an turbin air
TRANSCRIPT
-
8/3/2019 an Turbin Air
1/34
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di zaman teknologi seperti sekarang ini dimana listrik merupakan salah satu
kebutuhan pokok yang harus terpenuhi dan tidak bisa terlepas dari kehidupan kita sehari-
hari, mulai dari kota besar sampai ke desa yang terpencil sekalipun listrik adalah
kebutuhan yang sangat vital. Sebuah pabrik tidak akan dapat mengoperasikan mesin-
mesinnya tanpa adanya listrik, sebuah kota akan mati tanpa adanya listrik.
Listrik dapat dihasilkan dengan berbagai cara, misalnya dengan memanfaatkan
panas cahaya matahari atau panas perut bumi, dari energi potensial yang terdapat di air
yang mengalir seperti di sungai atau pada air terjun, atau listrik juga bisa dihasilkan dari
tenaga nuklir. Di Indonesia sumber pembangkit tenaga listrik yang paling banyak
digunakan adalah pembangkit listrik yang berbahan bakar fosil, misalnya diesel, karena
relatif lebih murah dan lebih aman jika dibandingkan dengan menggunakan tenaga nuklir
yang dapat menimbulkan bahaya yang serius jika terjadi kebocoran yang kecil saja.
Namun permasalahanya adalah bahan bakar fosil cepat atau lambat akan habis karena
tidak dapat diperbaharui lagi. Karena itu, sekarang ini diperlukan pembangkit listrik yang
sumber bahan bakarnya tidak akan habis, murah, dan aman. Salah satunya dengan
memanfaatkan tenaga air. Pembangkit listrik tenaga air di Indonesia sangat berpotensi
sekali, mengingat Indonesia memiliki banyak sekali sungai besar dan air terjun yang
kesemuanya dapat dimamfaatkan energi potensialnya untuk membangkitkan listrik.
Yang dibutuhkan untuk menghasilkan listrik dengan menggunakan tenaga air
hanyalah sebuah turbin yang akan diputar oleh air, yang mana akan mengubah energi
1
-
8/3/2019 an Turbin Air
2/34
potensial air menjadi energi mekanis yang kemudian disambungkan dengan generator
melalui poros sehingga menghasilkan listrik.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari perencanaan mesin ini adalah :
1. merencanakan elemen-elemen mesinnya seperti poros, pasak, dan
bantalan.
2. Menentukan ukuran-ukuran elemen tersebut.
3. Menentukan bahan-bahan yang sesuai untuk elemen-elemen
tersebut.
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam perencanaan mesin ini adalah :
1. Perencanaan hanya dilakukan pada elemen-elemen mesin seperti :
poros, pasak, dan bantalan.
2. Perencanaan ini hanya menghitung daya dan diameter yang akan
dihasilkan oleh turbin tanpa merencanakan bentuk serta sudu dari
turbin tersebut.
2
-
8/3/2019 an Turbin Air
3/34
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Turbin
Turbin air berperan untuk mengubah energi air (energi potensial, tekanan
dan energi kinetik) menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros. Putaran
poros turbin ini akan diubah oleh generator menjadi tenaga listrik. Berdasarkan
prinsip kerjanya , turbin air dibagi menjadi dua kelompok:
1. Turbin Impuls ( Cross-Flow, Pelton dan Turgo )
2. Turbin Reaksi (Francis, Kaplan dan Propeller)
Gambar 1.1 Turbin Air
Pemilihan turbin didasarkan pada head air yang didapatkan dan
kurang lebih pada rata-rata alirannya. Umumnya, turbin impuls digunakan
untuk tempat dengan head tinggi, dan turbin reaksi digunakan untuk
3
-
8/3/2019 an Turbin Air
4/34
tempat dengan head rendah. Turbin Kaplan baik digunakan untuk semua
jenis debit dan head, efisiensinya baik dalam segala kondisi aliran.
Daya yang dibangkitkan oleh turbin dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
Pt = 9,81 x Q x H x Nt..(1)
Dimana :
Q = Debit air,
H = efektif head, m
Nt = Efisisensi turbin, 0,5 0,9
Sedangkan untuk mengetahui putaran turbin tiap menitnya ( N ), karena
akan digunakan dalam merencanakan poros dari turbin, dapat dicari dengan
persamaan sebagai berikut :
..(2)
Diameter dari suatu turbin dapat dicari dari persamaan sebagai berikut :
...(3)
Lebar runner pada sisi masuk (b) :
..(4)
= factor penyempitan meniggalkan sudu gerak ( 0,85-0,90 ).
4
-
8/3/2019 an Turbin Air
5/34
Dimana :
,m/s
Ketebalan semburan masuk ( ) dapat dihitung berdasarkan rumus
berikut ini :
..(5)
Dimana :
k = 0,075 - 0,1.
Jarak antara sudu turbin (t) dapat dihitung berdasarkan rumus berikut ini :
..(6)
Dimana :
= arc tan ( 2 tan )
= 16 ,tujuannya adalah untuk mendapatkan efisiensi mekanis yang
paling tinggi.
