eprints.binadarma.ac.ideprints.binadarma.ac.id/3304/1/prosiding unnesa 2016.pdf · ii seminar...
Post on 11-Jul-2019
243 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
SEMINAR NASIONAL KEOLAHRAGAAN DAN WORKSHOPNEUROMUSCULAR TAPING
Surabaya, 29 Agustus 2016
MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA INDONESIA MELALUIDUNIA PENDIDIKAN DAN KEBUGARAN JASMANI BANGSA
ISBN 978-602-17477-4-2
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAANUNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2016
ii
SEMINAR NASIONALKEOLAHRAGAAN DAN WORKSHOP
NEUROMUSCULAR TAPINGPenyusun:TIM PENYUSUN PossidingPenanggung JawabProf. Dr. Nurhasan, M.Kes.Penanggung Jawab PelaksanaDrs. Gatot Darmawan, M.Pd.SekretarisDwi Lorry Juniarisca, S.Pd., M.Ed.M. Sulton Arifin, S.Pd., M.Pd.EditorDr. Dwi Cahyo Kartiko, M.Kes.Junaidi Budi Prihanto, S.KM., M.KM.Kolektus Oky Ristanto, M.Pd.ISBN 978-602-17477-4-2
Cetakan I : Agustus 2016Desain Sampul : Hijrin, Oky
Penerbit :CV. RIZKI AULIA (Penerbit dan Percetakan)Jl. Raya Gadung DriyorejoPerumahan Menteng Regency Blok B-8Gadung - Gresik - Jawa TimurTelp. 031-7522851
Bekerjasama:
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri SurabayaAlamat ; Jl. Kampus Unesa Lidah Wetan, Kec. Lakarsantri, Surabaya
@Hak cipta di lindungi oleh Undang-undang
iii
KATA PENGANTAR EDITOR
Salam Olahraga,Selamat Datang di Kota Surabaya, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas NegeriSurabaya.
Sebuah kebahagiaan dan kehormatan bagi kami semua dapat berkumpul diSurabaya, FIK Unesa dengan peserta Seminar Nasional dan Workshop Keolahragaandengan tema “MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA INDONESIA MELALUI DUNIA
PENDIDIKAN DAN KEBUGARAN JASMANI BANGSA”, kegiatan ini sangat pentinguntuk menjaga silaturahmi, membahas perkembangan olahraga, prestasi olahraga,kajian ilmiah seputar olahraga dan memperingati Hari Olahraga Nasional.Seminar dan Workshop Keolahragaan ini merupakan moment yang sangat tepatkarena berkumpul pakar-pakar, dosen, pemerintah dan pihak-pihak yang memilikiperhatian terhadap perkembangan dan kemajuan olahraga Nasional.Tulisan-tulisanyang masuk ke panitia sangat beragam dan banyak diantaranya artikel, beberapatulisan tidak dapat kami akomodir karena tulisan-tulisan tersebut secara ilmiah masihkurang memenuhi.Semoga tulisan-tulisan yang terakomodir dapat memberikan manfaat bagi kitasemua dlaam memperluas wawasan dan olahraga nasional, selamat berseminar.Permintaan maaf yang dalam atas segala kekurangan. Terima Kasih. WassalamSurabaya, 29 Agustus 2016Salam hormat,Editor,Junaidi& Oky
iv
NO NAMA JUDUL INSTANSI HAL
1 Endang Sri Wahjuni OVERTRAINING
JurusanPendidikanOlahraga FIKUnesa
1-9
2 Noviria Sukmawati,Selvi Melianty
PENGEMBANGAN SENAMBINA DARMA UNTUK
AKTIVITAS PEMBELAJARANAKTIVITAS RITMIK
PENDIDIKAN JASMANIOLAHRAGA DAN
KESEHATAN DI SEKOLAHMENENGAH ATAS
FKIP,UniversitasBima DarmaPalembang
10-15
3 Muslimin, RizqiRamadhani
SURVEI TINGKATKEBUGARAN JASMANI
SISWA KELAS XI SMA SE-KECAMATAN MUARATELANG KABUPATEN
BANYUASIN
FKIP,UniversitasBima DarmaPalembang
16-21
8 Anung Probo Ismoko,Danang Endarto Putro
MODEL PENGENALANAKTIVITAS JASMANI BAGI
SISWATAMAN KANAK-KANAK
PJKR STKIPPacitan 22-31
10 Muhammad MakiAmirudin
PENGARUH LATIHAN LARIBOLAK-BALIK 20-YARD,DRILL TIGA CONE, DAN
DRILL EMPAT CONE DRILLTERHADAP PENINGKATAN
KECEPATAN DANKELINCAHAN
ProgramPascaSarjanaUnesa
32-43
13 Ari Iswanto, BudiDermawan
PENGARUH LATIHANIMAGERY RELAXATION
DAN SELF TALKTERHADAP KONSENTRASI
DAN KEBERHASILAN 3POINT SHOOT
MAHASISWA PUTRA PRODIPJKR STKIP PGRI PACITAN
ANGKATAN 2014
PJKR STKIPPGRI Pacitan 44-63
14 Gatot Margisal Utomo
PENGARUH LADDER DRILLICKY SHUFFLE DAN HOP
SCOTCH TERHADAPPENINGKATAN
KELINCAHAN DANKECEPATAN REAKSI
ProgramPascaSarjanaUnesa
81-96
v
NO NAMA JUDUL INSTANSI HAL
15 Maftukin Hudah, AgusWiyanto
PENDIDIKAN JASMANI DANKARAKTER DISIPLIN DALAM
MEMBENTUK OLAHRAGAPRESTASI
PGRISemarang 97-108
16 Yuyun Dwi Astyorini
PENGARUH LATIHAN ROPEJUMP 10, 20, DAN 30 DETIK
DENGAN INTERVALTRAINING 1:3 TERHADAP
POWEROTOT TUNGKAI DAN
KELINCAHAN
ProgramPascaSarjanaUnesa
109-123
17 Mecca Puspitaningsari,Nurdian Ahmad
PENGARUH PERMAINANTRADISIONAL TERHADAP
KEMAMPUAN GERAKDASAR LOKOMOTOR (Studipada siswa SDN Cukir I Diwek
Jombang dan SDNPandanwangi II Diwek
Jombang)
STKIPJombang 124-128
18 Arif Kustoro
Perbandingan PengaruhLatihan Hollow Sprints danRepetition Sprintsdengan MenggunakanInterval Training Ratio 1:3dan 1:5 TerhadapKecepatan dan Power Otot
Tungkai
Prodi S1PenkesrekFIK Unesa
129-140
19 Januarshah Zulvikar
PENGARUH LATIHAN CORESTABILITY STATIS (PLANK
DAN SIDE PLANK) DANCORE STABILITY DINAMIS
(SIDE LYING HIPABDUCTION DAN OBLIQUE
CRUNCH) TERHADAPKESEIMBANGAN
ProgramPascaSarjanaUnesa
141-149
20 Slamet, Ni Putu NitaWijayanti, Khoiruddin
PENGARUH LATIHANHEAVY BAG THRUST
UNTUK MENINGKATKANHASIL TOLAK PELURU
MAHASISWI PENDIDIKANKEPELATIHAN OLAHRAGA2A ANGKATAN TAHUN 2014
Prodi PKOFKIP Unri 150-156
21Gilang MucharrorAlfansuri, AchmadWidodo, Wijono
PENGARUH LATIHANFRONT BOX JUMP DANROPE JUMP TERHADAP
KEKUATAN OTOT TUNGKAIDAN POWER OTOT
TUNGKAI
ProgramPascaSarjanaUnesa
157-170
vi
NO NAMA JUDUL INSTANSI HAL
22 Puspodari
PENERAPAN METODEKOOPERATIF TIPE JIGSAWDALAM KURIKULUM 2013
TERHADAP HASIL BELAJARMATERI GIZI SEIMBANGPADA SISWA KELAS V
SDN 1 MOJO KABUPATENKEDIRI TAHUN PELAJARAN
2015/2016
PJKR Univ.NusantaraPGRI Kediri
171-176
23 Reo PrasetiyoHerpandika
EVALUASI TINGKATKEBUGARAN JASMANI
SISWA KELAS VIII PADASMP N 1 PAPAR
KABUPATEN KEDIRI TAHUNPELAJARAN 2015/2016
PJKR Univ.NusantaraPGRI Kediri
177-182
24 Luthansyah Nur Iswara,Lutfil Amin, Havid Yusuf
IMPLEMENTASI VIDEOIMITASI GERAK BERBASIS
VISUAL UNTUKMENINGKATKAN
KEMAMPUAN GERAKMOTORIK HALUS PADA
SISWA AUTIS KELAS IV DISLB AUTIS LABORATORIUM
UM
SLB AutisLab UM,PJKR IKIPBudi UtomoMalang
182-188
25 SusilaturochmanHendrawan K
PERBANDINGAN MODELLATIHAN CIRCUIT TRAINING
GAME DAN CIRCUITLADDER DRILL UNTUK
MENINGKATKANKELINCAHAN (AGILITY) DAN
KECEPATAN (SPEED)
ProgramPascaSarjanaUnesa
188-198
26 Muhammad Wahyono
PENGARUH LATIHAN LEGPRESS DAN LEG
EXTENSION DENGAN ONELEG HOP PROGRESSIONDAN DOUBLE LEG HOP
PROGRESION TERHADAPKEKUATAN OTOT TUNGKAI
DAN POWER OTOTTUNGKAI
ProgramPascaSarjanaUnesa
199-209
27 Asrofi Shicas Nabawi
PENGARUH PEMBERIANCREATINE MONOHYDRATE
TERHADAP KEKUATANDAN DAYA TAHAN SETELAHMELAKUKAN LATIHAN FISIK
DENGAN INTENSITASMAKSIMAL
ProgramPascaSarjanaUnesa
210-225
vii
NO NAMA JUDUL INSTANSI HAL
28 Edy Mintarto, FransiscaJanuarumi
RANGKAIAN GERAK SENAMARTISTIK PUTRA TINGKAT
JUNIOR
Prodi S1 PKOFIK Unesa 226-233
29 Eva Ferdita Yuhantini
EFEK PEMIJATAN ELEKTRIKSEBELUM OLAHRAGAMENINGKATKAN DAYA
TAHAN HANDSTAND
Prodi S1PJKR FIKUnesa
234-241
30 Dwi Cahyo Kartiko
PERBANDINGAN ANALISISBIOMEKANIK OLAHRAGAPADA SAAT USAIN BOLT
MERAIH MEDALI EMAS LARI100 METER
OLIMPIADE BEIJING 2008,OLIMPIADE LONDON 2012,DAN OLIMPIADE RIO 2016
Prodi S1PJKR FIKUnesa
242-253
31 Rendhitya Prima Putra
PENGARUH LATIHAN TPUSH-UP DAN CROCODILE
PUSH-UP TERHADAPPOWER OTOT LENGAN DANKEKUATAN OTOT LENGAN
Penjaskesrek,UN PGRIKediri
254-264
32 M. Anis Zawawi
KEMAMPUAN SHOOTINGSEPAKBOLA DITINJAU DARI
POWER OTOT TUNGKAI,KOORDINASI MATA-KAKI
DAN KESEIMBANGANDINAMIS PADA SISWASEKOLAH SEPAKBOLA
(SSB) GARUDA USIA 15-17TAHUN KECAMATAN
PATIANROWO TAHUN 2016.
UN PGRIKediri 265-275
33 Ades Setiawan
PERBANDINGAN MODELPEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE (TGT)DENGAN MODELPEMBELAJARAN
LANGSUNG TERHADAPHASIL BELAJAR PASSING
BAWAH PADA PERMAINANBOLAVOLI
PJKR FIKUnesa 276-281
34 Indra GunawanPratama
PENGARUH CIRCUITTRAINING CORE STABILITY
STATIS DAN CORESTABILITY DINAMIS
TERHADAP KESEIMBANGANDAN KEKUATAN OTOT
PERUT
ProgamPascaSarjanaUnesa
282-288
viii
NO NAMA JUDUL INSTANSI HAL
35 Muhammad KharisFajar
MELALUI PRAKTIK DANLATIHAN DISIPLIN
MENINGKATKAN PRESTASIBELAJAR PENJASKES DI
KELAS IV SDN BUNTARAN IIKECAMATAN REJOTANGAN
KABUPATENTULUNGAGUNG
FKIPKahuripanKediri
289-306
36 Dewi Septaliza
SURVEI PERMAINAN DANOLAHRAGA TRADISIONALDALAM PEMBELAJARANPENJASORKES SISWA DI
SEKOLAH DASARKABUPATEN OGAN
KOMERING ILIR
FKIP,UniversitasBima DarmaPalembang
307-315
37 Irma FebriyantiEFEK SISTEM RESPIRASI
TERHADAP LATIHANAEROBIC
Prodi S1PJKR FIKUnesa
316-325
38 Riyan Pratama
PENGARUH METODELATIHAN DAN MOTIVASIBERLATIH TERHADAP
PENINGKATANKETERAMPILAN DASARBERMAIN BOLA BASKET
PADA ATLET PEMULA
FKIP,UniversitasBima DarmaPalembang
326-336
GinanjarNugraheningsih,Ardhika Falaahudin,Wening Nugraheni
PENGARUH PENDEKATANTAKTIS TERHADAP
KETERAMPILANTENDANGAN PENCAK SILAT
PADA MAHASISWA PJKRSEMESTER 4 UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAHSUKABUMI
PJKR STKIPSukabumi
Awang Firmansyah,Achmad Widodo
UJI VALIDITAS TES LARI 800METER SEBAGAI PREDIKSI
KEMAMPUAN OKSIGENMAKSIMAL (VO2 Max)
Unair, Unesa
Fitra Punjung Agung P
PENGARUH LATIHANBALLNASTIC
MENGGUNAKAN METODEINTERVAL TRAINING 1:3
DAN 1:5 TERHADAPPOWER DAN DAYA TAHANANAEROBIC PADA PEMAIN
SEPAKBOLA
ProgramPascaSarjanaUnesa
ix
NO NAMA JUDUL INSTANSI HAL
Kholili
PENGARUH PEMBERIANTUGAS BELAJAR
(AKTIVITAS FISIK HARIAN)TERHADAP KETERCAPAIANTUJUAN PJOK (PENDIDIKANJASMANI, OLAHRAGA, DAN
KESEHATAN)
ProgramPascaSarjanaUnesa
Abi Fajar Fathoni
PERBANDINGANPEMBELAJARAN MATERIPERMAINAN BOLA BESAR
DALAM PENDIDIKANJASMANI, OLAHRAGA DAN
KESEHATAN ANTARAINDONESIA DAN KANADA
ProgramPascaSarjana UM
BuyungKusumawardhana
ANALISIS PROFILKEBUGARAN JASMANI DAN
STATUS GIZI SISWASMK ASHODIQIYAH KOTA
SEMARANG
FIPSKUniversitasPGRISemarang
Fajar Ari Widiyatmoko
PROFIL PERKEMBANGANMOTORIK SISWA SEKOLAH
DASAR SETELAHPENERAPAN KURIKULUM
2013
PJKR,FPIPSKR,UniversitasPGRISemarang
Pandu Kresnapati
SURVEI TINGKATKEBUGARAN ANGGOTAKLUB JANTUNG SEHATBINA MADANI DI MASJID
AGUNG SEMARANG
PGRISemarang
Nofi Marlina Siregar1,Dinti Oktaviani Haerudin
PENERAPAN METODEBERMAIN AIR UNTUK
MENINGKATKAN PERCAYADIRI PADA ANAKTUNAGRAHITA DILABORATORIUM
PENDIDIKAN KHUSUSGEDUNG DAKSINAPATIUNIVERSITAS NEGERI
JAKARTA
FIK UNJ
Bayu Akbar Harmono
PENGARUH LATIHANHURDLE HOPS DAN
MULTIPLE BOX TO BOXSQUAT JUMPS TERHADAPKEKUATAN DAN POWER
OTOT TUNGKAI
ProgramPascaSarjanaUnesa
x
NO NAMA JUDUL INSTANSI HAL
Wulan Fitri Utami
PENGARUH PEMBERIANTHAI MASSAGE DAN SPORT
MASSAGETERHADAP PENURUNAN
KADAR ASAM LAKTAT DANGLUKOSA DARAH
ProgramPascaSarjanaUnesa
Kristi Agust, MuhamadKhoirudin
PENGARUH LATIHANPARTNER-RESISTED BACK
SQUAT TERHADAPKEKUATAN OTOT TUNGKAI
PADA TIM BOLA VOLIPUTRA SMA NEGERI 2
PEKANBARU
PJKR Unsri,PKO Unsri
Januarshah Zulvikar
PENGARUH LATIHAN CORESTABILITY STATIS (PLANK
DAN SIDE PLANK) DANCORE STABILITY DINAMIS
(SIDE LYING HIPABDUCTION DAN OBLIQUE
CRUNCH) TERHADAPKESEIMBANGAN
ProgramPascaSarjanaUnesa
Slamet, Ni Putu NitaWijayanti, Khoiruddin
PENGARUH LATIHANHEAVY BAG THRUST
UNTUK MENINGKATKANHASIL TOLAK PELURU
MAHASISWI PENDIDIKANKEPELATIHAN OLAHRAGA2A ANGKATAN TAHUN 2014
Prodi PKOFKIP Unri
Ika Novitaria Marani
HUBUNGAN KELENTUKANTOGOK DAN KEKUATAN
OTOT TUNGKAI TERHADAPKECEPATAN MENYELAM
NOMOR 50 METER APNEAPADA ATLET FINSWIMMING
DKI JAKARTA
UniversitasNegeriJakarta
Zainul Arifin
STUDI EVALUATIFTENTANG KEBERADAAN
SEKOLAH PROGRAM BAKATISTIMEWA DI MADRASAH
TSANAWIYAH NEGERIMALANG III BERDASARKAN
8 STANDAR NASIONALPENDIDIKAN TINGKAT
SMP/MTS
ProgramPascaSarjanaUnesa
xi
NO NAMA JUDUL INSTANSI HAL
Fadil A. Sumarta
PENGARUH LATIHANINTERVAL DAN LATIHANKONTINYU TERHADAP
TERHADAP DENYUT NADIISTIRAHAT DAN
PENINGKATAN VO2MAX
Unesa S2
Septyaning Lusianti,M.Pd
MENINGKATKAN PRESTASIOLAHRAGA MELALUI
KEGIATANEKSTRAKURIKULER
OUTBOUND TRAININGDENGAN MENGGUNAKANMETODE DEDUKTIF PADA
SISWA KELAS 1 SMAPAWYATAN DAHA KEDIRI
PJKR Univ.NusantaraPGRI Kediri
Nur ahmad Muharram
PERBEDAAN PENGARUHANTARA LATIHAN
LANGSUNG DAN TIDAKLANGSUNG TERHADAP
KEMAMPUAN SEPAK SILADALAM PERMAINAN
SEPAKTAKRAW PADAMAHASISWA PUTRA
PEMBINAAN PRESTASISEPAKTAKRAW UN PGRI
KEDIRI TAHUN 2016
Univ.NusantaraPGRI Kediri
Luthansyah Nur Iswara,Lutfil Amin, Havid Yusuf
IMPLEMENTASI VIDEOIMITASI GERAK BERBASIS
VISUAL UNTUKMENINGKATKAN
KEMAMPUAN GERAKMOTORIK HALUS PADA
SISWA AUTIS KELAS IV DISLB AUTIS LABORATORIUM
UM
SLB AutisLab UM,PJKR IKIPBudi UtomoMalang
Setiyo HartotoVALIDASI KUESIONERPERCAYA DIRI DALAM
BELAJAR RENANG
Prodi S1PJKR FIKUnesa
Hendrik Mentara
MENINGKATKAN HASILBELAJAR LARI SPRINTMELALUI MODELPEMBELAJARAN TEAMGAMES TOURNAMENT(TGT) PADA SISWA KELAS VSD BALA KESELAMATANPALU
xii
NO NAMA JUDUL INSTANSI HAL
Bambang FeriantoTjahyo Kuntjoro
PERBANDINGANPENDIDIKAN JASMANI DI
NEGARA INDONESIA,NEGARA JEPANG DAN
NEGARA BELANDA
Prodi S1PJKR FIKUnesa
Robby Aufar Rizqi
PENGARUH MODIFIKASISASARAN BALON
TERHADAP MINAT SISWAEKSTRAKURIKULER
PANAHAN SMP NEGERI 1MANTUP
Prodi S1PJKR FIKUnesa
Rahmat Hidayat
HUBUNGAN ANTARA DAYALEDAK OTOT LENGAN DAN
KELENTUKAN OTOTPUNGGUNG PADA HASIL
TOLAK PELURU GAYAORTODOK
ProgramPascaSarjanaUnesa
Hamdani
MOTIVASI BELAJARMATAKULIAH PENCAK
SILAT PADA MAHASISWAPESERTA UNIT KEGIATAN
MAHASISWAPENCAK SILAT(Studi pada Mahasiswa
Jurusan Pendidikan OlahragaAngkatan 2014)
Prodi S1PJKR FIKUnesa
Sapto Wibowo
PENERAPAN MODELPELATIHAN BOX JUMP DAN
ROPE JUMP PEMAINBULUTANGKIS PPLP JAWA
TIMUR
Prodi S1PJKR FIKUnesa
Faridha Nurhayati,Sasminta Christina YuliHartati
SURVEI STATUS GIZIBERDASARKAN INDEKSMASSA TUBUH, BERATBADAN RELATIF, DAN
BERAT BADAN IDEAL PADAMAHASISWA S-1
PENJASKESREK ANGKATAN2015/2016
Prodi S1PJKR FIKUnesa
Juanita DoloresHasiane Nasution
HIPERTROFI OTOT AKIBATLATIHAN
Prodi S1PJKR FIKUnesa
1
OVERTRAININGEndang Sri Wahjuni
Pendidikan Olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabayasriwahjuniendang@yahoo.co.id
Abstrak
Overtraining adalah suatu keadaan dimana seseorang yang melakukan latihan yangterlalu banyak, terlalu berat dan atau menambah beban terlalu cepat, dengan istirahatyang sangat kurang yang meyebabkan turunnya penampilan seorang atlet. Ada 3 tahapovertraining yaitu overload training, overreaching, overtraining syndrome, yangmasing-masing memunculkan gejala-gejala fisik maupun mental, dan yang paling beratadalah bila sudah sampai pada tahap overtraining syndrome.Upaya penangananovertraining adalah dengan istirahat. Lama dan jenis istirahatnya juga sesuai dengantingkatan overtraining, bahkan pada keadaan yang berat seorang yang mengalamiovertraining syndrome perlu istirahat dalam jangka waktu cukup lama yaitu beberapaminggu sampai bulan. Olehkarena itu upaya pencegahan lebih diutamakan diantaradengan pengaturan gizi yang baik dan seimbang, management latihan yang baik, danistirahat yang cukup dan sesuai dengan jenis latihannya.
Kata kunci :Overtraining, gejala, penanganan, pencegahan.
A. PENDAHULUANSetelah bertanding dan sukses
dalam suatu event kejuaraan misalnyaKejurnas Pra PON, biasanya atletberistirahat beberapa minggu. Istirahatini sering dimaknai sebagai istirahattotal, bukan istirahat ala atlet yangtetap harus mempertahankan dayatahankadiovaskulernya. Apabila waktupelatda PON dimulai, tuntutan latihansering ditingkatkan mendadak Halinilah yang menyebabkan atletmengalami suatu keadaan yang disebutovertraining.
Dalam olahraga, penampilanseorang atlet tergantung padapemeliharaan keseimbangan antaralatihan dan istirahat yang optimal.Secara tradisional diketahui bahwaolahraga akan menyebabkan gangguanhemostasis di tingkat seluler, dan
olahraga ini mempengaruhi perubahanrespon fisiologi awal dari tubuh.Tubuh perlu mengadakan adaptasiterhadap latihan, untuk memberikesempatan tubuh memperbaikigangguan hemostasis seluler.Walaupun tidak ada kejadian yangterlalu berat, diasumsikan bahwaproses pemulihan akan terus berjalanketika hemostasis sedang memperbaikikerusakan sel ke level yang normal,bahkan akan berlanjut sampaitingkatkan overkompensasi terjadi.Titik dimana pemulihan danoverkompensasi secara komplit terjaditidak diketahui, dan tidak adapengukuran yang bisa menunjukkanawal proses pemulihan terjadi. Hal inimenyebabkan ketidaktahuan kapantubuh membutuhkan istirahat untukpemulihan di tingkat seluler. Sehingga
2
kurangnya waktu istirahat dalamjangka waktu yang lama akanmenyebabkan tubuh tidak diberikesempatan untuk memperbaikikerusakan di tingkat selnya sehinggaakan terjadi gangguan yang dikenaldengan istilah overtraining.
B. LATIHANLatihan merupakan suatu
kegiatan olahraga yang sistematisdalam waktu yang panjang,ditingkatkan secara bertahap danperorangan, bertujuan membentukmanusia yang berfungsi fisiologisnyauntuk memenuhi tuntutan tugas.(Bompa.1994)
Pada prinsipnya latihan adalahmemberi tekanan fisik secra teratur,sistematis,berkesinambungansedemikian rupa sehingga dapatmeningkatkan kemampuan fisik dalammelakukan aktifitas ( Fox et all. 1993).
Tujuan utama atlet berlatihialah untuk mencapai puncakprestasinya (PP) pada pertandinganutama tahun itu. Untuk itu, pembinaanatlet harus direncanakan dengan baikdan benar dan didasarkan pada konsepperiodisasi dan prinsip-prinsip latihanserta metodologi penerapannya dilapangan. Misalnya saja, prinsipoverload, yang merupakan prinsipyang amat penting dalam latihan.Kalau metodologi latihannya tidakmenganut sistem gelombang (wave-like system atau step-type approach),prinsip overload takkan bisameningkatkan prestasi atlet. Demikianpula dengan prinsip-prinsip latihanlainnya seperti prinsip individualisasi,multilateral, spesialisasi, densitas
latihan, sistem recovery, reversibility,specificity dan lain-lain. Komponen-komponen dan asas-asas latihan sepertiintensitas dan volume latihan,overkompensasi, involusi, dan lain-lainperlu dipahami oleh pelatih . (Harsono.2003).
Namun seorang pelatih jugatidak boleh melupakan atau perlumenghindari beban latihan yangberlebih (overtraining) pada atlet-atletnya. Menurut Bompa (1994)bahwa overtraining adalah keadaanpatologis latihan. Keadaan tersebutmerupakan akibat dari tidakseimbangnya antara waktu kerja danwaktu pulih asal, maka over-kompensasi tidak akan terjadi dandapat mencapai keadaan kelelahan.
C. APA SEBENARNYA OVERTRAINING ?
Overtraining adalah suatuistilah, yang biasanya digunakandalam ilmu fisiologi olahraga untukmenerangkan kejadian bila seseorangmelakukan latihan yang terlalubanyak, terlalu berat dan ataumenambah beban terlalu cepat,dengan istirahat yang sangat kurangyang meyebabkan turunnyapenampilan seorang atlet.
Sebenarnya ada batas waktuuntuk membangun dan menguatkanbadan. Bila melampaui batas tersebut,maka akan merusakkan badan. Olehkarena itu, seseorang harus pandai-pandai memahami programlatihannya, agar tidak melampauibatas kemampuan badannya, yangakan menggganggu kesehatannya.
3
Misalnya para penggemarjogging yang menambah jarak yangditempuh terlalu cepat, dengananggapan bahwa penambahan jarakyang begitu cepat tadi akanmemperbaiki penampilannya dan jugamemperbaiki kesegarannya. Dalamkeadaan tersebut, biasanya pelari akanmengalami cedera karena latihan yangberlebihan, misalnya shin splint (sakitpada tungkai bawah bagian depan),tendonitis (peradangan tendo), stressfracture (fraktur karena tekanan) danlain-lain.
Overtraining bukanlah gejalayang berdiri sendiri, namun ada 3tingkatan dari overtraining, yaitu :
1. Overload Training2. Overreaching3. Overtraining syndrome
1. Overload TrainingLatihan overload adalah
latihan yang dilakukan oleh hampirsemua atlet. Latihan overloadadalah latihan yang keras dandiikuti dengan sedikit kelelahandengan masa pemulihan otot yangcukup.Apabila sesorang atletmelakukan latihan yang kerastetapi tidak diikuti dengan masapemulihan yang cukup, makatubuhnya akan masuk ke tingkatanoverreaching
2. OverreachingOverreaching adalah
tingkatan ke dua dari overtraining.Penampilan seorang atlet menjaditerganggu, timbul gejala-gejalafisik maupun mental.Overreaching membutuhkan
waktu pemulihan 2 sampai 3minggu. Namun apabila intensitasdan lama latihan tidak dikurangi,maka atlet akan jatuh ke tahapakhir dari overtraining, yaituovertraining syndrome.
3. Overtraining SyndromeOvertraining Syndrome
adalah tahap ketiga dariovertraining, yaitu gejala-gejalayang biasa dikenal orang sebagaiovertraining itu sendiri. Yaitusuatu keadaan menurunnyapenampilan seorang atlet karenamasalah fisik dan mental yangsaling berhubungan, mulai daritingkat ringan sampai yang berat.Untuk proses pemulihan totalmembutuhkan waktu beberapabulan hingga tahun.
Secara fisiologis kejadianovertraining ini dapat dijelaskansebagai berikut, yaitu bahwa padasetiap ginjal terdapat kelenjaryang disebut cortex adrenal, yangmenghasilkan hormon. Bila badanmengalami stres, yang terjadi padawaktu latihan-latihan olahraga,maka kelenjar ini mengeluarkanhormon yang disebut kortisol,yang berguna untuk memacubadan untuk mengadakanpembangunan kembali danpemulihan dari stres tadi.Bilaseseorang mengalamiovertraining, maka cortex adrenalakan mengalami kelelahan,sehingga akan terjadi gannguandalam mensekresi hormonkortisol. Pada kasus yang berat,bahkan cortex adrenal tidak
4
menghasilkan kortisol, sehinggabadan tidak dapat mengadakanpemulihan, dan sel-sel mulai daripersendian,otot,ligamentum,tendodan tulang mulai menunjukkantanda-tanda aus dan rusak.
Selain masalah hormon,pada waktu melakukan olahraga,tubuh akan menggunakanglikogen (karbohidrat yangtersimpan didalam otot) sebagaibahan bakar, untuk menghasilknenergi yang diperlukan untukmelakukan latihan tersebut. Bilaterjadi overtraining, maka tubuhakan kehabisan bahan bakar.Dalam keadaan demikian tubuhakan beralih menggunakan proteinyang terdapat di otot sebagaibahan baker. Hal ini akanmenyebabkan turunnya beratbadan, kehilangan air yang besar,karena molekul glikogen terikatoleh air, sehingga tubuh akanterasa loyo dan lelah.
Pada keadaan overtrainingdijelaskan bahwa sistemkekebalan tubuh juga akantertekan, hal ini karena sistemkekebalan tubuh yang dilakukanoleh limfosit dan sel darah putihsangat tergantung pada suplaiasam amino tubuh, yaitu yangdisebut glutamine. Menurutpenelitian Newsholme, suplaiglutamine pada limfositterganggu oleh latihan-latihanolahrag daya tahan yangberlebihan, yaitu aktivitas ototyang menimbulkan stress padaotot sampai mendekati batasnya.Pada keadaan tersebut, otot mulai
membakar asam amino tertentusebagai sumber energi, sebagaipengganti sumber energi primer,yaitu karbohidrat dan lemak.Sehingga daya tahan tubuhterhadap penyakit akan menurun,dan tubuh menjadi mudahterserang infeksi.
Ada pula teori tentangkelelahan sentral. Bahwa prosesini berhubungan dengan teoriasam amino. Dari percobaandengan tikus diketahui bahwaasam amino tryptophan akandikonversi menjadineurotransmitter 5-hydroxytryptamine (5-HT) di otak.Neurotransmiter 5-HT ini pentinguntuk proses kelelahan dan tidur.Tryptophan berkompetisi dengancabang asam amino yang lainuntuk masuk kedalam otak,dengan menggunakan carrierasam amino yang sama. Padakeadaan olahraga yang berat,maka simpanan glikogen di ototakan habis untuk sumber energi,dan selanjutnya tubuh akanmenggunakan cabang cincin asamamino sebagai sumber energi,sehingga asam amino jenis yangini akan menurun jumlahnyadidarah. Dengan menurunnyaasam amino yang berbeda jenisdengan tryptophan, maka rasiokadar tryptophan akan meningkatsehingga terjadi pemasukkantryptohpan yang cukup besar kedalam otak. Pada olahragaendurance asam amino banyakterpakai sebagai sumber energi,sehingga jumlahnya didalam
5
darah sangat menurun yangmenyebabkan meningkatnyatryptophan yang masuk ke otakdan dikonversi menjadi 5-Htsehingga menimbulkan gejala-gejala overtraining termasukgangguan tidur, kelelahan yangbersifat sentral, hilangnya seleramakan, dan hambatan pelepasanfaktor yang mengkontrol hormonpituitary dari hipotalamus .
Secara teoritis ada 2 macamovertraining syndrome, yaitu :
1. Sympathetic overtrainingSympathetic overtraining dikenalsebagai reaksi stress akut.Sympathetic merujuk pada systemsaraf simpatis yang mensekresiadrenalin yang meninbulkan aksidari tubuh kita.Selama sympathetic overtrainingdisekresi hormon katekolamin yangmenyebabkan pengencangan otot,meningkatnya denyut jantung,meningkatnya pernapasan danvasokonstriksi pembuluh darahkecuali yang menuju otot.Overtraining jenis ini sering terjadipada atlet sprinter dan angkat berat.
2. Parasymphatetic overtrainingParasymphatetic overtrainingmerujuk pada istilah athlet’sburnout yang sering terjadi padaatlet dengan jenis olahragaendurance.Parasymphatetic overtrainingmerujuk pada sistem sarafparasimpatis yang menyebabkanpenurunan tekanan darah,denyut
jantung dan suhu tubuh.Meningkatnya gerakan usus,penyimpanan energi,prosespenyembuhan,dan sirkulasi keorgan yang tidak vital, dalamrangka penyimpanan energi.
Symphatetic overtraining lebihsering terjadi pada atlet denganbeban yang berat, danparasymphatetic overtraining lebihsering pada olahraga-olahragakadiovaskuler.
C. GEJALA DAN TANDAOVERTRAINING
Gejala dan tanda overtrainingsering muncul malam hari setelahlatihan keras atau setelah seri latihanberturut-turut dengan pemulihan yangkurang. Gejala yang sering terlihatadalah :- suhu sedikit meninggi- pembengkakan pada beberapa
kelenjar- luka-luka kecil memerlukan waktu
lebih lama untuk penyembuhannya- kalau ada alergi akan lebih hebat(
semua gejala ini menunjukkanbahwa sistem kekebalan tubuhtidak berfungsi dengan semestinya,untuk menanggulangi terjadinyainfeksi)
- rasa sakit pada persendian, tendoatau otot, atau tidak mampumelakukan suatu gerak
- rasa kebas, rasa panas padakaki,lengan, tangan dan telapakkaki
- rasa capai seluruh badan- lekas tersinggung,sering merasa
cemas,rasa tertekan
6
- muka muram- tidak bergairah dalam latihan- nafsu makan hilang- tidur terputus-putus , yang
menyebabkan susah tidur dan rasalelah pada waktu pagi
- tekanan darah lebih tinggi daribiasa
- nadi istirahat lebih cepat dari biasa- berat badan menurun- terjadi gangguan menstruasi pada
wanitaSebelum overtraining terjadi,
biasanya muncul masalah pada saatlatihan. Apabila pada saat latihan denyutjantung mendadak naik atau mendadakturun, berarti latihan yang dilakukanmelampaui takaran, kurangilahintensitasnya. Demikian pula apabilatimbul rasa nyeri di dada. Apabila ada rasapusing, kepala terasa ringan dan keluarkeringat dingin, itu pertanda otak kurangmendapat cukup darah. Pada keadaandemikian tubuh harus tetap bergerakdengan intensitas yang lebih rendah.Apabila sehari setelah latihan masih adarasa capai yang sangat, berarti latihannyaterlalu keras, kurangi intensitas latihanberikutnya. Demikian pula apabila malamsetelah latihan menjadi sulit tidur. Apabilapada menit-menit pertama menjalankanlatihan terasa sesak nafas, maka tambahlahpemanasan pada latihan berikutnya. Bisajuga atlet selalu merasa haus, ingin minumsebanyak-banyaknya, terutama waktusiang dn malam, karena adanyakehilangan air yang menyertai defisiensiglikogen,oleh karena itu tidak boleh lupauntuk tetap minum, baik sebelum, selamamaupun sesudah latihan .
Selain itu, overtraining juga dapatmenyebabkan cedera. Cedera yang palingsering terjadi adalah cedera otot dan sendi.Cedera yang sering terjadi karenaovertraining diantaranya adalah shin splint.Tanda –tanda cedera yang utama adalahrasa sakit pada tulang kering (tungkaibawah). Rasa sakit akan bertambah bilaibujari kaki menunjuk ke laintai atau ibujari kaki menunjuk ke atas. Ini disebabkaniritasi dan robeknya serabut-serabut ototpada tungai bawah. Shin splint dapatmenjadi kronis bila tidak diperhatikan.Bila dipaksa untuk latihan berat, maka bisaterjadi otot-otot akan lepas dari tulangkering.Ini dapat menyebabkan terjadinyaparut yang menetap.
Stress fracture adalah retak atau“cuil” nya tulang, biasanya terjadisepanjang tulang panjang. Yang palingsering terjadi pada tulang kaki. Tandapertm dri stress frcture adalah rasa sakit dikaki pada waktu jalan atau jogging. Inibiasanya karena getaran ketika jogging,terutama pada lintasan yang keras.
D. PENANGGULANGANOVERTRAINING
Bila mengalami tanda-tandaovertraining, seorang atlet harus istirahatselama 2-3 hari. Bila tidak segeramelakukan istirahat, maka atlet akanmemerlukan waktu lebih lama lagi untukpemulihan dan resiko untuk mendapatcedera yang semakin berat akan makinbesar. Istirahat beberapa hari akanmenghilangkan gejala permulaanovertraining. Tatapi bila sampaimengalami overtraining yang berat,diperlukan waktu enam minggu untukpemulihannya. Istirahat antara 24-48 jamdapat meberikan waktu pada tubuh untuk
7
mengadakan perbaikan-perbaikan badandan mengisi kembali energi. Setelahmelakukan istirahat, tubuh sudah siapuntuk melakukan latihan-latihanberikutnya. Istirahat yang cukup antaralatihan-latihan sangat penting bagipemulihan, terutama pada latihan beban.Otot-otot akan berkembang pada waktupemulihan tersebut. Pada waktu istirahat,otot akan mengadakan perubahan-perubahan fisiologis, sehingga dapatmelakukan aktivitas lebih banyak padalatihan selanjutnya. Ada beberapa hal yangmempengaruhi kebutuhan tubuh untukberistirahat. Makin lama waktu yangdigunakan untuk melakukan latihan, danmakin beratnya beban , maka makin lamapula waktu yang diperlukan untukpemulihan. Manfaat yang lain dari istirahatadalah agar tidak mudah dihinggapi rasabosan. Kalau merasa bosan, maka programlatihan akan terhenti. Tanpa istirahat ,memang latihan-latihan yang mula-muladisenangi, lama-lama menjadi seolah-olahterpaksa.
F. PENCEGAHAN OVERTRAININGUntuk menghindari terjadinya
overtraining, sebaiknya dibuat rencanalatihan untuk beberapa waktu dan rencanatadi harus dipatuhi. Dengan membuatperencanaan yang matang, dapatlahdihindari terjadinya overtraining dan dapatmencapai tujuan latihan, yaitu kesegaranjasmani yang baik.Beberapa hal yang perlu diperhatikanadalah:1. Berlatih secara bertahap
Bila seseorang melakukanlatihan, berarti orang tersebutmemekasa tubuhnya untukmenyesuaikan diri terhadap stress dari
latihan olahraga. Ini memerlukanwaktu beberapa bulan. Stres yangmenimpa tubuh haruslah secarabertahap,sehingga tulang, otot,ligamen dan tendo, jantung danperedaran darah, mmempunyai cukupwaktu untuk penyesuian diri.
2. Perhatikan tubuhDalam melakukan latihan-
latihan olahraga, kita tak dapatmencapai kesegaran jasmani yangbaik, bila tak merasa lelah atau pegal-pegal sekali-kali waktu latihan. Untukmenaikkkan kemampuan tubuh dalammenyesuaikan diri, harus menambahintensitas latihan, yang kadang-kadang memang menyebabkan rasakurng enak. Sebagai contoh, bila atletmulai dengan latihan-latihan selamadua bulan dan akan menambahintensitas latihan sekaliseminggu,tubuh akan merasakan agakberat pada mulanya. Tetapi iniberbeda mengenai kelelahan jikadibandingkan dengan rasa sakit yangterjadi pada overtraining. Bilalatihannya betul-betul keras, sehinggakaki terasa sangat berat, dan rasanyasangat berat untuk mengangkat kaki,maka perlu istirahat.
3. Berlatih sesuai kemampuanBila kita mengikuti latihan-
latihan yang terlalu berat, maka tubuhakan mendapat sstres yang terlalu berat
4. Melakukan selang-seling intensitaslatihan
Jika pada suatu hari melakukanlatihan yang cukup keras, maka latihanberikutnya dibuat agak ringan. Bilamulai merasaakan lelah, loyo, harusberistirahat secara aktif. Misalnya,
8
mencoba melakukan olahraga yanglain, atau aktivitas fisik yang lainselama beberapa hari,untukmemberikan istirahat mental dan fisikbagi tubuh.
5. Melakukan pencatatan latihanDengan menggunakan catatan,
maka kita dapat memonitor latihan-latihan. Misalnya, kita mencatatintensitas latihan., lamanya latihan, dansebagainya. Perlu dicatat pula apa yangdirasakan waktu latihan dan jugamenimbang berat badan.
6. Gizi yang baik dan seimbangGizi yang baik dan seimbang
sangat penting untuk mencegahovertraining, perlu diperhatikankebutuhan kalori dan kecukupan air,untuk mencegah dehidrasi. Suplemendan makanan modifikasi lain tidakdapat mencegah overtraining, tapilebih tepat dengan mengkonsumsi giziyang baik dan seimbang. Yang seringterjadi adalah kekurangan zat besiterutama pada atlet wanita. Minerallain yang juga sering kurang adalahseng, magnesium, dan kalsium.
Ketika tubuh mengalamiovertraining, tubuh sangat kekurangansejumlah zat gizi, oleh karena itu perlumengkonsumsi kalori lebih banyakdari yang dianjurkan sehari-hari.
Dibutuhkan kabohidrat sebagaisumber energi sebesar 45% dari totalmakanan yang dikonsumsi, proteinuntuk membagun kembali otot sebesar35% dari total konsumsi, minyakomega 3 untuk memperbaiki sistemhormonal, dan vitamin sebesar 25%dari total konsumsi. Bisa juga dengan
mengkonsumsi multivitamin untukmencukupi kebutuhan vitamin tubuh.Nutrisi dibutuhkan begitu selesaibertanding, untuk mengawali prosespemulihan. Makanan yang idealdikonsumsi begitu selesai bertandingadalah minuman yang mengndungprotein nabati dan karbohidrat,kemudian diikuti makanan ringansetelah 45 menit sampai 1 jamkemudian.
G. PENUTUPLatihan-latihan olahraga
bertujuan untuk mengembangkantubuh, memperbaiki kesegaranjasmani, bukan untuk mendapat cedera.Oleh karena itu, haruslah diadakanpengaturan mengenai latihan-latihanyang dilakukan, pengaturan makanandan suplemen vitamin yangdisesuaikan dengan keperluan masing-masing atlet, termasuk pengaturanwaktu dan jenis istirahat. Janganberlatih sampai mengalamiovertraining, yang malah akan merusakbadan.
DAFTAR PUSTAKA
Bompa,T.O. 1994. Theory andmethodology of Training, 3rd edition.Toronto, Ontario: Kendall/hunt PublishingComapany.
Budgett R. 1998. Fatigue andunderperformance in athletes: theovertraining syndrome. British Journal ofSport Medicine. 32: 107-110
9
Dewi Sri,dr,SpKO. 2007.Olahraga danKesehatan. Solo. Pelatihan Olahragatingkat Madya.
Eichner E. 1995. Overtraining:Consequences and prevention. Journal ofSports Sciences. 13:S41-S8
Fox,T.L.E.L., Bowers,R.W, dan Foss,M.L.1993. The Physiological Basic forxerciseand Sport, 5th edition. Iowa: Brown &Benchmark Publisher
Gastmann A and Lehmann M. 1998.Overtraining and the BCAA hypothesisi.Medicine and Science in Sport andExercise.
Harsono. 2003. Peaking (PemuncakanPrestasi) dalam Perkembangan OlahragaTerkini kajian para pakar. Jakarta. PTRajaGrafindo Persada.
Kelly Bagget .www.Bodybuilding_com -Kelly Baggett - How To Benefit FromPlanned Overtraining!.htm
Koutedakis Y, Budgett R dan Faulmann L.1990. Rest in underperforming elitecompetitors. British Journal of Sportsmedicine.
Kushartanti Wara, 2007. Waspadaiovertraining. Yogyakarta. Buletin KONIDIY.
Mike Mahler.High .www.Bodybuilding_com - Mike Mahler -High Frequency Training AvoidOvertraining!.htm
Nelson L Terry,MD. Mencegah danmengatasi cedera dalam olahraga. Jakarta.Rajagrafindo Perkasa.1997.12-15.
Patterson Angela. 2000. Overtraining fordebating. Exercise Physiologi EducationalResources. USA.
Sumosardjuno Sadoso. Kesehatan dalamolahraga. Jakarta. Gramedia.1993;227-242.
10
PENGEMBANGAN SENAM BINA DARMA UNTUK AKTIVITASPEMBELAJARAN AKTIVITAS RITMIK PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA
DAN KESEHATAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS
Noviria Sukmawati1), Selvi Melianty2)
Universitas Bina Darma Jl. Jend. Ahmad Yani No. 3 Palembang(Pendidikan Olahraga, FKIP, Universitas Bina Darma)
e-mail: noviria.sukmawati@binadarma.ac.id
Abstrak
Senam bina darma merupakan gabungan gerakan-gerakan yang energik dan kreatif,berirama cepat serta bernuansa gembira yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didikkhususnya siswa SMA. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifansiswa dalam senam irama melalui senam bina darma Metode yang dilakukan dalam penelitianini adalah metode penelitian pengembangan. hasil pengisian angket respon terhadap gurudianalisis dengan dipersentasekan dan diperoleh bahwa 81% guru Penjasorkes memberikanrespon positif dan 19% memberikan respon negatif, dan keefektifan produk senam binadarma mendapat respon positif siswa dalam pembelajaran aktivitas ritmik. Penjasorkessebesar 81,33% sedang respon negatif sebesar 18,66%. Kesimpulan keefektifan produksenam bina darma dalam katagori sangat baik.Senam tersebut layak dan dapat digunakanuntuk pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dan telah sesuai dengan standar kurikulumsekolah dengan melalui proses dari validasi ahli dan responden siswa. Hasil penelitian initelah membuktikan bahwa senam bina darma layak untuk dipergunakan dalam pembelajaranpendidikan jasmani di sekolah.Kata kunci : Pengembangan, Senam bina darma, Aktivitas Ritmik.
PENDAHULUAN
Belajar merupakan suatukumpulan proses yang bersifatindividual, yang merubah stimuli yangdatang dari lingkungan seseorang kedalam sejumlah informasi yangselanjutnya dapat Pembelajaran adalahproses interaksi peserta didik denganpendidik dan sumber belajar pada suatulingkungan belajar. Guru adalah sumber
daya manusia yang menempati posisidan memegang peranan penting dalamproses pembelajaran dan guru berperanmenciptakan inovasi dalam duniapendidikan. Itulah sebabnya setiapadanya inovasi pendidikan, khususnyadalam kurikulum dan peningkatansumber daya manusia yang dihasilkandari upaya pendidikan selalu bermuarapada faktor guru (Rahyubi, 2012: 7).
Guru pendidikan jasmani,
11
olahraga dan kesehatan (Penjasorkes)dituntut harus mampu menciptakansuasana belajar yang efektif. Guru harusmampu menciptakan suasana belajaryang kondusif, kreatif, inovatif danmenyenangkan bagi siswa. Siswa maumengikuti proses pembelajaran denganbaik dan tujuan dari prosespembelajaran tersebut dapat tercapai.Jika guru tidak mampu menciptakanmodel-model pembelajaran yangmenarik maka suasana pembelajaranyang kondusif dan tujuan pembelajaranakan sulit tercapai.
Pelaksanaan pembelajaranaktivitas ritmikdi sekolah tersebutmengalami kendala. Hal ini didasarkanpada hasil survei lapangan danwawancara terhadap guru dan siswa diSMA Kecamatan SAKO Palembang.Adapun kendala-kendala tersebut,antara lain: materi diberikan sesuaidengan kemampuan guru yang terbatas(kebanyakan guru hanya melakukansenam 2012), guru kurang menguasaimateri pembelajaran aktivitas ritmik,materi ajar yang diajarkan kurangbervariasi sehingga kadang kurangmenarik dan membosankan, gerakandilakukan bersifat monoton dan kurangadanya variasi gerak, kurang antusiassiswa untuk mengikuti pelajaranaktivitas ritmik.
Alasan pemilihan senam sebagaiobjek penelitian pengembangan iniyaitu, mengembangkan pembelajaranalternatif aktivitas ritmik sehinggabanyak variasi senam yang dapatdilakukan di sekolah. Peneliti berencanauntuk melakukan pengembangan materipelajaran aktivtas ritmik dengan bentuk
senam bina darma . Salah satu aspekyang terdapat dalam gerakberiramaadalah gerak dasar. Selain dapat melatihgerak dasar, melalui gerak beriramaanak juga dapat menyalurkan kebutuhananak untuk bergerak secara beriramaanak juga dapat menyalurkan kebutuhanuntuk bergerak secara ekspresif dankreatif. Melalui gerak kreatif berirama,anak dapat mengekpresikan keinginan,perasaan, dan rasa frustasinya.
Gerak berirama sebagai bagianpenting dari keseluruhan pengalamgerak dapat memberikan sumbanganyang berarti bagi pertumbuhan anak.Senam bina darmamerupakanmerupakan gabungangerakan-gerakan yang energik dankreatif, berirama cepat serta bernuansagembira yang disesuaikan dengankarakteristik peserta didik khususnyasiswa SMA. Manfaat senam adalahmeningkatkan kesehatan jantung danstamina tubuh. gerakan senam yangdisesuaikan dengan tingkatanpendidikan peserta didik. Produk yangdiharapkan agar sesuai dengankarakteristik dan tingkat pertumbuhansiswa SMA, yang dapatmengembangkan semua
ranah pembelajaran Penjasorkes(kognitif, afektif, dan psikomotor)secara efektif dan efisien, sertameningkatkan daya tarik siswa padapembelajaran aktivitas ritmik. Produkyang akan dihasilkan diharapkan akanmemberikan sumbangan yangbermanfaat dalam dunia ilmupendidikan sebagai referensi tambahandalam bentuk olahraga yang ditujukan
12
kepada guru dalam pelaksanaanpembelajaran Penjasorkes.
Aktivitas ritmik adalahrangkaian gerak manusia yangdilakukan dalam ikatan pola irama,disesuaikan dengan perubahan tempo,atau semata-mata gerak ekspresi tubuhmengikuti iringan musik atau ketukan diluar musik (Zulfikar, 2012: 1).Mengingat aktivitas ritmik sama-samamemiliki karakteristik sebagai gerakkreatif yang lebih dekat ke seni, makapembahasan aktivitas ritmikdisandarkan pada teori tari atau dansa.Aktivitas ritmik adalah bagian darisenam atau senam irama, dengankategori gerak stabilisasi, lokomosi danmanipulasi baik tertutup maupunterbuka (Rukmana, 2011:3).Tujuan aktivitas ritmik antara lain:
1) merangsang kreatifitas, kreatifitasdapat dirangsang melaluikebebasan berfantasi danpenekanan pada gerak yangspontan.
2) membentuk kepribadian. Aktivitasritmik menuntut kemampuanindividual akan membentukkematangan pribadi dan sosial.
3) Memupuk kerjasama.Kesempurnaan gerak yangditujukan kepada diri sendiri takmungkin
terjadi tanpa memperhatikan gerakorang lain.
Menurut Bambang Sujiono(2005:93) unsur-unsur dalam aktivitas
ritmik terdapat 3 komponen pokok,yaitu gerakan,irama,dan kreativitas.Gerakan dapat didefinisikan sebagaiperubahan posisi atau perubahan sikap.Irama adalah sesuatu yang pentingdalam kehidupan. Dengan irama, hidupkita akan terasa kuat, dinamis, menarikdan menyenangkan terutama dalammelangkah dan bergerak.
Senam bina darma merupakangabungan gerakan-gerakan yangenergik dan kreatif, berirama cepat sertabernuansa gembira yang disesuaikandengan karakteristik peserta didikkhususnya siswa SMA. Manfaat senambina darma adalah meningkatkankesehatan jantung dan stamina tubuh.gerakan senam yang disesuaikan dengantingkatan pendidikan peserta didik.Tujuan senam bina darma adalahpembelajaran alternatif untukpembelajaran aktivitas ritmik. ada tigatahap yang dilakukan dalammelaksanakan senam bina darma agarmendapat manfaat yang maksimal bagikesehatan tubuh.
Musik dan gerakan kegiatanmemberikan kesenangan untuk anak-anak. mereka memungkinkan eksplorasidan penemuan diri. Anak-anakmengekspresikan suasana hati merekadan perasaan, melalui nyanyian dangerakan. Musik dan gerakan jugamembantu dalam pengetahuan danperkembangan. Musik adalah segalabunyi yang dihasilkan secara sengajaoleh seseorang atau kumpulan dandisajikan sebagai musik.
Olahraga yang diiringi musiktempo cepat dan tempo lambatberpengaruh terhadap penurunan denyut
13
jantung. Namun , pada olahraga yangdiiringi musik tempo lambat lebihberpengaruh terhadap penurunan denyutjantung daripada musik tempo cepat.Dari berbagai pendapat diatas penelitimencoba untuk mengkombinasikangerakan senam bina darma, gerakansenam irama, dengan memadukanmusik untuk penyemangat dalammelakukan aktivitas jasmani tersebut.
METODEPenelitian dan pengembangan
adalah suatu proses yang digunakanuntuk mengembangkan ataumemvalidasi produk-produk yangdigunakan dalam pendidikanpembelajaran. Sugiyono (2010:407)berpendapat metode penelitian danpengembangan atau dalam bahasainggrisnya research and developmentadalah metode penelitian yangdigunakan untuk menghasilkan produktertentu, dan menguji keefektifanproduk tersebut. Melalui penelitian inidiharapkan dapat menjadi variasipenelitian yang lebih banyak mengujiteori ke arah menghasilkan produk yangdapat digunakan dalammengembangkan senam bina darmauntuk pembelajaran aktivitas ritmik diSMA.Uji coba Produk bertujuan untukmenganalisis kendala yang mungkindihadapi dan berusaha untukmengurangi kendala tersebut pada saatpenerapan model berikutnya. Data yangdiperoleh adalah data kuantitatif dandata kualitatif yang berupa alasan dalammemilih jawaban dan saran. Dalampenelitian ini desain uji coba yangdigunakan yaitu desain eksperimental.
Uji coba produk pengembangan melaluidua tahap, yaitu, uji coba kelompokkecil dan uji lapangan. Subjek uji cobaproduk, yaitu :
1) Guru Penjasorkes SMA dikecamatan SAKO Palembang
2) Siswa SMA kelas XI3) Ahli Penjasorkes4) Ahli Aktivitas RitmikTeknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis datadeskriptif prosentase untukmenganalisis dan penilaian subjekpengembangan dalam menilai tingkatkelayakan, kualitas dan keterterimaanproduk terhadapap pengembangan.Teknik analisis data deskriptif yangdilakukan yaitu analisis data deskriptifkuantitatif, analisis ini dilakukan untukmenganalisis data hasil observasi paraahli terhadap kualitas draf model yangdisusun dianalisis oleh para pakarsebelum pelaksanaan uji coba dilapangan. Analisis data yang keduayaitu analisis data kualitatif, analisis inidilakukan terhadap data dari hasilkuisioner dengan guru Penjasorkesdalam memberikan saran ataupunmasukan terhadap model senam binadarma yang disusun terutama dalamtahap uji coba di lapangan baik dalamskala kecil ataupun skala besar.HASIL DAN PEMBAHASANHasi rata-rata dari kuisoner yang telahdiisi oleh dua ahli Penjas dan satu ahliaktivitas ritmik di atas diperoleh rata-rata skor penilaian kuisoner yaitu 3,58dan masuk dalam kategori penilaian“baik/tepat/jelas”.
Hasil dari perhitunganreliabilitas ranah baik kognitif,psikomotor dan afektif untuk siswa,
14
diperoleh hasil sebagai berikut; (1)aspek kognitif sebesar 0,87, (2) aspekpsikomotor sebesar 0,795, dan (3) aspekafektif sebesar 0,747. Oleh karena itudata hasil uji realibilitas pada masing-masing ranah dinyatakan andal/reliabel
Produk senam bina darma dapatditerima dalam pembelajaranPenjasorkes di SMA. Keterterimaanproduk senam bina darma ditinjau dari 3unsur ranah Penjasorkes yaitu kognitif,psikomotor, dan afektif. Pada aspekkognitif menunjukkan bahwa terdapat68 siswa atau 91% dari seluruh jumlahsiswa dalam uji skala besar yangtermasuk dalam kategori baik. Padaaspek psikomotor menunjukkan bahwaterdapat 54 siswa atau 72% dari seluruhjumlah siswa dalam uji skala besar yangtermasuk dalam kategori cukup baik.Sedangkan pada aspek afektifmenunjukkan bahwa terdapat 61 siswaatau 81% dari seluruh jumlah siswadalam uji skala besar yang termasukdalam kategori masuk dalam kategoricukup baik.
Kelebihan atau keunggulan dariproduk senam bina darmaadalah sebagaiberikut:1. Mudah dilakukan khusus untuk
siswa SMA2. Produk penelitian ini memberikan
kesempatan kepada peserta didikuntuk lebih banyak mengenal materipembelajaran Penjasorkes,khususnya dalam aktivitas ritmik
3. Produk penelitian ini memberikanpengetahuan dan pengalaman barutentang keterampilan gerak sertamendorong peserta didik untukmengembangkan ketrampilan gerak,sikap dan cara pemecahan masalah.
Produk penelitian ini selainmemiliki kelebihan pasti juga memilikikelemahan dan kekurangan dalampengembangannya. Adapun kelemahanproduk ini dalam pembelajaranPenjasorkes di SMA adalah sebagaiberikut:1. Produk penelitian ini tidak dapat
digunakan secara langsung dalamproses pembelajaran oleh gurudalam menilai aspek kognitif,afektif, dan psikomotor secarabersamaan dalam pelaksanaan.
2. Khusus untuk siswa SMA karenamemiliki tingkat konsentrasigerakan yang tinggi.
SIMPULANSenam bina darma untuk di SMAsebagai produk yang telah dihasilkandalam penelitian ini dapat digunakanuntuk bahan ajar alternatif guru danmeningkatkan aspek psikomotor,kognitif dan afektif siswa dalam prosespembelajaran Penjasorkes. Bagi guruPenjasorkes dapat menggunakan senambina darma ini dalam pembelajaranaktivitas ritmik dan untuk meningkatkankebugaran jasmani siswa dalampelaksaan pembelajaran Penjasorkes disekolah. Senam bina darma inidirancang berdasarkan kebutuhanpengguna yaitu untuk siswa SMA.Senam bina darma ini dirancangberdasarkan kebutuhan pengguna,sebaiknya untuk pengembangan lebihlanjut senam bina darma dirancangberdasarkan tingkat jenjang pendidikandengan pemberian musik yangmenyesuaikan karakter tingkatan siswa.
15
UCAPAN TERIMA KASIH1. DIKTI atas dukungan
finansialnya pada penelitian ini.2. Universitas Bina Darma3. Bidar TV
DAFTAR PUSTAKAAkpernusja. 2006. Musik danKesehatan. Wordpress.com. diaksestanggal 25-10-2012.
Mahendra, Agus. 2009. PermainanAnak dan Aktivitas Ritmik. Jakarta:Universitas Terbuka.
Paturusi, Achmad. 2012. ManajemenPendidikan Jasmani danOlahraga. Jakarta: Rineka Cipta.
Samsudin. 2008. PembelajaranPendidikan Jasmani Olahragadan Kesehatan SMA/MAN.Jakarta: Litera Pernada MediaGroup.
Santoso, Giriwijoyo. 2012. Ilmu FaalOlahraga. Bandung: PT RemajaRosdakarya.
Sirait, S.A.P. 2006. Efek Iringan Musikpada Tubuh Manusia, (Online),(http://www.gema.sabda.org./efek_musik_pada_tubuh_manusia.htm, diakses 18 Januari 2012).
Sugiyono. 2010. Metode PenelitianPendidikan. Bandung: Alfabeta.
16
SURVEI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA KELAS XI SMA SE-KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN
Muslimin1, Rizqi Ramadhani2
Muslimin, Jln. Yani Kota Palembang (Program Studi Pendidikan Olahraga, FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bina Darma Palembang)
Rizqi Ramadhani, Jln. Yani Kota Palembang (Program Studi Pendidikan Olahraga,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bina Darma Palembang)
muslimin@binadarma.ac.id
AbstrakTujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani siswa kelasXI SMA Negeri 1 Muara Telang, SMA Bina Muda, Madrasah Aliyah Miftahul UlumTelang Karya Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin. Untuk mengetahuitingkat kebugaran jasamani siswa, peneliti menggunakan tes TKJI dalam pengumpulandata penelitian. Tes TKJI tersebut terdiri dari Push Up, pull Up, Lari sprint, verticaljump, dan lari 1200 m. Hasil penelitian dengan mengacu pada kriteria tes TKJI padatabel di atas diperoleh data 0,70% (1 subjek) berada pada kategori baik, 26,57% (38subjek) berada pada kategori sedang, 68,53% (98 subjek) berada pada kategori kurang,dan 4,20% (6 subjek) berada pada kategori kurang sekali. Dari data di atas dapatmenunjukkan secara umum bahwa tingkat kebugaran jasmani SMA sederajat kelas XIpada Kecamatan Muara Telang berada pada kategori kurang.Kata kunci: Survei, Kebugaran Jasmani, Siswa SMA Se-Kecamatan Mauara Telang
PENDAHULUANPendidikan olahraga merupakan
salah satu ranah pendidikan yang ikutberperan aktif dalam mempersiapkansumber daya manusia yang mempunyaiintelektual yang baik dan maju. Dewasa inipendidikan olahraga tidak hanya dilakukandikalangan pelajar, akan tetapi saat inisudah mulai berkembang perkumpulan-perkumpulan kepemudaan yangmengembangkan olahraga masyarakat.Berbagai kegiatan sudah sering kalidilakukan oleh organisasi-organisasipemuda yang bertujuan memasyarakatkanolahraga.
Irianto (2004: 2), bahwa kebugaranjasmani merupakan kemampuan seseorangmelakukan kerja sehari-hari secara efisientanpa timbul kelelahan yang berlebihan
sehingga masih menikmati waktuluangnya. Berdasarkan teori di atas makajika seseorang memiliki kebugaran jasmaniyang baik, maka orang tersebut akanmamnpu melakukan aktifitas yang banyakdan tidak akann mengalami kelelahan yangberarti. Jika hal tersebut dimiliki olehsetiap siswa, maka tentunya siswa akanmendapatkan dukungan kondisi fisik yangbaik untuk mereka melakukann aktifitasbelajar mengajar.
Daerah Muara Telang merupakansalah satu kecamatan yang berada diKabupaten Banyuasin. Daerah tersebutsaat ini merupakan salah satu daerahpotensi pengasih beras dan merupakansalah satu penyokong beras di ProvinsiSumatera Selatan. Dengan potensi sumberdaya alam yang cukup baik menyokong
17
ekonomi masyarakat yang berada dikecamatan tersebut. Dengan potensiekonomi masyarakat yang mapan tentunyaakan mendukung masyarakat dalam halpendidikan.
Berdasarkan hal tersebut di atas,peniliti tertarik melakukan penelitian yangbertujuan bagaimana dampak yangdiakibatkan dengan kurang lengkapnyasarana dan prasarana di sekolah-sekolahSMA kecamatan Muara Telang. Dengandemikian peneliti bermaksud inginmembuktikan dengan melakukanpenelitian mengenai survei tingkatkebugaran jasmani siswa kelas XI SMA diKecamatan Muara Telang KabupatenBanyuasin.Konstribusi Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikontribusi positif yaitu sebagaiberikut.
a. Survei tingkat kebugaran jasmanisiswa SMA se-Kecamatan MuaraTelang Kabupaten Banyuasin yangdapat dijadikan bahan evaluasiguru untuk menentukan metodepembelajaran yang tepat.
b. Data analisis yang akurat danmetode evaluasi yang tepat untukmengukur tingkat kebugaranjasmani siswa.
TINJAUAN PUSTAKAPengertian Kesegaran Jasmani
Kebugaran jasmani menurutSumosardjuno (1994:34) adalah seseoranguntuk menunaikan tugas sehari hari tanpamerasa lelah serta masih mempunyai sisaatau cadangan tenaga untuk menikmatiwaktu sengangnya dan untuk keperluan-keperluan mendadak. Dapat puladitambahkan bahwa kemampuan untukmenunaikan tugas dengan baik walupun
dalam keadaan sukar, bagi orang yangkebugaran jasmaninya kurang, tidak dapatmelakukanya.
Menurut pendapat ahli di atas makakebugaran jasmani merupakankemampuan seseorang untuk melakukanaktifitas yang produktif dan memanfaatkanfisik, mental, sosial dan emosional tanpamengalami kelelahan berarti. Kelelahanyang dimaksud disini ialah seseorangdapat melakukan aktifitas lanjutan tanpamengalami kelelahan.
Setiap orang dapat melakukanaktifitas, tetapi tidak sedikit juga yangmerasakan kelelahan sebelum aktifitasnyatuntas. Jikapun selesai melakukanaktifitasnya, dia tidak sanggup untukmelakukan aktifitas berikutnya, karenarasa lelah sudah dirasakanya. Untukmengatasi hal tersebut dapat dilakukandengan melakukan aktifitas olahragakesehatan, mejaga pola makan danistirahat yang cukup.Unsur-unsur Kesegaran Jasmani
Baik tidaknya kesegaran jasmaniyang dimiliki seseorang tergantung daribaik dan tidaknya dari unsur-unsur yangada di dalamnya. Pada dasarnya unsur-unsur kesegaran jasmani merupakan satukesatuan yang utuh dan tidak dapatdipisah-pisahkan. Unsur kesegaran jasmanidapat ditinjau dari dua aspek yaitu aspekkesahatan fisik (health related fitness) dandari aspek keterampilan (skill relatedfitness). Karateristik multidimensional darikebugaran jasmani dapat dibagi menjadidua bagian yaitu “(1) kebugaran jasmaniyang berkaitan dengan kesehatan meliputi:kebugaran kardiovaskuler, kekuatan otot,kelenturan punggung bagian bawah dankomposisi tubuh, (2) kebugaran jasmaniyang berkaitan dengan keterampilanmeliputi: kelincahan, keseimbangan,koordinasi, power, waktu reaksi dan
18
kecepatan. Berdasarkan pendapat tersebutmenunjukkan bahwa, unsur kesegaran danjasmani dikelompokkan menjadi dua yaitukesegaran jasmani yang berhubungandengan kesehatan dan kesegaran jasmaniyang berhubungan dengan keterampilan.Kesegaran jasmani seseorang sangatditentukan oleh berfungsinya kerjakomponen-komponen yang ada. Unsur-unsur kesegaran jasmani tidak dapatdipisahkan baik dalam peningkatanmaupun
Griwijoyo (2012:10) menyatakansehat adalah sejahtera jasmani, rohani dansosial, bukan hanya bebas dari penyakit,cacat atau kelemahan. Hal ini artinya,tubuh dikatakan sehat apabila prosesfisiologis dan organ jasmani berfungsisecara normal tanpa ada gangguan.Kesegaran jasmani yang berkaitan dengankesehatan meliputi aspek-aspek fungsifisiologis yang menawarkan pencegahanterhadap penyakit sebagai hasil dari gayahidup kurang gerak. Hal tersebut dapatditingkatkan dan atau dipertahankanmelalui program aktivitas jasmani yangteratur dan berdasarkan prinsip-prinsiplatihan yang benar.Manfaat Kesegaran Jasmani bagi siswasekolah
Bagi siswa sekolah, kesegaranjasmani mutlak dibutuhkan. Bagi siswasekolah kesegaran jasmani merupakanunsur dasar yang harus dimiliki siswadalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Siswa yang memiliki kebugaranjasmani yang baik, dapat melakukantugasnya sehari-hari dengan baik pula.Sebaliknya siswa yang memiliki kesegaranjasmani yang kurang baik, tidak dapatmelakukan tugasnya dengan baik pula.Menurut Griwijoyo (1991:63)menyatakan, “dihubungkan dengankegiatan studi yang cukup berat dan
pencapaian prestasi akademis yangmemerlukan dukungan kemampuan kerjafisik, maka rendahnya kapasitas kerja fisikdapat menjadi penghambat untukmencapai sukses. Disinilah antara lainsumbangan olahraga bagi para siswa ataumahasiswa yaitu untuk meningkatkankemampuan kerja fisiknya”.
Berdasarkan pendapat di atas makakebugaran jasmani sangat berpengaruhbagi seseorang untuk melakukan aktifitas.Berbagai kegiatan yang dilakukanseseorang yang melibatkan kemampuanfisik. Sedangkan fisik seseorangtergantung pada tingkat kebugaran jasmaniyang dimilikinya. Apabila kebugaranjasmani seseorang baik, maka orangtersebut akan dapat melakukan aktifitassecara maksimal dan mampu melakukanaktifitas berikutnya tanpa mengalamikelelahan yang berarti.METODOLOGI PENELITIANJenis Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitiandeskriptif kuntitatif.Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini variabel yangdigunakan adalah variabel diskriptif.Variabel yang akan diungkap dalampenelitian ini adalah tingkat kebugaranjasmani siswa kelas XI SMA se-Kecamatan Muara Telang KabupatenBanyuasin. Dari beberapa sekolah diKecamatan tersebut.
Subjek PenelitianSubjek dalam penelitian ini ialah
SMA Negeri 1 Muara Telang, SMA BinaMuda dan MA Miftahul Ulum TelangKarya.Instrumen dan Metode PengumpulanData
19
Menurut Arsil dan Adnan(2010:67-78) TKJI merupakan battery testdimana terdiri dari:1. Sprint
Sprint atau lari cepat bertujuanuntuk mengukur kecepatan. Kategori jarakyang harus ditempuh oleh masing-masingkelompok umur berbeda.2. Pull-up
Pull-up bertujuan untuk mengukurkekuatan otot lengan dan bahu. Untukpenilaian kelompok umur 06 – 09 tahundan umur 10 – 12 tahun melakukan pull-upselama 60 detik.3. Sit-up
Sit-up bertujuan untuk mengukurkekuatan dan ketahanan otot perut.Kelompok umur 6-9 tahun dan 10-12tahun melakukan selama 30 detik.4. Vertical jump
Tes ini bertujuan untuk mengukurdaya ledak otot tungkai. Ukuran papansekala selebar 30 cm dan panjang 150 cm,dimana jarak antara garis sekala satudengan yang lainnya masing-masing 1 cm.Papan sekala ditempelkan di tembokdengan jarak sekala nol(0) dengan lantai150 cm. Pertama berdiri menyampingpapan sekala dengan mengangkat tangankeatas ukur tinggi yang didapat, kemudianlakukan lompatan setinggi mungkinsebanyak tiga kali, tiap lompatan dicatattinggi yang diperoleh kemudian ambilyang terteinggi, selisih antara raihantertinggi dengan pengukuran yang pertamasaat tidak melompat adalah hasil verticaljump. Dengan kreteria penilaiannya.5. Lari jarak menengah
Lari jarak sedang dilakukan untukmengukur daya tahan paru, jantung, danpembuluh darah. Jarak yang ditempuhbergantung pada kelompok umur masing-masing.
Untuk kreteria kategori kebugarankita harus menjumlahkan semua nilai darilima item tes tersebut kemudian cocokandengan table berikut:
No Jumlah nilai Klasifikasi1 22 – 25 Baik sekali (BS)2 18 – 21 baik (b)3 14 – 17 sedang (s)4 10 – 13 Kurang (K)
5 05 – 09Kurang sekali
(KS)
Untuk lebih memudahkan telah ada“tkji calkulator“
Tes TKJI ini memerlukan banyaktenaga, oleh sebab itu peserta tes harusdalam keadaan sehat dan siap untukmelakukan tes. Hendaknya peserta tesmengerti dan memahami cara pelaksanaantes. Jika para peserta tes tidak dapatmelaksanakan satu jenis tes atau lebihdinyatakan gagal atau tidak mendapatkannilai.3.4.2. Metode Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan datayang dilakukan menurut Arikunto(2010:203) mengatakan metode penelitianadalah cara yang digunakan oleh penelitidalam mengumpulkan data penelitiannya.Dalam penelitian ini penulis menggunakanbentuk survei untuk memperoleh ataumengumpulkan data. Subyek penelitian iniadalah semua siswa kelas XI di SMA se-Kecamatan Muara Telang KabupatenBanyuasin tahun ajaran 2015/2016.Tempatpenelitian melalui instrumen TesKebugaran Jasmani Indonesia (TKJI)kelompok anak umur 16-12 tahundilaksanakan di SMA se-KecamatanMuara Telang Kabupaten Banyuasin.Waktu penelitian direncanakan bulanMaret sampai selesai di SMA se-Kecamatan Muara Telang Kabupaten
20
Banyuasin. Teknik yang digunakan untukmengumpulkan data yaitu teknik tes,pengukuran perlakuan langsung padasiswa kelas XI di SMA se-KecamatanMuara Telang Kabupaten Banyuasindengan menggunakan instrument tesKebugaran Jasmani Indonesia (TKJI)kelompok anak umur 16-19 tahun.Sugiyono (2013:147) mengatakan analisisdata merupakan kegiatan setelah data dariseluruh responden atau sumber data lainterkumpul. Analisis data yang digunakandalam penelitian ini adalah menggunakanteknik analisis data Tes KebugaranJasmnai Indonesia (TKJI) kelompok umuranak 16-19 tahun dengan rumus statistikdan menggunakan analisis data deskriptifprosentase. Adapun rumus yangdigunakan:= 100% Keterangan:n = jumlah nilai faktorfactual, N = jumlah seluruh nilai ideal.% = tingkat prosentase yang dicapaiHASIL PENELITIAN DANPEMBAHASANDeskripsi dataDalam penelitian survei ini menggunakaninstrumentes TKJI yang merupakan bateretes dengan urutan tes pertamamenggunakan sprint, pull up, sit up,vertical jump, dan lari jarak 1200 m.Instrumen tes diberikan kepadasiswa/siswi SMA sederajat padaKecamatan MuaraTelang. Secarakeseluruhan data hasil penelitian diperolehmelalui formula sebagai berikut:No Jumlahnilai Klasifikasi1 22 – 25 Baiksekali (BS)2 18 – 21 baik (b)3 14 – 17 sedang (s)4 10 – 13 Kurang (K)5 05 – 09 Kurangsekali (KS)
JUMLAH
Mengacu pada kategori tersebut makahasilpenelitian subjek SMA sederajat kelas XIpada Kecamatan Muara Telang dapatdiketahui dan disajikan kedalam tabelberikut ini:
No
Jumlahnilai
Frekuensi(n)
Prosentase(%)
Klasifikasi
1 22 – 250 0% Baiksek
ali (BS)2 18 – 21 1 0,70% baik (b)
3 14 – 1738 26,57
%sedang(s)
4 10 – 1398 68,53
%Kurang(K)
5 05 – 096 4,20% Kurangs
ekali(KS)
JUMLAH
143(N)
100%
Keterangan:n= Jumlah nilai faktor factual,N = Jumlah seluruh nilai ideal.% = Tingkat prosentase yang dicapaiHasil penelitian dengan mengacu padakriteria tes TKJI pada tabel di atasdiperoleh data 0,70% (1 subjek) beradapada kategori baik, 26,57% (38 subjek)berada pada kategori sedang, 68,53% (98subjek) berada pada kategori kurang, dan4,20% (6 subjek) berada pada kategorikurang sekali. Dari data di atas dapatmenunjukkan secara umum bahwa tingkatkebugaran jasmani SMA sederajat kelasXI pada Kecamatan Muara Telang beradapada kategori kurang.
KESIMPULANKesimpulan
Berdasarkan deskripsi data hasilpenelitain dan pembahasan maka dapatdisimpulkan Hasil penelitian denganmengacu pada kriteria tes TKJI pada tabeldi atas diperoleh data 0,70% (1 subjek)
21
berada pada kategori baik, 26,57% (38subjek) berada pada kategori sedang,68,53% (98 subjek) berada pada kategorikurang, dan 4,20% (6 subjek) berada padakategori kurang sekali. Dari data di atasdapat menunjukkan secara umum bahwatingkat kebugaran jasmani SMA sederajatkelas XI pada Kecamatan Muara Telangberada pada kategori kurang.
DAFTAR PUSTAKAArikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu PendekatanPraktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arsil dan Aryadie Adnan. 2010. EvaluasiPendidikan Jasmani dan Olahraga.Padang: Wineka Media.
Djoko Pekik Irianto. 2004. UpayaMeningkatkan Derajat KebugaranJasmani Dan Kesehatan, Yogyakarta: Lukman offset.
Giriwijoyo, S. 2007. Ilmu Faal Olahraga.Bandung :FPOK UPIGriwijoyo, S. 2012. Ilmu KesehatanOlahraga. Bandung :FPOK UPI
22
MODEL PENGENALAN AKTIVITAS JASMANI BAGI SISWATAMAN KANAK-KANAK
Anung Probo Ismoko1 Prodi PJKR STKIP PGRI PacitanDanang Endarto Putro2 Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan
ismokoanung@gmail.com
ABSTRAKPenelitian bertujuan menghasilkan model pengenalan aktivitas jasmani melalui
aktivitas bermain bagi siswa TK. Model pengenalan aktivitas jasmani mengembangkan aspekkognitif, afektif, dan psikomotor. Model pengenalan aktivitas jasmani diharapkan digunakanguru dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Penelitian menggunakan desain penelitian dan pengembangan. Langkah-langkah yangdilakukan sebagai berikut: (1) menilai kebutuhan untuk mengidentifikasi tujuan, (2)melakukan analisis instruksional, (3) menganalisis peserta didik dan bahan materi, (4)menulis tujuan kinerja, (5) mengembangkan instrumen penilaian produk, (6)mengembangkan strategi instruksional, (7) mengembangkan dan memilih bahaninstruksional, (8) desain produk dan melakukan evaluasi formatif terhadap instruksi, dan (9)merevisi instruksi. Karakteristik subjek uji coba adalah siswa TK. Uji coba skala kecildilakukan di TK Pertiwi dan uji coba skala besar dilakukan di TK Bhayangkari, TK KartikaIV, TK Putra Harapan. Instrumen yang digunakan: (1) petunjuk umum wawancara, (2)catatan lapangan, (3) lembar evaluasi, (4) angket skala nilai validasi, (5) angket skala nilaipedoman observasi permainan, dan (6) angket skala nilai pedoman observasi keefektifanmodel dalam pembelajaran.
Hasil penelitian adalah; (1) Data hasil validasi menurut ahli materi adalah “SangatBaik” rerata skor 4,44, (2) Menurut ahli media adalah “Sangat Baik” rerata skor 4,31, (3)Penilaian guru secara keseluruhan adalah “Sangat Baik”rerata skor 4,51, disimpulkan bahwamodel pengenalan aktivitas jasmani untuk siswa Taman Kanak-kanak termasuk dalamkriteria “Sangat Baik”. Kesimpulannya adalah model pengenalan aktivitas jasmani untuksiswa TK sangat bagus untuk meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas guru dalam proseskegiatan belajar mengajar.
Kata kunci: model, aktivitas jasmani, taman kanak-kanak.
PENDAHULUANPendidikan pada usia dini sebagai
pondasi dasar menanamkan pendidikanyang universal sebagai bekal ke arahpematangan pertumbuhan danperkembangan anak usia dini. Usia dinimerupakan usia sentral untukmenanamkan berbagai nilai-nilaipendidikan moral dan agama danmengembangkan kemampuan dasar anak
usia dini meliputi kemampuan berbahasa,berpikir, dan keterampilan aktivitasjasmani. Pengenalan pendidikan pada anakusia dini menekankan pendekatanpembelajaran yang menggunakan denganpendekatan yang konkrit, hal inidikarenakan pada usia dini belum bisaberpikir pada tahap abstrak. Pada umuranak usia dini sedang mengalami tahappengenalan diri sendiri dan berinteraksi
23
dengan lingkungan sekitar dalamkehidupannya. Proses Pertumbuhan danperkembangan anak usia dini salah satudiantaranya adalah perkembangan fisik.Hal ini dikarenakan bahwa diperlukannyaaktivitas jasmani yang baik dalam prosespertumbuhan dan perkembangan anakprasekolah. Perkembangan fisik memangsejalan dengan bertambahnya usia anak.Tetapi perlu diperhatikan bahwaperkembangan fisik anak akan lebih baikapabila aktivitas jasmani yangdilakukannya sesuai dengan kebutuhandan karakteristik perkembangannya.
Dalam kegiatannya, di tamankanak-kanak biasanya bentuk kegiatanyang dilakukan masih dikemas dalambentuk-bentuk permainan ataupunbermain, dari kegiatan berbahasa, dayapikir dan keterampilan jasmani. Dalampembelajaran penjas, banyak sekaliditemukan keluhan-keluhan oleh guruterutama bila anak tidak mau atau tidakaktif mengikuti kegiatan yang telahditentukan, reaksi yang ditampilkan anaktersebut diantaranya; menangis denganalasan takut, diam saja, memisahkan diridari kelompok, dan beberapa diantaranyamelakukan kegiatan sendiri sesuai denganapa yang senanginya. Pendidikan jasmanidalam hal ini menjadi sangat pentingdalam usaha pengembangan jasmani anakprasekolah. Pendidikan jasmani yangsecara implikasi dilakukan dalam aktivitasjasmani yang dipilih dan sesuai dengankebutuhan karakteristik perkembanganfisik, diperlukan oleh anak usia dini.Pendidikan usia dini harus dapatmengakomodasi hasrat bergerak anak,sehingga perlu adanya prosespembelajaran pendidikan jasmani yangteratur dan struktur untuk anak prasekolah.Anak membutuhkan rangsangan,bimbingan, dan perlakuan yang sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembanganagar berpotensi untuk menjadi lebih baikdi masa akan datang. Aktivitas bermainmerupakan salah satu aktivitas yang dapatmerangsang pertumbuhan danperkembangan anak apabila unsur-unsurdalam bermain sesuai dengan karakteristikanak usia dini. Selain itu, bermainmemiliki syarat dilakukan secara sukarelasehingga anak tidak mengalamipemaksaan ketika berpartisipasi. Anakmelakukan aktivitas bermain dengan rasasenang sehingga mudah menyerap nilai-nilai moral dan agama serta materipembelajaran yang telah ditransfer dalambermain.
Berdasarkan observasi yangdilakukan peneliti, pendidikan jasmaniyang dilaksanakan pada pembelajaran diTK rata-rata belum maksimal. Bahkanguru yang mengajarkan aktivitas jasmanimasih bingung dalam meramupembelajaran, sehingga hanya denganintuisi semata di dalam mengajarkanpendidikan jasmani. Walaupun rencanapelaksanaan pembelajaran sudah dibuatdan dilaksanakan, akan tetapi efektivitaspembelajaran pendidikan jasmani yangberhubungan dengan aktivitas jasmanitidak tampak. Guru tidak bisamengakomodir aktivitas jasmani yangdibutuhkan oleh seluruh anak-anak,dikarenakan pembelajaran pendidikanjasmani yang kurang menarik. Hal tersebutbanyak dikarenakan karena pengetahuanguru TK yang kurang luas, sehingga dalammembelajarkan pendidikan jasmani, anakdidik merasa bosan, tidak senang danjenuh karena materi yang monoton dantidak variatif.
Menghadapi kedaan yangdemikian, apa yang dilakukan oleh guruseharusnya bisa mengakomodir apa yangdibutuhan oleh semua anak, tanpa
24
terkecuali, yaitu dengan mencoba untukmenyusun metode mengajar yang menarikyang bisa membangkitkan gairah siswauntuk mengikuti kegiatan tersebut. Metodeyang dimaksud dilakukan denganmemodifikasi bentuk aktivitas jasmaniyang menyerupai kegiatan bermain yangbervariasi. Model aktivitas jasmanimerupakan salah satu wahana yangmenyenangkan bagi hampir semua anakusia dini. Guru merasa perlumenyelenggarakan aktivitas jasmani padasiswa untuk merangsang perkembanganfisik, motorik, dan sosial emosional anak.
Secara khusus di bidangpembelajaran motorik, Samsudin (2008:121) mengemukakan, “Modelpembelajaran motorik adalah langkah-langkah pembelajaran denganmemperhatikan karakteristik anak,kompetensi yang akan dicapai, interaksidalam proses pembelajaran, alat/media,dan penilaian”. Definisi tentang model diatas dapat disimpulkan bahwa modelmerupakan miniatur aspek-aspek dalamkehidupan. Model disusun berdasarkanhasil pengamatan terhadap implementasiilmu dalam kehidupan sehari-hari.Penyusunan model dimaksudkan untukmempermudah transfer ilmu maupun nilai-nilai kehidupan agar dapat dipahami danmudah diaplikasikan. Trianto (2011: 124-125) memaparkan bahwa isi programpembelajaran TK dipadukan dalam bidangpengembangan potensi yang mencakupbidang pembentukan perilaku danpengembangan pengetahuan dasar. Bidangpembentukan perilaku mengembangkanpembelajaran untuk mengembangkannilai-nilai moral agama, sosial, emosional,dan kemandirian. Bidang pengembangankemampuan dasar mengembangkankemampuan berbahasa, berpikir, danketerampilan fisik (motorik halus dan
kasar). Struktur program pembelajaran diTK dilaksanakan melalui kegiatanbermain, bertahap, berkesinambungan, danbersifat pembiasaan (Kemendiknas, 2010:10).
Aktivitas bermain menjadi mediautama untuk melaksanakan pembelajaran.Pengembangan kemampuan dasarbertujuan untuk meningkatkankemampuan dan aktivitas siswa sesuaidengan tahap perkembangana anak secaraumum. Kemampuan dasar yangdikembangkan di TK menjadi pondasisiswa membangun komunikasi, konstruksiberpikir, dan penguatan fisik dalammelakukan aktivitas. Tujuan yang akandicapai dalam pengembangan kemampuandasar ranah motorik di TK adalah untukmeningkatkan kemampuan pengelolaan,kontrol, dan koordinasi gerakan tubuh.Hasil yang diharapkan adalah anakmemiliki keterampilan gerak tubuh dancara hidup sehat untuk mendukungpertumbuhan jasmani.
Di Indonesia, pada umumnyaanak prasekolah mengikuti programtempat penitipan anak (3 bulan -5 tahun)dan kelompok bermain (usia 3 tahun),sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanyamengikuti program taman kanak-kanak(Soemiarti Patmonodewo, 1995: 16). Padaanak prasekolah telah nampak otot-otottubuh yang berkembang danmemungkinkan bagi anak melakukanberbagai keterampilan. Gerakan anakprasekolah lebih terkendali danterorganisasi dalam pola-pola. Sepertimenegakkan tubuh dalam posisi berdiri,tangan dapat terjuntai secara santai, danmampu melangkahkan kaki denganmenggerakkan tungkai dan kaki. Gerakanotot kasar lebih dahulu berkembangsebelum gerakan otot halus. Pengendalianotot kepala dan lengan lebih dahulu
25
berkembang dari pengendalian otot kaki,dan mampu mengendalikan otot lenganterlebih dahulu baru kemudian otot tangan.Pengembangan jasmani dapat dicapaidengan melaksanakan program pendidikanjasmani yang teratur dan terstruktur sesuaidengan kebutuhan anak prasekolah dankompetensi perkembangan jasmani yangharus dikuasai. Hal ini menjadi pentingkarena perkembangan jasmani merupakanaspek fundamental diri anak. Seperti yangdiungkap Soemiarti Patmonodewo (1995:23) bahwa kecepatan perkembanganjasmani dipengaruhi oleh gizi, kesehatandan lingkungan fisik sepertiketersediaan sarana prasarana dankesempatan yang diberikan kepada anakuntuk melatih berbagai gerakan. Padapendidikan prasekolah pembelajarandilakukan dengan pendekatan terpadu(tematik). Pembelajaran tematik memangmempunyai kelebihan tersendiri karenadalam suatu pembelajaran semua aspekyang ada dalam diri anak terlibat.Berdasarkan analisis perkembanganjasmani anak prasekolah, jelas bahwadiperlukan suatu program pengembanganjasmani anak prasekolah yang teratur danterstruktur sesuai dengan kebutuhankarakteristik perkembangan anak. Programpendidikan jasmani pada pendidikanprasekolah menjadi penting mengingat haltersebut di atas.
Pengenalan aktivitas jasmani bagianak-anak mengenalkan adalahmengenalkan kegiatan aktivitas-aktivitasfisik dasar bagi anak taman kanak-kanak.Kegiatan pengenalan aktivitas jasmanisebagai pondasi dasar pengenalan ke arahperkembangan multilateral anak padacabang-cabang olahraga. Pengenalanaktivitas jasmani perlu diberikan padasemenjak anak sejak usia dini.Keterampilan tersebut perlu disampaikan
pada siswa TK melalui aktivitas bermainagar siswa dapat menikmati pembelajaran.Peneliti juga memiliki gagasan untukmenyusun model pengenalan aktivitasjasmani yang dapat diselenggarakan dalampembelajaran TK. Siswa TK dipilihsebagai sasaran utama dalam penelitiankarena memiliki keterampilan kognitif danpsikomotor.
METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian
pengembangan untuk menghasilkanproduk pendidikan.Langkah-langkahpengembangan model pengenalan aktivitasjasmani bagi siswa Taman Kanak-kanakdilakukan melalui tahapan sebagai berikut:(1) Menilai Kebutuhan untukMengidentifikasi Tujuan; (2) MelakukanAnalisis Instruksional; (3) MenganalisisPeserta Didik dan Bahan Materi; (4)Menulis Tujuan Kinerja; (5)Mengembangkan Instrumen PenilaianProduk; (6) Mengembangkan StrategiInstruksional; (7) Mengembangkan danMemilih Bahan Instruksional; (8)Merancang dan Melakukan EvaluasiFormatif Terhadap Instruksi; (9) MerevisiInstruksi.
Penelitian ini akan dilaksanakan diTK Pertiwi, TK Bhayangkari, TK KartikaIV, TK Putra Harapan tahun ajaran 2015-2016. Instrumen penelitian dan teknikpengumpulan data dalam penelitian inimelalui tahapan sebagai berikut: (1)Pedoman umum wawancara; (2) CatatanLapangan; (3) Angket Skala Nilai.Penelitian ini akan menggunakan SkalaLikert dengan skala 5: (1) sangat tidaksesuai; (2) tidak sesuai; (3) cukup sesuai;(4) sesuai; dan (5) sangat sesuai. SkalaLikert merupakan skala penilaian untukmenilai pendapat, sikap, dan pandangan(Riduwan, 2007: 12). Teknik analisis data
26
yang digunakan dalam penelitian iniadalah analisis data deskriptif kuantitatifdan kualitatif. Teknik analisis datadeskriptif kuantitatif dilakukan pada: (1)hasil penilaian evaluasi dengan skala nilaiahli materi terhadap draf model permainansebelum uji coba; (2) data penilaian hasilobservasi para ahli materi terhadap modelpermainan; dan (3) data hasil observasiahli materi terhadap keefektifan modelpengenalan aktivitas jasmani dalam prosespembelajaran. Rentangan skor pada setiapangket ada lima, yaitu: (1) skor 1 untukpenilaian sangat tidak sesuai, (2) skor 2untuk penilaian tidak sesuai, (3) skor 3untuk penilaian cukup sesuai, (4) skor 4untuk penilaian sesuai, dan (5) skor 5untuk penilaian sangat sesuai.
HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASANA. Hasil Penelitian
1. Data Analisis KebutuhanAnalisis kebutuhan dilakukan
untuk mengetahui permasalahanyang terjadi di lapangan berkaitandengan pembelajaran Taman Kanak-Kanak. Peneliti melakukan observasimengenai pembelajaran mengenaiaktivitas jasmani yang dilakukan diTaman Kanak-Kanak. Selain itu,peneliti melakukan wawancara padaguru tentang gerakan-gerakan fisikdalam proses pembelajaran danaktivitas jasmani serta melakukanstudi pustaka. Hasil observasi danwawancara menunjukkan bahwaguru TK belum mempunyai banyakalternatif mengenai aktivitas jasmaniyang akan di ajarkan kepada siswa-siswi TK. Berdasarkan kenyataan,maka peneliti mengembangkan
model pengenalan aktivitas jasmaniuntuk siswa Taman Kanak-Kanak.Tujuan dikembangkannya modeladalah untuk memberikan alternatifpembelajaran pengenalan aktivitasjasmani untuk siswa TK. Materipengembangan dalam model yangdibuat tentunya telah disesuaikandengan kurikulum dan karakteristiksiswa TK. Fokus tujuanpengembangan meliputi aspekkognitif, afektif dan psikomotor.Model disusun denganmemperhatikan aturan keselamatanbermain. Pengembangan pengenalanaktivitas jasmani berdasarkan konsepbermain sehingga pelaksanaanlatihan pemanasan, inti danpelepasan menggunakan konsepbermain. Peneliti mengharap produkyang telah dihasilkan dapatdipergunakan untuk ; (1) menambahvariasi model pengenalan aktivitasjasmani bagi siswa TK, (2)memotivasi guru untukmemaksimalkan sarana danprasarana yang ada di sekolah dalamproses pembelajaran, (3) membantuguru TK dalam mengembangkankreatifitas pembelajaran di TK.
2. Deskripsi Draf Produk AwalDraf produk awal model
pengenalan aktivitas jasmani untuksiswa Taman Kanak-Kanak terdiridari 5 permainan, yaitu; (1)permainan kumpul lari bola, (2)permainan lompat dan loncat estafet,(3) permainan lempar bola, (4)permainan merayap dan merangkak,(5) permainan panjat memanjat.
3. Data Validasi dari Ahli Materidan Ahli Media
Validasi dilakukan dengancara memberikan draf produk awal
27
model pengenalan aktivitas jasamaniuntuk siswa Taman Kanak-Kanakyang telah direvisi berdasarkanmasukan dari ahli materi dan ahlimedia. Aspek kebenaranpembelajaran merupakan informasiyang meliputi bagian yang salah,jenis kesalahan, dan saran perbaikan.Aspek-aspek tersebut berguna untukkepentingan penelitian kualitasproduk model pengenalan aktivitasjasmani untuk siswa TK yang sedangdikembangkan, oleh karena itu sarandari ahli materi maupun ahli mediasangat dibutuhkan. Penilaiandiberikan dengan melihat danmencermati produk model yang telahdibuat, selanjutnya saran-saran yangtelah diberikan berupa penambahanmateri dan perbaikan tampilan yangtentunya disesuaikan dengan standarkompetensi Taman Kanak-Kanak.Saran yang diberikan oleh ahlimateri berupa penekanan dan tatakelola proses pemberian materipengenalan aktivitas jasmani yangada saat proses pembelajaran.Perbaikan sudah dilakukan padapenempatan bentuk latihan melaluitata saji yang menampilkan aktivitasgerakan dari mudah menuju gerakankompleks. Hasil validasi produk olehahli materi berupa rerata skor yangdiberikan untuk aspek kualitasmateri pengenalan aktivitas jasmanipada model pengenalan aktivitasjasmani untuk siswa Taman Kanak-Kanak. Kriteria akhir dari aspekkualitas materi di atas diperoleh darihasil konversi data kualitatif denganskala 5. Hasil penilaian dari ahlimateri menunjukkan bahwa kualitasproduk dilihat dari aspek kualitasmateri dinyatakan “Sangat Baik”
dengan rerata 4,45. Hasil penilaiandari ahli materi menunjukkan bahwakualitas produk dilihat dari aspekkualitas isi dinyatakan “Sangat Baik”dengan rerata 4,33.
Penilaian aspek materidiperoleh data sebesar 53,85%termasuk dalam kriteria ”SangatBaik” dan 46,15% termasuk kriteria“Baik”. Penilaian aspek isi diperolehdata sebesar 33,33% termasuk dalamkriteria ”Sangat Baik” dan 66,67%termasuk kriteria “Baik”. Reratapenilaian hasil validasi ahli materipada aspek kualitas materipembelajaran sebesar 4,54 termasukketegori “Sangat Baik”. Reratapenilaian aspek isi sebesar 4,33termasuk kriteria “Sangat Baik”.Rerata keseluruhan hasil validasi ahlimateri sebesar 4,44 termasuk kriteria“Sangat Baik”. Saran-saran yangdiberikan oleh ahli media berupaperbaikan pada tata letak, jeniswarna, gelap-terang gambar danpemilihan kualitas kertas sertaukuran cetak. Perbaikan sudahdilakukan pada ke semua aspek,mulai dari tata letak tulisan, jeniswarna yang digunakan, editinggambar serta ukuran kertas cetak danjenis kertas cetak. Hasil validasiproduk oleh ahli media berupa rerataskor yang diberikan untuk aspektampilan dan aspek desain padamodel pengenalan aktivitas jasmaniserta layout model pengenalanaktivitas jasmani untuk siswa TamanKanak-Kanak.
Kriteria akhir dari aspekkualitas tampilan di atas diperolehdari hasil konversi data kualitatifdengan skala 5. Hasil penilaian dariahli media menunjukkan bahwa
28
kualitas produk dilihat dari aspekkualitas tampilan dinyatakan “SangatBaik” dengan rerata 4,52. Hasilpenilaian dari ahli mediamenunjukkan bahwa kualitas produkdilihat dari aspek kualitas desaindinyatakan “Baik” dengan rerata4,10. Penilaian aspek tampilandiperoleh data sebesar 52,38%termasuk dalam kriteria ”SangatBaik” dan 47,62% termasuk kriteria“Baik”. Penilaian aspek desaindiperoleh data sebesar 30,00%termasuk dalam kriteria ”SangatBaik” 50,00% dan 20,00% termasukkriteria “Baik”. Rerata penilaianhasil validasi ahli media pada aspekkualitas tampilan sebesar 4,52termasuk ketegori “Sangat Baik”.Rerata penilaian aspek desainsebesar 4,10 termasuk kriteria“Baik”. Rerata keseluruhan hasilvalidasi ahli media sebesar 4,31termasuk kriteria “Sangat Baik”.
4. Data Uji Coba Skala KecilUji coba skala kecil
dilakukan kepada 2 orang guru TKPertiwi. Pada uji coba skala kecilpenilaian terhadap aspek tampilandiperoleh rerata sebesar 4,54termasuk dalam kriteria “SangatBaik”. Pada uji coba skala kecilpenilaian terhadap aspek isi/materidiperoleh rerata sebesar 4,55termasuk dalam kriteria “SangatBaik”. Pada uji coba skala kecilpenilaian terhadap aspekpembelajaran diperoleh reratasebesar 4,25 termasuk dalam kriteria“Sangat Baik”. Secara keseluruhanpada tahap uji coba skala kecildiperoleh penilaian dengan rerataskor 4,45 termasuk dalam kriteria“Sangat Baik”.
5. Data Uji Coba Skala BesarUji coba skala besar
diberikan kepada 6 orang guru di TKBhayangkari, TK Kartika IV, TKPutra Harapan. Pada uji coba skalabesar di TK Bhayangkari penilaianterhadap aspek tampilan diperolehrerata sebesar 4,54 termasuk dalamkriteria “Sangat Baik”. Penilaianterhadap aspek isi/materi diperolehrerata sebesar 4,47 termasuk dalamkriteria “Sangat Baik”. Penilaianterhadap aspek pembelajarandiperoleh rerata sebesar 4,62termasuk dalam kriteria “SangatBaik”. Secara keseluruhan padatahap uji coba skala besar di TKBhayangkari diperoleh penilaiandengan rerata skor 4,54 termasukdalam kriteria “Sangat Baik”.
Pada uji coba skala besar diTK Kartika IV penilaian terhadapaspek tampilan diperoleh reratasebesar 4,49 termasuk dalam kriteria“Sangat Baik”. Penilaian terhadapaspek isi/materi diperoleh reratasebesar 4,57 termasuk dalam kriteria“Sangat Baik”. Penilaian terhadapaspek pembelajaran diperoleh retarasebesar 4,23 termasuk dalam kriteria“Sangat Baik”. Secara keseluruhanpada tahap uji coba skala besar diTK Kartika IV diperoleh penilaiandengan rerata skor 4,43 termasukdalam kriteria “Sangat Baik”.
Pada uji coba skala besar diTK Putra Harapan penilaian terhadapaspek tampilan diperoleh reratasebesar 4,56 termasuk dalam kriteria“Sangat Baik”. Penilaian terhadapaspek isi/materi diperoleh reratasebesar 4,64 termasuk dalam kriteria“Sangat Baik”. Penilaian terhadapaspek pembelajaran diperoleh retara
29
sebesar 4,70 termasuk dalam kriteria“Sangat Baik”. Secara keseluruhanpada tahap uji coba skala besar diPutra Harapan diperoleh penilaiandengan rerata skor 4,43 termasukdalam kriteria “Sangat Baik”.
Pada uji coba skala besarsecara keseluruhan di TKBhayangkari, TK Kartika IV dan TKPutra Harapan, penilaian terhadapproduk model pengenalan aktivitasjasmani untuk siswa Taman Kanak-Kanak diperoleh retara sebesar 4,51termasuk dalam kriteria “SangatBaik”,
B. Luaran yang DicapaiSetelah melalui tahapan validasi
dan revisi produk yang melibatkan ahlimateri dan ahli media serta dilanjutkanevaluasi terhadap aspek isi,pembelajaran, tampilan dan desain,diperoleh hasil validasi dengan kriterilayak digunakan untuk uji cobalapangan. Pada tahapan selanjunyadilakukan uji coba produk di TKPertiwi untuk skala kecil dan skalabesar di TK Bhayangkari, TK KartikaIV serta TK Putra Harapan. Tahapanyang sudah dilalui tersebut selanjutnyatelah menghasilkan produk akhir berupamodel pengenalan aktivitas jasmaniuntuk siswa Taman Kanak-Kanak yangberkualitas dan layak untuk digunakansesuai dengan sasaran pengguna. Modelpengenalan aktivitas jasmani untuksiswa Taman Kanak-Kanak yangdihasilkan dalam pengembangan iniadalah sebagai berikut:1. Bagian Isi
a. Produk yang dihasilkan bernamamodel pengenalan aktivitasjasmani untuk siswa TamanKanak-Kanak.
b. Produk model pengenalanaktivitas jasmani ini berisi materipengenalan aktivitas jasmanimelalui berbagai macam gerakyang dikemas melalui permainan.
c. Produk model pengenalanaktivitas jasmani untuk siswaTaman Kanak-Kanak inidilengkapi dengan prosedurkeselamatan.
d. Setiap model pengenalan aktivitasjasmani terdiri dari latihanpemanasan, inti, dan pelepasandalam bentuk permainan sehinggamembuat proses kegiatan belajarmengajar menjadi lebihmenyenangkan.
e. Materi dalam modul disajikandengan tampilan yang menarikdidukung dengan foto-fotoaktivitas dan gambar animasi tatacara pelaksanaan, mudah dibacadan dimengerti oleh gurusehingga dapat meningkatkankreatifitas guru dalam prosespembelajaran.
2. Bagian FisikModel pengenalan aktivitas
jasmani untuk siswa Taman Kanak-Kanak dikemas melalui sebuah bukudengan judul “Kegiatan PengenalanAktivitas Jasmani Untuk SiswaTaman Kanak-Kanak” yang didalamnya didukung olah unsur teks,foto dan gambar animasi. Bukutersebut dapat dengan mudah dibacadan dipahami oleh guru TamanKanak-Kanak. Isi buku di susunsecara sistematis dengan desain yangmenarik mulai dari halaman awal, isikegiatan, sampai halaman akhir.Produk model pengenalan aktivitasjasmani yang dihasilkan telah sesuaidengan tahapan pengembangan
30
produk. Aspek-aspek yang menjadibahan untuk validasi ahli antara lain;(1) aspek isi, (2) aspekpembelajaran, (3) aspek tampilan,dan (4) aspek desain. Validasi ahlidan uji coba lapangan sebagai saranauntuk memperoleh data. Data yangdiperoleh digunakan sebagai bahanacuan pada tahap revisi. Produkmodel pengenalan aktivitas jasmaniini telah direvisi secara bertahapberdasarkan masukan dari ahlimateri dan ahli media.
PEMBAHASANBerdasarkan hasil analisis data
yang diperoleh melalui tahapan validasidan uji coba produk menurut ahli materi,model pengenalan aktivitas jasmani untuksiswa Taman Kanak-Kanak yang sedangdikembangkan dinyatakan “Sangat Baik”dengan rerata akhir 4,44 dan dinyatakanlayak untuk digunakan/uji coba lapangan.Menurut ahli media, media belajar yangsedang dikembangakan dinyatakan“Sangat Baik” dengan rerata akhir 4,31dan dinyatakan layak untuk digunakan/ujicoba lapangan. Menurut penilaian gurumelalui tahapan uji coba yang telahdilakukan diperoleh penilaian akhirmengenai model pengenalan aktivitasjasmani untuk siswa Taman Kanak-Kanakyang sedang dikembangkan. Pada uji cobaskala kecil yang telah dilakukan, diperolehpenilaian dengan rerata akhir 4,45 dantermasuk kriteria “Sangat Baik”.Sedangkan dalam uji coba skala besarterhadap kualitas model pengenalanaktivitas jasmani untuk siswa TamanKanak-Kanak diperolah rerata sebesar 4,51termasuk dalam kriteria “Sangat Baik”.Kesimpulan dari uji kualitas di atas adalahmodel pengenalan aktivitas jasmani untuksiswa Taman Kanak-kanak sangat baikdigunakan dalam proses kegiatan belajar
mengajar. Sesuai dengan data akhir yangdiperoleh baik dari ahli materi maupunahli media, model pengenalan aktivitasjasmani untuk siswa Taman Kanak-kanakyang sedang dikembangkan sudahmemenuhi syarat untuk digunakan setelahmelalui beberapa tahap validasi dan revisiproduk sehingga kualitas produk yangdihasilkan meningkat dan dinyatakanlayak untuk digunakan. Uji kualitaspenerapan model pengenalan aktivitasjasmani untuk siswa Taman Kanak-kanaksaat proses kegiatan belajar mengajarmemberikan kesimpulan bahwa modelpengenalan aktivitas jasmani dinyatakansangat baik untuk menyampaikan berbagaimacam bentuk aktivitas jasmani dalamproses kegiatan belajar mengajar.
KESIMPULANTujuan dari penelitian dan
pengembangan ini adalah menghasilkanproduk model pengenalan aktivitasjasmani untuk siswa Taman Kanak-kanak.Prosedur pengembangan dalam penelitianini adalah sebagai berikut; (1) melakukananalisis kebutuhan, (2) mengembangkaninstrumen penilaian, (3) mengembangkandan memilih bahan materi, (4) merancangdan melakukan evaluasi formatif, (5)penyusunan produk akhir. Setelah melaluiprosedur pengembangan tersebut, modelpengenalan aktivitas jasmani untuk siswaTaman Kanak-kanak mempunyai kualitasyang lebih baik setelah dilakukan reavisidan perbaikan-perbaikan. Penyusunanproduk model pengenalan aktivitasjasmani untuk siswa Taman Kanak-kanaktelah disesuaikan dengan kurikulumtingkat Taman Kanak-kanak. Hal tersebutmenjadi dasar dan acuan dalam prosespenyusunan model pengenalan aktivitasjasmani untuk siswa Taman Kanak-kanak.Materi disajikan dengan tampilan menarik
31
dan mudah dipelajari tentunya dengantujuan untuk mempermudah pemahamanguru dalam mengaplikasikannya di prosespembelajaran. Pertimbangan penyampaianmateri juga dilakukan denganmengedepankan pembelajaran melaluipermainan serta disusun dari yang palingmudah menuju kompleks.
Menurut guru Taman Kanak-kanak,model pengenalan aktivitas jasmani yangdikembangkan sangat menarik untukdigunakan dalam proses kegiatan belajarmengajar. Hal tersebut didukung olehkurangnya sumber bacaan yang membahasmengenai aktivitas jasmani yang dilakukanmelalui konsep permainan. Penggunaanteks, foto, dan gambar animasi tentunyalebih mempermudah guru untukmemahami materi pengenalan aktivitasjasmani secara detail. Data hasil validasimenurut ahli materi adalah “Sangat Baik”dengan rerata skor 4,44. Menurut ahlimedia adalah “Sangat Baik” dengan rerataskor 4,31. Sedangkan penilaian gurusecara keseluruhan adalah “Sangat Baik”dengan rerata skor 4,51, sehingga dapatdisimpulkan bahwa model pengenalanaktivitas jasmani untuk siswa TamanKanak-kanak termasuk dalam kriteria
“Sangat Baik”. Kesimpulannya adalahmodel pengenalan aktivitas jasmani untuksiswa Taman Kanak-kanak sangat bagusuntuk meningkatkan pengetahuan dankreatifitas guru dalam proses kegiatanbelajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Kemendiknas. (2010). Pedomanpengembangan programpembelajaran di taman kanak-kanak.Jakarta: Kemendiknas.
Samsudin. (2008). Pembelajaran motorikdi taman kanak-kanak. Jakarta:Prenada Media Group.
Soemiarti Patmonodewo. (1995). Buku AjarPendidikan Prasekolah. Jakarta.Depdikbud. Dirjen Dikti. ProyekPendidikan Tenaga Akademik.
Trianto. (2011). Desain pengembanganpembelajaran tematik bagi anakusia dini TK/RA & anak usia kelasawal SD/MI. Jakarta: PrenadaMedia Group.
32
THE INFLUENCE OF 20-YARD SHUTTLE, THREE CONE DRILL, ANDFOUR CONE DRILL TOWARDS INCREASING SPEED AND AGILITY
Muhamad Maki Amirudin (Post-Graduated State University of Surabaya)
e-mail: amirudinmaki@gmail.com
ABSTRAK
Latihan kondisi fisik khususnya kecepatan dan kelincahan dibutuhkan siswa saatmelakukan pembelajaran olahraga. Latihan yang dapat dilakukan untuk meningkatkankecepatan dan kelincahan adalah pelatihan speed, agility and quickness (SAQ) denganjenis latihan 20-yard shuttle, three cone drill, dan four cone drill. Jenis penelitian yangdigunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode eksperimen semu.Rancangan penelitian ini menggunakan matching-only design, dan analisis datamenggunakan Anova. Proses pengambilan data dilakukan dengan tes lari 30 meter danT-test untuk kelincahan pada saat pretest dan posttest. Selanjutnya data hasil penelitiandianalisis dengan menggunakan bantuan SPSS seri 20.0. Hasil penelitian menunjukkanbahwa selisih rerata antara pretest dan posttest dari masing-masing kelompok yaitu: (1)Kelompok eksperimen I untuk kecepatan -0,16 detik dan kelincahan -0,16 detik, (2)Kelompok eksperimen II untuk kecepatan -0,11 detik dan kelincahan -0,09 detik (3)Kelompok eksperimen III untuk kecepatan -0,24 detik dan kelincahan -0,24 detik (4)Kelompok kontrol untuk kecepatan -0,04 detik dan kelincahan -0,03 detik.
Kata kunci: Latihan, SAQ, Kecepatan, Kelincahan.
PENDAHULUAN
Dalam olahraga, terutama dalamolahraga prestasi, untuk mencapaikeberhasilan tidaklah mudah dansingkat untuk mendapatkannya. Diperlukan proses yang panjang,diperlukan kerjasama antara pelatihyang berpengalaman dengan atlet,berpengetahuan ilmu keolahragaan danbenar-benar menekuni bidangkepelatihan. Pelatihan atau training
adalah penerapan dari suatuperencanaan untuk meningkatkankemampuan berolahraga yang berisikanmateri teori dan praktek, metode, danaturan pelaksanaan sesuai dengan tujuandan sasaran yang akan dicapai(Sukadiyanto dan muluk 2011:6).Latihan merupakan suatu kegiatan yangtersusun dengan sistematis untukmencapai suatu peningkatan yang akandicapai. Komponen utama dalam latihanyaitu teori, praktek dan prosedur
33
pelaksanaan yang kemudian ditujukanuntuk mencapai sasaran dan tujuan.
Fisik memiliki berbagai macamkomponen di dalamnya. Komponenkondisi fisik yang diperlukan agarseseorang dapat meningkatkanprestasinya, yaitu: 1) Daya tahan(endurance) , 2) Kekuatan (strength), 3)Kecepatan (speed), 4) Kelentukan(flexibility), 5) Kelincahan (agility), 6)Koordinasi, 7) Keseimbangan(balance), 8) Daya Ledak (explosivepower) (Roesdiyanto dkk, 2008:49).Dari berbagai macam komponen fisik,fokus dalam penelitian ini adalahkomponen fisik kecepatan dankelincahan. Karena kelincahan dankecepatan adalah salah satu komponenkondisi fisik yang sangat pentingdimiliki oleh seorang atlet terutama bagiolahraga yang sangat membutuhkankemampuan untuk berpindah tempatsecara cepat.
SAQ (Speed, Agility, andquickness) telah menjadi cara yangpopuler untuk melatih komponen fisikatlet khususnya kecepatan dankelincahan. Dengan kebutuhan yangterus meningkat untuk mempromosikankemampuan atletik, jenis pelatihan initelah terbukti meningkatkankemampuan seseorang dalam berbagaiolahraga. Hal ini terjadi karena hampirsetiap olahraga membutuhkan kecepatandan kelincahan gerakan, baik lenganatau kaki. Oleh karena itu, semua atletbisa mendapatkan keuntungan ketikakelincahan, dan kecepatan pelatihanterintegrasi ke dalam program pelatihanmereka.
Menurut Jovanovic (dalamMilanovic dkk, 2013) pelatihan speedagility and quickness akan menghapus
blok mental dan ambang batas dan akanmemungkinkan atlet untukmengerahkan kekuatan maksimalsehingga pola gerakannya terkontrol danseimbang khususnya dalam berolahraga.Dengan mempertimbangkan sistemenergi yang terlibat atlet saatberolahraga, kekhususan pola gerakan,aksi otot, kecepatan dan jangkauangerakan dilakukan dan kebutuhankhusus atlet. Pelatihan speed agility andquickness dapat memberikan pelatihanyang sangat spesifik dan rinci untukmembantu pemain dalam mencapaitujuan. Dari berbagai jenis latihan yangterdapat pada pelatihan speed agilityand quickness, peneliti akan mengambiltiga jenis latihan yaitu 20 yard shuttle,three cone drill dan four cone drill.
Berdasakan penjelasan pelatihanspeed agility and quickness akanmenghapus blok mental dan ambangbatas dan akan memungkinkan atletuntuk mengerahkan kekuatan maksimaltersebut, peneliti ingin mengetahuiapakah terdapat pengaruh latihan 20yard shuttle, three cone drill dan fourcone drill terhadap kecepatan dankelincahan. Serta peneliti inginmengetahui apakah terdapat perbedaanpengaruh antara latihan 20 yard shuttle,three cone drill dan four cone drillterhadap kecepatan dan kelincahan.
METODE PENELITIANJenis penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif. Metode penelitianyang digunakan dalam penelitian ini yaitumetode penelitian eksperimen semu (quasiexperiment). Desain atau rancangan dalampenelitian ini menggunakan “MatchingOnly Design” (Maksum, 2012: 100).
34
Rancangan penelitian tersebutdigambarkan sebagai berikut:
Gambar Desain Penelitian Maksum,2012: 100)
Keterangan:T11- T14 : Pretest kelompok 1 - 4.T21- T24 : Posttest kelompok 1 - 4.X1 : Perlakuan dengan latihan
20-yard shuttleX2 : Perlakuan dengan latihan
three cone drillX3 : Perlakuan dengan latihan
four cone drillPopulasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian iniadalah siswa putra kelas XI SMA Kawung2 Surabaya yang terdaftar aktif sebagaisiswa dengan jumlah keseluruhan 32 siswa.Siswa dengan rata-rata umur 16 – 17 tahunyang mengikuti mata pelajaran pendidikanjasmani kesehatan dan olahraga.
Sampel dalam penelitian ini adalahsiswa putra kelas XI SMA Kawung 2Surabaya yang terdaftar aktif sebagai siswadengan jumlah keseluruhan 32 siswa.Siswa dengan rata-rata umur 16 – 17 tahunyang mengikuti mata pelajaran pendidikanjasmani kesehatan dan olahraga. Teknikpengambilan sampel dalam penelitian inidengan menggunakan studi populasidikarenakan semua populasi dijadikansampel. Penentuan pengelompokan sampeldilakukan secara ordinal pairing ataudisesuikan peringkat dari hasil pretest.Berikut gambar pembagian sampel padakelompok latihan,
Tabel Ordinal PairingKel1
1 8 9 16 17 24 25 32
Kel2
2 7 10 15 18 23 26 31
Kel3
3 6 11 14 19 22 27 30
Kel4
4 5 12 13 20 21 28 29
Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di
lapangan olahraga SMA Kawung 2Surabaya, selama 8 minggu dari bulanMaret – Mei 2016, dengan rincian 8minggu untuk perlakuan (treatment)dengan frekuensi 24 kali pertemuan yangdilaksanakan 3 kali dalam seminggu.Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalampenelitian ini adalah tes kecepatan denganmenggunakan tes lari 30 meter dan teskelincahan dengan menggunakan T-test.Teknik Analisis Data
Sesuai dengan hipotesis dan jenispenelitian yang digunakan dalam penelitianini, maka analisis statistik yang digunakanadalah uji prasarat data normalitas danhomogenitas, kemudian dilanjutkan denganuji-t paired sample test dan Analisis ofVarians (Anova) dengan taraf signifikansi5 %. Proses tersebut di atas akandilaksanakan menggunakan programStatistical Product and Service Solution(SPSS) 20.0.
X1
T21
K
1K
2
K4
T11T12
X2
T22
T14
- T24
K
3
T13
X3
T23
M
35
HASIL PENELITIANUji Normalitas
Hasil perhtungan dengan SPSS 20.0untuk melihat normal tidaknya data bisadilihat dalam tabel di bawah ini.
