakang

    Beras merupakan komoditas penting bagi penduduk Indonesia. Program

    diversifikasi pangan yang gagal dilakukan Pemerintah menyebabkan peran

     beras sebagai sumber karbohidrat utama belum tergantikan oleh jenis

     pangan lainnya. Tingginya tingkat ketergantungan penduduk Indonesia akan

     beras menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tingkat konsumsi beras

    tertinggi di Asia Tenggara. Saat ini konsumsi beras di Indonesia mencapai

    139 kilogram per kapita per tahun1. Menurut Menteri Pertanian, tingkat

    konsumsi beras penduduk Indonesia sudah terlalu banyak, sementara

    konsumsi sumber karbohidrat lainnya masih relatif rendah. Contohnya

    umbi-umbian yang jumlah konsumsinya hanya 40 gram per kapita per hari ,

    dari jumlah ideal 100 gram per kapita per hari2.

    Tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap beras, didukung dengan tidak

    adanya produk subtitusi, menyebabkan kurva permintaan beras di Indonesia

     bersifat inelastis. Dalam teori ekonomi mikro, produk dengan kurva

     permintaan inelastis memberikan keuntungan yang besar bagi produsen,

    atau dalam hal ini petani beras. Kondisi ini akan menyebabkan petani beras

    memiliki posisi tawar yang relatif lebih tinggi dibandingkan konsumen,

    sehingga produsen akan dengan mudah menaikan harga beras tanpa harus

    takut kehilangan konsumen.

    Dari sisi ekonomi makro, harga beras yang terlalu tinggi akan berbahaya bagi perekonomian Indonesia. Sebagai salah satu komoditas utama

     pembentuk inflasi, Pemerintah selalu berupaya menjaga harga beras berada

     pada suatu tingkat tertentu yang menguntungkan bagi petani dan konsumen

    sekaligus. Dalam hal ini, Pemerintah akan menghadapi food price dilemma,

    1 Kompas Online, www.kompas.com, “Konsumsi Beras Indonesia Tertinggi di Asia Tenggara, 7

    Februari 20122 Republika Online, www.republika.co.id , “Mentan: Konsumsi Beras Indonesia Terlalu Banyak”,

    4 April 2012 

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    17/139

    2

    Universitas Indonesia 

    dimana petani menginginkan harga beras yang tinggi namun konsumen

    menginginkan sebaliknya. Oleh sebab itu kebijakan harga beras yang

    diambil Pemerintah diharapkan dapat menjembatani kepentingan petani dan

     juga konsumen. Efektivitas kebijakan tersebut akan tercermin dari harga

     beras yang tinggi di level petani dan rendah di level konsumen. Sayangnya

    kondisi tersebut tidak terjadi di pasar beras Indonesia.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bank Indonesia di tahun 2008

    diketahui bahwa pergerakan harga beras di tingkat petani tidak

    ditransmisikan secara sempurna terhadap harga beras di tingkat konsumen,

    ataupun sebaliknya. Hal ini tercermin dari semakin besarnya disparitas

    harga antara level petani dengan konsumen selama periode Januari 2001

    sampai Januari 20083. Adapun perbandingan harga dan disparitas harga

    antara level petani dan konsumen digambarkan sebagai berikut : 

    Gambar 1.1. Perbandingan Harga Beras Petani - Konsumen

    Sumber : Pengaruh Distribusi Dalam Pembentukan Harga Komoditas dan ImplikasinyaTerhadap Inflasi, Working Paper BI 2008

    3 Working Paper BI Edisi WP/07/2008, Juni 2008, “Pengaruh Distribusi Dalam Pembentukan

    Harga Komoditas dan Implikasinya Terhadap Inflasi”, www.bi.go.id  

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    18/139

    3

    Universitas Indonesia 

    Arifin et al.  (2006) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa

     permasalahan disparitas harga pada komoditi beras sangat siginifikan terjadi

    sejak jatuhnya Pemerintahan Soeharto pada tahun 1998. Pada 1 Juni 1998,

    Pemerintah menetapkan Harga Dasar Gabah (HDG) sebesar Rp. 1.000 per

    kilogram, sedangkan harga beras di tingkat grosir minimal sudah mencapai

    Rp. 1.850 per kilogram. Sejak saat itu disparitas harga beras dan gabah terus

     berlanjut dan menjadi salah satu permasalahan kompleks yang dihadapi

    Pemerintah Indonesia.

    Disparitas harga beras yang tinggi menunjukkan bahwa baik petani maupun

    konsumen tidak diuntungkan dalam perdagangan beras. Nilai tambah

     pengolahan dan perdagangan beras kemungkinan lebih banyak dinikmati

    oleh pedagang perantara. Dalam teori pemasaran, besarnya disparitas harga

    dalam suatu lini pemasaran dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu jalur

     pemasaran yang terlalu panjang dan/atau adanya market power   yang

    dimiliki oleh pedagang perantara. Keduanya akan menyebabkan margin

    yang terbentuk dalam satu lini pemasaran dari hulu ke hilir (vertikal)

    menjadi sangat besar dan tidak efisien.

    Secara teori ekonomi industri, semakin kecil tingkat margin distribusi yang

    dihasilkan mengindikasikan bahwa para pelaku di jalur distribusi tidak

    memiliki market power  yang cukup untuk membentuk harga ( price maker ).

    Dengan kata lain, pasar yang tercipta mengarah pada model pasar

     persaingan sempurna. Sebaliknya, semakin tinggi margin distribusi

    mengindikasikan bahwa para pelaku di jalur distribusi memiliki market

     power  yang cukup untuk menetapkan harga di atas biaya marginalnya dan

    menunjukkan bahwa mereka berada pada pasar yang cukup terkonsentrasi.

     Namun poin yang menarik pada kasus pasar beras adalah semakin

    melebarnya disparitas harga antara level petani dengan konsumen justru

    terjadi pasca diberlakukannya kebijakan deregulasi pasar beras di Indonesia

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    19/139

    4

    Universitas Indonesia 

     pada tahun 19984, atau pada saat pasar beras memasuki era pasar bebas.

    Dengan kata lain dari sisi struktur, seharusnya pasar distribusi beras sudah

    mengarah pada kondisi pasar yang lebih bersaing. Apabila mekanisme pasar

     berjalan secara sempurna maka idealnya pedagang perantara tidak memiliki

    kemampuan untuk menetapkan margin pemasaran yang besar, sehingga

    disparitas harga yang terbentuk pun relatif kecil. Besarnya disparitas harga

     beras antara level petani dengan konsumen dapat menjadi indikasi bahwa

    terdapat perilaku anti persaingan yang dilakukan oleh pedagang perantara.

    Menurut Vavra dan Goodwin (2005), salah satu penyebab transmisi harga

    yang tidak simetris antar pasar yang terhubung secara vertikal (dalam satu

    rantai pemasaran) adalah adanya perilaku tidak kompetitif antara para

     pedagang perantara, khususnya apabila pedagang perantara tersebut berada

     pada pasar yang terkonsentrasi. Umumnya pedagang perantara akan

     berusaha mempertahankan tingkat keuntungannya dan tidak akan

    menaikan/menurunkan harga sesuai dengan sinyal harga yang sebenarnya.

    Sehingga pedagang perantara akan lebih cepat bereaksi terhadap kenaikan

    harga dibandingkan dengan penurunan harga, Kondisi inilah yangmenyebabkan competition restraint  pada jalur distribusi dan transmisi harga

    yang tidak sempurna antara level produsen dengan konsumen. Pada

    akhirnya pasar petani dan konsumen menjadi tidak terintegrasi.

    Hal yang sama dikemukakan oleh Jochen Meyer dan Stephan von Cramon-

    Taubadel (2004), disebutkan bahwa tidak terjadinya transmisi harga antara

    dua level pasar yang berbeda dalam satu rantai pemasaran disebabkan oleh

     pasar yang tidak kompetitif. Bahkan untuk komoditas pertanian secara jelas

    disebutkan bahwa persaingan yang tidak sempurna di rantai pemasaran

    (marketing chain) membuka ruang bagi middleman  untuk melakukan

     penyalahgunaan kekuatan pasar yang dimilikinya (abuse of market power ).