Jumlah sudu dari turbin yang akan dibuat ( n ) dapat dicari dari
persamaan berikut ini :
..(7)
2.2. Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin yang mana
hampir setiap mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peran utama
5
-
8/3/2019 an Turbin Air
6/34
dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Untuk merencanakan sebuah poros hal-
hal berikut ini perlu diperhatikan yaitu :
1. Kekuatan poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau
gabungan antara keduanya, ada juga poros yang mendapat beban tarik atau tekan
seperti poros baling-baling kapal atau turbin. Kelelahan, tumbukan atau pengaruh
konsentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil (poros bertangga) atau bila
poros memiliki alur pasak harus diperhatikan.
2. Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros memiliki kekuatan yang cukup tetapi jika
lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian
(pada mesin perkakas) atau getaran dan suara (misalnya pada turbin dan kotak
roda gigi) karena itu disamping kekuatan poros, kekakuan poros juga perlu
diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis mesin yang akan dilayani poros
tersebut.
3. Putaran Kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran
tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya, putaran ini disebut putaran
kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor listrik dan lain-lain yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jika mungkin
poros harus direncanakan sedemikian rupa sehingga putaran kerjanya lebih
rendah dari pada putaran kritisnya.
6
-
8/3/2019 an Turbin Air
7/34
4. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi (termasuk plastik) harus dipilih untuk poros
propeler dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian
pula dengan poros-poros yang terancam kavitasi, dan poros-poros mesin yang
sering berhenti lama. Sampai batas-batas tertentu dapat pula dilakukan
perlindungan terhadap korosi.
5. Bahan Poros
Poros untuk mesin biasanya dibuat dari batang baja yang ditarik dingin
dan difinis, baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan S-C) yang dihasilkan
dari ingot yang di-kill (baja yang dideoksidasikan dengan ferrosilikon dan
dicor; kadar karbon terjamin) (JIS G 4501).
Meskipun demikian bahan ini kelurusannya agak kurang tepat dan dapat
mengalami deformasi karena tegangan yang tidak seimbang misalnya bila diberi alur
pasak, karena ada tegangan sisa di dalam terasnya. Tetapi penarikan dingin membuat
permukaan poros menjadi lebih keras dan kekuatannya bertambah besar. Poros-poros
yang dipakai untuk meneruskan putaran tinggi dan beban berat umumnya dibuat dari
baja paduan dengan pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap keausan. Beberapa
diantaranya adalah baja khrom nikel, baja khroom nikel molibden, baja khrom, baja
khroom molibden, dan lai-lain.
Berikut ini akan dibahas tentang rencana sebuah poros yang mendapat sebuah
pembebanan utama berupa torsi seperti pada poros motor dengan sebuah kopling. Jika
diketahui bahwa poros yang akan direncanakan tidak mendapat beban lain kecuali torsi,
maka diameter poros tersebut dapat lebih kecil dari pada yang dibayangkan. Meskipun
7
-
8/3/2019 an Turbin Air
8/34
demikian, jika diperkirakan akan terjadi pembebanan berupa lenturan, tarikan atau
tekanan, misalnya jika sebuah sabuk, rantai atau roda gigi dipasangkan pada poros motor,
maka kemungkinan adanya pembebanan tambahan tersebut perlu diperhatikan dalam
faktor keamanan yang diambil.
Pertama kali ambillah suatu kasus dimana daya P (kW) harus ditransmisikan dan
putaran poros n1 (rpm) diberikan. Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan terhadap
daya P tersebut. Jika P adalah daya rata-rata yang diperlukan maka harus dibagi dengan
efisiensi mekanis dari sistem transmisi untuk mendapat daya penggerak mula yang
diperlukan. Daya yang besar mungkin diperlukan pada saat start atau mungkin beban
yang besar mungkin diperlukan pada saat start. Dengan demikian sering kali diperlukan
koreksi daya rata-rata yang diperlukan dengan menggunakan faktor koreksi pada
perencanaan.
Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak, maka berbagai macam
faktor keamanan biasanya dapat diambil dari perencanaan, sehingga faktor koreksi
pertama dapat diambil kecil. Jika faktor koreksi adalah fc maka daya rencana Pd (kW)
sebagai patokan adalah(Sularso dan K. Suga;1997) :
Pd =fc . P (kW) ..................................................................(8)
Tabel 2.3Faktor-faktor daya yang akan ditransmisikan (fc)
Daya yang akan ditransmisikan fc
Daya rata-rata yang diperlukan Daya
maksimum yang diperlukan Daya
normal
1,2 - 2,0
0,8 - 1,2
1,0 - 1,5
8
-
8/3/2019 an Turbin Air
9/34
Jika daya diberikan dalam daya kuda (PS) maka harus dikalikan dengan 0,735
untuk mendapatkan daya dalam kW (Sularso dan K. Suga, 1997).
