an turbin air

Upload: ulfa-riana

Post on 07-Apr-2018

243 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    1/34

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Di zaman teknologi seperti sekarang ini dimana listrik merupakan salah satu

    kebutuhan pokok yang harus terpenuhi dan tidak bisa terlepas dari kehidupan kita sehari-

    hari, mulai dari kota besar sampai ke desa yang terpencil sekalipun listrik adalah

    kebutuhan yang sangat vital. Sebuah pabrik tidak akan dapat mengoperasikan mesin-

    mesinnya tanpa adanya listrik, sebuah kota akan mati tanpa adanya listrik.

    Listrik dapat dihasilkan dengan berbagai cara, misalnya dengan memanfaatkan

    panas cahaya matahari atau panas perut bumi, dari energi potensial yang terdapat di air

    yang mengalir seperti di sungai atau pada air terjun, atau listrik juga bisa dihasilkan dari

    tenaga nuklir. Di Indonesia sumber pembangkit tenaga listrik yang paling banyak

    digunakan adalah pembangkit listrik yang berbahan bakar fosil, misalnya diesel, karena

    relatif lebih murah dan lebih aman jika dibandingkan dengan menggunakan tenaga nuklir

    yang dapat menimbulkan bahaya yang serius jika terjadi kebocoran yang kecil saja.

    Namun permasalahanya adalah bahan bakar fosil cepat atau lambat akan habis karena

    tidak dapat diperbaharui lagi. Karena itu, sekarang ini diperlukan pembangkit listrik yang

    sumber bahan bakarnya tidak akan habis, murah, dan aman. Salah satunya dengan

    memanfaatkan tenaga air. Pembangkit listrik tenaga air di Indonesia sangat berpotensi

    sekali, mengingat Indonesia memiliki banyak sekali sungai besar dan air terjun yang

    kesemuanya dapat dimamfaatkan energi potensialnya untuk membangkitkan listrik.

    Yang dibutuhkan untuk menghasilkan listrik dengan menggunakan tenaga air

    hanyalah sebuah turbin yang akan diputar oleh air, yang mana akan mengubah energi

    1

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    2/34

    potensial air menjadi energi mekanis yang kemudian disambungkan dengan generator

    melalui poros sehingga menghasilkan listrik.

    1.2 Tujuan

    Adapun tujuan dari perencanaan mesin ini adalah :

    1. merencanakan elemen-elemen mesinnya seperti poros, pasak, dan

    bantalan.

    2. Menentukan ukuran-ukuran elemen tersebut.

    3. Menentukan bahan-bahan yang sesuai untuk elemen-elemen

    tersebut.

    1.3 Batasan Masalah

    Adapun batasan masalah dalam perencanaan mesin ini adalah :

    1. Perencanaan hanya dilakukan pada elemen-elemen mesin seperti :

    poros, pasak, dan bantalan.

    2. Perencanaan ini hanya menghitung daya dan diameter yang akan

    dihasilkan oleh turbin tanpa merencanakan bentuk serta sudu dari

    turbin tersebut.

    2

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    3/34

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1. Turbin

    Turbin air berperan untuk mengubah energi air (energi potensial, tekanan

    dan energi kinetik) menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros. Putaran

    poros turbin ini akan diubah oleh generator menjadi tenaga listrik. Berdasarkan

    prinsip kerjanya , turbin air dibagi menjadi dua kelompok:

    1. Turbin Impuls ( Cross-Flow, Pelton dan Turgo )

    2. Turbin Reaksi (Francis, Kaplan dan Propeller)

    Gambar 1.1 Turbin Air

    Pemilihan turbin didasarkan pada head air yang didapatkan dan

    kurang lebih pada rata-rata alirannya. Umumnya, turbin impuls digunakan

    untuk tempat dengan head tinggi, dan turbin reaksi digunakan untuk

    3

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    4/34

    tempat dengan head rendah. Turbin Kaplan baik digunakan untuk semua

    jenis debit dan head, efisiensinya baik dalam segala kondisi aliran.

    Daya yang dibangkitkan oleh turbin dapat dihitung dengan

    persamaan sebagai berikut :

    Pt = 9,81 x Q x H x Nt..(1)

    Dimana :

    Q = Debit air,

    H = efektif head, m

    Nt = Efisisensi turbin, 0,5 0,9

    Sedangkan untuk mengetahui putaran turbin tiap menitnya ( N ), karena

    akan digunakan dalam merencanakan poros dari turbin, dapat dicari dengan

    persamaan sebagai berikut :

    ..(2)

    Diameter dari suatu turbin dapat dicari dari persamaan sebagai berikut :

    ...(3)

    Lebar runner pada sisi masuk (b) :

    ..(4)

    = factor penyempitan meniggalkan sudu gerak ( 0,85-0,90 ).

    4

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    5/34

    Dimana :

    ,m/s

    Ketebalan semburan masuk ( ) dapat dihitung berdasarkan rumus

    berikut ini :

    ..(5)

    Dimana :

    k = 0,075 - 0,1.

