upaya mengatasi kesulitan belajar siswa dengan...
Post on 09-Mar-2019
250 Views
Preview:
TRANSCRIPT
UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DENGAN
MENGGUNAKAN METODE RESITASI PADA MATA
PELAJARAN SOSIOLOGI DI MA MANARATUL ISLAM Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh:
Nurul Fathiyah
105015000644
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmannirrohiim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Segala dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Alhamdulillah berkat
dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Profesi
Keguruan Terpadu (PPKT) ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis ucapkan
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat, dan para
pengikutnya hingga sepanjang masa. Amien
Selama kurang lebih empat bulan penyusun melaksanakan praktik kerja
lapangan di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat pada bulan Februari sampai dengan
Mei 2009, dimana dalam pelaksanaan PPKT dan penyusunan laporan ini, tak lepas
dari dukungan berbagai pihak atas kontribusinya berupa tenaga, pikiran, serta hal
yang bersifat moril dan materil lainnya yang membuat penyusun tetap semangat
dalam menjalani kehidupan tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu, melalui
kata pengantar ini penulis mengucapkan terima kasih, penghargaan serta rasa hormat
kepada:
1. ak Drs. H. Endang Surahman, MA selaku Kepala Sekolah SMA
Muhammadiyah 8 Ciputat atas ketersediannya menerima penulis
melaksanakan kegiatan PPKT.
Bap
Bapak Drs.
Aya
Bpk
Dew
2. H. Nurochim, MM selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan memberikan masukan sehingga penulisan ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
3. handa dan Ibunda atas cinta kasihnya sepanjang masa yang tak dapat
tergantikan, kasih sayangnya dan belaian lembutnya hingga dapat
mensupport penulis dalam menyelesaikan laporan PPKT ini.
4. . Drs. Teguh Puja Rahayu selaku guru pamong yang telah membantu
penulis dalam menjalankan tugas PPKT
5. an guru SMA Muhammadiyah 8 Ciputat yang telah membantu kami
dalam melaksanakan kegiatan PPKT
i
6. an-teman satu tim PPKT atas kerjasamanya selama menjalankan
kegiatan PPKT
Tem
Sah7. abat-sahabat tercinta yang penulis tidak sebutkan namanya (karena
terlalu banyak), yang selalu mensupport penulis dari awal kuliah sampai
terlaksananya laporan ini. You All My Best Friends.
Penulis menyadari bahwa isi laporan ini belum sempurna, oleh karena itu
kritik serta saran-saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi perbaikan sehingga pada penulisan yang akan dating dapat lebih baik
lagi. Dan akhirnya dengan rasa rendah hati laporan ini penulis sajikan, khususnya
mahasiswa dan pembaca pada umumnya. Mudah-mudahan bermanfaat. Amien.
Alhamdulillahirobbil’alamiin
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Jakarta, 03 Juni 2009
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
I. PENDAHULUAN
A. 1
B. Identifikasi 3
Latar Belakang
Masalah
Pembatasan Masalah
alah
ng 6
13
a i
B
16
18
C. 3
D. Perumusan Mas 3
E. Manfaat Penelitian 3
II. LANDASAN TEORI
A. Persepsi 4
B. Perilaku Menyimpa
C. Masyarakat 10
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian 13
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Populasi dan Sampel Penelitian 13
D. Instrumen Penelitian Data 13
E. Kisi-kisi Kuisioner 13
F. Teknik Pengumpulan Data 14
G. Analisis Data dan Interpretasi H s l Analisis 14
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEM AHASAN
A. Hasil Pengumpulan Data 15
B. Pembahasan
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 18
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA 19
LAMPIRAN 20
iii
iv
1. TABEL 4.1: Presentase h 15
DAFTAR TABEL
asil kuisioner
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DENGAN
MENGGUNAKAN METODE RESITASI PADA MATA PELAJARAN
SOSIOLOGI DI MA MANARATUL ISLAM Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Disusun Oleh:
Nurul Fathiyah
NIM: 105015000644
Mengetahui
Dosen Pembimbing
Drs. H. Banadjid
NIP:19541224 198103 1 004
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul: “Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Dengan Menggunakan
Metode Resitasi Pada Mata Pelajaran Sosiologi Di MA Manaratul Islam” Oleh Nurul
Fathiyah, NIM 105015000644, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah
pada tanggal 25 Juni 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh
gelar sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Jakarta, 29 Juni 2010
Panitia Ujian Munaqosyah
Ketua Panitia(Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan
Drs.H.Nurochim,MM ……….. ……………….. NIP.19590715 198403 1 003
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi)
Iwan Purwanto, M.Pd ……….. ……………….. NIP. 197304242008011012
Penguji I
Dr.Faridal Arkam, M.Pd ………. ………………. NIP.
Penguji II
Drs.H.Nurochim,MM ………. ………………. NIP. 19590715 198403 1 003
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof.Dr.Dede Rosyada, M.A NIP.
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nurul Fathiyah
Tempat/Tgl.Lahir : Jakarta, 24 September 1987
Nim : 105015000644
Jurusan /Prodi : Pendidikan IPS
Judul Skripsi : Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Dengan
Menggunakan Metode Resitasi Pada Mata Pelajaran Sosiologi
Di MA Manaratul Islam
Dosen Pembimbing : Drs. H. Banadjid
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan
saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 22 September 2010
Nurul Fathiyah
Nim 105015000644
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup
sendiri tanpa kehadiran orang lain, maka dalam menghadiri berbagai persoalan
hidup yang semakin berkembang dan akibat dari perkembangan dan kemajuan
zaman, manusia sangat memerlukan bantuan dan bantuan dari orang lain
disekitarnya.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak dapat melepaskan diri dari situasi
masyarakat sehingga harus membuat siswa-siswanya sebagai calon anggota
masyarakat, agar mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya.
Permasalahan yang muncul dalam proses belajarnya tidak pernah lepas,
bahkan menjadi bagian integral dari peristiwa pribadi dan sosial yang terjadi pada
diri siswa akan berakibat pada proses belajar siswa dan akhirnya akan
mendatangkan masalah dalam belajarnya.
Dalam proses belajar, tidak sedikit hambatan yang dihadapi oleh seseorang
anak, hambatan dapat datang dari dalam diri anak, sebagai akibat pertumbuhan
dan perkembangannya dan dapat pula datang dari luar dirinya. Banyak faktor
yang mempengaruhi anak kemudian mengantarkannya kepada keberhasilan atau
kegagalan. Faktor-faktor yang positif memungkinkan anak berhasil dalam belajar,
sebaliknya faktor-faktor yang bersifat negatif dapat merugikan dan
mengakibatkan anak kurang atau tidak sukses dalam belajar.
Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung
secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat
cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal
semangat terkadang tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan
konsentrasi. Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik
dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar.
2
Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah berkembang demikian
pesatnya, bahkan tiada kunjung habis sejalan dengan perkembangan zaman.
Situasi yang demikian dapat menimbulkan bermacam-macam perubahan di dalam
berbagai aspek kehidupan manusia.
Perubahan tersebut berdampak pada setiap individu di mana setiap individu
dituntut untuk mampu menyesuaikan diri. Dalam proses penyesuaian diri tersebut
individu-individu khususnya remaja mungkin saja akan menghadapi berbagai
masalah. Adapun masalah yang sering dihadapi remaja antara lain masalah
penyesuain diri, masalah keluarga, masalah pendidikan, masalah sosial, masalah
pekerjaan, dan lain-lain.
Dengan timbulnya masalah tersebut, maka remaja perlu mendapatkan bantuan
agar dapat memecahkan masalahnya. Bantuan itu dapat diberikan sebelum atau
sesudah remaja bersangkutan bermasalah.
Dalam kegiatan belajar yang dialami siswa tidak selamanya berjalan dengan
lancar dan tidak semua siswa berhasil dalam belajar, karena diantara siswa ada
yang mengalami kesulitan dalam belajar, seperti kesulitan belajar sendiri, dalam
belajar kelompok, dalam mempelajari buku, dalam mengerjakan tugas-tugas,
dalam menghadapi ujian, dan dalam menerima pelajaran di sekolah.
Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini pulalah
yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak didik. Dalam
keadaan di mana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya itulah yang
disebut dengan kesulitan belajar.
Masalah kesulitan belajar yang sering dialami oleh siswa sekolah, merupakan
masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena kesulitan
belajar yang dialami oleh siswa di sekolah akan membawa dampak negatif, baik
terhadap siswa itu sendiri maupun terhadap lingkungannya. Hal ini biasanya
termanifestasi dalam bentuk timbulnya kecemasan, frustasi, mogok sekolah, drop
out, hasil belajar yang rendah dan sebagainya.
Kegagalan dalam studi itulah yang harus dihindari bahkan diantisipasi segera
oleh berbagai pihak baik guru (sekolah) maupun orang tua (keluarga) karena kita
3
tidak menginginkan para siswa sebagai tunas-tunas bangsa menjadi “kerdil”
pengetahuannya.
Oleh karena itu, segala kesulitan dalam belajar yang dialami siswa jangan
dibiarkan berlarut-larut oleh para guru, tetapi harus segera diketahui dan diatasi
secepat mungkin, maka dari itu siswa perlu mendapatkan bantuan dalam belajar.
Karena dalam bidang pendidikan, siswa sebagai sumber daya manusia harus
ditingkatkan kualitasnya, sehingga diharapkan akan mencapai hasil belajar yang
optimal. Suatu hasil pendidikan dikatakan unggul atau mutu jika kemampuan
pengetahuan ketrampilan dan sikap yang dimiliki oleh para lulusan dapat
dipergunakan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah
yang lebih tinggi atau bermanfaat di masyarakat.
Siswa juga dapat mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran yang
dianggap mudah oleh para siswa, yaitu mata pelajaran sosiologi. Mata pelajaran
sosiologi dipandang mudah oleh para siswa karena mereka berpikir bahwa mata
pelajaran sosiologi hanya dengan modal membaca dan mendengarkan guru
menerangkan siswa akan merasa sudah dapat memahami pelajaran sosiologi
tersebut.
Namun, pada kenyataannya siswa mengalami kesulitan belajar pada mata
pelajaran sosiologi. Karena siswa meremehkan mata pelajaran sosiologi sehingga
siswa masih banyak yang tidak lulus pada mata pelajaran sosiologi tersebut.
Kesulitan belajar yang dialami siswa, berpengaruh juga terhadap metode
pembelajaran. Jika pembelajaran menggunakan metode yang bersifat siswa pasif,
maka hal ini akan membuat siswa kurang semangat dan membosankan sehingga
membuat siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Karena metode berperan
sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar. Dengan
menggunakan metode diharapkan terjadi interaksi belajar mengajar antara siswa
dengan guru dalam proses pembelajaran.
Interaksi belajar mengajar sering disebut dengan interaksi edukatif. Dalam
interaksi edukatif baik guru maupun siswa menjalankan tugas dan peran masing-
masing. Guru sebagai salah satu sumber belajar dan yang mengorganisir,
memfasilitasi, serta memotivasi kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa.
4
Sedangkan siswa melakukan aktivitas belajar dan memperoleh pengalaman
belajar yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku baik dari segi
kognitif, afektif, maupun psikomotorik, dengan bantuan dan bimbingan dari guru.
Kesulitan belajar dapat diatasi dengan cara siswa melakukan latihan, karena
memberikan latihan merupakan salah satu cara yang dianggap efektif. Guru yang
sering memberikan latihan- latihan dalam rangka pemahaman materi akan
menghasilkan siswa yang lebih baik bila dibandingkan dengan guru yang hanya
sekedar menjelaskan dan tidak memberi tindak lanjut secara kontinu. Dengan kata
lain, kesulitan belajar siswa sangat ditentukan oleh cara mengajar guru yang akan
menciptakan kebiasaan belajar pada siswa, disamping juga metode yang
diterapkan untuk melakukan pembelajaran tersebut.
Salah satu metode pembelajaran ada yang dikenal dengan nama metode resitasi
(pemberian tugas). Pada metode resitasi, siswa mempertanggung jawabkan tugas
untuk menemukan kembali dan lebih memahami konsep-konsep sosiologi,
sehingga siswa mempunyai pengertian yang kuat mengenai konsep sosiologi.
Resitasi yang diberikan oleh guru kepada siswa dapat dikerjakan di rumah /
dikerjakan diluar jam pelajaran sekolah. Sehingga metode resitasi ini lebih luas
bila dibandingkan dengan pekerjaan rumah (PR). Metode ini akan dilengkapi
dengan soal-soal sosiologi. Dengan demikian, metode ini diharapkan dapat
mengatasi kesulitan belajar siswa.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti melakukan penelitian yang berjudul :
“UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DENGAN
MENGGUNAKAN METODE RESITASI PADA MATA PELAJARAN
SOSIOLOGI DI MA MANARATUL ISLAM”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dikemukakan identifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya persiapan siswa dalam menerima pelajaran sosiologi
2. Kurangnya persiapan guru dalam memilih metode pembelajaran yang
sesuai dengan materi dan kondisi kelas
5
3. Keluarga yang kurang harmonis dan keluarga yang kurang mendukung
karena kesibukan kerja
4. Kurangnya motivasi dalam diri sendiri
5. Kurangnya dukungan atau motivasi dari luar siswa (ekstern)
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, maka dibuat batasan masalah yaitu :
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah metode resitasi
2. Kesulitan belajar dapat diatasi oleh metode resitasi
D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
pembatasan masalah, maka peneliti dapat merumuskan masalah yaitu :
1. Bagaimana upaya mengatasi kesulitan belajar dengan menggunakan
metode resitasi?
2. Sejauhmana metode resitasi dapat mengatasi kesulitan belajar?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan penelitian
Untuk mengetahui keberhasilan penerapan metode resitasi (penugasan) dalam
mengatasi kesulitan belajar
Kegunaan penelitian
Berdasarkan hasil penelitian
1. Manfaat teoritis untuk khazanah intelektual, diharapkan penelitian ini
menjadi sumbangsih gagasan dan tawaran solusi terhadap persoalan
penerapan metode resitasi yang jarang digunakan pada sekolah-sekolah
umumnya.