Jika momen puntir (disebut juga dengan momen rencana) adalah T (kg.mm)
maka nilai daya rencana (Pd) (Sularso dan K. Suga;1997) :
102
)60/2()1000/( 1nTPd
=
Sehingga:1
51074.9nPdT = .(9)
Bila momen rencana T (kg.mm) dibebankan pada suatu diameter poros ds (mm)
maka tegangan geser (kg/mm2) yang terjadi (Sularso dan K. Suga;1997) :
33
1.5
)16/(s
d
T
ds
T==
.......................................................(10)
Tegangan geser yang diizinkan a (kg/mm2) untuk pemakain umum pada poros
dapat diperoleh dengan berbagai cara. Disini a dihitung atas dasar batas kelelahan puntir
yang biasanya diambil 40 % dari batas kelelahan tarik yang besarnya kira-kira 45% dari
B (kg/mm2). Jadi batas kelelahan puntir adalah 18% dari kekuatan tarik B, sesuai dengan
standar ASME. Untuk harga 18% ini faktor keamanan diambil sebesar 1/0,18 = 5,6.
Harga 5,6 ini diambil untuk bahan SF dengan kekuatan yang dijamin, dan 6,0 untuk
bahan S-C dengan pengaruh massa, dan baja paduan. Faktor ini dinyatakan dengan 1Sf
Selanjutnya perlu ditinjau apakah poros tersebut akan diberi alur pasak atau
dibuat bertangga, karena pengaruh konsentrasi tegangan cukup besar. Pengaruh
kekasaran permukaan juga harus diperhatikan. Untuk memasukkan pengaruh-pengaruh
ini dalam perhitungan perlu diambil faktor keamanan yang dinyatakan sebagai Sf2 dengan
9
-
8/3/2019 an Turbin Air
10/34
harga sebesar 1,3 - 3,0. Dari hal-hal tersebut maka besarnya a dapat dihitung dengan
persamaan (Sularso dan K. Suga;1997) :
a= B / Sf1x Sf2 ....................................................................(11)
Kemudian keadaan momen puntir itu sendiri juga harus ditinjau. Faktor koreksi
yang dianjurkan oleh ASME juga dipakai di sini. Faktor ini dinyatakan denganKt, dipilih
sebesar 1,5 jika beban dikenakan secara halus, 1,0 - 1,5 jika terjadi sedikit kejutan atau
tumbukan dan 1,5 - 3,0 jika beban dikenakan dengan tumbukan atau kejutan besar.
Meskipun dalam perkiraan sementara ditetapkan bahwa beban hanya terdiri atas
momen puntir saja, perlu ditinjau pula apakah ada kemungkinan pemakaian dengan beban
lentur di masa mendatang. Jika memang diperlukan akan terjadi pemakaian dengan beban
lentur maka dapat dipertimbangkan pemakaian faktorCbyang harganya antara 1,2 - 2,3
(jika diperkirakan tidak akan terjadi pembebanan lentur maka Cbdiambil sama dengan
2,0).
Dari persamaan diatas diperoleh rumus untuk menentukan diameter sebuah poros
(ds)(Sularso dan K. Suga;1997) :
3
1
...1.5
= TCbKtds
a
...............................................
(12)
dimana:
ds = Diameter poros (mm)
a = Tegangan geser yang diizinkan (kg/mm2)
=Kt Faktor koreksi momen puntirFaktor koreksi lenturan
10
-
8/3/2019 an Turbin Air
11/34
=Cb Faktor koreksi lenturan
=T Momen rencana (kg/mm)
Harga faktor konsentrasi tegangan untuk alur pasak dan untuk poros bertangga
dapat diperoleh dengan diagram R.E.Peterson (Gambar 2.1 dan 2.2 )
11
Gambar. 2.1 Faktor konsentrasi tegangan untuk
pembebanan puntir statis dari suatu poros bulat
den an alur asak erse i an diberi filet
Gambar. 2.2 Faktor konsentrasi tegangan
untuk pembebanan punter statisdari suatu poros bulat dengan
-
8/3/2019 an Turbin Air
12/34
Bila dan dibandingkan dengan faktor keamanan Sf2 untuk konsentrasi
tegangan pada poros bertangga atau alur pasak yang ditaksir terdahulu, maka dan
sering kali menghasilkan diameter poros yang lebih besar.
Periksalah perhitungan tegangan, mengingat diameter yang dipilih lebih besar
dari ds yang diperoleh dari perhitungan. Bandingkan dan dan pilihlah yang lebih
besar. Lakukanlah koreksi pada Sf2
yang di taksir sebelumnya untuk konsentrasi
tegangan, dengan mengambil a.Sf2 /( atau ) sebagai tegangan yang diizinkan yang
dikoreksi. Bandingkan harga ini dengan .Cb.Kt, dari tegangan geser yang dihitung atas
dasar poros tanpa alur pasak, faktor lenturan Cb, dan faktor koreksi tumbukan Kt dan
tentukan masing-masing harganya jika hasil yang terdahulu lebih besar serta lakukan
penyesuaian jika hasilnya lebih kecil. Cara perencanaan poros dapat dilihat pada diagram
alir perencanaan poros.