    Jarak antara sudu turbin (t) dapat dihitung berdasarkan rumus berikut ini :

    ..(6)

    Dimana :

    = arc tan ( 2 tan )

    = 16 ,tujuannya adalah untuk mendapatkan efisiensi mekanis yang

    paling tinggi.

    Jumlah sudu dari turbin yang akan dibuat ( n ) dapat dicari dari

    persamaan berikut ini :

    ..(7)

    2.2. Poros

    Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin yang mana

    hampir setiap mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peran utama

    5

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    6/34

    dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Untuk merencanakan sebuah poros hal-

    hal berikut ini perlu diperhatikan yaitu :

    1. Kekuatan poros

    Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau

    gabungan antara keduanya, ada juga poros yang mendapat beban tarik atau tekan

    seperti poros baling-baling kapal atau turbin. Kelelahan, tumbukan atau pengaruh

    konsentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil (poros bertangga) atau bila

    poros memiliki alur pasak harus diperhatikan.

    2. Kekakuan poros

    Meskipun sebuah poros memiliki kekuatan yang cukup tetapi jika

    lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian

    (pada mesin perkakas) atau getaran dan suara (misalnya pada turbin dan kotak

    roda gigi) karena itu disamping kekuatan poros, kekakuan poros juga perlu

    diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis mesin yang akan dilayani poros

    tersebut.

    3. Putaran Kritis

    Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran

    tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya, putaran ini disebut putaran

    kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor listrik dan lain-lain yang dapat

    mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jika mungkin

    poros harus direncanakan sedemikian rupa sehingga putaran kerjanya lebih

    rendah dari pada putaran kritisnya.

    6

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    7/34

    4. Korosi

    Bahan-bahan tahan korosi (termasuk plastik) harus dipilih untuk poros

    propeler dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian

    pula dengan poros-poros yang terancam kavitasi, dan poros-poros mesin yang

    sering berhenti lama. Sampai batas-batas tertentu dapat pula dilakukan

    perlindungan terhadap korosi.

    5. Bahan Poros

    Poros untuk mesin biasanya dibuat dari batang baja yang ditarik dingin

    dan difinis, baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan S-C) yang dihasilkan

    dari ingot yang di-kill (baja yang dideoksidasikan dengan ferrosilikon dan

    dicor; kadar karbon terjamin) (JIS G 4501).

    Meskipun demikian bahan ini kelurusannya agak kurang tepat dan dapat

    mengalami deformasi karena tegangan yang tidak seimbang misalnya bila diberi alur

    pasak, karena ada tegangan sisa di dalam terasnya. Tetapi penarikan dingin membuat

    permukaan poros menjadi lebih keras dan kekuatannya bertambah besar. Poros-poros

    yang dipakai untuk meneruskan putaran tinggi dan beban berat umumnya dibuat dari

    baja paduan dengan pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap keausan. Beberapa

    diantaranya adalah baja khrom nikel, baja khroom nikel molibden, baja khrom, baja

    khroom molibden, dan lai-lain.

    Berikut ini akan dibahas tentang rencana sebuah poros yang mendapat sebuah

    pembebanan utama berupa torsi seperti pada poros motor dengan sebuah kopling. Jika

    diketahui bahwa poros yang akan direncanakan tidak mendapat beban lain kecuali torsi,

    maka diameter poros tersebut dapat lebih kecil dari pada yang dibayangkan. Meskipun

    7

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    8/34

    demikian, jika diperkirakan akan terjadi pembebanan berupa lenturan, tarikan atau

    tekanan, misalnya jika sebuah sabuk, rantai atau roda gigi dipasangkan pada poros motor,

    maka kemungkinan adanya pembebanan tambahan tersebut perlu diperhatikan dalam

    faktor keamanan yang diambil.

    Pertama kali ambillah suatu kasus dimana daya P (kW) harus ditransmisikan dan

    putaran poros n1 (rpm) diberikan. Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan terhadap

    daya P tersebut. Jika P adalah daya rata-rata yang diperlukan maka harus dibagi dengan

    efisiensi mekanis dari sistem transmisi untuk mendapat daya penggerak mula yang

    diperlukan. Daya yang besar mungkin diperlukan pada saat start atau mungkin beban

    yang besar mungkin diperlukan pada saat start. Dengan demikian sering kali diperlukan

    koreksi daya rata-rata yang diperlukan dengan menggunakan faktor koreksi pada

    perencanaan.

    Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak, maka berbagai macam

    faktor keamanan biasanya dapat diambil dari perencanaan, sehingga faktor koreksi

    pertama dapat diambil kecil. Jika faktor koreksi adalah fc maka daya rencana Pd (kW)

    sebagai patokan adalah(Sularso dan K. Suga;1997) :

    Pd =fc . P (kW) ..................................................................(8)

    Tabel 2.3Faktor-faktor daya yang akan ditransmisikan (fc)

    Daya yang akan ditransmisikan fc

    Daya rata-rata yang diperlukan Daya

    maksimum yang diperlukan Daya

    normal

    1,2 - 2,0

    0,8 - 1,2

    1,0 - 1,5

    8

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    9/34

    Jika daya diberikan dalam daya kuda (PS) maka harus dikalikan dengan 0,735

    untuk mendapatkan daya dalam kW (Sularso dan K. Suga, 1997).

