analisa biaya produksi bibit bersertifikat: studi … · hasil perhitungan menunjukkan bahwa total...

11
79 Analisa biaya produksi bibit bersertifikat (Subarudi) ANALISA BIAYA PRODUKSI BIBIT BERSERTIFIKAT: Studi Kasus Di Persemaian ITTO, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat Oleh : Subarudi 1) ABSTRAK Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis bekerja sama dengan proyek ITTO telah membangun sebuah persemaian permanen dengan luas 2 ha yang berkapasitas 1,2-1,6 juta batang bibit per tahun. Dalam upaya menjaga kesinambungan pengelolaan persemaian pasca berakhirnya proyek ITTO, maka diperlukan data dan informasi mengenai biaya operasional persemaian tersebut. Oleh karena itu penelitian tentang analisis biaya produksi bibit bersertifikat sangat diperlukan. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi biaya-biaya yang dikeluarkan dalam operasional persemaian, (2) menghitung biaya produksi dan untuk masing-masing bibit bersertifikat, (3) mencari alternatif sumber pembiayaan dan sistem pengelolaan persemaiannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya penyusutan dan modal persemaian adalah sebesar Rp. 115.200.460 yang sebagian besar didominasi untuk kegiatan perencanaan dan pembangunan persemaian, pembangunan kantor, dan pembayaran upah dan gaji. Biaya variable diperlukan sebesar Rp. 292.614.350 yang didominasi oleh kegiatan pembelian pupuk, pembelian plastik polibag, dan upah pengisian media.Total biaya produksi 1,2 juta bibit adalah sebesar Rp. 407.854.810 atau rata-rata Rp. 340 per batang. (BEP) untuk masing-masing berkisar antara 115.000 bibit hingga 168.000 bibit. Sumber pendanaan alternatif bagi pengelolaan persemaian dapat diperoleh dari APBN melalui program Gerhan dan dari APBD Provinsi melalui program gerakan rehabilitasi lahan kritis. Pengelolaan persemaian sebaiknya dijadikan unit pelaksana teknis daerah (UPTD) Dinas Kehutanan Ciamis dengan organisasi yang miskin struktur tetapi kaya fungsi. Kata kunci: Biaya produksi, persemaian, dan titik impas. Proyek ITTO PD 271/04 Rev.3 (F) tentang Rehabilitasi Lahan Kritis dengan Melibatkan Masyarakat Setempat di Jawa Barat, Indonesia merupakan proyek pertama kali yang dikelola langsung oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis sebagai institusi yang bertanggung jawab langsung terhadap pelaksanaan kegiatan proyek tersebut. Tujuan umum proyek ITTO adalah mempromosikan pengelolaan lahan kritis yang berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat. Sedangkan tujuan khususnya adalah: (i) melaksanakan rehabilitasi lahan kritis (RLK) melalui partisipasi masyarakat, dan (ii) melaksanakan penguatan institusi lokal dalam kegiatan RLK.Dalam kegiatan break even point Break Even Point species I. PENDAHULUAN 1 Peneliti pada Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan

Upload: truongthuy

Post on 13-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

79Analisa biaya produksi bibit bersertifikat (Subarudi)

ANALISA BIAYA PRODUKSI BIBIT BERSERTIFIKAT:Studi Kasus Di Persemaian ITTO, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat

Oleh :Subarudi

1)

