wilayah masyarakat desa dan kota -...

Post on 06-Mar-2019

233 Views

Category:

Documents

1 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Wilayah Masyarakat Desa dan Kota

Yuswanti Ariani Wirahayu,

Yuli Ifana Sari, Mustika Arif Jayanti

Pembentukantempat sentralberdasarkan teoritempat sentral

Distribusipenggunaan

lahan

Perbandinganukuran kota

Morfologikota

Apa Yang Kalian

Bayangkan Tentang Desa

Desa Itu ….

Indah

Tenang

Damai

Desa Itu …

Kesederhanaan

Desa Itu…

Kekurangan…

Kemiskinan…

Desa Istilah Yang

Dikenal Oleh Masyarakat Indonesia:

Desa = Deshi

Tanah Kelahiran /

Tumpah Darah

• Gampong / Meunasah = di Aceh

• Huta / Kuta = di Sumatera Utara

• Nagari = di Sumatera Barat

• Wanus = di Sulawesi Utara

• Wanua = di Minahasa

• Gaukang = di Ujung Pandang

• Dusun Dati = di Maluku

PENAMAAN DESA DI BEBERAPA DAERAH

Desa merupakan perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur :

• Fisiografis

• Ekonomi

• Politik

• Kultural

setempat dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain

R. Bintarto (1977)

PENGERTIAN DESA

Unsur Fisiografis

Unsur yang terkait dengan

kondisi fisikdesa

diantaranyatanah, air dan

udara

Unsur Ekonomis

Terkait dengan berbagai aktivitas

manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Unsur politik

Dapat diartikan sebagai aktivitas manusia

dalam pengaturan

hidup bersama.

Unsur Kultural

Desa memiliki budaya /

kebudayaan yang sangat kuat, baik

berupa adat kebiasaan maupun

kebendaan.

1. Daerah/wilayah

2. Penduduk

3. Tata kehidupan

UNSUR POKOK DESA

Fungsi dan potensi desa

• Dalam hubungannya dengan kota maka desa merupakan daerah pendukung yang berfungsi sebagai suatu daerah pemberi bahan makanan pokok

• Lumbung bahan mentah dan tenaga kerja

• Segi kegiatan kerja desa dapat merupakan desa agraris, desa manufaktur, desa industri, desa nelayan, dan lain sebagainya

Desa mempunyai fungsi fisis dan nonfisis, potensi fisis:

• Tanah

• Air

• Iklim

• Ternak

• Manusia

Potensi nonfisis

• Masyarakat desa

• Lembaga-lembaga sosial

• Aparatur atau pamong desa

Maju mundurnya desa tergantung pada beberapa faktor;

• Potensi desa (SDA dan SDM)

• Interaksi (desa-desa, desa-kota)

• Lokasi desa (stategis-tidak)

Modernisasi Desa

• Modernisasi dapat memberikan semangat hidup baru serta menghilangkan monotoni dari kehidupan desa

• Dapat meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi desa

• Dapat meningkatkan pendidikan secara merata

• Di bidang transportasi berangsusr-angsung menghilankan sifat isolasi desa

• Tumpuan bagi pembangunan tehnologi pedesaan

Permasalahan dalam penerapan tehnologi pedesaan

• Pemilihan tehnologi untuk pertumbuhan dan pengembangan desa perlu diselaraskan dengan tujuan pembangunan desa

• Bentuk dan jenis tehnologi perlu setepat-tepatnya sesuai kebutuhan dalam pembangunan jangka panjang

• Pemilihan tehnologi desa hendaknya memperhatikan akibat negatif yang timbul

POLA

TATA RUANG DESA

➢ sangat sederhana,

➢ letak rumah di kelilingi pekarangan cukup luas,

➢ jarak antara rumah satu dengan lain cukup longgar,

➢ setiap mempunyai halaman,

➢ sawah dan ladang di luar perkampungan.

