upaya guru dalam meningkatkan motivasi
Post on 10-Oct-2015
133 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
1
UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE RESITASI PADA
MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS V MI AL-HIKMAH SUMBERREJO KAB. MALANG
SKRIPSI
Oleh: SUSANTO
NIM: 07140044
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2009
-
2
UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE RESITASI PADA
MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS V MI AL-HIKMAH SUMBERREJO KAB. MALANG
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Stara Satu Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh: SUSANTO
NIM: 07140044
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2009
-
3
UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE RESITASI PADA
MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS V MI AL-HIKMAH SUMBERREJO KAB. MALANG
SKRIPSI
dipersiapkan dan disusun oleh SUSANTO (07140044)
telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 6 Agustus 2009 dengan nilai B
dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar stara satu Sarjana Pendidikan (S.Pd)
DEWAN PENGGUJI: TANDA TANGAN
1. Abdul Malik Karim Amrullah, M.Pd (Ketua) _________________ NIP. 150 368 790
2. Drs. Moh. Padil, M. PdI (Sekretaris) ________________ NIP. 150 297 235
3. Muhamad Walid, M. A (Penguji Utama) ________________ NIP. 150310896
4. Drs. Moh. Padil, M. PdI (Pembimbing) ________________ NIP. 150 297 235
Mengetahui dan mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang
Dr. M. Zainuddin, MA
NIP. 150 275 502
-
4
UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE RESITASI PADA
MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS V MI AL-HIKMAH SUMBERREJO KAB. MALANG
SKRIPSI
Oleh :
SUSANTO 07140044
Disetujui oleh; Dosen Pembimbing
Drs. Moh. Padil, M. PdI NIP. 150 297 235
Tanggal 25 Juli 2009
Mengetahui Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Dra. Hj. Sulala, M. Ag NIP. 150 267 279
-
5
SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN
BUAT IBU TERSAYANGBUAT IBU TERSAYANGBUAT IBU TERSAYANGBUAT IBU TERSAYANG
-
6
MOTTO
u (# s? u (# t trB Fr& u t n=F{ $# ) G. t
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-
orang yang beriman. (Q.S. ALI IMRAN: 139)1
1 Depag RI, Al-Quran Dan TerjemahaNya (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1995), hlm. 98
-
7
Drs. Moh. Padil, M. PdI Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang
NOTA DINAS PEMBIMBING Hal : Skripsi Susanto Malang, 16 Juli 2009 Lamp : 4 (Empat) Eksemplar
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang Di
Malang
Assalamualaikum Wr. Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun tekhnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini: Nama : Susanto NIM : 07140044 Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Resitasi Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Kelas V MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang
Maka selaku pembimbing, Kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamualaikum Wr.Wb.
Pembimbing,
Drs. Moh. Padil, M. PdI NIP. 150 297 235
-
8
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 16 juli 2009
Susanto
-
9
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan iringan rasa syukur dan segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta taufiqnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada Nabi Muhammad
SAW yang telah memberikan cahaya Islam dan senantiasa memberikan teladan
dengan akhlaknya yang mulia.
Dengan segala kemampuan dan pengetahuan, penulis curahkan untuk
mewujudkan dan penyelesaikan penulisan skripsi ini, namun demikian penulis
menyadari bahwa, penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak selalu penulis harapkan demi penyempurnaan
skripsi ini.
Penulis menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan
terselesaikan penyusunannya, sehingga penulis ucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Bapak dan ibu yang telah memberikan limpahan kasih sayang dan dukungan
materiil maupun moril.
2. Bapak Prof. DR. H. Imam Suprayogo, selaku rektor Universitas Islam Negeri
Malang.
3. Bapak Dr. M. Zainuddin, MA selaku dekan Tarbiyah Universitas Islam Negeri
Malang.
-
10
4. Bapak Drs. Moh. Padil M.Pd I, selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
Universitas Negeri Malang dan yang telah memberikan bimbingan mulai dari
awal penyusunan hingga akhir penulisan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Hj. Sulalah, M. Ag selaku ketuan jurursan pendidikan guru madrsah
ibtidaiyah Universitas Negeri Malang .
6. Bapak Sucipto S. PdI selaku Kepala Sekolah MI Al-Hikmah Sumberrejo
Gedangan Kab. Malang yang telah memberikan izin dan restunya dalam
pelaksanaan penelitian.
7. Bapak M. Rowi, A. Ma yang telah banyak membantu dalam proses
penyusunan skripsi ini dan telah meluangkan waktu dalam proses wawancara.
8. Sahabat-sahabatku yang telah memberikan dukungan dan semangat yang tak
ternilai harganya.
Hanya kepada Allah SWT penulis berdoa, semoga amal baik mereka diterima
oleh-Nya sebagai amal sholeh.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Alhamdulilliahirabbil alamin
Malang, 16 Juli 2009
Penulis
-
11
DAFTARLAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Bukti Konsultasi
Lampiran 2 : Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 3 : Surat Keterangan Melakukan Penelitian
Lampiran 4 : Pedoman wawancara
Lampiran 5 : Silabus
Lampiran 6 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 7 : Soal resitasi dan Portofolio
Lampiran 8 : Nilai Resitasi siswa kelas V
Lampiran 9 : Denah Sekolah
-
12
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN................................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ............ iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................................... v
HALAMAN MOTTO ......................................................................................................... vi
HALAMAN NOTA DINAS................................................................................................ vii
HALAMAN PERNYATAAN............................................................................................. viii
KATA PENGANTAR......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... xii
ABSTRAK ........................................................................................................................... xiii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................... 1
B. Rumusan masalah................................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian................................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian............................................................................................... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................... 7
F. Sistematika Pembahasan ...................................................................................... 9
-
13
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A. Pembahasan Metode Resitasi ............................................................................ 10
1. Pengertian Metode Resitasi........................................................................ 10
2. Langkah-Langkah Metode Resitasi............................................................ 12
3. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Resitasi ............................................ 13
4. Metode Resitasi Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam............................. 15
B. Pembahasan Tentang Motivasi Belajar ............................................................. 23
1. Pengertian Motivasi Belajar ........................................................................ 23
2. Macam-Macam Motivasi Belajar ................................................................ 26
3. Fungsi Motivasi Belajar............................................................................... 28
4. Prinsip-Prinsip Motivasi Dalam Belajar...................................................... 29
5. Faktor-Faktor yang dapat menimbulkan motivasi
belajar siswa .................................................................................................. 30
6. Teori Motivasi ............................................................................................... 34
C. Pembahasan Tentang Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ...................... 42
1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam ........................................................ 44
2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam .............................................................................................................. 47
3. Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam ................................................ 50
-
14
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................................... 53
B. Kehadiran Peneliti......................................................................................... 53
C. Lokasi Penelititan ......................................................................................... 54
D. Jenis Data...................................................................................................... 50
E. Teknik Pengumpulan Data............................................................................ 55
F. Analisis Data................................................................................................. 57
G. Pengecekan keabsahan data ........................................................................ 58
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A. Latar Belajakang Obyek................................................................................. 60
1. Sejarah Berdirinya MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang ............... 60
2. Visi, Misi, dan Tujuan MI Al-Hikmah Sumberrejo
Kabupaten Malang ............................................................................................ 61
3. Struktur Organisasi MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang............................ 63
5. Keadaan siswa MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang .................................. 64
6. Sarana dan Prasarana MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang....................... 63
6. Kurikulum MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang ........................... 65
7. Jumlah Tenaga Pengajar MI Al-Hikmah Sumberrejo
Kab. Malang............................................................................................ 67
B. Penyajian data................................................................................................ 67
1. Upaya Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam dengan Menggunakan Metode
-
15
Resitasi di Kelas V MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab.
Malang..................................................................................................... 68
2. Upaya Guru dalam Meningkatkan Motivasi belajar siswa
dengan Menggunakan Metode Resitasi Pada Mata
Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Kelas V Mi Al-
Hikmah Sumberrejo Kab. Malang .......................................................... 74
BAB V : PEMBAHASAN
A. Upaya Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
dengan Menggunakan Metode Resitasi di Kelas V MI Al-Hikmah Sumberrejo
Kab. Malang..................................................................................................................... 79
B. Upaya Guru dalam Meningkatkan Motivasi belajar siswa dengan
Menggunakan Metode Resitasi Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam di Kelas V Mi Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang........................................... 81
BAB VI: PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 85
B. Saran ................................................................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
16
ABSTRAK
Susanto. Upaya Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode Resitasi pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Kelas V MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN) Malang. Dosen Pembimbing: Drs. Moh. Padil, M.PdI.
