anak tugas 2
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
dalam kondisi sakit tubuh manusia akan mengalami perubahan-perubahan
fisiologis sebagai kompensasi tubuh dalam mempertahankan homeostatis tubuh,
baik itu orang dewasa maupun anak-anak. Perubahan-perubahan yang terjadi
meliputi kebutuhan akan kebutuhan nutrisi, kebutuhan cairan dan elektrolit ketika
sakit, perubahan kebutuhan aktivitas, perubahan kondisi suhu tubuh yang
berkaitan erat dengan infeksi yang terjadi ketika sakit.
Ketika seorang anak sakit perubahan akan kebutuhan nutrisi, cairan,
aktivitas, peningkatan suhu tubuh dengan hubungannya dengan infeksi saling
berhubungan satu sama lain dan hal tersebut nantinya akan berhubungan dengan
cara penanganan terhadap penyakit yang dialami sang anak.
Seringkali orang tua ataupun tenaga kesehatan tidak mengetahui bahwa
kelima faktor tersebut saling berhubungan dan hanya mementingkan satu dari
keempat faktor tersebut dalam rencana penanganan ketika seorang anak atau klien
anak sakit, padahal penanganan kelima faktor tersebut memiliki hubungan yang
saling terikat satu sama lain. Contohnya, ketika kita menghitung kebutuhan nutrisi
(kalori)seseorang terutama anak baik ketika sehat maupun sakit pasti akan melihat
pola kebutuhan aktivitas. Ketika seorang anak sakit misalnya demam akan terjadi
peningkatan suhu tubuh yang ada pengaruhnya dengan infeksi dalam tubuh
seorang anak yang menyebabkan demam. saat terjadi demam kebutuhan cairan
seseorang akan terjadi peningkatan karena peningkatan suhu tubuh dapat
menyebabkan dehidrasi.
Sehingga dalam makalah ini kami akan membahas keterkaitan kelima
kebutuhan tersebut ketika diaplikasikan dalam suatu kasus. Kita akan menyajikan
analisa dari masing-masing kebutuhan terhadap contoh kasus yang diberikan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisa konsep nutrisi terhadap kasus penyakit yang
disajikan?
1
2. Bagaimana analisa konsep peningkatan suhu tubuh dan penanganannya
terhadap kasus penyakit yang disajikan?
3. Bagaimana analisa kebutuhan cairan pasien pada kasus penyakit yang
disajikan ?
4. Bagaimana analisa kebutuhan aktifitas pasien pada kasus penykit yang
disajikan ?
5. Bagaimana analisa konsep infeksi dan pencegahan infeksi yang harus
dilakukan pada kasus penyakit yang disajikan.
1.3 Tujuan
1. Menganalisa konsep nutrisi terhadap kasus penyakit yang disajikan.
2. Menganalisa konsep peningkatan suhu tubuh dan penanganannya
terhadap kasus penyakit yang disajikan.
3. Menganalisa kebutuhan cairan pasien pada kasus penyakit yang
disajikan.
4. Menganalisa kebutuhan aktifitas pasien pada kasus penykit yang
disajikan.
5. Menganalisa konsep infeksi dan pencegahan infeksi yang harus
dilakukan pada kasus penyakit yang disajikan.
1.4 Manfaat
1. Mampu menganalisa konsep nutrisi terhadap kasus penyakit yang
disajikan.
2. Mampu menganalisa konsep peningkatan suhu tubuh dan
penanganannya terhadap kasus penyakit yang disajikan.
3. Mampu menganalisa kebutuhan cairan pasien pada kasus penyakit yang
disajikan.
4. Mampu menganalisa kebutuhan aktifitas pasien pada kasus penyakit
yang disajikan.
5. Mampu menganalisa konsep infeksi dan pencegahan infeksi yang harus
dilakukan pada kasus penyakit yang disajikan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Nutrisi
2.1.1 Pengertian Nutrisi
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan
oleh tubuh yang bertujuan menghasilakan energy dan digunakan dalam
aktivitas tubuh.
Nutrisi merupakan zat-zat yang diperlukan oleh tubuh yang ditemukan
pada makanan. Nutrien adalah sejenis zat kimia organik maupun anorganik
yang terdapat dalam makanan dan dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan
fungsinya. Nutrisi essensial (kelompok nutrien) yang seimbang terdiri dari:
1. Air, sebagai komponen penyususn sel yang utama air juga berperan dalam
menyalurkan zat-zat makanan menuju sel, membantu proses kimia dalam
tubuh dan berperan dalam mengontrol temperatur tubuh.
2. Karbohidrat merupakan zat gizi yang terdapat dalam makanan, pada
umumnya dalam bentuk amilum. Berfungsi sebagai sumber energi bagi
tubuh. terbagi menjadi:
a) Monosakarida
b) Disakarida
c) Polisakarida
3. Protein, merupakan substansi organik dengan kandungan unsur karbon,
hidrogen, oksigen dan nitrogen. Dijumpai dalam sitoplasma semua sel
hidup, baik hewan ataupun tumbuhan.
4. Lemak, Merupakan senyawa yang mengandung unsur karbon,hidrogen,
dan oksigen. Lemak dasar tersusun atas trigliserida dan asam lemak.
5. Vitamin, terbagi menjadi 2 macam antara lain :
a) Vitamin yang larut dalam lemak: A,D,E,K
b) Vitamin yang larut dalam air: B,C
6. Mineral, tersusun atas: kalsium, magnesium, fosfor, Zat besi, Klorin dan
Natrium, kalium, sulfur.
3
Kebutuhan Nutrisi Tiap Hari
Tabel. Kebutuhan Energi per Hari
Umur Berat Badan (kg) Tinggi Badan (cm) Energi (kkal)
0-6 bulan
7-12 bulan
1-3 tahun
4-6 tahun
7-9 tahun
5.5
8.5
12
18
23.5
60
71
89
108
120
560
800
1220
1720
1860
Tabel. Kebutuhan Protein per Hari
Umur Berat Badan (kg) Tinggi Badan (cm) Protein (gr)
0-6 bulan
7-12 bulan
1-3 tahun
4-6 tahun
7-9 tahun
5.5
8.5
12
18
23.5
60
71
89
108
120
12
15
23
32
36
Tabel. Jenis Mineral, Sumber, Dan Fungsi
Jenis Mineral Sumber Fungsi
Kalsium
Fosfor
Yodium
Besi
Magnesium
Susu.
Telur, daging, dan
susu.
Garam beryodium
dan makanan laut.
Hati, telur, daging.
Biji-bijian, susu, dan
Pembentukan gigi dan tulang,
aktivitas neuromuskular, dan
koagulasi (penggumpalan) darah.
Penyangga pembentukan gusi
dan tulang.
Pengaturan metabolisme tubuh
dan memperlancar pertumbuhan.
Komponen hemoglobin dan
membantu oksidasi dalam sel.
Pengaktifan enzim, pembentukan
gigi dan tulang, dan membantu
4
Zinc
daging.
Makanan laut dan
hati.
kegiatan neuromuskular.
Bahan pembentuk enzim dan
insulin.
Tabel. Kebutuhan Mineral per Hari
UmurBB
(kg)
TB
(cm)
Ca
(mg)
P
(mg)
Fe
(mg)
Zn
(mg)
I (
μg¿
0-6 bulan
7-12 bulan
1-3 tahun
4-6 tahun
7-9 tahun
5.5
8.5
12
18
23.5
60
71
89
108
120
600
400
500
500
500
200
250
250
350
400
3
5
8
9
10
3
5
10
10
10
50
70
70
100
120
Tabel. Kebutuhan Vitamin per Hari
Umur BB (kg)TB
(cm)
Vit.A
(RE)
Tiamin
(mg)
Riboflavin
(mg)
Niasin
(mg)
B12
(mg)
Vit.C
(mg)
0-6 bulan 5.5 60 350 0,3 0,3 2,5 0,1 25
7-12
bulan8.5 71 350 0,4 0,4 3,8 0,1 25
1-3 tahun 12 89 350 0,5 0,6 5,4 0,5 25
4-6 tahun18 108 360 0,7 0,9 7,6 0,7 25
7-9 tahun23.5 120 407 0,7 0,9 8,1 0,9 25
Kebutuhan Nutrisi Berdasarkan Umur Tumbuh Kembang Anak
Kebutuhan nutrisi pada setiap anak berbeda mengingat kebutuhan untuk
pertumbuhan dan perkembangan sel atau organ pada anak berbeda, dan perbedaan
ini yang menyebabkan jumlah dan komponen zat gizi berlainan. Secara umum
kebutuhan nutrisi pada anak dapat dikelompokkan berdasarkan usia anak, mulai
5
umur 0-4 bulan, 4-6 bulan, 6-9 bulan, 9-12 bulan,usia toddler atau usia pra
sekolah, usia sekolah dan usia remaja.