Variabel Test
Kel.I
Kel.II
Kel.III
Kel.IV Ket Status
Sig Sig Sig Sig
Kecepatan
Pretest0,74
60,50
50,62
80,43
0
P >0,05
Normal
Posttest
0,718
0,543
0,620
0,397
P >0,05
Normal
Kelincahan
Pretest0,61
00,36
00,45
30,55
4
P >0,05
Normal
Posttest
0,658
0,361
0,620
0,580
P >0,05
Normal
Berdasarkan pada tabel di atasmenunjukkan bahwa perolehan data darikedua variabel terikat yaitu kecepatan dankelincahan memiliki makna bahwa databerdistribusi normal. Hal ini dikarenakansignifikansi (p) dari masing-masingkelompok menunjukkan (p) atau sig > 0,05yang mengakibatkan H0 diterima. Sehinggadapat disimpulkan bahwa data diambil daripopulasi yang berdistribusi normal.Uji Homogenitas
Hasil SPSS 20.0 untuk perhitunganhomogenitas data seperti pada tabel dibawah ini
Variabel Test Sig(P) Ket Status
Kecepatan
Pretest 0,491P >0,05 Homogen
Posttest 0,781P >0,05 Homogen
Kelincahan
Pretest 0,155P >0,05 Homogen
Posttest 0,323P >0,05 Homogen
Berdasarkan pada tabel di atasmenunjukkan bahwa perolehan data keduavariabel terikat yaitu kecepatan dankelincahan memiliki varians homogen. Halini dimaknai oleh karena nilai signifikansidari masing-masing data menunjukkantaraf signifikansi atau (p) > 0,05. Sehinggadapat disimpulkan bahwa varians pada tiapkelompok adalah sama atau homogen.Pengujian Hipotesis
Untuk menjawab hipotesis yangtelah diajukan, maka uji analisis yangdipergunakan dalam penelitian ini adalahuji beda rerata (uji beda mean) denganmenggunakan analisis uji-t paired t-test.Nilai yang digunakan dalam penghitunganuji-t paired t-test adalah nilai pretest danposttest dari masing-masing kelompok(kelompok I, kelompok II, kelompok III,dan kelompok kontrol), dengan penyajiandatanya hasil perhitungan uji-t paired t-testadalah sebagai berikut:Tabel Hasil Uji Beda Variabel Terikatpada Kelompok Eksperimen I
Variabel Pair t-hitung
Sig.(2-
tailed)Status
KecepatanPosttest
–Pretest
-27,656
0,000 Berbeda
KelincahanPosttest
–Pretest
-33,931
0,000 Berbeda
Tabel Hasil Uji Beda Variabel Terikatpada Kelompok Eksperimen II
Variabel Pair t-hitung
Sig.(2-
tailed)Status
KecepatanPosttest
–Pretest
-6,190 0,000 Berbeda
KelincahanPosttest
–Pretest
-22,293
0,000 Berbeda
36
Tabel Hasil Uji Beda Variabel Terikatpada Kelompok Eksperimen III
Variabel Pair t-hitung
Sig.(2-
tailed)Status
KecepatanPosttest
–Pretest
-35,196
0,000 Berbeda
KelincahanPosttest
–Pretest
-19,221
0,000 Berbeda
Tabel Hasil Uji Beda Variabel Terikatpada Kelompok Kontrol
Variabel Pair t-hitung
Sig.(2-
tailed)Status
KecepatanPosttest
–Pretest
-17,102
0,000 Berbeda
KelincahanPosttest
–Pretest
-10,370
0,000 Berbeda
Berdasarkan pada keempat tabel diatas terdapat perbedaan sebelum dansetelah perlakuan dari masing-masingvariabel dependent (kecepatan dankelincahan) baik pada kelompokeksperimen I, kelompok eksperimen IImaupun kelompok eksperimen III. Hal inimenunjukkan bahwa tingkat signifikansidari masing-masing variabel sebesar 0,000atau dengan kata lain P < 0,05. Sehinggadapat disimpulkan bahwa ada perbedaansetelah diberi program latihan 20-yardshuttle, three cone drill,dan four cone drill.Namun demikian pada kelompok kontroljuga ada perbedaan, walaupun perbedaanyarelatif kecil jika dibandingkan pada ketigakelompok eksperimen.
Hasil Uji beda Variabel DependentAntar Kelompok
Untuk mengetahui perbedaanvariabel dependent antar kelompokdigunakan analisis varians. Oleh karena itulangkah selanjutnya untuk mengolah data
dalam penelitian ini adalah menggunakananalysis of variance. Untuk menganalisisdata menggunakan analysis of variance,data kelompok kontrol diuji secarabersama-sama dengan kelompokeksperimen. Anova digunakan untukmenguji perbedaan hasil selisih darivariabel terikat (kecepatan dan kelincahan)dalam kelompok yang didasarkan padavariabel bebas. Hasil pengujian dapatdilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel Analysis Of VariansVariabel F Sig. Status
Kecepatan 71,253 0,000 Berbeda
Kelincahan 156,662 0,000 Berbeda
Hasil dari tabel di atas menunjukkannilai Sig 0,000. Dengan demikian karenanilai Sig < 0,05 maka terdapat perbedaanpeningkatan dari kecepatan dan kelincahanpada keempat kelompok penelitian.Apabila terdapat perbedaan pengaruh antarkelompok maka analisis dilanjutkanmenggunakan uji post hoc multiplecomparations dengan menggunakananalisis least significant diffrence (LSD)dalam program SPSS seri 20.0, sebagaiupaya untuk melihat variabel independentmana yang memberikan pengaruh secarasignifikan terhadap peningkatan variabeldependent. Hasil dari uji post hoc denganLSD untuk variabel kecepatan dankelincahan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
37
Tabel Hasil Uji Post-Hoc dengan LSDKecepatan
KelompokMean
differenceSignifikansi (p)
Eksperimen I
Eksperimen II
,04750* ,002
Eksperimen III
-,08125* ,000
Kontrol ,11750* ,000
Eksperimen II
Eksperimen I
-,04750* ,002
Eksperimen III
-,12875* ,000
Kontrol ,07000* ,000
Eksperimen III
Eksperimen I
,08125* ,000
Eksperimen II
,12875* ,000
Kontrol ,19875* ,000
Kontrol
Eksperimen I
-,11750* ,000
Eksperimen II
-,07000* ,000
Eksperimen III
-,19875* ,000
Dari tabel di atas menunjukkanbahwa adanya perbedaan yang signifikandiantara ketiga kelompok. Perbedaantersebut dapat dilihat dari mean difference.Sehingga dari mean difference tersebutmemberikan sebuah makna perbedaanpengaruh terhadap peningkatan kecepatanantar kelompok penelitian. Hal ini dapatdiketahui dari nilai mean difference, bahwakelompok eksperimen III lebih optimalpeningkatan kecepatan dibandingkandengan kelompok eksperimen I, II maupunkelompok kontrol. Demikian pula padakelincahan menunjukkan bahwa kelompokeksperimen III lebih optimal dibandingkelompok yang lain, sebagaimana terlihatpada tabel di bawah ini.Tabel Hasil Uji Post-Hoc dengan LSDKelincahan
KelompokMean
differenceSignifikansi (p)
Eksperimen I
Eksperimen II
,06750* ,000
Eksperimen III
-,08125* ,000
Kontrol ,12375* ,000
Eksperimen II
Eksperimen I
-,06750* ,000
Eksperimen III
-,14875* ,000
Kontrol ,05625* ,000
EksperimenIII
Eksperimen I
,08125* ,000
Eksperimen II
,14875* ,000
Kontrol ,20500* ,000
Kontrol
Eksperimen I
-,12375* ,000
Eksperimen II
-,05625* ,000
Eksperimen III
-,20500* ,000
Dari tabel di atas menunjukkanbahwa ada perbedaan signifikan diantarakeempat kelompok. Perbedaan tersebutdapat dilihat pada mean difference,sehingga dari perbedaan tersebutmemberikan sebuah makna perbedaanpengaruh terhadap peningkatan kelincahanantar kelompok penelitian. Dengandemikian dari hasil uji beda dependentantar kelompok dari variabel dependent(kecepatan dan kelincahan) dapatdisimpulkan bahwa program latihan 20-yard shuttle, three cone drill,dan four conedrill memberikan peningkatan yang lebihbesar dari latihan pada kelompok kontrol.DISKUSI HASIL PENELITIANA. Latihan Kelompok Eksperimen I
(20-Yard Shuttle)Latihan 20-yard shuttle
memiliki pengaruh yang signifikanterhadap peningkatan kecepatan dankelincahan dikarenakan kakisenantiasa melakukan kontraksi secara
38
terus menerus saat melakukan latihantersebut. Sejalan dengan pendapat itu,Yap dan Brown (2000) mengatakanbahwa SAQ adalah suatu latihan yangmemiliki ciri khusus, yaitu melibatkangerak eksplosif dengan tujuan untukmeningkatkan pola gerak dasar untukposisi gerak khusus dan tinggi.
Secara anatomi otot-otot yangberfungsi saat melakukan gerakanlatihan 20-yard shuttle untukmeningkatkan kecepatan dankelincahan adalah otot tungkai atasdan bawah. Otot-otot tungkai atas(otot paha) antara lain : Otot tensorfasialata, Otot abductor dari paha,Otot vastuslaterae, Otot rektusfemoris, Otot satrorius, Otot vastusmedialis, Otot abductor, Otot gluteusmaxsimus, Otot paha leteral danmedial. Sedangkan otot tungkai bawahantara lain : Otot tibialis anterior,Otot ektensor digitorum longus, Ototgastroknemius, Otot tendon aciles,Otot soleus, Otot maleolus medialis,Otot retinakula bawah. Pada dasarnyaterdiri dari dua kelompok otot yangbekerja secara berlawanan atauantagonis, yaitu fleksi dan ekstensi.Pada saat melakukan gerakanmenekuk atau fleksi maka kelompokotot yang bekerja adalah otot fleksio,sedangkan otot-otot ekstensi hanyabekerja meluruskan. Demikiansebaliknya kelompok otot ektensimemanjang dan fleksi memendek.
Dengan demikian otot dituntutuntuk bekerja terus menerus, karenadalam melakukan latihan ini haruskontinyu/berkelanjutan sesuai denganprogram latihan. Dengan adayakontraksi secara terus menerus sertabertambahnya beban setiap 2 minggu
sekali, maka organ manusia cenderungselalu mampu untuk beradaptasiterhadap perubahan lingkungannya.Keadaan ini tentu menguntungkanuntuk keterlaksanaan proses berlatih-melatih, sehingga kemampuanmanusia dapat dipengaruhi dan ditingkatkan melalui proses latihan.Latihan menyebabkan terjadinyaproses adaptasi pada organ tubuh.Namun, tubuh memerlukan jangkawaktu tertentu (waktu istirahat) agartubuh dapat mengadaptasi seluruhbeban selama proses latihan.
Ciri-ciri terjadinya prosesadaptasi pada tubuh akibat dari latihan,antara lain pada: (1) kemampuanfisiologis ditandai denganmembaiknya sistem pernapasan,fungsi jantung, paru-paru, sirkulasi,dan volume darah, (2) meningkatnyakemampuan fisik, yaitu ketahananotot, kekuatan dan power, (3) tulang,ligamen, tendo, dan hubungan jaringanotot menjadi lebih kuat (Sukadiyantodan Muluk, 2011 : 18).
Latihan 20-yard shuttlemerupakan latihan yang utamanyamelatih otot-otot kaki meliputi ototpaha depan, paha belakang, betis,tungkai serta menguatkan ligamen dantendon. Dengan demikian latihan 20-yard shuttle dapat meningkatkankecepatan dan kelincahan.
B. Latihan Kelompok Eksperimen II(Three Cone Drill)
Kedua yaitu latihan three conedrill memiliki pengaruh yangsignifikan terhadap peningkatankecepatan dan kelincahan dikarenakandalam melakukan latihan ini, kakisenantiasa melakukan kontraksi secaraterus menerus saat melakukan latihan
39
tersebut. Otot-otot kaki senantiasaterlatih untuk terus melakukankontraksi-kontraksi. Dalam latihan iniotot yang berpengaruh yaitu otottungkai atas dan bawah. Otot-otottungkai atas (otot paha) antara lain :Otot tensor fasialata, Otot abductordari paha, Otot vastuslaterae, Ototrektus femoris, Otot satrorius, Ototvastus medialis, Otot abductor, Ototgluteus maxsimus, Otot paha leteraldan medial. Sedangkan otot tungkaibawah antara lain : Otot tibialisanterior, Otot ektensor digitorumlongus, Otot gastroknemius, Otottendon aciles, Otot soleus, Ototmaleolus medialis, Otot retinakulabawah.
Dengan adaya kontraksi secaraterus menerus serta bertambahnyabeban setiap 2 minggu sekali, makaorgan manusia cenderung selalumampu untuk beradaptasi terhadapperubahan lingkungannya. Keadaan initentu menguntungkan untukketerlaksanaan proses berlatih-melatih,sehingga kemampuan manusia dapatdipengaruhi dan di tingkatkan melaluiproses latihan. Latihan menyebabkanterjadinya proses adaptasi pada organtubuh. Namun, tubuh memerlukanjangka waktu tertentu (waktu istirahat)agar tubuh dapat mengadaptasi seluruhbeban selama proses latihan.
Selanjutnya Bloomfield,(dalam Milanovic, 2013: 101)menjelaskan bahwa SAQ merupakanmetode pelatihan penting bagipeningkatan kecepatan dan kelincahan.Sementara studi terbaru (Polman, danSporis, dalam Milanovic, 2013: 101)menunjukkan bahwa metode pelatihanSAQ memiliki dampak positif pada
kekuatan, kecepatan dan kelincahandengan dan tanpa bola pada pemainsepakbola.
Berdasarkan penjelasan di atasmaka dapat disimpulkan bahwa jenislatihan three cone drill yangmerupakan bagian dari SAQ adalahpelatihan yang ditujukan untuk suatuprogres pengembangan kemampuangerak utama yang memungkinkan atletuntuk mengerahkan kekuatan secaramaksimal untuk meningkatkankemampuan yang lebih baik atau lebihcepat sehingga pola gerakanyaterkontrol dan seimbang. Oleh karenaitu, latihan three cone drill dapatmeningkatkan kecepatan dankelincahan.
C. Latihan Kelompok Eksperimen III(Four Cone Drill)
Ketiga yaitu latihan four conedrill memiliki pengaruh yangsignifikan terhadap peningkatankecepatan dan kelincahan dikarenakandalam melakukan latihan ini, Otot-ototkaki senantiasa terlatih untuk terusmelakukan kontraksi-kontraksi. Dalamlatihan ini otot yang berpengaruh yaituotot tungkai atas dan bawah. Otot-otottungkai atas (otot paha) antara lain :Otot tensor fasialata, Otot abductordari paha, Otot vastuslaterae, Ototrektus femoris, Otot satrorius, Ototvastus medialis, Otot abductor, Ototgluteus maxsimus, Otot paha leteraldan medial. Sedangkan otot tungkaibawah antara lain : Otot tibialisanterior, Otot ektensor digitorumlongus, Otot gastroknemius, Otottendon aciles, Otot soleus, Ototmaleolus medialis, Otot retinakulabawah. Apabila hal ini terus dilakukan
40
maka kecepatan dan kelincahan akanmeningkat.
Apabila hal ini terus dilakukanmaka kecepatan dan kelincahan akanmeningkat. Karena dalam melakukanlatihan ini haruskontinyu/berkelanjutan sesuai denganprogram latihan. Dengan adayakontraksi secara terus menerus sertabertambahnya beban setiap 2 minggusekali, maka organ manusia cenderungselalu mampu untuk beradaptasiterhadap perubahan lingkungannya.Keadaan ini tentu menguntungkanuntuk keterlaksanaan proses berlatih-melatih, sehingga kemampuanmanusia dapat dipengaruhi dan ditingkatkan melalui proses latihan.Latihan menyebabkan terjadinyaproses adaptasi pada organ tubuh.Namun, tubuh memerlukan jangkawaktu tertentu (waktu istirahat) agartubuh dapat mengadaptasi seluruhbeban selama proses latihan.
Temuan Milanovic (2013:101), menunjukkan bahwa kecepatantertentu dan pelatihan kelincahan(SAQ), sebagai bagian dari prosespelatihan secara keseluruhan, dapatdianggap sebagai alat yang bergunauntuk perbaikan kecepatan dankelincahan antara pemain sepakbolamuda. Selanjutnya Bloomfield, (dalamMilanovic, 2013: 101) menjelaskanbahwa SAQ merupakan metodepelatihan penting bagi peningkatankecepatan dan kelincahan. Sementarastudi terbaru (Polman, dan Sporis,dalam Milanovic, 2013: 101)menunjukkan bahwa metode pelatihanSAQ memiliki dampak positif padakekuatan, kecepatan dan kelincahan
dengan dan tanpa bola pada pemainsepakbola.
Berdasarkan penjelasan di atasmaka dapat disimpulkan bahwa jenislatihan four cone drill yang merupakanbagian dari SAQ adalah pelatihan yangditujukan untuk suatu progrespengembangan kemampuan gerakutama yang memungkinkan atlet untukmengerahkan kekuatan secaramaksimal untuk meningkatkankemampuan yang lebih baik atau lebihcepat sehingga pola gerakanyaterkontrol dan seimbang. Oleh karenaitu, latihan four cone drill dapatmeningkatkan kecepatan dankelincahan.
D. Perbedaan Latihan 20-Yard Shuttle,Three Cone Drill, Dan Four ConeDrill
Keempat, terdapat perbedaanpengaruh peningkatan kecepatan dankelincahan dimana latihan four conedrill lebih baik dibandingkan dengan20-yard shuttle dan three cone drill.Hal ini dapat terjadi karena karenaterdapat perbedaan banyaknyapenekanan pada otot yang berkontraksipada ketiga latihan tersebut.
Meskipun memiliki jarak yangrelatif sama, pada latihan 20-yardshuttle otot-otot yang berkontraksi saatlatihan antara kaki kanan dan kaki kirisama satu kali penekanan karenabentuk latihan yang lurus bolak-balik,pada three cone drill terdapat tiga kalipenekanan yaitu dua pada kaki kanandan satu pada kaki kiri karena bentuklatihan yang berbentuk segitiga samasiku-siku, namun pada latihan fourcone drill otot-otot yang berkontraksimemiliki penekanan yang berbeda. halini dapat terjadi karena pada latihan
41
four cone drill terdapat 4 kalipenekanan yaitu dua pada kaki kanandan dua pada kaki kiri, itu terjadikarena bentuk latihan yang diagonal.Sehingga latihan four cone drill lebihbanyak dalam memberikan efek stresspada otot saat berkontraksi.
Perbedaan pengaruh dari ketiga latihan tersebut juga dapatdipengaruhi oleh beberapa faktor lain.Beberapa factor lain tersebut yaituperbedaan kemampuan, dan motivasidiri dari setiap individu dalammengikuti proses latihan. Perbedaankemampuan sudah pasti disebabkankarena setiap individu memilikikemampuan fisik yang berbeda, salahsatunya dari segi fisiologis.. Faktoryang paling berpengaruh berdasarkanhasil pengamatan di lapangan yaitufaktor motivasi diri, minat ataukemauan. Sudah bukan rahasia lagijika pada siswa sekolah ada yangbersungguh-sungguh ataupun malahsebaliknya. Hal ini terbawa dalamproses latihan yang diberikan,beberapa siswa melakukan latihanhanya karena tugas yang diberikanoleh guru ataupun peneliti. Sehinggabeberapa siswa belum mengeluarkanseluruh kemampuan secara maksimalketika latihan. Meskipun berhasil atauterdapat peningkatan, namunpeningkatan yang terjadi tidak terlalubesar.
PENUTUPA. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian danpembahasan yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarikbeberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh yang signifikanprogram latihan 20 yard shuttleterhadap peningkatan kecepatandan kelincahan pada siswa SMA.
2. Terdapat pengaruh yang signifikanprogram latihan three cone drillterhadap peningkatan kecepatandan kelincahan pada siswa SMA.
3. Terdapat pengaruh yang signifikanprogram latihan four cone drillterhadap peningkatan kecepatandan kelincahan pada siswa SMA
4. Terdapat perbedaan pengaruh yangsignifikan program latihan antara 20yard shuttle, three cone drill danfour cone drill terhadappeningkatan kecepatan.
5. Terdapat perbedaan pengaruh yangsignifikan program latihan antara 20yard shuttle, three cone drill danfour cone drill terhadappeningkatan kelincahan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yangtelah diuraikan, maka saran yang dapatdisampaikan antara lain:1. Pada proses pembelajaran di Sekolah
umumnya dan pada pelajaranpenjaskes khususnya, diharapkanadanya bentuk kegiatan ataupuntugas gerak bagi individu maupunkelompok yang diberikan pada siswa,yang mana tugas gerak tersebutmengandung unsur untuk dapatmeningkatkan kecepatan dankelincahan siswa.
2. Untuk meningkatkan kecepatan dankelincahan dapat dilakukan denganmetode latihan yang kontinyu,dengan bentuk program latihan 20yard shuttle, three cone drill danfour cone drill. Jadi untuk
42
meningkatkan kecepatan dankelincahan tidak hanya dilakukandengan latihan secara konvensional,harus ada metode-metode baru yangpaling tepat pada aspek yang akanditingkatkan.
3. Model program latihan 20 yardshuttle, three cone drill dan fourcone drill dapat direkomendasikandan diterapkan pada program latihandalam rangka peningkatan kecepatandan kelincahan pada siswa.
4. Bagi Pembina, pengajar ataupun bagipelatih, agar kreatif dalam menyusunprogram latihan sesuai dengan aspekyang akan ditingkatkan, sehinggasiswa mampu melaksanakan programlatihan yang telah disiapkan denganantusias dan bisa mengetahui sertamerasakan manfaat diberikanyaprogram latihan tersebut untuk siswa,sehingga tujuan dari latihan pundapat tercapai.
5. Bagi peneliti selanjutnya, dapatdijadikan bahan masukan danperbandingan hasil penelitian jikamemilih masalah sejenis sebagaiobjek penelitiannya.
DAFTAR PUSTAKAApta, M dan Febi, K. 2015. Ilmu
Kepelatihan Dasar. Bandung:ALFABETA
Arikunto, S. 2015. Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.
Budiwanto, Setyo. 2012. MetodologiLatihan Olahraga. Malang:Penerbit Universitas NegeriMalang (UM PRESS).
Football, Griffin. 2011. Strenght AndConditioning Manual. Seton HillUniversity Football.
Johnson, P. and Bujjibabu, M. 2012. Effectof Plyometric and Speed Agilityand Quickness (SAQ) on Speed andAgility of Male Football Palyers.Asian Journal of PhisicalEducation and Computer Science inSport. Volume. 7 No.1 pp 26-30.
Kusnanik, N.W., Nasution, J., & Hartono,S. 2011. Dasar-Dasar FisiologiOlahraga. Surabaya : UNESAUniversity Press.
Kumar, R. 2013. “The Effects Of 6 WeekPlyometric Training Program OnAgility of Collegiate SoccerPlayers”. International Journal ofBehavioral Social and MovementSciences. Issn:2277-7547. Vol 2.Issue 01.170-176.
Maksum, Ali. 2012. Metodologi PenelitianDalam Olahraga. Surabaya: UnesaUniversity Press.
Milanovic, Z., Sporis, G., Trajkovic, N.,James, N., and Samija, K. 2013.Effect of a 12 Week SAQ TrainingProgramme on Agility with andwithout the Ball among YoungSoccer Players. Journal of SportScience and Medicine. 12. pp. 97-103.http//www.jssm.org.
Program Pascasarjana. 2015. PedomanPenulisan Tesis dan Disertasi.Surabaya:Unesa.
Scheunemann, T., Reyna, C., Perez, J., &Gunadi, P. 2012. Kurikulum &Pedoman Dasar Sepakbola ModernUntuk Usia Dini (U5-U12), UsiaMuda (U13-U20) & Senior.Jakarta: PSSI.
Sporis, G., Milanovic, Z., Trajkovic., andJoksimovic, A. 2011. CorrelationBetween Speed, Agility andQuickness (SAQ) in Elite Young
43
Soccer Players. Acta Kinesiologica.5.2: 36-41.
Sugiyono. 2015. Metode PenelitianKuantitatif, Kualitatifdan R & D.Penerbit Alferta, Bandung.
Sukadiyanto & Muluk. 2011. PengantarTeori dan Metodologi MelatihFisik. Bandung: CV. LUBUKAGUNG.
Vallimurugan, V. and Vincent, J.P. 2012.Effect of SAQ Training OnSelected Physical FitnessParameters og Men Football
Palyers. International Journal ofAdvanted and Inovation Research.ISSN: 2278-7844. Volume 1, Issue2, Juli 2012.
Winarno, M.E. 2011. MetodologiPenelitian Dalam PendidikanJasmani. Malang: Media CakrawalaUtama Press.
44
PENGARUH LATIHAN IMAGERY RELAXATION DAN SELF TALKTERHADAP KONSENTRASI DAN KEBERHASILAN 3 POINT SHOOT
MAHASISWA PUTRA PRODI PJKR STKIP PGRI PACITAN ANGKATAN 2014
Ari Iswanto, M. Or , Budi Dermawan, M.Or .
Pendidikan Jasmani Kesehatan Rekreasi, STKIP PGRI PacitanPendidikan Jasmani Kesehatan Rekreasi, STKIP PGRI Pacitan
e-mail: ariiswanto01@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini difokuskan pada pengaruh latihan imagery relaxation dan self talk yangbertujuan untuk melatih konsentrasi dan keberhasilan 3 point shoot bolabasket padamahasiswa putra program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan rekreasi STKIP PGRIPacitan.Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan dua kelompok yangmemperoleh perlakuan yang berbeda, dengan two group pretest-posttest design. Populasidalam penelitian ini adalah mahasiswa putra program studi Pendidikan Jasmani Kesehatandan rekreasi STKIP PGRI Pacitan angkatan 2014, yang berjumlah 20 orang. Pembagiankelompok pada penelitian ini menggunakan Matched Subjek Ordinal Pairing. Data diambildengan teknik tes, yaitu tes konsentrasi dan tes ketrampilan 3 point shoot. Analisis datadigunakan uji-t amatan ulangan (paired t-test) dan uji T2 Hotteling’s, kemudian uji lanjutdengan uji-t antar kelompok (independent t-test), yang terlebih dahulu data diuji normalitasdan homogenitasnya. Hasil penelitian menunjukan: (1) ada pengaruh positif dan signifikanlatihan imagery relaxation terhadap konsentrasi mahasiswa putra program studi PJKR STKIPPGRI Pacitan angkatan 2014, (2) ada pengaruh positif dan signifikan latihan self talkterhadap konsentrasi mahasiswa putra program studi PJKR STKIP PGRI Pacitan angkatan2014, (3) ada pengaruh positif dan signifikan latihan imagery relaxation terhadapkeberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra program studi PJKR STKIP PGRI Pacitanangkatan 2014, (4) ada pengaruh positif dan signifikan latihan self talk terhadap keberhasilan3 point shoot mahasiswa putra program studi PJKR STKIP PGRI Pacitan angkatan 2014, (5)ada perbedaan keefektifan latihan imagery relaxation dan latihan self talk terhadapkonsentrasi dan keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra program studi PJKR STKIPPGRI Pacitan angkatan 2014.Kata Kunci : konsentrasi, 3 point shoot, peningkatan self talk, imagery relaxation, bolabasket.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bolabasket adalah olahraga beregu
yang mengandalkan teknik, kecepatan, dan
ketahanan tubuh. Teknik digunakan untuk
melakukan gerakan dengan efektif dan
efisien. Dalam permainan bolabasket,
menembak merupakan salah satu
komponen teknik dasar yang sangat
penting dan harus dimiliki tiap pemain.
Teknik menembak wajib dimiliki oleh tiap
pemain karena teknik ini berguna untuk
mencetak angka yang akan menentukan
suatu kemenangan pada salah satu tim.
Tim yang tersusun dari pemain-pemain
yang memiliki teknik passing, drible,
45
block, rebound, dan screen dengan tidak
menjamin kemenangan dalam
pertandingan jika tidak didukung oleh
keberhasilan tembakan yang baik.
Keberhasilan tembakan dalam
permainan bolabasket secara garis besar
dapat dibagi menjadi dua, yaitu tembakan
yang menghasilkan 2 angka dan 3 angka.
Pada umumnya mahasiswa bolabasket
lebih mudah untuk menguasai teknik
tembakan yang menghasilkan 2 angka
karena faktor jarak pada keranjang yang
cukup dekat memungkinkan mahasiswa
dengan mudah dapat menguasai tembakan
tersebut. Untuk tembakan 3 point shoot
tidak semua mahasiswa dapat menguasai
karena teknik ini membutuhkan tingkat
konsentrasi yang tinggi, dan tidak semua
mahasiswa dapat melakukan teknik
tembakan 3 point shoot. Three point shoot
memiliki keuntungan yaitu lebih cepat
dalam mengumpulkan angka. Meskipun
demikian resiko dari 3 point shoot juga
lebih tinggi dibandingkan dengan tebakan
dengan twopoint. mahasiswa yang
melakukan 3 point shoot harus
mempertimbangkan beberapa hal, seperti
kemampuan teknik yang dimiliki,
konsentrasi, dan kondisi mental.
Berdasarkan pengalaman
mengajarmata kuliah bolabasket
mahasiswa Prodi PJKR STKIP PGRI
Pacitan dan hasil observasi pada
mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI
Pacitan terlihat mahasiswa baik pada saat
kuliah, bertanding, dan pada saat
dilakukan tes pengambilan nilai untuk
mengetahui semua kemampuan teknik
mahasiswa terutama pada saat mahasiswa
melakukan tes 3 point shoot masih
cenderung tergesa-gesa dan kurang tenang
dalam melakukan tembakan karena
tertekan dengan waktu yang diberikan dari
pelatih. Akibatnya konsentrasi mahasiswa
dalam melakukan tembakan 3 point shoot
akan terganggu dan gagal dalam
menciptakan point dari 3 point shoot
karena mengalami penurunan kondisi
mental.
Perbedaan keberhasilan 3 point
shoot saat perkuliahan, pertandingan, dan
saat tes perkembangan mahasiswa dalam
melakukan 3 point shoot, mengindikasikan
kondisi mental mahasiswa yang belum
stabil yang dapat mengganggu konsentrasi
mahasiswa dalam keberhasilan melakukan
3 point shoot. Upaya peningkatan mental
mahasiswa sehingga dapat meningkatkan
konsentrasi mahasiswa dan tingkat
keberhasilan dalam melakukan 3 point
shoot pada mahasiswa sangat perlu
dilakukan latihan mental yang
berdampingan dengan latihan teknik dan
fisik, sehingga dapat menunjang dalam
meningkatkan konsentrasi dalam
melakukan 3 point shoot dan keberhasilan
dalam 3 point shoot.
46
Pentingnya kondisi mental dalam
melakukan 3 point shoot perlu dilakukan
pembinaan mental dengan latihan
relaksasi, bentuk latihan relaksasi yang
dilakukan adalah latihan imagery
relaxation dan latihan self talk. Latihan
tersebut merupakan proses latihan mental
dengan melibatkan unsur konsentrasi,
mengarahkan tindakan ke suatu tujuan
sesuai rencana, pengendalian perasaan, dan
psikofisik.
Model latihan imagery relaxation
memerlukan pendampingan dalam proses
latihannya, sedangkan model latihan self
talk cukup dengan memberikan konsep
latihan dan selanjutnya akan
dikembangkan oleh mahasiswa secara
mandiri. Diharapkan dengan memberikan
latihan imagery relaxation dan latihan self
talk akan dapat membantu mahasiswa
putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan
dalam meningkatkan mental untuk dapat
berkonsentrasi dengan baik guna
meningkatkan keberhasilan 3 point shoot,
dalam kondisi apapun.
Berdasarkan permasalahan di atas
akan dilakukan penelitian memberikan dua
bentuk latihan relaksasi yaitu, latihan
imagery relaxation dan latihan self talk
diharapkan dapat meningkatkan pemain
baik teknik maupun mental dalam
melakukan 3 point shoot.
B. Identifikasi Masalah
Bedasarkan latar belakang
masalah yang telah diuraikan dapat
diidentifikasi beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Kurang penekanan dan kurang fokus
dalam melakukan latihan mental
pada mahasiswa putra Prodi PJKR
STKIP PGRI Pacitan.
2. Tidak konsisten keberhasilan 3 point
shoot saat latihan dan saat
pertandingan, dan saat tes
pengambilan nilai kemampuan
mahasiswa pada mahasiswa putra
Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan.
3. Belum diketahui pengaruh latihan
imagery relaxation terhadap
konsentrasi.
4. Belum diketahui pengaruh latihan
self talk terhadap konsentrasi.
5. Belum diketahui pengaruh latihan
imagery relaxation terhadap
keberhasilan pemain dalam
melakukan 3 point shoot.
6. Belum diketahui pengaruh latihan
self talk terhadap keberhasilan
pemain dalam melakukan 3 point
shoot.
7. Belum diketahui model latihan
mental yang paling efektif untuk
meningkatkan konsentrasi
mahasiswa dan keberhasilan 3 point
47
shoot pada mahasiswa putra Prodi
PJKR STKIP PGRI Pacitan.
C. Pembatasan Masalah
Permasalahan dalam penelitian
ini perlu dibatasi agar hasilnya lebih
fokus dan maksimal. Penelitian ini
tidak membahas semua permasalahan
yang teridentifikasi, namun hanya
dibatasi pada pengaruh latihan
imagery relaxation dan latihan self
talk terhadap konsentrasi dan
keberhasilan 3 point shoot mahasiswa
putra tim Prodi PJKR STKIP PGRI
Pacitan.
D. Perumusan Masalah
Atas dasar pembatasan masalah di atas,
masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh positif dari
latihan imagery relaxation terhadap
konsentrasi mahasiswa putra Prodi
PJKR STKIP PGRI Pacitan?
2. Adakah pengaruh positif dari
latihan self talk terhadap konsenrasi
mahasiswa putra Prodi PJKR
STKIP PGRI Pacitan?
3. Adakah pengaruh positif dari
latihan imagery relaxation terhadap
keberhasilan 3 point shoot
mahasiswa putra Prodi PJKR
STKIP PGRI Pacitan?
4. Adakah pengaruh positif dari
latihan self talk terhadap
keberhasilan 3 point shoot
mahasiswa putra Prodi PJKR
STKIP PGRI Pacitan?
5. Adakah perbedaan keefektifan
latihan imagery relaxation dan
latihan self talk terhadap
konsentrasi dan keberhasilan 3
point shoot mahasiswa putra Prodi
PJKR STKIP PGRI Pacitan?
METODE
Desain yang digunakan adalah two
group pretest-posttests design, menurut
Suharsimi (2005: 212) “two group pretest-
posttest design yaitu eksperimen yang
dilaksanakan pada dua kelompok
pembanding”. Pengaruh perlakuan disini
adalah pemberian latihan imagery
relaxation dan self talk yang diberikan
pada mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP
PGRI Pacitan. Sebelum diberikan
perlakuan dilakukan pretest untuk
mengetahui konsentrasi dan keberhasilan3
point shoot awal mahasiswa sebelum
diberi latihan, setelah itu diberi perlakuan
sebanyak 7 kali sesuai panduan latihan
relaxation. Durasi setiap latihan 10 menit,
kemudian dilakukan posttest untuk
mengetahui apakah ada peningkatan
konsentrasi dan keberhasilan 3 point shoot
atau tidak.
Populasi dalam penelitian ini
adalah mahasiswa putra program studi
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan
rekreasi STKIP PGRI Pacitan angkatan
2014, yang berjumlah 20 orang.
48
Pembagian kelompok pada penelitian ini
menggunakan Matched Subjek Ordinal
Pairing. Data diambil dengan teknik tes,
yaitu tes konsentrasi dan tes ketrampilan 3
point shoot. Dalam penelitian ini
digunakan dua variabel bebas, yaitu latihan
imagery relaxationdan self talk. Dan dua
variabel terikat Konsentrasi dan
Keberhasilan 3 point shoot.
Instrumen yang digunakan untuk
mengetahui konsentrasi dengan
mengadopsi dari model grid concentration
exercise (Thelwell, 2006: 32-33).
Sedangkan untuk mengukur 3 point shoot
dengan tes keterampilan menembak yaitu
speed spot shoot AAHPRED basketball
skill test oleh Brian L, Vasquez (2005: 80).
Analisis data digunakan uji-t amatan
ulangan (paired t-test) dan uji T2
Hotteling’s, kemudian uji lanjut dengan
uji-t antar kelompok (independent t-test),
yang terlebih dahulu data diuji normalitas
dan homogenitasnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Prodi
PJKR STKIP PGRI Pacitan, yang
mengikuti mata kuliah bola basket.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Desember 2015 dan diakhiri pada bulan
Juni 2016 sebanyak 7 kali tatap muka
disesuaikan dengan program relaksasi.
Waktu penelitian ini dibagi dalam tiga
tahap, yaitu tahap persiapan, tahap
pengumpulan data, dan tahap pengecekan
data. Subjek dalam penelitian ini adalah
mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI
Pacitan, yang berjumlah 20 orang. Dari 20
sampel tersebut dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu kelompok I dan II.
Kelompok I dikenakan perlakuan latihan
self talk, sedangkan kelompok II
dikenakan perlakuan latihan imagery
relaxation sebelum Latihan.
Teknik pengumpulan data pada
penelitian ini menggunakan dua macam
tes, yaitu: (1) tes konsentrasi yang diambil
dari model grid concentration exercise, tes
ini digunakan untuk mengukur konsentrasi
mahasiswa yang berupa tabel yang
memuat angka 0-99, (2) tes keterampilan
menembak speed spot shoot AAHPRED
yang dimodifikasi, tes ini dimaksudkan
untuk mengetahui keberhasilan shooting.
Penilaian speed spot shoot, berdasarkan 3
point shoot field goal percentage terbaik
dari 3 kali percobaan tes pada pre-test dan
2 kali percobaan pada post-test. Tes awal
sekaligus digunakan sebagai uji instrumen,
untuk mengetahui validitas dan
reliabilitasnya.
Adapun pembentukan kelompok
karena dalam penelitian ini akan membuat
dua kelompok perlakuan yaitu kelompok
imagery relaxation dan kelompok self talk,
maka pairing yang digunakan adalah
ordinal pairing. Ordinal
49
pairing didasarkan atas kriterium ordinal,
maka secara kean pola yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Match Subject
Ordinal Pairing (MSOP). Tes awal atau
pre-test dari 3 point shoot field goal
percentage diambil sebanyak tiga kali, dan
diambil hasil terbaik, dan digunakan
sebagai dasar pembentukan kelompok.
Setelah dilakukan pembagian kelompok
dengan Match Subject Ordinal Pairing
(MSOP), selanjutnya masing-masing
kelompok diberi perlakuan (treatment).
Kelompok I dengan perlakuan
menggunakan metode latihan self talk,
sedangkan kelompok II diberi perlakuan
menggunakan metode latihan imagery
relaxation.
Dari hasil tes awal diperoleh data
konsentrasi dan 3 point shoot, dari tingkat
konsentrasi yang tinggi, sedang sampai
rendah sebagai berikut ini :
1. Konsentrasi
Berdasarkan hasil analisis data
dengan bantuan software komputer,
diperoleh hasil analisis pada data
konsentrasi awal (pre test) pada
kelompok I (self talk), didapatkan
rerata (mean) sebesar 13,60, median
sebesar 13,00, mode sebesar 13, dan
standart deviasi sebesar 2,319.
Adapun pada data konsentrasi akhir
(post test) pada kelompok yang sama,
didapatkan rerata (mean) sebesar
17,80, median sebesar 17,00, mode
sebesar 16, dan standart deviasi
sebesar 2,821.
Hasil analisis data konsentrasi awal
(pre test) pada kelompok II (imagery
relaxation), didapatkan rerata (mean)
sebesar 13,20, median sebesar 12,20,
mode sebesar 12, dan standart deviasi
sebesar 2,898. Adapun pada data
konsentrasi akhir (post test) pada
kelompok yang sama, didapatkan
rerata (mean) sebesar 15,10, median
sebesar 15,20, mode sebesar 17, dan
standart deviasi sebesar 2,846.
2. Three Point Field Goal
Dari hasil analisis data dengan
bantuan software komputer, diperoleh
hasil analisis pada data 3 point field
goal awal (pre test) pada kelompok I
(self talk), didapatkan rerata (mean)
sebesar 28,23, median sebesar 27,87,
mode sebesar 16,67, dan standart
deviasi sebesar 8,106. Adapun pada
data 3 point field goal akhir (post test)
pada kelompok yang sama, didapatkan
rerata (mean) sebesar 45,86, median
sebesar 44,72, mode sebesar 44,44,
dan standart deviasi sebesar 4,583.
Hasil analisis data 3 Point Field
Goal awal (pre test) pada kelompok II
(imagery relaxation), didapatkan
rerata (mean) sebesar 28,24, median
sebesar 27,62, mode sebesar 17,65,
dan standart deviasi sebesar 7,648.
Adapun pada data 3 Point Field Goal
50
akhir (post test) pada kelompok yang
sama, didapatkan rerata (mean)
sebesar 35,84, median sebesar 35,09,
mode sebesar 25,00, dan standart
deviasi sebesar 8,108.
B. Uji Asumsi
Setelah dilakukan
pengumpulan data selanjutnya
dilakukan analisis data. Namun
sebelum dilakukan analisis data, akan
dilakukan uji asumsi analisis data
yang meliputi uji normalitas dan uji
homogenitas terlebih dahulu.
Pengujian normalitas sebaran data
dipergunakan kolmogorov smirnov
test yang dilakukan dengan bantuan
software SPSS. Hasil analisis
disajikan pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1.
Hasil Uji Normalitas Sebaran
DataKolmogorov Smirnov
KeteranganStatistik Sig. (p)
Konsentrasi (Pre-test) 0,948 0,330 Normal3 Point Field Goal (pretest)
0,361 0,999 Normal
Konsentrasi (Post-test) 0,578 0,892 Normal3 Point Field Goal (posttest)
0,656 0,783 Normal
PeningkatanKonsentrasi
0,729 0,663 Normal
Peningkatan 3 PointField Goal
0,745 0,636 Normal
Tabel 1 memperlihatkan
bahwa, uji normalitas pada data
konsentrasi pre test didapatkan
Kolmogorov Smirnov (KS) sebesar
0,948 dengan p>0,05, pada data 3 point
field goal pre test dihasilkan
Kolmogorov Smirnov (KS) sebesar
0,361 dengan p>0,05, pada data
konsentrasi post test dihasilkan
Kolmogorov Smirnov (KS) sebesar
0,578 dengan p>0,05, dan pada data 3
point field goal post test dihasilkan
Kolmogorov Smirnov (KS) sebesar
0,656 dengan p>0,05. Hasil tersebut
menunjukan p>0,05 yang berarti data-
data tersebut berdistribusi normal.
Hasil uji normalitas pada data
peningkatan konsentrasi, didapatkan
nilai Kolmogorov Smirnov (KS)
sebesar 0,729 dengan p>0,05,
demikian juga pada data peningkatan 3
point field goal didapatkan nilai
Kolmogorov Smirnov (KS) sebesar
0,745 dengan p>0,05. Hal tersebut
berarti pada kedua data peningkatan
tersebut berdistribusi normal.
Pengujian homogenitas varian
dimaksudkan untuk mengetahui
apakah sampel yang diambil dari
populasi berasal dari varian yang sama
dan tidak menunjukan perbedaan yang
signifikan satu sama lain. Tes statistik
yang digunakan pada penelitian ini
adalah uji F (Levene’s Test for
Equality of Variances). Hasil analisis
secara ringkas disajikan pada tabel 2
berikut ini:
51
Tabel 2.
Hasil Uji Homogenitas Varian Antar
Kelompok
Data yang DiujiLevene’s Test
Kesimpulan
F p (sig.)Konsentrasi (Pretest) 0,360 0,556 Homogen
3 Point Field Goal(pretest)
0,020 0,889 Homogen
Konsentrasi (Posttest) 0,009 0,925 Homogen
3 Point Field Goal(posttest)
4,148 0,057 Homogen
Peningkatan Konsentrasi 0,413 0,528 Homogen
Peningkatan 3 PointField Goal
4,093 0,058 Homogen
Berdasarkan ringkasan uji
homogenitas tabel 2, diketahui bahwa
semua Fhitung tidak signifikan pada taraf
signifikansi 5%, hal ini ditunjukkan
dengan p>0,05. Karena p>0,05 maka
disimpulkan tidak ada perbedaan
antara varian semua data (data
konsentrasi, baik pre test, post test,
maupun peningkatannya, dan data 3
point field goal, baik pre test, post test,
maupun peningkatannya), yang berarti
data-data tersebut homogen. Hal ini
berarti bahwa prasyarat homogenitas
varian telah terpenuhi.
Berdasarkan hasil kedua
pengujian prasyaratan di atas, semua
persyaratan analisis yaitu, data
berdistribusi normal dan variansi antar
kelompok homogen, telah terpenuhi,
maka selanjutnya dapat dilakukan
pengujian statistik parametrik dengan
analisis uji-t (paired t-test) dan uji-t
antar kelompok (independent t-test).
C. Uji Hipotesis
Hipotesis yang diuji pada penelitian
ini adalah:
1. Ada pengaruh dari latihan
imagery relaxation terhadap
konsentrasi mahasiswa putra
Prodi PJKR STKIP PGRI
Pacitan. Ada pengaruh dari
latihan self talk terhadap
konsentrasi mahasiswa putra
Prodi PJKR STKIP PGRI
Pacitan.
Hipotesis tersebut diuji
menggunakan uji-t amatan ulangan
(paired t-test), hasil analisis dengan
bantuan software SPSS secara
ringkas disajikan pada tabel 3
berikut ini:
Tabel 3.Hasil Analisis Uji-t Amatan Ulangan(Paired t-test) Data Konsentrasi pada
Kelompok Imagery Relaxation
Tabel 3 tersebut di atas
memperlihatkan bahwa berdasarkan
hasil analisis, didapatkan nilai thitung
sebesar 6,862 dengan p= 0,000, ternyata
Konsentrasi Rerata SDStatistik
Ketthitung p-Value
Post-test 15,10 2,846
6,862 0,000 Sig Pre-test 13,20 2,898
52
p<0,05 dengan demikian thitung tersebut
signifikan, diterima. Hal ini berarti
bahwa ada perbedaan yang signifikan
pada konsentrasi sesudah diberi
perlakuan (post test) dengan konsentrasi
sebelum diberi perlakuan (pre test) pada
kelompok mahasiswa yang mendapat
perlakuan latihan imagery relaxation.
Dilihat dari rerata yang diperoleh, pada
data post test lebih tinggi dibandingkan
data pre test, dengan demikian
pengaruhnya adalah positif.
Berdasarkan fakta tersebut, maka
hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan
“Tidak ada pengaruh dari latihan
imagery relaxation terhadap konsentrasi
mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP
PGRI Pacitan”, ditolak, dan hipotesis
alternatif (Ha) yang menyatakan “Ada
pengaruh dari latihan imagery
relaxation terhadap konsentrasi
mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP
PGRI Pacitan”, diterima. Artinya
bahwa terdapat pengaruh latihan
imagery relaxation terhadap konsentrasi
mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP
PGRI Pacitan.
2. Ada pengaruh dari latihan imagery
relaxation terhadap keberhasilan 3
point shoot mahasiswa putra Prodi
PJKR STKIP PGRI Pacitan.
Seperti halnya pada pengujian
hipotesis pertama, hipotesis kedua ini
juga diuji menggunakan uji-t amatan
ulangan (paired t-test), hasil analisis
dengan bantuan software SPSS secara
ringkas disajikan pada tabel 4 berikut
ini.
Tabel 4.Hasil Analisis Uji-t Amatan Ulangan(Paired t-test) Data Konsentrasi pada
Kelompok Self Talk
Tabel 4 memperlihatkan bahwa
berdasarkan hasil analisis, didapatkan
nilai thitung sebesar 11,699 dengan p=
0,000, ternyata p<0,05 dengan demikian
thitung tersebut signifikan. Hal ini berarti
bahwa ada perbedaan yang signifikan
pada konsentrasi sesudah perlakuan
(post test) dengan konsentrasi sebelum
perlakuan (pre test) pada kelompok
mahasiswa yang mendapat perlakuan
latihan self talk. Dilihat dari rerata yang
diperoleh, pada data post test lebih
tinggi dibandingkan data pre test,
dengan demikian pengaruhnya adalah
positif.
Berdasarkan fakta tersebut, maka
hipotesis nihil yang menyatakan “Tidak
ada pengaruh dari latihan self talk
terhadap konsentrasi mahasiswa putra
Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan”,
ditolak, dan hipotesis alternatif (Ha)
yang menyatakan “Ada pengaruh dari
Konsentrasi Rerata SDStatistik
Ketthitung p-Value
Post-test 17,80 2,82111,699 0,000 Sig
Pre-test 13,60 2,319
53
latihan self talk terhadap konsentrasi
mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP
PGRI Pacitan”, diterima. Artinya
bahwa terdapat pengaruh latihan self
talk terhadap konsentrasi mahasiswa
putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan.
3. Ada pengaruh dari latihan self talk
terhadap keberhasilan 3 point shoot
mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP
PGRI Pacitan.
Hipotesis ketiga ini juga diuji
menggunakan uji-t amatan ulangan
(paired t-test), hasil analisis dengan
bantuan software SPSS secara ringkas
disajikan pada tabel 5 berikut ini:
Tabel 5.Hasil Analisis Uji-t Amatan Ulangan
(Paired t-test) Data 3 Point Field Goalpada Kelompok Imagery Relaxation
Dari tebel 5 diketahui bahwa
didapatkan nilai thitung sebesar 3,862
dengan p= 0,004, ternyata p<0,05
dengan demikian thitung tersebut
signifikan. Hal ini berarti bahwa ada
perbedaan yang signifikan pada
konsentrasi sesudah perlakuan (post
test) dengan konsentrasi sebelum
perlakuan (pre test) pada kelompok
mahasiswa yang mendapat perlakuan
latihan imagery relaxation. Dilihat dari
rerata yang diperoleh, pada data post
test lebih tinggi dibandingkan data pre
test, dengan demikian pengaruhnya
adalah positif.
Berdasarkan fakta tersebut, maka
hipotesis nihil yang menyatakan “Tidak
ada pengaruh dari latihan imagery
relaxation terhadap keberhasilan 3
point shoot mahasiswa putra Prodi
PJKR STKIP PGRI Pacitan”, ditolak,
dan hipotesis alternatif (Ha) yang
menyatakan “Ada pengaruh dari latihan
imagery relaxation terhadap
keberhasilan 3 point shoot mahasiswa
putra Prodi PJKR STKIP PGRI
Pacitan”, diterima. Artinya bahwa
terdapat pengaruh latihan imagery
relaxation terhadap keberhasilan 3
point shoot mahasiswa putra Prodi
PJKR STKIP PGRI Pacitan.
4. Ada perbedaan keefektifan latihan
imagery relaxation dan latihan self
talk terhadap konsentrasi dan
keberhasilan 3 point shoot mahasiswa
putra Prodi PJKR STKIP PGRI
Pacitan.
Seperti halnya pada pengujian
hipotesis pertama, hipotesis keempat ini
juga diuji menggunakan uji-t amatan
ulangan (paired t-test), hasil analisis
dengan bantuan software SPSS secara
ringkas disajikan pada tabel 6 berikut:
Konsentrasi Rerata SDStatistik
Ketthitung p-Value
Post-test 35,84 8,1083,862 0,004 Sig
Pre-test 28,24 7,648
54
Tabel 6.Hasil Analisis Uji-t Amatan Ulangan
(Paired t-test) Data 3 Point Field Goalpada Kelompok Self Talk
Dari tebel 6 diketahui bahwa
didapatkan nilai thitung sebesar 6,656
dengan p= 0,000, ternyata p<0,05
dengan demikian thitung tersebut
signifikan. Hal ini berarti bahwa ada
perbedaan yang signifikan pada
konsentrasi sesudah perlakuan (post
test) dengan konsentrasi sebelum
perlakuan (pre test) pada kelompok
mahasiswa yang mendapat perlakuan
latihan dengan self talk. Dilihat dari
rerata yang diperoleh, pada data post
test lebih tinggi dibandingkan data pre
test, dengan demikian pengaruhnya
adalah positif.
Berdasarkan fakta tersebut, maka
hipotesis nihil yang menyatakan “Tidak
ada pengaruh dari latihan self talk
terhadap keberhasilan 3 point shoot
mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP
PGRI Pacitan”, ditolak, dan hipotesis
alternatif (Ha) yang menyatakan “Ada
pengaruh dari latihan self talk terhadap
keberhasilan 3 point shoot mahasiswa
putra Prodi PJKR STKIP PGRI
Pacitan”, diterima. Artinya bahwa
terdapat pengaruh latihan self talk
terhadap keberhasilan 3 point shoot
mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP
PGRI Pacitan.
5. Ada perbedaan keefektifan latihan
imagery relaxation dan latihan self talk
terhadap konsentrasi dan keberhasilan 3
point shoot mahasiswa putra Prodi
PJKR STKIP PGRI Pacitan.
a) Uji Two-Group MANOVA
Untuk mengetahui perbedaan
keefektifan latihan imagery relaxation
dan latihan self talk terhadap
konsentrasi dan keberhasilan 3 point
shoot, dilakukan analisis terhadap hasil
peningkatan dari kedua kelompok
eksperimen. Statistik uji yang
digunakan adalah two group MANOVA,
uji statistik MANOVA dua kelompok
dapat dilakukan apabila asumsi
normalitas dan homogenitas telah
terpenuhi. Untuk dapat memberikan
deskripsi dari permasalahan di atas
masing-masing data peningkatan dari
kelompok imagery relaxation dan self
talk digabungkan. Setelah itu dilakukan
analisis, apakah kondisi kedua
kelompok eksperimen sebelum
diberikan perlakuan sama atau tidak.
Hasil uji keefektifan latihan imagery
relaxation dan latihan self talk terhadap
konsentrasi dan keberhasilan 3 point
shoot dapat dilihat pada tabel 7 berikut:
Konsentrasi Rerata SDStatistik
Ketthitung p-Value
Post-test 45,86 4,583
6,656 0,000 Sig Pre-test 28,23 8,106
55
Tabel 7.Hasil Analisis MANOVA
Effect Value FHypothes
isdf
Errordf
Sig.
Hotelling’sTrace
1,47512,53
8a 2,00017,00
00,000
Nilai Fh untuk uji statistik
Hotelling’s Trace menunjukan nilai dari
probabilitas 0,000, yang lebih kecil dari
taraf signifikansi 5%. Ini berarti
menunjukan bahwa secara simultan,
latihan imagery relaxation dan latihan
self talk terhadap konsentrasi dan
keberhasilan 3 point shoot berbeda
setelah diberikan perlakuan. Akan tetapi
tidak cukup hanya dilihat perbedaan
secara berkelompok maka perlu diuji
lanjut untuk meyakinkan bahwa kedua
kelompok tersebut memang berbeda
dengan menggunakan uji-t antar
kelompok (independent t-test).
b) UJi Lanjut dengan uji-t antar
kelompok (independent t-test)
(1) Latihan self talk lebih efektif dari
latihan imagery relaxation dalam
meningkatkan konsentrasi
mahasiswa putra Prodi PJKR
STKIP PGRI Pacitan.
Hipotesis tersebut adalah hipotesis
asli/alternatif (Ha), guna keperluan
pengujian hipotesis, hipotesis
tersebut diubah ke dalam hipotesis
nihil/null hypothesis, yaitu:
“Latihan self talk tidak lebih efektif
dari latihan imagery relaxation
dalam meningkatkan konsentrasi
mahasiswa putra Prodi PJKR
STKIP PGRI Pacitan”. Hasil
analisis dengan bantuan software
SPSS secara ringkas disajikan pada
tabel 8 berikut ini:
Tabel 8.Hasil Analisis Uji-t Antar Kelompok(Independent t-test) Data Konsentrasi
Data Kelompok Rerata SDStatistik
Ketthitung p-Value
Pre-test
Self Talk 13,60 2,319
0,341 0,737 - ImageryRelaxation
13,20 2,898
Post-test
Self Talk 17,80 2,821
2,131 0,047 Sig ImageryRelaxation
15,10 2,846
Peningkatan
Self Talk 4,20 1,135
5,073 0,000 Sig ImageryRelaxation
1,90 0,876
Berdasarkan tabel 8 diketahui
bahwa konsentrasi pada data pre test
atau sebelum perlakuan dinyatakan
tidak signifikan, dibuktikan dengan
thitung 0,341 dengan p>0,05. Hal ini
membuktikan bahwa sebelum perlakuan
pada kedua kelompok perlakuan
tersebut seimbang atau tidak ada
perbedaan yang signifikan. Hasil
analisis pada data post test atau setelah
perlakuan, diperoleh thitung sebesar 2,131
dengan p<0,05 dan dinyatakan
signifikan.
Hal ini membuktikan bahwa
sesudah perlakuan, dinyatakan terdapat
perbedaan yang signifikan konsentrasi
antara kelompok perlakuan
menggunakan self talk dengan
56
kelompok perlakuan menggunakan
imagery relaxation. Dilihat dari rerata
akhir, konsentrasi pada kelompok
perlakuan dengan self talk lebih tinggi
dibandingkan dengan rerata pada
kelompok imagery relaxation
(17,80>15.10). Agar mendapatkan hasil
yang lebih menyeluruh, maka analisis
selanjutnya adalah pada data
peningkatan konsentrasi. Berdasarkan
hasil analisis pada data peningkatan
konsentrasi, diperoleh thitung sebesar
5,073 dengan p<0,05 dan dinyatakan
signifikan. Hal ini membuktikan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan
peningkatan konsentrasi antara
kelompok perlakuan menggunakan self
talk dengan kelompok perlakuan
menggunakan imagery relaxation.
Dilihat dari rerata peningkatan
konsentrasi pada kelompok perlakuan
dengan self talk lebih tinggi
dibandingkan dengan rerata pada
kelompok imagery relaxation
(4,20>1.90).
Berdasarkan fakta tersebut, maka
hipotesis nihil yang menyatakan
“Latihan self talk tidak lebih efektif dari
latihan imagery relaxation dalam
meningkatkan konsentrasi mahasiswa
putra Prodi PJKR STKIP PGRI
Pacitan”, ditolak, dan hipotesis
asli/alternatif (Ha) yang menyatakan
“Latihan self talk lebih efektif dari
latihan imagery relaxation dalam
meningkatkan konsentrasi mahasiswa
putra Prodi PJKR STKIP PGRI
Pacitan”, diterima. Artinya dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan pengaruh latihan
imagery relaxation dan self talk, dan
latihan self talk yang paling efektif
pengaruhnya terhadap konsentrasi
mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP
PGRI Pacitan.
(2) Latihan self talk lebih efektif dari
latihan imagery relaxation dalam
meningkatkan keberhasilan 3
point shoot mahasiswa putra Prodi
PJKR STKIP PGRI Pacitan.
Hipotesis tersebut adalah
hipotesis asli/alternatif (Ha), guna
keperluan pengujian hipotesis,
hipotesis tersebut diubah ke dalam
hipotesis nihil/null hypothesis, yaitu:
“Latihan self talk tidak lebih efektif
dari latihan imagery relaxation
dalam meningkatkan keberhasilan 3
point shoot mahasiswa putra Prodi
PJKR STKIP PGRI Pacitan”. Hasil
analisis dengan bantuan software
SPSS secara ringkas disajikan pada
tabel 9 berikut ini.
57
Tabel 9.Hasil Analisis Uji-t Antar Kelompok(Independent t-test) DataKeberhasilan 3 Point Shoot
Data KelompokRerat
aSD
StatistikKetthitung p-
Value
Pre-test
Self Talk 28,23 8,106-
0,0010,999 - Imagery
Relaxation
28,24 7,679
Post-test
Self Talk 45,86 4,583
3,402 0,003 Sig ImageryRelaxation
35,84 8,108
Peningkatan
Self Talk 17,63 8,375
3,037 0,000 Sig ImageryRelaxation
7,60 6,226
Dari tabel 9 diketahui bahwa
konsentrasi pada data pre test atau
sebelum perlakuan dinyatakan tidak
signifikan, dibuktikan dengan thitung -
0,001 dengan p>0,05. Hal ini
membuktikan bahwa sebelum
perlakuan pada kedua kelompok
perlakuan tersebut seimbang atau
tidak ada perbedaan yang signifikan
pada data keberhasilan 3 point shoot.
Hasil analisis pada data post test atau
setelah perlakuan, diperoleh thitung
sebesar 3,402 dengan p<0,05 dan
dinyatakan signifikan. Hal ini
membuktikan bahwa sesudah
perlakuan, dinyatakan terdapat
perbedaan yang signifikan
keberhasilan 3 point shoot antara
kelompok perlakuan menggunakan
self talk dengan kelompok perlakuan
menggunakan imagery relaxation.
Dilihat dari rerata akhir, keberhasilan
3 point shoot pada kelompok
perlakuan dengan self talk lebih
tinggi dibandingkan dengan rerata
pada kelompok imagery relaxation
(45,86>35,84).
Agar mendapatkan hasil yang
lebih menyeluruh, maka analisis
selanjutnya adalah pada data
peningkatan keberhasilan 3 point
shoot. Berdasarkan hasil analisis
pada data peningkatan keberhasilan
3 point shoot, diperoleh thitung sebesar
3,037 dengan p<0,05 dan dinyatakan
signifikan. Hal ini membuktikan
bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan peningkatan keberhasilan
3 point shoot antara kelompok
perlakuan menggunakan self talk
dengan kelompok perlakuan
menggunakan imagery relaxation.
Dilihat dari rerata peningkatan
keberhasilan 3 point shoot pada
kelompok perlakuan dengan self talk
lebih tinggi dibandingkan dengan
rerata pada kelompok imagery
relaxation (17,63>7,60).
Berdasarkan fakta tersebut,
maka hipotesis nihil yang
menyatakan “Latihan self talk tidak
lebih efektif dari latihan imagery
relaxation dalam meningkatkan
keberhasilan 3 point shoot
mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP
PGRI Pacitan”, ditolak, dan hipotesis
asli/alternatif (Ha) yang menyatakan
58
“Latihan self talk lebih efektif dari
latihan imagery relaxation dalam
meningkatkan keberhasilan 3 point
shoot mahasiswa putra Prodi PJKR
STKIP PGRI Pacitan”, diterima.
Artinya dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan
pengaruh latihan imagery relaxation
dan self talk, dan latihan self talk
yang paling efektif pengaruhnya
terhadap keberhasilan 3 point shoot
mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP
PGRI Pacitan.
D. PEMBAHASAN PENELITIAN
Hasil dari penelitian yang
dilakukan diperoleh latihan imagery
relaxation terhadap konsentrasi
mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP
PGRI Pacitan terbukti berpengaruh.
Hal ini dibuktikan analisis dengan uji
t amatan ulangan dan didapatkan thitung
sebesar 6,862 dan p<0,05. Dilihat dari
rerata yang diperoleh, pada data post-
test (15,10) lebih tinggi dibandingkan
data pre-test (13,20). Latihan self talk
terhadap konsentrasi mahasiswa putra
Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan
terbukti berpengaruh. Hal tersebut
dibuktikan analisis dengan uji-t
amatan ulangan dan didapatkan thitung
sebesar 11,699 dan p<0,05. Dilihat
dari rerata yang diperoleh, pada data
post-test (17,80) lebih tinggi
dibandingkan data pre-test (13,60).
Latihan imagery relaxation
terhadap keberhasilan 3 point shoot
mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP
PGRI Pacitan terbukti berpengaruh.
Hal ini dibuktikan analisis dengan uji-
t amatan ulangan dan didapatkan thitung
sebesar 3,862 dan p<0,05. Dilihat dari
rerata yang diperoleh, pada data post-
test (35,84) lebih tinggi dibandingkan
data pre-test (28,24). Latihan self talk
terhadap keberhasilan 3 point shoot
mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP
PGRI Pacitan terbukti berpengaruh.
Hal ini dibuktikan analisis dengan uji-
t amatan ulangan dan didapatkan thitung
sebesar 6,656 dan p<0,05. Dilihat dari
rerata yang diperoleh, pada data post-
test (45,86) lebih tinggi dibandingkan
data pre-test (28,23).
Penelitian ini membuktikan
bahwa latihan self talk lebih efektif
dari latihan imagery relaxation dalam
meningkatkan konsentrasi mahasiswa
putra Prodi PJKR STKIP PGRI
Pacitan. Para ahli seperti Dodie
Magis, Weinberg & Gould
berpendapat latihan self talk
pengaruhnya sangat besar terhadap
diri sendiri, self talk salah satu cara
untuk memotivasi diri agar dapat
berkonsentrasi dengan merubah
pikiran negatif menjadi positif”. Self
59
talk yang positif dapat meningkatkan
rasa percaya diri, kebahagiaan,
konsentrasi, dan memotivasi diri. Self
talk yang negatif dapat menimbulkan
rasa putus asa, ketakutan, cemas,
kurang tenang, tergesa-gesa,
menurunnya konsentrasi. Self talk
menurut ahli dapat membangkitkan
alam bawah sadar jika dilakukan
dengan benar, alam bawah sadar
pengaruhnya 9 kali lipat dari alam
sadar. Pada penelitian ini menunjukan
latihan self talk lebih dominan
pengaruhnya dibandingkan dengan
latihan imagery relaxation, hal ini
dibuktikan oleh data penelitian
dengan adanya perbedaan yang
signifikan konsentrasi akhir (hasil
post test) antara kelompok perlakuan
menggunakan self talk dengan
kelompok perlakuan menggunakan
imagery relaxation, yang ditunjukkan
dengan thitung sebesar 2,131 dengan
p<0,05 dan rerata konsentrasi akhir
kelompok perlakuan self talk lebih
tinggi dibandingkan dengan rerata
pada kelompok imagery relaxation
(17,80>15.10). Hasil ini diperkuat
dengan adanya perbedaan yang
signifikan peningkatan konsentrasi
antara kelompok perlakuan
menggunakan self talk dengan
kelompok perlakuan menggunakan
imagery relaxation, yang dibuktikan
dengan diperolehnya thitung sebesar
5,073 dengan p<0,05, serta dilihat dari
rerata peningkatan konsentrasi pada
kelompok perlakuan self talk lebih
tinggi dibandingkan dengan rerata
pada kelompok imagery relaxation
(4,20>1.90).
Penelitian ini membuktikan
bahwa latihan self talk lebih efektif
dari latihan imagery relaxation dalam
meningkatkan keberhasilan 3 point
shoot mahasiswa putra Prodi PJKR
STKIP PGRI Pacitan. Para ahli
berpendapat latihan self talk
pengaruhnya sangat besar terhadap
diri sendiri, self talk salah satu cara
untuk memotivasi diri agar dapat
berkonsentrasi dengan merubah
pikiran negatif menjadi positif”. Self
talk yang positif dapat meningkatkan
rasa percaya diri, kebahagiaan,
konsentrasi, dan memotivasi diri. Self
talk yang negatif dapat menimbulkan
rasa putus asa, ketakutan, cemas,
kurang tenang, tergesa-gesa,
menurunnya konsentrasi. Self talk
menurut ahli dapat membangkitkan
alam bawah sadar jika dilakukan
dengan benar, alam bawah sadar
pengaruhnya 9 kali lipat dari alam
sadar. Pada penelitian ini menunjukan
latihan self talk lebih dominan
pengaruhnya dibandingkan dengan
latihan imagery relaxation, hal ini
60
dibuktikan oleh data penelitian
dengan adanya perbedaan yang
signifikan konsentrasi akhir (hasil
post test) antara kelompok perlakuan
menggunakan self talk dengan
kelompok perlakuan menggunakan
imagery relaxation, yang ditunjukkan
dengan thitung sebesar 3,402 dengan
p<0,05 dan rerata keberhasilan 3 point
shoot akhir kelompok perlakuan self
talk lebih tinggi dibandingkan dengan
rerata pada kelompok imagery
relaxation (45,86>35.84). Hasil ini
diperkuat dengan adanya perbedaan
yang signifikan peningkatan
keberhasilan 3 point shoot antara
kelompok perlakuan menggunakan
self talk dengan kelompok perlakuan
menggunakan imagery relaxation,
yang dibuktikan dengan diperolehnya
thitung sebesar 3,037 dengan p<0,05,
serta dilihat dari rerata peningkatan
konsentrasi pada kelompok perlakuan
self talk lebih tinggi dibandingkan
dengan rerata pada kelompok imagery
relaxation (17,63>7.60).
Setelah diuji peningkatan yang
diberikan dari kedua metode latihan
relaksasi ternyata dari kedua latihan,
besarnya peningkatan yang diberikan
ada perbedaan yang signifikan. Di sini
nilai rata-rata kelompok I yang diberi
latihan self talk mempunyai
peningkatan konsentrasi dan
keberhasilan 3 point shoot lebih
banyak dibandingkan dengan
kelompok II yang diberi latihan
imagery relaxation, selain itu nilai
standar deviasi pada post test
kelompok I juga lebih kecil dari
kelompok II. Hal ini berarti bahwa
kelompok yang diberi latihan self talk
mempunyai konsentrasi dan
keberhasilan 3 point shoot yang lebih
baik daripada kelompok II yang diberi
latihan imagery relaxation.
Banyak ahli mengatakan bahwa
konsentrasi berpengaruh terhadap
keberhasilan dalam melakukan 3 point
shoot. Hasil penelitian ini telah
membuktikan teori tersebut bahwa
diperoleh konsentrasi mahasiswa putra
Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan
meningkat, ternyata keberhasilan 3
point shoot pemain rata-rata juga
meningkat. Hal ini dapat dibuktikan
dari pengamatan yang dilakukan ketika
mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP
PGRI Pacitan diberikan tes
kemampuan 3 point shoot dan pada
saat try out melawan tim SMK 2
Pacitan pada tanggal 14 Mei 2016.
Dari total skor akhir 79-65 hampir
20% dihasilkan dari 3 point shoot. Hal
ini menjadi bukti bahwa konsentrasi
mahasiswa mempengaruhi tingkat
keberhasilan dalam mencetak angka
melalui teknik menembak terutama
61
teknik 3 point shoot diluar faktor
keberuntungan. Hasil peneltian ini
telah mengungkap bahwa latihan
imagery relaxation dan self talk telah
mampu meningkatkan konsentrasi dan
keberhasilan 3 point shoot mahasiswa
putra Prodi PJKR STKIP PGRI
Pacitan, sehingga diharapkan hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai
acuan dalam latihan dan pertandingan.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah diperoleh dengan analisis data dan
pengujian hipotesis, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada pengaruh positif dan signifikan
latihan imagery relaxation terhadap
konsentrasi mahasiswa putra Prodi
PJKR STKIP PGRI Pacitan.
2. Ada pengaruh positif dan signifikan
latihan self talk terhadap konsentrasi
mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP
PGRI Pacitan.
3. Ada pengaruh positif dan signifikan
latihan imagery relaxation terhadap
keberhasilan 3 point shoot mahasiswa
putra Prodi PJKR STKIP PGRI
Pacitan.
4. Ada pengaruh positif dan signifikan
latihan self talk terhadap keberhasilan
3 point shoot mahasiswa putra Prodi
PJKR STKIP PGRI Pacitan.
5. Ada perbedaan keefektifan latihan
imagery relaxation dan latihan self
talk terhadap konsentrasi dan
keberhasilan 3 point shoot mahasiswa
putra Prodi PJKR STKIP PGRI
Pacitan. Setelah dilakukan uji lanjut
diperoleh bahwa latihan self talk lebih
efektif terhadap peningkatan
konsentrasi dan keberhasilan 3 point
shoot mahasiswa putra Prodi PJKR
STKIP PGRI Pacitan, dibandingkan
dengan latihan imagery relaxation.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan ke
hadirat Allah swt yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian ini dengan
lancar tanpa halangan yang berarti. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan
penelitian ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya
dan penghargaan kepada :
1. Direktorat Jendral Dikti yang telah
membiayai penelitian ini melalui
program hibah Penelitian Dosen
Pemula (PDP) 2015.
2. STKIP PGRI Pacitan dan LPPM
STKIP PGRI Pacitan yang telah
mendukung dan merekomendasikan
penelitian ini.
3. Unesa yang telah membantu
penyusunan prosiding dalam kegiatan
ilmiah Seminar Nasional “Membangun
62
Prestasi Olahraga Indonesia Melalui Dunia
Pendidikan dan Kebugaran Jasmani Bangsa”
4. Prof. Dr. Pamuji Sukoco dan Prof. Dr.
Suharjana atas bimbingan dan
diskusinya yang bermanfaat hingga
penelitian ini dapat diselesaikan.
5. Semua pihak yang tidak dapat peneliti
sebutkan satu persatu, yang telah
membantu dalam penelitian ini.
Semoga segala bantuan dan partisipasi
yang telah diberikan kepada penulis
menjadi amal baik dan mendapat balasan
dari Allah SWT. Akhirnya penulis
berharap semoga penelitian ini dapat
berguna khususnya bagi diri penulis dan
pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA :
BukuBompa, T. O. (1994). Theory and
methodology of training (3rd ed).Champaign, IL: Human Kinetics.
Endah Puspita Sari. (2011). Terapirelaksasi. Yogyakarta: PustakaPelajar & Unit Publikasi FakultasPsikologi UGM.
Jelita. (2011). Latihan relaksasi.Surakarta: PT. Jasa Psikologi danPsikometri.
Lefkowits, J & McDuff, D. R. (2011).Mental toughness training manualfor basketball. Sports Dynamics, 2-20.
Monty P. Satiadarma. (2000). Dasar-dasarpsikologi olahraga. Jakarta: PT.Primacon Jaya Dinamika.
Rushall, B. S. (2008). Mental skillstraining for sports (4th ed). SpringValley: Sports Science Associates.
Sugiyono. (2012). Statistika untukpenelitian. Cetakan XX. Bandung:AlfaBeta.
_________ (2012). Metode Penelitiankuantitatif kualitatif dan R&D.Cetakan XV. Bandung: AlfaBeta.
Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedurpenelitian: suatu pendekatanpraktek. Cetakan keduabelas.Jakarta: Rineka Cipta.
Sutrisno Hadi. (1995). Metodologiresearch jilid IV. Yogyakarta: AndiOffset.
BukuTerjemahanLieberman, N. (2011). Bolabasket untuk
wanita. (Terjemahan BagusPribadi). New York: Champaign,IL. (Buku asli diterbitkan tahun1997).
.Jurnal, Prosiding, Majalah,dan/atauBuletinLefkowits, J & McDuff, D. R. (2010).
Mental toughness training manualfor basketball. Sports Dynamics, 2-20.
Thelwell, R. (2006). Examining theefficacy of the concentration gridexercise as a concentrationenhancement exercise. Psychologyof sport and exercise, 29-39.
Jurnal OnlineNational Team Swimmer. (1998). Imagery
mental. Diambil dari:http://phsicologycoach.com/World_Championship_Swimmertrainning/php.32./_Journal_mental_imagery, 234-256. Diakses Tanggal 3Desember 2015.
Dokumen ResmiPersatuan Bolabasket Seluruh Indonesia
(2010). Official basketball rules.Jakarta: PB Perbasi.
LaporanPenelitian, Disertasi, Tesis,dan/atauSkripsiKlug, J. J. (2009). Effects of an imagery
training program on free throwself-efficacy and performance ofhigh. Tesis master, tidak
63
diterbitkan, University Oxford,Miami.
Urip Rahayu, dkk. (2010). Pengaruh guideimagery relaxation Terhadap nyerikepala pada pasien Cidera kepalaringan. Laporan Penelitian.Bandung: Universitas Padjajaran.
64
THE EFFECT OF LADDER DRILL ICKY SHUFFLE AND HOP SCOTCHEXERCISE TOWARDS THE AGILITY AND
REACTION SPEED
Gatot Margisal Utomo(Pascasarjana, Pendidikan Olahraga, Universitas Negeri Surabaya)
Gatot.margisalutomo@gmail.com
ABSTRACT
Exercise the physical condition of especially agility and reaction speed were reallyneeded by an athlete, because of its agility and reaction speed is a component a physicalcondition that is very important to support the success in most of the sports. So that thephysical condition of in kinds of sports need to trained by the exercise of good. Exercisesintended to increase the agility and reaction speed is a training exercise ladder drill ickyshuffle and hop scotch. The aim of this study were to analyze (1) the effects of ladder drillicky shuffle exercise towards agility and reaction speed, (2) the effects of ladder drill hopscotch exercise towards agility and reaction speed, and (3) a big difference on the effect ofladder drill icky shuffle and hop scotch exercises towards the agility and reaction speed. Thesamples of this research were 33 male students of The first half IV the 2014, of EducationPhysical Sport, the Faculty Teachers College Science, University Education Unipa Surabaya.This research used aquantitative-quasi experimental model. The research design used wasnon-randomized control group pretest posttest design, and the data were analysed by usingANOVA. The data were gained through pretest and posttest on the agility by using sprintcurvaceous “Z” and the reaction speed by using (whole body raection). After that, the datawere analyzed by using SPSS 21.0. The results of the study shows that (1) ladder drill ickyshuffle exercise gives significant effect towards the improvement of agility and theimprovement of reaction speed. (2) ladder drill hop scotch exercise gives significant effecttowards the improvement of agility and the improvement of reaction speed. (3) There aredifferences between the effects of ladder drill icky shuffle and hop scotch the improvement ofagility and the improvement of reaction speed. Post hoc calculation show that ladder drillicky shuffle exercises provide better results (effective) towards the agility, But ladder drillhop scotch exercises provide better results (effective) towards the reaction speed. Based onthe data analysis, it can be concluded that the ladder drill icky shuffle and hop scotchexercises significantly effect the increase in agility and reaction speed.
Keywords: Ladder Drill Icky Shuffle, Hop Scotch, Agility, Reaction Speed.
65
PENGARUH LADDER DRILL ICKY SHUFFLE DAN HOP SCOTCH TERHADAPPENINGKATAN KELINCAHAN DAN
KECEPATAN REAKSI
Gatot Margisal Utomo(Pascasarjana, Pendidikan Olahraga, Universitas Negeri Surabaya)
Gatot.margisalutomo@gmail.com
ABSTRAK
Latihan kondisi fisik khususnya kelincahan dan kecepatan reaksi sangat dibutuhkanoleh seorang atlet, karena kelincahan dan kecepatan reaksi merupakan komponen kondisifisik yang sangat penting untuk menunjang keberhasilan di dalam sebagian besar cabangolahraga. Sehingga kondisi fisik dalam semua cabang olahraga perlu dilatih dengan latihanyang baik. Latihan yang dimaksudkan untuk meningkatkan kelincahan dan kecepatan reaksiadalah latihan ladder drill icky shuffle dan ladder drill hop scotch.. Tujuan dari penelitian iniyaitu untuk menganalisis tentang: (1) pengaruh latihan ladder drill icky shuffle terhadapkelincahan dan kecepatan reaksi , (2) pengaruh latihan ladder drill hop scotch terhadapkelincahan dan kecepatan reaksi, dan (3) perbedaan besar pengaruh latihan ladder drill ickyshuffle dan hop scotch terhadap kelincahan dan kecepatan reaksi. Sasaran penelitian iniadalah mahasiswa putra semester IV angkatan 2014, Jurusan Pendidikan KepelatihanOlahraga, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya,dengan jumlah sampel sebanyak 33 orang. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitianini adalah kuantitatif dengan metode eksperimen semu. Rancangan penelitian inimenggunakan non-randomized control group pretest posttest design, dan analisis datamenggunakan Anova. Proses pengambilan data dilakukan dengan tes kelincahan (lariberkelok Z) dan kecepatan reaksi (whole body reaction) pada saat pretest dan posttest.Selanjutnya data hasil penelitian di analisis dengan menggunakan bantuan SPSS seri 21.0.Hasil penelitian sebagai berikut : (1) pemberian latihan ladder drill icky shuffle berpengaruhsignifikan terhadap peningkatan kelincahan dan kecepatan reaksi. (2) Pemberian latihan ladderdrill hop scotch berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kelincahan dan kecepatan reaksi.(3) Terdapat perbedaan pengaruh antara latihan ladder drill icky shuffle dan hop scotch terhadapkelincahan dan kecepatan reaksi. Perhitungan post hoc menyatakan bahwa latihan ladder drillicky shuffle memberikan hasil yang lebih baik (efektif) terhadap kelincahan. Namun latihanladder drill hop scotch memberikan hasil yang lebih baik (efektif) terhadap kecepatan reaksi.Berdasarkan analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa latihan ladder dril icky shuffle danhop scotch berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kelincahan dan kecepatan reaksi.
Kata kunci: Ladder Drill Icky Shuffle, Ladder Drill Hop Scotch, Kelincahan, KecepatanReaksi.
PENDAHULUAN
Olahraga mempunyai perananpenting dalam kehidupan sehari-hari.Dengan berolahraga, maka organ dalamtubuh akan bekerja dan bergerak
sehingga akan membuat tubuh menjadisehat jasmani maupun rohani dandisamping itu sekaligus dapatmeningkatkan prestasi dalam bidangolahraga. Kemampuan untukmeningkatkan prestasi dalam bidang
66
olahraga ini tidak terlepas dariperkembangan yang dicapai dalambidang ilmu keolahragaan, mulai daripemilihan calon atlet sampai padametode latihan yang dilakukan denganberbagai alat bantu yang sederhanasampai dengan yang kompleks. Hal itudilakukan guna untuk memperbaiki danmeningkatkan prestasi olahraga. Agarmendapatkan hasil prestasi yangmaksimal dan sesuai dengan harapanyang diinginkan dapat dicapai melaluipembinaan dan latihan yang terarahserta dilakukan secara efektif danefisien. Menurut Ambarukmi, dkk(2007: 2) bahwa untuk mencapai suatuprestasi maksimal diperlukan teorilatihan yang didukung dengan berbagaiilmu antara lain: filsafah, psikologiolahraga, biomekanika, sejarah, giziolahraga, PPPK, pertumbuhan danperkembangan, anatomi, fisiologi dankecakapan melatih.
Latihan merupakan suatu prosesyang sistematis dari berlatih yangdilakukan secara berulang-ulang dengankian hari kian meningkat beban latihandan pada prinsip nya latihan merupakansuatu proses perubahan ke arah yanglebih baik, yaitu untuk meningkatkan:kualitas fisik, kemampuan fungsionalperalatan tubuh, dan kualitas psikisanak latih (Mylsidayu, 2014: 74), sertalatihan adalah proses untukmeningkatkan atau mengembangkankemampuan dan keterampilan yangdimiliki oleh seorang atlet, yang manamempunyai tujuan dan target, yaituuntuk mencapai suatu perubahan kearah yang lebih baik dan tidak hanyauntuk kebugaran saja akan tetapi untukmenyempurnakan keterampilan yangdimiliki serta meningkatkan kualitasfisik atlet sehingga atlet dapat tampildengan baik dalam setiap kegiatan-kegiatan olahraga termasuk pada saatmengikuti pertandingan.
Menurut Lakshmikrishnan danSivakumar, (2013: 152) latihan adalahproses ilmiah berbasis pedagogisterorganisir, terencana, dan sistematispada kemampuan dan kesiapan kinerjadengan bertujuan kesempurnaanolahraga dan peningkatan kinerja dalamkonteks kompetisi olahraga.Ditambahkan lagi oleh Sukadiyanto danMuluk, (2011: 6) bahwa latihan adalahpenerapan dari suatu perencanaan untukmeningkatkan kemampuan berolahragayang berisikan materi, teori, praktik,metode, dan aturan pelaksanaan sesuaidengan tujuan dan sasaran yang akandicapai. Kemudian ditambahkan lagioleh Roesdiyanto dan Budiwanto,(2008: 17) Latihan adalah prosespenyempurnaan kualitas atlet secarasadar untuk mencapai prestasi maksimaldengan diberi beban fisik dan mentalsecara teratur, terarah, bertahap,meningkat, dan berulang-ulangwaktunya. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa latihanadalah proses kegiatan yangdilaksanakan secara teratur danberualang-ulang serta mempunyaitujuan dan target untuk mencapai hasilyang maksimal, jadi apabila kitaberlatih secara terus menerus makaprogres atau peningkatan kita akancepat terbentuk. Adapun piramidafaktor dalam melakukan latihan sebagaiberikut:
Gambar 1.1. Piramida FaktorLatihan (Bompa dan Haff, 2009: 61)
67
Berdasarkan gambar tersebut,dapat disimpulkan bahwa persiapanfisik dan persiapan teknik merupakandasar dalam membangun prestasi,semakin fisik maupun teknik bagusmaka semakin mudah pula prestasi yangakan dicapainya. Seseorang perlubelajar teknik serta menekankan padapersiapan taktik serta kejiwaan ataumental yang lebih matang, sehinggaprestasi dalam cabang olahraga yangdiikuti dapat lebih unggul dibandingkanatlet lain.
Dalam melakukan suatu latihanterdapat kondisi fisik. Kondisi fisikmerupakan suatu komponen yang tidakdapat dipisahkan begitu saja, kondisifisik yang prima akan menunjangberjalannya suatu proses latihan.Sehingga pembinaan kondisi fisik harusmendapat perhatian yang serius danpembinaanya harus menggunakanmetode latihan yang baik dan benar.Kondisi fisik adalah suatu kesatuan utuhdari komponen-komponen yang tidakdapat dipisahkan, baik peningkatannyamaupun pemeliharaanya. Latihan fisikbertujuan untuk meningkatkan fungsipotensial yang dimiliki atlet danmengembangkan kemampuankomponen-komponen biomotoriknyasehingga dapat dapat mencapai suatutujuan. Latihan fisik yang teratur,sistematik, dan berkesinambungan yangdituangkan dalam suatu programlatihan, akan dapat meningkatkankemampuan fisik atlet. Setiap cabangolahraga memiliki sistem, strategi, danmetode latihan fisik yang berbeda untukmencapai dan meningkatkan fisik danprestasi olahraga. Perbedaan latihanfisik ini dapat dilihat dari perbedaangerakan-gerakan pada setiap cabangolahraga tersebut.
Menurut Sukadiyanto danMuluk, (2011: 57) bahwa komponen
biomotor olahraga meliputi kekuatan,ketahanan, kecepatan, kordinasi, danfleksibilitas. Adapun komponen-komponen yang lain yang merupakanperpaduan dari beberapa komponensehingga membentuk satu peristilahansendiri. Diantaranya, seperti powermerupakan gabungan dari kekuatan dankecepatan, kelincahan merupakangabungan dari kecepatan dankoordinasi.
Komponen kondisi fisik harusdimiliki oleh seorang atlet dalam upayamengoptimalkan kemampuannya, gunameraih prestasi maksimal. Unsur-unsurgerak sangat diperlukan seperti:kekuatan, kelincahan, kecepatan,keseimbangan dan power. Masing-masing unsur fisik ini salingmendukung satu dengan yang lain,karena tidak akan menjadi koordinasiyang baik apabila hanya memiliki satuunsur gerak saja. Dalam upayameningkatkan kondisi fisik, adabeberapa metode yang dapat diterapkan,dan metode latihan yang mengarah padapeningkatan kelincahan (agility) dankecepatan reaksi.
Menurut Sporis, dkk (2010: 679)kelincahan (agility) adalah kemampuanseseorang untuk menjaga danmengendalikan posisi tubuh saatmerubah arah dengan cepat. Hal inisenada juga diungkapkan olehSucharitha dkk, (2014: 755) kelincahanadalah kemampuan untukmempertahankan atau mengontrolposisi tubuh saat berubah arah selamaserangkaian gerakan. Sehinggakelincahan sangat penting untukolahraga yang membutuhkankemampuan adaptasi yang tinggiterhadap perubahan-perubahan situasidalam pertandingan. Adapun pengertiankecepatan reaksi menurut Sukadiyantodan Muluk, (2011: 117) adalah ada duamacam kecepatan, yaitu kecepatan
68
reaksi dan kecepatan gerak. Kecepatanreaksi adalah kemampuan seseorangdalam menjawab suatu rangsang dalamwaktu sesingkat mungkin, sedangkanpengertian kecepatan gerak adalahkemampuan seseorang melakukan gerakatau serangkaian gerak dalam waktusecepat mungkin. Pendapat senadaseperti yang diungkapkan olehNurhasan, (2011: 17) bahwa kecepatanreaksi berkaitan dengan waktu yangdiperlukan, dari saat diterimanyastimulus atau rangsangan, sampai awalmunculnya respon atau reaksi. Stimulusyang diterima dapat melalui organpenglihatan, pendengaran, gabungankeduanya, dan sentuhan (kinestetik).
Melihat unsur kondisi fisiktersebut, kelincahan (agility) dankecepatan reaksi merupakan unsurkondisi fisik yang diperlukan di dalambanyak cabang olahraga (Paul Gamble,2012). Misalnya cabang olahragasepakbola, pencak silat, futsal, danatletik, disamping itu kelincahan dankecepatan reaksi ini mempunyaiperanan yang sangat penting untukmeningkatkan prestasi dalam bidangolahraga.
Dalam beberapa tahun terakhirini telah dikembangkan suatu metodelatihan yang sangat menyenangkandengan menggunakan alat yangmenyerupai tangga dan berfungsi untukmengajarkan keterampilan gerakanyang dikenal dengan istilah ladder drill,yaitu suatu bentuk latihan ladder yangsangat diperlukan untuk meningkatkankecepatan kaki, kelincahan, waktu dankoordinasi untuk atlet, disamping ituladder kelincahan ini sangat populeruntuk pelatih mencari cara untukmeningkatkan kecepatan, koordinasi,keseimbangan, dan kelincahan padaatlet (Syairulniza, Nurhani, dan LimBoon 2015: 18-19).
Menurut Dhanaraj, (2014)bahwa “ladder training will improveour speed, coordination, timing andbalance and also it will set our calveson fire”. Artinya, bahwa latihan dengantangga akan meningkatkan kecepatan,koordinasi, ketepatan dankeseimbangan dan juga dapat melatihbetis kita. Ditambahkan oleh Jay Dawesdan Mark Roozen, (2012: 65) Pelatihpada umumnya menggunakan ladderdrill untuk membantu atletmengembangkan kelincahan, kontroltubuh, dan kesadaran dalam bergerak,serta meningkatkan keterampilan dasardalam bergerak. Kebanyakan ladderdrill terbuat dari plastik yang melekatpada tali nilon untuk membentuksebuah kotak. Biasanya, kotakditentukan sekitar 12 sampai 18 inci(30-46 cm). Agility ladder (tanggakelincahan) bukan hanya alat yangdigunakan untuk mengembangkankecepatan kaki, ketika digunakan dalamberbagai cara, agility ladder menjadialat yang multiguna yang fantastis yaitujuga sebagai alat untuk meningkatkankelincahan dan kecepatan reaksi.
Dalam melakukan latihankelincahan dan kecepatan reaksi variasilatihan sangat banyak dan beragam,akan tetapi dalam penelitian ini hanyadigunakan dua bentuk latihan darikomponen kondisi fisik tersebut yaitulatihan ladder drill icky shuffle dan hopscotch. Menurut Brown dan Feriggno,(2005: 82) bahwa latihan icky shufflemerupakan latihan yang dapatmeningkatkan kelincahan, koordinasi,dan meningkatkan tubuh bagian bawahseperti: otot tungkai. Adapun pengertianlatihan hop scotch menurut Brown danFeriggno, (2005: 150) merupakanlatihan yang dapat meningkatkan antaraketangkasan dan reaksi. Disamping itulatihan hop scotch juga dapat
69
meningkatkan kekuatan elastis padapergelangan kaki.
Berdasarkan latar belakangtersebut peneliti ingin memberikanalternatif latihan untuk meningkatkankondisi fisik secara khusus dalammeningkatkan komponen kondisi fisikkelincahan dan kecepatan reaksi padamahasiswa putra semester IV JurusanPendidikan Kepelatihan Olahraga,Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan.Universitas PGRI Adi Buana SurabayaTahun Ajaran 2015/2016. Sehinggapeneliti tertarik melakukan penelitiandengan judul “Pengaruh Ladder drillIcky Shuffle dan Hop Scotch TerhadapPeningkatan Kelincahan dan KecepatanReaksi”.
KAJIAN PUSTAKADi dalam sebuah latihan terdapat
suatu tujuan yang menjadi target dalamsuatu pertandingan maupunperlombaan. Latihan menurutLakshmikrishnan dan Sivakumar,(2013: 152) adalah proses ilmiahberbasis pedagogis terorganisir,terencana dan sistematis padakemampuan dan kesiapan kinerjadengan bertujuan untuk kesempurnaanolahraga dan peningkatan kinerja dalamkonteks kompetisi olahraga. Padaprinsipnya latihan merupakan suatuproses perubahan arah yang lebih baikyaitu untuk meningkatkan kualitas fisik,kemampuan fungsional peralatan tubuh,dan kualitas psikis atlet. Nagarajan,Damodhran dan Praven, (2013: 149)menjelaskan latihan adalah bentuk dasarpenyusunan olahragawan melalui prosesyang sistematis, hingga jangka waktuyang panjang dengan didasarkan dandilaksanakan pada fakta-fakta ilmiah.Begitu juga pendapat Ambarukmi, dkk.(2007: 1) latihan adalah prosespenyempurnaan berolahraga melaluipendekatan ilmiah, khususnya prinsip-
prinsip pendidikan, secara teratur danterencana sehingga mempertinggikemampuan dan kesiapan olahragawan.Jadi pada prinsipnya latihan merupakansuatu proses perubahan ke arah yanglebih baik yaitu meningkatkan kualitasfisik dan memiliki suatu tujuan.
Latihan atau training adalahpenerapan dari suatu perencanaan untukmeningkatkan kemampuan berolahragayang berisikan materi teori dan praktek,metode, dan aturan pelaksanaan sesuaidengan tujuan dan sasaran yang akandicapai (Sukadiyanto dan Muluk 2011:6). Ditambahkan oleh Roesdiyanto danBudiwanto, (2008: 16) “latihanmerupakan suatu kegiatan yangsistematis dalam waktu yang panjang,ditingkatkan secara bertahap danperorangan, yang bertujuan membentukmanusia yang berfungsi fisiologis danpsikologisnya untuk memenuhi tuntutantugas”. Dengan demikian latihan adalahsuatu proses terencana yangdipraktekkan berdasarkan pada sebuahteori dan metode yang baik dan tepatdengan proses waktu yang cukuppanjang dan terarah dan dilakukansecara bertahap untuk membentuk fisik,teknik, taktik, dan mental sehinggatercapai suatu hasil yang baik danmaksimal.
Dalam proses latihan, kondisifisik merupakan faktor yang sangatpenting dalam melakukan aktivitas fisikyang berlangsung cukup lama dalampeningkatan sebuah prestasi dankeberhasilan latihan sangat tergantungdari kualitas latihan yang diberikan dandilaksanakan. Latihan kondisi fisikmemegang peranan yang sangat pentingdalam program latihan atlet, terutamaatlet pertandingan. Istilah latihankondisi fisik mengacu kepada suatuprogram latihan yang dilakukan secarasistematis, berencana, dan progresif,yang tujuannya adalah untuk
70
meningkatkan kemampuan fungsionaldari seluruh sistem tubuh agar dengandemikian prestasi atlet semakinmeningkat. Program latihan kondisifisik tersebut haruslah disusun secarateliti serta dilaksanakan secara cermatdan dengan penuh disiplin.
Kelincahan merupakan salahsatu komponen kesegaran jasmani yangsangat diperlukan pada semua aktivitasyang membutuhkan kecepatanperubahan posisi dan bagian-bagiannya.Di samping itu, kelincahan merupakanprasyarat untuk mempelajari danmemperbaiki keterampilan gerak danteknik olahraga, terutama gerakan-gerakan yang membutuhkan koordinasigerak. Lebih lanjut, kelincahan sangatpenting untuk jenis olahraga yangmembutuhkan kemampuan adaptasiyang tinggi terhadap perubahan-perubahan situasi dalam pertandingan,(Fenanlampir, A dan Muhyi, 2015:150). Pernyataan tersebut sependapatdengan (Sporis dkk, 2010: 679)kelincahan (agility) adalah kemampuanseseorang untuk menjaga danmengendalikan posisi tubuh saatmerubah arah dengan cepat. Hal inisenada juga diungkapkan olehSucharitha dkk, (2014: 755), kelincahanadalah kemampuan untukmempertahankan atau mengontrolposisi tubuh saat berubah arah selamaserangkaian gerakan.
Di dalam cabang olahragakecepatan merupakan salah satukomponen dasar biomotor yangdiperlukan dalam setiap cabangolahraga. Setiap aktivitas olahraga baikyang bersifat permainan, perlombaan,maupun pertandingan selalumemerlukan komponen biomotorkecepatan. Untuk itu kecepatanmerupakan salah satu unsur biomotordasar yang harus dilatihkan dalamupaya mendukung pencapaian prestasi
olahragawan. Menurut Sukadiyanto danMuluk, (2011: 116) Kecepatan adalahkemampuan otot atau sekelompok ototuntuk menjawab rangsangan dalamwaktu secepat (sesingkat) mungkin.Senada dengan pendapat dari NicholasRatamess, (2012: 13) bahwa kecepatanadalah kemampuan seseorang individuuntuk melakukan keterampilan motorikdengan secepat mungkin. Kecepatansebagai hasil perpaduan dari panjangayunan tungkai dan jumlah langkah. Dimana gerakan panjang ayunan danjumlah langkah merupakan serangkaiangerak yang sinkron dan kompleks darisistem neuromuskuler.
Secara umum kecepatanmengandung pengertian kemampuanseseorang untuk melakukan gerak atauserangkaian gerak secepat mungkinsebagai jawaban terhadap rangsang.Menurut Sukadiyanto dan Muluk,(2011: 117) ada dua macam kecepatan,yaitu kecepatan reaksi dan kecepatangerak. Kecepatan reaksi adalahkemampuan seseorang dalam menjawabsuatu rangsang dalam waktu sesingkatmungkin, sedangkan pengertiankecepatan gerak adalah kemampuanseseorang melakukan gerak atauserangkaian gerak dalam waktu secepatmungkin. Ditambahkan oleh Sudirham,(2015: 17) kecepatan reaksi berasal darikata “ kecepatan dan reaksi” kecepatanmerupakan sejumlah gerakan per waktu,sedangkan reaksi merupakan kegiatan(aksi) yang timbul karena suatuperintah/suatu peristiwa. Daripenjabaran tersebut maka kecepatanreaksi adalah gerakan yang dilakukantubuh untuk menjawab secepat mungkinsesaat setelah mendapatkan suaturespon/peristiwa dalam satuan waktu.Pendapat senada seperti yangdiungkapkan oleh Nurhasan, (2011: 17)bahwa kecepatan reaksi berkaitandengan waktu yang diperlukan, dari saat
71
diterimanya stimulus atau rangsangan,sampai awal munculnya respon ataureaksi. Stimulus yang diterima dapatmelalui organ penglihatan,pendengaran, gabungan keduanya, dansentuhan (kinestetik).
Pelatih pada umumnyamenggunakan ladder driil untukmembantu atlet mengembangkankelincahan, kontrol tubuh, dankesadaran dalam bergerak, sertameningkatkan keterampilan dasar dalambergerak. (Jay Dewes dan MarkRoozen, 2012: 65) Menyatakan bahwalatihan ladder drill adalah suatu bentuklatihan ladder yang sangat diperlukanuntuk meningkatkan kecepatan kaki,kelincahan, waktu dan koordinasi untukatlet, disamping itu ladder ini sangatpopuler untuk pelatih mencari carauntuk meningkatkan kecepatan,koordinasi, keseimbangan, dankelincahan pada atletnya (Syairulniza,Nurhani dan Lim Boon, 2015: 18-19).
METODE PENELITIANJenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini jenis kuantitatifdengan metode quasi eksperimen(ekspermen semu). Rancanganpenelitian menggunakan Non-Randomize Control Group Pretest-Posttest Design (Maksum, 2012: 100).
Kelompok Pretest Treatment Postest
E1 T11 X1 T21
E2 T12 X2 T22
K T13 - T23
(Maksum, 2012: 100)
Keterangan:
T11 : Pretest kelompok eksperimen1 (lari berkelok “Z”dan wholebody
reaction).T12 : Pretest kelompok eksperimen
2 (lari berkelok “Z” dan wholebody
reaction).T13 : Pretest kelompok kontrol (lari
berkelok “Z” dan whole bodyreaction).
X1 : Treatment kelompokeksperimen 1 ladder drill ickyshuffle
X2 : Treatment kelompokeksperimen 2 ladder drill hopscotch
- : Latihan KonvensionalT21 : Post test kelompok eksperimen
1 (lari berkelok Z dan whole bodyreaction).
T22 : Post test kelompok eksperimen2 (lari berkelok Z dan whole body
reaction).T23 : Post test kelompok control (lari
berkelok “Z” dan whole bodyreaction).
Populasi dan Sampel PenelitianPopulasi
Populasi dalam penelitian iniadalah mahasiswa putra semester IVjurusan Pendidikan KepelatihanOlahraga Fakultas Keguruan IlmuPendidikan Universitas Adi BuanaSurabaya, yang berjumlah 134mahasiswa putra. Untuk menjadipopulasi dalam penelitian ini adalahmahasiswa yang memiliki karakteristiksebagai berikut:1. Terdaftar sebagai mahasiswa
semester IV PKO Fakultas KeguruanIlmu Pendidikan Universitas AdiBuana Surabaya.
2. Berjenis kelamin laki - laki.3. Memiliki usia 19 - 22 tahun.
72
SampelSampel adalah wakil dari
populasi yang memiliki karateristik daripopulasi tersebut dan dijadikan pusatperhatian dalam ruang lingkup sertawaktu yang telah ditentukan. MenurutMaksum, (2012: 62),merekomendasikan angka 30 sebagaijumlah minimal sampel dalampenelitian eksperimen. Dari hasilketentuan tersebut maka penelitimerencanakan pengambilan sampelsebanyak 33 orang dari jumlahkeseluruhan populasi sebanyak 134orang, dengan menggunakan tekniksimple random sampling dengan carapengundian.
Kemudian dilakukan pre-testuntuk mengetahui kemampuan awalkelincahan dan kecepatan reaksi. Teskelincahan menggunakan tes lariberkelok “Z” dan kecepatan reaksimenggunakan whole body reaction.Kemudian subjek dibentuk menjadi tigakelompok dengan menggunakan teknikOrdinal pairing yang disesuaikanberdasarkan hasil pretest, denganjumlah masing-masing kelompoksebanyak 11 orang.Instrumen Penelitian1. Pengukuran Kelincahan
menggunakan Lari Berkelok Z2. Pengukuran Kecepatan Reaksi
menggunakan Whole BodyReaction
Teknik Analisis DataSesuai dengan hipotesis dan jenispenelitian yang digunakan dalampenelitian ini, maka analisis statistikyang digunakan adalah uji-t pairedsample test dan Analisis of Variance(Anova) dengan taraf signifikansi 5%menggunakan program StatisticalProduct and Service Solution (SPSS)21.0. Untuk mengetahui pengaruhLadder Drill Icky Shuffle dan Hop
Scotch terhadap peningkatanKelincahan dan Kecepatan Reaksi.HASIL PENELITIAN
Pada deskripsi hasil penelitianini membahas tentang rerata dan standardeviasi yang diperoleh dari hasil tesyang dilakukan pada masing-masingkelompok dihitung berdasarkankelompok dan jenis latihan yangditerapkan.Analisis1. Data hasil Ladder Drill Icky Shuffle
Berdasarkan hasil pengukurandalam gambar di atas, pada kelompok 1dapat dilihat bahwa terdapat sebuahpeningkatan nilai rerata antara pretestdan posttest pada variabel dependent.Hal ini dapat dilihat dari nilai reratapretest dan nilai rerata posttest. Dimanadapat dilihat bahwa nilai rerata untukkelincahan hasil pengukuran pretest(64,26 dtk) ini terlihat lebih kecildibanding dengan hasil pengukuranposttest (57,08 dtk), sedangkan padakecepatan reaksi dari hasil pengukuranposttest (2,38 dtk), ini terlihat lebihtinggi dibanding dengan hasil pengkuanpretest (3,36 dtk). Hasil tersebut dapatdiambil sebuah kesimpulan bahwadalam pemberian treatment padakelompok 1 dapat meningkatkankelincahan dan kecepatan reaksi.Dengan adanya selisih dari rerata
73
tersebut menunjukan adanyapeningkatan setelah diberikan perlakuanselama delapan minggu latihan denganfrekuensi tiga kali seminggu.2. Data hasil Hop Scotch
Berdasarkan hasilpengukuran dalam gambar di atas,pada kelompok II dapat dilihatbahwa terdapat sebuah peningkatannilai rerata antara pretest dan posttestpada variabel dependent. Hal inidapat dilihat dari nilai rerata pretestdan nilai rerata posttest. Dimanadapat dilihat bahwa nilai rerata untukkelincahan hasil pengukuran pretest(64,56 dtk) ini terlihat lebih kecildibanding dengan hasil pengukuranposttest (58,48 dtk), sedangkan padakecepatan reaksi dari hasilpengukuran posttest (2,04 dtk), initerlihat lebih tinggi dibandingdengan hasil pengkuan pretest (3,16dtk). Hasil tersebut dapat diambilsebuah kesimpulan bahwa dalampemberian treatment pada kelompokII dapat meningkatkan kelincahandan kecepatan reaksi. Dengan adanyaselisih dari rerata tersebutmenunjukan adanya peningkatansetelah diberikan perlakuan selama
delapan minggu latihan denganfrekuensi tiga kali seminggu.
Pengujian Hipotesis
Untuk menjawab hipotesis yangtelah diajukan, maka uji analisis yangdipergunakan dalam penelitian iniadalah uji beda rerata (uji beda mean)dengan menggunakan analisis uji-tpaired t-test. Nilai yang digunakandalam penghitungan uji-t paired t-testadalah nilai pretest dan posttest darimasing-masing kelompok (kelompok I,kelompok II, dan kelompok III), denganpenyajian datanya hasil perhitungan uji-t paired t-test adalah sebagai berikut:
Hasil Uji Beda Rerata SampelBerpasangan Kelincahan
Kelincahan Mean
Sig.(2-
tailed)
Keterangan
Kelompok I
Pre-test
5,14180,000 Signifikan
Post-test
5,1891
Kelompok II
Pre-test
5,86910,000 Signifikan
Post-test
5,3164
Kelompok III
Pre-test
5,83640,629
TidakSignifikanPost
-test5,8245
Berdasarkan tabel di atas hasilperhitungan uji beda rerata sampelberpasangan menggunakan uji-t pairedt-test sebagai berikut:1) Kelompok I (Ladder Drill Icky
Shuffle)Hasil perhitungan uji-t paired
t-test pada pemberian latihan ladderdrill icky shuffle dengan melihat nilaiSig. (2-tailed) 0,000, maka dapatdisimpulkan bahwa Ho ditolak danHa diterima karena nilai sig. 0,000 <nilai α = 0,05. Dengan kata lainterdapat pengaruh yang signifikandari pemberian latihan ladder drillicky shuffle terhadap kelincahan padamahasiswa putra semester IV
74
Pendidikan Kepelatihan OlahragaUNIPA Surabaya.
2) Kelompok II (Ladder Drill HopScotch)
Hasil perhitungan uji-t pairedt-test pada pemberian latihan ladderdrill hop scotch dengan melihat nilaiSig. (2-tailed) 0,000, maka dapatdisimpulkan bahwa Ho ditolak danHa diterima karena nilai sig. 0,000 <nilai α = 0,05. Dengan kata lainterdapat pengaruh yang signifikandari pemberian latihan ladder drillhop scotch terhadap kelincahan padamahasiswa putra semester IVPendidikan Kepelatihan OlahragaUNIPA Surabaya.
Hasil Uji Beda Rerata SampelBerpasangan Kecepatan Reaksi
KecepatanReaksi Mean
Sig.(2-
tailed)
Keterangan
Kelompok I
Pre-test
0,30550,000 Signifikan
Post-test
0,2164
Kelompok II
Pre-test
0,28730,000 Signifikan
Post-test
0,1856
Kelompok III
Pre-test
0,29090,172
TidakSignifikanPost
-test0,2727
Berdasarkan tabel di atas hasilperhitungan uji beda rerata sampelberpasangan menggunakan uji-t pairedt-test sebagai berikut:1) Kelompok I (Ladder Drill Icky
Shuffle)Hasil perhitungan uji-t paired
t-test pada pemberian latihan ladderdrill icky shuffle dengan melihat nilaiSig. (2-tailed) 0,000, maka dapatdisimpulkan bahwa Ho ditolak danHa diterima karena nilai sig. 0,000 <nilai α = 0,05. Dengan kata lainterdapat pengaruh yang signifikandari pemberian latihan ladder drillicky shuffle terhadap kecepatan
reaksi pada mahasiswa putrasemester IV Pendidikan KepelatihanOlahraga UNIPA Surabaya.
2) Kelompok II (Ladder Drill HopScotch)
Hasil perhitungan uji-t pairedt-test pada pemberian latihan ladderdrill hop scotch dengan melihat nilaiSig. (2-tailed) 0,000, maka dapatdisimpulkan bahwa Ho ditolak danHa diterima karena nilai sig. 0,000 <nilai α = 0,05. Dengan kata lainterdapat pengaruh yang signifikandari pemberian latihan ladder drillhop scotch terhadap kecepatan reaksipada mahasiswa putra semester IVPendidikan Kepelatihan OlahragaUNIPA Surabaya.1. Uji Beda Rerata antar Kelompok
(Anova)
Sumber
Variasi
Df
Fhitun
gKelincahan
Fhitun
gKecepatanReak
si
Sig.
Sig.
Keterangan
AntarKelompok
2
115,327
35,239
0,000
0,000
Signifika
n
Dalam
Kelompok
30
Total 32
Berdasarkan tabel 4.9 di atas hasilperhitungan uji beda antar kelompokmenggunakan One Way Anova dapatdisimpulkan bahwa terdapat hasil reratayang beda antar kelompok, karena hasilperhitungan menunjukkan nilai Sig.0,000 < nilai α = 0,05 dan nilai Sig.0,000 < nilai α = 0,05, maka dapatdikatakan bahwa Ho ditolak dan Haditerima. Dengan kata lain bahwaterdapat perbedaan yang signifikanantara hasil latihan kelompok ladderdrill icky shuffle, kelompok ladder drillhop scotch, dan kelompok kontrolterhadap kelincahan dan kecepatanreaksi. Dengan adanya perbedaan hasil
75
rerata, maka perhitungan akandilanjutkan dengan menggunakan PostHoc Test.2. Perhitungan Post Hoc Test
Hasil Perhitungan Post Hoc TestKelincahan
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kelincahan
(I)Kelom
pokLatiha
n
(J)Kelom
pokLatiha
n
MeanDifference(I-J)
Std.Error
Sig.
LSD
IckyShuffl
e
HopScotch
0,10000
0,04541
0,035
Kontrol
0,64091
0,04541
0,000
HopScotch
IckyShuffl
e
-0,1000
0
0,04541
0,035
Kontrol
0,54091
0,04541
0,000
Kontrol
IckyShuffl
e
-0,6409
1
0,04541
0,000
HopScotch
-0,5409
1
0,04541
0,000
Berdasarkan hasil perhitungantabel di atas dapat diinterpretasikansebagai berikut:1) Kelompok ladder drill icky
shuffle dan hop scotch mempunyainilai sig. 0,035 < nilai α = 0,05berarti H0 ditolak dan H1 diterimaberarti ada perbedaan yangsignifikan antara kedua kelompokyaitu sebesar 0,10000
2) Kelompok ladder drill ickyshuffle dan kontrol mempunyainilai sig. 0,000 < nilai α = 0,05berarti H0 ditolak dan H1 diterimaberarti ada perbedaan yangsignifikan yaitu sebesar 0,64091
3) Kelompok ladder drill hopscotch dan kontrol mempunyainilai sig. 0,000 < nilai α = 0,05berarti H0 ditolak dan H1 diterimaberarti ada perbedaan yangsignifikan yaitu sebesar 0,54091
Hasil Perhitungan Post Hoc TestKecepatan Reaksi
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kecepatan Reaksi
(I)Kelom
pokLatiha
n
(J)Kelom
pokLatiha
n
MeanDifferen
ce(I-J)
Std.Error
Sig.
LSD
IckyShuffl
e
HopScotch
-0,01273
0,01074 0,245
Kontrol
0,07091 0,01074 0,000
HopScotch
IckyShuffl
e0,01273 0,01074 0,245
Kontrol
0,08364 0,01074 0,000
Kontrol
IckyShuffl
e
-0,07091
0,01074 0,000
HopScotch
-0,08364
0,01074 0,000
Berdasarkan hasil perhitungantabel di atas dapat diinterpretasikansebagai berikut:1) Kelompok ladder drill icky shuffle
dan hop scotch mempunyai nilaisig. 0,245 > nilai α 0,05 berarti H0
diterima dan H1 ditolak berartitidak ada perbedaan yangsignifikan antara kedua kelompokyaitu sebesar -0,01273
2) Kelompok ladder drill icky shuffledan kontrol mempunyai nilai sig.0,000 < nilai α = 0,05 berarti H0
ditolak dan H1 diterima berarti adaperbedaan yang signifikan yaitusebesar 0,07091
3) Kelompok ladder drill hop scotchdan kontrol mempunyai nilai sig.0,000 < nilai α = 0,05 berarti H0
ditolak dan H1 diterima, berarti adaperbedaan yang signifikan yaitusebesar 0,08364
PEMBAHASAN PENELITIANA. Latihan Kelompok Eksperimen I
(Ladder Drill Icky Shuffle)Dari perhitungan ‘mean’ didapatkan
bahwa hasil rerata kelincahan setelahmenerima pemberian latihan ladder drill
76
icky shuffle meningkat. Hal ini sependapatdengan Brown dan Feriggno, (2005: 82)bahwa latihan icky shuffle merupakanlatihan yang dapat meningkatkankelincahan, koordinasi, dan meningkatkantubuh bagian bawah seperti: otot tungkai.Setelah dilakukan uji signifikansi ternyatahasilnya adalah signifikan. Hal ini dapatdikatakan bahwa pemberian latihan ladderdrill icky shuffle benar-benar berpengaruhpositif terhadap peningkatan kelincahan.Latihan ladder drill icky shuffle inidilakukan dengan cara melewati ladderdrill yang sudah tersusun, dimana polagerakan ladder drill icky shuffle dimulaidengan kedua kaki ditempatkan disisi kiritangga, kemudian langkahkan kesampingdengan kaki kanan dan tempatkan di dalamkotak (ladder) pertama, selanjutnyalangkahkan kesamping dengan kaki kananke sisi kanan tangga kemudian majukankaki kiri ke ruang kotak (ladder) berikutnya dalam tangga, ulangi pola ini hinggaselesai (Brown dan Feriggno, 2005: 82).Pola gerakan latihan tersebut memberikanbukti nyata bahwa latihan ladder drill ickyshuffle merupakan salah satu bentuk latihandengan fokus peningkatan kelincahan dankecepatan reaksi pada mahasiswa putrasemester IV Pendidikan KepelatihanOlahraga, Universitas PGRI Adi BuanaSurabaya.
B. Latihan Kelompok Eksperimen 2 (LadderDrill Hop Scotch)Dari perhitungan ‘mean’ didapatkan
bahwa hasil rerata kecepatan reaksi setelahmenerima pemberian latihan ladder drillhop scotch meningkat. Hal ini sependapatdengan Brown dan Feriggno, (2005: 150)bahwa latihan hop scotch merupakanlatihan yang dapat meningkatkan antaraketangkasan dan reaksi. Setelah dilakukanuji signifikansi ternyata hasilnya adalahsignifikan. Hal ini dapat dikatakan bahwapemberian latihan ladder drill hop scotchbenar-benar berpengaruh positif terhadappeningkatan kecepatan reaksi. Latihanladder drill hop scotch ini dilakukandengan cara melewati ladder drill yangsudah tersusun, dimana pola gerakan ladderdrill hop scotch dimulai satu kaki di setiap
sisi tangga, langsung melompat dengankedua kaki ke dalam kotak (ladder)pertama kemudian ke ruang kotak (ladder)berikutnya dengan kaki terbuka lebarsehingga masing-masing kaki mendarat diluar tangga,, ulangi pola ini hingga selesai(Brown dan Feriggno, 2005: 150). Polagerakan latihan tersebut memberikan buktinyata bahwa latihan ladder drill hop scotchmerupakan salah satu bentuk latihan denganfokus peningkatan kelincahan dankecepatan reaksi pada mahasiswa putrasemester IV Pendidikan KepelatihanOlahraga, Universitas PGRI Adi BuanaSurabaya.
C. Perbedaan Pengaruh Ladder DrillIcky Shuffle dan Hop ScotchPengaruh latihan ladder drill icky shuffle
, ladder dril hop scotch dan kontrolmemiliki perbedaan pengaruh yangsignifikan terhadap peningkatan kelincahandan kecepatan reaksi. Pengaruh latihanladder drill icky shuffle memberikan hasilyang lebih baik dari pada pemberian latihanlatihan ladder drill hop scotch terhadapkelincahan pada mahasiswa putra semesterIV Pendidikan kepelatihan olahraga,Universitas PGRI Adi Buana Surabaya,namun pengaruh latihan ladder drill hopscotch memberikan hasil yang lebih baikdari pada pemberian latihan ladder drillicky shuffle terhadap kecepatan reaksi padamahasiswa putra semester IV PendidikanKepelatihan Olahraga. Hal ini dapat dilihatdari proses latihan ladder drill icky shuffledilakukan dengan memindahkan kaki kanankesamping ladder dan kaki kiri ditaruh didepan kotak ladder sehingga gerakannyaseperti lari zig-zag (Brown dan Feriggno,2005: 82). Sedangkan pada gerakan latihanladder drill hop scotch dilakukan denganmelompat kedepan dengan kedua kakimembuka dan menutup secara bergantian(Brown dan Feriggno, 2005: 150). Darihasil uji signifikansi menggunakan post hoctest menyatakan bahwa ada perbedaanpengaruh signifikan dari hasil pemberianlatihan ladder drill icky shuffle dan hopscotch terhadap kelincahan dan kecepatanreaksi pada mahasiswa putra semester IVPendidikan Kepelatihan Olahraga
77
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. Halini senada dengan yang dikatakan olehMeng. H. C & Lee. J. L. F, (2014: 69)bahwa latihan ladder drill dapatmeningkatkan pengaruh kondisi fisik untukkecepatan dan kelincahan, latihan ini jugameningkatkan koordinasi motorik,percepatan, keseimbangan, dan reaksi
Dengan hasil penelitian ini dapatdisimpulkan bahwa latihan ladder drillicky shuffle lebih baik dalammeningkatkan kelincahan, sedangkanuntuk peningkatan kecepatan reaksilatihan ladder drill hop scotch lebih baikdari pada latihan ladder drill icky shufflepada mahasiswa putra semester IVPendidikan Kepelatihan OlahragaUniversitas PGRI Adi Buana Surabaya.
SIMPULAN
A. SimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah diuraikan padabab sebelumnya, maka dapatdikemukakan simpulan penelitiansebagai berikut:1. Terdapat pengaruh yang signifikan
latihan ladder drill icky shuffleterhadap kelincahan dan kecepatanreaksi.
