uraian madu
Post on 13-Aug-2015
285 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
SIFAT FISIK SABUN TRANSPARAN DENGAN PENAMBAHAN MADU PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA
SKRIPSI BARLIANTY JANNAH
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
RINGKASAN
BARLIANTY JANNAH D14204069 2009. Sifat Fisik Sabun Transparan dengan Penambahan Madu pada Konsentrasi yang Berbeda. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. B. N Polii, SU. Pembimbing Anggota : Ir. Hotnida C. H. Siregar, MSi.
Madu merupakan suatu larutan yang mengandung gula kental dan manis yang dibuat oleh lebah, serta bermanfaat bagi kehidupan manusia. Madu sudah lama digunakan dalam industri makanan, farmasi, bahkan kosmetik.
Madu memiliki zat alami, salah satunya sebagai humektan. Kandungan vitamin terutama B2 dibutuhkan kulit untuk mencegah kulit kasar. Kandungan proteinnya juga dapat dimanfaakan dalam menjaga kestabilan pembusaan dan untuk menurunkan tegangan permukaan. Kandungan madu tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu penelitian mengenai pengoptimalan madu, salah satunya sebagai bahan tambahan untuk sabun transparan.
Sabun transparan menarik, tapi memiliki kelemahan yaitu sedikit busa yang diindikasikan tegangan permukaan tinggi. Penambahan madu kapuk yang berprotein lebih tinggi dari madu lain diharapkan meningkatkan atau memperbaiki tegangan permukaan dan sifat fisik sabun transparan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari beberapa sifat fisik sabun mandi transparan yang diberi penambah madu pada konsentrasi yang berbeda, serta mendapatkan konsentrasi madu terbaik pada produk sabun transparan.
Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2008 dan dilaksanakan di Laboratorium Non Ruminansia dan Satwa Harapan, Fakultas Peternakan, Institu Pertanian Bogor dan Laboratorium Kimia Fisik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 taraf penambahan madu yaitu 0%; 2,5%; 5% dan 7,5%. Tiap taraf mendapat tiga ulangan. Data dianalisis dengan analisis keragaman tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Bila perlakuan berbeda nyata, diuji lanjut menggunakan uji ortogonal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan madu pada konsentrasi yang berbeda tidak berpengaruh secara nyata terhadap tegangan antarmuka. Semakin tinggi konsentrasi madu, semakin meningkat stabilitas emulsi dan stabilitas busa. Sebaliknya, semakin menurunkan tegangan permukaan dan menurunkan kekerasan sabun transparan. Penambahan 7,5% madu kapuk menghasilkan sabun transparan dengan sifat fisik terbaik.
Kata-Kata Kunci : madu, humektan, sabun transparan
ABSTRACT
Physical Characteristic of Transparent Soap with Addition of Honey in Different Concentration.
Barlianty,J., B.N.Polii, and H.C.H.Siregar
Honey can be utilized in transparent soap manufacture. It’s protein content maintain foam stability by decreasing surface tension. Kapok Honey has slightly higher protein content, is expected be able to fix physical characteristic of transparent soap, especially in surface tension decreament, emulsion and foam stability. Completely randomized design was used as the experiment design with honey concentration (0%; 2,5%; 5%; 7,5%) as the treatment. Data were analyzed by analysis of variance (ANOVA) orthogonal. The result showed That different honey concentration did not significant by effected interfacial tension. Emulsion and foam stability of transparent soap increasing complied with increased honey concentration, where as surface tension and hardness decreasing. Addition of 7,5% Kapok honey produced transparent soap with the best physical characteristics.
Keywords : honey, humectant, transparent soap
SIFAT FISIK SABUN TRANSPARAN DENGAN PENAMBAHAN MADU PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA
SKRIPSI
BARLIANTY JANNAH
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
SIFAT FISIK SABUN TRANSPARAN DENGAN PENAMBAHAN MADU PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA
Oleh
BARLIANTY JANNAH
D14204069
Skipsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 28 Januari 2008
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Ir. B. N. Polii, SU Ir. Hotnida C. H. Siregar, MSi NIP. 130 816 350 NIP. 131 881 141
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc., Agr NIP. 131 955 531
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 7 Februari 1986 dan
merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Drs. H. M Yusuf Syafi’i
dengan Hj. Yani Hadibah. Penulis menempuh pendidikan dasar di Sekolah Dasar
Negeri Layungsari I, Bogor. Pendidikan lanjutan tingkat pertama ditempuh di
SLTPN 9, Bogor dan pendidikan lanjutan atas di SMUN 4, Bogor, Jawa Barat.
Berkat rahmat Allah SWT, Penulis mendapatkan kesempatan melanjutkan
studi di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui jalur SPMB (Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru). Penulis diterima di Program Studi Teknologi Hasil
Ternak, Departemen Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan.
Selama menjadi mahasiswa, Penulis pernah menjabat sebagai anggota
Departemen Kesekretariatan di Himpunan Mahasiswa Produksi Peternakan
(HIMAPROTER) periode 2007-2008, serta turut aktif dalam kegiatan kepanitiaan
dan pelatihan di Fakultas Peternakan.
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat
dan rahmat serta kesempatan yang telah diberikan sehingga penelitian dan penulisan
skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam tidak lupa kita junjungkan kepada
nabi besar kita Muhammad SAW.
Madu memiliki zat alami yang dapat membantu tubuh menjalankan
fungsinya dalam melembabkan kulit. Zat alami pada madu salah satunya berfungsi
sebagai humektan yang mampu menjaga kelembaban kulit sehingga berpotensi untuk
dikembangkan sebagai bahan tambahan alami sabun mandi. Madu kapuk merupakan
madu yang memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dan warna yang lebih
gelap dibanding madu lain. Pemanfaatan protein dalam madu belum begitu
diketahui, karena belum banyak penelitian mengenai hal tersebut. Berdasarkan hal
tersebut, maka dilakukan penelitian ini, yaitu dengan menambahkan madu pada
konsentrasi berbeda pada pembuatan sabun transparan.
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat
bagi masyarakat maupun pelaku industri, dengan demikian dapat meningkatkan nilai
guna madu. Demikianlah, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi semua dan
diridhoi Allah SWT. Amin.
Bogor, Januari 2009
Penulis
DAFTAR ISI Halaman
RINGKASAN .............................................................................................. i
ABSTRACT ................................................................................................. ii
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix
PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................. 1 Tujuan .............................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3
Madu ................................................................................................ 3 Karakteristik Madu .......................................................................... 3
Nilai pH ................................................................................ 3 Antimikroba ......................................................................... 3 Higroskopis .......................................................................... 4 Komposisi Madu .............................................................................. 4
Fungsi Madu .................................................................................... 5 Sabun ............................................................................................... 6 Sabun Transparan ............................................................................ 8 Mutu Sabun ...................................................................................... 11 Sifat Fisik Sabun .............................................................................. 12
METODE ..................................................................................................... 13
Lokasi dan Waktu ............................................................................ 13 Materi ............................................................................................... 12
Rancangan ......................................................................................... 13 Model Percobaan .................................................................. 13
Analisa Data ......................................................................... 14 Peubah .............................................................................................. 14 Prosedur ........................................................................................... 14
Penelitian Tahap Satu .......................................................... 14 Penelitian Tahap Dua ........................................................... 15 Pembuatan Sabun Transparan .............................................. 16 Modifikasi Formula Terpilih ............................................... 16 Pemilihan Sabun Transparan Terbaik .................................. 16
Analisa Fisik ..................................................................................... 19 Kekerasan ............................................................................. 19
Tegangan Permukaan ........................................................... 19 Tegangan Antar Muka ......................................................... 20
Stabilitas Emulsi .................................................................. 21 Stabilitas Busa ...................................................................... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 22
Penelitian Tahap Satu ....................................................................... 22 Penentuan Formula Pembuatan Sabun Transparan .................. 22 Penelitian Tahap Dua ....................................................................... 24 Kekerasan ............................................................................. 26 Tegangan Permukaan ........................................................... 27 Tegangan Antar Muka ......................................................... 29 Stabilitas Emulsi .................................................................. 29 Sabilitas Busa ....................................................................... 31 Pemilihan Sabun Madu Transparan Terbaik .................................... 32
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 35
Kesimpulan ...................................................................................... 35 Saran ................................................................................................ 35
UCAPAN TERIMAKASIH ........................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 37
LAMPIRAN ................................................................................................. 40
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Komposisi Rata-rata Madu di Indonesia ............................................ 4
2. Jenis Asam Lemak dan Sifat Sabun yang Dihasilkan ........................ 8
3. Formula Dasar Sabun Transparan ...................................................... 9
4. Syarat Mutu Sabun Menurut SNI 06-3532-1994 ............................... 12
5. Formula Sabun Transparan ................................................................ 15
6. Analisa Visual Sabun Transparan dengan Dua Formula ................... 24
7. Formulasi Sabun Madu Transparan ................................................... 24
8. Analisa Sifat Fisik Sabun Madu Transparan ...................................... 26
9. Penilaian Kepentingan Setiap Peubah Sabun Madu Transparan ....... 32
10. Pembobotan dalam Penentuan Konsentrasi Terbaik Sabun Madu Transparan ......................................................................................... 33
11. Kriteria Produksi dan Indikator Kelayakan Usaha Sabun Transparan .......................................................................................... 42
12. Biaya Investasi ................................................................................... 43
13. Biaya Produksi ................................................................................... 44
14. Perhitungan Rugi-Laba Usaha Sabun Transparan ............................. 46
15. Perhitungan Cash Flow ...................................................................... 46
16. Perhitungan Angsuran Bank .............................................................. 48
17. Perhitungan NPV ............................................................................... 48
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Proses Saponifikasi Trigliserida ......................................................... 6
2. Sabun sebagai Pembersih .................................................................... 7
3. Pembuatan Sabun Madu Transparan .................................................. 18
4. Penetrometer ....................................................................................... 19
5. Tensiometer Du Nouy ......................................................................... 20
6. Sabun Transparan dari Dua Metode ................................................... 23
7. Perbedaan Warna Sabun Transparan dengan Penambahan Konsentrasi Madu yang Berbeda ............................................................................ 25
8. Pengaruh Konsentrasi Madu terhadap Kekerasan Sabun Transparan .......................................................................................... 27
9. Pengaruh Konsentrasi Madu terhadap Tegangan Permukaan Sabun Transparan .......................................................................................... 28
10. Pengaruh Konsentrasi Madu terhadap Stabilitas Emulsi Sabun Transparan ........................................................................................... 30
11. Pengaruh Konsentrasi Madu terhadap Stabilitas Busa Sabun Transparan .......................................................................................... 31
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Kekerasan ............................................... 41
2. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Tegangan Permukaan ............................. 41
3. Hasil Analisis Ragam Tegangan Antar Muka .................................... 41
3. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Stabilitas Emulsi ..................................... 41
5. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Stabilitas Busa ......................................... 42
6. Analisis Kelayakan Usaha .................................................................. 42
7. Contoh Produk Sabun Madu Transparan ............................................ 50
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Madu merupakan suatu larutan yang mengandung gula kental dan manis yang
dibuat oleh lebah, serta bermanfaat bagi kehidupan manusia. Madu sudah lama
digunakan dalam industri makanan, farmasi, bahkan kosmetik.
Penggunaan madu dalam bidang kosmetik sudah banyak dibuktikan, antara
lain dalam pembuatan losion, sampo, lipstik, sabun dan sebagainya. Fungsi madu
dalam produk-produk tersebut sebagai pelembab dan penghalus kulit, karena itu
banyak produsen kosmetik yang menambahkan madu ke dalam produknya.
Diversifikasi pemanfaatan madu dalam bidang kosmetik terus dikembangkan.