Kata Kunci: Motivasi, Metode resitasi, Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Metode merupakan salah satu unsur yang diperlukan dalam mencapai tujuan pembelajaran sejarah kebudayaan islam dan banyak sekali variasi yang bisa diterapkan guru guna untuk mencapai tujuan pembelajaran pendidikan sejarah kebudayaan islam. Adapun salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru dengan metode resitasi, dengan penggunaan metode resitasi dalam pembelajaran sejarah kebudayaan islam diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Karena metode resitasi ini merupakan metode yang tidak hanya komunikasi satu arah akan tetapi bisa dua ataupun tiga arah. Di samping itu, metode ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi siswa dan siswa tidak hanya menjadi pendengar saja akan tetapi mereka ikut mempertanggung jawabkan hasil pekerjaan dan aktif di dalamnya. Mengigat betapa pentingnya penggunaan metode dalam kegiatan belajar mengajar khususnya untuk mencapai tujuan pembelajaran maka penulis tertarik untuk membahas tentang Upaya Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Resitasi Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Kelas V MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya guru dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode resitasi pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam kelas v di Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah Sumberrejo Gedangan Kab. Malang, selain itu untuk mengetahui bentuk upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan metode resitasi pada mata sejarah kebudayaan islam.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu data yang dikumpulkan berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi dan dokumen lainnya. Data yang terkumpul penulis analisis dengan menggunakan tehnik analisi deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode resitasi pada pembelajaran sejarah kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang sudah cukup memberikan motivasi siswa, dibuktikan dengan siswa yang semangat belajar mereka meningkat dan nilai siswa yang bertambah baik. Metode ini sangat membantu guru sejarah kebudayaan islam karena dapat melibatkan siswa secara aktif dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Penggunaan metode ini didukung oleh beberapa sarana yang cukup lengkap yang disediakan oleh Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang.
-
17
Maka dapat diambil kesimpulan bahwa upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan metode resitasi pada pembelajaran sejarah kebudayaan islam di MI Al-Hikmah adalah: (a) bahwsanya metode resitasi telah dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran pendidikan sejarah kebudayaan islam. (b) bahwasanya pelaksanaan metode resitasi dalam kegiatan pembelajaran pendidikan sejarah kebudayaan islam penugasan yang diberikan oleh guru selalu dikaitkan dengan pelajaran yang sedang disampaikan. (c) selain itu, pelaksanaan metode resitasi di samping dikaitkan dengan pelajaran yang sedang disampaikan dikaitkan juga dengan materi yang telah lalu juga. (d) bahwasanya pelaksanaan metode resitasi selalu digunakan atau diterapkan di setiap pembelajaran pelajaran pendidikan sejarah kebudayaan islam.
Upaya guru dalam menigkatkan motivasi pembelajaran pendidikan sejarah kebudayaan islam melalui metode resitasi adalah sebagai berikut: (a) upaya yang dilakukan dengan tidak memberikan penugasan yang hanya terfokus pada jawaban kecepatan mengerjakan akan tetapi lebih kepada bagaiamana siswa dalam proses berpikir. (b) upaya yang dilakukan yaitu dengan menggabungkan atau pelaksanaan metode resitasi dengan metode yang lain dalam kegiatan pembelajaran pendidikan sejarah kebudayaan islam. (c) upaya yang dilakukan dengan tidak memberikan resitasi pada siswa yang bersifat jenuh, karena kalau hal itu dilakukan dan siswa tidak akan meningkat dari penggunaan metode resitasi itu sendiri.
-
18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Proses belajar
mengajar juga merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan
timbal balik antara guru dan siswa merupakan syarat utama bagi
berlangsungnya proses belajar mengajar.2
Didalam situasi pengajaran, gurulah yang memimpin dan bertanggung
jawab penuh atas kepemimpinannya yang di lakukan itu. Ia tidak melakukan
intruksi-intruksi dan tidak berdiri di bawa intruksi manusia lain kecuali dirinya
sendiri, setelah masuk dalam situasi kelas.3
Kegiatan Belajar mengajar merupakan kegiatan yang sangat penting
dari proses pendidikan. Di dalam proses belajar mengajar itu terjadi interaksi
antara guru dan siswa. Guru merupakan pelaksanaan pendidikan yang
memiliki peranan penting dalam pencapaian keberhasilan pendidikan.
Demikian juga guru memiliki upaya yang sangat penting dalam meningkatkan
2 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
1999), hlM. 1 3 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah ( Jakarta : Rineka Cipta, 1997 ),
hlm.3-4
-
19
motivasi belajar siswa. Dan tugas utama guru adalah membimbing dan
membantu keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.
Metode mengajar merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru
dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran. Oleh karena itu metode mengajar memiliki andil yang sangat
besar dalam kegiatan belajar mengajar.4
Tanpa metode, suatu materi pendidikan tidak dapat berproses secara
efektif dan efisien dalam kegiatan belajar mengajar menuju tujuan pengajaran.
Oleh karena itu, metode merupakan garis-garis haluan untuk bertindak dalam
usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.5
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan berguna bagi diri
manusia. Tidak seorangpun yang dilahirkan di dunia ini tiba-tiba langsung
pandai dan trampil dan memecahkan masalah dalam kehidupannya. Tanpa
melalui proses pendidikan. Untuk itulah pendidikan merupakan suatu sistem
yang teratur dan mengembangkan misi yang cukup luas yaitu segala sesuatu
yang bertalian dengan perkembangan fisik, keterampilan, pikiran, perasaan,
kemampuan, sosial sampai kepada masalah kepercayaan atau keimanan.6
Kegiatan belajar mengajar dalam kelas, tidak semua peserta didik
mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama, sebagaimana yang telah
peneliti alami ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar di MI Al-
Hikmah Sumberrejo Kab. Malang, ternyata sebagian besar peserta didik
membuat kegaduhan ditengah-tengah berlangsungnya proses belajar mengajar,
4Ibid, hlm. 43 5 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Renika cipta, 1995),hlm. 6
6 Depag RI, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam (Jakarta: DEPAG RI, 2003), hlm. 10
-
20
begitu juga wajah mereka menunjukkan kelesuan dan yang lebih penting lagi,
motivasi peserta didik terhadap pembelajaran pendidikan Sejarah Kebudayaan
Islam sangat kurang, sehingga peserta didik tidak menguasai materi yang telah
guru sampaikan, ketika itulah guru mempertanyakan faktor penyebabnya dan
berusaha mencari jawabannya secara tepat.
Pada kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang ikut menentukan
berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar, yaitu pengaturan kelas dan
pengajaran itu sendiri. Pengaturan kelas menunjuk pada kegiatan-kegiatan
yang ditujukan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal
bagi terjadinya proses belajar mengajar. Sedangkan pengajaran menunjuk
pada semua kegiatan yang secara langsung diarahkan pada pencapaian tujuan-
tujuan pengajaran, kedua hal tersebut sangat tergantung atau terkait.7
Melihat kondisi tersebut sangat prihatin, sehingga peneliti berusaha
mencari solusi agar tujuan pengajaran yang diinginkan dapat tercapai. Dalam
hal ini guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menciptakan
lingkungan belajar yang kreatif dan menyenangkan bagi kegiatan belajar
peserta didik dikelas, agar peserta didik memiliki motivasi dalam belajar
pendidikan sejarah kebudayaan islam.
Pembelajaran atau cara yang harus peneliti lakukan adalah melakukan
pemilihan dan penentuan metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk
mencapai tujuan pengajaran. Boleh jadi dari sekian keadaan salah satu
penyebabnya adalah faktor metode. Karena penggunaan metode yang tidak
7 Ali Imron dkk, Manajemen Pendidikan, (Malang : Universitas Negeri Malang, 2003),
hal 45
-
21
sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan
yang telah dirumuskan.8
Salah satu langkah untuk memiliki strategi merupakan tugas dari
seorang guru yang harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya
disebut metode mengajar. Dari sini dapat dipahami bahwa metode yang tepat
dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar
mengajar dalam.
Adapun motivasi ekstrinsik menurut Sardiman adalah motif-motif
yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar. Karena itu,
metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat
membangkitkan belajar seseorang.9
Berdasarkan uraian dan kenyataan yang ada diatas maka penulis
menganggap betapa pentingnya fungsi pelaksananaan pembelajaran dengan
mengunakan metode, peneliti mencoba menerapkan metode mengajar yang
sesuai dengan keberagaman karakteristik yang dimiliki peserta didik,
sebagaimana diharapkan penerapan metode resitasi mampu menjawab
permasalahan yang terjadi di dalam kelas, sehingga proses belajar mengajar
dapat berjalan lancar dan menyenangkan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Penelitian ini diharapkan mampu mengatasi masalah yang sedang
terjadi di dalam kelas. Penggunaan metode Resitasi (penugasan) dalam
pembelajaran pendidikan sejarah kebudayaan islam, dalam hal ini peneliti juga
8 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka
Cipta, 1997), hlm. 87 9 Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1994), hlm. 90
-
22
memperhatikan bagaimana pelajaran itu hendak disampaikan atau metode
apakah yang paling tepat untuk pelaksanaan pembelajaran. Oleh karena itu
penelitian ini berjudul;
Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dengan
Menggunakan Metode Resitasi Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam Kelas V MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
persoalan yang perlu diteliti sebagai berikut;
1. Bagaimana Upaya Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam dengan Menggunakan Metode Resitasi Di Kelas V MI
Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang?