2. Terdapat pengaruh yang signifikanlatihan ladder drill hop scotchterhadap kelincahan dan kecepatanreaksi.
3. Terdapat perbedaan pengaruh yangsignifikan antara ladder drill ickyshuffle dan ladder drill hop scotchterhadap kelincahan, tetapi latihanladder drill icky shuffle dan ladderdrill hop scotch tidak terdapatperbedaan pengaruh terhadapkecepatan reaksi.
B. SaranBerdasarkan hasil penelitian ini,
maka peneliti menyampaikan saran-saran, kepada para atlet, pelatih dan
para ilmuwan pelatihan, sebagaiberikut:1. Para atlet dan pelatih sebaiknya
menerapkan program latihan ladderdrill icky shuffle karena telahterbukti memberikan hasil yanglebih baik dari pada program latihanladder drill hop scotch terhadappeningkatan kelincahan danmenerapkan program latihan ladderdrill hop scotch jika inginmeningkatkan kecepatan reaksikarena latihan ladder drill hopscotch telah terbukti memberikanhasil yang lebih baik dari padaprogram latihan ladder drill ickyshuffle terhadap peningkatankecepatan reaksi.
2. Penelitian mendatang untukprogram latihan ladder drill hopscotch ladder drill icky shuffleperlu diterapkan pada subjek yangberbeda (seperti: wanita, anak-anak,orang tua, atlet menengah danterlatih).
3. Pemberian program latihan harusmemperhatikan prinsip-prinsipsesuai dengan karakteristik dantingkatan terutama dalam penentuanset dan repetisi agar tercapai hasilyang maksimal tanpa mengalamiovertraining.
DAFTAR PUSTAKAAmbarukmi, D.H., Pasumey, P., Sidik,
D.Z., Irianto, J.P.,Dewanti, R.A., Sunyoto.,Sulistiyanto, D. DanHarahap, Y. (2007).“Pelatihan Fisik Level 1”.Jakarta : ASDPPengembangan Tenagadan PembinaKeolahragaan DeputiBidang PeningkatanPrestasi dan IPTEK
78
Olahraga KementrianPemuda dan Olahraga.
Bal Baljinder Singh., Parminder JeetKaur., Davinder Singh.(2011). “Effects Of AShort Term PlyometricTraining Program OfAgility In YoungBasketball Players”.Brazilian Journal ofBiomotricity. Vol. 5. Num.4.
Brown Lee & Vance A. Feriggno.(2005). “Training forSpeed, Agility andQuickness”. Australia:Human Kinetics.
Bompa, T.O. & Haff, G. (2009).“Periodization Theory AndMethology Of Training(Fifth edition)”. UnitedState of America: HumanKinetics.
Dhanaraj, S. (2014). “Effects Of LadderTraining On Selected MotorFitnes Variables AmongHandball Players”.International Journal ofScientific Research. Vol. 3.
Fenanlampir, A dan Muhyi. (2015).“Tes & Pengukuran Dalam Olahraga”.
Yogyakarta: Cv AndiOffset.Haghighi, Asghar., Moghadasi,
Mehrzad., Nikseresht,Asghar., Torkfar, Ahmad.,Haghighi, Mustofa.,(2012). “Effects OfPlyometric VersusResistance Training OnSprint And SkillPerfomance In YoungSoccer Players”.European Journal ofExperimental Biology,2(6): 2348-2351.
Hartono, S. (2007). “Anatomi Dasardan Kinesiologi”.Surabaya: UnesaUniversity Press.
https://www.google.com/search?q=gambar+ladder+drill+icky+shuffle. Di unduh tanggal 19Nopember 2015.
https://www.google.com/?gws_rd=ssl#q=gamabar+whole+body+reaction.Di unduh tanggal 19Nopember 2015.
http://en.wikipedia.org/wiki/File:Sartorius.png. Di unduh tanggal 22Januari 2016.
http://medicina.ronnie.cz/c-1862-svaly-stehna-medialni-skupina.html. Di unduhtanggal 22 Januari 2016.
http://medicina.ronnie.cz/c-1449-svaly-stehna.html. Di unduhtanggal 22 Januari 2016.
http://en.wikipedia.org/wiki/Gluteus_maximus_muscle. Di unduhtanggal 22 januari 2016.
http://de.wikipedia.org/wiki/Musculus_vastus_lateralis. Di unduhtanggal 23 Januari 2016.
http://de.wikipedia.org/wiki/Musculus_vastus_medialis. Di unduhtanggal 23 Januari 2016.
http://scioly.org/wiki/index.php/Anatomy/Muscle_List. Di unduhtanggal 23 Januari 2016.
http://medicina.ronnie.cz/c-2037-svaly-berce-dorsalni-strana.html.Di unduh tanggal 23 Januari2016.
http://medicina.ronnie.cz/c-2017-svaly-berce-ventralni-lateralni-strana.html. Di unduhtanggal 23 Januari 2016.
https://www.kenhub.com/de/atlas/musculus-extensor-hallucis-longus. Di unduh tanggal 23Januari 2016.
79
http://en.wikipedia.org/wiki/Flexor_hallucis_longus_muscle. Diunduh tanggal 23 Januari2016.
Ismaryati. (2008). “Tes & PengukuranOlahraga”. Surakarta:Universitas Sebelas MaretSurakarta.
Jay Dawes & Mark Roozen. (2012).“Developing Agility andQuickness”. NationalStrength and ConditioningAssociation: HumanKinetics.
Kusnanik, N. W., Nasution, J., &Hartono, S. (2011). “Dasar-dasar Fisiologi Olahraga”.Surabaya: UNESAUniversity Press.
King, Melissa. 2007. Power System.http://power-system.com.html diunduhpada tanggal 24 Oktober2015.
Lakshmikrishnan, R dan Sivakumar, K.(2013). “Effect Of WeightTraining And PlyiometricTraining On StrengthEndurance And LegStrength”. InternationalJournal Of Health, PhysicalEndurance And ComputerScience In Sport. Vol. 11.No. 1. pp. 152-153.
Lubis Johansyah. (2013). “PanduanPraktis PenyusunanProgram Latihan”. PTRajagrafindo Persada.
Maksum, A. (2012). “MetodologiPenelitian dalamOlahraga”. Surabaya:Unesa University Press.
Meng, H. C., dan Lee, J. L. F. (2014).“Effects Of Agility DrillOn Dyanamic Balance OfChildren”. MalaysiaJournal of Sports Science
and Physical Education.NSSI: 2232-1926.
Mylsidayu Apta. (2014). “IlmuKepelatihan”. BekasiKota: Percetakan ST. Jl.Veteran No.5.
Nagarajan, S. Damodharan., and C.Praven, A. (2013).“Effects Of AerobicCircuit Training AndParcours Training OnSelected PhysiologicalVariables Among CollegeMen Student”. JornalInternational, Vol. 11, 1PP 149-151.
Nicholas Ratamess, (2012). “ACSM’sFoundation of StrengthTraining andConditioning”. USA:American College of SportMedicine.
Nurhasan. (2011). “MenjagaKebugaran Jasmani”.Gresik Jawa Timur: AbilPustaka. Halaman.43, 60.
Paul Gamble. (2012). “Training ForSports, Speed, and AgilityAn Evidence-BasedApproach”. PrepressProjects Ltd, Perth, UK.
Roesdiyanto dan Setyo Budiwanto.(2008). “Dasar-DasarKepelatihan Olahraga”.Malang: LaboratoriumIlmu KeolahragaanUniversitas NegeriMalang.
Scheunemann, T. Reyna., C. Perez, J.,and Gunadi. P. (2012).“Kurikulum & PedomanDasar Sepakbola ModernUntuk Usia Dini (U5-U12), Usia Muda (U13-U20) & Senior”. Jakarta:PSSI.Halaman.
80
Sethu, S. (2014). “Comparison OfPlyometric Training AndLadder Training OnSprinting Speed, VerticalEksplosif Power AndAgility”. InternationalJournal of RecentResearch and AppliedStudies. ISSN: 2349-4891.
Sporis, G. Igor., J. Luka, M., AndVlatko, V. (2010).“Reliability And FactorialValidity Of Agility TestsFor Soccer Players”.Faculty of Kinesiology,University of Zagreb,Zagreb, Croatia. Vol. 24.
Sucharitha, B.S., Reddy, A.V., andMadhavi, K. (2014).“Effectiveness OfPlyometric Training OnAnaerobic Power AndAgility In FemaleBadminton Players”.International Journal ofPharmaceutical Researchand Bio-Scienc. ISSN:2277-8713, Volume 3 No4.pp 754-761.
Sudirham. (2015). “Pengaruh LatihanZig-Zag TerhadapKecepatan Reaksi PadaPemain Sepak BolaEkstrakulikuler SMKDharma Wanita Gresik”.Surabaya: Universitas AdiBuana Surabaya.
Sugiyono. (2013). “Metode PenelitianKuantitatif, Kualitatif, danR&D”. Bandung: PenerbitAlferta.
Sukadiyanto dan Muluk. (2011).“Pengantar Teori danMetodologi Melatih
Fisik”. Bandung: LubukAgung.
Syahrulniza, A. J. Nurhani, A. DanLim, B. H. (2015).“Effects Of Ladder DrillTraining On AgilityPerformance”.International Journal ofHealth Physical Educationand Computer Science inSports. ISSN: 2231-3265,Volume 17 No 1.pp 17-25.
Taheri, Eskandar., Nikseresht, Asghar.,& Khoshnam, Ebrahim.2014. “The Effect Of 8Weeks Of Plyometric AndResistance Training OnAgility, Speed AndExplosive Power In SoccerPlayers”. EuropeanJournal of ExperimentalBiology, 4 (1): 383-386.
Widodo, A. (2007). “PengembanganRangkaian Tes FisikUntuk Pemain SepakBola”. Disertasi:Pascasarjana UniversitasNegeri Surabaya.
Winartha, I Putu Gede. (2015).“Pengaruh Pelatihan SideJump Sprint TerhadapKecepatan DanKelincahan Pada SiswaPeserta EkstrakurikulerPencak Silat SMA Negeri1 Abiansemal, TahunPelajaran 2014/2015”. E-journal IKOR UniversitasPendidikan Ganesha.Jurusan IlmuKeolahragaan. Vol.2.
Winarno, M.E. (2011). “MetodologiPenelitian DalamPendidikan Jasmani”.Malang: Media CakrawalaUtama Press.
81
THE EFFECT OF LADDER DRILL ICKY SHUFFLE AND HOP SCOTCHEXERCISE TOWARDS THE AGILITY AND
REACTION SPEED
Gatot Margisal Utomo(Pascasarjana, Pendidikan Olahraga, Universitas Negeri Surabaya)
Gatot.margisalutomo@gmail.com
ABSTRACT
Exercise the physical condition of especially agility and reaction speed werereally needed by an athlete,because of its agility and reaction speed is a component aphysical condition that is very important to support the success in most of the sports.Sothat the physical condition of in kinds of sports need to trained by the exercise ofgood.Exercises intended to increase the agility and reaction speed is a training exerciseladder drill icky shuffle and hop scotch.The aim of this study were to analyze (1) theeffects of ladder drill icky shuffle exercisetowards agility and reaction speed, (2) theeffects of ladder drill hop scotch exercise towards agility and reaction speed, and (3) abig difference on the effect of ladder drill icky shuffle and hop scotch exercises towardsthe agility and reaction speed. The samples of this research were 33 male students ofThe first half IV the 2014, of Education Physical Sport, the Faculty Teachers CollegeScience, University Education Unipa Surabaya.This research used aquantitative-quasiexperimental model. The research design used was non-randomized control grouppretest posttest design, and the data were analysed by using ANOVA. The data weregained through pretest and posttest on the agility by using sprint curvaceous “Z” and thereaction speed by using (whole body raection).After that, the data were analyzed byusing SPSS 21.0.The results of the study shows that (1) ladder drill icky shuffle exercisegives significant effect towards the improvement of agility and the improvement ofreaction speed.(2) ladder drill hop scotch exercise gives significant effect towards theimprovementof agility and the improvement of reaction speed. (3) There are differencesbetween the effects of ladder drill icky shuffle and hop scotch the improvement ofagility and the improvement of reaction speed. Post hoc calculation show that ladderdrill icky shuffle exercises provide better results (effective) towards the agility, Butladder drill hop scotch exercises provide better results (effective) towards the reactionspeed. Based on the data analysis, it can be concluded that the ladder drill icky shuffleand hop scotch exercises significantly effect the increase in agility and reaction speed.
Keywords:Ladder Drill Icky Shuffle, Hop Scotch, Agility, Reaction Speed.
82
PENGARUH LADDER DRILL ICKY SHUFFLE DAN HOP SCOTCHTERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN DAN
KECEPATAN REAKSI
Gatot Margisal Utomo(Pascasarjana, Pendidikan Olahraga, Universitas Negeri Surabaya)
Gatot.margisalutomo@gmail.com
ABSTRAK
Latihan kondisifisik khususnya kelincahan dan kecepatan reaksi sangat dibutuhkanoleh seorang atlet, karena kelincahan dan kecepatan reaksi merupakan komponenkondisifisik yang sangat penting untuk menunjang keberhasilan di dalam sebagian besarcabang olahraga. Sehingga kondisi fisik dalam semua cabang olahraga perlu dilatihdengan latihan yang baik.Latihan yang dimaksudkan untukmeningkatkankelincahandankecepatan reaksi adalah latihan ladder drill icky shuffle dan ladder drill hopscotch..Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis tentang: (1) pengaruh latihanadder drill icky shuffle terhadap kelincahan dan kecepatan reaksi , (2) pengaruh latihanladder drill hop scotch terhadap kelincahan dan kecepatan reaksi, dan (3) perbedaanbesar pengaruhlatihanladder drill icky shuffle danhop scotch terhadapkelincahan dankecepatan reaksi. Sasaran penelitian ini adalah mahasiswa putra semester IV angkatan2014, Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan,Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, dengan jumlah sampel sebanyak 33 orang.Jenispenelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode eksperimensemu.Rancangan penelitian ini menggunakan non-randomized control group pretestposttest design, dananalisis data menggunakanAnova. Proses pengambilan datadilakukandenganteskelincahan (lari berkelok Z) dankecepatan reaksi (whole bodyreaction) pada Saat pretest dan posttest. Selanjutnya data hasil penelitian dianalisisdengan menggunakan bantuan SPSS seri 21.0.Hasil penelitian sebagai berikut : (1)pemberian latihan ladder drill icky shuffle berpengaruh signifikan terhadap peningkatankelincahan dan kecepatan reaksi. (2) Pemberian latihan ladder drill hop scotchberpengaruh signifikan terhadap peningkatan kelincahan dan kecepatan reaksi.(3) Terdapatperbedaan pengaruh antara latihan ladder drill icky shuffle dan hop scotch terhadapkelincahan dan kecepatan reaksi.Perhitungan post hocmenyatakanbahwalatihanladder drillicky shuffle memberikanhasil yang lebihbaik (efektif) terhadapkelincahan. Namunlatihanladder drill hop scotch memberikanhasil yang lebihbaik (efektif) terhadapkecepatan reaksi.Berdasarkan analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa latihan ladder dril icky shuffledan hop scotch berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kelincahan dan kecepatanreaksi.
Kata kunci:Ladder Drill Icky Shuffle, Ladder Drill Hop Scotch, Kelincahan, KecepatanReaksi.
PENDAHULUANOlahraga mempunyai peranan
penting dalam kehidupan sehari-hari.Dengan berolahraga, maka organ dalamtubuh akan bekerja dan bergerak sehingga
83
akan membuat tubuh menjadi sehatjasmani maupun rohani dan disamping itusekaligus dapat meningkatkan prestasidalam bidang olahraga. Kemampuan untukmeningkatkan prestasi dalam bidangolahraga ini tidak terlepas dariperkembangan yang dicapai dalam bidangilmu keolahragaan, mulai dari pemilihancalon atlet sampai pada metode latihanyang dilakukan dengan berbagai alat bantuyang sederhana sampai dengan yangkompleks. Hal itu dilakukan guna untukmemperbaiki dan meningkatkan prestasiolahraga.Agar mendapatkan hasil prestasiyang maksimal dan sesuai dengan harapanyang diinginkan dapat dicapai melaluipembinaan dan latihan yang terarah sertadilakukan secara efektif dan efisien.Menurut Ambarukmi, dkk (2007: 2)bahwa untuk mencapai suatu prestasimaksimal diperlukan teori latihan yangdidukung dengan berbagai ilmu antaralain: filsafah, psikologi olahraga,biomekanika, sejarah, gizi olahraga,PPPK, pertumbuhan dan perkembangan,anatomi, fisiologi dan kecakapan melatih.
Latihan merupakan suatu prosesyang sistematis dari berlatih yangdilakukan secara berulang-ulang dengankian hari kian meningkat beban latihan danpada prinsip nya latihan merupakan suatuproses perubahan ke arah yang lebih baik,yaitu untuk meningkatkan: kualitas fisik,kemampuan fungsional peralatan tubuh,dan kualitas psikis anak latih (Mylsidayu,2014: 74),serta latihan adalah proses untukmeningkatkan atau mengembangkankemampuan dan keterampilan yangdimiliki oleh seorang atlet, yang manamempunyai tujuan dan target, yaitu untukmencapai suatu perubahan ke arah yanglebih baik dan tidak hanya untukkebugaran saja akan tetapi untukmenyempurnakan keterampilan yangdimiliki serta meningkatkan kualitas fisikatlet sehingga atlet dapat tampil denganbaik dalam setiap kegiatan-kegiatanolahraga termasuk pada saat mengikutipertandingan.
Menurut Lakshmikrishnan danSivakumar, (2013: 152) latihan adalahproses ilmiah berbasis pedagogisterorganisir, terencana, dan sistematis padakemampuan dan kesiapan kinerja denganbertujuan kesempurnaan olahraga danpeningkatan kinerja dalam kontekskompetisi olahraga. Ditambahkan lagi olehSukadiyanto dan Muluk, (2011: 6) bahwalatihan adalah penerapan dari suatuperencanaan untuk meningkatkankemampuan berolahraga yang berisikanmateri, teori, praktik, metode, dan aturanpelaksanaan sesuai dengan tujuan dansasaran yang akan dicapai. Kemudianditambahkan lagi oleh Roesdiyanto danBudiwanto, (2008: 17) Latihan adalahproses penyempurnaan kualitas atlet secarasadar untuk mencapai prestasi maksimaldengan diberi beban fisik dan mentalsecara teratur, terarah, bertahap,meningkat, dan berulang-ulang waktunya.Berdasarkan pendapat di atas dapatdisimpulkan bahwa latihan adalah proseskegiatan yang dilaksanakan secara teraturdan berualang-ulang serta mempunyaitujuan dan target untuk mencapai hasilyang maksimal, jadi apabila kita berlatihsecara terus menerus maka progres ataupeningkatan kita akan cepat terbentuk.Adapun piramida faktor dalam melakukanlatihan sebagai berikut:
Gambar 1.1. Piramida FaktorLatihan (Bompa dan Haff, 2009: 61)
Berdasarkan gambar tersebut, dapatdisimpulkan bahwa persiapan fisik danpersiapan teknik merupakan dasar dalammembangun prestasi, semakin fisikmaupun teknik bagus maka semakinmudah pula prestasi yang akan dicapainya.Seseorang perlu belajar teknik serta
84
menekankan pada persiapan taktik sertakejiwaan atau mental yang lebih matang,sehingga prestasi dalam cabang olahragayang diikuti dapat lebih ungguldibandingkan atlet lain.
Dalam melakukan suatu latihanterdapat kondisi fisik. Kondisi fisikmerupakan suatu komponen yang tidakdapat dipisahkan begitu saja, kondisi fisikyang prima akan menunjang berjalannyasuatu proses latihan. Sehingga pembinaankondisi fisik harus mendapat perhatianyang serius dan pembinaanya harusmenggunakan metode latihan yang baikdan benar.Kondisi fisik adalah suatukesatuan utuh dari komponen-komponenyang tidak dapat dipisahkan, baikpeningkatannya maupunpemeliharaanya.Latihan fisik bertujuanuntuk meningkatkan fungsi potensial yangdimiliki atlet dan mengembangkankemampuan komponen-komponenbiomotoriknya sehingga dapat dapatmencapai suatu tujuan. Latihan fisik yangteratur, sistematik, dan berkesinambunganyang dituangkan dalam suatu programlatihan, akan dapat meningkatkankemampuan fisik atlet. Setiap cabangolahraga memiliki sistem, strategi, danmetode latihan fisik yang berbeda untukmencapai dan meningkatkan fisik danprestasi olahraga.Perbedaan latihan fisikini dapat dilihat dari perbedaan gerakan-gerakan pada setiap cabang olahragatersebut.
Menurut Sukadiyanto dan Muluk,(2011: 57) bahwa komponen biomotorolahraga meliputi kekuatan, ketahanan,kecepatan, kordinasi, dan fleksibilitas.Adapun komponen-komponen yang lainyang merupakan perpaduan dari beberapakomponen sehingga membentuk satuperistilahan sendiri. Diantaranya, sepertipower merupakan gabungan dari kekuatandan kecepatan, kelincahan merupakangabungan dari kecepatan dan koordinasi.
Komponen kondisi fisik harusdimiliki oleh seorang atlet dalam upayamengoptimalkan kemampuannya, gunameraih prestasi maksimal. Unsur-unsur
gerak sangat diperlukan seperti: kekuatan,kelincahan, kecepatan, keseimbangan danpower. Masing-masing unsur fisik inisaling mendukung satu dengan yang lain,karena tidak akan menjadi koordinasi yangbaik apabila hanya memiliki satu unsurgerak saja. Dalam upaya meningkatkankondisi fisik, ada beberapa metode yangdapat diterapkan, dan metode latihan yangmengarah pada peningkatan kelincahan(agility) dan kecepatan reaksi.
Menurut Sporis, dkk (2010: 679)kelincahan (agility) adalah kemampuanseseorang untuk menjaga danmengendalikan posisi tubuh saat merubaharah dengan cepat. Hal ini senada jugadiungkapkan oleh Sucharitha dkk, (2014:755) kelincahan adalah kemampuan untukmempertahankan atau mengontrol posisitubuh saat berubah arah selamaserangkaian gerakan.Sehingga kelincahansangat penting untuk olahraga yangmembutuhkan kemampuan adaptasi yangtinggi terhadap perubahan-perubahansituasi dalam pertandingan.Adapunpengertian kecepatan reaksi menurutSukadiyanto dan Muluk, (2011: 117)adalah ada dua macam kecepatan, yaitukecepatan reaksi dan kecepatangerak.Kecepatan reaksi adalahkemampuan seseorang dalam menjawabsuatu rangsang dalam waktu sesingkatmungkin, sedangkan pengertian kecepatangerak adalah kemampuan seseorangmelakukan gerak atau serangkaian gerakdalam waktu secepat mungkin.Pendapatsenada seperti yang diungkapkan olehNurhasan, (2011: 17) bahwa kecepatanreaksi berkaitan dengan waktu yangdiperlukan, dari saat diterimanya stimulusatau rangsangan, sampai awal munculnyarespon atau reaksi.Stimulus yang diterimadapat melalui organ penglihatan,pendengaran, gabungan keduanya, dansentuhan (kinestetik).
Melihat unsur kondisi fisiktersebut, kelincahan (agility) dankecepatan reaksi merupakan unsur kondisifisik yang diperlukan di dalam banyakcabang olahraga (Paul Gamble,
85
2012).Misalnya cabang olahragasepakbola, pencak silat, futsal, dan atletik,disamping itu kelincahan dan kecepatanreaksi ini mempunyai peranan yang sangatpenting untuk meningkatkan prestasidalam bidang olahraga.
Dalam beberapa tahun terakhir initelah dikembangkan suatu metode latihanyang sangat menyenangkan denganmenggunakan alat yangmenyerupai tanggadan berfungsi untuk mengajarkanketerampilan gerakan yang dikenal denganistilah ladder drill, yaitu suatu bentuklatihan ladder yang sangat diperlukanuntuk meningkatkan kecepatan kaki,kelincahan, waktu dan koordinasi untukatlet, disamping itu ladder kelincahan inisangat populer untuk pelatih mencari carauntuk meningkatkan kecepatan,koordinasi, keseimbangan, dan kelincahanpada atlet (Syairulniza, Nurhani, dan LimBoon 2015: 18-19).
Menurut Dhanaraj, (2014) bahwa“ladder training will improve our speed,coordination, timing and balance and alsoit will set our calves on fire”. Artinya,bahwa latihan dengan tangga akanmeningkatkan kecepatan, koordinasi,ketepatan dan keseimbangan dan jugadapat melatih betis kita. Ditambahkan olehJay Dawes dan Mark Roozen, (2012:65)Pelatih pada umumnya menggunakanladder drill untuk membantu atletmengembangkan kelincahan, kontroltubuh, dan kesadaran dalam bergerak, sertameningkatkan keterampilan dasar dalambergerak. Kebanyakan ladder drill terbuatdari plastik yang melekat pada tali nilonuntuk membentuk sebuah kotak. Biasanya,kotak ditentukan sekitar 12 sampai 18 inci(30-46 cm).Agility ladder (tanggakelincahan) bukan hanya alat yangdigunakan untuk mengembangkankecepatan kaki, ketika digunakan dalamberbagai cara, agility ladder menjadi alatyang multiguna yang fantastis yaitu jugasebagai alat untuk meningkatkankelincahan dan kecepatan reaksi.
Dalam melakukan latihankelincahan dan kecepatan reaksi variasi
latihan sangat banyak dan beragam, akantetapi dalam penelitian ini hanyadigunakan dua bentuk latihan darikomponen kondisi fisik tersebut yaitulatihan ladder drill icky shuffle dan hopscotch. Menurut Brown dan Feriggno,(2005: 82) bahwa latihan icky shufflemerupakan latihan yang dapatmeningkatkan kelincahan, koordinasi, danmeningkatkan tubuh bagian bawah seperti:otot tungkai. Adapun pengertian latihanhop scotch menurut Brown dan Feriggno,(2005: 150)merupakan latihan yang dapatmeningkatkan antara ketangkasan danreaksi. Disamping itu latihan hop scotchjuga dapat meningkatkan kekuatan elastispada pergelangan kaki.
Berdasarkan latar belakang tersebutpeneliti ingin memberikan alternatiflatihan untuk meningkatkan kondisi fisiksecara khusus dalam meningkatkankomponen kondisi fisik kelincahan dankecepatan reaksi pada mahasiswa putrasemester IV Jurusan PendidikanKepelatihan Olahraga, Fakultas KeguruanIlmu Pendidikan.Universitas PGRI AdiBuana Surabaya Tahun Ajaran 2015/2016.Sehingga peneliti tertarik melakukanpenelitian dengan judul “Pengaruh Ladderdrill Icky ShuffledanHop Scotch TerhadapPeningkatan Kelincahan dan KecepatanReaksi”.
KAJIAN PUSTAKADi dalam sebuah latihan terdapat
suatu tujuan yang menjadi target dalamsuatu pertandingan maupun perlombaan.Latihan menurut Lakshmikrishnan danSivakumar, (2013: 152) adalah prosesilmiah berbasis pedagogis terorganisir,terencana dan sistematis pada kemampuandan kesiapan kinerja dengan bertujuanuntuk kesempurnaan olahraga danpeningkatan kinerja dalam kontekskompetisi olahraga. Pada prinsipnyalatihan merupakan suatu proses perubahanarah yang lebih baik yaitu untukmeningkatkan kualitas fisik, kemampuanfungsional peralatan tubuh, dan kualitaspsikis atlet. Nagarajan, Damodhran dan
86
Praven, (2013: 149) menjelaskan latihanadalah bentuk dasar penyusunanolahragawan melalui proses yangsistematis, hingga jangka waktu yangpanjang dengan didasarkan dandilaksanakan pada fakta-fakta ilmiah.Begitu juga pendapatAmbarukmi, dkk.(2007: 1) latihan adalah prosespenyempurnaan berolahraga melaluipendekatan ilmiah, khususnya prinsip-prinsip pendidikan, secara teratur danterencana sehingga mempertinggikemampuan dan kesiapan olahragawan.Jadi pada prinsipnya latihan merupakansuatu proses perubahan ke arah yang lebihbaik yaitu meningkatkan kualitas fisik danmemiliki suatu tujuan.
Latihan atau training adalahpenerapan dari suatu perencanaan untukmeningkatkan kemampuan berolahragayang berisikan materi teori dan praktek,metode, dan aturan pelaksanaan sesuaidengan tujuan dan sasaran yang akandicapai (Sukadiyanto dan Muluk 2011:6).Ditambahkan oleh Roesdiyanto danBudiwanto, (2008: 16) “latihan merupakansuatu kegiatan yang sistematis dalamwaktu yang panjang, ditingkatkan secarabertahap dan perorangan, yang bertujuanmembentuk manusia yang berfungsifisiologis dan psikologisnya untukmemenuhi tuntutan tugas”. Dengandemikian latihan adalah suatu prosesterencana yang dipraktekkan berdasarkanpada sebuah teori dan metode yang baikdan tepat dengan proses waktu yang cukuppanjang dan terarah dan dilakukan secarabertahap untuk membentuk fisik, teknik,taktik, dan mental sehingga tercapai suatuhasil yang baik dan maksimal.
Dalam proses latihan, kondisi fisikmerupakan faktor yang sangat pentingdalam melakukan aktivitas fisik yangberlangsung cukup lama dalampeningkatan sebuah prestasi dankeberhasilan latihan sangat tergantung darikualitas latihan yang diberikan dandilaksanakan.Latihan kondisi fisikmemegang peranan yang sangat pentingdalam program latihan atlet, terutama atlet
pertandingan.Istilah latihan kondisi fisikmengacu kepada suatu program latihanyang dilakukan secara sistematis,berencana, dan progresif, yang tujuannyaadalah untuk meningkatkan kemampuanfungsional dari seluruh sistem tubuh agardengan demikian prestasi atlet semakinmeningkat.Program latihan kondisi fisiktersebut haruslah disusun secara teliti sertadilaksanakan secara cermat dan denganpenuh disiplin.
Kelincahan merupakan salah satukomponen kesegaran jasmani yang sangatdiperlukan pada semua aktivitas yangmembutuhkan kecepatan perubahan posisidan bagian-bagiannya.Di samping itu,kelincahan merupakan prasyarat untukmempelajari dan memperbaikiketerampilan gerak dan teknik olahraga,terutama gerakan-gerakan yangmembutuhkan koordinasi gerak.Lebihlanjut, kelincahan sangat penting untukjenis olahraga yang membutuhkankemampuan adaptasi yang tinggi terhadapperubahan-perubahan situasi dalampertandingan, (Fenanlampir, A dan Muhyi,2015: 150).Pernyataan tersebut sependapatdengan (Sporis dkk, 2010: 679) kelincahan(agility) adalah kemampuan seseoranguntuk menjaga dan mengendalikan posisitubuh saat merubah arah dengan cepat.Halini senada juga diungkapkan olehSucharitha dkk, (2014: 755), kelincahanadalah kemampuan untukmempertahankan atau mengontrol posisitubuh saat berubah arah selamaserangkaian gerakan.
Di dalam cabang olahragakecepatan merupakan salah satukomponen dasar biomotor yang diperlukandalam setiap cabang olahraga.Setiapaktivitas olahraga baik yang bersifatpermainan, perlombaan, maupunpertandingan selalu memerlukankomponen biomotor kecepatan.Untuk itukecepatan merupakan salah satu unsurbiomotor dasar yang harus dilatihkandalam upaya mendukung pencapaianprestasi olahragawan.MenurutSukadiyanto dan Muluk, (2011: 116)
87
Kecepatan adalah kemampuan otot atausekelompok otot untuk menjawabrangsangan dalam waktu secepat(sesingkat) mungkin.Senada denganpendapat dari Nicholas Ratamess, (2012:13) bahwa kecepatan adalah kemampuanseseorang individu untuk melakukanketerampilan motorik dengan secepatmungkin.Kecepatan sebagai hasilperpaduan dari panjang ayunan tungkaidan jumlah langkah.Di mana gerakanpanjang ayunan dan jumlah langkahmerupakan serangkaian gerak yangsinkron dan kompleks dari sistemneuromuskuler.
Secara umum kecepatanmengandung pengertian kemampuanseseorang untuk melakukan gerak atauserangkaian gerak secepat mungkinsebagai jawaban terhadaprangsang.Menurut Sukadiyanto danMuluk, (2011: 117) ada dua macamkecepatan, yaitu kecepatan reaksi dankecepatan gerak.Kecepatan reaksi adalahkemampuan seseorang dalam menjawabsuatu rangsang dalam waktu sesingkatmungkin, sedangkan pengertian kecepatangerak adalah kemampuan seseorangmelakukan gerak atau serangkaian gerakdalam waktu secepat mungkin.Ditambahkan oleh Sudirham, (2015: 17)kecepatan reaksi berasal dari kata “kecepatan dan reaksi” kecepatanmerupakan sejumlah gerakan per waktu,sedangkan reaksi merupakan kegiatan(aksi) yang timbul karena suatuperintah/suatu peristiwa. Dari penjabarantersebut maka kecepatan reaksi adalahgerakan yang dilakukan tubuh untukmenjawab secepat mungkin sesaat setelahmendapatkan suatu respon/peristiwa dalamsatuan waktu.Pendapat senada seperti yangdiungkapkan oleh Nurhasan, (2011: 17)bahwa kecepatan reaksi berkaitan denganwaktu yang diperlukan, dari saatditerimanya stimulus atau rangsangan,sampai awal munculnya respon ataureaksi.Stimulus yang diterima dapatmelalui organ penglihatan, pendengaran,
gabungan keduanya, dan sentuhan(kinestetik).
Pelatih pada umumnyamenggunakan ladder driil untukmembantu atlet mengembangkankelincahan, kontrol tubuh, dan kesadarandalam bergerak, serta meningkatkanketerampilan dasar dalam bergerak.(JayDewes dan Mark Roozen, 2012: 65)Menyatakan bahwa latihan ladder drilladalah suatu bentuk latihan ladder yangsangat diperlukan untuk meningkatkankecepatan kaki, kelincahan, waktu dankoordinasi untuk atlet, disamping ituladder ini sangat populer untuk pelatihmencari cara untuk meningkatkankecepatan, koordinasi, keseimbangan, dankelincahan pada atletnya (Syairulniza,Nurhani dan Lim Boon, 2015: 18-19).
METODE PENELITIANJenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini jenis kuantitatifdengan metode quasi eksperimen(ekspermen semu).Rancangan penelitianmenggunakanNon-Randomize ControlGroup Pretest-Posttest Design(Maksum,2012: 100).
Kelompok Pretest Treatment Postest
E1 T11 X1 T21
E2 T12 X2 T22
K T13 - T23
(Maksum, 2012: 100)
Keterangan:T11 : Pretest kelompok eksperimen 1
(lari berkelok “Z”dan whole bodyreaction).T12 : Pretest kelompok eksperimen 2
(lari berkelok “Z” dan whole bodyreaction).T13 : Pretest kelompokkontrol (lari
berkelok “Z” dan whole bodyreaction).
X1 : Treatmentkelompokeksperimen 1ladder drill icky shuffle
88
X2 : Treatmentkelompokeksperimen 2ladder drill hop scotch
- : Latihan KonvensionalT21 : Posttest kelompokeksperimen 1
(lari berkelok Z dan whole bodyreaction).T22 : Post test kelompok eksperimen 2
(lari berkelok Z dan whole bodyreaction).T23 : Posttest kelompok control (lari
berkelok “Z” dan whole bodyreaction).
Populasi dan Sampel PenelitianPopulasi
Populasi dalam penelitian iniadalah mahasiswa putra semester IVjurusan Pendidikan Kepelatihan OlahragaFakultas Keguruan Ilmu PendidikanUniversitas Adi Buana Surabaya, yangberjumlah 134 mahasiswa putra. Untukmenjadi populasi dalam penelitian iniadalah mahasiswa yang memilikikarakteristik sebagai berikut:4. Terdaftar sebagai mahasiswa semester
IV PKO Fakultas Keguruan IlmuPendidikan Universitas Adi BuanaSurabaya.
5. Berjenis kelamin laki - laki.6. Memiliki usia 19 - 22 tahun.
SampelSampel adalah wakil dari populasi
yang memiliki karateristik dari populasitersebut dan dijadikan pusat perhatiandalam ruang lingkup serta waktu yangtelah ditentukan. Menurut Maksum, (2012:62), merekomendasikan angka 30 sebagaijumlah minimal sampel dalam penelitianeksperimen. Dari hasil ketentuan tersebutmaka peneliti merencanakan pengambilansampel sebanyak 33 orang dari jumlahkeseluruhan populasi sebanyak 134 orang,dengan menggunakan teknik simplerandom sampling dengan cara pengundian.
Kemudian dilakukan pre-test untukmengetahui kemampuan awal kelincahandan kecepatan reaksi. Tes kelincahanmenggunakan tes lari berkelok “Z” dan
kecepatan reaksi menggunakan wholebody reaction. Kemudian subjek dibentukmenjadi tiga kelompok denganmenggunakan teknik Ordinal pairingyangdisesuaikan berdasarkan hasil pretest,dengan jumlah masing-masing kelompoksebanyak 11 orang.Instrumen Penelitian3. Pengukuran Kelincahan menggunakan
Lari Berkelok Z4. Pengukuran Kecepatan Reaksi
menggunakan Whole Body ReactionTeknik Analisis DataSesuai dengan hipotesis dan jenispenelitian yang digunakan dalampenelitian ini, maka analisis statistik yangdigunakan adalah uji-t paired sample testdan Analisis of Variance (Anova) dengantaraf signifikansi 5% menggunakanprogram Statistical Product and ServiceSolution (SPSS) 21.0. Untuk mengetahuipengaruh Ladder Drill Icky Shuffle danHop Scotch terhadap peningkatanKelincahan dan Kecepatan Reaksi.HASIL PENELITIAN
Pada deskripsi hasil penelitian inimembahas tentang rerata dan standardeviasi yang diperoleh dari hasil tes yangdilakukan pada masing-masing kelompokdihitung berdasarkan kelompok dan jenislatihan yang diterapkan.Analisis3. Data hasilLadder Drill Icky Shuffle
Berdasarkan hasil pengukurandalam gambar di atas, pada kelompok 1dapat dilihat bahwa terdapat sebuah
89
peningkatan nilai rerata antara pretest danposttest pada variabel dependent. Hal inidapat dilihat dari nilai rerata pretest dannilai rerata posttest. Dimana dapat dilihatbahwa nilai rerata untuk kelincahan hasilpengukuran pretest (64,26 dtk) ini terlihatlebih kecil dibanding dengan hasilpengukuran posttest(57,08 dtk), sedangkanpada kecepatan reaksi dari hasilpengukuran posttest (2,38 dtk), ini terlihatlebih tinggi dibanding dengan hasilpengkuan pretest (3,36 dtk). Hasil tersebutdapat diambil sebuah kesimpulan bahwadalam pemberian treatment padakelompok 1 dapat meningkatkankelincahan dan kecepatan reaksi. Denganadanya selisih dari rerata tersebutmenunjukan adanya peningkatan setelahdiberikan perlakuan selama delapanminggu latihan dengan frekuensi tiga kaliseminggu.4. Data hasilHop Scotch
Berdasarkan hasil pengukurandalam gambar di atas, pada kelompokII dapat dilihat bahwa terdapat sebuahpeningkatan nilai rerata antara pretestdan posttest pada variabel dependent.Hal ini dapat dilihat dari nilai reratapretest dan nilai rerata posttest. Dimanadapat dilihat bahwa nilai rerata untukkelincahan hasil pengukuran pretest(64,56 dtk) ini terlihat lebih kecildibanding dengan hasil pengukuranposttest(58,48 dtk), sedangkan pada
kecepatan reaksi dari hasil pengukuranposttest (2,04 dtk), ini terlihat lebihtinggi dibanding dengan hasil pengkuanpretest (3,16 dtk). Hasil tersebut dapatdiambil sebuah kesimpulan bahwadalam pemberian treatment padakelompok II dapat meningkatkankelincahan dan kecepatan reaksi.Dengan adanya selisih dari reratatersebut menunjukan adanyapeningkatan setelah diberikanperlakuan selama delapan minggulatihan dengan frekuensi tiga kaliseminggu.
Pengujian Hipotesis
Untuk menjawab hipotesis yangtelah diajukan, maka uji analisis yangdipergunakan dalam penelitian ini adalahuji beda rerata (uji beda mean) denganmenggunakan analisis uji-t paired t-test.Nilai yang digunakan dalam penghitunganuji-t paired t-test adalah nilai pretest danposttest dari masing-masing kelompok(kelompok I, kelompok II, dan kelompokIII), dengan penyajian datanya hasilperhitungan uji-t paired t-test adalahsebagai berikut:
Hasil Uji Beda Rerata SampelBerpasangan Kelincahan
Kelincahan Mean
Sig.(2-
tailed)
Keterangan
Kelompok I
Pre-test
5,14180,000 Signifikan
Post-test
5,1891
Kelompok II
Pre-test
5,86910,000 Signifikan
Post-test
5,3164
Kelompok III
Pre-test
5,83640,629
TidakSignifikanPost
-test5,8245
Berdasarkan tabel di atas hasilperhitungan uji beda rerata sampelberpasangan menggunakan uji-t paired t-test sebagai berikut:3) Kelompok I (Ladder Drill Icky Shuffle)
Hasil perhitungan uji-t paired t-test pada pemberian latihan ladder drillicky shuffle dengan melihat nilai Sig.(2-tailed) 0,000, maka dapat
90
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Haditerima karena nilai sig. 0,000 < nilai α= 0,05. Dengan kata lain terdapatpengaruh yang signifikan daripemberian latihan ladder drill ickyshuffle terhadap kelincahan padamahasiswa putra semester IVPendidikan Kepelatihan OlahragaUNIPA Surabaya.
4) Kelompok II (Ladder Drill Hop Scotch)Hasil perhitungan uji-t paired t-
test pada pemberian latihan ladder drillhop scotch dengan melihat nilai Sig. (2-tailed) 0,000, maka dapat disimpulkanbahwa Ho ditolak dan Ha diterimakarena nilai sig. 0,000 < nilai α = 0,05.Dengan kata lain terdapat pengaruhyang signifikan dari pemberian latihanladder drill hop scotchterhadapkelincahan pada mahasiswa putrasemester IV Pendidikan KepelatihanOlahraga UNIPA Surabaya.
Hasil Uji Beda Rerata SampelBerpasangan Kecepatan Reaksi
KecepatanReaksi Mean
Sig.(2-
tailed)
Keterangan
Kelompok I
Pre-test
0,30550,000 Signifikan
Post-test
0,2164
Kelompok II
Pre-test
0,28730,000 Signifikan
Post-test
0,1856
Kelompok III
Pre-test
0,29090,172
TidakSignifikanPost
-test0,2727
Berdasarkan tabel di atas hasilperhitungan uji beda rerata sampelberpasangan menggunakan uji-t paired t-test sebagai berikut:3) Kelompok I (Ladder Drill Icky Shuffle)
Hasil perhitungan uji-t paired t-test pada pemberian latihan ladder drillicky shuffle dengan melihat nilai Sig.(2-tailed) 0,000, maka dapatdisimpulkan bahwa Ho ditolak dan Haditerima karena nilai sig. 0,000 < nilai α= 0,05. Dengan kata lain terdapatpengaruh yang signifikan daripemberian latihan ladder drill icky
shuffle terhadap kecepatan reaksi padamahasiswa putra semester IVPendidikan Kepelatihan OlahragaUNIPA Surabaya.
4) Kelompok II (Ladder Drill Hop Scotch)Hasil perhitungan uji-t paired t-
test pada pemberian latihan ladder drillhop scotch dengan melihat nilai Sig. (2-tailed) 0,000, maka dapat disimpulkanbahwa Ho ditolak dan Ha diterimakarena nilai sig. 0,000 < nilai α = 0,05.Dengan kata lain terdapat pengaruhyang signifikan dari pemberian latihanladder drill hop scotchterhadapkecepatan reaksi pada mahasiswa putrasemester IV Pendidikan KepelatihanOlahraga UNIPA Surabaya.3. Uji Beda Rerata antar Kelompok
(Anova)
Sumber
Variasi
Df
Fhitun
gKelincahan
Fhitun
gKecepatanReak
si
Sig.
Sig.
Keterangan
AntarKelompok
2
115,327
35,239
0,000
0,000
Signifika
n
Dalam
Kelompok
30
Total 32
Berdasarkan tabel 4.9 di atas hasilperhitungan uji beda antar kelompokmenggunakan One Way Anova dapatdisimpulkan bahwa terdapat hasil reratayang beda antar kelompok, karena hasilperhitungan menunjukkan nilai Sig. 0,000< nilai α = 0,05 dan nilai Sig. 0,000 < nilaiα = 0,05, maka dapat dikatakan bahwa Hoditolak dan Ha diterima. Dengan kata lainbahwa terdapat perbedaan yang signifikanantara hasil latihan kelompok ladder drillicky shuffle, kelompok ladder drill hopscotch, dan kelompok kontrol terhadapkelincahan dan kecepatan reaksi. Denganadanya perbedaan hasil rerata, makaperhitungan akan dilanjutkan denganmenggunakan Post Hoc Test.4. Perhitungan Post Hoc Test
Hasil Perhitungan Post Hoc TestKelincahan
91
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kelincahan
(I)Kelom
pokLatiha
n
(J)Kelom
pokLatiha
n
MeanDifference(I-J)
Std.Error
Sig.
LSD
IckyShuffl
e
HopScotch
0,10000
0,04541
0,035
Kontrol
0,64091
0,04541
0,000
HopScotch
IckyShuffl
e
-0,1000
0
0,04541
0,035
Kontrol
0,54091
0,04541
0,000
Kontrol
IckyShuffl
e
-0,6409
1
0,04541
0,000
HopScotch
-0,5409
1
0,04541
0,000
Berdasarkan hasil perhitungan tabeldi atas dapat diinterpretasikan sebagaiberikut:4) Kelompok ladder drill icky shuffle
dan hop scotch mempunyai nilai sig.0,035< nilai α = 0,05 berarti H0
ditolak dan H1 diterima berarti adaperbedaan yang signifikan antarakedua kelompok yaitu sebesar0,10000
5) Kelompok ladder drill icky shuffledan kontrol mempunyai nilai sig.0,000 < nilai α = 0,05 berarti H0
ditolak dan H1 diterima berarti adaperbedaan yang signifikan yaitusebesar 0,64091
6) Kelompok ladder drillhopscotchdan kontrol mempunyai nilaisig. 0,000 < nilai α = 0,05 berarti H0
ditolak dan H1 diterima berarti adaperbedaan yang signifikan yaitusebesar 0,54091
Hasil Perhitungan Post Hoc TestKecepatan Reaksi
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kecepatan Reaksi
(I)Kelom
pokLatiha
n
(J)Kelom
pokLatiha
n
MeanDifferen
ce(I-J)
Std.Error
Sig.
LSD
IckyShuffl
HopScotch
-0,01273
0,01074 0,245
e Kontrol
0,07091 0,01074 0,000
HopScotch
IckyShuffl
e0,01273 0,01074 0,245
Kontrol
0,08364 0,01074 0,000
Kontrol
IckyShuffl
e
-0,07091
0,01074 0,000
HopScotch
-0,08364
0,01074 0,000
Berdasarkan hasil perhitungantabeldi atas dapat diinterpretasikan sebagaiberikut:4) Kelompok ladder drill icky shuffle
dan hop scotchmempunyai nilai sig.0,245 > nilai α 0,05 berarti H0
diterima dan H1 ditolak berarti tidakada perbedaan yang signifikan antarakedua kelompok yaitu sebesar -0,01273
5) Kelompok ladder drill icky shuffledan kontrol mempunyai nilai sig.0,000 < nilai α = 0,05 berarti H0
ditolak dan H1 diterima berarti adaperbedaan yang signifikan yaitusebesar 0,07091
6) Kelompok ladder drillhop scotchdankontrol mempunyai nilai sig.0,000<nilai α = 0,05 berarti H0 ditolakdan H1 diterima, berarti adaperbedaan yang signifikan yaitusebesar 0,08364
PEMBAHASAN PENELITIAND. Latihan Kelompok Eksperimen I
(Ladder Drill Icky Shuffle)Dari perhitungan ‘mean’ didapatkan bahwa
hasil rerata kelincahan setelah menerimapemberian latihan ladder drill icky shufflemeningkat. Hal ini sependapat dengan Browndan Feriggno, (2005: 82) bahwa latihan ickyshufflemerupakan latihan yang dapatmeningkatkan kelincahan, koordinasi, danmeningkatkan tubuh bagian bawah seperti:otot tungkai. Setelah dilakukan uji signifikansiternyata hasilnya adalah signifikan. Hal inidapat dikatakan bahwa pemberian latihanladder drill icky shufflebenar-benarberpengaruh positif terhadap peningkatankelincahan. Latihan ladder drill icky shuffleini
92
dilakukan dengan cara melewati ladder drillyang sudah tersusun, dimana pola gerakanladder drill icky shuffledimulai dengan keduakaki ditempatkan disisi kiri tangga, kemudianlangkahkan kesamping dengan kaki kanan dantempatkan di dalam kotak (ladder) pertama,selanjutnya langkahkan kesamping dengankaki kanan ke sisi kanan tangga kemudianmajukan kaki kiri ke ruang kotak (ladder)berikut nya dalam tangga, ulangi pola inihingga selesai (Brown dan Feriggno, 2005:82). Pola gerakan latihan tersebutmemberikan bukti nyata bahwa latihan ladderdrill icky shuffle merupakan salah satu bentuklatihan dengan fokus peningkatan kelincahandan kecepatan reaksi padamahasiswa putrasemester IV Pendidikan Kepelatihan Olahraga,Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.
E. Latihan Kelompok Eksperimen 2(Ladder Drill Hop Scotch)Dari perhitungan ‘mean’ didapatkan bahwa
hasil rerata kecepatan reaksi setelahmenerima pemberian latihan ladder drill hopscotch meningkat. Hal ini sependapat denganBrown dan Feriggno, (2005: 150) bahwalatihan hop scotch merupakan latihan yangdapat meningkatkan antara ketangkasan danreaksi. Setelah dilakukan uji signifikansiternyata hasilnya adalah signifikan. Hal inidapat dikatakan bahwa pemberian latihanladder drill hop scotch benar-benarberpengaruh positif terhadap peningkatankecepatan reaksi. Latihan ladder drill hopscotch ini dilakukan dengan cara melewatiladder drill yang sudah tersusun, dimana polagerakan ladder drill hop scotchdimulai satukaki di setiap sisi tangga, langsung melompatdengan kedua kaki ke dalam kotak (ladder)pertama kemudian ke ruang kotak (ladder)berikutnya dengan kaki terbuka lebar sehinggamasing-masing kaki mendarat di luar tangga,,ulangi pola ini hingga selesai (Brown danFeriggno, 2005: 150). Pola gerakan latihantersebut memberikan bukti nyata bahwalatihan ladder drill hop scotchmerupakan salahsatu bentuk latihan dengan fokus peningkatankelincahan dan kecepatan reaksipadamahasiswa putra semester IV PendidikanKepelatihan Olahraga, Universitas PGRI AdiBuana Surabaya.
F. Perbedaan Pengaruh Ladder Drill IckyShuffle dan Hop ScotchPengaruh latihan ladder drill icky shuffle ,
ladder dril hop scotch dan kontrol memilikiperbedaan pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan kelincahan dan kecepatan reaksi.Pengaruh latihan ladder drill ickyshufflememberikan hasil yang lebih baik daripada pemberian latihan latihan ladderdrill hopscotchterhadap kelincahan pada mahasiswaputra semester IV Pendidikan kepelatihanolahraga, Universitas PGRI Adi BuanaSurabaya, namun pengaruh latihanladder drillhop scotchmemberikan hasil yang lebih baikdari pada pemberian latihanladder drill ickyshuffle terhadap kecepatan reaksi padamahasiswa putra semester IV PendidikanKepelatihan Olahraga. Hal ini dapat dilihat dariproses latihanladder drill icky shuffledilakukandengan memindahkan kaki kanan kesampingladder dan kaki kiri ditaruh di depan kotakladder sehingga gerakannya seperti lari zig-zag (Brown dan Feriggno,2005:82).Sedangkan pada gerakan latihan ladderdrill hop scotch dilakukan dengan melompatkedepan dengan kedua kaki membuka danmenutup secara bergantian (Brown danFeriggno,2005:150). Dari hasil uji signifikansimenggunakan post hoc test menyatakanbahwa ada perbedaan pengaruh signifikan darihasil pemberian latihan ladder drill icky shuffledan hop scotch terhadap kelincahan dankecepatan reaksi pada mahasiswa putrasemester IV Pendidikan Kepelatihan OlahragaUniversitas PGRI Adi Buana Surabaya. Hal inisenada dengan yang dikatakan oleh Meng. H.C & Lee. J. L. F, (2014: 69) bahwa latihanladder drill dapat meningkatkan pengaruhkondisi fisik untuk kecepatan dan kelincahan,latihan ini juga meningkatkan koordinasimotorik, percepatan, keseimbangan, danreaksi
Dengan hasil penelitian ini dapatdisimpulkan bahwa latihan ladder drill ickyshuffle lebih baik dalam meningkatkankelincahan, sedangkan untuk peningkatankecepatan reaksi latihanladder drill hopscotch lebih baik dari pada latihanladderdrill icky shufflepada mahasiswa putrasemester IV Pendidikan KepelatihanOlahraga Universitas PGRI Adi BuanaSurabaya.
SIMPULAN
C. SimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah diuraikan pada babsebelumnya, maka dapat dikemukakansimpulan penelitian sebagai berikut:
93
4. Terdapat pengaruh yang signifikanlatihanladder drill icky shuffleterhadap kelincahan dan kecepatanreaksi.
5. Terdapat pengaruh yang signifikanlatihanladder drill hop scotch terhadapkelincahan dan kecepatan reaksi.
6. Terdapat perbedaan pengaruh yangsignifikan antara ladder drill ickyshuffle danladder drill hopscotchterhadapkelincahan,tetapilatihanladder drill icky shuffledanladder drill hopscotchtidakterdapatperbedaanpengaruhterhadapkecepatan reaksi.
D. SaranBerdasarkan hasil penelitian ini,
maka peneliti menyampaikan saran-saran,kepada para atlet, pelatih dan parailmuwan pelatihan, sebagai berikut:4. Para atlet dan pelatih sebaiknya
menerapkan program latihan ladderdrill icky shufflekarena telah terbuktimemberikan hasil yang lebih baikdaripada program latihan ladder drillhop scotchterhadap peningkatankelincahan dan menerapkan programlatihan ladder drill hop scotchjikaingin meningkatkan kecepatan reaksikarena latihan ladder drill hopscotchtelah terbukti memberikan hasilyang lebih baik dari pada programlatihan ladder drill icky shuffleterhadap peningkatan kecepatan reaksi.
5. Penelitian mendatang untuk programlatihan ladder drill hop scotchladderdrill icky shuffle perlu diterapkan padasubjek yang berbeda (seperti: wanita,anak-anak, orang tua, atlet menengahdan terlatih).
6. Pemberian program latihan harusmemperhatikan prinsip-prinsip sesuaidengan karakteristik dan tingkatanterutama dalam penentuan set danrepetisi agar tercapai hasil yangmaksimal tanpa mengalamiovertraining.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarukmi, D.H., Pasumey, P., Sidik,D.Z., Irianto, J.P., Dewanti,R.A., Sunyoto., Sulistiyanto,D. Dan Harahap, Y. (2007).“Pelatihan Fisik Level1”.Jakarta : ASDPPengembangan Tenaga danPembina KeolahragaanDeputi Bidang PeningkatanPrestasi dan IPTEK OlahragaKementrian Pemuda danOlahraga.
Bal Baljinder Singh., Parminder JeetKaur., Davinder Singh.(2011). “Effects Of A ShortTerm Plyometric TrainingProgram Of Agility In YoungBasketball Players”.Brazilian Journal ofBiomotricity.Vol. 5.Num. 4.
Brown Lee & Vance A. Feriggno. (2005).“Training for Speed, Agilityand Quickness”. Australia:Human Kinetics.
Bompa, T.O. & Haff, G.(2009).“Periodization TheoryAnd Methology Of Training(Fifth edition)”.United State ofAmerica: Human Kinetics.
Dhanaraj, S. (2014). “Effects Of LadderTraining On Selected MotorFitnes Variables AmongHandball Players”.International Journal ofScientific Research.Vol. 3.
Fenanlampir, A dan Muhyi. (2015). “Tes&Pengukuran Dalam Olahraga”.
Yogyakarta: Cv Andi Offset.Haghighi, Asghar., Moghadasi, Mehrzad.,
Nikseresht, Asghar., Torkfar,Ahmad., Haghighi, Mustofa.,(2012). “Effects OfPlyometric Versus ResistanceTraining On Sprint And SkillPerfomance In Young SoccerPlayers”.European Journalof Experimental Biology,2(6): 2348-2351.
94
Hartono, S. (2007).“Anatomi Dasar danKinesiologi”. Surabaya:Unesa University Press.
https://www.google.com/search?q=gambar+ladder+drill+icky+shuffle.Di unduh tanggal 19Nopember 2015.
https://www.google.com/?gws_rd=ssl#q=gamabar+whole+body+reaction.Di unduh tanggal 19Nopember 2015.
http://en.wikipedia.org/wiki/File:Sartorius.png. Di unduh tanggal 22Januari 2016.
http://medicina.ronnie.cz/c-1862-svaly-stehna-medialni-skupina.html.Di unduh tanggal 22 Januari2016.
http://medicina.ronnie.cz/c-1449-svaly-stehna.html. Di unduh tanggal22 Januari 2016.
http://en.wikipedia.org/wiki/Gluteus_maximus_muscle. Di unduh tanggal22 januari 2016.
http://de.wikipedia.org/wiki/Musculus_vastus_lateralis. Di unduh tanggal23 Januari 2016.
http://de.wikipedia.org/wiki/Musculus_vastus_medialis. Di unduh tanggal23 Januari 2016.
http://scioly.org/wiki/index.php/Anatomy/Muscle_List. Di unduh tanggal23 Januari 2016.
http://medicina.ronnie.cz/c-2037-svaly-berce-dorsalni-strana.html. Diunduh tanggal 23 Januari2016.
http://medicina.ronnie.cz/c-2017-svaly-berce-ventralni-lateralni-strana.html. Di unduh tanggal23 Januari 2016.
https://www.kenhub.com/de/atlas/musculus-extensor-hallucis-longus. Diunduh tanggal 23 Januari2016.
http://en.wikipedia.org/wiki/Flexor_hallucis_longus_muscle. Di unduhtanggal 23 Januari 2016.
Ismaryati.(2008). “Tes & PengukuranOlahraga”. Surakarta:Universitas Sebelas MaretSurakarta.
Jay Dawes & Mark Roozen.(2012).“Developing Agility andQuickness”.National Strengthand Conditioning Association:Human Kinetics.
Kusnanik, N. W., Nasution, J., & Hartono,S. (2011). “Dasar-dasarFisiologi Olahraga”.Surabaya: UNESA UniversityPress.
King, Melissa. 2007. Power System.http://power-system.com.htmldiunduh padatanggal 24 Oktober 2015.
Lakshmikrishnan, R dan Sivakumar, K.(2013). “Effect Of WeightTraining And PlyiometricTraining On StrengthEndurance And LegStrength”.InternationalJournal Of Health, PhysicalEndurance And ComputerScience In Sport. Vol. 11.No.1. pp. 152-153.
Lubis Johansyah. (2013). “PanduanPraktis Penyusunan ProgramLatihan”.PT RajagrafindoPersada.
Maksum, A. (2012). “MetodologiPenelitian dalam Olahraga”.Surabaya: Unesa UniversityPress.
Meng, H. C., dan Lee, J. L. F. (2014).“Effects Of Agility Drill OnDyanamic Balance OfChildren”. Malaysia Journalof Sports Science andPhysical Education. NSSI:2232-1926.
Mylsidayu Apta. (2014). “IlmuKepelatihan”. Bekasi Kota:Percetakan ST. Jl. VeteranNo.5.
Nagarajan, S. Damodharan., and C.Praven, A. (2013). “EffectsOf Aerobic Circuit Training
95
And Parcours Training OnSelected PhysiologicalVariables Among CollegeMen Student”. JornalInternational,Vol. 11, 1 PP149-151.
Nicholas Ratamess, (2012). “ACSM’sFoundation of StrengthTraining andConditioning”.USA:American College of SportMedicine.
Nurhasan.(2011). “Menjaga KebugaranJasmani”. Gresik JawaTimur: Abil Pustaka.Halaman.43, 60.
Paul Gamble. (2012). “Training ForSports, Speed, and Agility AnEvidence-Based Approach”.Prepress Projects Ltd, Perth,UK.
Roesdiyanto dan Setyo Budiwanto.(2008).“Dasar-Dasar KepelatihanOlahraga”. Malang:Laboratorium IlmuKeolahragaan UniversitasNegeri Malang.
Scheunemann, T. Reyna., C. Perez, J., andGunadi.P. (2012).“Kurikulum& Pedoman Dasar SepakbolaModern Untuk Usia Dini(U5-U12), Usia Muda (U13-U20) & Senior”. Jakarta:PSSI.Halaman.
Sethu, S. (2014). “Comparison OfPlyometric Training AndLadder Training On SprintingSpeed, Vertical EksplosifPower AndAgility”.InternationalJournal of Recent Researchand Applied Studies. ISSN:2349-4891.
Sporis, G. Igor., J. Luka, M.,And Vlatko,V. (2010). “Reliability AndFactorial Validity Of AgilityTests For Soccer Players”.Faculty of Kinesiology,University of Zagreb, Zagreb,Croatia.Vol. 24.
Sucharitha, B.S., Reddy, A.V., andMadhavi, K. (2014).“Effectiveness OfPlyometric Training OnAnaerobic Power AndAgility In FemaleBadminton Players”.International Journal ofPharmaceutical Researchand Bio-Scienc.ISSN: 2277-8713, Volume 3 No 4.pp754-761.
Sudirham.(2015). “Pengaruh Latihan Zig-Zag Terhadap KecepatanReaksi Pada Pemain SepakBola Ekstrakulikuler SMKDharma Wanita Gresik”.Surabaya: Universitas AdiBuana Surabaya.
Sugiyono.(2013). “Metode PenelitianKuantitatif, Kualitatif, danR&D”. Bandung: PenerbitAlferta.
Sukadiyanto dan Muluk.(2011).“Pengantar Teori danMetodologi MelatihFisik”.Bandung: LubukAgung.
Syahrulniza, A. J. Nurhani, A. Dan Lim,B. H. (2015). “Effects OfLadder Drill Training OnAgility Performance”.International Journal ofHealth Physical Educationand Computer Science inSports. ISSN: 2231-3265,Volume 17 No 1.pp 17-25.
Taheri, Eskandar., Nikseresht, Asghar., &Khoshnam, Ebrahim. 2014.“The Effect Of 8 Weeks OfPlyometric And ResistanceTraining On Agility, SpeedAnd Explosive Power InSoccer Players”. EuropeanJournal of ExperimentalBiology, 4 (1): 383-386.
Widodo, A. (2007). “PengembanganRangkaian Tes Fisik UntukPemain Sepak Bola”.
96
Disertasi: PascasarjanaUniversitas Negeri Surabaya.
Winartha, I Putu Gede.(2015). “PengaruhPelatihan Side Jump SprintTerhadap Kecepatan DanKelincahan Pada SiswaPeserta EkstrakurikulerPencak Silat SMA Negeri 1Abiansemal, Tahun
Pelajaran 2014/2015”. E-journal IKOR UniversitasPendidikan Ganesha. JurusanIlmu Keolahragaan. Vol.2.
Winarno, M.E. (2011). “MetodologiPenelitian Dalam PendidikanJasmani”. Malang: MediaCakrawala Utama Press.
97
PENDIDIKAN JASMANI DAN KARAKTER DISIPLIN
DALAM MEMBENTUK OLAHRAGA PRESTASI
Maftukin Hudah,S.Pd.,M.Pd PJKR Universitas PGRI SemarangAgus Wiyanto S.Pd.,M.Pd PJKR Universitas PGRI Semarang
Maftukinhudah10@gmail.com
Abstrak
Pendidikan jasmani olahraga mempunyai peran yang sangat penting untukpelaksanaan internalisasi nilai-nilai olahraga. Internalisasi nilai-nilai olahraga dapatdilakukan melalui beberapa strategi antara lain : a. Menyusun Peraturan KelasOlahraga(Sport Class Rules), 2) Diskusi kelas penyusunan peraturan kelas, 3)InternalisasiNilai-nilai Olahraga melalui Pembiasaan, 4) Integrasi Nilai-nilai Olahraga melalui MateriPembelajaran, 5) Internalisasi Nilai-nilai Olahraga melalui Keteladanan. Di samping itu,pembangunan olahraga juga dijadikan sebagai alat untuk memperlihatkan eksistensi bangsamelalui pembinaan prestasi yangsetinggi-tingginya. Keberhasilan internalisasi nilai-nilaiolahraga untuk membentuk karakter siswa sangat tergantung pada peran guru. Semogamelalui kontribusi guru dalam internalisasi nilai-nilai olahraga prestasi olah raga nasionalakan meningkat bahkan bisa muncul di permukaan internasional.
Kata Kunci: Pendidikan jasmani , karakter disiplin , olahraga prestasi
PENDAHULUANPendahuluan
Sebagaimana dinyatakan dalamUndang- undang Nomor 20 Tahun 2003tentang fungsi dan tujuan pendidikanbahwa Pendidikan Nasional berfungsimengembangkan kemampuan danmembentuk watak serta peradaban bangsayang martabat dalam rangka mencerdaskankehidupan bangsa, bertujuan untukberkembangnya potensi peserta didik agarmenjadi manusia yang beriman danbertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,kreatif, mandiri dan menjdai warga Negarayang demokratis serta tanggung jawab (LaIru ,2007:2)
Didalam undang-undang no 3tahun 2005 tentang sistem keolahragaannasional Olahraga prestasi adalah olahragayang membina dan mengembangkanolahragawan secara terencana, berjenjang,
dan berkelanjutan melalui kompetisi untukmencapai prestasi dengan dukungan ilmupengetahuan dan teknologi keolahragaan.olahraga prestasi dapat didapatkan denganpersiapan yang matang agar tercapai akhiryang memuaskan.
Kerakter orang yang berprestasiadalah mencintai pekerjaan, memilikiinisiatif dan kreatif\, pantang menyerah,serta menjalankan tugas dengan sungguh-sungguh. Kerakter-kerakter tersebutmenunjukan bahwa untuk meraih prestasitertentu, dibutuhnya, kerja keras .yangsangat optimah sehingga tujuanprestasinyabisa terlaksana.
Berdasarkan publikasiKemendikbud (2010:5) tentang hasilpenelitian di Harvard University AmerikaSerikat menunjukkan bahwa “Kesuksesanseseorang tidak ditentukan semata-mataoleh pengetahuan dan kemampuan teknis
98
(hard skill) saja, tetapi lebih olehkemampuan mengelola diri dan orang lain(soft skill)”. Penelitian inimengungkapkan, kesuksesan ditentukanhanya sekitar 20 persen oleh hard skill dansisanya 80 persen oleh soft skill.Softskill merupakan bagian keterampilan dariseseorang yang lebih bersifat padakehalusan atau sensitivitasperasaanseseorang terhadap lingkungan disekitarnya. Mengingat soft skill lebihmengarah kepada keterampilan psikologismaka dampak yang diakibatkan lebih tidakkasat mata namun tetap bisa dirasakan.Akibat yang bisa dirasakan adalah perilakusopan, disiplin, keteguhan hati,kemampuan kerja sama, membantu oranglain dan lainnya.Soft skill sangat berkaitandengan karakter seseorang.
Di atas semua pengertian itu,olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kitatidak dapat mengartikan olahraga tanpamemikirkan kompetisi, sehingga tanpakompetisi itu, olahraga berubah menjadisemata-mata bermain atau rekreasi.Bermain, karenanya pada satu saat menjadiolahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidakpernah hanya semata-mata bermain;karena aspek kompetitif teramat pentingdalam hakikatnya. Karena aspekkompetitif itulah yang nantinya akanmenjadi cikal bakal pembentukan karakter.
Pada era orde baru pernah adamotto, “mengolahragakan masyarakat danmemasyarakatkan olahraga”. Namunpenerapannya sampai saat ini terasasemakin jauh, karena semakin banyakorang yang malas olahraga. Tidak punyawaktu kerap menjadi alasan. Ditambahlagi, pengembangan lewat jalur pendidikanyang masih belum optimal. Keterpurukanprestasi olahraga Indonesia juga semakinlama semakin menghawatirkan. Jangankanberbicara di tingkat dunia
seperti event olimpiade ataupun kejuaraandunia cabang olahraga, didalan eventkabupaten saja terjadi manipulasikecurangan serta pengaturan.
Fenomena yang terjadi yang sangatmemprihatinkan dimana pelaku olahragadalam event kecil saja seperti POPDA,O2SN yang mana dalam penbentukankarakter nilai-nilai olahraga justru adabeberapa oknum guru penjas yangmenghalalkan segala cara untukmelakukan kecurangan seperti halnyabiodata peserta di manipulasi dengan datayang tidak sebenarnya, serta ketika siswakalah harusnya diberikan motivasi untuklebih semngat dalam event selanjutnya,akan tetapi siswa tersebut di marahididepan semuanya yang secara langsungmembunuh karakter siswa tersebut hal iniyang sangat memprihatinkan. Padahalpembentuka mental tidak sepertimembalikan telapak tangan semua perlupembinaan, pendidikan mulai dari jenjanginstansi pendidikan seperti pendidikanjasmani, club-club olahraga, peran orangtua danpemerintah dalam memberikankesempatan event olahraga yang tidak asalkegiatan selesai Lporan pertanggungjawaban juara selesai, namun adanyakeberlanjutan serta filosofi olahrag yangtepat bermartabat.
Dengan adanya paradigm barudalam pendidikan jasmani diharapkanbanyak pola piker baru serta berwawasan,baik secara filosofi teori, praktis dankultural pendidikan jasmani diharapkandapat membentuk karakter sumber dayamanusia yang berjatidiri dan mempunyaimakna serta menjadi teladan baik bagidirinya dan masyarakat .
99
PEMBAHASAN1. Nilai-nilai Esensial dalam Olahraga
Nilai-nilai olahraga sangatlah pentinguntuk dihormati dan diterapkan sepertidiungkapkan oleh Coubertain(dalam bukuThe Olympic Games XIX: 2002): 'theimportant thing in life is not victory, butthe fight; the main thing is not to havewon, but to have fought well.' Ungkapanyang disampaikan dalam pidatopembukaan Olympic Games XIX tahun2002 ini mengandung makna bahwakemenangan itu bukanlah merupakantujuan utama dalam kehidupan, namunyang terpenting adalah berjuang untukmencapai kemenangan dengan baik.Perjuangan mencapai kemenangan dengancara yang baik harus menerapkan nilai-nilai olahraga yang amat luhur.
Coubertin(dalam buku The OlympicGames XIX: 2002)mengungkapkan `thefundamental values of Olympism have thesame meaning for every human beinghoping to fulfil their ambitions to build abetter world. Those values are the searchfor excellence, fairplay, the joy of effort,respect for others and harmony betweenbody and mind`. Nilai-nilai fundamentaldalam Olympic Games memiliki maknayang sama bagi semua orang yangmengharapkan ambisi yang sama untukmembangun dunia menjadi baik. Nilai-nilai tersebut meliputi mencarikeunggulan,fairplay, kegembiraan dalamberusaha, hormat tehadap orang lain, dankeharmonisan antara tubuh dan fikiran.
Dalam buku kurikulum pendidikanjasmani Australia yang dikeluarkan olehCommenwealth of Australia tahun 2006,pendidikan jasmani melibatkan penanamannilai-nilai meliputi: Care and compassion,Doing your best, Fair go, Honesty,
Integrity, Respect, Responsibility,Understanding, Inclusion andTolerance.Siswa dididik untukmenerapkan nilai-nilai peduli dan penuhsayang, melakukan yang terbaik, bertindakadil, jujur, integritas, hormat,tanggungjawab, pengertian, inklusi dantoleransi. Satu nilai yang jarang dijumpaidi negara lain yaitu nilai inklusi. Nilaiinklusi digunakan sebagai sebuahpendekatan untuk membangun danmengembangkan sebuah lingkungan yangsemakin terbuka; mengajak masuk danmengikutsertakan semua orang denganberbagai perbedaan latar belakang,karakteristik, kemampuan, status, kondisi,etnik, budaya dan lainnya. Nilai inklusidalam pendidikan jasmani menekankanbahwa semua orang berhak melakukanaktivitas olahraga baik di lingkungankeluarga maupun masyarakat dengan rasaaman dan nyaman. Sekolah harusmemberikan fasilitas yang terbuka, ramah,meniadakan hambatan dan menyenangkanbagi siswa tanpa terkecuali dan merangkulsetiap perbedaan.
Dalam Olympic Games ada tiga nilaiolahraga fundamental yang difokuskanyaitu:excellence, friendship, andrespect(keunggulan, persahabatan, danrespek). Excellence(keunggulan)menggambarkan kualitas usaha untukmencapai prestasi. Hal ini jugamengandung harapan bahwa atlet harusmandiri, seperti yang tersurat dalam motoOlimpade yaitu Citius, Altius,Fortius(Faster, Higher, Stronger) ataulebih cepat, lebih tinggi, lebih kuat. Nilaikeunggulan mengacu pada perjuanganuntuk menjadi yang terbaik dalam segalahal yang dilakukan, sebagai individu dansebagai kelompok kerja menuju tujuanbersama. Dalam mengejar dan mengukur
100
keunggulan, atlet secara alami akanmembandingkan upaya mereka untukorang lain. Tapi barometer utamakeunggulan adalah pencapaian tujuanpribadi seseorang.
Friendship(persahabatan) Nilaipersahabatan penting dalam tradisiOlimpiade kuno dan merujuk untukmembangun dunia yang damai dan lebihbaik melalui olahraga. Para atletmengungkapkan nilai ini denganmembentuk ikatan seumur hidup denganrekan tim mereka, serta lawan-lawanmereka. Nilai persahabatan bersifathumanistik yang bertujuan memberikanbantuan kemanusiaan, mengembangkanprogram budaya dan pendidikan, danmendorong dialog terbuka pada olahragadan perdamaian.
Respect(respek) adalah moral yangmendasari olahraga dan prinsip etika yangharus menginspirasi semua orang yangberpartisipasi. Nilai universal hormatmengacu menghormati untuk diri kitasendiri, satu sama lain, untuk aturan,untuk fair play dan bagi lingkungan.
Lickona dalam karyanya Educatingfor Character (1992) menyatakan bahwaindividu dikatakan berkarakter apabilamemiliki tiga komponen kakarteryaitu moral knowing(pengetahuanmoral), moral feeling(perasaan tentangmoral), dan moral action(perbuatanbermoral). Ketiga komponen ini sangatpenting, dan satu sama lain tidakterpisahkan dalam membentuk watak danmelaksanakan kebajikan. Lebih rinci RusliLutan (2001: 82) menjelaskan bahwa padakomponen pengetahuan moral terdapatunsur kesadaran moral, pengetahuantentang nilai moral, perhitungan ke depan,pertimbangan moral, dan pembuatan
keputusan. Komponen perasaan moralmeliputi kesadaran hati nurani, self-esteem,empati, kecintaan terhadap yang baik,pengendalian diri. Sedangkan tindakanmoral adalah kompetensi, kemauan, dankebiasaan. Seseorang dikatakanberkarakter baik, apabila ketiga komponentersebut telah menyatu, melekat, dan salingmempengaruhi. Namun tidak berartibahwa individu yang telah mengetahuikebaikan dan keburukan otomatis berbuatbaik, dan tidaklah pula berarti bahwa diamampu berempati atau mengendalikan diriuntuk melakukan tindakan moral. Tidakcukup dengan itu, maka karakter yang baikharus diajarkan melalui proses pendidikan,pemodelan dan pembiasaan yang secaraterus menerus dan sistematis. Dalamolahraga proses pebentukan karaktertersebut terkait dengan istilah empatkebajikan yaitu: compassion, fairness,sportpersonship, dan integrity.
Aktivitas olahraga sungguh syaratdengan nilai-nilai pendidikan sepertikejujuran, sportivitas, disiplin, dantanggung jawab. Bahkan, ada ungkapanyang sudah menjadi keyakinan sejarah dariwaktu ke waktu: Sport buildscharacter (Maksum, 2005; 2002).Ungkapan sport buildscharacter menekankan pentingnyaolahraga sebagai media pembentukankarakter. Selanjutnya Maksummenjelaskan indikator nilai-nilai olahragaseperti pada Tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1. Indikator Nilai-nilai Olahraga
NilaiMoral
Praktek dalam OlahragaPraktek dalamKehidupan
RespekHormat pada aturan main dantradisi Hormat pada lawan danoffisial Hormat padakemenangan dan kekalahan
Hormat pada orang lain
Hormat pada hak milikorang lain Hormat padalingkungan dan dirinya
101
Tanggungjawab
Kesiapan diri melakukansesuatu Disiplin dalam latihandan bertanding Kooperatifdengan sesama pemain
Memenuhi kewajiban
Dapat dipercaya
Pengendalian diri
Peduli
Membantu teman agar bermainbaik Membantu teman yangbermasalah Murah pujian, kikirkritik Bermain untuk tim,bukan diri sendiri
Menaruh empati
Pemaaf
Mendahulukankepentingan yang lebihbesar
Jujur Patuh pada aturan main Loyalpada tim Mengakui kesalahan
Memiliki integritas
Terpercaya Melakukansesuatu dengan baik
Fair Adil pada semua pemaintermasuk yang berbedaMemberikan kesempatankepada pemain lain
Mengikuti aturan
Toleran pada oranglain
Kesediaan berbagi
Tidak mengambilkeuntungan darikesulitan orang lain
Beradab Menjadi contoh/modelMendorong perilaku baikBerusaha meraih keunggulan
Mematuhi hukum danaturan
Terdidik Bermanfaatbagi orang lain
Sumber : Maksum (2005:57)
Maksum menjelaskan makna ke enam nilaitersebut sebagai berikut:
a. Respek adalah suatu sikap yangmenaruh perhatian kepada oranglain dan memperlakukannya secarahormat. Sikap respek antara laindicirikan dengan memperlakukanorang lain sebagai mana individuingin diperlakukan; berbicaradengan sopan kepada siapa pun;menghormati aturan yang adadalam keluarga, sekolah, danmasyarakat.
b. Tanggung jawab adalahkemampuan untuk memberikanrespons, tanggapan, atau reaksisecara cakap. Tanggung jawabdicirikan antara lain denganmelakukan apa yang telahdisepakati dengan sungguh-
sungguh; mengakui kesalahan yangdilakukan tanpa alasan;memberikan yang terbaik atas apayang dilakukan.
c. Peduli adalah kesediaan untukmemberikan perhatian dan kasihsayang kepada sesama. Peduliantara lain ditandai denganmemperlakukan orang lain, diri,dan sesuatu dengan kasih sayang;memperhatikan dan mendengarkanorang lain secara seksama;menangani sesuatu dengan hati-hati.
d. Jujur adalah suatu sikap terbuka,dapat dipercaya, dan apa adanya.Sikap jujur antara lain ditandaidengan mengatakan apa adanya;menepati janji; mengakuikesalahan; menolak berbohong,menipu, dan mencuri.
e. Fair adalah bersikap adil dalammelakukan dan memperlakukansesuatu. Sikap fair antara lainditandai dengan menegakkan haksesama termasuk dirinya; maumenerima kesalahan danmenanggung resikonya; menolakberprasangka.
f. Beradab adalah sikap dasar yangdiperlukan dalam bermasyarakatyang berintikan pada kesopanan,keteraturan, dan kebaikan. Beradabantara lain dicirikan denganmenempatkan sesuatu padatempatnya; mengapresiasi terhadapketeraturan.
g. Dari penjelasan di atas nyatabahwa nilai-nilai olahraga bersifatuniversal sehingga harus dimilikioleh semua pelaku olahraga baikatlet, ofisial, maupun semua stakeholders yang terlibat dalamkegiatan olahraga. Begitu
102
pentingnya nilai-nilai ini di matadunia namun dalam kenyataanmasih banyak pelaku olahraga yangbelum memilikinya. Oleh karenaitu guru pendidikan jasmani disekolah hendaknya mengambilperan yang nyata dalam melakukaninternalisasi nilai-nilai olah ragamelalui proses pembelajaran.
2. Peran Pendidikan Jasmani dalamInternalisasi Nilai-nilai Olahraga
Pendidikan jasmani olahragasangat signifikan untuk menanamkannilai-nilai olahraga. Prosespembelajaran pendidikan jasmaniolahraga harus memperhatikankebermaknaan dalam belajar, artinyaapa yang bermakna bagi siswamenunjuk pada duniaminatnya (center of interest).Pelaksanaan pembelajaran harusmengacu pada tujuan untukmengembangkan potensi siswamelalui : (1) Olah hati, untukmemperteguh keimanan danketakwaan, meningkatkan akhlakmulia, budi pekerti, atau moral,membentuk kepribadian unggul,membangun kepemimpinandanentrepreneurship; (2) Olahpikir untuk membangun kompetensidan kemandirian ilmu pengetahuandan teknologi; (3) Olah rasa untukmeningkatkan sensitifitas, dayaapresiasi, daya kreasi, serta dayaekspresi seni dan budaya; dan(4) Olah raga untuk meningkatkankesehatan, kebugaran, daya tahan, dankesiapan fisik serta ketrampilankinestetis. (Renstra Depdiknas Tahun2005 2009, 2005: 15). Renstra inimenunjukkan bahwa pendidikanjasmani dan olahraga (penjasor)
merupakan bagian integral dari sistempendidikan secara keseluruhan.
Menurut Sukintaka (2004:76)penjasor adalah proses interaksi antarapeserta didik dan lingkungan melaluiaktivitas jasmani yang disusun secarasistematik untuk menuju manusiaIndonesia seutuhnya. Istilah penjasormengandung dua makna, pertama,pendidikan untuk jasmani, kedua,pendidikan melalui aktivitas jasmani(Wuest and Bucher, 1995:125).Pendidikan untuk jasmani lebihfokus pada pengembangan fisik danketerampilan siswa, dengan memakaisarana cabang-cabang olahraga untukmencapai tujuan penjas. Fungsiolahraga sebagai salah satu saranayang dipakai untuk melaksanakanproses penjasor. Selain itu, olahragaberfungsi sebagai sarana untuk (1)penyaluran emosi, (2) penguatanidentitas, (3) kontrol sosial, (4)sosialisasi, (5) agen perubahan, (6)penyaluran kata hati, dan (7)mencapai keberhasilan (Wuest andBucher, 1995: 248-249). Dengandemikian penjasor merupakan prosespendidikan melalui aktivitas jasmanidan olahraga sebagai sarana untukmencapai tujuan pendidikan secaraumum.
Selanjutnya, pendidikanmelalui aktivitas jasmani bermaknabahwa dalam mencapai tujuanpendidikan sarana yang dipakaimelalui aktivitas jasmani.Secarakonsisten penjasor memberikan efekyang menguntungkan terhadapkesehatan jasmani dan rohanipelakunya (Kirk, Macdonald,O'Sullivan, 2006: 145).Aktivitasjasmani secara personal dapat
103
mengontrol, meningkatkan sifatemosional yang positif, danmeminimalkan dampak yang negatifbagi pelakunya. Selanjutnya, penjasormerupakan salah satu prosespendidikan yang bertujuan untukmeningkatkan kinerja danmengembangkan kemampuan siswamelalui aktivitas jasmani yangdipilihnya (Wuest and Bucher, 1995:6-7). Artinya, fokus penjasor adalahpada pencapaian tujuan pendidikansecara umum, yaitu untuk membentuksikap, kepribadian, perilaku sosial,dan intelektual siswa melalui aktivitasjasmani.
Tujuan penjas di sekolah untukmeletakkan dan mengembangkan (1)landasan karakter melalui internalisasinilai, (2) landasan kepribadian (cintadamai, sosial, toleransi dalamkemajemukan budaya etnis danagama), (3) berpikir kritis, (4) sikapsportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri, dandemokratis, (5) keterampilan gerak,teknik, strategi berbagai permainandan olahraga, senam, aktivitas ritmik,akuatik dan pendidikan luar kelas, (6)keterampilan pengelolaan diri,pemeliharaan kebugaran jasmani danpola hidup sehat, (7) keterampilanmenjaga keselamatan diri sendiri danorang lain, (8) konsep aktivitasjasmani untuk mencapai kesehatan,kebugaran dan pola hidup sehat, serta(9) mengisi waktu luang yanq bersifatrekreatif (Depdiknas, 2003: 6-7).
Penjasor memberikankontribusi yang baik bagi kehidupanmanusia terhadap organ biologik,psikomotorik, afektif, dan kognitifpelakunya.Selain itu, penjasor mampu
mengembangkan pola hidup yangsehat dan aman, serta memiliki peranpenting dalam mempengaruhi polaaktivitas dan kesehatan individumaupun masyarakat (Whitehead,2001: 8).Sejalan dengan itu, makafungsi penjasor di sekolah adalahuntuk meningkatkan aspek (1)organik, (2) neuromuskuler, (3)perseptual, (4) kognitif, (5) sosial, dan(6) emosional siswa (Depdiknas,2003: 7-9). Sebagai bagian integraldari proses pendidikan secara umum,maka hendaknya penjasor dapatmemberikan kesempatan kepadasiswa untuk terlibat langsung dalamberbagai pengalaman belajar melaluiaktivitas jasmani, bermain danolahraga yang dilakukan secarasistematis. Dari pengalaman belajartersebut akan membina danmembentuk gaya hidup sehat danaktif sepanjang hayat, yang padaakhirnya melalui penjasor diharapkansiswa akan memiliki pemahamantentang (1) dirinya dan orang lainuntuk terus mengembangkan diri danberhubungan dengan orang lain, (2)nilai-nilai sosial dan keterampilanagar efektif dalam partisipasi, (3)budaya dan mampu menilai, (4) perandan terampil.
Menurut Aip Syarifuddin(1992: 8-14), pendidikan jasmanidapat berperan, antara lain: (1)pembentukan tubuh yaitu denganmelakukan pendidikan jasmani yangteratur, maka organ tubuh pun akanbekerja sebagaimana mestinya sesuaidengan fungsinya, hal ini akanberpengaruh terhadap kesehatan baikjasmani maupun rohani; (2)pembentukan prestasi yaitu dengan
104
ditanamkannya pembentukan prestasidiharapkan dapat mengembangkannyaserta dapat mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi baik bagidirinya sendiri maupun bagikelompok dilingkungannya; (3)pembentukan sosial yaitu melaluipendidikan jasmani anak akanmendapatkan bimbingan pergaulanhidup yang sesuai dengan norma danketentuan dengan unsur-unsur sosial;(4) keseimbangan mental, di manapemupukan terhadap kestabilan emosianak akan diperoleh secara efektifmelalui pengalaman langsung dalamdunia kenyataan, karena merekaterjun langsung di lapangan dalamsuasana yang penuh rangsangan; (5)meningkatkan kecepatan prosesberpikir di mana dalam pendidikanjasmani anak dituntut untuk memilikidaya sensitifitas yang tinggi terhadapsituasi yang dihadapinya. Merekadituntut untuk memiliki kecepatandalam proses berpikir dankemampuan pengambilan keputusandengan cepat dan tepat agar tidaktertinggal dengan lawannya; (6)pembentukan kepribadian anak dimana pendidikan jasmani berperansebagai sarana untuk membentuk danmengembangkan sifat-sifatkepribadian anak secara positif.
3. Karakter
Menurut kamus besar bahasaIndonesia yang ditulis oleh TimPenyusun (1995:445) istilah karakter“berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlakatau budi pekerti yang membedakanseseorang dari yang lain. Sedangkanmenurut Lickona (1991:51) karakteradalah “watak seseorang yang
merespon situasi dengan cara yangbaik secara moral”.
Sifat khas, kualitas dankekuatan moral pada seseorang ataukelompok merupakan pengertian darikarakter. Karakter berasal dari bahasaYunani yang berarti menandai danmemfokuskan bagaimanamengaplikasikan nilai kebaikan dalambentuk tindakan atau tingkah laku,sehingga orang yang tidak jujur,kejam, rakus dan perilaku buruklainnya dikatakan orang berkaraktertidak baik. Sebaliknya, orang yangperilakunya sesuai dengan kaidahmoral disebut dengan berkaraktermulia.
Jika suatu individu memilikikarakter yang baik, berarti individutersebut memiliki pengetahuantentang potensi dirinya,yang ditandai dengan nilai-nilaiseperti reflektif, percaya diri, rasional,logis, kritis, analitis, kreatif daninovatif, mandiri, hidup sehat,bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar,berhati-hati, rela berkorban,pemberani, dapat dipercaya, jujur,menepati janji, adil, rendah hati, maluberbuat salah, pemaaf, berhati lembut,setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih,teliti, berinisiatif, berpikir positif,disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner,bersahaja, bersemangat, dinamis,hemat, menghargai waktu,pengabdian, pengendalian diri,produktif, ramah, cinta keindahan,sportif, tabah, terbuka, tertib. Individujuga memiliki kesadaran untukberbuat yang terbaik atau unggul, danindividu juga mampu bertindak sesuaipotensi dan kesadarannya tersebut.Karakteristik adalah realisasiperkembangan positif sebagai
105
individu (intelektual, emosional,sosial, etika, dan perilaku).
Seseorang yang berusahamelakukan hal-hal yang terbaikterhadap Tuhan Yang Maha Esa,dirinya, sesama, lingkungan, bangsadan negara serta dunia internasionalpada umumnya denganmengoptimalkan potensi(pengetahuan) dirinya dan disertaidengan kesadaran, emosi danmotivasinya (perasaannya) berartiorang tersebut adalah individu yangberkarakter baik.
4. Pendidikan Karakter
Menurut Lickona (1991:2)Pendidikan karakter adalah “upayayang dilakukan dengan sengaja untukmengembangkan karakter yang baikberlandaskan kebajikan-kebajikan intiyang secara objektif baik bagi individudan masyarakat”. Lickona (1991:31)mengemukakan bahwa “dalamparadigma lama, keluarga dipandangsebagai tulang punggung pendidikankarakter”. Hal ini bisa dipahami,karena pada masa lalu, lazimnyakeluarga-keluarga bisa berfungsisebagai tempat terbaik bagi anak-anakuntuk mengenal dan mempraktikkanberbagai kebajikan. Para orang tuabiasanya memiliki kesempatanmencukupi serta mampumemanfaatkan tradisi yang ada untukmengenalkan secara langsung berbagaikebajikan kepada anak-anak melaluiteladan, petuah, cerita/dongeng, dankebiasaan setiap hari secara intensif.Demikianlah, keluarga-keluarga padamasa lalu umumnya dapat diandalkansebagai tulang punggung pendidikankarakter.
Akan tetapi, proses modernisasimembuat banyak keluarga mengalamiperubahan fundamental. Saat inibanyak keluarga yang hanya memilikisangat sedikit waktu bagiberlangsungnya perjumpaan yang eratantara ayah, ibu, dan anak karenatuntutan pekerjaan.
Kini makin banyak keluargayang tidak dapat berfungsi dengan baiksebagai tempat bagi anak-anak untukmendapatkan pendidikan karakter.Sehingga sangat baik bila sekolahmenyelenggarakan pendidikankarakter. Bahkan, sekolah perlu terusberupaya menjadikan dirinya sebagaitempat terbaik bagi kaum muda untukmendapatkan pendidikan karakter.
Menurut Koesoema(2007:13) secara historis “Pendidikankarakter di sekolah memiliki sejarahsangat panjang. Hal itu sudahdipraktikkan sejak zaman Yunanikuno, yaitu zaman Homeros”. Diberbagai tempat, pendidikan karakterdi sekolah mengalami masa pasang dansurut. Hal itu terjadi seirama denganpergumulan nyata masyarakat di manapendidikan itu berlangsung.Pendidikan karakter mendapatperhatian besar terutama dalammasyarakat yang mengalami (danberupaya bangkit dari) kebangkrutanmoral.
Lickona (1991:12) memberikancontoh “di Amerika Serikat munculgerakan nasional pendidikan karaktersejak tahun 1990-an, tak lepas darikesadaran berbagai pihak terhadaptanda-tanda keruntuhan moralmasyarakat pada umumnya dan(khususnya) moral kaum muda”.Ketika itu, mereka sangat prihatinterhadap meningkatnya kejahatan,
106
bunuh diri di kalangan remaja,perceraian, aborsi, kebiasaanmenyontek di kalangan siswa,kebiasaan mencuri barang di toko dikalangan remaja, dan lain-lain. Di sisilain, banyak orang meyakini bahwatanpa kebajikan-kebajikan yangmembentuk karakter yang haik, orangtak akan bisa sungguh-sungguh hidupbahagia dan masyarakat tak akan dapatberfungsi secara efektif.
Hal serupa kini terjadi diIndonesia. Berbagai pihakmenyuarakan tentang pentingnyapendidikan karakter (di sekolah).Pendidikan karakter dianggap sebagaisalah satu cara penting untukmengatasi kerusakan moral masyarakatyang sudah berada pada tahap sangatmencemaskan.
Pendidikan karakter jelas sangatpenting bagi kaum muda. Kita tahu,kondisi kehidupan moral kaum mudakita makin mencemaskan. Terutama,berkaitan dengan meluasnya perilakumenyimpang di kalangan kaum muda,seperti: mencontek, mengkonsumsinarkoba, tindakan kekerasan,pornografi, seks bebas, tak acuh padasopan santun, dan lain-lain.
Sehingga jelas, mengapa kinibanyak orang menginginkan agarsekolah makin peduli pada pendidikankarakter. Itu karena pendidikankarakter ibarat sauh yang membuat kitasemua punya alasan kuat untuk tetapmemiliki harapan dan sikap optimisbahwa masyarakat yang lebih baikakan terwujud kelak di kemudian hari.
Beberapa hasil penelitian jugamenunjukkan adanya pengaruhaktivitasa olahraga terhadap dimensipribadi, seperti konsep diri, stress,penyimpangan perilaku dan integrasi
sosial. Hasil studi beberapa ahlimenunjukkan bahwa: 1. Remaja yangaktif dalam olahraga, penyimpanganperilakunya lebih kecil dibandingkanremaja yang tidak berpartisipasi dalamolahraga. 2. Remaja yang terlibatdalam aktivitas fisik lebih memilikiketahanan dan mampu mengatasistressor dari lingkungannya. 3. Remajapada umumnya membutuhkandukungan sosial, tidak saja darikelompoknya melainkan juga darikelompok dan institusi lainnya. 4.Remaja yang terlibat aktif dalamkegiatan olahraga menunjukkan tingkatkepercayaan dirinya (self confidence)lebih tinggi daripada remaja yang tidakaktif terlibat dalam kegiatan olahraga.
Pada akhirnya betapapun baikdan mulianya nilai nilai luhur yangterkandung dalam olahraga yangsejatinya juga merupakan nilai nilaiyang ada dalam kehidupan sehari hari,tidak akan mempunyai makna apa punjika tidak diaktualisasikan dandiimplementasikan dalam kehidupannyata. Oleh sebab itu yang pentingadalah kemauan dari setiap individuuntuk memulai hidup dengan baikyang dilandasi oleh nilai-nilaikeutamaan dan didukung olehketeladanan para pemimpin sepertiorangtua, guru, pemuka masyarakatdan kepala pemerintahan dari tingkatyang terendah sampai tertinggi. Parapemimpin harus memberikan teladanyang baik, apa yang diucapkan harusberbanding lurus dengan apa yangdilakukan.
Sungguh bukan pekerjaan yangmudah, namun dengan adanyakomitmen (political will dan politicalaction) dari semua pihak tidak adabarang yang tidak mungkin di dunia
107
ini. Dengan didukung oleh semuapihak dan disertai dengan visi dan misiyang sama, mudah mudahan tekaduntuk menjadikan olahraga sebagaiinstrumen untuk membangun nilai dankarakter bangsa dapat menjadikenyataan.
5. Olahraga dan Karakter
Dalam dunia olahraga, perludikembangkan budaya sinergisberbagai unsur yang berkarakter,antara lain sinergis dari lembagapendidikan (perguruan tinggi),lembaga pemerintahan, stake-holder, dan unsur lainnya. Pencapaianprestasi merupakan salah satuperwujudan dari pilar olahragaprestasi. Tiga pilar atau tripilar yangtelah disebutkan diatas sebagaipenyangga pencapaian prestasi,kebugaran dan pendidikan anakbangsa yang berkarakter terdiri daripengembangan olahraga prestasi,olahraga rekreasi, dan olahragapendidikan. Filosofis Ilmu Padimerupakan salah satu perwujudanpembentukan karakter olahragadimana semakin tinggi prestasi yangdiraih namun tetap menunduk dantidak sombong dan tetap santun.
Sebagai fenomena sosial dankultural, olahraga tidak bisamelepaskan dari ikatan moralkemodernan yang kompleks.Penerimaan eksistensinya secarasosiologis dijamin olehkemampuannya dalam menyesuaikandiri dengan pasar, atau sebaliknya,pasar yang akan menjadikannyasebagai sasaran ekstensifikasinya.Langkah stratgeis untuk
pengembangan dan penanaman moralserta pembentukan karakter melaluiolahraga adalah dengan menjadikanaktivitas olahraga sebagai “icon andcharacter building”. Hal tersebutseiring dengan perkembangan duniayang semakin kompleks dan syaratakulturasi.
SIMPULAN
Pendidikan jasmani olahragamempunyai peran yang sangat pentinguntuk pelaksanaan internalisasi nilai-nilaiolahraga. Internalisasi nilai-nilai olahragadapat dilakukan melalui beberapa strategiantara lain : a. Menyusun Peraturan KelasOlahraga(Sport Class Rules), 2) Diskusikelas penyusunan peraturan kelas,3)Internalisasi Nilai-nilai Olahraga melaluiPembiasaan, 4) Integrasi Nilai-nilaiOlahraga melalui Materi Pembelajaran, 5)Internalisasi Nilai-nilai Olahraga melaluiKeteladanan. Di samping itu,pembangunan olahraga juga dijadikansebagai alat untuk memperlihatkaneksistensi bangsa melalui pembinaanprestasi yangsetinggi-tingginya.Keberhasilan internalisasi nilai-nilaiolahraga untuk membentuk karakter siswasangat tergantung pada peran guru.Semoga melalui kontribusi guru dalaminternalisasi nilai-nilai olahraga prestasiolah raga nasional akan meningkat bahkanbisa muncul di permukaan internasional.
DAFTAR PUSTAKAAry Ginanjar. (2008)! `Pembentukan Habitmenerapkan Nilai-nilai religius, Sosial,dan Akademik`, 29 -31 Juli 2008.Semiloka Pendidikan Karakter.Yogyakarta: UNY
108
Aip Syarifuddin dan Muhadi. (1992).Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.Jakarta: Depdikbud.
Lickona, T. 1991. Educating for Character.New York: Bantam Books
Merie Helen. 2002. The Olympic Games.Salt Lake City: Departement ofCommunication.
Maksum, A. 2007. Psikologi Olahraga:Teori dan Aplikasi. Surabaya: FakultasIlmu Keolahragaan Universitas NegeriSurabaya.
Maksum, A. 2005. Olahraga MembentukKarakter: Fakta atau Mitos. Jurnal Ordik,Edisi April Vol. 3, No. 1/2005.
Maksum, A. 2002. Reaktualisasi GagasanBaron Pierre de Coubertin dalam KonteksOlahraga Kekinian: Mengkaji Ulang HasilAkademi Olimpik ke-5 di Kuala Lumpur,1-5 April 2002.Siedentop, D. 1994.Physical Education Introductory Analysis.New York: Wn. C. Brown CompanyPubliser
Renstra Depdiknas Tahun 2005 2009,2005: 15).
Sukintaka. (2004). Teori PendidikanJasmani: FHosofi, Pembelajaran dan MasaDepan. Bandung: Penerit Nuansa.
Wuest, Deborah A., and Bucher, CharlesA. (1995). Foundations of Physical
Education and Sport, 12th ed. St. Louis,Missouri: Mosby-Year Book, Inc.
Whitehead, M. (2001). The Concepts ofPhysical Literacy. The British Journal ofTeaching Physical Education, Spring2001: 6-8.
------. 2006. Values Education forAustralian Schooling: Well played!Commonwealth of Australia
ncoli, D.C. 2001. Olahraga (Edisi ke-5,
Jurnal, Prosiding, Majalah, dan/atauBuletinDoni, D., Hasan, L., dan Suhendi, E. 2010.
””. Berkala Olahraga, 13 (1): 39 –44.
Jurnal OnlineIndra, J., Yetty, K., Ananda, N., Made, R.,
& Lutfi, T. 2012. "Surveying ThaiFreshmen Science Students’Background Knowledge of BasicProperties of Laser Beam". Lat.Am. J. Phys. Educ. Vol. 6, No. 2,June 2012. laman web:http://www.journal.lapen.org.mx/ju-ne12/LAJPE_643_Tanamatayarat.pdf [diakses 6 Desember 2012].
109
PengaruhLatihanRope Jump 10, 20, Dan 30 DetikDenganInterval Training 1:3
TerhadapPowerOtotTungkai Dan Kelincahan
Yuyun Dwi Astyorini (PPs, UniversitasNegeri Surabaya)
Email: yoe_enz@yahoo.com
ABSTRAK
Katakunci:Latihan,Rope Jump, PowerOtotTungkai dan Kelincahan
Penelitianinibertujuanuntukmenganalisistentang: (1)pengaruh latihan rope jump 10detik dengan interval training 1:3 terhadap peningkatanpower otot tungkai dan kelincahan,(2) pengaruh latihan rope jump 20 detik dengan interval training 1:3 terhadappeningkatanpower otot tungkai dan kelincahan, (3)pengaruh latihanrope jump 30 detikdengan interval training 1:3 terhadap peningkatanpower otot tungkai dan kelincahan, (4)perbedaan pengaruh antara latihan rope jump 10, 20, dan 30 detik dengan interval training1:3 terhadap peningkatanpower otot tungkai dan kelincahan.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu.Populasi penelitianiniadalah mahasiswa putra IKOR angkatan 2015 denganjumlahsampelpenelitian sebanyak 40 orang.Proses pengambilan data power otot tungkai menggunakan tesjump DF dan kelincahan menggunakan TLBZ pada saat pretest dan posttest. Analisis datapada penelitian ini menggunakan ANOVA. Selanjutnya data hasil penelitian dianalisis denganmenggunakan bantuan SPSS versi 21.
Hasilpenelitianmenunjukkanbahwa: (1) latihan rope jump 10 detik dengan metodeinterval training 1:3 dapat meningkatkanpower otot tungkai sebesar 28,58% dan kelincahansebesar -0,97%, (2) latihan rope jump 20 detik dengan metode interval training 1:3 dapatmeningkatkanpower otot tungkai sebesar 35,02% dan kelincahan sebesar -1,42%, (3) latihanrope jump 30 detik dengan metode interval training 1:3 dapat meningkatkanpower otottungkai sebesar 40,28% dan kelincahan sebesar -1,91%, dan (4) latihan Rope Jump 30 detikdengan interval training 1:3 merupakan latihan yang paling efektif untuk meningkatkanpower otot tungkai dan kelincahan pada mahasiswa putra IKOR angkatan 2015 UniversitasNegeri Surabaya.
PENDAHULUANLatihan merupakan suatu
proses yang direncanakan dalamberbagai macam tahap sertadilaksanakan secara berkelanjutanyang pada prinsipnya latihanbertujuan untuk meningkatkankualitas fisik serta meningkatkan
atau mengembangkan kemampuandan keterampilan yang dimiliki olehseorang atlet, yang mana mempunyaitarget dan tujuan yaitu untukmencapai suatu perubahan ke arahyang lebih baik dan tidak hanyauntuk kebugaran saja akan tetapiuntuk menyempurnakan
110
keterampilan yang dimiliki sertameningkatkan kualitas fisik atletsehingga atlet dapat tampil denganbaik dalam setiap kegiatan-kegiatanolahraga termasuk pada saatpertandingan dilaksanakan. MenurutBudiwanto (2012:16) latihan adalahproses melakukan kegiatan olahragayang dilakukan berdasarkan programlatihan yang disusun secarasistematis, bertujuan untukmeningkatkan kemampuan atletdalam upaya mencapai prestasi yangsemaksimal mungkin, terutamadilaksanakan untuk
persiapan menghadapi suatupertandingan.
Kondisi fisik merupakansuatu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapatdipisahkan, baik peningkatannyamaupun pemeliharaannya. Kondisifisik memiliki peranan yang dominandalam peningkatan performa atauprestasi atlet khususnya pada cabang-cabang olahraga pertandingan.Disamping itu, keberadaan kondisifisik yang baik akan memberikankontribusi positif pada atlet dalampenguasaan teknik dan taktik dalamolahraga. Latihan fisik bertujuanuntuk meningkatkan fungsi potensialyang dimiliki atlet danmengembangkan kemampuankomponen-komponen biomotoriknyasehingga dapat mencapai suatutujuan. Menurut Budiwanto (2012:4), kondisi fisik yang prima
merupakan faktor yang harusdimiliki setiap atlet.
Dari komponen-komponenkesegaran jasmani di atas penelitiingin fokus pada daya ledak ataupowerotot tungkai dan kelincahandengan memberikan bentuk latihanyang dipakai untuk meningkatkanpower otot tungkai dan kelincahan.Daya ledak merupakan kemampuanotot bekerja dengan cepat danmendadak, ini biasa dilakukan olehpelari jarak pendek dan olahragayang membutuhkan gerakan-gerakancepat dan mendadak, Roesdiyantodan Budiwanto (2008: 139). Dayaledak merupakan suatu unsurdiantara unsur-unsur komponenkondisi fisik yaitu kemampuanbiomotorik manusia, yang dapatditingkatkan sampai batas-batastertentu dengan melakukan latihan-latihan tertentu yang sesuai dengancabang olahraga, diantaranyabeberapa cabang olahraga yangmembutuhkan daya ledak otottungkai adalah bolavoli, basket,bulutangkis, serta beberapa cabangolahraga bela diri. Kelincahan adalahkemampuan mengubah arah atauposisi badan secara cepat danmelakukan gerakan lanjutan yanglain, Budiwanto (2012: 39).
Latihan plyometricmerupakan peregangan reflek untukmemfasilitasi rekruitmen dari motorunit, kontraksi eccentricdimaksudkan untuk membentukenergi elastik dan kontraktilkomponen otot saat meregang,
111
langsung diikuti kontraksi concentric(Kusnanik, dkk, 2011). Metodepelatihan plyometric saat inimerupakan metode yang palingsering digunakan oleh pelatih dalammemberikan pelatihan di berbagaicabang olahraga, pada awalnyabentuk pelatihan ini hanya digunakanpada cabang olahraga atletik saja.Sejarah pelatihan ini dimulai tahun1960 Yuri Veroshanki pelatih atletikasal Rusia yang menggunakanmetode pelatihan plyometric padaatletnya dan mengalami kesuksesanbesar dipertandingan. Tetapi seiringperkembangan zaman hampir semuacabang olahraga menggunakanbentuk latihan plyometric terutamauntuk meningkatkan kekuatan,kecepatan dan power. Power ototmenurut (Kusnanik dkk, 2011: 125)didefinisikan sebagai hasil kali darikekuatan (force) dan kecepatan(velocity).
Latihan rope jump dalamperanannya dapat diklasifikasikan kedalam predominan anaerobikmaupun predominan aerobikberdasarkan waktu sesi latihan, jikalatihan kurang dari 2 menit makatermasuk predominan anaerobik, jikalatihan berlangsung lebih dari 2menit maka termasuk predominanaerobik. Penggunaan ATP menjadienergi sesuai dengan rancanganmenu program latihan dalamSukadiyanto (2011) menyebutkanbahwa penggunaan energi yangbersumber dari ATP-PC yaitu 10 dan20 detik, sedangkan dalam penelitian
sebelumnya latihan rope jumpdilakukan selama 30 detik dan dapatmeningkatkan power otot tungkaidan kelincahan. Sehingga penelitiingin mendapatkan bukti empirislebih efektif latihan anaerobikdengan sumber energi ATP-PC atauATP-PC-LA yang lebih dominandigunakan dalam latihan rope jump.
Chu dan Myer (2013)menyatakan “in medium intensity awork to rest ratio of 1:3 to 1:5 isrecommended to ensure that theathlete gets enough rest for properexecution of the exercise”, secarasingkat dijelaskan bahwa dalammelakukan latihan intensitas sedanguntuk rasio 1:3 sampai 1:5dianjurkan untuk memastikan bahwaatlet mendapat cukup istirahat untukpelaksanaan yang tepat dari latihan.
Berdasarkan penjelasantersebut, peneliti ingin mengetahuibentuk latihan plyometric rope jumpdengan waktu latihan berapa detikdan seberapa besar pengaruh latihantersebut yang diberikan pelatihkepada atletnya dalam programlatihan plyometric jika menggunakanrest ratio 1:3. Atas dasar hal tersebut,penulis tertarik dan terdorong inginmelakukan penelitian terfokus padapower otot tungkai dan kelincahandengan menggunakan latihan ropejump 10, 20, dan 30 detik denganinterval training 1:3, peneliti inginmengkaji dan mendapatkan buktiempiris apakah latihan rope jump 10detik, 20 detik, dan 30 detik denganinterval training 1:3 bisa
112
meningkatkan power otot tungkaidan kelincahan. Oleh sebab itu dalampenelitian ini peneliti ingin menelitilatihan rope jump dengan intervalwaktu yang berbeda untukmendapatkan hasil yang optimal darilatihan rope jump.
KAJIAN PUSTAKASetiap jenis aktivitas fisik,
terutama dalam olahraga selalumenuntut penggunaan danpengeluaran energi untuk kerjasehingga diperlukan ketersediaanenergi secara khusus. Dalammelakukan aktifitas olahraga, tubuhmelakukan metabolisme dalamrangka menyediakan energi dalambentuk ATP yang digunakan untukmelakukan setiap gerakan.Berdasarkan penggunaan oksigendalam penyediaan energinya, sistemenergi dibagi menjadi dua yaitusistem aerobik dan anaerobik.
Sistem energi yang digunakanpada pelatihan ini adalah sistemenergi anaerobik. Sistem energianaerobik adalah serentetan proseskimiawi yang tidak memerlukanadanya oksigen. Pada setiap awalkerja otot, kebutuhan energi dipenuhioleh persediaan ATP yang terdapatdalam sel otot, ATP merupakansenyawa kaya energi sehinggamerupakan bentuk energi kimia yangsiap pakai untuk aktivitas otot yangpertama kali, namun hanya mampumenopang kerja selama 5 detik bilatidak ada sistem energi lain. Agarkerja otot dapat berlangsung lebih
lama maka diperlukan PhospoCreatin (PC) yang mampumemperpanjang kerja selama kira-kira 10 detik. Phospocreatin jugamerupakan senyawa kaya energiyang berkaitan erat dengan ATP.Didalam otot menyimpan sejumlahATP dan PC dalam jumlah sedikitsecara kolektif yang disebutphospagen.
Menurut Sukadiyanto(2011:37), jumlah ATP-PC didalamotot wanita sebesar 0,3 mol danuntuk laki-laki sebesar 0,6 mol.Dengan demikian jumlah energi yangtersedia bila menggunakan sistemATP-PC sangat terbatas. Untuk ituapabila kerja otot masih berlangsunglama lagi, maka kebutuhan energiyang diperlukan dipenuhi olehsistem glikolisis atau asam laktat(glikolisis anaerob). Sistem ini akanmampu memerpanjang kerja sampaidenggan 120 detik.
Metode latihan intervalmerupakan metode yang paling tepatuntuk meningkatkan kualitas fisikpara olahragawan (Sukadiyanto danMuluk, 2011:73). Fox, Bowers danFoss (dalam Roesdiyanto danBudiwanto, 2008:98) menerangkanbahwa latihan interval adalah suatusistem latihan fisik yang mana fisikdibebani dengan periode sela yangcukup. Latihan interval adalahlatihan yang diselingi denganpemberian beban latihan denganwaktu istirahat. Dalam latihaninterval bisa dilakukan denganintensitas tinggi maupun intensitas
113
rendah tergantung dari kebutuhankondisi fisik yang diinginkan(Hariyanto, 2010: 41). Latihan fisikyang dilakukan berulang-ulang dandiselingi waktu istirahat atau periodepemulihan.
Latihan interval adalah suatulatihan yang diselang-seling antarapemberian beban latihan denganwaktu istirahat. Latihan intervaldapat dilakukan dalam intensitastinggi maupun rendah, tergantungdari kebutuhan kondisi fisik yangingin dicapai. Menurut Fox, Bowersdan Foss (dalam Roesdiyanto danBudiwanto, 2008:98) menjelaskanbeberapa keuntungan sistem latihaninterval sebagai berikut: 1) Telitidalam mengontrol ketegangan. 2)Sebagai pendekatan sistematis haridemi hari, memungkinkan mudahdalam mengamati kemajuan. 3)Lebih cepat memperbaiki energipotensial daripada metode latihankondisi yang lain. 4) Program latihanini dapat dilaksanakan dimanapundan tidak memerlukan peralatankhusus. Berikut adalah programlatihan interval yang sesuai dengansistem energi menurut Fox, Bowers,dan Foss (dalam Sukadiyanto danMuluk, 2011:74)
Power atau daya ledak adalahkomponen kondisi fisik dalamolahraga yang sangat penting disetiap cabang olahraga. Power (dayaledak) merupakan kemampuan ototbekerja dengan cepat dan mendadak,ini biasa dilakukan oleh pelari jarakpendek dan olahraga yang
membutuhkan gerakan-gerakan cepatdan mendadak (Roesdiyanto danBudiwanto, 2008:139). Powermemegang peranan penting saat atletmelakukan unjuk kerja yangdilakukan sesingkat dan sebaikmungkin.
Kelincahan merupakan salahsatu unsur kondisi fisik yangberperan penting pada masing-masing cabang olahraga. MenurutForan dalam Budiwanto (2012:40)kelincahan merupakan puncakkemampuan fisik seorang atlet, jikadikaitkan dengan sistem koordinasi,kelincahan merupakan kemampuanseorang atlet mereaksi terhadaprangsangan, mampu melakukan startdengan cepat dan efisien, bergerakdengan benar, selalu siap untukmengubah atau berhenti secara cepatuntuk bermain dengan cepat, lembut,efektif dan dapat melakukanberulang-ulang.
Rope jump atau disebut jugadengan lompat tali adalah salah satujenis aktivitas fisik yang memilikibanyak manfaat dan mudahdilakukan serta sangat praktisdilakukan untuk mendapatkan tubuhsehat dan segar. Rope jump adalahsalah satu dari bentuk latihanplyometric yang digunakan untukmeningkatkan kondisi fisik terutamayang mengarah pada kemampuandaya ledak (Hannam S. dalamHariyanto 2010). Latihan rope jumpatau sering disebut juga lompat talimerupakan aktivitas fisik yang dapatdigunakan untuk membakar lemak
114
dan membentuk tubuh menjadi lebihramping dan ideal, karena lompat taliakan membuat seluruh tubuh akanbergerak, sehingga setelah latihanlompat tali akan merasakandampaknya pada otot bahu,punggung dan otot betis.
METODE PENELITIANPenelitian ini jenis kuantitatif
dengan metode quasi eksperimen(ekspermen semu). Rancanganpenelitian menggunakannon-randomize group pretest-posttest
design(Maksum, 2012: 43).Tabel Desain Penelitian(Maksum, 2012: 48)
Keterangan:R : RandomT11 : Kelompok 1 pretest ropejump 30 detikT12 : Kelompok 2 pretest ropejump 20 detikT13 : Kelompok 3 pretest ropejump 10 detikX1 : Latihan power otot tungkaidan kelincahanX2 : Latihan power otot tungkaidan kelincahanX3 : Latihan power otottungkaidan kelincahan- : Latihan Konvensional(tanpa diberi perlakuan)
T21 : Kelompok 1 Posttest pretestrope jump 30 detikT22 : Kelompok 1 Posttest pretestrope jump 20 detikT23 : Kelompok 1 Posttest pretestrope jump 10 detik
Populasi dan SampelPopulasi dalam penelitian ini
yaitu mahasiswa FIK UniversitasNegeri Surabaya jurusan pendidikankesehatan dan rekreasi angkatan2015 berjumlah 160 mahasiswa, rata-rata usia 18-20 tahun, dan berjenis
kelamin laki-laki.Sampel dalam penelitian
ini adalah mahasiswa putra aktifjurusan IKOR Universitas NegeriSurabaya angkatan 2015sebanyak 40 orang. Teknikpengambilan sampel dalam
penelitian ini dengan menggunakansimple random sampling.Penentuanpengelompokan sampel dilakukansecara ordinal pairing ataudisesuikan peringkat dari hasilpretest.
Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di
Gor BimaFakulatas IlmuKeolahragaan UNESA, selama 8minggu dari bulanFebruari – April2016, dengan rincian 8 minggu untukperlakuan (treatment) denganfrekuensi 24 kali pertemuan yangdilaksanakan 3 kali dalam seminggu.
R
T11 X1 T21
T12 X2 T22
T13 X3 T23
T14 - T24
115
Instrumen PenelitianInstrumen penelitian dalam
penelitian ini adalah tes power otottungkai dengan menggunakan alatJump DF dan tes kelincahanmenggunakan Tes Lari Berkelokseperti huruf Z (TLBZ).
Teknik Analisis DataSesuai dengan hipotesis dan
jenis penelitian yang digunakandalam penelitian ini, maka analisisstatistik yang digunakan adalah ujiprasarat data normalitas danhomogenitas, kemudian dilanjutkandengan uji-t paired sample test danAnalisis of Varians (Anova) dengantaraf signifikansi 5 %. Prosestersebut di atas akandilaksanakanmenggunakan programStatistical Product and ServiceSolution (SPSS) 21.0.
HASIL PENELITIANUji Normalitas
Hasil perhtungan denganSPSS 21.0 untuk melihat normaltidaknya data bisa dilihat dalam tabel4.6 di bawah ini.
Tabel Hasil Uji Normalitas DataVariabel Terikat
Variabel Test
Kel.I
Kel.II
Kel.III
Kel.IV Status
Sig Sig Sig Sig
Power
Pre 0.9820.686
0.955
0.992
Normal
Post 0.803
0.581
0.912
0.803
Normal
Kelin-cahan
Pre0.934
0.862
0.998
0.962
Normal
post
0.9410.847
0.997
0.978
Normal
Berdasarkan tabel di atasmenunjukkan bahwa perolehan datadari variabel terikat yaitukeseimbangan memiliki maknabahwa data berdistribusi normal. Halini bisa dilihat dari nilai sig (p) darisetiap kelompok lebih besar dari0.05. Oleh karena itu dapatdisimpulkan bahwa data diambil daripopulasi yang berdistribusi normal.Uji Homogenitas
Hasil SPSS 21.0 untukperhitungan homogenitas data sepertipada tabel di bawah ini.