    4 Di tahun 1998, Pemerintah mencabut hak monopoli BULOG dalam impor beras, sehingga saat

    ini seluruh pihak dapat dengan bebas menjadi importir beras. 

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    20/139

    5

    Universitas Indonesia 

    Untuk meneliti dugaan penyalahgunaan market power  yang dilakukan oleh

     pedagang perantara beras maka akan digunakan pendekatan teori integrasi

     pasar dan transmisi harga secara vertikal (vertical price transmission).

    Berdasarkan teori tersebut, dua pasar yang saling berhubungan (melakukan

    transaksi) akan terintegrasi secara sempurna dan transmisi harga terjadi

    secara simetris. Apabila transmisi harga antar kedua pasar tersebut tidak

    simetris maka dapat menjadi indikasi adanya penyalahgunaan market power  

    yang dilakukan oleh pelaku usaha dalam pasar tersebut. Untuk menunjang

    hasil analisa statistik agar lebih menyeluruh, dalam penelitian ini dipaparkan

     pula mengenai gambaran struktur dan perilaku pedagang perantara di

    sepanjang jalur pemasaran (marketing chain) beras secara umum.

    1.2.  Perumusan Masalah Penelitian 

    Penelitian ini ditujukan untuk membuktikan apakah fenomena integrasi

     pasar dan transmisi harga vertikal yang simeris terjadi antara pasar beras di

    tingkat petani dan konsumen di Indonesia. Apabila kondisi tersebut tidak

    terjadi, maka selanjutnya akan dianalisa apakah terdapat faktor struktur

     pasar dan perilaku pedagang perantara yang menyebabkan fenomena

     Asymmetric Vertical Price Transmission tersebut.

    1.3.  Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan analisis transmisi harga beras

    secara vertikal antara level petani dengan konsumen berdasarkan teori

     Asymmetric Price Transmission dengan cara :

    a. Membandingkan pergerakan harga gabah kering panen (GKP) di tingkat

     petani dengan harga beras di tingkat konsumen.

    b. Menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat integrasi

    dan transmisi harga beras petani-konsumen berdasarkan teori integrasi

     pasar dan transmisi harga vertikal dikaitkan dengan kondisi struktur dan

     perilaku pasar beras di Indonesia.

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    21/139

    6

    Universitas Indonesia 

    1.4.  Manfaat Penelitian

    Manfaat yang diharapkan dari peneltian ini adalah :

    a.  Tersedianya gambaran mengenai kondisi pasar distribusi beras di

    Indonesia, baik dari sisi struktur, perilaku, dan kinerja.

     b.  Apabila terbukti bahwa terjadi transmisi harga vertikal yang tidak

    simetris antara harga beras di level petani dengan konsumen, maka

    dapat menjadi masukan lebih lanjut untuk meneliti faktor penyebab

    dari kejadian tersebut.

    1.5.  Hipotesa

    Dengan memperhatikan kondisi margin antara petani dan konsumen yang

    semakin lebar, sebagaimana ditampilkan pada Gambar 1.1, maka hipotesis

    awal dari penelitian ini adalah :

    a.  Diduga transmisi harga beras secara vertikal antara level petani dan

    konsumen bersifat tidak simetris, yaitu terjadi perbedaan respon harga

     beras di level konsumen terhadap perubahan kenaikan harga dengan perubahan penurunan harga beras di level petani.

     b.  Diduga terdapat faktor struktur dan perilaku pedagang perantara yang

    menyebabkan transmisi harga beras petani-konsumen tidak simetris.

    1.6.  Metodologi Penelitian

    1.6.1.  Data – Data Yang Digunakan

    Penelitian ini akan difokuskan pada kondisi transmisi harga petani-

    konsumen setelah era deregulasi pasar beras di Indonesia di tahun 1998.

    Data yang digunakan adalah data sekunder dari Badan Pusat Statistik

     periode 2000 – 2011. Tahun 2000 dijadikan tahun awal karena pada tahun

    1998 – 1999 terjadi bencana El-Nino dan La-Nina yang mengurangi

     jumlah produksi padi nasional, sehingga dikhawatirkan pergerakan harga

     pada tahun tersebut tidak dapat menjelaskan faktor terjadinya transmisi

    harga yang tidak simetris antara level petani dan level konsumen secara

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    22/139

    7

    Universitas Indonesia 

    akurat. Data harga beras petani yang digunakan adalah data harga GKP

     bulanan, sementara harga beras konsumen digunakan data harga beras

    eceran bulanan.

    1.6.2.  Metode Analisis

    a.  Analisa Kuantitatif

    Metode ini mengacu pada fenomena harga yang terjadi ketika harga di

    level hilir bereaksi terhadap perubahan (shock ) harga di level hulu.

    Kondisi transmisi harga vertikal yang tidak simetris terjadi apabila

    terdapat perbedaan respon harga di level hilir antara shock   kenaikan

    dan shock   penurunan yang terjadi pada harga di level hulu. Dalam

    kondisi transmisi harga yang tidak simetris, penyesuaian harga di level

    hilir umumnya lebih cepat terjadi pada saat harga di level hulu

    mengalami kenaikan, dibandingkaan saat harga mengalami penurunan.

    Kondisi transmisi harga yang tidak simetris juga dapat dilihat dari sisi

     besaran harga. Sebagai contoh, pada saat terjadi kenaikan harga di

    sektor hulu maka harga di sektor hilir akan mengalami kenaikan pada

     besaran yang sama dengan kenaikan harga di level hulu, sementara

     pada saat terjadi penurunan harga di level hulu maka penurunan harga

    yang ditransmisikan di level hilir tidak sebesar penurunan harga yang

    terjadi di level hulu. Sebagai ilustrasi berikut ditampilkan gambar

     perbedaan respon yang terjadi pada kondisi transmisi harga vertikal

    yang tidak simetris (asymmetric vertical price transmission).

    Dalam penelitian ini akan digunakan Cointegration dan  Error

    Correction Model (ECM) untuk menguji dugaan transmisi harga

    vertikal yang tidak simetris pada harga beras di level petani dan

    konsumen di Indonesia.

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    23/139

    8

    Universitas Indonesia 

     b.  Analisa Kualitatif

    Analisa kualitatif dilakukan untuk menjelaskan faktor-faktor penyebab

    terjadinya transmisi harga vertikal yang tidak simetris antara harga

     beras petani dan konsumen di Indonesia, khususnya dikaitkan dengan

    faktor struktur pasar dan perilaku pedagang perantara.

    1.6.3.  Ruang Lingkup Penelitian

    Pada penelitian ini penulis hanya akan mengukur kinerja distribusi harga

     beras Indonesia dengan pendekatan teori integrasi pasar dan transmisi

    harga asimetris, dengan melihat transmisi pergerakan harga GKP di level

     petani terhadap harga eceran beras di level konsumen. Variabel lain di luar

     penelitian dianggap konstan. Data harga sebelum periode 2000 dianggap

    tidak stabil karena adanya krisis ekonomi dan bencana El-Nino dan La-

     Nina pada tahun 1998 – 1999, maka data pergerakan harga beras yang

    digunakan adalah periode 2000 – 2011.

    1.7.  Sistematika Penelitian

    Pada bab pertama, akan diuraikan mengenai latar belakang penelitian,

     perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, sistematika

     penulisan, serta kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian. Dalam

     bab selanjutnya kemudian akan dijelaskan mengenai berbagai teori yang

    melandasi penulisan tesis, mulai dari teori mengenai integrasi pasar dan

    transmisi harga vertikal, berbagai faktor penyebab transmisi harga tidak

    simetris, sampai dengan hasil penelitian mengenai integrasi pasar dan

    transmisi harga vertikal yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Dalam

     bab ini juga akan dipaparkan secara ringkas mengenai posisi penelitian dan

     perbedaannya dari penelitian terdahulu.