Salah satunya dalam pembuatan sabun. Perkembangan teknologi dan penggunaan
sabun mendorong produsen sabun berlomba-lomba mencari formula sabun untuk
memproduksi sabun yang ekonomis, higienis, tidak berbahaya, mudah diolah, dan
memiliki nilai jual yang terjangkau. Berbagai macam jenis sabun pun diproduksi.
Mulai dari sabun opaque atau sabun padat, sabun cair, bahkan sabun transparan
dengan berbagai bentuk.
Permintaan konsumen terhadap produk sabun transparan semakin meningkat
seiring meluasnya keberadaan sabun transparan dengan berbagai merek di pasaran.
Sabun transparan tersebut dapat digunakan sebagai pembersih, cindera mata,
dekorasi, dan pengharum ruangan.
Sabun transparan pada umumnya menghasilkan busa lebih sedikit
dibandingkan sabun opaque. Semakin transparan sabun, busa yang dihasilkan
semakin sedikit. Tegangan permukaannya pun cukup tinggi, hal ini menyebabkan
kurang efektifnya sabun terhadap daya bersihnya. Penambahan bahan alami
diharapkan akan memperbaiki sifat fisik sabun transparan. Madu kapuk dapat
digunakan sebagai bahan alami yang dapat memperbaiki pembusaan sabun dan
menurunkan tegangan permukaan air dengan adanya kandungan protein yang agak
tinggi dibanding madu yang lain. Indikator protein dalam madu kapuk yaitu busa
atau buih yang sering timbul pada saat penyimpanan. Selain memperbaiki busa,
penambahan madu diharapkan dapat menghasilkan produk sabun transparan dengan
karakteristik yang baik, sehingga dapat meningkatkan nilai guna madu.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari beberapa sifat fisik sabun
transparan yang diberi penambah madu pada konsentrasi yang berbeda (0%; 2,5%;
5%; 7,5%) serta mendapatkan konsentrasi madu terbaik pada produk sabun
transparan.
TINJAUAN PUSTAKA
Madu Madu merupakan cairan alami yang umumnya mempunyai rasa manis yang
dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar) atau bagian lain
dari tanaman (ekstra floral nektar) atau eksresi serangga (SNI 01-3545-2004). Madu
yang sudah matang mempunyai kadar air rendah dan kandungan gula buah (fruktosa)
tinggi. Kandungan air yang rendah akan menjaga madu dari kerusakan untuk jangka
waktu relatif lama (Sihombing, 1997).
Madu dapat berasal dari bunga yang beragam, sehingga penampilan dan
kualitas dari masing-masing madu sangat bervariasi. Faktor-faktor yang menentukan
kualitas madu antara lain : warna, rasa, kekentalan, dan aroma. Warna dan rasa dapat
rusak saat pengolahan (Sihombing, 1997).
Penggunaan madu menyebar luas di seluruh dunia. Madu banyak digunakan
sebagai makanan, bumbu dalam masakan, bahan dalam produk obat, produk-produk
fermentasi, juga dalam industri kosmetik. Khusus untuk industri kosmetik, madu
digunakan sebagai pelembab dan pelembut dalam krim, sabun, sampo, dan lipstik
(Krell, 1996).
Karakteristik Madu
Nilai pH
Umumnya pH madu berkisar sebesar 3,91. Paling sedikit ada 11 jenis asam
yang diketahui terdapat dalam madu. Keasaman madu ditentukan oleh disosiasi ion
hidrogen dalam larutan air, namun sebagian besar juga oleh kandungan berbagai
mineral, antara lain Ca, N, dan K (Sihombing, 1997).
Antimikroba
Daya antibakteri madu tidak hanya disebabkan oleh kadar air dan gula, tetapi
juga oleh suatu senyawa sejenis lysozyme yang memiliki daya antibakteri. Senyawa
tersebut kini lebih dikenal sebagai inhibine. Kadar (bilangan) inhibine dalam madu
sangat tergantung pada jenis, umur, dan kondisi madu (Winarno, 1982). Beberapa
mikroorganime ditemukan dalam madu, diantaranya bakteri (Bacillus,
Flavobacterium, Bacteridium, Escherichia coli, Micrococcus), kapang (Chaetomium,
Cephalosporium, Triposporium, Peyronelia, Bettsia alvei, Ustilaginaceae) dan
khamir (Nematospora, Trichosporium, Saccharomyces, Schizosaccharomyces)
(Olaitan et al., 2007).
Higroskopis
Madu bersifat higroskopis (mudah menarik air) karena secara alami
mengandung konsentrasi gula yang tinggi (Sihombing, 1997). Sifat higroskopis
madu yang memiliki kecenderungan untuk menyerap dan menahan kelembaban ini
sangat diinginkan dalam mempercepat penyembuhan luka, membantu mencegah
cacat bekas luka, juga dibutuhkan dalam industri makanan dan roti. (Krell, 1996 dan
Sihombing, 1997). Zat alami yang terkandung dalam madu membantu tubuh
menjalankan fungsinya dalam melembabkan kulit (Krell, 1996).
Komposisi Madu
Komposisi madu berbeda-beda. Tabel 1 memperlihatkan komposisi rata-rata
madu di Indonesia. Komposisi madu tergantung pada dua faktor umum, yaitu
komposisi nektar dan pengaruh eksternal tertentu seperti klimatologi (Achmadi,
1991).
Tabel 1. Komposisi Rata-rata Madu di Indonesia
Komponen Satuan Rataan Kisaran
Air % 22,9 16.6-37,0 Fruktosa % 29,2 12,4-60,7 Glukosa % 18,6 10,4-29,3 Sukrosa % 12,9 0,0-53,0 Maltosa % * * Total asam (Asam glukonat) % 43,1 11,3-62,2 Abu % 1,1 0,1-14,7 Gula Kompleks % * * pH 3,9 3,4-5,3 Protein (*) % 0,26 * Nilai diastase DN * *
Keterangan : * tidak dianalisis Sumber : Achmadi (1991) (*) Gojmerac (1980)
Komposisi madu sebagai berikut : persentase gula dalam madu berkisar
antara 95%-99% dari bahan kering madu, sebagian besar merupakan gula sederhana
fruktosa dan glukosa yang mencapai 85%-95% dari total gula. Persentase yang besar
dari gula sederhana ini berpengaruh terhadap karakteristik sifat fisik dan nutrisi madu
(Krell, 1996).
Air merupakan komponen kedua terpenting dalam madu karena akan
mempengaruhi kualitas dan umur simpan madu. Hanya madu dengan kandungan air
kurang dari 17% yang dapat disimpan dengan sedikit resiko terhadap fermentasi.
Asam organik merupakan komponen yang berpengaruh terhadap keasaman
dan karakteristik rasa madu. Mineral dalam madu terdapat dalam jumlah yang
sedikit. Senyawa nitrogen, termasuk enzim, mempunyai peranan penting dalam
pembentukan madu. Enzim-enzim utama dalam madu adalah invertase, diastase, dan
glukosa oksidase (Krell, 1996).
Madu mengandung protein yang berasal dari lebah madu (Gojmerac, 1980).
Protein madu terdapat dalam bentuk albumin, globulin, protease, pepton, histon,
albumosa, albuminoid, nukleoprotein, dan asam-asam amino esensial (White, 1979).
Sebagian protein dan asam amino bertanggung jawab terhadap sifat koloidal madu
(Matheson, 1984). Protein juga menyebabkan kecenderungan membentuk gelembung
udara kecil dan buih pada madu (Sukartiko, 1986).
Fungsi Madu
Penggunaan madu dalam sejarah pengobatan tradisional telah dikenal sejak
dahulu. Orang-orang Mesir dizaman Fir'aun memanfaatkan madu untuk
menyembuhkan luka bakar dan mengobati beragam penyakit (Winarno, 1982). Madu
dapat digunakan sebagai penyembuh luka dan anti-inflammatory (luka bakar) serta
infeksi bekas operasi. Penggunaan madu terhadap luka bakar, berfungsi untuk
meminimalkan rasa panas akibat luka bakar dan mempercepat pembentukan jaringan
baru (Krell, 1996).
Madu dapat mempertahankan kelembaban, karena madu merupakan
humektan yang memiliki kemampuan untuk menarik air. Madu dapat digunakan
sebagai salep, bahan alami yang ditambahkan ke dalam produk kosmetik (lipstik,
sabun mandi, scrub, pembersih muka), masker wajah, pasta gigi, dan deodorant
(Krell, 1996).
Sabun
Sabun adalah pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara basa natrium
atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani (SNI, 1994).
Sabun juga merupakan bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi,
terdiri dari dua komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C12-C18 dan
natrium atau kalium (Ophardt, 2003).
Bentuk sabun bermacam-macam seperti berbentuk padat (batang), cair, dan
gel. Sabun mandi padat dibedakan atas sabun opaque, translucent, dan sabun
transparan. Sabun opaque merupakan jenis sabun mandi biasa dan memiliki tampilan
yang tidak transparan, sabun translucent agak transparan, sementara sabun
transparan atau disebut juga sabun gliserin mempunyai penampakan yang lebih
menarik karena transparansinya (Hambali et al., 2005).
Proses pembuatan sabun dikenal dengan istilah proses saponifikasi yang
merupakan reaksi pemutusan rantai triglisireda melalui reaksi dengan natrium
hidroksida (NaOH). Proses saponifikasi minyak akan menghasilkan produk
sampingan yaitu gliserol (Ghaim dan Elizabeth, 1995). Reaksi kimia pada proses
saponifikasi trigliserida dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Proses Saponifikasi Trigliserida Sumber : Helmenstine (2001)
Sabun mempunyai dua struktur gugus yang berbeda yaitu gugus hidrofobikik
(CH3(CH2)14) dan gugus hidrofilikik (CO2Na). Gugus hidrofilikik berfungsi untuk
mengikat air sedangkan gugus hidrofobikik berfungsi untuk mengikat lemak atau
minyak. Kedua gugus tersebut dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga
sabun dapat mengikat kotoran berupa minyak atau lemak yang menempel di kulit
(Ghaim dan Elizabeth, 1995).
Kotoran yang menempel pada kulit umumnya berupa lemak. Debu akan
menempel pada kulit karena lemak tersebut. Air saja tidak dapat membersihkan
kotoran yang menempel pada kulit, diperlukan suatu bahan yang dapat mengangkat
kotoran yang menempel tersebut. Sabun adalah senyawa yang dibuat sedemikian
rupa sehingga memiliki keistimewaan tertentu, yaitu jika senyawa itu larut dalam air,
akan bersifat surfaktan (Surface Active Agent) yaitu menurunkan tegangan
permukaan air, dan sebagai pembersih. Molekul sabun tersusun dari gugus
hidrofobik yang bersifat non-polar (larut dalam minyak) dan hidrofilik yang bersifat
polar (larut dalam air). Ketika menggunakan sabun untuk mencuci tangan atau
membersihkan kotoran (lemak), gugus hidrofobik sabun akan menempel pada
kotoran dan gugus hidrofilik menempel pada air (Ghaim dan Elizabeth, 1995).
Pengikatan molekul-molekul sabun tersebut dapat menyebabkan tegangan
permukaan air berkurang, sehingga kotoran dapat terbuang saat pembilasan.
Mekanisme pembersihan oleh sabun dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Sabun sebagai Pembersih
Sumber : Wilson (2008)
Asam lemak akan memberikan sifat yang berbeda pada sabun yang terbentuk.
Asam lemak rantai pendek dan ikatan tak jenuh akan menghasilkan sabun cair. Asam
lemak rantai panjang dan jenuh menghasilkan sabun padat (Paul, 2007). Pengaruh
jenis asam lemak terhadap sifat sabun yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 2.
Penggunaan asam lemak dalam pembuatan sabun tidak boleh melebihi batas.
