an penyertaan modal negara

Upload: ika-kartika-sari

Post on 14-Jul-2015

184 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PENATAUSAHAAN PENATAUSAHAAN PENYERTAAN PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH MODAL NEGARADIBUAT DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS YANG DIBERIKAN OLEH DOSEN MATA KULIAH PENGELOLAAN INVESTASI NEGARA, BAPAK SIGIT PURNOMO, UNTUK MENJELASKAN MENGENAI PENATAUSAHAAN PENYERTAAN MODAL NEGARA

IKA KARTIKA SARI2C KEBENDAHARAAN NEGARA NO. ABSEN 19 SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

PENATAUSAHAAN PENYERTAAN MODAL NEGARA

A. PENGANTAR Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan pemerintahaan didasarkan pada informasi dan data yang tersedia, dimana informasi dan data tersebut seharusnya benar-benar dapat dipertangggungjawabkan. Hal ini dimaksudkan dalam rangka menjamin agar kebijakan yang diambil benar-benar dapat menjadi alternatif pemecahan masalah yang dihadapi. Dalam rangka menjamin ketersediaan informasi dan data yang diperlukan tersebut, perlu dirumuskan suatu sistem penatausahaan dan dokumentasi data yang baik. Dalam hal kekayaan negara yang dipisahkan, fungsi penatausahaan merupakan

konsekuensi kepemilikan modal pemerintah pada BUMN dan investasi pemerintah lainnya. Fungsi penatausahaan kekayaan negara yang dipisahkan dalam pembahasannya lebih dikenal dengan penatausahaan penyertaan modal negara. Penatausahaan penyertaan modal Negara dimaksudkan dalam rangka tertib administrasi penyertaan modal Negara. Penatausahaan Penyertaan Modal Negara ditujukan untuk menyediakan informasi tentang nilai penyertaan modal Negara beserta dokumen pendukungnya pada BUMN. Penatausahaan adalah pencatatan dalam rangka pengadministrasian untuk mengetahui besarnya penyertaan Negara dalam BUMN dan Perseroan Terbatas. Hal ini ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2005 tentang Tata cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas. penatausahaan meliputi hal-hal berikut: 1. Menghimpun data PMN pada BUMN, Perseroan Terbatas yang diperoleh dari institusi terkait, meliputi Kementerian Negara BUMN, BUMN, dan institusi penerbit dokumen legal PMN, khususnya dari Sekretariat Negara . Kegiatan

Penatausahaan Penyertaan Modal Pemerintah | 1

2. Mencatat data penyertaan modal Negara pada BUMN, dan Perseroan Terbatas berdasarkan sistem pencatatan yang dengan menggunaan database system yang tersedia melalui media format isian data PMN; 3. Menyajikan laporan mengenai penyertaan modal Negara pada BUMN, Perseroan Terbatas, sebagai out put atas database system yang ada untuk disajikan kepada pihakpihak yang berkepentingan. Kegiatan penatausahaan ini dilakukan sebagai akibat dari adanya tindakan penambahan dan pengurangan penyertaan modal negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas. Kewenangan penatausahaan berada di tangan Menteri Keuangan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.

B. TERMINOLOGI

Beberapa pengertian terkait dengan penatausahaan penyertaan modal negara pada BUMN antara lain meliputi: 1. Penyertaan Modal Negara adalah pemisahan kekayaan negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau penetapan cadangan perusahaan atau sumber lain untuk dijadikan sebagai modal BUMN dan/atau Perseroan Terbatas lainnya, dan dikelola secara korporasi. 2. Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. 3. Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. 4. Perusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya disebut Persero Terbuka, adalah Persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang

Penatausahaan Penyertaan Modal Pemerintah | 2

melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan perundangundangan di bidang pasar modal. 5. Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum, adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. 6. Wakil pemerintah adalah menteri yang ditunjuk atau diberi kuasa selaku pemegang saham negara pada persero dan pemilik modal pada perum dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan. 7. Menteri adalah menteri yang ditunjuk dan/atau diberi kuasa untuk mewakili pemerintah selaku pemegang saham negara pada Persero dan pemilik modal pada Perum dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan. 8. Menteri Teknis adalah menteri yang mempunyai kewenangan mengatur kebijakan sektor tempat BUMN melakukan kegiatan usaha. 9. Komisaris adalah organ Persero yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan Persero. 10. Dewan Pengawas adalah organ Perum yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan Perum. 11. Direksi adalah organ BUMN yang bertanggung jawab atas pengurusan BUMN untukkepentingan dan tujuan BUMN, serta mewakili BUMN baik di dalam maupun di luar pengadilan. 12. Pengelola BMN adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab menetapkan kebijakan umum pembinaan dalam pengelolaan BMN yaitu menteri keuangan. 13. Pengguna BMN adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan BMN yaitu menteri/Pimpinan Lembaga. 14. Kekayaan Negara yang dipisahkan adalah kekayaan negara yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk dijadikan penyertaan modal negara pada Persero dan/atau Perum serta perseroan terbatas lainnya. Penatausahaan Penyertaan Modal Pemerintah | 3

15. Kekayaan negara yang tidak dipisahkan adalah kekayaan negara yang ada pada departemen/lembaga atau badan hukum pemerintah yang berasal dari APBnm atau perolehan yang sah. 16. Pengusulan adalah proses penyelesaian adminsitrasi baik dari aspek teknis maupun yuridi PMN dalam BUMN. 17. Proyek selesai adalah proyek fisik maupun non fisik yang seluruhnya atau sebagaian telah berfungsi. 18. Restrukturisasi adalah upaya yang dilakukan dalam rangka penyehatan BUMN yang merupakan salah satu langkah strategis untuk memperbaiki kondisi internal perusahaan guna memperbaiki kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan. 19. Privatisasi adalah penjualan saham Persero, baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat. 20. Kapitalisasi adalah penambahan modal setor penuh oleh pemerintah 21. Divestasi adalah penjualan saham negara pada suatu persro atau perseroan terbuka sebagaian atau seluruhnya kepada pihak lain dalam rangka meningkatan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat. 22. Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah organ Persero yang memegang kekuasaan tertinggi dalam Persero dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris

C. METODE PENATAUSAHAAN PENYERTAAN MODAL NEGARA Dengan berlakunya PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, standar pencatatan PMN pada BUMN semakin jelas dan kendala-kendala tersebut diatas sudah mulai berangsur-angsur berkurang.

Penatausahaan Penyertaan Modal Pemerintah | 4

Metode pencatatan PMN pada BUMN sesuai dengan Pernyataan SAP (PSAP) 06 adalah dengan cost method, equity method, dan net realizable method, dengan penjelasan sebagai berikut:

Cost method Di dalam metode ini rekening investasi saham perusahaan anak akan dicatat sebesar harga perolehannya (cost). Perusahaan tidak akan mencatat terjadinya perubahan hak atas perusahaan anak, sebelum hak tersebut diterima. Dengan demikian perusahaan induk tidak akan mengakui adanya laba perusahaan anak sebelum laba tersebut dibagi. Oleh karena itu, saldo rekening investasi saham di dalam metode ini akan tetap sebesar harga perolehannya, kecuali terjadi pembagian deviden yang berasal dari laba sebelum kepemilikan

Equity method Nilai penyertaan modal pemerintah daerah dapat diketahui dari peraturan daerah, akte pendirian perusahaan beserta perubahannya, beserta bukti setoran modal yang telah dilakukan oleh pemerintah. Untuk pencatatan dengan metode ekuitas, nilai penyertaan modal pemerintah daerah dihitung dari nilai ekuitas yang ada di laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan dikalikan dengan persentase kepemilikan. Informasi mengenai penyertaan modal ini pada pemerintah daerah dapat diperoleh di unit yang menangani penyertaan modal pemerintah daerah.

Net Realizable Method Metode pencatatan dimana invcestasi dihitung berdasarkan nilai yang bisa direalisasikan jika PMN dijual atau dilepas. Nilai bersih yang dapat direalisasikan digunakan terutama untuk kepemilikan yang akan dilepas/dijual dalam 4 jangka waktu dekat.