    Jika momen puntir (disebut juga dengan momen rencana) adalah T (kg.mm)

    maka nilai daya rencana (Pd) (Sularso dan K. Suga;1997) :

    102

    )60/2()1000/( 1nTPd

    =

    Sehingga:1

    51074.9nPdT = .(9)

    Bila momen rencana T (kg.mm) dibebankan pada suatu diameter poros ds (mm)

    maka tegangan geser (kg/mm2) yang terjadi (Sularso dan K. Suga;1997) :

    33

    1.5

    )16/(s

    d

    T

    ds

    T==

    .......................................................(10)

    Tegangan geser yang diizinkan a (kg/mm2) untuk pemakain umum pada poros

    dapat diperoleh dengan berbagai cara. Disini a dihitung atas dasar batas kelelahan puntir

    yang biasanya diambil 40 % dari batas kelelahan tarik yang besarnya kira-kira 45% dari

    B (kg/mm2). Jadi batas kelelahan puntir adalah 18% dari kekuatan tarik B, sesuai dengan

    standar ASME. Untuk harga 18% ini faktor keamanan diambil sebesar 1/0,18 = 5,6.

    Harga 5,6 ini diambil untuk bahan SF dengan kekuatan yang dijamin, dan 6,0 untuk

    bahan S-C dengan pengaruh massa, dan baja paduan. Faktor ini dinyatakan dengan 1Sf

    Selanjutnya perlu ditinjau apakah poros tersebut akan diberi alur pasak atau

    dibuat bertangga, karena pengaruh konsentrasi tegangan cukup besar. Pengaruh

    kekasaran permukaan juga harus diperhatikan. Untuk memasukkan pengaruh-pengaruh

    ini dalam perhitungan perlu diambil faktor keamanan yang dinyatakan sebagai Sf2 dengan

    9

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    10/34

    harga sebesar 1,3 - 3,0. Dari hal-hal tersebut maka besarnya a dapat dihitung dengan

    persamaan (Sularso dan K. Suga;1997) :

    a= B / Sf1x Sf2 ....................................................................(11)

    Kemudian keadaan momen puntir itu sendiri juga harus ditinjau. Faktor koreksi

    yang dianjurkan oleh ASME juga dipakai di sini. Faktor ini dinyatakan denganKt, dipilih

    sebesar 1,5 jika beban dikenakan secara halus, 1,0 - 1,5 jika terjadi sedikit kejutan atau

    tumbukan dan 1,5 - 3,0 jika beban dikenakan dengan tumbukan atau kejutan besar.

    Meskipun dalam perkiraan sementara ditetapkan bahwa beban hanya terdiri atas

    momen puntir saja, perlu ditinjau pula apakah ada kemungkinan pemakaian dengan beban

    lentur di masa mendatang. Jika memang diperlukan akan terjadi pemakaian dengan beban

    lentur maka dapat dipertimbangkan pemakaian faktorCbyang harganya antara 1,2 - 2,3

    (jika diperkirakan tidak akan terjadi pembebanan lentur maka Cbdiambil sama dengan

    2,0).

    Dari persamaan diatas diperoleh rumus untuk menentukan diameter sebuah poros

    (ds)(Sularso dan K. Suga;1997) :

    3

    1

    ...1.5

    = TCbKtds

    a

    ...............................................

    (12)

    dimana:

    ds = Diameter poros (mm)

    a = Tegangan geser yang diizinkan (kg/mm2)

    =Kt Faktor koreksi momen puntirFaktor koreksi lenturan

    10

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    11/34

    =Cb Faktor koreksi lenturan

    =T Momen rencana (kg/mm)

    Harga faktor konsentrasi tegangan untuk alur pasak dan untuk poros bertangga

    dapat diperoleh dengan diagram R.E.Peterson (Gambar 2.1 dan 2.2 )

    11

    Gambar. 2.1 Faktor konsentrasi tegangan untuk

    pembebanan puntir statis dari suatu poros bulat

    den an alur asak erse i an diberi filet

    Gambar. 2.2 Faktor konsentrasi tegangan

    untuk pembebanan punter statisdari suatu poros bulat dengan

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    12/34

    Bila dan dibandingkan dengan faktor keamanan Sf2 untuk konsentrasi

    tegangan pada poros bertangga atau alur pasak yang ditaksir terdahulu, maka dan

    sering kali menghasilkan diameter poros yang lebih besar.

    Periksalah perhitungan tegangan, mengingat diameter yang dipilih lebih besar

    dari ds yang diperoleh dari perhitungan. Bandingkan dan dan pilihlah yang lebih

    besar. Lakukanlah koreksi pada Sf2

    yang di taksir sebelumnya untuk konsentrasi

    tegangan, dengan mengambil a.Sf2 /( atau ) sebagai tegangan yang diizinkan yang

    dikoreksi. Bandingkan harga ini dengan .Cb.Kt, dari tegangan geser yang dihitung atas

    dasar poros tanpa alur pasak, faktor lenturan Cb, dan faktor koreksi tumbukan Kt dan

    tentukan masing-masing harganya jika hasil yang terdahulu lebih besar serta lakukan

    penyesuaian jika hasilnya lebih kecil. Cara perencanaan poros dapat dilihat pada diagram

    alir perencanaan poros.