Pemukiman Desa

Pemukimannomaden dan

peladangberpindah

DesaPertanianTradisional

Pem

uki

man

No

mad

en

Kepadatan penduduk rendah

Pemukiman tersebar

Jumlah penduduk sedikit

Ditempati secara musiman

Dataran Indian

Pela

dan

gB

erp

ind

ah

Memiliki desa permanen

Memiliki tempat yang digunakanuntuk barter

Tidak adanya pasar untuk menjualhasil pertanian

Menghasilkan tanaman subsistensi

Des

aPe

rtan

ian

Trad

isio

nal

Menggunakan sistem tanam pendek

Intensitas penggunaan lahan tinggi

Sistem tanam secara terus menerus

Sudah menetap

Tinggal sementara dekat denganlahan yang digarap

Pola pemukiman desa di Indonesia

Di setiap negara desa selalu identik dengan pertanian. Hal ini juga yang

terdapat di Indonesia. Desa di Indonesia terbentuk dari pembukaan lahan untuk

pertanian yang dilakukan oleh individu atau sekelompok yang akhirnya

menetap.

Asal muasal desa di Indonesia berbeda-beda setiap daerahnya. Tidak ada

sejarah proses pembentukan desa yang sama, karena Indonesia memiliki bentuk

wilayah yang luas, karakteristik berbeda, luas, dan tersebar. Pada umumnya

pemukiman terbentuk dari kebiasaan hidup luhur masyarakat di desa tersebut

.

Desa di Jawa, mulanya dihuni orang seketurunan. Mereka memiliki nenek

moyang sama, yaitu para cikal bakal pendiri permukiman tsb. Jika desa sudah

penuh, masalah-masalah ekonomi bermunculan. Beberapa keluarga keluar

mendirikan permukiman baru dengan cara membuka hutan. Tindakan ini

disebut tetruka. Di Tapanuli, pembukaan desa baru, menurut Marbun, sebagian

karena kelompok baru ingin mencapai hak dan kewajiban sebagai raja adat,

atau tanah desa tak memadai lagi untuk menghidupi penghuninya.

.

Pola pemukiman desa di Indonesia

Keadaan Topografi Di wilayah Indonesia kira-kira 80% merupakan pedesaan

dan 20% merupakan perkotaan. Dimana seluruh wilayah Indonesia secara

administrative terbagi habis menjadi desa-desa. Karena Indonesia merupakan

negara kepulauan, maka terdapat desa di tengah pulau dan desa di tepi pantai,

di samping itu terdapat desa yang meliputi pulau kecil. Berhubung permukaan

bumi tidak sama, maka dapat dibedakan pula desa di dataran, desa di lembah,

desa di perbukitan, dan desa di pegunungan.

Pada umumnya desa di tengah pulau atau desa pedalaman mempunyai

pemukiman yang terpusat dikelilingi oleh tanah untuk kegiatan ekonominya,

seperti sawah, ladang, hutan dan sebagainya. Desa di tepi sungai merupakan

pemukiman yang linier dengan tempat kegiatan ekonominya. Sedangkan desa

yang terletak di perbukitan sering mempunyai pola pemukiman tersebar. Jadi

secara geografis di Indonesia terdapat desa pedalaman, desa pantai desa sungai.

Berdasarkan orientasi dan topografi terdapat pemukiman memusat (linier) dan

tersebar (dispersed).

Teo

riT

em

pat

Sen

tral

(Th

eory

Cen

tral

Pla

ce)

Teori yang menyatakan tentangpersebaran danbesarnya pemukimanoleh walter Christaller

Tiga pertanyaan yang dijawab yang dijawabdari teori ini yaitubanyaknya, besar, danpersebaran kota

1. Menurut Christaller, pusat-pusat pelayanan cenderung tersebar didalam wilayah menurut pola berbentuk heksagon (segi enam)

2. Keadaan wilayah yang mempunyai topografi yang seragam sehinggatidak ada bagian wilayah yang mendapat pengaruh dari lereng danpengaruh alam lain dalam hubungan dengan jalur pengangkutan, dan kehidupan ekonomi yang homogen dan tidak memungkinkanadanya produksi primer, yang menghasilkan padi-padian, kayu ataubatu bara.