Penatausahaan Penyertaan Modal Pemerintah | 5

Penggunaan metode-metode tersebut didasarkan pada kriteria sebagai berikut: 1. Kepemilikan kurang dari 20% menggunakan metode biaya; 2. Kepemilikan 20% sampai 50%, atau kepemilikan kurang dari 20% tetapi memiliki pengaruh yang signifikan menggunakan metode ekuitas; 3. Kepemilikan lebih dari 50% menggunakan metode ekuitas; 4. Kepemilikan bersifat nonpermanen menggunakan metode nilai bersih yang direalisasikan

Dalam kondisi tertentu, kriteria besarnya prosentase kepemilikan saham bukan merupakan faktor yang menentukan dalam pemilihan metode penilaian investasi, tetapi yang lebih menentukan adalah tingkat pengaruh (the degree of influence) atau pengendalian terhadap

perusahaan investee. Ciri-ciri adanya pengaruh atau pengendalian pada perusahaan investee, antara lain: 1. Kemampuan mempengaruhi komposisi dewan komisaris; 2. Kemampuan untuk menunjuk atau menggantikan direksi; 3. Kemampuan untuk menetapkan dan mengganti dewan direksi perusahaan investee; 4. Kemampuan untuk mengendalikan mayoritas suara dalam rapat/pertemuan dewan direksi.

D. PENTINGNYA PENATAUSAHAAN PENYERTAAN MODAL NEGARA Tugas dan fungsi penatausahaan PMN merupakan konsekuensi kepemilikan modal pemerintah pada BUMN. Dalam perkembangan pelaksanaannya mengalami beberapa perubahan atau pergantian instansi/unit yang menanganinya. Hal ini akibat adanya perubahan/pergantian instansi/unit yang melakukan pembinaan BUMN. Namun, sejak tahun 2001 yaitu dengan terbentuknya Kabinet Gotong Royong, tugas dan fungsi penatausahaan PMN terpisah dengan tugas dan fungsi pembinaan Badan Usaha Milik Negara. Tugas dan fungsi Pembinaan Badan Usaha Milik Negara ada pada Kementerian BUMN, sedangkan tugas dan fungsi penatausahaan PMN ada pada Departemen Keuangan (Direktorat Jenderal Anggaran c.q. Direktorat PKN) . Hal Penatausahaan Penyertaan Modal Pemerintah | 6

ini ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 tahun 2001 tentang Pengalihan Kedudukan, Tugas, dan Kewenangan Menteri Keuangan pada Perusahaan Perseroan (PERSERO), Perusahaan Umum (PERUM), dan Perusahaan Jawatan (PERJAN) kepada Menteri Negara BUMN. Dalam tahun 2003 dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN, maka Peraturan Pemerintah Nomor 64 tahun 2001 tersebut dengan materi sama diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2003 tentang Pelimpahan Kedudukan, Tugas, dan Kewenangan Menteri Keuangan pada Perusahaan Perseroan (PERSERO), Perusahaan Umum (PERUM), dan Perusahaan Jawatan (PERJAN) kepada Menteri Negara BUMN. Sebagai tindak lanjut terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 64 tahun 2001 tersebut, Menteri Keuangan menerbitkan Surat nomor SR-206/ MK.1/2001 tanggal 20 Desember 2001 tentang Penugasan kepada Unit-unit Organisasi di Lingkungan Departemen Keuangan Dalam Rangka Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Dan 64 tahun 2001. Berdasarkan ketentuan tersebut, tugas dan fungsi penatausahaan penyertaan modal negara didelegasikan kepada Direktorat Pembinaan Kekayaan Negara. Ketentuan ini dipertegas dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.01/2002 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 2/KMK.01/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan. Pada saat awal-awal pelaksanaan tugas dimaksud oleh Direktorat PKN tidak ada serah terima hasil pelaksanan tugas dimaksud oleh instansi/unit yang sebelumnya menangani tugas tersebut. Menyikapi permasalahan tersebut, Direktorat PKN telah melakukan pengumpulan dokumen hukum atas penyertaan modal negara yang pernah diterbitkan untuk dilakukan penatausahaannya. Proses ini dilaksanakan dengan melalui koordinasi dengan pihak Kementerian BUMN dan BUMN yang bersangkutan. Direktorat PKN juga melakukan koordinasi dengan instansi yang terkait dengan terbitnya dokumen-dokumen hukum atas PMN yaitu Sekretariat Negara. Selain dokumen-dokumen yang berhasil dikumpulkan dari kegiatan dimaksud, Direktorat PKN juga mulai banyak menerima dokumen dan data tentang penyertaan modal negara yang baru terbit dari instansi-instansi terkait. Penatausahaan Penyertaan Modal Pemerintah | 7