ABSTRAK

Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis bekerja sama dengan proyek ITTOtelah membangun sebuah persemaian permanen dengan luas 2 ha yang berkapasitas1,2-1,6 juta batang bibit per tahun. Dalam upaya menjaga kesinambungan pengelolaanpersemaian pasca berakhirnya proyek ITTO, maka diperlukan data dan informasimengenai biaya operasional persemaian tersebut. Oleh karena itu penelitian tentanganalisis biaya produksi bibit bersertifikat sangat diperlukan. Tujuan penelitian iniadalah: (1) mengidentifikasi biaya-biaya yang dikeluarkan dalam operasionalpersemaian, (2) menghitung biaya produksi dan untuk masing-masingbibit bersertifikat, (3) mencari alternatif sumber pembiayaan dan sistem pengelolaanpersemaiannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya penyusutan dan modalpersemaian adalah sebesar Rp. 115.200.460 yang sebagian besar didominasi untukkegiatan perencanaan dan pembangunan persemaian, pembangunan kantor, danpembayaran upah dan gaji. Biaya variable diperlukan sebesar Rp. 292.614.350 yangdidominasi oleh kegiatan pembelian pupuk, pembelian plastik polibag, dan upahpengisian media.Total biaya produksi 1,2 juta bibit adalah sebesar Rp. 407.854.810atau rata-rata Rp. 340 per batang. (BEP) untuk masing-masingberkisar antara 115.000 bibit hingga 168.000 bibit. Sumber pendanaan alternatif bagipengelolaan persemaian dapat diperoleh dari APBN melalui program Gerhan dan dariAPBD Provinsi melalui program gerakan rehabilitasi lahan kritis. Pengelolaanpersemaian sebaiknya dijadikan unit pelaksana teknis daerah (UPTD) DinasKehutanan Ciamis dengan organisasi yang miskin struktur tetapi kaya fungsi.

Kata kunci: Biaya produksi, persemaian, dan titik impas.

Proyek ITTO PD 271/04 Rev.3 (F) tentang Rehabilitasi Lahan Kritis denganMelibatkan Masyarakat Setempat di Jawa Barat, Indonesia merupakan proyek pertamakali yang dikelola langsung oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis sebagai institusiyang bertanggung jawab langsung terhadap pelaksanaan kegiatan proyek tersebut.

Tujuan umum proyek ITTO adalah mempromosikan pengelolaan lahan kritisyang berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat. Sedangkan tujuan khususnyaadalah: (i) melaksanakan rehabilitasi lahan kritis (RLK) melalui partisipasi masyarakat,dan (ii) melaksanakan penguatan institusi lokal dalam kegiatan RLK.Dalam kegiatan

break even point

Break Even Point species

I. PENDAHULUAN

1Peneliti pada Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan

80

tersebut telah dibangun sebuah persemaian permanen di lahan seluas 2 hektar denganproduksi bibit sebanyak 1,2-1,6 juta batang dari 6 jenis pohon terpilih. Saat inipersemaian tersebut sedang dalam ujicoba pengoperasiannya di lapangan.

Menyadari dan belajar dari pengalaman proyek-proyek bantuan luar negeridimana pembangunan fasilitas persemaiannya terlantar setelah proyek berakhir,karenanya masalah keberlanjutan pengelolaan persemaian ITTO perlu dicarikanpenyelesaiannya agar persemaian tersebut dapat beroperasi secara normal untukwaktu 10 tahun ke depan.

Salah satu upaya untuk menjaga keberlanjutan persemaian ITTO adalahmelakukan kajian biaya produksi bibit per jenis tanaman agar diketahui kebutuhandana yang akan digunakan dalam pengelolaan persemaian ITTO tersebut. Oleh karenaitu kajian analisis biaya produksi bibit bersertifikat ini sangat diperlukan denganmemperhitungkan semua biaya-biaya yang dikeluarkan selama persemaian tersebutdibangun dan dioperasikan.

Adapun tujuan dari kajian ini adalah: (1) mengidentifikasi biaya-biaya yangdikeluarkan selama pengoperasian persemaian ITTO, (2) menghitung biaya produksibibit per batang dan per jenis tanaman, dan (3) mencari alternatifsumber-sumber pembiayaan dan pengelolaan persemaian tersebut.