2. Manfaat praktis kepada pihak-pihak terkait, meliputi:
6
a) Guru sosiologi sebagai bahan masukan dan pedoman dalam penerapan
metode resitasi
b) Siswa sebagai penerima ilmu dapat menjadikan metode resitasi ini untuk
mengembangkan cara berpikir, sikap ilmiah, dan aktif
c) Sekolah sebagai umpan balik (feed back) agar terus berupaya
meningkatkan dan mengembangkan metode resitasi
d) Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan
metode resitasi pada mata pelajaran sosiologi
7
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teori
1. Hakikat Belajar 1.1. Pengertian Belajar
Sebagian orang beranggapan dan berpendapat bahwa belajar adalah semata-
mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk
informasi atau materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan
segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali
secara lisan ( verbal ) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks
atau yang diajarkan oleh guru.
Dengan demikian siswa yang hanya menghafal sejumlah kata-kata dan
mengulanginya kembali, pada hakikatnya bukanlah belajar. Begitu pula seseorang
yang terampil dalam menyanyikan sebuah lagu, hal itu pun pada hakekatnya
bukanlah belajar. Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar bukan
hanya sekedar menghafal kata-kata, kaidah-kaidah, dan rumus-rumus.
“Menurut Hintzman, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri
organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat
mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi dalam pandangan Hintzman,
perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan
belajar apabila mempengaruhi organism”.1
Menurut Zikri Neni Iska belajar atau yang disebut juga dengan learning, adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup (survived).2 1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), Cet.VIII, h.90. 2 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta : Kizi Brother’s, 2006), Cet.I, h. 76.
8
“Sedangkan menurut morgan belajar adalah setiap perubahan yang relatif
menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman”.3
Maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas atau kegiatan yang
merubah individu dalam bertingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman atau
latihan serta membantu individu tersebut dalam menyesuaikan diri dan bersifat
menetap.
1.2. Tujuan Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas yang mempunyai tujuan. Tujuan belajar ini ada
yang benar-benar disadari dan ada pula yang kurang disadari oleh orang yang
belajar. Tujuan belajar tersebut sangat erat kaitannya dengan perubahan atau
pembentukan tingkah laku tertentu. “Menurut Alisuf Sabri tujuan belajar yang
positif serta dapat dicapai secara efektif hanyalah mungkin terjadi dalam proses
belajar”.4
Menurut Winarno Surachmad, tujuan belajar di sekolah itu ditujukan untuk
mencapai:
a. Pengumpulan pengetahuan
b. Penanaman konsep dan kecekatan atau keterampilan
c. Pembentukan sikap dan perbuatan
Tujuan belajar tersebut dalam dunia pendidikan kita sekarang lebih dikenal
dengan tujuan pendidikan “menurut Taksonomi Bloom yaitu tujuan belajar siswa
diarahkan untuk mencapai ketiga ranah: kognitif, afektif, dan psikomotorik:
a. Tujuan belajar kognitif yaitu untuk memperoleh pengetahuan fakta atau ingatan, pemahaman, aplikasi, dan kemampuan berpikir analisis, sintesis, dan evaluasi.
b. Tujuan belajar afektif yaitu untuk memperoleh sikap, apresiasi, karakteristik.
c. Tujuan belajar psikomotorik yaitu untuk memperoleh keterampilan fisik yang berkaitan dengan keterampilan gerak maupun keterampilan ekspresi verbal, dan non verbal”.5
3 M.Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), Cet.XIX, h.84. 4 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007),Cet.III, h.58 5 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan …., h. 59
9
2. Kesulitan Belajar 2.1. Pengertian Kesulitan Belajar
Kita mengetahui bahwa manusia bukan hanya makhluk biologis, namun juga
makhluk spiritual yang memerlukan kebutuhan pemuas, kebutuhan rohani untuk
berkembang dengan baik. Manusia perlu belajar dan diajar. Belajar merupakan
aktivitas belajar bagi setiap individu, dan tidak selamanya dapat berjalan dengan
lancar. Begitu juga dalam semangat belajar anak, terkadang menurun dan terasa
sulit untuk berkonsentrasi dalam belajar.
Kenyataan diatas menimbulkan pertanyaan dalam masalah belajar apakah yang
dimasud dengan kesulitan belajar ? untuk menjawab hal tersebut perlu diketahui
terlebih dahulu mengenai arti kesulitan dan arti belajar. “Dalam kamus bahasa
Indonesia kesulitan adalah sulit atau suatu yang sulit”.6 “Sedangkan dalam kamus
bahasa Indonesia belajar adalah berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman”.7
Setelah mengetahui pengertian kedua istilah tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses
belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar,
jadi kondisi dimana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya.
Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi, akan tetapi
dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi, dengan demikian IQ
yang tinggi belum tentu terjamin keberhasilan belajar yang sesuai dengan yang
diharapkan.
Kesulitan-kesulitan belajar yang dialami siswa dalam proses belajarnya tidak
dapat dibiarkan begitu saja, melainkan harus segera ditangani dan dipecahkan. Hal
demikian merupakan tugas para guru, orang tua dan pembimbing sehingga dengan
adanya suatu penanganan yang diberikan sehingga tujuan pembelajaran dapat
tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan memuaskan.
6 Tim Penyusun Kamus Besar Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1988).Cet.I, h. 866. 7 Tim Penyusun Kamus Besar Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia …., h. 13.
10
Untuk mendapatkan pengertian yang jelas mengenai kesulitan belajar, akan
“dikemukakan oleh Alisuf Sabri, menurutnya kesulitan belajar yang dialami siswa
adalah kesukaran siswa dalam menerima dan menyerap pelajaran di sekolah”.8
Kesulitan belajar yang dirasakan oleh anak didik bermacam-macam, sehingga
dapat dikelompokkan menjadi empat macam:
1) Dilihat dari jenis kesulitan belajar a. ada yang berat b. ada yang sedang 2) Dilihat dari bidang studi yang dipelajari a. ada yang sebagian bidang studi b. ada yang keseluruhan bidang studi 3) Dilihat dari sifat kesulitannya a. ada yang sifatnya permanen atau menetap b. ada yang sifatnya hanya sementara 4) Dilihat dari segi faktor penyebabnya a. ada yang faktor intelegensi b. ada yang faktor non intelegensi”9
Dalam proses belajar mengajar guru atau pendidik sering menghadapi masalah
adanya peserta didik yang tidak dapat mengikuti pelajaran dengan siswa yang
memperoleh prestasi belajar meskipun telah diusahakan untuk belajar dengan
sebaik-baiknya. Dengan kata lain guru atau pendidik sering menghadapi dan
menemukan peserta didiknya atau siswanya mengalami kesulitan belajar.
Sebagai implementasinya siswa jadi terkesan lambat melakukan tugas yang
berhubungan dengan kegiatan belajar. Mereka tampak pemalas dan mudah putus
asa, terkadang disertai sikap menentang orang tua, guru, atau siapa saja yang
mengarahkan mereka pada kegiatan belajar. Mereka tersinggung. Senada dengan
itu “menurut Surya dalam Hallen, ada beberapa ciri tingkah laku yang merupakan
manifestasi dari gejala kesulitan belajar, antara lain:
a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah (di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok kelas).
b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Mungkin murid yang selalu berusaha dengan giat tapi nilai yang dicapai selalu rendah.
8 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan ...., h. 88 9 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan,( Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet. V, h.230
11
c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar, ia selalu tertinggal dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang tersedia.
d. Menujukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dan dusta.
e. Menujukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam dan di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, mengasingkan diri, tersisih, dan tidak mau bekerja sama.
f. Menujukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu, misalnya dalam menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan sedih atau menyesal”.10
Selain gejala-gejala seperti yang disebutkan diatas, Burton dalam Makmun
mengidentifikasi kasus seorang siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar
kalau yang bersangkutan mengalami kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan
tujuan-tujuan belajarnya. “Kegagalan belajar diidentifikasi oleh Burton sebagai
berikut:
a) Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (level of mastery) minimal dalam pelajaran tertentu, seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru (criterion referenced).
b) Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya (berdasarkan ukuran tingkat kemampuannya: intelegensi dan bakat).
c) Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian sosial sesuai dengan pola organismiknya (his organismic pattern) pada fase perkembangan tertentu, seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang bersangkutan (norm-referenced).
d) Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan (level of mastery) yang diperlukan sebagai prasyarat (prerequisite) bagi kelanjutan (continuity) pada tingkat pelajaran berikutnya”.11
Bagi kesulitan yang ditingkatnya ringan, masalah tidak rumit dan
pemecahannya pun sederhana. Begitu pula yang tingkatannya sedang, tetapi bagi
kesulitan belajar yang berat, pemecahannya pun lebih berat, bahkan tidak jarang
10 Hallen, Bimbingan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet.I, h.129 11 Abin Syamsuddin Makmum, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran ModulI, (Bnadung: Remaja Rosdakarya, 2005),Cet. VIII, h. 308
12
terjadi bahwa perbaikan yang diusahakan mengalami kegagalan. Oleh karena itu
kesulitan-kesulitan belajar yang dialami siswa dalam proses belajarnya tidak dapat
dibiarkan begitu saja, melainkan harus segera ditangani dan dipecahkan.
Pemahaman dari guru dan para orang tua tentang kesulitan belajar yang dialami
oleh peserta didiknya atau siswanya merupakan dasar dalam usaha memberikan
bantuan yang tepat sehingga dengan adanya suatu penanganan yang diberikan
tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan memuaskan.
2.2. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar pada siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik yang
datang dari siswa itu sendiri (intern) maupun faktor yang datangnya dari luar
siswa (ekstern). Faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa dapat
dikelompokkan menjadi beberapa hal diantaranya.
a. Faktor siswa
Faktor yang bersumber dari diri siswa adalah hal atau timbul dari siswa itu
sendiri. Faktor ini mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kemajuan
belajar siswa dan biasanya kurang disadari oleh siswa itu sendiri. Walaupun
disadari sering kali dianggap biasa saja dan terkadang siswa tidak mampu
berusaha untuk memperbaikinya.
Faktor-faktor yang dialami siswa diantaranya : intelegensi (IQ) yang kurang
baik, bakat kurang sesuai, emosional yang kurang stabil, aktivitas belajar yang
kurang, kebiasaan belajar yang kurang baik, penyesuaian sosial yang sulit, latar
belakang pengalaman yang pahit, cita-cita yang kurang relevan, latar belakang
pendidikan yang dimasuki kurang baik, kegiatan belajar mengajar kurang baik,
ketahanan belajar yang tidak sesuai, keadaan fisik yang kurang menunjang,
kesehatan yang kurang baik, pengetahuan dan keterampilan dasar yang kurang
memadai, tidak ada motivasi dalam belajar.
Apabila guru kurang memperhatikan dan tidak memahami kebaradaan siswa
tersebu, tentu akan membawa pengaruh yang kurang menguntungkan dalam
13
mencapai keberhasilan siswa sehingga prestasi yang ingin dicapai oleh siswa
tersebut tidak akan memuaskan.
b. Faktor sekolah
Faktor yang bersumber dari sekolah adalah termasuk faktor yang bersumber
dari luar diri siswa, faktor ini juga mempunyai pengaruh sangat besar terhadap
kesulitan siswa dalam mencapai keberhasilan.
Faktor yang datang dari sekolah dikarenakan : pribadi guru yang kurang
menyenangkan, cara guru mengajar kurang baik, alat atau media kurang memadai
serta kurang merangsang penggunaanya oleh siswa, fasilitas fisik sekolah tidak
terpelihara dengan baik, sarana sekolah kurang memadai, suasana sekolah kurang
menyenangkan, bimbingan dan penyuluhan tidak berfungsi, kepemimpinan dan
administrasi kurang menunjang proses belajar, kedisiplinan yang kurang
diperhatikan dan kurang tegas.
Sekolah juga mempunyai peranan khusus dalam menangani kesulitan belajar
yang dialami siswa. Sehingga yang mana telah disebutkan di atas, pihak-pihak
yang terkait harus segera menanganinya agar proses belajar siswa tidak
mempunyai hambatan yang dapat merugikan siswa tersebut.
c. Faktor keluarga
Faktor keluarga juga mempunyai peran yang dapat mempengaruhi proses
belajar pada siswa, karena sebagian besar waktu belajar siswa berada di rumah
bahkan mungkin menjadi faktor yang pokok untuk mensukseskan belajar siswa di
sekolah.
Orang tua yang kurang memperhatikan perannya dapat mengakibatkan
kesulitan belajar bagi siswa, faktor lain yang perlu menjadi perhatian orang tua
yaitu: ekonomi terlalu lemah dan besar sehingga membuat anak berlebihan,
perhatian orang tua yang kurang memadai, kesehatan yang kurang baik, kebiasaan
keluarga yang tidak menunjang, kedudukan anak dalam keluarga yang
menyedihkan, waktu belajar yang kurang memadai.
14
d. Faktor masyarakat
Faktor masyarakat juga dapat mengakibatkan timbulnya kesulitan belajar
siswa dalam mempelajari suatu mata pelajaran, sebab faktor ini merupakan faktor
yang sangat erat kaitannya dengan hubungan sosial sehingga dapat
mengakibatkan siswa kurang memperhatikan belajar.
2.3. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar
Peran guru dalam menangani kesulitan belajar yang dihadapi siswa harus
dilakukan dengan mengadakan pemeriksaan terhadap gejala kesulitan belajar yang
terjadi. Pelaksanaan pemeriksaan kesulitan belajar tersebut harus berlangsung
secara sistematis dan terarah.