2.3 Pasak
2.3.1 Macam-macam pasak
Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-bagian
mesin seperti roda gigi, sproket, pulley, kopling, dan lain-lain pada poros Momen
diteruskan dari poros ke naf dari naf keporos.
Fungsi yang serupa dengan pasak dilakukan pula oleh seplain (spline) dan gerigi
(seration), yang mempunyai gigi luar pada poros dan gigi dalam, dalam jumlah gigi yang
sama pada naf dan saling terkait satu dengan yang lain. Gigi pada spalin adalah besar-
besar, sedang pada gerigi adalah kecil-kecil dengan jarak bagi yang kecil pula. Kedua-
12
-
8/3/2019 an Turbin Air
13/34
duanya dapat digeser secara aksial pada waktu meneruskan daya. Pasak pada umumnya
digolongkan atas beberapa macam.
Menurut letaknya pada poros dapat dibedakan antara pasak kelana, pasak rata.
pasak benam dan pasak singgung, yang paling umum berpenampang segi empat. Dalam
arah memanjang dapat berbentuk prismatis atau berbentuk tirus. Pasak benam prismatis
ada yang khusus dipakai sebagai pasak luncur. Disamping itu ada pula pasak tembereng
dan pasak jarum.
Pasak luncur memungkinkan pergeseran aksial roda gigi, dan lain-lain, pada
porosnya, seperti pada splain. Yang paling umum dipakai adalah pasal benam yang dapat
meneruskan momen yang hesar. Untuk momen dengan tumbukan, dapat dipakai pasak
singgung.
2.2.3 Hal-hal penting dan tata cara perencanaan pasak
Pasak benam mempunyai penampang segi empat dimana terdapat bentuk
prismatis dan tirus yang kadang-kadang diberi kepala untuk memudahkan
pencabutannya. Kemiringan pada pasak tirus umumnya sebesar 1/10, dan pengerjaan
harus hati-hati agar naf tidak menjadi ekstrinsik.. Pada pasak yang rata, sisi
sampingnya harus pas dengan alur pasak agar pasak tidak menjadi goyah dan rusak.
Ukuran dan bentuk standar pasak pada lampiran untuk pasak umumnya dipilih bahan
yang mempunai kekuatan tarik lebih dari 60 (kg/mm2) lebih kuat daripada porosnya.
Kadang-kadang sengaja dipilih bahan yang lemah untuk pasak, sehingga pasak akan
lebih dahulu rusak dari pada poros atau nafnya. Ini disebabkan harga pasak murah
dan mudah menggantinya.
13
-
8/3/2019 an Turbin Air
14/34
Jika momen rencana pada poros adalah T (kg.mm), dan diameter poros adalah
ds (mm), maka gaya tangensial F (kg) pada permukaan poros adalah (Sularso dan K.
Suga;1997)
............. (13)
Gaya geser yang bekerja pada penampang mendatar b x l (mm`) oleh gaya F
(kg) dengan demikian tegangan geser k (kg/mm2) yang ditimbulkan adalah dari
tegangan geser yang diizinkan ka (kg/.mm2
), panjang pasak 1 (mm) yang diperlukan
dapat diperoleh (Sularso dan K. Suga;1997) :
ka > (14)
Gaya gesek pada pasak dapat dilihat pada gambar 2.4. dibawah ini
Gambar 2.4. Gaya gesek pada pasak
Harga kaadalah harga yang diperoleh dengan membagi kekuatan tarik B
dengan factor keamanan Sf1 dan Sf2.
Harga Sfk1 umumnya diambil 6, dan Sfk2 dipilih antara 1-1,5 jika beban
dikenakan secara perlahan-lahan, antara 1,5 -3 jika dikenakan dengan tumbukan
ringan dan antara 2-5 jika dikenakan secara tiba-tiba dan dengan tumbukan berat.
14
)2/(ds
TF =
11.b
F
-
8/3/2019 an Turbin Air
15/34
Kedalaman alur pasak pada poros dinyatakan dengan t 1, dan kedalaman alur
pasak pada naf dengan t2. Abaikan pengurangan luas permukaan oleh pembulatan
sudut pasak. Dalam hal ini tekanan permukaan P (kg/mm2) adalah
(Sularso dan K. Suga;1997)
...................... (15)
Dari harga tekanan permukaan yang diizinkan Pa (kg/mm2), panjang pasak
yang diperlukan dapat dihitung dari (Sularso dan K. Suga;1997)
Pa > .(16)
Harga Pa adalah sebesar 8 (kg/mm2) untuk poros dengan diameter kecil, 10
(kg/mm) untuk poros dengan diameter besar, dan setengah dari harga-harga diatas
untuk poros berputaran tinggi. Perlu diperhatikan bahwa lebar pasak sebaiknya antara
25-35 (%) dari diameter poros dan panjang pasak jangan terlalu panjang
dibandingkan dengan diameter poros (antara 0,75 sampai 1,5 ds). Karena lebar dan
tinggi pasak sudah distandarkan, maka beban yang ditimbulkan oleh gaya F yang
besar hendalnya dibatasi dengan menyesuaikan panjang pasak. Namun demikian,
pasak yang terlalu panjang tidak dapat menahan beban yang merata pada
permukaannya. Jika terdapat pembatasan pada ukuran naf atau poros, dapat dipakai
ukuran yang tidak standar atau diameter perlu dikoreksi.
