analisa banjir bandang garut_20092016_v1.0.pdf

9
PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DEPUTI BIDANG PENGNDERAAN JAUH Jl. Kalisari LAPAN No. 8 Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta 13710 Telp. 021-8710065, 021-8722733 Faks. 021-8722733 Email: [email protected] ANALISA BANJIR BANDANG BERDASARKAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH DI KABUPATEN GARUT - PROVINSI JAWA BARAT TANGGAL 20 SEPTEMBER 2016 1. Informasi Kejadian Lokasi : Kabupaten Garut Tanggal : 21 September 2016 Daerah Terdampak : Kecamatan Bayongbong, Garut Kota, Banyuresmi, Tarogong Kaler, Tarogong Kidul, Karangpawitan, Samarang. (sumber berita: BNPB ) 2. Data Curah Hujan Harian Berdasarkan data akumulasi curah hujan harian dari QMorph dapat diketahui bahwa pada lokasi bencana mulai pada tanggal 18 September 2016 intensitas curah hujan <35 mm, kemudian pada tanggal 19 September 2016 meningkat menjadi antara 35 - 75 mm, dan puncak curah hujan tertinggi terjadi pada tanggal 20 September dengan intensitas >175 mm. Akumulasi Curah hujan dari tanggal 18 - 20 September 2016 tersebut merupakan salah satu faktor yang menyebabkan banjir bandang pada tanggal 20 September 2016. Gambar 1. Data Akumulasi Curah Hujan Harian dari Citra Satelit QMorph tanggal 18 - 20 September 2016 3. Potensi Banjir Harian Berdasarkan analisis potensi banjir harian dengan menggunakan data liputan awan dari Himawari-8 (Gambar 2) selama 24 jam terakhir banjir di Kabupaten Garut (20 -21 September 2016) dapat dilihat bahwa potensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang (warna hijau dan biru) sudah tampak terlihat sejak tanggal 20 September. Potensi hujan lebat hingga sangat lebat (warna kuning dan merah) terindikasi pada tanggal 20 September pukul 18.00 WIB hingga 23.00 WIB atau kurang lebih selama 6 jam. Kemudian potensi hujan cenderung menurun hingga terlihat cerah pada pukul 07.00 WIB tanggal 21 September 2016.

Upload: ngokhuong

Post on 12-Jan-2017

234 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisa Banjir Bandang Garut_20092016_v1.0.pdf

PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH

DEPUTI BIDANG PENGNDERAAN JAUH

Jl. Kalisari LAPAN No. 8 Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta 13710

Telp. 021-8710065, 021-8722733 Faks. 021-8722733

Email: [email protected]

ANALISA BANJIR BANDANG BERDASARKAN DATA SATELIT

PENGINDERAAN JAUH

DI KABUPATEN GARUT - PROVINSI JAWA BARAT

TANGGAL 20 SEPTEMBER 2016

1. Informasi Kejadian

Lokasi : Kabupaten Garut

Tanggal : 21 September 2016

Daerah Terdampak : Kecamatan Bayongbong, Garut Kota, Banyuresmi, Tarogong Kaler,

Tarogong Kidul, Karangpawitan, Samarang. (sumber berita: BNPB )

2. Data Curah Hujan Harian

Berdasarkan data akumulasi curah hujan harian dari

QMorph dapat diketahui bahwa pada lokasi bencana

mulai pada tanggal 18 September 2016 intensitas

curah hujan <35 mm, kemudian pada tanggal 19

September 2016 meningkat menjadi antara 35 - 75

mm, dan puncak curah hujan tertinggi terjadi pada

tanggal 20 September dengan intensitas >175 mm.

Akumulasi Curah hujan dari tanggal 18 - 20 September

2016 tersebut merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan banjir bandang pada tanggal 20

September 2016.

Gambar 1. Data Akumulasi Curah Hujan Harian dari Citra Satelit QMorph tanggal 18 - 20

September 2016

3. Potensi Banjir Harian

Berdasarkan analisis potensi banjir harian dengan menggunakan data liputan awan dari

Himawari-8 (Gambar 2) selama 24 jam terakhir banjir di Kabupaten Garut (20 -21 September

2016) dapat dilihat bahwa potensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang (warna hijau

dan biru) sudah tampak terlihat sejak tanggal 20 September. Potensi hujan lebat hingga sangat

lebat (warna kuning dan merah) terindikasi pada tanggal 20 September pukul 18.00 WIB hingga

23.00 WIB atau kurang lebih selama 6 jam. Kemudian potensi hujan cenderung menurun hingga

terlihat cerah pada pukul 07.00 WIB tanggal 21 September 2016.

Page 2: Analisa Banjir Bandang Garut_20092016_v1.0.pdf
Page 3: Analisa Banjir Bandang Garut_20092016_v1.0.pdf
Page 4: Analisa Banjir Bandang Garut_20092016_v1.0.pdf

Gambar 2. Data Liputan Awan Satelit Himawari tanggal 20 September 2016

Potensi hujan lebat tersebut kemudian ditumpang susun dengan daerah genangan dari Dinas

Pekerjaan Umum yang sudah divalidasi dengan Data satelit Landsat. Hasil analisis

mengidentifikasikan adanya potensi banjir di wilayah Kabupaten Garut pada tanggal 20

September - 21 September 2016 (Gambar 3). Informasi potensi banjir harian dapat dilihat pada

website http://pusfatja.lapan.go.id/banjir.php

Daerah Garut

Page 5: Analisa Banjir Bandang Garut_20092016_v1.0.pdf

Gambar 3. Informasi Potensi Banjir pada Sistem Pemantauan Bumi Nasional pada tanggal 20-

21 September 2016

4.