Kegiatan penelitian ini dilakukan di Persemaian ITTO PD 271/04 Rev. 3 (F)yang berlokasi di Dusun Cijoho, Desa Muktisari, Kecamatan Cipaku, KabupatenCiamis, Jawa Barat pada bulan Nopember 2006-Pebruari 2007.

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primerdiperoleh melalui wawancara langsung dengan kontraktor pembangunan persemaianITTO dan pihak-pihak terkait. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari pengelolaproyek ITTO dan Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis serta literature/publikasi yangrelevan dengan topik penelitian ini.

Biaya penyusutan dan bunga modal dihitung menggunakan cara (bungaberbunga) dengan rumus:

BP = BPP x (i (1+ i) )/((1+i) -1) ……………………………………… (1)

Dimana BP = Biaya penyusutan dan bunga modalBPP = Biaya investasi awal persemaiani = Suku bunga per tahunn = Jangka waktu pemakaian

break even point

anuitet

(12 %)

II. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

B. Pengumpulan Data

C. Analisa Data

n n

Vol. 7 No. 2 Juni Th. 2007, 79 - 89

81Analisa biaya produksi bibit bersertifikat (Subarudi)

Finansial analisis dilakukan dengan membagi biaya produksi bibit ke dalam biayatetap dan biaya variable , sehingga biaya produksi bibitdapat dihitung dengan rumus:

TC = FC + VC ………………………………………….(2)

Dimana TC = Biaya total produksi bibit (Rp/batang)FC = Biaya tetap produksi bibit (Rp/batang)VC = Biaya variabel (Rp/batang)

(BEP) digunakan untuk menentukan tingkat produksi minimalyang harus dicapai dan merupakan titik produksi pulang pokok (impas) yang dihitungdengan rumus

BEP = (FC/ (H-VC)) x TSP …………………………………………………… (3)

Dimana BEP= (jumlah tingkat produksi bibit minimal yang harusdicapai)

FC = Biaya tetap produksi bibit (Rp/batang)H = Harga jual bibit (Rp/batang)VC = Biaya variabel (Rp/batang)TSP = Tingkat produksi bibit per tahun (batang/tahun)

Gambaran umum persemaian ITTO dapat dilihat dari luas dan kondisilahannya, fasilitas persemaian yang dimilikinya, dan proses serta jumlah produksi bibityang dihasilkannya untuk masing-masing jenis pohon.

Luas persemaian ITTO sekitar 2 hektar yang terletak di desa Mekarsari,Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis. Kondisi lahan persemaian ITTO berbedadengan kondisi persemaian yang biasanya ada dalam bentang lahan yang relatif datardengan kemiringan 0-5 %. Kondisi persemaian ITTO berada dalam lahan dengankelerengan yang relatif curam (diatas 40 %), dimana beda tinggi antara badan jalandengan lokasi teratas persemaian sekitar 5 meter sebagaimana dapat dilihat padaGambar 1.

(fixed cost) (variable cost) (total cost)

Break Even Point

Break even point

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Luas dan Kondisi Lahan Persemaian

A. Gambaran Umum Persemaian ITTO

82

Gambar 1. Lokasi Persemaian ITTO di Desa Mekarsari, Kecamatan Cipaku

Adapun fasilitas yang dimiliki persemaian ITTO adalah gudang (penyimpanbenih, alat dan bahan), rumah kaca, ruang penaburan benih, bedeng sapih dengan atautanpa naungan sebagaimana tercantum dalam Tabel 1.