“Adapun langkah-langkah dalam pemeriksaan kesulitan belajar menurut
H.M.Alisuf Sabri:
a) Mengidentifikasi adanya kesulitan belajar
Pada langkah pertama ini guru harus mengidentifikasi atau menetapkan adanya
kesulitan belajar bukan berdasarkan naluri tetapi berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang luas agar terampil dalam mendiagnosis kesulitan belajar.
b) Menelaah atau menetapkan status siswa
Pada langkah kedua ini guru selanjutnya akan menelaah atau memeriksa setiap
siswa yang mengalami kesulitan tersebut, cara memastikan dengan menggunakan
dua cara yaitu:
i. Membandingkan hasil pencapaian atau penguasaan tujuan instruksional khusus hasil belajar siswa dengan tujuan instruksional khusus yang ditargetkan untuk dicapai oleh siswa. Sehingga dengan cara seperti ini, akan diketahui bagian yang sulit dikuasai oleh siswa.
ii. Menetapkan bentuk kesulitan dalam pros belajarnya, apakah sumber kesulitan terjadi pada waktu menerima atau menyerap pelajaran. Sehingga dengan cara ini, akan diketahui jenis dan bentuk kesulitan siswa dalam proses belajar.
c) Memperkirakan sebab terjadinya kesulitan
Setelah jelas jenis atau bentuk kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses belajarnya, maka pada tahap ketiga adalah guru berupaya untuk memperkirakan sebab timbulnya kesulitan tersebut. Cara atau usaha guru untuk menetapkan hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan alat diagnostik kesulitan belajar
15
seperti test diagnostik, test-test untuk mengukur kemampuan intelegensi, kemampuan mengingat, kemampuan alat indera yang erat kaitannya dengan proses belajar. Sehingga dengan demikian ditetapkan penyebab kesulitan tersebut apakah karena alat inderanya kurang baik, ingatannya lemah, kecerdasannya kurang, atau kurang motivasi.
d) Mengadakan perbaikan
Dengan mengetahui sebab kesulitan belajar yang dihadapi siswa maka
selanjutnya guru dapat bertindak untuk mengadakan perbaikan guna mengatasi
kesulitan belajar yang dihadapi mereka. Cara ini dengan menggunakan
pendekatan psikologis didaktis yang terdiri dari dua langkah yaitu :
i. Siswa yang akan diperbaiki sudah menyadari faktor kesulitan atau
kekurangan mereka
ii. Mereka yakin kesulitan atau kekurangan mereka dapat diatasinya
Kedua kondisi psikologis tersebut harus ditimbulkan pada diri siswa tersebut
dengan melalui bimbingan dan kebijakan guru dan berdasarkan petunjuk dan
kebijakan guru itu pulalah prosedur yang terakhir ini dilaksanakan yaitu siswa
dibimbing untuk mengadakan perbaikan sesuai dengan sebab dan kondisi
kesulitan belajar yang mereka alami”.12
3. Metode Resitasi Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi
adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru
dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar anak didik bergairah
dalam belajar. Dengan seperangkat teori dan pengalaman yang dimiliki, guru
gunakan untuk bagaimana mempersiapkan program pengajaran dengan baik dan
sistematis.
Salah satu yang tidak akan dilupakan oleh guru adalah menentukan metode
dalam pengajaran, karena metode merupakan alat untuk menyampaikan materi
kepada siswa. Agar siswa mudah dalam menerima materi yang disampaikan oleh
guru.
12 Alisuf Sabri,Psikologi Pendidikan…., h.91
16
Resitasi merupakan suatu metode mengajar di mana seorang guru memberikan
tugas kepada siswa, dan kemudian siswa mempertanggung jawabkan hasil tugas
tersebut.
“Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, metode resitasi
(penugasan) adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas
tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar”.13
“Menurut Darwayan Syah, dkk metode resitasi adalah penyajian bahan
pelajaran dengan memberikan tugas tertentu kepada siswa yang dapat dilakukan
di dalam atau di luar kelas, di laboratorium, di perpustakaan, di bengkel atau di
rumah”.14
“Sedangkan menurut Sudirman dkk metode resitasi adalah cara penyajian
bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan
kegiatan belajar”.15
Teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar
siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan
latihan-latihan selama tugas; sehingga berpengalaman dalam menghadapi
masalah-masalah baru.
Metode resitasi ini mensyaratkan adanya pemberian tugas dan adanya
pertanggungjawaban dari yang diberi tugas. Adanya tugas dapat bersumber dari
guru atau berupa perintah guru, dapar juga berupa hasil kompromi atau keinginan
sesama siswa dan hasil pekerjaan yang harus dipertanggung jawabkan dapat
berbentuk lisan atau tertulis. Namun agar variatif dan menghindari kejenuhan
siswa, maka dapat juga tugas berupa membuat atau merancang model-model, alat-
alat atau permainan yang berhubungan dengan materi pelajaran sosiologi.
Agar metode ini dapat memberikan hasil belajar yang maksimal, maka
hendaknya tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan unsur penguatan sehingga
dapat merangsang siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Dengan adanya
13 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. III, h. 85. 14 Darwyan Syah, dkk, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Faza Media, 2006), Cet. III, h.48. 15 Sudirman, dkk, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), Cet. V, h. 141.
17
penguatan akan dapat menimbulkan sikap positif terhadap sosiologi, di dalam
memberikan tugas hendaknya perlu diperhatikan derajat kesukaran dan banyaknya
soal latihan. Sebab bila tugas yang diberikan terlalu sukar dan jumlahnya cukup
banyak akan membuat siswa menjadi frustasi dengan keadaan seperti ini akan
menimbulkan sikap negatif terhadap sosiologi. Sedangkan bila soalnya terlalu
mudah akan menimbulkan rasa bosan atau dengan kata lain menjemukan.
Bila metode pemberian tugas direncanakan dengan baik akan dapat
mengaktifkan siswa untuk belajar sendiri mengenal suatu masalah dengan cara
membaca, mencoba atau mengerjakan soal latihan. Selain daripada itu, pemberian
tugas dapat membiasakan siswa berpikir dengan membandingkan dan mencari
hukum-hukum yang berhubungan. Serta melatih siswa berhadapan dengan
persoalan yang tidak hanya sekedar hafalan. Melaksanakan tugas akan
mengembangkan dan memupukl inisiatif serta tanggung jawab dari siswa yang
bersangkutan.
Manfaat lain dari metode pemberian tugas yang direncanakan dengan baik
untuk siswa akan memiliki hasil belajar yang lebih baik, karena siswa
melaksanakan latihan (menyelesaikan soal-soal latihan) dengan kondisi seperti
mengakibatkan pengalaman siswa dalam mempelajari masalah sosiologi dapat
lebih terintegrasi. Selain daripada itu pengetahuan yang diperoleh melalui
pengalaman belajar akan lebih mendalam dan lama tersimpan di dalam ingatan.
Oleh sebab itu dalam pelaksanaan metode resitasi perlu memperhatikan
langkah-langkah berikut:
1. Tugas harus direncanakan secara jelas dan sistematis, terutama mengenai tujuan pemberian tugas, dan cara mengerjakannya.
2. Tugas yang diberikan harus dapat dipahami oleh siswa, kapan mengerjakannya, berapa lama tugas tersebut harus dikerjakan, secara individu atau kelompok. Hal tersebut akan sangat menentukan keefektifan penggunaan metode resitasi dalam pengajaran.
3. Apabila tugas tersebut berupa kelompok, maka perlu diupayakan agar seluruh anggota kelompok dapat terlibat secara aktif dalam proses penyelesaian tugas tersebut, terutama kalau tugas tersebut diselesaikan di luar kelas.
4. Guru harus mengontrol proses penyelesaian tugas yang dikerjakan oleh peserta didik.
18
5. Berikanlah penilaian secara proporsional terhadap tugas-tugas yang dikerjakan siswa.
Pada dasarnya proses belajar berlangsung dalam suatu latihan atau
pengalaman, sehingga dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada individu
yang dimaksudkan pengalaman disini adalah segala kejadian yang secara sengaja
atau tidak sengaja dialami seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan latihan
adalah kejadian yang dengan sengaja dilakukan seseorang secara kontinu yang
gunanya untuk mendapatkan keterampilan dan penguatan.
Dari uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa metode resitasi adalah
cara penyajian bahan pelajaran dengan menugaskan peserta didik mempelajari
sesuatu yang kemudian harus dipertanggung-jawabkan. Tugas yang diberikan
guru dapat memperdalam materi, dapat pula mengembangkan bahan yang telah
dipelajari, dapat pula mengecek bahan yang telah dipelajari.
Adapun dasar pertimbangan penggunaan “menurut Darwyan Syah, dan
Kawan-kawan metode resitasi antara lain:
1. Adanya kesenjangan antara waktu yang tersedia dengan materi pelajaran
yang terlalu banyak.
2. Mengaktifkan siswa baik secara individu maupun secara kelompok
3. uan siswa dengan melakukan suatu tugas
4. Mendorong siswa belaj
Pemantapan pengetah
ar mandiri baik membaca, menulis, mengerjakan
soal dan sebagainya”.
resitasi atau
nurut Syaiful Bahri
siswa hendaknya mempertimbangkan :
gas yang
pat membantu siswa
a. iberikan bimbingan atau pengawasan oleh guru
16
Sedangkan langkah-langkah dalam penggunaan metode
penugasaan me Djamrah dan Aswan Zain yaitu:
1. Fase Pemberian Tugas Tugas yang diberikan kepada
a. Tujuan yang akan dicapai tepat agar siswa dapat memahami tub. Jenis tugas yang jelas dan
diberikan c. Sesuai dengan kemampuan siswa d. Ada petunjuk atau sumber yang dae. Menyediakan waktu yang cukup
2. angkah Pelaksanaan Tugas L
D
16 Darwyan Syah, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Diadit Media, 2009), Cet.I, h.151.
19
b. Diberikan dorongan c. Diusahakan atau dikerjakan oleh siswa sendiri d. Dianjurkan agar siswa mencatat hasil yang diperoleh dengan baik dan
ertanggungjawabkan Tugas Hal yang harus dikerjakan pada fase ini :
tes maupun nontes17
i kepada
nurut Darwayan Syah, dkk kelebihannya adalah
engisi waktu luang dengan kegiatan konstruktif dan produktif
engawasan dan mengolah informasi
ut Basyirudin Usman adalah
erjaan siswa dikerjakan oleh orang lain
sistematik
3. Fase Memp
a. Laporan siswa secara lisan ataupun tulisan b. Ada tanya jawab atau diskusi kelas c. Penilaian hasil tugas siswa dilakukan secara
Metode mengajar merupakan suatu alat untuk mengantarkan mater
siswa, tetapi metode juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Maka,
“kelebihan metode resitasi menurut Syaiful Bahri Djamarah kelebihan metode
resitasi adalah pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar akan dapat
diingat lebih lama dan anak didik mempunyai kesempatan memupuk
perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan
berdiri sendiri”.18
“Sedangkan me
1) Merangsang aktivitas dan kreativitas siswa dalam rangka m
2) Menumbuhkan kemandirian dan tanggung jawab 3) Membiasakan anak belajar tanpa bimbingan dan p4) Memberikan pengalaman kepada siswa mencari
dan sumber belajar”.19
Jadi, kelebihan metode resitasi dapat menimbulkan siswa menjadi lebih kreatif,
bertanggung jawab, dan mandiri. Serta membawa siswa kepada arah yang positif
dan konstruktif dan menjadikan siswa aktif .
Adapun kelemahan metode resitasi menur
1) Dapat menimbulkan keraguan, karena adanya kemungkinan pek
17 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar …., h.86 18 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), Cet. III, h.236. 19 Darwayan Syah, dkk, Perencanaan Sistem …., h. 149.
20
2) Guru mengalami kesukaran dalam pemberian tugas, dikarenakan kemampuan siswa yang berbeda-beda, baik kemampuan individual,
oleh siswa 2) Beberapa orang siswa cenderung mengerjakan secara serampangan
iswa dalam
is, sosiologi berasal dari bahasa latin socius yaitu
ra terminology banyak pakar yang memberikan
n bahwa sosiologi adalah ilmu yang 22
intelegensi, dan kematangan mental 3) Dapat menimbulkan kestabilan mental dan pikiran siswa apabila tugas
yang diberikan bersifat memaksa.20
Sedangkan menurut Darwayan, ddk kelemahannya adalah
1) Sulit mengontrol dan mengawasi tugas yang dikerjakan
3) Sulit memberikan tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangan s4) Tugas yang diberikan kelompok, tidak semua siswa berpartisipasi
menyelesaikannya 5) Menimbulkan kebosanan apabila tugas yang diberikan bersifat monoton.21
Maka, dapat disimpulkan bahwa kelemahan metode resitasi adalah kurangnya
pengawasan guru, tidak semua berpartisipasi dalam tugas apabila dikerjakan
secara kelompok, tidak mudah memberikan tugas tanpa mempertimbangkan
masing-masing perkembangan siswa, dan tugas yang diberikan dapt menimbulkan
kebosanan apabila bersifat monoton.
4. Hakikat Sosiologi 4.1. Pengertian Sosiologi
Secara harfiah atau etimolog
teman, kawan, sahabat sedangkan logos yaitu ilmu. Jadi, sosiologi adalah ilmu
tentang cara berteman atau berkawan atau bersahabat yang baik, atau cara bergaul
yang baik dalam masyarakat.
Sedangkan sosiologi seca
pengertian-pengertian sosiologi
“Roucek dan Warren mengemukaka
mempelajari hubungan antara manusia dengan kelompok-kelompok”. Kemudian
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi menyatakan bahwa sosiologi atau ilmu
20 M.Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet.I, h. 48. 21 Darwayan Syah, dkk, Perencanaan Sistem …., h. 149. 22 Soerjono Soekanto,Sosiologi Suatu Pengantar, ( Jakarta: Raja Grafindo, 2007), h. 18
21
masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial,
termasuk perubahan-perubahan sosial.23
“Menurut Mayor Polak menyatakan sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan
yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni hubungan antara
manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, kelompok dengan
kelompok, baik formal maupun material, baik statis maupun dinamis”.24
Masyarakat terdiri dari individu-individu, keluarga, golongan-golongan serta
organisasi-organisasi yang saling berhubungan. Organ-organ yang ada di
masyarakat memiliki bentuk-bentuk yang berbeda, yang masing-masing saling
berinteraksi, berkomunikasi, dan saling mempengaruhi dengan cara-cara yang
berbeda sesuai dengan kebiasaannya masing-masing, di dalam bukunya yang
berjudul ilmu Masyarakat umum, P.J.Bouman mengatakan:
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan-hubungan sosial antara oknum yang satu dengan oknum yang lain, antara oknum dan golongan serta sifat dan perubahan dari lembaga-lembaga dan buah pikiran sosial ia berusaha mencapai sintesis antara ilmu jiwa sosial dan bentuk sosial sehingga dapat memahami kenyataan masyarakat dalam kenyataan hubungan kebudayaan umumnya.25 “Menurut G. Kartasaputra dalam kamus sosiologi dan kependudukan, sosiologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perkembangan dan prinsip-prinsip
organisasi sosial dan umumnya tingkah laku kelompok sebagai perbedaan dari
tingkah laku individu-individu dalam kelompok”.26
Sosiologi ditinjau dari sifatnya digolongkan sebagai ilmu pengetahuan murni
(pure science) bukan ilmu pengetahuan terapan (applied science). Sosiologi
dimaksudkan untuk memberikan kompetensi kepada peserta didik dalam
memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok sosial, struktur
sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik sosial sampai pada
terciptanya integrasi sosial. Sosiologi mempunyai dua pengertian dasar yaitu
sebagai ilmu dan sebagai metode. Sebagai ilmu, sosiologi merupakan kumpulan 23 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar …., h. 18 24 Ary.H.Gunawan, Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2000), Cet. I, h. 3. 25 P.J.Bouman, Ilmu Masyarakat Umum, ( Jakarta: Pustaka Sarjana, 1968), cet 14, h.13. 26 G.Kartasaputra, Kamus Sosiologi dan Kependudukan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2007), cet. II, h. 396.