3. Suatu wilayah akan menjadi tempat sentral, ketika wilayah tersebutmampu menyediakan semua kebutuhan barang dan jasa

4. Semakin besar luas tempat sentral, maka cakupan wilayah yang akan menuju kearah tempat sentral tersebut semakin besar

Pengertian Kota

Kota adalah sistem jaringan

kehidupan manusia yang ditandai

oleh strata sosial ekonomi yang

heterogen serta corak matrialistis

R. Bintarto (1968)

KARAKTERISTIK KOTA

1. Sikap penduduk individualistis danmaterialistis

2. Hubungan sosial bersifat patembayan(gesselschaft)

3. Adanya keanekaragaman penduduk

4. Pandangan hidup lebih rasional

5. Banyak gedung perkantoran denganberbagai fasilitas umum

Unsur-unsur Kota

• Unsur fisik : Tanah, iklim, dan topografi

• Unsur ekonomi : Fasilitas kebutuhan warga

• Unsur Sosial : Keserasian, ketenangan hidup dll

• Unsur Budaya : Seni dan budaya masyarakat

Berdasarkan lokasi, Pusat kegiatan kota dikelompokan menjadi :

1. Pusat kota (A)

2. Selaput inti kota (B)

3. Kota satelit (C)

4. Sub Urban (D)

adalah proses hubungan yang bersifattimbal balik antar unsur-unsur yang ada dan mempunyai pengaruhterhadap perilaku dari pihak-pihakyang bersangkutan sehinggamelahirkan sebuah gejala baru, baikberupa fisik maupun non fisik.

Interaksi Desa - Kota

Bentuk interaksi desa – kota

1. Kerjasama antar penduduk

2. Penyesuaian terhadap lingkungan

3. Persaingan fasilitas hidup

4. Asimilasi.

Faktor yang Mempengaruhi

Interaksi Desa Kota

Menurut Edward Ulman (1987) :

1. Regional Complementarity (adanya wilayah yang saling melengkapi)

2. Interventing Opportunity (adanya kesempatan untuk berintervensi)

3. Spatial Transfer Ability (adanya kemudahan pemindahan dalam ruang)

Tata guna lahan akan mempengaruhi nilai suatu lahan, semakin lahan dekat dengan tempat sentral maka nilai

guna lahan akan semakin tinggi

Distribusi Penggunaan Lahan di Sekitar Pemukiman

Perbandingan Ukuran Kota

Hierarki pemukiman terbentuk dari

Dusun ---> Desa ---> Kota ---> Kota Metropolis

Ukuran kota adalah peringkat ukuran populasi

➢ Ukuran di negara maju---> Kota utama dua kali ukurankota yang paling padat penduduk kota terbesar, tigakali ukuran kota yang ketiga, dan empat kali ukurankota yang keempat.

➢ Ukuran di negara berkembang ---> Kota utama paling besardari kota yang lain sebagai pusat ekonomi, pemerintahan, budaya.

MorfologiPemukiman

❑ Berhubungan dengan bentuk dan struktur, menyangkut jalan, bangunan, dan penggunaanlahan

❑ Kota memiliki morfologi dengan tata jalan yang teratur, bangunan besar. Pemukiman beradapada wilayah yang telah teratur dengan sistemperekonomian yang telah tertata baik.

❑ Desa memiliki pemukiman yang tidak teratur.