Dokumen-dokumen yang telah terkumpul kemudian diklasifikasikan dan dikelompokkan sesuai BUMN masing-masing. Setelah itu, dilakukan analisa atas dokumen-dokumen tersebut dan kemudian dilakukan rekonsiliasi data dengan laporan keuangan BUMN bersangkutan. Dalam pelaksanakan rangkaian proses kegiatan dimaksud ada beberapa permasalahan yang menjadi kendala, antara lain sebagai berikut : 1. Belum adanya ketentuan teknis yang mengatur tata cara penatausahaan penyertaan modal negara; 2. Terbatasnya data dan dokumen hukum penyertaan modal negara sesuai ketentuan yang berlaku; 3. Terbatasnya sumber daya manusia yang memadahi untuk pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut.

E. STAKEHOLDER/PIHAK-PIHAK YANG TERKAIT DENGAN PENATAUSAHAAN PMN Ditinjau subjek penatausahaan PMN, institusi-institusi yang terkait dengan

penatausahaan PMN pada BUMN atau investasi pemerintah lainnya, dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing meliputi:

1. Kementerian Keuangan Sesuai UU Nomor 17 Tahun 2003, Menteri Keuangan antara lain memiliki wewenang dan tanggung jawab sebagai pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan Kekayaan Negara yang dipisahkan. Kedudukan Menteri Keuangan berdasarkan Undang undang Nomor 1 Tahun 2004 adalah sebagai pengelola barang milik Negara. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2003 sebagian kewenangan Menteri Keuangan terkait dengan kedudukannya sebagai wakil pemerintah pada BUMN dilimpahkan kepada

Penatausahaan Penyertaan Modal Pemerintah | 8

Menteri Negara BUMN Sedangkan kewenangan dalam rangka penatausahaan dan pengusulan PMN pada BUMN tetap berada pada Menteri Keuangan. Berkenaan dengan hal tersebut di atas, dan dengan pertimbangan bahwa PMN tidak saja ada pada BUMn, tetapi terdapat pula pada perseroan terbatas, maka selanjutnya MK mengatur pedoman lebih lanjut mengenai penatausahaan dan pengusulan PMN pada BUMn dan PT. Perngaturan tersebut menyangkut dokumen-dokumen yang diperlukan dalam rangka penatausahan PMN, institusi yang terlibat, proses dokumenatasi dokumen legal PMN, pencatatan PMN, dan pelaporan PMN serta kegiatan-kegiatan terkait dalam pengusulan PMN.

2. Kementerian yang ditunjuk dan atau diberi kuasa dalam pembinaan BUMN Kementerian negara BUMN memiliki wewenang dan tanggung jawab sebagai wakil pemerintah selaku RUPS pada persero dan pemegang saham pada PT, serta pemilik modal pada perum. Dalam kaitannya dengan penatausahaan dan pengusulan PMN ini, kementerian BUMN bertanggung jawab untuk menyampaikan kepada MK dokumen PMN yang tidak memerlukan penerbitan PP, berupa keputusan RUPS dan penerbitan semua keputusan terkait dengan PMN, serta konfirmasi dan klarifikasi atas PMN pada BUMN dan PT yang ada pada kewenangnannya.