    2.3 Pasak

    2.3.1 Macam-macam pasak

    Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-bagian

    mesin seperti roda gigi, sproket, pulley, kopling, dan lain-lain pada poros Momen

    diteruskan dari poros ke naf dari naf keporos.

    Fungsi yang serupa dengan pasak dilakukan pula oleh seplain (spline) dan gerigi

    (seration), yang mempunyai gigi luar pada poros dan gigi dalam, dalam jumlah gigi yang

    sama pada naf dan saling terkait satu dengan yang lain. Gigi pada spalin adalah besar-

    besar, sedang pada gerigi adalah kecil-kecil dengan jarak bagi yang kecil pula. Kedua-

    12

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    13/34

    duanya dapat digeser secara aksial pada waktu meneruskan daya. Pasak pada umumnya

    digolongkan atas beberapa macam.

    Menurut letaknya pada poros dapat dibedakan antara pasak kelana, pasak rata.

    pasak benam dan pasak singgung, yang paling umum berpenampang segi empat. Dalam

    arah memanjang dapat berbentuk prismatis atau berbentuk tirus. Pasak benam prismatis

    ada yang khusus dipakai sebagai pasak luncur. Disamping itu ada pula pasak tembereng

    dan pasak jarum.

    Pasak luncur memungkinkan pergeseran aksial roda gigi, dan lain-lain, pada

    porosnya, seperti pada splain. Yang paling umum dipakai adalah pasal benam yang dapat

    meneruskan momen yang hesar. Untuk momen dengan tumbukan, dapat dipakai pasak

    singgung.

    2.2.3 Hal-hal penting dan tata cara perencanaan pasak

    Pasak benam mempunyai penampang segi empat dimana terdapat bentuk

    prismatis dan tirus yang kadang-kadang diberi kepala untuk memudahkan

    pencabutannya. Kemiringan pada pasak tirus umumnya sebesar 1/10, dan pengerjaan

    harus hati-hati agar naf tidak menjadi ekstrinsik.. Pada pasak yang rata, sisi

    sampingnya harus pas dengan alur pasak agar pasak tidak menjadi goyah dan rusak.

    Ukuran dan bentuk standar pasak pada lampiran untuk pasak umumnya dipilih bahan

    yang mempunai kekuatan tarik lebih dari 60 (kg/mm2) lebih kuat daripada porosnya.

    Kadang-kadang sengaja dipilih bahan yang lemah untuk pasak, sehingga pasak akan

    lebih dahulu rusak dari pada poros atau nafnya. Ini disebabkan harga pasak murah

    dan mudah menggantinya.

    13

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    14/34

    Jika momen rencana pada poros adalah T (kg.mm), dan diameter poros adalah

    ds (mm), maka gaya tangensial F (kg) pada permukaan poros adalah (Sularso dan K.

    Suga;1997)

    ............. (13)

    Gaya geser yang bekerja pada penampang mendatar b x l (mm`) oleh gaya F

    (kg) dengan demikian tegangan geser k (kg/mm2) yang ditimbulkan adalah dari

    tegangan geser yang diizinkan ka (kg/.mm2

    ), panjang pasak 1 (mm) yang diperlukan

    dapat diperoleh (Sularso dan K. Suga;1997) :

    ka > (14)

    Gaya gesek pada pasak dapat dilihat pada gambar 2.4. dibawah ini

    Gambar 2.4. Gaya gesek pada pasak

    Harga kaadalah harga yang diperoleh dengan membagi kekuatan tarik B

    dengan factor keamanan Sf1 dan Sf2.

    Harga Sfk1 umumnya diambil 6, dan Sfk2 dipilih antara 1-1,5 jika beban

    dikenakan secara perlahan-lahan, antara 1,5 -3 jika dikenakan dengan tumbukan

    ringan dan antara 2-5 jika dikenakan secara tiba-tiba dan dengan tumbukan berat.

    14

    )2/(ds

    TF =

    11.b

    F

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    15/34

    Kedalaman alur pasak pada poros dinyatakan dengan t 1, dan kedalaman alur

    pasak pada naf dengan t2. Abaikan pengurangan luas permukaan oleh pembulatan

    sudut pasak. Dalam hal ini tekanan permukaan P (kg/mm2) adalah

    (Sularso dan K. Suga;1997)

    ...................... (15)

    Dari harga tekanan permukaan yang diizinkan Pa (kg/mm2), panjang pasak

    yang diperlukan dapat dihitung dari (Sularso dan K. Suga;1997)

    Pa > .(16)

    Harga Pa adalah sebesar 8 (kg/mm2) untuk poros dengan diameter kecil, 10

    (kg/mm) untuk poros dengan diameter besar, dan setengah dari harga-harga diatas

    untuk poros berputaran tinggi. Perlu diperhatikan bahwa lebar pasak sebaiknya antara

    25-35 (%) dari diameter poros dan panjang pasak jangan terlalu panjang

    dibandingkan dengan diameter poros (antara 0,75 sampai 1,5 ds). Karena lebar dan

    tinggi pasak sudah distandarkan, maka beban yang ditimbulkan oleh gaya F yang

    besar hendalnya dibatasi dengan menyesuaikan panjang pasak. Namun demikian,

    pasak yang terlalu panjang tidak dapat menahan beban yang merata pada

    permukaannya. Jika terdapat pembatasan pada ukuran naf atau poros, dapat dipakai

    ukuran yang tidak standar atau diameter perlu dikoreksi.