22
pengetahuan tentang masyarakatdan kebudayaan yang disusun secara sistematis
berdasarkan analisis berpikir logis. Sebagai metode, sosiologi adalah cara berpikir
untuk mengungkapkan realitas sosial yang ada dalam masyarakat dengan prosedur
dan teori yang dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah.
4.2. Karakteristik Sosiologi
Objek kajian sosiologi adalah masyarakat dan perilaku sosial manusia dengan
meneliti kelompok-kelompoknya. Kelompok tersebut mencakup keluarga, etnis,
atau suku bangsa, komunitas pemerintahan dan berbagai organisasi sosial, agama,
politik, budaya, bisnis, dan organisasi lainnya. Sosiologi pun mempelajari
perilaku dan interaksi kelompok, menelusuri asal ususl pertumbuhannya, serta
menganalisis pengaruh kegiatan kelompok terhadap para anggotanya. Dengan
demikian, sebagai objek kajian sosiologi adalah masyarakat manusia yang dilihat
dari sudut hubungan antarmanusia dan proses-proses yang timbul dari hubungan
manusia dalam masyarakat.
Jika ditelaah lebih lanjut, tentang karakteristik sosiologi mencakup hal-hal
berikut:
1. Sosiologi merupakan bagian dari ilmu sosial, bukan merupakan bagian ilmu pengetahuan alam maupun ilmu kerohanian
2. Sosiologi bukan merupakan disiplin yang normatif, melainkan suatu disiplin yang bersifat kategoris. Artinya sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi saat ini dan bukan mengenai apa yang semestinya terjadi atau seharusnya terjadi.27
3. Sosiologi bersifat empiris, artinya bahwa ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi terhadap kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif.
4. Sosiologi bersifat teoritis, artinya ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi. Abstraksi tersebut merupakan kerangka daripada unsur-unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan hubungan-hubungan sebab akibat, sehingga menjadi teori.
5. Sosiologi bersifat kumulatif, artinya bahwa teori-teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada dalam arti memperbaiki, memperluas, serta memperhalus teori-teori yang lama.
27 Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), cet. I, h. 74.
23
6. Sosiologi bersifat nonetis, yaitu yang dipersoalkan bukanlah buruk baiknya fakta tertentu, tetapi tujuannya adalah untuk menjelaskan fakta tersebut secara analitis.28
Sosiologi adalah ilmu masyarakat, yaitu tentang system hubungan yang
berlaku dan proses yang timbul dalam berbagai hubungan tersebut. Dalam hal ini
akan menggunakan istilah masyarakat, bangsa, dan rakyat.
Pengertian masyarakat sangat beragam rumusannya, tergantung aspek apa
yang menjadi inti definisinya. Namun demikian, secara umum pengertian
masyarakat adalah sejumlah manusia yang hidup dalam suatu lingkungan, dalam
kurun waktu yang cukup lama sehingga melahirkan budaya dengan satu kesatuan
kriteria dalam memiliki sistem hidup bersama.
Sistem hubungan kemasyarakatan yang menjadi pokok bahasan sosiologi ialah
hubungan kekerabatan, hubungan pergaulan, hubungan kerja, hubungan
pemerintahan, hubungan formal dan informal, hubungan alumni, hubungan daerah
asal kelahiran atau keturunan, hubungan bisnis, dan sebagainya.
4.3. Kegunaan (Faedah) Sosiologi
Kegunaan atau faedah untuk kehidupan sehari-hari yaitu:
a. Untuk pekerjaan sosial, sosiologi memberikan gambaran atau pengertian
tentang pelbagai problem sosial, asal-usul atau sumber terjadinya,
prosesnya dan sebagainya. Dengan gambaran seperti ini maka dapat dicari
cara-cara pendekatan untuk mengatsi problema sosial secara tepat.
b. Untuk pembangunan pada umumnya, sosiologi memberikan pengertian
“masyarakat” secara luas, sehingga dengan gambaran tersebut para
perencana dan pelaksana pembangunan dapat mencari pola pembangunan
yang paling sesuai agar berhasil. Hal-hal yang dapat diketahui dari
sosiologi untuk pelaksanaan pembangunan antara lain:
1) Kebutuhan/tuntutan masyarakat setempat, sehingga pembangunan dapat sesuai dengan keadaan nyata.
28 Syahrial Syarbaini, dkk, Sosiologi dan Politik, ( Bogor : Ghalia Indonesia, 2002), cet. I, h. 10.
24
2) Stratifikasi (pelapisan) sosial dengan memahaminya dapat menentukan bagi lapisan mana pembangunan akan dilakukan. Atau mau diapakan lapisan-lapisan sosial itu dalam pembangunan.
3) Letak pusat-pusat kekuasaan, dengan mengetahui di tangan siapa kekuasaan berada, maka usaha pembangunan akan mudah digerakkan
4) System dan saluran-saluran komunikasi, dengan memahami hal ini maka ide-ide pembangunan dapat sampai kepada anggota masyarakat, dan diterima dengan baik oleh mereka, karena disalurkan lewat system dan saluran komunikasi yang tepat.
5) Perubahan-perubahan sosial, dengan mengetahui hal ini para perencana dan pelaksana pembangunan dapat menentukan arah atau mengendalikan proses perubahan yang sedang atau akan terjadi. Atau akibat proses sosial yang telah terjadi, perubahan diharapkan berkembang menjadi lebih positif.
B. Deskripsi Teori Rancangan-rancangan Alternatif/Desain-
desain Alternatif Intervensi Tindakan yang dipilih
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris yaitu Classroom
Action Research (CAR) “menurut Masnur Muslich yaitu sebuah kegiatan
penelitian yang dilakukan di kelas”.29
“Suyanto menyatakan bahwa PTK atau Penelitian Tindakan Kelas merupakan
suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-
tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik
pembelajaran di kelas secara professional”.30
“Menurut Kurt Lewin Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu rangkaian
langkah yang terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, tindakan, pengamatan,
dan refleksi”.31
“Sedangkan menurut Wallace dalam Burns menyatakan penelitian tindakan
dilakukan dengan mengumpulkan data atau informasi secara sistematis tentang
29 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet.6, h.2 30 Masnur Muslich,Melaksanakan PTK Itu Mudah (Classroom Action Research)Pedoman Praktis Bagi Guru Profesional, (Jakarta : Bumi Aksara,2009),Cet 1, h.9. 31 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, ( Jakarta : Rajawali Pers,2009), Cet 4, h.42
25
praktik keseharian dan menganalisisnya untuk dapat membuat keputusan-
keputusan tentang praktik yang seharusnya dilakukan di masa mendatang”.32
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian
tindakan kelas suatu rangkaian kegiatan penelitian yang bertujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran, yakni dilakukan
dengan cara mengumpulkan data atau informasi secara sistematis melalui empat
tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas mempunyai karakteristik penting, yaitu
1) Ciri khusus pada PTK adalah adanya tindakan (action) yang nyata.
Tindakan itu dilakukan pada situasi alami (bukan dalam laboratorium) dan
ditujukan untuk memecahkan permasalahan praktis.
2) PTK harus menunjukkan adanya perubahan ke arah perbaikan dan
peningkatan secara positif. Oleh karena itu, dengan diadakan tindakan
tertentu harus membawa perubahan kea rah perbaikan. Apabila dengan
tindakan justru membawa kelemahan, penurunan, atau perubahan negatif
berarti hal tersebut menyalahi karakter PTK.
3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas “Mc Niff menegaskan bahwa dasar utama bagi dilaksanakannya penelitian
tindakan kelas adalah untuk perbaikan. Jadi, tujuan utama penelitian tindakan
kelas adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan professional pendidik
dalam menangani proses pembelajaran”.33
“Manfaat penelitian tindakan kelas menurut Kunandar dapat dilihat dari dua
aspek, yaitu:
1. Manfaat aspek akademis adalah untuk membantu guru menghasilkan
pengetahuan yang sahih dan relevan bagi kelas mereka untuk memperbaiki
mutu pembelajaran dalam jangka pendek. 32 Kunandar, Langkah Mudah …., h.43 33 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan …., h. 106-107
26
2. Manfaat praktis dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah sebagai
berikut; pelaksanaan inovasi pembelajaran dari bawah dan pengembangan
kurikulum di tingkat sekolah”.34
4. Prinsip-prinsip Dasar Penelitian Tindakan Kelas Prinsip dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut:
1. Tidak boleh mengganggu PBM dan tugas mengajar. 2. Tidak boleh terlalu menyita waktu. 3. Metodologi yang digunakan harus tepat dan terpercaya. 4. Masalah yang dikaji benarp-benar ada dan dihadapi guru. 5. Memegang etika kerja (minta izin, membuat laporan, dan lain-lain). 6. PTK bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses belajar
mengajar. 7. PTK menjadi media guru untuk berpikir kritis dan sistematis. 8. PTK menjadikan guru terbiasa melakukan aktivitas yang bernilai
akademik dan ilmiah. 9. PTK hendaknya dimulai dari permasalahan pembelajaran yang sederhana,
konkret, jelas, dan tajam. 10. Pengumpulan data atau informasi dalam PTK tidak boleh terlalu banyak
menyita waktu dan terlalu rumit karena dikhawatirkan dapat mengganggu tugas utama guru sebagai pengajar dan pendidik.35
5. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan kelas sebagaimana jenis penelitian lainnya, memiliki
kelebihan dan kelemahan. Shumsky dalam Suwarsih menyatakan bahwa
kelebihan PTK sebagai berikut:
1) Kerja sama dalam PTK menimbulkan rasa memiliki. 2) Kerja sama dalam PTK mendorong kreativitas dan pemikiran kritis dalam
hal ini guru yang sekaligus sebagai peneliti 3) Melalui kerja sama, kemungkinan untuk berubah meningkat. 4) Kerja sama dalam PTK meningkatkan kesepakatan dalam menyelesaikan
masalah yang
Sementara itu, kelemahan dari PTK adalah sebagai berikut: 1) Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar PTK pada
pihak peneliti (guru).
34 Kunandar, Langkah Mudah …., h.68 35 Kunandar, Langkah Mudah …., h. 67
27
2) waktu. Karena PTK memerlukan komitmen peneliti
untuk terlibat dalam prosesnya, faktor waktu ini dapat menjadi kendala
yang cukup besar.
Berkenaan dengn
36
6. Model Penelitian Tindakan Kelas Beberapa ahli mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang
berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui,
yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun bagan alur
dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas sebagai berikut.
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
?
Bagan 2.1 Alur Pelaksanaan PTK
36 Kunandar, Langkah Mudah …., h. 69
28
7. Empat Aspek Pokok Penelitian Tindakan Kelas “Menurut Kemmis dan Mc Taggart, penelitian tindakan kelas dilakukan
melalui proses yang dinamis dan komplementari yang terdiri dari empat
“momentum”esensial. Yaitu sebagai berikut:
1. Penyusunan Rencana
Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan secara kritis untuk
meningkatkan penelitian yang telah terjadi. Rencana penelitian tindakan kelas
hendaknya tersusun dan dari segi definisi harus prospektif pada tindakan, rencana
itu harus memandang ke depan. Rencana penelitian tindakan kelas hendaknya
disusun berdasarkan kepada hasil pengamatan awal yang refleksi.
2. Tindakan
Tindakan yang dimaksud di sini adalah tindakan yang dilakukan secara sadar
dan terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana.
3. Observasi
Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait.
Observasi itu berorientasi ke masa yang akan datang, memberikan dasar bagi
refleksi sekarang, terlebih ketika putaran sekarang berjalan.
4. Refleksi
Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tindakan persis seperti yang
telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah,
persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis”.37
C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan Kajian tentang kehidupan masyarakat dari segi sosial dapat dipelajari melalui
ilmu sosiologi. Berbicara mengenai konsep sosiologi terdapat dua pengertian
dasar, yaitu sosiologi sebagai ilmu pengetahuan dan sebagai metode.
Dalam pembelajaran sosiologi, guru harus memberikan atau menyampaikan
konsep-konsep sosiologi secara efektif dan mudah dipahami oleh siswa. Karena
sosiologi membutuhkan pemahaman yang mendalam mengenai konsep-konsep
37 Kunandar, Langkah Mudah …., h. 70-75
29
tersebut. Sebagai guru yang merupakan fasilitator terhadap siswanya, maka guru
diharuskan untuk lebih kreatif dalam memilih metode pembelajaran. Dalam
memilih metode, tidak ada metode yang semua mempunyai kelebihan dan
kekurangan.
Metode resitasi akan diterapkan pada mata pelajaran sosiologi dengan
menggunakan tema yang ada, dan gurulah yang akan memberikan tugas kepada
siswa dengan langkah-langkah penyelesaiannya. Dalam penerapan metode ini,
diharapkan siswa dapat lebih aktif, bertanggung jawab, dan dapat teratasi dalam
kesulitan belajar.
Berdasarkan pemikiran yang telah dipaparkan di atas, maka diharapkan bahwa
metode resitasi dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dalam mata pelajran
sosiologi.
D. Bahasan Hasil-hasil Penelitian yang Relevan
Seorang guru SMA Muhammadiyah 3 Surakarta telah melakukan penelitian.
Hasilnya dikutip dalam Jurnal Pendidikan, Maret 2008, Volume 5, Nomor 1, yang
berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika pada Turunan Melalui
Penggunaan Metode Resitasi dan Diskusi bagi Siswa Kelas XI-IS.2 SMA
Muhamaddiyah 3 Surakarta pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2006/2007.