    Dalam bab ketiga, akan dijelaskan mengenai gambaran industri beras secara

    umum di Indonesia, dalam hal karakteristik produksi, karakteristik

    konsumsi, serta berbagai kebijakan yang pernah ditetapkan Pemerintah,

     berikut implikasinya terhadap harga dan produksi.

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    24/139

    9

    Universitas Indonesia 

    Bab keempat merupakan bab metodologi. Dalam bab ini akan diuraikan

    mengenai metodologi yang digunakan dalam penelitian, yaitu dengan

    menggunakan teori asymmetric vertical price transmission  dengan

     pendekatan error correction model (ECM). Selain itu, bab ini akan

    membahas pula mengenai cakupan data yang digunakan serta tahapan

     pengolahan data tersebut.

    Setelah melalui tahapan-tahapan sebagaimana dijelaskan dalam metodologi,

    hasil estimasi model kemudian akan dibahas secara mendalam pada bab

    kelima, mulai dari interpretasi model sampai dengan pembahasan faktor

     penyebab transmisi harga tidak simetris antara harga GKP di level petani

    dengan harga beras eceran level di konsumen. Untuk dapat menjelaskan

    hasil pengujian model dengan kondisi industri beras di Indonesia yang riil,

    maka pembahasan faktor penyebab transmisi harga tidak simetris akan

    dikaitkan dengan kondisi struktur dan perilaku pasar serta kebijakan

     perberasan yang ditetapkan Pemerintah pada periode tersebut. Hasil analisa

    yang telah diuraikan pada bab kelima kemudian disimpulkan dalam bab

    selanjutnya, untuk selanjutnya diusulkan saran dan rekomendasi.

    1.8.  Kerangka Penelitian

    Kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

    membandingkan kondisi ideal dengan kondisi riil yang terjadi di industri

     beras Indonesia setelah liberalisasi pasar yang dilakukan Pemerintah pada

    tahun 1998. Gambaran kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian

    ini secara lebih lengkap ditampilkan pada Gambar 1.2 di halaman

    selanjutnya

    Kebijakan liberalisasi pasar beras di Indonesia pada tahun 1998 dilakukan

    dengan cara mencabut hak monopoli impor yang dimiliki oleh BULOG serta

    menghapuskan tarif ekspor beras. Pada kondisi yang ideal, kebijakan

    liberalisasi tersebut akan membuka peluang bagi pelaku usaha baru untuk

    masuk ke pasar beras Indonesia, sehingga jumlah pelaku usaha di industri

     beras akan bertambah.

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    25/139

    10

    Universitas Indonesia Gambar 1.2. Kerangka Penelitian

    Karakteristik Pasar Beras dan Kebijakan Perberasan di Indonesia

    Kondisi Ideal :

      Jumlah pedagang perantara

    bamyak  Pedagang perantara sebagai

     price taker  

      Perubahan harga GKP Petani

    ditransmisikan sempurna

    terhadap harga beras

    konsumen

    Kondisi Saat Ini :

      Jumlah pedagang perantara

    relatif sedikit

      Pedagang perantara sebagai

     price maker  

      Perubahan harga GKP Petani

    ditransmisikan tidak sempurna

    terhadap harga beras

    konsumen

    Tujuan Penelitian :

    Pengujian kondisi asymmetric vertical price transmission pada harga beras level

    petani – konsumen di Indonesia

    Metode Penelitian :

    Pengujian asymmetric vertical price transmission dengan menggunakan data harga

    GKP petani dan data harga beras eceran konsumen

    Pergerakan Harga Beras

    Petani - Konsumen

    Pergerakan Harga Beras

    Petani - Konsumen

    Analisa penyebab asymmetric vertical price transmission  pada harga beras level

    petani – kosnumen di Indonesia dan keterkaitannya dengan struktur dan perilaku

    pedagang perantara

    Kesim ulan dan Saran

    YA TIDAK

    Gap  

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    26/139

    11

    Universitas Indonesia 

    Sesuai dengan teori ekonomi industri, pertambahan jumlah pelaku usaha

     pada suatu industri akan menyebabkan market power  yang dimiliki pelaku

    usaha berkurang, sehingga pelaku usaha tidak memiliki kemampuan yang

    cukup besar untuk mempengaruhi harga ( price taker ). Pada kasus rantai

     pemasaran, pedagang perantara yang tidak memiliki market power   akan

    mentransmisikan perubahan biaya (harga pembelian produk) yang

    dihadapinya terhadap harga jual produknya secara sempurna. Dengan kata

    lain, perubahan harga di hulu rantai pemasaran akan ditransmisikan secara

    sempurna terhadap perubahan harga di hilir.

    Akan tetapi, pada kasus pasar beras di Indonesia, sejak liberalisasi pasar

     beras yang dilakukan Pemerintah di tahun 1998 disparitas harga beras di

    tingkat petani dengan tingkat konsumen semakin melebar. Hal ini dapat

    mengindikasikan adanya dugaan market power   yang dimiliki pedagang

     perantara. Kondisi ini yang kemudian menjadi latar belakang dan tujuan dari

     penelitian.

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    27/139

      12  Universitas Indonesia 

    BAB 2

    TINJAUAN LITERATUR

    2.1.  Teori Integrasi Pasar dan Transmisi Harga

    Para ekonom neo-klasik percaya bahwa harga merupakan indikator utama

    yang dapat mencerminkan tingkat efisiensi suatu pasar. Transmisi harga dan

    tingkat integrasi pasat dapat dijadikan indikasi efisiensi yang terbentuk antar

    dua pasar yang saling berinteraksi, baik secara vertikal maupun spasial

    (Meyer & von Cramon-Taubadel, 2004).

    Kondisi pasar persaingan sempurna dijadikan sebagai titik acuan dalam

    menilai proses transmisi harga dan tingkat integrasi antar dua pasar. Premis

    yang digunakan adalah transmisi harga akan berjalan sempurna apabila di

    dalam pasar tidak terjadi friksi dan distorsi (Conforti, 2004). Tidak adanya

    transmisi harga antar pasar yang saling melakukan transaksi dianggap akan

    menyebabkan inefisiensi alokasi sumber daya dan menurunkan

    kesejahteraan ekonomi di bawah titik keseimbangan pareto. Dengan kata

    lain, transmisi harga yang sempurna akan berujung pada pasar yang berjalan

    secara efisien.

    Menurut Amikuzuno dan Ogundari (2012), khusus untuk bidang ekonomi

     pertanian, analisa transmisi harga dan integrasi pasar sudah berkembang

    sejak 50 tahun terakhir. Penelitian mengenai integrasi pasar dan transmisi

    harga diawali dengan analisa tingkat integrasi dan transmisi harga antar dua

     pasar yang berbeda wilayah geografisnya, yang kemudian disebut dengan

    interaksi secara spasial. Penelitian kemudian berkembang untuk melihatinteraksi harga yang terjadi antar dua level pasar yang berada dalam satu

    rantai pemasaran, yang kemudian disebut dengan interaksi secara vertikal.

    Pada kasus spasial, interaksi harga akan berjalan sesuai hukum satu harga

    ( Law of One Price/LOP) sebagaimana dikemukakan oleh Enke (1951),

    Samuelson (1952), serta Takayama dan Judge (1972) dalam Rapsomanikis,

    et al.  (2003), dimana harga antara dua pasar yang berbeda lokasi adalah

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    28/139

    13

    Universitas Indonesia

    sama, selisih harga yang terjadi hanya sebesar biaya transfer antar kedua

     pasar tersebut. Pada model tersebut, perubahan yang terjadi di sisi

     permintaan dan penawaran di salah satu pasar akan mempengaruhi

     perdagangan dan harga jual di pasar yang lain, sampai pada akhirnya

    mencapai suatu titik keseimbangan harga yang tidak memungkinkan

    terjadinya pertukaran perdagangan antara kedua pasar tersebut.