Tabel 1. Fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh persemaian ITTO

2. Fasilitas Persemaian

(shading area)

No. Jenis fasilitas Jumlah

(unit)

Kapasitas Peruntukkan

1. Gudang 1 24 m 2 Penyimpanan benih, alatdan bahan

2. Kantorpersemaian

1 40 m2 Pengelolaan danadministrasi persemaian

3. Green House 1 100 m2 Pembuatan stek pucukdan penaburan benih

4. Germination

house

1 80 m2 Perlakuan dan penaburanbenih

5. Washing base 1 4 m2 Untuk membersihkan alatkerja persemaian

6. Shading area 1 3500 m2 Naungan bibit dari panasmatahari di bedeng sapih

7. Instalasi air 1 200 liter Penyiraman bibit dibedeng sapih

8. Bedeng sapih 1750 1 x 5 m Untuk menampung danmembesarkan bibit

9. Workshop 1 36 m2 Untuk kegiatanpencampuran media

Sumber : PT. Purba Margana (2006)

Vol. 7 No. 2 Juni Th. 2007, 79 - 89

83Analisa biaya produksi bibit bersertifikat (Subarudi)

Tabel 1 menujukkan bahwa tingkat produksi bibit di persemaian ITTO dapatdiukur dari banyaknya unit bedeng sapih. Jumlah bedeng sapih yang telah dibuatsekitar 1.750 unit dengan ukuran yang berbeda-beda dengan daya tampung bibitsekitar 1, 2-1,4 juta batang bibit.

Jalan angkut untuk membawa bibit rencananya akan dibangun pada tahunanggaran 2007 dengan dana pendamping dari APBD Dinas Kehutanan Ciamissebesar Rp. 120 Juta sebagai upaya membangun infrastruktur untuk pengelolaanpersemaian di masa yang akan datang.

Bibit yang dikembangan dan dihasilkan oleh persemaian ITTO adalah bibityang bersertifikat karena benih-benih yang dipakai adalah benih bersertifikat. Padaumumnya sertifikat benih tanaman kehutanan di wilayah Jawa Barat (Rayon I)diberikan oleh Balai Perbenihan dan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa Bali yangberkedudukan di Sumedang.

Produksi bibit yang direncanakan sekitar 1,2-1,6 juta batang. Namun dalamrangka uji coba digunakan produksi bibit sebanyak 1,2 juta batang yang komposisimasing-masing jenis data dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi dan jenis bibit bersertifikat yang dihasilkan oleh persemaian ITTO

3. Proses Produksi Bibit

No. Jenis Bibit Jumlah

(batang)

Jumlah rata -rata(benih/Kg)

Jumlah benihdiperlukan(kg)

HargaBenih(Rp/kg)

1. Manglid(TBT)

300.000 9000 39 500.0001)

2. Suren )(TBS 100.000 80.000 1,5 600.0002)

3. Jati (APB) 300.000 1.500 234 300.0003)

4. Mahoni(APB)

100.000 2.250 52 175.0003)

5. Sengon(APB) 300.000 40.000 8,8 3.000.0001)

6. Pulai (TBT) 100.000 200.000 0,6 3.000.0004)

Total 1.200.000 - 335,9

Sumber: 1) Nota pembelian dari CV. Calakan, Ciawi Tasikmalaya; 2) Nota pembelian dariKelompok Tani Makmur Sumedang; 3) Surat edaran Direktur Utama Perhutani; dan4) Informasi dari PT Xylo, Palembang.

Tabel 2 (kolom 2) menjelaskan tentang asal usul benih bersertifikat yang terdiridari TBT, TBS dan APB. TBT (tegakan benih teridentifikasi) adalah suatu tegakanalam atau tanaman dengan kualitas rata-rata (pohon lurus dan percabangan ringan)digunakan untuk menghasilkan benih. APB (areal produksi benih) adalah suatuwilayah tegakan benih terseleksi yang kemudian ditingkatkan kualitasnya melaluipenebangan pohon-pohon interior. (Anonimous, 2005).

Secara hirarki urutan kualitas benih yang bersertifikat dari yang tertinggi ketingkat terendah terdiri dari Kebun benih, APB, TBS, dan TBT/TBI. Hirarki urutansumber benih ini terkait langsung dengan harga benih per kg, dimana harga benih APBlebih mahal harganya daripada benih TBT.