2. Bagaimana Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Dengan Menggunakakan Metode Resitasi pada mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam Di Kelas V MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana upaya guru dalam pelaksanaan
Pembelajaran sejarah kebudayaan islam dengan menggunakan metode
resitasi di Kelas V MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang
-
23
2. Untuk megetahui bentuk upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa dengan menggunakakan metode resitasi pada mata pelajaran sejarah
kebudayaan islam di Kelas V MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam
pelaksanaan pembelajaran di MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang,
khususnya pada kegiatan pembelajaran sejarah kebudayaan islam, diantaranya
adalah untuk:
1. Bagi lembaga
Sebagai bahan informasi dan sumbangan pemikiran bagi lembaga
dalam penerapan metode resitasi dan dapat dijadikan bahan pertimbangan
atau pijakan bagi lembaga sekaligus sebagai kerangka acuan dalam
mengembangkan hal-hal yang berkaitan dengan pengajaran pada pelajaran
sejarah kebuayaan islam yang lebih baik.
2. Bagi Guru
Penerapan metode resitasi diharapkan akan lebih mempermudah
para guru dalam mengajarkan atau menyampaikan mata pelajaran sejarah
kebudayaan islam dan mengarahkan siswa khususnya terhadap siswa yang
sering tidak serius dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Bagi peneliti
-
24
Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman tentang
pelaksanaan metode resitasi pada pembelajaran sejarah kebudayaan islam,
dan mempermudah meneliti dalam mengetahui kemampuan siswa
terhadap pembelajaran sejarah kebudayaan islam.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam ruang lingkup pembahasan ini, penulis membahas tentang
pentingnya pelaksanaan metode resitasi dalam meningkatkan motivasi
pembelajaran sejarah kebudayaan islam.
Untuk mempermudah dalam melakukan penelitian ini penulis
memberikan batasan dalam pembahasan sebagai berikut :
1. Pembahasan tentang Upaya Guru Dalam pelaksanaan Pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam dengan Menggunakan Metode Resitasi di
Kelas V MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang.
2. Fungsi Tentang Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam dengan Menggunakan Metode Resitasi Di
Kelas V MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang
F. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah penulisan dan pemahaman secara menyeluruh
tentang penelitian ini, maka sistematika penulisan laporan dan pembahasannya
disusun sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Ruang Lingkup Penelitian,
Sistematika Pembahasan.
-
25
BAB II : Kajian Pustaka, meliputi: (A) Pengertian metode resitasi,
prosedur penerapannya dan faktor-faktor dan penghambat penggunaan metode
resitasi, (B) Pengertian Motivasi, Prinsip Motivasi, Fungsi Motivasi.(C)
Pembelajaran Pendidikan Sejarah Kebudayaan Islam: Pengertian Pendidikan
Sejarah Kebudayaan Islam, Tujuan Pendidikan Sejarah Kebudayaan Islam dan
Ruang Lingkup Pembelajaran Pendidikan Sejarah Kebudayaan Islam.
BAB III : Metode Penelitian: Jenis Penelitian, Sumber Data, Teknik
Pengumpulan Data Dan Teknik Analisis Data.
BAB IV : Laporan Hasil Penelitian, meliputi: (A) Latar Belakang
Objek: Sejarah singkat MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang. Visi dan
Misi MI Al-Hikmah Sumberrejo Malang struktur Organisasi MI Al-Hikmah
Sumberrejo Kab. Malang. (B) Penyajian dan Analisis, penyajian dan analisa
data yang diperoleh dari obyek penelitian di MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab.
Malang.
BAB V : Dalam bab ini dijelaskan tentang temuan atau pembahasan
dari rumusan masalah.
BAB VI : Dalam bab ini merupakan akhir dari pada penulisan skripsi
ini, dimana di sajikan kesimpulan-kesimpulan dari hasil penelitian ini skripsi
ini secara keseluruhan dan juga penulis kemukakan saran-saran sebagai bahan
pertimbangan.
-
26
BAB II
KAJAIN PUSTAKA
A. Pembahasan Tentang Metode Resitasi
1. Pengertian Metode Resitasi
Kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, metode mengajar
memainkan peranan yang sangat penting dan merupakan suatu penunjang
utama berhasil atau tidaknya seorang guru dalam mengajar.Metode
mengajar adalah cara guru memberikan pelajaran dan cara murid
menerima pelajaran pada waktu pelajaran berlangsung, baik dalam bentuk
memberitahukan atau membangkitkan.10
Seorang guru tidak harus terpaku dalam menggunakan berbagai
metode agar proses belajar mengajar atau pengajaran berjalan tidak
membosankan, tetapi bagaimana memikat perhatian anak didik. Namun di
sisi lain penggunaan berbagai metode akan sulit membawa keberuntungan
atau manfaat dalam kegiatan belajar mengajar, bila penggunaannya tidak
sesuai dengan situasi dan kondisi yang mendukungnya, serta kondisi
psikologi anak didik. Maka dari itu disini guru di tuntut untuk pandai-
pandai dalam memilih metode yang tepat.
Adapun Metode mengajar menurut Winarno Surachmand dalam
bukunya Interaksi Mengajar dan Belajar mengembangkan beberapa
metode dalam kelas dapat digunakan dengan bermacam-macam metode
10 Abu Ahmad, Metode Khusus Fiqih (Bandung: Amrico, 1986) hlm. 152
-
27
belajar mengajar antara lain: ceramah, ekspositori, tanya jawab,
penemuan, demonstrasi, drill, pemecahan masalah, laboratorium, inkuiri,
kegiatan lapangan, permainan, dan resitasi.11 Adapun metode mengajar
yang berkaitan dengan penelitian ini adalah metode resitasi.
Banyaknya metode diatas tidak berarti bahwa penggunaan metode
dalam pendidikan semuanya dipakai, namun tergantung situasi dan kondisi
yang ada. sedangakan dalam penelitian ini peneliti menfokuskan pada
metode resitasi sesuai dengan judul skripsi.
Adapun Yang dimaksud dengan metode resitasi atau penugasan
adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu
agar siswa melakukan kegiatan belajar, yang mana kegiatan itu dapat
dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di
perpustakaan, di rumah ataupun dimana saja asal tugas itu dapat di
selesaikan.12
Dapat disimpulkan bahwa metode Resitasi yang dimaksud adalah
suatu metode mengajar dimana guru memberikan tugas-tugas kepada
siswa untuk dikerjakan setelah menjelaskan suatu materi pelajaran yang
telah selesai diberikan.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.13
11 Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya, Biro Ilmiyah. 1983)
hlm. 83 12
Suwarna, Pengajaran Mikro Pendekatan Praktis dalam Menyiapkan Pendidik Professional (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005) hlm. 113
13 Syaiful Bahri Djamarah, Stategi Belajar Mengajar
(Jakarta: Rineka Cipta, 2002) hlm. 96
-
28
Sudirman dkk, mendefinisikan metode resitasi sebagai cara penyajian bahan pelajaran, dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.14
Metode resitasi menurut ramayulis adalah suatu cara mengajar dimana guru memberikan tugas tertentu kepada siswa, sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh guru dan para siswa mempertanggung jawabkan.15
Metode resitasi yang dimaksud merupakan suatu metode
pengajaran yang mengaktifkan siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan oleh guru setelah dijelaskan suatu materi. Tugas-tugas yang
dimaksud disini adalah menyelesaikan soal-soal yang disusun dalam
lembar kerja siswa yang dibagikan kepada setiap siswa.
2. Langkah-Langkah Pengunaan Metode Resitasi
Penggunaan metode resitasi di kelas ada tiga fase yang harus
dilakukan oleh pengajar, antara lain:16
a. Fase Memberikan Tugas.
Yaitu guru memberikan tugas pada siswa baik itu secara
perseorangan atau kelompok. Dan hasil yang diperoleh dapat sesuai
dengan yang diinginkan, hendaknya tugas yang diberikan pada siswa
memperhatikan:
(1) Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang
ditugaskan tersebut
(2) Sesuai dengan kemampuan siswa.
(3) Ada petunjuk atau sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa.
14 Sudirman dkk, Ilmu Pendidikan ( Bandung: Remaja Rosda Karya, 1981) hlm. 141
15 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1990) hlm.
45 16 Syaiful Bahri Djamarah, Loc. Cit. hlm.7
-
29
(4) Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.
b. Langkah Pelaksanaan.
(1) Diberikan bimbingan atau pengawasan.
(2) Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja.
(3) Diusahakan dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang
lain.
(4) Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dan
sistematis.
c. Fase Mempertanggung Jawabkan Tugas
Hal yang harus dikerjakan siswa pada fase ini, antara lain:
(1) Laporan siswa baik lisan atau tertulis dari apa yang telah
dikerjakannya.
(2) Ada tanya jawab atau diskusi kelompok.
(3) Penelitian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun non tes
atau cara lainnya. Dengan fase mempertanggunag jawabkan inilah
yang disebut dengan resitasi.
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Resitasi
Dalam penggunaan suatu metode resitasi ini memiliki kebaikan
sebagai teknik penyajian karena siswa mendalami dan mengalami sendiri
pengetahuan yang dicarinya, maka pengetahuan itua akan lama tinggal
dalam jiwanya. Apabila dalam mengerjakan tugas ditunjang dengan minat
dan perhatian siswa serta kejelasan tujuan mereka bekerja.