a. Umur 0-4 Bulan
Pada umur ini kebutuhan nutrisi bayi semuanya melalui air susu ibu yang
terdapat komponen yang paling seimbang, akan tetapi apabila terjadi gangguan
dalam air susu ibu maka dapat menggunakan susu formula dan nilai kegunaan
atau manfaat jauh lebih baik dari menggunakan ASI. Pemberian ASI eksklusif
adalah sampai empat bulan tanpa makanan yang lain, sebab kebutuhannya sesuai
dengan jumlah yang dibutuhkan pada bayi, dan proses pemberian ASI ini dapat
dilakukan melalui proses menyusui. Pada proses menyusui ini akan memberikan
dampak yang baik seperti pada proses awal menyusui, setelah bayi lahir terdapat
zat kekebalan tubuh yang terdapat pada kolostrom yang kaya akan protein dan
mengandung immunoglobulin A yang tinggi melalui keluarnya pertama dari ASI,
di samping itu proses menyusui akan membantu reflex bayi untuk menghisap
yang menyebabkan kebutuhan kasih sayang pada bayi terpenuhi dan membentuk
proses bonding. Proses pengeluaran ASI dapat terjadi karena adanya reflek
menghisap juga dapat dipengaruhi oleh proses hormonal terutama oksitosin dan
prolaktin
Air susu ibu merupakan makanan ideal pada bayi, di samping mempunyai zat gizi
yang ideal juga mempunyai beberapa manfaat seperti harganya murah dan
sederhana, tersedia pada suhu yang ideal dan tidak perlu dipanaskan atau
disterilkan dahulu, bebas dalam pencemaran kuman yang dapat mengurangi
kemungkinan timbulnya gangguan saluran pencernaan, akan mempercepat
pengembalian besarnya rahim pada bentuk dan ukuran sebelum mengandung.
ASI mempunyai peran yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
bagi anak mengingat zat gizi yang ideal terdapat di dalamnya, di antaranya
immunoglobulin (IgA, IgG, IgM, IgD dan IgE), lisozim merupakan suatu enzim
yang tinggi jumlahnya yang berfungi bakteriostatik terhadap enterobakteria dan
kuman gram negatif dan sebagai pelindung terhadap berbagai macam virus,
kemudian laktoperioksidase enzim yang berfungsi membunuh streptococcus,
farktor bifidus merupakan karbohidrat yang mengandung nitrogen yang berfungsi
mencegah pertumbuhan organisme yang tidak diinginkan, faktor anti stafilokokus
6
merupakan asam lemak yang melindungi serangan stafilokokus, laktoferin, dan
transferin komponen protein yang dapat mengurangi tersedianya zat besi pada
pertumbuhan kuman, komponen komplemen yaitu C3 dan C4 yang berfungsi
untuk pertahanan tubuh, adanya sel makrofag dan netrofil yang berfungsi
menfagosit kuman, adanya lipase yang merupakan zat anti virus.
Tidak semua anak mendapatkan asi secara langsung, banyak kita temukan anak-
anak kebutuhan nutrisinya melalui susu formula. Untuk itu dalam pemakaian susu
formula atau susu botol juga perlu perhatian di antaranya: sterilkan dahulu
sebelum memberikan pada bayi dengan cara dipanaskan, jangan membuat lama-
lama susu dalam botol, ikuti petunjuk pemakaian susu formula dan lain-lain.
b. Umur 4-6 Bulan
Pada usia ini kebutuhan nutrisi pada anak tetap yang utama adalah ASI
kemudian ditambah lagi dengan bubur susu dan sari buah, pemenuhan kebutuhan
nutrisi pada anak terdapat tambahan mengingat seiring dengan perkembangan
fungsi sistem pencernaan. Perubahan kebutuhan nutrisi anak hanya perubahan
bentuk makan akan tetapi kadar zat gizi tetap seimbang dengan komposisi yang
ada.
c. Umur 6-9 bulan
Kebutuhan nutrisi pada anak usia ini adalah tetap diteruskan kebutuhan
nutrisi dari ASI kemudian ditambah dengan bubur susu, bubur tim saring dan
buah, penambahan bentuk kebutuhan nutrisi disesuaikan dengan ukuran
kebutuhan nutrisi pada usia anak, makanan lebih pada dari usia sebelumnya
mengingat perkembangan gigi sudah mulai dan pada usia ini bayi mulai
mengunyah apa saja dan memasukkan semua makanan ke dalam mulut, untuk itu
perlu pengawasan dalam setiap aktivitas anak.
d. Umur 10- 12 bulan.
Pada usia anak ini masih tetap diberikan asi dengan penambahan pada bubur
susu, bubur tim kasar dan buah, bentuk makanan yang disediakan dapat lebih
padat dan bertambah jumlahnya mengingat pertumbuhan gigi dan kemampuan
fungsi pencernaan sudah bertambah. Pada usia ini anak sering senang makan
sendiri dengan sendok atau suka mencoba makan sendiri dan makan dengan
7
tangan, pada anak seusia ini adalah merupakan usaha yang baik dalam menuntun
ketangkasan dan merasakan bentuk makanan.
e. Usia Todler dan Pra Sekolah
Pada usia ini kemampuan kemandirian dalam pemenuahan kebutuhan
nutrisi sudah mulai muncul, sehingga segala peralatan yang berhubungan dengan
makan seperti garpu, piring, sendok, dan gelas semuanya harus di jelaskan pada
anak atau diperkenalkan dan dilatih tentang penggunaan, sehingga dapat
mengikuti aturan yang ada. Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada usia ini
sebaiknya penyediaan bervariasi menunya untuk mencegah kebosanan, berikan
susu dan makanan yang dianjurkan antara lain: daging, sup, sayuran, dan buah-
buahan, pada anak ini juga perlu makanan padat sebab kemampuan mengunyah
sudah mulai kuat.
f. Usia Sekolah
Pada usia sekolah ini kebiasaan makan pada anak tergantung pada kehidupan
sosial di sekolah, kadang-kadang anak malas makan di rumah karena kondisi yang
tidak disukai, pada usia ini kemampuan makan dengan menggunakan sendok,
piring, dan garpu sudah baik. Pada usia sekolah tata cara dalam makan seperti
makan dengan duduk, mencuci tangan sebelum makan, tidak mengisi mulut
secara penuh dan mengambil makanan secara bersamaan dan lain-lain kebiasaan
tersebut harus dilakukan. Kadang-kadang usia sekolah juga malas untuk makan
akibat stress atau sakit sehingga perlu pemantauan, dan anak sekolah cenderung
suka makan secara bersamaan dengan teman sekolahnya.
g. Usia Remaja.
Pada masa remaja kebutuhan kalori semakin meningkat karena perubahan
menjadi pubertas dan aktivitas. Pada masa remaja sangat menyadari akan
gambaran diri sehingga perlu pemantauan diet dalam makanan, seperti takut akan
obesitas dan takut timbulnya acne atau jerawat akibat makanan. Pada masa ini
terjadi pertumbuhan yang cepat baik tinggi maupun berat badan kebutuhan
gizipun meningkat.
8
2.1.2 Nutrisi Pada Anak Sakit
Gizi merupakan bagian dari proses kehidupan dan proses tumbuh kembang
anak, sehingga pemenuhan kebuuhan gizi secara adekuat menentukan kualitas
tumbuh kembang, sebagai sumber daya manusia dimasa datang.
Konsumsi makanan yang adekuat perlu dijaga selalu pada anak sakit, karena
kita tahu pada anak yang sakit sering nafsu makannya sangat merosot, tidak
sanggup memasukkan makanannnya sendiri, dan anak tidak mau makan karena
masalah hambatan psikis, anoreksia, dan masalah-masalh saluran cerna, dan lain
sebagainya. Jadi tujuan kita memberikan diit pada anak sakit adalah untuk
menjaga agar anak tetap mengkonsumsi makanan dengan baik. Berdasarkan
alasan-alasan tersebut, Berbagai pertimbangan dari segi gizi diperlukan.
Sebagaimana diketahui bahwa anak yang sakit akan mengalami peningkatan
metabolisme dan katabolism, ini berarti terjadi gangguan gizi yang dimulai
semenjak anak mulai terganggu kesehatannya. Gangguan gizi ini akan
mempengaruhi sistem imunitas, kardiovaskuler, saluran napas, dan sistem organ
lain sehingga selanjutnya akan terjadi resiko peningkata infeksi, memperlambat
pada penyembuhan luka, dan waktu perawatan lebih panjang. Tunjangan diit yang
dilakukan sebaiknya secara enteral karena cara ini yang paling alami, kecuali
beberapa indikasi yang mengharuskan diit secara parenteral.
Masalah yang sering dihadapai pada anak sakit adalah masalah kesulitan
makan, dimana anak tampak kehilangan nafsu makannya, dan makan merupakan
suatu hal yang berat baginya terutama apbila ada tanda-tanda peningkatan suhu
tubuh.
Untuk mengusahakan agar anak bisa tumbuh dan berkembang secara
optimal, perlu dijaga keseimbangan gizinya dengan memberikan cukup kalori,
protein, lemak, mineral dan vitamin yang bisa diterima oleh penderita secara
psikologis. Kehilangan nitrogen membutuhkan pengganti berupa kalori yang
cukup sehingga berat badan penderita bisa dipertahankan dan dicegah
kemungkinan kekurangan gizi. Bila keadaan penderita memungkinkan secepatnya
kembali ke makanan biasa.