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus kegiatan penelitian, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan metode resitasi dan
diskusi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada awal pembelajaran dengan
pretes diperoleh nilai rata-rata kelas 54,04 dan setelah diberi pembelajaran pada
siklus I kemudian dilakukan postes nilai rata-rata kelas naik menjadi 57,16.
Kemudian pada siklus II nilai rata-rata kelas menjadi 63,36.
Noer Faizah seorang mahasiswa matematika, Fakultas Pendidikan melakukan
penelitian dengan judul skripsi Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa dengan Metode Resitasi. Hasil penelitian yang
dilaksanakan melalui 3 siklus. Pada siklus I nilai tes yang mendapatkan 70
sebanyak 5 orang yaitu 13,89% dan yang mendapatkan nilai kurang dari 70
sebanyak 31 orang yaitu 86,11%. Maka dilakukan siklus II untuk mencapai target,
30
nilai tes 70 sebanyak 12 orang yaitu 33,33% dan yang mendapat kurang dari
nilai rata-rata sebanyak 24% yaitu 66,61% dalam siklus II ini mengalami
peningkatan dibandingkan siklus I. sedangkan pada siklus III nilai tes 70
sebanyak 28 siswa yaitu 77,78% dan yang mendapat nilai kurang dari 70
sebanyak 8 siswa yaitu 22,22%. Pada siklus III ini indikator keberhasilan sudah
tercapai dimana lebih dari 60 % siswa mendapkan nilai 70 dari tes kemampuan
pemecahan masalah matematika.
E. Hipotesis Tindakan
Sebagian besar siswa merasa kesulitan dalam memahami konsep-konsep
sosiologi yang berkaitan dengan perilaku menyimpang, sehingga hasil belajarnya
tidak memuaskan. Berdasarkan analisis masalah, peneliti menyimpulkan bahwa
mereka tidak dapat memahami konsep sosiologi secara keseluruhan. Hipotesis
tindakannya adalah peneliti menerapkan metode resitasi pada mata pelajaran
sosiologi, dengan begitu siswa dapat mengatasi kesulitan belajar dan mendapatkan
hasil yang memuaskan. Adapun indikator keberhasilannya adalah 60% siswa
mendapatkan nilai 70.
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas X di MA Manaratul Islam, pada
semester ganjil tahun ajaran 2009/2010.
B. Metode dan Disain Intervensi Tindakan/ Rancangan Siklus
Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka metode penelitian yang digunakan adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model proses yang digunakan dalam PTK ini
adalah model proses siklus (putaran/spiral) yang mengacu pada PTK Kemmis S,
dan Mc Tagget. R model dari putaran ke putaran atau siklus ke siklus dengan
target agar kualitas pembelajaran sosiologi dapat terselesaikan dengan baik
sehingga kualitas pembelajaran semakin tinggi. Gambaran langkah-langkah yang
akan dilakukan dalam tindakan penelitian adalah:
32
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II Refleksi Pelaksanaan
?
Pengamatan
Bagan 3.1 Alur Pelaksanaan PTK
C. Subyek/Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di MA Manaratul
Islam dan guru mata pelajaran sosiologi sebagai kolaborator dan observer.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Pada penelitian tindakan kelas, peneliti berperan sebagai pelaku penelitian.
Peneliti bekerja sama dengan guru mata pelajaran sebagai kolaborator dan
observer. Sebagai kolaborator yaitu membantu peneliti membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), melakukan refleksi, serta menentukan tindakan-
tindakan yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya. Sebagai observer yaitu
memberi penilaian terhadap peneliti dalam melakukan proses pengajaran dengan
menggunakan metode resitas, mengamati aktivitas siswa selama proses
pembelajaran, dan menilai kesulitan belajar siswa dalam mata pelajaran sosiologi
setelah diberikan pretes dan postes di setiap siklus. Untuk mencapai hasil
33
penelitian yang akurat dan sesuai dengan tujuan penelitian, maka dibutuhkan
solidaritas yang kuat antara peneliti dengan guru mata pelajaran. Keduanya sama-
sama mempunyai peranan yang sangat penting.
E. Tahapan Intervensi Tindakan Tahapan penelitian ini dimulai dengan tahap pra penelitian dan akan
dilanjutkan dengan siklus I. setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I,
penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Berikut akan disajikan bentuk uraian
kegiatan penelitian.
Tabel 3.1
Tahapan Penelitian Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan Pendahuluan
1. Analisis kurikulum dan studi pustaka
2. Observasi ke MA Manaratul Islam
3. Mengurus surat izin penelitian
4. Membuat instrumen penelitian
5. Menghubungi kepala sekolah
6. Menentukan kelas subjek penelitian
7. Observasi proses pembelajaran di kelas penelitian
8. Mensosialisasikan pembelajaran sosiologi dengan menggunakan
metode resitasi pada siswa yang menjadi subjek penelitian
Tabel 3.2
Tahap Penelitian Siklus I
Tahap Perencanaan
1. Membuat rencana pembelajaran
2. Mendiskusikan RPP dengan guru kolaborator
3. Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan
4. Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru, wawancara, catatan
lapangan serta keperluan observasi lainnya
34
5. Menyiapkan soal latihan dan PR pada setiap pertemuan
6. Menyiapkan soal akhir siklus
7. Menyiapkan alat dokumentasi
Tahap Pelaksanaan
1. Pendahuluan
a. Apersepsi : dengan Tanya jawab guru mereview pengetahuan siswa
sebelumnya tentang materi terdahulu
b. Memotivasi siswa dengan permasalahan kontekstual (pembelajaran
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari)
2. Kegiatan Inti
a. Guru melaksanakan pembelajaran dengan metode resitasi
b. Siswa mempelajari materi sosiologi
c. Guru memberikan tugas proyek (tugas lapangan)
d. Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam belajar, guru memberikan
latihan soal
e. Membahas dan mengkoreksi latihan bersama
3. Penutup
a. Penilaian hasil tes siklus I
b. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang telah
dibahas
c. Dokumentasi
Tahap Observasi
Tahap ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan yang terdiri dari
observasi dengan pelaksanaan yang terdiri dari observasi terhadap siswa
dan guru (peneliti), guru kolaborator mencatat semua hal yang terjadi
selama proses pembelajaran
Refleksi
35
Analisis hasil observasi dan evaluasi pembelajaran siklus I yang akan
dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya
Tabel 3.3
Tahap Pelaksanaan Siklus II
Tahap Perencanaan
1. Membuat rencana pembelajaran
2. Mendiskusikan RPP dengan guru kolaborator
3. Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan
4. Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru, wawancara, catatan
lapangan serta keperluan observasi lainnya
5. Menyiapkan soal latihan dan PR pada setiap pertemuan
6. Menyiapkan soal akhir siklus
7. Menyiapkan alat dokumentasi
Tahap Pelaksanaan
1. Pendahuluan
a. Memotivasi siswa dengan permasalahan kontekstual (pembelajaran
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari)
b. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan Inti
a. Guru melaksanakan pembelajaran dengan metode resitasi yang
dilengkapi quiz dan tutor sebaya
b. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok untuk mengerjakan tugas
kelompok
c. Guru mengulang materi sosiologi yang telah dijelaskan
d. Guru memberikan siswa kesempatan untuk bertanya tentang materi
yang kurang dipahami
e. Guru memberikan quiz yang bersifat mengatasi kesulitan belajar
f. Siswa menjawab quiz secara cepat tepat (kompetisi)
36
g. Guru memberikan reward (nilai plus) pada siswa yang menjawab
benar.
3. Penutup
a. Penilaian hasil tes siklus II
b. Guru bersama siswa membuat rangkuman semua materi yang telah
dibahas
c. Dokumentasi
Tahap Observasi
Tahap ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan yang terdiri dari
observasi dengan pelaksanaan yang terdiri dari observasi terhadap siswa
dan guru (peneliti), guru kolaborator mencatat semua hal yang terjadi
selama proses pembelajaran
Tahap Refleksi
Analisis hasil observasi dan evaluasi pembelajaran siklus I yang akan
dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Hasil yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas dalam penerapan metode
resitasi adalah untuk mengatasi kesulitan belajar siswa.
G. Data dan Sumber Data Data dan sumber penelitian ini ada dua macam, yaitu:
1. Data kualitatif
Hasil observasi guru dalam proses belajar mengajar, hasil observasi aktivitas
siswa, catatan lapangan, serta hasil dokumentasi (berupa foto kegiatan
pembelajaran).
2. Data Kuantitatif
Hasil data yang diambil adalah nilai tes siswa dan angket.
37
Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru mata pelajaran,
dan peneliti.
H. Instrumen Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrument
antara lain:
a. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengungkapkan aktivitas siswa selama
pembelajaran sehingga dapat mengukur kemampuannya dalam mengatasi
kesulitan belajar.
b. Lembar Soal/Tes
Lembar soal ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal/tes dalam mengatasi kesulitan belajar
c. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah catatan tertulis mengenai hal-hal spesifik / unik yang
terjadi selama penelitian berlangsung. Tujuan catatan lapangan ini untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam mengatasi kesulitan belajar sosiologi
dengan metode resitasi.
d. Lembar Wawancara
Wawancara dilakukan pada awal penelitian dan di akhir penelitian.
Wawancara dengan difokuskan pada tanggapan siswa selama proses
pembelajaran.
e. Lembar Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan pada setiap pelaksanaan penelitian. Tujuan lembar
dokumentasi untuk memperkuat data-data yang ada.
f. Lembar Angket
Lembar angket dibagikan kepada siswa untuk mengetahui kesulitan belajar dan
respon siswa terhadap mata pelajaran sosiologi serta metode resitasi.
38
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Angket
Variabel Dimensi Item Pernyataan
+ (positif) -(negatif)
Kesulitan belajar
(X)
Kesulitan belajar
disebabkan faktor
Internal
3 8
Kesulitan belajar
disebabkan faktor
eksternal
1, 2, 16, 17, 18, 195, 10, 13, 14, 15,
20
Metode Resitasi
(Y)
6, 7, 12 4, 9, 11
Adapun kriteria penskorannya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5
Kriteria Penskoran Alternatif Jawaban dengan Skala Likert
No Pernyataan Skor
SS S R TS STS
1. Positif 5 4 3 2 1
2. Negatif 1 2 3 4 5
Keterangan
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
R : Ragu-ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
39
I. Teknik Pengumpulan Data a. Metode Observasi
Lembar observasi ini terbagi menjadi dua, yaitu lembar observasi guru dalam
proses belajar mengajar dan lembar observasi aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Lembar observasi guru dalam proses belajar mengajar digunakan
untuk mengetahui proses pengajaran sosiologi dengan menerapkan metode
resitasi, apakah terlaksana dengan baik atau tidak. Lembar observasi aktivitas
siswa dalam kegiatan pembelajaran digunakan untuk mengamati interaksi
pembelajaran di kelas.
Observasi untuk mengetahui perkembangan siswa dan kemudahan siswa dalam
belajar dan kegiatan guru dalam mengajar dilakukan metode observasi
(pengamatan) oleh guru kolaborasi. Observasi dilakukan di kelas X MA
Manaratul Islam yang menjadi subyek penelitian untuk mendapat gambaran
secara langsung tentang kegiatan belajar mengajar dalam kelas. Dengan
melakukan observasi dapat mengetahui kegiatan siswa dalam mempersiapkan dan
menerima pelajaran dari guru selama proses belajar berlangsung.
b. Metode Tes
Kesulitan belajar siswa dapat dilihat hasilnya melalui tes pada setiap akhir
siklus. Siswa diminta untuk mengerjakan soal-soal sosiologi dan peneliti memberi
skor pada jawaban soal.
c. Catatan Lapangan
Catatan lapangan diperlukan untuk mengamati seluruh kegiatan selama proses
pembelajaran berlangsung. Berbagai hasil pengamatan tentang aspek
pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, interaksi guru dengan
siswa, dan aspek lainnya yang perlu di catat.
d. Metode Dokumentasi
“Menurut Sukmadinata studi dokumenter (documentary study) merupakan
suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-
dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik”.1 Metode ini
1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. I, h. 221.
40
penulis gunakan untuk memperoleh data tentang nama siswa, nomor induk, nilai
hasil tagihan blok dan laporan siswa pada kelas X MA Manaratul Islam.
e. Metode Wawancara
“Menurut Denzin dalam Rochiati Wiriaatmadja wawancara merupakan
pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat
memberikan informasi atau penjelasan-penjelasan hal-hal yang dipandang
perlu”.2 Pada penelitian ini yang diwawancarai adalah guru dan beberapa siswa.
f. Angket
Angket diberikan kepada siswa setelah berakhirnya penelitian, tujuannya
adalah untuk mengetahui respon siswa setelah belajar sosiologi dengan metode
resitasi. Respon siswa yang ingin diketahui adalah apakah responnya baik,
sedang, atau buruk.
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness)
Studi
Untuk menjamin pemantapan dan kebenaran data yang dikumpulkan dan
dicatat dalam penelitian maka dipilih dan ditentukan cara-cara yang tepat untuk
mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Dalam penelitian ini akan
digunakan teknik triangulasi. “Menurut Lexy Moeleong triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut”.3
Penelitian ini menggunakan triangulasi penyelidikan dengan jalan
memanfaatkan peneliti atau penguatan keperluan pengecekan kembali derajat
kepercayaan data. Pemanfaatan pengamatan lainnya dalam hal ini adalah guru
sosiologi kelas X agar dapat mengurangi kemencengan dalam pengumpulan data.
Untuk menganalisis butir soal yang diujicobakan, peneliti melakukan beberapa
tahap diantaranya:
2 Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung, : Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. III, h. 117 3 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), Cet. VIII, h.178
41
a. Validititas
“Menurut Ahmad Sofyan validitas berasal dari kata validity, dapat diartikan
tepat atau shahih, yakni sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurnya”.4
Untuk mengukur validitas soal dalam penelitian ini menggunakan rumus Point
Biserial, yaitu:
rpbis (i) =
Keterangan rpbis (i) = Koefisien korelasi biseral antara skor butir soal nomor I dengan skor total Xi = Rata-rata skor total responden menjawab benar butir soal Xt = Rata- rata skor semua responden St = Standard deviasi skor total semua responden Pi = Proporsi jawaban benar untuk butir nomor i qi = Proporsi jawaban salah untuk butir nomor i5 Dari uji instrumen untuk siklus I dilakukan sebanyak 30 soal. Hasil uji
validitas didapatkan jumlah soal yang valid sebanyak 23 soal yakni 1, 2 ,3 ,6 ,9,
10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 27, 28, dan 29. Agar
menjadi 20 soal, maka harus dibuang 3 soal yakni 1, 17, dan 22 karena tingkat
kesukaran pada setiap butir soal adalah sedang, maka dilihat dari betulnya siswa
yang menjawab soal tersebut.