    Pada kasus vertikal, integrasi pasar didefinisikan sebagai keterkaitan

    hubungan antara suatu lembaga pemasaran dengan lembaga pemasaran

    lainnya dalam suatu rantai pemasaran (Suparmin 2005 dalam Irawan dan

    Rosmayanti 2007). Bustaman (2003) menyatakan bahwa integrasi pasarvertikal penting untuk dipelajari guna mengetahui tingkat keeratan hubungan

    antara pasar produsen dan pasar ritel/pedagang. Menurut Goodwin (2006),

    tingkat transmisi harga pada satu rantai pemasaran dapat menjadi petunjuk

    kinerja dari setiap level/lembaga pemasaran yang berada dalam rantai

     pemasaran tersebut. Suatu rantai pemasaran dikatakan efisien dan

    terintegrasi secara vertikal apabila pola interaksi harga antar level hanya

    tergantung pada biaya produksinya. Dengan kata lain, perubahan harga padasuatu level pemasaran akan ditransformasikan kepada level pemasaran

    lainnya secara selaras. Dalam kasus beras, integrasi pasar beras dikatakan

    efisien apabila perubahan harga beras di tingkat petani diikuti dengan

     perubahan harga beras di tingkat konsumen dalam porsi yang sama.

    Pada beberapa penelitian, integrasi pasar dalam jangka panjang cenderung

    terjadi dalam bentuk integrasi yang lemah dan perkembangan transmisi

    harga sering menunjukkan perilaku tidak simetri (asimetri). Asimetri harga

    secara teoritis dapat terjadi dalam hubungannya dengan karakteristik

    kompetisi yang tidak sempurna, misalnya akibat adanya lag informasi,

     promosi, dan konsentrasi pasar (Henderson & Quant, 1980; Kinnucan &

    Forker, 1987).

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    29/139

    14

    Universitas Indonesia

    Analisa transmisi harga asimetri untuk produk pertanian pertama kali

    dilakukan oleh Tweeten & Quance (1969), yang menggunakan teknik

    variabel dummy  untuk mengestimasi fungsi penawaran yang tidak dapat

    diubah (Meyer & von Cramon-Taubadel, 2004, hal. 594). Variabel dummy 

    digunakan untuk memisahkan harga bahan baku menjadi dua, yaitu variabel

    yang hanya terdiri dari kenaikan harga input dan variabel yang hanya terdiri

    dari penurunan harga input. Selanjutnya koefisien untuk kedua variabel

    tersebut diestimasi dan dibandingkan. Hipotesis transmisi harga simetris

    ditolak apabila kedua koefisien tersebut berbeda signifikan secara statistik.

    Wolffram (1971) memperkenalkan teknik pemisahan variabel baru denganmenggunakan data harga turunan ( first difference) ke dalam persamaan yang

    ajan diestimasi. Metode tersebut kemudian dimodifikasi oleh Houck (1979)

    dengan mengeluarkan nilai observasi awal, karena level observasi yang

     pertama dinilai tidak memiliki kekuatan penjelasan bebas. Ward (1982)

    kemudian mengembangkan model Houck dengan menambahkan lag  pada

    variabel eksogen, seperti efek keterlambatan dan lamanya waktu  lag, yang

    tetap dapat dipisahkan antara efek kenaikan harga dan efek penurunan harga(Meyer & von Cramon-Taubadel, 2004, hal. 594-595).

    Boyd & Brorsen (1988) adalah yang pertama menggunakan lag  untuk

    memisahkan transmisi dalam hal waktu penyesuaian (speed of adjustment )

    dengan besaran penyesuaian (magnitude of adjustment ) (Meyer & von

    Cramon-Taubadel, 2004, hal. 595). Dari hasil estimasi, nilai koefisien

    variabel menunjukan lamanya waktu penyesuaian pada periode tertentu, dan

    nilai penjumlahan koefisien menunjukkan besaran penyesuaian.

    Meyer dan von Cramon-Taubadel (2004) mengklasifikasikan metode

    tersebut sebagai teknik pre-kointegrasi, dimana regresi terhadap lag 

    dipisahkan berdasarkan tandanya. Pada teknik ini sehingga perubahan atas

    kenaikan harga (diinisiasikan dengan tanda positif) diperbolehkan untuk

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    30/139

    15

    Universitas Indonesia

    memberikan efek yang berbeda dengan perubahan atas penurunan harga

    (diinisiasikan dengan tanda negatif).

    Penelitian-penelitian yang menggunakan teknik tersebut dalam analisa

    transmisi harga antara lain analisa transmisi harga vertikal untuk industri

    susu (Kinnucan & Forker, 1987), industri daging babi di Amerika (Boyd &

    Brorsen, 1988), industri broiler di Amerika (Bernard & Willet, 1996),

    analisa transmisi harga asimetris vertikal untuk tomat, bawang, susu bubuk,

    kopi, beras, dan buncis di Brazil (Aguiar & Santana, 2002), dan analisa

    harga asimetris pada industri tomat segar di Amerika (Girapunthong et al.,

    2003).

    Von Cramon-Taubadel & Fahlbusch (1994) merupakan yang pertama

    mengenalkan konsep kointegrasi dalam model transmisi harga tidak simetris

    dengan menggunakan konsep error correction  model  (ECM) (Vavra &

    Goodwin, 2005, hal. 12). Prinsip utama model ini adalah dengan melihat

    signifikansi penyimpangan (error ) dari model keseimbangan jangka

     panjangnya. Pada konsep kointegrasi, dua series harga dikatakan

    terkointegrasi apabila pergerakan di salah satu series harga diikuti dengan

     pergerakan harga di series lainnya secara sempurna (Wixson & Katchova,

    2012, hal. 11). Apabila terdapat pergerakan harga yang menyimpang, maka

    akan dimasukan sebagai bentuk error correction  (error correction

    term/ECT).

    Konsep tersebut didasari oleh penelitian Engle & Granger (1987)

    sebelumnya yang menunjukkan bahwa kointegrasi untuk data time series 

    yang tidak stasioner akan merepresentasikan nilai ECT yang valid

    (Hassouneh, et al., 2012, hal. 7). Mereka menyebutkan bahwa teknik pre-

    kointegrasi untuk analisa transmisi harga asimetri justru dapat menghasilkan

    regresi lancung (spurious regression) karena menggunakan series data yang

    tidak stasioner.

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    31/139

    16

    Universitas Indonesia

    Pada analisa transmisi harga dengan metode ECM, ECT kemudian

    dipisahkan antara bentuk positif dengan bentuk negatif. ECT positif

    menunjukkan kondisi penyimpangan di atas garis keseimbangan jangka

     panjang, sementara ECT negatif menunjukkan kondisi penyimpangan di

     bawah garis keseimbangan jangka panjangnya (Wixson & Katchova, 2012,

    hal. 11). Vavra & Goodwin (2005) dan Acquah & Onumah (2010)

    menyebutkan bahwa penggunaan metode ECM lebih disarankan

    dibandingkan metode Houck yang konvensional.

    Meskipun demikian, Meyer & von Cramon-Taubadel (2004) menyebutkan

     bahwa analisa transmisi harga dengan menggunakan ECM hanya dapatmenggambarkan pola asimetris dari sisi waktu penyesuaian. Hal ini

    disebabkan analisa kointegrasi dan ECM merupakan bentuk keseimbangan

     jangka panjang, sehingga apabila transmisi harga tidak simetris terjadi dari

    sisi besaran penyesuaian maka data tidak akan saling terkointegrasi.

     2.2.   Asymmetric Vertical Price Transmission

    Transmisi harga dikatakan tidak simetris apabila terdapat perbedaan responharga antara shock  harga positif (saat terjadi kenaikan harga) dengan shock  

    harga negatif (saat terjadi penurunan harga). Menurut Meyer & von-Cramon

    Taubadel (2004), yang dimaksud dengan asimetri pada kasus transmisi harga

    dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kriteria.