    2.4 Bantalan

    Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga

    putaran atau gerak bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan panjang

    umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin

    15

    )atau t(txl

    F

    21

    =P

    )atau t(tx1

    F

    21

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    16/34

    lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi

    seluruh sistem akan atau tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Jadi bantalan

    dalam permesinan dapat disamakan dengan pondasi pada gedung.

    2.4.1. Klasifikasi bantalan

    1. Atas dasar gerakan bantalan terhadap poros

    a. Bantalan luncur. Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan

    bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan

    perantaraan lapisan pelumas.

    b. Bantalan gelinding. Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara

    bagian yang berputar dengan yang diam melalui elcmen gelinding seperti

    bola (peluru), rol atau rol jarum, rol bulat dan ro1 kerucut

    2. Atas dasar arah beban terhadap poros

    a. Bantalan radial. Arah beban bantalan ini sejajar sumbu poros

    b. Bantalan aksial. Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus

    sumbu poros

    c. Bantalan gelinding khusus. Bantalan ini dapat menumpu beban yang

    arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros

    2.4.2. Perbandingan Antara Bantalan Luncur Dan Bantalan Gelinding

    Bantalan luncur mampu menumpu poros berputaran tinggi dengan beban

    besar. Karena gesekan yang besar pada wakl:u mulai jalan, bantalan luncur

    memerlukan momen awal yang besar.

    Panas awal yang timbul dari gesekan yang besar, terutama pada beban

    besar memerlukan pendinginan khusus. Sekalipun demikian, karena adanya lapisan

    16

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    17/34

    pelumas, bantalan ini dapat meredam tumbukan dan getaran hingga hampir tidak

    bersuara.

    Bantalan gelinding pada umumnya lebih cocok untuk beban kecil

    daripada bantalan luncur, tergantung pada bentuk elemen gelindingnya, putaran pada

    bantuan ini dibatasi oleh sentrifugal yang timbul pada elemen gelinding tersebut.

    Keunggulan dari bantalan ini adalah pada gesekannya yang sangat rendah,

    pelumasannya sangat sederhana, cukup dengan gemuk bahkan yang memakai sil

    sendiri tidak perlu pelumasan lagi.

    2.4.3. Klasifikasi Bantalan Luncur

    Dapat diklasifikasikan menurut bentuk dan letak bagian poros yang

    ditumpu yaitu :

    1. Bantalan radial, yang dapat berbentuk radial, belahan silinder, elips, dan lain-lalin

    2. Bantalan aksial, yang dapat berbentuk engsel, kerah, michel dan lainlain.

    3. Bantalan khusus, yang berbentuk bola.

    2.4.4. Jenis-Jenis Bantalan Gelinding

    Bantalan gelinding mempunyai keuntungan dari gesekan gelinding yang

    sangat kecil dibanding dengan bantalan luncur, seperti diperlihatkan dalam gambar

    2.9, elemen gelinding seperti bola atau rol, dipasang diantara cincin luar dan cincin

    dalam. Dengan memutar salah satu cincin tersebut, bola atau rol akan membuat

    gerakan gelinding sehingga gesekan diantaranya akan jauh lebih kecil. Untuk bola

    atau rol, ketelitian tinggi dalam bentuk dan ukuran merupakan keharusan. Bahan

    yang dipakai untuk bantalan gelinding harus mempunyai ketahanan dan kekuatan

    yang tinggi. Bantalan gelinding seperti bantalan luncur, dapat diklasifikasikan atas

    17

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    18/34

    bantalan radial, yang terutama membawa beban radial dan sedikit beban aksial dan

    bantalan aksial yang membawa beban sejajar sumbu poros.

    Macam-macam bantalan gelinding dapat dilihat pada gambar 2.9.

    dibawah ini :

    2.4.5. Kelakuan Bantalan Gelinding

    a. Kemampuan membawa beban aksial

    Bantalan radial mempunyai sudut kontak yang besar antara elemen

    gelinding dan cincinnya, dapat menerima sedikit beban aksial, bantalan rol

    macam alur dalam, bantalan bola kontak sudut dan bantalan rol kerucut

    merupakan macam bantalan yang akan dibebani gaya aksial kecil. Bantalan

    mapan sendiri dapat menyesuaikan diri dengan defleksi poros, namun demikian

    kemampuannya menahan gaya aksial adalah kecil.