-
30
Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode resitasi menurut
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein adalah sebagai berikut.17
a. Kelebihan Metode Resitasi, antara lain: (1) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktifitas belajar (2) Dapat mengembangkan kemandirian diluar pengawasan guru (3) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa (4) Dapat mengembangkan kreatifitas siswa.
b. Kelemahan Metode Resitasi, antara lain: (1) Siswa sulit dikontrol apakah benar ia yang mengerjakan tugas
ataukah orang lain. (2) Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif
mengerjakan dan meyelesaikan adalah anggota tertentu saja. Sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik.
(3) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.
(4) Sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan siswa.18
c. Kekuatan dari Metode Resitasi adalah: (1) Membuat peserta didik aktif (2) Merangsang peserta didik belajar lebih banyak, baik dekat
dengan guru maupun pada saat jauh dari guru di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
(3) Mengembangkan kemandirian peserta didik. (4) Lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih
memperdalam, memperkaya atau memperluas tentang apa yang dipelajari.
(5) Membina kebiasaan peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi.
(6) Membuat peserta didik bergairah belajar karena dapat dilakukan dengan bervariasi.
(7) Membina tanggung jawab dan disiplin peserta didik. (8) Mengembangkan kreativitas peserta didik.19
17 Ibid.hlm. 59
18 Ibid.hlm. 98
-
31
4. Metode Resitasi Dalam Meningkatakan Motivasi Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Metode resitasi merupakan suatu aspek dari metode belajar.
setiap guru selalu memberi tugas pada setiap pelajaran dengan maksud
tertentu, misalnya untuk meninjau pelajaran baru, menghafal pelajaran
yang telah diberikan, mencoba memecahkan masalah dan lain sebagainya.
Resitasi dapat diberikan kepada setiap individu, kelompok atau
kepada seluruh siswa kelas. resitasi dapat diberikan kepada siswa didalam
maupun diluar kelas.
Seringkali kita lihat cara yang digunakan oleh guru kurang tepat
misalnya: ketika jam istirahat berbunyi guru cepat-cepat memberikan
tugas (resitasi) pada siswa tanpak memperhatikan kondisi siswa waktu itu.
siswa yang telah memasukkan buku kedalam tasnya, untuk kemudian
beristirahat. cara ini tidak seluruhnya salah akan tetapi ada baiknya jika
guru melihat kondisi siswa sebab itu yang disebut dengan metode resitasi.
dalam hal ini guru perlu memperhatikan langkah-langkah berikut:
Pertama : Merumuskan tujuan khusus dari tugas yang diberikan
Kedua : Mempertimbangkan betul-betul apakah pemilihan teknik
resitasi itu telah tepat dan dapat mencapai tujuan yang di
inginkan
19 Soewarno, Loc. Cit. hlm. 59
-
32
Ketiga : Bagi guru perlu merumuskan tugas dengan jelas dan dimengerti
oleh siswa20
Dalam memberikan resitasi yang baik seperti yang diungkapkan
oleh sudirman dkk, bahwa seorang guru hendaknya menempuh langkah-
langkah:
a. Pemberian Resitasi dan Penjelasannya
Pada tahap ini kurang tepat digunakan apabila tugas (resitasi)
diberikan guru pada saat waktu tela habis, karena tugas berikan tidak
begitu saja dimengerti oleh siswa, tetapi guru juga harus menberikan
keterangan mengenai resitasi tersebut. misalnya: apakah resitasi
tersebut harus dikerjakan sacara individu, kelompok, kapan waktu
untuk mengumpulkan resitasi tersebut dan keterangan lain yang
dibutuhkan oleh siswa. oleh sebab itulah guru harus memperhatikan
langkah-langakah berikutnya:
(1) Resitasi yang diberikan harus jelas. (2) Tujuan resitsi yang diberikan akan lebih baik apabilah dijelaskan
kepada siswa terlebih dahulu supaya siswa mengetahui manfaat resitasi yang akan diselesaikan.
(3) Apakah resitasi itu merupakan resitasi individu atau kelompok, apabilah resitasi tersebut resitasi kelompok sekiranya ada ketua dan anggota sesuai dengan kebutuhan agar, ada yang bertanggung jawab untuk mengatur anggoanya.
(4) Berikan pengarahan bahwa tugas kelompok adalah tanggung jawab bersama seluruh anggota kelompok. oleh sebab tu setiap anggota kelompok perlua akan tugas dan apa yang harus diselesaikannya.
(5) Apabila resitasi yang diberikanya itu cara penyelesaiannya belum bisa dilakukan oleh siswa, maka guru juga perlu menjelaska atau memberi petunjuk cara mengerjakannnya, fasilitas yang
20 Suwarna, Loc. Cit. hlm. 136.
-
33
diperlukan, sumber-sumber yang diperlukandan dimana hal itu dapa diperoleh.
(6) Tempat dan waktu penyelesaian resitasi hendaknya jelas, apabila hal itu tidak jelas sering menjengkelkan guru dan menjadi beban yang berlarut-larut dan menuntut bagi siswa.21
b. Pelaksanaan Resitasi
Pada langkah ini siswa mengerjakan resitasi yang telah
diberikan, an selama siswa mengerjakan resitasi guru tidak boleh
menganggap masalah selesai, karena siswa juga memerlukan
keterangan dari guru namun hendaknya guru melakukan hal-hal
dibawah ini:
(1) memberikan bimbingan, barangkali ada siswa yang mengalami
kesulitan, hambatan atau salah arah dalam mengerjakan reitasi
tersebut.
(2) memberikan dorongan terutama bvagi siswa yang kurang bergairah
atau lambat dalam mengerjakan resitasi.22
Dalam hal ini tidak hanya siswa yang aktif tetapi guru juga
dituntut untuk akatif didalam proses belajar mengajar, karena yang
motivasi yang di berikan oleh guru sangat berpengaruh pada siswa
yang sedang mengerjakan resitasi. disinilah kita bisa tahu antara siswa
yang memang benar-benar cerdas sama yang lamban atau kurang
mampu dalam mengerjakan mengerjakan resitasi.
c. Pertanggung Jawaban Resitasi dan Penilaian
21 Sudirman, Loc. Cit. hlm. 143
22 Ibid, hlm.144
-
34
Pada langkah ini siswa memberiakan pertanggung jawaban
atas tugas yang telah diberikan dalam bentuk laporan. laporan ini bisa
berupa laporan lisan, laporan tertulis, laporan tindakan (demontrasi),
atau kombinasi dari keduanya. pertanggung jawaban siswa seharusnya
diberikan penilaian yang dijadikan salah satu pertimbagan dalam hasil
akhir bidang setudi yang diajarkan. resitasi yang dilaporkan tapi tidak
jelas dinilai apa tidak, akan mempengaruhi motivasi belajar siswa
apabila ada resitasi selanjutnya yang diberikan guru.23
Metode resitasi secara tegas memberika dua kategori bentuk
pelaksanaan, keduanya merupakan bentuk yang sama dalam
pelaksanaannya yaitu:
(1) Resitasi yang diberikan dirumah secarah individu
Dilaksanakannya metode resitasi dirumah secarah individu
denga tujuan supaya siswa melakukan latihan selama melakukan
resitasi, sehingga pengalaman siswa didalam mempelajari sesuatu
dapat lebih terintegrasi. hal ini disebabkan karena siswa
mempelajari situasi atau pengalaman yang berbeda dalam
menghadapi masalah baru. disamping itu juga untuk memperoleh
pengetahuan, memperluas dan memperkaya pengetahuan, serata
keterampilan siswa di sekolah melalui kegiatan diluar sekolah.
dengan demikian akan meningkatkan keinginan siswa untuk
belajar lebih giat lagi, memupuk inisiatif dan berani bertanggung
23 Ibid, hlm. 145
-
35
jawab sendiri. Dan masih banyak lagi manfaat yang kita dapatkan
apabila menggunakan resitasi.
(2) Resitasi Yang Diberikan Secara Kelompok
Dalam suatu istilah kerja kelompok digunakan untuk
merangkum pengertian,dimana siswa dalam satu kelas dipandang
sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri maupun dibagi atas
kelompok-kelompok kecil, atau merupakan segment dalam dua
bagian atau lebih itu mencapai tujuan pelajaran tertentu dengan
bergotong royong.
Sebagai metode kerja kelompok bisa digunakan untuk
mencapai bermacam-macam tujuan sekolah sedangankan menurut
obert L cilstrap dan william r martin menguatkan bahwa kerja
kelompok adalah kelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil,
yang di organisir untuk kegiatan belajar.24
Dalam kerja kelompok tidak hanya asal mengerjakan
resitasi yang diberikan guru kepada mereka, tetapi secara bersama-
sama ada beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan, antara
lain:
(a) Tujuan
Tujuan harus jelas bagi setiap kelompok agar diperoleh
hasil yang baik setiap anggota harus sama dalam mengerjakan
resitasi karena sebelumnya sudah dilakukan diskusi.
24 Suwarna,, Loc. Cit. hlm. 15
-
36
(b) Interaksi
Dalam kerja kelompok ada resitasi yang harus di selesaikan
bersama sehingga perlu dilakukan pembagian kerja salam satu
persyaratan utama dalam kerja keompok adalah komunikasi yang
efektif hal ini diperlukan untuk interaksi dalam kerja kelompok.
