universitas indonesia struktur dan fungsi didong dalam...
Post on 17-Mar-2019
221 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
STRUKTUR DAN FUNGSI DIDONG DALAM MASYARAKAT GAYO
MAKALAH NONSEMINAR
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
INAYATILLAH
1006699354
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
PROGRAM STUDI INDONESIA
DEPOK
FEBRUARI 2014
Struktur dan ..., Inayatillah, FIB UI, 2014
2
Struktur dan ..., Inayatillah, FIB UI, 2014
3
Struktur dan ..., Inayatillah, FIB UI, 2014
4
Struktur dan Fungsi Didong dalam Masyarakat Gayo
Inayatillah, Syahrial
Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.
Surel : kontak.inayah@gmail.com
Abstrak
Masyarakat Gayo memiliki sebuah tradisi nyanyian rakyat (folksong) yang disebut Didong. Didong adalah seni
yang dipertandingkan antara dua kumpulan atau grup dari komunitas yang berbeda. Didong sebagai sastra lisan
masih bertahan dan menjadi unsur identitas pengenal etnik Gayo hingga saat ini. Didong terbentuk dari
konfigurasi antara ekspresi seni sastra, seni suara, dan seni tari dari hasil olah pikir dan rasa. Dalam pertunjukkan
Didong terdapat prinsip kelisanan yang dapat ditemukan: karya terjadi hanya pada saat pertunjukan berlangsung;
penciptaan karya yang bersifat spontan, isinya dinamis, tetapi memiliki formula tertentu. Formula Didong:
menguasai pengetahuan tentang adat-istiadat; tata bunyi lirik Didong, khususnya pada rima akhir. Makalah ini
menjelaskan struktur permainan Didong dan bagaimana fungsi Didong dalam masyarakat Gayo.
Kata Kunci : Didong; Fungsi; Gayo; Sastra Lisan; Struktur.
The Structure and Function of Didong in Gayo People
Abstract
Gayo people has a folksong which is called by Didong. Didong is an art which compete two groups from the
different communities. Didong is still remain and be the identity of Gayo ethnic till now. Didong is formed from
the configuration between art of literature, art of voice, and art of dance which are a result of mind and taste
processing. In the show of Didong, there are a principal of orality which can be found, such as work can be
happen when the show is on going, the spontanous work with a dinamic essential, but has a definite formulas.
The formulas of Didong are master of costums and traditions; sound order of Didong's lyrics, especially in the
last rhyme. This paper will explain about the structure of Didong show and the functions of it in the Gayo ethnic.
Keywords : Didong; Function; Gayo; Oral Literature; Structure.
Pendahuluan
Bahasa dapat diinterpretasikan dalam lisan dan tulisan. Menurut Ferdinand de Saussure
seperti dikutip oleh Ong (1982:5) tulisan adalah pelengkap lisan. Tulisan bukan bentuk
transformasi dari lisan. Diteruskan oleh Henry Sweet, setiap kata berawal dari suara fonem
bukan dari huruf. Setiap budaya pasti mengenal kelisanan, tetapi kelisanan sendiri tidak bisa
banyak ditampilkan melalui tulisan.
Struktur dan ..., Inayatillah, FIB UI, 2014
5
Dalam kelisanan terdapat tradisi lisan dan sastra lisan. Tradisi lisan adalah bagian penting
dalam warisan budaya takbendawi atau Intangiable Cultural Heritage (ICH). Menurut Ong
dalam bukunya Orality and Literacy: Technologizing of the Word (2005), tradisi lisan
merupakan sebagian kebudayaan yang mencakup kebiasaan suatu kolektif dalam
berkomunikasi satu sama lain. Tradisi lisan berfokus pada kesenian lisan yang dimiliki
kolektif tersebut, seperti cerita rakyat, teka-teki, peribahasa, dan nyanyian rakyat. Tradisi
lisan tidak menyoroti bentuk atau ciri fisik dari suatu kolektif yang melakukannya. Tradisi
lisan adalah bagian kecil dari folklor.
Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-
temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik
dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu
pengingat (Danandjaya, 1982:2). Folklor memiliki sudut padang yang lebih luas daripada
sastra lisan. Selain mementingkan kesenian, folklor mempertimbangkan unsur-unsur lain
dalam kebudayaan, seperti ciri fisik; mata pencaharian, agama, pendidikan, dan bahasa.