    b. Kelakuan terhadap putaran

    Diameter poros d (mm) dikalikan dengan putaran per menit n (rpm)

    disebut harga d.n. harga ini untuk suatu bantalan mempunyai batas empiris yang

    18

    Gambar 2.9. Macam-Macam Bantalan Gelinding

    Sumber: Sularso, K. Suga, hal 129

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    19/34

    besarnya tergantung pada macamnya dan cara pelumasannya. Bantalan bola alur

    dalam dan bantalan bola sudut serta bantalan rol silindris pada umumnya dipakai

    untuk putaran tinggi; bantalan rol kerucut dan bantalan mapan sendiri untuk

    putaran sedang; bantalan aksial untuk putaran rendah.

    c. Kelakuan gesekan

    Bantalan bola dan bantalan rol silindris mempunyai gesekan yang

    relatif kecil dibandingkan dengan bantalan macam lain. Untuk alat-alat ukur,

    gesekan bantalan merupakan hal yang menentukan ketelitiannva.

    d. Kelakuan dalam bunyi dan getaran

    Hal ini dipengaruhi oleh kebulatan bola dan rol, kebulatan cincin,

    kekasaran elemen-elemen tersebut, keadaan sangkarnya, dan kelas mutunya.

    Faktor lain yang mempengaruhi adalah ketelitian pemasangan, konstruksi mesin

    (yang memakai bantalan tersebut), dan kelonggaran dalam bantalan.

    2.4.6. Bahan Bantalan Gelinding

    Cincin dan elemen gelinding pada umumnya dibuat dari baja bantalan

    krom karbon tinggi. Baja bantalan dapat memberikan efek stabil pada perlakuan

    panas. Baja ini dapat memberikan umur panjang dengan keausan sangat kecil.

    Dengan kemajuan dalam bidang teknik hampa pada akhir-akhir in, telah

    dikembangkan bantalan cair hampa. Baja macam ini tidak sesuai untuk produksi

    massa dan sangat mahal sehingga hanya dipakai dimana hanya diperlukan baja

    murni. Untuk bantalan yang membutuhkan ketahanan khusus terhadap kejutan,

    dipakai baja karbon rendah, yang kemudian diberi perlakuan panas denban sementasi.

    Untuk bantalan yang tahan panas dan tahan karat terdapat baja kecepatan tinggi atau

    deretan martensit dan baja tahan karat.

    19

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    20/34

    Bahan untuk sangkar yang mengalami kontak gesekan dengan elemen

    gelinding harus tahan aus dan tidak mudah patah. Sangkar untuk bantalan kecil dibuat

    dengan mengepres pita baja yang difinis rendah atau baja plat yang difinis. Untuk

    pemakaian khusus, atau plat baja tahan karat juga sering dipakai. Untuk bantalan

    besar dipakai baja karbon rendah atau kuningan berkekuatan tinggi.

    Untuk beberapa macam bantalan putaran tinggi dapat dibuat dari plastik.

    Sebagai paku keling untuk sangkar dipergunakan baja karbon rendah bermutu baik.

    2.4.7. Nomor Nominal Bantalan Gelinding

    Dalam prak-tek, bantalan gelinding standar dipilih dari katalog. Ukuran

    bantalan gelinding adalah diameter lubang, diameter luar, lebar dan lengkungan

    sudut. Pada umumnya diameter lubang diambil sebagai patokan dimana berbagai

    diameter luar dan lebar digabungkan. Nomor nominal dari bantalan gelinding terdiri

    dari nomor dasar dan pelengkap. Nomor dasar yang terdapat merupakan lambang

    jenis, lambing ukuran (lambang lebar, diameter luar), nomor diameter lubang dan

    lambang sudut kontak.

    Lambang jenis menyatakan jenis bantalan, lambang ukuran menyatakan lebar

    untuk bantalan radial dan tinggi untuk bantalan aksial; dapat juga menyatakan

    diameter luar dari bantalan-bantalan tersebut. Dibawah ini akan diberikan contoh

    nomor nominal dan artinya:

    1. 6312ZZ C3 P6

    6 menyatakan bantalan bola baris tunggal alur dalam

    3 adalah singkatan dari lambang 03, dimana 3 menunjukkan diameter luar 130

    (mm) untuk diameter lubang 60 (mm)

    20

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    21/34

    12 berarti 12 x 5 = 60 (mm) diameter lubang

    ZZ berarti bersil 2

    C3 adalah kelonggaran C3

    P6 berarti kelas ketelitian 6

    2. 22220 K C3

    2 menyatakan bantalan rol mapan sendiri

    22 menunjukkan diameter luar 200 (mm) dan lebar 53 (mm) untuk diameter

    lubang 110 (mm)

    20 Berarti 20 x 5 = 100 (mm) diameter lubang

    K berarti tirus lubang, kelas kelebihan o

    C3 Kelonggaran C3

    2.4.8. Kapasitas Nominal Bantalan Gelinding

    Ada 2 macam kapasitas nominal, yaitu kapasitas nominal dinamis

    spesitik dan kapasitas nominal statia spesifik, misalnya bantalan aksial, maka kondisi

    bebannya adalah aksial murni, satu cincin diam dan cincin yang lain berputar. Jumlah

    putaran adalah 1.000.000 atau (33,3 rpm selama 500 jam). Setelah menjalani putaran

    tersebut, jika 90ro dari jumlah bantaian tidak menunjukkan kerusakan karena

    kelelahan oleh beban gelinding pada cincir, atau elemen gelindingnya, maka besarnya

    beban tersebut dinamakan kapasitas nominal dinamis spesifik, dan umur

    bersangkutan dinamakan umur nominal.