Dalam mengatur diit anak sakit tersebut perlu kiranya bagi kita semua untuk
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
9
1. Jumlah makanan
2. Macam dan susunan makanan.
3. Bentuk makanan
4. Cara pemberian makanan.
a. Jumlah makanan
Jumlah makanan yang diberikan kepada anak sakit hendaklah selalu dihitung
dalam bentuk kebutuhan kalori. Cara perhitungan kalori meliputi:
1. Metabolisme basal
Metabolisme basal dihitung berdasarkan luas permukaan tubuh, yakni
kira-kira sesuai dengan 1500kkal/24 jam untuk tiap m2 luas permukaan tubuh,
atau kurang lebih 55kkal/kgBB/hari. Setiap kenaikan suhu tubuh 1°C,
menyebabkan kenaikan basal metabolisme sebesar 10%.
BMR (basal metabolic rate) bisa dihitung menurut rumus:
BMR(kkal/m2/jam) = 55 – umur(tahun).Pertumbuhan jaringan
2. Pertumbuhan jaringan memerlukan energi sebesar 5kkal/gram jaringan
yang dibentuk.
3. Memenuhi kebutuhan energi aksi dinamik spesifik (SDA).
Pemenuhan kebutuhan energi SDAyang besarnya diperkirakan 1-6
kkal/kgBB/hari. SDA ini dapat dihitun dengan rumus:
0,01 x (BMR+ energi untuk aktivitas).
4. Mengganti energi yang terbuang melalui feses dan air kemih.
Besar energi yang diperlukan untuk itu adalah 2-10% total energi yang
diperlukan tubuh.
5. Memenuhi kebutuhan energi selam sakit.
Berbagai kebutuhan energi seperti penggantian jaringan yang
rusak,meningkatkan pembentukan zat anti, meningkatkan metabolisme,
dan mempertahankan pertumbuhan yang normal. Rasio antara masukan
kalori dan nitrogen dalam keadaan basal adalah 150-300:1, dan pada saat
trauma kebutuhan protein menjadi lebih tinggi sehingga rasio protein
nitrogen menjadi 00:1. Pada penyakit ginjal dan hati bahkan rasionya
menjadi 800:1, karena terjadi retraksi terhadap protein.
10
Besarnya energi yang diperlukan sangat tergantung pada macam
penyakit, berat penyakit, dan lama sakit. Bila besar energi yang
dibutuhkan dihitung dengan metabolisme basal sebagai patokan, maka
diperkirakan peningkatannya sekitar 10-25% atau bahkan sampai 100%,
terutama pada keadaan luka bakar dan trauma mayor.
Berbagai keadaan berikut yang dapat menaikkan kebutuhan kalori dapat
dilihat pada tabel berikut.
no keadaan Kenaikan kalori (%)
1. demam 12% untuk setiap kenaikan 1°C (di
atas 37°C)
2. Gagal jantung 15-25%
3. Kasus bedah 20-30%
4. Luka bakar Sampai 100%
5. Sepsis berat 40-50%
6. Gagal tumbuh 50-100%
7. MEP Sampai 2 kali kebutuhan basal (6 kkal
setiap kenaikan 1 kgBB)
Sumber: kemer, 1983.
DIIT PADA ANAK SAKIT
Kebutuhan kalori pada anak sakit menurut harris benedict adalah:
Kebutuhan kalori pada anak sakit = KKB/BMR/BEE + 40 x (TB-100) kkal/hari.
Sedangkan,
Laki- laki
BMR/BEE = 66, 47 + (13,75 x berat (kg)) + (5,0 x tinggi (cm)) – (6,76 x usia
(tahun)) = ………. Kal/hari.
Wanita :
11
BMR/BEE = 65,51 + (9,56 x berat (kg)) + (1,85 x tinggi (cm)) – (4,68 x usia
(tahun)) = ………. Kal/hari.
BEE (Basal Energy Expenditure) adalah pengeluaran kalori secara teoritis
dalam keadaan puasa dan istirahat tanpa stres.
Kebutuhan kalori pada keadaan sakit
Beratnya penyakit Kebutuhan kalori tambahan
Ringan + 10%
Sedang + 25%
Berat + 50 – 100%
Kebutuhan kalori berdasarkan usia anak
Usia (tahun) Kal/kg BB/hari
< 1 80 – 95
1 – 3 75 – 90
4 – 6 65 – 75
7 – 10 55 – 75
11 – 18 45 – 55
Kebutuhan kalori pada anak yang sakit
Berat badan (kg) Kebutuhan Kalori
0 – 10 100 kal/kg
10 – 20 10 kg pertama : 100 kal/kg, selebihnya
sampai 20 kg : 50 kal/kg.
> 20 kg 10 kg pertama : 100 kal/kg, 10 kg kedua :
50 kal/kg,
selebihnya 20 kal/kg
2.2 Konsep Dasar Peningkatan Suhu dan Penatalaksanaannya.
12
Gejala sakit pada anak yang sering kita jumpai adalah demam. Demam
adalah gejala berupa naiknya suhu tubuh sebagai respon normal tubuh terhadap
suatu gangguan. Demam bukanlah suatu penyakit melainkan suatu tanda dari
berbagai proses dalam tubuh. Kita sering khawatir bila kita atau anggota keluarga
kita mengalami demam. namun demam tidak selalu berdampak buruk bagi tubuh
kita, bahkan demam sesungguhnya merupakan mekanisme pertahanan tubuh kita
terhadap berbagai penyakit terutama infeksi.
Suhu tubuh dikendalikan oleh suatu bagian dari otak yang disebut
hipotalamus. Hipotalamus berusaha agar suhu tubuh tetap hangat (36,5-37,4 ºC )
meskipun lingkungan luar tubuh berubah-ubah. Hipotalamus mengatur suhu
dengan cara menyeimbangkan antara produksi panas pada otot dan hati dan
pengeluaran panas pada kulit dan paru-paru. Ketika ada infeksi, sistem kekebalan
tubuh meresponnya dengan melepaskan zat kimia dalam aliran darah. Zat kimia
tersebut akan merangsang hipotalamus untuk menaikkan suhu tubuh dan akhirnya
akan menambah jumlah sel darah putih yang berguna dalam melawan kuman.
2.2.1 Mekanisme Terjadinya Demam
Castillo, et al (1998) melaporkan bahwa hipertermia, 58% disebabkan oleh
infeksi, 42% disebabkan oleh nekrosis jaringan atau oleh perubahan mekanisme
termoregulasi yang terjadi jika lesi mengenai daerah anterior hipotalamus.
Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat pirogen dari dalam lekosit
yang sebelumnya telah terangsang baik oleh zat pirogen eksogen yang dapat
berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang
tidak berdasarkan suatu infeksi.
Pirogen eksogen ini juga dapat karena obat-obatan dan hormonal, misalnya
progesterone. Pirogen eksogen bekerja pada fagosit untuk menghasilkan IL-1,
suatu polipetida yang juga dikenal sebagai pirogen endogen. IL-1 mempunyai
efek luas dalam tubuh. Zat ini memasuki otak dan bekerja langsung pada area
preoptika hipotalamus. Di dalam hipotalamus zat ini merangsang pelepasan asam
arakhidonat serta mengakibatkan peningkatan sintesis PGE-2 yang langsung
dapat menyebabkan suatu pireksia/ demam.
13
Penyebab demam selain infeksi ialah keadaan toksemia, adanya keganasan
atau akibat reaksi pemakaian obat (Gelfand, et al, 1998). Sedangkan gangguan
pada pusat regulasi suhu sentral dapat menyebabkan peninggian temperature
seperti yang terjadi pada heat stroke, ensefalitis, perdarahan otak, koma atau
gangguan sentral lainnya. Pada perdarahan internal saat terjadinya reabsorbsi
darah dapat pula menyebabkan peninggian temperature.
2.2.2 Penyebab Demam
Demam bukanlah suatu penyakit, melainkan salah satu tanda dari penyakit.
Sebagian besar demam disebabkan oleh adanya infeksi dalam tubuh. Infeksi dapat
disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, dan parasit.
Demam merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh untuk melawan dan
mengeliminasi infeksi. Demam dapat timbul berhari-hari selama proses infeksi
masih berlangsung dalam tubuh, dan bila infeksi sudah teratasi maka suhu tubuh
akan kembali turun hingga normal. Oleh karena itu demam biasanya menjadi
tanda dari perjalanan suatu penyakit.
Pada anak-anak, penyebab utama demam adalah infeksi virus. Yang
termasuk infeksi virus di antaranya infeksi saluran nafas akut (ISPA), sariawan,
cacar air, campak, dan diare. Demam yang disebabkan infeksi bakteri diantaranya
infeksi saluran kemih (ISK), pneumonia, meningitis, otitis media, dan tonsilitis-
faringitis streptokokus
2.2.3 Gejala yang Sering Menyertai Demam
Terlepas dari penyebab demam, demam sering disertai dengan gejala lain
sebagai berikut:
1. Menggigil, merasa kedinginan, tangan dan kaki teraba dingin (gejala
tersebut ada respon tubuh yang normal untuk meningkatkan suhu tubuh).