Sastra lisan adalah salah satu bentuk kebudayaan yang telah ada dan berkembang di tengah
masyarakat. Ada sastra lisan yang telah hilang karena tidak sempat didokumentasikan, ada
pula yang masih terus dipertahankan bentuk aslinya, maupun tetap bertahan dengan adanya
perubahan seiring berkembangnya masyarakat. Sastra lisan merupakan salah satu bagian dari
tradisi lisan. Sastra lisan disebarkan dari satu orang ke orang lain secara lisan kemudian
prosesnya dilihat, didengar, kemudian dilisankan kembali. Jadi, yang dilihat dalam tradisi
lisan adalah proses dan hasil melisankan. Karakteristik pertama dari kelisanan (orality) adalah
suara (sound). Suara dapat diingat tetapi tidak dapat dicari di manapun. Karakteristik kedua
adalah bagaimana suara dapat menjadi sesuatu yang terorganisasi (Ong, 2005). Suara tanpa
rekaman maka tidak ada jejak dan tidak ada teks. Kelisanan mengembangkan pikiran dengan
pola mnemonic, yaitu teknik yang mempunyai formula (formulaik) dan ekspresi tertentu.
Misalnya ritmis (ada irama), pola seimbang, banyak repetisi, dan sebagainya.
Didong merupakan salah satu bentuk puisi lisan yang masuk dalam kategori nyanyian rakyat
(Folksong) yang berkembang dalam masyarakat Gayo, Daerah Istimewa Aceh. Didong
memiliki prinsip kelisanan yang berperan penyampaian pesan moral pada masyarakat luas.
Bentuk Didong adalah sebuah pertandingan yang diikuti oleh dua kelompok atau komunitas
yang terdiri dari sekitar 30 orang yang beperan sebagai pengiring dan sepasang atau tiga
orang ceh (Melalatoa, 2001:11). Pertandingan Didong bukanlah hanya sebagai pertandingan
Struktur dan ..., Inayatillah, FIB UI, 2014
6
yang menentukan pihak yang menang atau kalah. Namun, lebih dari itu Didong merupakan
sarana yang tepat untuk mengumpulkan orang dan mempererat hubungan persaudaraan
antarsesama masyarakat Gayo.
Literatur tentang Didong telah diterbitkan pada tahun 1971 dan 1981 oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan sebagai bentuk dokumentasi dan pelestarian. Meskipun
demikian, literatur tentang didong masih belum diteliti oleh orang banyak, sementara didong
merupakan salah satu khazanah sastra lisan nusantara yang memiliki fungsi dalam
masyarakat. Hal ini yang menjadi latar belakang penulis dalam membuat makalah ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengkaji didong agar menjadi kesenian yang disukai
secara nasional dan keberadaannya terlestarikan. Oleh karena itu, melalui makalah ini penulis
akan mendeskripsikan struktur permainan Didong dan bagaimana fungsi Didong dalam
masyarakat Gayo.
Didong Merupakan Ekspresi Sastra Lisan Masyarakat Gayo
Didong adalah seni pertandingan antara dua kumpulan atau grup yang masing-masing disebut
ulu (kelop) (Melalatoa, 2001: 2). Arti harafiah dari “didong” tidak begitu jelas, berkaitan
dengan kata denang atau donang yang berarti ‘dendang’. Namun, arti Didong mencakup
pengertian yang lebih luas dari sekadar “berdendang”. Kesenian Didong berasal dan
berkembang dalam masyarakat Gayo. Kelompok etnik Gayo mendiami bagian tengah atau
pedalaman dari wilayah Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Wilayah Gayo itu sendiri terbagi
menjadi tiga kabupaten, yaitu :
i. Aceh Tengah, dihuni oleh subetnik Gayo Lut;
ii. Aceh Tenggara, subetnik Gayo Luwes;
iii. Aceh Timur, subetnik Gayo Sebejadi.
Keterangan:
Aceh Tengah
Aceh Tenggara
Struktur dan ..., Inayatillah, FIB UI, 2014
7
Aceh Timur
Gambar 1. Peta wilayah Gayo, Aceh.