84

Tabel 2 juga menunjukkan bahwa perhitungan jumlah benih yang diperlukanmerupakan hasil perkalian antara jumlah bibit yang dihasilkan dibagi dengan dayakecambah benih dan daya survival bibit dari benih tersebut di bedeng sapih.Berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari pengada bibit CV. Calakan untuk benihbersertifikat daya kecambah rata-rata sekitar 95 % dan persentase bibit yang mati dibedeng sapih sekitar 5-10 % (90 %).

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa total biaya pembelian benih yangdiperlukan untuk menghasilkan bibit sebanyak 1,2 juta batang dari 6 jenis pohontersebut sekitar Rp. 1.570.000 atau sekitar Rp. 75/benih. Biaya benih ini terkesanterlalu mahal, padahal untuk jenis-jenis tertentu, misalnya sengon, harga bibitbersertifikatnya jauh lebih mahal (Rp. 3 juta/kg) dibandingkan dengan harga bibittidak bersertifikat yang hanya dijual sekitar Rp. 200.000/kg.

Biaya-biaya yang diperlukan untuk memproduksi bibit di persemaian ITTOmeliputi biaya tetap dan biaya variable yang dibedakan atas pengeluaran biaya yangberkaitan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan produksi bibit.

Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh unit persemaian dan biayaini biasanya tidak tergantung kepada tingkat produksi yang dihasilkan. Biaya tetaptersebut meliputi biaya pembangunan persemaian, pengadaan peralatan kantor danpemeliharaan fasilitas kantor dan persemaian serta pembayaran karyawan tetapsebagaimana tercantum dalam Tabel 3.

Tabel 3. Biaya tetap per tahun pada produksi bibit di persemaian ITTO

B. Identifikasi Komponen Biaya Produksi Bibit

1. Biaya Tetap

(Rp /tahun)Umur PakaiNo. Biaya Tetap Biaya

(Rp) (tahun)Biaya Tetap

1. Pe nyus uta n bia yape ra nca nga n da npembangunan fisik

268.308.250 10 47.484.560

2. Pe nyus uta n bia yapembangunan kantor

80.000.000 10 14.160.000

3. Pe nyus uta n bia yaperataan tanah

40.000.000 10 7.080.000

4. Pe nyus uta n bia yapemasangan listrik

6.700.000 10 1.185.900

5. Penyusutan biaya pem-belian alat kantor (kom-puter dan meja kerja)

8.000.000 5 2.216.000

6. Pe nyus uta n bia yapembelian alat danperlengkapan persemaian

4.000.000 5 1.108.000

7. Biaya gaji pengelolapersemaian

3.500.000/bln 1 42.000.000

Total 115.200.460Sumber/Source: Proyek ITTO (2007).

Vol. 7 No. 2 Juni Th. 2007, 79 - 89

85Analisa biaya produksi bibit bersertifikat (Subarudi)

Tabel 3 menunjukkan bahwa biaya-biaya penyusutan dan bunga modalyang tertinggi berada pada kegiatan perancangan dan pembangunan fisik persemaian(41,2 %), pembayaran gaji personal (36,5 %), dan pembangunan kantor (12,3 %).Sedangkan biaya penyusutan terendah digunakan untuk pembelian alat danperlengkapan persemaian, dan pembelian komputer serta meja kerja.

Sedangkan biaya variable adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh unitpersemaian yang besarnya sangat tergantung kepada /produktivitas/volumeproduksi yang dihasilkannya. Biaya variable ini termasuk biaya pembelian plastikpolibag, biaya pembelian pupuk, upah pencampuran media dan pengisian kantongplastik sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.