2. Sakit kepala.
3. Badan terasa pegal.
4. Nafsu makan turun.
5. Merasa lemas.
6. Dehidrasi.
14
2.2.4 Nilai Normal Suhu Tubuh dan Cara Pengukuran
Suhu tubuh manusia mempunyai variasi tiap harinya dimana pada pagi hari
suhu tubuh relatif lebih rendah dan pada sore/malam hari relatif lebih tinggi.
Perbedaan suhu tersebut berkisar 0,5 derajat celcius. Perbedaan itu normal dan
sering disebut variasi diurnal. Nilai normal suhu tubuh juga dapat dipengaruhi
oleh usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, suhu udara, dan faktor lingkungan.
Tabel. Nilai normal suhu tubuh
Teknik
pengukuran
Nilai normal Kriteria demam Keterangan
Meraba tangan - - Sangat tidak akurat
dan tidak
direkomendasikan.
Suhu di dalam
mulut (oral).
36,0° C – 37,5°
C
>37,5° C Aman dan akurat.
Lebih akurat
dibandingkan
dengan suhu aksila.
Tidak dianjurkan
pada anak usia <
5th atau anak sulit
bekerja sama.
Suhu ketiak
(aksila)
36,0° - 37,3° C >37,3° C Cukup akurat
Hasil lebih rendah
0,5° C
dibandingkan
dengan suhu oral.
Mudah dilakukan
pada semua usia.
Suhu rektal (anus) 36,6° - 37,9° C >37,9° C Akurat
Tidak nyaman bagi
anak.
Suhu telinga 36,0° - 37,5° C >37,5° C Keakuratannya
15
masih
diperdebatkan oleh
para ahli
Tidak dianjurkan
pada bayi usia < 3
bulan.
Dalam mengukur suhu kita perlu memahami bahwa suhu tubuh bervariasi,
tergantung pada teknik pengukuran yang dipakai. Dan lebih menggunakan 1
teknik pengukuran untuk memonitor perubahan suhu.
Berikut ini adalah cara mengukur suhu tubuh pada anak:
a. Mengukur suhu di dalam mulut (oral)
Bila anak baru saja minum atau makan, tunggu 20-30 menit sebelum
mengukur tempratur di dalam rongga mulut.
Pastikan tidak ada makanan, permen, dll. Di dalam mulut anak.
Letakkan ujung termometer di bawah lidah, minta anak untuk
mengatupkan bibirnya di sekeliling termometer. Ingatkan anak untuk tidak
menggigit termometer atau berbicara saat ada termometer di dalam
mulutnya. Minta anak rileks dan bernafas biasa melalui hidung.
Setelah terdengar nada “beep” (pada termometer digital), atau tunggu 5
menit, kemudian baca hasil yang tertera.
b. Mengukur suhu ketiak (aksila)
Buka baju anak.
Taruh termometer di ketiak, lipat tangan anak serongkan ke dada sehingga
termometer terjepit.
Setelah terdengar nada “beep” (pada termometer digital), atau tunggu 5
menit, kemudian baca hasil yang tertera.
c. Mengukur tempratur rektal (anus)
Lumasi ujung termometer dengan jelly pelicin yang larut air.
Baringkan anak dipangkuan anda atau di atas tempat yang rata dan agak
keras.
16
Satu tangan memegang bagian bawah pantat anak agar tidak bergerak-
gerak. Tangan yang lain memasukkan termometer melalui anus sejauh 1-2
cm, tetapi bila terasa ada tahanan, jangan masukkan lebih jauh dari 1 cm.
Termometer dijepit diantara dua jari saat bagian tangan anda yang lain
memegang pantat anak. Tenangkan anak/bayi.
Setelah terdengar nada “beep” (pada termometer digital), atau tunggu 5
menit, kemudian baca hasil yang tertera.
2.2.5 Penanganan Demam
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, demam mempunyai manfaat
melawan infeksi. Namun demam juga memberikan dampak negatif diantaranya
terjadi peningktan metabolisme tubuh, dehidrasi ringan, dan dapat membuat anak
sangat tidak nyaman. Oleh karena itu demam perlu ditangani dengan baik.
Penanganan demam yang baik bukan semata-mata untuk menurunkan suhu tubuh
melainkan juga mencari penyebab demam dan mengatasi penyebab demam
tersebut. Untuk mengetahui secara pasti penyebab demam pada anak anda,
konsultasikan anak ke dokter.
a. Farmakoterapi : Obat penurun panas (antipiretik)
Antipiretik adalah obat yang mempunyai efek menurunkan suhu tubuh pada
keadaan demam. tujuan pemberian antipiretik bukan untuk menormalkan suhu
tubuh melinkan untuk menurunkan suhu tubuh (tidak harus sampai normal) dan
membuat anak merasa lebih nyaman. Yang termasuk antipiretik adalah
paracetamol, obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS), dan aspirin. Konsultasikan
dengan dokter apabila akan memberikan obat penurun panas.
Paracetamol (acetaminophen) (contoh: Pamol®, Sanmol®, Tempra®l)
merupakan obat pilihan pada anak-anak. Dosis yang dianjurkan adalah 10-
15mg/kgBB setiap 4-6 jam (4 kali/hari).paracetamol terbukti efektif dan aman
apabila diberikan sesuai dosis yang direkomendasikan. Ibuprofen (contoh:
Proris®) merupakan golongan OAINS yang sering diberikan. Dosis yang
dianjurkan adalah 5-10mg/kgBB setiap 6-8 jam (3-4 kali/hari). Ibuprofen juga
terbukti efektif dan aman sebagai antipiretik, namun tidak dianjurkan pada anak
usia 6 bulan atau diberikan dalam jangka waktu lama. Baik paracetamol maupun
ibuprofen terbukti efektif menurunkan demam dan direkomendasikan pada anak-
17
anak. Namun pemberian kombinasi keduanya tidak direkomendasikan karena
belum terdapat penelitian yang membuktikan efektivitasnya. Selain itu pemberian
kombinasi ibuprofen dan paracetamol pada anak demam dapat meningkatkan
resiko terjadinya kerusakan hati dan ginjal.
Sedangkan aspirin tidak direkomendasikan pengguanaanya pada anak
meskipun efektif untunk mengurangi demam. karena pemberian aspirin pada
anak demam yang disebabkan infeksi virus dapat meningkatkan resiko terjadinya
syndrom reye, yaitu sebuah penyakit yang ditandai dengan kerusakan hati dan
ginjal.
b. Terapi suportif
1) Kompres
Mengompres dilakukan dengan handuk atau washcloth (washlap atau lap
khusus badan) yang dibasahi dengan dibasahi air hangat (30ºC) kemudian
dilapkan seluruh badan. Penurunan suhu tubuh terjadi saat air menguap dari
permukaan kulit. Oleh karena itu, anak jangan “dibungkus” dengan lap atau
handuk basah atau didiamkan dalam air karena penguapan akan terhambat.
Tambah kehangatan airnya bila demamnya semakin tinggi. Dengan demikian,
perbedaan antara air kompres dengan suhu tubuh tidak terlalu berbeda. Jika
air kompres terlalu dingin akan mengerutkan pembuluh darah anak.
Akibatnya, panas tubuh tidak mau keluar. Anak jadi semakin menggigil untuk
mempertahankan keseimbangan suhu tubuhnya.
Mengompres dapat pula dilakukan dengan meletakkan anak di bak mandi
yang sudah diisi air hangat. Lalu basuh badan, lengan, dan kaki anak dengan
air hangat tersebut. Sebenarmya mengompres kurang efektif dibandingkan
obat penurun demam. Bila ibu memakai metode kompres, hendaknya
digabungkan dengan pemberian obat penurun demam, kecuali anak alergi
terhadap obat tersebut.
Jangan mengompres dengan alkohol karena uap alkohol dapat terserap ke
kulit atau paru-paru anak. Membedong anak di bawah umur 3 bulan dengan
banyak pakaian atau selimut dapat sedikit menaikkan suhu tubuh. Menurut
18
penelitian, suhu rektal 38.5ºC atau lebih tidak dihubungkan dengan
membedong dengan kain tebal tadi. Oleh karena itu, dianjurkan bila anak
demam, cukup memakai baju atau selimut tipis saja sehingga aliran udara
berjalan baik.
2) Menaikkan Asupan Cairan Anak
Demam pada anak dapat meningkatkan risiko terkena dehidrasi
(kekurangan cairan). Tanda dehidrasi paling mudah adalah berkurangnya
kencing dan air kencing berwarna lebih gelap daripada biasanya. Maka dari
itu, orang tua sebaiknya mendorong anak untuk minum cairan dalam jumlah
yang memadai. Anak dengan demam dapat merasa tidak lapar dan sebaiknya
tidak memaksa anak untuk makan. Cairan seperti susu (ASI atau sapi atau
formula) dan air harus tetap diberikan atau bahkan lebih sering. Anak yang
lebih tua dapat diberikan sup atau buah-buahan yang banyak mengandung air.