Tabel Hasil Uji HomogenitasVarians
Berdasarkan tabel di atasmenunjukkan bahwa perolehan datavariabel terikat yaitu keseimbanganmemiliki varians data yanghomogen. Hal tersebut bisa dilihatdari nilai signifikansi dari setiap data
Variabel Test Sig (p) Ket Status
Power
Pretest
0.201 p > 0,05Homogen
Posttest
0.113 p > 0,05Homogen
Kelincahan
Pretest
0.993 p > 0,05 Homogen
Postest
0.973 p > 0,05 Homogen
116
lebih besar dari taraf signifikansi(p>0.05). Sehingga dapat dapatdisimpulkan bahwa varians padasetiap kelompok adalah sama atauhomogen.Pengujian Hipotesis
Untuk menjawab hipotesisyang telah diajukan, maka uji analisisyang dipergunakan dalam penelitianini adalah uji beda rerata (uji bedamean) dengan menggunakan analisisuji-t paired t-test. Nilai yangdigunakan dalam penghitungan uji-tpaired t-test adalah nilai pretest danposttest dari masing-masingkelompok (kelompok I, kelompok II,kelompok III, dan kelompokkontrol), dengan penyajian datanyahasil perhitungan uji-t paired t-testadalah sebagai berikut:Tabel Uji beda variabel terikatpada kelompok eksperimen I, II,III, danKontrol
Dari tabel di atasmenunjukkan bahwa nilai sig padakelompok I, II, III memiliki tarafsignifikansi sehingga ketigakelompok treatment memilikipengaruh yang signifikan, sedangkankelompok kontrol memiliki pengaruhtapi tidak terlalu besar sepertikelompok treatment.Hasil Uji beda Variabel DependentAntar Kelompok
Untuk mengetahui perbedaanvariabel dependent antar kelompokdigunakan analisis varians. Olehkarena itu langkah selanjutnya untukmengolah data dalam penelitian iniadalah menggunakan analysis of
variance. Untuk menganalisis datamenggunakan analysis of variance,data kelompok kontrol diuji secarabersama-sama dengan kelompokeksperimen. Anova digunakan untukmenguji perbedaan hasil selisih dari
variabel terikat (power dankelincahan) dalam kelompok yangdidasarkan pada variabel bebas.Hasil pengujian dapat dilihat padatabel di bawah ini.
Tabel Analysis Of VariansVariabel F Sig. (2-
tailed)Power 1.862 0.000Kelincahan 405.164 0.000Berdasarkan tabel di atas, dapat
dilihat bahwa nilai sig sebesar 0,000,dengan kata lain p<0,05. Sehinggadapat ditarik kesimpulan bahwaterdapat perbedaan pengaruhterhadap variabel terikat (power dankelincahan) antara empat kelompok.Apabila sudah terdapat perbedaanpengaruh antar kelompok, makaanalisis data dilanjutkan pada tahapuji post hoc multiple comparasitionsdengan menggunakan analisis Least
Kelincahan thitungSig. (2-tailed)
Ket
KelompokTreatment1
Post-prepower
7.8160,00 Signifikan
Post-prekelincahan
-50.695
KelompokTreatment2
Post-prepower
4.300O,02 Signifikan
Post-prekelincahan
-43.862
KelompokTreatment3
Post-prepower
7.9640,00 Signifikan
Post-prekelincahan
-20.804
KelompokKontrol
Post-prepower
1.5500,00 Signifikan
Post-prekelincahan
-6.000
117
Significant Difference (LSD) dalamSPSS 21.0, untuk mengetahuivariabel bebas (independent) manayang memberikan pengaruh secarasignifikan terhadap variabel terikat(dependent). Hasil dari uji post hocdengan LSD untuk variabelkeseimbangan dapat dilihat padatabel di bawah ini.
Tabel Hasil Uji Post Hoc denganLSD
Berdasarkan tabel di atasmenunjukkan bahwa adanyaperbedaan yang signifikan diataralima kelompok. Perbedaan tersebutdapa dilihat dari mean difference,sehingga dapat dikatakan bahwaterdapat perbedaan pengaruhterhadap keseimbangan antarkelompok eksperimen. Dari datamean difference tersebut terlihatbahwa kelompok I lebih optimalmeningkatkan power dan kelincahandari pada kelompok lainnya. Dengandemikian latihan plank dapatmeningkatkan keseimbangan secaraoptimal.DISKUSI HASIL PENELITIANA. Pengaruh program latihan
plyometric rope jump 30 detikterhadap peningkatan powerotot tungkai dan kelincahan
Kelompok latihan ropejump 30 detik setelah diberiperlakuan mengalamipeningkatan power otot tungkaidan kelincahan, dapat dilihatdari dekriptif data penelitian
mean peningkatan power otottungkai dari pots-test ke pre-test sebesar 195,61 joule/detikdan kelincahan sebesar -0,09detik, atau dengan kata lainpeningkatan power otot tungkaisetelah diberi perlakuan ropejump 10 detik sebesar 40,28%dan kelincahan -1,91%.
B. Pengaruh program latihanplyometric rope jump 20 detikterhadap peningkatan power
otot tungkai dan kelincahanKelompok latihan rope
jump 20 detik setelah diberiperlakuan mengalamipeningkatan power otot tungkaidan kelincahan, dapat dilihatdari dekriptif data penelitianmean peningkatan power otottungkai dari post-test ke pre-test sebesar 166,2 joule/detikdan kelincahan -0,07 detik,atau dengan kata lainpresentase peningkatan powerotot tungkai setelah diberiperlakuan rope jump 20 detik
KelompokMeanDifference
Signifikan(p)
Treatment1
Treatment 2 39,13 0,01
Treatment 3 39,13 0,00Kontrol 109,60 0,00
Treatment2
Treatment 1 -39,13 0,00
Treatment 3 0,00 0,00Kontrol 70,49 0,00
Treatment3
Treatment 1 -39,13 0,00
Treatment 2 0,00 0,00Kontrol 70,49 0,00
Kontrol Treatment 1 -109,60 0,00
Treatment 2 -70,49 0,01Treatment 3 -70,49 0,00
118
sebesar 35,02% dan kelincahan-1,42%.
C. Pengaruh program latihanplyometric rope jump 10 detikterhadap peningkatan powerotot tungkai dan kelincahan
Kelompok latihan ropejump 10 detik setelah diberiperlakuan mengalamipeningkatan power otot tungkaidan kelincahan, dapat dilihatdari dekriptif data penelitianmean peningkatan power otottungkai dari post-test ke pre-test sebesar 156,48 joule/detikdan kelincahan -0,04 detik ataudengan kata lain presentasepeningkatan power otot tungkaisetelah diberi perlakuan ropejump 30 detik sebesar 28,58dan kelincahan -0,97%.
D. Pengaruh program latihankonvensional (kelompokkontrol) terhadap peningkatanpower otot tungkai dankelincahan
Kelompok latihankonvensional (kelompokkontrol) setelah perlakuan(diluar kendali/ kontrol peneliti)tidak terlalu mengalamipeningkatan power otot tungkaidan kelincahan yang tinggi,dapat dilihat dari deskriptif datapenelitian mean post-test ke pre-test hanya sebesar 86,01joule/detik dan kelincahan -0,01detik, atau dengan kata lainpeningkatan power otot tungkaipada kelompok ini relatif kecil
yakni sebesar 19,52% dankelincahan -0,17%.
Dari hasil penelitian yangdidapatkan dan didukung penelitiansebelumnya menunjukkanpeningkatan power otot tungkai dankelincahan sebagai akibat pemberianprogram pelatihan plyometric ropejump 10, 20, dan 30 detikyangditerapkan dengan prinsip-prinsiplatihan dan disesuaikan dengankebutuhan atlet. Khususnya, aspekpemberian program latihan dalamrangka peningkatan power otottungkai dan kelincahan padamahasiswa ikor. Dengan demikiandapat disimpulkan untukmeningkatkan power otot tungkaidan kelincahan pada atlet mahasiswaikor dapat diberikan program latihanplyometric khsusunya rope jump 10,20, dan 30 detik dengan metodeinterval training 1:3.
PENUTUPC. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitiandan pembahasan yang diuraikanpada bab-bab sebelumnya, makadapat ditarik beberapa kesimpulansebagai berikut :1. Terdapat pengaruh yang
signifikan program latihanrope jump 10 detik denganinterval training 1:3 terhadappower otot tungkai dankelincahan.
2. Terdapat pengaruh yangsignifikan program latihanrope jump 20 detik dengan
119
interval training 1:3 terhadappower otot tungkai dankelincahan.
3. Terdapat pengaruh yangsignifikan program latihanrope jump 30 detik denganinterval training 1:3 terhadappower otot tungkai dankelincahan.
4. Terdapat perbedaan pengaruhantara latihan rope jump 10,20, dan 30 detik terhadappower otot tungkai dankelincahan.Latihan rope jump30 detik dengan intervaltraining 1:3 memberikanpengaruh lebih baik darilatihan rope jump 10, 20 detikdengan interval training1:3dan kelompok kontrolterhadap peningkatan powerotot tungkai.
D. SaranBerdasarkan hasil
penelitian yang telahdiuraikan,maka saran yang dapatdisampaikan antara lain:1. Perlu penelitian lebih lanjut
mengenai latihan plyometrickhususnya latihan rope jump10, 20, dan 30 detik dengankondisi sampel yang berbeda.
2. Bagi para pelatih, agar dalammenyusun program latihanharus memperhatikankarakteristik kemampuansetiap atlet sehingga atletmampu melaksanakanprogram latihan tersebut, dansehingga proses latihan yang
dijalani dapat berjalan lancardan mendapatkan hasil yangsemaksimal mungkin.
3. Metode latihan rope jump 30detik dengan interval training1:3dapat direkomendasikandan diterapkan dalamprogram latihan untukmeningkatkan power otottungkai dan kelincahan.
DAFTAR PUSTAKAAmbarukmi, D.H., Pasurney. P.,
Sidik. D.Z., Irianto. D.P.,Dewanti. R.A., Sunyoto.,Sulitiyanto. D., Harahap.,M.Y., 2007. Pelatihan FisikLevel 1. ASDPPengembangan Tenaga danPembina Olahraga:KEMENEGPORA
Arikunto, S. 2010.ProsedurPenelitian, Jakarta: PT. RinekaCipta.Bilge Murat. 2013. “Interval
Training Specific to Handballand Training ProgrammeDesigns”. World AppliedSciences Journal 25 (7):1066-1077. Department ofCoaching Education, theSchool of Physical Educationand Sport,K r kkaleUniversity, K r kkale, Turkey.
Bompa, T. O. & Haff, G. Gregory.2009. Theory and Methologyof training (Fifth edition).United State of America :Human Kinetic.
Bubanj,S., Stankovic, R., Bubanj, R.,Dimic, A., Bednarik, J.,
120
Kolar,E. 2010.,”One-leg vsTwo-legs Vertical JumpingPerformance”. PhysicalEducation and Sport Vol. 8,No 1, pp. 89 – 95
Budiwanto, Setyo. 2012. MetodologiLatihan Olahraga. Malang: UMPressCahyani, Sugianingtyas, N. 2015.
Pengaruh Latihan Rope Jumpdan Squat Jump TerhadapDaya Tahan dan Power OtotTungkai. Tesis. Surabaya:Universitas Negeri Surabaya
Chu, D, A, and Myer, G, D. 2013.Plyometrics. United State ofAmerica: Human Kinetic.
Chelly,M.S.,Ghenem,M.A,.Abid,K.,Hermassi,S.,Tabka,Z., andShephard.R.J, 2010. “Effectsof In-Season Short-TermPlyometric Training Programon Leg Power, Jump- andSprint performance of SoccerPlayers”. Journal of Strengthand Conditioning Research.24(10)/2670–2676.
Darmawan, Deni. 2013. MetodePenelitian Kuantitatif.Bandung : PT. RemajaRosdakarya
Darren E.R. Warburton et all, 2005.“Effectiveness of High-Intensity Interval TrainingFor the Rehabilitation ofPatients With CoronaryArtery Disease”. TheAmerican Journal ofCardiology, Vol. 95 1 May2005 pp 1080-1084.
Elsayed, M. Dan El, A. M. 2012.“Effect of PlyometricTraining on Specific PhysicalAbilities in Long JumpAthletes. ” Word Journal ofScience, 7 (2): 105-108.
Fox, EL. Bowers, RW. & Foss, ML.1993. The PhysiologicalBasic of Physical Educationand Atheletics. Philadelphia.New York: Saunders CollegePublishing.
Gibala et all, 2012. Physiologicaladaptations to low-volume,high-intensity intervaltraining in health anddisease, The JournalPhysiology, Mc MasterUniversity, 1280 Main StreetWest, Hamilton, Ontario, L8S4KI Canada.
Hariyanto, Agus. 2010. PengaruhPelatihan Box Jump, SquatThrust, dan Rope Jumpdengan Metode IntervalTraining terhadap Power,Kelincahan dan KecepatanReaksi. Disertasi. Surabaya:Universitas Negeri Surabaya
Harsono. 2007. Teori dan metodologipelatihan. Bandung : sekolahPasca Sarjana ProgramMagister UniversitasPendidikan Indonesia
Hartono, Soetanto. 2007. AnatomiDasar dan Kinesiology.Surabaya: Unesa UniversityPress.
Imanudin, I. 2008. “IlmuKepelatihan Olahraga”.
121
Bandung: UniversitasPendidikan Indonesia
Johansyah Lubis. 2013. PanduanPraktis Penyusunan ProgramLatihan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Johnson, P. And Bujjibabu, M. 2012.“Effect of Plyometric andSpeed Agility and Quickness(SAQ) on Speed and Agility ofMale FootballPalyers”.Asian Journal ofPhisical Education andComputer Science in Sport.Volume 7 No. 1 pp 26-30.
Kemenegpora RI. 2005. PanduanPenetapan Parameter Tespada Pusat Pendidikan DanSekolah Khusus Olahraga.
Kerim Sozbir., Senem Acay., KutluAydin., UmidKarli. 2014.“Effects of Plyometrics onAnaerobic Performance ofCollegiate FemaleContemporaryDancers”.InternationalJournal of Sport Studies.ISSN 2251-7502, Vol., 4(11), 1329-1335.
Kumar Raj. 2013. “The Effect Of 6Week Plyometric TrainingProgram On Agility OfCollegiate SoccerPlayers”.InternationalJournal Of Behavioral SocialAnd Movement Science.ISSN: 2277-7547. Vol.02,Issue01.170-176
Kusnanik, N.W., Nasution. J., danHartono. S. 2011. Dasar-dasar
Fisiologi Olahraga. Surabaya:Unesa University Press.
Lutan, R.2013. Thahir Djide: Hidupdan karyanya dalambulutangkis. Jakarta: AsistemDeputi Penerapan IPEKOlahraga, Deputi PeningkatanPrestasi Olahraga,Kementrian Pemuda danOlahraga R.I
Makaruk, H. Sacawics, T. Czaplicki,A and Sadowski, J. 2010.Effects of Additional Load onPower Output during DropJump Training. HumanKinetics (Kinesiology). Vol.26. Pp. 31-37
Maksum, A. 2012. MetodologiPenelitian dalam Olahraga.Surabaya: Unesa UniversityPress
Mathan, A. and Anbalagan, P. 2013.Effects of Jump Rope onExplosive Power among InterCollegiate Volleyball Players.Star Physical Education. Vol.03. ISSN : 2321-676X
Mc Clenton, Hakeysha, S., Lee E.Brown., Jared W.Coburn and Robert D.Kersey. 2008. “TheEffect of Short-termVerti Max vs Dept jumpTraining on VerticalJump Perfomance”.Journal of Strength andConditioning Research22.2:p 321 (5).
122
Miller, Michael,G., J, Jeremy.Herniman. Richard, MD. C.Cristhoper.Cheatham andTimothy J. Michael. 2006.“The Effects Of A 6-WeekPlyometric Training ProgramOn Agility”. JSSM.September 2006. pp. 459-465.
Miller, Michael,G., C. Cheatham,Cristoper., R.Poter, Amanda.,Richard, Mark.D., Henningar,Densye., and C.Berry, David.2007. Chest- and Waist-DeepAquatic Plyometric Trainingand Average Force, Power,and Vertical-JumpPerformance. InternationalJournal of Aquatic andEducation: Human Kinetic.pp.145-155.
Mylsidayu, Apta dan Kurniawan.2015. “Ilmu KepelatihanDasar”. Bandung. Alfabeta
Nurhasan. 2011. “MenjagaKebugaran Jasmani” GresikJawa Timur: Abi Pustaka
Orhan, Serdar. 2013. Effect ofWeighted RopeJumping TrainingPerformed byRepetition Method onthe Heart Rate ,Anaerobic Power,Agility and ReactionTime of BasketbellPlayers. School of
Physical Education andSport. 7 (5): 945-951
Partavi, S. 2013. “Effects of 7 Weeksof Rope Jump Trainingon CardiovascularEndurance, Speed, andAgility in MiddleSchool Student Boys”.Sport Science. Vol. 6.No. 2. Pp. 40-43
Rahimi, R., & Behpur, N. 2005. “TheEffects of plyometric,Weight and plyometri-Weight Training onAnaerobic power andMuscular Strength ”.Series: PhysicalEducation and Sport.Vol. 3, No1, pp. 81-91.
Riyanto, Y. 2007. “MetodologiPenelitian PendidikanKualitatif dan Kuantitatif”.Surabaya: Unesa UniversityPress.
Roesdiyanto dan Budiwanto, S.2008. “Dasar-dasarKepelatihan Olahraga”.Malang: Laboratorium IlmuKeolahragaan, Jurusan IlmuKeolahragaan, UniversitasNegeri Malang.
Rosmawati. 2007. “PengaruhLatihan Beban PliometrikDan Konvensional TerhadapDaya Ledak Otot Tungkai”.FIK: Universitas NegeriPadang. Skolar Vol. 08No.02. Desember 2007.
Sarwono. 2008.”DasarPengembangan dan Validasi
123
Test Depht Jump HeightSebagai Alat Ukur PowerTungkai Asiklik DalamOlahraga”. MakalahKomprehensif, UniversitasNegeri Surabaya
Sankey, P.S., Jones, P.A., AndBampouras,T.M., 2011.“Effects Of Two PlyometricTraining programmes ofdifferent Intensity n VerticalJump Performance In Highschool athletes” SerbianJournal of Sports Sciences,2(1-4): 123-130.
Sankarmani,B.,Sheriff,I.,Rajeev,K.R.,Alagesan.J., 2012.“Effectiveness of Plyometricsand Weight Training inAnaerobic Power and MuscleStrength in Female Athletes”International Journal OfPharmaceutical Science AndHealth Care Issue 2, Volume2 (April 2012).
Sharkey, Brian J,. and Gaskil,Steven., E. 2006. SportPhsyiology for Coaches.United State of America:Human Kinetic.
Sugiyono. 2012. Metode PenelitianKuantitatif, Kualitatif dan R& D. Bandung: Alfabeta.
Sukadiyanto, Muluk, D. 2011.Pengantar Teori danMetodologi Melatih Fisik.Bandung: CV. Lubuk Agung.
Sulistyo, Wahyu, Y. 2015. PengaruhLatihan Plyometric FrontCone Hops dan PlyometricLateral Cone Hops TerhadapPeningkatan Daya Ledak OtotTungkai dan Kelincahan.Tesis. Surabaya. UniversitasNegeri Surabaya
Taheri, Eskandar., Nikseresht,Asghar., & Khoshnam,Ebrahim. 2014. “ The effect of8 weeks of plyometric andresistance training on agility,speed and explosive power insoccer players”. EuropeanJournal of ExperimentalBiology, 4 (1): 383-386.
Unesa. 2014. Pedoman PenulisanTesis dan Disertasi.Surabaya. ProgramPascasarjana: UniversitasNegeri Surabaya.
Wiriawan, O. 2005. “PanduanPenetapan ParameterTes Pada PusatPendidikan DanPelatihan Pelajar DanSekolah KhususOlahragawan”. Jakarta :Kemenegpora.
124
PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAPKEMAMPUAN GERAK DASAR LOKOMOTOR
(Studi pada siswa SDN Cukir I Diwek Jombang dan SDNPandanwangi II Diwek Jombang)
Mecca Puspitaningsari 1, Nurdian Ahmad2
STKIP PGRI JOMBANG
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh permainantradisional terhadap kemampuan gerak dasar lokomotor. Pendekatan dalam penelitianini adalah kuantitatif dengan menggunakan jenis penelitian eksperimen. Populasisampel penelitian adalah siswa kelas IV-VI (usia 8-12) SDN Cukir I dan SDNPandanwangi I Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang Kelompok eksperimendiberi perlakuan permainan tradisional kelompok kontrol diberi pembelajaranseperti biasnya sebagai pembanding.Dari uji-t diperoleh, ttabel = 1,690, pada kelompok yang diberi perlakuanpermainan tradisional yaitu SDN Cukir 1 Diwek Jombang diperoleh hasilkemampuan gerak dasar lokomotor yaitu Tes lari 30 meter thitung = 8,109, padakelompok kontrol tanpa diberi perlakuan yaitu SDN Pandanwangi 1 DiwekJombang ttabel 1,714 dan hasil kemampuan gerak dasar lokomotor Tes lari 30 meterthitung = ,490. Dengan demikian dari variabel terikat pada kelompok yang diberiperlakuan permainan tradisional dinyatakan thitung > ttabel, dapat diartikan bahwaterdapat pengaruh hasil pelatihan antara pre-test post-test. Sedangkan padakelompok kontrol dinyatakan thitung < ttabel, dapat diartikan bahwa tidak terdapatpengaruh hasil pelatihan antara pre-test post-test Berdasarkan analisis meandiperoleh bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok yaituyang diberi perlakuan permainan tradisional yaitu SDN Cukir 1 Diwek Jombangdan kelompok kontrol tanpa diberi perlakuan yaitu SDN Pandanwangi 1 DiwekJombang pada kemampuan gerak dasar lokomotor.Berdasarkan hasil analisa di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruhyang signifikan untuk masing-masing kelompok setelah diberi perlakuan dilihatdari hasil uji-t. Selain itu, terdapat perbedaan pengaruh antara kedua kelompokdilihat dari peningkatan kemampuan gerak dasar lokomotor yaitu hasil dari meankelompok yang diberi perlakuan lebih efektif dalam meningkatkan kemampuangerak dasar lokomotor dibandingkan kelompok kontrol.Kata-kata kunci : Permainan Tradisional, Kemampuan Gerak Dasar Lokomotor
PENDAHULUANProses pendidikan seseorang
atau masyarakat yang didasari secarasadar dan sistematis melalui berbagai
kegiatan jasmani, kemampuan danketerampilan, kecerdasan danperkembangan watak sertakepribadian yang harmonis dalam
125
rangka pembentukan manusiaIndonesia berkualitas berdasarkanpancasila (Mutohir, 2002 : 12).
Pendididikan JasmaniOlahraga dan Kesehatan merupakanproses pendidikan yangmemanfaatkan aktivitas jasmani dandirencanakan secara sistematikbertujuan untuk meningkatkanindividu secara organik,neuromuskuler, perseptual, kognitif,sosial dan emosional (Depdiknas,2004: 5). Salah satu fungsi tujuanPendididikan Jasmani, Olahraga danKesehatan adalah pada aspekneuromuskuler, yaitu:1. Meningkatkan keharmonisan
antara fungsi saraf dan otot.2. Mengembangkan keterampilan
lokomotor seperti jalan, larilompat loncat.
3. Mengembangkan keterampilannon-lokomotor sepertimengayun, bergoyang, menekuk,menggantung.
4. Mengembangkan keterampilanmanipulatif seperti memukul,menendang, menangkap,melempar.
5. Mengembangkan faktor-faktorgerak seperti ketepatan irama,rasa gerak, power, kelincahan.
6. Mengembangkan keterampilanolahraga(Draf Kurikulum Penjasorkes2004).
Penguasaan kemampuanmotorik kasar merupakan sebuahprioritas tujuan yang ingin dicapaidalam Pendididikan JasmaniOlahraga dan Kesehatan, melalui
kegiatan fisik diharapkan mampumembangkitkan dan memberikankesempatan kepada siswa untuk aktifdan kreatif serta mampumenumbuhkan potensi keterampilanmotorik yang lainnya.
Kemampuan motorik adalahsuatu kapasitas individu untuk dapatmengembangkan kesanggupan darikemampuan yang dimiliki dalamusaha mempertinggi ataumempercepat penguasaan suatuketerampilan (Ahadin, 2012: 12).Perkembangan motorik kasar tidakakan bisa berkembang secaraotomatis meskipun denganbertambahnya usia anak, sehinggamemerlukan bantuan yang dapatmengarah kepada perkembangan ototkasar dan juga otot halus anak.Perkembangan motorik yang benarakan berdampak kepada dayaimajinasi, kreatifitas, aktifitas danjuga daya fantasi siswa.
Menurut Ma’mum (2000: 20)dasar fundamental kemampuangerak, yaitu:1. Kemampuan Lokomotor
Kemampuan digunakan untukmemindahkan tubuh dari satutemat ke tempat yang lain ataumengangkat tubuh ke atas sepertiloncat, lompat, berjalan, berlari,skipping, meluncur.
2. Kemampuan Non-LokomotorKemampuan yang dilakukan ditempat tanpa ada ruang gerakyang memadai seperti menekuk,meregang, mendorong,mengangkat, memutar danmelambungkan
3. Kemampuan Manipulatif
126
Kemampuan yang dikembangkanketika anak tengah menguasaiatau menggunakan bermacam-macam obyek seperti gerakanmendorong (melempar, memukul,menendang) gerakan menerima(menangkap) dan gerakanmemantul-mantulkan bola ataumenggiring.
Kegiatan bermain diawali dilingkungan tempat siswa tinggalseperti berjalan, berlari, melempar,menangkap, bersepeda, melompat,meloncat dan melakukan semuaaktifitas bermain di luar rumahdengan teman sebaya meskipuncuaca sedang terik/panas ataupunhujan.Melakukan kegiatan bermainmembuat anak sampai lupa denganwaktu serta kondisi cuaca di luarrumah, akan tetapi aktifitas bermainyang menyenangkan tersebut lamakelamaan punah, diganti dengankegiatan di dalam rumah sepertibermain game di komputer ataukahhanya dengan duduk-duduk santai didepan televisi tanpa melakukanaktifitas fisik yang lain. Semuafasilitas yang disediakan orang tuabertujuan agar anak tidak bermaindiluar rumah, anggapan orang tuatersebut sebenarnya dapatmembunuh aktifitas gerak anakuntuk mengembangkan otot-otot,kreativitas gerak dan juga membatasisosialisasi gerak anak ke lingkungansekitar.Olahraga tradisionalmerupakan salah satu bentukkegiatan atau aktivitas gerak anakbermain diluar rumah.
Olahraga tradisional adalaholahraga dan juga sekaligus
tradisional baik dalam memilikitradisi yang telah berkembangselama beberapa generasi, maupundalam arti sesuatu yang terkaitdengan tradisi budaya suatu bangsasecara lebih luas (laksono dkk, 2010:1).Olahraga tradisonal ataupermainan rakyat merupakan assetyang harus dilestarikan, digali danditumbuhkan karena selain olahragauntuk mengisi waktu luang, olahragatradisonal juga bisa membantumeningkatkan kualitas/kemampuangerak dasar fundamentalanak.Olahraga tradisional di JawaTimurberupa bentengen, gobaksodor, gobak kereweng, slebor-slebor/sepur-sepuran, lompat tali,gobak boy, sondah dansebagainya.Permainan-permainantradisional tersebut sudah dikenal dimasyarakat jawa timur khususnya dikabupaten Jombang dan sekitarnya.
Salah satu jenis olahragatradisional yang dapat dikembangkansebagai olahraga di sekolah dasaradalah lari balok.Lari balokmerupakan salah satu permainanyang biasanya digunakan olehmasyarakat sekitar sebagaiperlombaan pada acara 17 agustus,sedangkan permainan bentenganmerupakan salah satu permainanyang sudah memasyarakat diKabupaten Jombang.Oleh karena itu,dengan menjadikan lari balok danbentengan sebagai bagian dalampembelajaran pendididikan jasmani,olahraga dan kesehatan di sekolahdasar diharapkan dapatmeningkatkan kemampuan gerakdasar lokomotor siswa.
127
METODEPendekatan penelitian ini merupakanpendekatan kuantitatif. Subyekdalam penelitian ini. Sampelnyadalam penelitian ini adalah siswakelas V SDN Cukir I dan kelas VSDN Pandanwangi II KecamatanDiwek Kabupaten Jombang.Perlakuan atau treatment yangdiberikan untuk kelompok 1 adalahpermainan tradisional berupa Laribalok dan bentengan, sedangkanuntuk kelompok kontrol tidak diberiperlakuan apapun. Instrumen dalampenelitian ini menggunakan TesLokomotor berupa lari 30 m.
HASIL DAN PEMBAHASANDari uji-t diperoleh, ttabel =
1,690, pada kelompok yang diberiperlakuan permainan tradisionalyaitu SDN Cukir 1 Diwek Jombangdiperoleh hasil kemampuan gerak dasarlokomotor yaitu Tes lari 30 meterthitung = 8,109, pada kelompok kontroltanpa diberi perlakuan yaitu SDNPandanwangi 1 Diwek Jombangttabel 1,714 dan hasil kemampuan gerakdasar lokomotor Tes lari 30 meterthitung = ,490. Dengan demikian darivariabel terikat pada kelompok yangdiberi perlakuan permainantradisional dinyatakan thitung > ttabel,dapat diartikan bahwa terdapatpengaruh hasil pelatihan antara pre-test post-test. Sedangkan padakelompok kontrol dinyatakan thitung <ttabel, dapat diartikan bahwa tidakterdapat pengaruh hasil pelatihanantara pre-test post-test Berdasarkananalisis mean diperoleh bahwa
terdapat perbedaan yang signifikanantara kedua kelompok yaitu yangdiberi perlakuan permainantradisional yaitu SDN Cukir 1 DiwekJombang dan kelompok kontroltanpa diberi perlakuan yaitu SDNPandanwangi 1 Diwek Jombangpada kemampuan gerak dasarlokomotor.
Berdasarkan hasil analisa diatas, dapat disimpulkan bahwaterdapat pengaruh yang signifikanuntuk masing-masing kelompoksetelah diberi perlakuan dilihat darihasil uji-t. Selain itu, terdapatperbedaan pengaruh antara keduakelompok dilihat dari peningkatankemampuan gerak dasar lokomotoryaitu hasil dari mean kelompok yangdiberi perlakuan lebih efektif dalammeningkatkan kemampuan gerak dasarlokomotor dibandingkan kelompokkontrol.
DAFTAR PUSTAKADepdiknas. 2004. Panduan
Pengelolaan OlahragaTradisional. Jakarta: BagianProyek Olahraga MasyarakatDirektorat Jenderal Olahraga.
Draft Kurikulum. 2004. StandartKompetensi PendidikanJasmani SD/MI
Kemdikbud. 2010. Undang-UndangNomor 20 Tahun 2013.Tentang Sistem PendidikanNasional.[Online].Tersedia:http://www.kemendikbud.go.id/(diakses tanggal 13 April2015).
128
Kiram, Yanuar. 1992. BelajarMotorik. Jakarta: DepartemenPendidikan Nasional.
Kreitner. Robert. 2014. PerilakuOrganisasi. Jakarta: Salemba4
Laksono, Bambang, dkk. 2010.Kumpulan Permainan RakyatOlahraga Tradisional.Jakarta
Maksum, A. 2012.MetodologiPenelitian dalam Olahraga.Surabaya: Unesa UniversityPress
Ma’mum, dkk.2000.PerkembanganGerak dan Belajar Gerak.Jakarta: DepartemenPendidikan Nasional.
Mutohir, Toho Cholik. 2002.Gagasan-Gagasan tentangPendidikan Jasmani dan
Olahraga. Surabaya:Universitas Negeri Surabaya.
Mulyani, Sri. 2013. 45 PermainanTradisional Anak Indonesia.Yogyakarta: LangensariPublishing
Nurhasan. 2000. Tes danPengukuran. Bandung.Universitas PendidikanIndonesia.
Rahmawati, Ami. 2009. PermainanTradisional untuk Anak Usia3-4 Tahun. Bandung:Sandiarta Sukses
www.brianmac.co.id
129
Perbandingan Pengaruh Latihan Hollow Sprints dan Repetition Sprints
dengan Menggunakan Interval Training Ratio 1:3 dan 1:5 Terhadap
Kecepatan dan Power Otot Tungkai
Arif Kustoro (Universitas Negeri Surabaya)Oce Wiriawan (Universitas Negeri Surabaya)
Nining Widyah Kusnanik (Universitas Negeri Surabaya)
ABSTRAK
Sprint merupakan teknik latihan yang digunakan oleh atlet disemua jenis olahragauntuk meningkatkan kecepatan dan power. Untuk mengembangkan kecepatan danpower otot tungkai maka diperlukan latihan hollow sprints dan repetition sprintsdengan mengacu pada interval training ratio 1:3 dan 1:5.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan: (1) pengaruh latihanhollow sprints 1:3danhollow sprints 1:5terhadap kecepatan; (2) pengaruh latihanhollow sprints 1:3danhollow sprints 1:5terhadap power otot tungkai; (3) pengaruhlatihan repetition sprints 1:3danrepetition sprints 1:5terhadap kecepatan; (4)pengaruh latihan repetition sprints 1:3danrepetition sprints 1:5terhadap powerotot tungkai; (5) perbedaan pengaruh latihan hollow sprints dan repetition sprintsterhadap kecepatan; (6) perbedaan pengaruh latihan hollow sprints dan repetitionsprints terhadap power otot tungkai. Sasaran penelitian ini adalah siswa putrakelas VIII SMP Negeri I Kertosono angkatan 2016/2017 yang berjumlah 44siswa.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif denganmetode eksperimen semu. Rancangan penelitian ini menggunakan FactorialDesign, dengan analisis data menggunakan ANOVA. Proses pengambilandatadilakukan dengan tes kecepatan menggunakan sprint 30 meter dan tes power otottungkai dengan vertical jump pada saat pretest dan posttest. Selanjutnya data hasilpenelitian dianalisis dengan menggunakan bantuan SPSS seri 22.0.
Hasil penelitian menujukkan: (1) Terdapat pengaruh yang signifikan programlatihan hollow sprints 1:3 dan hollow sprints 1:5 terhadap kecepatan sebesar2.33% dan 3.99%; (2) Terdapat pengaruh yang signifikan program latihan hollowsprints 1:3 dan hollow sprints 1:5 terhadap power otot tungkai sebesar 2.13% dan5.32%; (3) Terdapat pengaruh yang signifikan program latihanrepetition sprints1:3 dan repetition sprints 1:5 terhadap kecepatan sebesar 5.66% dan 2.24%; (4)Terdapat pengaruh yang signifikan program latihanrepetition sprints 1:3 danrepetition sprints 1:5 terhadap power otot tungkai sebesar 3.61% dan 2.53%; (5)Terdapat pengaruh yang signifikan program latihan hollow sprints dan repetitionsprints terhadap kecepatan. Latihan repetitionsprints 1:3memberikan pengaruhyang lebih baik dari latihanhollow sprints 1:3, hollow sprints 1:5, dan repetitionsprints 1:5 terhadap peningkatan kecepatan. (6) Terdapat pengaruh yangsignifikan program latihan hollow sprints dan repetition sprints terhadap powerotot tungkai.Latihan hollow sprints 1:5memberikan pengaruh yang lebih baik dari
130
latihanhollow sprints 1:3, repetition sprints 1:3, dan repetition sprints 1:5terhadap peningkatan power otot tungkai
. The Comparison of the Influence of Hollow Sprints Practice and RepetitionSprints by Using Interval Training Ratio 1:3 and 1:5 Against Speed and Power
of the Limb Muscles
Arif Kustoro (Universitas Negeri Surabaya)Oce Wiriawan (Universitas Negeri Surabaya)
Nining Widyah Kusnanik (Universitas Negeri Surabaya)
ABSTRACTSprint is an exercise technique that is used by athletes in all types of sports toincrease speed and power. To develop speed and power of limb muscles, it needsexercise hollow sprints and repetition sprints refer to the interval training ratio1:3 and 1:5.The purpose of this study was to compare: (1) The influence of exercise hollowsprints 1:3 and hollow sprints 1:5 against the speed; (2) The influence of exercisehollow sprints 1:3 and hollow sprints 1:5 against power of limb muscles; (3) Theinfluence of practice repetition sprints 1:3 and repetition sprints 1:5 againstspeed; (4) The influence of practice repetition sprints 1:3 and repetition sprints1:5 against power of limb muscles; (5) The difference effect of exercise hollowsprints and repetition sprints against speed; (6) The difference effect of exercisehollow sprints and repetition sprints against power of limb muscles. The target ofthis research is the students of class VIII of SMP Negeri I Kertosono academicyear 2016/2017 which is 44 students.The type of research used in this study was quantitative with quasi experimentmethod. The design of this research using a Factorial Design, with data analysisusing ANOVA. The retrieval of data is done with the speed test using sprint 30meters and power limb muscles test with vertical jump at the time of pretest andposttest. The further data research results analyzed using SPSS series 22.0.Research results shows that: (1) There are significant influence on the exerciseprogram of hollow sprints 1:3 and hollow sprints 1:5 against the speed on amountof 2.33% and 3.99%; (2 There are significant influence on the exercise programof hollow sprints 1:3 and hollow sprints 1:5 against power of limb muscles onamount of 2.13% and 5.32%; (3) There are significant influence on the exerciseprogram repetition sprints 1:3 and repetition sprints 1:5 against the speed onamount of 5.66% and 2.24%; (4) There are significant influence on the exerciseprogram repetition sprints 1:3 and repetition sprints 1:5 against power of limbmuscles on amount of 3.61% 2.53%; (5) There are significant influence on theexercise program of hollow sprint and repetition sprints against the speed.Repetition sprints 1:3 practice give a better influence than hollow sprints 1:3exercise, hollow sprints 1:5 and repetition sprints 1:5 against the increase inspeed. (6) There are significant influence on the exercise program of hollowsprint and repetition sprints against power of limb muscles. Hollow sprints 1:5exercise gives better influence than hollow sprints 1:3 exercise, repetition sprints1:3 and repetition sprints 1:5 against the increasing of limb muscles power.
131
PENDAHULUANPrestasi dalam olahraga
merupakan parameter bagi kemajuandalam pembinaan dan kepelatihanolahraga.Perlu beberapa usaha dandukungan baik itu dalam mempertahankandan meraih prestasi yang optimal.Prosespembinaan olahraga yang dilakukan denganjelas dan terukur, akan mendukungterwujudnya prestasi dalam olahraga.Prosespembinaan olahraga tidak terlepas dariadanya peran seorang pelatih.MenurutSukadiyanto dan Muluk(2011), tugasseorangpelatih, antaralain:(1)merencanakan, menyusun, melaksanakan,danmengevaluasiprosesberlatihmelatih,(2)mencari danmemilih olahragawanyangberbakat,(3)memimpindalampertandingan(perlombaan), (4) mengorganisirdanmengelolaproseslatihan,(5)meningkatkanpengetahuandanketerampilan.
Hal yang mendasar daripentingnya seorang pelatih adalahkemampuan dalam menyusun programlatihan.Secara garis besar ada empat aspekpelatihan (Bompa dan Haff, 2009); (1)Pelatihan fisik, (2) Pelatihan teknik, (3)Pelatihan taktik, dan (4) Pelatihanmental.Sasaran dari suatu latihan tidakterlepas dari peningkatan kualitaskebugaran energi (energy fitnes) sertakebugaran otot (muscularfitness).Dijelaskan dalam Sukadiyanto danMuluk (2011), kebugaran energi meliputipeningkatan kemampuan aerobik dananaerobik sedangkan kebugaran ototmeliputi peningkatan kemampuankomponen biomotor, antara lain: kekuatan,ketahanan, kecepatan, power, kelentukan,keseimbangan, koordinasi, dankelincahan.Bentuk latihan dari tiap-tiapunsur tidak sama.
Dalam cabang olahragasepakbola, kecepatan dan power otottungkai diperlukan oleh atlet dalammelakukan sprint selama prosesmenggiring dan mengejar bola.Dalamcabang olahraga bolavoli, kecepatan dan
power otot tungkai diperlukan dalammelakukan awalan sprint saat melakukansmash maupun saat smash.Begitu jugacabang olahraga basket, kecepatan danpower otot tungkai diperlukan saat sprintdalam melakukan dribble bola dan saatmelakukan jump shoot. Dari ketiga cabangolahraga tersebut, pelatih perlu menyusunsuatu program latihan sprint dalamtujuannya untuk meningkatkan kecepatandan power atlet.
Di SMP Negeri IKertosono,prestasi olahraganya memangbelum begitu menonjol, tetapi beberapa kalijuga pernah meraih juara 1 dan 2 ketikamengikuti kejuaraan antar SMP tingkatkecamatan.Dari hasil survei, pelatihumumnya lebih menekankan programlatihan pada aspek endurance dan teknikdasar. Pelatih harus memilih latihan yangtepat untuk meningkatkan kecepatan danpower atlet. Hasil penelitian I NyomanWahyu Esa Wijaya (2012) melaporkanbahwa latihan Shuttle Run dengan metodeinterval training rasio 1:3 dan 1:5meningkatkan kecepatan dan kelincahan. IKayan Agus Widya Ambara (2011)melaporkan bahwa latihan hollow sprintsdan repetition sprints meningkatkankecepatan lari 100 meter. Fox dkk (1988)menjelaskan bahwa lari cepat (sprint)repetisi meningkatkan power anaerobic danoxygen-dept yang tinggi. Ketiga teorimengenai bentuk latihan sprint di atasdigunakan untuk meningkatkan kecepatan(m/s) dan power (watts).
Latihan bentuk sprint merupakanlatihan interval jarak pendek denganintensitas lebih dari 95% (maksimal)dilakukan dengan interval training ratio1:3 dan 1:5 (Sukadiyanto dan Muluk, 2011:77). Jarak latihan yang digunakan adalah40 meter sesuai dengan penjelasan Bompadan Haff (2009:156) bahwa kecepatandapat dibangun dengan sprint jarak pendek(20-80 m) dilakukan dengan intensitastinggi (90-100% dari kecepatan maksimal).Pemaparan mengenai interval training ratio
132
1:3 dan 1:5 memiliki variasi pengaruh yangberagam baik pada kecepatan maupunpower, lebih jelasnya berdampak padakemampuan pulih asal dalam menggantienergi (ATP-PC) yang dipakai selamalatihan sprint.
Dari penjelasan tersebut, penulisingin mengetahui bentuk latihan sprintseperti apa dan seberapa besar pengaruhinterval yang diberikan pelatih kepadasiswa dalam program latihan sprint jikamenggunakan interval training ratio yaitu1:3 dan 1:5 (Sukadiyanto dan Muluk,2011). Oleh karena itu penulis merancangsebuah penelitian “PerbandinganPengaruh Latihan Hollow Sprints danRepetition Sprints dengan MenggunakanInterval Training Ratio 1:3 dan 1:5Terhadap Kecepatan dan Power OtotTungkai”.KAJIAN PUSTAKA
Sprint running is an essentialcomponent to many sporting performances(Rumpf dan Cronin, 2012: 170). Definisitersebut menjelaskan bahwa sprintdilibatkan dalam banyak cabang olahragasehingga merupakan komponen yangsangat penting. Variasi dalam latihan sprintmempunyai tujuan beraneka ragam. Bentuklatihan sprint yang digunakan adalahhollow sprints dan repetition sprints.Menggunakan jarak 40 meter denganintensitas maksimal (90-100%). Kedualatihan tersebut dilakukan gunameningkatkan kecepatan dan power otottungkai.
Latihan hollow sprintsmerupakan suatu bentuk latihan dua kalilari cepat (sprint) yang disela antara duakali sprint terdapat periode jalan ataujogging (McKeag dan Moeller, 2007:83).Salah satunya yaitu bentuk latihanhollow sprint, dimana jogging memberipengaruh sebagai fase recovery selingandalam latihan tersebut. Jogging yangdilakukan cukup singkat, Greenberg et al.(2004: 117) menjelaskan bahwa intensitasjogging yaitu 60%-75%. Latihanhollow
sprints mengembangkan sistem energiATP-PC 20%, sistem energi LA dan O2
10%, dan sistem energi O2 5% (McKeagdan Moeller, 2007: 83).
Fox et all. (1988: 315),memberikan definisi bahwa latihan larirepetisi merupakan lari cepat yangdilakukan dengan kecepatan maksimal,berulang-ulang diselingi periode pulih asal(recovery) sempurna diantara ulangan yangdilakukan. Latihan repetition sprintsmeningkatkan sistem energi ATP-PCsebesar 90%, sistem energi LA dan O2
sebesar 6%, dan sistem energi O2 sebesar4% (McKeag dan Moeller, 2007: 83).METODE PENELITIANJenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakanmerupakan penelitian kuantitatif denganpendekatan Quasi Experimentalmenggunakan factorial design (AliMaksum, 2009: 50).
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian (Maksum, 2009)
Keterangan:A X1 = latihan hollow sprintmenggunakan interval 1:3A X2 = latihan hollow sprintmenggunakan interval 1:5B X1 = latihan repetition sprintmenggunakan interval 1:3B X2 = latihan repetition sprintmenggunakan interval 1:5
Populasi dan Sampel PenelitianSiswa putra kelas VIII SMP Negeri 1
Kertosono kabupaten Nganjuk angkatan 2016/2017yang berjumlah 44 siswa. Kemudianmelakukan pretest pada setiap sampel,Dilakukan pembagiankelompokeksperimen I yaitu hollowsprintsinterval 1:3, kelompok eksperimenII yaituhollow sprints1:5, kelompok III
X1
(1:3)X2
(1:5)
A (hollowsprints)
A X1 A X2
B (repetitionssprint)
B X1 B X2
Interval
LatihanSprint
133
yaitu repetition sprintsinterval 1:3 dankelompok IV repetition sprintsinterval 1:5.Penentuan kelompok menggunakan teknikordinal pairing. Teknik ordinal pairingmerupakan salah satu acara pengelompokansampel dengan sistem rangking.Tujuanpenggunaan ordinal pairing adalah untukmenyamakan kemampuan sampeldimasing-masing kelompok.Tempat dan Waktu Penelitiana. Penelitian dilaksanakan di Lapangan
Sepakbola Pandantoyo. Untuk pretestdan posttest dilaksanakan di LapanganSMPN I Kertosono.
b. Waktu penelitian pengambilan datadilakukan pada bulan 14 Maret-9 Mei2016 selama 8 minggu sebanyak24 kalipertemuan.
Instrument Penelitiana. Pengukuran kecepatan menggunakan
sprint 30 meter.b. Pengukuran power menggunakan
vertical jump.
Teknik Analisis Data
Analisis statistik yang digunakanadalah uji-t paired sample test dan Analisisof Varians (Anova) dengan tarafsignifikansi 0.05 menggunakan programStatistical Product and Service Solution(SPSS) 22.0. Untuk membandingkanpengaruh latihan yang lebih besar diantaralatihan hollow sprints dan repetition sprintsterhadap kecepatan dan power otot tungkaipada siswa putra kelas VIII SMPN IKertosono.
HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1. Pretest dan Posttest Kelompok hollow sprints 1:3NAMA Kecepatan
(Sprint 30 meter)Power Otot Tungkai
(Vertical jump)PRETEST
POSTTEST
PRETEST
POSTTEST
KWN 6.28 6.44 4690.05 4811.45
ARG 5.61 5.70 3693.93 3876.03
BRN 6.22 6.42 3684.86 3806.26
RZH 6.19 6.33 3434.34 3555.74
AND 5.93 6.13 3434.37 3495.07
RZD 5.00 5.15 3154.43 3275.83
DAK 5.11 5.21 3120.91 3242.31
FDL 5.13 5.24 2944.24 3126.34
HNS 5.96 6.05 2932.44 3114.54
RRY 5.71 5.84 2734.50 2855.90
BDI 6.00 6.10 2724.97 2846.37
Jumlah 63.14 64.61 36549.05 38005.85
Rata-rata 5.74 5.87 3322.64 3455.08
Std.Deviation
0.47 0.49 568.45 564.18
Peningkatan 2.33% 3.99%
Tabel 4.2. Pretest dan Posttest Kelompok hollow sprints1:5NAMA Kecepatan
(Sprint 30 meter)Power Otot Tungkai (Vertical
jump)PRETEST
POSTTEST
PRETEST
POSTTEST
BYN 6.90 7.04 4356.18 4538.28
IBL 5.34 5.42 3865.64 3987.04
RFI 5.75 5.87 3673.55 3916.35
YDA 5.71 5.78 3582.50 3764.60
NZR 5.54 5.62 3424.41 3667.21
134
NCS 6.36 6.56 3185.21 3367.31
BGS 6.15 6.29 3068.77 3311.57
FRY 6.91 7.09 2965.50 3026.20
RDO 6.36 6.45 2903.90 3086.00
NUL 5.92 6.06 2783.88 2905.28
YNS 6.00 6.15 2696.88 2878.98
Jumlah 66.92 68.34 36506.41 38448.81
Rata-rata 6.08 6.21 3318.76 3495.35
Std.Deviation
0.51 0.54 513.03 526.75
Peningkatan 2.13% 5.32%
Tabel 4.3. Pretest dan Posttest Kelompok repetition sprints 1:3NAMA Kecepatan
(Sprint 30 meter)Power Otot Tungkai
(Vertical jump)PRETEST
POSTTEST
PRETEST
POSTTEST
ADA 6.00 6.33 4140.59 4201.29BGU 6.28 6.56 3894.61 4016.01FZN 6.32 6.64 3582.47 3643.17RGG 6.28 6.76 3404.46 3525.86FDK 6.15 6.48 3189.29 3310.69AIA 6.45 6.77 3067.87 3128.57FBI 6.24 6.59 2973.20 3033.90GLH 5.71 6.05 2895.29 2895.29AYA 6.11 6.54 2791.11 2851.81RJL 6.40 6.74 2644.78 2705.48FDL 5.93 6.24 2608.55 2669.25
Jumlah 67.85 71.70 35192.23 35981.33Rata-rata 6.17 6.52 3199.29 3271.03
Std.Deviation
0.22 0.23 504.22 519.69
Peningkatan 5.66% 2.24%
Tabel 4.4. Pretest dan Posttest Kelompok repetition sprints1:5NAMA Kecepatan
(Sprint 30 meter)Power Otot Tungkai (Vertical
jump)PRETEST
POSTTEST
PRETEST
POSTTEST
KTK 6.32 6.56 4059.95 4120.65
LTN 5.62 5.87 3988.40 4049.10
FAL 6.41 6.65 3590.65 3712.05
MHM 6.22 6.52 3585.64 3707.04
FIL 6.56 6.74 3249.07 3249.07
IQB 6.20 6.42 3224.60 3346.00
YSU 6.04 6.28 2984.98 3045.68
ARO 5.15 5.34 2979.57 3040.27
ARI 6.00 6.21 2871.28 2931.98
UUM 6.24 6.44 2839.57 2960.97
FRN 6.04 6.16 2611.72 2733.12
Jumlah 66.79 69.20 35985.45 36895.95
Rata-rata 6.07 6.29 3271.40 3354.18
Std.Deviation
0.39 0.40 478.35 473.96
Peningkatan 3.61% 2.53%
135
Hasil pengukuran dari keempatkelompok pada tabel di atas menunjukkanpeningkatan yang lebih besar setelahdiberikan latihanhollow sprints 1:3, hollowsprints 1:5, repetition sprints 1:3 danrepetition sprints1:5 selama 8 minggudengan frekuensi 3 kali seminggu.Demikian juga data variabel power otottungkai yang menunjukkan peningkatanlebih besar setelah diberi perlakuan selama8 minggu dengan frekuensi 3 kaliseminggu.
Peningkatan tersebut ditunjukkandari nilai rerata pada masing-masingvariable kecepatan yaitu nilai rerata pretestlebih besar dari nilai rerata posttest. Nilairerata variabel kecepatan pada kelompokhollow sprints 1:3 yaitu pretest (5.74 m/s)setelah posttest (5.87 m/s); kelompokhollow sprints 1:5 yaitu pretest (6.08 m/s)setelah posttest (6.21 m/s); kelompokrepetition sprints 1:3 yaitu pretest (6.17m/s) setelah posttest (6.52 m/s); kelompokrepetition sprints 1:5 yaitu pretest (6.07m/s) setelah posttest (6.29 m/s).
Peningkatan juga ditunjukkan darinilai rerata pada masing-masing variablepower otot tungkai yaitu nilai rerata pretestlebih besar dari nilai rerata posttest. Nilairerata variabel kecepatan pada kelompokhollow sprints 1:3 yaitu pretest (3322.64watts) setelah posttest (3455.08 watts);kelompok hollow sprints 1:5 yaitu pretest(3318.76 watts) setelah posttest (3495.35watts); kelompok repetition sprints 1:3yaitu pretest (3199.29 watts) setelahposttest (3271.03 watts); kelompokrepetition sprints 1:5 yaitu pretest (3271.40watts) setelah posttest (3354.18 watts).Uji Prasyarat DataTabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data KeduaVariabel TerikatTabel tersebut menunjukkan bahwaperolehan data dari kedua variabel terikatyaitu kecepatan dan power otot tungkaimengartikan bahwa data berdistribusinormal. Hasil yang signifikan (p) darimasing-masing kelompok menunjukkan
bahwa data diambil dari populasi yangberdistribusi normal.Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Varians
Variabel Tes Sig(P)
Keterangan Status
Kecepatan
Pre-test
0.081 P > 0.05 Homogen
Post-test
0.066 P > 0.05 Homogen
PowerOtot
Tungkai
Pre-test
0.992 P > 0.05 Homogen
Post-test
0.988 P > 0.05 Homogen
Tabel di atas menunjukkan perolehan datakedua variabel terikat yaitu kecepatan danpower otot tungkai memiliki varianshomogen, karena nilai signifikan darimasing-masing data menunjukkan tarafsignifikan atau (p) > 0,05.Pengujian Hipotesis
Tabel 4.7 Hasil Uji Beda Rarata SampelBerpasangan Kecepatan
Kecepatan MeanSig. (2-tailed) Keterangan
Kelompok1
Pre-test
0.1336 0.00 SignifikanPost-test
Kelompok2
Pre-test
0.1263 0.00 SignifikanPost-test
Kelompok3
Pre-test
0.3481 0.00 SignifikanPost-test
Kelompok4
Pre-test
0.2172 0.00 SignifikanPost-test
Tabel 4.8 Hasil Uji Beda Rarata SampelBerpasangan Power OtotTungkai
Power Otot Tungkai MeanSig. (2-tailed)
Keterangan
Kelompok1
Pre-test 132.436
0.00 SignifikanPost-test
Kelompok2
Pre-test 176.581
0.00 SignifikanPost-test
Kelompok3
Pre-test71.736 0.00 Signifikan
Post-testKelompok Pre-test 82.773 0.00 Signifikan
Variabel TesKel.
1Kel.
2Kel.
3Kel.
4 Ket. StatusSig Sig Sig Sig
Kecepatan
Pre-test
0.193 0.2 0.2 0.65P >0.05
Normal
Post-test
0.2 0.2 0.2 0.2P >0.05
Normal
PowerOtot
Tungkai
Pre-test
0.2 0.2 0.2 0.2P >0.05
Normal
Post-test
0.2 0.2 0.2 0.2P >0.05
Normal
136
4 Post-test
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji Beda antarKelompok Kecepatan dan Power Otot
Tungkai
Sumber Variasi dfKecepatan Power Otot
Tungkai KeteranganF hitung Sig. F hitung Sig.
Antar Kelompok 3
55.124 0.00 13.45 0.00 SignifikanDalam
Kelompok40
Total 43
Hasil dari perhitungan uji-t paired t-test seperti tabel di atas pada pemberianlatihan Hollow Sprints 1:3, Hollow Sprints1:5,Repetition Sprints 1:3 dan RepetitionSprints 1:5dengan melihat nilai Sig. (2-tailed) 0.00, maka dapat disimpulkanbahwa H0 ditolak dan Ha diterima karenanilai Sig. 0.00 < nilai α = 0,05. Dengan katalain terdapat pengaruh yang signifikan daripemberian latihan selama 8 mingguterhadap peningkatan kecepatan dan powerotot tungkai pada siswa putra kelas VIIISMP Negeri I Kertosono Angkatan2016/2017.
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Post HocTest dengan LSD
DependentVariable
(I) MetodeLatihan
(J)Metode_Latihan
MeanDifference (I-J) Sig.
SelisihKecepatan
Hollow Sprint1:3
Hollow Sprint1:5 .00455 .817
RepetitionSprint 1:3 -.21455* .000
RepetitionSprint 1:5 -.07455* .000
Hollow Sprint1:5
Hollow Sprint1:3 -.00455 .817
RepetitionSprint 1:3 -.21909* .000
RepetitionSprint 1:5 -.07909* .000
RepetitionSprint 1:3
Hollow Sprint1:3 .21455* .000
Hollow Sprint1:5 .21909* .000
RepetitionSprint 1:5 .14000* .000
RepetitionSprint 1:5
Hollow Sprint1:3 .07455* .000
Hollow Sprint1:5 .07909* .000
RepetitionSprint 1:3 -.14000* .000
Selisih Power
Hollow Sprint1:3
Hollow Sprint1:5 -44.14545* .023
RepetitionSprint 1:3 60.70000* .002
RepetitionSprint 1:5 49.66364* .011
Hollow Sprint1:5
Hollow Sprint1:3 44.14545* .023
RepetitionSprint 1:3 104.84545* .000
RepetitionSprint 1:5 93.80909* .000
RepetitionSprint 1:3
Hollow Sprint1:3 -60.70000* .002
Hollow Sprint1:5 -104.84545* .000
RepetitionSprint 1:5 -11.03636 .557
RepetitionSprint 1:5
Hollow Sprint1:3 -49.66364* .011
Hollow Sprint1:5 -93.80909* .000
RepetitionSprint 1:3 11.03636 .557
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Menurut tabel 4.10. di atas menunjukanbahwa adanya perbedaan yang signifikanantara keempat kelompok. Perbedaantersebut terlihat dari Mean difference. Meandifference memberian sebuah makna bahwaperbedaan pengaruh terhadap peningkatankecepatan antar kelompok penelitian.
Diskusi Hasil Penelitian
Kelompok Hollow Sprints
Latihan hollow sprints adalah suatubentuk latihan yang terdiri dari dua kaliperiode lari cepat yang diselingi denganperiode jogging.Fox (1988) menjelaskanbahwa latihan bentuk sprintberpengaruhterhadap power anerobic dan pengaturanpemenuhan kebutuhan oksigen dalamtubuh. Latihan sprint merangsangperubahan enzimatik yang berperan dalammemfasilitasi kontraksi otot yang cepatdengan memungkinkan untuk tingkatpasokan ATP yang lebih cepat dari sistemglikolitik (Bompa dan Haff, 2009). Darihasil penelitian menunjukkan adanyapeningkatan lebih besar pada kecepatan danpower otot tungkai.
137
Hasil tersebut memberikan buktinyata bahwa latihan hollow sprintsmerupakan bentuk latihan sprint denganfokus peningkatan power otot tungkai dansedikit perubahan pada peningkatankecepatan pada siswa putra kelas VIII SMPNegeri I Kertosono angkatan 2016/2017.
Kelompok Repetition Sprints
Latihan repetition sprints memilikipengaruh yang signifikan terhadapkecepatan dan power otot tungkaidikarenakan tungkai senantiasa melakukankontraksi terus menerus saat melakukanlatihan tersebut.Sprint yang dilakukan padalatihan repetition sprints secara kontinyuatau berkelanjutan memberikan dampakterhadap kemampuan adaptasi ototpenunjang gerakan lari cepat sertamengembangkan kondisi fisik yang sesuaidengan karakteristik kebutuhan fisikkecepatan lari.Dari hasil penelitianmenunjukkan adanya peningkatan lebihbesar pada kecepatan dan power otottungkai.
Hasil tersebut memberikan buktinyata bahwa repetition sprints merupakanbentuk latihan sprint dengan fokuspeningkatan kecepatan dan power otottungkai berpengaruh pada siswa putra kelasVIII SMP Negeri I Kertosono angkatan2016/2017.
Perbandingan Hollow SprintsdanRepetition Sprints
Latihan hollow sprints terdapatkombinasi antara penyesuaian frekuensilangkah pada kecepatan lari denganpembentukan power anaerobik (Fox, 1988).Power anaerobic akanmenjaminpemeliharaan kecepatan yangtinggi dan untuk mengawali gerakakselerasi (Sukadiyanto, 2011:118).Sedangkan pada latihan repetition sprintscenderung pada adaptasi kebutuhan fisikkecepatan lari dan kecepatan maksimum
serta daya tahan kecepatan lari(Syafaruddin, 2011:81).
Perbandingan Hollow SprintsdanRepetition Sprints denganmenggunakan Interval Training Ratio 1:3dan 1:5
Dengan waktu istirahat yangpanjang pada latihan hollow sprints 1:5memberikan waktu pemulihan otot lebihlama sehingga kondisi subjek cenderungsudah kembali ke denyut nadi latihan,sehingga pengaruh terhadap peningkatanfungsi motorik khususnya power otottungkai lebih baik daripada latihan hollowsprints 1:3. Sedangkan pada latihanrepetition sprints 1:3 memberikan waktupemulihan yang cukup pendek, yangberakibat pada penyesuaian atau adaptasiterhadap kecepatan maksimal yangdilakukan selama latihan dalam waktuistirahat yang cukup singkat.
PENUTUP
Simpulan5. Terdapat pengaruh yang signifikan
program latihanhollow sprints1:3terhadap kecepatan sebesar 2.33%.
6. Terdapat pengaruh yang signifikanprogram latihan hollow sprints1:3terhadap power otot tungkai sebesar3.99%.
7. Terdapat pengaruh yang signifikanprogram latihan hollow sprints 1:5terhadap kecepatan sebesar 2.13%.
8. Terdapat pengaruh yang signifikanprogram latihan hollow sprints 1:5terhadap power otot tungkai sebesar5.32%.
9. Terdapat pengaruh yang signifikanprogram latihanrepetition sprints1:3terhadap kecepatan sebesar 5.66%.
10. Terdapat pengaruh yang signifikanprogram latihanrepetition sprints1:3terhadap power otot tungkai sebesar2.24%.
138
11. Terdapat pengaruh yang signifikanprogram latihanrepetition sprints1:5terhadap kecepatan sebesar 3.61%.
12. Terdapat pengaruh yang signifikanprogram latihanrepetition sprints1:5terhadap power otot tungkai sebesar2.53%.
13. Terdapat perbedaan pengaruh antaralatihan hollow sprints denganmenggunakan interval training ratio1:3 dan latihan hollow sprints denganmenggunakan interval training ratio1:5 terhadap kecepatan dan power otottungkai. Latihan hollow sprintsintervaltraining ratio 1:5 memberikanpengaruh lebih besar dari latihan hollowsprintsinterval training ratio 1:3terhadap peningkatan power otottungkai.
14. Terdapat perbedaan pengaruh antaralatihan repetition sprints denganmenggunakan interval training ratio1:3 dan latihan repetition sprintsdengan menggunakan interval trainingratio 1:5 terhadap kecepatan dan powerotot tungkai.Latihan repetitionsprintsinterval training ratio 1:3memberikan pengaruh lebih besar darilatihan repetition sprintsintervaltraining ratio 1:5 terhadap peningkatankecepatan.
15. Terdapat perbedaan pengaruh antaralatihan hollow sprints denganmenggunakan interval training ratio1:3 dan latihan repetition sprintsdengan menggunakan interval trainingratio 1:5 terhadap kecepatan dan powerotot tungkai.Latihan hollowsprintsinterval training ratio 1:3 danlatihan repetition sprintsintervaltraining ratio 1:5 memberikan sedikitpengaruh terhadap peningkatankecepatan dan power otot tungkai.
16. Terdapat perbedaan pengaruh antaralatihan hollow sprints denganmenggunakan interval training ratio1:5 dan latihan repetition sprintsdengan menggunakan interval training
ratio 1:3 terhadap kecepatan dan powerotot tungkai. Latihan hollowsprintsinterval training ratio 1:5 danlatihan repetition sprintsintervaltraining ratio 1:3 memberikanpengaruh lebih besar terhadappeningkatan power otot tungkai ataukecepatan.
Saran4. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai
latihan sprint khususnya latihanhollowsprints dan repetition sprintsdengankondisi sampel yang berbeda.
5. Bagi para pelatih, agar dalam menyusunprogram latihan harus memperhatikankarakteristik kemampuan setiap atletsehingga atlet mampu melaksanakanprogram latihan tersebut, dan sehinggaproses latihan yang dijalani dapatberjalan lancar dan mendapatkan hasilyang maksimal.
6. Metode latihan hollow sprints danrepetition sprints dapatdirekomendasikan dan diterapkandalam program latihan untukmeningkatkan kecepatan dan powerotot tungkai.
DAFTAR PUSTAKAAmbara, I Kayan Agus Widia. (2010). Tesis:
Perbandingan pengaruh metode latihanacceleration sprints, hollow sprints, danrepetition sprints terhadap peningkatanprestasi lari 100 meter ditinjau dari kekuatanotot tungkai. Surakarta: IKOR UniversitasSebelas Maret.
Andriyani, Budiawan dan Sudarmada. (2014). E-Journal: Pengaruh pelatihan sidejump sprint dengan rasiokerja:istirahat 1:3 dan 1:5terhadap daya ledak otot tungkai.IKOR Universitas PendidikanGanesha. Vol I.
Bompa, Tudor O and Gregory Half. (2009).Periodezation theory andmethodology of training, 5th
edition. Kendall/Hunt: PublishingCompany.
139
Bompa, Tudor O. (1999). Periodezationtheory and methodology oftraining, 4th edition. Kendall/Hunt:Publishing Company.
Cagno, Alessandra di., Battaglia, C., Fiorilli, G., Piazza,M., Giombini, A., Fagnani, F., Borrione, P.,Calcagno, G., dan Pigozzi. (2014). Motorlearning as young gymnast’s talent indicator.Journal of Sports Science and Medicine.767-773.
Cote, Jean dan Gilbert, Wade. (2009). Anintegrative definition of coachingeffectiveness and expertise.International Journal of SportsScience and Coaching. Vol. 4. No.3. 307-325.
Chris and Anna. (2013). 101 Youth rugbydrills (2nd ed.). BloomsburyPublishing Plc. Retrieved fromhttps://books.google.co.id/books?isbn=1408165538
Furqon. (1991). Tesis: Perbedaanpengaruh latihan lari cepatakselerasi dan lari cepat hollowterhadap prestasi lari cepat 100meter. Jakarta: IKIP NegeriJakarta.
Grosser, S dan Zimmerman. (2001).Physical training of sport, p.l.(ed).latihan fisik olahraga.Jakarta: Pusat Pendidikan danPenataran Bidang Penelitian danPengembangan Koni Pusat.
Greenberg, J. S., Dintiman, G. B., & Oakes,B. M. (2004). Physical fitness andwellness: Changing the way youlook, feel, and perform (3nd ed.).United States, Amerika: HumanKinetics.
Hoeger, Wener W. K., & Hoeger, SharonA. (2014). Lifetime physical fitnessand wellness: A personalized
program (13nd ed.). Stamford,USA: Cengage Learning.
Kamen, Gary. (2001). Foundations ofexercise science (edition 1).Amazon: Lippincott Williams &Wilkins.
Kemenegpora. 2005. Panduan PenetapanParameterTespadaPusatPendidikandanPelatihanPelajardanSekolahKhususOlahragawan. Jakarta: Kemenegpora
Lakshmikrishnan, R dan Silvakumar, K.(2013). Effect of weight trainingand plyiometric training onstrength endurance and legstrength. International Journal ofHealth, Physical Endurance andComputer Science in Sport. Vol.11. No. 1. pp. 152-153.
Maksum, (Ali.2012). Metodologi penelitiandalam olahraga. Surabaya: UnesaUniversity Perss.
McArdle, W. D., Katch, F. I., & Katch, V.L. (2010). Exercise physiologi:nutrition, energy, and humanperformance (7nd ed.).Philadelphia: Lippincolt Williams& Wilkins.
McKeag, Douglas B dan Moeller, James L.(2007). ACSM’s primary caresports medicine (second edition).Philadelphia, PA 19106 USA.(Online pada 22 Februari 2016pukul 15.38 WIB).
Munoz, J. L. Mate, J Antonio, AntonMonroy, Jimenez P Jodra, VManuel, Garnacho-Castano.(2014). Effects of instability versustraditional resistance training onstrength, power and velocity inuntrained men. Journal of SportsScience and Medicine. 460-468.
140
Nagarajan, S. Damodharan, C. Praven, A.(2013).Effeck of aerobic circuittraining and parcours training onselected physiological variablesamong college men student,journal international, Vol. 11, 1PP 149-151.
Norman, Gareth. (2016 February 23).Hollow sprints (Published on Nov11, 2013) (Video file). Retrievedfrom www. youtube.com/watch?v=N8_ t1wMqnVY
Program Pascasarjana Universitas NegeriSurabaya. (2015). Pedomanpenulisan tesis dan disertasi.Surabaya.
Pook, Paul. (2012). Complete conditioningfor rugby. Human Kinetics.Retrieved fromhttps://books.google.co.id/books?isbn=0736098305
Remedious, Robert dos. (2007). Men’shealth power training: Buildbigger, stronger muscles throughtperformance-based conditioning.United States, Amerika: Rodale.Retrieved fromhttps://books.google.co.id/books?isbn=1605298689
Rosato, Frank. (2011). Walking andjogging for health and wellness(6nd ed.). Memphis: WadsworthCengage Learning. Diperoleh darihttps://books.google.co.id/books?isbn=0840048122
Rumpf, Michael C dan Cronin, John B.(2012). Effect of different trainingmethods on running sprint times inmale youth. Pediatric ExerciseScience. Human Kinetics, Inc.
Sajoto. (1995). Pengembangan danpembinaan kekuatan kondisi fisikdalam olahraga. Jakarta: DaharaPrize.
Singh, Y. Wise Blessed. (2014).Investigation of varied intensityinterval sprint training anddetraining impact on selectedspeed parameters. InternationalJournal of Physical Education,Fitness and Sports. Vol. 3. No.1
Sugiyono. (2011). Metode penelitiankuantitatif, kualitatif dan R & D.Bandung: Alfabeta.
Sukadiyanto. (2011). Pengantar teori danmetodologi melatih fisik. Bandung:CV. Lubuk Agung.
Rushall, Brents S and Frank S Pyke.(1992). Training for sport andfiness. Canberra: The MacmillanCompany of Australia PTY LTD.
Wiggins, James, Thompson. (2005). AS PEfor AQA. heinemann is the registeredtrademark of harcourt education limited.Retrieved fromhttps://books.google.co.id/books?isbn=04
141
PENGARUH LATIHAN CORE STABILITY STATIS (PLANK DAN SIDE PLANK)DAN CORE STABILITY DINAMIS (SIDE LYING HIP ABDUCTION DAN
OBLIQUE CRUNCH) TERHADAP KESEIMBANGANJanuarshah ZulvikarDr. Wijono, M.Pd
Prof. Dr. H. Hari Setijono, M.Pd
Program Studi S2 Pendidikan Olahraga, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya
e-mail: vikarzone@gmail.comAbstrak
Pelatihan kondisi fisik khususnya keseimbangan dibutuhkan untuk memperoleh kemampuanolahraga yang baik.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis tentang: (1) pengaruhlatihanCore StabilityPlank,Side Plank, Side Lying Hip Abduction, dan Oblique Crunchterhadap keseimbangan, dan (2) perbedaan pengaruh latihan Plank, Side Plank, Side LyingHip Abduction dan Oblique Crunch terhadap keseimbangan.Jenis penelitian yang digunakandalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode eksperimen semu. Desain penelitian inimenggunakanNon-Randomize Control Group Pretest-Posttest Design, dan analisis datamenggunakan Anova dengan instrumen keseimbangan stork stand balance beem pada saatpretest dan posttest. Selanjutnya data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakanbantuan SPSS seri 20.0.Hasil penelitian menunjukkan:(1) terdapat pengaruhlatihanPlank,Side Plank, Side Lying Hip Abduction, dan Oblique Crunch terhadapkeseimbangan, dan (2) terdapat perbedaan pengaruh latihan Plank, Side Plank, Side LyingHip Abduction dan Oblique Crunch terhadap keseimbangan.
Kata Kunci: Latihan, Core Stability, Keseimbangan
PENDAHULUANLatihan adalah suatu proses
sistematis yang dapat merubah kondisifisik, teknik, dan mental seorang individu.Menurut Roesdiyanto& Budiwanto(2008:16) latihan merupakan suatukegiatan sistematis yang dilakukan dalamwaktu yang panjang, ditingkatkan secarabertahap dan perorangan, dan membentukmanusia yang berfungsi secara fisiologisdan psikologisnya untuk memenuhituntutan tugas.
Fisik seorang individu harus benar-benar baik untuk mencapai suatukemampuan olahraga yang baik. Fisikmemiliki berbagai macam komponen didalamnya, diantaranya yaitu kekuatan,
daya tahan, keseimbangan, kecepatan,kelincahan, dan kelentukan. Dari berbagaimacam komponen fisik, fokus dalampenelitian ini adalah komponen fisikkeseimbangan.
Keseimbangan adalah kemampuanmemelihara gerak yang berorientasiterhadap kestabilan, (Roesdiyanto&Budiwanto, 2008: 49). Keseimbanganadalah kemampuan mempertahankan sikapdan posisi tubuh secara cepat pada saatberdiri (static balace) atau pada saatmelakukan gerakan (dynamicbalance).Banyak faktor yangmempengaruhi keseimbangan, salahsatunya yaitu kekuatan otot. Kekuatan ototjuga berpengaruh terhadap kestabilan
142
gerak ketika menjaga keseimbangan.Kekuatan otot adalah kemampuan ototatau sekelompok otot menghasilkantegangan dan tenaga selama usahamaksimal baik secara dinamis maupunsecaca statis. Otot yang kuat merupakanotot yang dapat berkontraksi danberileksasi dengan baik, jika otot kuatmaka keseimbangan dan aktivitas sehari-hari dapat berjalan dengan baik sepertiberjalan, lari, bekerja ke kantor, dan lainsebagainya.
Sebagian besar cabang olahragamemerlukan komponen fisikkeseimbangan, misalnya olahraga beladiri, sepakbola, bolavoli, bolabasket, danlain sebagainya.Ada beberapa modellatihan yang dapat meningkatkankomponen fisik keseimbangan, salahsatunya dengan menggunakan modellatihan core stability. Core stability adalahsuatu model latihan yang meningkatkankemampuan mengkontrol posisi gerakanbatang badan melalui panggul dan kakiuntuk memungkinkan produksi gerak yangoptimal (Kibler& Sciascia, 2006). Padakenyataannya, istilah 'pelatihan inti' telahmenjadi simbol untuk setiap latihan yangmembahas beberapa aspek stabilitaslumbopelvic. Paul Gambell (2010: 151)mengemukakan Wilayah lumbopelvic pastiakan menjadi penghubung penting dalamrantai kinetik (menggabungkan sendi daritubuh bagian bawah dan dorongan ketubuh bagian atas) yang terlibat dalamsemua gerakan olahraga.
Di sisi lain study mengenaipelatihan inti ini (core stability) masihmengalami ambiguitas, yakni sebagaipeningkatan kinerja atau sebagai terapi
penanganan cedera pada olahraga. PaulGambell (2010:151) mengatakan dalambukunya mengenai ambiguitas tersebut,dia menyebutkan bahwa “Pelatihan untukcore stability biasanya dilakukan dengansatu dari dua tujuan yaitu meningkatkankinerja atau pencegahan cedera”. PaulGambell (2010:151) menambahkanefektivitas pelatihan core stability untukpencegahan cedera sudah lamadidokumentasikan, namun dukunganuntuk peran core stability terhadappeningkatan kinerja masih belumdipahami.Dalamsitusnya(http://www.brianmac.co.uk/corestabex.htm) Brian Macmemaparkan beberapa jenis latihan corestability diantaranya yaitu core stabiltystatis plank, core stabilty statis side plank,dan core stability dinamis side lying hipabduction, core stability dinamis obliquecronch.
METODE PENELITIANPenelitian ini jenis kuantitatif
dengan metode quasi eksperimen(ekspermen semu). Rancangan penelitianmenggunakannon-randomize grouppretest-posttest design(Maksum, 2012:100).Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian iniadalah mahasiswa putra JurusanPendidikan Kepelatihan UniversitasNegeri Surabaya angkatan 2014 yangterdaftar aktif sebagai mahasiswa denganjumlah keseluruhan 160 mahasiswa.
Sampel dalam penelitian ini adalahmahasiswa putra aktif jurusan PendidikanKepelatihan Universitas Negeri Surabayaangkatan 2014 sebanyak 35 orang. Teknik
143
pengambilan sampel dalam penelitian inidengan menggunakan simple randomsampling.Penentuan pengelompokansampel dilakukan secara ordinal pairingatau disesuikan peringkat dari hasilpretest.
Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di Gor
BimaFakulatas Ilmu KeolahragaanUNESA, selama 8 minggu daribulanFebruari – April 2016, denganrincian 8 minggu untuk perlakuan(treatment) dengan frekuensi 24 kalipertemuan yang dilaksanakan 3 kali dalamseminggu.
Instrumen PenelitianInstrumen penelitian dalam
penelitian ini adalah tes keseimbanganstatis stork stand dengan menggunakanalat PFT Balance-1.Teknik Analisis Data
Sesuai dengan hipotesis dan jenispenelitian yang digunakan dalampenelitian ini, maka analisis statistik yangdigunakan adalah uji prasarat datanormalitas dan homogenitas, kemudiandilanjutkan dengan uji-t paired sample testdan Analisis of Varians (Anova) dengantaraf signifikansi 5 %. Proses tersebut diatas akan dilaksanakanmenggunakanprogram Statistical Product and ServiceSolution (SPSS) 20.0.
HASIL PENELITIANUji Normalitas
Berdasarkan hasil penghitungandari SPSS seri 20.0, menunjukkan bahwaperolehan data dari variabel terikat yaitu
keseimbangan memiliki makna bahwadata berdistribusi normal. Hal ini bisadilihat dari nilai sig (p-value) dari setiapkelompok lebih besar dari 0.05. Olehkarena itu dapat disimpulkan bahwa datadiambil dari populasi yang berdistribusinormal.Uji Homogenitas
Hasil SPSS 20.0 untuk perhitunganhomogenitas datamenunjukkan bahwaperolehan data variabel terikat yaitukeseimbangan memiliki varians data yanghomogen. Hal tersebut bisa dilihat darinilai signifikansi dari setiap data lebihbesar dari taraf signifikansi (p>0.05).Sehingga dapat dapat disimpulkan bahwavarians pada setiap kelompok adalah samaatau homogen.Pengujian Hipotesis
Untuk menjawab hipotesis yangtelah diajukan, maka uji analisis yangdipergunakan dalam penelitian ini adalahuji beda rerata (uji beda mean) denganmenggunakan analisis uji-t paired t-test.Nilai yang digunakan dalam penghitunganuji-t paired t-test adalah nilai pretest danposttest dari masing-masing kelompok(kelompok I, kelompok II, kelompok III,kelompok IV, dan kelompok V).Berdasarkan hasil penghitungan denganprogram SPSS seri 20.0, terdapatperbedaan sebelum dan sesudah diberikanperlakuan pada variabel terikat(keseimbangan), baik pada kelompok I,kelompok II, kelompok III, dan keompokIV. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai sigdari keempat kelompok tersebut sebesar0,000 atau dengan kata lain p<0,05.Sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulanyaitu terdapat pengaruh latihan plank, side
144
plank, side lying hip abduction, danoblique cruch terhadap keseimbangan.Berbeda dengan kelompok kontrol, yangtidak memiliki perbedaan baik sebelummaupun setelah diberikan latihan.Hasil Uji beda Variabel DependentAntar Kelompok
Untuk mengetahui perbedaanvariabel dependent antar kelompokdigunakan analisis varians. Oleh karena itulangkah selanjutnya untuk mengolah datadalam penelitian ini adalah menggunakananalysis of variance. Untuk menganalisisdata menggunakan analysis of variance,data kelompok kontrol diuji secarabersama-sama dengan kelompokeksperimen. Anova digunakan untukmenguji perbedaan hasil selisih darivariabel terikat (keseimbangan) dalamkelompok yang didasarkan pada variabelbebas.
Berdasarkan hasil pengolahan data,dapat dilihat bahwa nilai sig sebesar 0,000,dengan kata lain p<0,05. Sehingga dapatditarik kesimpulan bahwa terdapatperbedaan pengaruh terhadap variabelterikat (keseimbangan) antara limakelompok. Apabila sudah terdapatperbedaan pengaruh antar kelompok, makaanalisis data dilanjutkan pada tahap ujipost hoc multiple comparasitions denganmenggunakan analisis Least SignificantDifference (LSD) dalam SPSS 20.0, untukmengetahui variabel bebas (independent)mana yang memberikan pengaruh secarasignifikan terhadap variabel terikat(dependent).
Hasil dari pengolahan uji pos hocdengan LSD menunjukkan bahwa adanyaperbedaan yang signifikan diatara lima
kelompok. Perbedaan tersebut dapa dilihatdari mean difference, sehingga dapatdikatakan bahwa terdapat perbedaanpengaruh terhadap keseimbangan antarkelompok eksperimen. Dari data meandifference tersebut terlihat bahwakelompok I lebih optimal meningkatkankeseimbangan dari pada kelompoklainnya. Dengan demikian latihan plankdapat meningkatkan keseimbangan secaraoptimal.DISKUSI HASIL PENELITIANLatihan Kelompok Eksperimen I(Plank)
Latihan Plank berdasarkan hasilanalisis data di lapangan memperlihatkanmemiliki pengaruh yang signifikanterhadap keseimbangan. Jeffrey M.Willardson(2007) dalam jurnalnyamengemukakan bahwa stabilitas intisebagai "kapasitas sistem untukmenstabilkan dan mempertahankan zonanetral intervertebralis dalam batasfisiologis. Plank merupakan latihan yangmenahan tubuh dari gaya gravitasi dengandibantu oleh lengan bawah dan ujing jarikaki, dengan posisi tubuh tengkurap.
Komponen otot utama yangberkontraksi pada latihan Plank diataranyaotot lengan terdiri biceps brachii (longhead), biceps brachii (short head),brachialis, brachioradialis, triceps brachii(long head), triceps brachii (medial head),dan briceps brachii (lateral head) (Bretcontreras, 2014:6). Kemudian otot perutyang terdiri dari external oblique, internaloblique, transversus abdominis, dan rectusabdominis (Bret contreras, 2014:56).Kontraksi otot punggung terdiri darispinalis, longissimus, iliocostalis,
145
quadratus lumborum, multifidus, psoasmajor, psoas minor (Bret contreras,2014:56). Otot pinggul Bret contreras(2014:56) menyebutkan yaitu gluteusmedius, gluteus minimus, gluteusmaximus, coccygeus, illiococcygeus,punococcygeus, dan puborectalis.Sementara itu kontraksi otot tungkaiterdiri dari Otot-otot tungkai atas (ototpaha): Otot tensor fasialata, Otot abductordari paha, Otot vastuslaterae, Otot rektusfemoris, Otot satrorius, Otot vastusmedialis, Otot abductor, Otot gluteusmaxsimus, Otot paha leteral danmedial.Otot tungkai bawah: Otot tibialisanterior, Otot ektensor digitorum longus,Otot gastroknemius, Otot tendon aciles,Otot soleus, Otot maleolus medialis, Ototretinakula bawah (Anthony danThibodeau dalam Muliarta, 2010:62).Latihan Kelompok Eksperimen II(SidePlank)
Latihan side plank berdasarkananalisis data yang didapat di lapanganmenunjukkan memberikan pengaruh yangsignifikan terhadap kemampuankeseimbangan. Latihan side plankmerupakan latihan menahan bagiansamping tubuh dari gravitasi bumi denganbantuan salah satu lengan, bahu, dantungkai. Latihan side plank memilikikontraksi otot yang sama dengan latihanplank, yaitu antara lain otot lengan, ototperut, otot punggung, otot pinggul dan otottungaki. Perbedaan kontraksi otot antarakedua latihan tersebut yaitu pada kontraksiotot perut, untuk latihan core stabilitystatis side plank lebih fokus pada perutbagian samping yang terdiri dari internal
oblique,external oblique, dan transversusabdominis(Bret contreras, 2014:56).
Dalam kenyataanya Stabilitas inti(core stability) dijelaskan dalam literaturkedokteran olahraga sebagai 'produkkontrol motorik dan kapasitas otot padalumbo-pelvic-hip complex', dalam istilahmuskuloskeletal ini terdiri dari tulangbelakang, panggul dan sendi pinggul, sertaproksimal ekstremitas bawah di sampingsemua otot yang berhubungan (Kibler&Sciascia, 2006.). Berdasarkan teoritersebut maka tidak heran jika latihan corestability salah satunya side plank dapatmeningkatkan kemampuan keseimbangan.Latihan Kelompok Eksperimen III(SideLying Hip Abduction)
Latihan side lying hip abductionberdasarkan analisis data yang didapat dilapangan menunjukkan memberikanpengaruh yang signifikan terhadapkemampuan keseimbangan. Latihan sidelying hip abduction adalah latihan yangmemiliki gerakan dinamis mengangkatsalah satu kaki, sehingga otot pinggul dantungkai berkontraksi, dengan posisi badanbagian samping menyentuh permukaanlantai. Fokus kontrkasi otot terletak padaotot pinggul dan otot tungkai. Otot pinggulterdiri dari Gluteus medius (cut) gluteusminimus, gluteus maximus, liacus,coccygeus, iliococcygeus, pubococcygeus,dan puborectalis. Otot tungai bagian atasterdiri dari Otot tensor fasialata, Ototabductor dari paha, Otot vastuslaterae,Otot rektus femoris, Otot satrorius, Ototvastus medialis, Otot abductor, Ototgluteus maxsimus, Otot paha leteral danmedial (Anthony dan Thibodeau dalamMuliarta, 2010:62).
146
Pada kenyataannya, istilah'pelatihan inti' telah menjadi unsur yangbermanfaat untuk setiap latihan yangmembahas beberapa aspek stabilitaslumbopelvic. Gambell (2010: 151)mengemukakan Wilayah lumbopelvic pastiakan menjadi penghubung penting dalamrantai kinetik (menggabungkan sendi daridasar dorongan ke ekstremitas) terlibatdalam semua gerakan olahraga.Berdasarkan teori tersebut memberikangambaran bagaimana pentingnyamelakukan latihan core stability dalammelatih kinerja tubuh yang berkontraksisaat berolahraga.Latihan Kelompok Eksperimen IV(Oblique Crunch)
Latihan oblique crunchmemberikan pengaruh yang signifikanterhadap keseimbangan berdasarkan hasilanalisis data yang diperoleh di lapangan.Latihan oblique crunch berfokus padapenguatan otot-otot pada daerah perut,dimana tubuh melakukan gerakan sepertisit up secara menyilang, yang dilakukansecara perlahan. Kontraksi otot padalatihan ini fokus terhadap otot perut, ototpunggung, dan otot pinggul.
Core merupakan “center of power”yang terletak di trunk. Fungsi core yangutama adalah untuk memelihara stabilisasiposisi dan gerakan tubuh bahkan saatistirahatpun otot core ini tetap bekerja (SriKustini, 2011).Core merupakan inti ataubagian pusat dari semua kakuatan yangdibutuhkan untuk melaksanakan danmeningkatkan aktivitas fisik yang berbeda.Latihan oblique crunch fokus padapenguatan otot di daerah perut, sehinggasecara otomatis pusat titik berat badan
menjadi terlatih dan menghasilkan gerakanyang optimal.Perbedaan Latihan Plank, Side Plank,Side Lying Hip Abduction, dan ObliqueCrunch
Terdapat perbadaan yangsignifikan antara keempat latihan tersebutterhadap keseimbangan. Dari empatlatihan tersebut latihan plank merupakanlatihan yang paling baik dalammeningkatkan keseimbangan. Latihanplank memiliki kontraksi otot yang hampirsama dengan side plank, namun yangmembedakan antara plank dengan sideplank yaitu penekanan pada daerah trunk,plank memiliki tekanan yang lebih kuatterhadap trunk.
Apabila latihanplankdibandingkan dengan latihan side lying hipabduction, perbedaan tampak padakontraksi ototnya. Pada latihan side lyinghip abduction kontrkasi otot fokus padapinggul dan kaki. Dukungan dari ototlainnya kurang menunjang terhadappeningkatan keseimbangan. Sama halnyadengan latihan oblique crunch. Latihanoblique crunch fokus pada otot perut danpinggul. Meskipun penekanan pada daerahtrunk cukup kuat namun dukungan dariotot tungkai kurang, sehingga masih kalahoptimal dengan latihan plank dalam halmeningkatkan keseimbangan. Oleh karenaitu latihan plank lebih baik dalammeningkatkan keseimbangandibandingkan dengan latihan side plank,side lying hip abduction dan obliquecrunch.
Faktor lain di lapangan yangmenyebabkan adanya perbedaan pengaruhdari ke empat latihan tersebut yaitu
147
perbedaan kemampuan dan kemauan darisetiap individu dalam mengikuti proseslatihan. Perbedaan kemampuan sudah pastidisebabkan karena setiap individumemiliki kemampuan fisik yang berbeda,salah satunya dari segi fisiologis.Perbedaan kemampuan mungkin masihbisa diperdebatkan, karena subjekmerupakan mahasiswa olahraga yangsudah tidak asing lagi dengan kegiatanolahraga. Faktor yang paling berpengaruhberdasarkan hasil pengamatan di lapanganyaitu faktor minat atau kemauan.Berdasarkan faktor kemauan tersebutsehingga saat menentukan repetisimaksimal cenderung tidak maksimal dandampaknya terhadap proses latihan yangdilakukan selama 24 kali pertemuan.
Sebagai tambahan, penelitian yangdilakukan Tomoko Okada, Kellie C.Huxel, And Thomas W. Nesser (2011)mengemukakan ada hubungan antaralatihan core stability dengan beberapakemampuan diantaranya kemampuanmenekuk dengan satu kaki, gerakan flexypada otot, dan gerakain aktif meluruskankaki.
PENUTUPKesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian danpembahasan yang telah diuraikan pada babsebelumnya, maka dapat disimpulkanbahwa:6. Terdapat pengaruh yang signifikan
latihan plank terhadappeningkatankeseimbanganpadamahasiswa putra jurusan pendidikankepelatihan Universitas NegeriSurabaya angakatan 2014.
7. Terdapat pengaruh yang signifikanlatihan side plank terhadappeningkatankeseimbanganpadamahasiswa putra jurusan pendidikankepelatihan Universitas NegeriSurabaya angakatan 2014.
8. Terdapat pengaruh yang signifikanlatihan side lying hip abductionterhadappeningkatankeseimbanganpadamahasiswa putra jurusan pendidikankepelatihan Universitas NegeriSurabaya angakatan 2014.
9. Terdapat pengaruh yang signifikanlatihan oblique crunch terhadappeningkatankeseimbanganpadamahasiswa putra jurusan pendidikankepelatihan Universitas NegeriSurabaya angakatan 2014
10. Terdapat perbedaan pengaruh yangsignifikan antara latihan plank, sideplank, side lying hip abduction, danoblique crunch terhadapkeseimbangan.
SaranBerdasarkan hasil penelitian
yang telah diuraikan, maka saran yangdapat disampaikan antara lain:6. Untuk meningkatkan komponen fisik
keseimbangan dapat dilakukandengan latihancore stability. Sehinggapara pelatih dan pelaksana kegiatanolahraga dapat menjadikan bentuklatihan ini sebagai acuan dalam upayauntuk meningkatkan keseimbangan.
7. Perlu diadakan penelitian lebih lanjutterkait dengan perbandinganlatihancore stability, denganmenambah model latihan lain padapopulasi dan karakteristik yang
148
berbeda, dengan harapan agarnantinya memberikan hasileksperimen yang lebih luas terkaitdengan hasil latihan tersebut.
8. Bagi peneliti selanjutnya, penelitianini dapat dijadikan sebagai bahanmasukan maupun perbandingan, jikapeneliti ingin mengangkat masalahyang sejenis dengan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKAApta, M dan Febi, K. 2015. Ilmu
Kepelatihan Dasar. Bandung:ALFABETA
Badriah, Laelatul, Dewi. 2011.FisiologiOlahraga Edisi II. Bandung: Multazam.
Bret, Contreras. 2014. Bodyweight:Strenght Training Anatomy.United States: Human Kinetics.
Budiwanto, Setyo. 2012. MetodologiLatihan Olahraga. Malang:Penerbit Universitas NegeriMalang (UM PRESS).
Brian Mac. 2015. Core Stability.http://www.brianmac.co.uk/corestab.htm.
Brian Mac. 2015. Core Stability Exercise.http://www.brianmac.co.uk/corestabex.htm.
Emilio J. Martínez-López Emilio, FidelHita-Contreras, Pilar M. Jiménez-Lara, Pedro Latorre- RomándanAntonio Martínez-Amat. 2014. TheAssociation Of Flexibility,Balance, And Lumbar Strength
With Balance Ability: Risk OfFalls In Older Adults. ©Journal ofSports Science and Medicine(2014) 13, 349-357
Kusnanik, N.W., Nasution, J., & Hartono,S. 201l. Dasar-Dasar FisiologiOlahraga. Surabaya : UNESAUniversity Press.
Maksum, Ali. 2012. MetodologiPenelitian Dalam Olahraga.Surabaya: Unesa University Press.
Mutlu Cuğ, Emre Ak, Recep Ali Özdemir,Feza Korkusuz, And David G.Behm. 2012. The effect ofinstability training on knee jointproprioception and corestrength.Journal of Sports Scienceand Medicine (2012) 11, 468-474
Nurcholis, & Januarumi, Fransisca. 2013.Pembelajaran Senam DenganPendekatan Pola Gerak Dominan.Surabaya: Unesa University Press.
Program Pascasarjana. 2015. PedomanPenulisan Tesis dan Disertasi.Surabaya:Unesa.
Ratames, Nicholas. 2012. ACSM ‘sFondation of Strenght Trainingadn Conditioning. New Jersey:American College Of Sport andMedicine.
Shivalika. Apoorv Narain. JagmohanSingh. Sabyasachi Bhowmik. 2013.To Compare The Effect Of Core
149
Stability Exercises And MuscleEnergy Techniques On Low BackPain Patients. IOSR Journal ofSports and Physical Education(IOSR-JSPE) e-ISSN: 2347-6745,p-ISSN: 2347-6737, Volume 1,Issue 2 (Nov. – Dec. 2013), PP 09-15 www.iosrjournals.org
SinHo Chung, JuSang Lee, and Jang SoonYoon. 2013. Effects OfStabilization Exercise Using A BallOn Mutifidus Cross-Sectional AreaIn Patients With Chronic LowBack Pain.©Journal of SportsScience and Medicine (2013) 12,533-541
Sri. Kustini. 2011. Pelatihan Terpadu(Kegel Dan Core Stability)Meningkatkan Kekuatan OtotDasar Panggul Wanita Multipara.Jurnal Fisioterapi Vol. 11 No. 1,April 2011.
Sukadiyanto& Muluk. 2011. PengantarTeori dan Metodologi MelatihFisik. Bandung: CV. LUBUKAGUNG.
Sumiaki Maeo, Takumi Takahashi, YoheiTakai dan Hiroaki Kanehisa. 2013.Trunk Muscle Activities DuringAbdominal Bracing: ComparisonAmong Muscles And Exercises.©Journal of Sports Science andMedicine (2013) 12, 467-474
Tomas K. Tong,Kellie C. Huxel, AndThomas W. Nesser. 2014. The
Occurrence Of Core MuscleFatigue During High-IntensityRunning Exercise And ItsLimitation To Performance: TheRole Of Respiratory Work. Journalof Sports Science and Medicine(2014) 13, 244-251
Tomoko Okada, Kellie C. Huxel, AndThomas W. Nesser. 2011.Relationship Between CoreStability,Functional Movement,And Performance. 25(1)/252–261Journal of Strength andConditioning Research @2011National Strength andConditioning Association
Winarno, M.E. 2011. MetodologiPenelitian Dalam PendidikanJasmani. Malang: MediaCakrawala Utama Press.
150
PENGARUH LATIHAN HEAVY BAG THRUST UNTUKMENINGKATKAN HASIL TOLAK PELURU MAHASISWI
PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA2A ANGKATAN TAHUN 2014
Drs. Slamet, M.Kes AIFO/Pendidikan Kepelatihan Olahraga/FKIP/UNRINi Putu Nita Wijayanti,M.Pd/Pendidikan Kepelatihan Olahraga/FKIP/UNRI
Drs. M. Khoiruddin/Pendidikan Kepelatihan Olahraga/FKIP/UNRI
slamet@yahoo.com
Abstrak
Abstrak: Berdasarkan observsi di lapangan, bahwa mahasiswa kepelatihan putri 2A, belummaksimal dalam melakukan tolak peluru, hal ini terlihat paa saat perkulihan. Dugaansementara disebabkan karena kurang baiknya kondisi fisik mahasiswa salah satunya adalahkekuatan otot lengan. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakan terdapatPengaruh Latihan Heavy bag thrust untuk meningkatkan hasil tolak peluru mahasiswiPendidikan Kepelatihan Olahraga 2A Angkatan Tahun 2014. Populasi dlam penelitian iniadalah semua mahasiswi kepelatihan 2A yaitu berjumlah 8 orang. Sampel dalam penelitianini yaitu sebanyak 8 orang. Instrumen yang digunakan adalah melihat jauhnya tolak peluru.Data yang diperoleh di analisi dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan uji- t menghasilkanthitung sebesar 2,238 dengan ttabel 1,90 maka ditolak, diterima, pada taraf alfa ( 0,05.Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh latihan Heavy bag thrust terhadap hasil tolakpeluru mahasiswa pendidikan kepelatihan olahraga 2A Angkatan 2014.
Kata Kunci: Latihan Heavy Bag Thrust, Hasil Tolak Peluru
PENDAHULUAN
Olahraga merupakan aktivitasjasmani (fisik) yang terdapat kegiatanpermainan dan dilakukan dalam bentukpertandingan atau perlombaan (Yusuf H.dan Aif Syarifudin, 1996: 4). Tujuanmelakukan aktivitas olahraga yaitu (1)untuk rekreasi yaitu; menyeimbangkanfungsi saraf otonom akibat dari tekananmental, (2) untuk pendidikan yaitu;mengajarkan nilai-nilai danpengembangan kepribadian serta perilaku
yang baik, (3) untuk meningkatkankebugaran jasmani, (4) untuk prestasiyaitu; mengembangkan bakat yangdimiliki seseorang (Kanca, 2006a: 3).Bentuk pelaksanaan latihan yangdilakukan berbeda-beda disesuaikandengan tujuan yang ingin dicapai.
Olahraga prestasi merupakanolahraga yang lebih menekankan padapeningkatan prestasi seorang atlet padasuatu kecabangan olahraga tertentu.Melalui olahraga prestasi ini dapatdikembangkan potensi diri atau bakat dari
151
atlet bersangkutan. Olahraga prestasi jugaberperan penting dalam pengembanganaspek kepribadian atlet seperti tanggungjawab, kompetisi, disiplin, dan percayadiri.
Upaya peningkatan prestasiolahraga merupakan suatu hal yangkompleks yang saling melengkapi satudengan yang lain dan dipengaruhi olehberbagai faktor. Selain faktor mental,psikis, taktik dan strategi, faktor kondisifisik juga merupakan faktor yang sangatpenting dalam pencapaian prestasiolahraga.
Pelatihan kondisi fisik dapatmemegang peranan penting untukmempertahankan dan meningkatkanderajat kesegaran jasmani (physicalfittness) (Iwan Setiawan, 1991: 110).Unsur-unsur kondisi fisik yangberpengaruh yaitu daya tahan jantung,pernafasan, dan peredaran darah dayatahan otot, kecepatan, kelincahan,kekuatan, kelentukan persendian, dan dayaledak (Iwan Setiawan, 1991: 112).Seorang atlet yang memiliki taktik danteknik yang baik tidak akan dapatmenunjukan penampilan terbaiknyasepanjang pertandingan/perlombaan tanpadidukung oleh kemampuan fisik yangprima terutama daya tahan jantung,pernapasan dan peredaran darah (cardiorespiratory endurance).
Tolak Peluru merupakan salah satunomor atletik yang selalu diperlombakanpada perlombaan tingkat Internasionalseperti Sea Games, ASEAN Games,olimpiade dan lain sebagainya. Hal inimenyebabkan pembinaan dan pelatihantolak peluru perlu dilakukan untukmendapatkan prestasi yang optimal.Secara umum dari beberapa komponenkondisi fisik umum, terdapat beberapaunsur dalam nomor tolak peluru, unsuryang dimaksud adalah kekuatan,kecepatan dan power. Tetapi tidak berartiunsur yang lain tidak dibutuhkan, teoriyang menyatakan bahwa yang palingutama adalah kekuatan, Andi ishan ( 1994). Power tungkai dan lengan bahu
dibutuhkan saat gerakan gliding sehinggamomentum yang didapatkan besar danmembuat tolakan menjadi lebih jauh.
Mahasiswa PendidikanKepelatihan Olahraga Universitas Riauadalah salah satu prodi yang mencetakseorang pelatih yang mampu mencetakatlet berprestasi. Materi tolak peluru jugadiberikan kepada mahasiswa PendidikanKepelatihan Olahraga untuk semuaangkatan mengingat tolak peluru seringdiperlombakan dalam berbagai ajang sertamenjadi salah materi yang diberikan padajenjang sekolah baik SD, SMP maupunSMA. Problematika yang terjadi dilapangan dari tahun ke tahun hampir samayakni masih kurangnya power lengan yangmenjadi salah satu penyebab hasil tolakanmenjadi tidak optimal. Problematika inisering dialami oleh mahasiswidibandingkan dengan mahasiswa, padamahasiswi angkatan 2014 misalnya hanya25% mahasiswa yang lulus dengan standartolakan yang telah ditetapkan olehdosennya yaitu 7 meter. Secara teknikpenguasaan mereka lebih baik, namun daripenilaian hasil tolakan masih jauh darikata sempurna.
Ada berbagai metode latihan yangdapat diberikan untuk meningkatkanpower lengan, salah satunya denganmenggunakan metode latihan pliometrik.Metode latihan pliometrik adalah metodelatihan untuk mengembangkan explosivepower, yang merupakan komponenpenting yang butuhkan dalam penampilanatlet (James C. Radcliffe & Robert C.Farentinos, 1985: 8). Heavy bag thrustadalah salah satu bentuk latihan pliometrikyang sangat baik untuk mengembangkankekuatan, kecepatan dan power. Latihantersebut baik digunakan untuk seorangpelempar cakram, penolak peluru, atletangkat besi, dan baik juga untuk seorangpemain basket (James C. Radcliffe &Robert C. Farentinos, 1985: 102).
Berdasarkan latar belakang diatasmaka peneliti ingin memberikan suatubentuk latihan pliometrik yakni Heavy bagthrust untuk meningkatkan hasil tolak
152
peluru mahasiswi Pendidikan KepelatihanOlahraga 2A Angkatan Tahun 2014.
Berdasarkan latar belakang di atasmaka, rumusan penelitian ini adalah :Apakah terdapat Pengaruh Latihan Heavybag thrust untuk meningkatkan hasil tolakpeluru mahasiswi Pendidikan KepelatihanOlahraga 2A Angkatan Tahun 2014?
Sesuai dengan perumusan masalahmaka tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui Pengaruh Latihan Heavy bagthrust untuk meningkatkan hasil tolakpeluru mahasiswi Pendidikan KepelatihanOlahraga 2A Angkatan Tahun 2014.1. Bagi mahasiswa
a) Memberikan sumbangan bagimahasiswa agar dapatmengembangkan diri dalammencapai prestasi tolak peluru
b) Memberikan pengalaman kepadamahasiswa untuk belajar meneliti.
2. Bagi dosena) Untuk memperbaiki sistematika
pembelajaran dalam nomor tolakpeluru
b) Untuk menambah kredit semesterdalam menyusun laporan kinerjadosen.
3. Bagi prodia) Menambah perpustakaan prodi
yang berkaitan dengan penelitianb) Menambah Poin pada akreditasi
oleh BAN- PT
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yangdigunakan dalam penelitian ini adalah “The Non-Randomized Pretest PosttestDesign” (Kanca, 2006: 81). Adapunrancangan penelitiannya dapat dilihat padabagan berikut.
Keterangan:T 1 : Tes awal (pre test)
X : Perlakuan dengan latihan heavy
bag thrustT 2 : Tes akhir (post test)
Subyek penelitian adalah keseluruhanvarian yang menjadi bahan penelitian.Dalam penelitian ini jumlah subyekpenelitian yang dipergunakan sebanyak 8orang mahasiswi Prodi PendidikanKepelatihan Olahraga Kelas 2A Angkatan2014.
Instrumen yang di pakai dalampenelitian ini tes tolak peluru denganmenggunakan alat ukur Roll meter.(PB.PASI:2007:176).Petunjuk pelaksanaan lompat jauh:a) Testi di berikan kesempatan untuk
menolak peluru dengan berat 4 kgsebanyak tiga kali
b) Hasil tolakan diambil yang terjauhc) Pengukuran hasil tolakan diukur dari
bekas jatuhnya peluru yang pertamamengenai tanah/rumput. Pengukurandicatat keseperatus (0,01 meter).
Dalam penelitian ini dilakukananalisis data dengan uji-t independentdengan parametrik prasyarat yaitu ujinormalitas data pada taraf signifikansi 5%dengan menggunakan uji liliefors. Datadiperoleh dari hasil pre-test dan post-testyang dilakukan terhadap subyekpenelitian.
Hipotesis statistik yang di ujikandalam penelitian ini dengan rumus uji tsebagai berikut :
Hasil penelitian digunakan uji – t(Zulfan Ritongga, 2007 : 91) denganrumus :
t =
Keterangan := rata-rata
Sd = Standar deviasin = Sampel
Hipotesis yang di uji dalampenelitian ini adalah Hipotesis yang di ujidalam penelitian ini adalah :
PRETEST(T1)
LATIHAN HEAVY BAGTHRUST (X)
POSTTEST (T2)
153
Ho : Tidak Terdapat Pengaruh LatihanHeavy Bag Thrust Terhadap Hasil TolakPeluru Mahasiswi Pendidikan KepelatihanOlahraga 2A Angkatan Tahun 2014.Aturan pengambilan keputusan pada tarafsignifikan α = 0,05 apabila thitung > t tabel
maka HO ditolak, Hi diterima dan bila thitung < t tabel dan HO diterima Ha ditolak
HASIL DAN PEMBAHASAN`
Data yang diperoleh sebagai hasilpenelitian adalah data kualitas melalui testsebelum dan sesudah perlakuan latihanheavy bag thrust terhadap hasil tolakpeluru mahasiswa pendidikan kepelatihanolahraga 2A Angkatan 2014. Variabel-variabel yang ada pada penelitian ini yaitulatihan Heavy bag thrust yangdilambangkan dengan X sebagai variabelbebas, sedangkan dengan Hasil tolakpeluru dilambangkan dengan Y sebagaivariabel terikat.1. Hasil Pree-test Hasil tolak peluru
Setelah dilakukan test hasil tolakpeluru sebelum dilaksanakan metodelatihan Heavy bag thrust maka didapatdata awal dengan perincian dalamAnalisis Hasil Pree-test hasil tolakpeluru pada table 1 sebagai berikut :
Tabel 1. Analisis Pree-test Hasil TolakPeluru
No Data Statistik Pree-test1 Sampel 82 Mean 6,223 Std. Deviation 0,8144 Variance 0,6635 Minimum 5,176 Maximum 7,567 Sum 49,79
Dari table Analisis Pree-test hasiltolak peluru di atas dapat dijelaskanbahwa pree-test hasil hasil tolak pelurusebagai berikut : skor tertinggi 7,56,skor terendah 5,17, dengan mean 6,22,standar deviasi 0,814, dan varian0,663. Analisis data yang tertuangdalam Distribusi frekuensi sebagaiberikut:
Table 2.Nilai Interval Data Pree-testHasil Tolak Peluru
Nilai KelasInterval
FrekuensiAbsolut
FrekuensiRelatif
5,17-5,77 4 50%
5,78-6,38 0 0%
6,39-6,99 3 37,5%
7,00-7,60 1 12,5%
JUMLAH 8 100%
Berdasarkan data distribusifrekuensi di atas, persentasi dari 8orang sampel ternyata sebanyak 4orang sampel (50%) memiliki hasilhasil tolak peluru dengan kelas interval5,17-5,77, selanjutnya ada sebanyak 3orang sampel (37,5%) memiliki hasiltolak peluru dengan kelas interval6,39-6,99, dan sebanyak 1 orangsampel (12,5%) memiliki hasil hasiltolak peluru dengan kelas interval7,00-7,60, kemudian pada kelasinterval 5,78-6,38 tidak ada sampelyang memiliki hasil tolak peluru.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat padahistogram berikut:
Gambar 1. Histogram Data Pree-testHasil Tolak Peluru
2. Hasil Post-test Hasil Tolak PeluruSetelah dilakukan test hasil tolak
peluru dan diterapkan perlakuanlatihan heavy bag thrust maka didapatdata akhir dengan perincian dalamAnalisis Hasil Post-test hasil tolakpeluru pada table 3 sebagai berikut :
154
Tabel 3. Analisis Hasil Post-test HasilTolak Peluru
No Data Statistik Post-test1 Sampel 82 Mean 6,833 Std. Deviation 0,9984 Variance 0,9975 Minimum 5,426 Maximum 8,437 Sum 54,67
Dari tabel Analisis Hasil diatasdapat disimpulkan bahwa hasil post-test hasil tolak peluru sebagai berikut :skor tertinggi 8,43, skor terendah 5,42,dengan mean 6,83, standar deviasi0,998, dan varian 0,997. Analisis datayang tertuang dalam Distribusifrekuensi sebagai berikut:
Table 4.Nilai Interval Data Post-test HasilTolak Peluru
Nilai KelasInterval
FrekuensiAbsolut
FrekuensiRelatif
5,42-6,17 2 25%
6,18-6,93 2 25%
6,94-7,69 2 25%
7,70-8,45 2 25%
JUMLAH 8 100%
Berdasarkan data distribusifrekuensi di atas, persentasi dari 8orang sampel ternyata sebanyak 2orang sampel (25%) memiliki hasilhasil tolak peluru dengan kelas interval40,5-44,2, kemudian sebanyak 2 orangsampel (25%) memiliki hasil hasiltolak peluru dengan kelas interval6,18-6,93, selanjutnya sebanyak 2orang sampel (25%) memiliki hasilhasil tolak peluru dengan kelas interval6,94-7,69 dan 2 orang sampel (25%)memiliki hasil hasil tolak pelurudengan kelas interval 7,70-8,45. Untuklebih jelasnya dapat dilihat padahistogram berikut:
Gambar 2. Histogram Data Post-test Hasil Tolak Peluru
Pengujian persyaratan analisisdimaksudkan untuk menguji asumsiawal yang dijadikan dasar dalammenggunakan teknik analisis variansi.Asumsi adalah data yang dianalisisdan diperoleh dari sampel yangmewakili populasi berdistribusinormal, dan kelompok-kelompok yangdibandingkan berasal dari populasiyang homogen.Untuk itu yangdigunakan penguji yaitu uji normalitas.Uji normalitas dilakukan dengan ujililliefors dengan taraf signifikan 0,05dengan hasil dari pengujianpersyaratan sebagai berikut :
Uji normalitas dilakukan denganuji Lilliefors, hasil uji normalitasterhadap variabel penelitian yaitulatihan Heavy bag thrust (X) Hasiltolak peluru (Y) dapat dilihat padatable 5 sebagai berikut :
Tabel 5. Uji Normalitas Data Hasil TolakPeluru
Variabel LHitung
L Tabel
Hasil Pree-test HasilTolak Peluru
0,255 0,285
Hasil Post-test Hasil TolakPeluru
0,192 0,285
Dari tabel 5 diatas terlihatbahwa data hasil pree-test hasil tolakpeluru setelah dilakukan perhitunganmenghasilkan Lhitung sebesar 0,255dan Ltabel sebesar 0,285. Ini berartiLhitung lebih kecil dari Ltabel. Dapat
155
disimpulkan penyebaran data hasilhasil tolak peluru adalah berdistribusinormal. Untuk pengujian data hasilhasil tolak peluru post-testmenghasilkan Lhitung 0,192 lebih kecildari Ltabel sebesar 0,285. Maka dapatdiambil kesimpulan bahwapenyebaran data hasil tolak pelurupost-test adalah berdistribusi normal.
Hipotesis yang diuji dalampenelitian ini adalah :H0 : Tidak terdapat pengaru latihan
Heavy bag thrust (X)Terhadap Hasil tolak peluru(Y) mahasiswa pendidikankepelatihan olahraga 2AAngkatan 2014.
Ha : terdapat pengaru latihanHeavy bag thrust (X)Terhadap Hasil tolak peluru(Y) mahasiswa pendidikankepelatihan olahraga 2AAngkatan 2014.
Data yang diperoleh dianalisissecara deskriptif, maka selanjutnyadilakukan pengujian hipotesispenelitian yang telah diajukan sesuaimasalah yaitu: “terdapat pengaruhlatihan heavy bag thrust (X) yangberpengaruh terhadap hasil tolakpeluru (Y). Berdasarkan analisis uji tmenghasilkan thitung sebesar 2,238 danttabel sebesar 1,90. Berarti thitung > ttabel.Dapat disimpulkan bahwa Ho ditolakdan Ha diterima.
Dari hasil analisis diatas dapatdisimpulkan bahwa terdapat pengaruhlatihan heavy bag thrust (X) Terhadaphasil tolak peluru (Y) mahasiswapendidikan kepelatihan olahraga 2AAngkatan 2014 pada taraf alfa (α) 0,05dengan tingkat kepercayaan 95%.
Dari hasil penelitian sampaipengolahan data setelah dilaksanakanpenelitian yang diawali daripengambilan data hingga padapengolahan data yang akhirnyadijadikan patokan sebagai pembahasanhasil penelitian sebagai berikut :
terdapat pengaruh latihan heavy bagthrust terhadap hasil tolak pelurumahasiswa pendidikan kepelatihanolahraga 2A Angkatan 2014, inimenunjukkan terdapat pengaruh antaradua variabel tersebut di atas. Pengujianhipotesis yang menunjukan terdapatpengaruh latihan Heavy bag thrustterhadap hasil tolak peluru mahasiswapendidikan kepelatihan olahraga 2AAngkatan 2014.
Untuk mendapatkan hasil tolakanyang optimal tentu keempat aspekpencapaian prestasi seperti fisik,teknik,taktik dan mental perlu dilatih denganberbagai metode. Komponen kondisifisik yang dominan harus dimiliki olehseorang penola antara lain sebagaiberikut: kekuatan (strength), adalahkomponen kondisi fisik seseorangtentang kemampuannya dalammempergunakan otot untuk menerimabeban sewaktu bekerja. Daya ledak(muscular power) adalah kemampuanseseorang untuk mempergunakankekuatan maksimum yang dikerahkandalam waktu yang sependek-pendeknya. Dalam hal ini, dapatdinyatakan bahwa daya ledak (Power)sama dengan kekuatan (force) xkecepatan (felocity). Seperti dalamlompat tinggi, tolak peluru serta geraklain yang berseifat eksplosive.Kecepatan (speed) adalah kemampuansseorang untk mengerjakan gerakanberkesinambungan dalam bentuk yangsama dalam waktu sesingkat-singkatnya seperti dalam lari cepat,puulan dalam tinju, balap sepeda,panahan dan lain-lain. Dalam hal iniada kecepatan gerak dan kecepatanexplosive. Daya lentur (flexsibility)adalah efektifitas seseorang dalammenyesuaikan diri untuk segalaaktifitas dengan penguluran tubuhyang luas. Hal ini akan sangat mudahditandai dengan tingkat fleksibilitspersendian pada seluruh tubuh.Kelincahan (agility) adalahkemampuan seseorang untuk merubah
156
posisi diarena tertentu. Seseorang yangmampu merubah satu posisi yangberbeda dalm kecepatan tinggi dengankoordinasi yang baik, berartikelincahannya cukup baik.Keseimbangan (balance) adalahkemampun seseorang mengendalikanorgan-organ saraf otot, seperti dalamhandstand atau dalam mencapaikeseimbangan sewaktu seseorangsedang berjalan kemudian terganggu(misalnya tergelincir dan lain-lain).Dibidang olahraga banyak hal yangharus dilakukan atlet dalam masalahkeseimbangan ini, baik dalammenghilangkan ataupunmempertahankan keseimbangan. Padasampel penelitian terdapat fakta bahwamereka cukup menguasai teknik tolakpeluru saat mengikuti perkuliahansemester Genap 2014/2015, namunsaat evaluasi hasil yang dicapai jauhdari target sesuai dengan usianya.
Jadi dengan adanya pola latihanHeavy bag thrust yang diterapkan padamahasiswa pendidikan kepelatihanolahraga 2A Angkatan 2014,menunjukkan adanya peningkatanterhadap hasil tolak peluru mahasiswi.Artinya setiap latihan yang dilakukantentu mengharapkan peningkatanterhadap hasil yang dicapai. Latihanmerupakan proses yang berulang danmeningkatkan potensi dalam rangkamencapai prestasi yang maksimum.
Berdasarkan uji- t menghasilkanthitung sebesar 2,238 dengan ttabel 1,90maka ditolak, diterima, padataraf alfa ( 0,05. Dapat disimpulkanbahwa terdapat pengaruh latihanHeavy bag thrust terhadap hasil tolakpeluru mahasiswa pendidikankepelatihan olahraga 2A Angkatan2014.
SIMPULANBerdasarkan uji- t menghasilkan thitung
sebesar 2,238 dengan ttabel 1,90 maka
ditolak, diterima, pada taraf alfa (
0,05. Dapat disimpulkan bahwa terdapatpengaruh latihan Heavy bag thrustterhadap hasil tolak peluru mahasiswapendidikan kepelatihan olahraga 2AAngkatan 2014.
Saran
1. Bagi peneliti, sebagai masukanpenelitian lanjutan dalam rangkapengembangan ilmu dalam bidangpendidikan Olahraga, dan penelitianyang bermaksud melanjutkan danmengembangkan penelitian ini.
2. Kepada para pelatih agar dapatmenerapkan metode latihan denganmenggunakan heavy bag thrust agarlebih efektif dalam meningkatkan hasiltolak peluru.
3. Bagi pembaca, penelitian inibermanfaat sebagai bahan masukandalam menyusun strategi latihan dalamolahraga yang mampu meningkatkanpenguasaan teknik olahraga dikalanganatlet.
4. Diharapkan bagi mahasiswa PendidikanKepelatihan Olahraga Universitas Riaumenjadi pendorong penguasaan teknikyang lebih baik, sehingga kualitaskondisi fisik juga semakin baik.
DAFTAR PUSTAKA
Gerry A. Carr. 2003. Atletik UntukSekolah. Jakarta: Raja G
rafindo Persada.
Hadisasmita, Yusuf dan Aif Syarifuddin.1996. Ilmu Kepelatihan Dasar.Jakarta: Depdiknas.