Penggunaan dalam jumlah yang berlebihan akan berefek negatif terhadap kulit, yaitu
mengeringkan kulit (Paul, 2007).
Tabel 2. Jenis Asam Lemak dan Sifat Sabun yang Dihasilkan
Asam Lemak Rumus Kimia Sifat yang ditimbulkan pada sabun
Asam laurat CH3(CH2)10COOH Mengeraskan, membersihkan, menghasilkan busa lembut
Asam miristat CH3(CH2)12COOH
Mengeraskan, membersihkan, menghasilkan busa lembut
Asam palmitat CH3(CH2)14COOH Mengeraskan, menstabilkan busa
Asam stearat CH3(CH2)16COOH Mengeraskan, menstabilkan busa, melembabkan
Asam oleat CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH Melembabkan Asam linoleat CH3(CH2)4(CH=CHCH2)2(CH2)6COOH Melembabkan
Sumber : Paul (2007)
Proses aging dalam pembuatan sabun merupakan tahap yang harus dilakukan.
Aging dilakukan agar reaksi antara NaOH dan minyak atau lemak berjalan sempurna
dan biasanya waktu aging sabun yaitu satu bulan tanpa pembungkusan. Sabun akan
lebih baik jika mengalami proses aging selama 2-3 bulan (Stevens, 1994).
Sabun Transparan
Sabun transparan merupakan sabun yang memiliki tingkat transparansi paling
tinggi. Sabun padat didefinisikan sebagai transparan apabila seseorang dapat
membaca font tipe 14 melalui sabun dengan ketebalan ¼ inci (CV. Duraposita
Chem). Sabun transparan sering disebut juga sebagai sabun gliserin karena pada
proses pembuatannya ditambahkan sekitar 10-15% gliserin (Hambali et al., 2005).
Sabun transparan dapat dihasilkan dengan beberapa cara yang berbeda. Salah
satu metode yang tertua adalah dengan cara melarutkan sabun dalam alkohol dengan
pemanasan untuk membentuk larutan jernih (Butler, 2001). Formula dasar untuk
sabun transparan dapat dilihat pada Tabel 3.
Metode produksi sabun transparan melibatkan pelelehan fase lemak dan
persiapan air untuk melarutkan sukrosa, gliserin dan pengawet. Kedua fase ini
bereaksi dengan larutan beralkohol dari natrium hidroksida. Sabun dicetak dan
dibiarkan mengeras sebelum dikemas (Butler, 2001).
Tabel 3. Formula Dasar Sabun Transparan
Bahan Rumus Kimia Komposisi (% b/b)
Asam stearat CH3(CH2)16COOH 7 Minyak kelapa CH3(CH2)10COOH 20 Natrium hidroksida 30% NaOH 20,3 Gliserin C3H8O3 13 Etanol C2H5OH 15 Gula pasir C12H22O11 7,5 Cocoamide DEA 3 Natrium klorida NaCl 0,2 Asam sitrat C6H8O7.H2O 3 Air H2O 4,5
Sumber : Hambali et al. (2005)
Berikut penjelasan bahan baku yang digunakan pada pembuatan sabun
transparan:
Asam Stearat
Asam stearat dapat berbentuk padatan atau cairan. Asam stearat berfungsi
untuk mengeraskan dan menstabilkan busa. Asam stearat berwarna putih kekuningan
dan memiliki titik cair pada suhu 56 °C (Hambali et al., 2005).
Minyak Kelapa
Minyak kelapa merupakan salah satu jenis minyak nabati dengan kemampuan
tersendiri yang cukup penting dalam proses pembuatan sabun. Asam laurat (C12)
merupakan asam lemak dominan yang terdapat dalam minyak kelapa yaitu sebesar
48,2% dan berperan dalam pembentukan sabun dan pembusaan. Titik cair asam
laurat adalah pada suhu 44 °C (Ketaren, 1986).
Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida sering disebut dengan kaustik soda atau soda api yang
merupakan senyawa alkali yang mampu menetralisir asam. NaOH berbentuk kristal
putih dengan sifat cepat menyerap kelembaban (Hambali et al., 2005).
Gliserin
Gliserin berbentuk cairan jernih, tidak berbau dan memiliki rasa manis.
Diperoleh dari hasil sampingan proses pembuatan sabun atau dari asam lemak
tumbuhan dan hewan. Gliserin bersama dengan sukrosa dan alkohol berfungsi dalam
pembentukan stuktur transparan (Ghaim dan Elizabeth, 1995).
Etanol
Etanol merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol
digunakan sebagai pelarut pada proses pembuatan sabun transparan karena sifatnya
yang mudah larut dalam air dan lemak (Hambali et al., 2005).
Asam Sitrat
Asam sitrat memiliki bentuk berupa kristal putih. Asam sitrat berfungsi
sebagai agen pengelat (Hambali et al., 2005). Asam sitrat juga berfungsi sebagai
penurun nilai pH (Kirk et al., 1954).
Coco Dietanolamida (Coco-DEA)
Coco-DEA merupakan dietanolamida yang terbuat dari minyak kelapa. DEA
dalam formula sediaan kosmetik berfungsi sebagai surfaktan dan penstabil busa.
Surfaktan adalah senyawa aktif penurun tegangan permukaan yang bermanfaat untuk
menyatukan fasa minyak dengan fasa air (Hambali et al., 2005).
Natrium Klorida (NaCl)
NaCl berbentuk butiran berwarna putih. Penambahan NaCl selain bertujuan
untuk pembusaan sabun, juga untuk meningkatkan konsentrasi elektrolit agar sesuai
dengan penurunan jumlah alkali pada akhir reaksi sehingga bahan-bahan pembuat
sabun tetap seimbang selama proses pemanasan (Hambali et al., 2005).
Gula Pasir
Gula pasir pada proses pembuatan sabun transparan berfungsi untuk
membantu terbentuknya transparansi pada sabun. Gula pasir dapat membantu
perkembangan kristal pada sabun (Hambali et al., 2005).
Mutu Sabun
Sediaan kosmetik merupakan bahan atau campuran bahan untuk digosokkan,
dituangkan, dipercikan atau disemprotkan pada badan atau bagian badan manusia
dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau
mengubah rupa dan tidak termasuk obat. Penggolongan kosmetik berdasarkan
kegunaanya adalah sebagai higiene tubuh (sabun dan sampo), tata rias (pemerah pipi,
lipstik), wangi-wangian dan proteksi (sun screen). Tujuan penggunaan sediaan
kosmetik mandi antara lain untuk membersihkan tubuh, membantu melunakkan air
sadah, memberi keharuman dan rasa segar serta menghaluskan dan melembabkan
kulit (Imron, 1985).
Contoh dari sediaan kosmetik mandi antara lain minyak mandi, bath capsul,
sabun dan sebagainya. Sabun merupakan pembersih tubuh sehari-hari. Sabun dan air
dapat menghilangkan berbagai kotoran dari permukaan kulit termasuk bakteri,
keringat, sel-sel kulit yang telah mati dan sisa kosmetik. Berdasarkan jenisnya, sabun
dibedakan atas dua macam yaitu sabun padat dan sabun cair (Hambali et al., 2005).
Sabun transparan, sabun opaque, dan sabun kertas dengan berbagai bentuk dan
warna merupakan contoh dari sabun padat.
Spesifikasi persyaratan mutu yang harus dipenuhi pada produk sabun
menurut SNI 06-3532-1994 meliputi : kadar air dan zat penguap sabun, jumlah asam
lemak, fraksi tak tersabunkan, bagian tak larut alkohol, kadar alkalis bebas yang
dihitung sebagai NaOH dan kadar minyak mineral (SNI, 1994). Syarat mutu sabun
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Syarat Mutu Sabun Menurut SNI 06-3532-1994
Uraian Tipe 1 Tipe 2 Seperfat Kadar air (%) Maks. 15 Maks.15 Maks. 15
Jumlah asam lemak (%) > 70 64 - 70 > 70
Alkali bebas Dihitung sebagai NaOH (%) Dihitung sebagai KOH (%)
Maks. 0,1 Maks. 0,14
Maks. 0,1 Maks. 0,14
Maks. 0,1 Maks. 0,14
Asam lemak bebas (%) < 2,5 < 2,5 2,5 – 7,5
Minyak mineral Negatif Negatif Negatif Sumber : BSN (1994)
Sifat Fisik Sabun
Sifat fisik dalam sabun biasanya terdiri dari kekerasan, tegangan permukaan,
tegangan antar muka, stabilitas emulsi, dan stabilitas busa. Tegangan permukaan
merupakan salah satu sifat khusus yang dimiliki oleh molekul-molekul pada
permukaan cairan. Molekul pada permukaan cairan ini mengalami gaya resultan
yang mengarah ke dalam cairan. Sebaliknya molekul-molekul di dalam cairan, tidak
mengalami gaya resultan tersebut, karena molekul di dalam cairan akan mengalami
gaya yang sama ke segala arah (Bird, 1993).
Analisa tegangan antar muka menggunakan air dan xilen. Air bersifat
aqueous, sedangkan xilen bersifat nonaqueous atau tidak larut dalam air. Selain itu
dapat juga dikatakan air bersifat polar sedangkan xilen bersifat non polar. Masing-
masing cairan, air, dan xilen memiliki tegangan permukaan. Ketika terjadi kontak
antara kedua cairan tersebut gaya pada permukaan kedua cairan tersebut saling tolak-
menolak. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kepolaran antara kedua cairan tersebut.
Gaya yang terjadi pada permukaan kedua cairan yang saling kontak tersebut
dinamakan tegangan antar muka (Laura, 2004).
METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Non Ruminansia dan Satwa Harapan,
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Kimia Fisik, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2008.
Materi
Madu yang digunakan adalah madu kapuk karena madu kapuk mempunyai
warna yang agak gelap sehingga diharapkan dapat memberi warna khas madu pada
sabun. Kandungan protein yang terdapat pada madu kapuk agak tinggi dibandingkan
dengan madu yang lain, diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik yaitu menurunkan
tegangan permukaan sehingga stabilitas emulsi meningkat dan menyebabkan busa
stabil dan daya pembersihan semakin efektif.
Bahan-bahan lain yang digunakan yaitu NaOH 30%, air, cocoamide DEA,
TEA (tetra etil amida), gliserin, etanol, minyak kelapa, olive oil, asam stearat, asam
sitrat, gula pasir, NaCl, xylen, dan akuades.
Peralatan yang digunakan adalah timbangan analitik, pengaduk, kaca arloji,
gelas ukur, gelas piala, labu Elenmeyer, termometer, hot dan magnetic stirrer,
freezer, penetrometer, Tensiometer Du Nouy, tabung reaksi, stopwatch, desikator,
oven, dan vortex.
Rancangan
Model Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) faktor tunggal yaitu penambahan madu. Konsentrasi madu yang ditambahkan
terdiri atas empat taraf yaitu 0%; 2,5%; 5%; dan 7,5%, serta masing–masing taraf
mendapat tiga kali ulangan. Model matematikanya:
Yij = µ + Ai + ε ij
Keterangan :
Yij = hasil pengamatan pada ulangan ke-j dari perlakuan penambahan madu taraf
ke-i
µ = nilai rataan umum
Ai = perlakuan penambahan madu
ε ij = galat percobaan pada ulangan ke-j dari perlakuan penambahan madu taraf
ke-i
i = taraf (konsentrasi) penambahan madu (0%; 2,5%; 5%; dan 7,5%)
j = ulangan (1, 2, 3)
Analisa Data
Analisa yang digunakan setelah data diperoleh adalah uji keragaman pada
taraf kepercayaan yang digunakan adalah 95% (α = 0,05). Jika perlakuan
berpengaruh nyata, analisis dilanjutkan dengan menguji sifat ortogonalnya. Uji lanjut
ini digunakan untuk mengetahui konsentrasi terbaik yang dilihat dari hubungan
peubah dan konsentrasi madu (Steel and Torrie, 1995).