Bila anak tidak mampu atau tidak mau minum dalam beberapa jam, orang tua
sebaiknya diperiksakan ke dokter.
3) Istirahatkan Anak Saat Demam
Demam menyebabkan anak lemah dan tidak nyaman. Orang tua
sebaiknya mendorong anaknya untuk cukup istirahat. Sebaiknya tidak
memaksa anak untuk tidur atau istirahat atau tidur bila anak sudah merasa
baikan dan anak dapat kembali ke sekolah atau aktivitas lainnya ketika suhu
sudah normal dalam 24 jam.
Selama anak demam, orang tua hendaknya tetap memperhatikan gejala-
gejala lain yang muncul. Tanyakan pada anak, adakah keluhan lain yang
dirasakan, semisal: pusing, sakit kepala, nyeri saat kencing, kesulitan
bernafas, dan lain-lain. Karena demam bisa jadi merupakan tanda bahwa ada
gangguan pada kesehatan anak atau gejala dari penyakit tertentu. Oleh karena
itu, para orang tua hendaknya bijaksana dalam menghadapinya. Orang tua
hendaknya tahu kapan anak dengan demam dapat dirawat sendiri di rumah
atau diperiksakan ke tempat pelayanan kesehatan.
4) Gunakan pakian tipis pada anak agar suhu tubuh terkonversi keluar.
19
2.3 Konsep Dasar Kebutuhan Cairan Anak
Dalam tubuh faal sel tergantung pada keseimbangan cairan dan elektrolit.
Keseimbangan ini diatur oelh banyak mekanisme fisiologis yang terdapat dalam
tubuh. Pada bayi dan anak sering terjadi gangguan keseimbangan tersebut, yang
biasanya disertai perubahan PH cairan tubuh pula.
Jumlah air dalam tubuh harus dipertahankan dalam batas-batas tertentu
untukberlangsungnya metabolisme yang baik. Tubuh manusia terdiri dari:
1. Lean body mass (tubuh tanpa jaringan lemak), yaitu air, tulang, jaringan
bukan lemak.
2. Jaringan lemak.
Air merupakan 73% dari lean body mass sedangkan jaringan lemak hanya
mengandung sedikit air. Oleh karena itu tubuh orang gemuk relatif
mengandung lebih sedikit air dibanding dengan orang kurus.
Tabel. Perbandingan lemak dan air dalam tubuh
Lemak (%) Air (%)
Orang gemuk 50 50
Pria normal 16 60
Orang kurus 7 87
bayi - 78
Pada bayi dan penderita malnutrisi, kadar air dan lean body mass lebih tinggi
dari normal, yaitu kira-kira 82%. Perubahan perbandingan air dan lean body mass
juga terdapat pada penderita dehidrasi dan dengan edema. Perubahan ini terutama
terjadi pada air ekstrasel.
Bahan-bahan yang diperlukan manusia seperti air, elektrolit, zat makanan dan
sebagainya, dapat diperhitungkan berdasarkan:
1. Berat badan dan umur
2. Luas permukaan badan.
20
Pengukuran luas permukaan badan sukar, tetapi dengan nomogram west dapat
dihitung bila diketahui BB dan PB.
Tabel. Hubungan berat badan dan luas permukaan badan
Berat badan (kg) Luas permukaan badan (m2)
3,3 1,20
5 0,25
8 0,35
10 0,45
15 0,60
20 0,80
30 1,05
60 1,70
Relatif bayi dan anak kecil memiliki permukaan badan yang lebih luas
dibandingkan orang dewasa. Proses fisiologis dalam tubuh sebenarnya lebih
tergantung pada luas permukaan badan dari pada berat badan dan panjang badan
serta umur. Di indonesia umumnya masih digunakan berat badan sebagai dasar
perhitungan jumlah bahan yang diperlukan oleh tubuh.
Darrow menganjurkan cara perhitungan jumlah kalori dan cairan untuk
rumat (maintenance) sebagai berikut:
Berat badan Kebutuhan kalori dan
cairan
Neonatus Kurang lebih
50kal/kgBB/hari
Berat badan 3-10 kg Kurang lebih
70kal/kgBB/hari
Berat badan 10-15 kg Kurang lebih
55kal/kgBB/hari
Berat badan 15-25 kg Kurang lebih
45kal/kgBB/hari
Kebutuhan cairan tergantung pada metabolisme kalori. Untuk membentuk
panas, metabolisme 100 kalori memerlukan 150 ml air.
21
Neodehidrasi isotoniknatus memerlukan air sebanyak:150/100 X 50=
75ml/kgBB/hari, sedangkan seorang anak dengan berat badan 3-10 kg
memerlukan air 150/100 X 70 = 105ml/kgBB/hari dan seterusnya.
Perlu dikemukakan pula bahwa untuk setiap kenaikan suhu badan 1°C
diatas 37°C harus ditambah 12% dari jumlah cairan yang telah diperhitungkan
untuk rumus tersebut.
Kebutuhan mineral seperti nantrium, kalium, kalsium dan sebagainya kira-
kira 2 mEq untuk metabolisme 100 kalori.
DEHIDRASI
Keadaan ini terjadi bila cairan yang dikeluarkan dari tubuh melebihi cairan yang
masuk. Normal cairan keluar tubuh melaui:
a. Ginjal sebagai urine.
b. Kulit sebagai keringat dan uap.
c. Paru-paru sebagai uap.
d. Usus sebagai tinja.
Cairan yang keluar biasanya disertai elektrolit.
Pembagian dehidrasi berdasarkan tonisitas darah:
1. Dehidrasi isotonik: tidak ada perubahan konsentrasi elektrolit darah.
2. Dehidrasi hipotonik: konsentrasi elektrolit darah turun.
3. Dehidrasi hipertonik: konsentrasi elektrolit darah naik, biasanya disertai rasa
haus dan gejala neurologis.
Karena tonisitas darah terutama ditentukan oleh kadar natrium didalam plasma,
maka biasanya oenentuan jenis dehidrasi tersebut dilakukan berdasarkan kadar
natrium tersebut, yaitu:
1. Dehidrasi isotonik, bila kadar Na dalam plasma 130-150 mEq/l dan dapat
juga disebut sebgai dehidrasi isonatrium.
22
2. Dehidrasi hipotonik, bila kada Na dalam plasma kurang dari 130 mEq/l dan
dapat disebut sebagai dehidrasi hiponatremi.
3. Dehidrasi hipertonik, bila kadar Na dalam plasma 130-150 mEq/l dan dapat
disebut sebagai dehidrasi hiperntaremi.
Dehidrasi juga dapat dibagi berdasarkan derajatnya, yaitu:
a. Dehidrasi ringan bila kehilangan cairan mencapai 5% BB.
b. Dehidrasi sedang bila kehilangan cairan diantara 5-10% BB.
c. Dehidrasi berat bila kehilangan cairan lebih dari 10% BB.
Anak besar dan orang dewasa, bila kehilangan cairan lebih dari 5%BB sudah
dianggap menderita dehidrasi berat. Untuk mempertahankan volume plasma,
tubuh akan mengguanakan cairan intersisil dan intrasel, sehingga terjadi dehidrasi
intrasel. Karena itu rehidrasi baru dianggap lengkap, bila cairan ekstrasel,
maupun cairan intrasel dan intersisil suda kembali normal. Dehidrasi pada anak
dapat disebabkan karena masukan cairan yang kurang atau karena terlampau
banyaknya cairan yang hilang.
Kehilangan cairan yang berebihan dapat terjadi melalui:
1. Kulit, misalnya banyak berkeringat pada udara panas, demam, luka bakar,
dsb.
2. Traktus digestivus, misalnya melalui muntah-muntah, diare, fistel, dll.
3. Traktus urinarius, misalnya diabetes insipidus, DM.
4. Paru-paru, misalnya hiperventilasi.
5. Pembuluh darah, misalnya perdarahan.
Gejala dehidrasi
Rasa haus, BB turun, kulit,bibir dan lidah kering, saliva menjadi kental,
turgor kulit dan tonus otot berkurang. Mata dan ubun-ubun cekung,
pembentukan urine berkurang, anak menjadi apatis, gelisah, kadang-kadang
disertai kejang dan akhirnya timbul gejala asidosis dan renjatan dengan nadi
dan jantung berdenyut cepat, lemah, TD menurun, kesadaran menurun dan
pernafasan kussmaul.
23
DIARE
Diare adalah defekasi encer lebih dari tigakali sehari dengan / tanpa darah
dan/atau lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak
dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
Berdasarkan patofisiologinya, maka penyebab diare dibagi menjadi:
1. Diare sekresi, yang dapat disebabkan oleh virus, kuman patogen, apatogen
saraf, hiperperistaltik usus halus akibat efek bahan kimia atau makanan,
gangguan psikis, hawa dingin, alergi dan defisiensi imun terutama IgA
sekretonik.
2. Diare osmotik, yang dapat disebabkan oleh malabsorpsi makanan,
kekurangan kalori protein (KKP), atau bayi BBLR dan baru lahir.
Manifestasi klinis:
Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul disre. Tinja makin cair mungkin
mengandung darah atau lendir. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan atau
sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan elektrolit maka terjadilah
gejala dehidrasi. BB turun, pada bayi, ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor
kulit berkurang, Mukosa mulut kering.