    Kriteria yang pertama transmisi harga tidak simetris yang terjadi secara

    vertikal atau spasial. Sebagaimana yang sudah disinggung sebelumnya,

    transmisi harga vertikal terjadi antar level pemasaran dalam satu rantai,

    sedangkan transmisi harga spasial terjadi antar pasar yang berbeda lokasi

    geografisnya. Sebagai contoh, transmisi harga vertikal yang tidak simetris

    terjadi pada saat kenaikan harga di level petani ditransmisikan lebih cepat

    dan lebih sempurna kepada harga di level konsumen, dibandingkan saat

    terjadi penurunan harga di level petani. Sementara transmisi harga spasial

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    32/139

    17

    Universitas Indonesia

    yang tidak simetris dapat dicontohkan melalui perbedaan respon harga

    domestik terhadap harga internasional, dimana kenaikan harga internasional

    lebih cepat dan lebih sempurna diadopsi oleh harga domestik dibandingkan

    saat terjadi penurunan harga internasional.

    Kriteria yang kedua merujuk kepada kondisi transmisi harga yang tidak

    simetris dari sisi kecepatan waktu dan besaran penyesuaian harga. Dalam hal

    kecepatan waktu penyesuaian, fenomena asimetris terjadi apabila shock  

    harga di salah satu pasar tidak dengan segera ditransmisikan oleh pasar

    lainnya. Sementara dari sisi besaran, fenomena asimetris terjadi pada saat

    shock   harga di satu pasar tidak ditransmisikan secara penuh oleh pasarlainnya. Kondisi transmisi harga yang tidak simetris dari sisi kecepatan

    waktu dan besaran penyesuaian harga ditampilkan pada Gambar 2.1.

    (a)  (b)

    (c)

    Gambar 2.1. Transmisi Harga Tidak Simetris Dari Sisi Kecepatan danBesaran

    Sumber : Meyer & von Cramon-Taubadel, 2004, Asymmetric Price Transmission :A Survey, Journal of Agricultural Economics Volume 55 Number 3, Nov 2004

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    33/139

    18

    Universitas Indonesia

    Pada Gambar 2.1 diasumsikan sumber dari shock  harga terjadi pada Pin. Dari

    Gambar 2.1.a dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan respon dari sisi besaran

     penyesuaian harga di Pout  antara shock   positif dengan shock   negatif yang

    terjadi di Pin. Pada saat terjadi shock  positif di Pin, Pout akan mentransmisikan

    shock  tersebut secara sempurna, dimana kenaikan harga yang terjadi di Pout 

    sama dengan kenaikan yang terjadi di Pin. Sementara saat terjadi shock  

    negatif di Pin, penurunan harga yang terjadi di Pout  tidak terjadi dengan

    sempurna. Hanya setengah dari shock  negatif di Pin yang ditransmisikan oleh

    Pout.

    Gambar 2.1.b menjelaskan transmisi yang tidak simetris dari sisi kecepatanwaktu penyesuaian. Saat terjadi kenaikan harga di Pin  pada waktu t1, P

    out 

    akan dengan segera melakukan penyesuaian pada waktu yang sama.

    Sementara saat di Pin  terjadi penurunan harga, Pout  tidak dengan segera

    merespon penurunan harga tersebut, melainkan terdapat lag selama n.

    Sehingga shock  negatif di Pin baru akan ditransmisikan di Pout  pada waktu

    t1+n.

    Gambar 2.1.c menjelaskan transmisi yang tidak simetris dari sisi kecepatan

    waktu dan besaran. Kenaikan harga yang terjadi di Pin pada waktu t1, tidak

    ditransmisikan seluruhnya pada waktu yang sama, melainkan hanya

    setengahnya. Pada waktu t2  barulah seluruh shock   positif di Pin 

    ditransmisikan secara sempurna. Sementara saat terjadi penurunan harga

     pada waktu yang sama di Pin, proes transmisinya dilakukan pada waktu yang

    lebih lama dibandingkan saat terjadi shock   positif, yaitu pada waktu t3.

    Respon penurunan harga yang terjadi di Pout  pun tidak sebesar penurunan

    harga yang terjadi di Pin. Hal ini menggambarkan bahwa terjadi transmisi

    yang tidak sempurna dari sisi kecepatan waktu dan besaran penyesuaian

    yang ditunjukan oleh Pout saat terjadi shock  negatif di Pin.

    Dalam Gambar 2.1 ditampilkan pula dampak hilangnya kesejahteraan akibat

    adanya transmisi harga yang tidak sempurna, yang digambarkan dalam

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    34/139

    19

    Universitas Indonesia

     bentuk area yang gelap. Menurut Meyer & von-Cramon Taubadel, transmisi

    harga tidak simetris dari sisi kecepatan akan menghilangkan kesejahteraan

    yang sifatnya sementara. Adapun ukuran/besaran kesejateraan yang hilang

    sementara tersebut sangat tergantung pada panjangnya interval waktu

    transmisi antara t1  dan t1+n, besarnya respon perubahan, dan volume

    transaksi yang dilakukan (Gambar 2.1.b). Sedangkan transmisi harga tidak

    simetri dari sisi besaran menyebabkan hilangnya kesejahteraan secara

     permanen (Gambar 2.1.a), dan ukurannya hanya tergantung pada besarnya

    respon perubahan harga dan volume transaksi yang dilakukan. Terakhir,

    transmisi tidak simetris dari sisi kecepatan dan besaran akan menyebabkan

     perubahan kesejahteraan yang bersifat sementara sekaligus permanen.

    Meyer & von-Cramon Taubadel (2004) menambahkan bahwa hilangnya

    kesejahteraan yang sifatnya sementara dalam jumlah besar dapat

    memberikan dampak yang lebih buruk dibandingkan dengan hilangnya

    kesejahteraan permanen dalam jumlah kecil yang terjadi saat ini.

    Kriteria ketiga, mengacu pada Peltzman (2000), transmisi harga yang tidak

    simetris dapat diklasifikasikan menjadi transmisi tidak simetris yang positifdan transmisi tidak simetris yang negatif. Transmisi tidak simetris yang

     positif adalah kondisi dimana shock  positif akan direspon secara lebih cepat

    dan/atau lebih sempurna dibandingkan saat terjadi shock   negatif (Gambar

    2.2.a). Sebalikannya, transmisi tidak simetris yang negatif adalah situasi

    dimana shock   negatif akan lebih cepat dan/atau lebih sempurna direspon

    dibandingkan shock  positif (Gambar 2.2.b).

    Pada konteks transmisi harga vertikal dalam satu rantai pemasaran, transmisi

    tidak simetris yang positif ataupun negatif tidak hanya dapat terjadi dari hulu

    ke hilir saja, melainkan dapat pula terjadi sebaliknya (dari hilir ke hulu),

    contohnya pada saat terjadi pergesaran kurva permintaan. Untuk

    menghindari kesalahan penafsiran, Meyer & von-Cramon Taubadel (2004)

    mendefinisikan transmisi harga tidak simetris yang positif adalah kondisi

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    35/139

    20

    Universitas Indonesia

    transmisi harga yang lebih cepat dan/atau lebih sempurna terjadi saat adanya

    tekanan terhadap margin (squeeze margin) dibandingkan saat adanya

     penambahan margin (stretch margin). Yang dimaksud dengan squeeze

    margin adalah pada saat terjadi kenaikan harga di hulu (Pin) atau penurunan

    harga di hilir (Pout), sementara stretch margin adalah saat terjadi penurunan

    Pin atau kenaikan Pout.

    (a)  (b)

    Gambar 2.2. Transmisi Harga Tidak Simetris Positif dan Negatif

    Sumber : Meyer & von Cramon-Taubadel, 2004, Asymmetric Price Transmission :A Survey, Journal of Agricultural Economics Volume 55 Number 3, Nov 2004

    Dalam hal kesejahteraan, apabila transmisi harga tidak simetris berjalan dari

    hulu ke hilir, misal untuk kasus produk pertanian adalah dari petani kekonsumen, maka transmisi tidak sempurna yang negatif dianggap baik bagi

    konsumen. Hal ini disebabkan kenaikan harga input tidak akan

    ditransmisikan kepada konsumen, sehingga konsumen akan selalu

    menikmati harga yang rendah. Sebaliknya, transmisi harga tidak simetris

    yang positif akan merugikan konsumen karena konsumen tidak pernah

    menikmati penurunan harga yang terjadi di level petani. Akibatnya, harga di

    level konsumen cenderung tinggi dan kesejahteraan konsumen akan berkurang. Meskipun demikian, Vavra & Goodwin (2005) menyebutkan

     bahwa untuk menghitung tingkat kesejahteraan maka perlu memperhatikan

    faktor biaya transaksi (adjustment cost  dan menu cost  pada kasus transmisi

    vertikal) dalam perhitungan transmisi harga.