2.4 Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga
putaran atau gerak bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan panjang
umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin
15
)atau t(txl
F
21
=P
)atau t(tx1
F
21
-
8/3/2019 an Turbin Air
16/34
lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi
seluruh sistem akan atau tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Jadi bantalan
dalam permesinan dapat disamakan dengan pondasi pada gedung.
2.4.1. Klasifikasi bantalan
1. Atas dasar gerakan bantalan terhadap poros
a. Bantalan luncur. Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan
bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan
perantaraan lapisan pelumas.
b. Bantalan gelinding. Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara
bagian yang berputar dengan yang diam melalui elcmen gelinding seperti
bola (peluru), rol atau rol jarum, rol bulat dan ro1 kerucut
2. Atas dasar arah beban terhadap poros
a. Bantalan radial. Arah beban bantalan ini sejajar sumbu poros
b. Bantalan aksial. Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus
sumbu poros
c. Bantalan gelinding khusus. Bantalan ini dapat menumpu beban yang
arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros
2.4.2. Perbandingan Antara Bantalan Luncur Dan Bantalan Gelinding
Bantalan luncur mampu menumpu poros berputaran tinggi dengan beban
besar. Karena gesekan yang besar pada wakl:u mulai jalan, bantalan luncur
memerlukan momen awal yang besar.
Panas awal yang timbul dari gesekan yang besar, terutama pada beban
besar memerlukan pendinginan khusus. Sekalipun demikian, karena adanya lapisan
16
-
8/3/2019 an Turbin Air
17/34
pelumas, bantalan ini dapat meredam tumbukan dan getaran hingga hampir tidak
bersuara.
Bantalan gelinding pada umumnya lebih cocok untuk beban kecil
daripada bantalan luncur, tergantung pada bentuk elemen gelindingnya, putaran pada
bantuan ini dibatasi oleh sentrifugal yang timbul pada elemen gelinding tersebut.
Keunggulan dari bantalan ini adalah pada gesekannya yang sangat rendah,
pelumasannya sangat sederhana, cukup dengan gemuk bahkan yang memakai sil
sendiri tidak perlu pelumasan lagi.
2.4.3. Klasifikasi Bantalan Luncur
Dapat diklasifikasikan menurut bentuk dan letak bagian poros yang
ditumpu yaitu :
1. Bantalan radial, yang dapat berbentuk radial, belahan silinder, elips, dan lain-lalin
2. Bantalan aksial, yang dapat berbentuk engsel, kerah, michel dan lainlain.
3. Bantalan khusus, yang berbentuk bola.
2.4.4. Jenis-Jenis Bantalan Gelinding
Bantalan gelinding mempunyai keuntungan dari gesekan gelinding yang
sangat kecil dibanding dengan bantalan luncur, seperti diperlihatkan dalam gambar
2.9, elemen gelinding seperti bola atau rol, dipasang diantara cincin luar dan cincin
dalam. Dengan memutar salah satu cincin tersebut, bola atau rol akan membuat
gerakan gelinding sehingga gesekan diantaranya akan jauh lebih kecil. Untuk bola
atau rol, ketelitian tinggi dalam bentuk dan ukuran merupakan keharusan. Bahan
yang dipakai untuk bantalan gelinding harus mempunyai ketahanan dan kekuatan
yang tinggi. Bantalan gelinding seperti bantalan luncur, dapat diklasifikasikan atas
17
-
8/3/2019 an Turbin Air
18/34
bantalan radial, yang terutama membawa beban radial dan sedikit beban aksial dan
bantalan aksial yang membawa beban sejajar sumbu poros.
Macam-macam bantalan gelinding dapat dilihat pada gambar 2.9.
dibawah ini :
2.4.5. Kelakuan Bantalan Gelinding
a. Kemampuan membawa beban aksial
Bantalan radial mempunyai sudut kontak yang besar antara elemen
gelinding dan cincinnya, dapat menerima sedikit beban aksial, bantalan rol
macam alur dalam, bantalan bola kontak sudut dan bantalan rol kerucut
merupakan macam bantalan yang akan dibebani gaya aksial kecil. Bantalan
mapan sendiri dapat menyesuaikan diri dengan defleksi poros, namun demikian
kemampuannya menahan gaya aksial adalah kecil.