Sedangkan pada siklus II didapatkan 20 soal yang valid yakni nomor 1, 7, 8,
11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 29, 30. Soal yang sudah
dihitung validitasnya dan mendapatkan 20 soal yang valid, maka soal tersebut
tidak dikurangkan ataupun ditambahkan. Karena sudah mencapai 20 soal yang
diinginkan.
b. Realibilitas 4 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta :UIN Jakarta Press, 2006), Cet. 1, h. 105 5 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran …., h.109
42
“Realibilitas menurut Ahmad Sofyan bermakna kepercayaan, keterandalan,
11=
keajegan, kestabilan, atau konsisten, dapat diartikan sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya dan konsisten”.6 Untuk mengetahui realibilitas
menurut Suharsimi instrument tes digunakan rumus Kuder-Richardson (K-R 20)
dengan rumus sebagai berikut:
r ∑
r11 = Realibilitas tes secara keseluruhan es
ab item benar
inggi
ndah7
Dari hasil perhitungan pada siklus I diperoleh r hitung sebesar 0,84 yang
c. Tingkat Kesukaran
pakan suatu proporsi atau perbandingan antara siswa
n = Jumlah butir soal dalam perangkat ts = Standar deviasi skor-skor tes p = Proporsi subjek yang menjawq = Proporsi subjek yang menjawab item salah pq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q Adapun kriteria pengujiannya r11 = 0,91 – 1,00 = Sangat Tr11 = 0,71 – 0,90 = Tinggi r11 = 0,41 – 0,70 = Cukup
r11 = 0,21 – 0,40 = Rendahr11 = < 0,21 = Sangat re
menunjukkan bahwa instrument memiliki nilai reliabilitas tinggi. Sedangkan
perhitungan pada siklus II diperoleh r hitung sebesar 0,89 yang menujukkan
bahwa isntrumen memiliki nilai reliabilitas tinggi.
Tingkat kesukaran meru
yang menjawab benar dengan keseluruhan siswa yang mengikuti tes. Indeks
kesukaran rentangnya dari 0,0 – 1,0. Semakin besar indeks kesukaran
6 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran …., h, 105 7 Suharsimi Arikunto,Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. VIII, h. 100.
43
menunjukkan semakin mudah butir soal dan sebaliknya semakin rendah indeks
kesukaran menujukkan semakin sulit butir soal. Cara menghitung tingkat
kesukaran dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
P =
P = Proporsi (indeks kesukaran)
= Sukar 5
8
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis anaan di lapangan
dan
g ada dari
ber
iteria keberhasilan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa adalah
n dan hasil yang
B = Jumlah siswa yang menjawab benar N = Jumlah peserta tes Dengan ketentuan P = 0 – 0,25 P = 0,26 – 0,7 = Sedang P = 0,76 – 1 = Mudah
Proses analisis data terdiri atas analisis data pada saat pelaks
kegiatan analisis data yang sudah terkumpul. Data yang sudah terkumpul
berupa hasil observasi, catatan lapangan, hasil wawancara, hasil tes siswa, dan
angket. Semua data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.
Tahap analisis data dimulai dengan membaca keseluruhan data yan
bagai sumber, kemudian mengadakan reduksi data, menyusunnya dalam
satuan-satuan dan mengategorikannya. Data yang diperoleh berupa kalimat-
kalimat dan aktivitas-aktivitas siswa diubah menjadi kalimat yang bermakna dan
alamiah.
Kr
terjadinya peningkatan siswa dalam memahami materi sosiologi yang terlihat dari
hasil pengamatan telah menunjukkan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran
sesuai rencana dan siswa memahami materi pelajaran, serta hasil tes menujukkan
60% dari jumlah siswa kelas penelitian mendapatkan nilai 70.
Setelah tindakan pertama (siklus I) selesai dilakuka
diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu kesulitan belajar siswa
8 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran …., h.103
44
yang belum dapat teratasi, maka akan ditindak lanjuti untuk melakukan tindakan
selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran.
Penelitian ini akan berakhir, apabila peneliti menyadari bahwa penelitian
ini telah berhasil menguji penggunaan metode resitasi dalam mengatasi kesulitan
belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi.
45
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA,
INTERPRETASI HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sekolah 1. Sejarah Berdirinya
Madrasah lahir seiring dengan berkembangnya agama Islam di suatu tempat,
sehingga bentuk madrasah telah mengalami perubahan yang cukup panjang, yaitu
dari bentuk yang sangat sederhana sampai dengan bentuk yang sekarang ini.
Disamping itu madrasah selalu muncul dari masyarakat, artinya lahirnya
madrasah karena masyarakat di suatu tempat memerlukan pendidikan agama,
yang kemudian berkembang dengan tujuan untuk meningkatkan kecerdasan
masyarakat.
Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa madrasah sebenarnya milik
masyarakat, dengan besar dan berkembang di masyarakat. Kita tahu bahwa yang
mendirikan madrasah adalah masyarakat, baik melalui bentuk yayasan maupun
pribadi-pribadi dengan melalui cara hibbah dan wakaf. Dengan demikian dana
yang terhimpun juga berasal masyarakat yang jumlahnya relatif sangat sederhana.
Dengan dipelopori oleh para ulama, tokoh masyarakat di wilayah Gandaria dan
skitarnya maka didirikanlah suatu yayasan yang beroreintasi kepada pendidikan
dan sosial kemasyarakatan. Yayasan tersebut diberi nama “Yayasan Pendidikan
Manaratul Islam“ pada tahun 1949, yang memiliki arti dari “Manaratul” adalah
tempat yang dibuat untuk menyiarkan atau menyebarkan suatu berita, dalam
bahasa Indonesia berarti menara. Jadi arti Manaratul Islam adalah sebagai suatu
wadah atau menara untuk menyiarkan agama Islam.
Lembaga pendidikan yang diselenggarakan Madrasah Ibtidauyah (MI) yang
didirikan pada tahun 1949, Madrasah Tsanawiyah (MTs) tahun 1967, dan SPIAIN
(Sekolah Persaiapan IAIN tahun 1970. Namun selama beroperasi selama dua
46
Mencetak lulusan yang berkualita
profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan
Terciptanya suasana pembelajaran
prasarana yang memadai
Memberikan pelayanan dan bim
das, Kreatif, Inovatif, Mandiri, 1
: Madrasah Aliyah Manaratul Islam
b. Alamat Madrasah : Jl. Madrasah No.12 Rt.001/01
: Gandaria Selatan
tahun SPIAIN ditutup pada tahun 1972, dan dilanjutkan dengan Madrasah Aliyah
yang mulai beroperasi pada 1973.
Selain lembaga pendidikan formal, Yayasan Pendidikan Manaratul Islam juga
mendirikan Pondok Pesantren Miftahul Ulum pada tahun 1980 sebagai
pendukung dalam pengembangan kemampuan siswa dalam pengetahuan agama,
khususnya.
2. Visi dan Misi
Visi
Menjadikan MA. Manaratul Islam sebagai Lembaga Pendidikan Menengah yang
unggul dan terkemuka dalam pembinaan Keimanan, Keislaman dan Keilmuan
dalam menyongsong era globalisasi.
Misi
a. s dalam akademik, memiliki life-skill
yang mapan, dan berperilaku akhlak al-karimah.
b. Peningkatan
c. yang kondusif, aktif, dan kolaboratif
dengan dukungan sarana dan
d. bingan yang bermutu, cepat, tepat, dan
akurat.
Moto Cer Berprestasi, dan Berwawasan IPTEK
dengan Berlandaskan IMTAQ
3. Identitas Madrasah
a. Nama Madrasah
c. Kelurahan
d. Kecamatan : Cilandak
e. Kotamadya : Jakarta Selatan
1 Profil Sekolah MA Manaratul Islam
47
rasah
atistik Madrasah 3
gu
ngan Nilai B
94/4/KP.08.8/4353/2005
m. ah
Luas Tanah : 3000 m2
n. Keadaan Bangunan : Berlantai tiga
Tabel. 4.1
Sarana dan Prasa
No Sarana / Ruang Jumlah Keadaan
f. Provinsi : DKI Jakarta
g. Nama Kepala Sekolah : H. Syafi’i Hamzah, Lc
h. Standar Mad : Permanen
i. Nomor St (NSM) : 31231712001
j. Tahun Didirikan/Diban n : 1949
k. Tahun Beroperasi : 1973
l. Akreditasi : Terakreditasi de
- Nomor : KW.0
- Tahun : 2005
Status Tan : Milik Yayasan / Wakaf
Profil Sekolah MA Manaratul Islam
rana Sekolah
1 Kantor Ka. Madras Baik ah 1
2 Kantor Tata Usaha 1 Baik
3 Kantor Guru 1 Baik
4 Kantor Adm BK 1 Baik
5 Ruang Konseling 1 Baik
6 Ruang Kelas 6 Baik
7 Perpustakaan / UKS 1 Baik
8 Lab IPA 1 Baik
48
r 9 Lab Kompute 1 Baik
10 Lab Bahasa 1 Baik
11 IS Kantor OS 1 Baik
12 Aula Serbaguna 1 Baik
13 Musholla 1 Baik
14 Toilet Guru 1 Baik
15 Siswa (bersama) 8 Baik
16 Gudang 1 Baik
Jumlah 30 -
Sumber Data : MA Manaratul Islam
Tabel. 4.2
a tahun pelajaran 2009/2010
Kelas Kelas X
Kela
Jumlah sisw
s XI Kelas XII
Program IPS IPA IPS IPA
Laki-laki 24 24 14 18 16
Perempuan 30 19 24 22 23
Jumlah siswa 64
36 37 39 48
73 87
214
Rombongan Belajar
2 1 1 1 1
2 2
Profil Sekolah MA Manaratul Islam
49
abel. 4.3
Jumlah sisw 5 (lima) tahun tera hir
Tahun 2004/2005 2005/2006 2006/2007 2007/2008 2008/2009
T
a k
Kelas X 43 64 80 83 77
Kelas XI 41 50 63 80 84
Kelas XII 34 41 53 61 79
Jumlah 118 155 196 224 239
Profil Seko A Man tul Islam
Tabel. 4.4
mla ru dan Karyawan b
Pendidikan Terakhir
PNS GTY Guru Bantu Honorer Jum
lah M ara
Ju h Gu erdasarkan pendidikan terakhir
L P L P L P L P L+P
SLTA - - 1 - - - 2 - 3
DIII - - - 1 - - 2 1 4
S-1 2 3 1 1 - - 4 6 17
S-2 - 1 - - - - - 1 2
Jumlah 2 4 3 1 - - 8 7 26
Profil Sekolah MA Manaratul Islam
Tabel. 4.5
Keadaan Guru dan Karyawan berdasarkan jenis kelamin
Tugas Jenis Kelamin
Jumlah L P
Ka. Mad 1 - 1
50
Wakamad 1 1 -
Guru MP 20 9 11
Guru BK 1 - 1
TU 2 - 2
Pesuruh 1 - 1
Jumlah 15 11 26
Profil Sekolah MA Manaratul Islam
Tabel. 4.6
Kegiatan Ekstra Kurikuler
No Kegiatan Ket
1 Volley
2 Basket
3 Futsal
4 PMR
5 Marawis
6 Qasidah
Profil Sekolah MA Manaratul Islam
Tabel. 4.7
a dan Prasarana Pe belajaran
No Sarana dan Prasar
Saran m
ana Ket
1 Laptop / Notebo 1 unit ok
2 LCD Projector 1 unit
3 OHP 2 unit
51
4 Slide 2 unit
5 Televisi 2 unit
6 VCD Player 1 unit
7 Amplier 2 unit
8 Tape Recorder 2 unit
9 VCD Pembelajaran 2 set
10 a Inggris CD Bahas 1 set
11 Komputer 20 unit
12 Media Praktik IPA 10 set
13 Media Praktik Bahasa 20 set
14 Koleksi Buku Perpustakaan l 264 judu
Profil Sekolah MA Manaratul Islam
52
YAYASAN PENDIDIKAN
TATA USAHA
KOMITE MADRASAH
KEPALA MADRASAH
WMADRASAAKIL KEPALA
H
GURU
SISWA
OSIS
BIMBINGAN KONSELING
STRUKTUR ORGANISASI MADRASAH ALIYAH MANARATUL ISLAM
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Profil Sekolah MA Manaratul Islam
B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan Efek/Hasil Intervensi
Subjek penelitian tindakan ini adalah M
30 orang. Berdasarkan hasil observasi baik melalui pengamatan langsung maupun
a
saat pembelajaran adalah metode pembelajaran
yang membosankan, kondisi kelas yang ramai, dan mata pelajaran sosiologi yang
Tindakan A Manaratul Islam kelas XB sebanyak
hasil w wancara dengan siswa kelas XB, peneliti menyimpulkan bahwa kendala-
kendala yang mereka hadapi pada
53
itian dilakukan sebanyak dua siklus, yang masing-masing siklus terdiri
si kesulitan belajar siswa pada
strumen (soal/tes,
n
pang selama 25 menit. Setelah menjelaskan kepada siswa semua
mempunyai banyak istilah-istilah yang baru mereka dengan ataupun kenal.
Sehingga dengan kendala-kendala tersbut siswa mengalami kesulitannya dalam
belajar.
Berdasarkan kendala-kendala yang dialami siswa sehingga membuah hasilkan
kesulitan belajar bagi siswa, peneliti mencoba menerapkan metode resitasi atau
metode penugasan yang mana dalam metode tersebut siswa diharapkan aktif,
bertanggung jawab dan siswa dapat berkembang.
Penel
dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Pada tahap perencanaan, peneliti dan guru mata pelajaran yang menjadi
kolaborator dan observer mengembangkan rencana tindakan berdasarkan hasil
pengamatan awal dengan tujuan agar dapat mengata
mata pelajaran sosiologi. Sebelum melakukan penelitian peneliti, menyiapkan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Power Point, dan in
lembar observasi, catatan lapangan, angket), dan melakukan uji coba instrumen.