(c) Kepemimpinan
Dalam kelompok diperlukan adanya seorang kelompok
untuk mengatur komunikasi antar anggota, dan penyelesaian
resitasi bersama.
Diharapkan apabila guru telah memberikan tugas pada siswa, pada
hari minggu berikutnya tugas tersebut harus dicek apakah sudah
dikerjakan atau belum, kemudian perlu di evaluasi, karena akan memberi
motivasi belajar siswa.25 Tugas tersebut juga berupa perintah, kemudian
siswa mempelajari bersama teman atau sendiri dan menyusun
laporan/resum. esok harinya laporan itu dibacakan didepan kelas dan
didiskusikan dengan siswa seluruh kelas.
Maka untuk menciptakan kehidupan interaksi belajar mengajar
perlu diusahakan dialog, yaitu untuk memberi motivasi pada siswa agar
bangkit pikirannya untuk bertanya atau menjawab pertanyaan yang
diajukan guru. Dengan demikian akan menciptakan pembelajaran yang
efektif terutama dalam pembelajaran sejarah kebudayaan islam. Karena
selama mendengarkan pelajaran atau guru mengajukan pertanyaan
25 Roestiyah. Loc. Cit. hlm. 133
-
37
mengenai isi pelajaran yang sedang diajarkan, siswa seharusnya mengerti.
Dan pertanyaan yang lebih luas asalkan berkaitan dengan pelajaran atau
pengalaman yang dihayati dengan jawaban itu, menyebabkan pelajaran
menjadi lebih mendalam dan luas, dan menjadikan siswa akan lebih
termotivasi dalam belajar.
Selain itu, metode resitasi bisa menjadikan siswa termotivasi dalam
belajar karena ketika guru memberikan tugas siswa dapat mengerti atau
dapat mengingat fakta-fakta yang dipelajarinya, siswa lebih
mengembangkan kreatifnya dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru, sehingga mereka mempunyai pengetahuan yang mendalam.
Siswa bila telah selesai melakasanakan atau mempelajari tugas,
maka harus membuat laporan (fase resitasi) yang bentuknya telah
ditentukan sesuai dengan tujuan tugas. oleh guru harus disiapkan alat
evaluasi, agar dapat menilai hasil kerja siswa dan dapat memberi
gambaran yang obyektif mengenai usaha siswa melakukan tugas itu.
evaluasi ini penting untuk siswa karena dapat menumbuhkan motivasi
belajar siswa yang lebih baik, dan meninkatkan hasrat belajar.
Penjelasan semua itu dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan
metode akan berjalan baik dalam kegiatan belajar mengajar apabila guru
mampu menggunakan metode ini dengan benar. Karena metode yang
dirumuskan dengan tepat, merupakan suatu alat komunikasi yang ampuh
antara guru dan siswa.
-
38
B. Pembahasan Tentang Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Banyak sekali, bahkan sudah umum orang menyebut dengan
motif untuk menunjukan mengapa seseorang itu berbuat sesuatu.10 Motif
dan motivasi berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan. Kata
motif, diartikan sebagai daya upaya mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Berawal dari pendekatan kata motif tersebut dapat
ditarik persamaan bahwa keduanya menyatakan suatu kehendak yang
melatarbelakangi perbuatan. Banyak para ahli yang memberikan batasan
tentang pengertian motivasi antara lain adalah sebagai berikut:
a. Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman mengemukakan, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahulu dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.26
b. Tabrani Rusyan berpendapat, bahwa motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.27
c. Heinz Kock memberikan pengertian, motivasi adalah mengembangkan keinginan untuk melakukan sesuatu.28
d. Dr. Wayan Ardhan menjelaskan, bahwa motivasi dapat dipadang sebagai suatu istilah umum yang menunjukkan kepada pengaturan tingkah laku individu dimana kebutuhan-kebutuhan atau dorongan-dorongan dari dalam dan insentif dari lingkungan mendorong individu untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya atau untuk berusaha menuju tercapainya tujuan yang diharapkan.29
e. Gleitman dan Reiber yang dikutip oleh Muhibbin Syah berpendapat, bahwa motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.30
26 Sardiman A., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali Pers. 1990)
hlm. 73 27
Tabrani Rusyan, dkk Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya. 1989) hlm.95
28 Heinz Kcok, Saya Guru Yang Baik (Yogyakarta: Kanisius,1991) hlm. 69
29 Wayan Ardhana, Pokok-pokok Jiwa Umum (.Surabaya: Usaha Nasional 1985) hlm. 165
30 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004) hlm. 65
-
39
Berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas,
dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks, karena
motivasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan energi dalam diri individu untuk melakukan sesuatu yang didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.
Dalam pembahasan skripsi yang penulis maksudkan adalah
motivasi dalam belajar. Oleh karena itu sebelum menguraikan apa itu motivasi belajar terlebih dahulu diuraikan tentang belajar.
Belajar adalah suatu bentuk perubahan tingkah laku yang terjadi pada seseorang. Untuk lebih jelas penulis akan kemukakan pendapat para ahli:
(1) Menurut Chaplin tentang definisi belajar ada dua: yang pertama, belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya, belajar adalah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus.31
(2) Menurut Hintzman belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
(3) Menurut Skinner berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif.32
Berdasarkan ketiga definisi yang diutarakan tersebut secara umum
belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
31 Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru ( Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. 2002) hlm.136
32 Ibid, hlm. 64
-
40
Pengertian motivasi dan belajar tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa motivasi belajar merupakan suatu dorongan atau kekuatan bathin
siswa yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas belajar untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Motivasi belajar ini tumbuh dalam diri
sendiri, sedangkan motivasi belajar dapat dirangsang oleh faktor-faktor
dari luar. Dengan demikian dapat dikatakan motivasi pembelajaran sejarah
kebudayaan islam adalah penggerak atau dorongan yang harus ada dalam
situasi belajar pendidikan agama Islam demi mencapai tujuan,
pendalaman, pemahaman tentang studi keagamaan yang diharapkan.
Setelah penulis menguraikan defenisi motivasi dalam belajar, maka
dapat diambil pengertian bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar
adalah suatu daya upaya penggerak atau membangkitkan serta
mengarahkan semangat individu untuk melakukan perbuatan belajar.
Untuk dapat mendalami dan mempunyai suatu gambaran yang
mendalam serta jelas mengenai motivasi belajar, maka hal ini penulis
kemukakan menurut pendapat para ahli mengenai motivasi belajar yaitu:
(a) Menurut H. Mulyadi menyatakan bahwa motivasi belajar adalah membangkitkan dan memberikan arah dorongan yang menyebabkan individu melakukan perbuatan belajar.33
(b) Dan menurut Tadjab, motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.34
(c) Sedangkan menurut Sadirman, motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual, peranan yang luas adalah dalam hal menimbulkan gairah, merasa senang dan semangat untuk
33 Mulyadi, Psikologi Pendidikan, (Biro Ilmiah, FT. IAIN Sunan Ampel, Malang, 1991)
hlm. 87 34
Tadjab MA, Op.Cit. hlm. 102
-
41
belajar, siswa yang memeliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi unuk melakukan kegiatan belajar.35
Dari pendapat ahli diatas penulis mempuyai pemahaman bahwa
yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah motivasi yang mampu
memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar dan melangsungkan
pelajaran dengan memberikan arah atau tujuan yang telah ditentukan.
2. Macam-Macam Motivasi Belajar
Menurut Gleitman dan Reber pengertian dasar motivasi ialah
keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorong
untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini motivasi berarti pemasok
daya untuk bertingkah laku secara terarah.36
Dalam Perkembangan selanjutnya motivasi dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu:
a. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri
siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.
Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenagi
materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut.
Dari definisi-definisi tersebut dapat diambil pengertian bahwa
motivasi instrinsik merupakan motivasi yang datang dari diri sendiri
dan bukan datang dari orang lain atau faktor lain. Jadi motivasi ini
bersifat alami dari diri seseorang dan sering juga disebut motivasi
murni.
35 Sardiman, Op,Cit, hlm. 75
36 Muhibbin Syah, Psikologi Pendekatan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2003) hlm. 136
-
42
b. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari
luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan
kegiatan belajar, seperti pujian dan hadiah, peraturan sekolah, suri
tauladan orang tua, guru dan seterusnya.37
Dari definisi ini dapat dipahami bahwa ekstrinsik yang pada
hakikatnya adalah suatu dorongan yang berasal dari luar diri seseorang.
Jadi berdasarkan motivasi ekstrinsik tersebut anak yang belajar sepertinya
bukan karena ingin mengetahui sesuatu tetapi ingin mendapatkan pujian
dan nilai yang baik
Berangkat dari uraian diatas, dapat diambil pengertian bahwa
motivasi instrinsik lebih baik daripada motivasi ekstrinsik. Akan tetapi
motivasi ekstrinsik juga perlu digunakan dalam proses belajar mengajar
disamping motivasi instrinsik. Untuk dapat menumbuhkan motivasi
instrinsik maupun ekstrinsik adalah suatu hal yang tidak mudah, maka dari
itu guru perlu dan mempunyai kesanggupan untuk menggunakan
bermacam-macam cara yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa
sehingga dapat belajar dengan baik.