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching.Jakarta: Depdikbud
Radcliffe, C. James & Farentinos, C.Robert.1985. PlyometricsExplosive Power Training. USA:Human Kinetics Publishers.
157
Rosdiani, Dini. (2012). DinamikaOlahraga dan PengembanganNilai. Bandung.
(http://pasuhtar.blogspot.com).Dibrowsing pada tanggal 15 April 2015
Penjas16.blogspot.com. Dibrowsing padatanggal 15 April 2015
Ayusinauonline.blogspot.com. Dibrowsingpada tanggal 15 April 2015
PENGARUH LATIHAN FRONT BOX JUMP DAN ROPE JUMPTERHADAP KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN
POWER OTOT TUNGKAI
ˡGilangMucharrorAlfansuri²Dr. Achmad Widodo, M.KesᶾDr. Wijono, M.Pd
Program Studi S2 Pendidikan Olahraga, Program Pascasarjana,Universitas Negeri Surabaya
e-mail ; gilangmucharror@yahoo.com
ABSTRAK
Tujuanpenelitianuntukmenganalisistentang: (1) pengaruh Front Box Jump terhadapkekuatan otot tungkai; (2) pengaruh Front Box Jump terhadap power otot tungkai; (3)pengaruh Rope Jump terhadap kekuatan otot tungkai; (4) pengaruh Rope Jump terhadappower otot tungkai; (5) perbedaan pengaruh Front Box Jump dan Rope Jump terhadapkekuatan otot tungkai; (6) perbedaan pengaruh Front Box Jump dan Rope Jump terhadappower otot tungkai; SasaranpenelitianiniadalahMahasiswa Jurusan Pendidikan KepelatihanOlahraga Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. Jenis penelitian iniadalah kuantitatifdengan metode eksperimen semu. Desain penelitian ini menggunakan Non RandomizeControl Group Pretest-Posttest Design. Dan analisis data menggunakan Anova. Prosespengambilan data dilakukandengantesback and leg dynamometer dan Jump DF,hasilpenelitiandianalisisdenganmenggunakanbantuan SPSS seri 21.0.Hasilpenelitian: (1)terdapat pengaruh signifikan latihanFront Box Jump terhadap kekuatan otot tungkai; (2)terdapat pengaruh signifikan latihanFront Box Jump terhadap power otot tungkai;(3) terdapatpengaruh signifikan latihanRope Jump terhadap kekuatan otot tungkai;(4) terdapat pengaruhsignifikan latihanRope Jump terhadap power otot tungkai;(5) terdapat perbedaan pengaruhyang signifikan latihanFront Box Jump dan Rope Jump terhadap kekuatan otottungkai;(6)terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan latihanFront Box Jump dan RopeJump terhadap power otot tungkai.
Kata kunci:Front Box Jump, Rope Jump, Kekuatan Otot Tungkai, dan Power Otot Tungkai.
A. PENDAHULUAN
Pembinaan olahraga saat inisudah semakin maju, hal ini tidak lepasdari peran serta masyarakat yangsemakin sadar dan mengerti akan artipentingnya olahraga itu sendiri, disamping adanya dukungan danperhatian dari pemerintah dalammenunjang perkembangan olahraga dinegara kita. Dalam kehidupan modern
kita harus menyadari adanya suatukenyataan tujuan manusia melakukanolahraga diantaranya ; 1) mereka yangmelakukannya hanya untuk rekreasi, 2)mereka yang melakukan olahragauntuk tujuan pendidikan, 3) merekayang melakukannya untuk mencapaikebugaran jasmani dan 4) mereka yangmelakukan kegiatan olahraga tertentu
159
untuk mencapai prestasi (Sajoto, 1988 ;2).
Tujuan dari pembinaanolahraga itu sendiri untukmengidentifikasi calon atlet berpotensi,memilih jenis olahraga yang sesuaidengan potensi dan minatnya yangmemperkirakan peluang untuk berhasildalam program pembinaan sehinggadapat mencapai prestasi yangdiharapkan. Pencapaian prestasiolahraga merupakan suatu proses yangmembutuhkan waktu yang cukup lama.Untuk pencapaian prestasi yang tinggimaka diperlukan latihan yangterprogram dari pelatih, teratur danterukur dengan melibatkan berbagaidisiplin ilmu pengetahuan danteknologi. Hal ini sejalan denganpendapat Ambarukmi, dkk (2007: 2)bahwa “untuk mencapai suatu prestasimaksimal diperlukan teori latihan yangdidukung dengan berbagai ilmu antaralain filsafat, psikologi olahraga,biomekanika, gizi olahraga,pertumbuhan dan perkembangan,anatomi, fisiologi dan kecakapanmelatih”.
Seorang pelatih olahragadituntut untuk meraih prestasi yangmaksimal di dalam perkembangan dankemajuan zaman di bidang olahraga.Hal ini yang perlu disadari olehmahasiswa PKO (PendidikanKepelatihan Olahraga) Universitas AdiBuana Surabaya yang nantinya akanmenjadi pelatih, bahwa dalam upayauntuk meningkatkan pencapaianprestasi ada beberapa hal yang perludibina diantaranya ; kondisi fisik,teknik, taktik dan mental atlet yangbersangkutan, lebih jelasnya Bompa
(2009), mengambarkan piramida faktorpelatihan dibawah ini:
Gambar Piramida faktor-faktor pelatihan(Bompa, 2009)
Latihan kondisi fisik (physicalconditioning) memegang perananpenting untuk menjaga danmeningkatkan kemampuan kinerjafisik. Mengingat kondisi fisikmerupakan syarat mutlak dan utamadalam pencapaian prestasi, maka setiapprogram latihan yang harus dilakukanbagi pelatih adalah mengembangkankomponen-komponen kondisi yangterkait dan dimiliki oleh atlet,disamping itu melakukanpengembangan masing-masingkomponen kondisi fisik melalui latihanyang dikhususkan pada komponenyang memerlukan pengembangan lebihbesar dibanding dengan komponenlainnya serta mengacu pada tujuanyang ingin dicapai. Kekuatan otottungkai dan powerotot tungkaimerupakan salah satu elemen kondisifisik yang banyak dibutuhkan dalamolahraga.
Latihan kekuatan sangat perluditerapkan sesuai dengan penjelasanSukadiyanto dan Muluk (2011:90) yangmenyatakan bahwa “kekuatan harusditingkatkan sebagai landasan yang mendasaridalam komponen biomotor lainnya”. Karenajika latihan kekuatan itu dilakukan denganbenar, maka akan mempengaruhi danmeningkatkan komponen biomotor yang laindiantaranya; kecepatan, ketahanan otot,
Taktik
mental
Teknik
Fisik
160
kordinasi, power yang eksplosif, kelentukandan ketangkasan (Sukadiyanto dan Muluk,2011:90). Kontraksi otot sangat kuat yangmerupakan respon dari pembebanan dinamikatau regangan yang cepat dari otot yangterlibat, (Elsayend, 2012:105).
Power salah satu unsur kondisi fisikyang memiliki peran sangat penting dalamaktivitas olahraga, baik sebagai unsurpendukung dalam suatu gerakan tertentumaupun unsur yang utama dalam pencapaianteknik gerakan yang sempurna. Hal ini samadengan yang diungkapkan oleh Kenney(2012:211) bahwa power otot merupakan kuncidari keberhasilan seluruh olahraga.Latihanpower perlu diterapkan, sesuai denganpenjelasan Harsono, (2001: 24) yangmenyatakan bahwa “kemampuan otot untukmengerahkan kekuatan maksimal dalam waktuyang amat singkat”.
Karena komponen kondisi fisik inidapat meningkatkan kemampuan menendang,berlari cepat, melompat, meloncat, dangerakan-gerakan eksplosif yang dilakukandalam berbagai cabang olahraga. Sedangkangerakan-gerakan tersebut seringkali dilakukandalam berbagai pertandingan maupun latihanyang sebenarnya. Ada banyak cara untuk ataumetode yang dapat dilakukan untukmeningkatkan kondisi fisik kekuatan otottungkai dan power otot tungkai. Salah satubentuk latihan yang sering digunakan untukmeningkatkan kekuatan otot tungkai dan powerotot tungkai adalah latihan plyometric.
Latihan plyometricmerupakan bentuk latihan yang cukupbanyak dan beraneka ragam, akantetapi hanya digunakan dua bentuklatihan yaitu front box jump dan ropejump. Alasan peneliti memilih keduabentuk latihan tersebut didasarkankarena latihan tersebut lebihmendominasi pembentukan kekuatanotot tungkai dan power otot tungkai.Berdasarkan hasil penelitian (Milic,dkk, 2008) menyatakan bahwa latihanplyometric dapat memberi pengaruhpada kekuatan otot tungkai. Chelly
(2010) menyatakan “Plyometrictraining program improved theexplosive power leg muscles andperformance level” disini jelasdikatakan bahwa program latihanplyometric ini dapat meningkatkandaya ledak (explosive power).
B. METODE PENELITAN1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yangdigunakan dalam penelitian iniadalah penelitian kuantitatif denganmenggunakan metode eksperimensemu (quasi experimental).Rancangan penelitian yangdigunakan dalam penelitian iniadalah “non-randomized controlgroup pretest posttest design”.
Keterangan:T11: Kelompok 1 PretestT12: Kelompok 2 PretestT13: Kelompok 3 PretestX1 : Latihan front box jumpX2 : Latihan rope jumpT21: Kelompok 1 PosttestT22: Kelompok 2 PosttestT33: Kelompok 3 Posttest
2. Populasi dan SampelPenelitian
Dalam kaitannya denganpenelitian ini populasi yangdimaksud adalah MahasiswaPendidikan Kepelatihan Olahraga
Kelompok1
Kelompok2
Kontrol
T11
T12
T13
X1
T22X1
T21
- T23
161
Universitas Adi Buana Surabayaangkatan 2013. Dalam penelitianini seluruh populasi tidak diambiluntuk menjadi anggotasampel.Menurut (Arikunto, 2006:134) apabila subjeknya kurang dari100, lebih baik diambil semuasehingga penelitiannya merupakanpenelitian populasi. Tetapi, jikajumlah subjeknya besar, dapat diambil 10-15% atau 20-25% ataulebih.Karena populasi dalampenelitian ini berjumlah 120 orang,peneliti hanya mengambil 30% darijumlah populasi, yaitu 36 orangsampel.Teknik pengambilan sampelyang akan dijadikan subjek dalampenelitian ini, penelitimenggunakan teknik simplerandom sampling. Simple randomsampling merupakan tekniksampling yang memberikanpeluang yang samabagi individuyang menjadi anggota populasiuntuk dipilih menjadi anggotasampel(Maksum, 2012: 55).Dalampenelitian ini peneliti mengacakdengan cara melakukan undiankepada sampel untuk dibagimenjadi tiga kelompok.
Setelah 36 sampel terpilihsecara random, langkah selanjutnyamambagi kelompok sampelpenelitian dengan teknik ordinalpearing.Teknik ordinal pairingmerupakan salah satu acarapengelompokan sampel dengansistem rangking.Tujuanpenggunaan ordinal pairing adalahuntuk menyamakan kemampuansampel dimasing-masing kelompok.
Setelah 36 sampel terpilihsecara random dan kemudiandikelompokkan dengan teknikordinal pairing, makadikelompokkan sebagai berikut:
Kelompok 1 (experiment) :12orang (latihan front box jump)
Kelompok 2 (experiment) :12orang (latihan rope jump)Kelompok 3 (kontrol) :12
orang (latihan konvensional)a. Instrumen Penelitian
1) Back and Leg Dynamometer
2) Jump DF3. Teknik Analisis Data
Sesuai dengan hipotesis dan jenispenelitian yang digunakan dalam penelitian ini,maka analisis statistik yang digunakan adalahuji-t paired sample test dan Analisis of Varians(Anova) dengan taraf signifikansi 5 %menggunakan program Statistical Product andService Solution (SPSS) 21.0. untukmengetahui pengaruh latihan Front Box Jumpdan Rope JumpTerhadap Kekuatan OtotTungkai dan Power Otot Tungkai.
C. HASIL PENELITIANPada deskripsi hasil penelitian ini
membahas tentang rerata dan standar deviasiyang diperoleh dari hasil tes yang dilakukanpada masing-masing kelompok dihitungberdasarkan kelompok dan jenis latihan yangditerapkan.
1. Analisisa. Front Box Jump
Berdasarkan hasil treatmentselama 24 pertemuan padakelompok Front Box Jump dapatdilihat bahwa terdapat peningkatannilai rerata antara pretest danposttest pada variabel dependent(kekuatan otot tungkai dan powerotot tungkai). Hal ini terbukti darinilai rerata posttest lebih besar darinilai terata pretest. Jelas terlihatbahwa nilai rerata untuk
162
peningkatan kekuatan otot tungkaidari hasil pengukuran posttest (481kg), terlihat lebih tinggidibandingkan dengan hasilpengukuran pretest sebesar (421kg), Sehingga dapat dilihat selisihdari rerata tersebut menunjukkanadanya peningkatan setelahdiberikan latihan selama 8 minggudan dengan frekuensi 3 kaliseminggu.
Demikian juga terlihatperolehan data variabel power otottungkai yang menunjukkan terdapatpeningkatan pada power otottungkai yang signifikan setelahdiberikan treatment selama 8minggu. Dapat dilihat rerata untukpeningkatan power otot tungkai darihasil pengukuran posttest(5059.05joulle/second), dan ini terlihat lebihtinggi dibandingkan dengan hasilpengukuran pretest sebesar(4597.15 joulle/second).Berdasarkan hasil di atas dapatdiambil sebuah kesimpulan bahwadengan pemberian treatment selama8 minggu pada kelompok FrontBox Jump, dapat meningkatkankekuatan otot tungkai dan powerotot tungkai.
b. Data hasillatihanRope Jump
Dilihat dari hasilpengukuran pada kelompokeksperimen Rope Jump dapatterlihat bahwa adanyapeningkatan nilai rerata antarapretest dan posttest pada
variabel dependent ( kekuatanotot tungkai dan power otottungkai). Ini terbukti dari nilairerata posttest yang lebih besardari nilai rerata pretest. Dimanadapat dilihat bahwa nilai reratauntuk peningkatan kekuatan otottungkai dari hasil pengukuranposttest (431 kg), dan ini terlihatlebih tinggi dibandingkandengan hasil pengukuran pretestsebesar (422 kg). Sehinggaselisih dari rerata tesebutmenunjukkan peningkatansetelah diberikan latihan RopeJump selama 8 minggu dandengan frekuensi 3 kaliseminggu.
Demikian juga terlihatdari perolehan data variabelpower otot tungkai yangmenunjukkan terdapatpeningkatan power otot tungkaisetelah diberi Latihan selama 8minggu. Dapat dilihat reratauntuk peningkatan power otottungkai dari hasil pengukuranposttest(4567.33 joule/second),terlihat lebih tinggi dibandingdengan hasil dari pengukuranpretest sebesar (4155.55joule/second). Berdasarkan hasiltersebut di atas, maka dapatdiambil kesimpulan bahwadalam memberikan sebuahtreatment pada kelompokeksperimen Rope Jump dapatmeningkatkan kekuatan otottungkai dan power otot tungkai.
2. PengujianHipotesis
163
Pengaruh Latihan Front BoxJump dan Rope Jump TerhadapKekuatan Otot Tungkai dan PowerOtot Tungkai.Pengujian hipotesisberdasarkan dari hasil tabulasi datayang diperoleh dari tes yang diberikankepada sampel. Kemudian hasiltabulasi data yang sudah diajukansebelumnya.
Demikian untuk mengetahuipengaruh Front Box Jump dan RupeJump, maka langkah pengujiannyamenggunakan uji-T atau dalam SPSSbiasa disebut sebagai paired t-test.Nilai yang digunakan dalamperhitungan uji-t paired t-test adalahnilai pre test dan post test dari masing-masing kelompok (kelompok I,kelompok II).
Berdasarkan hasil yangdiperoleh dapat diketahui bahwa adaperbedaan antara sebelum dan sesudahperlakuan dari masing-masing variabeldependent (kekuatan otot tungkai danpower otot tungkai), baik padakelompok eksperimen I maupunkelompok eksperimen II. Karena nilaiP < 0,05. Maka, dapat disimpulkanbahwa ada perbedaan setelah diberiprogram latihan front box jump danrope jump.5. Uji Beda Rerata antar Kelompok
(Anova)Dari hasil perhitungan uji
beda antar kelompok menggunakanOne Way Anova dapat disimpulkanbahwa terdapat hasil rerata yangberbeda antar kelompok, karenahasil perhitungan menunjukkan nilaiSig. 0.000 > nilai α = 0.05 dan nilaiSig 0.000 < nilai α = 0.05, sehinggadapat dikatakan bahwa H0ditolak
dan Ha diterima. Sehingga dapatdikatakan perbedaan yang signifikanantara hasil latihan kelompok I,kelompok II, dan kelompok IIIterdapat peningkatan kekuatan otottungkai dan power otot tungkai.
Analisis dilanjutkan denganuji Post Hoc Multiple Comparationsdengan menggunakan analisis LeastSignificant Diffrence (LSD) denganbantuan aplikasi SPSS versi 21.0,sebagai upaya untuk melihatvariabel independent mana yangmemberikan pengaruh yang lebihsignifikan terhadap peningkatanvariabel dependent.
Hasil Perhitungan Post Hoc TestKekuatan Otot Tungkai
Hasil menunjukkan bahwa adaperbedaan pengaruh yang signifikanterhadap peningkatan kekuatan otottungkai di antara ketiga kelompok.Perbedaan tersebut dapat dilihat padakolom mean difference. Berdasarkan nilaimean difference tersebut, dapat diketahuibahwa kelompok eksperimen I lebih efektifdalam peningkatan kekuatan otot tungkaidibandingkan dengan kelompokeksperimen II maupun kelompok kontrol.
Hasil Perhitungan Post Hoc Test PowerOtot Tungkai
Hasilmenunjukkan bahwa adaperbedaan pengaruh yang signifikanterhadap peningkatan power otot tungkaidiantara ketiga kelompok. Perbedaantersebut dapat dilihat padamean difference.Berdasarkan nilai mean difference tersebut,dapat diketahui bahwa kelompokeksperimen 1 lebih efektif dalampeningkatan kekuatan otot tungkai
164
dibandingkan dengan kelompokeksperimen II maupun kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil uji bedadependentantar kelompok dari variabeldependent ( kekuatan otot tungkai danpower otot tungkai ), dapat ditarikkesimpulan bahwa latihan front box jumpmemberikan pengaruh yang lebihsignifikan dari pada latihan rope jumpmaupun kelompok kontrol.
D. DISKUSI HASIL PENELITIAN
1. Latihan FrontBox Jump
( Kelompok Eksperimen I )
Terdapatnya pengaruhlatihan FrontBox Jumpterhadapkekuatan otot tungkaidikarenakan tungkai senantiasamelakukan kontraksi terusmenerus saat latihan inidilakukan. Dengan demikian otottungkai dituntut untuk bekerjaterus menerus karena dalammelakukan latihan ini haruskontinyu atau berkelanjutan.Dengan adanya kontraksi yangterus menerus serta bertambahnyabeban setiap 2 minggu sekalisehingga dapat membuatkekuatan otot tungkai dan powerotot tungkai para sampelmeningkat. Selain itu dalamprogram latihan Front Box Jumppada penelitian ini menggunakanbeban diri sendiri sehinggakemampuan dalam melakukangerakan dapat dilakukan denganmaksimal, hal ini merupakan halyang sejalan dengan hakikatkekuatan. Kekuatan pada
hakikatnya merupakan tenagapada manusia dan kekuatan itusendiri membantu sertamendukung pelaksanaan suatupekerjaan atau tugas.
Komponen otot utamayang berkontraksi pada latihanfront box jump diantaranya otottungkai atas (otot paha) terdiri:otot tensor fasialata, Ototabductor dari paha, Ototvastuslaterae, Ototrektus femoris,Ototsatrorius, Ototvastusmedialis, Ototabductor,Ototgluteus maxsimus, Otot pahalateral dan medial. Otot tungkaibawah: Otottibialis anterior,Ototekstensor digitorum longus,Ototgastroknemius, Otottendonaciles, Ototsoleus, Ototmoleolusmedeialis (Bret Contreras, 2014).Dari teori tersebut diketahuidengan sangat jelas bahwabesarnya terdapat pengaruh yangsignifikan latihan front box jumpterhadap kekuatan otot tungkaidan power otot tungkai.
Hasil tersebutmemberikan bukti bahwa latihanFrontBox Jumpmerupakan bentuklatihan dengan fokus untukmeningkatan kekuatan otottungkai dan power otot tungkaiyang berpengaruh besar padamahasiswa PendidikanKepelatihan Olahraga Angkatan2013 Universitas PGRI AdiBuana Surabaya.
2. Latihan Rope Jump ( KelompokEksperimen II )
165
Latihan Rope Jumpmemiliki pengaruh yangsignifikan terhadap kekuatanotot tungkai dan power otottungkai dikarenakan otot tungkaisenantiasa melakukan kontraksisecara terus menerus ketikalatihan tersebut dilakukan. Olehkarena itu otot tungkai dituntutuntuk bekerja terus meneruskarena dalam melakukan latihanini harus kontinyu atauberkelanjutan. Dengan adanyakontraksi yang terus menerusserta meningkatnya beban setiap2 minggu sekali sehinggamembuat kekuatan otot tungkaidan power otot tungkaimeningkat. Selain itu dalamprogram latihan Rope Jump padapenelitian ini menggunakaninstrumen yang ringan sehinggakemampuan dalam melakukangerakan dapat dilakukan denganmaksimal hal ini merupakan halyang sejalan dengan prinsippower. Menurut Chu (2001:95),“ latihan meningkatkan powerharus dilakukan pengulangangerakan dengan beban yangringan”. Oleh karena itu terdapatpengaruh yang signifikan latihanRope Jump terhadap kekuatanotot tungkai dan power otottungkai.
Hasil tersebut memberikanbukti nyata bahwa RopeJumpmerupakan bentuk latihandengan fokus peningkatankekuatan otot tungkai dan powerotot tungkai yang ternyata dapatberpengaruh pada objek
penelitian yaitu mahasiswaPendidikan KepelatihanOlahraga 2013 Universitas PGRIAdi Buana Surabaya
3. PerbandinganLatihanFrontBox Jump danRope Jump
Terdapatnya perbedaanpengaruh kekuatan otot tungkaidan power otot tungkai dimanalatihan FrontBox Jump lebihbaik dibandingkan denganlatihan Rope Jump haldisebabkan karena pada latihanFrontBox Jump terjadi kontraksiotot-otot tungkai mengalamipeningkatan kontaksi 2 kalidibandingkan dengan kontraksiotot pada latihan Rope Jump.Apabila melihat pada dasar “power yaitu hasil kali kecepatandan kekuatan “ (Bucher, 2009:260). Berdasarkan teori tersebutdapat diketahui dengan sangatjelas bahwa besarnya kekuatanberbanding lurus denganbesarnya power, artinya apabilapower bertambah maka kekuatanjuga akan bertambah besar.
Dengan demikian, padasaat melakukan gerakan makakerja otot tungkai juga akanlebih berat sehingga beban kerjaotot tungkai pada latihanFrontbox jump lebih beratdibandingkan dengan latihanRope Jump. Dampaknya yaitukelelahan, dikarenakan otottungkai lebih mengalamipeningkatan 2 kali pada latihanFrontBox Jump, dengandemikian latihan Front BoxJump lebih berat dalam
166
memberikan beban pada otottungkai. Oleh karena itupeningkatan kekuatan otottungkai dan power otot tungkaiantara latihan FrontBox Jumpdan Rope Jump berbeda dimanaotot tungkai pada kelompokFrontBox Jump lebih mengalamipeningkatan 2 kali.
Berdasarkan hasilpemberian latihan dan uji meandinyatakan bahwa latihanFrontbox jump memberikanhasil yang lebih baikdibandingkan dengan pemberianlatihan Rope Jumpterhadapkekuatan otot tungkai dan powerotot tungkai terhadap paraMahasiswa PendidikanKepelatihan Olahraga 2013Universitas PGRI Adi BuanaSurabaya. Hal ini dapat dilihatdari proses latihan FrontBoxJump dilakukan dengan caramelompat ke box secaraberulang-ulang dan menahanberat tubuh yang bertumpu padatungkai, sedangkan gerakanRope Jump gerakannyasedikitlebihmudah.Dari hasil ujisignifikan menggunakan posthoctest menyatakan bahwa tidak adaperbedaan pengaruh yangsignifikan dari hasil pemberianlatihan FrontBox Jump dan RopeJumpterhadap kekuatan otottungkai dan power otot tungkaipada mahasiswa Pendidikankepelatihan Olahraga UniversitasPGRI Adi Buana Surabaya. Halini sejalan dengan yangdikatakan oleh Johnson (2012:4)
bahwa latihan plyometric adalahsuatu jenis latihan yangdigunakan untuk meningkatkankekuatan dan daya ledak. Hasilpenelitian yang dilakukan olehMiller dkk, (2006: 459-465),dalam jurnalnya telahditunjukkan bahwa dengansebuah pelatihan dikhususkanuntuk meningkatkan power,ketika menggunakan latihanplyometric memberikankonstribusi pada perbaikankinerja dengan meningkatkankekuatan dan power secarabersamaan dengan kesadarangerak. Selaras dengan hasilpenelitian Adams, dkk dalamSingh (2011) menyatakan bahwaplyometric dapat berkontribusipada peningkatan melompat,kecepatan, power dan kekuatanotot.
Dengan demikiandisimpulkan bahwa latihanplyometric merupakan latihanyang efektif untuk meningkatkankekuatan otot tungkai dan powerotot tungkai. Sehingga dapatdijadikan sebagai suatu acuanpada latihan-latihan untukmeningkatkan kekuatan otottungkai dan power otot tungkaipada cabang-cabang olahragayang fokus menggunakankekuatan otot tungkai dan powerotot tungkai terutama latihanFront Box Jump dan Rope Jump.
E. Simpulan
Melihat hasil penelitian danulasan yang dipaparkan pada bab-bab
167
sebelumnya, maka dapat ditarikbeberapa kesimpulan penelitian yangdiantaranya sebagai berikut :17. Terdapat pengaruh yang
signifikan program latihanFrontBox Jumpterhadap peningkatankekuatan otot tungkai. Hal inidapat dilihat dari hasil reratapengukuran setelah diberiperlakuan selama 8 minggu, posttest (40.08 kg) yang lebih baikdari hasil pre test (35.08 kg) danmemperoleh selisih rerata sebesar5.0. Hal ini menunjukkanterdapanya peningkatan yangsignifikan pada komponenkekuatan otot tungkai denganSig.(2-tailed) 0,000 < α = 0,05.
18. Terdapat pengaruh yangsignifikan program latihanFrontBox Jump terhadap powerotot tungkai. Hal ini dapat dilihatdari hasil rerata pengukuransetelah diberi perlakuan selama 8minggu, post test (421.58joulle/second) yang lebih baik darihasil pre test (383.08joulle/second) dan memperolehselisih rerata sebesar 38.49joulle/second. Hal inimenunjukkan terdapanyapeningkatan yang signifikan padakomponen power otot tungkaidengan Sig.(2-tailed) 0,000 < α =0,05.
19. Terdapat pengaruh yangsignifikan program latihan RopeJumpterhadap kekuatan otottungkai. Hal ini dapat dilihat darihasil rerata pengukuran setelahdiberi perlakuan selama 8 minggu,post test (35.91 kg) yang lebih
baik dari hasil pre test (35.16 kg)dan memperoleh selisih reratasebesar 0.76 kg. Hal inimenunjukkan terdapanyapeningkatan pada komponenkekuatan otot tungkai denganSig.(2-tailed) 0,000 < α = 0,05.
20. Terdapat pengaruh yangsignifikan program latihan RopeJumpterhadap power otot tungkai.Hal ini dapat dilihat dari hasilrerata pengukuran setelah diberiperlakuan selama 8 minggu, posttest (380.61 joulle/second) yanglebih baik dari hasil pre test(376.29 joulle/second) danmemperoleh selisih rerata sebesar4.32 joulle/second. Hal inimenunjukkan terdapanyapeningkatan pada komponenkekuatan otot tungkai denganSig.(2-tailed) 0,000 < α = 0,05.
21. Terdapat perbedaanpengaruh antara latihan FrontBox Jump dengan latihan RopeJumpterhadap kekuatan otottungkai. Perbedaan pengaruh yangsignifikan terhadap peningkatanpower otot tungkai antarakelompok eksperimen dapatdilihat dari hasil Sig. 0,000 < α =0,05. Dimana latihan front boxjump memberikan pengaruh lebihbaik dari latihan Rope Jumpdankelompok kontrol terhadappeningkatan kekuatan otottungkai.
22. Terdapat perbedaanpengaruh antara latihan Front BoxJump dan latihan RopeJumpterhadap peningkatan powerotot tungkai. Perbedaan pengaruh
168
yang signifikan terhadappeningkatan power otot tungkaiantara kelompok eksperimendapat dilihat dari hasil Sig. 0,000< α = 0,05. Dimana latihan frontbox jump memberikan pengaruhlebih baik dari latihan RopeJumpdan kelompok kontrolterhadap peningkatan power otottungkai.
F. Saran7. Perlu penelitian lebih lanjut
mengenai latihan plyometrickhususnya latihanFrontBox Jumpdan Rope Jumpdengan kondisisampel yang berbeda.
8. Bagi para pelatih ataupun para calonpelatih, sebaiknya dalam penyusunanprogram latihan harusmemperhatikan karakteristik dankondisi kemampuan setiap atletsehingga program latihan mampudilaksanakan secara optimal, dansehingga proses latihan yang dijalanidapat berjalan lancar danmendapatkan hasil yang semaksimalmungkin.
9. Metode latihan FrontBox Jump danRope Jumpdapat direkomendasikandan diterapkan dalam programlatihan untuk meningkatkan kekuatanotot tungkai dan power otot tungkaiserta cabang-cabang olahraga yangmembutuhkan kemampuan berlari,melompat serta menendang.
G. DAFTAR PUSTAKA
Ambarukmi. D.H., Pasurney.Pasurney. P.,Zidik. D.S., Irianto.D.P., Dewanti.R.A., Sunyoto., Sulistiyanto.D., &Harahap.M.Y. (2007). Pelatihan
Pelatih Fisik Level 1. Jakarta:Kemenegpora.
Arikunto, S. (2010). Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.
Bompa, T. O. (1999). PeriodezationTheory and Methodology ofTraining. Illions: Kendal HuntPubhlishing Company.
Bompa, T.O & Haff, G.G. (2009).Periodezation Theory andMethodology of Training. NewYork: Human Kinetics.
Chelly,M.S.,Ghenem,M.A,.Abid,K.,Hermassi,S.,Tabka,Z., and Shephard.R.J,(2010). Effects of In-Season Short-Term Plyometric Training Programon Leg Power, Jump- and Sprintperformance of Soccer Players.Journal of Strength andConditioning Research. 24(10) /2670–2676.
Chen, Chao-Chien Lin, & Yi-Chun.(2012). Jumping Rope Interventionon Health-Related Physical Fitnessin Students with IntellectualImpairment. The Journal of HumanResource and Adult Learning. Vol8 No. 1. 2012, pp. 56-62.
Chu, D.A., & Myer D. Gregory. (2013).Plyometric. United States; HumanKinetic Publisher
Chu, D. A. (1998). Jumping IntoPlyometric (second edition). UnitedState Of America: Human Kinetic
169
Chu, Donald. A., (1992). Jumping intoPlyometrics. Champaign, Illinois:Human Kinetics Pub.
Delavier, F. (2005). StrengthTrainingAnatomi. United States: HumanKinetic
Downey. J, (2008). Get Fit For BadmintonA Practical Guide to Training ForPlayers and Coaches. PelhamBooks Ltd. London
Elsayed, Mohammed, (2012). Efect ofPlyometric Training on SpecificPhysical Abilities in Long JumpAthletes. Faculty of PhysicalEducation for Boys, ZagazigUniversity, Egypt. Vol. 7 No. 2. Pp.105-108.
Eskandar Taheri, Asghar Niksereseht &Ebrahim Khosnam. (2014). Theeffect of 8 weeks of plyometric andresistance training on agility, speedand explosive power in soccerplayers. European Journal ofExperimental Biology. Vol 4. No.1Hal 383-386
Evie N. Burnet & Peter E. Pidcoe. (2009).Isometric gluteus medius muscletorque and frontal plane pelvicmotion during running. Journal ofSports Science and Medicine(2014) 8, 284-288
Felarisme Citra Devi. (2014). Pengaruhpelatihan plyometric barrier hopdan squath depth jump terhadappeningkatan vertical jump dan
standing broad jump pemain timputra bola voli PBVSI pemkabJEMBER.( Tesis yang tidakdipublikasikan),Universitas NegeriSurabaya, Surabaya.
Furqon M. H, Risa Agus Teguh Wibowo &Kiyatno. (2013). Perbedaan LatihanPlyometric Medicine Ball BackThrow dan Medicine Ball ThrowTerhadap Kemampuan Bermaintenis Lapangan Ditinjau dariKekuatan Otot Lengan.JurnalIlmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319Vol. 13 No. 2 Tahun 2013
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikology Dalam Coaching.Jakarta: Pusat Ilmu Olahraga.
Harsono. (2001). Latihan Kondisi Fisik.Bandung; Pusat Ilmu Olahraga.
Hartono, Soetanto. (2007). Anatomi Dasardan Kinesiology. Surabaya; UnesaUniversity Press.
Kemenegpora. (2005). Panduan PenetapanParameter Tes pada PusatPendidikandan Pelatihan Pelajardan Sekolah Khusus Olahragawan.Jakarta: Kemenegpora.
Kenney, W., Larry Wilmore, Jack. H., &Costil, David L. 2012. Physiologyof sport and exercise. USA: HumanKinetics
Kusnanik, N.W., Nasution, J, & Hartono,S. (2011). Dasar-Dasar FisiologiOlahraga. Surabaya: UnesaUneversity Press.
170
Lakshmikrishnan, R & Silvakumar, K.(2013). Effect Of Weight TrainingAnd Plyiometric Training OnStrength Endurance And LegStrength. International Journal ofHealth, Physical Endurance andComputer Science in Sport.Vol.11.No. 1. pp. 152-153.
Lee, Buddy, (2010). Jump Rope Training.United States America; HumanKinetic
Lutan, R., Supandi, Giriwijoyo, Y.S.,Ichsan, M., Harsono, Setiawan, I.,Nadisah, Hidayat, I., Nurhasan,Wiramihardja, K. (1998). “SeriBahan Kuliah Olahraga diITB:Manusia dan Olahraga. Bandung”.Bandung: ITB dan FPOK/IKIPBandung.
Maksum, Ali.(2012). MetodologiPendidikan. Surabaya: UnesaUniversity Press.
Milic, V. (2008). The effect of plyometrictraining on the explosive strength ofleg muscles of volleyball players onsingle foot and two-foot takeoffjumps. Physical Education Sport.Vol. 6 N2, 2008, pp 169-179.
Miller, Michael,G., C. Cheatham,Cristoper., R.Poter, Amanda.,Richard, Mark.D., Henningar,Densye., and C.Berry, David.(2007). Chest- and Waist-DeepAquatic Plyometric Training andAverage Force, Power, andVertical-Jump Performance.International Journal of Aquatic
and Education: Human Kinetic.pp.145-155.
Mylsidayu, Apta. & Kurniawan, Febi.(2015). Ilmu Kepelatihan Dasar.Bandung: ALFABETA
Nagarajan, S. Damodharan, & C. Praven,A. (2013). Effect of aerobic circuittraining and parcours Training onSelected Physiological VariablesAmong college Men Student,Jornal International, Vol. 11, 1 PP149-151.
Nala, Ngurah. (1998). Prinsip PelatihanFisik Olahraga. Denpasar: ProgramPascasarjana Studi FisiologiOlahraga Universitas UdayanaDenpasar
Nossek, Y. (1982).Terjemahan teori umumlatihan ( Furqon, M., penerjemah)Lagos Institute Nasional Sport. PanAfrican Press.
Nurhasan. (2011). Tips Praktis MenjagaKebugaran Jasmani. Gresik Jatim.Abil Pustaka.
Nurhasan, dkk. (2005). Petunjuk PraktisPendidikan Jasmani. Surabaya:Unesa University Press.
Orhan, Serdar. (2013). The effect of ropetraining on Heart Rate, Anaerobicpower, and Reaction Time of theBasketball Players. Life ScienceJournal. Vol 10 No.4, pp 266-271.
Pangrazi, Robert P. and Beighle. Aaron.(2010). Dynamic Physical
171
Eduacation. USA : PersonBenjamin Cummings
Partavi, Sadi. (2013). Effect of & weeks ofRope Jump Training onCardiovascular Endurance, Speed,And Agility in Midlle SchoolStudent Boys. Sport ScienceJournal 6 (2013) 2.40-43
Program Pascasarjana Universitas NegeriSurabaya. (2016). PedomanPenulisan Tesis dan Desirtasi.Surabaya: Unesa
Radcliffe, J.C., and Farentinos, R.C.(1985).Plyometric Ekplosive PowerTraining. United State of America:Human Kinetics Publiseher Inc.
Riyanto, Y. (2007). Metodologi PenelitianPendidikan Kualitatif danKuantitatif. Surabaya: UnesaUniversity Press.
Roesdiyanto & Setyo Budiwanto. (2008).Dasar – Dasar KepaltihanOlahraga. Malang : LaboratiumIlmu Keolahragaan UniversitasNegeri Malang.
Sandler, D. (2005). Sport Power Developthe Optimal, Combination of Size,Speed, Strength. America: HumanKinetics.
Sajoto. (1988). Pembinaan Kondisi FisikDalam Olahraga. Semarang:Dahara Prize
Sajoto, M. (1995). Peningkatan danPembinaan Kekuatan Kondisi Fisik
dalam Olahraga. Semarang:Dahara Prize.
Sugianingtyas Neni. (2015). PengaruhLatihan Rope Jump dan SquatJump Terhadap Power dan DayaTahan Otot Tungkai.(Tesis yangtidak dipublikasikan) Universitasnegeri Surabaya, Surabaya.
Sugiyono. (2011). Metode PenelitianKuantitatif, Kualitatif dan R & D.Penerbit Alferta, Bandung.
Sukadiyanto dan Dangsina Muluk. (2011).Pengantar Teori dan MetodologiMelatih Fisik. Bandung: CV.LUBUK AGUNG.
Winarno, M.E. (2011). MetodologiPenelitian Dalam PendidikanJasmani. Malang. Media CakrawalaUtama Press.
Yanuar M. Rizqy. (2015). PengaruhLatihan Front Box Jump danKneeling Squat Jump TerhadapKekuatan Otot Punggung,Kekuatan dan Power OtotTungkai(Tesis yang tidakdipublikasikan)Universitas NegeriSurabaya
172
PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM KURIKULUM 2013TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI GIZI SEIMBANG PADA SISWA KELAS V
SDN 1 MOJO KABUPATEN KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh :Puspodari, M.Pd
Dosen Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan RekreasiUniversitas Nusantara PGRI Kediri
Puspodari90@gmail.com
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode pembelajaran kooperatif tipejigsaw dapat mempengaruhi terhadap hasil belajar materi pedomanumumgiziseimbangpadakelas V SDN 1 Mojo kabupaten Kediri. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian iniadalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) yaitu suatu bentuk kajian yangbersifat reflektif untuk memahami, meningkatkan kemahiran belajar, memperbaiki kondisiproses pembelajaran.Penelitian ini memerlukan peran peneliti untuk bekerja sama dengan guru pendidikan jasmaniuntuk pemahaman tindakan, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan, danmenyusun konsep tindakan yang akan dilakukan. Pengumpulan data pada penelitian inimenggunakan empat tahap disetiap siklusnya yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,tahap pengamatan dan refeksi.Analisis data pada penelitian ini yaitu menggunakan analisisdata kuantitatif.Dengan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw diharapkan pula agar dalam pembelajaranmencerminkan perubahan, pengetahuan dasar dan motivasi. Selain itu dapat membantumendorong perubahan ketingkat perkembangan anak didik ke arah yang lebih dengan selalumemperhatikan perbedaan karakteristik setiap anak didik yang erat hubungannya denganmodel kooperatif tipe jigsaw. Tujuan dari dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsawpembelajaran tersebut yaitu untuk memperoleh kemudahan bagi siswa dalam melakukanmateri ajar, sehingga harapan untuk dapat meningkatkan kemampuan serta ada perubahanyang lebih baik. Dengan demikian untuk menerapkan bagaimana konsep pembelajaran giziseimbang tetap berlangsung serta mendorong dan memotivasi siswa untuk memahami konsepgizi seimbang. Secara umum berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan darihasil temuan-temuan pada setiap siklus, pada siklus pertama terjadi peningkatan nilai klasikal83%. Dari siklus pertama ke siklus kedua terjadi peningkatan sekitar 16%, dan itumenunjukan bahwa pembelajaran gizi seimbang melalui model kooperatif tipe jigsaw dapatmeningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai pengetahuan dasar tentang gizi seimbang.
Kata kunci : Metode kooperatif tipe jigsaw, kurikulum 2013, gizi seimbang.
PENDAHULUANPendidikan memiliki peranan
penting dalam memajukan bangsa,sehingga pemerintah menaruh perhatian
yang sangat besar terhadap duniapendidikan. Usaha pemerintah dalamrangka meningkatkan mutu pendidikannasioanal yaitu dengan berusaha
172
memperbaiki berbagai sistem dan strukturyang terkait dengan dunia pendidikan.Antara lain yaitu dengan pengembanganpenyempurnaan kurikulum danpeningkatan mutu tenaga pendidik atauguru.
Strategi belajar mengajar dalampenyampaian materi kepada siswa, agarsiswa dapat belajar secara aktif, guru harusmempunyai tehnik-tehnik dalampenyampaian materi.Di dalam prosesbelajar-mengajar, guru harus memilikistrategi, agar siswa dapat belajar secaraefektif dan efisien, mengenal pada tujuanyang diharapkan. Salah satu langkah untukmemiliki strategi itu ialah harusmenguasaitehnik-tehnik penyajian, ataubiasanya disebut metode mengajar.Metode mengajar atau tehnik penyajianpelajaran adalah suatu pengetahuantentang cara-cara mengajar yangdipergunakan oleh guru atau instruktur.Pengertian lain ialah sebagai tehnikpenyajian yang dikuasai guru untukmengajar atau menyajikan bahan pelajarankepada siswa di dalam kelas, agarpelajaran tersebut dapat ditangkap,dipahami, dan digunakan oleh siswadengan baik.
Pembelajaran pendidikan jasmaniyang sering digunakan disekolah-sekolahyang sering dijumpai menggunakanmetode belajar ceramah, metode ini adalahcara mengajar yang paling tradisional dansangat lama dijalankan di dalam sejarahpendidikan Indonesia. Dalampembelajaran tehnik ceramah ini jugamemiliki beberapa keunggulan dankekurangan, keunggulan metode ceramah.
Menurut Roestiyah N.K (2001),keunggulan metode ceramah dimaknaisebagai berikut:
1. Guru akan lebih mudah mengawasiketertiban siswa dalam mendengarkanpelajaran.
2. Suasana kelas menjadi tenang, siswatidak menjadi gaduh, dan perhatianguru tidak terbagi-bagi, atau terpecah-pecah.
Setiap tehnik juga tidak lepas darikelemahan, begitu juga tehnik ceramahinimemiliki kelemahan pula yang perlu dipahami, kelemahan metode ceramah.
Menurut Roestiyah N.K (2001),kelemahan metode ceramah dimaknaisebagai berikut :1. Guru tidak mampu untuk mengontrol
sejauh mana siswa telah memahamiuraiannya.
2. Apakah ketenagan/kediaman merekadalam mendengarkan pelajaran ituberarti bahwa mereka telah memahamipelajaran yang diberikan oleh guru?
3. Apakah dengan sikap diam itu berartisiswa disiplin patuh mendengarkanpelajaran dengan baik?
4. Ataukah tidak adakemungkinan bahwasiswa asyik mendengarkan pelajarandengan penuh perhatian itu, dalammenagkap pengertian yang berbedamengenai apa yang kita jelaskan padamereka, baik dengan kata-kata denganistilahnya, sehingga kesimpulan yangdiperoleh juga lain dengan apa yangdimaksudkan oleh guru.
Tehnik pembelajaran jigsaw pertamakali dikembangkan dan diujicobakan olehElliot Aronson dkk. di Universitas Texas,kemudian diadaptasi oleh Slavin dkk diUniversitas John Hopkin. Jigsaw didesainuntuk meningkatkan tanggung jawab siswaterhadap pembelajarannya danpembelajaran orang lain. Para anggota darikelompok yang berbeda dengan topik yangsama bertemu untuk berdiskusi (tim ahli)
173
dan saling membantu satu sama laintentang topik pembelajaran yangditugaskan kepada mereka. Kemudiansiswa-siswa itu kembali kepada kelompokasal untuk menjelaskan kepada anggotakelompok lain tentang apa yang merekapelajari sebelumnya pada pertemuan timahli. Setiap tehnik juga mempunyaikeunggulan dan kekurangan, keunggulantipe jigsaw.
RUMUSAN MASALAHBerdasarkan uraian latar belakang
masalah di atas, yang menjadi rumusanmasalah adalah apakah metodepembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapatmempengaruhi terhadap hasil belajarmateri pedomanumumgiziseimbangpadakelas V SDN 1 Mojo kabupaten Kediri?TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian yang dicapaidalam penelitian ini dilakukan sesuaidengan judul dan permasalahan padapenelitian ini, maka yang menjadi tujuanpeneliti adalah : Untuk mengetahui apakahada pengaruh metode pembelajarankooperatif tipe jigsaw dapatmempengaruhi terhadap hasil belajarmateri pedomanumumgiziseimbangpadakelas V SDN 1 Mojo kabupaten Kediri.MANFAAT PENELITIANHasil penelitian ini diharapkan dapatbermanfaat bagi :1. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat memberikanpengalaman dan pengetahuan yanglebih mendalam tentang metodepembelajaran kooperatif tipejigsaw.
2. Bagi guruHasil penelitian ini diharapkan dapatdijadikan sebagai metodepembelajaran yang efektif.
3. Bagi siswa
Mendapatkan pengetahuan dan carabelajar yang baru dan lebih menjadisiswa yang aktif.
4. Bagi peneliti lainHasil penelitian ini dapat dijadikansebagai bahan acuan penelitianberikutnya.
KAJIAN PUSTAKAHakikat Penerapan
Secara sederhana penerapan bisadiartikan sebagai implementasi ataupelaksanaan. Penerapan merupakanperluasan dari berbagai aktivitas yangsaling menyesuaikan, yang mengacu padaaktivitas, adanya aksi, tindakan, ataumekanisme suatu sistem. Dimanamekanisme mengandung arti bahwapenerapan atau implementasi bukansekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatanyang terencanadan dilakukan secarasungguh-sungguh berdasarkan acuannorma tertentu untuk mencapai tujuankegiatan. Oleh karena itu penerapan tidakberdiri sendiri tetapi dipengaruhi olehobyek yang lain yaitu kurikulum. Berikutini merupakan pengertian penerapan atauimplementasi menurut beberapa para ahli :
Pengertian Penerapan adalahproses, cara, perbuatan menerapkansesuatu. Suatu perbuatan mempraktekkansuatu teori, metode, dan hal lain untukmencapai tujuan tertentu dan untuk sesuatukepentingan yang diinginkan oleh suatukelompok atau golongan yang telahterencana dan tersusun sebelumnya.(DessyAnwar.2000)
Adapun pengertian lain daripenerapan adalah suatu tindakan yangdilakukan sebelum penyebaran(desiminasi) kurikulum desain. Kataproses dalam pendekatan ini adalahaktivitas yang berkaitan denganpeenjelasan tujuan program,mendiskripsikan sumber-sumber baru dan
174
mendemostransikan metode pembelajaranyang digunakan. (Nurdin dan Usman,2004).Hakikat Metode PembelajaranKooperatif
Merupakan salah satu jenis strategipembelajaran yang menerapkan interaksikelompok teman sebaya. Pembelajarankooperatif merupakan model pembelajaranyang didalamnya siswa bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan khusus ataumenyelesaikan sebuah tugas. Dalam modelpembelajaran ini nampak adanyakomponen-komponen utama daripembelajaran kooperatif merupakanbagian integral dari setiap modelpembelajaran kooperatif. Berikut inibeberapa pengertian model pembelajarankooperatif menurut para ahli:
Pengertian metode pembelajarankooperatif adalah rangkaian kegiantanbelajar siswa dalam kelompok tertentuuntuk mencapai tujuan pembelajaran yangdirumuskan. Drs. Hamdani, M.A., (2013).
Adapun pengertian lain darikooperatif yaitu :
Pengertian metode pembelajarankooperatif adalah pembelajaran kooperatif(cooperative learning) merupakan strategipembelajaran melalui kelompok kecilsiswa yang saling bekerja sama dalammemaksimalkan kondisi belajar untukmencapai tujuan belajar. Depdiknas,(2003).Hakikat Jigsaw
Dari sisi etimologi jigsaw berasaldari bahasa ingris yaitu gergaji ukir danada juga yang menyebutnya dengan istilahfuzzle, yaitu sebuah teka teki yangmenyusun potongan gambar. Pembelajarankooperatif model jigsaw ini jugamengambil pola cara bekerja sebuahgergaji (jigsaw), yaitu siswa melakukansuatu kegiatan belajar dengan cara bekerja
sama dengan siswa lain untuk mencapaitujuan bersama. Dalam modelpembelajaran jigsaw ini siswa memilikibanyak kesempatan untuk mengemukakanpendapat dan mengolah informasi yangdidapat dan dapat meningkatkanketerampilan berkomunikasi, dimanaanggota kelompok bertanggung jawab ataskeberhasilan kelompoknya dan ketuntasanbagian materi yang dipelajari, dan dapatmenyampaikan kepada kelompoknya.Berikut ini merupakan beberapa pengertianmodel pembelajaran kooperatif jigsawmenurut para ahli :
Pengertian jigsaw adalah sebuahtehnik yang dipakai secara luas yangmemiliki kesamaan dengan teknis“pertukaran dari kelompok ke kelompoklain.”(group to group exchange) dengansuatu perbedaan penting, setiap pesertadidik mengajarkan sesuatu. (EAN, 2008).
Jigsaw merupakan lingkunganbelajar yang mendorong siswa untukbelajar bersama dalam kelompok kecilyang heterogen, untuk menyelesaikantugas-tugas pembelajaran.Hakikat Gizi Seimbang
Gizi seimbang dimaknai sebagaiproses pemenuhan makanan yangdidalamnya terkandung beberapa zat yangdibutuhkan dalam jumlah yang seimbang.
Pada umumnya zat gizi dibagidalm lima kelompok utama, yaitukarbohidrat, lemak, protein, vitamin danmineral. Sedangkan sejumlah pakar jugaGizi adalah suatu proses organismemenggunakan makanan yang dikonsumsisecara normal melalui proses pencernaan,absobsi, transportasi, penyimpanan,metabolisme dan pengeluaran zat-zat yangtidak digunakan untuk mempertahankankehidupan, pertumbuhan dan fungsinormal dari organ-organ, serta
175
menghasilkan energi. Supariasa, dkk,(2002)HASIL DAN PEMBAHASAN1. Siklus Ia. Perencanaan
Identifikasi masalah dilakukan setelahobservasi proses belajar mengajaryangbisadilakukan gurupadamatapelajaranPenjaskesrekbanyakditemukan kendalaketika gurumengajardengantehnikceramahdikelassaatmengajarkanmateriteorididalamkelas.Setelahitupenelitidan gurumenyusunrencanapembelajarandanstrategipembelajarancooperativetipejigsawberdasarkanpokokbahasanpedomanumumgiziseimbang.
Kegiatan selanjutnya meliputi kegiatanmerumuskan tujuan pembelajaran,menyusun langkah-langkah pembelajaran,merencanakan media yang sesuai pokokbahasan yang akan diajarkan danbagaimana menggunakannya, sertamenyusun evaluasi sesuai dengan tujuan.Setelah itu strategi cooperative tipe jigsawdisusun dan diterapkan kepada siswa.b. Pelaksanaan
Padakegiatanawal, peneliti mengawalipertemuan dengan mengucapkan salamdan mengecek kehadiran siswa.Selanjutnya peneliti mengaitkanpembelajaran dengan metode ceramah danmetode kooperatif tipe jigsaw ini. Penelitimemotivasi siswa. Peneliti memberipertanyaan kepada siswa untukmengetahui konsep-konsep persyaratanyang sudah dikuasai oleh siswa, mengenaipembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini.Peneliti menjelaskan tujuan pembelajarankooperatif tipe jigsaw ini. Padabagianintiguru membagi siswa ke dalam beberapakelompok ahli. Kemu dian siswa bersamakelompok ahlinya membahas materi yang
sama dibagikan guru. Siswa kembalikekelompok asal kemudian mendiskusikan(menularkan kepada kelompok asal)tentang apa yang diperoleh dari kelompokahlinya tersebut. Selesai diskusi siswadiminta menanggapi hasil diskusikelompoknya masing-masing.
Pada kegiatan akhir guru mengecekdan memberikan umpan balik terhadaptugas yang dilakukan.Penelitimembimbing siswa untuk menyimpulkanseluruh materi yang telahdidiskusikan.Penilaian dilakukan denganmemberikan tugas individu untukmengetahui hasil belajar siswa sertamembagikan angket motivasi untukmengetahui motivasi belajar siswa padasiklus I dengan implementasi pembelajarankooperatif tipe jigsaw.
Data TesHasilBelajarSiklus INo Inisial
NamaSiswaNilai
Tessiklus I1 CS 642 FS 633 RW 654 SM 655 AM 706 APW 657 ACA 658 AW 669 ABK 6610 AMN 6711 AY 6612 EE 6513 FN 7514 FRI 7015 MSF 7116 NDI 6717 N 6618 RPM 7019 RL 6920 SUW 6821 YD 68
176
22 YAS 6523 VR 6424 EP 63
Jumlah 1603
Rata-rata 66Nilai klasikal 83%
KESIMPULANDari hasilpembelajaransiklus I
sebenarnyasudahkelihatanadapeningkatanprestasibelajar, siwa yang tidakmelampuiKKM sebanyak 4 siswa, dimana KKMpenjaskesrek di SD ini 65, jumlah motivasibelajar juga masih kurang sekali, sebabsiswa belum mengerti tentang metodepembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini,nilai klasikal ketuntasan siswa mencapai83%. Akantetapipenelitimasihbelumpuas.Untukitupenelitiakanberusahameningkatkanprestasibelajarpadakegiatansiklus II.
Dari hasil pembelajaran siklus IIsudah kelihatan ada peningkatan prestasibelajar dari siklus I kesiklus II ini. Disiklus II ini semua siswa tuntas semua, danmencapai KKM yang ditentukan. Hasilpada siklus II ini terbukti bahwa rata-rataprestasi yang dicapai dan ketuntasanbelajar siswa meningkat.DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. ProsedurPenelitian Suatu PendekatanPraktik. Jakarta: Rineka Cipta
Desi, Anwar. 2002. KamusBahasa Indonesia. Surabaya : PT.Amelia
Margono, S. 2007.Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta.
Pribadi, B.A. 2009. ModelDesain Sistem Pembelajaran.Jakarta: Dian Rakyat.
Sudrajat, Akhmad 2008.Cooperative Learning TeknikJigsaw.http://akhmadsudrajat.wordpress.com
Slavin, Robert E. 2005.Cooperative Learning (cara efektifdan menyenangkan pacu prestasipeserta didik). Bandung: NusaMedia
Sugianto, 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif.Surakarta : Yuma Pustaka
Sugiyono. 2007. StatistikUntuk Penelitian. Bandung:Alfabeta.
Supariasa, dkk. 2002.Penilaian Status Gizi. Jakarta :Penerbit Kedokteran EGC.
Suprijono, A. 2006.Cooperative Learning. Surabaya:Alfabeta.
Roestiyah N.K. 2001.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Trianto. 2007.Pembelajaran Inovatif BerorientasiKonstruktivistik. Jakarta: Alfabeta.
Winataputra, U S. & Rosita,T. 1994. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Depdikbud.
Zaini, Hisyam dkk. 2008.Strategi Pembelajaran aktif.Yogyakarta : Pustaka Insan Madani
177
EVALUASI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA KELAS VIIIPADA SMP N 1 PAPAR KABUPATEN KEDIRI
TAHUN PELAJARAN 2015/2016Oleh :
Reo Prasetiyo HerpandikaDosen Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kebugaran siswa SMP N1 PAPAR tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini menggunakan teknik Deskriptifyaituupaya untuk menghubungkan perilaku yang diteliti dengan variabel lainya ataupun mengujiatau menjelaskan penyebab sistematisnya. Rancangan penelitian ini menggunakan teknikrandom sampling atau pengambilan sampel secara acak dan menggunakan tes fisik untukmengukur dan menyimpulkan tingkat kesegaran jasmani siswa.
Instumen yang digunakan untuk memperoleh data – data penelitian mengenai tingkatkebugaran jasmani sebagi variabel dalam penelitian ini adalah instumen tes, yaitu teskebugaran jasmani yang merupakan battery tes yaitu tes kesegaran jasmani untuk umur 13 –15 tahun yang terdiri dari:1). Lari cepat 50 meter, 2).Angkat tubuh 60 detik untuk putra dan30 detik untuk putri, 3).Baring duduk 60 detik, 4).Loncat tegak, 5).Lari jarak jauh 1000 meteruntuk putra dan 800 untuk putri. Pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian inidilaksanakan dengan metode tes dokumentasi dan observasi.Metode dokumentasi di gunakanuntuk mencatat data tentang identitas subyek penelitian yang di laksanakan di awalpelaksanaan penelitian pengumpulan data-data tentang tingkat kebugaran jasmani dilakukandengan metode observasi digunakan baik pada saat pelaksanaan tes kebugaran jasmani.Berdasarkan hasil penelitian di atas maka peneliti melanjutkan langkah untuk menyusun teskebugaran jasmani menggunakan norma kebugaran jasmani anak usia 13-15 tahun di SMPN1 PAPAR. Berdasarkan masing-masing tes pengukuran tingkat kebugaran jasmani diatasmaka diperoleh hasil tes kebugaran jasmani usia 13-15 tahun nilai minimum 8 dan nilaimaksimumnya adalah17.Dari hasil diatas tingkat kebugaran jasmani siswa SMPN 1 Papar paling banyak adalah72siswadalam kategori sedang dengan demikian tingkat kebugaran jasmani siswa SMPN 1Papar ialah sedang.
Kata Kunci : Evaluasi, kebugaran jasmani, siswa SMP N 1 PAPAR
PENDAHULUANKebugaran jasmani merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan darikegidupan manusia, setiap orangmemutuhkan kesegaran jasmani baikmasyarakat dewasa sampai anak-anak.Manfaat kesegaran jasmani akanberkontribusi besar dengan aktivitas yangdilakukan setiap individu dalam kehidupansehari-hari.
Kebugaran jasmani (PhysicalFitness) secara harfiah berarti kesesuaianfisik atau kecocokan jasmani akan tugas–tugas dalam memenuhi tuntutan hidupsehari–hari. Sadoso Sumosardjuno (1989 :42) menyatakan bahwa kebugaran jasmaniadalah kemampuan seseorang untukmenunaikan tugas sehari – hari denganmudah, tanpa merasa lelah yangberlebihan, serta mempunyai cadangan
178
tenaga untuk menikmati waktusenggangnya dan untuk keperluanmendadak. Howley dan Franks (1992 : 16)Physical Fitness : Striving for optimalphysical quality of life, including obtainingcriterion levels of physical fitness testscores, and low risk of developing healthproblems. Menurut Suharjana (2008 : 2)Kebugaran jasmani adalah kemampuanseseorang untuk menunaikan tugas sehari–hari dengan mudah, tanpa rasa lelah yangberlebihan, dan masih mempunyaicadangan tenaga untuk menikmati waktusenggangnya danuntuk keperluanmendadak.
Peningkatan kesegaran jasmani dilingkungan sekolah perlu dibina untukmenunjang tercapainya proses belajarmengajar yang optimal. Karena semuasiswa yang mempunyai kesegaran jasmaniyang baik akan dapat melaksanakan tugasbelajar yang baik.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakangmasalah di atas, yang menjadi rumusanmasalah adalah bagaimana tingkatkebugaran jasmani siswa SMP N 1 PAPAR?TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian yang dicapaidalam penelitian ini dilakukan sesuaidengan judul dan permasalahan padapenelitian ini, maka yang menjadi tujuanpeneliti adalah : Untuk mengetahuibagaimana tingkat kebugaran siswa SMPN 1 PAPARMANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkandapat bermanfaat bagi :1. Peneliti sendiri agar dapat
mengembangkan ilmu danketerampilan lebih baik lagi terutamadalam hal kebugaran jasmani siswa.
2. Sebagai bahan masukan bagi para guruPendidikan Jasmani di Sekolah agarmemperhatikan kebugaran jasmanisiswa dan memberikan pengertiankepada siswa pentingnya kebugaranjasmani.
3. Sebagai masukan bagi guru pendidikanjasmani dalam penyusun programpembelajaran di sekolah dasar.
4. Bagi sekolah dasar agar tidakmenyampingkan bidang studipendidikan jasmani setelah mengetahuibetapa pentingnya dan pengaruhnyaterhadap perkembangan siswa.
KAJIAN PUSTAKAHakikat Evaluasi
Menurut Yunanda (2009: 54)pengertian istilah evaluasi merupakankegiatan yang terencana untuk mengetahuikeadaan sesuatu obyek denganmenggunakan instrumen dan hasilnyadibandingkan dengan tolak ukur untukmemperoleh kesimpulan.
Pengertian evaluasi lebih dipertegaslagi oleh Griffin & Nix (1991:3)menyatakanpengukuran, penilaian danevaluasi bersifat hirarki. Evaluasi didahuluidengan penilaian (assessment), sedangkanpenilaian didahului dengan pengukuran.Pengukuran diartikan sebagai kegiatanmembandingkan hasil pengamatan dengankriteria, penilaian (assessment) merupakankegiatan menafsirkan dan mendeskripsikanhasil pengukuran, sedangkan evaluasimerupakan penetapan nilai atau implikasiperilaku.
Lebih lanjut Sudjana (Dimyati danMudjiono,2006:191), dengan batasansebagai proses memberikan ataumenentukan nilai kepada objek tertentuberdasarkan suatu kriteria tertentu. Untukmenentukan nilai sesuatu dengan caramembandingkan dengan kriteria.
179
Ada empat langkah yang dilakukandalam proses evaluasi menurut Tenbrink(dikutip oleh Moore), yaitu
1. Persiapan; tahap ini untuk menentukanjenis informasi yang dibutuhkan
2. Mengumpulkan informasi; yaitumemilih teknik untuk mengumpulkanbermacam-macam informasi seakuratmungkin,
3. Membuat penilaian, membandingkaninformasi dengan kriteria yang telahditentukan untuk membuat penilaian,
4. Membuat keputusan; mengambilkesimpulan berdasarkan pada penilaianyang telah dibentuk.
Selain itu, menurut Crawford(2000: 30), tujuan dan atau fungsi evaluasiadalah :
1. Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telahtercapai dalam kegiatan.
2. Untuk memberikan objektivitaspengamatan terhadap perilaku hasil.
3. Untuk mengetahui kemampuan danmenentukan kelayakan.
4. Untuk memberikan umpan balik bagikegiatan yang dilakukan.
Pada dasarnya tujuan akhir evaluasiadalah untuk memberikan bahanbahanpertimbangan untuk menentukan/membuatkebijakan tertentu, yang diawali dengansuatu proses pengumpulan data yangsistematis.
Jadi evaluasi bukan merupakan halbaru dalam kehidupan manusia sebab haltersebut senantiasa mengiringi kehidupanseseorang. Seorang manusia yang telahmengerjakan suatu hal, pasti akan menilaiapakah yang dilakukannya tersebut telahsesuai dengan keinginannya semula.
Hakikat Kebugaran JasmaniKesegaran jasmani adalah
kemampuan tubuh seseorang untukmelakukan tugas dan pekerjaan sehari-haridengan giat dan waspada tanpa mengalamikelelahan yang berarti, serta masihmemiliki cadangan energi untuk mengisiwaktu luang dan menghadapi hal-haldarurat yang tidak terduga sebelumnya(Depdikbud, 1997 : 52).
Meningkatnya kesehatan badanidentik dengan meningkatnya kesegaranjasmani, dimana dalam tubuh yang sehattentu akan berpengaruh terhadap terciptakesehatan jiwa, oleh karena itu agarmenjadi insan yang utuh secara lahiriahmaka kesehatan jasmani dan rohani harusdimiliki oleh setiap individu, agar hidupdapat seimbang danberjalan selaras dengantujuan hidup yang diharapkan.
Kesegaran jasmani tidak luput darimasalah yang dihadapi oleh warga negara,bila kesegaran jasmani di Indonesia sudahbaik, maka akan tercipta masyarakat yangmemiliki tingkat kesegaran jasmani yangbaik pula. Tentunya hal itu akanberpengaruh terhadap tingkat kesegaranjasmani, sehingga dengan tingkatkesegaran jasmani yang baik diharapkanprestasi yang di dapat siswa akan lebihbaik.
Untuk itu tentunya perlu adanya halyang paling mendasar yaitu fisik yang baikdan tingkat kesegaran jasmani yang baikpula.Kesegaran dan kebugaran jasmanidapat diperoleh melalui aktifitas jasmani,untuk siswa dapat diperoleh melaluipendidikan jasmani dan kegiatanekstrakurikuler. Kesegaran jasmani siswayangbaik akan menjamin kesiapan siswadalam melaksanakan tugas sehari-hari danselalu menampakkan penampilan yangoptimal. Agar kesegaran jasmani tetap
180
terjaga, maka harus ditanamkan sedinimungkin dari mulai pendidikan dasar,baikdi sekolah maupun di rumah. Sebabperilaku kesegaran jasmani merupakankondisi dan kebiasaan yang membutuhkanketekunan dan usaha yang keras.
HASIL DAN PEMBAHASANTes kebugaran jasmani ini diukur
menggunakan lima item tes yang terdiridari (1) tes lari 50 meter, (2) angkattubuh/pull up 60 detik untuk putra dangantung siku tekuk untuk putri, (3) baringduduk/ sit up 60 detik, (4) Loncattegak/vertical jump, (5) lari 1000 meteruntuk putra dan 800 meter untuk putri.Diskripsi hasil penelitian masing-masingtes tersebut diuraikan sebagai berikut:1. Tes lari 50 meter.
a. Hasil tes lari 50 meter untuk siswaputra kelas VIII SMPN 1 Paparmenghasilkan rata-rata 9,9188,dengan standar deviasi 0,912893,nilai minimum 8,1, nilai maximum12,54. Kategori Baik sekali = 0 %,Baik = 0 %, Sedang = 8 %, Kurang= 72 %, Kurang sekali = 20 %.
Tabel 4.1 Tes lari 50 meter putra
NilaiLari50meter
Kategori Frekuensi Presentase
5 S.d – 6,7” Baik sekali 0 0 %4 6.8” – 7,6” Baik 0 0 %3 7,7” – 8,7” Sedang 4 8 %
28,8” –10,3”
Kurang 36 72 %
1 10,4”- dstKurangsekali
10 20 %
Jumlah 50 100
b. Hasil tes lari 50 meter untuk siswaputri kelas VIII SMPN 1 Paparmenghasilkan rata-rata 12,25407,dengan standar deviasi 1,433747,nilai minimum 10,09, nilaimaximum 16,54. Kategori Baiksekali = 0 %, Baik = 0 %, Sedang =
0 %, Kurang = 40 % (24 siswa),Kurang sekali = 60 % (36 siswa).Tabel 4.2 Tes lari 50 meter putri
NilaiLari50meter
Kategori Frekuensi Presentase
5 S.d – 7,7” Baik sekali 0 0 %4 7,8” – 8,7” Baik 0 0 %
3 8,8” – 9,9” Sedang 0 0 %
210,0” –11,9”
Kurang 24 40 %
1 12,0”- dstKurangsekali
36 60 %
Jumlah 60 100
2. Tes gantung angkat tubuh putra dangantung siku tekuk putria. Hasil tes gantung untuk siswa putra
kelas VIII SMPN 1 Paparmenghasilkan rata-rata 7,72dengan standar deviasi3,563076,nilai minimum 1, nilai maximum15. Kategori Baik sekali = 0 %,Baik = 26% (13 siswa), Sedang =46% (23 siswa), Kurang = 26% (13siswa), Kurang sekali = 2% (1siswa).
Tabel 4.3 Tes Gantung angkat tubuhputra
NilaiGantungangkattubuh
Kategori Frekuensi Presentase
5 16 ke atasBaiksekali
0 0 %
4 11 – 15 Baik 13 26 %3 6 – 10 Sedang 23 46 %2 2 – 5 Kurang 13 26 %
1 0 – 1Kurangsekali
1 2 %
Jumlah 50 100
b. Hasil tes gantung siku tekuk siswaputri kelas VIII SMPN 1 Paparmenghasilkan rata-rata 3,75dengan standar deviasi 1,445331,nilai minimal 1, nilai maksimal 9.Kategori baik sekali = 0 %, baik =0 %, sedang = 0 %, kurang =83,33 % (50 siswa), dan kurangsekali = 16,67 % (10 siswa).
181
Tabel 4.4 Tes gantung siku tekuk putri
NilaiGantung
siku tekuk
Kategori Frekuensi Presentase
541” – ke
atasBaiksekali
0 0 %
4 22” – 40” Baik 0 0 %
3 10” – 21” Sedang 0 0 %
2 3” – 9” Kurang 50 83.33 %
1 0” – 2”Kurangsekali
10 16.67 %
Jumlah 60 100 %
Berdasarkan hasilpenelitian di atas maka penelitimelanjutkan langkah untukmenyusun tes kebugaran jasmanimenggunakan norma kebugaranjasmani anak usia 13-15 tahun diSMPN 1 Papar Kabupaten Kediri.Berdasarkan masing-masing tespengukuran tingkat kebugaranjasmani diatas maka diperolehhasil tes kebugaran jasmani usia13-15 tahun Di SMPN 1 Papar.Dari 110 anak diperoleh nilaiminimum 8 dan nilaimaksimumnya adalah17.
Dari hasil data tersebutdapat dimasukkan ke dalam nilainorma kebugaran jasmani yangkemudian dijadikan patokan untukmenyusun tingkat kebugaranjasmani siswa SMPN 1 Papar usia13-15 tahun di Kabupaten Kediri.Dengan cara menjumlahkan ke limanilai tes dari masing-masing anaksehingga hasil yang di dapat adalahnilai intervalnya.Hasil pengkategorian dari hasilpenelitian dapatdideskripsikansebagai berikut:
Tabel 4.11 Nilai TKJI siswa SMPN 1Papar
Interval Kategori Frekuensi Presentase≥17 Baik sekali 1 0.90 %
14 – 16 Baik 16 14.54 %11 – 13 Sedang 72 65.45 %8 – 10 Kurang 11 10 %5 – 7 Kurang
sekali0 0
Jumlah 110 100
KESIMPULANBerdasarkan dari analisis hasil
penelitian dan pembahasan tingkatkebugaran jasmani menggunakan normaTKJI siswa SMPN 1 Papar KabupatenKediri usia 13 - 15 tahun adalah Sedang(S).
DAFTAR PUSTAKADepdiknas. (2004). Standar
Kompetensi Guru PemulaJenjang S1 PendidikanJasmani. Jakarta : Depdiknas.
Djoko Pekik Irianto. (2000). PanduanLatihan Kebugaran (yangefektif dan aman).Yogyakarta: Lukman Offset.
Djoko Pekik Irianto. (2003). Dasar-Dasar Latihan Kebugaran.FIK: UNY.
Egger, G. (1993). The Fitness Leader’sExercise Bible. NSW : Kangaroo PressPty. Ltd.
Eko Putro Widoyoko. (2012). TeknikPenyusunan InstrumenPenelitian. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Janssen P.GJM. (1989). TrainingLactate Pulse – Rate. New
182
York : Polar Electro ofPublishing.
Len Kravitz alih bahasa sadososumosardjuno. (2001).Panduan Lengkap BugarTotal. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Mochamad Sajoto. (1988). PembinaanKondisi Fisik dalamOlahraga. Jakarta: Depdikbud.
Rachmatullah, P, 1989. ManfaatOlahraga Bagi Kesehatan danKesegaran.Wahana MedikNo. 3 Th.II Februari. Jakarta
Rusli Lutan. (2000). Pengukuran danEvaluasi Penjaskes. Jakarta:Departemen PendidikanNasional.
Sadoso Sumosardjuno (1989). PetunjukPraktis Kesehatan Olahraga.Jakarta : Pustaka KaryaGrafita Utama
Sharkey, B.J (2003). Fitness AndHealth. Alih bahasaKebugaran dan Kesehatan.Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada.
Sudjadi, dr.1996. Ketahuilah TingkatKesegaran Jasmani Anda.Jakarta : Pusat Kesegaran
Jasmani dan Rekreasi,Departemen Pendidikan danKebudayaan.
Suharjana.(2008). PendidikanKesegaran Jasmani.Yogyakarta: FIK UNY.
Suryanto, dan Panggung Sutapa.(2006). “Penilaian TesKesegaran Jasmani DenganACSPFT Dan TKJI”.Medikora. Vol. II, No. 2,Oktober.
Toho Cholik Mutohir dan Ali Maksum.(2007). Sport DevelopmentIndex. Jakarta: PT Indeks.
Nurhasan. (2005). AktivitasKebugaran. Jakarta:Depdiknas.
183
IMPLEMENTASI VIDEO IMITASI GERAK BERBASIS VISUAL UNTUKMENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK MOTORIK HALUS PADA
SISWA AUTIS KELAS IV DI SLB AUTIS LABORATORIUM UM
, ,
Guru SLB Autis Laboratorium UMGuru SLB Autis Laboratorium UM
Dosen Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi IKIP Budi Utomo MalangEmail: luthansyahiswara@Yahoo.co.id
AbstrakMedia pembelajaran berupa video imitasi adalah strategi meniru dengan membuattiruan gerak dari suatu obyek gerak yang ditayangkan dalam sebuah video secaravisual. Gerakan-gerakan yang dicontohkan merupakan gerakan dasar yangdisesuaikan dengan kondisi peserta didik yaitu siswa autis. Autis adalah gangguanneurobiologis dengan adanya hambatan fungsi syaraf otak yang berhubungandengan fungsi komunikasi, motorik, interaksi sosial dan pusat perhatian. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui dan membuktikan apakah video imitasigerak berbasis visual dapat meningkatkan kemampuan gerak motorik halus padasiswa autis kelas IV di SLB Autis Laboratorium UM.Rancangan penelitian inimenggunakan penelitian tindakan kelas. Instrumen yang digunakan adalah tesmelakukan gerakan imitasi motorik halus sesuai intruksi yang ada pada videopembelajaran meliputi gera, adu jari telunjuk, adu ibu jari, buka tutup telapaktangan dan menggosokkan kedua telapak tangan, gerak. Hasil penelitianmenunjukkan peningkatan nilai kemampuan gerak imitasi motorik halus rata-ratanilai tes awal 38.3, siklus I nilai rata-rata 46.7, siklus II nilai rata-rata 55, dansiklus III nilai rata-rata 68.3. Sehingga disimpulkan bahwa video imitasi gerakmotorik berbasis visual dapat meningkatkn kemampuan gerak motorik halus padasiswa autis kelas IV di SLB Autis Laboratorium UM. Berdasarkan hasil penelitiandisarankan bahwa media video imitasi gerak motorik berbasis visual hendaknyadigunakan pada tiap-tiap satuan pendidikan autisme dalam mata pelajaran gerakmotorik agar kemampuan motorik siswa semakin cepat meningkat.
Kata kunci: imitasi gerak, gerak motorik halus, siswa autis
PENDAHULUANAnak yang diidentifikasi
sebagai autisme akan kurangkemampuan geraknya dibandingdengan anak normal sebayanya,diukur dari kemampuan gerak statisdan dinamis, kekuatan, koordinasi,keseimbangan dan kelincahan.
Saputra Y (2005 : 40 dalam IndinaG, 2007).
Adapun yang mempengaruhiperkembangan motorik anakdiantaranya menurut Hurlock(200:154 dalam Ramdhani, 2014)faktor yang mempengaruhiperkembangan motorik adalah sifatdasar genetic termasuk bentuk tubuh
184
dan kecerdasan sehingga anak yangIQ tinggi menunjukkanperkembangan motoriknya lebihcepat dibandingkan dengan anaknormal atau dibawah normal.Adanya dorongan atau rangsanganuntuk menggerakkan semua kegiatantubuhnya akan mempercepatperkembangan motorik anak.
Individu dengan gangguanautisme lebih mudah untukmemproses informasi secara visualdua atau tiga dimensi daripadastimulus pendengarannya (Quill,1995b dalam Ramdhani. 2014).Banyak individu dengan gangguanautisme memiliki kesulitan dalammemproses dan menyimpaninformasi non-visual (Schuler, 1995dalam Ramdhani. 2014).
Media berbasis visual adalahmedia yang hanya mengandalkanindra penglihatan, media berbasisvisual memegang peran yang sangatpenting dalam proses belajarmengajar. Media visual dapatmemperlancar pemahaman danmemperkuat ingatan visual, dapatpula menumbuhkan minat siswa(Djumarah dan Zain, 2002:144dalam Nugrahani R. 2007)
Video merupakan media yangsangat padat, yaitu media yangmenggabungkan berbagai elemenvisual (Richards dan Renandya,2003:364 dalam Nirahma P. 2012).
Choirunisa Nirahma dkk(2012). Metode dukungan visualpada pembelajaran anak denganautisme. Menyimpulkan bahwametode dukungan visual bodylanguage berupa ekspresi wajah,
menunjuk, memegang,menggerakkan tangan,menggelengkan kepala,menganggukkan kepala, membantuanak autisme dalam berkomunikasi
Penelitian ini dilaksanakanuntuk memecahkan permasalahan-permasalahan gerak motorik pesertadidik yang terjadi di dalam kelas.Adapun tujuan dari penelitian iniadalah untuk mengetahui danmembuktikan apakah video imitasigerak berbasis visual dapatmeningkatkan kemampuan gerakmotorik halus pada siswa Autis kelasIV di SLB Autis Laboratorium UM ?METODE
Rancangan penelitian yangdigunakan adalah penelitian tindakankelas. Penelitian Tindakan Kelas atauPTK adalah salah satu jenispenelitian yang dilakukan oleh guruuntuk meningkatkan kualitaspembelajaran dikelasnya melaluimetode, pendekatan, penggunaanmedia dan teknik evaluasi yang tepat(Mulyasa, H. 2011).
Penelitian tindakan sebagaisuatu penelitian yang dijalankanuntuk memahami, mengevaluasi danselanjutnya merubah praktik-praktikpendidikan agar meningkat ke arahyang lebih baik (Bassey, 1998 dalamHitipeuw, 2012)
Dalam penelitian ini subjekyang diambil adalah siswa kelas IVSLB Autis Lab UM dengan jumlahsiswa 3 siswa.
Lokasi penelitian ini di SLBAutis Laboratorium UM Jl. SurabayaNo 6 Malang. Penelitiandilaksanakan pada semester dua
185
tahun pelajaran 20015/2016 tepatnyapada bulan Maret sampai denganJuni 2016
Instrumen yang digunakandalam penelitian ini adalah tesmelakukan gerakan imitasi motorikkasar dan halus sesuai instruksi yangada pada video pembelajaran.Arikunto (2002:127) mendefinisikantes sebagai rentetan pertanyaan ataulatihan serta alat lain yang digunakanuntuk mengukur ketrampilan,pengetahuan intelegensi, kemampuanatau bakat yang dimiliki olehindividu atau kelompok. Definisitersebut pada dasarnya sama dengandefinisi yang diungkapkan oleh sirait(1989:136), bahwa tes merupakansebuah alat, upaya, atau proseduryang mengemukakan sejumlahtugas-tugas yang akan dijawab olehsiswa, hasilnya akan dipakai untukmengukur sifat-sifat/kualitas yangsudah dirinci.
Dalam penelitian ini, tes yangdimaksud adalah siswa dimintamenirukan gerakan dasar motorikkasar dan halus pada video yangditayangkan dengan gerakan yangbenar. Gerakan motorik kasar danhalus yang akan dijadikan sebagaimodel dalam video pembelajarandiambil dari kurikulum ABA(Metode Lovaas). Gerakan yangdigunakan untuk gerakan motorikkasar adalah tepuk tangan, tepukperut, tepuk bahu dan tepuk paha,sedangkan untuk gerakan motorikhalus adalah adu jari telunjuk, aduibu jari, buka tutup telapaktangan/jari, dan menggosokkankedua telapak tangan. Instrumen
penilaian yang digunakan adalahpengembangan dari instrumensebelumnya yang dibuat oleh guru.Setelah keduanya dianggap layakdan memadai, sebelum digunakandalam penelitian perlu diadakan ujicoba instrumen. Jika hasil uji cobainstrumen menyatakan bahwa siswaautis dapat memahami perintahimitasi dengan tayangan video,dengan demikian tidak petludiadakan perbaikan instrumen.Dalam penelitian ini, tes yangdimaksud adalah siswa dimintamenirukan gerakan dasar motorikkasar dan halus pada video yangditayangkan dengan gerakan yangbenar. Gerakan motorik kasar danhalus yang akan dijadikan sebagaimodel dalam video pembelajarandiambil dari kurikulum ABA(Metode Lovaas). Gerakan yangdigunakan untuk gerakan motorikkasar adalah tepuk tangan, tepukperut, tepuk bahu dan tepuk paha,sedangkan untuk gerakan motorikhalus adalah adu jari telunjuk, aduibu jari, buka tutup telapaktangan/jari, dan menggosokkankedua telapak tangan
Pengumpulan data dilakukandengan pemberian tes menirukangerakan sesuai dengan contohgerakan pada video pembelajaransesuai dengan kinerja yang benarsebagai alat ukur untuk menilaikemampuan siswa. Analisis datadilakukan berdasarkan modelArikunto yang meliputi tiga langkah,yaitu (1)persiapan, (2) tabulasi, dan(3) penerapan data (Arikunto, 2002:2009).
186
Penelitian ini menggunakanrancangan penelitian model siklus.Model yang digunakan dalampenelitian ini adalah model yangdikembangkan oleh Kemmis danTaggard (sujiono, 2009:14 dalamNurul Alfiyah 2015).Terdapat empattahapan yang dikembangkan olehKemmis dan Taggard terdiri dari :1. Perencanaan2. Pelaksanaan tindakan3. Observasi4. RefleksiHASIL DAN PEMBAHASANSebelum tindakan diberikan padasiklus I, dilaksanakan tes awal untukmengetahui kemampuan awal siswasebagai pembanding hasil yangdidapat setelah dilaksanakantindakan I. Hasil yang didapat adalah:
Tabel 4.1 Skor dan Nilai Tes AwalKinerja Imitasi Gerak Motorik HalusNo
NamaNilai Sk
orNilai
B1 B2 B3 B4 B51 Ghaniy 1 1 1 1 1 5 252 Kevin 2 2 2 3 3 12 603 Marco 1 1 1 1 2 6 30Rata-rata awal motorik halus 38.3
Ket : Nilai tertinggi 60Nilai terendah 25
Keterangan :B1 : Posisi kepala dan batang tubuhB2 : Imitasi gerak adu telunjukB3 : Imitasi gerak adu ibu jariB4 : Imitasi buka tutup telapaktangan/jariB5:Imitasi menggosok kedua telapaktangan
Tabel 4.2 Skor dan Nilai Siklus IKinerja Imitasi Gerak Motorik HalusNo
NamaNilai Sk
orNilai
B1 B2 B3 B4 B5
1 Ghaniy 2 1 1 2 2 8 402 Kevin 3 2 2 3 3 13 653 Marco 1 1 1 2 2 7 35Rata-rata siklus I motorik halus 46.7
Ket : Nilai tertinggi 65Nilai terendah 35
Tabel 4.3 Skor dan Nilai Siklus IIKinerja Imitasi Gerak Motorik HalusNo
NamaNilai JML
SkorNilai
B1 B2 B3 B4 B51 Ghaniy 2 1 1 3 3 10 502 Kevin 3 3 2 3 4 15 753 Marco 1 1 1 2 3 8 40Rata-rata siklus II motorik halus 55
Ket : Nilai tertinggi 75Nilai terendah 40
Tabel 4.4 Skor dan Nilai Siklus IIIKinerja Imitasi Gerak Motorik HalusNo
NamaNilai JML
SkorNilai
B1 B2 B3 B4 B51 Ghaniy 3 2 1 3 4 13 652 Kevin 4 3 3 4 4 18 903 Marco 2 2 2 2 2 10 50Rata-rata siklus III motorik halus 68.3
Ket : Nilai tertinggi 90Nilai terendah 50
Hasil yang didapat dalam penelitianini mencerminkan bahwapenggunaan media video imitasigerak motorik berbasis visual dapatmeningkatkan kemampuan motoriksiswa yaitu gerak motorik kasar dangerak motorik halus.Hasil ini didukung oleh Savner danMyles (2000 dalam Choirunisa 2012)yang menyatakan dukungan visualmemberikan peluang kepada anakdengan autisme untuk belajar lebihcepat, mengurangi frustasi dankecemasan menyelesaikan tugassendiri, dan menambah kemandirian.Pembelajaran imitasi gerak motorikberbasis visual ini merupakanpembelajaran yang efektif, efisiendan menyenangkan. Siswa lebihfokus dan konsentrasi lebih terjaga,
187
sedangkan guru lebih mudah dalammengajarKESIMPULANPenggunaan media video imitasigerak motorik berbasis visualmemberikan pengaruh terhadappeningkatan kemampuan gerakmotorik halus siswa. Kesimpulanyang dapat diambil adalah videoimitasi gerak berbasis visual dapatmeningkatkn kemampuan gerakmotorik halus pada siswa autis kelasIV di SLB Autis LaboratoriumUniversitas Negeri Malang.UCAPAN TERIMAKASIHPenulis bertrimakasih kepadaSekolah Autis Laboratorium UMatas dukungan sarana danprasarananya pada penelitian iniserta berterima kasih kepada tim danteman-teman guru SLB atasdiskusinya yang bermanfaatDAFTAR PUSTAKABukuArikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian. Jakarta : RinekaCipta.
Baihaqi & Sugiarmin, M. 2008.Memahami dan MembantuAnak ADHD. Bandung: PTRefika Aditama
Hitipeuw. I. 2012. ModulPengembangan MateriUmum Penelitian TindakanKelas dan Karya Ilmiah.
Maulana, M. 2007. Mendidik AnakAutis dan Gangguan MentalLain Menuju Anak Cerdasdan Sehat. Jogjakarta: KataHati.
Maurice, C. 1996.Behavioural
Intervention for YoungChildren with Autism AManual for Parents andProfessionals. Austin Texas.
Mulyasa. 2009.Praktek PenelitianTindakan Kelas. Bandung:POSDA
Pedoman PenyelenggaraanPendidikan
Terpadu, 2004. AlatIdentifikasi AnakBerkebutuhan Khusus.Jakarta. DirektoratPendidikan Luar Biasa.
Rusli Luthan. 1988. Pertumbuhandan
Perkembangan Motorik.Jakarta. Cipta Wacana.
Sirait, Bistok. 1989. BahanPengajaran
untuk Mata Kuliah EvaluasiHasil Belajar Siswa, Buku II,Jakarta: Depdikbud
Jurnal, Prosiding, Majalah,dan/atau BuletinAlfiyah N, 2015. Meningkatkan
Kemampuan Kognitif dalamMengenal Angka 1-10melalui Permainan BolaBowling pada AnakKelompok A di TK Al-IkhlasKarangrejo TulungagungTahun Pelajaran 2014/2015.Jurnal Penelitian.11.1.01.11.0491. UNP Kediri[diakses 12 Februari 2016]
Indina, G dkk. 2014. PenerapanWarna
dan Cahaya pada InteriorRuang Terapi Dasar denganPendekatan Visual AnakAutis. Jurnal Arsitektur. Vol ,
188
No 2. Arsitektur FT UB.[diakses 29 Februari 2016]
Musjafak, A dan Eva Siti R. 2011.Penerapan LatihanSensorimotor untukMeningkatkan KemampuanMenulis pada Anak AutisticSpestrum Disorder. JurnalPendidikan dan Kebudayaan.Vol 17, No 2. FIP UPIBandung
Muthmainnah. 2013. PemanfaatanVideo Clip untukMeningkatkan KetrampilanSosial Anak Usia Dini.Jurnal Pendidikan Anak. VolII, Edisi 2. Universitas NegeriYogyakarta.
Nirahma P, Choirunnusa. 2012.Metode
Dukungan Visual padaPembelajaran Anak denganAutisme. Jurnal PsikologiKlinis dan KesehatanMental.Vol 1, No 2.Psikologi UniversitasAirlangga
Nugrahani R, 2007. MediaPembelajaran Berbasis VisualBerbentuk Permainan UlarTangga Untuk MeningkatkanKualitas Belajar Mengajar diSekolah Dasar. JurnalLembaran Ilmu KependidikanJilid 36 No. 1. Seni RupaFBS . UNNES.
Ramdhani, A. 2014. Efektifitas
Ketrampilan Kolase dalamMeningkatkan KemampuanMotorik Halus AnakTunagrahita Ringan di SLBSiswa Budhi Surabaya.Jurnal Pendidikan LuarBiasa. Vol 2, No 2.
Sri Septiani N dkk, 2015. PengaruhMetode PembelajaranTerstruktur Dengan MediaPecs Untuk MeningkatkanKomunikasi Pada Anak Autisdi SLB C1 Denpasar. E-Journal ProgramPascasarjana. UniversitasPendidikan Ganesha.
Zaid, A. 2012. “DesandanImplementasi
Tunneling IPSEC BerbasisUnix dengan ESP(Encapsulating SecurityPayload)”. Jurnal Teknologidan Informatika.Vol 2,No2.Teknomatika. [diakses 8Februari 2016].
Laporan Penelitian, Disertasi,Tesis, dan/atau SkripsiIswara L,2013. KemampuanMelakukan
Gerak Dasar ManipulatifAnak Autis dalam BentukPermainan Bola SederhanaSiswa Kelas III SekolahAutis Lab UM. ArtikelSkripsi. IKIP Budi UtomoMalang.
189
Perbandingan Model Latihan Circuit Training Game Dan Circuit Ladder DrillUntukMeningkatkanKelincahan (Agility) Dan Kecepatan (Speed)
SusilaturochmanHendrawan K (Universitas Negeri Surabaya)HariSetijino(Universitas Negeri Surabaya)EdyMintarto(Universitas Negeri Surabaya)
ABSTRAK
Latihan merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik yaituuntuk meningkatkan kualitas fisik, kemampuan fungsional tubuh, dan kualitaspsikis siswa. Circuit Trainingmerupakan teknik latihan yang digunakan oleh atletdisemua jenis olahraga untuk meningkatkan kelincahan dan kecepatan. Untukmengembangkan kelincahandan kecepatanmaka diperlukan latihanCircuit Trainingdengan model latihancircuit training gamedancircuit ladder drill.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan: (1) pengaruhlatihan circuit training game dancircuit ladder drillterhadap kelincahan; (2)pengaruh circuit training game dancircuit ladder drillterhadapkecepatan; (3)perbedaan pengaruh latihancircuit training game dancircuit ladder drill terhadapkecepatan (4) pengaruh latihan circuit training game dancircuit ladderdrillterhadap kelincahan. Sasaran penelitian ini adalah siswa putra kelas V SDNKandangan III Surabaya yang berjumlah30siswa.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatifdengan metode eksperimen semu. Rancangan penelitian ini menggunakanFactorial Design, dengan analisis data menggunakan ANOVA. Prosespengambilandata dilakukan dengan teskecepatanmenggunakansprint 30 meter dantes laribolak-balikpada saat pretest dan posttest. Selanjutnya data hasil penelitiandianalisis dengan menggunakan bantuan SPSS seri 22.0.
Hasilpenelitian: programlatihancircuit training game dancircuit ladderdrill signifikanterhadappeningkatankelincahandankecepatan(sig. 0,000 < α =0.005). Kelompok I, II, III memilikiperbedaan yang signifikan (sig. 0,000 < α =0.005). Rata-rata peningkatankecepatankelompok I = 0.20 detik, kelompok II =0.31 detik, kelompok III = 0.11 detik. Rata-ratapeningkatankelincahanuntukkelompok I = 0.34 detik, kelompok II = 0.60 detik,kelompok III = 0.13detik
Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapatpeningkatan kecepatan dan kelincahan pada masing-masing kelompok setelahdiberikan latihan. Selain itu, terdapat perbedaan pengaruh antara ketiga kelompokdilihat dari peningkatan kecepatandan kelincahan melalui uji ANOVA, dimanalatihan circuit ladder drillmemberikan pengaruh yang lebih baik dari latihancircuittraining game terhadappeningkatankecepatan. Selanjutnyalatihan circuit ladderdrillmemberikan pengaruh yang lebih baik dari latihancircuit training gameterhadap.peningkatankecepatanmaupunkelincahan.
Kata-kata Kunci : Latihan,Circuit Game Training DanLatihan Circuit LadderDrill, Kelincahan Dan Kecepatan.
190
Model Comparison Exercise Circuit Training Game and Circuit Ladder Drillsto Improve Agility and speed
SusilaturochmanHendrawan K (Universitas Negeri Surabaya)HariSetijino(Universitas Negeri Surabaya)EdyMintarto(Universitas Negeri Surabaya)
ABSTRACT
Exercise is a process of change for the better to improve the quality ofphysical, functional abilities of the body, and the psychological quality ofstudents. Circuit Training is a training technique that used by athletes in all kindsof exercise to improve agility and speed. To develop the agility and speed it isneededCircuit Training exercise with circuit training game and circuit ladderdrill.
The purpose of this study was to compare: (1) the effect of circuit traininggame and circuit ladder drill for the agility; (2) the effect of circuit training gameand circuit ladder drill on speed; (3) the difference effect of circuit training gameand circuit ladder drill for the speed (4) the difference effect of circuit traininggame and circuit ladder drill on agility. The targets of this research are fifthgrade students of SDN Kandangan III Surabayathat consist of 30 male students.
The type of this research is quantitative with quasi-experimental methods.The design of this research uses Factorial Design, with analysing data usingANOVA. The process of data collection was done by using 30 meters sprint speedtest and shuttle runtestduring the pretest and posttest. Furthermore, the data wasanalyzed by using SPSS 22.0 series.
Result: The circuit training game exercise program and circuit ladderdrill a significant to increase agility and speed (sig 0.000 < α = 0.005) Group I,II, III have significant differences (sig 0.000 < α = 0.005). The average increasein speed of group I = 0.20 seconds group II = 0.31 seconds group III = 0.11seconds. The average increase agility to group I = 0.34 seconds group II = 0.60seconds, group III = 0.13 seconds
Based on the analysis above, it can be concluded that there is anincrease in the speed and agility of each group after being given aexercise.Besides, there is a differences effectbetween all three groups based on theimprovement in speed and agility through ANOVA test, where the ladder circuittraining drill gives a better effect on the exercise circuit training game toward theincreased speed. Furthermore, the circuit training ladder drill gives a better effectthan the exercise circuit training game toward the increased agility.
Key words: Exercise, Circuit Training Game AndCircuit Ladder Drill, Agility AndSpeed
191
PENDAHULUANMenurut Santosa dan Dikdik
(2013: 21) kebugaran jasmani adalahkeadaan kemampuan jasmani yangdapat menyesuaikan fungsi alat-alattubuhnya terhadap tugas jasmanitertentu dan atau terhadap keadaaanlingkungan yang harus diatasidengan cara yang efisien, tanpakelelahan yang berlebihan dan telahpulih sempurna sebelum datangtugas yang sama pada esok harinya.Kebugaran jasmani merupakanderajat dinamis seseorang yangmenjadi kemampuan jasmani dasaruntuk dapat melaksanakan tugasyang harus dilaksanakan.
Latihan kondisi fisik(physical conditioning) memegangperanan yang sangat penting untukmempertahankan atau meningkatkanderajat kebugaran jasmani(physicalfitness).Derajat kebugaran jasmaniseseorang sangat menentukankemampuan fisiknya dalammelaksanakan tugas sehari-hari.Semakin tinggi derajat kebugaranjasmani seseorang semakin tinggipula kemampuan kerja fisiknya.Dengan kata lain, hasil kerjanya kianproduktif jika kebugaran jasmaninyakian meningkat.
Dalam program pelatihan,latihan sirkuit ini biasanyamenggunakan peralatan mesinataupun peralatan yang sederhana,pada umumnya jarak setiappos/stasiun sekitar 15 detik sampai 3menit untuk menjaga agar otot tidakkelelahan. Bentuk-bentuk latihansirkuit adalah kombinasi dari semuaunsur fisik. Latihannya bisa berupalari naik turun tangga, larikesamping, ke belakang, melemparbola, memukul bola dengan raket,melompat, berbagai bentuk latihan
beban dan sebagainya. Bentuklatihan biasanya disusun layaknyalingkaran (Yunyun., 2012:14).
Berdasarkan penjelasantersebut, peneliti bermaksudmengadakaneksperimen dengan duamodel latihan sirkuit yang berbeda.Yaitu dengan memodifikasi latihansirkuit dengan permainan dan latihansirkuit dengan kombinasi ladderdrill. Penelitian ingin mengetahuiperbadingan dua jenis latihan sirkuituntuk meningkatkan kelincahan(agility) dan kecepatan (speed) siswaputraSDN Kandangan III Surabayakelas V.METODE PENELITIANJenisdanRancanganPenelitian
Jenis penelitian yangdigunakan adalah penelitiankuantitatif. Desain penelitian yangdigunakan adalah Quasi Experimentdengan rancangan penelitianmenggunakan “Randomized ControlGroup Pretest-Posttest Desain.
K1 X1 T2R T1 K2 X2 T2
K3 X0 T2
Sumber : (Maksum, 2012:98)Keterangan :R : RandomizedT1 : Tes Awal (pretest)K1 : Kelompok 1 (Kelompok
Circuit Game Training)K2 : Kelompok 2 (Kelompok
Circuit Ladder drill)K3 : Kelompok 3 (Kelompok
Kontrol)X1 : Perlakuan dengan latihan
Circuit Training GameX2 : Perlakuan dengan latihan
Circuit Ladder DrillX0 : Melakukan aktivitas
mengikuti pelajaran olahragaT2 : Tes akhir (posttest)
192
PopulasidanSampelPenelitianPopulasi dalam penelitian ini
adalah semua siswa putra SDNKandangan 3 Surabaya tahun ajaran2015-2016 kelas V yang terdiri darikelas V-a, V-b, Vc. Adapun jumlahpopulasi dalam penelitian ini adalah80 anak, dengan rentang umur 11 –12 tahun
Jumlah sampel padapenelitian ini adalah sebanyak 30oang siswa putra yang diambil secararandom dari kategori usia dan jeniskelamin yang sama. Teknikpengambilan sampel pada penelitianini adalah dengan menggunakanSimple Random Sampling
Untuk selanjutnya sampeldibagi menjadi tiga kelompok yaitukelompok latihan circuit game,latihan circuit ladder drill, kelompokcontrol. Dalam pengelompokannyapeneliti menggunakan teknik ordinalpairing. kemudian penempatansampel pada masing-masingkelompok mengikuti pola “huruf S”
TempatdanWaktuPenelitian1. Penelitian ini berlangsung di
Lapangan Olahraga SDNKandangan 3 Surabaya.
2. Penelitian ini berlangsung 8minggu, dimana 1 minggupertama untuk tahap persiapandan pretest, 6 minggu untukpemberian perlakuan (treatment)dengan frekuensi 3 kali seminggu(18 kali pertemuan) dan mingguterakhir untuk posttest.
Instrument Penelitian1. Pengukurankelincahanmengg
unakanteslaribolak-balik2. Pengukurankecepatanmenggu
nakanteslari 30 meter
TeknikAnalisis Data
Sesuai dengan hipotesis danjenis penelitian yang digunakandalam penelitian ini, maka analisisstatistik yang digunakan adalah uji-tpaired sample test dan Analisis ofVarians (Anova) dengan tarafsignifikansi 5 % menggunakanprogram Statistical Product andService Solution (SPSS) 22.0. untukmengetahui pengaruh latihan circuittraining game dan circuit ladderuntuk meningkatkan kelincahan(agility) dan kecepatan (speed) padasiswa putra SDN Kandangan IIISurabaya Kelas VHASIL PENELTIAN
Pada deskripsi hasilpenelitian ini membahas tentangrerata dan standar deviasi yangdiperoleh dari hasil tes yangdilakukan pada masing-masingkelompok dihitung berdasarkankelompok dan jenis latihan yangditerapkan.Analisis1. Data HasilEksperimenKelompok
I
Pada kelompok I dapat dilihatbahwa terdapat peningkatan nilairerata antara pretest dan posttest padavariabel dependent (kecepatan dankelincahan). Hal ini terbukti darinilai rerata posttest lebih kecil darinilai rerata pretest. Jelas terlihatbahwa nilai rerata untuk peningkatankecepatan dari hasil pengukuranposttest 5.79 detik, terlihat lebihrendah dibandingkan dengan hasilpengukuran pretest sebesar 5.98detik, Sehingga jelas terlihat selisih
193
dari rerata tersebut menunjukkanpeningkatan setelah diberikan latihanselama 6 minggu dan denganfrekuensi 3 kali seminggu.
Demikian juga terlihatperolehan data variabel kelincahanyang menunjukkan terdapatpeningkatan pada kelincahan yangsignifikan setelah diberikantreatment selama 6 minggu. Dapatdilihat rerata untuk peningkatankelincahan dari rerata hasilpengukuran posttest 13.63 detik,terlihat lebih rendah dibandingkandengan rerata hasil pengukuranpretest sebesar 13.97 detik, terjadi.Berdasarkan hasil di atas dapatdiambil sebuah kesimpulan bahwadalam pemberian treatment selama 6minggu pada kelompok I, dapatmeningkatkan kecepatan dankelincahan. Berikut adalah hasilrerata kelompok I yang digambarkandalam bentuk diagram.
2. Data HasilEksperimenKelompokII
Pada kelompok eksperimen IIdapat terlihat bahwa adanyapeningkatan nilai rerata antarapretest dan posttest pada variabeldependent kecepatan dan kelincahan.Ini terbukti dari nilai rerata posttestyang lebih besar dari nilai reratapretest. Dimana terlihat bahwa nilairerata untuk peningkatan kecepatandari hasil pengukuran posttest 5.77detik, dan ini terlihat lebih rendahdibandingkan dengan hasil
pengukuran pretest sebesar 6.09detik. Sehingga selisih dari reratatesebut menunjukkan peningkatansetelah diberikan latihan selama 6minggu dan dengan frekuensi 3 kaliseminggu.
Demikian juga terlihat dariperolehan data variabel kelincahanyang menunjukkan terdapatpeningkatan kelincahan setelahdiberi perlakuan selama 6 minggu.Dapat dilihat rerata untukpeningkatan kelincahan dari hasilpengukuran posttest 13.20 detik,terlihat lebih rendah dibandingdengan hasil dari pengukuran pretestsebesar 13.80 detik. Berdasarkanhasil tersebut di atas, maka dapatdiambil kesimpulan bahwa dalammemberikan sebuah treatment padakelompok eksperimen II dapatmeningkatkan kecepatan dankelincahan.
PengujianHipotesisUntuk menjawab hipotesis
yang telah diajukan, maka ujianalisis yang dipergunakan dalampenelitian ini adalah uji beda rerata(uji beda mean) denganmenggunakan analisis uji-t paired t-test. Nilai yang digunakan dalampenghitungan uji-t paired t-testadalah nilai rata-ratadari masing-masing kelompok (kelompok I,kelompok II, dankelompok III),dengan penyajian datanya hasilperhitungan uji-t paired t-test adalahsebagai berikut:
194
1. Hasil Uji Beda Rarata SampelBerpasangan Kecepatan
Hasil dari perhitungan uji-tpaired t-test pada pemberian latihanCircuit game trainingdengan melihatnilai Sig. (2-tailed) 0.00, maka dapatdisimpulkan bahwa H0ditolak dan Haditerima karena nilai Sig. 0.00 < nilaiα = 0,05. Dengan kata lain terdapatpengaruh yang signifikan daripemberian latihan Circuit gametrainingdanCircuit LadderDrillterhadap kecepatan pada siswaputra kelas V SDN Kandangan IIISurabaya.
2. Hasil Uji Beda Rarata SampelBerpasangan Kelincahan
Hasil dari perhitungan uji-tpaired t-test pada pemberian latihanCircuit game trainingdengan melihatnilai Sig. (2-tailed) 0.00, maka dapatdisimpulkan bahwa H0ditolak dan Haditerima karena nilai Sig. 0.00 < nilaiα = 0,05. Dengan kata lain terdapatpengaruh yang signifikan daripemberian latihan Circuit gametrainingdanCircuit LadderDrillterhadap kelincahan pada siswaputra kelas V SDN Kandangan IIISurabaya.3. Hasil Perhitungan Uji Beda antar
Kelompok Kecepatan danKelincahan
Menuruttabel di atas hasilperhitungan uji beda antar kelompokmenggunakan One Way Anova dapatdisimpulkan bahwa terdapat hasilrerata yang berbeda antar kelompok,karena hasil perhitunganmenunjukkan nilai Sig. 0.00< nilai α= 0.05 dan nilai Sig 0.00< nilai α =0.05, sehingga dapat dikatakanbahwa H0ditolak dan Ha diterima.Dengan kata lain bahwa terdapatperbedaan yang signifikan antarahasil latihan kelompok I (Circuitgame training) kelompok II (Circuitladder drill), terhadap peningkatankecepatandankelincahan
4. Hasil Perhitungan Post Hoc Testdengan LSD
Menurut tabel di atasmenunjukan bahwa adanyaperbedaan yang signifikan antarakeempat kelompok. Perbedaantersebut dapat dilihat dari Meandifference. Sehingga dari Meandifference tersebut memberiansebuah makna perbedaan pengaruhterhadap peningkatan kecepatanantarkelompok penelitian. Hal ini dapatdiketahui dari nilai Mean difference,bahwa latihanCircuit ladderdrilllebih optimal memberikanpeningkatan kecepatan dibandingkandengan kelompok Circuit gametraining,Pernyataantersebutdiperjelasolehgam
195
barmean plotkecepatan, yangmenunjukkanperubahanmeningkatyanglebihmenonjolpadametodelatihanCircuit ladder drill.
SIMPULANBerdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan yang diuraikan padabab-bab sebelumnya, maka dapatditarik beberapa kesimpulanpenelitian sebagai berikut :23. Terdapat pengaruh yang
signifikan program latihancircuitgame trainingterhadappeningkatan kelincahan(agility)dankecepatan(speed)padasiswa kelas V SDNKandangan III Surabaya.
24. Terdapat pengaruh yangsignifikan program latihan circuitladder drill terhadap peningkatankelincahan (agility)dankecepatan(speed)padasiswa kelas V SDNKandangan III Surabaya.
25. Terdapat perbedaan pengaruhantara latihan circuit gametraining dan circuit ladder drilluntuk meningkatkan kelincahan(agility) dan kecepatan(speed).Latihan circuit ladderdrill memberikan pengaruh lebihbaik dari latihan circuit gametraining dan kelompok kontrolterhadap peningkatan kelincahan(agility).
26. Terdapat perbedaan pengaruhantara latihan circuit gametraining dan circuit ladder drilluntuk meningkatkan kelincahan(agility) dan kecepatan(speed).Latihan circuit ladderdrillmemberikan pengaruh lebihbaik dari latihan circuit gametraining dan kelompok kontrolterhadap peningkatan kecepatan(speed)
DAFTAR PUSTAKA
Ambarukmi, D.H., Pasurney., Sidik,Z.D., Iriaanto. D.K.,Dewanti, R.A., Sunyoto.,Sulistiyanto., danHarapan,M.Y. 2007.PelatihanPelatihFisik Level1. Jakarta: Kemenegpora
Bal, BS. Kaur PJ dan Singh, D.Effects of a Short TermPlyometric TrainingProgram of Agility In YoungBasketballPlayers. BrazilianJournal of Biometricity.Vol. 5. No. 4. Pp.271-278
Bompa, T.O. 1999. Theory andMetodologi ofTraining.Dubugue, LowaKendall Hum Publishingand co.
Brown, L.E & Ferrigno, Vance.2005. Training for Speed,Agility, And Quickness.Australia: Human Kinetics.
Brown, L.E. 2003. Training forSpeed, Agility and Quickness.American College of SportsMedicine. California StateUniversity. Olympic Coach.Vol. 14 No. 21. Pp. 43-45
Bujjibabu, M dan Jhonson, P.2012.”Effects OfPlyometricTraining andSpeed Agility and Quickness.Training on Power of MaleHandball Players”.Iternational Journal OfHealth, Physical Education,and Computer Science inSports. Vol 8. Oktober 2012,pp. 21-25
196
Dilip, N.S. 2013. Analysis of Speedand Flexibility AmongAndhra Pradesh State LevelBasketball, Football, AndVolleyball Players.International Journal ofHealth, Physical Educationand Computer Science inSports. Vol. 11. No.
Djoko Pekik Irianto. 2002. DasarKepelatihan. Yogyakarta :FIK UNY
Endang Rini Sukamti. 2008.Pertumbuhan Anak UsiaDini. Yogyakarta : FIK UNY
Gamble, P. 2010. Strength andConditioning for TeamSports. London and NewYork: Roultledge
Gevat, C. Taskin, H. Arslan, F.Larion, A. and StanculesculG. 2012. The Effect of 8 WeekSpeed Training Program OnThe Acceleration Agility andMaximum Speed RunningColl. Antropol. 36 (2012) 3:951-958
Giriwijoyo, Santoso dkk. 2012. IlmuKesehatan Olahraga.Bandung : PT REMAJAROSDAKARYA
Giriwijoyo, Santoso dkk. 2013. IlmuFaal Olahraga. Bandung :PT REMAJAROSDAKARYA
Granacher, Muehlbauer, andThomas. 2011. PromotingStrength and Balance inAdolescents During PhysicalEducation: Effects of a Short-Term Resistence Training.Journal of Strength and
Conditioning Reserch.Vol.25. No. 4. Pp. 940
Islam, Nazrul Malik dkk 2013.“Effect of Harness Running,Sand Running, Weight-Jacket, Running and WeightTraining. Journal of Sportsand Physical Education(IOSR-JSPE) e-ISSN: 2374-6745, p-ISSN Volume 1, Issue2 (Nov.-Dec. 2013)
Johnson, P. and Bujjibabu, M. 2012.“Effect of Plyometric andSpeed Agility and Quikness(SAQ) on Speed and Agilityof Male Football Players”.Asian Journal of PhysicalEducation and ComputerScience in Sport. Vol. 7 No.1, pp. 26-30
Lakshmikrishnan, R dan Sivakumar,K. 2013. Effect Of WeightTraining And PlyometricTraining On strengthEndurance And Leg Strength.Intrenational Jurnal ofHealth, Physical Educationand Computer Science inSports. Vol. 11 No. 1. Pp.152-153
Mahardika, I Made Sriundy. 2012.Pengantar EvaluasiPengajaran. Surabaya:ISORI Jawa Timur.
Maksum, Ali. 2012. MetodologiPenelitian dalam Olahraga.Surabaya : Universitas NegeriSurabaya
Mansur dkk. 2009. Materi PelatihanPelatih Fisik Level II.Jakarta: Asdep
197
Pengembangan Tenaga danPembinaan Keolahragaan.
Marjana W, Sudiana, Budiman W.2014. Pengaruh LatihanHuttle Run terhadapKecepatan dan Kelincahan.Singaraja: Undiksa
Mike, Miller, Jason M.S, Hannon.2011. Resistance CircuitTraining: Its Application forthe Adult Population.Strengthand Conditioning Journal.Vol. 33. No. 1. Pp. 16
Milanovic Zoran, dkk. 2014. Effectsof a 12 Week SAQ TrainingProgramme on Agility withand without the Ball amongYoung Soccer Players.Journal of Sports Science andMedicine (2013) 12, 97-103
Mylsidayu. 2015. Ilmu KepelatihanDasar. Bandung : Alfabeta
Nagajaran, S. Damodharan, C.Praven, A. 2013. Effect OfAerobic Circuit Training AndParcours Training OnSelected Physical AndPhysiological VariablesAmong College MenStudents. International JurnalOf Health, PhysicalEducation and ComputerScience in Sports. Vol. 11.Pp. 145-148
Nala, N. 1998. Prinsip PelatihanFisik Olahraga. Denpasar:Universitas Udayana
Nossek, J. 1982. “General Theory ofTraining”. Lagos: PanAfrican Press. Ltd. In Furqon
(Ed). Teori Umum Larihan.Surakarta
Nurhasan. 2005. Petunjuk PraktisPendidikan Jasmani.Surabaya: Unesa UniversityPress.
Program Pascasarjana Unesa. 2012.Pedoman Penulisan Tesisdan Disertasi, Surabaya : PPsUnesa,
Pusat Pengembangan KualitasJasmani. 2003. TesKesegaran JasmaniIndonesia. Jakarta:Depdiknas.
Qurnadi. 2013. PerbandinganPengaruh Latihan LadderDrill Two Feet Each SquareLaterally dan Latihan LadderDrill Two Feet Each Squareterhadap Kecepatan Lari 60meter pada SiswaEkstrakurikuler SepakbolaSMK Abdurrab Pekanbaru,UNRI
Sajoto, 1988.Pembinaan KondisiFisik Dalam Olahraga.Jakarta : Depdikbud DirjenDikti PPLTK, hlm 161.
Sajoto, 1995 : Peningkatan danPembinaan Kekuatan Fisikdalam Olahraga. Semarang :Dahara Prize, hlm. 83.
Simonson, Shawn R, EdD, CSCS.2010. Teaching theResistance Training Class: ACircuit Training CourseDesigned for the Strengthand ConditioningCoach/Personal Trainer.Strength and Conditioning
198
Journal. Vol. 32. No. 3. Pp.90
Sudarno. 1992. PendidikanKesegaran Jasmani. Jakarta.DEPDIKBUD
Sukadiyanto dan Muluk, D.2011.Pengantar Teori danMetodologi Melatih Fisik.Bandung : CV. LubukAgung, hlm 5.
Widiastuti, 2015. Tes DanPengukuran Olahraga.Jakarta : Rajawali Pers
Wong, D.P. Chan., G.S and SmithA.W. 2012. Repeate-Sprintand Change-of-DirectionAbilitiesin Physically ActiveIndividualsand SoccerPlayers: Training andImplication. Journal ofStrength and ConditioningReserch. Vol. 26. No. 9. Pp.2324-2330
199
PENGARUH LATIHAN LEG PRESS DAN LEG EXTENSION DENGAN ONE LEGHOP PROGRESSION DAN DOUBLE LEG HOP PROGRESION TERHADAP
KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN POWER OTOT TUNGKAIMuhammad Wahyono
S2 Pendidikan Olahraga, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya
e-mail : muhamad_wahyono@yahoo.co.idAbstrak
Untuk mengembangkan kekuatan otot tungkai dan power otot tungkai makadiperlukan latihan leg press dan leg extension dengan one leg hop progression dan double leghop progresion.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tentang: (1)Menganalisis pengaruh latihan leg press dan leg extension dengan one leg hop progresiondan double leg hop progresion terhadap kekuatan otottungkai dan power otot tungkai (2)Menganalisis perbedaan pengaruh latihan leg press dan leg extension dengan one leg hopprogression dan double leg hop progresion terhadappower otot tungkai. Jenis penelitian iniadalah kuantitatif dengan metode eksperimen semu dengan designNon-Randomize ControlGroup Pretest-Posttest Design, serta analisis data menggunakan ANOVA. Prosespengambilan data menggunakan alat tes back and leg dynamometer dan Force Plate padasaat pretest dan posttest. Hasil penelitian menujukkan: (1) terdapat pengaruh latihan leg pressdan leg extensiondengan one leg hop progresion dan double leg hop progresion terhadapkekuatan otottungkai (2) pengaruh antara latihan leg press dan leg extension dengan one leghop progression dan double leg hop progresion terhadappower otot tungkai.
Kata Kunci : Latihan, Kekuatan Otot Tungkai, Power Otot Tungkai
PENDAHULUANOlahraga merupakan suatu kebutuhan
bagi manusia. Dianggap kebutuhan karenamanusia adalah mahluk yang bergerak.Manusia dalam melakukan aktifitasnyatidak pernah terlepas dari proses gerak,sebab tidak ada kehidupan tanpa adanyagerakan. Dalam pelaksanaanya, olahragabersifat universal karena olahraga dapatdilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat.Begitu besar peran olahraga terhadapkehiduapan manusia, sehingga olahragadapat dijadikan sebagai sarana untukmencapai prestasi.
Perkembangan dan kemajuan zamanmenuntut tenaga pendidik dan pelatihmemiliki pengetahuan dan keterampilanyang baik. Hal ini perlu disadari olehmahasiswa Penkep bahwa dalam upaya
mengatasi permasalahan yang muncul dankeragaman jenis kebutuhan sertapeningkatan aspirasi masyarakatkhususnya berkaitan dengan prestasiolahraga, maka seorang mahasiswaberkewajiban pula untuk mampumeningkatkan pengetahuan damketerampilannya guna menghadapitantangan yang semakin berat. Oleh karenaitu salah satu upaya yang saat inidilakukan oleh Kementerian Pemuda danOlahraga melalui Deputi PeningkatanPrestasi dan Sumber Daya Manusia untukmeningkatkan kemampuan pelatih,pembina, pendidik atau guru olahraga ditingkat nasional adalah denganmenyelenggarakan pelatihan-pelatihanuntuk pelatih, mulai tingkat dasar, muda
200
dan madya (training of training) diberbagai wilayah di Indonesia.
Latihan merupakan suatu prosesyang direncanakan dalam berbagai macamtahap serta dilaksanakan secaraberkelanjutan dan pada prinsipnya latihanadalah untuk meningkatkan kualitas fisikserta latihan adalah proses untukmeningkatkan atau mengembangkankemampuan dan keterampilan yangdimiliki oleh seorang atlet, yang manamempunyai target dan tujuan, yaitu untukmencapai suatu perubahan ke arah yanglebih baik dan tidak hanya untukkebugaran saja akan tetapi untukmenyempurnakan keterampilan yangdimiliki serta meningkatkan kualitas fisikatlet sehingga atlet dapat tampil denganbaik dalam setiap kegiatan-kegiatanolahraga termasuk pada saat pertandingandilaksanakan.
Menurut Roesdiyanto danBudiwanto (2008:17) latihan adalah prosespenyempurnaan kualitas atlet secara sadaratau untuk mencapai prestasi maksimaldengan diberi beban fisik dan mentalsecara teratur, terarah, bertahap,meningkat dan berulang-ulang waktunya.Menurut Sukadiyanto dan Muluk (2011:6)adalah penerapan dari suatu perencanaanuntuk meningkatkan kemampuanberolahraga yang berisikan materi, teori,praktek, metode, dan aturan pelaksanaansesuai dengan tujuan dan sasaran yangakan dicapai. Kemudian Venerando dalamRoesdiyanto dan Budiwanto (2008: 17)bahwa latihan dengan berulang-ulangsecara sistematik bertujuan mencapaiketerampilan yang lebih baik.