Peubah
Peubah yang diamati untuk setiap pengamatannya sabun madu transparan
meliputi kekerasan, tegangan permukaan, tegangan antar muka, stabilitas emulsi dan
stabilitas busa.
Prosedur
Penelitian Tahap Satu
Penelitian tahap satu dilakukan untuk menentukan formula pembuatan sabun
transparan terbaik dari dua referensi yang berbeda, yaitu model www.sma.net (2008)
dan Hambali et al. (2005). Terdapat beberapa bahan yang berbeda, namun
pemanfaatannya dalam sabun transparan sama, misalnya Coco DEA dan TEA
memiliki fungsi yang sama dalam sabun, yaitu sebagai surfaktan dan penstabil busa.
Formula sabun transparan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Formula Sabun Transparan
Bahan Formula
I II
Asam stearat 50 g 20 g Minyak kelapa - 57,5 g Minyak kelapa sawit 100 ml - Olive oil 5 ml - NaOH 30% - 37,5 g NaOH 20 g - Gliserin 80 ml 45 g Etanol 80 ml 45 g Gula pasir - 22,5 g Coco DEA - 8,75 g TEA 50 g - NaCl - 0,6 g Asam sitrat - 8,75 g Air 50 ml 12,5 ml
Keterangan : Formula I : www.sma.net (2008) Formula II : Hambali et al. (2005)
Sabun transparan yang diperoleh, dinilai secara deskriptif. Penilaian tersebut
mencakup keadaan transparansi, banyak busa, dan kesan kesat. Formula yang
terpilih, digunakan pada penelitian selanjutnya (tahap dua).
Penilaian terhadap transparansi dilakukan dengan cara melihat dari jarak
pandang 10 cm dan transparansi dilihat dengan menempelkan jari telunjuk di
belakang sabun. Pengukuran banyak busa yang dihasilkan dari sabun dilakukan
dengan menggosokkan sabun pada tangan yang dibasahi. Kesan kesat didapat setelah
tangan yang digosokkan sabun dibilas dengan air dan dikeringkan.
Penelitian Tahap Dua
Penelitian tahap dua merupakan tahapan modifikasi formula terpilih dengan
menggunakan madu kapuk. Penambahan madu dengan beberapa konsentrasi yang
berbeda dilakukan untuk menentukan konsentrasi madu yang dapat ditambahkan
dalam formula sabun transparan sehingga dihasilkan sabun madu transparan dengan
sifat fisik yang paling baik. Sifat fisik yang dinilai yaitu kekerasan sabun. Pengujian
kekerasan diuji untuk mengetahui umur simpan sabun tersebut setelah digunakan,
selain itu diukur pula tegangan permukaan, stabilitas emulsi, tegangan antar muka,
serta stabilitas busa sabun yang dihasilkan.
Pembuatan Sabun Transparan (Hambali et al., 2005). Proses awal dari
pembuatan sabun transparan adalah pelelehan asam stearat pada suhu 60 °C. Minyak
kelapa ditambahkan setelah asam stearat meleleh sempurna, pengadukan dilakukan
secara konstan menggunakan pengaduk kaca. NaOH 30% ditambahkan setelah asam
stearat dan minyak kelapa tercampur homogen. Suhu pemanasan dipertahankan
konstan antara 70-80 °C. Bahan-bahan pendukung yaitu etanol, gliserin, gula pasir,
asam sitrat, coco-DEA, NaCl dan air ditambahkan, sehingga terbentuk sabun dasar.
Suhu pemanasan selama proses pembuatan sabun selalu dijaga (70-80 °C). Suhu
yang terlalu tinggi akan menyebabkan penguapan alkohol semakin cepat, sehingga
alkohol tidak dapat melakukan fungsinya sebagai pelarut dengan efektif.
Modifikasi Formula Terpilih (Hambali et al., 2005). Sabun dasar transparan yang
telah dibuat kemudian didinginkan hingga suhu mencapai 60 °C. Madu ditambahkan
jika suhu sabun dasar sudah mencapai 60 °C. Suhu sabun yang lebih tinggi akan
menyebabkan karamelisasi madu, sehingga memungkinkan warna madu berubah
menjadi gelap. Pengadukan dilakukan saat madu ditambahkan agar tercampur secara
homogen. Madu yang digunakan dipasteurisasi terlebih dahulu dengan metode Low
Temperature Long Time (LTLT) pada suhu 40 °C selama 30 menit untuk
meminimalkan jumlah mikroorganisme yang ada dalam madu. Selanjutnya sabun
dituangkan ke dalam cetakan yang ditutup dan proses aging sabun dilakukan terlebih
dahulu selama 4 minggu. Sabun disimpan pada suhu 27 °C. Setelah aging selama 4
minggu, sabun dikeluarkan dari cetakan dan dibungkus. Tujuan aging adalah agar
proses penyabunan berjalan secara sempurna, sehingga tidak menimbulkan efek
negatif pada kulit. Proses pembuatan sabun madu transparan dapat dilihat pada
Gambar 3.
Pemilihan Sabun Transparan Terbaik
Pemilihan produk terbaik dilakukan dengan cara yang didasarkan pada
pembobotan nilai kepentingan hasil analisa fisik. Semakin penting peubah, maka
nilai kepentingan semakin besar. Nilai kepentingan merupakan nilai yang diberikan
berdasarkan beberapa dasar kepentingan sesuai standar yang ada atau asumsi dan
manfaatnya dalam suatu produk. Nilai kepentingan tersebut diperoleh secara objektif.
Hasil analisa dari setiap peubah uji diurutkan berdasarkan nilai terbaik. Nilai
terbaik (pertama) diberi nilai 3, kedua diberi nilai 2, dan ketiga diberi nilai 1. Nilai
total akhir diperoleh dari akumulasi perkalian antara nilai dengan bobot setiap
peubah. Sabun transparan terbaik ditunjukkan oleh sabun yang memiliki jumlah nilai
bobot tertinggi. Perhitungan sebagai berikut :
Keterangan : NK = Nilai Kepentingan B = Bobot = Nilai Kepentingan Jumlah NK N = Nilai (1= kurang baik, 2 = baik, 3 = paling baik) NB = Nilai Bobot = Nilai X Bobot
Gambar 3. Pembuatan Sabun Madu Transparan Sumber : Hambali et al. (2005) yang dimodifikasi
Minyak kelapa
Pencampuran 1
Sabun dasar (opaque)
Pencampuran 3 (60 °C)
Pencetakan
Aging 4 minggu
Etanol, gliserin, gula pasir, asam sitrat, cocoamide DEA, NaCl, dan air
Madu (0%, 2,5%, 5%, 7,5%) yang telah dipasteurisasi 40 °C
selama 30 menit
NaOH 30%
Asam Stearat yang telah dilelehkan (60 °C)
Pencampuran 2
Sabun dasar transparan (60 °C)
Sabun transparan (siap digunakan)
Analisa Sifat Fisik: 1. Kekerasan 2. Tegangan
Permukaan 3. Stabilitas Emulsi 4. Tegangan Antar
Muka 5. Stabilitas Busa
Analisa Sifat Fisik
Kekerasan Sabun Madu Transparan (Laboratorium Pengolahan Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB).
Pengukuran kekerasan sabun dilakukan dengan menggunakan penetrometer (Gambar
4). Jarum pada penetrometer ditusukkan ke dalam sampel dan dibiarkan untuk
menembus bahan selama 5 detik pada temperatur konstan (27 °C). Kedalaman
penetrasi jarum ke dalam bahan dinyatakan dalam 1/10 mm dari angka yang
ditunjukkan pada skala penetrometer.
Gambar 4. Penetrometer
Tegangan Permukaan (ASTM D 1331-56, 1967). Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan Tensiometer Du Nouy (Gambar 5). Wadah yang digunakan yaitu gelas
piala berukuran 250 ml. Sebelum digunakan, cincin dibilas terlebih dahulu dengan
akuades, lalu dikeringkan. Cincin platinum dicelupkan ke akuades. Posisi alat diatur
supaya horizontal dengan water pass dan diletakkan pada tempat yang bebas getaran,
angin, sinar matahari, dan panas. Larutan sampel (sabun 10% dalam akuades)
dimasukkan ke gelas piala dan diletakkan di atas dudukan (plateform) pada
Tensiometer Du Nouy. Cincin platinum dimasukkan ke larutan sampel tersebut,
dengan cara menaikkan dudukan sampai skala vernier Tensiometer Du Nouy diatur
pada posisi nol dan jarum penunjuk berada pada posisi berimpit dengan skala kaca.
Proses ini diteruskan sampai film cairan tepat lepas dari cincin. Skala dibaca dan
dicatat sebagai tegangan permukaan pada saat lapisan surfaktan lepas dari cincin.
Perhitungan penurunan tegangan permukaan (PTP) dapat dihitung menggunakan
rumus :
PTP = Tegangan permukaan air – tegangan permukaan 10% sabun dalam akuades
Gambar 5. Tensiometer Du Nouy
Tegangan Antar Muka (ASTM D 1331-56, 1967). Metode yang digunakan sama
dengan pengukuran penurunan tegangan permukaan. Xylen pada tegangan antar
muka ditambahkan sebagai fasa tidak larut dalam air. Nilai tegangan antar muka
antara air dengan xylen setelah ditambahkan sabun diukur kembali.
Nilai penurunan tegangan antar muka adalah nilai tegangan antar muka sebelum
ditambahkan sabun dikurangi nilai tegangan antar muka setelah ditambahkan sabun.
Perhitungan penurunan tegangan permukaan (PTP) dapat dihitung menggunakan
rumus :
PTP = Tegangan antar muka air – tegangan antar muka 10% sabun dalam xylen
Stabilitas Emulsi (Piyali et al., 1999). Sabun sebanyak 2 gram ditimbang dalam
cawan (bobot awal). Sabun tersebut dipanaskan dalam oven dengan suhu 45 °C
selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam freezer selama 1 jam. Sabun tadi
ditimbang lagi (bobot akhir). Stabilitas emulsi dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Stabilitas emulsi = 100% - (% bobot yang hilang)
bobot awal – bobot akhir Bobot yang hilang = X 100%
bobot awal
Stabilitas Busa (Piyali et al., 1999). Sabun sebanyak 1 gram dimasukkan ke tabung
reaksi yang berisi 10 ml akuades, kemudian dikocok dengan vortex selama 1 menit.
Busa yang terbentuk diukur tingginya menggunakan penggaris (tinggi busa awal).
Tinggi busa diukur kembali setelah 1 jam (tinggi busa akhir), kemudian stabilitas
busa dihitung dengan rumus :
Stabilitas Busa = 100% - (% busa yang hilang)
Tinggi busa awal – tinggi busa akhir Busa yang hilang = X 100%
Tinggi busa awal
Badan Standarisasi Nasional (BSN) belum membuat standar fisik sabun.
Sehingga untuk mengetahui kualitas (baik tidaknya) fisik sabun madu transparan
hasil penelitian, dilakukan pembandingan dengan sabun madu transparan komersial
yang juga menggunakan madu kapuk yaitu sabun transparan “Madoe”.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian Tahap Satu
Penentuan Formula Pembuatan Sabun Transparan
Penelitian tahap satu merupakan tahap pemilihan formula pembuatan sabun
trasnparan. Hasil penelitian tahap satu ini diaplikasikan pada penelitian tahap dua.
Analisa dilakukan terhadap transparansi, pembusaan, dan kesan setelah
menggunakan sabun (kesat, gatal, panas). Sabun transparan yang diinginkan adalah
yang transparan, banyak busa, tidak menggumpal, dan tidak gatal atau kesat setelah
digunakan.
Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan sabun transparan
sangat berpengaruh terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Perbedaan bahan-
bahan tersebut dapat menyebabkan sabun transparan yang dihasilkan berubah
karakteristiknya (Hambali et al., 2005).
Penelitian pendahuluan ini menggunakan metode yang bersumber dari
www.sma.net (2008) dan Hambali et al. (2005). Perbedaan kedua metode tersebut
terletak pada proses pelelehan, pencampuran dan pemanasan bahan. Pada metode
Www.sma.net (2008) NaOH terlebih dahulu dilelehkan kemudian ditambah air dan
bahan-bahan lainnya. Alkohol ditambahkan pada saat pemanasan. Pada metode
Hambali et al. (2005), asam stearat dilelehkan terlebih dahulu, setelah meleleh semua
barulah minyak kelapa dan NaOH 30% ditambahkan. Penambahan alkohol dilakukan
tanpa pemanasan, begitu juga bahan lainnya.
Pengadukan dalam proses pembuatan sabun mandi harus terus dilakukan agar
bahan-bahan dapat tercampur secara sempurna. Pengadukan tidak boleh dilakukan
terlalu cepat, karena semakin cepat pengadukan, busa yang terbentuk saat proses
pembuatan semakin banyak. Hal ini berdampak terhadap penyusutan produk akhir.
Pemilihan formula sabun transparan tidak dilakukan berdasarkan sifat kimia,
tetapi secara deskriptif terhadap transparansi tanpa adanya bintik putih, busa yang
dihasilkan banyak, dan kesan kesat didapatkan setelah pemakaian. Formula I
(www.sma.net, 2008) menghasilkan sabun transparan yang kurang baik. Sabun yang
dihasilkan transparan, namun terlihat banyak bintik putih (seperti kabut), serta busa
yang dihasilkan kurang. Kesan yang didapat yaitu terasa panas dan gatal di tangan
setelah pemakaian.
Bintik putih yang terlihat pada sabun dikarenakan campuran bahan yang tidak
homogen. Penguapan alkohol sebelum proses selesai dapat memacu pembentukan
bintik putih tersebut. Penambahan alkohol dilakukan pada saat pemanasan, akan
menyebabkan penguapan alkohol berjalan lebih cepat, sehingga bahan-bahan yang
dipanaskan belum seluruhnya larut dan tercampur secara homogen. Sabun yang
dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 6.
I II
Keterangan : I = Sabun transparan formula www.sma.net (2008) II = Sabun transparan formula Hambali et al. (2005)
Gambar 6. Sabun Transparan dari Dua Metode
Panas dan gatal yang terasa setelah pemakaian sabun dikarenakan konsentrasi
NaOH yang digunakan terlalu pekat. Hal ini sesuai dengan penjelasan Kamikaze
(2002) yang menyatakan, bahwa NaOH yang terlalu pekat dalam pembuatan sabun
akan memberikan pengaruh negatif yaitu iritasi pada kulit.
Formula II (Hambali et al., 2005) menghasilkan sabun transparan dengan
sifat yang diinginkan yaitu transparan tanpa terbentuknya bintik-bintik putih, busa
yang dihasilkan banyak, dan setelah digunakan memberikan sensasi bersih pada kulit
karena terasa kesat setelah dibilas.
Berbeda dengan metode www.sma.net ( 2008) yaitu penambahan alkoholnya
dilakukan dengan pemanasan, penambahan alkohol pada metode Hambali et al.
(2005) dilakukan tanpa pemanasan. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan alkohol
agar tidak cepat menguap, sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai pelarut
dengan baik. Hasil akhir produk didapatkan sabun transparan yang homogen. Hasil
dari kedua formula yang digunakan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Analisa Visual Sabun Transparan dengan Dua Formula
Analisa Formula
I II
Transparansi + ++ Busa + ++ Kesan pada kulit setelah pemakaian Panas dan gatal Kesat
Keterangan : I = metode www.sma.net (2008) II = metode Hambali et al. (2005) ++ = transparan, busa banyak, tidak ada bintik putih + = kurang transparan, berbusa, ada bintik putih
Hasil analisa yang diperoleh menunjukkan bahwa metode Hambali et al.
(2005) dapat menghasilkan sabun transparan yang lebih baik dibandingkan metode
www.sma.net (2008), yaitu transparan, busa yang dihasilkan banyak, dan kesan kesat
setelah pemakaian. Berdasarkan hasil ini, maka pada penelitian tahap dua, formula
yang digunakan yaitu metode Hambali et al. (2005) yang dimodifikasi sesuai
perlakuan.
Penelitian Tahap Dua
Penelitian tahap dua menggunakan formula Hambali et al. (2005) yang
dimodifikasi dengan penambahan madu pada beberapa konsentrasi. Formulasinya
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Formulasi Sabun Madu Transparan
Bahan Jumlah (% b/b)
P0 P2,5 P5 P7,5 Asam stearat 7 7 7 7
Minyak kelapa 20 20 20 20 NaOH 30% 20,3 20,3 20,3 20,3
Gliserin 13 13 13 13 Etanol 15 15 15 15
Gula pasir 7,5 7,5 7,5 7,5 Cocoamide DEA 3 3 3 3
NaCl 0,2 0,2 0,2 0,2 Asam sitrat 3 3 3 3
Air 4,5 4,5 4,5 4,5 Madu 0 2,5 5 7,5
Sumber : Hambali et al. (2005) yang dimodifikasi
Peningkatan konsentrasi madu menyebabkan warna sabun transparan
semakin mendekati warna madu yaitu kuning kecoklatan. Perbedaan warna sabun
tersebut dapat dilihat pada Gambar 7. Konsentrasi madu sampai 10% pernah
dilakukan, sabun yang diperoleh berwarna lebih gelap, namun sabun yang dihasilkan
lebih lunak dan lengket setelah digunakan di tangan. Hal ini yang menyebabkan
penambahan madu dibatasi hingga konsentrasi 7,5%.
P0 P2,5
P5 P7,5 Keterangan : P = Konsentrasi madu (%)
Gambar 7. Perbedaan Warna Sabun Transparan dengan Penambahan Konsentrasi Madu yang Berbeda
Sabun yang diperoleh memiliki rendemen sebesar 10% dari berat total bahan
yang digunakan. Hasil pengujian terhadap sifat fisik sabun madu transparan yang
meliputi kekerasan sabun, tegangan permukaan, stabilitas emulsi, tegangan antar
muka dan stabilitas busa dapat dilihat pada Tabel 8. Pengujian sifat fisik dilakukan
untuk mengetahui kesesuaian sifat fisik sabun transparan yang dihasilkan.
Tabel 8. Analisa Sifat Fisik Sabun Madu Transparan
Sifat Fisik Hasil Analisa P0% P2,5% P5% P7,5%
Kekerasan (mm/detik) * 7,15±0,42 8,11±0,32 9,41±0,29 9,79±0,05
Tegangan Permukaan (dyne/cm) * 31,43±2,13 27,05±1,08 25,97±1,13 25,02±0,14
Tegangan Antar Muka (dyne/cm) tn 19,2±1,57 16,00±3,16 14,67±2,47 13,97±2,04
Stabilitas Emulsi (%) * 88,14±2,22 89,33±1,60 90,75±1,07 92,71±1,12 Stabilitas Busa (%)* 30,37±6,01 42,75±5,34 66,19±7,71 78,21±5,45
Keterangan : * = nyata tn = tidak nyata
Kekerasan
Gula pasir (sukrosa) merupakan salah satu bahan baku yang digunakan dalam
pembuatan sabun mandi transparan. Sukrosa yang mengalami proses pemanasan
terurai menjadi glukosa dan fruktosa. Hal ini dapat menurunkan kekerasan dari suatu
produk (Winarno, 1991).
Hasil analisa kekerasan sabun transparan yang diberi penambahan madu 0-
7,5% menunjukkan nilai pada kisaran 7,15-9,79 mm/detik atau bertambah 2,64
mm/detik (Tabel 8). Semakin besar nilai penetrasi jarum dalam sabun, berarti sabun
tersebut semakin lunak. Sebagai sabun pembanding yaitu sabun transparan komersil
”Madoe” memiliki nilai kekerasan sebesar 6,5 mm/detik, berarti lebih keras
dibanding sabun transparan hasil penelitian. Analisis keragaman menunjukkan
bahwa penambahan madu memberikan pengaruh nyata (P < 0,05) terhadap kekerasan
sabun transparan yang dihasilkan.
Sifat ortogonalnya menunjukkan bahwa peningkatan penambahan madu
menyebabkan penurunan kekerasan sabun mandi transparan menurun mengikuti
persamaan linear y = 7,23 + 0,37x (R2 = 0,91), seperti yang tampak pada Gambar 8.
Artinya, setiap penambahan 1% madu akan meningkatkan nilai kekerasan sabun
mandi transparan sebesar 0,37 mm/detik.
Gambar 8. Pengaruh Konsentrasi Madu terhadap Kekerasan Sabun
Transparan
Hal ini disebabkan madu memiliki sifat higroskopis. Gula pereduksi dalam
madu bersifat higroskopis sehingga semakin tinggi kandungan gula pereduksi maka
daya ikat air semakin tinggi (TP News, 2008). Hal ini dapat menurunkan kekerasan
dari suatu produk. Madu memiliki kandungan gula pereduksi (glukosa dan fruktosa)
yang tinggi. Rataan glukosa (dekstrosa) pada madu mencapai 31,3% dan fruktosa
(levulosa) sebesar 38,2% (Sihombing, 1997). Kadar air madu juga dimungkinkan
mempengaruhi penurunan kekerasan sabun transparan.
Madu memiliki kandungan gula pereduksi yang lebih tinggi dibanding
sukrosa. Pemanasan menyebabkan sukrosa terurai menjadi glukosa dan fruktosa. Hal
ini dapat menurunkan kekerasan dari suatu produk (Winarno, 1991).
Tegangan Permukaan
Sabun merupakan produk yang dapat menurunkan tegangan permukaan air
(Suryani et al., 2002). Analisa tegangan permukaan ditujukan untuk mengetahui
kemampuan sabun madu transparan untuk menurunkan tegangan permukaan air.
Perubahan tegangan permukaan pada sabun merupakan suatu pembuktian
pernyataan Kirk et al. (1954), yang menyatakan bahwa sabun mempunyai dua
y = 7,23 + 0,37x; R2 = 0,91
0
3
6
9
12
0 2,5 5 7,5
Konsentrasi Madu (%)
Kek
eras
an S
abun
(mm
/dtk
)
struktur gugus yang berbeda yaitu gugus hidrofobik dan gugus hidrofilik. Kedua
gugus tersebut dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga sabun dapat
mengikat kotoran berupa minyak atau lemak.
Tegangan permukaan air tanpa campuran sabun pada analisa ini sebesar
58,35 dyne/cm. Tegangan permukaan air yang telah ditambahkan sabun madu
transparan berkisar antara 25,02-31,43 dyne/cm (Tabel 8), sedang sabun transparan
komersil ”Madoe” yang digunakan sebagai sabun pembanding memiliki nilai
tegangan permukaan sebesar 21,6 dyne/cm. Hal ini menunjukkan bahwa sabun
transparan komersil ”Madoe” memiliki kemampuan menurunkan tegangan
permukaan yang lebih baik dibanding sabun yang dihasilkan.
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa penambahan madu
berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap tegangan permukaan sabun transparan yang
dihasilkan. Pengujian terhadap sifat ortogonalnya menunjukkan bahwa penambahan
madu sampai 7,5% akan menurunkan tegangan permukaan mengikuti garis linear y =
30,42 - 0,81x (R2 = 0,72), seperti yang dilukiskan pada Gambar 9. Setiap
penambahan 1% madu akan menurunkan nilai tegangan permukaan sabun transparan
sebesar 0,81 dyne/cm.