3. Fungsi Motivasi belajar
Untuk dapat terlaksananya suatu kegiatan, pertama-tama harus
ada dorongan untuk melaksanakan kegiatan itu, begitu juga dalam dunia
pendidikan, aspek motivasi ini sangat penting. Peserta didik harus
37 Ibid, hlm. 137
-
43
mempunyai motivasi untuk meningkatkan kegiatan belajar terutama dalam
proses belajar mengajar.
Motivasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam belajar
sebab motivasi berfungsi sebagai:
a. Pemberi semangat terhadap seorang peserta didik dalam kegiatan-
kegiatan belajarnya.
b. Pemilih dari tipe-tipe kegiatan-kegiatan dimana seseorang
berkeinginan untuk melakukannya.
c. Pemberi petunjuk pada tingkah laku.
Fungsi motivasi juga dipaparkan oleh Tabrani dalam bukunya
Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, yaitu:
(1) Mendorong timbulnya kelakuan atau perbuatan.
(2) Mengarahkan aktivitas belajar peserta didik
(3) Menggerakan dan menentukan cepat atau lambatnya suatu
perbuatan.38
Sama halnya dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sardiman,
bahwa ada tiga fungsi motivasi:
(a) Mendorong manusia untuk berbuat.
(b) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai
(c) Menentukan arah perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan
apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.39
38 Tabrani Rusyan. Op.Cit. hlm: 123
39 Sardiman. Op.Cit. hlm. 84
-
44
Fungsi-fungsi lain, motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong
usaha-usaha pencapaian prestasi. Seseorang melakukan sesuatu usaha
karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan
menunjukkan hasil yang baik pula. Dengan kata lain bahwa dengan adanya
usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang
yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas
motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian
prestasi belajarnya. Dengan demikian motivasi itu dipengaruhi adanya
kegiatan.
4. Prinsip-Prinsip Motivasi dalam Belajar
Prinsip-prinsip ini disusun atas dasar penelitian yang seksama
dalam rangka mendorong motivasi belajar peserta didik di sekolah. Dalam
hal ini Keneth H. Hover mengemukakan prinsip-prinsip motivasi antara
lain:
a. Pujian lebih efektif dari pada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah dilakukan. Oleh karena itu, pujian lebih besar nilainya bagi motivasi belajar peserta didik.
b. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif dari pada motivasi yang dipaksakan dari luar. Sebabnya ialah karena kepuasan yang diperoleh individu itu sesuai dengan ukuran yang ada dalam dirinya.
c. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar kepada orang lain. Guru yang berminat tinggi dan antusias akan menghasilkan peserta didik yang juga berminat tinggi dan antusias pula. Demikian pula peserta didik yang antusiasn akan mendorong motivasi peserta didik lainnya.
d. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya dari pada apabila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru. Apabila peserta didik diberi kesempatan untuk menemuklan masalah secara mandiri dan memecahkannya sendiri, hal itu akan mengembangkan motivasi dan disiplin lebih baik.
-
45
e. Tekanan kelompok peserta didik (peer group) kebanyakan lebih efektif dalam memotivasi dari pada tekanan atau paksaan dari orang dewasa. Peserta didik, terutama para adoselen, sedang mencari kebebasan dari orang dewasa; ia menempatkan hubungan kawan sebayanya yang lebih tinggi. Ia bersedia melakukan apa yang akan dilakukan oleh kelompok sebayanya, dan demikian sebaliknya. Oleh karena itu, kalau guru hendak membimbing peserta didik belajar, arahkanlah anggota-anggota kelompok itu kepada nilai-nilai belajar, baru peserta didik tersebut akan belajar dengan baik.40
5. Faktor-faktor yang dapat Menimbulkan Motivasi Belajar Siswa
Dalam pembahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa motivasi
belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Adapaun faktor-faktor yang dapat menimbulkan
motivasi intrinsik adalah adanya kebutuhan, adanya pengetahuan tentang
kemajuan dirinya, adanya aspirasi atau cita-cita. Sedangkan faktor-faktor
yang dapat menimbulkan motivasi ekstrinsik adalah ganjaran, hukuman
dan persaingan, adapun lebih jelasnya penulis uraikan satu persatu
dibawah ini:
a. Faktor Intrinsik
(1) Adanya Kebutuhan
Seseoerang yang melakukan suatu aktivitas tidak selamanya
mempunyai motivasi yang sama, walaupun apa yang dilakukan itu
pada obyek yang sama. Kebutuhan seseorang yang berbeda
menyebabkan motivasi yang berbeda pula antara seseorang dengan
40 Tabrani Rusyan, dkk. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja
Karya, 1989), hlm. 124
-
46
yang lainnya. Oleh karena itu, tingkah laku seseorang dibangkitkan
dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu.41
(2) Adanya Pengetahuan tentang Kemajuannya Sendiri
Dengan anak mengetahui hasil-hasil atau prestasinya sendiri,
dengan anak mengetahui apakah ia ada kemajuan atau sebaliknya ada
kemunduran, maka hal ini dapat menjadi pendorong bagi anak untuk
belajar lebih giat lagi. Oleh karena itu, penting sekali adanya evaluasi
atau penilaian tehadap seluruh kegiatan anak secara kontinue dan hasil
evaluasi itu diberitahukan atau disuruh mencatat oleh murid-murid
sendiri.42
(3) Adanya Aspirasi atau Cita-Cita
Cita-cita yang menjadi tujuan dari hidupnya ini merupakan
pendorong bagi seluruh kegiatan anak, pendorong bagi belajarnya.
Disamping itu, cita-cita dari seseorang anak sangat dipengaruhi
oleh tingkat kemampuannya. Anak yang mempunyai tingkat
kemampuan yang baik, umumnya mempunyai cita-cita yang lebih
realis jika dibandingkan dengan anak yang mempunyai tingkat
kemampuan yang kurang atau rendah.43
b. Faktor Ekstrinsik
(1) Ganjaran
41 Syaiful Bakri Djamarah, Prestasi belajar dan kompetensi guru (Surabaya: Usaha
Nasional, 1994), hlm. 50.
42 Amir Daien indra kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional,
1973), hlm. 163 43
Ibid., hlm. 164.
-
47
Ganjaran adalah merupakan alat pendidikan represif yang
bersifat positif tetapi disamping fungsinya sebagai alat pendidikan
represif positif ini, ganjaran adalah juga merupakan alat motivasi.
Yaitu alat yang bisa menimbulkan motivasi ekstrinsik. Ganjaran
dapat menjadikan pendorong bagi anak untuk belajar lebih giat
lagi.
(2) Hukuman
Biarpun hukuman merupakan alat pendidikan yang tidak
menyenangkan, alat pendidikan yang bersifat negatif, namun
demikian dapat juga menjadi alat motivasi, alat pendorong untuk
mempergiat belajarnya murid. Murid yang pernah mendapat
hukuman oleh karena kelalaian tidak mengerjakan suatu tugas,
maka ia akan berusaha untuk tidak memperoleh hukuman lagi, ia
berusaha untuk dapat selalu memenuhi tugas-tugas belajarnya, agar
terhindar dari bahaya hukuman. Hal ini berarti bahwa ia didorong
untuk selalu belajar. Bahkan tidak hanya ia sendiri yang terdorong
untuk selalu belajar, melainkan teman-temannya juga terdorong
untuk selalu belajar, agar merekapun terhindar dari menderita
hukuman.
Beberapa persyaratan pemberian hukuman yang perlu diperhatikan
adalah:
(a) Pemberian hukuman harus tetap dalam jalinan cinta kasih sayang,
(b) Pemberian hukuman harus didasarkan kepada alasan keharusan artinya sudah tidak ada alat pendidikan yang lain
-
48
yang bisa dipergunakan, hukuman merupakan tindakan terakhir dilaksanakan, setelah dipergunakan alat-alat pendidikan lain tetapi tidak memberikan hasil,
(c) Pemberian hukuman harus menimbulkan kesan pada hati anak. Dengan adanya kesan itu, anak akan selalu mengingat pada peristiwa tersebut,
(d) Pemberian hukuman harus menimbulkan keinsyafan dan penyesalan pada anak. Inilah hakikat dari tujuan pemberian hukuman, dan
(e) Pada akhirnya, pemberian hukuman harus diikuti dengan pemberian ampun dan disertai dengan harapan serta kepercayaan.44
Dengan demikian, hukuman, baik ditinjau dari fungsinya
sebagai alat pendidikan, maupun ditinjau dari fungsinya sebagai alat
motivasi kedua-duanya mempunyai nilai positif terhadap proses
pelaksanaan pendidikan
(3) Persaingan atau Kompetisi
Persaingan, sebenarnya adalah berdasarkan kepada
golongan untuk kedudukan dan penghargaan kebutuhan akan
kedudukan dan penghargaan adalah merupakan kebutuhan yang
sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena
itu kompetisi dapat menjadi tenaga pendorong yang sangat besar.