Kondisi fisik merupakan hal yangsangat penting diperhatikan dalam setiapcabang olahraga dan diutamakan, karena
kondisi fisik merupakan salah satu unsurterpenting untuk pencapain prestasimaksimal. Tujuan utama mempersiapkanfisik dalam latihan adalah untukmeningkatkan potensi fungsional atlet danmengembangkan kemampuan biomotorikke standar yang paling tinggi.Pengembangan latihan fisik pada setiapprogram latihan dilakukan melalui tahapanfisik umum, persiapan fisik khusus danmembangun tingkat kemampuanbiomotorik yang tinggi (Bompa 2009:61).
Weighttrainingadalahsalahsatubentuklatihanyang digunakanuntukmemperkuatotot-ototkhususyangdiperlukanmeningkatkandayatahandankondisifisikolahragawan (Setijono,Matuankotta, danHasan, 2001:48). Latihanweighttrainingmerupakan bentuk latihanyang cukup banyak dan beraneka ragam,akan tetap peniliti hanya menggunakandua bentuk latihan yaitu leg press dan legextension. Alasan peneliti memilih keduabentuk latihan tersebut didasarkan karenalatihan tersebut lebih mendominasipembentukan kekuatan otot tungkai danpower otot tungkai. Penelitian dari Rafan(2013) menyatakan bahwa latihanweighttraining dapat meningkatkan powertungkai
Plyometric adalah suatu bentukpelatihan yang memungkinkan otot untukbisa mencapai kekuatan maksimal dalamwaktu yang sesingkat-singkatnya. Chu(1998: 5) Seiring perkembangan zamanhampir semua cabang olahragamenggunakan bentuk latihan plyometricterutama untuk meningkatkan kekuatan,kecepatan dan power. Power otot menurut(Kusnanik dkk, 2011: 125) didefinisikansebagai hasil kali dari kekuatan (force) dankecepatan (velocity). Menurut Chu (1998:
201
5), latihan plyometric adalah suatu bentukpelatihan yang memungkinkan otot untukbisa mencapai kekuatan maksimal dalamwaktu yang sesingkat-singkatnya.
Latihan plyometric merupakanbentuk latihan yang cukup banyak danberaneka ragam, akan tetap peniliti hanyamenggunakan empat bentuk latihan yaituone leg hop progression dan double leghop progresion. Alasan peneliti memilihkeempat bentuk latihan tersebutdidasarkan karena latihan tersebut lebihmendominasi pembentukan kekuatan otottungkai dan power otot tungkai.Berdasarkan hasil penelitian (Milic, dkk,2008) menyatakan bahwa latihanplyometric dapat memberi pengaruh padakekuatan otot tungkai. Chelly (2010)menyatakan “Plyometric training programimproved the explosive power og legmuscles and performance level” disinijelas dikatakan bahwa program latihanplyiometric ini dapat meningkatkan dayaledak (explosive power) sedangkanpenelitian Sankarmani, dkk (2012)menyatakan bahwa latihan plyometric andweight training dapat meningkatkankekuatan otot dan power.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti ingin memberi alternatiflatihan untuk meningkatkan kondisi fisiksecara khusus dalam meningkatkankekuatan otot tungkai dan power otottungkai pada mahasiswa putra PendidikanKepelatihan Unesa angakatan 2014.Sehingga peneliti tertarik untuk melakukanpenelitian pengaruh latihan leg press danleg extension dengan one leg hopprogression dan double leg hopprogresion terhadap kekuatan otot tungkaidan power otot tungkai.
METODE PENELITIANPenelitian ini jenis kuantitatif
dengan metode quasi eksperimen(ekspermen semu). Rancangan penelitianmenggunakannon-randomize grouppretest-posttest design(Maksum, 2012:100).Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian iniadalah mahasiswa putra JurusanPendidikan Kepelatihan UniversitasNegeri Surabaya angkatan 2014 yangterdaftar aktif sebagai mahasiswa denganjumlah keseluruhan 160 mahasiswa.
Sampel dalam penelitian ini adalahmahasiswa putra aktif jurusan PendidikanKepelatihan Universitas Negeri Surabayaangkatan 2014 sebanyak 42 orang. Teknikpengambilan sampel dalam penelitian inidengan menggunakan simple randomsampling.Penentuan pengelompokansampel dilakukan secara ordinal pairingatau disesuikan peringkat dari hasilpretest.
Tempat dan Waktu PenelitianTempat penelitian dilaksanakan di
Gedung SSFC untuk pelaksanaan Pre test,Treatment dan Post Test.Waktu penelitianpengambilan data dilakukan pada bulanJanuari 2016Selama 8 minggu sebanyak24 kali pertemuan.Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalampenelitian ini adalah tes kekuatandanpowerotottungkaiback leg dynamo meterdanforce plate.Teknik Analisis Data
Sesuai dengan hipotesis dan jenispenelitian yang digunakan dalampenelitian ini, maka analisis statistik yangdigunakan adalah uji prasarat data
202
normalitas dan homogenitas, kemudiandilanjutkan dengan uji-t paired sample testdan Analisis of Varians (Anova) dengantaraf signifikansi 5 %. Proses tersebut diatas akan dilaksanakanmenggunakanprogram Statistical Product and ServiceSolution (SPSS) 20.0.
HASIL PENELITIANUji Normalitas
Berdasarkan hasil analisis datamenunjukkan bahwa perolehan data darivariabel terikat yaitu keseimbanganmemiliki makna bahwa data berdistribusinormal. Hal ini bisa dilihat dari nilai sig(p) dari setiap kelompok lebih besar dari0.05. Oleh karena itu dapat disimpulkanbahwa data diambil dari populasi yangberdistribusi normal.Uji Homogenitas
Berdasarkan hasil analisis datamenunjukkan bahwa perolehan datavariabel terikat yaitu keseimbanganmemiliki varians data yang homogen. Haltersebut bisa dilihat dari nilai signifikansidari setiap data lebih besar dari tarafsignifikansi (p>0.05). Sehingga dapatdapat disimpulkan bahwa varians padasetiap kelompok adalah sama atauhomogen.Pengujian Hipotesis
Untuk menjawab hipotesis yangtelah diajukan, maka uji analisis yangdipergunakan dalam penelitian ini adalahuji beda rerata (uji beda mean) denganmenggunakan analisis uji-t paired t-test.Nilai yang digunakan dalam penghitunganuji-t paired t-test adalah nilai pretest danposttest dari masing-masing kelompok
(kelompok I, kelompok II, dan kelompokIII), dengan penyajian datanya hasilperhitungan uji-t paired t-test.Berdasarkan analisis data tersebut,diperoleh nilai sig dari setiap pengaruhvariabel bebas terhadap variabel terikatmemperoleh skor 0,000 atau < 0,05.Dengan kata lain terdapat pengaruh yangsignifikan latihan kelompok eksperimen I(leg press dan leg extension), latihankelompok eksperimen II ( one leg hopprogresion dan double leg hop progresion),dan kelompok III (kontrol) terhadapkekuatan otot tungkai dan power otottungkai.Uji Beda Rerata antar Kelompok(Anova)Pengujian beda rerata antar kelompoksecara serempak dilakukan denganmenggunakan Analisis varian (Anova).Menurut Maksum (2012: 182) One WayAnova adalah teknik statistik parametrikyang digunakan untuk menguji perbedaanantara tiga atau lebih kelompok data.Adapun langkah-langkah dalamperumusan uji hipotesis sebagai berikut:
a. Ho diterima jika p value < 0.05b. Hasil uji beda antar kelompok
(Anova)Tabel 4.8. Hasil Perhitungan Uji Beda
antar Kelompok Kekuatan OtotTungkai dan Power Otot Tungkai
VariabelF
hitung
Fhitung
Sig. Sig.Keterang
an
Kekuatan1389.784
437.214
0.000 0.000 Berbeda
Power
Perhitungan Post Hoc Test
203
Dalam melakukan uji lanjut terdapatbeberapa langkah dalam melakukan ujihipotesis antara lain:Tabel 4.1. Hasil Perhitungan Post HocTest dengan LSD Kekuatan OtotTungkai
KelompokMean
difference
Signifikansi (p)
latihanlegpressdanlegextension
latihan one leghop progresiondan double leghop progression
6.07143* .000
kontrol(konvesional)
14.92857* .000
latihanoneleghopprogresiondandouble leghopprogresion
latihan leg pressdan legextension
-6.07143* .000
kontrol(konvesional)
8.85714* .000
kontrol(konvesional)
latihan leg pressdan legextension
-14.92857* .000
latihan one leghop progresiondan double leghop progression
-8.85714* .000
Dari tabel 4.9 di atas menunjukanbahwa adanya perbedaan yang signifikanantara ketiga kelompok. Perbedaantersebut dapat dilihat dari Mean difference.Sehingga dari Mean difference tersebutmemberian sebuah makna perbedaanpengaruh terhadap peningkatan kekuatanotot tungkai antar kelompok penelitian.Hal ini dapat diketahui dari nilai Meandifference, bahwa leg press danlegextension lebih optimal memberikanpeningkatan kekuatan otot tungkaidibandingkan dengan kelompok one leg
hop progression dandouble leg hopprogresion maupun kontrol.Berikut tabel hasil Uji Post Hoc Test untukPower Otot TungkaiTabel 4.2 Hasil Perhitungan Post HocTest dengan LSD PowerOtotTungkai
KelompokMean
difference
Signifikansi (p)
latihanleg pressdan legextension
latihan one leghop progresiondan double leghop progresion
1.61429* .015
kontrol(konvesional)
7.85000* .000
latihanone leghopprogresion dandoubleleg hopprogresion
latihan leg pressdan legextension
-1.61429* .015
kontrol(konvesional)
6.23571* .000
kontrol(konvesional)
latihan leg pressdan legextension
-7.85000* .000
latihan one leghop progresiondan double leghop progresion
-6.23571* .000
Dari tabel 4.10 menunjukkanbahwa ada perubahan signifikan diantaraketiga kelompok. Perbedaan tersebut dapatdilihat pada Mean difference, sehinggadari perbedaan tersebut memberikansebuah makna perbedaan pengaruhterhadap peningkatan power otot tungkaiantar kelompok I, II dan kontrol. Hal inidapat diketahui dari nilai Mean difference,bahwa kelompok leg press danlegextension lebih memberikan peningkatanterhadap powerotottungkai dibandingkandengan kelompok one leg hop progressiondandouble leg hop progresiom maupunkontrol,. Berdasarkan hasil uji bedadependent antar kelompok dari variabeldependent (kekuatan otot tungkai danpower otot tungkai) dapat disimpulkan
204
bahwa program latihan leg press danlegextension memberikan peningkatan yanglebih besar jika dibandingkan denganprogram latihan one leg hop progressiondandouble leg hop progresion maupunlatihan konvensional.DISKUSI HASIL PENELITIANA. Latihan Kelompok Eksperimen I
(Leg Press danLeg Extension)Latihan leg press danleg
extension, terhadap kekuatan otottungkai dikarenakan tungkai senantiasamelakukan kontraksi terus menerus saatmelakukan latihan tersebut. Dengandemikian otot tungkai dituntut untukbekerja terus menerus karena dalammelakukan latihan ini harus kontinyu /berkelanjutan. Dengan adanyakontraksi yang terus menerus sertabertambahnya beban setiap 2 minggusekali sehingga membuat kekuatan otottungkaidanpower otottungkaimeningkat. Selain itu dalam programlatihan leg press danleg extension padapenelitian ini menggunakan beban dirisendiri sehingga kemampuan dalammelakukan gerakan dapat dilakukandengan maksimal, hal ini merupakanhal yang sejalan dengan hakikatkekuatan. Kekuatan pada hakikatnyamerupakan tenaga pada manusia dankekuatan itu sendiri membantu sertamendukung pelaksanaan suatupekerjaan atau tugas. MenurutSetiawan, 2005 ( dalam Setyawan, 2010: 16), “mengatakan bahwa kemampuanotot untuk melakukan kontraksi gunamembangkitkan tegangan terhadapsuatu tahanan”. Dari teori tersebutdiketahui dengan sangat jelas bahwabesarnya terdapat pengaruh yangsignifikan latihan leg press danleg
extension terhadap kekuatanotottungkaidanpower otottungkai.
Hasiltersebutmemberikanbuktinyatabahwaleg press danlegextensionmerupakanbentuklatihandenganfokuspeningkatankekuatanotottungkaidanpowerotottungkaiternyatadapatberpengaruhlebihbesarpadaMahasiswaputraPendidikanKepelatihanOlahraga2014 FIK UNESA
B. Latihan Kelompok Eksperimen II(One Leg Hop Progression danDoubleLeg Hop Progresion)
Latihanone leg hop progressiondandouble leg hopprogresionmemilikipengaruh yangsignifikanterhadapkekuatanotottungkaidanpowerotottungkaidikarenakantungkaisenantiasa melakukan kontraksi terusmenerus saat melakukan latihantersebut. Dengan demikian otot tungkaidituntut untuk bekerja terus meneruskarena dalam melakukan latihan iniharus kontinyu / berkelanjutan. Denganadanya kontraksi yang terus menerusserta bertambahnya beban setiap 2minggu sekali sehingga membuatkekuatan otot tungkaidanpowerotottungkai meningkat. Selain itu dalamprogram latihan one leg hopprogression dandouble leg hopprogresion pada penelitian inimenggunakaninstrumen yangringansehinggakemampuandalammelakukangerakandapatdilakukandenganmaksimalhalinimerupakanhal yangsejalandenganprinsippower. MenurutChu (2001:95),“latihanmeningkatkanpowerharusmelakukanpengulangangerakande
205
nganbeban yang ringan”.Olehkarenaituterdapatpengaruh yangsignifikanlatihanone leg hopprogression dandouble leg hopprogresionterhadapkekuatanotottungkaidanpower otottungkai.
Hasiltersebutmemberikanbuktinyatabahwaone leg hop progressiondandouble leg hopprogresionmerupakanbentuklatihandenganfokuspeningkatankekuatanotottungkaidanpowerotottungkaiternyatadapatberpengaruhMahasiswaPendidikanKepelatihanOlahraga 2014 FIK UNESA.
C. Perbedaan PengaruhLatihanLegPress Dan Leg Extension DenganOneLeg Hop Progression Dan Double LegHop Progresion
Terdapatperbedaanpengaruhkekuatanotottungkaidanpowerotottungkaidimanalatihanleg pressdanleg extensionlebihbaikdibandingkandenganlatihanone leg hop progression dandouble leghop progressionhaliniterjadikarenapadalatihanleg pressdanleg extension kontraksiotot-ototpadatungkaimeningkat 2 kalidibandingkan dengan kontraksi ototpada latihan one leg hop progressiondandouble leg hop progression. Apabilamelihat pada dasar “ power yaitu hasilkali kecepatan dan kekuatan “ (Bucher,2009: 260). Berdasarkan teori tersebutdiketahui dengan sangat jelas bahwabesarnya kekuatan berbanding lurusdengan besarnya power, artinya apabilakekuatan bertambah maka power jugabertambah besar.
Dengan demikian, pada saatmelakukan gerakan maka kerja otottungkai juga akan lebih berat sehinggabeban kerja otot tungkai pada latihanleg press danleg extension lebih beratdibandingkan dengan latihan one leghop progression dandouble leg hopprogression. Dampaknya yaitu stressotot tungkai lebih mengalamipeningkatan 2 kali pada latihan legpress danleg extension, dengandemikian latihan leg press danlegextension lebih berat dalammemberikan beban pada otottungkai.Oleh karena itu peningkatan kekuatanotot tungkai danpower otot tungkaiantara latihanleg press danleg extensiondenganone leg hop progressiondandouble leg hop progression hurdlesberbeda dimana otot tungkai padakelompok leg press danleg extensionlebih mengalami peningkatan 2 kali.
Berdasarkan hasil pemberianlatihan dan uji mean dinyatakan bahwalatihan leg press danleg extensionmemberikan hasil yang lebih baikdibandingkan dengan pemberian latihanone leg hop progression dandouble leghop progression terhadap kekuatan otottungkai dan power otot tungkai padamahasiswa putraPendidikanOlahragaangkatan 2014FIKUNESA. Hal ini dapat dilihat dariproses latihan leg press danlegextension dilakukan dengan prosesyang lebih berat,sedangkangerakan oneleg hop progression dandouble leg hopprogression sedikitlebihmudah. Darihasil uji signifikan menggunakan posthoc test menyatakan bahwa tidak adaperbedaan pengaruh yang signifikandari hasil pemberian latihanleg press
206
danleg extensionterhadap kekuatan otottungkai dan power otot tungkai padamahasiswa putra Penkep UNESA 2014.Hal ini sejalan dengan yang dikatakanoleh Johnson (2012:4) latihanplyometric adalah suatu jenis latihanyang digunakan untuk meningkatkankekuatan dan daya ledak. Hasilpenelitian yang dilakukanolehSankarmani, dkk (2012)peningkatan yang lebih signifikanmenggunakan latihan plyometricterhadap daya ledak otot tungkai daripada latihan beban biasa.
Latihan Weigh Training jugadapat meningkatkan power dankekuatan otot tungkai. Penelitian dariHoffman (2012:71) latihan bebanmerupakan modalitas olahraga yangterkenal dengan peranya dalammeningkatkan kinerja denganmeningkatkan kekuatan otot, power,dan kecepatan, hipertrofi, daya tahanotot kinerja motor, keseimbangan dankoordinasi. Menurut Chandler andBrown (2008:279) bahwa “Latihanbeban adalah jenis umum dari latihankekuatan untuk mengembangkankekuatan dan ukuran otot rangka.Sedangkan Rahimi, dkk (2005)menyatakan latihan beban memberikanefek pada kekuatan otot dan power.Kajian literatur di atas menunjukkanbahwa latihan weight training jugadapat meningkatkan power dankekuatan khususnya pada tungkai.
PENUTUPA. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian danpembahasan yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarikbeberapa kesimpulan penelitian sebagaiberikut :
27. Terdapat pengaruh yang signifikanprogram latihanleg press danlegextensionterhadap kekuatan otottungkai
28. Terdapat pengaruh yang signifikanprogram latihan leg press danlegextensionterhadap power otot tungkai
29. Terdapat pengaruh yang signifikanprogram latihan one leg hopprogression dandouble leg hopprogresion terhadap kekuatan otottungkai
30. Terdapat pengaruh yang signifikanprogram latihan one leg hopprogression dandouble leg hopprogresion terhadap power otot tungkai
31. Terdapat perbedaan pengaruhantara latihan leg press danlegextensiondengan latihan one leg hopprogression dandouble leg hopprogression terhadap kekuatan otottungkai.Latihan leg press danlegextensionmemberikan pengaruh lebihbaik dari latihan one leg hopprogression dandouble leg hopprogression dan kelompok kontrolterhadap peningkatan kekuatan otottungkai.
32. Terdapat perbedaan pengaruhantara latihan leg press danlegextensiondenganlatihanone leg hopprogression dandouble leg hopprogression terhadap power otottungkai.Latihan leg press danlegextensionmemberikan pengaruh lebih
207
baik dari latihan one leg hopprogression dandouble leg hopprogression dan kelompok kontrolterhadap peningkatan power otottungkai.
B. Saran10. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai
latihan plyometric khususnyalatihanleg press, leg extension, one leghop progression dandouble leg hopprogression dengan kondisi sampelyang berbeda.
11. Bagi para pelatih, agar dalammenyusun program latihan harusmemperhatikan karakteristikkemampuan setiap atlet sehingga atletmampu melaksanakan programlatihan tersebut, dan sehingga proseslatihan yang dijalani dapat berjalanlancar dan mendapatkan hasil yangsemaksimal mungkin.
12. Metode latihan leg press, legextension, one leg hop progressiondandouble leg hop progression dapatdirekomendasikan dan diterapkandalam program latihan untukmeningkatkan kekuatanotottungkaidan power otot tungkai.
DAFTAR PUSTAKAAdibpour, N., Bakht, N.H., Behpour, N.
2012. Comparasion of the Effectof Plyometic and Wigth TrainingProgram on Vertical Jumps inFemale Basketball Players. WordJournal of Sport Science 7 (2):99-104,2012
Andrejic,O, 2012.“Effects of a Plyometricand Strength Training program onthe Fitness Performance In YoungBasketball Players”.Physical
Education and Sport Vol. 10, No 3,2012, pp. 221 – 229.
Apta, M dan Febi, K. 2015. IlmuKepelatihan Dasar. Bandung:ALFABETA
Bubanj,S., Stankovic, R., Bubanj, R.,Dimic, A., Bednarik, J., Kolar,E.2010.,”One-leg vs Two-legsVertical Jumping Performance”.Physical Education and Sport Vol.8, No 1, 2010, pp. 89 – 95
Bompa, T.O and Haff, G.G. (2009).Periodezation Theory andMethodology of Training. NewYork: Human Kinetics.
Chu, D. A. 2013. Jumping Into Plyometric(second edition). United State OfAmerica: Human Kinetic
Elsayed, Mohammed, 2012. “Efect ofPlyometric Training on SpecificPhysical Abilities in Long JumpAthletes”. Faculty of PhysicalEducation for Boys, ZagazigUniversity, Egypt. Vol. 7 No. 2.Pp. 105-108.
Felarisme Citra Devi. 2014. Tesis:Pengaruh pelatihan plyometricbarrier hop dan squath depth jumpterhadap peningkatan verticaljump dan standing broad jumppemain tim putra bola voli PBVSIpemkab JEMBER. UniversitasNegeri Surabaya.
http://de.wikipedia.org/wiki/Musculus_vastus_lateralis. Di unduh tanggal 1Desember 2013.
208
http://de.wikipedia.org/wiki/Musculus_vastus_medialis. Di unduh tanggal 1Desember 2013.
http://scioly.org/wiki/index.php/Anatomy/Muscle_List. Di unduh tanggal 1Desember 2013.
Hoffman, J.R. 2012. Science of Strengthand Conditioning Series NSCA’ sGuide to Program Design. UnitedStates: Human Kinetics.
Kariyama,Y.,Mori,K.,Ogata,M.,20111.”The Differences Between Double andSingle Leg Takeoff On JointKinetics During Rebound-typeJump”.Portuguese Journal ofSport Sciences 11 (Suppl. 2), 2011.
Kremer, W.J., & Knuttgen, H.G. (Eds).2003. “Strength Training BasicsDesigning Workouts to MeetPatients’ Goal, ExercisePhysiology Series Editor”. ThePhysician and Sport Medicine. Vol3, No. 8.
Kusnanik, N.W., Nasution, J, dan Hartono,S. 2011. Dasar-Dasar FisiologiOlahraga. Unesa: UnesaUneversity Press.
Lakshmikrishnan, R dan Silvakumar, K.2013. Effect Of Weight TrainingAnd Plyiometric Training OnStrength Endurance And LegStrength. International Journal ofHealth, Physical Endurance andComputer Science in Sport. Vol.11. No. 1. pp. 152-153.
Maksum, Ali.2011. Psikologi Olahraga.Surabaya: Unesa Uneversity Press.
Maksum, Ali.2012. MetodologiPendidikan. Surabaya: UnesaUniversity Press.
Miftakul Rodi Iksan. 2011. Tesis:Pelatihan pliometrik zigzag drilldan Hexagon drill untukpembentukan daya ledak otottungkai pemain bola voli.Universitas Negeri Surabaya.
Nagarajan, S. Damodharan, C. Praven, A.2013 Effeck of aerobic circuittraining and parcours Training onSelected Physiological VariablesAmong college MenStudent,Jornal International, Vol.11, 1 PP 149-151.
Nurhasan. 2011.Tips Praktis MenjagaKebugaran Jasmani. Abil Pustaka.Bresik Jatim.
Rendra Priadiwirawan.2014. Tesis:pengaruh pelatihan plyometriclateral cone hops dan rim jumpsdengan metode interval training1:5 dan 1:7 terhadap power dankecepatan pada pemain
Riyanto, Y. 2007. Metodologi PenelitianPendidikan Kualitatif danKuantitatif. Surabaya: UnesaUniversity Press.
Roesdiyanto,dkk,20108. Dasar – DasarKepaltihan Olahraga. Malang
Sajoto. 1988. Pembinaan Kondisi FisikDalam Olahraga. Semarang:Dahara Prize
Sajoto, M. 1995. Peningkatan danPembinaan Kekuatan Kondisi Fisikdalam Olahraga. Semarang:Dahara Prize.
Sankarmani,B., Sheriff,I.,Rajeev,K.R.,Alagesan.J., 2012. “Effectivenessof Plyometrics and WeightTraining in Anaerobic Power and
209
Muscle Strength in FemaleAthletes”International Journal OfPharmaceutical Science AndHealth Care Issue 2, Volume 2(April 2012)
Shankar,R.,Rajpal,H.,Arora,M.,“Effect ofHigh Intensity and Low IntensityPlyometric on VerticalJump Heightand Maximum Voluntary IsometricContractionin FootballPlayers”.Journal of ExerciseScience and Physiotherapy, Vol. 4No. 2, 81-87, 2008.
Sankey, P.S., Jones, P.A., AndBampouras,T.M .. 2011. “EffectsOf Two Plyometric Trainingprogrammes of different Intensity n
Vertical Jump Performance InHigh school athletes”SerbianJournal of Sports Sciences 2008,2(1-4): 123-130.
Shandy Pieter Pelamonia. 2014. Tesis :Pengaruh latihan plyometric kneetuck jump dan heurdle hopsterhadap peningkatan daya ledakotot tungkai secara vertical,kekuatan otot tungkai dankecepatan gerak. UniversitasNegeri Surabaya.
Sugiyono. 2011. Metode PenelitianKuantitatif, Kualitatifdan R & D.Penerbit Alferta, Bandung.
Sukadiyanto. 2011. Pengantar Teori danMetodologi Melatih Fisik.Bandung: CV. LUBUK AGUNG.
210
PENGARUH PEMBERIAN CREATINE MONOHYDRATE TERHADAPKEKUATAN DAN DAYA TAHAN SETELAH MELAKUKAN
LATIHAN FISIK DENGAN INTENSITAS MAKSIMALAsrofi Shicas Nabawi
S2 Pendidikan Olahraga, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya
e-mail : asrofinabawi21@gmail.comAbstrak
Untuk mengembangkan kekuatan dandayatahandapatdenganpemberiancreatinemonohydratesetelahmelakukanlatihanintensitastinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmenganalisis tentang: (1) Menganalisis pengaruhpemberiancreatinemonohydrateterhadapkekuatandandayatahan setelah melakukan latihan fisik denganintensitas maksimal.(2) Membandingkan pengaruh pemberian creatine monohydrateterhadapkekuatan dan dayatahan antara kelompok yang diberikan suplemen creatine monohydratedengan yang tidak diberikan suplemen creatine monohydrate. Jenis penelitian yangdigunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode penelitianExperimentalLaboratory dengan Pretest Posttest Control Group Design, serta analisis data menggunakanpaired sample t-test. Proses pengambilan data menggunakan tes back and leg dynamometer,tessit up 1 menit, tespush up 30 detikdantescosmed quart cpetpada saat pretest danposttest.(1) Terdapat peningkatan yang signifikan daripemberian creatine terhadapkelompokkekuatansetelahmelakukanlatihanintensitasmaksimal; (2) Terdapat peningkatanyang signifikan daripemberian creatine terhadap kelompokdayatahansetelahmelakukanlatihanintensitasmaksimal(3) perbedaan yang signifikandenganpemberian creatinedannoncreatinedariselisih delta padakelompokcreatineyanglebihtinggiterhadap peningkatankekuatandandayatahansetelahmelakukanlatihanintensitasmaksimal.
Kata Kunci : Latihan, Creatine Monohydrate, Kekuatan, Dayatahan
PENDAHULUAN
Olahraga merupakan suatu
kebutuhan bagi manusia. Dianggap
kebutuhan karena manusia adalah mahluk
yang bergerak. Manusia dalam melakukan
aktifitasnya tidak pernah terlepas dari
proses gerak, sebab tidak ada kehidupan
tanpa adanya gerakan. Dalam
pelaksanaanya, olahraga bersifat universal
karena olahraga dapat dilakukan oleh
seluruh lapisan masyrakat. Begitu besar
peran olahraga terhadap kehiduapan
manusia, sehingga olahraga dapat
dijadikan sebagai sarana untuk mencapai
prestasi.
Fungsi olahraga tidak lagi identik
sebagai sarana rekreasi, menjaga
kesehatan dan kebugaran. Olahraga juga
digunakan sebagai sarana untuk meraih
prestasi. Prestasi olahraga merupakan hasil
yang dicapai seseorang atau sekelompok
orang dalam bentuk kemampuan atau
keterampilan suatu cabang/nomor olahraga
tertentu setelah melalui proses latihan
211
yang terprogram, terarah, dan
berkesinambungan. Artinya, prestasi
olahraga diraih setelah melalui proses
latihan yang direncanakan secara kontinyu
dan terarah (Zimmerman, Starischa, dan
Grosser, 2011).
Prestasi yang diraih dapat terlihat
dari berkembangnya olahraga yang
mengalami kemajuan pesat. Hal ini
ditandai dengan terciptanya beberapa rekor
baru atau prestasi dalam olahraga yang
terus meningkat. Peningkatan rekor baru
atau prestasi dalam olahraga juga
ditunjang oleh keadaan kondisi fisik para
atlet. Kondisi fisik para atlet merupakan
salah satu hal utama sebagai penunjang
prestasi dalam olahraga kompetisi.
Kondisi fisik ini digunakan dalam latihan
jauh hari sebelum perlombaan dilakukan.
Latihan merupakansuatu proses
yang
direncanakandalamberbagaimacamtahapse
rtadilaksanakansecaraberkelanjutandanpad
aprinsipnyalatihanadalahuntukmeningkatk
ankualitasfisikdan proses
mengembangkankemampuanketerampilan
yang dimilikiolehseorangatlet, yang mana
mempunyai target
dantujuanuntukmencapaisuatuperubahanke
arah yang
lebihbaiksehinggaatletdapattampildenganb
aikdalamsetiapkegiatanolahragatermasukp
adasaatpertandingandilaksanakan.
MenurutSukadiyantodanMuluk
(2011:6)
latihanadalahpenerapandarisuatuperencana
anuntukmeningkatkankemampuanberolahr
aga yang berisikanmateri, teori, praktek,
metode,
danaturanpelaksanaansesuaidengantujuand
ansasaran yang akandicapai.
Latihanyang dilakukan seorang
atlet dalam menunjang prestasi ini
meliputi latihan kekuatan dan latihan
ketahanan. Latihan kekuatan adalah
latihan yang dikhususkan untuk
meningkatkan kemampuan menggunakan
tenaga maksimal untuk melawan atau
mengangkat beban berat (intensitas berat)
dalam waktu yang singkat (Kent, 1994).
Latihan ketahanan adalah latihan yang
dilakukan dengan durasi relatif panjang
dan intensitas ringan (Fox, 1993). Di
samping latihan kekuatan dan ketahanan,
yang tak kalah penting adalah dalam hal
kecepatan. Kecepatan adalah bentuk jelas
dari latihan keras. Dalam perlombaan lari
misalnya, menentukan langkah lari untuk
diulangi, mengecek pergantian kaki, dan
menambah kecepatan harus
diperhitungkan dengan matang. Dengan
memperhitungkan hal tersebut, maka akan
dicapai suatu kecepatan maksimal yang
212
dapat dilakukan saat perlombaan. Latihan
yang benar juga termasuk bentuk dan
teknik drill, latihan kekuatan di gym, dan
tentunya dalam berlatih harus berada di
bawah pengawasan pelatih.
Di samping latihan, nutrisi seorang
atlet juga merupakan faktor penting dalam
pencapaian prestasi olahraga. Pemberian
nutrisi ini digunakan untuk memberikan
efek yang maksimal dalam latihan.
Creatine Monohydrate adalah salah satu
suplemen yang paling populer dan
digunakan oleh atlet yang ingin
membentuk massa otot kering,
memaksimalkan performa, dan
meningkatkan kekuatan. Creatin
merupakan suplemen yang paling banyak
digunakan dan disarankan sebagai
ergogenicaid yang berfungsi untuk
meningkatkan kesehatan dan performa
olahraga (Kraemer, 1999). Creatine
Monohydrate (Crm atau CM) adalah
suplemen yang paling banyak digunakan
untuk dikonsumsi secara oral. Ketika
dikonsumsi secara oral,
creatinemonohydrate menunjukkan
performa olahraga dan meningkatkan fat
free mass atau yang biasa disebut dengan
peningkatan kekuatan dan massa otot.
Bahkan menurut data survei, lebih dari
40% dari atlet National Collegiate Athletic
Association (NCAA) melaporkan bahwa
mereka telah menggunakan creatine.
Creatinemonohydrate dikonsumsi
sebelumdansesudahmelakukan latihan
dengan maksimal. Misalnya saja pada
permainan bulu tangkis. Tipikal permainan
yang dilakukan dalam olahraga ini
cenderung mempunyai intensitas tinggi.
Tipikal permainan olahraga bulu tangkis
sekarang telah berubah dari yang awalnya
bersifat dominan, yakni mengedepankan
endurance games, menjadi tipikal speed
and power games. Jadwal pertandingan
suatu klub bulu tangkis juga cenderung
padat. Hal ini disebabkan karena jadwal
olahraga bulu tangkis mengikuti jadwal
pertandingan yang telah ditentukan.
Dengan adanya jadwal yang padat inilah
para atlet bulu tangkis memerlukan
suplemen yang dikonsumsi agar dapat
mengurangi terjadinya cedera pada saat
sesudah dilakukannya latihan.
Seiring dengan cabang olahraga
yang dikompetisikan semakin berkembang
dan berubah ini menuntut fase pemulihan
yang relatif cepat. Misalnya pada olahraga
single and multi event. Akibat
penyelenggaraan kompetisi yang relatif
singkat dan jarak antara waktu bertanding
yang berdekatan menyebabkan fase
pemulihan harus dilakukan secara cepat.
Sehingga saat melakukan fase pemulihan
213
yang cepat ini dituntut untuk dilakukan
dengan tepat dan teliti.
Dalam sebuah olahraga, latihan
fisik yang teratur menjadi dasar yang kuat
untuk mencapai hasil yang maksimal.
Akan tetapi, dalam jenis olahraga yang
membutuhkan kekuatan otot yang
maksimal dan daya tahan otot yang lama,
latihan fisik yang maksimal saja belum
cukup. Dibutuhkan tambahan berupa
suplemen penambah energi yang dapat
mempertahankan kebugaran seseorang.
Suplemen ini diperuntukkan agar stamina
tubuh tetap terjaga, mengurangi kelelahan
fisik, dan dapat menyediakan energi
tambahan. Belum adanya penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui adanya
pengaruh dalam mengonsumsi suplemen
setelah melakukan latihan maksimal inilah
yang menjadi dasar diperlukannya suatu
penelitian yang menunjukkan bagaimana
pengaruhpemberiancreatine
monohydrateterhadapkekuatandandayatah
an setelah melakukan latihan fisik dengan
intensitas maksimal.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini jenis kuantitatif
dengan metode
ExperimentalLaboratory(ekspermen
semu). Rancangan penelitian
menggunakanpretest posttest control
group design (Zainudin, 2000).
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini
adalah mahasiswa putra Jurusan
Pendidikan Kepelatihan Universitas
Negeri Surabaya angkatan 2013 yang
terdaftar aktif sebagai mahasiswa dengan
jumlah keseluruhan 25 mahasiswa.
Sampel dalam penelitian ini adalah
mahasiswa putra aktif jurusan Pendidikan
Kepelatihan Universitas Negeri Surabaya
angkatan 2013 sebanyak 25 orang. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini
dengan menggunakan simple random
sampling.Penentuan pengelompokan
sampel dilakukan secara ordinal pairing
atau disesuikan peringkat dari hasil
pretest.
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di
Gedung SSFC untuk pelaksanaan Pre test,
Treatment dan Post Test.Waktu penelitian
pengambilan data dilakukan pada bulan
Juli 2016Selama 7 hari.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalam penelitian ini
adalah tes
kekuatandandayatahandenganmenggunaka
nalatstopwatch, back leg dynamo meter
danCOSMED Treadmill.
214
Teknik Analisis Data
Sesuai dengan hipotesis dan jenis
penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini, maka analisis statistik yang
digunakan adalah uji prasarat data
normalitas dan homogenitas, kemudian
dilanjutkan dengan uji-t paired sample test
dan dengan taraf signifikansi 5 %. Proses
tersebut di atas akan
dilaksanakanmenggunakan program
Statistical Product and Service Solution
(SPSS) 22.0.
HASIL PENELITIAN
Uji Normalitas
Berdasarkan hasil analisis data
menunjukkan bahwa perolehan data dari
variabel terikat yaitu keseimbangan
memiliki makna bahwa data berdistribusi
normal. Hal ini bisa dilihat dari nilai sig
(p) dari setiap kelompok lebih besar dari
0.05. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa data diambil dari populasi yang
berdistribusi normal.
Uji Homogenitas
Berdasarkan hasil analisis data
menunjukkan bahwa perolehan data
variabel terikat yaitu keseimbangan
memiliki varians data yang homogen. Hal
tersebut bisa dilihat dari nilai signifikansi
dari setiap data lebih besar dari taraf
signifikansi (p>0.05). Sehingga dapat
dapat disimpulkan bahwa varians pada
setiap kelompok adalah sama atau
homogen.
Pengujian Hipotesis
Untuk menjawab hipotesis yang
telah diajukan, maka uji analisis yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah
uji beda rerata (uji beda mean) dengan
menggunakan analisis uji-t paired t-test.
Nilai yang digunakan dalam penghitungan
uji-t paired t-test adalah nilai pretest dan
posttest dari masing-masing kelompok
(kelompok Idan kelompok II), dengan
penyajian datanya hasil perhitungan uji-t
paired t-test. Berdasarkan analisis data
tersebut, diperoleh nilai sig dari setiap
pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat memperoleh skor 0,000 atau < 0,05.
Dengan kata lain terdapat pengaruh yang
signifikan latihan kelompok eksperimen I
(SuplemenCreatinedanLatihandenganInten
sitasMaksimal)danlatihan kelompok
eksperimen II (Non
CreatinedanLatihanIntensitasMaksimal)
terhadap kekuatan dan dayatahan.
Uji Beda Rerata antar Kelompok (uji-t
paired t-test)
Pengujian beda rerata antar
kelompok secara serempak dilakukan
215
dengan menggunakan uji-t paired t-test.
Nilai yang digunakan dalam perhitungan
uji-t paired t-test adalah nilai pretest dan
posttest dari masing-masing kelompok
(kelompok Idan kelompok II), dengan
penyajian datanya ( seperti pada lampiran)
maka hasil perhitungan uji-t paired t-test,
yaitu
a. Peluang terjadinya kesalahan α = 0,05
b. H0 diterima jika p< 0,05
c. Hasil Uji Beda Rerata Sampel
Berpasangan
Tabel 4.4. Hasil Uji Beda Rarata Sampel
Berpasangan Vo2max
Paired Samples Test
Paired Differences
Me
an
Std.
Devi
ation
Std.
Error
Mea
n
95%
Confi
denc
e
Inter
val
of
the
Diffe
renc
e
Low
er
P
ai
r
1
pre_vo2m
ax_A -
post_vo2
max_A
-
5,6
41
67
3,41
719
,986
46
-
7,81
285
P
ai
r
2
pre_vo2m
ax_B -
post_vo2
max_B
-
4,1
58
33
1,74
328
,503
24
-
5,26
596
Paired Samples Test
Paire
d
Differ
ences
t df
Sig.
(2-
tailed
)
95%
Confi
denc
e
Interv
al of
the
Differ
ence
Uppe
r
P
ai
r
1
pre_vo2ma
x_A -
post_vo2m
ax_A
-
3,470
49
-
5,7
19
11 ,000
P
ai
r
2
pre_vo2ma
x_B -
post_vo2m
ax_B
-
3,050
71
-
8,2
63
11 ,000
216
Tabel 4.5. Hasil Uji Beda Rarata Sampel
Berpasangan
kekuatanotottungkai
Paired Samples Test
Paired Differences
Me
an
Std.
Devi
ation
Std.
Error
Mea
n
95%
Confi
denc
e
Inter
val of
the
Differ
ence
Lowe
r
P
ai
r
1
pre_KOT_
A -
post_KOT
_A
-
29,
666
67
29,8
3388
8,61
230
-
48,6
2221
P
ai
r
2
pre_KOT_
B -
post_KOT
_B
-
25,
791
67
13,1
1740
3,78
667
-
34,1
2607
Paired Samples Test
Paire
d
Differ
ences t df
Sig.
(2-
tailed
)
95%
Confi
dence
Interv
al of
the
Differ
ence
Upper
P
air
1
pre_KOT_
A -
post_KOT_
A
-
10,71
112
-
3,4
45
11 ,005
P
air
2
pre_KOT_
B -
post_KOT_
B
-
17,45
727
-
6,8
11
11 ,000
Tabel 4.6. Hasil Uji Beda Rarata Sampel
Berpasangan Sit up
Paired Samples Test
Paired Differences
Me
an
Std.
Devi
ation
Std.
Error
Mea
n
95%
Con
fide
nce
Inter
val
of
the
Diffe
renc
e
Low
er
217
Pair 1 pre_SU_
A -
post_SU
_A
-
10,
41
66
7
6,65
321
1,92
062
-
14,
643
91
Pair 2 pre_SU_
B -
post_SU
_B
-
6,1
66
67
1,85
047
,534
18
-
7,3
424
0
Paired Samples Test
Paire
d
Differ
ence
s
t df
Sig.
(2-
taile
d)
95%
Confi
denc
e
Interv
al of
the
Differ
ence
Uppe
r
Pair 1 pre_SU_A
-
post_SU_
A
-
6,189
42
-
5,4
24
11 ,000
Pair 2 pre_SU_B
-
post_SU_
B
-
4,990
93
-
11,
54
4
11 ,000
Tabel 4.7. Hasil Uji Beda Rarata
Sampel Berpasangan Push Up
Paired Samples Test
Paired Differences
Me
an
Std.
Devi
ation
Std.
Error
Mean
95%
Confi
denc
e
Interv
al of
the
Differ
ence
Lowe
r
P
ai
r
1
pre_PU_
A -
post_PU_
A
-
6,5
83
33
2,31
432
,6680
9
-
8,053
78
P
ai
r
2
pre_PU_
B -
post_PU_
B
-
5,3
33
33
1,96
946
,5685
4
-
6,584
67
Paired Samples Test
Paired
Differ
ences
t df
Sig.
(2-
tailed)
95%
Confid
ence
Interv
al of
the
Differ
ence
Upper
P
air
1
pre_PU_A
-
post_PU_A
-
5,112
89
-
9,8
54
11 ,000
P
air
2
pre_PU_B
-
post_PU_B
-
4,082
00
-
9,3
81
11 ,000
218
Berdasarkan tabel hasil
perhitungan diatasuji beda rerata
sampel berpasangan menggunakan
uji-t paired t-testsebagai berikut :
1) Kelompok I
(suplemencreatinedanlatihanintensi
tasmaksimal)
Hasil dari perhitungan uji-t
paired t-test pada pemberian
latihan
intensitasmaksimaldansuplemencre
atin dengan melihat nilai Sig. (2-
tailed) 0.000, maka dapat
disimpulkan bahwa H0diterima dan
Ha ditolak karena nilai Sig. 0.000
< nilai α = 0,05. Dengan kata lain
terdapat pengaruh yang signifikan
dari pemberian
(suplemencreatinedanlatihanintensi
tasmaksimal)terhadap kekuatan
pada Mahasiswaputra Penkep 2013
Unesa.
2) Kelompok II
(latihanintensitasmaksimal non
creatine)
Hasil dari perhitungan uji-t
paired t-test pada pemberian
latihanintensitasmaksimalnon
creatinedengan melihat nilai Sig.
(2-tailed) 0.000, maka dapat
disimpulkan bahwa H0 diterima
dan Ha ditolak karena Sig. 0.000 <
nilai α = 0,05. Dengan kata lain
terdapat pengaruh yang signifikan
dari pemberian latihan
intensitasmaksimalterhadap
peningkatan kekuatan pada
Mahasiswaputra Penkep 2013
Unesa.
DISKUSI HASIL PENELITIANA. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian yang menggunakan jenis
penelitan experimental laboratory.
Pertimbangan menggunakan jenis
penelitian ini karena merupakan salah
satu metode penelitian yang tepat
untuk menyelidiki hubungan sebab
akibat (Zainuddin, 2000).
219
B. Pembahasan Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam
penelitian ini berdasarkan rumus besar
sample berjumlah 9 orang, berusia 21
– 23 tahun, karena usia tersebut sudah
tergolong dewasa. Pemilihan
mahasiswa laki – laki dimaksudkan
karena laki – laki mempunyai sistem
hormonal yang lebih stabil jika
dibanding dengan mahasiswa yang
berkelamin wanita ( terdapat siklus
menstruasi ). Pada penelitian ini terjadi
dropout pada subyek karena subyek
tidak mampu untuk melaksanakan
latihan intensitas tinggi. Jumlah
subyek yang di dropout sebanyak 1
orang.
C. Pembahasan Pemberian
Creatine Monohidrat dan
Latihan Intensitas Tinggi
Dalam pemberian creatine
monohydrate untuk penelitian ini
adalah pemberian satu kali dosis
sebanyak 0.05 g/Kg berat badan. Dosis
ini diberikan karena aturan pemberian
maintenance dose dalam pemberian
creatin. Pemberian creatine dalam
dosis ini merupakan dosis minimum
per hari yang dianjurkan agar kadar
creatine dalam tubuh dapat meningkat,
sehingga diharapkan dapat membawa
efek bagi tubuh. Pemberian dilakukan
sebanyak satu kali dengan rentang
waktu 2.5 jam sebelum latihan karena
farmakokinetik pada
creatinemonohydrate akan berada pada
titik tertinggi sekitar 2.5 jam setelah
mengkonsumsi creatine.
Latihan intensitas tinggi dalam
penelitian ini adalah latihan
pembebanan dengan intensitas atau
beban minimal 90 % dari beban
maksimal (1 RM). Program latihan
yang di gunakan adalah metode Total
Body Workout dengan jenis Dynamic –
Eccentric dan bentuk latihan dengan
metode latihan sirkuit dengan 8 work
station. Work station yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Delts
machine, Chest press, Upperback,
Abdominal crunch, Glute, Abductor,
Leg curl dan Leg press. Gerakan
latihan per alat sebanyak 4 repetisi
dilakukan selama 3 set. Kecepatan
repetisi pada latihan intensitas tinggi
dengan fase konsentrik selama 2 detik,
fase isometrik 1 detik dan fase
eksentrik selama 4 detik (2:1:4). dan
fase istirahat per set dengan interval
1:1, fase istirahat antar work station 2
menit. (ACSM;2012).
D. Pembahasan Hasil Penelitian
220
Dalam hasil penelitian ini akan
dibahas berupa pengaruh creatine
terhadap kekuatan dan daya tahan
dengan latihan fisik intensitas
maksimal . Latihan intensitas tinggi
dirancang sebagai perlakuan untuk
semua subyek penelitian dengan
asumsi akan menyebabkan
peningkatan kekuatan dan daya tahan.
Alasan peneliti untuk memberikan
suplemen creatine dengan melakukan
latihan fisik intensitas tinggi adalah
ingin membuktikan apakah ada
pengaruh pemberian creatine dengan
melakukan latihan fisik intensitas
tinggi pada kelompok creatine
monohydrate dan non creatine
monohydrate.
E. Kelompok creatine monohydrate
terhadap kekuatan
Kekuatan adalah gaya yang
dikeluarkan oleh otot. Sedangkan gaya
yang dikeluarkan oleh otot terdapat
sesuatu yang dinamakan sediaan energi
(Izquierdo dkk, 2002). Dalam sel otot
ada sumber tenaga yang cepat
menghasilkan tenaga. Sumber energi
tersebut bernama ATP (Adenosin
Triphosphat) dan PC
(Phosphocreatin). Adenosin
Triphosphat dibuat dan disimpan
dalam mitokondria sel otot. Adenosin
Triphosphat yang dihasilkan dalam sel
otot kemudian diangkut ke setiap sel
yang membutuhkan. Mekanisme
pembentukan energi terjadi dengan
cara pemecahan ATP menjadi ADP
dan Pi, serta sejumah energy
(Suharjana : 2013). Dari sediaan energi
itu sendiri terbagi atas beberapa sistem
energi yang ada didalam tubuh yaitu
ATP – PC, Glikolisis Anaerob, Aerob
(Cerika : 2010). Sedangkan latihan
kekuatan itu membutuhkan dan
menggunakan energi yang sangat besar
dan cepat, sehingga energi yang besar
itu akan menggunakan sistem ATP –
PC yang kemudian dengan adanya
sistem ATP – PC dapat menggunakan
energi yang dibutuhkan dalam siklus
perputaran substansi dari ATP
(Adenosine TriPospat) yang menjadi
ADP (Adenosine DiPospat) yang pada
akhirnya harus kembali lagi menjadi
ATP dengan siklus perputaran yang
cepat sehingga didalam perputaran
tersebut akan muncul PC yang akan
membantu menambah energi yang
lebih dalam tubuh dengan berubahnya
ADP (Adenosine DiPospat) kembali
ke ATP (Adenosine TriPospat).
Dengan kecepatan perputaran siklus
energi tersebut ATP yang berubah
menjadi ADP untuk awal aktifitas
221
yang kemudian akan kembali lagi
menjadi ATP akan bergantung dengan
adanya ketersediaan energi yang
didapatkan dari PC didalam tubuh.
Sehingga ketersediaan PC yang baik
akan menjadikan energi maksimal
yang akan dikeluarkan tubuh dengan
menggunakan kekuatan yang besar dan
cepat pula.
Dengan siklus perputaran yang
cepat dan bergantungnya ketersediaan
PC (Phospocreatine), Creatine itu
sendiri mempunyai fungsi untuk
membawa P = PC dari ADP yang akan
berubah menjadi ATP kembali agar
mendapatkan energi yang maksimal
(Viitala dkk, 2004).
F. Kelompok creatine monohydrate
terhadap daya tahan
Daya tahan merupakan komponen
biomotorik awal dalam komponen
kondisi fisik.
Dayatahanitusendiripastimemerlukansi
stemenergi yang
seringkitaketahuidenganadanyasisteme
nergi yang
dikeluarkanolehdayatahanenduranceya
ituaerobik(Izquierdo dkk, 2002).
Dayatahanakanmenggunakanenergi
yang
besardalamtubuhsehinggadalamsistem
energi ATP yang
akanberubahmenjadiGlikolisisAnaerob
ikdankemudianakanberubahlagimenjad
isistemenergiaerobikdalamtubuh.
Sistemenergiaerobikitusendiriakanterja
diapabilasistemenergi yang
adadidalamtubuhyaitu ATP – PC
sudahtidakdapatmenutupipermintaanen
ergiolehtubuh.
Sehinggaakanterjadiperputaransisteme
nergi yang cepatdalamtubuh,
akantetapiapabilaketersediaan ATP –
PC
dalamtubuhsudahmencukupiolehtubuh,
makatubuhtidakperlumengguakansiste
menergiaerobikuntukmelakukanaktifita
s (Zuhldkk, 2012).
Denganbegitudayatahanakanmen
geluarkanenergi yang
besardanmaksimal,
dikarenakanapabilaketersediaan ATP
yang
banyakakanmenjadikandayatahanuntuk
menambahhasil vo2max.
Sedangkandari vo2max
sendirisangattergantungdalamsiklusket
ersediaandalamsistemenergi
(Plowmandkk, 2011).
Apabila ATP darisistemenergi
yang banyak
,makaakanmemperpanjangenergianaer
ob yang
nantinyaakanberdampakpadapanjangn
222
yaperputaransitemenergidengansikluse
nergi yang akanmencapaiaerobik.
Sehinggadenganpanjangnyasistemaero
biktersebutakanmemberikanhasildalam
peningkatandayatahanpada vo2max.
PENUTUP
G. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang diuraikan pada bab-
bab sebelumnya, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan penelitian sebagai
berikut :
1. Terdapat peningkatan yang signifikan
daripemberian creatine terhadap
kelompokkekuatansetelahmelakukanla
tihanintensitasmaksimal
2. Terdapat peningkatan yang signifikan
daripemberian creatine terhadap
kelompokdayatahansetelahmelakukanl
atihanintensitasmaksimal
3. Terdapat peningkatan yang signifikan
darinoncreatine terhadap
kelompokkekuatansetelahmelakukanla
tihanintensitasmaksimal
4. Terdapat peningkatan yang signifikan
darinon creatine terhadap
kelompokdayatahansetelahmelakukanl
atihanintensitasmaksimal
5. Terdapat perbedaan yang signifikan
denganpemberian
creatinedannoncreatinedariselisih
delta padakelompokcreatineyang
lebihtinggiterhadap peningkatan
kekuatandandayatahansetelahmelakuk
anlatihanintensitasmaksimal.
C. Saran
1. Perlu penelitian lebih lanjut
mengenai metodelatihan yang
berbedaterhadapcreatine, sehingga
proses latihan yang dijalani dapat
berjalan lancar dan mendapatkan
hasil yang semaksimal mungkin.
2. Perlupenelitianlebihlanjutmengenai
unsurfisiologisdenganmenggunaka
ncreatinedengankondisisampel
yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKAAmerican College of Sports
Medicine,2000. Round table, thephysiological and health effects oforal creatine supplementation.Medical Science of Sports andExercise.32: 706-717
Anne McArdle&Malcom J, 2000, Exercisestress and ageing : Mini review, J.Anat .197: 539 – 541
Alessio, H.M,. Hagerman, A.E.,Fulkerson, B.K., Ambrose, J., Rice,R.E.,& Wiley, R.L. 2000.Generation of recative oxygenspecies after exhaustiveaerobicandisometric exercise. Medicine andScience in Sport and Exercise,32:1576 – 1581
Ballor DL, Becque MD, Katch VL, 1987.Metabolic responses duringhydraulic resistanceexercise.Medicine & Science inSports & Exercise. 19:363-367
223
BazzucchiI ,Felici F, Sacchetti M. 2009.Effect of short-term creatinesupplementation on neuormuscularfunction. Medical Science of Sportsand Exercise. 41:1934 – 1941.
Berniag JM, Coker CA, Briggs DL. 2008.The biomechanical and perceptualinfluence of chain resistance on theperformance of the olympic clean.Journal of Strenght & ConditioningResearch. 22:390-395.
Branch J. 2003. Effect of creatinesupplementation on bodycomposition and performance : ameta- analysis. International journalof sports nutrition and exercisemetabolism.13:198 - 226.
Bogdanis GC, Nevill ME, Boobis LH,Lakomy HK. 1996. Contribution ofphospocreatine and aerobicmetabolism to energy supply duringrepeated sprint exercise. Journalapplied physiology. 80:876 - 884.
Bompa TO, Haff GG, 2009.Periodezation: theoryandmethodology of training 5thedition.champaign(IL):HumanKinetics.
Casey A, Constantin-Teodosiu D, HowellS,Hultman E,Greenhaff PL. 1996.Creatine ingestion favorably affectsperformanceand muscle metabolismduring maximal exercise in human.American Journal of Physiology271:E31 – E37.
Chwalbinska-Moneta J.2003. Effect ofcreatine supplementation on aerobicperformance and anaerobic capacityin elite rowers in the course ofendurance training. Journal of sportsnutrition & exercise metabolism.13:173 – 183.
Cribb PJ, Williams AD, Hayes A. 2007. Acreatine-protein-carbohydratesupplement enhances responses toresistance training.Medical Science
of Sports and Exercise. 39:1960 –1968.
Cooper, R, Fernando Naclerio, Judithallgrove & Alfonso Jimenez, 2012.Review: Creatine Supplementationwith specific view to exercise orsports performance:anupdate.Journal of the internationalSociety of Sports Nutrition.9:23
Davies, K.J. Quintanilha, A.T., Brooka,G.A., & Packer, L. 1982. Freeradicals and tissue damagedproduced by exercise. Biochemicalbiophysical research communication,107:1198 – 1105.
Fox, E.L., Richard, W.B dan Merle, L.F.1993. The Physiological Basis forExercises and Sport. USA: Brown &Brenchmark.
Gregory Haff and Spohia N. 2012.Training principles for power.National strength and conditioning.Vol.34 No.6, December 2012. pp. 2-12
Hultman E, Soderlund K, Timmons JA,Cederblag G, Greenhaff PL, 1996.Muscle creatine loading in men. JournalApplied Physiology. 81:232 – 237.
Hoogwerf BJ, laine DC, Greene E, 1986. UrineC – Peptide and creatine (Jaffe Method)excretion in healthy young adults onvaried diets : sustained effects of variedcarbohydrate, protein, and meatcontent. The American Journal ofClinical Nutrition 43:350 – 360.
Kent, M. 1994. The Oxford Dictionary ofSports Science and Medicine. New York:Oxford University Press.
Kraemer W.J, and Volek, J.S.1999.Creatinesupplementation. Its role in humanperformance. Clinical Sports Medicine.18: 651- 666
Lawler, John, William S Barness, GaoyaoWu, Wook Song & Scott Demarce,2002.Direct antioxidant propertiesof creatine. Biochemical andbiophysical communications, 290:47-52.
224
Li LiJi&SteveLeichtweis. 1997. Exerciseand Oxidative Stress : Sources ofFree Radicals and Their Impact onAntioxidant Systems. J.Interdepartmental Program ofNutriotional Sciences and Instituteon Aging, Vol20 :91 – 106.
Marianne F.Baird, Scott M. Graham, et al.2011. Creatine Kinase and ExerciseRelated Muscle Damage Implications forMuscle Performace and Recovery :Review Article . J. Nutri andMetabolism.(12).
McArdle WD, Frank I. Katch, Victor L. Katch.2005. Sports and Exercise Nutrition, 2nd.Lippincott, Williams and Wilkins,Baltimore.
Mirzaei, Bahman, FarhadRahmani-nia,ZivarSalehi&RahmanRahimi. 2013.Effects of creatine monohydratesupplementation on oxidative DNAdamage and lipid peroxidationinduced by acute incrementalexercise to exhaustion in wrestlers.Original scientific paper Universityof Guilan, Iran. 1:30-40
Meyer RA, Sweeaey HL, KushmerickMJ.1984. A simple analysis of the"phospocreatine shuttle”. AmricanJournal of Physiology. 246:C365-C377.
Neal B. McKinnon, Mitchell T. Grahamand Peter M. Tiidus. 2012. Effect ofcreatine supplementation onmuscledamage and repair followingeccentrically-induced damage to theelbow flexor muscles. Journal ofSport Science and Medicine. 11,653-659
Nicholas Ratamess, 2011. ACSM’sfoundation of strenght training andconditioning.WoltersKluwer.Lippincott, Williams and Wilkins.
Nurhasan, 2001,TesdanPengukurandalamPendidikanJasmani, PrinsipdanPenerapannya,Jakarta:DepartemenPendidikanNasional,Ditj
enPendidikanDasardanMenengahBekerjasamadenganDitjenOlahraga.
Ogut O, Brozovich FV. 2003.Creatinephospate Consumption andthe actomyosincrossbridge cycle incardiac muscles. CirculationResearch. 93 : 54-60.
Olsen S, Aagaard P, Kadi F, 2006.Creatine supplementation augmentsthe increase in satelite cell andmyonuclei number in human skeletalmuscle induced by strenght training.Journal of Physiology. 573:525 –534.
Purwanto B. 2013.Mekanismekerjacurcumindalammencegahkerusakanototrangkamencityangmelakukanaktivitaseksentriksesaat.DisertasiFakultasKedokteran Univ.Airlangga.Surabaya
Persky AM, Brazeau GA, 2001. Clinicalpharmacology of the dietarysupplementcreatinemonohydrate.PharmacologyReviews 53:161-176
Rana SR, ChlebounGS,Gilders RM, 2008.Comparison of early phase adaptationsfor traditional strenght and endurancenad low velocity resistance trainingprogram in college aged women. Journalof strenght& conditioning research.22:119-127.
Rawson ES, Volek JS. 2003. Effetcs of creatinesupplementation and resistance trainingon muscle strenght and weightliftingperformance. Journal of strenght andconditioning research. 17:822 – 831.
Robinson JM, Stone MH, Johnson RI,Penland Cm, Waren BJ, Lewis RD.1995. Effects of different weighttraining exercise/rest intervals onstrenght, power, and hight intensityexercise endurance. Journal ofstrenght & conditioning research.9:216 – 221.
Snow RJ, Murphy RM. 2001. Creatineand the creatine trasporter : a
225
review. Molecular and CellularBiochemistry. Springer. 224:169-181
Stephen P. Bird. 2003. Creatinesuplementation and exerciseperformance : a brief review.Journal of Sport Science andMedicine. 2, 123-132
Tarnopolsky MA. 2011. Caffeine and creatineuse in sport. Annals of Nutrition andMetabolism. 57(2): 1 – 8.
Tran QT, Docherty D, Bechm D. 2006. Theeffect of varying time under ternsionnadvolume load on acute neuromuscular
response. European journal of appliedphysiology. 98:402 – 410.
Volek Jeff S, Ballard K and Forsythe C.2008. Overview of creatinemetabolism. Essentials of creatine insports and health. Humana Press.
Wyss M, Kaddurah-Daouk R, 2000. Creatineand creatinine metabolism. PhysiologicalReviews. 80:1107-1213.
Zimmerman, J., Starischa, G.A., dan danGrosser, C. 2011. Latihan FisikOlahraga. Pusat Pendidikan danPenataran Bidang Penelitian danPengembangan KONI Pusat. Jakarta.
226
RANGKAIAN GERAK SENAMARTISTIK PUTRA TINGKAT JUNIOR
Edy Mintarto
Fransisca Januarumi
Rangkaian gerak adalaha salah satu cirri khas dari cabang olahraga senam.Gerakan-gerakan tunggal yang di gabungkan akan menjadi rangkaian gerak yangdinamis dan sesuai dengan prinsip persyaratan gerak yang telah ditetapkan sepertiakrobatik,jumping dan koreografi. Untuk mendapatkan kesempurnaan dalam rangkaiandibutuhkan penerapan aturan yang benar kedalam rangkaian itu sendiri. Pengumpulannilai didapat dari beberapa faktor yang ada dalam aturan sangatlah penting karenamerupakan tujuan akhir pesenam mendapatkan nilai tinggi dalam penampilannya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan peraturan modifikasirangkaian gerak senam bagi pemula sebagai kebutuhan kompetisi di Jawa Timurkhususnya dan Indonesia umumnya sesuai dengan kebutuhan di Indonesia. Peraturanrangkaian gerak ini dibutuhkan untuk setiap even perlombaan pada usia 6 hingga 16tahun dan mengadopsi pada beberapa peraturan pemula dan junior dari beberapaNegara.
Penelitian pengembangan (development research) ini dikembangkan dalambeberapa tahapan yakni menganalisa rangkaian gerak sesuai aturan fig danmengembangkan rangkaian sesuai dengan kebutuhan lokal dg tahapan melihat potensidan masalah yang ada, pengumpulan data lalu mendesain produk, rangkaian geraktersebut diujicobakan pada kejuaraan lokal regional setingkat nasional kelompok umur.
Keywords : Peraturan, Artistik Putra, Junior
PENDAHULUAN
Latar Belakang MasalahPerkembangan senam umum
(general gymnastics) di Indonesia majupesat karena sifatnya yang menyenangkandan dapat meningkatkan kebugaran tubuhyang dibutuhkan oleh seseorang dalamberaktivitas. Berbeda dengan senamartistik yang kemajuannya sedikit tersendatkarena berbagai faktor penghambat sepertipendanaan, kurang memadainya saranaprasarana dan sumber daya manusianyasendiri. Senam artistik adalah senam yangmenggabungkan tingkat kesulitan gerakandengan unsur keindahan dan keluwesan(Soewandie, 1998). Hingga sekaranggerakan-gerakan senam memiliki berbagai
variasi gerak dengan nilai yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat kesulitangerakan itu sendiri.
Artistik putra memainkan 6 alatyaitu lantai, kuda pelana, gelang-gelang,meja lompat, palang sejajar, palangtunggal. Di setiap alatnya seorang pesenamharus menampilkan satu rangkaian gerakdengan memenuhi persyaratan danpenilaian yang sudah di tentukan (Code ofPoints, 2013). Persyaratan yang harusdipenuhi oleh seorang pesenam berbedapada setiap alatnya dan kemungkinanbesar setiap pesenam akan menampilkangerakan-gerakan yang berbeda sesuaidengan kemampuan masing-masing.
Ketertinggalan kita dalam prestasidisebabkan karena kurangnya penanganan
227
yang benar dan serius dari setiap orangyang terlibat dan atau sosialisasi cabangolahraga senam kurang konsisten sehinggamempengaruhi jumlah pesenam yang adabaik di tingkat regional maupun nasional.Selain itu terlalu sulitnya peraturanrangkaian gerak pada setiap kejuaraan baiktingkat pemula maupun junior sehinggamempengaruhi minat peserta untukmengikuti kejuaraan dimaksud. Dengansedikitnya minat masyarakat baik dilingkungan sekolah maupun masyarakatumum mengikuti kompetisi senam, makadapat mempengaruhi pula kurangnyakejuaraan yang ada di Jawa Timurkhususnya dan di Indonesia umumnya.Rangkaian Gerak
Pada dasarnya senam merupakangerak badan menyeluruh apapunbentuknya. Keselarasan dan harmonisasimerupakan salah satu ciri dari geraksenam. Berbagai macam jenis dan bentuksenam telah ada sejak dahulu, karenagerakannya yang ringan, mudah dandinamis sehingga semua orang bisamelakukan. Senam sendiri dapat diartikansebagai latihan tubuh yang bertujuan untukmengaktifkan seluruh anggota tubuh danpersendian agar tidak terjadi kekakuan.
Senam merupakan aktifitas fisikyang dapat membantu mengoptimalkanperkembangan motorik, hal ini dapatterlihat dari gerakan-gerakan senam sangatsesuai untuk dapat penekanan terutamatuntutan fisiknya seperti kekuatan dandaya tahan otot terhadap gerakan-gerakanyang dilakukannya. Senam juga memilikisumbangsih besar dalam pengembangangerak dasar fundamental yang penting bagiaktifitas fisik bagi cabang olahraga lain,terutama bagaimana mengefektifkan danmengefisienkan pengaturan bentuk tubuh(Soewandie, 1998).
Dalam penilaian senam,
bermacam-macam gerakan senam harusdirangkaikan dari gerakan-gerakan tunggalmenjadi satu rangkaian gerak yang salingberhubungan dan berkesinambungan(Code Of Points, 2013). Rangkaian geraksendiri dapat diartikan sebagaipenggabungan dua gerakan atau lebih danharus dilakukan secara berkesinambungansesuai dengan aturan yang berlaku. PadaCode Of Point 2013 dijelaskan bahwagerakan harus dirangkaian dengan jumlahgerakan minimal 8 sesuai dengankarakteristiknya masing-masing denganpenilaian khusus sesuai dengan factorkesulitan gerakan tersebut dan hanya dapatdilakukan satu kali untuk satu gerakan.
Tidak hanya faktor kesulitangerakan yang dapat mempengaruhi nilaipesenam, namun juga beberapapersyaratan yang harus dipenuhi dalamsetiap alatnya. Persyaratan inilah yangseringkali menjadi kendala untukpemenuhannya karena memiliki kesulitantersendiri. Jika nilai bonus dapat diabaikannamun persyaratan pada setiap alat inilahyang harus dipenuhi untuk mendapatkannilai optimal.
Pembuatan rangkaian sederhanamutlak dibutuhkan bagi atlet-atlet usiajunior agar dapat dengan bertahapmengkuti perkembangan aturan senioryang telah ada. Modifikasi persyaratanpada setiap alatnya dapat membantupesenam mendapatkan nilai yang optimalsekaligus meningkatkan kepercayaan dirisaat bertanding dan dapat terus konsistenmelanjutkan prestasinya ke tigkat senior.
SenamSenam dapat diartikan sebagai
latihan tubuh yang dipilih dan dikonstrukdengan sengaja, dilakukan secara sadardan terencana, disusun secara sistematisdengan tujuan meningkatkan kesegaran
228
jasmani, mengembangkan keterampilandan menanamkan nilai-nilai mentalspiritual. Menurut Soewandi, Senamadalah gerakan yang menggabungkantingkat kesulitan gerakan dengan unsurkeindahan dan keluwesan. Sedangkanmenurut Sholeh (1992) senam adalahbentuk latihan tubuh pada lantai dan padaalat yang dirancang untuk meningkatkandaya tahan, kekuatan, kelentukan,kelincahan, koordinasi serta kontrol tubuh.Di dalam senam juga terdapat unsur-unsurseperti kalestenik, tumbling dan akrobatik.Yang dimaksud dengan kegiatankalestenik yaitu kegiatan untukmemperindah tubuh melalui latihankekuatan, sedangkan tumbling merupakangerakan-gerakan yang cepat dengan unsureksplosif dan gerak yang pada umumnyadirangkaikan pada satu garis/bidang lurus.Ciri-ciri dari tumbling adalah melompat,melayang bebas di udara dan gerakannyaharus dilakukan dengan cepat. Akrobatiksendiri adalah gerakan yang menonjolkankelenturan dan keseimbangan gerakdengan pergerakan yang agak lambat(Mahendra, 2000).
Pada umumnya kata senam adalahmerupakan terjemahan dari bahasa Inggrisgymnastics. Istilah yang diambil dari katagymnos (Yunani) artinya telanjang dan ticayang berarti gerak/kegiatan latihan. DiIndonesia, senam didefinisikan sebagailatihan jasmani yang diciptakan secarasengaja, dan disusun secara sistematis dandilakukan secara sadar dengan tujuanmembentuk dan mengembangkan pribadisecara harmonis. Dengan telanjangtersebut dimaksudkan supaya gerak tubuhpesenam dapat leluasa bergerak dg seluruhpersendian karena senam membutuhkankeleluasaan bergerak. (Hidayat, 1995).Senam bisa juga didefinisikan sebagaigerakan atau aktivitas gerak yang
dilakukan atas dasar kesadaran dansistematik serta terprogram.
Level atlet
Dalam senam artisticterdapat beberapa level atlet yangdapat dijadikan pedoman bagikebutuhan pembuatan rangkaiangerak sehingga memudahkanpelatih dalam melatih secarabertahap dan terarah untukmendapatkan tingkatan gerakansesuai dengan kebutuhan usia.
1. Level 1 (usia 5-7 tahun) Latihanyang dilakukan adalahpengenalan alat melalui mediayang dimodifikasi sambilbermain sekaligus pengenalangerak dasar.
2. Level 2 (usia 8-10 tahun)Latihan yang dilakukanbeberapa diantaranyaketrampilan gerak dasar,penggabungan gerak dasar danpengenalan gerak lanjutan(peningkatan factor kesulitan).
3. Level 3 (usia 11-13 tahun)Latihan yang diberikan sudahmerupakan penggabungan gerakdasar, ketrampilan geraklanjutan dan penggabungangerak lanjutan. Pengenalangerakan-gerakan baru dengankesulitan yang lebih tinggi jugadapat dikenalkan pada level ini.
229
4. Level 4 (14-16 tahun) Latihanpada level ini sudahmenerapkan pemanasan denganmenggunakan gerak dasar,penggabungan gerak dasar danpenggabungan gerak lanjutan.Level inilah yang disebut padatingkat junior atau usia 16 tahunkebawah.
5. Level 5 (16 tahun keatas/seniorlevel) Pemanasan gerak dasartetap dilakukan pada level inisekaligus penggabungan geraklanjutan dengan faktor kesulitantinggi secara terus menerus(FIG level 1 coaching).
Mekanisme PenilaianBerdasarkan penilaian baku fig
yang tertuang dalam code of points 2013,bahwa jumlah wasit/juri dalam setiap alatharuslah ganjil untuk panel E (execution)dengan minimal 3 orang dan maksimal 7orang ditambah 2 orang juri yang duduk dipanel D (difficulty). Posisi atau jumlah inidimaksudkan sebagai landasan kuat untukmenekan subyektifitas yang begitu tinggidi cabang senam.
Dari jumlah panel E tersebutdidapatkan nilai sesuai jumlah juri denganmembuang atau mencoret nilai yangtertinggi dan terendah dan nilai yangtersisa dirata-rata. Sedangkan panel Dhanya mengeluarkan satu nilai saja.METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah kualitatifdengan pendekatan penelitianpengembangan (developmental research)yang digunakan untuk menghasilkanproduk tertentu, dan menguji keefektifan
produk tersebut (Sugiyono, 2008).Penelitian ini bersifat analisis kebutuhandan menguji keefektifan produk yangdihasilkan apakah dapat bermanfaat bagiperkembangan senam secara umumdengan meningkatkan kualitas kejuaraanyang ada.
Untuk merancang penelitian inidibutuhkan langkah-langkah penelitian danpengembangan agar dapat terencanadengan baik sehinggan menghasilkan suatuproduk yang betul-betul bermanfaat bagikebutuhan kejuaraan. Adapun desainpenelitian yang dapat dipaparkan adalahsebagai berikut :
(Sugiyono, 2008).HASIL PENELITIAN
Kategori yang dipaparkan telahdipertimbangkan untuk berbagaikebutuhan diantaranya senam rekreasionaldan prestasi. Hal ini ditunjukkan dengan
Kebutuhanperaturan
modifikasi
AnalisisperaturanInternasional, Auslevel danMas level
ModifikasiPeraturan
LokalArtistik
Putri
ValidasiPeraturanArtistikPutri dr
PB
Ujicoba dikejuaraan
untukArtistikPutra
ValidasiPeraturanArtistikPutra dr
PB
ModifikasiPeraturan
LokalArtistikPutra
Uji coba dikejuaraan
untukArtistik
Putri
PRODUK(Buku Peraturan
Artistik Modifikasi)
230
adanya fleksibilitas usia pada setiapkategorinya yang saling bersinggunganuntuk kebutuhan masing-masing sehinggamemungkinkan bagi pesenam yangmemiliki potensi dan ketrampilan lebihbaik akan memilih kategori satu tingkat diatasnya, begitu juga sebaliknya bagipesenam yang kurang memadaikemampuannya dapat memilih rangkaiangerakan satu tingkat di bawahnya.Kesemuanya tersebut dimaksudkan untukmenjaga keselamatan setiap pesenam agartidak memilih rangkaian yang tidakmemungkinkan kemampuannyamelakukan.
Hasil yang telah dicapai daripenelitian ini antara lain :
1. Menganalisa kebutuhantingkatan level atlet.
Berikut ini adalah perencanaanprogram rangkaian gerakan untukdaerah maupun nasional dalamkategori tingkat pemula hingga junior.
Sedangkan untuk kategori seniorlangsung menggunakan rangkaian gerakbebas sesuai dengan peraturaninternasional yang berlaku. Rangkaiangerakan untuk artistik putra pada tahap inimasih menggunakan rangkaian gerakanwajib namun terdapat unsur gerakanbebasnya sebagai penambahan nilai bonus.
Penyusunan rangkaian gerakanuntuk artistik putri dibuat berdasarkankategori usia dan atau kemampuanpesenam. Usia yang dibuat secarabertingkat akan memudahkan pelatih untukmengajarkan gerakan-gerakan kepada
pesenam secara bertahap. Kategori usiayang dibuat memiliki fleksibelitas usia dangerakan namun tidak terlalu jauhmenyimpang dari gerakan pada kategorisebelumnya. Hal ini dikarenakanrangkaian gerakan telah dibuat secarabertahap dan berkesinambungan. Adapunkategori yang dibuat secara bertingkat danbertahap yang berisikan gerakan-gerakandasar yang mana dibutuhkan oleh pesenamuntuk dapat melanjutkan gerakan-gerakandengan faktor kesulitan lebih tinggi.
PROGRAMNASIONAL
PROGRAMRANGKAIAN
KLUB
PROGRAMRANGKAIAN
DAERAH
KATEGORI 5PROGRAM KLUB
NASIONAL KOMPETISIJUNIOR
KATEGORI 4PROGRAM KLUB
NASIONAL KOMPETISIPRE JUNIOR
KATEGORI 3PROGRAM RANGKAIAN
KLUB/DAERAH/NASKOMPETISI PRE JUNIOR
KATEGORI 2PROGRAM RANGKAIAN
KLUB/DAERAHKOMPETISI PEMULA
KATEGORI 1PROGRAM RANGKAIAN
KLUB KOMPETISIPEMULA
KATEGORI 6PROGRAM JUNIOR
NASIONAL
KATEGORI 7PROGRAM JUNIOR
NASIONAL
231
Sedangkan kategori 6 akan dirancangdengan rangkaian gerakan bebas sepertiperaturan Internasional namun standartpersyaratannya akan disesuaikan dengankebutuhan di Indonesia. Meski demikianpersyaratan tersebut masihberkesinambungan dengan peraturan yangsudah ditetapkan di Internasional danmekanisme penilaian sesuai denganperaturan Internasional.
Rangkaian untuk kategori 6 dan 7dapat dijadikan salah satu factor penentudalam pemilihan atau seleksi atlet ditingkat nasional pada tataran usia juniordan atau senior.
2. Penyusunan tingkatan usia dan levelkemampuan.
Adapun kategori usia dibuat 3kategori khusus untuk pemula dan 4kategori berikutnya untuk usia juniordengan ketentuan sebagai berikut :1. Kategori 1 : Usia 6-8 tahun
Rangkaian gerakan padakategori I merupakan rangkaianyang dibuat pada tingkatan palingbawah yakni klub yang manapesenamnya hanya dapatmelakukan gerakan sederhananamun menuntut kerapian gerakkarena sifatnya yang rekreasional.Namun gerakan tersebut dibuattetaplah gerakan dasar sehinggamemiliki manfaat untuk dapatdilanjutkan ke gerakan berikutnyadenga faktor kesulitan lebih tinggi.
Pesenam artistik putri yangberusia antara 6-8 tahun dianjurkanmengikuti rangkaian gerakankategori satu sebagai tahapawal/dasar untuk dapat dilihatpotensinya ke kategori selanjutnya.
Jika berusia 7 atau 8 tahunnamun kemampuan rangkaiangeraknya baik, maka bisamengikuti kategori 2.
2. Kategori 2 : Usia 7-9 tahunPada tahap kategori II
rangkaian gerakan meningkat danberkesinambungan dengangerakan-gerakan yang ada dikategori I. kategori II ini dapatdigunakan pada tingkatan klubmaupun daerah namun masih padatahap pemula namu mulaimenunjukan adanya potensipesenam di usia 7 tahun sehinggadapat lebih cepat meningkat kekategori II meski usianya masihdapat tampil di kategori I.
Pesenam artistik putri yangberusia antara 7-9 tahun dapatmengikuti rangkaian gerakankategori dua. Jika pada usia 8 tahunbelum dapat mengikuti rangkaiangerakan di kategori 2, maka dapatmengikuti kategori 1.
3. Kategori 3 : Usia 8-10 tahun ataulebih
Rangkaian gerakan padakategori III sudah dapatdiidentifikasi beberapa potensikeberbakatan pesenam denganindikasi dapat melakukan gerakandi kategori dengan baik dan sesuaidengan harapan prestasi secarabertahap. Rangkaian gerakantersebut telah meningkat factorkesulitannya meski masih dalamtataran gerakan dasar namun tetapbermanfaat bagi kelanjutan gerakanberikutnya.
Pesenam artistik putri yangberusia antara 8-10 tahun dapatmelakukan rangkaian gerakan padakategori 3. Namun jika
232
kemampuannya masih kurang darigerakan kategori 3, maka dapatmengikuti rangkaian gerakankategori 2.
Namun jika kemampuannyamelebihi dari rangkaian gerakankategori 3, maka tidak dapatmengikuti kategori 4 denganalasankeselamatan.
3. Penyusunan Rangkaian GerakArtistik putra
Penyusunan rangkaiangerakan dilakukan di enam alatyaitu lantai, kuda pelana, gelang-gelang, meja lompat, palang sejajardan palang tunggal. Adapunrangkaian gerak yang telahtersusun berdasarkan kategori usiadan atau kemampuan lengkapdengan poin untuk setiap gerakandan table pemotongan nilai untuksetiap kesalahan yang dilakukan.Mekanisme penilaian sesuaidengan peraturan gerakan wajibdan atau bebas yang selama initelah dilakukan pada setiapkejuaraan senam di Indonesia.
PEMBAHASANRangkaian yang tersusun telah
dipertimbangkan melalui beberapapengamatan dan proses di lapangandengan menganalisa kebutuhan waktulatihan di Indonesia dan sumber dayapelatih yang ada. Gerakan tetapmenganalisa kebutuhan internasionalsesuai yang telah ada dalam code of point(2013).
Usia yang berjajar bertumpuk disatu tahun untuk tiap kategorinya telahdisesuaikan dengan kebutuhankemampuan yang ada di Indonesiamengingat tidak semua pesenam memilikitujuan dan potensi yang sama dalambersenam. Gerakan juga disesuaikan
dengan kemampuan rata-rata pesenamjunior yang ada. Kategori untuk pemuladisusun pada kategori 1 sampai 3.
Gerakan-gerakan yang tersusundalam rangkaian telah mewujudkanbeberapa persyaratan yang ada diperaturan internasional seperti jumlahgerakan dan beberapa gerakan gabungannamun disesuaikan dengan usia dankemampuan dari masing-masing kategori.Yang berbeda adalah kemungkinanketersediaan peralatan pada setiap daerah,namun peralatan modifikasi dapatdigunakan dalam rangkaian gerak tersebut.KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan :
1. Bagan kebutuhan kompetisi telahdisusun sesuai dengan kebutuhannasional, daerah maupun organisasiterkecil yakni klub.
2. Pengkategorian telah disusunberdasarkan kebutuhan masing-masing klub maupun kejuaraan.
3. Pedoman rangkaian gerak telahtersaji dalam tujuh kategori usiadan kemampuan untuk senamartistik putra.
Saran :1. Perlu adanya pembaharuan dengan
mengikuti perkembangan untukmenyusun bagan kebutuhankompetisi dengan sinkronisasirangkaian gerakan.
2. Pengkategorian rangkaian gerakdapat diuji ulang dalam beberapakejuaraan lagi.
DAFTAR PUSTAKAColagiuri, 2011. Womens Gymnastics-National Levels Program. Version 2, 2011.Australian Womens Gymnastics Program.
233
Fig, 2013. Code Of Points. Swiss-federation internationale de gymnastics.Fig, 2009. Level 1 Coaching Gymnastics.Swiss-federation internationale degymnastics.
Fink & Hoffman, 2011. Age GroupDevelopment Program. FederationInternationale de Gymnastic. Avenue de laGare 12, 1003 Lausanne, Switzerland.
Mahendra, 2000. Senam. Jakarta:Depdiknas, Dirjen Dikdasmen.Priyono, 2012. Pembelajaran MediaMiring Pada Materi Rol. Jurnal PenjasUniv. Negeri Semarang.Sholeh, K.M.,1992. Olahraga pilihansenam. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.
Soewandi, J. 1998. Perkembangan senamdasar dan prestasi. Surabaya. UniversityPress.MGF, 2011. The ClassificationProgramme Women. Sugiyono, 2008.
Metode Penelitian Kuantitatif, KualitatifDan R & D. Penerbit Alfabeta Bandung.
234
EFEK PEMIJATAN ELEKTRIK SEBELUM OLAHRAGAMENINGKATKANDAYA TAHAN HANDSTAND
Eva Ferdita YuhantiniPendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas
Negeri Surabayae-mail:ferditaeva88@yahoo.com
Pemijatan sebelum berolahraga mempunyai efekmeningkatkanperforma.Penelitian inibertujuan untuk mengetahui efek elektrik sebelum olahraga terhadap peningkatan daya tahanhandstand pada atlet senam. Jenis penelitian quasi eksperimental dengan menggunakanrancangan times series experiment. Sampel adalah atlet senam artistik putra klub senamprestasi Petrokimia Gresik berjumlah 20 orang.Pemijatan elektrik dilakukan dengan alat pijatdolphin tipe 808.Pemijatan elektrik diberikan selama 10 menit pada bagian pinggang,punggung, bahu dan lengan.Hasil rerata yang didapat pada daya tahan handstand tanpapemijatan (86,55± 7,65 detik), dan setelah pemijatan elektrik (95,65± 9,45 detik). Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa efek pemijatan elektrik (P= 0,011) didapatkan perbedaanyang signifikan terhadap daya tahan handstand dibandingkan tanpa pemijatan. Kesimpulanyang diperoleh dari penelitian ini adalah pemijatan elektrik meningkatkan daya tahanhandstand.Kata kunci :Pemijatan, daya tahan, handstand.
PENDAHULUAN
Pada cabang olahraga senam
artistik, kekuatan (strenght) otot adalah
faktor yang paling besar dibandingkan
kualitas fisik lain dalam melakukan
setiap gerakan senam seperti pada
gerakan handstand. Handstand adalah
gerakan yang bertumpu pada
tangan.Gerakan handstand pada senam
artistik sangat penting, karena sebagai
dasar teknik gerakan pada alat agar
dapat dilakukan dengan benar
(Hedbavny, 2003).
Pijat atau massage adalah salah satu
usaha dalam persiapan aktifitas fisik seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Pijatadalah satu unsur yang penting dalam
latihan bagi para olahragawan dengan
efek rangsangan terhadap fungsi tubuh (Dewi,
2013). Pijatmerupakan bentuk perawatan
kesehatan yang paling kunodan sederhana. Pijat
adalah bentuk pemijatan, pengurutan dan
sebagainya pada bagian badan tertentu dengan
tangan atau alat khusus sebagai cara pengobatan
untuk melancarkan peredaran darah dan
menghilangkan rasa lelah (Roepadji, Jatmiko,
Sifaq., 2014).
Pijatmerupakan salah satu
penunjang dalam meningkatkan
performa atlet, selain itu untuk
mengatasi cedera dan gangguan fisik
lainnya akibat kerja fisik. Pijat dapat
memberikan pengaruh yang maksimal
jika prosedur pemijatan benar. Prosedur
pemijatan yaitu pijat sebelum (pre), saat
235
(intra) dan setelah (post) beraktifitas.
Pijatbertujuan memberikan efek
mekanis dan fisiologis (Roepajadi,
2009). Pemijatan sebelum olahraga
dilakukan sebelum seorang atlet
melakukan pemanasan. Empatefek
fisiologispentingdaripemanasan yaitu
untuk meningkatkandenyut jantung,
mengatur pernapasan, suhu tubuh, dan
mempersiapkansistem
saraftubuhuntukaktivitas berat.
Pemijatan
membantupemanasantubuhseorang
atlet, meningkatkansuplai darahke otot,
membantumobilitas sendi, dan
mempunyai manfaat terhadap psikologi
atlet (McGillicuddy, 2013).
Pemijatan dapat dilakukan
dengan elektrik.Alat pijat elektrik
membantu pelaksanaan pemijatan yang
praktis dan mudah digunakan.Alat pijat
elektrik dapat memberikan tekanan
yang konstan dan teratur, serta
menghemat tenaga atau mengurangi
kelelahan tangan masseur/ masseuse.
Alat pijat elektrik diciptakan berbagai
model yang dapat digunakan dengan
mudah menggunakan bantuan tenaga
listrik atau baterai (Roepajadi, Jatmiko,
Sifaq., 2014).
Penelitian yang meneliti
efektifitas dari pemijatan sebelum
olahraga terhadap daya tahan sangat
sedikit sekali.Berdasarkan beberapa
teori yang telah ada perlu kiranya
dilakukan penelitian mengenai
pemijatan elektrik sebelum
olahraga.Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efek pemijatan elektrik
sebelum olahraga dapat meningkatkan
daya tahan handstand.
METODE
Jenis penelitian yang dilakukan
adalah quasi eksperimental dengan
menggunakan rancangan time series
experimentyang telah disetujui secara
etik oleh Unit Bioetik dan Humaniora
Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. Penelitian dilakukan di
gedung senam nusantara Citraland
Surabaya.Populasi dalam penelitian ini
adalah atlet senam artistik klub senam
prestasi Petrokimia Gresik, berjumlah
54 orang.Sampel diperoleh secara
random yang berjumlah 20 atlet senam
berusia antara 21-23 tahun, laki-laki,
berat badan 55-65 kg. Penelitian ini
menggunakan sampel penelitian yang
sama, sehingga setiap kelompok
beranggotakan 20 sampel yaitu
kelompok 1 (tanpa pemijatan),
kelompok 2 (pemijatan elektrik).
236
Alat dan bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah stopwatch
digunakan untuk mengukur waktu
pemijatan dan daya tahan handstand,
Alat pijat dolphin tipe 808 sebagai
media pemijatan, Matras untuk tempat
memberikan perlakuan pemijatan, Baby
oil untuk membantu perlakuan
pemijatan manual, Handuk sebagai
media untuk menutup dan
membersihkan baby oil pada bagian
tubuh yang tidak terkena pemijatan dan
setelah pemijatan.
Pengambilan data daya tahan
handstand dilakukan dua kali dan setiap
hari hanya dilakukan pada 2 sampel
penelitian. Data daya tahan handstand
diukur pada hari pertama setelah sampel
melakukan pemanasan 5 menit dan
peregangan 5 menit. Sampel penelitian
istirahat selama 3 hari(tidak
diperbolehkan melakukan latihan),
kemudian pemberian pemijatan elektrik,
dilakukan dengan alat pijat dolphin tipe
808. Pemijatan elektrik diberikan pada
pinggang, punggung, lengan dan bahu
selama 10 menit (setiap bagian tubuh 2
menit). Setelah pemijatan elektrik
sampel penelitian melakukan
pemanasan 5 menit dan peregangan 5
menit, kemudian dilakukan pengukuran
daya tahan handstand sampai posisi
tidak seimbang.
Berdasarkan rancangan yang
digunakan dalam penelitian ini, maka
teknik pengolahan data yang digunakan
adalah statistik deskriptif untuk
menganalisis nilai pemusatan dan
sebaran data, uji normalitas data
menggunakan Kolmogorov Smirnov
untuk menganalisis distribusi data
penelitian tidak berbeda dengan pola
distribusi data normal. Bila tidak
ditemukan perbedaan, maka uji
selanjutnya dapat menggunakan uji one
way anova, yang terakhir adalah uji
Post Hoc untuk melihat kemaknaan
terkecil dari setiap variabel. Semua olah
data diolah menggunakan program
SPSS 19.0 for windosw.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data karakteristik fisik sampel atlet
senam artistik putra berupa umur, berat
badan dan tinggi badan tercantum pada
tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Fisik Sampel
Penelitian
Rerata ± SD
Umur (thn) BB (kg) TB (cm)
21,55±0,51 58,21±2,50 160,57±3,19
Keterangan: BB(berat badan)
TB(Tinggi badan)
237
Rerata pengukuran daya tahan
handstand tercantum pada tabel 2 dan
digambarkan melalui grafik 1
Tabel 2. Rerata daya tahan handstand
Variabel
(detik)N
Rerata± SD
Daya tahan
handstand
Tanpa
pemijatan20 86,55± 7,65
Pemijatan
elektrik20 95,65± 9,45
Grafik 1. Hasil rata-rata daya tahan
handstand
Hasil uji normalitas dengan
menggunakan uji shapiro-wilk di
dapatkan daya tahan handstand tanpa
pemijatan (p=0,720) dan setelah
pemijatan elektrik(p=0,654)
berdistribusi normal yaitu dengan nilai
p>0,05. Uji homogenitas menggunakan
uji bartleet test untuk mengetahui daya
tahan handstand memiliki varian yang
homogen dan diperoleh p>0,05
(p=0,0257). Data yang berdistribusi
normal menggunakan uji analisis
varians dengan menggunakan Anova.
Hasil uji statistik One Way Anova
menunjukkan bahwa daya tahan
handstand memiliki nilai p=0,00. Nilai
p<0,05 tersebut menunjukan bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna
untuk rata-rata daya tahan handstand
keseluruhan kelompok. Perbedaan
kemaknaan terkecil menggunakan uji
LSD yang menunjukkan bahwa efek
pemijatan manual (p= 0,000) dan
elektrik (p= 0,011) didapatkan
perbedaan yang signifikan terhadap
daya tahan handstand dibandingkan
tanpa pemijatan. Daya tahan handstand
didapatkan waktu lebih lama setelah
pemijatan elektrik (113 detik)
dibandingkan tanpa pemijatan (101
detik).
Pijat olahraga (sport massage)
adalah komplek manipulasi yang
diterapkan dengan tangan pada tubuh
olahragawan yang sehat dalam keadaan
pasif dan relaks, bertujuan membina
kondisi fisik untuk menghindari cedera
seminimal mungkin akibat latihan. Pijat
memberi rangsangan pada syaraf yang
mengakibatkan pembuluh darah
melebar secara refleks (Roepajadi,
2009). Pemijatan sebelum olahraga
238
dilakukan pada daerah otot lokal yang
akan berperan banyak pada saat
melakukan gerakan atau latihan yang
lebih dominan sesuai dengan cabang
olahraga. Pada cabang olahraga senam
bagian tubuh yang perlu diberikan
pemijatan adalah pinggang, punggung,
bahu dan lengan (Roepajadi, Jatmiko,
Sifaq., 2014). Pemijatan lokal diberikan
pada bagian tubuh tertentu bertujuan
untuk membantu kelancaran sirkulasi
darah dengan durasi singkat yaitu
selama 10 menit (Arovah, 2001).
Pemijatan dengan peralatan
elektrik membantu pelaksanaan pijat
dengan praktis dan mudah.Alat pijat
elektrik dapat memberikan tekanan
yang konstan dan teratur, serta
menghemat tenaga atau mengurangi
kelelahan tangan pemijat (Basoeki,
2009).Pemijatan elektrik membantu
menghilangkan rasa sakit pada otot
bagian tubuh tertentu dan meningkatkan
sirkulasi darah.Konstruksi fitur plastik
alat pijatan untuk penggunaan jangka
panjang dan bermanfaat merilekskan
otot saat melakukan aktifitas.Getaran
yang dihasilkan oleh alat pemijatan
elektrik berfungsi menstimulasi titik
akupuntur dan mengendorkan otot
(Roepajadi, 2009).
Pengaruh pemijatan dapat dibagi
menjadi dua yaitu langsung dan tidak
langsung.Pengaruh langsung terjadi
pada kulit dan jaringan permukaan
tubuh akibat manipulasi mekanis
pemijatan.Pengaruh tidak langsung
lebih banyak disebabkan oleh beberapa
aksi refleks, hormon atau saraf daripada
aksi mekanis.Efek mekanis pemijatan
terdiri atas pergantian tekanan fisik
pada jaringan yang kemudian
menghasilkan tekanan dan tarikan,
pukulan dengan bermacam-macam
intensitas dan perubahan dalam
konsentrasi hormon. Efek pemijatan
yang paling utama dapat mempengaruhi
sistem hormonal dan saraf (Roepajadi,
Jatmiko, Sifaq., 2014)
Pemijatan membantu aktivasi
mekanisme pompa vena secara artifisial
untuk mempercepat pemulihan
percepatan sirkulasi dalam kondisi
istirahat total (berbaring dengan relaks).
Pada saat otot berkontraksi pembuluh
vena di dalam dan di sekitar otot terjepit
dan melebar, dengan demikian aliran
darah menuju ke jantung menjadi lebih
lancar. Aktifnya sistem pompa otot,
terjadilah percepatan sirkulasi darah di
dalam otot yang aktif. Percepatan
sirkulasi ini membantu percepatan
pasokan semua zat kebutuhan jaringan
239
yang digunakan selama aktivitas
olahraga. Pada olahraga terlihat jelas,
selain terjadi aktivasi sistem sirkulasi
yang bersifat sistemik (aktivasi dari
ergosistem II), terjadi juga aktivasi
sistem sirkulasi yang bersifat lokal pada
setiap otot yang aktif (Giriwijoyo,
2006).
Penelitian yang dilakukan
Farochi (2015) menyebutkan bahwa
terjadi peningkatan kekuatan otot kaki
setelah dilakukan pemijatan selama 10
menit. Tekanan pemijatan yang stabil
akan membantu merangsang aliran
darah, yang akhirnya memfasilitasi
sirkulasi oksigen dan nutrisi ke seluruh
jaringan tubuh (Muhimin, 2000). Suplai
oksigen yang cukup dapat digunakan
untuk proses metabolisme dalam otot
secara bersamaan melalui siklus Kreb’s
pada sistem transport elektron (Fox,
1993). Pemijatan elektrik berupa
getaran berpengaruh terhadap kekuatan
otot kaki yang meningkatkan waktu
kecepatan lari sprint 30 meter sebesar
2,5 % (Goodwin et al., 2007).
Secara umum jaringan tubuh
yang banyak pengaruh dari manipulasi
pemijatan adalah otot, jaringan ikat dan
pembuluh darah. Peningkatan sirkulasi
dan relaksasi dari otot akibat dilakukan
pemijatan akan mempercepat aliran
darah ke jantung. Apabila sirkulasi
adekuat maka sel akan tercukupi dengan
kebutuhan oksigen dan glukosa sebagai
kebutuhan utama (Muhimin, 2000).
Pemijatan membantu pemeliharaan
seluruh tubuh sehingga meningkatkan
performa dan meningkatkan ketahanan
(Martin, 1998). Mekanisme pemijatan
secara langsung memberikan efek pada
sirkulasi jaringan dan peningkatan
aliran darah pada otot (Nancy, Robert.,
1998).
Efek pemijatan yaitu sirkulasi
darah dan pasokan oksigen ke organ-
organ tubuh akan lebih lancar.Suplai
oksigen cukup dapat digunakan untuk
proses metabolisme dalam otot bersama
dengan melalui proses siklus Kreb’s
pada sistem transport elektron.
Kebutuhan oksigen yang tercukupi,
asam piruvat akan diarahkan ke jalur
aerobik. Asam piruvat masuk kedalam
matrik mitokondria dan bersama
koenzim-A menjadi aseltil-KoA dan
selanjutnya memasuki tahap berikutnya
ke siklus Kreb’s. Rangkaian reaksi tidak
berakhir dengan pembentukan asam
laktat dari asam piruvat, tetapi menuju
siklus Kreb’s, yang selanjutnya
menghasilkan ATP, CO2 dan H2O
setelah melewati siklus Kreb’s dan
240
sistem transpor elektron (Guyton&Hall,
2006).
Selain itu Efek pemijatan pada
atlet untuk fisik adalah peningkatan
stabilitas kerja anaerobik dan aerobik
lewat mekanisme stimulasi otot dan
perbaikan adhesi otot (Arofah, 2001).
Manipulasi pemijatan melancarkan
sirkulasi darah yang mengangkut
hemoglobin dalam sel darah merah akan
lancar, dengan demikian penyediaan
sumber energi akan terjamin. Mobilitas
dan rentang kemampuan gerak
mengalami peningkatan setelah
pemijatan (Roepajadi, 2009)
Peningkatan sirkulasi dan
relaksasi dariotot akibat dilakukan
pemijatan akan mempercepat aliran
darah ke jantung. Hal ini dapat
mempertahankan tekanan darah dan
denyut nadi dalam batas normal.
Apabila sirkulasi adekuat maka sel akan
tercukupi dengan kebutuhan oksigen
dan glukosa sebagai kebutuhan yang
utama, kondisi ini membuat fungsi
pernafasan menjadi stabil dan
normal(Muhimin, 2000).
SIMPULAN
Kesimpulan pada penelitian ini adalah
Pemijatan elektrik sebelum olahraga
meningkatkan daya tahan
handstandpada cabang olahraga senam
artistik
DAFTAR PUSTAKA
Arovah, IM, 2014, Masase dan prestasi
Atlet. FIK UNY.
Bsoeki, H, 2009.., Sport Massage.
Jakarta, Tinggolang
Dewi, K, 2013, ‘Pengaruh pemberian
masase lokal sebagai tambahan
pemanasan terhadap kekuatan
otot lengan’. Halaman Web :
http://ejournal.unesa.ac.id/inde
x.php/jurnalkesehatanolahraga/
article/view/2454/baca-artikel.
[diakses30 Desember 2014].
Farochi,AW, 2015, Perbandingan
pengaruh masase lokal
(streching pasif) dengan
warming up (streching aktif)
terhadap kekuatan otot
tungkai’. Jurnal Kesehatan
Olahraga Vol 3, No 1, pp 87-
94
Fox, EL., Bowers, RW., Foss, ML,
1993, The physiological basic
of exercise and sport (5th
Edition). USA, Wim. C.
Brown. Publisher.
Goodwin, JE., Glaister, M., Howatson,
G., Lockey, RA., Mcinnes, G,
2007, ‘Effect of pre
241
performance lower-limb
massage on thirty-meter sprint
running’. Journal of Strength
& Conditioning Research.
Guyton, AC and Hall, 2006, Text book
of medical physiology.China,
W.B. Saunders Company.
Giriwijoyo, S., Muchtamadji, MA,
2006, Ilmu faal olahraga:
fungsi tubuh manusia pada
olahraga untuk kesehatan dan
prestasi. Bandung.
Hedbavny, P., Bago, G.,
Kalichova, M, 2013,
‘Influence of strength abilities
on quality of the
handstand’.World Academy of
Science, Engineering and
TechnologyInternational
Journal of Medical, Health,
Pharmaceutical and Biomedical
Engineering Vol:7 No:10
Martin, NARF., Zoeller, RJ., Robertson,
SM., Lephart, 1998, ‘The
comparative effects of sports
massage, active recovery, and rest
in promoting blood lactate
clearance after supramaximal leg
exercise’. Journal of
AthleticTraining.
McGillicuddy, M, 2013, ‘The art and
science of pre-event
massage’.Availableat
:http://www.massagetoday.com/
mpacms/mt/article.php?id=1075
0.[diakses30 Januari 2015].
Muhimin, M, 2000, Anestesiologi.
Jakarta, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Nancy, AM., Robert, JR., 1998, ‘The
comparative effect of sport
massage, active recovery, and
rest in promoting blood lactate
clearance after supramaximal
leg exercise’.Journal of
Athletic Training. Centre for
Sport Medicine. University of
Shouthern Mississippi.
Roepajadi, J, 2009, Masase olahraga.
FIK Universitas Negeri
Surabaya (bahan ajar
matakuliah masase olahraga)
Roepajadi, J, Jatmiko T, Sifaq A, 2014,
Masase olahraga. FIK
Universitas Negeri Surabaya
(bahan ajar mata kuliah
masase olahraga)
242
242
PERBANDINGAN ANALISIS BIOMEKANIK OLAHRAGA
PADA SAAT USAIN BOLT MERAIH MEDALI EMAS LARI 100 METER
OLIMPIADE BEIJING 2008, OLIMPIADE LONDON 2012, DAN OLIMPIADE
RIO 2016
Dwi Cahyo Kartiko
ABSTRAK
Telah dilakukan analisis Biomekanik terhadap atlet lari jarak pendek 100 meter peraih
emas Olimpiade 3 kali berturut-turut, Usain Bolt. Analisis Biomekanik yang dilakukan
meliputi aspek teknis, Reaksi dan dorongan saat start, akselerasi, usaha/work, dan
jumlah langkah.Analisis dilakukan dengan bantuan video analisis software Tracker dan
Dartfish serta tinjauan kinematika dan dinamika meliputi gerak lurus, akselerasi, gaya ,
usaha dan energi. Hasil yang didapatkan adalah dari ketiga edisi Olimpiade dimana
Usain Bolt meraih medali emas, tidak terdapat perbedaan yang signifikan bila ditinjau
dari aspek-aspek teknis tersebut. Artinya, walaupun secara usia Usain Bolt semakin
bertambah tetapi teknik lari yang dimiliki relatif konstan dari tiap edisi Olimpiade yang
diikuti.
Kata kunci: Usain Bolt, Olimpiade, larijarakpendek 100 meter.
PENDAHULUANLarijarakpendek 100 meter
adalahsalahsatunomoratletik yangsangatprestisius. Atletyangmendapatkanemas di Olimpiade padacabang olahraga lari 100meter,biasanyadijulukimanusiatercepat didunia (The Fastest Man in The World).
Gambar 1.Usain Bolt, GayaSelebrasiPeraihMedaliEmasLari100
meter Olimpiade 2012 London(vivanews.com).
Usain Bolt adalahsalahsatuatletyangmampumencatatkannamanyadalamworld
243
recorduntukcabanglari 100 metersekaligusmenyabetmedaliemas diOlimpiade 2008Beijing. Kemudian Boltmengulanginyakembaliyaitumeraihmedaliemas di Olimpiade 2012 London, tetapikaliinitidakdiikutidenganpemecahanrekor.Kemudian dilanjutkan pada Olimpiade Rio2016 dengan pemecahan rekor baru.Bagaimanakah Boltdapatlaridengancepatdanmendahuluilawan-lawannya, adalahhal yangmenarikuntukdiungkapkan.Berbagaisudutpandangdalambiomekanikolahragaakanmenjelaskanhalitusemua.Mulaidariakselerasi yang dimiliki Bolt,energidankerja yang dilakukannya,hinggateknikpadasaat Bolt berlari.KAJIAN PUSTAKALariJarakPendek
PengertianumumLarijarakpendekadalahlari yang menempuhjarakantara 50m sampaidenganjarak 400 m,olehkarenaitukebutuhanutamauntuklarijarakpendekadalahkecepatan.Kecepatandalamlarijarakpendekadalahhasilkontraksi yang kuatdancepatdariotot-otot yang dirubahmenjadigerakanhalus,lancar, danefisien.Halinitentusangatdibutuhkanbagipelariuntukmendapatkankecepatan yang tinggi.
Seorangpelarijarakpendek(sprinter) yangpotensialbiladilihatdarikomposisiataususunanserabutototpersentaseserabutototcepat (fast twitch)lebihbesaratautinggidengankemampuansampai 40 kali perdetikinvitrodibandingdenganserabutototlambat(slow twitch) dengankemampuansampai10 kali perdetikinvitro.(http://artikel.binaraga.net)
Olehkarenaituseorangpelarijarakpendekdilahirkandenganbakatbukandibuat.Suatuanalisastrukturalprestasilarijarakpendekdankebutuhanlatihansertapembelajaranuntukmemperbaikiharusdilihatsebagaisuatukombinasi yangkompleksdari proses-prosesbiomekanika, biomotor, danenergetik.
Larijarakpendekbiladilihatdaritahap-tahapberlariterdiridaribeberapatahapyaitu:1) Tahapreaksidandorongan(reaction
dan drive)2) Tahappercepatan(acceleration)3) Tahaptansisi/perubahan(transition)4) Tahapkecepatanmaksimum(speed
maximum)5) Tahappemeliharaankecepatan(main
tenance speed)6) Finish
Tujuanlarijarakpendekadalahuntukmemaksimalkankecepatan horizontalyangdihasilkandaridoronganbadankedepan.Kecepatanlariditentukanolehpanjanglangkahdanfrekuensilangkah(jumlahlangkahpersatuanwaktu).Olehkarenaitu,seorangpelarijarakpendekharusdapatmeningkatkansatuatau dua aspek tersebutsebagai usaha untuk memaksimalkan lariyang dilakukan.
TinjauanKinematikaGerakLurusGeraklurusadalahgerakanbendaat
ausesuatupadalintasanlurus.Geraklurusdapatdibedakanmenjadi 2yaitugeraklurusberaturan (GLB)dangeraklurusberubahberaturan(GLBB).Karakteristik Gerak LurusBeraturan
244
(GLB)adalahkecepatankonstanditiaplintasan, artinyaakselerasi/percepatanbernilainol. Sedangkan karakteristik Gerak LurusBerubah Beraturan(GLBB)adalahkecepatan yangberubahtiaptitiklintasan, artinya GLBBmemilikinilaiakselerasi tertentu. AnalisisyangakandigunakanuntukmeninjaugerakanBolt dalamlari 100 meteradalahanalisisgeraklurusberubahberaturan. Yaitumenentukanakselerasi yangdilakukan BoltselamaberlarisertamenentukankecepatanBolt diakhirlintasan.
Persamaangeraklurusberubahberaturan yang digunakanadalah:
S = v0.t + ½ a t2 ...1vt = v0 + at ...2vt
2 = v02 + 2aS ...3
Giancoli,2001dimana:S = jarak yang ditempuh (dalamhalini100 meter)v0= kecepatanawal (m/s)a = akselerasiataupercepatan(m/s2)vt= kecepatanpadasaat t detik (m/s)t = waktu (s)TinjauanKerja/Usaha (Work)
Kerja/usahaadalahbesarnyaenergiyangdibutuhkanseseoranguntukmelakukanperubahanenergikinetik yangdimiliki.Dapatdiformulasikankerja/usahayang dilakukanadalah:W = ΔEkΔEkadalahselisihenergikinetikpadakeadaan finish dan start yang didefinisikan ½m (vt
2 - v02).
Dimana:W= kerja/usaha (joule)vt= kecepatanpadasaat t detik/finish (m/s)
m = massa (kg)v0= kecepatanawal/start (m/s)TENTANG USAIN BOLT
Gambar 2. Usain Bolt saatOlimpiade London 2012
http://id.olahraga.yahoo.com/olimpiade/lintasan-lapangan/usain-bolt-
1020434/#HASIL DAN PEMBAHASAN1. Usain Bolt memperoleh emas pada
Olimpiade Beijing 2008. Berikut inianalisis dari cabang olahraga lari 100meter yang diikuti Bolt.
a. Tahap reaksi dan dorongan (reactionand drive)
Gambar 3. Sesaat setelah pistolditembakkan
Reaksi dan dorongan yangdimiliki Bolt (4 dari kanan) terlihatsangat baik. Ditunjang dengan posturetubuhnya yang sangat ideal (196 cm),membuat bolt sangat nyaman pada saatstart dengan tenaga / energi doronganyang sangat besar.
245
b. Tahap percepatan (acceleration)hingga menuju topspeed.
Gambar 4. Akselerasi yangDiperlihatkan Bolt mulai
mendahuluilawannya menujutopspeed.
c. Tinjauan kinematika gerak lurus.Berdasarkan video pertandingan
Usain Bolt di Olimpiade 2008 Beijinghttp://www.youtube.com/watch?v=NHmEpqUFLZ8&feature=related
Gambar 5. Data kecepatan rata-rata danwaktu yang dibutuhkan menempuh
lintasandiperoleh informasi berupa kecepatanrata-rata berlari Bolt adalah 37.6 Kphatau 10.4 m/s, sedangkan waktutempuhnya adalah 9.58 sekon, jaraknyaadalah 100 meter.
Dari data tersebut dapat diolahlagi sebagai berikut:
Kecepatan awal pelari adalah nolv0 = 0.
Gambar 6. Start
Dengan adanya data jarak tempuh100 meter, kecepatan awal nol,waktu tempuh 9.58 sekon, makadapat diketahui akselerasi Boltberdasarkan persamaan 1 adalah2.18 m/s2dengan top speed mencapai75.18 Kph.
Setelah diketahui akselerasi darigerakan Bolt, maka dapat ditentukankecepatan pada saat mencapai garisfinish berdasarkan persamaan 2adalah sebesar 20.88 m/s atau setara75.18 Kph
d. Tinjauan Kerja/Usaha
Gambar 5. Kerja / usaha yangdilakukan berdasarkan perubahan
energi kinetik
Dalam kasus ini, kerja atau usahayang dilakukan Bolt selama berlari dalamtracktersebut adalah perubahan energikinetik yang dilakukan Bolt. Pada saatstart, karena dalam keadaan diam maka
246
energi kinetiknya adalah nol. Tetapi padasaat menyentuh garis finish, energikinetik yang dimiliki sangat besar(maksimum). Kerja/usaha yangdilakukan Bolt selama bertanding adalahdihitung dari perubahan ini yaitu sebesar20.272,8096 Joule. Jika kesetaraan kalorenergi 1 Joule = 0,24 kalori, makabesarnya usaha yang dilakukan Boltadalah 4.865,48 kalori atau 4,86548kkalori.e. Tinjauan langkah Usain Bolt
Berdasarkan analisis videodengan softwareDartfish yang berfungsimemperlambat dan memperjelaspergerakan tiap frame, diperoleh faktabahwa langkah kaki Bolt selamabertanding adalah sebanyak 41 langkah.Hal ini berarti bahwa panjang rata-ratalangkah Bolt adalah 2,4 meter/langkahdan frekuensi langkah Bolt adalah 4,3langkah/detik.2. Berikut ini adalah analisis cabang
olahraga 100 meter olimpiadeLondon 2012 yang diikuti UsainBolt. Berdasarkan analisis tersebuttahap-tahap berlari yangdilakukannya adalah sebagai berikut:
a. Tahap reaksi dan dorongan (reactionand drive)
Gambar 6. Sesaat setelah pistolditembakkan
Reaksi dan dorongan yangdimiliki Bolt (6 dari kanan) tidak begitubaik bila dibandingkan dengan atlet yanglain, karena terlihat bolt tertinggallangkah pada saat start.
Gambar 7. Terlihat Bolt terlihattertinggal langkah pada saat setelah
startb. Tahap percepatan (acceleration)
hingga menuju top speed.
Gambar 8. Akselerasi yangdiperlihatkan Bolt mulai
mendahului lawannya, diamenuju top speed.
Walaupun tertinggal saat start,tetapi akselerasi yang dimiliki Boltsangat baik sehingga mampu mendahuluilawan-lawannya.
Berdasarkan perhitungankinematik gerak lurus berubah beraturan,akselerasi Bolt mencapai 2,15m/s2dengan top speed mencapai 74,689Kph.c. Tinjauan kinematika gerak lurus.
Berdasarkan video pertandingan UsainBolt di Olimpiade 2012 London
247
Gambar 9. Data catatan waktuyang dibutuhkan menempuh
lintasan
diperoleh informasi berupa waktutempuhnya adalah 9.64 sekon, jaraknyaadalah 100 meter.
Dari data tersebut dapatdianalisis sebagai berikut:Kecepatan awal pelari adalah nol v0 = 0.Perhatikan gambar berikut! Pelari padaawalnya adalah diam.
Gambar 10. Start Dengan adanya data jarak tempuh
100 meter, kecepatan awal nol,waktu tempuh 9.64 sekon, makadapat diketahui percepatan atauakselerasi Bolt berdasarkanpersamaan 1: S = v0.t + ½ a t2 adalah2.152 m/s2.
Setelah diketahui akselerasi darigerakan Bolt, maka dapat ditentukankecepatan pada saat mencapai garisfinish berdasarkan persamaan 2: vt =v0 + at adalah sebesar 20.747 m/satau setara 74,689 Kph (baca:Kilometer per hour)
d. Tinjauan Kerja/Usaha
Gambar 11. Kerja / usahayang dilakukan berdasarkan
perubahan energi kinetikantara finish dan start
Dalam kasus ini, kerja atau usahayang dilakukan Bolt selama berlari dalamtracktersebut adalah perubahan energikinetik yang dilakukan Bolt. Pada saatstart, karena dalam keadaan diam makaenergi kinetiknya adalah nol. Tetapi padasaat menyentuh garis finish, energikinetik yang dimiliki sangatlah besar.Kerja/usaha yang dilakukan Bolt selamabertanding adalah dihitung dariperubahan kecepatannya W = ΔEk =½.m.(vt
2-v02) dengan vt = 20,747 m/s dan
v0 = 0maka menghasilkan usaha yaitusebesar 20.015,367 Joule. Jika kesetaraankalor energi 1 Joule = 0,24 kalori, makabesarnya usaha yang dilakukan Boltadalah 4.803,688 kalori atau 4,8037kkalori.
248
e. Tinjauan langkah Usain Bolt
Gambar 12. Analisis frame denganSoftware Dartfish untuk
mengetahui jumlah langkah Bolt
Berdasarkan analisis tiap framemenggunakan software Dartfish,diperoleh fakta bahwa langkah kaki Boltselama berlari di lintasan 100 meteradalah sebanyak 41 langkah. Hal iniberarti bahwa panjang rata-rata langkahBolt adalah 2,4 meter/langkah danfrekuensi langkah Bolt adalah 4,3langkah/detik.3. Berikut ini adalah analisis cabang
olahraga 100 meter olimpiade Rio2016 yang diikuti Usain Bolt. PadaOlimpiade Rio, Bolt berhasilmencapai rekor seperti Olimpiade2008 dengan catatan waktu 9,58detik. Tahap-tahap berlari yangdilakukannya adalah sebagai berikut:
a. Tahap reaksi dan dorongan (reactionand drive)
Gambar 13. Sesaat setelah pistolditembakkan, Usain Bolt menempati
lintasan 4.
Reaksi dan dorongan yangdimiliki Bolt tidak begitu baik biladibandingkan dengan atlet yang lain,karena terlihat bolt tertinggal langkahpada saat start.
Gambar 14. Terlihat Bolt terlihattertinggal langkah pada saat setelah
start.
b. Tahap percepatan (acceleration)hingga menuju top speed.
Gambar 15. Akselerasi yangdiperlihatkan Bolt mulai mendahului
lawannya dan menuju top speed.Walaupun tertinggal saat start,
tetapi akselerasi yang dimiliki Boltsangat baik sehingga mampu mendahuluilawan-lawannya.Berdasarkan perhitungan kinematikgerak lurus berubah beraturan, akselerasiBolt mencapai 2,18 m/s2dengan topspeed mencapai 75,184 Kph.c. Tinjauan kinematika gerak lurus.
Berdasarkan video pertandingan UsainBolt di Olimpiade 2016Rio
249
Gambar 16. Data catatan waktu yangdibutuhkan
menempuh lintasandiperoleh informasi berupa waktu
tempuhnya adalah 9.58 sekon, jaraknyaadalah 100 meter.
Dari data tersebut dapatdianalisis sebagai berikut:Kecepatan awal pelari adalah nol v0 = 0.Perhatikan gambar berikut! Pelari padaawalnya adalah diam. Dengan adanya data jarak tempuh
100 meter, kecepatan awal nol,waktu tempuh 9.64 sekon, makadapat diketahui percepatan atauakselerasi Bolt berdasarkanpersamaan 1: S = v0.t + ½ a t2 adalah2.18 m/s2.
Setelah diketahui akselerasi darigerakan Bolt, maka dapat ditentukankecepatan pada saat mencapai garisfinish berdasarkan persamaan 2: vt =v0 + at adalah sebesar 20.884 m/satau setara 75,184 Kph (baca:Kilometer per hour)
d. Tinjauan Kerja/Usaha
Gambar 17. Kerja / usaha yangdilakukan berdasarkan perubahan
energi kinetik antara finish dan start.
Dalam kasus ini, kerja atau usahayang dilakukan Bolt selama berlari dalamtracktersebut adalah perubahan energikinetik yang dilakukan Bolt. Pada saatstart, karena dalam keadaan diam makaenergi kinetiknya adalah nol. Tetapi padasaat menyentuh garis finish, energikinetik yang dimiliki sangatlah besar.Kerja/usaha yang dilakukan Bolt selamabertanding adalah dihitung dariperubahan kecepatannya W = ΔEk =½.m.(vt
2-v02) dengan vt = 20,884 m/s dan
v0 = 0maka menghasilkan usaha yaitusebesar 20.280,58 Joule. Jika kesetaraankalor energi 1 Joule = 0,24 kalori, makabesarnya usaha yang dilakukan Boltadalah 4.867,339 kalori atau 4,867kkalori.e. Tinjauan langkah Usain Bolt
Gambar 12. Analisis frame denganSoftwareTracker untuk mengetahui
jumlah langkah Bolt
Berdasarkan analisis tiap framemenggunakan software Dartfish,diperoleh fakta bahwa langkah kaki Bolt
250
selama berlari di lintasan 100 meteradalah sebanyak 43 langkah. Hal iniberarti bahwa panjang rata-rata langkah
Bolt adalah 2,32 meter/langkah danfrekuensi rata-rata langkah Bolt adalah4,5 langkah/detik.