Dari ketiga subetnik tersebut, masing-masing mempunyai variasi yang cukup berbeda.
Walaupun sama-sama menjadi penutur bahasa Gayo, terdapat perbedaan dialek dari masing-
masing subkelompok tersebut dan penamaan dialeknya sesuai dengan nama subkelompok,
seperti dialek Gayo Lut, dialek Gayo Luwes dan dialek Gayo Seberjadi. Variasi lainnya yang
terlihat pada ketiga subetnik Gayo ini adalah bentuk dan jenis keseniannya. Pada dasarnya
ketiga subkelompok ini mengenal kesenian Didong, namun kesenian Didong lebih
berkembang pada masyarakat Gayo Lut, sedangkan untuk masyarakat Gayo Luwes, kesenian
Saman lebih berkembang daripada Didong. Tari Saman adalah sebuah tarian adat asli Gayo
Luwes yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat dan
masyarakat Aceh.
Struktur Pementasan Didong
Pergelaran Didong diadakan di ruang luas, seperti rumah panggung (umah sara); di atas
panggung buatan pada ruang terbuka (halaman, lapangan, dan lain-lain). Sarana penerangan
yang digunakan beragam, mulai dari api unggun, petromak, hingga lampu listrik. Seluruh
pemain (pengiring) menggunakan bantal kecil (kampas) yang digunakan sebagai alas tepuk-
tepukan tangan yang menjadi ritme bagi melodi dalam kesenian ini. Anggota kelop memakai
seragam yang disebut baju kelop. Sedangkan untuk pemimpin kelop (ceh) biasanya ditambah
atribut syal atau kopiah. Perlengkapan lainnya adalah Canang, alat yang digunakan juri
sebagai isyarat dimulai atau berakhirnya satu ronde pertandingan.
Para peserta dari masing-masing kelop berjumlah sekitar 30 orang. Dari jumlah itu terbagi
menjadi dua kategori, yaitu ceh dan penunung atau penyur atau pengiring (Melalatoa, 2001:
11). Ceh adalah seseorang yang menjadi pemimpin kelop, yang memegang kendali atas
kemenangan atau kekalahan kelop. Pengiring yang terdiri atas puluhan orang duduk
melingkar bersama para para ceh. Pengiring ini berfungsi mengiringi permainan dengan
kreasi tepuk tangan dan variasi gerak tubuh yang serasi. Tepok dengan media bantal tersebut
berfungsi sebagai ritme bagi melodi yang tengah mengantar lirik yang dibawakan oleh ceh. Di
antara pengiring, ada satu atau dua orang yang berperan memberi arah, mengatur variasi gerak
yang diperlukan untuk kekompakan kelop melalui komando suara tepukan atau isyarat bagian
tubuh lainnya.
Struktur dan ..., Inayatillah, FIB UI, 2014
8
Biasanya satu kelop menembangkan 30 melodi dengan pengantar lirik yang bermuatan rasa
indah, humor, duka, luka, geram, sinis, dan sebagainya. Suasana itu dilengkapi dengan gerak
dan melodi yang selaras oleh pengiring, sehingga pertandingan terasa hidup dan bisa
mengusir kantuk para penonton selama semalam suntuk. Penonton bukan bagian dari anggota
kelompok tetapi dapat dimasukkan dalam bagian pertandingan, karena penonton memegang
peranan penting dalam mendukung dan menjadi suporter setia bagi kelop yang berlatar
belakang daerah sama.
Arena Pertandingan Didong dapat dilihat melalui gambar ilustrasi berikut ini.
gambar 2. Arena Pertandingan Didong (Melalatoa, 1981)
Keterangan:
: penonton laki-laki
: penonton perempuan
: juri
: ceh
: penunung / pengiring
Pertandingan Didong dimulai sekitar pukul 21.00 dan berakhir pukul 05.00 atau beberapa saat
sebelum waktu salat subuh. Setiap grup tampil selama 30 menit dan terus bergilir hingga
subuh. Susunan pertandingan itu sendiri terdiri dari empat ronde utama, yaitu ronde pertama,
ronde kedua, klimaks, dan antiklimaks. Ronde pertama biasanya ditampilkan lirik-lirik yang
berisi salam perkenalan dan salam hormat bagi semua yang hadir (juri, penonton, orang
terpandang, dan lawan tanding). Masing-masing kelop memperkenalkan diri dengan lirik-lirik
yang santun, seperti pada kutipan bait berikut ini.