b. Kelakuan terhadap putaran
Diameter poros d (mm) dikalikan dengan putaran per menit n (rpm)
disebut harga d.n. harga ini untuk suatu bantalan mempunyai batas empiris yang
18
Gambar 2.9. Macam-Macam Bantalan Gelinding
Sumber: Sularso, K. Suga, hal 129
-
8/3/2019 an Turbin Air
19/34
besarnya tergantung pada macamnya dan cara pelumasannya. Bantalan bola alur
dalam dan bantalan bola sudut serta bantalan rol silindris pada umumnya dipakai
untuk putaran tinggi; bantalan rol kerucut dan bantalan mapan sendiri untuk
putaran sedang; bantalan aksial untuk putaran rendah.
c. Kelakuan gesekan
Bantalan bola dan bantalan rol silindris mempunyai gesekan yang
relatif kecil dibandingkan dengan bantalan macam lain. Untuk alat-alat ukur,
gesekan bantalan merupakan hal yang menentukan ketelitiannva.
d. Kelakuan dalam bunyi dan getaran
Hal ini dipengaruhi oleh kebulatan bola dan rol, kebulatan cincin,
kekasaran elemen-elemen tersebut, keadaan sangkarnya, dan kelas mutunya.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah ketelitian pemasangan, konstruksi mesin
(yang memakai bantalan tersebut), dan kelonggaran dalam bantalan.
2.4.6. Bahan Bantalan Gelinding
Cincin dan elemen gelinding pada umumnya dibuat dari baja bantalan
krom karbon tinggi. Baja bantalan dapat memberikan efek stabil pada perlakuan
panas. Baja ini dapat memberikan umur panjang dengan keausan sangat kecil.
Dengan kemajuan dalam bidang teknik hampa pada akhir-akhir in, telah
dikembangkan bantalan cair hampa. Baja macam ini tidak sesuai untuk produksi
massa dan sangat mahal sehingga hanya dipakai dimana hanya diperlukan baja
murni. Untuk bantalan yang membutuhkan ketahanan khusus terhadap kejutan,
dipakai baja karbon rendah, yang kemudian diberi perlakuan panas denban sementasi.
Untuk bantalan yang tahan panas dan tahan karat terdapat baja kecepatan tinggi atau
deretan martensit dan baja tahan karat.
19
-
8/3/2019 an Turbin Air
20/34
Bahan untuk sangkar yang mengalami kontak gesekan dengan elemen
gelinding harus tahan aus dan tidak mudah patah. Sangkar untuk bantalan kecil dibuat
dengan mengepres pita baja yang difinis rendah atau baja plat yang difinis. Untuk
pemakaian khusus, atau plat baja tahan karat juga sering dipakai. Untuk bantalan
besar dipakai baja karbon rendah atau kuningan berkekuatan tinggi.
Untuk beberapa macam bantalan putaran tinggi dapat dibuat dari plastik.
Sebagai paku keling untuk sangkar dipergunakan baja karbon rendah bermutu baik.
2.4.7. Nomor Nominal Bantalan Gelinding
Dalam prak-tek, bantalan gelinding standar dipilih dari katalog. Ukuran
bantalan gelinding adalah diameter lubang, diameter luar, lebar dan lengkungan
sudut. Pada umumnya diameter lubang diambil sebagai patokan dimana berbagai
diameter luar dan lebar digabungkan. Nomor nominal dari bantalan gelinding terdiri
dari nomor dasar dan pelengkap. Nomor dasar yang terdapat merupakan lambang
jenis, lambing ukuran (lambang lebar, diameter luar), nomor diameter lubang dan
lambang sudut kontak.
Lambang jenis menyatakan jenis bantalan, lambang ukuran menyatakan lebar
untuk bantalan radial dan tinggi untuk bantalan aksial; dapat juga menyatakan
diameter luar dari bantalan-bantalan tersebut. Dibawah ini akan diberikan contoh
nomor nominal dan artinya:
1. 6312ZZ C3 P6
6 menyatakan bantalan bola baris tunggal alur dalam
3 adalah singkatan dari lambang 03, dimana 3 menunjukkan diameter luar 130
(mm) untuk diameter lubang 60 (mm)
20
-
8/3/2019 an Turbin Air
21/34
12 berarti 12 x 5 = 60 (mm) diameter lubang
ZZ berarti bersil 2
C3 adalah kelonggaran C3
P6 berarti kelas ketelitian 6
2. 22220 K C3
2 menyatakan bantalan rol mapan sendiri
22 menunjukkan diameter luar 200 (mm) dan lebar 53 (mm) untuk diameter
lubang 110 (mm)
20 Berarti 20 x 5 = 100 (mm) diameter lubang
K berarti tirus lubang, kelas kelebihan o
C3 Kelonggaran C3
2.4.8. Kapasitas Nominal Bantalan Gelinding
Ada 2 macam kapasitas nominal, yaitu kapasitas nominal dinamis
spesitik dan kapasitas nominal statia spesifik, misalnya bantalan aksial, maka kondisi
bebannya adalah aksial murni, satu cincin diam dan cincin yang lain berputar. Jumlah
putaran adalah 1.000.000 atau (33,3 rpm selama 500 jam). Setelah menjalani putaran
tersebut, jika 90ro dari jumlah bantaian tidak menunjukkan kerusakan karena
kelelahan oleh beban gelinding pada cincir, atau elemen gelindingnya, maka besarnya
beban tersebut dinamakan kapasitas nominal dinamis spesifik, dan umur
bersangkutan dinamakan umur nominal.