Kompetisi dapat terjadi secara sendirinya, tetapi dapat pula
diadakan kompetisi sengaja oleh guru. Kompetisi secara dengan
sendirinya dapat terjadi secara terang-terangan, tetapi dapat pula
terjadi secara sembunyi-sembunyi. 45
6. Teori Motivasi
44 Amier Daien Indrakusuma, Op.Cit. hlm. 165.
45 Ibid, hlm. 167
-
49
Beberapa teori motivasi yang akan dibicarakan pada kesempatan
ini, pada bab ini akan dijelaskan lima teori yaitu: teori hedonisme, teori
naluri, teori reaksi yang dipelajari, teori daya pendorong dan teori
kebutuhan. Adapun perincianya sebagai berikut:
a. Teori Hedonisme
Hedone adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan,
kesenangan atau kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran didalam
filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada
manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi.
Menurut pandangan hedonisme, manusia pada hakikatnya adalah
makhluk yang mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan
kenikmatan. Oleh karena itu setiap menghadapi persoalan yang perlu
pemecahan, manusia cenderung memilih alternatif pemecahan yang
dapat mendatangkan kesenangan dari pada yang mengakibatkan
kesukaran, kesulitan, penderitaan, dan sebagainya. Implikasi dari teori
ini ialah adanya anggapan bahwa semua orang akan cenderung
menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan, atau yang
mengandung resiko berat, dan lebih suka melakukan sesuatu yang
mendatangkan kesenangan baginya. 46
b. Teori Naluri
46 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999),
hlm.74.
-
50
Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok
yaitu: (1). Dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri. (2).
Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri. (3). Dorongan nafsu
(naluri) mengembangkan atau mempertahankan jenis. Dengan
demikian ketika naluri pokok itu, maka kebiasaan-kebiasaan apapun
tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-
hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut.
Oleh karena itu, menurut teori ini untuk memotivasi seseorang harus
berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan.
Sering kali kita temukan seseorang bertindak melakukan
seseuatu karena didorong oleh lebih dari naluri pokok sekaligus
sehingga sukar bagi kita untuk menetukan naluri pokok mana yang
lebih dominan mendorong orang tersebut melakukan tindakan yang
demikian itu. Sebagai contoh: seorang mahasiswa tekun dan rajin
belajar meskipun dia hidup didalam kemiskinan bersama keluarganya.
Hal apakah yang menggerakkan mahasiswa itu tekun dan rajin belajar?
Mungkin karena ia benar-benar ingin menjadi pandai (naluri
mengembangkan diri). Akan tetapi mungkin juga karena ia ingin
meningkatkan karier pekerjaanya sehingga dapat hidup senang
bersama keluarganya dan dapat membiayai sekolah anak-anaknya
(naluri mengembangkan atau mempertahankan jenis dan naluri
mempertahankan diri). 47
47 Ibid., hlm. 75
-
51
c. Teori Reaksi yang Dipelajari
Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia
tidak berdasarkan naluri-naluri tetapi berdasarkan pola-pola tingkah
laku yang dipelajari dari kebudayaan ditempat orang itu hidup. Orang
belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan ditempat ia hidup
dan dibesarkan. Oleh karena itu, teori ini disebut juga teori lingkungan
kebudayaan. Menurut teori ini, apabila seorang pemimpin atau seorang
pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya, pemimpin
atau pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang
kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya. Dengan
mengetahui latar belakang kebudayaan seseorang kita dapat
mengetahui polah tingkah. lauknya dan dapat memahami pula
mengapa ia bereaksi dan bersikap yang mungkin berbeda dengan orang
lain dalam menghadapi suatu masalah.48
d. Teori Daya Pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara teori naluri dengan
teori reaksi yang dipelajari. Daya pendorong adalah semacam naluri,
tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah
yang umum. Misalnya suatu daya pendorong pada jenis kelamin yang
lain. Semua orang dalam semua kebudayaan mempunyai daya
pendorong pada jenis kelamin yang lain. Namun, cara-cara yang
digunakan dalam mengejar kepuasan terhadap daya pendorong tersebut
48 Ibid., hlm. 76
-
52
berlain-lainan bagi tiap individu menurut latar belkang kebudayaan
masing-masing. Oleh karena itu, menurut teori ini, bila seorang
pemimpin atau seorang pendidik ingin memotivasi anak buahnya, ia
harus mendasarkannya atas daya pendorong yaitu atas naluri dan juga
reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya.
Memotivasi anak didik yang sejak kecil dibesarkan didaerah gunung
kidul misalnya, kemungkinan besar akan berbeda dengan cara
memberikan motivasi pada anak yang dibesarkan di kota medan
meskipun masalah yang dihadapinya sama.
f. Teori Kebutuhan
Teori motivasi yang sering banyak dianut orang-orang adalah
teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan
oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya,
baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Oleh karena itu,
menurut teori ini, apabila seorang pemimpin ataupun pendidik
bermaksud memberikan motivasi kepada seseorang, ia berusaha
mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang yang akan
dimotivasinya.
Sejalan dengan itu pula terdapat adanya beberapa teori
kebutuhan yang sangat erat berkaitan dengan kegiatan motivasi.
Berikut ini dibicarakan salah sartu dari teori kebutuhan yang
dimaksud. Teori Abraham Maslow. Sebagai seorang pakar psikologi,
Maslow mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan pokok
-
53
manusia. Kelima tingkatan kebutuhan pokok inilah yang kemudian
dijadikan pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia.
Adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok yang dimaksud dapat
dilihat pada gambar berikut:
Aktualisasi diri
Kebutuhan Penghargaan
Kebutuhan sosial
Kebutuhan rasa aman dan Perlindungan
Kebutuhan Fisiologi
Gambar 1
Keterangan:
1) Kebutuhan fisiologis: kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar, yang bersifat primer dan fital yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme manusia seperti kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan, kesehatan fisik, kebutuhan seks dansebagainya.
2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and security) seperti terjamin keamanannya, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil, dan sebagainya.
-
54
3) Kebutuhan sosial (social needs) yang meliputi antara lain kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, kerja sama.
4) Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan atau setatus, pangkat, dan sebagainya.
5) Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization), seperti antara lain: kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreatifitas, dan ekspresi diri.49
Tingkat atau hirarki kebutuhan dari Maslow ini tidak dimaksud
sebagai suatu kerangka yang dapat dipakai setiap saat, tetapi lebih
merupakan kerangka acuan yang dapat digunakan sewaktu-waktu bila mana
diperlukan untuk memperkirakan tingkat kebutuhan mana yang mendorong
seseorang yang akan dimotivasi- bertindak melakukan sesuatu.
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengamati bahwa kebutuhan
manusia itu berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya
perbedaan tingkat kebutuhan itu antara lain latar belakang pendidikan, tinggi
rendahnya kedudukan, pengalaman masa lampau, pandanagan atau falsafah
hidup, cita-cita dan harapan masa depan, dari tiap individu.50
Adanya kebutuhan merupakan alat motivasi yang dapat mendorong
siswa untuk lebih giat dalam belajar. Begitu juga dengan motivasi belajar
pendidikan sejarah kebudayaan islam karena adanya dorongan kebutuhan.
Apabila kita kaitkan dengan teori Maslow tentang teori kebutuhan jika
dikaitkan dengan motivasi belajar siswa terhadap pendidikan sejarah
kebudayaan islam.
49 Ibid, hlm. 77
50 Ibid., hlm.78
-
55
Setiap individu tidak akan berusaha meloncat kepemuasan kebutuhan
ke tingkat atas sebelum kebutuhan yang ada dibawahnya terpuaskan.
Bagaimanapun manusia adalah makhluk yang tak pernah berada dalam
keadaan sepenuhnya puas. Hal ini terlihat dari kebutuhan-kebutuhan yang
ada dalam diri manusia tidak pernah berhenti menuntut adanya pemuasan.
Kebutuhan yang pada suatu saat telah terpuaskan dilain saat akan kembali
menuntut adanya pemuasan. Demikian seterusnya sehingga tuntutan dan
pemuasan kebutuhan membentuk lingkaran yang tidak berujung.51
Apabila dikaitkan dengan motivasi belajar siswa terhadap pendidikan
sejarah kebudayaan islam dengan teori kebutuhan Maslow. Yakni
menduduki tingkatan kelima adalah aktualisasi diri. Hal ini dapat dilihat
bahwa individu tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan lain sebelum
kebutuhan fisiologisnya terpenuhi, seperti halnya siswa yang sedang lapar
tidak akan tergerak untuk melakukan belajar pendidikan sejarah kebudayaan
Islam. Adapun kebutuhan akan rasa aman adalah satu kebutuhan yang akan
muncul dominan pada siswa apabila kebutuhan fisiologisnya terpenuhi.
Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki adalah kebutuhan yang mendorong
individu untuk membangun hubungan dengan orang lain baik dilingkungan
keluarga, lingkungan pergaulan atau dalam kelompok. Sedangkan kebutuhan
akan rasa harga diri disini Maslow membagi menjadi dua yaitu: rasa harga
diri dari diri sendiri dan penghargaan dari orang lain. Setelah kebutuhan
keempat tersebut terpuaskan baru muncul akan kebutuhan aktualisasi diri.