Selanjutnya merupakan tahap pelaksanaan tindakan, adalah melakukan suatu
tindakan untuk memperbaiki atau mengatasi kesulitan belajar siswa pada proses
pembelajaran sosiologi. Pada tahap ini, dalam satu siklus terdiri dari dua kali
pertemuan.
Pada pertemuan pertama, proses pembelajarannya diawali dengan pembukaa
mata pelajaran atau pendahuluan selama 10 menit. Kemudian memberikan
apersepsi tentang pembelajaran yang akan dibahas dan menjelaskan pengertian
perilaku menyimpang, jenis-jenis perilaku menyimpang, dan fungsi-fungsi
perilaku menyim
bahan ajar, maka siswa diberikan tugas untuk mengetahui kemampuan siswa
terhadap bahan ajar yang sudah dijelaskan. Setelah siswa menyelesaikan tugas
yang diberikan, seluruh siswa mengoreksi tugas temannya secara acak. Dan dapat
disimpulkan bahwa masih banyak siswa yang kurang memahami mata pelajaran
sosiologi. Sehingga, guru memberikan tugas proyek yang dikerjakan di rumah
untuk mencari materi yang terkait tentang perilaku menyimpang di Koran,
54
guru atau mengungkapkan pendapatnya
a atau tahap terakhir adalah tahap analisis dan refleksi, di
kan dengan indikator keberhasilan.
majalah, dan di internet dengan tujuan agar siswa mendapatkan penjelasan-
penjelasan tentang perilaku menyimpang.
Pertemuan kedua diawali dengan mengevaluasi materi pengertian perilaku
menyimpang, jenis-jenis perilaku menyimpang, dan fungsi-fungsi perilaku
menyimpang untuk mengetahui kemampuan siswa. Melakukan apersepsi untuk
menstimulus siswa untuk berpikir mengenai materi yang akan dipelajari. Siswa
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
dan guru mulai menjelaskan tentang teori-teori perilaku menyimpang. Kemudian
guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan guru pun memberikan
pertanyaan kepada siswa. Setelah siswa menjawab pertanyaan yang diberikan
guru serta guru sudah menjelaskan pertanyaan yang diberikan siswa, maka guru
memberikan tugas kepada siswa. Guru menyimpulkan, bahwa pada pertemuan
kedua ini, beberapa siswa mulai dapat mengatasi kesulitan belajar. Proses
pembelajaran pada siklus I diakhiri dengan melakukan tes/soal untuk mengetahui
kemampuan siswa.
Pada tahap observasi, guru mata pelajaran mengobservasi proses pembelajaran
dengan metode resitasi sekaligus mengamati aktivitas siswa, menilai hasil belajar
siswa yang telah diberikan melalui tugas atau tes pada akhir siklus, dan
mendokumentasikan kegiatan pembelajaran.
Tahap selanjutny
mana peneliti bersama guru mata pelajaran yang bertugas sebagai kolaborator dan
observer menganalisis sekaligus mengevaluasi proses pembelajaran pada siklus I,
tindakan yang telah diberikan sudah sesuai atau belum dengan konsep penelitian.
Kemudian hasil penelitian siklus I dibanding
Tahap refleksi tujuannya untuk memperbaiki dan menyempurnakan tindakan yang
akan diberikan di siklus berikutnya. Melalui refleksi, berbagai kendala yang
muncul di kelas pada saat pemberian tindakan didiskusikan untuk mencari solusi
yang dapat memperbaiki mutu pembelajaran sosiologi. Kendala yang muncul
pada saat proses pembelajaran di antaranya adalah beberapa siswa tidak
mengerjakan tugas yang diberikan guru, tidak memperhatikan guru ketika
55
capai target yang diinginkan.
elakukan tindakan,
n ajar sebagai media
siswa membahas kasus yang diberikan oleh guru dan
menjelaskan materi, dan siswa masih pasif untuk melakukan atau mengutarkan
pendapat.
Berdasarkan penjelasan di atas mengenai hasil penelitian di siklus I, peneliti
merasa penelitiannya harus dilanjutkan ke siklus II karena dirasa belum berhasil
menerapkan metode pembelajaran resitasi pada mata pelajaran sosiologi, selain itu
hasil belajar siswa pada tes akhir siklus masih perlu ditingkatkan sedikit karena
belum men
Pada siklus II, peneliti melaksanakan tindakan berdasarkan perencanaan yang
telah dikembangkan setelah melakukan refleksi di siklus I.
Tahap perencanaan merupakan tahap awal di mana peneliti dan guru mata
pelajarana yang menjadi kolaborator dan observer, mengembangkan rencana
tindakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. sebelum m
pada tahap ini peneliti dan guru mata pelajaran sosiologi membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan menyiapkan baha
pembelajaran siswa.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dilakukan satu kali pertemuan karena
pada siklus ini, akan mengevaluasi mata pelajaran sosiologi yang telah dijelaskan
pada siklus I pada pertemuan I dan II untuk mengatasi kesulitan belajar dan
meningkatkan nilai pada hasil belajar sosiologi. Pada pertemuan ini, siswa dibagi
menjadi 5 kelompok
mempresentasikan kasus tersebut. Untuk membuat siswa tidak bosan dalam
mempelajari sosiologi dan mengingat apa yang telah dibahas, maka guru
membuat sebuah games atau quiz. Untuk mengetahui bahwa siswa mampu
mengatasi kesulitan belajar, maka guru memberikan tugas untuk merangkum
materi yang telah dibahas melalui pendapat siswa.
Pada tahap observasi, guru mata pelajaran mengobservasi proses pembelajaran
dengan metode resitasi sekaligus mengamati aktivitas siswa, menilai hasil belajar
sosiologi yang telah diberikan melalui tugas atau tes pada akhir siklus, dan
mendokumentasikan kegiatan pembelajaran.
56
embelajaran dengan menggunakan
klus adalah 20 soal.soal tersebut berasal dari 30 soal yang diujikan
ahulu melalui validitas dan realibilitas. Proses pengambilan data hasil tes pada
telah ditentukan.
, 20, 22,
Tahap analisis dan refleksi, di mana peneliti bersama guru mata pelajaran yang
bertugas sebagai kolaborator dan observer menganalisis sekaligus mengevaluasi
proses pembelajaran pada siklus II, tindakan yang dilakukan sudah sesuai atau
belum dengan konsep penelitian. Proses p
metode resitasi sudah berjalan dengan baik, walaupun belum mencapai
kesempurnaan. Akan tetapi, pada siklus II ini, guru sudah menganggap berhasil
karena telah mencapai indikator keberhasilan. sehingga penelitian dihentikan di
siklus II.
C. Pemeriksaan Keabsahan Data Instrumen yang digunakan untuk menguji siswa melalui soal/tes pada masing-
masing si
d
masing-masing instrumen ketika pada akhir siklus yang
Peneliti menguji cobakan soal yang telah dibuat pada kelas yang telah
mempelajari materi yang akan diajarkan oleh peneliti pada saat penelitian, yaitu
dengan menggunakan rumus validitas “Point Biseral”. Pada siklus I, didapatkan
23 soal yang valid yakni 1, 2 ,3 ,6 ,9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19
23, 24, 25, 27, dan 28. Sedangkan pada siklus II didapatkan20 soal yang valid
yakni nomor 1, 7, 8, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26,
29,dan 30.
Kedua instrumen tersebut juga diujikan realibilitasnya berdasarkan rumus
Kuder-Richardson (K-R 20). Realibilitas soal pada siklus I adalah 0,84 (kriteria
tinggi), sedangkan soal pada siklus II realibilitasnya adalah 0,89 (kriteria tinggi).
D. Analisis Data 1. Hasil Tes Siswa
Adapun nilai hasil tes siklus I disajikan dalam tabel sebagai berikut :
57
Tabel 4.8
Nilai Tes Frekuensi
Nilai Tes Akhir Siklus I
4,0 2
4,5 3
5,0 5
5,5 10
7,0 6
7,5 2
8,0 2
Dari tabel di atas terlihat siswa yang mendapat alah 10 siswa yaitu
33,33% dan ≤ 70 adalah 20 siswa yaitu 66,67%. Pada siklus I ini, siswa belum
mampu mengatasi kesulitan belajar sehingga indikator keberhasilan yang ingin
icapai belum berhasil.
≥ 70 ad
d
Tabel 4.9
Nilai Tes Akhir Siklus II
Nilai Tes Frekuensi
5,5 2
6,0 2
6,5 3
7,0 9
7,5 5
8,0 4
8,5 4
9,0 1
Dari tabel di atas at siswa yang mendapat ≥ 70 adalah 23 siswa
yaitu76,66% dan ≤ 70 adalah 7 siswa yaitu 23,33%. Pada siklus I ini, siswa
mampu mengatasi ke an belajar sehingga telah mencapai indikator
keberhasilan 60% siswa mendapatkan nilai 70 bahkan lebih dari nilai 70.
terlih
sulit
58
2. Hasil Wawanca
Responden I
ra
Wawancara ini dilakukan setelah akhir tindakan atau siklus II. Berikut hasil
wawancara dari beberapa siswa
Tabel 4.10
Hasil Wawancara Responden Siswa
Peneliti: Bagaimana menurut kalian tentang proses pembelajaran
menggunakan metode resitasi?
Siswa : “awalnya sich, bose as terus….tapi lama-lama
asyik juga me
Peneliti: Menurut kalian, apakah metode resitasi dapat mengatasi
ya mendapatkan hasil yang
ini merupakan metode yang
…soalnya dengan metode ini siswa lebih diajarkan
aimana dengan hasil yang kalian dapat pada pembelajaran
an”
n di kasih tug
ngerjakan tugas”.
kesulitan belajar?
Siswa: “iya…soalnya nilai tes sa
memuaskan”
Peneliti: Apakah metode resitasi
menyenangkan?
Siswa: ‘ya…iyalah
untuk lebih aktif”
Peneliti : Bag
ini?
Siswa: “memuaskResponden II
Peneliti: Bagaimana menurut kalian tentang proses pembelajaran
: “ mengasyikkan”.
ian, apakah metode resitasi dapat mengatasi
kesulitan belajar?
r”
i ini merupakan metode yang
menggunakan metode resitasi?
Siswa
Peneliti: Menurut kal
Siswa: “Alhamdulillah metode ini dapat mengatasi kesulitan belaja
Peneliti: Apakah metode resitas
menyenangkan?
59
na dengan hasil yang kalian dapat pada pembelajaran
Siswa: ‘iya….”
Peneliti : Bagaima
ini?
Siswa: “Alhamdulillah sangat memuaskan”
Responden III
Peneliti: Bagaimana menurut kalian tentang proses pembelajaran
menggunakan metode resitasi?
kan”.
eneliti: Menurut kalian, apakah metode resitasi dapat mengatasi
?
i ini merupakan metode yang
na dengan hasil yang kalian dapat pada pembelajaran
Siswa : “menyenangkan dan tidak membosan
P
kesulitan belajar
Siswa: “iyach”.
Peneliti: Apakah metode resitas
menyenangkan?
Siswa: “metode ini membuat saya jadi lebih aktif untuk bertanya”.
Peneliti : Bagaima
ini?
Siswa: “cukup memuaskan”.
Berd dengan
menggu n
belajarnya. Karena metode resitasi, membuat siswa senang dan tidak
membo as dengan hasil yang mereka dapat. Hal ini
enujukkan bahwa penelitian tindakan dengan menggunakan metode resitasi
e di bawah ini
asarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
nakan metode resitasi dapat membuat siswa mengatasi kesulita
sankan dan siswa sangat pu
m
telah berhasil dilaksanakan oleh peneliti, karena implikasinya positif terhadap
proses pembelajaran sosiologi
3. Analisis dan Interpretasi Data Berdasarkan Hasil Angket
Angket diberikan kepada siswa setelah berakhirnya penelitian, tujuannya untuk
mengetahui respon siswa setelah belajar sosiologi dengan metode resitasi.
Hasilnya dapat dilihat pada tabl
60
Tabel 4.11
Nilai Respon Siswa Mengatasi Kesulitan Belajar
Menggunakan Metode Resitasi
No Responden Nilai
1. A1 79
2. A2 80
3. A3 82
4. A4 84
5. A5 80
6. B1 74
7. B2 82
8. B3 80
9. B4 85
10. B5 64
11. C1 85
12. C2 74
13. C3 74
14. C4 82
15. C5 77
16. D1 88
17. D2 73
18. D3 79
19. D4 70
20. D5 75
21. E1 75
22. E2 59
23. E3 60
24. E4 76
25. E5 78
61
26. F1 80
27. F2 87
28. F3 77
29. F4 77
30. F5 75
Berdasarkan tabel di atas eroleh data berikut ini
Tabel 4.12
a Berdasarkan Kategori Respon Siswa
Terhadap Metode Resitasi
Respon
, dip :
Jumlah Sisw
Interval Jumlah Siswa 59-63 2 Sangat Tidak Cukup 64-68 1 Tidak Cukup 69-73 2 Cukup 74-78 10 Baik 79-83 9 Sangat Baik 84-88 6 ngat Baik Sekali Sa
Jumlah 30
Dari tabel d disimpulkan bahwa respon siswa setelah mempelajari
sosiologi denga gunakan metode resitasi adalah baik.
4. Analisi terpretasi Dat erdasarkan angan
Tabel 4.13
i atas, dapat
n meng
s dan In a B Hasil Catatan Lap
Catatan Lapangan
Siklus I Pertemuan Ke I
Tempat Penelitian / Sekolah : MA Manaratul Islam Jakarta a
Proses pembelajaran diawali dengan apersepsi si eri yang terkait. Siswa
mendengarkan materi yang dijelaskan dan m ang diberikan guru untuk
mempermudah siswa dalam memaham
Aktivitas Guru :
Hari/ T nggal : Jum’at, 12 Februari 2010 Proses Pembelajaran :
swa tentang mat
engerjakan tugas y
i materi
62
t untuk mempermudah
membuat bosa askan kepada siswa, guru
siswa untuk bertanya dan membagikan tugas yang akan
tidak fokus kepada materi yang
Guru menjelaskan materi kepada siswa dengan bantuan power poin
siswa dan tidak n siswa. Dan setelah menjel
memberikan kesempatan
dikerjakan.