Gambar 9. Pengaruh Konsentrasi Madu terhadap Tegangan Permukaan
Sabun Transparan
Sifat fisikokimia setiap protein tidak sama, tergantung jumlah dan jenis asam
aminonya. Protein dalam madu menyebabkan madu memiliki tegangan permukaan
y = 30,42 - 0,81x ; R2 = 0,72
20
25
30
35
0 2,5 5 7,5
Konsentrasi Madu (%)
Tega
ngan
Per
muk
aan
(dyn
e/cm
)
yang rendah. Semakin tinggi konsentrasi madu yang ditambahkan, semakin banyak
protein dan dapat menyebabkan tegangan permukaan semakin menurun. Kenyataan
ini sesuai dengan pernyataan White and Doner (1980) yaitu madu memiliki
kemampuan tegangan permukaan yang rendah karena adanya protein, sehingga
merupakan humektan yang sempurna dalam produk kosmetik. Protein memiliki
gugus hidrofilik dan hidrofobik. Gugus hidrofilik akan mengikat air dan gugus
hidrofobik mengikat lemak.
Tegangan Antar Muka
Analisa tegangan antar muka ditujukan untuk mengetahui kemampuan sabun
mandi madu transparan menurunkan tegangan antar muka air dengan xylen yang
diasumsikan sebagai kotoran atau lemak. Kemampuan ini merupakan tolak ukur
kemampuan sabun mandi transparan untuk berinteraksi dengan lemak atau kotoran
sehingga kotoran atau lemak dapat dibersihkan.
Tegangan antar muka suatu fasa yang berbeda derajat polaritasnya akan
menurun jika gaya tarik menarik antar molekul yang berbeda dari kedua fase (adhesi)
lebih besar dibandingkan gaya tarik menarik antar molekul yang sama dalam fase
tersebut (kohesi) (www.pharmacy.wilkes.edu, 2008).
Tegangan antar muka air sebesar 59,0 dyne/cm. Tegangan antar muka air
bercampur sabun transparan dengan campuran madu 0-7,5% berkisar antara 13,97-
19,2 dyne/cm, nilai rataan tegangan antar muka sabun madu transparan yang
diperoleh adalah sebesar 27,37 dyne/cm (Tabel 8) dan mencakup tegangan antar
muka sabun transparan ”Madoe” (18 dyne/cm). Hasil analisis keragaman
menunjukkan bahwa penambahan madu tidak berpengaruh nyata terhadap tegangan
antar muka sabun transparan yang dihasilkan.
Stabilitas Emulsi
Sabun padat termasuk dalam emulsi tipe w/o (Suryani et al., 2002). Stabilitas
suatu emulsi merupakan salah satu karakter penting dan mempunyai pengaruh besar
terhadap mutu produk emulsi ketika dipasarkan. Emulsi yang baik tidak membentuk
lapisan-lapisan, tidak terjadi perubahan warna dan memiliki konsistensi yang tetap.
Stabilitas emulsi dipengaruhi oleh jumlah asam lemak yang terkandung
dalam sabun. Asam lemak ini berperan dalam menjaga konsistensi sabun. Kestabilan
emulsi dalam sabun juga dipengaruhi oleh kadar air dan bahan dasar yang bersifat
higroskopis. Semakin tinggi kadar air dalam sabun maka akan semakin tidak stabil.
Stabilitas emulsi sabun madu transparan yang dihasilkan memiliki kisaran
nilai antara 88,14-92,71% (Tabel 8). Sebagai pembanding, analisa juga dilakukan
terhadap sabun ”Madoe” yaitu sabun transparan komersil yang ternyata memiliki
nilai stabilitas emulsi sebesar 91,86%.
Hasil analisa keragaman menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi madu
berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap stabilitas emulsi. Pengujian terhadap sifat
ortogonalnya memperlihatkan bahwa peningkatan konsentrasi madu akan
meningkatkan kestabilan emulsi sabun madu transparan yang dihasilkan mengikuti
persamaan linear y = 87,96 + 0,60x (R2 = 0,63), seperti terlihat pada Gambar 10. Hal
ini berarti setiap peningkatan 1% madu akan meningkatkan nilai stabilitas emulsi
sebesar 0,60%.
Gambar 10. Pengaruh Konsentrasi Madu terhadap Stabilitas Emulsi Sabun
Transparan
Peningkatan stabilitas emulsi dipengaruhi oleh peningkatan jumlah asam
lemak yang berasal dari hasil reaksi lain dalam formula. Reaksi yang terjadi antara
coco-DEA dan mineral yang terdapat di dalam madu menghasilkan asam lemak
(Qisti, 2008), selain itu dapat juga disebabkan oleh madu yang ditambahkan pada
formula. Jumlah asam lemak sabun transparan yang diberi tambahan madu 0-7,5%
berkisar antara 9,973-21,162% (Qisti, 2008). Tegangan permukaan yang menurun
y = 87,96 + 0,60x ; R2 = 0,63
85
88
91
94
0 2,5 5 7,5
Konsentrasi Madu (%)
Stab
ilita
s Em
ulsi
(%)
(Gambar 9) dengan penambahan madu turut menstabilkan emulsi. Zielenski (1997)
menyatakan bahwa semakin kecil nilai tegangan permukaannya berarti semakin
stabil sistem emulsi tersebut.
Stabilitas Busa
Busa adalah gas yang terjebak oleh lapisan tipis cairan yang mengandung
sejumlah molekul surfaktan yang teradsorpsi pada lapisan tipis tersebut, dalam
gelembung, gugus hidrofobik surfaktan akan mengarah ke gas, sedang bagian
hidrofiliknya akan mengarah ke larutan. Gelembung akan dilapisi oleh lapisan tipis
cairan yang mengandung sejumlah molekul surfaktan dengan orientasi face to face
saat gelembung keluar dari badan cairan (Rileksbook, 2008).
Hasil analisa stabilitas busa sabun madu transparan menunjukkan kisaran
30,37-78,21%, seperti yang tercantum pada Tabel 8. Sabun mandi transparan
”Madoe” yaitu sabun transparan komersial yang diuji sebagai sabun pembanding
memiliki nilai stabilitas busa sebesar 18,06%.
Hasil analisis keragaman terhadap stabilitas busa sabun mandi transparan
menunjukkan bahwa penambahan madu berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap
stabilita busa. Uji terhadap sifat ortogonal menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi madu, maka stabilitas busa juga semakin meningkat mengikuti
persamaan linear y = 29,33 + 6,68x (R2 = 0,92), seperti pada Gambar 11.
Gambar 11. Pengaruh Konsentrasi Madu terhadap Stabilitas Busa Sabun
Transparan
y = 29,33 + 6,68x ; R2 = 0,92
0
20
40
60
80
100
0 2,5 5 7,5
Konsentrasi Madu (%)
Stab
ilita
s Bus
a (%
)
Hal ini berarti setiap peningkatan 1% madu akan meningkatkan nilai
stabilitas busa sebesar 6,68%. Protein dalam madu membantu dalam pembusaan.
Pembentukan busa terjadi saat udara terinkorporasi secara mekanis. Saat udara
terinkorporasi dalam larutan protein, sel-sel terbentuk dari udara yang dikelilingi
oleh lapisan protein pada fase antar muka udara-air (Wong, 1989).
Tegangan permukaan juga dapat mempengaruhi stabilitas busa. Penurunan
tegangan permukaan menyebabkan udara dari luar dengan mudah masuk ke dalam
air. Udara yang masuk terperangkap oleh surfaktan dan membentuk busa.
Pemilihan Sabun Madu Transparan Terbaik
Pemilihan produk terbaik dilakukan dengan cara yang didasarkan pada
pembobotan nilai kepentingan hasil analisa fisik. Nilai kepentingan setiap peubah
ditentukan atas pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Penilaian Kepentingan Setiap Peubah Sabun Madu Transparan
Peubah Dasar Pertimbangan Kepentingan NK
Kekerasan Berhubungan dengan ketahanan pemakaian sabun 4
Tegangan Permukaan Menentukan daya bersih 5
Stabilitas Emulsi Menentukan umur simpan 3
Tegangan Antar Muka Menentukan stabilitas busa 4
Stabilitas Busa Biasanya konsumen menyukai sabun yang busanya stabil
5
Keterangan : NK = Nilai Kepentingan
Besarnya nilai kepentingan diperoleh berdasarkan kepentingan sifat fisik
sabun transparan tersebut yang dinilai oleh beberapa orang. Semakin penting peubah,
maka nilai kepentingan semakin besar. Pemilihan sabun madu transparan terbaik
tidak hanya dilihat berdasarkan nilai kepentingan saja, tetapi dilihat juga nilai
pembobotannya. Perhitungan penentuan sabun mandi transparan dapat dilihat pada
Tabel 10. Sabun transparan terbaik ditunjukkan oleh sabun yang memiliki jumlah
nilai bobot tertinggi.
Tabel 10. Pembobotan dalam Penentuan Konsentrasi Terbaik Sabun Madu Transparan
Peubah NK B
Perlakuan P0 P2,5 P5 P7,5
N NB N NB N NB N NB Kekerasan 4 0,19 3 0,57 2 0,38 2 0,38 2 0,38
Tegangan Permukaan 5 0,24 2 0,48 2 0,48 2 0,48 3 0,72
Stabilitas Emulsi 3 0,14 2 0,28 2 0,28 2 0,28 3 0,42
Tegangan Antar Muka
4 0,19 2 0,38 2 0,38 2 0,38 2 0,38
Stabilitas Busa 5 0,24 2 0,48 2 0,48 2 0,48 3 0,72
Jumlah Nilai Bobot 2,19 2,00 2,00 2,62 Keterangan: NK = Nilai Kepentingan Jumlah NK = 21 B = Bobot = Nilai Kepentingan Jumlah NK N = Nilai (1= kurang baik, 2 = baik, 3 = paling baik) NB = Nilai Bobot = Nilai X Bobot
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa sabun transparan terbaik adalah sabun
transparan dengan konsentrasi madu 7,5%. Pengujian sifat fisik sabun transparan
tidak mengacu pada SNI. Hal ini dikarenakan dalam penilaian mutu sabun, SNI lebih
menekankan pada sifat kimia dan tidak pada sifat fisik. Kekerasan sabun transparan
yang ditambahkan madu menghasilkan sabun yang semakin menurun nilai
kekerasannya sejalan dengan bertambahnya konsentrasi madu yang ditambahkan.
Penurunan kekerasan sabun transparan dapat diperbaiki dengan cara menggantikan
lemak yang digunakan dalam formula dan penggunaan madu dengan kadar air yang
lebih rendah.
Nilai tegangan permukaan menunjukkan penurunan. Semakin tinggi
konsentrasi madu yang ditambahkan, tegangan permukaan pun semakin menurun.
Tegangan permukaan yang rendah pada konsentrasi 7,5% mempengaruhi daya
bersih. Nilai tegangan permukaan yang rendah akan meningkatkan daya bersih.
Kemampuan sabun dalam stabilitas emulsi pun meningkat, semakin kecil nilai
tegangan permukaan, emulsi akan lebih stabil. Kestabilan emulsi dapat dilihat dari
warna sabun yang tidak berubah dan tidak adanya endapan atau pembentukan
lapisan-lapisan dalam sabun. Tegangan permukaan yang rendah juga dapat
mempertahankan busa lebih lama. Semakin kecil nilai tegangan permukaan, busa
sabun semakin stabil.