Struktur dan ..., Inayatillah, FIB UI, 2014
9
“Kutatangan pumu urum sepuluh jejari
Tabi langit tabi bumi
Tabi kuwen tabi kiri
Tabi reje tabi peteri ...”
‘kuangkat tangan dengan sepuluh jari
Salam takzim pada langit pada bumi
Salam takzim pada yang di kanan dan yang di kiri
Salam takzim pada raja dan permaisuri..’
(Melalatoa, 2001: 20)
Kemudian pada ronde kedua dan ronde berikutnya dimulai penaklukan lawan dengan lirik
balasan sesuai dengan kondisi atau kualitas serangan lawan. Seterusnya hingga sekitar pukul
24.00 atau satu dinihari, sudah dapat diduga mana grup yang akan unggul. Disinilah
dinamakan ronde klimaks, karena masing-masing kelop berusaha keras untuk membalas
serangan lawan dengan lirik-lirik andalan mereka. Ronde paling akhir atau penutup yang
disebut antiklimaks. Pada ronde ini disebut juga ronde gabungan karena seluruh anggota
kedua grup bergabung menjadi satu. Masing-masing grup membawakan satu atau dua lagu
yang isinya permintaan maaf pada lawan tanding, karena sejak awal telah bersikap kasar
dengan mendendangkan kata-kata yang melukai hati lawannya. Melodi yang muncul biasnya
bernada sendu, seperti pada kutipan bait berikut:
“abang, kadang te ara laingku terlanjur
Bo ko tanoh gemur kin penyebue
Abang, iki ara cerakku si lepas
So waih deras kin penanute”
‘abang, mungkin ada kata yang terlanjur
Ambillah tanah gembur untuk menimbunnya
Abang, bila ada ucapanku yang lepas
Itu arus deras tempat hanyutnya’
(Melalatoa, 2001: 22)
Prinsip kelisanan yang dapat ditemui dari pertunjukan Didong ini bahwa kesenian terjadi
hanya pada saat pertunjukan berlangsung, yaitu sekitar 8 jam. Selain itu, prinsip kelisanan
yang lain adalah penciptaan karya yang bersifat spontan, isinya dinamis, tetapi memiliki
formula tertentu yang menjadi ciri saat Didong dipentaskan.
Keberadaan ceh dalam pertunjukan Didong sangat penting. Seseorang yang biasa disebut ceh
adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk mencipta lirik secara spontan. Dalam setiap
kelop biasanya terdapat dua hingga tiga pasang ceh yang tampil berpasangan duet atau trio.
Struktur dan ..., Inayatillah, FIB UI, 2014
10
Jarang sekali ceh tampil sendiri, kecuali bila menyenandungkan melodi untuk lirik sebuah
ratapan (sebuku). Salah satu dari ceh itu adalah ceh utama atau aktor utama yang biasa disebut
Cceh Kul; kul=besar. Sedangkan pasangan duetnya disebut apit. Pasangan lainnya biasa
disebut Ceh Due (due = dua) atau aktor pembantu yang dalam pertandingan bertugas untuk
membantu ceh utama dalam menghadapi serangan atau menyerang lawan.
Syarat untuk menjadi seorang ceh harus memenuhi beberapa syarat. Syarat utamanya adalah
mempunyai suara merdu. Selain itu ia harus punya kemampuan menciptakan lirik atau puisi
(kekata) sendiri yang akan ditembangkan dengan melodi ciptaan sendiri. Ceh utama memiliki
suara paling merdu dibandingkan ceh lainnya. Ceh utama ini juga berperan penting dalam
mencipta melodi dan lirik, menyusun strategi merebut simpati penonton, dan menjaga
semangat juang para pengiringnya. Jadi kekalahan dan kemenangan suatu kelop secara tidak
langsung juga dipengaruhi oleh kinerja ceh utama.