4. Berikut ini perbandingan aspek-aspek yang ditinjau untuk Olimpiade London
2012 dan Olimpiade Beijing 2008.
Aspek yang
diamati
Olimpiade Beijing
2008
Olimpiade London
2012
Olimpiade Rio
2016
Tahap reaksi
dan dorongan
(reaction and
drive)
Terlihat sangat baik.
Ditunjang dengan
posture tubuhnya
yang sangat ideal
(196 cm), membuat
bolt sangat nyaman
pada saat start .
Terlihat bolt
tertinggal langkah
pada saat start
Terlihat bolt
tertinggal
langkah pada
saat start
Tahap
percepatan
(acceleration)
hingga menuju
top speed.
Akselerasi Bolt
adalah 2.18 ms-2
dengan topspeed
mencapai 75.18
Kph.
Akselerasi Bolt
mencapai 2,15 ms-2
dengan topspeed
mencapai 74,69
Kph
Akselerasi Bolt
adalah 2.18 ms-2
dengan topspeed
mencapai 75.18
Kph.
Tinjauan
kinematika
gerak lurus.
kecepatan pada saat
mencapai garis
finish adalah sebesar
20.88 m/s atau
setara 75.18 Kph
kecepatan pada saat
mencapai garis
finish adalah
sebesar 20.747 m/s
atau setara 74,689
Kph
kecepatan pada
saat mencapai
garis finish
adalah sebesar
20.88 m/s atau
setara 75.18 Kph
Tinjauan
Kerja/Usaha
Kerja/usaha yang
dilakukan Bolt
selama bertanding
adalah dihitung dari
perubahan
kecepatan yaitu
Kerja/usaha yang
dilakukan Bolt
selama bertanding
adalah dihitung dari
perubahan
kecepatan yaitu
usaha yaitu
sebesar
20.280,58 Joule
atau sebanding
dengan
4.867,339 kalori
251
sebesar 20.272,8096
Joule setara
4.865,48 kalori atau
4,86548 kkalori.
sebesar 20.015,367
Joule atau setara
dengan 4.803,688
kalori atau 4,8037
kkalori
atau 4,867
kkalori
Tinjauan
langkah Usain
Bolt
diperoleh fakta
bahwa langkah kaki
Bolt selama
bertanding adalah
sebanyak 41
langkah. Hal ini
berarti bahwa
panjang rata-rata
langkah Bolt adalah
2,4 meter/langkah
dan frekuensi
langkah Bolt adalah
4,3 langkah/detik
langkah kaki Bolt
selama berlari di
lintasan 100 meter
adalah sebanyak 41
langkah. Hal ini
berarti bahwa
panjang rata-rata
langkah Bolt adalah
2,4 meter/langkah
dan frekuensi
langkah Bolt adalah
4,3 langkah/detik.
diperoleh fakta
bahwa langkah
kaki Bolt selama
bertanding
adalah sebanyak
43 langkah. Hal
ini berarti bahwa
panjang rata-rata
langkah Bolt
adalah 2,3
meter/langkah
dan frekuensi
langkah Bolt
adalah 4,5
langkah/detik
252
SIMPULAN
Berdasarkan uraian fakta dan
analisis video diatas dapat disimpulkan
beberapa hal mengenai Usain Bolt sang
peraih medali emas Olimpiade 2008
Beijing,Olimpiade 2012 London dan
Olimpiade 2016Riodalam cabang
olahraga lari 100 meter putra sebagai
berikut:
1. Reaksi dan dorongan yang dimiliki
Bolt tidak begitu baik dibandingkan
dengan atlet yang lain karena Bolt
sempat tertinggal langkah saat start.
Tetapi akselerasi yang dimiliki
sangat baik sehingga dia mampu
mendahului lawannya. Hal ini
dapat dilihat di Olimpiade 2008
Beijing, ia masih mampu
mengimbangi startlawannya, tetapi
pada Olimpiade 2012 ia terlihat
tertinggal start. Namun pada edisi
Rio 2016, Usain Bolt dapat
mengimbangi start lawan.
2. Akselerasi yang dilakukan sebesar
2,18 m/s2 dengan top speed
mencapai 75.18 Kph di Olimpiade
2008 Beijing dan 2,15 m/s2 dengan
topspeed mencapai 74,69 Kph di
Olimpiade 2012 London.Akselerasi
yang dilakukan sebesar 2,18 m/s2
dengan top speed mencapai 75.18
Kph di Olimpiade 2016 Rio.
Terlihat jelas pada video lari 100
meter, bagaimana akselerasi Usain
Bolt mampu mendahului sprinter
lain.
3. Usaha yang dilakukan oleh Bolt
untuk menempuh lintasan 100
meter adalah kurang lebih 5.000
kalori pada ketiga edisi Olimpiade.
Hanya saja di Beijing, Bolt
membutuhkan energi yang sedikit
lebih besar dibandingkan saat di
London. Hal ini berbanding lurus
dengan akselerasi berlari yang
dilakukan Bolt. Sedangkan di Rio
2016 energi yang dikeluarkan
melebihi London 2012 maupun
Beijing 2008.
4. Langkah yang dilakukan Usain Bolt
selama menempuh jarak 100 meter
adalah 41 langkah dengan panjang
rata-rata langkah 2,4 meter/langkah
serta frekuensi langkah 4,3
langkah/detik.Ada hal unik yaitu
meskipun energi yang di keluarkan
Bolt dalam 2 edisi olimpiade
tersebut berbeda, tetapi jumlah
langkah yang ia lakukan relatif
sama. Sedangkan pada Olimpiade
Rio 2016, tercatat langkah yang
dilakukan Usain Bolt selama
menempuh jarak 100 meter adalah
43 langkah dengan panjang rata-
253
rata langkah 2,3 meter/langkah
serta frekuensi langkah 4,5
langkah/detik
DAFTAR PUSTAKA
Bartlett, Roger. 2007. Introduction to
Sports Biomechanics:
Analysing Human Movement
Patterns: Second Edition. New
York. Taylor & Francis e-
Library.
Blazevich, Anthony. 2007. Sports
Biomechanics. United
Kingdom (UK). MPG Books
Ltd, Bodmin.
Giancolli, C. Douglas. 2001.
FisikaDasaruntukUniversitas.
Jakarta: Erlangga
Kartiko, D.C, &Habibbulloh, M. 2014.
BiomekanikOlahraga.
Surabaya: Unipress UNESA.
Knudson, Duane. 2007. Fundamental of
Biomechanics.New York :
Springer Science+Business
Media, LLC.
http://artikel.binaraga.net/2012/05/22/m
engenal-otot-lebih-dekat/
http://moccasport.blogspot.com/
http://www.youtube.com/watch?v=2O7
K-8G2nwU
http://www.youtube.com/watch?v=NH
mEpqUFLZ8&feature=related
http://www.dartfish.com/en/index.htm
www.tracker.com
254
Pengaruh Latihan T Push-Up dan Crocodile Push-Up Terhadap Power Otot Lengan dan
Kekuatan Otot Lengan
Rendhitya Prima Putra M.Pd (Penjaskesrek, UNP Kediri)rendhitya1407@gmail.com
ABSTRAK
T Push-Up dan Crocodile Push-Up Terhadap Power Otot Lengan dan Kekuatan OtotLengan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tentang: (1) pengaruh latihan tpush-up terhadap kekuatan otot lengan; (2) pengaruh latihan t push-up terhadap power ototlengan; (3) pengaruh latihan crocodile push-up terhadap kekuatan otot lengan; (4) pengaruhlatihan crocodile push-up terhadap power otot lengan; (5) perbedaan pengaruh latihan t push-up dan crocodile push-up terhadap kekuatan otot lengan; (6) perbedaan pengaruh latihan tpush-updan crocodile push-up terhadap power otot lengan. Sasaran penelitian ini adalahsiswa putra SMP Negeri 3 Kediri dengan jumlah sampel sebanyak 33 orang.
Hasil penelitian menujukkan: (1) Terdapat pengaruh yang signifikan program latihan tpush-up terhadap kekuatan otot lengan; (2) Terdapat pengaruh yang signifikan programlatihan t push-up terhadap power otot lengan; (3) Terdapat pengaruh yang signifikan programlatihan crocodile push-up terhadap kekuatan otot lengan; (4) Terdapat pengaruh yangsignifikan program latihan crocodile push-up terhadap power otot lengan; (5) Terdapatpengaruh yang signifikan program latihan t push-up dan crocodile push-up terhadap kekuatanotot lengan; (6) Terdapat pengaruh yang signifikan program latihan t push-up dan crocodilepush-up terhadap power otot lengan.
Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kekuatanotot lengan dan power otot lengan untuk masing- masing kelompok setelah diberikan latihan.Selain itu, terdapat perbedaan pengaruh antara keriga kelompok dilihat dari peningkatankekuatan otot lengan dan power otot lengan melalui uji ANOVA, dimana latihan t push-upmemberikan pengaruh yang lebih baik dari latihan crocodile push-up dan kelompok kontrolterhadap kekuatan otot lengan dan power otot lengan.
Kata Kunci : Latihan T Push-Up dan Crocodile Push-Up Terhadap Power Otot Lengan danKekuatan Otot Lengan.
PENDAHULUANPembinaan olahraga di suatu negara
sering kali dikaitkan dengan kemakmurandan kemajuan secara menyeluruh.Olahraga dapat mempersatukan danberperan sebagai alat pembangunan.Undang-undang nomor: 3 Tahun 2005tentang sistem keolahragaan nasionalmenyebutkan bahwa lingkup olahraga diIndonesia terbagi dalam olahragapendidikan, olahraga rekreasi, danolahraga prestasi.
Pembinaan pada cabang olahragaprestasi mempunyai tujuan utama yaitupencapaian prestasi optimal. Prestasi
seorang atlet yang berlomba dan menjadijuara event internasional akan mengangkatharkat, martabat dan harga diri bangsa.Karena itu pembinaan pada cabangolahraga prestasi mempunyai peranpenting.
Pembinaan atlet seharusnyadilakukan secara kontinyu danberkelanjutan serta dimulai sedini mungkinsejak individu menunjukan suatu harapandibidang olahraga, dan perlu ditindaklanjuti dengan melakukan pembinaanbakat dan prestasi olahraganya.
Untuk meraih prestasi dalamolahraga ada hal yang perlu diperhatikan
255
yaitu latihan. Sebab dengan latihan prestasiolahraga dapat semakin meningkat danprestasi dapat dipertahankan semaksimalmungkin, Ada beberapa aspek yang perludiperhatikan dalam latihan untuk mencapaidalam prestasi olahraga, ada 4 (empat)aspek yang perlu dimiliki dalam suatuprestasi yang optimal (Sajoto, 1995 : 7)adapun kelengkapan tersebut meliputi:1. Pengembangan mental (Mental Build-
up)2. Pengembangan fisik ( Physical Build-
up )3. Pengembangan teknik ( Technical
Build- up)4. Kematangan juara
Kemampuan kondisi fisikmerupakan hal yang sangat penting untukdiperhatikan, karena akan melibatkankemampuan biomotorik atlet. Salahsatunya kemampuan fisik yang pentingdalam kegiatan olahraga adalah power.Sangat banyak cabang olahraga yangmemerlukan power dan kekuatan untukdapat melakukan aktivitasnya yang baik.Latihan fisik pada setiap cabang oalahragamerupakan pondasi utama dalampembinaan teknik, taktik serta mental.Semua komponen biomotor harus dapatdikembangkan untuk menunjang prestasiatlet. Dengan modal fisik yang primatentunya atlet akan dapat menguasai tahaplatihan yang intensif. Pembinaanyameliputi faktor fisik, teknik, taktik danmental.
Kondisi fisik adalah salah satupersyaratan yang sangat diperlukan dalamsetiap usaha peningkatan prestasi seorangatlet. Kondisi fisik merupakan satukesatuan yang utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan,baik peningkatanya maupunpemeliharaanya. Istilah latihan kondisifisik mengacu pada suatu program latihanyang dilakukan secara sistematis,berencana, dan progresif yang tujuannyauntuk meningkatkan fungsional dariseluruh sistem tubuh agar dengandemikian prestasi semakin meningkat(Harsono, 2001 : 4)
Sedangkan menurut Sajoto (1995:8-10) untuk meningkatkan kondisi fisikseorang atlet ada beberapa unsur fisik yangdikembangkan, adapun unsur kondisi fisiktersebut meliputi kekuatan (strength), dayaledak otot (muscular explosive power),daya tahan (endurance), kecepatan (speed), kelentukan (flexibility), keseimbangan(balance), koordinasi (coordination),kelincahan (agility), ketepatan (accuracy),dan reaksi (reaction).
Kondisi fisik merupakan suatusyarat yang sangat penting dan diperlukansebagai suatu penujang dalam mencapaipeningkatan prestasi olahraga dan kondisifisik factor yang sangat penting dalamseluruh cabang olahraga. Salah satukondisi fisik yang sangat penting dalambeberapa cabang olahraga adalah muscularexplosive power (daya ledak otot) danstrength (kekuatan). Seperti pendapatDownet. (2008) power adalah kemampuanuntuk melepaskan kekuatan maksimaldalam waktu yang singkat. Power harusditujukan oleh perpindahan tubuh, ataubenda melintasi udara dimana otot harusmengeluarkan kekuatan dengan kecepatanyang tinggi agar dapat membawa tubuhdan objek pada saat pelaksanaan gerakuntuk dapat mencapai suatu jarak.
Menurut Gosser (2001: 57)mengatakan bahwa manfaat maksimalyang dapat diperoleh dari rangsanganlatihan hanya akan terjadi bila rangsangantersebut mirip atau menyerupai gerakan-gerakan yang dilakukan dalam olahraga.
Kekutan otot lengan dapatditingkatkan dengan metode latihan.Bermacam-macam bentuk latihan banyakditerapkan untuk meningkatkan ototlengan terutama dengan penerapan latihanpush-up maka akan mampu meningkatkanpower dan kekuatan. Salah satu jenislatihan yang dapat meningkatkan powerdan kekuatan otot lengan bisa dilakukandengan menggunakan push-up yang telahdi variasi dengan latihan t push-up dancrocodile push-up.
Program latihan t push-updancrocodile push-up belum dilatihkan
256
atau dilakukan di lingkungan sekolahSMP Negeri 3 Kediri. Atas dasar tersebutpenulis tertarik dan terdorong inginmelakukan penelitian terfokus kepadapower dan kekuatan otot lengan denganmenggunakan latihan t push-up dancrocodile push-up, peneliti inginmenganalisa apakah latihant push-updancrocodile push-up bisa meningkatakanpower dan kekuatan lengan. Selain itupeneliti ingin membuktikan bahwaprogram latihan ini dapat meningkatkanpower dan kekuatan otot lengan siswaektrakulikuler di sekolah SMP Negeri 3Kediri.
Dalam olahraga prestasi, untukmencapai prestasi puncak tidak diperolehdengan mudah ataupun singkat, namunharus melalui proses yang panjang, sertadiperlukan kerjasama antara pelatih yangberpengalaman, berpengetahuan ilmukeolahragaan dan benar-benar menekunibidang latihan. Oleh karena itu, pelatihdituntut agar memiliki pengalaman danpengetahuan pada cabang olahraga yangdigelutinya.
Menurut Reilly (2005: 17), latihanmerupakan bagian yang terpenting untukmempersiapkan kompetisi olahraga.Dijelaskan lagi oleh Ambarukmi, dkk,(2007: 1), bahwa latihan olahraga padahakikatnya adalah proses sistematis untukmenyempurnakan kualitas kerja atletberupa: kebugaran, keterampilan dankapasitas energi serta menggunakanpendekatan ilmiah.
Latihan menurut Nala (1998: 1)adalah suatu gerakan fisik atau aktivitasmental yang dilakukan secara sistematisdan berulang-ulang dan dalam waktu yanglama dengan pembebanan meningkatsecara progresif dan individual yangbertujuan untuk memperbaiki sistem sertafungsi fisiologis dan psikologis tubuh agarpada waktu melakukan aktivitas olahragadapat mencapai penampilan optimal.Kemudian Thompson (1991: 5.1)menambahkan bahwa, latihan adalah suatuproses yang sistematis dengan tujuan
untuk meningkatkan kemampuan atletpada aktivitas yang dipilihnya.
Berdasarkan pendapat di atas,maka dapat diperoleh suatu kesimpulanbahwa latihan adalah suatu proses yangsistematis dari waktu ke waktu terjadipeningkatan beban latihan maupun kualitaslatihan sehingga pada waktunya atlet siapuntuk menghadapi kompetisi.METODE PENELITIAN
Jenis penelian ini adalah penelitiankuantitatif dengan menggunakan metodeeksperimen semu ( quasi experimental ).Rancangan penelitian ini menggunakanMatching-only design. Rancangan ini tidakmenggunakan random sebagai caramemasukkan subjek ke dalam atau denganyang lain berdasarkan variabel tertentu (Maksum, 2012:100).
Rancangan penelitian tersebutdigambarkan sebagai berikut:
MatchingTreatm
entPosttest
T11
MX
1
T21
T12
MX
2
T22
T13
M -T
23
Gambar 3.1. RancanganPenelitian (Maksum, 2012:100)
Keterangan:M : MatchingT11 : Kelompok 1 pretest kekuatan danpower otot lenganT12 : Kelompok 2 pretest kekuatan danpower otot lenganT13 : Kelompok 3 pretest kekuatan danpower otot lenganT21 : Kelompok 1 posttest kekuatandan power otot lenganT22 : Kelompok 2 posttest kekuatandan power otot lenganT23 : Kelompok 3 posttest kekuatandan power otot lenganX1 : Latihan T Push-upX2 : Latihan Crocodile push-up
257
: Latihan push-up biasa
Menurut pendapat Maksum(2009:30) mengemukakan bahwa variabeladalah suatu konsep yang memilikivariabilitas atau keragaman yang menjadifokus penelitian. Sedangkan menurut(Winarno, 2011: 25) Variabel dalampenelitian ini terdiri atas variabelindenpendent dan variabel dependent.Variabel-variabel ini dapat dijelaskansebagai berikut :
1. Variabel bebas (independent variable)adalah variabel yang diduga sebagaisebab munculnya variabel-variabelterikat (Winarno, 2011:27). SedangkanSugiyono (2010:59) mendefinisikanvariabel bebas merupakan variabelyang mempengaruhi atau yang menjadisebab perubahannya atau timbulnyavariabel dependent (terikat). Dalampenelitian ini adalah variabel bebasatau independent variable antara lainlatihan t push-up dan crocodile push-up.
2. Variabel terikat (dependentvariable) adalah variabel respon atauoutput (Winarno, 2011:27). SedangkanSugiyono (2010:59) mendefinisikanvariabel terikat merupakan variabelyang mempengaruhi atau yang menjadiakibat, karena adanya variabel bebas.Variabel dependent dalam penelitianini adalah power dan kekuatan ototlengan.
Menurut Sugiono, (2011:80)populasi adalah wilayah generalisasi yangterdiri atas: objek/subjek yang mempunyaikualitas dan karakteristik tertentu yangditetapkan oleh peneliti untuk dipelajaridan kemudian ditarik kesimpulannya.Menurut Maksum (2012:53) populasiadalah keseluruhan individu atau objekyang dimaksud untuk diteliti, yangnantinya akan dikenai generalisasi. Dalamkaitanya dengan penelitian ini populasiyang dimaksud adalah siswaekstrakulikuler sebanyak 45 orang padaSMP Negeri 3 Kediri.
1. Sampel
Menurut Maksum ( 2012: 53)sampel adalah sebagian individu atauobjek yang dijadikan wakil dalampenelitian, sedangkan menurutSugiyono (2010: 116) sampelmerupakan bagian dari jumlah dankarakteristik yang dimiliki olehpopulasi tersebut.
a. Teknik penentuan jumlah sampelFraenkel dan Walllen 1993 (dalam
Maksum, 2012:62) mengemukakandalam penentuan jumlah sampel yaitutidak ada ukuran yang pasti berapajumlah sampel yang representative itu.Tetapi Fraenkel dan Wallenmerekomendasikan sejumlah petunjukdibawah ini
Maksum (2012:63) mengatakanalasan mengapa para ahli umumnyamerekomendasikan angka 30 sebagaijumlah minimal sampel, kerena jumlah30 secara statistik sudah merupakansampel besar, dan ketika 30 sampeldiambil secara random, maka data akancenderung berdistribusi normal.
Dari pendapat di atas dapatdijadikan suatu acuan untukmenentukan jumlah sampel yang akanditeliti yaitu peneliti mengambilkeselurahan jumlah populasi yangdijadikan sampel penelitian berjumalah45 siswa ekstrakulikuler SMP Negeri 3Kediri yang berjenis laki-laki.
b. Teknik Pengambilan/PemilihanSampel
Penelitian ini menggunakan teknikpengambilan populasi simple randomsampling. Simple random samplingmerupakan teknik sampling yangmemberikan peluang yang sama bagiindividu yang menjadi anggotapopulasi untuk dipilih menjadi anggotasampel (Maksum,2012:55).
Teknik random dilakukan dengancara membuat undian. Dalampenelitian ini sampel memilih sendiri
258
undian yang telah dituliskan namasetiap subjek yang berjumlah 33 orangyang akan menjadi sampel dalampenelitian ini.
c. Teknik Pengelompokan SampelTeknik pengelompokan sampel
penelitian dilakukan secara ordinalpairing. Ordinal pairing merupakansalah satu cara pengelompokan sampeldengan menggunakan sistemperengkingan, kemudian penempatansampel pada masing-masing kelompokmengikuti pola
Deskripsi data ini membahastentang rata-rata, simpangan baku, varian,nilai maximum dan minimum, sertapresentase peningkatan hasil tes kekuatandan power otot lengan dari kedua jenislatihan yang diberikan pada masing-masing kelompok. Kemudian hasil testersebut akan dicatat dan dihitungberdasarkan kelompok dan jenis latihanyang diterapkan. Deskripsi datamenggunakan bantuan program komputerSPSS ( Statistical Product and ServiceSolution) 17.0.
1. Uji Prasyarat Dataa. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untukmemastikan bahwa data yang diperolehberdistribusi simetris atau normal.Untuk menguji normalitasmenggunakan dengan metodeKolomogrov Smirnov (Maksum,2012:161). Untuk menentukan normaltidaknya distribusi data adalahmembandingkan taraf signifikanperhitungan data dengan taraf 5%. Jikataraf signifikan dalam uji statistik lebihbesar dari 0,05 maka dinyatakanberdistribusi normal.
b. Uji HomogenitasUji homogenitas bertujuan untukmemastikan bahwa varian dari setiapkelompok sama atau sejenis, sehinggaperbandingan dapat dilakukan secaraadil (Maksum, 2012:162). Dalampenelitian ini digunakan levene’s test.
apabila nilai statistik levene lebih besardari 0,05 maka data memiliki varianyang homogen.
c. Uji Hipotesis1) Sesuai dengan hipotesis dan jenis
penelitian yang digunakan dalampenelitian ini, maka analisis statistikyang digunakan untuk mengetahui danmengkaji perbandingan latihan t push-up dan crocodile push-up terhadapkekuatan dan power otot lengan padasiswa SMP Negeri 3 Kediri adalah uji-tpaired sample test, keputusanpenolakan hipotesis pada α = 0,05.
2) Untuk hipotesis satu sampai empatyang membandingkan dua sampel danuntuk hipotesis lima dan enammenggunakan Analisis of Varians(Anova) dengan taraf signifikan 5%karena membandingkan lebih dari duasampel. Dengan menggunakan SPSS17.0
3) Untuk mengetahui perbedaan pengaruhperlakuan terhadap peningkatankemampuan power dan kekuatan ototlengan sebelum dan setelah perlakuanantar kelompok digunakan statistikOne Way Anova atau analisis variansatu jalur.
HASIL DAN PEMBAHASANDalam deskripsi hasil penelitian ini
membahas tentang rerata dan standardeviai yang diperoleh dari hasil tes yangdilakukan pada masing- masing kelompok.
Hasil tes tersebut akan dihitung dandicatat berdasarkan kelompok dan jenislatihan yang dilaksanakan. Dan akandianalisis hasil perlakuan dari ke 3kelompok yaitu kelompok 1 t push-up,kelompok 2 crocodile push-updankelompok kontrol.
Hasil analisis dengan menggunakanperhitungan program SPSS versi 17.0,selanjutnya deskripsi data dari hasilpenelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:Deskripsi Data Kelompok I ( T Push-up)
259
Hasil tes power otot lengan dankekuatan otot lengan sebelum dan sesudahdiberikan latihan t push-up pada 11 orangsiswa ekstrakulikuler SMP Negeri 3Kediri adalah sebagai berikut :
Berdasarkan hasil pengukurandalam tabel 4.1 di atas pada kelompok Idapat dilihat bahwa terdapat peningkatannilai rerata antara pretest dan posttest padavariabel dependent( power dankekuatanotot lengan ). Hal ini terbukti darinilai rerata posttest lebih besar dari nilaiterata pretest. Jelas terlihat bahwa nilairerata untuk peningkatan power ototlengan dari hasil pengukuran posttest(4155,5685 Joule) , terlihat lebih tinggidibandingkan dengan hasil pengukuranpretest sebesar (2964,1618 Joule), hal initerjadi pada peningkatan presentasevariabel power otot lengan dari pretest keposttest sebesar 41,24. Sehingga jelasterlihat selisih dari rerata tersebutmenunjukkan peningkatan setelahdiberikan latihan selama 8 minggu dandengan frekuensi 3 kali seminggu.
Demikian juga terlihat perolehandata variabel kekuatan otot lengan yangmenunjukkan terdapat peningkatan padakekuatan otot lengan yang signifikansetelah diberikan treatment selama 8minggu.Dapat dilihat rerata untukpeningkatan kekuatan otot lengan darihasil pengukuran posttest (27,272727Joule), dan ini terlihat lebih tinggidibandingkan dengan hasil pengukuranpretest sebesar (22,0909 Joule). dan terjadipeningkatan persentase variabel power ototlengan dari pretest ke posttest sebesar23,46. Berdasarkan hasil di atas dapatdiambil sebuah kesimpulan bahwa dalampemberian treatment selama 8 minggupada kelompok I seperti yang sudahdijelaskan sebelumnya, dapatmeningkatkan kekuatan dan power ototlengan.1. Deskripsi Data Kelompok II (
Crocodille Push-up)Deskripsi data pada kelompok
eksperimen II memberikan gambarantentang pretest, posttest, rerata dan
standar deviasi dari masing- masingvariabel terikat yaitu kekuatan danpower otot lengan. Perolehan data darihasil penelitian kelompok eksperimenII dari variabel terikat kekuatan danpower otot lengan dapat terlihat pada
pada kelompok eksperimen II dapatterlihat bahwa adanya peningkatan nilairerata antara pretest dan posttest padavariabel dependent ( kekuatan dan powerotot lengan). Ini terbukti dari nilai rerataposttest yang lebih besar dari nilai reratapretest. Dimana terlihat bahwa nilai reratauntuk peningkatan kekuatan otot lengandari hasil pengukuran posttest (27,5455Joule), dan ini terlihat lebih tinggidibandingkan dengan hasil pengukuranpretest sebesar (22,1818 Joule), hal initerjadi pada peningkatan persentasevariabel kekuatan otot lengan dari pretastke posttest sebesar 24,18. Sehingga selisihdari rerata tesebut menunjukkanpeningkatan setelah diberikan latihanselama 8 minggu dan dengan frekuensi 3kali seminggu.
Demikian juga terlihat dariperolehan data variabel power otot lenganyang menunjukkan terdapat peningkatanpower otot lengan setelah diberi perlakuanselama 8 minggu. Dapat dilihat reratauntuk peningkatan power otot lengan darihasil pengukuran posttest (3714,061Joule), terlihat lebih tinggi dibandingdengan hasil dari pengukuran pretestsebesar (2858,8591 Joule). Terjadipeningkatan persentase variabel power ototlengan dari pretest ke posttest sebesar29,91. Dari hasil tersebut di atas, makadapat diambil kesimpulan bahwa dalammemberikan sebuah treatment padakelompok eksperimen II seperti yangsudah dijelaskan sebelumnya, bahwa dapatmeningkatkan kekuatan dan power ototlengan.
260
2. Deskripsi Data Kelompok III (Kontrol)
Proses pengumpulan data darikelompok kontrol sama dengan yangdilakukan pada kelompok sebelumnya.Sehingga deskripsi data pada kelompokkontrol juga memberikan gambarantentang pretest, posttest, rerata dan standardeviasi dari masing-masing variabel terikatyaitu kekuatan otot lengan dan power ototlengan.
Mengingat bahwa kelompok kontrolhanya bertujuan sebagai pengontrol padakedua kelompok eksperimen, makapeningkatan variabel terikat benar-benardisebabkan oleh karena adanya bentukperlakuan yang diberikan pada keduakelompok eksperimen. Sehingga jikadilihat dari tabel di atas maka peningkatandari kedua variabel relatif kecil.
Perolehan data kekuatan otot lenganyang diperoleh dari gambar di atas adalahhasil tes push-up. Kelompok kontrol inimenunjukkan adanya peningkatankekuatan otot lengan. Ini dapat dilihat darirerata posttest sebesar(28,6363Joule) yanglebih besar dari rerata pretest sebesar(22,6364 Joule) hal ini terjadi padapeningkatan persentase variabel kekuatanotot lengan dari pretest ke posttest sebesar22,51. Hal ini terbukti dari rerata posttestsebesar (3913,757 Joule) yang lebih besardari rerata pretest sebesar (3830,915 Joule)menunjukkan peningkatan power ototlengan. Hal ini terjadi pada peningkatanpersentase variabel power otot lengan daripretest ke posttest sebesar 20,25. Dengandemikian kelompok kontrol jugamemberikan dampak pada kekuatan ototlengan dan power otot lengan, walaupunpeningkatannya relatif kecil jikadibandingkan dengan kedua kelompokeksperimen sebelumnya.DISKUSI HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas tentanghal-hal yang ditemukan pada setelahmelakukan pengumpulan dan analisis datalapangan. Selanjutnya akan dibahas yang
pertama, mengapa terdapat pengaruhlatihan t push-up terhadap kekuatan ototlengan dan power otot lengan. Selanjutnyayang kedua, mengapa terdapat pengaruhlatihan crocodille push-up terhadapkekuatan otot lengan dan power ototlengan. Lalu yang ketiga, mengapaterdapat perbedaan pengaruh antara latihant push-up dan crocodille push-up terhadapkekuatan otot lengan dan power ototlengan.
Sesuai dengan rumusan masalah dantujuan penelitian tentang seberapa besarpengaruh latihan t push-up dan crocodillepush-up terhadap kekuatan otot lengan danpower otot lengan pada siswa putra SMPNegeri 3 Kediri, dimana dari hasil yangdidapatkan bahwa latihan t push-upternyata mempunyai pengaruh yang lebihsignifikan dari pada latihan crocodillepush-up terhadap kekuatan otot lengan danpower otot lengan. Selanjutnya akandibahas dan diuraikan secara lengkaptentang hasil yang sudah diperoleh padaberikut ini :Latihan Kelompok Eksperimen I (TPush-Up)
Latihan t push-up memiliki pengaruhyang signifikan terhadap kekuatan ototlengan dan power otot lengan dikarenakanlengan senantiasa melakukan kontraksiterus menerus saat melakukan latihantersebut. Dengan demikian otot lengandituntut untuk bekerja terus meneruskarena dalam melakukan latihan harusberkelanjutan. Dengan adanya kontraksiyang terus menerus serta bertambahnyabeban setiap 2 minggu sekali sehinggamembuat kekuatan otot lengan dan powerotot lengan meningkat. Selain itu dalamprogram latihan t push-up pada penelitianini menggunakan beban diri sendirisehingga kemampuan dalam melakukangerakan dapat dilakukan dengan maksimal,hal ini merupakan hal yang sejalan denganhakikat kekuatan. Kekuatan padahakikatnya merupakan tenaga padamanusia dan kekuatan itu sendirimembantu serta mendukung pelaksanaansuatu pekerjaan atau tugas. Menurut
64
261
Setiawan, 2005 (dalam Setyawan, 2010:16), “mengatakan bahwa kemampuan ototuntuk melakukan kontraksi gunamembangkitkan tegangan terhadap suatutahanan”. Oleh karena itulah terdapatpengaruh yang signifikan latihan t push-upterhadap kekuatan otot lengan dan powerotot lengan.
Hasil tersebut memberikan buktinyata bahwa t push-up merupakan salahsatu bentuk latihan dengan fokuspeningkatan kekuatan otot lengan danpower otot lengan ternyata dapatberpengaruh lebih besar pada siswa putraSMP Negeri 3 Kediri.Latihan Kelompok II ( Crocodille Push-up )
Latihan crocodille push-up memilikipengaruh yang signifikan terhadapkekuatan otot lengan dan power ototlengan dikarenakan lengan senantiasamelakukan kontraksi terus menerus saatmelakukan latihan tersebut. Dengandemikian otot lengan dituntut untukbekerja terus menerus karena dalammelakukan latihan ini harus berkelanjutan.Dengan adanya kontraksi yang terusmenerus serta bertambahnya beban setiap2 minggu sekali sehingga membuatkekuatan otot lengan dan power ototlengan meningkat. Selain itu dalamprogram latihan crocodille push-up padapenelitian ini menggunakan instrumenyang ringan sehingga kemampuan dalammelakukan gerakan dapat dilakukandengan maksimal, hal ini merupakan halyang sejalan dengan prinsip power.Menurut Chu (2001: 95), “ latihanmeningkatkan power harus melakukanpengulangan gerakan denganmenggunakan beban yang ringan”. Olehkarena itu terdapat pengaruh yangsignifikan latihan crocodile push-upterhadap kekuatan otot lengan dan powerotot lengan.
Hasil tersebut memberikan buktinyata bahwa crocodille push-upmerupakan salah satu bentuk latihandengan fokus peningkatan kekuatan ototlengan dan power otot lengan ternyata
dapat berpengaruh pada siswa putra SMPNegeri 3 Kediri.
Perbandingan Latihan T Push-Up danCrocodille Push-up
Terdapat perbedaan pengaruhkekuatan otot lengan dan power ototlengan dimana latihan t push-up lebih baikdibandingkan dengan crocodile push-up.Hal ini terjadi karena pada latihan t push-up kontraksi otot-otot pada lenganmeningkat 2 kali dibandingkan dengankontraksi otot pada latihan crocodile Push-up. Apabila melihat pada dasar “poweryaitu hasil kali kecepatan dankekuatan “ (Bucher, 2009:260). Dasar teoritersebut diketahui dengan sangat jelasbahwa besarnya kekuatan berbanding lurusdengan besarnya power, artinya apabilakekuatan bertambah maka power jugabertambah besar.
Dengan demikian, pada saatmelakukan gerakan maka kerja otot lenganjuga akan lebih berat sehingga beban kerjaotot lengan pada latihan t push-up lebihberat dibandingkan dengan latihancrocodile push-up. Dampaknya yaitu stresotot lengan lebih mengalami peningkatan 2kali pada latihan t push-up, dengandemikian latihan t push-up lebih beratdalam memberikan beban pada ototlengan. Oleh karena itu peningkatankekuatan otot lengan dan power ototlengan antara latihan t push-up dancrocodile push-up berbeda dimana ototlengan pada kelompok t push-up lebihmengalami peningkatan 2 kali.
Dari hasil pemberian latihan bahwalatihan t push-up memberikan hasil yanglebih baik dibandingkan dengan pemberianlatihan crocodile push-up terhadapkekuatan otot lengan dan power ototlengan pada siswa putra SMP Negeri 3Kediri. Hal ini dapat dilihat dari proseslatihan t push-up dilakukan dengan prosesmenahan beban diri sendiri denganmenggunakan satu lengan bergantiansedangkan pada gerakan crocodille Push-up beban diri sendiri terasa lebih ringan
262
dikarenakan menggunakan dua lenganuntuk menahan beban dan gerakan yangdilakukan tidak begitu sulit. Dari hasil ujisignifikan menggunakan post hoc testmenyatakan bahwa tidak ada perbedaanpengaruh yang signifikan dari hasilpemberian latihan t push-up dan crocodilepush-up terhadap kekuatan otot lengan danpower otot lengan pada siswa putra SMPNegeri 3 Kediri. Hal ini sejalan denganyang dikatakan oleh Johnson (2012:4)latihan plyometric adalah suatu jenislatihan yang digunakan untukmeningkatkan kekuatan dan daya ledak.Dan juga dari hasil penelitian yangdilakukan oleh Miller dkk, (2006: 459-465), dalam jurnalnya telah menunjukkanbahwa dengan sebuah pelatihandikhususkan untuk meningkatkan power,Dengan demikian disimpulkan bahwalatihan push-up merupakan latihan yangefektif untuk meningkatkan kekuatan danpower otot lengan, sehingga dapatdijadikan sebagai suatu acuan padalatihan-latihan untuk meningkatkankekuatan dan power otot lengan padacabang-cabang olahraga yangmenggunakan kekuatan dan power ototlengan terutama latihan t push-up.Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian danpembahasan yang diuraikan pada bab-babsebelumnya, maka dapat ditarik beberapakesimpulan penelitian sebagai berikut :33. Terdapat pengaruh yang signifikan
program latihan t push-up terhadapkekuatan otot lengan
34. Terdapat pengaruh yang signifikanprogram latihan t push-up terhadappower otot lengan
35. Terdapat pengaruh yang signifikanprogram latihan crocodile push-upterhadap kekuatan otot lengan
36. Terdapat pengaruh yang signifikanprogram latihan crocodile push-upterhadap power otot lengan
37. Terdapat perbedaan pengaruh antaralatihan t push-up dan latihan crocodilepush-up terhadap kekuatan otot lengan.Sehingga latihan t push-up
memberikan pengaruh lebih baik darilatihan crocodile push-up dankelompok kontrol terhadappeningkatan kekuatan otot lengan.
38. Terdapat perbedaan pengaruh antaralatihan t push-up dan latihan crocodilepush-up terhadap power otot lengan.Sehingga latihan t push-upmemberikan pengaruh lebih baik darilatihan crocodile push-up dankelompok kontrol terhadappeningkatan power otot lengan.
DAFTAR PUSTAKAArikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian.Jakarta: PT. Renika Cipta.Asdep PTPK, Kemenegpora. 2007.
Pelatihan Pelatih Fisik Level 1.Jakarta: Rineka Cipta
Bolton, B. 2006. Ladder and FunctionalBlock Programing. Jurnal of SportsScience and Medicine: Chapter 11
Bompa, and Haff,G, 2009. Theory andMethodology of Training. IunitedStates: Human Kinetics.
Bompa, T. O. 1999. Periodezation Theoryand Methodology of Training.Illions: Kendal Hunt PubhlishingCompany.
Bucher, Charles A. And Wuest, DeborahA. 2009. Physical Education,Exercise Science, and Sport. NewYork: Mc Graw Hill.
Calatayud, J., Borreani, S., Behni, D.,Andersen, L. 2014. MuscleActivation During Push-Ups WithDifferent Suspension TrainingSystems. Jurnal of Sports Scienceand Medicine. 13, 502-510
Chu, D. A. 2001. “ Eksplosive Power”. InForan, Bill (Ed). High-Performance Sport Conditioning:Modern Training for Ultimateathletic development, 83-96. USA:Human Kinetics.
Delavier, F. 2005. Strength TrainingAnatomi. United States: HumanKinetics.
Downey, J. 2008. Get Fit For BadmintonA Practikal Guide to Training for
263
Player and Coaches. PelhamBooks Ltd. London.
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikology dalam Coaching.Jakarta: Pusat Ilmu Olahraga.
Harsono. 2001. Latihan Kondisi Fisik.Bandung: November.
http://www.google.com/search?q=ladder+drill+lateral+for+hands diunduhtanggal 15 oktober 2014
https://www.google.com/search?q=gambar+push-up diunduh tanggal 15oktober 2014.
Izquierdo, K. Hakkinen,J. Ibanez, M.Garrues, A. Anton, A. Zuniga, J. L.Larrion. Training on Muscle Powerand Serum Hormones In MiddleAged and Older Men. J. ApplPhysial 90 :1497-1507, 2001.
James. C.Radcliffe,Robert CFarentinos.1994. Explosive PowerTraining Human KinetiksPublisher.Inch.
Jonhson, B.A. 2012. Evaluation of TheOptimum Duration AndEffectiveness Of A PlyometricTraining Training Program ForImproving The Motor Abilities OfYouth With Cereral Palsy. AllGraduate Theses And Desertations
Kusnanik,N. W.,Nasution,J.,danHartono,S. 2011.Dasar-DasarFisiologi Olahraga.Unesa: UnesaUniversity Press.
Lutan, R., Supardi, Giriwijoyo, Y., Ichsan,M., Harsono, Setiawan,I., Nadisah,Hidayat,I., Nurhasan,Wiramihardja,K. 1998.” SeriBahan Kuliah Olahraga di ITB:Manusia dan Olahraga. Bandung”.Bandung :ITB dan FPOK/ IKIPBandung.
Mackenzie, B.1996. Weinght Training.UnitedKingdom.http://www.brianmac.co.uk/weight.htm diunduh tanggal 17oktober 2014
Maksum, Ali. 2009. Metodologi Penelitiandalam Olahraga. Surabaya.
Maksum, Ali.2012. MetodologiPendidikan. Surabaya: UnesaUniversity Press.
Miller, M.G., Herniman, J.J. Richard, M.D., Cheatman, C.C., and Michael,T.J. 2006. The Effects Of A 6-Week Plyometric Training ProgramOn Agility”. Journal of SportScience and Medicine. 5, pp.459-465. http//www.jssm.org.
Nala, N.1998. Prinsip Pelatihan FisikOlahraga. Denpasar: UniversitasUdayana.
Pasurney, P. J. And Sidik, D. Z.2007.Materi Penataran Pelatihan FisikTingkat Provinsi se- Indonesia.Bandung: FPOK UPI
Redcliffe, J. C., and Farentinos, R. C.1999. High Powered Plyometric.United States of America: HumanKinetics Publisher Inc.
Roesdiyanto,dkk.20108. Dasar- DasarKepelatihan Olahraga. Malang.
Sajoto. 1995. Peningkatan dan PembinaanKondisi Fisik dalam Olahraga.Semarang: Dahara Prize.
Sajoto. 1988. Pembinaan Kondisi Fisikdalam Olahraga. Jakarta:Depdikbud Dirjen PTPLPTP.
Setyawan, M. 2010. Pengaruh PelatihanLeg Press dan Leg ExtensionTerhadap Keberhasilan Servis Atasdalam Permainan SepakTakraw.Tesis. Surabaya: PPSUNESA
Soemardiawan. 2012. Tesis: PengaruhPelatihan Reverse Curl danBarbell Curl TerhadapPeningkatan Power LenganPemain Bulutangkis. UniversitasNegeri Surabaya.
Souza, E. D., Lowery, R. P., Aihara, A. Y.,Wilson. J. 2014. Early AdaptationsTo Six Weeks of Non-Periodizedand Periodized Strength TrainingRegimens in Rexreational Males.Journal of Sports Science andMedicine.
Sugiono. 2010. Statistika untukPendidikan. Bandung :Alvabeta.
70
264
Sugiyono. 2011. Metode PenelitianKuantitatif dan Kualitatif dan R &D. Bandung: Alvabeta.
Sukadiyanto. 2011. Pengantar Teori danMetodologi Melatih Fisik.Yogyakarta: CV. Lubuk Agung.
Suparto, A. 2014. “ Pengaruh LatihanRubber dan Burble TerhadapKekuatan dan Power Otot Lenganpada Pemain Bola Voli”.Universitas Negeri Surabaya.
Wiyogo, W.D & Sulistyorini.1991.Pengetahuan Kesegaran Jasmani.Malang:IKIP.
www.ballmedicine.com diunduh tanggal17 oktober 2014.
Young, W.B., M.H. Mcdowel., andScarlett. 2001. Speciticity of Sprintand Agility Training Methods. J.Strength Cond. Res. 15: 315-319.
265
KEMAMPUANSHOOTING SEPAKBOLA DITINJAU DARIPOWER OTOT
TUNGKAI,KOORDINASIMATA-KAKIDAN KESEIMBANGANDINAMIS
PADASISWA SEKOLAH SEPAKBOLA (SSB) GARUDA
USIA 15-17 TAHUNKECAMATAN PATIANROWOTAHUN2016.
Oleh :
M. Anis Zawawi, M.Or
Dosen UNP Kediri
Abstrak
Tujuan penelitianiniadalah untuk (1) mengetahui hubungan antara power otottungkai dengan kemampuan shooting sepakbolasiswa pada SekolahSepakbola Garuda usia15-17 tahun Kecamatan Patianrowo Tahun 2016 (2) mengetahui hubungan antara koordinasimata kaki dengan kemampuan shooting sepakbolapada siswaSekolahSepakbolaGarudausia15-17 tahun Kecamatan Patianrowo Tahun 2016 (3) mengetahui hubungan antarakeseimbangan dinamis dengan kemampuan shooting sepakbola pada siswa SekolahSepakbola Garudausia 15-17 tahun Kecamatan Patianrowo Tahun 2016(4) mengetahuihubungan antara power otot tungkai, koordinasi mata kakidan keseimbangan dinamis dengankemampuan shooting sepakbola pada siswa Sekolah Sepakbola Garudausia15-17 tahunKecamatan Patianrowo Tahun 2016.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan studi korelasional. Subyekpenelitian ini adalah Seluruh siswa Sekolah Sepakbola Garudausia15-17 tahun KecamatanPatianrowo Tahun 2016,jumlah 30siswa.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalahteknik tes. Untuk tes powerotot tungkai dengantesverticaljump,untukteskoordinasimatakakidengan Soccer Wall Volley Test, tes keseimbangan dinamis dengan ModifikasiBass Tesdan tes menembak bola kegawang (shooting). Hasil dari tes dan pengukuran tersebutkemudian dianalisis dengan teknik statistic productmoment dan analisisregresi tigaprediktorpada taraf signifikansi 5%.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Ada hubunganyang signifikan antara power otot tungkai dengan kemampuan shooting sepakbola pada siswaSekolah Sepakbola (SSB) Garudausia15-17 tahun Kecamatan Patianrowo Tahun 2016,(Nilairhitung = 0,407 > rtabel 5% = 0,361) . (2) Ada hubungan yang signifikan antara koordinasi matakaki dengan kemampuan shooting sepak bola pada siswa Sekolah Sepakbola(SSB)Garudausia15-17 tahun Kecamatan Patianrowo Tahun 2016,(Nilai rhitung= 0,404> rtabel5%=0,361).(3) Ada hubungan yang signifikan antara keseimbangan dinamis dengankemampuan shooting sepak bola pada siswa Sekolah Sepakbola (SSB) Garuda usia15-17tahun Kecamatan Patianrowo 2010/2011( Nilairhitung=0,385> rtabel5%=0,361).(4)Adahubunganyang signifikanantarapowerotottungkai,koordinasimatakakidan keseimbangandinamis denganKemampuanShootingSepakbolapadasiswa SekolahSepakbola(SSB)Garudausia15-17tahunKecamatan Patianrowo Tahun 2016. (Fhitung3,05>Ftabel2,98).
266
PENDAHULUANPermainansepakboladikecamatan
Patianrowo daritahunketahunmengalamiperkembanganyangcukuppesat.Haliniditandaidenganadanya klub-klubsepakboladisetiapdesa,adanyasekolah-sekolahsepakbola seperti:IndonesiaMuda (IM) Tanjung AnomdanSekolahsepakbolaSanjayaKertosono.Hallainyangmenandaiperkembanganpermainansepakbolayaituadanyaturnamen-turnamensepakbolayang seringbermunculanditingkatdesamaupunditingkat Kecamatan.
Perkembanganpermainansepakbola diwilayahKecamatan Patianrowotidak lepasdariadanya pelatihan-pelatihanyangadadiklub-klubsepakbolaatau sekolah-sekolahsepakbola.SekolahsepakbolaGarudaPatianrowomerupakansalahsatuwadahyangmelakukan pembinaan pemain-pemainsepakbola yang adadiwilayahKecamatanPatianrowodansekitarnya.Sekolah sepakbolaGarudaPatianrowodalampelaksanaanpelatihannyadilakukan secara teraturdan terprogram. Sekolahsepakbola GarudaPatianrowodalamperkembangannyamengalamipeningkatanyang pesat,haliniditandai denganadanyapemain-pemain sepakbolayangcukup dikenal diwilayah KecamatanPatianrowoyang berasal dari sekolahsepakbola GarudaPatianrowo.
Untukmeningkatkankualitasdayafisikyangdiperlukanadalah latihanfisik,latihanfisikadalahbentuklatihanyang diaturberdasarkan prinsip-prinsip
pembebanan terhadapfungsi organ-organ tubuh, dan bertujuanmeningkatkandayafisik,yaitumeningkatkankekuatan,ketahanan,kelincahan,fleksibilitasdan sebagainya.Kondisifisik adalahsuatu kesatuanutuhdari komponen-komponen yang tidakdapatdipisah-pisahkanbegitusaja,untukmeningkatkankondisifisik makaseluruhkomponenharusdikembangkan,walaupundisana-sinidilakukan dengansistem prioritassesuaikeadaanatausetatustiap-tiapkomponenitu danuntukkeperluanapakeadaanataustatusyang dibutuhkantersebut.Hal iniakanmenjadijelasbila kita sampaipadamasalahstatuskondisifisik.MenurutSuharnoHP.(1983:2)menjelaskanbahwa,“kondisifisikyang meliputikekuatan,daya tahan,kecepatan, kelincahan, kelenturan,keseimbangan, koordinasi, ketepatan,dayaledak, reaksidanstaminamerupakanfaktorpenentupencapaianatlet berbakat”.
Berdasakan pendapat tersebut diatas maka dapat dijelaskan bahwa,unsur-unsurtersebut merupakanpendukungdalam mencapai prestasiolahragatertentu,termasukdalamshooting.Dengankemampuanfisikyang baik,makadalampenguasaanteknikshootingakanlebihmudahdanberhasildenganbaik.
Shootingmerupakan bagiandalam permainansepakbola.Shootingpadapermainansepakbolamerupakanfungsidarimenendang bola.MenurutArmaAbdoellah(1981:421)menjelaskanbahwa
267
,“menurutfungsinya tendangan-tendanganituuntuk:memberikan(passing)bola,menembakkan(shooting)bolakegawang, membersihkan (clearing),tendangan-tendangankhusus”.Menembakkanbolakegawang(Shooting)merupakansalahsatuketerampilan individudalam permainansepakboladengantujuanmemasukkanbola kegawang lawanuntuk memenangkanpertandingan.Shootingmerupakan salahsatu komponen penting dalamsepakbola yang harus dilatihkan denganharapankualitaspermainanindividudantimuntukmenciptakanpeluang dankesempatanmenciptakangollebihbesar.Untukbisamelakukanshootingharus tahuteknikmenendangboladenganbenar,yangdidukungdengankondisifisikyangbaik.
Berkaitandengankondisifisikyangberhubungandenganshooting,makadapatdianalisamelaluigerakanshootingitusendiriyang merupakanfungsidarimenendang bola.MenurutSoekatamsi(1982:24-25)prinsip-prinsipmenendangbolaterdiridari:“kakitumpu,kakiyangmenendang,bagianbolayang ditendang,sikapbadandanpandanganmata”.Berdasarkanprinsip-prinsipmenendang bolatersebut makadapat dijelaskanpulatentangkondisi fisikyangdibutuhkan.
Powerotottungkaimerupakanperpaduanantarakekuatandankecepatan.Dayaledakataupoweradalah kemampuanseseoranguntukmelakukankekuatanmaksimum,dengan usahanyayang
dikerahkandalam waktuyangsesingkat-singkatnya.Adapunyangdimaksuddayaledakdalampenelitianiniadalahkemampuanuntukmenggunakantenagamaksimaldalamwakturelatifsingkatbagian kakipada saat menendang bola.Peranan powerotot tungkai dengangerakanshootingadalahsangatpenting,karenadenganpower otottungkaiyangbaikmakahasiltendanganakanlebihcepatdanlebihsulitdiantisipasiolehpenjagagawang.
Berdasarkangerakanyangadapadashootingdisamping membutuhkanpowerotottungkaiyangbaik,dibutuhkanpulakoordinasiyang baik.Untukbisamenendang bolakesasaranyangdiinginkanmakadibutuhkankoordinasimatasebagaiindrapenglihatdankakiyangberfungsiuntukuntukmelakukangerakanmenendangbola.Dengankoordinasimatadankakiyangbaikmakahasilshooting diharapkanakanbaik pula.
Dalampraktiknyagerakanshootingjuga membutuhkan keseimbanganyangbaik,dalamgerakanshootingkeseimbanganakanberfungsipadagerakan menumpuyang dilanjutkan dengan gerak lanjutansetelah menendang bola.Dengankeseimbanganyangbaikmakagerakanmenumpudangerakanlanjutan tersebut akan mudah untukdilakukan dan teknik gerak shootingsecara keseluruhanakan lebih indahdipandangmata.
Kemampuanfisikyang berkaitandengan kemampuanshooting, prosespenelitiannyadilakukandiSekolah
268
Sepabola(SSB) Garuda KecamatanPatianrowo.Sebagaimana telahdijelaskan di atas bahwa padakenyataannyaadabeberapasiswayangkemampuanshootingbelumsesuai denganyangdiharapkan,tetapiadajugayangkemampuanshootingnyacukupbaik.Kualitasshootingyangrendah,apakahkarena kemampuannya shootingnnyarendahataudisebabkanolehfaktorlain.Demikianjuga dengansiswayangmempunyaikamampuanshootingnyacukupbaikapakahkarena kemampuanfisiknyajugabaik.Inilahpermasalahanyangmenarik untuk diteliti.
Berdasarkanlatarbelakangmasalahtersebutdiatasmaka judulyangdiambildalampenelitianiniadalah,“Kemampuanshootingsepakboladitinjaudaripower otottungkai,koordinasimatakaki dankeseimbangandinamispadasiswa Sekolah SepabolaGarudausia15-17tahunKecamatanPatianrowo Tahun2016”.PEMBAHASANPengertian Shooting Sepakbola
Sepakbolamerupakanpermainanberegu,masing-masing timterdiridarisebelas pemaindan salahsatupemainsebagaipenjagagawang.Umumnyapermainaninihampirseluruhnyamenggunakankakidisamping itupuladapatmenggunakan kepala,dadadanpahasedangkan untuk penjagagawangdapat menggunakan tangan gunamenangkap bola di daerah yang telahditentukan,tujuandaripermainansepakbolayangpaling penting adalahmemasukkanbolasebanyak-banyaknyakegawanglawandan
berusahauntukmenjagagawangsendiriagartidakkemasukanbola.Suatutimsepakboladikatakanmenang,jika dapatmemasukkan bola palingbanyakkegawanglawan dan apabila jumlahmemasukkan bolakegawangsamadinyatakan draw atauseri.
PengertianPower OtotTungkai
Power atau dayaledakdisebutjugasebagaikekuatanekplosifpyke&Watson,1978yangdikutipIsmaryatidkk.,(2006:59).Dayaledakatau sering di sebut denganistilahMuscularPoweradalah“kemampuan seseoranguntuk memepergunakan kekuatanmaksimalyangdigunakan dalamwaktuyang sesingkat-singkatnya.Dalamkata lainbahwadayaledak(power) samadengankekuatan(force)kalikecepatan(velocity)”.Bisadiambilsuatucontohtentangdayaledakdalamcabangpermainansepakbolamisalnya dalammenendangbola,dan melemparbola.
Dayaledakototmerupakankomponenfisikyang sangatpenting untukmelakukansuatuaktifitasgerakdalamsetiapcabangolahraga.Dayaledakotot akanmenentukan seberapakerasseseorangmemikul,seberapajauhseseorangmelompat, seberapa cepat lari dansebagainya.A.HamidsyahNoer(1996:140)menyebutkan,"Explosive Poweradalahmerupakankemampuanototatausegerombolanototuntukmelawanbebanatautahananden
269
gankecepatantinggidalamsatugerakan”.Menurut SuharnoHP.(1983:33) menyebutkan dayaledakadalah,"Kemampuansebuahatausegerombolanototuntukmengatasitahananbebandengankecepatantinggidalamsatugerakanyang utuh".Dayaledakdalampraktekolahragauntukmelompat,meloncat,melempar,menendang dansebagainya.Dayaledaksangatbermanfaatbagiatletdalammencapaiprestasi maksimal.
Berdasarkanpendapattetangpowerotottungkaiyangtelahdijelaskanolehparaahlitersebutdiatasmakadapatdisimpulkanbahwapowerotottungkaidalamkaitannyadenganshootingbolaadalahsuatukemampuanseseorangyangmerupakangabungandarikekuatandankecepatanuntukmelakukanshootingbolakegawangdengankuatdancepatsehinggalajunyabolajugaakancepatdankeras.Faktor-faktorpenentupowermenurutSuharnoHP.,(1983:33)adalahsebagai berikut:
Banyak sedikitnyamacam fibrilotot putih (phasic) dari si atlet.
Kekuatan otot dan kecepatanotot.
Ingat rumusP =Fx V dimana P= PowerF = Force(kekuatan)danV =Velocity (kecepatan)
Waktu rangsangandibatasisecarakongkrit lamanya.
Koordinasi gerakanyangharmonis
Tergantungbanyak sedikitnyazatkimiadalam otot(ATP)
Untuk meningkatkankemampuandayaledak diperlukan peningkatankekuatandankecepatansecarabersama-samasehinggaseorang olahragawandilatihkecepatankemudiandilatihkekuatansecarakhusus,makakemampuandayaledaknyaakancepatmeningkat.Ciri-cirilatihandayaledakmenurutSuharno HP.,(1983:33)adalah sebagai berikut: Melawan beban relatif
ringan(berat badanatautambahan beban luar)
Gerakan latihan dinamis Gerakan-gerakan merupakan
suatugerakyangsingkat danselaras
Adapun carapengembangannya:
- weighttraining
- interval training
- repeatition training.Ciri-cirilatihanuntukmetode-metodetersebutdiataspadagarisbesarnya sebagai berikut:
- Volume latihan dalam 1menitlatihan 4-6 set/ giliran
- Intensity rendah/ menengah,artinya 40% - 60% darikemampuan maksimal ataubebanyangdiangkat adalah beratbadan atlet itu sendiri.
- Ulanganangkatan/gerakanperset/gilirantidakbolehlebihdari50%kemampuanmaximumrepeatitionssatu (MR).
- Recovery antar set/giliran satudenganyanglain 2-3 set
- Irama gerakan merupakan satugerakanyangselaras dandinamis.
270
Peranan Power OtotTungkaipadaKemampuan Shooting
Padateknikgerakmenendangboladayaledakotottungkaimerupakanunsuryangsangatdibutuhkan.MenurutAndiSuhendro(2002:2.21)bahwa,“Unsurkemampuanfisiksepertikekuatan,kecepatan,dayaledak,kelentukan,dankapasitasanaerobikmerupakanindikatoryangcukuppentingdalammemilihatletberbakat.”
Kemampuanshootingdalampermainansepakbolasangatmembutuhkankekuatanyang dikombinasikandengankecepatan(power).Dengankekuatandankecepatandarikakiayunsaatmenendangbola,makahasildaritendangantersebutakan lebih keras dansulituntukdiantisipasi oleh lawan.
Dari uraiandiatasjelaslahbahwa powerotottungkaimerupakanunsur yangsangatdibutuhkandalammelakukangerakmenendang bola,khususnya menedangbolakegawang (shooting).Menendangbolakegawang lawandenganharapanmencetakgol,membutuhkanpowerotottungkai yangbaik,sehinggaayunan kaki akan lebih kuat dan cepat,dengan demikian maka hasil daritendanganakanlebihkeras.Dengantendanganyang kerasmakakemungkinan untukmemasukan bola kegawanglawanakanlebih besar.
Pengertian KoordinasiMata Kaki
Pengertian Koordinasi
Koordinasiadalahsuatukemampuanbiomotorikyangsangatkomplek.Koordinasierathubungannya dengankecepatan,kekuatan, dayatahan,dan fleksibilitasdansangatpentinguntukmempelajaridanmenyempurnakanteknik dantaktik.MenurutIsmaryati(2006:53)bahwa, “kooordinasididefinisikansebagaihubunganyangharmonisdarihubungansalingpengaruhdiantara kelompok-kelompokototselamamelakukankerja,yang ditunjukandenganberbagaitingkatketerampilan”.Sedangkanmenurut Suharno HP.(1983:34)menjelaskan bahwa,“koordinasiialahkemampuanseseoranguntukmerangkaikan beberapa unsurgerak menjadi satu gerakan yangselaras sesuai dengan tujuannya”.
Koordinasipentingkalaukitaberadadalamsituasidanlingkunganyang asingsepertimisalnyadalamperubahanlapanganpertandingan,peralatandan sebagainyayangdihadapi di dalam pertandingan.Koordinasi merupakan kemampuanseorang untuk merangkaikanbeberapa gerakan menjadi satupolagerakanyang efektif danefisien.Koordinasigerakan itu sendiridapatberbagaimacamseperti:koordinasimata kaki (foot-eye coordination)seperti misalnya dalam keterampilanmenendangbola,ataukoordinasimatatangan(eye-handcoordination)seperti misalnyaketerampilanmelempar suatuobyekkesasarantertentu.Beberapa
271
aktifitasmebutuhkankoordinasimenyeluruh(over-allcoordination) daritubuh,misalnyaketerampilansenam.Dankoordinasiyangdigunakandalampenelitianiniadalah koordinasi mata kaki.
Padaprinsipnyapengertiankoordinasiyang dikemukakandiatastersebutmempunyai pengertian yang hampirsama, sehingga dapat disimpulkan,koordinasimatakakimerupakankemampuanmata untukmengintegrasikanrangsanganyangditerimadankakisebagaifungsipenggerakuntukmelakukan gerakansesuaiyangditerima.Untuklebihjelasnyaberkaiatndengankoordinasimatakaki,apabilamerujukdaridaripendapat-pendapattersebutdiatasmakadapatdijelaskanbahwakoordinasimatakakiadalahsuatuintegrasiantara mata sebagaiindarapenglihatyangberfungsiuntukmelihatboladansituasipermainan yang dihadapidankaki sebagaianggotagerakbawahyangberfungsi untuk mnendangbola.Kegunaan Koordinasi
Shootingmerupakanbentukketerampilanyangmemilikibebrapa unsurgerakancukup kompleks.Kemampuanseseorang pemainmerangkaikangerakan-gerakanyangterlibatdalamgerakanshootingmenjadisatupolagerakanyangbaikdibutuhkankoordinasiyangbaikpula.Dengankoordinasiyangbaikmakagerakanshootingakanlebihefektif danefisien.Menurut Suharno HP.(1983:34)kegunaan koordinasi antaralain:
1) Efisien tenaga dan efektif
2) Untuk menghindariterjadinyacidera
3) Berlatih menguasai teknik akanlebih cepat
4) Menjalankan taktik lebihkomplit5) Kesiapan mentalatlet lebih
mantapTingkatkoordinasiataubaiktidakny
a koordinasigerakseseorang tercermindalam kemampuannyauntuk melakukansuatu gerakakan secaramulus,tepatdanefisien.Seorangatletdengankoordinasiyangbaikbukanhanyamampumelakukansatuketerampilansecarasempurna,akantetapijugamudahdancepatdapatmelakukanketerampilanyang barubaginya.Atletjugadapatmengubahdanberpindahsecaracepatdaripolagerakyangsatukepolagerakyang lainsehinggagerakannyamenjadi efisien.
Koordinasigerakpentingsekalibagisemuacabang olahraga,yangdidalamnyabanyakterdapatberbagaigerakyang kompleks.Untukmenunjangkemampuanshooting,seorangpemainharusmemilikikoordinasiyangbaik.Jika seorangpemainsepakbolatidakmemilikikoordinasiyang baik,tenagayangdikeluarkantidakefektifdanefisien,hasilyang dicapaitidaksesuaiyang diinginkan.Faktor-faktor YangMempengaruhiKoordinasi
Tingkat koordinasigerak seseorangtercermin dalam kemampuan untukmelakukansuatugerakansecaramulus,tepat, danefisien.Seorangyang memilikikoordinasibaikbukanhanya
272
mampumelakukansuatuketerampilansecara sempuna, tetapijugamudahdancepatdapatmelakukanketerampilan-keterampilanyangbaru.MenurutSuharnoHP.(1983:35)dalamusahauntuk pencapaian prestasi,koordinasi dipengaruhi oleh:
1. Pengaturansyarafpusatdantepi,haliniberdasarkanpembawaanatlet dan hasildari latihan
2. Tergantungtonus dan elastisitasdari otot
3. Baik dantidaknyakeseimbangandankelincahan
4. Koordinasi kerjasyaraf,ototdanpancaindra
Faktorpembawaan dankemampuan kondisifisik, khususnyakeseimbangandankelincahanmerupakanfaktoryangdapatmempengaruhikemampuankoordinasiyangdimilikiseseorang.Dengankatalainjikakelincahan, dankeseimbanganbaik,makatingkatkoordinasinyajugabaik.Dengandemikian latihan yang bertujuanmeningkatkan komponen kondisi fisiktersebut, makasecaratidak langsungakanmeningkat kemampuan koordinasi pula.HASILPENELITIANDeskripsi Data
Data yangdikumpulkan dalampenelitian ini terdiri dari empatvariabel yaitu:power otottngkai(X1),
koordinasimata kaki(X2),
keseimbangandinamis(X3)
dankemampuanshootingsepakbola(Y).Adapunrangkuman deskripsidata secarakeseluruhan disajikan dalam bentuktabel sebagaiberikut:
Deskripsidatahasiltesdanpengukuranpowerotottungkai,koordinasimatakaki, keseimbangandinamis dankemampuanshootingsepakbola.
VariabelStatistik
PowerOtot
Tungkai
KoordinasiMataKaki
Keseimbangan
Dinamis
Kemampuan
ShootingSubjek 30 30 30 30
Mean 0,67 12,17 92,93 36,33
Std.Deviasi
0,08 1,62 6,38 19,38
Minimum 0,49 9 77 10
Maximum 0,81 15 100 90
Jumlah 20,17 365 2788 1090
Tingkat keajegan hasiltesdiketahui melalui uji reliabilitasdarimasing-masingvariabel.Adapunhasilpengujianreliabilitassecarastatistikdari datatesvariabelpower otottungkai(X1),
koordinasimata kaki(X2),
keseimbangandinamis (X3)
dankemampuanshootingsepakbola(Y),menggunakan teknik analisisintraclassBaumGartner&Jackson,dengan hasilanalisissebagaimanaterterapadatabel berikut:
Tabel. RingkasanHasilAnalisisReliabilitasData
Variabel Reliabilitashitung
Kategori
1.PowerOtotTungkai(X1)
2.Koordinasi MataKaki(X2)
3.KeseimbanganDinamis (X3)
4.KemampuanShooting Sepakbola(Y)
0,90
0,71
0,90
0,88
TinggiSekali
CukupTinggisekaliTinggi
273
Sebagaidasarpenentuankategorikoefisienreliabilitasdigunakanpedoman tabelkoefisienkorelasi dari BookWalteryang dikutipMulyonoB.,(1992:22), sebagai berikut:
Tabel.RangeKategoriReliabilitas
Kategori Reliabilitas
Tinggi Sekali 0,90 – 1,00
Tinggi 0,80 – 0,89
Cukup 0,60 – 0,79
Kurang 0,40 – 0,59
TidakSignifikan
0,00 – 0,39
PembahasanHasil Analisis Data
Pengujianhipotesispadadasarnyamerupakanlangkahawal untuk menguji persyaratan yangdikemukakan pada rumusan hipotesisbisa diterimaatau tidak. Hipotesisiyangdiajukanbisaditerimajikafakta-faktaempirisataudatayangterkumpulbisamendukungpernyataanhipotesis.Sebaliknyahipotesisditolakjika fakta-faktaempirisataudatayangterkumpultidakmendukungpernyataanhipotesis.Pengujian hipotesisidalampenelitian inimenggunakan teknikanalisiskorelasiproductmomentdananalisisregresitigaprediktor. Adapunhasilpengujianhipotesissebagai berikut:1. Hubungan Antara PowerOtotTungkaidengan Kemampuanshooting Sepakbola
Berdasarkanhasilanalisisyangtelahdilakukanterhadapdatapowerotottungkaidengankemampuanshootingsepakboladiperoleh nilair sebesar0,407.Nilaitersebutlebihbesardarinilairtabelpadatarafsignifikansi5%yaitu0,361.Karena nilairhitung>darirtabel,makanilaikorelasisignifikan.
Halinimenunjukkanbahwa,variasikemampuanshootingsepakboladipengaruhiolehkomponen power otottungkai.Hasiltersebutmenunjukkan,power otottungkaimemilikihubunganyangsignifikan dengankemampuanshootingsepakbola. Dengan demikianhipotesisyang menyatakan,adahubunganantarapowerotottungkaidengankemampuanshootingsepakbolapadasiswaSekolahSepakbolaGarudausia15-17 tahun Kecamatan PatianrowoTahun 2016, dapatditerimakebenarannya.
2. Hubungan Antara KoordinasiMata Kaki denganKemampuanShootingSepakbola.
Berdasarkanhasilanalisisyangtelahdilakukanterhadapdatakoordinasimata kakidengankemampuanshootingsepakboladiperolehnilairsebesar 0,404.Nilaitersebutlebihbesardarinilairtabelpadatarafsignifikansi5%yaitu0,361.Karenanilairhitung>darirtabel,makanilaikorelasisignifikan.
koordinasimatakaki.Hasiltersebutmenunjukkan,koordinasimata kakimemiliki hubunganyangsignifikandengankemampuanshootingsepakbola.Dengandemikian
274
hipotesisyangmenyatakan,padasiswaSekolahSepakbolaGarudausia15-17 tahunKecamatanPatianrowo Tahun2016,dapat diterimakebenarannya.
3. HubunganAntaraKeseimbangan Dinamisdengan KemampuanShootingSepakbola.
Berdasarkan hasilanalisisyangtelah dilakukan terhadapdatakeseimbangandinamisdenganKemampuanShootingSepakboladiperolehnilairsebesar0,385.Nilaitersebutlebihbesardarinilairtabelpadatarafsignifikansi5%yaitu0,361.Karenanilairhitung>darirtabel,makanilaikorelasisignifikan.
Halinimenunjukkan bahwa,variasiKemampuanShootingSepakboladipengaruhi olehkomponenkeseimbangan dinamis.Hasil tersebutmenunjukkan, keseimbangan dinamismemiliki hubunganyang signifikandengan Kemampuan ShootingSepakbola.Dengandemikianhipotesisyangmenyatakan,adahubunganantarakeseimbangandinamisdenganKemampuanShootingSepakbolapada siswaSekolahSepakbolaGarudausia 15-17tahunKecamatanPatianrowo Tahun 2016,dapatditerimakebenarannya.
4. Hubungan Antara PowerOtotTungkai, KoordinasimataKakidanKeseimbanganDinamisdenganKemampuan ShootingSepakbola.
Untukmengujihubunganantarapower otottungkai,koordinasimatakakidan keseimbangan dinamisdengaregresigandatigaprediktor.DarianalisisregresiyangdilakukandapatdiketahuibahwanilaiFhitungyangdiperolehsebesar3,05,dengandb=3lawan26padatarafsignifikansi5%,nilaiFregdalamtabel2,98.Karena Fhitung>dariFtabel, maka,dapatdisimpulkan,
terdapathubunganyang signifikanantarapower otottungkai,koordinasimatakakidankeseimbangandinamisdengankemampuan shooting sepakbola. Halini berarti variansi kemampuanshooting sepakboladipengaruhi olehpower otot tungkai, koordinasi matakaki dan keseimbangan dinamis.
KESIMPULANBerdasarkanhasil pengujian
hipotesis melaluianalisisstatistikyangdilakukan, makasimpulannyaadalahsebagai berikut:
1. AdahubunganyangsignifikanantarapowerotottungkaidengankemampuanshootingsepakbolapadasiswaSekolahSepakbolaGarudausia15-17tahunKecamatanPatianrowoTahun 2016,(Nilairhitung=0,407>rtabel5%=0,361).
2. AdahubunganyangsignifikanantarakoordinasimatakakidengankemampuanshootingsepakbolapadasiswaSekolahSepakbolaGarudausi
275
a15-17tahunKecamatanPatianrowoTahun 2016,(Nilairhitung=0,404>rtabel5%=0,361).
3. Ada hubungan yang signifikanantara keseimbangan dinamisdengankemampuanshootingsepakbolapadasiswaSekolahSepakbolaG a ru d a usia15-17tahunKecamatanPatianrowoTahun 2016,(Nilairhitung=0,385 > rtabel5%=0,361).
4. Adahubunganyangsignifikanantarapowerotottungkai,koordinasimatakakidankeseimbangandinamisdenganKemampuanShootingSepakbolapada siswaSekolahSepakbolaGarudausia15-17tahunKecamatanPatianrowoTahun 2016, (Fhitung3,05 >
Ftabel2,98).
DAFTAR PUSTAKAAdang Suherman.2000. Dasar-Dasar
Penjaskes. Jakarta: Depdikbud.Direktorat JenderalPendidikanDasar dan Menengah BagianProyek Penataran Guru SLTPSetara DIII.
Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992.Pendidikan Jasmani. Jakarta:Depdikbud.Dirjendikti. ProyekPembinaan Tenaga Kependidikan.
Brian J. Sharkey. 2003. KebugaranKesehatan. Jakarta: PT. RajagrafindoPersada.
Depdiknas. 2000. Pedoman dan ModulPelatihan Kesehatan Olahraga
bagi PelatihOlahragawan Pelajar.Jakarta: Pusat PengembanganKualitas Jasmani.
Direktorat Keolahragaan. 2000.Peraturan dan Penuntun PelatihSepakbola. Jakarta:DirektoratJenderal Pendidikan LuarSekolah, Pemuda danOlahraga.Departemen Pendidikandan Kebudayaan.
Harsono. 1988. Aspek-aspek Psikologidalam Coaching. Jakarta: CV. TambakKusumaJakarta.
M. Sajoto. 1995. Pembinaan KondisiFisik dalam Olahraga. Semarang: IKIPSemarangPress.
M. Sobry Sutikno. 2009. Belajar danPembelajaran Upaya Kreatifdalam MewujudkanPembelajaranyang Berhasil. Bandung:Prospect.
Nana Sudjana. 2005. Dasar- DasarProses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar BaruAlgensindo.
Nur Hasan. 2001. Tes dan Pengukurandalam Pendidikan Jasmani:Prinsip-Prinsip danPenerapan/Jakarta: Depdiknas. DitjenPendidikan Dasar danMenengahBekerjasama denganDitjen Olahraga.
Penataran Pelatih Sepaktakraw TingkatJawa Tengah 2001. SejarahSepakbola,Latihan Fisik Dasar,Teknik Dasar Sepakbola.
Rusli Lutan. 1988. Belajar KetrampilanMotorik Pengantar Teori danMetode. Jakarta:Depdikbud.Dirjendikti.
276
PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (TGT)DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP HASIL
BELAJAR PASSING BAWAH PADA PERMAINAN BOLAVOLIAdes Setyawan
S-1 Pendidikan jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan,Universitas Negeri Surabaya, adeh_setyawan@yahoo.com
PardijonoS-1 Pendidikan jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Surabaya
ABSTRAKPada dasarnya pendidikan jasmani adalah pendidikan yang berkaitan dengan jasmanidan perlu diberikan di lembaga pendidikan karena aktivitas jasmani yang berbentuklatihan memberikan manfaat bagi peserta didik dalam bentuk kesegaran jasmani danpemeliharaan kesehatan. Dalam proses pembelajaran, guru mempunyai pilihanmengenai strategi mengajar dan model pembelajaran serta media yang tepat sesuaidengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Pada penelitianini peneliti melakukan penelitian tentang perbandingan model pembelajaran kooperatiftipe (Team Games Tournament) dengan model pembelajaran langsung terhadap hasilbelajar passing bawah pada permainan bolavoli. Hasil yang diperoleh dari penelitian iniadalah (1) Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata hasil belajar sebelum dansesudah menerima model pembelajaran kooperatif tipe (TGT). (2) Terdapat perbedaanyang signifikan antara rata-rata hasil belajar sebelum dan sesudah menerima modelpembelajaran langsung. Sedangkan hasil yang diperoleh pada Uji Independent sample t-test nilai t-hitung lebih kecil dari pada t-tabel (thitung 0,550 < nilai ttabel 2,021).Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perbandingan antara siswa yang diberiperlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe (Team Games Tournament) dansiswa yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran langsung tidak mempunyaiperbedaan yang bermakna.
Kata Kunci : model pembelajaran kooperatif tipe (Team Games Tournament),model pembelajaran langsung, hasil belajar passing bawah bolavoli.
277
PENDAHULUAN
Pada dasarnya pendidikan jasmaniadalah pendidikan dari jasmani dan perludiberikan di lembaga pendidikan karenaaktivitas jasmani yang berbentuk latihanmemberikan manfaat bagi peserta didikdalam bentuk kesegaran jasmani danpemeliharaan kesehatan. Saat ini lembagapendidikan khususnya sangat berperanpenting terhadap perkembanganpendidikan jasmani secara menyeluruh danterpadu, dalam lembaga pendidikangurulah yang mempunyai peran pentingdalam peningkatan pendidikan jasmani disekolah-sekolah. Dalam prosespembelajaran, guru mempunyai pilihanmengenai strategi mengajar dan modelpembelajaran serta media yang tepat sesuaidengan materi yang disampaikan demitercapainya tujuan pembelajaran. Dalampembelajaran terdapat keterkaitan yangerat antara guru, siswa, kurikulum sertasarana dan prasarana. Guru memiliki tugasuntuk memilih model dan mediapembelajaran yang sesuai dengan materiyang disampaikan demi tercapainya tujuanpendidikan jasmani .
Dengan demikian,tujuan ideal daripendidikan jasmani bahwa programpendidikan jasmani itu bersifatmenyeluruh, sebab mencakup bukan hanyaaspek fisik tetapi juga aspek lainnya yangmencakup aspek intelektual, emosional,sosial, dan moral dengan maksud ,kelakanak muda itu menjadi seseorang percayadiri (Lutan, 2001: 2).Dari pembahasandiatas mengenai tujuan pendidikanjasmani, sampai saat ini masih banyakditemukan kendala yang dialami siswa didalam pelaksanaan pembelajaran matapelajaran pendidikan jasmani diantaranyapada saat siswa melakukan tugas gerak
(psikomotor). Banyak siswa yang masihmengalami kendala bahkan ada yang takdapat melakukan tugas gerak, bahkan gurusudah memberikan contoh dari tugas gerakyang akan di berikan dalam materipermainan tersebut. Ini dibuktikan daripengamatan penulis saat melakukanobservasi ditempat penelitian di salah satuSMK di kota Surabaya tepatnya di SMKWonokromo Surabaya. Dari pengamatandan proses belajar mengajar di SMKWonokromo Surabaya siswa-siswi masihdirasa kurang aktif dalam mengikutipembelajaran hanya beberapa siswa sajayang antusias dan ingin melakukan materiyang sudah di sampaikan oleh guru.
Agar tujuan pendidikan jasmanidapat tercapai maka di butuhkan peran dankreatifitas seorang guru mengingat sekolahadalah basis awal bagi anak untukmemperoleh pengalaman pendidikan yangbenar. Seorang guru harus bisamenentukan / memilih metode yang efektifuntuk mencapai tujuan pembelajaran dandi samping itu seorang guru harusmemperhatikan faktor-faktor lain dilingkungan sekolah “Menurut Supandi(1992: 6). Pada kenyataannya, modelpembelajaran pendidikan jasmani yangbanyak dilaksanakan selama ini masihbersifat masal, yang memberikanperlakuan dan layanan pendidikan yangsama kepada semua peserta didik. Begitujuga model pembelajaran yang digunakanguru masih dianggap sebagai fasilitatortunggal untuk mentrasfer materi yang disampaikan oleh guru sehingga para siswamelakukan pembelajaran selalu didasarkanpada perintah guru, untuk mengatasiberbagai permasalahan yang ada ketikamelakukan pembelajaran, guru bisa lebihberinovasi dengan berbagai modelpembelajaran, karena model merupakan
278
aspek yang juga dianggap penting dalamproses pembelajaran, dan jika salah dalammemilih model yang diterapkan akan bisamengurangi keberhasilan dalam prosespembelajaran sebab model atau metodepembelajaran sangat berpengaruh terhadaptujuan tercapainya pembelajaran yangefektif.
Dalam model pembelajarankooperatif tipe ( Team Games Tournament)terdapat lima komponen yang harusdiperhatiakan antara lain ; 1) Penyajiankelas (class precentation), 2) Kelompok(Team), 3) Tournament, 4)Permainan(Games) dan ,5) Team recognize(penghargaan kelompok). Pengolahankelas secarakelompok adalah salah satukomponennya. biasanya terdiri dari 4sampai 6 orang siswa yang anggotanyaheterogen dilihat dari prestasi akademik,jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsikelompok adalah untuk lebih mendalamimateri bersama teman kelompoknya danlebih khususnya untuk mempersiapkananggota kelompok agar bekerja denganbaik dan optimal pada saat game(Rusman,2013: 225).
METODE PENELITIAN
Pada hakikatnya penelitianmempunyai fungsi menemukan,mengembangkan atau menguji kebenaransuatu pengetahuan. Sehingga syarat mutlakdalam suatu penelitian adalah metodologipenelitian, berbobot tidaknya sebuahpenelitian tergantung pada pertanggungjawaban dari metodologi penelitian. Jenispenelitian yang digunakan dalampenulisan ini adalah penelitian eksperimen.Karena dalam penulisan ini subyekdiberikan perlakuan (treatment).Sedangkan yang dimaksud denganpenelitian eksperimen adalah suatupenelitian yang dilakukan secara ketat
untuk mengetahui hubungan sebab akibatdiantara variabel-variabel dan adanyaperlakuan terhadap subjek dan objekpenelitian, (Maksum, 2012:65).Variabel adalah suatu konsep yangmemiliki variabelitas atau keragaman yangmenjadi focus penelitian (Maksum,2012:29). Pada penelitian ini, variabelbebasnya adalah menggunakan modelpembelajaran ( Team Games Tournament )dan model pembelajaran langsung.Sedangkan variabel terikatnya adalah hasilbelajar passing bawah pada bolavoli.Menurut Maksum (2012:53) Populasiadalah keseluruhan individu atau obyekyang dimaksud untuk diteliti dan yangnantinya akan dikenai generalisasi.Generalisasi adalah suatu carapengambilan kesimpulan terhadap suatukelompok individu atau obyek yang lebihluas berdasarkan data yang diperoleh darisekelompok individu atau obyek yanglebih sedikit. Menurut Maksum (2012:53),“Sampling adalah cara pengumpulan datayang dilakukan dengan mencatat sebagiandari populasi yang mewakili dari seluruhanggota populasi yang ada”. Penentuansampelnya adalah cluster randomsampling yaitu mengacak seluruh kelasdengan kertas yang bertuliskan namakelas, kemudian kertas itu digulung dandimasukan kedalam sedotan kecilkemudian diambil dua kertas yang akandijadikan sampel kelas penelitian. Satukelas untuk sampel penelitian modelpembelajaran kooperatif menggunakan (Team Games Tournament )dan satu kelaslainnya, untuk sampel penelitianmenggunakan model pembelajaranlangsung. Menurut Maksum (2012:111)“instrumen adalah alat ukur yangdigunakan untuk mengumpulkan datadalam penelitian”.Instrument yangdigunakan pada penelitian ini untuk
279
mengukur hasil belajar passing bawahpada permainan bolavoli adalah denganBrumbach forearms pass wall-volley test (Yunus 1992: 201
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1 Deskripsi hasil tes passingkelompok kooperatif TGT
Deskripsi Pre-test Post-test
Rata-rata 6,89 9,77
Standart Deviasi 4,67 6,64
Varians 21,87 44,15
Nilai Maksimum 23,5 32,5
Nilai Mimimum 2,5 3,5
Tabel 4.2 Deskripsi hasil tes passingkelompok langsung
Deskripsi Pre-test Post-test
Rata-rata 7,09 9,27
Standart Deviasi 6,06 6,09
Varians 36,80 37,16
Nilai Maksimum 26,5 28
Nilai Minimum 2,5 3,5
Tabel 4.3 Uji Normalitas Data
Hasil uji normalitas dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test padatabel. 4.3 menunjukan bahwa nilai Zhitung data pre-test dan post-test padakelompok kooperatif tipe TGT, masing-masing sebesar 0,874 dan 0,846 dengansignifikansi masing-masing sebesar 0,430dan 0,472. Hal ini dapat dikatakan bahwadata pre-test dan post-test pada kelompokkooperatif tipe TGT distribusi datanormal.
Sedangkan nilai Z hitung data pre-test dan post-test pada kelompok langsungtipe demonstrasi, masing-masing sebesar1.614 dan 1.150 dengan signifikansimasing-masing sebesar 0,011 dan 0,142.Hal ini dapat dikatakan bahwa data pre-test dan post-test pada kelompok langsungtipe demonstrasi distribusi data normal.Tabel 4.4 Uji-t independent pre-test,pos-test
Dengan mengkonsultasikan nilaithitung dan ttabel maka dapat disimpulkanbahwa Ho diterima dan Ha ditolak karenanilai thitung 0,550 < nilai ttabel 2,021.Dengan kata lain bahwa tidak adaperbedaan yang bermakna antara hasilbelajar passing bawah pada siswakelompok kooperatif tipe TGT dankelompok langsung demo.
Variabel Mean Sd T Sig
TGT &DemoPostTGT&DemoPre
0,498
0,195
1.8750
1,601
0,265
0,122
0,550
0,410
Variabel N Mean Sd KSZ Sig
K.TGTPree
24 6.9 4.7685 0,874 0,430
K.TGTPost
24 9.77 6.6446 0,846 0,472
L.DemoPree
22 7.09 6.0663 1.614 0,011
L.DemoPost
22 9.27 6.0959 1.150 0,142
280
Tabel 4.5 Hasil Uji-t BerpasanganKelompok Kooperatif tipe TGT
Dengan mengkonsultasikan nilaithitung dan ttabel maka dapat disimpulkanbahwa Ho ditolak dan Ha diterima karenanilai thitung -5,061 < nilai ttabel 1,714dengan signifikan 0,001< (0,05). Dengankata lain bahwa ada perbedaan antara hasilbelajar passing bawah pada siswa sebelumdan sesudah menggunakan pembelajarankooperatif TGT.
Tabel 4.6 Uji-t Berpasangan KelompokLangsung Tipe Demonstrasi
Dengan mengkonsultasikan nilaithitung dan ttabel maka dapat disimpulkanbahwa Ho diterima dan Ha ditolak karenanilai thitung -4.963 < nilai ttabel 1,721dengan signifikan 0,00 < (0,05). Dengankata lain bahwa ada perbedaan yangterjadi antara hasil belajar passing bawahpada siswa sebelum dan sesudahmenggunakan pembelajaran langsungdemo.
SIMPULAN
1. Terdapat pengaruh modelpembelajaran kooperatif tipe (TeamGames Tournament) terhadap hasilbelajar passing bawah pada permainanbolavoli siswa kelas XI AK SMKWonokromo Surabaya sebelum diberikan dan sesudah diberikanperlakuan pada kelompok modelpembelajaran kooperatif tipe (TeamGames Tournament).
2. Terdapat pengaruh modelpembelajaran langsung terhadap hasilbelajar passing bawah pada permainanbolavoli kelas XI AK SMKWonokromo Surabaya sebelum diberikan dan sesudah diberikan
perlakuan pada kelompok modelpembelajaran langsung.
3. Perbandingan menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipe (TeamGames Tournament) dan menggunakanmodel pembelajaran langsung terhadap
hasil belajar passing bawah padapermainan bolavoli siswa kelas XI AKSMK Wonokromo Surabaya tidakmempunyai perbedaan yang bermakna.
1. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas,maka selanjutnya penelitimengemukakan beberapa saran-saransebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian dikatakanbahwa model pembelajaran kooperatiftipe ( Team Games Tournament )dengan model pembelajaran langsungtidak mempunyai perbedaan yangbermakna terhadap peningkatan aspekpsikomotor dalam pembelajaranpendidikan jasmani, maka guru bisamemberikan pembelajaranmenggunakan kedua modelpembelajaran kooperatif tipe ( Team
Variabel N Mean Sd T Sig
TGT PreTGTPost
24 -2.87500 2.78291 -5.061 0,001
Variabel N Mean Sd T Sig
Demo PreDemo Post 22 -2.18182
2.06182-4.963 0,000
281
Games Tournament ) maupun modelpembelajaran langsung untukmeningkatkan keterampilan gerak siswakhususnya dalam pembelajaranpendidikan jasmani.
DAFTAR RUJUKAN
Lutan, Rusli.2000. Strategi BelajarMengajar Penjas. DepartemenPendidikan dan KebudayaanDirektorat Jendral PendidikanDasar dan Menengah DirektoratJendral Olahraga DepartemenPendidikan Nasional.
Maksum, Ali. 2012. Buku AjarMetodologiPenelitian Dalam Olahraga.Surabaya: Unesa University Perss.
Rosdiani, D. 2012. Model PembelajaranLangsung dalam PendidikanJasmani Dan Kesehatan.Bandung: ALFABETA.
Rusman, 2013. Model-ModelPembelajaran : MengembangkanProfesionalisme Guru. Jakarta:Rajawali Perss.
Supandi. 1992. Strategi Belajar MengajarPendidikan Jasmani danKesehatan. DepartemenPendidikan dan KebudayaanDirektorat Jendral PendidikanTinggi.
Yunus, M. 1992. Olahraga PilihanBolavoli. Departemen Pendidikandan Kebudayaan DirektoratJendral Pendidikan Tinggi.
282
PENGARUH CIRCUIT TRAINING CORE STABILITY STATIS DANCORE STABILITY DINAMIS TERHADAP KESEIMBANGAN
DAN KEKUATAN OTOT PERUT
Indra Gunawan Pratama
Program Studi S2 Pendidikan Olahraga 2014. Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.
e-mail: indragunawanpratama21@gmail.comAbstrak
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis tentang: (1) seberapa besar pengaruhcircuit training Core Stability Statis dan Core Stability Dinamis terhadap keseimbangan; (2)seberapa besar pengaruh circuit training Core Stability Statis dan Core Stability Dinamisterhadap kekuatan otot perut; (3) seberapa besar perbedaan pengaruh circuit training CoreStability Statis dan Core Stability Dinamis terhadap keseimbangan dan kekuatan otot perut.Sasaran penelitian ini adalah mahasiswa putra Jurusan Pendidikan Kepelatihan Unesaangkatan 2015. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatifdengan metode eksperimen semu. Desain penelitian ini menggunakan random only design,dan analisis data menggunakan Anova. Proses pengambilan data dilakukan dengan teskeseimbangan stork stand balance beem dan tes baring-duduk 30 detik pada saat pretest danposttest. Selanjutnya data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan bantuan SPSS seri20.0. Hasil penelitian menunjukkan: (1) terdapat pengaruh latihan Core Stability Statis danCore Stability Dinamis terhadap keseimbangan; (2) terdapat pengaruh latihan Core StabilityStatis dan Core Stability Dinamis terhadap kekuatan otot perut; (3) terdapat perbedaanpengaruh latihan Core Stability Statis dan Core Stability Dinamis terhadap keseimbangan dankekuatan otot perut.Kata-kata kunci: Circuit Training, Core Stability Statis, Core Stability Dinamis,
Keseimbangan, Kekuatan Otot Perut.
PENDAHULUAN
Manusia yang sehat tentu memiliki kinerja
yang lebih baik dibandingkan dengan
manusia yang kurang fit atau sehat,
olahraga merupakan pilihan yang tepat
untuk memenuhi kehidupan yang lebih
berarti. Dalam dekade terakhir ada
beberapa Negara telah mempromosikan
peningkatan kebugaran fisik di antaranya
pada generasi muda dengan memakai cara
yang berbeda (Viciana: 2013). Circuit
training memiliki beberapa kelompok
olahraga atau pos yang sudah ada di area
dan diselesaikan dengan cepat. Menurut
Brian Mac, (2015:
http://www.brianmac.co.uk/circuit.htm))
pada situsnya menyatakan latihan sirkuit
terdiri dari 6 post sampai 15 post latihan
sirkuit yang diselesaikan satu demi satu
latihan, yang dilakukan pengulangan untuk
jumlah tertentu atau waktu yang sudah
ditetapkan sebelum berpindah ke tempat
berikutnya. Menurut Shawn (2010) pada
283
jurnalnya menyebutkan program latihan
sirkuit terdiri dari berat badan dan latihan
aerobik yang dapat dianjurkan memenuhi
kualitas latihan. Melihat dari bentuk dan
model latihan sirkuit yang sangat
memungkinkan ini, karena sesuai dengan
jenis dan karekter latihan. Maka model
latihan yang dapat diterapkan adalah
latihan core stability. Menurut Johnson
(2012) Core stability merupakan
kemampuan untuk mengontrol posisi dan
pergerakan dari bagian sentral tubuh dan
latihan core stability menargetkan otot-otot
dalam perut yang terhubung ke tulang
belakang, panggul dan bahu, yang
membantu dalam pemeliharaan postur
yang baik dan memberikan dasar gerakan
untuk semua lengan dan kaki. Menurut
Shankar (2011) proses rehabilitasi serta
latihan ulangan yang biasa disebut
stabilisator inti dari tulang belakang
lumbar (transversus abdominis dan
multifidus), untuk memberikan
peningkatan sekitar zona netral.
Berdasarkan penjelasan tentang core
stability di atas, maka memutuskan untuk
memilih komponen fisik yang sesuai
dengan latihan sirkuit core stability
tentang keseimbangan dan kekuatan otot
perut. Salah satu jenis latihan sirkuit yang
dapat meningkatkan keseimbangan dan
kekuatan otot perut bisa di lakukan dengan
menggunakan latihan sirkuit core stability
statis dan core stability dinamis yang telah
di ditentukan dengan core stability statis
bridge, superman, plank, side plank, prone
cobras, three point plank dan core stability
dinamis straight leg raise, lying
windscreen wipers, oblique crunch, side
lying hip abduction, prone bridging knee
on elbow, knee to nose.
METODE
Pendekatan dalam penelitian ini adalah
penelitian eksperimen semu (quasi
exsperiment) dengan rancangan penelitian
menggunakan Random only design
(Maksum, 2012:100). Rancangan
penelitian tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
Variabel dalam penelitian ini terdiri
atas variabel independent dan variabel
dependent. adalah variabel bebas atau
independent antara lain latihan core
stability statis dilambangkan dengan
(X1) dan latihan core stability dinamis
yang dilambangkan dengan (X2), serta
latihan kelompok kontrol. Variabel
dependent dalam penelitian ini adalah
keseimbangan dan kekuatan otot
perut. Populasi dalam penelitian ini
adalah mahasiswa putra seluruh
Jurusan Pendidikan Kepelatihan
Universitas Negeri Surabaya 2015.
284
Dalam penelitian ini sampel adalah
mahasiswa yang masih aktif di
Fakultas Ilmu keolahragaan (FIK)
Universitas Negeri Surabaya sebanyak
33 orang. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini dengan
menggunakan teknik simple random
sampling (secara acak).
Instrumen Pengumpul Data
Jenis tes yang digunakan untuk
mengukur keseimbangan (stork stand)
dan otot perut (sit ups). prosedur
penelitian dijelaskan bahwa instrumen
adalah alat pada waktu penelitian
menggunakan sesuatu metode
(Arikunto, 2010:192).
Gambar: Stork Stand dan Alat Tes Stork
Stand
Gambar: sit ups dan Alat Tes sit ups
Analisis Data
Deskripsi Data yang terkumpul diolah
melalui program komputer SPSS 20.0
dengan analisa data sebagai berikut : untuk
mengetahui tentang rata-rata, simpangan
baku, varians, nilai maximum dan
minimum, serta persentase peningkatan
hasil tes keseimbangan (stroke stand) dan
kekuatan otot perut (sit-up). Uji
prasyaratan data menggunakan uji
normalitas data, uji homogenitas, dan uji
hipotesis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Tabel 1. Perolehan Data pre test dan post
test Kelompok Eksperimen I
No Nama
Dependent variable
KeseimbanganKekuatan Otot
PerutPretest
Posttest
Pretest
Posttest
1 DK 87 97 26 282 FP 40 48 27 303 AHF 25 35 23 284 BPA 31 41 29 335 VFS 26 35 24 286 YB 21 31 28 317 FA 11 19 25 308 AS 22 32 21 269 AAR 27 36 26 30
10 DBP 26 36 18 2311 AS 36 45 22 26
Total 352 455 269 313Rerata 32,00 41.36 24,45 28.45
SD 19,78 19,96 3,26 2,76Peningkatan 29.26% 16.36%
nilai rerata post test lebih besar dari nilai
rerata pre test. Jelas terlihat bahwa nilai
rerata untuk peningkatan keseimbangan
dari hasil pengukuran posttest (41.36./dtk),
terlihat lebih tinggi dibandingkan dari hasil
pre test sebesar (32.00/dtk). Sedangkan
nilai rerata untuk peningkatan kekuatan
otot perut dari hasil pengukuran post test
(28.45 Pengulangan), juga lebih tinggi
285
dibandingkan dari hasil pre test sebesar
(24.45 Pengulangan). Sehingga terjadi
peningkatan 29.26% untuk keseimbangan
dan 16.36% untuk kekuatan otot perut.
Tabel 2. Perolehan Data Pre test dan Post
test Kelompok Eksperimen II.
No Nama
Dependent Variable
KeseimbanganKekuatan Otot
PerutPretest
Posttest
Pretest
Posttest
1 T 75 83 28 302 NP 36 43 29 323 MAA 30 38 25 284 AS 24 31 30 325 FDS 24 32 24 276 MRA 16 23 24 277 NF 20 28 19 228 AR 13 22 23 259 S 19 27 26 29
10 AI 43 52 24 2811 YED 16 24 25 28
Total 316 403 277 308Rerata 28.73 36.64 25.18 28.00
SD 17.84 17.91 3.06 2.89Peningkatan 27.53% 11.19%
nilai rerata posttest lebih besar dari nilai
rerata pretest. Jelas terlihat bahwa nilai
rerata untuk peningkatan keseimbangan
dari hasil pengukuran posttest (36.64/dtk),
terlihat lebih tinggi dibandingkan dari hasil
pre test sebesar (28.73/dtk). Sedangkan
nilai rerata untuk peningkatan kekuatan
otot perut dari hasil pengukuran posttest
(28.00 Pengulangan), juga lebih tinggi
dibandingkan dari hasil pretest sebesar
(25.18 Pengulangan), sehingga terjadi
peningkatan 27.53% untuk keseimbangan
dan 11.19% untuk kekuatan otot perut.
Tabel 3 Perolehan Data Pre test dan Post
test Kelompok Kontrol.
No Nama
Dependent variable
KeseimbanganKekuatan Otot
PerutPretest
Posttest
Pretest
Posttest
1 FE 66 67 24 252 AY 34 35 28 283 GY 33 35 31 324 MM 23 24 24 255 KA 24 25 22 236 DF 17 20 27 287 LE 17 18 27 278 AC 18 20 25 269 AR 14 15 17 18
10 AR 24 26 22 2311 BFC 37 38 27 29
Total 307 323 274 284Rerata 27.91 29.36 24.91 25.82
SD 14.76 14.57 3.75 3.70Peningkatan 5,21 % 3,65 %
rerata post test sebesar (29.36/dtk), yang
lebih besar dari rerata pre test sebesar
(27.91/dtk). Demikian pula perolehan data
kekuatan otot perut yang diperoleh dari tes
sit-up, juga memberikan peningkatan. Hal
ini jika dilihat dari rerata post test sebesar
(25.82 Pengulangan), yang lebih besar dari
rerata pretest sebesar (24.91 Pengulangan),
sehingga terjadi peningkatan 5.21% untuk
keseimbangan dan 3.65% untuk kekuatan
otot perut.
B. Syarat Uji Hipotesis
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Data Kedua
Variabel Terikat.
286
Perolehan data dari kedua variabel terikat
(keseimbangan dan kekuatan otot perut)
adalah berdistribusi normal.
Tabel 5. Hasil Uji Homogen Varians
Nilai signifikansi dari masing-masing data
variabel terikat (keseimbangan dan
kekuatan otot perut, menunjukkan taraf
signifikan atau (p) > 0,05.
C. Hasil Uji Hipotesis
Tabel 6. Hasil Uji Beda Variabel
dependent pada Kelompok Eksperimen I.
Tabel 7. Hasil Uji Beda Variabel
dependent pada Kelompok Eksperimen II.
Tabel 8. Hasil Uji Beda Variabel
dependent pada Kelompok Eksperimen III.
perbedaan antara sebelum dan sesudah
perlakuan dari masing-masing variabel
dependent (keseimbangan dan kekuatan
otot perut), baik pada kelompok
eksperimen 1 maupun kelompok
eksperimen II. Karena nilai P < 0,05.
Maka, dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan setelah diberi program latihan
sirkuit core stability statis dan core
stability dinamis. Demikian juga pada
kelompok kontrol ada signifikan,
walaupun perbedaannya relative kecil jika
di bandingkan pada kedua kelompok
eksperimen.
Tabel 9. Hasil Perhitungan Uji Beda antar
Kelompok Keseimbangan dan Kekuatan
Otot Perut.
hasil perhitungan uji beda antar kelompok
menggunakan One Way Anova dapat
disimpulkan bahwa terdapat hasil rerata
yang berbeda antar kelompok, karena hasil
perhitungan menunjukkan nilai Sig.0.000
> nilai α = 0.05 dan nilai Sig.0.000 < nilai
α = 0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa
H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat
dikatakan perbedaan yang signifikan
antara hasil latihan kelompok I, kelompok
II, dan kelompok III terdapat peningkatan
keseimbangan dan kekuatan otot perut.
Tabel 10. Hasil Perhitungan Post Hoc Test
dengan LSD keseimbangan.
287
ada perbedaan pengaruh yan g signifikan
terhadap peningkatan keseimbangan di
antara ketiga kelompok. Berdasarkan nilai
mean difference tersebut, dapat diketahui
bahwa kelompok eksperimen I lebih
efektif dalam peningkatan keseimbangan
dibandingkan dengan kelompok
eksperimen II maupun kelompok kontrol.
Tabel 11. Hasil Uji Post-Hoc dengan LSD
Kekuatan Otot Perut.
ada perbedaan pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan kekuatan otot perut
diantara ketiga kelompok. Berdasarkan
nilai mean difference tersebut, dapat
diketahui bahwa kelompok eksperimen 1
lebih efektif dalam peningkatan kekuatan
otot perut dibandingkan dengan kelompok
eksperimen II maupun kelompok kontrol.
SIMPULAN
Core stability statis dan dinamis berfungsi
untuk meningkatkan penampilan gerak dan
kestabilan tubuh untuk faktor resiko
terjadinya cidera. Christopher, (2006)
menyatakan core stability memberikan
stabilitas pada batang tubuh manusia yang
mencangkup pada struktur jaringan lunak
yang menghubungkan ke panggul, tulang
belakang, tulang rusuk, dan bahu..
Kelompok program circuit training core
stability statis menunjukkan pengaruh
yang signifikan terhadap keseimbangan
dengan peningkatan 29,26% dan kekuatan
otot perut dengan peningkatan 16,36%.
Kelompok program circuit training core
stability Dinamis menunjukkan pengaruh
yang signifikan terhadap keseimbangan
dengan peningkatan 27,26% dan kekuatan
otot perut dengan peningkatan 16,36%.
Dari kedua latihan tersebut, core stability
statis lebih baik atau meningkat dari pada
latihan core stability dinamis yang dapat
meningkatkan keseimbangan dan kekuatan
otot perut. Latihan core stability statis
memliki kontraksi otot yang hampir sama
dengan core stability dinamis, namun yang
membedakannya pada kontraksi otot yang
berfokus pada otot inti dalam batang tubuh
seperti transversus abdominis, multifidus,
internal oblique, dan paraspinal yang
merupakan kunci untuk dukungan aktif
dan secara tidak langsung menahan gaya
288
yang bekerja pada tulang belakang lumbar
(Gauri Shankar 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Antonio Paoli, Quirico F Pacelli, TatianaMoro, Giuseppe Marcolin, MarcoNeri, Giuseppe Battaglia, GiuseppeSergi, Francesco Bolzetta,Antonino Bianco. 2013. Effects ofhigh-intensity circuit training, low-intensity circuit training andendurance training on bloodpressure and lipoproteins inmiddle-aged overweight men, Paoliet al. Lipids in Health and Disease2013, 12:131,http://www.lipidworld.com/content/12/1/131.
Arikonto, S. 2010. Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.
Comyns, Tom. 2015. Circuit TrainingDevelopment Of Strength &Conditioning. Ireland: LucozadeSport.
Daniel Mayorga-Vega, Jesús Viciana,Armando Cocca. 2013. “Effects ofa Circuit Training Program onMuscular and CardiovascularEndurance and theirMaintenancein Schoolchildren”,Journal of Human Kinetics volume37/2013, 153-160.
Emilio J. Martínez-López Emilio, dkk.2014. The Association OfFlexibility, Balance, And LumbarStrength With Balance Ability: RiskOf Falls In Older Adults. ©Journalof Sports Science and Medicine(2014) 13, 349-357.
Gauri Shankar And Vinod Chaurasia.2012. Comparative Study Of CoreStability exercise With Swiss Ball
In Improving Trunk Endurance.IJHSR International Journal OfHealth Sciences And Research,ISSN: 2249-9571.
http://www.brianmac.co.uk/corestab.htm,[diakses pada tanggal 2 oktober2015].
http://www.brianmac.co.uk/circuit.htm.[diakses pada tanggal 15 Januari2016].
Johnson, Joshua. 2012. FunctionalRehabilitation Of Low Back PainWith Core Stabilization Exercise:Suggestions For Exercise andProgressions in Athletes.
Maksum, Ali. 2012. Metodologi PenelitianDalam Olahraga. Surabaya: UnesaUniversity Press.
Shawn R. Simonson. 2010. Teaching theResistance Training Class: ACircuit Training Course Design forthe Strength and ConditioningCoach, This is a non-final versionof an article published in final formin Strength and ConditioningJournal Volume, 32 (3).
Sugiyono. 2011. Metode PenelitianKuantitatif, Kualitatifdan R & D.Penerbit Alferta, Bandung.
289
MELALUI PRAKTIK DAN LATIHAN DISIPLIN MENINGKATKAN PRESTASIBELAJAR PENJASKES DI KELAS IV SDN BUNTARAN II KECAMATAN
REJOTANGAN KABUPATEN TULUNGAGUNG
Muhammad Kharis Fajar, S.Pd.,M.Pd,Dosen Universitas Kahuripan Kediri, Penjaskesrek, FKIP, Universitas Kahuripan Kediri
charisfajar@gmail.com
ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui sikap siswa dalam menerima
dan melaksanakan pembelajaran Penjaskes dengan menggunakan praktik danlatihan.Untuk mendiskripsikan peningkatan prestasi belajar siswa dalam kegiatanPermainan bola Voli melalui Praktek dan latihan disiplin pada siswa kelas Kelas IVSDN Buntaran II Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung.Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakandalam dua siklus, tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan,observasi, dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD NegeriBuntaran II Kecamatan rejotangan yang berjumlah 15 siswa. Teknik pengumpulandata adalah dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi atau Arsip. Validitasdata menggunakan teknik triangulasi metode. Analisis data menggunakan teknikanalisis statistik deskriptif komparatif dan analisis kritis.
Hasil belajar siswa yang dinyatakan dengan rerata skor tes formatif untuksiklus I sebesar 73,67 Hasil ini cukup tinggi bila dibandingkan pada nilaisebelumnya yaitu 68.66 karena siswa lebih siap dalam mengikuti pelajaran. Padasiklus II rerata skor formatif sebesar 68,52 dengan ketuntasan belajar siswa secaraklasikal sebesar 79,93%. Hasil dari siklus II jauh beda dengan siklus I, karena siswasudah terbiasa dengan mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran, terdoronguntuk belajar yang lebih baik, serta merasa lebih terbuka, kepada temankelompoknya untuk pemahaman konsep-konsep yang belum dimengerti.
Kata Kunci: praktek , latihan disiplin, bola voli, prestasi belajar
290
PENDAHULUANA. Latar Belakang
Segala kegiatan yang bersifat
jasmani selalu menyertai dalam
keseharian manusia dalam melakukan
setiap aktivitasnya. Aktivitas jasmani
itu berupa gerak yang membutuhkan
keaktifan setiap anggota badan, sesuai
dengan fungsinya masing-masing.
Kemampuan bergerak
merupakan wujud dari pengembangan,
peningkatan dan pemeliharaan
kesegaran jasmani. Salah satu
kemampuan gerak yang banyak
digemari manusia yaitu olahraga.
Olahraga merupakan aktifitas
fisik manusia yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupannya. Dalam
melakukan olahraga, manusia
mempunyai empat tujuan dasar, yaitu:
1. Olahraga untuk pendidikan, 2.
Olahraga untuk rekreasi, 3. Olahraga
untuk kesegaran jasmani, 4. Olahraga
untuk mencapai prestasi tertentu.(M.
Sajoto, 1995:10)
Olah raga memiliki banyak
cabang, salah satu cabang yang disukai
banyak orang adalah permainan dan
olahraga. Kegiatan permainan dan
olahraga pada hakikatnya adalah usaha
men genai pendidikan manusia yang
tidak dapat dipisahkan dari usaha –
usaha pendidikan pada umumnya.
Permainan dan olahraga selain
bertujuan mendidik manusia seutuhnya
lahir dan batin juga berusaha untuk
meningkatkan dan mencapai prestasi.
Dalam permainan dan olahraga
dibutuhkan peningkatan kesadaran
tentang konsep bermain melalui
penerapan teknik, taktik, dan strategi
yang tepat sesuai dengan masalah atau
situasi dalam permainan
sesungguhnya. Dalam olahraga
permainan dapat berupa permainan
beregu dengan bola besar, misalkan
saja permainan bola voli.
Permainan bola voli
dicetuskan pertama kali oleh William
G. Morgan. Permainan voli merupakan
permainan jenis beregu, setiap reg
beranggotakan 6 orang. Pada
permainan ini sangat dibutuhkan
kerjasama antar tim dalam
pelaksanaannya, karena ketidak
kompakan satu anggota saja dalam
satu kelompok dapat mempengaruhi
permainan dari anggota yang lain.
Selain sifat kerjasama juga dibutuhkan
sikap disiplin, disiplin disini sangat
diperlukan dalam penentuan posisi dari
masing – masing anggota dalam
permainan bola voli tersebut, karena
jika posisi dari salah satu anggota tidak
291
pada tempatnya dan bola tersebut
datang pada posisi yang ditinggalkan
tersebut maka akan sulit dikendalikan.
Selain dari dua sifat tersebut diatas
juga dibutuhkan rasa percaya diri
dalam menerima setiap bola yang
datang, karena jika kita tidak
mempunyai rasa percaya diri yang
cukup akan gugup dalam menerima
bola dan tidak dapat memaksimalkan
umpan atau pengembalian bola.
Berdasarkan permasalahan di
atas maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan tujuan
untuk meningkatkan prestasi Penjaskes
dengan judul : “Melalui Praktik dan
Latihan Disiplin Meningkatkan
Prestasi Belajar Penjaskes di Kelas IV
SDN Buntaran II Kecamatan
Rejotangan Kabupaten Tulungagung”.
B. Rumusan Masalah
Jika dilihat dari latar belakang
masalah yang ada diatas, maka
dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana sikap siswa terhadap
pembelajaran yang menggunakan
Praktek dan latihan disiplin?
2. Bagaimanakah langkah-langkah
untuk meningkatkan prestasi belajar
bidang studi Penjaskes dengan
menggunakan Praktek dan latihan
disiplin?
3. Bagaimana efektifitas pembelajaran
Penjaskes dengan menggunakan
Praktek dan latihan disiplin?
C. Tujuan Penelitian
Dari permasalahan di atas,
maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui sikap siswa
dalam menerima dan
melaksanakan pembelajaran
Penjaskes dengan menggunakan
praktik dan latihan.
2. Untuk mendiskripsikan
peningkatan prestasi belajar siswa
dalam kegiatan Permainan bola
Voli melalui Praktek dan latihan
disiplin pada siswa kelas Kelas IV
SDN Buntaran II Kecamatan
Rejotangan Kabupaten
Tulungagung.
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di
SDN Buntaran II Kelas IV Kec.
Rejotangan Kab Tulungagung. Jumlah
siswa Kelas IV adalah 15 siswa.
Penelitian ini dilaksanakan selama 2
bulan. Yaitu antara bulan Maret sampai
dengan bulan April 2016 pada
Semester II.
B. Prosedur dan Rancangan
Penelitian
292
Prosedur penelitian tindakan
Kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap
siklus dilaksanakan sesuai dengan
perubahan yang ingin dicapai, seperti
apa yang telah didesain dalam faktor
yang diteliti. Nilai pada semester
sebelumnya merupakan prestasi belajar
awal, sedangkan observasi awal
dilakukan untuk dapat mengetahui
tindakan yang tepat yang diberikan
dalam rangka meningkatkan prestasi
belajar siswa SDN Buntaran II Kelas
IV Kecamatan Rejotangan Kabupaten
Tulungagung.
Dari evaluasi dan observasi
awal, maka dalam refleksi
ditetapkanlah bahwa tindakan yang
dipergunakan untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa SDN Buntaran II
Kelas IV Kecamatan Rejotangan
Kabupaten Tulungagung adalah dengan
menggunakan praktek dan latihan
disiplin.
Dengan berpatokan pada
refleksi awal tersebut, maka
dilaksanakan penelitian tindakan Kelas
ini dengan 2 siklus, di mana setiap
siklus terdiri dari tahap Perencanaan,
Observasi, Tindakan, dan Refleksi.
Secara lebih rinci prosedur penelitian
tindakan untuk siklus pertama dapat
dijabarkan sebagai berikut :
Siklus I
1) Perencanaan
a. Menyusun Rencana
Pembelajaran (RP) yang
mengacu pada praktek dan
latihan disiplin.
b. Membuat lembar observasi
untuk melihat bagaimana
kondisi belajar mengajar ketika
metode raktik dan latihan
tersebut diaplikasikan.
c. Membuat/mempersiapkan alat
bantu mengajar yang diperlukan
dalam rangka memperlancar
proses pembelajaran tersebut.
d. Mendesain alat evaluasi tes
prestasi.
e. Menyusun jadwal pelaksanaan
siklus 1 dalam 4 kali pertemuan
:
Tabel 3.1 Jadwal pelaksanaan
proses penelitian Siklus 1
Waktu Kegiatan
Pertemuan1
Penjelasan caramelakukan latihanvariasi dankombinasi latihanpassing bawah,passing atas,servis dan smash(berpasangan danberkelompok)dengan koordinasiyang baik.
Pertemuan2
Melakukanlatihan variasidan kombinasilatihan passing
293
Waktu Kegiatan
bawah, passingatas, servis dansmash(berpasangan danberkelompok)dengan koordinasiyang baik.
Pertemuan3
Bermain bola volidenganmenggunakanperaturan yangdimodifikasidengan kerjasamatim yang baikdalam bentukpertandingan(jumlah pemain,lapanganpermainan, danperaturanpermainan yangtelah dimodifikasi).
Pertemuan4
Uji kompetensi /evaluasipermainan bolavoli yang telahmenerapkanmetode praktikdan latihan.
2) Tindakan
a. Berbaris, berdo’a, presensi,
apersepsi, motivasi dan
penjelasan tujuan pembelajaran.
b. Pemanasan secara umum.
c. Siswa berlari secara teratur
mengelilingi lapangan bola
voli.
d. Siswa melakukan pamanasan
dengan gerakan push up.
e. Pemanasan khusus bola voli
dalam bentuk permainan.
f. Melakukan lempar umpan antar
teman sepermainan dengan
menggunakan umpan pas
bawah, pas atas.
g. Melakukan service bawah
kontrol yang baik.
h. Mengembangkan kerjasama tim
dalam permainan pembelajaran.
i. Pada akhir pembelajaran
diadakan evaluasi, diambil
beberapa anak disuruh
melakukan passing bawah/ atas
dan service bawah / atas (unjuk
kebolehan).
j. Melaksanakan analisis evaluasi.
k. Pengumuman pelajaran yang
akan datang.
3) Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan
observasi terhadap pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan
lembar observasi yang telah dibuat,
yaitu:
a. Keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran.
b. Kerjasama yang telah terjalin
dalam satu tim permainan bola
voli.
c. Kedisiplinan diri pada setiap
pemain.
294
d. Kesulitan yang dialami siswa.
e. Tanggapan siswa terhadap
pembelajaran.
f. Perhatian, minat, dan motivasi
siswa.
4) Refleksi
Hasil yang didapatkan dalam
tahap observasi dikumpulkan serta
dianalisa dalam tahap ini. Dari hasil
observasi, guru dapat merefleksi
diri dengan melihat data observasi,
apakah kegiatan yang dilakukan
telah dapat meningkatkan prestasi
belajar. Di samping data hasil
observasi, dipergunakan pula jurnal
yang dibuat oleh guru pada saat
guru selesai melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Data dari jurnal
dapat juga dipergunakan sebagai
acuan bagi guru untuk dapat
mengevaluasi dirinya sendiri. Hasil
analisa data yang dilaksanakan
dalam tahap ini akan dipergunakan
sebagai acuan untuk merencanakan
siklus berikutnya, dengan tujuan
meningkatkan keefektifan proses
dan hasil belajar siswa SDN
Buntaran II Kelas IV Kec.
Rejotangan Kab Tulungagung.
Siklus II
Tahap-tahap penelitian pada siklus
kedua pada prinsipnya sama dengan
siklus pertama, tetapi penelitian pada
siklus kedua ini berdasarkan hasil
refleksi dari siklus pertama.
C. Data Penelitian dan Cara
Pengambilan Data Penelitian
1. Sumber data: sumber data
penelitian ini adalah siswa dan
anggota tim peneliti.
2. Jenis data: jenis data yang
didapatkan adalah data kuantitatif
dan kualitatif yang terdiri dari:
a. prestasi belajar siswa SDN
Buntaran II Kelas IV Kec.
Rejotangan Kab Tulungagung.
b. data hasil observasi terhadap
pembelajaran.
3. Cara pengambilan data
a. Data prestasi belajar diambil
dengan memberikan tes.
b. Data tentang situasi
pembelajaran diambil dengan
menggunakan lembar observasi.
D. Indikator Kerja
Yang menjadi indikator
keberhasilan penelitian tindakan ini
bila terjadi perubahan yang lebih baik
mengenai proses dan hasil belajar,
yaitu 70%.