51 E. Koeswara, Motivasi (Bandung: Angkasa, 1989), hlm. 223
-
56
Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan individu untuk
mewujudkan apa yang ada dalam kemampuan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa seorang siswa yang lapar, tidak aman, tidak ada cinta dan
rasa memiliki, tidak ada penghargaan atas dirinya, maka siswa tidak
termotivasi di dalam belajar pendidikan agama Islam di sekolah.
Apabila menginginkan motivasi belajar pendidikan sejarah
kebudayaan Islam dapat berjalan dengan baik, maka kebutuhan fisiologisnya
harus terpuaskan terdahulu, begitu juga kebutuhan akan rasa aman,
kebutuhan untuk dicintai oleh orang lain dan kebutuhan penghargaan telah
terpenuhi semua dengan baik, maka secara otomatis siswa akan belajar
pendidikan sejarah kebudayaan islam dengan baik. Dengan kata lain siswa
akan termotivasi belajar pendidikan agama Islam di sekolah apabila siswa
tidak dalam keadaan lapar, siswa merasa aman, siswa dicintai oleh orang
tuanya di rumah, dan siswa dihargai di lingkungan keluarganya, sehingga
dengan demikian siswa akan lebih percaya diri dan akan lebih termotivasi
belajar pendidikan sejarah kebudayaan islam di sekolah dengan baik.
C. Pembahasan Tentang Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas utama
guru. Sebagaimana diungkapkan oleh Dimyati dan Mudjiono bahwa
pelajaran tanpa diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk
membelanjarkan siswa.52
52 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 1999), hal
114
-
57
Adapun pembelajaran berasal dari kata dasar ajar yang artinya
petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Dari kata ajar ini
lahirlah kata kerja belajar yang berarti berlatih atau berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu dan kata pembelajaran berasal dari kata belajar
yang mendapat awalan pen-dan akhiran an yang merupakan konflik nominal
yang mempunyai arti proses.53
Pembelajaran adalah proses pemerolehan maklumat dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat serta pembentukan sikap dan
kepercayaan. Dalam konteks pendidikan, guru biasanya berusaha mengajar
supaya peserta didik dapat belajar menguasai isi pelajaran demi mencapai
suatu objektif yang ditentukan. Pembelajaran akan membawa pada
perubahan pada seseorang.
Ada beberapa definisi tentang pembelajaran di kemukakan oleh para
ahli, yaitu :
a. Menurut Degeng, pembelajaran (ungkapan yang leboih dikenal sebelumnya pembelajaran) adalah upaya untuk membelanjarkan siswa.54
b. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan ini mengakibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara lebih efektif dan efisien.55
c. Pembelajaran adalah suatu usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa.56
d. Kamus dewan mengartikan pelajran sebagai proses belajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan menjalani pelatihan.
53 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Balai Pustaka, 1990), hal 664 54
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hal 183
55 Muhaimin M.A, Belajar Mengajar, (Surabaya : Citra Media, 1996), hal 99
56 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bumi askara, 2002), hal 48
-
58
e. Menurut pandangan ahli kognbitif, pembelajaran boleh diartikan sebagai suatu proses dalam yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang agak kekal.
f. Aliran behavioris berpendapat bahwa pelajaran adalah perubahan dalam tingkah laku yang cara seorang bertindak dalam suatu situasi.
Dari mengkaji sejarah kita dapat memperoleh informasi tentang
pelaksaan pendidikan islam dari zaman Rosulullah sampai sekarang, mulai
dari pertumbuhan, perkembangan, kemajuan, kemunduran dan kebangkitan
kembali dari pendidikan islam. Dari sejarah dapat diketahui bagaimana yang
terjadi dalam penyelenggaraan pendidikan islam dengan segala ide, konsep,
institusi, sistem, dan opersionalnya yang terjadi dari waktu ke waktu.57
Dikaitkan dengan pengertian pembelajaran, maka diperoleh sebuah
pengertian bahwa pembelajaran pendidikan sejarah kebudayaan islam adalah
upaya membelanjarkan siswa untuk dapat memahami, menghayati, dan
mengamalkan nilai-nilai agama melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau
latihan.
1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Sejarah adalah catatan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa
lampau, dalam pengertian yang lebih seksama sejarah adalah kisah dan
peristiwa pada masa lampau umat manusia dan sejarah pendidikan
merupakan salah satu sejarah kebudayaan umat manusia. karena
mendidik, membimbing seseorang merupakan suatu aktivitas untuk
57 Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2001,
h.11
-
59
menyerahkan atau mewariskan maupun mengembangkan suatu
kebudayaan.58
Oleh karena itu sejarah haruslah diartikan sebagai tindakan
manusia dalam jangka waktu tertentu pada masa lampau yang dilakukan di
tempat tertentu.
Kata sejarah dalam bahasa Arab disebut tarikh, yang menurut
bahasa berarti ketentuan masa. Sedang menurut istilah berarti Keterangan
yang telah terjadi di kalangannya pada masa yang telah lampau atau pada
masa yang masih ada. Sedangkan pengertian selanjutnya memberikan
makna sejarah sebagai catatan yang berhubungan dengan kejadian-
kejadian masa silam yang di abadikan dalam laporan-laporan tertulis dan
dalam ruang lingkup yang luas, dan pokok dari persoalan sejarah
senantiasa akan sarat dengan pengalaman-pengalaman penting yang
menyangkut perkembangan keseluruhan keadaan masyarakat. Oleh sebab
itu, menurut Sayid Quthub Sejarah bukanlah peristiwa-peristiwa,
melainkan tafsiran peristiwa-peristiwa itu, dan pengertian mengenai
hubungan-hubungan nyata dan tidak nyata, yang menjalin seluruh bagian
serta memberinya dinamisme waktu dan tempat59
Berangkat dari pengetian sejarah sebagaimana yang dikemukakan
di atas, peradaban Islam adalah terjemahan dari kata Arab al-Hadharah al-
Islamiyah. Kata Arab ini sering juga diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia dengan kebudayaan Islam. Kebudayaan dalam bahasa Arab
58 Departemen Agama, Rekontruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:
Departemen Agama RI, 2005) hlm.1 59
Zuhairini, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, Depag, Jakarta, 1986. hlm. 2
-
60
adalah al-Tsaqafah. Di Indonesia, sebagaimana juga di Arab dan Barat,
masih banyak orang yang mensinonimkan dua kata kebudayaan dan
peradaban. Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat
mendalam suatu masyarakat. Sedangkan manifestasi-manifestasi kemajuan
mekanis dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban. Kalau
kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi dan
moral, maka peradaban terrefleksi dalam politik, ekonomi, dan
teknologi.60
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan paling tidak mempunyai tiga
wujud.
a. Wujud Ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan dan lain-lain.
b. Wujud Kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
c. Wujud Benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya. Sedangkan istilah peradaban biasanya dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah.61
Penulis menyimpulkan bahwa definisi mengenai sejarah
kebudayaan islam yakni kejadian-kejadian atau peristiwa yang terjadi di
masa silam yang diabadikan di mana pada saat itu islam merupakan pokok
kekuatan dan sebab yang di timbulkan dari suatu peradapan yang
mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan
dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.
Sejak zaman Rasulullah Saw, kebudayaan Islam berkembang terus
menerus sejalan dengan perkembangan pemikiran dan meluasnya kekuatan
60 Ibid, hlm. 4
61 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, ( Jakarta: Grafindo Persada, 1997 ) hlm. 25
-
61
politik dan daerah penganut Islam, terbentuk bermacam-macam struktur,
ide, dan lembaga-lembaga dalam politik, lapangan ibadat, lapangan
hukum, lapangan seni, lapangan ekonomi, lapangan sosial dan bermacam-
macam lapangan kebudayaan yang lain. Yang jelas benar menonjol dalam
perkembangan kebudayaan Islam yang berpusat pada al-Quran itu adalah
kedinamisannya menyerbu keluaar dari keterbelakangan kebudayaan
bangsa Arab, yang hidup terpencil di gurun-gurun pasir yang tandus, dan
keluasan berfikir yang mendorongnya.62
Sedangkan landasan dari pembahasan ini yakni adalah sejarah
kebudayaan islam terutama wujud idealnya, sementara landasan
kebudayaan Islam adalah agama Islam. Jadi dalam Islam, tidak seperti
pada masyarakat yang menganut agama-agama bumi, agama bukanlah
kebudayaan tetapi dapat melahirkan kebudayaan. Kalau kebudayaan
merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, maka agama Islam adalah
wahyu dari Tuhan.63
Hasbullah merumuskan bahwa sejarah kebudayaan islam yaitu:
(1) Catatan peristiwa tentang pertumbuhan dan perkembangan
pendidikan islam dari sejak lahirnya sampai sekarang.
(2) Suatu cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam baik dari segi
62 Ibid, hlm. 27
63 Ibid, hlm. 27
-
62
gagasan atau ide-ide, konsep, lembaga maupun opersinalisasi sejak
zaman nabi Muhammad hingga saat ini.64
Dari dua sumber yang merumuskan sejarah pendidikan islam dapat
disimpulkan bahwa kedua penjelasan memiliki maksud yang sama yaitu
peristiwa atau cabang ilmu pengetahuan mengenai pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan islam dari segi ide, konsep, lembaga
operasionalisasi dari sejak zaman n
top related