Formula untuk menjadi Ceh Didong yang harus menciptakan lirik saat pertunjukan
berlangsung, mau tidak mau ia harus menguasai pengetahuan tentang adat-istiadat masyarakat
sekitar dan lingkungan lain yang lebih luas. Pengetahuan luas ini akan tertuang dalam kata,
ungkapan, simbol-simbol pikiran, sehingga lahirlah lirik-lirik indah dengan pesan yang sarat
akan makna.
Melodi dan lirik adalah hasil rasa dan pikir dari ceh kemudian menjadi milik komunitas. Lalu
yang menjadi formula kedua adalah pola lirik Didong sangat memperhatikan tata bunyi,
khususnya pada rima akhir. Seperti dapat dilihat dalam kutipan lirik berikut ini.
LALE GELUMANG Lale aku beketor I Bumi Bies emun berangkat
Meh jongor selapi sane Oya ilamat depik nge ara
Lale aku bedidong Bumi Bebuli emun bergunting
Mata mukelong jege sabe Oya pe sinting depik nge kona1
Lale aku besa’er
Laing geder hehe hehe2
Pola tata bunyi dari kedua lirik di atas sama persis. Pada bait pertama baris pertama puisi
Lale, bunyi -or berpadanan dengan bunyi -or pada baris ke dua. Pola ini muncul pula pada
bait ke dua dan ke tiga. Terdapat persamaan bunyi -e diakhir bait ke dua baris ke dua, sama
1 Lirik karya Ceh Lakkiki, dengan kelop yang bernama Lakkiki juga, tahun 1950 2 Lirik karya kelop Kabinet Baru tahun 1949
Struktur dan ..., Inayatillah, FIB UI, 2014
11
seperti pada baris pertama. Pola yang sama juga terdapat dalam puisi Gelumang. Contoh lirik
puisi di atas hanyalah sebagian kecil contoh dari ribuan lirik yang telah tercipta dari sistem
pertandingan Didong. Pada perkembangannya terdapat variasi tata bunyi sesuai dengan
penciptaan melodi, warna suara, dan gaya tembang dari masing-masing ceh.
Pola lirik yang diciptakan tidak akan sama persis dengan pola lirik yang sudah ada walaupun
dari ceh yang sama, karena seperti yang sudah dijelaskan, penciptaan lirik dilakukan secara
spontan. Hal ini dapat dibandingkan puisi Lale dengan puisi Musakit Kusi Legih yang
diciptakan oleh kelop yang sama, yaitu Kabinet Baru.
Musakit Kusi Legih Rede ku si mari
Muputer ku si mujening
Lagu tetemi urum aging
Sesudah kin gasing baro demu jangka
Sejuk ku si bengi
Porak ku si umping
Lagu seber urum giging
Nguk isaring ku jantung rasa3
Fungsi Didong
Usaha mengenal kesenian tradisional sekarang ini banyak yang masih terbatas pada preservasi
bentuk-bentuknya atau segi penampilannya saja. Kurang sekali perhatian terhadap nilai-nilai
yang dikandungnya. Menurut Danandjaja, perekaman bentuk-bentuk kesenian tradisional
serupa itu akan menjadi semacam koleksi kupu-kupu dalam kotak kaca seperti barang hiasan
tanpa menggambarkan alam tempat kediamannya (dalam Melalatoa, 1981: 11). Kesenian
tradisional telah berubah nilainya menjadi sekadar sarana hiburan bernuansa budaya. Sebuah
pertunjukan yang disaksikan tanpa digunakan lagi fungsi dasarnya.
Berikut ini fungsi dasar didong dalam masyarakat Gayo.
• Hiburan dan keindahan
Keindahan lirik dan melodi Didong dilengkapi pula dengan seni gerak atau tari yang
serasi. Fungsi hiburan itu terwujud dengan adanya unsur keindahan itu.
• Pelestari budaya
3 Kabinet Baru, 1952
Struktur dan ..., Inayatillah, FIB UI, 2014
12
Kesenian ini berfungsi menanamkan suatu sistem nilai yang ditunjang oleh satu
sistem norma yang ketat. Peran ceh dalam membawakan liriknya yang sarat akan
nilai-nilai dan adat Gayo.