Pemilihan sabun transparan yang ditambahkan madu dengan beberapa
konsentrasi tidak hanya ditentukan dari sifat fisik saja. Keinginan konsumen pun
diperhatikan dalam pembuatan sabun. Biasanya masyarakat Indonesia menginginkan
sabun dengan busa yang banyak. Oleh karena itu, pemilihan sabun terbaik ditentukan
oleh penerimaan masyarakat melalui tingkat kesukaan terhadap produk yang
dihasilkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penambahan madu sampai konsentrasi 7,5% menghasilkan sabun transparan
yang lebih lunak (9,79 mm/detik), mampu menurunkan tegangan permukaan air
(25,02 dyne/cm), meningkatkan stabilitas emulsi (92,71%) dan stabilitas busa
(78,21%). Penambahan madu sebesar 7,5% tidak mempengaruhi tegangan antar
muka, tetapi mampu menghasilkan sabun mandi madu transparan yang lebih baik
dibanding penambahan madu dengan konsentrasi yang lebih rendah.
Saran
Perlu penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh berbagai minyak yang
digunakan dalam pembuatan sabun transparan sehingga dapat memperbaiki
kekerasan sabun madu transparan, perlakuan lama penyimpanan sabun serta
penerimaan/kesukaan konsumen dan mutu organoleptik sabun madu transparan.
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dan karunia yang tak terhingga maupun musibah dan cobaan-Nya yang
senantiasa mengingatkan sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Shalawat serta salam tak lupa Penulis sampaikan kepada Nabi besar
Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman.
Terimakasih Penulis haturkan kepada kedua orang tua tercinta, ayahku Yusuf
Syafii dan ibuku Yani Hadibah atas segala kasih sayang, doa, kesabaran, motivasi
dan semua bantuan berupa materi, moral dan spiritual yang telah diberikan tanpa
henti. Terimakasih untuk kakak-kakakku Eva Dewi W. J dan Roby M. Amsta,
adikku M. Anis Al Fuad, serta sanak saudara yang memberikan suasana keluarga di
setiap saat.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ir. B. N. Polii, SU (pembimbing
utama skripsi) dan Ir. Hotnida C. H. Siregar, MSi. (pembimbing anggota), serta
Jakaria, S. Pt, MSi (pembimbing akademik) atas bimbingan, saran dan perhatian
yang telah diberikan pada Penulis baik dalam penyusunan skripsi maupun selama
kuliah. Terima kasih penulis sampaikan kepada Zakiah Wulandari, S. TP., MSi dan
Ir. Abdul Djamil Hasjmy, MS selaku penguji sidang.
Ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada Rachmiati Qisti dan Muqitta
Sinatrya atas semua sumbangsih yang telah diberikan selama penelitian ini.
Terimakasih pula kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan skripsi ini
dan tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
Penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Bogor, Januari 2009
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, S. 1991. Analisis Kimia Produk Lebah Madu dan Pelatihan Staf Laboratorium Pusat Perlebahan Nasional Parung Panjang. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Annual Book of ASTM. 1967. Sorptive Mineral Materials, Soap, Engine Anti Freezes, Wax Polishes, Halogenated Organic Solvent, Activated Carbon and Industrial Chemicals. USA Standards Institute, USA.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 1994. Sabun Mandi. SNI 06-3532-1994. Dewan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2004. Madu. SNI 01-3545-2004. Dewan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Bird, T. 1993. Kimia Fisik untuk Universitas. Terjemahan: K. I. Tjeen. PT Gramedia, Jakarta.
Butler, H. 2001. Poucher’s Perfumes, Cosmetics and Soap. Kluwer Academic Publisher, London.
CV. Duraposita Chem. Sabun transparan moisturizing bebas alkohol. http://duraposita.com/uploads/artikel/Sabun%20transparan%20non%20alkohol.pdf [20 Januari 2008].
Ghaim, J. B. and E. D Volz. Skin cleansing bar. Dalam: A. O Barel, M. Paye, and H. L. Maibach (Editor). Handbook of Cosmetic Science and Technology. Marcel Dekker Inc., New York.
Gojmerac, W. L. 1980. Bees, Beekeping, Honey and Pollination. AVI Publishing Company, Inc., Westport, Connecticut, Madison.
Hambali, E., A. Suryani dan M. Rivai. 2005. Membuat Sabun Transparan untuk Gift dan Kecantikan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Helmenstine, A. M. 2001. Soap and saponification. http://chemistry.about.com/ library/weekly/blsapon.htm. [20 Januari 2008].
Imron, H. S. S. 1985. Sediaan Kosmetik. Direktorat Pembinaan Penelitian Pengabdian Masyarakat. Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud, Jakarta.
Kamikaze, D. 2002. Studi awal pembuatan sabun menggunakan campuran lemak abdomen sapi (tallow) dan curd susu afkir. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Kirk, R. E., D. F Othmer, J. D Scott and A. Standen. 1954. Encyclopedia of chemical technology. Vol 12. Interscience Publisher a division of Jhon Wiley and Sons, Inc., New York. Halaman 573-592.
Kusumah, G. A. 2004. Aplikasi DEA (dietanolamida) dari minyak inti sawitpada pembuatan sabun transparan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Krell, R. 1996. Value-added products from beekeeping. Food and Agriculture of Organization Agricultural Services Bulletin 124, Rome. http://www.fao.org/ docrep/w0076E/w0076E00.htm [12 Agustus 2008]
Laura. 2004. Pengaruh rasio mol reaktan dan lama reaksi dalam pembuatan dietanolamida sebagai surfaktan berbasis minyak inti sawit. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Olaitan, P. B., O. E. Adeleke, and I. O Ola. 2007. Honey: a reservoir for microorganisms and an inhibitory agent for microbes. J. of African Health Sciences. 7(3): 159–165.
Ophardt, C. E. 2003. Soap. http://elmhurst.edu/- chm/vchembook/ 554soap.html [8 Agustus 2008].
Paul, S. 2007. Fatty Acids and Soap Making. http://www.soap-making-resource. com/fatty-acids-soap-making.html. [18 Agustus 2008]
Piyali, G., Bhirud R. G and Kumar V. V. 1999. Detergency and foam studies on linear alkylbenzene sulfonate and secondary alkyl sulfonate. J. of Surfactant and Detergen. 2 (4) : 489 – 493.
Qisti, R. 2009. Sifat kimia sabun mandi transparan dengan penambahan madu pada konsentrasi yang berbeda. Unpublish. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rileksbook. 2008. Surfaktan sebagai foaming-antifoaming agent. http://my.rileks. com /anend /297/ [19 Desember 2008].
Sihombing, D. T. H. 1997. Ilmu Ternak Lebah Madu. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Spitz, L. 1996. Soap and Detergen a Theoritical and Practical Review. AOCS Press, Campaign-Illinois.
Steel, R. G. D., and J. H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biomertik. Terjemahan: B. Sumantri. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Stevens, S. 1994. Soap: Making It, Enjoying It. http://www.millennium-ark.net/ News_Files/Soap/Recipes_For_Soap2.html [30 Januari 2009]
Sukartiko, A. B. 1986. Prosesing madu lebah. Prosiding Lokakarya Pembudidayaan Lebah Madu untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat, Sukabumi, 20-22 Mei 1986. Perum Perhutani, Jakarta.
Suryani , A. E, Hambali. dan Sailah, I. 2002. Teknologi Emulsi. Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
TP News. 2008. Pencoklatan Berdasarkan Gula Reduksi. http://pnewsftpugm.com/ 2008/10 /pencoklatan-berdasarkan-gula-reduksi.html. [19 Desember 2008].
Wade, A., and P. J. Weller.1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients, 2nd ed. The American Pharmaceutical Association, Washington USA.
White, J. W. 1979. Composition of Honey. In: Crane, E. (Editor). Honey : A Comprehensive Survey. Heinemann, London.
White, J. W. and L. W. Doner. 1980. Honey composition and properties. http://www.beesource.com/pov/usda/beekpUSA82.htm. [27 Juni 2008].
Williams, D. F., and W. H Schmitt. 2002. Kimia dan Teknologi Industri Kosmetika dan Produk-Produk Perawatan Diri. Terjemahan. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Wilson, T. V. 2008. How Play-doh modeling compound works. http://entertainment. howstuffworks.com/play-doh3.htm. [20 November 2008].
Winarno, F. G. 1982. Madu: Teknologi Khasiat dan Analisa. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Winarno, F. G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Wong, D. W. S. 1989. Mechanism and Theory in Food Chemistry. Van Nostard Reinhold Press, New York.
Zielinski, R. J. 1997. Synthesis and Composition of Food Grade Emulsifiers. Dalam: G. L. Hassenhuettl and R. W. Hartel (Editor). Food Emulsifer and Their Applications. Chapman and Hall, New York.
http://www.sma.net. Mari membuat sabun kita. [8 Januari 2008] http://pharmacy.wilkes.edu/kibbeweb/lecture2.html [28 Mei 2008]
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Kekerasan
Sumber keragaman db JK KT F hit F 0.05 F0.01
Perlakuan 3 13,23749 4,412497 48,60917 4,06618 7,590984 Linier 1 12,742 12,74204 140,3695 5,317645* 11,25863 Kubik 1 0,2611 0,261075 2,876067 5,317645 11,25863 Kuadratik 1 0,23438 0,234375 2,581933 5,317645 11,25863
Eror 8 0,7262 0,090775 Total 11 13,96369
Keterangan : * = nyata
Lampiran 2. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Tegangan Permukaan
Sumber keragaman db JK KT F hit F 0.05 F0.01
Perlakuan 3 72,36167 24,12056 13,82762 4,06618 7,590984Linier 1 62,0167 62,01667 35,55237 5,317645* 11,25863Kubik 1 8,8408 8,840833 5,068195 5,317645 11,25863Kuadratik 1 1,50417 1,504167 0,862295 5,317645 11,25863
Eror 8 13,955 1,744375 Total 11 86,31667
Keterangan : * = nyata
Lampiran 4. Hasil Analisis Ragam Tegangan Antar Muka
Sumber keragaman db JK KT F hit F 0.05 F 0.01
Perlakuan 3 48,43583 16,14528 2,844148 4,06618 7,590984Error 8 45,41333 5,676667 Total 11 93,84917
Keterangan : * = nyata
Lampiran 3. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Stabilitas Emulsi
Sumber keragaman db JK KT F hit F 0.05 F0.01
Perlakuan 3 34,82816 11,60939 4,696892 4,06618 7,590984Linier 1 34,3678 34,3678 13,90443 5,317645* 11,25863Kubik 1 0,4447 0,444675 0,179905 5,317645 11,25863Kuadratik 1 0,01568 0,015682 0,006344 5,317645 11,25863
Eror 8 19,77373 2,471717 Total 11 54,60189
Keterangan : * = nyata
Lampiran 5. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Stabilitas Busa
Sumber keragaman db JK KT F hit F 0.05 F0.01
Perlakuan 3 4257,719 1419,24 36,91807 4,06618 7,590984 Linier 1 4181,847 4181,847 108,7806 5,317645* 11,25863 Kubik 1 0,0919 0,091875 0,00239 5,317645 11,25863 Kuadratik 1 75,78008 75,78008 1,971235 5,317645 11,25863
Eror 8 307,5436 38,44295 Total 11 4565,263
Keterangan : * = nyata
Lampiran 6. Analisis Kelayakan Usaha
Analisis kelayakan usaha bertujuan untuk menentukan kelayakan usaha, baik
dari segi teknis, ekonomis, maupun finansial. Analisis finansial yang dibuat adalah
analisis untuk sabun transparan yang dijual secara retail dengan berat netto 80 g
(Tabel 11).