    21

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    22/34

    Jika bantalan membawa beban dalam keadaan diam atau berayun-ayun dan

    pada titik kontak yang menerima tegangan maksimum besarnya deformasi permanen

    pada elemen gelinding ditambah deformasi cincin menjadi 0,0001 kali diameter

    gelinding, maka beban tersebut dinamakan kapasitas nominal statis spesifik.

    22

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    23/34

    BAB III

    PEMBAHASAN

    3.1 Turbin

    Dalam hal ini daya yang akan dibangkitkan oleh turbin, misalnya

    direncanakan sebuah turbin yang akan dibuat pada sebuah aliran air yang

    memiliki head sebesar 15 m dan memiliki debit air sebesar 15 , dimana

    efisiensi turbin diperkirakan sebesar 50 %, maka daya yang akan dibangkitkan

    oleh turbin ialah sebesar :

    a) Pt = 9,81 x Q x H x Nt

    = 9,81 x 15m x 15 x 0,5

    = 1103,6 watt

    b) Sedangkan Putaran dari turbin tiap menitnya adalah :

    n = 100,13 rpm 100 rpm

    c) Sedangkan diameter dan lebar dari runnerturbin yang akan dibuat ialah :

    23

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    24/34

    Dimana :

    = 7,71 m/s

    Maka diameter dari turbin tersebut ialah :

    = 1,47 m

    Sedangkan lebar dari runner tubin tersebut ialah :

    b = 0,47 m

    d) Ketebalan semburan masuk ( )

    Nilai adalah sebesar :

    K = 0,075 - 0,1, diambil k = 0,08, maka :

    =0,12 m

    e) Jarak antara sudu ( t )

    24

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    25/34

    Jarak antara sudu turbin dapat dicari dari persamaan berikut :

    Dimana = arc tan ( 2 tan )

    = arc tan (2 tan =

    Maka jarak antara sudu turbinnya :

    =0,24 m

    f) Jumlah sudu ( n )

    Jumlah sudu turbinnya :

    =19,23

    Diambil jumlah sudu (n) = 19 sudu

    3.2 Poros

    Dalam hal ini perencanaan poros yang direncanakan sebagai berikut:

    a) Daya rencana yang akan ditransmisikan

    P = 1,1 Kw, n = 100 rpm

    25

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    26/34

    b) Faktor korelasi fc = 1,0

    c) Daya rencana (Pd)

    Pd = fc P

    = 1,0 1,1 = 1,1 Kw

    d) Momen rencana (T)

    T = 9,74 105

    n

    Pd

    = 9,74 105 100

    1,1

    = 10714 Kg mm

    e) Bahan yang digunakan untuk poros adalah S 30 C dengan kekuatan

    tarik (B) = 48 kg/mm2

    Perlakuan panas : dicelup dingin dan di temper

    Factor keamanan (Sf1) untuk bahan S C diambil 6,0

    Factor keamanan (Sf2) mempunyai nilai sebesar 1,3 3,0

    Diambil Sf2 = 3,0

    f) Tegangan geser yang diizinkan (a)

    21

    Ba

    SfxSf

    =

    36

    48

    x=

    2a mmkg

    67,2 =

    26

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    27/34

    g) Factor koreksi untuk momen puntir (Kt) jika diberikan beban

    dengan kejutan atau tumbukan besar mempunyai nilai di antara 1,5

    3,0.

    Diambil Kt = 1,5.

    Factor lenturan (Cb) mempunyai nilai antara 1,2 2,3.

    Diambil Cb = 2

    h) Diameter poros (ds)

    31

    ...1,5

    = TCbKtds

    a

    31

    10714.2.5,1.67,2

    1,5

    =ds

    mm404,39 =ds

    i) Diameter tempat bantalan di asumsikan = 50 mm

    - Jari-jari fillet2

    dsDr

    =

    2

    4050 =r

    = 5 mm

    j) Ukuran pasak dan alur pasak 12 x 8 x fillet 0,5

    Factor konsentrasi tegangan () pada poros bertangga

    125,040

    5==

    ds

    r

    25,140

    50==

    ds

    D

    27

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    28/34

    - Dari gambar 2.2.diperoleh nilai = 1,3

    - Factor konsentrasi tegangan () pada pasak

    40

    5,0=

    ds

    fillet

    = 0,0125

    - Dari gambar 2.1.diperoleh nilai = 3,1

    k) Tegangan geser ()

    3

    1,5

    ds

    T=

    340

    10714.1,5=

    = 0,85 kg/mm2

    - Tegangan yang diizinkan

    2

    2a

    58,2

    1,3

    3.2,67

    Sf.

    mmkg

    =

    =

    - Tegangan geser tanpa alur pasak

    . Cb . Kt = 0,85 . 2 . 1,5

    = 2,55

    l) Apabila tegangan yang diizinkan lebih besar atau sama dengan

    tegangan geser tanpa alur pasak maka poros yang menggunakan

    bahan S 30 C dengan diameter 40 mm aman untuk digunakan.