Penatalaksanaan
Prinsip:
1. Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat
etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan
elektrolit secara cepat (terapi reidrasi) kemudian mengganti cairan yang
hilang sampai diare berhenti.
Jumlah cairan yang diberikan harus sama dengan jumlah cairan yang telah
hilang melalui diare/muntah (previous water loss = PWL), ditambah dengan
banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urine, dan pernafasan (normal
water loss = NWL) dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
24
melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung (concomitant water
loss = CWL) jumlah ini tergantung pada deajat dehidrasi serta berat badan
masing-masing anak atau golongan umur.
Tabel. Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur < 2 tahun (BB 3-
10 kg) sesuai dengan derajat dehidrasi.
dehidrasi PWL NWL CWL jumlah
ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
Berat 125 100 25 250
Tabel. Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur 2-5 tahun (BB
10-15 kg) sesuai dengan derajat dehidrasi.
dehidrasi PWL NWL CWL jumlah
ringan 30 80 25 135
Sedang 55 80 25 155
Berat 80 80 25 185
Tabel. Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur >5 tahun (BB
15-25 kg) sesuai dengan derajat dehidrasi.
dehidrasi PWL NWL CWL jumlah
ringan 25 65 25 115
Sedang 50 65 25 140
Berat 80 65 25 170
Tabel. Cara menilai pasien untuk dehidrasi
A B C
25
1.Tanyakan
tentang:
- diare
- Muntah
- haus
- Air seni
- kurang dari
4x/hari
- tidak ada atau
sedikit
- normal
- normal
- 4-10 kali sehari
- jarang
- Lebih dari normal
- Sedikit, gelap
- Lebih dari
10x
-Sangat kering
-Tidak sanggup
minum
-Tidak
berkemih
selam 6 jam
2. Lihat:
- Keadaan
- Air mata
- Mulut dan
lidah
- Pernafasan
-Baik, awas
waspada
-Ada
-Normal
-Basah
-Normal
-Tidak baik,
ngantuk dan
iritabel
-Tidak ada
-Cekung
-Kering
-Lebih cepat dai
normal
- Sangat
ngantuk,
tidak sadar,
terkulai atau
kejang.
- Tidak ada.
- Sangat kering
dan cekung.
- Sangat cepat
dan dalam.
3.Raba:
- Kulit
- Nadi
- Fontanela
(pada bayi)
- Cubitan cepat
kembali
- Lebih cepat dari
normal
- Cekung
- Cubitan lambat
kembali
- Lebih cepat daro
normal
- Cekung
- Cubitan sangat
lambat
kembali
- Sangat cepat,
lemah, tidak
teraba.
- Sangat
cekung.
4.BB Kehilangan < 25-
100kgBB
Kehilangan 25-100
kgBB
Kehilangan lebi
dari 100 gr
perkgBB
Tidak terdapat
dehidrasi
Dehidrasi ringan Dehidrasi berat
26
2.4 Konsep Dasar Kebutuhan Aktivitas
Selain keperluan energy pada metabolism basal¸aktivitas fisik juga
membutuhkan energi. Seseorang yang lebih aktif membutuhkan energy lebih dari
pada yang tidak aktif. Jumlah kalori yang digunakan dari berbagai aktivitas pada
seorang pria dengan berat badan 75 kg¸ dapat dilihat pada table di bawah ini.
Selain itu jumlah energy yang dibutuhkan tubuh juga dipengaruhi oleh beberapa
factor seperti bentuk tubuh¸ intensitas dan lamanya aktifitas fisik.
Jumlah kalori yang diperlukan seorang dewasa dengan berat ( 75 kg ) ketika
bersepeda dengan kecepatan 12 mil perjam adalah 0¸17 kalori/kg berat
badan/menit. Dengan berat badan sama berlari dengan kecepatan 5 mil/jam
sebesar 0¸14 kalori/kg berat badan/menit dan berjalan dengan kecepatan 3 mil per
jam sebesar 0¸06 kalori/kg berat badan/menit. Dan ketika berenang dengan gaya
bebas dikeluarkan kalori sebesar 0¸13 kalori/kg berat badan/menit.
No. Aktivitas Kcal/min
1 Basket 9¸0 - 10¸0
2 Boxing 9¸0 - 10¸0
3 Menyapu 4¸0 - 4¸5
4 Memasak 3¸0 – 3¸5
5 Menari 3¸5 - 12¸5
6 Makan 1¸0 - 2¸0
7 Memancing 4¸0 - 5¸0
8 Merawat kebun 3¸5 - 9¸0
9 Menunggang kuda 3¸0 - 10¸0
10 Mencat 2¸0 - 6¸0
11 Bermain Piano 2¸5 - 3¸0
12 Lari 9¸0 - 21¸0
13 Berdiri 1¸5 - 2¸0
14 Berenang 4¸0 - 12¸0
15 Mengetik (alat listrik) 1¸5 - 2¸0
16 Berjalan 1¸5 - 6¸0
27
17 Menulis 2¸0-2¸5
Aktivitas manusia dapat dibedakan atas aktivitas sangat ringan¸ ringan
sedang¸ dan berat. Aktivitas sangat ringan seperti jalan santai¸ menjahit¸
mengendarai mobil meningkatkan kebutuhan energy sebesar 13% dari nilai BMR.
Aktivitas ringan seperti memperbaiki mobil akan meningkatkan kebutuhan energy
sekitar 150% dari BMR.
Aktivitas sedang seperti merawat kebun¸ menari¸ naik sepeda akan
meningkatkan kebutuhan energy sebesar 175% dari BMR. Dan aktivitas berat
seperti bermain bola kaki¸ mensekap kayu¸ akan meningkatkan kebutuhan energy
sebesar 200% dari BMR.
Total Energi merupakan Nilai BMR dan tingkat aktivitas menentukan
energy yang dibutuhkan tubuh¸ ada beberapa factor yang mempengaruhi
kebutuhan total energy: pertama¸ usia karena terjadi penurunan kebutuhan energy
pada saat istirahat dan ketika beraktivitas sering dengan bertambahnya usia (untuk
21 tahun keatas) maka total energi yang dibutuhkan orang dewasa lebih rendah
dari pada anak-anak.
Selama periode pertumbuhan¸ tubuh lebih banyak membutuhkan energy.
Pertumbuhan tercepat terjadi pada usia dua tahun pertama¸ remaja dan kehamilan.
Sebagai contoh : remaja yang aktif membutuhkan kalori sebesar 3600 Kcal¸ dan
seorang wanita berusia 70 tahun hanya memerlukan 1800 Kcal.
Kedua¸ ukuran tubuh Seseorang dengan ukuran tubuh yang besar
memiliki kebutuhan energy total yang lebih besar dari pada orang berbadan kecil.
Ketiga¸ suhu lingkungan. Suhu kamar dibawah 20°C/68°F meningkatkan
kebutuhan energy. Keempat¸ kehamilan. Kehamilan meningkatkan BMR wanita.
Ibu hamil membutuhkan energy yang lebih banyak untuk melakukan aktivitas
fisik.
Kebutuhan energy total yang dibutuhkan. Kebutuhan kalori setiap hari
pada seorang wanita atau pria berusia 23 tahun dengan tingkat aktivitas sedang
dan suhu lingkungan sedang yaitu 20°C/68°F dapat dilihat pada table berikut ini.
Berat Kebutuhan kalori/hari
Jenis Kelamin Lb Kg Kcal
28
Laki – Laki 154 70 2700
Wanita 128 58 2000
Cara lain menghitung kebutuhan kalori seseorang adalah berdasarkan
besar badan dan tingkat aktivitas menurut golongan umur dan jenis kelamin¸
seperti table di bawah ini.
Golongan Umur (tahun) Kebutuhan Kalori
< 1
1 - 3
4 - 6
7 – 9
1090
1360
1830
2190
Laki-laki : remaja & dewasa
10 – 12
13 – 15
16 – 19
20 – 39
40 – 49
50 – 59
60 – 69
< 70
2600
0.97 M x A
1.02 M x A
1.00 M x A
0.95 M x A
0.90 M x A
0.80 M x A
0.70 M x A
Wanita : remaja & dewasa
10 – 12
13 – 15
16 – 19
20 – 39
40 – 49
50 – 59
60 – 69
< 70
2350
1.13 F x A
1.05 F x A
1.0 F x A
0.95 F x A
0.90 F x A
0.80 F x A
0.70 F x A
Keterangan :
M = berat badan x 46 kalori = kebutuhan kalori laki-laki dewasa pada berat badan
tertentu.
29
F = berat badan x 40 kalori = kebutuhan kalori wanita dewasa pada berat badan
tertentu.
A = indeks aktivitas : ringan = 0.90 ; Sedang = 1.0 ; aktif = 1.17.
2.5 Konsep Dasar Infeksi dan Pencegahan Infeksi yang Harus Dilakukan
Infeksi adalah prosesinvasif oleh mikroorganismedan berpoliferasi di dalam
tubuh yang menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi adalah invasi tubuh
oleh mikroorganisme dan berproliferasi dalam jaringan tubuh. (Kozier, et al,
1995).