Pemukiman Kota

Karakteristik kota-kotapra industri

Urbanisasi di negara-negara berkembang

Kota pra industri

Pemukiman yang dominan adalahpedesaan

Secara morfologi kotanyadidominasi oleh bangunanpemerintahan dan keagamaan

Struktur klas pada masyarakatditentukan oleh lembaga politik, agama, dan pendidikan

Karakteristik ini dimiliki oleh kota-kota pra industri Asia Timur, Asia

Tenggara, Asia Selatan

Kota pra industri

Pada pertengahan 1980-an 80% penduduk AS tinggaldi kota

Kota berkembang karena banyaknya permintaanbarang dan jasa oleh konsumen dari daerah sekitar

Pemukiman kota besar di AS dimulai sebagai pusatgrosir untuk perdagangan jarak jauh

Tahap I: Eksplorasidan pencarian

Tahap II: Membangunkota pesisir

Tahap III: Perluasan jaringandlam negari

Tahap IV: pengisianjaringan

Tahap V Memodifikasi jaringan

Pola pemukiman Kota di Indonesia

Awal pembentukan kota sudah ada di nusantara sebelum periode Hindu, halini dapat diindikasikan dengan adanya institusionalisasi pemerintahan yang diatur oleh seorang penguasa. Pada saat itu ada dua jenis tipe masyarakatperkotaan yang sedang berkembang yakni, masyarakat yang memilikidominasi pekerjaan berdagang di pelabuhan dan pusat dominasi kegiatanpada kekuasaan lokal (pedalaman).

Pada periode pengaruh kerajaan Hindu, Islam dan periode awal kekuasaanEropa (1400-1700M), perdagangan merupakan faktor utama padapembentukkan masyarakat dengan karakteristik perkotaan, meski tidaksecara langsunag namun perdagangan mempercepat proses feodalisasidalam sebuah komunitas asli. Sementara pada masa Pemerintah Kolonial(1700-1900) pertumbuhan perkotaan lebih efektif dirangsang denganmenggunakan faktor politis/administrasi ketimbang dengan faktor kegiatanperdagangan

Kota-kota di Indonesia saat ini bukan merupakan bentukan atau warisan darizaman keemasan kerajaan Nusantara terdahulu, tetapi merupakan bentukdan kreasi sejarah dan faktor kebetulan yang kemudian diteruskan dandibina penjajah Belanda selama 350 tahun. Pada mulanya kota-kota diIndonesia terbentuk akibat faktor-faktor, yaitu sebagai pusat pemerintahankolonial, sebagai pusat niaga dan sebagai pelabuhan serta terminal

Pada awal pertumbuhannya, permukiman urban di Indonesia masih diwarnai oleh tradisi pedesaan yang dipengaruhi oleh struktur agraris dengan kehidupan sosial yang bertumpu pada ekonomi gotong royong. Namun seiring berjalan waktu, sebagian kelompok masyarakat melengkapi dirinya dengan budaya tulis-menulis, misalnya Sansekerta, Jawa Kuno, Arab Melayu dst, sehingga mereka menghasilkan peradaban kota,

Perkembangan urbanisasi di Indonesia dapat diamati dari 3 (tiga) aspek: pertama, jumlah penduduk yang tinggal di kawasan perkotaan (kinimencapai 120 juta dari total 230 juta jiwa); kedua, sebaran penduduk yang tidak merata (hampir 70% di Pulau Jawa dengan 125 juta jiwa dan di PulauSumatera dengan 45 juta jiwa); serta, ketiga, laju urbanisasi yang tinggi, dimana kota-kota metropolitan, seperti : Jakarta (termasuk Bekasi, Bogor dan Tangerang), Surabaya, Bandung, Medan, Palembang, dan Makassar, merupakan magnet utamanya

Terjadi peningkatan jumlah kota di Indonesia secara progresif untuk periodeyang sama. Pada awal tahun 1970, hanya terdapat 45 kota otonom saja, namun pada tahun 2010 telah berkembang menjadi 98 kota otonom. Artinyadalam 40 tahun terakhir, jumlah kota telah meningkat 2 (dua) kali lipat. Khususnya dalam 10 tahun terakhir (2000–2010), telah lahir 25 kota otonombaru sebagai hasil pemekaran wilayah dengan maksud untuk meningkatkanpelayanan publik.