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    36/139

    21

    Universitas Indonesia

    Menurut Vavra & Goodwin (2005), untuk analisa transmisi harga secara

    vertikal setidaknya terdapat 4 (empat) pertanyaan yang fundamental untuk

    menjelaskan proses transmisi harga yang terjadi (mengacu pada tipe-tipe

    transmisi harga tidak simetris yang digambarkan sebelumnya). Pertanyaan-

     pertanyaan tersebut adalah :

    1.  Seberapa besar respon penyesuaian harga di setiap level akibat

     perubahan harga yang terjadi di level lainnya? (transmisi yang dilihat

    dari sisi besaran);

    2.  Apakah terdapat lag penyesuaian yang signifikan? (transmisi yang

    dilihat dari sisi kecepatan waktu penyesuaian);

    3.  Apakah transmisi harga secara positif dan negatif yang terjadi bersifat

    asimetri?

    4.  Apakah terjadi perbedaan respon transmisi saat sumber shock  terjadi di

    hulu dengan saat sumber shock   terjadi di hilir? (transmisi yang dilihat

    dari sisi arah shock ).

    2.3.  Penyebab Asymmetric Vertical Price Transmission 

    Berbagai literatur ekonomi telah secara khusus mengidentifikasi berbagai

    faktor yang dapat menyebabkan terjadinya transmisi harga secara tidak

    simetris, baik secara spasial maupun vertikal. Sebagian besar penelitian

    mengaitkan fenomena transmisi harga yang tidak simetri dengan dugaan

    adanya market power   yang dimiliki pedagang di pasar (von Cramon-

    Taubadel, 1998; Goodwin & Holt, 1999; Peltzman, 2000; dan McCorriston

    & Shelton, 1999 dalam Vavra & Goodwin, 2005). Sebagian lagi

    mengemukakan bahwa kehadiran biaya transaksi yang tinggi akan

    menyebabkan transmisi harga antar pasar menjadi tidak simetris, meskipun

     pasar tersebut berada pada persaingan sempurna (Zachariasse & Bunte, 2003

    dalam Vavra & Goodwin, 2005).

    Beberapa faktor lain yang diduga menjadi penyebab transmisi harga tidak

    simetris antara lain : (1) masing-masing perusahaan akan menyikapi secara

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    37/139

    22

    Universitas Indonesia

     berbeda dalam penyesuaian biaya tergantung apakah harga sedang naik atau

    sedang turun; (2) pelaku pemasaran menahan barangnya pada saat harga

    naik karena takut kehabisan stok (Kinnucan & Forker, 1987; Goodwin &

    Holt. 1999); (4) market power industri dalam hubungannya dengan

    karakteristik fungsi biaya yang sering bersifat increasing return to scale

    (Mc. Corriston et al., 2000); (5) adanya intervensi pemerintah, misalnya

    dalam bentuk kebijakan subsidi harga (Kinnucan & Forker, 1987; Gardner,

    1975 dalam Vavra & Goodwin, 2005).

    Menurut Conforti (2004) meskipun faktor yang mempengaruhi derajat

    integrasi pasar dan transmisi harga secara spasial dapat pula digunakanuntuk menjelaskan proses transmisi harga secara vertikal, seperti market

     power   dan biaya transaksi, namun terdapat beberapa faktor yang khusus

    dikaitkan dengan fenomena transmisi harga vertikal seperti increasing

    return to scale  pada produksi dan tingkat homogenitas dan diferensiasi

     produk. Berikut dipaparkan beberapa faktor utama yang dapat menyebabkan

    transmisi harga tidak simetris secara vertikal.

    2.3.1.   Market Power dan Struktur Pasar Persaingan Tidak Sempurna 

    Sebagian besar literatur ekonomi menyebutkan bahwa struktur pasar

     persaingan yang tidak sempurna menjadi faktor utama penyebab

    transmisi harga yang tidak simetris (Kinnucan & Forker (1987),

    Acharya (2000), McCoriston (2002), Lyod et al.  (2003). Khusus

    untuk produk pertanian, struktur pasar yang terbentuk pada level

    manufaktur dan pedagang perantara mengarah pada struktur

     persaingan tidak sempurna, terutama jika dibandingkan dengan

    struktur pasar di level petani dan level konsumen. Hal ini

    menyebabkan manufaktur dan pedagang perantara akan bertindak

    sebagai pembentuk harga ( price taker ), sementara petani dan

    konsumen akan bertindak sebagai penerima harga ( price taker )

    (Conforti, 2004). Akibatnya, manufaktur dan pedagang perantara

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    38/139

    23

    Universitas Indonesia

    dapat dengan leluasa menyalahgunakan market power   yang

    dimilikinya untuk kepentingan kesejahteraan dan keuntungannya

    sendiri, dan proses penyesuaian harga antar level pemasaran menjadi

    tidak sempurna (Karantininis, 2011; Vavra & Goodwin, 2005).

    Dalam investigasi yang dilakukan oleh Otoritas Pengawas

    Persaingan di Inggris (UK’s Competition Commission), analisa

    transmisi harga menjadi salah satu indikator yang digunakan untuk

    membuktikan dugaan adanya market power   yang dimiliki oleh

     pelaku usaha di sektor ritel. Basis penelitiannya adalah melihat

    transmisi harga yang dilakukan oleh supermarket akibat adanya penurunan harga di level petani. Apabila harga tidak ditransmisikan

    secara sempurna antar setiap level pemasaran maka konsumen akhir

    tidak akan mendapatkan keuntungan dari penurunan harga di level

     petani, dan sebaliknya. Hal ini menyebabkan permasalahan re-

    distribusi consumer welfare (McCorriston et al., 2000).

    Penyalahgunaan market power yang dilakukan oleh manufaktur dan

     pedagang perantara umumnya menyebabkan transmisi harga tidak

    simetris yang positif. Artinya, tekanan terhadap margin (margin-

    squeezing) yang diakibatkan kenaikan harga input atau penurunan

     jumlah permintaan akan dengan segara dan sempurna ditransmisikan

    kepada level diatas atau dibawahnya, dibandingkan saat terjadinya

     penambahan margin (margin-stretching) akibat perubahan harga

    (Boyd & Brorsen, 1988); Meyer & von-Cramon Taubadel, 2004).

    Menurut Balke et al (1998), Brown & YÜcel (2000), dan Damania

    & Yang (1998), transmisi harga tidak simetris yang positif terjadi

    akibat adanya “perjanjian tidak tertulis” dan sanksi diantara pelaku

    usaha yang berada di pasar oligopoli (Meyer & von-Cramon

    Taubadel, 2004, hal. 587). Zachariasse & Bunte (2003) dalam Vavra

    & Goodwin (2005) menambahkan bahwa dalam pasar oligopoli atau

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    39/139

    24

    Universitas Indonesia

    oligopsoni terdapat interdependence antar pelaku usaha yang dapat

    menyebabkan lag  pada proses penyesuaian harga. Sebagai

    gambaran, apabila terjadi kenaikan harga input maka seluruh pelaku

    usaha akan dengan segera menyesuaikan harganya sebagai sinyal

     bahwa tidak ada “perjanjian” yang dilanggar. Sementara pada saat

    terjadi penurunan harga input, pelaku usaha akan saling menunggu

    reaksi pesaingnya, untuk menghindari sanksi yang akan diterapkan

     pesaingnya dalam bentuk perang harga. Kovenock & Widdows

    (1998) menambahkan bahwa fenomena tersebut akan lebih

    cenderung terjadi apabila market power   antar pelaku usaha dalam

    suatu pasar tidak sama, atau biasa disebut dengan pola  price

    leadership-price follower (Meyer & von-Cramon Taubadel, 2004,

    hal. 588).