Menurut Perry Potter, 2005 proses terjadinya infeksi seperti rantai yang
saling terkait antar berbagai faktor yang mempengaruhi, yaitu agen
infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of entry dan host/pejamu
yang rentan.
Cara Penularan Mikroorganisme
Proses penyebaran mikroorganisme ke dalam tubuh, baik pada manusia
maupun hewan, dapat melalui berbagai cara, diantaranya :
1. Kontak Tubuh. Kuman masuk ke dalam tubuh melalui proses penyebaran
secara langsung maupun tidak langsung. Penyebaran secara langsung melalui
sentuhan dengan kulit, sedangkan secara tidak langsung dapat melalui benda
yang terkontaminasi kuman.
2. Makanan dan Minuman. Terjadinya penyebaran dapat melalui makanan dan
minuman yang telah terkontaminasi, seperti pada penyakit tifus abdominalis,
penyakit infeksi cacing, dan lain-lain.
3. Serangga. Contoh proses penyebaran kuman melalui serangga adalah
penyebaran penyakit malaria oleh plasmodium pada nyamuk aedes dan
beberapa penyakit saluran pencernaan yang dapat ditularkan melalui lalat.
4. Udara. Proses penyebaran kuman melalui udara dapat dijumpai pada
penyebaran penyakit system pernafasan (penyebaran kuman tuberkulosis)
atau sejenisnya.
Faktor yang Mempengaruhi Proses Infeksi
30
1. Sumber Penyakit. Sumber penyakit dapat mempengaruhi apakah infeksi
berjalan dengan cepat atau lambat.
2. Kuman Penyebab. Kuman penyebab dapat menentukan jumlah
mikroorganisme, kemampuan mikroorganisme, kemampuan mikroorganisme
masuk ke dalam tubuh.
3. Cara Membebaskan Sumber dari Kuman. Cara membebaskan kuman dapat
menetukan apakah proses infeksi cepat teratasi atau diperlambat, seperti
tingkat keasaman (pH), suhu, penyinaran (cahaya) dan lain-lain.
4. Cara Penularan. Cara penularan seperti kontak langsung, melalui makanan
atau udara, dapat menyebabkan penyebaran kuman ke dalam tubuh.
5. Cara Masuknya Kuman. Proses penyebaran kuman berbeda, tergantung dari
sifatnya. Kuman dapat masuk melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan,
kulit, dan lain-lain.
6. Daya Tahan Tubuh. Daya tahan tubuh yang baik dapat memeprlambat proses
infeksi atau mempercepat proses penyembuhan. Demikian pula sebaliknya,
daya tahan tubuh yang buruk dapat memperburuk proses infeksi.
Selain factor-faktor di atas, terdapat factor lain seperti status gizi atau nutrisi,
tingkat stress pada tubuh, factor usia, dan kebiasaan yang tidak sehat.
BAB III
PEMBAHASAN
Kasus
An.M datang ke puskesmas dengan keluhan batuk, pilek, panas, diare sudah
2 hari keluar cairan bening dari telinga terus menerus. Berdasarkan RPS
31
didapatkan bahwa anak batuk 3 hari kemudian besoknya timbul demam di sore
hari. Sebelum demam paginya anak diare setelah diberi makan bubur, diare sudah
2 hari kira-kira sehari sebanyak 7 kali. Ibu An.M mengatakan jika 2 minggu yang
lalu setelah berobat dari puskesmas terdapat keluar cairan dari telinga kiri
berwarna bening dan tidak berbau. Sampai saat ni masih keluar cairan namun
jumlahnya sudah berkurang. Saat sakit nafsu makan turun, suhu: 38°C,
N:112x/mnt, RR: 45x/mnt, TB: 68 cm, BB: 7,2 kg. Anak mendapat terapi
demacoline, GG, vit.B complex, corosorb tab 3x1/4, cotrimoxazol syrup 2x1sdt,
chloramphenicol tetes telinga 3x2 tetes.
1. Analisa kasus berdasarkan konsep nutrisi.
2. Analisa berdasarkan peningkatan suhu tubuh dan penanganannya.
3. Analisa berdasarkan kebutuhan cairan pasien.
4. Analisa berdasarkan kebutuhan aktivitas pasien.
5. Analisa berdasarkan konsep infeksi dan pencegahan infeksi yang harus
dilakukan.
3.1 Analisa Berdasarkan Konsep Nutrisi
Didapatkan data dari kasus tersebut bahwa An. M memiliki BB: 7,2 kg;
TB:68 cm. Berdasarkan analisa kasus terhadap teori tentang konsep nutrisi
kebutuhan energi pada keadaan normal An. M pada usia 3th adalah : 1220 kkal,
sedangkan kebutuhan kalorinya : 75 – 90 kkal/kgBB/hari
Sedangkan kebutuhan nutrisi pada An. M yang sakit dapat dihitung sesuai rumus
dari harris benedict, yaitu:
Kebutuhan kalori pada anak sakit = KKB/BMR/BEE + 40 x (TB-100) kkal/hari.
Dimana,
BMR/BEE = 66, 47 + (13,75 x berat (kg)) + (5,0 x tinggi (cm)) – (6,76 x usia
(tahun)) = ………. Kal/hari.
32
(misalkan An. M laki-laki), sehingga kebutuhannya:
BMR = 66,47 + (13,75 x 7,2) + (5,0 x 68) – (6,76 x 3)
= 66, 47 + 99 + 34 – 20,28
= 179, 19 kal/ hari
Kebutuhan kalori anak saat sakit = 179,19 + 40 x (68-100) kkal/hari
= 179,19 + 40 x (- 32)
= 179,19 + (- 1280)
= 1459,19 kkal/hari
Artinya naik 239,19 kkal/hari dari kebutuhan energi saat keadaan sehat. Hal
ini sesuai dengan teori yang di sebutkan bahwa terjadi peningkatan kebutuhan
kalori sebanyak 20% pada perhitungan kebutuhan nutrisi An.M sehingga kondisi
sakitnya An.M dikategorikan berdasarkan beratnya penyakit yang didasarkan pada
perhitungan kebutuhan nutrisi sebagai derajat sedang.
Hal tersebut perlu menjadi perhatian tenaga kesehatan untuk membantu
memenuhi kebutuhan nutrisi/ gizi dari An.M dimana pada kondisi sakitnya An. M
mengalami penurunan nafsu makan. Diharapkan nantinya tindakan yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien bertujuan untuk
mempertahankan status nutrisi pasien ketika sakit dan meningkatkan berat badan
pasien saat sakit.
Kalori dalam makanan berasal dari nutrien protein, lemak dan karbohidrat.
Setiap gram protein menghasilkan 4 kalori, lemak 9 kalori, dan karbohidrat 4
kalori. Distribusi kalori dalam makanan anak yang dalam keseimbangan diet
(balanced diet) adalah 15% berasal dari protein, 35% dari lemak dan 50% dari
karbohidrat.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi anak antara lain: Setelah berumur 1 tahun
menunya harus bervariasi untuk mencegah kebosanan dan diberi susu serelia
(seperti bubur beras, roti) daging, sup, sayuran dan buah-buahan. Makanan padat
33
yang diberikan tidak perlu diblender lagi melainkan yang kasar supaya anak yang
sudah mempunyai gigi belajar mengunyah. Adakalanya anak tidak mau makan
dan sebagai gantinya ibu memberikan susu.
Kebiasaan demikian akan mengarah kepenolakan segala makanan padat
sehingga dietnya hanya terdiri dari susu saja. Berikan nasehat pada ibu atau
pengasuhnya bahwa kebiasaan demikian tidak baik untuk anaknya. Ibu harus
dapat bertindak keras, jika anak sehat tidak mau makan makanan padatnya.
Jangan diberi susu sebagai pengganti tetapi bawa pergi makanan itu dan coba lagi
jika anak sudah lapar.
Bagi anak-anak pada golongan sosio-ekonomi menengah dan atas umur
permulaan masuk sekolah tidak 7 tahun melainkan jauh lebih muda. Pada umur
dua setengah atau tiga tahun mereka sudah dikirim ke playgroup, untuk diteruskan
ke taman kanak-kanak pada umur 4-6 tahun.
Bagi anak pra sekolah makanan sehari-harinya dapat terdiri dari:
1. Makan pagi
a. Bubur beras atau roti disemir dengan mentega atau margarine
b. Telur, daging atau ikan
c. 1 gelas susu
2. Makan siang
a. Nasi
b. Daging, ayam, ikan, telur, tahu atau tempe
c. Sayur seperti tomat, wortel, bayam
d. Buah seperti pisang, jeruk, papaya, apel
e. 1 gelas susu
3. Makan sore atau malam
a. Nasi atau roti disemir dengan mentega atau margarine
b. Daging, ikan, ayam, tahu, tempe
c. Sayur mayor
d. Buah atau pudding
e. 1 gelas susu
34
Bila dalam kondisi diare dianjurkan untuk meneruskan pemberian makanan
bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk pada
status gizi.