Tabel 4. Biaya variabel produksi bibit (Rp/tahun) di persemaian ITTO

2. Biaya Variabel

output

No. Perincian BiayaVariabel

Kebutuhan(unit)

Biaya satuan(Rp/unit)

Biaya total(Rp/tahun)

1. Peng isian polibag 1.403.510 30/polibag 42.105.3002. Pembelian bibit 335,9 Kg - 127.900.0003. Penyapihan 1.403.510 2000 btg/HOK 7.017.550

4. Pemeliharaan bibit 7 bulan 3.750.000/bln 26.250.0005. Pupuk NPK 75 kg 5000/kg 3.750.0006. Plastik polibag 1.651 kg 16500/kg 27.241.5007. Media kompos 75 ton 700/kg 52.500.0008. Pestisida 37,5 liter 60.000/ltr 2.250.0009. Biaya tagihan listrik 12 bulan 300.000/bln 3.600.000

Total 292.614.350

Sumber : Proyek ITTO (2007).

Tabel 4 menunjukkan bahwa biaya varibel terbesar (76 %) dalam produksi bibitdigunakan untuk pembelian bibit (43,7 %), pembelian media kompos (17,9 %), danpembelian plastik polibag (14,4 %). Sedangkan biaya variabel terkecil digunakan untukpembelian pestisida dan pupuk kimia (NPK).

Berdasarkan data dari Tabel 3 dan 4, kemudian dilakukan perhitungan biayatotal produksi bibit dan biaya produksi bibit per batang untuk masing-masing jenissebagaimana tercantum Tabel 5.

C. Perhitungan Biaya Produksi Bibit

86

No. Jenis Bibit yangDiproduksi

Biaya benih(Rp)

Biaya Bibit(Rp/batang)

Harga*)bibit(Rp)

BEP( )batang

1. Manglid (Manglitea

glauca)77.972.710 298 1138 115.085

2. Suren (Toona sureni) 10.526.320 242 878 157.3373. Jati (Tectona grandis) 280.701.760 467 1170 144.180

4. Mahoni (Swietenia

mahagony)109.161.795 324 1170 122.293

5. Sengon (Paraserienthes

falcataria)105.263.160 321 910 167.930

6. Pulai (Alstonia

scholaris)21.000.000 250 878 159.336

Keterangan: *) Harga jual dihitung berdasarkan harga standar bibit di Rayon I (PermenhutNo. P. 34/Menhut-V/2005) dikurangi biaya kehilangan bibit akibatdistribusi sekitar 15 % dan biaya transportasi bibit sekitar 20 %.

Tabel 5 menunjukkan bahwa biaya produksi bibit per batang diperoleh darihasil pergantian biaya variable produksi bibit untuk 6 jenis pohon bersertifikat denganbiaya variable pembelian benih untuk setiap jenisnya (kolom 3).

Berdasarkan hasil perhitungan, biaya produksi bibit sebanyak 1,2 juta batangdari 6 jenis pohon adalah sebesar Rp. 407.854.810 atau rata-rata sebesarRp. 340/batang. Biaya pembuatan bibit manglid per batang di persemaian ITTOsebesar Rp. 298. Biaya ini masih lebih besar daripada biaya produksi bibit manglidyang diproduksi oleh CV Calakan, yaitu sebesar Rp. 240 per batang (Yamin, 2007).

Hal ini disebabkan CV. Calakan menggunakan fasilitas persemaian sementara yangmana biaya tetap untuk produksi bibit dapat dikatakan tidak ada karena relatif kecil.

BEP diperoleh dengan menggunakan rumus bakunya dan diperoleh nilai untukmasing-masing bibit berkisar antar 115.000 bibit hingga 168.000 bibit dengan jumlahproduksi bibit terendah dicapai oleh bibit manglid dan jumlah produksi tertinggidihasilkan dari bibit sengon.

Harga bibit ditetapkan berdasarkan surat edaran tentang harga bibit untukkegiatan gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan (Gerhan) yang dikeluarkan olehSK Menteri Kehutanan Nomor: 71/Kpts-II/2005 tentang standar biaya pengadaanbibit Gerhan, dimana harga sengon, manglid, suren, jati, mahoni, dan pulai(Rp. 1.600/batang).