Pada masa yang akan datang, urbanisasi diyakini akan terus terjadi di Indonesia,

baik karena pertumbuhan penduduk kota secara alamiah, migrasi dari desa ke

kota maupun pemekaran wilayah. Dengan laju pertumbuhan moderat sebesar

1,5%/tahun, maka proporsi penduduk kota diperkirakan akan meningkat

menjadi 56,05% di tahun 2015 lalu menjadi 60,39% di tahun 2020

Kekuatan Interaksi antar Kota

dalam suatu wilayah

v

e=

= indeks konektivitas

= jumlah dalam suatu wilayah

= jumlah jaringan jalan menghubungkan kota-

kota tersebut.

e

v

β

Analisis gravitasi menggunakan rumus

IAB = kekuatan interaksi antara region A dengan Bk = 1, nilai konstanta empirisPA = jumlah penduduk region APB = jumlah penduduk region BdAB = jarak mutlak yang menghubungkan region A dengan B

( )2.

AB

BAAB

d

PPkI =

Contoh :

Ada tiga buah kota, yaitu kota A, B, dan C. Jumlah penduduk kota A sebanyak 20.000 orang, kota B sebanyak 10.000 orang, sedangkan kota C sebanyak 30.000 orang. Jarak kota A ke kota B adalah 50 km, sedangkan jarak dari kota B ke kota C adalah 100 km. Pertanyaannya, manakah dari ketiga kota tersebut yang lebih besar kekuatan interaksinya? Apakah antara kota A dan kota B atau antara kota B dan kota C?

CB

A

dAB= 100 km

dAB= 50 km

Jawab:

a) Interaksi antara kota A dan kota B

adalah:

IAB = k . PA.PB = 1. (20.000).(10.000)

(dAB)2 (50)²

= 200.000.000 = 80.000

2.500

Jawab:

b) Interaksi antara kota B dan kota C

IBC = k . PB.PC = 1 . (10.000).(30.000)

(dBC) (100)²

= 300.000.000 = 30.000

10.000

TEORI TITIK HENTI

AB

ABAB

PP

dD

/1+=

D AB= jarak titik henti, yang diukur dari yang jumlah

penduduknya lebih kecil

dAB = jarak antara kota A dan B

PA = jumlah penduduk yang lebih kecil (A)

PB = jumlah penduduk yang lebih besar (B)

Contoh :

Jumlah penduduk kota A adalah 20.000 orang, kota B adalah 10.000 orang, sedangkan kota C adalah 30.000 orang. Jarak dari kota A ke kota B adalah 50 km, sedangkan jarak dari kota B ke kota C adalah 100 km. Dari data tersebut dapat ditentukan:1. Batas pengaruh antara kota A

dengan kota B 2. Batas pengaruh antara kota B dengan kota C

kmD

D

D

dD

AB

AB

AB

P

P

ABAB

A

B

74,20

21

50

1

50

1

000.10000.20

=

+=

+=

+=

Jawaban : a) Jawaban b)

kmD

D

D

dD

AB

AB

AB

P

P

ABAB

A

B

63,36

31

100

1

100

1

000.10000.30

=

+=

+=

+=

UTS

• Kelompok Desa (setiap kelompok terdiri dari 5 orang)

1, masalah lingkungan hidup(Rizki,dhani,fatkul,ratih,aida)

2, masalah kependudukan(anita,hidayah,maya,mike,windya)

3, masalah pemukiman(pristin,galih,mila,atik,windi)

4, masalah pengangguran(anugrah,melly,rafika,romaduli,siswati)

5. masalah energi(aji,zaqi,ahmad,hamzah)

• Kota

1. masalah lingkungan hidup(armendus,pandu,ferli,falik)

2. masalah kependudukan(erva,hesti,faiza,elga)

3. masalah pemukiman(iga,nuhan,nurhuda,eka)

4. masalah pengangguran(maria,arum,ferliana,lubaiba)

5. masalah energi (firda,raditya,restyaning,riza)

TERIMA KASIH

top related