Dianjurkan untuk tidak memberikan buah-buahan terlebih dahulu apabila
diare karena akan mempersering frekuensi defekasi dan menjadikan tubuh
semakin banyak kehilangan cairan.
Bagi anak yang masih menyusui ibunya ASI anjurkan ibu untuk tetap
memberikan ASI.
3.2 Analisa Berdasarkan Peningkatan Suhu Tubuh dan Penanganannya
1. Pada kasus diatas didapatkan data bahwa An.M mengalami peningkatan
suhu tubuh sampai 38°C. Berdasarkan teori yang telah ada diatas
disebutkan bahwa setiap terjadi peningkatan suhu tubuh diatas 37°C
berarti terjadi peningkatan 10% BMR per-1°C dan juga terjadi
peningkatan kebutuhan kalori sampai 12% per-1°C sehingga:
BMR = 179,19 x 0,1
= 17,92 kal/hari
Sehingga jumlah BMR ketika anak mengalami peningkatan suhu tubuh
38°C = 179,19 + 17,92 = 197,1 kal/hari
Kebutuhan kalori anak saat sakit saat terjadi peningkatan suhu tubuh
38°C menjadi:
= 197,1 + 40 x (68-100) kkal/hari
= 197,1 + 40 x (- 32)
= 197,1 + (- 1280)
= 1477,1 kkal/hari
= 1477,1 x 12/100
= 177,25
= 1477,1 + 177,25
35
= 1654,35 kkal/hari (total kebutuhan kalori ketika terjadi peningkatan
suhu tubuh 38°C)
2. Selain kebutuhan kalori yang perlu diperhatikan juga penaatalaksanaan
yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan ketika terjadi peningkatan
suhu tubuh antara lain:
a. Farmakoterapi: Obat penurun panas (antipiretik) misal, paracetamol,
pamol, ibuprofen, OAINS, aspirin, tempra.
Aspirin tidak dianjurkan karena memiliki banyak efek samping
(syndrom reye).
b. Kompres
c. Menaikkan Asupan Cairan Anak.
Dalam teori disebutkan bahwa Kebutuhan cairan tergantung
pada metabolisme kalori. Untuk membentuk panas, metabolisme
100 kalori memerlukan 150 ml air. Neonatus memerlukan air
sebanyak:150/100 X 50= 75ml/kgBB/hari, sedangkan seorang anak
dengan berat badan 3-10 kg memerlukan air 150/100 X 70 =
105ml/kgBB/hari dan seterusnya. (rumus darrow).
Apabila terjadi peningkatan suhu tubuh 1°C (bila diatas 37°C)
maka kebutuhan cairan yang diperlukan bertambah menjadi 12%
per kenaikan 1°C, sehingga:
Pada kasus diketahui BB An.M: 7,8 kg, maka cairan yang
diperlukan:
150/100 x 70 = 105 ml/kgBB/hari
= 105 x 12/100
= 12,6
= 105 + 12,6
= 117,6 ml/kgBB/hari
Jadi kebutuhan cairan yang diperlukan An.M ketika terjadi
peningkatan suhu tubuh 38°C = 117,6 ml/kgBB/hari.
d. Gunakan pakian tipis pada anak.
3.3 Analisa Berdasarkan Kebutuhan Cairan Pasien
36
Pada kasus didapatkan hasil pengkajian An.M sudah diare selama 2 hari
dengan frekuensi BAB 7 kali sehari. Sesuai dengan teori diatas berarti An.M
masuk dalam kategori dehidrasi ringan akibat diare. Analisa kebutuhan cairan
menggunakan rencana pengobatan rehidrasi B.
Rencana pengobatan rehidrasi B
Dalam 3 jam pertama, berikan 75ml/kgBB atau bila berat badan anak tidak
diketahui dan atau memudahkan dilapangan, berikan oralit sesuai umur.
Tabel. Kebutuhan oralit per-kelompok umur
umur Jumlah oralit yang
diberikan tiap BAB
Jumlah oralit yang
disediakan dirumah
< 12 bulan 50-100 ml 400ml/hari (2 bks)
1-4 tahun 100-200 ml 600-8—ml/hari, 3-4 bks
>5 tahun 200-300 ml 800-1000ml/ hari, 4-5
bks
dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/ hari
Tabel. Jumlah oralit yang diberikan pada 3 jam pertama
umur < 1 tahun 1-5 tahun >5 tahun Dewasa
Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1200 ml 2400 ml.
Bila anak menginginkan lebih banyak oralit berikanlah.
Dorong ibu untuk memberikan ASI.
Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI, berikan juga 100-200 ml air
masak selama masa ini.
1 jam pertama : 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik
Selanjutnya : 125 ml/kgBB/hari atau ad libitium (oral sebanyak anak mau
minum).
Pemberian Cairan parentral
a. Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
37
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set
berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20
tetes).
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset
berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20
tetes).
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
b. Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts
atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
c. Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts
atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts
atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
d. Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam,
jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit
(1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian
glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
Pengobatan dietetik
o Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak
tak jenuh.
o Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
o Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang
berantai sedang atau tak jenuh.
38
3.4 Analisa Berdasarkan Kebutuhan Aktivitas Pasien
aktivitas sangat erat hubungannya dengan BMR seseorang pada kasus ini
mungkin anak akan mengalami penurunan aktivitas sehingga peningkatan BMR
yang berhubungan dengan kebutuhan aktivitas tidak terjadi.
Kalori yang dibutuhkan untuk aktivitas oleh pasien yang berumur 3 tahun
sebnayak 1360 kkal/hari
3.5 Analisa Berdasarkan Konsep Infeksi dan Pencegahannya
Dari kasus diatas didapatkan bahwa An.M kondisi penyakitya dapat
disebabkan oleh beberapa hal:
1. diare, dapat disebabkan oleh infeksi virus (enterovirus, adenovirus, retrovirus,
virus ECHO dll.), infeksi bakteri (E.coli, shigella, salmoella, vibrio, dll).
2. Keluarnya cairan dari telinga kiri bisa disebabkan akibat infeksi nasofaring,
orofaring, atau sinusitis yang pernah dialami sebelumnya, infeksi ini disebut
juga dengan OMA.
Infeksi ini dapat pula menyebabkan diare serta gangguan gastrointestinal
lainnya seperti muntah
3. Demam/ peningkatan suhu tubuh pada pasien mungkn bisa disebabkan karena
adanya peradangan pada telinga atau karena adanya peningkatab metabolisme
tubuh akibat diare.
Cara pencegahan infeksi
a. Menjaga hygine tubuh pasien
b. Menjaga kebersihan alat-alat makan, pakaian serta lingkungan pasien.
c. Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
d. Meminum antibiotik yang sudah diresepkan oleh dokter.
BAB IV
PENUTUP
39
4.1 Kesimpulan
Banyak hal yang perlu diperhatikan ketika seorang anak sakit selain
memperhatikan pengobatan secara farmakologis atau medis, kesembuhan
seseorang dari sakit juga tidak dapat dilepaskan dari perawatan yang dilakukan
ketika sakit.
Sebagai perawat sangat diperlukan kemampuan untuk mengetahui apa saja
kebutuhan-kebutuhan dasar yang dibutuhkan ketika akan merawat pasiennya,
karena hal tersebut mempengaruhi proses kesembuhan.
Dari analisa kasus yang telah disajikan diatas dapat dilihat bahwa ketika seorang
anak sakit kebutuhan akan cairan dan elektrolit, nutrisi, kebutuhan aktivitas sangat
berpengaruh terhadap proses peningkatan suhu tubuh dan terjadinya infeksi dalam
tubuh. Dengan nutrisi yang baik tubuh akan dapat menjalankan perannya ketika
terjadi infeksi dalam tubuh atau ketika terjadi peningkatan suhu tubuh akibat
peningkatan metabolisme.masing-masing darikelima kebutuhan tersebut memliki
peran yang berbeda dalam mempertahankan kondisi tubuh kita dan mencapai
homeostasi namun kelima kebutuhan tersebut juga saling berkaitan dalam
mekanisme tubuh kita.
4.2 Saran
Diharapkan untuk kita sebagai calon perawat lebih memeperhatikan
kebutuhan dasar pasien ketika merawat pasien dengan cara menganalisa
keterkaitan kelima kebutuhan tersebut terhadap penyakit pasien sehingga nantinya
ketika akan melakukan tindakan kita akan mengerti apa saja yang perlu
diperioritaskan, sehingga proses penyembuhan dan pemulihan pasien bisa cepat
terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arief. 2007. Kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 2. Jakarta:
media aesculapius.
40
Perry, Potter. 2006. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan
praktek edisi 4 volume 2. Jakarta: EGC
Perry, Potter. 2006. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan
praktek edisi 4 volume 1. Jakarta: EGC
Staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI. 2007.buku kuliah ilmu kesehatan anak
volume 1. Jakarta: Infomedika Jakarta.
Staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI. 2007.buku kuliah ilmu kesehatan anak
volume 2. Jakarta: Infomedika Jakarta.
WHO. 1995. Penataaksanaan dan pencegahan diare akut, petunjuk klinis edisi 2.
Jakarta: EGC.
41