    Ward (1982) dalam Serra & Goodwin (2002) menyebutkan bahwa

    transmisi harga tidak simetris yang disebabkan oleh market power  

     juga dapat terjadi secara negatif, apabila manufaktur dan pedagang

     perantara yang berada pada struktur pasar oligopoli beranggapan bahwa kenaikan harga justru beresiko terhadap penurunan

    marginnya. Bailey & Brorsen (1989) menambahkan bahwa transmisi

    harga tidak simetris akan berjalan secara positif atau negatif

    tergantung dari reaksi dari pesaing. Apabila suatu perusahaan

     percaya bahwa tidak ada satu pun pesaingnya yang akan merespon

     perubahan kenaikan harga, sementara pada saat terjadi penurunan

    harga seluruh pesainganya akan dengan cepat merespon, maka yang

    terjadi adalah transmisi harga tidak simetris yang negatif. Begitu

     pula sebaliknya, apabila perusahaan percaya bahwa pesainganya

    akan lebih bereaksi terhadap kenaikan harga dibandingkan

     penurunan harga maka transmisi harga tidak simetris yang terjadi

    adalah positif. Senada dengan hal tersebut, Meyer & von-Cramon

    Taubadel (2004) menambahkan bahwa pada struktur pasar oligopoli,

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    40/139

    25

    Universitas Indonesia

    transmisi harga tidak simetris dapat terjadi secara positif maupun

    negatif, tergantung pada struktur dan perilaku pasar. Sementara pada

     pasar monopoli, transmisi harga tidak simetris yang terjadi lebih

    akan mengarah pada bentuk positif daripada negatif.

    Meskipun berbagai penelitian telah mengaitkan tranmisi harga tidak

    simetris dengan dugaan adanya market power   yang dimiliki oleh

     perusahaan manufaktur dan/atau pedagang perantara, namun

    menurut Meyer & von-Cramon Taubadel (2004) hanya sedikit

     penelitian yang secara khusus menganalisa keterkaitan antara market

     power  dengan transmisi harga asimetris. Salah satu penelitian untukmelihat hubungan antara market power   dengan transmisi harga

    dilakukan oleh Peltzman (2000), dengan menggunakan data jumlah

     pelaku usaha dan konsentrasi pasar dalam bentuk Herfindahl-

    Hirschman Index (HHI) sebagai indikator market power . Hasil

     penelitiannya menunjukkan anomali, dimana jumlah pelaku usaha

    yang sedikit menyebabkan lag  transmisi harga tidak simetris

    semakin besar, namun derajat konsentrasi pasar justru menunjukkanhal yang sebaliknya (transmisi harga simetris terjadi pada pasar yang

    konsentrasinya tinggi). Dengan demikian penelitian ini gagal

    menunjukkan dugaan transmisi harga tidak simetris yang disebabkan

    oleh adanya market power . Hal senada diungkapkan oleh

    Weldegebriel (2004) dalam Vavra & Goodwin (2005) yang

    menyebutkan bahwa adanya kekuatan oligopoli dan oligopsoni tidak

    selalu menyebabkan transmisi harga yang tidak sempurna. Menurut

    Weldegebriel, fungsi permintaan di level ritel dan fungsi penawaran

    di level petani merupakan faktor kunci yang menentukan tingkat

    transmisi harga.

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    41/139

    26

    Universitas Indonesia

    2.3.2.   Adjustment cost atau menu cost 

    Kekakuan dalam proses penyesuaian harga antar level dalam satu

    rantai pemasaran sering pula disebabkan adanya sejumlah tambahan

     biaya yang harus dikeluarkan oleh pelaku usaha untuk menyesuaikan

    harganya. Dalam ilmu ekonomi biaya tersebut dikenal dengan

    adjustment cost  atau menu cost , seperti biaya yang digunakan untuk

    melakukan perubahan label dan katalog harga, biaya periklanan,

    serta biaya lain yang harus dikeluarkan untuk menyampaikan

     perubahan harga kepada klien (Jensen & Møller, 2007; Meyer &

    von-Cramon Taubadel, 2004).

    Menurut Vavra dan Goodwin (2005), perubahan harga yang relatif

    sering pun akan mempengaruhi reputasi dari pedagang perantara,

    khususnya pedagang ritel yang berhubungan langsung dengan

    konsumen akhir. Selain itu, menurut McCorriston et al. (2000),

    ketidakpastian apakah perubahan harga terjadi secara permanen atau

    hanya bersifat sementara menghalangi pedagang untuk merespon

    sinyal perubahan harga. Sehingga perubahan harga yang tidak terlalu

    signifikan tidak akan ditransmisikan secara sempurna oleh pedagang.

    Lebih jauh lagi, Balke et al. (1998) menyebutkan bahwa manajemen

     persediaan (inventory) perusahaan pun akan berpengaruh terhadap

     proses transmisi harga (Meyer & von-Cramon Taubadel, 2004, hal.

    590). Manajemen persediaan merupakan elemen penting yang

    menentukan seberapa cepat proses adjustment shock yang dapat

    dilakukan oleh suatu perusahaan. Dari hasil penelitianya, Balke et al

    menyebutkan bahwa model penyimpanan persediaan secara FIFO

    ( first in first out ) dapat menyebabkan transmisi harga yang tidak

    sempurna.

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    42/139

    27

    Universitas Indonesia

    Menurut Reagan & Weitzman (1982) hubungan antara manajemen

     persediaan dengan transmisi harga tidak simetris tergantung dari

    kondisi permintaan yang dihadapi perusahaan. Pada periode

     permintaan rendah, perusahaan akan cenderung mengurangi jumlah

     penjualan dan meningkatkan jumlah persediaannya, dibandingkan

    melakukan penurunan harga. Sebaliknya, pada saat permintaan

    tinggi perusahaan akan langsung menaikan harga, sehingga terjadi

    transmisi harga tidak simetris yang positif.

    Ball dan Mankiw (1994) mengembangkan model yang

    mengkombinasikan variabel menu cost  dengan inflasi untuk melihatfenomena transmisi harga asimetris. Hasilnya menunjukkan bahwa

    kenaikan harga input lebih cepat disesuaikan dibandingkan

     penurunan harga input. Dengan adanya inflasi, penurunan harga

    input akan mengurangi margin riil yang dapat diterima pelaku usaha.

    Dengan demikian, penurunan harga input tidak akan ditransmisikan

    dalam bentuk penurunan harga output apabila terjadi inflasi.

    Perbedaan mendasar antara transmisi harga yang disebabkan oleh

    market power   dengan adjustment cost   adalah dalam hal waktu.

     Adjustment cost  yang besar hanya akan terjadi dalam jangka pendek,

    sehingga sifatnya hanya menunda proses transmisi atau penyesuaian

    harga, dan dalam jangka panjang akan terjadi penyesuaian harga

    yang sempurna (Karantininis, 2011; McCorriston et al., 2000).

    Sementara asimetri yang disebabkan oleh market power   dapat

    “bertahan” dalam waktu yang lama, karena tidak hanya berpengaruh

    dari sisi time of adjustment   tetapi juga mempengaruhi magnitude of

    adjustment (Meyer & von-Cramon Taubadel, 2004).

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    43/139

    28

    Universitas Indonesia

    2.3.3.   Return to Scale dalam Produksi 

    Penelitian mengenai transmisi harga tidak simetris yang dikaitkan

    dengan dugaan market power  selalu mengasumsikan bahwa produksi

     bersifat constant return to scale, artinya setiap penambahan satu unit

    output disebabkan adanya penambahan satu unit input5. Menurut

    McCorriston et al. (2000), asumsi constant return to scale  akan

    menghasilkan kesimpulan yang bias, karena menghilangkan potensi

    korelasi antara skala ekonomi dengan perilaku harga yang diterapkan

    oleh pelaku usaha. Kombinasi antara keduanya akan menghasilkan

     proses transmisi harga yang berbeda. Untuk membuktikan dugaantersebut, McCorriston membandingkan nilai elastisitas transmisi

     pada 3 (tiga) kondisi, yaitu 1) kondisi persaingan sempurna, 2)

    kondisi persaingan tidak sempurna dan constant return to scale, serta

    3) kondisi persaingan tidak sempurna dan increasing return to

    scale6 . Dalam penelitian tersebut dibandingkan pula kondisi kurva

     permintaan, antara kurva permintaan yang linear dengan kurva

     permintaan yang log-linear.