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa biaya produksi bibit per batangberkisar antara Rp. 242 - Rp. 467 per batang tergantung jenis pohonnya. Jadi apabilaDinas Kehutanan Ciamis akan memproduksi bibit sebanyak 2 juta batang, maka danayang harus disiapkan sekitar Rp 484 juta-934 juta per tahun. Biaya tersebut sebenarnyatidak terlalu besar dan masih menguntungkan apabila bibit tersebut dijual untukkeperluan proyek Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) danGerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK) yang biasanya diterima oleh DinasKehutanan Kabupaten Ciamis karena dana rata-rata kedua proyek tersebut diterima

D. Alternatif Sumber Pendanaan dan Pengelola Persemaian

Tabel 5. Perhitungan biaya produksi bibit di Persemaian ITTO

Vol. 7 No. 2 Juni Th. 2007, 79 - 89

87Analisa biaya produksi bibit bersertifikat (Subarudi)

Programkegiatan

Sumberdana

Jumlah Dana (x Rp. Juta) untuk tahun Rata-Rata

2004 2005 2006

(xRp. Juta)

PembangunanHutan Rakyat

APBDKabupaten

3.106,37 3.162,29 6.167,93 4.145,53

GRLK APBDProvinsi

30,04 1,000,00 900,00 643,33

Gerhan APBN 4.859,71 2.266,63 2.232,74 3.119,69Jumlah 7.996,13 6.428,92 9.300,67 7.908,55

Sumber : Dishut Ciamis (2005; 2006a; 2006b).

Dinas Kehutanan setiap tahun adalah Rp 3,76 milyar sebagaimana tercantum dalamTabel 6.

Tabel 6. Jumlah dan Sumber Dana Kegiatan Pembangunan Kehutanan di DinasKehutanan Kabupaten Ciamis

Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata anggaran Dishut Ciamis sebesar Rp.7,908 milyar per tahun yang berasal dari APBD Kabupaten (52,4 %), APBN (39,5 %),dan APBD Provinsi (8,2 %). Dengan demikian biaya operasional persemaian ITTOsetelah proyek selesai dapat didanai dan dikelola langsung oleh Dinas KehutananCiamis dengan membentuk UPTD Persemaian dan Pembibitan. UPTD persemaianini lebih diarahkan sebagai unit organisasi bisnis mandiri yang diberikan kewenanganuntuk mengelola persemaian secara profesional dan menguntungkannamun tetap dibawah pembinaan dan pengendalian Dinas Kehutanan Ciamis.

Dalam rangka kesinambungan pengelolaan persemaian ITTO,telah merancang organisasi pengelola persemaian (Gambar 2) yang mempunyai tigatugas pokok utama, yaitu (1) memproduksi bibit sebanyak 1,2 juta batang dari 6 jenispohon, (2) menata fisik dan administrasi pengelolaan persemaian secara efektif danefisien, dan (3) menyiapkan segala persyaratan pengelolaan agar siap untuk sewaktu-waktu dijadikan unit UPTD Dinas Kehutanan Ciamis.

(profitable),

Project Leader

KOORDINATOROPERASIONAL

LAPANGAN

SEKRETARIS DANADMINISTRASIPERSEMAIAN

HUMAS DANPENYULUHANPERSEMAIAN

PENYIRAMAN &

PEM. INSTALASIPERENCANAANPERSEMAIAN

PEMELIHARAAN& PENYAPIHAN

PERBENIHAN &PEMBIBITAN

Gambar 2. Struktur Organisasi Persemaian ITTO

88

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

1. Perhitungan biaya operasional persemaian sangat diperlukan sebagai bahanmasukan bagi Dinas Kehutanan Ciamis dalam menentukan pola pengelolaanpersemaian pasca berakhirnya proyek ITTO tersebut.