3. BUMN/PT Lainnya/badan Hukum Lainnya Setiap BUMN (Persero dan Perum) berwenang untuk mengelola dan

mengadministrasikan PMN yang diterimanya, dan selanjutnya bertanggung jawab dalam menvampaikan pelaporan secara periodik kepada Menteri. Keuangan terkait dengan PMN yang ada pada BUMN bersangkutan dengan menggunakan format laporan yang ditetapkan, dan disertai dengan Laporan Keuangan Perusahaan sebagai informasi tambahan untuk memperjelas kedudukan PMN dimaksud dalam laporan keuangan. Apabila PMN tersebut dilakukan oleh negara pada PT lainnya/badna hukum lainnya, maka badan hukum tersebut juga memiliki peran seperti pada BUMN. Penatausahaan Penyertaan Modal Pemerintah | 9

Berdasarkan uraian tersebut pihak-pihak yang terkait dengan pengusulan PMN, selanjutnya wewenang dan tanggung jawab masing-masing adalah sebagai berikut: 1. Kementerian Keuangan Kemenkeu memiliki wewenang dan tanggung jawab sebagai pemegang kebijkan fiskal, sebagai pengelola BMN, dan sebagai wakil pemerintah pada BUMN. 2. Kementerian yang ditunjuk dan atau diberi kuasa dalam pembinaan BUMN Kemnterian BUMN memiliki wewenang dan tanggung jawab sebagai wakil pemerintah selaku RUPS pada persero dan pemegang saham pada PT serta pemilik modal pada perum 3. BUMN/PT Lainnya/badan Hukum Lainnya Terkait dengan dengan hal ini, BUMN/PT lainnya/badan hukum lainnya adalah penerima PMN dari pemerintah.

F. MEKANISME PELAKSANAA PENYERTAAN MODAL NEGARA

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada BUMN dan Perseroan Terbatas BAB V TATA CARA PENATAUSAHAAN PENYERTAAN MODAL NEGARA

Pasal 25 Pelaksanaan penyertaan Modal Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan pengurangan Penyertaan Modal Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dilaporkan oleh Menteri kepada Menteri Keuangan untuk dilakukan Penatausahaan.

Pasal 26 Menteri Keuangan menyelenggarakan Penatausahaan setiap Penyertaan Modal Negara pada BUMN Penatausahaan Penyertaan Modal Pemerintah | 10

dan Perseroan Terbatas berikut perubahannya.

Sampai saat ini ketentuan teknis yang mengatur tata cara penatausahaan penyertaan modal Negara secara rinci belum ada. Dalam Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN disebutkan pada pasal 4 ayat (6) sebagai berikut : Tata cara penyertaan modal Negara dan penatausahaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Namun, sampai saat ini Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam ketentuan dimaksud belum diterbitkan. Sebagaimana diketahui bahwa ketentuan teknis merupakan hal yang pokok sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas. Di samping itu, ketentuan teknis juga sebagai alat ukur tingkat keberhasilan dalam menjalankan tugas. Berdasarkan ketentuan teknis dapat diperoleh informasi-informasi yang diperlukan, sumber informasi, dan hasil yang harus tertuang dalam bentuk laporan/kertas kerja. Bagi Direktorat PKN, hal ini merupakan tantangan yang baru. Tugas dan fungsi penatausahaan PMN memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan tugas pokok yang sudah dilakukan Direktorat PKN. Di samping itu, pelimpahan tugas baru tersebut tanpa disertai ketentuan pelaksanaan atau minimal referensi atas pelaksanaan tugas dari unit/instansi sebelumnya. Hal yang perlu diperhatikan sebagai akibat tidak tersedianya ketentuan teknis dimaksud adalah tidak seragamnya pelaksanaan tugas antara unit teknis pada Direktorat PKN. Kedua, Direktorat PKN juga tidak memiliki justifikasi untuk meminta data karena belum diatur mekanisme kerja di antara pihak-pihak yang terkait dalam proses PMN. Ketiga, para pegawai pelaksana teknis mengalami kesulitan untuk menindaklanjuti adanya dokumen-dokumen hukum tentang PMN yang diterima Direktorat PKN. Padahal, aktivitas ini semakin banyak dijumpai