21
-
8/3/2019 an Turbin Air
22/34
Jika bantalan membawa beban dalam keadaan diam atau berayun-ayun dan
pada titik kontak yang menerima tegangan maksimum besarnya deformasi permanen
pada elemen gelinding ditambah deformasi cincin menjadi 0,0001 kali diameter
gelinding, maka beban tersebut dinamakan kapasitas nominal statis spesifik.
22
-
8/3/2019 an Turbin Air
23/34
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Turbin
Dalam hal ini daya yang akan dibangkitkan oleh turbin, misalnya
direncanakan sebuah turbin yang akan dibuat pada sebuah aliran air yang
memiliki head sebesar 15 m dan memiliki debit air sebesar 15 , dimana
efisiensi turbin diperkirakan sebesar 50 %, maka daya yang akan dibangkitkan
oleh turbin ialah sebesar :
a) Pt = 9,81 x Q x H x Nt
= 9,81 x 15m x 15 x 0,5
= 1103,6 watt
b) Sedangkan Putaran dari turbin tiap menitnya adalah :
n = 100,13 rpm 100 rpm
c) Sedangkan diameter dan lebar dari runnerturbin yang akan dibuat ialah :
23
-
8/3/2019 an Turbin Air
24/34
Dimana :
= 7,71 m/s
Maka diameter dari turbin tersebut ialah :
= 1,47 m
Sedangkan lebar dari runner tubin tersebut ialah :
b = 0,47 m
d) Ketebalan semburan masuk ( )
Nilai adalah sebesar :
K = 0,075 - 0,1, diambil k = 0,08, maka :
=0,12 m
e) Jarak antara sudu ( t )
24
-
8/3/2019 an Turbin Air
25/34
Jarak antara sudu turbin dapat dicari dari persamaan berikut :
Dimana = arc tan ( 2 tan )
= arc tan (2 tan =
Maka jarak antara sudu turbinnya :
=0,24 m
f) Jumlah sudu ( n )
Jumlah sudu turbinnya :
=19,23
Diambil jumlah sudu (n) = 19 sudu
3.2 Poros
Dalam hal ini perencanaan poros yang direncanakan sebagai berikut:
a) Daya rencana yang akan ditransmisikan
P = 1,1 Kw, n = 100 rpm
25
-
8/3/2019 an Turbin Air
26/34
b) Faktor korelasi fc = 1,0
c) Daya rencana (Pd)
Pd = fc P
= 1,0 1,1 = 1,1 Kw
d) Momen rencana (T)
T = 9,74 105
n
Pd
= 9,74 105 100
1,1
= 10714 Kg mm
e) Bahan yang digunakan untuk poros adalah S 30 C dengan kekuatan
tarik (B) = 48 kg/mm2
Perlakuan panas : dicelup dingin dan di temper
Factor keamanan (Sf1) untuk bahan S C diambil 6,0
Factor keamanan (Sf2) mempunyai nilai sebesar 1,3 3,0
Diambil Sf2 = 3,0
f) Tegangan geser yang diizinkan (a)
21
Ba
SfxSf
=
36
48
x=
2a mmkg
67,2 =
26
-
8/3/2019 an Turbin Air
27/34
g) Factor koreksi untuk momen puntir (Kt) jika diberikan beban
dengan kejutan atau tumbukan besar mempunyai nilai di antara 1,5
3,0.
Diambil Kt = 1,5.
Factor lenturan (Cb) mempunyai nilai antara 1,2 2,3.
Diambil Cb = 2
h) Diameter poros (ds)
31
...1,5
= TCbKtds
a
31
10714.2.5,1.67,2
1,5
=ds
mm404,39 =ds
i) Diameter tempat bantalan di asumsikan = 50 mm
- Jari-jari fillet2
dsDr
=
2
4050 =r
= 5 mm
j) Ukuran pasak dan alur pasak 12 x 8 x fillet 0,5
Factor konsentrasi tegangan () pada poros bertangga
125,040
5==
ds
r
25,140
50==
ds
D
27
-
8/3/2019 an Turbin Air
28/34
- Dari gambar 2.2.diperoleh nilai = 1,3
- Factor konsentrasi tegangan () pada pasak
40
5,0=
ds
fillet
= 0,0125
- Dari gambar 2.1.diperoleh nilai = 3,1
k) Tegangan geser ()
3
1,5
ds
T=
340
10714.1,5=
= 0,85 kg/mm2
- Tegangan yang diizinkan
2
2a
58,2
1,3
3.2,67
Sf.
mmkg
=
=
- Tegangan geser tanpa alur pasak
. Cb . Kt = 0,85 . 2 . 1,5
= 2,55
l) Apabila tegangan yang diizinkan lebih besar atau sama dengan
tegangan geser tanpa alur pasak maka poros yang menggunakan
bahan S 30 C dengan diameter 40 mm aman untuk digunakan.