2. Biaya penyusutan dan modal persemaian adalah sebesar Rp. 115.200.460 yangsebagian besar didominasi untuk kegiatan perencanaan dan pembangunanpersemaian (41,2 %), pembangunan kantor (12,3 %), dan pembayaran upah dangaji (36,5 %).

3. Biaya variable untuk produksi bibit diperlukan sebesar Rp. 292.614.350 yangdidominasi oleh kegiatan pembelian bibit (43,7%), pembelian media kompos(17,9%), dan upah pengisian media (14,4%). Total biaya produksi 1,2 juta bibitadalah sebesar Rp. 407.854.810 atau rata-rata Rp. 340 per batang.

4. (BEP) untuk masing-masing bibit berkisar antara 115.000 bibithingga 168.000 bibit dengan jumlah produksi bibit terendah dicapai oleh bibitmanglid dan jumlah produksi tertinggi dihasilkan dari bibit Sengon.

5. Sumber alternatif pendanaan bagi pengelolaan persemaian adalah APBN(Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) melalui program Gerhan dan APBD(Anggaran Pendapan dan Belanja Daerah) Provinsi melalui program gerakanrehabilitasi lahan kritis.

6. Sistem pengelolaan persemaian ITTO yang tepat adalah UPTD dan untukmenyiapkan diri menjadi UPTD, Dinas Kehutanan Ciamis telah membentukTim Operasional persemaian dengan 3 tugas pokok utama yaitu: (1) memproduksibibit sebanyak 1,2 juta batang dari 6 jenis pohon, (2) menata fisik dan administrasipengelolaan persemaian secara efektif dan efisien, dan (3) menyiapkan segalapersyaratan pengelolaan agar siap untuk dijadikan unit UPTD bisnis mandiri dariDinas Kehutanan Ciamis.

Pengelolaan persemaian sebaiknya dijadikan unit pelaksana teknis daerah(UPTD) bisnis mandiri dari Dinas Kehutanan Ciamis dengan struktur organisasi yangmiskin struktur tetapi kaya fungsi dimana dalam pola operasionalnya harus banyakmelibatkan masyarakat setempat sebagai upaya pemberdayaan dan peningkatankesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi persemaian.

Biaya produksi bibit per batang masih dapat ditekan atau dikurangi oleh pihakpengelola persemaian dengan memperhatikan besaran biaya variable yang palingbesar, diantaranya pembelian media kompos, dan biaya pengisian media di plastikpolibag.

Break Even Point

Vol. 7 No. 2 Juni Th. 2007, 79 - 89

89Analisa biaya produksi bibit bersertifikat (Subarudi)

DAFTAR PUSTAKA

Dishut Ciamis. 2004. Perda Kabupaten Ciamis Nomor 19 Tahun 2004 tentang DishutCiamis. 2005. Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2004. Dinas KehutananKabupaten Ciamis.

Dishut Ciamis. 2006a. Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2005. Dinas KehutananKabupaten Ciamis.

Dishut Ciamis. 2006b. Daftar Isian Penggunanan Anggaran (DIPA) Tahun 2006.Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis. Produksi dan Peredaran Kayu Rakyat.

Proyek ITTO. 2007. Second Progress Report of ITTO PD 271/4 Rev. 3 (F) (Periode:September 01, 2006-February 28, 2007). Proyek ITTO PD 271/04 Rev. 3 (F),Ciamis.

PT Purba Margana. 2006. Laporan Akhir Design Pembuatan Persemaian ITTO PD271/04 Rev.3 (F). di Kabupaten Ciamis. CV Purba Margana, Jakarta.

Yamin, Y. 2007. Hasil Diskusi dalam Studi Banding dan Kunjungan ke CV. Calakan,Ciawi, Tasikmalaya Bagi Peserta Pelatihan Persemaian dan Calon Pengada Bibitpada Proyek ITTO PD 271/04 Rev. 3 (F), Ciamis.