Tabel 11. Kriteria Produksi dan Indikator Kelayakan Usaha Sabun Transparan
No Kriteria Produksi dan Indikator Kelayakan Nilai Kelayakan
1 Invenstasi Rp 161.367.853,00
2 Biaya operasional (per bulan) Rp 88.863.312
3 Kapasitas produksi (per hari) 54 kg
4 Harga jual (per kemasan) Rp 7.500,00
5 Umur ekonomi usaha 5 tahun
6 Jumlah hari produksi 24 hari
7 Tingkat bunga 19%
8 Komposisi modal (pemilik : bank) 40 : 60
9 BEP (break event point) 142.181 batang sabun
10 PBP (pay back period) 2,27 bulan
11 NPV (net present value) Rp 120.680.768,00
12 Net B/C (net benefit coast 1,75
Biaya Perhitungan jumlah biaya yang dikeluarkan bermanfaat dalam penghitungan
harga pokok penjualan dan analisis financial kelayakan usaha sabun transparan.
Biaya yang dikeluarkan oleh usaha sabun transparan terdiri dari biaya investasi
(Tabel 12) dan biaya produksi (Tabel 13).
Tabel 13. Biaya Produksi
No Jenis Biaya Jumlah Unit Harga/Unit (Rp)
Jumlah Biaya/hari (Rp)
A. Biaya Tetap 1 Pemasaran 1 bulan 2.000.000 83.333 2 ATK 1 bulan 750.000 31.250 3 R & D 1 bulan 1.000.000 41.667 4 Telepon/Fax 1 bulan 600.000 25.000
Total Biaya Tetap/Hari 181.250 B. Biaya Variabel 1 Asam stearat 4,5 kg 18.000 81.0002 Minyak kelapa 13 kg 21.000 273.0003 NaOH 30% 13 L 8500 110.5004 Gliserin 8 kg 35.000 280.0005 Etanol 10 L 35.000 350.0006 Coco DEA 2 kg 16.000 32.0007 NaCL 0,1 kg 14.500 14508 Sukrosa 5 kg 6500 325009 Asam sitrat 2 kg 10.500 21.00010 Madu Kapuk 4,5 kg 18.000 810.00011 Plastik wrapping 2,5 rol 10.600 26.50012 Kemasan 675 1.000 675.00013 Gas 1 hari 19.000 19.00014 Listrik, air 1 hari 21.000 21.00015 Tenaga kerja 3 orang 35.000 105.00016 Fee distributor 675 buah 1.013 683.438Total Biaya Variabel 3.521.388Total biaya variable/operasional per hari 3.702.638Total biaya variable per bulan (24 hari) 88.863.312Total biaya variable per tahun (12 bulan) 1.066.359.744
Diasumsikan umur ekonomis usaha 5 tahun dan hari kerja setiap bulannya
adalah 24 hari. Kebutuhan bahan baku sabun transparan adalah 60 kg, dengan
persentase kehilangan (loss) selama produksi sekitar 10% maka kapasitas produksi
per hari adalah 54 kg. Produksi sabun dalam satu hari sebanyak 675 batang sabun
(@80 g).
- Jumlah produk sabun transparan per tahun
675 batang sabun/hari X 24 hari/bulan X 12 bulan/tahun = 194.400 batang sabun/tahun
- Biaya produksi per tahun
Rp 88.863.312/bulan X 12 bulan/tahun = Rp 1.066.359.744/tahun
- Tingkat suku bunga = 19%
Harga pokok penjualan adalah harga minimum yang harus diterapkan oleh
produsen agar tidak mengalami kerugian. Penentuan besarnya harga penjualan dapat
dipertimbangkan dengan harga pokok sejenis yang ada di pasar.
Harga Pokok Penjualan (HPP) :
Total biaya produksi per tahun HPP =
Total produksi per tahun
Rp 1.066.359.744 HPP = 194.400 batang sabun/tahun HPP = 5485,40
Harga Penjualan = Rp 7.500
Harga penjualan produk sabun transparan adalah Rp 7.500,00 per batang,
berarti produsen mendapat keuntungan sekitar Rp 2.014,60 untuk setiap batang
sabun transparan yang terjual.
Analisis Kelayakan - BEP (break event point)
Total biaya produksi BEP = Harga jual per batang
Rp 1.066.359.744 = Rp 7.500 = 142.181 batang sabun
Hasil perhitungan BEP menunjukkan bahwa produsen akan mencapai titik impas
jika dapat menjual produk sebanyak 142.181 batang sabun per tahun dengan harga
jual senilai Rp 7.500,00 per batang sabun.
- Keuntungan Nilai penjualan/tahun = Harga jual/kemasan X jumlah kemasan/tahun X 0,75 = Rp 7.500/batang X 194.400 batang /tahun X 0,75 = Rp 1.093.500.000/tahun = Rp 1.093.500.000 - Rp 1.066.359.744 = Rp 27.140.256
Perhitungan rugi-laba dapat dilihat pada Tabel 14.
- NPV (net present value) NPV merupakan nilai kas bersih yang dimiliki perusahaan saat akhir umur
usaha dan dihitung nilai sekarangnya dengan mengacu pada tingkat bunga pinjaman
yang berlaku. Perhitungan aliran arus kas usaha sabun transparan dapat dilihat pada
Tabel 16 dan nilai angsuran pinjaman dari bank disajikan pada Tabel 17. Hasil
perhitungan NPV menunjukkan hasil yang positif, yaitu Rp 120.680.768. Artinya
usaha sabun transparan layak untuk dijalankan.
Tabel 16. Perhitungan Angsuran Bank
Tahun Jumlah Kredit (Rp)
Angsuran Pokok (Rp)
Bunga 19% (Rp)
Total (Rp) Sisa Kredit (Rp)
0 96.820.712 0 0 0 96.820.7121 96.820.712 19.364.142 18.395.935 37.760.077 774565702 77.456.569 19.364.142 14.716.748 34.080.890 580924273 58.092.427 19.364.142 11.037.561 30.401.703 387282854 38.728.285 19.364.142 7.358.374 26.722.516 193641435 19.364.142 19.364.142 3.679.186 23.043.328 0
Tabel 17. Perhitungan NPV
Tahun Kas Bersih (Rp)
Akumulasi (Rp)
Discount Factor (i=19%)
Nilai Sekarang dari Arus Kas (Rp)
0 161.367.853 161.367.853 1 161.367.8531 74.383.510 86.984.343 0.840336 62.507.1412 67.562.697 19.421.646 0.706165 47.710.4123 71.241.884 51.820.238 0.593416 42.276.0744 74.921.071 126.741.309 0.498669 37.360.8165 220.008.111 346.749.420 0.419049 92.194.179
NPV 120.680.768 - PBP (Pay Back Period) PBP merupakan waktu yang diharapkan suatu industri dapat mengembalikan
investasi yang telah ditanam. Suatu industri layak untuk dijalankan apabila nilai PBP
lebih kecil dibanding umur ekonomis proyek. Kelebihan waktu perlu diketahui
sebelum melakukan perhitungan PBP. Perhitungan PBP yaitu kas akhir tahun yang
lebih besar dari total biaya investasi dikurang total biaya investasi dibagi dengan kas
bersih pada kas akhit tahun pada tahun tersebut. Kas akhir tahun pada tahun ketiga
lebih besar dari total biaya investasi.
1 - (Kas tahun ketiga - Total biaya investasi) Kelebihan Waktu = Kas bersih tahun ketiga
1 – (Rp 213.188.091 – Rp 161.367.853) = Rp 71.241.884 = 1 – 0.73 = 0.27 tahun PBP = 2 + kelebihan = 2.27 tahun Angka yang dihasilkan dari PBP sebesar 2,27 tahun atau sama dengan 27 bulan.
Artinya dalam jangka waktu 27 bulan, modal usaha sabun transparan akan kembali.
- Net B/C (Net benefit cost)
Net B/C adalah perbandingan antara keuntungan dengan biaya. Net B/C
dihitung dengan membagi NPV bernilai positif dengan NPV yang bernilai negatif.
Nilai Net B/C dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Total NPV (tahun 1 sampai 5) Net B/C = Total biaya investasi Rp 282.048.622 = Rp 161.367.853 = 1,75
Berdasarkan hasil perhitungan, net B/C industri sabun transparan adalah
sebesar 1,75. Nilai B/C yang lebih besar dari satu menunjukkan usaha sabun
transparan layak dijalankan.
Tabel 12. Biaya Investasi
No Jenis Jumlah Unit
Harga/Unit (Rp)
Nilai Investasi (Rp)
Umur efektif (tahun)
Biaya Penyusutan (Rp)
Nilai Sisa (Rp)
A. Investasi tetap 1 Panci 2 buah 150.000 300.000 2 150.000 -2 Ember 6 buah 25.000 150.000 2 75.000 -3 Meja sortasi 1 buah 750.000 750.000 5 150.000 -4 Timbangan digital 1 buah 1.500.000 1.750.000 5 340.000 340.0005 Wadah/Baskom 10 buah 20.000 200.000 1 200.000 -6 Kompor gas 2 buah 250.000 500.000 5 100.000 -7 Mesin pengaduk 2 buah 2.500.000 5.000.000 5 1.000.000 1.000.0008 Cetakan sabun 10 buah 200.000 1.000.000 5 200.000 200.0009 Ruang pengolahan 5 buah 10.000.000 10.000.000 5 2.000.000 2.000.00010 Pemasangan telepon 1 buah 1.500.000 1.500.000 5 300.000 -11 Rak penyimpanan 1 buah 500.000 3.000.000 5 600.000 600.000 24.100.000 - - -B. Modal kerja Modal kerja 3 bulan 45.755.951 137.276.853
Total Biaya Investasi 161.367.853
46
Tabel 14. Perhitungan Rugi-Laba Usaha Sabun Transparan
Uraian Tahun 1 (Rp) Tahun 2 (Rp) Tahun 3 (Rp) Tahun 4 (Rp) Tahun 5 (Rp) A. Penerimaan Penjualan produk 947.700.000 947.700.000 947.700.000 947.700.000 947.700.000
Total A 947.700.000 947.700.000 947.700.000 947.700.000 947.700.000B. Pengeluaran Biaya tetap 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000Biaya variable 780.879.744 780.879.744 780.879.744 780.879.744 780.879.744
Total B 833.079.744 833.079.744 833.079.744 833.079.744 833.079.744Laba 114.620.256 114.620.256 114.620.256 114.620.256 114.620.256
Tabel 15. Perhitungan Cash Flow
Uraian Tahun 0 (Rp) Tahun 1 (Rp) Tahun 2 (Rp) Tahun 3 (Rp) Tahun 4 (Rp) Tahun 5 (Rp) A. Kas Masuk Laba bersih 0 114.620.256 114.620.256 114.620.256 114.620.256 114.620.256Penyusutan 0 5.115.000 5.115.000 5.115.000 5.115.000 5.115.000Nilai sisa 0 0 0 0 0 4.140.000Pengembalian modal kerja 0 0 0 0 0 137.276.853Modal sendiri 64.547.141 0 0 0 0 0Modal pinjaman 96.820.712 0 0 0 0 0
Total A 161.367.853 119.735.256 119.735.256 119.735.256 119.735.256 261.152.109B. Kas Keluar Investasi tetap 24.100.000 0 10.500.000 10.500.000 10.500.000 10.500.000Modal kerja 137.276.853 0 0 0 0 0Angsuran pinjaman 0 19.364.142 19.364.142 19.364.142 19.364.142 19.364.142Pembayaran bunga 0 18.395.935 14.716.748 11.037.561 7.358.374 3.679.187
Total B 161.367.853 37.760.077 44.580.891 40.901.704 37.222.516 33.543.329
47
Tabel 15. Perhitungan Cash Flow (Lanjutan)
Uraian Tahun 0 (Rp) Tahun 1 (Rp) Tahun 2 (Rp) Tahun 3 (Rp) Tahun 4 (Rp) Tahun 5 (Rp) Kas bersih 0 74.383.510 67.562.697 71.241.884 74.921.071 220.008.111Kas awal tahun 0 0 74.383.510 141.946.207 213.188.091 288.109.162Kas akhir tahun 0 74.383.510 141.946.207 213.188.091 288.109.162 508.117.273
top related