    Dari hasil penelitiannya diketahui bahwa untuk fungsi permintaan

    yang linear, nilai elastisitas transmisi harga pada kondisi persaingan

    tidak sempurna dan increasing return to scale  lebih tinggi

    dibandingkan nilai elastisitas pada kondisi persaingan tidak

    sempurna dan constant return to scale. Sementara pada saat fungsi

     permintaan bersifat log linear, nilai elastisitas transmisi harga untuk

    kondisi persaingan tidak sempurna dan increasing return to scale 

    adalah yang tertinggi, bahkan dibandingkan kondisi persaingan

    sempurna. Hal ini menunjukkan bahwa asumsi non-constant return

    to scale  tidak hanya mempengaruhi derajat transmisi harga namun

    5 Pindyck & Rubinfeld, 2009, Microeconomics, Seventh Edition. Pearson Prentice Hall.6  Yaitu situasi dimana penambahan satu unit input menghasilkan jumlah output yang lebih darisatu unit.

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    44/139

    29

    Universitas Indonesia

     juga dapat menghilangkan pengaruh dari market power  dalam proses

    transmisi harga, tergantung dari fungsi permintaan yang dihadapi.

    McCorriston menambahkan bahwa pada kondisi decreasing return

    to scale, pengaruh market power terhadap proses transmisi harga

    tidak simetris akan lebih besar.

    Sama halnya dengan menu cost , pengaruh return to scale  terhadap

    transmisi harga akan berbeda antara jangka pendek dan jangka

     panjang. Menurut Karantininis (2011), return to scale  hanya akan

    memberikan pengaruh jangka pendek dalam proses transmisi harga,

    sementara untuk jangka panjang hanya faktor market power   yangakan berpengaruh terhadap transmisi harga.

    2.3.4.  Karakteristik Produk

    Dalam penelitian yang dilakukan European Commision (EU-COM,

    2009) disebutkan bahwa khusus untuk produk pertanian,

    karakteristik produk, seperti daya simpan dan musiman, merupakan

    faktor penting yang mempengaruhi tingkat integrasi pasar dantransmisi harga produk pertanian. Ward (1982) dalam Serra &

    Goodwin (2002) menyebutkan bahwa pada produk pertanian yang

    daya simpannya singkat, pola transmisi harga asimetris yang terjadi

    mengarah pada tipe negatif. Pedagang perantara yang menjual

     barang-barang  perishable  cenderung tidak akan menaikan harga

    outputnya meskipun terjadi kenaikan harga input. Alasannya adalah

     pedagang khawatir barangnya tidak laku. Sehingga pedagang lebih

    memilih menekan marginnya, dengan tidak menaikan harga output,

    daripada harus menanggung kerugian yang lebih besar, akibat barang

    yang tidak laku. Dalam kasus ini, transmisi harga asimetri akan

    menguntungkan bagi supplier dan konsumen, sementara untuk

     pedagang perantara akan cenderung merugikan.

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    45/139

    30

    Universitas Indonesia

     Namun menurut Heien (1980), dampak permasalahan perubahan

    harga pada produk  perishable  sebenarnya relatif kecil jika

    dibandingkan dengan produk-produk jangka panjang (Vavra &

    Goodwin, 2005, hal. 8). Menurutnya, untuk barang yang memiliki

    umur produk yang panjang, perusahaan yang terakhir melakukan

     perubahan harga justru akan mendapatkan biaya yang lebih besar

    akibat kehilangan reputasi perusahaan.

    2.3.5.  Kebijakan Pemerintah

    Menurut Kinnucan dan Forker (1987), kebijakan pemerintah pun

    dapat menyebabkan transmisi harga asimetris yang terjadi antar level

     pemasaran. Perubahan harga di level petani yang relatif sering pada

    dasarnya akan menyebabkan ketidakpastian bagi pedagang perantara

    dalam menentukan harga jualnya, mengingat harga di level petani

    merupakan biaya input bagi pedagang perantara. Apabila perubahan

     biaya input tersebut bersifat sementara, maka tidak ada insentif bagi

     pedagang perantara untuk melakukan penyesuaian harga.

    Pada kasus kebijakan Pemerintah, hampir di semua negara

    Pemerintah memiliki kebijakan intervensi harga (dalam bentuk  floor

     price) sebagai antisipasi saat terjadi penurunan harga di level petani,

    yang tujuannya adalah untuk melindungi petani. Sebaliknya,

    Pemerintah tidak akan melakukan intervensi apabila terjadi kenaikan

    harga di level petani. Di satu sisi, kebijakan ini akan dapat

    mengurangi ketidakpastian perubahan biaya yang dihadapi pedagang

     perantara. Namun di sisi lain, kebijakan ini pun akan menyebabkan

    transmisi harga di level petani ke level konsumen menjadi tidak

    simetris. Penjelasannya adalah pada saat terjadi kenaikan harga di

    level petani, pedagang akan menganggap bahwa perubahan tersebut

    sifatnya permanen karena tidak akan ada intervensi Pemerintah.

    Akibatnya, pedagang akan dengan segera melakukan penyesuaian

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    46/139

    31

    Universitas Indonesia

    harga jualnya sesuai dengan kenaikan harga di level petani. Namun

     pada saat terjadi penurunan harga di level petani, pedagang akan

     percaya bahwa penurunan tersebut hanya bersifat sementara karena

    Pemerintah akan segera melakukan intervensi. Sehingga pedagang

    tidak akan dengan cepat melakukan penyesuaian harga jual saat

    terjadi penurunan harga di level petani. Hal ini yang menyebabkan

    terjadinya transmisi harga asimetris yang positif.

    Penelitian serupa dilakukan oleh Serra dan Goodwin (2003) yang

    melakukan studi terhadap transmisi harga pada produk-produk susu

    (dairy products) di Spanyol. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa bahwa kelangkkan susu, pada besaran tertentu disebabkan

    oleh sistem kuota yang ditetapkan Pemerintah. Sehingga mengarah

     pada situasi dimana pabrik pengolah susu bersaing untuk

    meningkatkan akses mereka terhadap kuota susu dan market share 

     penjualan mereka akan tetapi tidak mentrasmisikan peningkatan

    harga di level petani secara penuh kepada harga di level ritel.

    2.4.  Penelitian terdahulu 

    Analisa transmisi harga tidak simetris telah banyak mengalami berbagai

     perkembangan metodologi. Analisa transmisi harga yang sederhana

    dilakukan dengan mengikuti metode Houck (1979) dalam Acquah dan

    Onumah (2010), yang membagi efek perubahan harga antara shock  kenaikan

    harga dengan shock  penurunan harga. Metode Houck kemudian disebut

    dengan model statis, yang dapat ditulis dalam persamaan berikut :

    (2.1)

    dimana dan merupakan perubahan positif dan negatif yang

    terjadi pada . Pengujian transmisi harga simetri dilakukam dengan

     Analisa integrasi..., Firdaussy Yustiningsih, FEUI, 2012

  • 8/17/2019 Analisa Integrasi Pasar Dan Transmisi Harga

    47/139

    32

    Universitas Indonesia

    membandingkan koefisien dan , transmisi harga dikatakan tidak

    simetris apabila kedua keofisien tersebut signifikan tidak identik.

    Metode Houck dianggap tidak sesuai apabila terdapat hubungan kointegrasi

    antara dua series  data harga. Von Cramon-Taubadel mengusulkan

     pendekatan ECM lebih valid untuk digunakan untuk pengujian transmisi

    harga asimetris. Penggunaan ECM dalam analisa transmisi