28
-
8/3/2019 an Turbin Air
29/34
kt.cb.sf. 2a
5,1.2.85,01,3
3.67,2>
55,258,2 >
- Karena Kt.b.sf. 2a
C>
, maka poros penggerak
yang menggunakan bahan S 30 C dengan diameter 40 mm aman
untuk digunakan .
3.3 Perencanaan pasak dan alur pasak
Dalam perencanaan pasak dan alur pasak yang direncanakan
sebagai berikut:
3.3.1. Perencanaan pasak dan alur pasak
a) Data : daya maksimum P = 1103,6 watt 1,1 kW
n = 100 rpm
b) faktor koreksi fc = 1,o
c) Daya yang direncanakan (Pd) dengan fc =1,0
Pd = 1,1 kW
d) Momen puntir rencana (T)
T = 10714 Kg.mm
e) Bahan poros : S 30 C
B = 48 kg/mm2
Faktor keamanan (sf1) = 6
Faktor keamanan (sf2) mempunyai nilai antara 1,3 3
29
-
8/3/2019 an Turbin Air
30/34
Diambil sf2 = 3
f) Tegangan geser sa = 2,67
g) Faktor koreksi (Kt) untuk momen puntir = 1,5
Faktor lenturan (Cb) =2
h) Diameter poros ds = 40 mm
i) Gaya tangensial (F) yang terjadi
2ds
TF =
=
240
10714
= 535,7 kg
j) Ketentuan ukuran nominal pasak dapat diketahui dari tabel 2.4
- Ukuran nominal pasak 12 x 8
- Fillet 0,5
- Kedalaman alur pasak pada poros t1 = 5,0 mm
- Kedalaman alur pasak pada poros t2 = 3,3 mm
k) Bahan pasak yang dipakai adalah baja karbon konstruksi mesin jenis
S 35 C dengan kekuatan tarik B = 52 kg/mm2
l) Faktor keamanan Sf1 = 6
Faktor keamanan Sf2 = 1,3 3 diambil Sf2 = 3
m) Tegangan geser yang diizinkan (ka)
ka = 21
B
Sf.Sf
30
-
8/3/2019 an Turbin Air
31/34
= 18
52
= 2,88 kg/mm2
Perhitungan panjang pasak (L)
ka = 1L.b
F
2,88 =1
L.12
7,535
L1=88,2.12
7,535
= 15,5 mm
Nilai tekanan permukaan Pa adalah 8 kg/mm2 untuk poros diameter
kecil
Maka
Pa > 22 t.L
F
L2 >3,3.8
7,535
L2 > 20,3 mm
Dimana L1 = 15,5 mm dan L2 = 20,3 mm
Diambil panjang pasak ( L2 ) = 20,3 mm
n) Panjang pasak (Lk) jangan terlalu panjang dibandingkan dengan
diameter poros antara (0,75 1,5 ds) diambil Lk = 0,75 ds
Maka Lk = 0,75 ds
= 0,75 x 40
= 30 mm
31
-
8/3/2019 an Turbin Air
32/34
o) Jika b/ds sebaiknya 0,25 0,35 dan Lk/ds sebaiknya 0,75 1,5 maka
pasak tersebut aman untuk digunakan
3,040
12==
ds
b
750,40
30
ds
Lk==
p) Maka kesimpulan yang dapat diambil
Ukuran pasak 12 x 8
Fillet 0,5
Panjang pasak Lk = 30 mm
Bahan pasak S 35 C
Kekuatan tarik B = 52 kg/mm2
3.4 Perencanaan Bantalan
Dalam perencanaan bantalan yang direncanakan sebagai berikut:
Dari perencanaan poros diketahui
Diameter poros yang digerakkan ds = 40 mm
Putaran poros yang digerakkan n = 100 rpm
Diameter yang menjadi tempat bantalan = 50 mm
Maka direncanakan untuk menggunakan bantalan gelinding radial alur
dalam baris tunggal sehingga dari tabel 2.11 didapat nomor bantalan
yaitu 6010 zz
6 Menyatakan bantalan bola baris tunggal alur dalam
32
-
8/3/2019 an Turbin Air
33/34
0 Menyatakan jenis beban ringan
10 Berarti 10 x 5 = 50 mm diameter dalam
zz Berarti beryl 2 (double rubber sill)
Diameter dalam (d) = 50 mm
Diameter luar (D) = 80 mm
Tebal bantalan (B) = 16 mm
Jari-jari kelengkungan r = 1,5 mm
Kapasitas nominal dinamis spesific C = 1710 kg
Kapasitas nominal statis spesific Co = 1430 kg
33
-
8/3/2019 an Turbin Air
34/34