Penatausahaan Penyertaan Modal Pemerintah | 11

dalam pelaksanan tugas rutin pada Direktorat PKN. Pada akhirnya, Direktorat PKN tidak dapat menyediakan informasi tentang PMN dengan cepat dan akurat. Dalam rangka penyusunan sistem penatausahaan PMN, hal yang paling penting pada saat ini adalah adanya sistem penatausahaan PMN dengan menitikberatkan dari sudut pandang tertib administrasi pengelolaan kekayaan negara. Modal negara pada BUMN merupakan kekayaan negara yang dipisahkan dari Anggaran Pendapat dan Belanja Negara. Persyaratan-persyaratan administratif dan legal atas PMN pada BUMN sesuai ketentuan yang berlaku, yaitu Undangundang Nomor 19 tahun 2003. Sistem penatausahaan PMN pada BUMN dimaksud perlu dituangkan dan ditetapkan dalam suatu perangkat hukum yang bersifat mengikat, misalnya dengan Peraturan Pemerintah atau minimal Keputusan Menteri Keuangan. Dalam ketentuan teknis dimaksud perlu diatur mekanisme kerja penatausahaan pada Direktorat PKN, juga perlu ditetapkan unit teknis sebagai pusat pengolahan data. Kemudian diatur mekanisme kerja antara unit pengolah data dimaksud dengan unit teknis yang menangani kebijakan atas tertib administrasi kekayaan negara. Di samping itu, perlu diatur juga mekanisme kerja dengan instansi/unit yang memiliki kewenangan atau terkait dengan terbitnya dokumen hukum atas PMN. Hal ini untuk menjamin tersedianya data dengan baik dan akurat.

G. KESIMPULAN Penatausahaan adalah pencatatan dalam rangka pengadministrasian untuk mengetahui besarnya penyertaan Negara dalam BUMN dan Perseroan Terbatas. Penatausahaan penyertaan modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dibutuhkan dengan maksud untuk menciptakan tertib administrasi penyertaan modal Negara dan dengan tujuan untuk menyediakan informasi tentang nilai penyertaan modal Negara beserta dokumen pendukungnya pada BUMN.

Penatausahaan Penyertaan Modal Pemerintah | 12

Dalam kenyataannya, pelaksanaan penatausahaan penyertaan modal negara belum memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan. Hal ini dikarenakan terdapatnya beberapa kesulitan dalam melakukan proses pengumpulan data, analisa dokumen, dan rekonsiliasi data. Dalam rangka penyusunan sistem penatausahaan PMN yang baik, diperlukan peraturan yang mengatur mengenai mekanisme pelaksanaan penatausahaan penyertaan modal negara pada BUMN agar tercipta penyelenggaraan penatausahaan yang terorganisir dan seragam di setiap pelaksana penatausahaan penyertaan modal negara. Sayangnya, sampai saat ini belum ada peraturan yang mengatur secara jelas mengenai mekanisme pelaksanaan penatausahaan tersebut walaupun dalam Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN pada pasal 4 ayat (6) telah disebutkan bahwa:

Tata cara penyertaan modal Negara dan penatausahaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Selain belum adanya ketentuan teknis yang mengatur tata cara penatausahaan penyertaan modal Negara, ada beberapa kendala lain yang menyebabkan kesulitan-kesulitan sebagaimana telah disebutkan diatas, yaitu: Terbatasnya data dan dokumen hukum penyertaan modal negara sesuai ketentuan yang berlaku; Terbatasnya sumber daya manusia yang memadai untuk pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut.

H. DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21620/3/Chapter%20II.pdf

Penatausahaan Penyertaan Modal Pemerintah | 13

http://www.jdih.bpk.go.id/informasihukum/Penyertaan%20modal.pdf

http;//www.bumn.go.id/wp-content/.../0000d15b1.0.__PP_12_Tahun_1998.doc

http://legalbanking.wordpress.com/?s=penatausahaan+penyertaan+modal+pemerintah

http://www.bppk.depkeu.go.id

PP No. 41 Tahun 2003 tentang Pelimpahan, Kedudukan, Tugas dan Kewenangan Menteri Keuangan pada Persero, dan Perjan kepada Menteri Negara BUMN

PP No. 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaaan dan Penatausahaan Modal Negara pada BUMN dan Perseroan Terbatas

Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara

Penatausahaan Penyertaan Modal Pemerintah | 14