Analisis Perubahan Penggunaan/Penutup Lahan

Analisis perubahan penggunaan/penutup lahan di wilayah DAS Cimanuk Hulu dilakukan

berdasarkan data Landsat tahun 2003 dan tahun 2015. Jenis penggunaan/penutup lahan yang

diklasifikasi adalah hutan primer, hutan sekunder, perkebunan, sawah, lahan pertanian kering,

pertanian lahan kering, lahan terbuka, dan permukiman. Pada Gambar 4 ditampilkan hasil

estimasi luas penggunaan/penutup lahan di DAS Cimanuk Hulu pada tahun 2003 dan 2015.

Terlihat adanya penurunan luas hutan primer dan sekunder dalam kurun waktu 12 tahun. Hutan

primer diestimasi berkurang seluas 11.807 Ha, sedangkan hutan sekunder berkurang sekitar

12.144 Ha. Luas sawah juga diestimasi berkurang yaitu sekitar 4.749 Ha. Sementara itu jenis

penggunaan/penutup lahan yang cenderung meningkat luasnya dalam periode tahun 2003 –

2015 adalah perkebunan, lahan pertanian kering, permukiman, dan lahan terbuka. Peningkatan

yang cukup tinggi adalah pada lahan pertanian kering yaitu meningkat sebesar 13.767 Ha. Lahan

untuk permukiman meningkat sekitar 4.355 Ha, sedangkan lahan terbuka mengalami

peningkatan sekitar 7.780 Ha. Pada Gambar 4 nampak bahwa perluasan lahan pertanian

sebagian besar terdapat pada daerah Selawi, Kersamanah, Malangbong, Leles,Wanaraja,

Cicedug, dan Cikajang. Selain itu, dapat juga diketahui wilayah yang mengalami peningkatan

permukiman diantaranya yaitu di Banyuresmi, Wanaraja, Karangpawitan, Tarogong Kaler,

Tarogong Kidul, Kota Garut, Bayongbong, Samarang, dan Pasirwangi.

Daerah Bencana Kab Garut

Page 6: Analisa Banjir Bandang Garut_20092016_v1.0.pdf

Gambar 4. Grafik dan informasi spasial perubahan penggunaan/penutup lahan di DAS

Cimanuk Hulu tahun 2003 – 2015 dari hasil analisis data Landsat.

5. Analisis Daerah Terdampak Banjir Bandang

Kejadian bencana banjir bandang di daerah tersebut pada tanggal 20 September 2016 pukul

22.00 WIB telah merusak beberapa fasilitas infrastruktur (seperti: RSUD Garut, Masjid, Kantor

Polsek Garut dan lainnya), permukiman dan lahan pertanian yang terletak di sekitar bantaran

Sungai Cimanuk (Gambar 5 dan Gambar 6). Indikasi dan analisis berdasarkan morfometri

sungai dan morfologi di daerah tersebut merupakan daerah meander sungai yang berkelok-kelok

dengan morfologi area terdampak merupakan daerah cekungan atau rendah di sepanjang Sungai

Cimanuk.

Page 7: Analisa Banjir Bandang Garut_20092016_v1.0.pdf

Gambar 5. Lokasi terdampak 1 bagian selatan jembatan kota Garut akibat terjangan banjir

bandang tanggal 20 September 2016 pukul 22.00 WIB di wilayah RW 01

Kelurahan Jayawaras, Kota Garut, Jawa Barat telah merusak permukiman dan

beberapa fasilitas umum (Foto: Survei Tim Pusfatja LAPAN 2016).

Gambar 6. Lokasi terdampak 2 bagian utara jembatan kota Garut akibat terjangan banjir

bandang tanggal 20 September 2016 pukul 22.00 WIB di wilayah Kelurahan

Jayawaras, Kota Garut, Jawa Barat telah merusak permukiman dan beberapa

fasilitas umum (Foto: Survei Tim Pusfatja LAPAN 2016).

Page 8: Analisa Banjir Bandang Garut_20092016_v1.0.pdf

Lokasi dampak terparah merupakan Lokasi-lokasi yang terletak tepat pada meander dan

bantaran disepanjang Sungai Cimanuk dengan radius area terdampak antara 0 – 500 meter dari

badan sungai, seperti yang dapat ditunjukkan pada Gambar 7, yang merupakan hasil pemodelan

analisis peluang (probabilitas) terkena dampak banjir. Hasil pemodelan tersebut menunjukkan

probabilitas daerah terkena dampak banjir yang disimulasikan berdasarkan pendekatan

algoritma Monte Carlo. Peluang area terdampak dibuat berdasarkan skenario tinggi genangan 5

m, yang mengacu pada ketinggian rata-rata banjir berdasarkan pengamatan dan pengukuran

yang dilakukan saat survei. Peluang terdampak banjir tinggi dapat ditunjukkan pada zonasi area

dengan nilai mendekati 1, yang artinya area tersebut merupakan lokasi terparah / hancur saat

diterjang banjir bandang. Sedangkan, peluang rendah dapat ditunjukkan pada zonasi area dengan

nilai mendekati 0, yang artinya berapa lokasi merupakan daerah terdampak yang mempunyai

peluang kecil atau tidak hancur saat terjadi banjir bandang. Data SPOT-6 tanggal 14 Juli 2016

(sebelum bencana banjir tanggal 20 September 2016) digunakan untuk mengetahui penggunaan

lahan pada daerah potensi terdampak banjir (seperti: lokasi permukiman, fasilitas umum, jalan,

jembatan, lahan pertanian dan lain-lainnya).

Page 9: Analisa Banjir Bandang Garut_20092016_v1.0.pdf

Gambar 7. Peta Analisis Peluang Terkena Dampak Banjir Bandang pada daerah sekitar Sungai

Cimanuk Kabupaten Garut