E. Prosedur Analisis Data
Untuk menganalisa data yang
diperlukan dalam penelitian digunakan
pengumpul data sebagai berikut.
1. Melaksanakan tes serta membuat
rerata nilai tes.
295
2. Membandingkan hasil tes rata-rata
siklus I dan II.
3. Menyimpulkan temuan-temuan dari
anggota tim berupa hasil observasi
lapangan berdasarkan instrumen
yang telah dipersiapkan.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A. Proses Pembelajaran Siklus I
1. Refleksi Awal
Dari hasil observasi awal dan
studi dokumentasi dalam
pembelajaran Penjaskes di Kelas IV
yang dilakukan oleh peneliti
bersama kolaborator penelitian
dapat direfleksikan bahwa
rendahnya prestasi belajar siswa
pada pembelajaran Penjaskes
disebakan oleh penerapan metode
pembelajaran yang konvensional.
Pembelajaran cenderung monoton
dan membosankan sehingga
aktivitas belajar siswa tidak
berkembang. Untuk itu diperlukan
metode pembelajaran lain yang
sesuai dengan karakter
permasalahan Penjaskes di Kelas
IV dengan menggunakan praktik
dan latihan yang dispilin
diharapkan mampu meningkatkan
prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran Penjaskes.
2. Perencanaan
Dengan telah disepakatinya
penggunaan praktik dan latihan
secara displin dalam pembelajaran
Penjaskes, selanjutnya peneliti
dengan kolaborator secara
kolaboratif menyusun rencana
tindakan yang terdiri dari:
a. Mempersiapkan rencana
pembelajaran yang sesuai
dengan metode praktik dan
latihan disiplin.
b. Menyusun format observasi
aktivitas pembelajaran
c. Menyusun format evaluasi
d. Menyusun format penilaian
e. Menusun jadwal pelaksanaan
proses penelitian.
Tabel 4.1 Jadwal pelaksanaan
proses penelitian siklus I
Waktu Kegiatan
7 Maret 2016
Penjelasan caramelakukan latihanvariasi dankombinasi latihanpassing bawah,passing atas, servisdan smash(berpasangan danberkelompok)dengan koordinasiyang baik.
14 Maret 2016
Melakukan latihanvariasi dankombinasi latihanpassing bawah,passing atas, servisdan smash
296
Waktu Kegiatan
(berpasangan danberkelompok)dengan koordinasiyang baik.
21 Maret 2016
Bermain bola volidenganmenggunakanperaturan yangdimodifikasi dengankerjasama tim yangbaik dalam bentukpertandingan (jumlahpemain, lapanganpermainan, danperaturan permainanyang telah dimodifikasi).
28 Maret 2016
Uji kompetensi /evaluasi permainanbola voli yang telahmenerapkan metodepraktik dan latihan.
3. Pelaksanaan
a. Dengan selesainya persiapan yang
dilakukan oleh peneliti, selanjutnya
peneliti melakukan aktivitas pembelajaran
Penjaskes dengan pokok bahasan bola
voli, sesuai dengan rencana pembelajaran
yang telah dirancang. Diskripsi dari
aktivitas pembelajaran Penjaskes di Kelas
IV dengan menggunakan praktik dan
latihan peneliti uraikan dalam diskripsi
berikut ini:Kegiatan Awal
Siswa berlari secara teratur
mengelilingi lapangan bola voli 2x
pemanasan untuk menunjang kegiatan
inti. Siswa melakukan pemanasan
(senam) dalam formasi berbaris 4
bersap dengan posisi sebagai berikut.
a. Gerakan kepala
b. Gerakan lengan
dilakukan dengan permainan
melempar bola kea rah belakang
di umpankan ketemannya
c. Gerakan pinggang dan punggung
dilakukan dengan permainan
melempar bola ke arah samping di
umpankan ketemannya
d. Gerakan kaki
Kaki kangkang tangan lurus di
depan dada
Hitungan 1,2 kaki kanan
menyentuh tangan kiri
Hitungan 3,4 kaki kiri menyentuh
tangan kanan
Hitungan 5,6 kaki kanan
menyentuh tangan kiri
Hitungan 7,8 kaki kiri menyentuh
tangan kanan
Sikap berdiri biasa
Siswa disuruh loncat di tempat
dengan gerakan
b. Kegiatan Inti:
Melambungkan/ memvoli bola
dengan kontrol yang baik
Hitungan : 1. Langkahkan kaki kiri
ke depan
297
2. Tangan kanan dijulurkan ke depan
dengan membawa bola
3. Tangan kanan lurus ke depan atas
memukul bola
4. Sikap semula
Melakukan pasing bawah control
yang baik
- Passing bawah
Hitungan: 1. Langkahkan kaki kanan ke
samping kanan agak ke belakang
2. Kedua lutut ditekuk badan
agak condong sedikit kedua tangan
siap di depan dada dan pandangan ke
depan
3. Melakukan passing
bawah dengan mengayunkan kedua
tangan ke atas depan, dengan catatan
telapak tangan saling berhadapan
-Passing atas
1. Langkahkan kaki kanan ke samping
kanan agak ke belakang
2. Kedua lutut ditekuk dan kedua
tangan siap di depan dada
3. Dorongkan kedua telapak tangan ke
atas depan dan gerakan berakhir dengan
melucutkan pergelangan tangan
4. Kembali sikap semula
Melakukan servis dengan
kontol yang baik.
a. Cara mengajar service bawah:
1. Langkahkan kaki kiri ke depan
2. Membuat sikap kuda-kuda dan
tangan kanan siap memukul bola.
3. Ayunkan tangan ke atas depan
4. Sikap semula
b. Cara mengajar service atas.
1. Kaki kiri 1 langkah ke depan
2.Tangan kanan ke belakang lurus
dengan telapak tangan terbuka
3. Bola dilambungkan oleh tangan kiri di
atas kepala
4. Bola dipukul oleh tangan kanan
Mengembangkan kerjasama tim
dalam permainan pembelajaran
a. Cara mengajar smesh
Hitungan: 1). Langkahkan kaki kanan
ke depan dalam hal ini disesuaikan
dengan panjang tungkai
2). Langkahkan kaki kiri ke depan
panjang
3). Langkahkan kaki kanan ke depan
sehingga kaki kanan sejajar dengan kaki
kiri
4). Siswa melakukan loncatan dengan
ayunan lengan dan siap memukul bola
b. Cara mengajar block
Hitungan: 1). Siswa disuruh
melakukan block ditempat tujuannya:
melatih loncatan ke atas gerakan tangan,
jari-jari dan
2). Lakukan block dengan langkah ke
kiri dan ke kanan sebelum meloncat ke
atas
3). Block bertemuan dengan aba-aba dari
guru supaya timengnya pas.
4).Bolck berteman tetapi dijalankan di dekat
298
net dengan bergeser ke kiri dan ke kanan
5).Dengan bola yang sudah dismesh benar-
benar.
c. Cara bermain bersama dalam permainan
siswa dibagi dalam 2 kelompok satu
kelompok terdapat 6 anak untuk bermain
bola voli dan guru sebagai wasitnya
c. Kegiatan Akhir / Penenangan
1. Penenangan
- Siswa dikumpulkan diberi penjelasan
dan diberi contoh lagi tentang teknik
dasar dan cara bermain yang baik
dan sesuai peraturan
- Pengumuman pelajaran yang akan
datang
- Dibariskan 4 bersap dan dibubarkan
- Siswa mengembalikan semua
peralatan yang dipakai
2. Organisasi kelas
- Siswa disuruh bermain sendiri
(individu)
- Siswa berpasangan (kelompok)
3. Alat dan sumber pelajaran
- Bola, net dan peluit
Sumber pelajaran
- Ilmu Choaching Umum dan
permainan Bola Voli oleh Fatoni
hal. 102-112
4. Penilaian
-Tidak ada test awal dan test diambil
beberapa siswa selama pelajaran
berlangsung
- Diambil beberapa anak disuruh
melakukan passing bawah / atas dan
service bawah/ atas (unjuk kebolehan)
4. Observasi
Berdasarkan observasi di Kelas IV
SDN Buntaran II Kecamatan
Rejotangan Kabupaten
Tulungagung dapat direkam hal-hal
sebagai berikut:
a. Aktivitas
pembelajaran yang dilakukan oleh
siswa dalam menerima dan
melaksanakan pemberian tindakan
perbaikan pembelajaran sudah
menunujukkan aktivitas yang
cukup berarti, hal ini dapat dilihat
dari aktivitas siswa yang mampu
mengikuti instruksi gerakan dari
guru. Siswa tampak cukup
antusias dalam melaksanakan
permainan bola voli. Akan tetapi
dalam aktivitas selanjutnya
terdapat beberapa siswa yang
masih takut dalam menerima,
memukul, atau mem-block bola
dari lawan. Ada beberapa siswa
yang mengejek temannya jika ada
salah satu temannya yang terkena
bola dari tim lawan.
b. Dari segi
guru dapat diberikan hasil
sebagai berikut. Guru lebih
mudah dalam menyampaikan
299
materi karena guru tidak terlalu
banyak menerangkan konsep.
Dalam hal ini guru hanya
memberikan penjelasan hal-hal
yang pokok. Materi yang
disampaikan sesuai dengan
sasaran yang diinginkan. Guru
lebih mudah dalam
mengarahkan proses belajar
mengajar.
Dari serangkaian aktivitas
pembelajaran yang telah dilakukan
oleh siswa, maka diperoleh prestasi
belajar Penjaskes Kelas IV sebagai
berikut
Tabel 4.2 Perolehan Hasil BelajarSiswa Pada Siklus I
NilaiKetuntasan
TuntasTidakTuntas
1105 9 6
73.67 60.00% 40.00%
5. Refleksi
Dari hasil observasi
terhadap aktivitas pembelajaran dan
perolehan hasil belajar siswa dapat
direfleksikan bahwa:
a. Dalam aktivitas belajar siswa
belum mampu menunjukkan
kerjasama yang baik antar siswa
sebagai tim.
b. Siswa masih belum mampu
menerima secara maksimal
pemberian tindakan perbaikan
pembelajaran yang diberikan
oleh guru, siswa masih tampak
takut, dan enggan dalam
melakukan permainan bola keci.
Dengan adanya kendalan
yang muncul dalam pembelajaran
Penjaskes pada siklus I, maka
prestasi belajar yang dicapai tidak
maksimal. Ketuntasan belajar siswa
yang dicapai hanya 61,36% masih
jauh dari ketuntasan yang telah
ditentukan sebesar 85%. Untuk itu
masih diperlukan rencana perbaikan
tindakan pada siklus selanjutnya.
B. Proses Pembelajaran Siklus II
1. Perencanaan
Pererncanaan pembelajaran
pada siklus II secara umum hampir
sama dengan perencanaan pada
siklus I. Akan tetapi dengan adanya
kendala yang muncul dalam
pembajaran siklus I, maka pada
siklus II terdapat beberapa
perubahan tindakan sebagai berikut:
a. Guru harus mampu
menumbuhkan kerjasama dan
tanggung jawab yang baik dalam
satu tim, sehingga tidak ada
siswa yang saling mengejek
b. Guru lebih meningkatkan peran
sebagai motivator sehingga
siswa dapat beraktivitas secara
maksimal dalam suasana
300
pembelajaran yang
menyenangkan tanpa ada rasa
takut atau bersalah.
c. Dengan penyusunan jadwal yang
lebih matang maka guru akan
memberikan motivasi yang lebih
kepada siswa agar siswa
mempunyai rasa percaya diri
yang lebih besar.
Tabel 4.3 Jadual pelaksanaan
proses penelitian siklus II
Waktu Kegiatan
18 April2016
Penjelasan caramelakukan latihanvariasi dankombinasi latihanpassing bawah,passing atas, servisdan smash(berpasangan danberkelompok)dengan koordinasiyang baik.
25 April2016
Melakukan latihanvariasi dankombinasi latihanpassing bawah,passing atas, servisdan smash(berpasangan danberkelompok)dengan koordinasiyang baik.
2 Mei2016
Bermain bola volidenganmenggunakanperaturan yangdimodifikasi dengankerjasama tim yang
Waktu Kegiatan
baik dalam bentukpertandingan(jumlah pemain,lapanganpermainan, danperaturan permainanyang telah dimodifikasi).
9 Mei2016
Uji kompetensi /evaluasi permainanbola voli yang telahmenerapkan metodepraktik dan latihan.
2. Pelaksanaan
Diskripsi dari aktivitas
pembelajaran Penjaskes di Kelas
IV pada siklus II dengan
menggunakan praktik dan latihan
peneliti uraikan dalam diskripsi
berikut ini:
a. Kegiatan Awal
Siswa berlari secara teratur
mengelilingi lapangan bola voli
sebanyak 2x
Keterangan: berlari
mengelilingi lapangan 2x
Siswa dibariskan
diadakan presensi dan senam
pemanasan untuk menunjang kegiatan
inti. Siswa melakukan pemanasan
(senam) dalam formasi berbaris 4
bersap
a. Gerakan kepala
301
Gerakan diulang 2x8 hitungan
b. Gerakan lengan
dilakukan dengan permainan
melempar bola kearah belakang di
umpankan ketemannya
c. Gerakan pinggang dan punggung
dilakukan dengan permainan
melempar bola kea rah samping di
umpankan ketemannya
d. Gerakan kaki
Kaki kangkang tangan lurus di
depan dada
Hitungan 1,2 kaki kanan menyentuh
tangan kiri
Hitungan 3,4 kaki kiri menyentuh
tangan kanan
Hitungan 5,6 kaki kanan menyentuh
tangan kiri
Hitungan 7,8 kaki kiri menyentuh
tangan kanan
Gerakannya dengan permainan
pesawat terbang
Sikap berdiri biasa
Gerakannya:
Siswa disuruh loncat di tempat
dengan gerakan permainan
b. Kegiatan Inti:
Melambungkan/ memvoli bola
dengan kontrol yang baik
Hitungan : 1. Langkahkan kaki kiri
ke depan
2. Tangan kanan dijulurkan ke depan
dengan membawa bola
3. Tangan kanan lurus ke depan atas
memukul bola
4. Sikap semula
Melakukan pasing bawah control
yang baik
- Passing bawah
Hitungan: 1. Langkahkan kaki kanan ke
samping kanan agak ke belakang
2. Kedua lutut ditekuk badan
agak condong sedikit kedua tangan
siap di depan dada dan pandangan
ke depan
3. Melakukan passing bawah
dengan mengayunkan kedua
tangan ke atas depan, dengan
catatan telapak tangan saling
berhadapan
4. Kembali sikap semula
-Passing atas
Hitungan : 1. Langkahkan kaki kanan ke
samping kanan agak ke belakang
2. Kedua lutut ditekuk dan kedua
tangan siap di depan dada
3. Dorongkan kedua telapak tangan
ke atas depan dan gerakan berakhir
dengan melucutkan pergelangan
tangan
4. Kembali sikap semula
Melakukan servis dengan kontol yang
baik.
a. Cara mengajar service bawah:
302
Hitungan: 1. Langkahkan kaki kiri ke
depan
2. Membuat sikap kuda-kuda
dan tangan kanan siap memukul bola.
3. Ayunkan tangan ke atas depan
4. Sikap semula
b. Cara mengajar service atas.
Hitungan: 1. Kaki kiri 1 langkah ke
depan
2. Tangan kanan ke belakang lurus
dengan telapak tangan terbuka
3. Bola dilambungkan oleh tangan
kiri di atas kepala
4. Bola dipukul oleh tangan kanan
Mengembangkan kerjasama tim
dalam permainan pembelajaran
a. Cara mengajar smesh
Hitungan: 1). Langkahkan kaki kanan
ke depan dalam hal ini disesuaikan
dengan panjang tungkai
2). Langkahkan kaki kiri ke depan
panjang
3). Langkahkan kaki kanan ke depan
sehingga kaki kanan sejajar dengan
kaki kiri
4). Siswa melakukan loncatan
dengan ayunan lengan dan siap
memukul bola
b. Cara mengajar block
1). Siswa disuruh melakukan block
ditempat tujuannya: melatih
loncatan ke atas gerakan tangan,
jari-jari dan
2). Lakukan block dengan langkah
ke kiri dan ke kanan sebelum
meloncat ke atas
3). Block bertemuan dengan aba-
aba dari guru supaya timengnya
pas.
4). Bolck berteman tetapi
dijalankan di dekat net dengan
bergeser ke kiri dan ke kanan
5). Dengan bola yang sudah
dismesh benar-benar.
c. Cara bermain bersama dalam
permainan siswa dibagi dalam 2
kelompok satu kelompok terdapat
6 anak untuk bermain bola voli dan
guru sebagai wasitnya
c. Kegiatan Akhir / Penenangan
1. Penenangan
- Siswa dikumpulkan diberi penjelasan
dan diberi contoh lagi tentang teknik
dasar dan cara bermain yang baik
dan sesuai peraturan
- Pengumuman pelajaran yang akan
datang
- Dibariskan 4 bersap dan dibubarkan
- Siswa mengembalikan semua
peralatan yang dipakai
2. Organisasi kelas
- Siswa disuruh bermain sendiri
(individu)
- Siswa berpasangan (kelompok)
3. Alat dan sumber [elajaran
303
- Bola, net dan peluit
Sumber pelajaran
- Ilmu Choaching Umum dan
permainan Bola Voli oleh Fatoni
hal. 102-112
4. Penilaian
-Tidak ada test awal dan test diambil
beberapa siswa selama pelajaran
berlangsung
- Diambil beberapa anak disuruh
melakukan passing bawah / atas dan
service bawah/atas)
3. Observasi
Dari hasil observasi yang
dilakukan oleh observer
menunjukkan bahwa;
a. Guru mampu menumbuhkan
kerjasa dan tanggung jawab
yang atar siswa sebagai satu tim.
b. Guru mampu menjadi motifator
yang baik, sehingga aktivitas
siswa dapat berjalan secara
maksimal karena siswa menjadi
lebih percaya diri dalam
menerima bola.
Dengan aktivitas
pembelajaran yang berlangsung di
Kelas IV maka diperoleh hasil
belajar siswa sebagai berikut:
Tabel 4.4 Perolehan Hasil Belajar
Siswa Pada Siklus II
NilaiKetuntasan
TuntasTidakTuntas
NilaiKetuntasan
TuntasTidakTuntas
1199 13 279.33 92,33% 5,99%
4. RefleksiDari hasil observasi
terhadap aktivitas pembelajaran dan
perolehan hasil belajar siswa dapat
direfleksikan bahwa pembelajaran
Penjaskes dengan pokok bahasan
Permainan Bola Voli dapat berjalan
secara optimal setelah diterapkanya
praktik dan latihan secara disiplin.
Kendala pembelajaran yang muncul
pada siklus I dapat teratasi dengan
baik pada siklus II. Ketuntasan
belajar secara klasikal dapat
tercapai pada akhir siklus II sebesar
92,33% sehingga tidak diperlukan
lagi perbaikan tindakan
pembelajaran lagi.
C. Respon Siswa terhadap
Pembelajaran
Dari hasil angket yang
diberikan kepada siswa dapat diketahui
seberapa jauh respon siswa terhadap
pembelajaran. Setelah dilakukan
verifikasi terhadap hasil angket,
diperoleh hasil seperti tertera di Tabel
berikut :
Tabel 4.3 Respon Siswa Terhadap
Pembelajaran
304
Apakah Siswa Lebih
Mudah Dalam
Mengikuti PBM?
Apakah Siswa Lebih
Tertarik Dalam
Mengikuti PBM?
Ya Tidak Ya Tidak
13 2 13 2
92,33 5,66 92,33 4,55
D. Pembahasan
Dari hasil penelitian tentang
situasi pembelajaran dengan Praktek
dan latihan tampaknya pembelajaran
dengan menggunakan metode ini
membuat pembelajaran pada setiap
siklus lebih bergairah daripada jika
diajar dengan metode konvensional
yang biasa dilakukan sebelumnya. Di
dalam penelitian ini diketahui bahwa
sebagian besar siswa aktif dalam
kerjasama tim dan cukup banyak siswa
yang antusias dalam menerima
tindakan dan instruksi guru. Tetapi
dalam penelitian ini diketahui pula
bahwa siswa masih takut dalam
menerima bola. Dari segi guru,
tampaknya pembelajaran dengan
praktek dan latihan sangat
memudahkan karena guru lebih mudah
mengarahkan jalannya proses belajar
mengajar. Untuk lebih jelasnya
gambaran tentang peningkatan prestasi
hasil belajar siswa yang dicapai dari
sebelum siklus sampai siklus II, penulis
ekspresikan dalam bentuk grafik
peningkatan prestasi hasil belajar
seperti di bawah ini :
Hasil belajar siswa yang
dinyatakan dengan rerata skor tes
formatif untuk siklus I sebesar 73,67
Hasil ini cukup tinggi bila
dibandingkan pada nilai sebelumnya
yaitu 68.66 karena siswa lebih siap
dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus
II rerata skor formatif sebesar 68,52
dengan ketuntasan belajar siswa secara
klasikal sebesar 79,93%. Hasil dari
siklus II jauh beda dengan siklus I,
karena siswa sudah terbiasa dengan
mempersiapkan diri untuk mengikuti
pelajaran, terdorong untuk belajar yang
lebih baik, serta merasa lebih terbuka,
kepada teman kelompoknya untuk
pemahaman konsep-konsep yang
belum dimengerti.
Pada siklus I, siswa
dikelompokkan terdiri dari 6 orang
pada setiap kelompok untuk bermain
bola voli dan guru sebagai wasitnya.
Tampaknya pengelompokkan ini dapat
memberikan pengaruh terhadap hasil
belajar. Namun perlu ditingkatkan
dengan pemberian tugas individu,
siswa disuruh bermain sendiri.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, yaitu
tidak jauh beda dengan siklus I.
Berdasarkan hasil ini dapat
disimpulkan bahwa pemberian tugas
secara berkelompok sangat bermanfaat,
305
utamanya untuk kelas yang berjumlah
besar.
Respon siswa terhadap
pembelajaran dengan Praktek dan
latihan dikatakan positif, karena
sebagian siswa menyatakan lebih
mudah dan lebih tertarik dalam proses
belajar mengajar. Hal ini bisa dipahami
karena proses belajar mengajar menjadi
bergairah dan tidak membosankan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilaksanakan selama dua
siklus dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan
Praktek dan latihan dapat
meningkatkan kemampuan siswa SDN
Buntaran II Kelas IV Kec. Rejotangan
Kab Tulungagung Kabupaten
Tulungagung Tahun 2014/2015 dalam
melakukan Permainan bola kecil
dalam pembelajaran Penjaskes secara
meyakinkan.
B. Saran
1. Pembelajaran yang menggunakan
Praktek dan latihan perlu
dikembangkan untuk Mata
Pelajaran Penjaskes untuk dapat
meningkatkan pemahaman siswa.
2. Perlu dicoba melakukan kombinasi
pola pembelajaran yang
menggunakan Praktek dan latihan
dengan model belajar yang lain.
3. Penggunaan model Pembelajaran
yang menggunakan Praktek dan
latihan perlu terus dilakukan karena
pembelajaran ini lebih
menyenangkan bagi siswa,
mendorong dan membiasakan
siswa untuk belajar mandiri, tidak
bergantung kepada guru.
4. Untuk meningkatan kemampuan
guru dalam mengembangkan model
Pembelajaran yang menggunakan
Praktek dan latihan, pelatihan perlu
diberikan agar guru dapat
mengembangkan kemampuannya
DAFTAR PUSTAKASuharsimi, Arikunto. 2010. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi
Aksara.
Santoso.singgih 2002. Statistik Induktif,
Edisi Keempat. Yogyakarta: B
PFE.
Sutrisno, Hadi. 2011. Statistik IT
Yogyakarta: Yayasan Penerbitan
Fakultas Psikologi UGM.
Oemar, Hamalik. 2012. Teknik
Pengukuran dan Evaluasi
Pendidikan. Bandung: Mandar
Maju.
Sugiyono,2011. Metodologi Penelitian
Kombinasi , Penerbit Alfabeta
Nurkancana, Wayan, dkk. 1992. Evaluasi
Hasil Belajar. Surabaya: Usaha
306
Nasional.
Slameto, Drs. 1988. Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bina Aksara.
Winarno, Surachmad. 1986. Pengantar
Interaksi Mengajar Dasar dan
Teknik Metodologi Pengajaran.
Bandung: Tarsito.
………1994. Kurikulum Pendidikan
Dasar, Petunjuk Pelaksanaan Proses
Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
……….1994. Kurikulum Pendidikan
Dasar, GBPP Penjaskes. Jakarta
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Ditjen PDM Depdikbud. 1994. Kurikulum
Pendidikan Dasar Garis-Garis
Besar program Pengajaran
(GBPP) Sekolah Dasar. Jakarta:
PT.Citra Lamtoro Gang Persada.
Kistona, AR. 2002. Action Research.
Makalah Pepraktek dan latihan
Wakasek Kurikulum SLIP se Jawa
Timur. Surabaya: BPG.
Purwanto, Ngalim MP. 1997. Psikologi
Pendidikan. Bandung: PT. Remaja.
Pehardjono. 1995. Pedoman Penyusunan
Karya Tulis Ilmiah di Bidang
Pendidikan dan Angka Kredit
Pengembangan Profesi Guru.
Jakarta : Depdikbud.
Suharsimi, Arikunto. 2015. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 1991. Dasar-dasar Proses
Belajar Mengajar. Bandung Sinar
Baru.
Surachmad Winarno. 1986. Pengantar
Interaksi Mengajar Dasar dan
Teknik Metodologi Pengajaran.
Bandung : Tarsito.
Jamaluddin. 2001. Pembelajaran yang
Efektif. Depag RI.
307
SURVEI PERMAINAN DAN OLAHRAGA TRADISIONAL DALAMPEMBELAJARAN PENJASORKES SISWA DI SEKOLAH DASAR KABUPATEN
OGAN KOMERING ILIR
Dewi SeptalizaUniversitas Bina Darma
Dewi.septaliza@binadarma.ac.id
ABSTRAKPermasalahan penelitian ini adalah bagaimana permainan dan olahraga tradisional dalampembelajaran penjasorkes disetiap masing-masing sekolah dasar di Kabupaten OganKomering Ilir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui permainan dan olahragatradisional dalam pembelajaran penjasorkes pada masing-masing sekolah. Populasi untukpenelitian ini adalah seluruh guru pendidikan jasmani sekolah dasar Kabupaten OganKomering Ilir. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yakni random sampling.Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode survei. Teknik pengumpulandata dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan angket. Dokumentasi digunakan untukmemperoleh data yang akurat tentang proses permainan tradisional dalam pembelajaranpenjasorkes pada siswa di sekolah dasar se-Kabupaten Ogan Komering Ilir. Kuesioner inidigunakan sebagai alat pengumpul data tentang permainan dan olahraga tadisional dalampembelajaran penjasorkes yang dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan. Untuk keabsahanmenggunakan validitas dan reabilitas instrumen. Analisis data yang digunakan adalahdeskriptif dengan prosentase.
Kata kunci: permainan dan olahraga tradisional, pembelajaran penjasorkes
PENDAHULUANNegara Republik Indonesia
merupakan Negara yang memiliki banyakpulau dan berbagai macam budaya, suku,adat istiadat yang beraneka ragam yangmenjadi aset bangsa yang tidak ternilaiharganya. Untuk menjaga keanekaragamanitu maka perlu upaya masyarakat danpemerintah utuk melestarikan dan tetapmenjaga agar tidak mengalami kepunahan.Salah satu aspek yang harus tetap dijagadan dilestarikan yakni budaya, dimanabudaya memiliki peran yang sangatpenting. Budaya merupakan suatu carahidup manusia yang berkembang dandimiliki bersama oleh sebuah kelompokorang, dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya yang ada di IndonesiaBanyak sekali jangan sampai anak, cucudimasa yang akan dating akan hilang.Untuk mengatasi permasalahan tersebutmaka dibutuhkan suatu pendidikan. Daripendidikan formal, ataupun non formal.
Sekolah merupakan suatu unitsosial yang bertugas khusus untukmelaksanakan proses pendidikan danmerupakan suatu jenis lingkunganpendidikan di samping lingkungankeluarga, masyarakat dan alam. Jenjangpendidikkan di sekolah dimulai dari SD,SLTP, SLTA dan perguruan tinggi. (RusliIbrahim, 2008:87). Melalui sekolah dasaranak didik dibekali kemampuan dasar
308
danketerampilan dasar agar mampumengantisipasi permasalahan dalamkehidupan sehari-hari, termasukketerampilan olahraga, serta keterampilanlainnya. Olahraga merupakan upaya untukmeningkatkan kualitas hidup manusiaIndonesia secara jasmani dan rokhaniah.
Menurut Undang-undang RepublikIndonesia Dasar Nomor 3 Tahun 2005tentang System Olahraga Nasional,“Olahraga Pendidikan adalah pendidikanjasmani dan olahraga yang dilaksanakansebagai proses pendidikan yang teratur danberkelanjutan untuk memperolehpengetahuan, kepribadian, keterampilan,kesehatan dan kebugaran jasmani.Olahraga pendidikan dapat dilakukandalam jalur pendidikan formal maupunnon formal, baik melalui intrakurikulermaupun ekstrakurikuler.
Pendidikan jasmani olahraga dankesehatan merupakan bagian integralpendidikan secara keseluruhan, bertujuanuntuk mengembangkan aspek kebugaranjasmani, keterampilan gerak, keterampilankritis, keterampilan sosial, penalaran,stabilitas emosional, tindakan moral danpola hidup sehat dan pengenalanlingkungan bersih melalui aktivitasjasmani, olahraga dan kesehatan terpilihyang direncanakan secara sistematis dalamrangka mencapai tujuan pendidikannasional (BSNP, 2006:1).
Olahraga pendidikan dimulai dariusia dini. Sesuai kurikulum pendidikanjasmani dan olahraga kesehatan untukanak usia dini atau anak sekolah dasarbertujuan untuk meningkatkan kebugaranjasmani anak. Pembelajaran pendidikanjasmani dan olahraga kesehatan di sekolahdasar dirancang dalam bentuk bermain,karena anak pada usia ini merupakan masauntuk anak bermain. Kesempatan anakuntuk melatih potensi-potensi adalah pada
waktu mereka bermain. Bermainsebenarnya merupakan dorongan daridalam diri anak atau disebut sebagainaluri. Semua naluri harus diusahakanuntuk disalurkan secara baik danterkontrol. Oleh karena itu bermain bagianak merupakan kebutuhan hidupnya(Soemitro, 1992:1).
Dewasa ini anak-anak permaianananak sudah menggunakan teknologicanggih, anak-anak lebih suka memainkangame on line, PS, dan lain-lain. Tidakbanyak anak sekarang yang mengetahuipermainan tradisonal. Olahraga tradionaladalah aset negara yang tidak ternilaiharganya. Oleh sebab itu, harusdilestarikan dan dijaga keberadaannya agartidak mengalami kepunahan. Untuk itumelaui pendidikan yakni salah satu bentukmateri pendidikan jasmani di sekolah dasaradalah adalah permainan. Permainantradisional dimasukkan dalam materipembelajaran. diharapkan dapatmengembangkan potensi anak didik sesuaidengan tujuan pendidikan yang ingindicapai. Melaui permainan tradisional ini,anak-anak dapat memiliki kesegaranjasmaniah dan rohaniah. Di dalamolahraga permainan tradisonal bukanhanya kesegaran jasmani dan rohani yangdidapat, nilai seperti nilai pendidikan,dalam permainan tradisional juga memilikinilai-nilai yang terkandung seperti fairplay, sportivitas, kejujuran, kecermatan,kelincahan, ketepatan menentukan langkahserta kemampuan bekerja sama.
Kabupaten Ogan Komering Ilirmerupakan Kabupen yang terletak.Kabupaten Ogan Komering Ilir salah satukabupaten yang masyarakatnya banyakmelakukan kegiatan permainan tradisional.Salah satu prestasi yang telah diraih daerahKabupaten Ogan Komering Ilir pernahmewakili beberapa Kabupaten yang ada di
309
Sumatera Selatan untuk mengikuti eventnasional yakni invitasi permainantradisional tingkat III di Bangka padatahun 2011, pada tahun 2013 jugaKabupaten OKI juga mengirimkan atletnyauntuk mengikuti invitasi permainantradisional ke IV. Sehingga Oleh sebab itu,Untuk Meningkatkan prestasi KabupatenOgan Komering Ilir permainan tradisionalharus di sosialisasikan kepada anak sejakdini, sehingga warisan budaya kita tidaktenggelam dimakan zaman. Dari latarbelakang tersebut peneliti bermaksuduntuk mensurvei kegiatan permainantradisional di Kabupaten Ogan KomeringIlir khususnya dalam kegiatanpembelajaran penjasorkes di sekolah. Dariuraian di atas, maka hal tersebutmendorong penulis untuk mengadakanpenelitian yang berjudul survei permainandan olahraga tradisional dalampembelajaran penjasorkes pada siswa diSekolah Dasar Kabupaten Ogan KomeringIlir.
Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui permainan dan olahragatradisional dalam pembelajaranpenjasorkes pada masing-masing sekolahdasar Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Permainan tradisional yangberkaitan dengan olahraga harusmemenuhi dua persyaratan yaitu berupa“olahraga” dan sekaligus “tradisional” baikdalam memiliki tradisi yang telahberkembang selama beberapa generasi,maupun dalam arti sesuatu yang terkaitdengan tradisi budaya suatu bangsa secaraluas (Ardiwinata dkk, 2006:1).
METODEJenis penelitian adalah penelitian
deskriptif kuntitatif. Pengambilan datadalam penelitian ini menggunakan survei.Penelitian survei digunakan untuk
menumpulkan data atau informasiberbentuk opini dari sejumlah besar orangterhadap topik atau isu-isu tertentu. Yangbertujuan untuk mengetahui gambaranumum karakteristik dari populasi(Syaodih, 2008:54).
Dalam penelitian ini variabel yangdigunakan adalah variabel diskriptif.Variabel yang akan diungkap dalampenelitian ini adalah permainan danolahraga tradisional dalam pembelajaranpendidikn jasmani dan olahraga kesehatanpada siswa di sekolah dasar se-KabupatenOgan Komering Ilir. Dari beberapa gurupenjaskes sekolah dasar.
Populasi adalah sekelompok orangatau benda yang menjadi sumber.Pengambilan sampel yang memenuhisyarat-syarat tertentu yang berkaitandengan masalah penelitian (Arikunto,2010:173). Di dalam penarikan sampel,agar sampel yang terambil dapat mewakilipopulasi diperlukan langkah-langkahuntuk mengidentifikasi sifat-sifat populasiantara lain: 1) memiliki latar belakangkeguruan yang sama. 2) semua sekolahmemiliki sarana dan prasarana olahraga.Berdasarkan sifat populasi itu ditetapkanteknik penarikan sampel yang tepat untukdigunakan. Populasi untuk penelitian iniadalah seluruh guru pendidikan jasmanisekolah dasar se-Kabupaten OganKomering Ilir.
Sampel adalah sebagian daripopulasi yang ingin diteliti. (Arikunto,2010:174). Teknik pengambilan sampelyang digunakan adalah metode randomsampling, yaitu beberapa guru pendidikanjasmani sekolah dasar (SD) se-KabupatenOgan Komering Ilir. Berikut sampel dalampenelitian ini adalah sebagai berikut:
17
310
Tabel 1. Sampel PenelitianNo Sampel1 SD Negeri 6 Kayuagung2 SD Negeri 18 Kayuagung3 SD Negeri 1 Beti Jaya Kayuagung4 SD Negeri 21 Kayuagung5 SD Negeri 1 Lubuk Dalam6 SD Negeri 04 Muara Burnai I7 SD Negeri 1 Kayuagung8 SD Negeri 01 Lubuk Seberuk
Teknik penarikan sampelmenggunakan sampel random atau sampelacak karena di dalam pengambilansampelnya, peneliti mencampur subyek-subyek. Di dalam populasi sehinggasemua subyek dianggap sama. Makapeneliti terlepas dari perasaanmengistimewakan satu atau beberapasubyek untuk dijadikan sampel. (Arikunto,2010:177)
Untuk pengambilan data yangsesuai dengan tujuan penelitian terlebihdahulu memilih teknik pengumpulan datayang tepat. Adapun teknik pengumpulandata yang dilakukan:
Dokumen-dokumen bertujuanuntuk mengumpulkan data yang berkaitandengan objek penelitian serta dapatmemperkuat dan melengkapi data yangtelah diperoleh. Metode dokumentasidigunakan untuk memperoleh data yangakurat tentang proses permainan danolahraga tradisional dalam pembelajaranpenjasorkes pada siswa di sekolah dasarKabupaten Ogan Komering Ilir.
Kuesioner sebagai alat pengukurdata penelitian dirumuskan dengan kriteriatertentu. Kuesioner yang dirumuskan tanpakriteria yang jelas tidak banyakmanfaatnya dilihat dari tujuan penelitian.
Metode kuesioner ini digunakan sebagaialat pengumpul data tentang permainandan olahraga tadisional dalampembelajaran penjasorkes pada siswa disekolah dasar Kabupaten Ogan KomeringIlir. Angket dijabarkan menjadipertanyaan-pertanyaan dengan perinciansebagai berikut:
1 Pertanyaan untuk mengungkappembagian waktu dalam kurikulumyang terdiri dari:
1) Jumlah jam pelajaran penjas kelasrendah dan kelas tinggi
2 Pertanyaan untuk penguasaan materidan pembalajaran penjas khususnyapermainan tradisional yang terdiri dari:
1) Kegiatan pembelajaran guru2) penguasaan materi guru3) Sarana dan prasarana4) Kesesuaian terhadap kurikulum
3 Pertanyaan untuk mengungkapkarakteristik permainan serta gerakyang dihasilkan:
1) Hasil gerak secara keseluruhan3) Lokomotor4) Non lokomotor5) Manipulatif
4 Pertanyaan untuk mengungkap ranah/ unsur-unsur penjas terdiri dari :
1) Ranah Penjasorkes2) Kognitif3) Afektif4) Psikomotor5 Pertanyaan untuk minat terdiri dari :
1) minat siswa
311
2) minat guru
Validitas adalah suatu ukuran yangmenunjukkan tingkatan-tingkatankevalidan atau kesahihan suatu instrumen.Sebuah instrumen dikatakan valid apabilamampu mengukur apa yang di inginkandan dapat mengungkap data dari variabelyang diteliti secara tepat (Arikunto,2010:211) Validitas instrumen penelitianini menggunakan derajat kesahihan yangdiuji melalui analisis secara rasional yangdisebut dengan validitas logis. Di katakanvaliditas logis karena validitas inidiperoleh dengan suatu usaha melalui carayang benar sehingga menurut logika kandicapai suatu tingkat validitas yangdiinginkan. Rumus yang digunakanadalah:
r xy =
Keterangan: Koefisien antara X dan YN : Banyaknya subjek/siswa yangditelitiX : Jumlah skor tiap butir soalY : Jumlah skor total∑X2 : Jumlah kuadrat skor butir soal∑Y2 : Jumlah kuadrat skor total(Arikunto, 2010:213)
Keterandalan ini menggambarkanderajat keajegan, atau konsistensi hasilpengukuran. Suatu alat ukur dikatakanreliabilitas jika alat ukur mengahsilkansuatu gambaran yang benar-benar dapatdipercaya dan dapat diandalkan untukmembuahkan hasil pengukuran yangsesungguhnya. Alat pengukuran dikatakanreliabel jika pengukuran yang dilakukanberulang-ulang dengan memakai alat yangsama terhadap obyek dan subyek samahasilnya akan tetap atau relatif sama(Nurhasan, 2005:7.8).
Reliabilitas menunjukkan padasuatu pengertian bahwa suatu instrumencukup dapat dipercaya untuk sebagai alatpengumpul data,karena instrumen tersebutsudah baik. Reliabilitas menunjuk tingkatketerandalan sesuatu. Reliabilitas artinyadapat dipercaya, jadi dapat diandalkan(Arikunto, 2010:221). Rumus Alpha yangdigunakan dalam Arikunto (2010:196):
r 11 =
Keterangan:r 11 : reliabilitas tes secara keseluruhank : banyaknya item
: jumlah varians skor tiap-tiap item: varians total
Dengan rumus varians:
=
Keterangan:X: skor pada belah awal dikurangi skorpada belah akhir.N: jumlah responden uji coba. (Arikunto,2010:228)
Metode analisis data harus melauialat pengambilan data yang dihasilkan.Dalam hal ini berbentuk riset deskriptifbersifat eksploratif yang bertujuan untukmengambarkan keadaan status fenomena.Peneliti dalam penelitian ini inginmengetahui permainan tradisional dalampembelajaran penjasorkes pada siswa disekolah dasar Kecamatan Kayuagung.Data yang dihasilkan nanti bersifatkuantitatif, yaitu yang digambarkandengan kata-kata atau kalimatdipisahpisahkan menurut kategori untukmemperoleh kesimpulan Teknik deskriptifkulitatif dengan prosentase adalah datakualitatif yang ada akan dikuantitatifkan,diangkakan sekedar untuk mempermudahdua atau lebih data variabel kemudiansetelah dapat hasil akhir lalu
312
dikualitatifkan kembali (Arikunto,2010:282). Rumus yang dipakai dalampenelitian ini adalah sebagai berikut:
%= x 100
Keterangan :% : Prosentasen : Jumlah yang diperoleh dari dataN : Jumlah skor ideal (maksimal)
HASIL DAN PEMBAHASANHasil penelitian survei tentang
permainan tradisional dalam pembelajaranpenjasorkes pada siswa di sekolah dasarse-Kabupaten Ogan Komering Ilir yangdilakukan pada guru penjasorkes sekolahdasar se- se-Kabupaten Ogan KomeringIlir .
Berdasarkan perhitunganprosentase skor masing-masing indikatoryang mempengaruhi permainan tradisionalpada siswa di sekolah dasar se-KabupatenOgan Komering Ilir menunjukkan bahwafaktor:
1. Ketersediaan waktu 79,66%
2. Ketersediaan materi dan pembelajaranpenjasorkes sebesar 84,20% meliputipembelajaran 87,5% dan penguasaanmateri 85,27%, Sarana dan prasaranasekolah 78,12 % dan Kesesuaiankurikulum 78,1%.
3. Karakteristik permainan serta gerakyang dihasilkan sebesar 74,03%meliputi hasil gerak 81,25%,lokomotor sebesar 72,77%, nonlokomotor sebesar 72,03%,Manipulatif sebesar 84,4%. dan faktorresiko sebesar 80,36%
4. Unsur-unsur penjas sebesar 83,59%
meliputi Kognitif sebesar 78,1%,Afektif sebesar 81,3%, Psikomotorsebesar 81,25%, penjasorkes sebesar84,77%.
5. Minat sebesar 83,26% meliputi minatguru 86,16%, dan minat siswa80,36%.
Berdasarkan hasil analisa datamenunjukkan bahwa tingkat pelaksanaanpermainan tradisional pada siswa disekolah dasar se-Kabupaten OganKomering Ilir adalah baik. Pelaksanaanolahraga permainan tradisional sesuaiindikator: Ketersediaan waktu denganjumlah 79,66% dengan kriteria baikdikarenakan guru penjasorkes dalampemanfaatan waktu pembelajaranpermainan tradisional dari kelas rendahdan kelas tinggi sudah baik dan sesuaidengan pembagian jumlah jampembelajaran di sekolah dasar. Adapun20,34% guru penjasorkes di Sekolah Dasaryang berbeda tempat akan memenuhiwaktu 24 jam mata pelajaran penjasorkesdi sekolah dasar.
Materi dan pembelajaran penjasorkesdengan kriteria baik sebesar 84,20%meliputi pembelajaran 87,5%, sarana danprasarana sekolah 78,12% dan kesesuaiankurikulum 78,1%. dan penguasaan materi82,57 %. Materi di dalam memberikanjenis permainan tradisional kepada siswayaitu guru dituntut untuk menguasai teknikdasar permainan tradisional serta materiyang ada di dalamnya. Dengan penguasaanmateri dan teknik dasar akanmempermudah guru dalam penyampaianmateri kepada siswa, dan siswa bisamenerima, memahami dan menguasaipermainan tradisional tersebut. Jenispermainan dan olahraga tradisional diIndonesia banyak dan bervariasi olehsebab itu guru harus memahami carapermainan tradisonal untuk disampaikan
313
kepada siswa diantara permaianan danolahraga tradisional yang sering dimainkananak-anak di sekolah dasar KabupatenOgan Komering Ilr meliputi hadangan,enggrang, terompa panjang/ Bakiak, ularnangkap ekornya, kucing tikus, betengan,lompat tali. Untuk sarana dan prasaranasekolah dasar se- Kabupaten OganKomering Ilir sebesar 78,12%,ketersediaan peralatan sarana danprasarana yang memadai untuk prosespembelajaran disini guru dituntut untuklebih kreatif lagi yaitu menggunakanperalatan dengan permainan tradisionalyang disesuaikan dengan karakteristiksiswa di sekolah. Sekolah yang tidakmemiliki lapangan atau halaman yangdigunakan dalam pembelajaranpenjasorkes guru penjas memanfaatkanlahan kosong, memanfaatkan lingkungansekitar warga yang mengarah ke materipembelajaran yang akan disampaikankepada siswa tersebut. Kemudiankesesuaian kurikulum 78,1%. Penggunaanmateri permainan tradisional yang akanditerapkan atau digunakan mengacu padaindikator kurikulum yang ada. Sehinggapermainan tradisional yang digunakandalam pembelajaran penjas mempunyaitujuan arah yang jelas. Adapun 16,80%yang lain terdiri dari: pembelajaran danpenguasaan materi ada yang melakukanproses pembelajaran tanpa evaluasi danpenguasaan materi yang masih kurang,sarana prasarana yang kurang dan tidaklayak untuk digunakan dalampembelajaran penjasorkes, kurangnyakesesuaian materi terhadap kurikulum,sehingga pembelajaran penjasorkes tidakakan punya arah dan tujuan yang jelas.
Karakteristik permainan serta gerakyang dihasilkan dengan kriteria baiksebesar 74,03% meliputi, hasil geraksecara keseluruhan 81,25%, lokomotor
sebesar 72,77 %, non lokomotor sebesar72,03%, manipulatif sebesar 84,4% danfaktor resiko sebesar 80,36% denganmenggunakan permainan tradisional iniguru mengetahui hasil gerak yangdihasilkan oleh siswa sebesar 81,25%dalam pembelajaran penjas sesuai denganhasil yang diharapkan serta mengetahuifaktor bahaya resiko yang akan munculatau yang akan terjadi, apabila siswamelakukan permainan tradisional tersebut,selain itu guru harus mengetahui danmemahami karakteristik dari setiapmasing-masing permainan tradisionalmulai dari gerak lokomotor, nonlokomotor dan manipulatif. Geraklokomotor itu sendiri sebesar 72,77%,disini guru penjasorkes mengetahuimacam-macam gerak lokomotor yangdihasilkan sesuai dalam permainantradisional yang dilakukan siswa disekolahdasar. Gerak non lokomotor sebesar72,03%, gerak-gerak apa saja yangdihasilkan siswa yang terdapat dipermainan tradisional guru mengetahuihasil gerak non lokomotor tersebut.Kemudian gerak manipulatif sebesar84,4%, guru penjasorkes mengetahui hasilgerak manipulatif yang dihasilkan olehsiswa dan sesuai yang diharapkan. Dengandemikian guru bisa mengetahuikarakteristik permainan tradisional sertagerak yang dihasilkan siswa dari masing-masing permainan tradisional sehinggapermainan tradisional ini layak untukdigunakan dalam pembelajaranpenjasorkes pada siswa di sekolah dasarse-Kabupaten Ogan Komering Ilir.Adapun 25,97% yang lain dari hasilkarakteristik permainan masih ada gurupenjas yang masih kurang mengetahuitentang karakteristik gerak serta faktorresiko bahaya yang ada didalam permainantradisional.
314
Unsur-unsur penjasorkes dengankriteria sangat baik sebesar 83,59%,permainan tradisional yang akandigunakan dalam pembelajaranpenjasorkes tidak lepas dari unsur-unsurpenjas yang terkandung didalamnya,seperti unsur kognitif sebesar 78,1%, yangmenyangkut kemampuan siswa dalambermain tentunya siswa akan berpikirbagaimana cara memecahkan masalahdalam bermain, selanjutnya afektif sebesar81,3%, yang ditunjukkan pada sikap atauperilaku siswa dalam bermain, sehinggaguru bisa mengamati perilaku siswa danbisa menilai sikap yang muncul dalambermain. Psikomotor sebesar 81,25%psikomotor mengenai bagaimana siswabisa melakukan permainan tradisionaldengan peraturan yang ada sehingga gerakyang dilakukan yang dihasilkan siswasudah sesuai yang diharapkan sehinggaapabila terjadi kesalahan dalam bermainmaka guru penjas bisa mengoreksi denganbaik, dari hasil gerak yang dilakukan siswadalam penjasorkes sebesar 84,77%permainan tradisional yang digunakandalam pembelajaran bermanfaat bagi tubuhsiswa karena tidak semua permainantradisional memiliki unsur-unsur yang adadidalamnya. Jadi guru tidak asal memberipermainan tradisional dengan mudahbegitu saja tetapi juga mempertimbangkanpula unsur-unsur penjas yang mencakupsemuannya. adapun 16,41% dari unsurpenjasorkes masih ada guru penjas yangbelum mengetahui mengenai unsur-unsurapa saja yang ada didalam permainantradisional.
Minat dengan kriteria baik sebesar83,26% meliputi minat siswa 83,36%,dengan adanya permainan tradisional yangdigunakan dalam pembelajaran penjastentunya siswa sangat minat sekali denganpermainan-permainan tradisional yang
diberikan disekolah, siswa tidak takutuntuk mengikuti pembelajaran penjassesuai karakteristik siswa disekolah dasaryang masih suka dengan bermain,sehingga permainan tradisional ini tepatsekali digunakan dalam pembelajaranpenjasorkes, selain itu minat guru sebesar86,16%, guru juga termotivasi sekali untukmenggunakan permainan tradisional dalampembelajaran penjasorkes sebagai sumberbahan ajar yang baru, karena bermanfaatuntuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di sekolah dasarterutama dalam pembelajaran penjasorkes.Adapun 16,74% dari minat ada beberapaguru dan siswa yang tidak suka denganpermainan tradisional karena kurangnyaketertarikan guru penjas dan siswaterhadap permainan tradisional disebabkanketidaktahuan guru dan siswa terhadappermainan dan olahraga tradisional..
SIMPULANBerdasarkan penelitian dan
pembahasan dapat diambil simpulanbahwa permainan dan olahraga tradisionaldalam pembelajaran penjasorkes padasiswa di sekolah dasar se-Kabupaten OganKomering Ilir yang berjumlah 8 sekolahdasar tergolong baik, Hal ini terbukti darijumlah pembagian waktu pembelajaranyang baik sebesar 79,66%, kemampuanguru dalam penguasaan materi danpembelajaran penjasorkes yang tergolongbaik sebesar 84,20%, meliputi saranaprasarana, dan kesesuaian kurikulum,kemudian karakteristik permainan sertagerak yang dihasilkan dengan kriteria baikyaitu sebesar 74,03 %, meliputi hasil gerakdan fakor resiko dari siswa. Unsur-unsurpenjasorkes yang tergolong sangat baiksebesar 83,59 % meliputi kognitif, afektif,psikomotor dan jasmani siswa, serta minat
315
yang tergolong baik sebesar 83,26 %,meliputi minat siswa dan minat gurudalam penggunaan permainan tradisional.
UCAPAN TERIMA KASIH [Opsional]Penulis mengucapkan banyak
berterima kasih kepada:1. R
ektor Universitas Bina Darma, Prof. Ir.H. Bochari Rahman, M.Sc., yang telahmemberikan izin untuk melakukanpenelitian ini.
2. Reviewer penelitian dosen pemula 2016.
3. Direktur Lembaga Penelitian danPengabdian Kepada MasyarakatUniversitas Bina Darma Dr.Hardiyansyah, M.Si., yang telahmemberikan fasilitasi.
4. Prof. Waspodo, M. Ed., Ph.D. DekanFakultas Ilmu Pendidikan danKeguruan, yang telah memberikanmotivasinya.
5. Rekan-rekan dosen yang ikutmenyemangati penelitian ini.
6. Responden siswa SD Kabupaten OganKomering Ilir yang telah memberikandatanya.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiwinata, Achmad Allatie. 2006.Kumpulan Permainan RakyatOlahraga Tradisional. Jakarta:KEMENEGPORA.
Arikunto, Suharsimi. 2010. ProsedurPenelitian Suatu PendekatanPraktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
BSNP. 2006. Standar Kompetensi danKompetensi Dasar Sekolah Dasardan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta:Badan Standar Nasional Pendidikan.
Nurhasan. 2005. Penilaian PembelajaranPenjaskes. Jakarta: Universitas Terbuka.
Rusli Ibrahim. 2005. PengantarKependidikan. Jakarta: Depdiknas.
Soemitro. 1992. Permainan Kecil. Jakarta:Depdikbud.
Syaodih, Nana. 2005. Metode Penelitian.Bandung: Remaja Rosdya Karya.
316
EFEK SISTEM RESPIRASI TERHADAP LATIHAN AEROBICIrma Febriyanti
Jurusan Pendidikan Olahraga, FIK Unesarayhan_irma@yahoo.co.id
AbstrakTubuh kita mempunyai daya pertahanan untuk menjaga agar paru dan saluran napas kitadapat berfungsi dengan baik. Mekanisme ini kita sebut sebagai “mekanisme pertahananparu“. Disamping itu perlu pula untuk mengetahui cara-cara mempertahankan latihan-latihan yang dikerjakan terutama untuk otot dan paru. Pada manusia organ pernapasanutamanya adalah paru-paru (pulmo) dan dibantu oleh alat-alat pernapasan lain. Jalurudara pernapasan untuk menuju sel-sel tubuh adalah : Rongga hidung→faring (ronggatekak)→laring→trakea (batang tenggorokan)→bronkus→paru-paru→alveolus→sel-seltubuh. Proses pengambilan udara masuk ke dalam tubuh disebut inspirasi atau menariknapas, sedangkan pengeluaran udara dari dalam tubuh disebut ekspirasi ataumenghembuskan napas. Konsumsi oksigen normal pada pria dewasa muda sewaktuistirahat adalah sekitar 250 ml per menit. Namun, pada keadaan maksimum, hal inidapat di tingkatkan sampai tingkat berikut : pria rata-rata tidak terlatih 3600 ml/menit,pria rata-rata terlatih dalam atletik 4000ml/menit, pelari marathon pria 5100 ml/menit.ventilasi paru pada latihan maksimum 100-110 liter/menit, kapasitas pernapasanmaksimum 150-170 liter/menit. Pertukaran udara selama olahraga harus ditingkatkanagar perbandingan udara alveolar yang normal dapat dipelihara. Secara khusus tingkatoksigen yang relatif tinggi dan tingkat CO2 yang relatif rendah dapat dipertahankandalam udara alveolar. Kondisi semacam itu diperlukan untuk menjamin stabilitas diffusioksigen kedalam darah dan diffusi CO2 keluar dari darah. Dampak progresif dari latihanatletik terhadap VO2 Max yang dicatat dalam suatu kelompok subjek yang dimulai padatingkat tanpa latihan dan kemudian meningkatkan program latihan selama 7-13 minggu.Dalam suatu penelitian, sangat mengejutkan bahwa VO2 Max meningkat hanya sekitar10%. Lagi pula frekuensi latihan baik 2 kali atau 5 kali perminggu, memberikan sedikitperbedaan dalam peningkatkan VO2 Max. Namun VO2 Max pelari marathon adalahsekitar 45% lebih besar dari pada orang yang tidak terlatih.
Kata Kunci : Sistem Respirasi, Latihan Aerobik
317
PENDAHULUANTubuh kita mempunyai daya
pertahanan untuk menjaga agar paru dansaluran napas kita dapat berfungsi denganbaik. Mekanisme ini kita sebut sebagai“mekanisme pertahanan paru “ yang terdiridari : bentuk anatomis saluran nafas, berupasaluran napas yang berbelok-belok, reflexbatuk, upaya paru untuk mengeluarkan apasaja yang ada/ masuk kedalam partikel yangmencapai permukaan alveoli. Bilamekanisme pertahanan paru ini baik, makabahan yang bersifat infeksi dapatdikeluarkan dan bila mekanisme ini tidakberjalan dengan baik maka dapat terjadiinfeksi paru berulang. Disamping perananparu dan saluran napas, juga sangat pentingperanan rongga dada dan otot yangmenyelaputinya. Otot pernapasan adalahotot yang menambah ukuran rongga dadaterdiri dari diafragma, otot yang menyekatirongga dada dan rongga perut, otot diantaratulang iga, otot tertentu dileher. Ototpernapasan berfungsi pada saat memasukkandan mengeluarkan napas. Bila kitamengembangkan dada, berarti ototpernapasan berkontraksi, diafragma akanmenekan rongga perut, mengakibatkanrongga dada membesar dan udara masuk kedalam paru, sebaliknya bila dada mengempisudara keluar dari paru.
Gerak yang diaplikasikan dalambentuk latihan olahraga sepertinya telahmenjadi rutinitas, bahkan dijadikan gayahidup. Dengan alasan meningkatkankesehatan, kekuatan, ketahanan, kelentukan,kelincahan, dan kecepatan. Bila latihandilakukan secara teratur dan sesuai dengan
cara berlatih, maka diharapkan adaperubahan yang menunjang tujuan darilatihan. Disamping itu perlu pula untukmengetahui cara-cara mempertahankanperubahan-perubahan tersebut sehinggatidak perlu dilatih dari awal. Oleh karenalatihan-latihan yang dikerjakan terutamauntuk otot dan paru, maka akan terlihatperubahan-perubahan pada kedua alattersebut.LATIHAN
Kata ”latihan” dalam lingkuppembinaan olahraga sehari-hari seringdigunakan untuk menyebutkan secarapraktis istilah ”exercise” dan ”training” yangsesungguhnya kedua istilah itu mempunyaimakna yang berbeda. Kata ”respons” dan”adaptasi” juga sering digunakan secarabergantian dalam buku teks fisiologi kerjasehubungan dengan perubahan yang terjadididalam tubuh. Istilah-istilah exercise,training, respons dan adaptasi ini perludiperjelas karena berkaitan denganpengaruhnya terhadap tubuh serta ciri bebanlatihan dan prinsip latihan itu sendiri.
Dalam Oxforf Dictionary of SportScience and Medicine (Kent, 1994), kata”exercise” diartika sebagai : 1) gerakan-gerakan dan kegiatan fisik yang melibatkanpenggunaan kelompok otot besar sepertidansa, kalistenik, permainan dan aktivitasyang lebih formal seperti jogging, berenangdan berlari, 2) susunan gerakan apa sajayang dirancang untuk melatih ataumemperbaiki keterampilan, sedangkan“training” diartikan sebagai suatu programexercise yang dirancang untuk membantupembelajaran keterampilan, memperbaiki
318
kesegaran jasmsni untuk menyiapkan atletmenghadapi kompetisi tertentu.
Lamb (1984) mengindentikkan“exercise” dengan “acute exercise”,sedangkan “training” bersesuaian denganistilah “chronic exercise”. Acute exerciseadalah latihan dengan periode pemberianbeban kerja tunggal, sedangkan chronicexercise adalah pemberian beban kerja yangdilakukan berulang-ulang melebihi beberapahari atau bulan. Menurut Rushall dan Pyke(1990), serta Dick (1995) exercisemerupakan unit dasar suatu sesi latihan yangdisebut “training unit” yaitu pelaksanaansuatu tugas dengan tujuan yang telahditetapkan, seperti berenang 20 meter,melempar cakram, dan melakukan usahamelompat sejauh dua meter. MenurutJanssen (1989) exercise adalah usaha yangmengerahkan tenaga, atau menurut Fox(1993) yaitu aktivitas apa saja yangmelibatkan pembangkitan tenaga melaluipenggiatan otot. Sedangkan latihan(training) menurut Bompa (1994) adalahsuatu program exercise untukmengembangkan kinerja dan kapasitasenergi atlet menghadapi kejuaraan tertentu.Jadi jelas bahwa exercise adalah aktivitasyang dilakukan dalam satu sesi, sedangkantraining merupakan exercise yang dilakukansecara berulang-ulang yang harus memenuhiciri-ciri beban latihan dan prinsippembebanan.
Teori latihan digambarkan sebagaisebuah penyajian yang terdiri dari : Prinsip-prinsip latihan, tujuan latihan, jenis latihan,isi latihan, metode latihan, rencana latihan,bentuk organisasi latihan, evaluasi dankontrol latihan, teori kompetisi. Teori umumlatihan berkaitan dengan prinsip-prinsip
yang bersifat umum dan berlaku untuksemua cabang olahraga, sedangkan teorikhusus latihan meliputi masalah-masalahlatihan yang berkaitan dengan cabang atauevent olahraga yang sesuai.
Salah satu batasan yang sederhanayang mungkin dapat diberikan untuktraining adalah, “training adalah proses yangsistematis dari berlatih atau bekerja, yangdilakukan secara berulang-ulang, dengankian hari kian menambah jumlah bebanlatihan atau pekerjaannya”. (Harsono: 1982).
Yang dimaksud dengan sistematisadalah, berencana, menurut jadwal, menurutpola dan sistem tertentu, metodis, darimudah ke sukar, latihan yang teratur, darisederhana ke yang lebih kompleks.Berulang-ulang maksudnya ialah agargerakan-gerakan yang semula sukardilakukan menjadi semakin mudah,otomatis, dan reflektif pelaksanaannyasehingga semakin menghemat energi. Kianhari maksudnya ialah setiap kali, secaraperiodik, segera setelah tiba saatnya untukditambah bebannya, jadi bukan berarti harussetiap hari.
Dengan berlatih secara sistematisdan melalui pengulangan-pengulangan(repetitions) yang konstan, maka organisasi-organisasi yang mekanismeneurophysiologis kita akan menjadibertambah baik, gerakan-gerakan yangsemula sukar dilakukan lama-kelamaan akanmerupakan gerakan-gerakan yang otomatisdan reflektif yang semakin kurangmembutuhkan konsentrasi pusat-pusatsyaraf daripada sebelum melakukan latihan-latihan tersebut. Dengan demikian maka halini akan pula mengurangi jumlah tenagayang dikeluarkan, sebab gerakan-gerakan
319
tambahan yang tidak diperlukan kini dapatdiabaikan. Hanya melalui rangsangan ataustimulasi yang maksimal atau hampirmaksimal, dan latihan yang kian hari kianbertambah berat, maka perubahan-perubahan tersebut akan dapat dicapai.
Menurut Dietrich Martin, latihanolahraga adalah suatu proses yangdirencanakan yang mengembangkanpenampilan olahraga yang kompleks denganmemakai isi latihan, tindakan-tindakanorganisasional yang sesuai dengan maksuddan tujuan. Penganalisaan yang diberikandiatas, beberapa pernyataan harusdijelaskan sebagai berikut :
Latihan adalah suatu proses atau,dinyatakan dengan kata lain, periode waktuyang berlangsung selama beberapa tahun,sampai atlet tersebut mencapai standartpenampilan yang tinggi. Latihan dasar untukpemula biasanya berlangsung selama duatahun, tahap intermediate selama dua tahunlagi dan latihan lanjut kira-kira dua sampaiempat tahun, sampai kapasitas penampilanyang maksimal.
Latihan yang modern harusdirencanakan secara berhati-hati. Sebuahrencana latihan mencakup semua tindakanyang diperlukan untuk mencapai sasaran-sasaran latihan. Ada rencana jangka pendek,jangka menengah, dan rencana jangkapanjang. Rencana-rencana latihan disusunberdasarkan pada segi latihan tunggal,mingguan, bulanan, tahunan, dan jangkawaktu yang lebih panjang.
Latihan yang sistematis adalahdilakukan secara teratur, latihan tersebutberlangsung beberapa kali dalam satuminggu, tergantung pada standart atlet danperiode latihan. Selanjutnya latihan tersebut
dilaksanakan berdasarkan suatu sistem yangmengikuti prinsip-prinsip latihan yangbersifat dasar.
Latihan adalah memberikan tekananfisik secara teratur,sistematis,berkesinambungan sedemikian rupasehingga dapat meningkatkan kemampuanfisik dalam melakukan aktifitas. (FOX1993). Olahraga yang biasa kita kerjakanbersifat aerobic dan anaerobic, keduanyamemiliki sistem energi yang berbeda.Aerobik dan anaerobik sangat erat kaitannyadengan ventilasi sistem pernapasan.Olahraga aerobik melibatkan kelompok –kelompok otot besar dan dilakukan denganintensitas yang cukup rendah serta dalamwaktu yang cukup lama.anaerobikdilakukan dengan intensitas tinggi dalamwaktu cepat.SISTEM PERNAPASAN MANUSIA
Pada manusia organ pernapasanutamanya adalah paru-paru (pulmo) dandibantu oleh alat-alat pernapasan lain. Jalurudara pernapasan untuk menuju sel-seltubuh adalah : Rongga hidung→faring(rongga tekak)→laring→trakea (batangtenggorokan)→bronkus→paru-paru→alveolus→sel-sel tubuh.
A. Alat Pernapasan Manusia1. Rongga Hidung
320
2. Faring3. Laring4. Trakea
B. Proses dan Mekanisme Pernapasan
Proses pengambilan udara masuk kedalam tubuh disebut inspirasi atau menariknapas, sedangkan pengeluaran udara daridalam tubuh disebut ekspirasi ataumenghembuskan napas. Mekanismepernapasan dikenal dua macam, yaitupernapasan dada dan pernapasan perut.Pernapasan dada terjadi karena gerakantulang-tulang rusuk oleh otot-otot antarrusuk (interkostal). Inspirasi terjadi jika otot-otot antar rusuk berkontraksi sehinggatulang-tulang rusuk terangkat keatas,demikian pula tulang dada ikut terangkatkeatas, sehingga rongga dada membesar,sebaliknya ekspirasi terjadi jika otot-ototantar rusuk relaksasi. Pernapasan perutterjadi karena gerakan otot diafragma (sekatrongga badan yang membatasi rongga dadadan rongga perut).
1. Respirasi / Pernapasan Dada- Otot antar tulang rusuk luarberkontraksi atau mengerut- Tulang rusuk terangkat ke atas- Rongga dada membesar yangmengakibatkan tekanan udara dalamdada kecil sehingga udara masuk kedalam badan.2. Respirasi / Pernapasan Perut- Otot difragma pada perut mengalamikontraksi- Diafragma datar- Volume rongga dada menjadi besaryang mengakibatkan tekanan udara padadada mengecil sehingga udara pasuk keparu-paru.
C. Konsumsi Oksigen dan Ventilasi Parudalam Latihan.
Konsumsi oksigen normal pada priadewasa muda sewaktu istirahat adalahsekitar 250 ml per menit. Namun, padakeadaan maksimum, hal ini dapat ditingkatkan sampai tingkat berikut : pria rata-rata tidak terlatih 3600 ml/menit, pria rata-rata terlatih dalam atletik 4000ml/menit,pelari marathon pria 5100 ml/menit.Seberapa berat stress yang diberikan padasistem pernapasan selama latihan? Initerjawab dengan membandingkan nilainormal pria berikut ini : ventilasi paru padalatihan maksimum 100-110 liter/menit,kapasitas pernapasan maksimum 150-170liter/menit.
Jadi kapasitas pernapasan maksimumadalah sekitar 50% lebih besar daripadaventilasi paru sesungguhnya selama latihanmaksimum hal ini jelas menyediakanelemen keamanan bagi atlet, memberikanventilasi ekstra yang dapat digunakan padakondisi seperti (1) latihan pada ketinggian,(2) latihan pada kondisi sangat panas, dan(3) abnormalitas sistem pernapasan. (Guyton1994).Istilah respirasi adalah pertukaran gas yangterjadi antara organisme tubuh denganlingkungan sekitarnya. Proses respirasidapat dibagi menjadi tiga bagian, yakni:pernapasan luar (external respiration),pernapasan dalam (internal respiration) danpernafasan selular (cellular respiration).Pernapasan luar, artinya oksigen dari udaraluar masuk ke alveoli paru kemudian masukkedarah, pernapasan dalam ,oksigenbiologis, maksudnya penggunaan oksigenoleh sel-sel tubuh yang kemudianmenghasilkan energi, air dan
321
karbondioksida. Karbondioksida bergerakdengan jalan berdifusi dari jaringan kedarah,dan setelah diangkut ke paru, kemudiankelaur ke udara luar. Proses pertukaranudara luar dengan udara di dalam parudinamakan ventilasi paru.D. VENTILASI SEMENIT
Ventilasi terdiri dari dua fase, yaituwaktu udara masuk ke paru dinamakaninspirasi atau menghirup udara dan waktuudara keluar dari paru ke lingkungan sekitar,dinamakan ekspirasi atau menhembuskanudara. Ventilasi semenit adalah berapabanyak udara yang dihirup ataudihembuskan (tidak kedua-duanya) dalamwaktu satu menit. Tetapi biasanya yangsering digunakan sabagai ukuran adalahudara yang dikeluarkan (VE) bukan jumlahudara yang dihirup (VI). Jumlah ini dapatditentukan dengan mengetahui : 1) volumetidal (VT), yaitu berapa banyak jumlahudara yang dikeluarkan setiap daurpernapasan , dan 2) frekuensi bernapas (f),yakni berapa kali bernapas dalam satumenit, sehingga dapat ditulis denganpersamaan sebagai berikut : VE
VTfVentilasi semenit = volume
tidal x frekuensi bernapas(1/menit) (liter)
(per menit)
Pada waktu istirahat, frekuensi bernapasbiasanya 12 kali per menit sedangkanvolume tidal rata-rata 0,5 liter udara persekali bernapas. Dalam keadaan seperti ini,volume udara waktu bernapas dalam satumenit, atau ventilasi semenit adalah 6 liter.
Peningkatan yang berarti padaventilasi semenit, disebabkan oleh semakincepatnya atau semakin dalamnya bernapasatau karena oleh kedua-duanya . selamamelakukan latihan yang berarti frekuensibernapas pada orang muda dan sehatbiasanya, meningkat antara 35-45 kalipermenit, sehingga volume tidal bisamencapai 2,0 liter bahkan lebih. Sebagaiakibatnya, dengan meningkatnya frekuensibernapas dan volume tidal, maka ventilasisemenit dapat dengan muda mencapai 100liter atau sekitar 17 kali lebih besar daripadawaktu istirahat. Pada atlet daya tahan (laki-laki) dalam kondisi yang baik, ventilasisemenit dapat mencapai 160 liter per menitselama melakukan latihan maksimal.Malahan, Wilmore,dkk (1972) melaporkan,bahwa ventilasi semenit sebesar 208 liter permenit yang dicapai oleh seorang pemainsepak bola professional pada waktumelakukan latihan maksimal dengan sepedaergocycle. Walaupun ventilasi semenitsebesar itu, namun volume tidal sangatjarang melebihi 55% dari kapasital vital,baik pada orang yang terlatih maupun padaorang yang tidak terlatih (Folinsbee, L.J,dkk,1983).E. Ventilasi Alveolar dan Ruang Mati
Tidak semua udara pada setiap kalibernapas masuk ke alveoli dan oleh karenaitu, tidak semuanya udara yang kita hirupterlibat didalam pertukaran gas. Jadi udarasegar yang dapat masuk ke alveolidinamakan ventilasi alveolar. Sedangkanudara yang tetap berada dalam lintasanpernapasan (hidung,mulut, faring, laring,trahea, bronhi, dan bronhioll) dan tidak ikutdalam pertukaran gas dinamakan ruang matianatomis. Pada orang sehat volume udara
322
pada ruang mati anatomis rata-rata 150-200ml, atau sekitar 30 % dari volume tidalistirahat. Selama melakukan latihan, terjadipelebaran lintasan pernapasan, sehinggaruang mati anatomis menjadi lebih besar,tetapi karena volume tidal pada waktulatihan juga meningkat, ventilasi alveolarjuga tetap memadai, dan karena itupertukaran gas tetap bisa dipertahankan.Ventilasi alveolar, tergantung kepada 3faktor:1. Dalamnya waktu menarik nafas(volume tidal)2. Kecepatan waktu bernafas(frekuensi), dan3. Ukuran ruang mati.Ventilasi semenit istirahat 6,0 liter permenit, volume tidal (VT) adalah 0,5 liter danfrekuensi bernafas 12 kali permenit (0,5 X12 = 60 liter permenit). 35 B volume tidal0,25 liter dan frekuensi bernafas 24 kalipermenit. Pengaruh volume tidal (VT) danfrekuensi bernafas (F) pada ventilasialveolar. Bentuk bundaran menggambarkanlintasan pernapasan atau ruang mati (RM).(0,25 X 24 = 6,0 liter per menit). Apabilaruang mati anatomis (RM) 0,15 liter,kemudian 0,35 liter udara segar (0,5 – 0,15)akan masuk ke alveoli dalam sekalibernapas tetapi hanya 0,10 liter (0,25-0,15)yang akan masuk ke alveoli. Ini berarti,bahwa ventilasi alveolar akan mencapai 4,2liter per menit (0,35X12) dan pertukaran gasyang cukuppada membrane kapiler –alveolar dapat dijamin. Sebaliknya ventilasialveolar akan menurun sampai hanya 2,4liter permenit ([0,25-0,15] X 24) danpertukaran menjadi tidak memadai.Hubungan ini menunjukkan mengapamembesarnya ruang mati (RM) selama
latihan tidak menyebabkan menurunyaventilasi alveolar, karena volume tidal danfrekuensi bernapas meningkat secaraproporsional. Misalnya selama latihanmoderat ventilasi semenit = 40 liter permenit, volume tidal = 1,6 liter setiapbernapas, ruang = 0,3 liter setiap bernapas,dan frekuuensi bernapas = 25 kali permenit,maka ventilasi alveolar akan menjadi :(1,6 X 0,3) X 25 = 32,5 liter per menit.Ini menunjukan bahwa 80 % dari udara yangdihirup per menit bertukar dengan udaraalveoli. Ventilasi semenit tidak selalumengggambarkan ventilasi alveolar yangsebenarnya. Contoh : pada waktu bernapaspendek, volume tidal menurun sampai 150mililiter, yang masih mungkin untukmencapai 6 liter ventilasi semenit, apabilafrekuensi bernapas ditingkatkan menjadi 40kali permenit.Ventilasi semenit dalam jumlah yang sama,yaitu 6 liter juga dapat dicapai denganmengurangi frekuuensi bernapas, menjadi12 kali per menit dan menaikkan volumetidal menjadi 500 mililiter. Begitu jugadengan menggandakan volume tidal danventilatori dikurangi sampai menjadisetengahnya, seperti pada bernapas , 6 literventilasi semeniit juga dapat dicapai. Setiappenyesuaian ventilatori, bagaimanapun jugamempunyai pengaruh yang drastis terhadapventilasi alveolar. Pada contoh bernapasdangkal, semua udara berada diruang mati,sehingga ventilasi alveolar kosong. Padacontoh yang lain, dengan bernapas dalam-dalam dan setiap berrnapas dalam jumlahyang besar, udara yang masuk danbercampur dengan udara yang ada dialveolar. Jadi ventilasi alveolar ditentukan
323
oleh konsentrasi gas pada membran kapileralveolar.F. Volume dan Kapasitas Paru
Ada beberapa volume paru yang lainyang bisa dipergunakan untuk mengukurfungsi paru, karena itu mengetahui semuavolume paru yang lain akan banyakmembantu kita untuk lebih mengerti tentangfisiologi respiratori. Lebih dari itu, beberapadiantaranya sangat mudah diukur, sehinggadiharapkan dapat melakukan pengetesanfungsi paru secara periodik terhadap atlet.Peningkatan volume tidal selama latihanmempunyai andil terhadap meningkatnyaventilasi semenit. Selama melakukan latihanyang maksimal, volume tidal mungkin bisamencapai lima sampai enam kali lebih besardari pada waktu istirahat. Meningkatnyavolume tidal merupakan hasil pemakaianvolume cadangan inspirasi (inpiratoryreserve volume – IRV) dan volumecadangan ekspiarsi (expiratory reservevolume – ERV), tetapi kemuungkinan lebihbesar pada pemakaian volume cadanganinspirasi daripada volume cadanganekspirasi.Terjadi sedikit penurunan pada kapasitastotal paru (total lungcapacity) – TLC) dankapasitas vital (vital capacity – CV) selamalatihan berhubungan dengan meningkatnyaaliran darah pulmoner. Meningkatnyajumlah darah di dalam pembuluh kapilerpulmoner menyebabkan volume ruang gasyang tersedia semakin berkurang. Sebagaiakibatnya, volume residu (residual volume –RV) dan kapasitas fungsi residu (functionalresidual volume – RFC) akan sedikitmeningkatkan selama latihan.Beberapa volume paru diukur dalamkeadaan istirahat ( kecuali volume tidal)
yang lebih besar pada orang yang terlatihdaripada orang yang tidak terlatih. Sepertijuga pada wanita, meskipun nilai absolutelebih rendah, yaitu hampir 25 % sebagaianterbesar perubahan ini dapat dihubungkandengan kenyataan, bahwa latihanmenyebabkan peningkatan fungsi pulmonerdan oleh karena itu volume paru lebih besar.Berdasarkan pada beberapa hasil penelitian,bahwa ukuran tubuh proporsional terhadapkapasitas total paru dan terutama kapasitasvital, dan kelompok atlet umumnya lebihtinggi dan lebih besar daripada non-atlet.Perenang biasanya telah mengembangkankapasitas vital yang besar daripada kapasitasvital sebelumnya. Karena bentuk latihantahanan yang dilakukan oleh perenangketika mengeluarkan napas di dalam air,akan mengakibatkan kapasitas vital yanglebih besar.G. ADAPTASI SISTEM PERNAPASAN
PADA LATIHAN
Bekerja dan bergerak merupakanfungsi tubuh untuk melakukan aktivitasyang membutuhkan energi. Energi diperolehtubuh dari pembakaran zat makanan olehoksigen, untuk memperoleh zat makanan,orang cukup dengan makan tiga kali sehari.Hal ini disebabkan karena zat makanandapat disimpan dalam sel-sel tubuh dalamjumlah yang cukup. Lain halnya denganoksigen yang tidak dapat disimpan. Oksigenharus selalu diambil dari udara denganperantaraan paru, darah dan sistemperedaran darah. Pada taraf kerja tertentudiperlukan sejumlah oksigen tertentu. Makintinggi taraf kerja, yang berarti makin banyakjumlah energi yang diperlukan, makinbanyak pula jumlah oksigen yangdiperlukan.
324
Pada awal latihan laju pemakaianoksigen meningkat dengan tiba-tiba, tetapibiasanya membutuhkan dua atau tiga menituntuk mencapai tingkat yang ditentukanoleh kerja yang cukup berat.Ketidaklancaran dalam respon VO2 Max inimenandakan bahwa metabolisme aerobictidak dapat merespon dengan cukup cepatuntuk memenuhi seluruh kebutuhan energitubuh selama masa peralihan dari istirahatke olahraga. Selama periode peralihan initubuh menimbun kekurangan oksigen.Kekurangan disebut sebagai perbedaanantara tuntutan oksigen tubuh dan volumeoksigen yang dipakai secara nyata pada awallatihan. (Pate Rotella Mc Clenaghan 1993)
Pertukaran udara selama olahragaharus ditingkatkan agar perbandingan udaraalveolar yang normal dapat dipelihara.Secara khusus tingkat oksigen yang relatiftinggi dan tingkat CO2 yang relatif rendahdapat dipertahankan dalam udara alveolar.Kondisi semacam itu diperlukan untukmenjamin stabilitas diffusi oksigen kedalamdarah dan diffusi CO2 keluar dari darah.Pada orang yang normal dan sehat (misalnyamereka yang tidak menderita penyakit paru)proses pertukaran udara sangatlah efektifdan darah arteri menjadi penuh beroksigendan cukup bersih dari CO2 meskipun selamaolahraga melelahkan. Jadi pertukaran udarabiasanya bukanlah faktor pembatas dalamsistem pengangkutan oksigen olahragawan.(Shepard, 1969)
Sistem pernapasan secara normalbukanlah pembatas utama pengakutanoksigen kedalam otot selama metabolismeaerobic otot maksimum. Kecepatanpemakaian oksigen dalam metabolismeaerobic maksimum disingkat menjadi VO2
Max. Dampak progresif dari latihan atletikterhadap VO2 Max yang dicatat dalam suatukelompok subjek yang dimulai pada tingkattanpa latihan dan kemudian meningkatkanprogram latihan selama 7-13 minggu. Dalamsuatu penelitian, sangat mengejutkan bahwaVO2 Max meningkat hanya sekitar 10%.Lagi pula frekuensi latihan baik 2 kali atau 5kali perminggu, memberikan sedikitperbedaan dalam peningkatkan VO2 Max.Namun VO2 Max pelari marathon adalahsekitar 45% lebih besar dari pada orangyang tidak terlatih. (Guyton 1994).Penutup
Apabila kita tetap menjaga polahidup sehat dengan selalu menjagakesehatan paru, menjaga stamina denganberolahraga teratur, cukup istirahat, makanyang bergizi, menghindari asap rokok danmerokok. Bernapas merupakan satukesatuan yang tak terpisahkan danmerupakan aktifitas rutin yang selaludilakukan oleh individu. Dengan latihanolahraga, maka akan terjadi perubahanadaptasi dari sistem pernapasan antara lain :1. Pemakaian oksigen sangat meningkat,
karena otot yang aktif menoksidasimolekul nutrien lebih cepat untukmemenuhi peningkatan kebutuhanenerginya.
2. Produksi karbondioksida meningkatkarena otot yang lebih aktif melakukanmetabolisme memproduksi lebih banyakkarbondioksida.
3. Ventilasi alveolus sangat meningkat.4. Penyaluran oksigen ke otot sangat
meningkat.5. Pengurangan karbondioksida dari otot
sangat meningkat.
325
6. Frekuensi pernapasan juga sangatmeningkat
DAFTAR PUSTAKABompa, Tudor O., Theory andMetodology of Training, Kendallpublishing company, dubugue,lowa,1983Dick FW, 1995. Sport TrainingPrinciples, second ed. London : A & Cblack,pp.167-168, 248-257.Fox EL, Bowers RW, Foss ML, 1993. Thephysiological basis for Exercise andSport, fifth ed. Lowe: WBC Brown &Benchmark,pp.Guyton, 1993 Fiologi Kedokteran edisi 7alih bahasa dr.Ken Ariata Tengadi, DKKHarsono, Ilmu Coaching, Pusat IlmuOlahraga, Koni Pusat Jakarta, 1982Janssen PGJM, 1989. Training LactatePulase-Rate, Finland: Polar Electron Oy,pp20-96.Kent M, 1994. The Oxford Dictionary ofSport Scince and medicine, New York:Oxford University Press,
Lamb DR, 1984. Physiology of Exercise :Responses and Adaptations. NewYork:Macmillan Publishing Company.Pate Rote M, 1993. Dasar-dasar ilmiahkepelatihan diterjemahkan Drs.kasiyoDwijowinoto.MSRushall BS, Pyke FS,1990 Training ForSport and Fitness, 1st ed. Melbourne :Macmillan Co.Sherwood L, 2001. Fisiologi Manusiadari Sel ke Sistem, alih bahasa Brahm U.Pendit JakartaPenerbit BukuKedokteran EGC.Shepard, R.J. 1969. The Validity Of theOxygen Conductance Equation. DalamInternationale Zeitschrift furAngewandte Physiologie EinschlesslichArbeitphysiologie.
326
PENGARUH METODE LATIHAN DAN MOTIVASI BERLATIH TERHADAPPENINGKATAN KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BOLA BASKET PADA ATLET
PEMULA
Riyan PratamaUniversitas Bina Darma Palembang
Riyanpra@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan pengaruh latihan metode blockpractice, serial practice, dan random practice terhadap keterampilan dasar bermain bola basket,(2) perbedaan pengaruh latihan keterampilan dasar bermain bola basket antara atlet pemula yangmemiliki motivasi tinggi dan rendah, dan (3) interaksi antara metode latihan (metode blockpractice, serial practice, dan random practice) dan motivasi terhadap peningkatan keterampilandasar bermain bola basket. Metode penelitian ini adalah eksperimen dengan rancangan faktorial3 x 2. Populasi penelitian ini adalah atlet pemula yang berjumlah 56 atlet. Sampel penelitian ini30 atlet yang diambil dengan teknik Rondom Sampling. Instrumen mengukur motivasi denganmenggunakan angket motivasi, untuk keterampilan dasar bermain bola basket menggunakanAAHPERD Basketball skill test. Teknik analisis data yang digunakan adalah ANOVA tiga jaluryang dilanjutkan dengan uji rentang Tukey pada taraf signifikan α = 0,05.Hasil penelitianmenunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan pengaruh latihan dalam peningkatan keterampilan dasarbermain bola basket menggunakan metode latihan block practice, serial practice, dan randompractice yang signifikan (p = 0.000 < 0.05), (2) ada perbedaan pengaruh latihan keterampilandasar bermain bola basket atlet pemula yang memiliki motivasi tinggi dan motivasi rendah,terbukti dari, secara signifikan (p = 0.000 > 0.05), dan (3) ada interaksi antara interaksi antarametode latihan dan motivasi terhadap keterampilan dasar bermain bola basket bagi atlet pemular,terbukti dari nilai p = 0.04 < 0.05. Kelompok atlet pemula yang memiliki motivasi tinggi danrendah lebih tepat jika dilatih dengan metode block practice.
Kata Kunci: Metode latihan , block practice, serial practice, random practice motivasi ,keterampilan dasar bermain bola basket
327
PendahuluanPermainan bola basket merupakan
suatu permainan beregu yang terdiri darilima orang dari masing-masing tim atauregu. Permainan ini dimainkan dengan caramemantul-mantulkan bola di lantai dengansatu tangan untuk menggerakkan bola kesegala arah (dribbling). Cara lain untukmenggerakkan bola adalah denganmengoper kepada teman satu tim (passing)yang kemudian dimasukan ke dalamkeranjang atau basket (shooting) selama 4quarter, yang masing-masing quartermemiliki waktu 10 menit.
Permainan bola basket mengharuskanpemain agar lebih kuat, lebih cepat, danlebih cerdas dalam mengolah bola untukdapat memenangkan permainan. Untukdapat ketingkatan tersebut seorang pemainatau atlet bola basket minimal menguasaiketerampilan dasar bermain bola basketdengan baik. Penguasaan teknik dasarbermain bola basket adalah modal mutlakyang harus dimiliki seseorang agar dapatbermain bola basket dengan baik. Teknikdasar bermain bola basket bertujuan agarpemain dapat bergerak dengan efektif,efisien, dan terhindar dari cedera. Teknikdasar dalam permainan bola basket, yaitu:(1) menggiring (dribbling), (2) menembak(shooting), (3) mengoper (passing), (4)merayah (rebound), (5) blok (block), (6)pembayangan (screen/blocking), dan (7)pertahanan (defence) (Perbasi, 2010: 18).
Dalam melatih atlet-atlet pemula dalamcabang olahraga bola basket, sangat ditekankan untuk berlatih keterampilan dasarbermain. Keterampilan dasar ini merupakanfondasi dari sejauh mana prestasi atlettersebut. Dengan teknik dasar yang bagusmemungkinkan seseorang dalammengembangkan keterampilan tersebut ketahap yang berikutnya, sehingga harusbenar-benar dapat dikuasai oleh atlet pelajaragar dapat bermain bola basket dengan baikdan dapat mengukir prestasi. Dalamkegiatan berlatih–melatih atlet pemulasangat penting untuk berhati-hati dalammelatih. Setiap atlet pemula merupakanindividu-individu yang berbeda, baik itumengenai sifat, karakter, kempuan belajar,kemampuan fisik dan lain-lain. Selain itujuga, atlet pemula apabila dilatih terlalu
keras dan membosankan akanmenyebabkan atlet enggan dan jera dalamberlatih. Maka dari itu dalam berlatih teknikdasar harus menyenangkan untuk menarikminat dan motivasi atlet. Motivasi seorangatlet pemula sangat berpengaruh dalampeningkatan prestasinya dalam cabangolahraga bola basket. Semakin tinggimotivasi seorang atlet pemula maka akansemakin sering dan giat atlet tersebut dalamberlatih. Sebaliknya, semakin rendahmotivasi atlet pemula dalam berlatih makaatlet tersebut akan malas-malasan dalamberlatih atau hal yang lebih ekstrim, atlettersebut berhenti berlatih. Untuk itu pelatihperlu menumbuhkan motivasi, baik itumotivasi dari dalam atlet (intrinsik) maupunmotivasi dari luar (ekstrinsik). Pada pesertaekstrakulikuler sekolah menengah pertama(SMP), umumnya sekitar usia kelas 7, atletbelum memiliki motivasi dari dalam(intrinsik) yang kuat, contoh keinginanuntuk menang, keingian untuk memperbaikidiri, dan lain- lain. Motivasi menonjoladalah motivasi dari luar (ekstrinsik),contoh seperti ingin populer, inginmendapat hadiah, atau bahkan cuma inginikut-ikutan teman sebaya saja. Dari sinilahpelatih dapat mencari akal untuk dapatmeningkatkan motivasi baik itu sifatnyadari dalam maupun dari luar, sehinggamotivasi atlet tetap terjaga yangmenyebabkan atlet dapat giat berlatih.Sudah menjadi kodratnya bahwa setiapmanusia ingin berkembang dan menjadilebih baik. Sebagai seorang atlet cara yangdilakukan untuk dapat menjadi lebih baikadalah berlatih dengan metode latihan yangtepat. Metode latihan merupakan salah satucara dalam meningkatkan prestasi olahraga.Metode latihan adalah suatu cara yangdilakukan untuk mencapai tujuan yangdiinginkan dalam olahraga. MenurutMagill (2011: 375) dalam mengaturanvariasi latihan seorang pelatih dapatmenggunakan metode block practice, serialpractice, dan random practice sebagaiacuan yang digunakan bagi anak latihnya.Penerapan metode latihan yang sesuaidalam proses latihan keterampilan dasarbola basket akan memberikan peluang bagipelatih dalam mengoptimalkan sarana danprasarana yang tersedia untuk berlatih.
328
Tidak ada alasan bagi pelatih untuk tidakdapat melakukan latihan dengan optimaldengan alasan kurang memadainya saranadan prasarana yang tersedia. Berdasarkanobservasi dan wawancara di lapangan yangdilakukan oleh penulis di lingkungan bolabasket sekolah menengah pertama (SMP) diDIY, dari sekitar 40 SMP yang memilikiekstrakulikuler bola basket. Pelatih yangmemakai metode block practice berjumlah8 (delapan) pelatih dan menyatakan metodetersebut baik untuk melatih keterampilandasar bola basket. Pelatih yang memakaiserial practice berjumlah 9 (Sembilan)pelatih dan menyatakan metode tersebutbaik untuk melatih keterampilan dasar bolabasket. Kemudian pelatih yang memakaimetode random practice berjumlah 7(tujuh) dan menyatakan meode tersebutbaik untuk melatih keterampilan dasar bolabasket. Sedangkan sisanya, memakaimetode lain yang dianggap baik untukmelatih keterampilan dasar bola basket.Dari hal tersebut dikatahui hasil dari latihanbelum maksimal untuk melatihketerampilan dasar bola basket walaupunberhasil mendapatkan juara. Hal yangmenyebabkan latihan belum maksimaltersebut antara lain dikarenakan belum diketahui perbedaan pengaruh antara metode-metode latihan tersebut dalammeningkatkan keterampilan dasar bermainbola basket, waktu latihan atau jumlahlatihan per minggu yang berbeda-bedadisetiap sekolah, dan perbedaan motivasiyang dilimiki oleh atlet dari masing-masingpelatih. Untuk itu, maka perlu diketahuimetode latihan mana yang paling efektifuntuk melatih keterampilan dasar bermainbola basket sehingga didapatkan metodeyang pailing cocok untuk melatihketerampilan dasar bermaian bola basket.
Block practice adalah sebuah metodelatihan dimana berkonsentrasi pada satuaspek keterampilan saja dan dilakukanberulang-ulang dalam waktu yang sudahditentukan atau sampai atlet menguasaiaspek teknik tersebut sebelum beralih keaspek teknik yang lain. Kelebihan metodeplock practice terletak pada kinerja yangbersifat repetitive yang membuat pesertadidik untuk mengoreksi dan menyesuaikandiri pada aspek keterampilanyang sedang
diajarkan (Edward, 2011: 409). Sedangkankekurang metode block practice adalahkinerja yang bersifat sementara danmembuat peserta didik ketergantungan padakonteks latihan sehingga akan membuatpeserta didik akan kesulitan dalamberdaptasi pada konteks latihan yang baru(Magil dan Anderson, 2011: 390).
serial practice adalah pengaturansusunan praktek keterampilan yang berisilebih dari satu aspek keterampilan denganurutan pengaturan praktek yang selalu samaatau berurutan di setiap sesi latihan. Denganberlatih menggunakan metode serialpractice akan mengurangi resikoketergantungan terhadap konteks latihanseperti yang disebabkan oleh block practicedan membantu peserta didk untukberadaptasi pada konteks latihan randompractice yang memiliki tingkat kesulitanyang paling tinggi karena serial practicememasukkan lebih dari satu aspekketerampilan tetapi memiliki urutan yangselalu sama di setiap sesi latihan (Edward,2011: 413).
Random practice adalah sebuah metodedimana urutan aspek teknik yang disusunberubah-ubah dan tidak dapat diprediksiperubahannya dan terlibat beberapa aspekteknik dalam satu sesi latihan. Kelebihanrandom practice adalah peserta didik terusmembandingkan dan membedakan aspekketerampilan yang diajarkan sehinggamembuat memori untuk setiap keterampilanlebih khas dan bermakna. Sedangkankekurangan metode random practice adalahpeserta didik kesulitan memerlukan waktuyang lebih lama dalam beradaptasi danmerespon aspek keterampilan yangdiajarkan pelatih sehingga kinerja saatberlatih akan menurun (Edward, 2011:410).
Motivasi merupakan suatu energi yangmendorong seseorang untuk melakukansesuatu, dorongan tersebut dapat berasaldari dalam diri seseorang tersebut maupundari luar. Hal ini dikarenakan motivasiadalah energi psikologis yang bersifatabstrak dan wujudnya hanya dapat diamatidalam bentuk tingkah laku yangditampilkan. Berkaitan dengan pengertianmotivasi, khususnya motivasi olahragamenurut Hengky E. Rogi dalam Singgih D.
329
Gunarsa (2008: 93), bahwa motivasiberolahraga adalah keseluruhan dayapenggerak di dalam diri individu yangmenimbulkan kegiatan berolahraga,menjamin kelangsungan latihan danmemberi arah pada kegiatan latihan untukmencapai tujuan yang dikehendaki.
Dalam berlatih keterampilan dasarbermain bola basket, motivasi merupakanfaktor pendukung dalam mencapai tujuandari latihan. Hal ini dikarenakan semakintinggi motivasi yang dimiki oleh seorangatlet maka akan semakin sering diamelakukan latihan, dengan seringnyaberlatih secara otomatis kemampuan yangdimiki oleh atlet tersebut akan meningkatpesat. Akan tetapi, apabila atlet tersebutmemiki motivasi yang rendah dalamberlatih maka akan semakin malas danjarang atlet tersebut berlatih, hal ini akanmenghambat perkembangan kemampuandari atlet tersebut. Dengan kata lain,motivasilah yang menjadi faktor apakahatlet pemula tersebut akan bertahan dalamlatihan, walaupun latihan tersebut begituberat dan membosankan. Selain itu syaratdalam penelitian faktorial yang manavariabel atribut harus memiliki peran ataupengaruh terhadap variabel independen.
Metode PenelitianMetode yang digunakan dalam ini
adalah eksperimen. Eksperimen yangdigunakan dalam penelitian ini adalahmetode eksperimen dengan menggunakanrancangan faktorial 3x2. Menurut Sudjana(2002: 109) eksperimen faktorial adalaheksperimen yang hampir atau semua tarafsebuah faktor dikombinasikan ataudisilangkan dengan semua taraf tiap faktorlainnya yang ada dalam eksperimen.Dalam penelitian ini variabel bebas(independent) manipulatif adalah metodelatihan block practice, serial practice danrandom practice dan sebagai variabel bebasatributif adalah motivasi. Kemudianvariabel terikat (dependent) adalahketerampilan dasar bermain bola basket.Berikut adalah desain pelitian padapenelitian eksperimen ini
Tabel 1. Rancangan PenelitianFaktorial 3x2
A1B1: Kelompok atlet pemula yangdilatih menggunakan metodeblock practice dengan motivasitinggi.
A2B1: Kelompok atlet pemula yangdilatih menggunakan metodeserial practice dengan motivasitinggi
A3B1: Kelompok atlet pemula yangdilatih menggunakan metoderandom practice denganmotivasi tinggi
A1B2: Kelompok atlet pemula yangdilatih menggunakan metodeblock practice dengan motivasirendah
A2B2: Kelompok atlet pemula yangdilatih menggunakan metodeserial practice dengan motivasirendah
A3B2: Kelompok atlet pemula yangdilatih menggunakan metoderandom practice denganmotivasi rendah
Tempat dan Waktu PenelitianTempat penelitian ini dilakukan
pada tiga sekolah di Kabupaten Slemanyaitu SMPN 1 Kalasan, SMPN 3Kalasan dan SMPN 4 Kalasan padabulan Maret 2014 s/d April 2014
Populasi dan Sampel PenelitianMenurut Suharsimi Arikunto
(2006: 130) menyatakan bahwapopulasi adalah keseluruhan subjekpenelitian. Berdasarkan pengertiantersebut, maka dapat di simpulkan
330
bahwa populasi adalah subjek penelitianyang digunakan dalam penelitian.Populasi dalam penelitian ini adalahatlet pemula di Kabupaten Slemansebanyak 56 orang. Jumlah sampel 30atlet pemula diambil dengan caraberdasarkan rangking tersebutselanjutnya ditentukan 27% kelompokatas dan 27% kelompok bawah darihasil tes menurut Miller (2002: 68).Dengan demikian pengelompokansampel diambil dari atlet pemula yangmemiliki motivasi tinggi sebanyak 27%dan atlet yang memiliki motivasi rendahsebanyak 27% dari data yang telahdirangking. Berdasarkan hal tersebutdidapatkan 15 atlet pemula yangmemiliki motivasi tinggi dan 15 atletpemula yang memiliki motivasi rendah.Kemudian dari masing-masing datatersebut dibagi menjadi tiga dengan caradi acak (random) dan didapatkanmasing-masing 5 atlet yang memilikimotivasi tinggi diberi perlakuan denganmetode block practice, serial practicedan random practice hal yang samajuga dilakukan untuk kelompok atletpemula yang memiliki motivasi rendah.
Pembagian kelompok dengan caraini akan lebih objektif bagi semuasubjek penelitian. Hal ini didasarkanatas kesempatan yang sama bagi semuaobjek untuk masuk ke dalam tiapkelompok. Setelah terbagi menjadienam kelompok, selanjutnya setiapkelompok motivasi tinggi dan rendahmelakukan pretest denganmenggunakan instrumen tes AAHPERDBasketball Skill Test 1984 sebelumdilakukan eksperimen denganpemberian perlakuan (treatment).
Variabel bebas (independent) Variabelbebas manipulatif yaitu metode latihanyang terdiri dari tiga metode, antara lain:(1) Metode block practice, (2) Metodeserial practice, dan (3) Metode randompractice. Variabel bebas atributif (yangdikendalikan) dalam penelitian ini, terdiri:
(1) Motivasi tinggi, dan (2) Motivasirendah. Variabel terikat dalam penelitian iniyaitu keterampilan dasar bermain bolabasket.
Pengumpulan datamenggunakan instrumen tes motivasidan intrumen AAHPERD basketballskill test.
Teknik analisis data yang digunakandalam penelitian ini dengan menggunakanSPSS 20 yaitu Analisis Varian (ANAVA)tiga jalur pada taraf signifikansi = 0,05.Untuk memenuhi asumsi ANAVA makadilakukan uji normalitas denganKolmogorov Smirnow dan homogenitasdengan uji Levene Test. Untuk mengujihipotesis dilakukan dengan menggunakanANOVA dua jalur dan apabila terbuktiterdapat interaksi maka akan dilakukan ujilanjutan yaitu uji Tukey yaitu denganmenggunakan program software SPSSversion 20.0 for windows dengan tarafsignifikansi 5% atau 0,05.
Hasil Penelitian dan PembahasanHasil yang diperoleh dari penelitian
berupa data yang merupakan gambaranumum tentang masing-masing variabelyang terkait dalam penelitian. Berikuthasil dari tes akhir keterampilan bolabasket yang dimiliki oleh atlet pemula:
Tabel 2. Deskripsi data variabelpenelitian
331
Analis DataUji NormalitasTabel 3. Deskripsi uji normalitas
Uji HomogenitasTabel 4. Deskripsi Uji Normalitas
Uji HipotesisHipotesis Pertama
Tabel 5. Uji ANOVA Tiga jalurKelompok EksperimenMenggunakan Metode Blockpractice, Serial practice danRandom practice
Berdasarkan hasil tabelpenghitungan diketahui ada perbedaanpengaruh latihan antara metode blockpractice, serial practice dan randompractice dalam meningkatkanketerampilan dasar bermain bola basket.Hal ini dibuktikan dari nilai signifikansisebesar 0,00 < 0,05 yang berarti bahwalebih kecil dari taraf signifikan. Dengandemikian berarti metode block practice,serial practice dan random practicememiliki pengaruh yang berbedaterhadap peningkatan keterampilandasar bermain bola basket dapatditerima. Dari analisis lanjutandiperoleh bahwa ternyata metodelatihan block practice memilikipeningkatan yang lebih baik dari padametode serial practice dan randompractice.
Hipotesis keduaTabel 6. Uji ANOVA tiga jalurkelompok atlet pemula yang memilikimotivasi tinggi dan rendah
Berdasarkan hasil penghitungandiketahui ada perbedaan pengaruhlatihan antara atlet pemula yangmemiliki motivasi tinggi dan rendahdalam peningkatan keterampilan dasarbermain bola basket. Hal ini dibuktikandari nilai signifikansi sebesar 0,00 <0,05 yang berarti bahwa lebih kecil daritaraf signifikan. Dengan demikianberarti motivasi tinggi dan rendahmemiliki pengaruh yang berbedaterhadap peningkatan keterampilandasar bermain bola basket dapatditerima. Dari analisis lanjutandiperoleh bahwa ternyata atlet yangmemiliki motivasi tinggi memilikipeningkatan yang lebih baik dari padaatlet pemula yang memiliki motivasirendah.Hipotesis KetigaTabel 6. Uji ANOVA tiga jalur
kelompok interaksi antarametode latihan dan motivasi
Berdasarkan hasil penghitungandiketahui ada interaksi antara metodelatihan (block practice, serial practice,dan random practice) dan motivasiterhadap keterampilan dasar bermainbola basket bagi atlet pemula. Hal inidibuktikan dari nilai signifikansi sebesar0,04 < 0,05 yang berarti bahwa lebihkecil dari taraf signifikan. Dengandemikian berarti metode latihan danmotivasi memiloki interaksi terhadappeningkatan keterampilan dasarbermain bola basket dapat diterima.
332
Setelah data diuji dan terbuktiterdapat interaksi antara metode latihandan motivasi maka perlu di uji lanjutdengan menggunakan uji Tukey.
Kelompok Interaksi Mean
Difference
Std. Error Sig.b
A1B1
A1B2 48.13* 9.251 .000
A2B1 67.00* 9.251 .000
A2B2 81.99* 9.251 .000
A3B1 26.16 9.251 .087
A3B2 89.40* 9.251 .000
A1B2
A1B1 -48.13* 9.251 .000
A2B1 18.87 9.251 .350
A2B2 33.86* 9.251 .014
A3B1 -21.96 9.251 .205
A3B2 41.27* 9.251 .002
A2B1
A1B1 -67.00* 9.251 .000
A1B2 -18.87 9.251 .350
A2B2 14.99 9.251 .594
A3B1 -40.84* 9.251 .002
A3B2 22.40 9.251 .189
A2B2
A1B1 -81.99* 9.251 .000
A1B2 -33.86* 9.251 .014
A2B1 -14.99 9.251 .594
A3B1 -55.83* 9.251 .000
A3B2 7.41 9.251 .965
A3B1
A1B1 -26.16 9.251 .087
A1B2 21.96 9.251 .205
A2B1 40.84* 9.251 .002
A2B2 55.83* 9.251 .000
A3B2 63.23* 9.251 .000
A3B2A1B1
-
89.40*9.251 .000
A1B2 -41.27* 9.251 .002
A2B1 -22.40 9.251 .189
A2B2 -7.41 9.251 .965
A3B1 -63.23* 9.251 .000
Berdasarkan tabel hasil perhitunganuji Tukey pada tanda asterisk (*)menunjukkan bahwa pasangan-
pasangan yang memiliki interaksi ataupasangan yang berbeda secara nyata(signifikan) adalah: (1) metode blockpractice dengan motivasi tinggi(A1B1) dipasangkan dengan metodeblock practice dengan motivasi rendah(A1B2), (2) metode block practicedengan motivasi tinggi (A1B1)dipasangkan dengan metode serialpractice dengan motivasi tinggi(A2B1), (3) metode block practicedengan motivasi tinggi (A1B1)dipasangkan dengan metode serialpractice dengan motivasi rendah(A2B2), (4) Jika metode serial practicedengan motivasi tinggi (A2B1)dipasangkan dengan metode serialpractice dengan motivasi rendah(A2B2), (5) metode block practicedengan motivasi rendah (A2B1)dipasangkan dengan metode randompractice dengan motivasi rendah(A3B2), (6) Jika metode block practicedengan motivasi rendah(A2B2)dipasangkan dengan metode serialpractice dengan motivasi rendah(A2B2), (7) Jika metode serial practicedengan motivasi tinggi (A2B1)dipasangkan dengan metode randompractice dengan motivasi rendah(A3B2), (8) metode serial practicedengan motivasi tinggi (A2B1)dipasangkan dengan metode randompractice dengan motivasi tinggi(A3B1), (9) metode serial practicedengan motivasi rendah (A2B2)dipasangkan dengan metode randompractice dengan motivasi rendah(A3B1), dan (10) metode serial practicedengan motivasi rendah (A2B2)dipasangkan dengan metode randompractice dengan motivasi tinggi (A3B1)
Sedangkan pasangan-pasanganlainnya dinyatakan tidak memilikiperbedaan pengaruh adalah: (1) metodeblock practice dengan motivasi tinggi(A1B1) dipasangkan dengan randompractice dengan motivasi rendah
333
(A3B2), (2) metode block practicedengan motivasi rendah (A2B2)dipasangkan dengan metode serialpractice dengan motivasi tinggi(A2B1) , (3) metode block practicedengan motivasi rendah (A1B2)dipasangkan dengan metode randompractice dengan motivasi tinggi(A3B1), (4) metode serial practicedengan motivasi tinggi (A2B1)dipasangkan dengan metode serialpractice dengan motivasi rendah(A2B2), (5) Jika metode serial practicedengan motivasi tinggi (A2B1)dipasangkan dengan metode randompractice dengan motivasi rendah(A3B2), dan (6) metode serial practicedengan motivasi rendah (A2B2)dipasangkan dengan metode randompractice dengan motivasi rendah(A3B2).Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian inimemberikan penafsiran yang lebih lanjutmengenai hasil-hasil analisis data yangtelah dikemukakan. Berdasarkan pengujianhipotesis pertama telah menghasilkan yaituperbedaan pengaruh latihan antara metodeblock practice, serial practice dan randompractice dalam meningkatkanketerampilan dasar bermain bola basket.Perbedaan pengaruh yang di dapatkan inidi karenakan perbedaan tingkat gangguankonstektual (contextual interference) yangada diantara metode latihan ini. Blockpractice memiliki tingkat konstektualrendah, Sesuai dengan pendapat Edwards(2011: 409) pada metode block practiceterdapat pengulangan keterampilan yangsama selama beberapa percobaanmemungkinkan peserta didik untukmelakukan menyesuaikan kinerja dalammemori atau ingatan kerja. SelanjutnyaEdwards (2011: 409) menambahkanbahwa dengan kerja yang bersifatrepetitive memungkinkan peserta didikuntuk mencari dan menyesuaikan fokusdan perhatian pada isyarat lingkunganyang tepat, mencapai dan mempertahankantingkat gairah yang tepat, dan dapatmeningkatkan tingkat motivasi karena
peningkatan kadar kesuksesan melakukansatu gerakan atau keterampilan.
Serial practice memiliki tingkatkonstektual moderat, dengan kata lainmetode serial practice berada diantaragangguan kontekstual tinggi dan rendah.Seperti yang diungkapkan oleh Al-Ameerdan Toole (1993) dan Landin dan Herbert(1997) dalam Edward (2011:413) bahwaserial practice dapat memberikanpengenalan terhadap variabilitas praktekyang akan membantu peserta didik dalampengenalan metode random practice danmemberikan pembelajaran yang lebih baikdari akibat ketergantungan memakaimetode block practice.
Random practice memiliki tingkatkonstektual tinggi. Seperti pendapat Magildan Anderson (2011: 390) karenatingginya gangguan kontekstual yangdihasilkan selama belajar menghasilkankinerja yang lebih baik pada retensi dantransfer tes dibanding menggunakanmetode yang memiliki gangguankontekstual yang rendah. Selanjutnya Sheadan Morgan dalam Edward (2011: 410)keuntungan random practice adalah padasaat menggunakan random practicepeserta didik terus-menerusmembandingkan dan membedakanketerampilan yang diajarkan gunamengenali persamaan dan perbedaansetiap keterampilan yang diajarkan, hal inimembuat memori untuk setiapketerampilan lebih khas dan bermakna.Dengan kata lain, tingkat konstektual inimemiliki peranan penting dalammenghasilkan perbedaan pengaruhterhadap latihan keterampilan dasarbermain bola basket bagi atlet pemula.
Selain itu, yang menyebabkanperbedaan pengaruh ini adalahbanyaknya aspek keterampilan danurutan keterampilan tersebut yangdimasukkan dalam satu sesi latihan.Block practice hanya berkonsentrasipada satu keterampilan saja di setiapmodel latihan dalam satu sesi latihan.Serial practice memasukan tigaketerampilan dasar yaitu dribble, pass,dan shoot dalam model latihannya danurutan aspek keterampilan tersebut
334
selalu sama di setiap model latihan dansesi latihannya. Sedangkan randompractice memasukan tiga aspekketarmpilan yaitu dribble, pass, danshoot, yang membedakan metode inidengan metode serial practice adalahurutan aspek ketrampilan yangdimasukkan selalu berubah-ubah atautidak sama di setiap model dan sesilatihannya.
Pengujian hipotesis keduadidapatkan perbedaan pengaruh latihanantra pemula yang memiliki motivasitinggi dan rendah. Berdasarkan hasilpenelitian, di temukan bahwa metodeblock practice merupakan metodelatihan yang memiliki peningkatanketerampilan paling baik bagi atlet yangmemiliki motivasi tinggi maupunrendah. Hal ini di karenakan blockpractice hanya berkonsentrasi pada satuaspek keterampilan saja ketika berlatih.Dengan demikian, atlet tidak merasakesulitan dalam berlatih. Selain itu,karena hanya berfokus pada satu aspekketerampilan saja, atlet dapatmelakukan koreksi-koreksi dari setiapkesalahan gerakan yang dialaminya, halini yang membuat atlet akan lebih cepatbelajar keterampialn dasar bermain bolabasket. Dengan demikian, untuk melatihketerampilan dasar bermain bola basket,metode latihan yang paling cocokadalah metode latihan block practicedibanding dengan metode serialpractice dan random practice bagi atletpemula
Berdasarkan pengujian hipotesis ketigadiketahui terdapat interaksi antara metodelatihan (block practice, serial practice, danrandom practice). Berdasarkan hal tesebutdiketahui bahwa atlet pemula denganmotivasi tinggi dilatih dengan metodeblock practice mengalami peningkatanterbesar, urutan ke dua (2) atlet pemuladengan motivasi tinggi dilatih denganmetode random practice, urutan ke tiga(3) atlet pelajar dengan motivasi rendahdilatih dengan metode block practice,
urutan ke empat (4) atlet pemula denganmotivasi tinggi dilatih dengan metodeserial practice, urutan kelima (5) atletpemula dengan motivasi tinggi dilatihdengan metode serial practice, danurutan keenam (6) atlet pelajar denganmotivasi rendah dilatih dengan metoderandom practice.
Kesimpulan dan Sarankesimpulan
Ada perbedaan pengaruh latihanmenggunakan metode block practice,serial practice, dan random practicedalam meningkatan keterampilan dasarbermain bola basket bagi atlet pemula.Metode latihan yang memiki hasil yangpaling baik dalam melatih keterampilandasar bermain bola basket untuk atletpemula adalah metode block practice.
Ada perbedaan pengaruh latihan antaraatlet pemula yang memiliki motivasi tinggidan rendah dalam peningkatan keterampilandasar bermain bola basket. Atlet pemulayang memiliki motivasi tinggi lebih baikdari pada atlet pelajar yang memilikimotivasi rendah
Ada interaksi antara metode latihan(block praktice, serial practice dan randompractice) dan motivasi terhadapketerampilan dasar bermain bola basketbagi atlet pemula.Interaksi ini berfungsiuntuk mencari perbedaan keterampilanyang paling baik antar kelompok sel.Berikut pasangan-pasangan yang memilikiinteraksi atau pasangan yang berbeda secaranyata (signifikan): (1) metode blockpractice dengan motivasi tinggidipasangkan dengan metode randompractice dengan motivasi rendah, (2)metode block practice dengan motivasirendah dipasangkan dengan metode serialpractice dengan motivasi rendah, (3)metode serial practice dengan motivasirendah dipasangkan dengan metode blockpractice dengan motivasi rendah, (4)metode serial practice dengan motivasirendah dipasangkan dengan metode blockdengan motivasi rendah, (5) metoderandom practice dengan motivasi rendahdipasangkan dengan metode serial practicedengan motivasi tinggi, (6) metode random
335
practice dengan motivasi rendahdipasangkan dengan metode block practicedengan motivasi rendah. Sedangkanpasangan-pasangan lainnya yang tidakmemiliki perbedaan pengaruh yaitu: (1)metode block practice dengan motivasitinggi dipasangkan dengan random practicedengan motivasi tinggi, (2) Jika metodeblock practice dengan motivasi rendahdipasangkan dengan metode serial practicedengan motivasi tinggi, (3) metode serialpractice dengan motivasi tinggidipasangkan dengan metode serial practicedengan motivasi rendah, (4) metode serialpractice dengan motivasi rendahdipasangkan dengan metode block practicedengan motivasi rendah, (5) Jika metoderandom practice dengan motivasi tinggidipasangkan dengan metode block practicedengan motivasi rendah, dan (6) metoderandom practice dengan motivasi rendahdipasangkan dengan metode serial practicedengan motivasi rendah.Implikasi
Hasil penelitian yang menunjukanbahwa penerapan latihan menggunakanmetode block practice lebih baik daripada metode serial practice. Hal inimemberi petunjuk bahwa dalam latihanketerampilan dasar bermain bola basket,penerapan metode block practice lebihtepat dalam meningkatkan keterampilandasar bermain bola basket. Metodeblock practice telah terbukti mampumemberikan pengaruh yang signifikandalam meningkatkan keterampilan dasarbermain bola basket untuk atlet pemula
Secara praktis hasil penelitian dapatdigunakan sebagai bahan pertimbanganbagi pelatih, guru olahraga maupunpembina cabang olahraga bola basketdalam membuat program latihan yangsesuai untuk meningkatkanketerampilan dasar bermain bola basketyang digunakan untuk atlet pemula.Dengan demikian latihan akan efektifdan akan mendapatkan hasil sesuaidengan apa yang diharapkan olehpelatih.
SaranBerdasarkan hasil penelitain yang telah
dilakukan membuktikan bahwa metodeblock practice lebih efektif digunakan daripada metode serial practice dan randompractice bagi atlet pemula yang memilikimotivasi tinggi maupun rendah. Untuk itudi sarankan kepada pelatih, guru olahragamaupun pembina olahraga bola basketuntuk menggunkan metode block practicedalam meningkatkan keterampilan dasarbermain bola basket bagi atlet pemula.
Dari hasil penelitian terbukti bahwametode block practice merupakanmetode yang paling efektif digunakandalam meningkatkan keterampilan dasarbermain bola basket untuk atlet pemula.Dalam metode latihan ini aspekketerampilan yang digunakan hanyasatu aspek keterampilan saja.Berdasarkan hal tersebut, metode blockpractice itu bersifat lebih ke individu,jadi bola yang digunakan dalam berlatihsemakin banyak latihan akan semakinefektif. Untuk itu kepada penentukebijakan di sekolah dalam hal inikepala sekolah dan penentu kejikan diklub bola basket dalam hal ini pemilikklub atau petinggi klub di sarankanuntuk menyediakan fasitas berupa bolayang banyak demi menunjang latihanketerampilan dasar bermain bola basketbagi atlet pemula.
Berdasarkan hasil penelitian inidibuktikan metode block practicemerupakan metode yang paling efektif digunakann untuk atlet pemula yang memilikimotivasi tinggi dan rendah di bandingmetode serial practice dan randompractice. Hal ini merupakan kajian yangempiric yang dapat dipakai oleh parapeneliti di bidang pendidikan jasmani danolahraga untuk atlet pemula dalammelakukan inovasi untuk perbaikan carapelatihan keterampilan motorik.
Untuk para peneliti yang bermaksudmelanjudkan atau mereplikasi penelitian inidisarankan untuk melakukan kontrol lebihketat dalam seluruh rangkaian eksperimen.Kontrol tersebut dilakukan guna
336
menghindari ancaman dari validitasekternal dan internal.
Daftar PustakaEdward, W. H. (2011). Motor learning and
control: from theory to practice.USA: Wadsworth.
Magill A. R. (2011). Motor learning andcontrol: concepts and applications.USA: McGraw-Hill Companies,Inc
Magil A.R & Anderson I.D (2014): Motorlearning and control: concept andapplications (10th ed). New York:McGraw-Hill Companies,Inc
PB. PERBASI. (2010). Peraturanbolabasket resmi 2010. Jakarta:Tim Penerjemah PB.PERBASIBidang III PB. Perbasi.
Singgih D. Gunarsa. (2008). Psikologiolahraga prestasi. Jakarta: PTBPK Gunung Mulia
Sudjana. (2002). Desain dan analisiseksperimen. Edisi ke-1V.Bandung: :Tarsito
Sugiyono. (2013). Metode penelitianpendidikan. Bandung: Alfabeta.
xiii
NO NAMA JUDUL INSTANSI HAL
Teguh Dwi Putranto
PERBEDAAN KONTRIBUSIMATA PELAJARAN
PENDIDIKAN JASMANI,OLAHRAGA DAN
KESEHATAN ANTARAPENERAPAN KURIKULUM
2013 DENGAN KTSPTERHADAP TINGKAT
PEMAHAMAN DAN TINGKATKONDISI FISIK ATLET
PANAHAN BOJONEGORO
ProgramPascaSarjana Unair
top related