• Pencari dana sosial
Pasca penjajahan, masyarakat Gayo ingin memulai hidup baru dengan membangun
sarana dan prasarana umum. Untuk itulah Didong yang awalnya tidak berkaitan
dengan pencarian dana, kemudian menjadi alat untuk mencari dana sosial yang hasil
akhirnya juga untuk kepentingan bersama.
• Sarana penerangan
Maksudnya Didong berfungsi sebagai sarana yang tepat untuk menyampaikan pesan
moral dan berita yang terjadi di negeri ini. Khususnya utuk orang-orang pedalaman,
orang-orang awam, dan buta huruf. Melalui kesenian ini, masyarakat mengerti apa
itu pancasila, sejarah bangsa, program pemerintah, dll. Karena Didong
menyampaikan informasi melalui lirik-lirik indah, bahasa Didong, bahasa rakyat.
• Kritik dan kontrol sosial
Didong berfungdi sebagai kontrol sosial yang mnegatur dan menyampaikan norma-
norma yang dipegang teguh oleh masyarakat Gayo.
• Sebagai wadah mempertahankan struktur sosial
Masyarakat Gayo mengenal sistem klen (belah) yang artinya masyarakat Gayo
seolah-olah terbelah menjadi dua (paroh) yang saling bersaing. Oleh sebab itu, untuk
meredakan ketegangan antara dua pihak itu, maka disalurkan melalui upacara adat
dan permainan adat. Salah satunya adalah Didong. Tujuannya untuk menciptakan
keseimbangan sosial.
Kebinet dan Lakkiki: Cerita Di Balik Dua Grup Didong
Dalam setiap kebudayaan di mana pun pasti ada unsur keseniannya. Namun, pada berbagai
suku bangsa suatu cabang kesenian tertentu lebih menonjol daripada yang lain. Seperti dalam
masyarakat Gayo, Didong menempati kedudukan yang paling menonjol di antara bentuk-
bentuk sastra yang lain.
Kebinet adalah nama sebuah grup didong di Gayo yang berasal dari kampung Bebesan.
Kebinet atau Kabinet Baru lahir pada tahun 1948. Nama Kabinet diambil dengan berasosiasi
pada makna kabinet ‘kumpulan “menteri-menteri” terbaik’. Kabinet berharap mereka dapat
Struktur dan ..., Inayatillah, FIB UI, 2014
13
menjadi yang terbaik dalam setiap kompetisi. Kabinet Baru sampat mengalami pergantian
nama menjadi Kabinet Asli pada tahun 1954, dan mulai tahun 1960 grup ini menggunakan
nama Kabinet Muda.
Kabinet memiliki seorang seniman tiga zaman bernama Abd Rauf (Aman Dahlan). Di
samping itu terdapat nama-nama besar lainnya seperti Banta, Semaun Ujung, Ecek Bahim
(Syeh Ibrahim), dan Gecik Mongal. Mereka umumnya hidup dalam keadaan berkekurangan
dibandingkan dengan rata-rata anggota masyarakat lainnya, karena profesi ini terlalu menyita
waktu dan pemikiran. Mereka adalah orang-orang yang harus diapresiasi atas sumbangannya
terhadap budaya dan pengorbanannya terhadap menerima kehidupan yang sederhana.
Tema yang diangkat oleh Kabinet dalam puisi-puisinya adalah masalah-masalah sosial dan
masalah perubahan sosial. Kabinet menyoroti konflik dalam keluarga, seperti munculnya
teknologi baru dan pengaruhnya, masalah suami-istri, dan masalah mata pencaharian. Grup
Kabinet tidak mengangkat tema-tema tentang alam dalam puisinya seperti grup didong
kebanyakan, tidak seperti grup didong Lakkiki yang puisi-puisinya menceritakan alam untuk
menyampaikan nasihat.
Didong Lakkiki berasal dari kampung Kutelintang, diprakarsai oleh seorang petani yang
menjadi ceh utama bernama Muhamad Basir. Tema yang diangkat oleh Lakkiki mencakup
nasib manusia, suasana pembangunan, penderitaan, ungkapan kegembiraan muda-mudi, dan
lain-lain. Suara burung, desau air dan angin dituangkan dalam karya-karyanya. Banyak yang
mengatakan didong Lakkiki adalah didong asli Gayo.