Aktivitas Siswa :
a. siswa masih ada yang terlihat malas dan
diajarkan.
b. Siswa masih mengobrol dan bercanda
c. Belum terlihat aktif
d. Sebagian siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan
Siklus I Pertemuan Ke II
: Jum’at, 19 Februari 2010
lai dengan tanya jawab tentang materi sebelumnya dan
rkan penjelasan materi,
Tanya jawab dan mengerjaka ntuk siswa dalam mengatasi
kesulitan belajar.
n mat i tenta g dan memberikan tugas
tasi kesulitan belajar
dengan baik.
Tempat Penelitian / Sekolah : MA Manaratul Islam Hari/ Tanggal Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran di mu
apersepsi tentang materi yang akan dijelaskan. Siswa mendenga
n tugas yang diberikan guru u
Aktivitas Guru
Guru menjelaska er ng teori perilaku menyimpan
kepada siswa untuk menga
Aktivitas Siswa
Dalam siklus ke II ini, siswa sudah terlihat tidak bosan, sebagian siswa sudah mulai aktif
dalam mengungkapkan pendapat dan bertanya tentang materi yang belum jelas dan siswa
mengerjakan tugas
Siklus II
Tempat Penelitian / Sekolah : MA Manaratul Islam Jakarta : Jum’at, 12 Maret 2010 Hari/ Tanggal
Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran pada siklus ke II ini, mengevaluasi atau mengulang materi pada
63
teori perilaku menyimpang, melaksanakan quiz, dan
engerjakan tugas kelompok
Aktivitas Guru
pang atau mengulang
s II, m bimb ng dilaksanakan, dan terakhir
pok kepada siswa.
dan mengerjakan tugas kelompok dengan
mengikuti mata pelajaran sosiologi.
siklus I tentang pengertian dan
m
Guru menjelaskan materi pengertian dan teori perilaku menyim
materi pada siklu em ing jalannya quiz yang seda
memberikan tugas kelom
Aktivitas Siswa
Pada sisklus II ini, aktivitas siswa meningkat dari siklus sebelumnya. Siswa sudah aktif
untuk bertanya, mengikuti quiz dengan baik
kompak dan mulai senang dalam
Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa adanya peningkatan proses
pembelajaran siswa yang meningkat dan siswa mulai aktif dalam berbagai
as yang diberikan oleh guru.
rupa siklus-siklus
embelajaran yang dilakukan dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas.
Siklus I terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaa, observasi, dan
.
(soal/tes, lembar
ktivitas siswa/observasi, catatan lapangan, dan angket), dan menguji coba
dari dua kali pertemuan. Pada pertemuan pertama
belum sesuai dengan rencana. Hal ini disebabkan
kegiatan atau tug
E. Interpretasi Hasil Analisis
Hasil penelitian diuraikan dalam beberapa tahapan yang be
p
Dalam penelitian ini pembelajaran dilakukan dalam dua siklus.
1. Siklus I
refleksi Seperti berikut ini.
a. Perencanaan
Peneliti dan kolaborator (guru mata pelajaran) membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Power point, menyiapkan Instrumen
a
instrumen.
b. Pelaksanaan
Pada siklus I ini, terdiri
pelaksanaan pembelajarannya
64
u mengikuti pelajaran dan tugas yang diberikan oleh guru.
wa terlihat lebih fokus daripada pertemuan pertama.
Pertemuan II
karena masih ada siswa yang belum fokus kepada materi yang diajarkan, siswa
masih belum aktif, dan hanya sebagian siswa yang mengerjakan tugas. Sehingga
guru harus lebih ekstra untuk mengatasi siswa dalam proses pembelajaran agar
siswa mamp
Pada pertemuan kedua, sis
Siswa sudah mulai aktif untuk bertanya ataupun mengutarkan pendapat dan siswa
senang apabila mendapatkan tugas. Sehingga ini memudahkan proses
pembelajaran sosiologi.
c. Observasi
1) Hasil observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran selama siklus I
dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.14
Aktivitas siswa siklus I
Pertemuan I Nilai Aktivitas Nilai Aktivitas
Siswa Frekuensi Siswa Frekuensi
10 1 15 1 11 2 18 2 12 1 19 1 13 5 20 5 14 3 21 4 15 4 4 22 16 9 23 7 17 4 25 3 18 1 26 3
30 30
Keterangan :
9-17 = me tan belajar rendah
18-26 = me
27-36 = me
Berdasark diatas, m i aktivitas wa pada perte a
siswa belum pu mengatasi kesulitan belajar. Setelah pertemuan kedua siswa
ngatasi kesuli
ngatasi kesulitan belajar sedang
ngatasi kesulitan belajar tinggi
an tabel engena sis muan pertam
mam
65
untuk mengatasi kesulitan belajarnya itu terlihat jelas pada
ai aktivitas guru dalam proses
si siklus I mengenai penguasaan konsep siswa terhadap materi
pem
p siswa terhadap materi pembelajaran masih tergolong
siklus I ini, masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki ketika
r
lum mengerjakan tugas
bservasi, masih banyak yang harus diperbaiki dalam
i memperbaiki kelemahan dan
r da siklus
kan berdasarkan hasil
I
telah mampu
perbandingannya.
2) Hasil observasi siklus I mengen
pembelajaran
Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran sosiologi siklus I
masih rendah. Ini juga dikarenakan guru masih kurang memotivasi siswa dalam
belajar.
3) Hasil evalua
belajaran
Penguasaan konse
rendah ini dikarenakan 60% dari siswa masih belum mampu mencapai nilai ≥ 70.
d. Refleksi
Pada
membe i tindakan pada siklus II. Adapun kegagalan yang terjadi pada siklus I
adalah sebagai berikut.
1) Kurang membangkitkan motivasi
2) Kurangnya fokus siswa terhadap materi yang diajarkan
3) Sebagian siswa be
4) Kurangnya penjelasan terhadap tugas yang diberikan
5) Penguasaan konsep siswa mengenai materi sosiologi yang masih rendah
Berdasarkan hasil o
pember an tindakan guru kepada siswa. Untuk
mempe tahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I, maka pa
II perlu dibuat pengembangan perencanaan pemberian tinda
refleksi dari siklus I.
2. Siklus I
Pada siklus II ini, juga terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi.
66
refleksi pada siklus I, maka perencanaan di siklus II ini lebih
ikembangkan agar indicator keberhasilannya tercapai. Perencanaannya adalah:
anaan Pembelajaran atau RPP, mempersiapkan tugas
k dalam mengerjakan tugas, menyiapkan permainan atau
ames yang dapat mengatasi kesulitan siswa dalam memahami mata pelajaran
e. Tabel 4.15
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil
d
Membuat Rencana Pelaks
yang akan diberikan, memberikan motivasi yang penuh kepada siswa,
membimbing siswa untu
g
sosiologi.
b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pada siklus II ini, siswa sudah bertambah aktif dalam
megutarkan pendapat, aktif dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru,
dan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai tercipta.
c. Observasi
1) Hasil observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran selama
siklus II dapat dilihat pada tabel berikut
f. Aktivitas siswa siklus II
Nilai Aktivitas Siswa Frekuensi
26 1 27 1 28 4 29 2 30 6 31 1 32 3 33 9 34 2 35 1
30
Keterangan :
9-17 = mengatasi kesulitan belajar rendah
18-26 = mengatasi kesulitan belajar sedang
27-36 = mengatasi kesulitan belajar tinggi
67
Berdasarkan tabel diatas, at disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa
semakin meningkat.
2) Hasil observasi siklus II mengenai aktivitas guru dalam proses
belajaran
mperbaiki kesalahan atau kegagalan
arena siswa semangat mendapatkan
ses pembelajaran lebih efektif dan
asi siklus II mengenai penguasaan konsep siswa terhadap
Hasil sil tes siswa pada siklus II ini, mengalami peningkatan
yang dicapai pada siklus II adalah sebagai berikut:
ang dipelajari.
r keberhasilan dari 33,33% meningkat menjadi
elajar dengan
asil tes pada
a
an keaktifan siswa
dap
pem
Pada siklus II ini, guru sudah dapat me
pada siklus I. Hal ini dapat ditunjukkan k
tugas yang diberikan oleh guru dan pro
menyenangkan.
3) Hasil evalu
materi pembelajaran
evaluasi atau ha
dibandingkan dengan siklus I. Karena pada siklus II ini siswa yang mendapatkan
nilai ≥ 70 mencapai 76,66%.
d. Refleksi
Keberhasilan
1) Aktivitas belajar siswa semakin meningkat dan siswa mampu menguasai
konsep konsep-konsep sosiologi y
2) Aktivitas guru juga meningkat dan mampu mempertahankan proses
pembelajaran sosiologi dengan metode resitasi.
3) Tercapainya indikato
76,66%.
Sementara berdasarkan hasil angket, respon siswa setelah b
menggunakan metode resitasi adalah baik. Hal itu dibuktikan dengan adanya
siswa dapat mengatasi kesulitan belajar yang dapat dilihat dari h
setiap khir siklus. Belajar sosiologi dengan menggunakan metode resitasi
berhasil mengatasi kesulitan belajar. Selain itu, motivasi d
dapat meningkat.
68
ang dan antisosial kepada siswa dapat memberikan pengalaman
aru bagi siswa dalam belajar sosiologi. Hal itu disebabkan karena guru terus
enerus melatih siswa untuk kreatif dan aktif serta variatif dalam menyelesaikan
oal. Tanggapan/respon yang diberikan guru dengan segera ketika siswa
k erhatikan dan dapat langsung
memperbaiki kesalahan yang mereka lakukan, sehingga kesalahan yang dilakukan
F. Pembahasan Temuan Penelitian
Penggunaan metode resitasi dalam kegiatan belajar mengajar pokok bahasan
perilaku menyimp
b
m
s
melaku an kesalahan, membuat siswa merasa dip
siswa tidak akan terulang lagi pada kegiatan pembelajaran selanjutnya.
Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, catatan lapangan, hasil tes dan angket
siswa dalam mengatasi kesulitan belajar.
Kesulitan belajar yang dialami siswa mulai dapat teratasi terlihat dari hasil tes
akhir siklus I dan II yang nilainya terus meningkat pada siklus II 76,66% siswa
mendapat nilai ≥ 70 dari tes keseluruhan pada bab perilaku menyimpang dan
antisosial.
69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Upaya kesulitan belajar dapat diatasi dengan penerapan metode resitasi dalam
pembelajaran sosiologi dapat mengatasi kesulitan belajar siswa. Hal ini
terlihat dari adanya peningkatan nilai rata-rata tes pada setiap akhir siklus.
Pada siklus I = 33,33% sedangkan siklus II = 76,66% siswa mendapat nilai ≥
70 dari tes yang mengatasi kesulitan belajar.
2. Penerapan metode resitasi dalam proses pembelajaran sosiologi siswa dapat
meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini terlihat dari hasil observasi yang terus
meningkat pada setiap siklusnya. Pada siklus I pertemuan ke I nilai aktivitas
siswa masih tergolong rendah dan pada pertemuan ke 2 nilai aktivitasnya
tergolong sedang. Dan pada siklus II atau siklus akhir hasilnya tergolong
tinggi.
70
B. Saran 1. Berdasarkan penelitian ini, guru hendaknya dapat memberikan tanggapan atau
respon terhadap siswa yang melakukan kesalahan atau kekeliruan pada saat
mengerjakan tugas.
2. Tanggapan dan stimulus yang dilakukan guru dalam rangka mengatasi
kesulitan belajar siswa dapat dilakukan dengan cara metode resitasi secara
kontinu, variatif, dan inovatif pada siswa misalnya latihan soal, diskusi,
proyek, quiz, lembar kerja siswa / PR.
3. Pada pembelajaran sosiologi hendaknya tugas yang diberikan guru tidak
terlalu banyak dan tidak monoton. Karena pada mata pelajaran sosiologi
banyak bentu tugas yang dapat dilaksanakan, seperti pengamatan yang terkait
dengan lingkungan atau masyarakat.
4. Tugas yang diberikan guru, hendaknya siswa mengerjakan dengan
bertanggung jawab dan disiplin.
5. Dalam mengatasi kesulitan belajar, hendaknya pihak sekolah mempersiapkan
media-media yang dibutuhkan oleh para pengajar.
71
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. VIII, 2008.
Arikunto, Suharsimi dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. VI, 2008. Bouman, P.J., Ilmu Masyarakat Umum, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. XIV, 2007.
Dalyono, M, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, Cet V, 2009.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, Cet. III, 2006.
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. III, 2005.
Gunawan, Ary H., Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, Cet. I, 2000.
Hallen, Bimbingan Konseling, Jakarta: Ciputat Pers, Cet. I, 2002.
Iska, Zikri Neni, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta: Kizi Brother’s, Cet. I, 2006.
Kartasaputra, G, Kamus Sosiologi dan Kependudukan, Jakarta: Bumi Aksara, Cet II, 2007.
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: Rajawali Pers, Cet IV, 2009.
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, Cet. VIII, 1997.
Muslich, Masnur Melaksanakan PTK itu Mudah (Classroom Action Research)Pedoman Praktis Bagi Guru Profesional, Jakarta: Bumi Aksara, Cet I, 2009.
71
72
Purwanto, M Ngalim , Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya, Cet XIX, 2003.
Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, Cet. III, 2007.
Soekanto, Soerjono , Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo, 2007.
Sofyan, Ahmad dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta: UIN Jakarta Pers, Cet.I, 2006.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. I, 2005).
Sudirman, dkk, Ilmu Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. V, 1991.
Supardan, Dadang, Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. I, 2007.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet.VII, 2003.
Syah, Darwyan, dkk, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Faza Media, Cet. III, 2006.
Syah, Darwyan, dkk, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Diadit Media, Cet. I, 2009.
Syamsuddin Makmun, Abin Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, Bandung : Remaja Rosdakarya, Cet.VIII, 2005.
Syarbaini, Syahrial, dkk, Sosiologi dan Politik, Bogor: Ghalia Indonesia, Cet. VI, 2002.
Tim Penyusun Kamus Besar Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. I, 1988.
72
73
73
Usman, M. Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, Cet. I, 2002.
Wiriaatmadja, Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : Remaja Rosdakarya, Cet. VIII, 1997
top related