    28

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    29/34

    kt.cb.sf. 2a

    5,1.2.85,01,3

    3.67,2>

    55,258,2 >

    - Karena Kt.b.sf. 2a

    C>

    , maka poros penggerak

    yang menggunakan bahan S 30 C dengan diameter 40 mm aman

    untuk digunakan .

    3.3 Perencanaan pasak dan alur pasak

    Dalam perencanaan pasak dan alur pasak yang direncanakan

    sebagai berikut:

    3.3.1. Perencanaan pasak dan alur pasak

    a) Data : daya maksimum P = 1103,6 watt 1,1 kW

    n = 100 rpm

    b) faktor koreksi fc = 1,o

    c) Daya yang direncanakan (Pd) dengan fc =1,0

    Pd = 1,1 kW

    d) Momen puntir rencana (T)

    T = 10714 Kg.mm

    e) Bahan poros : S 30 C

    B = 48 kg/mm2

    Faktor keamanan (sf1) = 6

    Faktor keamanan (sf2) mempunyai nilai antara 1,3 3

    29

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    30/34

    Diambil sf2 = 3

    f) Tegangan geser sa = 2,67

    g) Faktor koreksi (Kt) untuk momen puntir = 1,5

    Faktor lenturan (Cb) =2

    h) Diameter poros ds = 40 mm

    i) Gaya tangensial (F) yang terjadi

    2ds

    TF =

    =

    240

    10714

    = 535,7 kg

    j) Ketentuan ukuran nominal pasak dapat diketahui dari tabel 2.4

    - Ukuran nominal pasak 12 x 8

    - Fillet 0,5

    - Kedalaman alur pasak pada poros t1 = 5,0 mm

    - Kedalaman alur pasak pada poros t2 = 3,3 mm

    k) Bahan pasak yang dipakai adalah baja karbon konstruksi mesin jenis

    S 35 C dengan kekuatan tarik B = 52 kg/mm2

    l) Faktor keamanan Sf1 = 6

    Faktor keamanan Sf2 = 1,3 3 diambil Sf2 = 3

    m) Tegangan geser yang diizinkan (ka)

    ka = 21

    B

    Sf.Sf

    30

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    31/34

    = 18

    52

    = 2,88 kg/mm2

    Perhitungan panjang pasak (L)

    ka = 1L.b

    F

    2,88 =1

    L.12

    7,535

    L1=88,2.12

    7,535

    = 15,5 mm

    Nilai tekanan permukaan Pa adalah 8 kg/mm2 untuk poros diameter

    kecil

    Maka

    Pa > 22 t.L

    F

    L2 >3,3.8

    7,535

    L2 > 20,3 mm

    Dimana L1 = 15,5 mm dan L2 = 20,3 mm

    Diambil panjang pasak ( L2 ) = 20,3 mm

    n) Panjang pasak (Lk) jangan terlalu panjang dibandingkan dengan

    diameter poros antara (0,75 1,5 ds) diambil Lk = 0,75 ds

    Maka Lk = 0,75 ds

    = 0,75 x 40

    = 30 mm

    31

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    32/34

    o) Jika b/ds sebaiknya 0,25 0,35 dan Lk/ds sebaiknya 0,75 1,5 maka

    pasak tersebut aman untuk digunakan

    3,040

    12==

    ds

    b

    750,40

    30

    ds

    Lk==

    p) Maka kesimpulan yang dapat diambil

    Ukuran pasak 12 x 8

    Fillet 0,5

    Panjang pasak Lk = 30 mm

    Bahan pasak S 35 C

    Kekuatan tarik B = 52 kg/mm2

    3.4 Perencanaan Bantalan

    Dalam perencanaan bantalan yang direncanakan sebagai berikut:

    Dari perencanaan poros diketahui

    Diameter poros yang digerakkan ds = 40 mm

    Putaran poros yang digerakkan n = 100 rpm

    Diameter yang menjadi tempat bantalan = 50 mm

    Maka direncanakan untuk menggunakan bantalan gelinding radial alur

    dalam baris tunggal sehingga dari tabel 2.11 didapat nomor bantalan

    yaitu 6010 zz

    6 Menyatakan bantalan bola baris tunggal alur dalam

    32

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    33/34

    0 Menyatakan jenis beban ringan

    10 Berarti 10 x 5 = 50 mm diameter dalam

    zz Berarti beryl 2 (double rubber sill)

    Diameter dalam (d) = 50 mm

    Diameter luar (D) = 80 mm

    Tebal bantalan (B) = 16 mm

    Jari-jari kelengkungan r = 1,5 mm

    Kapasitas nominal dinamis spesific C = 1710 kg

    Kapasitas nominal statis spesific Co = 1430 kg

    33

  • 8/3/2019 an Turbin Air

    34/34