Nama Lakkiki berawal dari judul puisi yang dibuat Basir, yaitu Lakkiki, pada tahun 1945.
Nama tersebut semakin melekat pada Basir dan grupnya di tahun 1947. Saat itu grup Lakkiki
bertanding untuk mencari dana pembangunan jembatan. Pada masa itu didong memang
digunakan pula untuk mencari dana, sesuai dengan mufakat yang dipimpin oleh pimpinan
Lakkiki, Aman Jenen, yang menyetujui Lakkiki untuk pertama kali mengikuti pertandingan
untuk mencari sumbangan membuat joyah (surau untuk wanita).
Didong Lakkiki pernah diminta untuk menghibur Jepang pada masa kerja rodi digalakkan.
Imbalan yang didapatkan Basir dari Jepang adalah ia tidak perlu lagi mengikuti kerja rodi
membuat jalan, dan juga diberikan pekerjaan sebagai tukang cukur rambut khusus orang-
orang Jepang.
Struktur dan ..., Inayatillah, FIB UI, 2014
14
Grup Kebinet dan Lakkiki merupakan dua grup didong yang sudah besar namanya. Mereka
berkarya untuk budaya, untuk hidup, dan untuk sesama. Didong membawa keteladanan hidup
dan memiliki fungsi yang banyak bagi masyarakat Gayo sendiri.
Simpulan
Didong merupakan jenis kesenian yang paling mendapat tempat di hati masyarakat Gayo,
baik yang ada di tanah Gayo maupun di perantauan. Didong adalah identitas masyarakat Gayo
yang juga telah menjadi bagian dari sastra lisan Indonesia. Struktur didong lebih
mengutamakan formula sehingga setiap ceh dapat membuat puisi secara spontan dan indah.
Setiap pertunjukkan didong mempertandingkan dua grup dengan dinilai oeh juri dan
disaksikan oleh para penonton, baik laki-laki dan perempuan. Setiap grup terdiri dari 25--30
orang, 2—3 orang di antaranya berlaku sebagai ceh, dan yang lainnya adalah pengiring.
Didong memiiki fungsi sebagai hiburan dan keindahan, pelestarian budaya, pencari dana
sosial, sarana penerangan, kritik dan control sosial, dan wadah mempertahankan struktur
sosial. Keberadaan didong harus tetap dilestarikan sebagai bentuk kecintaan kita terhadap
negara. Selain itu agar fungsi didong dapat bermanfaat bagi masyarakat yang lebih luas lagi.
Pada tahun 1945 terdapat grup didong Lakkiki asal kampung Kutelintang. Pada tahun 1948
terdapat grup didong Kebinet asal kampung Bebesan. Didong pada masa kini telah menjadi
seni pertunjukkan untuk hiburan bukan lagi hanya sekadar tradisi. Didong memiliki tema
yang dapat dibuat sesuai kebutuhan dan ideologi grup. Tema yang diangkat dapat berupa
penggambaran alam, kehidupan sosial, dan lain-lain.
Daftar Pustaka
Ara, L.K. 1982. Didong Lakkiki. Jakarta: Balai Pustaka.
Danandjaya, James. 1982. Foklor Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Dandy, Abdurahim. 1979. Sejarah Daerah Dan Suku Gayo. Jakarta: Balai Pustaka.
Hurgronje, C. Snouck. 1996. Tanah Gayo Dan Penduduknya. Jakarta; Indonesian-
Netherlands Coorperation in Islamic Studies (INIS).
Melalatoa, M. Junus. 1981. Kabinet Dalam Sastra Gayo. Jakarta: Balai Pustaka.
Struktur dan ..., Inayatillah, FIB UI, 2014
15
Melalatoa, M. Junus. 2001. Didong Pentas Kreativitas Gayo. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
MPSS, Pudentia, peny. Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
1998.
Ong, J.W. 1982. Orality and Literacy. New York: British Library Cataloging In Publication
Data.
Teeuw, A. 1994. Indonesia Antara Kelisanan dan Keberaksaraan. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
Website Iriansyah, Nova. http://www.novairiansyah.com/profil/, diunduh pada 3 Februari 2014 pukul
16.00
Struktur dan ..., Inayatillah, FIB UI, 2014
top related